Analisis Yuridis Penerapan Asas Kebebasan Berkontrak dalam Perjanjian Kerja Waktu Tertentu di PT. X
|
|
- Lanny Pranoto
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Analisis Yuridis Penerapan Asas Kebebasan Berkontrak dalam Perjanjian Kerja Waktu Tertentu di PT. X Mohamad Izzatullah Fatih 1. Ilmu Hukum, Fakultas Hukum, Universitas Indonesia, Kampus UI, Depok, 16424, Indonesia izzat.fatih@yahoo.com Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan memahami lebih lanjut perihal penerapan asas kebebasan berkontrak dalam perjanjian kerja waktu tertentu di PT. X. Penelitian ini merupakan penelitian hukum yang bersifat yuridis normatif dengan menggunakan data sekunder, diantaranya peraturan perundang-undangan, dan buku. Dari penelitian ini ditemukan bahwa asas kebebasan berkontrak sudah tidak berlaku secara mutlak lagi dalam perjanjian kerja. Pembatasan terhadap asas kebebasan berkontrak terhadap perjanjian kerja dilakukan oleh pemerintah untuk mengurangi dampak negatif apa bila asas kebebasan berkontrak berlaku secara mutlak. Juridical Analysis to Application of Freedom of Contract Principle in Time Based Labor Contract at PT. X Abstract This research aims to explain how the application of freedom of contract principle can in time based labor contract. This research is a normative juridical law using secondary data such as legislation, and books. From this research, it is concluded, that now the freedom of contract is limited in the case of labor contract. Government s objective from limiting this freedom of contract is to minimize the effect of negative impact of freedom of contract. Keywords : Freedom of Contract, Labor Contract Pendahuluan
2 Pertumbuhan Ekonomi Indonesia belakangan ini sangat pesat bahkan diperkirakan menjadi salah satu yang tertinggi di dunia. Pembangunan nasional sebagai wujud dari perkembangan dan pertumbuhan ekonomi dilakukan di seluruh pelosok negeri. Namun demikian sebenarnya hal yang menjadi penopang dari semua pembangunan tersebut adalah pekerja. Semua pembangunan dan pertumbuhan ekonomi yang terjadi di Indonesia ini terjadi karena adanya pekerja yang melakukan pekerjaannya dengan baik. Sebaliknya tanpa pekerja-pekerja tersebut maka tidak akan terjadi pembangunan dan pertumbuhan ekonomi. Namun demikian, dalam pelaksanaannya terkadang pekerja ini diperlakukan secara sewenang-wenang oleh para pemberi kerja misalnya tidak dibayar sesuai dengan apa yang dijanjikan kepada para pekerja tersebut, pekerjaan yang dilakukan oleh pekerja terlalu berat dibandingkan dengan upah yang dia terima, dan lain sebagainya. Oleh karena itulah dalam melakukan pekerjaannya tentu saja seorang pekerja harus terlebih dahulu membuat sebuah perjanjian dengan pemberi kerja mengenai apa saja yang menjadi hak dan kewajiban dari pekerja, juga apa saja yang menjadi hak dan kewajiban dari pemberi kerja, agar tidak terjadi kesewenangan seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Dengan adanya perjanjian kerja ini setidaknya hak-hak dari pekerja dilindungi oleh perjanjian kerja. Namun demikian keadaan yang sulit terkadang memaksa seorang pekerja menyetujui perjanjian kerja yang sebenarnya tidak manusiawi dan merugikan dirinya. Hal tersebut dia lakukan hanya karena tidak memiliki pekerjaan lain untuk dapat bertahan hidup. Bahkan hal ter-ekstrem yang dapat peneliti bayangkan adalah bahwa seorang pekerja menyetujui perjanjian kerja yang menyatakan bahwa dia akan melakukan apa saja asalkan dia diberi makanan oleh si pemberi kerja. Hal itu menurut pendapat peneliti pribadi sangat tidak manusiawi dan sangat kejam. Hal tersebut lebih mirip sebagai perbudakan daripada pemberian kerja, karena upahnya sangat tidak sebanding dengan apa dari pekerjaannya. Hal tersebut merupakan salah satu faktor yang menyebabkan masalah mengenai perburuhan di dunia modern ini diatur lebih lanjut oleh otoritas dalam bentuk undang-undang. Pembentukan Undang-undang mengenai ketenagakerjaan ini semata-mata untuk menghindari hal-hal seperti yang dijelaskan di atas. Di Indonesia, peraturan yang mengatur mengenai perlindungan pekerja sudah tercantum dalam Undang-undang No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Di dalam Undang-undang tersebut telah dicantumkan mengenai apa yang menjadi hak dari pekerja dan
3 bagaimana perlindungan terhadap pekerja. Undang-undang tersebut secara umum peneliti katakan adalah seperti sebuah aturan-aturan yang mengatur mengenai isi dari perjanjian kerja. Jadi aturan-aturan mengenai ketenagakerjaan ini seakan-akan telah menentukan bagaimana isi dari perjanjian kerja tersebut. Pada praktiknya, perjanjian kerja mayoritas hanya memuat apa yang dipersyaratkan oleh undangundang saja dan hal tersebut ditawarkan oleh pemberi kerja kepada para calon pekerja yang nantinya akan bekerja padanya. Jadi dalam hal ini calon pekerja tidak diberikan pilihan untuk melakukan perubahan atau penambahan dalam perjanjian kerja yang ditawarkan tersebut. Apabila pekerja menuntut lebih maka pemberi kerja akan menganggap bahwa diantara mereka berdua tidak tercapai kesepakatan dan si calon pekerja tidak mendapatkan pekerjaan tersebut. Sehingga seakan-akan perjanjian kerja ini bersifat Take it or Leave it dan untuk mendapatkan pekerjaan tersebut calon pekerja tidak memiliki pilihan lain selain menyetujui perjanjian yang sudah dibuat oleh pemberi kerja yang isinya sesuai dengan apa yang diatur oleh Undang-undang Ketenagakerjaan tersebut. Namun demikian, berbicara mengenai perjanjian kerja ini kita tetap tidak bisa lepas dari Hukum Perikatan yang terdapat di dalam Hukum Perdata. Hal ini dikarenakan bagaimanapun bentuknya, tetap saja perjanjian kerja adalah sebuah perjanjian yang tetap harus mematuhi asas-asas di dalam Hukum Perdata pada umumnya dan Hukum Perikatan secara khusus. Termasuk di dalamnya adalah mengenai syarat sahnya sebuah perjanjian yang terdapat di dalam pasal 1320 KUHPerdata yaitu: 1. Adanya kesepakatan diantara mereka yang mengikatkan dirinya. 2. Adanya kecakapan dari para pihak untuk membuat suatu perikatan. 3. Menyangkut suatu hal tertentu. 4. Suatu sebab yang halal. 1 Dalam kaitannya dengan syarat sah perjanjian, dalam perjanjian kerja terdapat sebuah asas di dalam Hukum Perikatan yang bernama asas kebebasan berkontrak. Asas kebebasan berkontrak merupakan asas dasar dari hukum perikatan yang pembatasannya disebutkan di dalam syarat sah 1 Kitab Undang-undang Hukum Perdata (Burgerlijk Wetboek), diterjemahkan oleh R. Subekti dan R. Tjitrosudibio, cet. 31, (Jakarta : Pradnya Paramita, 2001), ps
4 perjanjian nomor empat yaitu suatu sebab yang halal. Dengan asas kebebasan berkontrak ini, para pihak yang membuat dan mengadakan perjanjian diperbolehkan untuk menyusun dan membuat kesepakatan atau perjanjian yang melahirkan kewajiban apa saja, selama dan sepanjang prestasi yang wajib dilakukan tersebut bukanlah sesuatu yang terlarang. 2 Dikaitkan dengan kenyataan yang peneliti jelaskan sebelumnya, maka perjanjian kerja ini seakanakan tidak memberikan kebebasan bagi para pihak yang membuatnya khususnya di pihak calon penerima kerja. Sebagai contoh kecilnya adalah calon penerima kerja kebanyakan tidak diberikan kesempatan untuk mengubah ataupun merancang isi dari perjanjian kerja yang akan menjadi dasar hukum dari pekerjaannya tersebut. Padahal di dalam Hukum Perikatan terdapat asas kebebasan berkontrak yang menjamin hak dari para pihak yang akan melakukan perjanjian untuk dapat menentukan, merancang dan mengubah isi dari perjanjian yang akan ia buat tersebut. Jadi seakan-akan asas kebebasan berkontrak ini tidak diberlakukan di dalam perjanjian ini. Di Indonesia praktik seperti ini masih banyak terjadi dan sudah dijadikan hal yang lumrah di kalangan pekerja di Indonesia. Termasuk di dalamnya adalah perjanjian kerja waktu tertentu yang dilakukan oleh PT. X kepada pekerjanya yang berdasarkan keterangan dari salah satu pekerja, praktik tersebut juga dialami olehnya. Kemudian bagaimana dengan asas kebebasan berkontrak yang merupakan asas dasar di dalam Hukum Perikatan juga bagaimana dengan keabsahan perjanjian yang dibuat dengan cara yang seakan-akan mengabaikan asas kebebasan berkontrak tersebut. Oleh karena itulah peneliti tertarik untuk membahas dan meneliti mengenai masalah ini. Untuk mendapatkan pemahaman yang baik dan menghindari adanya perbedaan interpretasi, maka akan dijelaskan definisi dari beberapa istilah yang sering dipergunakan di dalam skripsi ini: Definisi operasional yang dipergunakan adalah sebagai berikut: 1. Pekerja Pekerja/buruh adalah setiap orang yang bekerja dengan menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain. 3 2 Kartini Muljadi dan Gunawan Widjaja, Perikatan yang Lahir dari Perjanjian, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003), hal Indonesia, Undang-undang Tentang Ketenagakerjaan no. 13 Tahun 2003, pasal 1 angka 3.
5 2. Pemberi Kerja Pemberi kerja adalah orang perseorangan, pengusaha, badan hukum, atau badan-badan lainnya yang mempekerjakan tenaga kerja dengan membayar upah atau imbalan dalam bentuk lain Perjanjian Kerja Perjanjian kerja adalah perjanjian antara pekerja/buruh dengan pengusaha atau pemberi kerja yang memuat syarat-syarat kerja, hak, dan kewajiban para pihak Syarat Kerja Syarat kerja adalah hak dan kewajiban pengusaha dan pekerja/buruh yang belum diatur dalam peraturan perundang-undangan. 6 Bentuk penelitian hukum yang digunakan adalah penelitian hukum kepustakaan atau penelitian hukum normatif dengan cara meneliti bahan pustaka saja atau hanya meneliti data sekunder saja. Penelitian hukum semacam ini disebut juga sebagai penelitian hukum kepustakaan Berdasarkan pada permasalahan yang akan peneliti teliti, peneliti menyatakan bahwa penelitian ini bersifat deskriptif. Penelitian ini bertujuan menggambarkan secara tepat sifat suatu individu, keadaan, gejala atau kelompok tertentu, atau untuk menentukan frekuensi suatu gejala. Dalam kaitannya dengan penelitian ini adalah bahwa penelitian ini berusaha mendeskripsikan bagaimana permasalahan mengenai penerapan asas kebebasan berkontrak di dalam perjanjian kerja di PT. X. Selain itu penelitian yang akan peneliti lakukan juga bersifat perskriptif. Maksudnya adalah bahwa penelitian ini bertujuan untuk memberikan jalan keluar atau saran untuk mengatasi permasalahan. 7 Dalam kaitannya dengan permasalahan yang peneliti angkat pada penelitian ini, maka penelitian ini bermaksud untuk memberikan jalan keluar dan saran bagaimana keabsahan dari perjanjian kerja tersebut yang seakan-akan mengabaikan asas umum Hukum Perikatan yaitu asas kebebasan berkontrak. 4 Ibid, pasal 1 angka 4. 5 Ibid, pasal 1 angka Ibid, penjelasan pasal 111 ayat (1) huruf c. 7 Ibid.
6 Data yang dibutuhkan oleh peneliti dalam penelitian ini dapat dibagi menjadi 3 data utama yaitu: 1. Bahan hukum primer, yaitu: Kitab Undang-undang Hukum Perdata (KUHPer), Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, Perjanjian Kerja Waktu Tertentu di PT. X. 2. Bahan hukum sekunder, yang terdiri dari Buku-buku, skripsi, bahan hukum yang berupa perjanjian kerja. Beberapa buku yang sering peneliti pergunakan adalah Perjanjian Kerja Edisi Revisi karya dari F.X. Djumialdji, K.U.H.Perdata: Hukum Perikatan dengan Penjelasannya karya Prof. Mariam Darus Badrulzaman, Kebebasan Berkontrak dan Perlindungan yang Seimbang Bagi Para Pihak dalam Perjanjian Kredit Bank di Indonesia karya Dr. Sutan Remy Sjahdeini, S.H. 3. Bahan hukum tersier Peneliti menggunakan kamus hukum guna memperoleh definisi dari istilah-istilah hukum. Dalam mencari data tersebut peneliti menggunakan alat pengumpulan data berupa: 1. Studi Dokumen 2. Wawancara Wawancara dengan narasumber yang merupakan pekerja waktu tertentu dari PT. X. Narasumber yang peneliti wawancara adalah Gede Kharisma Irawan yang merupakan seorang mantan Pegawai Kontrak di PT. X dan Asnur Nova Suyuti yang juga merupakan mantan Pegawai Kontrak di PT. X, Ferry Gustav Panggabean, S.H. seorang pengacara, dan Melania Kiswardani, S.H., ML.I. akademisi Hukum Ketenagakerjaan dari Fakultas Hukum Universitas Indonesia Adapun data-data dalam penelitian ini diolah dengan menggunakan metode kualitatif, karena fokus kepada pemahaman suatu objek secara mendalam dan tuntas. Metode pengolahan data kualitatif menghasilkan hasil berupa jawaban atas sesuatu yang sebelumnya tidak jelas menjadi jelas dan kurang jelas menjadi jelas. Dalam hal ini yang menjadi objek adalah pelaksanaan asas kebebasan berkontrak dalam perjanjian kerja waktu tertentu di PT. X dan metode penelitian kualitatif menjawab ketidakjelasan yang ada dalam pelaksanaan asas kebebasan berkontrak dalam perjanjian kerja waktu tertentu di PT. X.
7 Idealnya dalam Undang-undang No. 13 Tahun 2003 masuknya pemerintah sebagai pihak ketiga dalam sebuah hubungan perburuhan membuat kedudukan antara pengusaha dan pekerja menjadi seimbang dan keadilan akan tercapai. Namun demikian ternyata ketidakadilan yang merupakan dampak negatif dari asas kebebasan berkontrak masih tetap dirasakan. Hal tersebut tercermin dalam perjanjian kerja waktu tertentu di PT. X. Dalam wawancara yang peneliti lakukan dengan pekerja dalam perjanjian kerja waktu tertentu di PT. X, peneliti menemukan bahwa pekerja tersebut sangat tidak di untungkan dan cenderung diberlakukan secara tidak adil dalam pembuatan perjanjian kerja waktu tertentu tersebut. Dalam wawancara yang peneliti lakukan terungkap bahwa pihak pekerja dalam perjanjian tersebut sama sekali tidak diikutsertakan dalam pembahasan isi dari perjanjian kerja tersebut. Pekerja hanya diperintahkan untuk menandatangani perjanjian tanpa bisa melakukan perubahan terhadap isi ataupun melakukan negosiasi dengan PT. X mengenai isi dari perjanjian. Pekerja tersebut berkata bahwa dia hanya diperintahkan untuk menandatangani apabila setuju dan apabila tidak setuju maka dipersilahkan mencari pekerjaan lain. Dari hasil wawancara ini, peneliti menemukan bahwa inilah contoh nyata dari dampak negatif dari asas kebebasan berkontrak. Pihak yang kuat ekonominya mengatur isi perjanjian tanpa melibatkan pekerja yang memiliki posisi tawar lemah. Kemudian, pekerja tersebut melanjutkan pernyataannya bahwa dia mau tidak mau menerima apapun konsekuensi dari perjanjian tersebut meskipun isi dari perjanjian bukan dia yang menentukan, karena sudah lama dia mencari pekerjaan untuk mengisi waktu luangnya menunggu penempatan di Kementerian Keuangan dan baru PT. X yang menerimanya sebagai pekerjanya. 8 Jadi dalam perjanjian ini dapat disimpulkan bahwa pemberi kerja mendikte pihak penerima kerja seperti apa yang ia inginkan. Hal tersebut tentu saja merugikan pekerja. Pekerja dalam hal ini tidak dapat menentukan upah yang bisa dia dapat atau setidaknya mendiskusikan atau bernegosiasi dengan pemberi kerja mengenai upahnya. Hal ini sangat berbeda dengan pengalaman peneliti ketika magang di sebuah firma hukum di Jakarta. Pada saat peneliti diwawancara, peneliti dapat mendiskusikan dari mulai waktu magang, sampai ke upah yang peneliti dapat selama magang di firma tersebut. 8 Berdasarkan wawancara peneliti dengan dua orang mantan pekerja PT. X yaitu Gede Kharisma Irawan dan Asnur Nova Suyuti yang dilakukan pada hari Minggu tanggal 18 Mei tahun 2014.
8 Inilah yang peneliti maksudkan sebagai dampak negatif dari asas kebebasan berkontrak. Pihak yang kuat secara semena-mena membuat perjanjian kerja yang mau tidak mau diterima oleh pihak yang lemah. Oleh karena itulah seperti yang telah peneliti jelaskan dalam bab sebelumnya, dalam perkembangannya asas kebebasan berkontrak semakin dibatasi dan di Indonesia bahkan pemerintah turut campur dalam pengawasannya. Pembatasan-pembatasan tersebut dilakukan untuk melindungi pihak yang lemah dalam sebuah kontrak dan mengurangi dampak negatif dari asas kebebasan berkontrak. Pemerintah dalam hal ini sebenarnya telah berusaha melindungi pihak yang lemah ini dengan menetapkan beberapa peraturan seperti halnya yang peneliti jelaskan sebelumnya mengenai perubahan bentuk perjanjian karena jenis pekerjaan yang diperjanjikan menurut undang-undang tidak bisa menggunakan bentuk perjanjian kerja waktu tertentu. Selain itu peraturan mengenai upah minimum juga memiliki tujuan untuk melindungi pihak penerima kerja dari hal-hal seperti ini. Dengan ditetapkannya upah minimum maka para pemberi kerja tidak bisa secara sewenangwenang menentukan besaran upah yang diberikan kepada penerima kerja. Selain itu, pembentukan pengadilan hubungan industrial di Indonesia juga ditujukan untuk mengangkat posisi tawar para pekerja yang memiliki posisi tawar lebih lemah apabila terjadi sengketa dengan para pemberi kerja atau pengusaha yang memiliki posisi tawar lebih tinggi. Namun demikian ternyata pembatasan saja tidak cukup. Ternyata dibutuhkan campur tangan yang lebih dalam dari pemerintah tidak hanya sekedar membatasi dengan peraturan tapi juga dengan secara langsung mengawasi pelaksanaan dari pembatasan-pembatasan yang telah dilakukan. Karena percuma saja jika tidak ada yang mengawasi, pengusaha akan berbuat sewenang-wenang dan yang terjadi adalah berlakunya asas kebebasan berkontrak secara mutlak kepada para pekerja dalam membuat perjanjian kerja tersebut yang sangat merugikan pekerja. Jadi pada intinya, peneliti ingin menyatakan bahwa apabila pengawasan dari pemerintah tidak maksimal atau tidak dilakukan maka yang akan terjadi adalah berlakunya asas kebebasan berkontrak secara mutlak yang merugikan pekerja. Sebagai contoh adalah pekerja waktu tertentu di PT. X ini yang sudah diberlakukan secara semena-mena tanpa mengindahkan peraturan perundang-undangan yang ada oleh pengusaha dengan cara mendikte perjanjian kerjanya dengan apa yang pengusaha inginkan. Pendapat peneliti juga dikuatkan dengan pendapat dari akademisi Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Ibu Melania Kiswandari yang mengatakan bahwa apabila
9 pemerintah tidak campur tangan maka yang akan terjadi adalah sama dengan ketika asas kebebasan berkontrak berlaku mutlak dan pekerja yang akan mengalami kerugian karena ditindas oleh pengusaha. 9 Selain itu pemerintah sebagai penguasa menurut peneliti memiliki peran yang sangat penting dalam mengurangi dampak negatif dari asas kebebasan berkontrak. Pemerintah memiliki kewenangan untuk membuat peraturan perundang-undangan yang mengatur segala hal terkait dengan perjanjian kerja. Dengan demikian pemerintah bisa mengurangi dampak negatif dari berlakunya asas kebebasan berkontrak dengan membatasi asas kebebasan berkontrak tersebut melalui peraturan perundang-undangan. Pada waktu asas kebebasan berkontrak masih berlaku secara mutlak tanpa adanya batasan, pemerintah tidak memiliki kewajiban dan lebih mengarah kepada tidak boleh untuk turut campur dalam urusan apapun mengenai masalah ekonomi masyarakatnya yang termasuk di dalamnya adalah mengenai ketenagakerjaan. Hal ini berlangsung dengan dalil bahwa yang lebih mengerti apa yang dibutuhkan seseorang adalah dirinya sendiri dan pemerintah tidak boleh membatasi kebebasan dari seseorang tersebut. Namun demikian selain hasil positif yaitu perkembangan ekonomi yang tinggi, hal ini juga memiliki dampak negatif yang begitu jelas. Dampak negatif tersebut adalah bahwa asas kebebasan berkontrak yang berlaku mutlak tidak memberikan keadilan kepada pihak dengan ekonomi lemah. Pihak dengan ekonomi lemah pada akhirnya akan selalu menerima syarat apapun dari pihak yang ekonominya kuat dalam sebuah perjanjian. Hal ini juga yang terjadi dengan pekerja dan pengusaha pada waktu itu. Pada waktu itu pekerja terpaksa menerima syarat seberat apapun asalkan dia dapat bekerja untuk bertahan hidup. Perkembangan asas kebebasan berkontrak selanjutnya mengarah kepada pembatasan asas kebebasan berkontrak dan juga desakan kepada pemerintah untuk turut campur melindungi warganya sebagai reaksi dari asas kebebasan berkontrak yang berlaku secara mutlak Peneliti menemukan bahwa dalam perjanjian kerja waktu tertentu di PT. X ini pembatasanpembatasan sudah sangat jelas ada dalam Undang-undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan serta peraturan perundang-undangan lain dibawahnya. Namun demikian pelaksanaan dari peraturan perundang-undangan ini sangat mengecewakan. Pengusaha seakan- 9 Berdasarkan wawancara peneliti dengan Akademisi Hukum Ketenagakerjaan dari Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Ibu Melania Kiswandari, S.H., ML.I yang dilakukan pada hari Senin tanggal 19 Mei Tahun 2014.
10 akan tidak mengindahkan adanya peraturan yang mengatur mengenai hal-hal apa saja yang menjadi hak dari pekerja dan hanya bertindak berdasarkan apa yang menjadi tujuan mereka yaitu mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya. Dengan demikian, maka yang terjadi sama saja dengan apabila kita tidak memiliki peraturan perundang-undangan atau pembatasan-pembatasan tersebut. Yang terjadi adalah pengusaha secara semena-mena membuat perjanjian kerja yang mau tidak mau harus disetujui para pekerja yang mana perjanjian kerja tersebut dibuat sepihak dan tanpa mengindahkan hak-hak dari pekerja. Keadaan seperti ini sama dengan ketika asas kebebasan berkontrak masih berlaku secara mutlak tanpa ada pembatasan pada beberapa abad yang lalu di Eropa. Keadaan dimana pada waktu itu pekerja sangat menderita dengan kesewenang-wenangan dari para majikan. Dalam perjanjian kerja waktu tertentu di PT. X, terdapat sedikit perbedaan karena dalam hal ini pemerintah sesungguhnya sudah memiliki peran pengawasan dalam hal ketenagakerjaan. Berbeda dengan kondisi waktu dulu dimana pemerintah tidak bisa atau sesedikit mungkin turut campur dan juga peraturan perundang-undangan tidak boleh membatasi kebebasan berkontrak. Dalam pasal 134 Undang-undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan dinyatakan bahwa kewajiban pemerintah untuk melaksanakan pengawasan dan penegakan peraturan perundangundangan ketenagakerjaan dalam rangka mewujudkan pelaksanaan hak dan kewajiban pekerja/buruh dan pengusaha. Dengan adanya pembatasan oleh peraturan perundang-undangan dan juga pengawasan oleh pemerintah terhadap pelaksanaannya, peneliti berpendapat bahwa hal ini sudah sangat cukup untuk menjamin pelaksanaan hak-hak dari pekerja dalam sebuah hubungan kerja. Namun demikian pada kenyataannya masih banyak pengusaha yang sewenang-wenang kepada pekerjanya dengan tidak mengindahkan peraturan tentang ketenagakerjaan yang dibuat pemerintah. Seharusnya pemerintah sebagai pengawas dari pelaksanaan peraturan perundangundangan ketenagakerjaan menegur atau memberi sanksi kepada pengusaha tersebut agar segera melaksanakan apa yang diamanatkan oleh undang-undang agar tidak terjadi ketidak-adilan. Namun demikian dari yang peneliti dapatkan bahwa, masih ada perjanjian kerja yang seperti Perjanjian Kerja Waktu Tertentu di PT. X ini merupakan sebuah tanda bahwa fungsi pengawasan dari pemerintah belum berjalan dengan maksimal. Selain itu pengetahuan mengenai hukum ketenagakerjaan dari para pekerja juga harus ditingkatkan karena ketidak-tahuan para pekerja terhadap hukum ketenagakerjaan ini juga
11 menjadi penyebab masih banyaknya pengusaha yang sesuka hati memperlakukan pekerjanya tanpa mengindahkan hak-hak pekerja yang dijaminkan oleh hukum ketenagakerjaan. Padahal apabila si pekerja paham mengenai hukum ketenagakerjaan mereka akan lebih berhati-hati dalam menerima sebuah pekerjaan dan apabila terjadi hal-hal yang menyimpang, mereka dapat melaporkannya kepada aparat penegak hukum atau pengawas ketenagakerjaan agar ditindaklanjuti. Peran pemerintah sangatlah vital dalam hukum ketenagakerjaan. Dengan tidak dilakukannya pengawasan dan penegakan hukum ketenagakerjaan serta pekerja yang tidak paham akan hakhaknya, maka yang terjadi adalah sama seperti ketika asas kebebasan berkontrak masih berlaku secara mutlak seperti yang dapat kita lihat pada perjanjian kerja waktu tertentu di PT. X ini. Kejadian ketika pekerja di PT. X mau tidak mau menerima syarat-syarat kerja yang ditawarkan PT. X tanpa mereka bisa turut membuat perjanjian kerja tersebut. Meski ternyata banyak hak-hak dari pekerja yang dilanggar dalam syarat-syarat kerja dalam perjanjian kerja yang dibuat sepihak oleh PT. X tersebut. Akademisi dari Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Ibu Melania Kiswandari juga menyatakan hal yang sama yaitu bahwa peran pemerintah dalam hukum ketenagakerjaan merupakan sebuah keharusan dan paling tidak pemerintah membuat regulasi mengenai ketenagakerjaan. Beliau juga menambahkan bahwa regulasi tersebut seminimal-minimalnya harus memenuhi 4 unsur berikut, yaitu: 1. Institusi; 2. Ketentuan hukumnya itu sendiri; 3. Prosedural; 4. Penegakan. 10 Apabila ke empat hal di atas ada yang terlewat dan tidak dilakukan maka peran pemerintah dianggap gagal dan yang akan terjadi adalah sama dengan kondisi ketika tidak ada aturan apapun tentang ketenagakerjaan, dan asas kebebasan berkontrak akan lebih terasa dampak negatifnya. Oleh karena itu pemerintah harus tetap membuat regulasi yang baik dalam hukum ketenagakerjaan dalam rangka melindungi pekerja dari dampak negatif dari asas kebebasan berkontrak. 10 Ibid.
12 Namun demikian peran pemerintah yang harus begitu besar dalam hukum ketenagakerjaan ini tidak berarti asas kebebasan berkontrak sudah tidak ada dalam pembuatan perjanjian kerja. Menurut Ferry Gustav Panggabean seorang pengacara dalam wawancara dengan peneliti mengatakan bahwa masih ada celah-celah yang memungkinkan para pihak dalam perjanjian kerja untuk membuat sesuatu yang mereka inginkan sesuai dengan kebebasan mereka. Karena hukum ketenagakerjaan tidak mengatur seluruh aspek dalam perjanjian kerja secara mutlak dan masih ada beberapa hal yang dapat secara bebas para pihak tentukan sesuai dengan yang mereka inginkan. Sebagai contoh adalah mengenai pekerjaan apa yang para pihak kehendaki untuk diperjanjikan. 11 Kesimpulan dari skripsi yang peneliti buat ini adalah: 1. Perjanjian Kerja Waktu Tertentu di PT. X merupakan perjanjian kerja yang sah dan mengikat para pihak. Namun demikian perjanjian kerja waktu tertentu di PT. X ini telah melanggar beberapa peraturan perundang-undangan mengenai ketenagakerjaan. Salah satunya adalah jenis pekerjaan yang diperjanjikan tidak dapat menggunakan jenis perjanjian kerja waktu tertentu. Hal ini memiliki akibat bentuk dari perjanjian kerja waktu tertentu tersebut demi hukum berubah menjadi bentuk perjanjian kerja waktu tidak tertentu sesuai dengan apa yang diamanatkan oleh undang-undang. Selain itu perjanjian ini juga melanggar beberapa peraturan lainnya, tapi semua pelanggaran tersebut tidak membuat perjanjian kerja tersebut menjadi batal atau dapat dibatalkan.; 2. Asas Kebebasan Berkontrak dalam Perjanjian Kerja Waktu Tertentu di PT. X keberlakukannya sudah dibatasi untuk mengurangi dampak negatif dari asas kebebasan berkontrak. Pemerintah membatasi asas kebebasan berkontrak dalam perjanjian kerja waktu tertentu ini dengan membuat regulasi berupa peraturan-peraturan mengenai ketenagakerjaan yang melindungi buruh dari dampak negatif dari asas kebebasan berkontrak seperti Undang-undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan dan peraturan lain dibawahnya. Selain itu pemerintah juga turut campur secara langsung ke dalam pengawasan pelaksanaan ketenagakerjaan sebagai pengawas dan penegak hukum ketenagakerjaan. Namun demikian fungsi pemerintah sebagai pengawas tidak 11 Berdasarkan wawancara peneliti dengan Pengacara, Bapak Ferry Gustav Panggabean, S.H. yang dilakukan pada hari Selasa tanggal 20 Mei Tahun 2014.
13 berlangsung maksimal sehingga adanya peraturan-peraturan mengenai ketenagakerjaan menjadi percuma. Hal tersebut menyebabkan asas kebebasan berkontrak menjadi lebih dominan keberlakuannya dalam perjanjian kerja dan membuat dampak negatif dari asas kebebasan berkontrak tersebut kembali muncul dan semakin terasa. Namun demikian bukan berarti asas kebebasan berkontrak dalam sebuah perjanjian kerja sudah tidak berlaku lagi. Karena ternyata masih ada kebebasan-kebebasan bagi para pihak dalam membuat sebuah perjanjian kerja yang tidak dibatasi oleh peraturan perundang-undangan, misalnya pekerjaan yang akan dilakukan oleh pekerja. Dari kesimpulan yang telah dijelaskan di atas peneliti memiliki beberapa saran dan masukan untuk pihak yang terkait dalam perjanjian kerja secara umum dan secara khususnya para pihak dalam perjanjian kerja waktu tertentu. Saran tersebut antara lain: 1. Peneliti menyarankan untuk setiap universitas mengajarkan dasar-dasar hukum ketenagakerjaan, setidaknya mengenai apa saja hak-hak dasar dari pekerja yang dijamin oleh undang-undang kepada mahasiswanya yang akan lulus. Karena dangkalnya pemahaman mengenai hukum ketenagakerjaan di kalangan pekerja juga menjadi penyebab kesewenang-wenangan pengusaha kepada pekerja masih terjadi tanpa terawasi oleh pemerintah. 2. Peneliti juga menyarankan pemerintah untuk mewajibkan setiap pemberi kerja untuk melaporkan kepada pemerintah hal-hal yang terkait dengan masalah ketenagakerjaan, misalnya apa saja hak-hak yang didapat pekerja di perusahaan tersebut, kemudian peraturan perusahaan atau perjanjian kerja bersama apa saja yang dibuat oleh perusahaan dan serikat pekerja pada tahun itu, berapa upah paling minimal yang diterima pekerja di perusahaan tersebut dan lain sebagainya. Hal ini bertujuan untuk membantu pemerintah melakukan pengawasan pelaksanaan hukum ketenagakerjaan agar dampak negatif asas kebebasan berkontrak bisa dikurangi dan pekerja tidak lagi menjadi korban. 3. Terkait dengan saran kedua, peneliti menyarankan pemerintah membuat peraturan mengenai petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis dari apa yang telah penulis sarankan. Dengan diberlakukannya saran kedua dari peneliti dan adanya petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis yang jelas mengenai pelaksanaannya dari pemerintah diharapkan
14 pelanggaran terhadap peraturan perundang-undangan mengenai ketenagakerjaan bisa berkurang. Daftar Referensi Books: Adolf, Huala. (2008). Dasar-dasar Hukum Kontrak Internasional. Bandung. PT. Rafika Aditama. Adolf, Huala. (2006). Hukum Penyelesaian Sengketa Internasional. Jakarta. Sinar Grafika. Badrulzaman, Mariam Darus. (2006). KUHPerdata: Hukum Perikatan dengan Penjelasannya. Bandung. PT Alumni. Badrulzaman, Mariam Darus. (2005). Aneka Hukum Bisnis. Bandung. PT. Alumni. Budiono, Herlien. (2008). Kumpulan Tulisan Hukum di Bidang Kenotariatan. Bandung. PT. Citra Aditya Bakti. Djumialdji, F.X. (2006). Perjanjian Kerja Edisi Revisi. Jakarta. Penerbit Sinar Grafika. Duxbury, Robert. (1997). Contract in a Nutshell. London. Sweet & Maxwell. Fuady, Munir. (2005). Perbandingan Hukum Perdata. Bandung. PT. Citra Aditya Bakti. H. S., Salim. (2005). Perkembangan Hukum Innominaat di Indonesia. cet. 3. Jakarta. Sinar Grafika. Hartono, Sunaryati. (1998). Hukum Ekonomi Pembangunan. Bandung. Bina Cipta. Husni, Lalu. (2000). Pengantar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia Edisi Revisi. Jakarta. PT. RajaGrafindo. Muljadi, Kartini dan Gunawan Widjaja. (2003). Perikatan yang Lahir dari Perjanjian. Jakarta. PT. Raja Grafindo Persada. Muljadi, Kartini dan Gunawan Widjaja. (2003). Perikatan pada Umumnya. Jakarta. PT. Raja Grafindo Persada.
15 Nur, Muhammad. (1993). Implikasi Asas Kebebasan Berkontrak dalam Kontrak Baku Bisnis Perbankan. Tesis guna memenuhi sebagian dari syarat-syarat untuk mencapai derajat Magister Hukum. Jakarta. Program Pascasarjana Ilmu Hukum Universitas Indonesia. Ridwan Khairandy. (2003). Itikad Baik dalam Kebebasan Berkontrak. Jakarta. Program Pascasarjana Fakultas Hukum Universitas Indonesia. Simanjuntak, P.N.H. (1999). Pokok-pokok Hukum Perdata Indonesia. Jakarta. Djambatan. Simanjuntak, Ricardo. (2011). Teknik Perancangan Kontrak Bisnis, Edisi Revisi. Jakarta. Kontan Publishing. Subekti. (1982). Pokok-Pokok Hukum Perdata. Jakarta. Intermasa. Subekti. (2002). Hukum Perjanjian. Jakarta. Intermasa. Subekti. (1995). Aneka Perjanjian. Bandung. PT. Citra Aditya Bakti. Suryodiningrat. (1995). R.M. Azas-Azas Hukum Perikatan. Bandung. Tarsito. Sutan Remi Sjahdeni. (1993). Kebebasan Berkontrak dan Perlindungan yang Seimbang Bagi para Pihak dalam Perjanjian Kredit Bank di Indonesia. Jakarta. Institut Bankir Indonesia. Widjaja, Gunawan.( 2001). Alternatif Penyelesaian Sengketa. Jakarta. PT. Raja Grafindo Persada. Regulations Indonesia. Undang-undang tentang Ketenagakerjaan. UU No. 13 Tahun LN No. 39 Tahun 2003 Indonesia. Peraturan Pemerintah tentang Penetapan Peraturan Istirahat Buruh. PP No. 21 Tahun LN No. 37 Tahun 1954 Indonesia. Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi tentang Ketentuan Pelaksanaan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu. Kepmenakertrans No. Kep. 100/Men/VI/2004 Indonesia. Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi tentang Waktu Kerja Lembur dan Upah Kerja Lembur. Kepmenakertrans No. Kep. 102/Men/VI/2004 Indonesia. Peraturan Gubernur DKI Jakarta tentang Upah Minimum Provinsi Tahun Pergub No. 189 Tahun 2012
16 Kitab Undang-undang Hukum Perdata (Burgerlijk Wetboek). Diterjemahkan oleh R. Subekti dan R. Tjitrosudibio. cet. 31. Jakarta. Pradnya Paramita. 2001
DAFTAR PUSTAKA. Buku. Hernoko, Yudha, Agus, Hukum Perjanjian Asas Proporsionallitas Dalam Kontrak Komersil, Kencana, Jakarta, 2010.
DAFTAR PUSTAKA Buku Abdurrahman, Aneka Masalah Hukum dalam pembangunan di Indonesia, Tarsito, Bandung, 1979 Adolf, Huala, Hukum Perdagangan Internasional, PT Raja Grafindo, Jakarta, 2006. Adjie Habib,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Perjanjian pengalihan..., Agnes Kusuma Putri, FH UI, Universitas Indonesia
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan Undang-undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945, dinyatakan bahwa Indonesia merupakan negara hukum (rechtsstaat) yang bersumber pada Pancasila dan bukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Dewasa ini, perkembangan aktivitas bisnis merupakan fenomena yang sangat kompleks karena mencakup berbagai bidang baik hukum, ekonomi, dan politik. Dalam kehidupan
Lebih terperinciDAFTAR PUSTAKA. A. Buku-Buku:
DAFTAR PUSTAKA A. Buku-Buku: Badan Pembinaan Hukum Nasional (BPHN), Simposium Hukum Perdata Nasional, Kerjasama Badan Pembinaan Hukum Nasional (BPHN) Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta,
Lebih terperinciDAFTAR PUSTAKA. A. Buku. Abdul Kadir, Muhammad, Perjanjian Baku dalam Praktek Perusahaan Perdagangan, Citra Aditya Bakti, Bandung, 1992.
DAFTAR PUSTAKA A. Buku Abdul Kadir, Muhammad, Perjanjian Baku dalam Praktek Perusahaan Perdagangan, Citra Aditya Bakti, Bandung, 1992. Ashofa, Burhan, Metode Penelitian Hukum, Cetakan Ke II, Rineka Cipta,
Lebih terperinciBAB III PENUTUP. perjanjian konsinyasi dalam penjualan anjing ras di Pet Gallery Sagan
BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, baik penelitian kepustakaan maupun penelitian di lapangan, berkaitan dengan pelaksanaan perjanjian konsinyasi dalam penjualan
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN YURIDIS PERJANJIAN KERJA WAKTU TERTENTU DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN
BAB 2 TINJAUAN YURIDIS PERJANJIAN KERJA WAKTU TERTENTU DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN 2.1 Perjanjian secara Umum Pada umumnya, suatu hubungan hukum terjadi karena suatu
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2006), hal. 51. Grafindo Persada, 2004), hal. 18. Tahun TLN No. 3790, Pasal 1 angka 2.
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Aktivitas bisnis merupakan fenomena yang sangat kompleks karena mencakup berbagai bidang baik hukum, ekonomi, dan politik. Salah satu kegiatan usaha yang
Lebih terperinciDAFTAR PUSTAKA. Apeldoorn, Van, 1999.Pengantar Ilmu Hukum. Cet.XXVII, Pradnya Paramita, Jakarta.
DAFTAR PUSTAKA A. BUKU Apeldoorn, Van, 1999.Pengantar Ilmu Hukum. Cet.XXVII, Pradnya Paramita, Badrulzaman, Mariam Darus, 1980, Perjanjian Baku (standar), perkembangannya di Indonesia, Medan: Universitas
Lebih terperinciDAFTAR PUSTAKA. Abbas Salim, 1985, Dasar-Dasar Asuransi (Principle Of Insurance) Edisi Kedua, Tarsito, Bandung.
DAFTAR PUSTAKA A. Buku: Abbas Salim, 1985, Dasar-Dasar Asuransi (Principle Of Insurance) Edisi Kedua, Tarsito, -------------, 2005, Asuransi dan Manajemen Risiko, Raja Grafindo Persada, Abdul Halim Barkatullah,
Lebih terperinciTESIS. (Kajian Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 1985 Tentang Ketenagalistrikan)
TESIS PENERTIBAN PEMAKAIAN TENAGA LISTRIK (P2TL) DALAM PERJANJIAN JUAL BELI TENAGA LISTRIK ANTARA PT. PERUSAHAAN LISTRIK NEGARA (PERSERO) DENGAN PELANGGAN (Kajian Menurut Undang-Undang Republik Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Manusia dalam kehidupannya sehari-hari memiliki kebutuhankebutuhan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Manusia dalam kehidupannya sehari-hari memiliki kebutuhankebutuhan yang harus dipenuhi, seperti kebutuhan akan sandang, pangan, dan papan.dalam usaha untuk memenuhi
Lebih terperinciUndang-Undang Merek, dan Undang-Undang Paten. Namun, pada tahun waralaba diatur dengan perangkat hukum tersendiri yaitu Peraturan
KEDUDUKAN TIDAK SEIMBANG PADA PERJANJIAN WARALABA BERKAITAN DENGAN PEMENUHAN KONDISI WANPRESTASI Etty Septiana R 1, Etty Susilowati 2. ABSTRAK Perjanjian waralaba merupakan perjanjian tertulis antara para
Lebih terperinciPERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEKERJA YANG MENGALAMI PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA KARENA MEMPUNYAI IKATAN PERKAWINAN DALAM PERUSAHAAN
PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEKERJA YANG MENGALAMI PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA KARENA MEMPUNYAI IKATAN PERKAWINAN DALAM PERUSAHAAN Oleh I Dewa Ayu Trisna Anggita Pratiwi I Ketut Keneng Bagian Hukum Perdata
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. satu jasa yang diberikan bank adalah kredit. sebagai lembaga penjamin simpanan masyarakat hingga mengatur masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan perekonomian nasional senantiasa bergerak cepat dengan tantangan yang semakin kompleks. 1 Peranan perbankan nasional perlu ditingkatkan sesuai dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN. Universitas. Indonesia
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN. Semakin meningkatnya kebutuhan atau kepentingan setiap orang, ada kalanya seseorang yang memiliki hak dan kekuasaan penuh atas harta miliknya tidak
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perjanjian A.1 Pengertian perjanjian Perjanjian merupakan salah satu sumber perikatan, hal ini berdasarkan bahwa perikatan dapat lahir karena perjanjian dan undang undang. Sebagaimana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pertama disebutkan dalam ketentuan Pasal 1601a KUHPerdata, mengenai
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perjanjian kerja dalam Bahasa Belanda biasa disebut Arbeidsovereenkomst, dapat diartikan dalam beberapa pengertian. Pengertian yang pertama disebutkan dalam
Lebih terperinciBAB III TINJAUAN TEORITIS TENTANG PERJANJIAN
BAB III TINJAUAN TEORITIS TENTANG PERJANJIAN A. Pengertian Perjanjian Dalam Pasal 1313 KUH Perdata, bahwa suatu persetujuan adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya
Lebih terperinciModel Perjanjian Kerja Yang Memberikan Perlindungan Hukum Bagi Pekerja Kontrak Di Perguruan Tinggi Negeri Badan Layanan Umum
Model Perjanjian Kerja Yang Memberikan Perlindungan Hukum Bagi Pekerja Kontrak Di Perguruan Tinggi Negeri Badan Layanan Umum Sumiyati, Susanti Ita, Purwaningsih, S.S. E-mail: sumiyati@polban.ac.id ABSTRAK
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tidak asing dikenal di tengah-tengah masyarakat adalah bank. Bank tersebut
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya lembaga keuangan di Indonesia dibedakan atas dua bagian, yakni lembaga keuangan bank dan lembaga keuangan non bank, namun dalam praktek sehari-hari
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada dasarnya segala sesuatu yang dikerjakan oleh seseorang baik dengan sengaja maupun tidak, harus dapat dimintakan pertanggungjawaban terlebih lagi yang berkaitan
Lebih terperinciBab 1 PENDAHULUAN. merupakan suatu usaha untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat, salah satu
Bab 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan ekonomi dan perdagangan dewasa ini, sulit dibayangkan bahwa pelaku usaha, baik perorangan maupun badan hukum mempunyai modal usaha yang cukup untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan era globalisasi yang semakin pesat berpengaruh
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini perkembangan era globalisasi yang semakin pesat berpengaruh terhadap semakin banyaknya kebutuhan masyarakat akan barang/ jasa tertentu yang diikuti
Lebih terperinciDAFTAR REFERENSI. Permasalahan hukum..., Ellen Mochfiyuni Adimihardja, FH UI, Universitas Indonesia
88 DAFTAR REFERENSI A. Buku Andasasmita, Komar. Serba-serbi Tentang Leasing (Teori dan Praktek). Bandung: Ikatan Notaris Indonesia, 1989. Fuady, Munir. Jaminan Fidusia. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti,
Lebih terperinciDAFTAR PUSTAKA. Amirudin dan H. Zainal Asikin, 2004, Pengantar Metode Penelitian Hukum,
DAFTAR PUSTAKA A. Buku Amirudin dan H. Zainal Asikin, 2004, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada Ashafa, Burhan, 2004, Metode Penelitian Hukum, Jakarta, Rineka Cipta Badrulzaman,
Lebih terperinciKLAUSULA BAKU PERJANJIAN KREDIT BANK RAKYAT INDONESIA DALAM HUBUNGANNYA DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN
1 KLAUSULA BAKU PERJANJIAN KREDIT BANK RAKYAT INDONESIA DALAM HUBUNGANNYA DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN Oleh: Ida Bagus Oka Mahendra Putra Ni Made Ari Yuliartini
Lebih terperinciLex Privatum, Vol. III/No. 4/Okt/2015
PEMBERLAKUAN ASAS KEBEBASAN BERKONTRAK MENURUT HUKUM PERDATA TERHADAP PELAKSANAANNYA DALAM PRAKTEK 1 Oleh : Suryono Suwikromo 2 A. Latar Belakang Didalam kehidupan sehari-hari, setiap manusia akan selalu
Lebih terperinciASAS NATURALIA DALAM PERJANJIAN BAKU
ASAS NATURALIA DALAM PERJANJIAN BAKU Oleh : Putu Prasintia Dewi Anak Agung Sagung Wiratni Darmadi Bagian Hukum Keperdataan Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRACK Standard contract is typically made
Lebih terperinciDAFTAR REFERENSI. Budiono, Herlien. Kumpulan Tulisan Hukum Perdata Di Bidang Kenotariatan. Bandung : PT. Citra Aditya Bakti, 2001.
DAFTAR REFERENSI I. Buku Budiono, Herlien. Kumpulan Tulisan Hukum Perdata Di Bidang Kenotariatan. Bandung : PT. Citra Aditya Bakti, 2001. Djojosoedarso, Soeisno. Prinsip-Prinsip Manajemen Resiko Dan Asuransi.
Lebih terperinciLex Privatum, Vol.I/No.1/Jan-Mrt/2013. Artikel skripsi. Dosen Pembimbing Skripsi: Soeharno,SH,MH, Constance Kalangi,SH,MH, Marthen Lambonan,SH,MH 2
TINJAUAN YURIDIS TENTANG PERJANJIAN KERJA BERSAMA DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN 1 Oleh : Ruben L. Situmorang 2 ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
Lebih terperinciPENERAPAN ASAS KEBEBASAN BERKONTRAK DALAM PERJANJIAN KERJA UNTUK WAKTU TERTENTU DI PT. TIGA SERANGKAI PUSTAKA MANDIRI SURAKARTA
0 PENERAPAN ASAS KEBEBASAN BERKONTRAK DALAM PERJANJIAN KERJA UNTUK WAKTU TERTENTU DI PT. TIGA SERANGKAI PUSTAKA MANDIRI SURAKARTA Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Syarat-Syarat Guna
Lebih terperinciBAB III PERLINDUNGAN KONSUMEN PADA TRANSAKSI ONLINE DENGAN SISTEM PRE ORDER USAHA CLOTHING
BAB III PERLINDUNGAN KONSUMEN PADA TRANSAKSI ONLINE DENGAN SISTEM PRE ORDER USAHA CLOTHING A. Pelaksanaan Jual Beli Sistem Jual beli Pre Order dalam Usaha Clothing Pelaksanaan jual beli sistem pre order
Lebih terperinciA. Pengertian Perjanjian. C. Unsur-unsur Perjanjian. B. Dasar Hukum Perjanjian 26/03/2017
PERIKATAN YANG BERSUMBER DARI PERJANJIAN DAN DARI UNDANG-UNDANG 1. FITRI KHAIRUNNISA (05) 2. JULI ERLINA PRIMA SARI (06) 3. ABDILBARR ISNAINI WIJAYA (14) 4. SHIRLY CLAUDIA PERMATA (18) 5. NADYA FRIESKYTHASARI
Lebih terperinciPERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP TENAGA KERJA BERKAITAN DENGAN ADANYA NON COMPETITION CLAUSE DALAM SEBUAH PERJANJIAN KERJA
PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP TENAGA KERJA BERKAITAN DENGAN ADANYA NON COMPETITION CLAUSE DALAM SEBUAH PERJANJIAN KERJA Oleh : I Made Hendra Gunawan I Gusti Agung Mas Rwa Jayantiari Bagian Hukum Perdata
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. khusus (benoemd) maupun perjanjian umum (onbenoemd) masih berpedoman
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sampai sekarang pembuatan segala macam jenis perjanjian, baik perjanjian khusus (benoemd) maupun perjanjian umum (onbenoemd) masih berpedoman pada KUH Perdata,
Lebih terperinciJURNAL HUKUM ANALISIS YURIDIS TERHADAP PERJANJIAN KERJA SECARA LISAN ANTARA PENGUSAHA DAN PEKERJA DI UD NABA JAYA SAMARINDA ABSTRAKSI
JURNAL HUKUM ANALISIS YURIDIS TERHADAP PERJANJIAN KERJA SECARA LISAN ANTARA PENGUSAHA DAN PEKERJA DI UD NABA JAYA SAMARINDA ABSTRAKSI RISMAN FAHRI ADI SALDI. NIM : 0810015276. Analisis Terhadap Perjanjian
Lebih terperinciLex Administratum, Vol. V/No. 9/Nov/2017
KEDUDUKAN DAN KEKUATAN MEMORANDUM OF UNDERSTANDING DITINJAU DARI SEGI HUKUM KONTRAK DALAM KUHPERDATA (PENERAPAN PASAL 1320 JO PASAL 1338 KUHPERDATA) 1 Oleh: Adeline C. R. Dille 2 ABSTRAK Tujuan dilakukannya
Lebih terperinciDAFTAR PUSTAKA. Abdulkadir, Muhammad. Hukum Perusahaan Indonesia. Bandung : PT. Citra
DAFTAR PUSTAKA A. Buku Abdulkadir, Muhammad. Hukum Perusahaan Indonesia. Bandung : PT. Citra Aditya Bakti, 1999. Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta,
Lebih terperinciALTERNATIF HUKUM PERKAWINAN HOMOSEKSUAL
ALTERNATIF HUKUM PERKAWINAN HOMOSEKSUAL Muchamad Arif Agung Nugroho Fakultas Hukum Universitas Wahid Hasyim Semarang agungprogresif@gmail.com ABSTRAK Perkawinan heteroseksual merupakan suatu perikatan
Lebih terperinciDAFTAR PUSTAKA. Fuady, Munir, 2005, Hukum Pailit Dalam Teori Dan Praktek, PT Citra Aditya. 2013, Teori-Teori Besar (Grand Theory) Dalam Hukum, Kencana
DAFTAR PUSTAKA Buku : Fuady, Munir, 2005, Hukum Pailit Dalam Teori Dan Praktek, PT Citra Aditya Bakti, Bandung. 2013, Teori-Teori Besar (Grand Theory) Dalam Hukum, Kencana Prenadamedia Group, Jakarta.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN DAN PENGATURAN MENURUT KUH PERDATA. A. Pengertian Perjanjian dan Asas Asas dalam Perjanjian
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN DAN PENGATURAN MENURUT KUH PERDATA A. Pengertian Perjanjian dan Asas Asas dalam Perjanjian 1. Pengertian Perjanjian Pasal 1313 KUH Perdata menyatakan Suatu perjanjian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berinteraksi dengan alam kehidupan sekitarnya. 1. ketentuan yang harus dipatuhi oleh setiap anggota masyarakat.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manusia diciptakan oleh Allah SWT sebagai makhluk sosial, oleh karenanya manusia itu cenderung untuk hidup bermasyarakat. Dalam hidup bermasyarakat ini
Lebih terperinciTESIS KEKUATAN MENGIKAT KONTRAK BAKU DALAM TRANSAKSI JUAL BELI TENAGA LISTRIK ANTARA PT PERUSAHAAN LISTRIK NEGARA (PERSERO) DENGAN PELANGGAN
TESIS KEKUATAN MENGIKAT KONTRAK BAKU DALAM TRANSAKSI JUAL BELI TENAGA LISTRIK ANTARA PT PERUSAHAAN LISTRIK NEGARA (PERSERO) DENGAN PELANGGAN Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Magister
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berkembanganya kerja sama bisnis antar pelaku bisnis. Banyak kerja sama
BAB I PENDAHULUAN Perjanjian berkembang pesat saat ini sebagai konsekuensi logis dari berkembanganya kerja sama bisnis antar pelaku bisnis. Banyak kerja sama bisnis dilakukan oleh pelaku bisnis dalam bentuk
Lebih terperinciURGENSI PERJANJIAN DALAM HUBUNGAN KEPERDATAAN. Rosdalina Bukido 1. Abstrak
URGENSI PERJANJIAN DALAM HUBUNGAN KEPERDATAAN Rosdalina Bukido 1 Abstrak Perjanjian memiliki peran yang sangat penting dalam hubungan keperdataan. Sebab dengan adanya perjanjian tersebut akan menjadi jaminan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. saing ketat sehingga membuat perusahaan-perusahaan berusaha untuk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan dunia usaha di Indonesia semakin berkembang dan berdaya saing ketat sehingga membuat perusahaan-perusahaan berusaha untuk meningkatkan kualitas kinerja
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perumahan mengakibatkan persaingan, sehingga membangun rumah. memerlukan banyak dana. Padahal tidak semua orang mempunyai dana yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah merupakan salah satu kebutuhan paling pokok dalam kehidupan manusia. Rumah sebagai tempat berlindung dari segala cuaca sekaligus sebagai tempat tumbuh kembang
Lebih terperinciLex et Societatis, Vol. V/No. 6/Ags/2017
KAJIAN YURIDIS ASAS PEMISAHAN HORISONTAL DALAM HAK TANGGUNGAN ATAS TANAH 1 Oleh: Gabriella Yulistina Aguw 2 ABSTRAK Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana berlakunya asas pemisahan
Lebih terperinciDAFTAR PUSTAKA. Affandi, Ali, Hukum Waris-Hukum Keluarga-Hukum Pembuktian, Jakarta: Rineka Cipta, 1997.
125 DAFTAR PUSTAKA A. Buku-buku: Affandi, Ali, Hukum Waris-Hukum Keluarga-Hukum Pembuktian, Jakarta: Rineka Cipta, 1997. Anaraga, Panji, BUMN, Swasta dan Koperasi, Jakarta: Pusataka Jaya, 2002. Bachtiar,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hidup untuk masyarakat dan dirinya dalam menampakkan jati diri.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perumahan merupakan kebutuhan utama atau primer yang harus dipenuhi oleh manusia. Perumahan tidak hanya dapat dilihat sebagai sarana kebutuhan hidup, tetapi
Lebih terperinciDAFTAR REFERENSI. Badrulzaman, Mariam Darus. Aneka Hukum Bisnis. Cet.1. Bandung: Alumni, 1994.
82 DAFTAR REFERENSI Asshiddiqie, Jimly. Beberapa Pendekatan Ekonomi Dalam Hukum. Cet.1. Jakarta: Pusat Studi Hukum Tata Negara Fakultas Hukum, 2003. Badrulzaman, Mariam Darus. Aneka Hukum Bisnis. Cet.1.
Lebih terperinciDAFTAR PUSTAKA. A. Pittlo, 1978, Pembuktian dan Daluarsa, Terjemahan M. Isa Arif, PT Intermasa,
DAFTAR PUSTAKA A. Pittlo, 1978, Pembuktian dan Daluarsa, Terjemahan M. Isa Arif, PT Intermasa, A.P. Parlindungan, 1973, Berbagai Aspek Pelaksanaan UUPA, Alumni, Abdul R Saliman, 2004, Esensi Hukum Bisnis
Lebih terperinciDAFTAR PUSTAKA. Abbas Salim, Asuransi & Manajemen Risiko, Rajawali Pers, dan Perkembangan Pemikiran, Nusa Media, Bandung, 2008,
DAFTAR PUSTAKA A. Buku Referensi Abbas Salim, Asuransi & Manajemen Risiko, Rajawali Pers, 2007 Abdul Halim Barkatulah, Hukum Perlindungan Konsumen (Kajian Teoretis dan Perkembangan Pemikiran, Nusa Media,
Lebih terperinciKONSTRUKSI HUKUM PERUBAHAN PERJANJIAN KERJA WAKTU TIDAK TERTENTU MENJADI PERJANJIAN KERJA WAKTU TERTENTU
KONSTRUKSI HUKUM PERUBAHAN PERJANJIAN KERJA WAKTU TIDAK TERTENTU MENJADI PERJANJIAN KERJA WAKTU TERTENTU Oleh Suyanto ABSTRAK Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan telah mengatur mengenai
Lebih terperinciTINJAUAN PELAKSANAAN HUBUNGAN KERJA DI PT. NYONYA MENEER SEMARANG
0 TINJAUAN PELAKSANAAN HUBUNGAN KERJA DI PT. NYONYA MENEER SEMARANG (Setelah berlakunya UU No. 13 Tahun 2003) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum
Lebih terperinciAKIBAT HUKUM WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN BAKU. Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRAK
AKIBAT HUKUM WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN BAKU Oleh : I Made Aditia Warmadewa I Made Udiana Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRAK Tulisan ini berjudul akibat hukum wanprestasi dalam perjanjian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menyentuh segala aspek kehidupan manusia. Komunikasi adalah sebuah proses
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dunia semakin berubah, dalam beberapa tahun terakhir perkembangan sistem telekomunikasi di Indonesia sudah demikian pesatnya memberikan dampak yang menyentuh
Lebih terperinciBAB III TINJAUAN PUSTAKA
BAB III TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Perjanjian Dalam Pasal 1313 KUH Perdata, bahwa suatu persetujuan adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Subekti dan Tjitrosudibio, Cet. 34, Edisi Revisi (Jakarta: Pradnya Paramita,1995), pasal 1233.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PERMASALAHAN Dalam kehidupan sehari-hari, manusia tidak dapat terlepas dari hubungan dengan manusia lainnya untuk dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Hubungan tersebut
Lebih terperinci2.1 Pengertian Pekerja Rumah Tangga dan Pemberi Kerja
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PEKERJA RUMAH TANGGA, PEMBERI KERJA, DAN PERJANJIAN KERJA 2.1 Pengertian Pekerja Rumah Tangga dan Pemberi Kerja 2.1.1. Pengertian pekerja rumah tangga Dalam berbagai kepustakaan
Lebih terperinciDAFTAR PUSTAKA., 2011, Kebatalan dan Pembatalan Akta Notaris, Refika Aditama, Bandung.
DAFTAR PUSTAKA A. Buku Abdurrasyid, Prijatna 2002, Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian sengketa (Suatu Pengantar), Fikahati Aneska, Adjie, Habib, 2009, Hukum Notaris Indonesia (Tafsir Tematik Terhadap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kalangan individu maupun badan usaha. Dalam dunia usaha dikenal adanya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia adalah Negara hukum, dimana Negara hukum memiliki prinsip menjamin kepastian, ketertiban dan perlindungan hukum yang berintikan kepada kebenaran dan
Lebih terperinciDAFTAR REFERENSI. Badrulzaman, Mariam Darus. Aneka Hukum Bisnis. Cet.1. Bandung: Alumni, 1994.
107 DAFTAR REFERENSI Asshiddiqie, Jimly. Beberapa Pendekatan Ekonomi Dalam Hukum. Cet.1. Jakarta: Pusat Studi Hukum Tata Negara Fakultas Hukum, 2003. Badrulzaman, Mariam Darus. Aneka Hukum Bisnis. Cet.1.
Lebih terperinciKLASIFIKASI PERJANJIAN KELOMPOK I DWI AYU RACHMAWATI (01) ( )
PENGERTIAN PERJANJIAN KLASIFIKASI PERJANJIAN KELOMPOK I DWI AYU RACHMAWATI (01) (166010200111038) FANNY LANDRIANI ROSSA (02) (166010200111039) ARLITA SHINTA LARASATI (12) (166010200111050) ARUM DEWI AZIZAH
Lebih terperinciANALISIS YURIDIS SOSIOLOGIS PELAKSANAAN LELANG EKSEKUSI TERHADAP OBJEK JAMINAN HAK TANGGUNGAN YANG DIAJUKAN DI
ANALISIS YURIDIS SOSIOLOGIS PELAKSANAAN LELANG EKSEKUSI TERHADAP OBJEK JAMINAN HAK TANGGUNGAN YANG DIAJUKAN DI KANTOR PELAYANAN KEKAYAAN NEGARA DAN LELANG (KPKNL) (Studi Kasus di Kantor Pelayanan Kekayaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diperhatikan oleh para pengusaha untuk mengembangkan usahanya. kedua belah pihak, yakni pembeli dan penjual.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam perkembangan dunia bisnis saat ini berbagai macam usaha dan kegiatan dapat dilakukan dalam rangka untuk memenuhi pangsa pasar di tengah-tengah masyarakat.permintaa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penyerahan tanah hak kepada pihak lain untuk selama-lamanya (hak atas tanah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia diciptakan oleh Allah SWT sebagai makhluk sosial, yaitu makhluk yang hidup dengan saling berdampingan satu dengan yang lainnya, saling membutuhkan dan saling
Lebih terperinciBAB III TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN. Perjanjian menurut pasal 1313 KUH Perdata adalah suatu perbuatan dengan
BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN A. Perjanjian Dalam istilah perjanjian atau kontrak terkadang masih dipahami secara rancu, banyak pelaku bisnis mencampuradukkan kedua istilah tersebut seolah merupakan
Lebih terperinciDAFTAR PUSTAKA. Abdulkadir Muhammad, Hukum Perikatan, Bandung, Citra Aditya Bakti, 1992.
109 DAFTAR PUSTAKA A. Buku: Abdulkadir Muhammad, Hukum Perikatan, Bandung, Citra Aditya Bakti, 1992. Adrian Sutedi, Hukum Hak Tanggungan, Jakarta, Sinar Grafika, 2010. Ahmad Sani Albusain, Analisis Perkembangan
Lebih terperinciDAFTAR PUSTAKA. dan Perkembangan Pemikiran, Nusa Media, Bandung, Abdulkadir Muhammad., Hukum Perikatan, Alumni, Bandung, 2002.
DAFTAR PUSTAKA A. BUKU Abdul Halim Barkatulah, Hukum Perlindungan Konsumen (Kajian Teoretis dan Perkembangan Pemikiran, Nusa Media, Bandung, 2008. Abdulkadir Muhammad., Hukum Perikatan, Alumni, Bandung,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Kehadiran bank sebagai penyedia jasa keuangan berkaitan dengan kepentingan
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehadiran bank sebagai penyedia jasa keuangan berkaitan dengan kepentingan masyarakat yang akan mengajukan pinjaman atau kredit kepada bank. Kredit merupakan suatu istilah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pihak untuk saling mengikatkan diri. Dalam kehidupan sehari-hari seringkali
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hubungan bisnis tentunya didasarkan pada suatu perjanjian atau kontrak. Perjanjian atau kontrak merupakan serangkaian kesepakatan yang dibuat oleh para pihak untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan meninggal dunia di dalam masyarakat. Dalam hidup bermasyarakat yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sesuai dengan kodrat alam, manusia sejak lahir hingga meninggal dunia hidup bersama sama dengan manusia lain. Atau dengan kata lain manusia tidak dapat hidup
Lebih terperinciANALISA YURIDIS TERHADAP PERJANJIAN SEWA-MENYEWA SAFE DEPOSIT BOX BANK INTERNASIONAL INDONESIA
1 ANALISA YURIDIS TERHADAP PERJANJIAN SEWA-MENYEWA SAFE DEPOSIT BOX BANK INTERNASIONAL INDONESIA ASEP ARI FIRMANSYAH, AKHMAD BUDI CAHYONO FAKULTAS HUKUM, PROGRAM KEKHUSUSAN HUBUNGAN SESAMA ANGGOTA MASYARAKAT,
Lebih terperinciPENERAPAN ASAS KEBEBASAN BERKONTRAK DALAM PERJANJIAN PINJAM MEMINJAM PADA KOPERASI SIMPAN PINJAM (KSP) ARTHA JAYA MAKMUR SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI
PENERAPAN ASAS KEBEBASAN BERKONTRAK DALAM PERJANJIAN PINJAM MEMINJAM PADA KOPERASI SIMPAN PINJAM (KSP) ARTHA JAYA MAKMUR SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI Oleh : FERRI HANDOKO NIM :C100080118 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS
Lebih terperinciBAB III PENUTUP. Jayapura, apabila perjanjian kredit macet dan debitur wanprestasi yaitu: (reconditioning), dan penataan kembali (restructuring).
BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian, baik penelitian kepustakaan dan penelitian lapangan, dan analisis serta pembahasan yang telah penulis lakukan, berikut disajikan kesimpulan yang
Lebih terperinciBAB II PENGATURAN ATAS JUAL BELI SAHAM DALAM PERSEROAN TERBATAS DI INDONESIA. dapat dengan mudah memahami jual beli saham dalam perseroan terbatas.
BAB II PENGATURAN ATAS JUAL BELI SAHAM DALAM PERSEROAN TERBATAS DI INDONESIA A. Tinjauan Umum tentang Jual Beli 1. Pengertian Jual Beli Sebelum membahas mengenai aturan jual beli saham dalam perseroan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia pada hakekatnya adalah makhluk sosial sehingga mempunyai
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia pada hakekatnya adalah makhluk sosial sehingga mempunyai kebutuhan sosial yang harus dipenuhi, oleh karena itu mereka bekerja untuk memenuhi kebutuhannya.
Lebih terperinciTINJAUAN YURIDIS EKSEKUSI DALAM PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN FIDUSIA YANG TIDAK DIDAFTARKAN
TINJAUAN YURIDIS EKSEKUSI DALAM PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN FIDUSIA YANG TIDAK DIDAFTARKAN Oleh : Dewa Made Sukma Diputra Gede Marhaendra Wija Atmadja Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana
Lebih terperinciPELAKSANAAN PERJANJIAN KERJA KARYAWAN MENURUT UNDANG-UNDANG N0. 13 TAHUN 2003 DI PT. BATIK DANAR HADI SOLO
0 PELAKSANAAN PERJANJIAN KERJA KARYAWAN MENURUT UNDANG-UNDANG N0. 13 TAHUN 2003 DI PT. BATIK DANAR HADI SOLO Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Syarat-syarat Guna Memperoleh Derajad
Lebih terperinciProsiding Ilmu Hukum ISSN: X
Prosiding Ilmu Hukum ISSN: 2460-643X Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial yang Disebabkan Karena Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) di PT. Planet Electrindo Berdasarkan Putusan Nomor 323K/Pdt.Sus-PHI/2015
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. hal. 2. diakses 06 September Universitas Indonesia
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia dalam era globalisasi ini semakin menuntut tiap negara untuk meningkatkan kualitas keadaan politik, ekonomi, sosial dan budaya mereka agar
Lebih terperinciDAFTAR PUSTAKA. Algra N.E et.al, 1983.Kamus Istilah Hukum Fockema Andreae Belanda-Indonesia, Bina Cipta Jakarta
100 DAFTAR PUSTAKA A. Buku Algra N.E et.al, 1983.Kamus Istilah Hukum Fockema Andreae Belanda-Indonesia, Bina Cipta Jakarta Apeldoorn, L.J. Van, 2000, Pengantar Ilmu Hukum, Pradya Paramita, Jakarta. Badrulzaman,
Lebih terperinciDAFTAR PUSTAKA A. BUKU. Abdulkadir Muhammad, Perjanjian Baku Dalam Praktek Perusahaan Perdagangan, Citra Aditya Bakti, Bandung, 1992
DAFTAR PUSTAKA A. BUKU Abdulkadir Muhammad, Perjanjian Baku Dalam Praktek Perusahaan Perdagangan, Citra Aditya Bakti, Bandung, 1992 Abdulkadir, Muhammad, Hukum Perdata Indonesia, Citra Aditya Bakti, Bandung,
Lebih terperinciDAFTAR PUSTAKA. Commerce, Jurnal Hukum Bisnis, Jakarta, Indonesia,PT. Refika Aditama, Bandung, 2004.
DAFTAR PUSTAKA BUKU: Ahmad M.Ramli, Perlindungan Hukum Dalam Transaksi E- Commerce, Jurnal Hukum Bisnis, Jakarta, 2000. Ahmad M.Ramli, Cyber Law dan HAKI dalam Sistem Hukum Indonesia,PT. Refika Aditama,
Lebih terperinciKEKUATAN HUKUM DARI SEBUAH AKTA DI BAWAH TANGAN
KEKUATAN HUKUM DARI SEBUAH AKTA DI BAWAH TANGAN Oleh : Avina Rismadewi Anak Agung Sri Utari Bagian Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRACT Many contracts are in writing so as to make it
Lebih terperinciTINJAUAN YURIDIS TERHADAP JANGKA WAKTU PEMBAYARAN UPAH KERJA LEMBUR BAGI PEKERJA TETAP
TINJAUAN YURIDIS TERHADAP JANGKA WAKTU PEMBAYARAN UPAH KERJA LEMBUR BAGI PEKERJA TETAP Oleh : Wulan Yulianita Kadek Sarna Bagian Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana Abstract A permanent workers
Lebih terperinciPENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL ANTARA PEKERJA DAN PENGUSAHA
PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL ANTARA PEKERJA DAN PENGUSAHA Oleh: I Made Wirayuda Kusuma A.A. Ngurah Wirasila Hukum Keperdataan, Fakultas Hukum, Universitas Udayana ABSTRAK Proses pembuatan
Lebih terperinciKEKUATAN MENGIKAT KONTRAK BAKU DALAM TRANSAKSI ELEKTRONIK
KEKUATAN MENGIKAT KONTRAK BAKU DALAM TRANSAKSI ELEKTRONIK Oleh : Pande Putu Frisca Indiradewi I Gusti Ayu Puspawati I Dewa Gede Rudy Bagian Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRACT Goals
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. jenis dan variasi dari masing-masing jenis barang dan atau jasa yang akan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan perekonomian yang pesat telah menghasilkan berbagai jenis dan variasi dari masing-masing jenis barang dan atau jasa yang akan dikonsumsi. Barang dan atau
Lebih terperinciTINJAUAN YURIDIS TERHADAP KONTRAK SEWA BELI
65 TINJAUAN YURIDIS Abstrak : Perjanjian sewa beli merupakan gabungan antara sewamenyewa dengan jual beli. Artinya bahwa barang yang menjadi objek sewa beli akan menjadi milik penyewa beli (pembeli) apabila
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Hubungan industrial menurut Undang Undang Ketenagakerjaan No. 13
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hubungan industrial menurut Undang Undang Ketenagakerjaan No. 13 tahun 2003 pasal 1 angka 16 didefinisikan sebagai Suatu sistem hubungan yang terbentuk antara para pelaku
Lebih terperinciKEABSAHAN PERJANJIAN NOMINEE KEPEMILIKAN SAHAM DALAM PENDIRIAN PERSEROAN TERBATAS
KEABSAHAN PERJANJIAN NOMINEE KEPEMILIKAN SAHAM DALAM PENDIRIAN PERSEROAN TERBATAS Oleh: Anak Agung Intan Permata Sari Ni Ketut Supasti Darmawan Bagian Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRACT
Lebih terperinciSUATU TINJAUAN HUKUM TERHADAP RETUR PENJUALAN DALAM ASPEK-ASPEK HUKUM PERJANJIAN JUAL BELI
SUATU TINJAUAN HUKUM TERHADAP RETUR PENJUALAN DALAM ASPEK-ASPEK HUKUM PERJANJIAN JUAL BELI Oleh Fery Bernando Sebayang I Nyoman Wita Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRACT Sales Returns
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kesepakatan mereka. Para pihak ini berdiri berhadap-hadapan dalam kutub-kutub
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perjanjian melibatkan sedikitnya dua pihak yang saling memberikan kesepakatan mereka. Para pihak ini berdiri berhadap-hadapan dalam kutub-kutub hak dan kewajiban.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perumahan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia. Bagi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perumahan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia. Bagi sebagian besar masyarakat Indonesia, kata rumah menjadi suatu kebutuhan yang sangat mahal, padahal
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP JAMINAN SOSIAL PEKERJA. 2.1 Pengertian Tenaga Kerja, Pekerja, dan Jaminan Sosial Tenaga Kerja
BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP JAMINAN SOSIAL PEKERJA 2.1 Pengertian Tenaga Kerja, Pekerja, dan Jaminan Sosial Tenaga Kerja 1. Pengertian Tenaga Kerja Pengertian Tenaga Kerja dapat di tinjau dari 2 (dua)
Lebih terperinciDAFTAR PUSTAKA. Atmadja, Komar Kanta, Tanggung Jawab Profesional, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1994.
DAFTAR PUSTAKA A. Buku Atmadja, Komar Kanta, Tanggung Jawab Profesional, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1994. Adi, Rianto, Metode Penelitian Sosial dan Hukum, Garanit, Jakarta, 2004. Adji, Sution Usman, dkk,
Lebih terperinciBAB III TINJAUAN TEORITIS. landasan yang tegas dan kuat. Walaupun di dalam undang-undang tersebut. pasal 1338 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata:
BAB III TINJAUAN TEORITIS A. Tinjauan Umum Perjanjian Kerja 1. Pengertian Perjanjian Kerja Dengan telah disahkannya undang-undang Nomor 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan (UUKK) maka keberadaan perjanjian
Lebih terperinci