ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA"

Transkripsi

1 ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA F.SP SPSI FEDERASI SERIKAT PEKERJA NIAGA, BANK, JASA DAN ASURANSI (FEDERASI SP NIBA) KONFEDERASI SERIKAT PEKERJA SELURUH INDONESIA

2 ANGGARAN DASAR FEDERASI SERIKAT PEKERJA NIAGA, BANK, JASA DAN ASURANSI P E M B U K A A N Bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia yang di Proklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945, tidak berhenti hanya dengan mencapai kemerdekaan, karena sebagai suatu bangsa merdeka dan berdaulat telah bertekad untuk terus berjuang membangun masyarakat, bangsa dan negara yang adil makmur berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar Sesungguhnya Kemerdekaan berkumpul dan berserikat, hak mengeluarkan pikiran secara lisan maupun tulisan, hak berunding dan memperoleh pekerjaan, penghidupan yang layak bagi kemanusiaan serta mempunyai kedudukan yang sama dalam hukum, merupakan hak hak dasar setiap masyarakat pekerja. Bahwa Deklarasi Persatuan Buruh Indonesia 20 Februari 1973, merupakan tonggak sejarah bersatunya masyarakat pekerja Indonesia, yang lahir dari sebuah kesadaran bersama akan tanggung jawabnya sebagai salah satu kekuatan yang mampu menggerakan pembangunan bangsa dan Negaranya. Pekerja Indonesia sebagai bagian tak terpisahkan dari masyarakat Bangsa Indonesia yang senantiasa dijiwai oleh rasa senasib dan sepenanggungan serta kesetiakawanan, berwawasan kebangsaan dan cinta tanah air, memiliki tekad dan cita cita bersama untuk mencapai masa depan yang lebih baik, demi harkat dan martabat kemanusiaan para pekerja dan keluarganya telah diwujudkan melalui sarana organisasi Serikat Pekerja. Bahwa komponen pekerja berdasarkan jenis lapangan pekerjaan dan sektor usaha Niaga, Bank, Jasa dan Asuransi yang terdiri dalam kemajemukan suku, agama, budaya, pendidikan dan bidang pekerjaan yang telah berhimpun didalam organisasi-organisasi Serikat Pekerja Niaga, Bank, Jasa dan Asuransi, bertekad menyatukan visi, misi, dan langkah perjuangan bersama guna mewujudkan peran sertanya dalam proses pembangunan bangsa yang didasari oleh nilai nilai kemanusiaan, kemandirian, keadilan dan kesetaraan. Sadar sepenuhnya akan panggilan sejarah, cita-cita, dan rasa tanggungjawab terhadap peranan, fungsi dan hak sebagai pekerja Indonesia dalam memperjuangkan, melindungi dan membela kepentingan pekerja pada umumnya serta meningkatkan kesejahteraan diri pekerja dan keluarganya. Maka atas rahmat Tuhan Yang Maha Esa, kami para pekerja dan organisasi Serikat Pekerja Niaga, Bank, Jasa dan Asuransi, menyatakan diri bergabung membentuk dan berhimpun dalam satu organisasi Federasi Serikat Pekerja Niaga, Bank, Jasa dan Asuransi, dengan Anggaran Dasar sebagai berikut : BAB I NAMA, BENTUK DAN SIFAT Pasal 1 N a m a Organisasi ini bernama: Federasi Serikat Pekerja Niaga, Bank, Jasa dan Asuransi disingkat:

3 Pasal 2 B e n t u k Organisasi ini berbentuk: Federasi Pasal 3 S i f a t bersifat: Terbuka, Bebas, Independen, Demokratis dan Bertanggung jawab BAB II WAKTU DAN KEDUDUKAN Pasal 4 W a k t u dideklarasikan pada tanggal 21 Juli 2001 dan merupakan kelanjutan organisasi SB NIBA yang didirikan pada tanggal 2 Mei 1973 di Jakarta untuk jangka waktu yang tidak ditentukan Pasal 5 Kedudukan tingkat Nasional berkedudukan di Ibu Kota Negara Republik Indonesia berasaskan Pancasila BAB III ASAS DAN KEDAULATAN Pasal 6 Asas Pasal 7 Kedaulatan Kedaulatan tertinggi organisasi berada ditangan Anggota dan dilaksanakan sepenuhnya oleh Musyawarah Nasional BAB IV FUNGSI, TUJUAN DAN USAHA Pasal 8 Fungsi berfungsi: 1. Sebagai wadah berhimpun dan bergabungnya organisasi Serikat Pekerja dari sektor usaha Niaga, Bank, Jasa dan Asuransi 2. Sebagai wadah perjuangan pekerja dan organisasi pekerja dalam kehidupan kemasyarakatan, kebangsaan dan kenegaraan 3. Sebagai wadah komunikasi, koordinasi, dan penyalur aspirasi Serikat Pekerja dan pekerja, dalam mengembangkan hak hak dan kewajiban pekerja

4 4. Sebagai wadah perjuangan kepentingan Serikat Pekerja dan pekerja dalam meningkatkan derajat, taraf hidup yang berkeadilan serta kesejahteraan sosial 5. Mewakili kepentingan seluruh Serikat Pekerja dan pekerja dalam pelaksanaan Hubungan Industrial yang harmonis, dinamis dan berkeadilan 6. Mewakili kepentingan seluruh Serikat Pekerja dan pekerja dalam lembaga-lembaga ketenagakerjaan dilingkup Nasional dan Internasional 7. Sebagai perekat kemajemukan Serikat Pekerja untuk mewujudkan persatuan dan solidaritas antar pekerja 8. Sebagai perencana, pelaksana dan penanggungjawab pemogokan serikat pekerja, sesuai dengan peraturan peraturan yang berlaku Pasal 9 Tujuan bertujuan: 1. Memperjuangkan dan mewujudkan keadilan serta kesejahteraan sosial ekonomi bagi pekerja dan keluarganya 2. Memberikan perlindungan dan pembelaan atas hak hak kepentingan Serikat Pekerja dan pekerja, serta meningkatkan kesejahteraan yang layak bagi pekerja dan keluarganya 3. Mewujudkan persatuan dan solidaritas antar Serikat Pekerja dan pekerja 4. Mewujudkan Serikat Pekerja dan pekerja yang sadar akan hak dan kewajiban dalam hubungan industrial 5. Meningkatkan kemitraan dan kesetaraan antara Serikat Pekerja dengan pihak Pengusaha 6. Meningkatkan kesejahteraan pekerja serta memperjuangkan perbaikan nasib, syarat syarat kerja dan kondisi kerja serta penghidupan yang layak sesuai dengan kemanusiaan yang adil dan beradab Pasal 10 Usaha Untuk mencapai fungsi dan tujuan sebagaimana dimaksud pada pasal 8 dan 9 bab ini, melakukan usaha sebagai berikut: 1. Pemantapan dan peningkatan kualitas komunikasi secara vertikal dan horizontal antara Serikat Pekerja, pekerja dan pengusaha 2. Memantapkan peran konsolidasi organisasi secara vertikal dan horizontal dalam rangka meningkatkan dan mengembangkan peran Serikat Pekerja 3. Mengadakan pendidikan dan pelatihan serta kaderisasi disetiap jenjang organisasi 4. Mengusahakan peningkatan kualitas sumber daya manusia baik bagi Serikat Pekerja maupun pekerja 5. Mengadakan kerjasama dengan badan dan atau lembaga-lembaga pemerintah/swasta, baik dalam maupun luar negeri 6. Peningkatan kesejahteraan pekerja dengan mendirikan koperasi, yayasan atau bentuk usaha lainnya 7. Mengembangkan dan meningkatkan kemampuan sosial ekonomi pekerja 8. Menyelenggarakan advokasi, pembelaan bagi Serikat Pekerja dan pekerja 9. Mengembangkan hubungan kemitraan dan kesetaraan kepada semua pihak untuk kepentingan Serikat Pekerja dan pekerja

5 BAB V A T R I B U T Pasal 11 memiliki Atribut yang terdiri dari lambang, bendera, lagu dan atribut atribut lain yang diatur lebih lanjut dalam Anggaran Rumah Tangga BAB VI KEANGGOTAAN Pasal 12 Anggota adalah: 1. Organisasi Serikat Pekerja yang dibentuk berdasarkan sektor usaha, jenis pekerjaan, dan bentuk lain dari lapangan pekerjaan; Niaga, Bank, Jasa dan Asuransi, selanjutnya disebut Serikat Pekerja Niaga, Bank, Jasa dan Asuransi atau disingkat dengan SP NIBA 2. SP NIBA di suatu perusahaan dan atau badan usaha disebut Serikat Pekerja Anggota 3. Pengaturan lebih lanjut ketentuan dalam ayat 1 dan 2 pasal ini, ditetapkan dalam Anggaran Rumah Tangga BAB VII HAK DAN KEWAJIBAN SERTA WEWENANG ANGGOTA Pasal 13 Hak-Hak Anggota 1. Setiap anggota mempunyai hak: a. Bicara dan memberikan suara b. Memilih dan dipilih c. Membela diri d. Mendapatkan perlindungan dan pembelaan e. Mendapatkan pembinaan dan pendidikan 2. Penggunaan hak anggota sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 pasal ini diatur lebih lanjut dalam Anggaran Rumah Tangga Pasal 14 Kewajiban anggota Setiap anggota berkewajiban untuk: 1. Mentaati dan melaksanakan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga serta keputusan keputusan 2. Menjunjung tinggi nama dan kehormatan 3. Melaksanakan program-program 4. Membayar uang pangkal dan iuran anggota 5. Melakukan koordinasi dengan, terhadap segala bentuk perkembangan organisasi SP NIBA sesuai mekanisme organisasi 6. Menghadiri musyawarah dan rapat rapat serta kegiatan yang diselenggarakan oleh organisasi Pasal 15 Wewenang Anggota Setiap anggota memiliki wewenang:

6 1. Menangani fungsi hubungan industrial dalam arti yang luas sebagaimana diatur dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga SP NIBA dan perundang undangan yang berlaku 2. Menindak-lanjuti keputusan-keputusan BAB VIII RUANG LINGKUP KEANGGOTAAN Pasal 16 Anggota adalah Serikat Pekerja NIBA yang dibentuk berdasarkan sektor usaha, jenis pekerjaan dan bentuk lain, diatur lebih lanjut didalam Anggaran Rumah Tangga BAB IX STRUKTUR ORGANISASI DAN KEWENANGAN SERTA KEWAJIBAN DEWAN PIMPINAN FEDERASI SP NIBA Pasal 17 Struktur Organisasi Struktur organisasi terdiri: 1. Tingkat Nasional berkedudukan di Ibu Kota Negara dan dipimpin oleh Dewan Pimpinan Pusat Federasi Serikat Pekerja Niaga, Bank, Jasa dan Asuransi disingkat: DPP 2. Tingkat Propinsi berkedudukan di Ibu Kota Propinsi dan dipimpin oleh Dewan Pimpinan Daerah Federasi Serikat Pekerja Niaga, Bank, Jasa dan Asuransi disingkat: DPD 3. Tingkat Kabupaten/Kota berkedudukan di Ibu kota Kabupaten dan dipimpin oleh Dewan Pimpinan Cabang Federasi Serikat Pekerja Niaga, Bank, Jasa dan Asuransi disingkat: DPC Pasal 18 Wewenang dan Kewajiban Dewan Pimpinan Pusat 1. Dewan Pimpinan Pusat adalah badan pelaksana tertinggi organisasi, merupakan suatu kesatuan yang bersifat kolektif 2. Dewan Pimpinan Pusat berwenang: a) Menentukan kebijakan organisasi tingkat nasional sesuai Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga, keputusan Musyawarah dan rapat rapat tingkat Nasional serta keputusan-keputusan lain dari b) Mengesahkan komposisi dan personalia Dewan Pimpinan Daerah Federasi SP NIBA c) Mengesahkan komposisi dan personalia Dewan Pimpinan Cabang Federasi SP NIBA, disebabkan oleh belum terbentuknya Dewan Pimpinan Daerah Federasi SP NIBA d) Mengesahkan komposisi dan personalia Pimpinan SP NIBA anggota, disebabkan belum terbentuknya Dewan Pimpinan Daerah maupun Dewan Pimpinan Cabang 3. Dewan Pimpinan Pusat berkewajiban: a. Melaksanakan segala ketentuan dan kebijaksanaan sesuai Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga, keputusan Musyawarah dan rapat rapat tingkat Nasional serta keputusan-keputusan lain dari b. Melaksanakan dan memberikan pertanggung-jawaban pada Musyawarah Nasional

7 c. Menyelesaikan perbedaan pendapat didalam tubuh Serikat Pekerja Anggota dan atau perselisihan antar Serikat Pekerja dan pekerja d. Memperjuangkan, membela kepentingan dan hak-hak anggota dalam forum Nasional dan Internasional e. Mengkoordinir dan membina Serikat Pekerja Anggota secara nasional f. Memberikan nomor keanggotaan terhadap SP NIBA sebagai Serikat Pekerja Anggota yang telah memenuhi ketentuan Pasal 19 Wewenang dan Kewajiban Dewan Pimpinan Daerah 1. Dewan Pimpinan Daerah adalah badan pelaksana organisasi yang bersifat kolektif didaerah Propinsi 2. Dewan Pimpinan Daerah berwenang: a. Menentukan kebijakan organisasi di wilayah daerah Propinsi sesuai Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga, keputusan Musyawarah dan rapat-rapat, baik ditingkat Nasional maupun daerah Propinsi serta peraturan lain dari Federasi SP NIBA b. Bertindak untuk dan atas nama DPP mengesahkan komposisi dan personalia Dewan Pimpinan Cabang c. Bertindak untuk dan atas nama DPP mengesahkan komposisi dan personalia Pimpinan SP NIBA, disebabkan oleh belum terbentuknya Dewan Pimpinan Cabang 3. Dewan Pimpinan Daerah berkewajiban : a. Melaksanakan segala ketentuan dan kebijakan sesuai dengan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga, keputusan Musyawarah dan rapat-rapat, baik ditingkat Nasional maupun Daerah Propinsi serta peraturan lain dari Federasi SP NIBA b. Melaksanakan dan memberi Pertanggungjawaban pada Musyawarah Daerah c. Menyelesaikan perbedaan pendapat didalam tubuh Serikat Pekerja Anggota dan atau perselisihan antar Serikat Pekerja d. Memperjuangkan, membela kepentingan dan hak-hak anggota dalam forum Daerah e. Mengkoordinir dan membina SP NIBA dan anggotanya di wilayah Propinsi Pasal 20 Wewenang dan Kewajiban Dewan Pimpinan Cabang 1. Dewan Pimpinan Cabang adalah badan pelaksana organisasi yang bersifat kolektif di wilayah Kabupaten/Kota 2. Dewan Pimpinan Cabang berwenang: a) Menentukan kebijakan organisasi di wilayah Kabupaten/Kota sesuai dengan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga, keputusan musyawarah dan rapat-rapat, baik di tingkat Nasional, Daerah maupun Cabang serta peraturan lain dari b) Bertindak untuk dan atas nama DPP mengesahkan komposisi dan personalia Pimpinan SP NIBA 3. Dewan Pimpinan Cabang Kabupaten/Kota, berkewajiban: a) Melaksanakan segala ketentuan dan kebijakan sesuai dengan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga, keputusan musyawarah dan rapat-rapat, baik di tingkat Nasional, Daerah maupun Cabang serta peraturan lain dari Federasi SP NIBA

8 b) Melaksanakan dan memberikan pertanggung-jawaban pada Musyawarah Cabang c) Menyelesaikan perbedaan pendapat didalam tubuh Serikat Pekerja Anggota dan atau perselisihan antar serikat pekerja d) Memperjuangkan, membela kepentingan dan hak-hak anggota dalam forum Kabupaten/Kota e) Mengkoordinir dan membina SP NIBA dan anggotanya diwilayah kabupaten/kota BAB X HUBUNGAN DENGAN ORGANISASI KONFEDERASI SPSI DAN ORGANISASI LAINNYA Pasal berhak membentuk dan atau menjadi anggota Konfederasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (KSPSI) yang berfungsi sebagai wadah berhimpun dan forum komunikasi serta kerjasama antar Federasi Serikat Pekerja 2. dapat berafiliasi secara langsung dan atau bekerjasama dengan organisasi Pekerja, Badan dan Lembaga Nasional maupun Internasional lainnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku 3. dapat melaksanakan hubungan kerjasama dengan organisasi Serikat Pekerja lainnya sesuai jenjang vertikal BAB XI MUSYAWARAH DAN RAPAT-RAPAT Pasal Musyawarah terdiri dari: a) Musyawarah Nasional b) Musyawarah Nasional Luar Biasa c) Musyawarah Daerah d) Musyawarah Cabang e) Musyawarah Daerah/Cabang Luar Biasa 3. Rapat-rapat terdiri dari: a) Rapat Pimpinan Nasional b) Rapat Kerja Nasional c) Rapat Koordinasi Nasional d) Rapat Kerja Daerah e) Rapat Kerja Cabang 3. Rapat rapat lain: a) Rapat Pengurus Harian b) Rapat Pleno c) Rapat Pleno diperluas Pasal 23 Musyawarah Nasional 1. Musyawarah Nasional merupakan pemegang kekuasaan dan kedaulatan tertinggi organisasi 2. Musyawarah Nasional diadakan sekali dalam 5 (lima) tahun 3. Musyawarah Nasional berwenang untuk: a) Menetapkan dan atau mengubah Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga

9 b) Menetapkan Pedoman Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga SP NIBA c) Menyusun dan menetapkan program umum d) Meminta dan menilai pertanggungjawaban DPP e) Memilih dan menetapkan Dewan Pimpinan Pusat f) Menetapkan keputusan-keputusan lainnya Pasal 24 Musyawarah Nasional Luar Biasa Musyawarah Nasional Luar Biasa mempunyai wewenang dan kekuasaaan yang sama dengan Musyawarah Nasional yang hanya dapat dilaksanakan dengan ketentuan: 1. a. Apabila organisasi dalam keadaan terancam atau menghadapi ikhwal kegentingan yang membahayakan kelangsungan hidup organisasi b. DPP melanggar Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga atau tidak dapat melaksanakan amanat Musyawarah Nasional c. Diadakan oleh DPP atas permintaan atau persetujuan sekurang-kurangnya 2/3 (duapertiga) dari jumlah Dewan Pimpinan Daerah, Dewan Pimpinan Cabang dan Serikat Pekerja Anggota d. Adanya suatu kondisi yang dihadapi oleh dan mengharuskan perlunya perubahan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga. 2. DPP wajib memberikan pertanggungjawaban atas diadakannya Musyawarah Nasional Luar Biasa Pasal 25 Musyawarah Daerah 1. Musyawarah Daerah diadakan sekali dalam 5 (lima) tahun 2. Musyawarah Daerah berwenang untuk: a) Menyusun dan menetapkan Program Kerja Organisasi tingkat Daerah b) Meminta dan menilai pertanggungjawaban Dewan Pimpinan Daerah Federasi SP NIBA c) Memilih dan menetapkan Dewan Pimpinan Daerah d) Menetapkan keputusan-keputusan lain dalam batas wewenangnya Pasal 26 Musyawarah Cabang 1. Musyawarah Cabang diadakan sekali dalam 5 (lima) tahun 2. Musyawarah Cabang berwenang untuk : a) Menyusun dan menetapkan Program Kerja Organisasi tingkat Cabang b) Meminta dan menilai pertanggungjawaban Dewan Pimpinan Cabang Federasi SP NIBA c) Memilih dan menetapkan Dewan Pimpinan Cabang d) Menetapkan keputusan-keputusan lainnya dalam batas wewenangnya Pasal 27 Musyawarah Daerah dan atau Cabang Luar Biasa Musyawarah Daerah Luar Biasa untuk Dewan Pimpinan Daerah dan atau Musyawarah Cabang Luar Biasa untuk Dewan Pimpinan Cabang, dapat dilaksanakan dengan ketentuan:

10 1. Musyawarah Daerah Luar Biasa dilaksanakan atas permintaan atau persetujuan sekurang-kurangnya 2/3 dari jumlah Dewan Pimpinan Cabang dan Serikat Pekerja Anggota dilingkup daerah Propinsi 2. Musyawarah Cabang Luar Biasa dilaksanakan atas permintaan atau persetujuan sekurang-kurangnya 2/3 dari jumlah Serikat Pekerja Anggota dilingkup Kabupaten/Kota Pasal 28 Rapat Pimpinan Nasional 1. Rapat Pimpinan Nasional diadakan sedikitnya 1 (satu) kali dalam satu periode kepemimpinan DPP 2. Rapat Pimpinan Nasional diselenggarakan dan dipimpin oleh Dewan Pimpinan Pusat 3. Rapat Pimpinan Nasional menetapkan keputusan-keputusan, kecuali yang menjadi wewenang MUNAS sebagaimana dimaksud dalam pasal 23 ayat (3) huruf a,b,dan e Pasal 29 Rapat Kerja Nasional 1. Rapat Kerja Nasional adalah forum evaluasi dan konsultasi yang diadakan sedikitnya 1 (satu) kali dalam satu periode kepemimpinan DPP 2. Rapat Kerja Nasional berwenang untuk mengadakan evaluasi dan penilaian terhadap pelaksanaan Program Umum serta menetapkan pelaksanan program selanjutnya Pasal 30 Rapat Koordinasi Nasional Rapat Koordinasi Nasional diadakan sedikitnya 1 (satu) kali dalam satu periode kepemimpinan DPP dan berwenang mengadakan koordinasi terhadap pelaksanaan program kerja dalam satu atau lebih bidang koordinasi Pasal 31 Rapat Kerja Daerah 1. Rapat Kerja Daerah adalah forum evaluasi dan konsultasi yang diadakan sedikitnya 1 (satu) kali dalam satu periode kepemimpinan Dewan Pimpinan Daerah Federasi SP NIBA 2. Rapat Kerja Daerah berwenang untuk mengadakan evaluasi dan penilaian terhadap pelaksanaan Program Kerja serta menetapkan pelaksanan Program Kerja selanjutnya Pasal 32 Rapat Kerja Cabang 1. Rapat Kerja Cabang adalah forum evaluasi dan konsultasi yang diadakan sedikitnya 1 (satu) kali dalam satu periode kepemimpinan Dewan Pimpinan Cabang Federasi SP NIBA 2. Rapat Kerja Cabang berwenang untuk mengadakan evaluasi dan penilaian terhadap pelaksanaan Program Kerja serta menetapkan pelaksanan Program Kerja selanjutnya

11 Pasal 33 Rapat-Rapat Lain Tugas dan fungsi Rapat Harian dan Rapat Pleno serta Rapat pleno diperluas Dewan Pimpinan disemua tingkatan organisasi diatur lebih lanjut dalam Peraturan Organisasi Pasal 34 Peserta musyawarah dan rapat-rapat Organisasi sebagaimana dimaksud dalam pasal 22 ayat (1), (2) dan ayat (3) diatur lebih lanjut dalam Anggaran Rumah Tangga BAB XII QUORUM DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN Pasal Pengambilan keputusan dilaksanakan dengan Musyawarah untuk mencapai mufakat, dan apabila hal ini tidak tercapai, keputusan diambil berdasarkan suara terbanyak (voting) 2. Musyawarah dan rapat-rapat sebagaimana dimaksud dalam pasal 22 sampai dengan pasal 33 Anggaran Dasar ini, adalah sah apabila hal ini dihadiri oleh lebih dari ½ (setengah) jumlah peserta 3. Dalam hal Musyawarah untuk mengambil keputusan tentang pemilihan Pimpinan, sekurang-kurangnya disetujui oleh 2/3 (duapertiga) dari jumlah peserta yang hadir sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) 4. Khusus tentang perubahan Anggaran Dasar: a. Sekurang-kurangnya 2/3 (duapertiga) dari jumlah peserta harus hadir b. Keputusan adalah sah, apabila diambil dengan persetujuan sekurang-kurangnya 2/3 (duapertiga) dari jumlah peserta yang hadir BAB XIII K E U A N G A N Pasal Keuangan dan atau pendanaan organisasi diperoleh dari: a. Uang pangkal dan Iuran anggota b. Sumbangan yang tidak mengikat c. Usaha-usaha lain yang sah 2. Pengaturan ketentuan dalam ayat (1) pasal ini diatur lebih lanjut dalam Anggaran Rumah Tangga BAB XIV PEMBUBARAN ORGANISASI Pasal Pembubaran organisasi hanya dapat dilakukan dalam Musyawarah Nasional yang khusus diadakan untuk itu dengan ketentuan quorum sebagaimana dimaksud dalam pasal 35 Anggaran Rumah Tangga ini 2. Dinyatakan bubar dengan keputusan pengadilan, sesuai ketentuan undang-undang nomor 21 tahun 2000 tentang Serikat Pekerja/Serikat Buruh

12 3. Dalam hal organisasi dibubarkan maka kekayaannya diserahkan kepada Badan- Badan/Lembaga-Lembaga sosial di Indonesia BAB XV PERATURAN PERALIHAN Pasal Pada MUNAS I ini ditetapkan Pedoman Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Serikat Pekerja Anggota 2. Pedoman Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Serikat Pekerja Anggota merupakan pedoman bagi anggota dalam membentuk dan atau menjalankan roda organisasi SP NIBA 3. Perubahaan terhadap Pedoman Anggaran dasar dan Anggaran Rumah Tangga Serikat Pekerja Anggota dilaksanakan dalam MUNAS berikutnya 4. Peraturan-peraturan dan atau kebijakan yang ada tetap berlaku, selama tidak bertentangan dengan Anggaran Dasar ini BAB XVI P E N U T U P Pasal Hal-hal yang belum diatur dalam Anggaran Dasar ini, ditetapkan pada Anggaran Rumah Tangga 2. Anggaran Dasar ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan Ditetapkan di : Ciloto, Jawa Barat Pada Tanggal : 15 September 2004 ======================

13 ANGGARAN RUMAH TANGGA FEDERASI SERIKAT PEKERJA NIAGA, BANK, JASA DAN ASURANSI BAB I A T R I B U T Pasal 1 Lambang 1. Lambang organisasi adalah seperti terdapat dalam lampiran Anggaran Rumah Tangga ini, yang selanjutnya diatur dalam keputusan organisasi 2. Lambang seperti tersebut pada ayat (1) pasal ini dipergunakan untuk: Bendera, Jaket, Badge, Vandel dan identitas organisasi 3. Lagu dan/atau Hymne ditetapkan kemudian 4. Bentuk, warna dan penjelasan serta cara penggunaan lambang seperti tersebut pada ayat (2) pasal ini diatur dalam keputusan organisasi Pasal 2 Makna Lambang Lambang Organisasi merupakan pencerminan dari: 1. Persatuan dan kesetiakawanan serta konsolidasi organisasi dan serikat pekerja. 2. Perjuangan untuk kesejahteraan dan keadilan bagi pekerja dan keluarganya. 3. Berpijak pada landasan Pancasila dalam menghadapi kemajemukan pekerja dalam kemitraan dan kesetaraan hubungan industrial. BAB II K E A N G G O T A A N Pasal 3 Kriteria Anggota Anggota organisasi adalah: 1. Organisasi pekerja dan atau Serikat Pekerja yang dibentuk berdasarkan sektor usaha, jenis pekerjaan dan bentuk lain dari lapangan pekerjaan Niaga, Bank, Jasa dan Asuransi dari suatu perusahaan dan atau badan usaha 2. Pembentukan organisasi Serikat Pekerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini dapat dilakukan atas inisiatif/prakarsa Dewan Pimpinan dan atau dari pihak pekerja dengan berkoordinasi pada Dewan Pimpinan 3. Organisasi Serikat Pekerja disetiap perusahaan dan atau badan usaha sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan (2) pasal ini disebut SP NIBA 4. Selain organisasi Serikat Pekerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1), (2) dan (3) pasal ini, organisasi Serikat Pekerja yang telah dibentuk dari sektor usaha Niaga, Bank, Jasa dan Asuransi dapat bergabung menjadi anggota Pasal 4 Syarat syarat Keanggotaan Serikat pekerja dapat diterima menjadi anggota organisasi dengan syarat sebagai berikut: 1. Menerima dan mentaati Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Federasi SP NIBA, Program Umum Organisasi dan semua keputusan keputusan organisasi 2. Sanggup aktif mengikuti kegiatan yang ditentukan oleh

14 3. Memiliki komitmen untuk memperjuangkan aspirasi dan kepentingan pekerja 4. Tidak menjadi/merangkap sebagai anggota dari organisasi Serikat Pekerja lainnya Pasal 5 Tata Cara Menjadi Anggota 1. Setiap Serikat Pekerja, untuk menjadi anggota dengan cara sebagai berikut: a. Mengajukan permohonan secara tertulis kepada Dewan Pimpinan Federasi SP NIBA b. Permohonan menjadi anggota dialamatkan kepada Dewan Pimpinan Cabang, Daerah dan atau Dewan Pimpinan Pusat 2. Khusus Perorangan pekerja: a. Dapat mengajukan permohonan menjadi anggota secara tertulis b. Permohonan menjadi anggota SP NIBA dialamatkan kepada Dewan Pimpinan Cabang dan atau Dewan Pimpinan Daerah 3. Ketentuan sebagaimana tercantum pada ayat (2) pasal ini hanya berlaku apabila pada tempat bekerja belum terbentuk SP NIBA diperusahaan dan atau badan usaha tempat kerjanya 4. Ketentuan dan pengaturan penerimaan anggota diatur dalam keputusan organisasi 5. Tata cara menjadi anggota untuk organisasi Serikat Pekerja sebagaimana pasal 3 ayat (4), diatur lebih lanjut dengan peraturan organisasi Federasi SP NIBA Pasal 6 Penerimaan dan Pengesahan Anggota 1. Penerimaan Anggota dilakukan setelah memenuhi persyaratan keanggotaan yang diatur pasal 4 dan 5 Anggaran Rumah Tangga ini 2. Pengesahan keanggotaan dilakukan sesuai dengan ketentuan BAB IX Pasal 18, 19 dan pasal 20 Anggaran Dasar 3. Serikat Pekerja Anggota yang telah memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud ayat (2) memperoleh Nomor Keanggotaan Serikat Pekerja Anggota 4. Penetapan tentang nomor keanggotaan Serikat Pekerja Anggota sebagaimana ketentuan pada ayat (3) pasal ini diatur lebih lanjut dalam Peraturan Organisasi BAB III RUANG LINGKUP KEANGGOTAAN Pasal 7 beranggotakan Serikat Pekerja yang dibentuk berdasarkan sektor usaha, jenis pekerjaan dan bentuk lain, sebagai berikut: 1. Sektor Niaga dan atau Perniagaan adalah dari para pekerja di sub sektor atau lapangan pekerjaan: a. Pertokoan b. Departemen Store, Toko Serba Ada/Toserba, Plaza dan Mall c. Pasar Swalayan/Super Market d. Koperasi Primer, Pusat Koperasi dan Induk Koperasi e. Dealer (Agen penjualan )/Supplier (toko,grosir dan eceran) dan distributor f. Usaha keagenan perdagangan (Agen penjualan & grosir) g. Pergudangan (gudang penyimpanan, perlengkapan) h. Usaha bongkar muat barang: di pasar, pusat perdagangan, pabrik dan pergudangan

15 i. Ekspor Impor 2. Sektor Bank dan atau Perbankan dan Lembaga Keuangan, adalah dari para pekerja di sub sektor atau lapangan pekerjaan: a. Bank Umum: Swasta, Pemerintah (Persero), Asing b. Bank Perwakilan (Bank Representative) c. Bank Perkreditan Rakyat d. Lembaga keuangan bukan Bank, Leasing, Perusahaan Pialang e. Koperasi Simpan-pinjam f. Pasar Modal; Pedagang valuta asing (money changer) g. Bank Syariah h. Credit Union i. Dana Pensiun j. Bursa Efek/Saham (stock Exchanges) k. Saham Obligasi-pialang (stock & brokers) 3. Sektor Asuransi dan atau Perasuransian, adalah dari para pekerja di sub sektor atau lapangan pekerjaan: a. Asuransi Jiwa b. Asuransi Umum c. Asuransi Pialang (Insurance Broker) d. Asuransi Penaksir Tuntutan Kerugian (Insurance loss Adjustens) e. Asuransi kredit 4. Sektor Jasa Jasa dan atau Pelayan Publik, adalah dari para pekerja di sub sektor atau lapangan pekerjaan: a. Jasa Penjualan Rumah (Real Estate Agent) b. Jasa Pelayanan Umum dan Perumahan c. Jasa Keamanan (Security service) d. Jasa Kurir dan Pos serta Pengiriman (Courier Service) e. Jasa Informasi dan Tehnologi; Internet Service Provider, Radio Panggil, Telepon Seluler, Premium Call dan Jasa Warung Telekomunikasi f. Yayasan g. Perusahaan Konsultan (Bussines Counsultans) h. Jasa Penyewaan Gedung (Office Building) i. Jasa Layanan Pembersihan dan Pemeliharaan (Cleaning Maintenance and Service) j. Jasa Perparkiran k. Konsultasi pajak l. Pemasaran bertingkat (Multi Level Marketing) m. Pengepakan (Packing) n. Layanan Penyewaan (Rental Service) o. Lembaga Pendidikan/pelatihan p. Pekerja Kantor Pengacara/Advokat q. Pekerja Kantor Notaris dan atau PPAT r. Artis/jasa hiburan BAB IV HAK DAN KEWAJIBAN ANGGOTA Pasal 8 Hak Anggota Setiap anggota berhak: 1. Mengeluarkan pendapat dan mengajukan usul, saran serta pertanyaan, baik secara lisan atau tulisan 2. Memperoleh perlakuan yang sama dari

16 3. Memilih dan dipilih menjadi Dewan Pimpinan pada semua tingkatan 4. Memperoleh perlindungan, pembelaan, pendidikan dan pelatihan serta bimbingan dari 5. Mewakili untuk mengikuti kegiatan diluar organisasi sesuai keputusan dan petunjuk organisasi 6. Membela diri 7. Lain lain yang ditentukan dalam Peraturan Organisasi Pasal 9 Kewajiban Anggota Setiap anggota Federasi berkewajiban: 1. Mentaati dan melaksanakan seluruh ketentuan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga, Keputusan MUNAS dan Keputusan-keputusan lain dari 2. Membayar uang pangkal dan iuran anggota 3. Ikut bertanggung jawab untuk menjaga dan mendukung eksistensi sebagai wahana pemersatu organisasi serikat pekerja 4. Membela dan menjaga nama baik dan kehormatan 5. Mengembangkan, mempererat Persatuan dan Solidaritas antar Serikat Pekerja 6. Menentang setiap usaha dan tindakan yang merugikan kepentingan 7. Menghadiri musyawarah dan atau rapat rapat yang diselenggarakan oleh Federasi SP NIBA 8. Memberikan laporan aktifitas organisasi secara berkala BAB V PEMBERHENTIAN ANGGOTA DAN SANKSI ORGANISASI Pasal 10 Berhenti dari Anggota Setiap anggota berhenti sebagai Anggota karena: 1. Berhenti atas permintaan sendiri 2. Diberhentikan; karena tidak melaksanakan kewajiban anggota Pasal 11 Sanksi Organisasi 1. Penetapan sanksi organisasi dikenakan terhadap anggota dapat berupa: a. Peringatan lisan dan atau tertulis b. Skorsing c. Diberhentikan 2. Peringatan lisan dan atau tertulis merupakan sanksi organisasi yang diberikan kepada anggota disebabkan: a. Terdapat kecenderungan kecenderungan melanggar ketentuan Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga, peraturan dan kebijakan b. Patut diduga tidak lagi sejalan dengan keputusan dan kebijakan Federasi SP NIBA c. Telah dengan sengaja tidak melaksanakan kewajibannya sebagai anggota 3. Peringatan lisan dan atau tertulis yang diberikan kepada anggota berlaku untuk jangka waktu 1 (satu) bulan dan wajib memberikan jawaban atas peringatan tersebut 4. Apabila peringatan lisan dan atau tertulis sebagaimana ayat (3) pasal ini tidak mendapatkan jawaban/tanggapan dari anggota yang menerimanya, maka segera

17 diberikan peringatan tertulis ke-2 (dua). Peringatan tertulis ke-2 (dua) berlaku untuk jangka waktu 1 (satu) bulan dan wajib untuk dijawab 5. Apabila peringatan tertulis ke-2 (dua) sebagaimana ayat (4) pasal ini tidak mendapatkan jawaban/tanggapan dari anggota yang menerimanya, maka segera diberikan peringatan tertulis ke-3 (tiga)/terakhir. Peringatan tertulis ke-3 (tiga)/terakhir berlaku untuk jangka waktu 1 (satu) bulan dan wajib untuk dijawab 6. Sanksi organisasi berupa Skorsing langsung diberikan, apabila ketentuan pada ayat (5) pasal ini tidak terpenuhi Pasal 12 S k o r s i n g 1. Penetapan sanksi organisasi berupa skorsing merupakan sanksi organisasi yang diberikan kepada anggota akibat dari tidak terpenuhinya ketentuan sebagaimana diatur dalam pasal 11 ayat (5) bab ini 2. Skorsing yang diterima oleh anggota berlaku untuk jangka waktu 2 (dua) bulan, dan: a. Selama skorsing itu diterima oleh anggota, maka untuk sementara hak haknya sebagai anggota terputus, terutama hak untuk memilih dan dipilih b. Selama menjalani masa skorsing, anggota diberikan kesempatan untuk membela diri, membuktikan diri bahwa anggota tersebut tidak patut untuk dikenakan skorsing 3. Sanksi organisasi berupa pemberhentian sebagai Anggota diberikan kepada Anggota apabila hak membela diri selama masa skorsing tidak dipenuhi dan atau pembelaan diri tidak diterima Pasal 13 Berakhirnya Keanggotaan Berakhirnya keanggotaan Serikat Pekerja pada karena: 1. Mengundurkan diri dari keanggotaan atas permintaan sendiri 2. Peningkatan sanksi organisasi dari skorsing menjadi diberhentikan 3. Diberhentikan karena nyata nyata tidak lagi sejalan dengan keputusan keputusan dan kebijakan Pasal 14 Pembelaan diri 1. Terhadap anggota yang menerima sanksi organisasi berupa skorsing dan atau diberhentikan, apabila perlu yang bersangkutan dapat melakukan pembelaan diri 2. Hak Pembelaan diri dapat dilakukan dalam forum musyawarah dan rapat rapat sesuai tingkatan organisasi BAB VI SUSUNAN DEWAN PIMPINAN FEDERASI SP NIBA Pasal 15 Dewan Pimpinan Pusat Susunan DPP terdiri dari Pimpinan Harian dan Pimpinan Pleno: 1. Pimpinan Harian terdiri dari: a. Ketua Umum b. Ketua-Ketua c. Sekretaris Jenderal d. Wakil wakil Sekretaris Jenderal

18 e. Bendahara Umum f. Wakil wakil Bendahara 2. Setiap Ketua-ketua bertindak selaku ketua koordinasi departemen 3. Pimpinan Harian DPP terdiri dari Ketua Umum sampai dengan Wakilwakil Bendahara 4. Pimpinan Pleno DPP terdiri dari semua personalia Pimpinan Harian DPP dan Departemen-departemen 5. Jumlah personalia DPP maksimal 25 (duapuluh lima) orang 6. DPP dapat membentuk dan menetapkan fungsionaris Departemendepartemen sesuai kebutuhan 7. Masa bakti Dewan Pimpinan Pusat adalah 5 (lima) tahun 8. Tata kerja dan pembidangan tugas diantara personalia DPP diatur dalam Peraturan Organisasi Pasal 16 Dewan Pimpinan Daerah Susunan DPD terdiri dari Pimpinan Harian dan Pimpinan Pleno: 1. Pimpinan Harian terdiri dari: a. Ketua b. Wakil wakil Ketua c. Sekretaris d. Wakil wakil Sekretaris e. Bendahara f. Wakil wakil Bendahara 2. Setiap Wakil-wakil Ketua bertindak selaku ketua koordinasi Biro 3. Pimpinan Harian DPD terdiri dari Ketua sampai dengan wakil-wakil Bendahara 4. Pimpinan Pleno DPD terdiri dari semua personalia Pimpinan Harian DPD dan Biro-biro 5. Jumlah personalia DPD maksimal 19 (sembilanbelas) orang 6. DPD dapat membentuk dan menetapkan fungsionaris biro-biro sesuai dengan kebutuhan 7. Masa bakti Dewan Pimpinan Daerah adalah 5 (lima) tahun 8. Tata Kerja dan pembidangan tugas diantara personalia DPD diatur dalam Keputusan DPD Pasal 17 Dewan Pimpinan Cabang Susunan DPC terdiri dari Pimpinan Harian dan Pimpinan Pleno: 1. Pimpinan Harian terdiri dari: a. Ketua b. Wakil wakil Ketua c. Sekretaris d. Wakil wakil Sekretaris e. Bendahara f. Wakil wakil Bendahara 2. Setiap Wakil-wakil Ketua bertindak selaku ketua koordinasi Bidang 3. Pimpinan Harian DPD terdiri dari Ketua sampai dengan wakil-wakil Bendahara 4. Pimpinan Pleno DPC terdiri dari semua personalia Pimpinan Harian DPC dan Bidang-bidang 5. Jumlah personalia DPC maksimal 13 (tigabelas) orang

19 6. DPC dapat membentuk dan menetapkan fungsionaris bidang-bidang sesuai dengan kebutuhan 7. Masa bakti Dewan Pimpinan Cabang adalah 5 (lima) tahun 8. Tata Kerja dan pembidangan tugas diantara personalia DPC diatur dalam Keputusan DPC Pasal 18 Dalam menjalankan kebijakan organisasi secara operasional, Departemen ditingkat DPP dapat berhubungan dengan Biro ditingkat DPD dan Bagian di Tingkat DPC, secara timbal balik Pasal 19 Persyaratan Pimpinan 1. Syarat menjadi Pimpinan di semua tingkatan adalah: a. Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa b. Anggota SP NIBA, mempunyai prestasi, dedikasi, disiplin dan loyalitas tinggi terhadap organisasi c. Menerima dan tunduk pada Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga dan keputusan lain dari d. Sanggup bekerja aktif dalam tugas organisasi dan mampu bekerjasama secara kolektif e. Pernah menjadi Pimpinan di tingkat Pusat, Daerah, Cabang dan atau SP NIBA, minimal 1 (satu) periode f. Tidak merangkap jabatan/pengurus secara vertikal pada SP NIBA dan atau pada Serikat Pekerja sektor lain, kecuali dalam lingkup organisasi pekerja yang menjalin kerjasama g. Tidak merangkap sebagai anggota pada organisasi pekerja atau Serikat Pekerja lainnya h. Sehat, dapat berkonsentrasi penuh untuk mendukung kelancaran tugas organisasi i. Bersedia dicalonkan 2. Syarat syarat lain diatur dalam Keputusan Organisasi BAB VII PEMBERHENTIAN PIMPINAN DAN SANKSI ORGANISASI Pasal 20 Berhenti dari Pimpinan 1. Personalia Dewan Pimpinan tidak dapat diberhentikan dalam masa jabatannya, kecuali karena yang bersangkutan: a. Meninggal dunia b. Berhenti atas permintaan sendiri c. Diberhentikan, mengundurkan diri, melakukan tindakan pidana dan berhalangan tetap 2. Berhenti atas permintaan sendiri dan atau mengunduran diri sebagaimana dimaksud tersebut pada ayat (1) huruf c pasal ini adalah diajukan secara sukarela oleh yang bersangkutan 3. Diberhentikan karena melakukan tindak pidana adalah setelah terbukti serta mempunyai kekuatan hukum tetap 4. Yang dimaksud dengan berhalangan tetap adalah: a. Karena kesehatan tidak mungkin melakukan tugasnya sehari hari

20 b. Tidak dapat aktif karena penugasan lain lebih dari 6 (enam) bulan c. Bertempat tinggal diluar Wilayah Negara RI Pasal 21 Sanksi Organisasi 1. Penetapan sanksi organisasi dikenakan kepada Personalia Dewan Pimpinan Federasi SP NIBA berupa: a. Peringatan lisan dan atau tertulis b. Skorsing c. Pemberhentian 2. Peringatan lisan dan atau tertulis diberikan kepada personalia Dewan Pimpinan akibat dari perbuatannya: a. Dengan sengaja melalaikan tugasnya sebagai Pimpinan organisasi b. Dengan sengaja menyalahgunakan jabatannya untuk kepentingan pribadi c. Dengan sengaja melanggar ketentuan Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga 3. Peringatan lisan dan atau tertulis berlaku untuk jangka waktu 1 (satu) bulan 4. Apabila ketentuan pada ayat (3) pasal ini tidak mendapat jawaban dari yang bersangkutan maka segera diberi peringatan yang ke-2 (dua) 5. Peringatan lisan dan atau tertulis yang ke-2 (dua) berlaku untuk jangka waktu 1 (satu) bulan 6. Sanksi organisasi berupa skorsing terhadap personalia Pimpinan tersebut segera diberikan apabila ketentuan pada ayat 5 (lima) pasal ini tidak dipenuhi oleh yang bersangkutan Pasal 22 S k o r s i n g 1. Penetapan sanksi organisasi berupa skorsing dikenakan kepada personalia Pimpinan yang telah menerima peringatan lisan dan atau tertulis sebagaimana ketentuan pada pasal 21 ayat (5) dan (6) Bab ini 2. Tindakan skorsing terhadap personalia Pimpinan langsung dapat dijatuhkan karena: a. Sebagaimana memenuhi ketentuan ayat (1) pasal ini b. Melakukan tindakan dan atau pelanggaran berat, sesuai kriteria yang ditetapkan dalam rapat Dewan Pimpinan 3. Penetapan tindakan sanksi organisasi dan atau skorsing dilakukan oleh Dewan Pimpinan sesuai tingkat masing-masing atas dasar putusan rapat pleno Dewan Pimpinan yang diadakan khusus untuk itu Pasal 23 Pembelaan Diri 1. Pembelaan diri akibat skorsing dan atau akibat pemberhentian dapat dilakukan dalam rapat pleno Dewan Pimpinan yang diadakan khusus untuk itu 2. Apabila ternyata di dalam pembelaan diri tidak terbukti kesalahannya, maka terhadap yang bersangkutan wajib diadakan rehabilitasi Pasal 24 Pemberhentian 1. Tindakan pemberhentian terhadap personalia Pimpinan diambil karena: a. Peningkatan tindakan skorsing karena yang bersangkutan tidak memperbaiki diri b. Melanggar Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga

21 c. Pembelaan diri tidak dilakukan d. Pembelaan diri tidak diterima 2. Tindakan pemberhentian dilakukan oleh Dewan Pimpinan setingkat lebih tinggi, atas permintaan tertulis dari Dewan Pimpinan yang bersangkutan setelah diadakan rapat khusus untuk itu BAB VIII PENGGANTIAN PIMPINAN ANTAR WAKTU Pasal 25 Penggantian Pimpinan Antar Waktu 1. Penggantian personalia Pimpinan Antar Waktu adalah pergantian seorang personalia Pimpinan atau lebih yang disebabkan, karena: a. Meninggal dunia b. Berhenti; atas permintaan sendiri c. Berhalangan tetap d. Merangkap jabatan e. Diberhentikan 2. Kewenangan pergantian personalia Dewan Pimpinan sebagaimana akibat dari ketentuan pada ayat (1) huruf b, c, d dan e pasal ini diatur pelaksanaannya sebagai berikut: a. Untuk personalia DPP dilakukan oleh Rapat Pleno DPP Federasi SP NIBA dan wajib dilaporkan dalam Rapimnas, Rakernas dan atau Rakornas b. Untuk personalia DPD dilakukan oleh Rapat Pleno DPD Federasi SP NIBA dan wajib diusulkan kepada DPP untuk disahkan c. Untuk personalia DPC dilakukan oleh Rapat Pleno DPC Federasi SP NIBA dan diusulkan kepada DPD dan atau DPP untuk disahkan Pasal Dalam pelaksanaan sebagaimana ketentuan pasal 25 ayat (1) terjadi dan atau terkena penggantian kepada: Ketua Umum DPP, Ketua DPD Federasi SP NIBA dan atau Ketua DPC, maka proses pergantiannya dilakukan melalui rapat pleno yang khusus dilakukan untuk itu 2. Yang terpilih sebagai pengganti sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini maka personalia tersebut berstatus sebagai Pejabat Sementara (PJS) sampai dilaksanakannya Munas, Musda, dan atau Muscab BAB IX PESERTA MUSYAWARAH DAN RAPAT-RAPAT Pasal 27 Musyawarah Nasional 1. Musyawarah Nasional dihadiri oleh: a) Peserta b) Peninjau 2. Peserta terdiri dari: a) DPP b) Utusan Pimpinan Serikat Pekerja NIBA c) Utusan DPD d) Utusan DPC

22 3. Peninjau terdiri dari: a) Utusan DPP Konfederasi SPSI b) Unsur-unsur lain yang ditetapkan oleh DPP 4. Jumlah peserta, peninjau dan undangan diatur dalam peraturan tersendiri oleh DPP 5. Pimpinan Musyawarah Nasional dipilih oleh dan dari peserta 6. Sebelum Pimpinan Musyawarah Nasional dipilih, DPP bertindak sebagai Pimpinan Munas Sementara 7. Pimpinan SP NIBA adalah unsur organisasi SP NIBA sebagai anggota yang telah memiliki nomor keanggotaan 8. Musyawarah Nasional Luar Biasa diselenggarakan sama berdasarkan ayat (1) sampai dengan ayat (7) pasal ini 9. Musyawarah Nasional diadakan setiap 5 (lima) tahun sekali Pasal 28 Musyawarah Daerah 1. Musyawarah Daerah dihadiri oleh: a. Peserta b. Peninjau 2. Peserta terdiri dari: a. DPD b. Utusan Pimpinan Serikat Pekerja NIBA c. Utusan DPC d. Utusan DPP 3. Peninjau terdiri dari: a. Utusan DPD Konfederasi SPSI b. Unsur-unsur lain yang ditetapkan oleh DPD 4. Jumlah peserta, peninjau dan undangan diatur dalam peraturan tersendiri oleh DPD 5. Pimpinan Musyawarah Daerah dipilih oleh dan dari peserta 6. Sebelum Pimpinan Musyawarah Daerah dipilih, DPD bertindak sebagai Pimpinan Musda Sementara 7. Pimpinan SP NIBA adalah unsur organisasi SP NIBA sebagai anggota yang telah memiliki nomor keanggotaan 8. Musyawarah Daerah Luar Biasa diselenggarakan sama berdasarkan ayat (1) sampai dengan ayat (7) pasal ini 9. Musyawarah Daerah diadakan setiap 5 (lima) tahun sekali Pasal 29 Musyawarah Cabang 1. Musyawarah Cabang dihadiri oleh: a. Peserta b. Peninjau 2. Peserta terdiri dari: a. DPC b. Utusan Pimpinan Serikat Pekerja NIBA c. Utusan DPD 3. Peninjau terdiri dari: a. Utusan DPC Konfederasi SPSI b. Unsur-unsur lain yang ditetapkan oleh DPC

23 4. Jumlah peserta, peninjau dan undangan diatur dalam peraturan tersendiri oleh DPC 5. Pimpinan Musyawarah Cabang dipilih oleh dan dari peserta 6. Sebelum Pimpinan Musyawarah Cabang dipilih, DPC bertindak sebagai Pimpinan Muscab Sementara 7. Pimpinan SP NIBA adalah unsur organisasi SP NIBA sebagai anggota yang telah memiliki nomor keanggotaan 8. Musyawarah Cabang Luar Biasa diselenggarakan sama berdasarkan ayat (1) sampai dengan ayat (7) pasal ini 9. Musyawarah Cabang diadakan setiap 5 (lima) tahun sekali Pasal 30 Rapat Pimpinan Nasional 1. Rapat Pimpinan Nasional dihadiri oleh: a. Peserta b. Peninjau 2. Peserta terdiri dari: a. DPP b. DPD c. DPC 3. Peninjau terdiri dari unsur lain yang dianggap perlu oleh DPP 4. Jumlah peserta, peninjau dan undangan Rapimnas diatur dalam Peraturan tersendiri oleh DPP 5. Rapat Pimpinan Nasional diselenggarakan dan dipimpin oleh DPP Pasal 31 Rapat Kerja Nasional 1. Rapat Kerja Nasional dihadiri oleh: a. Peserta b. Peninjau 2. Peserta terdiri dari: a. DPP b. DPD 3. Peninjau terdiri dari: a. DPC b. Pimpinan SP NIBA c. Unsur lain yang dianggap perlu oleh DPP 4. Jumlah peserta, peninjau dan undangan Rakernas diatur dalam Peraturan tersendiri oleh DPP 5. Rapat Kerja Nasional diselenggarakan dan dipimpin oleh DPP 1. Rapat Koordinasi Nasional dihadiri oleh: a. Peserta b. Peninjau 2. Peserta terdiri dari: a. DPP b. DPD 3. Peninjau terdiri dari: a. DPC Pasal 32 Rapat Koordinasi Nasional

24 b. Pimpinan SP NIBA c. Unsur lain yang dianggap perlu oleh DPP 4. Jumlah peserta, peninjau dan undangan Rakornas diatur dalam Peraturan tersendiri oleh DPP 5. Rapat Koordinasi Nasional diselenggarakan dan dipimpin oleh DPP Pasal 33 Rapat Kerja Daerah 1. Rapat Kerja Daerah dihadiri oleh: a. Peserta b. Peninjau 2. Peserta terdiri dari: a. DPD b. DPC c. Pimpinan SP NIBA d. DPP 3. Peninjau terdiri dari unsur lain yang dianggap perlu oleh DPD 4. Jumlah peserta, peninjau dan undangan Rakerda diatur dalam Peraturan tersendiri oleh DPD 5. Rapat Kerja Daerah diselenggarakan dan dipimpin oleh DPD Pasal 34 Rapat Kerja Cabang 1. Rapat Kerja Cabang dihadiri oleh: a. Peserta b. Peninjau 2. Peserta terdiri dari: a. DPC b. DPD c. Pimpinan SP NIBA 3. Peninjau terdiri dari unsur lain yang dianggap perlu oleh DPC 4. Jumlah peserta, peninjau dan undangan Rakercab diatur dalam Peraturan tersendiri oleh DPC 5. Rapat Kerja Cabang diselenggarakan dan dipimpin oleh DPC BAB X HAK BICARA DAN HAK SUARA Pasal 35 Hak bicara dan hak suara dalam musyawarah dan Rapat-rapat diatur sebagai berikut: 1. Peserta mempunyai hak bicara dan hak suara 2. Peninjau hanya memiliki hak bicara 3. Hak bicara dan hak suara yang dipergunakan dalam musyawarah dan rapat rapat diatur/ditetapkan tersendiri oleh forum musyawarah yang bersangkutan 4. Hak suara peserta dalam hal pemilihan pimpinan musyawarah dan pimpinan organisasi, diatur dalam peraturan tersendiri yang disahkan oleh Forum Musyawarah, sebagaimana dimaksud pada BAB IX Anggaran Rumah Tangga ini

25 BAB XI PEMILIHAN PIMPINAN FEDERASI SP NIBA Pasal 36 Pemilihan Dewan Pimpinan dilakukan melalui sistem sebagai berikut: 1. Pemilihan Ketua Umum DPP, Ketua DPD dan atau DPC dilaksanakan melalui pemungutan suara secara langsung dengan tahapan sebagai berikut: a. Tahapan pencalonan b. Penyampaian Visi dan Misi c. Tahapan pemilihan 2. Susunan komposisi dan personalia lengkap dari DPP, DPD Federasi SP NIBA dan atau DPC disusun oleh suatu tim Formatur Pasal 37 Tata Cara Pemilihan Tata cara pemilihan sebagaimana pada pasal 36 Anggaran Rumah Tangga ini ditetapkan lebih lanjut dalam peraturan tata tertib Munas dan untuk Musda-Musda diatur dalam petunjuk pelaksanaan DPP BAB XII K E U A N G A N Pasal 38 Sumber keuangan dan atau pendanaan organisasi yang utama bersumber dari uang pangkal dan uang iuran organisasi, ditetapkan sebagai berikut: 1. Uang pangkal dan uang iuran bagi setiap pekerja sebagai anggota organisasi SP NIBA disetiap perusahaan dan atau badan usaha, merupakan suatu kewajiban yang harus dipenuhi oleh setiap anggota 2. Uang pangkal dan uang iuran bagi pekerja/karyawan sebagai anggota SP NIBA disetiap perusahaan dan atau badan usaha, jumlah nominal ditentukan melalui forum Munas, Rapimnas dan atau Rakernas 3. Besarnya uang pangkal dan uang iuran ditetapkan sebesar 1% (Satu persen) dari Upah Minimum Propinsi, kecuali untuk pekerja Bank, akan ditetapkan tersendiri oleh Dewan Pimpinan Pusat dalam Peraturan Organisasi 4. Proses administrasi dari pemungutan uang pangkal dan uang iuran kepada pekerja sebagaimana ketentuan ayat (1) pasal ini dilakukan oleh masing masing SP NIBA 5. Perolehan dana dari uang pangkal dan uang iuran pekerja ditetapkan pembagiannya sebagai berikut: a. Serikat Pekerja Anggota, sebesar 50% (Lima puluh persen) b. DPC, sebesar 20% (Dua puluh persen) c. DPD, sebesar 15% (Lima belas persen) d. DPP, sebesar 15% (Lima belas persen) 6. Dana sebagaimana dimaksud ayat (4) pasal ini wajib disetor secara langsung ke rekening masing masing perangkat organisasi oleh Serikat Pekerja Anggota Federasi SP NIBA 7. Hal-hal yang menyangkut pemasukan dan pengeluaran keuangan dari dan untuk organisasi, wajib dipertanggungjawabkan dalam forum yang akan ditetapkan dalam aturan organisasi

26 8. Pengelolaan keuangan organisasi diupayakan melalui rekening Bank BAB XIII PENYEMPURNAAN ANGGARAN RUMAH TANGGA Pasal Perubahan terhadap Anggaran Dasar dan atau Anggaran Rumah Tangga Federasi SP NIBA dapat dilakukan apabila atas permintaan 2/3 (duapertiga) dari jumlah DPD, DPC dan Serikat Pekerja Anggota Federasi SP NIBA dalam forum Musyawarah Nasional 2. Dalam situasi amat sangat mendesak, jika diperlukan suatu penyesuaian dan atau penyempurnaan terhadap Anggaran Dasar dan atau Anggaran Rumah Tangga Federasi SP NIBA dapat dilakukan melalui Forum Rapat Pimpinan Nasional yang selanjutnya dipertanggung-jawabkan dalam Forum Musyawarah Nasional BAB XIV P E N U T U P Pasal Hal hal yang belum diatur dalam Anggara Rumah Tangga ini ditetapkan dalam peraturan organisasi 2. Anggaran Rumah Tangga ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan Ditetapkan di : Ciloto, Jawa Barat Pada tanggal : 15 September 2004 ======================

F. SP. NIBA - K.SPSI

F. SP. NIBA - K.SPSI ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA F.SP SPSI SERIKAT PEKERJA NIAGA, BANK, JASA DAN SURANSI... ANGGOTA; F. SP. NIBA - K.SPSI ANGGARAN DASAR SERIKAT PEKERJA NIAGA, BANK, JASA DAN ASURANSI P E M B U

Lebih terperinci

AD KAI TAHUN 2016 PEMBUKAAN

AD KAI TAHUN 2016 PEMBUKAAN AD KAI TAHUN 2016 PEMBUKAAN - Bahwa Negara Republik Indonesia adalah Negara Hukum berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945, oleh karena itu setiap orang tanpa membedakan

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA

ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA ORGANISASI SAYAP PEMUDA PARTAI PERINDO Jakarta, 17 Desember 2015 ANGGARAN DASAR & ANGGARAN RUMAH TANGGA PEMUDA PERINDO PEMBUKAAN Pemuda Indonesia sebagai salah

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR/ANGGARAN RUMAH TANGGA SERIKAT KARYAWAN PT ANGKASA PURA II (PERSERO) (SEKARPURA II) PEMBUKAAN

ANGGARAN DASAR/ANGGARAN RUMAH TANGGA SERIKAT KARYAWAN PT ANGKASA PURA II (PERSERO) (SEKARPURA II) PEMBUKAAN Lampiran KEP.005/MUNAS-V/SEKARPURA II/2011 - AD/ART ANGGARAN DASAR/ANGGARAN RUMAH TANGGA SERIKAT KARYAWAN PT ANGKASA PURA II (PERSERO) (SEKARPURA II) PEMBUKAAN Bahwa untuk mencapai cita-cita Kemerdekaan

Lebih terperinci

ANGGARAN RUMAH TANGGA PARTAI GERAKAN INDONESIA RAYA GERINDRA

ANGGARAN RUMAH TANGGA PARTAI GERAKAN INDONESIA RAYA GERINDRA ANGGARAN RUMAH TANGGA PARTAI GERAKAN INDONESIA RAYA GERINDRA BAB I KEANGGOTAAN Pasal 1 Syarat Keanggotaan Syarat menjadi Anggota Partai Gerakan Indonesia Raya (GERINDRA) adalah : 1. Warga Negara Indonesia.

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR NINJA OWNERS CLUB

ANGGARAN DASAR NINJA OWNERS CLUB ANGGARAN DASAR NINJA OWNERS CLUB BAB I NAMA, BENTUK, SIFAT, ASAS, VISI, MISI, WAKTU DAN KEDUDUKAN Pasal 1 NAMA Organisasi ini bernama NINJA OWNERS CLUB, yang dapat disingkat dengan nama N O C. Pasal 2

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR ASOSIASI LAUNDRY INDONESIA

ANGGARAN DASAR ASOSIASI LAUNDRY INDONESIA ANGGARAN DASAR ASOSIASI LAUNDRY INDONESIA MUKADIMAH Menyadari sepenuhnya bahwa untuk mencapai suatu masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, guna mengisi cita-cita Proklamasi Kemerdekaan,

Lebih terperinci

AD dan ART. Ditulis oleh AMPI Kukar Selasa, 28 May :42 - P E M B U K A A N

AD dan ART. Ditulis oleh AMPI Kukar Selasa, 28 May :42 - P E M B U K A A N P E M B U K A A N BAHWA PROKLAMASI KEMERDEKAAN 17 AGUSTUS 1945, YANG DICETUSKAN RAKYAT INDONESIA MERUPAKAN PUNCAK PERJUANGAN PERGERAKAN NASIONAL DAN TITIK AWAL UPAYA UNTUK MEWUJUDKAN CITA-CITA KEMERDEKAAN,

Lebih terperinci

:: LDII Sebagai Ormas/Anggaran Rumah Tangga:

:: LDII Sebagai Ormas/Anggaran Rumah Tangga: 1 :: LDII Sebagai Ormas/Anggaran Rumah Tangga: ANGGARAN RUMAH TANGGA LEMBAGA DAKWAH ISLAM INDONESIA BAB I KEANGGOTAAN Pasal 1 Anggota dan Warga [1] Keanggotaan Lembaga Dakwah Islam Indonesia terdiri dari

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR SERIKAT PEKERJA PT INDOSAT BAB I NAMA, SIFAT, JANGKA WAKTU DAN TEMPAT KEDUDUKAN. Pasal 1 Nama

ANGGARAN DASAR SERIKAT PEKERJA PT INDOSAT BAB I NAMA, SIFAT, JANGKA WAKTU DAN TEMPAT KEDUDUKAN. Pasal 1 Nama ANGGARAN DASAR SERIKAT PEKERJA PT INDOSAT BAB I NAMA, SIFAT, JANGKA WAKTU DAN TEMPAT KEDUDUKAN Pasal 1 Nama Serikat ini bernama Serikat Pekerja PT Indosat (Persero) Tbk disingkat SP Indosat. Pasal 2 Sifat

Lebih terperinci

PANCA PRASETYA FEDERASI SERIKAT PEKERJA ROKOK TEMBAKAU MAKANAN MINUMAN SERIKAT PEKERJA SELURUH INDONESIA

PANCA PRASETYA FEDERASI SERIKAT PEKERJA ROKOK TEMBAKAU MAKANAN MINUMAN SERIKAT PEKERJA SELURUH INDONESIA PANCA PRASETYA FEDERASI SERIKAT PEKERJA ROKOK TEMBAKAU MAKANAN MINUMAN SERIKAT PEKERJA SELURUH INDONESIA 1. KAMI ANGGOTA FEDERASI SERIKAT PEKERJA ROKOK TEMBAKAU MAKANAN MINUMAN SERIKAT PEKERJA SELURUH

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa kemerdekaan berserikat, berkumpul,

Lebih terperinci

PENGURUS BESAR IGPKhI SELAKU PIMPINAN MUNAS I IGPKhI Sekretaris Jenderal,

PENGURUS BESAR IGPKhI SELAKU PIMPINAN MUNAS I IGPKhI Sekretaris Jenderal, AD/ART IKATAN GURU PENDIDIKAN KHUSUS INDONESIA KEPUTUSAN MUNAS I IKATAN GURU PENDIDIKAN KHUSUS INDONESIA Nomor : 2/MUNAS I/ IGPKhI /I/ 2017 Tentang : ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA IGPKhI DENGAN

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2000 TENTANG PENGESAHAN PERUBAHAN ANGGARAN DASAR KORPS PEGAWAI REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2000 TENTANG PENGESAHAN PERUBAHAN ANGGARAN DASAR KORPS PEGAWAI REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2000 TENTANG PENGESAHAN PERUBAHAN ANGGARAN DASAR KORPS PEGAWAI REPUBLIK INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 21 TAHUN 2000 (21/2000) TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 21 TAHUN 2000 (21/2000) TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 21 TAHUN 2000 (21/2000) TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa kemerdekaan

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 131, 2000 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3989) UNDANG-UNDANG REPUBLIK

Lebih terperinci

Undang-undang No. 21 Tahun 2000 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH

Undang-undang No. 21 Tahun 2000 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH Daftar Isi BAB I KETENTUAN UMUM I-7 BAB II ASAS, SIFAT, DAN TUJUAN I-8 BAB III PEMBENTUKAN I-10 BAB

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR. ASOSIASI KONTRAKTOR KETENAGALISTRIKAN INDONESIA (Association of Indonesia Electrical Contractors) A K L I N D O

ANGGARAN DASAR. ASOSIASI KONTRAKTOR KETENAGALISTRIKAN INDONESIA (Association of Indonesia Electrical Contractors) A K L I N D O ANGGARAN DASAR ASOSIASI KONTRAKTOR KETENAGALISTRIKAN INDONESIA (Association of Indonesia Electrical Contractors) A K L I N D O TAHUN 2011 ANGGARAN DASAR ASOSIASI KONTRAKTOR KETENAGALISTRIKAN INDONESIA

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR LEGIUN VETERAN REPUBLIK INDONESIA MUKADIMAH "DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA"

ANGGARAN DASAR LEGIUN VETERAN REPUBLIK INDONESIA MUKADIMAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA LAMPIRAN I KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 14 TAHUN 2007 TANGGAL : 19 Juni 2007 ANGGARAN DASAR LEGIUN VETERAN REPUBLIK INDONESIA MUKADIMAH "DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA" Bahwa Veteran

Lebih terperinci

ASOSIASI BADAN PENYELENGGARA PERGURUAN TINGGI SWASTA INDONESIA

ASOSIASI BADAN PENYELENGGARA PERGURUAN TINGGI SWASTA INDONESIA Lampiran Keputusan Munas IV Asosiasi BP PTSI Nomor: 07/MUNAS-IV/2017 ASOSIASI BADAN PENYELENGGARA PERGURUAN TINGGI SWASTA INDONESIA ANGGARAN DASAR ASOSIASI BP PTSI PEMBUKAAN Bahwa sesungguhnya tugas mendidik

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR KONGRES ADVOKAT INDONESIA (PERUBAHAN PERTAMA) TAHUN 2016 PEMBUKAAN

ANGGARAN DASAR KONGRES ADVOKAT INDONESIA (PERUBAHAN PERTAMA) TAHUN 2016 PEMBUKAAN ANGGARAN DASAR KONGRES ADVOKAT INDONESIA (PERUBAHAN PERTAMA) TAHUN 2016 PEMBUKAAN - Bahwa Negara Republik Indonesia adalah Negara Hukum berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia

Lebih terperinci

M U K A D I M A H DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

M U K A D I M A H DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA M U K A D I M A H DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Bahwa perjuangan Bangsa Indonesia untuk mengisi kemerdekaan sejak 17 Agustus 1945 telah memasuki tahap yang makin memerlukan optimalisasi potensi bangsa,

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG NO. 21 TH 2000

UNDANG-UNDANG NO. 21 TH 2000 UNDANG-UNDANG NO. 21 TH 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : Mengingat : a. bahwa kemerdekaan berserikat, berkumpul, mengeluarkan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa kemerdekaan berserikat, berkumpul,

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR Tunas Indonesia Raya TIDAR

ANGGARAN DASAR Tunas Indonesia Raya TIDAR ANGGARAN DASAR Tunas Indonesia Raya TIDAR BAB I NAMA, WAKTU DAN TEMPAT KEDUDUKAN Pasal 1 1. Organisasi ini bernama TUNAS INDONESIA RAYA disingkat TIDAR, selanjutnya disebut Organisasi. 2. Organisasi ini

Lebih terperinci

Halaman PEMBUKAAN

Halaman PEMBUKAAN Halaman - 1 - PEMBUKAAN 1. Dengan Rachmat Tuhan Yang Maha Esa, Bangsa Indonesia melalui perjuangan yang luhur telah mencapai Kemerdekaannya yang telah diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945. Dalam

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR MASYARAKAT PERIKANAN NUSANTARA (INDONESIAN FISHERIES SOCIETY) PERUBAHAN MUKADIMAH

ANGGARAN DASAR MASYARAKAT PERIKANAN NUSANTARA (INDONESIAN FISHERIES SOCIETY) PERUBAHAN MUKADIMAH ANGGARAN DASAR MASYARAKAT PERIKANAN NUSANTARA (INDONESIAN FISHERIES SOCIETY) PERUBAHAN MUKADIMAH Bahwa sesungguhnya sumberdaya perikanan yang ada di wilayah kedaulatan Republik Indonesia merupakan karunia

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MUSYAWARAH NASIONAL (MUNAS) IV FEDERASI SERIKAT PEKERJA PERKAYUAN PERHUTANAN DAN UMUM SELURUH INDONESIA

KEPUTUSAN MUSYAWARAH NASIONAL (MUNAS) IV FEDERASI SERIKAT PEKERJA PERKAYUAN PERHUTANAN DAN UMUM SELURUH INDONESIA KEPUTUSAN MUSYAWARAH NASIONAL (MUNAS) IV FEDERASI SERIKAT PEKERJA PERKAYUAN PERHUTANAN DAN UMUM SELURUH INDONESIA NOMOR : KEP-06a/MUNAS.IV/FSPK/VIII/2009 TENTANG PERUBAHAN ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa kemerdekaan berserikat, berkumpul,

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR & ATURAN RUMAH TANGGA IKATAN ALUMNI UNPAR (IKA UNPAR)

ANGGARAN DASAR & ATURAN RUMAH TANGGA IKATAN ALUMNI UNPAR (IKA UNPAR) ANGGARAN DASAR & ATURAN RUMAH TANGGA IKATAN ALUMNI UNPAR (IKA UNPAR) ANGGARAN DASAR IKA UNPAR PEMBUKAAN Bahwa tujuan Negara Kesatuan Republik Indonesia untuk mewujudkan masyarakat adil, makmur dan sejahtera,

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa kemerdekaan berserikat, berkumpul,

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa kemerdekaan berserikat, berkumpul,

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR Tunas Indonesia Raya TIDAR

ANGGARAN DASAR Tunas Indonesia Raya TIDAR ANGGARAN DASAR Tunas Indonesia Raya TIDAR BAB I NAMA, WAKTU DAN TEMPAT KEDUDUKAN Pasal 1 1. Organisasi ini bernama TUNAS INDONESIA RAYA disingkat TIDAR, selanjutnya disebut Organisasi. 2. Organisasi ini

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA HISWARA MIGAS INDONESIA MUKADIMAH

ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA HISWARA MIGAS INDONESIA MUKADIMAH ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA HISWARA MIGAS INDONESIA MUKADIMAH Tuhan Yang Maha Esa melimpahkan kenikmatan bagi Bangsa Indonesia dalam kandungan bumi pertiwi Indonesia berupa sumber daya alam

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR (AD) ASOSIASI PENGELOLA SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM DAN SANITASI (SPAMS) PERDESAAN

ANGGARAN DASAR (AD) ASOSIASI PENGELOLA SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM DAN SANITASI (SPAMS) PERDESAAN ANGGARAN DASAR (AD) ASOSIASI PENGELOLA SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM DAN SANITASI (SPAMS) PERDESAAN PEMBUKAAN Program Pamsimas telah membangun prasarana dan sarana air minum dan sanitasi di desa/ kelurahan

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR PERHIMPUNAN ANAK TRANSMIGRAN REPUBLIK INDONESIA ( P A T R I ) MUKADIMAH

ANGGARAN DASAR PERHIMPUNAN ANAK TRANSMIGRAN REPUBLIK INDONESIA ( P A T R I ) MUKADIMAH ANGGARAN DASAR PERHIMPUNAN ANAK TRANSMIGRAN REPUBLIK INDONESIA ( P A T R I ) MUKADIMAH Bahwa dalam pembangunan nasional yang pada hakekatnya adalah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya, kemerdekaan

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR/ ANGGARAN RUMAH TANGGA (AD/ART), PROGRAM KERJA DAN KODE ETIK AHLI GIZI

ANGGARAN DASAR/ ANGGARAN RUMAH TANGGA (AD/ART), PROGRAM KERJA DAN KODE ETIK AHLI GIZI ANGGARAN DASAR/ ANGGARAN RUMAH TANGGA (AD/ART), PROGRAM KERJA DAN KODE ETIK AHLI GIZI PERSAGI (Persatuan Ahli Gizi Indonesia) 2015 ANGGARAN DASAR/ ANGGARAN RUMAH TANGGA ( AD/ART ) PERSATUAN AHLI GIZI

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA DPD AREBI JABAR 2016 [KOMPAK KUAT HEBAT]

ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA DPD AREBI JABAR 2016 [KOMPAK KUAT HEBAT] 2016 ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA DPD AREBI JABAR 2016 [KOMPAK KUAT HEBAT] ANGGARAN DASAR YANG TELAH DISEMPURNAKAN MUKADIMAH Sesungguhnya kemerdekaan Bangsa Indonesia itu sebagai rahmat Tuhan

Lebih terperinci

MUKADIMAH. Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Kuasa

MUKADIMAH. Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Kuasa MUKADIMAH Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Kuasa Bahwa PDI Perjuangan sebagai partai nasionalis yang berasaskan Pancasila sebagaimana termaktub dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Lebih terperinci

IKATAN ARSITEK INDONESIA ANGGARAN DASAR

IKATAN ARSITEK INDONESIA ANGGARAN DASAR IKATAN ARSITEK INDONESIA ANGGARAN DASAR MUKADIMAH Arsitek sebagai warga negara yang sadar akan panggilan untuk memelihara pertumbuhan dan perkembangan kebudayaan serta peradaban manusia, senantiasa belajar

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR (AD) ASOSIASI PENGELOLA SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM DAN SANITASI (SPAMS) PERDESAAN

ANGGARAN DASAR (AD) ASOSIASI PENGELOLA SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM DAN SANITASI (SPAMS) PERDESAAN ANGGARAN DASAR (AD) ASOSIASI PENGELOLA SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM DAN SANITASI (SPAMS) PERDESAAN PEMBUKAAN Program Pamsimas telah membangun prasarana dan sarana air minum dan sanitasi di desa/ kelurahan

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA FEDERASI SERIKAT PEKERJA KAHUTINDO. Pembukaan

ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA FEDERASI SERIKAT PEKERJA KAHUTINDO. Pembukaan Lampiran : Keputusan MUNAS-IV FSP KAHUTINDO Nomor : KEP-06a/MUNAS.IV/FSPK/VIII/2009 Tanggal : 3 Agustus 2009 ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA FEDERASI SERIKAT PEKERJA KAHUTINDO Pembukaan Dengan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR : 21 TAHUN 2002 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT KOTA BANDUNG

LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR : 21 TAHUN 2002 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT KOTA BANDUNG LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2002 TAHUN : 2002 NOMOR : 28 S E R I : D PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR : 21 TAHUN 2002 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT KOTA BANDUNG DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR ORGANISASI AMATIR RADIO INDONESIA

ANGGARAN DASAR ORGANISASI AMATIR RADIO INDONESIA ANGGARAN DASAR ORGANISASI AMATIR RADIO INDONESIA MUKADIMAH Bahwa sesungguhnya Kegiatan Amatir Radio itu merupakan penyaluran bakat yang penuh manfaat dan oleh sebab itu telah mendapatkan tempat yang layak

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR ASOSIASI PERUSAHAAN PENGENDALIAN HAMA INDONESIA ( A S P P H A M I ) M U K A D I M A H

ANGGARAN DASAR ASOSIASI PERUSAHAAN PENGENDALIAN HAMA INDONESIA ( A S P P H A M I ) M U K A D I M A H ANGGARAN DASAR ASOSIASI PERUSAHAAN PENGENDALIAN HAMA INDONESIA ( A S P P H A M I ) M U K A D I M A H Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa, maka kemerdekaan rakyat Indonesia yang diproklamirkan pada tanggal

Lebih terperinci

2008, No.2 2 d. bahwa Partai Politik merupakan sarana partisipasi politik masyarakat dalam mengembangkan kehidupan demokrasi untuk menjunjung tinggi k

2008, No.2 2 d. bahwa Partai Politik merupakan sarana partisipasi politik masyarakat dalam mengembangkan kehidupan demokrasi untuk menjunjung tinggi k LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.2, 2008 LEMBAGA NEGARA. POLITIK. Pemilu. DPR / DPRD. Warga Negara. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4801) UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR ANGGARAN RUMAH TANGGA

ANGGARAN DASAR ANGGARAN RUMAH TANGGA Masyarakat Telematika Indonesia The Indonesian ICT Society ANGGARAN DASAR ANGGARAN RUMAH TANGGA Anggaran Dasar MASTEL MUKADIMAH Bahwa dengan berkembangnya teknologi, telah terjadi konvergensi bidang Telekomunikasi,

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR PERSATUAN PERUSAHAAN GRAFIKA INDONESIA (INDONESIA PRINT MEDIA ASSOCIATION) MUKADIMAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

ANGGARAN DASAR PERSATUAN PERUSAHAAN GRAFIKA INDONESIA (INDONESIA PRINT MEDIA ASSOCIATION) MUKADIMAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA ANGGARAN DASAR PERSATUAN PERUSAHAAN GRAFIKA INDONESIA (INDONESIA PRINT MEDIA ASSOCIATION) MUKADIMAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Dengan menyadari sedalam-dalamnya akan kedudukan, tugas dan kewajiban

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR ASOSIASI KONTRAKTOR KONSTRUKSI INDONESIA BAB I NAMA, TEMPAT KEDUDUKAN, DAERAH KERJA, DAN WAKTU. Pasal 1 NAMA

ANGGARAN DASAR ASOSIASI KONTRAKTOR KONSTRUKSI INDONESIA BAB I NAMA, TEMPAT KEDUDUKAN, DAERAH KERJA, DAN WAKTU. Pasal 1 NAMA ANGGARAN DASAR ASOSIASI KONTRAKTOR KONSTRUKSI INDONESIA BAB I NAMA, TEMPAT KEDUDUKAN, DAERAH KERJA, DAN WAKTU Pasal 1 NAMA Organisasi ini bernama Asosiasi Kontraktor Konstruksi Indonesia atau disingkat

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR & ANGGARAN RUMAH TANGGA PERHIMPUNAN HOTEL & RESTORAN INDONESIA. Disempurnakan Pada Munas XV Februari 2010

ANGGARAN DASAR & ANGGARAN RUMAH TANGGA PERHIMPUNAN HOTEL & RESTORAN INDONESIA. Disempurnakan Pada Munas XV Februari 2010 ANGGARAN DASAR & ANGGARAN RUMAH TANGGA PERHIMPUNAN HOTEL & RESTORAN INDONESIA Disempurnakan Pada Munas XV - 2010 10 Februari 2010 M U K A D I M A H BAHWA CITA-CITA KEMERDEKAAN INDONESIA YANG DIPROKLAMASIKAN

Lebih terperinci

BAB II A S A S Pasal 2 AP2TKILN Berasaskan Pancasila dan Undang Undang Dasar 1945

BAB II A S A S Pasal 2 AP2TKILN Berasaskan Pancasila dan Undang Undang Dasar 1945 ANGGARAN DASAR ASOSIASI PENGELOLA PELATIHAN TENAGA KERJA INDONESIA LUAR NEGERI ( A P 2 T K I L N ) PEMBUKAAN Bahwa Proklamasi kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945 adalah titik awal untuk mewujudkan cita-cita

Lebih terperinci

ANGGARAN RUMAH TANGGA KOMITE NASIONAL PEMUDA INDONESIA K N P I

ANGGARAN RUMAH TANGGA KOMITE NASIONAL PEMUDA INDONESIA K N P I ANGGARAN RUMAH TANGGA KOMITE NASIONAL PEMUDA INDONESIA K N P I BAB I KEANGGOTAAN Pasal 1 Syarat-Syarat Keanggotaan 1. Yang menjadi anggota KNPI adalah Organisasi Kemasyarakatan Pemuda (OKP) yang telah

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR DEWAN PENGURUS PUSAT IKATAN KELUARGA ALUMNI INSTITUT MANAJEMEN KOPERASI INDONESIA MUKADIMAH

ANGGARAN DASAR DEWAN PENGURUS PUSAT IKATAN KELUARGA ALUMNI INSTITUT MANAJEMEN KOPERASI INDONESIA MUKADIMAH ANGGARAN DASAR DEWAN PENGURUS PUSAT IKATAN KELUARGA ALUMNI INSTITUT MANAJEMEN KOPERASI INDONESIA MUKADIMAH Bahwa untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat sebagaimana amanat UUD 1945 tiada lain adalah

Lebih terperinci

SURAT KEPUTUSAN NOMOR : SKEP-03/IW PUSAT/IV/2004

SURAT KEPUTUSAN NOMOR : SKEP-03/IW PUSAT/IV/2004 + IKATAN WANITA BANK RAKYAT INDONESIA SURAT KEPUTUSAN NOMOR : SKEP-03/IW PUSAT/IV/2004 TENTANG PENGGABUNGAN/PENYEMPURNAAN ANGGARAN DASAR, ANGGARAN RUMAH TANGGA DAN PEDOMAN TATA KERJA IKATAN WANITA BANK

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR SERIKAT PEKERJA NASIONAL TOTAL INDONESIE

ANGGARAN DASAR SERIKAT PEKERJA NASIONAL TOTAL INDONESIE Halaman 1 dari 24 ANGGARAN DASAR SERIKAT PEKERJA NASIONAL TOTAL INDONESIE PEMBUKAAN DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA ESA bahwa pembangunan nasional adalah merupakan suatu manifestasi dari rasa syukur kepada

Lebih terperinci

Pasal 3 HMPF-ITB berkedudukan di Class Room 1.2 LABTEK VIII Institut Teknologi Bandung Kampus Ganesha.

Pasal 3 HMPF-ITB berkedudukan di Class Room 1.2 LABTEK VIII Institut Teknologi Bandung Kampus Ganesha. ANGGARAN DASAR HIMPUNAN MAHASISWA PASCASARJANA FARMASI INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG MUKADIMAH Sesungguhnya tujuan pendidikan nasional yang diamanatkan oleh Undang-Undang Dasar 1945 adalah mencerdaskan kehidupan

Lebih terperinci

BAB I NAMA, BENTUK, TEMPAT KEDUDUKAN DAN WAKTU

BAB I NAMA, BENTUK, TEMPAT KEDUDUKAN DAN WAKTU ANGGARAN DASAR SAREKAT HIJAU INDONESIA PEMBUKAAN Krisis berbangsa dan bernegara yang dialami Indonesia, terjadi hampir di seluruh bidang kehidupan. Krisis ini menyebabkan tidak terpenuhinya hak-hak sosial,

Lebih terperinci

BAB I UMUM. Pasal 1. (1) Anggaran Rumah Tangga ini disusun berdasarkan Anggaran Dasar ORARI yang telah disahkan dalam Munas khusus ORARI tahun 2003

BAB I UMUM. Pasal 1. (1) Anggaran Rumah Tangga ini disusun berdasarkan Anggaran Dasar ORARI yang telah disahkan dalam Munas khusus ORARI tahun 2003 BAB I UMUM Pasal 1 (1) Anggaran Rumah Tangga ini disusun berdasarkan Anggaran Dasar ORARI yang telah disahkan dalam Munas khusus ORARI tahun 2003 (2) Anggaran Rumah Tangga ini merupakan penjabaran dan

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR FEDERASI PANJAT TEBING INDONESIA

ANGGARAN DASAR FEDERASI PANJAT TEBING INDONESIA ANGGARAN DASAR FEDERASI PANJAT TEBING INDONESIA PEMBUKAAN Kegiatan panjat tebing di Indonesia merupakan wujud nyata dari dinamika warga negara Indonesia yang dengan sadar menghimpun dirinya dalam berbagai

Lebih terperinci

KEPUTUSAN SILATNAS PGMI Nomor : 04/SK/Silatnas-PGMI/XI/2008. Tentang ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA PGMI ANGGARAN DASAR

KEPUTUSAN SILATNAS PGMI Nomor : 04/SK/Silatnas-PGMI/XI/2008. Tentang ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA PGMI ANGGARAN DASAR KEPUTUSAN SILATNAS PGMI Nomor : 04/SK/Silatnas-PGMI/XI/2008 Tentang ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA PGMI ANGGARAN DASAR PERSATUAN GURU MADRASAH INDONESIA (PGMI) Bahwa sesungguhnya Islam adalah

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR HIMPUNAN GERAKAN KEWIRAUSAHAAN NASIONAL INDONESIA

ANGGARAN DASAR HIMPUNAN GERAKAN KEWIRAUSAHAAN NASIONAL INDONESIA ANGGARAN DASAR HIMPUNAN GERAKAN KEWIRAUSAHAAN NASIONAL INDONESIA BAB I NAMA, WAKTU DAN TEMPAT KEDUDUKAN Pasal 1 Organisasi ini bernama Himpunan Gerakan Kewirausahaan Nasional Indonesia, yang kemudian disingkat

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2002 TENTANG PARTAI POLITIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2002 TENTANG PARTAI POLITIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2002 TENTANG PARTAI POLITIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa kemerdekaan berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR IKATAN PEMUDA TIONGHOA INDONESIA PEMBUKAAN

ANGGARAN DASAR IKATAN PEMUDA TIONGHOA INDONESIA PEMBUKAAN ANGGARAN DASAR IKATAN PEMUDA TIONGHOA INDONESIA PEMBUKAAN Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa : Bahwa bangsa Indonesia terdiri dari berbagai suku yang terpadu menjadi bangsa yang besar adalah anugerah Tuhan

Lebih terperinci

ANGGARAN RUMAH TANGGA ASOSIASI BADAN PENYELENGGARA PERGURUAN TINGGI SWASTA INDONESIA BAB I KEANGGOTAAN. Pasal 1

ANGGARAN RUMAH TANGGA ASOSIASI BADAN PENYELENGGARA PERGURUAN TINGGI SWASTA INDONESIA BAB I KEANGGOTAAN. Pasal 1 ANGGARAN RUMAH TANGGA ASOSIASI BADAN PENYELENGGARA PERGURUAN TINGGI SWASTA INDONESIA BAB I KEANGGOTAAN Pasal 1 (1) Sesuai dengan Pasal 13 Anggaran Dasar, pendaftaran untuk menjadi anggota diajukan secara

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR PERMAHI (PERHIMPUNAN MAHASISWA HUKUM INDONESIA) PEMBUKAAN

ANGGARAN DASAR PERMAHI (PERHIMPUNAN MAHASISWA HUKUM INDONESIA) PEMBUKAAN ANGGARAN DASAR PERMAHI (PERHIMPUNAN MAHASISWA HUKUM INDONESIA) PEMBUKAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA : BAHWA KEMERDEKAAN, KEADILAN, DAN KEBENARAN ADALAH IDAMAN SETIAP BANGSA INDONESIA, SEBAGAI NEGARA

Lebih terperinci

IAP KETETAPAN KONGRES ISTIMEWA IKATAN AHLI PERENCANAAN INDONESIA (IAP) NO. 3 TAHUN 2009 TENTANG

IAP KETETAPAN KONGRES ISTIMEWA IKATAN AHLI PERENCANAAN INDONESIA (IAP) NO. 3 TAHUN 2009 TENTANG Lampiran IAP KETETAPAN KONGRES ISTIMEWA IKATAN AHLI PERENCANAAN INDONESIA (IAP) NO. 3 TAHUN 2009 TENTANG PENETAPAN ANGGARAN DASAR IKATAN AHLI PERENCANAAN INDONESIA (IAP) ANGGARAN DASAR IKATAN AHLI PERENCANAAN

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR ASOSIASI REAL ESTATE BROKER INDONESIA MUKADIMAH

ANGGARAN DASAR ASOSIASI REAL ESTATE BROKER INDONESIA MUKADIMAH ANGGARAN DASAR ASOSIASI REAL ESTATE BROKER INDONESIA MUKADIMAH Sesungguhnya kemerdekaan Bangsa Indonesia itu sebagai rahmat Tuhan Yang mahasa Esa, merupakan penggilan, tantangan dan dorongan bagi bangsa

Lebih terperinci

IKATAN KELUARGA ALUMNI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ANDALAS ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA

IKATAN KELUARGA ALUMNI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ANDALAS ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA IKATAN KELUARGA ALUMNI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ANDALAS ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA IKATAN KELUARGA ALUMNI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ANDALAS 4 IKATAN KELUARGA ALUMNI FAKULTAS EKONOMI

Lebih terperinci

NOMOR 31 TAHUN 2002 TENTANG PARTAI POLITIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

NOMOR 31 TAHUN 2002 TENTANG PARTAI POLITIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2002 TENTANG PARTAI POLITIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang a. bahwa kemerdekaan berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan

Lebih terperinci

MUKADIMAH BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1

MUKADIMAH BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1 A N G G A R A N D A S A R A K K L I N D O ASOSIASI KONTRAKTOR KELISTRIKAN INDONESIA (Indonesian Association of Electrical Contractor & Installation Services) MUKADIMAH Menyadari bahwa sebagai Warga Negara

Lebih terperinci

ASOSIASI PENGEMBANG RUMAH SEDERHANA SEHAT NASIONAL DEWAN PENGURUS PUSAT

ASOSIASI PENGEMBANG RUMAH SEDERHANA SEHAT NASIONAL DEWAN PENGURUS PUSAT ANGGARAN DASAR ASOSIASI PENGEMBANG RUMAH SEDERHANA SEHAT NASIONAL (APERNAS) PEMBUKAAN Dengan Rahmat Tuhan yang Maha Esa, Bahwa tujuan Negara Kesatuan Republik Indonesia antara lain terpenuhinya hak dasar

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR IKATAN AHLI KESEHATAN MASYARAKAT INDONESIA

ANGGARAN DASAR IKATAN AHLI KESEHATAN MASYARAKAT INDONESIA ANGGARAN DASAR IKATAN AHLI KESEHATAN MASYARAKAT INDONESIA Dengan rahmat Tuhan Yang Maha Esa Bangsa Indonesia telah berhasil merebut kemerdekaan dari penjajah, dan oleh karena itu adalah kewajiban segenap

Lebih terperinci

NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH

NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa kemerdekaan berserikat, berkumpul,

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG KETENAGAKERJAAN DI INDONESIA

UNDANG-UNDANG KETENAGAKERJAAN DI INDONESIA UNDANG-UNDANG KETENAGAKERJAAN DI INDONESIA UU No 21/2000 Tentang Serikat Pekerja/Serikat Buruh UU No 13/2003 Tentang Ketenagakerjaan UU No 2/2004 Tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial UNTUK

Lebih terperinci

KEPPRES 24/1999, PENGESAHAN PERUBAHAN ANGGARAN DASAR DEWAN KOPERASI INDONESIA

KEPPRES 24/1999, PENGESAHAN PERUBAHAN ANGGARAN DASAR DEWAN KOPERASI INDONESIA Copyright (C) 2000 BPHN KEPPRES 24/1999, PENGESAHAN PERUBAHAN ANGGARAN DASAR DEWAN KOPERASI INDONESIA *48766 KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA (KEPPRES) NOMOR 24 TAHUN 1999 (24/1999) TENTANG PENGESAHAN

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.116, 2013 HAK ASASI MANUSIA. Organisasi Kemasyarakatan. Pendirian-Pengawasan. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5430)

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR IKATAN DOKTER INDONESIA MUKADDIMAH

ANGGARAN DASAR IKATAN DOKTER INDONESIA MUKADDIMAH ANGGARAN DASAR IKATAN DOKTER INDONESIA MUKADDIMAH Atas berkat rahmat Tuhan Yang Maha Esa, bangsa Indonesia telah berhasil merebut kemerdekaan dari kaum penjajah, maka setiap warga negara berkewajiban mengisi

Lebih terperinci

Lampiran II Keputusan Musyawarah Nasional Asosiasi Karoseri Indonesia Ke VI Tahun 2012 Nomor : KEP-O4/MUNAS/VI/2012 Tanggal 01 Juli 2012

Lampiran II Keputusan Musyawarah Nasional Asosiasi Karoseri Indonesia Ke VI Tahun 2012 Nomor : KEP-O4/MUNAS/VI/2012 Tanggal 01 Juli 2012 Lampiran II Keputusan Musyawarah Nasional Asosiasi Karoseri Indonesia Ke VI Tahun 2012 Nomor : KEP-O4/MUNAS/VI/2012 Tanggal 01 Juli 2012 ANGGARAN RUMAH TANGGA ASOSIASI KAROSERI INDONESIA HASIL MUNAS USULAN

Lebih terperinci

MEMUTUSKAN: Menetapkan : KEPUTUSAN PRESIDEN TENTANG PENGESAHAN ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA LEGIUN VETERAN REPUBLIK INDONESIA.

MEMUTUSKAN: Menetapkan : KEPUTUSAN PRESIDEN TENTANG PENGESAHAN ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA LEGIUN VETERAN REPUBLIK INDONESIA. KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2007 TENTANG PENGESAHAN ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA LEGIUN VETERAN REPUBLIK INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

ANGGARAN RUMAH TANGGA ASOSIASI PENDIDIK DAN PENELITI BAHASA DAN SASTRA (APPI-BASTRA) BAB I PENGERTIAN UMUM

ANGGARAN RUMAH TANGGA ASOSIASI PENDIDIK DAN PENELITI BAHASA DAN SASTRA (APPI-BASTRA) BAB I PENGERTIAN UMUM ANGGARAN RUMAH TANGGA ASOSIASI PENDIDIK DAN PENELITI BAHASA DAN SASTRA (APPI-BASTRA) BAB I PENGERTIAN UMUM Pasal 1 Pengertian Umum Pendidik dan peneliti adalah ilmuwan berprofesi pendidik dan peneliti

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA

ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA IKATAN ALUMNI INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA IKATAN ALUMNI INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG 1 ANGGARAN DASAR Halaman 1 dari 2 halaman 2 IKATAN ALUMNI INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

Lebih terperinci

POSDAYA BERSERI DUSUN I

POSDAYA BERSERI DUSUN I CONTOH ANGGARAN DASAR POSDAYA BERSERI DUSUN I DESA BAJONG, KEC. BUKATEJA, KAB. PURBALINGGA Logo Perguruan Tinggi Logo Pemerintah Daerah MUKADIMAH Keluarga sebagai bagian integral dari Masyarakat Indonesia

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR SERIKAT PEKERJA DAN FEDERASI SERIKAT PEKERJA KIMIA, ENERGI, PERTAMBANGAN, MINYAK, GAS BUMI DAN UMUM (AD SP KEP DAN FSP KEP)

ANGGARAN DASAR SERIKAT PEKERJA DAN FEDERASI SERIKAT PEKERJA KIMIA, ENERGI, PERTAMBANGAN, MINYAK, GAS BUMI DAN UMUM (AD SP KEP DAN FSP KEP) ANGGARAN DASAR SERIKAT PEKERJA DAN FEDERASI SERIKAT PEKERJA KIMIA, ENERGI, PERTAMBANGAN, MINYAK, GAS BUMI DAN UMUM (AD SP KEP DAN FSP KEP) P E M B U K A A N DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, Bahwa sesungguhnya

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR. Koperasi Primer Nasional MEDIA INDONESIA MERDEKA

ANGGARAN DASAR. Koperasi Primer Nasional MEDIA INDONESIA MERDEKA ANGGARAN DASAR Koperasi Primer Nasional MEDIA INDONESIA MERDEKA BAB I NAMA, TEMPAT KEDUDUKAN DAN JANGKA WAKTU Pasal 1 (1) Badan Usaha ini adalah koperasi Pekerja dan Pengusaha Media dengan nama Koperasi

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR PARTAI PENGUSAHA DAN PEKERJA INDONESIA

ANGGARAN DASAR PARTAI PENGUSAHA DAN PEKERJA INDONESIA ANGGARAN DASAR PARTAI PENGUSAHA DAN PEKERJA INDONESIA PEMBUKAAN Bahwa Pembukaan Undang Undang Dasar 1945 telah memberikan arah dan landasan perjuangan bagi bangsa Indonesia, yang selanjutnya pada pasal

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR & ANGGARAN RUMAH TANGGA HIMPUNAN PRAMUWISATA INDONESIA. BAB I KATENTUAN UMUM Pasal 1

ANGGARAN DASAR & ANGGARAN RUMAH TANGGA HIMPUNAN PRAMUWISATA INDONESIA. BAB I KATENTUAN UMUM Pasal 1 ANGGARAN DASAR & ANGGARAN RUMAH TANGGA HIMPUNAN PRAMUWISATA INDONESIA BAB I KATENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Anggaran Dasar ini yang dimaksud dengan: 1. Himpunan Pramuwisata Indonesia disingkat HPI atau Indonesian

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MUSYAWARAH NASIONAL (MUNAS) IV FEDERASI SERIKAT PEKERJA PERKAYUAN PERHUTANAN DAN UMUM SELURUH INDONESIA

KEPUTUSAN MUSYAWARAH NASIONAL (MUNAS) IV FEDERASI SERIKAT PEKERJA PERKAYUAN PERHUTANAN DAN UMUM SELURUH INDONESIA KEPUTUSAN MUSYAWARAH NASIONAL (MUNAS) IV FEDERASI SERIKAT PEKERJA PERKAYUAN PERHUTANAN DAN UMUM SELURUH INDONESIA NOMOR : KEP-02/MUNAS.IV/FSPK/VIII/2009 TENTANG PERATURAN TATA TERTIB MUSYAWARAH NASIONAL

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR ASOSIASI PERUSAHAAN PERJALANAN WISATA INDONESIA (ASITA) MUKADIMAH

ANGGARAN DASAR ASOSIASI PERUSAHAAN PERJALANAN WISATA INDONESIA (ASITA) MUKADIMAH ANGGARAN DASAR ASOSIASI PERUSAHAAN PERJALANAN WISATA INDONESIA (ASITA) MUKADIMAH Dengan rahmat Tuhan yang Maha Esa, Perusahaan Perjalanan Wisata Indonesia sebagai mata rantai dalam jajaran industri pariwisata,

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.212, 2012 PEMBANGUNAN. EKONOMI. Warga Negara. Kesejahteraan. Koperasi. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5355) UNDANG-UNDANG REPUBLIK

Lebih terperinci

ASOSIASI TENAGA AHLI KONSTRUKSI INDONESIA ASTAKI ANGGARAN DASAR ASTAKI ANGGARAN DASAR (AD)

ASOSIASI TENAGA AHLI KONSTRUKSI INDONESIA ASTAKI ANGGARAN DASAR ASTAKI ANGGARAN DASAR (AD) ASOSIASI TENAGA AHLI KONSTRUKSI INDONESIA ASTAKI ANGGARAN DASAR ASOSIASI TENAGA AHLI KONSTRUKSI INDONESIA ASTAKI ANGGARAN DASAR ASTAKI ASOSIASI TENAGA AHLI KONSTRUKSI INDONESIA ASTAKI DAFTAR ISI M U K

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA IKANI PEMBUKAAN

ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA IKANI PEMBUKAAN ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA IKANI PEMBUKAAN Bahwa Kemerdekaan yang telah dicapai oleh bangsa Indonesia benarbenar merupakan berkat rahmat Tuhan Yang Maha Esa, sehingga bangsa Indonesia perlu

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR PERHIMPUNAN BANK PERKREDITAN RAKYAT INDONESIA (PERBARINDO) MUKADIMAH

ANGGARAN DASAR PERHIMPUNAN BANK PERKREDITAN RAKYAT INDONESIA (PERBARINDO) MUKADIMAH ANGGARAN DASAR PERHIMPUNAN BANK PERKREDITAN RAKYAT INDONESIA (PERBARINDO) MUKADIMAH Bahwa dengan penuh kesadaran, tanggung jawab dan keinginan luhur terhadap pembinaan serta peningkatan kesejahteraan bangsa

Lebih terperinci

Anggaran Dasar (AD) Ikatan Laboratorium Kesehatan Indonesia (ILKI) MUKADIMAH

Anggaran Dasar (AD) Ikatan Laboratorium Kesehatan Indonesia (ILKI) MUKADIMAH Anggaran Dasar (AD) Ikatan Laboratorium Kesehatan Indonesia (ILKI) MUKADIMAH Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa, kami Laboratorium Kesehatan yang tersebar di seluruh pelosok tanah air Indonesia menyatakan:

Lebih terperinci

MUKADIMAH BAB I NAMA, TEMPAT, WAKTU DAN SIFAT. Pasal 1 NAMA

MUKADIMAH BAB I NAMA, TEMPAT, WAKTU DAN SIFAT. Pasal 1 NAMA MUKADIMAH Bahwa sesungguhnya Kegiatan Amatir Radio merupakan penyaluran bakat yang penuh manfaat sehingga telah mendapatkan tempat dalam kehidupan bangsa Indonesia. Dengan demikian Kegiatan Amatir Radio

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 20 TAHUN 1999 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TARAKAN,

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 20 TAHUN 1999 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TARAKAN, PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 20 TAHUN 1999 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TARAKAN, Menimbang Mengingat : : a. bahwa untuk meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR KOPERASI FORTUGA

ANGGARAN DASAR KOPERASI FORTUGA ANGGARAN DASAR KOPERASI FORTUGA ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- -----BAB I ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ----

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR IKATAN SENAT MAHASISWA PETERNAKAN INDONESIA (ISMAPETI) HASIL MUNAS XIII Universitas Muhammadiyah Malang Januari 2015 MUKADDIMAH

ANGGARAN DASAR IKATAN SENAT MAHASISWA PETERNAKAN INDONESIA (ISMAPETI) HASIL MUNAS XIII Universitas Muhammadiyah Malang Januari 2015 MUKADDIMAH HASIL MUNAS XIII Universitas Muhammadiyah Malang 22-24 Januari 2015 ANGGARAN DASAR IKATAN SENAT MAHASISWA PETERNAKAN INDONESIA () MUKADDIMAH Berkat rahmat Tuhan Yang Maha Esa, sesungguhnya mahasiswa peternakan

Lebih terperinci

Lampiran SURAT KEPUTUSAN Nomor: 006/MUNASLUB/APKOMINDO/III/2014. Tentang

Lampiran SURAT KEPUTUSAN Nomor: 006/MUNASLUB/APKOMINDO/III/2014. Tentang Lampiran SURAT KEPUTUSAN Nomor: 006/MUNASLUB/APKOMINDO/III/2014. Tentang PENGESAHAN PERUBAHAN ANGGARAN DASAR ASOSIASI PENGUSAHA KOMPUTER INDONESIA (APKOMINDO). Bunyi Anggaran Dasar APKOMINDO 2014 sebagai

Lebih terperinci

ASOSIASI PENGUSAHA DAN PEMILIK ALAT KONSTRUKSI INDONESIA ( APPAKSI ) ANGGARAN DASAR

ASOSIASI PENGUSAHA DAN PEMILIK ALAT KONSTRUKSI INDONESIA ( APPAKSI ) ANGGARAN DASAR ASOSIASI PENGUSAHA DAN PEMILIK ALAT KONSTRUKSI INDONESIA ( APPAKSI ) ANGGARAN DASAR Pembukaan Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa, Bahwa untuk menciptakan Ketahanan Nasional di Bidang Ekonomi, segala daya

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR IKATAN AHLI KESEHATAN MASYARAKAT INDONESIA

ANGGARAN DASAR IKATAN AHLI KESEHATAN MASYARAKAT INDONESIA ANGGARAN DASAR IKATAN AHLI KESEHATAN MASYARAKAT INDONESIA Dengan rahmat Tuhan Yang Maha Esa Bangsa Indonesia telah berhasil merebut kemerdekaan dari penjajah, dan oleh karena itu adalah kewajiban segenap

Lebih terperinci