PROSEDUR PEMBIAYAAN MUDHARABAH DI BMT SUMBER USAHA TENGARAN KAB. SEMARANG TUGAS AKHIR

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PROSEDUR PEMBIAYAAN MUDHARABAH DI BMT SUMBER USAHA TENGARAN KAB. SEMARANG TUGAS AKHIR"

Transkripsi

1 PROSEDUR PEMBIAYAAN MUDHARABAH DI BMT SUMBER USAHA TENGARAN KAB. SEMARANG TUGAS AKHIR OLEH: KRISTIAN SUTRISNO JURUSAN SYARIAH PROGRAM STUDI DIII PERBANKAN SYARIAH SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI ( STAIN ) SALATIGA

2 TUGAS AKHIR Disusun dan diajukan Untuk Memenuhi Kewajiban dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Ahli Madya Ekonomi Syariah Pada Program Studi Perbankan Syariah Disusun oleh: KRISTIAN SUTRISNO JURUSAN SYARIAH PROGRAM STUDI DIII PERBANKAN SYARIAH SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI ( STAIN ) SALATIGA

3 3

4 4

5 MOTTO DAN PERSEMBAHAN MOTTO: Dengan cinta hidup menjadi indah. Dengan ilmu hidup menjadi mudah. Dan dengan iman hidup menjadi terarah. PERSEMBAHAN Tugas akhir, ini kupersembahkan kepada: 1. Kedua Orang Tuaku tercinta, Ibu Haryati dan Bapak Winarno, terimakasih untuk kasih sayang, doa dan pengorbananmu selama ini. 2. Kakak-kakakku (Denny, Ferry, Donny) terimakasih untuk support dan pengarahanmu. 3. Almamaterku terindah. 4. Teman-teman yang telah membantu kesuksesan tugas akhir ini, Sahal Kuncoro, Fahruroji, Resty Yuliana, Didik Kurniawan, Sholeh Pratama dan teman-teman seangkatan seperjuangan DIII Perbankan Syari ah Semua karyawan BMT Sumber Usaha Tengaran. 5

6 KATA PENGANTAR Segala puji bagi ALLAH SWT yang telah melimpahkan segala rahmat dan hidayah-nya yang telah diberikan kepada Penulis, sehingga penulis mampu menyelesaikan Tugas Akhir dengan judul Prosedur Pembiayaan Mudharabah di BMT Sumber Usaha Tengaran. Shalawat serta salam senantiasa kita sanjungkan kepada Nabi besar Muhammad SAW. Tugas Akhir ini disusun guna memenuhi syarat memperoleh gelar Ahli Madya Ekonomi Syariah. Atas terselesainya penulisan Tugas Akhir ini, Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada: 1. Dr. Imam Sutomo, M.Ag, selaku Ketua STAIN Salatiga. 2. Drs. Mubasirun, M.Ag, selaku Ketua Jurusan Syari ah. 3. Bapak Abdul Aziz NP, M.Ag, selaku Ketua Program Studi Diploma III Perbankan Syari ah. 4. Bapak Faqih Nabhan, SE, MM selaku dosen pembimbing. 5. Ibu Rodliyatul Hani ah, SE, dan seluruh karyawan BMT Sumber Usaha Tengaran, Kab. Semarang. 6. Keluarga, teman-teman dan pihak-pihak yang mendukung yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Penulis menyadari bahwa Tugas Akhir ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu kritik dan saran dari pembaca senantiasa Penulis harapkan. 6

7 Semoga Tugas Akhir ini bisa bermanfaat bukan hanya bagi Penulis tetapi juga bagi para pembaca. Salatiga, 10 Agustus 2011 Kristian Sutrisno 7

8 ABSTRAK BMT merupakan lembaga keuangan syari ah yang menjadi sumber pembiayaan alternative yang memberikan bantuan pada usaha berskala kecil dan menengah. Pembiayaan di BMT ada beberapa macam, salah satunya adalah pembiayaan mudharabah untuk modal kerja. Mudharabah adalah kerjasama antara pihak BMT dengan pihak pengusaha yang membutuhkan dana untuk usahanya dan keuntungan yang diperoleh dari usaha akan dibagikan sesuai dengan bagi hasil yang telah disepakati. Perkembangan pembiayaan mudharabah dari tahun ke tahun makin tinggi. Itu semua dipengaruhi oleh pemilihan produk pembiayaan, gencarnya promosi di kalangan masyarakat atau lapangan, meningkatkan calon nasabah, dan prosedur jaminan yang mudah. Perhitungan bagi hasil mudharabah dalam pinjaman modal dari pihak Bank mudah dimengerti oleh pihak nasabah. BMT Sumber Usaha dalam memberikan pembiayaan kepada nasabah hampir 100% menerapkan pembiayaan dengan akad mudharabah. Dalam memberikan pembiayaan mudharabah BMT Sumber Usaha tidak hanya melayani nasabah yang berada di sekitar BMT Sumber Usaha, bahkan nasabah dari luar kecanmatan dan juga dari luar kabupaten banyak yang tercatat sebagai nasabah. Pembiayaan mudharabah di BMT Sumber Usaha Kenbangsari berada di wilayah Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang. 8

9 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGAJUAN TUGAS AKHIR... HALAMAN PENGESAHAN... MOTTO DAN PERSEMBAHAN... KATA PENGANTAR... ABSTRAK... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... i ii iii iv v vii viii x BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masaalah... 1 B. Rumusan Masalah... 6 C. Tujuan dan Kegunaan... 6 D. Metode dan Manfaat Penelitian... 8 E. Sistematika Penulisan... 9 BAB II LANDASAN TEORI A. Telaah Pustaka B. Kerangka Teorotik BAB III LAPORAN OBJEK A. Gambaran Umum B. Kegiatan BMT C. Permodalan BMT D. Tingkat Perkembangan Pembiayaan BMT BAB IV ANALISIS A. Prosedur Pembiayaan Mudharabah BMT B. Draf Ketentuan Pembiayaan C. Bagi Hasil di BMT BAB V PENUTUP A. Kesimpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN DAFTAR RIWAYAT HIDUP 9

10 DAFTAR TABEL Tabel 3.1 Perkembangan BMT Sumber Usaha Tabel 3.2 Daftar Volume Usaha BMT Sumber Usaha Tabel 4.1 Daftar Asuransi Jiwa

11 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Pertumbuhan ekonomi dalam pembangunannya tidaklah terlepas dari peran serta sektor perbankan. Bank pada prinsipnya sebagai lembaga intermediasi, menghimpun dana dari masyarakat yang mengalami surplus dana dan menyalurkan kepada masyarakat yang membutuhkan dana. Sudah bertahun-tahun ekonomi dunia didominasi oleh perbankan dengan sistem bunga. Walaupun masih banyak negara yang mengalami kemakmuran dengan sistem ini, akan tetapi masih banyak yang belum bisa mencapai kemakmuran, bahkan semakin terpuruk dengan sistem bunga. Belajar dari pengalaman selama bertahun-tahun perbankan yang didominasi sistem bunga, justru semakin memperdalam jurang kesenjangan antara negara maju dan negara berkembang. Selain bank syariah yang akhir-akhir ini banyak bermunculan di Indonesia, banyak pula bermunculan lembaga keuangan swasta sejenis yang berprinsip syariah. Diantaranya adalah Baitul Maal wat Tamwil (BMT). Keberadaan BMT ini merupakan usaha untuk memenuhi keinginan khusus sebagian umat Islam yang menginginkan jasa layanan bank syariah untuk mengelola perekonomiannya. BMT merupakan lembaga keuangan swasta yang modal sepenuhnya bersumber dari msyarakat. Lembaga ini tidak mendapat subsidi sedikitpun dari pemerintah. Jadi keberadaananya setingkat dengan 11

12 koperasi yang dalam mengoperasikannnya berprinsip syariah. Praktek lembaga keuangann syariah di Indonesia tergolong relatif baru. Pada tahap pertama berdiri bank Islam. Pada tahap berikutnya bermunculan lembaga keuangan bukan bank yang mengadopsi prinsip bagi hasil yaitu BMT. Semisal para pedagang kecil, salah satu bagian dari masyarakat golongan ekonomi lemah perlu mendapatkan bantuan terutama dalam hal tersedianya modal yang cukup untuk berusaha. Untuk itulah peran bank-bank Islam seperti BMT maupun koperasi yang berdasar syariat Islam mengembangkan pemikiran untuk memberikan kredit karena BMT (Baitul Maal waat Tamwil) sebagai salah satu lembaga keuangan Islam dalam operasionalnya juga tidak menggunakan sistem bunga seperti yang lain dilakukan bank konvensional, BMT menerapkan sistem bagi hasil bagi para nasabahnya. Bagi dunia perekonomian dan pedagang kecil masalah keterbatasan modal selalu dirasakan sebagai salah satu kendala utama yang selalu dikeluhkan. Dengan adanya keterbatasan modal sendiri diharapkan adanya akses serta terjangkaunya kredit perbankan dengan jumlah yang relative terjangkau, syarat yang terjangkau, dan prosedur yang mudah dan tepat waktu. Sesuai dengan sifat kebutuhannya para pedagang kecil membutuhkan sumber pembiayaan yang mudah dan cepat serta murah. Mudah dan cepat berarti tanpa persyaratan surat-surat yang menyulitkan, dan cepat diambil bila diperlukan tanpa harus menunggu, serta jumlah dan pelaksanaan yang fleksibel. Produk-produk BMT yang bermacam-macam disediakan untuk masyarakat, misalnya kredit atau pembiayaan yang diberikan kepada sektor 12

13 pertanian, industri, perdagangan barang dan jasa, koperasi, pedagang kecil dan lainnya. Kredit yang diberikan untuk mengembangkan dan meningkatkan produktivitas usahanya. Produktivitas perlu ditingkatkan karena merupakan faktor terpenting dalam suatu usaha yang dijalankan agar tetap dapat tumbuh dan berkembang, serta menentukan daya saing diera pasar bebas yang akan datang. Mengingat keadaan demografis di Indonesia dimana masih banyak penduduk yang tinggal dipedesaan dan menjadi pedagang kecil, keberadaan BMT terasa sangat penting (Kasmir, 2004:27). Dengan adanya BMT diharapkan dapat membantu para pedagang kecil dalam mengatasi masalah permodalan mereka. Karena modal menjadi salah satu pokok permasalahan dalam semua jenis usaha. Begitu juga dengan para pedagang kecil yang kebanyakan tinggal didesa dan tergolong ekonomi lemah. BMT memang beroperasi dilingkungan para pedagang kecil dan sangat membantu dalam mengatasi permasalahan modal mereka, ditambah lagi setelah pemerintah membuat kebijakan tentang liberalisasi perbankan dengan mengembalikan sistem perbankan kedalam sistem perhitungan ekonomi yang lebih murah. Dengan adanya fenomena tersebut, BMT yang berdasarkan syariat Islam mengembangkan pemikiran untuk memberikan kredit, namun demikian, Baitul Maal wat Tamwil tidak bisa menembus pada lapisan paling bawah. Munculnya banyak lembaga keuangan yang beropersai berdasarkan prinsip syariah termasuk BMT, merupakan fenomena aktual yang menarik untuk dicermati. Paling tidak dapat dianggap sebagi bukti awal diterimanya dengan baik sistem ekonomi 13

14 berdasarkan syariat islam ditengah tingkat peradaban yang sudah sedemikian maju. Fenomena di atas sekaligus menjadi jawaban atas keraguan sementara pihak terhadap kebenaran ajaran Islam. Oleh karena itu dalam rangka memberdayakan para pedagang kecil dan menengah agar peranannya dalam segala kegiatan ekonomi dapat meningkat, maka perlu tambahan dana sehingga dapat menambah modal usaha. Oleh karena itu BMT direncanakan sebagai gerakan nasional dalam rangka memperdayakan masyarakat lapisan sampai bawah. Antusias masyarakat akan bank syariah sangat besar, terbukti hinga lebih dari 2000 BMT telah berdiri dan tersebar diseluruh Indonesia yang semakin diminati masyarakat dan semakin banyaknya para pemikir ekonomi syariah di Indonesia yang terus memperjuangkan kemajuan lembaga keuangan berdasarkan syariah Islam. Seperti halnya BMT Sumber Usaha di Tengaran yang mengutamakan kesejahteraan umat muslim. BMT Sumber Usaha mempunyai beberapa produk pendanaan dan pembiayaan. Dalam hal ini BMT Sumber Usaha menawarkan produk pembiayaan di antaranya pembiayaan mudharabah, ba i bitsaman ajil dan qordul hasan. Pembiayaan mudharabah sendiri adalah pembiayaan yang dilakukan untuk membiayai seluruh modal yang diperlukan nasabah. Dan atas keuntungan yang diperoleh nasabah disepakati pembagiannya antara nasabah dengan BMT. Modal yang dimanfaatkan ini dikembalikan sesuai dengan jangka waktu yang disepakati. Hal tersebut juga sudah di jalankan BMT Sumber Usaha 14

15 Tengaran dalam menawarkan produk pembiayaan mudharabah dengan prosedur pembiayaan yang sesuai prinsip syari ah. BMT Sumber Usaha mengutamakan produk pembiayaaan mudharabah karena pembiayaan merupakan sumber pendapatan yang besar bagi BMT, maka dari itu diperlukan kemampuan BMT untuk mengelola pembiayaan, karena akan berpengaruh terhadap stabilitas dan keberhasilan usahanya. Agar pemberian pembiayaan dapat berjalan dengan lancar dan sesuai dengan tujuan, maka dibuatlah prosedur yang mudah dan tidak berbelit-belit. Sebelum nasabah mengajukan permohonan pembiayaan, nasabah mengetahui prosedur yang telah ditetapkan oleh BMT. Sebelum suatu fasilitas pembiayaan diberikan, maka suatu lembaga keuangan harus merasa yakin bahwa pembiayaan yang diberikan benar-benar akan kembali. Keyakinan tersebut diperoleh dari hasil penilaian pembiayaan tersebut disalurkan. Penilaian pembiayaan oleh suatu lembaga keuangan dapat dilakukan dengan berbagai cara untuk mendapatkan keyakinan tentang nasabahnya. Oleh karena itu, sebelum pinjaman diberikan, untuk meyakinkan BMT bahwa nasabah benar-benar dapat dipercaya, maka BMT terlebih dahulu menganalisis pinjaman, analisis tersebut mencakup latar belakang nasabah atau perusahaan, prospek usaha, jaminan yang diberikan, serta faktor-faktor lainnya. Tujuan dari analisis ini adalah agar BMT yakin bahwa pinjaman yang diberikan benar-benar aman. 15

16 Berdasarkan uraian di atas, maka penulis berniat untuk mengambil judul PROSEDUR PEMBIAYAAN MUDHARABAH DI BMT SUMBER USAHA TENGARAN B. Rumusan Masalah Berdasarkan dengan latar belakang masalah yang dikemukakan di atas, maka penulis merumuskan masalah yang akan dibahas dalam tugas akhir sebagai berikut: 1. Bagaimana prosedur pembiayaan mudharabah di BMT Sumber Usaha? 2. Bagaimana perhitungan bagi hasil untuk produk pembiayaan mudharabah di BMT Sumber Usaha? C. Tujuan dan manfaat penelitian Pada dasarnya segala aktivitas yang termasuk dalam penelitian ini tidak terlepas dari tujuan yang ingin dicapai. Sesuai dengan permasalahan yang akan diteliti atau penulis rumuskan, maka penulisan tugas ini mempunyai tujuan sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui prosedur-prosedur pembiayaan mudharabah yang diterapkan oleh BMT Sumber Usaha Tengaran. 2. Untuk mengetahui perhitungan margin produk pembiayaan mudharabah di BMT Sumber Usaha Tengaran. Selain tujuan di atas, proposal ini diharapkan akan mempunyai manfaat antara lain: 16

17 1. Bagi Penulis Bermanfaat sebagai tambahan ilmu pengetahuan, khususnya prosedur pembiayaan mudharabah di BMT Sumber Usaha Tengaran. 2. Bagi STAIN Salatiga Sebagai informasi yang dapat digunakan untuk bahan penelitian bagi peneliti yang berminat dalam di bidang yang sama. 3. Bagi BMT Sumber Usaha Tengaran Dapat menganalisis kelebihan dan kekurangan BMT dalam hal pembiayaan dan juga dapat di gunakan sebagai referensi di BMT Sumber Usaha. 4. Bagi Pembaca Menambah wawasan dan pengetahuan dalam dunia bisnis perbankan dan masyarakat luas juga dapat mengetahui adanya suatu lembaga keuangan yang bisa melayani masyarakat pedagang kecil khususnya dengan sistem syari ah Islam serta sebagai acuan untuk keperluan penelitian yang sejenis. D. Metode Penelitian 1. Penelitian Tipe penelitian/penulisan dalam tugas akhir ini adalah deskriptif, yaitu penulisan yang menyajikan analisis mengenai suatu objek yang menggambarkan secara sisitematik dan akurat mengenai bidang tertentu. 2. Jenis pola yang dibutuhkan 17

18 Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder : a. Data Primer Data primer yang dimaksud yaitu data yang diperoleh dari observasi, penulis memperoleh data dengan pengamatan secara langsung dari sumber penelitian yang diamati. b. Data Sekunder Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari dokumen, buku-buku dan arsip-arsip yang berkaitan dengan topik yang akan diteliti. 3. Teknik Pengumpulan Data a. Observasi Langsung Observasi langsung ini dimaksudkan guna memberikan gambaran yang utuh tentang keadaan BMT Sumber Usaha Tengaran. b. Wawancara Wawancara adalah suatu percakapan, tanya jawab antara dua orang atau lebih yang duduk berhadapan secara fisik diarahkan pada suatu masalah tertentu. E. Sisitematika Penulisan BAB I : Pendahuluan Bab ini terdiri dari : 18

19 Latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penulisan tugas akhir, metode penelitian dan sistematika penulisan. BAB II : Landasan Teori Dalam bab ini terdiri dari tela ah pustaka dan kerangka teoritik. BAB III : Laporan Objek Dalam bab ini penulis menggambarkan secara umum tentang Objek penelitian antara lain : gambaran umum BMT Sumber Usaha, kegiatan BMT Sumber Usaha, permodalan BMT Sumber Usaha dan tingkat perkembangan pembiayaan BMT Sumber Usaha. BAB IV : Analisa Dalam bab analisis ini terdiri dari : prosedur pembiayaan mudharabah BMT Sumber Usaha, draf ketentuan pembiayaan dan bagi hasil di BMT Sumber Usaha. BAB V : Penutup Dalam bab ini terdiri dari kesimpulan dan saran. 19

20 BAB II LANDASAN TEORI A. Telaah Pustaka Di dalam penelitian Setyanto yang berjudul Strategi Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah di BMT Sumber Mulia Tuntang, pemberian pembiayaan memerlukan informasi yang berhubungan dengan data keluarga, informasi data usaha dan informasi yang berhubungan dengan data keuangan keluarga. Dengan adanya data keluarga maka BMT bisa mengetahui status dari nasabah, dari data usaha bisa di lihat perkembangan usahanya, apakah usaha yang dijalankan kedepannya mempunyai prospek baik di masa mendatang, sedangkan dari data keuangan keluarga dapat di lihat kondisi keuangan keluarga tersebut, sehingga BMT akan lebih merasa aman untuk memberikan pembiayaan (Setyanto, 2008:12). Menurut Kurniawati dalam tugas akhirnya yang berjudul Pembiayaan Mudharabah dan Aplikasinya di BMI Cabang Pembantu Magelang, sistem penilaian terhadap calon nasabah pembiayaan mudharabah dilakukan dengan pengumpulan data yang dikenal dengan prinsip 5c yaitu: Character, Capital, Capacity, Condition dan Collateral. Character, artinya sifat atau karakter nasabah pengambil pinjaman. Capital, artinya besarnya modal yang diperlukan peminjam. Capacity, yaitu kemampuan nasabah untuk menjalankan usaha dan mengembalika pinjaman yang diambil. Condition, yaitu keadaan usaha atau nasabah yang prospek atau tidak (Kurniawati, 2008:17). 20

21 Di dalam penelitian Astuti yang berjudul Pembiayaan Mudharabah Pada BMT Al-Muaawanah Bringin Kab. Semarang, persyaratan yang harus dipenuhi nasabah dalam mengajukan pembiayaan adalah: fotocopy identitas diri (KTP, SIM, KK, dan Surat Nikah), surat pengantar dari kelurahan, fotocopy agunan BPKB dan STNK yang masih berlaku serta sertifikat tanah, rekening pembayaran listrik, telepon dan air, surat kesanggupan potong gaji dan slip gaji untuk pegawai negeri dan pegawai swasta serta mengisi formulir permohonan pembiayaan. Dengan persyaratan tersebut apakah nantinya nasabah berhak mendapatkan pembiayaan atau tidak setelah di data keseluruhan (Astuti, 2009:15). B. Kerangka Teoritik 1. Pengertian Pembiayaan Menurut UU No 7 tahun 1992, yang dimaksud pembiayaan adalah: Penyediaan uang atau tagihan atau yang dapat dipersamakan dengan itu berdasarkan tujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu ditambah dengan sejumlah bunga, imbalan atau pembagian hasil. Sedangkan menurut PP No 9 tahun 1995, tentang pelaksanaan simpan pinjam oleh koperasi, pengertian pinjaman adalah: Penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan tujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara koperasi dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan disertai pembayaran sejumlah imbalan. 21

22 Sebagai upaya memperoleh pendapatan yang semaksimal mungkin, aktivitas pembiayaan BMT, juga menganut azas Syari ah, yakni dapat berupa bagi hasil, keuntungan maupun jasa manajemen. Upaya ini harus dikendalikan sedemikian rupa sehingga kebutuhan likuiditas dapat terjamin dan tidak banyak dana yang menganggur. Supaya dapat memaksimalkan pengelolaan dana, maka managemen BMT harus memperhatikan tiga aspek penting dalam pembiayaan yakni: aman, lancar, dan menguntungkan. a. Aman Aman dalam hal ini adalah keyakinan bahwa dana yang telah dilempar dapat ditarik kembali sesuai dengan waktu yang telah disepakati. Untuk menciptakan kondisi tersebut, sebelum dilakukan pencairan pembiayaan, BMT terlebih dahulu harus melakukan survey usaha untuk memastikan bahwa usaha yang dibiayai layak. Dilarang memberikan pembiayaan hanya faktor kasihan. BMT harus betul-betul jeli dalam melihat usaha yang diajukan. b. Lancar Lancar yaitu keyakinan bahwa dana BMT dapat berputar dengan lancar dan cepat. Semakin cepat dan lancar perputaran dananya, maka pengembangan BMT akan semakin baik. Untuk itu BMT harus membidik segmen pasar yang putarannya harian atau mingguan harus berimbang dan akan lebih baik jika hariannya lebih banyak. c. Menguntungkan 22

23 Menguntungkan dalam hal ini adalah perhitungan dan proyeksi yang tepat, untuk memastikan bahwa dana yang dilempar akan menghasilkan pendapatan. Semakin tepat dalam memproyeksi usaha, kemungkinan besar gagal dapat diminimalisasi. Kepastian pendapaatan ini memiliki pengaruh yang besar bagi kelangsungan BMT. Karena para deposan akan secara langsung merasakan dampaknya. Semakin besar pendapatan BMT, akan semakin besar pula bagi hasil yang akan diterima oleh anggota penabung dan sebaliknya. Besar-kecilnya bagi hasil tentu saja akan sangat dipengaruhi oleh bagi hasil BMT yang diterima dari nasabah peminjam. Oleh karena hubungan timbal balik ini harus dipelihara supaya tidak saling merugikan (Ridwan, 2004:163). 2. Macam-macam Pembiayaan Menurut (Sudarso, 2003:47) macam-macam pembiayaan dapat di bagi menjadi 4 bagian, yaitu sebagai berikut: a. Berdasarkan Prinsip Jual Beli 1) Bai al-murabahah Ba i al-murabahah adalah jual beli barang pada harga asal dengan tambahan keuntungan yang disepakati antara pihak bank dan nasabah. Dalam murabahah, penjual menyebutkan harga pembelian barang kepada pembeli, kemudian ia mensyaratkan atas laba dalam jumlah tertentu. Pada perjanjian murabahah, bank membiayai pembelian barang yang dibutuhkan oleh nasabahnya dengan membeli barang itu dari pemasok, 23

24 dan kemudian menjualnya kepada nasabah dengan harga yang ditambah keuntungan atau di-mark-up. Dengan kata lain, penjualan barang kepada nasabah dilakukan atas dasar cost-plus profit. 2) Bai as-salam Ba i as-salam adalah akad pesanan barang yang disebutkan sifat-sifatnya, yang dalam pengertian itu pemesan barang menyerahkan uang seharga barang pesanan yang barang pesanan tersebut menjadi tanggungan penerima pesanan, dan akad tersebut mempergunakan salah satu dari dua lafal. 3) Bai al-istishna Ba i al-istishna adalah merupakan suatu jenis khusus dari bai as-salam. Biasanya jenis ini digunakan dalam bidang manufaktur. Produk istishna menyerupai produk salam, namun dalam istishna pembayarannya dapat dilakukan oleh bank dalam beberapa kali pembayaran. b. Berdasarkan Prinsip Sewa Al Ijarah berasal dari kata aljru yang berarti al iwadhu (ganti). Ijarah adalah akad pemindahan hak guna atas barang dan jasa, melalui pembayaran upah sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan atas barang itu sendiri. Dalam konteks perbankan syari ah ijarah adalah lease contract dimana suatu bank atau lembaga keuangan menyewakan peralatan kepada salah satu nasabahnya berdasarkan pembebanan biaya yang sudah ditentukan secara pasti sebelumnya. c. Berdasarkan Prinsip Bagi Hasil 1) Musyarakah 24

25 Musyarakah adalah kerjasama antara kedua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu dimana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana dengan keuntungan dan resiko akan ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan. Musyarakah ada dua jenis, yaitu musyarakah pemilikan dan musyarakah akad (kontak). Musyarakah pemilikan tercipta karena warisan wasiat atau kondisi lainnya yang berakibat pemilikan satu aset oleh dua orang atau lebih. Sedangkan musyarakah akad tercipta dengan kesepakatan dimana dua orang atau lebih setuju bahwa tiap orang dari mereka memberikan modal musyarakah dan berbagi keuntungan dan kerugian. 2) Mudharabah Mudharabah adalah akad kerjasama usaha antara dua pihak dimana pihak pertama ( shahibul maal) menyediakan seluruh modal, sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola. d. Prinsip-prinsip Pembiayaan Mudharabah Prinsip pembiayaan didasarkan pada rumusan 5C (Muhammad, 2002:261) yaitu: 1) Character, artinya sifat atau karakter nasabah pengambil pinjaman. 2) Capacity, artinya kemampuan nasabah untuk menjalankan usaha dan mengembalikan pinjaman yang diambil. 3) Capital, artinya besarnya modal yang diperlukan peminjam. 4) Colateral, artinya jaminan yang telah dimiliki yang diberikan peminjam kepada bank. 5) Condition, artinya keadaan usaha atau nasabah yang prospek atau tidak. 25

26 Prinsip 5C tersebut biasanya ditambahkan dengan 1C, yaitu constrainty, artinya hambatan-hambatan yang mungkin mengganggu proses usaha. 3. Prosedur Pembiayaan Mudharabah a. Pengertian Prosedur Berdasarkan kamus prosedur internasional diartikan sebagai cara kerja atau jalan perkara (Raliby, 1982: 422), Sedangkan dalam buku lain dijelaskan bahwa pengertian prosedur adalah suatu urutan kegiatan atau pekerjaan. Biasanya melibatkan beberapa orang dalam suatu departemen atau lebih yang dibuat untuk menjamin penanganan secara seragam transaksi perusahaan yang terjadi secara berulang-ulang (Mulyadi, 2001:5). Dari pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa prosedur merupakan tatacara dalam melakukan transaksi secara berurutan dari awal hingga akhir berrdasarkan ketentuan-ketentuan yang berlaku. b. Pembiayaan Mudharabah Pada umumnya kata mudharabah berasal dari kata dharb, yang berarti memukul atau berjalan. Pengertian dari memukul atau berjalan diatas yang maksudnya adalah proses seseorang memukulkan kakinya dalam menjalankan usahanya. Sedangkan pengertian mudharabah yang secara teknis adalah suatu akad kerja sama untuk suatu usaha antara dua belah pihak dimana pihak yang pertama (shahibul maal) menyediakan seluruh modalnya dan sedangkan pihal yang lain menjadi pengelolanya. Keuntungan dari usahanya tersebut secara mudharabah 26

27 akan dibagi hasilnya menurut kesepakatan yang telah disepakati pada perjanjian awal, dan apabila usaha tersebut mengalami kerugian maka kerugian tersebut akan ditanggung oleh pihak pemodal selama kerugian tersebut bukan disebabkan kelalaian pengelola modal. Dan jika kerugian tersebut disebabkan karena kecurangan atau kelalaian pengelola modal, maka pengelola modal yang harus bertanggung jawab atas kerugian yang telah dialaminya. Pengertian mudharabah secara definisi adalah suatu bentuk perniagaan di mana pemilik modal ( shahibul maal) menyetorkan modalnya kepada seorang pengusaha yang sering disebut dengan ( mudharib), untuk diniagakan dengan keuntungan yang akan dibagi bersama sesuai dengan kesepakatan dari kedua belah pihak sedangkan terdapat kerugian akan ditanggung oleh pemilik modal jika disebabkan olehnya, dan jika disebabkan oleh pengelola modal maka pengelola modal yang harus menanggung kerugian tersebut. Pembiayaan mudharabah (Nabhan, 2008:53) di bagi menjadi 2, yaitu: 1) Mudharabah Pembiayaan dengan akad mudharabah adalah akad kerja-sama usaha antara bank sebagai pemilik dana (shahibul maal) dengan nasabah sebagai pengusaha atau pengelola dana ( mudharib), untuk melakukan kegiatan dengan nisbah pembagian hasil (keuntungan atau kerugian) menurut kesepakatan di muka. Bank dapat bertindak sebagai pemilik dana maupun pengelola dana. Apabila bank bertindak sebagai pemilik dana, maka dana yang disalurkan disebut 27

28 pembiayaan mudharabah. Apabila bank sebagai pengelola dana, maka dana yang diterima dapat dibedakan menjadi dua hal: a. Mudharabah mutlaqah (investasi tidak terikat), yaitu kontrak kerja sama mudharabah yang memberikan kebebasan kepada pengelola dana dalam pengelolaan investasinya. Pelaporannya disajikan dalam neraca sebagai investasi terikat. b. Mudharabah muqayyadah (investasi terikat) yaitu kontrak kerjasama mudharabah yang memberikan batasan kepada pengelola dana dalam mengelola investasi. Pelaporan atas mudharabah muqayyadah disajikan tersendiri dalam pelaporan perubahan investasi terikat sebagai investasi terikat dari nasabah. Pembiayaan mudharabah (Ridwan, 2004:170) dapat dijalankan jika anggota atau nasabah dapat membuat laporan keuangan usaha. Laporan ini sebaiknya secara tertulis dan disertai bukti-bukti transaksi yang memadai. Meskipun laporan dengan tanpa tulisan (pengakuan) dapat dipakai sebagai dasar, namun sangat sulit dilakukan pengujian kebenarannya. Oleh karenanya, BMT dapat melakukan pendampingan administrasi usaha, sehingga anggota patner mudharabah dapat melaporkan hasil usahanya secara benar. 2) Manfaat Mudharabah Bank akan menikmati peningkatan bagi hasil (Antonio, 2001:98) pada saat keuntungan usaha nasabah meningkat. Bank tidak berkewajiban membayar bagi hasil kepada nasabah pendanaan secara tetap, tetapi disesuaikan dengan pendapatan atau hasil usaha bank sehingga bank tidak akan pernah mengalami 28

29 negative spread. Pengembalian pokok pembiayaan disesuaikan dengan arus kas usaha nasabah sehingga tidak memberatkan nasabah. Bank akan lebih selektif dan hati-hati mencari usaha yang benar-benar halal, aman dan menguntungkan karena keuntungan yang konkret dan benar-benar terjadi itulah yang akan dibagikan. Prinsip bagi hasil dalam mudharabah ini akan berbeda dengan prinsip bunga tetap dimana bank akan menagih penerimaan pembiayaan (nasabah) satu jumlah bunga tetap berapapun keuntungan yang dihasilkan nasabah, sekalipun merugi dan terjadi krisis ekonomi. 3) Resiko Mudharabah Resiko yang terdapat dalam mudharabah terutama dalam penerapannya dalam pembiayaan, relatif tinggi diantaranya: a) Nasabah menggunakan dana itu bukan seperti yang disebut dalam kontrak. b) Lalai dan kesalahan disengaja. c) Penyembunyian keuntungan oleh nasabahnya tidak jujur. 4. Pengertian Bagi Hasil Bagi hasil adalah kerja sama antara pihak yang mempunyai modal (shohibul maal) dengan pihak yang akan menjalankan modal (mudharib), kerja sama dalam perekonomian harus di lakukan dalam semua kegiatan ekonomi, yaitu produksi, distribusi barang maupun jasa. Sistem bagi hasil merupakan sistem di mana dilakukannya perjanjian atau ikatan bersama di dalam melakukan kegiatan usaha. Di dalam usaha tersebut 29

30 diperjanjikan adanya pembagian hasil atas keuntungan yang akan di dapat antara kedua belah pihak atau lebih. Bagi hasil dalam sistem perbankan syari ah merupakan ciri khusus yang ditawarkan kapada masyarakat, dan di dalam aturan syari ah yang berkaitan dengan pembagian hasil usaha harus ditentukan terlebih dahulu pada awal terjadinya kontrak (akad). Besarnya penentuan porsi bagi hasil antara kedua belah pihak ditentukan sesuai kesepakatan bersama, dan harus terjadi dengan adanya kerelaan ( An-Tarodhin) di masing-masing pihak tanpa adanya unsur paksaan. a. Prinsip Bagi Hasil 1) Penentuan besarnya resiko bagi hasil dibuat pada waktu akad dan berpedoman pada kemungkinan untung atau rugi. 2) Besarnya nisbah bagi hasil berdasarkan pada jumlah keuntunngan yang diperoleh. 3) Jumlah pembagian bagi hasil meningkat sesuai dengan peningkatan jumlah pendapatan. 4) Tidak ada yang merugikan keuntungan bagi hasil. 5) Bagi hasil tergantung pada ketentuan proyek yang di jalankan jika proyek tidak mendapatkan keuntungan maka kerugian akan di tanggung bersama untuk kedua pihak. b. Mekanisme Perhitungan Bagi Hasil Mekanisme perhitungan bagi hasil yang diterapkan di dalam perbankan syari ah terdiri dari dua sistem, yaitu: 1) Profit Sharing 30

31 Profit sharing menurut etimologi Indonesia adalah bagi keuntungan. Dalam kamus ekonomi diartikan pembagian laba. Di dalam istilah lain profit sharing adalah perhitungan bagi hasil didasarkan kepada hasil bersih dari total pendapatan setelah dikurangi dengan biaya-biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh pendapatan tersebut. Pada perbankan syariah istilah yang sering dipakai adalah profit and loss sharing, di mana hal ini dapat diartikan sebagai pembagian antara untung dan rugi dari pendapatan yang diterima atas hasil usaha yang telah dilakukan. Sistem profit and loss sharing dalam pelaksanaannya merupakan bentuk dari perjanjian kerjasama antara pemodal ( investor) dan pengelola modal ( enterpreneur) dalam menjalankan kegiatan usaha ekonomi, dimana di antara keduanya akan terikat kontrak bahwa di dalam usaha tersebut jika mendapat keuntungan akan dibagi kedua pihak sesuai nisbah kesepakatan di awal perjanjian, dan begitu pula bila usaha mengalami kerugian akan ditanggung bersama sesuai porsi masing-masing. Kerugian bagi pemodal tidak mendapatkan kembali modal investasinya secara utuh ataupun keseluruhan, dan bagi pengelola modal tidak mendapatkan upah atau hasil dari jerih payahnya atas kerja yang telah dilakukannya. Keuntungan yang dibagihasilkan harus dibagi secara proporsional antara shohibul mal dengan mudharib. Dengan demikian, semua pengeluaran rutin yang berkaitan dengan bisnis mudharabah, bukan untuk kepentingan mudharib dapat dimasukkan kedalam biaya operasional. Keuntungan bersih harus dibagi antara shahibul mal dan mudharib sesuai dengan proporsi yang disepakati sebelumnya dan secara eksplisit disebutkan dalam perjanjian awal. Tidak ada pembagian laba 31

32 sampai semua kerugian telah ditutup dan ekuiti shahibul mal telah dibayar kembali. Jika ada pembagian keuntungan sebelum habis masa perjanjianakan dianggap sebagai pembagian keuntungan dimuka (Muhamad, 2002:101). 2) Revenue Sharing Revenue Sharing berasal dari bahasa Inggris yang terdiri dari dua kata yaitu, revenue yang berarti; hasil, penghasilan, pendapatan. Sharing adalah bentuk kata kerja dari share yang berarti bagi atau bagian. Revenue sharing berarti pembagian hasil, penghasilan atau pendapatan. Revenue (pendapatan) dalam kamus ekonomi adalah hasil uang yang diterima oleh suatu perusahaan dari penjualan barang-barang (goods) dan jasa-jasa (services) yang dihasilkannya dari pendapatan penjualan (sales revenue). Dalam arti lain revenue merupakan besaran yang mengacu pada perkalian antara jumlah out put yang dihasilkan dari kagiatan produksi dikalikan dengan harga barang atau jasa dari suatu produksi tersebut. Di dalam revenue terdapat unsur-unsur yang terdiri dari total biaya (total cost) dan laba (profit). Laba bersih (net profit) merupakan laba kotor (gross profit) dikurangi biaya distribusi penjualan, administrasi dan keuangan. Berdasarkan devinisi di atas dapat di ambil kesimpulan bahwa arti revenue pada prinsip ekonomi dapat diartikan sebagai total penerimaan dari hasil usaha dalam kegiatan produksi, yang merupakan jumlah dari total pengeluaran atas barang ataupun jasa dikalikan dengan harga barang tersebut. Unsur yang terdapat di dalam revenue meliputi total harga pokok penjualan ditambah dengan total 32

33 selisih dari hasil pendapatan penjualan tersebut. Tentunya di dalamnya meliputi modal (capital) ditambah dengan keuntungannya (profit). Berbeda dengan revenue di dalam arti perbankan yang dimaksud dengan revenue bagi bank adalah jumlah dari penghasilan bunga bank yang diterima dari penyaluran dananya atau jasa atas pinjaman maupun titipan yang diberikan oleh bank. Revenue pada perbankan Syari'ah adalah hasil yang diterima oleh bank dari penyaluran dana ( investasi) ke dalam bentuk aktiva produktif, yaitu penempatan dana bank pada pihak lain. Hal ini merupakan selisih atau angka lebih dari aktiva produktif dengan hasil penerimaan bank. Perbankan Syari'ah memperkenalkan sistem pada masyarakat dengan istilah revenue sharing, yaitu sistem bagi hasil yang dihitung dari total pendapatan pengelolaan dana tanpa dikurangi dengan biaya pengelolaan dana. Lebih jelasnya revenue sharing dalam arti perbankan adalah perhitungan bagi hasil didasarkan kepada total seluruh pendapatan yang diterima sebelum dikurangi dengan biaya-biaya yang telah dikeluarkan untuk memperoleh pendapatan tersebut. Sistem revenue sharing berlaku pada pendapatan bank yang akan dibagikan dihitung berdasarkan pendapatan kotor (gross sales), yang digunakan dalam menghitung bagi hasil untuk produk pendanaan bank. c. Faktor yang mempengaruhi Bagi Hasil 1) Faktor Langsung 33

34 Diantara faktor-faktor langsung ( direct factor) yang mempengaruhi perhitungan bagi hasil adalah investment rate, jumlah dana yang tersedia dan nisbah bagi hasil (profit sharing ratio). a) Investment rate merupakan persentase aktual dana yang diinvestasikan dari total dana. Jika bank menetukan investment rate sebesar 80 persen, hal ini berarti 20 persen dari total dana dialokasikan untuk memenuhi likuiditas. b) Jumlah dana yang tersedia untuk diinvestasikan merupakan jumlah dana dari berbagai sumber dana yang tersedia untuk diinvestasikan. Dana tersebut dapat dihitung dengan menggunakan salah satu metode diantaranya, rata-rata saldo minimum bulanan dan rata-rata saldo harian. Investment rate dikalikan dengan jumlah dana yang tersedia untuk diinvestasikan aka menghasilkan jumlah dana aktual yang digunakan. c) Nisbah (profit sharing ratio) 1) Salah satu cirri mudharabah adalah nisbah yang harus ditentukan dan disetujui pada awal perjanjian. 2) Nisbah antara satu bank dengan bank lainnya dapat berbeda. 3) Nisbah juga dapat berbeda dari waktu ke waktu dalam satu bank, misalnya deposito 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan dan 12 bulan. 4) Nisbah juga dapat berbeda antara satu akun dan akun lainnya sesuai dengan besarnya dana dan jatuh temponya. 34

35 2) Faktor Tidak Langsung a) Penentuan butir-butir pendapatan dan biaya mudharabah. Bank dan nasabah melakukan share dalam pendapatan dan biaya ( profit and sharing). Pendapatan yang dibagihasilkan merupakan pendapatan yang diterima dikurangi biaya-biaya. Jika semua biaya ditanggung bank, hal ini disebut revenue sharing. b) Kebijakan akunting Bagi hasil secara tidak langsung dipengaruhi oleh berjalannya aktivitas yang diterapkan, terutama sehubungan dengan pengakuan pendapatan dan biaya (Antonio, 2001:139). 35

36 BAB III LAPORAN OBJEK A. Gambaran Umum 1. Sejarah BMT Sumber Usaha. Pendirian BMT Sumber Usaha di latar belakangi karena banyaknya pengusaha dan pedagang mikro disekitar Desa Karang Duren yang mengalami kesulitan mendapat akses permodalan. Meskipun sebenarnya mereka mempunyai potensi untuk berkembang. Golongan tersebut didominasi oleh kelompok ekonomi lemah dan dengan pendidikan yang terbatas. Langkah pintas biasanya diambil oleh beberapa diantara mereka dengan meminjam modal pada rentenir dengan bunga yang terkadang melampaui pendapatan dari mereka. Di antara akses yang dapat mereka peroleh adalah lembaga perbankan, namun biasanya mereka justru terkendala oleh sistem dan prosedur bank yang baku dan dengan proses yang lama. Dan juga perbankan yang lebih mengutamakan pengusaha tingkat menengah ke atas. Faktor inilah yang disiasati oleh pendiri BMT, dengan diilhami dari ayat Al Quran surat Al. Hasyr ayat 7 : Supaya harta itu jangan hanya beredar diantara orang-orang kaya diantara kamu. Diharapkan dengan adanya BMT Sumber Usaha masyarakat sekitar desa Karang Duren antara yang surplus dana dengan yang membutuhkan dana akan terhubung. Sehingga secara tidak langsung kedua pihak tersebut dengan perantara 36

37 BMT Sumber Usaha dapat tercipta suatu hubungan yang positif. Pembangunan ekonomi berjalan dengan memberdayakan masyarakat, khususnya golongan ekonomi mikro. Disamping itu tujuan BMT terlaksana yaitu memperoleh keuntungan dunia yang bersifat materi dan persaudaraan juga keuntungan yang akan dipetik di akhirat dengan terhindarkan dari harta riba. BMT Sumber Usaha untuk pertama kali didirikan pada tanggal 18 Mei Diantara yang berperan dalam pendirian BMT Sumber Usaha adalah tokohtokoh masyarakat dan ulama desa Karang Duren. Diantara tokoh-tokoh yang memprakarsai berdirinya BMT adalah Bp. Dhofari S.Pd., Bp. Drs. H. Sholiminudin, Bp. H.A. Djuremi dan para ulama yang ada di desa Karang Duren, Kec. Tengaran seperti KH. Fatcul Mu in. Lembaga keuangan ini mendapat perizinan menjadi salah satu Unit Otonomi Simpan Pinjam dari Koperasi dan Pembinaan Menengah dengan Badan Hukum Koperasi nomor 236/BH/KDK.II.I/188.4/VII/2001 pada tanggal 4 Juli Lokasi pertama lembaga ini beroperasi adalah Pasar Lama Kembangsari yang saat ini telah menjadi markas TNI. Kemudian di tahun 2005 telah menempati gedung baru di Kompleks Kios Pasar Kembangsari Baru dengan ruangan yang representatif dan lokasi yang strategis. 2. Visi dan Misi Visi BMT Sumber Usaha sebagai suatu badan usaha atau lembaga yang memiliki kegiatan yang berlandaskan syariah Islam dalam upaya meningkatkan dan atau mewujudkan kualitas kehidupan sosial dan ekonomi umat secara umum dan masyarakat di sekitar BMT Sumber Usaha. 37

38 Visi ini mewujud ke misi yang tertuang sebagai berikut : a. Ikut serta dalam meningkatkan atau memajukan kualitas kehidupan sosial ekonomi umat. b. Memberikan keuntungan yang wajar bagi pihak pihak yang memiliki akses langsung maupun tidak langsung pada BMT Sumber Usaha. c. Mengusahakan pertumbuhan BMT Sumber Usaha seoptimal mungkin. d. Memberikan kontribusi positif bagi umat Islam. e. Memberikan kondisi yang nyaman untuk bekerja. Perkembangan Usaha Dari waktu ke waktu BMT Sumber Usaha menujukkan perkembangan yang pesat. Modal awal Rp ,00,- ( Dua Puluh Sembilan Juta Rupiah ) dan hingga Desember tahun 2006 sudah mencapai modal Rp ,00,- (Seratus Delapan Puluh Satu Juta Delapan Ratus Tujuh Ribu Rupiah), dengan asset Rp 4,8 milyard. Sedangkan sumber daya insani dari 3 orang menjadi 8 orang. Kepercayaan masyarakat meningkat dengan dapat dihimpunnya dana dari anggota sebesar Rp 3,1 milyard dengan jumlah anggota 2800 orang dan jangkauan operasional di sekitar pasar Kembangsari, desa Karangduren, wilayah kecamatan Tengaran dan Salatiga. Ini menunjukkan bahwa BMT Sumber Usaha Tengaran semakin dipercaya masyarakat di sekitar BMT Sumber Usaha Tengaran. 3. Struktur Organisasi Adapun Struktur Organisasi di BMT Sumber Usaha Tengaran periode adalah sebagai berikut: 38

39 STRUKTUR ORGANISASI BMT SUMBER USAHA TENGARAN PERIODE Keterangan: a. Pengurus : 1) Ketua : Wignyo Gutomo,SH 2) Sekretaris : Waluya, S.Pd 3) Bendahara : Dhofari, S.Pd.,MM b. Pengelola : 1) Manager : Rodliyatul Hani ah, SE 2) Accounting : Luthfi Al Jauhari. S.Ag. 3) Teller : Yulianingsih,SE 4) Bag. Pemby. : Totok Pramono, SE 5) Bag. Pemby. : Nur Kholiq 39

40 6) Pemasaran : Alip Wiyono, SE 7) Pemasaran : Anida Fitri Nur Susanti 8) Office Boy : Saliq, S.Ag. c. Badan Pemeriksa : 1) Ketua : Agus Joko Susilo, SE 2) Anggota : Rinif Budi Prasetyo, SH : Joko Purwadi, S.Pd. d. Dewan Penasehat : 1) Drs.H. Soliminudin,MM 2) H. M. Zuhri Berdasarkan data-data yang ada di BMT Sumber Usaha Tengaran, tugastugas dari pengelola yaitu: 1. Manajer a. Mengoptimalkan sumber daya yang ada di BMT Sumber Usaha Tengaran guna mencapai BMT yang profesional (sehat dan efisien). b. Menyusun anggaran. c. Menyusun strategi dan rencana kerja untuk mencapai anggaran. d. Mengkoordinasikan aktifitas penghimpuna dana dan penyaluran pembiayaan dengan aman dan lancar. e. Memastikan laporan keuangan tepat waktu dan benar. f. Sistem dan prosedur operasional dilaksanakan sesuai ketentuan. g. Meningkatkan, memelihara dan mengamankan harta BMT. h. Menindaklanjuti hasil evaluasi/pemeriksaan Dewan Syari ah. 40

41 2. Dewan Pengawas dan Dewan Pengurus. a. Mereview aplikasi pembiayaan sebelum menyetujui dan merekomendasikan. b. Melakukan penilaian secara menyeluruh untuk mengatur kelayakan usaha calon direktur. c. Merekomendasikan/mengusulkan penyelesaian pinjaman bermasalah d. Meningkatkan ketrampilan dan profesionalisme SDM. 3. Tanggung jawab manager: Terkoordinasinya semua aktifitas BMT baik dibidang operasi, investasi, pembiayaan, pemasaran, dan SDM dengan sebaik-baiknya. a. Tercapainya citra yang baik dan hubungan yang harmonis dengan lingkungan masyarakat sekitar BMT Sumber Usaha Kembangsari. b. Pencapaian target sesuai anggaran yang telah ditetapkan. 4. Accounting a. Mengelola administrasi pembukuan dan laporan kegiatan. b. Melaksanakan pembukuan atas transaksi yang dilaksanakan setiap hari. c. Membuat laporan neraca dan rugi/laba harian dan bulanan. d. Memproses, mengelola pembukuan transaksi bank. e. Melaksanakan buku yang menjadi tanggung jawab pembukuan. f. Membuat laporan bulanan setiap periode. 5. Bagian pembiayaan a. Melayani pembukuan sampai dengan pencairan deposito serta pembebanan bagi hasilnya. 41

42 b. Melayani pembukuan sampai dengan penutupan rekening tabungan. c. Memberikan informasi kepada nasabah mengenai bagi hasil tabungan dan deposito yang berlaku. d. Memeriksa kelengkapan akad pembiayaan. e. Memonitor proses penandatanganan akad pembiayaan. f. Merencanakan pengembangan SDM. g. Mensupervisi peraturan kekaryawanan. h. Mengontrol penggunaan blangko deposito (nomor deposito). i. Melaksanakan proses pembukuan dan pencairan deposito. j. Membuat register mutasi deposito/tabungan. k. Membuat cadangan bagi hasil deposito. l. Mencetak posisi tabungan ke buku tabungan nasabah. m. Pembukuan dan pencairan deposito. n. Bertanggung jawab terhadap kerahasiaan data nasabah. o. Melakukan survey lapangan. p. Meneliti kartu angsuran pembiayaan. 6. Teller a. Melayani transaksi harian secara tunai di counter. b. Mengelola kas dan uang tunai. c. Memberi informasi dan penjelasan. d. Memeriksa ulang transaksi nasabah. e. Mengakses mutasi harian ke komputer sesuai dengan pengolahan datanya. f. Mencocokan transaksi harian dengan nominal uangnya. 42

43 7. Pemasaran a. Melaksanakan wawancara dengan calon debitur. b. Mengadakan pemeriksaan ke lokasi usaha. c. Mengadakan pemeriksaan dan penilaian jaminan pembiayaan. d. Membuat laporan analisa pembiayaan. 8. Dewan Pengawas a. Mengawasi seluruh kegiatan BMT dalam aspek syari ah. b. Memberikan persetujuan pemberian pembiayaan besar. 9. Dewan Penasehat Memberikan nasehat kepada manager untuk menjalankan kegiatan operasional sesuai dengan syariat Islam. B. Kegiatan BMT Sumber Usaha Tidak berbeda dengan lembaga keuangan lain, BMT Sumber Usaha mempunyai suatu kegiatan usaha yaitu mengelola perputaran uang khususnya untuk kesejahteraan anggota dan masyarakat dan pada umumnya ikut serta membangun tatanan ekonomi nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat yang maju, adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Jenis pelayanan yang diselenggarakan berbentuk usaha simpan pinjam. Adapun produk-produk yang dikelola antara lain: 43

44 1. Simpanan (Funding) a. Sirela Sirela adalah simpanan suka rela lancar yang setoran dan penarikannya dapat dilakukan setiap saat selama jam kerja. Bagi hasil keuntungan dihitung berdasarkan saldo rata-rata harian dan diberikan setiap akhir bulan langsung menambah saldo sirela. Syarat syarat: - Pembukaan rekening atas nama perorangan/lembaga - Setoran pertama Rp ,- - Setoran selanjutnya minimal sebesar Rp 2.000,- - Penarikan dapat dilakukan setiap jam kerja. Keuntungan: - Bagi hasil keuntungan dihitung atas saldo rata-rata harian dengan kadar keutungan sebesar 30 : 70 Rumus yang digunakan dalam menghitung bagi hasil Total Rata2 Tabungan A X Pendapatan Kotor PYD X 30% Total Rata2 Aset Keterangan: 30 adalah nisbah untuk nasabah 70 % adalah nisbah untuk BMT PYD: Pembiayaan Yang Diberikan 44

45 b. Sisuka Sisuka adalah simpanan Suka Rela Berjangka atas dasar akad wadiah yadlomanah yang dikelola dengan sistem syariah Islam. Jangka waktu jatuh tempo 3 bulan, 6 bulan dan 12 bulan. Syarat syarat: - Pembukaan rekening atas nama perorang/lembaga. - Pembukaan Rekening dengan setoran minimal Rp ,-. 2. Pembiayaan (Lending) a. Mudharabah (MDA) Mudharabah adalah pembiayaan yang dilakukan untuk membiayai seluruh modal yang diperlukan nasabah. Dan atas keuntungan yang diperoleh nasabah disepakati pembagiannya atara nasabah dengan BMT. Modal yang dimanfaatkan ini dikembalikan sesuai dengan jangka waktu yang disepakati. b. Bai Bitsaman Ajil (BBA) Ba i bitsaman ajil adalah pembiayaan yang diberikan untuk pembelian suatu barang yang diperlukan nasabah dan nasabah akan membayar harga barang tersebut secara mengangsur ditambah jumlah keuntungan ( mark up) yang diberikan kepada BMT. c. Qardhul Hasan Qardhul hasan adalah pinjaman kebijakan untuk usaha yang produktif bagi yang berhak. Dalam akad ini peminjam hanya berkewajiban 45

46 mengembalikan pinjaman sebesar pokok pinjaman tanpa tambahan apapun. C. Permodalan Modal BMT Sumber Usaha Tengaran berasal dari sisa hasil usaha, simpanan anggota, pinjaman pemerintah dan simpanan dari masyarakat selain anggota. a. Sisa Hasil Usaha (SHU) Sisa hasil usaha merupakan keuntungan yang diperoleh selama melakukan operasional. Perhitungannya dilakukan setiap satu tahun sekali. Setelah SHU dibagikan kepada anggota sesuai dengan porsi pembagian berdasarkan aturan yang ada, maka kelebihannya dijadikan modal oleh BMT. b. Simpanan Pokok Simpanan pokok dalam BMT Sumber Usaha dihitung dalam lembaran usaha. Setiap saham senilai Rp ,- (dua juta lima ratus ribu rupiah). c. Simpanan Wajib Simpanan wajib dikenakan bagi setiap anggota, besarnya yaitu Rp ,- per bulan. Namun dalam prakteknya simpanan wajib ini dibayarkan sekali dalam setahun. 46

47 d. Pinjaman Pemerintah Pada tahun 2003 BMT Sumber Usaha Tengaran mendapatkan pinjaman sebesar Rp ,- dari pemerintah. Pinjaman ini diberikan dengan periode pengembalian selama 3 tahun. e. Modal Penyertaan Dana ini diperoleh dari masyarakat diluar anggota. Mereka menitipkan sejumlah uang untuk dikelola guna mendapatkan pembagian dari SHU yang ada di BMT Sumber Usaha. D. Tingkat Perkembangan Pembiayaan BMT Sumber Usaha Tengaran Berikut ini tabel perkembangan pembiayaan BMT Sumber Usaha: Tabel 3.1 Tahun- tahun Operasional BMT Sumber Usaha No Keterangan Asset Kas Penempatan pada bank Penempatan pada Koperasi Pembiayaan yang 5 diberikan Jumlah anggota Pembiayaan Harta tetap, inv dan 6 persediaan Biaya dibayar dimuka 47

48 8 Dana pihak III/Simpanan Jumlah Anggota Dana pihak III/Simpanan Dana Pinjaman Modal Dasar Cadangan Pendapatan Beban biaya Laba rugi tahun berjalan Data perkembangan BMT Sumber Usaha tahun Sumber: BMT Sumber Usaha Dari tabel di atas dapat diketahui laju perkembangan BMT Sumber Usaha yang meliputi beberapa aspek dari tahun ke tahun mengalami peningkatan yang cukup baik. Tabel 3.2 Daftar volume usaha BMT Sumber Usaha tahun No Bulan Realisasi 2007 Realisasi 2008 Realisasi 2009 Realisasi Januari Februari Maret April Mei Juni Juli

BAB I PENDAHULUAN. lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Dilihat dari

BAB I PENDAHULUAN. lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Dilihat dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang mempunyai peranan penting di dalam perekonomian suatu negara sebagai badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat

Lebih terperinci

BAB III PELAKSANAAN SANKSI ATAS NASABAH MAMPU YANG MENUNDA PEMBAYARAN DI BMT FAJAR MULIA UNGARAN. 1. Sejarah Berdiri BMT Fajar Mulia Ungaran

BAB III PELAKSANAAN SANKSI ATAS NASABAH MAMPU YANG MENUNDA PEMBAYARAN DI BMT FAJAR MULIA UNGARAN. 1. Sejarah Berdiri BMT Fajar Mulia Ungaran 32 BAB III PELAKSANAAN SANKSI ATAS NASABAH MAMPU YANG MENUNDA PEMBAYARAN DI BMT FAJAR MULIA UNGARAN A. Profil BMT Fajar Mulia Ungaran 1. Sejarah Berdiri BMT Fajar Mulia Ungaran Gagasan untuk mendirikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bagi hasil. Balas jasa atas modal diperhitungkan berdasarkan keuntungan atau

BAB I PENDAHULUAN. bagi hasil. Balas jasa atas modal diperhitungkan berdasarkan keuntungan atau 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Bank yang berfungsi sebagai lembaga intermediasi menempati posisi yang sangat vital pada era perekonomian modern saat ini. Lalu lintas perdagangan dalam skala domestik,

Lebih terperinci

TINJAUAN BAGI HASIL SIMPANAN BERJANGKA PADA KJKS BMT BINA UMAT MANDIRI (BUM) CABANG ADIWERNA

TINJAUAN BAGI HASIL SIMPANAN BERJANGKA PADA KJKS BMT BINA UMAT MANDIRI (BUM) CABANG ADIWERNA TINJAUAN BAGI HASIL SIMPANAN BERJANGKA PADA KJKS BMT BINA UMAT MANDIRI (BUM) CABANG ADIWERNA Nur Aeni 1, Erni Unggul SU 2, Galih Wicaksono 3 eunggulsu@gmail.com 123 D3 Program Studi Akuntansi Politeknik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lembaga keuangan syariah semakin berkembang pesat. Hal ini dapat dilihat dari semakin banyaknya lembaga keuangan syariah yang berdiri di Indonesia. Tidak hanya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Kajian Pustaka Lembaga perbankan memegang peranan yang sangat penting dan dibutuhkan oleh masyarakat. Perbankan melayani kebutuhan pembiayaan dan memperlancar

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Karakteristik Produk Simpanan Berjangka (Simka) / Deposito Mudharabah di KSPPS Arthamadina Banyuputih

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Karakteristik Produk Simpanan Berjangka (Simka) / Deposito Mudharabah di KSPPS Arthamadina Banyuputih BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Produk Simpanan Berjangka (Simka) / Deposito Mudharabah di KSPPS Arthamadina Banyuputih Deposito mudharabah merupakan simpanan dana dengan akad mudharabah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hal Ahmad Hasan Ridwan, Manajemen Baitul Mal Wa Tamwil, Bandung: Pustaka Setia, 2013,

BAB I PENDAHULUAN. hal Ahmad Hasan Ridwan, Manajemen Baitul Mal Wa Tamwil, Bandung: Pustaka Setia, 2013, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Baitul Mal Wa Tamwil (BMT) sebagai lembaga keuangan mikro syariah mempunyai peran yang cukup penting dalam mengembangkan aspek-aspek produksi dan investasi untuk meningkatkan

Lebih terperinci

PERHITUNGAN BAGI HASIL DAN PENANGANAN PENCAIRAN DEPOSITO MUDHARABAH PADA BPR SYARIAH AMANAH UMMAH

PERHITUNGAN BAGI HASIL DAN PENANGANAN PENCAIRAN DEPOSITO MUDHARABAH PADA BPR SYARIAH AMANAH UMMAH PERHITUNGAN BAGI HASIL DAN PENANGANAN PENCAIRAN DEPOSITO MUDHARABAH PADA BPR SYARIAH AMANAH UMMAH Heny Kurniati dan Hendri Maulana Universitas Ibn Khaldun Bogor ABSTRAK Industri perbankan syariah di Indonesia

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS MEKANISME AKAD MUDHARABAH PADA PRODUK SIMPANAN BERJANGKA DAN MUDHARABAH BERJANGKA DI UJKS BMT MITRA UMAT DAN UJKS BMT MINNA LANA

BAB IV ANALISIS MEKANISME AKAD MUDHARABAH PADA PRODUK SIMPANAN BERJANGKA DAN MUDHARABAH BERJANGKA DI UJKS BMT MITRA UMAT DAN UJKS BMT MINNA LANA 83 BAB IV ANALISIS MEKANISME AKAD MUDHARABAH PADA PRODUK SIMPANAN BERJANGKA DAN MUDHARABAH BERJANGKA DI UJKS BMT MITRA UMAT DAN UJKS BMT MINNA LANA A. Mekanisme Produk Simpanan Berjangka (deposito) di

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM BMT AT-TAQWA MUHAMMADIYAH CABANG SITEBA. A. Sejarah Berdirinya BMT At-taqwa Muhammadiyah Cabang Siteba

BAB III GAMBARAN UMUM BMT AT-TAQWA MUHAMMADIYAH CABANG SITEBA. A. Sejarah Berdirinya BMT At-taqwa Muhammadiyah Cabang Siteba BAB III GAMBARAN UMUM BMT AT-TAQWA MUHAMMADIYAH CABANG SITEBA A. Sejarah Berdirinya BMT At-taqwa Muhammadiyah Cabang Siteba Awal berdirinya Bank Syariah di Indonesia adalah pada tanggal 1 November 1991,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. prinsip keadilan dan keterbukaan, yaitu Perbankan Syariah. operasional bisnisnya dengan sistem bagi hasil.

BAB I PENDAHULUAN. prinsip keadilan dan keterbukaan, yaitu Perbankan Syariah. operasional bisnisnya dengan sistem bagi hasil. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Krisis yang melanda dunia perbankan Indonesia sejak tahun 997 telah menyadarkan semua pihak bahwa perbankan dengan sistem konvensional bukan merupakan satu-satunya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini hampir semua kegiatan perekonomian. dilakukan oleh lembaga keuangan, misalnya bank, lembaga keuangan non bank,

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini hampir semua kegiatan perekonomian. dilakukan oleh lembaga keuangan, misalnya bank, lembaga keuangan non bank, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dewasa ini hampir semua kegiatan perekonomian yang mengelola dana dilakukan oleh lembaga keuangan, misalnya bank, lembaga keuangan non bank, lembaga pembiayaan

Lebih terperinci

BAB 4 PEMBAHASAN 4.1 Implementasi Bagi Hasil dan Risiko Berdasarkan Prinsip Mudharabah

BAB 4 PEMBAHASAN 4.1 Implementasi Bagi Hasil dan Risiko Berdasarkan Prinsip Mudharabah BAB 4 PEMBAHASAN 4.1 Implementasi Bagi Hasil dan Risiko Berdasarkan Prinsip Mudharabah Di Bank Harta Insan Karimah 4.1.1 Prinsip Bagi Hasil dan Risiko Dalam Kegiatan Penghimpunan Dana Mudharabah di Bank

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. 1. Pembukaan Simpanan Berjangka (SIJANGKA)

BAB IV PEMBAHASAN. 1. Pembukaan Simpanan Berjangka (SIJANGKA) BAB IV PEMBAHASAN A. Prosedur Simpanan Berjangka (SIJANGKA) Di KJKS BMT Walisongo Semarang 1. Pembukaan Simpanan Berjangka (SIJANGKA) a. Syarat syarat pembukaan Simpanan Berjangka (SIJANGKA), antara lain

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. A. Kebijakan Harga Jual Pembiayaan Murabahah di BMT Istiqomah Unit

BAB V PEMBAHASAN. A. Kebijakan Harga Jual Pembiayaan Murabahah di BMT Istiqomah Unit BAB V PEMBAHASAN A. Kebijakan Harga Jual Pembiayaan Murabahah di BMT Istiqomah Unit II Tulungagung Pembiayaan yang ada di Lembaga Keuangan Syariah khususnya BMT Istiqomah merupakan kegiatan penyaluran

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. peningkatan adalah mekanisme pembagian keuntungannya. Pada bank syariah,

BAB 1 PENDAHULUAN. peningkatan adalah mekanisme pembagian keuntungannya. Pada bank syariah, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di Indonesia saat ini organisasi bisnis Islam yang berkembang adalah bank syariah. Salah satu penyebab yang menjadikan bank syariah terus mengalami peningkatan adalah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian Lembaga Keuangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian Lembaga Keuangan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori A. Pengertian Lembaga Keuangan Dalam sistem keuangan suatu Negara, lembaga keuangan berperan dalam menyediakan fasilitas jasa-jasa di bidang keuangan. Menurut

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Mekanisme Akad Mudharabah dalam Pembiayaan Modal Kerja di KJKS Mitra

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Mekanisme Akad Mudharabah dalam Pembiayaan Modal Kerja di KJKS Mitra 47 BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Mekanisme Akad Mudharabah dalam Pembiayaan Modal Kerja di KJKS Mitra Sejahtera Subah-Batang Pembiayaan mudharabah adalah pembiayaan yang disalurkan oleh lembaga keuangan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BOGOR,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BOGOR, LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR NOM0R : 20 TAHUN : 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN USAHA MILIK DAERAH BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB IV METODE PERHITUNGAN BAGI HASIL PEMBIAYAAN MUDHARABAH DI BSM CABANG PEKALONGAN DITINJAU DARI FATWA DSN-MUI NO.

BAB IV METODE PERHITUNGAN BAGI HASIL PEMBIAYAAN MUDHARABAH DI BSM CABANG PEKALONGAN DITINJAU DARI FATWA DSN-MUI NO. BAB IV METODE PERHITUNGAN BAGI HASIL PEMBIAYAAN MUDHARABAH DI BSM CABANG PEKALONGAN DITINJAU DARI FATWA DSN-MUI NO.15/DSN-MUI/IX/2000 A. Analisis Kesesuaian Metode Perhitungan Bagi Hasil Pembiayaan Mudharabah

Lebih terperinci

No. 10/ 14 / DPbS Jakarta, 17 Maret S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK SYARIAH DI INDONESIA

No. 10/ 14 / DPbS Jakarta, 17 Maret S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK SYARIAH DI INDONESIA No. 10/ 14 / DPbS Jakarta, 17 Maret 2008 S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK SYARIAH DI INDONESIA Perihal : Pelaksanaan Prinsip Syariah dalam Kegiatan Penghimpunan Dana dan Penyaluran Dana serta Pelayanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tabungan dan pembiayaan, Bank Syariah, Baitul Mal wat Tamwil (BMT),

BAB I PENDAHULUAN. tabungan dan pembiayaan, Bank Syariah, Baitul Mal wat Tamwil (BMT), BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian Dewasa ini, perkembangan perekonomian masyarakat dalam skala makro dan mikro, membuat lembaga keuangan khususnya lembaga keuangan syariah bersaing untuk mendapatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dari waktu ke waktu. Diawali dengan berdirinya bank syariah di

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dari waktu ke waktu. Diawali dengan berdirinya bank syariah di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ekonomi syariah secara konsisten telah menunjukan perkembangan dari waktu ke waktu. Diawali dengan berdirinya bank syariah di wilayah mesir pada tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk meminjam uang atau kredit bagi masyarakat yang membutuhkannya.

BAB I PENDAHULUAN. untuk meminjam uang atau kredit bagi masyarakat yang membutuhkannya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang kegiatan utamanya menerima simpanan giro, tabungan dan deposito. Kemudian bank juga dikenal sebagai tempat untuk meminjam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keuangan. Intermediasi keuangan merupakan proses penyerapan dari unit surplus

BAB I PENDAHULUAN. keuangan. Intermediasi keuangan merupakan proses penyerapan dari unit surplus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara umum, lembaga keuangan berperan sebagai lembaga intermediasi keuangan. Intermediasi keuangan merupakan proses penyerapan dari unit surplus ekonomi, baik sektor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi Islam saat ini cukup pesat, ditandai dengan berkembangnya

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi Islam saat ini cukup pesat, ditandai dengan berkembangnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ekonomi Islam saat ini cukup pesat, ditandai dengan berkembangnya lembaga keuangan syariah. Sejak tahun 1992, perkembangan lembaga keuangan syariah terutama

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Implementasi Sistem Bagi Hasil dan Risiko Berdasarkan Prinsip. Mudharabah Di Bank Jabar Banten Syariah

BAB IV PEMBAHASAN. Implementasi Sistem Bagi Hasil dan Risiko Berdasarkan Prinsip. Mudharabah Di Bank Jabar Banten Syariah BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Implementasi Sistem Bagi Hasil dan Risiko Berdasarkan Prinsip Mudharabah Di Bank Jabar Banten Syariah IV.1.1 Prinsip Bagi Hasil dan Risiko Dalam Kegiatan Penghimpunan Dana Mudharabah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam upaya meningkatkan kualitas perekonomian masyarakat, dana

BAB I PENDAHULUAN. Dalam upaya meningkatkan kualitas perekonomian masyarakat, dana 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam upaya meningkatkan kualitas perekonomian masyarakat, dana sangat penting untuk memenuhi segala kebutuhan hidup serta menggerakkan roda perekonomian.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelebihan dana dengan masyarakat yang kekurangan dana, sedangkan bank

BAB I PENDAHULUAN. kelebihan dana dengan masyarakat yang kekurangan dana, sedangkan bank BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bank merupakan lembaga perantara keuangan antara masyarakat yang kelebihan dana dengan masyarakat yang kekurangan dana, sedangkan bank menurut istilah adalah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Koperasi Jasa Keuangan Syariah Baitul maal wat tamwil

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Koperasi Jasa Keuangan Syariah Baitul maal wat tamwil BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Koperasi Jasa Keuangan Syariah Baitul maal wat tamwil Koperasi syariah yang lebih dikenal dengan nama KJKS (Koperasi Jasa Keuangan Syariah) dan UJKS (Unit Jasa

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Analisis Pelaksanaan Pembiayaan Mudharabah di Baitul maal wat. 1. Prosedur Pembiayaan di BMT Surya Parama Arta

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Analisis Pelaksanaan Pembiayaan Mudharabah di Baitul maal wat. 1. Prosedur Pembiayaan di BMT Surya Parama Arta BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Pelaksanaan Pembiayaan Mudharabah di Baitul maal wat tamwil Surya Parama Arta. 1. Prosedur Pembiayaan di BMT Surya Parama Arta a. Menjadi anggota BMT Surya Parama

Lebih terperinci

BAB III PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK. Pada saat kuliah kerja praktek di PT. Bank BJB Kantor Pusat Bandung,

BAB III PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK. Pada saat kuliah kerja praktek di PT. Bank BJB Kantor Pusat Bandung, BAB III PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK 3.1 Bidang Pelaksanaan Kerja Praktek Pada saat kuliah kerja praktek di PT. Bank BJB Kantor Pusat Bandung, penulis ditempatkan di Kantor Pusat Bandung di bagian divisi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Analisis Penerapan Pembiayaan Mudharabah pada KJKS BMT Usaha

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Analisis Penerapan Pembiayaan Mudharabah pada KJKS BMT Usaha BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Penerapan Pembiayaan Mudharabah pada KJKS BMT Usaha Mandiri Sejahtera ( UMS ). 1. Prosedur Pembiayaan Mudharabah pada KJKS BMT Usaha Mandiri Sejahtera Prosedur pengajuan

Lebih terperinci

BAB I BAB V PENUTUP PENDAHULUAN. Bab ini merupakan bab penutup yang berisi. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I BAB V PENUTUP PENDAHULUAN. Bab ini merupakan bab penutup yang berisi. 1.1 Latar Belakang Penelitian 16 1 BAB I BAB V PENUTUP Bab ini merupakan bab penutup yang berisi kesimpulan dan saran- saran dari hasil analisis data pada bab-bab sebelumnyayang dapat dijadikan masukan bagi berbagai pihak yang berkepentingan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bank syariah adalah bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip syariah

BAB I PENDAHULUAN. Bank syariah adalah bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip syariah 1.1.Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Bank syariah adalah bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip syariah Islam. Sedangkan bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip Syariah Islam adalah

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 13/14/PBI/2011 TENTANG PENILAIAN KUALITAS AKTIVA BAGI BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 13/14/PBI/2011 TENTANG PENILAIAN KUALITAS AKTIVA BAGI BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 13/14/PBI/2011 TENTANG PENILAIAN KUALITAS AKTIVA BAGI BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa kelangsungan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN 72 BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Penerapan PSAK No. 105 Tentang Sistem Bagi Hasil Deposito Mudharabah pada PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk. 1. Penerapan sesuai dengan PSAK No. 105 Tabel

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Revenue Sharing 1. Pengertian Revenue Sharing Menurut Slamet Wiyono (2005 : 57) Revenue sharing berasal dari bahasa inggris yang terdiri dari dua kata yaitu, revenue yang berarti:

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SAMBAS

PEMERINTAH KABUPATEN SAMBAS PEMERINTAH KABUPATEN SAMBAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN SAMBAS NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN BANK PERKREDITAN RAKYAT SYARIAH SAMBAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SAMBAS, Menimbang :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bank adalah lembaga perantara keuangan atau biasa disebut financial

BAB I PENDAHULUAN. Bank adalah lembaga perantara keuangan atau biasa disebut financial A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Bank adalah lembaga perantara keuangan atau biasa disebut financial intermediary, artinya lembaga bank adalah lembaga yang dalam aktivitasnya berkaitan dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam linguistik, analisa atau analisis adalah kajian yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam linguistik, analisa atau analisis adalah kajian yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Pengertian Analisis Dalam linguistik, analisa atau analisis adalah kajian yang dilaksanakan terhadap sebuah bahasa guna meneliti struktur bahasa tersebut

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Bank Pengertian bank menurut UU No. 7 tahun 1992 tentang perbankan sebagai mana diubah dengan UU No. 10 tahun 1998 : a. Perbankan adalah segala sesuatu yang menyangkut

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN. A. Penerapan Akad Pembiayaan Musyarakah pada BMT Surya Asa Artha

BAB IV HASIL PENELITIAN. A. Penerapan Akad Pembiayaan Musyarakah pada BMT Surya Asa Artha 50 BAB IV HASIL PENELITIAN A. Penerapan Akad Pembiayaan Musyarakah pada BMT Surya Asa Artha BMT berdiri dalam rangka menumbuh dan mengembangkan sumberdaya ekonomi mikro yang bersumber pada syariat Islam.

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SRAGEN

PEMERINTAH KABUPATEN SRAGEN PEMERINTAH KABUPATEN SRAGEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN BENTUK BADAN HUKUM DAN NAMA PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT SYARIAH (PD. BPR SYARIAH) KABUPATEN

Lebih terperinci

BAB V PENGAWASAN KEGIATAN LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH 1

BAB V PENGAWASAN KEGIATAN LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH 1 BAB V PENGAWASAN KEGIATAN LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH 1 5.1. Dewan Pengawas Syariah Dewan Pengawas Syariah (DPS) adalah dewan yang melakukan pengawasan terhadap prinsip syariah dalam kegiatan usaha lembaga

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Mekanisme Produk SI RELA AULIA di KSPPS BMT Amanah Usaha Mulia (AULIA) Magelang. 1 1. Mekanisme Pembukaan Rekening Tabungan SI RELA AULIA. Langkah pertama dalam

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 6/18/PBI/2004 TENTANG GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 6/18/PBI/2004 TENTANG GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 6/18/PBI/2004 TENTANG KUALITAS AKTIVA PRODUKTIF BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT SYARIAH GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa kinerja dan kelangsungan usaha Bank Perkreditan

Lebih terperinci

BAB II Landasan Teori

BAB II Landasan Teori BAB II Landasan Teori A. Pengertian Pembiayaan Pembiayaan adalah bentuk kata lain dari kredit. Secara etimologi istilah kredit berasal dari bahasa latin yaitu credere yang berarti kepercayaan. Dalam Kamus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akan sistem operasionalnya, telah menunjukkan angka kemajuan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. akan sistem operasionalnya, telah menunjukkan angka kemajuan yang sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dengan di awali berdirinya Bank Syariah pada tahun 1992 oleh bank yang di beri nama dengan Bank Muamalat Indonesia (BMI), sebagai pelopor berdirinya perbankan yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Penelitian Terdahulu Pembahasan yang dilakukan oleh peneliti di susun berdasarkan pada penelitian-penelitian yang terdahulu beserta persamaan dan perbedaannya yang mendukung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai peranan penting dalam perekonomian. Keberadaan perbankan

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai peranan penting dalam perekonomian. Keberadaan perbankan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perbankan syariah menunjukkan perkembangan yang positif di Indonesia. Terbukti dengan semakin banyak masyarakat yang menggunakan produk jasa bank-bank syariah.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali dana. tersebut ke masyarakat serta memberikan jasa bank lainnya (Kasmir,

BAB I PENDAHULUAN. menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali dana. tersebut ke masyarakat serta memberikan jasa bank lainnya (Kasmir, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bank merupakan lembaga keuangan yang kegiatan utamanya menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali dana tersebut ke masyarakat serta memberikan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. 1. Pengertian, Tujuan dan Fungsi Pembiayaan

BAB II LANDASAN TEORI. 1. Pengertian, Tujuan dan Fungsi Pembiayaan BAB II LANDASAN TEORI A. Teori-Teori 1. Pengertian, Tujuan dan Fungsi Pembiayaan Penyaluran dana pada bank syari ah disebut dengan pembiayaan. Pembiayaan berdasarkan prinsip syariah terbagi menjadi beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan keuangan yang berbasis syari ah sumber-sumber ekonomi. yang tersedia secara terarah dan terpadu serta dimanfaatkan bagi

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan keuangan yang berbasis syari ah sumber-sumber ekonomi. yang tersedia secara terarah dan terpadu serta dimanfaatkan bagi BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Pertumbuhan ekonomi suatu bangsa memerlukan pola pengaturan pengelolaan keuangan yang berbasis syari ah sumber-sumber ekonomi yang tersedia secara terarah dan terpadu

Lebih terperinci

2) Membina masyarakat dengan mengadakan sosialisasisosialisasi BAB IV. mengenai perbankan syari ah bahwasanya bunga

2) Membina masyarakat dengan mengadakan sosialisasisosialisasi BAB IV. mengenai perbankan syari ah bahwasanya bunga 2) Membina masyarakat dengan mengadakan sosialisasisosialisasi mengenai perbankan syari ah bahwasanya bunga dan bagi hasil sangatlah berbeda. 3) Untuk mengetahui tingkat kejujuran para anggota mengenai

Lebih terperinci

BAB III PROFIL BMT MATRA PEKALONGAN. A. Latar Belakang Berdirinya BMT Matra Pekalongan

BAB III PROFIL BMT MATRA PEKALONGAN. A. Latar Belakang Berdirinya BMT Matra Pekalongan BAB III PROFIL BMT MATRA PEKALONGAN A. Latar Belakang Berdirinya BMT Matra Pekalongan Suatu kemajuan yang cukup menggembirakan menjelang abad XX terjadi kebangkitan umat Islam dalam segala aspek terutama

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul Dalam zaman modern sekarang ini, tentu sebagian besar orang sudah mengenal tentang bank dan menggunakan jasanya, baik itu sebagai tempat menabung atau

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian ini merupakan hasil pengembangan dari peneliti-peneliti terdahulu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian ini merupakan hasil pengembangan dari peneliti-peneliti terdahulu BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Penelitian ini merupakan hasil pengembangan dari peneliti-peneliti terdahulu yang memiliki topik yang sama. Penelitian tersebut antara lain : 2.1.1 Susi

Lebih terperinci

Analisis Akuntansi Pembiayaan Mudharabah Pada PT. Bank Rakyat Indonesia Syariah, Tbk KCI Citarum

Analisis Akuntansi Pembiayaan Mudharabah Pada PT. Bank Rakyat Indonesia Syariah, Tbk KCI Citarum Repositori STIE Ekuitas STIE Ekuitas Repository Final Assignment - Diploma 3 (D3) http://repository.ekuitas.ac.id Final Assignment of Accounting 2017-01-07 Analisis Akuntansi Pembiayaan Mudharabah Pada

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. A. Penerapan Akad Mudarabah di Koperasi Simpan Pinjam Pembiayaan

BAB V PEMBAHASAN. A. Penerapan Akad Mudarabah di Koperasi Simpan Pinjam Pembiayaan BAB V PEMBAHASAN A. Penerapan Akad Mudarabah di Koperasi Simpan Pinjam Pembiayaan Syariah Al-Bahjah Tulungagung Setelah melakukan pengamatan kegiatan-kegiatan yang dilakukan Koperasi Simpan Pinjam Pembiayaan

Lebih terperinci

Pertemuan Minggu IX : Pembiayaan Syariah

Pertemuan Minggu IX : Pembiayaan Syariah Pertemuan Minggu IX : Pembiayaan Syariah Terdapat tiga jenis pembiayaan di bank syariah yaitu: a. pembiayaan berbasis bagi hasil. b. pembiayaan berbasis jual beli. c. pembiayaan berbasis sewa beli. Pembiayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diarahkan untuk mencapai sasaran pembangunan. Oleh karena itu peranan

BAB I PENDAHULUAN. diarahkan untuk mencapai sasaran pembangunan. Oleh karena itu peranan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan perekonomian yang semakin kompleks tentunya membutuhkan ketersediaan dan peran serta lembaga keuangan. Kebijakan moneter dan perbankan merupakan bagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga keuangan perbankan mempunyai peranan penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga keuangan perbankan mempunyai peranan penting dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lembaga keuangan perbankan mempunyai peranan penting dalam menstabilkan perekonomian suatu negara. Bank sebagai lembaga intermediasi yang mempertemukan antara pihak

Lebih terperinci

BAB III STRATEGI PROMOSI PRODUK SIM A (SIMPANAN ANAK-ANAK) DI BMT CITRA KEUANGAN SYARIAH COMAL

BAB III STRATEGI PROMOSI PRODUK SIM A (SIMPANAN ANAK-ANAK) DI BMT CITRA KEUANGAN SYARIAH COMAL 42 BAB III STRATEGI PROMOSI PRODUK SIM A (SIMPANAN ANAK-ANAK) DI BMT CITRA KEUANGAN SYARIAH COMAL A. BMT Citra Keuangan Syariah Comal 1. Sejarah Berdirinya Dengan tujuan untuk membangun ekonomi masyarakat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. popular bukan hanya di negara-negara Islam tapi bahkan juga di negara-negara

BAB 1 PENDAHULUAN. popular bukan hanya di negara-negara Islam tapi bahkan juga di negara-negara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem ekonomi syariah atau biasa disebut dengan Ekonomi Islam, semakin popular bukan hanya di negara-negara Islam tapi bahkan juga di negara-negara barat. Banyak kalangan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. ANALISIS PENERAPAN SISTEM BAGI HASIL PADA PEMBIAYAAN MUDHARABAH DI KJKS CEMERLANG WELERI

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. ANALISIS PENERAPAN SISTEM BAGI HASIL PADA PEMBIAYAAN MUDHARABAH DI KJKS CEMERLANG WELERI BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. ANALISIS PENERAPAN SISTEM BAGI HASIL PADA PEMBIAYAAN MUDHARABAH DI KJKS CEMERLANG WELERI KENDAL Dikeluarkannya Undang-undang No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. beroperasi sesuai dengan nilai-nilai dan Prinsip Ekonomi Islam (Islamic

BAB I PENDAHULUAN. beroperasi sesuai dengan nilai-nilai dan Prinsip Ekonomi Islam (Islamic BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Kebutuhan masyarakat muslim Indonesia akan adanya bank yang beroperasi sesuai dengan nilai-nilai dan Prinsip Ekonomi Islam (Islamic Economic System), secara

Lebih terperinci

Usulan Penelitian Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Pada Program Studi Pendidikan Akuntansi

Usulan Penelitian Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Pada Program Studi Pendidikan Akuntansi NASKAH PUBLIKASI ANALISIS PENGELOLAAN DANA SIMPANAN SYARI AH ANGGOTA DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM TAHUN 2015 (STUDI KASUS DI KJKS BMT SURYA MADANI BOYOLALI) Usulan Penelitian Diajukan Untuk Memperoleh

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. keberadaan bank sebagai lembaga keuangan telah bertansformasi menjadi dua

I. PENDAHULUAN. keberadaan bank sebagai lembaga keuangan telah bertansformasi menjadi dua I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberadaan bank sebagai perusahaan yang bergerak di bidang keuangan memegang peranan sangat penting dalam memenuhi kebutuhan akan dana. Sehubungan dengan hal tersebut sudah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Asuransi Syariah (AS), Baitul Maal Wat Tamwil (BMT), dan Unit Simpan

BAB I PENDAHULUAN. Asuransi Syariah (AS), Baitul Maal Wat Tamwil (BMT), dan Unit Simpan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam perkembangan sekarang ini, ada dua jenis lembaga keuangan syariah yaitu lembaga keuangan syariah yang berupa bank dan lembaga keuangan syariah non bank. Lembaga

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. kepastian dana pendidikan anak sesuai rencana untuk setiap cita-cita yang

BAB II LANDASAN TEORI. kepastian dana pendidikan anak sesuai rencana untuk setiap cita-cita yang 8 BAB II LANDASAN TEORI A. Tabungan ib Pendidikan 1. Pengertian Tabungan ib Pendidikan Tabungan ib Pendidikan merupakan jenis tabungan berjangka dengan potensi bagi hasil yang kompetitif guna memenuhi

Lebih terperinci

BAB II STANDAR OPERASIONAL DAN PROSEDUR BAGI HASIL TABUNGAN MUDHARABAH. Wattamwil yaitu simpanan (funding) dan pembiayaan (financing).

BAB II STANDAR OPERASIONAL DAN PROSEDUR BAGI HASIL TABUNGAN MUDHARABAH. Wattamwil yaitu simpanan (funding) dan pembiayaan (financing). BAB II STANDAR OPERASIONAL DAN PROSEDUR BAGI HASIL TABUNGAN MUDHARABAH A. Produk-produk Jasa Baitul Mal 1. Simpanan Ada dua macam produk yang biasanya ditawarkan oleh Baitul Mal Wattamwil yaitu simpanan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1995 TENTANG PELAKSANAAN KEGIATAN USAHA SIMPAN PINJAM OLEH KOPERASI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1995 TENTANG PELAKSANAAN KEGIATAN USAHA SIMPAN PINJAM OLEH KOPERASI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1995 TENTANG PELAKSANAAN KEGIATAN USAHA SIMPAN PINJAM OLEH KOPERASI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa untuk meningkatkan pendapatan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS 1. Landasan Teori A. Definisi Produk Pembiayaan Modal Kerja

BAB IV ANALISIS 1. Landasan Teori A. Definisi Produk Pembiayaan Modal Kerja BAB IV ANALISIS 1. Landasan Teori A. Definisi Produk Pembiayaan Modal Kerja KSPS BMT Bina Ummat Sejahtera mempunyai beberapa produk pembiayaan. Salah satunya produk BMT Bina Ummat Sejahtera yaitu Pembiayaan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Analisis Kelayakan Benda Jaminan Dalam Pembiayaan di KSU. KOTA SANTRI Cabang Karanganyar

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Analisis Kelayakan Benda Jaminan Dalam Pembiayaan di KSU. KOTA SANTRI Cabang Karanganyar BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Analisis Kelayakan Benda Jaminan Dalam Pembiayaan di KSU KOTA SANTRI Cabang Karanganyar Koperasi Serba Usaha KOTA SANTRI Cabang Karanganyar dalam memberikan kredit

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Ada beberapa tahapan dalam pembiayaan mudharabah yang harus dilalui. sebelum dana itu diserahkan kepada nasabah :

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Ada beberapa tahapan dalam pembiayaan mudharabah yang harus dilalui. sebelum dana itu diserahkan kepada nasabah : BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Prosedur Pembiayaan Mudharabah Ada beberapa tahapan dalam pembiayaan mudharabah yang harus dilalui sebelum dana itu diserahkan kepada nasabah : 1. Nasabah Melakukan Pengajuan

Lebih terperinci

Manusia selalu dihadapkan pada masalah ekonomi seperti kesenjangan. ekonomi, kemiskinan, dan masalah-masalah lainnya. Namun banyak masyarakat

Manusia selalu dihadapkan pada masalah ekonomi seperti kesenjangan. ekonomi, kemiskinan, dan masalah-masalah lainnya. Namun banyak masyarakat PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia selalu dihadapkan pada masalah ekonomi seperti kesenjangan ekonomi, kemiskinan, dan masalah-masalah lainnya. Namun banyak masyarakat yang tidak mengerti apa sebenarnya

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Sejarah Singkat PT Bank Mega Syariah Indonesia Sejarah kelahiran Bank Mega Syariah Indonesia berawal dari akuisisi PT Bank Umum Tugu oleh

Lebih terperinci

LANDASAN TEORI Perkembangan Lembaga Keuangan Syariah di Indonesia. negara negara anggota dan masyarakat Muslim pada umumnya.

LANDASAN TEORI Perkembangan Lembaga Keuangan Syariah di Indonesia. negara negara anggota dan masyarakat Muslim pada umumnya. 12 LANDASAN TEORI 2.1. Perkembangan Lembaga Keuangan Syariah di Indonesia Lembaga perbankan Islam mengalami perkembangan yang amat pesat dengan lahirnya Islamic Development Bank (IDB) pada tahun 1975 yang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian a) Implementasi Akad Murabahah Di Indonesia, aplikasi jual beli murabahah pada perbankan syariah di dasarkan pada Keputusan Fatwa Dewan Syariah

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 13/14/PBI/2011 TENTANG PENILAIAN KUALITAS AKTIVA BAGI BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 13/14/PBI/2011 TENTANG PENILAIAN KUALITAS AKTIVA BAGI BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 13/14/PBI/2011 TENTANG PENILAIAN KUALITAS AKTIVA BAGI BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa kelangsungan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 9 TAHUN 1995 TENTANG PELAKSANAAN KEGIATAN USAHA SIMPAN PINJAM OLEH KOPERASI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 9 TAHUN 1995 TENTANG PELAKSANAAN KEGIATAN USAHA SIMPAN PINJAM OLEH KOPERASI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 9 TAHUN 1995 TENTANG PELAKSANAAN KEGIATAN USAHA SIMPAN PINJAM OLEH KOPERASI Menimbang : PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, a. bahwa untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Perbankan Syariah 1. Pengertian Bank Syariah Kehadiran bank syariah ditengah tengah perbankan adalah untuk menawarkan sistem perbankan alternatif bagi umat Islam yang membutuhkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, sebab sering dijumpai ada anggota masyarakat yang melakukan jual

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, sebab sering dijumpai ada anggota masyarakat yang melakukan jual BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Istilah kredit bukan hal yang asing dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat, sebab sering dijumpai ada anggota masyarakat yang melakukan jual beli barang dengan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS. (2000:59.1) mengemukakan pengertian Bank Syariah sebagai berikut :

BAB II LANDASAN TEORITIS. (2000:59.1) mengemukakan pengertian Bank Syariah sebagai berikut : BAB II LANDASAN TEORITIS A. Bank Syariah 1. Pengertian Bank Syariah Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) dalam PSAK No. 59 (2000:59.1) mengemukakan pengertian Bank Syariah sebagai berikut : Bank Syariah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam lembaga keuangan, khususnya lembaga perbankan yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam lembaga keuangan, khususnya lembaga perbankan yang merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam lembaga keuangan, khususnya lembaga perbankan yang merupakan salah satu lembaga keuangan paling strategis sangat penting bagi pendorong kemajuan perekonomian

Lebih terperinci

I. Flow-chart. Dimas Hidim, mahasiswa EPI C, Penjelasan alur/flow chat akad musyarakah :

I. Flow-chart. Dimas Hidim, mahasiswa EPI C, Penjelasan alur/flow chat akad musyarakah : Dimas Hidim, mahasiswa EPI C, 20120730138 I. Flow-chart Penjelasan alur/flow chat akad musyarakah : 1. Nasabah mengajukan pembiayaan kepada bank dengan akad musyarakah untuk mendapatkan tambahan modal.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. MUI, yaitu dengan dibentuknya PT. Bank Muamalat Indonesia Tbk (BMI)

BAB 1 PENDAHULUAN. MUI, yaitu dengan dibentuknya PT. Bank Muamalat Indonesia Tbk (BMI) 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bank syariah pertama di Indonesia merupakan hasil kerja tim perbankan MUI, yaitu dengan dibentuknya PT. Bank Muamalat Indonesia Tbk (BMI) yang akte pendiriannya ditandatangani

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan penelitian yang telah penulis laksanakan pada PT Bank

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan penelitian yang telah penulis laksanakan pada PT Bank BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang telah penulis laksanakan pada PT Bank Syariah Mega Indonesia, maka penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut: 1. PT Bank Syariah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kehadiran Bank Muammalat Indonesia (BMI) pada tahun 1992, telah

BAB I PENDAHULUAN. Kehadiran Bank Muammalat Indonesia (BMI) pada tahun 1992, telah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehadiran Bank Muammalat Indonesia (BMI) pada tahun 1992, telah memberikan inspirasi untuk membangun kembali sistem keuangan yang lebih dapat menyentuh kalangan bawah.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2011 mengalami tumbuh sebesar

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2011 mengalami tumbuh sebesar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2011 mengalami tumbuh sebesar 6,5 persen dari tahun 2010. 1 Sekarang ekonomi Indonesia lebih terintegrasi ke dalam ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian yang berbasis nilai-nilai dan prinsip syariah untuk dapat diterapkan

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian yang berbasis nilai-nilai dan prinsip syariah untuk dapat diterapkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Umat Islam di Indonesia sudah cukup lama menginginkan perekonomian yang berbasis nilai-nilai dan prinsip syariah untuk dapat diterapkan dalam segenap aspek

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI A. Tinjauan Pustaka Dasar atau acuan yang berupa temuan melalui hasil berbagai penelitian sebelumnya merupakan hal yang sangat perlu dan dapat dijadikan sebagai

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Faktor Penyebab Pembiayaan Ijarah Bermasalah di BMT Amanah Mulia Magelang Setelah melakukan realisasi pembiayaan ijarah, BMT Amanah Mulia menghadapi beberapa resiko

Lebih terperinci

LAMPIRAN II SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN 29 /SEOJK.05/2015 TENTANG LAPORAN KEUANGAN LEMBAGA KEUANGAN MIKRO

LAMPIRAN II SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN 29 /SEOJK.05/2015 TENTANG LAPORAN KEUANGAN LEMBAGA KEUANGAN MIKRO LAMPIRAN II SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 29 /SEOJK.05/2015 TENTANG LAPORAN KEUANGAN LEMBAGA KEUANGAN MIKRO -2- PEDOMAN PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN LEMBAGA KEUANGAN MIKRO YANG MENJALANKAN KEGIATAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan lembaga perbankan syariah didorong oleh adanya desakan kuat oleh

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan lembaga perbankan syariah didorong oleh adanya desakan kuat oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Keberadaan lembaga perbankan syariah didorong oleh adanya desakan kuat oleh orang islam yang ingin terhindar dari transaksi bank yang dipandang mengandung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fatwa MUI yang mengharamkan bunga bank. 1. nilai-nilai syariah berusaha menciptakan suatu keadilan di bidang ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. fatwa MUI yang mengharamkan bunga bank. 1. nilai-nilai syariah berusaha menciptakan suatu keadilan di bidang ekonomi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lembaga keuangan syariah di Indonesia telah berkembang dengan pesat. Seperti yang telah diketahui bukan hanya lembaga perbankan syariah saja, bahkan lembaga keuangan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Pengaruh Simpanan dan Pembiayaan Mudharabah Terhadap Kinerja. Muamalat dalam menerapkan sistem bagi hasil Mudharabah

BAB IV PEMBAHASAN. Pengaruh Simpanan dan Pembiayaan Mudharabah Terhadap Kinerja. Muamalat dalam menerapkan sistem bagi hasil Mudharabah BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Pengaruh Simpanan dan Pembiayaan Mudharabah Terhadap Kinerja keuangan Bank Muamalat Bank Muamalat dalam menerapkan sistem bagi hasil Mudharabah menggunakan akad Mudharabah Mutlaqah.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Koperasi

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Koperasi BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Obyek Penelitian 4.1.1. Gambaran Umum Koperasi Koperasi Jasa Keuangan Syariah BMT Ben Barokah Rowosari berdiri pada tahun 2003, saat itu berkantor

Lebih terperinci