BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang"

Transkripsi

1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemeriksaan hematokrit merupakan salah satu pemeriksaan darah khusus yang sering dikerjakan di laboratorium berguna untuk membantu diagnosa berbagai penyakit diantaranya Demam Berdarah Dengue (DBD), anemia, polisitemia vera dan diare berat. (Sutedjo,2009:28). Pemeriksaan hematokrit mengukur presentase melalui volume sel darah merah (SDM) konsentrat dalam suatu sampel darah. Konsentrat diperoleh dengan melakukan sentrifugasi darah dalam tabung kapiler. (Muttaqin dan Ramadhani,2009:116) Nilai hematokrit ialah volume semua eritrosit dalam 100 ml darah dan disebut dengan % dari volume darah itu. Penetapan nilai hematokrit dapat dilakukan dengan cara makro dan mikro. Pada cara makro digunakan tabung wintrobe, sedangkan pada cara mikro digunakan tabung mikrokapiler. (Gandasoebrata,2007:39) Metode pemeriksaan secara mikro sering digunakan karena cepat dan mudah dibandingkan dengan metode makro yang membutuhkan sampel lebih banyak dan waktu yang lama. Menurut Anissa Farida (2010) dalam penelitian yang berjudul perbandingan nilai hematokrit metode mikrohematokrit dan metode otomatis, pemeriksaan nilai hematokrit menggunakan metode mikro masih sering digunakan karena memiliki kelebihan jika dibandingkan dengan cara otomatis (Hematologi Analyzer) yaitu dalam hasil pengukuran yang valid dengan variabilitas hanya 1-2%, disamping itu juga dalam teknik pemeriksaan yang lebih sederhana dan sampel yang digunakan sedikit. Metode pemeriksaan secara mikro berprinsip pada darah dengan antikoagulan disentrifus dalam jangka waktu dan kecepatan tertentu, sehingga sel darah dan plasmanya terpisah. Prosentase volume kepadatan 1

2 2 sel darah merah terhadap volume darah semula dicatat sebagai hasil pemeriksaan hematokrit. (Gandasoebrata,2007:39) Untuk pemeriksaan-pemeriksaan hematologi yang menggunakan darah sebagai bahan pemeriksaan, pengambilan darah (sampling) merupakan awal pemeriksaan yang harus dikerjakan dengan benar karena akan sangat menentukan hasil pemeriksaan. Pemeriksaan hematokrit dapat diukur menggunakan darah vena atau darah kapiler. Untuk lokasi pengambilan darah vena pada dasarnya semua vena superficial dapat dipakai namun yang sering dipakai ialah vena mediana cubiti. Sedangkan lokasi pengambilan darah kapiler adalah pada jari tengah atau jari manis bagian tepi. Darah kapiler dan darah vena mempunyai susunan darah berbeda. Packed Cell Volume (PCV) atau hematokrit, hitung jumlah eritrosit, hemoglobin pada darah kapiler memiliki nilai yang sedikit lebih besar daripada vena. Total leukosit dan jumlah neutrofil lebih tinggi darah kapiler sekitar 8%, jumlah monosit sekitar 12%, sebaliknya jumlah trombosit lebih tinggi darah vena dibanding darah kapiler, perbedaannya sekitar 9% atau 32% pada keadaan tertentu yang terjadinya ini mungkin berkaitan dengan adhesi trombosit pada tempat kebocoran kulit. (Dacie and Lewis,2010:31) B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah tersebut dapat dirumuskan identifikasi masalah sebagai berikut : 1. Apakah kepentingan klinik dari pemeriksaan hematokrit? 2. Apakah ada perbedaan nilai hematokrit metode mikro dengan menggunakan darah vena dan darah kapiler? 3. Apa kelebihan darah vena dan darah kapiler? 4

3 3 C. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Apakah ada perbedaan nilai hematokrit metode mikro dengan menggunakan darah vena dan darah kapiler? D. Batasan Masalah Dalam penelitian ini penulis hanya membandingkan hasil pemeriksaan hematokrit metode mikro dengan menggunakan darah vena dan darah kapiler pada pasien poli di laboratorium RSI PKU Muhammadiyah Palangkaraya yang melakukan pemeriksaan hematokrit. E. Tujuan Penelitian Tujuan dalam penelitian ini adalah : 1. Mengetahui ada tidaknya perbedaan nilai hematokrit metode mikro menggunakandarah vena dan darah kapiler 2. Mengetahui kelebihan darah vena 3. Mengetahui kelebihan darah kapiler F. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini yaitu : 1. Memberikan informasi yang tepat tentang perbandingan hasil pemeriksaan nilai hematokrit metode mikro dengan menggunakan darah vena dan darah kapiler. 2. Bagi peneliti diharapkan mampu menerapkan ilmu pengetahuan yang dipelajari selama penelitian sehingga mampu mengembangkan dimasa yang akan mendatang. 19

4 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Darah 1. Definisi Darah Darah adalah jaringan cair yang terdiri dari dua bagian. Bahan intraseluluer adalah cairan yang disebut plasma dan didalamnya terdapat unsur-unsur padat, yaitu sel darah merah. Volume darah secara keseluruhan kira-kira merupakan satu perdua belas berat badan atau kirakira 5 liter. Sekitar 55 persennya adalah cairan, sedangkan 45 persen sisanya terdiri atas sel darah. Angka ini dinyatakan dalam nilai hematokrit (Pearce,2009:133). Darah adalah cairan berwarna merah pekat. Warnanya merah cerah di dalam arteri (sudah dioksigenasi) dan berwarna merah ungu gelap di dalam vena (deoksigenasi), setelah melepas sebagian oksigen ke jaringan. Darah bersifat sedikit alkali dan ph-nya hanya sedikit bervariasi sepanjang kehidupan karena sel-sel badan hanya bisa hidup bila ph dalam batas normal. Jumlah darah sekitar 5% berat badan, sehingga volume rataratanya adalah 3-4 liter. (Watson,2002:231) 2. Komposisi Darah Meskipun darah secara makroskopis berbentuk cair, sebenarnya darah terdiri dari bagian yang cair dan padat. Apabila diperiksa di bawah mikroskop, tampak banyak benda bundar kecil didalamnya, yang dikenal sebagai sel darah. Sel-sel darah merupakan bagian yang padat, sedangkan cairan tempat sel-sel ini berada merupakan bagian cair yang disebut plasma. Sel-sel darah membentuk 45% seluruh volume darah dan plasma membentuk 55% seluruh volume darah. (Watson,2002:232). 4

5 5 Gambar 1. Komposisi darah (sumber:tarwoto dan Wartonah,2008:11) a) Sel darah Sel darah terdiri atas tiga jenis yaitu : 1) Eritosit atau sel darah merah Eritrosit merupakan sel yang telah berdiferensiasi dan mempunyai fungsi khusus untuk transfor oksigen. Selnya berbentuk cakram (bikonkaf) bila dilihat pada bidang datar bentuknya bundar. Jumlah eritrosit jauh lebih besar daripada unsur darah lain. (Syaifuddin,2009:27). Eritrosit berbentuk cakram bikonkaf dengan diameter sekitar 7,5 mikron, tebal bagian tepi 2 mikron dan bagian tengahnya 1 mikron atau kurang, tersusun atas membran yang sangat tipis dan tidak mempunyai inti sel. (Tarwoto dan Wartonah,2008:11) 19

6 6 Gambar 2. Eritrosit atau sel darah merah (Sumber :Tarwonto dan Wartonah,2008:14) 2) Leukosit atau sel darah putih Leukosit merupakan sel-sel yang berinti, tidak berwarna dan bentuknya lebih besar dari eritrosit, tetapi jumlahnya lebih sedikit dari eritrosit. Dalam setiap mm 3 darah terdapat sampai leukosit (Pearce, 2009:135) Ada dua golongan leukosit yaitu leukosit bergranula dan leukosit tidak bergranula. Leukosit bergranula terbagi menjadi neutrofil, eosinofil dan basofil sedangkan leukosit yang tidak bergranula terbagi menjadi limposit dan monosit. (Syaifuddin,2009:28). Gambar 3. Leukosit bergranula dan leukosit tidak bergranula (sumber:dacie and Lewis,2010:106) 4

7 7 3) Trombosit atau keping darah Trombosit merupakan sel kecil kira-kira sepertiga ukuran sel darah merah. Terdapat samapai trombosit dalam setiap mm 3 darah. Memliki masa hidup sekitar 1-2 minggu atau kira-kira 8 hari. Berperan pentiung dalam proses penggumpalan darah. (Pearce,2009:137). Trombosit adalah keping-keping darah berwujud cakram dan tidak berwarna. Trombosit terlihat berbentuk lonjong, seperti batang dan tidak terdapat inti. Trombosit memiliki peran penting dalam hemostasis yang menempel pada daerah luka dan menghasilkan trombosit putih yang menutup permukaan cedera dengan mengisi lubang-lubang dalam dinding pembuluh darah. (Syaifuddin,2009:30) b) Plasma Gambar 4. Trombosit (sumber:dacie and Lewis,2010:110) Plasma darah adalah cairan berwarna kuning yang dalam reaksi bersifat sedikit alkali. Plasma terdiri dari 91% air, 8% protein, 0,9% mineral dan sisanya diisi oleh sejumlah bahan organik. (Pearce,2009:138). Pada waktu aliran darah berhenti, darah berkontak dengan udara dan salah satu globin plasma (fibrinogen) mengendap sebagai jala-jala filamen halus yang disebut fibrin, pengerutan 19

8 8 bekuan darah atau plasma menghasilkan cairan jernih kekuningan yang disebut serum. (Syaifuddin,2009:30) Warna kuning atau kunig tua pada keadaan-keadaan fisiologis atau patologis dimana kadar bilirubin darah meningkat misalnya pada neonatus, hepatitis infectinosa. Berwarna seperti susu dimana kadar kolesterol meninggi.nampak keruh pada multiple myloma, berwarna merah atau seperti daging bilamana ada hemolisis dari eritrosit. Warna plasma pucat pada hipokromik mikrositik anemia. 3. Fungsi Darah Secara umum fungsi darah adalah sebagai berikut : a) Bekerja sebagai sistem transfor dari tubuh, menghantarkan semua bahan kimia, oksigen dan zat makanan yang diperlukan untuk tubuh supaya fungsi normalnya dapat dijalankan, dan menyingkirkan karbon dioksida dan hasil buangan lain. b) Eritrosit mengantarkan oksigen ke jaringan dan menyingkirkan sebagian karbon dioksida. c) Leukosit menyediakan banyak bahan pelindung dan arena gerakan fagositosis dari beberapa sel untuk melindungi tubuh terhadap serangan mikroorganisme. d) Plasma membagi protein yang diperlukan untuk pembentukan jaringan e) Hormon dan enzim diantarkan dari organ ke organ dengan perantaraan darah. f) Menghentikan perdarahan melalui proses pembekuan. B. Pembuluh Darah Kapiler 1. Definisi Pembuluh Darah Kapiler Pembuluh darah kapiler adalah pembuluh darah yang sangat kecil disebut juga pembuluh rambut. Pada umumnya, kapiler meliputi 4

9 9 sel-sel jaringan karena secara langsung berhubungan dengan sel. (Syaifuddin,2009:209). Diameter kapiler hanya 5-10 mikrometer (diameter eritrosit), dindingnya hanya terdiri atas endotel. Makin aktif suatu jaringan, makin banyak kapilernya. Kapiler adalah tempat terjadinya pertukaran zat. Komposisi darah kapiler adalah campuran dari darah arteri, darah vena, cairan interstisiel dan intaseluler. Pintu masuk ke pembuluh darah kapiler dilapisi oleh sfingter yang terbentuk dari otot polos. Bila sfingter terbuka maka darah akan memasuki kapiler akan tetapi bila tertutup maka darah langsung masuk dari arteriole ke venolus dan tidak melalui kapiler. Kapiler membuka dan menutup dengan kecepatan 6-12 kali/menit. (Syaifuddin,2009:209) Pembuluh darah kapiler merupakan satu sel pembuluh yang menghubungkan arteriola dan venula, membentuk jembatan antara sirkulasi arteri dan vena. Darah di pembuluh darah kapiler adalah campuran dari darah vena dan darah arteri. Dalam sirkulasi sistemik, darah arteri memberikan oksigen dan nutrisi ke darah kapiler. Dinding pembuluh darah kapiler yang tipis memungkinkan pertukaran oksigen untuk karbondioksida dan limbah antar sel dan darah. Kemudian karbon dioksida dan limbah terbawa dalam darah vena. Dalam sirkulasi paru, karbon dioksida dikirim ke darah kapiler di paru-paru dan ditukar dengan oksigen. (Tankersley,2012:162) Gambar 5. Pembuluh darah kapiler (sumber:nci.2012.classification & Structure Of Blodd Vessels) 19

10 10 2. Fungsi Pembuluh Darah Kapiler Fungsi pembuluh darah kapiler menurut Syaifuddin, adalah sebagai berikut : a) Sebagai penghubung antara pembuluh darah arteri dan vena. b) Tempat terjadinya pertukaran zat antara darah dan cairan jaringan. c) Mengambil hasil dari kelenjar. d) Menyerap zat makanan yang terdapat dalam usus. e) Menyaring darah pada ginjal. (Syaifuddin,2009:209). 3. Struktur Pembuluh Darah Kapiler Pembuluh darah kapiler adalah pembuluh darah yang sangat kecil tempat arteri berakhir. Makin kecil arteriol makin menghilang ketigal lapis dindingnya sehingga ketika sampai pada kapiler sehalus rambut, dinding itu tinggal satu lapis saja, yaitu lapisan endotelium (tunika intima). Lapisan yang sangat tipis itu memungkinkan limfe merembes keluar membentuk cairan jaringan dan membawa air, mineral dan zat makanan untuk sel, menyediakan oksigen dan menyingkirkan bahan buangan termasuk karbondioksida. (Pearce,2009:146) 4. Lokasi Pengambilan Lokasi pengambilan darah kapiler pada orang dewasa biasanya digunakan ujung jari tengah atau jari manis karena pada lokasi tersebut terdapat banyak pembuluh darah kapiler.sedangkan lokasi pengambilan darah kapiler untuk bayi dipakai daerah tumit. Lokasi pengambilan darah kapiler untuk bayi umur kurang dari 6 bulan direkomendasikan adalah bagian medial atau lateral plantar permukaan tumit. Sedangkan untuk bayi diatas 6 bulan sampai 12 bulan direkomendasikan pada baiagn ibu jari kaki sedangkan pada anak-anak diatas 1 tahun sampai dewasa direkomendasikan pada jari ketiga atau keempat ( Barr, Janet, et.al,2010:7) Tuskan harus cukup dalam supaya darah mudah keluar, jangan menekan-nekan jari untuk mendapat cukup darah. Darah yang diperas 4

11 11 keluar semacam itu telah bercampur cairan jaringan sehingga menjadi encer dan menyebabkan kesalahan dalam pemeriksaan (DEPKES,2004:40) Gambar 6. Lokasi pengambilan darah kapiler pada bayi, anak-anak dan dewasa (sumber :HTC Worcester.2010.Chap.10 Phlebotomy Ess. 4) 5. Kesalahan dalam Pengambilan Darah Kapiler Kesalahan yang sering dilakukan dalam pengambilan darah kapiler adalah sebagai berikut: a) Mengambil darah dari tempat yang menyatakan adanya gangguan peredaran seperti vasokonstriksi (pucat), vasodilatasi (radang, trauma). b) Tusukan yang kurang dalam. c) Kulit yang ditusuk masih basah alkohol. d) Tetes darah pertama dipakai untuk pemeriksaan. e) Terjadi bekuan dalam tetes darah karena terlalu lambat bekerja. (Gandasoebrata,2009:11). C. Pembuluh Darah Vena 1. Definisi Pembuluh Darah Vena Pembuluh darah vena adalah pembuluh darah yang membawa darah rendah oksigen (teroksigenasi atau miskin oksigen) kecuali untuk vena paru, yang membawa darah beroksigen dari paru-paru 19

12 12 kembali ke jantung. Karena darah vena sistemik kurang oksigen maka warna darah vena sistemik jauh lebih gelap dan lebih merah kebiruan Dari darah arteri normal. Pembuluh darah vena merupakan kebalikan dari pembuluh arteri yaitu berfungsi membawa darah kembali ke jantung. Bentuk dan susunannya hampir sama dengan arteri. Katup pada vena terdapat di sepanjang pembuluh darah. Katup tersebut berfungsi untuk mencegah darah tidak kembali lagi ke sel atau jaringan. (Syaifuddin,2009:195). 2. Fungsi Pembuluh Darah Vena Pembuluh darah vena berdinding tipis dan dapat mengembang. Vena menampung 75% volume darah total dan mengembalikan darah ke jantung dalam tekanan yang rendah. Darah vena berwarna lebih tua dan agak ungu karena banyak dari oksigennya diberikan kepada jaringan. Bila sebuah vena terpotong maka darah mengalir keluar dengan arus yang rata. (Pearce,2009:147). 3. Sturktur Pembuluh Darah Vena Pembuluh darah vena terdiri atas 3 lapis yaitu : a) Tunika adventisia adalah lapisan terluar yang teridir atas jaringan ikat yang fibrus yang berfungsi sebagai pelindung. b) Tunika media adalah lapisan tengah yang berotot, lebiih tipis, kurang kuat, lebih mudah kemps dan kurang elastis daripada pembuluh darah arteri yang berfungsi untuk member tekanan terhadap darah. c) Tunika intima adalah lapisan dalam yang terbentuk oleh endotelium dan sangat licin serta dibatasi oleh selapis sel tunggal sel gepeng. Pada tunika intima di pembuluh darah vena terdapat katup yang berbentuk lipatan setengah bulan terbuat dari lapisan endotelium dan diperkuat oleh sedikit jaringan fibrus. (Pearce,2009:145) 4

13 13 4. Lokasi Pengambilan Darah Vena Lokasi pengambilan darah vena pada orang dewasa dipakai salah satu vena dalam fossa cubiti biasanya vena yang sering digunakan adalah vena mediana cubiti karena memiliki fiksasi yang baik sehingga mempermudah pekerjaan. (Gandasoebrata,2007:7). Selain vena mediana cubiti lokasi yang sering dipakai sebagai pilihan kedua yaitu vena chepalica yaitu vena yang sejajar dengan ibu jari dan pilihan ketiga yaitu vena basilica yaitu vena yang sejajar dengan jari kelingking. Gambar 7. Lokasi pengambilan darah vena (sumber: Pearce.2009:156) 5. Kesalahan dalam Pengambilan Darah Vena Kesalahan yang sering dilakukan dalam pengambilan darah vena adalah : a) Menggunakan spuit dan jarum yang basah. b) Mengenakan ikatan pembendung terlalu lama atau terlalu keras, dapat mengakibatkan hemokonsentrasi. c) Terjadinya bekuan dalam spuit karena lambatnya bekerja. 19

14 14 d) Terjadinya bekuan dalam botol karena darah tidak tercampur merata dengan antikoagulan. (Gandasoebrata,2007:11). D. Perbedaan Darah Kapiler dan Darah Vena Darah kapiler dan vena mempunyai susunan darah berbeda. Spesimen darah kapiler adalah campuran dari darah arteri dan darah vena. Darah kapiler bersama dengan cairan interstisial (cairan diruang-ruang jaringan antara sel) dan cairan intraseluler (cairan dalam sel) kejaringan sekitarnya. Packed Cell Volume (PCV) atau hematokrit, hitung jumlah sel darah merah dan hemoglobin pada darah kapiler memiliki nilai sedikit lebih besar daripada darah vena. Total leukosit dan jumlah neutrofil lebih tinggi darah kapiler sekitar 8%, jumlah monosit sekitar 12%, sebaliknya jumlah trombosit lebih tinggi darah vena dibanding darah kapiler, perbedaan nya sekitar 9% atau 32% pada keadaan tertentu. yang terjadinya mungkin berkaitan dengan adhesi trombosit pada tempat kebocoran kulit. (Dacie and Lewis,2010:5). E. Hematokrit 1. Definisi Hematokrit Hematokrit dalam kamus kedokteran Webster s new world (2010:193) didefinisikan sebagai jumlah volume darah merah terhadap volume seluruh darah yang dinyatakan dalam % yang tergantung pada jenis kelamin. Hematokrit adalah perbandingan bagian dari darah yang mengandung eritrosit terhadap volume seluruh darah yang dihitung dalam % (Sutedjo,2009:28) Pemeriksaan hematokrit merupakan salah satu metode yang paling teliti dan simpel dalam mendeteksi derajat anemia atau polisitemia. Nilai hematokrit juga digunakan untuk menghitung nilai eritrosit rata-rata.biasanya nilai itu ditentukan dengan darah vena atau darah kapiler. (Gandasoebrata, 2007:39). 4

15 15 Ketika darah utuh disentrifus, partikel yang lebih berat akan turun ke dasar tabung kapiler dan partikel endapan yang lebih ringan berada diatasnya. Kemudian nilai hematokrit dapat segera diukur. Nilai normal hematokrit berbeda dalam jenis kelamin. Pada laki-laki nilai hematokritnya adalah 40%-48% sedangkan untuk wanita nilai hematokritnya adalah 37%-43%. 2. Pemeriksaan Hematokrit Pemeriksaan hematokrit dapat dilakukan dengan cara makro dan mikro. Pada cara makro digunakan tabung wintrobe dengan panjang 9,5 cm, diameter 0,6 mm dan berskala Sedangkan pada cara mikro digunakan tabung kapiler dengan panjang 75 mm dan diameter 1,5 mm. (Mahode,2011:272). Pada metode makro, menggunakan sentrifus yang cukup besar, untuk memadatkan sel-sel darah merah dan membutuhkan waktu ±30 menit. Sedangkan pada metode mikro menggunakan sentrifus mikrohematokrit yang mencapai kecepatan yang jauh lebih tinggi, maka dari itu lamanya pemusingan dapat diperpendek. (Gandasoebrata,2007:39). Pemeriksaan hematokrit metode makro bahan yang digunakan adalah darah vena. Sedangkan pemeriksaan hematokrit metode mikro dapat menggunakan darah kapiler dan darah vena. Pada pemeriksaan hematokrit baik metode makro maupun metode mikro terdapat lapisan Buffy coat yang letaknya diantara lapisan sel darah merah dan plasma. Lapisan ini terdiri dari leukosit dan trombosit yang berwarna kelabu kemerahan atau keputih-putihan. Dalam keadaan normal tingginya lapisan buffy coat 0,1 mm sampai dengan 1 mm. Tinggi 0,1 mm kirakira sesuai dengan 1000 leukosit/mm 3. Tinggi buffy coat yang masih dalam range normal belumlah berarti benar, misalnya kalau ada limfosit yang pada umumnya lebih kecil dari granulosit. Oleh karena 19

16 16 itu tingginya lapisan buffy coat merupakan perkiraan saja terhadap ada tidaknya leukositosis. (Dacie and Lewis,2010:32). Gambar 8. Tabung kapiler dengan darah yang telah disentrifus (sumber:turgeon,2007:258) 3. Macam-macam Cara Pemeriksaan Hematokrit a. Pemeriksaan hematokrit dengan cara konvesional Pemeriksaan hematokrit dapat dilakukan dengan cara makro dan cara mikro dengan prinsip pemeriksaan yaitu dimana darah dengan antikoagulan disentrifus pada kecepatan tertentu dan dalam waktu tertentu. perbandingan volume eritrosit terhadap volume spesimen darah dinyatakan dalam %. Kekurangan dalam melakukan pemeriksaan hematokrit cara konvensional metode mikro adalah waktu yang diperlukan untuk sentrifugasi rata-rata 30 menit dan sampel darah yang digunakan juga cukup banyak. Sedangkan kelebihannya adalah tidak perlu menutup salah satu ujung tabung dengan nyala api, karena disini menggunakan tabung wintrobe. (Gandasoebrata,2007:39) 4

17 17 Kekurangan dalam melakukan pemeriksaan hematokrit dengan cara konvensional metode mikro adalah penutupan ujung tabung kapiler yang tidak rapat, karena hal tersebut dapat menyebabkan kebocoran tabung kapiler saat disentrifus. Sehingga dapat menyebabkan nilai hematokrit menurun. Sedangkan kelebihannya adalah tekniknya lebih sedehana, sampel yang digunakan sedikit dan nilai hematokrit dari tabung kapiler sangat sahih (variabilitasnya hanya 1-2%). (Mahode,2011:272) b. Pemeriksaan hematokrit dengan cara otomatis (Hematology Analyzer) Pemeriksaan hematokrit dengan hematology analyzer menggunaka sysmex KX-21.pada sysmex KX-21 menggunakan 3 detector block dan 2 jenis reagen untuk analisis darah. Pada pemeriksaan hematokrit menggunakan sysmex KX-21 reagen yang digunakan adalah cell pack yang berfungsi untuk pengenceran atau diluents, stromatolyzer dan cell clean yang memiliki prinsip yaitu metode deteksi berdasarkan tinggi pulsa eritrosit. Dimana nilai hematokrit didapat dari perbandingan antara volume eritrosit dengan volume darah keseluruhan dinyatakn dalam %. Pemeriksaan dengan cara ini memiliki keterbatasan yaitu : 1) Jika terdapat bekuan akan menyebabkan nilai hematkrit rendah palsu. 2) Jika terdapat leukositosis (> /µl) akan menyebabkan niali hematokrit tinggi palsu. 3) Jika terdapat eritrosit abnormal akan mempengaruhi nilai hematokrit. 19

18 18 Kekurangan pemeriksaan hematokrit dengan cara otomatis menggunakan hematology Analyzer adalah kurang efisien dari segi dana dan membutuhkan sampel darah yang lebih banyak. Sedangkan kelebihannya adalah hasil pemeriksaan akan dibaca secara otomatis dan hasil pemeriksaan dapat langsung diketahui secara tepat dan mempunyai derajat ketepatan yang tinggi. 4. Faktor yang mempengaruhi pemeriksaan hematokrit Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pemeriksaan hematokrit sebagai berikut : 1) Faktor Invivo a) Eritrosit Faktor ini sangat penting pada pemeriksaan hematokrit karena eritrosit merupakan sel yang diukur dalam pemeriksaan. Hematokrit dapat meningkat pada polisitemia yaitu peningkatan jumlah sel darah merah dan nilai hematokrit dapat menurun pada anemia yaitu penurunan kuantitas sel-sel darah merah dalam sirkulasi. b) Viskositas darah Efek hematokrit terhadap viskositas darah adalah makin besar prosentase sel darah maka makin tinggi hematokritnya dan makin banyak pergeseran diantara lapisan-lapisan darah, pergeseran inilah yang menentukan viskositas. Oleh karena itu, viskositas darah meningkat secara drastis ketika hematokrit meningkat. c) Plasma Pada pemeriksaan hematokrit plasma harus pula diamati terhadap adanya hemolisis. Keadaan fisiologis atau patofisiologis pada plasma dapat mempengaruhi pemeriksaan hematrokrit. 4

19 19 2) Faktor Invitro a) Pemusingan / sentrifugasi Penempatan tabung kailer pada sentrifus yang kurang tepat dan penutup yang kurang rapat dapat menyebabkan hasil pembacaan hematokrit tinggi palsu. Kecepatan putar sentrifus dan pengaturan waktu dimaksudkan agar eritrosit memadat secara maksimal. Oleh karena itu harus diatur secara tepat. Pemakaia sentrifus mikrohematokrit dalam waktu yang lama mengakibatkan alat menjadi panas sehingga mengakibatkan hemolisis dan nilai hematokrit menjadi rendah palsu. b) Antikoagulan Pada pemeriksaan hematokrit digunakan dua macam antikoagulan yaitu Heparin dan Ethylen Diamine Tetra Acetate (EDTA). EDTA adalah jenis antikoagulan yang paling sering digunakan dalam pemeriksaan laboratorium hematologi. EDTA sebagai garam natrium atau kaliumnya. Garam-garam mengubah ion kalsium dari darah menjadi bentuk yang bukan ion. Jika menggunakan EDTA lebih dari 2 mg per ml darah maka nilai hematokrit menjadi lebih rendah dari yang sebenarnya. (Gandasoebrata,2007:9). c) Suhu dan waktu penyimpanan sampel Bahan pemeriksaan sebaiknya segera diperiksa, tetapi jika dilakukan penundaan pemeriksaan, sampel disimpan pada suhu ruang dapat ditunda selama 6 jam. d) Bahan pemeriksaan tidak tercampur hingga homogen sebelum pemeriksaan dilakukan. e) Tabung hematokrit yang digunakan tidak bersih dan kering. f) Pembacaan yang tidak tepat. g) Bila memakai darah kapiler tetesan darah pertama harus dibuang karena mengandung cairan interstitial. 19

20 20 5. Manfaat Pemeriksaan Hematokrit dalam Klinik. Pemeriksaan hematokrit berhubungan dengan beberapa penyakit yaitu : a) Demam Berdarah Dengue (Dengue Haemorrhagic Fever, selanjutnya disingkat DHF) ialah penyakit yang terdapat pada anak dan dewasa yang disebabkan oleh virus dan disebarkan oleh nyamuk Aedes aegypti. Patofisiologi utama yang menentukan berat penyakit ini adalah meningkatnya permeabilitas pembuluh darah sehingga mengakibatkan kebocoran plasma ke ekstrak vaskuler melalui kapiler yang rusak. Hal tersebut menyebabkan volume plasma menurun dan nilai hematokrit meningkat. Peningkatan hematokrit sampai 20% atau lebih dianggap sebagai bukti definitif adanya penigkatan permeabilitas pembuluh darah dan kebocoran plasma. Jadi, apabila terjadi peningkatan hematokrit dapat segera dilakukan pemberian cairan intravena atau infus yang bertujuan untuk mengembalikan volume cairan intravaskuler ketingkat yang normal.(hadinegoro dan Satari,2005:45) b) Anemia adalah penurunan kuantitas sel-sel darah merah dalam sirkulasi, abnormalitas kandungan hemoglobin sel darah merah atau keduanya. Anemia dapat mengakibatkan penurunan nilai hematokrit dan hemoglobin. (Corwin, 2009:410) c) Polisitemia adalah peningkatan jumlah sel darah merah. Polisitemia vera ditandai dengan peningkatan jumlah trombosit dan granulosit serta sel darah merah, dan diyakini sebagai awal terjadinya abnormalitas sel. (Corwin,2009:412) Di dalam sirkulasi darah polisitemia vera didapati peninggian nilai hematokrit yang menggambarkan terjadinya peningkatan konsentrasi eritrosit terhadap plasma.(sudoyo, et.al, 2009:1214) d) Diare berat adalah buang air besar (defekasi) dengan feses berbentuk cairan atau setengah cairan (setengah padat), dengan demikian kandungan air pada tinja lebih banyak dari biasanya 4

21 21 (normal ml/jam tinja). Apabila terkena diare biasanya akan mengalami dehidrasi yaitu kehilangan cairan sebagai akibat kehilangan air dari badan baik karena kekurangan pemasukan air atau kehilangan air yang berlebih dapat menyebabkan nilai hematokrit meningkat akibat hemokonsentrasi.(sudoyo,et.al, 2009:548) 19

22 22 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Klinik Universitas Muhammadiyah Palangkaraya yang dilaksanakan pada tanggal 21 Mei hingga 15 Juni B. Jenis Penelitian dan Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian penelitian deskriptif comparative yang didukung dengan analisa laboratorium. Penelitian deskriptif yang bertujuan untuk membuat gambaran atau deskripsi tentang suatu keadaan secara objektif, kemudian dilakukan analisa statistik untuk melakukan perbandingan dua variasi. C. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi pada penelitian ini adalah sebanyak 713 orang pasien poli di RSI PKU Muhammadiyah Palangkaraya tahun 2013 yang melakukan pemeriksaan hematologi di Laboratorium. 2. Sampel Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 40 orang dari populasi pasien poli yang melakukan pemeriksaan hematologi yaitu hematokrit di Laboratorium RSI PKU Muhammadiyah. Dalam pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik Purposive Sampling dimana tidak setiap anggota populasi mempunyai kesempatan yang sama dan didasarkan pada pertimbangan sesuai dengan tujuan yang diinginkan untuk menjadi sampel, yang dilakukan sejak tanggal 21 Mei sampai 15 Juni

23 23 D. Variabel dan Definisi Operasional Variabel 1. Variabel a) Variable bebas : darah vena dan darah kapiler b) Variable terikat : nilai hematokrit 2. Definisi Operasional Variabel a) Perbandingan adalah dua objek yang berbeda digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam menarik suatu kesimpulan dalam penelitian. b) Nilai hematokrit adalah volume semua eritrosit dalam 100 ml darah dan disebut % dari volume darah itu. c) Metode mikrohematokrit adalah suatu metode yang digunaka untuk menentukan nilai hematokrit dimana darah EDTA disentrifuge, sehingga sel-sel eritrositnya akan dimampatkan. Tingginya kolom eritrosit diukur dan dinyatakan dalam% dari darah tersebut. d) Darah vena adalah darah yang diambil dari vena mediana cubiti pada pasien poli di RSU PKU Muhammadiyah Palangkaraya e) Darah kapiler adalah darah yang diambil dari pembuluh kapiler ujung jari pada pasien poli di RSU PKU Muhammadiyah Palangkaraya. E. Cara Kerja Penelitian Penelitian ini dibagi dalam beberapa tahap, yaitu : 1. Prosedur pemeriksaan Pasien poli pada pemeriksaan darah Sampel darah kapiler Sampel darah vena + EDTA Sampel darah kurang dari 6 jam Pemeriksaan hematokrit metode Nilai hematokrit (%) Gambar 9. Prosedur pemeriksaan hematokrit 19

24 24 Pada gambar 9. Penelitian ini dilakukan dengan prosedur yaitu, pasien poli di RSI PKU Muhammadiyah Palangkaraya yang melakukan pemeriksaan hematokrit diambil darah vena dan darah kapilernya, kemudian dilakukan pemeriksaan hematokrit dengan menggunakan metode mikrohematokrit di Laboratorium Klinik Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Palangkaraya dengan batas penundaan waktu pemeriksaan maksimal selama 6 jam. 2. Ada dua jenis sampel yang diambil yaitu : a) Darah vena Darah vena di ambil pada bagian vena mediana cubiti di lipat siku bagian dalam, pada vena yang paling besar, yang terbaik pada salah satu cabang yang membentuk huruf Y, tepat diatas percabangan (pada vena mediana cubiti). Teknik pengambuilan darah vena : Alat : - Spuit 3 cc - Tourniquet - Botol EDTA - Plaster - Kapas. Bahan : - Alkohol 70% - EDTA Cara kerja : 1) Posisi lengan harus lurus, jangan membengkokan siku dan pilih lengan yang banyak melakukan aktifitas. 2) Minta pasien untuk mengepalkan tangan. 3) Pasang tourniquet ± 10 cm diatas lipat siku. 4) Pilih bagian vena yang akan ditusuk pada daerah fossa cubiti dapat pada vena mediana cubiti atau chepalica. 5) Bersihkan kulit pada bagian yang akan diambil darahnya dengan alkohol 70% dan biarkan kering. 4

25 25 6) Tusuk bagian vena tadi dengan sisi lubang jarum menghadap keatas dengan sudut kemiringan antara jarum dan kulit ± 15 derajat. 7) Penghisap spuit ditarik perlahan-lahan sehingga darah masuk kedalam spuit. 8) Setelah volume darah dianggap cukup, lepaskan tourniquet dan pasien diminta membuka kepalan tangannya. 9) Lepaskan atau tarik jarum dan segera letakkan kapas di atas bekas suntikan dan ditekan selama ± 2 menit. 10) Letakkan spuit dibidang datar, tutup jarum menggunakan satu tangan (one hand recapping) arahkan jarum kearah penutupnya kemudian tutup rapat. 11) Letakkan plaster diatas kapas tersebut dan tangan pasien dalam keadaan lurus. 12) Lepaskan jarum dari spuit dan alirkan darah ke dalam botol sampel yang sudah berisi EDTA melalui dindingnya. (GLP DepKes:2004) b) Darah kapiler Darah kapiler di ambil pada jari tengah atau jari manis bagian tepi, karena daerah tersebut banyak terdapat pembuluh darah kapiler. Teknik pengambilan darah kapiler : Alat : - Lancet - Autoclik - Kapas Bahan : Alkohol 70% Cara kerja : 1) Pegang daerah yang akan ditusuk. 2) Bersihkan daerah yang akan ditususk menggunakan kapas alkohol 70%, biarkan kering. 3) Penususkan dilakukan dengan gerakan cepat tetapi tetap sehingga terjadi luka yang dalamnya 3 mm. 19

26 26 4) Tetesan darah pertama harus dihapus dengan kapas yang bersih dan kering karena ini mungkin tercampur dengan alkohol. 5) Tetesan darah yang keluar selanjutnya dapat dipergunakan. (Gandasoebrata,2007:7) 3. Pemeriksaan Laboratorium Hematokrit Pada pemeriksaan laboratorium hematokrit dikenal dua metode yaitu metode makro dan metode mikro, namun dalam penelitian ini digunakan metode mikro yang dapat menggunakan sampel darah vena dan darah kapiler. Teknik pemeriksaan laboratorium hematokrit metode mikro : Alat : - Tabung mikrokapiler - Lampu spritus - Skala mikrohematokrit - Sentrifus mikrohematokrit - Korek api Bahan : - Darah vena + EDTA - Darah kapiler Cara kerja : a) Mengisi tabung mikrokapiler yang khusus dibuat untuk penetapan mikrohematokrit dengan darah sampai ¾ tabung. b) Mentup salah satu ujung tabung dengan nyala api sehingga benarbenar tertutup. c) Memasukkan tabung kapiler itu kedalam sentrifus khusus yang memakai kecepatan besar (sentrifus mikrohematokrit) secara simetris dan seimbang. d) Sentifuge selama 3-5 menit pada kecepatan rpm dengan cara sebagai berikut : Putar TIMER max. 5 menit Bila sudah siap tekan POWER pada posisi ON 4

27 27 Putar SPEED level dari posisi 1 (start), kemudian level 2 dengan selang waktu 30 detik, terkahir putar ke level 3 (opersional), lakukan secara bertahap. Jika sudah selesai SPEED kembalikan pada posisi 0. e) Membaca nilai hematokrit dengan menggunakan skala pembaca mikrohemtokrit. F. Teknik Analisis Data Data disajikan dalam bentuk tabel yaitu sebagai berikut : Pemeriksaan Laboroatorium Hematokrit No.sampel Darah Vena (%) Darah Kapiler (%) Data hasil penelitian nilai hematokrit metode mikrohemtokrit menggunakan darah vena dan darah kapiler dianalisis dengan menggunakan uji-t sampel berpasangan dengan taraf signifikan 99% (α = 0,01) dan df = n-1. Hipotesis statistik yang diuji adalah : H o : µo=µ1 Ha :µo µ1 Keterangan : µo = Hasil pemeriksaan hematokrit metode mikro menggunakan darah vena. µ1 = Hasil pemeriksaan hematokrit metode mikro menggunakan darah kapiler. H o = Tidak ada perbedaan nilai hematokrit metode mikro menggunakan darah vena dan darah kapiler. H a = Ada perbedaan nilai hematokrit metode mikro menggunakan darah vena dan darah kapiler. Kriteria penarikan kesimpulan adalah : Jika, t hitung t tabel maka H o diterima 19

28 28 Jika, t hitung t tabel maka H o ditolak Rumus untuk uji-t berpasangan adalah sebagai berikut : t h S d Dimana d n d n i 1 Dan S d n d n i i 1 d Keterangan : i d n 1 2 d i = Selisih antara hasil pengukuran 1 dan 2 d : rata-rata selisih hasil pengukuran 1dan 2 S d : Standar Deviasi n : jumlah sampel 4

29 29 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Klinik Universitas Muhammadiyah Palangkaraya terhadap pasien poli di RSI PKU Muhammadiyah Palangkaraya yang melakukan pemeriksaan hematologi. Penelitian yang dilakukan sejak tanggal 21 Mei 2013 s/d 15 Juni 2013 dengan jumlah sampel sebanyak 40 orang dari jumlah populasi sebanyak 713 orang pasien poli yang melakukan pemeriksaan hematologi di RSI PKU Muhammadiyah Palangkaraya pada tahun Data hasil pengukuran nilali hematokrit metode mikrohemtokrit menggunakan darah vena dan darah kapiler di Laboratorium Klinik Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Palangkaraya terhadap pasien poli RSI PKU Muhammadiyah Palangkaraya pada tanggal 21 Mei 2013 s/d 15 Juni 2013 dapat dilihat pada lampiran 1. Hasil penelitian perbandingan nilai hematokrit metode mikrohematokrit menggunakan darah vena dan darah kapiler dengan jumlah sampel 40 orang didapatkan nilai rata-rata kadar hematokrit seperti pada tabel 1. Tabel 1. Nilai rata-rata kadar hematokrit Jumlah sampel Nilai rata-rata Kadar Hematokrit Darah Vena (%) Darah Kapiler (%) 40 Orang 39,35 39,525 Pada tabel 1. terlihat diperoleh nilai rata-rata kadar hematokrit metode mikrohematokrit menggunakan darah vena adalah 39,35 % dan rata-rata kadar hematokrit metode mikrohematokrit menggunakan darah kapiler adalah 39,525 %

30 30 Grafik 1. Perbedaan rata-rata hasil hematokrit menggunakan darah vena, darah kapiler dan glod standar Setelah dilakukan analisa statistik dengan taraf signifikan 99% diperoleh hasil bahwa tidak ada perbedaan nilai hematokrit metode mikrohematokrit menggunakan darah vena dan darah kapiler. Hasil analisa statistik (uji-t) terhadap pemeriksaan nilai hematokrit metode mikrohematokrit menggunakan darah vena dan darah kapiler dapat dilihat pada lampiran 2. B. Pembahasan Penelitian ini termasuk jenis penelitian deskriptif comparative yang didukung dengan analisa laboratorium. Penelitian deskriptif yang bertujuan untuk membuat gambaran atau deskripsi tentang suatu keadaan secara objektif, kemudian dilakukan analisa statistik untuk melakukan perbandingan dua variasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan pada hasil pemeriksaan hematokrit dengan metode mikrohematokrit menggunakan darah vena dan darah kapiler, sehingga dapat diketahui sampel yang tepat untuk pemeriksaan hematokrit. 4

31 31 Dari hasil penelitian didapatkan rata-rata hasil pemeriksaan hematokrit metode mikro menggunakan darah vena adalah 39,35% sedangkan rata-rata hasil pemeriksaan hematokrit metode mikro menggunakan darah kapiler adalah 39,525% dan pemeriksaan hematokrit metode mikro menggunakan gold standar (Hematology Analyzer) sebagai pembanding diperoleh hasil yaitu 38,8%. Apabila dilihat dari rata-rata hasil perbandingan pemeriksaan nilai hematokrit metode mikro dan metode otomatis (Hematology Analyzer) diperoleh bahwa ada perbedaan hasil hematokrit metode mikro dan metode otomatis. Hal ini terlihat jelas pada pendapat peneliti sebelumnya (Anisa Farida,2011:24) yang menyatakan bahwa Ada perbedaan nilai hematokrit metode mikro dan metode otomatis, namun dari nilai rata-rata tidak memiliki perbedaan yang terlalu tinggi. Berdasarkan dari rata-rata nilai hematokrit dengan metode mikro menggunakan darah vena dan kapiler diperoleh selisih sekitar 0,175 %, hal tersebut sesuai dengan teori dalam buku Dacie and Lewis yang menyatakan bahwa nilai hematokrit, hitung jumlah sel eritrosit dan konsentrasi hemoglobin pada darah kapiler memiliki nilai yang lebih tinggi sedikit dibandingkan pada pada darah vena. Kedua sampel tersebut sama-sama baik, karena dilihat dari nilai rata-ratanya yang tidak berbeda jauh dan masing-masing sampel tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan. Pada darah vena kelebihannya adalah volume sampel yang lebih banyak sehingga mempermudah proses pemipetan dan penambahan antikoagulan yang berguna untuk mencegah terjadinya bekuan pada sampel serta kandungan antara plasma dan sel darah yang lebih homogen dalam darah vena karena struktur pembuluh darah vena yang berdinding tipis dan dapat mengembang sehingga dapat menampung 75% volume darah total. Tetapi masih ada kemungkinan terjadi kesalahan pada tahap pengambilan sampel seperti penggunaan ikatan pembendung (tourniquet) sehingga dapat menyebabkan 19

32 32 hemokonsentrasi dan terjadinya bekuan pada sampel karena pencampuran sampel dan antikoagulan tidak homogen. Sedangkan kelebihan sampel darah kapiler adalah lebih mudah dalam proses pengambilan sampel dan karena pemeriksaan hematokrit dengan metode mikro hanya memerlukan sampel yang kecil maka darah yang diperoleh dari sampling darah kapiler sudah mencukupi untuk pemeriksaan kadar hematokrit serta kandungan antara plasma dan sel darah yang tidak seimbang dalam pembuluh darah kapiler karena struktur pembuluh darah kapiler yang hanya dilapisi oleh sel endotelium yang tidak dapat mengembang mengakibatkan kandungan sel darah lebih banyak dalam darah kapiler. Tetapi kesalahan yang mungkin terjadi dalam tahap pengambilan sampel darah kapiler lebih besar daripada menggunakan sampel darah vena. Kesalahan yang mungkin terjadi pada pengambilan sampel darah kapiler adalah dari tempat yang dinyatakan adanya gangguan perdarahan seperti vasokontriktis, tusukan yang kurang dalam sehingga jari harus diperas dulu agar darah keluar sehingga darah yang keluar lebih banyak mengandung plasma akibat proses pemerasan, kulit yang ditusuk masih basah karena alkohol sehingga darah akan diencerkan oleh alkohol dan darah akan melebar diatas kulit (sehingga mempersulit proses pengambilan darah), tetesan darah pertama dipakai untuk pemeriksaan dan terjadinya bekuan pada tetesan darah kapiler karena lambatnya dalam bekerja. 4

33 33 BAB V PENUTUP A. Simpulan 1. Berdasarkan hasil analisa statistik dan dari nilai rata-rata diketahui bahwa pada sampel darah vena nilai rata-ratanya adalah 39,325 % dan pada sampel darah kapiler nilai rata-ratanya adalah 39,525 %. maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan pada nilai hematokrit dengan metode mikrohematokrit menggunakan darah vena dan darah kapiler. 2. Kelebihan darah vena adalah volume sampel yang lebih banyak sehingga mempermudah proses pemipetan dan penambahan antikoagulan yang berguna untuk mencegah terjadinya bekuan pada sampel. 3. Kelebihan darah kapiler adalah lebih cepat dalam proses pengambilan sampel dan karena pemeriksaan hematokrit dengan metode mikrohematokrit hanya memerlukan sampel yang kecil maka darah yang diperoleh dari sampling darah kapiler sudah mencukupi untuk pemeriksaan kadar hematokrit B. Saran 1. Kepada petugas laboratorium penentuan nilai hematokrit dengan metode mikrohematokrit dapat menggunakan sampel darah vena dan darah kapiler. 2. Bagi penulis yang lain dapat melanjutkan penelitian untuk pemeriksaan hematokrit juga dengan menggunakan metode makrohematokrit

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. Darah 1. Definisi Darah Darah adalah jaringan cair yang terdiri dari dua bagian. Bahan intraseluler adalah cairan yang disebut plasma dan didalamnya terdapat unsur-unsur padat,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. adalah cairan yang disebut plasma yang di dalamnya terdapat unsur-unsur padat,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. adalah cairan yang disebut plasma yang di dalamnya terdapat unsur-unsur padat, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Darah 2.1.1 Definisi Darah Darah adalah Jaringan cair yang terdiri dari dua bagian. Bahan intra seluler adalah cairan yang disebut plasma yang di dalamnya terdapat unsur-unsur

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tubuh, membawa nutrisi, membersihkan metabolisme dan membawa zat antibodi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tubuh, membawa nutrisi, membersihkan metabolisme dan membawa zat antibodi 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Darah Darah dalam tubuh berfungsi untuk mensuplai oksigen ke seluruh jaringan tubuh, membawa nutrisi, membersihkan metabolisme dan membawa zat antibodi (sistem

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam konsistensi cair, beredar dalam suatu sistem tertutup yang dinamakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam konsistensi cair, beredar dalam suatu sistem tertutup yang dinamakan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. DARAH 1. Definisi Darah adalah jaringan tubuh yang berbeda dengan jaringan tubuh lain, berada dalam konsistensi cair, beredar dalam suatu sistem tertutup yang dinamakan pembuluh

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM HEMATOLOGI I PENGAMBILAN DARAH VENA DAN DARAH KAPILER

LAPORAN PRAKTIKUM HEMATOLOGI I PENGAMBILAN DARAH VENA DAN DARAH KAPILER LAPORAN PRAKTIKUM HEMATOLOGI I PENGAMBILAN DARAH VENA DAN DARAH KAPILER Disusun oleh: Nama : WAHDA NURISMI NIM : 14 3145 453 137 Kelompok : I (SATU) PROGRAM STUDI DIII ANALIS KESEHATAN STIKes MEGA REZKY

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tempat penusukan bisa dipilih dari ujung jari tangan, cuping telinga, dan untuk bayi biasanya dari ujung jari kaki atau sisi lateral tumit. Jangan menusuk pada bagian

Lebih terperinci

SISTEM PEMBULUH DARAH MANUSIA. OLEH: REZQI HANDAYANI, M.P.H., Apt

SISTEM PEMBULUH DARAH MANUSIA. OLEH: REZQI HANDAYANI, M.P.H., Apt SISTEM PEMBULUH DARAH MANUSIA OLEH: REZQI HANDAYANI, M.P.H., Apt ARTERI Membawa darah bersih (oksigen) kecuali arteri pulmonalis Mempunyai dinding yang tebal Mempunyai jaringan yang elastis Katup hanya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian Analitik, mengingat

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian Analitik, mengingat BAB III METODE PENELITIAN A. JENIS PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian Analitik, mengingat variabel yang diteliti akan dibandingkan antara kelompok pasien yang diperiksa menggunakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terdiri dari sel darah. (Evelyn C. Pearce, 2006)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terdiri dari sel darah. (Evelyn C. Pearce, 2006) BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Darah Darah adalah jaringan cair yang terdiri atas dua bagian yaitu plasma darah dan sel darah. Sel darah terdiri dari tiga jenis yaitu eritrosit, leukosit dan trombosit. Volume

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Darah 1. Pengertian Darah Darah merupakan komponen esensial mahluk hidup yang dalam keadaan fisiologik, darah selalu berada dalam pembuluh darah sehingga dapat menjalankan fungsinya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam system sirkulasi darah merupakan bagian penting yaitu dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam system sirkulasi darah merupakan bagian penting yaitu dalam BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Darah 1. Pengertian darah Dalam system sirkulasi darah merupakan bagian penting yaitu dalam transport oksigen. Darah terdiri dari bagian cair dan padat, bagian cair yaitu berupa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam pembuatan karya ilmiah adalah. Waktu penelitian dimulai dari bulan Maret 2009

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam pembuatan karya ilmiah adalah. Waktu penelitian dimulai dari bulan Maret 2009 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam pembuatan karya ilmiah adalah penelitian analitik diskriptif. B. Waktu dan Tempat Penelitian 1. Waktu Penelitian Waktu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB I PENDAHULUAN 1.1Tujuan A. Pungsi Darah Vena (Flebotomi) Untuk pemeriksaan hematologi, yaitu pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui keadaan darah dan komponen-komponennya. B. Pemeriksaan Laju

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oksigen. Darah terdiri dari bagian cair dan padat, bagian cair yaitu berupa plasma

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oksigen. Darah terdiri dari bagian cair dan padat, bagian cair yaitu berupa plasma BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Darah 1. Pengertian darah Dalam system sirkulasi darah merupakan bagian penting yaitu dalam transport oksigen. Darah terdiri dari bagian cair dan padat, bagian cair yaitu berupa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hemoglobin, jumlah lekosit, hitung jenis lekosit, Laju Endap Darah (LED).

BAB I PENDAHULUAN. hemoglobin, jumlah lekosit, hitung jenis lekosit, Laju Endap Darah (LED). BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Pemeriksaan hematologi terdiri dari 2 jenis pemeriksaan yaitu pemeriksaan darah rutin dan darah khusus. Pemeriksaan darah rutin meliputi hemoglobin, jumlah lekosit,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Darah 1. Definisi darah Darah merupakan bagian penting dari sistem transportasi zat-zat dalam tubuh. Darah merupakan jaringan yang berbentuk cairan terdiri dari dua bagian besar,

Lebih terperinci

ANFIS SISTEM HEMATOLOGI ERA DORIHI KALE

ANFIS SISTEM HEMATOLOGI ERA DORIHI KALE ANFIS SISTEM HEMATOLOGI ERA DORIHI KALE ANFIS HEMATOLOGI Darah Tempat produksi darah (sumsum tulang dan nodus limpa) DARAH Merupakan medium transport tubuh 7-10% BB normal Pada orang dewasa + 5 liter Keadaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. primitif sampai manusia. Pembuluh darah mempunyai peranan penting bagi. tubuh. Darah terdiri atas dua komponen utama yaitu :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. primitif sampai manusia. Pembuluh darah mempunyai peranan penting bagi. tubuh. Darah terdiri atas dua komponen utama yaitu : BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan teoritis 1. Darah Darah adalah suatu komponen esensial makhluk hidup,mulai dari binatang primitif sampai manusia. Pembuluh darah mempunyai peranan penting bagi semua

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang di lakukan adalah penelitian analitik. Tempat penelitian cara manual dan automatik dilakukan di

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang di lakukan adalah penelitian analitik. Tempat penelitian cara manual dan automatik dilakukan di BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang di lakukan adalah penelitian analitik. B. Tempat dan Waktu Tempat penelitian cara manual dan automatik dilakukan di laboratorium Patologi

Lebih terperinci

Ilmu Pengetahuan Alam

Ilmu Pengetahuan Alam Ilmu Pengetahuan Alam Sistem Peredaran Darah SEKOLAH DASAR TETUM BUNAYA Kelas Yupiter Nama Pengajar: Kak Winni Ilmu Pengetahuan Alam Sistem Peredaran Darah A. Bagian-Bagian Darah Terdiri atas apakah darah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah analitik karena mencari perbedaan antara dua variabel yaitu perbedaan darah lengkap kanker payudara positif dan diduga kanker payudara.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik. UNIMUS, Jl. Wonodri Sendang Raya 2A Semarang. Waktu penelitian yaitu

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik. UNIMUS, Jl. Wonodri Sendang Raya 2A Semarang. Waktu penelitian yaitu BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik. B. Tempat dan Waktu Tempat penelitian adalah dilaboratorium Klinik Analis Kesehatan UNIMUS, Jl. Wonodri Sendang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kreatinin Kreatinin adalah produk akhir metabolisme kreatin.keratin sebagai besar dijumpai di otot rangka, tempat zat terlibat dalam penyimpanan energy sebagai keratin fosfat.dalam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang di gunakan dalam penelitian ini adalah penelitian analitik.

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang di gunakan dalam penelitian ini adalah penelitian analitik. BAB III METODE PENELITIAN 1. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang di gunakan dalam penelitian ini adalah penelitian analitik. 2. Tempat dan waktu penelitian Penelitian di lakukan di laboratorium klinik

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah analitik. Wonodri Sendang Raya 2A Semarang.

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah analitik. Wonodri Sendang Raya 2A Semarang. BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah analitik. B. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian dilakukan di laboratorium klinik Analis Kesehatan fakultas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Darah merupakan bagian penting dari sistem transportasi zat-zat. a. Plasma darah merupakan bagian cair.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Darah merupakan bagian penting dari sistem transportasi zat-zat. a. Plasma darah merupakan bagian cair. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Darah 1. Definisi darah Darah merupakan bagian penting dari sistem transportasi zat-zat dalam tubuh. Darahmerupakan jaringan yang berbentuk cairan terdiri dari dua bagian besar,

Lebih terperinci

Keterampilan Laboratorium PADA BLOK 2.2 HEMATOIMUNOLIMFOPOETIK:

Keterampilan Laboratorium PADA BLOK 2.2 HEMATOIMUNOLIMFOPOETIK: Keterampilan Laboratorium PADA BLOK 2.2 HEMATOIMUNOLIMFOPOETIK: DARAH 2: -LED -Membuat & memeriksa sediaan apus darah tepi -Evaluasi DARAH 3: - Pemeriksaan gol.darah -Tes inkompatibilitas DARAH 4: Bleeding

Lebih terperinci

PHLEBOTOMY. Oleh. Novian Andriyanti ( ) PSIK Reguler 2. Fakultas Kedokteran. Universitas Brawijaya. Malang

PHLEBOTOMY. Oleh. Novian Andriyanti ( ) PSIK Reguler 2. Fakultas Kedokteran. Universitas Brawijaya. Malang PHLEBOTOMY Oleh Novian Andriyanti (125070200111036) PSIK Reguler 2 Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang 2013 Komplikasi Phlebotomy Phlebotomy ternyata juga dapat mengakibatkan komplikasi pada

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai Juli 2012. Pemeliharaan burung merpati dilakukan di Sinar Sari, Dramaga, Bogor, Jawa Barat. Pengamatan profil darah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dinamakan sebagai pembuluh darah dan menjalankan fungsi transpor berbagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dinamakan sebagai pembuluh darah dan menjalankan fungsi transpor berbagai BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Darah Darah adalah jaringan tubuh yang berbeda dengan jaringan tubuh lain, berbeda dalam konsistensi cair, beredar dalam suatu sistem tertutup yang dinamakan sebagai pembuluh

Lebih terperinci

PENGAMBILAN SAMPLE DARAH M A R C H

PENGAMBILAN SAMPLE DARAH M A R C H D 4 A N A L I S K E S E H ATA N PENGAMBILAN SAMPLE DARAH A S S Y FA U LT I I S K A N D A R G 1 C 0 1 5 0 3 7 M A R C H 2 0 1 6 CLICK HERE FROM FIRST PENGUMPULAN SAMPEL DARAH PROSEDUR PENGAMBILAN DARAH

Lebih terperinci

UPT Balai Informasi Teknologi LIPI Pangan & Kesehatan Copyright 2009

UPT Balai Informasi Teknologi LIPI Pangan & Kesehatan Copyright 2009 BAB IV Darah Darah berfungsi sebagai : 1. Alat transport O 2 dari paruparu diangkut keseluruh tubuh. CO 2 diangkut dari seluruh tubuh ke paruparu. Sari makanan diangkut dari jonjot usus ke seluruh jaringan

Lebih terperinci

Tujuan Praktikum Menentukan waktu beku darah (waktu koagulasi darah) dari seekor hewan/manusia.

Tujuan Praktikum Menentukan waktu beku darah (waktu koagulasi darah) dari seekor hewan/manusia. A. WAKTU BEKU DARAH Tujuan Praktikum Menentukan waktu beku darah (waktu koagulasi darah) dari seekor hewan/manusia. Prinsip Darah yang keluar dari pembuluh darah akan berubah sifatnya, ialah dari sifat

Lebih terperinci

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 6. SISTEM TRANSPORTASI PADA MANUSIALATIHAN SOAL

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 6. SISTEM TRANSPORTASI PADA MANUSIALATIHAN SOAL SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 6. SISTEM TRANSPORTASI PADA MANUSIALATIHAN SOAL 1. Penyakit keturunan di mana penderitanya mengalami gangguan dalam pembekuan darah disebut... Leukopeni Leukositosis Anemia Hemofilia

Lebih terperinci

PRAKTIKUM II : DARAH, PEMBULUH DARAH, DARAH DALAM BERBAGAI LARUTAN, PENGGOLONGAN DARAH SISTEM ABO DAN RHESUS.

PRAKTIKUM II : DARAH, PEMBULUH DARAH, DARAH DALAM BERBAGAI LARUTAN, PENGGOLONGAN DARAH SISTEM ABO DAN RHESUS. PRAKTIKUM II : DARAH, PEMBULUH DARAH, DARAH DALAM BERBAGAI LARUTAN, PENGGOLONGAN DARAH SISTEM ABO DAN RHESUS. Praktikum IDK 1 dan Biologi, 2009 Tuti Nuraini, SKp., M.Biomed. 1 TUJUAN Mengetahui asal sel-sel

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah Analitik. Waktu penelitian dilakukan bulan Maret sampai April 2008.

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah Analitik. Waktu penelitian dilakukan bulan Maret sampai April 2008. BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah Analitik. B. Waktu Dan Tempat Penelitian 1. Waktu Penelitian. Waktu penelitian dilakukan bulan Maret sampai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah deskriptif, yaitu menggambarkan perbedaan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah deskriptif, yaitu menggambarkan perbedaan BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah deskriptif, yaitu menggambarkan perbedaan hasil pemeriksaan asam urat metode test strip dengan metode enzymatic colorimetric. B.

Lebih terperinci

BAB II TINJUAN PUSTAKA. Darah merupakan bagian dari tubuh yang jumlahnya 6 8% dari berat badan

BAB II TINJUAN PUSTAKA. Darah merupakan bagian dari tubuh yang jumlahnya 6 8% dari berat badan BAB II TINJUAN PUSTAKA A. Pengertian Darah Darah merupakan bagian dari tubuh yang jumlahnya 6 8% dari berat badan total. Darah adalah jaringan yang berbentuk cairan, terdiri dari dua bagian besar yaitu

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KUBU RAYA DINAS KESEHATAN PUSKESMAS SUNGAI KAKAP

PEMERINTAH KABUPATEN KUBU RAYA DINAS KESEHATAN PUSKESMAS SUNGAI KAKAP PEMERINTAH KABUPATEN KUBU RAYA DINAS KESEHATAN PUSKESMAS SUNGAI KAKAP Jalan Raya Sungai Kakap Telp. (0561) 743574 Kecamatan Sungai Kakap Kode Pos 78381 KEPUTUSAN KEPALA PUSKESMAS SUNGAI KAKAP Nomor : 445/

Lebih terperinci

SISTEM PEREDARAN DARAH PADA MANUSIA

SISTEM PEREDARAN DARAH PADA MANUSIA SISTEM PEREDARAN DARAH PADA MANUSIA Transportasi ialah proses pengedaran berbagai zat yang diperlukan ke seluruh tubuh dan pengambilan zat-zat yang tidak diperlukan untuk dikeluarkan dari tubuh. Alat transportasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dari tubuh yang jumlahnya 6-8% dari berat badan total. a. Plasma darah, merupakan bagian yang cair

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dari tubuh yang jumlahnya 6-8% dari berat badan total. a. Plasma darah, merupakan bagian yang cair BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Darah 1. Definisi Darah Darah merupakan bagian penting dari sistem transport dan bagian penting dari tubuh yang jumlahnya 6-8% dari berat badan total. Darah merupakan

Lebih terperinci

Apa itu Darah? Plasma Vs. serum

Apa itu Darah? Plasma Vs. serum Anda pasti sudah sering mendengar istilah plasma dan serum, ketika sedang melakukan tes darah. Kedua cairan mungkin tampak membingungkan, karena mereka sangat mirip dan memiliki penampilan yang sama, yaitu,

Lebih terperinci

DINAS KESEHATAN KABUPATEN LEBONG PUSKESMAS MUARA AMAN. Jalan Lapangan Hatta No. 1 Kelurahan Pasar Muara aman

DINAS KESEHATAN KABUPATEN LEBONG PUSKESMAS MUARA AMAN. Jalan Lapangan Hatta No. 1 Kelurahan Pasar Muara aman DINAS KESEHATAN KABUPATEN LEBONG PUSKESMAS MUARA AMAN Jalan Lapangan Hatta No. 1 Kelurahan Pasar Muara aman SURAT KEPUTUSAN KEPALA PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT MUARA AMAN Nomor : TENTANG PERMINTAAN, PEMERIKSAAN,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Darah Darah merupakan bagian dari tubuh yang jumlahnya 6-8 % dari berat badan total. Pada pria prosentase ini sedikit lebih besar daripada wanita. 45-60 % darah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Darah adalah suspensi dari partikel dalam larutan koloid cair yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Darah adalah suspensi dari partikel dalam larutan koloid cair yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Darah 1. Definisi Darah adalah suspensi dari partikel dalam larutan koloid cair yang mengandung elektrolit. Peranannya sebagai medium pertukaran antara sel-sel yang terfiksasi

Lebih terperinci

PERMINTAAN PEMERIKSAAN LABORATORIUM, PENERIMAAN, PENGAMBILAN DAN PENYIMPANAN SPESIMEN No. Dokumen : C/VIII/SOP/I/16/002 No.

PERMINTAAN PEMERIKSAAN LABORATORIUM, PENERIMAAN, PENGAMBILAN DAN PENYIMPANAN SPESIMEN No. Dokumen : C/VIII/SOP/I/16/002 No. UPTD PUSKESMAS BELOPA PERMINTAAN PEMERIKSAAN LABORATORIUM, PENERIMAAN, PENGAMBILAN DAN PENYIMPANAN SPESIMEN No. Dokumen : C/VIII/SOP/I/16/002 No. Revisi : 00 SOP Tanggal terbit : 02 Januari 2016 Halaman

Lebih terperinci

Sistem Peredaran Darah Manusia

Sistem Peredaran Darah Manusia Sistem Peredaran Darah Manusia Struktur Alat Peredaran Darah Pada Manusia Sistem peredaran darah pada manusia tersusun atas jantung sebagai pusat peredaran darah, pembuluh-pembuluh darah dan darah itu

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian adalah penelitian eksperimen, dimana uji coba

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian adalah penelitian eksperimen, dimana uji coba BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian adalah penelitian eksperimen, dimana uji coba dilakukan dengan membuat proporsi antara ekstrak buah nanas masak, muda dan volume darah.

Lebih terperinci

HASIL PENELITIAN UJI EFIKASI OBAT HERBAL UNTUK MENINGKATKAN KADAR HEMOGLOBIN, JUMLAH TROMBOSIT DAN ERITROSIT DALAM HEWAN UJI TIKUS PUTIH JANTAN

HASIL PENELITIAN UJI EFIKASI OBAT HERBAL UNTUK MENINGKATKAN KADAR HEMOGLOBIN, JUMLAH TROMBOSIT DAN ERITROSIT DALAM HEWAN UJI TIKUS PUTIH JANTAN HASIL PENELITIAN UJI EFIKASI OBAT HERBAL UNTUK MENINGKATKAN KADAR HEMOGLOBIN, JUMLAH TROMBOSIT DAN ERITROSIT DALAM HEWAN UJI TIKUS PUTIH JANTAN PUSAT STUDI OBAT BAHAN ALAM DEPARTEMEN FARMASI FAKULTAS MATEMATIKA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Semakin tingginya tingkat pendidikan, kesejahteraan masyarakat, dan

BAB I PENDAHULUAN. Semakin tingginya tingkat pendidikan, kesejahteraan masyarakat, dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Semakin tingginya tingkat pendidikan, kesejahteraan masyarakat, dan meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap pelayanan kesehatan di era globalisasi menuntut penyedia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mengetahui keadaan darah dan komponen-komponennya. Fungsi dari

BAB 1 PENDAHULUAN. mengetahui keadaan darah dan komponen-komponennya. Fungsi dari BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemeriksaan hematologi sangatlah penting dan sering diminta di beberapa laboratorium. Pemeriksaan hematologi adalah pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui keadaan

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM ANATOMI FISIOLOGI MANUSIA ACARA III MENGHITUNG JUMLAH SEL DARAH MERAH

LAPORAN PRAKTIKUM ANATOMI FISIOLOGI MANUSIA ACARA III MENGHITUNG JUMLAH SEL DARAH MERAH LAPORAN PRAKTIKUM ANATOMI FISIOLOGI MANUSIA ACARA III MENGHITUNG JUMLAH SEL DARAH MERAH DISUSUN OLEH: DEWI RIMPANG ANJANI PUTRI E1A 012 008 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MATARAM 2015

Lebih terperinci

5 Sistem. Peredaran Darah. Bab. Di dalam tubuh makhluk hidup terdapat suatu sistem yang berfungsi untuk mengedarkan makanan dan O 2

5 Sistem. Peredaran Darah. Bab. Di dalam tubuh makhluk hidup terdapat suatu sistem yang berfungsi untuk mengedarkan makanan dan O 2 Bab 5 Sistem Peredaran Darah Sumber: Encarta 2005 Arteri Vena Gambar 5.1 Sistem peredaran darah pada manusia Peta Konsep Di dalam tubuh makhluk hidup terdapat suatu sistem yang berfungsi untuk mengedarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemeriksaan laboratorium merupakan pemeriksaan yang dilakukan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pemeriksaan laboratorium merupakan pemeriksaan yang dilakukan untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemeriksaan laboratorium merupakan pemeriksaan yang dilakukan untuk kepentingan klinik. Tujuan pemeriksaan laboratorium adalah untuk membantu menegakkan diagnosa penyakit

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah eksperimen. B. Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian ini dilakukan di Loboratorium Klinik Fikkes Unimus Jalan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian analitik Jenis Penelitian yang digunakan untuk menunjang penelitian ini adalah B. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat dan Waktu Penelitian Adapun tempat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian Karya Tulis Ilmiah ini adalah penelitian analitik.

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian Karya Tulis Ilmiah ini adalah penelitian analitik. BAB III METODE PENELITIAN A. JENIS PENELITIAN Jenis penelitian Karya Tulis Ilmiah ini adalah penelitian analitik. B. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN 1. Tempat penelitian Tempat penelitian dilakukan dilaboraturium

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. primitive sampai manusia. Darah dalam keadaan fisiologik selalu berada dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. primitive sampai manusia. Darah dalam keadaan fisiologik selalu berada dalam BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Darah Darah merupakan komponen asensial mahluk hidup, mulai dari binatang primitive sampai manusia. Darah dalam keadaan fisiologik selalu berada dalam pembuluh

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pemeriksaan di Unit Transfusi Darah Cabang Palang Merah Indonesia

BAB III METODE PENELITIAN. pemeriksaan di Unit Transfusi Darah Cabang Palang Merah Indonesia BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian 1234567Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian analitik. B. Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian dilakukan di Rumah Sakit Banyumas II,tempat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. DARAH Darah adalah cairan jaringan tubuh. Fungsi utamanya adalah mengangkut oksigen yang diperlukan oleh sel-sel di seluruh tubuh. Darah juga mensuplai jaringan tubuh dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini bersifat observasional analitik dengan pendekatan cross-sectional. Yang dimaksud dengan penelitian analitik yaitu penelitian yang hasilnya tidak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oksigen, antibodi, panas, elektrolit dan vitamin ke jaringan seluruh tubuh. Darah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oksigen, antibodi, panas, elektrolit dan vitamin ke jaringan seluruh tubuh. Darah BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Darah Darah adalah jaringan hidup yang bersirkulasi mengelilingi seluruh tubuh dengan perantara jaringan arteri, vena dan kapilaris, yang membawa nutrisi, oksigen, antibodi,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif analitik.

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif analitik. BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif analitik. B. Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian dilakukan di Puskesmas Pabelan Kabupaten Semarang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. makhluk hidup. Sel eritrosit termasuk sel yang terbanyak di dalam tubuh manusia.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. makhluk hidup. Sel eritrosit termasuk sel yang terbanyak di dalam tubuh manusia. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sel-sel darah 1. Sel darah merah (eritrosit) Sel darah merah atau eritrosit adalah sel yang sangat penting untuk makhluk hidup. Sel eritrosit termasuk sel yang terbanyak di dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indeks Eritrosit atau Mean Cospuscular Value adalah suatu nilai rata-rata

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indeks Eritrosit atau Mean Cospuscular Value adalah suatu nilai rata-rata BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Indeks Eritrosit Indeks Eritrosit atau Mean Cospuscular Value adalah suatu nilai rata-rata yang dapat memberi keterangan mengenai rata-rata eritrosit dan mengenai banyaknya hemoglobin

Lebih terperinci

SISTEM PEREDARAN DARAH

SISTEM PEREDARAN DARAH SISTEM PEREDARAN DARAH Tujuan Pembelajaran Menjelaskan komponen-komponen darah manusia Menjelaskan fungsi darah pada manusia Menjelaskan prinsip dasar-dasar penggolongan darah Menjelaskan golongan darah

Lebih terperinci

III. METODE 3.1. Waktu dan Tempat 3.2. Alat dan Bahan 3.3. Tahap Persiapan Hewan Percobaan Aklimatisasi Domba

III. METODE 3.1. Waktu dan Tempat 3.2. Alat dan Bahan 3.3. Tahap Persiapan Hewan Percobaan Aklimatisasi Domba 17 III. METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan selama delapan bulan yang dimulai pada bulan Mei sampai dengan bulan Desember 2010. Penelitian dilakukan di kandang Mitra Maju yang beralamat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Darah adalah cairan jaringan tubuh pada makhluk hidup mulai dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Darah adalah cairan jaringan tubuh pada makhluk hidup mulai dari BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Darah 1. Pengertian Darah Darah adalah cairan jaringan tubuh pada makhluk hidup mulai dari binatang primitif sampai manusia. Pembuluh darah memegang peranan penting yaitu sebagai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tujuan pemeriksaan sediaan apus darah tepi antara lain menilai berbagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tujuan pemeriksaan sediaan apus darah tepi antara lain menilai berbagai BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sediaan Apus Darah Tepi Tujuan pemeriksaan sediaan apus darah tepi antara lain menilai berbagai unsur sel darah tepi seperti eritrosit, leukosit, dan trombosit dan mencari adanya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah analitis.

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah analitis. BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah analitis. B. Desain Penelitian Desain dalam penelitian ini adalah analitik dengan pendekatan cross sectional yaitu penelitian

Lebih terperinci

BAB VII DARAH A. SEDIAAN NATIF DARAH.

BAB VII DARAH A. SEDIAAN NATIF DARAH. BAB VII DARAH A. SEDIAAN NATIF DARAH. Tujuan Praktikum Mengamati darah tanpa diproses lebih lanjut. 1. Memperhatikan bentuk-bentuk sel-sel darah ada tidaknya sel eritrosit yang mengalami krenasi (pengerutan),

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Darah 2.1.1 Definisi Darah Darah merupakan jaringan cair yang terdiri dari dua bagian yaitu plasma darah dan sel darah. Plasma darah adalah bagian cair yang terdiri dari air,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. studi pustaka, yaitu dengan cara menggambarkan hasil penelitian, dan hasil

BAB III METODE PENELITIAN. studi pustaka, yaitu dengan cara menggambarkan hasil penelitian, dan hasil 15 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini menggunakan metode diskriptif yang di dukung oleh studi pustaka, yaitu dengan cara menggambarkan hasil penelitian, dan hasil penelitian

Lebih terperinci

Kompetensi SISTEM SIRKULASI. Memahami mekanisme kerja sistem sirkulasi dan fungsinya

Kompetensi SISTEM SIRKULASI. Memahami mekanisme kerja sistem sirkulasi dan fungsinya SISTEM SIRKULASI Kompetensi Memahami mekanisme kerja sistem sirkulasi dan fungsinya Suatu sistem yang memungkinkan pengangkutan berbagai bahan dari satu tempat ke tempat lain di dalam tubuh organisme Sistem

Lebih terperinci

- - SISTEM PEREDARAN DARAH MANUSIA - - dlp5darah

- - SISTEM PEREDARAN DARAH MANUSIA - - dlp5darah - - SISTEM PEREDARAN DARAH MANUSIA - - Modul ini singkron dengan Aplikasi Android, Download melalui Play Store di HP Kamu, ketik di pencarian dlp5darah Jika Kamu kesulitan, Tanyakan ke tentor bagaimana

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Faktor-faktor yang mempengaruhi Phlebotomy. 2. Tempat phlebotomy yang dilakukan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Faktor-faktor yang mempengaruhi Phlebotomy. 2. Tempat phlebotomy yang dilakukan. 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Faktor-faktor yang mempengaruhi Phlebotomy 1. Pelaksanaan phlebotomy. 2. Tempat phlebotomy yang dilakukan. 3. Peralatan phlebotomy dan cara penggunaanya. 4. Keadaan pasien.

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Ternak Peralatan Prosedur

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Ternak Peralatan Prosedur MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Peternakan Domba Indocement Citeureup, Bogor selama 10 minggu. Penelitian dilakukan pada awal bulan Agustus sampai pertengahan bulan Oktober

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Penyebab timbulnya penyakit DHF. oleh virus dengue sejenis virus yang tergolong arbovirus (Arthropodborne

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Penyebab timbulnya penyakit DHF. oleh virus dengue sejenis virus yang tergolong arbovirus (Arthropodborne BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) 1. Penyebab timbulnya penyakit DHF Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue sejenis virus yang tergolong

Lebih terperinci

BAB II TINJAUN PUSTAKA. 2013). Warna yang lebih merah cemerlang terdapat pada darah arteri yang

BAB II TINJAUN PUSTAKA. 2013). Warna yang lebih merah cemerlang terdapat pada darah arteri yang 7 BAB II TINJAUN PUSTAKA 2.1. Tinjaun Umum tentang Darah 2.1.1. Definisi Darah Darah merupakan alat pengangkut utama (transportasi, distribusi, dan sirkulasi) di dalam tubuh kita. Warna darah (merah tua

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif.. Tempat pengambilan sampel dan pemeriksaan sampel di Laboratorium

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif.. Tempat pengambilan sampel dan pemeriksaan sampel di Laboratorium BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif.. B. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Tempat pengambilan sampel dan pemeriksaan sampel di Laboratorium

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. total dalam serum dan plasma pada balita yang dirawat inap di RS.Telogorejo.

BAB III METODE PENELITIAN. total dalam serum dan plasma pada balita yang dirawat inap di RS.Telogorejo. BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif tentang kadar bilirubin total dalam serum dan plasma pada balita yang dirawat inap di RS.Telogorejo. B. Tempat

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN Alat dan Bahan Alat-alat yang digunakan untuk pengambilan sampel darah yaitu obyek glass, cover glass, Haemicitometer, jarum suntik, pipet kapiler, mikroskop monokuler. Vitamin E

Lebih terperinci

II. BAHAN DAN METODE 2.1 Prosedur kerja Kemampuan puasa ikan Tingkat konsumsi oksigen Laju ekskresi amoniak

II. BAHAN DAN METODE 2.1 Prosedur kerja Kemampuan puasa ikan Tingkat konsumsi oksigen Laju ekskresi amoniak II. BAHAN DAN METODE Kegiatan penelitian ini terbagi dalam dua tahap yaitu tahap penelitian pendahuluan dan tahap utama. Penelitian pendahuluan meliputi hasil uji kapasitas serap zeolit, kapasitas serap

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimen, dimana uji coba dilakukan dengan membuat proporsi antara ekstrak kulit nanas muda dan masak

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1406/MENKES/SK/XI/2002 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1406/MENKES/SK/XI/2002 TENTANG KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1406/MENKES/SK/XI/2002 TENTANG STANDAR PEMERIKSAAN KADAR TIMAH HITAM PADA SPESIMEN BIOMARKER MANUSIA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Darah 1. Definisi Darah Darah berasal dari kata "haima", yang berasal dari akar kata hemo atau hemato. Merupakan suatu cairan yang berada di dalam tubuh yang berfungsi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anemia Anemia adalah suatu kondisi dimana jumlah sel darah merah atau kapasitas pembawa oksigen mereka tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan fisiologis yang bervariasi menurut

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang berjudul performans darah kambing peranakan ettawa dara

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang berjudul performans darah kambing peranakan ettawa dara 11 BAB III METODE PENELITIAN Penelitian yang berjudul performans darah kambing peranakan ettawa dara yang diberi ransum dengan tambahan urea yang berbeda ini telah dilaksanakan pada tanggal 1 Oktober sampai

Lebih terperinci

BAHAYA AKIBAT LEUKOSIT TINGGI

BAHAYA AKIBAT LEUKOSIT TINGGI 1 BAHAYA AKIBAT LEUKOSIT TINGGI TUGAS I Disusun untuk memenuhi tugas praktikum brosing artikel dari internet HaloSehat.com Editor SHOBIBA TURROHMAH NIM: G0C015075 PROGRAM DIPLOMA III ANALIS KESEHATAN FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini telah dilaksanakan di kandang Fapet Farm dan analisis proksimat bahan pakan dan pemeriksaan darah dilaksanakan di Laboratorium Fakultas Peternakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dapat dilakukan dengan banyak metoda. Salah satu metoda yang paling diyakini

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dapat dilakukan dengan banyak metoda. Salah satu metoda yang paling diyakini BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sediaan Malaria Pemeriksaan laboratorium untuk menegakkan diagnosa penyakit malaria dapat dilakukan dengan banyak metoda. Salah satu metoda yang paling diyakini dapat menemukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 27 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup bidang ilmu yang diteliti adalah bidang ilmu Patologi Klinik sub bidang hematologi. 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat penting bagi dokter yang bertugas di laboratorium, dokter

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat penting bagi dokter yang bertugas di laboratorium, dokter BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Kebutuhan dan kesediaan masyarakat luas untuk deteksi dini kesehatan di era modern sekarang ini semakin berkembang seiring majunya pemahaman bahwa tidak ada yang tahu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terdiri dari sel darah. ( Evelyn C. Pearce, 2006 ) sedang keberadaannya dalam darah, hanya melintas saja.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terdiri dari sel darah. ( Evelyn C. Pearce, 2006 ) sedang keberadaannya dalam darah, hanya melintas saja. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Darah Darah adalah jaringan cair yang terdiri atas dua bagian yaitu plasma darah dan sel darah. Sel darah terdiri dari tiga jenis yaitu eritrosit, leukosit dan trombosit. Volume

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Tempat pengambilan dan pemeriksaan sampel dilakukan di RS PKU. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Maret-Juni 2007.

BAB III METODE PENELITIAN. Tempat pengambilan dan pemeriksaan sampel dilakukan di RS PKU. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Maret-Juni 2007. BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah deskriptif. B. Tempat dan Waktu Penelitian Tempat pengambilan dan pemeriksaan sampel dilakukan di RS PKU Muhammadiyah Cepu. Waktu

Lebih terperinci

SISTEM PEREDARAN DARAH PADA MANUSIA

SISTEM PEREDARAN DARAH PADA MANUSIA SISTEM PEREDARAN DARAH PADA MANUSIA Organ Sistem Peredaran darah: darah, jantung, dan pembuluh. 1. Darah, tersusun atas: a. Sel-sel darah: 1) Sel darah merah (eritrosit) 2) Sel darah putih (leukosit) 3)

Lebih terperinci

PEMERIKSAAN ERYTROSIT CARA PIPET

PEMERIKSAAN ERYTROSIT CARA PIPET PEMERIKSAAN ERYTROSIT CARA PIPET UPT. PUSKESMAS NUSA PENIDA I SOP No. Dokumen : 05/SOP/Lab-NPI/2016 No. Revisi : 01 Tgl. Terbit : 01 April 2016 Halaman : 1-4 Kepala UPT Puskesmas Nusa Penida I dr. I Ketut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Darah merupakan salah satu komponen yang paling penting di dalam tubuh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Darah merupakan salah satu komponen yang paling penting di dalam tubuh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Darah merupakan salah satu komponen yang paling penting di dalam tubuh manusia sebagai alat transportasi (Swastini dkk, 2016). Darah mempunyai dua komponen utama, plasma

Lebih terperinci

Universitas Indonusa Esa Unggul FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT Jurusan Perekam Medis dan Informasi Kesehatan ANATOMI FISIOLOGI

Universitas Indonusa Esa Unggul FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT Jurusan Perekam Medis dan Informasi Kesehatan ANATOMI FISIOLOGI Universitas Indonusa Esa Unggul FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT Jurusan Perekam Medis dan Informasi Kesehatan ANATOMI FISIOLOGI Conducted by: Jusuf R. Sofjan,dr,MARS 2/17/2016 1 Darah adalah jaringan cair

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Berbentuk cakram dan mengandung granula. Terdapat keping

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Berbentuk cakram dan mengandung granula. Terdapat keping BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Trombosit Trombosit adalah fragmen-fragmen kecil yang berasal dari sitoplasma. Berbentuk cakram dan mengandung granula. Terdapat 250.000-400.000 keping darah dalam setiap mm

Lebih terperinci