ANALISA INDUKTOR TOROID BINOKULER PADA RANGKAIAN BOOST CONVERTER SKRIPSI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISA INDUKTOR TOROID BINOKULER PADA RANGKAIAN BOOST CONVERTER SKRIPSI"

Transkripsi

1 UNIVERSITAS INDONESIA ANALISA INDUKTOR TOROID BINOKULER PADA RANGKAIAN BOOST CONVERTER SKRIPSI FAHMI UMARELLA FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO DEPOK JANUARI 2012

2 UNIVERSITAS INDONESIA ANALISA INDUKTOR TOROID BINOKULER PADA RANGKAIAN BOOST CONVERTER SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu persyaratan menjadi sarjana teknik pada program Sarjana Teknik FAHMI UMARELLA FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO DEPOK JANUARI 2012 i Universitass Indonesia

3 HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri, dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar Nama : FAHMI UMARELLA NPM : Tanda Tangan : Tanggal : 16 Januari 2011 ii

4 iii

5 UCAPAN TERIMA KASIH Puji syukur saya panjatkan kehadirat Alloh S.W.T, karena atas berkah dan rahmatnya, saya dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Teknik Jurusan teknik elektro pada Fakultas Teknik. Saya menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, sejak masa perkuliahan sampai pada penyusunan skripsi ini, tidak dapat selesai dengan baik. Oleh karena itu, saya mengucapkan terima kasih kepada : (1) Dr. Ir. Feri Yusivar M.Eng, sebagai dosen pembimbing yang telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk membimbing saya dalam penyusunan skripsi ini; (2) Orang tua saya tercinta, adik-adik dan keluarga besar yang telah memberikan bantuan dukungan material dan moral; (3) Teman-teman yang telah banyak membantu saya dalam menyelesaikan seminar ini. Akhir kata, saya berharap Alloh S.W.T berkenan membalas segala kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat khususnya bagi pengembangan ilmu. Depok, 16 Januari 2011 Fahmi Umarella iv

6 HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI SKRIPSI UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS Sebagai sivitas akademik, saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Fahmi Umarella NPM : Program Studi : Teknik Elektro Departemen : Teknik Elektro Fakultas : Teknik Jenis karya : Skripsi Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive Royalty- Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul : ANALISA INDUKTOR TOROID BINOKULER PADA RANGKAIAN BOOST CONVERTER Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Noneksklusif ini berhak menyimpan, mengalih media / formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data ( database ), merawat, dan mempublikasikan skripsi saya tanpa meminta izin dari saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis / pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di : Depok Pada tanggal : 16 Januari 2011 Yang menyatakan (Fahmi Umarella) v

7 Fahmi Umarella NPM : Dosen Pembimbing Dr. Ir. Feri Yusivar M.Eng Departemen Teknik Elektro ANALISA INDUKTOR TOROID BINOKULER PADA RANGKAIAN BOOST CONVERTER ABSTRAK Boost converter adalah suatu rangkaian elektronika yang dapat menaikkan nilai tegangan keluaran. Nilai tegangan output yang dihasilkan dapat diatur dengan merubah nilai duty cycle. Contoh penggunaan rangkaian ini adalah pada sistem solar cell. Karateristik intesitas matahari selalu berubahubah terhadap waktu, cuaca dan iklim sehingga menjadikan sel surya tidak maksimal untuk digunakan jika ditempatkan secara pasif. Salah satu dampaknya adalah perubahan nilai tegangan yang tergantung pada intensitas cahaya yang diterima oleh sel surya. Induktor memegang peran yang cukup penting pada boost converter. Fungsi induktor pada boost converter adalah untuk menyimpan energi listrik, energi ini nantinya akan disalurkan ke beban. Sehingga tegangan pada beban adalah hasil dari tegangan input ditambah dengan energi yang tersimpan pada induktor, sehingga tegangan output boost converter menjadi lebih besar dari pada tegangan input. Dalam penelitian ini akan dibahas mengenai perancangan induktor toroid binokuler. Induktor ini akan diujikan pada boost converter yang bekerja pada mode kontinyu dengan frekuensi switching 10 KHz. Tegangan input dikontrol dengan variac dan dinaikkan secara bertahap sampai terjadi kenaikkan suhu induktor hingga 41 derajat celcius. Pengujian dilakukan untuk mengetahui efisiensi boost converter terhadap variasi jumlah lilitan induktor, variasi tegangan input dan beban. Kata Kunci : Boost, converter, inductor vi

8 Fahmi Umarella NPM : The lecturer of consultant Dr. Ir. Feri Yusivar M.Eng Departemen Teknik Elektro ANALYSIS BINOCULARS TOROID INDUCTOR ON BOOST CONVERTER CIRCUIT ABSTRACT Boost converter is an electronic circuit that can increase the value of the output voltage. The resulting output voltage value can be adjusted by changing the duty cycle value. The example of its application is on solar cell system. The characteristic intensity of the sun is always changing with time, weather and climate. It makes solar cell was not optimal for use if placed passively. The consequence is the voltage value changes depending on the intensity of light received by the solar cells. The inductor function in boost converter is used to store electric energy, then electric energy will be transmited to the load. So that the voltage at the load is the result of the input voltage plus the energy stored in the inductor, so the boost converter output voltage becomes greater than the input voltage. In this research, we will design an binoculars toroid inductor. This inductor will be tested to boost converter that works in continuous mode with 10 KHz frequency switching. The input voltage is controlled by using variac. We increase that voltage step by step until the inductor temperature showed at 41 degree celcius. The testing is to know the efficiency of boost converter toward number of inductor winding, input voltage variations and load variations. keyword : Boost, converter, inductor vii

9 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL.. HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS LEMBAR PENGESAHAN. KATA PENGANTAR. LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH.. ABSTRAK.. ABSTRACT DAFTAR ISI.. DAFTAR GAMBAR. DAFTAR TABEL i ii iii iv v vi vii viii x xi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan Penulisan Rumusan Masalah Batasan Masalah Metode Penulisan Sistematika Penulisan.. 3 BAB II DASAR TEORI 2.1 Induktor Pengertian Induktor Medan magnet pada induktor Konstruksi Induktor Jenis Jenis Lilitan Pada Induktor Jenis-jenis Induktor Pengisian dan pengosongan arus pada induktor Beberapa faktor yang mempengaruhi efisiensi kerja induktor Bentuk susunan induktor Rangkaian Boost converter Pengertian Boost Converter Syarat rangkaian boost converter bekerja pada mode kontinyu 13 BAB III PERANCANGAN IDUKTOR 3.1 Perancangan Induktor Toroid Binokuler Menentukan dimensi toroid yang digunakan Mencari nilai permeabilitas toroid yang digunakan Spesifikasi kawat yang akan digunakan Menghitung nilai induktansi untuk jumlah lilitan yang berbeda Induktor toroid binokuler. 20 BAB IV Data Hasil Pengujian Dan Analisa Diagram blok Pengujian Pengujian viii

10 4.4 Pengujian BAB V Kesimpulan 47 Daftar acuan. 48 ix

11 DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Aturan tangan kanan... 5 Gambar 2.2 Garis gaya magnet pada solenoid... 6 Gambar 2.3 Garis gaya magnet pada induktor E-core... 7 Gambar 2.4 Garis gaya magnet pada induktor toroid binokuler... 7 Gambar 2.5 Simbol. induktor dengan inti udara... 9 Gambar 2.6 Simbol induktor dengan inti besi... 9 Gambar 2.7 Simbol induktor dengan inti ferrit Gambar 2.8 Simbol induktor dengan inti perubahan inti Gambar 2.9 Rangkaian Pengisian Induktasi dengan tegangan DC Gambar 2.10 Rangkaian Pengosongan Induktasi Gambar 2.11 Beberapa contoh susunan bentuk induktor Gambar 2.12 Rangkaian Dasar Boost Converter Gambar 2.13 (a) kondisi Q = ON, (b) kondisi Q = OFF [2] Gambar 3.1 Contoh induktor toroid binokuler Gambar 3.2 Spesifikasi toroid yang digunakan Gambar 3.3 Induktor toroid Gambar 3.4 Grafik selisih kesalahan nilai induktansi toroid binokuler hasil perhitungan dan pengukuran..20 Gambar 3.5 Induktor Toroid binokuler yang dibuat Gambar 4.1 Diagram blok pengujian Gambar 4.2 Rangkaian boost converter Gambar 4.3 Rangkaian pengujian 1 menggunakan 185 lilitan...23 Gambar 4.4 Hubungan antara efisiensi terhadap perubahahan Vin Gambar 4.5 Hubungan antara efisiensi terhadap perubahahan beban Gambar 4.6 Hubungan antara Vo/Vi terhadap perubahahan Vin Gambar 4.7 Rangkaian pengujian 2 menggunakan 275 lilitan Gambar 4.8 Hubungan antara efisiensi terhadap perubahan Vin Gambar 4.9 Hubungan antara efisiensi terhadap perubahahan beban Gambar 4.10 Hubungan antara Vo/Vi terhadap perubahahan Vin Gambar 4.11 Rangkaian pengujian 3 menggunakan 350 lilitan...38 Gambar 4.12 Hubungan antara efisiensi terhadap perubahahan Vin Gambar 4.13 Hubungan antara efisiensi terhadap perubahahan beban...43 Gambar 4.14 Hubungan antara Vo/Vi terhadap perubahahan Vin Gambar 4.15 Hubungan antara tingkat efisiensi terhadap jumlah lilitan...45 x

12 DAFTAR TABEL Tabel 3.1 Spesifikasi dimensi rorid yag digunakan..15 Tabel 3.2 Tabel spesifikasi kawat AWG..17 Tabel 3.3 Hasil pengukuran induktansi single toroid dan toroid binokuler..18 Tabel 3.4 Nilai induktansi toroid binokuler hasil perhitungan dan pengukuran...19 Tabel 4.1 Efisiensi untuk 185 lilitan dengan beban 25 watt.23 Tabel 4.2 Efisiensi untuk 185 lilitan dengan beban 50 watt.25 Tabel 4.3 Efisiensi untuk 185 lilitan dengan beban 75 watt.26 Tabel 4.4 Efisiensi untuk 185 lilitan dengan beban 100 watt...27 Tabel 4.5 Efisiensi untuk 275 lilitan dengan beban 25 watt.31 Tabel 4.6 Efisiensi untuk 275 lilitan dengan beban 50 watt.32 Tabel 4.7 Efisiensi untuk 275 lilitan dengan beban 75 watt.. 33 Tabel 4.8 Efisiensi untuk 275 lilitan dengan beban 100 watt...34 Tabel 4.9 Efisiensi untuk 350 lilitan dengan beban 25 watt.39 Tabel 4.10 Efisiensi untuk 350 lilitan dengan beban 50 watt...40 Tabel 4.11 Efisiensi untuk 350 lilitan dengan beban 75 watt...40 Tabel 4.12 Efisiensi untuk 350 lilitan dengan beban 100 watt.41 xi

13 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Boost converter adalah suatu rangkaian elektronika yang dapat menaikkan nilai tegangan keluaran. Nilai tegangan output yang dihasilkan dapat diatur dengan merubah nilai duty cycle. Contoh penggunaan rangkaian ini adalah pada sistem pembangkit listrik terbarukan, contohnya solar cell. Seperti yang kita ketahui bahwa karateristik intensitas matahari selalu berubah-ubah terhadap waktu, cuaca dan iklim sehingga menjadikan sel surya tidak maksimal untuk digunakan ketika ditempatkan secara pasif. Hal ini menyebabkan perubahan nilai tegangan yang tergantung pada intensitas cahaya yang diterima oleh sel surya. Salah satu cara untuk memaksimalkan pengguanaan sel surya adalah dengan menggunakan rangkaian dc to dc converter yaitu berupa rangkaian boost converter. Pada rangkaian boost converter terdapat komponen induktor, fungsi induktor tersebut adalah untuk menyimpan energi listrik, energi listrik ini nantinya akan disalurkan ke beban. Tegangan pada beban adalah hasil dari tegangan input ditambah dengan energi yang tersimpan pada induktor, sehingga tegangan output boost converter menjadi lebih besar dari pada tegangan input. Oleh karena itu, induktor memegang peran yang cukup penting pada rangkaian boost converter. Dalam penelitian ini, perancangan induktor menggunakan inti ferit bertujuan agar diperoleh nilai induktansi yang cukup besar namun dengan dimensi yang lebih kecil dan jumlah lilitan yang relatif lebih sedikit. Hal ini karena nilai permeabilitas ferit lebih besar dari pada permeabilitas bahan inti berupa udara ataupun besi. Dalam penelitian ini induktor yang dibuat adalah bentuk toroid binokuler. Bentuk ini adalah pengembangan dari bentuk toroid sehingga bentuk dasarnya berupa lingkaran. Dengan bentuk toroid dapat dibuat induktor dengan induktansi yang lebih besar dan dimensi yang relatif lebih kecil dibandingkan dengan induktor E-core. Disamping itu, toroid umumnya menggunakan inti 1

14 2 (core) yang melingkar sehingga jumlah garis-garis gaya magnet yang timbul akan lebih banyak dibandingkan dengan jumlah garis-garis gaya magnet pada E-core. Pada saat sekarang ini, khususnya pada pasar lokal di Indonesia, ferit yang dijual tidak dilengkapi dengan spesifikasi yang lengkap, seperti permeabilitas dan frekuensi kerja. Dengan penelitian ini, diharapkan kita dapat mengetahui karakteristik induktor bentuk toroid binokuler ketika digunakan pada rangkaian boost converter yang bekerja degan mode kontinyu dan mengetahui nilai efisiensi Boost converter ketika menggunakan induktor toroid binokuler. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberi sedikit gambaran mengenai rangkaian boost converter khususnya induktor yang digunakan serta sebagai bahan diskusi atau tambahan bagi para pembaca yang akan membuat tugas akhir yang berkaitan dengan induktor dan rangkaian boost converter. 1.2 Tujuan Penulisan Tujuan skripsi ini adalah sebagai berikut: Merancang induktor bentuk toroid binokuler yang akan digunakan pada rangkaian boost converter dengan mode kontinyu dan mencari karakteristik induktor bentuk toroid binokuler ketika digunakan pada rangkaian boost converter. Induktor ini diharapkan dapat menunjang kemampuan kerja rangkaian boost converter. Frekuensi dan level input tegangan yang cukup tinggi dan dapat menghasilkan tegangan keluaran lebih besar dari tegangan masukan. 1.3 Perumusan masalah Pada awal perencanaan, induktor yang dibuat akan diujikan menggunakan rangkaian boost converter pada mode kontinyu. Rangkaian ini diharapkan mampu mengeluarkan tegangan keluaran yang besar dengan efisiensi daya yang baik. Rangkaian boost converter ini akan bekerja pada frekuensi tinggi (KHz) dan menggunakan sumber tegangan input dari PLN.

15 3 1.4 Pembatasan Masalah Dalam penelitian ini, penulis melakukan pembatasan masalah dengan batasanbatasan sebagai berikut : 1. Cara membuat induktor toroid binokukuler. 2. Pengujian dilakukan pada 185 lilitan, 275 lilitan dan 350 lilitan dengan beban lampu pijar 25 watt, 50 watt, 75 watt, dan 100 watt. 3. Frekuensi input yang diberikan dari switch generator sebesar 10 KHz. Dengan frekuensi sebesar 10 KHz maka boost converter bekerja dengan mode kontinyu. 4. Karakteristik induktor toroid binokuler ketika bekerja pada rangkaian boost converter dengan mode kontinyu. 5. Pengujian dilakukan sampai terjadi kenaikkan suhu pada induktor hingga 41 derajad Celsius. 1.5 Metode Penulisan Metode penulisan yang digunakan dalam penyusunan laporan skripsi ini adalah: 1. Metode Kepustakaan Metode ini merupakan pengumpulan data-data melalui buku, jurnal dan ebook yang berkaitan dengan penulisan skrispi ini. 2. Metode Observasi Merupakan metode pembuatan alat dan pengujian alat yang berkaitan dengan penulisan skripsi ini. 3. Metode Konsultasi dan Diskusi Merupakan metode dengan cara berdiskusi atau konsultasi langsung kepada dosen pembimbing, dosen pengajar, serta orang-orang yang memahami dan berkompeten tentang judul penulisan skripsi ini.

16 4 1.6 Sistematika Penulisan Dalam penulisan skripsi ini penulis akan menyusun secara sistematis bagian bagian yang saling berhubungan sehingga diharapkan akan mudah dibaca dan dipahami. Bab satu merupakan pendahuluan, berisi latar belakang, tujuan, perumusan masalah, pembatasan masalah, metode penulisan dan sistematika penulisan. Bab dua adalah teori dasar, pada bab ini berisi tentang pengertian induktor, jenis induktor, faktor yang mempengaruhi efisiensi pada induktor dan prinsip kerja boost converter. Bab tiga merupakan perancangan, berisi penjelasan perancangan induktor toroid binokuler. Bab empat berisi pengujian, hasil data pengujian, grafik dan analisa data hasil pengujian. Bab lima merupakan kesimpulan.

17 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Induktor Pengertian Induktor Ketika seutas kawat tembaga dialiri arus listrik maka di sekeliling tembaga akan timbul medan listrik. Dengan aturan tangan kanan kita dapat mengetahui arah medan listrik terhadap arus listrik. Arah jempol adalah arah arus dan medan listrik yang mengitari ditunjukkan oleh arah ke empat jari yang menggenggam. Penjelasan tersebut dapat dilihat pada gambar 2.1 [5] Gambar 2.1 Aturan tangan kanan Ketika kawat tembaga dililitkan membentuk suatu kumparan, kemudian kita mengalirkan arus listrik melalui kumparan tersebut maka tiap lilitan akan saling menginduksi. Inilah dasar proses terjadinya medan listrik pada induktor Induktor adalah sebuah komponen elektronika yang dapat menyimpan energi pada medan magnet yang ditimbulkan oleh arus listrik yang melewatinya. Kemampuan induktor untuk menyimpan energi magnet ditentukan oleh besar induktansinya. Pada umunya, sebuah induktor adalah sebuah kawat penghantar yang dibentuk menjadi kumparan. Lilitan-litan tersebut membantu membuat medan magnet yang kuat di dalam kumparan. Induktor merupakan salah satu komponen elektronik dasar yang digunakan dalam rangkaian dengan arus dan tegangan yang berubah-ubah. Aplikasi induktor pada rangkaian dc adalah menghasilkan tegangan dc yang konstan terhadap fluktuasi beban arus.

18 6 Pengertian induktor ideal, yaitu induktor yang memiliki induktansi, tetapi tanpa resistansi dan tidak memboroskan daya. Akan tetapi, pada kenyataanya sebuah induktor akan memiliki resistansi yang berasal dari kawat lilitan. Selain memboroskan daya pada resistansi kawat, induktor berinti magnet juga memboroskan daya di dalam inti karena efek histeresis, dan pada arus tinggi mungkin mengalami nonlinearitas karena mengalami penjenuhan Medan magnet pada induktor Pada tegangan DC, garis - garis gaya magnet akan terjadi pada saat arus listrik mengalir melalui kabel. Bila kita mengalirkan arus melalui coil ( kumparan ) yang dibuat dari kabel yang digulung, akan terjadi garis-garis gaya dalam arah sama yang membangkitkan medan magnet. Kekuatan medan magnet sama dengan jumlah garis-garis gaya magnet, dan berbanding lurus dengan hasil kali dari jumlah gulungan dalam kumparan dan arus listrik yang melalui kumparan tersebut. Di bawah ini adalah bentuk medan magnet pada beberapa jenis induktor : 1. Medan magnet pada induktor solenoid ditunjukkan pada gambar 2.2. Gambar 2.2. Garis gaya magnet pada solenoid Pada induktor solenoid terlihat bahwa jumlah garis-garis gaya magnet yang dapat kembali ke inti ( tidak terputus ) cukup banyak, sehingga kekuatan medan magnet yang terbentuk kecil. Hal ini berpengaruh terhadap kapasasitas menyimpan energi listrik.

19 7 2. Medan magnet pada induktor E-Core ditunjukkan pada gambar 2.3. Gambar 2.3. Garis gaya magnet pada induktor E-core Garis-garis gaya magnet pada E-core relative lebih baik dari pada solenoid. Oleh karena itu bentuk ini memiliki medan magnet yang lebih besar jika dibandingkan dengan solenoid. Namun demikian, masih terdapat sejumlah garis gaya magnet yang terputus. 3. Medan magnet induktor toroid binokuler ditunjukkan pada gambar 2.4. Gambar 2.4. Garis gaya magnet pada induktor toroid binokuler Induktor dengan bentuk toroid binokuler akan memiliki garis-garis gaya magnet yang paling banyak dibanding dengan dua bentuk sebelumnya, sehingga mampu menghasilkan medan magnet yang cukup besar. Hal ini karena induktor ini memiliki bentuk toroid ( melingkar ) sehingga medan induksinya tertutup dan relatif tidak menginduksi komponen lain yang berdekatan di dalam satu pcb.

20 Konstruksi Induktor Sebuah induktor biasanya dikonstruksi sebagai sebuah lilitan dari bahan penghantar. Biasanya kawat tembaga digulung pada inti magnet berupa udara atau bahan feromagnetik. Bahan feromagnetik mempunyai permeabilitas magnet yang lebih tinggi dari udara, dapat meningkatkan medan magnet dan menjaganya tetap dekat pada induktor. Penambahan inti feromagnetik juga akan meningkatkan induktansi induktor. Induktor yang bekerja pada frekuensi rendah dibuat dengan menggunakan baja laminasi. Untuk induktor yang bekerja pada frekuensi tinggi biasanya digunakan ferit sebagai bahan inti. Hal ini dikarenakan ferit tidak menyebabkan kerugian daya pada frekuensi tinggi seperti pada inti besi. Ferit mempunyai lengkung histeresis yang sempit dan resistivitasnya yang tinggi mencegah arus eddy. Induktor dibuat dengan berbagai bentuk. Sebagian besar dikonstruksi dengan menggulung kawat tembaga disekitar bahan inti dengan kaki-kaki kawat keluar. Beberapa jenis induktor memiliki gulungan kawat penuh di dalam material inti, dinamakan induktor terselubungi. Jenis induktor yang lain mempunyai inti yang dapat diubah letaknya, yang memungkinkan pengubahan induktansi. Induktor yang digunakan untuk menahan frekuensi sangat tinggi biasanya dibuat dengan melilitkan tabung atau manik-manik ferit pada kabel transmisi. Induktor kecil dapat dicetak langsung pada papan rangkaian cetak dengan membuat jalur tembaga berbentuk spiral. Beberapa induktor dapat dibentuk pada rangkaian terintegrasi menggunakan inti planar. Tetapi bentuknya yang kecil membatasi nilai induktansinya Jenis Jenis Lilitan Pada Induktor Pada pembuatan induktor, dikenal beberapa model lilitan yang biasa digunakan, yaitu sebagai berikut :

21 9 1. Lilitan ferit sarang madu Lilitan sarang madu dililit dengan cara bersilangan dengan tujuan mengurangi efek kapasitansi terdistribusi. Lilitan ini sering digunakan pada rangkaian tala pada penerima radio untuk gelombang menengah dan gelombang panjang. Dengan lilitan model seperti ini, kita dapat mendapatkan induktansi yang tinggi. 2. Lilitan inti toroid Lilitan ini biasanya digunakan pada inti yang berbentuk seperti kue donat. Lilitan ini dapat dibuat dari lilitan silinder dengan menghubungkannya menjadi berbentuk donat, sehingga menyatukan kutub utara dan selatan. Pada lilitan toroid, medan magnet ditahan pada lilitan. Ini menyebabkan lebih sedikit radiasi magnetik dari lilitan, dan kekebalan dari medan magnet eksternal Jenis-jenis Induktor Jenis-jenis induktor berdasarkan bahan pembuat intinya dapat dibagi menjadi empat, yaitu : 1. Induktor dengan inti udara ditunjukkan pada gambar 2.5. Gambar 2.5. Simbol induktor dengan inti udara 2. induktor dengan inti besi ditunjukkan pada gambar 2.6. Gambar 2.6. Simbol induktor dengan inti besi

22 10 3. induktor dengan inti ferrit ditunjukkan pada gambar 2.7. Gambar 2.7. Simbol induktor dengan inti ferrit 4. induktor dengan inti perubahan inti ditunjukkan pada gambar 2.8. Gambar 2.8. Simbol induktor dengan inti perubahan inti Pengisian dan pengosongan arus pada induktor Bila kita mengalirkan arus listrik (I), maka terjadilah garis-garis gaya magnet Bila kita mengalirkan arus melalui spul atau coil ( kumparan ) yang dibuat dari kabel yang digulung,a akan terjadi garis-garis gaya dalam arah sama membangkitkan medan magnet. Kekuatan medan magnet sama dengan jumlah garis-garis gaya magnet dan berbanding lurus dengan hasil kali dari jumlah gulungan dalam kumparan dan arus listrik yang melalui kumparan tersebut. Contoh rangkaian pengisian induktor ditunjukkan pada gambar 2.9. Gambar 2.9. Rangkaian Pengisian Induktasi dengan tegangan DC

23 11 Pada proses pengosongan induktor, ketika arus listrik ( I ) sudah memenuhi lilitan, maka terjadilah arus akan bergerak menuju beban bersama arus yang berasal dari sumber. Proses pengosongan induktor ditunjukkan pada gambar Gambar Rangkaian Pengosongan Induktasi Beberapa faktor yang mempengaruhi efisiensi kerja induktor. Efisiensi kerja induktor dipengaruhi oleh beberapa faktor sebagai berikut:[5],[8] 1. Dimensi bahan. Semakin besar ukuran induktor yang dibuat maka nilai induktansi yang diperoleh akan semakin bertambah, sehingga kemampuan induktor untuk menimpan energi listrik semakin meningkat. 2. Permeabilitas bahan. Dengan bahan yang mempunyai nilai permeabilitas tinggi maka kita dapat membuat induktor dengan nilai induktansi yang cukup besar. 3. Jumlah lilitan. Dengan memperbanyak jumlah lilitan, kita dapat membuat induktor dengan nilai induktansi yang cukup besar. Namun demikian, perlu diperhatikan bahwa bertambahnya jumlah lilitan maka resistansi dalam pada induktor juga akan naik Bentuk susunan induktor Dalam perkembangannya, induktor dibuat dengan berbagai macam bentuk dan susunan dengan tujuan untuk meningkatkan kemampuan kerja induktor

24 12 tersebut. Berikut inii beberapa susunan bentuk induktor yang telah dibuat sebelumnya. Beberapa contoh bentuk susunan induktor ditunjukkan pada gambar 2.11 [14]. Gambar Beberapa contoh susunan bentuk induktor 2.3 Rangkaian Boost Converter Pengertian Boost Converter Boost converter adalah rangkaian konversi daya yang menghasilkan tegangan DC output lebih besar dari pada tegangan DC input. Rangkaian boost converter ditunjukkan pada gambar 2.12 [3] Gambar Rangkaian Dasar Boost Converter Rangkaian boost converter tersusun atas Induktor (L), dioda (D), kapasitor (C) dan Sakelar (Q) dengan tegangan masukan (E) dan beban (R). Dalam

25 13 aplikasinya, sakelar (Q) yang digunakan dapat berupa MOSFET atau IGBT. Dengan membuatnya seperti selektor maka akan didapat dua kondisi rangkaian, yaitu kondisi Q = ON dan Q = OFF seperti ditunjukkan pada gambar 2.13.[3] Gambar (a) kondisi Q = ON, (b) kondisi Q = OFF [2] Pada gambar di atas didapatkan prinsip dasar cara kerja rangkaian boost converter, adalah sebagai berikut : 1. Pada saat kondisi On-state ( saklar tertutup), akan terjadi peningkatan pada arus induktor (energi tersimpan di induktor naik). 2. ketika Off-state (saklar terbuka) : arus akan mengalir melewati induktor menuju ke kapasitor dan resistor, sehingga akan terjadi transfer daya yang terkumpul selama kondisi On-state menuju ke kapasitor Syarat rangkaian boost converter bekerja pada mode kontinyu Untuk bekerja pada mode kontinyu, rangkaian boost converter harus memenuhi persamaan arus indukor sebagai berikut. [2] = ( ).. >0 (2.1) Keterangan : : arus minimum induktor (A) Vi T L D R : tegangan input (V) : periode (sekon) : induktansi induktor yang digunakan (H) : duty cycle : Beban

26 BAB III PERANCANGAN INDUKTOR 3.1. Perancangan induktor toroid binokuler Induktor yang akan digunakan adalah sepasang toroid yang kemudian disusun menjadi bentuk toroid binokuler. Alasan menggunakan bentuk toroid adalah untuk mendapatkan nilai induktansi yang lebih besar dan dimensi yang relatif lebih kecil jika dibandingkan dengan memakai bentuk solenoid. Karena bentuk yang melingkar maka medan induksinya tertutup sehingga tidak ada garis gaya magnet yang keluar dan relatif tidak menginduksi komponen lain yang berdekatan. Bentuk induktor toroid binokuler adalah pengembangan dari bentuk toroid yaitu dengan cara menyusun beberapa ferit bentuk toroid untuk kemudian dililitkan kawat pada bagian tengahnya. Ilustrasi induktor toroid binokuler dapat dilihat pada gambar 3.1. Gambar 3.1. Contoh induktor toroid binokuler Desain yang digunakan pada perakitan induktor toroid binokuler adalah menggunakan sepasang toroid selanjutnya dililitkan kawat berdiameter 0.8 mm pada sisi tengah kedua toroid tersebut. 14

27 Menentukan dimensi toroid yang digunakan. Spesifikasi bahan yang digunakan untuk perancangan induktor toroid binokuler ditunjukkan pada gambar 3.2: Gambar 3.2. Spesifikasi toroid yang digunakan Spesifikasi toroid pada gambar 3.2, ditunjukkan pada tabel 3.1. Tabel 3.1 Spesifikasi dimensi rorid yag digunakan Spesifikasi dimensi toroid Diameter luar Diamater dalam Tebal 5.6 cm 3.6 cm 2 cm Mencari nilai permeabilitas toroid yang digunakan. Untuk mempermudah dalam mendapatkan nilai permeabilitas bahan, toroid dibuat menjadi induktor, yaitu dengan melilitkan kabel 18 AWG sebanyak 80 lilitan. Induktor yang dibuat ditunjukkan pada gambar 3.3.

28 16 Gambar 3.3. Induktor toroid Pada gambar di atas diketahui jumlah lilitan (N) = 78, diameter lingkaran luar (R) =56 mm, diameter lingkaran dalam (r) = 36 mm dan nilai induktansi yang diperoleh 58.8 mh. Dengan menggunakan rumus induktansi bentuk toroid kita dapat menghitung permeabilitas bahan toroid tersebut dengan persamaan 3.1 [13]. L = (3.1) Keterangan : L : induktansi : Permeabilitas udara : Permeabilitas bahan N : Jumlah lilitan : Luas core = (3.2) =200.

29 = = μ μ =. = Spesifikasi kawat yang akan digunakan. Alasan penggunaan kawat berdiameter 0.8 mm adalah kemampuan kawat tersebut untuk dilewati arus dan frekuensi kerja yang sesuai dengan spesifikasi komponen pada rangkaian boost converter. Di samping itu, agar dapat diperoleh jumlah lilitan yang banyak sehingga induktansi induktor menjadi besar. Tabel 3.2. Tabel spesifikasi kawat AWG [12]

30 Menghitung nilai induktansi untuk jumlah lilitan yang berbeda. Oleh karena sulitnya mendapatkan literatur untuk mendapatkan induktansi toroid binokuler, maka digunakan pendekatan dengan persamaan untuk induktor single toroid dikalikan dengan faktor pengali. Hasil pengukuran induktansi single toroid dan induktor binokuler dengan jumlah lilitan yang sama ditunjukkan pada tabel 3.3. Tabel 3.3. Hasil pengukuran induktansi single toroid dan toroid binokuler Jumlah lilitan Single Toroid Toroid Binokuler L Binokuler/L toroid mh mh mh mh mh mh Dari tabel hasil uji coba nilai induktansi di atas, diperoleh kesimpulan bahwa faktor pengali sebesar 1,4. Sehingga untuk menghitung nilai induktansi toroid binokuler dapat menggunakan persamaan 3.3. = 1.4 (3.3) Pada pembuatan induktor toroid binokuler, dibuat tiga macam jumlah lilitan, yaitu 185 lilitan, 275 lilitan, dan 350 lilitan. a. Induktansi untuk 185 lilitan = =330.8 = =463.12

31 19 b. Induktansi untuk 275 lilitan = = = = c. Induktansi untuk 350 lilitan = = = = Hasil perhitungan di atas mendekati nilai induktansi saat kita mengukur langsung nilai induktansi induktor menggunakan alat induktor meter. Perbandingan nilai induktansi hasil perhitungan dan pengukuran dapat dilihat pada tabel 3.2. Tabel 3.4. Nilai induktansi toroid binokuler hasil perhitungan dan pengukuran No Jumlah lilitan Hasil perhitungan Hasil pengukuran Selisih kesalahan mh 460 mh 3.12 mh mh mh mh mh 1663,12 mh 5.3mH Grafik selisih kesalahan nilai induktansi dengan hasil perhitungan dan pengukuran ditunjukkan pada gambar 3.4.

32 20 12 Selisih kesalahan (mh) Selisih kesalahan Jumlah lilitan Gambar 3.4. Grafik selisih kesalahan nilai induktansi toroid binokuler hasil perhitungan dan pengukuran 3.2. Induktor toroid binokuler.. Toroid binokuler yang telah dibuat ditunjukkan pada gambar 3.5 Gambar 3.5. Toroid binokuler yang dibuat

33 21 BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA 4.1. Diagram blok sistem Diagram blok sistem secara lengkap ditunjukkan pada gambar 4.1. Gambar 4.1. Diagram blok pengujian Pengujian induktor yang telah dibuat akan menggunakan rangkaian boost converter. Rangkaian ini merupakan rangkaian dc to dc converter yang dapat menaikkan nilai tegangan keluaran. Seperti pada gambar 4.1 diatas, tegangan masukan diperoleh langsung dari PLN. Tegangan tersebut selanjutnya akan dikontrol menggunakan trafo regulator sehingga dapat dipilih nilai tegangan input AC yang akan digunakan sesuai dengan kebutuhan. Dengan bantuan rangkaian rectifier maka tegangan AC tersebut akan disearahkan lebih dulu untuk kemudian digunakan sebagai tegangan masukan pada rangkaian boost converter. Dengan spesifikasi dan bentuk induktor yang tepat, diharapkan rangkaian boost converter tersebut dapat bekerja dengan input tegangan yang cukup tinggi dan memiliki nilai efisiensi daya yang baik. Input generator digunakan untuk memberikan input berupa gelombang kotak dengan frekuensi sebesar 10 KHz ke komponen IGBT/MOSFET dan memiliki duty cycle sebesar 50 %. 21

34 22 Pada proses pengujian, induktor toroid binokuler akan digunakan pada rangkaian boost converter. Rangkaian boost converter lengkap dengan rangkaian rectifier ditunjukkan pada gambar 4.2 [11]. Gambar 4.2. Rangkaian boost converter Spesifikasi komponen rangkaian boost converter di atas sebagai berikut: 1. Diode 1200 V, 20A 2. Komponen IGBT FGA25N120 ANTD 3. Kapasitor 4 uf 850 V Spesifikasi komponen rangkaian rectifier di atas sebagai berikut : 1. Kapasitor 1 ( C1) sebesar 20uF, 400V 2. Kapasitor 2 (C2) sebesar 12.5uF, 400V 3. Saklar 3 posisi. 4. Diode bridge 50 A, 600V 5. Induktor solenoid dengan nilai induktansi sebesar 130 uh

35 Pengujian 1 Pada pengujian ini, dilakukan pengujian terhadap induktor toroid binokuler dengan menggunakan rangkaian boost converter. Pengujian menggunakan beban berupa lampu pijar 25 watt, 50 watt, 75 watt dan 100 watt pada lilitan 185 (460mH). Tegangan input yang diberikan dinaikkan secara teratur melalui trafo regulator sampai terjadi kenaikkan suhu pada induktor sebesar 41 derajat celcius. Frekuensi input dari generator sebesar 10 KHz. Tujuan pengujian ini adalah untuk mengetahui efisiensi daya boost converter terhadap perubahan tegangan input dan perubahan beban. Gambar rangkaian pengujian 1 dapat dilihat pada gambar 4.3.[11] DUT (Device Under Test) Gambar 4.3. Rangkaian pengujian 1 menggunakan 185 lilitan Data hasil pengujian 1 dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut. Tabel 4.1. Efisiensi untuk 185 lilitan dengan beban 25 watt Vi (V) Ii (A) Pi (W) Vo (V) Io (A) Po (W) Efisiensi (%) Vo/Vi

36 24 Nilai efisiensi pada tabel di atas diperoleh dengan persamaan (4.1) = 100% (4.1) Untuk Vi = 21 Volt = = =3.045 = = = watt = 1, % = % Pembuktian nilai induktansi induktor dapat bekerja pada mode kontinyu, mengacu pada persamaan (2.1) Saat Vin min = 21 Volt = > 0 ( ) = 0.11 A

37 25 Saat Vin max = 98 Volt = > 0 ( ) = 0.28 Dengan persamaan yang sama seperti perhitungan pada tabel 4.1 diperoleh nilai efisiensi untuk beban 50 watt yang ditunjukkan pada tabel 4.2 berikut. Tabel 4.2. Efisiensi untuk 185 lilitan dengan beban 50 watt Vi (V) Ii (A) Pi (W) Vo (V) Io (A) Po (W) Efisiensi (&) Vo/Vi Pembuktian bahwa induktor dapat bekerja pada mode kontinyu, mengacu pada persamaan (2.1) Saat Vin min = 21 Volt 21 = = 0.28 A > 0 ( )

38 26 Saat Vin max = 98 Volt 98 = =0.55 > 0 ( ) Tabel 4.3. Efisiensi untuk 185 lilitan dengan beban 75 watt Vi (V) Ii (A) Pi (W) Vo (A) Io (A) Po (W) Efisiensi (%) Vo/Vi Saat Vin min = 21 Volt 21 = = 0.48 A > 0 ( ) Saat Vin max = 98 Volt 98 = =0.67 > 0 ( )

39 27 Tabel 4.4. Efisiensi untuk 185 lilitan dengan beban 100 watt Vi (V) Ii (A) Pi (W) Vo (V) Io (A) Po (W) Efisiensi (%) Vo/Vi Saat Vin min = 21 Volt 21 = = 0.5 A Saat Vin max = 98 Volt 98 = =1.15 > 0 ( ) Dari ke empat tabel di atas dapat dibuat grafik hubungan antara efisiensi terhadap perubahan tegangan input, perubahan beban dan hubungan antara Vo/Vi terhadap perubahan tegangan input.

40 28 Gambar grafik hubungan antara efisiensi terhadap perubahahan Vin pada 185 lilitan ditunjukkan pada gambar Efisiensi (%) Vin (volt) 25 watt 50 watt 75 watt 100 watt Gambar 4.4. Hubungan antara efisiensi terhadap perubahahan Vin Dari gambar 4.4 terlihat bahwa semakin besar tegangan input untuk masingmasing beban maka nilai efisiensi akan naik. Hal ini karena presentase kenaikkan tegangan output dan arus output lebih tinggi dibandingkan presentase kenaikkan tegangan input dan arus input. Contoh pada tabel 4.1, tegangan input 35 V efisiensinya lebih tinggi dari pada 21 V. Presentase kenaikkan tegangan input = Presentase kenaikkan tegangan output 100%=66.65% = %=83.3% Presentase kenaikkan arus input = %=19.3%

41 29 Presentase kenaikkan arus output = %=24.2% Gambar grafik hubungan antara efisiensi terhadap perubahahan beban pada 185 lilitan ditunjukkan pada gambar 4.5. Efisiensi (%) Beban (watt) 21 v 35 v 49 v 63 v 77 v 91 v 98 v Gambar 4.5. Hubungan antara efisiensi terhadap perubahahan beban Dari grafik di atas terlihat bahwa semakin besar beban (watt) yang dipasang maka nilai efisiensi akan naik. Terlihat pada beban 25 watt samapai 75 watt. Ketika beban membesar maka arus yang dibutuhkan juga akan membesar, jadi daya output juga naik meskipun tegangan turun. Sebab kenaikan arus lebih dominan dari pada penurunan tegangan. Pada rangkaian yang digunakan mungkin punya daerah kerja optimal hanya sampai pada saat dipasang beban 75 watt sehingga pada beban 100 watt efisiensinya cenderung turun.

42 30 Gambar grafik hubungan antara perbandingan tegangan output dan tegangan input terhadap perubahahan Vin pada 185 lilitan ditunjukkan pada gambar ,2 2 1,8 Vo/Vi 1,6 1,4 1,2 25 watt 50 watt 75 watt 100 watt Vin (Volt) Gambar 4.6. Hubungan antara Vo/Vi terhadap perubahahan Vin Pada grafik di atas terlihat bahwa nilai Vo/Vi tertinggi berada pada tegangan input sebesar 77 V. Hal ini menunjukkan bahwa pada tegangan input tersebut terdapat losses ( rugi-rugi) paling minimum. Saat Vin rendah (di bawah 77 V) perbandingan tegangan output terhadap tegangan input turun karena adanya rugi-rugi pada induktor yaitu resistansi dalam induktor (dominan). Sedangkan pada Vin tinggi ( di atas 77 V) nilai perbandingan tegangan output terhadap tegangan input juga turun karena adanya rugi-rugi yang berupa panas (kenaikkan suhu sebesar derajad celcius) pada induktor lebih dominan. 4.3 Pengujian 2 Pada pengujian ini, dilakukan pengujian terhadap induktor toroid binokuler dengan menggunakan rangkaian boost converter. Pengujian menggunakan beban berupa lampu pijar 25 watt, 50 watt, 75 watt dan 100 watt pada lilitan 275 (1000mH). Tegangan input yang diberikan dinaikkan secara teratur menggunakan trafo regulator sampai terjadi kenaikkan suhu pada induktor

43 31 sebesar 41 derajat celcius. Frekuensi input dari generator sebesar 10 KHz. Tujuan pengujian ini adalah untuk mengetahui efisiensi daya boost converter terhadap perubahan tegangan input dan perubahan beban. Gambar rangkaian pengujian 2 terlihat pada gambar 4.7.[11] DUT (Device Under Test) Gambar 4.7. Rangkaian pengujian 2 menggunakan 275 lilitan Dengan cara dan formula yang sama untuk menghitung efisiensi seperti pada pengujian 1 diperoleh data hasil pengujian 2 pada tabel 4.5 berikut. Tabel 4.5. Efisiensi untuk 275 lilitan dengan beban 25 watt Vi (V) Ii (A) Pi (W) Vo (V) Io (A) Po (W) Efisiensi (%) Vo/Vi

44 32 Pembuktian bahwa induktor dapat bekerja pada mode kontinyu, mengacu pada persamaan (2.1) Saat Vin min = 21 Volt 21 = = A > 0 ( ) Saat Vin max = 133 Volt 133 = =0.23 > 0 ( ) Dengan persamaan yang sama seperti perhitungan pada pengujian 1, diperoleh nilai efisiensi untuk beban 50 watt ditunjukkan pada tabel 4.6 berikut. Tabel 4.6. Efisiensi untuk 275 lilitan dengan beban 50 watt Vi (V) Ii (A) Pi (W) Vo (V) Io (A) Po (W) Efisiensi (%) Vo/Vi

45 33 Saat Vin min = 21 Volt 21 = = 0.25 A > 0 ( ) Tabel 4.7. Efisiensi untuk 275 lilitan dengan beban 75 watt Vi (V) Ii (A) Pi (W) Vo (V) Io (A) Po (W) Efisiensi (%) Vo/Vi Saat Vin min = 21 Volt 21 = = 0.42 A > 0 ( )

46 34 Tabel 4.8. Efisiensi untuk 275 lilitan dengan beban 100 watt Vi (V) Ii (A) Pi (W) Vo (V) Io (A) Po (W) Efisiensi (%) Vo/Vi Saat Vin min = 21 Volt 21 = = A > 0 ( ) Seperti halnya pada pengujian 1, dari ke empat tabel pada pengujian 2 juga dapat dibuat grafik hubungan antara efisiensi daya terhadap perubahan tegangan input, perubahan beban dan hubungan antara Vo/Vi terhadap perubahan tegangan input.

47 35 Gambar grafik hubungan antara efisiensi terhadap perubahahan Vin pada 275 lilitan ditunjukkan pada gambar Efisiensi (%) Vin (volt) 25 watt 50 watt 75 watt 100 watt Gambar 4.8. Hubungan antara efisiensi terhadap perubahan Vin Pada grafik di atas dapat dianalisa bahwa semakin besar tegangan input pada tiap beban maka nilai efisiensi daya akan naik. Hal ini karena presentase kenaikkan tegangan output dan arus output lebih tinggi dibandingkan presentase kenaikkan tegangan input dan arus input. Contoh pada tabel 4.5, tegangan input 35 V efisiensinya lebih tinggi dari pada 21 V. Presentase kenaikkan tegangan input = Presentase kenaikkan tegangan output 100%=66.65% = %=110.3% Presentase kenaikkan arus input = %=33.3%

48 36 Presentase kenaikkan arus output = %=27.2% Pada grafik tersebut juga terlihat bahwa dengan 275 lilitan, kita dapat memberikan tegangan input sampai 147 volt. Ditunjukkan oleh beban 50 watt pada gambar di atas. Pengujian dengan tegangan 147 volt tidak dilakukan pada beban lain beban-beban tersebut hanya memiliki batas tegangan kerja sebesar 220/2240 volt. Padahal dengan input 147 volt didapatkan output hingga 268 volt. Gambar grafik hubungan antara efisiensi terhadap perubahahan beban pada 275 lilitan ditunjukkan pada gambar Efisiensi (%) v 35 v 49 v 63 v 77 v 91 v 119 v 133 v Beban (watt) Gambar 4.9. Hubungan antara efisiensi terhadap perubahahan beban Seperti pada pengujian pertama, dari grafik di atas terlihat bahwa semakin besar beban (watt) yang dipasang maka nilai efisiensi relatif akan naik. Hal ini terlihat pada beban 25 watt sampai 75 watt. Hal ini karena ketika beban

49 37 membesar maka arus yang dibutuhkan juga akan meningkat, sehingga secara otomatis daya juga naik meskipun teganganya turun. Sebab kenaikan arus lebih dominan dari pada penurunan tegangan. Pada rangkaian yang digunakan mungkin punya daerah kerja optimal hanya sampai pada saat dipasang beban 75 watt sehingga pada beban 100 watt efisiensinya cenderung turun. Sama dengan ketika menggunakan 185 lilitan pada pengujian 1. Gambar grafik hubungan antara perbandingan tegangan output dan tegangan input terhadap perubahahan Vin pada 275 lilitan ditunjukkan pada gambar ,2 2 1,8 Vo/VI 1,6 1,4 1,2 25 watt 50 watt 75 watt 100 watt Vi n (Volt) Gambar Hubungan antara Vo/Vi terhadap perubahahan Vin Pada grafik di atas terlihat bahwa nilai Vo/Vi tertinggi berada pada tegangan input sebesar 119 V. Hal ini menunjukkan bahwa pada tegangan input tersebut terdapat losses ( rugi-rugi) paling minimum. Saat Vin rendah (di bawah 119 V) perbandingan tegangan output terhadap tegangan input turun karena adanya rugi-rugi pada induktor yaitu resistansi dalam induktor (dominan). Sedangkan pada Vin tinggi (di atas 119V) nilai

50 38 perbandingan tegangan output terhadap tegangan input juga turun karena adanya rugi-rugi yang berupa panas (kenaikkan suhu sebesar derajad celcius) pada induktor lebih dominan Pengujian 3 Pada pengujian yang terakhir ini, dilakukan pengetesan terhadap induktor toroid binokuler dengan menggunakan rangkaian boost converter. Pengujian masih tetap menggunakan beban berupa lampu pijar 25 watt, 50 watt, 75 watt dan 100 watt pada lilitan 350 (1700mH). Tegangan input yang diberikan dinaikkan secara teratur meggunakan trafo regulator sampai terjadi kenaikkan suhu pada induktor sebesar 41 derajat celcius. Frekuensi input yang diberikan dari generator sebesar 10 KHz. Tujuan pengujian ini adalah untuk mengetahui efisiensi daya boost converter terhadap perubahan tegangan input dan perubahan beban. Gambar rangkaian pengujian 3 terlihat pada gambar 4.11.[11] DUT (Device Under Test) Gambar Rangkaian pengujian 3 menggunakan 350 lilitan Dengan cara dan formula yang sama untuk menghitung efisiensi seperti pada pengujian 1 dan 2, diperoleh data hasil pengujian 3 pada tabel 4.9 berikut.

51 39 Tabel 4.9. Efisiensi untuk 350 lilitan dengan beban 25 watt Vi (V) Ii (A) Pi (W) Vo (V) Io (A) Po (W) Efisiensi (%) Vo/Vi Pembuktian bahwa induktor dapat bekerja pada mode kontinyu, mengacu pada persamaan (2.1) Saat Vin min = 21 Volt 21 = = A > 0 ( ) Saat Vin max = 133 Volt 133 = =0.248 > 0 ( )

52 40 Tabel Efisiensi untuk 350 lilitan dengan beban 50 watt Vi (V) Ii ( A) Pi (W) Vo (V) Io (A) Po (W) Efisiensi (%) Vo/VI Saat Vin min = 21 Volt 21 = = 0.25 A > 0 ( ) Tabel Efisiensi untuk 350 lilitan dengan beban 75 watt Vi (V) Ii (A) Pi (W) Vo (A) Io (A) Po (W) Efisiensi (%) Vo/Vi

53 41 Saat Vin min = 21 Volt 21 = = 0.44 A > 0 ( ) Tabel Efisiensi untuk 350 lilitan dengan beban 100 watt Vi (V) Ii (A) Pi (W) Vo (V) Io (A) Po (W) Efisiensi (%) Vo/Vi Saat Vin min = 21 Volt 21 = = 0.47 A > 0 ( ) Seperti halnya pada pengujian-pengujian sebelumnya, dari data pada empat tabel pada pengujian 3 juga dapat dibuat beberapa grafik, yaitu hubungan antara efisiensi daya terhadap perubahan tegangan input, perubahan beban dan hubungan antara Vo/Vi terhadap perubahan tegangan input.

UNIVERSITAS INDONESIA ANALISA KARAKTERISTIK INDUKTOR TOROID PADA RANGKAIAN BOOST CONVERTER SKRIPSI ADHITYA ISKANDAR PUTRA

UNIVERSITAS INDONESIA ANALISA KARAKTERISTIK INDUKTOR TOROID PADA RANGKAIAN BOOST CONVERTER SKRIPSI ADHITYA ISKANDAR PUTRA UNIVERSITAS INDONESIA ANALISA KARAKTERISTIK INDUKTOR TOROID PADA RANGKAIAN BOOST CONVERTER SKRIPSI ADHITYA ISKANDAR PUTRA 0906602370 FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO DEPOK JANUARI 2012 UNIVERSITAS

Lebih terperinci

ANALISA POWER INDUKTOR TIPE E DENGAN TEKNIK TAPE WINDING PADA BOOST CONVERTER SKRIPSI UNIVERSITAS INDONESIA MOCHAMAD DHIKA PRADANA FAKULTAS TEKNIK

ANALISA POWER INDUKTOR TIPE E DENGAN TEKNIK TAPE WINDING PADA BOOST CONVERTER SKRIPSI UNIVERSITAS INDONESIA MOCHAMAD DHIKA PRADANA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA ANALISA POWER INDUKTOR TIPE E DENGAN TEKNIK TAPE WINDING PADA BOOST CONVERTER SKRIPSI MOCHAMAD DHIKA PRADANA 0906602830 FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO DEPOK JANUARI

Lebih terperinci

ANALISA POWER INDUKTOR BENTUK E DENGAN KAWAT ENAMEL PADA BOOST CONVERTER SKRIPSI

ANALISA POWER INDUKTOR BENTUK E DENGAN KAWAT ENAMEL PADA BOOST CONVERTER SKRIPSI UNIVERSITAS INDONESIA ANALISA POWER INDUKTOR BENTUK E DENGAN KAWAT ENAMEL PADA BOOST CONVERTER SKRIPSI DODY ERVANT KURNIAWAN 0906602572 FAKULTAS TEKNIK PROGRAM SARJANA DEPOK JANUARI 2012 UNIVERSITAS INDONESIA

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metode penelitian Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode eksperimen murni. Eksperimen dilakukan untuk mengetahui pengaruh frekuensi medan eksitasi terhadap

Lebih terperinci

medan flux...(1) tegangan emf... (2) besar magnetic flux ini adalah Φ dan satuannya Weber (Wb = T.m 2 ). Secara matematis besarnya adalah :

medan flux...(1) tegangan emf... (2) besar magnetic flux ini adalah Φ dan satuannya Weber (Wb = T.m 2 ). Secara matematis besarnya adalah : Masih ingat aturan tangan kanan pada pelajaran fisika? Ini cara yang efektif untuk mengetahui arah medan listrik terhadap arus listrik. Jika seutas kawat tembaga diberi aliran listrik, maka di sekeliling

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Perancangan Dan Pembuatan Mesin preheat pengelasan gesek dua buah logam berbeda jenis yang telah selesai dibuat dan siap untuk dilakukan pengujian dengan beberapa

Lebih terperinci

LEMBAR KERJA SISWA (LKS) /TUGAS TERSTRUKTUR - - INDUKSI ELEKTROMAGNET - INDUKSI FARADAY DAN ARUS

LEMBAR KERJA SISWA (LKS) /TUGAS TERSTRUKTUR - - INDUKSI ELEKTROMAGNET - INDUKSI FARADAY DAN ARUS LEMBAR KERJA SISWA (LKS) /TUGAS TERSTRUKTUR Diberikan Tanggal :. Dikumpulkan Tanggal : Induksi Elektromagnet Nama : Kelas/No : / - - INDUKSI ELEKTROMAGNET - INDUKSI FARADAY DAN ARUS BOLAK-BALIK Induksi

Lebih terperinci

Perancangan Dan Realisasi Converter Satu Fasa untuk Baterai Menjalankan Motor AC 1 Fasa 125 Watt

Perancangan Dan Realisasi Converter Satu Fasa untuk Baterai Menjalankan Motor AC 1 Fasa 125 Watt Jurnal Reka Elkomika 2337-439X Januari 2016 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Teknik Elektro Itenas Vol.4 No.1 Perancangan Dan Realisasi Converter Satu Fasa untuk Baterai Menjalankan Motor AC 1

Lebih terperinci

Materi 3: ELEKTRONIKA DAYA (2 SKS / TEORI) SEMESTER 106 TA 2016/2017 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRONIKA

Materi 3: ELEKTRONIKA DAYA (2 SKS / TEORI) SEMESTER 106 TA 2016/2017 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRONIKA Materi 3: ELEKTRONIKA DAYA 52150492 (2 SKS / TEORI) SEMESTER 106 TA 2016/2017 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRONIKA KONVERTER DC KE DC CHOPPER PENGERTIAN DC to DC converter itu merupakan suatu device

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemasangan atau pembuatan barang-barang elektronika dan listrik.

BAB I PENDAHULUAN. pemasangan atau pembuatan barang-barang elektronika dan listrik. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengukuran merupakan suatu aktifitas dan atau tindakan membandingkan suatu besaran yang belum diketahui nilainya atau harganya terhadap besaran lain yang sudah diketahui

Lebih terperinci

Induktor. oleh danny kurnia

Induktor. oleh danny kurnia Induktor oleh danny kurnia Masih ingat aturan tangan kanan pada pelajaran fisika? Ini cara yang efektif untuk mengetahui arah medan listrik terhadap arus listrik. Jika seutas kawat tembaga diberi aliran

Lebih terperinci

PERANCANGAN DAN REALISASI INVERTER MENGGUNAKAN MIKROKONTROLER ATMEGA168

PERANCANGAN DAN REALISASI INVERTER MENGGUNAKAN MIKROKONTROLER ATMEGA168 PERANCANGAN DAN REALISASI INVERTER MENGGUNAKAN MIKROKONTROLER ATMEGA168 Disusun Oleh : Daniel Wahyu Wicaksono (0922036) Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas Kristen Maranatha Jl. Prof. Drg.

Lebih terperinci

PEMANFAATAN ENERGI MATAHARI MENGGUNAKAN SOLAR CELL SEBAGAI ENERGI ALTERNATIF UNTUK MENGGERAKKAN KONVEYOR

PEMANFAATAN ENERGI MATAHARI MENGGUNAKAN SOLAR CELL SEBAGAI ENERGI ALTERNATIF UNTUK MENGGERAKKAN KONVEYOR PEMANFAATAN ENERGI MATAHARI MENGGUNAKAN SOLAR CELL SEBAGAI ENERGI ALTERNATIF UNTUK MENGGERAKKAN KONVEYOR M. Helmi F. A. P. 1, Epyk Sunarno 2, Endro Wahjono 2 Mahasiswa Teknik Elektro Industri 1, Dosen

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Dalam merealisasikan suatu alat diperlukan dasar teori untuk menunjang hasil yang optimal. Pada bab ini akan dibahas secara singkat mengenai teori dasar yang digunakan untuk merealisasikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. juga, penelusuran lebih jauh akan diketahui banyak hal mengenai kontstruksinya.

BAB I PENDAHULUAN. juga, penelusuran lebih jauh akan diketahui banyak hal mengenai kontstruksinya. BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG Secara kasat mata, induktor akan terlihat cukup sederhana. Bagaimanapun juga, penelusuran lebih jauh akan diketahui banyak hal mengenai kontstruksinya. Dari berbagai

Lebih terperinci

DAFTAR GAMBAR. Magnet Eksternal µt Gambar Grafik Respon Daya Output Buck Converter dengan Gangguan Medan

DAFTAR GAMBAR. Magnet Eksternal µt Gambar Grafik Respon Daya Output Buck Converter dengan Gangguan Medan DAFTAR GAMBAR Gambar 2. 1. Skema Buck Converter [5]... 7 Gambar 2. 2. Buck Converter: Saklar Tertutup [5]... 7 Gambar 2. 3. Buck Converter: Saklar Terbuka [5]... 8 Gambar 2. 4. Rangkaian Boost Converter

Lebih terperinci

BAB II RANGKAIAN ELEKTRONIK DAN KOMPONEN

BAB II RANGKAIAN ELEKTRONIK DAN KOMPONEN BAB II RANGKAIAN ELEKTRONIK DAN KOMPONEN 2.1 PENDAHULUAN Deskripsi Singkat Manfaat Relevansi CapaianPembelajaran 1. Penjelasan tentang rangkaian elektronik dengan didukung oleh komponen-komponen dasar

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dan penulisan laporan tugas akhir dilakukan di Laboratorium

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dan penulisan laporan tugas akhir dilakukan di Laboratorium BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dan penulisan laporan tugas akhir dilakukan di Laboratorium Terpadu Teknik Elektro Universitas Lampung dan mulai dilaksanakan pada Bulan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Pada penelitian ini, penggerak generator adalah dari kayuhan sepeda untuk menghasilkan listrik yang disimpan dalam akumulator 12 Volt 10Ah yang akan digunakan sebagai sumber

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN SMPS JENIS PUSH PULL. Pada bab ini dijelaskan tentang perancangan power supply switching push pull

BAB III RANCANGAN SMPS JENIS PUSH PULL. Pada bab ini dijelaskan tentang perancangan power supply switching push pull BAB III RANCANGAN SMPS JENIS PUSH PULL 3.1 Pendahuluan Pada bab ini dijelaskan tentang perancangan power supply switching push pull konverter sebagai catu daya kontroler. Power supply switching akan mensupply

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN PENYEARAH AC TO DC RESONANSI SERI DENGAN ISOLASI TERHADAP FREKUENSI TINGGI

RANCANG BANGUN PENYEARAH AC TO DC RESONANSI SERI DENGAN ISOLASI TERHADAP FREKUENSI TINGGI RANCANG BANGUN PENYEARAH AC TO DC RESONANSI SERI DENGAN ISOLASI TERHADAP FREKUENSI TINGGI Renny Rakhmawati, ST, MT Jurusan Teknik Elektro Industri PENS-ITS Kampus ITS Sukolilo Surabaya Phone 03-5947280

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI DESAIN GENERATOR MAGNET PERMANEN UNTUK SEPEDA STATIS TUGAS AKHIR. Diajukan oleh: MUHAMMAD D

NASKAH PUBLIKASI DESAIN GENERATOR MAGNET PERMANEN UNTUK SEPEDA STATIS TUGAS AKHIR. Diajukan oleh: MUHAMMAD D NASKAH PUBLIKASI DESAIN GENERATOR MAGNET PERMANEN UNTUK SEPEDA STATIS TUGAS AKHIR Diajukan oleh: MUHAMMAD D 400 090 048 JURUSAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2013 ii

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT 3.1 Gambaran Umum Pada bab ini akan dibahas mengenai perencanaan perangkat keras elektronik dan pembuatan mekanik turbin. Sedangkan untuk pembuatan media putar untuk

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN MODUL BOOST CHOPPER VOLT DC 200 WATT BERBASIS MIKROKONTROLLER ATMEGA 16 ABSTRAK

RANCANG BANGUN MODUL BOOST CHOPPER VOLT DC 200 WATT BERBASIS MIKROKONTROLLER ATMEGA 16 ABSTRAK RANCANG BANGUN MODUL BOOST CHOPPER 48 250 VOLT DC 200 WATT BERBASIS MIKROKONTROLLER ATMEGA 16 *Ali Safarudin **Baisrum, Drs.,SST.,M.Eng **Kartono Wijayanto, Drs.,ST.,MT. * Mahasiswa Teknik Listrik Politeknik

Lebih terperinci

LEMBAR DISKUSI SISWA MATER : INDUKSI ELEKTROMAGNETIK IPA TERPADU KELAS 9 SEMESTER 2

LEMBAR DISKUSI SISWA MATER : INDUKSI ELEKTROMAGNETIK IPA TERPADU KELAS 9 SEMESTER 2 Halaman 1 LEMBAR DISKUSI SISWA MATER : INDUKSI ELEKTROMAGNETIK IPA TERPADU KELAS 9 SEMESTER 2 SMP NEGERI 55 JAKARTA A. GGL INDUKSI Sebelumnya telah diketahui bahwa kelistrikan dapat menghasilkan kemagnetan.

Lebih terperinci

ENERGY SUPPLY SOLAR CELL PADA SISTEM PENGENDALI PORTAL PARKIR OTOMATIS BERBASIS MIKROKONTROLER AT89S52

ENERGY SUPPLY SOLAR CELL PADA SISTEM PENGENDALI PORTAL PARKIR OTOMATIS BERBASIS MIKROKONTROLER AT89S52 ENERGY SUPPLY SOLAR CELL PADA SISTEM PENGENDALI PORTAL PARKIR OTOMATIS BERBASIS MIKROKONTROLER AT89S52 LAPORAN AKHIR Dibuat Untuk Memenuhi Syarat Menyelesaikan Pendidikan Diploma III Pada Jurusan Teknik

Lebih terperinci

Rancang Bangun Charger Baterai dengan Buckboost Konverter

Rancang Bangun Charger Baterai dengan Buckboost Konverter 1 Rancang Bangun Charger Baterai dengan Buckboost Konverter M. Zaenal Effendi ¹, Suryono ², Syaiful Arifianto 3 1 Dosen Jurusan Teknik Elektro Industri ² Dosen Jurusan Teknik Elektro Industri 3 Mahasiswa

Lebih terperinci

Rancang Bangun Modul DC DC Converter Dengan Pengendali PI

Rancang Bangun Modul DC DC Converter Dengan Pengendali PI Rancang Bangun Modul DC DC Converter Dengan Pengendali PI Sutedjo ¹, Zaenal Efendi ², Dina Mursyida 3 Dosen Jurusan Teknik Elektro Industri ² Dosen Jurusan Teknik Elektro Industri 3 Mahasiswa D4 Jurusan

Lebih terperinci

Desain dan Implementasi Soft Switching Boost Konverter Dengan Simple Auxillary Resonant Switch (SARC)

Desain dan Implementasi Soft Switching Boost Konverter Dengan Simple Auxillary Resonant Switch (SARC) Desain dan Implementasi Soft Switching Boost Konverter Dengan Simple Auxillary Resonant Switch (SARC) Dimas Bagus Saputra, Heri Suryoatmojo, dan Arif Musthofa Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknologi

Lebih terperinci

Komponen Pasif. Kegiatan Belajar 1: Komponen Elektronika Pasif

Komponen Pasif. Kegiatan Belajar 1: Komponen Elektronika Pasif Kegiatan Belajar 1: Komponen Elektronika Pasif Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan Memahami dasar-dasar Elektronika Sub Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan 1. Mengenal komponen elektronika pasif 2. Menjelaskan

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN SISTEM PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SURYA MENGGUNAKAN MODUL SURYA 50 WP SEBAGAI ENERGI CADANGAN PADA RUMAH TINGGAL

RANCANG BANGUN SISTEM PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SURYA MENGGUNAKAN MODUL SURYA 50 WP SEBAGAI ENERGI CADANGAN PADA RUMAH TINGGAL RANCANG BANGUN SISTEM PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SURYA MENGGUNAKAN MODUL SURYA 50 WP SEBAGAI ENERGI CADANGAN PADA RUMAH TINGGAL LAPORAN AKHIR Disusun Untuk Memenuhi Syarat Menyelesaikan Pendidikan Diploma

Lebih terperinci

DESAIN DAN IMPLEMENTASI MAXIMUM POWER POINT TRACKER (MPPT) MIKROKONTROLLER AVR. Dosen Pembimbing

DESAIN DAN IMPLEMENTASI MAXIMUM POWER POINT TRACKER (MPPT) MIKROKONTROLLER AVR. Dosen Pembimbing DESAIN DAN IMPLEMENTASI MAXIMUM POWER POINT TRACKER (MPPT) SOLAR PV BERBASIS FUZZY LOGIC MENGGUNAKAN MIKROKONTROLLER AVR Dosen Pembimbing Noval Fauzi 2209 105 086 1. Prof.Dr.Ir.Mochamad Ashari, M.Eng.

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Pada bab ini akan dibahas mengenai perancangan dan realisasi sistem yang dibuat. Gambar 3.1 menunjukkan blok diagram sistem secara keseluruhan. Anak Tangga I Anak Tangga II Anak

Lebih terperinci

APLIKASI INDUKSI ELEKTROMAGNETIK SEBAGAI WIRELESS TRANSFER ENERGI LISTRIK UNTUK KIPAS ANGIN

APLIKASI INDUKSI ELEKTROMAGNETIK SEBAGAI WIRELESS TRANSFER ENERGI LISTRIK UNTUK KIPAS ANGIN APLIKASI INDUKSI ELEKTROMAGNETIK SEBAGAI WIRELESS TRANSFER ENERGI LISTRIK UNTUK KIPAS ANGIN LAPORAN AKHIR Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Menyelesaikan Pendidikan Diploma III Pada Jurusan Teknik Elektro

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN SISTEM PENGENDALI MOTOR DC PENGGERAK SOLAR CELL MENGIKUTI ARAH CAHAYA MATAHARI BERBASIS MIKROKONTROLER

RANCANG BANGUN SISTEM PENGENDALI MOTOR DC PENGGERAK SOLAR CELL MENGIKUTI ARAH CAHAYA MATAHARI BERBASIS MIKROKONTROLER RANCANG BANGUN SISTEM PENGENDALI MOTOR DC PENGGERAK SOLAR CELL MENGIKUTI ARAH CAHAYA MATAHARI BERBASIS MIKROKONTROLER Disusun Sebagai Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Diploma III Program Studi

Lebih terperinci

RANCANGBANGUN TRANSFORMATOR STEP UP

RANCANGBANGUN TRANSFORMATOR STEP UP DAFTAR ISI RANCANGBANGUN TRANSFORMATOR STEP UP 220 V / 5 KV, 0,5 A, 50 Hz... i HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING.. Error! Bookmark not defined. LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN... Error! Bookmark not defined. LEMBAR

Lebih terperinci

ANALISIS PERBANDINGAN PEMBACAAN KWH METER ANALOG DENGAN KWH METER DIGITAL PADA KETIDAKSEIMBANGAN BEBAN SKRIPSI

ANALISIS PERBANDINGAN PEMBACAAN KWH METER ANALOG DENGAN KWH METER DIGITAL PADA KETIDAKSEIMBANGAN BEBAN SKRIPSI UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PERBANDINGAN PEMBACAAN KWH METER ANALOG DENGAN KWH METER DIGITAL PADA KETIDAKSEIMBANGAN BEBAN SKRIPSI Boromeus Sakti Wibisana 04 04 03 022 9 FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA

Lebih terperinci

Latihan soal-soal PENGHANTAR

Latihan soal-soal PENGHANTAR Latihan soal-soal PENGHNTR 1 1. Isilah tabel berikut untuk kawat tembaga : Ø (mm) (mm) R untuk 100m (Ω) 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8 ρ tembaga = 0,0175 Ωmm 2 /m 2. Pada rangkaian gambar di bawah ini,

Lebih terperinci

KOMPONEN PASIF. TK2092 Elektronika Dasar Semester Ganjil 2015/2016. Hanya dipergunakan untuk kepentingan pengajaran di lingkungan Universitas Telkom 1

KOMPONEN PASIF. TK2092 Elektronika Dasar Semester Ganjil 2015/2016. Hanya dipergunakan untuk kepentingan pengajaran di lingkungan Universitas Telkom 1 TK2092 Elektronika Dasar Semester Ganjil 2015/2016 Fakultas Ilmu Terapan Universitas Telkom Bandung 2015 KOMPONEN PASIF Disusun oleh: Duddy Soegiarto, ST.,MT dds@politekniktelkom.ac.id Rini Handayani,

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM 3.1. Perangkat Keras Sistem Perangkat Keras Sistem terdiri dari 5 modul, yaitu Modul Sumber, Modul Mikrokontroler, Modul Pemanas, Modul Sensor Suhu, dan Modul Pilihan Menu. 3.1.1.

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Pada bab ini akan dijelaskan perancangan sistem serta realisasi perangkat keras pada perancangan skripsi ini. 3.1. Gambaran Alat Alat yang akan direalisasikan adalah sebuah alat

Lebih terperinci

DESAIN DAN ANALISIS PROPORSIONAL KONTROL BUCK-BOOST CONVERTER PADA SISTEM PHOTOVOLTAIK

DESAIN DAN ANALISIS PROPORSIONAL KONTROL BUCK-BOOST CONVERTER PADA SISTEM PHOTOVOLTAIK Jurnal ELTEK, Vol 12 No 02, Oktober 2014 ISSN 1693-4024 78 DESAIN DAN ANALISIS PROPORSIONAL KONTROL BUCK-BOOST CONVERTER PADA SISTEM PHOTOVOLTAIK Achmad Komarudin 1 Abstrak Krisis energi memicu manusia

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Catu Daya / power supply Power supply adalah rangkaian elektronika yang berfungsi untuk memberikan tegangan listrik yang dibutuhkan oleh suatu rangkaian elektronika. Dalam

Lebih terperinci

CIRCUIT DASAR DAN PERHITUNGAN

CIRCUIT DASAR DAN PERHITUNGAN CIRCUIT DASAR DAN PERHITUNGAN Oleh : Sunarto YB0USJ ELEKTROMAGNET Listrik dan magnet adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan, setiap ada listrik tentu ada magnet dan sebaliknya. Misalnya ada gulungan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pendahuluan Pada bab ini dibahas hasil dari pengujian alat implementasi tugas akhir yang dilakukan di laboratorium Tugas Akhir Program Studi Teknik Elektro. Dengan

Lebih terperinci

Rancang Bangun Rangkaian AC to DC Full Converter Tiga Fasa dengan Harmonisa Rendah

Rancang Bangun Rangkaian AC to DC Full Converter Tiga Fasa dengan Harmonisa Rendah Rancang Bangun Rangkaian AC to DC Full Converter Tiga Fasa dengan Harmonisa Rendah Mochammad Abdillah, Endro Wahyono,SST, MT ¹, Ir.Hendik Eko H.S., MT ² 1 Mahasiswa D4 Jurusan Teknik Elektro Industri Dosen

Lebih terperinci

DESAIN DAN IMPLEMENTASI PENAIK TEGANGAN MENGGUNAKAN KOMBINASI KY CONVERTER DAN BUCK- BOOST CONVERTER

DESAIN DAN IMPLEMENTASI PENAIK TEGANGAN MENGGUNAKAN KOMBINASI KY CONVERTER DAN BUCK- BOOST CONVERTER B176 DESAIN DAN IMPLEMENTASI PENAIK TEGANGAN MENGGUNAKAN KOMBINASI KY CONVERTER DAN BUCK- BOOST CONVERTER Bustanul Arifin, Heri Suryoatmojo, Soedibjo Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Industri,

Lebih terperinci

Simulasi Peredaman Gangguan Sag Pada Tegangan Masukan Power Supply Di Personal Computer

Simulasi Peredaman Gangguan Sag Pada Tegangan Masukan Power Supply Di Personal Computer Simulasi Peredaman Gangguan Sag Pada Tegangan Masukan Power Supply Di Personal Computer Andreas D Simanjuntak (1122061) Email: andreasdouglas.simanjuntak@gmail.com Program Studi Teknik Elektro, Fakultas

Lebih terperinci

Pemodelan Sistem Kontrol Motor DC dengan Temperatur Udara sebagai Pemicu

Pemodelan Sistem Kontrol Motor DC dengan Temperatur Udara sebagai Pemicu Pemodelan Sistem Kontrol Motor DC dengan Temperatur Udara sebagai Pemicu Brilliant Adhi Prabowo Pusat Penelitian Informatika, LIPI brilliant@informatika.lipi.go.id Abstrak Motor dc lebih sering digunakan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Dalam merealisasikan suatu alat diperlukan dasar teori untuk menunjang hasil yang optimal. Pada bab ini akan dibahas secara singkat mengenai teori dasar yang digunakan untuk merealisasikan

Lebih terperinci

Jenis-jenis Komponen Elektronika, Fungsi dan Simbolnya

Jenis-jenis Komponen Elektronika, Fungsi dan Simbolnya Jenis-jenis Komponen Elektronika, Fungsi dan Simbolnya Peralatan Elektronika adalah sebuah peralatan yang terbentuk dari beberapa Jenis Komponen Elektronika dan masing-masing Komponen Elektronika tersebut

Lebih terperinci

Raharjo et al., Perancangan System Hibrid... 1

Raharjo et al., Perancangan System Hibrid... 1 Raharjo et al., Perancangan System Hibrid... 1 PERANCANGAN SISTEM HIBRID SOLAR CELL - BATERAI PLN MENGGUNAKAN PROGRAMMABLE LOGIC CONTROLLERS (DESIGN OF HYBRID SYSTEM SOLAR CELL - BATERRY - PLN USING PROGRAMMABLE

Lebih terperinci

MEMAKSIMALKAN KONVERSI ENERGI PV MODULE BERDASARKAN KURVA KARAKTERISTIK PADA LERENG TEGANGAN

MEMAKSIMALKAN KONVERSI ENERGI PV MODULE BERDASARKAN KURVA KARAKTERISTIK PADA LERENG TEGANGAN MEMAKSIMALKAN KONVERSI ENERGI PV MODULE BERDASARKAN KURVA KARAKTERISTIK PADA LERENG TEGANGAN LAPORAN TUGAS AKHIR OLEH : FRANCISCO BOBBY HERMAWAN 06.50.0002 PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNOLOGI

Lebih terperinci

DESAIN SEPEDA STATIS DAN GENERATOR MAGNET PERMANEN SEBAGAI PENGHASIL ENERGI LISTRIK TERBARUKAN

DESAIN SEPEDA STATIS DAN GENERATOR MAGNET PERMANEN SEBAGAI PENGHASIL ENERGI LISTRIK TERBARUKAN Jurnal Emitor Vol. 14 No. 02 ISSN 1411-8890 DESAIN SEPEDA STATIS DAN GENERATOR MAGNET PERMANEN SEBAGAI PENGHASIL ENERGI LISTRIK TERBARUKAN Hasyim Asy ari, Muhammad, Aris Budiman Jurusan Teknik Elektro

Lebih terperinci

e. muatan listrik menghasilkan medan listrik dari... a. Faraday d. Lenz b. Maxwell e. Hertz c. Biot-Savart

e. muatan listrik menghasilkan medan listrik dari... a. Faraday d. Lenz b. Maxwell e. Hertz c. Biot-Savart 1. Hipotesis tentang gejala kelistrikan dan ke-magnetan yang disusun Maxwell ialah... a. perubahan medan listrik akan menghasilkan medan magnet b. di sekitar muatan listrik terdapatat medan listrik c.

Lebih terperinci

ek SIPIL MESIN ARSITEKTUR ELEKTRO

ek SIPIL MESIN ARSITEKTUR ELEKTRO ek SIPIL MESIN ARSITEKTUR ELEKTRO APLIKASI KARAKTERISTIK PENYEARAH SATU FASE TERKENDALI PULSE WIDTH MODULATION (PWM) PADA BEBAN RESISTIF Yuli Asmi Rahman * Abstract Rectifier is device to convert alternating

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN SISTEM

BAB II LANDASAN SISTEM BAB II LANDASAN SISTEM Berikut adalah penjabaran mengenai sistem yang dibuat dan teori-teori ilmiah yang mendukung sehingga dapat terealisasi dengan baik. Pada latar belakang penulisan sudah dituliskan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA PEMODELAN DAN SIMULASI SISTEM KENDALI CONTINOUS STIRRED TANK REACTOR (CSTR) BIODIESEL THESIS YOSI ADITYA SEMBADA

UNIVERSITAS INDONESIA PEMODELAN DAN SIMULASI SISTEM KENDALI CONTINOUS STIRRED TANK REACTOR (CSTR) BIODIESEL THESIS YOSI ADITYA SEMBADA UNIVERSITAS INDONESIA PEMODELAN DAN SIMULASI SISTEM KENDALI CONTINOUS STIRRED TANK REACTOR (CSTR) BIODIESEL THESIS YOSI ADITYA SEMBADA 0906495772 FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO DEPOK DESEMBER

Lebih terperinci

DAN RANGKAIAN AC A B A. Gambar 4.1 Berbagai bentuk isyarat penting pada sistem elektronika

DAN RANGKAIAN AC A B A. Gambar 4.1 Berbagai bentuk isyarat penting pada sistem elektronika + 4 KAPASITOR, INDUKTOR DAN RANGKAIAN A 4. Bentuk Gelombang lsyarat (signal) Isyarat adalah merupakan informasi dalam bentuk perubahan arus atau tegangan. Perubahan bentuk isyarat terhadap fungsi waktu

Lebih terperinci

Oleh : Aries Pratama Kurniawan Dosen Pembimbing : Prof. Dr.Ir. Mochamad Ashari, M.Eng Vita Lystianingrum ST., M.Sc

Oleh : Aries Pratama Kurniawan Dosen Pembimbing : Prof. Dr.Ir. Mochamad Ashari, M.Eng Vita Lystianingrum ST., M.Sc OPTIMALISASI SEL SURYA MENGGUNAKAN MAXIMUM POWER POINT TRACKER (MPPT) SEBAGAI CATU DAYA BASE TRANSCEIVER STATION (BTS) Oleh : Aries Pratama Kurniawan 2206 100 114 Dosen Pembimbing : Prof. Dr.Ir. Mochamad

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT 3.1. Perancangan Perancangan merupakan suatu tahap yang sangat penting dalam pembuatan suatu alat, sebab dengan menganalisa komponen yang digunakan maka alat yang akan dibuat dapat

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dibahas mengenai teori teori yang mendasari perancangan dan perealisasian inductive wireless charger untuk telepon seluler. Teori-teori yang digunakan dalam skripsi

Lebih terperinci

Proposal Skripsi Teknik Fisika PROPOSAL SKRIPSI

Proposal Skripsi Teknik Fisika PROPOSAL SKRIPSI Proposal Skripsi Teknik Fisika PROPOSAL SKRIPSI PENGANTAR Skripsi merupakan karya tulis ilmiah laporan hasil perancangan atau penelitian mandiri untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh derajat kesarjanaan

Lebih terperinci

RANCANG SUPPLY K LISTRIK JURUSAN MEDAN AKHIR. Oleh : FABER HENDRA FRISKA VOREZKY

RANCANG SUPPLY K LISTRIK JURUSAN MEDAN AKHIR. Oleh : FABER HENDRA FRISKA VOREZKY RANCANG BANGUN PLTS UNTUK SUPPLY TEKS BERJALAN ( RUNNING TEXTT ) DI DEPAN BENGKEL TEKNIK K LISTRIK LAPORAN TUGAS AKHIR Disusun Sebagai Syarat untuk Menyelesaikann Pendidikan Program Diploma II II Oleh

Lebih terperinci

ANALISA EFISIENSI MODUL SURYA 50 WATT PEAK PADA RANCANG BANGUN SISTEM PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SURYA SEBAGAI ENERGI CADANGAN LAPORAN AKHIR

ANALISA EFISIENSI MODUL SURYA 50 WATT PEAK PADA RANCANG BANGUN SISTEM PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SURYA SEBAGAI ENERGI CADANGAN LAPORAN AKHIR ANALISA EFISIENSI MODUL SURYA 50 WATT PEAK PADA RANCANG BANGUN SISTEM PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SURYA SEBAGAI ENERGI CADANGAN LAPORAN AKHIR Disusun Untuk Memenuhi Syarat Menyelesaikan Pendidikan Diploma

Lebih terperinci

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Rangkaian Elektronik Lampu Navigasi Energi Surya Rangkaian elektronik lampu navigasi energi surya mempunyai tiga komponen utama, yaitu input, storage, dan output. Komponen input

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN CATU DAYA TENAGA SURYA UNTUK PERANGKAT AUDIO MOBIL

RANCANG BANGUN CATU DAYA TENAGA SURYA UNTUK PERANGKAT AUDIO MOBIL RANCANG BANGUN CATU DAYA TENAGA SURYA UNTUK PERANGKAT AUDIO MOBIL Sutedjo ¹, Rusiana², Zuan Mariana Wulan Sari 3 1 Dosen Jurusan Teknik Elektro Industri ² Dosen Jurusan Teknik Elektro Industri 3 Mahasiswa

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM WIRELESS TRANSFER ENERGI LISTRIK MENGGUNAKAN TEKNIK INDUKSI ELEKTROMAGNETIK

PERANCANGAN SISTEM WIRELESS TRANSFER ENERGI LISTRIK MENGGUNAKAN TEKNIK INDUKSI ELEKTROMAGNETIK PERANCANGAN SISTEM WIRELESS TRANSFER ENERGI LISTRIK MENGGUNAKAN TEKNIK INDUKSI ELEKTROMAGNETIK LAPORAN AKHIR Disusun Untuk Menyelesaikan Laporan Akhir Pada Jurusan Teknik Elektro Program Studi Teknik Elektronika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. aplikasi dari konverter dc-dc adalah untuk sistem battery charger. Pada aplikasi

BAB I PENDAHULUAN. aplikasi dari konverter dc-dc adalah untuk sistem battery charger. Pada aplikasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu bidang ilmu kelistrikan yang sedang berkembang pesat dan berpengaruh dalam perkembangan teknologi masa kini adalah bidang elektronika daya. Perkembangan

Lebih terperinci

EFISIENSI PANEL SURYA UNTUK CATU DAYA LAMPU JALAN PADA DINAS PERHUBUNGAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KOTA PALEMBANG

EFISIENSI PANEL SURYA UNTUK CATU DAYA LAMPU JALAN PADA DINAS PERHUBUNGAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KOTA PALEMBANG EFISIENSI PANEL SURYA UNTUK CATU DAYA LAMPU JALAN PADA DINAS PERHUBUNGAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KOTA PALEMBANG LAPORAN AKHIR Disusun sebagai Salah Satu Syarat Menyelesaikan Pendidikan Diploma III Jurusan

Lebih terperinci

MODUL PRAKTIKUM PENGUKURAN BESARAN LISTRIK

MODUL PRAKTIKUM PENGUKURAN BESARAN LISTRIK MODUL PRAKTIKUM PENGUKURAN BESARAN LISTRIK TIM PENYUSUN DIANA RAHMAWATI, S.T., M. T HARYANTO, S.T., M.T KOKO JONI, S.T., M.Eng ACHMAD UBAIDILLAH, S.T., M.T RIZA ALFITA, S.T., MT MIFTACHUL ULUM, S.T., M.T

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Pada bab ini akan dibahas mengenai perancangan dan realisasi dari skripsi meliputi gambaran alat, cara kerja sistem dan modul yang digunakan. Gambar 3.1 merupakan diagram cara

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA Pada bab ini akan dibahas hasil pengujian dan analisa dari sistem yang telah dirancang. Dari hasil pengujian akan diketahui apakah sistem yang dirancang memberikan hasil seperti

Lebih terperinci

DESAIN RANGKAIAN BUCK-BOOST CONVERTER PADA SISTEM CHARGING LAMPU PENERANGAN LINGKUNGAN PONDOK PESANTREN DI KOTA MALANG

DESAIN RANGKAIAN BUCK-BOOST CONVERTER PADA SISTEM CHARGING LAMPU PENERANGAN LINGKUNGAN PONDOK PESANTREN DI KOTA MALANG DESAN RANGKAAN BUCK-BOOST CONVERTER PADA SSTEM CHARGNG LAMPU PENERANGAN LNGKUNGAN PONDOK PESANTREN D KOTA MALANG Muhamad Rifa i 1 email:abirifai005@gmail.com, Beauty Anggraheny kawanty email:beauty_ikawanty@yahoo.co.id

Lebih terperinci

SINKRONISASI DAN PENGAMANAN MODUL GENERATOR LAB-TST BERBASIS PLC (HARDWARE) ABSTRAK

SINKRONISASI DAN PENGAMANAN MODUL GENERATOR LAB-TST BERBASIS PLC (HARDWARE) ABSTRAK SINKRONISASI DAN PENGAMANAN MODUL GENERATOR LAB-TST BERBASIS PLC (HARDWARE) Tri Prasetya F. Ir. Yahya C A, MT. 2 Suhariningsih, S.ST MT. 3 Mahasiswa Jurusan Elektro Industri, Dosen Pembimbing 2 Dosen Pembimbing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rangkaian RLC merupakan suatu rangkaian elektronika yang terdiri dari Resistor, Kapasitor dan Induktor yang dapat disusun seri ataupun paralel. Rangkaian RLC ini merupakan

Lebih terperinci

PERCOBAAN 5 REGULATOR TEGANGAN MODE SWITCHING. 1. Tujuan. 2. Pengetahuan Pendukung dan Bacaan Lanjut. Konverter Buck

PERCOBAAN 5 REGULATOR TEGANGAN MODE SWITCHING. 1. Tujuan. 2. Pengetahuan Pendukung dan Bacaan Lanjut. Konverter Buck PEROBAAN 5 REGUATOR TEGANGAN MODE SWITHING 1. Tujuan a. Mengamati dan mengenali prinsip regulasi tegangan mode switching b. Mengindetifikasi pengaruh komponen pada regulator tegangan mode switching c.

Lebih terperinci

TRANSFORMATOR. Program Pendidikan Fisika Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Surya, Tangerang 2014

TRANSFORMATOR. Program Pendidikan Fisika Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Surya, Tangerang 2014 TRANSFORMATOR Ayu Deshiana(12010210008) Program Pendidikan Fisika Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Surya, Tangerang 2014 1. Pendahuluan Transformator atau trafo adalah komponen pasif yang terbuat

Lebih terperinci

BAB 3 DISAIN RANGKAIAN SNUBBER DAN SIMULASI MENGGUNAKAN MULTISIM

BAB 3 DISAIN RANGKAIAN SNUBBER DAN SIMULASI MENGGUNAKAN MULTISIM BAB 3 DISAIN RANGKAIAN SNUBBER DAN SIMULASI MENGGUNAKAN MULTISIM 3.1 Prinsip Kerja Sistem Mosfet sebagai sakelar elektronik dapat dibuka (off) dan ditutup (on). Pada saat mosfet berguling ke posisi off,

Lebih terperinci

PORTABLE SOLAR CHARGER

PORTABLE SOLAR CHARGER PROYEK AKHIR PORTABLE SOLAR CHARGER Zainal Arifin NRP.7306.030.002 Dosen Pembimbing : Ir. Sutedjo, MT NIP. 19610107.199003.1.001 Ir. Suryono, MT NIP. 19631123.198803.1.002 JURUSAN TEKNIK ELEKTRO INDUSTRI

Lebih terperinci

1. Menerapkan konsep kelistrikan dan kemagnetan dalam berbagai penyelesaian masalah dan produk teknologi

1. Menerapkan konsep kelistrikan dan kemagnetan dalam berbagai penyelesaian masalah dan produk teknologi perubahan medan magnetik dapat menimbulkan perubahan arus listrik (Michael Faraday) Fluks magnetik adalah banyaknya garis-garis medan magnetik yang menembus permukaan bidang secara tegak lurus GGL induksi

Lebih terperinci

MAKALAH INDUKTANSI DAN TRANSFORMATOR

MAKALAH INDUKTANSI DAN TRANSFORMATOR MAKALAH INDUKTANSI DAN TRANSFORMATOR Disusun oleh : Zahra Dhiyah Nafisa Kelas : XII IPA MADRASAH MULTITEKNIK ASIH PUTERA Jl. Muhammad Daeng Ardiwinata No. 199, Cimahi PEMBAHASAN A. INDUKTANSI I. SEJARAH

Lebih terperinci

PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI KONVERTER DC-DC SINGLE-INPUT MULTIPLE- OUTPUT BERBASIS COUPLED INDUCTOR

PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI KONVERTER DC-DC SINGLE-INPUT MULTIPLE- OUTPUT BERBASIS COUPLED INDUCTOR Proseding Seminar Tugas Akhir Teknik Elektro FTI-ITS, Juni 214 1 PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI KONVERTER DC-DC SINGLE-INPUT MULTIPLE- OUTPUT BERBASIS COUPLED INDUCTOR Sugma Wily Supala, Dedet Candra Riawan,

Lebih terperinci

Rancang Bangun Generator Portable Fluks Aksial Magnet Permanen Jenis Neodymium (NdFeB)

Rancang Bangun Generator Portable Fluks Aksial Magnet Permanen Jenis Neodymium (NdFeB) Rancang Bangun Generator Portable Fluks Aksial Magnet Permanen Jenis Neodymium (NdFeB) Fithri Muliawati 1, Taufiq Ramadhan 2 1 Dosen Tetap Program Studi Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Ibn Khaldun

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN CATU DAYA BERKAPASITAS 180W DENGAN METODE SWITCHING

RANCANG BANGUN CATU DAYA BERKAPASITAS 180W DENGAN METODE SWITCHING RANCANG BANGUN CATU DAYA BERKAPASITAS 180W DENGAN METODE SWITCHING LAPORAN TUGAS AKHIR Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Menyelesaikan Program Pendidikan Diploma III Oleh : ADI SWANTO

Lebih terperinci

MODUL PRAKTIKUM PENGUKURAN BESARAN LISTRIK

MODUL PRAKTIKUM PENGUKURAN BESARAN LISTRIK MODUL PRAKTIKUM PENGUKURAN BESARAN LISTRIK Tim penyusun: Diana Rahmawati, S. T., M. T. Haryanto, S. T., M. T. Koko Joni, S. T., M. Eng. Achmad Ubaidillah, S. T., M. T. Riza Alfita, S. T., M. T. Miftachul

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Objek penelitian adalah kompor induksi type JF-20122

BAB III METODE PENELITIAN. Objek penelitian adalah kompor induksi type JF-20122 BAB III METODE PENELITIAN.. Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Research and Development Akademi Teknologi Warga Surakarta Jl.Raya Solo-Baki KM. Kwarasan, Grogol, Solo Baru, Sukoharjo...

Lebih terperinci

PEMODELAN DAN SIMULASI MAXIMUM POWER POINT TRACKER

PEMODELAN DAN SIMULASI MAXIMUM POWER POINT TRACKER PEMODELAN DAN SIMULASI MAXIMUM POWER POINT TRACKER (MPPT) PADA SISTEM PANEL SURYA (PHOTOVOLTAIC SOLAR PANEL) MENGGUNAKAN METODE POWER FEEDBACK DAN VOLTAGE FEEDBACK Disusun Oleh: Nama : Yangmulia Tuanov

Lebih terperinci

ANALISIS STEP-UP CHOPPER SEBAGAI TRANSFORMASI R SEBAGAI INTERFACE PHOTOVOLTAIC DAN BEBAN

ANALISIS STEP-UP CHOPPER SEBAGAI TRANSFORMASI R SEBAGAI INTERFACE PHOTOVOLTAIC DAN BEBAN ANALISIS STEP-UP CHOPPER SEBAGAI TRANSFORMASI R SEBAGAI INTERFACE PHOTOVOLTAIC DAN BEBAN LAPORAN TUGAS AKHIR Oleh : Benediktus Ryan Gumelar 07.50.0020 PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

Lebih terperinci

Desain Konverter DC/DC Zero Voltage Switching dengan Perbaikan Faktor Daya sebagai Charger Baterai untuk Kendaraan Listrik

Desain Konverter DC/DC Zero Voltage Switching dengan Perbaikan Faktor Daya sebagai Charger Baterai untuk Kendaraan Listrik Desain Konverter DC/DC Zero Voltage Switching dengan Perbaikan Faktor Daya sebagai Charger Baterai untuk Kendaraan Listrik BAGUS PRAHORO TRISTANTIO, MOCHAMAD ASHARI, SOEDIBJO JURUSAN TEKNIK ELEKTRO, FAKULTAS

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN FLYBACK REGULATOR UNTUK MENCATU SISTEM PENYAKLARAN IGBT PADA INVERTER SKRIPSI

RANCANG BANGUN FLYBACK REGULATOR UNTUK MENCATU SISTEM PENYAKLARAN IGBT PADA INVERTER SKRIPSI UNIVERSITAS INDONESIA RANCANG BANGUN FLYBACK REGULATOR UNTUK MENCATU SISTEM PENYAKLARAN IGBT PADA INVERTER SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu persyaratan menjadi sarjana teknik pada program Sarjana Teknik

Lebih terperinci

SISTEM OTOMATISASI PENGENDALI LAMPU BERBASIS MIKROKONTROLER

SISTEM OTOMATISASI PENGENDALI LAMPU BERBASIS MIKROKONTROLER SISTEM OTOMATISASI PENGENDALI LAMPU BERBASIS MIKROKONTROLER Ary Indah Ivrilianita Jurusan Teknik Informatika STMIK PalComTech Palembang Abstrak Sistem pengendali lampu menggunakan mikrokontroler ATMega

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN ANALISIS

BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN ANALISIS BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN ANALISIS 4.1. Topik 1. Rangkaian Pemicu SCR dengan Menggunakan Rangkaian RC (Penyearah Setengah Gelombang dan Penyearah Gelombang Penuh). A. Penyearah Setengah Gelombang Gambar

Lebih terperinci

PENGARUH TEGANGAN DAN FREKUENSI TERHADAP INTENSITAS CAHAYA PADA LAMPU PENDAR ELEKTRONIK

PENGARUH TEGANGAN DAN FREKUENSI TERHADAP INTENSITAS CAHAYA PADA LAMPU PENDAR ELEKTRONIK PENGARUH TEGANGAN DAN FREKUENSI TERHADAP INTENSITAS CAHAYA PADA LAMPU PENDAR ELEKTRONIK Martono Dwi Atmadja *, Harrij Mukti Kristiana, Farida Arinie Soelistianto Teknik Elektro, Politeknik Negeri Malang,

Lebih terperinci

Desain Dan Implementasi Penyeimbang Baterai Lithium Polymer Berbasis Dual Inductor

Desain Dan Implementasi Penyeimbang Baterai Lithium Polymer Berbasis Dual Inductor B272 Desain Dan Implementasi Penyeimbang Baterai Lithium Polymer Berbasis Dual Inductor Darus Setyo Widiyanto, Heri Suryoatmojo, dan Soedibyo Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Industri, Institut

Lebih terperinci

PERENCANAAN INVERTER PWM SATU FASA UNTUK PENGATURAN TEGANGAN OUTPUT PEMBANGKIT TENAGA ANGIN

PERENCANAAN INVERTER PWM SATU FASA UNTUK PENGATURAN TEGANGAN OUTPUT PEMBANGKIT TENAGA ANGIN PERENCANAAN INVERTER PWM SATU FASA UNTUK PENGATURAN TEGANGAN OUTPUT PEMBANGKIT TENAGA ANGIN Oleh Herisajani, Nasrul Harun, Dasrul Yunus Staf Pengajar Teknik Elektro Politeknik Negeri Padang ABSTRACT Inverter

Lebih terperinci

PERANCANGAN SHELL AND TUBE HEAT EXCHANGER TIPE FIXED HEAD DENGAN MENGGUNAKAN DESAIN 3D TEMPLATE SKRIPSI

PERANCANGAN SHELL AND TUBE HEAT EXCHANGER TIPE FIXED HEAD DENGAN MENGGUNAKAN DESAIN 3D TEMPLATE SKRIPSI UNIVERSITAS INDONESIA PERANCANGAN SHELL AND TUBE HEAT EXCHANGER TIPE FIXED HEAD DENGAN MENGGUNAKAN DESAIN 3D TEMPLATE SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sarana dan prasarana yang mendukungnya seperti tersedianya tenaga listrik. Saat

BAB I PENDAHULUAN. sarana dan prasarana yang mendukungnya seperti tersedianya tenaga listrik. Saat BAB I PENDAHULUAN Dewasa ini Indonesia sedang melaksanakan pembangunan di segala bidang. Seiring dengan laju pertumbuhan pembangunan maka dituntut adanya sarana dan prasarana yang mendukungnya seperti

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Bab ini akan membahas mengenai perancangan dan realisasi sistem yang dibuat. Gambar 3.1 menunjukkan blok diagram sistem secara keseluruhan. Gambar 3.1. Blok Diagram Sistem Secara

Lebih terperinci

Rancang Bangun AC - DC Half Wave Rectifier 3 Fasa dengan THD minimum dan Faktor Daya Mendekati Satu menggunakan Kontrol Switching PI Fuzzy

Rancang Bangun AC - DC Half Wave Rectifier 3 Fasa dengan THD minimum dan Faktor Daya Mendekati Satu menggunakan Kontrol Switching PI Fuzzy Rancang Bangun AC - DC Half Wave Rectifier 3 Fasa dengan THD minimum dan Faktor Daya Mendekati Satu menggunakan Kontrol Switching PI Fuzzy Ainur Rofiq N ¹, Irianto ², Cahyo Fahma S 3 1 Dosen Jurusan Teknik

Lebih terperinci