GAMBARAN FEMINISME DALAM CERPEN ARIADNE DAN АGAFYA KARYA ANTON PAVLOVICH CHEKHOV (Suatu Tinjauan Feminis Ideologis)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "GAMBARAN FEMINISME DALAM CERPEN ARIADNE DAN АGAFYA KARYA ANTON PAVLOVICH CHEKHOV (Suatu Tinjauan Feminis Ideologis)"

Transkripsi

1 GAMBARAN FEMINISME DALAM CERPEN ARIADNE DAN АGAFYA KARYA ANTON PAVLOVICH CHEKHOV (Suatu Tinjauan Feminis Ideologis) Oleh : AHMAD ILHAM DANIAL UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU BUDAYA PROGRAM STUDI SASTRA RUSIA BANDUNG AGUSTUS, 2012

2 GAMBARAN FEMINISME DALAM CERPEN ARIADNE DAN АGAFYA KARYA ANTON PAVLOVICH CHEKHOV Oleh : Ahmad Ilham Danial * ABSTRAK Skripsi ini berjudul Gambaran Feminisme dalam Cerpen Ariadne dan Agafya Karya Anton Pavlovich Chekhov. Tujuannya adalah untuk menyingkap ideologi feminisme serta ekspresi pengarang tentang feminisme yang terdapat pada kedua cerpen tersebut. Teori-teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori naratologi Tzvetan Todorov (1985), serta kritik sastra feminis Djajanegara (2003). Sumber data yang digunakan diperoleh dari cerpen Ариадна Ariadne (1895) dan cerpen Агафья Agafya' (1886) karya Anton Pavlovich Chekhov. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ideologi feminisme serta ekspresi pengarang tentang feminisme dalam cerpen Ariadne dan Agafya dapat dilihat dari aspek semantik, aspek sintaksis, dan aspek verbalnya. Perempuan berusaha untuk diakui dan mencapai kedudukan yang setara dengan laki-laki. Kata Kunci : Feminisme, Chekhov, Agafya, Ariadne, Naratologi, Todorov, Kritik Sastra Feminis, Jender *Penulis merupakan mahasiswa Program Studi Sastra Rusia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Padjadjaran dan telah dinyatakan lulus dalam sidang sarjana Program Studi Sastra Rusia tanggal 20 Juli 2012.

3 ABSTRACT The title of this undergraduate thesis is Image of Feminism in Ariadne and Agafya short stories written by Anton Pavlovich Chekhov. The purpose is to disclose the ideology of feminism and expression of the author about feminism contained of those both short stories. Theories used in this research is naratology theory was taken from Tzvetan Todorov (1985) and feminist literary criticism from Djajanegara (2003). The sources of data was taken from Ариадна Ariadne (1895) and Агафья Agafya (1886) short stories written by Anton Pavlovich Chekhov. The result of this undergraduate thesis showed that the ideology of feminism and expression of the author about feminism in Ariadne and Agafya short stories that is seen from semantic analysis, syntactic analysis, and verbal analysis. Women trying to be recognized and reached the equal position to the man. Keywords : Feminism, Chekhov, Agafya, Ariadne, Naratology, Todorov, Feminist Literary Criticism, Gender

4 I. PENDAHULUAN Dalam ilmu sastra, kajian mengenai perempuan dikenal sebagai kritik sastra feminis. Ratna (2011 : 184) menyatakan bahwa kritik sastra feminis merupakan suatu pendekatan dalam ilmu sastra yang berusaha mendeskripsikan dan menafsirkan pengalaman perempuan dalam karya sastra. Kritik ini mempermasalahkan prasangka dan praduga terhadap kaum perempuan. Kritik sastra feminis dilakukan untuk menunjukkan citra perempuan dalam karya para penulis laki-laki yang menampilkan perempuan sebagai makhluk yang dengan berbagai cara ditekan, disalahtafsirkan, serta disepelekan oleh tradisi patriarkhal yang dominan. Namun, kajian tentang perempuan dalam tulisan laki-laki mungkin saja menunjukkan tokoh perempuan yang kuat dan justru mendukung perjuangan gerakan feminis. Selain itu, gambaran feminisme dapat dilihat melalui tokoh lakilaki yang berada dalam keadaan lemah. Gambaran feminisme yang diwakilkan oleh tokoh perempuan yang kuat serta tokoh laki-laki yang lemah dapat dilihat dalam cerpen Ariadne dan Agafya karya sastrawan Rusia, Anton Pavlovich Chekhov. Cerpen Ariadne menceritakan tentang seorang perempuan bernama Ariadne yang berusaha untuk keluar dari budaya patrialkhal. Pada masa itu perempuan diharuskan untuk tinggal di desa dan menerima pinangan dari laki-laki yang menyukainya. Di desa, perempuan bekerja sebagai petani bahkan pada masa kehamilan hingga menjelang persalinan. Namun, Ariadne memiliki sikap sebaliknya. Menurutnya, perempuan-perempuan yang hanya tinggal di desa dan membiarkan dirinya menjadi petani adalah perempuan-perempuan yang lemah. Sementara itu, cerpen Agafya menceritakan tentang sosok Agafya yang kuat karena mampu membuat seorang laki-laki menggantungkan hidup kepadanya. Sementara itu, Ariadne adalah seorang istri yang kesepian karena seringkali ditinggalkan suaminya yang bekerja sebagai pengirim sinyal kereta api. Karena kesepian Agafya berselingkuh dengan Savka. Namun, dalam hal ini Savka

5 berada posisi yang disalahkan. Dalam cerpen ini dapat dilihat bahwa perselingkuhan yang dilakukan Agafya tidak semata-mata terjadi karena kemauannya. Savka dan suami Ariadne juga berperan dalam kesalahan yang dilakukan oleh Agafya. Berdasarkan uraian di atas, penulis mengidentifikasi dua masalah, yaitu bagaimana ekspresi jender pengarang yang dituangkan dalam cerpen Ariadne dan Agafya serta bagaimana ideologi feminisme tercermin dalam cerpen Ariadne dan Agafya. II. PEMBAHASAN 2.1 Aspek Semantik Aspek semantik merupakan salah satu aspek dalam teori naratologi Todorov yang berhubungan dengan pengungkapan makna atau simbol yang ingin disampaikan pengarang. Analisis aspek semantik melihat makna atau simbol yang dilakukan tokoh-tokoh perempuan dalam cerpen Ariadne dan Agafya Tokoh-tokoh Perempuan dalam Karya Sastra Rusia Dalam novel Ibunda karya Maksim Gorky, tokoh perempuan digambarkan sebagai sosok yang awalnya dianggap lemah karena selalu berada dalam bayangbayang suaminya. Namun, akhirnya tokoh Pelagia sadar atas kelemahannya dan berusaha mengubah keadaaan. Pelagia berhasil keluar dari posisinya yang lemah hingga akhirnya diakui eksistensinya Tokoh Pelagia memiliki pandangan yang sejalan dengan tokoh Ariadne. Kedua tokoh perempuan tersebut berusaha untukkeluar dari dominasi laki-laki hingga akhirnya diakui keberadaannya. Pelagia dan Ariadne mewakili kepentingan perempuan yang tidak ingin terus menerus berada dalam posisi yang lemah jika dibandingkan dengan laki-laki. Sementara itu, tokoh perempuan dalam karya sastra Rusia juga terdapat pada karya L.N. Tolstoy yang berjudul Anna Karenina. Anna Karenina

6 bercerita tentang pernikahan Anna dan Karenin yang dilakukan semata-mata untuk mendapatkan status sosial. Pernikahan Anna dan Karenin yang terjadi tanpa dilandasi cinta, membuat Anna berselingkuh dengan laki-laki lain. Akhirnya, konflik batin dalam diri Anna membuatnya memutuskan untuk bunuh diri. Tokoh Anna menggambarkan sosok perempuan yang seringkali disalahkan karena perbuatannya. Padahal, suaminya ikut berperan dalam kesalahan yang dilakukan Anna. Tokoh Anna memiliki kemiripan dengan tokoh Agafya yang juga disalahkan karena berselingkuh. Padahal, Anna dan Agafya berselingkuh karena peran dari suami mereka yang tidak dapat menjadi suami yang baik bagi mereka Tokoh Perempuan dalam Cerpen Ariadne Ariadne adalah perempuan yang miskin. Namun dia berusaha mengubah nasibnya dengan pergi ke luar negeri. (a) Была она сестрой моего соседа, помещика Котловича, прогоревшего барина, у которого в имении были ананасы, замечательные персики, громоотводы, фонтан посреди двора и в то же время ни копейки денег. (Ariadne, 3 : 16) Ia adalah adik perempuan tetanggaku, si tuan tanah Kotlovich, yang telah jatuh miskin, pemilik kebun nanas, kebun persik yang indah, penangkal petir, air mancur di tengah pekarangannya, yang pada saat itu tidak menghasilkan uang sama sekali. (b) Однажды за ужином она, не обращаясь ко мне, стала говорить о том, что если бы она была мужчиной, то не кисла бы в деревне, а поехала бы путешествовать, жила бы зимой где-нибудь за границей, например, в Италии. (Ariadne, 9 : 41) Suatu hari di saat makan malam, ia tidak berpaling ke arahku, ia mulai berkata bahwa jika ia adalah seorang laki-laki, ia tidak akan membusuk di desa, dan akan berpergian ke suatu tempat dan tinggal di luar negeri selama musim dingin, misalnya, Italia. Melalui dua kutipan tersebut dapat dilihat bahwa tokoh Ariadne tidak ingin pasrah menerima keadaannya yang miskin. Dia memiliki keinginan yang kuat untuk mengubah nasibnya, yang diwujudkan dengan pergi ke luar negeri. Oleh

7 karena itu dapat dikatakan bahwa tokoh Ariadne mewakili kepentinngan perempuan untuk hidup sebagai sosok yang kuat dan setara dengan laki-laki serta mampu mengubah nasibnya sendiri Tokoh Perempuan dalam Cerpen Ariadne perempuan. Agafya merupakan sosok perempuan yang memiliki kepekaan terhadap имела влияние на женщин также еще и трогательная роль Савки как всеми признанного неудачника и несчастного изгнанника из родной избы в огороды. (Agafya, 12 : 72) posisi Savka sebagai seorang laki-laki yang gagal dan diasingkan secara menyedihkan dari pondoknya ke kebun juga berpengaruh terhadap perempuan. 2.2 Aspek Sintaksis Aspek sintaksis merupakan aspek dalam teori naratologi Todorov yang berhubungan dengan struktur teks. Aspek sintaksis memperlihatkan bahwa setiap karya dapat diuraikan dalam unsur-unsur terkecil. Struktur teks dilihat dari hubungan antar unsur yang terdapat di dalamnya. Pada aspek sintaksis dilakukan analisis terhadap hubungan atau relasi tokoh dengan latar, alur serta tokoh lainnya yang terdapat di dalam cerpen Analisis Aspek Sintaksis dalam Cerpen Ariadne Relasi Tokoh Perempuan dengan Latar Tempat Ariadne tinggal di desa. Menurut Ariadne, jika dia tetap tinggal di desa maka itu menandakan bahwa dirinya menerima keadaan yang terus memburuk. Однажды за ужином она, не обращаясь ко мне, стала говорить о том, что если бы она была мужчиной, то не кисла бы в деревне, а поехала бы путешествовать, жила бы зимой где-нибудь за границей, например, в Италии. (Ariadne, 9 : 41) Suatu hari di saat makan malam, ia tidak berpaling ke arahku, ia mulai berkata bahwa jika ia adalah seorang laki-laki, ia tidak akan membusuk di

8 desa, dan akan berpergian ke suatu tempat dan tinggal di luar negeri selama musim dingin, misalnya, Italia. Melalui kutipan tersebut dapat dilihat keinginan Ariadne untuk mendapatkan posisi yang setara dengan laki-laki. Menurut Ariadne, perempuan harus bisa mengubah nasibnya sendiri sepertihalnya yang biasa dilakukan oleh laki-laki. Perempuan tidak harus selalu tinggal di desa dan membiarkan dirinya terus-menerus berada dalam kondisi yang buruk. Salah satu cara yang bisa dilakukan adalah dengan pergi dari desa. Oleh karena itu, jika seseorang, khususnya perempuan ingin maju dan diakui, maka perempuan harus keluar dari desa hidup di kota atau luar negeri yang identik dengan kemakmuran Relasi Tokoh Perempuan dengan Latar Waktu Suasana di dalam cerita berlangsung saat musim dingin Он писал, что Ариадна Григорьевна такого-то числа отбыла за границу с намерением прожить там всю зиму. (Ariadne, 11 : 53) Ia menulis bahwa Ariadne Grigoryevna telah berangkat ke luar negeri untuk menghabiskan seluruh waktu musim dingin. Melalui kutipan di atas dapat dilihat bahwa tokoh Ariadne berusaha menunjukkan bahwa perempuan adalah sosok yang kuat. Meskipun keadaan saat itu sedang musim dingin, Ariadne tetap pergi dari desa untuk mengubah nasibnya. Tindakan Ariadne merupakan simbol perempuan yang siap menghadapi segala situasi seperti halnya laki-laki serta perempuan yang ingin melepaskan hidupnya dari keburukan karena selalu berada di bawah dominasi laki-laki Relasi Tokoh Perempuan dengan Latar Sosial Ariadne hidup dalam keluarga miskin. дела становились всѐ хуже, так что уже ей не на что было покупать себе платья и шляпки и приходилось хитрить и изворачиваться, чтобы скрывать свою бедность. (Ariadne, 5 : 20) keadaan semakin memburuk, bahkan ia tidak mempunyai apa-apa untuk membeli pakaian dan topi, bahkan ia harus menipu dan mencari akal, untuk menutupi kemiskinannya.

9 Kehidupannya sebagai orang miskin yang menderita mempengaruhi tindakan Ariadne. Sehingga Aridne memutuskan untuk pergi ke luar negeri untuk mengubah keadaannya. Sikap Ariadne yang ingin mengubah keadaannya adalah sikap perempuan yang tidak ingin pasrah terhadap keadaan Relasi Tokoh Perempuan dengan Alur Tokoh Ariadne memulai konflik ketika waktu makan malam. Однажды за ужином она, не обращаясь ко мне, стала говорить о том, что если бы она была мужчиной, то не кисла бы в деревне, а поехала бы путешествовать, жила бы зимой где-нибудь за границей, например, в Италии. (Ariadne, 9 : 41) Suatu hari di saat makan malam, ia tidak berpaling ke arahku, ia mulai berkata bahwa jika ia adalah seorang laki-laki, ia tidak akan membusuk di desa, dan akan berpergian ke suatu tempat dan tinggal di luar negeri selama musim dingin, misalnya, Italia. Melalui kutipan di atas dapat dilihat bahwa tokoh Ariadne memegang peran penting dalam membentuk alur cerita. Jika Ariadne tidak mengatakan bahwa dia ingin pergi ke luar negeri maka perjuangan perempuan untuk mengubah keadaannya tidak akan dimulai Relasi Tokoh Perempuan dengan Tokoh Lain Pengirim : Status Sosial Penerima : Kaum Perempuan Subjek : Ariadne Objek : Kedudukan Penolong : Lubkov Penghalang : Shamokhin Gambar 2.1. Skema Aktan Greimas dalam cerpen Ariadne.

10 Melalui skema di atas, dapat dilihat bahwa Ariadne digerakkan oleh keadaannya yang miskin dan berada dalam status sosial yang lemah dan rendah. Oleh karena itu, Ariande berusaha mencapai kedudukan yang diinginkannya, yaitu setara hidup sebagai orang kaya dan setara dengan laki-laki. Keinginan Ariadne didukung oleh Lubkov yang berada dalam status sosial yang sama dengannya. Dalam usahanya mencapai cita-cita, Ariadne menjadikan Shamokhin yang berasal dari golongan bangsawan sebagai media untuk menolongnya. Karena merasa dipermainkan dan hanya dijadikan alat untuk memenuhi keinginan Ariadne, Shamokhin berusaha menghalangi keinginan Ariadne untuk mencapai keadaan yang lebih baik. Perbuatan Ariadne yang mempermainkan Shamokhin menjadikan citra perempuan sebagai sosok yang negatif dalam kehidupan masyarakat, khususnya dalam pandangan laki-laki Analisis Aspek Sintaksis dalam Cerpen Agafya Relasi Tokoh Perempuan dengan Latar Tempat Keadaan Savka yang hidup sengsara di kebun memberikan pengaruh terhadap Agafya. (a) имела влияние на женщин также еще и трогательная роль Савки как всеми признанного неудачника и несчастного изгнанника из родной избы в огороды. (Agafya, 12 : 72) posisi Savka sebagai seorang laki-laki yang gagal dan diasingkan secara menyedihkan dari pondoknya ke kebun juga berpengaruh terhadap perempuan. (b) Принесла что-то... продолжал Савка,... А, пирог и картошка... (Agafya, 8 : 44) Kau (Agafya) membawakanku sesuatu - lanjut Savka,. Ah, kue pai dan kentang Melalui dua kutipan di atas dapat dilihat bahwa keadaan Savka yang menyedihkan karena diasingkan di kebun yang jauh dari keramaian mempengaruhi tindakan Agafya untuk membawakan makanan padanya. Tindakan Agafya yang membawakan makanan untuk Savka merupakan perlawanan dari

11 pandangan masyarakat yang menganggap bahwa perempuan hanya berharap dan hidup atas bantuan laki-laki. Namun, dalam cerpen Agafya yang terjadi adalah sebaliknya. Tokoh perempuan-tidak bergantung pada laki-laki bahkan sebaliknya Relasi Tokoh Perempuan dengan Latar Waktu Latar waktu pertemuan Agafya dan savka berlangsung pada malam hari. Он и без того знает, от кого это Агашка идет. На огород по ночам бабы не за капустой ходят (Agafya, 16 : 99) Dia sudah tahu Agashka pergi menemui siapa.para perempuan tidak ada yang mengambil kubis di kebun pada malam hari Kutipan di atas memperlihatkan awal pertemuan Agafya dengan Savka yang berlangsung pada malam hari. Pada pertemuan malam itu, Savka menawarkan vodka kepada Agafya hingga akhirnya Agafya pun mabuk dan tidur di tempat Savka hingga pagi hari. Dalam hal ini, tidak hanya Agafya yang salah karena bertemu laki-laki yang bukan suaminya di malam hari. Seharusnya Savka juga patut disalahkan karena bertemu dengan istri orang lain di malam hari serta menawarkan vodka kepada Agafya. Namun, kenyataannya Savka merasa bahwa hanya Agafya yang salah. Melalui uraian di atas dapat dilihat pandangan laki-laki yang masih menganggap bahwa dirinya superior jika dibandingkan dengan perempuan Lakilaki merasa bahwa dirinya tidak pernah berbuat kesalahan Relasi Tokoh Perempuan dengan Latar Sosial Agafya adalah seorang istri pengirim sinyal kereta api. (a) Нет... Нынче новая просилась... Агафья Стрельчиха. (Agafya, 4 : 17 Bukan.Baru-baru ini ada yang memintaku bertemu Agafya, istri tukang pengirim sinyal (kereta api). (b) Жила она на деревне, а муж ходил ночевать к ней с линии каждую ночь. (Agafya, 4 : 18)

12 Dia (Agafya) tinggal di desa, sementara suaminya pulang untuk istirahat setiap malam. Melalui dua kutipan di atas, dapat dilihat tokoh Agafya yang kesepian karena hanya bertemu suaminya pada malam hari. Oleh karena itu, ketika suaminya tidak ada, Agafya menghabiskan waktunya bersama Savka. Terkait hubungannya dengan gambaran feminisme, dapat dilihat bahwa Agafya tidak sepenuhnya bersalah ketika berselingkuh dengan Savka. Harus dilihat penyebab atau alasan yang membuat Agafya melakukan perselingkuhan, yaitu karena suaminya yang jarang di rumah Relasi Tokoh Perempuan dengan Alur Tokoh Agafya merupakan seorang perempuan yang sudah menikah. Стрельчиху Агафью я знал... Это была совсем еще молодая бабенка, лет 19 20, не далее как год тому назад вышедшая замуж за железнодорожного стрелочника, (Agafya, 14 : 18) Aku tahu Agafya istri si pengirim sinyal (kereta api).dia adalah perempuan yang masih cukup muda, berusia antara 19 sampai 20 tahun, tidak lebih dari setahun yang lalu telah menikah dengan seorang pengirim sinyal kereta api. Posisi Agafya menjadi sangat penting di dalam cerita karena dia merupakan perempuan yang sudah bersuami. Sebagai seorang yang sudah menikah Agafya harus menjaga kesucian pernikahannya. Namun, dia berselingkuh dengan Savka. Keadaan Agafya yang berselingkuh menimbulkan konflik di dalam cerita. Agafya telah melanggar nilai-nilai moral dan kesucian pernikahan. Oleh karena itu, posisi Agafya menjadi sangat penting dalam membentuk alur cerita.

13 Relasi Tokoh Perempuan dengan Tokoh Lain Pengirim : Kesepian Penerima : Masyarakat Umum Subjek : Agafya Objek : Kesenangan Penolong : Savka Penghalang : Nilai Moral Gambar 2. Skema Aktan Greimas dalam cerpen Agafya Melalui skema di atas, dapat dilihat bahwa tindakan Agafya berselingkuh digerakkan oleh keadaannya yang kesepian karena jarang bertemu suaminya. Oleh karena itu, Agafya berusaha mecari kesenangan dengan laki-laki lain. Akhirnya Agafya pun berselingkuh dengan Savka. Tokoh aku hadir sebagai penjaga nilai moral. Tokoh aku berusaha untuk menasehati Agafya dan Savka agar menghentikan perselingkuhan tersebut karena akan berakibat buruk pada mereka berdua serta kehidupan masyarakat secara lebih luas. Dalam pandangan kritik sastra feminis, sikap Agafya menggambarkan sikap seorang perempuan yang butuh perhatian. Oleh karena itu, merupakan hal yang wajar jika perempuan ingin mendapatkan perhatian lebih, terutama dari laki-laki, meskipun cara yang ditempuh adalah salah. Pokok permasalahan tidak boleh ditimpakan sepenuhya kepada perempuan, karena laki-laki juga terlibat dalam kesalahan yang dibuat oleh perempuan. 2.3 Aspek Verbal Analisis aspek verbal dilakukan untuk mengungkapkan sudut pandang pengarang dan sudut pandang budaya patrialkal terhadap tokoh-tokoh di dalam cerita. Melalui analisis ini, dapat dilihat motivasi pengarang dalam menempatkan tokoh perempuan pada sudut pandang tertentu.

14 2.3.1 Analisis Aspek Verbal Cerpen Ariadne Usaha perempuan untuk mendapatkan keadilan masih dianggap sebagi penghambat kemajuan laki-laki. в своем регрессивном движении она старается увлечь за собой мужчину и задерживает его движение вперед. (Ariadne, 23 : 107) Perempuan mencoba memenangkan hati seorang laki-laki dan membawanya ke dalam sebuah gerakan kemunduran serta menghambat kemajuannya. Melalui kutipan di atas dapat dilihat bahwa dalam budaya patrialkal, usaha perempuan untuk mendapatkan kesetaraan masih dianggap sebagai penghambat kemajuan laki-laki Analisis Aspek Verbal Cerpen Agafya Perempuan masih menjadi objek permainan laki-laki. когда представлялся случай сделать какое-нибудь быстрое, порывистое движение : ухватить бегущую собаку за хвост, сорвать с бабы платок, перескочить широкую яму. (Agafya, 1 : 1) ketika ada kesempatan dia memperlihatkan beberapa tindakan yang cepat dan mendadak : menangkap ekor anjing yang sedang berlari, melucuti kerudung perempuan, melompati lubang yang lebar. Melalui kutipan di atas dapat dilihat bahwa perempuan menjadi objek permainan laki-laki. Perempuan disamakan dengan hal-hal yang tidak bermanfaat dan hanya bersifat senang-senang. III. SIMPULAN Berdasarkan hasil analisis terhadap cerpen Ariadne dan Agafya, maka dapat disimpulkan bahwa 1. Gambaran feminisme dalam cerpen Ariadne dapat dilihat dari perjuangan tokoh Ariadne dalam mencari pengakuan atas dirinya. Sementara itu, gambaran feminisme dalam cerpen Agafya dapat dilihat dari lemahnya sosok Savka sebagai seorang laki-laki sehingga disamakan dengan

15 perempuan. Kemudian, dapat dilihat pandangan bahwa perselingkuhan Agafya tidak hanya terjadi karena kesalahannya semata, namun disebabkan oleh laki-laki yang menelantarkannya. 2. Cerpen Ariadne dan Agafya menggambarkan pandangan Chekhov bahwa manusia, khususnya laki-laki harus adil dalam memandang perempuan. Perjuangan perempuan untuk mendapatkan keadilan harus didukung sepenuhnya karena perempuan semata-mata berjuang untuk mendapatkan keadilan. Kemudian, apabila perempuan berbuat kesalahan, maka harus dicari penyebab utamanya. Perempuan tidak bisa begitu saja ditempatkan dalam posisi yang salah karena ada peran laki-laki dalam setiap kesalahan yang dibuat perempuan. IV. DAFTAR SUMBER Djajanegara, Soenarjati Kritik Sastra Feminis, Sebuah Pengantar. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama. Nurgiyantoro, Burhan Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press Pogadaev, Victor Kamus Rusia-Indonesia, Indonesia-Rusia. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama Prabasmoro, Tisna Kenangan Cinta (Kumpulan Cerpen Anton Chekhov). Bandung : Serambi. Ratna, Nyoman Kutha Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra dari Strukturalisme hingga Poststrukturalime Perspektif Wacana Naratif. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Todorov, Tzvetan Tata Sastra (Terj.). Jakarta : Djambatan

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman pengarang. Karya sastra hadir bukan semata-mata sebagai sarana

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman pengarang. Karya sastra hadir bukan semata-mata sebagai sarana BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan bentuk realita dari hasil imajinasi dan pengalaman pengarang. Karya sastra hadir bukan semata-mata sebagai sarana ekspresi pengarang saja,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berperan penting atau tokoh pembawa jalannya cerita dalam karya sastra.

BAB I PENDAHULUAN. berperan penting atau tokoh pembawa jalannya cerita dalam karya sastra. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra memuat perilaku manusia melalui karakter tokoh-tokoh cerita. Hadirnya tokoh dalam suatu karya dapat menghidupkan cerita dalam karya sastra. Keberadaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akar perselisihan. Isu dan permasalahan yang berhubungan dengan gender,

BAB I PENDAHULUAN. akar perselisihan. Isu dan permasalahan yang berhubungan dengan gender, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masyarakat masih terkungkung oleh tradisi gender, bahkan sejak masih kecil. Gender hadir di dalam pergaulan, percakapan, dan sering juga menjadi akar perselisihan.

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. yakni Bagaimana struktur novel Tanah Tabu karya Anindita S. Thayf? dan

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. yakni Bagaimana struktur novel Tanah Tabu karya Anindita S. Thayf? dan 324 BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Setelah melalui tahap analisis, sampailah kita pada bagian simpulan. Simpulan ini akan mencoba menjawab dua pertanyaan besar pada awal penelitian, yakni Bagaimana

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut (Ratna, 2009, hlm.182-183) Polarisasi laki-laki berada lebih tinggi dari perempuan sudah terbentuk dengan sendirinya sejak awal. Anak laki-laki, lebihlebih

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 2008:8).Sastra sebagai seni kreatif yang menggunakan manusia dan segala macam

I. PENDAHULUAN. 2008:8).Sastra sebagai seni kreatif yang menggunakan manusia dan segala macam I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra adalah suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya dengan menggunakan bahasa sebagai mediumnya (Semi, 2008:8).Sastra

Lebih terperinci

REPRESENTASI KRITIK SOSIAL DALAM ANTOLOGI CERPEN SENYUM KARYAMIN KARYA AHMAD TOHARI: KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA

REPRESENTASI KRITIK SOSIAL DALAM ANTOLOGI CERPEN SENYUM KARYAMIN KARYA AHMAD TOHARI: KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA REPRESENTASI KRITIK SOSIAL DALAM ANTOLOGI CERPEN SENYUM KARYAMIN KARYA AHMAD TOHARI: KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA Angga Hidayat Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia, FPBS, UPI anggadoanx10@rocketmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Karya sastra merupakan gambaran tentang kehidupan yang ada dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Karya sastra merupakan gambaran tentang kehidupan yang ada dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan gambaran tentang kehidupan yang ada dalam masyarakat. Kehidupan sosial, kehidupan individu, hingga keadaan psikologi tokoh tergambar

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. diciptakan oleh kebudayaan sebagai sebuah imaji yang membentuk. bagaimana sosok laki-laki ideal seharusnya. Hasil konstruksi tersebut

BAB IV PENUTUP. diciptakan oleh kebudayaan sebagai sebuah imaji yang membentuk. bagaimana sosok laki-laki ideal seharusnya. Hasil konstruksi tersebut BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Konsep maskulinitas merupakan sebuah konstruksi gender yang diciptakan oleh kebudayaan sebagai sebuah imaji yang membentuk bagaimana sosok laki-laki ideal seharusnya. Hasil

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. dan Eksploitasi Wanita dalam Novel The Lost Arabian Women karya Qanta A.

BAB II KAJIAN TEORI. dan Eksploitasi Wanita dalam Novel The Lost Arabian Women karya Qanta A. BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Penelitian yang Relevan Sebelumnya Kajian yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian yang telah dilakukan oleh Nikmawati yang berjudul Perlawanan Tokoh Terhadap Diskriminasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra bandingan melibatkan studi teks-teks antarkultur atau budaya. Terdapat hal penting yang merupakan pola hubungan kesastraan. Bagian tersebut seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. genre-genre yang lain. Istilah prosa sebenarnya dapat menyaran pada pengertian

BAB I PENDAHULUAN. genre-genre yang lain. Istilah prosa sebenarnya dapat menyaran pada pengertian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia kesastraan mengenal prosa sebagai salah satu genre sastra di samping genre-genre yang lain. Istilah prosa sebenarnya dapat menyaran pada pengertian yang lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam mengarang suatu novel, seorang pengarang menggunakan pengalaman

BAB I PENDAHULUAN. Dalam mengarang suatu novel, seorang pengarang menggunakan pengalaman BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam mengarang suatu novel, seorang pengarang menggunakan pengalaman sosialnya dalam karya yang akan dibuat. Secara umum dapat digambarkan bahwa seorang pengarang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dilihat pada penyajian sampul-sampul buku karya sastra yang hampir selalu menjadikan sketsa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dilihat pada penyajian sampul-sampul buku karya sastra yang hampir selalu menjadikan sketsa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perempuan menjadi salah satu objek pembahasan yang menarik di dalam karya sastra. Perempuan bahkan terkadang menjadi ikon nilai komersil penjualan karya sastra. Hal

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat diambil

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat diambil BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat diambil kesimpulan bahwa peran perempuan pengarang dalam sejarah sastra Indonesia masih sukar untuk dipetakan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreatif penulis yang berisi potret kehidupan manusia yang dituangkan dalam bentuk tulisan, sehingga dapat dinikmati,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seorang pengarang yang dituangkan dalam bentuk tulisan berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. seorang pengarang yang dituangkan dalam bentuk tulisan berdasarkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan wujud atau hasil dari daya imajinasi seorang pengarang yang dituangkan dalam bentuk tulisan berdasarkan pengalaman pribadi atau dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan sebuah ungkapan pribadi manusia. berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, imajinasi, ide, keyakinan dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan sebuah ungkapan pribadi manusia. berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, imajinasi, ide, keyakinan dalam BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan sebuah ungkapan pribadi manusia yang berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, imajinasi, ide, keyakinan dalam suatu bentuk gambaran kehidupan,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka merupakan bahan acuan yang dipakai dalam penelitian sekaligus sumber ide untuk menggali pemikiran dan gagasan baru. Kajian

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. Setelah melalui bab analisis, sampailah kita pada tahap simpulan yang akan

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. Setelah melalui bab analisis, sampailah kita pada tahap simpulan yang akan BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1 SIMPULAN Setelah melalui bab analisis, sampailah kita pada tahap simpulan yang akan menjawab pertanyaan dalam rumusan masalah. Meskipun analisis ini dapat dikatakan kurang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Wacana merupakan salah satu kata yang sering digunakan dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Wacana merupakan salah satu kata yang sering digunakan dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Wacana merupakan salah satu kata yang sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Masyarakat umumnya memahami wacana sebagai perbincangan terkait topik tertentu.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang

BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui berbagai kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai lingkungan fenomena kehidupan dalam lingkungan sosialnya.

Lebih terperinci

SILABUS KAJIAN PROSA FIKSI INDONESIA

SILABUS KAJIAN PROSA FIKSI INDONESIA JURDIKSATRASIA SILABUS KAJIAN PROSA FIKSI INDONESIA IN 210 (2 SKS) Halimah (2321) Semester Genap 2009/2010 Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia TUJUAN Setelah mengikuti perkuliahan ini

Lebih terperinci

SUAMI IBU, SUAMI SAYA FIKSI PATRIARKIS DJENAR MAESA AYU OLEH: MARIA ULFAH NIM: A1B102019

SUAMI IBU, SUAMI SAYA FIKSI PATRIARKIS DJENAR MAESA AYU OLEH: MARIA ULFAH NIM: A1B102019 SUAMI IBU, SUAMI SAYA FIKSI PATRIARKIS DJENAR MAESA AYU OLEH: MARIA ULFAH NIM: A1B102019 PENDAHULUAN Wanita adalah salah satu fenomena hidup di mana mereka diciptakan dengan segala kekompleksitasan yang

Lebih terperinci

ANALISIS NILAI SOSIOLOGI SASTRA DALAM NOVEL ORANG-ORANG PROYEK KARYA AHMAD TOHARI SEBAGAI BAHAN PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA KELAS XII

ANALISIS NILAI SOSIOLOGI SASTRA DALAM NOVEL ORANG-ORANG PROYEK KARYA AHMAD TOHARI SEBAGAI BAHAN PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA KELAS XII ANALISIS NILAI SOSIOLOGI SASTRA DALAM NOVEL ORANG-ORANG PROYEK KARYA AHMAD TOHARI SEBAGAI BAHAN PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA KELAS XII Oleh: Alif Nurcahyo Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Lebih terperinci

ب

ب ب ج Citra Perempuan dalam Novel Lailatun Wahidah Karya Kuwlit Al-Khuwriyyi (Analisis Kritik Sastra Feminis) Skripsi ini mengkaji citra perempuan dalam novel Lailatun Wahidah karya Kuwlit Al-Khuwriyyi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kondisi fisik yang lebih lemah dan dikenal lembut sering menjadi alasan untuk menempatkan kaum perempuan dalam posisi yang lebih rendah dari lakilaki. Secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sastra adalah gejala budaya yang secara universal dapat dijumpai pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sastra adalah gejala budaya yang secara universal dapat dijumpai pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sastra adalah gejala budaya yang secara universal dapat dijumpai pada semua masyarakat (Chamamah-Soeratno dalam Jabrohim, 2003:9). Karya sastra merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Karya sastra adalah salah satu jenis hasil budidaya masyarakat yang dinyatakan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Karya sastra adalah salah satu jenis hasil budidaya masyarakat yang dinyatakan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Karya sastra adalah salah satu jenis hasil budidaya masyarakat yang dinyatakan dengan bahasa, baik lisan maupun tulis, yang mengandung keindahan. Karya sastra

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan 5.1.1 Struktur Naskah Pertja Objek penelitian yang digunakan dalam kajian skripsi ini adalah naskah drama yang berjudul Pertja karya Benjon atau Benny Yohanes. Lakon

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra diciptakan berdasarkan imajinasi dan berlandaskan pada bahasa yang digunakan untuk memperoleh efek makna tertentu guna mencapai efek estetik. Sebuah

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. memfokuskan pada Ideologi Tokoh Utama Wanita Dalam Novel Surga Yang Tak

BAB V PENUTUP. memfokuskan pada Ideologi Tokoh Utama Wanita Dalam Novel Surga Yang Tak BAB V PENUTUP 5.1 Simpulan Novel Surga Yang Tak Dirindukan adalah karya Asma Nadia. Penelitian ini memfokuskan pada Ideologi Tokoh Utama Wanita Dalam Novel Surga Yang Tak Dirindukan Karya Asma Nadia Kajian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut, Jabrohim, dkk. (2003:4) menjelaskan yaitu, Bahasa memang media

BAB I PENDAHULUAN. tersebut, Jabrohim, dkk. (2003:4) menjelaskan yaitu, Bahasa memang media BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra adalah sebuah kreasi yang indah, baik lisan maupun tulisan yang memiliki peran penting dalam menciptakan karya sastra dengan hakikat kreatif dan imajinatif,

Lebih terperinci

Trauma Tokoh Nayla dalam Novel Nayla Karya Djenar Maesa Ayu

Trauma Tokoh Nayla dalam Novel Nayla Karya Djenar Maesa Ayu Trauma Tokoh Nayla dalam Novel Nayla Karya Djenar Maesa Ayu Oleh: Esa Putri Yohana 1 Abstrak Skripsi ini berjudul Trauma Tokoh Nayla dalam Novel Nayla Karya Djenar Maesa Ayu. Penelitian ini bertujuan untuk

Lebih terperinci

42, Vol. 06 No. 1 Januari Juni 2015 arah dan tujuan lembaga tersebut. Konsep bersistem ini biasa disebut dengan ideologi. Salah satu ideologi yang ser

42, Vol. 06 No. 1 Januari Juni 2015 arah dan tujuan lembaga tersebut. Konsep bersistem ini biasa disebut dengan ideologi. Salah satu ideologi yang ser RESPONS TOKOH PEREMPUAN TERHADAP IDEOLOGI PATRIARKI DALAM NOVEL ENTROK KARYA OKKY MADASARI: SUATU KAJIAN FEMINIS Sherly Yunityas ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menunjukkan adanya respons tokoh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan gagasan-gagasan ataupun merefleksikan pandangannya terhadap

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan gagasan-gagasan ataupun merefleksikan pandangannya terhadap 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan wadah yang digunakan oleh pengarang dalam menyampaikan gagasan-gagasan ataupun merefleksikan pandangannya terhadap berbagai masalah yang diamati

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pandangan pengarang terhadap fakta-fakta atau realitas yang terjadi dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pandangan pengarang terhadap fakta-fakta atau realitas yang terjadi dalam digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai karya sastra, novel muncul sebagai sebuah representasi atau pandangan pengarang terhadap fakta-fakta atau realitas yang terjadi dalam

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI KARAKTER TOKOH UTAMA DALAM NOVEL DI UJUNG JALAN SUNYI KARYA MIRA WIJAYA DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA KELAS XI

IDENTIFIKASI KARAKTER TOKOH UTAMA DALAM NOVEL DI UJUNG JALAN SUNYI KARYA MIRA WIJAYA DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA KELAS XI IDENTIFIKASI KARAKTER TOKOH UTAMA DALAM NOVEL DI UJUNG JALAN SUNYI KARYA MIRA WIJAYA DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA KELAS XI Oleh: Ariyadi Kusuma Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Lebih terperinci

ANALISIS NOVEL TIGA ORANG PEREMPUAN KARYA MARIA.A. SARDJONO (KAJIAN RELATIVISME) Rahmat Kartolo 1. Abstrak

ANALISIS NOVEL TIGA ORANG PEREMPUAN KARYA MARIA.A. SARDJONO (KAJIAN RELATIVISME) Rahmat Kartolo 1. Abstrak ANALISIS NOVEL TIGA ORANG PEREMPUAN KARYA MARIA.A. SARDJONO (KAJIAN RELATIVISME) Rahmat Kartolo 1 Abstrak Pandangan ketiga tokoh utama wanita tentang emansipasi dalam novel Tiga Orang Perempuan ada yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Patriakat merupakan sistem pengelompokkan sosial yang menempatkan posisi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Patriakat merupakan sistem pengelompokkan sosial yang menempatkan posisi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Patriakat merupakan sistem pengelompokkan sosial yang menempatkan posisi laki-laki sebagai pemilik otoritas lebih tinggi daripada perempuan. Karena laki-laki

Lebih terperinci

KESENJANGAN SOSIAL PADA NASKAH DRAMA BILA MALAM BERTAMBAH MALAM KARYA PUTU WIJAYA

KESENJANGAN SOSIAL PADA NASKAH DRAMA BILA MALAM BERTAMBAH MALAM KARYA PUTU WIJAYA KESENJANGAN SOSIAL PADA NASKAH DRAMA BILA MALAM BERTAMBAH MALAM KARYA PUTU WIJAYA Pradistya Arifah Dwiarno Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar STKIP Modern Ngawi Email: pradistyaarifa@yahoo.co.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tentunya sangat berkaitan dengan hidup dan kehidupan manusia serta kemanusiaan. Ia

BAB I PENDAHULUAN. tentunya sangat berkaitan dengan hidup dan kehidupan manusia serta kemanusiaan. Ia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra merupakan salah satu cabang kesenian yang selalu berada dalam peradaban manusia semenjak ribuan tahun lalu. Penelitian terhadap karya sastra penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari tulisan-tulisan ilmiah. Tidak juga harus masuk ke dalam masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. dari tulisan-tulisan ilmiah. Tidak juga harus masuk ke dalam masyarakat yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mengetahui pandangan budaya dalam suatu masyarakat, tidak hanya didapatkan dari tulisan-tulisan ilmiah. Tidak juga harus masuk ke dalam masyarakat yang bersangkutan,

Lebih terperinci

ANALISIS NILAI SOSIOLOGI NOVEL RANTAU 1 MUARA KARYA AHMAD FUADI DAN SKENARIO PEMBELAJARAN DI KELAS IX SMA

ANALISIS NILAI SOSIOLOGI NOVEL RANTAU 1 MUARA KARYA AHMAD FUADI DAN SKENARIO PEMBELAJARAN DI KELAS IX SMA ANALISIS NILAI SOSIOLOGI NOVEL RANTAU 1 MUARA KARYA AHMAD FUADI DAN SKENARIO PEMBELAJARAN DI KELAS IX SMA Oleh: Wisanti Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Purworejo

Lebih terperinci

KIRNILAI MORAL DALAM NOVEL PELANGI DI ATAS CINTA KARYA CHAERUL AL-ATTAR DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN DI KELAS XI SMA

KIRNILAI MORAL DALAM NOVEL PELANGI DI ATAS CINTA KARYA CHAERUL AL-ATTAR DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN DI KELAS XI SMA KIRNILAI MORAL DALAM NOVEL PELANGI DI ATAS CINTA KARYA CHAERUL AL-ATTAR DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN DI KELAS XI SMA Oleh: Anifah Restyana Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas

Lebih terperinci

SMA/MA IPS kelas 11 - BAHASA INDONESIA IPS BAB 1. MEMAHAMI CERPEN DAN NOVELLatihan Soal 1.3

SMA/MA IPS kelas 11 - BAHASA INDONESIA IPS BAB 1. MEMAHAMI CERPEN DAN NOVELLatihan Soal 1.3 1. Bacalah dengan seksama penggalan novel berikut! SMA/MA IPS kelas 11 - BAHASA INDONESIA IPS BAB 1. MEMAHAMI CERPEN DAN NOVELLatihan Soal 1.3 Ketika pulang, pikirannya melayang membayangkan kejadian yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengarang menciptakan karya sastra sebagai ide kreatifnya. Sebagai orang yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengarang menciptakan karya sastra sebagai ide kreatifnya. Sebagai orang yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra tercipta sebagai reaksi dinamika sosial dan kultural yang terjadi dalam masyarakat. Terdapat struktur sosial yang melatarbelakangi seorang pengarang

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN. Perempuan sebagai subjek yang aktif dalam urusan-urusan publik

BAB IV KESIMPULAN. Perempuan sebagai subjek yang aktif dalam urusan-urusan publik 68 BAB IV KESIMPULAN Perempuan sebagai subjek yang aktif dalam urusan-urusan publik (ekonomi) merupakan konsep kesetaraan gender. Perempuan tidak selalu berada dalam urusan-urusan domestik yang menyudutkannya

Lebih terperinci

-Konferensi Nasional Bahasa dan Sastra III-

-Konferensi Nasional Bahasa dan Sastra III- -Konferensi Nasional Bahasa dan Sastra III- PERBANDINGAN PENGGAMBARAN KARAKTER TOKOH PEREMPUAN PADA NOVEL SITTI NURBAYA KARYA MARAH RUSLI DAN ASSALAMUALAIKUM BEIJING KARYA ASMA NADIA BERDASARKAN PERIODE

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra bersumber dari kenyataan yang berupa fakta sosial bagi masyarakat sekaligus sebagai pembaca dapat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra bersumber dari kenyataan yang berupa fakta sosial bagi masyarakat sekaligus sebagai pembaca dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra bersumber dari kenyataan yang berupa fakta sosial bagi masyarakat sekaligus sebagai pembaca dapat memberikan tanggapannya dalam membangun karya sastra.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perempuan, sosok makhluk yang diciptakan oleh Tuhan bersama laki-laki. Awal hadirnya perempuan yaitu kehadiran Hawa, yang diciptakan untuk menemani Adam

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. sosialnya. Imajinasi pengarang dituangkan dalam bentuk bahasa yang kemudian

PENDAHULUAN. sosialnya. Imajinasi pengarang dituangkan dalam bentuk bahasa yang kemudian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan imajinasi pengarang yang dipengaruhi oleh lingkungan sosialnya. Imajinasi pengarang dituangkan dalam bentuk bahasa yang kemudian dinikmati oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia saat ini memasuki era globalisasi yang ditandai dengan arus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia saat ini memasuki era globalisasi yang ditandai dengan arus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia saat ini memasuki era globalisasi yang ditandai dengan arus informasi dan teknologi yang canggih yang menuntut masyarakat untuk lebih berperan aktif

Lebih terperinci

KAJIAN PROSA FIKSI IN 210

KAJIAN PROSA FIKSI IN 210 SILABUS MATA KULIAH KAJIAN PROSA FIKSI IN 210 Dosen Pengampu Mata Kuliah: Drs Memen Durachman, M.Hum. Halimah, M.Pd. JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Kesimpulan dalam penelitian terhadap perempuan dalam roman Au Bonheur des Dames karya Émile Zola yang diambil sebagai objek penelitian ini memiliki beberapa implikasi.

Lebih terperinci

KALIMAT MAJEMUK SUBORDINATIF DENGAN ANAK KALIMAT ATRIBUTIF DALAM BAHASA RUSIA (TINJAUAN SINTAKTIS) DWI PRASTUTI

KALIMAT MAJEMUK SUBORDINATIF DENGAN ANAK KALIMAT ATRIBUTIF DALAM BAHASA RUSIA (TINJAUAN SINTAKTIS) DWI PRASTUTI KALIMAT MAJEMUK SUBORDINATIF DENGAN ANAK KALIMAT ATRIBUTIF DALAM BAHASA RUSIA (TINJAUAN SINTAKTIS) DWI PRASTUTI 180710080002 PROGRAM STUDI SASTRA RUSIA FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS PADJADJARAN AGUSTUS,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengekspresikan perasaan, pikiran dan lain-lain. Cara mengungkapkan ekspresi

BAB I PENDAHULUAN. mengekspresikan perasaan, pikiran dan lain-lain. Cara mengungkapkan ekspresi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia adalah makhluk yang ekspresif. Di dunia ini banyak sekali cara mengekspresikan perasaan, pikiran dan lain-lain. Cara mengungkapkan ekspresi ini dapat lewat

Lebih terperinci

(Elisabeth Riahta Santhany) ( )

(Elisabeth Riahta Santhany) ( ) 292 LAMPIRAN 1 LEMBAR PEMBERITAHUAN AWAL FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS INDONUSA ESA UNGGUL JAKARTA Saya mengucapkan terima kasih atas waktu yang telah saudara luangkan untuk berpartisipasi dalam penelitian

Lebih terperinci

BIAS GENDER DAN PERJUANGAN TOKOH UTAMA PEREMPUAN DALAM NOVEL DE WINST KARYA AFIFAH AFRA SEBUAH KAJIAN FEMINISME DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA

BIAS GENDER DAN PERJUANGAN TOKOH UTAMA PEREMPUAN DALAM NOVEL DE WINST KARYA AFIFAH AFRA SEBUAH KAJIAN FEMINISME DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA BIAS GENDER DAN PERJUANGAN TOKOH UTAMA PEREMPUAN DALAM NOVEL DE WINST KARYA AFIFAH AFRA SEBUAH KAJIAN FEMINISME DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA Oleh: Canadian Aditya Saputra NIM 082110088 Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Karya sastra lahir karena adanya daya imajinasi yang di dalamnya terdapat ide, pikiran, dan perasaan seorang pengarang. Daya imajinasi inilah yang mampu membedakan karya

Lebih terperinci

Oleh: Tri Wahyuningsih Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Oleh: Tri Wahyuningsih Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia NILAI-NILAI RELIGIUS DALAM NOVEL SURAT DAHLAN KARYA KHRISNA PABICHARA DAN RELEVANSINYA SEBAGAI BAHAN PEMBELAJARAN DI SMA Oleh: Tri Wahyuningsih Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Ntriwahyu87@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra adalah salah satu bentuk karya seni yang pada dasarnya merupakan sarana menuangkan ide atau gagasan seorang pengarang. Kehidupan manusia dan pelbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini. Terjadinya ketidakadilan gender kiranya dapat dipicu oleh masih kuatnya

BAB I PENDAHULUAN. ini. Terjadinya ketidakadilan gender kiranya dapat dipicu oleh masih kuatnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Permasalahan tentang perempuan pada saat ini masih menjadi perbincangan yang aktual dan tidak ada habisnya. Permasalahan berkaitan dengan perempuan seperti yang

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 27 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Dalam bagian metode penelitian, peneliti memaparkan mengenai (1) metode penelitian, (2) sumber data, (3) teknik penelitian, (4) definisi operasional. 3.1 Metode Penelitian

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. 9 Universitas Indonesia

BAB 2 LANDASAN TEORI. 9 Universitas Indonesia BAB 2 LANDASAN TEORI Sebagaimana telah disinggung pada Bab 1 (hlm. 6), kehidupan masyarakat dapat mengilhami sastrawan dalam melahirkan sebuah karya. Dengan demikian, karya sastra dapat menampilkan gambaran

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. 1. Bentuk marginalisasi yang terdapat dalam novel Adam Hawa karya. Muhidin M. Dahlan terdapat 5 bentuk. Bentuk marginalisasi tersebut

BAB V PENUTUP. 1. Bentuk marginalisasi yang terdapat dalam novel Adam Hawa karya. Muhidin M. Dahlan terdapat 5 bentuk. Bentuk marginalisasi tersebut BAB V PENUTUP A. Simpulan Setelah dilakukan penelitian sesuai dengan fokus permasalahan, tujuan penelitian dan uraian dalam pembahasan, diperoleh simpulan sebagai berikut. 1. Bentuk marginalisasi yang

Lebih terperinci

ASPEK SOSIOLOGI SASTRA NOVEL 99 HARI DI PRANCIS KARYA WIWID PRASETIYO DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN DI KELAS XI SMA

ASPEK SOSIOLOGI SASTRA NOVEL 99 HARI DI PRANCIS KARYA WIWID PRASETIYO DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN DI KELAS XI SMA ASPEK SOSIOLOGI SASTRA NOVEL 99 HARI DI PRANCIS KARYA WIWID PRASETIYO DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN DI KELAS XI SMA Oleh: Evi Tri Purwanti Program Studi Pendidikan Bahasa dan SastraIndonesia Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. digambarkan secara luas oleh pengarang melalui pemikiran-pemikiran yang menjadikan

BAB I PENDAHULUAN. digambarkan secara luas oleh pengarang melalui pemikiran-pemikiran yang menjadikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan sebuah bentuk dari gambaran realita sosial yang digambarkan secara luas oleh pengarang melalui pemikiran-pemikiran yang menjadikan suatu objek

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. Hasil analisis yang penulis lakukan tehadap novel Namaku Hiroko karya N.H.

BAB IV PENUTUP. Hasil analisis yang penulis lakukan tehadap novel Namaku Hiroko karya N.H. BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan Hasil analisis yang penulis lakukan tehadap novel Namaku Hiroko karya N.H. Dini mengenai kepemilikan tubuh perempuan yang dikaji dengan menggunakan teori yang dikemukakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana dikatakan Horatio (Noor, 2009: 14), adalah dulce et utile

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana dikatakan Horatio (Noor, 2009: 14), adalah dulce et utile BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan struktur dunia rekaan, artinya realitas dalam karya sastra adalah realitas rekaan yang tidak sama dengan realitas dunia nyata. Karya sastra itu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berarti di dalamnya bernuansakan suasana kejiwaan sang pengarang, baik

BAB I PENDAHULUAN. berarti di dalamnya bernuansakan suasana kejiwaan sang pengarang, baik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra merupakan hasil ungkapan kejiwaan seorang pengarang, yang berarti di dalamnya bernuansakan suasana kejiwaan sang pengarang, baik suasana pikir maupun

Lebih terperinci

CITRA DAN PERJUANGAN TOKOH UTAMA WANITA NOVEL DAUN PUTRI MALU KARYA MAGDALENA SITORUS DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA

CITRA DAN PERJUANGAN TOKOH UTAMA WANITA NOVEL DAUN PUTRI MALU KARYA MAGDALENA SITORUS DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA CITRA DAN PERJUANGAN TOKOH UTAMA WANITA NOVEL DAUN PUTRI MALU KARYA MAGDALENA SITORUS DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA Oleh: Resma Anggraini Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Resmaanggraini89@yahoo.co.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha. 2002), hlm.122.

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha. 2002), hlm.122. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Agnes Davonar memulai karir menulisnya dari blog sekitar tahun 2006 dan semakin populer setelah menghasilkan novel online seperti Misteri Kematian Gaby dan

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. Sastra adalah suatu kegiatan kreatif, sebuah karya seni (Wellek&Warren, 1995:3). Dalam

Bab 1. Pendahuluan. Sastra adalah suatu kegiatan kreatif, sebuah karya seni (Wellek&Warren, 1995:3). Dalam Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Sastra adalah suatu kegiatan kreatif, sebuah karya seni (Wellek&Warren, 1995:3). Dalam Bahasa Indonesia, kata ini biasa digunakan untuk merujuk kepada kesusasteraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena kehidupan dalam lingkungan sosialnya. Fenomena

Lebih terperinci

ANALISIS SOSIOLOGI SASTRA TOKOH UTAMA NOVEL MERENGKUH CITA MERAJUT ASA KARYA ARIF YS DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA

ANALISIS SOSIOLOGI SASTRA TOKOH UTAMA NOVEL MERENGKUH CITA MERAJUT ASA KARYA ARIF YS DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA ANALISIS SOSIOLOGI SASTRA TOKOH UTAMA NOVEL MERENGKUH CITA MERAJUT ASA KARYA ARIF YS DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA Oleh: Novi Asriyani Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. imajinasi yang tinggi, yang terbukti dari karya-karyanya yang menarik dan banyak

BAB I PENDAHULUAN. imajinasi yang tinggi, yang terbukti dari karya-karyanya yang menarik dan banyak 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Abidah El Khalieqy (AEK) adalah pengarang yang kreatif, memiliki daya imajinasi yang tinggi, yang terbukti dari karya-karyanya yang menarik dan banyak pembacanya.

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia memang tidak luput dari masalah. Permasalahan tersebut meliputi masalah kehidupan manusia dalam interaksinya dengan lingkungan, dan sesama, interaksinya dengan diri

Lebih terperinci

Perempuan Bercahaya. Diterbitkan atas kerjasama antara Masyarakat Poetika Indonesia dengan Penerbit Pustaka Pelajar. Rina Ratih

Perempuan Bercahaya. Diterbitkan atas kerjasama antara Masyarakat Poetika Indonesia dengan Penerbit Pustaka Pelajar. Rina Ratih Perempuan Bercahaya Diterbitkan atas kerjasama antara Masyarakat Poetika Indonesia dengan Penerbit Pustaka Pelajar i Perempuan Bercahaya Diterbitkan atas kerjasama antara Masyarakat Poetika Indonesia dengan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. LEMBAR PENGESAHAN... ii. LEMBAR PERNYATAAN... iii. ABSTRAK... iv. KATA PENGANTAR... v. UCAPAN TERIMA KASIH... vi. DAFTAR ISI...

DAFTAR ISI. LEMBAR PENGESAHAN... ii. LEMBAR PERNYATAAN... iii. ABSTRAK... iv. KATA PENGANTAR... v. UCAPAN TERIMA KASIH... vi. DAFTAR ISI... DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN... ii LEMBAR PERNYATAAN... iii ABSTRAK... iv KATA PENGANTAR... v UCAPAN TERIMA KASIH... vi DAFTAR ISI... viii DAFTAR BAGAN... xii DAFTAR TABEL... xiii DAFTAR LAMPIRAN... xiv

Lebih terperinci

TRILOGI NOVEL MARITO

TRILOGI NOVEL MARITO TRILOGI NOVEL MARITO Izinkan Aku Memelukmu Ayah Dalam Pelarian Ketika Aku Kembali Marito, terlahir sebagai perempuan di suku Batak. Ia memiliki empat kakak perempuan. Nasibnya lahir di masa terpelik dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Novel sebagai karya sastra menyajikan hasil pemikiran melalui penggambaran wujud

BAB I PENDAHULUAN. Novel sebagai karya sastra menyajikan hasil pemikiran melalui penggambaran wujud BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Novel merupakan salah satu bentuk karya sastra yang lahir dengan fungsi sosial dan fungsi estetik, novel sebagai hiburan dari kelelahan rutinitas kehidupan manusia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tradisi keperawanan di negara Indonesia sangat kuat. Masyarakat sangat menjunjung tinggi dan mengagungkan tradisi keperawanan, bahkan telah menjadi ideologi,

Lebih terperinci

Bab 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Bab 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Bab 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Shuji dalam Olson (2006: 197) masyarakat Jepang adalah masyarakat patriarkal. Olson (2006: 125) juga menerangkan bahwa sistem patriarkal adalah suatu sistem

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. dalam novel Lintang Kemukus Dini Hari karya Ahmad Tohari terdapat peran tokoh

BAB V PENUTUP. dalam novel Lintang Kemukus Dini Hari karya Ahmad Tohari terdapat peran tokoh BAB V PENUTUP 5.1 Simpulan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa dalam novel Lintang Kemukus Dini Hari karya Ahmad Tohari terdapat peran tokoh perempuan dan juga terdapat

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan Berdasar pada hasil penelitian dan analisis data mengenai struktural, keterjalinan unsur-unsur, nilai pendidikan, dan relevansi dalam kumpulan cerkak Lelakone

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cukup menggembirakan. Kini setiap saat telah lahir karya-karya baru, baik dalam

BAB I PENDAHULUAN. cukup menggembirakan. Kini setiap saat telah lahir karya-karya baru, baik dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra Bali Modern dari waktu ke waktu menunjukkan perkembangan yang cukup menggembirakan. Kini setiap saat telah lahir karya-karya baru, baik dalam bentuk puisi, cerita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman pengarang mengamati realitas. Pernyataan ini pernah

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman pengarang mengamati realitas. Pernyataan ini pernah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra, dalam hal ini novel, ditulis berdasarkan kekayaan pengalaman pengarang mengamati realitas. Pernyataan ini pernah diungkapkan oleh Teeuw (1981:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam masalah kehidupan manusia secara langsung dan sekaligus.

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam masalah kehidupan manusia secara langsung dan sekaligus. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra hadir sebagai wujud nyata hasil imajinasi dari seorang penulis. Penciptaan suatu karya sastra bermula dari pengalaman batin pengarang yang dikontruksikan

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. historisnya, dipersoalkan oleh pemeluk agama, serta

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. historisnya, dipersoalkan oleh pemeluk agama, serta BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Praktik poligami dalam bentuk tindakan-tindakan seksual pada perempuan dan keluarga dekatnya telah lama terjadi dan menjadi tradisi masyarakat tertentu di belahan

Lebih terperinci

ANALISIS PSIKOLOGI KEPRIBADIAN TOKOH UTAMA NOVEL TEATRIKAL HATI KARYA RANTAU ANGGUN DAN BINTA ALMAMBA DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA

ANALISIS PSIKOLOGI KEPRIBADIAN TOKOH UTAMA NOVEL TEATRIKAL HATI KARYA RANTAU ANGGUN DAN BINTA ALMAMBA DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA ANALISIS PSIKOLOGI KEPRIBADIAN TOKOH UTAMA NOVEL TEATRIKAL HATI KARYA RANTAU ANGGUN DAN BINTA ALMAMBA DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA Oleh: Enik Kuswanti Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Latar belakang..., Ardhanariswari, FIB UI, 2009

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Latar belakang..., Ardhanariswari, FIB UI, 2009 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Novel Shitsurakuen karya Watanabe Jun ichi adalah sebuah karya yang relatif baru dalam dunia kesusastraan Jepang. Meskipun dianggap sebagai novel yang kontroversial,

Lebih terperinci

Sumardjo & Saini (1994: 3) mengungkapkan bahwa sastra adalah ungkapan pribadi

Sumardjo & Saini (1994: 3) mengungkapkan bahwa sastra adalah ungkapan pribadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1. Relasi antara Sastra, Kebudayaan, dan Peradaban Sumardjo & Saini (1994: 3) mengungkapkan bahwa sastra adalah ungkapan pribadi manusia yang berupa pengalaman,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Semua penelitian ilmiah dimulai dengan perencanaan yang seksama, rinci, dan mengikuti logika yang umum, Tan (dalam Koentjaraningrat, 1977: 24). Pada dasarnya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra sebagai sebuah ungkapan pribadi pengarang berdasarkan kreativitas/ imajinasi pengarang. Sastra juga dapat dijadikan sebagai wadah seorang pengarang untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan karya sastra karena adanya daya imajinasi yang di dalamnya terdapat ide, pikiran, dan perasaan seorang pengarang yang kemudian lahir sebuah karya

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 KESIMPULAN Penelitian ini juga disimpulkan dalam level teks dan gambar, level produksi teks, dan level penonton, yaitu : 1) Level teks dan gambar Film 7 hati 7 cinta 7 wanita

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Pada bab ini maka penulis akan mengakhiri seluruh penulisan tesis ini dengan

BAB V PENUTUP. Pada bab ini maka penulis akan mengakhiri seluruh penulisan tesis ini dengan BAB V PENUTUP Pada bab ini maka penulis akan mengakhiri seluruh penulisan tesis ini dengan melakukan kesimpulan dan mengusulkan saran, sebagai berikut: A. KESIMPULAN Indonesia adalah sebuah kata yang dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan refleksinya. Penyajiannya disusun secara menarik dan terstruktur dalam

BAB I PENDAHULUAN. dan refleksinya. Penyajiannya disusun secara menarik dan terstruktur dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan suatu bentuk kontemplasi dan refleksi pengarang terhadap keadaan di luar dirinya, misalnya lingkungan atau masyarakat. Hal ini sejalan dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Karya sastra selain dapat dikatakan sebuah karya seni dalam bentuk tulisan

BAB 1 PENDAHULUAN. Karya sastra selain dapat dikatakan sebuah karya seni dalam bentuk tulisan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra selain dapat dikatakan sebuah karya seni dalam bentuk tulisan juga dapat dikatakan sebagai hasil pemikiran manusia tentang penggambaran kenyataan

Lebih terperinci