DINAS KESEHATAN KOTA MOJOKERTO TAHUN 2015

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "DINAS KESEHATAN KOTA MOJOKERTO TAHUN 2015"

Transkripsi

1 LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH DINAS KESEHATAN KOTA MOJOKERTO TAHUN 2015 Dinas Kesehatan Kota Mojokerto Tahun 2016

2 KATA PENGANTAR Dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat serta hidayah-nya, sehingga Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKIP) Dinas Kesehatan Kota MojokertoTahun 2015 dapat terselesaikan dengan baik. Penyusunan LKIP ini merupakan kewajiban sebagaimana diamanatkan dalam Peraturan Presiden RI Nomor 29 Tahun 2014, untuk mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Dinas Kesehatan Kota Mojokerto sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan dalam RPJMD Pemerintah Kota Mojokerto yang ditindaklanjuti dengan Renstra Dinas Kesehatan. Dinamika perkembangan permasalahan di masyarakat membutuhkan analisa dan konsep solusi yang cermat dan akurat sehingga keberadaan Pemerintah dapat dirasakan oleh masyarakat pada saat yang tepat. LKIP ini merupakan implementasi konsep, inovasi dan kewaspadaan terhadap masalah-masalah kesehatan di masyarakat, khususnya pada pelaksanaan kegiatan tahun Perlu adanya kegiatan berkesinambungan untuk memastikan keberhasilan pembangunan bidang kesehatan dalam tahun-tahun selanjutnya untuk mewujudkan visi misi Pemerintah Kota Mojokerto. Mojokerto, 7 Maret 2016 KEPALA DINAS KESEHATAN KOTA MOJOKERTO ttd Dra. CHRISTIANA INDAH WW., Apt MSi Pembina Utama Muda NIP i

3 DAFTAR ISI Kata Pengantar... i Daftar Isi... ii Ringkasan Eksekutif... iii BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Gambaran Umum (SKPD) Struktur Organisasi Tugas Pokok dan Fungsi... 3 Aspek Strategis dan Permasalahan Utama SKPD... 3 PERENCANAAN KERJA Rencana Strategis (RENSTRA) Tahun Visi dan Misi Tujuan dan Sasaran... 8 Perjanjian Kinerja Tahun AKUNTABILITAS KINERJA Capaian Kinerja Organisasi Pengukuran Capaian Kinerja Tahun Analisa Capaian Kinerja Tahun BAB II 2.2 BAB III Perbandingan Capaian Kinerja Tahun 2015 dengan SPM Bidang Kesehatan Perbandingan Capaian Kinerja Tahun 2015dengan Akhir Periode Renstra Realisasi Anggaran PENUTUP BAB IV Lampiran STRUKTUR ORGANISASI PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2015 ii

4 RINGKASAN EKSEKUTIF Pada dasarnya Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKIP) merupakan Laporan yang memberikan penjelasan mengenai evaluasi kinerja tahunan yang menggambarkan kebijakan pembangunan di Bidang Kesehatan. Laporan kinerja instansi pemerintah Dinas Kesehatan Kota Mojokerto selama tahun 2015, diharapkan mampu menjadi alat ukur yang efektif untuk menggambarkan tingkat pencapaian target kinerja dari masing-masing indikator kinerja sasaran yang telah diperjanjikan dalam Perjanjian Kinerja tersebut. Analisis atas capaian kinerja terhadap perjanjian kinerja ini sangat memungkinkan teridentifikasinya sejumlah permasalahan-permasalahan yang nantinya akan sangat berguna bagi perbaikan kinerja di masa yang akan datang. Sistematika penyajian LKIP ini berpedoman pada Peraturan Presiden RI Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Review atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah. Pengukuran kinerja dilakukan dengan menggunakan indikator kinerja pada sasaran kinerja. Berdasarkan hasil pengukuran tingkat pencapaian sasaran Dinas Kesehatan Kota Mojokerto dengan jumlah sasaran strategis sebanyak 4 (empat), seluruh sasaranstrategis dapat dikategorikan berhasil. Sedangkan untuk hasil pengukuran tingkat pencapaian kinerja dalamprogram rutin dan prioritas sebanyak 19 (sembilan belas) program, yang dapat dikategorikan tercapai hampir semua sesuai dengan target kinerja yang telah ditargetkan dalam perjanjian kinerja. Dengan hasil pencapaian ini, terlepas dari segala permasalahan yang ada, dapat dikatakan bahwa Dinas Kesehatan cukup berhasil melaksanakan seluruh program dan kegiatan yang telah ditetapkannya. Semoga di tahun mendatang dapat lebih ditingkatkan lagi untuk mencapai tujuan dan sasaran strategis organisasi. iii

5 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pembangunan daerah merupakan salah satu bagian penting yang tidak terpisahkan dari pembangunan nasional secara menyeluruh, mencakup pembangunan ekonomi, hukum, sosial, budaya, politik, pemerintahan dan lingkungan hidup, dengan diikuti penyelenggaraan pemerintahan yang akuntabel (Good governance).pemerintahan yang akuntabel menjadi sebuah keharusan yang tidak boleh tidak dilaksanakan oleh seluruh instansi pemerintah, sehingga pembangunan dapat berjalan secara berdaya guna, berhasil guna, bersih dan bertanggung jawab serta bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme. Sejalan dengan hal tersebut, dalam rangka pelaksanaanketetapan MPR RI Nomor XI/MPR/1998 tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme dan Undang-undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang PenyelenggaraanNegara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme, maka sebagaimana diamanatkan Peraturan PresidenRI Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintahdan Reformasi Birokrasi,serta Nomor 53 tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Review atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah. Perpres ini mewajibkan setiap instansi pemerintah untuk penetapan dan pengukuran, pengumpulan data, pengklasifikasi, pengikhtisaran dan pelaporan kinerja pada instansi pemerintah dalam rangka mempertanggungjawabkan dan peningkatan kinerja pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya, serta peranannya dalam pengelolaan sumber daya dan kebijakan yang diamanahkan sesuai dengan perencanaan strategis yang telah ditetapkan. Evaluasi kinerja tahunan yang memberikan gambaran kebijakan pembangunan kesehatan dilakukan melalui pengukuran beberapa indikator kinerja dibidang kesehatan. Hasil evaluasi diwujudkan dalam Laporan Kinerja Instansi Pemerintah, yang diharapkan mampu menjadi alat ukur yang efektif untuk menggambarkan tingkat pencapaian target kinerja dari masing-masing indikator kinerja sasaran yang telah diperjanjikan dalam 1

6 Perjanjian Kinerja Tahunan selama ini, baik tingkat keberhasilannya maupun hal-hal yang masih perlu disempurnakan GAMBARAN UMUM SKPD 1. Struktur Organisasi Sesuai dengan Peraturan Walikota Mojokerto Nomor 19 Tahun 2008 tentang Rincian Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Kesehatan Kota Mojokerto sebagaimana disampaikan pada Lampiran I, struktur organisasi Dinas Kesehatan dipimpin oleh Kepala Dinas yang membawahi : 1) 2) 3) Sekretariat, yang terdiri atas : a. Sub Bagian Penyusunan Program; b. Sub Bagian Keuangan; c. Sub Bagian Kepegawaian dan Umum. Bidang Pelayanan Kesehatan, yang terdiri atas : a. Seksi Pelayanan Kesehatan Dasar, Rujukan dan Khusus; b. Seksi Pelayanan Registrasi, AKreditasi dan Sertifikasi; c. Seksi Pelayanan Kesehatan Farmasi dan Perbekalan. Bidang Pencegahan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, yang terdiri atas : 4) 5) a. Seksi Pencegahan dan Pengawasan Penyakit; b. Seksi Pemberantasan dan Pengendalian Penyakit; c. Seksi Penyehatan Lingkungan. Bidang Kesehatan Keluarga, yang terdiri atas : a. Seksi Kesehatan Ibu dan Keluarga Berencana; b. Seksi Kesehatan Anak dan Usia Lanjut; c. Seksi Gizi. Bidang Pemberdayaan Kesehatan Masyarakat, yang terdiri atas : a. Seksi Data dan Sistem Informasi Kesehatan; b. Seksi Promosi Kesehatan dan Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM); c. 6) Seksi Pembiayaan Kesehatan. Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Puskesmas, Laboratorium Kesehatan dan Gudang Farmasi 7) 2 Kelompok Jabatan Fungsional.

7 2. Tugas Pokok dan Fungsi Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Mojokerto Nomor 4 Tahun 2008 tentang Organisasi Dinas-Dinas Kota Mojokerto, maka kedudukan, tugas pokok dan fungsi Dinas Kesehatan Kota Mojokerto adalah sebagai berikut : 1. Kedudukan Dinas Kesehatan merupakan unsur pelaksana otonomi daerah dan tugas pembantuan bidang kesehatan di Kota Mojokerto. 2. Tugas Pokok Dinas Kesehatan mempunyai tugas pokok menyelenggarakan sebagian urusan daerah di bidang kesehatan yang meliputi perencanaan dan penyelenggaraan pelayanan kesehatan masyarakat serta pembinaan pengendalian dan pengawasan upaya kesehatan sesuai dengan kebijakan Walikota. 3. Fungsi Dalam melaksanakan tugas pokoknya, Dinas Kesehatan menyelenggarakan fungsi : a. Perumusan kebijakan teknis lingkup kesehatan yang meliputi upaya kesehatan, pembiayaan kesehatan, SDM kesehatan, obat dan perbekalan kesehatan, pemberdayaan masyarakat dan manajemen kesehatan; b. Penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum lingkup kesehatan; c. Pembinaan dan pelaksanaan tugas lingkup kesehatan; d. Pengelolaan urusan ketatausahaan dinas; e. Pembinaan terhadap UPTD di bidang kesehatan; f. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Walikota sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya ASPEK STRATEGIS DAN PERMASALAHAN UTAMA SKPD Prioritas pembangunan, baik nasional maupun daerah, yang terkait erat dengan tugas pokok dan fungsi Dinas Kesehatan adalah prioritas Kesehatan. 3

8 Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMN) Tahun telah menetapkan 11 prioritas nasional, yaitu : 1. Reformasi birokrasi dan tata kelola 2. Pendidikan 3. Kesehatan 4. Penanggulangan kemiskinan 5. Ketahanan pangan 6. Infrastruktur 7. Iklim investasi dan usaha 8. Energi 9. Lingkungan hidup dan penanganan bencana 10. Daerah tertinggal, terdepan, terluar dan pasca konflik 11. Kebudayaan, kreativitas dan inovasi teknologi Bidang Kesehatan menjadi salah satu dari 11 prioritas nasional tersebut. Selain menjadi prioritas nasional, sektor kesehatan juga mendapat perhatian penting sebagai prioritas pembangunan daerah, sebagaimana yang tertuang di dalam Peraturan Daerah Kota Mojokerto Nomor 1 tahun 2014 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Mojokerto Tahun , dimana didalamnya terdapat perwujudan dari Visi Pemerintah Kota Mojokerto , adalah : Terwujudnya Kota Mojokerto sebagai service city yang maju, sehat, cerdas, sejahtera dan bermoral, serta dirumuskan melalui 4 (empat) misi pembangunan daerah, yaitu : 1. Meningkatkan kualitas sumberdaya manusia. 2. Menyediakan produk, jasa dan layanan yang maju dan berdaya saing tinggi. 3. Menyediakan infrastruktur dan sarana prasarana yang baik dan memadai. 4. Menciptakan lingkungan yang aman, nyaman dan tentram. Dalam mewujudkan visi melalui pelaksanaan misi yang telah ditetapkan tersebut di atas, diperlukan tujuan dan sasaran yang hendak dicapai. Tujuan dan sasaran pada setiap misi yang menyangkut bidang kesehatan tertuang sebagai berikut : 4

9 1. Meningkatkan capaian indeks pembangunan manusia (IPM), difokuskan dengan sasaran meningkatkan capaian indeks kesehatan. 2. Menjadikan Kota Mojokerto sebagai sentra layanan pendidikan, kesehatan, perdagangan barang/jasa, bisnis dan investasi, dengan sasaran meningkatkan kualitas dan kuantitas produk, jasa dan layanan pendidikan, kesehatan dan perekonomian. 3. Mengembangan infrastruktur dan sarana prasarana Kota Mojokerto yang layak sebagai Service City, dengan memfokuskan pada sasaran Meningkatkan infrastruktur dan sarana prasarana pendidikan dan kesehatan 4. Menjadikan Kota Mojokerto sebagai daerah yang nyaman, dengan sasaran meningkatnya lingkungan yang sehat, indah, bersih, hijau, asri dan bebas polusi. Serta dalam mewujudkan capaian keberhasilan pembangunan Kota Mojokerto telah menetapkan beberapa program pembangunan bidang kesehatan yang disesuaikan pada misi pembangunan daerah tersebut. Adapun permasalahan utama yang dihadapi oleh Dinas Kesehatan, saat ini diantaranya : 1. Angka kematian ibu dan bayi yang masih fluktuatif. 2. Masih ditemukannya kasus gizi buruk pada balita. 3. Peningkatan sejumlah kasus kejadian penyakit menular yang dapat menyebabkan kematian dan resiko kecacatan perlu mendapatkan perhatian serius, seperti DBD, HIV/AIDS, Pnemonia balita dan penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I). 4. Tren angka kejadian penyakit tidak menular yang dapat menyebabkan kematian dan resiko kecacatan yang semakin tinggi dari tahun ke tahun, seperti diabetes mellitus, hipertensi jantung koroner, gagal ginjal, dan kanker (Leukimia, Thalasemia, Kanker Serviks, Kanker Payudara). Kebanyakan disebabkan karena perilaku gaya hidup dan pola hidup masyarakat yang mengabaikan kesehatan. 5. Implementasi kebijakan dari pemerintah pusat untuk melaksanakan Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) memerlukan penataan kembali, utamanya menyangkut produk hukum yang mengatur secara 5

10 teknis yang belum tersusun hingga saat ini dan juga peningkatan infrastruktur pelayanan kesehatan lebih representatif. 6. Masih adanya beberapa wilayah kelurahan dengan kualitas sanitasi lingkungan yang buruk, sehingga membutuhkan dukungan pembinaan dan fasilitasi pola hidup bersih dan sehat. 7. Masih terbatasnya kuantitas, kualitas dan kompetensi sumber daya manusia kesehatan yang ada di Dinas Kesehatan dan jaringannya sesuai dengan perkembangan kebutuhan masyarakat, sehingga pelaksanaan program dan kegiatan belum berjalan maksimal. 8. Belum optimalnya profesionalisme pelayanan kesehatan dan kedisiplinan petugas kesehatan, keluhan masyarakat terbanyak saat ini adalah lambatnya pelayanan, petugas yang kurang ramah serta prosedur administrasi pelayanan kesehatan yang rumit. Diperlukan adanya peningkatan kompetensi dan pelatihan-pelatihan terkait pemenuhan alat medis modern, peningkatan motivasi kerja, empati serta pengabdian sebagai tenaga kesehatan. 9. Belum optimalnya sistem perencanaan dan penganggaran berbasis kinerja. Salah satu faktor penyebabnya adalah kurangnya dukungan data dan informasi kesehatan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan kebijakan, kurangnya sarana prasarana IT yang terpadu dan dapat mewadahi informasi sesuai perkembangan teknologi informasi. Optimalisasi Sistem Informasi Kesehatan (SIK) dirasakan akan sangat membantu dalam proses perencanaan dan penganggaran berbasis kinerja. 10. Kurangnya jalinan kerjasama kemitraan untuk menyelesaikan masalah kesehatan yang tidak dapat dilakukan sendiri oleh Dinas Kesehatan. Kemitraan untuk pengembangan kesehatan, pemberdayaan pembangunan pengembangan masyarakat, kesehatan, teknologi penelitian dan profesionalisme SDM informasi dan teknologi kedokteran dengan institusi, akademisi dan teknis bidang kesehatan harus dapat terjalin dengan baik, sehingga pembangunan kesehatan dapat mengikuti perkembangan dan dinamika permasalahan kesehatan di masyarakat. 6

11 BAB II PERENCANAAN KINERJA Dinas Kesehatan Kota Mojokerto, sebagaimana diamanatkan dalam Peraturan Walikota Mojokerto Nomor 19 Tahun 2008 tentang Rincian Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Kesehatan Kota Mojokerto, sebagaiman telah diuraikan pada bab sebelumnya. Agar tugas pokok dan fungsi Dinas Kesehatan tersebut dapat berjalan efektif, efisien dan akuntabel, maka dalam pelaksanaan program dan kegiatannya, Dinas Kesehatan berpedoman pada dokumen perencanaan yang terdapat pada : a. Rencana Strategis (Renstra) Dinas Kesehatan Kota Mojokerto tahun b. Perjanjian Kinerja Tahun Rencana Strategis (Renstra) Tahun Visi dan Misi Rencana Strategis (Renstra) Dinas Kesehatan Tahun merupakan perencanaan jangka menengah Dinas Kesehatan yang berisi tentang gambaran sasaran atau kondisi hasil yang akan dicapai dalam kurun waktu 5 (lima) tahun oleh Dinas Kesehatan beserta strategi yang akan dilakukan untuk mencapai sasaran sesuai dengan tugas pokok dan fungsi yang diamanahkan. Sejalan dengan visi yang ditetapkan oleh pemerintah Kota Mojokerto dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Kota Mojokerto Tahun , Dinas Kesehatan menetapkan visi pembangunan bidang kesehatan Kota Mojokerto Tahun yaitu Terwujudnya Masyarakat Kota Mojokerto yang Sehat, Mandiri dan Berkeadilan. Dalam rangka mewujudkan visi tersebut, dirumuskan3 (tiga) misi untuk mencapainya, yaitu : a. Mewujudkan derajat kesehatan dan pemberdayaan masyarakat dalam Pembangunan Bidang kesehatan b. Mewujudkan Lingkungan yang Sehat 7

12 c. Mewujudkan pelayanan kesehatan yang berkualitas, profesional dan berkeadilan Tujuan dan Sasaran Berdasarkan visi dan misi yang telah ditetapkan, serta mengacu pada tujuan dan sasaran strategis dalam RPJMD Kota Mojokerto Tahun , ditetapkanlah tujuan yang akan dicapai dalam jangka waktu sampai dengan tahun 2019 serta penjabaran sasaransasaran strategis dan indikator kinerja utama yang hendak dicapai selama periode Renstra, sebagai berikut : Misi I : Mewujudkan derajat kesehatan dan pemberdayaan masyarakat dalam Pembangunan Bidang kesehatan Tujuan : Meningkatkan derajat kesehatan individu, keluarga, masyarakat yang optimal, serta kemandirian peran serta masyarakat dalam bidang kesehatan Sasaran : Misi II : Mewujudkan Lingkungan yang Sehat Tujuan : Sasaran : Meningkatnya derajat kesehatan masyarakat Meningkatkan lingkungan yang bersih dan sehat Meningkatnya akses pada lingkungan yang bersih dan sehat Misi III : Mewujudkan pelayanan kesehatan yang berkualitas, profesional dan berkeadilan Tujuan : Meningkatkan pelayanan kesehatan yang berkualitas, profesional dan berkeadilan Sasaran : 1. Terwujudnya pelayanan kesehatan yang berkualitas dan profesional 2. Terwujudnya pelayanan kesehatan masyarakat miskin yang paripurna 8

13 2.2. Perjanjian Kinerja Tahun 2015 Perjanjian kinerja Dinas Kesehatan Kota Mojokerto Tahun 2015 adalah sebagai berikut : Sasaran Strategis I: Meningkatnya derajat kesehatan masyarakat Indikator Kinerja Utama 1). Angka Kematian Ibu per.000 KH < 2). Angka Kematian bayi (AKB) per KH < 14 3). Prevalensi balita gizi buruk < 0,9 4). Angka Kesakitan penyakit menular : Incidence Rate BDB per.000 penduduk < 1 Angka Kesakitan TB Paru BTA (+) per < penduduk Angka Kesakitan Diare per Penduduk < 1 Angka Kesakitan HIV/AIDS per.000 < 1 penduduk 5). Angka Kesakitan Penyakit Tidak Menular (Hipertensi, Diabetes Militus, Jantung) per angka kesakitan PTM penduduk 15 Tahun Adapun program dan kegiatan prioritas yang akan dijalankan untuk mencapai sasaran tersebut adalah : 1. Program Peningkatan Kesehatan Ibu dan Anak a. Pemeliharaan dan Pemulihan Kesehatan b. Peningkatan Kesehatan Masyarakat Indikator Kinerja Program 1). Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K4 93 2). Cakupan Kunjungan Bayi 90 Indikator Kinerja Kegiatan 1). Cakupan pertolongan persalinan oleh Nakes yang memiliki kompetensi kebidanan 95 2). Cakupan pelayanan nifas 95 3). Cakupan KN Lengkap 90 4). Cakupan pelayanan anak balita dan APRAS 90 9

14 5). Cakupan peserta KB Aktif SD 70 7). Cakupan penjaringan kesehatan peserta didik 91 6). Cakupan penjaringan kesehatan siswa /peserta didik kelas 1 kelas 7 8). Cakupan penjaringan kesehatan peserta didik 86 kelas 10 9). Cakupan kader tiwisada 6 10). Cakupan kader kesehatan remaja Tingkat SMP/ 2 sederajat 11). Cakupan kader kesehatan remaja Tingkat SMA/ 2 sederajat 12). Persentase puskesmas yang melaksanakan pelayanan kesehatan peduli remaja (PKPR) 2. Program Peningkatan Pelayanan Kesehatan Lansia a. Pelayanan Pemeliharaan Kesehatan Indikator Kinerja Program 1). Cakupan kunjungan lansia baru di posyandu 76 lansia 2). Cakupan kunjungan Pralansia baru di posyandu 76 Lansia Indikator Kinerja Kegiatan 1). Cakupan kunjungan lansia baru di puskesmas 72 2). Cakupan kunjungan Pralansia baru di puskesmas Program Perbaikan Gizi Masyarakat a. Penyusunan Peta Informasi Masyarakat Kurang Gizi b. Pemberian Tambahan Makanan dan Vitamin c. Penanggulangan Kurang Energi Protein (KEP), Anemia Gizi Besi, Gangguan Akibat Kurang Yodium (GAKY), Kurang Vitamin A dan Kekurangan Zat Gizi Lainnya 10 Indikator Kinerja Program 1). Cakupan balita gizi buruk mendapat perawatan

15 Indikator Kinerja Kegiatan 1). Persentase bayi baru lahir mendapat Inisiasi 38 Menyusui Dini (IMD) 2). Cakupan RT yang mengkonsumsi Garam 90 3). Persentase balita 6-59 bulan mendapat kapsul 85 Beryodium vitamin A 4). Persentase ibu hamil mendapat Fe 90 tablet 85 5). Persentase balita ditimbang berat badannya 60 (D/S) 6). Persentase Puskesmas yang membina KPASI 40 7). Remaja putri yang mendapat Tablet Tambahan 5 Darah 8). Cakupan pemberian makanan pendamping ASI pada anak usia 6-24 bulan keluarga miskin 9). Persentase bumil KEK yang mendapat PMT 50 10). Persentase bayi usia 0-6 bulan mendapat ASI 58 Eksklusif 11). Persentase puskesmas yang memiliki konselor 20 ASI 12). Persentase puskesmas yang membina Kelompok 40 Pendukung ASI (KPASI) 4. Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Menular a. Penyemprotan/ Fogging Sarang Nyamuk b. Pengadaan Alat Fogging dan Bahan- bahan Fogging c. Pelayanan Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Menular d. Pencegahan Penularan Penyakit Endemik/Epidemik e. Peningkatan Imunisasi f. Peningkatan Surveilance Epidemiologi dan Penanggulangan Wabah g. Peningkatan Pelayanan dan penanggulangan Penyakit Tidak Menular 11

16 Indikator Kinerja Program 1). Cakupan penemuan dan penanganan DBD 96 2). Prevalensi kasus HIV/AIDS <5 (Kasus Kumulatif AIDS) Indikator Kinerja Kegiatan 1). Presentase sasaran lokasi focus yang dilakukan 20 lokasi focus fogging 2). CFR penderita DBD 0 3). Presentase pemenuhan kebutuhan alat dan 2 paket bahan fogging 4). Cakupan penemuan penderita AFP per.000 >2 penduduk usia < 15 tahun 5). Cakupan penemuan dan penanganan penderita 70 Pneumonia balita 6). Cakupan penemuan dan penanganan pasien 80 baru TB BTA positif 7). Cakupan penanganan penderita diare 8). Angka bebas jentik 96 9). Cakupan desa/ kelurahan UCI 96 10). Cakupan KLB dilakukan penyelidikan epidemiologi < 24 jam 11). Jumlah kelompok populasi yang dilakukan pelayanan screning faktor resiko PTM 12). Presentase puskesmas yang melaksanakan 2 kelompok populasi 20 pengendalian PTM terpadu 5. Program Upaya Kesehatan Masyarakat a. Penyelenggaraan Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular dan Wabah b. Peningkatan Pelayanan dan Penanggulangan Masalah Kesehatan c. Penyediaan Biaya Operasional dan Pemeliharaan Indikator Kinerja Program 1). Persentase puskesmas dan jaringannya sesuai standar SPM 12

17 Indikator Kinerja Kegiatan 1). Cakupan penemuan penderita AFP per.000 >2 penduduk usia < 15 tahun 2). Cakupan penemuan dan penanganan penderita 70 Pneumonia balita 3). Cakupan penemuan dan penanganan pasien 80 baru TB BTA positif 4). Cakupan penemuan dan penanganan DBD 5). Cakupan penanganan penderita diare 6). Cakupan kunjungan ibu hamil K ). Cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani 8). Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga 95 kesehatan yang memiliki kompetensi 9). Cakupan pelayanan nifas 95 10). Cakupan neonatus dengan komplikasi yang 90 ditangani 11). Cakupan kunjungan bayi 90 12). Cakupan pelayanan anak balita 90 13). Cakupan penjaringan kesehatan siswa SD dan setingkat 14). Cakupan peserta KB Aktif 70 15). Jumlah puskesmas yang mendapatkan biaya 5 puskesmas operasional dan pemeliharaan untuk mendukung pelaksanaan pelayanan kesehatan kepada masyarakat Sasaran strategis II : Meningkatnya akses pada lingkungan yang bersih dan sehat Indikator Kinerja Utama 1). Presentase kelurahan memenuhi tatanan Kota Sehat ke 8 (kawasan dengan tatanan kehidupan 10 (2 Kelurahan) masyarakat sehat mandiri) 2). Presentase Rumah Tangga disurvey yang ber - 65 PHBS 13

18 Program dan kegiatan prioritas yang direncanakan untuk mencapai target tersebut diantaranya : 1. Program Pengembangan Lingkungan Sehat a. Pengkajian Pengembangan Lingkungan Sehat Indikator Kinerja Program 1). Presentase KK yang akses ODF (Open 90 Defecation Free) Indikator Kinerja Kegiatan 1). Cakupan rumah sehat 85 2). Cakupan TTU sehat 85 3). Cakupan Tempat Pengolahan Makanan (TPM) 65 sehat 4). Cakupan akses air bersih 2. Program Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat a. Pengembangan Media Promosi dan Informasi Sadar Hidup Sehat b. Penyuluhan Masyarakat Pola Hidup Sehat c. Peningkatan Pemanfaatan Sarana Kesehatan d. Peningkatan Pendidikan Penyuluh Kesehatan Indikator Kinerja Program 1). Cakupan kelurahan siaga aktif Indikator Kinerja Kegiatan 1). Jumlah media penyuluhan promosi kesehatan media 2). Cakupan rumah tangga yang dikaji PHBS 20 3). Cakupan posyandu aktif 80 4). Cakupan posyandu PURI 64 5). Cakupan poskesdes beroperasi 80 6). Cakupan poskestren yang dibina 26 7). Cakupan posbindu PTM yang dibina 11 8). Cakupan UKK yang dibina 1

19 Sasaran strategis III : Terwujudnya pelayanan kesehatan yang berkualitas dan profesional Indikator Kinerja Utama 1). Cakupan fasilitas kesehatan sesuai standar atau 16 (1 UPT) terakreditasi menuju status PARIPURNA dan berkelanjutan 2). Presentase UPT pelayanan kesehatan dasar 70 dengan Survey Kepuasan Masyarakat minimal 75 Adapun program dan kegiatan prioritasuntuk mencapai target indikator tersebut adalah : 1. Program Standarisasi Pelayanan Kesehatan a. Penyusunan Standar Pelayanan Kesehatan b. Evaluasi dan Pengembangan Standar Pelayanan Kesehatan Indikator Kinerja Program 1). Jumlah puskesmas yang menerapkan sistem 1 puskesmas (DASAR) manajemen mutu pelayanan kesehatan menuju standar Akreditasi Paripurna Indikator Kinerja Kegiatan 1). Jumlah puskesmas Layanan Kesehatan yang 5 UPT (5 Puskesmas) memiliki dokumen SOP sesuai standar 2). Jumlah puskesmas terakuntabilisasi Pengelolaan 5 puskesmas Keuangan BLUD 3). Jumlah dokumen Penilaian Kinerja Puskesmas 1 Dokumen (PKP) 2. Program Obat dan Perbekalan Kesehatan a. Pengadaan Obat dan Perbekalan Kesehatan b. Peningkatan Pemerataan Obat dan Perbekalan Kesehatan c. Peningkatan Mutu Penggunaan Obat dan Perbekalan Kesehatan Indikator Kinerja Program 1). Cakupan ketersediaan obat dan perbekalan kesehatan 15

20 Indikator Kinerja Kegiatan 1). Jumlah paket obat /perbekalan kesehatan yang 4 Paket diadakan 2). Jumlah puskesmas dengan ketersediaan obat 5 puskesmas dan perbekalan kesehatan yang mencukupi 3). Cakupan penggunaan obat rasional (POR) untuk 95 tiga indikator penyakit 3. Program Pengadaan, Peningkatan dan Perbaikan Sarana dan Prasarana Puskesmas/ Puskesmas Pembantu dan Jaringannya a. Pengadaan Sarana dan Prasarana Puskesmas b. Pemeliharaan Rutin/ Berkala Sarana dan Prasarana Puskesmas Indikator Kinerja Program 1). Jumlah dokumen perencanaan kenutuhan sarana 5dokumen puskesmas dan prasarana puskesmas dan jaringannya Indikator Kinerja Kegiatan 1). Persentase ketersediaan sarana dan prasarana Non fisik puskesmas dan jaringannya tercukupi 2). Jumlah puskesmas/ puskesmas pembantu yang membutuhkan pemeliharaan 5 puskesmas aldok/alkes/alat laborat dalam kondisi baik 4. Program Upaya Kesehatan Perorangan a. Peningkatan Sarana dan Prasarana Laboratorium Kesehatan b. Peningkatan Pelayanan Laboratorium Kesehatan c. Peningkatan Pelayanan Kesehatan Dasar Puskesmas Indikator Kinerja Program 1). Jumlah UPT yang dapat memberikan pelayanan 6 UPT kesehatan sesuai standar Indikator Kinerja Kegiatan 1). Persentase ketersediaan sarana dan prasarana laboratorium kesehatan sesuai yang dibutuhkan 2). Persentase sampel yang diuji/diperiksa pada fasilitas kesehatan laboratorium sesuai standar pengujian 16

21 3). Jumlah layanan laboratorium kesehatan I UPT terakreditasi dan berkelanjutan 4). Jumlah pegawai mendapat incentif retribusi jasa 60 orang manajemen pelayanan kesehatan 5. Program Kemitraan Peningkatan Pelayanan Kesehatan a. Kemitraan Alih Teknologi Kedokteran dan Kesehatan b. Kemitraan Peningkatan Kualitas Dokter dan Paramedis Indikator Kinerja Program 1). Jumlah puskesmas memberikan pelayanan 5 puskesmas kemitraan spesialistik dan dokter umum Indikator Kinerja Kegiatan 1). Cakupan penanganan komplikasi kebidanan 80 2). Cakupan pelayanan neonatal komplikasi yang 82 yang ditangani ditangani 3). Jumlah dokumen manajemen sumber daya manusia kesehatan yang tersusun 6. Program Pengawasan Obat dan Makanan a. Peningkatan Pemberdayaan Konsumen/ Masyarakat di Bidang Obat dan Makanan b. Peningkatan Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya Indikator Kinerja Program 1). Presentase sarana obat dan makanan terinspeksi 75 dan dibina untuk memenuhi standar kesehatan Indikator Kinerja Kegiatan 1). Jumlah masyarakat / konsumen memahami 180 org keamanan makmin dan obat yang beredar 2). Jumlah Tempat Pengolahan Makmin yang di SIDAK beredar di masyarakat 20 lokasi TKP2MO 17

22 7. Program Pengawasan dan Pengendalian Kesehatan Makanan a. Pengawasan dan Pengendalian Keamanan dan Kesehatan Makanan Hasil Produksi Rumah Tangga b. Pengawasan dan Pengendalian Keamanan dan Kesehatan Makanan Restoran Indikator Kinerja Program 1). Presentase PIRT memiliki Sertifikat PKP 40 (Penyuluhan Keamanan Pangan) dan Laik Sehat Indikator Kinerja Kegiatan 1). Jumlah industri rumah tangga (PIRT) yang 15 PIRT diawasi dan dibina memiliki sertifikat ijin edar 2). Jumlah tempat (Restoran/Rumah Pengolahan makmin Makan/Catering) yang bersertifikat laik sehat 8. 5 TPM (Tempat Pengolahan Makanan) Program Manajemen dan Kebijakan Pembangunan Kesehatan a. Pengembangan Sistem Informasi Kesehatan b. Pengembangan Manajemen Perencanaan Dalam Bidang Kesehatan c. Pengembangan Kajian/ Penelitian Program Kesehatan d. Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan Indikator Kinerja Program 1). Persentase dokumen kesehatan yang dimanfaatkan untuk bahan penentu kebijakan Bidang Kesehatan 2). Presentase jaringan SIK yang berfungsi on line Indikator Kinerja Kegiatan 1). Presentase Model pelayanan kesehatan 25 didukung Aplikasi SIK sesuai Data Base on Line 2). Persentase dokumen perencanaan dan anggaran yang tersusun sesuai yang ditetapkan 3). Jumlah dokumen kajian pengembangan 2 dokumen pelayanan kesehatan yang tersusun 4). Presentase dokumen monev/evaluasi yang tersusun sesuai yang ditetapkan 18

23 Sasaran Strategis IV : Terwujudnya pelayanan kesehatan masyarakat miskin yang paripurna Indikator Kinerja Utama 1). Presentase masyarakat miskin yang mendapatkan layanan kesehatan dasar saat dibutuhkan Program dan kegiatan prioritasyang dilaksanakan dalam rangka mencapai target sasaran tesebut diantaranya : 1. Program Pengelolaan/ Penyelenggaraan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan a. Penyelenggaraan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Semesta b. Pengelolaan Manajemen Penyelenggaraan Jaminan Kesehatan Indikator Kinerja Program 1). Jumlah penduduk yang dapat mengakses jiwa layanan kesehatan gratis (Total Coverage) dan terlindungi asuransi kesehatan Indikator Kinerja Kegiatan 1). Cakupan pelayanan kesehatan dasar pada 80 rujukan 3). Cakupan pelayanan kesehatan rujukan peserta 10 peserta Total Coverage 2). Cakupan pelayanan kesehatan masyarakat miskin Total Coverage Selain Program dan kegiatan prioritas diatas, diperlukan juga program dan kegiatan rutin dalam rangka meningkatkan profesionalisme dan produktivitas aparatur dalam memberikan pelayanan prima kepada masyarakatdengan target sasaran, diantaranya : 19

24 1. Program Pelayanan Administrasi Perkantoran a. Penyediaan Jasa Surat Menyurat b. Penyediaan Jasa Komunikasi, Sumber Daya Air dan Listrik c. Penyediaan Jasa Jaminan Pemeliharaan Kesehatan PNS d. Penyediaan Jasa Pemeliharaan dan Perizinan Kendaraan Dinas/ Operasional e. Penyediaan Jasa Administrasi Keuangan f. Penyediaan Jasa Kebersihan Kantor g. Penyediaan Jasa Perbaikan Peralatan Kerja h. Penyediaan Alat Tulis Kantor i. Penyediaan Barang Cetakan dan Penggandaan j. Penyediaan Komponen Listrik /Penerangan Bangunan Kantor k. Penyediaan Bahan Bacaan dan Peraturan Perundang-undangan l. Penyediaan Bahan Logistik Kantor m. Penyediaan Makanan dan Minuman n. Rapat-rapat Koordinasi dan Konsultasi ke Luar Daerah o. Rapat-rapat Koordinasi dan Konsultasi ke Dalam Daerah Indikator Kinerja Program 1). Persentase pemenuhan pelayanan administrasi rutin perkantoran Indikator Kinerja Kegiatan 1). Persentase pengelolaan SPJ dan pekerjaan tambahan 2). Persentase pemenuhan biaya jasa sumber daya air dan listrik 3). Persentase penyediaan tunjangan bahaya bagi petugas laborat pusk dan laborat kesehatan 4). Persentase penyediaan BBM, pemeliharaan dan perijinan kendaraan dinas 5). Persentase penyediaan honor pengelolaan 6). Persentase pemenuhan kebutuhan pemeliharaan keuangan kebersihan gedung kantor Dinas Kesehatan, Puskesmas, Labkesda dan Gudang Farmasi 20

25 7). Persentase pemenuhan kebutuhan pemeliharaan alat-alat kantor Dinas Kesehatan 8). Persentase pemenuhan kebutuhan ATK, materai, perangko & buku cek Dinas Kesehatan 9). Persentase pemenuhan kebutuhan barang cetakan dan penggandaan Dinas Kesehatan 10). Persentase pemenuhan kebutuhan komponen listrik Dinas Kesehatan 11). Persentase pemenuhan kebutuhan informasi dari masyarakat maupun program kesehatan ke masyarakat 12). Persentase pemenuhan kebutuhan pemeliharaan kebersihan, keindahan, kerapian dan kesehatan kantor Dinas 13). Persentase pemenuhan kebutuhan konsumsi untuk rapat koordinasi maupun untuk menjamu tamu 14). Persentase pemenuhan pembiayaan perjalanan dinas luar daerah 15). Persentase pemenuhan pembiayaan perjalanan dinas dalam daerah 2. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur a. Pembangunan Gedung Kantor b. Pengadaan Perlengkapan Gedung Kantor c. Pengadaan Peralatan Gedung Kantor d. Pengadaan Meubelair e. Pemeliharaan Rutin/ Berkala Gedung Kantor f. Pemeliharaan Rutin/ Berkala Meubelair g. Pemeliharaan Keamanan Rumah Jabatan/Dinas/ Gedung Kantor h. Rehabilitasi Sedang/Berat Gedung Kantor Indikator Kinerja Program 1). Persentase Aparatur pemenuhan termasuk sarana penunjang prasarana pelayanan administrasi rutin perkantoran 21

26 Indikator Kinerja Kegiatan 1). Jumlah pembangunan gedung kantor dalam 1 gedung GFK kondisi baik 2). Persentase pemenuhan sarana perlengkapan gedung kantor untuk menunjang kelancaran kegiatan 3). Persentase pemenuhan sarana peralatan kantor untuk menunjang kelancaran kegiatan 4). Persentase pemenuhan sarana meubelair kantor untuk menunjang kelancaran kegiatan 5). Jumlah pemenuhan kebutuhan pemeliharaan 8 pekerjaan gedung kantor dalam kondisi baik 6). Persentase pemenuhan pemeliharaan sarana meubelair kantor untuk menunjang kelancaran kegiatan 7). Jumlah lokasi mendapat pengamanan 21 lokasi aset/gedung kantor 8). Jumlah rehab Kesehatan sedang/berat yang lebih Gedung Dinas Representatif (Jasa Konsultansi Perencanaan) 3. Program Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Aparatur a. Sosialisasi Peraturan Perundang-Undangan b. Peningkatan Keterampilan dan Profesionalisme Indikator Kinerja Program 1). Persentase Temuan Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) atas penggunaan anggaran keuangan dan aset yang ditindaklanjuti Indikator Kinerja Kegiatan 1). Jumlah pertemuan sosialisasi aturan-aturan baru 2 kali dalam pelaksanaan pengelolaan keuangan 2). Jumlah laporan/dokumen profesionalisme tenaga kesehatan dalam rangka peningkatan kapasitas 4 Laporan / dokumen aparatur 22

27 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA 3.1. CAPAIAN KINERJA ORGANISASI Pengukuran tingkat capaian kinerja Dinas Kesehatan tahun 2015 dilakukan dengan cara membandingkan antara target pencapaian indikator sasaran yang telah ditetapkan dalam Perjanjian Kinerja Dinas Kesehatan Kota Mojokerto tahun 2015 dengan realisasinya. Ada 2 (dua) cara menghitung tingkat pencapaian kinerja : a. Bila semakin tinggi realisasi menunjukkan pencapaian kinerja yang semakin baik digunakan rumus sebagai berikut : Capaian = (Realisasi/) x b. Bila semakin tinggi realisasi menunjukkan pencapaian kinerja yang semakin jelek,menggunakan rumus: Capaian = (Realisasi ) x Setelah diketahui nilai capaian kinerja, kemudian dikelompokkan dalam skala pengukuran ordinal sebagai berikut : No Jumlah Nilai Kategori 1 85 Sangat berhasil 2 70 sampai dengan < 85 Berhasil 3 55 sampai dengan < 70 Cukup 4 55 Kurang Pengukuran Capaian Kinerja Tahun 2015 Adapun Pengukuran Capaian Indikator Kinerja Dinas Kesehatan Tahun 2015 diukur dengan cara membandingkan antara target pencapaian indikator sasaran yang telah ditetapkan dalam Perjanjian Kinerja Dinas Kesehatan Kota Mojokerto dengan realisasinyaadalah sebagai berikut : 23

28 Tabel 3.1 Pencapaian Indikator Kinerja Utama No. Uraian Indikator Kinerja Utama Satuan Realisasi () Capaian Meningkatkan derajat kesehatan individu, keluarga, masyarakat yang optimal, serta kemandirian peran serta masyarakat dalam bidang kesehatan Meningkatnya derajat kesehatan masyarakat Tujuan 1 Sasaran Strategis 1.1 Indikator Kinerja Utama : 1) Angka Kematian Ibu per.000 KH 2) Angka Kematian bayi per KH 3) Prevalensi balita gizi buruk per.000 KH Per KH < 92,67 107,33 < 14 7,87 143,79 < 0,9 0,38 157,78 per.000 pddk 7,15 10,34 55,34 per.000 pddk 106,5 101,82 104,36 Per pddk 38,61 46,82 78,74 per.000 pddk 67,49 62,85 106,87 Per pddk 15 thn angka sakit PTM angka sakit PTM angka sakit PTM 38,98,00 12,50,00 7,91,00 4) Angka Kesakitan penyakit menular : Incidence Rate DBD per.000 penduduk Angka Kesakitan TB Paru BTA (+) per.000 penduduk Angka Kesakitan Diare per Penduduk Angka Kesakitan HIV/AIDS per.000 penduduk 5) Angka kesakitan Penyakit Tidak Menular : Angka kesakitan Penyakit Hipertensi Angka kesakitan Penyakit Diabetes Militus (DM) Per pddk 15 thn Angka kesakitan Penyakit Jantung Per pddk 15 thn Meningkatkan lingkungan yang bersih dan sehat Tujuan 2 Sasaran Meningkatnya akses pada lingkungan yang bersih dan sehat Strategis 2.1 Indikator Kinerja Utama : 6) Presentase kelurahan memenuhi tatanan Kota Sehat ke 8 (kawasan dengan tatanan kehidupan masyarakat sehat mandiri) 7) Presentase Rumah Tangga disurvey yang ber - PHBS ,11 111, ,50 83,57

29 1 Tujuan Meningkatkan lingkungan yang bersih dan sehat Sasaran Terwujudnya pelayanan kesehatan yang berkualitas dan profesional Strategis 3.1 Indikator Kinerja Utama : 16 8) Cakupan fasilitas kesehatan sesuai 16 standar atau terakreditasi menuju status PARIPURNA dan berkelanjutan 70 9) Presentase UPT pelayanan kesehatan dasar dengan Survey Kepuasan Masyarakat minimal 75 Sasaran Terwujudnya pelayanan kesehatan masyarakat miskin yang paripurna Strategis 3.2 Indikator Kinerja Utama : 10) Presentase masyarakat miskin yang mendapatkan layanan kesehatan dasar saat dibutuhkan,00 142,86 Adapun uraian lengkap tentang pencapaian kinerja Dinas Kesehatan Tahun 2015 berdasarkan hasil pengukuran dirinci sebagai berikut : Sasaran Strategis I : Meningkatnya derajat kesehatan masyarakat No. I Uraian Indikator Kinerja Satuan Program Peningkatan Kesehatan Ibu dan Anak : 1 Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K4 2 Cakupan Kunjungan Bayi 3 Cakupan pertolongan persalinan oleh Nakes yang memiliki kompetensi kebidanan 4 Cakupan pelayanan nifas Realisasi Capaian ,02 93,07 98,76 102,17 103,41 103, ,20 101,26 5 Cakupan KN Lengkap ,15 112,39 6 Cakupan pelayanan anak balita dan APRAS 7 Cakupan peserta KB Aktif 90 90,64, ,02,03,00,00 91,95 110, ,43 117, ,26 3,60 137,67 180,00 8 Cakupan penjaringan kesehatan siswa SD /peserta didik kelas 1 9 Cakupan penjaringan kesehatan peserta didik kelas 7 10 Cakupan penjaringan kesehatan peserta didik kelas Cakupan kader tiwisada 12 Cakupan kader kesehatan remaja Tingkat SMP/ sederajat 25

30 13 Cakupan kader kesehatan remaja 2 Tingkat SMA/ sederajat 14 Persentase puskesmas yang melaksanakan pelayanan kesehatan peduli remaja (PKPR) Rata Rata Capaian II Program Peningkatan Pelayanan Kesehatan Lansia : 15 Cakupan kunjungan lansia baru di 76 posyandu lansia 16 Cakupan kunjungan Pralansia baru di 76 posyandu Lansia 17 Cakupan kunjungan lansia baru di 72 puskesmas 18 Cakupan kunjungan Pralansia baru di 72 puskesmas Rata Rata Capaian III Program Perbaikan Gizi Masyarakat : 19 Cakupan balita gizi buruk mendapat perawatan 20 Persentase bayi baru lahir mendapat 38 Inisiasi Menyusui Dini (IMD) 21 Cakupan RT yang mengkonsumsi 90 Garam Beryodium 22 Persentase balita 6-59 bulan mendapat 85 kapsul vitamin A 23 Persentase ibu hamil mendapat Fe tablet 24 Persentase balita ditimbang berat 60 badannya (D/S) 25 Persentase Puskesmas yang membina 40 KPASI 26 Remaja putri yang mendapat Tablet 5 Tambahan Darah 27 Cakupan pemberian makanan pendamping ASI pada anak usia 6-24 bulan keluarga miskin 28 Persentase bumil KEK yang mendapat 50 PMT 29 Persentase bayi usia 0-6 bulan 58 mendapat ASI Eksklusif 30 Persentase puskesmas yang memiliki 20 konselor ASI 31 Persentase puskesmas yang membina 40 Kelompok Pendukung ASI (KPASI) Rata Rata Capaian IV Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Menular : 32 Cakupan penemuan dan penanganan 96 DBD 33 Akses ODHA terhadap Minum ARV Presentase sasaran lokasi focus yang < lokasi 20 dilakukan fogging 26 4,01 200,50,00,00 119,36 82,76 108,89 83,71 110,14 79,68 110,67 78,83 109,49 109,80,00,00 58,40 153,68 97,60 108,44 85,65,76 95,02 111,79 63,04 105,07 60,00 150, ,00,00,00 82,04 164,08 58,16,28 40,00 200,00 60,00 150,00 128,43,00 104,17 65,30 145,11 13,00 135,00

31 35 CFR penderita DBD 0 0 0,00 paket 2 2,00 Per.000 pddk < 15 thn >2 3,35 167,50 38 Cakupan penemuan dan penanganan penderita Pneumonia balita 39 Cakupan penemuan dan penanganan pasien baru TB BTA positif 40 Cakupan penanganan penderita diare 41 Angka bebas jentik ,58 197, ,52 119, ,39 >96 98,83 102,95 42 Cakupan desa/ kelurahan UCI 96,00 43 Cakupan KLB dilakukan penyelidikan epidemiologi < 24 jam Rata Rata Capaian V Program Upaya Kesehatan Masyarakat : puskesmas dan 44 Persentase jaringannya sesuai standar SPM Per Cakupan penemuan penderita AFP,00 46 Cakupan penemuan dan penanganan penderita Pneumonia balita 47 Cakupan penemuan dan penanganan pasien baru TB BTA positif 48 Cakupan penemuan dan penanganan DBD 49 Cakupan penanganan penderita diare 50 Cakupan kunjungan ibu hamil K-4 51 Cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani 52 Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi 53 Cakupan pelayanan nifas 54 Cakupan neonatus dengan komplikasi yang ditangani 55 Cakupan kunjungan bayi 36 Presentase pemenuhan kebutuhan alat dan bahan fogging 37 Cakupan penemuan penderita AFP 123,46,00 >2 3,35 167, ,58 197, ,52 119,40,00 104, ,02 158,73 109,39 102,17 158, ,76 103, ,20 92,19 101,26 102, ,07 103,41 56 Cakupan pelayanan anak balita 57 Cakupan penjaringan kesehatan siswa SD dan setingkat 58 Cakupan peserta KB Aktif 90 90,64,00,71, ,02,03 59 Jumlah puskesmas yang mendapatkan biaya operasional dan pemeliharaan untuk mendukung pelaksanaan pelayanan kesehatan kepada masyarakat pusk pddk < 15 thn 27

32 60 Jumlah puskesmas yang mendapatkan pusk biaya operasional dan pemeliharaan untuk mendukung pelaksanaan pelayanan kesehatan kepada masyarakat (FKTP) Rata Rata Capaian ,95 Sasaran Strategis II : Meningkatnya akses pada lingkungan yang bersih dan sehat No. I Uraian Indikator Kinerja Satuan Program Pengembangan Lingkungan Sehat : 1 Presentase KK yang akses ODF (Open Defecation Free) 2 Cakupan rumah sehat Realisasi Capaian 90 95,00 105, ,40 104,00 3 Cakupan TTU sehat Cakupan Tempat Pengolahan Makanan (TPM) sehat 5 Cakupan akses air bersih ,90 117,53 Rata Rata Capaian II Program Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat : 6 Cakupan kelurahan siaga aktif 80 7 Jumlah media penyuluhan promosi kesehatan 8 Cakupan rumah tangga yang dikaji PHBS 9 Cakupan posyandu aktif 109,05,00 125,00 media 4 4, ,00 220, ,20 122,75 10 Cakupan posyandu PURI 64 89,82 140,34 11 Cakupan poskesdes beroperasi 80,00 125,00 12 Cakupan poskestren yang dibina 26 55,56 213,69 13 Cakupan posbindu PTM yang dibina 11 55,56 505,09 Rata Rata Capaian 193,99 Sasaran Strategis III : Terwujudnya pelayanan kesehatan yang berkualitas dan profesional No. I Uraian Indikator Kinerja Satuan Program Standarisasi Pelayanan Kesehatan : 1 Jumlah puskesmas yang menerapkan pusk sistem manajemen mutu pelayanan kesehatan menuju standar Akreditasi Paripurna 2 Jumlah puskesmas Layanan pusk Kesehatan yang memiliki dokumen SOP sesuai standar 28 Realisasi Capaian 1 1,00 5 5,00

33 3 Jumlah puskesmas terakuntabilisasi pusk Pengelolaan Keuangan BLUD 4 Jumlah dokumen Penilaian Kinerja Dokumen Puskesmas (PKP) Rata Rata Capaian II Program Obat dan Perbekalan Kesehatan: 5 Cakupan ketersediaan obat dan perbekalan kesehatan (20 item obat Esensial) 6 Jumlah paket obat /perbekalan paket kesehatan yang diadakan 7 Jumlah puskesmas dengan pusk ketersediaan obat dan perbekalan kesehatan yang mencukupi 8 Cakupan penggunaan obat rasional (POR) untuk tiga penyakit indikator III IV V ,00 1 1,00 75, ,00 4 4,00 5 5, ,72 101,81 Rata Rata Capaian Program Pengadaan, Peningkatan dan Perbaikan Sarana dan Prasarana Puskesmas/ Puskesmas Pembantu dan Jaringannya : Jumlah dokumen perencanaan Dok 5 5 kenutuhan sarana dan prasarana puskesmas dan jaringannya Persentase ketersediaan sarana dan prasarana Non fisik puskesmas dan jaringannya tercukupi Jumlah puskesmas/ puskesmas pusk 5 5 pembantu yang membutuhkan pemeliharaan aldok/alkes/alat laborat dalam kondisi baik Rata Rata Capaian Program Upaya Kesehatan Perorangan : Jumlah UPT yang dapat memberikan upt 6 6 pelayanan kesehatan sesuai standar Persentase ketersediaan sarana dan prasarana laboratorium kesehatan sesuai yang dibutuhkan Persentase sampel yang diuji/diperiksa 146 pada fasilitas kesehatan laboratorium sesuai standar pengujian Jumlah layanan laboratorium upt 1 1 kesehatan terakreditasi dan berkelanjutan Jumlah pegawai mendapat incentif org retribusi jasa manajemen pelayanan kesehatan Rata Rata Capaian Program Kemitraan Peningkatan Pelayanan Kesehatan : Jumlah puskesmas memberikan pusk 5 5 pelayanan kemitraan spesialistik dan dokter umum 93,46,00,00,00,00,00,00 146,00,00,00 109,20,00 29

34 18 Cakupan penanganan komplikasi 80 kebidanan yang ditangani 19 Cakupan pelayanan neonatal 82 komplikasi yang ditangani 20 Jumlah dokumen manajemen sumber daya manusia kesehatan yang tersusun Rata Rata Capaian VI Program Pengawasan Obat dan Makanan : 21 Presentase sarana obat dan makanan 75 terinspeksi dan dibina untuk memenuhi standar kesehatan 22 Jumlah masyarakat / konsumen org 180 memahami keamanan makmin dan obat yg beredar 23 Jumlah Tempat Pengolahan Makmin lokasi 20 yang di SIDAK beredar di masyarakat Rata Rata Capaian VII Program Pengawasan dan Pengendalian Kesehatan Makanan: 24 Presentase PIRT memiliki Sertifikat 40 PKP (Penyuluhan Keamanan Pangan) dan Laik Sehat 25 Jumlah industri rumah tangga (PIRT) PIRT 15 yang diawasi dan dibina memiliki sertifikat ijin edar 26 Jumlah tempat Pengolahan makmin TPM 5 (Restoran/Rumah Makan/Catering) yang bersertifikat laik sehat Rata Rata Capaian VIII Program Manajemen dan Kebijakan Pembangunan Kesehatan : 27 Persentase dokumen kesehatan yang dimanfaatkan untuk bahan penentu kebijakan Bidang Kesehatan 28 Presentase jaringan SIK yang berfungsi on line 29 Presentase Model pelayanan 25 kesehatan didukung Aplikasi SIK sesuai Data Base on Line 30 Persentase dokumen perencanaan dan anggaran yang tersusun sesuai yang ditetapkan 31 Jumlah dokumen kajian Dok 2 pengembangan pelayanan kesehatan yang tersusun 32 Presentase dokumen monev/evaluasi yang tersusun sesuai yang ditetapkan Rata Rata Capaian ,41 92,19 112,43,00 127,71 68,42 91, , ,00 140,67 88,57 221, , ,00 131,33,00,00 25,00,00 2,00,00,00

35 Sasaran Strategis IV : Terwujudnya pelayanan kesehatan masyarakat miskin yang paripurna No. I Uraian Indikator Kinerja Satuan Realisasi Capaian Program Pengelolaan/ Penyelenggaraan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan : 1 Jumlah penduduk yang dapat jiwa mengakses layanan kesehatan gratis (Total Coverage) dan terlindungi asuransi kesehatan 2 Cakupan pelayanan kesehatan dasar ,19 180,24 pada peserta Total Coverage 3 Cakupan pelayanan kesehatan rujukan,00,00 masyarakat miskin 4 Cakupan pelayanan kesehatan rujukan 10 5,59 144,10 peserta Total Coverage Rata Rata Capaian 131, Analisa Capaian Kinerja Tahun 2015 Dalam pengukuran tingkat capaian kinerja sesuai Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kota Mojokerto Tahun , terdapat3 (tiga) tujuan strategis dan 4 (empat) sasaran strategis, adapun analisa dari keempat sasaran strategis untuk mencapai tiga tujuan dan tiga misi Dinas Kesehatan Kota Mojokerto,akan diuraikan per misi sebagai berikut : I. Misi 1 :Mewujudkan derajat kesehatan dan pemberdayaan masyarakat dalam Pembangunan Bidang Kesehatan. Tujuan : Meningkatkan keluarga, derajat masyarakat kesehatan yang individu, optimal, serta kemandirian peran serta masyarakat dalam bidang kesehatan Sasaran Strategis : Meningkatnya derajat kesehatan masyarakat Capaian Indikator utama Misi-1 ini terdiri dari 1 tujuan yaitumeningkatkan derajat kesehatan individu, keluarga, masyarakat yang optimal, serta kemandirian peran serta masyarakat dalam bidang kesehatandan1 sasaran strategis. Capaian tujuan dan sasaran strategis ini, terdapat 5 (lima) IndikatorKinerja Utama (IKU) yang dapat diukur dengan rumusan/formula tertentu. Adapun pencapaian target kinerja serta analisa dari kelima Indikator Kinerja Utamaini yang dibandingkan dengan tahun sebelumnya (disajikan 31

36 apabila data kinerja pada tahun sebelumnya ada) dapat dilihat pada tabel 3.2 di bawah ini : Tabel 3.2 Perbandingan Realisasi Capaian Kinerja Misi-1 TAHUN 2014 TAHUN 2015 SASARAN DAN INDIKATOR SASARAN (1) 1 Realisasi Capaian Realisasi Capaian (2) (3) (4)=(3/2X) (5) (6) (7)=(6/5X) Meningkatnya derajat kesehatan masyarakat * * * * 1.5 * * * Angka kematian ibu per.000 KH Angka kematian bayi per KH Prevalensi balita gizi buruk Angka kesakitan penyakit menular Incidence Rate DBD per.000 penduduk Angka kesakitan TB Paru BTA (+) per.000 penduduk Angka kesakitan Diare per.000 penduduk Angka kesakitan HIV/AIDS per.000 penduduk Angka kesakitan Penyakit Tidak Menular Angka kesakitan Penyakit Hipertensi per.000 peddk Angka kesakitan Penyakit Diabetes Militus per.000 peddk Angka kesakitan Penyakit Jantung per.000 peddk < ,08 155,08 < 92,67 107,33 <23 14,87 135,35 < 14 7,87 143,79 <2,5 0,15 194,00 < 0,9 0,38 157,78-7,22-7,15 10,34 55,34-107,46-106,39 101,82 104,29-39,00-38,61 46,82 78,74-68,17-67,49 62,85 106, angka sakit 38,98, angka sakit 12,5, angka sakit 7,91,00 Analisis pencapaian target Indikator Kinerja Utama atas sasaran ini, adalah : 1. Indikator Kinerja Utama_1 : Angka Kematian Ibu Kematian ibu yang dimaksudkan adalah kematian ibu karena gangguan kehamilan atau penanganannya (bukan karena kecelakaan atau kasus insidentil) selama masa kehamilan, melahirkan dan dalam masa nifas. Angka kematian ibu dihitung per.000 kelahiran hidup. Selama kurun waktu 5 tahun terakhir, jumlah kematian ibu yang terjadi setiap tahunnya sebanyak 1 kasus saja. Namun untuk tahun 2015 terdapat 2 kasus kematian Ibu, Angka Kematian Ibu (AKI) Kota Mojokerto tahun 2015 mengalami kenaikan dari 45,08/.000 kelahiran hidup pada tahun 2014 menjadi 92,67/.000 KH. 32

37 Namun capaian ini masih dibawah target yang ditetapkan sesuai target MDGs pada tahun 2014 sebesar < 102 per.000 kelahiran hidup, sehingga tetap perlu diwaspadai, karena 1 kematian saja rasio angka kematiannya akan naik cukup signifikan. Sedangkan Capaian Kinerja tahun 2015 juga masih dibawah target renstra yang ditentukan yaitu < /.000 KH (Dibawah target tujuan Pembangunan Melenium/MDGs, yaitu < 102 per.000 kelahiran hidup). Sehingga adanya 2 (dua) kasus kematian ibu tersebut akan menjadi pekerjaan besar bagi Dinas Kesehatan Kota untuk segera mencari solusi pencegahan terjadinya kejadian kasus kematian ibu,supaya tidak terjadi serupa di tahun mendatang. Walaupun penyebab terjadinya kasus kematian ibu tersebut lebih disebabkan karena ketidakpahaman anggota keluarga tentang dampak dari komplikasi pada masa kehamilan. Maka diupayakan untuk selalu dilakukan intervensi sehingga meminimallkan kejadian kematian ibu, sebagaimana yang terjadi di tahun 2009 dan 2010, dimana tidak terjadi satu pun kematian ibu, baik itu ibu hamil, bersalin maupun nifas dapat terulang lagipada capaian kinerja ditahun-tahun mendatang.sedangkan untuk meningkatan pengetahuan keluarga tentang dampak dari komplikasi pada masa kehamilan perlu adanya sosialisasi pengetahuan faktor-faktor komplikasi pada masa kehamilan dan meningkatkan peran keluarga dalam medeteksi dan mendampingi Ibu Hamil Resiko Tinggi. Gambar 3.1 Angka Kematian Ibu (AKI) di Kota Mojokerto Tahun AKI Sumber : Bidang Kesehatan Keluarga (Laporan PWS KIA) 33

38 2. Indikator Kinerja Utama_2 : Angka Kematian Bayi Kematian bayi merupakan kematian yang terjadi antara saat bayi lahir sampai dengan satu hari sebelum bayi berusia satu tahun. Angka Kematian Bayi (AKB) atau Infant Mortality Rate adalah banyaknya bayi yang meninggal sebelum mencapai usia 1 (satu) tahun yang dinyatakan dalam kelahiran hidup pada tahun yang sama. AKB dapat menggambarkan kondisi sosial ekonomi masyarakat setempat, karena bayi adalah kelompok yang paling rentan terkena dampak dari suatu perubahan lingkungan maupun sosial ekonomi. Pada tahun 2015 jumlah kematian bayi yang terjadi di Kota Mojokerto sebanyak 7,87 per KH (17 kasus). Adapun penyebab kematian bayi tersebut dikarenakan asfiksi (gagal bernafas) 1 kasus, Infeksi penyakit 2 kasus, Ikterus 1 kasus, berat bayi lahir rendah (BBLR) 5 kasus dan Kelainan/Cacat bawaan 8 kasus. Capaian AKB Kota Mojokerto terbilang jauh lebih rendah dibanding target yang ditetapkan dalam MDGs yaitu < 23/1.000 KH.Pada tahun 2015 AKB tercatat sebesar 7,87 per 0 kelahiran hidup, telah memenuhi target tahun 2015 dalam Renstra yaitu < 14/1.000 KHdan mengalami penurunan bila dibandingkan dari AKB pada tahun 2014 tercatat sebesar 16,68 per 0 kelahiran hidup. Gambar 3.2 Angka Kematian Bayi (AKB) di Kota Mojokerto Tahun AKB Sumber : Bidang Kesehatan Keluarga Upaya-upaya yang dilakukan dalam rangka menekan angka kematian bayi, antara lain melalui pendekatan yaitu : 34

39 a) Peningkatan kompetensi petugas kesehatan dengan pelatihan APN (Asuhan Persalinan Normal) dan PPGDON (Pertolongan pertama gawat darurat Obstetric Neonatal) baik bidan maupun dokter terutama pertolongan persalinan pada bayi baru lahir dengan asfiksia (gagal bernafas) b) Meningkatkan peran serta masyarakat dalam mendeteksi ibu hamil dan bayi beresiko. c) Pemantauan dan penanganan seluruh kasus komplikasi kebidanan sebesar. 3. Indikator Kinerja Utama_3 : Prevalensi Balita Gizi Buruk Prevalensi balita gizi buruk merupakan persentase balita usia 0 s/d 59 bulan 29 hari dengan status gizi berat badan sangat kurang (BB/U < 3 SD) terhadap jumlah balita usia 0 s/d 59 bulan 29 hari yang ditimbang (D). Gizi buruk merupakan bentuk terparah dari proses terjadinya kekurangan gizi menahun. Status gizi balita secara sederhana dapat diketahui dengan membandingkan antara berat badan menurut umur maupun menurut panjang badannya dengan rujukan (standar) yang telah ditetapkan. Apabila berat badan menurut umur sesuai dengan standar, anak disebut gizi baik. Kalau sedikit di bawah standar disebut gizi kurang. Apabila jauh di bawah standar dikatakan gizi buruk. Untuk pengkategorian status gizi balita pada indicator ini, dipergunakan standar perhitungan BB/U. Adapun jumlah kasus gizi buruk yang terjadi di Kota Mojokerto tahun 2015 sebanyak 25 kasus, terhadap jumlah balita yang ditimbang (D) sebanyak balita, sehingga persentase prevalensinya tahun 2015 sebesar 0,38. kinerja yang dipergunakan dalam renstra oleh Dinas Kesehatan Kota Mojokerto, yaitu <0,9 dibawah target dari Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Timur, yaitu sebesar 2,5. Meskipun capaian ini jauh dibawah target, jika dibandingkan dengan capaian prevalensi gizi buruk tahun 2014 telah mengalami penurunan dengan capaian kinerja sebesar 0,88 (56 kasus), namun tetap perlu diwaspadai karena masih ditemukannya balita dengan berat badan dibawah garis merah (BGM) menandakan bahwa perlu adanya peningkatan upaya-upaya untuk menemukan dan menangani secara lebih dini balita-balita dengan gizi 35

40 kurang sehingga tidak sampai berubah menjadi status gizinya turun menjadi gizi buruk. Beberapa langkah yang dapat dilakukan antara lain : 1) Pemberian ASI eksklusif 2) Kunjungan petugas puskesmas ke rumah penderita kasus gizi buruk minimal 3 kali kunjungan dalam 1 minggu untuk memantau kesehatannya. 3) Mendorong peningkatan peran serta masyarakat untuk mengatasi masalah gizi pada balita (baik gizi kurang maupun gizi buruk) melalui Taman Pemulihan Gizi (TPG) 4) Pemberian PMT pemulihan bagi bayi dan balita BGM (bawah garis merah) 5) Pemeriksaan laboratorium telur cacing untuk penderita gizi kurang (balita 2T/2 kali timbang tidak naik), BGM dan gizi buruk 4. Morbiditas Morbiditas menggambarkan kejadian penyakit dalam suatu populasi pada kurun waktu tertentu, dapat berupa angka insiden/kesakitan dari suatu penyakit, baik penyakit menular atau penyakit tidak menular. Morbiditas memegang peranan penting dalam penilaian derajat kesehatan masyarakat. Situasi morbiditas di Kota Mojokerto diuraikan rinci sebagai berikut : 4.1. Indikator Kinerja Utama_4 : Penyakit Menular. a). Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Penyakit demam berdarah dengue ialah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedesalbopictus. Penyakit menular ini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dan endemis di hampir seluruh kabupaten/kota di Jawa Timur termasuk di Kota Mojokerto. Incidence Rate (IR) DBD tahun 2015 ditargetkan turun 1, dari 7,22/.000 penduduk di tahun 2014 menjadi 7,15/.000 penduduk. 36

41 Adapun capaian IR DBD Kota Mojokerto tahun 2015 sebesar 10,34/.000 penduduk (13 kasus), dengan demikian target penurunan IR DBD sebesar 1 belum tercapai, sehingga masih perlu untuk senantiasa diwaspadai dan diintervensi. Gambar 3.3 Jumlah Kasus DBD di Kota Mojokerto Tahun Sumber: Bidang Pencegahan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. Adapun daerah endemis tahun 2015 pada penyakit DBD yangtetap perlu diwaspadai di Kota Mojokerto sebanyak4 (empat) kelurahan yaitu kelurahan Wates, Meri, Surodinawan dan Miji, serta kelurahan sporadis berada di 14 kelurahan lainnya. Upaya-upaya pendekatan pengendalian angka kejadian DBD ini tidak akan lepas dari peran serta dan komitmen dari seluruh lapisan masyarakat, termasuk Pemerintah Daerah yang telah memiliki kesadaran untuktetap menggalakkan Icon di bidang kesehatan Kota Mojokerto dengan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dalam Gerakan Jum at Berseri, yang telah dicanangkan oleh Pemerintah Kota Mojokerto sejak tahun 2006, sebagai salah satu upaya untuk mencegah terjadinya penyebaran kasus DBD lebih luas, dengan memutuskan mata rantai penularan penyakit DBD yaitu memberantas jentik-jentik nyamuk penyebab DBD, serta penanganan masalah-masalah lain yang ditemukan di lingkungan.untuk mempertahankan angka kesakitan dibawah target nasional dengan angka bebas jentik >95 yaitu sebesar 98,83 (tahun 2015), maka harus diupayakan pemecahan beberapa hal antara lain : a. Pembinaan Kader Motivator Kesehatan agar tetap semangat menjalankan tugasnya; 37

42 b. Tetap mengoptimalkan gerakan PSNsecara terintegrasi dengan kerja bakti di lingkungannya; c. Pemantauan oleh Tim Pelaksana PSN Tk.II secara serentak di lapangan secara periodik; d. Pemenuhan sarana prasarana Gerakan PSN Terintegrasi. Selain itu, kegiatan pencegahan penyebaran penyakit juga dilakukan melalui fogging focus segera setelah ada indikasi penderita DBD dan fogging masal sebelum musim penularan dengan dua siklus, terutama pada daerah endemis DBD. b) Penyakit TB Paru Penyakit Tuberculosis atau TBC merupakan salah satu penyakit yang penanganannya menjadi komitmen global dalam MDGs, bersama dengan Malaria dan HIV/AIDS. Penyakit ini disebabkan oleh kuman infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis yang dapat ditularkan melalui percikan dahak (droplet) penderita orang yang terinfeksi basil tuberkulosis. Case Notification Rate (CNR) merupakan gambaran angka kesakitan kasus TB untuk Kota Mojokerto pada tahun 2015 jumlah kasus baru TB BTA (+) yang ditemukan sebanyak 128 kasus. Capaian ini dibandingkan dengan tahun sebelumnya menggambarkan pengendalian angka kesakitan kasus TB, Case Notification Rate (CNR) pada tahun 2015 sebesar 101,82 per.000 penduduk, bila dibandingkan dengan CNR pada Tahun 2014 sebesar 107,46 per.000 penduduk (134 kasus). Dengan demikian target penurunan angka kesakitan sebesar 1 dibandingkan dengan tahun sebelumnya telah tercapai. Meskipun demikian, kewaspadaan tinggi tetap diperlukan terhadap munculnya resistensi terhadap obat anti TBC atau multiple drug resistent (MDR) yang dari segi biaya dan waktu penanganan akan jauh lebih mahal dan lama serta berefek samping lebih besar. WHO memperkirakan kasus MDR di Indonesia sebesar 2 dari keseluruhan kasus TBC yang ada. c) Penyakit Diare Penyakit Diare merupakan penyakit endemis di Indonesia yang hingga saat ini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat. Penyakit ini juga sangat potensial menyebabkan terjadinya Kejadian Luar Biasa (KLB).Angka kesakitan diare Kota Mojokerto pada tahun 2014 tercatat 38

43 sebesar 38,77 per 0 penduduk (4835 kasus). Pada tahun 2015 angka kesakitan ini terlihat meningkat menjadi 46,82 per penduduk (5885 kasus). Dengan peningkatan angka kesakitan ini, maka bisa dipastikan target penurunan sebesar 1 dibandingkan dengan tahun sebelumnya tidak tercapai. Gambar 3.4 Jumlah Kasus Diare di Kota Mojokerto Tahun Sumber: Bidang Pencegahan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. Seluruh penderita diare telah ditangani sesuai tatalaksana diare di sarana pelayanan kesehatan dengan upaya pendekatan Lima Langkah Tuntaskan Diare (Lintas Diare) dan lebih giat melakukan Penyuluhan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) oleh tenaga kesehatan di posyandu balita dan klinik sanitasi puskesmas. Kenaikan kasus diare ini perlu diwaspadai, karena dapat dikorelasikan dengan perbaikan hygiene sanitasi, perilaku hidup bersih dan sehat secara umum. Hal ini dapat mengindikasikan pula adanya peningkatan kesadaran masyarakat untuk menjaga hygiene dan sanitasi secara pribadi untuk mencegah terjadinya penyakit diare tersebut. c) Penyakit HIV/AIDS HIV AIDS merupakan penyakit yang termasuk dalam kategori New Emerging Disease. Perkembangan penyakit HIV/ AIDS sampai saat ini terus menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan, perkembangannya bagaikan fenomena gunung es, dimana jumlah penderita yang ditemukan dan terlaporkan (under reported) jauh lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah penderita yang sesungguhnya. Sehingga saat ini HIV/ AIDS dinyatakan sebagai masalah darurat global yang penting untuk segera diatasi. Hal ini antara lain disebabkan makin 39

44 tingginya mobilitas penduduk antar wilayah, menyebarnya sentra pembangunan ekonomi, meningkatnya perilaku seksual yang tidak aman, serta meningkatnya penyalahgunaan NAPZA melalui jarum suntik tidak steril di sub-populasi pengguna napza suntik (penasun), sementara penularan melalui hubungan seksual berisiko tetap berlangsung. Penyakit HIV/AIDS di wilayah Kota Mojokerto berjalan seiring dengan peningkatan mobilitas penduduk, maka jumlah penderita HIV(+) di Kota Mojokerto mulai dari tahun 2006 hingga desember tahun 2015 secara kumulatif ditemukan sebanyak 547 orang dan sudah meninggal 136 orang. Penemuan kasus pada Tahun 2015 ada 79 orang serta yang berasal dari Kota Mojokerto 12 orang, dengan angka kesakitan penderita HIV / AIDS sebesar 62,85 per.000 penduduk. Dibandingkan dengan tahun 2014 penemuan kasus terdapat 85 orang maka angka kesakitan tahun 2014 sebesar 68,17 per.000 penduduk. Gambar 3.5 Jumlah Kumulatif Penderita HIV/AIDS di Kota Mojokerto Tahun Jumlah Sumber: Bidang Pencegahan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Penyebaran HIV/AIDS tidak dapat diprediksi dan belum dapat dilokalisir lagi, karena resiko kejadiannya sekarang tidak hanya pada wanita pekerja seks komersial (PSK), waria maupun pengguna narkoba saja, namun juga pada ibu-ibu rumah tangga dan remaja. Upaya preventif melalui penyuluhan-penyuluhan yang lebih intensif tentang HIV/AIDS diharapkan dapat menghapus stigma dan diskriminasi terhadap penderita HIV / AIDS serta mendorong masyarakat untuk lebih berhati-hati dan 40

45 membentengi diri secara mandiri. Salah satu upaya dari masing-masing pribadi lebih diutamakan dengan melakukan pemeriksaan HIV/AIDS pada kelompok resiko tinggi dan ibu hamil untuk menemukan secara lebih dini kejadian HIV/AIDS, sehingga bisa mencegah penularan yang lebih luas. Upaya penanggulangan HIV dan AIDS yang diselenggarakan oleh Pemerintah Kota Mojokerto haruslah didasari bahwa masalah HIV dan AIDS sudah menjadi masalah sosial kemasyarakatan dan masalah nasional, yang penanggulangannya diutamakan pada sub-populasi berperilaku resiko tinggi, namun tetap memperhatikan masyarakat yang rentan, termasuk yang berkaitan dengan pekerjaannya dan masyarakat yang termarginalkan terhadap penularan HIV dan AIDS Indikator Kinerja Utama_5 : Penyakit Tidak Menular. Pola kunjungan rawat jalan puskesmas dari tahun ke tahun menunjukkan pola yang hampir sama bahwa laporan puskesmas muncul berbagai penyakit tidak menular yang semakin tinggi. Sehingga Dinas Kesehatan Kota Mojokerto perlu memantau penyakit tidak menular (PTM), khususnyameliputi penyakit jantung, hipertensi (pembuluh darah) dan diabetes mellitus sebagai kegiatan baru, yaitu dalam pengendalian penyakit tidak menular di masyarakat. Untuk penyakit tidak menular lain tidak dapat dianalisis karena tidak tersedia datanya. a). Penyakit Jantung dan Hipertensi. Penyakit jantung merupakan salah satu penyakit tidak menular yang sampai saat ini cenderung meningkat, penderitanya tidak terkecuali pada kondisi sosial ekonomi yang mampu dan tidak mampu. Data dari SIRS Ditjen YanmedikKepmenkes tahun 2013 menyebutkan bahwa jenis penyakit jantung dengan Case Fatality Rate paling tinggi adalah penyakit gangguan hantaran dan aritmia jantung, serta yang paling rendah adalah penyakit Jantung Iskemik lainnya. Sedangkan untuk penyakit pembuluh darah yang dominan dan menjadi pembunuh lebih dari 50 di dunia adalah hipertensi, merupakan salah satu faktor risiko utama untuk penyakit jantung koroner, kejadian stroke, gagal ginjal kronik dan gagal jantung kongesti. 41

46 Penyakit pembuluh darah (hipertensi)di Kota Mojokerto yang tercatat di Puskesmas pada tahun 2015 dengan jumlah penderita orang kasus baru dan kasus lama,dengan angka kesakitan penyakit Hipertensi sebesar 38,98 per penduduk 15 tahun (Kasus baru tahun 2015 terdapat orang).sedangkan kasus pembuluh darah (Hipertensi) yang berobat di Puskesmas, dapat dilihat pada tabel 3.3 berikut ini : Tabel. 3.3 Jumlah Kasus Baru dan Kasus Lama Penyakit Hipertensi di Puskesmas Kota MojokertoTahun 2015 No Puskesmas Kasus Baru 929 Kasus Lama Jumlah Kasus Gedongan 2 Kedundung Wates Mentikan Blooto Kota Mojokerto Sumber : Laporan Tahunan Surveilance Seksi P2PL Dinkes Kota Mojokerto Sedangkan Penyakit Jantungdi Kota Mojokerto yang tercatat di Puskesmas pada tahun 2015 dengan jumlah penderita orang kasus baru dan kasus lama, dengan angka kesakitan penyakitjantung sebesar 7,91 per penduduk 15 tahun (Kasus baru tahun 2015 terdapat 758 orang).pada tabel 3.4dapat dilihat kasus penyakit Jantung yang berobat di Puskesmas, sebagai berikut : Tabel. 3.4 Jumlah Kasus Baru dan Kasus Lama Penyakit Jantung di Puskesmas Kota MojokertoTahun 2015 No Puskesmas Kasus Baru 157 Kasus Lama 426 Jumlah Kasus Gedongan 2 Kedundung 3 Wates Mentikan Blooto Kota Mojokerto Sumber : Laporan Tahunan Surveilance Seksi P2PL Dinkes Kota Mojokerto 42

47 Pada tahun 2015, jumlah penderita hipertensi menunjukkan kecenderungan cukup besar. Untuk kasus hipertensi ringan, sebagian kecil penderita masih dapat disembuhkan, akan tetapi sebagian besar penderita hipertensi tidak dapat disembuhkan. Yang dapat dilakukan penderita adalah mengontrol tekanan darah dengan mengkonsumsi obat anti hipertensi dan menjalankan pola hidup sehat. b). Penyakit Diabetes Mellitus. Jumlah penderita atau penyandang Diabetes Melitus (DM) dari tahun ke tahun merupakan penyakit yang memperlihatkan peningkatan secara signifikan seiring dengan perubahan gaya hidup masyarakat. Data mengenai jumlah kasus DM yang ada di Indonesia hingga saat ini yang berasal dari laporan Puskesmas Sentinel, laporan rumah sakit di seluruh Indonesia, hasil survei atau penelitian baik di dalam maupun di luar negeri, serta perkiraan dari Badan Kesehatan Dunia atau WHO. Untuk Kota Mojokerto, penderita penyakit Diabetes Mellitus (DM) yang berobat ke Puskesmas selama tahun 2015 tercatat sebanyak orangkasus baru dan kasus lama. Namun data tersebut tidak terpilah berdasarkan tipe penyakit dalam dua golongan, yaitu DM tergantung insulin dan DM tidak tergantung insulin, dengan angka kesakitan penyakitdm sebesar 12,5 per penduduk 15 tahun (Kasus baru tahun 2015 terdapat orang).untuk Kasus Penyakit DM yang berobat di Puskesmas, dapat dilihat pada tabel 3.5 berikut ini : Tabel. 3.5 Jumlah Kasus Baru dan Kasus Lama Penyakit DM di Puskesmas Kota MojokertoTahun 2015 No Puskesmas Kasus Baru 324 Kasus Lama 1950 Jumlah Kasus Gedongan 2 Kedundung 3 Wates Mentikan Blooto Kota Mojokerto Sumber : Laporan Tahunan Surveilance Seksi P2PL Dinkes Kota Mojokerto 43

48 Hal ini mempertegas kesimpulan bahwa di Kota Mojokerto telah terjadi transisi epidemiologi dengan semakin menonjolnya penyakitpenyakit tidak menular (PTM), khususnya penyakit Hipertensi, Jantung dan Diabetes Milletus.Untuk penyebab-penyebab penderita PTM menurut Riset Kesehatan Dasar tahun 2013, yaitu prevalensi perokok laki-laki 68,8 dan perempuan 6,9, kurang aktifitas fisik 26,1, kurang konsumsi sayur dan buah 93,6, asupan makanan yang beresiko PTM seperti makanan manis 53,1, makanan asin 26,2, makanan tinggi lemak 40,7, makanan berpenyedap 77,3 serta gangguan mental emosional 6, obesitas umum 15,4 dan obesitas sentral 26,6. PTM dapat dicegah dengan mengendalikan faktor resiko,dengan tujuan bagi masyarakat sehat yang belum memiliki faktor resiko agar tidak timbul faktor resiko PTM, kemudian bagi yang mempunyai faktor resiko diupayakan agar kondisi faktor resiko PTM menjadi normal kembali dan atau mencegah terjadinya PTM dan bagi yang sudah menyandang PTM, untuk dapat mencegah komplikasi, kecacatan dan kematian dini serta meningkatkan kualitas hidupnya. Salah satu strategi pendekatan pengendalian PTM yang efisien dan efektif adalah pemberdayaan dan peningkatan peran serta masyarakat dalam kegiatan yang disebut Pos Pembinaan Terpadu (POSBINDU) PTM, Masyarakat diberikan fasilitas dan bimbingan oleh petugas kesehatan untuk ikut berpartisipasi dalam deteksi dini, pemantauan dan tindak lanjut dini faktor resiko PTM secara mandiri dan berkesinambungan. II. Misi 2 :Mewujudkan lingkungan yang sehat Capaian Indikator utama Misi-2 ini terdiri dari 1 tujuan yaitumeningkatkan lingkungan yang bersih dan sehatdan1 sasaran strategis. Capaian tujuan dan sasaran strategis ini, terdapat 2 (dua) IndikatorKinerja Utama (IKU) yang dapat diukur dengan rumusan/formula tertentu. Adapun pencapaian target kinerja serta analisa dari kedua Indikator Kinerja Utamaini dibandingkan dengan tahun sebelumnya dapat dilihat pada tabel 3.6di bawah ini : Tujuan : Meningkatkan lingkungan yang bersih dan sehat Sasaran Strategis : Meningkatnya akses pada lingkungan yang bersih dan sehat 44

49 Tabel 3.6 Perbandingan Realisasi Capaian Kinerja Misi-2 TAHUN 2014 TAHUN 2015 SASARAN DAN INDIKATOR SASARAN (1) 2 Realisasi Capaian Realisasi Capaian (2) (3) (4)=(3/2X) (5) (6) (7)=(6/5X) Meningkatnya akses pada lingkungan yang bersih dan sehat 2.1 Presentase kelurahan memenuhi tatanan Kota Sehat ke 8 (kawasan dengan tatanan kehidupan masyarakat sehat mandiri) 5,60 5,60,00 10,00 11,11 111, Presentase Rumah Tangga disurvey yang ber PHBS Analisis pencapaian target Indikator Kinerja Utama atas sasaran ini, adalah : 5. Indikator Kinerja Utama_6 : Presentase kelurahan memenuhi tatanan Kota Sehat ke 8 (Kawasan dengan tatanan kehidupan masyarakat sehat mandiri) Kota Sehat adalah Suatu kondisi Kab/Kota yang bersih, nyaman, aman dan sehat untuk dihuni penduduk, yang dicapai melalui terselenggaraanya penerapan beberapa tatanan dengan kegiatan yang terintegrasi yang telah disepakati masyarakat dan pemerintah daerah. Pelaksanaan Kota Sehat diwujudkan dengan menyelenggarakan semua program yang menjadi permasalahan didaerah secara bertahap, dimulai dengan kegiatan prioritas bagi masyarakat di sejumlah kecamatan pada sejumlah desa/kelurahan yang bersifat sosial ekonomi dan budaya di kawasan tertentu. Kesepakatan tentang pilihan tatanan Kota Sehat dengan kegiatan yang menjadi pilihan, serta jenis dan besaran indikatornya ditetapkan oleh Forum Kab/Kota sehat bersama-sama dengan pemerintah daerah. Tatanan Kota Sehat yang telah disepakati dan Dinas Kesehatan Kota Mojokerto sebagai leading sektornya adalah pada kawasan dengan tatanan kehidupan masyarakat sehat mandiri (pada Tatanan ke-8). Sampai dengan tahun 2015 capaian kinerja memenuhi kelurahan pada tatanan ke-8 yang merupakan Kawasan dengan tatanan kehidupan masyarakat sehat mandiri 45

50 masih sebesar 11,11, hanyaterdapatdi 2 (dua) kelurahan pada tatanan ke-8 tersebut, yaitu : Kel. Wates dan Kel. Purwo Tengah. Pada Tatanan ke8 dengan indikator khusus sebanyak 38 indikator, maka Kelurahan Wates memperoleh Total Nilai (96,05) dan Kelurahan Purwo Tengah memperoleh Total Nilai (85,52)telah melebihi target 80. Hal ini sudah termasuk berhasil mencapai Kategori Kelurahan Sehat Tatanan ke-8 (Kawasan dengan tatanan kehidupan masyarakat sehat mandiri) 6. Indikator Kinerja Utama_7 : Presentase rumah tangga disurvey yang ber - PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat). Menurut teori Blum, salah satu faktor yang berperan penting dalam menentukan derajat kesehatan adalah perilaku. Perilaku dianggap penting karena ketiga faktor lain seperti lingkungan, kualitas pelayanan kesehatan maupun genetika kesemuanya masih dapat dipengaruhi oleh perilaku. Selain itu, banyak penyakit yang muncul pada saat ini disebabkan karena perilaku yang tidak sehat. Perubahan perilaku tidak mudah untuk dilakukan akan tetapi mutlak diperlukan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Untuk itu, upaya promosi kesehatan harus terus menerus dilakukan untuk mendorong masyarakat agar berperilaku hidup bersih dan sehat. Dari hasil survey PHBS tahun 2015dan telah mewakili setiap masyarakat pada suatu kab/kota (Cluster Sample), dari rumah tangga yang disurvey, yang termasuk dalam kategori sehat hanya sebanyak rumah tangga atau baru mencapai 58,5 dan capaian kinerja ini masih dibawah target yang ditetapkan sebesar 70. Apabila dibandingkan dengan kondisi capaian kinerja pada tahun 2014 sebesar 53,44 (terdapat rumah tangga dalam kategori sehat) dari 7692 rumah tangga disurvey telah menunjukkan sedikit mengalami kenaikan capaian kinerja. Penerapan perilaku hidup bersih dan sehat sendiri dapat dimulai dari unit terkecil masyarakat yaitu rumah tangga. PHBS di rumah tangga diartikan sebagai upaya untuk memberdayakan anggota rumah tangga agar tahu, mau dan mampu mempraktikkan perilaku hidup bersih dan sehat serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan di masyarakat. Pencapaian 46

51 PHBS di rumah tangga dapat diukur dengan 10 indikator yaitu : 1. Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan 2. Memberi ASI ekslusif 3. Menimbang balita setiap bulan 4. Menggunakan air bersih 5. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun 6. Menggunakan jamban sehat 7. Memberantas jentik di rumah sekali seminggu 8. Makan buah dan sayur setiap hari 9. Melakukan aktivitas fisik setiap hari 10. Tidak merokok di dalam rumah Untuk beberapa indikator seperti kebiasaan mencuci tangan dengan air bersih dan sabun, makan buah dan sayur setiap hari, tidak merokok dalam rumah dan aktivitas fisik tidak dapat ditampilkan karena tidak tersedianya data.apabila dalam Rumah Tangga tersebut tidak ada ibu yang melahirkan, tidak ada bayi dan tidak ada balita, maka pengertian Rumah Tangga ber-phbs adalah rumah tangga yang memenuhi 7 indikator saja (indikator 4 sampai dengan 10). Dan yang dimaksud dengan rumah tangga yang dipantau merupakan populasi atau sampel rumah tangga yang ada diwilayah tersebut. Salah satu bentuk kebijakan yang mendukung PHBS di Kota Mojokerto dan telah menjadi Icon di bidang kesehatan Kota Mojokerto yaitugerakan Jum at BerseridenganPemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) Terintegrasi yang telah dicanangkan oleh Pemerintah Kota Mojokerto sejak tahun 2006, selain sebagai salah satu upaya untuk mencegah terjadinya penyebaran kasus DBD menjadi lebih luas, jugamenangani masalahmasalah lain yang ditemukan di lingkungan masyarakat Kota Mojokerto, agar dapat mampu dan mau berperilaku hidup bersih dan sehat dalam rumah tangga dan di lingkungan sekitarnya. III. Misi 3 :Mewujudkan pelayanan kesehatan yang berkualitas, profesional dan berkeadilan Sedangkan Capaian Indikator utama Misi-3 ini terdiri dari 1 tujuan yaitu Meningkatkan pelayanan kesehatan yang berkualitas, profesional dan berkeadilan, dengan2 sasaran strategis. Capaian tujuan dan sasaran strategis 47

52 ini terdapat 3 (tiga) IndikatorKinerja Utama (IKU) yang dapat diukur dengan rumusan/formula tertentu. Adapun pencapaian target kinerja serta analisa dari kedua Indikator Kinerja Utamaini dibandingkan dengan tahun sebelumnya dapat dilihat pada tabel 3.7di bawah ini : Tujuan : Meningkatkan pelayanan kesehatan yang berkualitas, profesional dan berkeadilan Sasaran Strategis 1 : Terwujudnya pelayanan kesehatan yang berkualitas dan profesional Sasaran Strategis 2 : Terwujudnya pelayanan kesehatan masyarakat miskin yang paripurna Tabel 3.7 Perbandingan Realisasi Capaian Kinerja Misi-3 TAHUN 2014 TAHUN 2015 SASARAN DAN INDIKATOR SASARAN (1) 3 Realisasi Capaian Realisasi Capaian (2) (3) (4)=(3/2X) (5) (6) (7)=(6/5X) Terwujudnya pelayanan kesehatan yang berkualitas dan profesional Cakupan fasilitas kesehatan sesuai standar atau terakreditasi menuju status PARIPURNA dan berkelanjutan Presentase UPT pelayanan kesehatan dasar dengan Survey Kepuasan Masyarakat minimal 75 16,00 16,67 104,19 16,00 16,67 104,19 65,00,00 153,85 70,00,00 142,86,00,00 Terwujudnya pelayanan kesehatan masyarakat miskin yang paripurna 4.1 Presentase masyarakat miskin yang mendapatkan layanan kesehatan saat dibutuhkan,00,00,00,00 Analisis pencapaian target Indikator Kinerja Utama atas sasaran ini, adalah : 48

53 7. Indikator Kinerja Utama_8 : Cakupan fasilitas kesehatan sesuai standar atau terakreditasi menuju status PARIPURNA dan berkelanjutan Dinas Kesehatan Kota Mojokerto sebagai salah satu ujung tombak dalam pelaksanaan menitikberatkan pada pembangunan tercapainya di bidang peningkatan kesehatan kualitas telah pelayanan kesehatan primer pada unit pelaksana teknis yang dibawahinya, yaitu : Puskesmas dan Laboratorium Kesehatan, telah mempersiapkan seluruh pelaksana layanannya untuk meningkatkan kualitas pelayanannya dan sikap sopan santun dalam melayani masyarakat yang merupakan syarat mutlak untuk menjaga citra instansinya. Selain itu Unit Pelaksana Teknis perlu juga memberikan pelayanan sesuai standar yang telah ditentukan dengan dilengkapi SDM yang berkompeten, serta sarana dan prasarana yang sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Sehingga masyarakat akan mendapatkan rasa aman, nyaman dan puas dengan pelayanan yang diberikan oleh Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) tersebut. Pada dasarnya setiap orang menginginkan jasa pelayanan yang diterima dan yang dirasakan sesuai dengan harapannya. Secara umum masyarakat menginginkan pelayanan yang sama dari aparatur pemerintah, sebab warga Negara yang mempunyai kedudukan yang sama di dalam hukum berhak mendapatkan pelayanan yang sama. Pelayanan yang bersahabat dan profesional sudah menjadi suatu syarat yang harus dipenuhi oleh para penyelenggara pekerja Administrasi Negara, khususnya pelayanan teknis kesehatan masyarakat Kota Mojokerto. Akreditasi Fasilitas Kesehatan adalah pengakuan terhadapfasilitas kesehatan yang diberikan oleh lembaga independen penyelenggara Akreditasi oleh pihak eksternal. Untuk Akreditasi Puskesmas pihak independen yang menetapkan adalah dari Kementrian Kesehatan RI, yaitu Komisi Akreditasi FKTP yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan melalui Keputusan Menteri Kesehatan No.HK.02.02/Menkes/59/2015,bertugas melaksanakan akreditasi Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) Puskesmas untuk menilai bahwa fasilitas kesehatan Tingkat Pertama tersebut telah memenuhi standar akreditasi yang ditetapkan. Sedangkan Akreditasi Laboratorium Kesehatan mengacu pada akreditasi laboratorium kesehatan yang diselenggarakan oleh Kementrian Kesehatan 49

54 RI melalui Komite Akreditasi Laboratorium Kesehatan (KALK). Oleh karena itu maka sistem penyelenggaraan pelayanan yang dilakukan harus sesuai dengan Standar dan Parameter yang telah ditetapkan dalam Kepmenkes RI No. 298 / Menkes / SK III / 2008 tentang Pedoman Akreditasi Laboratorium Kesehatan. Sampai dengan tahun 2015 capaian kinerja fasilitas kesehatan yang sesuai standar atau telah terakreditasi berkelanjutan masih sebesar 16,67, yaitu hanya terdapat 1 (satu) Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan, yaitu : UPT. Laboratorium Kesehatan. UPT. Laboratorium Kesehatan Kota Mojokerto berhasil memperoleh sertifikat Akreditasi Penuh dengan masa berlaku akreditasi status 5 tahun yang dinyatakan dengan Sertifikat Akreditasi Laboratorium KALK. Sedangkan untuk UPT lainnya, UPT. Puskesmas Kedundung telah selangkah lebuh maju dibandingkan dengan 4 (empat) puskesmas lainnya. Puskesmas Kedundung selama tahun 2015 telah berproses menerapkan dan mengimplementasi mekanisme akreditasi pada unit layanannya mengacu pada standar manajemen mutu pelayanan. Namun sampai dengan akhir tahun 2015 proses penilaian akreditasi untuk memperoleh sertifikat status akreditasi puskesmas belum dilaksanakan. Direncanakan penilaian akan dilaksanakan pada awal tahun Langkah-langkah yang telah dilakukan oleh Puskesmas Kedundung akan dijadikan sebagai pedoman bagi 4 (empat) Puskesmas di Kota Mojokerto lainnya untuk berproses dan berkelanjutan mewujudkan kualitas pelayanan sesuai standar akreditasi dengan Pendampingan oleh Tim Akreditasi dengan tahapan-tahapan selanjutnya pada tahun 2016, yaitu : i. Pendampingan Pra Assesment Survei Akreditasi Puskesmas ii. Pelaksanaan Assesment Survei Akreditasi Puskesmas iii. Operasionalisasi Tim Komisioner dalam rangka menerbitkan Sertifikat Akreditasi bagi Puskesmas yang dinyatakan lulus. 8. Indikator Kinerja Utama_9 : Presentase UPT pelayanan kesehatan dasar dengan Survey Kepuasan Masyarakat minimal 75 Pelayanan publik yang dilakukan oleh Aparatur Pemerintah saat ini masih banyak dijumpai kelemahan, sehingga belum mampu memenuhi kualitas seperti yang diharapkan oleh masyarakat. Mengingat fungsi utama 50

55 Pemerintah adalah memberikan pelayanan yang prima kepada masyarakat, maka Pemerintah perlu untuk terus melakukan peningkatan kualitas pelayanannya, tidak terkecuali untuk Puskesmas, terutama mengingat fungsi utama Puskesmas sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan Pemerintah kepada masyarakat. Salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas pelayanan publik adalah melalui Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM)yang merupakan data dan informasi tentang tingkat kepuasan masyarakat yang diperoleh dari hasil pengukuran secara kuantitatif dan kualitatif atas pendapat masyarakat dalam memperoleh pelayanan publik dari aparatur pemerintah, dalam hal ini adalah pelayanan Puskesmas.Selain sebagai tolok ukur untuk menilai tingkat kualitas pelayanan, juga dapat menjadi bahan untuk menilai unsur pelayanan yang perlu untuk dilakukan perbaikan dan menjadi pendorong bagi setiap unit puskesmas untuk meningkatkan kualitas pelayanannya. Adapun di Kota Mojokerto terdapat 5 (lima) UPT. Puskesmas yang tersebar di 2 (dua) kecamatan, yaitu Puskesmas Kedundung, Puskesmas Gedongan dan Puskesmas Wates, yang terletak di Kecamatan Magersari, serta Puskesmas Mentikan dan Puskesmas Blooto yang terletak di Kecamatan Prajurit Kulon. Untuk tahun 2014 dan tahun 2015 Puskesmasdi Kota Mojokertopada capaian kinerja Survey Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) telah mencapai dari target Nilai Konversi IKM minimal 70, IKM pada Pelayanan Puskesmas dapat dilihat pada tabel 3.8 berikut ini : Tabel. 3.8Hasil Survey Indeks Kepuasan Masyarakat di Puskesmas Kota MojokertoTahun Tahun 2014 No Puskesmas Nilai Konversi IKM Tahun 2015 Mutu Pelayanan Kinerja Unit Layanan Nilai Konversi IKM Mutu Pelayanan Kinerja Unit Layanan 1 Gedongan 81,45 A SangatBaik 82,58 A SangatBaik 2 Kedundung 79,29 B Baik 77,49 B Baik 3 Wates 79,86 B Baik 78,76 B Baik 4 Mentikan 79,38 B Baik 78,74 B Baik 5 Blooto 81,29 A SangatBaik 77,20 B Baik Sumber : Laporan Sub. Bagian Penyusunan Anggaran Dinkes Kota Mojokerto 51

56 Tuntutan kepuasan masyarakat terhadap mutu pelayanan kesehatan terutama Pelayanan Puskesmas, salah satu strategi pendekatannya dilakukan dalam upaya peningkatan mutu dan kinerja tersebut adalah untuk menjamin bahwa upaya-upaya perbaikan mutu dan peningkatan kinerja selalu dilaksanakan berkesinambungan seterusnya di Puskesmas dengan menggunakan Standar yang ditetapkan saat ini melalui mekanisme AKREDITASI PUSKESMAS. 9. Indikator Kinerja Utama_10 : Presentase masyarakat miskin yang mendapatkan layanan kesehatan saat dibutuhkan Biaya Kesehatan didefinisikan sebagai besarnya dana yang harus disediakan untuk menyelenggarakan atau memanfaatkan berbagai layanan kesehatan yang diperlukan oleh individu, keluarga atau kelompok (Azwar, 1988). Dalam era Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), Pemerintah telah menjamin masyarakat miskin dan tidak mampu dengan pembiayaan APBN dengan nama Penerima Bantuan Iuran (PBI), sedang masyarakat miskin dan tidak mampu diluar PBI dijamin oleh Pemerintah Provinsi dan Kab/Kota dengan Program Jaminan Kesehatan Daerah (Jamkesda). Pemerintah Kota Mojokerto seiring dengan kebijakannya menjamin warganya yang tidak memiliki jaminan kesehatan melalui Program Jaminan Kesehatan Semesta Masyarakat Kota Mojokerto(Total Coverage) dalam rangka meningkatkan akses pelayanan kesehatan terutama bagi keluarga miskin. Selain itu tujuan Program ini adalah mendukung penurunan angka kesakitan dan kematian terutama kematian ibu dan bayi. Hal ini dapat dilihat dari jiwa penduduk di Kota Mojokerto (Data Proyeksi Penduduk Tahun 2015,yang ditetapkan oleh BPS Propinsi Jawa Timur), pada tahun 2015 masyarakat miskin yang mendapat akses layanan kesehatan pada saat dibutuhkan terutama pelayanan kesehatan dasar puskesmas baik Rawat Jalan dan Rawat Inap tercatat mencapai 156,52 (sebanyak kunjungan terutama bagi maskin dari peserta yang ditanggung jaminan kesehatan). Jumlah ini sedikit mengalami peningkatan dibanding tahun 2014 yang mencapai 155,86 (sebanyak 52

57 kunjungan terutama bagi maskin dari peserta yang ditanggung jaminan kesehatan) Perbandingan Capaian Kinerja Tahun 2015 dengan Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Kesehatan Indikator kinerja yang berasal dari Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Kesehatan yang ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan (Nasional). Pencapaian target kinerja atas sasaran ini adalah sebagai berikut :. Tabel 3.9 Perbandingan Realisasi Kinerja dengan SPM Bidang Kesehatan Sasaran Strategis 1 Meningkatnya derajat kesehatan masyarakat Indikator Kinerja Satuan 2 Cakupan kunjungan Ibu Hamil K4 3 Pro pinsi Jatim 4 95 Cakupan kunjungan bayi Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan Cakupan pelayanan nifas Cakupan pelayanan anak balita Cakupan peserta KB Aktif Cakupan penjaringan kesehatan siswa SD /peserta didik kelas 1 Cakupan balita gizi buruk mendapat perawatan Cakupan pemberian makanan pendamping ASI pada anak usia 6-24 bulan Cakupan penemuan dan penanganan DBD Cakupan penemuan penderita AFP Cakupan penemuan dan penanganan penderita Pneumonia balita Cakupan penemuan dan penanganan pasien baru TB BTA positif Cakupan penanganan penderita diare Cakupan desa/ kelurahan UCI Cakupan KLB dilakukan penyelidikan epidemiologi < 24 jam Realisasi Ket. (+/-) Per.000 pddk <15 thn 2 3,

58 1 Meningkatnya akses pada lingkungan yang bersih dan sehat Terwujudnya pelayanan kesehatan yang berkualitas dan profesional Terwujudnya pelayanan kesehatan masyarakat miskin yang paripurna 2 Cakupan kelurahan siaga aktif Cakupan penanganan komplikasi kebidanan yang ditangani Cakupan pelayanan neonatal komplikasi yang ditangani Cakupan pelayanan kesehatan dasar masyarakat miskin Cakupan pelayanan kesehatan rujukan masyarakat miskin 156, Analisa pencapaian indikator kinerja atas sasaran ini adalah : 1. Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K-4 Indikator cakupan K4 ini berfungsi untuk menggambarkan tingkat perlindungan ibu hamil di suatu wilayah dan gambaran kemampuan manajemen ataupun kelangsungan program KIA, dihitung berdasarkan besaran ibu hamil yang mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai standar, minimal sebanyak 4 kali kunjungan selama masa kehamilannya dengan distribusi satu kali pada trimester pertama, satu kali trimester kedua dan dua kali pada trimester ketiga. Untuk perhitungan besaran capaian kunjungan bumil K4 tahun 2015, denominator yang dipergunakan adalah jumlah sasaran ibu hamil yang ditetapkan oleh BPS, yaitu sebesar bumil dan jumlah bumil yang mendapatkan pelayanan sebanyak 2.175, sehingga persentasenya mencapai 95,02. Capaian ini diatas target yang ditetapkan sebesar 95. Gambar 3.6 Cakupan Pelayanan Ibu Hamil K4 di Kota Mojokerto Tahun Sumber : Bidang Kesehatan Keluarga (PWS-KIA) 54

59 2. Cakupan Kunjungan Bayi Pelayanan kesehatan bayi ditujukan pada kunjungan anak umur 0 hari s/d 11 bulan di sarana pelayanan kesehatan maupun di rumah, posyandu dan tempat lain untuk mendapatkan pelayanan kesehatan oleh dokter, bidan atau perawat yang memiliki kompetensi klinis kesehatan paling sedikit 7 kali, yaitu 1 kali pada umur 1-3 hari, 3-7 hari, 8-28 hari, 29 hari-3 bulan, 1 kali pada umur 3-6 bulan, 1 kali pada umur 6-9 bulan, dan 1 kali pada umur 9-11 bulan, meliputi pemberian imunisasi dasar, stimulasi deteksi intervensi dini tumbuh kembang (SDIDTK), pemberian vitamin A dan penyuluhan perawatan kesehatan bayi serta penyuluhan ASI Eksklusif dan Makanan Pendamping ASI (MP-ASI).Cakupan pelayanan kesehatan bayi dapat menggambarkan upaya pemerintah dalam peningkatan akses untuk memperoleh pelayanan kesehatan dasar, mengetahui sedini mungkin adanya kelainan atau penyakit, pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit serta peningkatan kualitas hidup bayi. sasaran indikator ini diambil dari proyeksi penduduk yang ditetapkan oleh BPS Propinsi Jawa Timur. Untuk tahun 2015, target sasaran jumlah bayi sebesar bayi, adapun jumlah bayi yang telah mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai standar di Kota Mojokerto sebanyak bayi, sehingga realisasi capaiannya sebesar 93,07.Capaian ini diatas target yang ditetapkan sebesar 90. Gambar 3.7 Cakupan Kunjungan Bayi di Kota Mojokerto Tahun Realisasi Sumber : Bidang Kesehatan Keluarga (PWS-KIA) 55

60 3. Cakupan Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan yang Memiliki Kompetensi Kebidanan Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan merupakansalah satu dari enam indikator pemantauan program KIA. Dengan indikator ini dapat diperkirakan proporsi persalinan yang ditangani oleh tenaga kesehatan sekaligus menggambarkan kemampuan manajemen program KIA dalam menangani persalinan secara profesional. Komplikasi dan kematian ibu maternal dan bayi baru lahir, sebagian besar terjadi di sekitar masa persalinan. Hal ini antara lain disebabkan persalinan tidak ditolong oleh tenaga kesehatan dengan kompetensi kebidanan. Adapun pertolongan persalinan sendiri adalah tindakan yang dilakukan oleh bidan/ tenaga kesehatan lain dengan kompetensi sesuai dalam proses lahirnya janin dari kandungan yang dimulai dari tanda-tanda lahirnya bayi, pemotongan tali pusat sampai keluarnya placenta. Data dari Bidang Kesehatan Keluarga Dinas Kesehatan Kota Mojokerto menyebutkan, tahun 2015 terdapat sasaran ibu bersalin. Dari jumlah tersebut, yang ditolong oleh tenaga kesehatan sebanyak atau 98,76. Pencapaian ini telah melampaui target SPM tahun 2015 yang ditetapkan sebesar 95. Data pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan dari tahun 2010 sampai 2015 dapat diamati pada gambar berikut Gambar 3.8 Cakupan Pelayanan Ibu Bersalin di Kota Mojokerto Tahun Sumber : Bidang Kesehatan Keluarga (PWS-KIA) 56

61 4. Cakupan Pelayanan Nifas Masa nifas adalah masa pemulihan organ reproduksi untuk kembali normal, dimulai dari 6 jam pertama sampai dengan 42 hari pasca persalinan.pelayanan kesehatan ibu nifas dimaksudkan untuk mendeteksi dini komplikasi yang mungkin terjadi pada ibu pasca melahirkan, sedikitnya kunjungan ibu nifas ke sarana pelayanan kesehatan dilakukan sebanyak 3 kali, yaitu : 1) 6 jam pertama setelah persalinan sampai dengan hari ke-3, 2) hari ke-4 sampai dengan hari ke-28 setelah persalinan, dan 3) hari ke-29 sampai dengan hari ke-42.dalam masa nifas, ibu diharuskan memperoleh pelayanan kesehatan yang meliputi pemeriksaan kondisi umum, pemeriksaan kondisi payudara dan puting, pemeriksaan dinding perut, perineum, kandung kemih dan rectum, secret yang keluar serta organ kandungan. Perawatan nifas yang tepat akan memperkecil resiko kelainan bahkan kematian pada ibu nifas. Pada tahun 2015ditetapkan target sasaran ibu nifas sebesar Dari target tersebut, ibu nifas atau 96,20 sudah memperoleh pelayanan nifas sesuai standar.pencapaian ini telah melampaui target SPM tahun 2015 yang ditetapkan sebesar 95. Gambar 3.9 Cakupan Pelayanan Ibu Nifas di Kota Mojokerto Tahun Sumber : Bidang Kesehatan Keluarga (PWS-KIA) 5. Cakupan Pelayanan Anak Balita Anak balita adalah setiap anak yang berusia 12 sampai dengan 59 bulan.pelayanan kesehatan yang diberikan diantaranya meliputi: 1) 57

62 Pemantauan pertumbuhan setiap bulan minimal 8 kali dalam setahun dan stimulasi tumbuh kembang pada anak dengan menggunakan instrument SDIDTK, 2) Pembinaan posyandu, pembinaan anak prasekolah termasuk Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dan konseling keluarga pada kelas ibu balita dengan menggunakan Buku KIA, 3) pemberian makanan bergizi seimbang serta suplementasi vitamin A dosis tinggi 2 kali setahun. Jumlah anak balita yang ada di Kota Mojokerto pada tahun 2015 mencapai 8283 anak. Dari jumlah tersebut, cakupan deteksi dini tumbuh kembang anak balita pada tahun ini telah mencapai Hasil ini telah mencapai target SPM, walaupun sedikit sesuai yang ditetapkan sebesar 90. Hasil pencapaian selama empat tahun berturut-turut dapat diamati pada gambar berikut : Gambar Cakupan Deteksi Dini Tumbuh Kembang Pelayanan Anak Balita Tahun Balita Balita diperiksa Balita Balita diperiksa Grafik diatas menunjukkan bahwa selama empat tahun terakhir cakupan deteksi dini tumbuh kembang pada anak balita menunjukan gambaran fluktuatif. Akan tetapi apabila dibandingkan dengan target SPM, hasil yang diperoleh telah melampaui target yang ditetapkan sebesar Cakupan Peserta KB Aktif Yang dimaksud sebagai peserta KB aktif adalah peserta KB, baik yang baru maupun yang sudah lama, yang masih aktif memakai kontrasepsi terus-menerus untuk menunda, menjarangkan kehamilan atau yang mengakhiri kesuburan. Sasaran indikator ini adalah pasangan suami istri yang istrinya berumur antara tahun, dalam hal ini termasuk pasangan yang istrinya lebih dari 49 tahun tetapi masih mendapat menstruasi, yang biasa dikenal sebagai Pasangan Usia Subur (PUS). 58

63 Selama periode 2015, dari target sebesar 70, cakupan peserta aktif KB mencapai realisasi sebesar 70,02 ( PUS ber-kb aktif) dari jumlah sasaran sebanyak PUS. 7. Cakupan Penjaringan Kesehatan Siswa SD dan Setingkat Pelayanan kesehatan untuk anak usia sekolah difokuskan pada Usaha Kesehatan Sekolah (UKS). UKS adalah upaya terpadu lintas program dan lintas sektor dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan serta membentuk perilaku hidup sehat anak usia sekolah yang berada di sekolah. Pelayanan kesehatan pada UKS meliputi pemeriksaan kesehatan umum dan kesehatan gigi dan mulutsiswa SD dan setingkat melalui penjaringan kesehatan terhadap murid kelas 1 SD dan Madrasah Ibtidaiyah.Kegiatan penjaringan ini biasanya dilakukan pada saat tahun ajaran baru dimulai. Tenaga kesehatan yang terlibat termasuk tenaga medis keperawatan yang telah dilatih sebagai tenaga pelaksana UKS, guru UKS dan dokter kecil yang dilaksanakan di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Cakupan pemeriksaan kesehatan siswa SD/ MI oleh tenaga kesehatan/ tenaga terlatih/ guru UKS/ dokter kecil pada tahun 2015mencapai,66 dari siswa SD/ MI yang ada di Kota Mojokertodan keseluruhan telah dilakukan pemeriksaan kesehatan. Pencapaian ini telah memenuhi target SPM tahun 2015 sebesar. Hasil pencapaian selama empat tahun terakhir dapat dilihat pada gambar berikut : Gambar Cakupan Pemeriksaan Kesehatan Siswa SD/ MI Kota Mojokerto Tahun , 3,028 3,000 2,900 2,949 Jumlah Siswa 2,926 2,800 Siswa SD/MI diperiksa 2,700 2,600 2,677 2,

64 8. Cakupan Balita Gizi Buruk Mendapat Perawatan Penetapan status gizi balita untuk pengiukuran capaian indikator ini adalah dengan berdasarkan indeks berat badan (BB) menurut panjang badan (BB/PB) atau berat badan (BB) menurut tinggi badan (BB/TB) dengan Z-score <-3 SD (sangat kurus) dan/atau terdapat tanda-tanda klinis gizi buruk lainnya (marasmus, kwashiorkor, dan marasmus-kwasiorkor). Dengan menggunakan indikator tersebut, jumlah kasus balita gizi buruk yang terjadi selama tahun 2015 sebanyak 2kasus, dimana keseluruhan kasus tersebut telah mendapat penanganan dan perawatan, baik rawat jalan maupun rawat inap di fasilitas pelayanan kesehatan maupun di masyarakat, sesuai dengan tata laksana gizi buruk. 9. Cakupan Pemberian MP-ASI pada Anak Usia 6-24 bulan Pada usia bayi 0-6 bulan, Air Susu Ibu (ASI) merupakan asupan satu-satunya yang disarankan untuk diberikan kepada bayi. Namun setelah usianya >6 bulan, pemberian ASI saja tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan gizi bayi, sehingga diperlukan adanya penambahan makanan pendamping (MP-ASI) dengan tetap memberikan ASI kepada bayi. Namun adakalanya karena keterbatasan ekonomi, orangtua tidak sanggup memberikan MP ASI kepada anaknya, sehingga hanya mampu memberikan ASI saja sampai dengan usia 24 bulan. Kondisi ini tentu saja dikhawatirkan akan menimbulkan permasalahan gizi pada anak, utamanya yang berasal dari keluarga miskin. Oleh karena itulah, Pemerintah Daerah melakukan intervensi dengan memberikan MP-ASI kepada anak usia 6 24 bulan dari keluarga miskin. Adapun MP-ASI yang diberikan berupa bubuk makanan instan (untuk bayi usia 6 11 bulan) dan biskuit (untuk anak usia bulan), dengan jangka waktu pemberian selama 90 hari. Selama tahun 2015, terdapat 197 anak usia 6 24 bulan yang menjadi target sasaran pemberian MP-ASI dan keseluruhan telah mendapatkan bantuan MP ASI tersebut, sehingga realisasinya sebesar, sesuai dengan target yang ditetapkan oleh Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Timur. 60

65 10. Cakupan Penemuan dan Penanganan DBD Tanda-tanda penderita DBD diantaranya menderita demam tinggi mendadak berlangsung 2-7 hari, disertai manifestasi perdarahan (antara lain uji tourniqet positiv, petekie, ekimosis, epistaksis, perdarahan gusi, hematemesis dan/atau melena, dsb) ditambah trombositopenia (trombosit.000 /mm³) dan hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit 20). untuk cakupan penemuan dan penanganan DBD harus, dikarenakan kasus penyakit menular ini ada kecenderungan untuk menyebabkan terjadinya KLB, dalam kondisi terparah dapat mengakibatkan terjadinya kematian pada penderita sehingga bila terjadi kasus harus segera mendapatkan penanganan. Selama periode tahun 2015, jumlah kasus DBD yang terjadi sebanyak 13 kasus dan seluruhnya telah mendapatkan penanganan sehingga tidak sampai menyebabkan terjadinya KLB maupun kematian. Bila dibanding dengan tahun sebelumnya, jumlah kasus di tahun 2015 ini agak mengalami kenaikan, namun masih dalam pemantauan petugas kesehatan. Hal ini tidak terlepas dari upaya pemerintah dan seluruh lapisan masyarakat yang ada di Kota Mojokerto untuk menekan angka kejadian DBD melalui program Gerakan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) 60 menit yang dilaksanakan setiap hari jumat di seluruh wilayah Kota Mojokerto. Gambar 3.12 Perkembangan Jumlah Penderita DBD di Kota Mojokerto Tahun Sumber: Bidang Pencegahan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan 61

66 11. Cakupan Penemuan Penderita AFP Poliomyelitis atau Polio, adalah penyakit paralisis atau lumpuh yang disebabkan oleh virus. Agen pembawa penyakit ini, sebuah virus yang dinamakan poliovirus (PV), masuk ke tubuh melalui mulut, mengifeksi saluran usus. Virus ini dapat memasuki aliran darah dan mengalir ke sistem saraf pusat menyebabkan melemahnya otot dan kadang kelumpuhan. Virus Polio termasuk genus enteroviorus, famili Picornavirus. Polio adalah penyakit menular yang dikategorikan sebagai penyakit peradaban. Polio menular melalui kontak antarmanusia. Virus masuk ke dalam tubuh melalui mulut ketika seseorang memakan makanan atau minuman yang terkontaminasi feses. Poliovirus adalah virus RNA kecil yang terdiri atas tiga strain berbeda dan amat menular. Virus akan menyerang sistem saraf dan kelumpuhan dapat terjadi dalam hitungan jam. Polio menyerang tanpa mengenal usia, lima puluh persen kasus terjadi pada anak berusia antara 3 hingga 5 tahun. Penyebab penyakit polio terdiri atas tiga strain yaitu strain 1 (brunhilde) strain 2 (lanzig), dan strain 3 (Leon). Strain 1 adalah yang paling paralitogenik atau yang paling ganas dan sering kali menyebabkan kejadian luar biasa atau wabah. Strain ini sering ditemukan di Sukabumi. Sedangkan Strain 2 adalah yang paling jinak. Penyakit Polio terbagi atas tiga jenis yaitu Polio non-paralisis, Polio paralisis spinal, dan Polio bulbar. Penyakit polio ditandai dengan gejala lumpuh layuh mendadak atau Acute Placid Paralysis (AFP), yangmerupakan kelumpuhan pada anak berusia < 15 tahun yang bersifat layuh (flaccid) terjadi secara akut, mendadak dan bukan disebabkan ruda paksa. Penyakit AFP ini sebagai penanda awal (early warning) terhadap adanya kasus polio. Adapun target penemuan kasus ini adalah 2 kasus per.000 penduduk berusia dibawah 15 tahun. Di Kota Mojokerto selama tahun 2015 target telah tercapai, dengan penemuan 1 kasus AFP Non Polio di wilayah kelurahan Balongsari Kecamatan Magersari ( penemuan kasus AFP Non Polio minimal 1 kasus) dan AFP rate sebesar 3,35 per.000 anak usia < 15 tahun. Dari satu kasus AFP yang diketemukan tersebut, setelah menjalani pemeriksaan spesimen, ternyata tidak ada yang positif terjangkit virus polio. 62

67 12. Cakupan Penemuan dan Penanganan Penderita Pneumonia Balita Pneumonia merupakan infeksi akut yang menyerang jaringan paru (Alveoli). Penyebabnya bisa dikarenakan infeksi bakteri, virus maupun jamur, bisa juga disebabkan karena menghirup cairan atau bahan kimia. Penanganan yang dilakukan berupa pemberian antibiotik sesuai standar tatalaksana pneumoniasertabalita dengan pneumonia berat dirujuk ke RS. Hasil Riskesdas tahun 2013 memberikan informasi bahwa insiden pneumonia balita bervariasi untuk masing-masing provinsi. Angka insiden tersebut kemudian dilakukan koreksi terhadap faktor resiko yang ada dengan mempertimbangkan hasil capaian kasus pada tahun Maka diperoleh angka perkiraan kasus sasaran pneumonia untuk Propinsi Jatim, berdasarkan surat dari Kepala Dinas Kesehatan Propinsi Jatim No /1939/101.2/2016 tanggal 9 Februari 2016, bahwa Angka perhitungan sasaran Program Pengendalian ISPA perlu diadakan penyesuaian angka perkiraan kasus pneumonia di Kab/Kota Propinsi Jatim semula 10 jumlah balita menjadi 4,45 jumlah balita. Maka penetapan target sasaran jumlah penderita pneumonia menggunakan perkiraan sasaran berdasarkan hitungan 4,45 dari jumlah balita yang ada.tahun 2015 jumlah balita yang ada sebanyak balita, sehingga ditetapkan jumlah sasaran penemuan pneumonia sebanyak 464 balita. Dari jumlah tersebut, penemuannya sebanyak 643 balita atau sebesar 138,58. Capaian ini tentu saja telah mampu mencapai target yang ditetapkan sebesar. Gambar 3.13 Penemuan Penderita Pneumonia pada Balita di Kota Mojokerto Tahun Realisasi Sumber: Bidang Pencegahan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan 63

68 13. Cakupan Penemuan dan Penanganan Pasien Baru TB BTA Positif Penemuan TB BTA positif yaitu penemuan pasien TB melalui pemeriksaan dahak sewaktu-pagi-sewaktu (SPS) dengan hasil pemeriksaan mikroskopis: a. Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif b. Terdapat 1 spesimen dahak SPS dengan hasil BTA positif dan foto toraks dada menunjukan gambaran tuberkulosis c. Terdapat 1 atau lebih spesimen dahak hasilnya positif setelah 3 spesimen dahak SPS pada pemeriksaan sebelumnya dengan hasil BTA negatif dan tidak ada perbaikan setelah pemberian antibiotika non OAT. Sedangkan pasien baru merupakan Pasien yang belum pernah diobati dengan OAT atau sudah pernah menelan OAT kurang dari satu bulan (4 minggu). Untuk tahun 2015, perkiraan jumlah kasus baru TB BTA positif sebesar 134 kasus, dihitung berdasarkan angka insiden (IR) TB nasional dikalikan jumlah penduduk. Dari jumlah sasaran tersebut, kasus baru TB yang berhasil ditemukan sebanyak 128 kasus atau sebesar 95,52. Realisasi ini telah memenuhi target yang ditetapkan untuk tahun 2015 sebesar 90. Gambar 3.14 Perkembangan Penemuan Kasus Baru TB BTA (+) di Kota Mojokerto Tahun Realisasi Sumber: Bidang Pencegahan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan 64

69 14. Cakupan Penanganan Penderita Diare Penyakit ini sangat berkaitan erat dengan kualitas kesehatan lingkungan dan perilaku masyarakat. Sasaran indikator ini merupakan perkiraan jumlah penderita diare yang datang ke sarana kesehatan dan kader, yang dihitung sebesar10 dari angka kesakitan dikalikan jumlah penduduk disatu wilayah kerja dalam waktu satu tahun. Angka kesakitan nasional hasil Survei Morbiditas Diare tahun 2012 bahwa Incident Rate (IR) Diare semua golongan umum yaitu sebesar 214 per penduduk, sehingga untuk sasaran di Kota Mojokerto pada tahun 2015 sebesar jiwa. Dari perkiraan sasaran tersebut, ditemukan kasus sebesar atau sebesar 109,39. Realisasi ini bila ditinjau dari sisi kinerja pelayanan kesehatan, sangat baik karena jauh melebihi target yang ditetapkan sebesar. Namun bila dikaitkan dengan kualitas kesehatan lingkungan serta perilaku hidup bersih dan sehat, semakin tinggi angka kejadian diare, maka semakin buruk kualitas sanitasi dan perilaku masyarakat. Perlu ada penanganan dan tindakan intervensi lebih lanjut. 15. Cakupan Desa/Kelurahan Universal Child Immunization (UCI) Pelayanan imunisasi merupakan bagian dari upaya pencegahan dan pemutusan mata rantai penularan penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I). Secara nasional kebijakan yang ditempuh antara lain adalah mengupayakan pemerataan jangkauan pelayanan baik terhadap sasaran masyarakat/ wilayah, mengupayakan kualitas pelayanan yang bermutu, serta mengupayakan kesinambungan dan keterpaduan program. Indikator yang digunakan untuk menilai keberhasilan program imunisasi secara nasional adalah angka UCI (Universal Child Immunization). Awalnya UCI dijabarkan sebagai tercapainya cakupan imunisasi lengkap minimal 80 untuk tiga jenis antigen yaitu DPT 3, Polio dan campak. Namun dalam perkembangannya, tidak hanya ketiga jenis antigen itu saja yang diperhitungkan tetapi sejak tahun 2003 indikator penghitungan UCI sudah mencakup semua jenis antigen. UCI merupakan gambaran suatu desa/kelurahan dimana 80 jumlah bayi (0 11 bulan) yang ada di desa/kelurahan tersebut sudah mendapat imunisasi dasar lengkap, yakni BCG 1 kali, DPT 3kali, HB 3 kali, 65

70 Polio 4 kali dan Campak 1 kali.pelayanan imunisasi merupakan bagian dari upaya pencegahan dan pemutusan mata rantai penularan pada penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I). Sampai dengan tahun 2015, cakupan UCI di Kota Mojokerto berhasil dipertahankan di angka, itu artinya seluruh kelurahan yang ada di Kota Mojokerto telah mencapai UCI. Realisasi capaian ini telah melampaui target yang ditetapkan oleh Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Timur, yaitu sebesar 95.Gambaran pencapaian UCI di wilayah Kota Mojokerto selama empat tahun terakhir adalah sebagai berikut. 20 Gambar Pencapaian Desa/ Kelurahan UCI di Wilayah Kota Mojokerto Tahun Jumlah Desa 2015 Jumlah Desa UCI Dari grafik diatas, terlihat bahwa capaian UCI untuk semua jenis antigen di Kota Mojokerto relatif tidak banyak berubah. Pada tahun ini pencapaian UCI telah melampaui target SPM tahun 2015 yang ditetapkan sebesar 90. Walaupun pencapaian UCI sudah cukup tinggi, masih perlu diwaspadai, apabila muncul kasus-kasus PD3I, terutama karena masih ada desa yang belum meratanya UCI untuk semua jenis antigen. 16. Cakupan Desa/Kelurahan Mengalami KLB yang Dilakukan Penyelidikan Epidemiologi < 24 jam KLB, atau Kejadian Luar Biasa, adalahtimbulnya atau meningkatnya kejadian kesakitan dan/atau kematian yang bermakna secara epidemiologis pada suatu desa/kelurahan dalam waktu tertentu. Sedangkan penyelidikan epidemiologi (PE) merupakan rangkaian kegiatan berdasarkan cara-cara epidemiologi untuk memastikan adanya suatu KLB, mengetahui gambaran penyebaran KLB dan mengetahui sumber serta cara-cara 66

71 penanggulangannya. Selama periode 2015, terjadi 16 kasus KLB di wilayah Kota Mojokerto terdiri dari 15 kasus Dipteri dan 1 kasus AFP, yaitu : 1. 1 kali kasus KLB Dipteri di Kelurahan Miji (1 orang penderita) 2. 1 kali kasus KLB Dipteri di Kelurahan Magersari (1 orang penderita) 3. 1 kali kasus KLB Dipteri di Kelurahan Blooto (1 orang penderita) 4. 1 kali kasus KLB Dipteri di Kelurahan Meri (1 orang penderita) 5. 1 kali kasus KLB Dipteri di Kelurahan Mentikan (1 orang penderita) 6. 1 kali kasus KLB Dipteri di Kelurahan Surodinawan (1 orang penderita) 7. 2 kali kasus KLB Dipteri di Kelurahan Pulorejo (masing masing kejadian 1 orang penderita) 8. 2 kali kasus KLB Dipteri di Kelurahan Gunung Gedangan (masing masing 1 orang penderita) 9. 2 kali kasus KLB Dipteri di Kelurahan Kranggan (masing masing 1 orang penderita) kali kasus KLB Dipteri di Kelurahan Kedundung (masing masing 1 orang penderita) kali kasus KLB AFP di Kelurahan Balongsari (1 orang penderita) Seluruh kasus tersebut telah dilakukan Penyelidikan Epidemiologi kurang dari 24 jam sejak laporan kasus diterima. 17. Cakupan Desa Siaga Aktif Desa siaga aktif merupakan penduduknya dapat mengakses desa atau pelayanan kelurahan kesehatan yang dasar dan mengembangkan Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM). Ada 4 (empat) strata Desa Siaga Aktif, yaitu : 1). Pratama : Memiliki forum desa/kelurahan tetapi belum berjalan, memiliki 2 orang Kader Pemberdayaan Masyarakat/kader teknis, memiliki kemudahan akses pelayanan kesehatan dasar, memiliki Posyandu yang aktif, memiliki dukungan dana untuk kegiatan kesehatan dari pemerintah desa/kelurahan, ada peran aktif masyarakat, dan melakukan pembinaan PHBS kurang dari 20 rumah tangga yang ada 2). Madya : Memiliki forum desa/kelurahan tetapi belum rutin setiap triwulan, memiliki 3-5 orang Kader 67

72 Pemberdayaan Masyarakat/kader teknis, memiliki kemudahan akses pelayanan kesehatan dasar, memiliki Posyandu dan 2 UKBM lain yang aktif, memiliki dukungan dana untuk kegiatan kesehatan dari pemerintah desa/kelurahan dan masyarakat/dunia usaha, ada peran aktif masyarakat dan peran minimal 1 ormas, memiliki Peraturan Kepala Desa/Kelurahan tentang Desa Siaga Aktif meskipun belum direalisasikan, serta melakukan pembinaan PHBS minimal kurang dari 20 rumah tangga yang ada 3). Purnama : Memiliki forum desa/kelurahan berjalan setiap triwulan, memiliki 6-8 orang Kader Pemberdayaan Masyarakat/kader teknis, memiliki kemudahan akses pelayanan kesehatan dasar, memiliki Posyandu dan 3 UKBM lain yang aktif, memiliki dukungan dana untuk kegiatan kesehatan dari pemerintah desa/kelurahan, masyarakat dan dunia usaha, ada peran aktif masyarakat dan peran minimal 2 ormas, memiliki Peraturan Kepala Desa/Kelurahan tentang Desa Siaga Aktif dan sudah direalisasikan,serta melakukan pembinaan PHBS minimal kurang dari 40 rumah tangga yang ada 4). Mandiri : Memiliki forum desa/kelurahan berjalan setiap bulan, memiliki 9 orang atau lebih Kader Pemberdayaan Masyarakat/kader teknis, memiliki kemudahan akses pelayanan kesehatan dasar, memiliki Posyandu dan 4 UKBM lain yang aktif, memiliki dukungan dana untuk kegiatan kesehatan dari pemerintah desa/kelurahan, masyarakat dan dunia usaha, ada peran aktif masyarakat dan peran lebih dari 2 ormas, memiliki Peraturan Kepala Desa/Kelurahan tentang Desa Siaga Aktif dan sudah direalisasikan,serta melakukan pembinaan PHBS minimal kurang dari 70 rumah tangga yang ada 68

73 Dari jumlah kelurahan yang ada di Kota Mojokerto sebanyak 18 kelurahan, seluruhnya telah berstatus desa siaga aktif dengan strata Purnama ada 3 kelurahan dan 15 kelurahan lainnya dengan strata Madya. 18. Cakupan Komplikasi Kebidanan yang Ditangani Komplikasi kebidanan merupakan kesakitan pada ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas dan atau janin dalam kandungan, baik langsung maupun tidak langsung, termasuk penyakit menular dan tidak menular yang dapat mengancam jiwa ibu dan atau janin, yang tidak disebabkan oleh trauma atau kecelakaan. Walaupun sebagian besar komplikasi kebidanan tidak dapat dicegah dan diperkirakan sebelumnya, namun bukan berarti komplikasi tersebut tidak dapat ditangani. Peningkatan akses terhadap pelayanan kegawatdaruratan maternal menjadi salah satu cara untuk menangani komplikasi tersebut. Perhitungan cakupan ini menggunakan denominator 20 dari jumlah sasaran ibu hamil, ibu bersalin dan ibu nifas. Selama tahun 2015 ditemukan 727 kasus komplikasi kebidanan, baik yang terjadi selama masa kehamilan, persalinan maupun masa nifas, dengan sasaran sebesar 458 kasus. Dengan demikian capaiannya sebesar 158,73.Realisasi ini telah memenuhi target yang ditetapkan untuk tahun 2015 sebesar Cakupan Neonatus dengan Komplikasi yang Ditangani Neonatal komplikasi adalah neonatus dengan penyakit dan atau kelainan yang dapat menyebabkan kecacatan dan atau kematian, seperti asfiksia, ikterus, hipotermia, tetanus neonatorum, sepsis, trauma lahir, BBLR, sindroma gangguan pernafasan dan kelainan kongenital lainnya. sasaran jumlah komplikasi neonatal dihitung berdasarkan perkiraan 15 dari jumlah sasaran bayi. Dari Gambar 3.16 dapat dilihat, yaitu : 69

74 Gambar 3.16 Cakupan Penanganan Neonatal Komplikasi di Kota Mojokerto Tahun Sumber : Bidang Kesehatan Keluarga (PWS-KIA) Tahun 2015 target sasaran komplikasi neonatal sebesar 320 kasus, dengan jumlah komplikasi yang ditemukan dan ditangani sebanyak 295 kasus, sehingga realisasi cakupannya sebesar Realisasi ini telah memenuhi target yang ditetapkan untuk tahun 2015 sebesar Cakupan Pelayanan Kesehatan Dasar Masyarakat Miskin dan Cakupan Pelayanan Kesehatan Rujukan Pasien Masyarakat Miskin Semenjak tahun 2013, Kota Mojokerto telah menerapkan Jaminan Kesehatan Semesta (Total Coverage) bagi warga Kota Mojokerto. Seluruh masyarakat, baik miskin maupun non miskin, bisa memperoleh pelayanan kesehatan secara gratis di seluruh sarana pelayanan kesehatan milik pemerintah, baik untuk pelayanan kesehatan dasar di puskesmas maupun pelayanan kesehatan rujukan di RSU Dr. Wahidin Sudiro Husodo. Dengan pemberlakuan kebijakan pemerintah pusat melalui Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) per 1 Januari 2014, Pemerintah Kota Mojokerto tetap meneruskan kebijakan yang telah ada di tahun sebelumnya, dengan mengalokasikan APBD Kota Mojokerto untuk pembiayaan jaminan kesehatan bagi seluruh warga Kota Mojokerto yang belum mempunyai jaminan kesehatan apapun, baik warga miskin maupun non miskin. Jaminan tersebut tidak hanya berlaku untuk pelayanan yang dilakukan di sarana kesehatan milik pemerintah saja, namun juga dapat dipergunakan di sarana pelayanan kesehatan swasta yang telah bekerjasama dengan BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial) Kesehatan. 70

DINAS KESEHATAN KOTA MOJOKERTO TAHUN 2015

DINAS KESEHATAN KOTA MOJOKERTO TAHUN 2015 PERUBAHAN RENCANA KERJA (RENJA) SKPD DINAS KOTA MOJOKERTO TAHUN 2015 Dinas Tahun 2015 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tidak dipungkiri dalam proses penyelenggaraan pembangunan yang telah direncanakan

Lebih terperinci

B A B I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

B A B I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 B A B I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Terselenggaranya tata Instansi Pemerintah yang baik, bersih dan berwibawa (Good Governance dan Clean Governance) merupakan syarat bagi setiap pemerintahan dalam

Lebih terperinci

REVIEW INDIKATOR RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA BOGOR

REVIEW INDIKATOR RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA BOGOR REVIEW INDIKATOR DINAS KESEHATAN KOTA BOGOR 2015-2019 MISI 1 : Menyediakan sarana dan masyarakat yang paripurna merata, bermutu, terjangkau, nyaman dan berkeadilan No Tujuan No Sasaran Indikator Sasaran

Lebih terperinci

POHON KINERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN LAMONGAN

POHON KINERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN LAMONGAN ESELON II POHON KINERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN LAMONGAN ESELON III ESELON IV VISI MISI SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA SASARAN STRATEGIS NAMA PROGRAM SASARAN PROGRAM INDIKATOR KINERJA PROGRAM SASARAN

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH DINAS KESEHATAN KABUPATEN KEDIRI TARGET

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH DINAS KESEHATAN KABUPATEN KEDIRI TARGET PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH DINAS KESEHATAN KABUPATEN KEDIRI No SASARAN STRATEGIS No 1 Meningkatnya pelayanan kesehatan 1 Penurunan Angka 17 pada ibu, neonatus, bayi, balita

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN KINERJA 1 BAB II PERENCANAAN KINERJA Dalam mencapai suatu tujuan organisasi diperlukan visi dan misi yang jelas serta strategi yang tepat. Agar lebih terarah dan fokus dalam melaksanakan rencana strategi diperlukan

Lebih terperinci

TUGAS POKOK : Melaksanakan urusan pemerintahan daerah di bidang kesehatan berdasarkan asas otonomi dan tugas

TUGAS POKOK : Melaksanakan urusan pemerintahan daerah di bidang kesehatan berdasarkan asas otonomi dan tugas Indikator Kinerja Utama Pemerintah Kota Tebing Tinggi 011-016 3 NAMA UNIT ORGANISASI : DINAS KESEHATAN TUGAS POKOK : Melaksanakan urusan pemerintahan daerah di bidang kesehatan berdasarkan asas otonomi

Lebih terperinci

RINCIAN RANCANGAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH, ORGANISASI, PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN

RINCIAN RANCANGAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH, ORGANISASI, PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN Lampiran III Peraturan Daerah Kab. Demak Nomor Tanggal : 12 TAHUN 2016 : 23 DESEMBER 2016 PEMERINTAH KABUPATEN DEMAK RINCIAN RANCANGAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH, ORGANISASI, PENDAPATAN, BELANJA

Lebih terperinci

BAB. III AKUNTABILITAS KINERJA

BAB. III AKUNTABILITAS KINERJA 1 BAB. III AKUNTABILITAS KINERJA Akuntabilitas kinerja pada Dinas Kesehatan Kabupaten Blitar secara umum sudah sesuai dengan tugas pokok dan fungsi yang terukur berdasar Rencana Strategis yang mengacu

Lebih terperinci

RENCANA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN BANJAR TAHUN 2017

RENCANA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN BANJAR TAHUN 2017 RENCANA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN BANJAR TAHUN 2017 RENCANA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN BANJAR TAHUN 2017 I. PENDAHULUAN Dinas Kesehatan Kabupaten Banjar sebagai unsur pelaksana Pemerintah Daerah

Lebih terperinci

INDIKATOR RENCANA STRATEGIK TAHUN CARA MENCAPAI TUJUAN DAN SASARAN TARGET. 14 Angka kematian ibu

INDIKATOR RENCANA STRATEGIK TAHUN CARA MENCAPAI TUJUAN DAN SASARAN TARGET. 14 Angka kematian ibu INDIKATOR RENCANA STRATEGIK TAHUN 0-05 VISI : TERWUJUDNYA KARANGASEM SEHAT 0 MENUJU JAGADHITA YA CA ITI DHARMA MISI :Melindungi Kesehatan Masyarakat dengan Menjamin Tersedianya Upaya Kesehatan yang Paripurna,

Lebih terperinci

1 Usia Harapan Hidup (UHH) Tahun 61,2 66,18. 2 Angka Kematian Bayi (AKB) /1.000 KH Angka Kematian Ibu Melahirkan (AKI) /100.

1 Usia Harapan Hidup (UHH) Tahun 61,2 66,18. 2 Angka Kematian Bayi (AKB) /1.000 KH Angka Kematian Ibu Melahirkan (AKI) /100. Berdasarkan uraian mengenai visi, misi, tujuan dan sasaran pembangunan daerah yang ingin dicapai oleh Pemerintah Kabupaten Lombok Tengah selama periode 2011-2015, maka telah ditetapkan target agregat untuk

Lebih terperinci

BAB. III TUJUAN, SASARAN PROGRAM DAN KEGIATAN

BAB. III TUJUAN, SASARAN PROGRAM DAN KEGIATAN BAB. III TUJUAN, SASARAN PROGRAM DAN KEGIATAN 3.1. Telaahan Terhadap Kebijakan Nasioanal dan Provinsi Telaahan terhadap kebijakan Nasioanal dan provinsi menyangkut arah kebijakan dan prioritas pembangunan

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA DINAS KESEHATAN TAHUN 2016

PERJANJIAN KINERJA DINAS KESEHATAN TAHUN 2016 PERJANJIAN KINERJA DINAS KESEHATAN TAHUN 2016 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan, dan akuntabel serta berorientasi pada hasil, kami yang bertanda tangan di bawah ini:

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR : 24 TAHUN 2006 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KESEHATAN DI KOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA Menimbang : a. bahwa berdasarkan ketentuan

Lebih terperinci

Tabel 2.1 Pencapaian Kinerja Pelayanan SKPD Dinas Kesehatan Kabupaten Gianyar Kabupaten Gianyar

Tabel 2.1 Pencapaian Kinerja Pelayanan SKPD Dinas Kesehatan Kabupaten Gianyar Kabupaten Gianyar Tabel 2.1 Pencapaian Kinerja Pelayanan SKPD Dinas Kesehatan Kabupaten Gianyar Kabupaten Gianyar NO Indikator Kinerja sesuai Tugas dan Fungsi SKPD Target SPM Target IKK Target Indikator Lainnya Target Renstra

Lebih terperinci

RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN, DAN PENDANAAN INDIKATIF DINAS KESEHATAN PROVINSI BANTEN

RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN, DAN PENDANAAN INDIKATIF DINAS KESEHATAN PROVINSI BANTEN RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN, DAN PENDANAAN INDIKATIF DINAS PROVINSI BANTEN 2012-2017 DATA CAPAIAN Persentase Balita Ditimbang Berat 1 2 1 PROGRAM BINA GIZI DAN Badannya

Lebih terperinci

B A B P E N D A H U L U A N

B A B P E N D A H U L U A N 1 B A B P E N D A H U L U A N I A. Latar Belakang Dalam rangka meningkatkan pelaksanaan pemerintah yang berdayaguna, berhasil guna, bersih dan bertanggung jawab telah diterbitkan Instruksi Presiden No.

Lebih terperinci

RINCIAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH, ORGANISASI, PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN

RINCIAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH, ORGANISASI, PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN Lampiran III Peraturan Daerah Nomor Tanggal : : 8 Tahun 2016 29 December 2016 PEMERINTAH KABUPATEN KOLAKA RINCIAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH, ORGANISASI, PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA A. RENCANA STRATEGI 1. Visi Visi 2012-2017 adalah Mewujudkan GorontaloSehat, Mandiri dan Berkeadilan dengan penjelasan sebagai berikut : Sehat, adalah terwujudnya

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR Masyarakat Kolaka yang Sehat, Kuat. Mandiri dan Berkeadilan Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka 2016 Hal. i

KATA PENGANTAR Masyarakat Kolaka yang Sehat, Kuat. Mandiri dan Berkeadilan Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka 2016 Hal. i KATA PENGANTAR Puji syukur Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas Taufik dan Hidayah - NYA, sehingga buku Profil Kesehatan Tahun dapat disusun. Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka Tahun merupakan gambaran pencapaian

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA PRABUMULIH DINAS KESEHATAN

PEMERINTAH KOTA PRABUMULIH DINAS KESEHATAN PEMERINTAH KOTA PRABUMULIH DINAS KESEHATAN KANTOR PEMERINTAH KOTA PRABUMULIH LANTAI V JL. JEND SUDIRMAN KM 12 CAMBAI KODE POS 31111 TELP. (0828) 81414200 Email: dinkespbm@yahoo.co.id KOTA PRABUMULIH Lampiran

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA TINGKAT SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH INDIKATOR KINERJA UTAMA TARGET Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K4

PERJANJIAN KINERJA TINGKAT SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH INDIKATOR KINERJA UTAMA TARGET Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K4 SKPD : Dinas Kesehatan Kota Tebing Tinggi Tahun Anggaran : 2015 PERJANJIAN KINERJA TINGKAT SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH INDIKATOR KINERJA UTAMA NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA UTAMA TARGET 2015

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Soreang, Februari 2014 KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN BANDUNG

KATA PENGANTAR. Soreang, Februari 2014 KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN BANDUNG Laporan Akuntabilitas Kinerja Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung Tahun 2014 KATA PENGANTAR Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung Tahun 2014 merupakan laporan

Lebih terperinci

RINCIAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH, ORGANISASI, PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN

RINCIAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH, ORGANISASI, PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN Lampiran III Peraturan Daerah Nomor Tanggal : : 6 TAHUN 2017 29 Desember 2017 PEMERINTAH KABUPATEN DEMAK RINCIAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH, ORGANISASI, PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN

Lebih terperinci

Laporan Kinerja (LKj) Tahun 2016 KATA PENGANTAR

Laporan Kinerja (LKj) Tahun 2016 KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan berkah dan rahmat-nya, sehingga Laporan Kinerja (LKj) Dinas Kesehatan Kota Surabaya Tahun 2016 dapat disusun sebagai

Lebih terperinci

PERNYATAAN PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 (PERUBAHAN ANGGARAN) PEMERINTAH KABUPATEN SUKABUMI PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016

PERNYATAAN PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 (PERUBAHAN ANGGARAN) PEMERINTAH KABUPATEN SUKABUMI PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 PERNYATAAN PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 (PERUBAHAN ANGGARAN) PEMERINTAH KABUPATEN SUKABUMI PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan dan akuntabel

Lebih terperinci

Tabel 1. Rekapitulasi Evaluasi Hasil Pelaksanaan Renja Dinas Kesehatan dan Pencapaian Renstra Dinas Kesehatan s/d tahun Realisa si (s/d 2012)

Tabel 1. Rekapitulasi Evaluasi Hasil Pelaksanaan Renja Dinas Kesehatan dan Pencapaian Renstra Dinas Kesehatan s/d tahun Realisa si (s/d 2012) Tabel 1. Rekapitulasi Evaluasi Hasil Pelaksanaan Renja Dinas Kesehatan dan Pencapaian Renstra Dinas Kesehatan s/d tahun 2013 Kode Program/Kegiatan Indikator Target Renstra 2014 Realisa si (s/d 2012) Target

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH DINAS KESEHATAN KABUPATEN BLITAR

LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH DINAS KESEHATAN KABUPATEN BLITAR 1 B A B I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Terselenggaranya tata Instansi Pemerintah yang baik, bersih dan berwibawa (Good Governance dan Clean Governance) merupakan syarat bagi setiap pemerintahan dalam

Lebih terperinci

FORMULIR RENCANA KINERJA TAHUNAN TINGKAT UNIT OEGANISASI ESELON I KL DAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAAH (SKPD)

FORMULIR RENCANA KINERJA TAHUNAN TINGKAT UNIT OEGANISASI ESELON I KL DAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAAH (SKPD) FORMULIR RENCANA KINERJA TAHUNAN TINGKAT UNIT OEGANISASI ESELON I KL DAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAAH (SKPD) Lampiran III Unit Eselon I Kementrian/Lembaga/SKPD : Dinas Kesehatan Tahun : 2016 SASARAN

Lebih terperinci

BAB. III AKUNTABILITAS KINERJA

BAB. III AKUNTABILITAS KINERJA 1 BAB. III AKUNTABILITAS KINERJA A. Kinerja Akuntabilitas kinerja pada Dinas Kesehatan Kabupaten Blitar secara umum sudah sesuai dengan tugas pokok dan fungsi yang terukur berdasar Rencana Strategis yang

Lebih terperinci

PERNYATAAN PERJANJIAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN SUKABUMI PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017

PERNYATAAN PERJANJIAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN SUKABUMI PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017 PERNYATAAN PERJANJIAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN SUKABUMI PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan dan akuntabel serta berorientasi pada hasil,

Lebih terperinci

Target Tahun. Kondisi Awal Kondisi Awal. 0,12 0,12 0,12 0,12 0,12 0,12 Program pengadaan, peningkatan dan penduduk (tiap 1000 penduduk

Target Tahun. Kondisi Awal Kondisi Awal. 0,12 0,12 0,12 0,12 0,12 0,12 Program pengadaan, peningkatan dan penduduk (tiap 1000 penduduk PEMERINTAH KOTA MALANG MATRIK RENCANA STRATEGIS DINAS KESEHATAN KOTA MALANG (PENYEMPURNAAN) TAHUN 2013-2018 Lampiran : KEPUTUSAN KEPALA DINAS KESEHATAN KOTA M Nomor : 188.47/ 92 / 35.73.306/ 2015 Tanggal

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN PACITAN TAHUN 2015

RENCANA KINERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN PACITAN TAHUN 2015 RENCANA KINERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN PACITAN TAHUN 2015 Pemerintah Kabupaten Pacitan DINAS KESEHATAN Jl. Letjend Soeprapto No. 42 Pacitan KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas segala

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN PELALAWAN NOMOR :440/SEKT-PROG/DINKES/2016/ TENTANG

KEPUTUSAN KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN PELALAWAN NOMOR :440/SEKT-PROG/DINKES/2016/ TENTANG KEPUTUSAN KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN PELALAWAN NOMOR :440/SEKT-PROG/DINKES/2016/ TENTANG PENETAPAN INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) DI LINGKUNGAN DINAS KESEHATAN KABUPATEN PELALAWAN KEPALA DINAS KESEHATAN

Lebih terperinci

LAMPIRAN PENETAPAN KINERJA DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2013

LAMPIRAN PENETAPAN KINERJA DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2013 LAMPIRAN PENETAPAN KINERJA DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2013 NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA UTAMA TARGET PROGRAM /KEGIATAN (1) (2) (3) (4) (5) I Meningkatnya kualitas air 1 Persentase

Lebih terperinci

A. RENCANA STRATEGIS : VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, KEBIJAKAN DAN PROGRAM

A. RENCANA STRATEGIS : VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, KEBIJAKAN DAN PROGRAM BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA A. RENCANA STRATEGIS : VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, KEBIJAKAN DAN PROGRAM Rencana Strategis atau yang disebut dengan RENSTRA merupakan suatu proses perencanaan

Lebih terperinci

RENCANA KERJA DAN ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH

RENCANA KERJA DAN ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH RENCANA KERJA DAN ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH PEMERINTAH KOTA AMBON Anggaran : 205 Formulir RKA SKPD 2.2 Urusan Pemerintahan :. 02 Urusan Wajib Organisasi :. 02. 0 Sub Unit Organisasi :. 02.

Lebih terperinci

BAB VI INDIKATOR KINERJA PERANGKAT DAERAH YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD

BAB VI INDIKATOR KINERJA PERANGKAT DAERAH YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD BAB VI INDIKATOR KINERJA PERANGKAT DAERAH YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD Berdasarkan visi dan misi pembangunan jangka menengah, maka ditetapkan tujuan dan sasaran pembangunan pada masing-masing

Lebih terperinci

Rumusan rencana Program dan Kegiatan SKPD Tahun 2018 Dan Prakiraan Maju Tahun 2019 Kabupaten Klungkung

Rumusan rencana Program dan Kegiatan SKPD Tahun 2018 Dan Prakiraan Maju Tahun 2019 Kabupaten Klungkung SKPD : DINAS KESEHATAN Lembar dari. Rencana Tahun 208 Prakiraan Maju Rencana Tahun 209 No Urusan Wajib 02 Urusan Wajib Bidang Kesehatan 02 0 Dinas Kesehatan 86.803.370.775 5.79.765.478 02 0 0 Program Pelayanan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR dr. Hj. Rosmawati

KATA PENGANTAR dr. Hj. Rosmawati KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena kami dapat menyelesaikan Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka ini dengan baik. Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka merupakan salah

Lebih terperinci

Lampiran 1 1. Program Kegiatan a. Belanja Tidak Langsung No 1 Belanja Pegawai ( Rp. 34.130.632.391,10 ) 100 96,96 b. Belanja Langsung No PELAKSANAAN PROGRAM KERJA DAN ANGGARAN TAHUN 2009 Kegiatan Kegiatan

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TAHUN 2015

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TAHUN 2015 UNIT KERJA : DINAS KESEHATAN A. Tugas Pokok : Melaksanakan urusan pemerintahan daerah bidang kesehatan berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan serta melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rencana Kerja Dinas Kesehatan Kab. Purbalingga 2013 hal 1

BAB I PENDAHULUAN. Rencana Kerja Dinas Kesehatan Kab. Purbalingga 2013 hal 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-undang No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan menyebutkan bahwa pembangunan kesehatan sebagai salah satu upaya pembangunan Nasional diarahkan guna tercapainya kesadaran,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tersusunnya laporan penerapan dan pencapaian SPM Tahun 2015 Bidang Kesehatan Kabupaten Klungkung.

BAB I PENDAHULUAN. Tersusunnya laporan penerapan dan pencapaian SPM Tahun 2015 Bidang Kesehatan Kabupaten Klungkung. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sesuai Pasal 13 dan 14 huruf j Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, dikatakan bahwa Kesehatan merupakan urusan wajib dan dalam penyelenggaraannya

Lebih terperinci

RINCIAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH, ORGANISASI, PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN

RINCIAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH, ORGANISASI, PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN Lampiran III Peraturan Daerah Nomor Tanggal : : 15 29 December 2016 PEMERINTAH KABUPATEN TEGAL RINCIAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH, ORGANISASI, PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN TAHUN ANGGARAN

Lebih terperinci

KATA SAMBUTAN DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN 1 BAB II GAMBARAN UMUM 3

KATA SAMBUTAN DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN 1 BAB II GAMBARAN UMUM 3 DAFTAR ISI hal. KATA SAMBUTAN DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN i ii iv v x BAB I PENDAHULUAN 1 BAB II GAMBARAN UMUM 3 A. KEADAAN PENDUDUK 3 B. KEADAAN EKONOMI 8 C. INDEKS PEMBANGUNAN

Lebih terperinci

VISI, MISI, TUJUAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

VISI, MISI, TUJUAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN VISI, MISI, TUJUAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1. VISI DAN MISI Perumusan visi dan misi jangka menengah Dinas Kesehatan merupakan salah satu tahap penting penyusunan dokumen Renstra Dinas Kesehatan sebagai

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN GRESIK DINAS KESEHATAN KABUPATEN GRESIK PERJANJIAN KINERJA ESELON III TAHUN 2016

PEMERINTAH KABUPATEN GRESIK DINAS KESEHATAN KABUPATEN GRESIK PERJANJIAN KINERJA ESELON III TAHUN 2016 PEMERINTAH DINAS KESEHATAN PERJANJIAN KINERJA ESELON III TAHUN 2016 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintah yang efektif, transparan, akuntabel serta berorientasi pada hasil, yang bertanda tangan

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TAHUN 2016

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TAHUN 2016 UNIT KERJA : DINAS KESEHATAN A. Tugas Pokok : Melaksanakan urusan pemerintahan daerah bidang kesehatan berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan serta melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) DINAS KESEHATAN KABUPATEN BANGGAI

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) DINAS KESEHATAN KABUPATEN BANGGAI INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) DINAS KESEHATAN KABUPATEN BANGGAI PEMERINTAH KABUPATEN BANGGAI DINAS KESEHATAN JLN. JEND. AHMAD YANI NO. 2D TELP. (0461) 211906 LUWUK SULAWESI TENGAH KEPUTUSAN KEPALA DINAS

Lebih terperinci

PENGUKURAN INDIKATOR KINERJA SASARAN

PENGUKURAN INDIKATOR KINERJA SASARAN Satuan Kerja Perangkat Daerah : DINAS KESEHATAN Tahun Anggaran : 2015 PENGUKURAN INDIKATOR KINERJA SASARAN No. SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA 1 Peningkatan Mutu Aktivitas Perkantoran Terselenggaranya

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU)

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) UNIT KERJA : DINAS KESEHATAN A. Tugas Pokok : Melaksanakan urusan pemerintahan daerah bidang kesehatan berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan serta melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh

Lebih terperinci

Dinas Kesehatan Kota Bandung BAB I PENDAHULUAN

Dinas Kesehatan Kota Bandung BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Organisasi Berdasarkan Undang-undang Kesehatan Nomor 36 Tahun 2009 bahwa Pembangunan Kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat

Lebih terperinci

RENCANA KERJA DAN ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH

RENCANA KERJA DAN ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH RENCANA KERJA DAN ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN TEGAL Anggaran : 204 Formulir RKA SKPD 2.2 Urusan Pemerintahan :. 02 Urusan Wajib Organisasi :. 02. 0 Sub Unit Organisasi :.

Lebih terperinci

RENSTRA DINAS KESEHATAN PROVINSI BALI PERIODE intensitas upaya-upaya pencegahan. yang melaksanakan pembinaan petugas kab/puskesmas KH)

RENSTRA DINAS KESEHATAN PROVINSI BALI PERIODE intensitas upaya-upaya pencegahan. yang melaksanakan pembinaan petugas kab/puskesmas KH) RENSTRA DINAS KESEHATAN PROVINSI BALI PERIODE 2014-2018 VISI : " BALI SEHAT MENUJU BALI MANDARA " MISI : 1. MEMELIHARA, MENINGKATKAN DAN MENGEMBANGKAN UPAYA KESEHATAN YANG MERATA, BERMUTU DAN TERJANGKAU

Lebih terperinci

Tim Penyusun Pengarah : dr. Hj. Rosmawati. Ketua : Sitti Hafsah Yusuf, SKM, M.Kes. Sekretaris : Santosa, SKM

Tim Penyusun Pengarah : dr. Hj. Rosmawati. Ketua : Sitti Hafsah Yusuf, SKM, M.Kes. Sekretaris : Santosa, SKM KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena kami dapat menyelesaikan Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka 2014 ini dengan baik. Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka merupakan

Lebih terperinci

RENCANA KERJA DAN ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH Pemerintah Kota Pekalongan

RENCANA KERJA DAN ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH Pemerintah Kota Pekalongan RENCANA KERJA DAN ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH Pemerintah RKA-SKPD 2.2 SEMUA Tahun Anggaran 2017 Urusan Pemerintahan : 1. Organisasi : 1..20 DINAS Rekapitulasi Anggaran Langsung Berdasarkan dan

Lebih terperinci

Mewujudkan Peningkatan Budaya Sehat dan Aksesbilitas Kesehatan Masyarakat.

Mewujudkan Peningkatan Budaya Sehat dan Aksesbilitas Kesehatan Masyarakat. Mewujudkan Peningkatan Budaya Sehat dan Aksesbilitas Kesehatan Masyarakat. Pada misi V yaitu Mewujudkan Peningkatan Budaya Sehat dan Aksesbilitas Kesehatan Masyarakat telah didukung dengan 8 sasaran sebagai

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG REKAPITULASI PERUBAHAN BELANJA MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH, ORGANISASI, PROGRAM DAN KEGIATAN TAHUN ANGGARAN 2015

PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG REKAPITULASI PERUBAHAN BELANJA MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH, ORGANISASI, PROGRAM DAN KEGIATAN TAHUN ANGGARAN 2015 LAMPIRAN IV : RANCANGAN PERATURAN DAERAH NOMOR : TANGGAL : PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG REKAPITULASI PERUBAHAN BELANJA MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH, ORGANISASI, PROGRAM DAN KEGIATAN TAHUN ANGGARAN

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN MUSI RAWAS NOMOR : 440 / 104 / KPTS / KES / 2015 TENTANG

KEPUTUSAN KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN MUSI RAWAS NOMOR : 440 / 104 / KPTS / KES / 2015 TENTANG PEMERINTAH KABUPATEN MUSI RAWAS DINAS KESEHATAN Jl. Pangeran Moehamad Amin Komplek Perkantoran Pemkab Musi Rawas Telp. 0733-4540076 Fax 0733-4540077 MUARA BELITI KEPUTUSAN KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN

Lebih terperinci

BAB 27 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP KESEHATAN YANG LEBIH BERKUALITAS

BAB 27 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP KESEHATAN YANG LEBIH BERKUALITAS BAB 27 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP KESEHATAN YANG LEBIH BERKUALITAS BAB 27 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP LAYANAN KESEHATAN YANG LEBIH BERKUALITAS A. KONDISI UMUM Sesuai dengan UUD 1945,

Lebih terperinci

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN IV.1. IV.2. VISI Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur sebagai salah satu dari penyelenggara pembangunan kesehatan mempunyai visi: Masyarakat Jawa

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KOLAKA RINCIAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH,ORGANISASI, PENDAPATAN,BELANJA DAN PEMBIAYAAN TAHUN ANGGARAN 2014

PEMERINTAH KABUPATEN KOLAKA RINCIAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH,ORGANISASI, PENDAPATAN,BELANJA DAN PEMBIAYAAN TAHUN ANGGARAN 2014 LAMPIRAN III PERATURAN DAERAH NOMOR TANGGAL 5 TAHUN 2013 31 DESEMBER 2013 PEMERINTAH KABUPATEN KOLAKA RINCIAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH,ORGANISASI, PENDAPATAN,BELANJA DAN PEMBIAYAAN TAHUN

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF. L K j - I P D i n a s K e s e h a t a n P r o v. S u l s e l T A

RINGKASAN EKSEKUTIF. L K j - I P D i n a s K e s e h a t a n P r o v. S u l s e l T A RINGKASAN EKSEKUTIF Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan terdiri dari Pendahuluan, Rencana Startegis, Akuntabilitas Kinerja dan Realisasi Anggaran. Akuntabilitas

Lebih terperinci

RENCANA KERJA TAHUNAN ( RKT ) TAHUN 2017

RENCANA KERJA TAHUNAN ( RKT ) TAHUN 2017 RENCANA KERJA TAHUNAN ( RKT ) TAHUN 2017 DINAS KESEHATAN DAN KESEJAHTERAAN SOSIAL KABUPATEN JEMBRANA FEBRUARI 2017 Dinas dan Kesos Kabupaten Jembrana KATA PENGANTAR Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat

Lebih terperinci

2.1 Rencana Strategis

2.1 Rencana Strategis BAB II PERENCANAAN KINERJA Pada penyusunan Laporan Kinerja Tahun 2015 ini, mengacu pada Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk

Lebih terperinci

RENCANA KERJA DAN ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH

RENCANA KERJA DAN ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH Urusan Pemerintahan : Organisasi : 1.02. KESEHATAN 1.02.01. DINAS KESEHATAN RENCANA KERJA DAN ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG TAHUN ANGGARAN 2013 Formulir RKA SKPD 2.2

Lebih terperinci

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN SITUBONDO

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN SITUBONDO BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN SITUBONDO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SITUBONDO, Menimbang

Lebih terperinci

penduduk 1 : dari target 1:2.637, Penemuan dan penanganan penderita penyakit TBC BTA mencapai 92,11 % dari target 82,00 %, Cakupan penemuan dan

penduduk 1 : dari target 1:2.637, Penemuan dan penanganan penderita penyakit TBC BTA mencapai 92,11 % dari target 82,00 %, Cakupan penemuan dan RINGKASAN EKSEKUTIF Laporan akuntabilitas Kinerja Instansi pemerintah (LAKIP) merupakan amanat INPRES No. 7 tahun 1999 sebagai bentuk transparansi pemerintah kepada masyarakat. LAKIP disusun dalam rangka

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA AMBON Tahun Anggaran : 2014 TARGET KINERJA (KUANTITATIF)

PEMERINTAH KOTA AMBON Tahun Anggaran : 2014 TARGET KINERJA (KUANTITATIF) RENCANA KERJA DAN ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH PEMERINTAH KOTA AMBON Tahun Anggaran : 2014 Formulir RKA SKPD 2.2 Urusan Pemerintahan Organisasi Sub Unit Organisasi : 1. 02 : 1. 02. 01 : 1. 02.

Lebih terperinci

BAB 27 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP LAYANAN KESEHATAN YANG LEBIH BERKUALITAS

BAB 27 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP LAYANAN KESEHATAN YANG LEBIH BERKUALITAS BAB 27 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP LAYANAN KESEHATAN YANG LEBIH BERKUALITAS A. KONDISI UMUM Sesuai dengan UUD 1945, pembangunan kesehatan merupakan upaya untuk memenuhi salah satu hak dasar rakyat,

Lebih terperinci

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas ijin dan. kehendak-nya sehingga Laporan Tahunan dan Profil Kesehatan Puskesmas

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas ijin dan. kehendak-nya sehingga Laporan Tahunan dan Profil Kesehatan Puskesmas Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas ijin dan kehendak-nya sehingga Laporan Tahunan dan Profil Kesehatan Puskesmas Kecamatan Matraman Tahun 2017 selesai disusun. Laporan Tahunan dan Profil

Lebih terperinci

BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 36 TAHUN 2012 STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN BELITUNG

BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 36 TAHUN 2012 STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN BELITUNG BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 36 TAHUN 2012 STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN BELITUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BELITUNG, Menimbang : a. bahwa untuk

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS CARA MENCAPAI TUJUAN/SASARAN URAIAN INDIKATOR KEBIJAKAN PROGRAM KETERANGAN. 1 Pelayanan Kesehatan 1.

RENCANA STRATEGIS CARA MENCAPAI TUJUAN/SASARAN URAIAN INDIKATOR KEBIJAKAN PROGRAM KETERANGAN. 1 Pelayanan Kesehatan 1. VISI : Terwujudnya Masyarakat Kabupaten Bogor yang mandiri untuk hidup sehat MISI I : Meningkatkan Kemandirian dalam Jaminan Kesehatan Nasional Pelayanan Kesehatan. Meningkatkan Masyarakat Miskin Cakupan

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU)

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) Instansi Visi : DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA TIMUR : Mewujudkan Masyarakat Jawa Timur Mandiri untuk Hidup Sehat Misi : 1. Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan 2.

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 27 TAHUN 2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN KABUPATEN / KOTA

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 27 TAHUN 2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN KABUPATEN / KOTA GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 27 TAHUN 2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN KABUPATEN / KOTA Dl JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR Menimbang : a. bahwa sesuai

Lebih terperinci

WALIKOTA PASURUAN SALINAN PERATURAN WALIKOTA NOMOR 55 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA PASURUAN SALINAN PERATURAN WALIKOTA NOMOR 55 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PASURUAN SALINAN PERATURAN WALIKOTA NOMOR 55 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PASURUAN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka melaksanakan

Lebih terperinci

WALIKOTA TASIKMALAYA,

WALIKOTA TASIKMALAYA, WALIKOTA TASIKMALAYA PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR 22 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI DAN RINCIAN TUGAS UNIT DINAS KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA, Menimbang

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 35 SERI E PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 862 TAHUN 2011 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 35 SERI E PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 862 TAHUN 2011 TENTANG BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 35 SERI E PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 862 TAHUN 2011 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN BANJARNEGARA BUPATI BANJARNEGARA,

Lebih terperinci

Perencanaan Pembangunan Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau

Perencanaan Pembangunan Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau Perencanaan Pembangunan Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau 1 1. Pendahuluan Pembangunan kesehatan bertujuan untuk: meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud

Lebih terperinci

BAB V RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN DAN PENDANAAN INDIKATIF

BAB V RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN DAN PENDANAAN INDIKATIF BAB V RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN DAN PENDANAAN INDIKATIF Berdasarkan Visi, Misi, Tujuan, Strategi dan Sasaran Strategis sebagai diuraikan dalam bab-bab sebelumnya, maka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pembangunan Kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi

Lebih terperinci

DOKUMEN PELAKSANAAN ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH. PEMERINTAH KABUPATEN REMBANG Tahun Anggaran 2017

DOKUMEN PELAKSANAAN ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH. PEMERINTAH KABUPATEN REMBANG Tahun Anggaran 2017 DOKUMEN PELAKSANAAN ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH Formulir DPA SKPD 2.2 PEMERINTAH KABUPATEN REMBANG Tahun Anggaran 207 Urusan Pemerintahan :. 02 Urusan Wajib Pelayanan Dasar Organisasi :. 02.

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MURUNG RAYA

PEMERINTAH KABUPATEN MURUNG RAYA - 1- PEMERINTAH KABUPATEN MURUNG RAYA PERATURAN DAERAH KABUPATEN MURUNG RAYA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG MURUNG RAYA SEHAT 2013 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MURUNG RAYA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB II EVALUASI PELAKSANAAN RENJA TAHUN LALU

BAB II EVALUASI PELAKSANAAN RENJA TAHUN LALU BAB II EVALUASI PELAKSANAAN RENJA TAHUN LALU 2.1. Evaluasi Pelaksanaan Renja Tahun Lalu dan Capaian Renstra Evaluasi pelaksanaan RENJA tahun lalu ditujukan untuk mengidentifikasi sejauh mana kemampuan

Lebih terperinci

TARGET DAN PENDANAAN DALAM JUTAAN RUPIAH STRATEGI KEBIJAKAN PROGRAM 2017 Rp 2018 Rp 2019 Rp 2020 Rp 2021 Rp total Uraian

TARGET DAN PENDANAAN DALAM JUTAAN RUPIAH STRATEGI KEBIJAKAN PROGRAM 2017 Rp 2018 Rp 2019 Rp 2020 Rp 2021 Rp total Uraian BAB V RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA DAN PENDANAAN INDIKATIF TAHUN 20172021 5.1 RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA DAN PENDANAAN INDIKATIF TAHUN 20172021 URAIAN TUJUAN 1 Meningkatnya

Lebih terperinci

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR 86 TAHUN 2013 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI DAN RINCIAN TUGAS UNIT DINAS KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA, Menimbang

Lebih terperinci

FORMULIR RENCANA KINERJA TAHUNAN TINGKAT UNIT OEGANISASI ESELON I KL DAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAAH (SKPD)

FORMULIR RENCANA KINERJA TAHUNAN TINGKAT UNIT OEGANISASI ESELON I KL DAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAAH (SKPD) FORMULIR RENCANA KINERJA TAHUNAN TINGKAT UNIT OEGANISASI ESELON I KL DAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAAH (SKPD) Lampiran III Unit Eselon I Kementrian/Lembaga/SKPD : Dinas Kesehatan Tahun : 2014 SASARAN

Lebih terperinci

Tabel 4.1 Keterkaitan Sasaran Strategi dan Arah Kebijakan dalam Pencapaian Misi Renstra Dinas Kesehatan

Tabel 4.1 Keterkaitan Sasaran Strategi dan Arah Kebijakan dalam Pencapaian Misi Renstra Dinas Kesehatan Tabel 4.1 Keterkaitan Sasaran Strategi dan Arah Kebijakan dalam Pencapaian Misi Renstra Dinas Kesehatan 2013 2018 No Sasaran Strategi Arah Kebijakan Misi I : Meningkatkan Pelayanan Kesehatan yang Bermutu

Lebih terperinci

DRAFT RENSTRA DINAS KESEHATAN PEMERINTAH KABUPATEN GRESIK

DRAFT RENSTRA DINAS KESEHATAN PEMERINTAH KABUPATEN GRESIK DRAFT RENSTRA 2016-2021 DINAS KESEHATAN PEMERINTAH KABUPATEN GRESIK Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintah yang efektif, transparan, akuntabel serta berorientasi pada hasil, yang bertanda tangan

Lebih terperinci

Rekapitulasi Dokumen Pelaksanaan Perubahan Anggaran Belanja Langsung Menurut Program dan Kegiatan. Target Kinerja (kuantitatif) Lokasi Kegiatan

Rekapitulasi Dokumen Pelaksanaan Perubahan Anggaran Belanja Langsung Menurut Program dan Kegiatan. Target Kinerja (kuantitatif) Lokasi Kegiatan Halaman : DOKUMEN PELAKSANAAN PERUBAHAN ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG TAHUN ANGGARAN 06 Formulir DPPA - SKPD. Urusan Pemerintahan Organisasi :.0. - KESEHATAN :.0.0.

Lebih terperinci

RINCIAN BELANJA LANGSUNG PER PROGRAM DAN KEGIATAN TAHUN ANGGARAN 2014 PADA DINAS KESEHATAN KABUPATEN TANAH DATAR

RINCIAN BELANJA LANGSUNG PER PROGRAM DAN KEGIATAN TAHUN ANGGARAN 2014 PADA DINAS KESEHATAN KABUPATEN TANAH DATAR RINCIAN BELANJA LANGSUNG PER PROGRAM DAN KEGIATAN TAHUN ANGGARAN 2014 PADA DINAS KESEHATAN KABUPATEN TANAH DATAR No Program dan Kegiatan Pagu Dana Realisasi Per Oktober 1 Program Pelayanan Administrasi

Lebih terperinci

FORMULIR RENCANA KINERJA TAHUNAN TINGKAT UNIT OEGANISASI ESELON I KL DAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAAH (SKPD)

FORMULIR RENCANA KINERJA TAHUNAN TINGKAT UNIT OEGANISASI ESELON I KL DAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAAH (SKPD) FORMULIR RENCANA KINERJA TAHUNAN TINGKAT UNIT OEGANISASI ESELON I KL DAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAAH (SKPD) Lampiran III Unit Eselon I Kementrian/Lembaga/SKPD : Dinas Kesehatan Tahun : 2015 SASARAN

Lebih terperinci

BAB V SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN. tahun. Berikut data ketenagaan pegawai di Puskesmas Banguntapan III per 31

BAB V SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN. tahun. Berikut data ketenagaan pegawai di Puskesmas Banguntapan III per 31 BAB V SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN A. KETENAGAAN Situasi ketenagaan di Puskesmas Banguntapan III berubah dari tahun ke tahun. Berikut data ketenagaan pegawai di Puskesmas Banguntapan III per 31 Desember

Lebih terperinci

BAB VI INDIKATOR KINERJA SKPD MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD

BAB VI INDIKATOR KINERJA SKPD MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD BAB VI INDIKATOR KINERJA SKPD MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD Indikator kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun 2013 2018 mengacu pada tujuan dan sasaran RPJMD, sebagai berikut : A. Program

Lebih terperinci

DOKUMEN PELAKSANAAN ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH. PEMERINTAH KOTA PARIAMAN Tahun Anggaran 2016

DOKUMEN PELAKSANAAN ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH. PEMERINTAH KOTA PARIAMAN Tahun Anggaran 2016 DOKUMEN PELAKSANAAN ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH Formulir DPA SKPD 2.2 PEMERINTAH KOTA PARIAMAN Tahun Anggaran 206 Urusan Pemerintahan :. 02 Urusan Wajib Organisasi :. 02. 0 DINAS KESEHATAN Sub

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR : 738 TAHUN : 2006 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 17 TAHUN 2006 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN SERANG Menimbang : DENGAN

Lebih terperinci

IV.B.2. Urusan Wajib Kesehatan

IV.B.2. Urusan Wajib Kesehatan 2. URUSAN KESEHATAN Pembangunan kesehatan adalah bagian integral dari pembangunan nasional yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud

Lebih terperinci

WALIKOTA PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN WALIKOTA PASURUAN NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG

WALIKOTA PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN WALIKOTA PASURUAN NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG WALIKOTA PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN WALIKOTA PASURUAN NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN WALIKOTA PASURUAN NOMOR 55 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS

Lebih terperinci