Perbandingan Kinerja AM (Acknowledged Mode) dan UM (Unacknowledged Mode) pada Jaringan UMTS menggunakan NS-2

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Perbandingan Kinerja AM (Acknowledged Mode) dan UM (Unacknowledged Mode) pada Jaringan UMTS menggunakan NS-2"

Transkripsi

1 Perbandingan Kinerja AM (Acknowledged Mode) dan UM (Unacknowledged Mode) pada Jaringan UMTS menggunakan NS-2 Rosalinda Tri Wahyuni *), Sukiswo, Imam Santoso Jurusan Teknik Elektro, Universitas Diponegoro Semarang Jl. Prof. Sudharto, SH, Kampus UNDIP Tembalang, Semarang 50275, Indonesia *) Abstrak Teknologi 3G ( Third Generation Technology) merupakan teknologi komunikasi seluler generasi ketiga. Teknologi ini biasa dikenal dengan W-CDMA ( Wideband-Code Division Multiple Access) atau UMTS ( Universal Mobile Telecommunications System). Jaringan UMTS mampu memberikan sebuah layanan suara dan data dalam jaringan yang lebih besar sehingga memungkinkan pelanggan melakukan transmisi data dalam ukuran besar dengan kecepatan yang lebih tinggi. Jaringan UMTS menyediakan bandwidth yang cukup besar sehingga memiliki jangkauan sinyal yang cukup luas dengan jumlah pelanggan yang lebih besar. Pada penelitian ini akan dirancang sebuah simulasi dan analisis kinerja jaringan UMTS dalam satu sel dengan dua mode RLC ( Radio Link Control) yang berbeda berdasarkan jumlah node UE ( User Equipment) menggunakan perangkat lunak Network Simulator-2 ( NS-2). Skenario pertama terdiridari 6 node UE, skenario kedua terdiridari 10 node UE dan skenario ketiga terdiridari 14 node UE. Perancangan dilakukan membandingkan kinerja dari dua mode RLC yaitu AM (Acknowledged Mode) dan UM (Unacknowledged Mode), dimana parameter-parameter yang digunakan adalah throughput, delay dan paket hilang. Dari hasil simulasi diperoleh bahwa nilai throughput rata-rata terbaik untuk program simulasi tipe AM dihasilkan oleh skenario pertama dengan 6 node UE yaitu Kbps, sedangkan untuk tipe UM dihasilkan oleh skenario ketiga dengan 14 node UE yaitu Kbps. Nilai delay rata-rata terkecil untuk program simulasi tipe AM maupun UM dihasilkan oleh skenario pertama dengan 6 node UE yaitu detik dan detik. Sedangkan untuk jumlah paket hilang, persentase rata-rata terkecil pada program simulasi tipe AM dan UM dihasilkan oleh skenario pertama dengan 6 node UE yaitu % dan %. Kata kunci : 3G, UMTS, NS-2, AM, UM, Throughput, Delay Abstract 3G technology (Third Generation Technology) is a third generation of mobile communication technology. This technology is commonly known as W-CDMA (Wideband-Code Division Multiple Access) or UMTS (Universal Mobile Telecommunications System). The UMTS network is able to provide voice and data services in a larger network that enables user to transmit data in a larger size with a higher speed. The UMTS network provides bandwidth large enough so that it has coverage area of signal is quite spacious with a greater number of user. On this research will be designed a simulation and performance analysis of UMTS network in single cell with two different modes of RLC (Radio Link Control) based on amount of UE (User Equipment) nodes using Network Simulator-2 (NS -2) software. The first scenario consist of 6 UE nodes, second scenario consist of 10 UE nodes and third scenario consist of 14 UE nodes. The designing is done by comparing performance from two modes of RLC, those are AM (Acknowledged Mode) and UM (Unacknowl edged Mode), the used parameters in the simulation are throughput, delay, and packet loss. From the simulation result obtained that the average throughput for the simulation program of AM type generated by the first scenario with 6 UE nodes that is Kbps, while UM type generated by the third scenario with 10 UE nodes that is Kbps. The smallest of average delay values for the simulation program of AM and UM types generated by the first scenario those are seconds and seconds. As for the number of packet los, the smallest of average percentage in the simulation program of AM and UM types generated by the first scenario with 6 UE nodes those are % and %. Keywords : 3G, UMTS, NS-2, AM, UM, Throughput, Delay 1. Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Teknologi 3G (Third Generation Technology) yang berarti teknologi generasi ketiga merupakan satandar dan teknologi yang digunakan pada jaringan telepon seluler. Jaringan 3G adalah jaringan telepon seluler luas yang mampu menggabungkan akses internet kecepatan tinggi serta telepon video. Salah satu

2 teknologi 3G yang banyak digunakan saat ini adalah W-CDMA (Wideband-Code Division Multiple Access) atau biasa dikenal dengan UMTS ( Universal Mobile Telecommunications System). Teknologi ini menyediakan akses internet hingga kecepatan 384 kbps dan mendukung berbagai aplikasi jaringan, hal ini memungkinkan pelanggan menggunakan kapasitas jaringan yang lebih besar. Sederhananya, teknologi 3G mampu memberikan sebuah layanan suara dan data dalam jaringan yang lebih besar sehingga memungkinkan diterapkannya transmisi data dalam ukuran besar dengan kecepatan yang lebih tinggi. Penelitian tentang UMTS umumnya dilakukan dalam taraf pembuatan simulasi, salah satunya dilakukan oleh Vranjes. et. al. (2010) yang mensimulasikan komunikasi data dari jaringan UMTS dalam satu sel. Penelitian lain dilakukan oleh Sari. et. al. (2008 ) yang menganalisis kinerja layanan multimedia berbasis IP pada jaringan UMTS. Berdasarkan penelitian-penelitian di atas, dalam tugas akhir ini akan dibuat sebuah simulasi dan analisis kinerja jaringan UMTS dalam satu sel dengan dua mode RLC ( Radio Link Control) yang berbeda berdasarkan jumlah node UE ( User Equipment) sebagai pengembangan dari penelitian yang sudah ada. 1.2 Tujuan Tujuan dari pembuatan penelitian ini adalah membuat simulasi dan menganalisis kinerja jaringan UMTS dua mode RLC ( Radio Link Control) yang berbeda berdasarkan jumlah node UE ( User Equipment) menggunakan perangkat lunak NS Batasan Masalah Agar tidak menyimpang dari permasalahan, maka penelitian ini mempunyai batasan masalah sebagai berikut : 1. Network Simulator (NS2) yang diguna kan adalah versi ns-allinone-2.30 dengan EURANE (Enhanced UMTS Radio Access Network Extensions) yang mendukung UMTS. 2. Pembuatan simulasi jaringan UMTS ini berupa komunikasi data bukan komunikasi suara. 3. Simulasi jaringan UMTS ini dirancang dalam dua tipe script, yaitu AM ( Acknowledged Mode) dan UM (Unacknowledged Mode). 4. Transport Agent untuk tipe AM adalah TCP (Transport Control Protocol) dan untuk tipe UM adalah UDP (Used Datagram Protocol). 5. Jumlah node UE untuk skenario pertama adalah 6, skenario kedua berjumlah 10 dan skenario ketiga berjumlah Model kesalahan yang digunakan dalam simulasi adalah Uniform Error Model. 7. Dalam simulasi node UE dirancang fixed node atau tidak bergerak sehingga tidak terjadi adanya handover. 8. Menganalisis parameter kinerja jaringan, yaitu delay (waktu tunda), packet loss (paket hilang) dan throughput 2. Dasar Teori 2.1 Sistem WCDMA-UMTS Generasi ketiga (3G) memiliki suatu sistem sebagai pendukung kemampuannya, yaitu berupa UTMS (Universal Mobile Telecommunication System) yang merupakan revolusi dari GSM dengan menggunakan teknologi akses WCDMA. Secara garis besar arsitektur jaringan WCDMA- UMTS terdiri atas tiga bagian utama, seperti yang ditunjukkan pada gambar 1 Gambar 1 Arsitektur Jaringan WCDMA-UMTS secara Umum Jaringan Inti ini (Core Network) terdiri dari beberapa bagian, yaitu: a) MSC (Mobile Switching Centre), merupakan unit pusat pada jaringan inti yang berfungsi sebagai pengontrol trafik. b) GMSC ( Gateway MSC), merupakan gerbang penghubung jaringan UMTS dengan jaringan luar circuit switched seperti PSTN ( Public Switched Telephone Network). c) GGSN (Gateway GPRS Support Node), merupakan gerbang yang menghubungkan UMTS menuju jaringan packet switched (misalnya internet). d) SGSN ( Serving GPRS Support Node), menangani pengiriman paket dari dan ke terminalterminal pelanggan. e) HLR ( Home Location Register), merupakan database yang menyimpan semua data pelanggan. f) VLR ( Visitor Location Register), merupakan database yang memiliki informasi pelanggan sementara yang diperlukan oleh MSC untuk melayani pelanggan yang berkunjung dari area lain. g) AuC ( Autentication Center), merupakan unit yang menyediakan parameter autentikasi dan enkripsi yang memeriksa identitas pemakai dan memastikan kemantapan dari setiap panggilan. Adapun sub-jaringan dari Jaringan Radio Akses (Access Radio) ini terdiri dari : a) RNC ( Radio Network Controller), berfungsi untuk mengendalikan sumber-sumber radio dari beberapa BS, fungsinya serupa dengan BSC di GSM.

3 b) BS ( Base Station) berfungsi sebagai unit untuk sistem pengiriman dan penerimaan radio dari sel. c) Terminal atau UE, Sebuah terminal atau UE (User Equipment) mempunyai prinsip yang sama seperti pada GSM, memiliki modul identitas pelanggan, yang serupa dengan SIM pada GSM. UE terdiri dari dua bagian, yaitu ME (Mobile Equipment ) dan USIM (UMTS Subscriber Identity Module ). 2.2 Radio Interface Protokol UMTS Pada dasarnya layer pada OSI ( Open System Interconnection) merupakan formula dasar yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan pengiriman data dari koneksi komputer yang satu ke komputer yang lainnya, yang selanjutnya dijadikan standar pengiriman antar dua buah perangkat keras atau perangkat lunak yang berbeda untuk saling bertukar informasi. Standar ini kemudian dipatenkan oleh OSI ( Open System Interconnection) menjadi tujuh yang memiliki fungsi masing-masing. Pada sistem komunikasi jaringan UMTS juga terdapat layer yang identik dengan layer OSI yang dapat digunakan untuk memahami susunan protokol pada jaringan UMTS. Gambar 2 Perbandingan Layer OSI dan UMTS Lapisan transport (Transport Layer) berperan untuk menghubungkan atau bertanggung jawab dalam membangun, menjaga, hingga memutuskan koneksi saat proses pengiriman telah selesai dilakukan. Dengan kata lain, lapisan transport ini bertanggung jawab dalam pemecahan dan penggabungan data, pengiriman, aliran dan kontrol kesalahan. Terdapat dua protokol yang bekerja pada lapisan ini, yaitu TCP dan UDP. 1) TCP (Transport Control Protocol) TCP ( Transport Control Protocol) merupakan protokol transport yang andal ( reliable), hal ini dikarenakan protokol TCP ini mempunyai mekanisme yang memastikan paket dapat diterima oleh penerima. Pada saat TCP mengirimkan data ke penerima, TCP akan memberikan ACK ( Acknowledgement). Apabila ACK tidak diterima, maka TCP akan secara otomatis mengirim ulang data. Sebagai protokol jaringan yang andal, TCP bekerja berkelanjutan untuk menjamin pengiriman semua agar sesuai dengan urutan pengirimannya. Gambar 3 Konsep dasar pengiriman data dengan TCP TCP memiliki algoritma yang digunakan untuk memperkirakan RTT (Round Trip Time) yaitu waktu yang dibutuhkan pada saat pengiriman data antara penerima dan pengirim. RTT yang dihasilkan bersifat dinamis, sehingga TCP dapat memperkirakan berapa lama harus menunggu ACK pada koneksi yang dibangun. Adapun beberapa keunggulan dari TCP adalah sebagai berikut: a) Reliable: berarti data yang dikirimkan ke tujuan dalam suatu urutan seperti saat hendak dikirimkan. b) Connection-oriented (berorientasi sambungan): sebelum data dapat ditransmisikan antara dua host, dua proses yang berjalan pada lapisan aplikasi harus melakukan negosiasi untuk membuat sesi koneksi terlebih dahulu. c) Full Duplex: untuk setiap host TCP, koneksi yang terjadi antara dua host terdiri atas dua buah jalur yakni jalur keluar dan jalur masuk. Header TCP berisi nomor urut dari data yang dikirimkan dan sebuah ACK dari data yang masuk. d) Memiliki layanan flow control untuk mencegah data terlalu banyak dikirimkan pada satu waktu, yang akhirnya membuat macet jaringan. e) Mengirimkan data secara one-to-one: hal ini karena memang TCP harus membuat suatu sirkuit logis antara dua buah protokol agar dapat saling berkomunikasi. 2) UDP (User Datagram Protocol) UDP ( User Datagram Protocol) merupakan protokol yang tidak andal ( unreliable), connectionless dan merupakan kebalikan dari TCP. Dengan menggunakan UDP, setiap aplikasi dapat mengirimkan paket-paket yang berupa datagram. Istilah datagram diperuntukkan terhadap paket-paket dengan koneksi yang tidak andal. UDP tidak menjamin kevalidan data saat data sampai ke sisi penerima. Datagram yang sampai mempunyai kemungkinan tidak sampai, rusak, duplikasi atau hilang tanpa diketahui penyebabnya. [23]

4 Gambar 4 Konsep dasar pengiriman data dengan UDP Penggunaan UDP lebih tepatnya diperuntukkan untuk data-data kecil dengan jumlah banyak. Aplikasiaplikasi yang bersifat real time seringkali menggunakan UDP sebagai protokolnya karena UDP sangat efisien terhadap waktu. Adapun keunggulan dari UDP adalah sebagai berikut: a) Protokol yang ringan (lightweight), untuk menghemat sumber daya, memori dan prosesor. b) UDP bersifat lebih fleksibel karena misalnya terjadi kemacetan pada salah satu bagian jaringan, maka datagram dapat dialihkan untuk menghindari bagian yang mengalami kemacetan tersebut. c) UDP merupakan protokol yang sangat efisien terhadap waktu, karena UDP merupakan protokol yang tidak andal, tidak terdapat ACK dan UDP tidak perlu menunggu paket-paket yang gagal untuk dikirimkan kembali sehingga pengiriman melalui UDP relatif lebih cepat. Pada lapisan jaringan (Network Layer) terdapat empat fungsi, yaitu addressing, routing information, congestion control dan accounting. Addressing yaitu fungsi untuk menentukan tujuan atau alamat paket. Routing adalah fungsi untuk menentukan jalur mana atau link mana yang dipilih untuk digunakan oleh paket data. IP ( Internet Protocol) umumnya yang digunakan untuk tugas ini. Congestion control berfungsi untuk mengatur bagaimana jalur yang harus dilalui oleh paket. Sedangkan Accounting untuk menghitung berapa besar paket yang diterima dari besar paket yang dikirimkan. Data Link Layer berfungsi untuk memastikan paket data sampai pada physical layer, yaitu menerima kumpulan paket data yang tergabung menjadi sebuah frame. Pada jaringan UMTS lapisan ini dibagi menjadi MAC ( Medium Access Control) dan RLC ( Radio Link Control). Adapun Jenis-jenis mode pada RLC adalah sebagai berikut: a) AM (Acknowledged Mode) Berbeda dengan mode lainnya, AM menyediakan cukup banyak link yang dapat diandalkan untuk RLC dengan probabilitas kesalahan yang kecil dan rendahnya tingkat kerusakan pada paket yang dikirimkan. Keandalan pengiriman data dapat dicapai dengan menggunakan mekanisme ARQ ( Automatic Repeat Request), dimana paket-paket yang mengalami kesalahan akan dipancarkan atau dikirimkan kembali. Namun, adanya retransmisi atau pengiriman kembali PDU ( Protocol Data Unit) oleh mekanisme ARQ ini menyebabkan adanya waktu tunda dan jitter dalam aliran data. Inilah sebabnya mengapa TCP menandai jaringan sebagai jaringan dengan BDP ( Bandwidth Delay Product) yang relatif besar jika menggunakan RLC AM. Semua paket yang mengalami retransmisi akan diberikan prioritas yang lebih tinggi dalam proses pengirimannya daripada paket-paket yang baru akan dikirimkan untuk pertama kali. b) UM (Unacknowledged Mode) UM memiliki beberapa perbedaan dengan AM, dimana UM tidak menggunakan mekanisme ARQ sebagai pengoreksi kesalahan sebagaimana yang terdapat pada AM, tidak adanya laporan bahwa suatu paket telah diterima pada RLC sehingga tidak terjadi retransmisi untuk UMD ( UM Data) PDU yang mengalami kesalahan. Untuk paket-paket yang mengalami kesalahan, akan ditandai atau dibuang tergantung pada konfigurasinya, sedangkan untuk paket-paket yang benar akan diteruskan. Lapisan fisik ( Physical layer) terdapat pada kanal fisik, dimana fungsi utama dari physical layer adalah membuat suatu koneksi dan membagi sumber komunikasi antara palanggan-pelanggan. 2.3 Parameter Kinerja Jaringan Throughput Throughput adalah laju rata-rata dari paket data yang berhasil dikirim melalui kanal komunikasi atau dengan kata lain throughput merupakan paket data yang dikirim setiap detik. Throughput biasanya dinyatakan dengan satuan bit per second (bps) dan juga dalam satuan data paket per detik atau data paket per timeslot. Nilai throughput dapat dihitung berdasarkan persamaan: P Throughput ; 0 t T T P = Ukuran data yang diterima(bit), T = Total waktu pengiriman data (detik), t = Waktu pengambilan sampel (detik) Paket Hilang (Packet Loss) Paket hilang menunjukkan banyak jumlah paket yang hilang. Paket hilang terjadi ketika satu atau lebih data yang melewati suatu jaringan gagal mencapai tujuan. Paket hilang merupakan salah satu dari tiga kesalahan utama dalam komunikasi digital, dua tipe yang lain adalah kesalahan bit dan paket palsu yang dinamakan derau. Paket hilang dapat disebabkan oleh beberapa faktor, di antaranya yaitu degradasi sinyal yang melewati medium jaringan, jalur jaringan yang terlalu jenuh (oversaturated), penolakan terhadap paket yang rusak, kerusakan pada perangkat keras jaringan, dan kegagalan routing.

5 Nilai paket hilang biasanya dinyatakan dalam persen (%). Nilai dari paket hilang dap at dihitung dengan persamaan: it t 1 it t Paket hilang x100 it t 1 it t D S i i ; 0 t T D = Banyak paket yang drop (paket), S = Banyak paket yang dikirim (paket), T = Waktu simulasi (detik), T= Waktu pengambilan sampel (detik) Waktu Tunda (Delay) Waktu tunda merupakan interval waktu yang dibutuhkan oleh suatu paket data saat data mulai dikirim dan keluar dari proses antrian dari titik sumber awal (source) ke titik tujuan (destination node). Waktu tunda dapat dipengaruhi oleh jarak, media fisik, kongesti atau juga waktu proses yang lama. Waktu tunda transmisi merupakan waktu tunda yang terjadi akibat terbatasnya kecepatan sinyal dalam media. Waktu tunda transmisi tergantung pada jarak yang harus ditempuh antara sumber dengan tujuan dan juga tergantung pada jenis media transmisinya, tetapi tidak tergantung pada teknik pengiriman data yang digunakan. Nilai waktu tunda transmisi dapat dihitung menggunakan persamaan: Ps Waktu Tunda Tr Ps = ukuran paket (bit), Tr = laju bit, (bit per second) 3. Perancangan Perangkat Lunak 3.1 Perancangan Sistem Dalam perangkat lunak simulasi jaringan UMTS dengan NS-2 ini, UE ( User Equipment) melakukan komunikasi melalui BS ( Base Station) dimana komunikasi yang dilakukan adalah komunikasi data bukan komunikasi suara. Berikut ini adalah Diagram Alir dari perancangan sistem simulasi jaringan UMTS: (a) (b) Gambar 5 (a) Diagram Alir Perancangan Sistem (b) Diagram Alir Tahapan Pembuatan Simulasi Jaringan UMTS a. Perencanaan Topologi Jaringan Topologi simulasi jaringan UMTS ini dirancang dalam satu sel dengan dua mode RLC yang berbeda yaitu AM ( Acknowledged Mode) dan UM (Unacknowledged Mode), terdiri dari BS yang terhubung dengan RNC. Dua node yang merupakan SGSN dan GGSN kemudian dua node yang lain merupakan jaringan IP eksternal serta terdapat 6 UE untuk skenario pertama. Adapun perencanaan topologi dari simulasi jaringan UMTS ini ditunjukkan pada gambar 6. Gambar 6 Perencanaan topologi Jaringan UMTS untuk skenario pertama Topologi jaringan untuk skenario keuda dan ketiga hampir sama dengan topologi jaringan di atas, hanya saja jumlah UE untuk skenario kedua adalah 10, dan skenario ketiga berjumlah 14. Pada simulasi jaringan UMTS ini akan disimulasikan masing-masing UE yang melakukan komunikasi data melalui BS dalam waktu yang bersamaan, dimana ukuran data dalam simulasi

6 ini adalah sama untuk setiap UE, kemudian dari BS akan diteruskan ke RNC melalui Iub Interface dan dilanjutkan ke SGSN, GGSN dan terakhir ke node1 dan node2 yang merupakan IP jaringan ekternal dari simulasi jaringan UMTS. b. Penulisan Script Untuk membangun topologi seperti gambar 6, maka akan dibuat program simulasi yaitu dengan penulisan script simulasi pada notepad yang disimpan dalam format *.tcl dan kemudian akan dirunning pada cygwin dengan perintah ns nama_file.tcl. c. Program Simulasi Jaringan UMTS Program simulasi jaringan UMTS terbagi menjadi beberapa tahapan utama yaitu pendefinisian variabel global, inisialisasi, pembuatan node, pembuatan aliran trafik dan akhir program. 4. Hasil dan Analisa 4.1 Throughput Throughput Program Simulasi Tipe AM Dalam program simulasi tipe AM ini akan dibandingkan hasil throughput dari tiga skenario. Skenario pertama terdiri dari 6 node UE, skenario kedua terdiri dari 10 node UE dan skenario ketiga terdiri dari 14 node UE, dimana simulasi berlangsung dalam waktu yang sama yaitu 200 detik. tidak terlalu padat yang menyebabkan jumlah paket yang diterima juga semakin banyak. Pada skenario kedua dan ketiga dengan 10 node UE dan 14 node UE terjadi penurunan nilai throughput menjadi Kbps dan Kbps. Hal ini dikarenakan pada skenario kedua jumlah node UE dan trafik lebih banyak dari skenario pertama. Jumlah node UE yang semakin banyak pada simulasi ini menyebabkan paket yang diterima menjadi berkurang dan menyebabkan terjadinya drop sehingga menurunkan nilai throughput. Throughput Program Simulasi Tipe UM Sama halnya dengan program simulasi tipe AM, pada program simulasi tipe UM juga akan dibandingkan hasil throughput dari tiga skenario. Skenario pertama terdiri dari 6 node UE, skenario kedua terdiri dari 10 node UE dan skenario ketiga terdiri dari 14 node UE, dimana simulasi berlangsung dalam waktu yang sama yaitu 200 detik. Berikut adalah grafik perbandingan nilai throughput program simulasi tipe UM pada setiap skenario: Gambar 8 Grafik Perbandingan Throughput Program Simulasi Tipe UM Gambar 7 Grafik Perbandingan Throughput Program Simulasi Tipe AM Grafik di atas menunjukkan perbandingan hasil throughput program simulasi tipe AM untuk tiga skenario yang berbeda. Untuk nilai throughput terbesar ditunjukkan pada skenario pertama dengan 6 node UE, kemudian dilanjutkan oleh skenario kedua dengan 10 node UE dan skenario ketiga dengan 14 node UE. Throughput rata-rata terbaik ditunjukkan oleh skenario pertama dengan 6 node UE yaitu Kbps. Hal ini dikarenakan pada skenario pertama hanya terdapat 6 node UE, sehingga trafik yang terjadi Grafik di atas menunjukkan perbandingan hasil throughput simulasi tipe UM untuk tiga skenario yang berbeda. Dari grafik di atas dapat dilihat bahwa nilai throughput cenderung konstan, ditunjukkan dengan selisih nilai yang kecil pada setiap skenario. Hal ini dikarenakan penggunaan CBR ( Constant Bit Rate) yang memungkinkan untuk mempertahankan laju bit agar tetap berjalan konstan selama simulasi berlangsung dan mempersempit adanya penundaan transfer data. Berbeda dengan nilai throughput yang dihasilkan oleh program simulasi AM, pada program simulasi tipe UM hasil yang diperoleh berbanding terbalik dengan hasil yang diperoleh pada program simulasi tipe AM, untuk nilai throughput rata-rata terbesar ditunjukkan pada skenario ketiga dengan 14 node UE, kemudian

7 skenario kedua dengan 10 node UE dan pertama dengan 6 node UE. Pada simulasi tipe UM ini berbanding terbalik dengan hasil pada simulasi tipe AM, terlihat bahwa throughput terbaik ditunjukkan oleh skenario ketiga dengan 14 node UE yaitu Kbps jika dibandingkan dengan skenario pertama dan kedua yang bernilai Kbps dan Kbps. Program simulasi tipe UM ini menunjukkan bahwa jumlah paket yang diterima pada setiap pengiriman paket paling banyak terjadi pada skenario ketiga sehingga nilai throughput yang dihasilkan jauh lebih besar dibandingkan dua skenario lainnya. Jumlah node UE yang semakin banyak pada simulasi ini, menyebabkan jumlah paket yang diterima pada setiap pengiriman paket semakin banyak sehingga nilai throughput yang dihasilkan juga akan semakin besar. 4.2 Delay Delay Program Simulasi Tipe AM Dalam program simulasi tipe AM ini akan dibandingkan hasil delay dari tiga skenario. Skenario pertama terdiri dari 6 node UE, skenario kedua terdiri dari 10 node UE dan skenario ketiga terdiri dari 14 node UE, dimana simulasi berlangsung dalam waktu yang sama yaitu 200 detik. Jumlah node UE yang semakin banyak pada simulasi ini, menyebabkan jumlah trafik yang semakin padat sehingga waktu yang dibutuhkan untuk setiap pengiriman paket semakin besar, oleh karena itulah delay yang dihasilkan semakin besar. Ini juga dipengaruhi oleh adanya proses pengiriman kembali paket-paket yang mengalami kesalahan (retransmisi), semakin padat trafik semakin besar probabilitas paket yang mengalami kesalahan dan juga semakin banyak proses retransmisi sehingga semakin besar delay yang dihasilkan. Delay Program Simulasi Tipe UM Sama halnya dengan program simulasi tipe AM, pada program simulasi tipe UM juga akan dibandingkan hasil delay dari tiga skenario. Skenario pertama terdiri dari 6 node UE, skenario kedua terdiri dari 10 node UE dan skenario ketiga terdiri dari 14 node UE, dimana simulasi berlangsung dalam waktu yang sama yaitu 200 detik. Dari perhitungan nilai delay yang telah diperoleh dapat dibuat grafik 10 Delay (s) Perbandingan Nilai Delay Program Simulasi Tipe UM , , Jumlah Node UE Gambar 10 Grafik Perbandingan Delay Rata-rata Program Simulasi Tipe UM Gambar 9 Grafik Perbandingan Delay Program Simulasi Tipe AM Grafik di atas menunjukkan perbandingan hasil delay program simulasi tipe AM untuk tiga skenario yang berbeda. Pada grafik di atas, nilai delay yang terkecil dihasilkan oleh skenario pertama dengan 6 node UE, kemudian dilanjutkan oleh skenario kedua dengan 10 node UE dan skenario ketiga dengan 14 node UE. Delay rata-rata terkecil ditunjukkan oleh skenario pertama dengan 6 node UE yaitu detik jika dibandingkan dengan skenario kedua dan ketiga yang bernilai detik dan detik. Grafik di atas menunjukkan perbandingan hasil delay program simulasi tipe UM untuk tiga skenario yang berbeda. Pada grafik di atas, nilai delay yang terkecil dihasilkan oleh skenario pertama yaitu dengan 6 node UE, skenario kedua dengan 10 node UE, kemudian dilanjutkan oleh skenario ketiga dengan 14 node UE. Delay rata-rata terkecil ditunjukkan oleh skenario pertama dengan 6 node UE yaitu detik, skenario kedua dengan 10 node UE yaitu detik sedangkan skenario ketiga bernilai lebih besar yaitu detik. Dari grafik di atas dapat dilihat kenaikan nilai delay terjadi pada skenario ketiga. Ini terjadi karena kepadatan trafik yang terjadi menyebabkan waktu yang dibutuhkan untuk mengirimkan paket semakin besar. 4.3 Paket Hilang Paket Hilang Program Simulasi Tipe AM Dalam program simulasi tipe AM ini akan dibandingkan hasil paket hilang dari tiga skenario. Skenario pertama terdiri dari 6 node UE, skenario

8 kedua terdiri dari 10 node UE dan skenario ketiga terdiri dari 14 node UE, dimana simulasi berlangsung dalam waktu yang sama yaitu 200 detik. dibandingkan hasil paket hilang dari tiga skenario. Skenario pertama terdiri dari 6 node UE, skenario kedua terdiri dari 10 node UE dan skenario ketiga terdiri dari 14 node UE, dimana simulasi berlangsung dalam waktu yang sama yaitu 200 detik. Gambar 11 Grafik Perbandingan Jumlah Paket Hilang Program Simulasi Tipe AM Grafik di atas menunjukkan perbandingan jumlah paket hilang program simulasi tipe AM untuk tiga skenario yang berbeda. Dari grafik di atas, nilai paket hilang terbesar ditunjukkan pada skenario ketiga dengan 14 node UE, kemudian dilanjutkan oleh skenario kedua dengan 10 node UE dan skenario pertama dengan 6 node UE. Jumlah paket hilang rata-rata terkecil ditunjukkan oleh skenario pertama dengan 6 node UE yaitu %, diikuti oleh skenario kedua yaitu % dan skenario ketiga dengan jumlah paket hilang terbesar yaitu %. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah node UE yang semakin banyak pada simulasi ini, menyebabkan trafik yang terjadi semakin terlalu padat sehingga jumlah paket yang mengalami drop semakin besar. Dari hasil yang diperoleh, jumlah paket hilang yang dihasilkan oleh ketiga skenario sangat besar. Namun, sebenarnya nilai-nilai yang ditunjukkan pada tabel di atas merupakan jumlah paket hilang dari payload RLC dan fungsi status pengiriman paket (polling) yang drop, karena dalam simulasi seluruh paket informasi terkirim dengan baik tanpa ada yang mengalami drop. Poll bit merupakan permintaan untuk melakukan fungsi polling yang berisi bit-bit yang menyatakan status pengiriman paket, dapat berupa piggyback, bitmap ack atau piggyback bitmap ack. Oleh karena itu, semakin padat trafik dan semakin banyak proses retransmisi maka semakin banyak status pengiriman yang terjadi sehingga memungkinkan jumlah drop yang terjadi juga semakin besar. Paket Hilang Program Simulasi Tipe UM Sama halnya dengan program simulasi tipe AM, pada program simulasi tipe UM juga akan Gambar 12 Grafik Perbandingan Jumlah Paket Hilang Program Simulasi Tipe UM Grafik di atas menunjukkan perbandingan jumlah paket hilang program simulasi tipe UM untuk tiga skenario yang berbeda. Dari grafik di atas dapat dilihat bahwa jumlah paket hilang cenderung konstan, ditunjukkan dengan selisih nilai yang kecil pada setiap skenario. Hal ini dikarenakan penggunaan CBR (Constant Bit Rate) yang memungkinkan untuk mempertahankan laju bit agar tetap berjalan konstan selama simulasi berlangsung dan mempersempit adanya penundaan transfer data. Untuk nilai jumlah paket hilang terbesar ditunjukkan pada skenario ketiga dengan 14 node UE, kemudian skenario kedua dengan 10 node UE dan pertama dengan 6 node UE yang memiliki selisih yang sangat kecil. Dapat dilihat pada grafik di atas, paket hilang dari skenario pertama bertumpuk dengan skenario kedua, ini dikarenakan jumlah paket hilang yang dihasilkan oleh kedua skenario ini memiliki nilai yang hampir sama. Jumlah paket hilang terkecil ditunjukkan oleh skenario pertama dengan 6 node UE yaitu %, diikuti oleh skenario kedua yaitu % dan skenario ketiga dengan jumlah paket hilang terbesar yaitu %. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah node UE yang semakin banyak pada simulasi ini, menyebabkan trafik yang terjadi semakin terlalu padat sehingga jumlah paket yang mengalami drop semakin besar. Dari hasil yang diperoleh, jumlah paket hilang yang dihasilkan oleh ketiga skenario sangat besar. Namun, sebenarnya nilai-nilai yang ditunjukkan pada tabel di atas merupakan jumlah paket hilang dari payload RLC yang drop, karena dalam simulasi

9 seluruh paket informasi terkirim dengan baik tanpa ada satu pun yang mengalami drop. 4.4 Perbandingan Program Simulasi AM dan UM Dari hasil perbandingan pada tiap skenario untuk paramete-parameter yang ada, maka dapat dituliskan pada tabel perbandingan sebagai berikut: Tabel 1 Perbandingan Program Simulasi Tipe AM dan UM Program Simulasi Throughput (Kbps) Parameter Delay (Detik) Paket Hilang (%) AM UM Dari tabel 8 di atas dapat dilihat bahwa program simulasi AM dan UM memiliki kinerja jaringan yang berbeda. Program simulasi tipe UM memiliki nilai throughput yang baik, dalam hal ini penggunaan protokol UDP ( User Datagram Protocol) sebagai transport agent dalam simulasi sangat berpengaruh terhadap hasil simulasi. Protokol ini digunakan untuk aplikasi yang tidak mementingkan mekanisme realibilitas, dimana pengirimannya berlangsung terus menerus dan lebih mengutamakan kecepatan pengiriman data tanpa memperhatikan besarnya paket yang hilang. Ini sangat sesuai dengan karakteristik UM yang tidak memiliki keandalan dalam pengiriman datanya namun sangat efisien terhadap waktu. Sehingga pada simulasi ini, tipe UM akan mengirimkan paket secara terus-menerus tanpa menjamin paket akan diterima di sisi penerima dengan baik. Sedangkan pada AM menggunakan transport agent TCP ( Transport Control Protocol) yang sangat mementingkan mekanisme realibilitas terhadap pengiriman data, dimana pada setiap pengiriman paketnya akan diikuti oleh adanya ACK (Acknowledgement) yang menandakan paket sudah diterima dan akan mengirimkan kembali paket-paket yang drop. Ini sesuai dengan karakteristik AM yang memiliki keandalan dan menjamin terhadap setiap pengiriman paket data. Pada simulasi ini, tipe AM mengirimkan paket dengan mekanisme realibilitas dan akan mengirimkan kembali paket-paket yang mengalami kesalahan. Oleh karena itulah, pada simulasi ini nilai throughput UM lebih besar dibandingkan dengan AM. Di sisi lain, adanya fungsi polling pada simulai tipe AM ini justru membuat jumlah paket hilangnya besar, karena pada tabel di atas jumlah paket yang hilang merupakan hasil perhitungan dari jumlah payload RLC dan status pengiriman paket yang drop dibandingkan dengan jumlah paket yang dikirimkan. Pada simulasi ini, paket informasi tidak satu pun yang mengalami drop, artinya semua paket informasi dapat dikirimkan dengan baik. Pada simulasi tipe AM, poll bit merupakan permintaan untuk melakukan fungsi polling yang berisi bit-bit yang menyatakan status pengiriman paket, dapat berupa piggyback, bitmap ack atau piggyback bitmap ack. Semakin padat trafik maka tingkat kemacetan dan probabilitas drop dari paketpaket yang dikirimkan semakin besar. Sesuai dengan karakteristik simulasi tipe AM yang menyediakan fungsi polling dan akan mengirimkan status ini pada setiap pengiriman paketnya menyebabkan jumlah payload dan poll bit yang drop semakin besar saat trafik semakin padat. Berbeda dengan simulasi tipe UM yang tidak terdapat adanya fungsi polling ini menyebabkan jumlah paket hilang yang dihasilkan cenderung lebih kecil. AM dan UM memiliki beberapa perbedaan dalam proses pengiriman data. AM memiliki keandalan dalam pengiriman data dengan adanya mekanisme ARQ (Automatic Request) sebagai pengoreksi kesalahan, namun meyebabkan delay yang cukup besar. Lain halnya dengan UM yang tidak menjamin terhadap pengiriman data namun sangat efisien dalam waktu, delay yang dihasilkan jauh lebih kecil jika dibandingkan dengan AM. Ini menunjukkan bahwa AM lebih cocok digunakan dalam pengiriman data yang membutuhkan keandalan terhadap pengiriman datanya. Sedangkan UM cenderung lebih cocok digunakan untuk pengiriman data yang bersifat terus menerus dengan ketepatan waktu yang baik. Dari beberapa keunggulan dan kelemahan tersebut, dalam hal penggunaan AM dan UM akan disesuaikan dengan kebutuhan. AM akan lebih efisien jika digunakan dalam pengiriman data yang membutuhkan keandalan dalam transfer data, seperti: transfer dokumen teks, dan halaman web lainnya. Sedangkan UM akan lebih efisien jika digunakan dalam pengiriman data yang membutuhkan ketepatan waktu, seperti: streaming video, telepon video dan sebagainya. 5. Penutup Dari hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa nilai throughput rata-rata terbaik pada program simulasi tipe AM (Acknowledged Mode) dihasilkan oleh skenario pertama dengan 6 node UE yaitu Kbps, sedangkan pada program simulasi tipe UM ( Unacknowledged Mode) nilai throughput terbaik dihasilkan oleh skenario ketiga dengan 14 node UE yaitu Kbps, untuk Nilai delay rata-rata terkecil pada program simulasi tipe AM (Acknowledged Mode) maupun UM ( Unacknowledged Mode) dihasilkan oleh skenario pertama dengan 6 node UE yaitu detik dan detik. Sedangkan untuk Jumlah paket hilang pada program simulasi tipe AM (Acknowledged Mode) dan UM (Unacknowledged Mode) dihitung berdasarkan jumlah payload RLC (Radio Link Control) dan status pengiriman paket yang mengalami drop, hal ini dikarenakan tidak satu pun paket informasi yang mengalami drop.

10 Penggunaan transport agent UDP ( User Datagram Protocol) menyebabkan program simulasi tipe UM (Unacknowledged Mode) menghasilkan nilai throughput yang jauh lebih besar yaitu Kbps jika dibandingkan dengan AM ( Acknowledged Mode) yaitu Kbps. Sedangkan penggunaan transport agent TCP (Transport Control Protocol) menyebabkan program simulasi tipe AM ( Acknowledged Mode memiliki nilai delay yang jauh lebih besar yaitu detik jika dibandingkan dengan UM (Unacknowledged Mode) yaitu detik. Adanya fungsi polling pada setiap pengiriman paket untuk simulasi tipe AM menyebabkan program simulasi tipe AM ( Acknowledged Mode) memiliki jumlah paket hilang rata-rata yang jauh lebih besar yaitu % jika dibandingkan dengan UM (Unacknowledged Mode) yaitu %. Berdasarkan hasil pengujian terhadap program simulasi dan analisis kinerja jaringan UMTS menggunakan NS2 ini, diharapkan dilakukan penelitian lanjutan yang dirancang dalam dua sel dengan user yang bergerak sehingga terjadi handover menggunakan Dedicated Channel (DCH) dan High Speed-Downlink Shared Channel (HS-DSCH) untuk kemudian dibandingkan dengan hasil penelitian ini sehingga diperoleh kesimpulan kanal yang menghasilkan kinerja yang lebih baik. DAFTAR PUSTAKA [1]. Anthony Lo, Heijenk, G., and Neiemegeers, I., Performance evaluation of MPEG-4 Video Streaming over UMTS Network using an Integrated Tool Environment. Netherland: Delft University of Technology an University of Twente. [2]. Bagus E.P.,Indra, Simulasi Jaringan Wireless GSM Berbasis Perangkat Lunak, Jurusan Teknik Telekomunikasi Politeknik Elektronika Negeri Surabaya, [3]. Choi, G.D., Back, S.A., and Kwan Ho, C.C., UMTS Cellular & Wi-Fi Network Simulations in NS-2, ENSC 427 Group 05 Final Report, [4]. Fall, K., and Varadhan, K., The ns Manual (formerly ns Notes and Documentation), the VINT Project, [5]. Finland, H., Radio Interface Protocol Architecture for 3G Mobile System, Telecommunication Technology Committee (TTC) and Association of Radio Industries and Bussinesses (ARIB), [6]. Gluchowski, R., Packet Scheduling Algorithms in HSDPA UMTS Simulation, Warsaw University of Technology Information Technology & Electronics Departement Institutr of Telecommunications, [7]. Haichuan, Z., and Jianqiu Wu, Implementation and Simulation of HSDPA functionality with NS-2, Linkoping: Master Thesis in Division of Automatic Control Department of Electrical Engineering, [8]. Informa Telecoms, UMTS Air Interface, Training Excelience Telecoms Academy.com. [9]. Issariyakul, T., and Hossain, E., Introduction to Network Simulator NS2, New York: Springer Science+Bussiness Media, [10]. Loetscher, M., Simulative Performance Optimization for TCP over UMTS, Swiss Federal Institute of Technology Zurich, [11]. Lundsten, E., Improving 3G Performance for The Mobile Internet, Master of Thesis Performed at Center for Wireless Systems, KTH and Telia Research. [12]. Manurung, C.H., Perbandingan Tipe MAC Pada Jaringan VSAT Mesh Dengan NS-2, Jurusan Teknik Elektro Universitas Diponegoro. [13]. M.Mutairi, A., and Baroudi,U.A., NS-2 Enhancements for Detail HSDPA Simulations, Saudi Arabia: EURANE, [14]. Nurhayati, O.D., Sistem Komunikasi Multimedia, Program Studi S1 Sistem Komputer Universitas Diponegoro. [15]. Olivier, H., and Raes, S., Improvements to the University of Strathclyde ns-2 UMTS Module, Research /ns- 2_UMTS/, Mei 2012 [16]. Panchaem, Arisa, P., Kamolpiwong, S., Unhawiwat, M., and Saewong, S., Evaluation of UMTS RLC Parameters for MPEG-4 Video Streaming. ECTI Transactions on Computer and Information Technology Vol.3, [17]. Sari R.T., Purnamasari, P.D., Zaini, F., and Gultom A.D., Performance Evaluation of IP Based Multimedia Services in UMTS, Electrical Engineering Departement Faculty of Engineering University of Indonesia, 2008 [18]. Vranjes, M., Svedek, T., and Rimac-Drlje, T., The Use of NS-2 Simulator in Studying UMTS Performances, International Journal of Electrical and Computer Engineering Systems, [19]. Whillans, N., End-to-End Network Model for Enhanced UMTS Version 2, SEACORN Enhanced UMTS, [20]. Wirawan, A.B., dan Indarto, E., Mudah Membangun simulasi dengan Network Simulator 2 (NS -2), Yogyakarta: ANDI, [21]. Arsitektur Jaringan WCDMA UMTS, Mei 2012 [22]. EURANE User Guide (Relase 1.3). Oktober [23]. Komunikasi 3G, 3G, Mei [24]. Konsep Dasar dan Perbedaan antara Protokol TCP dan UDP, Oktober 2012 [25]. Konsep WCDMA 3G, Mei [26]. Perbedaan TCP dan UDP, Oktober 2012 [27]. Sistem Komunikasi Bergerak, Mei [28]. Teknologi 3G, Mei [29]. UMTS source code, Mei 2012.

11 BIODATA PENULIS Rosalinda Tri Wahyuni (L2F008087). Lahir di Bangkalan, 21 Juni Telah menempuh pendidikan di SD Negeri Arosbaya 03, SMP Negeri 1 Arosbaya, SMA Negeri 1 Arosbaya dan saat ini sedang menempuh pendidikan Strata 1 Jurusan Teknik Elektro Universitas Diponegoro konsentrasi Telekomunikasi angkatan Menyetujui dan Mengesahkan, Pembimbing I, Sukiswo, ST.,MT. NIP Tanggal... Pembimbing II, Imam Santoso, ST.,MT. NIP Tanggal...

sebagian syarat Nama NIM : Industri Industri Disusun Oleh:

sebagian syarat Nama NIM : Industri Industri Disusun Oleh: TUGAS AKHIR ANALISA KINERJA BEBERAPAA VARIAN TCP PADA JARINGAN UMTS Diajukan guna melengkapi sebagian syarat dalam mencapai gelar Sarjana Strata Satu (S1) Disusun Oleh: Nama : Batara Jonggi Simanjuntak

Lebih terperinci

Agus Setiadi BAB II DASAR TEORI

Agus Setiadi BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI 2.1 Teknologi 3G 3G adalah singkatan dari istilah dalam bahasa Inggris: third-generation technology. Istilah ini umumnya digunakan mengacu kepada perkembangan teknologi telepon nirkabel

Lebih terperinci

Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Udayana Abstrak

Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Udayana   Abstrak ANALISIS PENGARUH SOFT HANDOVER PADA MOBILE STATION TERHADAP KUALITAS LAYANAN VOIP DI JARINGAN UMTS Putu Fadly Nugraha Putu Fadly Nugraha1, IGAK Diafari Djuni H2, Pande Ketut Sudiarta3 1,2,3 Jurusan Teknik

Lebih terperinci

Universal Mobile Telecommunication System

Universal Mobile Telecommunication System Universal Mobile Telecommunication System Disusun Oleh: Fikri Imam Muttaqin Kelas XII Tel 2 2010026 / 23 UMTS merupakan salah satau evolusi generasi ketiga (3G) dari jaringan mobile. Air interface yang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Dalam bab ini kami memberikan informasi mengenai latar belakang UMTS dalam bentuk arsitektur jaringan dan protokol stack yang digunakan. 2.1 Arsitektur Jaringan UMTS Universal Mobile

Lebih terperinci

DAFTAR ISTILAH. sistem seluler. Bit Error Rate (BER) : peluang besarnnya bit salah yang mungkin terjadi selama proses pengiriman data

DAFTAR ISTILAH. sistem seluler. Bit Error Rate (BER) : peluang besarnnya bit salah yang mungkin terjadi selama proses pengiriman data DAFTAR ISTILAH ACK (acknowledgement ) : Indikasi bahwa sebuah data yang terkirim telah diterima dengan baik Adaptive Modulation and Coding (AMC) Access Grant Channel (AGCH) arrival rate for SMS message

Lebih terperinci

ANALISA KINERJA MPEG-4 VIDEO STREAMING PADA JARINGAN HSDPA

ANALISA KINERJA MPEG-4 VIDEO STREAMING PADA JARINGAN HSDPA ANALISA KINERJA MPEG-4 VIDEO STREAMING PADA JARINGAN HSDPA Oleh: Fanny Nurindra P 2203 109 017 Dosen pembimbing : Dr.Ir.Achmad Affandi, DEA Ir.Djoko Suprajitno Rahardjo, MT Latar Belakang 3GPP Release

Lebih terperinci

WIRELESS & MOBILE COMMUNICATION ARSITEKTUR JARINGAN SELULER

WIRELESS & MOBILE COMMUNICATION ARSITEKTUR JARINGAN SELULER WIRELESS & MOBILE COMMUNICATION ARSITEKTUR JARINGAN SELULER Arsitektur jaringan seluler dibagi menjadi yaitu: 1. Generasi Kedua terdiri atas: SISTEM DECT (DIGITAL ENHANCED CORDLESS TELECOMMUNICATION) adalah

Lebih terperinci

1 BAB I PENDAHULUAN. Long Term Evolution (LTE) menjadi fokus utama pengembangan dalam bidang

1 BAB I PENDAHULUAN. Long Term Evolution (LTE) menjadi fokus utama pengembangan dalam bidang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Long Term Evolution (LTE) menjadi fokus utama pengembangan dalam bidang telekomunikasi pada masa kini. Dengan banyak pengembangan dari generasi-generasi sistem jaringan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI DAFTAR ISI ABSTRAK..... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... vi DAFTAR SIMBOL... vii DAFTAR ISTILAH... x BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... I.1 1.2 Identifikasi Masalah... I.1 1.3

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2. 1 Komunikasi Bergerak Perkembangan sistem komunikasi dunia semakin marak dengan teknologiteknologi baru yang memudahkan manusia untuk berkomunikasi dimanapun, dengan siapapun dan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian merupakan suatu cara berpikir yang dimulai dari menentukan suatu permasalahan, pengumpulan data baik dari buku-buku panduan maupun studi lapangan, melakukan

Lebih terperinci

BAB I PROTOKOL KOMUNIKASI

BAB I PROTOKOL KOMUNIKASI BAB I PROTOKOL KOMUNIKASI Komunikasi adalah suatu pengalihan informasi dan pengertian diantara bagian individu, dan suatu proses pengiriman dari lambang- lambang antar pribadi dengan makna-makna yang dikaitkan

Lebih terperinci

Bab 2. Tinjauan Pustaka

Bab 2. Tinjauan Pustaka Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Penelitian Terdahulu Adapun penelitian yang menjadi acuan dalam penelitian yang dilakukan adalah Penelitian dengan judul Analisis dan Perancangan Security Voice Over Internet

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Sistem standar 3G yang dipakai di Indonesia menggunakan teknologi WCDMA ( Wide Code Division Multiple Access ) dimana dengan teknologi ini memungkinkan kecepatan data mencapai 384

Lebih terperinci

EVALUASI UNJUK KERJA ROUTING LINK-STATE PADA JARINGAN PACKET SWITCHED MENGGUNAKAN NS-2 (NETWORK SIMULATOR 2)

EVALUASI UNJUK KERJA ROUTING LINK-STATE PADA JARINGAN PACKET SWITCHED MENGGUNAKAN NS-2 (NETWORK SIMULATOR 2) Makalah Seminar Tugas Akhir EVALUASI UNJUK KERJA ROUTING LINK-STATE PADA JARINGAN PACKET SWITCHED MENGGUNAKAN NS-2 (NETWORK SIMULATOR 2) Mahardi Sentika [1], Sukiswo, S.T, M.T [2], Ajub Ajulian Zahra,

Lebih terperinci

DASAR TEKNIK TELEKOMUNIKASI

DASAR TEKNIK TELEKOMUNIKASI DTG1E3 DASAR TEKNIK TELEKOMUNIKASI Pengenalan Komunikasi Data dan Klasifikasi Jaringan By : Dwi Andi Nurmantris Dimana Kita? Dimana Kita? Pengertian Komunikasi Data Penggabungan antara dunia komunikasi

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Protokol adalah seperangkat aturan yang mengatur pembangunan koneksi

BAB II DASAR TEORI. Protokol adalah seperangkat aturan yang mengatur pembangunan koneksi BAB II DASAR TEORI 2.1 Protokol Komunikasi Protokol adalah seperangkat aturan yang mengatur pembangunan koneksi komunikasi, perpindahan data, serta penulisan hubungan antara dua atau lebih perangkat komunikasi.

Lebih terperinci

ANALISA PERBANDINGAN METODE ROUTING DISTANCE VECTOR DAN LINK STATE PADA JARINGAN PACKET

ANALISA PERBANDINGAN METODE ROUTING DISTANCE VECTOR DAN LINK STATE PADA JARINGAN PACKET ANALISA PERBANDINGAN METODE ROUTING DISTANCE VECTOR DAN LINK STATE PADA JARINGAN PACKET Vina Rifiani 1, M. Zen Samsono Hadi 2, Haryadi Amran Darwito 2 1 Mahasiswa Politeknik Elektronika Negeri Surabaya,

Lebih terperinci

Perkembangan Teknolgi Wireless: Teknologi AMPS Teknologi GSM Teknologi CDMA Teknologi GPRS Teknologi EDGE Teknologi 3G, 3.5G Teknologi HSDPA, HSUPA

Perkembangan Teknolgi Wireless: Teknologi AMPS Teknologi GSM Teknologi CDMA Teknologi GPRS Teknologi EDGE Teknologi 3G, 3.5G Teknologi HSDPA, HSUPA Perkembangan Teknolgi Wireless: Teknologi AMPS Teknologi GSM Teknologi CDMA Teknologi GPRS Teknologi EDGE Teknologi 3G, 3.5G Teknologi HSDPA, HSUPA TEKNOLOGI AMPS Analog mobile phone system(amps) dimulai

Lebih terperinci

BAB II ARSITEKTUR SISTEM CDMA. depan. Code Division Multiple Access (CDMA) merupakan salah satu teknik

BAB II ARSITEKTUR SISTEM CDMA. depan. Code Division Multiple Access (CDMA) merupakan salah satu teknik BAB II ARSITEKTUR SISTEM CDMA 2. 1 Code Division Multiple Access (CDMA) Dalam perkembangan teknologi telekomunikasi telepon selular terutama yang berkaitan dengan generasi ke tiga CDMA merupakan teknologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring perkembangan internet, muncul tuntutan dari para pengguna jasa telekomunikasi agar mereka dapat memperoleh akses data dengan cepat dimana pun mereka berada.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. mendapat perbandingan unjuk kerja protokol TCP Vegas dan UDP dengan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. mendapat perbandingan unjuk kerja protokol TCP Vegas dan UDP dengan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Pembahasan yang dilakukan merupakan hasil dari percobaan terhadap parameter-parameter yang telah ditentukan. Setelah itu dilakukan analisis untuk mendapat perbandingan unjuk

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Teknologi TCP/IP adalah hasil penelitian dan pengembangan protocol

BAB II DASAR TEORI. Teknologi TCP/IP adalah hasil penelitian dan pengembangan protocol BAB II DASAR TEORI 2.1 Teknologi TCP/IP Teknologi TCP/IP adalah hasil penelitian dan pengembangan protocol yang dilaksanakan dan dibiayai oleh Defense Advanced Research Project Agency (DARPA). Paket TCP/IP

Lebih terperinci

Simulasi dan Analisis QoS Video Conference Melalui Jaringan Interworking IMS UMTS Menggunakan Opnet

Simulasi dan Analisis QoS Video Conference Melalui Jaringan Interworking IMS UMTS Menggunakan Opnet JURNAL INFOTEL Informatika - Telekomunikasi - Elektronika Website Jurnal : http://ejournal.st3telkom.ac.id/index.php/infotel ISSN : 285-3688; e-issn : 246-997 dan Analisis QoS Video Conference Melalui

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Awal penggunaan dari sistem komunikasi bergerak dimulai pada awal tahun 1970-an.

BAB II DASAR TEORI. Awal penggunaan dari sistem komunikasi bergerak dimulai pada awal tahun 1970-an. BAB II DASAR TEORI 2.1 Perkembangan Sistem Komunikasi Bergerak Awal penggunaan dari sistem komunikasi bergerak dimulai pada awal tahun 1970-an. Dan untuk mengakomodasi kebutuhan user akan jenis layanan

Lebih terperinci

Analisis Perbandingan Performansi Server VoIP. berbasis Parallel Processing

Analisis Perbandingan Performansi Server VoIP. berbasis Parallel Processing Analisis Perbandingan Performansi Server VoIP antara Asterisk dan FreePBX berbasis Parallel Processing JOANA SIBORO 2206100080 Dosen Pembimbing: Dr.Ir. Achmad Affandi, DEA NIP: 196510141990021001 PERANCANGAN

Lebih terperinci

Memahami cara kerja TCP dan UDP pada layer transport

Memahami cara kerja TCP dan UDP pada layer transport 4.1 Tujuan : Memahami konsep dasar routing Mengaplikasikan routing dalam jaringan lokal Memahami cara kerja TCP dan UDP pada layer transport 4.2 Teori Dasar Routing Internet adalah inter-network dari banyak

Lebih terperinci

Teknologi Seluler. Pertemuan XIV

Teknologi Seluler. Pertemuan XIV Teknologi Seluler Pertemuan XIV Latar Belakang Teknologi jaringan seluler berevolusi dari analog menjadi sistem digital, dari sirkuit switching menjadi packet switching. Evolusi teknologi seluler terbagi

Lebih terperinci

A I S Y A T U L K A R I M A

A I S Y A T U L K A R I M A A I S Y A T U L K A R I M A STANDAR KOMPETENSI Pada akhir semester, mahasiswa mampu merancang, mengimplementasikan dan menganalisa sistem jaringan komputer Menguasai konsep networking (LAN &WAN) Megnuasai

Lebih terperinci

Jurusan Teknik Elektro, Universitas Diponegoro Semarang Jl. Prof. Sudharto, SH, kampus UNDIP Tembalang, Semarang 50275, Indonesia

Jurusan Teknik Elektro, Universitas Diponegoro Semarang Jl. Prof. Sudharto, SH, kampus UNDIP Tembalang, Semarang 50275, Indonesia PERBANDINGAN KINERJA AM (ACKNOWLEDGED MODE) DAN UM (UNACKNOWLEDGED MODE) SUB-LAYER RLC (RADIO LINK CONTROL) JARINGAN UMTS PADA TRAFIK LAYANAN APLIKASI MENGGUNAKAN OPNET Andri Wardita *), Sukiswo, and Imam

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS METODE DAN PERANCANGAN KASUS UJI

BAB III ANALISIS METODE DAN PERANCANGAN KASUS UJI BAB III ANALISIS METODE DAN PERANCANGAN KASUS UJI 3.1 Analisis Sistem Analisis adalah penguraian dari suatu pembahasan, dalam hal ini pembahasan mengenai analisis perbandingan teknik antrian data First

Lebih terperinci

BAB II TEKNOLOGI GSM DAN STANDAR PROTOKOL SMS

BAB II TEKNOLOGI GSM DAN STANDAR PROTOKOL SMS BAB II TEKNOLOGI GSM DAN STANDAR PROTOKOL SMS 2.1 Teknologi GSM Global System for Mobile Communication (GSM) merupakan standar yang paling dominan untuk sistem mobile phone di dunia saat ini. Jaringan

Lebih terperinci

BAB 2 TEKNOLOGI DAN TREN PERTUMBUHAN WCDMA/HSPA

BAB 2 TEKNOLOGI DAN TREN PERTUMBUHAN WCDMA/HSPA BAB 2 TEKNOLOGI DAN TREN PERTUMBUHAN WCDMA/HSPA Telekomunikasi nirkabel yang dikenal dengan istilah seluler merupakan suatu cara dalam pertukaran informasi antara penggunanya dengan tidak terpaku pada

Lebih terperinci

TRANSPORT LAYER DEFINISI

TRANSPORT LAYER DEFINISI TRANSPORT LAYER DEFINISI Transport layer merupakan lapisan keempat pada lapisan OSI layer. Lapisan ini bertanggung jawab menyediakan layanan pengiriman dari sumber data menuju ke tujuan data dengan cara

Lebih terperinci

ANALISA APLIKASI VOIP PADA JARINGAN BERBASIS MPLS

ANALISA APLIKASI VOIP PADA JARINGAN BERBASIS MPLS ANALISA APLIKASI VOIP PADA JARINGAN BERBASIS Dwi Ayu Rahmadita 1,M.Zen Samsono Hadi 2 1 Mahasiswa Politeknik Elektronika Negeri Surabaya, Jurusan Teknik Telekomunikasi 2 Dosen Politeknik Elektronika Negeri

Lebih terperinci

Evaluasi Unjuk Kerja Routing Link-State Pada Jaringan Packet Switched Menggunakan NS-2 (Network Simulator 2)

Evaluasi Unjuk Kerja Routing Link-State Pada Jaringan Packet Switched Menggunakan NS-2 (Network Simulator 2) Evaluasi Unjuk Kerja Routing Link-State Pada Jaringan Packet Switched Menggunakan NS-2 (Network Simulator 2) Sukiswo Abstract. Routing is processing to find route from source to destination in communication

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sekarang ini teknologi komunikasi data yang lebih dikenal sebagai packet switching semakin berkembang dari tahun ke tahun. Voice over Internet Protokol (VoIP)

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA TRANSMISSION CONTROL PROTOCOL PADA JARINGAN WIDE AREA NETWORK

ANALISIS KINERJA TRANSMISSION CONTROL PROTOCOL PADA JARINGAN WIDE AREA NETWORK ANALISIS KINERJA TRANSMISSION CONTROL PROTOCOL PADA JARINGAN WIDE AREA NETWORK Henra Pranata Siregar, Naemah Mubarakah Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara Jl. Almamater,

Lebih terperinci

BAB II TEORI PENUNJANG

BAB II TEORI PENUNJANG BAB II TEORI PENUNJANG 2.1 Dasar-Dasar Jaringan GSM 2.1.1 Pengertian GSM Global System for Mobile Communication disingkat GSM adalah sebuah teknologi komunikasi selular yang bersifat digital. Teknologi

Lebih terperinci

TCP DAN UDP. Budhi Irawan, S.Si, M.T

TCP DAN UDP. Budhi Irawan, S.Si, M.T TCP DAN UDP Budhi Irawan, S.Si, M.T LAPISAN TRANSPOR adalah Lapisan keempat dari Model Referensi OSI yang bertanggung jawab untuk menyediakan layanan-layanan yang dapat diandalkan kepada protokol-protokol

Lebih terperinci

ANALISA PERFORMANSI LIVE STREAMING DENGAN MENGGUNAKAN JARINGAN HSDPA

ANALISA PERFORMANSI LIVE STREAMING DENGAN MENGGUNAKAN JARINGAN HSDPA ANALISA PERFORMANSI LIVE STREAMING DENGAN MENGGUNAKAN JARINGAN HSDPA Made Suhendra Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Fakultas Teknologi Industri, Jurusan Teknik Elektro Kampus ITS Sukolilo, Surabaya

Lebih terperinci

Badiyanto, S.Kom., M.Kom. Refrensi : William Stallings Data and Computer Communications

Badiyanto, S.Kom., M.Kom. Refrensi : William Stallings Data and Computer Communications KOMIKASI DATA Dosen: Badiyanto, S.Kom., M.Kom. Refrensi : William Stallings Data and Computer Communications BAB 1 Pendahuluan 1. Model Komunikasi 2. Komunikasi Data 3. Jaringan Komunikasi Data 4. Protokol

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Perkembangan teknologi komunikasi seluler generasi ke 2 (2G) berbasis Time Division Multiple Access (TDMA) seperti Global System For Mobile Communication (GSM), generasi

Lebih terperinci

Analisa Performansi Pengiriman Short Message Service (SMS) Pada Jaringan CDMA

Analisa Performansi Pengiriman Short Message Service (SMS) Pada Jaringan CDMA Analisa Performansi Pengiriman Short Message Service (SMS) Pada Jaringan CDMA Martina Pineng *Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Kristen Indonesia Toraja Abstract- Short Message Service (SMS)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setelah beberapa tahun sejak sistem mobile celular ada, telah dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. Setelah beberapa tahun sejak sistem mobile celular ada, telah dilakukan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setelah beberapa tahun sejak sistem mobile celular ada, telah dilakukan beberapa antisipasi terhadap gencarnya permintaan untuk layanan data, namun beberapa platform

Lebih terperinci

REVIEW MODEL OSI DAN TCP/IP

REVIEW MODEL OSI DAN TCP/IP REVIEW MODEL OSI DAN TCP/IP A. Dasar Teori Apa itu jaringan komputer? Jaringan Komputer adalah sebuah sistem yang terdiri dari dua atau lebih komputer yang saling terhubung satu sama lain melalui media

Lebih terperinci

Pemrograman Jaringan

Pemrograman Jaringan Pemrograman Jaringan 1 M O D U L 2 O S I R E F E R E N C E M O D E L T C P / I P P R O T O K O L S U I T E T R A N S P O R T L A Y E R TCP (Transmission Control Protokol) UDP (User Data Protokol) A G R

Lebih terperinci

Pendahuluan. Gambar I.1 Standar-standar yang dipakai didunia untuk komunikasi wireless

Pendahuluan. Gambar I.1 Standar-standar yang dipakai didunia untuk komunikasi wireless Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Sistem broadband wireless access (BWA) sepertinya akan menjadi metoda akses yang paling fleksibel dimasa depan. Dibandingkan dengan teknologi eksisting, fiber optik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Saat ini internet sudah menjadi suatu kebutuhan yang sangat penting bagi seluruh lapisan masyarakat di dunia, hal ini menyebabkan semakin meningkatnya permintaan akan

Lebih terperinci

UNJUK KERJA NOISE RISE BASED CALL ADMISSION CONTROL (NB-CAC) PADA SISTEM WCDMA. Devi Oktaviana

UNJUK KERJA NOISE RISE BASED CALL ADMISSION CONTROL (NB-CAC) PADA SISTEM WCDMA. Devi Oktaviana UNJUK KERJA NOISE RISE BASED CALL ADMISSION CONTROL (NB-CAC) PADA SISTEM WCDMA Devi Oktaviana - 226649 Bidang Studi Telekomunikasi Multimedia Jurusan Teknik Elektro-FTI, Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISA DATA. Gambar 4.1 Tampilan pada Wireshark ketika user melakukan register. 34 Universitas Indonesia

BAB 4 ANALISA DATA. Gambar 4.1 Tampilan pada Wireshark ketika user melakukan register. 34 Universitas Indonesia BAB 4 ANALISA DATA Pada bab ini akan dibahas hasil pengukuran data dari layanan IMS pada platform IPTV baik pada saat pelanggan (user) di home network maupun pada saat melakukan roaming atau berada pada

Lebih terperinci

Agenda. Protokol TCP/IP dan OSI Keluarga Protokol TCP/IP

Agenda. Protokol TCP/IP dan OSI Keluarga Protokol TCP/IP Agenda Protokol TCP/IP dan OSI Keluarga Protokol TCP/IP 2 Protokol Definisi : A rule, guideline, or document which guides how an activity should be performed. Dalam ilmu komputer, protokol adalah konvensi

Lebih terperinci

ANALISA TEKNIK OTENTIKASI EAP-SIM PADA 3G WIFI

ANALISA TEKNIK OTENTIKASI EAP-SIM PADA 3G WIFI ANALISA TEKNIK OTENTIKASI EAP-SIM PADA 3G WIFI Disusun Oleh: Nama : Moris Mario NRP : 0822106 Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik,, Jl. Prof.Drg.SuriaSumantri, MPH no. 65, Bandung, Indonesia. Email

Lebih terperinci

Analisis Pengaruh RSVP Untuk Layanan VoIP Berbasis SIP

Analisis Pengaruh RSVP Untuk Layanan VoIP Berbasis SIP Analisis Pengaruh Untuk Layanan VoIP Berbasis SIP Alfin Hikmaturokhman 1, Sri Maya Sari Nainggolan 1,, Eko Fajar Cahyadi 1 Program Studi S1 Teknik telekomunikasi 1 Sekolah Tinggi Teknologi Telematika Telkom

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA

PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA Laporan Kerja Praktek Instalasi Pico Repeater Comba SP 2110 Sebagai Solusi Perbaikan Cakupan Sinyal Indoor PT. Picotel Nusantara Diajukan untuk memenuhi persyaratan Penyelesaian Kerja Praktek (S1) Disusun

Lebih terperinci

B A B IX MODEL OSI (OPEN SYSTEMS INTERCONNECTIONS)

B A B IX MODEL OSI (OPEN SYSTEMS INTERCONNECTIONS) B A B IX MODEL OSI (OPEN SYSTEMS INTERCONNECTIONS) OSI dan Integrated Services Digital Network (ISDN) merupakan bentuk komunikasi internasional. OSI diperkenalkan oleh International Standard Organization

Lebih terperinci

Bab 3 Parameter Simulasi

Bab 3 Parameter Simulasi Bab 3 Parameter Simulasi 3.1 Parameter Simulasi Simulasi yang dilakukan pada penelitian ini memakai varian jaringan wireless mesh yaitu client mesh. Dalam hal ini akan digunakan client mesh dengan jumlah

Lebih terperinci

MODEL REFERENSI OSI & TCP/IP. Budhi Irawan, S.Si, M.T

MODEL REFERENSI OSI & TCP/IP. Budhi Irawan, S.Si, M.T MODEL REFERENSI OSI & TCP/IP 1011101010101011101 Budhi Irawan, S.Si, M.T Pendahuluan Model Referensi OSI (Open System Interconnection) merupakan standar dalam protokol jaringan yang dikembangkan oleh ISO

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Teknologi Next Generation Network (NGN) merupakan terobosan dalam bidang telekomunikasi dan dirancang untuk memenuhi kebutuhan layanan komunikasi yang semakin berkembang

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA BASIC RATE ACCESS (BRA) DAN PRIMARY RATE ACCESS (PRA) PADA JARINGAN ISDN

ANALISIS KINERJA BASIC RATE ACCESS (BRA) DAN PRIMARY RATE ACCESS (PRA) PADA JARINGAN ISDN Widya Teknika Vol.18 No.1; Maret 2010 ISSN 1411 0660 : 1-5 ANALISIS KINERJA BASIC RATE ACCESS (BRA) DAN PRIMARY RATE ACCESS (PRA) PADA JARINGAN ISDN Anis Qustoniah 1), Dewi Mashitah 2) Abstrak ISDN (Integrated

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Pentingnya Efisiensi Energi pada Perangkat Komunikasi Bergerak

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Pentingnya Efisiensi Energi pada Perangkat Komunikasi Bergerak BAB II DASAR TEORI 2.1 Pentingnya Efisiensi Energi pada Perangkat Komunikasi Bergerak Penggunaan perangkat komunikasi bergerak yang bertumbuh dengan cepat mengisyaratkan permintaan penggunaan energi yang

Lebih terperinci

ANALISIS PERFORMANSI TFMCC PADA JARINGAN BROADBAND WIRELINE

ANALISIS PERFORMANSI TFMCC PADA JARINGAN BROADBAND WIRELINE ANALISIS PERFORMANSI TFMCC PADA JARINGAN BROADBAND WIRELINE Aditya Pratomo Sarwoko / 0622008 surel: adityapratomosarwoko@yahoo.com Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Kristen Maranatha

Lebih terperinci

Performance Analysis of VoIP-SIP using RSVP on a Proxy Server

Performance Analysis of VoIP-SIP using RSVP on a Proxy Server Performance Analysis of VoIP-SIP using on a Proxy Server Sigit Haryadi dan Indra Gunawan Teknik Telekomunikasi - Institut Teknologi Bandung sigit@telecom.ee.itb.ac.id Ringkasan Pada penelitian ini, dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Analisis Kinerja Protocol SCTP untuk Layanan Streaming Media pada Mobile WiMAX 3

BAB I PENDAHULUAN. Analisis Kinerja Protocol SCTP untuk Layanan Streaming Media pada Mobile WiMAX 3 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Teknologi WiMAX (Worldwide Interoperabilitas for Microwave Access) yang berbasis pengiriman data berupa paket dan bersifat connectionless oriented merupakan teknologi

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISA DAN RANCANGAN MODEL TESTBED QOS WIMAX DENGAN OPNET. menjanjikan akses internet yang cepat, bandwidth besar, dan harga yang murah.

BAB 3 ANALISA DAN RANCANGAN MODEL TESTBED QOS WIMAX DENGAN OPNET. menjanjikan akses internet yang cepat, bandwidth besar, dan harga yang murah. 62 BAB 3 ANALISA DAN RANCANGAN MODEL TESTBED QOS WIMAX DENGAN OPNET 3.1 Permasalahan Saat ini kita bisa dengan mudah mendapatkan akses internet. Kita bisa berlangganan internet menggunakan modem DSL (Digital

Lebih terperinci

METODE PENGATURAN THROUGHPUT UNTUK TCP WESTWOOD+ PADA SALURAN BOTTLENECK

METODE PENGATURAN THROUGHPUT UNTUK TCP WESTWOOD+ PADA SALURAN BOTTLENECK METODE PENGATURAN THROUGHPUT UNTUK TCP WESTWOOD+ PADA SALURAN BOTTLENECK Hilal Hudan Nuha 1, Fazmah Arif Y. 2 Pasca Sarjana Teknik Informatika IT Telkom Jln. Telekomunikasi no 1. Dayeuhkolot. Bandung e-mail

Lebih terperinci

KOMUNIKASI DATA. Oleh : 1. M. Faisal Risqiansyah Muhammad Ismail Nida Nurvira

KOMUNIKASI DATA. Oleh : 1. M. Faisal Risqiansyah Muhammad Ismail Nida Nurvira KOMUNIKASI DATA Oleh : 1. M. Faisal Risqiansyah 15101022 2. Muhammad Ismail 15101023 3. Nida Nurvira 15101024 HOME Sub Bahasan Komunikasi Data OSI Layer Circuit Switching Packet Switching KOMUNIKASI DATA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. multimedia memasuki dunia internet. Telepon IP, video conference dan game

BAB I PENDAHULUAN. multimedia memasuki dunia internet. Telepon IP, video conference dan game BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan yang cepat dari teknologi jaringan telah membuat aplikasi multimedia memasuki dunia internet. Telepon IP, video conference dan game online sudah menjamur

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Komunikasi Seluler GSM GSM merupakan salah satu teknologi seluler yang banyak digunakan pada saat ini. GSM adalah generasi kedua dalam teknologi seluler yang menggunakan

Lebih terperinci

Transport Channel Processing berfungsi mengubah transport blok yang dikirim dari. Processing dari MAC Layer hingga physicalchannel.

Transport Channel Processing berfungsi mengubah transport blok yang dikirim dari. Processing dari MAC Layer hingga physicalchannel. HSUPA ( High Speed Uplink Packet Access ) High-Speed Uplink Packet Access (HSUPA) adalah protokol telepon genggam 3G dalam keluarga HSPA dengan kecepatan unggah/"uplink" hingga 5.76 Mbit/s. Nama HSUPA

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA JARINGAN RSVP MENGGUNAKAN SIMULATOR OPNET

ANALISIS KINERJA JARINGAN RSVP MENGGUNAKAN SIMULATOR OPNET ANALISIS KINERJA JARINGAN RSVP MENGGUNAKAN SIMULATOR OPNET Panji Firmansyah, Naemah Mubarakah Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara Jl. Almamater, Kampus USU Medan 20155

Lebih terperinci

ANALISIS PERBANDINGAN PERFORMANSI LAYANAN VOICE OVER IP PADA JARINGAN MPLS MENGGUNAKAN PROTOKOL UDP,SCTP,DAN TFRC

ANALISIS PERBANDINGAN PERFORMANSI LAYANAN VOICE OVER IP PADA JARINGAN MPLS MENGGUNAKAN PROTOKOL UDP,SCTP,DAN TFRC ISSN : 2355-9365 e-proceeding of Engineering : Vol.3, No.2 Agustus 2016 Page 1485 ANALISIS PERBANDINGAN PERFORMANSI LAYANAN VOICE OVER IP PADA JARINGAN MPLS MENGGUNAKAN PROTOKOL UDP,SCTP,DAN TFRC PERFORMANCE

Lebih terperinci

Jaringan Komputer I. Materi 9 Protokol WAN

Jaringan Komputer I. Materi 9 Protokol WAN Jaringan Komputer I Materi 9 Protokol WAN Wide Area Network Jaringan data penghubung jaringan-jaringan akses/lokal Karakteristik Menuju berbasis paket Dari connectionless menuju connection oriented (virtual

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Layanan World Wide Web (WWW), yang begitu populer sebagai sarana

BAB I PENDAHULUAN. Layanan World Wide Web (WWW), yang begitu populer sebagai sarana BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Layanan World Wide Web (WWW), yang begitu populer sebagai sarana penyebaran informasi secara luas, telah memberikan kontribusi besar dalam jumlah penggunaan

Lebih terperinci

DASAR TEORI. Merupakan jaringan packet-switched yang ditumpangkan (overlaid) ke jaringan

DASAR TEORI. Merupakan jaringan packet-switched yang ditumpangkan (overlaid) ke jaringan BAB II DASAR TEORI 2.1 GPRS (General Packet Radio Service) 2.1.1 Definisi GPRS Merupakan jaringan packet-switched yang ditumpangkan (overlaid) ke jaringan circuit-switched GSM dengan tujuan mengoptimalkan

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM 1 DAN PERANCANGAN SISTEM Pada bab ini membahas tentang analisis dan perancangan sistem. Pembahasan yang dianalisis terbagi menjadi 2 yaitu analisis masalah dan analisis

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR PENGARUH KAPASITAS LOCATIONS AREA CODE (LAC) PADA KUALITAS CSSR YANG DIAMATI DI MSS PADA JARINGAN KOMUNIKASI BERGERAK GENERASI KE 3(3G)

TUGAS AKHIR PENGARUH KAPASITAS LOCATIONS AREA CODE (LAC) PADA KUALITAS CSSR YANG DIAMATI DI MSS PADA JARINGAN KOMUNIKASI BERGERAK GENERASI KE 3(3G) TUGAS AKHIR PENGARUH KAPASITAS LOCATIONS AREA CODE (LAC) PADA KUALITAS CSSR YANG DIAMATI DI MSS PADA JARINGAN KOMUNIKASI BERGERAK GENERASI KE 3(3G) Diajukan untuk memnuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR ANALISA KEY PERFORMANCE INDICATOR (KPI) 3RD CARRIER CELL PADA JARINGAN 3G

TUGAS AKHIR ANALISA KEY PERFORMANCE INDICATOR (KPI) 3RD CARRIER CELL PADA JARINGAN 3G TUGAS AKHIR ANALISA KEY PERFORMANCE INDICATOR (KPI) 3RD CARRIER CELL PADA JARINGAN 3G Diajukan guna melengkapi sebagian syarat dalam mencapai gelar Sarjana Strata Satu (S1) Disusun oleh : Nama : Dyan Tri

Lebih terperinci

adalah sebuah aturan atau standar yang mengatur hubungan, komunikasi, dan perpindahan data antara dua atau lebih titik komputer dalam Komunikasi Data

adalah sebuah aturan atau standar yang mengatur hubungan, komunikasi, dan perpindahan data antara dua atau lebih titik komputer dalam Komunikasi Data adalah sebuah aturan atau standar yang mengatur hubungan, komunikasi, dan perpindahan data antara dua atau lebih titik komputer dalam Komunikasi Data Melakukan deteksi adanya koneksi fisik atau ada tidaknya

Lebih terperinci

ANALISA PERFORMANSI LIVE STREAMING DENGAN MENGGUNAKAN JARINGAN HSDPA. Oleh : NRP

ANALISA PERFORMANSI LIVE STREAMING DENGAN MENGGUNAKAN JARINGAN HSDPA. Oleh : NRP ANALISA PERFORMANSI LIVE STREAMING DENGAN MENGGUNAKAN JARINGAN HSDPA Oleh : MADE SUHENDRA NRP. 2203109044 Dosen Pembimbing Dr. Ir. Achmad Affandi, DEA Ir. Gatot Kusrahardjo, MT. JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN SIMULASI SOFTSWITCH. suatu pemodelan softswitch ini dilakukan agar mampu memenuhi kebutuhan

BAB III PERANCANGAN DAN SIMULASI SOFTSWITCH. suatu pemodelan softswitch ini dilakukan agar mampu memenuhi kebutuhan BAB III PERANCANGAN DAN SIMULASI SOFTSWITCH Berdasarkan pada penjelasan dari bab sebelumnya, maka dibuatlah suatu perancangan pemodelan softswitch sebelum simulasi dilakukan. Perancangan suatu pemodelan

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR WCDMA DAN HSDPA. 2.1 Umum Perkembangan teknologi komunikasi bergerak ternyata berkembang

BAB II TEORI DASAR WCDMA DAN HSDPA. 2.1 Umum Perkembangan teknologi komunikasi bergerak ternyata berkembang BAB II TEORI DASAR WCDMA DAN HSDPA 2.1 Umum Perkembangan teknologi komunikasi bergerak ternyata berkembang dengan pesatnya. Evolusi sistem komunikasi kini telah mencapai generasi ke-3 (3G) dimana generasi

Lebih terperinci

Journal of Control and Network Systems

Journal of Control and Network Systems JCONES Vol. 3, No. 1 (2014) 78-85 Journal of Control and Network Systems Situs Jurnal : http://jurnal.stikom.edu/index.php/jcone ANALISIS PERBANDINGAN UNJUK KERJA PROTOKOL TCP VEGAS DAN UDP DENGAN MENGGUNAKAN

Lebih terperinci

ANALISIS DAN IMPLEMENTASI ALGORITMA ROUND ROBIN DAN BEST CQI PADA PENJADWALAN DOWNLINK LTE

ANALISIS DAN IMPLEMENTASI ALGORITMA ROUND ROBIN DAN BEST CQI PADA PENJADWALAN DOWNLINK LTE Powered by TCPDF (www.tcpdf.org) Tugas Akhir - 2013 ANALISIS DAN IMPLEMENTASI ALGORITMA ROUND ROBIN DAN BEST CQI PADA PENJADWALAN DOWNLINK LTE Dimas Pandu Koesumawardhana¹, Maman Abdurrohman.², Arif Sasongko

Lebih terperinci

MILIK UKDW BAB I PENDAHULUAN

MILIK UKDW BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jaringan tanpa kabel (wireless) sebenarnya hampir sama dengan jaringan LAN, akan tetapi setiap node pada WLAN (Wireless Local Area Network) menggunakan wireless

Lebih terperinci

Model Komunikasi. Sumber-sumber. Alat Pengirim. Sistem Trasmisi. Alat Penerima. Tujuan (Destination) Menentukan data untuk dikirim

Model Komunikasi. Sumber-sumber. Alat Pengirim. Sistem Trasmisi. Alat Penerima. Tujuan (Destination) Menentukan data untuk dikirim Pendahuluan Model Komunikasi Sumber-sumber Menentukan data untuk dikirim Alat Pengirim Mengubah data menjadi signal yang dapat dikirim Sistem Trasmisi Mengirim data Alat Penerima Mengubah signal menjadi

Lebih terperinci

3.6.3 X2 Handover Network Simulator Modul Jaringan LTE Pada Network Simulator BAB IV RANCANGAN PENELITIAN

3.6.3 X2 Handover Network Simulator Modul Jaringan LTE Pada Network Simulator BAB IV RANCANGAN PENELITIAN DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... ii HALAMAN PERSETUJUAN... iii PERNYATAAN... iv KATA PENGANTAR... v DAFTAR ISI... vii DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR TABEL... xii INTISARI... xiii ABSTRACT... xiv BAB I PENDAHULUAN...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Istilah congestion sering ditemukan dalam proses jalur data pada internet, yang pada umumnya diartikan sebagai proses terjadinya perlambatan atau kemacetan. Perlambatan

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM. topologi yang akan dibuat berdasarkan skematik gambar 3.1 berikut:

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM. topologi yang akan dibuat berdasarkan skematik gambar 3.1 berikut: BAB 3 PERANCANGAN SISTEM 3.1. TOPOLOGI SISTEM JARINGAN Dalam penelitian ini dilakukan pengembangan dan implementasi teknologi MIPv4 dengan diperhatikannya faktor kualitas layanan dan kehandalan. Adapun

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Yudi Methanoxy, skripsi.(2010): Analisa QOS Radio Streaming Pada Local Community Network, aspek yang dibahas dalam skripsi ini adalah dipaparkannya

Lebih terperinci

Bab III Prinsip Komunikasi Data

Bab III Prinsip Komunikasi Data Bab III Prinsip Komunikasi Data Teknologi Jaringan yang menghubungkan beberapa Komputer baik dalam area kecil maupun besar mempunyai aturan aturan baku atau Prinsip prinsip baku dalam komunikasi data.

Lebih terperinci

1. Menggunakan model OSI dan TCP/IP dan protokol-protokol yang terkait untuk menjelaskan komunikasi data dalam network. 2. Mengidentifikasi dan

1. Menggunakan model OSI dan TCP/IP dan protokol-protokol yang terkait untuk menjelaskan komunikasi data dalam network. 2. Mengidentifikasi dan 1. Menggunakan model OSI dan TCP/IP dan protokol-protokol yang terkait untuk menjelaskan komunikasi data dalam network. 2. Mengidentifikasi dan mengatasi problem yang terjadi dengan menggunakan pendekatan

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR. Resource Reservation Protocol (RSVP) merupakan protokol pada layer

BAB II TEORI DASAR. Resource Reservation Protocol (RSVP) merupakan protokol pada layer BAB II TEORI DASAR 2.1 Pendahuluan Resource Reservation Protocol (RSVP) merupakan protokol pada layer transport yang digunakan untuk meminta kualitas layanan QoS tinggi transportasi data, untuk sebuah

Lebih terperinci

Multiple Access. Downlink. Handoff. Uplink. Mobile Station Distributed transceivers Cells Different Frequencies or Codes

Multiple Access. Downlink. Handoff. Uplink. Mobile Station Distributed transceivers Cells Different Frequencies or Codes Multiple Access Downlink Uplink Handoff Mobile Station Distributed transceivers Cells Different Frequencies or Codes Base Station Fixed transceiver Frequency TDMA: Time Division Multiple Access CMDA: Code

Lebih terperinci

diperoleh gambaran yang lebih baik tentang apa yang terjadi di jaringan dan dapat segera diketahui penyebab suatu permasalahan.

diperoleh gambaran yang lebih baik tentang apa yang terjadi di jaringan dan dapat segera diketahui penyebab suatu permasalahan. 8 diperoleh gambaran yang lebih baik tentang apa yang terjadi di jaringan dan dapat segera diketahui penyebab suatu permasalahan. header 20 bytes lebih besar daripada paket IPv4. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

Lebih terperinci

ANALISIS PERBANDINGAN QoS VoIP PADA PROTOKOL IPv4 DAN IPv6 ( STUDI KASUS : LABORATORIUM KOMPUTER UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO SEMARANG )

ANALISIS PERBANDINGAN QoS VoIP PADA PROTOKOL IPv4 DAN IPv6 ( STUDI KASUS : LABORATORIUM KOMPUTER UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO SEMARANG ) ANALISIS PERBANDINGAN QoS VoIP PADA PROTOKOL IPv4 DAN IPv6 ( STUDI KASUS : LABORATORIUM KOMPUTER UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO SEMARANG ) Ferry Wahyu S Teknik Informatika, Fakultas Ilmu Komputer, Universitas

Lebih terperinci

TRANSPORT LAYER. Aplikasi dan Operasi pada TCP dan UDP

TRANSPORT LAYER. Aplikasi dan Operasi pada TCP dan UDP TRANSPORT LAYER Aplikasi dan Operasi pada TCP dan UDP Transport Layer melakukan segmentasi dan menyatukan kembali data yang tersegmentasi menjadi suatu arus data. Layanan-layanan yang terdapat di transport

Lebih terperinci

BAB II WIDE AREA NETWORK

BAB II WIDE AREA NETWORK BAB II WIDE AREA NETWORK Wide Area Network adalah sebuah jaringan komunikasi data yang mencakup daerah geographi yang cukup besar dan menggunakan fasilitas transmisi yang disediakan oleh perusahaan telekomunikasi.

Lebih terperinci

TK 2134 PROTOKOL ROUTING

TK 2134 PROTOKOL ROUTING TK 2134 PROTOKOL ROUTING Materi Minggu ke-1: Internetworking Devie Ryana Suchendra M.T. Teknik Komputer Fakultas Ilmu Terapan Semester Genap 2015-2016 Internetworking Topik yang akan dibahas pada pertemuan

Lebih terperinci