HUBUNGAN INTERDEPENDENSI ANTARA VARIAT AKTIVA DAN VARIAT PASIVA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HUBUNGAN INTERDEPENDENSI ANTARA VARIAT AKTIVA DAN VARIAT PASIVA"

Transkripsi

1 HUBUNGAN INTERDEPENDENSI ANTARA VARIAT AKTIVA DAN VARIAT PASIVA Wulandari Alumni FE-UGM Muhammad Irfan Nursasmito Universitas Gadjah Mada Hendrian Universitas Terbuka ABSTRACT The independence of the asset and liability composition in Modigliani and Miller (1958) capital structure theory research is implied in much modern financial theory. While, the separation of financing and investing decisions in actual balance sheets of modern corporations do not exhibit independence between the two sides of the balance sheet. The research purposes are to identify relationship between the two sides of the balance sheet and to explain the nature of these relationships using canonical correlation analysis. Samples of the data are the wholesale and retail firms listed In Jakarta Stock Exchange (JSX) for 6 year ( ). Canonical correlation analysis shows that firms match the maturity structure between left and right sides of their balance sheet, non-current assets tend to be financed with non-current liabilities, inventories are used as collateral for current liabilities, non-current assets are used as collateral for non-current liabilities. High risk businesses may try to manage risk by using less leverage on the right side of the balance sheet (high equity) that may enable management to reduce the probability of insolvency. Keywords: asset composition, canonical correlation, canonical loading, collateral, financing, hedging, insolvency, liability composition, redundancy index. Pada awal perkembangan teori keuangan, teori struktur modal Modigliani dan Miller (1958) menjadi fokus utama dalam teori keuangan. Proposisi yang ada dalam teori struktur modal Modigliani dan Miller menyatakan tentang independensi antara keputusan investasi dan pendanaan. Keputusan investasi perusahaan dibuat dan dilakukan tanpa memperhatikan keputusan tentang bagaimana investasi tersebut didanai. Apapun sumber dana yang digunakan untuk mendanai investasi yang dilakukan tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Sehingga dari proposisi tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat independensi hubungan antara komponen aktiva terhadap komponen utang perusahaan. Stowe, Watson, dan Robertson (1980) menyatakan bahwa keputusan investasi dan keputusan pendanaan biasanya terjadi secara berkaitan. Dalam neraca, komponen aktiva tidak bisa terlepas dari komponen pasiva. Jenis investasi akan mempengaruhi pencarian jenis pendanaan yang dibutuhkan untuk mendanai investasi tersebut. Dalam kebijakan perusahaan modern saat ini, apa

2 Wulandari, Hubungan Interdependensi antara Variat Aktiva dan Variat Pasiva yang dinyatakan oleh Stowe, Watson, dan Robertson (1980) memang realistis dan terjadi dalam keadaan yang sesungguhnya. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Babu dan Jain (1998) (dalam Siregar, 2006) membuktikan secara empiris bahwa struktur modal berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Manajer dapat mengubah nilai perusahaan melalui struktur modal, pendanaan utang atau ekuitas. Oleh karena itu, teori struktur modal Modigliani dan Miller (1958) menjadi kurang realistis dan kurang mencerminkan keputusan manajer dalam keadaan yang sebenarnya, walaupun masih terdapat kemungkinan teori Modigliani dan Miller tersebut terjadi. Studi interdependensi komponen aktiva dan pasiva membutuhkan analisis secara bersama berbagai rekening aktiva dan pasiva karena rekening-rekening tersebut saling terkait satu sama lain. Penelitian ini menggunakan analisis korelasi kanonikal karena analisis tersebut mampu untuk menguji berbagai variabel dalam dua set variabel. Berbeda dari analisis regresi berganda yang memprediksi suatu variabel dependen berdasarkan berbagai variabel independen, analisis korelasi kanonikal memprediksi satu set variabel berdasarkan satu set variabel lainnya. Korelasi kanonikal berusaha untuk mengidentifikasi struktur yang optimum setiap set variabel yang memaksimumkan korelasi antara suatu set variabel dengan set variabel yang lain. Penelitian ini merupakan bentuk replikasi yang mengacu pada penelitian-penelitian sebelumnya. Penelitian ini merupakan penelitian atas interdependensi hubungan komponen aktiva dan pasiva perusahaan perdagangan (wholesale and retail) selama enam tahun, yaitu tahun 2001 sampai dengan tahun Pentingnya interdependensi komponen aktiva dan pasiva untuk keputusan investasi dan pendanaan serta belum adanya penelitian serupa untuk perusahaan dalam industri menjadikan penelitian ini penting untuk dilakukan. Selain itu, penelitian ini juga membuktikan bahwa teori struktur modal Modigliani dan Miller (1958) tidak sesuai dengan keadaan saat ini. Berdasarkan uraian dari beberapa peneliti diatas, dapat dikatakan bahwa masih terdapat perbedaan pandangan antara satu peneliti dengan yang lain mengenai ada tidaknya interdependensi hubungan antara komponen aktiva dan pasiva. Modigliani dan Miller (1958) menyatakan bahwa keputusan investasi dan keputusan pendanaan independen. Sedangkan menurut Stowe, Watson, dan Robertson (1980), Simonson, Miller, dan Watson (1983), Stowe dan Watson (1985), Van Auken, Doran, dan Yoon (1993), dan Siregar (2006) menunjukkan bahwa terdapat interdependensi antarkomponen neraca. Oleh karena itu, pertanyaan penelitian yang diajukan untuk dijawab dalam penelitian ini adalah: Apakah terdapat interdependensi hubungan antara komponen aktiva dan komponen pasiva dalam struktur modal perusahaan yang berlaku saat ini. Penelitian ini tidak menguji kembali teori independensi keputusan investasi dan keputusan pendanaan Modigliani dan Miller (1958) yang menyatakan bahwa struktur modal tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan ataupun teori yang menyatakan bahwa struktur modal berpengaruh terhadap nilai perusahaan dari penelitian Babu dan Jain tahun 1998 (Siregar, 2006). Penelitian ini dilakukan untuk menguji secara empiris dan menunjukkan adanya interdependensi hubungan komponen aktiva dan komponen pasiva serta menjelaskan hubungan yang terjadi diantara komponen dua sisi neraca tersebut dengan menggunakan analisis korelasi kanonikal. Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk menguji secara empiris hubungan kanonikal antara komponen dua sisi neraca yaitu komponen aktiva dan komponen pasiva dan menjelaskan sifat hubungan kanonikal antara komponen dua sisi neraca tersebut. 21

3 Jurnal Organisasi dan Manajemen, Volume 4, Nomor 1, Maret 2008, Teori struktur modal Modigliani dan Miller (1958) menyatakan bahwa manajer tidak dapat mengubah nilai perusahaan melalui struktur modal. Teori struktur modal tersebut memunculkan adanya suatu konsep independensi antara keputusan investasi dan pendanaan dengan adanya ketidakterkaitan antara komponen aktiva dengan utang perusahaan. Stowe et al. (1980) menyatakan bahwa jenis investasi akan mempengaruhi pencarian jenis pendanaan yang dibutuhkan untuk mendanai investasi tersebut. Oleh karena itu teori struktur modal Modigliani dan Miller (1958) tersebut kurang realistis karena sesungguhnya manajer dapat mengubah nilai perusahaan melalui struktur modal, melalui pendanaan utang atau ekuitas. Kieso, Weygandt, dan Warfield (2001) menyatakan bahwa analisis investasi dan pendanaan (struktur modal) perusahaan dapat dilakukan baik oleh pihak internal maupun eksternal perusahaan yaitu dengan menggunakan informasi laporan keuangan. Informasi dalam laporan keuangan dapat dikumpulkan dengan menguji hubungan antara pos-pos laporan keuangan serta mengidentifikasi kecenderungan hubungan antar pos-pos tersebut. Laporan keuangan yang menyediakan informasi mengenai sifat dan jumlah investasi dalam sumber daya perusahaan, kewajiban kepada investor, dan ekuitas pemilik adalah neraca (balance sheet) yang disebut juga sebagai laporan posisi keuangan. Hanafi dan Halim (2005) menyatakan bahwa neraca merupakan potret (snapshot) keadaan keuangan suatu unit usaha pada tanggal tertentu yang menunjukkan jumlah harta yang dimiliki atau investasi (aktiva) dan jumlah kewajiban (pasiva) sebagai sumber pendanaan investasi. Suatu unit usaha biasanya memperoleh sumber pendanaan dari berbagai sumber, seperti: pemilik saham, kreditur (misal bank), supplier (dalam bentuk utang dagang), karyawan (dalam bentuk utang gaji), atau dari pemerintah (utang pajak). Unit usaha umumnya menggunakan pinjaman jangka panjang untuk mendanai investasi atau aset dengan jangka waktu panjang. Struktur aset biasanya akan menentukan struktur utang (baik jangka pendek maupun jangka panjang) perusahaan. Perusahaan yang mempunyai proporsi piutang dan sediaan yang besar akan cenderung menggunakan utang jangka pendek lebih besar dibanding perusahaan-perusahaan lain pada umumnya. Riyanto (2001) menyatakan bahwa pada dasarnya masalah pembelanjaan (financing) adalah menyangkut masalah keseimbangan finansiil di dalam perusahaan. Pembelanjaan berarti mengadakan keseimbangan antara aktiva dengan pasiva dan mencari susunan kualitatif aktiva dan pasiva dengan sebaik-baiknya. Pemilihan susunan kualitatif dari aktiva akan menentukan struktur kekayaan perusahaan yang mencerminkan perbandingan antara aktiva lancar dengan aktiva tetap. Sedangkan pemilihan struktur kualitatif pasiva akan menentukan struktur finansiil yang mencerminkan cara bagaimana aktiva-aktiva perusahaan dibelanjai, dan struktur modal perusahaan yang mencerminkan perimbangan antara utang jangka panjang dengan modal sendiri. Perusahaan mendanai aktiva-nya menggunakan sumber dana yang disebut modal sendiri yang jangka waktunya tidak terbatas. Selain itu, perusahaan juga menggunakan dana yang berupa pembelanjaan dengan utang (modal asing) yang sifatnya bekerja sementara di dalam perusahaan yang pada akhirnya perusahaan harus membayar kembali. Modal asing, berupa utang jangka pendek yang jangka waktunya kurang dari satu tahun misalnya sumber dana yang diperoleh dari supplier berupa utang dagang atas pembelian sediaan, dan dapat juga berupa utang jangka panjang dengan jangka waktu lebih dari satu tahun seperti utang obligasi dan utang hipotik yang perolehannya dilakukan dengan menjaminkan aktiva tetap kepada pihak yang memberi utang. Husnan (1997) menyatakan bahwa pada umumnya perusahaan mendanai sediaannya dari utang dagang (kredit dari pemasok) yang merupakan bentuk dari pendanaan spontan. Pendanaan spontan berarti dengan adanya peningkatan atau penurunan kegiatan akan mempengaruhi 22

4 Wulandari, Hubungan Interdependensi antara Variat Aktiva dan Variat Pasiva peningkatan atau penurunan sediaan secara langsung dan diikuti oleh perubahan sumber dana secara spontan. Dengan sumber dana ini perusahaan tidak harus membayar secara tunai sediaan yang dibelinya tetapi pembayaran dilakukan setelah jangka waktu tertentu. Husnan dan Pudjiastuti (2002) menyatakan bahwa analisis sumber dana dan penggunaan dana lebih mengarah pada penerapan matching principle dalam pendanaan. Pendekatan hedging yang mendasarkan pada matching principle menyatakan sumber dana hendaknya disesuaikan dengan berapa lama dana tersebut dibutuhkan. Prinsip ini menyatakan bahwa pendanaan jangka panjang (utang jangka panjang atau modal sendiri) seharusnya mendanai aktiva berjangka panjang, sedangkan pendanaan jangka pendek mendanai aktiva berusia pendek. Prinsip ini menekankan pada pertimbangan likuiditas. Pendanaan dengan memanfaatkan piutang dagang untuk memperoleh dana jangka pendek dapat dilakukan dengan menjaminkan piutang kepada kreditur (digunakan sebagai agunan) atau menjual piutang tersebut (factoring) kepada perusahaan anjak piutang atau bank yang akan mengambil alih resiko tagihan piutang seandainya piutang tidak tertagih. Berbagai penelitian terdahulu (yang pernah dilakukan) untuk menguji hubungan interdependensi antara komponen aktiva dan pasiva adalah penelitian Stowe et al. (1980), Simonson et al. (1983), Stowe dan Watson (1985), Van Auken et al. (1993), dan Siregar (2006). Pada dasarnya temuan dari berbagai penelitian tersebut menunjukkan adanya interdependensi hubungan antar komponen neraca (aktiva dan pasiva). Selain itu, sifat-sifat interdependensi hubungan tersebut meliputi: hedging dengan mencocokkan maturitas aktiva dan utang, pendanaan aktiva melalui utang, penggunaan aktiva sebagai kolateral utang, serta tidak menggunakan terlalu banyak leverage keuangan untuk menghindari kemungkinan terjadinya insolvensi. Penelitian Stowe et al. (1980) terhadap 510 perusahaan besar AS yang terdapat di Compustat untuk tahun 1977 dengan menggunakan canonical correlation analysis menunjukkan hubungan antara dua sisi neraca. Hubungan antara dua sisi neraca baik secara individu maupun secara bersama-sama menggambarkan korelasi yang signifikan. Penggunaan canonical correlation analysis untuk mengidentifikasi dan menguji sifat hubungan komponen aktiva dengan komponen pasiva telah menghasilkan proporsi varian sebesar 32% dalam variat aktiva yang dapat diprediksi dengan variat pasiva. Dan proporsi varian dalam variat pasiva yang dapat dijelaskan oleh variat aktiva sebesar 25%. Beberapa temuan empiris yang diperoleh dari penelitian tersebut adalah: hedging, dilakukan dengan mencocokkan struktur maturitas aktiva dan utang perusahaan (aktiva jangka pendek didanai dari utang jangka pendek dan aktiva jangka panjang didanai dari utang jangka panjang); aktiva digunakan sebagai kolateral utang (piutang dagang digunakan untuk kolateral utang bank jangka pendek, tanah dan bangunan digunakan sebagai kolateral jangka panjang); sediaan didanai melalui kredit dari pemasok atau utang dagang; pengendalian risiko bisnis dengan menggunakan lebih sedikit utang dan lebih banyak ekuitas dan mempertahankan likuiditas dalam jumlah besar sehingga dapat mengurangi kemungkinan insolvensi. Simonson et al. (1983) meneliti perilaku hedging antara struktur aktiva dan pasiva terhadap 435 bank yang berukuran besar di AS untuk periode Ketidaksesuaian (mismatching) maturitas aktiva dan pasiva dapat menyebabkan risiko suku bunga. Misalnya, suku bunga jangka pendek yang lebih besar dari suku bunga jangka panjang menyebabkan perbankan meminjam dalam suku bunga jangka pendek karena nasabah lebih suka dengan suku bunga jangka pendek, tetapi dilain sisi perbankan meminjamkan dengan suku bunga jangka panjang. Oleh karena itu, untuk menghindari risiko tersebut bank melakukan manajemen aktiva dan utang dengan koordinasi investasi dan pendanaan. Bukti empiris yang ditemukan oleh Simonson et al. (1983) menunjukkan adanya interdependensi struktur aktiva dengan utang. Serta menghasilkan proporsi varian sebesar 32% 23

5 Jurnal Organisasi dan Manajemen, Volume 4, Nomor 1, Maret 2008, dalam struktur aktiva dapat diprediksi oleh struktur pasiva. Proporsi varian dalam struktur pasiva yang dapat dijelaskan oleh struktur aktiva sebesar 37%. Ini merupakan bukti kuat bahwa perbankan AS melakukan hedging antara aktiva dan utang. Stowe dan Watson (1985) melakukan penelitian pada perusahaan asurani jiwa AS dan Kanada untuk periode 1979 dengan menggunakan canonical correlation analysis. Temuan empiris menunjukkan bahwa hubungan interdependensi komponen aktiva dan komponen pasiva dijelaskan dengan proporsi varian sebesar 40,28% dalam variat aktiva dapat diprediksi oleh variat pasiva. Proporsi varian dalam variat pasiva yang dapat dijelaskan oleh variat aktiva sebesar 39,96%. Carter dan Van Auken (1990) seperti dikutip oleh Siregar (2006) melakukan pengujian hubungan interdependensi antara komponen aktiva dan pasiva atas kebijakan investasi dan pendanaan 67 perusahaan kecil AS dengan menggunakan canonical correlation analysis. Menghasilkan temuan yang sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Stowe et al. (1980) kecuali untuk investasi pada aktiva tetap, perusahaan kecil lebih memilih untuk menggunakan utang yang lebih banyak sebagai sumber pendanaan aktiva tetapnya. Hal tersebut terjadi karena terbatasnya akses ke pasar modal sehingga perusahaan kecil cenderung menggunakan utang lebih banyak daripada ekuitas untuk pendanaannya. Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Van Auken et al. (1993) pada 45 perusahaan kecil korea. Penelitian tersebut menguji hubungan antar komponen neraca dan strategi keuangan dengan menggunakan canonical correlation analysis. Hasil penelitiannya memperlihatkan interdependensi yang tinggi antara komponen aktiva dan utang. Temuan empirisnya menunjukkan bahwa proporsi varian dalam variat aktiva sebesar 60% dapat diprediksi dengan variat utang. Proporsi varian dalam variat utang yang dapat diprediksi dari variat aktiva sebesar 24%. Temuan empiris yang diperoleh dari penelitiannya adalah aktiva didanai dengan utang, baik utang jangka pendek maupun utang jangka panjang. Pendanaan sediaan dilakukan dengan menggunakan utang dari pemasok dan aktiva tetap didanai dari utang jangka panjang. Piutang digunakan sebagai kolateral utang jangka pendek. Serta likuiditas yang lebih tinggi untuk mencegah timbulnya insolvensi ditunjukkan dengan adanya hubungan yang kuat antara kas dan ekuitas. Siregar (2006) menguji secara empiris interdependensi hubungan antara komponen aktiva dan pasiva atas kebijakan investasi dan pendanaan terhadap 459 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta (BEJ). Pengujian tersebut menggunakan analisis korelasi kanonikal untuk periode tiga tahun yaitu tahun 2000 sampai Temuan empiris menunjukkan hubungan interdependensi komponen aktiva dan komponen pasiva dijelaskan dengan proporsi varian sebesar 63,7% variat aktiva dapat diprediksi dengan variat pasiva. Sebanyak 62,1% proporsi varian dalam variat pasiva dapat dijelaskan oleh variat aktiva. Temuan empiris yang diperoleh dari penelitiannya adalah: pertama, aktiva lancar (kas, piutang dagang, dan sediaan) berkorelasi tinggi terhadap utang jangka pendek (utang dagang dan utang lancar lain). Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan berusaha melakukan hedging dengan mencocokkan struktur maturitas aktiva dengan utang. Kedua, perusahaan menggunakan aktiva tetapnya sebagai kolateral utang jangka panjang. Ketiga, perusahaan mendanai sediaan melalui utang dari pemasok dan piutang dagang digunakan untuk kolateral utang jangka pendek. Keempat, investasi perusahaan pada aktiva tetap didanai dengan menggunakan utang jangka panjang. Berdasarkan kajian literatur dan penelitian diatas dapat dinyatakan bahwa terdapat konsistensi teori penelitian diantara para peneliti. Pengujian atas berbagai jenis industri menghasilkan temuan empiris yang relatif sama. Pada dasarnya temuan dari berbagai penelitian tersebut menunjukkan adanya interdependensi hubungan antar komponen neraca (aktiva dan pasiva). Selain itu, sifat-sifat 24

6 Wulandari, Hubungan Interdependensi antara Variat Aktiva dan Variat Pasiva interdependensi hubungan tersebut meliputi: hedging dengan mencocokkan maturitas aktiva dan utang, pendanaan aktiva melalui utang, penggunaan aktiva sebagai kolateral utang, serta tidak menggunakan terlalu banyak leverage keuangan untuk menghindari kemungkinan terjadinya insolvensi. Penelitian ini berbeda dengan penelitian-penelitian terdahulu dalam hal jenis industri dan rentang waktu yang secara sengaja dilakukan untuk menguji konsistensi teori yang dihasilkan oleh penelitian terdahulu. Penelitian ini dilakukan pada perusahaan perdagangan (wholesale and retail) yang belum pernah dilakukan sebelumnya serta menggunakan rentang waktu yang lebih lama dengan tujuan temuan riset yang dihasilkan lebih baik. Oleh karena itu, dalam penelitian ini peneliti mengajukan hipotesis yang akan diuji sebagai berikut. H A : Terdapat interdependensi antara komponen aktiva (variat aktiva) dan komponen pasiva (variat pasiva). Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data sekunder yaitu: laporan keuangan (neraca) tahunan perusahaan. Neraca digunakan sebagai sumber informasi komponen aktiva dan komponen pasiva. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan perdagangan (wholesale and retail) yang go-publik di Bursa Efek Jakarta (BEJ). Sampel penelitian yang digunakan adalah perusahaan perdagangan (wholesale and retail) yang terdaftar di BEJ untuk periode enam tahun, yaitu dari tahun 2001 sampai dengan tahun Sampel penelitian dipilih secara purposive sampling yaitu sampel diambil berdasarkan kriteria-kriteria tertentu yang sesuai dengan tujuan penelitian sehingga dapat diperoleh sampel yang representatif. Beberapa kriteria yang ditetapkan untuk pemilihan sampel adalah: 1. Menseleksi perusahaan di sektor perdagangan (wholesale and retail), untuk menghindari bias karena perbedaan industri 2. Perusahaan tersebut merupakan perusahaan go-public yang terdaftar di BEJ 3. Perusahaan menerbitkan laporan keuangan selama enam tahun berturut-turut yaitu dari tahun 2001 sampai dengan tahun Metode pengumpulan data dilakukan melalui metoda dokumentasi. Metode ini dilakukan dengan menyalin informasi yang tersaji di neraca laporan keuangan yang berasal dari Pusat Pengembangan Akuntansi (PPA) Fakultas Ekonomi Universitas Gadjah Mada. Daftar nama perusahaan perdagangan diperoleh dari ICMD (Indonesian Capital Market Directory). Dalam penelitian ini, dilakukan pengelompokkan atas komponen aktiva dan pasiva perusahaan menjadi dua set variabel, yaitu satu set variabel aktiva yang terdiri atas tiga komponen dan satu set variabel pasiva yang terdiri atas tiga komponen. Pengelompokan ini dilakukan untuk alasan penyederhanaan karena kompleksnya komponen aktiva dan pasiva perusahaan, serta agar pengujian tidak menghasilkan bentuk korelasi yang terlalu kompleks. Berbagai variabel untuk kedua set variabel tersebut adalah: Aktiva Pasiva Y 1 : Aktiva lancar non-sediaan X 1 : Utang lancar Y 2 : Sediaan X 2 : Utang non-lancar Y 3 : Aktiva non-lancar X 3 : Modal Teknik pengujian yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis korelasi kanonikal. Analisis korelasi kanonikal dipilih karena mampu mengidentifikasi struktur yang optimum setiap set variabel yang memaksimumkan korelasi antara suatu set variabel dengan set variabel yang lain. Teknik ini sesuai dengan variabel penelitian yang diteliti, yaitu adanya berbagai variabel dalam dua 25

7 Jurnal Organisasi dan Manajemen, Volume 4, Nomor 1, Maret 2008, set variabel. Pada dasarnya ada tiga tujuan analisis korelasi kanonikal, yaitu: menentukan hubungan antara set variabel, mengidentifikasi korelasi yang maksimum antar dua set variabel, dan menjelaskan sifat hubungan antara set variabel. Dalam analisis korelasi kanonikal tidak terlalu diperlukan klasifikasi variabel dependen maupun independen karena analisis ini digunakan untuk menguji korelasi antar variat dan tidak memberikan penekanan khusus kepada salah satu variat. Identifikasi variabel Y untuk komponen aktiva dan variabel X untuk komponen pasiva tidak sepenuhnya menggambarkan variabel dependen untuk Y dan variabel independen untuk X (Hair, Anderson, Tatham, & Black, 1998). Analisis korelasi kanonikal menghasilkan lebih dari satu fungsi kanonikal (pasangan variat). Setiap fungsi kanonikal menggambarkan pasangan variat, satu set variat untuk variabel independen dan satu set variat untuk variabel dependen. Jumlah maksimum fungsi kanonikal yang dihasilkan sama dengan jumlah terkecil variabel dalam set variabel independen atau dependen. Misalnya, jika terdapat tiga variable independen dan empat variabel dependen maka jumlah fungsi kanonikal maksimum yang dapat dihasilkan adalah tiga. Fungsi kanonikal pertama merupakan interkorelasi tertinggi yang dapat dihasilkan untuk dua set variabel. Fungsi kanonikal kedua menunjukkan hubungan maksimum antara dua set variabel yang tidak dipertimbangkan dalam fungsi kanonikal pertama. Demikian untuk seterusnya. Dengan kata lain, setiap fungsi kanonikal selanjutnya merupakan fungsi kanonikal yang didasarkan pada varians residual yang tidak dipertimbangkan dalam fungsi kanonikal sebelumnya. Korelasi kanonikal (canonical correlation) menunjukkan kekuatan hubungan dalam setiap fungsi variat (Siregar, 2006). Fungsi kanonikal dijelaskan berdasarkan tiga hal, yaitu: pertama, tingkat signifikansi, nilai F untuk setiap fungsi kanonikal menunjukkan signifikansi suatu fungsi kanonikal secara terpisah (signifikansi untuk setiap fungsi kanonikal). Sedangkan signifikansi untuk semua fungsi kanonikal yang dihasilkan dapat dilihat dari fungsi signifikansi seperti: Wilks lambda, Hotelling s trace, Pillai s trace, dan Roy s grc (Siregar, 2006). Kedua, korelasi kanonikal merupakan ukuran yang menunjukkan seberapa besar korelasi antar variat untuk setiap fungsi kanonikal, misalnya korelasi antara variat dependen dengan variat independen. Ketiga, redundancy index menunjukkan varians dalam suatu variat kanonikal yang dapat dijelaskan oleh variat kanonikal lainnya dalam fungsi kanonikal (Hair, et al. (1998); Siregar, 2006). Menurut Siregar (2006), interpretasi variat kanonikal dilakukan setelah level signifikansi, korelasi kanonikal, dan redundancy index diketahui. Salah satu metode yang digunakan untuk menginterpretasikan variat kanonikal adalah canonical loading yang merupakan ukuran korelasi setiap variabel dengan variat kanonikal variabel itu sendiri. Semakin besar canonical loading berarti kontribusi suatu variabel terhadap variatnya semakin besar. Arti dari canonical loading positif adalah suatu variabel berhubungan searah dengan variat kanonikal variabel itu sendiri. Sedangkan canonial loading negatif menunjukkan suatu variabel berhubungan terbalik dengan variat variabel tersebut. Pengolahan data dalam penelitian dilakukan dengan program SPSS melalui prosedur analisis MANOVA (multivariate analysis of variance). Penggunaan prosedur MANOVA dilakukan karena dalam SPSS tidak memiliki prosedur tersendiri untuk analisis korelasi kanonikal, namun tidak berarti bahwa pengujian hipotesis dilakukan dengan MANOVA. Pengujian hipotesis tetap menggunakan analisis korelasi kanonikal hanya saja prosedurnya menggunakan MANOVA. Berikut ini adalah penulisan sintaks untuk analisis korelasi kanonikal yang digunakan oleh peneliti menurut Hair et al. (1998) yang telah disesuaikan dengan bentuk penelitian ini: 26

8 Wulandari, Hubungan Interdependensi antara Variat Aktiva dan Variat Pasiva MANOVA Y1 Y2 Y3 WITH X1 X2 X3 /PRINT=ERROR (SSCP COV COR) SIGNIF (HYPOTH EIGEN DIMENR) /DISCRIM=RAW STAN ESTIM COR ALPHA (1.0) HASIL DAN PEMBAHASAN Pada Tabel 1 tampak bahwa jumlah tahun perusahaan yang diamati dalam penelitian ini adalah 78. Jumlah pengamatan tersebut berasal dari 13 perusahaan wholesale and retail yang masuk sebagai sampel selama jangka waktu enam tahun tersebut. Rata-rata aktiva perusahaan sampel adalah sekitar Rp Dari jumlah tersebut, investasi perusahaan banyak tertanam di aktiva non-lancar yaitu sebesar 46,29% dari total aktiva. Sedangkan sisanya, sebesar 53,71% merupakan komponen aktiva lancar. Variansi ketiga komponen aktiva tersebut berkisar antara 12,65% sampai 21,60%. Variansi tertinggi ada pada aktiva non-lancar, yaitu sebesar 21,60%. Sedangkan pada sisi pasiva, komponen modal merupakan komponen terbesar dari ketiga komponen yang ada, yaitu sebesar 44,77% dari total pasiva. Sedangkan variasi tertinggi ada pada komponen utang lancar yang berarti tidak semua perusahaan wholesale and retail memiliki utang lancar yang cukup besar. Apabila semua utang dijumlahkan, maka dapat dikatakan bahwa sebanyak 65,23% operasi perusahaan didanai oleh utang dan hanya sebanyak 44,77% sumber pendanaan berasal dari dana sendiri. Namun demikian jika dibandingkan secara individual dengan masing-masing kelompok utang maka proporsi dana sendiri sangat besar dalam struktur modal perusahaan wholesale and retail. Tabel 1. Proporsi Neraca 13 Perusahaan Wholesale and Retail Variabel Mean (Rp) Mean(%) SD (%) N Y1 Aktiva Lancar Non-Sediaan ,65% 18,55% 78 Y2 Sediaan ,06% 12,65% 78 Y3 Aktiva Non-Lancar ,29% 21,60% 78 Total ,00% X1 Utang Lancar ,25% 34,41% 78 X2 Utang Non-Lancar ,98% 14,81% 78 X3 Modal ,77% 33,85% 78 Total ,00% Pearson correlation antara komponen aktiva dan komponen pasiva tampak pada Tabel 2. Terdapat beberapa korelasi yang dapat dilihat dari Tabel 2 tersebut. Pertama, aktiva lancar nonsediaan berkorelasi baik terhadap utang lancar, utang non-lancar, dan modal. Temuan ini dapat diinterpretasikan bahwa aktiva lancar non-sediaan terkait dengan kegiatan sehari-hari perusahaan yang hasil akhirnya tergambar dalam modal melalui laba ditahan (Siregar, 2006). Kedua, sediaan berkorelasi dengan utang lancar dan utang non-lancar, tetapi tidak berkorelasi dengan modal, berarti perusahaan menggunakan utang lancar untuk mendanai sediaan dan menggunakan sediaan sebagai jaminan utang non-lancar. Ketiga, aktiva non-lancar berhubungan terhadap utang lancar dan utang non-lancar, berarti perusahaan menggunakan aktiva non-lancar sebagai jaminan utang lancar dan menggunakan utang non-lancar untuk mendanai aktiva non-lancar. 27

9 Jurnal Organisasi dan Manajemen, Volume 4, Nomor 1, Maret 2008, Tabel 2. Pearson Correlation Variabel X1 Utang Lancar X2 X3 Modal Utang Non-Lancar Y1 Aktiva Lancar Non-Sediaan 0,256 (0,028) -0,294 (0,014) 0,241 (0,046) Y2 Sediaan 0,839 (0,000) -0,327 (0,006) -0,071 (0,563) Y3 Aktiva Non-Lancar -0,446 (0,000) 0,428 (0,000) 0,007 (0,956) Catatan: angka dalam kurung menunjukkan signifikansi korelasi Namun Tabel 2 di atas hanya menjelaskan gambaran yang terbatas tentang korelasi antara komponen aktiva dan pasiva. Korelasi yang dihasilkan hanya menunjukkan hubungan ketiga komponen aktiva dan pasiva secara individual. Pada kenyataannya, suatu rekening tidak hanya dipengaruhi oleh satu rekening lainnya, tetapi dapat dipengaruhi lebih dari satu rekening lainnya. Suatu rekening aktiva tidak hanya terkait dengan rekening pasiva saja melainkan juga terkait dengan rekening aktiva lainnya. Sebaliknya, rekening pasiva tidak hanya terkait dengan rekening aktiva saja, tetapi juga terkait dengan rekening pasiva lainnya. Oleh karena itu, dibutuhkan analisis korelasi kanonikal yang dapat menjelaskan mengenai keterkaitan antara satu kelompok komponen aktiva dan satu kelompok komponen pasiva. Tabel 3. Canonical Correlation Root No. Canonical Corelation F Statistic DF Probability 1 0,909 21,88 9 0, ,419 4,47 4 0, ,257 4,61 1 0,035 Tabel 3 di atas menunjukkan jumlah dan besarnya korelasi kanonikal yang dihasilkan. Jumlah maksimum fungsi kanonikal yang dihasilkan sebanyak jumlah variabel terkecil dalam kedua variat. Kedua variat masing-masing memiliki tiga variabel, maka estimasi menghasilkan tiga fungsi kanonikal. Ketiga fungsi kanonikal tersebut signifikan secara statistis pada alpha 1% sampai 5%. Karena ketiga fungsi kanonikal signifikan, maka interpretasi variat kanonikal dapat didasarkan pada ketiga fungsi kanonikal yang dihasilkan. Dari ketiga fungsi kanonikal tersebut, fungsi kanonikal pertama menghasilkan korelasi kanonikal yang paling tinggi, yaitu sebesar 0,909 (0,000). Ini menunjukkan bahwa fungsi kanonikal pertama merupakan pasangan variat paling optimum antara komponen aktiva dan pasiva. Selanjutnya fungsi kanonikal kedua menunjukkan korelasi sebesar 0,419 (0.002) dan fungsi kanonikal ketiga menunjukkan korelasi sebesar 0,257 (0,035). Walaupun fungsi kanonikal pertama yang lebih optimum menghasilkan pasangan variat antara komponen aktiva dan pasiva, kedua fungsi kanonikal lain tetap merupakan dasar interpretasi variat kanonikal karena ketiga fungsi kanonikal yang dihasilkan signifikan secara statistik. Tabel 4. Multivariate Test of Significance Test Name Value F Statistic Probability Pillais 0, , ,000 Hotellings 1, , ,000 Wilks 0, , ,000 Roys 0,

10 Wulandari, Hubungan Interdependensi antara Variat Aktiva dan Variat Pasiva Tabel 4 menyajikan signifikansi fungsi kanonikal secara bersama-sama. Empat prosedur yang lazim digunakan untuk mengetahui signifikansi fungsi kanonikal secara bersama-sama, adalah: Wilks lambda, Hotelling s trace, Pillai s trace, dan Roy s grc (Siregar, 2006). Pada Tabel 4 tampak bahwa keempat prosedur menghasilkan nilai F yang tinggi dan signifikansi secara statistis pada alpha 1%. Nilai F yang dihasilkan untuk masing-masing prosedur adalah 21,88 untuk Wilks lambda, 34,43 untuk Hotelling s trace, 11,97 untuk Pillai s trace, dan untuk Roy s grc hanya menghasilkan nilai pengujian tetapi tidak menghasilkan besaran F statistik dan probabilitasnya. Tabel 5 menghasilkan redundancy index, yaitu indeks yang menunjukkan jumlah variansi dalam suatu variat kanonikal yang dapat dijelaskan oleh variat kanonikal lainnya dalam setiap fungsi kanonikal (Hair et al., 1998). Tabel 5 menunjukkan bahwa variat aktiva dapat menjelaskan sebanyak 62,3% varian dalam variat pasiva. Variat pasiva dapat menjelaskan 51% varian dalam variat aktiva. Kemampuan suatu variat dalam menjelaskan variansi pada variat lain untuk setiap fungsi kanonikal berbeda-beda (Siregar, 2006). Dalam fungsi kanonikal pertama, variat aktiva dapat menjelaskan 53,4% varian dalam variat pasiva dan variat pasiva dapat menjelaskan 39,8% varian dalam variat aktiva. Dalam penelitian ini fungsi pertama lebih mampu menjelaskan varian baik dalam variat aktiva maupun variat pasiva. Tabel 5. Redundancy Index Root No. CC SCC Aktiva Pasiva ASL RI ASL RI 1 0,909 0,826 0,647 0,534 0,482 0, ,419 0,176 0,276 0,049 0,411 0, ,257 0,066 0,600 0,040 0,598 0,039 0,623 0,510 Catatan: CC (canonical correlation), SCC (squared canonical correlation), ASL (average squared loading), RI (redundancy index). Setelah mengetahui tingkat signifikansi fungsi kanonikal, korelasi kanonikal, dan redundancy index, maka langkah interpretasi selanjutnya adalah mengidentifikasi sifat interdependensi yang ada antara komponen aktiva dan pasiva. Canonical loading dalam setiap fungsi kanonikal yang signifikan menjelaskan sifat interdependensi antara komponen aktiva dan pasiva (Hair, et al., 1998). Karena ketiga fungsi kanonikal tersebut signifikan, maka canonical loading ketiga fungsi tersebut dapat diinterpretasi untuk mengidentifikasi sifat interdependensi antara komponen aktiva dan pasiva. Tabel 6. Canonical Loading Variable Function Y1 Aktiva Lancar Non-Sediaan -0,417-0,405 0,814 Y2 Sediaan -0,971-0,084-0,225 Y3 Aktiva Non-Lancar 0,552-0,339-0,762 X1 Utang Lancar -0,941 0,198-0,274 X2 Utang Non-Lancar 0,439-0,295-0,849 X3 Modal 0,066-0,740 0,670 Tabel 6 menyajikan canonical loading untuk setiap fungsi kanonikal yang signifikan. Pada fungsi kanonikal pertama terlihat bahwa canonical loading yang lebih dari 50% untuk variat aktiva 29

11 Jurnal Organisasi dan Manajemen, Volume 4, Nomor 1, Maret 2008, masing-masing adalah sediaan (97,1%), dan aktiva non-lancar (55,2%); sedangkan canonical loading untuk variat pasiva yang terbesar adalah utang lancar (94,1%) dan utang non-lancar (43,9%). Canonical loading untuk untuk aktiva lancar non-sediaan dan modal dalam fungsi kanonikal yang pertama relatif kecil dibandingkan dengan yang lain sehingga tidak menggambarkan hubungan optimum yang dapat dihasilkan. Canonical loading yang negatif untuk sediaan dan utang lancar menunjukkan hedging (lindung) dengan mencocokkan maturitas aktiva dan utang (Siregar, 2006). Perilaku hedging antara aktiva lancar non-sediaan dengan utang lancar ini merupakan pasangan korelasi komponen aktiva (variat aktiva) dan komponen pasiva (variat pasiva) yang paling optimum yang dihasilkan oleh korelasi kanonikal. Besarnya korelasi antara komponen aktiva dan pasiva dalam fungsi kanonikal pertama ini sebesar 0,909 dan signifikan secara statistis pada alpha 1%. Fungsi kanonikal kedua menunjukkan canonical loading terbesar untuk variat aktiva adalah 40,5% aktiva lancar non-sediaan dan untuk variat pasiva adalah 74% modal. Sedangkan untuk komponen aktiva dan pasiva yang lain mempunyai nilai canonical loading yang kecil dan bukan menggambarkan korelasi yang paling optimum yang ada pada fungsi tersebut. Tanda negatif untuk canonical loading aktiva lancar non-sediaan dan modal menunjukkan bahwa kedua canonical loading memiliki hubungan terbalik dengan variatnya masing-masing. Canonical loading yang besar dan negatif ini menunjukkan bahwa perusahaan sengaja menyisihkan aktiva lancar non-sediaannya untuk membayar kewajiban dalam bentuk modal. Hal ni menunjukkan adanya perilaku pengendalian perusahaan terhadap kemungkinan insolvensi dengan menggunakan leverage keuangan yang lebih rendah (Van Auken et al., 1993). Fungsi kanonikal kedua merupakan hubungan optimum kedua yang tidak dipertimbangkan dalam hubungan optimum yang dihasilkan oleh fungsi kanonikal pertama (Hair et al., 1998). Besarnya korelasi antara komponen aktiva dan pasiva dalam fungsi kanonikal kedua ini sebesar 41,9% yang signifikan secara statistis pada alpha 5%. Fungsi kanonikal ketiga menggambarkan canonical loading yang lebih dari 50% untuk variat aktiva masing-masing adalah 81,4% aktiva lancar non-sediaan dan 76,2% aktiva non-lancar; sedangkan canonical loading yang lebih dari 50% untuk variat pasiva masing-masing adalah 84,9% utang non-lancar dan 67% modal. Tanda negatif untuk canonical loading utang non-lancar dan aktiva non-lancar menunjukkan bahwa kedua canonical loading memiliki hubungan terbalik dengan variatnya masing-masing. Hal ini berarti perusahaan menggunakan aktiva non-lancar sebagai jaminan atau kolateral utang non-lancar yang mengisyaratkan adanya perilaku hedging (lindung) dengan mencocokkan maturitas aktiva dan pasiva (Van Auken et al., 1993). Tanda positif untuk canonical loading aktiva lancar non-sediaan dan modal menunjukkan bahwa perusahaan lebih memilih menggunakan modal dalam mendanai aktiva lancar nonsediaannya. Perusahaan sengaja menyisihkan aktiva lancar non-sediaannya untuk membayar kewajiban dalam bentuk modal. Hal ini memperjelas canonical loading pada fungsi kanonikal yang kedua yaitu adanya perilaku pengendalian perusahaan terhadap kemungkinan insolvensi dengan menggunakan leverage keuangan yang lebih rendah (Van Auken et al., 1993). Berdasarkan tingkat signifikansi yang dihasilkan (Tabel 3), signifikansi fungsi kanonikal secara keseluruhan (Tabel 4), dan besaran redundancy index (Tabel 5) dapat dinyatakan bahwa hipotesis didukung secara empiris. Bukti empiris yang dihasilkan menunjukkan bahwa terdapat interdependensi yang signifikan antara komponen aktiva (variat aktiva) dan komponen pasiva (variat pasiva). Interdependensi komponen aktiva dan pasiva tersebut dapat dijelaskan melalui tiga fungsi kanonikal yang masing-masing dan secara keseluruhan signifikan secara statistis pada alpha 1% sampai 5%. Variat aktiva dapat menjelaskan sebanyak 62,3% varian dalam variat pasiva. Variat pasiva dapat menjelaskan 51% varian dalam variat aktiva. 30

12 Wulandari, Hubungan Interdependensi antara Variat Aktiva dan Variat Pasiva Temuan Penelitian Penelitian ini menghasilkan temuan yang relatif sama dan mendukung penelitian-penelitian sebelumnya. Temuan berbagai penelitian sebelumnya seperti Stowe et al. (1980), Simonson et al. (1983), Stowe dan Watson (1985), Van Auken et al. (1993) menunjukkan adanya interdependensi hubungan antar komponen neraca (aktiva dan pasiva). Selain itu, sifat-sifat interdependensi hubungan tersebut meliputi: hedging (lindung) dengan mencocokkan maturitas aktiva dan utang, pendanaan aktiva melalui utang, penggunaan aktiva sebagai kolateral utang, serta tidak menggunakan terlalu banyak leverage keuangan untuk menghindari kemungkinan terjadinya insolvensi. Berdasarkan analisis hasil dan pembahasan di atas menunjukkan bahwa sifat interdependensi ditemukan antara komponen aktiva dan pasiva. Sifat-sifat tersebut meliputi: hedging (lindung) struktur maturitas aktiva dan pasiva yaitu sediaan digunakan sebagai jaminan utang lancar, utang non-lancar digunakan untuk mendanai aktiva non-lancar, penggunaan aktiva non-lancar sebagai kolateral utang non-lancar, serta perilaku pengendalian terhadap kemungkinan insolvensi dengan penggunaan leverage keuangan yang lebih rendah. Hal ini didukung dengan proporsi modal yang sangat tinggi pada sisi pasiva yaitu sebesar 44,77% dari total pasiva. Konsekuensi tidak digunakannya temuan tersebut adalah mengakibatkan ketidaksesuian (mismatching) maturitas aktiva dan pasiva yang menciptakan risiko suku bunga (Simonson et al., 1983). Sebagai contoh, suku bunga jangka pendek yang lebih tinggi dari suku bunga jangka panjang mengakibatkan perbankan meminjam dalam jangka pendek karena nasabah lebih menyukai suku bunga jangka pendek, dan perbankan terpaksa untuk meminjamkan dalam jangka panjang. Perbankan menghindari diri dari keadaan tersebut dengan melakukan manajemen aktiva dan utang, yaitu dengan mengatur antara pengadaan dana dan pemerolehan aktiva (Siregar, 2006). Temuan ini sesuai dengan temuan Pyle (1971) dan temuan Ho dan Sounders (1980) yang menunjukkan hedging antara dua sisi neraca merupakan respon rasional terhadap ketidakpastian bunga yang disebabkan oleh volatilitas interdependensi aktiva dan utang. PENUTUP Bukti empiris penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat empat korelasi optimum yang dihasilkan oleh analisis korelasi kanonikal antara komponen aktiva dan pasiva. Keempat jenis hubungan tersebut adalah perilaku hedging (lindung), kolateral, pendanaan, perilaku pengendalian terhadap kemungkinan insolvensi. Perusahaan berusaha mencocokkan maturitas antara aktiva dan utang untuk tujuan hedging (lindung) yaitu menggunakan sediaan sebagai jaminan utang lancar, menggunakan aktiva non-lancar sebagai kolateral (jaminan) utang non-lancar, perusahaan juga menggunakan utang non-lancar untuk mendanai aktiva non-lancar. Selain itu terdapat perilaku pengendalian terhadap kemungkinan insolvensi dengan penggunaan leverage keuangan yang lebih rendah. Adanya interdependensi komponen aktiva dan pasiva berimplikasi pada interdependensi keputusan investasi dan pendanaan. Berbeda dari teori struktur modal Modigliani dan Miller (1958), bukti empiris penelitian ini menunjukkan bahwa argumen struktur modal Modigliani dan Miller tersebut tidak relevan dan kurang realistis. Keputusan pendanaan melalui utang atau melalui modal sendiri dapat berpengaruh terhadap investasi perusahaan. Dalam temuan empiris penelitian ini utang non-lancar lebih berkorelasi dengan aktiva non-lancar daripada modal. Hal ini berarti perusahaan lebih memilih utang non-lancar untuk mendanai investasi jangka panjangnya. Penelitian ini memiliki keterbatasan, terutama karena kemampuan alat statistik untuk interpretasi analisis korelasi kanonikal yang mengidentifikasi hubungan suatu variabel dalam suatu 31

13 Jurnal Organisasi dan Manajemen, Volume 4, Nomor 1, Maret 2008, variat dengan variabel tertentu dalam variat lain secara spesifik. Namun karena dalam penelitian ini terdapat tiga variabel aktiva dan tiga variabel pasiva yang saling dikorelasikan, maka pilihan metoda penelitian yang dianggap lebih sesuai adalah analisis korelasi kanonikal. Selain canonical loading, terdapat teknik lain yang bisa digunakan untuk menginterpretasi variat kanonikal. Teknik-teknik tersebut adalah canonical cross-loading dan rotasi terhadap canonical loading. canonical crossloading menunjukkan besarnya variansi yang dapat dijelaskan suatu variabel terhadap variat kanonikal lainnya. Rotasi terhadap canonical loading merupakan penajaman lebih lanjut untuk memperjelas hubungan kanonikal yang terjadi di setiap variat. Namun tidak semua teknik pengolahan data menghasilkan nilai canonical cross-loading dan rotasi terhadap canonical loading, termasuk dalam peneiltian ini nilai tersebut tidak dapat diperoleh. Oleh karena itu interpretasi tambahan dengan menggunakan kedua teknik tersebut tidak dapat dilakukan. Penelitian selanjutnya sebaiknya menggunakan canonical cross-loading dan rotasi terhadap canonical loading untuk mempertajam interpretasi terhadap variat kanonikal. Hal lain yang dapat diperbaiki untuk penelitian selanjutnya adalah mengenai jumlah sampel dan lingkup industri. Generalisasi temuan penelitian lebih baik apabila perbedaan industri digabungkan dan jumlah sampel diperbanyak. REFERENSI Hair, J. F., Anderson, R.E., Tatham, R.L., & Black, W.C. (1998). Multivariate data analysis with readings. International Edition. Upper Saddle River, New Jersey: Prentice-Hall International, Inc. Hanafi, M.M. & Halim, A. (2005). Analisis laporan keuangan. (Edisi kedua). Yogyakarta: UPP AMP- YKPN. Husnan, S. (1997). Manajemen keuangan: Teori dan penerapan (Keputusan jangka pendek). Yogyakarta: BPFE. Husnan, S. & Pudjiastuti, E. (2002). Dasar-dasar manajemen keuangan. (Edisi ketiga). Yogyakarta: UPP AMP-YKPN. Ho, T.S.Y. & Sounders, A. (1980). The determinants of bank interest margins: Theory and empirical evidence. Journal of Financial and Quantitative Analysis, November, Kieso, D.E., Weygandt, J.J., & Warfield, T.D. (2001). Intermediate accounting. (10 th ed). New York: John Wiley & Sons, Inc. Modigliani, F. & Miller, M.H. (1958). The cost of capital, corporation finance, and the theory of investment. American Economic Review, June: Pyle, D.H. (1971). On the theory of financial intermediation. Journal of Finance, 26, Riyanto, B. (2001). Dasar-dasar pembelanjaan perusahaan. (Edisi keempat). Yogyakarta: BPFE. Simonson, D.G., Miller, J.D., & Watson, C.J. (1983). A canonical correlation analysis of commercial bank asset/liability structures. Journal of Financial and Quantitative Analysis, 18 (1), Siregar, B. (2006). Analisis korelasi kanonikal komponen aktiva dan pasiva. Jurnal Ekonomi & Bisnis Indonesia, 21 (1), Stowe, J.D. & Watson, C.J. (1985). A multivariate analysis of the composition of life insurer balance sheet. Journal of Risk and Insurance. June, Stowe, J.D., Watson, C.J., & Robertson, T.D. (1980). Relationships between the two sides of the balance sheet: A canonical correlation analysis. Journal of Finance, 35 (4),

14 Wulandari, Hubungan Interdependensi antara Variat Aktiva dan Variat Pasiva Van Auken, H.E., Doran, B.M., & Yoon, K.J. (1993). A financial comparison between Korean and U.S. firms: A cross balance sheet canonical correlation analysis. Journal of Small Business Management, 31 (3),

BAB I PENDAHULUAN. Laju pertumbuhan properti 2006 diperkirakan akan terhambat dampak kenaikan

BAB I PENDAHULUAN. Laju pertumbuhan properti 2006 diperkirakan akan terhambat dampak kenaikan 2 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Laju pertumbuhan properti 2006 diperkirakan akan terhambat dampak kenaikan BBM, inflasi tinggi, kenaikkan suku bunga termasuk bunga kredit pemilikan rumah (KPR), dan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL

BAB IV ANALISIS HASIL BAB IV ANALISIS HASIL Berikut ini merupakan pembahasan terhadap hasil olahan data dengan menggunakan SPSS versi 15. Peneliti melakukan pengolahan data terhadap122 sampel yang memenuhi kriteria penelitian.

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH PROFITABILITAS, LIKUIDITAS DAN STRUKTUR AKTIVA TERHADAP STRUKTUR MODAL PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BEI

ANALISIS PENGARUH PROFITABILITAS, LIKUIDITAS DAN STRUKTUR AKTIVA TERHADAP STRUKTUR MODAL PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BEI ANALISIS PENGARUH PROFITABILITAS, LIKUIDITAS DAN STRUKTUR AKTIVA TERHADAP STRUKTUR MODAL PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BEI TAHUN 2011-2013 NASKAH PUBLIKASI Diajukan untuk Memenuhi Tugas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hendak melakukan operasi atau ekspansi usaha. Modal ini diperlukan karena dengan

BAB I PENDAHULUAN. hendak melakukan operasi atau ekspansi usaha. Modal ini diperlukan karena dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam dunia usaha, perusahaan dihadapkan terhadap masalah pendanaan ketika hendak melakukan operasi atau ekspansi usaha. Modal ini diperlukan karena dengan tersedianya

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 31 Metode Pemilihan Sampel Penelitian ini memiliki tujuan untuk menguji hubungan antara aktiva dan pasiva pada industri manufaktur Oleh karena itu sampel dari penelitian ini

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Struktur Modal Struktur modal adalah perimbangan atau perbandingan antara jumlah hutang jangka panjang dengan modal sendiri (Riyanto,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Obyek Penelitian Obyek penelitian ini menggunakan data sekunder yaitu data laporan keuangan pada Indonesian Capital Market Directory (ICMD) yang dipublikasikan perusahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. industri perbankan. Selain menyangkut permasalahan modal, tingkat kepercayaan

BAB I PENDAHULUAN. industri perbankan. Selain menyangkut permasalahan modal, tingkat kepercayaan 1 BAB I PENDAHULUAN Bab yang pertama ini akan menjelaskan mengenai latar belakang dilakukannya penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dari penulisan penelitian ini. 1.1 Latar

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Pengertian Modal dan Strukur Modal

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Pengertian Modal dan Strukur Modal BAB II KAJIAN TEORI A. Landasan Teori 1. Pengertian Modal dan Strukur Modal a. Pengertian Modal Menurut Munawir (2001) dalam Prabansari dan Kusuma (2005), modal adalah hak atau bagian yang dimiliki perusahaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Modal (Munawir, 2001) adalah hak atau bagian yang dimiliki oleh pemilik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Modal (Munawir, 2001) adalah hak atau bagian yang dimiliki oleh pemilik BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Modal dan struktur modal perusahaan Modal (Munawir, 2001) adalah hak atau bagian yang dimiliki oleh pemilik perusahaan dalam pos modal (modal saham), surplus

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Struktur Modal 1. Modal Setiap perusahaan dalam menjalankan kegiatan usahanya tentu memerlukan modal, tersedianya modal yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Teoritis 2.1.1 Struktur Modal Struktur modal merupakan perimbangan antara penggunaan modal pinjaman yang terdiri dari: utang jangka pendek yang bersifat permanen, utang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. diterbitkan oleh pemerintah, public authorities, maupun perusahaan swasta.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. diterbitkan oleh pemerintah, public authorities, maupun perusahaan swasta. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pasar Modal Pasar modal menurut Husnan (2003:3) dapat didefinisikan sebagai pasar untuk berbagai instrumen keuangan (sekuritas) jangka panjang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya nilai perusahaan dapat meningkatkan kesejahteraan pemilik

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya nilai perusahaan dapat meningkatkan kesejahteraan pemilik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tujuan utama perusahaan adalah meningkatkan nilai perusahaan, meningkatnya nilai perusahaan dapat meningkatkan kesejahteraan pemilik perusahaan (Prihadi, 2013:8).

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS. aktiva, baik langsung maupun tidak langsung dengan harapan mendapatkan

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS. aktiva, baik langsung maupun tidak langsung dengan harapan mendapatkan 8 BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Investasi di Pasar Modal Investasi merupakan kegiatan menanamkan modal pada satu atau lebih aktiva, baik langsung maupun tidak langsung

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pecking Order Theory menurut Myers (1984), menyatakan bahwa perusahaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pecking Order Theory menurut Myers (1984), menyatakan bahwa perusahaan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Packing Order Theory Pecking Order Theory menurut Myers (1984), menyatakan bahwa perusahaan lebih menyukai internal financing yaitu perusahaan lebih cenderung

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Struktur Modal Struktur modal adalah perimbangan antara total utang dan modal sendiri. Menurut Sartono (2001) yang dimaksud dengan struktur modal merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya persaingan dalam era globalisasi saat ini menuntut setiap

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya persaingan dalam era globalisasi saat ini menuntut setiap BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Meningkatnya persaingan dalam era globalisasi saat ini menuntut setiap perusahaan untuk mampu menyesuaikan dengan keadaan yang terjadi dan menuntut setiap perusahaan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. struktur modal. Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling

BAB V PENUTUP. struktur modal. Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling BAB V PENUTUP 5.1 KESIMPULAN Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh profitabilitas, risiko bisnis, ukuran perusahaan, pertumbuhan aset dan likuiditas terhadap struktur modal. Teknik pengambilan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Profitabilitas Profitabilitas menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba perusahaan pada masa yang akan datang, dimana laba perusahaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu dilakukan oleh Ayu (2011), pada perusahaan makanan dan minuman yang tercatat di Bursa Efek Indonesia dengan data

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting bagi setiap perusahaan, karena baik buruknya struktur modal akan

BAB I PENDAHULUAN. penting bagi setiap perusahaan, karena baik buruknya struktur modal akan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu masalah dalam kebijaksanaan keuangan dalam perusahaan adalah masalah struktur modal. Masalah struktur modal merupakan masalah penting bagi setiap

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pasar Modal Pasar modal merupakan kegiatan yang berhubungan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendanaan yang merupakan faktor utama yang harus diperhatikan. Bagi setiap perusahaan,

BAB I PENDAHULUAN. pendanaan yang merupakan faktor utama yang harus diperhatikan. Bagi setiap perusahaan, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan dan perluasan industri pada umumnya membutuhkan sumber-sumber pendanaan yang merupakan faktor utama yang harus diperhatikan. Bagi setiap perusahaan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Struktur pendanaan merupakan indikasi bagaimana perusahaan membiayai

BAB I PENDAHULUAN. Struktur pendanaan merupakan indikasi bagaimana perusahaan membiayai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendanaan adalah fondasi utama dalam dunia usaha dan perekonomian. Struktur pendanaan merupakan indikasi bagaimana perusahaan membiayai kegiatan operasionalnya atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Struktur modal merupakan masalah yang sangat penting bagi perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Struktur modal merupakan masalah yang sangat penting bagi perusahaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Struktur modal merupakan masalah yang sangat penting bagi perusahaan karena modal merupakan salah satu dari faktor penggerak dalam perusahaan untuk menjalankan

Lebih terperinci

Oleh: Doan Tegar Prastyawan, Dr. Erwin Saraswati, Ak.,CPMA.,CSRS.,CA.

Oleh: Doan Tegar Prastyawan, Dr. Erwin Saraswati, Ak.,CPMA.,CSRS.,CA. PENGARUH LEVERAGE, UKURAN PERUSAHAN DAN KUALITAS AUDIT TERHADAP MANAJEMEN LABA (Studi Empiris Pada Perusahaan Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010-2011) Oleh: Doan Tegar Prastyawan, Dr. Erwin

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan dan perluasan industri pada umumnya membutuhkan sumbersumber

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan dan perluasan industri pada umumnya membutuhkan sumbersumber BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dan perluasan industri pada umumnya membutuhkan sumbersumber pendanaan yang merupakan faktor utama yang harus diperhatikan. Bagi setiap perusahaan, keputusan

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS. minuman yang tercatat di Bursa Efek Jakarta. Pengambilan sampel dan purposive

BAB II URAIAN TEORITIS. minuman yang tercatat di Bursa Efek Jakarta. Pengambilan sampel dan purposive BAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu Penelitian yang dilakukan oleh Tobing (2006) mengenai Pengaruh Struktur Modal terhadap Profitabilitas pada Industri Makanan dan Minuman yang Tercatat di Bursa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Analisis Rasio Keuangan Rasio keuangan merupakan alat analisis untuk menjelaskan hubungan tertentu antara elemen yang satu dengan elemen yang lain dalam suatu laporan

Lebih terperinci

PENGARUH STRUKTUR AKTIVA DAN LIKUDITAS TERHADAP STRUKTUR MODAL PADA PERUSAHAAN INDUSTRI MAKANAN DAN MINUMAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

PENGARUH STRUKTUR AKTIVA DAN LIKUDITAS TERHADAP STRUKTUR MODAL PADA PERUSAHAAN INDUSTRI MAKANAN DAN MINUMAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PENGARUH STRUKTUR AKTIVA DAN LIKUDITAS TERHADAP STRUKTUR MODAL PADA PERUSAHAAN INDUSTRI MAKANAN DAN MINUMAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA Jasman Syarifuddin Hasibuan Fakultas Ekonomi Universitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Penelitian yang dilakukan oleh Sri Yuliati (2010) tentang Pengujian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Penelitian yang dilakukan oleh Sri Yuliati (2010) tentang Pengujian BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian terdahulu yang mendasari dilakukannya penelitian ini antara lain : 1. Penelitian yang dilakukan oleh Sri Yuliati (2010) tentang Pengujian

Lebih terperinci

Manajemen Keuangan. Laporan neraca Laporan rugi/laba Laporan aliran kas Analisa common size Analisa indeks. Septiani Juniarti, SE.MM.

Manajemen Keuangan. Laporan neraca Laporan rugi/laba Laporan aliran kas Analisa common size Analisa indeks. Septiani Juniarti, SE.MM. Manajemen Keuangan Modul ke: Laporan neraca Laporan rugi/laba Laporan aliran kas Analisa common size Analisa indeks 02 Fakultas Ekonomi Septiani Juniarti, SE.MM Program Studi S1 Manajemen www.mercubuana.ac.id

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Riyanto (2002:209), sumber modal (pendanaan) dapat berasal dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Riyanto (2002:209), sumber modal (pendanaan) dapat berasal dari BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Landasan Teori 2.1.1. Sumber-sumber Pendanaan Menurut Riyanto (2002:209), sumber modal (pendanaan) dapat berasal dari internal perusahaan (pendanaan dari dalam perusahaan) dan

Lebih terperinci

Magister Manajemen Univ. Muhammadiyah Yogyakarta

Magister Manajemen Univ. Muhammadiyah Yogyakarta IV. Laporan Keuangan Laporan keuangan perusahaan merupakan ringkasan kegiatan dan hasil dari kegiatan perusahaan untuk jangka waktu tertentu. Dalam laporan keuangan mengandung informasi mengenai profitabilitas,

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 1.1 SIMPULAN Simpulan yang dapat diambil pada penelitian ini adalah: 1. Nilai perusahaan yang tinggi menyebabkan penggunaan hutang yang semakin minimal untuk menghindari konflik

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. tanggal 31 Desember 2008, 2009, 2010, 2011 dan Sumber data dapat

BAB III METODE PENELITIAN. tanggal 31 Desember 2008, 2009, 2010, 2011 dan Sumber data dapat 1 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Penelitian ini menggunakan data sekunder yaitu berupa laporan keuangan tahunan perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI dengan akhir tahun pembukuan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Gambar 3.1 Kerangka penelitian. memperhitungkan tingkat return yang dikehendaki dan biaya-biaya modal

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Gambar 3.1 Kerangka penelitian. memperhitungkan tingkat return yang dikehendaki dan biaya-biaya modal 28 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Kerangka Pemikiran Kerangka pemikiran untuk mengadakan penelitian ini secara sistematis dapat digambarkan sebagai berikut : EVA (X1) ROA (X2) ROE (X3) Harga Saham (Y)

Lebih terperinci

Metodologi Penelitian

Metodologi Penelitian 21 BAB III Metodologi Penelitian A. Obyek Penelitian Obyek dalam penelitian ini adalah perusahaan Manufaktur, sedangkan untuk subyek penelitian ini adalah laporan keuangan dari perusahaan manufaktur yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya perusahaan memiliki persediaan yang dimiliki dan digunakan atau

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya perusahaan memiliki persediaan yang dimiliki dan digunakan atau BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pada umumnya perusahaan memiliki persediaan yang dimiliki dan digunakan atau diproses untuk menghasilkan barang atau jasa yang memberikan nilai tambah dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Keuangan Dalam setiap perusahaan peranan ilmu manajemen sangat penting sehingga tujuan perusahaan dapat tercapai. Perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perusahaan merupakan suatu entitas yang tujuan utamanya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perusahaan merupakan suatu entitas yang tujuan utamanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan merupakan suatu entitas yang tujuan utamanya menghasilkan keuntungan dimasa yang akan datang. Perusahaan dituntut tidak hanya menghasilkan produk yang berkualitas

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN 23 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian ini ingin melihat pengaruh elemen corporate governance yang dalam hal ini dilihat dari karakteristik dewan komisaris terhadap cost of debt.

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH LEVERAGE DAN MARKET TO BOOK RATIO TERHADAP RETURN SAHAM PADA PERUSAHAAN GO PUBLIC DI BEI TAHUN NASKAH PUBLIKASI

ANALISIS PENGARUH LEVERAGE DAN MARKET TO BOOK RATIO TERHADAP RETURN SAHAM PADA PERUSAHAAN GO PUBLIC DI BEI TAHUN NASKAH PUBLIKASI ANALISIS PENGARUH LEVERAGE DAN MARKET TO BOOK RATIO TERHADAP RETURN SAHAM PADA PERUSAHAAN GO PUBLIC DI BEI TAHUN 2009-2011 NASKAH PUBLIKASI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-Syarat Memperoleh Gelar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencari keuntungan sebesar-besarnya demi menyejahterakan karyawan dan

BAB I PENDAHULUAN. mencari keuntungan sebesar-besarnya demi menyejahterakan karyawan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada saat ini persaingan dalam dunia bisnis semakin tinggi. Semakin banyak perusahaan baru yang muncul untuk bersaing dengan perusahaan lama. Tujuan perusahaan

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH CASH POSITION

ANALISIS PENGARUH CASH POSITION ANALISIS PENGARUH CASH POSITION, DEBT TO EQUITY RATIO, DAN RETURN ON EQUITY TERHADAP DIVIDEND PAYOUT RATIO PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA PADA PERIODE 2009 2011 NASKAH PUBLIKASI Diajukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan dalam dunia bisnis dan ekonomi yang semakin keras telah

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan dalam dunia bisnis dan ekonomi yang semakin keras telah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah Persaingan dalam dunia bisnis dan ekonomi yang semakin keras telah membuat suatu perusahaan berusaha meningkatkan nilai perusahaan. Meningkatkan nilai perusahaan

Lebih terperinci

John Henry Wijaya. Universitas Widyatama, Bandung,

John Henry Wijaya. Universitas Widyatama, Bandung, PENGARUH KEBIJAKAN MODAL KERJA TERHADAP HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2010-2014 (Studi Kasus Pada PT Indo Tambangraya Megah Tbk, PT Jasa Marga (persero) Tbk,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Landasan teori ini menjabarkan teori-teori mengenai struktur modal yang diharapkan dapat menyelesaikan permasalahan yang ada dalam penelitian. Serta argumen yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 29 BAB III METODE PENELITIAN 1.1. Jenis dan Sumber Data 1.1.1.Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat asosiatif karena bertujuan untuk menjelaskan pengaruh antara variabel bebas

Lebih terperinci

UKURAN PERUSAHAAN STRUKTUR MODAL DAN NILAI PERUSAHAAAN. Heince R.N. Wokas (

UKURAN PERUSAHAAN STRUKTUR MODAL DAN NILAI PERUSAHAAAN. Heince R.N. Wokas ( UKURAN PERUSAHAAN STRUKTUR MODAL DAN NILAI PERUSAHAAAN Heince R.N. Wokas (Email : heincewokas@gmail.com) Abstract The objective of this study is to find and to test the effect of firm size, capital structure,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 8 BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Pengertian Laporan Keuangan Laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Era globalisasi telah menghapuskan batasan bagi perusahaan dalam melaksanakan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Era globalisasi telah menghapuskan batasan bagi perusahaan dalam melaksanakan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Era globalisasi telah menghapuskan batasan bagi perusahaan dalam melaksanakan kegiatan usaha. Dengan adanya penghapusan batasan ini, persaingan dalam dunia

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Teoritis 2.1.1 Nilai Perusahaan Tujuan perusahaan dari pendapat beberapa ahli keuangan adalah memaksimalkan nilai perusahaan, maksimalisasikan laba, menciptakan kesejahteraan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Horne dan Wachowicz (1997:135), rasio likuiditas membandingkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Horne dan Wachowicz (1997:135), rasio likuiditas membandingkan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Rasio Lancar (Current Ratio) Menurut Horne dan Wachowicz (1997:135), rasio likuiditas membandingkan kewajiban jangka pendek dengan sumber dana jangka pendek

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP KINERJA KEUANGAN (PERUSAHAAN TELEKOMUNIKASI YANG GO PUBLIC DI BEI) ADIN FEBRIANO

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP KINERJA KEUANGAN (PERUSAHAAN TELEKOMUNIKASI YANG GO PUBLIC DI BEI) ADIN FEBRIANO ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP KINERJA KEUANGAN (PERUSAHAAN TELEKOMUNIKASI YANG GO PUBLIC DI BEI) ADIN FEBRIANO Universitas Dian Nuswantoro Semarang ABSTRACT This research is conducting

Lebih terperinci

BAB I PENDUHULUAN. mengembangkan usahanya perusahaan harus mengembangkan perusahaannya

BAB I PENDUHULUAN. mengembangkan usahanya perusahaan harus mengembangkan perusahaannya BAB I PENDUHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Era globalisasi dan perdagangan bebas telah membuat persaingan usaha semakin ketat. Berbagai perusahaan untuk meningkatkan kinerjanya dan mengembangkan usaha

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memecahkan masalah penelitian serta perumusan hipotesis.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memecahkan masalah penelitian serta perumusan hipotesis. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Landasan teori ini menjabarkan teori-teori yang mendukung hipotesis serta sangat berguna dalam analisis hasil penelitian. Landasan teori berisi pemaparan teori

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Dalam dunia usaha untuk meningkatkan kegiatan usaha pemilik usaha selalu dihadapkan dengan suatu masalah. Salah satu masalah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dengan Juli Adapun data penelitian diperoleh dengan melakukan

BAB III METODE PENELITIAN. dengan Juli Adapun data penelitian diperoleh dengan melakukan BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan dalam rentan waktu bulan Maret 2016 sampai dengan Juli 2016. Adapun data penelitian diperoleh dengan melakukan pengutipan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bursa Efek Jakarta (BEJ) atau Jakarta Stock Exchange (JSX) adalah sebuah

BAB I PENDAHULUAN. Bursa Efek Jakarta (BEJ) atau Jakarta Stock Exchange (JSX) adalah sebuah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bursa Efek Jakarta (BEJ) atau Jakarta Stock Exchange (JSX) adalah sebuah bursa saham di Jakarta yang merupakan bursa tempat dimana orang memperjualbelikan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. (yang lebih baik) mengenai prospek perusahaan daripada yang dimiliki investor.

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. (yang lebih baik) mengenai prospek perusahaan daripada yang dimiliki investor. BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Teori Asimetri Informasi Teori asimetri informasi atau ketidaksamaan informasi menurut Brighman dan Houston (1999:35) adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. target yang diinginkan baik secara artificial (melalui metode akuntan si) maupun

BAB I PENDAHULUAN. target yang diinginkan baik secara artificial (melalui metode akuntan si) maupun BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perataan laba dapat didefinisikan sebagai suatu cara yang dilakukan manajemen untuk mengurangi fluktuasi laba yang dilaporkan agar sesuai dengan target yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan teori 1. Variabel Fundamental Menurut Jogiyanto (2009), analisis fundamental atau analisis perusahaan merupakan analisis untuk menghitung nilai intrinsik dengan menggunakan

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH GROWTH, SALES GROWTH, CURRENT RATIO

ANALISIS PENGARUH GROWTH, SALES GROWTH, CURRENT RATIO ANALISIS PENGARUH GROWTH, SALES GROWTH, CURRENT RATIO DAN RETURN ON ASSET TERHADAP KEBIJAKAN UTANG PADA PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DI LQ45 TAHUN 2012-2014 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Hutang Hutang sering disebut juga sebagai kewajiban, dalam pengertian sederhana dapat diartikan sebagai kewajiban keuangan yang harus dibayar oleh perusahaan

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1. Simpulan Penelitian ini berusaha menjawab hipotesis apakah profitabilitas, pertumbuhan, investment opportunity set dan leverage mampu menjadi faktor penentu kebijakan dividen

Lebih terperinci

ABSTRAK. Keywords : Likuiditas, Operating Leverage, Profitabilitas, Struktur Aktiva, Pertumbuhan Penjualan dan Struktur Modal (DER).

ABSTRAK. Keywords : Likuiditas, Operating Leverage, Profitabilitas, Struktur Aktiva, Pertumbuhan Penjualan dan Struktur Modal (DER). ABSTRAK Makmur. 2011. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal Pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia. (dibimbing oleh Drs. Mushar Mustafa, MM., Ak dan Drs. Syarifuddin Rasyid.,

Lebih terperinci

DI BEI. Tugas dan. Diajukan Untuk. Memenuhi. Oleh:

DI BEI. Tugas dan. Diajukan Untuk. Memenuhi. Oleh: ANALISIS PENGARUH RASIO KEUANGANN TERHADAP LABAA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BEI NASKAH PUBLIKASI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Manajemen Fakultas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. keuangan perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan PT. Pefindo

BAB III METODE PENELITIAN. keuangan perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan PT. Pefindo BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data sekunder, yaitu laporan keuangan perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan PT. Pefindo

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kecil seperti Usaha Kecil dan Menengah (UKM), hampir semua bentuk-bentuk

BAB I PENDAHULUAN. kecil seperti Usaha Kecil dan Menengah (UKM), hampir semua bentuk-bentuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Utang merupakan komponen yang tidak terpisahkan dari sebuah usaha, baik perusahaan berskala besar seperti perusahaan multinasional maupun berskala kecil seperti Usaha

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. untuk memenuhi kebutuhan tersebut ikut menentukan sampai seberapakah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. untuk memenuhi kebutuhan tersebut ikut menentukan sampai seberapakah BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Likuiditas Likuiditas merupakan salah satu faktor yang menentukan sukses atau kegagalan perusahaan. Penyediaan kebutuhan uang tunai dan sumber-sumber untuk

Lebih terperinci

PERANAN MANAJEMEN KEUANGAN DALAM SUATU PERUSAHAAN ABSTRAK

PERANAN MANAJEMEN KEUANGAN DALAM SUATU PERUSAHAAN ABSTRAK PERANAN MANAJEMEN KEUANGAN DALAM SUATU PERUSAHAAN Siti Nurhayati Akademi Manajemen Administrasi YPK email : sitinurhayati_27@yahoo.co.id ABSTRAK Manajemen keuangan tidak hanya perlu dilakukan pada perusahaan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Metode Penelitian. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kausal komparatif

BAB III METODE PENELITIAN. A. Metode Penelitian. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kausal komparatif 51 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kausal komparatif merupakan metode yang mempelajari hubungan sebab akibat antara dua variabel

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teoritis 1. Struktur Modal Struktur modal pada dasarnya berkaitan dengan sumber dana, baik itu sumber internal maupun sumber eksternal. Sumber dana internal berasal dari

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan dalam dunia bisnis dan ekonomi yang pesat,

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan dalam dunia bisnis dan ekonomi yang pesat, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertumbuhan dalam dunia bisnis dan ekonomi yang pesat, menyebabkan perusahaan dalam berbagai sektor industri di Indonesia berlomba-lomba meningkatkan nilai

Lebih terperinci

Bab 9 Teori Rasio Keuangan

Bab 9 Teori Rasio Keuangan D a s a r M a n a j e m e n K e u a n g a n 123 Bab 9 Teori Rasio Keuangan Mahasiswa diharapkan dapat memahami mengenai jenis dan pembagian laporan keuangan serta mengerti tentang perhitungan tentang rasio

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian ini pada dasarnya mengacu pada penelitian yang dilakukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian ini pada dasarnya mengacu pada penelitian yang dilakukan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Penelitian ini pada dasarnya mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Januarino Aditya (2006) dengan judul Studi Empiris Faktor-faktor yang Mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Bab ini akan menguraikan dan membahas mengenai tinjauan pustaka yang relevan dengan topik penelitian. Beberapa penelitian terdahulu yang dijadikan bahan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Struktur Modal 1. Pengertian Struktur Modal Struktur modal berkaitan dengan pembelanjaan jangka panjang suatu perusahaan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengembangan perusahaan dalam upaya untuk mengantisipasi persaingan yang semakin tajam dalam pasar yang semakin global seperti sekarang ini akan selalu dilakukan baik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Koperasi Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2012 tentang Perkoperasian Bab 1 Pasal 1 ayat 1, koperasi adalah badan hukum yang didirikan oleh orang perseorangan

Lebih terperinci

PENGARUH STRUKTUR AKTIVA, PERTUMBUHAN, DAN LIKUIDITAS TERHADAP STRUKTUR MODAL PERUSAHAAN

PENGARUH STRUKTUR AKTIVA, PERTUMBUHAN, DAN LIKUIDITAS TERHADAP STRUKTUR MODAL PERUSAHAAN JURNAL RISET AKUNTANSI DAN KEUANGAN Vol. 6 No.2, Agustus 2010 Hal. 153-165 PENGARUH STRUKTUR AKTIVA, PERTUMBUHAN, DAN LIKUIDITAS TERHADAP STRUKTUR MODAL PERUSAHAAN Anita Dwilestari PT Magna Business Support

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan agar dapat menguasai pasar, maka harus mampu bersaing dan dapat

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan agar dapat menguasai pasar, maka harus mampu bersaing dan dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Perusahaan agar dapat menguasai pasar, maka harus mampu bersaing dan dapat terus mengembangkan usahanya. Perusahaan untuk mengembangkan usahanya memerlukan

Lebih terperinci

PENGARUH STRUKTUR MODAL, PROFITABILITAS, UKURAN PERUSAHAAN DAN KEBIJAKAN DIVIDEN TERHADAP NILAI PERUSAHAAN

PENGARUH STRUKTUR MODAL, PROFITABILITAS, UKURAN PERUSAHAAN DAN KEBIJAKAN DIVIDEN TERHADAP NILAI PERUSAHAAN PENGARUH STRUKTUR MODAL, PROFITABILITAS, UKURAN PERUSAHAAN DAN KEBIJAKAN DIVIDEN TERHADAP NILAI PERUSAHAAN (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2012)

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 52 BAB III METODE PENELITIAN A. Obyek Penelitian Populasi pada penelitian ini adalah perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI). Sampel pada penelitian ini adalah perusahaan manufaktur periode

Lebih terperinci

BAB I ANALISIS HUBUNGAN ANTARA LIKUIDITAS DAN PROFITABILITAS TERHADAP IMBAL HASIL SAHAM PERUSAHAAN

BAB I ANALISIS HUBUNGAN ANTARA LIKUIDITAS DAN PROFITABILITAS TERHADAP IMBAL HASIL SAHAM PERUSAHAAN BAB I ANALISIS HUBUNGAN ANTARA LIKUIDITAS DAN PROFITABILITAS TERHADAP IMBAL HASIL SAHAM PERUSAHAAN 1.1 Latar Belakang Dalam menjalankan operasinya setiap perusahaan pasti membutuhkan modal kerja agar hasil

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN MODAL SENDIRI PADA INDUSTRI MANUFAKTUR: STUDI EMPIRIS DI BURSA EFEK INDONESIA

PERTUMBUHAN MODAL SENDIRI PADA INDUSTRI MANUFAKTUR: STUDI EMPIRIS DI BURSA EFEK INDONESIA JURNAL RISET AKUNTANSI DAN KEUANGAN Vol. 6 No.2, Agustus 2010 Hal. 113-124 PERTUMBUHAN MODAL SENDIRI PADA INDUSTRI MANUFAKTUR: STUDI EMPIRIS DI BURSA EFEK INDONESIA Astuti Yuli Setyani Fakultas Ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau keuntungan agar tersedia dana yang berkesinambungan yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. atau keuntungan agar tersedia dana yang berkesinambungan yang dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Secara umum setiap perusahaan yang didirikan bertujuan untuk mencapai laba yang maksimal serta mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan. Tujuan tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyesuaian terutama dalam hal kebijakan agar perusahaan dapat menjawab

BAB I PENDAHULUAN. penyesuaian terutama dalam hal kebijakan agar perusahaan dapat menjawab BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan kondisi perekonomian global yang semakin pesat merupakan suatu tantangan sekaligus peluang bagi perusahaan untuk selalu melakukan penyesuaian terutama

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH HUTANG, EKUITAS SERTA INVESTASI TERHADAP LABA PERUSAHAAN

ANALISIS PENGARUH HUTANG, EKUITAS SERTA INVESTASI TERHADAP LABA PERUSAHAAN ANALISIS PENGARUH HUTANG, EKUITAS SERTA INVESTASI TERHADAP LABA PERUSAHAAN SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Manajemen Pada Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baik berupa pendapatan dividen (dividend yield) maupun pendapatan dari selisih

BAB I PENDAHULUAN. baik berupa pendapatan dividen (dividend yield) maupun pendapatan dari selisih BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Investor mempunyai tujuan utama dalam menanamkan dananya kedalam perusahaan yaitu mencari pendapatan atau tingkat kembalian investasi (return) baik berupa

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 5 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kerangka Teori 2.1.1 Manajemen Keuangan Definisi manajemen keuangan menurut Martono (2007:4) yaitu : Manajemen Keuangan(Financial Management), atau dalam literatur lain disebut

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH KINERJA KEUANGAN TERHADAP HARGA SAHAM PERUSAHAAN PERBANKAN DI BURSA EFEK INDONESIA

ANALISIS PENGARUH KINERJA KEUANGAN TERHADAP HARGA SAHAM PERUSAHAAN PERBANKAN DI BURSA EFEK INDONESIA ANALISIS PENGARUH KINERJA KEUANGAN TERHADAP HARGA SAHAM PERUSAHAAN PERBANKAN DI BURSA EFEK INDONESIA NASKAH PUBLIKASI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka 1. Teori Profitabilitas a. Pengertian Profitabilitas Menurut Hanafi, (2016:81) Rasio profitabilitas digunakan untuk mengukur kemampuan

Lebih terperinci

ABSTRAK. Henry Ocky Parsaoran,Diena Noviarini Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Jakarta

ABSTRAK. Henry Ocky Parsaoran,Diena Noviarini Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Jakarta PENGARUH CAPITAL ADEQUACY RATIO (CAR) DAN LOAN TO DEPOSIT RATIO (LDR) TERHADAP RETURN ON ASSETS (ROA), (STUDI PADA BANK UMUM GO PUBLIC YANG LISTING DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI) PERIODE 2008-2011) Henry

Lebih terperinci

lokal. Perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi, dalam hubungannya dengan leverage, sebaiknya menggunakan ekuitas sebagai

lokal. Perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi, dalam hubungannya dengan leverage, sebaiknya menggunakan ekuitas sebagai A. Tinjauan Teoritis 1. Pertumbuhan Perusahaan Pertumbuhan perusahaan merupakan kemampuan perusahaan untuk meningkatkan size. Pertumbuhan perusahaan pada dasarnya dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu

Lebih terperinci

PENDANA. (Studi. Disusun Oleh: ARI RTA

PENDANA. (Studi. Disusun Oleh: ARI RTA NASKAH PUBLIKASI ANALISIS PENGARUH KEPUTUSAN INVESTASI, KEPUTUSAN PENDANA AAN DAN KEBIJAKAN DEVIDEN TERHADAP NILAI PERUSAHAAN (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kelangsungan hidup perusahaan. Keberhasilan suatu perusahaan tidak hanya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kelangsungan hidup perusahaan. Keberhasilan suatu perusahaan tidak hanya BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Profitabilitas Tujuan utama perusahaan ialah untuk memperoleh laba guna menjamin kelangsungan hidup perusahaan. Keberhasilan suatu perusahaan tidak hanya dilihat dari seberapa

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN

BAB 5 SIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN BAB 5 SIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN 5.1. Simpulan Penelitian ini dilakukan untuk menguji dan menganalisis relevansi nilai pajak tangguhan setelah terjadi perubahan tarif pajak tahun 2010 untuk perusahaan

Lebih terperinci