BAB I PENDAHULUAN. Lingkungan merupakan jumlah semua benda, kondisi yang ada ruang yang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. Lingkungan merupakan jumlah semua benda, kondisi yang ada ruang yang"

Transkripsi

1 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah. Lingkungan merupakan jumlah semua benda, kondisi yang ada ruang yang kita tempati yang mempengaruhi kehidupan kita.lingkungan hidup dengan segala komponen yang ada didalamnya sangat dibutuhkan dalam pertumbuhan dan perkembangan hidup manusia.manusia senantiasa bergantung dengan lingkungan sekitarnya.membahas mengenai manusia harus pula membahas mengenai lingkungan hidupnya, demikian pula sebaliknya membahas mengenai lingkungan juga membahas manusia.manusia tanpa lingkungan adalah abstraksi belaka. 1 Manusia dengan segala aktivitasnya mempengaruhi lingkungan hidupnya. Manusia dengan kelebihannya memberikan pengaruh dominan terhadap makhluk lain dan lingkungannya. Demikian pula sebaliknya, dengan segala apa yang dimilikinya dapat dipengaruhi oleh lingkungannya. Dalam Pasal 28H ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (selanjutnya disebut Undang-Undang Dasar 1945) disebutkan bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat, serta memperoleh pelayanan kesehatan. Untuk menjalankan amanat dari ketentuan Pasal tersebut Pemerintah telah mengeluarkan dan menetapkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup untuk menjamin 1 Otto Soemarwoto, 2001, Analisa Mengenai Dampak Lingkungan, UGM Press, Yogyakarta, h.18 1

2 2 pemenuhan dan perlindungan atas lingkungan yang baik dan sehat sebagai bagian dari hak asasi manusia. Negara Indonesia dengan segala keragaman sumber daya alam memiliki pula suku, ras, budaya, adat, istiadat, pulau-pulau, dan daerah-daerah, salah satu Provinsi yang memiliki kebudayaan yang khas yaitu Provinsi Bali.Provinsi Bali memiliki keragaman budaya yang kental dan dimasing-masing kabupatennya memiliki ciri khas budayanya masing-masing termasuk Kabupaten Klungkung. Kabupaten Klungkung terdiri atas 4 kecamatan, yaitu Kecamatan Klungkung, Kecamatan Dawan, Kecamatan Banjarangkan dan Kecamatan Nusa Penida. Khusus di Satria, Desa Paksebali, Kecamatan Dawan terdapat suatu kerajinan tedungyang bisa dikatakan pabriknya tedung di Kabupaten Klungkung, hal ini dibuktikan dengan banyaknya di sepanjang jalan Desa Paksebali yang memiliki usaha kerajinan tedung dan berdasarkan data yang diperoleh melalui Kepala Desa Paksebali yaitu Bapak I Putu Ariadi dimana jumlah pengrajin tedung yaitu sekitar 25 pengrajin serta pemilik usaha bisa dengan mudah mendapat pesanan tedung yang banyak dari pelanggan mengingat industri kecil di Klungkung sangat terkait dengan sarana prasarana upacara keagamaan yang menjadi keperluan mayoritas masyarakat Bali dan berimplikasi pada peningkatan aset usaha.tedung atau pajeng (payung)merupakan salah satu sarana yang penting yang sangat diperlukan dalam upacara keagamaan di Bali khususnya umat Hindu, namun dalam perkembangannya selain digunakan dalam upacara adat atau keagamaan, tedung makin banyak digunakan di hotel-hotel, taman maupun tempat pariwisata lain atau

3 3 bahkan perumahan untuk memperkuat element Bali yang menjadi thema tempat tersebut. Dengan meningkatnya kebutuhan akantedung, pemilik usaha kerajinan tedungsering mengabaikan limbah yang diakibatkan oleh pembuatan tedung itu sendiri. Hal ini jelas berdampak terhadap lingkungan sekitar yang dapat mengganggu masyarakat setempat dan menyebabkan kerusakan lingkungan.adapun kegiatan dari produksi tedung yang dapat berpotensi menimbulkan kerusakan lingkungan yaitu proses pemotongan dan penghalusan kayu dimana menghasilkan adanya serpihan-sepihan kayu yang berterbangan hingga menutupi saluran air dan menutupi badan jalan. Kegiatan tersebut apabila dibiarkan akan menimbulkan kerusakan lingkungan sekitar karena proses produksi tedung tersebut dilakukan secara berulang-ulang.kegiatan pemotongan dan penghalusan kayu tersebut juga menimbulkan kebisingan dimana dalam Peraturan Gubernur Bali Nomor 8 Tahun 2007 tentang Baku Mutu Lingkungan Hidup dan Kriteria Baku KerusakanLingkungan Hidupmengatur bahwa baku mutu tingkat kebisingan untuk industri 70 desibel dimana proses produksi tedung yaitu pemotongan dan penghalusan kayu melebihi 70 desibel. Untuk meminimalisir sekaligus melakukan pencegahan atas kegiatan produksi tedung yang dapat menimbulkan kerusakan lingkungan tersebut diperlukan adanya kesadaran dari masyarakat sekitar untuk melakukan pengaduan kepada instansi lingkungan dikarenakan sampai saat ini masyarakat sekitar belum melakukan pengaduan atas kegiatan produksi tedung yang dapat berpotensi menimbulkan kerusakan lingkungan.tujuan pengaduan disini bukan untuk menghukum pelaku

4 4 usaha namun untuk meningkatkan kepedulian masyarakat sekitar dan juga pelaku usaha yaitu pengrajin tedung untuk melakukan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. Lingkungan sebagai sumber daya merupakan asset yang dapat mensejahterakan masyarakat. Hal ini sesuai dengan perintah Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945 yang menyatakan bahwa, bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. 2 Selain itu faktor yang sangat penting dalam permasalahan lingkungan ialah besarnya populasi manusia. Dengan pertumbuhan populasi manusia yang cepat, kebutuhan akan pangan, bahan bakar, tempat pemukiman danlain kebutuhan serta limbah juga akan bertambah dengan cepat. Pertumbuhan populasi ini telah mengakibatkan perubahan yang besar dalam lingkungan hidup. 3 Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Klungkung Nomor 2 Tahun 2010 tentang Pengendalian Kerusakan dan Pencemaran Lingkungan Hidup (selanjutnya disebut Perda Kabupaten Klungkung No. 2 Tahun 2010) pada Pasal 9 ayat (1) dan (2) disebutkan : (1)Kerusakan lingkungandapat diklasifikasikan : a. kerusakan lingkungan disebabkan oleh usaha dan/atau kegiatan manusia; dan b. kerusakan lingkungan disebabkan oleh bencana alam. (2)Pencemaran lingkungan yang dimaksud dalam pasal ini : a.pencemarandisebabkan oleh usaha dan/atau kegiatan manusia; dan b.pencemaran terhadap media lingkungan, tanah, air, dan udara. Selanjutnya disebutkan dalam Pasal 12 yaitu : 2 Supriadi, 2005, Hukum Lingkungan Di Indonesia Sebuah Pengantar, Sinar Grafika, Jakarta, h.4 3 Otto Soemarwoto, 2001, Ekologi, Lingkungan Hidup dan Pembangunan, Djambatan, Jakarta. h.9

5 5 (1) Setiap Penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan wajib melakukan pengelolaan limbahhasil usaha dan/atau kegiatannya sebelum dibuang ke media lingkungan hidup. (2) Pembuangan limbah hasil usaha dan/atau kegiatan ke media lingkungan hidupwajib memenuhi syarat kualitas fisik, kimia, dan biologi sebagaimana diatur dalam Baku Mutu Lingkungan Hidupdan Kriteria Baku Kerusakan Lingkungan Hidup. (3) Baku Mutu Lingkungan Hidup dan Kriteria Baku Kerusakan Lingkungan Hidup sebagaimana dimaksud pada ayat (2),diatur dengan Peraturan Bupatisetelah mendapat Rekomendasi DPRD. Berdasarkan ketentuan tersebut khususnya pada Pasal 12 ayat (1) dapat dilihat bahwa setiap kegiatan usaha apapun wajib melakukan pengelolaan limbah hasil usaha dan/atau kegiatannya sebelum dibuang ke media lingkungan hidup, hal ini pelaksanaannya belum terealisasikan dengan baik dalam realitanya. Masih banyak pemilik usaha seperti usaha kerajinan tedung mengabaikan hal-hal penting tersebut yang dampaknya akan berpengaruh terhadap lingkungan sekitar yang menyebabkan turunnya kualitas lingkungan hidup, selain itu dapat dikatakan bahwa penerapan dari Pasal 12 tersebut belum berjalan sepenuhnya secara efektif. Melihat permasalahan-permasalahan tersebut diperlukan adanya suatu pengawasan oleh lembaga yang khusus menangani permasalahan-permasalahan pencemaran lingkungan hidup. Di Kabupaten Klungkung terdapat suatu lembaga yang menangani permasalahan pengelolaan limbah ataupun pencemaran lingkungan yaitu Kantor Lingkungan Hidup, tetapi pengawasan oleh Kantor Lingkungan Hidup tersebut khususnya pengawasan terhadap usaha kerajinan tedung belum pernah diawasi oleh Kantor Lingkungan Hidup dikarenakan usaha kerajinan tedung dikategorikan sebagai industri rumah tangga. Padahal seharusnya walaupun usaha kerajinan tedung termasuk industri rumah tangga harus tetap

6 6 melakukan pengawasan karena yang namanya suatu industri tetap menghasilkan suatu limbah.selain kurangnya pengawasan dari lembaga tersebut kurangnya sosialisasi mengenai pemanfaatan limbah hasil usaha industri juga belum dilakukan secara optimal oleh Pemerintah setempat. Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk membahasnya dalam bentuk skripsi dengan judul Upaya Pencegahan Kerusakan Lingkungan Hidup di Kabupaten Klungkung (Studi Kasus Pengrajin Tedung di Desa Paksebali) Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut : 1. Bagaimana upaya pencegahan kerusakan lingkungan hidup terkait dengan usaha kerajinan tedung di Kabupaten Klungkung? 2. Apakah kendala-kendala yang dihadapi oleh Kantor Lingkungan Hidup terhadap pengawasan usaha kerajinan tedung di Kabupaten Klungkung? 1.3. Ruang Lingkup Masalah Dalam penelitian ini, sangatlah penting untuk menegaskan materi yang akan dibahas. Hal ini guna menghindari adanya penyimpangan pembahasan sehingga tidak menyimpang dari pokok permasalahan yang akan dibahas. Adapun ruang lingkup masalah yang akan dibahas dalam karya tulis ini adalah sebagai berikut :

7 7 1. Untuk menjawab rumusan masalah pertama, penulis akan mencoba mengkaji bentuk upaya pencegahan kerusakan lingkungan hidup yang dilakukan oleh Kantor Lingkungan Hidup terhadap usaha kerajinan tedung di Kabupaten Klungkung dari sudut pandang peraturan-peraturan yang terkait dengan judul skripsi dan bahanbahan kepustakaan lainnya. 2. Sementara dalam menjawab rumusan masalah kedua penulis akan mencoba melakukan pengkajian bagaimana kendala-kendala yang dihadapi oleh Kantor Lingkungan Hidup terkait dengan pengawasan usaha kerajinan tedungyang menghasilkan limbah di Kabupaten Klungkung Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai penulis melalui penulisan karya ilmiah ini adalah sebagai berikut : Tujuan Umum Tujuan umum dari penulisan ini yaitu berupaya untuk dapat melakukan pengembangan ilmu hukum yang ada sejalan dengan paradigma science as a process (ilmu sebagai proses). Dengan paradigma ini, ilmu tidak akan pernah final dalam panggilannya atas kebenaran di bidang obyeknya masing-masing. Melalui penulisan ini turut diupayakan untuk melakukan pengembangan pada ilmu Hukum Administrasi Negara, khususnya dalam bidang hukum lingkungan dengan peran serta masyarakat.

8 Tujuan Khusus Tujuan khusus dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tentang bagaimana bentuk upaya pencegahan kerusakan lingkungan hidup yang dilakukan oleh Kantor Lingkungan Hidup terhadap usaha kerajinan tedung untuk meminimalisir kerusakan lingkungan hidup di Kabupaten Klungkung dan kendala-kendala apa saja yang dihadapioleh Kantor Lingkungan Hidup untuk mengatasi limbah-limbah hasil kerajinan tedung tersebut apakah telah dilaksanakan secara optimal atau belum Manfaat Penelitian Manfaat Praktis Manfaat Praktis dari penulisan ini adalah dapat mengetahui bagaimana bentuk upaya pencegahan kerusakan lingkungan hidup terhadap usaha kerajinan tedung oleh kantor Lingkungan Hidup untuk meminimalisir kerusakan lingkungan hidup dan kendala-kendala apa saja yang dihadapi oleh kantor Lingkungan Hidup untuk mengolah dan mencegah kerusakan lingkungan hidup akibat dari limbah usaha tersebut dengan peningkatan peran serta dari pemilik usaha kerajinan tedung sendiri dan masyarakat setempat di Kabupaten Klungkung. Selain itu hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat memberikan masukan bagi Pemerintah Kabupaten Klungkung agar lebih memperhatikan usaha-usaha kerajinan kecil yang menghasilkan limbah tersebut yang tetap mempertimbangkan aspek lingkungan hidup sebagai wujud pembangunan yang berkelanjutan.

9 Manfaat Teoritis Penulisan karya tulis ini diharapkan dari penulisan ini dapat dijadikan bahan penelitian atau penulisan selanjutnya bagi Lembaga Fakultas Hukum Universitas Udayana dan sebagai bahan pengembangan Hukum Administrasi Negara terkait dengan hukum lingkungan.selain itu hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam menambah ilmu pengetahuan pada penegakan hukum positif bidang lingkungan hidup pada penyelenggaraan pemerintahan era desentralisasi Landasan Teoritis Landasan teoritis merupakan dasar pemikiran teoritis yang digunakan untuk menjelaskan fenomena hukum yang sering terjadi.landasan teoritis dapat memberikan petunjuk terhadap kekurangan-kekurangan pada suatu penelitian ilmiah.sehubungan dengan penelitian ini, maka dipandang perlu untuk membahas mengenai landasan teoritis yang digunakan. Adapun beberapa teori yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: Konsep Negara Hukum Negara Republik Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas Hukum.Menurut Friedrich Julius Stahl menyatakan bahwa negara hukum harus memenuhi empat unsur penting, yaitu 4 : 1. Adanya jaminan atas hak-hak dasar manusia 2. Adanya pembagian kekuasaan 3. Pemerintah haruslah berdasarkan peraturan-peraturan hukum 4 Abu Daud Busroh dan Abubakar Busroh, 1999, Asas-asas Hukum Tata Negara, Ghalia Indonesia, Jakarta h. 133.

10 10 4. Adanya peradilan administrasi. Berdasarkan konsep negara hukum tersebut, maka negara Indonesia sebagai negara hukum segala proses penyelenggaraan pemerintahan dan semua masalah diselesaikan dengan hukum sebagai pedoman tertinggi baik itu hukum tertulis maupun hukum tidak tertulis. Pemerintah sebagai penyelenggara pemerintahan memiliki wewenang untuk membuat suatu aturan yang mencerminkan budaya bangsanya sendiri dengan memperhatikan kondisi dan cita masyarakat, termasuk juga Pemerintah Daerah dengan menggunakan asas desentralisasi dalam membentuk suatu aturan di daerahnya masingmasing.dengan adanya asas desentralisasi Pemerintah Daerah termasuk Kabupaten Klungkung memiliki kewenangan seluas-luasnya untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan rumah tangganya. Wewenang Pemerintah Kabupaten Klungkung dalam pengawasan terhadap usaha kerajinan tedung sebagai upaya pengendalian kerusakan lingkungan hidup, sesuai dengan amanat dari Undang- Undang yang mengatur ketentuan tersebut, yaitu Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 tentangperlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (selanjutnya disebut UU No.32 Tahun 2009) dimana salah satu tujuannya adalah untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup. Negara Hukum yang dianut Negara Indonesia tidaklah dalam artian formal, namun Negara hukum dalam artian material, yang juga diistilahkan dengan Negara kesejahteraan (welfare state). Implementasi konsep Negara Hukum pada zaman modern menghasilkan paham dimana pemegang komando tertinggi penyelenggaraan negara adalah

11 11 Hukum.Untuk menjamin hal demikian diperlukan jaminan berupa prinsip-prinsip yang menopang dibangunnya dan tegaknya hukum yaitu prinsip-prinsip demokrasi. Negara Indonesia sesuai dengan apa yang di tuangkan di dalam Undang- Undang Dasar 1945 menganut teori Negara Hukum (rechtsstaat) ini, hal tersebut telah tercermin pada Pasal 1 ayat (3) yang menentukan bahwa Negara Indonesia adalah Negara Hukum, yang memiliki ciri adanya pemisahan dan pembatasan kekuasaan agar tidak adanya kekuasaan yang absolute (tidak terbatas) Teori Pengawasan Menurut George R. Terry, pengawasan dapat dirumuskan sebagai proses penentuan apa yang harus dicapai yaitu standar, apa yang sedang dilakukan yaitu pelaksanaan menilai pelaksanaan, dan bila perlu melakukan perbaikan-perbaikan sehingga pelaksanaan sesuai dengan rencana, yaitu selaran dengan standard (ukuran). 5 Sedangkan menurut David Granick mengemukakan tiga fase dalam pengawasan yang dapat diidentifikasikan sebagai berikut : 1. Fase legislatif 2. Fase administratif 3. Fase dukungan 6 Muchasan berpendapat bahwa pengawasan yaitu kegiatan untuk menilai secara de facto, sedangkan tujuan pengawasan hanya terbatas pada pencocokan Inu Kencana Syafiie, 2011, Manajemen Pemerintahan, Pustaka Reka Cipta, Bandung, h. 6 Ibid, h. 110

12 12 apakah kegiatan yang dilaksanakan telah sesuai dengan tolak ukur yang telah ditetapkan sebelumnya (dalam hal ini berwujud suatu rencana). Pengawasan merupakan salah satu unsur yang tidak dapat dipisahkan dalam sistem pemerintahan demokrasi.dari hasil pengawasan tersebut dapat diperoleh apakah rencana yang telah ditetapkan dapat memperoleh hasil yang diinginkan pula. Demi mewujudkan pemerintahan yang bersih yang bebas dari kolusi, korupsi dan nepotisme (KKN), maka pemerintah seharusnya diselenggarakan atau dilaksanakan dengan prinsip-prinsip tata kelola pemerintahan yang baik (good governance).salah satu karakteristik atau prinsip yang dianut yaitu adanya suatu Pengawasan. Dari pemaparan tersebut dapat disimpulkan bahwa pengawasan merupakan suatu proses untuk menetapkan kinerja standar pada perencanaan yang telah ditetapkan dan pemngambilan tindakan yang dapat mendukung pencapaian hasil yang diharapkan dengan tujuan menghindari kemungkinan terjadinya penyimpangan atas tujuan yang akan dicapai. Ada jenis-jenis pengawasan yang ada, yaitu : 1. Pengawasan Langsung dan Tidak Langsung. a. Pengawasan langsung adalah pengawasan yang dilakukan secara pribadi oleh pemimpin atau pengawas dengan mengamati, meneliti, memeriksa, mengecek sendiri secara on the spot di

13 13 tempat pekerjaan, dan menerima laporan-laporan secara langsung pula dari pelaksana. Hal ini dilakukan dengan inspeksi. 7 b. Pengawasan tidak langsung adalah pengawasan yang diadakan dengan mempelajari laporan-laporan yang diterima dari pelaksana baik lisan maupun tulisan, dan mempelajari pendapat masyarakat dan sebagainya tanpa on the spot Pengawasan Preventif Dan Represif. a. Pengawasan preventif yaitu pengawasan yang dilakukan sebelum tindakan untuk menghindari terjadinya penyimpanganpenyimpangan yang akan terjadi sebelum suatu hal ditetapkan atau disahkan. Ini berarti pengawasan terhadap segala sesuatu yang masih sifatnya rencana. b. Pengawasan represif yaitu pengawasan yang dilakukan setelah suatu tindakan dilakukan dengan membandingkan apa yang terjadi atau apa yang seharusnya terjadi. Jadi pengawasan represif ini merupakan kebalikan dari pengawasan preventif. Ada pula yang menyebutkan sebagai pengawasan negatif represif dan negatif preventif. Pengawasan negatif represif adalah pengawasan yang dilakukan setelah tindakan dilakukan, sedangkan pengawasan negatif preventif yaitu badan pemerintah yang lebih tinggi menghalangi terjadinya kelalaian pemerintah yang lebih rendah. 3. Pengawasan Intern dan Pengawasan Ekstern. 7 Viktor M. Situmorang dan Jusuf Juhir, 1998, Aspek Hukum Pengawasan Melekat Dalam Lingkungan Aparatur Pemerintah, (cetakan II), Rineka Cipta, Jakarta, h Ibid.

14 14 a. Pengawasan intern adalah pengawasan yang dilakukan oleh suatu badan atau organ yang secara struktural adalah masih termasuk organisasi dalam lingkungan pemerintah. Misalnya pengawasan yang dilakukan oleh pejabat atasan terhadap bawahannya secara hierarkhis (pengawasan melekat). Pengawasan intern lebih dikenal dengan pengawasan fungsional. Pengawasan fungsional adalah pengawasan terhadap pemerintah daerah, yang dilakukan secara fungsional oleh lembaga yang dibentuk untuk melaksanakan pengawasan fungsional, yang kedudukannya merupakan bagian dari lembaga yang diawasi seperti Inspektorat Jendral, Inspektorat Provinsi, Kabupaten/Kota. b. Pengawasan ekstern adalah pengawasan yang dilakukan oleh badan atau organ secara struktur organisasi berada di luar pemerintahan dalam arti eksekutif. Misalnya kontrol yang dilakukan secara langsung, seperti keuangan yang dilakukan oleh Badan Pemeriksa Keuangan ( BPK) dan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan(BPKP), kontrol sosial yang dilakukan oleh lembaga swadaya masyarakat (LSM), termasuk media cetak dan elektronik dan kelompok masyarakat yang berminat dalam bidang tertentu. Kontrol politis yang dilakukan oleh MPR dan DPR terhadap pemerintah.

15 Teori Kewenangan Organ pemerintah dalam kajian Hukum Administrasi Negara sangatlah penting dalam mengetahui sumber dan cara memperoleh wewenang. Hal tersebut disebabkan karena berkenaan dengan pertanggungjawaban hukum dalam penggunaan wewenang tersebut.tidak ada kewenangan tanpa pertanggungjawaban merupakan salah satu prinsip hukum. Sumber kekuasasaan dan wewenang bagi Pemerintah adalah peraturan perundang-undangan. Kekuasaan dan kewenangan pemerintah yang bersumber dari peraturan perundang-undangan, baik pada pemerintahan pusat maupun daerah dapat diperoleh melalui atribusi, delegasi dan mandat. Pembentuk undangundang menentukan suatu organ pemerintahan berikut wewenangnya baik kepada organ yang sudah ada maupun yang baru dibentuk. Secara teoritik, kewenangan yang bersumber dari peraturan perundang-undangan terdiri dari tiga bentuk yaitupelimpahan kewenangan dengan atribusi, pelimpahan kewenangan dengan delegasi dan pelimpahan kewenangan dengan mandat. Artibusi merupakan wewenang yang berasal dari peraturan perundangundangan atau wewenang yang bersifat asli.organ pemerintah memperoleh kewenangan secara langsung dari redaksi pasal tertentu dalam suatu peraturan perundang-undangan.pada atribusi terjadi pemberian wewenang pemerintah yang baru oleh pembuat undang-undang (dalam artian material) kepada organ administrasi Negara. Delegasi adalah penyerahan wewenang dari pejabat yang lebih tinggi kepada yang lebih rendah. Penyerahan ini tidak bisa dilakukan tanpa adanya

16 16 kekuatan hukum seperti undang-undang atau peraturan hukum lainnya. Delegasi tidak ada penciptaan wewenang namun hanya ada pelimpahan wewenang dari pejabat yang satu kepada pejabat yang lainnya.tanggung jawab yuridis tidak lagi berada pada pemberi delegasi (delegans), tetapi beralih pada penerima (delegataris). Wewenang yang didapat melalui artibusi dan delegasi bisa dimandatkan kepada badan atau pegawai bawahan jika pejabat yang memperoleh wewenang itu tidak sanggup untuk melakukannya sendiri. Penerimaan mandat ( mandataris) hanya bertindak untuk dan atas nama pemberi mandat (mandans), tanggung jawab akhir keputusan yang diambil mandataris berada pada mandat. Pada mandat tidak terjadi pelimpahan atau pemberian suatu wewenang baru sehingga tidak terjadi suatu perubahan pada wewenang yang telah ada Konsep Lingkungan Lingkungan hidup berasal dari kata lingkungan dan hidup. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yang disusun oleh Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan kebudayaan, lingkungan diartikan sebagai daerah (kawasan dan sebagainya), yang termasuk didalamnya ; sedang lingkungan alam diartikan sebagai keadaan (kondisi, kekuatan) sekitar, yang mempengaruhi perkembangan dan tingkah laku organisme. Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, yang disusun oleh W.J.S Poerwadarminta, lingkungan diartikan sebagai bulatan yang melingkungi (melingkari); lingkaran; sekalian yang terlingkung dalam suatu daerah atau alam sekitarnya, bekerja sebagaimana mestinya yang dapat mempengaruhi

17 17 penghidupan dan kehidupan manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan ataupun makhluk lainnya. Menurut NHT. Siahaan dalam Harun M. Husein, merumuskan unsurunsur lingkungan sebagai berikut: 9 1. Semua benda, berupa : manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan, organisme, tanah, air, udara, rumah, sampah, mobil, angin dan lain-lain. Keseluruhan yang disebut ini digolongkan sebagai materi. Sedangkan satuan-satuannya disebut sebagai komonen; 2. Daya, disebut juga dengan energi; 3. Keadaan, disebut juga dengan kondisi atau situasi; 4. Perilaku atau tabiat; 5. Ruang, yaitu wadah berbagai komponen berada; 6. Proses interaksi, disebut juga saling mempengaruhi, atau biasa pula disebut dengan jaringan kehidupan. Mengenai pencemaran lingkungan hidup dijelaskan dalam UU No. 32 Tahun 2009, pada Pasal 1 ayat (14) mengatur yang dimaksud pencemaran lingkungan hidup adalah masuk atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan/atau komponen lain ke dalam lingkungan hidup oleh kegiatan manusia sehingga melampaui baku mutu lingkungan hidup yang telah ditetapkan. Selanjutnya disebutkan didalam Perda Kabupaten Klungkung No. 2 Tahun 2010 pada Pasal 1 ayat (5), yang dimaksud pencemaran lingkungan hidup adalah masuk atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi dan/atau komponen lain ke dalam 9 Harun M. Husein, 1993, Lingkungan Hidup (Masalah, Pengelolaan, dan Penegakan Hukumnya), PT. Bumi Aksara, Jakarta, h.8

18 18 lingkungan hidup oleh kegiatan manusia sehingga kualitasnnya turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan hidup tidak dapat berfungsi sesuai dengan peruntukannya. Ada 5 faktor yang mempengaruhi kondisi suatu lingkungan yaitu : 1. Faktor Manusia. 2. Faktor Kebutuhan/Keinginan. 3. Faktor Budaya/Teknologi/Kemajuan. 4. Faktor Kebijaksanaan Pengelolaan. 5. Faktor Lingkungan/Daya Toleransi 10 Melihat dari faktor tersebut masalah pencemaran lingkungan hidup akibat manusia dengan segala aktivitasnya bukan merupakan hal yang baru, maka dari itu sangat diperlukan adanya kesadaran dari masing-masing individu untuk menjaga dan memelihara lingkungan sekitar. Terkait dengan usaha kerajinan tedung yang menimbulkan limbah tersebut sudah seyogyanya pemilik usaha kerajinan tedung memilihara lingkungan akibat limbah yang dihasilkan, hal ini tercantum dalam Undang-Undang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup bahwa lingkungan harus dijaga dengan salah satu asasnya yaitu asas Pencemar Membayar, yang artinya adalah bahwa setiap penanggung jawab yang usaha dan/atau kegiatannya menimbulkan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidupwajib menanggung biaya pemulihan lingkungan.dengan adanya asas ini diharapkan setiap pemilik usaha lebih memperhatikan kondisi lingkungan apabila usahanya menghasilkan suatu limbah. Bandung, h.5 10 Hamdan, 2000, Tindak Pidana Pencemaran Lingkungan Hidup, CV. Mandar Maju,

19 19 Selain itu adanya peran dan koordinasi antara Pemerintah Daerah dengan pemilik usaha juga sangat diperlukan untuk mengontrol segala kegiatan yang menimbulkan kerusakan lingkungan.koordinasi merupakan suatu upaya tanggung jawab seorang pemimpin untuk menyamakan persepsi, pemikiran, gerak langkah baik dengan para staf atau bawahannya dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan, maupun dengan orang, badan atau pejabat yang berkaitan dengan permasalahan yang dihadapinya.koordinasi ini dilakukan secara berkesinambungan dan dikembangkan agar tujuan dapat dicapai dengan baik, berdaya guna dan berhasil guna Metode Penelitian Sebelum penulis menguraikan lebih lanjut metode yang digunakan dalam penelitian ini, akan dijelaskan terlebih dahulu pengertian dari metode. Metode adalah suatu prosedur atau cara yang ditempuh untuk mencapai tujuan tertentu. 11 Selain itu metode juga mempunyai beberapa pengertian, yaitu (a) logika dari penelitian ilmiah, (b) studi terhadap prosedur dan teknik penelitian, dan (c) suatu sistem dari prosedur dan teknik penelitian. 12 Jadi dapat diartikan Metode Penelitian adalah rangkaian proses yang menggambarkan rancangan penelitian yang meliputi prosedur atau langkah-langkah yang harus di tempuh, waktu penelitian, sumber data serta dengan cara apa data tersebut diperoleh atau dianalisis. Jadi dengan menggunakan suatu metode penelitian, maka obyek yang menjadi sasaran penelitian akan menjadi jelas dan bisa mendapatkan data 11 Komarudin, 1974,Kamus Istilah Skripsi dan Thesis, Angkasa Bandung, h Zainuddin Ali, 2013, Metode Penelitian Hukum, Sinar Grafika, Jakarta, h. 17

20 20 yang valid, sehingga dengan demikian diharapkan kesimpulannya lebih baik. Metode tersebut meliputi : Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini termasuk penelitian hukum empiris yang beranjak dari adanya kesenjangan antara das solen dan das sein yaitu kesenjangan antara peraturan dengan realita serta kesenjangan antara peraturan dengan fakta hukum. Penelitian hukum yang bersifat yuridis empiris merupakan suatu usaha mendekati masalah yang diteliti dengan sifat hukum yang nyata atau sesuai dengan kenyataan yang terjadi. 13 Penelitian ini lebih memfokuskan pada Pengawasan Terhadap Usaha Kerajinan Tedung Oleh Kantor Lingkungan Hidup Sebagai Upaya Pencegahan Kerusakan Lingkungan Hidup di Kabupaten Klungkung Jenis Pendekatan Adapun pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan peraturan perundang undangan dan pendekatan fakta. Dalam pembahasan ini permasalahan yang dikemukakan didasarkan pada Peraturan Daerah yang berlaku yang terkait dengan masalah penelitian Sifat Penelitian Dilihat dari sifatnya, penelitian ini bersifat deskriptif, yaitu menggambarkan semua gejala dan fakta serta menganalisa permasalahan yang ada saat ini berkaitan dengan pencegahan kerusakan lingkungan 13 Hilman Adikusuma, 1995, Kertas Kerja dan Skripsi Ilmu Hukum, CV. Mandar Maju, Bandung, hlm.62.

21 21 hidup. Dimana penelitian ini bertujuan menggambarkan secara tepat sifatsifat suatu individu, keadaan, gejala, atau kelompok tertentu, atau untuk menentukan penyebaran suatu gejala, atau untuk menentukan ada tidaknya hubungan antara suatu gejala dengan gejala lain dalam masyarakat Data dan Sumber Data Sumber data adalah sumber dari mana data diperoleh.pada umumnya dibedakan antara data yang diperoleh secara langsung dari masyarakat (Data Primer) dan data-data yang diperoleh dari bahan-bahan pustaka (Data Sekunder). 1. Data Primer yaitu data yang diperoleh melalui penelitian lapangan (Field Research) yaitu melalui wawancara yang dilakukan dengan para responden dan informan khususnya di Kabupaten Klungkung yang berkaitan dengan judul skripsi ini. 2. Data Sekunder yaitu data yang diperoleh dari penelitian kepustakaan (Library Research). Penelitian Kepustakaan dilakukan untuk menggali data dari buku-buku yang terkait dengan masalah Hukum Lingkungan, Pengawasan terhadap Usaha Kerajinan Tedung, Pencemaran Lingkungan Hidup, Undang-Undang maupun data-data lainnya. Adapun data sekunder yaitu Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 tentang Pengelolaan dan Perlindungan Lingkungan Hidup, Peraturan Daerah Provinsi Bali No. 4 Tahun 2005 tentang

22 22 Pengendalian Pencemaran dan Perusakan Lingkungan, Peraturan Daerah Kabupaten Klungkung No. 2 Tahun 2010 tentang Pengendalian Kerusakan dan Pencemaran Lingkungan Hidup, Peraturan Daerah Kabupaten Klungkung Nomor 8 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Klungkung Teknik Pengumpulan Data Menurut Soerjono Soekanto, dalam penelitian lazimnya dikenal tiga jenis alat pengumpul data, yaitu studi dokumen atau bahan pustaka, pengamatan atau observasi, dan wawancara atau interview. 14 Metode pengumpulan data yang digunakan dalam karya tulis ini ialah teknik observasi, wawancara, kepustakaan dan dokumentasi. a) Teknik Observasi Langkah pertama di dalam usaha pengumpulan data, penulis melakukan observasi.observasi ini dilakukan dengan harapan dapat dipakai sebagai dasar penerimaan dan pengumpulan data berikutnya. Masri Singarimbun mengatakan Metode Observasi adalah sebagai tehnik pengumpulan data dengan cara pengamatan dan pencatatan secara sistematis dari fenomena atau gejala-gejala yang diselidiki. 14 Soerjono Soekanto, 1990, Ringkasan Metodelogi Penelitian Hukum Empiris, Cet,I. IND- HILL-CO, Jakarta, Jakarta, h.114

23 23 Dalam penulisan ini guna mendapatkan data observasi dilakukakan dengan pengumpulan data dengan cara mengadakan pengamatan dan pencatatan secara langsung dan sistematis obyek penelitian atau gejala obyek penelitian atau segala sesuatu yang berhubungan dengan penelitian. b) Teknik Wawancara. Teknik wawancara dilakukan bukan sekedar bertanya kepada seseorang melainkan juga dibarengi dengan pertanyaanpertanyaan yang ditujukan informan, pertanyaan tersebut dirancang untuk memperoleh jawaban-jawaban yang relevan dengan masalah penelitian, hal tersebut dilakukan agar hasil wawancara nantinya memiliki nilai validitas. c) Metode Kepustakaan dan Dokumentasi Metode kepustakaan menurut Joko Subagyo adalah: Metode untuk memperkaya pembendaharaan pengetahuan, konsep dan juga teori yang bersangkut paut dengan pokok permasalahan yang akan diteliti, juga akan bisa memperjelas hal-hal yang telah ditemukan jawabannya melalui penelitianpenelitian lain yang telah dilakukan sebelumnya, menghimpun, memeriksa, mencatat dokumen - dokumen yang menjadi sumber data penelitian. 15 Metode Dokomentasi Sedangkan yang dimaksud dengan metode dokumentasi adalah sebagai suatu sumber data yang berupa catatan Jakarta, h Joko Subagyo, 1991, Methode Penelitian Dalam Teori dan Praktek, Rineka Cipta,

24 24 statistik dan laporan - laporan tertulis. Menurut Winarno Surachmad memberi pengertian sebagai berikut : Sebagai laporan tertulis dari peristiwa yang isinya terdiri dari suatu penjelasan dan pemikiran terhadap peristiwa itu dan ditulis dengan sengaja untuk menyimpan atau meneruskan keterangan mengenai peristiwa tersebut Pengolahan dan Analisis Data. Dalam penelitian ini digunakan teknik analisis data kualitatif, dimana data yang terkumpul baik dari data primer maupun data sekunder, akan diolah dan dianalisis dengan cara menyusun data secara sistematis, dikategorikan, dan dihubungkan antara satu data dengan data lainnya. Setelah dilakukan analisis secara kualitatif kemudian data akan disajikan secara dekriptif kualitatif dan sistematis. Berdasarkan analisa tersebut kemudian disajikan secara deskriptif, yaitu mendeskripsikan atau memaparkan permasalahan-permasalahan yang ada lalu dihubungkan dengan teori-teori hukum.

UPAYA PENCEGAHAN KERUSAKAN LINGKUNGAN HIDUP DI KABUPATEN KLUNGKUNG (Studi Kasus Pengrajin Tedung di Desa Paksebali)

UPAYA PENCEGAHAN KERUSAKAN LINGKUNGAN HIDUP DI KABUPATEN KLUNGKUNG (Studi Kasus Pengrajin Tedung di Desa Paksebali) UPAYA PENCEGAHAN KERUSAKAN LINGKUNGAN HIDUP DI KABUPATEN KLUNGKUNG (Studi Kasus Pengrajin Tedung di Desa Paksebali) Oleh : Wulan Virda Dewi I Nyoman Suyatna Cokorda Dalem Dahana Bagian Hukum Pemerintahan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. pegawai untuk memberikan keyakinan memadai atas tercapainya tujuan organisasi

TINJAUAN PUSTAKA. pegawai untuk memberikan keyakinan memadai atas tercapainya tujuan organisasi II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Sistem Pengendalian Intern Pemerintah Sistem Pengendalian Intern Pemerintah adalah proses yang integral pada tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara terus menerus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1945) memberikan hak kepada setiap orang untuk mendapatkan lingkungan. sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. 1945) memberikan hak kepada setiap orang untuk mendapatkan lingkungan. sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945) memberikan hak kepada setiap orang untuk mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat. Hal ini

Lebih terperinci

SKRIPSI PENGAWASAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA PADANG PERIODE TERHADAP PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG

SKRIPSI PENGAWASAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA PADANG PERIODE TERHADAP PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG SKRIPSI PENGAWASAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA PADANG PERIODE 2009-2014 TERHADAP PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG KETERTIBAN UMUM DAN KETENTRAMAN MASYARAKAT Diajukan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. prasarana penunjang kehidupan manusia yang semakin meningkat. Tolak ukur kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. prasarana penunjang kehidupan manusia yang semakin meningkat. Tolak ukur kemajuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perkembangan zaman serta pertumbuhan laju penduduk mendorong terjadinya pembangunan yang sangat pesat, baik pemabangunan yang ada di daerah maupun pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keberadaan sampah tidak lepas dari adanya aktivitas manusia di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keberadaan sampah tidak lepas dari adanya aktivitas manusia di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberadaan sampah tidak lepas dari adanya aktivitas manusia di berbagai sektor. Sampah merupakan material sisa yang tidak diinginkan setelah berakhirnya suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. aktifitasnya yang berupa tanah. Tanah dapat berfungsi tidak saja sebagai lahan

BAB I PENDAHULUAN. aktifitasnya yang berupa tanah. Tanah dapat berfungsi tidak saja sebagai lahan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupannya, baik sebagai individu maupun sebagai makhluk sosial, manusia tentu memerlukan lahan atau tempat sebagai fondasi untuk menjalankan aktifitasnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan yang semakin meningkat mengandung resiko pencemaran dan. yang menjadi pendukung kehidupan manusia telah rusak.

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan yang semakin meningkat mengandung resiko pencemaran dan. yang menjadi pendukung kehidupan manusia telah rusak. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini masalah lingkungan hidup berupa pencemaran sudah banyak terjadi di kota-kota besar Indonesia dan salah satunya adalah kota Yogyakarta yang menghadapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia adalah sebuah negara yang diproklamirkan pada tanggal 17 Agustus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia adalah sebuah negara yang diproklamirkan pada tanggal 17 Agustus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah sebuah negara yang diproklamirkan pada tanggal 17 Agustus 1945. Negara ini lahir dari perjuangan bangsa Indonesia yang bertekad mendirikan Negara kesatuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. amandemen Undang-Undang Dasar 1945 (yang selanjutnya ditulis UUD 1945), Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. amandemen Undang-Undang Dasar 1945 (yang selanjutnya ditulis UUD 1945), Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ketatanegaraan menyebabkan semakin berkembangnya pola pikir dan dinamika kehidupan bangsa. Indonesia telah mengalami berbagai macam dinamika dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memberikan ruang adanya otonomi oleh masing-masing daerah untuk. adanya pemerintahan daerah yang menjalankan pemerintahan daerah

BAB I PENDAHULUAN. memberikan ruang adanya otonomi oleh masing-masing daerah untuk. adanya pemerintahan daerah yang menjalankan pemerintahan daerah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 memberikan ruang adanya otonomi oleh masing-masing daerah untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dipayungi oleh Pasal 18 Undang-Undang Dasar Sedangkan inti

BAB I PENDAHULUAN. yang dipayungi oleh Pasal 18 Undang-Undang Dasar Sedangkan inti 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Otonomi Daerah bukanlah merupakan suatu kebijakan yang baru dalam penyelenggaraan pemerintahan di Indonesia karena sejak berdirinya negara kesatuan Republik Indonesia

Lebih terperinci

BAB I. Beranjak dari Pasal 33 ayat (3) UUD Negara RI Tahun 1945 menyatakan. oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

BAB I. Beranjak dari Pasal 33 ayat (3) UUD Negara RI Tahun 1945 menyatakan. oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Beranjak dari Pasal 33 ayat (3) UUD Negara RI Tahun 1945 menyatakan bahwa, Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kejahatan sebagai fenomena sosial yang terjadi di muka bumi ini mungkin

BAB I PENDAHULUAN. Kejahatan sebagai fenomena sosial yang terjadi di muka bumi ini mungkin BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kejahatan sebagai fenomena sosial yang terjadi di muka bumi ini mungkin tidak ada habisnya, mengenai masalah ini dapat dilihat dari pemberitaan media masa seperti

Lebih terperinci

WALIKOTA BATU PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 49 TAHUN 2013 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI KANTOR LINGKUNGAN HIDUP KOTA BATU

WALIKOTA BATU PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 49 TAHUN 2013 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI KANTOR LINGKUNGAN HIDUP KOTA BATU SALINAN WALIKOTA BATU PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 49 TAHUN 2013 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI KANTOR LINGKUNGAN HIDUP KOTA BATU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BATU, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tangganya sendiri. Dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan, pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. tangganya sendiri. Dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan, pemerintah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia adalah Negara Kesatuan bukan Negara Serikat maupun Negara Federal. Suatu bentuk Negara berdaulat yang diselenggarakan sebagai satu kesatuan tunggal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan peraturan perundang-undangan, yang hasilnya dipergunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan peraturan perundang-undangan, yang hasilnya dipergunakan untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pajak diartikan sebagai pungutan yang di lakukan oleh pemerintah berdasarkan peraturan perundang-undangan, yang hasilnya dipergunakan untuk pembiayaan pengeluaran umum

Lebih terperinci

JURNAL BERAJA NITI ISSN : Volume 3 Nomor 9 (2014) Copyright 2014

JURNAL BERAJA NITI ISSN : Volume 3 Nomor 9 (2014)  Copyright 2014 JURNAL BERAJA NITI ISSN : 2337-4608 Volume 3 Nomor 9 (2014) http://e-journal.fhunmul.ac.id/index.php/beraja Copyright 2014 TINJAUAN YURIDIS PENGAWASAN BADAN LINGKUNGAN HIDUP KOTA SAMARINDA TERHADAP USAHA

Lebih terperinci

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 39 TAHUN 2008 T E N T A N G TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN LINGKUNGAN HIDUP PROVINSI KALIMANTAN TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULAUN. dinyatakan dalam Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik

BAB I PENDAHULAUN. dinyatakan dalam Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik BAB I PENDAHULAUN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia adalah Negara Kesatuan berbentuk Republik, hal ini dinyatakan dalam Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Lingkungan hidup Indonesia merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa yang

I. PENDAHULUAN. Lingkungan hidup Indonesia merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa yang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Lingkungan hidup Indonesia merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa yang tidak ternilai harganya, sehingga harus senantiasa dijaga, dikelola dan dikembangkan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ataupun pekerjaan. Baik pekerjaan yang diusahakan sendiri maupun bekerja pada orang lain.

BAB I PENDAHULUAN. ataupun pekerjaan. Baik pekerjaan yang diusahakan sendiri maupun bekerja pada orang lain. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam menjalani kehidupan ini manusia mempunyai kebutuhan yang beraneka ragam, untuk memenuhi semua kebutuhan tersebut manusia dituntut untuk melaksanakan suatu usaha

Lebih terperinci

GUBERNUR MALUKU PERATURAN DAERAH PROVINSI MALUKU NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN TELUK DI PROVINSI MALUKU

GUBERNUR MALUKU PERATURAN DAERAH PROVINSI MALUKU NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN TELUK DI PROVINSI MALUKU 1 GUBERNUR MALUKU PERATURAN DAERAH PROVINSI MALUKU NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN TELUK DI PROVINSI MALUKU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR MALUKU, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

KEWENANGAN PENYELESAIAN SENGKETA WARIS ATAS TANAH HAK MILIK DI PENGADILAN NEGERI SURAKARTA DAN PENGADILAN AGAMA SURAKARTA

KEWENANGAN PENYELESAIAN SENGKETA WARIS ATAS TANAH HAK MILIK DI PENGADILAN NEGERI SURAKARTA DAN PENGADILAN AGAMA SURAKARTA KEWENANGAN PENYELESAIAN SENGKETA WARIS ATAS TANAH HAK MILIK DI PENGADILAN NEGERI SURAKARTA DAN PENGADILAN AGAMA SURAKARTA SKRIPSI Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Syarat-syarat Guna

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG 1 PEMERINTAH KABUPATEN MALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MALANG NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN KERUSAKAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MALANG, Menimbang

Lebih terperinci

PRAPERADILAN SEBAGAI UPAYA KONTROL BAGI PENYIDIK DALAM PERKARA PIDANA

PRAPERADILAN SEBAGAI UPAYA KONTROL BAGI PENYIDIK DALAM PERKARA PIDANA PRAPERADILAN SEBAGAI UPAYA KONTROL BAGI PENYIDIK DALAM PERKARA PIDANA SKRIPSI Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Syarat-syarat Guna Mencapai Derajat Sarjana Hukum Dalam Ilmu Hukum Pada

Lebih terperinci

GubernurJawaBarat. Jalan Diponegoro Nomor 22 Telepon : (022) Faks. (022) BANDUNG

GubernurJawaBarat. Jalan Diponegoro Nomor 22 Telepon : (022) Faks. (022) BANDUNG GubernurJawaBarat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI, RINCIAN TUGAS UNIT DAN TATA KERJA BADAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI JAWA BARAT Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekitarnya. Menurut isi dari Pasal 1 ayat 2 Undang-Undang Nomor 5 Tahun tentang Perindustrian, Industri adalah :

BAB I PENDAHULUAN. sekitarnya. Menurut isi dari Pasal 1 ayat 2 Undang-Undang Nomor 5 Tahun tentang Perindustrian, Industri adalah : BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya aktifitas suatu industri setidaknya berpotensi membawa dampak yang berpengaruh terhadap keseimbangan lingkungan sekitarnya. Menurut isi dari Pasal

Lebih terperinci

-2- Pasal 68 ayat huruf c dan Pasal 69 ayat UndangUndang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 19

-2- Pasal 68 ayat huruf c dan Pasal 69 ayat UndangUndang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 19 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.621, 2017 KEMEN-LHK. Pengelolaan Pengaduan Dugaan Pencemaran. Perusakan Lingkungan Hidup dan/atau Perusakan Hutan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI PERATURAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN KETAHANAN PANGAN DAN PENYULUHAN PERTANIAN, PERIKANAN DAN KEHUTANAN

Lebih terperinci

BUPATI BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG IZIN LINGKUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG IZIN LINGKUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG IZIN LINGKUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BLITAR, Menimbang : a. bahwa lingkungan hidup yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Oleh karena itu sesuai dengan judul diatas, penulis menggunakan metode

BAB III METODE PENELITIAN. Oleh karena itu sesuai dengan judul diatas, penulis menggunakan metode 44 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian Pendekatan teoritis dan empiris dalam penelitian sangatlah diperlukan. Oleh karena itu sesuai dengan judul diatas, penulis menggunakan metode

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pemerintahan, yang dapat dijelaskan sebagai keseluruhan aturan-aturan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pemerintahan, yang dapat dijelaskan sebagai keseluruhan aturan-aturan yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kewenangan Menurut H.D Stout, kewenangan adalah pengertian yang berasal dari hukum pemerintahan, yang dapat dijelaskan sebagai keseluruhan aturan-aturan yang berkenaan dengan

Lebih terperinci

BUPATI KEPULAUAN MERANTI PROVINSI RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI KEPULAUAN MERANTI PROVINSI RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG BUPATI KEPULAUAN MERANTI PROVINSI RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN PERUSAKAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

Prosiding Ilmu Hukum ISSN: X

Prosiding Ilmu Hukum ISSN: X Prosiding Ilmu Hukum ISSN: 2460-643X Kedudukan dan Kewenangan Wakil Kepala Daerah dalam Menandatangani Produk Hukum Daerah Ditinjau dari Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pembentukan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN ALOR TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA LINGKUNGAN HIDUP KAWASAN PESISIR DAN LAUT DI KABUPATEN ALOR

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN ALOR TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA LINGKUNGAN HIDUP KAWASAN PESISIR DAN LAUT DI KABUPATEN ALOR LEMBARAN DAERAH KABUPATEN ALOR NO. : 20, 2005 PERATURAN DAERAH KABUPATEN ALOR NOMOR 14 TAHUN 2005 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA LINGKUNGAN HIDUP KAWASAN PESISIR DAN LAUT DI KABUPATEN ALOR DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan norma hukum tentunya tidaklah menjadi masalah. Namun. terhadap perilaku yang tidak sesuai dengan norma biasanya dapat

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan norma hukum tentunya tidaklah menjadi masalah. Namun. terhadap perilaku yang tidak sesuai dengan norma biasanya dapat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ditinjau dari segi hukum ada perilaku yang sesuai dengan norma dan ada pula perilaku yang tidak sesuai dengan norma. Terhadap perilaku yang sesuai dengan norma

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan manusia tidak dapat terlepas dari keadaan lingkungan alam

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan manusia tidak dapat terlepas dari keadaan lingkungan alam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehidupan manusia tidak dapat terlepas dari keadaan lingkungan alam sekitarnya dengan kata lain, keadaan lingkungan alam sangat berpengaruh terhadap kehidupan manusia

Lebih terperinci

BUPATI POLEWALI MANDAR

BUPATI POLEWALI MANDAR BUPATI POLEWALI MANDAR PERATURAN BUPATI POLEWALI MANDAR NOMOR 22 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN PENGADUAN PELAYANAN PUBLIK DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN POLEWALI MANDAR DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Penegakan Hukum Administratif Lingkungan Hidup

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Penegakan Hukum Administratif Lingkungan Hidup 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Penegakan Hukum Administratif Lingkungan Hidup Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Lingkungan Hidup memiliki peran penting dalam proses penyelesaian perkara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan pembangunan yang dilaksanakan pemerintah pada saat ini

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan pembangunan yang dilaksanakan pemerintah pada saat ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kegiatan pembangunan yang dilaksanakan pemerintah pada saat ini bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan hidup rakyat yang dilaksanakan melalui rencana jangka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Selaras dengan Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar Republik Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Selaras dengan Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar Republik Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanah sangat erat sekali hubungannya dengan kehidupan manusia. Setiap orang tentu memerlukan tanah, bahkan bukan hanya dalam kehidupannya, untuk mati pun manusia masih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Negara Indonesia adalah Negara hukum sebagaimana dirumuskan dalam

BAB I PENDAHULUAN. kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Negara Indonesia adalah Negara hukum sebagaimana dirumuskan dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia adalah Negara Kesejahteraan sebagaimana yang dituangkan dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinea IV yang mana tujuan Negara Indonesia yaitu melindungi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang ditetapkan oleh lembaga legislatif.

BAB I PENDAHULUAN. yang ditetapkan oleh lembaga legislatif. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Semenjak demokrasi menjadi atribut utama Negara modern, maka lembaga perwakilan merupakan mekanisme utama untuk merealisasi gagasan normatif bahwa pemerintahan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 04 TAHUN 2004 TENTANG PENGELOLAAN KUALITAS AIR DAN PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR DI PROVINSI GORONTALO

PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 04 TAHUN 2004 TENTANG PENGELOLAAN KUALITAS AIR DAN PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR DI PROVINSI GORONTALO PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 04 TAHUN 2004 TENTANG PENGELOLAAN KUALITAS AIR DAN PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR DI PROVINSI GORONTALO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR GORONTALO, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang datang ke Yogyakarta untuk tujuan wisata, pendidikan, ataupun tinggal dan

BAB I PENDAHULUAN. yang datang ke Yogyakarta untuk tujuan wisata, pendidikan, ataupun tinggal dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yogyakarta merupakan kota budaya yang penduduknya sangat beragam karena tidak saja terdiri dari satu suku bangsa, akan tetapi terdiri dari berbagai macam suku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara Republik Indonesia sebagai Negara Kesatuan menganut asas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara Republik Indonesia sebagai Negara Kesatuan menganut asas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Republik Indonesia sebagai Negara Kesatuan menganut asas desentralisasi dalam penyelenggaraan pemerintahan, dengan memberikan kesempatan dan keleluasaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lingkungan hidup adalah pengetahuan dasar tentang bagaimana makhluk hidup berfungsi dan bagaimana merreka berinteraksi satu sama lain dengan lingkungan mereka.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diusahakan atau digunakan untuk pemenuhan kebutuhan yang nyata. perlindungan hukum bagi rakyat banyak.

BAB I PENDAHULUAN. diusahakan atau digunakan untuk pemenuhan kebutuhan yang nyata. perlindungan hukum bagi rakyat banyak. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tanah sebagai karunia Tuhan Yang Maha Esa kepada bangsa Indonesia, merupakan salah satu sumber utama bagi kelangsungan hidup dan penghidupan bangsa sepanjang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam Pasal 1 ayat (3) Undang Undang Dasar 1945 yang berbunyi Negara

BAB I PENDAHULUAN. dalam Pasal 1 ayat (3) Undang Undang Dasar 1945 yang berbunyi Negara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia adalah Negara hukum sebagaimana dirumuskan dalam Pasal 1 ayat (3) Undang Undang Dasar 1945 yang berbunyi Negara Indonesia adalah Negara hukum. Negara

Lebih terperinci

2 masyarakat sekitarnya akan sangat berbahaya dan menimbulkan masalah kesehatan baru diantaranya tetanus, infeksi, pencemaran udara dan pencemaran air

2 masyarakat sekitarnya akan sangat berbahaya dan menimbulkan masalah kesehatan baru diantaranya tetanus, infeksi, pencemaran udara dan pencemaran air 1 BAB I A. Latar Belakang Masalah Kegiatan rumah sakit yang sangat kompleks tidak saja memberikan dampak positif bagi masyarakat sekitarnya, tetapi juga mungkin dampak negatif. Dampak negatif itu berupa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pembangunan nasional mengakibatkan teknologi berkembang secara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pembangunan nasional mengakibatkan teknologi berkembang secara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pembangunan nasional mengakibatkan teknologi berkembang secara cepat, dan berdampak pada semua elemen kehidupan, terutama pada kehidupan lingkungan hidup.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG MASALAH 1 BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG MASALAH Keberadaan Desa di Indonesia sudah ada sejak lama, sebelum Indonesia merdeka hal ini dapat dilihat dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.862, 2013 KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN. Wilayah Pesisir. Pulau-Pulau Kecil. Pengelolan. Pengawasan. PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu tujuan Negara Republik Indonesia yang tertuang dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (selanjutnya disingkat dengan UUD

Lebih terperinci

BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 87 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 87 TAHUN 2008 TENTANG BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 87 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA KANTOR LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN KEBUMEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEBUMEN,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tertib, keamanan dan ketentraman dalam masyarakat, baik itu merupakan

BAB I PENDAHULUAN. tertib, keamanan dan ketentraman dalam masyarakat, baik itu merupakan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penegakan hukum merupakan salah satu usaha untuk menciptakan tata tertib, keamanan dan ketentraman dalam masyarakat, baik itu merupakan usaha pencegahan maupun

Lebih terperinci

Bab I. Pendahuluan. pencucian pakaian atau yang lebih dikenal dengan jasa laundry. Usaha

Bab I. Pendahuluan. pencucian pakaian atau yang lebih dikenal dengan jasa laundry. Usaha 1 Bab I Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini banyak berkembang kegiatan bisnis yang terkait dengan jasa pencucian pakaian atau yang lebih dikenal dengan jasa laundry. Usaha laundry adalah usaha

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya memerlukan sumberdaya

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya memerlukan sumberdaya 11 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya memerlukan sumberdaya alam, berupa tanah, air dan udara dan sumberdaya alam lain termasuk ke dalam sumberdaya alam yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bentuk negara kesatuan ini maka penyelenggaraan pemerintahan pada prinsipnya

BAB I PENDAHULUAN. bentuk negara kesatuan ini maka penyelenggaraan pemerintahan pada prinsipnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut pasal 1 ayat 1 UUD 1945, Negara Indonesia adalah Negara Kesatuan yang berbentuk Republik. 1 Pasal ini menunjukan bahwa susunan Negara Republik Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan disegala bidang yang dilaksanakan secara terpadu dan terencana

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan disegala bidang yang dilaksanakan secara terpadu dan terencana BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia dalam era globalisasi ini sedang giatnya melakukan pembangunan disegala bidang yang dilaksanakan secara terpadu dan terencana diberbagai sektor

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BLITAR TAHUN 2015 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG IZIN LINGKUNGAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BLITAR TAHUN 2015 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG IZIN LINGKUNGAN 2 Desember 2015 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BLITAR TAHUN 2015 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG IZIN LINGKUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BLITAR, Nomor 1 Seri E

Lebih terperinci

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 48 TAHUN 2016

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 48 TAHUN 2016 BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 48 TAHUN 2016 PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 48 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA SEKRETARIAT

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG

PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUMAJANG NOMOR 05 TAHUN 2009 T E N T A N G PENGENDALIAN PENCEMARAN LINGKUNGAN DI KABUPATEN LUMAJANG BUPATI LUMAJANG, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup manusia dan keberlangsungan sebuah bangsa dan negara. Agar kelak

BAB I PENDAHULUAN. hidup manusia dan keberlangsungan sebuah bangsa dan negara. Agar kelak 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak adalah bagian yang tidak terpisahkan dari keberlangsungan hidup manusia dan keberlangsungan sebuah bangsa dan negara. Agar kelak mampu bertanggung jawab

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN KEARSIPAN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI

PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN KEARSIPAN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN KEARSIPAN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Penelitian merupakan suatu kegiatan (ilmiah) yang ditempuh melalui serangkaian proses yang panjang. Kegiatan penelitian diawali dengan adanya minat untuk mengkaji secara mendalam

Lebih terperinci

1. Dalam Instruksi Presiden ini yang dimaksud dengan:

1. Dalam Instruksi Presiden ini yang dimaksud dengan: LAMPIRAN INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 1 TAHUN 1989 TANGGAL : 20 MARET 1989 PEDOMAN PELAKSANAAN PENGAWASAN MELEKAT I. UMUM 1. Dalam Instruksi Presiden ini yang dimaksud dengan: a. Pengawasan

Lebih terperinci

UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2014 TENTANG ADMINISTRASI PEMERINTAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2014 TENTANG ADMINISTRASI PEMERINTAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, SALINAN UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2014 TENTANG ADMINISTRASI PEMERINTAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kedudukan negara Indonesia yang terdiri dari banyak pulau dan Daerah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kedudukan negara Indonesia yang terdiri dari banyak pulau dan Daerah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kedudukan negara Indonesia yang terdiri dari banyak pulau dan Daerah mengharuskan untuk diterapkannya kebijakan otonomi daerah. Meskipun dalam UUD 1945 disebutkan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERTAHANAN. INPRES. Korupsi. Monitoring. Percepatan.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERTAHANAN. INPRES. Korupsi. Monitoring. Percepatan. No.16, 2008 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERTAHANAN. INPRES. Korupsi. Monitoring. Percepatan. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG PELAKSANAAN INSTRUKSI PRESIDEN NOMOR

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) adalah negara hukum ( rechtsstaat) dan bukan

I. PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) adalah negara hukum ( rechtsstaat) dan bukan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) adalah negara hukum ( rechtsstaat) dan bukan sebagai negara yang berdasarkan atas kekuasaan ( machtsstaat). Tidak ada institusi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana amanat Pancasila dan Undang-Undang Dasar. Indonesia Tahun Dalam Pasal 28 H ayat (1) UUD 1945 disebutkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana amanat Pancasila dan Undang-Undang Dasar. Indonesia Tahun Dalam Pasal 28 H ayat (1) UUD 1945 disebutkan bahwa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai negara agraris memiliki sumber daya alam melimpah, terdiri dari bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya. Potensi tersebut merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara tersebut menimbulkan hak dan kewajiban bagi negara yang dapat dinilai

BAB I PENDAHULUAN. negara tersebut menimbulkan hak dan kewajiban bagi negara yang dapat dinilai BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Tujuan negara Indonesia 1 sebagaimana tercantum dalam alinea keempat Pembukaan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 (UUD 1945) diwujudkan oleh sebuah

Lebih terperinci

BUPATI JEMBRANA PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 63 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI JEMBRANA PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 63 TAHUN 2011 TENTANG BUPATI JEMBRANA PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 63 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI KANTOR LINGKUNGAN HIDUP, KEBERSIHAN DAN PERTAMANAN KABUPATEN JEMBRANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merdeka dan berdaulat yang mempunyai tujuan dalam pemerintahannya. Tujuan

BAB I PENDAHULUAN. merdeka dan berdaulat yang mempunyai tujuan dalam pemerintahannya. Tujuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai salah satu dari negara yang merdeka dan berdaulat yang mempunyai tujuan dalam pemerintahannya. Tujuan bangsa Indonesia, sebagaimana

Lebih terperinci

KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 63 TAHUN 2001 TENTANG

KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 63 TAHUN 2001 TENTANG KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 63 TAHUN 2001 TENTANG TUGAS POKOK FUNGSI DAN RINCIAN TUGAS UNIT BADAN PENGENDALIAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROPINSI JAWA BARAT GUBERNUR JAWA BARAT, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hukum adat terdapat pada Pasal 18 B ayat 2 Undang-Undang Dasar Negara

BAB I PENDAHULUAN. hukum adat terdapat pada Pasal 18 B ayat 2 Undang-Undang Dasar Negara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nagari dalam sejarah dan perkembangannnya merupakan suatu wilayah Pemerintahan terendah. Pengakuan Nagari sebagai kesatuan masyarakat hukum adat terdapat pada Pasal

Lebih terperinci

WALIKOTA MADIUN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG IZIN PEMBUANGAN AIR LIMBAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

WALIKOTA MADIUN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG IZIN PEMBUANGAN AIR LIMBAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, WALIKOTA MADIUN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG IZIN PEMBUANGAN AIR LIMBAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, WALIKOTA MADIUN, Menimbang : a. bahwa air merupakan sumber daya alam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan Negara Hukum, hal ini termaktub jelas pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan Negara Hukum, hal ini termaktub jelas pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara Hukum, hal ini termaktub jelas pada Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang menyebutkan Negara Indonesia

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA NOMOR : 7 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DI KABUPATEN TASIKMALAYA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA NOMOR : 7 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DI KABUPATEN TASIKMALAYA PERATURAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA NOMOR : 7 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DI KABUPATEN TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TASIKMALAYA, Menimbang : a. bahwa pengelolaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mahkamah Konstitusi yang selanjutnya disebut MK adalah lembaga tinggi negara dalam

BAB I PENDAHULUAN. Mahkamah Konstitusi yang selanjutnya disebut MK adalah lembaga tinggi negara dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada mulanya terdapat tiga alternatif lembaga yang digagas untuk diberi kewenangan melakukan pengujian Undang-Undang terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik

Lebih terperinci

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KEPUTUSAN GUBERNUR PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR : 5 TAHUN 2003

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KEPUTUSAN GUBERNUR PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR : 5 TAHUN 2003 GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KEPUTUSAN GUBERNUR PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR : 5 TAHUN 2003 TENTANG TINDAKAN ADMINISTRATIF BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN YANG MELAKUKAN PELANGGARAN LINGKUNGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang berkedaulatan rakyat yang dalam pelaksanaannya menganut prinsip

BAB I PENDAHULUAN. yang berkedaulatan rakyat yang dalam pelaksanaannya menganut prinsip BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 mengamanatkan bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah Negara yang berkedaulatan rakyat yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Republik Indonesia sebagai negara kesatuan menganut asas desentralisasi dalam penyelenggaraan pemerintahan, dengan memberikan kesempatan dan keleluasaan kepada

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. dengan menggunakan dua macam pendekatan yaitu : Pendekatan secara yuridis normatif adalah penelitian hukum yang

III. METODE PENELITIAN. dengan menggunakan dua macam pendekatan yaitu : Pendekatan secara yuridis normatif adalah penelitian hukum yang III. METODE PENELITIAN A. Pendekatan Masalah Pendekatan masalah yang digunakan untuk menjawab penelitian skripsi ini adalah dengan menggunakan dua macam pendekatan yaitu : 1. Pendekatan secara Yuridis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yogyakarta merupakan salah satu daerah otonom di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, selain Kabupaten

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yogyakarta merupakan salah satu daerah otonom di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, selain Kabupaten 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yogyakarta merupakan salah satu daerah otonom di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, selain Kabupaten Sleman, Bantul, Gunung Kidul dan Kulon Progo. Kota Yogyakarta

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN SERANG

BERITA DAERAH KABUPATEN SERANG BERITA DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 38 TAHUN 2008 PERATURAN BUPATI KABUPATEN SERANG NOMOR 38 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN SERANG DITERBITKAN OLEH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Di Indonesia terdapat banyak sungai yang menjadi sumber kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Di Indonesia terdapat banyak sungai yang menjadi sumber kehidupan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di Indonesia terdapat banyak sungai yang menjadi sumber kehidupan masyarakat yang ada di sekitar bantaran sungai tersebut. Banyak di berbagai daerah yang memiliki

Lebih terperinci

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 63 TAHUN 2016

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 63 TAHUN 2016 BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 63 TAHUN 2016 TENTANG TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA UNSUR ORGANISASI KECAMATAN DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan negara berkembang yang dari waktu ke waktu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan negara berkembang yang dari waktu ke waktu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara berkembang yang dari waktu ke waktu mengalami perkembangan diberbagai bidang. Perkembangan yang diawali niat demi pembangunan nasional tersebut

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN

BAB III METODELOGI PENELITIAN 29 BAB III METODELOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penulisan skripsi ini berdasarkan suatu penelitian melalui studi lapangan yang relevan dengan pokok-pokok pembahasan dalam skripsi ini, agar skripsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kekuatan tersebut adalah sektor negara, swasta dan koperasi. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. kekuatan tersebut adalah sektor negara, swasta dan koperasi. Untuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia mempunyai tiga sektor kekuatan ekonomi yang melaksanakan berbagai kegiatan usaha dalam tata kehidupan. Ketiga sektor kekuatan tersebut adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara Republik Indonesia adalah negara kesatuan yang berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara Republik Indonesia adalah negara kesatuan yang berdasarkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Republik Indonesia adalah negara kesatuan yang berdasarkan hukum, sebagai mana tercantum dalam Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945. Sebagai sebuah

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PESAWARAN NOMOR 06 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA LEMBAGA TEKNIS DAERAH KABUPATEN PESAWARAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PESAWARAN NOMOR 06 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA LEMBAGA TEKNIS DAERAH KABUPATEN PESAWARAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PESAWARAN NOMOR 06 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA LEMBAGA TEKNIS DAERAH KABUPATEN PESAWARAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PESAWARAN, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang berdasarkan atas hukum (Rechstaat) dalam arti negara pengurus. 1 Selain itu,

BAB I PENDAHULUAN. yang berdasarkan atas hukum (Rechstaat) dalam arti negara pengurus. 1 Selain itu, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 tertulis suatu makna, bahwa Negara Republik Indonesia yang berdiri pada tanggal 17 Agustus 1945 adalah Negara yang berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Manusia dalam kehidupannya tidak dapat dipisahkan dari tanah.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Manusia dalam kehidupannya tidak dapat dipisahkan dari tanah. BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Manusia dalam kehidupannya tidak dapat dipisahkan dari tanah. Tanah diperlukan manusia sebagai ruang gerak dan sumber kehidupan. Sebagai ruang gerak, tanah memberikan

Lebih terperinci

PERKAWINAN ADAT. (Peminangan Di Dusun Waton, Kecamatan Mantup, Kabupaten Lamongan. Provinsi Jawa Timur) Disusun Oleh :

PERKAWINAN ADAT. (Peminangan Di Dusun Waton, Kecamatan Mantup, Kabupaten Lamongan. Provinsi Jawa Timur) Disusun Oleh : PERKAWINAN ADAT (Peminangan Di Dusun Waton, Kecamatan Mantup, Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur) SKRIPSI Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Syarat-syarat Guna Mencapai Derajat Sarjana

Lebih terperinci

WALIKOTA PASURUAN SALINAN PERATURAN WALIKOTA NOMOR 69 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN LINGKUNGAN HIDUP

WALIKOTA PASURUAN SALINAN PERATURAN WALIKOTA NOMOR 69 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN LINGKUNGAN HIDUP WALIKOTA PASURUAN SALINAN PERATURAN WALIKOTA NOMOR 69 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PASURUAN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 20 TAHUN 2016 TENTANG PENGENDALIAN KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN DI ACEH DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA GUBERNUR ACEH,

PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 20 TAHUN 2016 TENTANG PENGENDALIAN KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN DI ACEH DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA GUBERNUR ACEH, PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 20 TAHUN 2016 TENTANG PENGENDALIAN KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN DI ACEH DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA GUBERNUR ACEH, Menimbang : a. bahwa hutan dan lahan merupakan sumberdaya

Lebih terperinci