KEANEKARAGAMAN DAN POLA DISTRIBUSI LONGITUDINAL PERIODE JANUARI MARET 2012 SKRIPSI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KEANEKARAGAMAN DAN POLA DISTRIBUSI LONGITUDINAL PERIODE JANUARI MARET 2012 SKRIPSI"

Transkripsi

1 KEANEKARAGAMAN DAN POLA DISTRIBUSI LONGITUDINAL SPESIES KIJING AIR TAWAR UNIONIDAE DI SUNGAI BRANTAS PERIODE JANUARI MARET 2012 SKRIPSI ASTRA BUDI PRIYATAMA PROGRAM STUDI S1 BIOLOGI DEPARTEMEN BIOLOGI FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS AIRLANGGA 2012 i

2 KEANEKARAGAMAN DAN POLA DISTRIBUSI LONGITUDINAL SPESIES KIJING AIR TAWAR UNIONIDAE DI SUNGAI BRANTAS PERIODE JANUARI MARET 2012 SKRIPSI Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sains Bidang Biologi pada Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga Tanggal Lulus : 26 Juli 2012 Disetujui oleh : Pembimbing I, Pembimbing II, Drs. Moch. Affandi, M.Si NIP Dr. Bambang Irawan, M.Sc. NIP ii

3 LEMBAR PENGESAHAN NASKAH SKRIPSI Judul : Longitudinal Spesies Kijing Air Tawar Unionidae di Sungai Brantas Periode. Penyusun : Astra Budi Priyatama NIM : Pembimbing I : Drs. Moch. Affandi, M.Si Pembimbing II : Dr. Bambang Irawan, M.Sc Tanggal Sidang : 26 Juli 2012 Disetujui oleh : Pembimbing I, Pembimbing II, Drs. Moch. Affandi, M.Si. NIP Dr. Bambang Irawan, M.Sc. NIP Mengetahui: Ketua Departemen Biologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga Dr. Alfiah Hayati NIP PEDOMAN PENGGUNAAN SKRIPSI iii

4 ini tidak dipublikasikan, namun tersedia di perpustakaan dalam lingkungan Universitas Airlangga. Diperkenankan untuk dipakai sebagai referensi kepustakaan, tetapi pengutipan seizin penyusun dan harus menyebutkan sumbernya sesuai kebiasaan ilmiah. Dokumen skripsi ini merupakan hak milik Universitas Airlangga. iv

5 KATA PENGANTAR Syukur Alhamdulillah penyusun panjatkan kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta ala yang telah mencurahkan rahmat dan hidayah-nya, serta telah memberi kesabaran dan kekuatan sehingga proses penyusunan skripsi yang berjudul Keanekaraman dan Pola Distribusi Longitudinal Spesies Kijing Air Tawar Unionidae di Sungai Brantas Periode Januari Maret 2012 dapat terselesaikan. Dalam kesempatan ini penyusun mengucapkan banyak terima kasih kepada Drs. Moch. Affandi, M.Si., selaku pembimbing pertama dan Dr. Bambang Irawan, M.Sc., selaku pembimbing kedua, serta semua pihak yang telah banyak membantu dalam penyusunan skripsi ini. Penyusun menyadari bahwa dalam skripsi ini masih terdapat kekurangankekurangan yang memerlukan penyempurnaan. Oleh karena itu masukanmasukan berupa kritik dan saran yang membangun sangat diperlukan untuk perbaikan dan penyempurnaan selanjutnya. Semoga skripsi yang telah disusun ini dapat memberikan tambahan informasi pada masyarakat dan manfaat kepada perkembangan ilmu pengetahuan di Indonesia. Surabaya, 9 Juli 2012 Penyusun Astra Budi Priyatama v

6 ini di bawah bimbingan Drs. Moch. Affandi, M.Si., dan Dr. Bambang Irawan, M.Sc., Departemen Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga Surabaya. ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap keanekaragaman spesies, dominansi, kelimpahan, dan kontinuitas keberadaan spesies kijing air tawar Unionidae di Sungai Brantas pada periode dan melakukan komparasi data tentang keanekaragaman spesies, dominansi, dan kelimpahan dengan periode April Mei Penelitian ini bersifat deskriptif. Sampel diambil pada 15 stasiun di Sungai Brantas menggunakan Ponar dredge pada bagian tengah dan dua sisi aliran sungai. Sampel dianalisis untuk mengetahui nama spesies, karakter, kelimpahan, nilai keanekaragaman spesies, dominansi dan kontinuitas keberadaan spesies kijing air tawar Unionidae di Sungai Brantas. Spesies kijing yang didapatkan dari lokasi penelitian sebanyak 4 spesies dengan kelimpahan (individu/m 2 dan dominansi %) masing-masing spesies: Contradens contradens (22; 32), Elongaria orientalis (26; 38), Pilsbryoconcha exilis (11; 16), dan Rectidens sumatrensis (10; 14). Keanekaragaman spesies pada setiap stasiun bervariasi mulai dari 0,69 1,28. Empat spesies yang ditemukan di Sungai Brantas memiliki pola tidak kontinyu bila dilihat dari seluruh stasiun pengambilan sampel, dan hanya kontinyu pada empat titik pengambilan sampel yang berada di bagian hilir yaitu di aliran Kali Surabaya. Disimpulkan: Keanekaragaman spesies tergolong rendah. Spesies kijing air tawar Unionidae di Sungai Brantas didapatkan sebanyak empat spesies, keberadaannya cenderung terkonsentrasi di bagian hilir. Elongaria orientalis memiliki kelimpahan dan dominasi tertinggi. Kata kunci: Kijing air tawar, Unionidae, Contradens contradens, Elongaria orientalis, Pilsbryoconcha exilis, Rectidens sumatrensis, distribusi longitudinal, Sungai Brantas. vi

7 Diversity and Longitudinal Distribution Pattern of Freshwater Mussel Unionidae in Brantas River Period January March This thesis was under guidance Drs. Moch. Affandi, M.Si., and Dr. Bambang Irawan, M.Sc., Departemen of Biology, Faculty of Science and Technology, Airlangga University Surabaya. ABSTRACT This research aims to reveal the diversity of species, dominance, abundance, and the continuity of the species of freshwater mussels Unionidae in the Brantas River in the period from January to March 2012 and did a comparison of data on species diversity, dominance, and abundance in the period from April to May This study is descriptive. Samples were taken at 15 stations in the Brantas River using a Ponar Dredge in the middle and the two sides of the river. The samples were analyzed to determine the species name, character, abundance, the species diversity, dominance and continuity of the species of freshwater mussels Unionidae in the Brantas River. This research found four species (individu/m2; dominance) of each species: Contradens contradens (22: 32), Elongaria orientalis (26: 38), Pilsbryoconcha exilis (11: 16), and Rectidens sumatrensis (10: 14). Species diversity at each station ranged from 0.69 to Four species are found in the Brantas River has a discontinuous pattern when viewed from all sampling stations, and only continuous at the four sampling sites located downstream in Kali Surabaya. Concluded: Species diversity is low. Species of freshwater mussels Unionidae in the Brantas River acquired as many as four species, their presence tends to be concentrated in the downstream. Elongaria orientalis had the highest abundance and dominance. Key words: Freshwater mussels Unionidae, Contradens contradens, Elongaria orientalis, Pilsbryoconcha exilis, Rectidens sumatrensis, Longitudinal Distribution Pattern, Brantas River. vii

8 UCAPAN TERIMA KASIH Keberhasilan dan kelancaran penyusunan skripsi ini tentunya merupakan rahmat dan ridho dari Allah subhanahu wata ala, serta tidak lepas dengan bantuan, bimbingan, dan doa dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penyusun bermaksud untuk mengucapkan terima kasih yang setulusnya kepada: 1. Drs. Moch. Affandi, M.Si., selaku pembimbing I yang telah banyak meluangkan waktunya di sela-sela kesibukan, memberikan ilmu, bimbingan, arahan, semangat, dan kesabaran kepada penyusun. 2. Dr. Bambang Irawan, M.Sc., selaku pembimbing II yang telah banyak memberikan ilmu, bimbingan, arahan, dukungan dan koreksi serta saran pada penyusun selama proses penyusunan skripsi. 3. Drs. Noer Moehammadi, M.Kes., selaku dosen wali dan penguji III yang telah memberikan bimbingan, koreksi, dan dukungan kepada penyusun. 4. Dr. Alfiah Hayati selaku penguji IV yang telah memberikan banyak masukan, kritik, dan saran yang membangun kepada penyusun. 5. Ibu yang selalu mendoakan penyusun disetiap doanya, memberikan dorongan, nasihat dan semangat yang tiada hentinya. 6. Bapak, Kakak, dan Adikku yang selalu memberikan semangat, bantuan, dan nasihat untuk kesuksesan penyusun. 7. Intan Ayu Pratiwi yang telah memberikan banyak waktu, semangat, dorongan yang tiada henti, kesabaran, dan ilmu kepada penyusun. viii

9 8. Umi, abah dan dedek yang telah memberikan banyak ilmu, doa, dan dorongan semangat kepada penyusun. 9. Ichsan Wardhani yang telah berjuang keras bersama, terima kasih atas tenaga, waktu, dan usaha selama masa sampling berlangsung hingga terselesaikannya skripsi ini. 10. Teman-teman ekologi, Firdaus, Phontas, Hendika, Hening Ika, Leonard. 11. Seluruh teman-teman angkatan 2008 yang telah memberikan keluarga kedua, pelajaran kehidupan, inspirasi, dan semangat. 12. Kakak-kakak angkatan biologi 2005, 2006, dan Adik-adik angkatan biologi 2009, 2010, dan Keluarga besar HIMBIO yang telah banyak banyak memberikan ilmu yang tidak didapat penyusun di ruang perkuliahan. 15. Karyawan Departemen Biologi: Mas Yanto, Mas Catur, Mas Eko, Mbah Ni, Mbah Dji, Mas Joko yang telah membantu penyusun dalam menyiapkan persiapan sampling maupun ruang sidang. 16. Teman-teman yang secara langsung maupun tidak langsung ikut berpastisipasi dalam penyusunan skripsi ini. ix

10 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... LEMBAR PENGESAHAN... PEDOMAN PENGGUNAAN SKRIPSI... KATA PENGANTAR... ABSTRAK... ABSTRACT... UCAPAN TERIMA KASIH... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR LAMPIRAN... i iii iv v vi vii viii x xii xiii xiv BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Rumusan Masalah Asumsi Penelitian Hipotesis Kerja Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian... 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan tentang Sungai Tinjauan tentang Sungai Brantas Tinjauan tentang Kijing Air Tawar Unionidae Morfologi dan anatomi Klasifikasi Cara hidup Daur hidup Habitat Nilai penting bagi ekosistem Tinjauan Pola Distribusi Tinjauan Keanekaragaman Spesies BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat Penelitian Alat penelitian Bahan penelitian Rancangan Penelitian Prosedur Penelitian Persiapan sampling Pengambilan sampel Pengukuran faktor fisik-kimia Penanganan dan analisis sampel kerang x

11 Analisis data BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian Spesies-spesies kijing air tawar Unionidae di Sungai Brantas Kelimpahan dan dominansi spesies kijing air tawar Unionidae di Sungai Brantas Keanekaragaman dan keseragaman spesies kijing air tawar Unionidae di Sungai Brantas Distribusi spesies kijing air tawar Unionidae di Sungai Brantas Pembahasan BAB VKESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN xi

12 DAFTAR GAMBAR Nomor Judul Halaman 1 Berbagai model bentuk cangkang kijing air tawar Unionidae Model morfologis cangkang kijing air tawar Unionidae Irisan melintang cangkang kijing air tawar Unionidae Anatomi tubuh kijing air tawar Visualisasi enam spesies kijing air tawar Unionidae di Sungai Brantas Diagram pola-pola perilaku mengubur cangkang pada kijing air tawar Unionidae Daur hidup kijing air tawar Morfologi cangkang Contradens contradens Morfologi cangkang Elongaria orientalis Morfologi cangkang Pilsbryoconcha exilis Morfologi cangkang Rectidens sumatrensis Ilustrasi penampang melintang sungai xii

13 DAFTAR TABEL Nomor Judul Halaman 3.1. Daftar Stasiun Pengambilan Sampel Kijing Air Tawar Unionidae di Sepanjang Sungai Brantas Data Pengukuran Parameter Fisika Kimia Air Periode Januari Maret Kelimpahan (ni, individu/m 2 ) dan Dominansi (Di, %) Masing-Masing Spesies Kijing Air Tawar Unionidae di Sungai Brantas Keberadaan Spesies Kijing Air Tawar Unionidae di Sungai Brantas Pada Seluruh Stasiun Pengambilan Sampel Perbedaan Kelimpahan (individu/m 2 ) dan Dominansi (%) Kijing Air Tawar Unionidae di Sungai Brantas Periode Januari Maret 2012 Dengan Periode April Mei Data Perbandingan Rata-Rata Pengukuran Parameter Fisika Kimia Air Periode dengan Periode April Mei xiii

14 DAFTAR LAMPIRAN Nomor Judul 1. Ringkasan 2. Peta Pengambilan Sampel Kijing Air Tawar Unionidae di Sungai Brantas 3. Posisi Koordinat dan Tempat Pengambilan Sampel 4. Data Deskripsi Perbedaan Faktor Lingkungan dan Kegiatan Masyarakat 5. Data Jumlah Spesies Kijing Air Tawar Unionidae yang Diperoleh di Sungai Brantas 6. Data Perbandingan Kelimpahan dan Dominansi Spesies Kijing Air Tawar Unionidae di Sungai Brantas Pada Periode Januari Maret 2012 dan Periode April Mei Grafik Perbandingan Kelimpahan dan Dominansi Spesies Kijing Air Tawar Unionidae Pada Setiap Stasiun Penelitian di Sungai Brantas 8. Grafik Perbandingan Rata-Rata Pengukuran Parameter Fisika Kimia Air Periode dengan Periode April Mei Dokumentasi Peralatan Penelitian 10. Dokumentasi Stasiun Penelitian xiv

15 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Salah satu anggota biota air yang ada di sungai adalah kelompok bivalvia yaitu kerang air tawar. Kelompok ini merupakan organisme yang mempunyai dua cangkang dan hidup di substrat dasar (benthic). Keberadaanya sebagai filter feeder di dasar perairan, kerang air tawar memberikan manfaat terhadap ekosistem, karena organisme ini dalam mendapatkan makanan, dilakukan dengan cara menyaring bahan tersuspensi seperti partikel sedimen, bahan-bahan organik, bakteri, dan fitoplankton. Perilaku tersebut mengakibatkan substrat yang teroksigenasi terlepas sehingga menyediakan nutrien dan microrefugia untuk kehidupan bentik lainnya. Jumlah dan persentase partikel yang diambil dari perairan bergantung pada temperatur, konsentrasi partikel, ukuran kerang, dan spesiesnya (Vaughn dan Hakenkamp 2001 dalam Nedeau et al., 2009). Penyusun terbesar dari kijing air tawar (freshwater mussel) adalah famili Unionidae yang mempunyai persebaran hampir di seluruh dunia. Graf and Cummings (2007) menyebutkan bahwa dari jumlah yang berkisar sampai 840 spesies kijing air tawar (Ordo Unionoida; Kelas bivalvia) di dunia yang terbagi menjadi enam famili, kijing air tawar Unionidae mempunyai keanekaragaman hingga 674 spesies dan merupakan penyusun kijing air tawar (freshwater mussel) terbesar. Persebaran kijing air tawar Unionidae di dunia terdapat pada enam regional yaitu: Nearctica (297 spesies), Neotropica (94 spesies), Afrotropica (41

16 2 spesies), Palearctrica (38 spesies), Indotropica (217 spesies), dan Australasia (2 spesies). Menurut data tersebut, Indonesia masuk ke dalam regional Indotropica yang meliputi wilayah Sungai Yangtze Huang, wilayah Indochina, India, dan Sunda Filipina. Keberadaan kerang air tawar Unionidae pada regional Indochina menempati posisi kedua setelah Nearctica yaitu sebanyak 217 spesies. Indonesia merupakan negara dengan wilayah perairan yang luas baik perairan laut maupun perairan tawar. Kondisi geografis ini mengakibatkan Indonesia memiliki beberapa sungai dengan ukuran yang beragam sehingga dapat mendukung persebaran kerang air tawar. Salah satu sungai terpanjang yang ada di Provinsi Jawa Timur adalah Sungai Brantas. Menurut Handayani dkk. (2001), Sungai Brantas memiliki panjang ± 320 km dengan mata air bersumber di lereng Gunung Arjuna dan Gunung Anjasmara dan bermuara di Selat Madura. Sungai Brantas melewati 15 kabupaten dan kota di Jawa Timur. Berdasarkan Permen PU No. 11A tahun 2006, Sungai Brantas mempunyai daerah pengairan sungai seluas km 2. Keberadaannya yang begitu potensial juga mendukung keberadaan kijing air tawar untuk hidup pada aliran sungai tersebut. Salah satu contoh kerang air tawar yang dapat dijumpai di Pulau Jawa adalah kijing air tawar Unionidae. Sama halnya dengan kerang air tawar, keberadaan kijing air tawar Unionidae merupakan bagian dari mata rantai ekosistem pada habitat air tawar, mempunyai cara hidup sebagai makrofauna bentos yang membantu regulasi siklus nutrisi pada substrat dan air, memakan organisme yang lebih kecil, serta makanan bagi hewan yang lebih besar seperti ikan dan mamalia (Rocque dan Leff, 2009; Nedeau et al., 2009).

17 3 Penelitian di luar negeri mengenai keberadaan kerang air tawar, persebaran, dan fungsi kerang sebagai bioindikator perairan sudah sangat banyak dilakukan (Bogan dan Alderman, 2008; Britton dan Fuller 1980; Nedeau et al., 2009; Piette, 2005; Skinner et al., 2003; Graf dan Cumming, 2007). Sedangkan sebagian besar penelitian yang dilakukan di Indonesia masih mengenai makroinvertebrata secara umum (Affandi, 1990; Handayani dkk., 2001; Hidayati, 1995). Di Pulau Jawa, pernah dilakukan inventarisasi dan pendataan keberadaan kerang air tawar oleh Jutting (1953). Menurut Jutting (1953), terdapat tiga famili kerang air tawar, yaitu famili Corbicullidae (7 spesies), Sphaeriidae (3 spesies), dan Unionidae (6 spesies). Jutting (1953) menyebutkan bahwa kijing air tawar Unionidae memiliki distribusi cukup luas dan melimpah di Pulau Jawa. Hal ini dibuktikan dengan penemuan enam spesies yang terdapat di Pulau Jawa, lima di antaranya dapat ditemukan di Sungai Brantas dan satu spesies lainnya dapat ditemukan di aliran Sungai Bengawan Solo. Lima spesies kijing air tawar yang ditemukan di Sungai Brantas antara lain: Contradens contradens, Elongaria orientalis, Pilsbryoconcha exilis, Pseudodon vondenbuschianus, dan Rectidens sumatrensis, sedangkan satu spesies yang ditemukan di Sungai Bengawan Solo adalah Physunio eximius. Namun seiring berjalannya waktu serta kurangnya perhatian masyarakat terhadap kondisi perairan menyebabkan terjadi penurunan distribusinya. Secara historis, kijing air tawar Unionidae merupakan salah satu kelompok famili kerang air tawar yang terancam punah dan jumlahnya cenderung turun. Penurunan ini disebabkan oleh beberapa hal, yaitu kerusakan habitat, penurunan kualitas air,

18 4 introduksi spesies eksotis, pembuatan bendungan atau waduk, dan perubahan siklus hidrologi (Williams et al., 1993; Strayer et al., 2004 dalam Grabarkiewicz and Wayne 2008). Fakta lain menunjukkan bahwa data dari IUCN (International Union for Conservative of Nature) tahun 2007, keberadaan kijing air tawar mengalami penurunan yang sangat drastis dan terdapat 126 spesies berada pada level endangered. Kijing air tawar termasuk dalam kelompok hewan yang paling terancam kepunahan yaitu 73% di antara hewan-hewan lain secara global (Master et al., 2000). Menurunnya keberadaan kijing air tawar Unionidae di dunia memicu peneliti untuk mengungkap fakta mengenai keberadaan kijing air tawar Unionidae di Sungai Brantas. Penurunan keberadaan ini dibuktikan oleh Ramadani (2011), dari lima spesies kijing air tawar Unionidae yang ditemukan Jutting (1953) di perairan Sungai Brantas, hanya tiga spesies yang berhasil didata kembali, yaitu Contradens contradens, Elongaria orientalis, dan Rectidens sumatrensis. Pada penelitian mengenai keberadaan kerang air tawar di Sungai Brantas yang dilakukan oleh Ramadani (2011), Runti ( 2011), dan Budhiarto (2011) pada bulan April Mei 2011, disarankan untuk melakukan pengambilan sampel pada saat musim kemarau dimana pada kondisi tersebut kecepatan arus perairan tidak terlalu deras dan debit perairan berada dalam kondisi minimum. Selain itu, menurut Aisyah (2011) perlu dilakukan penelitian berkala berdasarkan musim (musim kemarau dan musim hujan) selama satu tahun untuk mengetahui perbedaan jumlah spesies, kelimpahan, dinamika populasi, dan reproduksi kijing air tawar Unionidae yang ada di Sungai Brantas.

19 5 Penelitian ini merupakan penelitian lanjutan tentang kijing air tawar Unionidae yang ada di Sungai Brantas yang dirancang empat kali pengambilan sampel dalam satu tahun yang sudah diawali oleh penelitian sebelumnya pada periode April Mei Fokus penelitian ini diarahkan untuk mengetahui spesies kijing air tawar Unionidae yang ada di Sungai Brantas pada periode Januari Maret 2012 yang diharapkan mewakili musim transisi di antara musim kemarau dengan musim penghujan, meliputi keanekaragaman, kelimpahan, dominansi, dan distribusi longitudinal kijing air tawar Unionidae. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menyajikan dan melengkapi data serta informasi yang diperoleh penelitian sebelumnya, serta dapat dimanfaatkan sebagai data dasar untuk pemantauan kualitas air yang berkesinambungan dan konservasi sistem kehidupan di aliran Sungai Brantas. 1.2 Rumusan Masalah Berkaitan dengan latar belakang permasalahan yang telah diungkap, dapat dibuat rumusan masalah sebagai berikut: 1. Spesies-spesies kijing air tawar Unionidae apa sajakah yang ditemukan di Sungai Brantas pada pengambilan sampel periode? 2. Berapakah tingkat keanekaragaman dan dominansi kijing air tawar Unionidae yang ditemukan di Sungai Brantas pada pengambilan sampel periode Januari Maret 2012? 3. Berapakah kelimpahan spesies kijing air tawar Unionidae yang ditemukan di Sungai Brantas pada pengambilan sampel periode?

20 6 4. Apa pola distribusi longitudinal kijing air tawar Unionidae yang ditemukan di Sungai Brantas pada pengambilan sampel periode? 5. Bagaimanakah komparasi data tentang kelimpahan spesies, keanekaragaman dan dominansi kijing air tawar Unionidae di Sungai Brantas yang diambil pada periode dan April Mei 2011? 1.3 Asumsi Penelitian Penelitian ini didasarkan pada asumsi bahwa besarnya kecepatan arus dan tingginya genangan air di Sungai Brantas berpengaruh terhadap hasil sampling kijing air tawar Unionidae yang diungkapkan oleh penelitian periode April Mei Besarnya kecepatan arus dan tingginya genangan air selain menyebabkan kesulitan dalam melakukan sampling, diasumsikan juga dapat menyebabkan penggelontoran kijing air tawar Unionidae di dasar sungai. Kecepatan arus dan tingginya genangan air Sungai Brantas pada periode April Mei 2011 berbeda dengan periode. 1.4 Hipotesis Kerja Jika kecepatan arus dan tinggi genangan air di Sungai Brantas merupakan hambatan utama dalam melakukan sampling kijing air tawar Unionidae, dapat menyebabkan penggelontoran spesimen kijing air tawar Unionidae yang hidup di dasar perairan, dan bervariasi di antara periode waktu penelitian (bulan atau musim) berbeda, maka hasil sampling kijing air tawar Unionidae di Sungai Brantas yang dilakukan pada periode waktu dengan kecepatan arus dan tinggi

21 7 genangan air yang berbeda akan mempunyai komposisi spesies, kelimpahan, dan dominansi yang berbeda. 1.5 Tujuan Penelitian 1. Mengetahui spesies-spesies kijing air tawar Unionidae di Sungai Brantas pada pengambilan sampel periode. 2. Mengetahui tingkat keanekaragaman dan dominansi kijing air tawar Unionidae di Sungai Brantas pada pengambilan sampel periode. 3. Mengetahui kelimpahan kijing air tawar Unionidae di Sungai Brantas pada pengambilan sampel periode. 4. Mengetahui pola distribusi longitudinal kijing air tawar Unionidae yang ditemukan di Sungai Brantas pada pengambilan sampel periode Januari Maret Mengetahui komparasi data tentang keanekaragaman, dominansi, dan kelimpahan spesies kijing air tawar Unionidae di Sungai Brantas yang diambil pada periode waktu dengan kecepatan arus dan tinggi genangan air yang berbeda, yaitu pada periode dan April Mei 2011.

22 8 1.6 Manfaat Penelitian Manfaat yang didapat dari penelitian ini adalah mendapatkan data dan informasi tentang komposisi spesies, keanekaragaman spesies, dan pola persebaran distribusi longitudinal spesies kijing air tawar Unionidae di Sungai Brantas pada periode. Penelitian ini juga diharapkan dapat menambah dan melengkapi data dari periode April Mei 2011 mengenai topik yang sama. Sehingga informasi yang terungkap tentang komposisi spesies, keanekaragaman, dan pola distribusi longitudinal kijing air tawar Unionidae di Sungai Brantas akan menjadi lebih lengkap. Selain itu, informasi penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar untuk melakukan pemantauan dan pengelolaan kualitas air di Sungai Brantas serta dapat melandasi penelitian lebih lanjut.

23 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Sungai Sungai merupakan badan air mengalir (lotic water) yang membentuk aliran di daratan dari hulu menuju ke arah hilir dan akhirnya bermuara ke laut. Sungai memenuhi kebutuhan kehidupan organisme daratan (tumbuhan, hewan, dan manusia) di sekitarnya dan seluruh biota air di dalamnya (Downes et al., 2002). Aliran air yang mengalir memberikan konsekuensi berbeda terhadap kondisi lingkungan yang menyebabkan perbedaan pada kondisi lingkungan perairan mengalir dengan kondisi lingkungan pada perairan menggenang. Berdasarkan proses terbentuknya, sungai dapat dibedakan dengan danau. Sungai terbentuk karena sudah ada airnya sehingga air tersebut yang membentuk dan menyebabkan tetap adanya saluran selama masih ada persediaan air yang mengisinya. Sebaliknya, danau terbentuk karena cekungannya sudah ada dan air mengisi cekungan tersebut, tetapi danau dapat terisi oleh endapan sehingga menjadi tanah kering (Ewusie, 1990). Menurut Odum (1993), terdapat tiga faktor pembatas yang terdapat di sungai yang termasuk dalam perairan yang mengalir (lotic water) dibanding dengan danau yang termasuk dalam perairan yang menggenang (lentic water). 1. Arus merupakan faktor utama yang membedakan antara lotic water dengan lentic water. Kecepatan arus dipengaruhi oleh perbedaan gradien atau ketinggian antara hulu dengan hilir sungai. Apabila perbedaan ketinggiannya

24 10 cukup besar, maka arus air akan semakin deras. Mason (1981) mengklasifikasi sungai berdasarkan kecepatan arusnya ke dalam lima kategori: a. Arus sangat cepat (>100 cm/detik). b. Cepat ( cm/detik). c. Sedang (25-50 cm/detik). d. Lambat (10-25 cm/detik). e. Sangat lambat (< 10 cm/detik). 2. Proses-proses pertukaran antara tanah dan air relatif lebih intensif di lotic water yang mengakibatkan ekosistemnya lebih terbuka dan metabolisme komunitasnya bersifat heterotrofik. 3. Tekanan oksigen biasanya lebih merata dalam aliran air dan stratifikasi thermal maupun kimiawi tidak ada atau dapat diabaikan. Kecepatan arus akan mempengaruhi jenis dan sifat organisme yang hidup di perairan tersebut (Klein 1972). Menurut Whitton (1975) in Whitton (1975), kecepatan arus adalah faktor penting di perairan mengalir. Kecepatan arus yang besar (> 5 m/detik) mengurangi jenis flora yang dapat tinggal sehingga hanya jenis-jenis yang melekat saja yang tahan terhadap arus dan tidak mengalami kerusakan fisik. Odum (1993) menjelaskan, bahwa terdapat dua zona utama yang terdapat pada aliran sungai.

25 11 1. Zona air deras Merupakan daerah yang dangkal dengan kecepatan arus yang cukup tinggi, menyebabkan dasar sungai bersih dari endapan dan materi yang lain terlepas, sehingga mempunyai dasar sungai yang padat. Zona ini dihuni oleh bentos yang beradaptasi khusus dan organisme perifitik yang dapat berpegangan pada dasar sungai yang padat. Zona ini terdapat pada hulu sungai di daerah pegunungan. 2. Zona air tenang Merupakan daerah sungai yang dalam dengan kecepatan arus yang mulai berkurang, sehingga lumpur dan materi lepas mengendap pada dasar perairan menyebabkan zona ini memiliki dasar yang lunak. Banyak dihuni oleh neuston, bentos yang hidup pada dasar substrat, dan plankton. Zona ini banyak ditemukan pada hilir di daerah yang landai Tinjauan Sungai Brantas Sungai Brantas merupakan sungai terpanjang yang ada di Jawa Timur. Menurut Handayani dkk. (2001), Sungai Brantas memiliki panjang ± 320 km yang bersumber pada lereng Gunung Arjuna dan Gunung Anjasmara dan bermuara di Selat Madura. Berdasarkan data statistik BP DAS Brantas Tahun 2006, Sungai Brantas melewati sepuluh kabupaten dan tujuh kota di Jawa Timur yang meliputi kabupaten Malang, Blitar, Tulungagung, Trenggalek, Kediri, Nganjuk, Jombang, Mojokerto, Gresik, dan Sidoarjo; dan tujuh kota yaitu: Malang, Batu, Blitar, Kediri, Gresik, Mojokerto, Surabaya dengan luas area ± ,57 km 2 dan penduduk di sekitar DAS Brantas sejumlah ± juta jiwa. Sungai

26 12 Brantas memiliki curah hujan rata-rata mencapai mm per-tahun dan dari jumlah tersebut sekitar 85% jatuh pada musim hujan. Potensi air permukaan pertahun rata-rata 12 miliar m³. Potensi yang termanfaatkan sebesar 2,6 3,0 miliar m³ per-tahun (Anonim, tanpa tahun) Tinjauan Kijing Air Tawar Unionidae Morfologi dan anatomi Kijing air tawar Unionidae termasuk dalam filum Mollusca yang berarti hewan bertubuh lunak dan kelas Bivalvia yang berarti mempunyai dua cangkang. Cangkang kijing air tawar Unionidae memiliki beberapa bentuk, yaitu bulat telur, memanjang, trapesium, segitiga, persegi, bulat, bulat memanjang, bulat memanjang dengan bagian posterior cekung, dan bulat memanjang dengan bagian posterior cembung. Bentuk cangkang kijing air tawar Unionidae divisualisasikan pada Gambar 1. Gambar 1. Berbagai model bentuk cangkang kijing air tawar Unionidae. a.trapesium; b. Segitiga; c. Bulat; d. Persegi; e. Bulat telur ; f. Bulat telur; g. Bulat memanjang; h. Bagian posterior cekung; i. Bagian posterior cembung (Burch, 1973)

27

28 14 memiliki lapisan terluar tipis berwarna (periostracum) yang terkikis dan terkadang menunjukkan warna a putih yang tersusun dari kalsium karbonat. Permukaan cangkang paling dalam disebut nacre yang berwarna putih keperakan. Nacre mengandung kalsium karbonat dan zat anorganik sehingga membuat cangkang menebal saat umurnya bertambah. Di antara periostracum dan nacre terdapat lapisan yang disebut prismatic layer yang juga tersusun atas kalsium karbonat (Gambar 3). Gambar 3. Irisan melintang cangkang kerang. p, periostracum; pl, Prismatic Layer; n, nacre; nsc, nacre secreting cell; ce, cilliated epithelium. (Storer et al., 1957) Anatomi bagian dalam kijing air tawar Unionidae terdiri atas tiga bagian utama yaitu mantel, insang, dan organ dalam (Ningsih, 2009). Pada ujung mantel bagian posterior terdapat dua organ khusus siphon/ saluran yang memiliki fungsi yang berbeda, yaitu untuk menghisap air (inhalant siphon) padaa bagian ventral dan saluran pembuangan sisa-sisa metabolisme (exhalant siphon) pada bagian dorsal (Kaestner, 1967 dalam Ningsih, 2009). Kijing air tawar unionidae memiliki sistem pencernaan yang terdiri atas mulut tipis yang berada di antara dua palpus, oesophagus, lambung yang membulat, sepasang kelenjar pencernaan atau liver,

29

30 16 Kingdom Phylum Class Order Family : Animalia : Mollusca : Bivalvia : Unionoida : Unionidae Menurut Jutting (1953), di Pulau Jawa khususnya Sungai Brantas telah ditemukan enam spesies kijing air tawar Unionidae. Jutting (1953) juga memberikan gambaran umum mengenai enam spesies kijing air tawar Unionidae yang telah ditemukan sebagai berikut. 1. Contradens contradens Contradens contradens memiliki cangkang berbentuk lonjong atau belah ketupat tidak teratur dan agak melebar, berwarna hijau kebiruan hingga coklat kehijauan. Umbo lebih menonjol dengan tekstur lebih jelas. Terdapat gigi cardinal dan lateral yang masing-masing berjumlah dua pada cangkang sebelah kiri sedangkan dua gigi cardinal dan satu gigi lateral pada cangkang sebelah kanan. Memiliki dimensi panjang hingga 76 mm, tinggi 45 mm, dan diameter hingga 29 mm. Di Jawa Timur, persebarannya ada di Ngawi, Mojokerto, dan Surabaya. 2. Elongaria orientalis Elongaria orientalis memiliki cangkang berbentuk bulat telur memanjang, warna cangkang hijau kecoklatan sampai coklat tua pada spesimen yang sudah dewasa, dan berwarna hijau muda sampai kebiruan pada spesimen yang masih

31 17 muda. Cangkang sebelah kiri memiliki dua gigi lateral dan cardinal sedangkan sebelah kanan hanya memiliki satu gigi lateral dan dua gigi cardinal. Memiliki panjang hingga 75 mm, tinggi 31 mm, dan diameter hingga 21 mm. Persebarannya di Pulau Jawa dan Madura. 3. Pseudodon vondenbuschianus Pseudodon vondenbuschianus memiliki cangkang berbentuk bulat telur berwarna hijau kecoklatan gelap sampai hitam. Cangkang berwarna kuning dengan bagian posterior berwarna hijau dan ada degradasi warna. Umbo tidak terlalu menonjol. Memiliki panjang hingga 108 mm, tinggi 62 mm, dan diameter 36 mm. Persebarannya di perairan air tawar dan banyak ditemukan di Mojokerto dan Surabaya. 4. Pilsbryoconcha exilis Pilsbryoconcha exilis memiliki cangkang berbentuk bulat telur memanjang berwarna kuning kecoklatan atau hijau kecoklatan, tipis dan transparan, spesimen yang masih segar tampak mengkilat. Serat epidermis pada bagian depan dan belakang, lebih halus pada bagian tengah cangkang. Ligamen panjang dan sempit, tidak terdapat gigi pada hinge. Memiliki panjang sampai 108 mm, tinggi 48 mm, dan diameter sampai 23 mm. Persebarannya hanya di perairan tawar, ditemukan hanya di Kali Mas Surabaya. 5. Physunio eximius Physunio eximius memiliki cangkang berbentuk trapesium atau belah ketupat dengan tepi agak rendah pada bagian depan, bagian umbo lebih tinggi sehingga membentuk seperti sayap pada bagian posterior. Warna cangkang coklat

32 18 kehijauan, coklat gelap hingga gelap kecoklatan. Memiliki dua atau lebih gigi lameliform di setiap cangkang. Memiliki panjang sampai 78 mm, dengan tinggi 52 mm, dan diameter hingga 43 mm. Banyak ditemukan di perairan tawar, dilaporkan pernah ditemukan di Jawa Barat dan Jawa Tengah. 6. Rectidens sumatrensis Rectidens sumatrensis memiliki cangkang berbentuk memanjang dengan warna coklat kekuningan pada kerang muda dan coklat kehitaman pada kerang tua. Umbo terlihat tidak tampak berkembang dengan tekstur yang berombak. Memiliki dua atau lebih gigi lameliform di setiap cangkang. Memiliki panjang sampai 75 mm, dengan tinggi 31 mm, diameter hingga 22 mm. Keberadaan kerang ini melimpah di Sumatra, Jawa tengah, Surabaya. Visualisasi dari keenam spesies kijing air tawar Unionidae sebagaimana yang telah dijelaskan, disajikan dalam Gambar 5 (Graf and Cumming, 2002) Gambar 5. Visualisasi enam spesies kijing air tawar Unionidae di Sungai Brantas a. Contradens contradens, b. Elongaria orientalis,, c. Pseudodon vondenbuschianus, d. Physunio eximius, e. Pilsbryoconcha exilis, f. Rectidens sumatrensis. (Graf and Cumming, 2002)

33 Cara hidup Kijing air tawar Unionidae merupakan salah satu spesies kerang air tawar yang hidup di dasar perairan sungai, danau, maupun kolam. Kijing air tawar Unionidae bersifat filter feeder, yaitu organisme yang mendapatkan makanan berupa partikel sedimen, bahan-bahan organik, bakteri, dan fitoplankton dengan jalan menyaring air yang masuk ke dalam tubuhnya. Kijing air tawar Unionidae menghabiskan sebagian besar hidupnya untuk menyaring nutrien, mineral dan menyuplai oksigen pada habitat sekitar tempat hidupnya melalui insang yang disebut ctenidia. Insang tersebut lebih besar daripada insang untuk respirasi. Menurut Nedeau et al., (2009), kerang tidak bergerak terlalu jauh selama fase dewasa hidupnya, mereka hanya sedikit berpindah di sepanjang sungai atau dengan pelan mengubur diri/meliang bila diperlukan. Pennak (1989), menyebutkan bahwa beberapa spesies diketahui dapat berpindah beberapa kaki per jam. Kijing air tawar Unionidae meliang maupun bergerak di atas substrat menggunakan otot kaki yang berkontraksi. Proses meliang kerang dimulai dari membengkaknya kaki bagian distal dan tegak lurus masuk ke dalam substrat yang diselingi dengan memendeknya bagian tersebut secara kontinyu. Hal ini mengakibatkan bagian tubuh kerang masuk ke dalam substrat. Kontraksi yang berulang-ulang menghasilkan pergerakan yang mengakibatkan kijing air tawar Unionidae dapat berpindah ke tempat lain. Pola-pola mengenai pergerakan kerang secara diagram diperlihatkan dalam Gambar 6. Terdapat tiga pola perpindahan yang dilakukan oleh kijing air tawar Unionidae pada substrat yaitu menggali, bergerak kearah horizontal, dan rotasi.

34 20 Pola perpindahan tersebut dijelaskan sebagai berikut (Candido dan Romero, 2007). 1. Menggali Awalnya kerang berada posisi horizontal pada permukaan substrat, kemudian cangkang membuka dan kaki dikeluarkan melalui pedal gap. Setelah beberapa kali melakukan pergerakan ke luar cangkang, kaki membelok ke arah susbtrat dan menyentuhnya. Proses menggali substrat dibagi menjadi tiga tahap yaitu penetrasi ke dalam substrat, mengangkat cangkang, dan mengubur cangkang. a. Penetrasi kaki ke dalam substrat Setelah menyentuh substrat, kaki mulai melakukan gerakan bergelombang sejajar dengan bagian anterior-posterior cangkang yang menandai dimulainya penetrasi kaki ke dalam substrat (Gambar 6B). Setelah kaki melakukan penetrasi cukup jauh pada substrat, kaki tersebut mengalami pelebaran dengan disertai proses pengeluaran air. Proses pengeluaran air mengakibatkan cangkang semakin terbenam ke dalam substrat. b. Mengangkat cangkang Kerang mulai mengangkat bagian posterior-dorsal cangkang, sementara setengah bagian anterio-ventral berada pada substrat dengan kaki yang masih melakukan pergerakan untuk menekan substrat. Pada saat cangkang mulai masuk ke dalam substrat, siphon tetap dalam keadaan tertutup yang mengakibatkan air pada mantel dikeluarkan melalui pedal gap dengan tujuan memperlebar substrat. Proses tersebut memfasilitasi kaki dan cangkang untuk masuk lebih dalam pada

35 21 substrat. Setelah beberapa kali menggali, cangkang akhirnya masuk ke dalam substrat dengan sudut kemiringan 40 50º (Gambar 6C-E). c. Mengubur cangkang Proses mengubur cangkang ke dalam substrat merupakan lanjutan dari proses mengangkat cangkang (fase b). Penggunaan otot adduktor selalu didahului dengan penutupan cangkang dan proses menyedot substrat yang berfungsi mencegah air masuk ke dalam cangkang. Setelah itu, cangkang bagian anterior masuk ke dalam substrat dan diikuti dengan gerakan serupa dari bagian posterior. Kemudian siphon kembali membuka yang diiringi membukanya katup pada cangkang. Setelah mengubur cangkang bagian anterior-ventral, kaki melebar dan dimasukkan ke dalam substrat dengan sumbu vertikal sekitar º menyisakan bagian posterior (sekitar 1/3 dari cangkang) dengan bagian inhalant dan exhalant siphon terbuka di atas substrat (Gambar 6A). 2. Bergerak kearah horizontal Perilaku ini terjadi setelah kerang menyelesaikan fase a dan b. Setelah mengubur cangkang ke dalam substrat, kerang mulai melakukan perpindahan pada permukaan substrat lain yang dekat dengan kaki bagian anterior dan selalu diikuti dengan proses menggali (Gambar 6F). 3. Rotasi Perilaku ini diamati pada saat kerang berada pada salah satu katup dan kaki bagian distal membentuk sudut 90º dengan sumbu anterior-posterior cangkang. Kerang kemudian memperlebar kakinya dengan diiringi gerakan mendorong bagian anterior cangkang. Hal ini menghasilkan perpindahan bagian

36

37

38 Habitat Kijing air tawar Unionidae hidup dan berkembang pada suatu perairan tenang maupun perairan yang mengalir, termasuk sungai, danau, dan kolam. Keberadaanya melimpah pada suatu area dengan arus yang sesuai dan substrat yang mendukung perkembangannya. Kelimpahannya berada pada sungai dengan gradien yang rendah. Hal ini disebabkan oleh tersedianya beberapa tipe habitat, arus yang cukup, kualitas air yang baik, dan tersedianya ikan sebagai inangnya. Sebaliknya, kelimpahan kijing air tawar Unionidae menurun pada sungai dengan gradien tinggi pada sungai berbatu di mana kekuatan erosif batuan dan arus air terlalu kuat bagi kijing yang masih muda. Beberapa spesies dapat ditemukan pada kolam maupun danau yang mempunyai substrat lumpur, memiliki oksigen terlarut yang rendah, dan air yang bersuhu hangat (Nedeau et al., 2009). Meskipun beberapa kijing air tawar Unionidae sangat sensitif terhadap polusi dan perubahan habitat, tetapi ada beberapa yang mampu bertahan pada perubahan lingkungan yang disebabkan oleh manusia Nilai penting bagi ekosistem Kerang air tawar memiliki beberapa nilai penting bagi ekosistem perairan. Nedeau et al., (2009) menerangkan bahwa kerang air tawar merupakan hewan yang memiliki masa hidup yang lama yaitu sekitar kurang lebih 70 tahun, sehingga dapat menyimpan nutrisi dan mineral, hal ini merupakan salah satu alasan kenapa kerang air tawar digunakan sebagai bioindikator ekosistem perairan jangka panjang. Sama halnya dengan peranan kerang air tawar dalam suatu

39 25 ekosistem perairan, kijing air tawar Unionidae memiliki peranan penting sebagai filter-feeder, yaitu organisme yang mendapatkan makanan berupa partikel sedimen, bahan-bahan organik, bakteri, dan fitoplankton dengan jalan menyaring air yang masuk ke dalam tubuhnya. Jumlah dan persentase partikel yang diambil dari perairan bergantung pada temperatur, konsentrasi partikel, ukuran kerang, dan spesiesnya (Vaughn dan Hakenkamp 2001 dalam Nedeau et al., 2009). Kijing air tawar Unionidae juga berinteraksi dengan sedimen tempat mereka tumbuh. Perilaku menggali tersebut mengakibatkan bercampurnya substrat dan terlepasnya substrat yang beroksigen sehingga menyediakan nutrien dan microrefugia untuk kehidupan bentik lainnya. Kerang air tawar juga menyediakan makanan untuk beberapa jenis hewan perairan seperti ikan, kura-kura, rakun, dan burung pemakan kerang. Cangkang yang retak dan telah lapuk merupakan sisa-sisa dari kerang air tawar yang tersebar pada bagian sungai merupakan bukti bahwa kerang tersebut merupakan mangsa dari predator terestrial. Cangkang kerang air tawar juga menyediakan habitat bagi berbagai kehidupan termasuk krustasea, perifiton, ikan, moluska, dan makroinvertebrata. Selain itu, pelapukan kerang dapat menjadi suplai daur kalsium karbonat yang ada pada suatu perairan (Nedeau et al., 2009) Tinjauan Pola Distribusi Distribusi populasi merupakan suatu keadaan di mana anggota-anggota populasi memberikan susunan dalam suatu habitat. Susunan pada suatu habitat tersebut dapat membentuk suatu pola sehingga dapat diketahui persebaran

40 26 populasi suatu organisme tertentu. Pola yang dibentuk oleh suatu organisme dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor. Menurut Krebs (2001), distribusi suatu organisme dalam suatu wilayah geografi dipengaruhi oleh kemampuan suatu spesies untuk memencar (dispersal), kebiasaan spesies (behavior) dalam pemilihan habitat yang tepat dan sesuai, adanya spesies lain yang menimbulkan interaksi di antara spesies-spesies tersebut, serta faktor fisik-kimia lingkungan. Pola distribusi spesies dibagi menjadi tiga pola yaitu, vertikal, transversal, dan longitudinal. Pola distribusi vertikal adalah suatu pola persebaran suatu spesies yang berada dalam suatu habitat yang mengalami perubahan pada taraf vertikal, sebagai contoh adalah komunitas plankton yang keberadaaanya pada suatu perairan yang mengalami perubahan yang disebabkan oleh intensitas matahari. Pola distribusi transversal merupakan suatu gambaran keberadaan spesies tertentu yang dapat dilihat secara tegak lurus, contohnya adalah persebaran komunitas mangrove yang digambarkan tegak lurus mulai dari bagian pinggir sampai bagian tengah garis pantai. Pola distribusi longitudinal yang dikaji di sini adalah pola kijing air tawar Unionidae pada setiap stasiun di sepanjang aliran sungai sehingga menghasilkan peta persebaran yang dapat digambarkan. Distribusi yang tidak teratur dari beberapa spesies kijing air tawar Unionidae berhubungan dengan pola distribusi dari ikan yang menjadi inang glochidia selama proses penyebaran (Brittton and Fuller, 1980).

41 Tinjauan Keanekaragaman Spesies Keanekaragaman spesies merupakan jumlah suatu spesies yang beragam pada suatu ekosistem. Keanekaragaman tersebut diakibatkan oleh posisi suatu organisme dalam klasifikasi taksonomi biologi. Keanekaragaman organisme dapat ditinjau dari tiga tingkatan, yaitu keanekaragaman tingkat genetik (variasi intraspesies), keanekaragaman tingkat spesies (variasi inter-spesies), dan keanekaragaman tingkat ekosistem (variasi ekosistem) (Primack, 1998): 1. Keanekaragaman tingkat genetik (variasi intra-spesies) Gen merupakan faktor penentu sifat yang dibawa oleh induk dan diberikan kepada anaknya. Komposisi gen dari induk tersebut akan memberikan susunan gen baru yang tidak sama dengan induknya. Keanekaragaman tingkat genetik biasanya dipengaruhi oleh perilaku reproduksi di antara individu pada populasi tersebut. Keanekaraman ini mencakup variasi genetik di dalam spesies, di antara populasi yang terpisah, serta di antara individu di dalam suatu populasi. 2. Keanekaragaman tingkat spesies (variasi inter-spesies) Merupakan keanekaragaman spesies atau variasi spesies yang menempati habitat atau wilayah tertentu. Keanekaragaman ini biasanya dijumpai pada suatu tempat tertentu yang dihuni oleh berbagai spesies. 3. Keanekaragaman tingkat ekosistem (variasi ekosistem) Mencakup variasi dalam komunitas biologi (tempat spesies hidup) dan dalam ekosistem (di mana komunitas berada), serta interaksi yang terjadi di antara level-level tersebut. Interaksi dapat terjadi antara spesies dengan lingkungan

42 28 biotik dan interaksi spesies dengan lingkungan abiotiknya seperti suhu, tanah, kelembapan. Selain itu, keanekaragaman juga dapat ditinjau dari definisi kuantitaif yang menunjukkan keanekaragaman spesies pada tiga skala geografi yang berbeda. Ditinjau dari tingkatan geografinya dapat dibedakan menjadi keanekaragaman alfa (α-diversity), keanekaragaman beta (β-diversity), dan keanekaragaman gamma (γ-diversity): a. Keanekaragaman Alfa (α-diversity) Merupakan kekayaan satu spesies dalam satu habitat atau komunitas. Keanekaragaman ini dapat dikelompokkan menjadi dua komponen berbeda, yaitu total spesies dan kemerataan spesies. Indeks yang menggabungkan kedua komponen tersebut menjadi satu nilai tunggal yang disebut Indeks Keanekaragaman. Peubah yang disatukan menjadi satu nilai tunggal adalah jumlah spesies, kelimpahan relatif spesies, dan kemerataan yang diukur dengan menentukan jumlah spesies dan kelimpahan relatif masing-masing spesies tersebut (Norris, 2003). b. Keanekaragaman Beta (β-diversity) Merupakan ukuran kecepatan perubahan dan besarnya perubahan spesies sepanjang gradien dari satu habitat ke habitat yang lainnya. Keanekaragaman ini dapat diartikan juga sebagai keanekaragaman di antara habitat yang dapat dihitung dengan cara membandingkan komposisi spesies dari dua area menggunakan indeks keanekaragaman alfa. Menurut Wilsey (2010), keanekaragaman beta sangat penting karena menyediakan link konseptual antara keragaman lokal dan

43 29 regional, secara langsung dapat mengukur jenis tanah, gangguan, penyebaran yang mempengaruhi keanekaragaman, dan sangat membantu dalam memahami mengapa terdapat spesies hilang yang tidak dapat dijelaskan melalui teori. c. Keanekaragaman Gamma (γ-diversity) Merupakan variasi pada suatu daerah yang mencakup keanekaragaman alfa (α-diversity) dan keanekaragaman beta (β-diversity), biasanya ditunjuk pada skala geografis yang lebih luas. Menurut Whittaker (1972), keanekaragaman gamma adalah kekayaan spesies dari berbagai habitat di daerah geografis yang diakibatkan oleh keanekaragaman alfa (individu pada suatu habitat) dan jangkauan diferensiasi atau keanekaragaman beta di antara mereka. Menurut Soegianto (2004), keanekaragaman spesies dapat menjadi suatu ungkapan dari struktur komunitas. Suatu komunitas dikatakan memiliki keanekaragaman tinggi apabila komunitas tersebut disusun oleh banyak spesies yang memiliki kelimpahan besar atau sama atau hampir sama. Sebaliknya, jika suatu komunitas tersebut disusun oleh beberapa spesies saja maka keanekaragaman spesiesnya rendah. Menambahkan lagi, menurut Soegianto (1994), keanekaraman yang tinggi menunjukkan suatu komunitas memiliki kompleksitas yang tinggi, karena dalam komunitas tersebut terjadi interaksi spesies yang tinggi pula. Konsep keanekaragaman spesies dapat digunakan untuk mengukur stabilitas komunitas yaitu kemampuan suatu komunitas untuk menjaga dirinya tetap stabil walaupun ada gangguan terhadap komponen-komponennya.

44 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Sungai Brantas pada bulan Januari Februari Identifikasi dan analisis sampel dilakukan di Laboratorium Biosistematika, Departemen Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga. Peta lokasi stasiun pengambilan sampel disajikan di Lampiran Alat dan Bahan Penelitian Alat penelitian Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Ponar Dredge, Global Positioning System (GPS), flow meter (Geopacks Flowmeter jenis MFP 51), termometer alkohol, timbangan digital, pinset, timba, baki, botol Winkler, water sampler, kamera digital, pensil, tabung titrasi (biuret), labu erlenmeyer, dan buku panduan untuk identifikasi kijing air tawar Unionidae Bahan penelitian Bahan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi kijing air tawar Unionidae, larutan formalin 5 6%, kertas ph universal, pipet, kertas label, kantong plastik, spidol marker, kertas tisu, larutan MnSO 4, thiosulfat 0,025 N, larutan alkali-iodida-azida, larutan H 2 SO 4, dan indikator amilum (kanji) Rancangan Penelitian

45 31 Penelitian ini bersifat deskriptif observasional, yaitu berupa pengambilan kijing air tawar Unionidae di berbagai lokasi sampling yang ada di Sungai Brantas. Sampel kemudian didata secara kualitatif maupun kuantitatif. Pengambilan data secara kualitatif adalah dengan cara mengambil sampel kijing air tawar Unionidae dan didokumentasikan dalam bentuk foto sehingga memudahkan dalam mengkarakterisasi. Sedangkan pengambilan data secara kuantitatif adalah dengan cara mengambil sampel kijing air tawar Unionidae untuk dihitung tingkat keanekaragaman, keseragaman, dominansi spesies, dan distribusi longitudinal Prosedur penelitian Persiapan sampling Tahapan persiapan sampling yang perlu dilakukan adalah mempersiapkan semua keperluan selama pengambilan sampel, meliputi orientasi medan, mempersiapkan peta lokasi pengambilan sampel, mempersiapkan alat yang akan digunakan dalam pengambilan sampel, dan menentukan titik-titik lokasi pengambilan sampel yang diasumsikan mewakili persebaran kijing air tawar Unionidae. Posisi koordinat stasiun pengambilan sampel disajikan pada Lampiran Pengambilan sampel Pengambilan sampel dilakukan pada lima belas stasiun dengan cara mengambil tiga plot di setiap stasiun. Pada setiap plot akan dilakukan replikasi pengambilan sampel sebanyak lima kali. Daerah plot yang di ambil berada pada

46 32 setengah lebar sungai dan dua plot bagian kanan kiri yang berada pada sepertiga lebar sungai. Data deskripsi perbedaan faktor lingkungan dan kegiatan masyarakat dicantumkan dalam tabel yang tertera di Lampiran 3. Pemilihan stasiun pengambilan sampel didasarkan atas keterwakilan kondisi lingkungan yang berbeda akibat pengaruh dominan pada setiap daerah (Lampiran 4). Penentuan stasiun sampling didasarkan atas hasil survei dan orientasi medan dengan memperhatikan lingkungan sekitarnya. Berdasarkan Brower et al., (1998), sampel kerang air tawar yang diambil berada di dasar sungai melekat pada substrat (bentic) sehingga teknik pengambilan sampel kerang air tawar dapat dilakukan dengan menggunakan Ponar Dredge. Pengambilan sampel dilakukan di masing-masing plot dengan luas area cakupan Ponar Dredge yang digunakan yaitu 15 cm x 15 cm. Berikut ini adalah daftar stasiun tempat pengambilan sampel kijing air tawar Unionidae di sepanjang Sungai Brantas (Tabel 3.1).

47 33 Tabel 3.1. Daftar Stasiun Tempat Pengambilan Sampel Kijing Air Tawar Unionidae di Sepanjang Sungai Brantas No. Kode Kota/Kabupaten Titik Sampling Stasiun 1 Wonorejo, Surabaya- Kali Wonokromo WN 2 Surabaya Joyoboyo, Surabaya - Kali Surabaya JYB 3 Waru Gunung, Surabaya-Kali Surabaya WG 4 Driyorejo, Gresik - Kali Surabaya DR 5 Gresik Wringin Anom, Gresik - Kali Surabaya WA1 6 Wringin Anom, Gresik - Kali Surabaya WA2 7 Jetis, Mojokerto - Kali Surabaya JTS Mojokerto 8 Mlirip, Mojokerto - Kali Brantas MJK 9 Kesamben, Jombang - Kali Brantas KSB 10 Jombang Cheil Jedang Ploso, Jombang - Kali Brantas CJI 11 Plandaan, Jombang - Kali Brantas PLD 12 Kertosono Patian Rowo, Kertosono - Kali Brantas PTR 13 Kediri Mojo, Kediri - Kali Brantas MJ 14 Sumber Gempol, Tulungagung-Kali Tulungagung Brantas SBG 15 Rejo Tangan, Tulungagung-Kali Brantas RJT Pengukuran faktor fisik-kimia Pengukuran faktor fisik-kimia dapat dilakukan secara langsung maupun tidak langsung. Pengukuran ini berfungsi untuk mengetahui parameter lingkungan perairan pada setiap stasiun. Berdasarkan metode Michael (1984) ada beberapa prosedur dalam mengukur faktor fisik-kimia, yaitu pengukuran langsung dan pengukuran tidak langsung.

48 34 1. Pengukuran secara langsung: a. Kecepatan arus Pengukuran kecepatan arus air dilakukan dengan flowmeter (Geopacks Flowmeter jenis MFP 51). Prosedur penggunan flowmeter yaitu dengan cara mencelupkan impeller ke badan air yang akan diukur kecepatan arusnya dengan kedalaman ±1 meter pada arah yang berlawanan dengan arah arus air. Kemudian alat dihidupkan dan dicatat angka yang ditunjukkan oleh layar LCD counter. Angka yang ditunjukkan tersebut menunjukkan seberapa banyak baling-baling impeller berputar saat terkena arus. Selanjutnya untuk mendapatkan nilai besarnya arus, angka yang didapat dikalibrasi dengan rumus yang tercantum pada buku penggunaan manual Geopacks sebagai berikut: Water Velocity (V) m/s = C Keterangan : V= kecepatan arus air ; C= angka pada layar LCD counter b. Suhu air (ºC) Suhu air diukur menggunakan termometer alkohol. Pengukuran dilakukan dengan cara memberi tali pada ujung termometer, kemudian mencelupkan ke dalam air selama ±5 menit pada kedalaman ±10 cm. Setelah termometer diangkat, segera dicatat angka yang ditunjukkan. Angka yang ditunjukkan merupakan besarnya suhu air tersebut. c. Derajat keasaman (ph) Derajat keasaman diukur menggunakan kertas ph atau indikator universal. Ujung kertas ph dicelupkan ke dalam air selama kurang lebih 0.5 menit. Kemudian perubahan warna yang ditunjukkan oleh kertas ph segera dicocokkan

49 35 dengan standart warna yang tertera pada bagian depan kotak pembungkus. Warna yang sesuai menunjukkan besarnya nilai ph pada air yang diukur. d. Kedalaman (m) Kedalaman sungai diukur menggunakan tali yang salah satu ujungnya diberi pemberat. Setelah tali tersebut dimasukkan ke dalam air, batas tali yang basah dengan batas tali yang kering diukur menggunakan meteran. 2. Pengukuran secara tidak langsung a. Dissolved oxygen (DO) Dissolved oxygen (DO) atau oksigen terlarut dalam air diukur dengan metode titrasi Winkler (Hariyanto dkk., 2008). Metode ini dilakukan dengan mengambil sampel air dari masing-masing plot di daerah penelitian yang kemudian dibawa ke Laboratorium Biosistematika untuk dilakukan proses selanjutnya. Hal penting yang dilakukan saat pengambilan sampel air adalah tidak terjadinya kontaminasi oksigen dari atmosfer ke dalam sampel air karena dapat mempengaruhi hasil oksigen terlarut yang akan diukur. Sampel air yang telah diambil di lapangan ditambahkan 2 ml larutan MnSO 4 di bawah permukaan cairan dengan menggunakan pipet volume. Kemudian menambahkan 2 ml larutan alkaliiodida-azida dengan pipet yang berbeda. Botol ditutup dengan hati-hati untuk mencegah terperangkapnya udara dari luar, kemudian menghomogenkan larutan dengan cara membolak-balikkan botol tersebut. Endapan yang ada dibiarkan sampai 10 menit. Setelah proses pengendapannya sempurna, bagian larutan yang jernih diambil dengan pipet volume sebanyak 100 ml dan dipindahkan ke dalam labu Erlenmeyer 500 ml. Berikutnya menambahkan 2 ml H 2 SO 4 pekat pada sisa

50 36 larutan yang mengendap dalam botol Winkler dengan cara mengalirkannya melalui dinding bagian dalam botol, kemudian botol segera ditutup kembali dan dikocok hingga seluruh endapan larut. Seluruh isi botol dituangkan ke dalam labu Erlenmeyer yang sama. Iodine yang dihasilkan dititrasi dengan larutan thiosulfat 0.02 N hingga terjadi perubahan warna menjadi coklat/ kuning muda. Selanjutnya ditambahkan indikator kanji sebanyak 2 ml hingga terjadi perubahan warna menjadi biru. Larutan tersebut kemudian dititrasi kembali dengan larutan thiosulfat hingga warna biru hilang pertama kali. Kemudian banyaknya larutan thiosulfat yang digunakan dalam proses titrasi dicatat. Untuk mencegah resiko perubahan oksigen yang terlarut dari sampel air yang diawetkan, maka prosedur titrasi di atas dapat juga dilakukan secara langsung di lapangan yaitu dengan prosedur kerja yang sama dan hanya mengganti tabung titrasi (buret) dengan suntikan (syringe) untuk melakukan titrasi. Oksigen Terlarut (OT) atau Dissolved Oxygen (DO) dalam sampel air tersebut kemudian dihitung menggunakan persamaan berikut : = Keterangan : OT = oksigen terlarut (mg O 2 /L) a N V = volume titran natrium thiosulfat (ml) = normalitas larutan natrium thiosulfat (ek/l) = volume botol Winkler (ml)

51 Penanganan dan analisis sampel kerang Penanganan dan analisis hasil sampling kerang meliputi empat tahap aktivitas meliputi sortasi, identifikasi, enumerasi data, dan visualisasi dengan penjelasan sebagai berikut. 1. Sortasi Sortasi dilakukan dengan cara memisahkan dan menyeleksi kerang yang diduga sebagai kijing air tawar Unionidae dari kelompok kerang lain atau substrat secara selektif dan hati-hati. Sampel kemudian dikelompokkan dalam wadah atau botol kolektor berdasarkan tingkat kemiripan morfologi (bentuk, alur, warna) dan difiksasi dengan larutan formalin 5 6 % serta diberi label identitas sampel. 2. Identifikasi Setiap spesimen kerang yang diduga sebagai kijing air tawar Unionidae kemudian diidentifikasi untuk mengetahui nama spesies dengan bantuan bukubuku panduan atau kunci determinasi dan identifikasi seperti Systematic Studies on the Non Marine Mollusc of the Indo-Australia Archipelago: Revision of Freshwater Bivalves (Jutting, 1953) dan The Mussels Project (Graf and Cumming, 2002) dan beberapa buku lain yang sesuai serta pemberian label pada setiap spesies kijing air tawar Unionidae. 3. Enumerasi data Setiap sampel kijing air tawar Unionidae yang didapatkan dan berhasil diidentifikasi dari setiap stasiun penelitian dihitung jumlah individunya untuk mendapatkan data tentang kelimpahan (dalam satuan individu/m 2 ) masing-masing spesies dengan cara mengkonversi jumlah individu yang didapatkan dikali dengan

52 38 luas cakupan Ponar Dredge yaitu sebesar, pada setiap stasiun maupun kelimpahan total masing-masing spesies di seluruh stasiun. 4. Visualisasi Visualisasi dilakukan dengan menggunakan kamera digital. Visualisasi berfungsi untuk menggambarkan hasil karakterisasi sehingga memudahkan dalam proses identifikasi Analisis data Data yang diperoleh kemudian dianalisis dan dipergunakan untuk menjawab setiap rumusan masalah mengenai: 1. Keberadaan spesies-spesies kijing air tawar Unionidae di Sungai Brantas. Untuk mengetahui keberadaan kijing air tawar Unionidae dijawab secara deskriptif dengan menyusun tabel keberadaan pada setiap stasiun. Penyusunan tabel bertujuan untuk mendapatkan data mengenai jumlah individu kijing air tawar persatuan luas (individu/m 2 ). 2. Untuk mengetahui tingkat keanekaragaman dan dominansi kijing air tawar Unionidae data diolah menggunakan Indeks keanekaragaman Shannon-Wienner dan Indeks Dominansi Simpson. a. Indeks Keanekaragaman Shannon-Wienner (H ) Keanekaragaman spesies (heterogenity) terkadang disebut juga keragaman (diversity) merupakan karakter unik dalam suatu komunitas (Brower et al., 1998). Analisis keanekaragaman dapat memberi gambaran mengenai stabilitas komunitas kijing air tawar Unionidae yang ada di Sungai Brantas. Jika indeks keanekaragaman tinggi artinya komunitas kijing air tawar Unionidae yang ada

53 39 pada sungai tersebut dalam keadaan stabil karena spesies kijing air tawar Unionidae yang mampu hidup dan beradaptasi dengan kondisi sungai tersebut sangat banyak. Indeks Keanekaragaman spesies dapat dihitung menggunakan formula Shannon-Wienner berdasarkan Romimohtarto dan Juwana (2001): = Keterangan : H = Indeks Keanekaragaman spesies Shannon-Wienner Pi = ni/n N = Total individu semua spesies ni = Jumlah individu spesies ke-i Indeks keanekaragaman yang didapat kemudian dimasukkan dalam kriteria keanekaragaman Lee et al., (1978) dalam Arisandi (1999): H <1,0 1,0<H <1,5 1,6<H <2,0 H >2,0 = Keanekaragaman sangat rendah = Keanekaragaman rendah = Keanekaragaman sedang = Keanekaragaman tinggi b. Indeks Dominansi Simpson (Di) Hasil analisis dominansi spesies kijing air tawar Unionidae pada aliran Sungai Brantas dapat memberikan gambaran mengenai stabilitas komunitas dan kondisi lingkungan sungai. Apabila dominansi tinggi (Di>50%), menandakan terjadinya dominansi spesies tertentu pada sungai tersebut. Indeks Dominansi dihitung menggunakan formula Simpson. = 100% Keterangan : Di = Indeks Dominansi ni = Jumlah individu tiap spesies N = Total individu semua spesies

54 40 Kriteria dominansi ditentukan sebagai berikut (Torgensen and Baxter, 2006): Dominan jika Di > 50% Subdominan (Umum) jika Di 10 50% Tidak dominan (Jarang) jika Di < 10% c. Indeks Kemerataan Pielou (E) Analisis kemerataan (evenness) menunjukkan pola kemerataan kelimpahan di antara spesies dalam komunitas persebaran kijing air tawar Unionidae di setiap stasiun pengambilan sampel. Jika indeks kemerataan tinggi maka sebaran kijing air tawar Unionidae di Sungai Brantas merata, hal ini menunjukkan bahwa faktor fisika-kimia lingkungan dan nutrisi mendukung pertumbuhan komunitas kijing air tawar Unionidae. Indeks kemerataan dapat dihitung menggunakan rumus Indeks evenness Pielou (E) sebagai berikut: = ln Keterangan : E = Indeks Evenness Pielou H = Indeks Keanekaragaman Shannon-Wienner S = Jumlah spesies Indeks Kemerataan (evenness) yang diperoleh kemudian dimasukkan dalam kriteria (Kusnandar dkk, 2010) sebagai berikut: E<0,4 0,4<E<0,6 0,6>E 1 Kemerataan antar spesies dalam populasi rendah. Kemerataan antar spesies dalam populasi sedang. Kemerataan antar spesies dalam populasi tinggi. Distribusi kijing air tawar Unionidae dilihat dari keberadaan masingmasing spesies pada setiap stasiun sampling di sepanjang Sungai Brantas. Keberadaan yang dimaksud adalah ada atau tidaknya spesies tertentu pada stasiun

55 41 sampling. Frekuensi keberadaan suatu spesies di semua stasiun sampling menggambarkan kontinuitas distribusi yang diperlihatkan oleh kijing air tawar Unionidae di sepanjang Sungai Brantas.

56 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian Penelitian ini dilakukan di Sungai Brantas dengan mengambil 15 stasiun tempat pengambilan sampel dimulai dari bagian hilir di Kota Surabaya sampai dengan bagian hulu di Kabupaten Tulungagung yang telah ditentukan pada penelitian periode April Mei Posisi koordinat dan lokasi tempat pengambilan sampel ditampilkan pada Lampiran 2, sedangkan data deskripsi kondisi lingkungan di sekitar lokasi tempat pengambilan sampel disajikan pada Lampiran 3. Penelitian ini dilengkapi dengan hasil pengukuran parameter fisika kimia air yang berguna untuk mengetahui kondisi Sungai Brantas pada saat dilakukan pengambilan sampel kijing air tawar Unionidae. Parameter yang diukur adalah kecepatan arus, ph air, suhu air, kedalaman sungai, dan DO (dissolved oxygen). Hasil kijing air tawar Unionidae yang didapatkan selama pengambilan sampel di Sungai Brantas didata dan dianalisis sehingga diperoleh data olahan berupa kelimpahan (individu/m 2 ), keanekaragaman, kemerataan, dan dominansi spesies. Berikut ini adalah tabel mengenai data pengukuran hasil parameter fisika kimia pada periode di Sungai Brantas.

57 43 Tabel 4.1. Data Hasil Pengukuran Parameter Fisika Kimia Air di Sungai Brantas Periode Januari Maret 2012 Tanggal Parameter Fisika Kimia Air Stasiun pengambilan Penelitian Kecepatan Kedalaman Suhu DO sampel ph Arus (m/s) (m) ( C) (mgo 2 /l) 1 28/2/2012 1,29 3,2 6 29,3 6, /2/ ,25 4, , /2/ ,41 2,6 6 31,7 6, /2/ ,49 3, , /2/ ,48 3,5 6,3 32 6, /2/ ,51 3,1 6 29,3 9, /2/ ,51 2,0 6 30,3 9, /2/ ,64 7,8 6 28,7 10, /2/ ,83 3,4 6 30,7 9, /2/ ,78 5, , /2/ ,88 4,1 6 29,3 8, /2/ ,65 3, , /2/ ,39 3,2 6 28,7 9, /2/ ,23 2,7 5,6 29,3 7, /2/ ,43 3,1 5,8 28,3 6,6 Dari Tabel 4.1 dapat dijelaskan bahwa kecepatan arus bervariasi antara 0,25 2,23 m/s, kecepatan arus tertinggi ada pada stasiun 14 dengan nilai 2,23 m/s dan terendah terletak pada stasiun 2 dengan nilai 0,25 m/s. Kedalaman sungai mencapai 7,8 meter pada stasiun 8 dan merupakan terdalam pada periode ini, sedangkan stasiun yang terdangkal adalah stasiun 7 yang hanya mencapai 2 meter. Untuk pengukuran ph air, pada seluruh stasiun pengambilan sampel memiliki rata-rata yang hampir sama yaitu 6, tetapi stasiun 6 memiliki ph 6,3 dan terendah pada stasiun 14 dengan nilai 5,6. Suhu air pada seluruh stasiun penelitian berkisar antara 28 32ºC, suhu air tertinggi pada stasiun 5 dan suhu air terendah pada stasiun 12. Kadar oksigen terlarut (DO) air juga bervariasi pada seluruh stasiun, berkisar antara 5,9 10,6 mgo 2 /l, tertinggi pada stasiun 8 dan terendah pada stasiun 2.

58 Spesies-spesies Kijing Air Tawar Unionidae di Sungai Brantas Hasil pengambilan sampel kijing air tawar Unionidae di 15 stasiun penelitian diperoleh empat spesies yaitu Contradens contradens, Elongaria orientalis, Pilsbryoconcha exilis, dan Rectidens sumatrensis. Hasil perolehan ini berbeda dengan penelitian periode April Mei 2011 (Ramadani, 2011) yang hanya memperoleh tiga spesies yaitu Contradens contradens, Elongaria orientalis, dan Rectidens sumatrensis tanpa menemukan Pilsbryoconcha exilis. Klasifikasi dan karakterisasi masing-masing spesies kijing air tawar Unionidae tersebut dijelaskan sebagai berikut. 1. Contradens contradens Kedudukan Contradens contradens dalam sistem klasifikasi dunia hewan dapat dilihat sebagai berikut (Graf and Cumming, 2010) Kingdom Phylum Class Order Family : Animalia : Mollusca : Bivalvia : Unionoida : Unionidae Genus : Contradens (Haas, 1913) Species : Contradens contradens (Lea, 1838) Local name : Kijing

59 45 Contradens contradens memiliki cangkang berbentuk lonjong atau belah ketupat tidak teratur dan agak melebar. Umbo lebih menonjol dengan tekstur lebih jelas. Tepi dorso-posterior cangkang tampak jelas lurus, membentuk sudut dan sayap. Warna cangkang luar hijau kekuningan-kecoklatan, bagian sayap berwarna lebih gelap. Warna cangkang dalam (nacreous) percampuran antara putih, pink, dan hijau. Permukaan cangkang kusam terutama bagian sayap, bagian apeks lebih licin. Terdapat gigi cardinal dan lateral yang masing-masing berjumlah dua pada cangkang sebelah kiri sedangkan dua gigi cardinal dan satu gigi lateral pada cangkang sebelah kanan. Perbandingan morfometri lebar : panjang : tinggi = 1 : 3,91 : 2,23. Gambar 8. Morfologi cangkang Contradens contradens. A. keping kanan, B. keping kiri; in: cangkang internal; aa: aduktor anterior; ap: aduktor posterior; gp: garis pallial; ex: cangkang eksternal; um: umbo; gk: garis konsentris. (Dokumentasi pribadi) 2. Elongaria orientalis Kedudukan Elongaria orientalis dalam klasifikasi dunia hewan dapat dilihat sebagai berikut (Graf and Cumming, 2010)

60 46 Kingdom Phylum Class Order Family : Animalia : Mollusca : Bivalvia : Unionoida : Unionidae Genus : Elongaria (Haas, 1913) Species : Elongaria orientalis (Lea, 1840) Local name : Kijing Elongaria orientalis memiliki cangkang berbentuk bulat telur memanjang, warna cangkang hijau kecoklatan sampai coklat tua pada spesimen yang sudah dewasa, dan berwarna hijau muda sampai kebiruan pada spesimen yang masih muda. Warna cangkang dalam (nacreous) percampuran antara putih, pink, kuning kehijauan. Permukaan cangkang pada bagian tepi dorso-ventral kusam, pada cangkang tua bagian tepi lebih kusam. Umbo tidak terlalu berkembang dengan rib-konsentris seperti ombak. Valve tampak samping terlihat menyempit. Cangkang sebelah kiri memiliki masing-masing dua gigi lateral dan gigi cardinal sedangkan sebelah kanan memiliki hanya satu gigi lateral dan dua gigi cardinal. Perbandingan morfometri cangkang lebar : panjang : tinggi = 1 : 4,17 : 1,63.

61 47 Gambar 9. Morfologi cangkang Elongaria orientalis. A. keping kanan, B. keping kiri; in: cangkang internal; aa: aduktor anterior; ap: aduktor posterior; gp: garis pallial; ex: cangkang eksternal; um: umbo; gk: garis konsentris. (Dokumentasi pribadi) 3. Pilsbryoconcha exilis Kedudukan Elongaria orientalis dalam klasifikasi dunia hewan dapat dilihat sebagai berikut (Graf and Cumming, 2010) Kingdom Phylum Class Order Family Genus Species Local name : Animalia : Mollusca : Bivalvia : Unionoida : Unionidae : Pilsbryoconcha (Haas, 1912) : Pilsbryoconcha exilis (Lea, 1838) : Kijing Pilsbryoconcha exilis memiliki cangkang berbentuk bulat telur memanjang berwarna kuning kecoklatan atau hijau kecoklatan, tipis dan transparan, spesimen yang masih segar tampak mengkilat. Tepi dorsal dan ventral hampir sejajar, serat

62 48 epidermis pada bagian depan dan belakang, lebih halus padaa bagian tengah cangkang. Warna cangkang dalam (nacreous) percampuran antaraa putih, pink, dan hijau. Ligamen panjang dan sempit, tidak terdapat gigi pada hinge. Perbandingan morfometri cangkangg lebar : panjang : tinggi = 1 : 3,17 : 1,57. Gambar 10. Morfologi cangkang Pilsbryoconcha exilis. A. keping kanan, B. keping kiri; in: cangkang internal; aa: aduktor anterior; ap: aduktor posterior; gp: garis pallial; ex: cangkang eksternal; um: umbo; gk: garis konsentris. (Dokumentasi pribadi) 4. Rectidens sumatrensis Kedudukan Elongaria orientalis dalam klasifikasi dunia hewan dapat dilihat sebagai berikut (Graf and Cumming, 2010) Kingdom Phylum Class Order Family Genus Species Local name : Animalia : Mollusca : Bivalvia : Unionoida : Unionidae : Rectidens (Simpson, 1900) : Rectidens sumatrensis (Dunker, 1852) : Kijing

63 49 Rectidens sumatrenis memiliki cangkang berbentuk ellips memanjang, terdapat garis konsentris beraturan, pada tepi dorso-posteriorr membulat dan memanjang, lekuk dorso-ventral berbentuk cembung. Warna coklat kekuningan pada kijing muda dan coklat kehitaman pada kijing tua. Warna cangkang dalam (nacreous) percampuran antara putih, pink, dan hijau. Permukaan cangkang kusam terutama bagian sayap. Umbo terlihat tidak tampak berkembang dengan tekstur yang berombak. Memiliki dua atau lebih gigi lameliform di setiap cangkang. Perbandingan morfometri cangkang lebar : panjang : tinggi = 1 : 3,40 : 1,74. Gambar 11. Morfologi cangkang Rectidens sumatrensis. A. keping kanan, B. keping kiri; in: cangkang internal; aa: aduktor anterior; ap: aduktor posterior; gp: garis pallial; ex: cangkang eksternal; um: umbo; gk: garis konsentris. (Dokumentasi pribadi) Kelimpahan dan dominansi spesies kijing air tawar Unionidae di Sungai Brantas Pengambilan sampel kijing air tawar Unionidae di Sungai Brantas pada 15 stasiun penelitian didapatkan jumlah total sebanyak 100 individu yang terkonsentrasi hanya pada empat stasiun saja, yaitu stasiun 3 6 (Lampiran 4).

64 50 Kelimpahan total kijing air tawar Unionidae diseluruh stasiun di Sungai Brantas pada 15 stasiun sebanyak 69 individu/m 2 yang terdiri atas empat spesies, yaitu Contradens contradens sebanyak 22 individu/m 2, Elongaria orientalis sebanyak 26 individu/m 2, Pilsbryoconcha exilis sebanyak 11 individu/m 2, dan Rectidens sumatrensis sebanyak 10 individu/m 2. Data hasil pengambilan sampel tersebut kemudian dianalisis lebih lanjut dengan menghitung nilai kelimpahan dan dominansi pada setiap stasiun penelitian. Data disajikan secara ringkas pada Tabel 4.2. Tabel 4.2. Kelimpahan (ni, individu/m 2 ) dan Dominansi (Di, %) Masing- Masing Spesies Kijing Air Tawar Unionidae di Sungai Brantas Stasiun Penelitian Spesies Total ni Di ni Di ni Di ni Di ni Di C. contradens E. orientalis P.exilis R. sumatrensis Total Keanekaragaman (H) 1,28 0,69 0 1,19 1,23 Evennes (E) 0, ,85 0,89 Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa keempat spesies kijing air tawar Unionidae di Sungai Brantas hanya didapati pada stasiun 3, 4, 5, dan 6, dengan keberadaan setiap spesies pada masing-masing stasiun tidak sama. Contradens contradens ditemukan pada stasiun 3, stasiun 4, dan stasiun 6, Elongaria orientalis ditemukan di stasiun 3, stasiun 5, dan stasiun 6, Pilsbryoconcha exilis ditemukan di stasiun 3 dan stasiun 6, Rectidens sumatrensis ditemukan pada stasiun 3, stasiun 4, dan stasiun 6. Pada stasiun 3 dan stasiun 6 sama-sama diperoleh empat spesies kijing air tawar Unionidae. Meskipun sama-sama

65 51 diperoleh empat spesies kijing air tawar di stasiun tersebut, namun kelimpahan dan dominansi masing-masing spesies berbeda antar stasiun. Apabila ditinjau dari setiap stasiun, stasiun 3 menduduki urutan pertama dengan kelimpahan total sebanyak 51 individu/m 2, disusul dengan stasiun 6, stasiun 4, dan kelimpahan total terendah berada pada stasiun 5 hanya dengan 3 individu/m 2. Contradens contradens memiliki kelimpahan 15 individu/m 2 dan menduduki peringkat kedua spesies yang mendominansi dengan nilai 29% pada stasiun 3, sedangkan pada stasiun 6 menduduki peringkat pertama dengan nilai kelimpahan 4 individu/m 2 dan mendominasi sebesar 44% pada stasiun tersebut. Elongaria orientalis merupakan spesies terbanyak yang ditemukan di stasiun 3 dengan nilai kelimpahan 21 individu/m 2 dan mendominasi 41% di stasiun tersebut, sedangkan di stasiun 6 ada dua spesies yang menduduki peringkat kedua yaitu Elongaria orientalis dan Pilsbryoconcha exilis dengan perolehan nilai kelimpahan 2 individu/m 2 dan dominansi yang sama besar pada stasiun tersebut yaitu 22%. Pilsbryoconcha exilis memiliki kelimpahan 9 individu/m 2 dan dominansi sebesar 18% di stasiun 3. Rectidens sumatrensis sama-sama memiliki kelimpahan dan dominansi terendah pada stasiun 3 dan stasiun 6, pada stasiun 3 hanya diperoleh 6 individu/m 2 dan dominansi sebesar 12% sedangkan pada stasiun 6 hanya diperoleh 1 individu/m 2 dengan nilai dominansi hanya 11%. Pada stasiun 4 ditemukan dua spesies kijing air tawar Unionidae yaitu Contradens contradens dan Rectidens sumatrensis dengan kelimpahan 3 individu/m 2 dan dominansi 50% pada dua spesies tersebut. Sedangkan pada stasiun 5 hanya diperoleh satu spesies kijing air tawar Unionidae yaitu Elongaria orientalis

66 52 dengan nilai kelimpahan 3 individu/m 2 dan dominansi pada stasiun tersebut sebesar 100%. Total nilai kelimpahan masing-masing spesies kijing air tawar Unionidae di Sungai Brantas berkisar antara individu/m 2, Elongaria orientalis menduduki peringkat pertama dengan kelimpahan sebesar 26 individu/m 2, sedangkan kelimpahan terendah diperoleh Rectidens sumatrensis (10 individu/m 2 ). Indeks dominansi spesies kijing air tawar Unionidae di Sungai Brantas memiliki kisaran nilai 14 38% dengan dominansi tertinggi oleh Elongaria orientalis (38%) dan dominansi terendah oleh Rectidens sumatrensis (14%) Keanekaragaman dan kemerataan spesies kijing air tawar Unionidae di Sungai Brantas Keanekaragaman spesies organisme di dalam suatu komunitas biotik dapat memberikan gambaran mengenai stabilitas komunitas di dalam ekosistem tersebut. Jika indeks keanekaragaman tinggi artinya komunitas organisme yang ada pada sungai tersebut dalam keadaan stabil karena organisme yang mampu hidup dan beradaptasi dengan kondisi sungai tersebut sangat banyak. Hasil penghitungan indeks keanekaragaman spesies kijing air tawar Unionidae di Sungai Brantas pada setiap stasiun bervariasi mulai dari 0,69 1,28. Indeks keanekaragaman terendah berada di stasiun 4 dengan nilai 0,69 dan Indeks keanekaragaman tertinggi sebesar di stasiun 3 dengan nilai 1,28. Nilai tersebut menunjukkan bahwa tingkat keanekaragaman kijing air tawar Unionidae tergolong rendah pada stasiun 3 dan stasiun 6. dan tergolong sangat rendah pada stasiun 4.

67 53 Kemerataan spesies kijing air tawar Unionidae di Sungai Brantas menunjukkan pola kemerataan kelimpahan di antara spesies dalam komunitas persebaran kijing air tawar Unionidae di setiap stasiun pengambilan sampel. Jika indeks kemerataan tinggi maka sebaran kijing air tawar Unionidae di Sungai Brantas merata, hal ini menunjukkan bahwa faktor fisika-kimia lingkungan dan nutrisi mendukung pertumbuhan komunitas kijing air tawar Unionidae. Hasil dari pengambilan sampel menunjukkan indeks kemerataan setiap stasiun memiliki nilai bervariasi antara 0 1. Tingkat kemerataan kijing air tawar Unionidae tergolong tinggi pada stasiun 3 dengan nilai 0,93, stasiun 4 (1), dan staisun 6 (0,85). Tingkat kemerataan rendah berada pada stasiun 5 (0) Distribusi spesies kijing air tawar Unionidae di Sungai Brantas Untuk mengetahui pola distribusi longitudinal kijing air tawar Unionidae di Sungai Brantas digunakan sebuah pemetaan persebaran keempat spesies kijing air tawar Unionidae yang digambarkan pada setiap stasiun pengambilan sampel. Distribusi keberadaan keempat spesies kijing air tawar Unionidae di Sungai Brantas pada seluruh stasiun penelitian ditampilkan pada Tabel 4.3. Apabila dilihat menurut (Tabel 4.2) keberadaan dan kelimpahan kijing air tawar Unionidae di Sungai Brantas menunjukkan adanya peningkatan menuju ke arah hilir (stasiun 6- stasiun 3).

68 54 Tabel 4.3. Keberadaan Spesies Kijing Air Tawar Unionidae Pada Seluruh Stasiun Pengambilan Sampel di Sungai Brantas Stasiun Penelitian Keberadaan Spesies Kijing Air Tawar Unionidae pada Setiap Stasiun Penelitian di Sungai Brantas C. contradens E. orientalis P. exilis R. sumatrensis Keterangan : - : tidak ditemukan + : ditemukan Dari Tabel 4.3 diketahui bahwa dari 15 stasiun pengambilan sampel distribusi kijing air tawar Unionidae di Sungai Brantas hanya terkonsentrasi pada empat stasiun penelitian, yaitu: stasiun 3 yang berlokasi di daerah Waru Gunung, stasiun 4 (Driyorejo), stasiun 5 (Wringin Anom), dan stasiun 6 (Wringin Anom2) yang merupakan bagian dari aliran Kali Surabaya. Dari 4 stasiun yang mengandung spesies kijing air tawar Unionidae, keberadaan masing-masing spesies hanya menempati 2 3 stasiun pengambilan sampel. Pada stasiun 3 yang berlokasi di Waru Gunung dan stasiun 6 yang berlokasi di Wringin Anom2 didapatkan empat macam spesies kijing air tawar Unionidae yaitu Contradens contradens, Elongaria orientalis, Pilsbryoconcha exilis, dan Rectidens sumatrensis. Pada stasiun 4 yang berlokasi di Driyorejo didapatkan dua spesies

69 55 spesies yaitu, Contradens contradens, dan Rectidens sumatrensis. Selain itu, pada stasiun 5 yang berlokasi di Wringin Anom2 hanya diperoleh satu spesies, yaitu Elongaria orientalis. Berdasarkan data terkait dapat diketahui bahwa pola distribusi empat spesies kijing air tawar Unionidae yang ditemukan di Sungai Brantas termasuk tidak kontinyu bila dilihat dari keseluruhan stasiun pengambilan sampel, dan termasuk kontinyu bila ditinjau berdasarkan keberadaannya yang hanya ada di empat titik pengambilan sampel yang berada di daerah aliran Kali Surabaya Pembahasan Penelitian ini merupakan suatu bagian dari penelitian periode April Mei 2011 dan menjadi penelitian lanjutan yang sudah dirancang untuk mendapatkan data tentang keberadaan kijing air tawar Unionidae di Sungai Brantas dengan cara melakukan pengambilan sampel sebanyak empat kali dalam satu tahun. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memperbarui hasil dan menambah informasi dari penelitian periode April Mei Pada penelitian ini ditemukan empat spesies kijing air tawar Unionidae di Sungai Brantas, yaitu: Contradens contradens, Elongaria orientalis, Pilsbryoconcha exilis, dan Rectidens sumatrensis. Persebaran empat spesies kijing air tawar Unionidae di Sungai Brantas pada periode ini hanya berada di dua daerah pada stasiun pengambilan sampel, yaitu daerah Surabaya (stasiun 3) dan Gresik (stasiun 4, stasiun 5, dan stasiun 6) yang merupakan bagian dari aliran Kali Surabaya, yaitu: stasiun 3 (Waru Gunung), stasiun 4 (Driyorejo), stasiun 5 dan stasiun 6 (Wringin Anom). Hal ini

70 56 menunjukkan distribusi atau persebaran kijing air tawar Unionidae hanya kontinyu di empat stasiun tersebut, dan tidak kontinyu apabila dilihat dari keseluruhan stasiun yang ada. Laporan hasil penelitian terdekat yang mengungkapkan keberadaan kijing air tawar Unionidae dilakukan oleh (Ramadani, 2011). Pada penelitian tersebut hanya didapatkan tiga spesies kijing air tawar Unionidae di Sungai Brantas yaitu, Contradens contradens, Elongaria orientalis, dan Rectidens sumatrensis. Sehingga dapat diketahui bahwa penelitian tersebut tidak mendapati adanya Pilsbryoconcha exilis dan Pseudodon vondenbuschianus. Penelitian dan informasi mengenai keberadaan, persebaran kijing air tawar Unionidae di Indonesia masih sangat sedikit dilakukan. Satu-satunya acuan untuk mengetahui keberadaan kijing air tawar Unionidae di Indonesia hanya berdasar laporan yang dirangkum oleh (Jutting, 1953) dan penelitian periode sebelumnya (Ramadani, 2011). Menurut Jutting 1953, terdapat enam spesies kijing air tawar Unionidae yang ada di Pulau Jawa dan lima spesies di antaranya terdapat di Sungai Brantas. Kelima spesies tersebut adalah Contradens contradens, Elongaria orientalis, Pilsbryoconcha exilis, Pseudodon vondenbuschianus, dan Rectidens sumatrensis. Sedangkan satu spesies kijing air tawar Unionidae Physunio eximius dapat ditemukan di Sungai Bengawan Solo. (Ramadani, 2011) mengungkapkan, adanya perbedaan daftar spesies yang ditemukan dengan yang dilaporkan Jutting kemungkinan disebabkan oleh perubahan kondisi lingkungan sungai yang cukup signifikan mengingat jarak tahun yang terlampau jauh (1953 hingga 2011).

71

72 58 sumatrensis sedangkan pada penelitian sebelumnya kelimpahan terendah oleh Contradens contradens. Penghitungan indeks dominansi kijing air tawar Unionidae di Sungai Brantas pada periode ini memperoleh hasil antara 14 38%. Elongaria orientalis mempunyai nilai dominansi tertinggi dengan nilai 38%, sedangkan dominansi terendah oleh Rectidens sumatrensis (14%). Sedangkan pada periode sebelumnya, indeks dominansi berkisar antara 27 40%. Elongaria orientalis juga mendominasi dibandingkan kedua spesies yang ditemukan di Sungai Brantas pada periode tersebut dengan nilai dominansi 40%, nilai indeks dominansi terendah tercatat oleh Contradens contradens (27%). Indeks keanekaragaman spesies kijing air tawar Unionidae di Sungai Brantas secara keseluruhan dengan tanpa membedakan stasiun diperoleh hasil sebesar 1,23 (tergolong tingkat keanekaragaman rendah), sedangkan indeks keanekaragaman pada setiap stasiun bervariasi dari 0 1,28 (tingkat keanekaragaman berkisar antara sangat rendah rendah). Indeks keanekaragaman terendah berada di stasiun 5 dengan nilai 0 dan Indeks keanekaragaman tertinggi sebesar di stasiun 3 dengan nilai 1,28. Indeks keanekaragaman pada periode ini juga mengalami perbedaan dengan periode April Mei 2011, indeks keanekaragamannya sebesar 1,09 bila dilihat dari seluruh stasiun. Variasi nilai indeks keanekaragaman berkisar antara 0,69 1,08. Keanekaragaman spesies pada stasiun 3 5 tergolong rendah dan pada stasiun lainnya keanekaragaman sangat rendah.

73 59 Perbedaan hasil kijing air tawar Unionidae yang diperoleh dua periode ini dapat terjadi karena penyebaran spesies dan populasi kijing air tawar Unionidae ditentukan oleh sifat fisika kimia air. Sifat fisik perairan seperti kedalaman, kecepatan arus, kekeruhan atau kecerahan, substrat dasar dan suhu air. Sifat kimia antara lain kandungan oksigen terlarut, ph, bahan organik, dan kandungan hara berpengaruh terhadap hewan bentos termasuk kijing air tawar Unionidae. Sifatsifat fisika kimia air berpengaruh langsung maupun tidak langsung bagi kehidupan kijing air tawar Unionidae. Berdasarkan komparasi dari hasil pengukuran parameter fisika kimia air, diketahui bahwa kondisi lingkungan sungai saat penelitian ini berbeda dengan kondisi lingkungan sungai pada penelitian April Mei 2011 (Ramadani, 2011). Perbedaan fluktuasi parameter fisika kimia disajikan secara grafik pada Lampiran 7 dan disajikan pada Tabel 5.2. Bila setiap parameter fisika kimia air yang di atas dibandingkan, akan memberikan nilai yang berbeda antara dua periode penelitian. Selain itu, perubahan tidak hanya terjadi pada nilai parameter fisika kimia air yang diukur, tetapi nilai minimum dan maksimum setiap parameter juga berubah pada titik pengambilan sampel. Kecepatan arus pada periode ini mempunyai nilai berkisar antara 0,25 2,23 m/s, nilai terendah pada stasiun 2 dan nilai tertinggi pada stasiun 14 sedangkan pada periode April Mei 2011 hanya berkisar antara 0,08 1,1 m/s dengan nilai terendah pada stasiun 7 dan tertinggi pada stasiun 15. Kedalaman sungai juga mengalami perbedaan, hal ini dapat dilihat dari kedalaman pada periode ini yaitu sekitar 2 7,8 meter, terdangkal pada stasiun 7 dan terdalam pada

74 60 stasiun 8 sedangkan pada periode sebelumnya berkisar 2 5,6 meter, terdangkal pada stasiun 14 dan 15 dan terdalam pada stasiun 10. Tabel 5.2. Data Perbandingan Rata-Rata Pengukuran Parameter Fisika Kimia Air Periode dengan Periode April Mei Stasiun Penelitian Rata-Rata Hasil Parameter Fisika Kimia Air Kecepatan Kedalaman DO ph Suhu ( C) Arus (m/s) (m) (mgo 2 /l) A B A B A B A B A B Keterangan : A : Periode penelitian B: Periode penelitian April Mei 2011 Kecepatan arus yang tinggi dan kedalaman air pada saat pengambilan sampel periode ini mempengaruhi hasil pengambilan kijing air tawar Unionidae. Kecepatan arus mengakibatkan kinerja dan teknik dalam pengambilan sampel terganggu karena Ponar dredge yang dipakai dalam pengambilan sampel ikut terbawa arus dan tidak bisa menyentuh dasar perairan sebagaimana mestinya. Sedangkan faktor kedalaman air berpengaruh terhadap posisi pengambilan sampel pada dua periode penelitian ini. Berikut adalah ilustrasi penampang melintang

75 A B

76 62 Perbedaan juga dapat dilihat pada kisaran nilai ph air di 15 stasiun pengambilan sampel, pada periode ini terdapat variasi angka yang ditunjukkan oleh indikator ph yaitu 5,6 6,3, ph terendah pada stasiun 14 dan tertinggi pada stasiun 5, hal ini menunjukkan bahwa kondisi air Sungai Brantas yang diwakili oleh 15 stasiun pengambilan sampel bersuasana basa, berbeda dengan kondisi air Sungai Brantas pada periode sebelumnya yang bersifat netral karena indikator ph menunjukkan angka yang seragam pada seluruh stasiun pengambilan sampel yaitu 7. Bagi bivalvia, suhu merupakan salah satu faktor pengontrol tingkat pertumbuhan. Suhu sangat besar pengaruhnya pada kehidupan kerang-kerangan terutama yang hidup di daerah yang mempunyai empat musim, namun di perairan tropis pengaruh suhu tidak begitu nyata karena fluktuasi suhu tidak besar (Pantjara et al., 1992). Suhu air pada periode ini berkisar antara 28 32ºC, suhu terendah pada stasiun 12 dan suhu tertinggi pada stasiun 3 sedangkan pada periode sebelumnya berkisar antara 27 31ºC. Suhu pada dua periode ini masih dalam kisaran toleransi, karena kisaran suhu normal agar jenis kerang-kerangan dapat hidup di daerah tropis yaitu 20 C 35 C dengan fluktuasi tidak lebih dari 5 C (Kastoro, 1988). Disolved Oxygen (DO) merupakan banyaknya oksigen terlarut dalam suatu perairan. Oksigen terlarut di dalam air dihasilkan dari proses fotosintesis tumbuhan air dan dari udara yang masuk melalui proses difusi yang secara lambat masuk menembus permukaan air (Wardhana, 1995). Kisaran toleransi makrozoobentos terhadap oksigen terlarut berbeda-beda. Menurut Sastrawijaya (1991) kehidupan makrozoobentos dapat bertahan jika ada oksigen terlarut

77 63 minimum sebanyak 5 mgo 2 /liter, selebihnya tergantung kepada ketahanan organisme, derajat keaktifan, kehadiran pencemar, temperatur air dan sebagainya. Kandungan oksigen terlarut juga mampu mempengaruhi jumlah jenis bentos di perairan. Hasil pengukuran oksigen terlarut (DO/dissolved oxygen) juga mengalami perbedaan yaitu berkisar antara 5,9 10,6 mgo 2 /liter dengan nilai DO terendah pada stasiun 2 dan tertinggi pada stasiun 8 untuk periode ini. Bila dibandingkan dengan hasil penelitian periode April Mei 2011 bernilai mgo 2 /liter nilai DO terendah terdapat pada stasiun 10 dan tertinggi pada stasiun 6. Meskipun tidak sering disebut sebagai kontributor utama terhadap penurunan kijing air tawar Unionidae di Sungai Brantas, landskap perubahan seperti urbanisasi, adanya pemukiman di sepanjang sungai yang menyebabkan terjadinya modifikasi DAS dan dapat mengurangi kualitas sungai dan mengubah komunitas makroinvert yang ada di perairan. Selain itu, adanya perlakuan dari masyarakat terhadap habitat kijing air tawar Unionidae seperti penambangan pasir liar yang menyebabkan substrat tempat hidup menjadi terangkat dan berubah, masuknya limbah pabrik dan limbah rumah tangga ke sungai yang menyebabkan perbedaan ph sehingga mempengaruhi keberadaan kijing air tawar Unionidae di Sungai Brantas. Penambahan bahan organik maupun anorganik berupa limbah ke dalam perairan selain mengubah susunan kimia air, juga mempengaruhi sifat-sifat biologi dari perairan tersebut. Banyaknya bahan organik di dalam perairan menyebabkan menurunnya kadar oksigen terlarut di dalam perairan dan jika keadaan ini berlangsung lama menyebabkan perairan menjadi anaerob, sehingga organisme aerob akan mati.

78 64 Selain beberapa faktor yang sudah disebutkan di atas, ketidakkontinyuan persebaran kijing air tawar Unionidae pada sistem Sungai Brantas di 15 stasiun penelitian kemungkinan besar juga disebabkan karena adanya waduk dan bangunan sungai sebagai pengendali debit air. Menurut informasi yang didapatkan dari Perum Jasa Tirta, Setidaknya ada 7 waduk dan 10 bangunan sungai sebagai pengendali debit air di sepanjang aliran Sungai Brantas. Keberadaan bangunan tersebut secara tidak langsung memutuskan aliran energi sehingga distribusi kijing air tawar Unionidae tidak merata dan cenderung terakumulasi pada daerah tertentu. Bogan (1993) juga mengungkapkan, perubahan habitat yang disebabkan oleh manusia seperti pembangunan waduk dan bangunan sungai akan mempengaruhi keberadaan kerang air tawar yang hidup di aliran sungai tersebut karena hal tersebut dapat mempengaruhi migrasi ikan sebagai inang dari kerang air tawar.

79 65 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di Sungai Brantas pada pengambilan sampel periode, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Spesies Kijing air tawar Unionidae di Sungai Brantas adalah Contradens contradens, Elongaria orientalis, Pilsbryoconcha exilis, dan Rectidens sumatrensis. 2. Tingkat keanekaragaman spesies kijing air tawar Unionidae di Sungai Brantas tergolong rendah. Dominansi kijing air tawar Unionidae di seluruh stasiun pengambilan sampel di Sungai Brantas secara berurutan adalah Contradens contradens sebesar 32%, Elongaria orientalis (38%), Pilsbryoconcha exilis (16%), dan Rectidens sumatrensis (14%). 3. Kelimpahan total masing-masing spesies kijing air tawar Unionidae di seluruh stasiun penelitian di Sungai Brantas adalah Contradens contradens sejumlah 22 individu/m 2, Elongaria orientalis (26 individu/m 2 ), Pilsbryoconcha exilis (11 individu/m 2 ), Rectidens sumatrensis (10 individu/m 2 ). 4. Pola distribusi empat spesies kijing air tawar Unionidae yang ditemukan di Sungai Brantas termasuk tidak kontinyu bila dilihat dari keseluruhan stasiun pengambilan sampel, dan termasuk kontinyu bila ditinjau berdasarkan

80 66 daerah kisaran keberadaannya yang hanya ada di empat titik pengambilan sampel yang berada di daerah aliran Kali Surabaya. 5. Hasil komparasi data keanekaragaman, dominansi, dan kelimpahan spesies kijing air tawar Unionidae di Sungai Brantas pada periode Januari Maret 2012 dan April Mei 2011 adalah sebagai berikut : a. Periode ditemukan empat spesies kijing air tawar Unionidae sedangkan periode April Mei 2011 hanya ditemukan tiga spesies. b. Tingkat keanekaraman spesies kijing air tawar Unionidae di Sungai Brantas pada kedua periode penelitian tergolong rendah. c. Nilai dominansi spesies kijing air tawar Unionidae di Sungai Brantas pada periode lebih rendah dibanding dengan periode April Mei d. Kelimpahan total masing-masing spesies kijing air tawar Unionidae di Sungai Brantas pada periode lebih rendah dibanding dengan periode April Mei.

81 Saran Perlu dilakukan penelitian lanjutan pada periode waktu yang telah ditentukan dan menggunakan metode teknik sampling yang berbeda misalnya menggunakan metode plot dengan ukuran yang sudah ditentukan. Penggunaan metode plot diharapkan memberikan peluang yang lebih besar untuk mendapatkan kijing air tawar Unionidae serta memberikan gambaran yang lebih baik mengenai keberadaannya di Sungai Brantas. Karena penggunaan alat Ponar dredge dengan luas cakupan dan pengulangan sebanyak 15 kali masih kurang dapat memberikan hasil yang representatif mengenai keberadaan kijing air tawar Unionidae di Sungai Brantas.

82 68 DAFTAR PUSTAKA Affandi, M., Pendugaan Tingkat Pencemaran Kali Surabaya dan Kanal Kali Wonokromo dengan Menggunakan Indeks Diversitas Hewan Bentos Makro, Skiripsi, Jurusan Biologi FMIPA Universitas Airlangga, Surabaya. Anonim. Tanpa Tahun. Brantas. Diakses tanggal 8 Desember 2011 Anonim Profil Balai Besar Wilayah Sungai Brantas. DPU. brantas.pdf. Diakses tanggal 15 November Aisyah, Siti Nuur, 2011, Karakteristik Morfologis Cangkang Kerang Air Tawar (Unionidae) di Sungai Brantas,, Jurusan Biologi FSAINTEK Universitas Airlangga, Surabaya. Arisandi, P Studi Struktur Komunitas dan Keanekaragaman Mangrove Berdasarkan Tipe Perubahan Garis Pantai di Pantai Utara Jawa Timur.. Jurusan Biologi. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Airlangga. Surabaya. Bogan, A.E Freshwater bivalve extinctions (Mollusca: Unionoida): A search for causes.american Zoologist 33: Bogan, A.E., J. Alderman, and J. Price., Field Guide to the Freshwater Mussel of South Carolina, South Carolina Department of Natural Resources, Columbia. Britton, J.C. and S.L.H. Fuller., The Freshwater Bivalve Mollusca (Unionidae, Sphaeriidae, Corbiculidae) of Savannah River Plant, South Carolina, The Savannah River Ecology Laboratory, United state of America. Brower, J.E., J.H. Zar., and C.N Von Ende., 1998, Field and Laboratory Methods for General Ecology, The McGraw-Hill Companies, Boston. Budhiarto, N., 2011, Eksplorasi dan Visualisasi Morfologis Kerang Air Tawar (Bilalvia: Corbiculidae) di Sungai Brantas Jawa Timur,, Jurusan Biologi FSAINTEK Universitas Airlangga, Surabaya. Burch, J.B Freshwater Unionacean Clams (Mollusca: Pelecypoda) of North America. Ibid. 11: Candido L.T.S and Romero S.M.B (2007). A contribution to the knowledge of the behavior of Anodontites trapesialis (Bivalvia: Mycetopodidae). The effect of sediment type on burrowing. Belg. J. Zool., 137 (1): January 2007

83 69 Downes, B.J., L. A. Barmuta, P. G. Fairweather, D. P. Faith, M. J. Keough, P. S. Lake, B.D. Mapstone, and G. P. Quinn Monitoring Ecological Impact: Concepts and Practice in Flowing Waters. Cambridge University Press. Cambridge, UK. Page Ewusie, J.Y., 1990, Pengantar Ekologi Tropika, Terjemahan, Institut Teknologi Bandung, Bandung. Grabarkiewicz, J.D., and Wayne, S.D An Introduction of Freshwater Mussel as Biological Indicators : Including account of Interior Basin, Cumberlandian, and Atlantic Slope Species, United States Environmental Agency, Washington DC. Graf, L. D and K. S. Cumming The Freshwater Mussels (Unionoida) of the World (and other less consequential bivalves). The University of Alabama. Alabama Graf, L. D and K. S. Cumming Review of the systematics and global diversity of freshwater mussel species (Bivalvia: Unionoida). Journal of Molluscan Studies 73: Graf, L. D and K. S. Cumming. 2010, The Freshwater Mussels (Unionoida) of the World (and other less consequential bivalves), University of Alabama, Diakses pada tanggal 25 Maret Handayani, S.T., Bambang S., dan Marsoedi., 2001, Penentuan Status Kualitas Perairan Sungai Brantas Hulu Dengan Biomonitoring Makrozoobentos: Tinjauan Dari Pencemaran Bahan Organik, Biosain, 1(1), Hariyanto, Sucipto, B. Irawan, dan T. Soedarti Teori dan Praktik Ekologi. Airlangga University Press. Surabaya. Hart, N. A., 1995, Mussel (Bivalvia: Unionidae) Habitat Suitability Criteria for The Otter Tail River, Minnesota, Thesis, Department of Zoology, College of Science and Mathematics, North Dakota State University. Helfrich, L.A., Richards J.N., Hillary C., Tanpa Tahun, Sustaining America s Aquatic Biodiversity Freshwater Mussel Biodiversity and Conservation, Publications , Virginia Cooperative Extension. Hidayati, U., 1995, Hewan Bentos Makro Sebagai Bioindikator di Perairan Sungai di Surabaya,, Jurusan Biologi FMIPA Universitas Airlangga, Surabaya. IUCN. Freshwater molluscs are important-especially to the African openbill stork

84 70 Jutting, W.S.S.V.B Systematic Studies on the Non-Marine Mollusca of the Indo-Australian Archipelago: Revision of Freshwater Bivalves, Treubia, 22 (1), Kastoro, W Beberapa aspek biologi kerang hijau Perna viridis dari perairan Binaria Teluk Jakarta. Jurnal Penelitian Perikanan Laut, 45: Kusnandar., Noor Zuhry., Nur Isdamawarwan. (2010). Strategi Pengelolaan Terumbu Karang di Karang Jeruk Kabupaten Tegal Provinsi Jawa Tengah. Jawa Tengah. Krebs, J.C., 2001, Ecological: The Experimental Analysis of Distribution and Abundance, Benjamin Cummings, Addison-Wesley Educational Publisher, Inc, United State of America.Lenat, D.R., L.A. Smock, and D.L. Penrose Use of benthic macroinvertebrates as indicators of environmental quality. In Biological Monitoring for Environmental Effects, ad. D.L Worf, pp D.C. Heath, Lexington, MA Leal, J.H. Tanpa Tahun. Bivalves. Bailey-Matthews Shell Museum. Florida USA. Levinton, J. S Marine Biology: Function, Biodiversity, Ecology. New York: Oxford University Press. Mason, C. F Biology Freshwater Polution. 2nd edition. Longman Scientific and Technical. New York. Master, L.L., Stein, B.A., Kutner, S., and G.A. Hammerson. (2000). Vanishing assets: Conservation status of U.S. species. Pages in B.A. Stein, L.S. Kutner, and J.S. Adams (eds.). Precious Heritage: The status of biodiversity in the United States. Oxford University Press, New York. Michael, P., 1984, Ecological Method for Field and Laboratory Investigation, McGraw-Hill Publishing Company Limited, New Delhi. McGraw-Hill., Tanpa Tahun. Encyclopedia of Science and Technology, 5th edition. Published by The McGraw-Hill Companies, Inc. Nedeau, E.J., A.K. Smith, J. Stone, and S. Jepsen., Freshwater Mussels of the Pacific Northwest 2 nd edition, The Xerces Society for Invertebrate Conservation, Oregon. Neves, R.J., Bogan, A.E., Williams, J.D., Ahlstedt, S.A., and P.W. Hartfield Status of aquatic mollusks in the southeastern United States: A downward spiral of diversity. Pp in: Aquatic Fauna in Peril: The Southeastern Perspective (Benz GW, Collins DE, editors). Special Publication 1, Southeast Aquatic Research Institute, Lenz Design and Communications, Decatur, GA. Proceedings of a UMRCC symposium, 12-

85 71 14 October 1992, St. Louis, Missouri. Upper Mississippi River Conservation Committee, Rock Island, Illinois. Ningsih, P., 2009, Karakteristik Protein dan Asam Amino Kijing Lokal (Pilsbryoconcha exilis) dari Situ Gede Bogor Akibat proses Pengukusan., Institut Pertanian Bogor, Bogor. Norris, S., Neutral Theory : a new, unified model for ecology, Biosience. Odum, E.P.,1993, Dasar- Dasar Ekologi, Terjemahan Tjahjono Samingan, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Pantjara B. dan Ismawati, Kelimpahan Benih dan Pertumbuhan Tiram Saccostrea cucculata dengan Metode Blok Semen di PerairanUjung batu, Sulawesi Selatan. Jurnal Penelitian Budidaya Pantai.Vol.8 No. 1, BALITKANDITA dan IDRC, Maros Pennak, R.W., 1989, Freshwater Invertebrates of United States: Protozoa to Mollusca. 3 rd Edition, A Willey-Interscience Publication, United States of America. Prihatini, W., 1999, Keragaman Jenis dan Ekobiologi Kerang Air Tawar Famili Unionidae (Mollusca: Bivalvia) Beberapa Situ di Kabupaten dan Kotamadya Bogor, Tesis, Prodi Biologi, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Primack, R. B Essentials of conservation biology. Sinauer Associates, Inc.,Sunderland, Massachusetts Ramadani, Aisyah H Longitudinal Kerang Air Tawar di Perairan Sungai Brantas.. FSAINTEK Universitas Airlangga. Surabaya. Rocque, A.J. jr., and David K. Leff., 2009, A Field Guide to the Freshwater Mussels of Connecticut. The Connecticut Department of Environmental Protectio. Connecticut. Romimohtarto, K.S. Juwana Biologi Laut Ilmu Pengetahuan Tentang Biota Laut. Penerbit Djambatan. Jakarta. Rosenberg, D.M. and Resh, V.H Freshwater Biomonitoring and Benthic Macroinvertebrates. Chapman & Hall, New York Runti, I., 2011, Preferensi Substrat Kerang Air Tawar Famili Corbiculidae dan Unionidae di Sungai Kali Brantas,, Jurusan Biologi FSAINTEK Universitas Airlangga, Surabaya. Sastrawijaya, A. T Pencemaran Lingkungan. Rineka Cipta. Jakarta. hlm. 35,

86 72 Soegianto, A., Ekologi Kuantitatif: Metode Analisis Populasi Komunitas Usaha Nasional,Surabaya. Soegianto, A., Metode Pendugaan Pencemaran Perairan dengan Indikator biologis, Airlangga University Press, Surabaya. Soegianto, A., 2010, Ekologi Perairan Tawar, Airlangga University Press, Surabaya. Storer, T., I.Usinger., R.L. Nybakken., J.W.Stebbing., 1957, Elements of Zoology. First Edition, Mc Graw-Hill Kogakusha Ltd, Tokyo, Japan. Storer, T., I.Usinger., R.L. Nybakken., J.W.Stebbing., 1997, Elements of Zoology. 4 th Edition, Mc Graw-Hill Kogakusha Ltd, Tokyo, Japan. Sudrajat, S.W.M., 1985.Statistika Non Parametrik. CV Armico. Bandung Torgensen, C.E and Baxter C.V Landscape Influences on Longitudinal Patterns of River Fishes : Spatially continuous Analysis of Fish-Habitat Relationships. American Fisheries Society. Vaughn, C.C., and C.C. Hakenkamp The functional role of burrowing bivalves in freshwater ecosystems. Freshwater Biology 46: Wardhana, W. A Dampak Pencemaran Lingkungan. Yogyakarta: Andi Offset Whittaker, R.H Evolution and measurement of species diversity. Taxon, 21, Wilsey, Brian J An empirical comparison of beta diversity indices in establishing prairies. Ecology 91: Williams, J.D., M.L. Warren, K.S. Cummings, J.L. Harris, and R.J. Neves Conservation status of freshwater mussels of the United States and Canada. Fisheries 18(9):6-22.

87 Lampiran 1. Ringkasan KEANEKARAGAMAN DAN POLA DISTRIBUSI LONGITUDINAL SPESIES KIJING AIR TAWAR UNIONIDAE DI SUNGAI BRANTAS PERIODE JANUARI MARET 2012 Astra Budi Priyatama, Moch. Affandi, dan Bambang Irawan Departemen Biologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga Surabaya. ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap keanekaragaman spesies, dominansi, kelimpahan, dan kontinuitas keberadaan spesies kijing air tawar Unionidae di Sungai Brantas pada periode dan melakukan komparasi data tentang keanekaragaman spesies, dominansi, dan kelimpahan dengan periode April Mei Penelitian ini bersifat deskriptif. Sampel diambil pada 15 stasiun di Sungai Brantas menggunakan Ponar dredge pada bagian tengah dan dua sisi aliran sungai. Sampel dianalisis untuk mengetahui nama spesies, karakter, kelimpahan, nilai keanekaragaman spesies, dominansi dan kontinuitas keberadaan spesies kijing air tawar Unionidae di Sungai Brantas. Spesies kijing yang didapatkan dari lokasi penelitian sebanyak 4 spesies dengan kelimpahan (individu/m 2 dan dominansi %) masing-masing spesies: Contradens contradens (22; 32), Elongaria orientalis (26; 38), Pilsbryoconcha exilis (11; 16), dan Rectidens sumatrensis (10; 14). Keanekaragaman spesies pada setiap stasiun bervariasi mulai dari 0,69 1,28. Empat spesies yang ditemukan di Sungai Brantas memiliki pola tidak kontinyu bila dilihat dari seluruh stasiun pengambilan sampel, dan hanya kontinyu pada empat titik pengambilan sampel yang berada di bagian hilir yaitu di aliran Kali Surabaya. Disimpulkan: Keanekaragaman spesies tergolong rendah. Spesies kijing air tawar Unionidae di Sungai Brantas didapatkan sebanyak empat spesies, keberadaannya cenderung terkonsentrasi di bagian hilir. Elongaria orientalis memiliki kelimpahan dan dominasi tertinggi. Kata kunci: Kijing air tawar, Unionidae, Contradens contradens, Elongaria orientalis, Pilsbryoconcha exilis, Rectidens sumatrensis, distribusi longitudinal, Sungai Brantas. ABSTRACT This research aims to reveal the diversity of species, dominance, abundance, and the continuity of the species of freshwater mussels Unionidae in the Brantas River in the period from January to March 2012 and did a comparison of data on species diversity, dominance, and abundance in the period from April to May This study is descriptive. Samples were taken at 15 stations in the Brantas River using a Ponar Dredge in the middle and the two

88 sides of the river. The samples were analyzed to determine the species name, character, abundance, the species diversity, dominance and continuity of the species of freshwater mussels Unionidae in the Brantas River. This research found four species (individu/m2; dominance) of each species: Contradens contradens (22: 32), Elongaria orientalis (26: 38), Pilsbryoconcha exilis (11: 16), and Rectidens sumatrensis (10: 14). Species diversity at each station ranged from 0.69 to Four species are found in the Brantas River has a discontinuous pattern when viewed from all sampling stations, and only continuous at the four sampling sites located downstream in Kali Surabaya. Concluded: Species diversity is low. Species of freshwater mussels Unionidae in the Brantas River acquired as many as four species, their presence tends to be concentrated in the downstream. Elongaria orientalis had the highest abundance and dominance. Key words: Freshwater mussels Unionidae, Contradens contradens, Elongaria orientalis, Pilsbryoconcha exilis, Rectidens sumatrensis, Longitudinal Distribution Pattern, Brantas River. PENDAHULUAN Penyusun terbesar dari kijing air tawar (freshwater mussel) adalah famili Unionidae yang mempunyai persebaran hampir di seluruh dunia. Graf and Cummings (2007) menyebutkan bahwa dari jumlah yang berkisar sampai 840 spesies kijing air tawar (Ordo Unionoida; Kelas bivalvia) di dunia yang terbagi menjadi enam famili, kijing air tawar Unionidae mempunyai keanekaragaman hingga 674 spesies dan merupakan penyusun kijing air tawar (freshwater mussel) terbesar. Persebaran kijing air tawar Unionidae di dunia terdapat pada enam regional yaitu: Nearctica (297 spesies), Neotropica (94 spesies), Afrotropica (41 spesies), Palearctrica (38 spesies), Indotropica (217 spesies), dan Australasia (2 spesies). Menurut data tersebut, Indonesia masuk ke dalam regional Indotropica yang meliputi wilayah Sungai Yangtze Huang, wilayah Indochina, India, dan Sunda Filipina. Indonesia merupakan negara dengan wilayah perairan yang luas baik perairan laut maupun perairan tawar. Kondisi geografis ini mengakibatkan Indonesia memiliki beberapa sungai dengan ukuran yang beragam sehingga dapat mendukung persebaran kerang air tawar. Salah satu sungai terpanjang yang ada di Provinsi Jawa Timur adalah Sungai Brantas. Penelitian di luar negeri mengenai keberadaan kerang air tawar, persebaran, dan fungsi kerang sebagai bioindikator perairan sudah sangat banyak dilakukan, sedangkan sebagian besar penelitian yang dilakukan di Indonesia masih mengenai makroinvertebrata secara umum (Affandi, 1990; Handayani dkk., 2001; Hidayati, 1995). Di Pulau Jawa, pernah dilakukan inventarisasi dan pendataan keberadaan kerang air tawar oleh Jutting (1953). Menurut Jutting (1953), terdapat tiga famili

89 kerang air tawar, yaitu famili Corbicullidae (7 spesies), Sphaeriidae (3 spesies), dan Unionidae (6 spesies). Penelitian ini merupakan suatu bagian dari penelitian periode April Mei 2011 dan menjadi penelitian lanjutan yang sudah dirancang untuk mendapatkan data tentang keberadaan kijing air tawar Unionidae di Sungai Brantas dengan cara melakukan pengambilan sampel sebanyak empat kali dalam satu tahun yang bertujuan untuk mengungkap keanekaragaman spesies, dominansi, kelimpahan, dan kontinuitas keberadaan spesies kijing air tawar Unionidae di Sungai Brantas pada periode dan melakukan komparasi data tentang keanekaragaman spesies, dominansi, dan kelimpahan dengan periode April Mei BAHAN DAN CARA KERJA Bahan penelitian berupa kijing air tawar Unionidae yang diambil di Sungai Brantas pada 15 stasiun sampling dengan menggunakan Ponar Dredge pada bagian tengah dan dua sisi aliran sungai. Sampel dianalisis untuk mengetahui nama spesies, karakter, kelimpahan, nilai keanekaragaman spesies, dominansi dan kontinuitas keberadaan spesies kijing air tawar Unionidae di Sungai Brantas. Untuk mengetahui kelimpahan spesies digunakan konversi luas cakupan Ponar dredge pada spesies yang ditemukan (individu/m 2 ). Keanekaragaman spesies dianalisis menggunakan indeks keanekaragaman Shanon-Wienner: = Keterangan : H = Indeks Keanekaragaman spesies Shannon-Wienner Pi = ni/n N = Total individu semua spesies ni = Jumlah individu spesies ke-i Untuk mengetahui dominansi spesies menggunakan indeks dominansi Simpson: = 100% Keterangan : Di = Indeks Dominansi ni =Jumlah individu tiap spesies N = Total individu semua spesies

90 HASIL Tabel 1. Data Hasil Pengukuran Parameter Fisika Kimia Air di Sungai Brantas Periode Januari Maret 2012 Tanggal Parameter Fisika Kimia Air Stasiun pengambilan Kecepatan Kedalaman Suhu DO Penelitian ph sampel Arus (m/s) (m) ( C) (mgo 2 /l) 1 28/2/2012 1,29 3,2 6 29,3 6, /2/ ,25 4, , /2/ ,41 2,6 6 31,7 6, /2/ ,49 3, , /2/ ,48 3,5 6,3 32 6, /2/ ,51 3,1 6 29,3 9, /2/ ,51 2,0 6 30,3 9, /2/ ,64 7,8 6 28,7 10, /2/ ,83 3,4 6 30,7 9, /2/ ,78 5, , /2/ ,88 4,1 6 29,3 8, /2/ ,65 3, , /2/ ,39 3,2 6 28,7 9, /2/ ,23 2,7 5,6 29,3 7, /2/ ,43 3,1 5,8 28,3 6,6 Tabel 2. Kelimpahan (ni, individu/m 2 ) dan Dominansi (Di, %) Masing- Masing Spesies Kijing Air Tawar Unionidae Di Sungai Brantas Stasiun Penelitian Spesies Total ni Di ni Di ni Di ni Di ni Di C. contradens E. orientalis P.exilis R. sumatrensis Total Keanekaragaman (H) 1,28 0,69 0 1,19 1,23 Evennes (E) 0, ,85 0,89

91 Stasiun Penelitian Keberadaan Spesies Kijing Air Tawar Unionidae pada Setiap Stasiun Penelitian di Sungai Brantas C. contradens E. orientalis P. exilis R. sumatrensis Keterangan : - : tidak ditemukan + : ditemukan

92 PEMBAHASAN Kecepatan arus yang tinggi dan kedalaman air pada saat pengambilan sampel periode ini mempengaruhi hasil pengambilan kijing air tawar Unionidae. Kecepatan arus mengakibatkan kinerja dan teknik dalam pengambilan sampel terganggu karena Ponar dredge yang dipakai dalam pengambilan sampel ikut terbawa arus dan tidak bisa menyentuh dasar perairan sebagaimana mestinya. Sedangkan faktor kedalaman air berpengaruh terhadap posisi pengambilan sampel pada dua periode penelitian ini. Stasiun Penelitian Tabel 5. Data Perbandingan Rata-Rata Pengukuran Parameter Fisika Kimia Air Periode dengan Periode April Mei Kecepatan Arus (m/s) Rata-Rata Hasil Parameter Fisika Kimia Air Kedalaman ph Suhu ( C) DO (mgo (m) 2 /l) A B A B A B A B A B Perbedaan juga dapat dilihat pada kisaran nilai ph air di 15 stasiun pengambilan sampel, pada periode ini terdapat variasi angka yang ditunjukkan oleh indikator ph yaitu 5,6 6,3, ph terendah pada stasiun 14 dan tertinggi pada stasiun 5, hal ini menunjukkan bahwa kondisi air Sungai Brantas yang diwakili oleh 15 stasiun pengambilan sampel bersuasana basa, berbeda dengan kondisi air Sungai Brantas pada periode sebelumnya yang bersifat netral karena indikator ph menunjukkan angka yang seragam pada seluruh stasiun pengambilan sampel yaitu 7. Bagi bivalvia, suhu merupakan salah satu faktor pengontrol tingkat pertumbuhan. Suhu sangat besar pengaruhnya pada kehidupan kerang-kerangan terutama yang hidup di daerah yang mempunyai empat musim, namun di perairan tropis pengaruh suhu tidak begitu nyata karena fluktuasi suhu tidak besar (Pantjara

93 dkk., 1992). Suhu air pada periode ini berkisar antara 28 32ºC, suhu terendah pada stasiun 12 dan suhu tertinggi pada stasiun 3 sedangkan pada periode sebelumnya berkisar antara 27 31ºC. Suhu pada dua periode ini masih dalam kisaran toleransi, karena kisaran suhu normal agar jenis kerang-kerangan dapat hidup di daerah tropis yaitu 20 C 35 C dengan fluktuasi tidak lebih dari 5 C (Kastoro, 1988). Disolved Oxygen (DO) merupakan banyaknya oksigen terlarut dalam suatu perairan. Oksigen terlarut di dalam air dihasilkan dari proses fotosintesis tumbuhan air dan dari udara yang masuk melalui proses difusi yang secara lambat masuk menembus permukaan air (Wardhana, 1995). Hasil pengukuran oksigen terlarut (DO/dissolved oxygen) juga mengalami perbedaan yaitu berkisar antara 5,9 10,6 mgo 2 /liter dengan nilai DO terendah pada stasiun 2 dan tertinggi pada stasiun 8 untuk periode ini. Bila dibandingkan dengan hasil penelitian periode April Mei 2011 bernilai mgo 2 /liter nilai DO terendah terdapat pada stasiun 10 dan tertinggi pada stasiun 6. Meskipun tidak sering disebut sebagai kontributor utama terhadap penurunan kijing air tawar Unionidae di Sungai Brantas, landskap perubahan seperti urbanisasi, adanya pemukiman di sepanjang sungai yang menyebabkan terjadinya modifikasi DAS dan dapat mengurangi kualitas sungai dan mengubah komunitas makroinvert yang ada di perairan. Selain itu, adanya perlakuan dari masyarakat terhadap habitat kijing air tawar Unionidae seperti penambangan pasir liar yang menyebabkan substrat tempat hidup menjadi terangkat. Penambahan bahan organik maupun anorganik berupa limbah ke dalam perairan selain mengubah susunan kimia air, juga mempengaruhi sifat-sifat biologi dari perairan tersebut. KESIMPULAN Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di Sungai Brantas pada pengambilan sampel periode, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Spesies Kijing air tawar Unionidae di Sungai Brantas adalah Contradens contradens, Elongaria orientalis, Pilsbryoconcha exilis, dan Rectidens sumatrensis. 2. Tingkat keanekaragaman spesies kijing air tawar Unionidae di Sungai Brantas tergolong rendah. Dominansi kijing air tawar Unionidae di seluruh stasiun pengambilan sampel di Sungai Brantas secara berurutan adalah Contradens contradens sebesar 32%, Elongaria orientalis (38%), Pilsbryoconcha exilis (16%), dan Rectidens sumatrensis (14%). 3. Kelimpahan total masing-masing spesies kijing air tawar Unionidae di seluruh stasiun penelitian di Sungai Brantas adalah Contradens contradens sejumlah 22 individu/m 2, Elongaria orientalis (26 individu/m 2 ), Pilsbryoconcha exilis (11 individu/m 2 ), Rectidens sumatrensis (10 individu/m 2 ). 4. Pola distribusi empat spesies kijing air tawar Unionidae yang ditemukan di Sungai Brantas termasuk tidak kontinyu bila dilihat dari keseluruhan stasiun

94 pengambilan sampel, dan termasuk kontinyu bila ditinjau berdasarkan daerah kisaran keberadaannya yang hanya ada di empat titik pengambilan sampel yang berada di daerah aliran Kali Surabaya. 5. Hasil komparasi data keanekaragaman, dominansi, dan kelimpahan spesies kijing air tawar Unionidae di Sungai Brantas pada periode Januari Maret 2012 dan April Mei 2011 adalah sebagai berikut : a. Periode ditemukan empat spesies kijing air tawar Unionidae sedangkan periode April Mei 2011 hanya ditemukan tiga spesies. b. Tingkat keanekaraman spesies kijing air tawar Unionidae di Sungai Brantas pada kedua periode penelitian tergolong rendah. c. Nilai dominansi spesies kijing air tawar Unionidae di Sungai Brantas pada periode lebih rendah dibanding dengan periode April Mei d. Kelimpahan total masing-masing spesies kijing air tawar Unionidae di Sungai Brantas pada periode lebih rendah dibanding dengan periode April Mei. SARAN Perlu dilakukan penelitian lanjutan pada periode waktu yang telah ditentukan dan menggunakan metode teknik sampling yang berbeda misalnya menggunakan metode plot dengan ukuran yang sudah ditentukan.. Penggunaan metode plot diharapkan memberikan peluang yang lebih besar untuk mendapatkan kijing air tawar Unionidae serta memberikan gambaran yang lebih baik mengenai keberadaannya di Sungai Brantas. Karena penggunaan alat Ponar dredge dengan luas cakupan dan pengulangan sebanyak 15 kali masih kurang dapat memberikan hasil yang representatif mengenai keberadaan kijing air tawar Unionidae di Sungai Brantas.

95 DAFTAR PUSTAKA Affandi, M., Pendugaan Tingkat Pencemaran Kali Surabaya dan Kanal Kali Wonokromo dengan Menggunakan Indeks Diversitas Hewan Bentos Makro, Skiripsi, Jurusan Biologi FMIPA Universitas Airlangga, Surabaya. Graf, L. D and K. S. Cumming Review of the systematics and global diversity of freshwater mussel species (Bivalvia: Unionoida). Journal of Molluscan Studies 73: Handayani, S.T., Bambang S., dan Marsoedi., 2001, Penentuan Status Kualitas Perairan Sungai Brantas Hulu Dengan Biomonitoring Makrozoobentos: Tinjauan Dari Pencemaran Bahan Organik, Biosain, 1(1), Hidayati, U., 1995, Hewan Bentos Makro Sebagai Bioindikator di Perairan Sungai di Surabaya,, Jurusan Biologi FMIPA Universitas Airlangga, Surabaya. Jutting, W.S.S.V.B Systematic Studies on the Non-Marine Mollusca of the Indo-Australian Archipelago: Revision of Freshwater Bivalves, Treubia, 22 (1), Kastoro, W Beberapa aspek biologi kerang hijau Perna viridis dari perairan Binaria Teluk Jakarta. Jurnal Penelitian Perikanan Laut, 45: Pantjara B. dan Ismawati, Kelimpahan Benih dan Pertumbuhan Tiram Saccostrea cucculata dengan Metode Blok Semen di PerairanUjung batu, Sulawesi Selatan. Jurnal Penelitian Budidaya Pantai.Vol.8 No. 1, BALITKANDITA dan IDRC, Maros Wardhana, W. A Dampak Pencemaran Lingkungan. Yogyakarta: Andi Offset

96 ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga Lampiran 2. Peta Pengambilan Sampel Kijing Air Tawar Unionidae di Sungai Brantas (Ramadani, 2011)

97 Lampiran 3. Posisi Koordinat dan Tempat Pengambilan Sampel Kijing Air Tawar Unionidae di Sungai Brantas. Stasiun Daerah Koordinat Plot Wonorejo, Surabaya- Kali Wonokromo S : ' E : ' S : ' E : ' S : E : Joyoboyo, Surabaya - Kali Surabaya S : ' E : ' S : ' E : ' S : ' E : ' 3 Waru Gunung, Surabaya- Kali Surabaya S : E : S : ' E : ' S : ' E : ' 4 Driyorejo, Gresik - Kali Surabaya S : ' E : ' S : ' E : ' S : ' E : ' 5 Wringin Anom, Gresik - Kali Surabaya S : ' E : ' S : ' E : ' S : ' E : ' 6 Wringin Anom, Gresik - Kali Surabaya S : ' E : ' S : ' E : ' S : ' E : ' 7 Jetis, Mojokerto- Kali Surabaya S : ' E : ' S : ' E : ' S : ' E : ' 8 Mlirip, Mojokerto - Kali Brantas S : ' E : ' S: 07º27.223' E: 112º26.225' S : ' E : ' 9 Kesamben, Jombang - Kali Brantas S : ' E : ' S : ' E : ' S : ' E : ' 10 Ploso, Jombang - Kali Brantas S : ' E : ' S : ' E : ' S : ' E : ' 11 Plandaan, Jombang - Kali Brantas S : ' E : ' S : ' E : ' S : ' E : ' 12 Patian Rowo, Kertosono - Kali Brantas S : ' E : ' S : ' E : ' S : E : ' 13 Mojo, Kediri - Kali Brantas S : ' E : ' S : ' E : ' S : ' E : '

98 14 Sumber Gempol, Tulungagung Kali Brantas S : ' E : ' S : ' E : '.488' S : ' E : ' 15 Rejo Tangan, Tulungagung-Kali Brantas S : ' E : ' S : ' E : ' S : ' E : ' Keterangan : 1 dan 3=bagian tepi (1/3 lebar sungai) 2=tengah sungai

99 Lampiran 4. Data Deskripsi Perbedaan Faktor Lingkungan dan Kegiatan Masyarakat Stasiun Pengaruh dominan lingkungan 1 WN 2 JYB 3 WG 4 DR 5 WA1 6 WA2 Lokasi pengambilan sampel berada di atas Jembatan Intan yang meliputi pengukuran kecepatan arus, suhu air, oksigen terlarut, dan pengambilan sampel karena tidak ada akses perahu. Sungai termasuk wilayah kali surabaya bagian muara. Bagian tepi kanan-kiri sungai diplengseng yang di atasnya ditumbuhi vegetasi yaitu rumput dan pohon pisang. Lokasi berdekatan dengan jalan raya, jembatan,dan terminal bus Joyo Boyo. Sisi tepi kanan-kiri sungai di plengseng. Lahan di kanan kiri sungai digunakan untuk pemukiman. Pegambilan sampel dari atas perahu penyebrangan. Kondisi air sungai keruh,banyak ditemukan sampah-sampah rumah tangga yang hanyut. vegetasi di tepi sungai meliputi rumput, pohon pisang, Hibiscus tiliaceus, pohon nangka, dan pohon kersen. Lokasi pengambilan sampel cukup jauh dari jalan raya (sekitar 10 m). Pengambilan sampel dilakukan dengan bantuan perahu tambangan mekanik (tanpa mesin). Bagian tepi kanan-kiri sungai tidak diplengseng, vegetasi dominan yang tumbuh antara lain bambu, pohon pisang, Hibiscus tiliaceus, dan kelapa. Menurut penambang, di daerah ini masih banyak dijumpai kijing. Peruntukan lahan di sekitar sungai adalah untuk pemukiman. Lokasi pengambilan sampel jauh dari jalan raya. Pengambilan sampel menggunakan akses perahu tambangan mekanik. Tepi kanan-kiri sungai terdapat riparian yang di dominasi oleh rumput, pohon pisang, bambu, Hibiscus tiliaceus, pohon sukun, dan jati. Peruntukan lahan sekitar sungai sebagai kebun warga. Lokasi pengambilan sampel dekat dengan jalan raya (sekitar 5 m), akses pengambilan sampel dengan perahu tambangan. Bagian tepi kanan sungai terdapat riparian dengan vegetasi rumput dan pisang. Peruntukan lahan kanan-kiri sungai sebagai kebun jagung dan ketela. Lokasi pengambilan sampel dekat dengan jalan raya. Tepat di depan stasiun sampling terdapat bangunan pabrik PT. Duta Cipta Pakareksa. Pengambilan sampel dilakukan dengan akses perahu tambangan.

100 7 JTS Lokasi pengambilan dekat dengan pabrik kertas Tjiwi Kimia, setelah pintu air Rolak Songo. Pengambilan sampel dilakukan dengan akses jembatan kecil. 8 MJK 9 KSB 10 CJI 11 PLD 12 PTR Lokasi pengambilan sampel dekat dengan jalan raya, dan jembatan besar mojokertoploso yang meliputi pengukuran kecepatan arus, kedalaman sungai, ph, suhu air, dan pengambilan sampel. Lokasi dekat dengan pabrik Ajinomoto. Lokasi pengambilan sampel dekat dengan jalan raya. Akses sampling dengan perahu tambangan mekanik. Di sekitar lokasi terdapat penambang pasir dalam skala kecil. Bagian tepi kanan kiri masih berbatasan langsung dengan riparian berupa rumput, keres, dan pohon pisang. lahan sekitar sungai banyak digunakan sebagai kebun. Lokasi pengambilan sampel dekat dengan jalan raya, terdapat 2 pipa buangan limbah dari PT Chiel Jedang Indonesia sekitar 6 meter dari plot 1. Pengambilan sampel dilakukan dengan akses perahu tambangan. Bagian tepi kanan-kiri sungai berbatasan langsung dengan riparian berupa rumput, pohon pisang, kangkung air. Lokasi pengambilan sampel dekat dengan jalan raya. Pengambilan sampel diakukan dengan akses perahu tambangan. Tepi kanan-kiri berbatasan langsung dengan riparian berupa rumput, kersen, dan pisang. Lokasi pengambilan sampel jauh dari pemukiman dan jalan raya. Namun pada jarak sekitar 500 m sebelum lokasi terdapat pabrik gula. Sampling dilakukan dengan akses perahu tambangan bermotor. Di tengah-tengah sungai terdapat daratan bekas pertanian. Pada lokasi tersebut terdapat 2 tambangan bermotor. Plot 2 diambil dsekitar daratan tersebut. Bagian tepi sungai langsung berbatsan dengan riparian yang berupa rumput, pohon pisang.

101 13 MJ 14 SBG 15 RJT Lokasi sampling berada di belakang pondok Al-Falah Kediri, peruntukan lahan disekitar sungai adalah pemukiman. Bagian tepi sungai dijadikan tempat pembuangan sampah rumah tangga. Sampling dilakukan dengan akses perahu tambangan tradisional. Bagian tepi sungai berbatasan langsunng dengan riparian. Terdapat penambang pasir sekitar 100 meter dari lokasi sampling. Lokasi sampling jauh dari pemukiman dan jalan raya, lahan di sekitar sungai digunakan untuk perkebunan dan pertanian. Bagian tepi sungai berbatasan langsung dengan riparian. Vegetasi ripariannya meliputi rumput, pisang, bambu, jagung, dan kersen. Lokasi sampling jauh dari jalan raya, melalui rimbunan bambu. Sampling dilakukan dengan akses perahu tambangan tali. Terdapat penambang pasir yang berada sekitar 100m dari tambangan. Bagian tepi sungai berbatasan langsung dengan riparian.

102 Lampiran 5. Data Jumlah Spesies Kijing Air Tawar Unionidae yang Ditemukan di Sungai Brantas No Nama spesies Jumlah spesies pada stasiun Contradens contradens Elongaria orientalis Pilsbryoconcha exilis Rectidens sumatrensis Jumlah total Total

103 Lampiran 6. Data Perbandingan Kelimpahan dan Dominansi Spesies Kijing Air Tawar Unionidae di Sungai Brantas Pada Periode dan Periode April Mei 2011 Spesies Kelimpahan (ni, individu/m2) dan dominansi (Di, %) masing-masing spesies pada setiap stasiun Total ni Di ni Di ni Di ni Di ni Di ni Di ni Di ni Di ni Di ni Di ni Di ni Di ni Di ni Di ni Di ni Di C.contradens A E. orientalis P. exilis R. sumatrensis Jumlah Total H 0 0 1,28 0,69 0 1, ,23 E 0 0 0, , ,89 C.contradens E. orientalis B R. sumatrensis Jumlah Total H 0 0 1,01 0,83 1, , ,09 E 0 0 0,92 0,76 0, ,98 Keterangan : A : Periode penelitian B: Periode penelitian April Mei 2011

104 individu/m Jan-Mar 2012 April-Mei stasiun pengambilan sampel dominansi (%) Jan-Mar 2012 April-Mei stasiun pengambilan sampel

105 individu/m Jan-Mar 2012 April-Mei stasiun pengambilan sampel dominansi (%) Jan-Mar 2012 April-Mei stasiun pengambilan sampel

106 30 25 individu/m Jan-Mar 2012 April-Mei stasiun pengambilan sampel dominansi (%) stasiun pengambilan sampel Jan-Mar 2012 April-Mei 2011

107 individu/m Jan-Mar 2012 April-Mei stasiun pengambilan sampel dominansi (%) Jan-Mar 2012 April-Mei stasiun pengambilan sampel

108 2,5 2 2,232 Kecepatan Arus (m/s) 1,5 1 1,1 0,5 0 0,253 0, Stasiun Pengambilan Sampel Periode Jan -- Mar 2012 Periode April -- Mei ,8 6 Kedalaman (m) ,2 Periode Jan -- Mar , Stasiun Pengambilan Sampel

109 ,3 5,6 7 ph Air Periode Jan -- Maret 2012 Periode April -- Mei Stasiun Pengambilan Sampel Suhu Air ( C) Periode Jan -- Maret 2012 Periode April -- Mei Stasiun Pengambilan Sampel

110 ,62 8 8,3 DO (mgo2/l) 6 5,9 Periode Jan -- Mar 2012 Periode April -- Mei Stasiun Pengambilan Sampel

111 Gambar 1. Ponar Dredge Gambar 2. Water Sampler Gambar 3. GPS dan Altimeter Gambar 4. Botol Reaksi A Keterangan : A. Impeller Gambar 5. Saringan Benthos Gambar 6. Flow Meter

112 Stasiun 1. Wonorejo Stasiun 2. Joyo Boyo Stasiun 3.Warugunung Stasiun 4. Driyorejo Stasiun 5. Wringin Anom Stasiun 6. Wringin Anom 2 Stasiun 7. Jetis Stasiun 8. Mlirip

113 Stasiun 9. Kesamben Stasiun 10. Ploso Stasiun 11. Plandaan Stasiun 12. Patian Rowo Stasiun 13. Mojo Stasiun 14. Sumber Gempol Stasiun 15. Rejotangan

BAB I PENDAHULUAN. sungai. Sungai Brantas merupakan sungai besar di provinsi Jawa Timur dengan

BAB I PENDAHULUAN. sungai. Sungai Brantas merupakan sungai besar di provinsi Jawa Timur dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Indonesia merupakan negara dengan wilayah perairan yang luas baik perairan laut maupun perairan tawar. Salah satu bagian wilayah perairan tawar yang penting

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan tentang Sungai Sungai merupakan badan air mengalir (habitat perairan lotik) yang membentuk aliran di daratan dari hulu menuju ke arah hilir dan akhirnya bermuara ke

Lebih terperinci

Keanekaragaman dan Pola Distribusi Longitudinal Spesies Kijing Air Tawar Famili Unionidae di Sungai Brantas Periode April Juni 2012

Keanekaragaman dan Pola Distribusi Longitudinal Spesies Kijing Air Tawar Famili Unionidae di Sungai Brantas Periode April Juni 2012 Keanekaragaman dan Pola Distribusi Longitudinal Spesies Kijing Air Tawar Famili Unionidae di Sungai Brantas Periode April Juni 2012 Leonard Ady Candra, Moch. Affandi, dan Bambang Irawan Program Studi S1

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Lingkungan dan Keberan Kerang Unionidae di Sungai Brantas Gambaran kondisi lingkungan daerah pengambilan sampel kerang Unionidae di aliran Sungai Brantas disajikan

Lebih terperinci

DIVERSITAS SPESIES KIJING AIR TAWAR UNIONIDAE DI SUNGAI BRANTAS JAWA TIMUR ABSTRAK

DIVERSITAS SPESIES KIJING AIR TAWAR UNIONIDAE DI SUNGAI BRANTAS JAWA TIMUR ABSTRAK DIVERSITAS SPESIES KIJING AIR TAWAR UNIONIDAE DI SUNGAI BRANTAS JAWA TIMUR Moch. Affandi, Bambang Irawan, Agoes Soegianto, dan Leonard Ady Candra Departemen Biologi Fakultas Sains Dan Teknologi Universitas

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Lokasi penelitian berada di sungai Brantas di mana pengambilan sampel dilakukan mulai dari bagian hilir di Kota Surabaya hingga ke bagian hulu di Kecamatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Pengambilan sampel dilakukan di sungai Brantas pada periode bulan Januari. Tempat untuk identifikasi sampel dan analisis data dilakukan di Laboratorium

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terbentuknya dasar sungai. Proses glacial dapat juga menghasilkan celah dan lembah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terbentuknya dasar sungai. Proses glacial dapat juga menghasilkan celah dan lembah BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Tentang Sungai Sungai dapat terbentuk baik melalui proses vulkanik maupun melalui proses glacial. Aliran lahar membentuk celah yang tidak beraturan yang merupakan

Lebih terperinci

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. komponen tersuspensi dalam air (filter feeder) dan juga sebagai bioindikator

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. komponen tersuspensi dalam air (filter feeder) dan juga sebagai bioindikator BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Kerang air tawar merupakan salah satu kelompok organisme yang termasuk dalam kelas Bivalvia atau hewan yang memiliki dua cangkang, hidup di dasar perairan,

Lebih terperinci

RINGKASAN KEANEKARAGAMAN DAN POLA DISTRIBUSI LONGITUDINAL SPESIES KERANG AIR TAWAR CORBICULIDAE DI SUNGAI BRANTAS PERIODE JANUARI FEBRUARI 2012

RINGKASAN KEANEKARAGAMAN DAN POLA DISTRIBUSI LONGITUDINAL SPESIES KERANG AIR TAWAR CORBICULIDAE DI SUNGAI BRANTAS PERIODE JANUARI FEBRUARI 2012 Lampiran 1. Ringkasan RINGKASAN KEANEKARAGAMAN DAN POLA DISTRIBUSI LONGITUDINAL SPESIES KERANG AIR TAWAR CORBICULIDAE DI SUNGAI BRANTAS PERIODE JANUARI FEBRUARI 2012, Drs. Moch. Affandi, M.Si., dan Dr.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Air sungai merupakan salah satu sumber daya alam yang sangat vital bagi

BAB I PENDAHULUAN. Air sungai merupakan salah satu sumber daya alam yang sangat vital bagi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air sungai merupakan salah satu sumber daya alam yang sangat vital bagi pemenuhan kebutuhan hidup manusia sehingga kualitas airnya harus tetap terjaga. Menurut Widianto

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. disebut arus dan merupakan ciri khas ekosistem sungai (Odum, 1996). dua cara yang berbeda dasar pembagiannya, yaitu :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. disebut arus dan merupakan ciri khas ekosistem sungai (Odum, 1996). dua cara yang berbeda dasar pembagiannya, yaitu : 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perairan Sungai Sungai adalah suatu perairan yang airnya berasal dari mata air, air hujan, air permukaan dan mengalir secara terus menerus pada arah tertentu. Aliran air

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK MORFOLOGIS CANGKANG KERANG AIR TAWAR (UNIONIDAE) DI SUNGAI BRANTAS

KARAKTERISTIK MORFOLOGIS CANGKANG KERANG AIR TAWAR (UNIONIDAE) DI SUNGAI BRANTAS KARAKTERISTIK MORFOLOGIS CANGKANG KERANG AIR TAWAR (UNIONIDAE) DI SUNGAI BRANTAS Siti Nuur Aisyah, Moch. Affandi, Bambang Irawan Program Studi S1 Biologi, Departemen Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi

Lebih terperinci

2.2. Struktur Komunitas

2.2. Struktur Komunitas 5 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Makrozoobentos Hewan bentos dibagi dalam tiga kelompok ukuran, yaitu makrobentos (ukuran lebih dari 1,0 mm), meiobentos (ukuran antara 0,1-1 mm) dan mikrobentos (ukuran kurang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sidoarjo dan 6 kota yaitu Batu, Malang, Blitar, Kediri, Mojokerto, dan Surabaya

BAB I PENDAHULUAN. Sidoarjo dan 6 kota yaitu Batu, Malang, Blitar, Kediri, Mojokerto, dan Surabaya 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sungai Brantas adalah sungai terpanjang yang ada di provinsi Jawa Timur. Panjangnya yaitu mencapai sekitar 320 km, dengan daerah aliran seluas sekitar 12.000 km 2

Lebih terperinci

Menurut Sandy (1985), dalam pergerakannya air selain melarutkan sesuatu, juga mengkikis bumi, sehingga akhirnya terbentuklah cekungan dimana air

Menurut Sandy (1985), dalam pergerakannya air selain melarutkan sesuatu, juga mengkikis bumi, sehingga akhirnya terbentuklah cekungan dimana air Menurut Sandy (1985), dalam pergerakannya air selain melarutkan sesuatu, juga mengkikis bumi, sehingga akhirnya terbentuklah cekungan dimana air tertampung melalui saluran kecil dan atau besar, yang disebut

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif. Penentuan

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif. Penentuan 18 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif. Penentuan lokasi dilakukan dengan purposive sampling (penempatan titik sampel dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Sistematika Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga Surabaya.

BAB III METODE PENELITIAN. Sistematika Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga Surabaya. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di sumber mata air Kuluhan dan alirannya di Desa Jabung Kecamatan Panekkan Kabupaten Magetan. Sumber mata air Kuluhan terletak

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di dua tempat yaitu pengambilan data di lapangan dilakukan di sempadan muara Kali Lamong dan Pulau Galang, serta pengolahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. muka bumi ini oleh karena itu di dalam Al-Qur an menyebutkan bukan hanya

BAB I PENDAHULUAN. muka bumi ini oleh karena itu di dalam Al-Qur an menyebutkan bukan hanya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keanekaragaman makhluk hidup begitu banyak dalam kehidupan di muka bumi ini oleh karena itu di dalam Al-Qur an menyebutkan bukan hanya tumbuhan, hewan pun memiliki

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Air merupakan unsur penting bagi kehidupan makhluk hidup baik manusia,

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Air merupakan unsur penting bagi kehidupan makhluk hidup baik manusia, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan unsur penting bagi kehidupan makhluk hidup baik manusia, flora, fauna maupun makhluk hidup yang lain. Makhluk hidup memerlukan air tidak hanya sebagai

Lebih terperinci

STUDI KELIMPAHAN DAN JENIS MAKROBENTHOS DI SUNGAI CANGAR DESA SUMBER BRANTAS KOTA BATU. *

STUDI KELIMPAHAN DAN JENIS MAKROBENTHOS DI SUNGAI CANGAR DESA SUMBER BRANTAS KOTA BATU. * STUDI KELIMPAHAN DAN JENIS MAKROBENTHOS DI SUNGAI CANGAR DESA SUMBER BRANTAS KOTA BATU Hendra Febbyanto*, Bambang Irawan, Noer Moehammadi, Thin Soedarti Departemen Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif, dengan teknik penentuan lokasi

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif, dengan teknik penentuan lokasi BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif, dengan teknik penentuan lokasi secara purposive sampling (penempatan titik sampel dengan tujuan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.1.1 Lokasi Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Lokasi penelitian dilaksanakan di Sungai Bone. Alasan peneliti melakukan penelitian di Sungai Bone, karena dilatar belakangi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tidak kurang dari 70% dari permukaan bumi adalah laut. Atau dengan kata lain ekosistem laut merupakan lingkungan hidup manusia yang terluas. Dikatakan bahwa laut merupakan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. penting dalam daur hidrologi dan berfungsi sebagai daerah tangkapan air

TINJAUAN PUSTAKA. penting dalam daur hidrologi dan berfungsi sebagai daerah tangkapan air TINJAUAN PUSTAKA Sungai Sungai merupakan suatu bentuk ekositem aquatik yang mempunyai peran penting dalam daur hidrologi dan berfungsi sebagai daerah tangkapan air (catchment area) bagi daerah di sekitarnya,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Air merupakan zat yang paling penting dalam kehidupan setelah udara. Oleh

TINJAUAN PUSTAKA. Air merupakan zat yang paling penting dalam kehidupan setelah udara. Oleh TINJAUAN PUSTAKA Ekosistem Sungai Air merupakan zat yang paling penting dalam kehidupan setelah udara. Oleh karena itu, sumber air sangat dibutuhkan untuk dapat menyediakan air yang baik dari segi kuantitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. disebabkan karena lingkungan air tawar memiliki beberapa kondisi, antara lain:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. disebabkan karena lingkungan air tawar memiliki beberapa kondisi, antara lain: 18 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perairan Sungai Indonesia adalah negara kepulauan dengan kawasan maritim yang sangat luas sehingga Indonesia memiliki kekayaan perikanan yang sangat kaya.pengetahuan lingkungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagian besar bumi ditutupi oleh badan perairan. Keberadaan perairan ini sangat penting bagi semua makhluk hidup, karena air merupakan media bagi berbagai

Lebih terperinci

BAB 2 BAHAN DAN METODA

BAB 2 BAHAN DAN METODA BAB 2 BAHAN DAN METODA 2.1 Metode Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 10 Maret- 20 Juli 2011 di Perairan Kuala Tanjung Kecamatan Medang Deras Kabupaten Batubara, dan laboratorium Pengelolaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perikanan. Bagi biota air, air berfungsi sebagai media baik internal maupun

I. PENDAHULUAN. perikanan. Bagi biota air, air berfungsi sebagai media baik internal maupun I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Air merupakan kebutuhan pokok dalam pengembangan industri budidaya perikanan. Bagi biota air, air berfungsi sebagai media baik internal maupun eksternal. Sebagai media

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lain: waduk, danau, kolam, telaga, rawa, belik, dan lain lain (Wibowo, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. lain: waduk, danau, kolam, telaga, rawa, belik, dan lain lain (Wibowo, 2008). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perairan merupakan ekosistem yang memiliki peran sangat penting bagi kehidupan. Perairan memiliki fungsi baik secara ekologis, ekonomis, estetika, politis, dan sosial

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Makanan merupakan salah satu faktor yang dapat menunjang dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Makanan merupakan salah satu faktor yang dapat menunjang dalam BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Makanan Alami Ikan Makanan merupakan salah satu faktor yang dapat menunjang dalam perkembangbiakan ikan baik ikan air tawar, ikan air payau maupun ikan air laut. Fungsi utama

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di Perairan Pulau Panggang Kepulauan Seribu DKI Jakarta pada bulan Maret 2013. Identifikasi makrozoobentos dan pengukuran

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif. Pengambilan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif. Pengambilan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif. Pengambilan data sampel yaitu dengan pengamatan atau pengambilan sampel secara langsung pada lokasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Tempat pengambilan sampel dilakukan pada vegetasi riparian sungai

BAB III METODE PENELITIAN. Tempat pengambilan sampel dilakukan pada vegetasi riparian sungai BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Tempat pengambilan sampel dilakukan pada vegetasi riparian sungai Sempur dan sungai Maron, Desa Sampel yang telah didapatkan dari lokasi pengambilan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULU 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULU 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Air merupakan zat yang paling banyak terdapat dalam protoplasma dan merupakan zat yang sangat esensial bagi kehidupan, karena itu dapat disebut kehidupan adalah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. penting dalam daur hidrologi dan berfungsi sebagai saluran air bagi daerah

I. PENDAHULUAN. penting dalam daur hidrologi dan berfungsi sebagai saluran air bagi daerah 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sungai merupakan suatu bentuk ekosistem akuatik yang mempunyai peran penting dalam daur hidrologi dan berfungsi sebagai saluran air bagi daerah sekitarnya. Oleh karena

Lebih terperinci

memiliki kemampuan untuk berpindah tempat secara cepat (motil), sehingga pelecypoda sangat mudah untuk ditangkap (Mason, 1993).

memiliki kemampuan untuk berpindah tempat secara cepat (motil), sehingga pelecypoda sangat mudah untuk ditangkap (Mason, 1993). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pelecypoda merupakan biota bentik yang digunakan sebagai indikator biologi perairan karena hidupnya relatif menetap (sedentery) dengan daur hidup yang relatif lama,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. permukaan dan mengalir secara terus menerus pada arah tertentu. Air sungai. (Sosrodarsono et al., 1994 ; Dhahiyat, 2013).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. permukaan dan mengalir secara terus menerus pada arah tertentu. Air sungai. (Sosrodarsono et al., 1994 ; Dhahiyat, 2013). 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perairan Sungai Sungai adalah suatu perairan yang airnya berasal dari air hujan, air permukaan dan mengalir secara terus menerus pada arah tertentu. Air sungai dingin dan

Lebih terperinci

SEBARAN DAN ASOSIASI PERIFITON PADA EKOSISTEM PADANG LAMUN (Enhalus acoroides) DI PERAIRAN PULAU TIDUNG BESAR, KEPULAUAN SERIBU, JAKARTA UTARA

SEBARAN DAN ASOSIASI PERIFITON PADA EKOSISTEM PADANG LAMUN (Enhalus acoroides) DI PERAIRAN PULAU TIDUNG BESAR, KEPULAUAN SERIBU, JAKARTA UTARA SEBARAN DAN ASOSIASI PERIFITON PADA EKOSISTEM PADANG LAMUN (Enhalus acoroides) DI PERAIRAN PULAU TIDUNG BESAR, KEPULAUAN SERIBU, JAKARTA UTARA Oleh: Yuri Hertanto C64101046 PROGRAM STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI

Lebih terperinci

bentos (Anwar, dkk., 1980).

bentos (Anwar, dkk., 1980). I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keanekaragaman jenis adalah keanekaragaman yang ditemukan di antara makhluk hidup yang berbeda jenis. Di dalam suatu daerah terdapat bermacam jenis makhluk hidup baik tumbuhan,

Lebih terperinci

Keanekaragaman, densitas dan distribusi bentos di perairan sungai Pepe Surakarta. Oleh. Arief Setyadi Raharjo M O BAB I PENDAHULUAN

Keanekaragaman, densitas dan distribusi bentos di perairan sungai Pepe Surakarta. Oleh. Arief Setyadi Raharjo M O BAB I PENDAHULUAN Keanekaragaman, densitas dan distribusi bentos di perairan sungai Pepe Surakarta Oleh Arief Setyadi Raharjo M O499014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perairan mempunyai peran yang sangat besar

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan selama bulan Agustus sampai September 2011,

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan selama bulan Agustus sampai September 2011, BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan selama bulan Agustus sampai September 2011, berlokasi di mata air Kuluhan dan Jabung serta sungai alirannya di Desa Jabung,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Sungai Bone mempunyai panjang 119,13 Km 2 yang melintasi wilayah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Sungai Bone mempunyai panjang 119,13 Km 2 yang melintasi wilayah BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Lokasi penelitian Sungai Bone mempunyai panjang 119,13 Km 2 yang melintasi wilayah Kabupaten Bone Bolango dan Kota Gorontalo. Sungai ini bermuara ke

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. satuan dengan kisaran 0 3.Tingkat keanekaragaman akan tinggi jika nilai H

TINJAUAN PUSTAKA. satuan dengan kisaran 0 3.Tingkat keanekaragaman akan tinggi jika nilai H II. TINJAUAN PUSTAKA A. Keanekaragaman Jenis Gastropoda Indeks keanekaragaman (H ) dapat diartikan sebagai suatu penggambaran secara sistematik yang melukiskan struktur komunitas dan dapat memudahkan proses

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN 15 3. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di muara Sungai Citepus, Kecamatan Palabuhanratu dan muara Sungai Sukawayana, Kecamatan Cikakak, Teluk Palabuhanratu, Kabupaten

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Morfologi dan Rendemen Tubuh Cangkang Kijing Lokal (Pilsbryoconcha sp.)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Morfologi dan Rendemen Tubuh Cangkang Kijing Lokal (Pilsbryoconcha sp.) BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Morfologi dan Rendemen Tubuh Cangkang Kijing Lokal (Pilsbryoconcha sp.) Cangkang kijing lokal yang diperoleh dari danau Teratai yang terdapat di Kec. Mananggu Kab. Boalemo

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. di darat maupun di laut. Kandungan bahan organik di darat mencerminkan

PENDAHULUAN. di darat maupun di laut. Kandungan bahan organik di darat mencerminkan 15 PENDAHULUAN Latar Belakang Bahan organik merupakan salah satu indikator kesuburan lingkungan baik di darat maupun di laut. Kandungan bahan organik di darat mencerminkan kualitas tanah dan di perairan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN. berbeda yang dilihat dari substrat di masing-masing stasiun. Lokasi penelitian

BAB IV HASIL PENELITIAN. berbeda yang dilihat dari substrat di masing-masing stasiun. Lokasi penelitian 1 BAB IV HASIL PENELITIAN A. Karakteristik Umum Lokasi Penelitian Pengambilan sampel Bivalvia dilakukan pada dua lokasi stasiun yang berbeda yang dilihat dari substrat di masing-masing stasiun. Lokasi

Lebih terperinci

II. MATERI DAN METODE PENELITIAN. 1. Materi, Lokasi dan Waktu Penelitian 1.1. Materi Penelitian Bahan

II. MATERI DAN METODE PENELITIAN. 1. Materi, Lokasi dan Waktu Penelitian 1.1. Materi Penelitian Bahan II. MATERI DAN METODE PENELITIAN 1. Materi, Lokasi dan Waktu Penelitian 1.1. Materi Penelitian 1.1.1. Bahan Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian adalah sampel plankton, formalin 40%, MnSO4, KOH-KI,

Lebih terperinci

STRUKTUR KOMUNITAS MANGROVE DI DAERAH WONOREJO PANTAI TIMUR SURABAYA SKRIPSI

STRUKTUR KOMUNITAS MANGROVE DI DAERAH WONOREJO PANTAI TIMUR SURABAYA SKRIPSI STRUKTUR KOMUNITAS MANGROVE DI DAERAH WONOREJO PANTAI TIMUR SURABAYA SKRIPSI ARDI NUR PRASETYA PROGRAM STUDI S-1 BIOLOGI DEPARTEMEN BIOLOGI FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS AIRLANGGA 2011 STRUKTUR

Lebih terperinci

sedangkan sisanya berupa massa air daratan ( air payau dan air tawar ). sehingga sinar matahari dapat menembus kedalam air.

sedangkan sisanya berupa massa air daratan ( air payau dan air tawar ). sehingga sinar matahari dapat menembus kedalam air. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perairan merupakan ekosistem yang memiliki peran sangat penting bagi kehidupan. Perairan memiliki fungsi baik secara ekologis, ekonomis, estetika, politis,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kondisi Umum Selat Bali Bagian Selatan

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kondisi Umum Selat Bali Bagian Selatan 3 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kondisi Umum Selat Bali Bagian Selatan Selat merupakan perairan relatif sempit yang menghubungkan dua buah perairan yang lebih besar dan biasanya terletak di antara dua daratan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan lentik. Jadi daerah aliran sungai adalah semakin ke hulu daerahnya pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan lentik. Jadi daerah aliran sungai adalah semakin ke hulu daerahnya pada BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sungai Sungai sebagai perairan umum yang berlokasi di darat dan merupakan suatu ekosistem terbuka yang berhubungan erat dengan sistem - sistem terestorial dan lentik. Jadi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Sungai merupakan suatu bentuk ekosistem akuatik yang mempunyai

TINJAUAN PUSTAKA. Sungai merupakan suatu bentuk ekosistem akuatik yang mempunyai TINJAUAN PUSTAKA Sungai Sungai merupakan suatu bentuk ekosistem akuatik yang mempunyai peranan penting dalam daur hidrologi dan berfungsi sebagai daerah tangkapan air (catchment area) bagi daerah disekitarnya,

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Penelitian dilakukan di perairan Pulau Penjaliran Timur, Kepulauan

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Penelitian dilakukan di perairan Pulau Penjaliran Timur, Kepulauan BAB III BAHAN DAN CARA KERJA A. LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN Penelitian dilakukan di perairan Pulau Penjaliran Timur, Kepulauan Seribu dan Teluk Jakarta. Waktu pengambilan data dilakukan pada tanggal 11

Lebih terperinci

ASAS- ASAS DAN KONSEP KONSEP TENTANG ORGANISASI PADA TARAF KOMUNITAS

ASAS- ASAS DAN KONSEP KONSEP TENTANG ORGANISASI PADA TARAF KOMUNITAS KOMUNITAS ASAS- ASAS DAN KONSEP KONSEP TENTANG ORGANISASI PADA TARAF KOMUNITAS KONSEP KOMUNITAS BIOTIK Komunitas biotik adalah kumpulan populasi yang menempati suatu habitat dan terorganisasi sedemikian

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Teluk Palabuhan Ratu Kecamatan Palabuhan Ratu, Jawa Barat. Studi pendahuluan dilaksanakan pada Bulan September 007 untuk survey

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. stasiun pengambilan terlampir pada Lampiran 1. Proses identifikasi pada sampel

BAB III METODE PENELITIAN. stasiun pengambilan terlampir pada Lampiran 1. Proses identifikasi pada sampel BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Pengambilan dan pengawetan sampel plankton dilakukan di Telaga Sarangan dan Telaga Wahyu Magetan Jawa Timur pada bulan Agustus 2011 dengan denah

Lebih terperinci

EKOSISTEM. Yuni wibowo

EKOSISTEM. Yuni wibowo EKOSISTEM Yuni wibowo EKOSISTEM Hubungan Trofik dalam Ekosistem Hubungan trofik menentukan lintasan aliran energi dan siklus kimia suatu ekosistem Produsen primer meliputi tumbuhan, alga, dan banyak spesies

Lebih terperinci

Water Quality Black Water River Pekanbaru in terms of Physics-Chemistry and Phytoplankton Communities.

Water Quality Black Water River Pekanbaru in terms of Physics-Chemistry and Phytoplankton Communities. Water Quality Black Water River Pekanbaru in terms of Physics-Chemistry and Phytoplankton Communities Dedy Muharwin Lubis, Nur El Fajri 2, Eni Sumiarsih 2 Email : dedymuh_lubis@yahoo.com This study was

Lebih terperinci

Modul 1 : Ruang Lingkup dan Perkembangan Ekologi Laut Modul 2 : Lautan sebagai Habitat Organisme Laut Modul 3 : Faktor Fisika dan Kimia Lautan

Modul 1 : Ruang Lingkup dan Perkembangan Ekologi Laut Modul 2 : Lautan sebagai Habitat Organisme Laut Modul 3 : Faktor Fisika dan Kimia Lautan ix M Tinjauan Mata Kuliah ata kuliah ini merupakan cabang dari ekologi dan Anda telah mempelajarinya. Pengetahuan Anda yang mendalam tentang ekologi sangat membantu karena ekologi laut adalah perluasan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perairan sungai Sungai merupakan salah satu dari habitat perairan tawar. Berdasarkan kondisi lingkungannya atau daerah (zona) pada sungai dapat dibedakan menjadi tiga jenis,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Waduk merupakan salah satu bentuk perairan menggenang yang dibuat

I. PENDAHULUAN. Waduk merupakan salah satu bentuk perairan menggenang yang dibuat I. PENDAHULUAN Waduk merupakan salah satu bentuk perairan menggenang yang dibuat dengan cara membendung aliran sungai sehingga aliran air sungai menjadi terhalang (Thohir, 1985). Wibowo (2004) menyatakan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. yang dilaksanakan adalah penelitian survei yaitu menelusuri wilayah (gugus

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. yang dilaksanakan adalah penelitian survei yaitu menelusuri wilayah (gugus 42 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Jenis penelitian yang dilaksanakan adalah penelitian survei yaitu menelusuri wilayah

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN 15 3. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Situ Gede. Situ Gede terletak di sekitar Kampus Institut Pertanian Bogor-Darmaga, Kelurahan Situ Gede, Kecamatan Bogor Barat,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. tahapan dalam stadia hidupnya (larva, juwana, dewasa). Estuari merupakan

TINJAUAN PUSTAKA. tahapan dalam stadia hidupnya (larva, juwana, dewasa). Estuari merupakan 5 TINJAUAN PUSTAKA Estuari Estuari merupakan suatu komponen ekosistem pesisir yang dikenal sangat produktif dan paling mudah terganggu oleh tekanan lingkungan yang diakibatkan kegiatan manusia maupun oleh

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan Maret

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan Maret III. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu Dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan Maret 2016 di Muara Sungai Nipah Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai Sumatera

Lebih terperinci

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. Aliran sungai dari sumber Kuluhan banyak dimanfaatkan oleh sebagian besar warga

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. Aliran sungai dari sumber Kuluhan banyak dimanfaatkan oleh sebagian besar warga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Air tawar hanya menempati 3 % dari jumlah air dipermukaan bumi, yang sebagian besar tersimpan dalam bentuk bekuan berupa gletser dan es, atau terbenam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Telaga Bromo terletak di perbatasan antara desa Kepek kecamatan

BAB III METODE PENELITIAN. Telaga Bromo terletak di perbatasan antara desa Kepek kecamatan BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Telaga Bromo terletak di perbatasan antara desa Kepek kecamatan Saptosari dan desa Karangasem kecamatan Paliyan, kabupaten Gunungkidul. B. Waktu Penelitian

Lebih terperinci

BAB 2 BAHAN DAN METODA

BAB 2 BAHAN DAN METODA BAB 2 BAHAN DAN METODA 2.1 Metode Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret - April 2011 di Perairan Kuala Tanjung Kecamatan Medang Deras Kabupaten Batubara, dan laboratorium Pengelolaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ekosistem air tawar merupakan ekosistem dengan habitatnya yang sering digenangi

I. PENDAHULUAN. Ekosistem air tawar merupakan ekosistem dengan habitatnya yang sering digenangi I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ekosistem air tawar merupakan ekosistem dengan habitatnya yang sering digenangi air tawar yang kaya akan mineral dengan ph sekitar 6. Kondisi permukaan air tidak selalu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memberikan beberapa kontribusi penting bagi masyarakat Indonesia. sumber daya alam dan dapat dijadikan laboratorium alam.

BAB I PENDAHULUAN. memberikan beberapa kontribusi penting bagi masyarakat Indonesia. sumber daya alam dan dapat dijadikan laboratorium alam. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang secara geografis memiliki daerah pesisir yang sangat panjang. Di sepanjang daerah tersebut hidup beranekaragam biota laut (Jati dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Gorontalo Utara, Provinsi Gorontalo pada bulan September-Oktober 2012.

BAB III METODE PENELITIAN. Gorontalo Utara, Provinsi Gorontalo pada bulan September-Oktober 2012. BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Pulau Dudepo, Kecamatan Anggrek, Kabupaten Gorontalo Utara, Provinsi Gorontalo pada bulan September-Oktober 2012. B.

Lebih terperinci

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Struktur Komunitas Makrozoobenthos

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Struktur Komunitas Makrozoobenthos 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Struktur Komunitas Makrozoobenthos Odum (1993) menyatakan bahwa benthos adalah organisme yang hidup pada permukaan atau di dalam substrat dasar perairan yang meliputi organisme

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN

BAB III METODELOGI PENELITIAN BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di perairan lokasi budidaya kerang hijau (Perna viridis) Perairan Pantai Cilincing, Jakarta Utara. Sampel plankton diambil

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di perairan Waduk Cirata dengan tahap. Penelitian Tahap I merupakan penelitian pendahuluan dengan tujuan untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Kehidupan bergantung kepada air dalam berbagai bentuk. Air merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Kehidupan bergantung kepada air dalam berbagai bentuk. Air merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan bergantung kepada air dalam berbagai bentuk. Air merupakan zat yang sangat penting bagi kehidupan semua makhluk hidup yang ada di bumi. Hampir 71%

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Lukman (2005) Recirculation Aquaculture System merupakan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Lukman (2005) Recirculation Aquaculture System merupakan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sistem Resirkulasi Menurut Lukman (2005) Recirculation Aquaculture System merupakan teknik budidaya yang menggunakan teknik akuakultur dengan kepadatan tinggi di dalam ruang tertutup

Lebih terperinci

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Aspek Biologi Klasifikasi Morfologi

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Aspek Biologi Klasifikasi Morfologi 4 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Aspek Biologi 2.1.1. Klasifikasi Tiram merupakan jenis bivalva yang bernilai ekonomis. Tiram mempunyai bentuk, tekstur, ukuran yang berbeda-beda (Gambar 2). Keadaan tersebut

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan selama 4 bulan pada bulan Agustus sampai November 2011 yang berada di dua tempat yaitu, daerah hutan mangrove Wonorejo

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober sampai Desember 2013.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober sampai Desember 2013. BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober sampai Desember 2013. Lokasi penelitian dilaksanakan di Desa Otiola Kecamatan Ponelo Kepulauan, Kabupaten Gorontalo

Lebih terperinci

BAB II KONDISI WILAYAH STUDI

BAB II KONDISI WILAYAH STUDI II-1 BAB II 2.1 Kondisi Alam 2.1.1 Topografi Morfologi Daerah Aliran Sungai (DAS) Pemali secara umum di bagian hulu adalah daerah pegunungan dengan topografi bergelombang dan membentuk cekungan dibeberapa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Taman Nasional Baluran, Jawa Timur dan dilakasanakan pada 28 September

BAB III METODE PENELITIAN. Taman Nasional Baluran, Jawa Timur dan dilakasanakan pada 28 September BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksploratif, dengan objek penelitian tumbuhan mangrove di Pantai Bama hingga Dermaga Lama, Taman Nasional Baluran, Jawa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dikenal sebagai negara yang mempunyai potensi besar dalam

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dikenal sebagai negara yang mempunyai potensi besar dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara yang mempunyai potensi besar dalam pengembangan usaha dibidang sumber daya perairan. Menurut Sarnita dkk. (1998), luas perairan umum

Lebih terperinci

JURNAL KEANEKARAGAMAN MIKROALGA DI WADUK WONOREJO KECAMATAN PAGERWOJO KABUPATEN TULUNGAGUNG

JURNAL KEANEKARAGAMAN MIKROALGA DI WADUK WONOREJO KECAMATAN PAGERWOJO KABUPATEN TULUNGAGUNG JURNAL KEANEKARAGAMAN MIKROALGA DI WADUK WONOREJO KECAMATAN PAGERWOJO KABUPATEN TULUNGAGUNG DIVERSITY OF MICROALGAE AT WONOREJO RESERVOIR IN PAGERWOJO SUBDISTRICT TULUNGAGUNG REGENCY Oleh: NOVI DAMAYANTI

Lebih terperinci

Stasiun 1 ke stasiun 2 yaitu + 11,8 km. Stasiun '4.03"LU '6.72" BT. Stasiun 2 ke stasiun 3 yaitu + 2 km.

Stasiun 1 ke stasiun 2 yaitu + 11,8 km. Stasiun '4.03LU '6.72 BT. Stasiun 2 ke stasiun 3 yaitu + 2 km. 8 menyebabkan kematian biota tersebut. Selain itu, keberadaan predator juga menjadi faktor lainnya yang mempengaruhi hilangnya atau menurunnya jumlah makrozoobentos. 3 METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat

Lebih terperinci

KEANEKARAGAMAN JENIS BIVALVIA DI ZONA INTERTIDAL PANTAI PANCUR TAMAN NASIONAL ALAS PURWO SKRIPSI. Destha Grana Bramasta NIM

KEANEKARAGAMAN JENIS BIVALVIA DI ZONA INTERTIDAL PANTAI PANCUR TAMAN NASIONAL ALAS PURWO SKRIPSI. Destha Grana Bramasta NIM KEANEKARAGAMAN JENIS BIVALVIA DI ZONA INTERTIDAL PANTAI PANCUR TAMAN NASIONAL ALAS PURWO SKRIPSI Oleh Destha Grana Bramasta NIM 101810401045 JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

Lebih terperinci

2. TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1. Kerang tahu (Meretrix meretrix L. 1758)

2. TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1. Kerang tahu (Meretrix meretrix L. 1758) 3 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Biologi Kerang Tahu (Meretrix meretrix) Kerang merupakan hewan filter feeders yang memasukkan pasir kedalam tubuhnya kemudian mengakumulasikan pasir tersebut dilapisan tubuhnya.

Lebih terperinci

DI DWERAN INTERTlDAk PBNTAI KAMAL

DI DWERAN INTERTlDAk PBNTAI KAMAL KWRAKTERlSTIK #OMUNITAS FAUNA BENTHOS DI DWERAN INTERTlDAk PBNTAI KAMAL KECAMWTWN PEHJARINGAH, JAKARTA UFARA C/"&lsp/ 'Oh,! L>;2nzt KARYA ILMIAH Oleh IMSTITUT PERTANlAN BOGOR FAKULTAS PERIMAMAN 1989 YENNI,

Lebih terperinci

KEANEKARAGAMAN JENIS GASTROPODA DI HUTAN MANGROVE SEGORO ANAK BLOK BEDUL TAMAN NASIONAL ALAS PURWO SKRIPSI. Oleh : Saniatur Rahmah NIM.

KEANEKARAGAMAN JENIS GASTROPODA DI HUTAN MANGROVE SEGORO ANAK BLOK BEDUL TAMAN NASIONAL ALAS PURWO SKRIPSI. Oleh : Saniatur Rahmah NIM. KEANEKARAGAMAN JENIS GASTROPODA DI HUTAN MANGROVE SEGORO ANAK BLOK BEDUL TAMAN NASIONAL ALAS PURWO SKRIPSI Oleh : Saniatur Rahmah NIM. 071810401011 JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

Lebih terperinci

Penentuan batas antar komunitas tidak mudah Zona transisi dengan lingkungan tertentu Proses perubahan secara gradual struktur komunitas disebut

Penentuan batas antar komunitas tidak mudah Zona transisi dengan lingkungan tertentu Proses perubahan secara gradual struktur komunitas disebut KOMUNITAS Komunitas beragam struktur biologinya Diversitas meliputi dua aspek : > Kekayaan Jenis > Kemerataan Komunitas memiliki struktur vertikal Variasi Spatial struktur komunitas berupa zonasi. Penentuan

Lebih terperinci

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Negara Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki garis pantai terpanjang kedua setelah Kanada, dua per tiga wilayah Indonesia adalah kawasan perairan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sungai adalah tempat berkumpulnya air yang berasal dari hujan yang jatuh di daerah tangkapannya dan mengalir dengan takarannya. Sungai tersebut merupakan drainase

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kondisi Umum Perairan Bintan Pulau Bintan merupakan salah satu pulau di kepulauan Riau tepatnya di sebelah timur Pulau Sumatera. Pulau ini berhubungan langsung dengan selat

Lebih terperinci

2.2. Parameter Fisika dan Kimia Tempat Hidup Kualitas air terdiri dari keseluruhan faktor fisika, kimia, dan biologi yang mempengaruhi pemanfaatan

2.2. Parameter Fisika dan Kimia Tempat Hidup Kualitas air terdiri dari keseluruhan faktor fisika, kimia, dan biologi yang mempengaruhi pemanfaatan 4 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Chironomida Organisme akuatik yang seringkali mendominasi dan banyak ditemukan di lingkungan perairan adalah larva serangga air. Salah satu larva serangga air yang dapat ditemukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN UMUM 1 BAB I PENDAHULUAN UMUM A. Latar Belakang Mollusca sebagai salah satu hasil perairan Indonesia sampai saat ini belum mendapatkan perhatian yang layak. Pemanfaatan Pelecypoda masih terbatas yaitu di daerah-daerah

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. kelangsungan hidup yang panjang. Oleh karena itu peran bentos dalam

TINJAUAN PUSTAKA. kelangsungan hidup yang panjang. Oleh karena itu peran bentos dalam TINJAUAN PUSTAKA Benthos Bentos merupakan kelompok organisme yang hidup di dalam atau di permukaan sedimen dasar perairan. Bentos memiliki sifat kepekaan terhadap beberapa bahan pencemar, mobilitas yang

Lebih terperinci

STRUKTUR KOMUNITAS LAMUN (Seagrass) DI PERAIRAN PANTAI KAMPUNG ISENEBUAI DAN YARIARI DISTRIK RUMBERPON KABUPATEN TELUK WONDAMA

STRUKTUR KOMUNITAS LAMUN (Seagrass) DI PERAIRAN PANTAI KAMPUNG ISENEBUAI DAN YARIARI DISTRIK RUMBERPON KABUPATEN TELUK WONDAMA STRUKTUR KOMUNITAS LAMUN (Seagrass) DI PERAIRAN PANTAI KAMPUNG ISENEBUAI DAN YARIARI DISTRIK RUMBERPON KABUPATEN TELUK WONDAMA YUSTIN DUWIRI Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

Lebih terperinci