BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Remajadan Perkembangannya Remaja berasal dari bahasa latin yakni adolescere yang artinya tumbuh menjadi dewasa atau dalam perkembangan remaja. Remaja merupakan periode kehidupan tertentu yang berbeda dari masa anak anak dan masa dewasa (Mar at, 2008). Remaja didefenisikan juga sebagai periode pertumbuhan, yang merupakan perubahan biologi yang akan mengantarkan anak menjadi seorang dewasa (Marcell, 2007). Usia remaja menurut WHO adalah umur 12 sampai 24 tahun (Jacoeb, 2002). Sedangkan menurut Monks, Knoers dan Handitono membedakan masa remaja atas empat bagian, yaitu : 1. Masa pra remaja atau pra-pubertas (10-12 tahun) 2. Masa remaja awal atau pubertas (12-15 tahun) 3. Masa remaja pertengahan (15-18 tahun) 4. Masa remaja akhir ( tahun) Di Indonesia batasan usia remaja adalah umur tahun dan belum kawin (Depkes, 2010). Menurut Dinas Kesehatan Republik Indonesia tahun 2012, tahap perkembangan pada remaja dibagi atas 3 tahapan yakni : 1. Remaja awal (10-14 tahun) 2. Remaja tengah (15 16 tahun) 3. Remaja akhir ( tahun) Remaja adalah suatu fase kehidupan yang akan terjadi perkembangan yakni secara fisik, fisiologis dan sosial (WHO, 2010).Secara kronologis, perkembangan pada remaja yang dimulai pada umur tahun sampai umur 20 tahun. Perkembangan fisik ditandai dengan perubahan perubahan fisik yang merupakan gejala primer dalam pertumbuhan masa remaja yang berdampak terhadap perubahan perubahan psikologi(mar at, 2008). Tanda - tanda perubahan fisik dari remaja terjadi dalam konteks pubertas. Pubertas (puberty) ialah suatu periode kematangan kerangka dan seksual terjadi

2 dengan pesat terutama pada masa remaja. Perubahan pada anak anak lebih cepat pada perempuan dibandingkan dengan laki laki. Pada laki laki diantara 18 tahun dan pada perempuan pada usia 12 tahun (Mar at, 2008). Hal yang paling terlihat adalah percepatan pertumbuhan. Hal ini akan ada pada fase growth spurt pada anak anak yang sedang berkembang yang nantinya onset, durasi dan selesainya bervariasi (Adair, 2005). Pada perempuan Growth spurt dimulai sejak usia 11 sampai 14 tahun dan akan selesai secara sempurna 1 sampai 2 tahun setelah perempuan tersebut mengalami menars. Sedangkan pada laki laki akan ada pertumbuhan yang linear mulai dari usia remaja menengah yakni 15 sampai 17 tahun (Garajalo, 2005). Menurut interpretasi Hazard tentang pemeriksaan pertumbuhan (Hazard of Interpretation of growth measurement). pertumbuhan itu tidaklah linear sebagai contoh anak anak yang fase growth spurt nya pada musim dingin akan mengalami pengurangan pertumbuhan pada musim semi (Garajalo, 2005). Fase perkembangan Growh Spurt berdasarkan tahap remaja Variabel Remaja Awal (usia tahun). Biologis Onset pubertas dan seks sekunder dimulai dengan pertumbuhan yang cepat Remaja Tengah (usia tahun). Pertumbuhan tinggi dan berat badan sehingga mulai terjadi perubahan komposisi tubuh dan perubahan bentuk tubuh. Remaja Akhir (usia 17 keatas). Perkembangan dan pertumbuhan melambat, komposisi tubuh hampir sama dengan dewasa.

3 Psikologis /emosional Sosiokultural Berpikir konkret, mulai berusaha untuk menerima perubahan dirinya, egosentris, perasaan yang tidak terkontrol, sering berpikir apakah saya normal? Mulai ingin independen di depan orangtuanya, membuat kelompok yang sesama jenis, mulai idealistic untuk memilih apa yang diinginkan. Mulai berpikir secara abstrak, sering berpikir pada hal hal yang tidak kelihatan, mulai ada perkembangan dari perspektif. Mulai merasa kalau hubungannya dengan orangtua dan teman-temannya, mulai ingin merasakan kegiatan seksual, dan mulai berani untuk mengambil risiko. Mulai berpikir formal operasional, mulai focus kepada relasinya kepada orang lain (hubungan sosial)., lebih menghargai. Mulai mengambil nilai nilai yang diberikan oleh orangtua, lebih ingin dekat dengan lawan jenis dibandingkan dengan sesama jenis, mulai memikirkan risiko dari tindakan yang diambil, mulai memikirkan karir. Tabel 2.1. Fase perkembangan Growh Spurt berdasarkan tahap remaja Sumber : Garajalo, 2005 Secara garis besarnya perubahan perubahan yang berhubungan dengan perubahan perubahan fisik dan perubahan perubahan yang berkaitan dengan perkembangan karakteristik seksual. Kematangan seksual merupakan suatu rangkaian dari perubahan perubahan yang terjadi pada masa remaja, yang ditandai dengan perubahan pada ciri-ciri seks primer dan seks sekunder (Mar at, 2008). Ciri ciri seks primer menunjukkan organ tubuh yang secara langsung berhubungan dengan proses reproduksi. Pada anak anak perempuan, perubahan ciri ciri seks primer ditandai dengan periode menstruasi yang disebut dengan menars, yaitu menstruasi pertama kali yang dialami oleh wanita (Mar at, 2008). Sementara itu adalah perubahan ciri ciri seks sekunder merupakan tanda tanda jasmaniah yang tidak langsung berhubungan dengan reproduksi, namun yang merupakan tanda tanda yang akan membedakan laki laki dan wanita (Mar at, 2008). Kematangan sex ditandai dengan Sex Maturity Rating (SMR). SMR 1 Perkembangan payudara Elevasi papilla Perkembangan genitalia Tidak ada rambut pada pubis SMR 2 Perkembangan Papila kelihatan dan areola mulai melebar

4 payudara namun belum mengelap Perkembangan genitalia Mulai tumbuh rambut lurus pada pubis dan sampai disepanjang daerah labia. SMR 3 Perkembangan payudara Pembesaran payudara, papila tidak terlalu menonjol Perkembangan genitalia Rambut pubis semakin banyak, semakin gelap, dan mulai membentuk daerah segitiga seperti wanita umumnya namun tipis. SMR 4 Perkembangan payudara Pembesaran payudara dan penonjolan papila dan areola yang menjadi lebih gelap. Perkembangan genitalia Rambut pubis lebih tebal, menjadi keriting dan lebih terdistribusi. SMR 5 Perkembangan payudara Payudara mulai kelihatan seperti orang dewasa, papila yang sudah menonjol dengan baik, areola tepat disekitar papila. Perkembangan genitalia Rambut pubis semakin banyak, sudah seperti wanita dewasa umumnya dan dapat menyebar sampai ke daerah pertengahan paha. Tabel Kematangan sex ditandai dengan Sex Maturity Rating (SMR). Sumber : Garajalo, 2005 Perubahan yang dialami dalam fase ini sangat banyak, seperti misalnya dalam tinggi dan berat. Adapun faktor penyebab laki laki rata rata lebih tinggi dari perempuan adalah karena laki laki memulai percepatan pertumbuhan mereka 2 tahun lebih lambat dibandingkan dengan anak perempuan (Mar at, 2008). Tingkat pertumbuhan paling tinggi adalah pada usia sekitar 11 atau 12 tahun untuk anak perempuan dan 2 tahun kemudian untuk anak laki laki. Dalam tahun ini anak perempuan mengalami penambahan sekitar 3 inci dan anak laki laki bertambah lebih dari 4 inci dan laki laki tetap mengalami perkembangan

5 sementara perempuan melambat, maka perempuan pada akhirnya lebih pendek dibandingkan rata rata laki laki (Mar at, 2008). Seiring pertambahan tinggi dan berat badan, perubahan selama masa remaja juga terjadi pada proporsi tubuh. Dalam perubahan struktur kerangka terjadi percepatan perubahan otot, sehingga mengakibatkan terjadi pengurangan jumlah lemak di dalam tubuh (Mar at, 2008). Hubungan perkembangan dari berat badan dan tinggi badan dengan perkembangan maturasi seksual adalah sebagai berikut : Gambar Kejadian maturitas pada anak laki laki Sumber : Marcell, 2007 Gambar 2.2. kejadian maturitas pada anak perempuan. Sumber : Marcell, OnsetMenars Defenisi Menars Menars adalah pendarahan pertama dari uterus yang terjadi pada seorang wanita yang biasanya rata rata terjadi pada umur tahun (Jacoeb, 2009).

6 Pada menstruasi normal, onset menars biasanya terjadi pada rentang usia tahun dan pada umur rata rata 12,5 tahun. Menars akan terjadi saat remaja dalam fase kematangan SMR 3 4, biasanya terjadi pada 1 3 tahun setelah memasuki masa pubertas (Garajalo, 2005) Menars Secara normal proses dari menars dipengaruhi oleh sistem downregulation, oleh sekresi Gonadotropin Realising Hormon (GnRH).. Axis ini diinhibisi oleh Central Nervous Center (CNS).. Onset menars, dikeluarkan oleh pulsasi GnRH, sehingga mengeluarkan hormone Luteinizing Hormon (LH). dan Follicle Stimulating Hormon (FSH).. Pulsasi ini akan muncul perrtama kali saat tidur sehingga dan akan mengalami kenaikan dari frekuensi dan amplitudonya saat siang hari.(zimmerman, 2005). Estradiol kiss-1 neuron mtor Glutamate Noradrenalin GABA Endogenous opiates Other factors e.g. IGF 1, leptin GnRH neuron Pulsatile GnRH secretion pubertas TGF-a neuregulin glutamat astrogial cell Gambar 2.3. Stimulasi dan inhibisi dari efektor sekresi pulsatil GnRH. Sumber : Karapanou, 2010 Pada anak yang sehat akan terjadi perkembangan seksual secara fisik yang akan mengubah fungsi ovarium, terjadi perkembangan payudara dan genitalia. Keluarnya steroid akan mempengaruhi otak sehingga berpengaruh dengan pembentukan sekresi hormone yang akan mempengaruhi sistem endokrin dan akan berpengaruh pada berawalnya siklus neurologis (Gaudineau, 2010).

7 Namun menars bukan hanya dipengaruhi oleh hormone yang diregulasi di uterus dan ovarium tetapi juga akan dipengaruhi oleh kecepatan metabolism tubuh, toleransi glukosa, makanan, mood dan banyak hal (French, S.A, 2006). Menars tersebut dibagi menjadi 3 yakni menars normal, menars precocious yakni terlalu cepat yakni dibawah umur 10 tahun yang dapat diakibatkan oleh banyak hal seperti tumor pada ovarium, kelenjar adrenal, otak, adanya reye syndrome atau penyakit genetic dan penggunaan obat obatan. Yang terakhir adalah menars delayed atau terlambat yang terjadi di atas 16 tahun apabila ciri seks sekunder positif atau 14 tahun apabila ciri seks sekunder tidak ada yang dapat diakibatkan oleh kegiatan fisik yang terlalu berat, penyakit kronik seperi cystic fibrosis atau sickle cell dan kelainan genetik seperti Turner s syndrome (Needlman, 2007) Faktor Faktor yang mempengaruhi onset menars Faktor faktor yang mempengaruhi onset menars adalah: 1. Tingkat pengetahuan gizi Pengetahuan gizi adalah pemahaman seseorang tentang ilmu gizi, zat gizi serta interaksi antara zat gizi terhadap status gizi dan kesehatan (Suhardjo, 1996 dikutip dari Lusiana, 2007). Pemahaman diketahui dengan banyak hal, dari penelitian yang dilakukan oleh Lusiana, 2007 tentang pengetahuan gizi yaitu mengenai karbohidrat dan lemak, kekurangan vitamin dalam tubuh, dampak kurang gizi terhadap remaja dan protein nabati, didapati bahwa pada anak yang pengetahuan gizinya baik akan lebih cepat menars dibandingkan dengan remaja yang pengetahuan gizi nya rendah. 2. Konsumsi vitamin B12, besi dan kalsium Saat remaja mengkonsumsi bahan bahan tersebut dalam jumlah yang kurang maka akan terjadi perburukan untuk perkembangan remaja sampai menyelesaikan fase growth spurt nya. Misalnya pada remaja yang terbiasa dengan pola vegetarian yang tidak terkontrol (Dilley, 2005).

8 Perbedaan antara remaja yang terbiasa dengan pola vegetarian juga sangat berrpengaruh dengan onset menars (Bagga, 2000). 3. Sosioekonomi Faktor sosioekonomi yang dimaksudkan termasuk jumlah dari anggota keluarga, pendapatan keluarga, level pendidikan keluarga (Karapanou, 2010). Remaja yang memiliki tingkat ekonomi yang baik memiliki onset menars yang lebih cepat dibandingkan remaja yang memiliki tingkat ekonomi rendah. Hal ini dikarenakan bahwa remaja yang memiliki tingkat ekonomi tinggi memiliki akses untuk perbaikan kesehatan yang lebih baik dibandingkan dengan remaja tingkat ekonomi rendah (Lusiana, 2007). Remaja yang memiliki jumlah anggota keluarga lebih besar memiliki onset menars yang lebih lambat. Selain itu remaja yang tidak tinggal dengan ayah biologis misalnya dengan ayah tiri dan saudara laki laki tiri memiliki onset menars yang lebih cepat. Sedangkan remaja yang tinggal dengan saudara perempuan yang lebih tua darinya mengalami onset menars yang lebih lama dibandingkan dengan remaja seusianya. Hal ini disebabkan oleh stress lingkungan keluarga dan gangguan marental mood (Karapanou, 2010). 4. Psikologis Keadaan psikologis remaja yang dinilai dengan penilaian remaja terhadap tubuhnya apakah baik atau buruk dan respon remaja terhadap keadaan tubuhnya. Hal ini akan berpengaruh pada faktor stress dari remaja yang disebut sebagai experimental health (Gaudineau, 2010). 5. Faktor Lingkungan Keadaan lingkungan akan mendukung cepat tindaknya remaja untuk mendapatkan menars. Misalnya faktor stres lingkungan seperti penyakit akut maupun kronis dan keadaan peperangan. Keadaan ini akan menekan axis hypothalamic pituitary gonadal axis dan akhirnya akan mengakibatkan perlambatan usia menars (Karapanou, 2010).

9 Ketinggian tempat tinggal akan mempengaruhi seorang anak akan mendapatkan menars. Setiap kenaikan 100 m dari permukaan laut akan memberikan tiga bulan keterlambatan untuk waktu menars seseorang. Hal ini dikarenakan oleh keadaan nutrisi yang diharuskan untuk seseorang yang tinggal didataran tinggi akan membutuhkan energi yang lebih banyak sehingga simpanan lemak tubuh untuk proporsi tubuh yang baik susah dicapai (Karapanou, 2010). Keadaan kimiawi lingkungan yang disebut dengan kimiawi penghambat endokrin (endocrine distruptor chemical). dapat mempengaruhi onset pubertas dan tentunya onset menars (Karapanou, 2010). Kimiawi penghambat endokrin (endocrine distruptor chemical). merupakan suatu bahan yang memiliki sesuatu struktur yang sama dengan estrogen sehingga dapat menduduki reseptor estrogen sehingga hal ini akan mengganggu steroidogenesis. Selain itu kimiawi penghambat endokrin (endocrine distruptor chemical). juga akan mempengaruhi pubertas melalui jalur Central Nervous System dengan menurunkan sirkulasi LH dan prolaktin. Hal yang paling membahayakan adalah saat kimiawi penghambat endokrin (endocrine distruptor chemical). mempengaruhi sistem endokrin, karena hal ini dapat mengakibatkan terjadi gangguan diferensiasi sex dan memacu hormon hormon penyebab kanker (Karapanou, 2010). 6. Father absence and present Keberadaan ayah yang tinggal dalam satu rumah akan mempengaruhi onset menars pada seorang remaja. Belum banyak penelitian yang dilakukan dalam hal ini namun didapati bahwa hal ini disebabkan oleh stimuli kehadiran seorang ayah dalam keluarga yang akan mempengaruhi stress anak yang berpengaruh pada onset menarsnya (Maestripieri, 2004).

10 Gambar 2.4. Pengaruh keberadaan ayah menetap di rumah Sumber : Maestripieri, Usia menars ibu Rata rata onset menars ibu adalah tahun. Variasi umur rata-rata onset menars merupakan interaksi genetik dan lingkungan. Sehingga ibu yang memilik onset menars lebih cepat dibandingkan ibu lain memiliki remaja yang juga lebih cepat onset menarsnya (Lusiana, 2007). 8. Status gizi Pada remaja yang termasuk gizi tumbuh lebih lambat untuk waktu yang lebih lama, karena itu menars (umur pertama kali menstruasi) juga akan tertunda (Lusiana, 2007). Status gizi itupun dipengaruhi oleh nutrisi yang masuk ke dalam tubuh anak (Padez, 2003). Parameter yang digunakan adalah berat badan dan Body Mass Index (BMI). dan tinggi badan. Misalnya : tingginya level lemak subcutaneous dan BMI pada masaprapubertal (5-9 tahun). akan mengasosiasikan kenaikan onset menars menjadi dibawah 11 tahun. Onset menars berbanding terbalik dengan lingkar paha dan lingkar lengan namun onset menars berbanding lurus dengan lingkar pinggul (Karapanou, 2010). 9. Kadar Leptin di dalam darah Tingginya kadar leptin di dalam darah lebih ditandai dengan lemak pada gluteofemoral dibandingkan dengan lemak pada tubuh bagian atas, lemak pada bagian ini akan dianggap oleh hipotalamus sebagai gambaran distribusi lemak semasa pubertas (Karapanou, 2010). 10. Birth weight ( Berat Badan Lahir). Hubungan antara berat badan lahir dengan onset menars pada remaja belum sepenuhnya di teliti dan dokumentasinya belum juga lengkap. Namun didapati bahwa kecil besarnya umur gestasi akan berbanding lurus dengan onset

11 menars (Barasi, 2007). Berat badan lahir akan mempengaruhi 5 10 bulan dari tertunda maupun terlalu cepatnya onset pubertas dan onset menars (Karapanou, 2010). Berat badan lahir 11. Kecepatan pertambahan berat badan bayi Kecepatan pertambahan berat badan bayi mulai dari baru lahir sampai berumur 2 bulan dan mulai dari 2 bulan sampai 9 bulan, akan mempengaruhi onset pubertas dan onset menars dari remaja. Karena kecepatan pertambahan berat badan bayi pada saat itu akan mempengaruhi besar jaringan lemak yang akan ada di tubuh anak mulai dari berumur 10 tahun, sehingga semakin besar pertambahan akan semakin cepat onset menars seorang anak. Namun hal ini tidak berlaku pada anak yang memiliki kecepatan pertambahan berat badan yang tinggi saat berumur 9 sampai 19 bulan (Ellison, 1981 dikutip dari Karapanou, 2010). 12. Aktivitas fisik Didapati bahwa remaja yang memiliki aktifitas fisik sekitar 2 jam perhari diklasifikasikan sebagai remaja yang memiliki aktivitas fisik tinggi. Remaja tersebut memiliki onset menars yang lebih terlambat dibandingkan dengan remaja yang tidak melakukan aktivitas fisik yang berat. Hal ini disebabkan oleh dikirimnya impuls negatif dari hipotalamus yang mengatur keluarnya GnRH pulsatil oleh karena aktivitas fisik yang berlebihan (Chavarro, 2004). Aktifitas fisik yang dilakukan secara regular oleh para remaja seperti permainan voli, badminton dan berenang akan membuat keterlambatan sekresi dari hormone sehingga memperlambat maturitas tubuh dan akhirnya memperlambat onset menars (Bagga, 2000). 13. Status kesehatan Status kesehatan yang berpengaruh pada pubertas adalah Body Mass Index (BMI)., resistensi insulin, ada tidaknya menderita sindrom metabolik, dan ada tidaknya gangguan kardiovaskular (Karapanou, 2010).

12 Remaja yang memiliki penyakit seperti penyakit kardiovaskular, penyakit jantung koroner atau setidaknya memiliki orang tua yang memiliki riwayat demikian akan lebih cepat menars dan ternyata yang didapati adalah bahwa hal tersebut terjadi karena secara genetik akan mengkontribusi kenaikan sel adiposa dalam tubuh seseorang tersebut. Remaja akan lebih cepat pada remaja yang tidak memiliki gangguan dari kenaikan gula darah dan tidak intoleransi insulin (Karapanou, 2010). 14. Pengguna obat obatan Remaja pengguna obat obatan seperti tobacco, cannabis, alcohol akan lebih cepat onset menarsnya dibandingkan dengan remaja yang tidak menggunakan obat obatan tersebut (Gaudineau, 2010). 2.3 Status Gizi Defenisi Status Gizi Status Gizi adalah suatu penilaian konsumsi pangan berdasarkan data kuantitatif maupun data kualitatif yang diperoleh dengan cara survei (Yuniastuti, 2008) Faktor faktor yang mempengaruhi status gizi Faktor faktor yang mempengaruhi status gizi mencakup faktor faktor yang mempengaruhi menars (Lusiana, 2007). Faktor faktor lain adalah : 1. Riwayat Konsumsi Makanan Jika dapat diketahui mulai dari anak lahir, mulai dari berapa lama mendapatkan ASI (Air Susu Ibu)., apakah ASI ekslusif didapatkan, apa susu formula yang didapatkan, durasi pemberian MPASI (Makanan Pendamping Air

13 Susu Ibu).. Gangguan saat pemberian makanan pada anak dan kelainan makan (Dilley, 2005). 2. Riwayat perkembangan anak Anak mengalami perlambatan dalam fase perkembangannya yang disesuaikan dengan perkembangan anak dalam fase yang seharusnya. Misalnya apakah anak tersebut mulai mengalami pertumbuhan gigi, bicara, berjalan dan perkembangan lain dalam usia yang seharusnya (Dilley, 2005). 3. Riwayat Kelahiran Riwayat kelahiran yang dimaksud misalnya, anak lahir dengan kurang bulan, anak yang punya komplikasi saat proses kelahiran dan masalah lain akan lebih jelek status gizinya jika dibandingkan dengan anak anak yang lahir dengan waktu yang cukup bulan (Dilley, 2005). Penyakit penyakit yang diderita ibu saat hamil yang mengakibatkan ibu harus mengkonsumsi obat obatan tertentu. Misalnya pada ibu hamil yang terinfeksi Streptococcus B hemoliticus sehingga membuat ibu hamil harus mengkonsumsi antibotik (Dilley, 2005). 4. Aktifitas di luar sekolah Aktifitas di luar sekolah diusahakan adalah kegiatan yang mendukung kesehatan anak dan mendukung anak dalam perkembangannya. Harus diseimbangkan antara aktifitas dalam olahraga, seni dan lain sebagainya dan harus disesuaikan antara waktu istirahat dan waktu yang akan diisi dengan kegiatan (Dilley, 2005). 5. Imunisasi Imunisasi sepatutnya diberikan karena akan mempengaruhi dari status gizi anak. Seperti pemberian imunisasi mumps, rubella (MMRs)., DTaPs. Polio, Varivax, Hepatitis B (Dilley, 2005). 6. Penyakit yang diderita

14 Penyakit yang sedang diderita sekarang dalam kurun waktu tertentu, misalnya sedang diare dan sudah dialami dalam 1 minggu, demam dalam 4 hari terakhir dan lain lain (Dilley, 2005). Penyakit juga dapat diketahui dengan memeriksa kadar gula darah anak, keadaan pendengaran, ada tidaknya faktor risiko hyperlipidemia, tuberculosis, dan lain lain (Dilley, 2005) Penilaian Status Gizi Penilaian gizi lengkap akan menintegrasikan suatu kordinasi kombinasi evaluasi medis subyektif dan pengukuran objektif atas riwayat medis dan gizi seperti makanan terdahulu dan sekarang, pemeriksaan fisik seperti pemeriksaan pengukuran antropometrik dan penilaian pertumbuhan, parameter biokimiawi dan metabolic, antisipasi perjalanan medis yang dijalani dan efek pengobatan (Leleiko, 2006). Penilaian status gizi dapat dilakukan dengan banyak cara : Cara Kualitatif Cara kualitatif kita lakukan agar kita dapat mengetahui frekuensi makan dan mengetahui cara memperoleh pangan. 1. Metode recall 24 jam Metode ini digunakan untuk mengetahui estimasi jumlah pangan dan minuman yang dikonsumsi oleh seseorangselama 24 jam yang lalu atau sehari sebelum wawancara dilakukan (Yuniastuti, 2008). 2. Food records Responden akan mencatat semua pangan dan minuman yang dikonsumsi selama satu minggu (Yuniastuti, 2008). 3. Weighing methods

15 Metode penimbangan mengukur secara langsung berat setiap jenis pangan yang dikonsumsi oleh seseorang pada hari melakukan wawancara (Yuniastuti, 2008). 4. Food frequency questionare Metode ini digunakan untuk mengetahui pola konsumsi pangan dari seseorang yakni mengetahui daftar jenis pangan yang dimakan dan frekuensi orang tersebut mengkonsumsi makanannya (Yuniastuti, 2008). 5. Dietary history Metode yang dikenal dengan metode riwayat pangan ini adalah untuk mengetahui pola inti pangan sehari hari yang meliputi tiga komponen dasar, yaitu wawancara mendalam tentang pola makan sehari-hari (termasuk recall 24 jam)., checklist frekuensi pangan, dan pencatatan dua tiga hari, yang dimaksud sebagai teknik cross-cheecking (pemeriksaan silang). (Yuniastuti, 2008) Cara Kuantitatif 1. Cara Biokimia Cara biokimia dapat digunakan untuk mendeteksi subklinis yang semakin penting dalam era global preventif. Secara teoritis, keadaan defisiensi subklinis dapat diidentifikasikan melalui pengukuran kadar zat gizi/ metabolit dalam suatu bahan biopsi (Yuniastuti, 2008). 2. Cara Antropometri Penghitungan secara antropometri adalah penilaian status gizi dengan menggunakan ukuran ukuran tubuh (Koski, 2004). pengukuran antropometri dilakukan dengan menggunakan dengan dua dimensi yaitu pengaturan pertumbuhan dan komposisi tubuh (Yuniastuti, 2008). Pada anak kita membutuhkan untuk menentukan status gizi anak karena pada fase pertumbuhan dan komposisi tubuh berbeda dengan orang dewasa dan pada hal ini kita menggunakan kurva The Centers for Disaese Control and

16 Prevention (CDC) (Koski, 2004).. Dengan terlebih dahulu menghitung BMI dari anak dengan menggunakan rumus Lalu di sesuaikan untuk diplot pada kurva CDC growth chart The Centers for Disaese Control and Prevention (CDC) adalah suatu chart yang merupakan revisi dari The National Center for Health Statistic(NCHS).yang telah digunakan mulai dari tahun Selain karena NCHS sudah digunakan sejak waktu yang lama namun alasan untuk merevisi NCHS juga untuk memperbaiki isi dan cakupannya, misalnya : 1. Chart NCHS mulai menunjukkan hasil yang rancu saat digunakan pada remaja yang sudah memasuki masa pubertas. Sehingga didesain lebih signifikan lagi pada CDC untuk menunjukkan hasil yang lebih akurat. 2. Chart NCHS tidak dapat mempredikisi status gizi dengan baik dan saat kita gunakan untuk remaja masa pubertas kita tidak dapat memperkirakan keadaan tersebut dengan membawanya untuk dibandingkaan dengan baik tidaknya status endokrin seseorang. 3. Rentang usia yang digunakan dalam NCHS terlalu sempit, maka rentang dilebarkan pada CDC 2000 mulai dari umur 2 tahun sampai umur 20 tahun, agar remaja akhir dapat tetap diperhatikan kesehatannya berdasarkan perkembangan fisiologi tubuh yang sesuai menurut pediatri. 4. Pada CDC ditambahkan rentang persentil untuk mengatakan seseorang at risk Chart CDC 2000 dibuat untuk menentukan status kesehatan dan riset untuk mengetahui status dari bayi, anak dan remaja (CDC, 2002). Chart CDC 2000 terdiri dari chart yang digunakan untuk bayi, chart yang digunakan untuk anak yang berusia kurang dari 36 bulan dan chart yang dapat digunakan untuk anak sampai remaja yakni dengan usia 2 sampai 20 tahun (CDC, 2002). The Centers for Disaese Control and Prevention (CDC) merupakan chart yang digunakan untuk menentukan BMI dari anak yang mana penentuan

17 tidak hanya dibandingakan antara berat badan dan tinggi badan namun juga mengikutsertakan umur dan jenis kelamin yang dapat digunakan pada anak berumur 2 sampai 20 tahun (Koski, 2004). Chart yang digunakan untuk anak dan remaja yang berusia 2 sampai 20 tahun ini merupakan chart yang akan menunjukkan hubungan antara BMI dengan umur yang akan ditunjukkan dalam kurva. Dari kurva ini akan digunakan untuk menentukan apakah anak dalam posisi yang risiko dengan kelebihan berat badan sehingga dokter dapat menentukan apa yang harus dia lakukan untuk pasien tersebut (CDC, 2002).Selain itu chart pertumbuhan ini juga digunakan untuk memperkirakan bagaimana keadaan nutrisi anak saat itu dan juga dapat mempertimbangakan apa yang diperlukan agar anak mencapai pertumbuhan yang adekuat. Selain itu keberadaan chart ini juga dapat membantu untuk mempertimbangkan bagaimana keadaan endokrin anak ke depannya (MMWR, 2010).

18 Gambar 2.5. Growth Chart CDC Sumber : CDC, 2002 Setiap BMI yang sudah di plot pada CDC mempunyai indikasi tersendiri yang akan menentukan jenis persentil yang ditunjukkan. BMI for Age Cutoffs 95 th percentile Overweight 85 th percentile 95 th percentile Risk of overweight 5 th percentile - 85 th percentile Normal 5 th percentile Underweight Tabel 2.3. BMI berdasarkan umur Sumber : CDC, 2002 Hal ini nantinya akan membantu kita untuk menentukan apakah anak tersebut dalam kondisi kurus (underweight)., normal (normal weight)., risiko berat

19 badan berlebih (at risk of overweight)., berat badan berlebih (overweight). yang mana pada orang dewasa sudah disebut sebagai obesitas berdasarkan hasil perhitungan BMI yang kita bandingkan dengan umur berdasarkan dengan CDC (Koski, 2004) Hubungan status Gizi dengan Onset Menars Dalam dasawarsa terakhir ini usia menars telah bergeser ke usia lebih muda (Whincup, 2005). Tabel Age of menars in contemporary British Teenagers Sumber : Whincup, 2005 Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Whincup status gizi perlu diperhatikan karena status gizi yang kurang dapat mengakibatkan menstruasi lebih lambat dari yang seharusnya (Lusiana, 2007). Semakin baiknya makanan yang dimakan dan nutrisi yang penuh akan mempengaruhi akan mempengaruhi BMI. BMI akan menginisiasi awal yang akan membawa remaja ke dalam fase pubertasnya dan akan mempengaruhi percepatan dari onset menars ( Wu, 2005). Remaja yang bergizi baik mempunyai kecepatan pertumbuhan yang lebih tinggi dari masa sebelum pubertas (prapubertas). dibandingkan dengan remaja kurang gizi. Remaja kurang gizi tumbuh lebih lambat untuk waktu yang lebih lama, karena itu menars (umur pertama kali mendapatkan menstruasi). juga tertunda (Riyadi, 2003).

20 Partisipasi dari orangtua juga sangat diperlukan untuk mendukung pemilihan makanan yang akan dikonsumsi oleh anak mereka. Karena pada remaja yang pemilihan makanan dilakukan secara tidak baik akan mempengaruhinya dan biasa membawa anak pada posisi obesitas, didapati bahwa anak dengan kelebihan berat badan akan mengalami menars lebih cepat.(gaudineau, 2010). Remaja yang memiliki berat badan berlebih akan mengalami maturasi yang lebih cepat daripada remaja yang memiliki berat badan normal maupun kurang sehingga keadaan onset menars pun lebih cepat (Anderson, 2003). Obesitas yang dapat kita ketahui dengan melakukan skrining BMI remaja dan akan kita lanjutkan dengan memplot pada kurva NCHES 1997 yakni hasil BMI diatas >95% atau 85 sampai 95 percentil yang merupakan indikasi dikatakan sebangai obesitas. obesitas pada remaja yang merupakan salah satu masalah besar di Amerika akan mempengaruhi kenaikan dari kadar lemak tubuh yang juga akan mempengaruhi onset menars dari seseorang (Dilley, 2005). Berdasarkan WHO, 2003 terdapat perbedaan yang bermakna antara onset menars pada kelompok remaja pedesaan dan perkotaan atau dikondisikan sebagai remaja kaya atau miskin di daerah tertentu, didapatkan ini berkaitan dengan perbedaan dari status sosial remaja yang berdampak pada kesehatannya yakni status gizi remaja. Remaja yang memiliki berat badan berlebih akan mengalami maturasi yang lebih cepat daripada remaja yang memiliki berat badan normal maupun kurang sehingga keadaan onset menars pun lebih cepat (Anderson, 2003). Berdasarkan Pediatrics Facts, Dilley 2005 menyatakan tinggi dan berat badan remaja dan persentasi dari lemak tubuh akan mempengaruhi onset menars. Hal ini dihubungkan oleh dipengaruhinya kematangan seksual yakni ovulasi dari remaja tersebut. Percepatan dari onset menars remaja juga didapati dari tahun ke tahun. Hal ini diketahui melalui penelitian yang terus dilakukan mulai dari tahun 1940 sampai tahun 2008 yang dilakukan di enam negara, yakni : Negara Swedia, Norwegia, Finlandia, Denmark, United Kingdom, Amerika Serikat. Didapati juga bahwa onset menars remaja dari masing - masing remaja di negara tersebut juga

21 berbeda sehingga dipikirkan bahwa hal ini berhubungan dengan status gizi dari remaja (Pisarka, 2010). Dari penelitian Cohort of British woman, cooper et al juga mendapatkan bahwa status gizi remaja sangat berpengaruh yakni remaja yang mempunyai berat badan lebih tinggi saat kelahiran lebih lama menars dan yang lebih mempengaruhi adalah berat badan saat remaja dalam masa pubertas. Semakin tinggi berat badan saat masa pubertas akan semakin cepat juga onset dari pubertas dan sebaliknya (Adair, 2005). Berdasarkan Mounir, 2010 didapati bahwa berat badan yang diperiksa dengan status gizi mempengaruhi umur mendapatkan menstruasi pertama. Tabel Hubungan status gizi dengan onset menars Sumber : Mounir, 2007

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan suatu tahap perkembangan dari masa anak anak menuju masa dewasa akan terjadi perubahan fase kehidupan dalam hal fisik, fisiologis dan sosial (WHO,

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. menuju dewasa dimana terjadi proses pematangan seksual dengan. hasil tercapainya kemampuan reproduksi. Tanda pertama pubertas

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. menuju dewasa dimana terjadi proses pematangan seksual dengan. hasil tercapainya kemampuan reproduksi. Tanda pertama pubertas BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pendahuluan Pubertas merupakan suatu periode perkembangan transisi dari anak menuju dewasa dimana terjadi proses pematangan seksual dengan hasil tercapainya kemampuan reproduksi.

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Pubertas merupakan suatu tahap penting dalam proses tumbuh kembang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Pubertas merupakan suatu tahap penting dalam proses tumbuh kembang BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Pubertas merupakan suatu tahap penting dalam proses tumbuh kembang anak. Perubahan fisik yang mencolok terjadi selama proses ini, kemudian diikuti oleh perkembangan ciri-ciri seksual

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. antara zat-zat gizi yang masuk dalam tubuh manusia dan penggunaannya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. antara zat-zat gizi yang masuk dalam tubuh manusia dan penggunaannya BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Status Gizi Menurut Soekirman (2000) status gizi adalah merupakan keadaan kesehatan akibat interaksi antara makanan, tubuh manusia dan lingkungan hidup manusia. Selanjutnya,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pubertas 2.1.1. Definisi Pubertas Pubertas adalah masa dimana ciri-ciri seks sekunder mulai berkembang dan tercapainya kemampuan untuk bereproduksi. Antara usia 10 sampai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan ciri perkembangannya seorang remaja dibagi menjadi tiga

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan ciri perkembangannya seorang remaja dibagi menjadi tiga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seorang remaja akan tumbuh dan berkembang menuju tahap dewasa. Berdasarkan ciri perkembangannya seorang remaja dibagi menjadi tiga tahap antara lain masa remaja awal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menjadi dewasa. Pada periode ini terjadi masa pubertas yang merupakan keterkaitan antara proses-proses neurologis dan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Siklus Menstruasi Menstruasi adalah perdarahan secara periodik dan siklik dari uterus, disertai pelepasan (deskuamasi) endometrium (Prawirohardjo, 2005), sedangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang berada pada tahap transisi antara masa kanak-kanak dan dewasa yaitu bila

BAB I PENDAHULUAN. yang berada pada tahap transisi antara masa kanak-kanak dan dewasa yaitu bila BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang World Health Organization (WHO) mendefinisikan remaja sebagai mereka yang berada pada tahap transisi antara masa kanak-kanak dan dewasa yaitu bila anak telah mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah suatu tahap peralihan antara masa anak-anak. menuju dewasa. Sebelum memasuki masa remaja, seseorang akan

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah suatu tahap peralihan antara masa anak-anak. menuju dewasa. Sebelum memasuki masa remaja, seseorang akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja adalah suatu tahap peralihan antara masa anak-anak menuju dewasa. Sebelum memasuki masa remaja, seseorang akan mengalami periode pubertas terlebih dahulu. Pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jumlah remaja dan kaum muda berkembang sangat cepat. Menurut World

BAB I PENDAHULUAN. jumlah remaja dan kaum muda berkembang sangat cepat. Menurut World 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap satu diantara enam penduduk dunia adalah remaja. Di Indonesia, jumlah remaja dan kaum muda berkembang sangat cepat. Menurut World Health Organization (WHO)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia memiliki jumlah penduduk sebesar 237,6 juta jiwa, hasil

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia memiliki jumlah penduduk sebesar 237,6 juta jiwa, hasil BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia memiliki jumlah penduduk sebesar 237,6 juta jiwa, hasil Sensus Penduduk tahun 2010 menunjukan bahwa 63,4 juta diantaranya adalah remaja yang terdiri

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dipahami. Ketiga konsep ini saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya. Ketiga konsep pengertian tersebut adalah :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dipahami. Ketiga konsep ini saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya. Ketiga konsep pengertian tersebut adalah : BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Status Gizi 1. Pengertian Status Gizi Dalam pembahasan tentang status gizi, ada tiga konsep yang harus dipahami. Ketiga konsep ini saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN tahun jumlahnya meningkat dari 21 juta menjadi 43 juta atau dari 18%

BAB I PENDAHULUAN tahun jumlahnya meningkat dari 21 juta menjadi 43 juta atau dari 18% BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap satu diantara enam penduduk dunia adalah remaja. Sedangkan 85% diantaranya hidup di negara berkembang. Di Indonesia, jumlah remaja dan kaum muda berkembang sangat

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Status kesehatan masyarakat ditunjukkan oleh angka kesakitan, angka

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Status kesehatan masyarakat ditunjukkan oleh angka kesakitan, angka BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Status kesehatan masyarakat ditunjukkan oleh angka kesakitan, angka kematian, membaiknya status gizi, dan Usia Harapan Hidup. (1) Penyakit degeneratif adalah salah

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 1.5 Manfaat Penelitian 1. Di bidang akademik / ilmiah : meningkatkan pengetahuan dengan memberikan informasi bahwa ada hubungan antara kadar serum ferritin terhadap gangguan pertumbuhan pada talasemia

Lebih terperinci

Pertumbuhan Payudara. Universitas Sumatera Utara

Pertumbuhan Payudara. Universitas Sumatera Utara 6 Pertumbuhan payudara dikenal pertama kali, diikuti oleh tumbuhnya rambut pubis, dan menarke, yang merupakan puncak dari awitan pubertas seorang perempuan. Marshall dan Tanner membuat tahapan perkembangan

Lebih terperinci

HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH 20 DENGAN USIA MENARCHE PADA SISWI SEKOLAH DASAR DI SELURUH KECAMATAN PATRANG KABUPATEN JEMBER

HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH 20 DENGAN USIA MENARCHE PADA SISWI SEKOLAH DASAR DI SELURUH KECAMATAN PATRANG KABUPATEN JEMBER HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH 20 DENGAN USIA MENARCHE PADA SISWI SEKOLAH DASAR DI SELURUH KECAMATAN PATRANG KABUPATEN JEMBER SKRIPSI Diajukan guna melengkapi tugas akhir dan memenuhi salah satu syarat untuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Status Nutrisi 2.1.1 Definisi Status Nutrisi Status nutrisi merupakan hasil interaksi antara makanan yang dikonsumsi dan energi yang dikeluarkan oleh tubuh. Menurut Supariasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keluar melalui serviks dan vagina (Widyastuti, 2009). Berdasarkan Riset

BAB I PENDAHULUAN. keluar melalui serviks dan vagina (Widyastuti, 2009). Berdasarkan Riset BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menstruasi adalah suatu proses yang normal, yang terjadi setiap bulannya pada hampir semua wanita. Menstruasi terjadinya pengeluaran darah, dalam jangka waktu 3-5 hari

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Remaja 2.1.1. Pengertian Remaja Menurut WHO dalam BKKBN (2013), remaja adalah penduduk laki-laki dan perempuan yang berusia 10-19 tahun. Remaja menurut WHO juga merupakan suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anak sekolah dengan usia 6-14 tahun saat sedang duduk di bangku SD

BAB I PENDAHULUAN. Anak sekolah dengan usia 6-14 tahun saat sedang duduk di bangku SD BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak sekolah dengan usia 6-14 tahun saat sedang duduk di bangku SD dan SMP sedang menjalani pendidikan dasar yang merupakan titik awal anak mengenal sekolah yang sesungguhnya

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Berat Badan Lahir Cukup (BBLC) a. Definisi Berat badan lahir adalah berat badan yang didapat dalam rentang waktu 1 jam setelah lahir (Kosim et al., 2014). BBLC

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Overweight Overweight (kelebihan berat badan atau kegemukan) didefinisikan sebagai berat badan di atas standar. Pengertian lainnya overweight adalah kelebihan berat

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. 1. Karakteristik Responden menurut Usia. sisanya merupakan kelompok remaja awal.

BAB V PEMBAHASAN. 1. Karakteristik Responden menurut Usia. sisanya merupakan kelompok remaja awal. BAB V PEMBAHASAN A. Karakteristik Responden 1. Karakteristik Responden menurut Usia Karakteristik usia responden menunjukan distribusi tertinggi adalah usia 9-11 tahun sebanyak 16 responden (53%) dan sisanya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. berfungsi dengan matang (Kusmiran, 2011). Menstruasi adalah siklus discharge

BAB 1 PENDAHULUAN. berfungsi dengan matang (Kusmiran, 2011). Menstruasi adalah siklus discharge BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menstruasi sebagai proses alamiah yang akan terjadi pada setiap remaja, dimana terjadinya proses pengeluaran darah yang menandakan bahwa organ kandungan telah berfungsi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2016.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2016. A. HASIL PENELITIAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Penelitian yang mengenai hubungan status gizi dengan siklus menstruasi pada remaja putri yang dilakukan di SMP N 2 Gamping Sleman Yogyakarta,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Status Gizi 2.1.1 Pengertian Status Gizi Status gizi adalah keadaan kesehatan individu-individu atau kelompok-kelompok yang ditentukan oleh derajat kebutuhan fisik akan energi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Obesitas Obesitas adalah kondisi kelebihan berat tubuh akibat tertimbun lemak yang melebihi 25 % dari berat tubuh, orang yang kelebihan berat badan biasanya karena kelebihan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) telah menetapkan bahwa tujuan pembangunan nasional mengarah kepada peningkatan kualitas sumber daya manusia. Kualitas sumber

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. mengalami perubahan fisik yang lebih dahulu dibanding anak laki-laki, dengan menstruasi awal (menarche) (Winkjosastro, 2007).

I. PENDAHULUAN. mengalami perubahan fisik yang lebih dahulu dibanding anak laki-laki, dengan menstruasi awal (menarche) (Winkjosastro, 2007). I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di dalam siklus kehidupan setiap manusia terdapat suatu masa yang disebut dengan masa remaja. Setiap anak ketika memasuki masa remaja akan mengalami perubahan fisik yang

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Status Nutrisi 2.1.1. Definisi Status Nutrisi Menurut Supariasa dkk. (2002), status nutrisi merupakan ekspresi dari keadaan keseimbangan nutrisi dalam bentuk variabel tertentu.

Lebih terperinci

1. Perbedaan siklus manusia dan primata dan hormon yang bekerja pada siklus menstruasi.

1. Perbedaan siklus manusia dan primata dan hormon yang bekerja pada siklus menstruasi. Nama : Hernawati NIM : 09027 Saya mengkritisi makalah kelompok 9 No 5 tentang siklus menstruasi. Menurut saya makalah mereka sudah cukup baik dan ketikannya juga sudah cukup rapih. Saya di sini akan sedikit

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Masa remaja adalah suatu tahap antara masa kanak kanak dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Masa remaja adalah suatu tahap antara masa kanak kanak dengan 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Remaja 1. Definisi Masa remaja adalah suatu tahap antara masa kanak kanak dengan masa dewasa. Dalam masa ini, remaja itu berkembang kearah kematangan seksual, memantapkan identitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak ke masa

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak ke masa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa. Sebelum memasuki masa remaja, seseorang akan mengalami periode pubertas terlebih dahulu. Pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa dewasa awal atau muda merupakan salah satu tahap dari siklus

BAB I PENDAHULUAN. Masa dewasa awal atau muda merupakan salah satu tahap dari siklus 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa dewasa awal atau muda merupakan salah satu tahap dari siklus kehidupan dengan rentang usia 19-40 tahun. Pada tahap ini terjadi proses pematangan pertumbuhan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1.1 Latar Belakang Gizi lebih merupakan kondisi ketidaknormalan atau kelebihan akumulasi lemak pada jaringan adiposa. Gizi lebih tidak hanya berupa kondisi dengan jumlah simpanan kelebihan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengeluarkan hormon. Di dalam setiap ovarium terjadi perkembangan sel telur

BAB I PENDAHULUAN. mengeluarkan hormon. Di dalam setiap ovarium terjadi perkembangan sel telur BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Manusia mempunyai dua ovarium yang berfungsi memproduksi sel telur dan mengeluarkan hormon. Di dalam setiap ovarium terjadi perkembangan sel telur (oogenesis). Pada

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Air Susu Ibu Air susu ibu (ASI) adalah makanan pertama alami untuk bayi yang memberikan energi dan nutrisi yang dibutuhkan bayi pada

Lebih terperinci

Tugas Endrokinologi Kontrol Umpan Balik Positif Dan Negatif

Tugas Endrokinologi Kontrol Umpan Balik Positif Dan Negatif Tugas Endrokinologi Kontrol Umpan Balik Positif Dan Negatif Kelompok 3 Aswar Anas 111810401036 Antin Siti Anisa 121810401006 Nenny Aulia Rochman 121810401036 Selvi Okta Yusidha 121810401037 Qurrotul Qomariyah

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. penduduk yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Salah satu indikator

BAB 1 : PENDAHULUAN. penduduk yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Salah satu indikator BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan seseorang dapat dapat diindikasikan oleh meningkatkatnya usia harapan hidup (UHH), akibatnya jumlah penduduk lanjut usia (lansia) semakin bertambah banyak

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Perkembangan fase prapubertas menjadi pubertas membutuhkan jalur yang

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Perkembangan fase prapubertas menjadi pubertas membutuhkan jalur yang BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Siklus Menstruasi Remaja Perkembangan fase prapubertas menjadi pubertas membutuhkan jalur yang utuh dari hipotalamus-hipofise-ovarium. Struktur alat reproduksi, status nutrisi,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Menstruasi A. Pengertian Menstruasi Menstruasi merupakan keadaan fisiologis, yaitu peristiwa keluarnya darah, lendir ataupun sisa-sisa sel secara berkala. Sisa sel tersebut

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Anak a. Definisi Banyak perbedaan definisi dan batasan usia anak, menurut Depkes RI tahun 2009, kategori umur anak ialah usia 5-11 tahun. Undang- undang nomor

Lebih terperinci

Gangguan Hormon Pada wanita

Gangguan Hormon Pada wanita Gangguan Hormon Pada wanita Kehidupan reproduksi dan tubuh wanita dipengaruhi hormon. Hormon ini memiliki fungsi yang berbeda-beda. Ada tiga hormon panting yang dimiliki wanita, yaitu estrogen, progesteron,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Periode pubertas akan terjadi perubahan dari masa anak-anak menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Periode pubertas akan terjadi perubahan dari masa anak-anak menjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pubertas merupakan suatu tahapan yang sangat penting bagi wanita. Periode pubertas akan terjadi perubahan dari masa anak-anak menjadi dewasa. Perubahan tersebut meliputi

Lebih terperinci

Anatomi sistem endokrin. Kerja hipotalamus dan hubungannya dengan kelenjar hormon Mekanisme umpan balik hormon Hormon yang

Anatomi sistem endokrin. Kerja hipotalamus dan hubungannya dengan kelenjar hormon Mekanisme umpan balik hormon Hormon yang Anatomi sistem endokrin Kelenjar hipofisis Kelenjar tiroid dan paratiroid Kelenjar pankreas Testis dan ovum Kelenjar endokrin dan hormon yang berhubungan dengan sistem reproduksi wanita Kerja hipotalamus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Overweight dan obesitas merupakan masalah kesehatan masyarakat yang perlu mendapatkan perhatian yang serius karena merupakan peringkat kelima penyebab kematian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menyusui eksklusif. Pada ibu menyusui eksklusif memiliki kecenderungan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. menyusui eksklusif. Pada ibu menyusui eksklusif memiliki kecenderungan yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menyusui dan kehamilan merupakan hal yang sangat penting dalam kesehatan reproduksi wanita. Kembalinya menstruasi dan ovulasi bervariasi setiap ibu postpartum, hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus menurut American Diabetes Association (ADA) 2005 adalah

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus menurut American Diabetes Association (ADA) 2005 adalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes Melitus menurut American Diabetes Association (ADA) 2005 adalah suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi

Lebih terperinci

ABSTRAK Pengaruh Obesitas Terhadap Siklus Menstruasi pada Wanita Usia Dewasa Muda

ABSTRAK Pengaruh Obesitas Terhadap Siklus Menstruasi pada Wanita Usia Dewasa Muda ABSTRAK Pengaruh Obesitas Terhadap Siklus Menstruasi pada Wanita Usia Dewasa Muda Ellen Pingkan Widiasmoko, 1110069. Pembimbing : Ellya R. Delima, dr., MKes Obesitas adalah penyakit kronis yang kompleks

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat. Terciptanya SDM yang berkualitas ditentukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat. Terciptanya SDM yang berkualitas ditentukan oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan salah satu komponen penting dalam mencapai tujuan pembangunan kesehatan.sumber daya manusia yang berkualitas sangat dibutuhkan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Data demografi menunjukkan bahwa populasi remaja mendominasi jumlah

BAB I PENDAHULUAN. Data demografi menunjukkan bahwa populasi remaja mendominasi jumlah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Data demografi menunjukkan bahwa populasi remaja mendominasi jumlah penduduk di dunia. Menurut World Health Organization (WHO) pada tahun 2007 sekitar seperlima

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Status Gizi Pertumbuhan seorang anak bukan hanya sekedar gambaran perubahan antropometri (berat badan, tinggi badan, atau ukuran tubuh lainnya) dari waktu ke waktu, tetapi lebih

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah untuk menyejahterakan kehidupan bangsa. Pembangunan suatu bangsa

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah untuk menyejahterakan kehidupan bangsa. Pembangunan suatu bangsa BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan masyarakat Indonesia merupakan usaha yang dilakukan pemerintah untuk menyejahterakan kehidupan bangsa. Pembangunan suatu bangsa dapat berhasil dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Obesitas didefinisikan sebagai akumulasi lemak yang abnormal atau

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Obesitas didefinisikan sebagai akumulasi lemak yang abnormal atau 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN Obesitas didefinisikan sebagai akumulasi lemak yang abnormal atau berlebihan sehingga dapat menimbulkan gangguan kesehatan. Obesitas ditentukan dengan menggunakan Indeks

Lebih terperinci

Anatomi/organ reproduksi wanita

Anatomi/organ reproduksi wanita Anatomi/organ reproduksi wanita Genitalia luar Genitalia dalam Anatomi payudara Kelainan organ reproduksi wanita Fisiologi alat reproduksi wanita Hubungan ovarium dan gonadotropin hormon Sekresi hormon

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. antara konsumsi, penyerapan zat gizi, dan penggunaannya di dalam tubuh yang

BAB 1 PENDAHULUAN. antara konsumsi, penyerapan zat gizi, dan penggunaannya di dalam tubuh yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Status gizi adalah suatu keadaan kesehatan sebagai akibat keseimbangan antara konsumsi, penyerapan zat gizi, dan penggunaannya di dalam tubuh yang diekskpresikan dalam

Lebih terperinci

Mengatur Berat Badan. Mengatur Berat Badan

Mengatur Berat Badan. Mengatur Berat Badan Mengatur Berat Badan Pengaturan berat badan adalah suatu proses menghilangkan atau menghindari timbunan lemak di dalam tubuh. Hal ini tergantung pada hubungan antara jumlah makanan yang dikonsumsi dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Pada wanita, komposisi lemak tubuh setelah menopause mengalami

BAB 1 PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Pada wanita, komposisi lemak tubuh setelah menopause mengalami BAB 1 PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Pada wanita, komposisi lemak tubuh setelah menopause mengalami perubahan, yaitu dari deposisi lemak subkutan menjadi lemak abdominal dan viseral yang menyebabkan peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menstruasi pertama (darah yang pertama kali keluar dari vagina) yang dialami oleh remaja putri disebut sebagai menarche. Menarche adalah sebuah tanda dimana seorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. al., 2005). Berdasarkan laporan dari National Health and Nutrition Examination

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. al., 2005). Berdasarkan laporan dari National Health and Nutrition Examination BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan perkembangan zaman, ilmu pengetahuan, dan tingkat sosial ekonomi masyarakat terjadi pergeseran pola gaya hidup dan pola nutrisi yang cenderung mengkonsumsi

Lebih terperinci

2 Penyakit asam urat diperkirakan terjadi pada 840 orang dari setiap orang. Prevalensi penyakit asam urat di Indonesia terjadi pada usia di ba

2 Penyakit asam urat diperkirakan terjadi pada 840 orang dari setiap orang. Prevalensi penyakit asam urat di Indonesia terjadi pada usia di ba 1 BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan gaya hidup masyarakat menjadi pola hidup tidak sehat telah mendorong terjadinya berbagai penyakit yang mempengaruhi metabolisme tubuh. Penyakit akibat

Lebih terperinci

Perkembangan Sepanjang Hayat

Perkembangan Sepanjang Hayat Modul ke: Perkembangan Sepanjang Hayat Memahami Masa Perkembangan Remaja dalam Aspek Fisik dan Kognitif Fakultas PSIKOLOGI Hanifah, M.Psi, Psikolog Program Studi Psikologi http://mercubuana.ac.id Masa

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Obesitas 2.1.1. Definisi Obesitas adalah penumpukan jaringan lemak yang berlebihan ataupun abnormal yang dapat mengganggu kesehatan (WHO,2011). Batas yang tidak wajar untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gizi merupakan sebuah masalah keluarga yang sifatnya jangka panjang dan kebisaan makan yang sehat harus dimulai sejak dini. Masalah gizi pada anak di Indonesia akhir-akhir

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. apakah ada hubungan antara lama menstruasi dengan kejadian anemia pada

BAB V PEMBAHASAN. apakah ada hubungan antara lama menstruasi dengan kejadian anemia pada BAB V PEMBAHASAN Data yang terkumpul dari penelitian telah dilakukan pengolahan yang diupayakan dapat menjawab pertanyaan penelitian, yaitu untuk mengetahui apakah ada hubungan antara lama menstruasi dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Proses penuaan merupakan rangkaian proses yang terjadi secara alami

BAB I PENDAHULUAN. Proses penuaan merupakan rangkaian proses yang terjadi secara alami BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proses penuaan merupakan rangkaian proses yang terjadi secara alami setelah manusia mencapai usia dewasa di mana seluruh komponen tubuh berhenti berkembang dan mulai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karakteristik anovulasi, hiperandrogenisme, dan/atau adanya morfologi ovarium polikistik.

BAB I PENDAHULUAN. karakteristik anovulasi, hiperandrogenisme, dan/atau adanya morfologi ovarium polikistik. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sindroma ovarium polikistik (SOPK) adalah sindroma disfungsi ovarium dengan karakteristik anovulasi, hiperandrogenisme, dan/atau adanya morfologi ovarium polikistik.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Aktivitas fisik, seperti olahraga, tidak diragukan lagi merupakan kegiatan yang dapat memberikan berbagai keuntungan terhadap kesehatan tubuh baik pada laki-laki maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Obesitas merupakan masalah yang banyak dijumpai baik di negara maju maupun di negara berkembang. Obesitas merupakan suatu masalah serius pada masa remaja seperti

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. produktif dan kreatif sesuai dengan tahap perkembangannya (Depkes, 2010).

BAB 1 PENDAHULUAN. produktif dan kreatif sesuai dengan tahap perkembangannya (Depkes, 2010). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja adalah harapan bangsa, sehingga tak berlebihan jika dikatakan bahwa masa depan bangsa yang akan datang akan ditentukan pada keadaan remaja saat ini. Remaja yang

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stroke adalah suatu penyakit defisit neurologis akut yang disebabkan

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stroke adalah suatu penyakit defisit neurologis akut yang disebabkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stroke adalah suatu penyakit defisit neurologis akut yang disebabkan oleh gangguan pembuluh darah otak yang terjadi secara mendadak dan menimbulkan gejala dan tanda

Lebih terperinci

Peristiwa Kimiawi (Sistem Hormon)

Peristiwa Kimiawi (Sistem Hormon) Modul ke: Peristiwa Kimiawi (Sistem Hormon) Fakultas PSIKOLOGI Ellen Prima, S.Psi., M.A. Program Studi PSIKOLOGI http://www.mercubuana.ac.id Pengertian Hormon Hormon berasal dari kata hormaein yang berarti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anemia merupakan suatu kondisi konsentrasi hemoglobin kurang dari

BAB I PENDAHULUAN. Anemia merupakan suatu kondisi konsentrasi hemoglobin kurang dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anemia merupakan suatu kondisi konsentrasi hemoglobin kurang dari normal, anemia merefleksikan eritrosit yang kurang dari normal di dalam sirkulasi dan anemia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. senam aerobik yang sangat diminati ibu-ibu dan remaja putri baik di kota

BAB I PENDAHULUAN. senam aerobik yang sangat diminati ibu-ibu dan remaja putri baik di kota BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan olahraga senam sudah sedemikian maju, khususnya senam aerobik yang sangat diminati ibu-ibu dan remaja putri baik di kota besar maupun di kota-kota

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lum masa dewasa dari usia tahun. Masa remaja dimulai dari saat pertama

BAB I PENDAHULUAN. lum masa dewasa dari usia tahun. Masa remaja dimulai dari saat pertama BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja didefinisikan oleh WHO sebagai suatu periode pertumbuhan dan perkembangan manusia yang terjadi setelah masa anak-anak dan sebe lum masa dewasa dari usia 10-19

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menstruasi merupakan proses alamiah yang terjadi pada setiap perempuan sebagai tanda bahwa organ reproduksi sudah berfungsi matang (Kusmiran, 2014). Menstruasi adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masa anak-anak ke masa dewasa yang ditandai dengan percepatan. perkembangan fisik, mental, emosional dan sosial. Buku-buku Pediatri

BAB I PENDAHULUAN. masa anak-anak ke masa dewasa yang ditandai dengan percepatan. perkembangan fisik, mental, emosional dan sosial. Buku-buku Pediatri BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja atau masa adolescence merupakan periode transisi dari masa anak-anak ke masa dewasa yang ditandai dengan percepatan perkembangan fisik, mental, emosional

Lebih terperinci

HUBUNGAN GANGGUAN HAID DENGAN INDEKS MASA TUBUH (IMT)

HUBUNGAN GANGGUAN HAID DENGAN INDEKS MASA TUBUH (IMT) HUBUNGAN GANGGUAN HAID DENGAN INDEKS MASA TUBUH (IMT) Sri Utami, Keilmuan Dasar Keperawatan Maternitas Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Riau, Indonesia, Staf Akademik Departemen Keperawatan Maternitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Glukosa Darah Karbohidrat merupakan sumber utama glukosa yang dapat diterima dalam bentuk makanan oleh tubuh yang kemudian akan dibentuk menjadi glukosa. Karbohidrat yang dicerna

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. OBESITAS. 2.1.1. Pengertian Obesitas. Obesitas adalah kelebihan lemak dalam tubuh, yang umumnya ditimbun dalam jaringan subkutan (bawah kulit), sekitar organ tubuh dan kadang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi merupakan salah satu penyakit tidak menular yang masih menjadi masalah di bidang kesehatan. Hipertensi yang dikenal juga sebagai tekanan darah tinggi, adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tidur adalah kondisi istirahat alami yang. dilakukan oleh semua makhluk hidup, termasuk manusia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tidur adalah kondisi istirahat alami yang. dilakukan oleh semua makhluk hidup, termasuk manusia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tidur adalah kondisi istirahat alami yang dilakukan oleh semua makhluk hidup, termasuk manusia. Tidur merupakan aktifitas fisiologis yang penting bagi kesehatan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. periode transisi dari masa anak menuju masa dewasa. Dalam masa remaja ini

BAB I PENDAHULUAN. periode transisi dari masa anak menuju masa dewasa. Dalam masa remaja ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja merupakan suatu masa perkembangan manusia dan merupakan periode transisi dari masa anak menuju masa dewasa. Dalam masa remaja ini terjadi pacu tumbuh (growth

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diri untuk memulai tahap pematangan kehidupan kelaminnya.saat inilah yang

BAB I PENDAHULUAN. diri untuk memulai tahap pematangan kehidupan kelaminnya.saat inilah yang BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Sebelum masa kanak-kanak berakhir, tubuh anak telah mempersiapkan diri untuk memulai tahap pematangan kehidupan kelaminnya.saat inilah yang dikenal dengan sebutan remaja-pubertas-berasal

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Status Gizi Status gizi adalah keseimbangan antara pemasukan zat gizi dari bahan makanan yang dimakan dengan bertambahnya pertumbuhan aktifitas dan metabolisme dalam tubuh. Status

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. relatif sensitivitas sel terhadap insulin, akan memicu munculnya penyakit tidak

BAB 1 PENDAHULUAN. relatif sensitivitas sel terhadap insulin, akan memicu munculnya penyakit tidak BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Diabetes melitus merupakan salah satu penyakit kronis yang dapat meningkatkan dengan cepat prevalensi komplikasi kronis pada lansia. Hal ini disebabkan kondisi hiperglikemia

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Status Gizi Gizi lebih adalah suatu keadaan berat badan yang lebih atau diatas normal. Anak tergolong overweight (berat badan lebih) dan risk of overweight (risiko untuk berat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semakin menghawatirkan. Tidak hanya di Indonesia, penelitian di berbagai negara

BAB I PENDAHULUAN. semakin menghawatirkan. Tidak hanya di Indonesia, penelitian di berbagai negara 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kasus kelebihan berat badan pada anak terus mengalami peningkatan dan semakin menghawatirkan. Tidak hanya di Indonesia, penelitian di berbagai negara membuktikan

Lebih terperinci

Karakter remaja & Pubertas Kebutuhan gizi pada remaja Mengapa timbul gangguan makan pd remaja Gangguan makan pd remaja

Karakter remaja & Pubertas Kebutuhan gizi pada remaja Mengapa timbul gangguan makan pd remaja Gangguan makan pd remaja GIZI PADA REMAJA Karakter remaja & Pubertas Kebutuhan gizi pada remaja Mengapa timbul gangguan makan pd remaja Gangguan makan pd remaja USIA REMAJA Masa diantara 12 21 tahun 12 15 tahun masa remaja awal,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Fleksibilitas 2.1.1. Definisi fleksibilitas Fleksibilitas mengacu pada kemampuan ruang gerak sendi atau persendian tubuh. Kemampuan gerak sendi ini berbeda di setiap persendian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Repository.Unimus.ac.id

BAB I PENDAHULUAN. Repository.Unimus.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang merupakan masalah kesehatan reproduksi yang menjadi ancaman bagi wanita yang berkeinginan untuk hamil dengan pasangannya. Kondisi ini dialami oleh sekitar 10-15% pasangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perubahan pada perilaku dan gaya hidup masyarakat terjadi seiring dengan meningkatnya arus globalisasi, perkembangan teknologi dan industri. Hal ini juga mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara alamiah, proses penuaan merupakan sesuatu yang pasti terjadi pada

BAB I PENDAHULUAN. Secara alamiah, proses penuaan merupakan sesuatu yang pasti terjadi pada 1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Secara alamiah, proses penuaan merupakan sesuatu yang pasti terjadi pada setiap makhluk hidup. Manusia menganggap bahwa menjadi tua merupakan hal yang harus terjadi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pola penyakit yang diderita masyarakat telah bergeser ke arah. penyakit tidak menular seperti penyakit jantung dan pembuluh darah,

BAB I PENDAHULUAN. Pola penyakit yang diderita masyarakat telah bergeser ke arah. penyakit tidak menular seperti penyakit jantung dan pembuluh darah, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pola penyakit yang diderita masyarakat telah bergeser ke arah penyakit tidak menular seperti penyakit jantung dan pembuluh darah, serta kanker dan Diabetes Melitus

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Menurut Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, lima penyakit

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Menurut Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, lima penyakit BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, lima penyakit utama penyebab kematian pada penduduk Indonesia adalah penyakit sistem sirkulasi darah atau disebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. setiap proses kehidupan manusia agar dapat tumbuh dan berkembang sesuai

BAB I PENDAHULUAN. setiap proses kehidupan manusia agar dapat tumbuh dan berkembang sesuai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah gizi merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang belum pernah tuntas ditanggulangi di dunia. 1 Gizi merupakan kebutuhan utama dalam setiap proses

Lebih terperinci

ABSTRAK KAITAN INDEKS MASSA TUBUH DENGAN USIA MENARCHE PADA SISWI SMPN 1 DENPASAR TAHUN 2016

ABSTRAK KAITAN INDEKS MASSA TUBUH DENGAN USIA MENARCHE PADA SISWI SMPN 1 DENPASAR TAHUN 2016 ABSTRAK KAITAN INDEKS MASSA TUBUH DENGAN USIA MENARCHE PADA SISWI SMPN 1 DENPASAR TAHUN 2016 Menarche adalah permulaan dari menstruasi dan merupakan salah satu tonggak penanda di kehidupan seorang gadis.

Lebih terperinci