BAB 3 GAMBARAN UMUM KAWASAN MILITER, BANDUNG

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 3 GAMBARAN UMUM KAWASAN MILITER, BANDUNG"

Transkripsi

1 BAB 3 GAMBARAN UMUM KAWASAN MILITER, BANDUNG 3.1 Tinjauan Sejarah Kota Bandung Berdasarkan Surat Perintah Gubernur Jenderal Herman Williem Daendels kepada Bupati R.A.A. Wiranatakusumah II, ibukota Kabupaten Bandung mengalami perpindahan dari daerah selatan pinggiran Sungai Citarum (Dayeuh Kolot) ke pusat Kota Bandung yang sekarang pada tanggal 25 Mei Perintah ini didasarkan atas pertimbangan bahwa ibukota Kabupaten Bandung terlalu jauh ke arah selatan dari rencana pembangunan Jalan Raya Pos (Groote Postweg). Daerah yang dipilih sebagai ibukota baru tersebut terletak di antara dua buah sungai, yaitu Cikapundung dan Cibadak, daerah sekitar Alun-Alun Bandung sekarang (Kunto, 1984: 13-14). Sejak tahun 1825, Kota Bandung sudah mempunyai suatu Rancangan Pembangunan dan Penataan Kota untuk mengatur pembangunan kota akibat bertambahnya jumlah penduduk, yang disebut dengan Plan der Negorij Bandoeng. Dengan adanya rencana ini, maka dilaksanakan pembangunan kota yang lebih terarah dan terkendali. Rancangan kota ini masih berbentuk sederhana, dengan batas kota sebelah timur sampai Kaca-kaca Wetan (Simpang Lima), di sebelah barat sampai Kaca-kaca Kulon (dekat Pasar Andir), sebelah utara sampai Kantor Kotamadya (Jalan Aceh), dan batas selatan sampai Kebon Kelapa (Kunto, 1984: 182). Bandung makin ramai karena pada tahun 1856 Gubernur Jenderal Charles Ferdinand Pahud memerintahkan Ibukota Keresidenan Priangan pindah dari Cianjur ke Bandung. Namun pemindahan ini baru dilaksanakan pada tahun 1864 bertepatan dengan meletusnya Gunung Gede dekat Cianjur dan pemerintahan saat itu dipegang oleh Residen Van der Moore (Kunto, 1984: 18). Perkembangan pesat pembangunan Kota Bandung terjadi pada akhir abad ke-18, yaitu sekitar tahun 1890 pada masa pemerintahan Bupati R.A.A. Martanagara ( ). Saat itu mulai dibangun beberapa taman kota yang 27

2 28 memberikan suasana asri bagi kota pegunungan ini. Selain itu, mulai dibangun juga fasilitas-fasilitas penunjang kota seperti penambahan jalan-jalan baru, pembangunan gedung-gedung baru, serta fasilitas penunjang lainnya (Kunto, 1984: 157). Sejak 1 April 1906, Kota Bandung memperoleh status sebagai Gemeente, namun belum sepenuhnya memiliki otonomi pemerintahan. Baru setelah dinyatakan sebagai Stadsgemeente pada tanggal 1 Oktober 1926, Bandung diberi wewenang penuh mengelola kota dan mengurus pemerintahan sendiri (Kunto, 1984: 122). Peranan para arsitek dan planolog di Bandung masa dulu semakin penting dan meningkat ketika ibukota Priangan ini ditetapkan oleh pemerintah kolonial sebagai ibukota negara. Ide pemindahan ibukota negara dari Batavia (Jakarta) ke Bandung berawal dari sebuah laporan tentang kesehatan kota-kota pantai Jawa yang disusun oleh H.F. Tillema (1916), yang melaporkan bahwa kota-kota di pantai utara Pulau Jawa keadaannya kurang sehat. Tillema mengusulkan laporannya tersebut kepada Gubernur Jenderal J.P. van Limburg Stirum ( ). Untuk merealisasikan maksud tersebut, dimulailah pembangunan kompleks perkantoran instansi pemerintah pusat yang mulai dilaksanakan oleh Pemerintah Kolonial Belanda pada tahun Adapun instansi pemerintah yang kemudian menyusul pindah ke Bandung adalah Jawatan Kereta Api Negara (S.S.), Hoofdbureau PTT (Kantor Pusat Postel), Gouvernements Bedrijven (G.B.) yang terdiri dari Dinas Pekerjaan Umum (BOW), Jawatan Metrologi (Tera), Laboratorium dan Museum Geologi, Institut Pasteur (Bio Farma), Balai Besar Perumka, Topographischen Dienst (Dinas Topografi AD), Militairen Viegdienst (AU Militer), Stasion Radio Telefoni Malabar, Kantor Kas Negara, dan beberapa kantor lainnya. Pusat perkantoran instansi sipil dan departemen pemerintahan tersebut menempati lokasi sekitar Gedong Sate sekarang ini (Kunto, Balai Agung di Kota Bandung, 1996: 72).

3 29 GAMBAR 3.1 PUSAT PEMERINTAHAN KOTA BANDUNG TEMPO DULU Sumber: Sebenarnya, jauh sebelum tuan H.F. Tillema melahirkan gagasan pemindahan Ibukota Hindia Belanda dari Batavia ke Bandung, secara diam-diam dan penuh rahasia pimpinan tertinggi Bala Tentara Hindia Belanda telah memilih wilayah dataran tinggi Bandung sebagai pusat komando militer. Dengan kata lain, wilayah Bandung merupakan Pentagon-nya Hindia Belanda. Upaya ini telah dirintis semenjak tahun 1898 dengan memindahkan pabrik mesiu dari Ngawi (Madiun) dan pabrik senjata (Artillerie Constructie Winkel) dari Surabaya ke Bandung. Pemindahan ACW ini disertai dengan bedol desa para buruh dan pegawainya, yang kemudian menempati kampung disebut Babakan Surabaya. Tahun 1916 Departement van Oorlog (DVO) baru dipindahkan dari Weltevreden ke Bandung dan menempati Gedong Sabau yang mulai dibangun pada tahun Begitu pula lapangan terbang Andir (sekarang PAU Husein Sastranegara) pada tahun 1914 telah diresmikan sebagai pusat pangkalan udara militer di Hindia Belanda (Kunto, Balai Agung di Kota Bandung, 1996: 80). Kompleks militer di Bandung dulu, dikenal sebagai Archipelwijk (Lingkungan Nusantara). Disebut demikian, karena jalan-jalan di kawasan ini memiliki identitas jalan dengan nama kepulauan atau daerah di nusantara, seperti Jl. Kalimantan, Jl. Aceh, Jl. Sumatera, Jl. Riau, Jl. Jawa, dan lain-lain. Lokasi Gedung Sabau (kini Detasemen Markas Kodam III Siliwangi) terletak di kawasan

4 30 Insulindepark (Taman Lalu Lintas sekarang). Kemudian menyusul pula pemindahan Paleis van de Legercommandant (Istana Panglima Pasukan) dari Hertogspark di Weltevreden (Gambir) ke Bandung. Kini bangunan bekas Istana Panglima Pasukan dijadikan Markas Kodam III Siliwangi. Jadi, Kota Bandung pada masa sebelum perang direncanakan memiliki fungsi primer ganda atau dwi fungsi, yakni: ibukota atau pusat pemerintahan sipil Hindia-Belanda dan Pusat Komando Angkatan Perang Hindia-Belanda. Wilayah baru di Bandung Utara yang dikembangkan bagi kawasan kompleks perkantoran pemerintah (sekitar Gedong Sate) dan kompleks militer (sekitar Insulindepark), tempo dulu sering disebut sebagai Europeesche Zakenwijk (pusat kegiatan masyarakat Eropa). Tetapi rencana pemindahan pusat pemerintahan dari Batavia ke Bandung tersebut tidak terealisasi karena terhalang oleh resesi (maleise) yang menimpa perekonomian dunia pada tahun 1930-an, yang berdampak buruk terhadap perekonomian Hindia Belanda. Akibatnya semua proyek-proyek besar pemindahan ibukota negara ini terpaksa dihentikan (Kunto, 1984: 42). Dari rencana besar tersebut, fungsi militer Kota Bandung yang sempat dirampungkan secara tuntas, sedangkan fungsi pusat pemerintahan sipil Hindia-Belanda tidak sempat diselesaikan. GAMBAR 3.2 PUSAT MILITER KOTA BANDUNG TEMPO DULU Sumber:

5 Tinjauan Kebijakan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Bandung Kota Bandung sebagai kota yang banyak memiliki benda-benda cagar budaya terutama bangunan-bangunan bersejarah peninggalan masa pendudukan Belanda, memiliki kebijakan perundang-undangan yang mendukung pelestarian bangunan bersejarah tersebut. Walaupun sampai saat ini Peraturan Daerah mengenai pelestarian bangunan bersejarah belum terealisasi, namun pada Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Bandung Tahun setidaknya terdapat beberapa kebijakan-kebijakan yang mendukung adanya kegiatan pelestarian bangunan bersejarah di Kota Bandung. Dalam RTRW Kota Bandung Tahun , terdapat kawasan cagar budaya yang dalam rencana pola pemanfaatan ruang termasuk kedalam kawasan lindung. Kawasan cagar budaya merupakan kawasan pelestarian bangunan fisik serta pelestarian lingkungan alami yang memiliki nilai historis dan budaya Kota Bandung. Kriteria kawasan lindung untuk cagar budaya yaitu tempat serta ruang di sekitar bangunan bernilai budaya tinggi yang mempunyai manfaat tinggi untuk pengembangan ilmu pengetahuan. Menurut RTRW Kota Bandung Tahun yang termasuk kedalam 6 (enam) kawasan pelestarian Kota Bandung adalah sebagai berikut: Kawasan Pusat Kota Bersejarah, terdiri dari subkawasan eks pemerintahan Kabupaten Bandung, Alun-Alun, Asia-Afrika, Cikapundung, dan Braga; Kawasan Pecinan, terdiri dari subkawasan jalan Kelenteng, Jalan Pasar Baru, Otto Iskandardinata, ABC, dan Pecinan; Kawasan Pertahanan dan Keamanan, terdiri dari subkawasan perkantoran Pertahanan dan Keamanan Jalan Sumatera, Jalan Jawa, Jalan Aceh, Jalan Bali, dan Gudang Militer (Jalan Gudang Utara dan sekitarnya); Kawasan Etnik Sunda, terdiri dari subkawasan Lengkong, Jalan Sasakgantung, Jalan Karapitan, Jalan Dewi Sartika, dan Jalan Melong; Kawasan Perumahan Villa, terdiri dari subkawasan Dipati Ukur, Ir. H. Juanda, Ganesha, Pager Gunung, Tamansari, Diponegoro, R.E. Martadinata, Cipaganti, Pasteur, Setiabudi, Gatot Subroto, dan Malabar;

6 32 Kawasan Industri, terdiri dari subkawasan Arjuna, Jatayu, dan Kebon Jati. Selanjutnya dalam RTRW juga dijelaskan bahwa kawasan kegiatan Pertahanan dan Keamanan adalah terkonsentrasi di wilayah Bandung Barat, yaitu berada di WP Cibeunying dan WP Karees. Pengembangan kawasan kegiatan Pertahanan dan Keamanan ini direncanakan sebagai berikut : 1. Mempertahankan perkantoran dan instalasi Pertahanan dan Keamanan yang ada. 2. Mengamankan kawasan, perkantoran dan instalasi Pertahanan dan Keamanan yang baru sesuai dengan rencana tata ruang pertahanan keamanan. Kawasan militer (kawasan pertahanan) yang merupakan obyek studi dari penelitian ini termasuk ke dalam kawasan cagar budaya yang telah disebutkan sebelumnya. Bangunan-bangunan pusaka yang ada di kawasan ini difungsikan sesuai dengan ketentuan Rencana Tata Guna Lahan Wilayah Kota Bandung Tahun 2013 (Gambar 3.3).

7 33 Rencana Guna Lahan RTRW Kota Bandung Gambar 3.3

8 Kegiatan di Kawasan Militer, Bandung Berikut gambaran kegiatan per ruas jalan di kawasan militer: Jalan Aceh, mulai dari persimpangan Jalan Aceh-Jalan Sumatera (depan Hotel Hyatt) sampai di ujung pertigaan Jalan Aceh-Jalan Riau-Taman Pramuka. Jalan Aceh dapat dibagi menjadi tiga ruas. Ruas antara Jalan Sumatera sampai Jalan Banda kegiatan yang ada di satu sisi merupakan perkantoran militer yaitu kompleks Mabes Kodam III/Slw dan Kodiklat TNI-AD, sedangkan di sisi lainnya merupakan ruang terbuka hijau dimana terdapat Taman Maluku dan Lapangan Saparua. Ruas antara Jalan Banda sampai Jalan Cihapit kegiatan yang terdapat adalah komersial yaitu Gedung Graha Manggala Siliwangi, boutique, Hero Swalayan; kegiatan perkantoran swasta, kantor PMI Bandung dan rumah tinggal. Sedangkan ruas jalan antara Jalan Cihapit sampai Jalan Riau dominan rumah tinggal baik rumah pribadi maupun rumah dinas. Jalan Ambon, yang hanya sampai perempatan Jalan Ambon-Jalan Banda. Di awal Jalan Ambon terdapat perkantoran pemerintah yaitu Dinas Kependudukan dan Dinas Taman dan Pemakaman, juga ada pelayanan kesehatan Graha Lansia dan wisma. Kemudian terdapat kegiatan komersial campuran seperti kantor bis Kramat Djati, perawatan kecantikan, rumah makan, boutique. Di jalan ini juga terdapat Lapangan Tenis PELTI Jabar. Jalan Bali Jalan Bali didominasi rumah tinggal baik rumah dinas maupun rumah tinggal pribadi. Beberapa rumah lahan belakangnya dijadikan tempat kost karena letak rumah yang berdekatan dengan sekolah SMAN 3&5. Jalan Banda, yang dimulai dari perempatan Jalan Banda-Jalan Riau. Ruas mulai dari Jalan Banda-Jalan Riau hingga ke Jalan Aceh terdapat kantor pemerintahan Dinas Polisi Pamong Praja Propinsi Jawa Barat, Gereja Katolik St. Albanus, rumah tinggal pastor, kantor swasta, toko sandang, wisma beserta kegiatan komersialnya. Kemudian antara Jalan Aceh dengan Jalan Belitung kegiatannya bervariasi mulai dari rumah tinggal, asrama mahasiswa Sulawesi Utara, kantor swasta pelayanan jasa konsultasi bimbel. Ruas selanjutnya hingga sampai dengan Jalan Lombok, cenderung kegiatan hunian rumah

9 35 tinggal, juga ada komersial yaitu dua toko sandang dan beberapa warung karena letaknya yang strategis dekat dengan sekolah. Jalan Bangka Di Jalan Bangka terdapat kantor militer penting yaitu Direktorat Ajudan Jenderal TNI-AD dan beberapa perkantoran militer lainnya, juga ada asrama TNI dan SD Kartika Siliwangi, kemudian terdapat beberapa kegiatan komersial yang berukuran kecil. Jalan ini juga merupakan pintu utama ke Lapangan Golf. Jalan Bawean Pada Jalan Bawean dominan terdapat beberapa rumah tinggal, kemudian jasa konsultasi dan komersial. Jalan Belitung Di Jalan Belitung terdapat beberapa kegiatan yang banyak menarik bangkitan pergerakan yaitu SMAN 3&5, kolam renang Tirta Merta, dan Taman Lalu Lintas Ade Irma Suryani Nasution, juga terdapat kegiatan perkantoran militer dan komersial lainnya. Jalan Ermawar Jalan Ermawar merupakan kompleks perumahan rumah dinas TNI-AD. Jalan Gandapura Di Jalan Gandapura banyak terdapat rumah tinggal dan kegiatan komersial. Pada ruas jalan yang berdekatan dengan Jalan Gudang dapat ditemukan wisma milik TNI. Dan di ujung jalan yang bertemu dengan Jalan Jend. A.Yani terdapat kompleks Ruko Segitiga Emas Kosambi. Jalan Gudang Utara-Selatan Di jalan ini banyak terdapat perkantoran dan bangunan milik TNI seperti Direktorat Kesehatan AD, Detasemen Pemeliharaan Bekangdam III/Siliwangi, Unit Perdagangan Umum, gudang peralatan. Selain itu terdapat juga banyak rumah tinggal yang diantaranya rumah dinas. Jalan Halmahera

10 36 Kegiatan yang ada dominan berkaitan dengan kesehatan seperti rumah sakit swasta Halmahera Siaga, klinik Perisai Husada, dan kantor milik militer bagian kesehatan Kodam III/Siliwangi. Jalan Jawa, yang dimulai dari pertigaan Jalan Jawa-Jalan Nias. Terdapat kantor swasta Bala Keselamatan yang bangunannya merupakan bangunan bersejarah; beberapa perkantoran militer seperti Polisi Militer, Zeni Kodam III/Siliwangi; kursus bahasa TBI; dan banyak rumah tinggal. Jalan Kalimantan Terdapat kompleks bangunan Detasemen Markas Kodam III Siliwangi, kemudian didominasi hunian rumah tinggal dan terdapat juga pusat jajanan SMAN 3&5. Jalan Lombok, yang dimulai dari perempatan Jalan Lombok-Jalan Aceh. Terdapat Stadion Siliwangi milik TNI, kemudian dominan kegiatan komersial dan pelayanan dan jasa kendaraan bermotor. Jalan Menado Merupakan jalan yang didominasi kegiatan rumah dinas yang masih aktif, dan terdapat kompleks perumahan Kesatrian Yon Arhanudri. Jalan Patrakomala Jalan ini didominasi oleh rumah tinggal dan terdapat wisma Itjenad milik TNI. Jalan Seram Jalan Seram yang panjangnya pendek sehingga hanya terdapat sedikit kegiatan yaitu Hotel Gandasari, salon, rumah, dan kantor militer. Jalan Sulawesi Jalan Sulawesi yang bertolak belakang dengan Jalan Aceh sehingga merupakan bagian dari kompleks Mabes Kodam III/Siliwangi. Jalan Sumatera, hanya sampai di perbatasan rel KA. Kegiatannya antara lain perkantoran yang diantaranya beberapa kantor militer TNI, kantor swasta dan yayasan Paguyuban Pasundan; kegiatan institusional SMPN 2 dan SMPN 5, bimbingan belajar GO; wisma; rumah sakit bersalin; bank; komersial factory outlet. Jalan Sumbawa

11 37 Ruas antara Jalan Sunda dengan Jalan Belitung dominan kegiatan komersial kecil dan rumah tinggal. Ruas antara Jalan Belitung sampai Jalan Aceh adalah kegiatan hunian rumah dinas, wisma, juga terdapat museum budaya. Jalan Ternate Di Jalan Ternate cenderung terdapat rumah tinggal. Juga terdapat kantor pemerintah, wisma dan laboratorium milik militer TNI-AD. Jalan Tongkeng Di jalan ini dominan rumah tinggal dan masih merupakan perumahan rumah dinas, tetapi beberapa diantaranya dijadikan rumah usaha. Selain itu terdapat juga perkantoran militer Kesehatan Lapang Kodam III/Siliwangi. Seperti yang sudah dipaparkan mengenai kegiatan di kawasan militer, di kawasan tersebut juga terdapat beberapa Ruang Terbuka Hijau yang diperuntukkan bagi publik. RTH tersebut berupa taman dan lapangan olahraga. Taman yang ada yaitu Taman Lalu Lintas Ade Irma Suryani Nasution yang letaknya diantara Jalan Belitung. Selain sebagai taman kota, taman ini juga berfungsi sebagai sarana rekreasi dan sarana pendidikan. Kemudian terdapat Taman Maluku di sekitar Jalan Sulawesi-Jalan Aceh. Berdasarkan observasi, Taman Maluku cenderung kurang terawat. Kedua taman ini merupakan bagian dari peninggalan masa lalu, sesuai dengan pengembangan Kota Bandung sebagai kota taman (garden city). Kemudian terdapat taman berukuran kecil di depan kolam renang Titra Merta, Jalan Belitung, disamping SMAN 3&5. Taman ini banyak dikunjungi oleh para pelajar dan pengunjung kolam renang maupun yang hanya sekedar beristirahat. Lapangan olahraga yang ada yaitu Lapangan Olahraga Saparua yang dikelilingi oleh Jalan Aceh, Jalan Banda, Jalan Ambon, Jalan Saparua; dan disampingnya juga terdapat lapangan basket berukuran kecil, yang menghadap ke Jalan Ambon. Kemudian terdapat lapangan tenis Pelti Jabar di Jalan Ambon yang bertolak belakang dengan Taman Maluku. Dan juga terdapat Stadion Siliwangi di Jalan Lombok dan tempat latihan lapangan golf di Jalan Bangka. Lapanganlapangan olahraga tersebut kondisinya terawat dan dapat digunakan oleh publik.

12 Karakteristik Bangunan Pusaka di Kawasan Militer, Bandung Klasifikasi Bangunan Pusaka Bangunan pusaka yang ada di kawasan militer, Bandung merupakan bangunan yang hampir semuanya merupakan peninggalan pada masa penjajahan Belanda. Dilihat dari tabel daftar bangunan bersejarah yang ada, gaya arsitektural bangunan yang dominan adalah arsitektur Modern Indonesia. Beberapa dari bangunan tersebut juga merupakan bangunan hasil karya arsitek kenamaan seperti C.P. Wolff Schoemaker, R.L.A. Schoemaker, F.J.L Ghijsels, F.W. Brinkman en Voorhoeve. Bentuk bangunan yang tercipta merupakan sebuah karya seni yang mutakhir pada jamannya dan melegenda sampai sekarang. Berdasarkan gaya arsitekturnya, bangunan pusaka di kawasan militer dapat dibedakan atas: 1. Gaya Arsitektur Tradisional Indonesia, yaitu rumah dinas di Jalan Gudang Selatan No Gaya Arsitektur Klasik, yaitu Kantor Bis Kramat Djati, gudang militer di Jalan Gudang Selatan No. 88, DENMA KODAM III Siliwangi, FO Bale Anak, Direktorat Keuangan AD Siliwangi, Paguyuban Pasundan, Rumah dinas di Jl. Sumtera No Gaya Arsitektur Modern Fungsional (Art Deco Geometrik), yaitu KODIKLAT TNI-AD, Markas Kodam III/Siliwangi, Gereja Katolik St. Albanus, SMAN 3 & 5, Kantor Pusat Bala Keselamatan 4. Gaya Arsitektur Modern (tropis) Indonesia, yang kebanyakan adalah rumah tinggal Kemudian berdasarkan studi pendataan bangunan bersejarah di Kota Bandung yang dilakukan oleh Bandung Heritage tahun 1997, terdapat tiga tingkatan klasifikasi bangunan yang akan menentukan tindakan yang harus dilakukan. Tiga klasifikasi tersebut antara lain sebagai berikut: Degree of Protection A (DPA A), yaitu bangunan atau lingkungan yang sangat istimewa, bangunan dan lingkungan tidak diperbolehkan untuk diubah sama

13 39 sekali. Apabila bangunan akan dirubah fungsinya, maka perubahan fungsi harus dilaksanakan dengan metode pelestarian yang ketat. Degree of Protection B (DPA B), yaitu bangunan atau lingkungan yang dalam pengembangannya harus mengacu pada pelestarian, perubahan-perubahan dapat dilakukan untuk dapat menampung fungsi baru, tetapi dengan syaratsyarat yang ketat. Degree of Protection C (DPA C), yaitu bangunan yang memang bisa dikembangkan, disesuaikan dengan standar estetika tertentu, perubahan dapat dilaksanakan lebih longgar daripada bangunan DP B. Berdasarkan pengklasifikasian tingkat perlindungan bangunan pusaka yang dikeluarkan oleh Bandung Heritage tersebut, sebagian besar bangunan pusaka yang ada di wilayah studi termasuk kedalam bangunan pusaka yang klasifikasi perlindungannya A, artinya bangunan yang sangat istimewa, tidak diperbolehkan untuk diubah sama sekali, apabila bangunan akan dirubah fungsinya maka perubahan harus dilaksanakan dengan metode pelestarian yang ketat Karakteristik Pemilik Bangunan Bangunan pusaka di kawasan militer dapat dibedakan berdasarkan kepemilikannya, yaitu milik pemerintah, milik swasta/individu, dan milik organisasi atau yayasan. Berdasarkan Daftar Bangunan Bersejarah di Kota Bandung, Tahun 2005, di kawasan militer terdiri dari: Bangunan milik instansi pemerintah Sebagian besar dari bangunan pusaka di kawasan militer merupakan milik pemerintah, yang terbagi lagi menjadi milik Depdiknas dan milik Dephankam TNI-AD, sehingga terdapat 25 bangunan milik pemerintah, yang proporsinya lebih dari setengah dari jumlah bangunan pusaka yang ada di kawasan militer. Bangunan milik Depdiknas yaitu ketiga sekolah yang ada di kawasan militer, yaitu SMPN 2, SMPN 5 dan SMAN 3 & 5. Sedangkan bangunan milik pemerintah TNI-AD terdapat 22 bangunan, yang terdiri dari (6) enam

14 40 perkantoran militer, 14 rumah dinas TNI, wisma Kartika, dan FO Bale Anak yang disewakan oleh Kesdam TNI. Bangunan milik perorangan Dari 40 bangunan pusaka, terdapat 11 bangunan milik individu, yang terdiri dari kantor bis Kramat Djati, kolam renang Tirta Merta, kursus bahasa TBI, kantor swasta di Jl. Banda No. 12, dan 7 (tujuh) bangunan rumah tinggal. Bangunan milik organisasi atau yayasan Selain bangunan milik pemerintah dan milik individu, terdapat juga bangunan milik organisasi atau yayasan, yang hanya terdapat 4 (empat) bangunan, yaitu rumah pertemuan milik perkumpulan Co-Freemasonry di Jl. Banda No.18, Gereja Katolik St. Albanus di Jl. Banda No.26, kantor pusat Yayasan Bala Keselamatan di Jl. Jawa No.20, dan kantor organisasi Paguyuban Pasundan di Jl. Sumatera No Fungsi Bangunan Bangunan-bangunan pusaka di kawasan militer dapat dibedakan berdasarkan fungsinya, yaitu: Bangunan Rumah Tinggal Di kawasan militer dominan terdapat bangunan dengan fungsi rumah tinggal, baik rumah dinas maupun rumah pribadi. Dari rumah pribadi beberapa diantaranya dijadikan rumah usaha. Umumnya rumah-rumah tersebut bergaya arsitektur tipikal Belanda, yang dulunya dibangun oleh orang-orang Belanda yang hidupnya sudah mapan atau yang diperuntukkan bagi para pejabat atau pembesar Belanda. Bangunan Perkantoran Bangunan pusaka yang ada di kawasan militer, yang difungsikan sebagai perkantoran cenderung merupakan perkantoran militer TNI-AD. Terdapatnya banyak bangunan peninggalan sejarah di kawasan militer, terutama yang berfungsi sebagai perkantoran militer dan rumah dinas militer, dapat dipahami karena ditinjau dari aspek sejarah terutama tentang rencana menjadikan Kota

15 41 Bandung sebagai ibukota negara untuk menggantikan Batavia. Bangunan perkantoran lainnya adalah kantor organisasi dan yayasan. Bangunan Pendidikan Bangunan pendidikan yang ada adalah sekolah SMPN 2, SMPN 5, dan SMAN 3&5. Sejak dari awal, bangunan tersebut memang diperuntukkan untuk sekolah pada jaman kolonial Belanda. Bangunan Peribadatan Di kawasan militer terdapat bangunan pusaka yang mempunyai fungsi sebagai tempat ibadah yaitu Gereja Katolik St. Albanus. Pada awalnya bangunan tersebut diperuntukkan untuk kantor yayasan Belanda, tetapi kemudian yayasan pindah dan dibeli oleh pihak gereja pada tahun 1932, dan sampai sekarang digunakan sebagai tempat ibadah. Bangunan Komersial Bangunan-bangunan yang memiliki fungsi komersial adalah kantor bis Kramat Djati, toko busana, salon di Jl. Gandapura, factory outlet. Sarana Rekreasi Di kawasan militer terdapat bangunan yang merupakan sarana rekreasi, yaitu kolam renang/pemandian Tirta Merta. Kolam renang ini sangat terkenal dulunya, karena merupakan salah satu dari dua pemandian yang ada pada jamannya disamping Pemandian Cihampelas.

BAB 4 ANALISIS PENILAIAN KEEFEKTIFAN PELESTARIAN BANGUNAN PUSAKA DI KAWASAN MILITER, BANDUNG

BAB 4 ANALISIS PENILAIAN KEEFEKTIFAN PELESTARIAN BANGUNAN PUSAKA DI KAWASAN MILITER, BANDUNG BAB ANALISIS PENILAIAN KEEFEKTIFAN PELESTARIAN BANGUNAN PUSAKA DI KAWASAN MILITER, BANDUNG.. Penilaian Keefektifan Pelestarian Bangunan Pusaka.. Pelestarian Fisik Bangunan Pelestarian mempunyai arti bahwa

Lebih terperinci

Tugas Akhir dan Tesis Peraturan perundang-undangan

Tugas Akhir dan Tesis Peraturan perundang-undangan 74 DAFTAR PUSTAKA Buku Arikunto, Suharsimi. 2005. Prosedur Penelitian. Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Bandung Heritage. 2005. Daftar Bangunan Bersejarah di Kota Bandung. Bandung: Bandung

Lebih terperinci

BAB 2 KAJIAN KAWASAN CAGAR BUDAYA DI KOTA BANDUNG

BAB 2 KAJIAN KAWASAN CAGAR BUDAYA DI KOTA BANDUNG BAB 2 KAJIAN KAWASAN CAGAR BUDAYA DI KOTA BANDUNG 2.1 Kawasan Cagar Budaya di Kota Bandung Kota Bandung merupakan kota yang mempunyai Kawasan Cagar Budaya. Yang dimaksud dengan Kawasan Cagar Budaya adalah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam perkembangan dan eksistensi kota, bangunan dan kawasan cagar budaya merupakan elemen lingkungan fisik kota yang terdiri dari elemen lama kota dengan nilai historis

Lebih terperinci

163 Universitas Indonesia

163 Universitas Indonesia BAB 5 PENUTUP Pada bab ini dijelaskan mengenai kesimpulan semua pembahasan yang telah dilakukan pada bab-bab sebelumnya dan saran. Kesimpulan ini juga menjawab pertanyaan permasalahan yang dibuat pada

Lebih terperinci

SEJARAH KOTA BANDUNG. AGUS MULYANA Universitas Pendidikan Indonesia

SEJARAH KOTA BANDUNG. AGUS MULYANA Universitas Pendidikan Indonesia SEJARAH KOTA BANDUNG AGUS MULYANA Universitas Pendidikan Indonesia A. Asal Nama Bandung Banding/Ngabanding -------- berdampingan/berdekatan Bandeng/Ngabandeng --- sebutan untuk genangan air yang luas dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kota Bandung memiliki sejarah yang sangat panjang. Kota Bandung berdiri

BAB I PENDAHULUAN. Kota Bandung memiliki sejarah yang sangat panjang. Kota Bandung berdiri BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kota Bandung memiliki sejarah yang sangat panjang. Kota Bandung berdiri pada akhir dekade pertama abad ke-19, diresmikan tanggal 25 September 1810. Bangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perjalanan sejarah, pada titik-titik tertentu terdapat peninggalanpeninggalan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perjalanan sejarah, pada titik-titik tertentu terdapat peninggalanpeninggalan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam perjalanan sejarah, pada titik-titik tertentu terdapat peninggalanpeninggalan yang masih dapat terlihat sampai sekarang yang kemudian menjadi warisan budaya.

Lebih terperinci

KAWASAN CAGAR BUDAYA KOTABARU YOGYAKARTA. Theresiana Ani Larasati

KAWASAN CAGAR BUDAYA KOTABARU YOGYAKARTA. Theresiana Ani Larasati KAWASAN CAGAR BUDAYA KOTABARU YOGYAKARTA Theresiana Ani Larasati Yogyakarta memiliki peninggalan-peninggalan karya arsitektur yang bernilai tinggi dari segi kesejarahan maupun arsitekturalnya, terutama

Lebih terperinci

LINTASAN SEJARAH KOTA BANDUNG DAN PEMERINTAHANNYA

LINTASAN SEJARAH KOTA BANDUNG DAN PEMERINTAHANNYA PEMERINTAH KOTA BANDUNG LINTASAN SEJARAH KOTA BANDUNG DAN PEMERINTAHANNYA 1. PENDAHULUAN SEJAK TAHUN 1998, PEMERINTAH KOTA BANDUNG MENETAPKAN TANGGAL 25 SEPTEMBER SEBAGAI HARI JADI KOTA BANDUNG. SEBELUMNYA

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH 4.1. Posisi Makro terhadap DKI Jakarta. Jakarta, Ibukota Indonesia, berada di daerah dataran rendah, bahkan di bawah permukaan laut yang terletak antara 6 12 LS and 106 48 BT.

Lebih terperinci

DAFTAR lsi KATA PENGANTAR PENDAHULUAN DAFTARISI BAB 1 SEKILAS TENTANG ARSITEKTUR CINA PADA AKHIR ABAD KE-19 DI PASURUAN

DAFTAR lsi KATA PENGANTAR PENDAHULUAN DAFTARISI BAB 1 SEKILAS TENTANG ARSITEKTUR CINA PADA AKHIR ABAD KE-19 DI PASURUAN ~ GRAHAILMU DAFTAR lsi KATA PENGANTAR PENDAHULUAN DAFTARISI BAB 1 SEKILAS TENTANG ARSITEKTUR CINA PADA AKHIR ABAD KE-19 DI PASURUAN BAB2 Arsitektur Cina Akhir Abad Ke-19 di Pasuruan Denah, Bentuk, dan

Lebih terperinci

KAJIAN PELESTARIAN KAWASAN BENTENG KUTO BESAK PALEMBANG SEBAGAI ASET WISATA TUGAS AKHIR. Oleh : SABRINA SABILA L2D

KAJIAN PELESTARIAN KAWASAN BENTENG KUTO BESAK PALEMBANG SEBAGAI ASET WISATA TUGAS AKHIR. Oleh : SABRINA SABILA L2D KAJIAN PELESTARIAN KAWASAN BENTENG KUTO BESAK PALEMBANG SEBAGAI ASET WISATA TUGAS AKHIR Oleh : SABRINA SABILA L2D 005 400 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia, dengan ±

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia, dengan ± BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia, dengan ± 18.110 pulau yang dimilikinya dengan garis pantai sepanjang 108.000 km. Negara Indonesia memiliki potensi

Lebih terperinci

BAB III PROFIL PERUSAHAAN

BAB III PROFIL PERUSAHAAN 29 BAB III PROFIL PERUSAHAAN 3.1. Profil Tempat Kerja Praktek 3.1.1. Sejarah Instansi Kota Bandung tidak berdiri bersamaan dengan pembentukan Kabupaten Bandung. Kota itu dibangun dengan tenggang waktu

Lebih terperinci

VI.7-1. Bab 6 Penataan Ruang dan Pembangunan Perkotaan Pembangunan Kota Baru. Oleh Suyono

VI.7-1. Bab 6 Penataan Ruang dan Pembangunan Perkotaan Pembangunan Kota Baru. Oleh Suyono 6.7 PEMBANGUNAN KOTA BARU Oleh Suyono BEBERAPA PENGERTIAN Di dalam Undang-undang nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah (Undang-undang Otonomi Daerah) 1999 digunakan istilah daerah kota untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu kebutuhan masyarakat perkotaan adalah tersedianya areal ruang

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu kebutuhan masyarakat perkotaan adalah tersedianya areal ruang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu kebutuhan masyarakat perkotaan adalah tersedianya areal ruang publik (public space). Setiap kota diharapkan melakukan penataan terhadap kawasan ruang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bandung adalah salah satu kota besar di Indonesia dan merupakan Ibukota Provinsi Jawa Barat yang banyak menyimpan berbagai sejarah serta memiliki kekayaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN RE-DESAIN STADION CANDRADIMUKA KEBUMEN

BAB 1 PENDAHULUAN RE-DESAIN STADION CANDRADIMUKA KEBUMEN BAB 1 PENDAHULUAN RE-DESAIN STADION CANDRADIMUKA KEBUMEN 1.1. Pengertian Judul Judul laporan ini, Re-Desain penekanan pada Aksesibilitas Bangunan. Untuk dapat memahami pengertian dari judul tersebut, perlu

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PT. POS INDONESIA. 2.1 Sejarah dan Perkembangan PT. Pos Indonesia

BAB II GAMBARAN UMUM PT. POS INDONESIA. 2.1 Sejarah dan Perkembangan PT. Pos Indonesia BAB II GAMBARAN UMUM PT. POS INDONESIA 2.1 Sejarah dan Perkembangan PT. Pos Indonesia Pos Indonesia merupakan sebuah badan usaha milik negara (BUMN) Indonesia yang bergerak di bidang layanan pos. Saat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata muncul sebagi salah satu sektor yang cukup menjanjikan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata muncul sebagi salah satu sektor yang cukup menjanjikan dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pariwisata muncul sebagi salah satu sektor yang cukup menjanjikan dalam pembangunan Negara Indonesia saat ini. Menurut Djulianto Susatio (2003: 1) Pariwisata merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Gambar 1.1.Bangunan di kota Bandung yang bergaya Art Deco (sumber : dokumentasi pribadi)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Gambar 1.1.Bangunan di kota Bandung yang bergaya Art Deco (sumber : dokumentasi pribadi) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bandung adalah ibu kota Jawa Barat yang memiliki ketinggian wilayahnya kurang lebih 768 meter diatas permukaan laut, dan kondisi geografisnya dikelilingi oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kisaran terbagi menjadi dua kecamatan yaitu Kecamatan Kisaran Timur dan

BAB I PENDAHULUAN. Kisaran terbagi menjadi dua kecamatan yaitu Kecamatan Kisaran Timur dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Kisaran adalah ibu kota dari Kabupaten Asahan, Provinsi Sumatera Utara yang bejarak 160 km dari Kota Medan ( ibu kota Provinsi Sumatera Utara). Kota Kisaran

Lebih terperinci

BAB III ALIH FUNGSI BANGUNAN BERSEJARAH DI KOTA BANDUNG

BAB III ALIH FUNGSI BANGUNAN BERSEJARAH DI KOTA BANDUNG BAB III ALIH FUNGSI BANGUNAN BERSEJARAH DI KOTA BANDUNG A. Bangunan Bersejarah di Kota Bandung Kota Bandung sebagai kota sejarah memiliki banyak tinggalan sejarah, terutama bangunan lama. Perkembangan

Lebih terperinci

Wajah Militair Hospitaal dan 'Kota Militer' Cimahi

Wajah Militair Hospitaal dan 'Kota Militer' Cimahi SEMINAR HERITAGEIPLBI 2017 DISKURSUS Wajah Militair Hospitaal dan 'Kota Militer' Cimahi Aileen Kartiana Dewi aileen_kd@yahoo.com Mahasiswa Program Studi Arsitektur, Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan kota-kota yang pesat merupakan salah satu ciri dari suatu negara yang sedang berkembang. Begitu pula dengan Indonesia, berbagai kota berkembang secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kota Bandung sejak tempo dulu terkenal dengan julukan Kota Jajan dan Kota Belanja. Kota ini sekarang dikenal dengan sebutan Kota Outlet dan Kota Super Mall

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR : 02 TAHUN 2004 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)

LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR : 02 TAHUN 2004 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2004 TAHUN : 2004 NOMOR : 03 S E R I : D PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR : 02 TAHUN 2004 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1: Jumlah Perjalanan Wisatawan Nusantara. Sumber: Pusdatin Kemenparekraf & BPS

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1: Jumlah Perjalanan Wisatawan Nusantara. Sumber: Pusdatin Kemenparekraf & BPS BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pariwisata merupakan salah satu primadona sumber pendapatan bagi sebuah negara. Indonesia contohnya, yang dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan

Lebih terperinci

Sejarah Pembangunan dan Renovasi pada Masjid Agung Bandung

Sejarah Pembangunan dan Renovasi pada Masjid Agung Bandung SEMINAR HERITAGE IPLBI 2017 DISKURSUS Sejarah Pembangunan dan Renovasi pada Masjid Agung Bandung Andita Aprilina Nugraheni anditaprilina2804@gmail.com Mahasiswa Program Sarjana, Prodi Arsitektur, Sekolah

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Beberapa hal yang ditemukan dalam studi ini adalah antara lain: Semua bangunan pusaka yang terdapat di kawasan militer tidak ada yang mengalami perubahan dalam gaya arsitektur

Lebih terperinci

BAB III Analisa Masalah

BAB III Analisa Masalah BAB III Analisa Masalah 3. 1 Analisa S.W.O.T Strenght Bandung kaya akan warisan arsitektur kolonial Belanda Nilai sejarah dan budaya Nilai arsitektural, missal ; art deco, art nuveau, dst. Bentuk bangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikategorikan ke dalam dua kelompok, yaitu fasilitas yang bersifat umum dan. mempertahankan daerah yang dikuasai Belanda.

BAB I PENDAHULUAN. dikategorikan ke dalam dua kelompok, yaitu fasilitas yang bersifat umum dan. mempertahankan daerah yang dikuasai Belanda. BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Banyak fasilitas yang dibangun oleh Belanda untuk menunjang segala aktivitas Belanda selama di Nusantara. Fasilitas yang dibangun Belanda dapat dikategorikan ke dalam

Lebih terperinci

SAMBUTAN WALIKOTA BANDUNG PADA ACARA PERINGATAN HARI JADI KE-204 KOTA BANDUNG TAHUN 2014

SAMBUTAN WALIKOTA BANDUNG PADA ACARA PERINGATAN HARI JADI KE-204 KOTA BANDUNG TAHUN 2014 SAMBUTAN WALIKOTA BANDUNG PADA ACARA PERINGATAN HARI JADI KE-204 KOTA BANDUNG TAHUN 2014 HARI/TANGGAL : KAMIS, 25 SEPTEMBER 2014 WAKTU : PUKUL 08.00 WIB TEMPAT : SE-KOTA BANDUNG BISMILLAAHIRRAHMAANIRRAHIIM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Perumusan Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Perumusan Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Perumusan Masalah 1. Latar belakang dan pertanyaan penelitian Berkembangnya arsitektur jaman kolonial Belanda seiring dengan dibangunnya pemukiman bagi orang-orang eropa yang tinggal

Lebih terperinci

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 1 TAHUN 2017

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 1 TAHUN 2017 SALINAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG ARSITEKTUR BANGUNAN BERCIRI KHAS DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PERENCANAAN

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PERENCANAAN BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PERENCANAAN II. 1. Umum Ujung Berung Regency merupakan perumahan dengan fasilitas hunian, fasilitas sosial dan umum, area komersil dan taman rekreasi. Proyek pembangunan perumahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kota Bandung merupakan sebuah kota yang terletak di Propinsi Jawa Barat yang merupakan salah satu bagian wilayah di Negara Indonesia. Kota ini dalam sejarahnya

Lebih terperinci

Markas Komando Daerah Militer di Pontianak BAB I PENDAHULUAN

Markas Komando Daerah Militer di Pontianak BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Kondisi geografis Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) terdiri dari ribuan pulau yang terbentang di khatulistiwa serta terletak pada posisi silang yang sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang adalah ibukota Provinsi Jawa Barat, Indonesia. merupakan kota terbesar ketiga di Indonesia setelah Jakarta dan Surabaya menurut jumlah penduduknya. Terletak di pulau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pada abad ke 14, bangsa Tionghoa mulai bermigrasi ke Pulau Jawa, terutama di sepanjang pantai utara Jawa. Perpindahan ini merupakan akibat dari aktivitas perdagangan

Lebih terperinci

Rekomendasi Restorasi Fasade De Drie Locomotiven

Rekomendasi Restorasi Fasade De Drie Locomotiven SEMINAR HERITAGE IPLBI 2017 DISKURSUS Rekomendasi Restorasi Fasade De Drie Locomotiven Teresa Zefanya (1), Bambang Setia Budi (2) fany tanuriady @gmail.com (1) Mahasisw i program sarjana, Program Studi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota adalah sebuah tempat dimana manusia hidup, menikmati waktu luang, berkomunikasi, dan bersosialisasi dengan manusia lain. Kota juga merupakan wadah dimana keseluruhan

Lebih terperinci

BAB I MELIHAT SUNGAI DELI SECARA KESELURUHAN

BAB I MELIHAT SUNGAI DELI SECARA KESELURUHAN 4 BAB I MELIHAT SUNGAI DELI SECARA KESELURUHAN 1.1 Faktor Tapak dan Lingkungan Proyek Kasus proyek yang dibahas disini adalah kasus proyek C, yaitu pengembangan rancangan arsitektural model permukiman

Lebih terperinci

Lampiran 1 Deskripsi Benda Cagar Budaya Berikut merupakan deskripsi dari Benda Cagar Budaya yang telah ditetapkan oleh pemerintah: a.

Lampiran 1 Deskripsi Benda Cagar Budaya Berikut merupakan deskripsi dari Benda Cagar Budaya yang telah ditetapkan oleh pemerintah: a. LAMPIRAN 94 95 Lampiran 1 Deskripsi Benda Cagar Budaya Berikut merupakan deskripsi dari Benda Cagar Budaya yang telah ditetapkan oleh pemerintah: a. Balaikota Bogor Bangunan pemerintahan periode kolonial

Lebih terperinci

DATA SEKOLAH dan PERGURUAN TINGGI DI KECAMATAN SUMUR BANDUNG JUMLAH KELAS

DATA SEKOLAH dan PERGURUAN TINGGI DI KECAMATAN SUMUR BANDUNG JUMLAH KELAS DATA SEKOLAH dan PERAN TINGGI DI KECAMATAN SUMUR BANDUNG KELURAHAN BRAGA NO NAMA SEKOLAH 1 PAUD KLAB HIJAU Gg. Suniaraja No. 1 Hak milik Permanen 2 TK Braga Gg. Apandi Hak milik Permanen 3 SD Merdeka Jl.

Lebih terperinci

SEA SIDE MALL PADA KAWASAN WATERFRONT KOTA BENGKALIS-RIAU (Studi Kasus pada Pantai Andam Dewi Bengkalis) Penekanan Desain Arsitektur Morphosis

SEA SIDE MALL PADA KAWASAN WATERFRONT KOTA BENGKALIS-RIAU (Studi Kasus pada Pantai Andam Dewi Bengkalis) Penekanan Desain Arsitektur Morphosis LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR SEA SIDE MALL PADA KAWASAN WATERFRONT KOTA BENGKALIS-RIAU (Studi Kasus pada Pantai Andam Dewi Bengkalis) Penekanan Desain Arsitektur Morphosis Diajukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Semarang sebagai ibu kota propinsi di Jawa Tengah mempunyai banyak potensi yang bisa dikembangkan. Secara geografis kota ini terletak di sebelah utara pulau Jawa,

Lebih terperinci

REDESAIN GEDUNG BIOSKOP DI KAWASAN MALIOBORO, YOGYAKARTA BAGIAN I. Pendahuluan dan Latar Belakang UKDW TUGAS AKHIR WILFRIDUS GALIH PRAKOSA

REDESAIN GEDUNG BIOSKOP DI KAWASAN MALIOBORO, YOGYAKARTA BAGIAN I. Pendahuluan dan Latar Belakang UKDW TUGAS AKHIR WILFRIDUS GALIH PRAKOSA Pendahuluan dan Latar Belakang BAGIAN I 1 YOGYAKARTA Yogyakarta Sebagai Daerah Tujuan Pariwisata, Kota Seni Budaya, dan Kota Pelajar Letak geografis : 7 49' 26" - 7 15' 24" Lintang Selatan dan 110 24'

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Perancangan. adalah melalui jalur pariwisata.

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Perancangan. adalah melalui jalur pariwisata. BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG I.1.1 Latar Belakang Perancangan Peningkatan devisa negara adalah hal yang penting untuk keberlangsungan pembangunan negara, sehingga pemasukan devisa seharusnya ditingkatkan.

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN WILAYAH PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN WILAYAH PENELITIAN BAB IV GAMBARAN WILAYAH PENELITIAN Perumnas Bumi Tlogosari terletak di Kelurahan Tlogosari Kulon dan Kelurahan Muktiharjo Kidul, Kecamatan Pedurungan yang merupakan bagian dari Bagian Wilayah Kota V Semarang.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 ( balai pustaka Kamus Bahasa Indonesia 1988 ) 2 Ibid 3 Ibid

BAB I PENDAHULUAN. 1 ( balai pustaka Kamus Bahasa Indonesia 1988 ) 2 Ibid 3 Ibid BAB I PENDAHULUAN 1.1. PENGERTIAN JUDUL Pengertian judul : MUSEUM MUSIK TRADISONAL JAWA TENGAH DI BENTENG VASTENBURG SURAKARTA adalah sebagai berikut : Museum : Gedung yang digunakan sebagai tempat untuk

Lebih terperinci

BAB III ISTANA KEPRESIDENAN BOGOR

BAB III ISTANA KEPRESIDENAN BOGOR BAB III ISTANA KEPRESIDENAN BOGOR 3.1. Karakteristik Kawasan Istana Kepresidenan Bogor dan Sekitarnya. 3.1.1. Kebun Raya Bogor Gambar 3.1 Kebun Raya Bogor Sumber: Google Image,2012. Kebun Raya Bogor pada

Lebih terperinci

PENATAAN KORIDOR JALAN PASAR BARU JAKARTA

PENATAAN KORIDOR JALAN PASAR BARU JAKARTA LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Teknik PENATAAN KORIDOR JALAN PASAR BARU JAKARTA Diajukan oleh : ARDHANA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kawasan Kota Tua merupakan salah satu kawasan potensial di Kota Padang. Kawasan ini memiliki posisi yang strategis, nilai sejarah yang vital, budaya yang beragam, corak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah,

BAB I PENDAHULUAN. fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah, dan pemerintah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dibahas dalam tesis ini. 1 Subkawasan Arjuna pada RTRW kota Bandung tahun merupakan kawasan Arjuna

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dibahas dalam tesis ini. 1 Subkawasan Arjuna pada RTRW kota Bandung tahun merupakan kawasan Arjuna BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kawasan Arjuna terletak pada bagian Barat Kota Bandung ditetapkan sebagai salah satu Kawasan Cagar Budaya oleh Pemerintah Kota Bandung (RTRW Kota Bandung 2003-2013).

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.91, 2010 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN. Pembagian. Tugas Dan Wewenang. Ketua. Anggota. PERATURAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG

Lebih terperinci

WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT

WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT Menimbang WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN WALIKOTA PADANG NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS TATA RUANG, TATA BANGUNAN, DAN PERUMAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

KAJIAN PENATAAN POHON SEBAGAI BAGIAN PENGHIJAUAN KOTA PADA KAWASAN SIMPANG EMPAT PASAR MARTAPURA TUGAS AKHIR. Oleh: SRI ARMELLA SURYANI L2D

KAJIAN PENATAAN POHON SEBAGAI BAGIAN PENGHIJAUAN KOTA PADA KAWASAN SIMPANG EMPAT PASAR MARTAPURA TUGAS AKHIR. Oleh: SRI ARMELLA SURYANI L2D KAJIAN PENATAAN POHON SEBAGAI BAGIAN PENGHIJAUAN KOTA PADA KAWASAN SIMPANG EMPAT PASAR MARTAPURA TUGAS AKHIR Oleh: SRI ARMELLA SURYANI L2D 300 377 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR

PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR TUGAS AKHIR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR REDESAIN RAU TRADE CENTER (RTC) DI KOTA SERANG Sebagai Pusat Perbelanjaan Bernuansa Modern Diajukan sebagai Pelengkap dan Syarat guna Mencapai Gelar Sarjana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan penduduk dapat memberikan pengaruh positif sekaligus negatif bagi suatu daerah. Di negara maju pertumbuhan penduduk mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. arsitek Indonesia masih berkiblat pada arsitektur kolonial tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. arsitek Indonesia masih berkiblat pada arsitektur kolonial tersebut. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Arsitektur kolonial yang ada di Indonesia, tersebar di berbagai wilayah kota-kota besar termasuk di kota Medan. Tidak semua arsitektur kolonial dibangun oleh arsitektur

Lebih terperinci

BUPATI BANGKA SELATAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN NOMOR 11 TAHUN

BUPATI BANGKA SELATAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN NOMOR 11 TAHUN BUPATI BANGKA SELATAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN NOMOR 11 TAHUN 2015 2012 TENTANG PENAMAAN JALAN, TAMAN TERBUKA, TEMPAT PEMAKAMAN UMUM DAN PENOMORAN BANGUNAN

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS MENGENAI PERLINDUNGAN HUKUM BAGI BANGUNAN BERSEJARAH

BAB IV ANALISIS MENGENAI PERLINDUNGAN HUKUM BAGI BANGUNAN BERSEJARAH BAB IV ANALISIS MENGENAI PERLINDUNGAN HUKUM BAGI BANGUNAN BERSEJARAH A. Pengaturan Hukum atas Alih Fungsi Bangunan Bersejarah Ditinjau dari Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010 Tentang Cagar Budaya Perkembangan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN ASAHAN SEKRETARIAT DAERAH Jalan Jenderal Sudirman No.5 Telepon K I S A R A N

PEMERINTAH KABUPATEN ASAHAN SEKRETARIAT DAERAH Jalan Jenderal Sudirman No.5 Telepon K I S A R A N PEMERINTAH KABUPATEN ASAHAN SEKRETARIAT DAERAH Jalan Jenderal Sudirman No.5 Telepon 41928 K I S A R A N 2 1 2 1 6 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN ASAHAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN ASAHAN NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG

Lebih terperinci

Evaluasi Kondisi Tata Ruang Eksisiting Kota Bandung SWK Cibeunying

Evaluasi Kondisi Tata Ruang Eksisiting Kota Bandung SWK Cibeunying Prosiding Perencanaan Wilayah dan Kota ISSN: 2460-6480 Evaluasi Kondisi Tata Ruang Eksisiting Kota Bandung SWK Cibeunying 1 Indri Pebrianto, 2 Saraswati 1,2 Prodi Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Tanpa terasa Bandung sudah memasuki usianya yang lebih dari 200 tahun. Sebuah perjalanan yang sangat panjang dari wilayah yang sebelumnya merupakan bagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam beberapa tahun terakhir ini, kota Bandung sudah menjadi kota

BAB I PENDAHULUAN. Dalam beberapa tahun terakhir ini, kota Bandung sudah menjadi kota BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Dalam beberapa tahun terakhir ini, kota Bandung sudah menjadi kota tujuan wisata belanja orang-orang dari luar daerah. Banyak pengunjung didominasi oleh

Lebih terperinci

BAB 3 GAMBARAN UMUM KAWASAN JALAN CIHAMPELAS

BAB 3 GAMBARAN UMUM KAWASAN JALAN CIHAMPELAS 31 BAB 3 GAMBARAN UMUM KAWASAN JALAN CIHAMPELAS 3.1 Gambaran Umum Kota Bandung Dalam konteks nasional, Kota Bandung mempunyai kedudukan dan peran yang strategis. Dalam Peraturan Pemerintah No.47 Tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Judul

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Judul BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Judul Studio Konsep Perancangan Arsitektur (SKPA) ini berjudul Ambarawa Heritage Resort Hotel. Untuk mengetahui maksud dari judul dengan lebih jelas maka perlu diuraikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Seiring dengan kemajuan jaman, perkembangan dalam berbagai bidang kini semakin terasa di Indonesia. Kemajuan teknologi telah membawa suatu pengaruh yang cukup signifikan

Lebih terperinci

2014 PERKEMBANGAN PT.POS DI KOTA BANDUNG TAHUN

2014 PERKEMBANGAN PT.POS DI KOTA BANDUNG TAHUN 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Pada 20 Agustus tahun 1746 oleh Gubernur Jenderal G.W.Baron Van Imhoff mendirikan Kantor Pos dengan tujuan untuk lebih menjamin keamanan surat

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR 37 GEDUNG PERTEMUAN DI MARKAS PANGKALAN TNI AL SEMARANG BAB I PENDAHULUAN

TUGAS AKHIR 37 GEDUNG PERTEMUAN DI MARKAS PANGKALAN TNI AL SEMARANG BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Indonesa dewasa ini mulai menggalakkan wisata konvensi yang merupakan ciri industri pariwisata. Melalui kegiatan ini disamping peserta mengikuti siding teknis juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. (DIY) memiliki peran yang sangat strategis baik di bidang pemerintahan maupun

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. (DIY) memiliki peran yang sangat strategis baik di bidang pemerintahan maupun BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Kota Yogyakarta sebagai ibu kota Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) memiliki peran yang sangat strategis baik di bidang pemerintahan maupun perekonomian. Laju

Lebih terperinci

LAMPIRAN V KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI KOTA MEDAN. Kualitas yang diharapkan

LAMPIRAN V KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI KOTA MEDAN. Kualitas yang diharapkan LAMPIRAN V KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI KOTA MEDAN Zona (berdasarkan Kawasan Lindung Kawasan Hutan Manggrove (Hutan Bakau Sekunder); Sungai, Pantai dan Danau; Rel Kereta Api pelindung ekosistim bakau

Lebih terperinci

sesudah adanya perjanjian Wina dan terutama dibukanya terusan Suez. Hal

sesudah adanya perjanjian Wina dan terutama dibukanya terusan Suez. Hal BAB 1 PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masuknya bangsa Eropa ke Indonesia pertama kali ditandai dengan kedatangan bangsa Portugis pada abad 16 M kemudian diteruskan dengan kedatangan bangsa Belanda yang

Lebih terperinci

Lessons Learned Tata Ruang Kota Medan. Oleh Prof Bachtiar Hassan Miraza

Lessons Learned Tata Ruang Kota Medan. Oleh Prof Bachtiar Hassan Miraza 1 Lessons Learned Tata Ruang Kota Medan Oleh Prof Bachtiar Hassan Miraza Awalnya kota ini dibangun oleh Pemerintah Hindia Belanda dengan konsep the green city. Kota ini dikelilingi oleh wilayah perkebunan

Lebih terperinci

RETRIBUSI MASUK OBYEK WISATA

RETRIBUSI MASUK OBYEK WISATA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 11 TAHUN 2002 TENTANG RETRIBUSI MASUK OBYEK WISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KOTAWARINGIN BARAT Menimbang : a. bahwa, obyek wisata yang

Lebih terperinci

Benteng Fort Rotterdam

Benteng Fort Rotterdam Benteng Fort Rotterdam Benteng Fort Rotterdam merupakan salah satu benteng di Sulawesi Selatan yang boleh dianggap megah dan menawan. Seorang wartawan New York Times, Barbara Crossette pernah menggambarkan

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/66/KPTS/013/2006

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/66/KPTS/013/2006 GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/66/KPTS/013/2006 TENTANG SATUAN KOORDINASI PELAKSANA PENANGGULANGAN BENCANA DAN PENANGANAN PENGUNGSI () PROPINSI JAWA TIMUR Menimbang GUBERNUR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Kota Bandung merupakan kota metropolitan terbesar di Jawa Barat sekaligus menjadi Ibu Kota provinsi Jawa Barat. Kota yang terletak di 140 km sebelah

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2012 NOMOR 16 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG POLA PENYEBARAN PELETAKAN REKLAME

BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2012 NOMOR 16 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG POLA PENYEBARAN PELETAKAN REKLAME BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2012 NOMOR 16 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG POLA PENYEBARAN PELETAKAN REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BOGOR, Menimbang :

Lebih terperinci

RINCIAN ASET YANG DISERTAKAN PADA PERUSAHAAN DAERAH JASA DAN KEPARIWISATAAN PROVINSI JAWA BARAT

RINCIAN ASET YANG DISERTAKAN PADA PERUSAHAAN DAERAH JASA DAN KEPARIWISATAAN PROVINSI JAWA BARAT LAMPIRAN : PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 19 TAHUN 2010 TANGGAL : 22 NOPEMBER 2010 TENTANG : PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH NOMOR 4 TAHUN 1999 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH JASA DAN KEPARIWISATAAN

Lebih terperinci

BAB II RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA BINJAI. 2.1 Penggunaan Lahan Di Kota Binjai

BAB II RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA BINJAI. 2.1 Penggunaan Lahan Di Kota Binjai BAB II RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA BINJAI 2.1 Penggunaan Lahan Di Kota Binjai Dari data hasil Sensus Penduduk 2010, laju pertumbuhan penduduk Kota Binjaitahun 2000 2010 telah mengalami penurunan menjadi

Lebih terperinci

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG - 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN BANDAR UDARA ABDULRACHMAN SALEH MALANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

KAJIAN KARAKTERISTIK BERLOKASI PEDAGANG KAKI LIMA DI KAWASAN PENDIDIKAN TEMBALANG KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR

KAJIAN KARAKTERISTIK BERLOKASI PEDAGANG KAKI LIMA DI KAWASAN PENDIDIKAN TEMBALANG KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR KAJIAN KARAKTERISTIK BERLOKASI PEDAGANG KAKI LIMA DI KAWASAN PENDIDIKAN TEMBALANG KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR Oleh: DIAN HERYANI L2D 002 393 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Kecamatan Bogor Tengah merupakan kecamatan yang posisinya berada di

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Kecamatan Bogor Tengah merupakan kecamatan yang posisinya berada di BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Kecamatan Bogor Tengah merupakan kecamatan yang posisinya berada di pusat Kota Bogor dan sekaligus menjadi pusat pemerintahan Kota Bogor. Selain pusat pemerintahan, wilayah

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. dengan DKI Jakarta yang menjadi pusat perekonomian negara.

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. dengan DKI Jakarta yang menjadi pusat perekonomian negara. 45 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Kota Bandar Lampung merupakan sebuah kota yang menjadi ibukota provinsi Lampung, Indonesia. Kota Bandar Lampung pintu gerbang Pulau Sumatera. Sebutan ini layak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN Bab I merupakan pendahuluan yang merupakan framework dari penyusunan laporan ini. Pada bab ini berisikan latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan sasaran. Dibahas pula ruang lingkupnya

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 31 BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Bio-Fisik Kawasan Karst Citatah Kawasan Karst Citatah masuk dalam wilayah Kecamatan Cipatat. Secara geografis, Kecamatan Cipatat merupakan pintu gerbang Kabupaten

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kebun Agung didirikan pengusaha Cina, sedangkan Pabrik Gula Krebet

BAB 1 PENDAHULUAN. Kebun Agung didirikan pengusaha Cina, sedangkan Pabrik Gula Krebet BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Latar Belakang Objek Kabupaten Malang memiliki dua Pabrik gula yang cukup besar yaitu PG Kebon Agung dan PG. Krebet. PG Kebon Agung berdiri pada 1905, PG Krebet

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK DAN SUBYEK PENELITIAN. lainya berstatus Kabupaten. Kota Yogyakarta terletak antara 110 o 24 I 19 II sampai

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK DAN SUBYEK PENELITIAN. lainya berstatus Kabupaten. Kota Yogyakarta terletak antara 110 o 24 I 19 II sampai 1 BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK DAN SUBYEK PENELITIAN A. Gambaran Umum Obyek Penelitian 1. Kondisi Geografis Kota Yogyakarta Kota Yogyakarta sebagai ibukota Provinsi DIY adalah satu-satunya daerah tingkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Museum merupakan tempat yang sangat bernilai dalam perjalanan

BAB I PENDAHULUAN. Museum merupakan tempat yang sangat bernilai dalam perjalanan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Museum merupakan tempat yang sangat bernilai dalam perjalanan hidup sebuah bangsa dan menyimpan berbagai karya luhur nenek moyang kita yang mencerminkan kekayaan

Lebih terperinci

senopati tersebut berada di Desa Gading. Mereka menetap di sana hingga akhir hayat. Kapal yang mereka gunakan untuk berlayar dibiarkan begitu saja

senopati tersebut berada di Desa Gading. Mereka menetap di sana hingga akhir hayat. Kapal yang mereka gunakan untuk berlayar dibiarkan begitu saja Masa Pra Penjajahan Pulau Kundur memiliki jejak sejarah sendiri sebelum masa penjajahan. Dikisahkan bahwa Kerajaan Singasari di Pulau Jawa yang berada di bawah kepemimpinan Kertanegara hendak melakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara berkembang terus membenahi dirinya melalui pembangunan di segala bidang agar dapat menjadi negara yang makmur setara dengan negara-negara maju

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2001 TENTANG KEBANDARUDARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2001 TENTANG KEBANDARUDARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2001 TENTANG KEBANDARUDARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah, Pemerintah Daerah diberikan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2001 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2001 TENTANG PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2001 TENTANG KEBANDARUDARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah, Pemerintah Daerah diberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kota Bandung memiliki daya tarik yang luar biasa dalam bidang pariwisata. Sejak jaman penjajahan Belanda, Bandung menjadi daerah tujuan wisata karena keindahan alamnya

Lebih terperinci

TANGGAL NO SURAT NAMA DOKUMEN NAMA GEDUNG PERUSAHAAN ALAMAT REKOMENDASI WISMA JL. DAGO ASRI I NO REKOMENDASI GEDUNG

TANGGAL NO SURAT NAMA DOKUMEN NAMA GEDUNG PERUSAHAAN ALAMAT REKOMENDASI WISMA JL. DAGO ASRI I NO REKOMENDASI GEDUNG TANGGAL NO SURAT NAMA DOKUMEN NAMA GEDUNG PERUSAHAAN ALAMAT 2015-01-08 011 REKOMENDASI WISMA JL. DAGO ASRI I NO. 23 2015-01-14 046 REKOMENDASI GEDUNG UTAMA HERITAGE JL. PATEUR NO. 28 2015-01-19 064 REKOMENDASI

Lebih terperinci