BAB II RUANG LINGKUP
|
|
- Suryadi Kusnadi
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB II RUANG LINGKUP 2.1 Sejarah singkat DJBC Disekitar Nama Bea dan Cukai sesungguhnya merupakan suatu lembaga dan aktivitas yang telah lama ada di Indonesia. Bahkan kalau diurut sejarahnya kebelakang ia telah ada semenjak jaman kerajaan-kerajaan maritim tempo dulu. Hanya saja kalau dalam bentuknya yang bisa disebut modern baru muncul semenjak Belanda masuk dan kemudian menjajah di Indonesia. Pada jaman Belanda petugas Bea dan Cukai dikenal dengan nama Tollenaar yang secara harapiah kira-kira bisa diterjemahkan sebagai penjaga tapal batas negara atau pantai yang bertugas memungut tol atau sejenis upeti terhadap barang-barang tertentu yang dibawa masuk atau keluar lewat suatu tapal batas. Selain istilah tersebut juga dikenal adanya istilah seperti Mantriboom, Opasboom yang dikaitkan pengertiannya dengan tanda tapal batas untuk pemeriksaan barang yang masuk dan keluar di pelabuhan. Boom bisa berarti pohon atau balok atau tiang dan sebagainya yang pada zaman VOC dulu dipergunakan untuk menutup jalur pelayaran dengan sebatang pohon atau boom. Atau dalam istilah lain juga dikenal dengan Douane-Linie atau dalam bahasa Inggris disebut Customs Area
2 Selanjutnya baru dikenal istilah Bea dan Cukai dimana Bea berasal dari bahasa Sansekerta dan Cukai berasal dari bahasa India. Sedang untuk Bea, termasuk didalamnya bea masuk dan bea keluar yang dalam bahasa Belanda disebut sebagai invoerrechten dan uitvoerrechten sedangkan untuk cukai berasal dari kata accijnzen Bea dan Cukai pada Zaman Kerajaan Lembaga Bea dan Cukai dapat dipastikan telah ada semenjak jaman kerajaan dahulu. Kegiatan-kegiatannya banyak dikenal pada pelabuhan-pelabuhan besar zaman dahulu yang sifatnya masih sangat kedaerahan. Namun sayangnya sampai sekarang belum ditemukan adanya catatan sejarah yang memadai mengenai keberadaan dan aktivitas lembaga ini. Dengan tidak adanya catatan sejarah tersebut maka tidak mungkin pula untuk menemukan sebutan apa yang dipergunakan oleh orang zaman tersebut terhadap Bea dan Cukai. Walaupun tidak ditemukannya sebutan yang pasti terhadap lembaga Bea dan Cukai akan tetapi kegiatan kepabeanan jelas bisa terbaca dalam aktivitas perdagangan yang dilakukan oleh masyarakat waktu itu. Salah satu tokoh kunci yang punya peran besar dalam urusan kepabeanan adalah Syahbandar. Syahbandar bertugas mengurus dan mengawasi perdagangan orang-orang yang berniaga dalam lingkungan pengawasannya, termasuk pengawasan dipasar dan digudang. Dalam urusan dagang tersebut kedudukannya sangat penting sebab merekalah yang menentukan dan sekaligus menerima bea masuk dan bea keluar dari barang-barang yang diperdagangkan. Sedangkan untuk
3 menjaga kepentingan pedagang itu sendiri Syahbandar biasanya dipilih dari kalangan mereka sendiri (atau pedagang asing), dimana hal ini nampaknya juga didasarkan kepada suatu pertimbangan yang sangat arif dimana Syahbandar adalah orang yang pertama yang berhubungan dengan kapal-kapal asing. Adapun kriteria pemilihan Syahbandar adalah bahwa ia harus seorang saudagar kaya dan berwibawa dengan ukuran mereka yang paling berhasil dalam usaha dagangnya. Di pelabuhan Banda Aceh Darussalam pada zaman sultan Iskandar Muda tercatat sebagai salah satu pelabuhan yang cukup ramai lalu lintas perdagangannya. Oleh karena itu di pelabuhan tersebut terdapat paling tidak tiga atau empat Syahbandar yang bertugas mengawasi lalu lintas keluar masuk barangbarang. Hanya saja model kegiatan mereka tidaklah seperti kepabeanan modern yang kita saksikan sekarang ini. Konon upeti yang diterima kerajaan dari pedagang masih berupa barang-barang. Demikian juga dengan pelabuhan Jepara pada abad ke-17 juga telah mengenal Syahbandar, walaupun jumlahnya hanya baru satu orang. Syahbandar mengepalai pabean yang memungut bea dan cukai untuk setiap barang yang masuk dan keluar pelabuhan Bea dan Cukai pada zaman VOC Pada zaman VOC permasalahan Bea dan Cukai telah menemukan bentuknya yang cukup modern. Penentuan tarif bea masuk, bea keluar maupun cukai ditentukan dengan perhitungan prosentase.
4 Pada tanggal 1 Oktober 1662 VOC mengundangkan pengumuman resmi tentang tarif Tol. Dan ini merupakan tarif pungutan yang pertama atas barang ekspor dan impor. Besarnya tarif dikenakan antara 5 % sampai dengan 20 %. Tarif 20 % biasanya ditujukan terhadap barang-barang mewah seperti bir dan anggur serta diterapkan untuk tujuan proteksi. Misalnya untuk proteksi terhadap budi daya tembakau maka pemerintah mengenakan bea masuk tembakau sebesar 20 %. Pada tahun 1748 yaitu pada masa pemerintahan Gubernur Jenderal Van Imhoff, terjadi perubahan yang tergolong radikal dalam persoalan tarif. Dalam tarif baru tersebut lebih terlihat kecenderungan-kecenderungan yang bersifat ekonomis. Pertama sekali terjadi pembebasan terhadap cukai sayur-sayuran, buahbuahan, ikan dan berbagai barang kecil lainnya yang amat penting bagi keperluan hidup. Selanjutnya terjadi perbedaan perlakuan pada aturan tarif VOC ini, yaitu atas impor barang-barang dari pedagang asing kepada mereka dikenakan bea masuk, namun untuk impor barang-barang milik kompeni sendiri dibebaskan dari bea masuk Bea dan Cukai pada Zaman Kolonial Belanda Pada zaman kolonial Belanda peraturan tentang cukai dan tarif mengalami perubahan yang cukup mendasar dibandingkan dengan peraturan yang berlaku pada zaman VOC. Tujuan cukai di zaman kolonial Belanda lebih mengarah kepada kepentingan penjajah yaitu usaha membiayai kepentingan kolonial di
5 Hindia Belanda. Hal ini dapat dilihat dari tarif bea masuk dan keluar yang dikenakan terhadap barang-barang yang mengalami peningkatan yang cukup tinggi. Berdasarkan Indische Stbl 1817 No. 63 ditetapkan bahwa bea masuk yang dipungut atas barang-barang yang diangkut dengan kapal-kapal Belanda yang sebelumnya dikenakan tarif sebesar 6 % dinaikkan menjadi 30 %. Namun bila barang-barang diangkut dengan kapal asing (bukan kapal Belanda) dari dan ke Hindia Belanda maka tarifnya bisa mencapai 60 %. Walaupun sepintas tarif yang dikenakan sudah sangat tinggi, namun pemerintah kolonial tetap menganggap sistim tarif tersebut belum sempurna, karena dirasakan belum benar-benar protektif terhadap semua kepentingan kolonial. Atas dasar hal tersebut maka pemerintah kolonial tetap melakukan revisi-revisi yang mendasar terhadap peraturan tersebut, perubahan mana ditetapkan dengan undang-undang sebagai dasar kekuatan hukum yang pasti Organisasi Bea dan Cukai Sebagaimana halnya tarif Bea dan Cukai, maka permasalahan organisasi Bea dan Cukai juga mempunyai sejarah yang sangat panjang. Organisasi Bea dan Cukai telah ada semenjak zaman kolonial Belanda dulu, yang keberadaannya pertama sekali disesuaikan dengan kepentingan pemerintah jajahan, seperti penghimpunan bea untuk kepentingan kolonial. Mulanya organisasi Bea dan Cukai disusun sebagai unit pelaksana Pemerintahan Hindia Belanda cq. Direktur Keuangan. Bentuk organisasinya
6 disesuaikan dengan titel De Dienst der Invoer en Uitvoerrechten en Accijnzen (I.U. & A) yang bisa diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia sebagai Jawatan Bea dan Cukai. Sebelum tahun 1934 dikenal antara lain Keputusan Pemerintah (Gouvernements Besluit) No. 33 (stbl. 554) tanggal 22 Desember 1928 yang mengatur tentang Organisasi Dinas Bea dan Cukai. Kemudian dalam perkembangannya keluar lagi Keputusan Pemerintah Kolonial Belanda tanggal 1 Juni 1934 (Ind.Stbl 1934 No. 361) yang merupakan perbaikan terhadap keputusan yang terdahulu. Terakhir keluar lagi Keputusan Pemerintah Kolonial Belanda tanggal 4 Januari 1940 (Ind. Stbl No. 5). Adapun yang diatur oleh ketentuan-ketentuan tersebut adalah tentang susunan organisasi, tata kerja serta kewenangan pejabat-pejabat Jawatan Bea dan Cukai yang berlaku semenjak tahun Pada zaman pendudukan Jepang yang menggantikan pemerintahan kolonial Belanda, maka pemerintahan militer Jepang mengeluarkan Undangundang No. 13 tanggal 29 April 1942 tentang pembukaan kantor-kantor pemerintahan di Jawa dan Madura. Sementara untuk luar Jawa dan Madura tidak perlu diurus dengan alasan di wilayah tersebut tidak adanya perdagangan luar negeri, sehingga praktis untuk wilyah tersebut tidak ada pemungutan bea. Setelah Indonesia merdeka maka susunan organisasi dan tata kerja Bea dan Cukai seringkali mengalami perubahan dan perkembangani, mulai dari bentuk, susunan dan tata kerja, perubahan mana sangat kental terpengaruh oleh
7 warisan kolonial mulai dari yang sederhana hingga bentuknya yang modern disesuaikan dengan kebutuhan negara dalam pembangunan sekarang ini. Pada zaman sebelum penyerahan kedaulatan oleh Belanda kepada Indonesia, sebagaimana yang terjadi pada zaman pendudukan Jepang tidak terlalu banyak diketahui tentang perkembangan lembaga Bea dan Cukai. Catatan sejarah sangat kurang, dan yang lebih penting lagi adalah bahwa saat itu merupakan masa-masa transisi, sehingga segala sesuatu dilakukan secara darurat. Kemudian atas mandat Presiden RI tanggal 19 Desember 1948 disusunlah Organisasi Kementerian Keuangan. Struktur Organisasinya terlihat sekali mengambil alih bentuk Zaimubu (zaman Jepang) dengan berbagai modifikasi sesuai dengan kebutuhan saat itu. Pada zaman Republik Indonesia Serikat (RIS) yaitu sekitar awal tahun 1950 setelah pengakuan kedaulatan Republik Indonesia seluruh pemerintahan pusat dan alat-alatnya kembali ke Jalarta dan daerah-daerah pabean yang ada tibatiba menjadi sangat besar sebagai akibat semakin membesarnya volume perdagangan dari dan ke wilayah Indonesia. Dengan besarnya volume perdagangan menyebabkan urusan menjadi semakin kompleks sehingga otomatis lembaga Bea dan Cukai harus menyesuaikan diri dalam menghadapi perkembangan tersebut. Pada tahap ini terjadi rasionalisasi kelembagaan dalam menghadapi tuntutan perkembangan. Namun demikian susunan organisasi di Kantor Bea dan Cukai di Jakarta masih merupakan kelanjutan susunan organisasi Kantor Besar gaya lama (I.U. & A). Dan upaya pertama yang diambil oleh
8 pimpinan jawatan adalah mengaktifkan kembali kantor-kantor daerah dan kantorkantor cabang. Pada tanggal 5 Juli 1959 Pemerintah RIS memutuskan untuk memberlakukan kembali UUD Struktur organisasi gaya lama (I.U. & A) dengan sedikit modifikasi masih tetap berlaku hingga tahun Hal ini antara lain dengan dibentuknya unit-unit kerja (seperti Biro, Bagian / Seksi / Umum) dengan memperluas tugas dan fungsi serta wewenang pejabat. Kemudian pada tahun 1962/1963 akibat adanya beban tugas yang semakin besar maka terjadi lagi perbaikan-perbaikan terhadap struktur organisasi dan tata kerja Bea dan Cukai. Namun disini ada suatu catatan bahwa karena alasan yang kurang jelas pada tahun 1966 status Direktorat Jenderal Bea dan Cukai turun menjadi Direktorat dan berada langsung dibawah Direktorat Jenderal Pajak. Namun setelah timbul reaksi pimpinan Bea dan Cukai beserta staf yang langsung menhadap Menteri Keuangan, maka statusnya segera ditetapkan kembali menjadi Direktorat Jenderal Bea dan Cukai. Setelah itu perubahan-perubahan tetap saja berlangsung sesuai dengan perjalanan waktu, misalnya pada tahun 1967 dengan Keputusan Presidium Kabinet Ampera No. 75/U/KEP/II/1966 jo Keputusan Menteri Keuangan No. 57/MEN.KEU/1967 tanggal 25 Mei 1967, dipandang perlu untuk segera menyesuaikan kemampuan dan daya gerak aparatur Departemen Keuangan dengan hasil-hasil yang telah dicapainya dengan kebijaksanaan pokok dibidang keuangan moneter. Atas dasar hal tersebut maka terjadi lagi perbaikan-perbaikan terhadap struktur organisasi Bea dan Cukai.
9 Kemudian secara berturut-turut terjadi beberapa perubahan yang ditujukan kearah perbaikan dan efisiensi, dimana semua perubahan itu disertai dengan keputusan hukum. Misalnya Keputusan Menteri Keuangan No. KEP- 594/M/III/12/1968 dan Keputusan Menteri No. 57/MEN.KEU/67 yang menyebutkan tentang peninjauan kembali susunan organisasi Bea dan Cukai, dan khususnya menyangkut Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, tugas pokoknya ditetapkan sebagai berikut : Direktorat Jenderal Bea dan Cukai melaksanakan fungsi-fungsi tekhnis eksekutif terhadap salah satu atau sekelompok sektor pembinaan dalam ruang lingkup tugas pokok Departemen Keuangan, yang meliputi : 1. Pengurusan dan penyempurnaan sistem pendapatan negara, khususnya yang berupa pungutan-pungutan bea dan cukai. 2. Menyelenggarakan pencegahan dan pemberantasan penyelundupan dan mencegah / memberantas pelanggaran peraturan dibidang pendapatan negara maupun pelanggaran peraturan-peraturan lainnya yang dapat berakibat merugikan negara dalam batas-batas wewenangnya. Namun keputusan Menteri ini tidak dapat bertahan lama, atas pertimbangan bahwa pelayanan dalam bidang tekhnis dan administrasi yang harus diberikan oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai dalam usaha meningkatkan penerimaan keuangan negara, dan sehubungan dengan semakin padatnya tugas yang harus dilakukan dalam menghadapi Pelita, maka dengan demikian keluarlah Keputusan Menteri Keuangan No. KEP-746/MK/11/1969 yang ditujukan sebagai
10 usaha penyempurnaan struktur organisasi dan tata kerja Direktorat Jenderal Bea dan Cukai. Selanjutnya perbaikan-perbaikan tetap berlangsung dengan keluarnya Keputusan Menteri Keuangan No. KEP.405/MK/6/4/1975. Pada tahun 1983 dengan Keputusan Menteri Keuangan No. 216a/MK.01/1983 organisasi Direktorat Jenderal Bea dan Cukai disempurnakan, dengan maksud untuk meningkatkan penerimaan negara di sektor Bea dan Cukai. Oleh karena itu dianggap perlu untuk meningkatkan status beberapa kantor menjadi Kantor Wilayah, dan juga untuk menambah beberapa unit organisasi pada Direktorat Jenderal Bea dan Cukai untuk melakukan pemungutan dan pengelolaan penerimaan negara disektor Bea dan Cukai yang dihimpun dari Kantor-kantor Wilayah. Kemudian sesuai dengan Keputusan Menteri Keuangan No. 998/MK.01/1985 tanggal 27 Desember 1985, tugas pokok Direktorat Jenderal Bea dan Cukai disempurnakan menjadi : Melaksanakan sebagian tugas pokok Departemen Keuangan dibidang pemungutan pajak negara dalam bentuk Bea dan Cukai serta pungutan lainnya, berdasarkan kebijaksanaan yang digariskan Menteri. Selanjutnya perbaikan-perbaikan terus berlangsung dalam rangka meningkatkan kinerja badan ini. Dan pada tahun 1993 Menteri Keuangan mengadakan re-organisasi di tubuh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai yaitu dengan keluarnya Keputusan Menteri Keuangan No. 759/KMK.01/1993, dimana tugas pokok Direktorat Jenderal Bea dan Cukai menjadi : Melaksanakan
11 sebagian tugas pokok Departemen Keuangan dibidang pemungutan pajak negara, dalam bentuk bea, cukai dan pemungutan lainnya serta mengamankan kebijaksanaan pemerintah yang berkaitan dengan pemasukan dan pengeluaran barang ke atau dari wilayah Indonesia sesuai dengan kebijaksanaan yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan dan berdasarkan kepada peraturan perundang-undangan yang berlaku. Kemudian pada tahun 1995 telah terbit Undang-undang No. 10 tentang Kepabeanan dan Undang-undang No. 11 tentang Cukai yang menggantikan undang-undang produk zaman Kolonial Belanda. Sejalan dengan lahirnya Undang-undang tersebut, maka pada tahun 1998 organisasi dan tata kerja Direktorat Jenderal Bea dan Cukai juga mengalami perubahan, yakni dengan diberlakukannya Keputusan Menteri Keuangan RI No. 32/KMK.01/1998 tanggal 4 Pebruari Berdasarkan keputusan itu ditetapkan bahwa Direktorat Jenderal Bea dan Cukai mempunyai tugas pokok : melaksanakan sebagian tugas pokok Departemen Keuangan dibidang Kepabeanan dan Cukai berdasarkan kebijaksanaan yang ditetapkan oleh Menteri dan mengamankan kebijaksanaan pemerintah yang berkaitan dengan lalu lintas barang yang masuk atau keluar Daerah Pabean dan pemungutan bea masuk dan cukai serta pungutan negara lainnya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Namun satu hal yang perlu menjadi catatan disini adalah bahwa tidak pada tempatnya untuk mengurut satu persatu semua bentuk organisasi, tugas pokok, tata kerja dan perubahan-perubahan yang pernah terjadi mulai semenjak zaman kolonial, Indonesia merdeka sampai saat sekarang, karena terlalu banyak bentuk
12 dan variannya,maka penulis hanya akan menyajikan bentuk dan susunan organisasi Bea dan Cukai seperti yang terdapat sekarang, yaitu berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan No. 32/KMK.01/1998 (Gambar Struktur Organisasi Kantor Pusat Direktorat Jenderal Bea dan Cukai lihat lampiran) : Untuk kelancaran penyelenggaraan tugas pokok dan fungsinya di seluruh Wilayah Indonesia maka Direktorat Jenderal Bea dan Cukai membagi wilayah Indonesia menjadi 12 wilayah kerja yang selanjutnya disebut sebagai Kantor Wilayah (Kanwil), yaitu : 1. Kantor Wilayah I di Medan dengan wilayah kerja meliputi Aceh, Sumatera Utara dan Sumatera Barat. 2. Kantor Wilayah II di Tanjung Balai Karimun dengan wilayah kerja seluruh Riau. 3. Kantor Wilayah III di Palembang dengan wilayah kerja meliputi Sumatera Selatan, Bengkulu, Jambi dan Lampung. 4. Kantor Wilayah IV di Jakarta dengan wilayah kerja meliputi seluruh DKI. 5. Kantor Wilayah V di Bandung dengan wilayah kerja meliputi diseluruh Jawa Barat. 6. Kantor Wilayah VI di Semarang dengan wilayah kerja meliputi Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta. 7. Kantor Wilayah VII di Surabaya dengan wilayah kerja meliputi Jawa Timur 8. Kantor Wilayah VIII di Denpasar dengan wilayah kerja meliputi Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur.
13 9. Kantor Wilayah IX di Pontianak dengan wilayah kerja meliputi Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah. 10. Kantor Wilayah X di Balikpapan dengan wilayah kerja meliputi Kalimantan Selatan dan Kalimantan Timur. 11. Kantor Wilayah XI di Ujung Pandang dengan wilayah kerja meliputi Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara dan Sulawesi Utara. 12. Kantor Wilayah XII di Ambon dengan wilayah kerja meliputi Maluku dan Irian Jaya. Memperhatikan bagan organisasi Direktorat Jenderal Bea dan Cukai tersebut diatas terlihat bahwa di daerah-daerah terdapat Kantor Wilayah. Adapun tugas pokok Kantor Wilayah adalah : Melaksanakan koordinasi dan pengendalian pelaksanaan tugas pokok Direktorat Jendral di wilayah kerjanya berdasarkan kebijaksanaan tekhnis yang ditetapkan Direktur Jenderal. 2.2 Tempat dan Kedudukan Kantor Pelayanan Bea dan Cukai Tipe A Bandung bertempat di Jalan Rumah Sakit No. 167 Bandung. Kedudukan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai diatur berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan RI No. 32/KMK.01/1998 tanggal 4 Pebruari 1998 setelah mengalami beberapa kali perbaikan mengenai tugas pokok Bea dan Cukai.
14 Dierktorat Jenderal Bea dan Cukai berkedudukan sebagai institusi pemerintahan yang berperan penting dalam pengawasan arus keluar masuk barang maupun dokumen yaitu proses pemberitahuan Ekspor dan Impor barang. 2.3 Bentuk Badan Hukum Badan Hukum Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC) diatur berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan RI No. 32/KMK.01/1998 tanggal 4 Pebruari 1998 setelah mengalami beberapa perubahan mengenai tugas pokok Bea dan Cukai. 2.4 Tugas Pokok dan Fungsi DJBC Sesuai dengan Keputusan Menteri Keuangan RI No. 32/KMK.01/1998 tanggal 4 Pebruari 1998 tentang tugas pokok Bea dan Cukai dengan berbagai pembenahan fungsi Bea dan Cukai. Adapun tugas pokok dan fungsinya itu adalah sebagai berikut : Tugas Pokok DJBC Tugas pokok DJBC adalah melaksanakan sebagian tugas Departemen Keuangan di bidang Kepabeanan dan Cukai, berdasarkan kebijaksanaan yang ditetapkan oleh Menteri dan mengamankan Kebijaksanaan Pemerintah yang berkaitan dengan lalu lintas barang yang masuk atau keluar daerah Pabean dan pemungutan bea masuk dan cukai serta pungutan negara lainnya berdasarkan perundang undangan yang berlaku.
15 Fungsi DJBC Untuk menyelenggarakan tugas pokok tersebut, Direktorat Jenderal Bea dan Cukai mempunyai fungsi : 1. Perumusan kebijaksanaan teknis di bidang kepabeanan dan cukai, sesuai dengan kebijaksanaan yang ditetapkan oleh menteri dan peraturan perundang undangan yang berlaku; 2. Perencanaan, pelaksanaan, pengendalian, evaluasi dan pengamanan teknis operasional kebijaksanaan pemerintah yang berkaitan dengan pengawasan atas lalu lintas barang yang masuk atau keluar daerah pabean, sesuai dengan kebijaksanaan yang ditetapkan oleh menteri dan peraturan perundang undangan yang berlaku; 3. Perencanaan, pelaksanaan, pengendalian, evaluasi dan pengamanan teknis operasional di bidang pemungutan bea masuk dan cukai serta pungutan lainnya yang pemungutannya dibebankan kepada Direktorat Jenderal Bea dan Cukai berdasarkan peraturan perundang undangan yang berlaku; 4. Perencanaan, pembinaan dan bimbingan di bidang pemberian pelayanan, perijinan, kemudahan, ketatalaksanaan dan pengawasan di bidang kepabeanan dan cukai berdasarkan peraturan perundang - undangan yang berlaku; 5. Pencegahan peraturan perundang undangan kepabeanan dan cukai dan penindakan di bidang kepabeanan dan cukai serta penyidikan tindak pidana kepabeanan dan cukai sesuai dengan praturan perundang undangan yang berlaku.
16 2.5 Bidang Pekerjaan Dinas Tempat Kerja Praktek Disini Penulis ditempatkan di bagian seksi perbendaharaan yang mempunyai tugas sebagai berikut : 1. Menerima laporan mengenai pemberitahuan barang yang masuk atau keluar dalam hal ini mengenai barang ekspor maupun impor. 2. Berhubungan dengan seksi bidang kepabeanan dalam pemberitahuan barang impor maupun ekspor. 3. Melakukan print out laporan setiap hari tentang barang yang masuk atau keluar dalam hal ini proses impor ataupun ekspor. 4. Melakukan pengambilan data dari seksi bidang OKDD tentang barang yang masuk atau keluar dalam hal ini mengenai impor maupun ekspor. 5. Melakukan pembukuan atas data yang telah diterima baik itu mengenai barang impor maupun ekspor. Seksi Perbendaharaan membawahkan : 1. Penangguhan dan Pengelolaan Jaminan 2. Penagihan dan Pengembalian. 2.6 Struktur Organisasi Kantor Pelayanan Bea dan Cukai Tipe A Bandung memiliki struktur organisasi sebagai berikut : 1. Kepala Kantor Pelayanan, membawahkan langsung Kelompok Tenaga Fungsional.
17 2. Subbagian Umum,membawahkan : a. UrusanTata Usaha dan Kepegawaian. b. Urusan Keuangan. c. Urusan Rumah Tangga. 3. Seksi Manifes dan Informasi, membawahkan : a. Penerimaan dan Penyelesaian Manifes b. Penerimaan Sarana Pengangkut sebanyak 3. c. Informasi. 4. Seksi Perbendaharaan, membawahkan : a. Penangguhan dan Pengelolan Jaminan. b. Penagihan dan Pengembalian. 5. Seksi Kepabeanan, membawahkan Hanggar sebanyak Seksi Tempat Penimbunan, membawahkan : a. Tempat Penimbunan Pabean. b. Tempat Penimbunan Berikat sebanyak Seksi Cukai, membawahkan Cukai sebanyak Seksi Operasional Komputer dan Distribusi Dokumen, membawahkan : a. Operasional Komputer b. Penyajian Data dan Informasi. c. Distribusi Dokumen.
18 BAGAN ORGANISASI KPBC TIPE A BANDUNG Kepala Kantor Pelayanann Sub Bagian Umum Urusan Tata Usaha dan Kepegawaian Urusan Keuangan Urusan Rumah Tangga Seksi Manifes dan Informasi Seksi Perbendaharaan Seksi Kepabeanan Sebanyakbanyaknya 5 seksi Seksi Tempat Penimbunan Sebanyakbanyaknya 6 seksi Seksi Cukai Seksi Operasional Komputer dan Distribusi Dokumen Penerimaan dan Penyelasaian Manifes Penerimaan Penangguhan dan pengelolaan jaminan Hanggar Sebanyak 6 subseksi Tempat Penimbunan Pabean Cukai Sebanyak 3 subseksi Suseksi Operasional Komputer Penerimaan Sarana Pengangkut sebanyak 3 subseksi Penagihan dan Pengembalian Tempat Penimbunan Berikat Sebanyak 6 subseksi Penyajian Data & Informasi Informasi Kelompok Tenaga Fungsional Distribusi Dokumen
BAB II KANTOR WILAYAH DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI SUMATERA UTARA
BAB II KANTOR WILAYAH DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI SUMATERA UTARA A. Sejarah Ringkas Bea dan cukai sesungguhnya merupakan suatu lembaga dan aktifitas yang telah lama ada di Indonesia. Bahkan jika
Lebih terperinciBAB II GAMBARAN UMUM KANTOR PENGAWASAN DAN PELAYANAN BEA DAN CUKAI TIPE MADYA PABEAN B PEKANBARU. A.Sejarah KPPBC Tipe Madya Pabean B Pekanbaru
BAB II GAMBARAN UMUM KANTOR PENGAWASAN DAN PELAYANAN BEA DAN CUKAI TIPE MADYA PABEAN B PEKANBARU A.Sejarah KPPBC Tipe Madya Pabean B Pekanbaru Bea dan Cukai merupakan institusi global yang hampir semua
Lebih terperinciBAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. 3.1 Gambaran Umum Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai
13 BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 3.1 Gambaran Umum Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean B Bandar Lampung Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean Bandar
Lebih terperinciSALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 168/PMK.01/2012 TENTANG
MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 168/PMK.01/2012 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA INSTANSI VERTIKAL DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI DENGAN
Lebih terperinciSALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 74/PMK.01/2009 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA INSTANSI VERTIKAL DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI
MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 74/PMK.01/2009 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA INSTANSI VERTIKAL DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI MENTERI KEUANGAN, Menimbang
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KOORDINASI PERGURUAN TINGGI SWASTA
SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KOORDINASI PERGURUAN TINGGI SWASTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI
Lebih terperinciSALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 206.3/PMK.01/2014 TENTANG
SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 206.3/PMK.01/2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 168/PMK.01/2012 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA INSTANSI VERTIKAL DIREKTORAT JENDERAL
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1. Sejarah Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai (KPPBC) Jenderal Bea dan Cukai sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
BAB I PENDAHULUAN A. Gambaran Umum Perusahaan 1. Sejarah Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai (KPPBC) Tipe Madya Pabean B Yogyakarta Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 74/PMK.01/2009
Lebih terperinciBERITA NEGARA. KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN. Koordinasi Perguruan Tinggi Swasta. Organisasai. Tata Kerja.
No.2, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN. Koordinasi Perguruan Tinggi Swasta. Organisasai. Tata Kerja. PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.15/Menlhk/Setjen/OTL.0/1/2016 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI PENGAMANAN DAN PENEGAKAN HUKUM LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
Lebih terperinciKEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 84 TAHUN 2001 TENTANG
KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 84 TAHUN 2001 TENTANG KEDUDUKAN, TUGAS, FUNGSI, SUSUNAN ORGANISASI, DAN TATA KERJA INSTANSI VERTIKAL DI LINGKUNGAN DEPARTEMEN KEUANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Lebih terperinciBAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. 2.1 Sejarah Singkat Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
11 BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Singkat Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Jawa Barat Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC) merupakan organisasi vertikal di bawah Kementerian
Lebih terperinci2016, No Kehutanan tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Pengamanan dan Penegakan Hukum Lingkungan Hidup dan Kehutanan; Mengingat : 1. Undang
No.211, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-LHK. Balai Pengamanan dan Penegakan Hukum Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Orta. PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR
Lebih terperinciBAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. 2.1 Gambaran Umum Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Sejarah Singkat Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Gambaran Umum Direktrat Jenderal Bea dan Cukai 2.1.1 Sejarah Singkat Direktrat Jenderal Bea dan Cukai Bea dan Cukai merupakan institusi glbal yang hampir semua negara
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM. 86 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI LALU LINTAS
PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM. 86 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI LALU LINTAS ANGKUTAN JALAN, SUNGAI, DANAU DAN PENYEBERANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinci- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,
- 1 - PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.12/Menlhk/Setjen/OTL.0/1/2016 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI PENGELOLAAN HUTAN PRODUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinci2016, No Kehutanan tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Pengelolaan ; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan (Le
No.208, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-LHK. Balai Pengelolaan. Orta. Pencabutan. PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.12/MENLHK/SETJEN/OTL.0/1/2016 TENTANG
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN AGAMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN AGAMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa sebagai tindak lanjut
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN 2006 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA INSTANSI VERTIKAL DI LINGKUNGAN DEPARTEMEN KEUANGAN
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN 2006 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA INSTANSI VERTIKAL DI LINGKUNGAN DEPARTEMEN KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Lebih terperinciBAB III. Deskripsi Instansi
BAB III Deskripsi Instansi A. Sejarah Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean B Suakarta Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai (KPPBC) Tipe Madya Pabean B Surakarta berada
Lebih terperinciBAB III METODE PENULISAN. Cukai Tipe Madya Pabean B Bandar Lampung berlokasi di jalan Yos Sudarso
22 BAB III METODE PENULISAN 3.1 Gambaran Umum Direktorat Jendral Bea dan Cukai adalah sebuah organisasi yang berkedudukan dibawah Departemen Keuangan RI yang menjalankan tugas secara operasional dibawah
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2007 TENTANG
SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2007 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI PENGEMBANGAN PENDIDIKAN NONFORMAL DAN INFORMAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciMENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR : 12 TAHUN 2000 TENTANG
MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR : 12 TAHUN 2000 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA MENTERI DALAM NEGERI, Menimbang : bahwa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang cukup pesat pada awal abad 20-an. Perkembangan yang cukup pesat ini
1 BAB I PENDAHULUAN ` A. Latar Belakang Perkembangan dunia perdagangan internasional menunjukkan perkembangan yang cukup pesat pada awal abad 20-an. Perkembangan yang cukup pesat ini diimbangi kemajuan
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN 2006 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA INSTANSI VERTIKAL DI LINGKUNGAN DEPARTEMEN KEUANGAN
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN 2006 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA INSTANSI VERTIKAL DI LINGKUNGAN DEPARTEMEN KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Lebih terperinciMENTERI HUKUM DAN HAM R.I REPUBLIK INDONESIA
MENTERI HUKUM DAN HAM R.I REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR : M 01.PR.07.10 TAHUN 2005 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KANTOR WILAYAH DEPARTEMEN
Lebih terperinciKEPUTUSAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 087/O/2003 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA LEMBAGA PENJAMIN MUTU PENDIDIKAN
SALINAN KEPUTUSAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 087/O/2003 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA LEMBAGA PENJAMIN MUTU PENDIDIKAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL, Menimbang a. bahwa untuk
Lebih terperinciKEPALA BADAN PENGAW ASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN,
KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN NOMOR: KEP-06.00.00-286/K/2001 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA PERWAKILAN BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN KEPALA BADAN PENGAW ASAN
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI PENYEDIA DAN PENGELOLA PEMBIAYAAN TELEKOMUNIKASI DAN INFORMATIKA DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciKEPUTUSAN MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA. NOMOR : 550/MPP/Kep/10/1999 TENTANG ANGKA PENGENAL IMPORTIR (API)
KEPUTUSAN MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 550/MPP/Kep/10/1999 TENTANG ANGKA PENGENAL IMPORTIR (API) MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA Menimbang :
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penerimaan dari berbagai sektor salah satunya adalah pajak.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Indonesia adalah Negara hukum yang berdasarkan Undang-Undang Dasar 1945. Negara Indonesia telah melaksanakan pembangunan yang pesat dalam kehidupan yang perlu
Lebih terperinciKEPUTUSAN MENTERI KEHAKIMAN DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR : M.01.PR TAHUN 2004 TENTANG
KEPUTUSAN MENTERI KEHAKIMAN DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR : M.01.PR.07.04 TAHUN 2004 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA RUMAH DETENSI IMIGRASI MENTERI KEHAKIMAN DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG PERLAKUAN KEPABEANAN, PERPAJAKAN, DAN CUKAI SERTA PENGAWASAN ATAS PEMASUKAN DAN PENGELUARAN BARANG KE DAN DARI SERTA BERADA DI KAWASAN
Lebih terperinciPENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG PERLAKUAN KEPABEANAN, PERPAJAKAN, DAN CUKAI SERTA PENGAWASAN ATAS PEMASUKAN DAN PENGELUARAN BARANG KE DAN DARI SERTA BERADA
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR : 18 /PER/M.KOMINFO/11/2010 TENTANG
PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR : 18 /PER/M.KOMINFO/11/2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI PENYEDIA DAN PENGELOLA PEMBIAYAAN TELEKOMUNIKASI DAN INFORMATIKA DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciPRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 84 TAHUN 2001 TENTANG KEDUDUKAN, TUGAS, FUNGSI, SUSUNAN ORGANISASI, DAN TATA KERJA INSTANSI VERTIKAL DI LINGKUNGAN DEPARTEMEN KEUANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2005 TENTANG
PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2005 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA SEKRETARIAT JENDERAL DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL, Menimbang
Lebih terperinci2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Komunikasi dan I
No.1273, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-KOMINFO. ORTA. UPT Monitor Frekuensi Radio. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2017 TENTANG
Lebih terperinci2015, No Indonesia Tahun 2015 Nomor168); 3. Keputusan Menteri Agama Nomor 1 Tahun 2003 tentang Pedoman Pendidikan dan Pelatihan Pegawai Negeri
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1390, 2015 KEMENAG. Balai Pendidikan dan Pelatihan Keagamaan. Organisasi. Tata Kerja. PERATURAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 59 TAHUN 2015 TENTANG ORGANISASI
Lebih terperinciMENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA,
PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR : 03 /PER/M.KOMINFO/03/2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS BIDANG MONITOR SPEKTRUM FREKUENSI RADIO MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA,
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.14/Menlhk/Setjen/OTL.0/1/2016 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI PERHUTANAN SOSIAL DAN KEMITRAAN LINGKUNGAN DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG
SALINAN PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI PENYEDIA DAN PENGELOLA PEMBIAYAAN TELEKOMUNIKASI DAN INFORMATIKA DENGAN
Lebih terperinciKEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : SE-07/PJ/2016 TENTANG
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : SE-07/PJ/2016 TENTANG PENETAPAN TARGET DAN STRATEGI PENCAPAIAN RASIO KEPATUHAN WAJIB
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2013 TENTANG
SALINAN ENTERI PENDIDIKAN BLIK INDONESI PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN NOMOR 1 TAHUN
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1990 TENTANG PEMBENTUKAN PENGADILAN TINGGI TATA USAHA NEGARA JAKARTA, MEDAN, DAN UJUNG PANDANG
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1990 TENTANG PEMBENTUKAN PENGADILAN TINGGI TATA USAHA NEGARA JAKARTA, MEDAN, DAN UJUNG PANDANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Lebih terperinci2016, No Nomor 167, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3888), sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.210, 2016 KEMEN-LHK. Balai Perhutanan Sosial dan Kemitraan Lingkungan. Orta. PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.14/MENLHK/SETJEN/OTL.0/1/2016
Lebih terperinciPERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK TAHUN 2007 TENTANG
PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN NOMOR HK.00.05.21.3592 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN NOMOR 05018/SK/KBPOM TAHUN 2001 TENTANG
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2015 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI PELESTARIAN NILAI BUDAYA
SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2015 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI PELESTARIAN NILAI BUDAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 1964 TENTANG PEMBENTUKAN GABUNGAN PERUSAHAAN SEJENIS PERKEBUNAN BESAR
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 1964 TENTANG PEMBENTUKAN GABUNGAN PERUSAHAAN SEJENIS PERKEBUNAN BESAR PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: Bahwa untuk memperlancar dan memperkembangkan
Lebih terperinciMENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK IND PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA
MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK IND PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43/M-DAG/PER/11/2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS BIDANG KEMETROLOGIAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 12 TAHUN 2005 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA INSPEKTORAT JENDERAL DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL
PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 12 TAHUN 2005 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA INSPEKTORAT JENDERAL DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL, Menimbang : bahwa sebagai pelaksanaan
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER. 22/MEN/2008 TENTANG
PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER. 22/MEN/2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS PENGELOLAAN SUMBER DAYA PESISIR DAN LAUT MENTERI KELAUTAN DAN
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 95 TAHUN 2006 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA INSTANSI VERTIKAL DI LINGKUNGAN DEPARTEMEN KEUANGAN
Lebih terperinciBKN. Kantor Regional. XIII. XIV. Pembentukan. Pencabutan. PERATURAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA
No.1058, 2014 BKN. Kantor Regional. XIII. XIV. Pembentukan. Pencabutan. PERATURAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 20 TAHUN 20142014 TENTANG PEMBENTUKAN KANTOR REGIONAL XIII DAN KANTOR REGIONAL XIV
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 95 TAHUN 2006 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA INSTANSI VERTIKAL DI LINGKUNGAN DEPARTEMEN KEUANGAN
Lebih terperinciBAB III DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN. A. Direktorat Jendral Pajak Republik Indonesia
45 BAB III DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN A. Direktorat Jendral Pajak Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pajak adalah sebuah direktorat jenderal di bawah Kementerian Keuangan Indonesia yang mempunyai tugas
Lebih terperinciDAFTAR KANWIL DJP BERDASARKAN KELOMPOK TARGET RASIO KEPATUHAN PENYAMPAIAN SPT TAHUN 2011
Lampiran 1 Nomor : SE-18/PJ/2011 Tanggal : 18 Pebruari 2011 NO DAFTAR KANWIL DJP BERDASARKAN KELOMPOK TARGET RASIO KEPATUHAN PENYAMPAIAN SPT TAHUN 2011 URAIAN Target Rasio Tahun 2010 (%) SPT Tahunan PPh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perdagangan internasional memegang peranan penting dalam sejarah pembangunan di Negara berkembang, tak terkecuali di Indonesia. Perdagangan internasional merupakan
Lebih terperinciBAB II GAMBARAN UMUM. tersebut bediri pada pemerintahan Kabupaten Bengkalis. Kota selatpanjang dan
BAB II GAMBARAN UMUM A. Sejarah KPPBC Selatpanjang Pada mulanya Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe B Selatpanjang terletak di pinggir laut tidak jauh dari perkotaan Selatpanjang, kantor
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.23/MEN/2008 TENTANG
Menimbang PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.23/MEN/2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN NASIONAL MENTERI KELAUTAN
Lebih terperinciDAFTAR LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN R.I. : 45/M-DAG/PER/9/2009 TANGGAL : 16 September 2009
DAFTAR LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN R.I. NOMOR : 45/M-DAG/PER/9/2009 TANGGAL : 16 September 2009 A. LAMPIRAN I : Formulir Isian untuk Memperoleh Angka Pengenal Importir Umum (Dinas Provinsi)
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 39 TAHUN 2006 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA SEKRETARIAT JENDERAL DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL
PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 39 TAHUN 2006 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA SEKRETARIAT JENDERAL DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL, Menimbang : a. bahwa dalam rangka
Lebih terperinciBAB II GAMBARAN UMUM KANTOR PENGAWASAN DAN PELAYANAN BEA DAN CUKAI TIPE A3 TELUK NIBUNG
BAB II GAMBARAN UMUM KANTOR PENGAWASAN DAN PELAYANAN BEA DAN CUKAI TIPE A3 TELUK NIBUNG A. Sejarah Umum Perusahaan Dimasa pemerintahan Belanda (VOC), sebenarnya praktik Kepabeanan telah ada, namun belum
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.13/Menlhk/Setjen/OTL.0/1/2016 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI PENGENDALIAN PERUBAHAN IKLIM DAN KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN
Lebih terperinciMenimbang : Mengingat :
KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 25/KMK.05/1997 TENTANG TATALAKSANA KEPABEANAN DI BIDANG IMPOR MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : bahwa dalam rangka pelaksanaan Undang-Undang
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2015 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI ARKEOLOGI
SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2015 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI ARKEOLOGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
Lebih terperinciKEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN,
KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DANPEMBANGUNAN NOMOR: KEP-188/K/1983 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN,
Lebih terperinciDAFTAR LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN RI NOMOR
DAFTAR LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN RI NOMOR : 40/MPP/Kep/1/2003 TANGGAL : 27 Januari 2003 A. LAMPIRAN I : Formulir Isian untuk Memperoleh Angka Pengenal Importir B. LAMPIRAN
Lebih terperinciDAFTAR KANWIL DJP DAN KPP BERDASARKAN KELOMPOK TARGET RASIO KEPATUHAN PENYAMPAIAN SPT TAHUN 2017
LAMPIRAN I Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor : SE-06/PJ/2017 Tanggal : 16 Maret 2017 NO DAFTAR KANWIL DJP DAN KPP BERDASARKAN KELOMPOK TARGET RASIO KEPATUHAN PENYAMPAIAN SPT TAHUN 2017 URAIAN
Lebih terperinciDAFTAR LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN R.I. NOMOR : 31/M-DAG/PER/7/2007 TANGGAL : 20 Juli 2007
DAFTAR LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN R.I. NOMOR : 31/M-DAG/PER/7/2007 TANGGAL : 20 Juli 2007 A. LAMPIRAN I : Formulir Isian untuk Memperoleh Angka Pengenal Importir B. LAMPIRAN II : Formulir Isian
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA LEMBAGA PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN
PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA LEMBAGA PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL,
Lebih terperinci2017, No Kebudayaan tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Pengembangan Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat. Mengingat : 1. Un
No.225, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENDIKBUD. BP-PAUD dan Dikmas. Orta. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2017 TENTANG ORGANISASI DAN
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 615/PMK.04/2004 TENTANG TATALAKSANA IMPOR SEMENTARA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 615/PMK.04/2004 TENTANG TATALAKSANA IMPOR SEMENTARA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka menjamin kepastian hukum dan
Lebih terperinciKEPUTUSAN JAKSA AGUNG REPUBLIK INDONESIA TENTANG NOMOR: KEP- 115/J.A/10/1999 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA
KEPUTUSAN JAKSA AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR: KEP- 115/J.A/10/1999 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA JAKSA AGUNG REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa dengan ditetapkannya
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 1959 TENTANG DEWAN ANGKATAN LAUT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 1959 TENTANG DEWAN ANGKATAN LAUT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pengangkatan di laut merupakan alat distribusi yang penting bagi Negara
Lebih terperinciMENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA
MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2015 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS BIDANG PELATIHAN KERJA DENGAN
Lebih terperinciTAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI
TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PERLAKUAN KEPABEANAN, PERPAJAKAN, DAN CUKAI SERTA TATA LAKSANA PEMASUKAN DAN PENGELUARAN
Lebih terperinciKETUA DEWAN KAWASAN PERDAGANGAN BEBAS DAN PELABUHAN BEBAS BATAM
KETUA DEWAN KAWASAN PERDAGANGAN BEBAS DAN PELABUHAN BEBAS BATAM PERATURAN KETUA DEWAN KAWASAN PERDAGANGAN BEBAS DAN PELABUHAN BEBAS BATAM NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN KETUA DEWAN
Lebih terperinciKEPUTUSAN JAKSA AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR : KEP 558 /A/J.A/ 12/ 2003 TENTANG
KEPUTUSAN JAKSA AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR : KEP 558 /A/J.A/ 12/ 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS KEPUTUSAN JAKSA AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR : KEP-225/A/J.A/05/2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS KEPUTUSAN
Lebih terperinciBAB III DESKRIPSI INSTANSI
BAB III DESKRIPSI INSTANSI A. Sejarah Berdirinya Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean B Surakarta Sejarah dan Perkembangan KPPBC Tipe Madya Pabean B Surakarta Kantor Pengawasan
Lebih terperinciKEPUTUSAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 127/O/2004 TENTANG PERUBAHAN BALAI PELATIHAN TEKNOLOGI GRAFIKA MENJADI BALAI GRAFIKA
SALINAN KEPUTUSAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 127/O/2004 TENTANG PERUBAHAN BALAI PELATIHAN TEKNOLOGI GRAFIKA MENJADI BALAI GRAFIKA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciMENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA
SALINAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 106 TAHUN 2016 TAHUN TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS BALAI PEMERINTAHAN DESA
Lebih terperinciSALINAN : KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 457/KMK.05/1997 TENTANG
SALINAN KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 457/KMK.05/1997 TENTANG PENGGUNAAN JAMINAN TUNAI UNTUK MENJAMIN PEMBAYARAN BEA MASUK, CUKAI, DENDA ADMINISTRASI, DAN PAJAK DALAM RANGKA IMPOR
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 13/PMK.04/2006 TENTANG
PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 13/PMK.04/2006 TENTANG PENYELESAIAN TERHADAP BARANG YANG DINYATAKAN TIDAK DIKUASAI, BARANG YANG DIKUASAI NEGARA, DAN BARANG YANG MENJADI MILIK NEGARA MENTERI KEUANGAN,
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.6/Menlhk/Setjen/OTL.0/1/2016 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI PEMANTAPAN KAWASAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciDEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI
DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI SALINAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR P-50/BC/2009 TENTANG TATALAKSANA PEMBAYARAN PENERIMAAN NEGARA DALAM RANGKA
Lebih terperinciBAB 3 OBJEK PENELITIAN. pokok dan fungsi DJBC yang mempunyai peran strategis dalam memberikan
BAB 3 OBJEK PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian 3.1.1 KPPBC Tipe Madya Pabean A Bekasi 3.1.1.1 Sejarah Singkat KPPBC (Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai) Tipe Madya Pabean Pabean A Bekasi merupakan
Lebih terperinciKEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS KEPUTUSAN PRESIDEN NOMOR 54 TAHUN 2002
KEPUTUSAN PRESIDEN NOMOR 22 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS KEPUTUSAN PRESIDEN NOMOR 54 TAHUN 2002 TENTANG TIM KOORDINASI PENINGKATAN KELANCARAN ARUS BARANG EKSPOR DAN IMPOR DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA,
SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2017 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI PENGEMBANGAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DAN PENDIDIKAN MASYARAKAT DENGAN
Lebih terperinciPembahasan 1 : Gambaran umum kepabeanan dan cukai, hubungan pajak, bea masuk/bea keluar dan cukai.
1 Pembahasan 1 : Gambaran umum kepabeanan dan cukai, hubungan pajak, bea masuk/bea keluar dan cukai. Sub Bahasan: 1. Pendahuluan 2. Hubungan pajak, bea masuk/bea keluar dan cukai 3. Pengertian 4. Organisasi
Lebih terperinciMENTEHI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN.
MENTEHI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN. PERATURAN MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24/PMK. 01/20 18 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA PANGKALAN SARANA OPERAS! BEA DAN CUKAI DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciMenteri Perdagangan Republik Indonesia PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/M-DAG/PER/12/2005 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA
Menteri Perdagangan Republik Indonesia PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/M-DAG/PER/12/2005 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI STANDARDISASI METROLOGI LEGAL MENTERI PERDAGANGAN
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.366, 2013 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN. Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan. Organisasi. Tata Kerja. Perubahan. PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK
Lebih terperinci2015, No Indonesia Tahun 2003 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4301); 2. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 ten
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.890, 2015 KEMENDIKBUD. Lembaga Jaminan Mutu Pendidikan. Organisasi. Tata Kerja. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN
Lebih terperinciSALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 213/PMK.04/2008
SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 213/PMK.04/2008 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN DAN PENYETORAN PENERIMAAN NEGARA DALAM RANGKA IMPOR, PENERIMAAN NEGARA DALAM RANGKA EKSPOR, PENERIMAAN NEGARA ATAS
Lebih terperinciNo dan Cukai. Penting untuk digarisbawahi bahwa mekanisme perekaman ini sama sekali tidak menggantikan mekanisme pendaftaran HKI kepada Direkt
TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I No.6059 EKONOMI. Pelanggaran HKI. Impor. Ekspor. Pengendalian. (Penjelasan atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 108) PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA,
-1- SALINAN PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2018 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR 15 TAHUN 2017 TENTANG ORGANISASI
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 1995 TENTANG CUKAI
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 1995 TENTANG CUKAI Menimbang: DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, a.
Lebih terperinciDEWAN ANGKATAN LAUT Peraturan Presiden Nomor 14 Tahun 1959 Tanggal 31 Desember 1959 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
DEWAN ANGKATAN LAUT Peraturan Presiden Nomor 14 Tahun 1959 Tanggal 31 Desember 1959 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pengangkatan di laut merupakan alat distribusi yang penting bagi Negara
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 1959 TENTANG DEWAN ANGKATAN LAUT
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 1959 TENTANG DEWAN ANGKATAN LAUT Presiden Republik Indonesia, Menimbang : a. bahwa pengangkatan di laut merupakan alat distribusi yang penting bagi
Lebih terperinci