BAB II LANDASAN TEORI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II LANDASAN TEORI"

Transkripsi

1 BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini dibahas mengenai teori-teori dasar yang akan membantu pembaca dalam memahami materi bab selanjutnya. A. Variabel Random Definisi 2.1 (Bain dan Engelhardt, 1992:53) Suatu variabel random (dinotasikan dengan ) adalah suatu fungsi yang didefinisikan pada ruang sampel, yaitu * + sehingga menghasilkan nilai ( ) dengan dan. Huruf kapital seperti random. Sedangkan huruf kecil digunakan untuk menotasikan variabel digunakan untuk menotasikan nilai yang mungkin dari setiap hasil observasi pada ruang sampel. Ada dua jenis variabel random yaitu variabel random diskrit dan variabel random kontinu. Jika himpunan semua hasil yang mungkin dari variabel random berhingga atau tak berhingga tetapi masih dapat dihitung maka disebut sebagai variabel random diskrit. Sedangkan jika semua hasil yang mungkin dari variabel random merupakan nilai dalam suatu interval maka disebut sebagai variabel random kontinu. 6

2 7 B. Ekspektasi Definisi 2.2 (Bain dan Engelhardt, 1992:56) Misal merupakan suatu variabel random. Variabel random disebut variabel random diskrit jika himpunan nilai yang muncul dari merupakan himpunan terhitung. Jika variabel random diskrit, fungsi peluang variabel random didefinisikan sebagai: ( ) ( ) Distribusi probabilitas dari variabel random adalah himpunan semua pasangan ( ( )). Fungsi yang menunjukkan probabilitas masing-masing nilai yang mungkin terjadi adalah ( ). Misalkan adalah variabel random diskrit, maka fungsi densitas probabilitas /pdf (probability density function) variabel random jika dipenuhi: i. ( ) (2.1) ii. ( ) (2.2) iii. ( ) ( ) (2.3) Misalkan adalah variabel random kontinu, maka fungsi densitas probabilitas/pdf (probability density function) variabel random i. ( ) jika dipenuhi: (2.4) ii. ( ) (2.5) iii. ( ) ( ) (2.6)

3 8 Definisi 2.3 (Bain dan Engelhardt, 1992:64) Fungsi distribusi kumulatif/cdf (cumulative distribution function) menggambarkan probabilitas suatu variabel random yang bernilai riil. Misal merupakan suatu variabel random, maka untuk semua nilai, cdf-nya adalah: ( ) ( ), untuk. (2.7) Probabilitas variabel random yang kurang dari atau sama dengan dinyatakan dengan ( ). Untuk suatu variabel random diskrit, cdf adalah: ( ) ( ) ( ). (2.8) Untuk suatu variabel random kontinu, cdf adalah: ( ) ( ) ( ). (2.9) Definisi 2.4 (Bain dan Engelhardt, 1992: 61) Jika adalah variabel random diskrit dengan pdf ( ), maka nilai ekspektasi dari didefinisikan sebagai berikut: ( ) ( ) (2.10) Jika adalah variabel random kontinu dengan pdf ( ), maka nilai ekspektasi dari didefinisikan sebagai berikut: ( ) ( ). (2.11) ( ) sering kali ditulis dengan atau. Sifat-sifat ekspektasi adalah sebagai berikut: a. ( ) ( ) ( ) b. ( ) ( ) dan adalah konstan.

4 9 c. ( ) ( ) ( ) Definisi 2.5 (Bain dan Engelhardt, 1992:73) Varians dari variabel random didefinisikan sebagai berikut: ( ) ( ). (2.12) Teorema 2.1 (Bain, et al., 1992:74) Jika adalah variabel random, maka ( ) ( ). (2.13) Bukti: ( ),( ) - ( ) ( ) ( ) ( ) ( ). Sehingga didapat ( ). Ukuran sebaran yang sering digunakan selain varians adalah standar deviasi yang merupakan akar kuadrat dari varians. ( ). (2.14)

5 10 Teorema 2.2 (Bain dan Engelhardt, 1992:74) Jika adalah variabel random, dan adalah konstan, maka ( ) ( ). (2.15) Bukti: ( ),( ) -, ( ) - ( ). Definisi 2.6 (Bain dan Engelhardt, 1992:174) Kovarians dari pasangan variabel random dan didefinisikan sebagai berikut: ( ),( )( )-. (2.16) Dimana untuk variabel random diskrit: ( ) ( ). (2.17) Dan untuk variabel random kontinu: ( ) ( ). (2.18) Notasi lain untuk kovarians adalah. Kovariansi dari pasangan variabel random jika dan konstanta, maka 1. ( ) ( ). 2. ( ) ( ). 3. ( ) ( ). Jika dan variabel random, maka ( ) ( ) ( ) ( ). (2.19)

6 11 Jika dan independen, maka ( ) ( ) ( ) ( ). (2.20) C. Distribusi Normal Teorema 2.3 (Bain dan Engelhardt, 1992:118) Variabel random dikatakan berdistribusi normal dengan mean dan varians dinotasikan sebagai ( ), jika mempunyai fungsi densitas peluang berbentuk ( ). /, (2.21) untuk, dimana dan dengan ( ). / = 1. (2.22) Bukti : Misalkan dengan ( ). Jika diambil maka, dan ( ) sehingga. Jadi terbukti bahwa. / = 1.

7 12 Uji normalitas untuk melihat apakah suatu data berdistribusi normal atau tidak. Return saham perlu diuji normalitasnya, karena suatu saham dapat dimasukkan dalam portofolio jika return saham berdistribusi normal. Tujuan pengujian normalitas dalam return saham adalah untuk mengantisipasi terjadinya ketidakstabilan harga, sehingga dikhawatirkan akan mengalami penurunan harga saham yang sangat signifikan dan merugikan investor. Uji normalitas pada SPSS menggunakan Kolmogorov-Smirnov. 1. Hipotesis : data return saham mengikuti distribusi normal : data return saham tidak mengikuti distribusi normal 2. Tingkat signifikansi. 3. Statistik Uji Kolmogorov-smirnov ( ) ( ). ( ) adalah distribusi komulatif data sampel. ( ) adalah distribusi komulatif yang dihipotesakan. 4. Kriteria Uji ditolak jika. 5. Perhitungan. 6. Kesimpulan.

8 13 D. Matriks Definisi 2.7 (Anton dan Rosses, 1991:22) Matriks adalah suatu susunan bilangan berbentuk persegi panjang. Bilangan-bilangan dalam susunan tersebut disebut anggota dari matriks. Ukuran suatu matriks dinyatakan dalam banyaknya baris (arah horizontal) dan kolom (arah vertikal) yang terdapat dalam matriks tersebut. Jika adalah sebuah matriks dengan banyaknya baris dan banyaknya kolom, maka menyatakan anggota yang terletak pada baris dan kolom di dalam matriks. Jadi, suatu matriks dapat dituliskan sebagai berikut: [ ] [ ] (2.23) 1. Perkalian Matriks Definisi 2.8 (Anton dan Rosses, 2004:28) Jika adalah sebarang matriks dan adalah sebarang skalar, maka adalah matriks yang diperoleh dari perkalian setiap anggota pada matriks dengan bilangan. ( ) ( ) [ ] (2.24) Definisi 2.9 (Anton dan Rosses, 2004:30) Jika adalah matriks dan adalah matriks maka hasilkali adalah matriks yang anggota-anggotanya ditentukan sebagai berikut. Untuk mencari anggota pada baris dan kolom dari, memilih baris dari

9 14 matriks dan kolom dari matriks mengalikan anggota-anggota yang bersesuaian dari baris dan kolom tersebut dan kemudian menjumlahkan hasilkali yang diperoleh. [ ] (2.25) 2. Transpose Matriks Definisi 2.10 (Anton dan Rosses, 2004:36) Jika A adalah sebarang matriks maka transpose A, dinyatakan dengan, didefinisikan sebagai matriks yang didapatkan dengan mempertukarkan baris dan kolom A. ( ) ( ). (2.26) Beberapa sifat transpose matriks: a. (( )), b. ( ), c. ( ), dengan adalah sebarang skalar, d. ( ). 3. Invers matriks Definisi 2.11 (Anton dan Rosses, 2004:46) Jika adalah suatu matriks persegi, dan jika terdapat matriks yang ukurannya sama dengan, sedemikian sehingga, maka dikatakan dapat dibalik (invertible) dan dinamakan sebagai invers (inverse) dari.

10 15 E. Analisis Multivariat 1. Vektor Random dan Matriks Data Multivariat Definisi 2.13 ( Johnson dan Wichreen, 1982:56) Secara umum data sampel analisis multivariat dapat digambarkan dalam bentuk sebagai berikut. Hal ini dilakukan untuk mempermudah penghitungan, maka digunakan bantuan matriks dalam merumuskan masalah analisis. objek -1 objek - 2 objek - i objek - n variabel -1 i n1 variabel - 2 i n2 variabel - 1 j 2 j ij nj j variabel - p 1p 2 p ip np Atau dapat ditulis dalam bentuk matriks dengan n baris dan p kolom sebagai berikut : i n i n2 1 j 2 j ij nj 1p 2 p ip np dengan : data objek ke-i pada variabel ke-j : banyaknya objek : banyaknya variabel Sebagai alternatif dapat juga ditulis ), i 1,2,..., n dan j 1,2,..., p ( ij

11 16 2. Mean dan Variansi Vektor Random Definisi 2.14 (Johnson dan Wichren, 1982:70) Vektor random adalah vektor yang anggotanya adalah variabel random. Sedangkan matriks random adalah matriks yang anggotanya adalah variabel random. Harga harapan dari matriks (vektor) random adalah matriks (vektor) yang terdiri dari harga harapan dari setiap elemennya. Mean dan kovarians vektor random dengan ordo dapat ditulis sebagai matriks yaitu : ( ) [ ( ) ] [ ]. (2.27) ( ) ( )( ) [[ ] ( )] = ( ) ( )( ) ( )( ) ( )( ) ( ) ( )( ) [( )( ) ( )( ) ( ) ] ( ) ( )( ) ( )( ) ( )( ) ( ) ( )( ) [ ( )( ) ( )( ) ( ) ] ( ) [ ]. (2.28) dengan adalah varians ke-. adalah simbol matriks varians kovarians.

12 17 F. Portofolio Dalam dunia ekonomi, return menjadi suatu ukuran untuk menggambarkan perubahan harga. Hal ini membantu investor dalam mengenali pergerakan harga. Return merupakan hasil yang diperoleh dari investasi. Adanya hubungan antara return dan risiko dalam berinvestasi, semakin besar risiko yang ditanggung semakin besar return yang dihasilkan. Return dapat berupa return realisasi yang sudah terjadi di masa yang akan datang. Return dari sekuritas portofolio merupakan rata-rata terboboti sederhana dari return pada sekuritas individu. Bobot yang diberikan untuk setiap return merupakan proporsi dana dari portofolio yang diinvestasikan pada sekuritas tersebut. (2.29) Dengan : = return portofolio = proporsi dana investor yang diinvestasikan pada sekuritas ke- N = banyaknya sekuritas = return sekuritas ke- Expected return portofolio merupakan rata-rata terboboti dari expected return sekuritas individu. Expected return portofolio dapat dinyatakan secara matematis sebagai berikut : ( ) ( ) = ( )

13 18 = ( ) = (2.30) Risiko adalah perbedaan antara hasil yang digarapkan (expexted return) dengan realisasinya. Besarnya risiko portofolio dihitung dengan besarnya variansi portofolio. Semakin besar nilai variansi berarti risiko yang ditanggung juga semakin tinggi. Variansi dari portofolio lebih sulit untuk yang ditentukan dibandingkan dengan harga harapannya. Untuk memudahkan, sebaiknya dimulai dengan mencari variansi portofolio untuk dua sekuritas terlebih dahulu. Variansi dari portofolio P, yang disimbolkan dengan adalah harga harapan dari deviasi kuadrat return pada portofolio yang berasal dari return pada portofolio. G. Standar Capital Asset Pricing Model Kemampuan untuk mengestimasi return saham merupakan hal yang sangat penting dan diperlukan untuk investasi saham. Untuk mengestimasikan return suatu saham diperlukan suatu model estimasi yaitu dengan menggunakan Capital Asset Pricing Model (CAPM). Pada tahun 1964 CAPM dikembangkan oleh sharpe, Litner, dan Mosin Dalimunte (2006:355). CAPM merupakan suatu model yang menghubungkan expected return dari suatu sekuritas berisiko dengan resiko dari sekuritas tersebut pada kondisi pasar yang seimbang,pasar dikatakan seimbang dalam CAPM : 1. Setiap investor bersedia memiliki sekuritas berisiko. 2. Harga pasar pada setiap sekuritas berada pada tingkat permintaan yang sama dengan penawarannya.

14 19 3. Tingkat bunga bebas risiko berada pada tingkat dimana jumlah uang yang dipinjam (borrowing) sama dengan uang yang dipinjamkan (lending). CAPM berdasarkan model markowitz yang masing-masing investor mengasumsikan akan mendiversifikasi portofolionya dan memilih portofolio optimal berdasarkan prefrensi terhadap return dan risiko (Tandelilin, 2001). Secara umum, pembentukan portofolio CAPM berdasarkan sebagai berikut : ( ) (2.31) dengan : : expected return portofolio : return bebas risiko : expected return portofolio pasar. CAPM dikembangkan dengan mengikuti beberapa asumsi (Jogiyanto, 2010: 488) yaitu: 1. Semua investor melakukan pengambilan keputusan investasi berdasarkan pertimbangan antara nilai expected return dan standar deviasi dari portofolio. 2. Semua investor mempunyai harapan yang homogen (homogenous expexctations) terhadap faktor-faktor input yaitu return ekspektasi, varian return, dan kovarians antara return-return sekuritas untuk keputusan portofolio. 3. Semua investor dapat meminjamkan sejumlah dananya (lending) atau meminjam (borrowing) sejumlah dana dengan jumlah dana yang tidak terbatas pada tingkat suku bunga bebas risiko.

15 20 4. Penjualan pendek (short sale) diperkenankan dalam jumlah yang tak terbatas. Asumsi tambahan yang digunakan pada data adalah : 1. Semua sekuritas dapat dipecah-pecah menjadi bagian yang lebih kecil dengan tidak terbatas. 2. Semua sekuritas dapat dijual dan dibeli dipasar dengan cepat (likuid) dengan harga yang berlaku. 3. Tidak terjadi inflasi. 4. Tidak adanya pajak bagi investor. 5. Tidak ada investor yang dapat mempengaruhi harga saham dengan kegiatan penjualan. 6. Pasar modal dalam kondisi seimbang (equilibrum). Semua investor akan memilih portofolio pasar dan portofolio pasar merupakan portofolio aktiva berisiko yang optimal yang berada di efficient frointer. Menurut beberapa ahli, asumsi yang digunakan kurang realistis misalnya tidak ada biaya transaksi, tidak adanya inflasi, tidak ada pajak penghasilan, tetapi berdasarkan pengalaman dalam dunia nyata dari para ahli yang mencoba untuk melepaskan beberapa asumsi yang ada, ternyata hasil yang diperoleh tidak terlampau melenceng dari realita (Elton dan Gruber, 1995). 1. Beta Selain diukur dengan standar deviasi, risiko investasi juga diukur dengan tolak ukur beta. Beta adalah pengukur tingkat risiko sistematik dari suatu sekuritas atau portofolio terhadap risiko pasar. Beta sekuritas menunjukkan

16 21 seberapa besar dan kecil tingkat perubahan return saham dibandingkan dengan return pasar. Sekuritas dengan beta yang tinggi memberikan return yang rendah. Diasumsikan investor hanya memperhatikan return dan risiko, maka karakteristik sekuritas yang mendapat perhatian adalah return dan beta. Return akan meningkat secara linear terhadap kenaikan risiko. Dalam keseimbangan pasar investor memegang portofolio yang terdiri dari sekuritas dengan portofolio pasar, jika risiko sistematik suatu sekuritas sama dengan risiko pasar maka beta portofolio investor sama dengan 1. naik. Untuk sekuritas dengan menujukkan jika return pasar bergerak dikenal sebagai sekuritas agresif kareana sekuritas tersebut bergerak lebih besar daripada return pasar. Jika dikenal sebagai sekuritas difensive karena terus bergerak lebih kecil daripada return pasar. Dalam bursa efek, harga suatu jenis saham dapat dipengaruhi oleh pergerakan harga dari berbagi jenis saham. Pada umumnya, harga saham bergerak naik bersama dan bergerak turun bersama walaupun tidak seluruhnya. Jika sebagian besar naik bersamaan dan sebagian kecil turun bersamaan sementara sebagian lagi tidak berubah, maka indeks pasar menunjukkan kenaikan. Sebaliknya jika sebagian besar turun bersamaan dan sebagian kecil naik bersamaan sementara sebagian lagi tidak berubah, maka indeks pasar menunjukkan penurunan. Beta saham ke-i dihitung menggunakan rumus sebagai berikut: ( ) ( ) (2.32)

17 22 2. Portofolio Optimal dengan Adanya Simpanan dan Pinjaman Bebas Risiko CAPM mengasumsikan investor memperhitungkan risiko dan keuntungan. Semua investor dapat meminjamkan sejumlah dananya (lending) atau meminjam (borrowing) sejumlah dana dengan jumlah yang tidak terbatas pada tingkat suku bunga bebas risiko. Seorang investor akan sangat mungkin membentuk portofolionya dengan sekuritas berisiko dan sekuritas tidak berisiko. Expected return dari kombinasi sekuritas berisiko dan sekuritas tidak berisiko diberikan sebagai berikut : ( ) (2.33) Dengan : : return bebas risiko : expected return portofolio : bobot dari sekuritas Risiko dari kombinasi sekuritas bersiko dan tidak berisiko adalah (( ) (( ) )) (2.34) Dengan adanya sekuritas bebas risiko misalnya Sertifikat Bank Indonesia, investor mempunyai pilihan untuk memasukkan sekuritas bebas risiko kedalam portofolionya. Jika investor menginvestasikan seluruh dananya pada sekuritas bebas risiko maka standar deviasinya sama dengan nol ( ). Persamaan (2.34) dapat dituliskan menjadi:

18 23 [ ] (2.35) Subtitusikan kedalam persamaan (2.35) ( ) ( ) (2.36) M Gambar 2.1 Portofolio optimal dengan adanya simpan pinjam bebas risiko Gambar 2.1 menunjukkan portofolio M memiliki expected return portofolio dan mempunyai return bebas risiko. Portofolio efisien berada disepanjang garis dari sampai titik M. Slope dari garis yang menghubungkan sekuritas bebas risiko dan berisiko adalah expected return portofolio dikurangi sekuritas bebas risiko dibagi dengan standar deviasi, dapat ditulis menjadi (2.37)

19 24 Pada tingkat expected return yang sama perubahan mempengaruhi risiko portofolio. Jika perubahan semakin besar dan perubahan mengecil (tidak terlalu tajam) maka risiko portofolio membesar (tajam) maka risiko portofolio kecil. 3. Portofolio Optimal dengan Short Sale Untuk membentuk portofolio optimal investor dapat meminjamkan (lending) dan meminjam (borrowing) dana pada tingkat bunga bebas risiko dan investor dapat menjual sekuritas yang bukan miliknya atau menjual sekuritas dari broker (short sale). Portofolio yang optimal didapatkan dengan mencari slope terbesar sehingga diperoleh dengan: Memaksimumkan (2.38) Pada kendala (2.39) Langkah pertama adalah menjabarkan expected return portofolio ( ). Diasumsikan saham ke- sampai ke- diinvestasikan pada long investasi dan saham ke- sampai ke- diinvestasikan pada short sale, maka: ( ) (2.40) Langkah kedua menjabarkan return bebas risiko ( ). Diasumsikan investor mempunyai sejumlah dana untuk diinvestasikan dengan short sale. Total dana yang diinvestasikan oleh investor yang melibatkan short sale akan diinvestasikan pada long investasi dan short sale. Jika kendala short sale adalah

20 25 dan proporsi dana yang diinvestasikan pada short sale adalah maka kendala pada short sale menggunakan batasan dari definisi litner (Elton dan Gruber, 2003:111), sehingga persamaannya sebagai berikut: (2.41) Karena dapat ditulis dengan maka dapat dijabarkan sebagai berikut:, dengan menggunakan persamaan (2.41) maka (2.42) Sehingga adalah [ ] [ ] ( ) ( ) (2.43) Dengan adanya asumsi short sale pada pembentukan portofolio maka pada persamaan (2.38) dapat ditulis: ( ) ( ) (2.44) Di pasar saham investor dapat menjual sekuritas dan dapat menjual sekuritas yang bukan miliknya atau investor menjual sekuritas dari broker. Proses ini disebut short sale. Proses ini mengambil posisi negatif pada portofolio.

21 26 Dengan adanya short sale tingkat expected return menjadi tidak terbatas. Short sale merupakan ide untuk menjual sekarang dengan harga yang lebih mahal dan membeli dengan harga murah nantinya. 4. Pembobotan CAPM Bobot dari portofolio diperoleh dengan menurunkan pada persamaan (2.44) terhadap dan disamadengankan nol ( ) ( ) ( ( )) ( ) ( ) Ambil k, - ( ) ( ) ( ( )) ( ) ( ) Kedua ruas dikalikan dengan ( ) sehingga ( ) ( ) ( ( )) ( ) (2.45)

22 27 Persamaan (2.45) dapat dituliskan menjadi ( ) ( ( )) ( ) Definisikan dengan ( ) ( ) ( ) (2.46) (2.47) Persamaan (2.46) dapat dituliskan menjadi ( ) ( ) (2.48) Persamaan (2.48) dapat dijabarkan sebagai berikut: ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) Dalam bentuk matriks dapat dituliskan sebagai berikut ( ) ( ) ( ) [( )] [ ] [ ]

23 28 ( ) ( ) ( ) [( )] [ ] [ ] Diasumsikan dengan (2.49) ( ) ( ) ( ) [( )] [ ] [ ] Total proporsi yang diinvestasikan investor pada N sekuritas adalah sama dengan 1. Dengan adalah proporsi sekuritas ke-i yang diinvestasikan dalam portofolio yang terdiri dari N sekuritas maka persamaanya adalah (2.50) (2.51) Subtitusikan λ pada persamaan (2.51) kedalam persamaan (2.49) (2.52) Persamaan (2.52) adalah rumus untuk menghitung pembobotan CAPM

24 29 5. Penjabaran CAPM Diasumsikan bahwa investor dapat meminjamkan dana (lending) atau meminjam (borrowing) sejumlah dana dengan jumlah yang tidak terbatas pada tingkat suku bunga bebas risiko maka investor dapat menjual sekuritas yang bukan miliknya sehingga dapat dinyatakan dalam persamaan: ( ) ( ) (2.53) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) (.( ( ))( ( ))/) (.( ( ))( ( ))/) (.( ( ))( ( ))/) (.( ( ))( ( ))/) (2.54) ( ) [( ( ))], ( ( )) ( ( )) Persamaan (2.55) dapat dituliskan sebagai berikut: ( ( )) ( ( ))- (2.55) ( ) [( ( ))] [ ( ( ))] [( ( ))], - (2.56)

25 30 Dalam keseimbangan pasar semua investor mempunyai harapan yang sama terhadap return dan risiko serta menghadapi effisient frontier yang sama. Portofolio pasar dibentuk oleh semua investor di pasar. Expected return portofolio pasar adalah rata-rata tertimbang dari expected return portofolio yang dipegang oleh semua investor. Proporsi saham dalam portofolio setiap investor sama dengan proporsi sekuritas di pasar. Sehingga return untuk portofolio pasar dapat ditulis sebagai berikut : sehingga ( ) ( ( )).( ( ))/ (2.57) ( ) ( ) (2.58) Diasumsikan bahwa semua investor memiliki expektasi yang sama (homogenous expectations) maka semua investor akan memilih portofolio optimal yang sama. Portofolio optimal investor terdiri dari semua sekuritas dengan proporsi yang sama dengan portofolio pasar sehingga didefinisikan : adalah return pasar. [ ( ( ))] adalah standar deviasi dari return pasar. [( ( ))] adalah standar deviasi dari return sekuritas ke-k. [( ( )) ( ( ))] adalah kovarians antara return sekuritas ke-k dengan return pasar. Persamaan tersebut berlaku untuk semua nilai dan berlaku untuk portofolio pasar, sehingga persamaanya menjadi: ( ) ( ) (2.59)

26 31 ( ) (2.60) Dengan λ pada persamaan (2.60) subtitusikan kedalam persamaan (2.58) sehingga diperoleh persamaan: ( ) ( ) ( ) (2.61) ( ) ( ) (2.62) Jika ( ) ( ) maka persamaan (2.63) dapat ditulis sebagai berikut: ( ) (2.63) Persamaan (2.63) merupakan expected return model CAPM. H. Pasar Modal Pasar modal dapat didefinisikan sebagai pasar untuk berbagai instrument keuangan (sekuritas) jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik dalam bentuk hutang maupun modal sendiri, baik yang diterbitkan pemerintah maupun perusahaan swasta. (Husnan, 2003:3). Pasar modal merupakan pasar untuk surat berharga jangka panjang, maka pasar uang (money market) merupakan pasar surat berharga jangka pendek. Dengan demikian, pasar modal maupun pasar uang merupakan bagian dari pasar keuangan (financial market). Jika di pasar modal diperjualbelikan instrument keuangan seperti saham, obligasi konvertibel, waran, right, dan berbagai turunan (derivatif), maka di pasar uang diperjualbelikan antara lain Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dan Surat Berharga Pasar Uang (SBPU), Commercial Paper.

27 32 Pasar modal memiliki peranan yang sangat besar bagi perekonomian suatu Negara, karena pasar modal menjalankan dua fungsi sekaligus, yaitu fungsi ekonomi dan keuangan (Husan, 2003:4). Fungsi ekonomi dari pasar modal yaitu pasar menyediakan fasilitas atau sebagai wahana yang mempertemukan dua kepentingan, yaitu pihak yang memiliki kelebihan dana (investor), dan pihak yang membutuhkan dana (issuer). Pihak yang memiliki kelebihan dana dapat menginvestasikan dana tersebut dengan harapan memperoleh keuntungan (return). Sedangkan pihak yang membutuhkan dana, dalam hal ini perusahaan dapat memanfaatkan dana tersebut untuk kepentingan investasi tanpa harus menunggu tersedianya dana dari operasi perusahaan. Fungsi keuangan dari pasar modal yaitu pasar memberikan kemungkinan dan kesempatan untuk memperoleh imbalan (return) bagi pemilik dana, sesuai dengan karakteristik investasi yang dipilih. Dengan adanya pasar modal diharapkan aktivitas perekonomian menjadi meningkat karena pasar modal merupakan alternatif pendanaan bagi perusahaan sehingga perusahaan diharapkan dapat beroperasi dengan skala yang lebih besar dan pada giliranya akan meningkatkan pendapatan perusahaan dan kemakmuran masyarakat luas. I. Sekuritas di Pasar Modal 1. Saham Dari sekian banyak jenis-jenis surat berharga yang diperdagangkan di pasar modal, saham biasa (common stock) adalah yang paling dikenal masyarakat. Saham adalah tanda bukti kepemilikan atas suatu perusahaan. Wujud dari saham

28 33 adalah selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemilik perusahaan yang menerbitkan kertas tersebut. Saham ada dua macam yaitu saham preferen (preferent stock) dan saham biasa (common stock). Saham preferen adalah jenis saham yang memiliki hak terlebih dahulu untuk menerima laba dan memiliki hak laba komulatif. Hak komulatif adalah hak untuk mendapatkan laba yang tidak dibagikan pada satu tahun yang mengalami kerugian, tetapi akan dibayarkan pada tahun mengalami keuntungan, sehingga saham preferen akan dibayarkan dua kali. Saham preferen merupakan saham yang memiliki karakteristik gabungan dari saham biasa dan saham obligasi (bond), sebab saham preferen memberikan hasil yang tetap berupa dividen seperti obligasi yang membayarkan bunga atas pinjaman, dan seperti saham biasa dalam hal likuidasi karena saham preferen dibawah klaim pemegang obligasi. Saham preferen mempunyai hak-hak prioritas lebih besar dari pada saham biasa. Jika perusahaan hanya mengeluarkan satu kelas saham saja, maka saham ini disebut saham biasa. 2. Obligasi Obligasi adalah tanda bukti perusahaan memiliki utang jangka panjang kepada masyarakat yaitu diatas 3 tahun. Pihak yang membeli obligasi disebut pemegang obligasi dan pemegang obligasi akan menerima kupon sebagai pendapatan dari obligasi yang ditawarkan.

29 34 J. Saham Konvesional dan Saham Syariah 1. Saham Konvensional Tanda penyertaan atau kepemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan atau perusahaan terbatas. Saham konvensioanal tidak memperhatikan apakah transaksi tersebut berbentuk spekulatif atau tidak dan juga dengan instrumen yang ditransaksikan tidak melihat apakah sesuai dengan syariat atau tidak. Investasi yang dilakukan bebas pada seluruh investor dan didasarkan pada prinsip bunga. 2. Saham Syariah Saham merupakan surat berharga bukti penyertaan modal kepada perusahaan dan dengan bukti penyertaan tersebut pemegang saham memiliki hak untuk mendapat bagian hasil dari usaha perusahaan tersebut. Dalam hukum syariah, pembagian hasil tidak bertentangan dengan prinsip syariah. Tidak semua saham yang diterbitkan oleh emiten dan perusahaan publik dapat disebut saham syariah. Syarat suatu saham yang dikeluarkan oleh suatu perusahaan dapat dikatakan syariah adalah dilihat dari jenis usaha, produk barang, jasa yang diberikan dan akad serta cara pengolahan perusahaan yang mengeluarkan saham (emiten) atau perusahaan publik yang menerbitkan saham syariah tidak boleh bertentangan dengan prinsip-prinsip syariah. Jenis usaha yang bertentangan dengan prinsip-prinsip syariah yaitu perjudian, lembaga keuangan konvensional (riba), perusahaan yang memproduksi makanan dan minuman yang haram, dan

30 35 perusahaan yang menyediakan jasa atau barang yang dapat merusak moral dan bersifat mudharat. Emiten atau perusahaan yang menerbitkan saham syariah wajib untuk menandatangani dan memenuhi ketentuan akad yang sesuai dengan syariah atas saham syariah yang diekeluarkan dan emiten yang menerbitkan saham syariah tersebut wajib menjamin bahwa kegiatan usahanya memenuhi prinsip-prinsip syariah dan memiliki syariah compliance officer (fatwa DSN No 40/2003). Fungsi dan manfaat saham syariah adalah : a. Memungkinkan bagi masyarakat berpartisipasi dalam kegiatan bisnis dengan memperoleh bagian dari keuntungan dan risikonya. b. Memungkinkan pemegang saham menjual sahamnya guna mendapat likuiditas. c. Memungkinkan perusahaan meningkatkan modal dari luar utnuk membangun dan mengembangkan lini produksinya. d. Memisahkan operasi kegiatan bisnis dari fluktuasi jangka pandek pada harga saham yang merupakan ciri umum pada pasar konvensional. Produk syariah di psar modal antara lain berupa surat berharga dan efek. Berdasarkan Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal (UUPM). Efek adalah surat berharga, yaitu surat pengakuan utang, surat berharga komersial, saham, obligasi, dan tanda bukti utang. Unit penyertaan kontrak investasi kolektif, kontrak berjangka panjang atas efek, dan setiap derivatif dari efek. Sejalan dengan definisi tersebut, maka produk syariah yang berupa efek harus tidak bertentangan dengan prinsip syariah. Oleh karena itu efek dikatakan

31 36 sebagai efek syariah. Efek syariah yang telah diterbitkan di pasar modal Indonesia meliputi Saham Syariah, Sukuk, dan Unit Penyertaan dari Reksa Dana Syariah. K. Risiko Investasi Portofolio keuangan dapat diartikan sebagai investasi dalam berbagai instrumen keuangan yang dapat diperdagangkan di bursa efek dan pasar uang dengan tujuan meyebarkan sumber perolehan return dan kemungkinan risiko. Instrumen keuangan dimaksud meliputi saham, obligasi valuta asing, deposito, indeks harga saham, dan produk derivatif lainya. Risiko adalah kerugian yang tidak diharapkan. Return investasi dapat berupa dividen tunai, kupon, capital gain (loss), dan bunga. Sedangkan risiko investasi di antaranya (Halim, 2003: 47) 1. Risiko bisnis (business risk) yaitu risiko yang disebabkan oleh tantangan bisnis yang dihadapi perusahaan akibat tingkat persaingan makin ketat, perubahan peraturan pemerintah, maupun claim dari masyarakat terhadap perusahaan karena merusak lingkungan. 2. Risiko likuiditas (liquidity risk), risiko ini berkaitan dengan kemampuan saham untuk dapat segera diperjualbelikan tanpa mengalami kerugian. 3. Risiko tingkat bunga (interest rate risk), merupakan risiko yang timbul akibat perubahan tingkat bunga yang berlaku di pasar. 4. Risiko pasar (market risk), merupakan risiko yang timbul akibat kondisi perekonomian negara yang berubah-ubah.

32 37 5. Risiko inflansi (inflantion risk), merupakan risiko yang disebabkan oleh menurunnya daya beli masyarakat sebagai akibat dari kenaikan harga barangbarang secara umum. 6. Risiko mata uang (currency risk), merupakan risiko yang timbul akibat pengaruh perubahan nilai mata uang domestik (misalnya rupiah) dengan mata uang negara lain (misalnya dolar Amerika). Alat statistika yang digunakan sebagai ukuran risiko adalah varians atau standart deviasi. Semakin besar varians, berarti semakin besar risikonya. Untuk mengurangi risiko investasi, investor harus mengenali jenis investasi. Jenis risiko ini dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu risiko sistematis (systematic risk) dan risiko tidak sistematis (unsystematic risk). Apabila risiko sistematis muncul dan terjadi, maka semua jenis saham akan terkena dampaknya sehingga investasi dalam satu jenis saham atau lebih tidak mengurangi kerugian. Risiko tidak sistematis hanya berdampak terhadap suatu saham atau sektor tertentu. Apabila dikaitkan dengan preferensi investor terhadap risiko, maka risiko dibedakan menjadi tiga (Halim, 2003:38) yaitu : 1. Investor yang suka terhadap risiko (risk averse) 2. Investor yang netral terhadap risiko (risk neutrality) 3. Investor yang tidak suka terhadap risiko (risk averter) Investor yang suka terhadap risiko (risk averse) merupakan investor yang apabila dihadapkan pada dua pilihan investasi yang memberikan tingkat pengembalian yang sama dengan risiko yang berbeda, maka investor akan lebih suka mengambil investasi dengan risiko yang lebih besar. Biasanya investor jenis

33 38 ini bersikap agresif dalam mengambil keputusan investasi. Investor yang netral terhadap risiko (risk neutrality) merupakan investor yang akan meminta kenaikan tingkat pengembalian yang sama untuk setiap kenaikan risiko. Investor jenis ini umumnya cukup fleksibel dan bersikap hati-hati dalam mengambil keputusan investasi. Investor yang tidak suka terhadap risiko (risk averter) merupakan investor yang apabila dihadapkan pada dua pilihan investasi yang memberikan tingkat pengembalian yang sama dengan risiko yang berbeda, maka investor akan lebih suka mengambil investasi dengan risiko yang lebih kecil. Biasanya investor jenis ini cenderung selalu mempertimbangkan secara matang dan terencana atas keputusan investasinya. L. Indeks Saham Harga Gabungan (IHSG) Indeks harga saham gabungan (IHSG) adalah suatu indeks di bursa efek Indonesia yang meliputi pergerakan semua harga saham baik yang saham biasa maupun saham preferen. IHSG berubah setiap hari karena adanya perubahan harga pasar yang terjadi setiap hari dan adanya saham tambahan. Perubahan IHSG tidak berarti semua saham mengalami kenaikan harga, tetapi sebagian yang mengalami kenaikan sementara sebagian mengalami penurunan. Jika suatu saham mengalami kenaikan harga dan IHSG juga mengalami kenaikan maka saham tersebut mempunyai korelasi positif terhadap kenaikan IHSG. Jika harga saham mengalami kenaikan tetapi IHSG mengalami penurunan maka saham tersebut mempunyai korelasi negatif dengan IHSG. Pengetahuan mengenai korelasi antara

34 39 perubahan harga saham dan perubahan indeks harga pasar (IHSG atau LQ-45) digunakan untuk menghitung risiko dari saham terhadap risiko pasar atau disebut dengan beta saham ( ). (Samsul, 2006:186). IHSG dikenalkan pada tanggal 1 April 1983 dengan landasan dasar 10 Agustus Pada waktu itu, indeks ini hanya terdiri dari 13 saham saja. Rumus untuk menghitung IHSG adalah 0 1 (2.64) dimana adalah indeks harga saham gabungan ke-. Nilai pasar adalah rata-rata tertimbang nilai pasar (jumlah lembar tercatat di bursa dikalikan dengan harga pasar perlembarnya) dari saham umum dan saham preferen pada hari ke-. Nilai dasar adalah sama dengan nilai dasar sama dengan nilai pasar tetapi dimulai dari tanggal 10 Agustus Rumus untuk menyesuaikan nilai dasar adalah 0 1 (2.65) dimana: adalah nilai dasar baru yang disesuaikan. adalah nilai pasar lama. adalah nilai pasar tambahan saham. adalah nilai dasar lama.

35 40 Sedangkan rumus untuk menghitung tingkat keuntungan pasar adalah (2.66) dimana : adalah tingkat keuntungan pasar pada hari ke t dimana ukuran yang dipakai adalah return IHSG. M. Indeks LQ-45 Indeks LQ-45 terdiri dari 45 saham dengan likuiditas tinggi, yang diseleksi melalui beberapa kriteria pemilihan. Selain penilaian likuiditas, seleksi atas saham-saham tersebut mempertimbangkan kapitalisasi pasar. Pertimbanganpertimbangan yang mendasari pemilihan saham yang masuk di LQ-45 adalah likuiditas dan kapitalisasi pasar dengan kiteria sebagai berikut : a. Selama 12 bulan terakhir, rata- rata transaksi sahamnya masuk dalam urutan 60 terbesar pasar regular. b. Selama 12 bulan terakhir, rata-rata nilai kapitalisasi pasarnya masuk dalam urutan 60 terbesar di pasar regular. c. Telah tercatat di BEI paling tidak selama 3 bulan. LQ-45 diperbarui tiap 6 bulan sekali, yaitu pada awal bulan Februari dan Agustus. N. Jakarta Islamic Index Jakarta Islamic Index atau biasa disebut JII adalah salah satu indeks saham yang ada di Indonesia yang menghitung index harga rata-rata saham untuk jenis

36 41 saham-saham yang memenuhi kriteria syariah. Pembentukan JII tidak lepas dari kerja sama antara Pasar Modal Indonesia (dalam hal ini PT Bursa Efek Jakarta) dengan PT Danareksa Invesment Management (PT DIM). JII telah dikembangkan sejak tanggal 3 Juli Pembentukan instrumen syariah ini untuk mendukung pembentukan Pasar Modal Syariah yang kemudian diluncurkan di Jakarta pada tanggal 14 Maret Mekanisme Pasar Modal Syariah meniru pola serupa di Malaysia yang digabungkan dengan bursa konvensional seperti Bursa Efek Indonesia. Setiap periodenya, saham yang masuk JII berjumlah 30 (tiga puluh) saham yang memenuhi kriteria syariah. JII menggunakan hari dasar tanggal 1 Januari 1995 dengan nilai dasar 100. Tujuan pembentukan JII adalah untuk meningkatkan kepercayaan investor untuk melakukan investasi pada saham berbasis syariah dan memberikan manfaat bagi pemodal dalam menjalankan syariah Islam untuk melakukan investasi di bursa efek. JII juga diharapkan dapat mendukung proses transparansi dan akuntabilitas saham berbasis syariah di Indonesia. JII menjadi jawaban atas keinginan investor yang ingin berinvestasi sesuai syariah. Dengan kata lain, JII menjadi pemandu bagi investor yang ingin menanamkan dananya secara syariah tanpa takut tercampur dengan dana ribawi. Selain itu, JII menjadi tolak ukur kinerja (benchmark) dalam memilih portofolio saham yang hallal. O. Sertifikat Bank Indonesia Dalam UU no. 13 Tahun 1968 tentang Bank Sentral, salah satu tugas Bank Indonesia (BI) adalah sebagai otoritas moneter adalah membantu pemerintah

37 42 dalam mengatur, menjaga, dan memelihara kestabilan nilai tukar rupiah. BI mengunakan beberapa piranti moneter dalam melaksanakan tugasnya, yaitu Giro Wajib Minimum (Reserve Requirement), Fasilitas, Diskonto, Himbauan Moral, dan Operasi Pasar Terbuka, BI dapat melakukan transaksi jual beli surat berharga termasuk Sertifikat Bank Indonesia (SBI). SBI adalah surat utang berharga dalam rupiah yang diterbitkan BI sebagai pengakuan hutang berjangka panjang waktu pendek dengan sistem diskonto. Sertifikat Bank Indonesia merupakan sekuritas bebas risiko, karena keuntungan yang akan diterima lebih besar dari nol dan tidak mengandung risiko. Sebagai otoritas moneter, BI berkewajiban memelihara kestabilan nilai rupiah. Jumlah uang primer (uang kartal dan uang giral) di BI yang berlebihan dapat mengurangi kestabilan uang primer tersebut.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Di era globalisasi ini, perkembangan perusahaan go public semakin pesat. Saham-saham diperdagangkan untuk menarik para investor menanamkan modal pada

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. ingin memperoleh dana tambahan untuk operasional perusahaan serta

I. PENDAHULUAN. ingin memperoleh dana tambahan untuk operasional perusahaan serta I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal menjadi alternatif bagi investor yang ingin menanamkan modalnya dengan harapan mendapatkan keuntungan dan menjadi fasilitas bagi emiten yang ingin memperoleh

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. informasi mengenai investasi dan deregulasi pemerintah sehingga meningkatkan

BAB 1 PENDAHULUAN. informasi mengenai investasi dan deregulasi pemerintah sehingga meningkatkan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan kegiatan investasi saat ini telah mengalami kemajuan yang sangat pesat. Hal tersebut didukung dengan kemudahan untuk mendapatkan informasi mengenai

Lebih terperinci

APLIKASI METODE JENSEN PADA SELEKSI SAHAM UNTUK PEMBENTUKAN PORTOFOLIO SKRIPSI

APLIKASI METODE JENSEN PADA SELEKSI SAHAM UNTUK PEMBENTUKAN PORTOFOLIO SKRIPSI APLIKASI METODE JENSEN PADA SELEKSI SAHAM UNTUK PEMBENTUKAN PORTOFOLIO SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Yogyakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan di

BAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan di masa yang akan datang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Definisi Indeks LQ Kriteria Indeks LQ45

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Definisi Indeks LQ Kriteria Indeks LQ45 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 1.1.1 Definisi Indeks LQ45 Pasar modal di Indonesia masih tergolong pasar modal yang transaksinya tipis (thin market), yaitu pasar modal yang sebagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan dengan ditandai semakin maraknya kegiatan investasi di Pasar

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan dengan ditandai semakin maraknya kegiatan investasi di Pasar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dan keberadaan isu globalisasi tidak dapat di elakkan lagi. Hal itu dapat kita lihat dampaknya pada perkembangan perekonomian dunia yang semakin

Lebih terperinci

PENGUKURAN VALUE AT RISK PADA PORTOFOLIO SAHAM DENGAN METODE SIMULASI BOOTSTRAPPING

PENGUKURAN VALUE AT RISK PADA PORTOFOLIO SAHAM DENGAN METODE SIMULASI BOOTSTRAPPING PENGUKURAN VALUE AT RISK PADA PORTOFOLIO SAHAM DENGAN METODE SIMULASI BOOTSTRAPPING SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Yogyakarta untuk memenuhi sebagian

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Undang-undang Pasar Modal nomor 8 Tahun 1995 pasal 1, ayat (27):

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Undang-undang Pasar Modal nomor 8 Tahun 1995 pasal 1, ayat (27): II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Reksadana Menurut Undang-undang Pasar Modal nomor 8 Tahun 1995 pasal 1, ayat (27): Reksadana adalah wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. long-trem financial assets (Sartono, 2008). Salah satu kegiatan pasar modal

BAB I PENDAHULUAN. long-trem financial assets (Sartono, 2008). Salah satu kegiatan pasar modal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal adalah tempat terjadinya transaksi aset keuangan jangka panjang atau long-trem financial assets (Sartono, 2008). Salah satu kegiatan pasar modal seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini berisikan latar belakang, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, batasan masalah, dan sistematika penulisan laporan.

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini berisikan latar belakang, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, batasan masalah, dan sistematika penulisan laporan. BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisikan latar belakang, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, batasan masalah, dan sistematika penulisan laporan. 1.1 Latar Belakang Pasar Modal merupakan sebuah organisasi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. untuk mendukung pembahasan pada bab-bab berikutnya, yaitu variable

BAB II KAJIAN TEORI. untuk mendukung pembahasan pada bab-bab berikutnya, yaitu variable BAB II KAJIAN TEORI Pada bab II ini akan dibahas tentang materi dasar yang digunakan untuk mendukung pembahasan pada bab-bab berikutnya, yaitu variable random, ekspektasi, varians dan kovarians, distribusi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Adapun penelitian mengenai CAPM salah satunya penelitian yang dilakukan oleh Dewi Irawati (2010) melakukan penelitian yang berjudul Analisis Metode CAPM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pihak yang akan menginvestasikan dananya (investor). Prinsip-prinsip

BAB I PENDAHULUAN. pihak yang akan menginvestasikan dananya (investor). Prinsip-prinsip BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pasar modal Indonesia sebagai lembaga keuangan selain perbankan keberadaannya dapat dijadikan tempat untuk mencari sumber dana baru dengan tugasnya sebagai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 2010:26), dengan adanya pasar modal (capital market), investor sebagai pihak

BAB 1 PENDAHULUAN. 2010:26), dengan adanya pasar modal (capital market), investor sebagai pihak 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi sebagai alat ukur dalam menganalisa seberapa besar perkembangan perekonomian di suatu negara. Selain meningkatkan pertumbuhan ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Banyak cara yang dapat dilakukan investor dalam melakukan investasi,

BAB I PENDAHULUAN. Banyak cara yang dapat dilakukan investor dalam melakukan investasi, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang penelitian Banyak cara yang dapat dilakukan investor dalam melakukan investasi, salah satunya adalah dengan melakukan investasi di Pasar Modal. Dalam hal ini Pasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tinjuan Umum Terhadap Objek Studi Gambaran Umum LQ Kriteria Pemilihan Saham LQ45

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tinjuan Umum Terhadap Objek Studi Gambaran Umum LQ Kriteria Pemilihan Saham LQ45 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tinjuan Umum Terhadap Objek Studi 1.1.1 Gambaran Umum LQ45 Indeks LQ45 terdiri dari 45 saham dengan likuiditas (liquidity) tinggi yang diseleksi melalui beberapa kriteria pemilihan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sejumlah saham kepada public di pasar modal atau go public. Selain untuk

BAB I PENDAHULUAN. sejumlah saham kepada public di pasar modal atau go public. Selain untuk BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu akibat dari persaingan bisnis yang semakin ketat adalah perusahaan harus mencari sumber modal lebih untuk mendanai kegiatan ekspansinya.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Investasi. cukup, pengalaman, serta naluri bisnis untuk menganalisis efek-efek mana yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Investasi. cukup, pengalaman, serta naluri bisnis untuk menganalisis efek-efek mana yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Investasi Investasi pada hakikatnya merupakan penempatan sejumlah dana pada saat ini dengan harapan untuk memperoleh keuntungan di masa mendatang (Halim, 2005:4). Untuk melakukan

Lebih terperinci

BAB 3 OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN. Secara Umum reksa dana syariah dan reksa dana konvesional tidak jauh

BAB 3 OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN. Secara Umum reksa dana syariah dan reksa dana konvesional tidak jauh BAB 3 OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian 3.1.1 Pengertian Reksa Dana Syariah Secara Umum reksa dana syariah dan reksa dana konvesional tidak jauh berbeda, namun secara fundamental terdapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berupa capital gain. Menurut Indriyo Gitosudarmo dan Basri (2002: 133),

BAB I PENDAHULUAN. berupa capital gain. Menurut Indriyo Gitosudarmo dan Basri (2002: 133), BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kondisi perekenomian yang tidak stabil dan sulit diprediksi sangat berpengaruh terhadap perkembangan dunia bisnis dewasa ini. Kondisi tersebut bisa menyebabkan penurunan

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN. yang menghitung indeks harga rata rata saham untuk jenis saham saham yang

BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN. yang menghitung indeks harga rata rata saham untuk jenis saham saham yang 12 BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Singkat Jakarta Islamic Indeks Jakarta Islamic Index adalah salah satu indeks saham yang ada di Indonesia yang menghitung indeks harga rata rata saham untuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. investasi adalah pemahaman hubungan antara return yang diharapkan dan. return yang diharapkan. (Tandelilin, 2001 : 3)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. investasi adalah pemahaman hubungan antara return yang diharapkan dan. return yang diharapkan. (Tandelilin, 2001 : 3) BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Investasi Investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumberdaya lainnya yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan di masa datang. Hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. datang. (Tandelilin, 2010:2). Investasi merupakan Penundaan konsumsi sekarang

BAB I PENDAHULUAN. datang. (Tandelilin, 2010:2). Investasi merupakan Penundaan konsumsi sekarang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan di masa datang.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 9 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Lingkungan Investasi 2.1.1 Pengertian Investasi Lingkungan investasi meliputi berbagai jenis sekuritas atau efek yang ada, di mana dan bagaimana mereka diperjualbelikan. Proses

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kegiatan investasi mempunyai peranan yang sangat penting dalam. kemajuan perekonomian suatu negara. Krisis moneter pada tahun 1997

I. PENDAHULUAN. Kegiatan investasi mempunyai peranan yang sangat penting dalam. kemajuan perekonomian suatu negara. Krisis moneter pada tahun 1997 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kegiatan investasi mempunyai peranan yang sangat penting dalam kemajuan perekonomian suatu negara. Krisis moneter pada tahun 1997 mengakibatkan kondisi perekonomian Indonesia

Lebih terperinci

BAB III PORTOFOLIO OPTIMAL. Capital assets pricing model dipelopori oleh Treynor, Sharpe, Lintner

BAB III PORTOFOLIO OPTIMAL. Capital assets pricing model dipelopori oleh Treynor, Sharpe, Lintner BAB III PORTOFOLIO OPTIMAL 3.1 Capital Asset Pricing Model Capital assets pricing model dipelopori oleh Treynor, Sharpe, Lintner dan Mossin pada tahun 1964 hingga 1966. Capital assets pricing model merupakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. memfasilitasi jual-beli sekuritas yang umumnya berumur lebih dari satu tahun,

BAB 1 PENDAHULUAN. memfasilitasi jual-beli sekuritas yang umumnya berumur lebih dari satu tahun, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan ekonomi secara keseluruhan dapat dilihat dari perkembangan pasar modal dan industri sekuritas pada suatu negara. Pasar modal memiliki peranan penting

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dalam waktu dua tahun atau lebih secara bertahap. Secara umum investasi dikenal

I. PENDAHULUAN. dalam waktu dua tahun atau lebih secara bertahap. Secara umum investasi dikenal I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Investasi merupakan pengeluaran modal saat ini, untuk mendapatkan keuntungan dalam waktu dua tahun atau lebih secara bertahap. Secara umum investasi dikenal sebagai kegiatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Investasi menurut Bodie (2005) adalah suatu komitmen terhadap dana

I. PENDAHULUAN. Investasi menurut Bodie (2005) adalah suatu komitmen terhadap dana I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Investasi menurut Bodie (2005) adalah suatu komitmen terhadap dana tertentu yang ditanamkan pada periode waktu tertentu dengan tujuan untuk mendapatkan pembayaran di kemudian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. bidang ekonomi pada umumnya dan di bidang investasi khususnya. Investasi

I. PENDAHULUAN. bidang ekonomi pada umumnya dan di bidang investasi khususnya. Investasi I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi yang cukup pesat telah mengubah pola pikir masyarakat di bidang ekonomi pada umumnya dan di bidang investasi khususnya. Investasi dapat dilakukan baik

Lebih terperinci

2. LANDASAN TEORI. Pada dasarnya, pasar modal ( capital market ) merupakan pasar untuk

2. LANDASAN TEORI. Pada dasarnya, pasar modal ( capital market ) merupakan pasar untuk 2. LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Pasar Modal Dan Surat Berharga Pada dasarnya, pasar modal ( capital market ) merupakan pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. investor. Para investor yang menginvestasikan dananya, pasti akan. mengharapkan return (tingkat pengembalian) berupa capital gain, dan

I. PENDAHULUAN. investor. Para investor yang menginvestasikan dananya, pasti akan. mengharapkan return (tingkat pengembalian) berupa capital gain, dan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Investasi merupakan salah satu kegiatan yang sangat menarik bagi seorang investor. Para investor yang menginvestasikan dananya, pasti akan mengharapkan return

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kegiatan investasi dilakukan oleh para pemilik dana, yang bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kegiatan investasi dilakukan oleh para pemilik dana, yang bertujuan untuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kegiatan investasi dilakukan oleh para pemilik dana, yang bertujuan untuk mendapatkan sejumlah keuntungan atau laba dalam jumlah tertentu. Pemilik dana pada

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. reksadana pertama oleh PT. BDNI Reksadana. Pengesahan Undang-Undang. sebagai salah satu instrument investasi di Indonesia.

I. PENDAHULUAN. reksadana pertama oleh PT. BDNI Reksadana. Pengesahan Undang-Undang. sebagai salah satu instrument investasi di Indonesia. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Reksadana di Indonesia mulai dikembangkan sejak tahun 1995, dengan penerbitan reksadana pertama oleh PT. BDNI Reksadana. Pengesahan Undang-Undang Nomor 8 Tahun

Lebih terperinci

TEORI INVESTASI DAN PORTFOLIO MATERI 4.

TEORI INVESTASI DAN PORTFOLIO MATERI 4. TEORI INVESTASI DAN PORTFOLIO MATERI 4 KONSEP DASAR 2/40 Ada tiga konsep dasar yang perlu diketahui untuk memahami pembentukan portofolio optimal, yaitu: portofolio efisien dan portofolio optimal fungsi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek. Pasar modal merupakan tempat

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek. Pasar modal merupakan tempat 23 BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1. Pasar Modal 1. Pengertian Pasar Modal Menurut UU No 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, pengertian pasar modal adalah kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. umumnya lebih dari 1 (satu) tahun (Samsul 2006: 43). Pasar modal

BAB I PENDAHULUAN. umumnya lebih dari 1 (satu) tahun (Samsul 2006: 43). Pasar modal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal adalah tempat atau sarana bertemunya antara permintaan dan penawaran atas instrumen keuangan jangka panjang, umumnya lebih dari 1 (satu) tahun (Samsul 2006:

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) merupakan indeks saham yang mencerminkan keseluruhan saham syariah yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini diperlukan peranan pasar modal sebagai suatu wadah untuk memobilisasi. dana masyarakat selain lembaga keuangan.

BAB I PENDAHULUAN. ini diperlukan peranan pasar modal sebagai suatu wadah untuk memobilisasi. dana masyarakat selain lembaga keuangan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator keberhasilan suatu negara. Untuk mencapai pertumbuhan ekonomi tersebut, salah satu hal yang harus dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. telah memiliki perubahan pola pikir tentang uang dan pengalokasiannya. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. telah memiliki perubahan pola pikir tentang uang dan pengalokasiannya. Hal ini BAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Sebuah negara yang memiliki keuangan yang kuat dan modern, berarti telah memiliki perubahan pola pikir tentang uang dan pengalokasiannya. Hal ini menjadi sangat di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pasar modal yang semakin berkembang dan meningkatnya keinginan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. pasar modal yang semakin berkembang dan meningkatnya keinginan masyarakat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal Indonesia dalam beberapa tahun terakhir telah menjadi perhatian banyak pihak, khususnya masyarakat bisnis. Hal ini disebabkan oleh kegiatan pasar modal

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan investasi di suatu negara akan dipengaruhi oleh pertumbuhan

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan investasi di suatu negara akan dipengaruhi oleh pertumbuhan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan investasi di suatu negara akan dipengaruhi oleh pertumbuhan ekonomi negara tersebut. Semakin baik tingkat perekonomian suatu negara, maka semakin baik pula

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. bagi keuntungan masa depan, dengan demikian maka pengertian investasi dapat

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. bagi keuntungan masa depan, dengan demikian maka pengertian investasi dapat BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Investasi Menanamkan uang sekarang, berarti uang tersebut seharusnya dapat dikonsumsi namun karena kegiatan investasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. modal menyediakan fasilitas yang mempertemukan antara pihak yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. modal menyediakan fasilitas yang mempertemukan antara pihak yang memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal yang merupakan pasar berbagai macam instrumen keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, memiliki dua fungsi sekaligus, yaitu fungsi ekonomi dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN Pendahuluan berisikan latar belakang permasalahan, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, batasan masalah serta sistematika penulisan dalam pembuatan laporan tugas akhir. 1.1 Latar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi suatu negara akan menunjang keberhasilan

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi suatu negara akan menunjang keberhasilan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi suatu negara akan menunjang keberhasilan pembangunan, hal ini membutuhkan partisipasi dari semua pihak termasuk sektor swasta. Pemerintah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. peramalan keuangan, analisa investasi, pengadaan dana dan kebijakan dividen.

BAB II LANDASAN TEORI. peramalan keuangan, analisa investasi, pengadaan dana dan kebijakan dividen. BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Keuangan 2.1.1 Definisi Manajemen Keuangan Manajemen keuangan meliputi berbagai aktivitas seperti penganggaran dana, peramalan keuangan, analisa investasi, pengadaan

Lebih terperinci

Filosofi Investasi. Menunda/mengurangi konsumsi hari ini untuk mendapatkan keuntungan di masa datang

Filosofi Investasi. Menunda/mengurangi konsumsi hari ini untuk mendapatkan keuntungan di masa datang Investasi Filosofi Investasi Menunda/mengurangi konsumsi hari ini untuk mendapatkan keuntungan di masa datang Macam Investasi Investasi Aktiva Berwujud Aktiva Finansial Investasi di Aktiva Berwujud Tanah

Lebih terperinci

SKRIPSI. Disusun oleh :

SKRIPSI. Disusun oleh : ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ESTIMASI HARGA SAHAM DENGAN MODEL DISCOUNT EXPECTED CASHFLOW DALAM KEPUTUSAN INVESTASI (STUDI PADA SAHAM PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BEI TAHUN 2007) SKRIPSI Diajukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal (capital market) telah terbukti memiliki andil yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal (capital market) telah terbukti memiliki andil yang cukup BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pasar modal (capital market) telah terbukti memiliki andil yang cukup besar dalam perkembangan perekonomian suatu negara. Pasar modal memiliki beberapa daya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik surat hutang (obligasi),

BAB I PENDAHULUAN. keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik surat hutang (obligasi), BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia bisnis saat ini semakin memudahkan para pelaku usaha untuk mengembangkan usahanya terlebih bagi perusahaan yang telah go public. Dalam upaya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kebutuhan manusia di masa yang akan datang dapat terjamin.

BAB 1 PENDAHULUAN. kebutuhan manusia di masa yang akan datang dapat terjamin. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keinginan paling mendasar bagi manusia adalah keinginan untuk dapat memenuhi kebutuhan hidupnya baik itu kebutuhan jangka pendek maupun jangka panjang, kebutuhan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Investasi pada hakikatnya merupakan penempatan sejumlah dana pada. saat ini dengan harapan untuk memperoleh keuntungan di masa mendatang.

PENDAHULUAN. Investasi pada hakikatnya merupakan penempatan sejumlah dana pada. saat ini dengan harapan untuk memperoleh keuntungan di masa mendatang. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Investasi pada hakikatnya merupakan penempatan sejumlah dana pada saat ini dengan harapan untuk memperoleh keuntungan di masa mendatang. Namun dalam dunia yang sebenarnya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dua hal, yaitu risiko dan return. Dalam melakukan investasi khususnya pada

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dua hal, yaitu risiko dan return. Dalam melakukan investasi khususnya pada BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Investasi Teori investasi menjelaskan bahwa keputusan investasi selalu menyangkut dua hal, yaitu risiko dan return. Dalam melakukan investasi khususnya

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI. Jogiyanto (2003), menjelaskan bahwa investasi merupakan penundaan konsumsi

II. LANDASAN TEORI. Jogiyanto (2003), menjelaskan bahwa investasi merupakan penundaan konsumsi 19 II. LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Investasi Jogiyanto (2003), menjelaskan bahwa investasi merupakan penundaan konsumsi sekarang untuk digunakan didalam produksi yang efisien selama periode waktu tertentu.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Investasi adalah pengumpulan dana dalam mengantisipasi penerimaan yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Investasi adalah pengumpulan dana dalam mengantisipasi penerimaan yang 15 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Investasi Investasi adalah pengumpulan dana dalam mengantisipasi penerimaan yang lebih besar pada masa mendatang. Investasi merupakan penanaman dana yang bertujuan untuk mendapat

Lebih terperinci

Investasi. Filosofi Investasi. Menunda/mengurangi konsumsi hari ini untuk mendapatkan keuntungan di masa datang

Investasi. Filosofi Investasi. Menunda/mengurangi konsumsi hari ini untuk mendapatkan keuntungan di masa datang Investasi Filosofi Investasi Menunda/mengurangi konsumsi hari ini untuk mendapatkan keuntungan di masa datang Macam Investasi Investasi Aktiva Berwujud Aktiva Finansial Investasi di Aktiva Berwujud Tanah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia, sadar atau tidak sadar, sejak lahir sudah mengenal. dilakukan oleh manusia untuk mendapatkan atau memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. Manusia, sadar atau tidak sadar, sejak lahir sudah mengenal. dilakukan oleh manusia untuk mendapatkan atau memenuhi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia, sadar atau tidak sadar, sejak lahir sudah mengenal kebutuhan. Kebutuhan untuk sehari-hari seperti makan, minum, pakaian, hiburan, pendidikan, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pasar modal memiliki peranan yang sangat penting dalam sektor

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pasar modal memiliki peranan yang sangat penting dalam sektor BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pasar modal memiliki peranan yang sangat penting dalam sektor ekonomi pada sebuah negara. Hal tersebut di dukung oleh peranan pasar modal yang sangat strategis

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan nasional negara tersebut, Sehingga banyak negara yang melakukan

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan nasional negara tersebut, Sehingga banyak negara yang melakukan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Stabilitas dan kemajuan ekonomi merupakan sesuatu yang ingin dicapai oleh negara karena perkembangan ekonomi merupakan tonggak berhasil tidaknya pembangunan

Lebih terperinci

Investasi Saham di Pasar Modal

Investasi Saham di Pasar Modal Investasi Saham di Pasar Modal Andre adalah salah satu individu yang ikut memeriahkan perdagangan saham di bursa efek Jakarta. Sudah kurang lebih 3 tahun Andre selalu mengikuti dan bertransaksi saham.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lembaga keuangan. Hadirnya lembaga keuangan tidak lain untuk memberikan

BAB I PENDAHULUAN. lembaga keuangan. Hadirnya lembaga keuangan tidak lain untuk memberikan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan perekonomian saat ini menuntut terbentuknya berbagai lembaga keuangan. Hadirnya lembaga keuangan tidak lain untuk memberikan fasilitas kepada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kegiatan investasi pada umumnya dilakukan untuk memperoleh

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kegiatan investasi pada umumnya dilakukan untuk memperoleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kegiatan investasi pada umumnya dilakukan untuk memperoleh keuntungan tertentu. Investasi memiliki 2 bentuk yaitu investasi pada real asset produktif seperti

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu wadah yang memfasilitasi kegiatan investasi tersebut adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu wadah yang memfasilitasi kegiatan investasi tersebut adalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Investasi pada hakikatnya merupakan penanaman modal yang dilakukan saat ini dengan harapan keuntungan dimasa yang akan datang. Kegiatan investasi menjadi semakin berkembang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. Investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan di masa datang. 1 Dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tidak pasti (uncertain) dapat berakibat menguntungan atau merugikan. Ketidak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tidak pasti (uncertain) dapat berakibat menguntungan atau merugikan. Ketidak BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Teoritis 2.1.1 Pengertian Risiko Pada dasarnya risiko muncul akibat adanya kondisi ketidakpastian akan sesuatu yang diharapkan terjadi dimasa yang akan datang. Sesuatu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dana tersebut. Umumnya investasi dikategorikan dua jenis yaitu:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dana tersebut. Umumnya investasi dikategorikan dua jenis yaitu: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Investasi Menurut Kamaruddin (2004), investasi adalah menempatkan dana atau uang dengan harapan untuk memperoleh tambahan atau keuntungan tertentu atas uang atau dana

Lebih terperinci

BAB II TINJUAN PUSTAKA. lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek. antara pembeli dan penjual dengan resiko untung atau rugi.

BAB II TINJUAN PUSTAKA. lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek. antara pembeli dan penjual dengan resiko untung atau rugi. BAB II TINJUAN PUSTAKA 2.1 Pasar Modal Menurut Undang Undang Pasar Modal No. 8 Tahun 1995, Pasar Modal adalah kegiatan yang berkaitan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang

Lebih terperinci

PENGERTIAN DAN INSTRUMEN PASAR MODAL ANALISIS PORTOFOLIO DAN INVESTASI ANDRI HELMI M, SE., MM.

PENGERTIAN DAN INSTRUMEN PASAR MODAL ANALISIS PORTOFOLIO DAN INVESTASI ANDRI HELMI M, SE., MM. PENGERTIAN DAN INSTRUMEN PASAR MODAL ANALISIS PORTOFOLIO DAN INVESTASI ANDRI HELMI M, SE., MM. PENGERTIAN PASAR MODAL Bursa efek merupakan arti fisik dari pasar modal. Pada tahun 2007, Bursa Efek Jakarta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diperjualbelikan, salah satunya dalam bentuk ekuitas (saham). Pasar

BAB I PENDAHULUAN. diperjualbelikan, salah satunya dalam bentuk ekuitas (saham). Pasar 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pasar modal merupakan sarana pendanaan bagi perusahaan maupun pemerintah jangka panjang dalam berbagai instrumen keuangan yang diperjualbelikan, salah satunya

Lebih terperinci

PENGGUNAAN PENDEKATAN CAPITAL ASSET PRICING MODEL DAN METODE VARIANCE-COVARIANCE DALAM PROSES MANAJEMEN PORTOFOLIO SAHAM

PENGGUNAAN PENDEKATAN CAPITAL ASSET PRICING MODEL DAN METODE VARIANCE-COVARIANCE DALAM PROSES MANAJEMEN PORTOFOLIO SAHAM PENGGUNAAN PENDEKATAN CAPITAL ASSET PRICING MODEL DAN METODE VARIANCE-COVARIANCE DALAM PROSES MANAJEMEN PORTOFOLIO SAHAM (Studi Kasus: Saham-Saham Kelompok Jakarta Islamic Index) SKRIPSI Disusun Oleh :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam memperoleh penghasilan, banyak cara yang dapat dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Dalam memperoleh penghasilan, banyak cara yang dapat dilakukan oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam memperoleh penghasilan, banyak cara yang dapat dilakukan oleh masyarakat. Salah satu cara adalah dengan melakukan investasi. Investasi pada hakikatnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal memiliki peran penting bagi perekonomian suatu Negara

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal memiliki peran penting bagi perekonomian suatu Negara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pasar modal memiliki peran penting bagi perekonomian suatu Negara karena pasar modal mempunyai dua fungsi, yaitu sebagai sarana bagi pendanaan usaha atau

Lebih terperinci

2.1 Penelitian Terdahulu

2.1 Penelitian Terdahulu 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Pembahasan yang dilakukan dalam penlitian ini merujuk pada penelitian sebelumnya. Berikut ini adalah uraian beberapa penelitian terdahulu beserta persamaannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal (capital market) telah terbukti memiliki andil yang cukup. besar dalam perkembangan perekonomian suatu negara.

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal (capital market) telah terbukti memiliki andil yang cukup. besar dalam perkembangan perekonomian suatu negara. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang penelitian Pasar modal (capital market) telah terbukti memiliki andil yang cukup besar dalam perkembangan perekonomian suatu negara. Pasar modal memiliki beberapa daya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Undang-Undang Pasar Modal no.8 Tahun 1995, pasal 1 ayat (27)

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Undang-Undang Pasar Modal no.8 Tahun 1995, pasal 1 ayat (27) 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Definisi Reksadana Menurut Undang-Undang Pasar Modal no.8 Tahun 1995, pasal 1 ayat (27) disebutkan bahwa Reksadana adalah wadah yang digunakan untuk menghimpun dana masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membuat analisis investasi sebelum menanamkan dananya. Perkembangan instrumen

BAB I PENDAHULUAN. membuat analisis investasi sebelum menanamkan dananya. Perkembangan instrumen BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Banyaknya instrumen investasi yang ada mengharuskan investor agar dapat membuat analisis investasi sebelum menanamkan dananya. Perkembangan instrumen investasi yang

Lebih terperinci

PORTFOLIO EFISIEN & OPTIMAL

PORTFOLIO EFISIEN & OPTIMAL Bahan ajar digunakan sebagai materi penunjang Mata Kuliah: Manajemen Investasi Dikompilasi oleh: Nila Firdausi Nuzula, PhD Portofolio Efisien PORTFOLIO EFISIEN & OPTIMAL Portofolio efisien diartikan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dalam pasar modal saat ini kian menarik banyak investor untuk melakukan investasi. Investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumberdaya lainnya

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS BAB 2 TINJAUAN TEORETIS 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Investasi 1. Pengertian Investasi Investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang dilakukan saat ini, dengan tujuan memperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peluang kepada masyarakat untuk menerima return saham, sesuai dengan. karakteristik investasi yang dipilih sebelumnya.

BAB I PENDAHULUAN. peluang kepada masyarakat untuk menerima return saham, sesuai dengan. karakteristik investasi yang dipilih sebelumnya. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pasar modal merupakan salah satu indikator penentu kemajuan perekonomian suatu negara, di karenakan pasar modal memiliki dua fungsi, yaitu fungsi ekonomi dan fungsi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Sharpe et.al (1997:1) : Investasi dalam pengertian luas, berarti

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Sharpe et.al (1997:1) : Investasi dalam pengertian luas, berarti 13 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Investasi Menurut Sharpe et.al (1997:1) : Investasi dalam pengertian luas, berarti pengorbanan dollar sekarang. Dua berbeda atribut biasanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat dipenuhi dengan melakukan go public atau menjual sahamnya kepada

BAB I PENDAHULUAN. dapat dipenuhi dengan melakukan go public atau menjual sahamnya kepada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Industri manufaktur telah mengalami pasang surut yang membuat perkembangan industri manufaktur membutuhkan dana yang besar. Hal ini menyebabkan industri-industri

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. produktif tersebut akan meningkatkan utility total (Hartono,2013:5). Umumnya

BAB II KAJIAN PUSTAKA. produktif tersebut akan meningkatkan utility total (Hartono,2013:5). Umumnya BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Investasi Investasi dapat didefinisikan sebagai penundaan konsumsi sekarang untuk dimasukan ke aktiva produktif selama periode waktu tertentu.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB II LANDASAN TEORITIS BAB II LANDASAN TEORITIS 2.1 Manajemen Keuangan 2.1.1 Definisi Manajemen Keuangan Husnan (1996) menyatakan bahwa manajemen keuangan menyangkut kegiatan perencanaan, analisis, dan pengendalian kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keuntungan di masa datang. Harapan keuntungan (return) di masa datang tersebut

BAB I PENDAHULUAN. keuntungan di masa datang. Harapan keuntungan (return) di masa datang tersebut 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Investasi merupakan komitmen sejumlah dana dengan tujuan memperoleh keuntungan di masa datang. Harapan keuntungan (return) di masa datang tersebut merupakan kompensasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sektor riil dan keuangan juga dapat mempengaruhi gejolak pasar.

BAB I PENDAHULUAN. sektor riil dan keuangan juga dapat mempengaruhi gejolak pasar. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu instrumen perekonomian suatu negara adalah pasar modal maka tidak akan terlepas dari pengaruh yang berkembang baik dari lingkungan ekonomi mikro maupun lingkungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan ikut berperan serta membantu memutar kembali roda. perusahaan untuk menjalankan dan mengembangkan usahanya.

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan ikut berperan serta membantu memutar kembali roda. perusahaan untuk menjalankan dan mengembangkan usahanya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Krisis Asia yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 telah menyebabkan keterpurukan secara fundamental dibeberapa negara Asia termasuk Indonesia. Namun seiring

Lebih terperinci

LANDASAN TEORI. atau keuntungan atas uang tersebut (Ahmad, 1996:3). Investasi pada hakikatnya

LANDASAN TEORI. atau keuntungan atas uang tersebut (Ahmad, 1996:3). Investasi pada hakikatnya II. LANDASAN TEORI 2.1. Investasi Investasi adalah menempatkan dana dengan harapan memperoleh tambahan uang atau keuntungan atas uang tersebut (Ahmad, 1996:3). Investasi pada hakikatnya merupakan penempatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang sangat mengesankan. Hal ini terlihat dari kenaikan indeks harga sahamsaham

I. PENDAHULUAN. yang sangat mengesankan. Hal ini terlihat dari kenaikan indeks harga sahamsaham I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan pasar modal syariah Indonesia menunjukkan kemajuan yang sangat mengesankan. Hal ini terlihat dari kenaikan indeks harga sahamsaham kelompok Jakarta Islamic

Lebih terperinci

MATERI 6 MODEL-MODEL KESEIMBANGAN

MATERI 6 MODEL-MODEL KESEIMBANGAN MATERI 6 MODEL-MODEL KESEIMBANGAN CAPITAL ASSET PRICING MODEL (CAPM) PORTOFOLIO PASAR GARIS PASAR MODAL (CAPITAL MARKET LINE/CML) GARIS PASAR SEKURITAS (SECURITY MARKET LINE/SML) PENGUJIAN TERHADAP CAPM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam memenuhi permintaan dan penawaran modal. Di negara-negara maju,

BAB I PENDAHULUAN. dalam memenuhi permintaan dan penawaran modal. Di negara-negara maju, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pasar modal mempunyai peran penting dalam suatu negara yang pada dasarnya mempunyai kesamaan antar suatu negara dengan negara yang lain. Hampir semua negara di dunia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam berinvestasi banyak cara yang dipilih oleh para investor, pasar

BAB I PENDAHULUAN. Dalam berinvestasi banyak cara yang dipilih oleh para investor, pasar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam berinvestasi banyak cara yang dipilih oleh para investor, pasar modal merupakan salah satu pilihan alternatif. Menurut UU No.8 Th 1995 Pasar Modal adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan seiring dengan berkembangnya ekonomi Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan seiring dengan berkembangnya ekonomi Indonesia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pasar modal sebagai instrumen keuangan memiliki peran penting sebagai sarana investasi yang berguna bagi pembangunan ekonomi sebuah negara. Perkembangan pasar modal

Lebih terperinci

BAB II PASAR MODAL SYARIAH DAN PROSES SCREENING DES

BAB II PASAR MODAL SYARIAH DAN PROSES SCREENING DES 20 BAB II PASAR MODAL SYARIAH DAN PROSES SCREENING DES A. Pasar Modal Syariah 1. Pengertian Pasar Modal Syariah Definisi pasar modal sesuai dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal (UUPM)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memutarkan kelebihan dana yang dimilikinya. Menurut Ulfah Khaerani

BAB I PENDAHULUAN. memutarkan kelebihan dana yang dimilikinya. Menurut Ulfah Khaerani BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Investasi adalah penundaan konsumsi sekarang untuk digunakan di dalam produksi yang efisien selama periode waktu tertentu Jogiyanto (2003:5). Investasi adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh pembiayaan atau dana dengan cara penjualan saham. Pasar modal

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh pembiayaan atau dana dengan cara penjualan saham. Pasar modal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal merupakan salah satu tempat bagi suatu perusahaan untuk memperoleh pembiayaan atau dana dengan cara penjualan saham. Pasar modal menjadi alternatif bagi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Secara umum, Pasar Modal adalah lembaga keuangan yang memiliki kegiatan

BAB II LANDASAN TEORI. Secara umum, Pasar Modal adalah lembaga keuangan yang memiliki kegiatan 12 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pasar Modal Secara umum, Pasar Modal adalah lembaga keuangan yang memiliki kegiatan berupa penawaran dan perdagangan surat berharga (efek) yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tinjauan Terhadap Obyek Studi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tinjauan Terhadap Obyek Studi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tinjauan Terhadap Obyek Studi Pada perayaan hari ulang tahun Bursa Efek Indonesia (BEI) ke-15 tanggal 13 Juli 2007 dan bertepatan dengan ulang tahun pasar modal ke-30, BEI meluncurkan

Lebih terperinci