Budidaya Cabai Merah di Bawah Naungan untuk Menekan Serangan Hama dan Penyakit

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Budidaya Cabai Merah di Bawah Naungan untuk Menekan Serangan Hama dan Penyakit"

Transkripsi

1

2

3 ISBN : Budidaya Cabai Merah di Bawah Naungan untuk Menekan Serangan Hama dan Penyakit Oleh : Tonny K. Moekasan Laksminiwati Prabaningrum Penerbit YAYASAN BINA TANI SEJAHTERA LEMBANG - BANDUNG BARAT

4 Yayasan Bina Tani Sejahtera, Lembang Bandung Barat ii

5 KATA PENGANTAR Cabai merah adalah salah satu komoditas sayuran yang mempunyai nilai ekonomi. Di Indonesia tanaman ini banyak dibudidayakan oleh petani, baik di dataran rendah, medium sampai dataran tinggi. Selama tiga tahun terakhir produktivitas cabai merah di Indonesia mengalami penurunan yang diakibatkan salah satunya oleh serangan hama dan penyakit. Perubahan iklim global yang terjadi akhir-akhir ini telah mengakibatkan kenaikan suhu dan curah hujan, yang menstimulasi pertumbuhan dan perkembangan hama dan penyakit dengan cepat. Kejadian tersebut secara langsung maupun tidak langsung telah mempengaruhi sektor pertanian. Budidaya cabai merah di bawah naungan adalah salah satu upaya mitigasi dampak perubahan iklim tersebut. Berdasarkan beberapa hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis, penggunaan naungan dalam budidaya cabai merah secara teknis memungkinkan untuk dilakukan dan secara ekonomi lebih menguntungkan dibandingkan dengan budidaya cabai merah di lahan terbuka. Oleh karena itu, melalui buku ini penulis ingin berbagi pengalaman mengenai budidaya cabai merah di bawah naungan. Dalam buku ini penulis mencoba mengupas secara ringkas mengenai syarat tumbuh tanaman cabai merah, fungsi naungan bagi tanaman, faktor-faktor yang harus mendapat perhatian dalam budidaya tanaman di bawah naungan dan strategi pengendalian hama dan penyakit yang mungkin timbul. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Yayasan Bina Tani Sejahtera yang telah sudi menerbitkan dan menyebarkan buku ini melalui websitenya. Semoga buku ini bermanfaat bagi petani, praktisi pertanian, dan khalayak yang akan berusahatani cabai merah. Yayasan Bina Tani Sejahtera, Lembang Bandung Barat iii

6 Penulis menyadari bahwa buku ini belum sempurna. Oleh karena itu segala saran dan masukan akan penulis terima dengan tangan terbuka. Lembang, September 2011 Penulis Yayasan Bina Tani Sejahtera, Lembang Bandung Barat iv

7 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... PENDAHULUAN... 1 CABAI MERAH... 3 NAUNGAN... 6 FAKTOR-FAKTOR PENTING PADA BUDIDAYA TANAMAN DI BAWAH NAUNGAN Topografi Lahan Ukuran Luas Naungan Ukuran Kerapatan Kasa Pemasangan Naungan Jarak Tanaman dengan Dinding Kasa Sterilisasi Naungan BUDIDAYA CABAI MERAH STRATEGI PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT PENUTUP. 23 DAFTAR PUSTAKA iii v vi vii Yayasan Bina Tani Sejahtera, Lembang Bandung Barat v

8 DAFTAR TABEL 1. Jenis, dosis, waktu dan cara pemupukan tanaman bawang merah dan cabai merah yang ditanam dengan sistem tumpanggilir Jenis, dosis, waktu dan cara pemupukan cabai merah yang ditanam secara monokultur di lahan kering Yayasan Bina Tani Sejahtera, Lembang Bandung Barat vi

9 DAFTAR GAMBAR 1. Cabai merah : (a) Cabai merah besar dan (b) Cabai merah keriting Penggunaan naungan pada budidaya tembakau : tampak luar (atas) dan tampak dalam (bawah) Naungan (netting house) menggunakan rangka besi dengan pintu ganda : tampak luar (atas) dan tampak dalam (bawah) Gambar konstruksi rangka naungan sistem bongkar pasang menggunakan pipa besi Pengaturan jarak tanam cabai merah dengan sistem tanam tumpanggilir dengan bawang merah di lahan beririgasi teknis (atas) dan sistem tanam cabai merah monokultur di lahan kering (bawah) Bedengan untuk pertanaman cabai yang beririgasi teknis (kiri) dan bedengan untuk pertanaman cabai di lahan kering (kanan) Pemanenan cabai merah Letak tanaman contoh Trips pada bunga cabai merah (kiri) dan gejala serangan trips pada tanaman cabai merah (kanan) Gejala serangan tungau pada tanaman cabai merah Ulat grayak (kiri) dan gejala serangannya pada tanaman cabai merah Yayasan Bina Tani Sejahtera, Lembang Bandung Barat vii

10 12. Gejala serangan penyakit busuk daun fitoftora (kiri) dan gejala serangan penyakit busuk buah antraknos (kanan) Gejala serangan penyakit layu bakteri (kiri) dan layu fusarium (kanan) pada tanaman cabai merah Gejala serangan penyakit virus kuning pada tanaman cabai merah Budidaya cabai merah di lahan terbuka (atas) dan di dalam naungan (bawah) di Brebes, Jawa Tengah Yayasan Bina Tani Sejahtera, Lembang Bandung Barat viii

11 PENDAHULUAN Cabai merah (Capsicum annuum L.) merupakan salah satu komoditas tanaman sayuran yang banyak dibudidayakan karena daya adaptasinya yang luas dan mempunyai nilai ekonomi tinggi. Pemanfaatan komoditas sayuran tersebut sebagian besar adalah untuk keperluan rumah tangga yang dikonsumsi dalam bentuk segar, kering, atau olahan. Selain itu cabai merah digunakan pula sebagai bahan baku industri untuk obat-obatan. Menurut data Direktorat Jenderal Hortikultura (2009), pada tahun 2007 luas areal tanam cabai merah di Indonesia mencapai ha dengan produksi total mencapai ton dengan rata-rata produktivitas 6,51 ton/ ha, masih rendah jika dibandingkan dengan potensi hasilnya yang berkisar antara ton/ha (Sumarni dan Muharam 2005). Selama 30 tahun terakhir terjadi peningkatan suhu global secara cepat dan konsisten sebesar 0,2 o C per dekade. Sepuluh tahun terpanas terjadi pada periode setelah tahun 1990 dan pertanian merupakan salah satu sektor yang sangat rentan terhadap perubahan iklim tersebut (Susanti et al. 2011). Pemanasan global menyebabkan peningkatan intensitas kejadian iklim ekstrim (El-Nino dan La-Nina) dan ketidak teraturan musim. Dampak tersebut dapat secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi serangan hama dan penyakit pada sektor pertanian, karena fluktuasi suhu dan kelembaban udara yang semakin meningkat akan mampu menstimulasi pertumbuhan dan perkembangan hama dan penyakit dengan cepat. Badan Pusat Statistik (2011) melaporkan bahwa di Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, salah satu sentra produksi cabai merah, telah terjadi penurunan produktivitas cabai merah dari 7,67 ton/ha pada tahun 2008 menjadi 3,83 ton/ha pada tahun Hal ini disebabkan Yayasan Bina Tani Sejahtera, Lembang Bandung Barat 1

12 oleh tingginya serangan hama dan penyakit akibat perubahan iklim yang ekstrim. Salah satu cara untuk menanggulangi masalah tersebut ialah dengan penanaman cabai merah di bawah naungan menggunakan naungan (netting house). Kwon dan Chun (1999) menyatakan bahwa hasil cabai merah yang ditanam di dalam naungan meningkat baik kualitas maupun kuantitasnya dibandingkan dengan hasil panennya di lahan terbuka. Moekasan dan Prabaningrum (2011) melaporkan bahwa budidaya cabai merah di dalam naungan yang dilakukan di daerah Brebes (± 5 m dpl), Jawa Tengah dapat menekan penggunaan pestisida lebih dari 95% dengan hasil panen lebih dari 9 kali lebih tinggi dibandingkan dengan budidaya cabai merah di lahan terbuka. Yayasan Bina Tani Sejahtera, Lembang Bandung Barat 2

13 CABAI MERAH Di Indonesia cabai merah dibudidayakan sebagai tanaman semusim pada lahan bekas sawah dan lahan kering atau tegalan. Cabai merah terdiri atas cabai merah besar dan cabai keriting. Beberapa varietas cabai besar antara lain ialah Tanjung 1, Tanjung 2, Tit Super, Tit Segitiga, Hot Beauty, dan Wibawa, sedang beberapa varietas cabai keriting yang umum dibudidayakan ialah Lembang 1, Taro, Lado, dan Kumpay. Gambar 1. Cabai merah : (a) Cabai merah besar dan (b) Cabai merah keriting (Foto : Tonny K. Moekasan) Suhu udara yang baik untuk pertumbuhan tanaman cabai merah adalah o C pada siang hari dan o C pada malam hari (Wien 1997). Suhu malam di bawah 16 o C dan suhu siang hari di atas 32 o C dapat menggagalkan pembuahan (Knott dan Deanon Yayasan Bina Tani Sejahtera, Lembang Bandung Barat 3

14 1970). Curah hujan yang tinggi atau iklim yang basah tidak sesuai untuk pertumbuhan tanaman cabai merah. Pada keadaan tersebut tanaman akan mudah terserang penyakit, terutama yang disebabkan oleh cendawan, yang dapat menyebabkan bunga gugur dan buah membusuk. Curah hujan yang baik untuk pertumbuhan tanaman cabai merah adalah sekitar mm per tahun (Sumarni dan Muharam 2005). Sinar matahari sangat diperlukan sejak pertumbuhan bibit hingga tanaman berproduksi. Namun demikian, tanaman cabai merah yang termasuk ke dalam kelompok tanaman C3 tidak menghendaki sinar matahari secara penuh. Tanaman dari kelompok C3 memiliki titik kompensasi cahaya rendah dan dibatasi oleh tingginya fotorespirasi. Oleh karena itu, peningkatan suhu dan intensitas cahaya matahari menyebabkan tanaman cabai merah tidak dapat tumbuh optimal. Tanaman cabai merah dapat tumbuh dengan baik pada berbagai jenis tanah dengan drainase dan aerasi tanah yang cukup baik. Tanah yang ideal untuk penanaman cabai merah adalah tanah yang gembur, remah, mengandung cukup bahan organik (sekurangkurangnya 1,5%), bebas dari gulma, dengan ph tanah 6-7, kelembaban tanah dalam keadaan kapasitas lapang (lembab tetapi tidak becek) dan suhu tanah antara o C (Sumarni dan Muharam 2005). Ketersediaan air dan curah hujan merupakan faktor penting yang harus diperhatikan. Menurut Knott dan Deanon (1970), air sangat diperlukan sejak awal pertumbuhan sampai masa pembentukan bunga dan buah. Jika terjadi kekeringan pada masa vegetatif, pertumbuhan tanaman akan mengalami keterlambatan. Jika kekeringan terjadi pada periode pembungaan dan pembentukan buah, hasil buah akan menurun, bahkan tanaman tidak dapat menghasilkan buah. Sebaliknya, tanah yang terlalu becek juga dapat menyebabkan pertumbuhan tanaman terhambat dan mudah terserang penyakit, terutama yang disebabkan oleh cendawan. Yayasan Bina Tani Sejahtera, Lembang Bandung Barat 4

15 Curah hujan yang tinggi pada saat pembungaan dan pembuahan menyebabkan bunga gugur dan buah membusuk. Oleh karena itu waktu tanam cabai merah yang tepat dapat berbeda menurut lokasi dan tipe lahan. Untuk lahan kering atau tegalan dengan drainase baik, waktu tanam yang tepat adalah pada awal musim hujan. Untuk lahan sawah bekas padi, waktu tanam yang tepat adalah pada akhir musim hujan. Yayasan Bina Tani Sejahtera, Lembang Bandung Barat 5

16 NAUNGAN Naungan (netting house) merupakan salah satu alternatif untuk mengatasi intensitas cahaya matahari yang tinggi. Pada fase bibit, semua jenis tanaman tidak tahan terhadap intensitas cahaya matahari penuh. Pada tanaman kelompok C3 termasuk tanaman cabai, naungan tidak hanya diperlukan pada fase bibit, tetapi diperlukan juga sepanjang siklus hidup tanaman tersebut. Dampak penggunaan naungan terhadap iklim mikro antara lain ialah (Matnawi 1997) : Intensitas cahaya matahari berkurang sebesar 30-40% Aliran udara di sekitar tajuk berkurang Kelembaban udara di sekitar tajuk lebih stabil (60-70%) Laju evapotranspirasi berkurang Terjadi keseimbangan antara ketersediaan air dengan tingkat transpirasi tanaman Di Indonesia, naungan umumnya digunakan pada budidaya tembakau, sehingga dikenal Tembakau Bawah Naungan (TBN) (Gambar 2). Dampak penggunaan naungan pada pertanaman tembakau ialah (Matnawi 1997) : Laju transpirasi tanaman tembakau menurun sebesar 45,6% Evapotranspirasi tanah menurun sebesar 60% Kadar air daun meningkat Total luas daun tembakau meningkat sekitar 40% Volume aliran air permukaan menurun dan air tersedia bagi tanaman meningkat Menurut Moekasan dan Prabaningrum (2011) penggunaan naungan pada tanaman cabai merah selain diperlukan untuk mengurangi intensitas cahaya yang sampai ke tanaman pokok, juga dimanfaatkan sebagai salah satu metode pengendalian hama, Yayasan Bina Tani Sejahtera, Lembang Bandung Barat 6

17 penyakit, dan gulma. Hal ini disebabkan untuk beberapa jenis hama yang sangat merugikan seperti ulat grayak (Spodoptera litura), ulat buah (Helicoverpa armigera), kutudaun (Myzus persicae dan Aphis gossypii), kutukebul (Bemisia tabaci dan Trialeurodes vaporariorum) dan lalat buah (Bactrocera sp.) tidak dapat menyerang tanaman karena terhalang oleh kasa. Selain itu dengan adanya atap yang terbuat dari kasa laju jatuhnya air hujan berkurang, sehingga tidak menimbulkan percikan tanah ke tanaman. Hal itu dapat mengurangi insiden serangan penyakit. Gulma sebagian besar termasuk ke dalam golongan tanaman C4 yang memerlukan sinar matahari penuh. Dengan adanya naungan pertumbuhan gulma terhambat. Gambar 2 Penggunaan naungan pada budidaya tembakau : tampak luar (atas) dan tampak dalam (bawah) (Sumber : PTP Nusantara X, Jawa Timur) Yayasan Bina Tani Sejahtera, Lembang Bandung Barat 7

18 Pada budidaya cabai merah, naungan yang digunakan ialah bangunan yang terdiri atas rangka yang terbuat dari besi, kayu atau bambu dengan dinding dan atap yang terbuat dari kasa (net) (Gambar 3). Struktur bangunan naungan harus dirancang sesuai dengan kondisi cuaca di Indonesia. Bahan kasa yang kedap terhadap semua jenis serangga hama tidak mungkin dapat digunakan pada kondisi tropis seperti Indonesia, karena dapat menyebabkan suhu di dalam naungan meningkat terlalu tinggi. Oleh karena itu perlu dipilih bahan yang dapat meminimalkan naiknya suhu, tetapi dapat menghambat masuknya serangga hama ke dalam bangunan tersebut. Gambar 3 Naungan (netting house) menggunakan rangka besi dengan pintu ganda : tampak luar (atas) dan tampak dalam (bawah) (Foto : Tonny K. Moekasan) Yayasan Bina Tani Sejahtera, Lembang Bandung Barat 8

19 Konstruksi bangunan (naungan) sebaiknya dibuat dengan sistem bongkar pasang (knock down) agar mudah dipindahkan (Gambar 4). Tinggi bangunan dari permukaan tanah 2,25 m dengan jarak antar tiang 3 m. Dinding dan atap naungan terbuat dari kasa Agronet dengan spesifikasi R12-C225TrM2-70 mesh 66 (127 lubang/cm 2 ). Untuk mencegah masuknya serangga, naungan harus dilengkapi dengan pintu ganda (Gambar 3). Gambar 4. Gambar konstruksi rangka naungan sistem bongkar pasang menggunakan pipa besi Biaya pembuatan naungan dengan rangka besi pada tahun 2010 adalah sebesar Rp ,-/ m 2, dengan rincian harga rangka besi Rp ,-/ m 2 dan harga kasa Rp /m 2. Berdasarkan pengalaman, rangka besi akan bertahan selama 10 tahun sedangkan kasa harus diganti setiap 5 tahun. Yayasan Bina Tani Sejahtera, Lembang Bandung Barat 9

20 FAKTOR-FAKTOR PENTING PADA BUDIDAYA TANAMAN DI BAWAH NAUNGAN Ada beberapa faktor yang harus diperhatikan pada budidaya tanaman di bawah naungan, yaitu : (1) topografi lahan, (2) ukuran luas naungan, (3) ukuran kerapatan kasa (4) pemasangan naungan, (5) jarak tanaman dengan dinding naungan, dan (6) sterilisasi naungan. 1. Topografi Lahan Budidaya tanaman di bawah naungan harus dilakukan pada topografi lahan yang datar untuk memudahkan pemasangan naungan. Lahan yang miring atau bergelombang akan menyulitkan pemasangan naungan. 2. Ukuran Luas Naungan Naungan sebaiknya berukuran maksimum m 2, untuk memudahkan pengendalian hama yang terlanjur masuk ke dalam naungan tersebut. Hal tersebut dimaksudkan agar kerugian yang diakibatkan dapat ditekan. Budidaya cabai merah dengan naungan seluas m 2 secara ekonomi sudah menguntungkan. 3. Ukuran Kerapatan Kasa Di Indonesia ada dua sistem tanam cabai merah yang umum dilakukan oleh petani, yaitu monokultur dan tumpanggilir dengan bawang merah. Jika penanaman dilakukan dengan sistem monokultur, maka kasa untuk dinding dan atap menggunakan ukuran lubang 66 mesh (127 lubang/cm 2 ). Dengan menggunakan ukuran tersebut sinar matahari dapat dikurangi sebesar 43,33%. Jika budidaya cabai merah dilakukan dengan sistem tanam tumpanggilir dengan bawang merah, kasa untuk dinding Yayasan Bina Tani Sejahtera, Lembang Bandung Barat 10

21 menggunakan ukuran lubang 66 mesh (127 lubang/cm 2 ) dan untuk atap menggunakan ukuran lubang 36 mesh (58 lubang/cm 2 ). Dengan menggunakan ukuran tersebut pada atap, sinar matahari dapat dikurangi sebesar 32,33%. Hal itu dilakukan karena tanaman bawang merah termasuk ke dalam kelompok tanaman C4 yang memerlukan intensitas cahaya matahari minimum sebesar 70%. 4. Pemasangan Naungan Naungan sebaiknya dipasang setelah pengolahan tanah terakhir atau menjelang dilakukan penanaman. Hal tersebut dilakukan untuk menghindari kerusakan kasa. 5. Jarak Tanaman dengan Dinding Kasa Pengaturan jarak tanaman dengan dinding kasa sangat penting untuk diperhatikan. Hal ini disebabkan serangga hama seperti ulat grayak dan ulat buah kerap meletakkan telurnya pada dinding kasa. Jika jarak tanaman dengan dinding kasa terlalu dekat dan ada bagian tanaman yang menempel pada dinding kasa, maka ulat muda yang baru muncul dari telur akan merayap melalui tanaman yang menempel pada dinding, lalu menyerang tanaman. Berdasarkan pengalaman, jarak tanaman dengan dinding kasa minimum 0,5 1,0 m. 6. Sterilisasi Naungan Sterilisasi naungan dilakukan 2-3 hari sebelum tanam. Tujuannya ialah untuk membunuh serangga hama yang terlanjur masuk ke dalam naungan. Sterilisasi dilakukan dengan cara menyemprotkan insektisida Sipermetrin atau Deltametrin (dengan konsentrasi formulasi masing-masing 1 ml/l) pada dinding dan atap naungan. Perlakuan tersebut diulang setiap 4-6 minggu. Yayasan Bina Tani Sejahtera, Lembang Bandung Barat 11

22 BUDIDAYA CABAI MERAH Lahan yang akan digunakan untuk budidaya cabai merah sebaiknya bukan bekas tanaman cabai atau tanaman yang termasuk famili Solanaceae (terung-terungan). Tanaman cabai merah memerlukan tanah dengan ph di atas 5,5. Oleh karena itu jika ph tanah < 5,5 perlu dilakukan pengapuran dengan Kaptan atau Dolomit dengan dosis 1-2 ton/ ha. Pengapuran dilakukan 3-4 minggu sebelum tanam, dengan cara menebarkan kapur secara merata pada permukaan tanah, lalu kapur dan tanah diaduk. Pada lahan kering bertekstur sedang sampai ringan lebih cocok dilakukan budidaya cabai merah dengan sistem tanam 1 atau 2 baris tanaman tiap bedengan ( double rows ) seperti yang biasa dilakukan di dataran medium dan dataran tinggi. Cabai merah selain ditanam secara monokultur, juga dapat ditanam secara tumpanggilir dengan tanaman lain. Di dataran rendah khususnya di Brebes (Jawa Tengah), cabai merah umumnya ditanam secara tumpanggilir dengan bawang merah (Gambar 5). Di beberapa daerah cabai merah ditanam melalui biji secara langsung sebanyak 3-5 biji/ lubang, tanpa melalui pesemaian. Dengan praktek tersebut benih diperlukan dalam jumlah yang banyak. Selain itu pertumbuhan tanaman tidak seragam. Oleh karena itu benih cabai merah sebaiknya disemai terlebih dahulu. Bibit cabai merah yang telah berumur 4-5 minggu setelah semai atau telah memiliki 4-5 helai daun siap dipindahkan ke lapangan. Pengolahan tanah dimaksudkan untuk membuat lapisan olah yang gembur dan sesuai bagi pertumbuhan tanaman. Pada lahan bekas padi sawah dibuat bedengan dengan ukuran lebar 1,50-1,75 m, kedalaman parit 0,5 0,6 m dan lebar parit 0,4 0,5 m, sedangkan panjangnya disesuaikan dengan kondisi lahan. Tanah hasil galian dari saluran air diletakkan di atas bedengan pertanaman Yayasan Bina Tani Sejahtera, Lembang Bandung Barat 12

23 dan dibiarkan kering, lalu dicangkul sebanyak 2-3 kali sampai halus. Pada lahan kering di dataran medium atau tinggi, tanah dicangkul 2-3 kali, selanjutnya dibuat bedengan dengan lebar 1 m dan jarak antar bedengan 0,5 m. Panjang bedengan pertanaman disesuaikan dengan keadaan lahan (Gambar 6). Gambar 5. Pengaturan jarak tanam cabai merah sistem tanam tumpanggilir dengan bawang merah di lahan beririgasi teknis (atas) dan sistem tanam cabai merah monokultur di lahan kering (bawah) Gambar 6. Bedengan untuk pertanaman cabai merah yang beririgasi teknis (kiri) dan bedengan untuk pertanaman cabai di lahan kering (kanan) (Foto : Tonny K. Moekasan) Yayasan Bina Tani Sejahtera, Lembang Bandung Barat 13

24 Pemupukan pada tanaman cabai tergantung pada ketersediaan unsur hara dalam tanah. Oleh karena itu analisis tanah sangat diperlukan. Namun demikian, dosis dan jenis pupuk yang direkomendasikan ini dapat dijadikan sebagai dasar pemupukan pada tanaman cabai merah (Moekasan et al. 2010). Tabel 1. Jenis, dosis, waktu dan cara pemupukan tanaman bawang merah dan cabai merah yang ditanam dengan sistem tumpanggilir Komoditas dan Kandungan NPK (kg/ha) waktu pemberian N P K 2 O Bawang merah Pupuk dasar : sebelum pencangkulan terakhir (7 hari sebelum tanam) Susulan pertama hari setelah tanam Susulan kedua hari setelah tanam Cabai merah Pupuk dasar : 0-5 hari setelah bawang merah dipanen Susulan pertama hari setelah bawang merah dipanen Susulan kedua : hari setelah bawang merah dipanen Susulan ketiga : hari setelah bawang merah dipanen Jenis dan dosis pupuk (kg/ha) Kompos : NPK Mutiara : 250 SP 36 : KCl : Urea : 180 atau ZA : Urea : 180 atau ZA : NPK Phonska 500 Urea : Kamas : Urea : Urea : Urea : Cara pemberian Pupuk dicampur dan dihamparkan di atas bedengan, lalu diaduk rata pada saat pencangkulan Disebar di atas permukaan bedengan Diletakkan di dalam lubang di antara dua tanaman lalu ditutup dengan tanah Yayasan Bina Tani Sejahtera, Lembang Bandung Barat 14

25 Tabel 2. Jenis, dosis, waktu dan cara pemupukan cabai merah yang ditanam secara monokultur di lahan kering Waktu pemberian Pupuk dasar : Pada saat pencangkulan terakhir (7 hari sebelum tanam) Pupuk susulan : 30 hari setelah tanam cabai merah, lalu diulang setiap minggu sampai tanaman berumur 90 hari Jenis dan dosis pupuk (kg/ha) Pupuk kandang : atau kompos NPK Phonska : NPK Mutiara : 2 g/ liter air Cara pemberian Pupuk kandang atau kompos dan pupuk NPK Phonska dihamparkan di atas bedengan secara merata lalu diaduk dengan tanah pada saat pencangkulan Pupuk NPK Mutiara dilarutkan dalam air bersih lalu disiramkan pada tanah di sekitar tanaman dengan dosis sebanyak 200 ml/ tanaman Penggunaan mulsa pada budidaya cabai merah di lahan kering di dataran tinggi dan di dataran medium merupakan salah satu usaha untuk memberikan kondisi lingkungan pertumbuhan tanaman yang lebih baik, sehingga tanaman dapat tumbuh dan berproduksi secara optimal. Adanya mulsa di permukaan tanah dapat memelihara tekstur tanah tetap gembur, memelihara kelembaban dan suhu tanah, mengurangi pencucian hara, menekan pertumbuhan gulma, dan mengurangi erosi tanah. Di dataran rendah yang beririgasi teknis, jarak tanam bawang merah yang dianjurkan ialah 15 cm x 15 cm atau 15 cm x 20 cm, sedangkan jarak tanam cabai merah ialah 30 cm x 25 cm. Di antara tanaman bawang merah dibuat lubang tanam, benih cabai merah dilepas dari bumbungan, kemudian ditanam pada lubang tersebut. Di lahan kering di dataran medium atau dataran tinggi, tanaman cabai ditanam dengan sistem baris ganda. Jarak tanam yang dianjurkan ialah 50 atau 60 cm x 40 atau 50 cm. Penanaman cabai sebaiknya dilakukan pada sore hari. Jika menggunakan mulsa plastik, untuk menekan kerusakan fisik benih cabai yang baru ditanam sebaiknya tanaman cabai diikat pada ajir bambu agar tanaman cabai berdiri tegak tidak mengenai mulsa plastik. Yayasan Bina Tani Sejahtera, Lembang Bandung Barat 15

26 Penyiraman tanaman cabai merah dilakukan setiap hari sampai tanaman cabai merah tumbuh dengan baik, setelah itu penyiraman dilakukan 2-3 kali per minggu. Penyiangan dan pendangiran (penggemburan tanah di sekitar tanaman) pada tanaman cabai merah dilakukan menjelang pemupukan susulan kesatu, kedua, dan ketiga. Di dataran rendah, cabai merah dapat dipanen mulai umur hari setelah tanam, sedang di dataran tinggi mulai umur 90 hari setelah tanam. Panen cabai merah dapat dilakukan setiap 5-7 hari. Panen cabai merah hendaknya dilakukan pada kondisi cuaca cerah agar sisa-sisa embun yang menempel pada buah menguap, sehingga patogen penyebab penyakit tidak dapat berkembang. Buah cabai merah yang dipanen adalah yang sudah matang penuh (merah sempurna). Panen hijau dapat dilakukan satu bulan sebelum panen merah atau buah telah mengeras. Panen cabai merah dilakukan dengan cara memetik buah cabai merah beserta tangkainya secara hati-hati, agar ranting dan tangkai buah tidak patah. Gambar 7. Pemanenan cabai merah (Foto : Tonny K. Moekasan) Yayasan Bina Tani Sejahtera, Lembang Bandung Barat 16

27 STRATEGI PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT Hama dan penyakit adalah salah satu faktor yang dapat menggagalkan budidaya cabai merah. Walaupun budidaya cabai merah dilakukan di dalam naungan, tidak tertutup kemungkinan masih ada serangan hama dan penyakit. Hama yang harus mendapatkan perhatian pada budidaya cabai merah di dalam naungan adalah hama trips (Thrips sp.), tungau merah (Tetranychus sp.) dan tungau teh kuning (Polyphagotarsonemus latus). Hamahama tersebut masih dapat masuk ke dalam naungan karena kasa yang digunakan ukuran tubuh hama tersebut lebih kecil daripada ukuran lubang kasa. Kedua jenis hama tersebut menyerang pada musim hujan maupun musim kemarau. Pada musim hujan, selain serangan hama dijumpai pula serangan penyakit. Penyakit yang harus diwaspadai ialah penyakit busuk buah antraknos yang disebabkan oleh cendawan Colletotrichum spp. dan penyakit busuk daun fitoftora yang disebabkan oleh cendawan Phytophthora capsici. Strategi penanggulangan serangan hama dan penyakit pada tanaman cabai di dalam naungan dapat dilakukan secara preventif maupun kuratif. Yang dimaksud dengan pengendalian secara preventif ialah upaya pengendalian hama dan penyakit sebelum terjadi serangan. Untuk mencegah serangan hama kutukebul, sebelum tanaman berumur 14 hari dilakukan penyiraman dengan insektisida Tiametoksam (2 g/10 l) dengan volume 200 ml/ tanaman, diulang sebanyak 2 kali dengan interval 1 minggu. Untuk mencegah timbulnya serangan penyakit busuk daun fitoftora, ketika tanaman berumur 14 hari dilakukan penyemprotan fungisida Mandipropamid + Klorotalonil (1 ml/l) dan diulang kembali seminggu kemudian. Selain itu, untuk mencegah timbulnya serangan penyakit busuk buah Yayasan Bina Tani Sejahtera, Lembang Bandung Barat 17

28 antraknos, sejak tanaman cabai berbunga dilakukan penyemprotan fungisida Asilbensolar-S-Metil (1-2 g/l) dan diulang setiap minggu. Tindakan pengendalian secara kuratif dilakukan jika serangan hama dan penyakit tersebut telah mencapai ambang pengendalian. Untuk mengetahui apakah serangan hama dan penyakit tersebut telah mencapai ambang pengendalian atau belum, diperlukan data intensitas serangan yang diperoleh dari hasil pengamatan. Pengamatan dilakukan mulai tanaman berumur 1 minggu dan diulang setiap minggu. Tanaman contoh yang diamati untuk luas lahan m 2 ialah sebanyak tanaman. Letak tanaman contoh ditetapkan secara acak sistematis (Gambar 8). Gambar 8. Letak tanaman contoh Pengamatan dilakukan terhadap serangan hama trips, tungau, ulat grayak, penyakit busuk daun fitoftora dan penyakit busuk buah Yayasan Bina Tani Sejahtera, Lembang Bandung Barat 18

29 antraknos. Jika ditemukan gejala serangan hama trips (Gambar 9) dan intensitas serangannya telah mencapai 15%, maka tanaman disemprot dengan insektisida yang dianjurkan seperti Abamektin (0,5 ml/l), Spinosad (0,5 ml/l), Imidakloprid (0,5 ml/l) atau campuran Abamektin (0,5 ml/l) + Beta Siflutrin (1 ml/l), Spinosad (0,5 ml/l) + Beta Siflutrin (1 ml/l) atau Tiametoksam (0,1 0,2 g/l). Gambar 9. Trips pada bunga cabai (kiri) dan gejala serangan trips pada tanaman cabai (kanan) (Foto : Tonny K. Moekasan) Jika ditemukan gejala serangan hama tungau (Gambar 10) dan intensitas serangannya telah mencapai 15%, maka tanaman cabai merah harus disemprot dengan akarisida yang berbahan aktif Propargit (1 ml/l), Dikofol (1 ml/l) atau Abamektin (0,5 ml/l). Jika ditemukan gejala serangan hama ulat grayak (Gambar 11) dan intensitas serangannya telah mencapai 12,5% maka tanaman disemprot dengan insektisida yang dianjurkan seperti insektisida Emamektin (0,2-0,4 g/l), Spinosad (1 ml/l), Tiametoksam + Klorantraniliprol (0,5-1 ml/l), campuran Spinosad (0,5 ml/l) + Metomil (1 g/l), atau Lambda Sihalotrin + Klorantraniliprol (0,2-0,3 ml/l). Jika ditemukan gejala serangan penyakit busuk daun fitoftora dan busuk buah antraknos (Gambar 12) dan intensitas serangannya Yayasan Bina Tani Sejahtera, Lembang Bandung Barat 19

30 telah mencapai 5%, maka dilakukan penyemprotan fungisida Mefenoksam + Mankozeb (1,25 2,5 g/l) atau Difenokonazol + Azoxistrobin (0,5 1 ml/l) atau Klorotalonil (1-2 g/l) secara bergiliran. Gambar 10. Gejala serangan tungau pada tanaman cabai merah (Foto : Tonny K. Moekasan) Gambar 11. Ulat grayak (kiri) dan gejala serangannya (kanan) pada tanaman cabai merah (Foto : Tonny K. Moekasan) Yayasan Bina Tani Sejahtera, Lembang Bandung Barat 20

31 Gambar 12. Gejala serangan penyakit busuk daun fitoftora (kiri) dan gejala serangan penyakit busuk buah antraknos (kanan) (Foto : Tonny K. Moekasan) Jika ditemukan tanaman cabai merah yang terserang penyakit layu bakteri, penyakit layu fusarium (Gambar 13) dan penyakit virus kuning (Gambar 14), tanaman cabai merah yang terserang dicabut lalu dibakar. Gambar 13. Gejala serangan penyakit layu bakteri (kiri) dan layu fusarium pada tanaman cabai (kanan) (Foto : Tonny K. Moekasan) Yayasan Bina Tani Sejahtera, Lembang Bandung Barat 21

32 Gambar 14. Gejala serangan penyakit virus kuning pada tanaman cabai merah (Foto : Tonny K. Moekasan) Yayasan Bina Tani Sejahtera, Lembang Bandung Barat 22

33 PENUTUP Hasil pengamatan terhadap intensitas cahaya matahari pada budidaya cabai merah di dalam naungan di Kabuapten Brebes, Jawa Tengah menunjukkan bahwa telah terjadi penurunan intensitas cahaya matahari sebesar 43,35%. Pertumbuhan tanaman cabai merah sangat baik (Gambar 15), sehingga walaupun terserang oleh tungau dan trips hingga 15%, tetapi tanaman mampu berkompensasi mengganti kerusakan yang diakibatkan oleh serangan hama tersebut. Gambar 15. Budidaya cabai merah di lahan terbuka (atas) dan di dalam naungan (bawah) di Brebes, Jawa Tengah (Foto : Tonny K. Moekasan) Yayasan Bina Tani Sejahtera, Lembang Bandung Barat 23

34 Penggunaan naungan bahkan mampu mencegah masuknya hama ulat buah, sementara serangannya pada pertanaman cabai merah di lahan terbuka mencapai 30%. Dengan penerapan ambang pengendalian hama dan penyakit, penyemprotan pestisida dapat dihemat lebih dari 70% jika dibandingkan dengan penyemprotan rutin 2 x/ minggu. Hasil panen cabai merah di dalam naungan mencapai 19 ton/ha, sedang hasil panen cabai merah di lahan terbuka hanya mencapai 1,89 ton/ha (Moekasan dan Prabaningrum 2011). Dengan berbagai keuntungan tersebut, maka diharapkan budidaya cabai merah di bawah naungan dapat menjadi solusi penanggulangan masalah hama dan penyakit sebagai akibat perubahan iklim global. Yayasan Bina Tani Sejahtera, Lembang Bandung Barat 24

35 DAFTAR PUSTAKA Badan Pusat Statistik Laporan Bulanan Data Sosial Ekonomi. Edisi 9, Februari (diakses pada tanggal 14 Agustus 2011). Direktorat Jendral Hortikultura Statistik Produksi Sayuran Tahun Direktorat Jendral Hortikultura, Departemen Pertanian. wrapper&itemid=238. (diakses tanggal 30 Oktober 2009). Knott, J.E. and J.R. Deanon Vegetable Production in Southeast Asia. Univ. of Phillipines College of Agricultural College. Los Banos, Laguna, Phillipines. P : Kwon, Young Sam and Hee Chun Production of Chili Pepper in Different Kinds of Greenhouse in Korea. (diakses pada tanggal 20 Februari 2008). Matnawi, H Budidaya Tembakau di Bawah Naungan. Penerbit Kanisius, Yogyakarta. 85 hal. Moekasan, T.K., L. Prabaningrum, N. Gunadi dan W. Adiyoga Rakitan Komponen Teknologi PTT Cabai Merah-Bawang Merah. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura, Badan Litbang Pertanian, Kementerian Pertanian Republik Indonesia bekerjasama dengan Applied Plant Research and WUR Greenhouse Horticulture, Wageningen University and Research Center, the Netherlands. 80 hal. Moekasan, T.K. dan L. Prabaningrum Mitigasi Dampak Perubahan Iklim terhadap Serangan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) pada Tanaman Cabai Merah di Dataran Rendah. Laporan Penelitian Kerjasama Pusat Yayasan Bina Tani Sejahtera, Lembang Bandung Barat 25

36 Penelitian dan Pengembangan Hortikultura, Badan Litbang Pertanian, Kementerian Pertanian Republik Indonesia bekerjasama dengan Applied Plant Research and WUR Greenhouse Horticulture, Wageningen University and Research Center, the Netherlands. 16 hal. Susanti, E, F. Ramadhani, E. Runtunuwu, I. Amien Dampak Perubahan Iklim Terhadap Serangan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) serta Strategi Antisipasi dan Adaptasi. balitklimat. litbang. deptan. go. id/ index. php? Option = com_content&task=view&id=168&itemid=117. (diakses pada tanggal 14 Agustus 2011). Sumarni, N. dan A. Muharam Budidaya Tanaman Cabai Merah. Seri Panduan Teknis PTT Cabai Merah No. 2. Balai Penelitian Tanaman Sayuran. 34 hal. Wien, H.C The Physiology of Vegetable Crops. Cab. International. Yayasan Bina Tani Sejahtera, Lembang Bandung Barat 26

37

38

BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA 1. PERENCANAAN TANAM 1. Pemilihan lokasi tanam 2. Sistem tanam 3. Pola tanam 4. Waktu tanam 5. Pemilihan varietas Perencanaan Persyaratan Tumbuh

Lebih terperinci

PENGENDALIAN ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN (OPT) PADA BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

PENGENDALIAN ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN (OPT) PADA BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA PENGENDALIAN ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN (OPT) PADA BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA PENGENDALIAN OPT CABAI Pengendalian organisme pengganggu tumbuhan (OPT) atau hama dan

Lebih terperinci

BUDIDAYA BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

BUDIDAYA BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA BUDIDAYA BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA 1. PERENCANAAN TANAM 1. Pemilihan lokasi tanam 2. Sistem tanam 3. Pola tanam 4. Waktu tanam 5. Pemilihan varietas Perencanaan Persyaratan

Lebih terperinci

Oleh Administrator Kamis, 07 November :05 - Terakhir Diupdate Kamis, 07 November :09

Oleh Administrator Kamis, 07 November :05 - Terakhir Diupdate Kamis, 07 November :09 Tanaman tomat (Lycopersicon lycopersicum L.) termasuk famili Solanaceae dan merupakan salah satu komoditas sayuran yang sangat potensial untuk dikembangkan. Tanaman ini dapat ditanam secara luas di dataran

Lebih terperinci

PENGENDALIAN ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN (OPT) PADA BUDIDAYA CABAI MERAH, TOMAT, DAN MENTIMUN

PENGENDALIAN ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN (OPT) PADA BUDIDAYA CABAI MERAH, TOMAT, DAN MENTIMUN PENGENDALIAN ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN (OPT) PADA BUDIDAYA CABAI MERAH, TOMAT, DAN MENTIMUN Pengendalian organisme pengganggu tumbuhan (OPT) atau hama dan penyakit berdasarkan konsepsi Pengendalian

Lebih terperinci

PENGENDALIAN ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN (OPT) PADA BUDIDAYA BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

PENGENDALIAN ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN (OPT) PADA BUDIDAYA BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA PENGENDALIAN ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN (OPT) PADA BUDIDAYA BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA PENGENDALIAN OPT BAWANG MERAH Pengendalian organisme pengganggu tumbuhan (OPT)

Lebih terperinci

BALITSA & WUR the Netherlands,

BALITSA & WUR the Netherlands, BALITSA & WUR the Netherlands, 2014 1 PENGENDALIAN ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN (OPT) PADA BUDIDAYA KENTANG SECARA PREVENTIF Pengendalian organisme pengganggu tumbuhan (OPT) atau hama dan penyakit berdasarkan

Lebih terperinci

BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR

BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR 13 BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR A. Tempat Pelaksanaan Pelaksanaan Tugas Akhir dilaksanakan di Dusun Kwojo Wetan, Desa Jembungan, Kecamatan Banyudono, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. B. Waktu Pelaksanaan

Lebih terperinci

Peluang Usaha Budidaya Cabai?

Peluang Usaha Budidaya Cabai? Sambal Aseli Pedasnya Peluang Usaha Budidaya Cabai? Tanaman cabai dapat tumbuh di wilayah Indonesia dari dataran rendah sampai dataran tinggi. Peluang pasar besar dan luas dengan rata-rata konsumsi cabai

Lebih terperinci

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh 45 4.2 Pembahasan Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan memperhatikan syarat tumbuh tanaman dan melakukan pemupukan dengan baik. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE. Medan Area yang berlokasi di Jalan Kolam No. 1 Medan Estate, Kecamatan

BAB III BAHAN DAN METODE. Medan Area yang berlokasi di Jalan Kolam No. 1 Medan Estate, Kecamatan BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Medan Area yang berlokasi di Jalan Kolam No. 1 Medan Estate, Kecamatan Percut

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Desa Manjung, Kecamatan Sawit, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. Kecamatan Sawit memiliki ketinggian tempat 150 m dpl. Penelitian ini dilaksanakan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan 21 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran dan Laboratorium Agronomi Fakultas Pertanian Universitas

Lebih terperinci

PERBENIHAN BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

PERBENIHAN BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA PERBENIHAN BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA Dalam rangka meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi bawang merah, peran benih sebagai input produksi merupakan tumpuan utama

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. termasuk ke dalam kelompok rempah tidak bersubstitusi yang berfungsi sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. termasuk ke dalam kelompok rempah tidak bersubstitusi yang berfungsi sebagai BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Bawang Merah Bawang merah merupakan salah satu komoditas sayuran unggulan yang sejak lama telah diusahakan oleh petani secara intensif. Komoditas sayuran ini termasuk

Lebih terperinci

Teknik Budidaya Kubis Dataran Rendah. Untuk membudidayakan tanaman kubis diperlukan suatu tinjauan syarat

Teknik Budidaya Kubis Dataran Rendah. Untuk membudidayakan tanaman kubis diperlukan suatu tinjauan syarat Teknik Budidaya Kubis Dataran Rendah Oleh : Juwariyah BP3K garum 1. Syarat Tumbuh Untuk membudidayakan tanaman kubis diperlukan suatu tinjauan syarat tumbuh yang sesuai tanaman ini. Syarat tumbuh tanaman

Lebih terperinci

III. TATA LAKSANA TUGAS AKHIR

III. TATA LAKSANA TUGAS AKHIR 16 III. TATA LAKSANA TUGAS AKHIR A. Tempat Pelaksanaan Tugas Akhir Kegiatan Tugas Akhir dilaksanakan di Banaran RT 4 RW 10, Kelurahan Wonoboyo, Kecamatan Wonogiri, Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah. B. Waktu

Lebih terperinci

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN 6.1. Analisis Budidaya Kedelai Edamame Budidaya kedelai edamame dilakukan oleh para petani mitra PT Saung Mirwan di lahan persawahan.

Lebih terperinci

BAWANG MERAH. Tanaman bawang merah menyukai daerah yang agak panas dengan suhu antara

BAWANG MERAH. Tanaman bawang merah menyukai daerah yang agak panas dengan suhu antara BAWANG MERAH Bawang merah (Allium ascalonicum) merupakan tanaman hortikultura musiman yang memiliki nilai ekonomi tinggi. Bawang merah tumbuh optimal di daerah dataran rendah dengan ketinggian antara 0-400

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian 15 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan dilaksanakan di Kebun Percobaan Margahayu Lembang Balai Penelitian Tanaman Sayuran 1250 m dpl mulai Juni 2011 sampai dengan Agustus 2012. Lembang terletak

Lebih terperinci

AGROEKOSISTEM PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

AGROEKOSISTEM PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA AGROEKOSISTEM PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA EKOSISTEM Ekosistem adalah suatu sistem yang terbentuk oleh interaksi dinamik antara komponen-komponen abiotik dan biotik Abiotik Biotik Ekosistem

Lebih terperinci

Cara Sukses Menanam dan Budidaya Cabe Dalam Polybag

Cara Sukses Menanam dan Budidaya Cabe Dalam Polybag Cara Sukses Menanam dan Budidaya Cabe Dalam Polybag Oleh : Tatok Hidayatul Rohman Cara Budidaya Cabe Cabe merupakan salah satu jenis tanaman yang saat ini banyak digunakan untuk bumbu masakan. Harga komoditas

Lebih terperinci

PENYIAPAN BIBIT UBIKAYU

PENYIAPAN BIBIT UBIKAYU PENYIAPAN BIBIT UBIKAYU Ubi kayu diperbanyak dengan menggunakan stek batang. Alasan dipergunakan bahan tanam dari perbanyakan vegetatif (stek) adalah selain karena lebih mudah, juga lebih ekonomis bila

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di kebun percobaan Cikabayan-University Farm IPB, Darmaga Bogor. Areal penelitian bertopografi datar dengan elevasi 250 m dpl dan curah

Lebih terperinci

I. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung.

I. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung. I. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung. Waktu penelitian dilaksanakan sejak bulan Mei 2010 sampai dengan panen sekitar

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No. 1 Medan Estate,

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No. 1 Medan Estate, III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilakukan di kebun percobaan Fakultas Pertanian Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No. 1 Medan Estate,

Lebih terperinci

PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI BERASTAGI MELALUI BERTANAM BAWANG DAUN

PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI BERASTAGI MELALUI BERTANAM BAWANG DAUN No. 011, Juli 2016 (Tanggal diunggah 20 Juli 2016) Penyunting : Tonny K. Moekasan, Laksminiwati Prabaningrum, Nikardi Gunadi, dan Asih K. Karjadi Redaksi Pelaksana : Abdi Hudayya, Fauzi Haidar PENINGKATAN

Lebih terperinci

PEMBUATAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO HIBRIDA F1

PEMBUATAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO HIBRIDA F1 PEMBUATAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO HIBRIDA F1 Wahyu Asrining Cahyowati, A.Md (PBT Terampil Pelaksana) Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Surabaya I. Pendahuluan Tanaman kakao merupakan

Lebih terperinci

Peluang Usaha Budidaya Cabe Merah

Peluang Usaha Budidaya Cabe Merah KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS Peluang Usaha Budidaya Cabe Merah NAMA : HERRY WICOYO NIM : 11.12.5939 KELAS : 11-SI-SI-08 STIMIK AMIKOM YOGYAKARTA KATA PENGANTAR Puji Syukur kita panjatkan kepada Allah SWT

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada di lahan sawah milik warga di Desa Candimas

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada di lahan sawah milik warga di Desa Candimas 16 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada di lahan sawah milik warga di Desa Candimas Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan. Penelitian ini dilakukan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada

II. TINJAUAN PUSTAKA. Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemupukan pada Tanaman Tomat 2.1.1 Pengaruh Aplikasi Pupuk Kimia Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada tanaman tomat tertinggi terlihat pada

Lebih terperinci

MANAJEMEN TANAMAN PAPRIKA

MANAJEMEN TANAMAN PAPRIKA Nama : Sonia Tambunan Kelas : J NIM : 105040201111171 MANAJEMEN TANAMAN PAPRIKA Dengan lahan seluas 1500 m², saya akan mananam tanaman paprika (Capsicum annuum var. grossum L) dengan jarak tanam, pola

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan 15 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran, dari bulan Oktober 2011 sampai dengan April 2012. 3.2

Lebih terperinci

Cara Menanam Cabe di Polybag

Cara Menanam Cabe di Polybag Cabe merupakan buah dan tumbuhan berasal dari anggota genus Capsicum. Buahnya dapat digolongkan sebagai sayuran maupun bumbu, tergantung bagaimana digunakan. Sebagai bumbu, buah cabai yang pedas sangat

Lebih terperinci

Buletin IKATAN Vol. 3 No. 2 Tahun

Buletin IKATAN Vol. 3 No. 2 Tahun PENGARUH UMUR SIMPAN BIBIT BAWANG MERAH VARIETAS SUPER PHILIP DAN RUBARU TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN DI KABUPATEN TANGERANG PROVINSI BANTEN Yuti Giamerti dan Tian Mulyaqin Balai Pengkajian Teknologi Pertanian

Lebih terperinci

III BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan. Kabupaten Pesawaran dari Oktober 2011 sampai April 2012.

III BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan. Kabupaten Pesawaran dari Oktober 2011 sampai April 2012. III BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran dari Oktober 2011 sampai April 2012. 3.2 Bahan dan alat Bahan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN 1.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan pada Lahan Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Medan Area, Jalan Kolam No.1 Medan Estate kecamatan Percut Sei

Lebih terperinci

BUDIDAYA BAWANG MERAH DI LAHAN KERING

BUDIDAYA BAWANG MERAH DI LAHAN KERING BUDIDAYA BAWANG MERAH DI LAHAN KERING Oleh:Heri Suyitno THL-TBPP BP3K Wonotirto 1. Pendahuluan Bawang Merah (Allium Ascalonicum) merupakan komoditas hortikultura yang memiliki banyak manfaat dan bernilai

Lebih terperinci

BUDIDAYA CABAI KERITING DALAM POT. Oleh: YULFINA HAYATI

BUDIDAYA CABAI KERITING DALAM POT. Oleh: YULFINA HAYATI BUDIDAYA CABAI KERITING DALAM POT Oleh: YULFINA HAYATI PENDAHULUAN Tanaman cabai (Capsicum annum) dalam klasifikasi tumbuhan termasuk ke dalam family Solanaceae. Tanaman ini berasal dari Amerika Tengah

Lebih terperinci

TEKNIS BUDIDAYA TEMBAKAU

TEKNIS BUDIDAYA TEMBAKAU TEKNIS BUDIDAYA TEMBAKAU ( Nicotiana tabacum L. ) Oleh Murhawi ( Pengawas Benih Tanaman Ahli Madya ) Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Surabaya A. Pendahuluan Penanam dan penggunaan

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Pertanian, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Yogyakarta.

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Pertanian, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Yogyakarta. III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Greenhouse dan Lahan Percobaan Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Yogyakarta. Penelitian ini

Lebih terperinci

KEMENTERIAN PERTANIAN ISBN :

KEMENTERIAN PERTANIAN ISBN : KEMENTERIAN PERTANIAN ISBN :978-979-8304-70-5 ISBN : 978-979-8304-70-5 Modul Pelatihan Budidaya Kentang Berdasarkan Konsepsi Pengendalian Hama Terpadu (PHT) Modul 1 : Pengendalian Hama Terpadu (PHT) pada

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan dikebun percobaan Politeknik Negeri Lampung,

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan dikebun percobaan Politeknik Negeri Lampung, III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dikebun percobaan Politeknik Negeri Lampung, Bandar lampung. Waktu penelitian dilaksanakan sejak bulan Mei 2011 sampai

Lebih terperinci

Budidaya Cabai. Potensi hasil 9 ton/ha. Warna buah merah Panjang buah 10 cm Cocok untuk dataran rendah Toleran terhadap hama pengisap daun

Budidaya Cabai. Potensi hasil 9 ton/ha. Warna buah merah Panjang buah 10 cm Cocok untuk dataran rendah Toleran terhadap hama pengisap daun Budidaya Cabai Pendahuluan Cabe (Capsicum Annum varlongum) merupakan salah satu komoditas hortikultura yang memiliki nilai ekonomi penting di Indonesia. Cabe merupakan tanaman perdu dari famili terong

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Unit Pelayanan Teknis (UPT), Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Riau. Pelaksanaannya dilakukan pada bulan

Lebih terperinci

TEKNOLOGI PRODUKSI TSS SEBAGAI ALTERNATIF PENYEDIAAN BENIH BAWANG MERAH

TEKNOLOGI PRODUKSI TSS SEBAGAI ALTERNATIF PENYEDIAAN BENIH BAWANG MERAH TEKNOLOGI PRODUKSI TSS SEBAGAI ALTERNATIF PENYEDIAAN BENIH BAWANG MERAH Budidaya bawang merah umumnya menggunakan umbi sebagai bahan tanam (benih). Pemanfaatan umbi sebagai benih memiliki beberapa kelemahan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Kecamatan Medan Percut Sei Tuan dengan ketinggian tempat kira-kira 12 m dpl,

III. METODE PENELITIAN. Kecamatan Medan Percut Sei Tuan dengan ketinggian tempat kira-kira 12 m dpl, III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di kebun percobaan Fakultas Pertanian Universitas Medan Area yang berlokasi di Jl. Kolam No.1 Medan Estate Kecamatan Medan Percut

Lebih terperinci

BUDIDAYA KELAPA SAWIT

BUDIDAYA KELAPA SAWIT KARYA ILMIAH BUDIDAYA KELAPA SAWIT Disusun oleh: LEGIMIN 11.11.5014 SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMUNIKASI AMIKOM YOGYAKARTA 2012 ABSTRAK Kelapa sawit merupakan komoditas yang penting karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komoditas hortikultura terutama jenis sayur-sayuran dan buah-buahan sangat diminati oleh konsumen. Sayuran diminati konsumen karena kandungan gizinya baik dan dapat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Cabai (Capsicum annuum L.) merupakan komoditas sayuran yang mempunyai

I. PENDAHULUAN. Cabai (Capsicum annuum L.) merupakan komoditas sayuran yang mempunyai I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Cabai (Capsicum annuum L.) merupakan komoditas sayuran yang mempunyai prospek cerah untuk dapat dikembangkan. Cabai dimanfaatkan oleh masyarakat dalam kehidupan

Lebih terperinci

Agroteknologi Tanaman Rempah dan Obat

Agroteknologi Tanaman Rempah dan Obat Agroteknologi Tanaman Rempah dan Obat Syarat Tumbuh Tanaman Jahe 1. Iklim Curah hujan relatif tinggi, 2.500-4.000 mm/tahun. Memerlukan sinar matahari 2,5-7 bulan. (Penanaman di tempat yang terbuka shg

Lebih terperinci

PETUNJUK PELAKSANAAN GELAR TEKNOLOGI BUDIDAYA TOMAT

PETUNJUK PELAKSANAAN GELAR TEKNOLOGI BUDIDAYA TOMAT PETUNJUK PELAKSANAAN GELAR TEKNOLOGI BUDIDAYA TOMAT Ir.. SISWANI DWI DALIANI BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN BENGKULU 2012 PETUNJUK PELAKSANAAN NOMOR : 26/1801.18/011/A/JUKLAK/2012 1. JUDUL RDHP :

Lebih terperinci

Teknik Budidaya Bawang Merah Ramah Lingkungan Input Rendah Berbasis Teknologi Mikrobia PGPR

Teknik Budidaya Bawang Merah Ramah Lingkungan Input Rendah Berbasis Teknologi Mikrobia PGPR Teknik Budidaya Bawang Merah Ramah Lingkungan Input Rendah Berbasis Teknologi Mikrobia PGPR LATAR BELAKANG Tanaman Bawang merah (Allium ascalonicum) merupakan salah satu tanaman hortikultura yang banyak

Lebih terperinci

Agro inovasi. Kiat Sukses Berinovasi Cabai

Agro inovasi. Kiat Sukses Berinovasi Cabai Agro inovasi Kiat Sukses Berinovasi Cabai 2 AgroinovasI Kiat Sukses Berinovasi Cabai Cabai merah merupakan salah satu komoditas sayuran yang mempunyai nilai ekonomis cukup penting. Salah satu faktor yang

Lebih terperinci

PRODUCT KNOWLEDGE PEPAYA CALINA IPB 9

PRODUCT KNOWLEDGE PEPAYA CALINA IPB 9 PRODUCT KNOWLEDGE PEPAYA CALINA IPB 9 Benih Inovasi IPB Teknik Penanaman Benih Pepaya - Sebelum benih disemai, rendam dahulu benih selama 24 jam mengunakan air hangat. - Media tanam untuk pembibitan adalah

Lebih terperinci

MODUL BUDIDAYA KACANG TANAH

MODUL BUDIDAYA KACANG TANAH MODUL BUDIDAYA KACANG TANAH I. PENDAHULUAN Produksi komoditi kacang tanah per hektarnya belum mencapai hasil yang maksimum. Hal ini tidak terlepas dari pengaruh faktor tanah yang makin keras (rusak) dan

Lebih terperinci

POLA TANAM TANAMAN PANGAN DI LAHAN SAWAH DAN KERING

POLA TANAM TANAMAN PANGAN DI LAHAN SAWAH DAN KERING POLA TANAM TANAMAN PANGAN DI LAHAN SAWAH DAN KERING TEKNOLOGI BUDIDAYA Pola tanam Varietas Teknik Budidaya: penyiapan lahan; penanaman (populasi tanaman); pemupukan; pengendalian hama, penyakit dan gulma;

Lebih terperinci

Cara Menanam Tomat Dalam Polybag

Cara Menanam Tomat Dalam Polybag Cara Menanam Tomat Dalam Polybag Pendahuluan Tomat dikategorikan sebagai sayuran, meskipun mempunyai struktur buah. Tanaman ini bisa tumbuh baik didataran rendah maupun tinggi mulai dari 0-1500 meter dpl,

Lebih terperinci

Bawang merah (Allium ascalonicum) mempunyai prospek

Bawang merah (Allium ascalonicum) mempunyai prospek TEKNIK PENGKAJIAN TUMPANG SARI BAWANG MERAH DAN CABAI MERAH SEBAGAI ALTERNATIF PENANGGULANGAN HAMA TIKUS Budiono 1 Bawang merah (Allium ascalonicum) mempunyai prospek yang cukup baik untuk meningkatkan

Lebih terperinci

I. TATA CARA PENELITIAN. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten

I. TATA CARA PENELITIAN. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten I. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Green House Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul,

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas 17 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Lampung, Gedung Meneng, Kecamatan Rajabasa, Kota Bandar Lampung mulai

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian 14 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung Gedung Meneng, Kecamatan raja basa, Bandar Lampung

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Bawang Merah. rumpun, tingginya dapat mencapai cm, Bawang Merah memiliki jenis akar

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Bawang Merah. rumpun, tingginya dapat mencapai cm, Bawang Merah memiliki jenis akar II. TINJAUAN PUSTAKA A. Bawang Merah Bawang Merah merupakan tanaman yang berumur pendek, berbentuk rumpun, tingginya dapat mencapai 15-40 cm, Bawang Merah memiliki jenis akar serabut, batang Bawang Merah

Lebih terperinci

SISTEM BUDIDAYA PADI GOGO RANCAH

SISTEM BUDIDAYA PADI GOGO RANCAH SISTEM BUDIDAYA PADI GOGO RANCAH 11:33 PM MASPARY Selain ditanam pada lahan sawah tanaman padi juga bisa dibudidayakan pada lahan kering atau sering kita sebut dengan budidaya padi gogo rancah. Pada sistem

Lebih terperinci

Created By Pesan bibit cabe kopay. Hub SEKILAS TENTANG CARA BERTANAM CABE KOPAY

Created By  Pesan bibit cabe kopay. Hub SEKILAS TENTANG CARA BERTANAM CABE KOPAY Created By www.penyuluhthl.wordpress.com Pesan bibit cabe kopay. Hub. 081274664892 SEKILAS TENTANG CARA BERTANAM CABE KOPAY I. PENGOLAHAN LAHAN Pengolahan lahan Pengolahan lahan yang sempurna merupakan

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu penelitian. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2015 sampai Mei 2016

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu penelitian. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2015 sampai Mei 2016 III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2015 sampai Mei 2016 di Lahan Percobaan, Laboratorium Penelitian dan Laboratorium Tanah Fakultas

Lebih terperinci

PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT SEMANGKA. Dr. M. SYUKUR, SP, MSi INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT SEMANGKA. Dr. M. SYUKUR, SP, MSi INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT SEMANGKA Dr. M. SYUKUR, SP, MSi INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 Hama Penting Semangka Hama penting pada semangka: 1. Thrips (Thrips parvispinus Karny) 2. Ulat perusak daun

Lebih terperinci

TEKNIK BUDIDAYA TOMAT

TEKNIK BUDIDAYA TOMAT TEKNIK BUDIDAYA TOMAT 1. Syarat Tumbuh Budidaya tomat dapat dilakukan dari ketinggian 0 1.250 mdpl, dan tumbuh optimal di dataran tinggi >750 mdpl, sesuai dengan jenis/varietas yang diusahakan dg suhu

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Universitas Lampung pada titik koordinat LS dan BT

III. BAHAN DAN METODE. Universitas Lampung pada titik koordinat LS dan BT III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung pada titik koordinat 5 22 10 LS dan 105 14 38 BT

Lebih terperinci

Pendahuluan menyediakan dan mendiseminasikan rekomendasi teknologi spesifik lokasi

Pendahuluan menyediakan dan mendiseminasikan rekomendasi teknologi spesifik lokasi Tim Pengkaji Pendahuluan Rata-rata produktivitas kedelai di NTB pada Tahun 2014 yaitu 1,29 ton/ha. (BPS. 2015) Dalam rangka meningkatkan produktivitas dan perluasan areal Pajale, BPTP bertugas menyediakan

Lebih terperinci

Teknologi Budidaya Tumpangsari Ubi Kayu - Kacang Tanah dengan Sistem Double Row

Teknologi Budidaya Tumpangsari Ubi Kayu - Kacang Tanah dengan Sistem Double Row Teknologi Budidaya Tumpangsari Ubi Kayu - Kacang Tanah dengan Sistem Double Row PENDAHULUAN Ubi kayu dapat ditanam sebagai tanaman tunggal (monokultur), sebagai tanaman pagar, maupun bersama tanaman lain

Lebih terperinci

TEKNIK PENYEMAIAN CABAI DALAM KOKER DAUN PISANG Oleh : Elly Sarnis Pukesmawati, SP., MP Widyaiswara Muda Balai Pelatihan Pertanian (BPP) Jambi

TEKNIK PENYEMAIAN CABAI DALAM KOKER DAUN PISANG Oleh : Elly Sarnis Pukesmawati, SP., MP Widyaiswara Muda Balai Pelatihan Pertanian (BPP) Jambi TEKNIK PENYEMAIAN CABAI DALAM KOKER DAUN PISANG Oleh : Elly Sarnis Pukesmawati, SP., MP Widyaiswara Muda Balai Pelatihan Pertanian (BPP) Jambi Benih cabai hibrida sebenarnya dapat saja disemaikan dengan

Lebih terperinci

PENGENDALIAN TANAMAN TERPADU KEDELAI

PENGENDALIAN TANAMAN TERPADU KEDELAI PENGENDALIAN TANAMAN TERPADU KEDELAI PTT menerapkan komponen teknologi dasar dan pilihan. Bergantung kondisi daerah setempat, komponen teknologi pilihan dapat digunakan sebagai komponen teknologi : Varietas

Lebih terperinci

AGROEKOSISTEM PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

AGROEKOSISTEM PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA AGROEKOSISTEM PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA EKOSISTEM Ekosistem adalah suatu sistem yang terbentuk oleh interaksi dinamik antara komponen-komponen abiotik dan biotik Abiotik Biotik Ekosistem

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah tanaman semusim yang tumbuh

I. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah tanaman semusim yang tumbuh 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah tanaman semusim yang tumbuh membentuk rumpun dengan tinggi tanaman mencapai 15 40 cm. Perakarannya berupa akar

Lebih terperinci

III. METODE KEGIATAN TUGAS AKHIR (TA) A. Tempat Pelaksanaan Pelaksanaan Tugas Akhir (TA) dilaksanakan di Dusun Selongisor RT 03 RW 15, Desa Batur,

III. METODE KEGIATAN TUGAS AKHIR (TA) A. Tempat Pelaksanaan Pelaksanaan Tugas Akhir (TA) dilaksanakan di Dusun Selongisor RT 03 RW 15, Desa Batur, 23 III. METODE KEGIATAN TUGAS AKHIR (TA) A. Tempat Pelaksanaan Pelaksanaan Tugas Akhir (TA) dilaksanakan di Dusun Selongisor RT 03 RW 15, Desa Batur, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah.

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. pertumbuhan tanaman cabai merah telah dilakukan di kebun percobaan Fakultas. B.

TATA CARA PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. pertumbuhan tanaman cabai merah telah dilakukan di kebun percobaan Fakultas. B. III. TATA CARA PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Lahan Percobaan milik Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dan di laboratorium. Pengamatan pertumbuhan

Lebih terperinci

Budidaya Bawang Putih di Dataran Rendah

Budidaya Bawang Putih di Dataran Rendah Budidaya Bawang Putih di Dataran Rendah Bawang putih (allium sativum) termasuk genus afflum dan termasuk klasifikasi tumbuhan terna berumbi lapis atau siung yang bersusun. Bawang putih tumbuh secara berumpun

Lebih terperinci

Pengembangan Pertanian Dengan Berbisnis. Tanaman Cabe untuk di Pasarkan dan meningkatkan Kualitas

Pengembangan Pertanian Dengan Berbisnis. Tanaman Cabe untuk di Pasarkan dan meningkatkan Kualitas Lingkungan Bisnis Peluang Usaha Pengembangan Pertanian Dengan Berbisnis Tanaman Cabe untuk di Pasarkan dan meningkatkan Kualitas Nama : Januareza Satria Nim : 10.11.3800 Kelas Study : S1 - TI 2 D : Lingkungan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka Tinjauan Agronomis Bawang prei termasuk tanaman setahun atau semusim yang berbentuk rumput. Sistem perakarannya

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Lahan pertanian milik masyarakat Jl. Swadaya. Desa Sidodadi, Kecamatan Batang Kuis, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatra

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Medan Area yang berlokasi di jalan kolam No.1 Medan Estate, Kecamatan Percut

III. METODE PENELITIAN. Medan Area yang berlokasi di jalan kolam No.1 Medan Estate, Kecamatan Percut III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di kebun percobaan Fakultas Pertanian Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan kolam No.1 Medan Estate, Kecamatan Percut

Lebih terperinci

PERSEMAIAN CABAI. Disampaikan Pada Diklat Teknis Budidaya Tanaman Cabai. Djoko Sumianto, SP, M.Agr

PERSEMAIAN CABAI. Disampaikan Pada Diklat Teknis Budidaya Tanaman Cabai. Djoko Sumianto, SP, M.Agr PERSEMAIAN CABAI Disampaikan Pada Diklat Teknis Budidaya Tanaman Cabai Djoko Sumianto, SP, M.Agr BALAI BESAR PELATIHAN PERTANIAN (BBPP) KETINDAN 2017 Tujuan Pembelajaran Umum (TPU)/ Kompetensi Dasar :

Lebih terperinci

BUDIDAYA CENGKEH SECARA MUDAH OLEH HARI SUBAGYO BP3K DOKO

BUDIDAYA CENGKEH SECARA MUDAH OLEH HARI SUBAGYO BP3K DOKO BUDIDAYA CENGKEH SECARA MUDAH OLEH HARI SUBAGYO BP3K DOKO RuangTani.Com Cengkeh adalah tangkai bunga kering beraroma dari keluarga pohon Myrtaceae. Pohon cengkeh merupakan tanaman tahunan yang dapat tumbuh

Lebih terperinci

BAB III TATA PELAKSANAAN TUGAS AKHIR A. Tempat Pelaksanaan Tugas akhir Pelaksanaan Tugas Akhir dilaksanakan pada lahan yang bertempat pada Di Dusun

BAB III TATA PELAKSANAAN TUGAS AKHIR A. Tempat Pelaksanaan Tugas akhir Pelaksanaan Tugas Akhir dilaksanakan pada lahan yang bertempat pada Di Dusun 16 BAB III TATA PELAKSANAAN TUGAS AKHIR A. Tempat Pelaksanaan Tugas akhir Pelaksanaan Tugas Akhir dilaksanakan pada lahan yang bertempat pada Di Dusun Kwojo Wetan Rt 15 Rw 3 Desa Jembungan Kecamatan Banyudono

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di lahan milik petani di Desa Dolat Rakyat-

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di lahan milik petani di Desa Dolat Rakyat- 22 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Percobaan Penelitian ini dilaksanakan di lahan milik petani di Desa Dolat Rakyat- Tongkoh, Kabupaten Karo, Sumatera Utara dengan jenis tanah Andosol, ketinggian tempat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN II. KULTUR TEKNIS PERSIAPAN TANAM

I. PENDAHULUAN II. KULTUR TEKNIS PERSIAPAN TANAM I. PENDAHULUAN Tomat merupakan satu dari sayuran yang paling banyak dibudidayakan di dunia. Sebagai sayuran buah, tomat merupakan sumber vitamin A dan C. Tomat tumbuh baik pada temperatur 20-27 C, pembentukan

Lebih terperinci

III. TATA LAKSANA KEGIATAN TUGAS AKHIR

III. TATA LAKSANA KEGIATAN TUGAS AKHIR 20 III. TATA LAKSANA KEGIATAN TUGAS AKHIR A. Tempat Pelaksanaan Pelaksanaan Tugas Akhir (TA) dilaksanakan di Dusun Kenteng Rt 08 Rw 02, Desa Sumberejo, Kecamatan Ngablak, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. Budidaya Bayam Secara Hidroponik

PEMBAHASAN. Budidaya Bayam Secara Hidroponik 38 PEMBAHASAN Budidaya Bayam Secara Hidroponik Budidaya bayam secara hidroponik yang dilakukan Kebun Parung dibedakan menjadi dua tahap, yaitu penyemaian dan pembesaran bayam. Sistem hidroponik yang digunakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor dalam perekonomian nasional dinilai strategis dan mampu menjadi mesin penggerak pembangunan suatu negara. Pada tahun 2009 sektor

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan April sampai Agustus 2010. Penelitian dilakukan di lahan percobaan NOSC (Nagrak Organic S.R.I. Center) Desa Cijujung,

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Bumi Agung, September 2015 Penulis

KATA PENGANTAR. Bumi Agung, September 2015 Penulis KATA PENGANTAR Buah terung ini cukup populer di masyarakat, bisa di dapatkan di warung, pasar tradisional, penjual pinggir jalan hingga swalayan. Cara pembudidayaan buah terung dari menanam bibit terung

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA. Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit TINJAUAN PUSTAKA Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit semula merupakan tanaman yang tumbuh liar di hutan-hutan maupun daerah semak belukar tetapi kemudian dibudidayakan. Sebagai tanaman

Lebih terperinci

AGRIBISNIS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

AGRIBISNIS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA BAB VI. PERSIAPAN LAHAN Rizka Novi Sesanti KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL

Lebih terperinci

TUGAS LINGKUNGAN BISNIS

TUGAS LINGKUNGAN BISNIS TUGAS LINGKUNGAN BISNIS Budiaya Cabai Rawit Disususn Oleh: Nama : Fitri Umayasari NIM : 11.12.6231 Prodi dan Jurusan : S1 SISTEM INFORMASI 11-S1SI-12 SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER STMIK

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PEPAYA SEBAGAI KOMODITAS UNGGULAN DAERAH INSTITUT PERTANIAN BOGOR

PENGEMBANGAN PEPAYA SEBAGAI KOMODITAS UNGGULAN DAERAH INSTITUT PERTANIAN BOGOR PENGEMBANGAN PEPAYA SEBAGAI KOMODITAS UNGGULAN DAERAH Pusat Kajian Hortikultura Tropika INSTITUT PERTANIAN BOGOR PROLOG SOP PEPAYA PEMBIBITAN TIPE BUAH PENYIAPAN LAHAN PENANAMAN PEMELIHARAAN PENGENDALIAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Ciparay, pada ketinggian sekitar 625 m, di atas permukaan laut dengan jenis tanah

BAB III METODE PENELITIAN. Ciparay, pada ketinggian sekitar 625 m, di atas permukaan laut dengan jenis tanah BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Percobaan Penelitian dilaksanakan di lahan sawah Sanggar Penelitian, Latihan dan Pengembangan Pertanian (SPLPP) Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran

Lebih terperinci

UPAYA PEMULIHAN TANAH UNTUK MENINGKATKAN KETERSEDIAAN BAHAN TANAM NILAM DI KABUPATEN MALANG. Eko Purdyaningsih, SP PBT Ahli Muda

UPAYA PEMULIHAN TANAH UNTUK MENINGKATKAN KETERSEDIAAN BAHAN TANAM NILAM DI KABUPATEN MALANG. Eko Purdyaningsih, SP PBT Ahli Muda UPAYA PEMULIHAN TANAH UNTUK MENINGKATKAN KETERSEDIAAN BAHAN TANAM NILAM DI KABUPATEN MALANG Oleh : Eko Purdyaningsih, SP PBT Ahli Muda A. PENDAHULUAN Tanaman nilam merupakan kelompok tanaman penghasil

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum Lokasi Kegiatan Tugas Akhir (TA) dilaksanakan di Dusun Pilangrejo, Rt 02 / Rw 08, Desa Kemasan, Kecamatan Polokarto, Kabupaten Sukoharjo Propinsi Jawa Tengah.

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL Bab ini berisi tentang analisis dan interpretasi hasil penelitian. Pada tahap ini akan dilakukan analisis permasalahan prosedur budidaya kumis kucing di Klaster Biofarmaka

Lebih terperinci