PENDAHULUAN Kreativitas dinilai sebagai salah satu faktor penting yang dapat menunjang bagi masa depan siswa. Siswa yang kreatif diharapkan mampu

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENDAHULUAN Kreativitas dinilai sebagai salah satu faktor penting yang dapat menunjang bagi masa depan siswa. Siswa yang kreatif diharapkan mampu"

Transkripsi

1 8 PENDAHULUAN Kreativitas dinilai sebagai salah satu faktor penting yang dapat menunjang bagi masa depan siswa. Siswa yang kreatif diharapkan mampu menciptakan ideide baru, memiliki daya imajinasi yang baik serta memiliki rasa ingin tahu yang tinggi. Kreativitas merupakan salah satu ciri dari perilaku yang inteligen karena kreativitas juga merupakan manifestasi dari suatu proses kognitif (Munandar, 1992). Berbagai pendapat tentang kreativitas manusia dari para ahli, masingmasing ahli memberikan pengertian tentang kreativitas dengan titik berat yang berbeda-beda. Hurlock (1993), mengemukakan bahwa kreativitas adalah suatu proses yang menghasilkan sesuatu yang baru, baik berupa gagasan maupun objek dalam suatu bentuk atau susunan yang baru. Anak yang kreatif menghasilkan sebagian besar waktunya untuk menciptakan yang orisinil dari mainan-mainan dan alat-alat bermain, sedangkan anak yang tidak kreatif mengikuti pola yang sudah ada dibuat oleh orang lain. Banyak siswa cenderung kurang bisa mengembangkan kreativitasnya dalam kelas atau dalam mengikuti pelajaran. Siswa kurang mampu untuk menciptakan ide-ide baru dan mereka cenderung suka meniru hasil karya dari temannya. Hasil penelitian yang dilakukan Hans Jellen dari Universitas Utah, AS dan Klaus Urban dari Universitas Hannover, Jerman bulan Agustus 1987 terhadap anak-anak berusia 10 tahun (dengan sampel 50 anak-anak di Jakarta) menunjukkan, tingkat kreativitas anak-anak Indonesia adalah terendah di antara anak-anak seusianya dari 8 negara lainnya. Berturut-turut dari skor tertinggi sampai terendah adalah Filipina, AS, Inggris, Jerman, India, RRC, Kamerun, Zulu, dan Indonesia ( Pentingnya kreativitas akhir-akhir ini makin terasa sebagaimana nyata dalam banyaknya tulisan dan ungkapan di media masa mengenai masalah kreativitas. Kebutuhan peningkatan kreativitas dirasakan dalam semua bidang kegiatan manusia baik di sekolah, pekerjaan, keluarga, bahkan penggunaan di waktu luang. Sebabnya ialah karena manfaat dari perkembangan bakat kreatif

2 9 tidak hanya dirasakan oleh individu itu sendiri, tetapi dirasakan juga oleh lingkungan (Munandar,1990). Guilford menekankan betapa penelitian dalam bidang kreativitas sangat kurang. Perhatian utama terhadap kreativitas dan kesadaran akan pentingnya bagi dunia ilmu pengetahuan dating dari luar psikologi. Salah satu kendala konseptual utama terhadap studi kreativitas adalah pengertian tentang kreativitas sebagai sifat yang diwarisi oleh orang yang berbakat luar biasa atau genius. Kreativitas diasumsikan sebagai sesuatau yang dimiliki atau tidak dimiliki, dan tidak banyak yang dilakukan melalui pendidikan untuk mempengaruhinya. Saat ini model pendidikan paling umum dan dikenal di masyarakat adalah sistem sekolah. Bahkan, sekolah hampir dipandang sebagai satu-satunya model pendidikan yang ada dan valid di masyarakat. Sekolah adalah sistem yang digunakan untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikan, tetapi sesungguhnya ruang lingkup pendidikan jauh lebih luas daripada sistem sekolah. Proses pendidikan anak terjadi tidak hanya di ruang sekolah, tetapi juga keluarga, pergaulan, lingkungan dan sebagainya (Sumardiono, 2007). Tak seorang pun akan mengingkari bahwa kemampuan-kemampuan dan ciri-ciri kepribadian sampai tingkat tertentu dipengaruhi oleh faktor lingkungan seperti keluarga dan sekolah. Kedua lingkungan pendidikan ini dapat berfungsi sebagai pendorong (press) dalam pengembangan kreativitas anak (Munandar 1995). Pada penelitian sebelumnya berpendapat bahwa siswa SD ternyata lebih kreatif dibandingkan dengan siswa SDIT, hal ini mungkin bisa dipengaruhi oleh lamanya waktu belajar dalam sekolah tersebut. Pada SD siswa lebih memiliki waktu belajar dalam sekolah tersebut. Pada SD siswa lebih memiliki waktu lebih banyak daripada siswa SDIT yang waktu belajarnya sampai sore (full day) (Jauhariatun Marfu ah, Suparno, dan Rosana Dewi, 2007). Tujuan pendidikan pada umumnya ialah menyediakan lingkungan yang memungkinkan anak didik untuk mengembangkan bakat dan kemampuannya secara optimal, sehingga ia dapat mewujudkan dirinya dan fungsi sepenuhnya, sesuai dengan kebutuhan pribadinya dan kebutuhan masyarakat (Munandar 1995).

3 10 Menurut Djuwita (2009) seorang psikolog Perkembangan Anak dan staf pengajar Fakultas Psikologi UI, sekolah alam adalah salah satu bentuk pendidikan alternatif yang menggunakan alam sebagai media utama sebagai pembelajaran siswa didiknya. Tidak seperti sekolah biasa yang lebih banyak menggunakan metode belajar mengajar di dalam kelas, para siswa belajar lebih banyak di alam terbuka. Di sekolah alam metode belajar mengajar menggunakan action learning dimana anak belajar melalui pengalaman (dimana anak mengalami dan melakukan langsung). Dengan mengalami langsung anak atau siswa diharapkan belajar dengan lebih bersemangat, tidak bosan, dan lebih aktif. Penggunaan alam sebagai media belajar diharapkan agar kelak anak atau siswa jadi lebih aware dengan lingkungannya dan tahu aplikasi dari pengetahuan yang dipelajari. Tidak hanya sebatas teori saja. Djuwita (2009) menjelaskan lebih lanjut bahwa pada pendidikan konvensional (sekolah biasa) pemberian PR asal proporsi dan tujuannya tepat dapat melatih anak juga untuk bertanggung jawab dengan tugas yang mereka miliki. Di sekolah alampun pengajaran tentang tanggung jawab dan disiplin diri diajarkan dengan cara dan kegiatannya yang berbeda. Mengenai sistem pendidikan sekolah alam yang banyak manfaatnya, sekolah alam mengajarkan siswa belajar tidak hanya berdasarkan atau mengandalkan text book, tapi juga belajar aktif. Belajar dengan aktif dengan situasi, kondisi, komunikasi antara siswa dan guru yang menyenangkan tentunya diharapkan akan memberikan motivasi belajar yang besar untuk siswa dan menumbuhkan minat akan apa yang dipelajari. Situasi belajar yang menyenangkan, dukungan komunikasi yang hangat antara guru dan siswa memudahkan anak dalam beradaptasi dan memahami dirinya sendiri. Djuwita (2009 ) menerangkan kelebihan sekolah alam dibandingkan sekolah biasa, sekolah alam membuat anak tidak terpaku hanya pada teori saja, namun mereka dapat mengalami langsung pengetahuan yang mereka pelajari di alam. Saat ini sekolah-sekolah biasa lebih banyak menggunakan sistem belajar mengajar konvensional di mana guru menerangkan, siswa hanya mendapat pengetahuan dengan mengandalkan buku panduan saja, dan siswa jarang diberikan kesempatan

4 11 untuk mengalami langsung atau melihat langsung bentuk pengetahuan yang mereka pelajari. Di sekolah alam, biasanya aturan yang diberlakukan tidak seketat sekolah biasa di mana siswa harus duduk mendengarkan gurunya atau mendapatkan hukuman jika tidak mengerjakan tugas. Jika berbicara tentang sekolah tak terlepas dari kurikulum yang ada dan ditetapkan pemerintah, berbeda dengan sekolah konvensional. Sekolah alam memiliki kurikulum yang berbeda, jikapun menggunakan kurikulum pendidikan biasanya dilakukan penyesuaian saja. Sekolah alam yang dirintis oleh Dik Doank bahkan tidak menggunakan kurikulum, sebab sekolah alamnya mengajarkan anak untuk menggali potensi dirinya tanpa harus menjadi beban sang anak dengan sekolahnya (Yoga, 2009). Jadi, sekolah adalah model pendidikan mainstream (mayoritas). Tetapi sekolah bukanlah satu-satunya cara bagi seorang anak untuk memperoleh pendidikannya. Sekolah hanyalah salah satu cara yang dapat digunakan seorang anak untuk belajar dan memperoleh pendidikannya. TINJAUAN PUSTAKA Kreativitas Kreativitas (creativity) ialah kemampuan untuk memikirkan sesuatu dengan cara-cara yang baru dan tidak biasa melahirkan suatu solusi yang unik terhadap masalah-masalah, Santrock (2002). Menurut Semiawan (1984) kreativitas adalah kemampuan untuk memberikan gagasan-gagasan baru dan menerapkan dalam pemecahan masalah. Kreativitas meliputi baik ciri-ciri aptitude seperti kelancaran, keluwesan (fleksibilitas), dan keaslian (orisinalitas) dalam pemikiran maupun ciriciri (non-aptitude), seperti rasa ingin tahu, senang mengajukan pertanyaan, dan selalu ingin mencari pengalaman baru. Ayan (2002) menyatakan bahwa hahikat kreativitas adalah kemauan, keinginan atau semangat untuk melakukan eksplorasi, mempertanyakan dan melakukan eksperimen terhadap berbagai objek, peristiwa dan situasi yang ada lingkungan. Berbagai pendapat tentang kreativitas manusia dari para ahli, masingmasing ahli memberikan pengertian tentang kreativitas dengan titik berat yang

5 12 berbeda-beda. Hurlock (1993), mengemukakan bahwa kreativitas adalah suatu proses yang menghasilkan sesuatu yang baru, baik berupa gagasan maupun objek dalam suatu bentuk atau susunan yang baru. Anak yang kreatif menghasilkan sebagian besar waktunya untuk menciptakan yang orisinil dari mainan-mainan dan alat-alat bermain, sedangkan anak yang tidak kreatif mengikuti pola yang sudah ada dibuat oleh orang lain. Kreativitas yang berkaitan dengan 5 pribadi yang kreatif didasarkan pada teori Guilford (1978) yaitu: a. Ketrampilan berpikir lancar (fluency), yaitu mencetuskan banyak gagasan, jawaban, penyelesaian masalah dan pertanyaan, memberikan banyak cara atau saran untuk melakukan berbagai hal serta selalu memikirkan lebih dari satu jawaban. b. Ketrampilan berpikir luwes (Flexibility), yaitu menghasilkan gagasan, jawaban atau pertanyaan yang bervariasi, dapat melihat suatu masalah dari sudut pandang yang berbeda-beda, mencari banyak alternatif atau arah yang berbedabeda, serta mampu mengubah cara pendekatan atau cara pemikiran. c. Ketrampilan berpikir orisinal (originality), yaitu mampu melahirkan ungkapan yang baru dan unik, memikirkan cara yang tidak lazim untuk mengungkapkan diri serta mampu membuat kombinasi-kombinasi yang tidak lazim dari bagianbagian atau unsur-unsur. d. Ketrampilan merinci atau penguraian (elaboration), yaitu mampu memperkaya dan mengembangkan suatu gagasan atau produk, dan menambahkan atau merinci secara detail dari suatu obyek, gagasan atau situasi sehingga lebih menarik. e. Ketrampilan perumusan kembali (redefinition), yaitu menentukan apakah suatu pertanyaan benar, suatu rencana sehat, atau suatu tindakan bijaksana, mampu mengambil keputusan terhadap situasi yang terbuka, serta tidak hanya mencetuskan gagasan tetapi juga melakukan. Sedangkan Munandar (1982) melalui penelitiannya, menyebutkan ciri-ciri kepribadian kreatif yaitu mempunyai daya imajinasi yang kuat, memiliki inisiatif dan minat yang luas, memiliki kebebasan dalam berpikir, bersifat ingin tahu,

6 13 penuh semangat, berani mengambil resiko, memiliki keyakinan dan berani berpendapat Munandar (1990) menambahkan beberapa penemuan mengenai pengertian kreativitas, antara lain : a. Kreativitas adalah kemampuan untuk melihat kombinasi baru berdasarkan data, informasi atau unsur-unsur yang ada. Pada umumnya orang mengartikan kreativitas sebagai kemampuan untuk menciptakan hal baru, tetapi merupakan gabungan dari hal-hal yang ada sebelumnya. b. Kreativitas adalah kemampuan berdasarkan data informasi yang tersedia, menemukan banyak kemungkinan jawaban pada suatu masalah dimana penekanannya pada kuantitas, kelipatgunaan, dan kegunaan. Makin banyak kemungkinan jawaban yang dapat diberikan terhadap suatu masalah makin kreatiflah seseorang, tetapi jawaban yang diberikan harus sesuai dengan permasalahan dan dilihat dari kualitas jawaban. c. Kreativitas dapat dirumuskan dengan kemampuan yang mencerminkan kelancaran, keluwesan (fleksibelitas), dan orisinalitas dalam berpikir, serta kemampuan untuk mengolaborasi (mengembangkan, memperkaya, memperinci) suatu gagasan. d. Kreativitas (berpikir kreatif dan berikir divergen) adalah kemampuan berdasarkan atau informasi yang tersedia, menemukan kemungkinan banyak jawaban suatu masalah dimana penekanannya pada kuantitas, kelipatgunaan, dan kegunaan. Dari pendapat tentang pengertian kreativitas di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa kreativitas adalah kemampuan untuk membentuk kombinasi-kombinasi baru berdasarkan informasi atau data yang ada di sekitarnya atau di lingkungannya dari unsur-unsur yang diberikan yang tercermin dari kelancaran, kelenturan dan originalitas dalam memberikan gagasan serta kemempuan untuk mengembangkan, merinci dan memperkaya suatu gagasan (elaborasi).

7 14 Faktor-faktor Yang Memengaruhi Kreativitas di Sekolah a. Sikap Guru Dalam suatu studi, tingkat motivasi intinsik rendah, jika guru terlalu banyak mengontrol, dan lebih tinggi jika guru memberikan lebih banyak otonomi. b. Belajar dan Hapalan Mekanis Salah satu cara yang salah untuk menghimpun pengetahuan adalah dengan belajar secara mekanis, menghafal fakta tanpa pemahaman bagaimana hubungan antara fakta tersebut. Pengetahuan seperti itu dapat berguna untuk memperoleh nilai tinggi pada tes pilihan berganda, tetapi akan kurang berguna untuk menghasilkan karya kreatif. c. Kegagalan Semua siswa pasti pernah mengalami kegagalan dalam pendidikan mereka, tetapi frekuensi kegagalan dan cara bagaimana hal itu ditafsirkan mempunyai dampak nyata terhadap motivasi intrinsik dan kreativitas. d. Tekanan dan Konformitas Bukan guru saja yang mematikan kreativitas disekolah. Anak-anak dapat saling menghambat kreativitas mereka dengan menekankan konformitas. Dampak dari tekanan teman sebaya nyata jika kita melihat gaya berpakaian anak, dan hiburan atau kegiatan waktu luang yang disukai. Pada sekitar umur Sembilan tahun tekanan akan konformitas oleh teman sebaya dapat menghambat kreativitas anak. Penemuan bahwa kreativitas cenderung menurun pada tingkat kelas 4 agaknya berkaitan langsung dengan tekanan teman sebaya (Torrance, dikutip Amabile, 1989). e. Sistem Sekolah Joan Freeman (1993) memberikan saran-saran bagaimana mengatasi rasa bosan anak di sekolah. Faktor yang dinilai dapat mempengaruhi kreativitas siswa adalah sistem pendidikan yang diterapkan. Sistem pendidikan yang diterapkan di sekolah-sekolah dasar biasanya masih tergantung pada pendidik, akibatnya siswa kurang bersemangat dalam mencapai prestasi belajar dan siswa kurang memiliki tingkah laku yang

8 15 kritis, bahkan cara berpikir untuk mengeluarkan ide-ide baru terkesan lambat. Sistem pendidikan hendaknya dapat merangsang pemikiran, sikap dan perilaku kreatif siswa disamping pemikiran logis dan penalaran. SEKOLAH Pengertian sekolah Sekolah merupakan sarana yang sengaja dirancang untuk melaksanakan pendidikan, seperti yang sudah dikemukakan bahwa karena kemajuan zaman keluarga tidak mungkin lagi memenuhi seluruh kebutuhan dan aspirasi generasi muda terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi. Semakin maju masyarakat, semakin penting peranan sekolah dalam mempersiapkan generasi muda sebelum masuk kedalam proses pembangunan masyarakat itu. Oleh karena itu sekolah sebagai pusat pendidikan mampu melaksanakan fungsi pendidikan secara optimal. Sistem Pendidikan 1. Pendidikan Reguler Fuad (1997) mengartikan institusi pendidikan adalah sebuah institusi resmi yang dikelola oleh pemerintah dengan menyelenggarakan pendidikan secara terencana, sengaja, terarah, sistematis yang diajarkan oleh pendidik profesional yang programnya dituangkan di dalam kurikulum untuk jangka waktu tertentu. Pendidikan reguler adalah bagian dari sebuah sistem pendidikan yang berlaku dan sudah menjadi kebiasaan di dalam pendidikan di kalangan masyarakat dan mempunyai aturan yang baku dari institusi yang membawahinya. Di lingkungan masyarakat, pendidikan reguler dimulai dari pendidikan tingkat Taman Kanak-kanak (TK) sampai pendidikan Menengah Tingkat Atas (SMTA/SMA). Waktu belajar berdasarkan kurikulum yang wajib diberikan yaitu pada hari Senin sampai Kamis mulai jam WIB, sedangkan hari Jum at dan Sabtu mulai jam WIB.

9 16 2. Sekolah alam Sekolah alam didirikan pertama kali di Indonesia pada tahun 1997 yang merupakan gagasan dari seorang mantan staf ahli Mentri Negara BUMN, yaitu Lendo Novo. Ir. Lendo Novo adalah alumni tekhnik perminyakan Institut Tekhnologi Bandung (ITB). Sejak tahun 1992, Lendo merancang konsep sekolah alam agar murid-murid bisa belajar sambil bermain. Pada tahun 1997, barulah beliau bisa mewujudkan konsepnya tersebut dan mendirikan Sekolah Alam, yaitu di Ciganjur, Jakarta Selatan. Sistem pembelajaran dalam Sekolah Alam tidak hanya bersifat pembelajaran teoritis. Anak-anak dibawa ke alam untuk melihat secara langsung materi pelajaran yang perlu diketahui sehingga ilmu yang diperoleh bisa aplikatif. Karena lewat pembelajaran langsung (experiential learning), anak-anak dilatih untuk berpikir dan menyelesaikan masalah menggunakan ilmu yang mereka peroleh. Mereka menjadi subyek berpikir yang mencari tahu dan menyadari kegunaan materi yang dipelajari. Menurut Djuwita (2009), Sekolah alam adalah salah satu bentuk pendidikan alternatif yang menggunakan alam sebagai media utama sebagai pembelajaran siswa didiknya. Tidak seperti sekolah biasa yang lebih banyak menggunakan metode belajar mengajar di dalam kelas, para siswa belajar lebih banyak di alam terbuka. Di sekolah alam metode belajar mengajar lebih banyak menggunakan action learning dimana anak belajar melalui pengalaman (dimana anak mengalami dan melakukan langsung). Dengan mengalami langsung anak atau siswa diharapkan belajar dengan lebih bersemangat, tidak bosan, dan lebih aktif. Penggunaan alam sebagai media belajar ini diharapkan agar kelak anak atau siswa jadi lebih aware dengan lingkungannya dan tahu aplikasi dari pengetahuan yang dipelajari. Djuwita (2009) juga mengatakan bahwa bisa dibilang konsep sekolah alam adalah konsep belajar aktif, menyenangkan dengan menggunakan alam sebagai media langsung untuk belajar. Jika dibilang sekolah alam mengacu pada pendidikan montesorri mungkin tidak bisa dibilang mengacu seratus persen. Namun ada beberapa dasar-dasar metode pendidikan montesorri yang

10 17 menurutnya, juga diterapkan dalam sekolah alam. Baik montesorri dan sekolah alam berusaha menciptakan suasana belajar mengajar yang menyenangkan, dimana atmosfer belajar tidak menegangkan, komunikasi antara guru dan siswa juga hangat dan juga mementingkan pada active learning dimana siswa tidak berfokus pada buku-buku pelajaran saja tapi mengalami langsung apa yang mereka pelajari, bisa lewat percobaan, observasi dan lain sebagainya. Hanya sekolah alam lebih memanfaatkan alam sebagai media untuk siswa belajar langsung, sementara dalam pendidikan montesorri, material yang digunakan bisa tidak disediakan di alam, namun bisa berupa material yang memang dirancang khusus untuk membantu siswa belajar. METODE PENELITIAN Subjek Penelitian Populasi dari penelitian ini adalah siswa kelas IV, V, VI SDN 10 Salatiga dan siswa kelas IV, V, VI Sekolah Alam Ungaran tahun ajaran 2013/2014. Tehnik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive non random sampling, yaitu penentuan sampel yang didasarkan pada ciri-ciri atau sifat-sifat tertentu yang dipandang mempunyai sangkut paut yang erat dengan ciri-ciri atau sifat yang sudah ditentukan oleh peneliti sebelumnya, tanpa memberikan peluang yang sama pada semua subjek yang menjadi anggota populasi. Berdasarkan tehnik sampling tersebut diperoleh sampel yang berjumlah 35 siswa kelas VI, V, VI SDN 10 dan 31 siswa kelas IV, V, VI Sekolah Alam Ungaran. Dipilih siswa kelas VI, V, VI SDN 10 Salatiga dan siswa kelas IV, V, VI di Sekolah Alam Ungaran dengan alasan rata-rata subjek berumur tahun dan sesuai dengan standarisasi alat tes kreativitas (TKF). Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan dengan alat tes yaitu tes kreativitas figural (TKF). Tes yang digunakan adalah alat ukur kreativitas yang diadaptasi di Indonesia yang disusun oleh Utami Munandar dkk (Utami Munandar dkk, 1988). Dalam penelitian ini penulis mengukur kreativitas dalam TKF yang memiliki pengertian sebagai kemampuan untuk membentuk kombinasi-kombinasi

11 18 baru dari unsur-unsur yang diberikan yang tercermin dari kelancaran, kelenturan, dan orisinalitas dalam memberi gagasan serta kemampuan untuk mengembangkan, merinci, dan memperkaya (elaborasi) suatu gagasan. Istilah figural menyangkut informasi dalam bentuk konkrit, berbeda dengan verbal yang menyangkut informasi dalam bentuk konsepsi atau konstruk mental yang menggunakan kata-kata. Dari penelitian yang telah dilakukan Munandar (1988) maka tes kreativitas figural dari Torrence yang telah dimodifikasi oleh Munandar sudah cukup sahih untuk mengungkap kreativitas di Indonesia. Kisi-Kisi Instrumen Tes Kreativitas Figural diadaptasi dari Torrance Circles Test, dan dibukukan untuk umur tahun oleh Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. Kreativitas yang diukur dalam TKF memiliki pengertian sebagai kemampuan untuk membentuk kombinasi-kombinasi baru dari unsur-unsur yang diberikan yang tercermin dari kelancaran, kelenturan, dan orisinalitas dalam memberi gagasan serta kemampuan untuk mengembangkan, merinci, dan memperkaya (elaborasi) suatu gagasan. Istilah figural menyangkut informasi dalam bentuk konkrit, berbeda dengan verbal yang menyangkut informasi dalam bentuk konsepsi atau konstruk mental yang menggunakan kata-kata. Bentuk figural dari baterai tes Torrance meliputi kegiatan tugas: 1. Membuat suatu gambar dari suatu bentuk yang diberikan; 2. Melengkapi gambar, berdasarkan beberapa rangsang garis; 3. Membuat macam-macam gambar dari sejumlah lingkaran yang diberikan sebagai rangsang (Circles Test) Tes ini dikembangkan oleh Torrance (1974). Disebut juga Tes Kreativitas Lingkaran. Dalam tes ini, subjek diminta menggunakan gambar-gambar lingkaran untuk membuat gambar apa pun yang dikehendaki subjek. Dari tes ini akan dinilai beberapa aspek:

12 19 1. Kelancaran (Fluency) Skor diperoleh dari jumlah jawaban dikurangi jumlah jawaban yang sama. 2. Fleksibilitas (Flexibility) Skor diperoleh dari jumlah kategori yang berbeda yang diperoleh berdasarkan klasifikasi jawaban. 3. Originalitas Skor diperoleh berdasarkan kejarangan jawaban. Jawaban yang diberikan oleh 10% atau lebih responden mendapat skor 0. Jawaban yang diberikan oleh 5% sampai 9% responden mendapat skor 1. Jawaban yang diberikan oleh 2% sampai 4% lebih responden mendapat skor 2. Jawaban yang diberikan oleh kurang dari 2% diberi skor Bonus Originalitas. Termasuk skor kejarangan jawaban, namun diberikan untuk jawaban yang mengkombinasikan 2 atau lebih lingkaran. 5. Elaborasi Skor diperoleh berdasarkan jumlah gagasan yang nampak pada setiap jawaban, disamping gagasan pokok yang minimal. Tes Kreativitas Figural (TKF) relatif mudah pelaksanaan-nya dan hanya memerlukan waktu 10 menit dalam pelaksanaannya. Stimulus TKF mengundang anak mengungkapkan gagasan-gagasannya dalam bentuk gambar, sehingga lebih menarik bagi anak-anak (seperti bermain). Adapun aspek-aspek yang mendasari TKF sama dengan ciri-ciri kreativitas yang dikemukakan oleh Guilford, yaitu kelancaran berpikir, keluwesan berpikir, elaborasi dan originalitas (dalam Munandar dkk., 1988). Validitas dan Reliabilitas Dalam penelitian ini peneliti menggunakan alat tes yang sudah ada yaitu alat tes kreativitas figural (TKF). Tes kreatif figural ini diadaptasi dari Torrance Circles Test, pertama kali digunakan di Indonesia pada tahun 1976, kemudian tahun 1988 dilakukan penelitian standarisasi tes kreativitas figural (untuk umur

13 tahun) oleh Fakulatas Psikologi Universitas Indonesia, bagian Psikologi Pendidikan (Utami Munandar, 2009). Berdasarkan penelitian yang dilakukan Munandar tahun 1988 (dalam Yunita, 2010) kesahihan tes kreativitas figural dapat dilihat dengan mengkolerasikan figural divergen productivity measure (Torrence Circless Test) dengan figural corvergent thinking. Pada waktu itu subjek yang diteliti adalah siswa SD, SMP, SMU di Jakarta. Hasil analisis statistik menggunakan rumus product moment yang menunjukkan koefisien korelasi antara Circless Test dengan figure extclution sebesar 0,23; p < 0,01. Validitas tes kreativitas figural, namun koefisien korelasi antara cricle test dan word relation sebesar 0,45; p < 0,01 dan reliabilitasnya untuk fluency 0,76, untuk flexibility 0,63 sedangkan originality 0,79 dengan taraf signifikansi 1%. Karena alat tes kreativitas figural ini sudah distandarisasi, maka tidak perlu diukur validitas dan reliabilitasnya lagi. Tehnik Analisis Data Untuk membuktikan hipotesis yang diajukan, yaitu ada perbedaan kreativitas pada siswa kelas IV, V, VI SDN 10 Salatiga dan siswa kelas IV, V, VI Sekolah Alam Ungaran (SAUNG), maka tehnik analisa data yang digunakan adalah analisis dwivariant uji-t student antar kelompok. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Dari hasil analisis data diperoleh hasil penelitian yaitu T = , df = 64 dan p = 0,002 (p < 0,05), artinya ada perbedaan yang signifikan antara siswa Sekolah Dasar Negeri 10 Salatiga dan Sekolah Alam Ungaran (SAUNG). Kreativitas adalah kemampuan siswa untuk menghasilkan pemikiran atau gagasan apa saja yang pada dasarnya baru, sebelumnya belum pernah ada, dan kemampuan untuk memecahkan masalah yang memungkinkan orang tersebut untuk menciptakan ide-ide asli atau menghasilkan sesuatu yang adaptif yang secara penuh berkembang, serta dapat bermanfaat bagi penggunanya. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan alat tes kreativitas figural (Utami Munandar dkk, 1988) untuk mengukur dan membandingkan kreativitas

14 21 siswa SDN 10 dan siswa Sekolah Alam Ungaran. Jadi peneliti menggunakan tes figural. Munandar (1990) kreativitas dapat dirumuskan dengan kemampuan yang mencerminkan kelancaran, keluwesan (fleksibelitas), dan orisinalitas dalam berpikir, serta kemampuan untuk mengolaborasi (mengembangkan, memperkaya, memperinci) suatu gagasan. Rogers, 1972 (dalam Munandar,1988) juga mengemukakan bahwa yang mendorong individu untuk bertindak kreatif adalah kecenderungannya untuk mengaktualisasikan diri dan untuk merealisasikan potensi-potensi yang ada. Kecenderungan inilah yang merupakan motivasi untuk membentuk produk kreatif dalam hubungan dengan lingkungannya. Sistem pendidikan memiliki pengaruh terhadap kreativitas siswa. Hal ini sesuai dengan pendapat Soemardjan (1983) yang menyebutkan bahwa kreativitas merupakan sifat pribadi individu dan bukan merupakan sifat sosial yang dihayati oleh masyarakat. Tumbuh dan kembangnya kreativitas diciptakan oleh individu dan dipengaruhi pula oleh banyak faktor, terutama adalah karakter yang kuat, kecerdasan yang cukup dan lingkungan yang mendukung. Lingkungan dalam hal ini adalah lingkungan sekolah, di mana dalam lingkungan sekolah ini terdapat sistem pendidikan yang di terapkan di dalam sekolahan tersebut. Hasil yang diperoleh tidak sesuai dengan penelitian sebelumnya yang di lakukan oleh Marfu ah, Suparno dan Rosana Dewi (2007) yang mengatakan siswa SD lebih kreatif di bandingkan dengan SDIT (sekolah non regular.) Faktor lain yang dapat mempengaruhi kreatifitas yaitu sistem pembelajaran dan metode yang berbeda. Sekolah alam tidak hanya bersifat pembelajaran teoritis. Anak-anak dibawa ke alam untuk melihat secara langsung materi pelajaran yang perlu diketahui sehingga ilmu yang diperoleh bisa aplikatif. Karena lewat pembelajaran langsung (experiential learning), anak-anak dilatih untuk berpikir dan menyelesaikan masalah menggunakan ilmu yang mereka peroleh. Mereka menjadi subyek berpikir yang mencari tahu dan menyadari kegunaan materi yang dipelajari.

15 22 Dalam penelitian ini penulis membedakan kreativitas dengan menyimpulkan bahwa faktor yang dinilai dapat mempengaruhi kreativitas siswa adalah sistem pendidikan yang diterapkan. Sistem pendidikan yang diterapkan di sekolahsekolah dasar biasanya masih tergantung pada pendidik, akibatnya siswa kurang bersemangat dalam mencapai prestasi belajar dan siswa kurang memiliki tingkah laku yang kritis, bahkan cara berpikir untuk mengeluarkan ide-ide baru terkesan lambat. Sistem pendidikan hendaknya dapat merangsang pemikiran, sikap dan perilaku kreatif siswa disamping pemikiran logis dan penalaran. Di dalam penelitian ini berarti ada perbedaan kreativitas antara siswa Sekolah Dasar Negeri 10 Salatiga dan Sekolah Alam Ungaran (SAUNG). PENUTUP Simpulan Berdasarkan hasil analisis data seperti yang telah diuraikan pada bab IV maka dapat diambil kesimpulan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara kreativitas siswa Sekolah Dasar Negeri 10 Salatiga dan siswa Sekolah Alam Ungaran (SAUNG). Yaitu dengan nilai p = 0,002 (p < 0,05) dan nilai mean pada siswa Sekolah Dasar Negeri 10 Salatiga sebesar Siswa Sekolah Alam Ungaran (SAUNG) dengan nilai mean sebesar di mana kreativitas siswa Sekolah Alam Ungaran (SAUNG) lebih tinggi dari pada kreativitas siswa Sekolah Dasar Negeri 10 Salatiga. Saran Berdasarkan hasil penelitian, pembahasan dan kesimpulan di atas, maka penulis mengajukan saran-saran sebagai berikut: 1. Bagi subjek penelitian khususnya siswa SDN 10 Salatiga diharapkan agar selalu menggunakan kemampuan dimiliki untuk berkreasi atau membuat sesuatu/menghasilkan karya tertentu seperti membuat puisi, berani dalam mengungkapkan pendapat, berani bertanya dan mempertahankan pendapatnya walaupun mendapat kritik (secara verbal), membuat benda dari tanah liat, pasir, cat, kertas, dan lem, melukis/menggambar, menciptakan kontruksi

16 23 dengan menggunakan balok-balok agar sesuai dengan keinginannya, serta berimajinasi, misalnya membayangkan hal-hal yang belum pernah terjadi dan membuat/menulis cerita tentang kejadian-kejadian yang belum pernah dialami. 2. Bagi pendidik, diharapkan agar memberikan kebebasan siswa untuk berkreasi misalnya memberikan kebebasan dalam membuat karya seni atau membuat sesuatu yang baru (puisi, cerita pendek), memberikan kebebasan berimajinasi seperti bercerita tentang hal-hal yang pernah dialami ataupun yang belum pernah dialami (mengarang cerita), bertanya tentang sesuatu yang belum dimengerti serta menerapkan sistem pendidikan yang dapat meningkatkan kreativitas siswa dengan menambah jam pelajaran pada pelajaran seni, menyediakan ruang kreativitas untuk siswa dan sering melakukan kegiatan yang dapat membangkitkan kreativitas siswa seperti perlombaan mewarnai, melukis, olah raga atau diskusi. 3. Bagi orang tua, diharapkan agar selalu memberikan dukungan untuk peningkatan kreativitas anaknya, misalnya dengan memberikan atau mengusahakan alat-alat permainan yang dapat merangsang kreativitas, seperti permainan konstruksif (balok-balok, puzzle), menyediakan satu sudut khusus untuk anak dalam melakukan aktivitas seerta mengajak anak untuk menggambar atau melukis dan bermain teka-teki. 4. Bagi peneliti lain yang tertarik untuk mengadakan penelitian dengan tema yang sama penulis menyarankan untuk mengontrol ruang lingkup yang lebih luas misalnya dengan memperluas populasi dan memperbanyak sampel. Peneliti juga menyarankan menggunakan alat tes yang lain seperti Tes Kreativitas Verbal (TKV), Skala Sikap Kreatif, dan tes intelegensi. Dalam melaksanakan penelitian diharapkan tidak hanya mengukur pribadi kreatif saja tetapi juga untuk mengikut sertakan variabel lain seperti intelegensi, usia, lingkungan tempat tinggal (desa-kota) dan variabel-variabel lain yang diduga dapat mempengaruhi kreativitas sehingga hasil penelitian akan lebih akurat.

17 24 DAFTAR PUSTAKA Arikunto Suharsimi Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta. Rineka Cipta. Asmani Ma mur Jamal Tips Aplikasi PAKEM (Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan). Yogyakarta : DIVA Press. Ayan, E Bengkel Kreativitas. Penerjemah : Ibnu Setiawan. Bandung: Kaita. Chandra, J Kreativitas bagaimana Menanam, Membangun, dan Mengembangkannya. Yogyakarta : Sigma Alpha. Gunarsa, S Psikologi Remaja. Jakarta : PT. BPK. Gunung. Kabul K. Apriani Perbedaan Kreativitas Antara Siswa Laki- Laki dan Siswa Perempuan di SMA LAB. Satya Wacana Salatiga. Marfu ah, Suparno, Dewi Rosana Perbedaan Kreativitas Pada Siswa Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Dasar Islam Terpadu. Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta. Prof. DR. Sudjana, M.A., M.SC Metoda Statistika. Bandung: Tarsito Purwanto. Kreativitas Berpikir Menurut Guilford. STAIN Surakarta; 2007 Sugiyono Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung. Alfabeta. http:

18 25 Mengukur Tingkat Kreativitas Si Prasekolah.18 Desember Pengertian Kreativitas

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Rancangan dalam penelitian ini adalah menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif adalah penelitian yang banyak menggunakan angka-angka,

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS PERMAINAN TRADISIONAL UNTUK MENINGKATKAN KREATIVITAS VERBAL PADA MASA ANAK SEKOLAH SKRIPSI

EFEKTIVITAS PERMAINAN TRADISIONAL UNTUK MENINGKATKAN KREATIVITAS VERBAL PADA MASA ANAK SEKOLAH SKRIPSI EFEKTIVITAS PERMAINAN TRADISIONAL UNTUK MENINGKATKAN KREATIVITAS VERBAL PADA MASA ANAK SEKOLAH SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna menempuh derajat Sarjana S-1 Psikologi Disusun oleh: FITRI

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS MENDENGAR CERITA FIKSI TERHADAP PENINGKATAN KREATIVITAS VERBAL ANAK

EFEKTIVITAS MENDENGAR CERITA FIKSI TERHADAP PENINGKATAN KREATIVITAS VERBAL ANAK EFEKTIVITAS MENDENGAR CERITA FIKSI TERHADAP PENINGKATAN KREATIVITAS VERBAL ANAK SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mencapai Derajat Sarjana S-1 Psikologi Disusun Oleh : NUR ATHIATUL MAULA

Lebih terperinci

PERBEDAAN KREATIVITAS PADA SISWA SEKOLAH DASAR (SD) DAN SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU (SDIT)

PERBEDAAN KREATIVITAS PADA SISWA SEKOLAH DASAR (SD) DAN SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU (SDIT) PERBEDAAN KREATIVITAS PADA SISWA SEKOLAH DASAR (SD) DAN SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU (SDIT) Jauhariatun Marfu ah 1 Suparno 2 Rosana Dewi 3 1.2.3 Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Abstract.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. perlu untuk ditingkatkan dan digali sebesar-besarnya karena hal tersebut

BAB 1 PENDAHULUAN. perlu untuk ditingkatkan dan digali sebesar-besarnya karena hal tersebut 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada masa sekarang ini, kita memasuki dunia yang berkembang serba cepat sehingga memaksa setiap individu untuk dapat mengikuti perkembangan tersebut. Indonesia

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Quasy eksperimen merupakan desain perlakuan tunggal (one shot case study)

BAB III METODE PENELITIAN. Quasy eksperimen merupakan desain perlakuan tunggal (one shot case study) BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian Quasy Eksperimen. Quasy eksperimen merupakan desain perlakuan tunggal (one shot case study) merupakan desain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu kebutuhan yang harus dipenuhi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Maju mundurnya suatu bangsa banyak ditentukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Menurut Sugiyono (2009: 8), pendekatan kuantitatif adalah pendekatan yang digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap individu mempunyai bakat kreatif tertentu yang dibawa sejak lahir.

BAB I PENDAHULUAN. Setiap individu mempunyai bakat kreatif tertentu yang dibawa sejak lahir. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap individu mempunyai bakat kreatif tertentu yang dibawa sejak lahir. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Devito (Supriadi, 1994:15) bahwa kreativitas merupakan

Lebih terperinci

JURNAL PUBLIKASI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi

JURNAL PUBLIKASI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi KREATIVITAS BELAJAR SISWA DITINJAU DARI LINGKUNGAN KELUARGA DAN FASILITAS BELAJAR PADA SISWA KELAS VIII SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI 1 KARTASURA TAHUN AJARAN 2013/2014 JURNAL PUBLIKASI Diajukan Untuk

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. eksperimen dalam bentuk Pre-eksperimen dengan jenis one-group pretest-postest

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. eksperimen dalam bentuk Pre-eksperimen dengan jenis one-group pretest-postest BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen dalam bentuk Pre-eksperimen dengan jenis one-group pretest-postest design

Lebih terperinci

Perbedaan Kreativitas Pada Fotografer Ditinjau Dari Jenis Kelamin

Perbedaan Kreativitas Pada Fotografer Ditinjau Dari Jenis Kelamin Perbedaan Kreativitas Pada Fotografer Ditinjau Dari Jenis Kelamin DISUSUN OLEH: AYU RITYA.SIREGAR 12509678 LATAR BELAKANG MASALAH Dunia seni fotografi semakin berkembang, maka semakin banyak orang yang

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S- 1. Pendidikan Guru Sekolah Dasar UMI CHASANAH A 54A100106

NASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S- 1. Pendidikan Guru Sekolah Dasar UMI CHASANAH A 54A100106 PENINGKATAN MINAT BELAJAR PKn MELALUI PEMANFAATAN MEDIA KARTU KUIS WHO AM I BAGI SISWA KELAS IV SD NEGERI 01 BOLONG KARANGANYAR. TAHUN PELAJARAN 2012/2013 NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran adalah proses komunikasi transaksional yang melibatkan guru, siswa, media, bahan ajar dan komponen lainnya sehingga tercipta proses interaksi belajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Usia dini merupakan usia yang sangat baik bagi anak-anak untuk. mengembangkan bakat dan potensi yang dimilikinya. Prof. Dr.

BAB I PENDAHULUAN. Usia dini merupakan usia yang sangat baik bagi anak-anak untuk. mengembangkan bakat dan potensi yang dimilikinya. Prof. Dr. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Usia dini merupakan usia yang sangat baik bagi anak-anak untuk mengembangkan bakat dan potensi yang dimilikinya. Prof. Dr. Mulyono Abdurrahman, ketua pendidikan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian Penelitian dilakukan dengan terjun langsung ke lapangan yaitu di SMA Negeri 1 Mandastana Kabupaten Barito Kuala. Jenis penelitian ini ditinjau

Lebih terperinci

HUBUNGAN SENSE OF HUMOR DENGAN KREATIVITAS PADA SISWA KELAS XI MA NEGERI TLOGO-BLITAR.

HUBUNGAN SENSE OF HUMOR DENGAN KREATIVITAS PADA SISWA KELAS XI MA NEGERI TLOGO-BLITAR. HUBUNGAN SENSE OF HUMOR DENGAN KREATIVITAS PADA SISWA KELAS XI MA NEGERI TLOGO-BLITAR Titis Indah Muharwati 1, Dr. Iin Tri Rahayu, M. Si, Psi 2, 2014 1 Mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Malang, NIM 10410056,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. harus dicapai oleh anak. Menurut Polmalato (Wardhani, 2008), salah satu

BAB I PENDAHULUAN. harus dicapai oleh anak. Menurut Polmalato (Wardhani, 2008), salah satu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan kreativitas adalah salah satu aspek yang penting yang harus dicapai oleh anak. Menurut Polmalato (Wardhani, 2008), salah satu kemampuan yang turut menentukan

Lebih terperinci

interaksi antara guru-siswa dan komunikasi timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan belajar (Rustaman, 2005: 461).

interaksi antara guru-siswa dan komunikasi timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan belajar (Rustaman, 2005: 461). 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses pembelajaran adalah proses yang di dalamnya terdapat kegiatan interaksi antara guru-siswa dan komunikasi timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif

Lebih terperinci

PERAN GURU DALAM MENGEMBANGKAN KREATIVITAS ANAK SEKOLAH DASAR

PERAN GURU DALAM MENGEMBANGKAN KREATIVITAS ANAK SEKOLAH DASAR PERAN GURU DALAM MENGEMBANGKAN KREATIVITAS ANAK SEKOLAH DASAR Murhima A. Kau Universitas Negeri Gorontalo Email : murhimakau@ymail.com ABSTRAK Permasalahan kreativitas menjadi sangat penting untuk dibicarakan

Lebih terperinci

A. LATAR BELAKANG MASALAH

A. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Berpikir merupakan kemampuan alamiah yang dimiliki manusia sebagai pemberian berharga dari Allah SWT. Dengan kemampuan inilah manusia memperoleh kedudukan mulia

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 32 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan, yaitu penelitian yang dilakukan dengan terjun langsung ke lapangan untuk meneliti kemampuan

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha i ABSTRAK Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui perbedaan derajat kreativitas pada siswa TK di TK dengan model mengajat Teacher Centered dan TK dengan model mengajar Student Centered, Bandung. Penelitian

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis 6 BAB II KAJIAN TEORI A. Kajian Teoritik 1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis a. Pengertian Berpikir Kreatif Proses berpikir merupakan urutan kejadian mental yang terjadi secara alamiah atau terencana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas pendidikan. daya manusia dan merupakan tanggung-jawab semua pihak, baik

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas pendidikan. daya manusia dan merupakan tanggung-jawab semua pihak, baik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memiliki peranan penting dalam menciptakan masyarakat yang cerdas, damai, terbuka dan demokratis. Pendidikan dari segi kehidupan dirasakan sangat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN [ BAB III METODE PENELITIAN Suatu penelitian harus menggunakan metode penelitian yang tepat untuk menghasilkan penelitian yang dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Kesalahan dalam pemilihan metode

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif merupakan penelitian yang banyak menggunakan angka, mulai dari pengumpulan

Lebih terperinci

Analisis Psikometri Instrumen Pengukuran Kreativitas Dengan Skala Pengukuran Kreativitas Utami Munandar

Analisis Psikometri Instrumen Pengukuran Kreativitas Dengan Skala Pengukuran Kreativitas Utami Munandar Analisis Psikometri Instrumen Pengukuran Kreativitas Dengan Skala Pengukuran Kreativitas Utami Munandar Pendahuluan Berkenaan dengan sistem pendidikan di Indonesia, Supriadi (1994) berpendapat bahwa salah

Lebih terperinci

Kemampuan Berpikir Kreatif Mahasiswa Semester 1 pada Mata Kuliah Matematika Dasar

Kemampuan Berpikir Kreatif Mahasiswa Semester 1 pada Mata Kuliah Matematika Dasar PRISMA 1 (2018) https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/prisma/ Kemampuan Berpikir Kreatif Mahasiswa Semester 1 pada Mata Kuliah Matematika Dasar Amidi Program Studi Pendidikan Matematika FMIPA UNNES

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan salah satu ilmu yang sangat penting. Karena

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan salah satu ilmu yang sangat penting. Karena BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Matematika merupakan salah satu ilmu yang sangat penting. Karena pentingnya, matematika diajarkan mulai dari jenjang Sekolah Dasar (SD) sampai dengan perguruan tinggi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan aspek penting dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan aspek penting dalam kehidupan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan aspek penting dalam kehidupan manusia modern seperti saat ini, diperlukan sikap dan kemampuan yang adaptif terhadap

Lebih terperinci

Kreativitas Siswa dalam Pembuatan Model Struktur 3D Sel pada Pembelajaran Subkonsep Struktur dan Fungsi Sel

Kreativitas Siswa dalam Pembuatan Model Struktur 3D Sel pada Pembelajaran Subkonsep Struktur dan Fungsi Sel Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013 Kreativitas Siswa dalam Pembuatan Model Struktur 3D Sel pada Pembelajaran Subkonsep Struktur dan Fungsi Sel Siti Gia Syauqiyah Fitri, Vina Septifiana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi serta cepatnya dalam mendapatkan suatu informasi di

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi serta cepatnya dalam mendapatkan suatu informasi di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Zaman yang semakin berkembang ditandai dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta cepatnya dalam mendapatkan suatu informasi di segala bidang,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. selanjutnya diikuti oleh perkembangan anak setelah dilahirkan dan tumbuh

BAB I PENDAHULUAN. selanjutnya diikuti oleh perkembangan anak setelah dilahirkan dan tumbuh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembentukan manusia dimulai dari masa anak dalam kandungan, yang selanjutnya diikuti oleh perkembangan anak setelah dilahirkan dan tumbuh menjadi dewasa (Hurlock,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan kehidupan manusia yang merupakan bagian dari pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan kehidupan manusia yang merupakan bagian dari pembangunan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan sebagai bagian dari usaha untuk meningkatkan taraf kesejahteraan kehidupan manusia yang merupakan bagian dari pembangunan nasional. Menghadapi proses

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. sendiri. Belajar dapat diukur dengan melihat perubahan prilaku atau pola pikir

TINJAUAN PUSTAKA. sendiri. Belajar dapat diukur dengan melihat perubahan prilaku atau pola pikir II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Konstruktivisme Belajar adalah proses perubahan seseorang yang diperoleh dari pengalamannya sendiri. Belajar dapat diukur dengan melihat perubahan prilaku atau pola

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh gambaran tentang kreativitas anak usia 10 11 tahun di SD X yang menggunakan pendekatan Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA). Metode yang digunakan dalam penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semakin berkembang pula. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

BAB I PENDAHULUAN. semakin berkembang pula. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Semakin berkembangnya zaman, ilmu pengetahuan dan teknologi semakin berkembang pula. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memiliki peranan yang penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses yang terus menerus, tidak berhenti. Di dalam proses pendidikan ini, keluhuran martabat manusia dipegang erat karena manusia adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua bidang studi. Pembelajaran

Lebih terperinci

Key Words: creative thinking, open ended problems. Mahasiswa Prodi Pendidikan Matematika FKIP Universitas Jember 41

Key Words: creative thinking, open ended problems. Mahasiswa Prodi Pendidikan Matematika FKIP Universitas Jember 41 TINGKAT KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIKA SISWA SMP KELAS VIII DI SMP NEGERI 6 JEMBER, SMP AL FURQAN 1, SMP NEGERI 1 RAMBIPUJI, DAN SMP PGRI 1 RAMBIPUJI Nurul Hidayati Arifani 40, Sunardi 41, Susi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting dalam mencerdasan kehidupan bangsa,

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting dalam mencerdasan kehidupan bangsa, 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan memegang peranan penting dalam mencerdasan kehidupan bangsa, oleh karena itu setiap individu yang terlibat dalam pendidikan dituntut berperan serta secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat menentukan bagi. dan negara. Kemajuan suatu kebudayaan bergantung kepada cara kebudayaan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat menentukan bagi. dan negara. Kemajuan suatu kebudayaan bergantung kepada cara kebudayaan BAB I PENDAHULUAN I.A. LATAR BELAKANG MASALAH Pendidikan mempunyai peranan yang sangat menentukan bagi perkembangan dan perwujudan diri individu, terutama bagi pembangunan bangsa dan negara. Kemajuan suatu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu. Penelitian eksperimen semu adalah penelitian yang mencari hubungan sebab akibat nyata, dimana pengendalian

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIK. 1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis

BAB II KAJIAN TEORITIK. 1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Berpikir adalah memanipulasi atau mengelola dan mentransformasi informasi dalam memori. Ini sering dilakukan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyelidiki sebuah proyek dari sudut pandang yang tidak biasa.

BAB I PENDAHULUAN. menyelidiki sebuah proyek dari sudut pandang yang tidak biasa. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ditinjau dari seluruh aspek kehidupan, kebutuhan akan kreativitas sangatlah penting. Seperti yang dikatakan oleh Munandar dalam bukunya (1999:6) kreativitas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian Penelitian ini dilakukan di SDN Cijati beralamat di Kecamatan Majalengka Kulon Kabupaten Majalengka. Yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut adanya sumber daya manusia yang berkualitas dan mampu menghadapi berbagai tantangan serta mampu bersaing.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari media internet ketimbang harus membaca.kecenderungan ini ternyata

BAB I PENDAHULUAN. dari media internet ketimbang harus membaca.kecenderungan ini ternyata 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Budaya membaca merupakan budaya yang mulai terkikis seiring dengan perkembangan teknologi yang kian maju. Masyarakat pada umumnya lebih memilih untuk menonton TV,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. teknologi yang terus berkembang pesat, sehingga dibutuhkan individu-individu

BAB I PENDAHULUAN. teknologi yang terus berkembang pesat, sehingga dibutuhkan individu-individu BAB I PENDAHULUAN I.A. Latar Belakang Era globalisasi ditandai dengan adanya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus berkembang pesat, sehingga dibutuhkan individu-individu yang mampu menyesuaikan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. globalisasi ini, karena yang dibutuhkan bukan hanya sumber daya manusia dengan

BAB II LANDASAN TEORI. globalisasi ini, karena yang dibutuhkan bukan hanya sumber daya manusia dengan BAB II LANDASAN TEORI A. Kreativitas Kretaivitas penting bagi individu dan masayarakat terutama dalam era globalisasi ini, karena yang dibutuhkan bukan hanya sumber daya manusia dengan intelegensi tinggi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. mempengaruhi pemahaman konsep matematika siswa. Penelitian ini

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. mempengaruhi pemahaman konsep matematika siswa. Penelitian ini 31 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Bentuk penelitian ini adalah penelitian Quasi Eksperimen karena peneliti tidak mampu mengontrol semua variabel yang mungkin dapat mempengaruhi pemahaman

Lebih terperinci

KETRAMPILAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS DALAM PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PBM) PADA SISWA SMP

KETRAMPILAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS DALAM PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PBM) PADA SISWA SMP KETRAMPILAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS DALAM PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PBM) PADA SISWA SMP Fransiskus Gatot Iman Santoso Universitas Katolik Widya Mandala Madiun ABSTRAK.Tujuan matematika diajarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemampuan berpikir kreatif dan komunikasi serta teknologi yang maju

BAB I PENDAHULUAN. Kemampuan berpikir kreatif dan komunikasi serta teknologi yang maju BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Kemampuan berpikir kreatif dan komunikasi serta teknologi yang maju merupakan suatu hal yang sangat urgen dalam masyarakat modern, karena dapat membuat manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan suatu bangsa tidak terlepas dari kualitas sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan suatu bangsa tidak terlepas dari kualitas sumber daya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan suatu bangsa tidak terlepas dari kualitas sumber daya manusia yang ada di dalam bangsa itu sendiri. Hal tersebut juga mengharuskan kita sebagai

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Bab ini menjelaskan mengenai subjek penelitian (populasi, sampel, dan

BAB 3 METODE PENELITIAN. Bab ini menjelaskan mengenai subjek penelitian (populasi, sampel, dan BAB 3 METODE PENELITIAN Bab ini menjelaskan mengenai subjek penelitian (populasi, sampel, dan metodologi pengambilan sampel), desain dari penelitian, definisi operasional variabel penelitian, setting lokasi,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIK

BAB II KAJIAN TEORITIK BAB II KAJIAN TEORITIK A. Pengertian Berpikir Kreatif Kreatif merupakan istilah yang banyak digunakan baik di lingkungan sekolah maupun di luar sekolah. Umumnya orang menghubungkan kreatif dengan sesuatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut menunjukkan bahwa pendidikan perlu diselenggarakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. tersebut menunjukkan bahwa pendidikan perlu diselenggarakan untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan pengajaran, dan atau latihan bagi peranannya di masa yang akan datang

Lebih terperinci

PEMBEKALAN KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF SISWA SMA MELALUI PEMBELAJARAN FISIKA BERBASIS MASALAH

PEMBEKALAN KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF SISWA SMA MELALUI PEMBELAJARAN FISIKA BERBASIS MASALAH PEMBEKALAN KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF SISWA SMA MELALUI PEMBELAJARAN FISIKA BERBASIS MASALAH Winny Liliawati Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia ABSTRAK Pembelajaran Fisika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yaitu TPA, Playgroup dan PAUD sejenis (Posyandu). Pendidikan formal yaitu. Taman Kanak-kanak (TK) maupun Raudhatul Athfal (RA).

BAB I PENDAHULUAN. yaitu TPA, Playgroup dan PAUD sejenis (Posyandu). Pendidikan formal yaitu. Taman Kanak-kanak (TK) maupun Raudhatul Athfal (RA). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan anak usia dini merupakan pendidikan yang dimulai dari usia 0-6 tahun. Pendidikan ini dapat dilaksanakan oleh beberapa lembaga pendidikan, antara lain pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Lembaga pendidikan terdiri dari lembaga pendidikan formal (sekolah), non formal (kursus atau bimbingan belajar), dan lembaga informal (keluarga). Biasanya

Lebih terperinci

JURNAL PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai Gelar S-1 Program Studi Pendidkan Guru Sekolah Dasar. Disusun Oleh : PARWITO

JURNAL PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai Gelar S-1 Program Studi Pendidkan Guru Sekolah Dasar. Disusun Oleh : PARWITO PENINGKATAN KREATIFITAS BELAJAR IPS MELALUI PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN STAD (Students Team Achievement Divisions) PADA SISWA KELAS III SDN 02 JATIHARJO KEC. JATIPURO KAB. KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan masalah yang cukup kompleks dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan masalah yang cukup kompleks dalam kehidupan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan masalah yang cukup kompleks dalam kehidupan kita. Pendidikan merupakan salah satu fasilitas kita sebagai manusia dan pendidik untuk merangsang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hal dalam hidup manusia. Perkembangan yang terjadi memaksa manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. hal dalam hidup manusia. Perkembangan yang terjadi memaksa manusia untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dari waktu ke waktu perkembangan dunia semakin cepat. Perkembangan tersebut terjadi pada seluruh aspek kehidupan manusia dan mempengaruhi banyak hal dalam

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIK

BAB II KAJIAN TEORETIK BAB II KAJIAN TEORETIK A. Kajian Teori 1. Deskripsi konseptual a. Berpikir kreatif Santrock (2011) mengemukakan bahwa berpikir adalah memanipulasi atau mengelola dan mentransformasi informasi dalam memori.

Lebih terperinci

KEEFEKTIVAN PENGGUNAAN AUTOGRAPH, CABRI 3D DAN MAPLE SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN MATEMATIKA

KEEFEKTIVAN PENGGUNAAN AUTOGRAPH, CABRI 3D DAN MAPLE SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN MATEMATIKA KEEFEKTIVAN PENGGUNAAN AUTOGRAPH, CABRI 3D DAN MAPLE SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN MATEMATIKA Achmad Buchori 1 Abstrak Belajar geometri mencakup latihan berpikir logis, kerja yang sistematis, menghidupkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (2006: 1) menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk

BAB I PENDAHULUAN. (2006: 1) menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 (2006: 1) menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Munandar (1987) menyatakan bahwa berpikir kreatif (juga disebut berpikir

II. TINJAUAN PUSTAKA. Munandar (1987) menyatakan bahwa berpikir kreatif (juga disebut berpikir 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Kemampuan Berpikir Kreatif Munandar (1987) menyatakan bahwa berpikir kreatif (juga disebut berpikir divergen) ialah memberikan macam-macam kemungkinan jawaban

Lebih terperinci

2015 PENGARUH METODE GUIDED DISCOVERY LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF DITINJAU DARI KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA

2015 PENGARUH METODE GUIDED DISCOVERY LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF DITINJAU DARI KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Penyelenggaraan pendidikan sebagaimana yang diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 mengenai Sistem Pendidikan Nasional dapat diwujudkan melalui

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Pada bab III metode penelitian akan dipaparkan mengenai jenis dan pendekatan, tempat dan waktu penelitian, populasi dan sampel penelitian, variabel dan indikator penelitian, teknik

Lebih terperinci

SKRIPSI. Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Akuntansi. Disusun Oleh:

SKRIPSI. Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Akuntansi. Disusun Oleh: HUBUNGAN ANTARA KEMAMPUAN BERFIKIR KRITIS DAN KREATIVITAS SISWA DENGAN PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN AKUNTANSI KELAS XI JURUSAN IPS SMK MUHAMMADIYAH DELANGGU TAHUN AJARAN 2009/2010 SKRIPSI Disusun Untuk

Lebih terperinci

PENERAPAN PEMBELAJARAN MEMBACA DENGAN PERMAINAN KARTU GAMBAR PADA ANAK KELOMPOK B TK SATU ATAP MARDI PUTRA I WONOGIRI TAHUN PELAJARAN 2009/2010

PENERAPAN PEMBELAJARAN MEMBACA DENGAN PERMAINAN KARTU GAMBAR PADA ANAK KELOMPOK B TK SATU ATAP MARDI PUTRA I WONOGIRI TAHUN PELAJARAN 2009/2010 PENERAPAN PEMBELAJARAN MEMBACA DENGAN PERMAINAN KARTU GAMBAR PADA ANAK KELOMPOK B TK SATU ATAP MARDI PUTRA I WONOGIRI TAHUN PELAJARAN 2009/2010 SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Oleh karena itu peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan hal yang

BAB I PENDAHULUAN. Oleh karena itu peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan hal yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan manusia sepanjang hidup dan selalu berubah mengikuti perkembangan zaman, teknologi dan budaya masyarakat. Pendidikan dari masa

Lebih terperinci

KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA KELAS X SMA NEGERI 4 SIDOARJO PADA MATA PELAJARAN BIOLOGI

KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA KELAS X SMA NEGERI 4 SIDOARJO PADA MATA PELAJARAN BIOLOGI KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA KELAS X SMA NEGERI 4 SIDOARJO PADA MATA PELAJARAN BIOLOGI Nuril Maghfiroh 1, Herawati Susilo 2, Abdul Gofur 3 Pascasarjana Universitas Negeri Malang, Jalan Semarang No.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. A. Deskripsi Konseptual. 1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis. Berpikir merupakan aktivitas mental yang disadari dan diarahkan

BAB II KAJIAN TEORI. A. Deskripsi Konseptual. 1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis. Berpikir merupakan aktivitas mental yang disadari dan diarahkan 2 BAB II KAJIAN TEORI A. Deskripsi Konseptual 1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Berpikir merupakan aktivitas mental yang disadari dan diarahkan untuk maksud tertentu. Maksud yang dapat dicapai dalam

Lebih terperinci

KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATISDAN DISPOSISI MATEMATISDALAM PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATANANG S FRAMEWORK FOR MATHEMATICAL MODELLING INSTRUCTION

KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATISDAN DISPOSISI MATEMATISDALAM PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATANANG S FRAMEWORK FOR MATHEMATICAL MODELLING INSTRUCTION BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kehidupan manusia tidak dapat dipisahkan dengan matematika sebagai ilmu yang berhubungan dengan cara berpikir, berkomunikasi, dan menyelesaikan masalah dalam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di SMP Negeri 7 Medan yang beralamat di Adam

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di SMP Negeri 7 Medan yang beralamat di Adam BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di SMP Negeri 7 Medan yang beralamat di Adam Malik No. 12 Medan. Penelitian ini pelaksanaannya pada Tahun Pelajaran 2013/2014,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini merupakan pendidikan yang dimulai dari usia

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini merupakan pendidikan yang dimulai dari usia 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan anak usia dini merupakan pendidikan yang dimulai dari usia 0-6 tahun. Pendidikan ini dapat dilaksanakan oleh beberapa lembaga pendidikan antara lain pendidikan

Lebih terperinci

Oleh : Ririn Susanti ABSTRAK

Oleh : Ririn Susanti ABSTRAK 1 MENINGKATKAN KREATIVITAS ANAK USIA DINI MELALUI MEDIA PIRING KERTAS PADA KELOMPOK B DI KELOMPOK BERMAIN ROUDHOTUL ILMI KADIPIRO KECAMATAN JUMAPOLO KABUPATEN KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2015/2016 Oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kreativitas diperlukan setiap individu untuk menghadapi tantangan dan kompetisi yang ketat pada era globalisasi sekarang ini. Individu ditantang untuk mampu

Lebih terperinci

BAB III. Metode Penelitian. Pada bagian ini akan dibahas mengenai identifikasi variabel-variabel

BAB III. Metode Penelitian. Pada bagian ini akan dibahas mengenai identifikasi variabel-variabel BAB III Metode Penelitian 3.1 Variabel Penelitian & Hipotesis Pada bagian ini akan dibahas mengenai identifikasi variabel-variabel penelitian, definisi operasional dan hipotesis. 3.1.1 Variabel penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN R X O 1 R O 2

BAB III METODE PENELITIAN R X O 1 R O 2 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kuantitatif yang merupakan metode eksperimen berdesain posttest-only control design, karena tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting. Salah satu bukti yang menunjukkan pentingnya. memerlukan keterampilan matematika yang sesuai; (3) merupakan sarana

BAB I PENDAHULUAN. penting. Salah satu bukti yang menunjukkan pentingnya. memerlukan keterampilan matematika yang sesuai; (3) merupakan sarana BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang sangat penting. Salah satu bukti yang menunjukkan pentingnya mata pelajaran matematika adalah diujikannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tujuan pendidikan pada umumnya ialah menyediakan lingkungan yang memungkinkan anak didik untuk mengembangkan bakat dan kemampuannya secara optimal, sehingga

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Desain Penelitian Penelitian ini termasuk dalam penelitian eksperimen dengan pendekatan kuantitatif. Jenis penelitian yang digunakan adalah eksperimen semu (Quasi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Problem Based Instruction (PBI)

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Problem Based Instruction (PBI) II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Problem Based Instruction (PBI) Pembelajaran hakikatnya adalah usaha sadar dari seseorang guru untuk membelajarkan siswanya (mengarahkan interaksi siswa dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. mengetahui ada atau tidak adanya hubungan antara dua atau beberapa variabel.

BAB III METODE PENELITIAN. mengetahui ada atau tidak adanya hubungan antara dua atau beberapa variabel. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian yang dilakukan ini adalah penelitian korelasional. Arikunto (2010) menyebutkan bahwa penelitian korelasional merupakan penelitian untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 46 BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 1. Variabel penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menekankan analisinya pada data-data numerikal

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kreativitas menurut para ahli psikologi penjelasannya masih berbeda-beda

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kreativitas menurut para ahli psikologi penjelasannya masih berbeda-beda 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kreativitas Kreativitas menurut para ahli psikologi penjelasannya masih berbeda-beda sesuai sudut pandang masing-masing. Menurut Semiawan kreativitas adalah suatu kemampuan untuk

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah 5 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian eksperimen dengan menggunakan kelas eksperimen dan kelas kontrol. Metode

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR IPA FISIKA BERORIENTASI KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING DI SMPN 13 BANJARMASIN

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR IPA FISIKA BERORIENTASI KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING DI SMPN 13 BANJARMASIN PENGEMBANGAN BAHAN AJAR IPA FISIKA BERORIENTASI KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING DI SMPN 13 BANJARMASIN Latifah Kurnia, Zainuddin, dan Andi Ichsan Mahardika

Lebih terperinci

UPAYA PENINGKATAN KREATIVITAS SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI STRATEGI GROUP RESUME SKRIPSI

UPAYA PENINGKATAN KREATIVITAS SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI STRATEGI GROUP RESUME SKRIPSI UPAYA PENINGKATAN KREATIVITAS SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI STRATEGI GROUP RESUME ( PTK di Kelas VIII Semester 2 SMP Ne geri 1 Nogosari) SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latarbelakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latarbelakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latarbelakang Masalah Taman Kanak-kanak memiliki peranan yang sangat penting untuk mengembangkan kepribadian anak (Rahman, 2005). Masitoh, dkk (2005) juga mengungkapkan bahwa pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tanah air, mempertebal semangat kebangsaan serta rasa kesetiakawanan sosial.

BAB I PENDAHULUAN. tanah air, mempertebal semangat kebangsaan serta rasa kesetiakawanan sosial. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah proses yang dapat mengubah obyeknya. Pendidikan nasional harus dapat mempertebal iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, meningkatkan kualitas

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING DILENGKAPI MACROMEDIA FLASH

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING DILENGKAPI MACROMEDIA FLASH Jurnal Pendidikan Kimia (JPK), Vol. 3 No. 1 Tahun 2014 Program Studi Pendidikan Kimia Universitas Sebelas Maret ISSN 2337-9995 jpk.pkimiauns@ymail.com PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING DILENGKAPI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan generasi emas, yaitu generasi yang kreatif, inovatif, produktif,

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan generasi emas, yaitu generasi yang kreatif, inovatif, produktif, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia yang cerdas, kreatif, dan kritis menjadi faktor dominan yang sangat dibutuhkan dalam menghadapi era persaingan global. Sementara itu proses pendidikan

Lebih terperinci

PERANAN METODE PEMBERIAN TUGAS MEWARNAI GAMBAR DALAM MENINGKATKAN KREATIVITAS ANAK DI KELOMPOK B TK JAYA KUMARA DESA BALINGGI JATI

PERANAN METODE PEMBERIAN TUGAS MEWARNAI GAMBAR DALAM MENINGKATKAN KREATIVITAS ANAK DI KELOMPOK B TK JAYA KUMARA DESA BALINGGI JATI PERANAN METODE PEMBERIAN TUGAS MEWARNAI GAMBAR DALAM MENINGKATKAN KREATIVITAS ANAK DI KELOMPOK B TK JAYA KUMARA DESA BALINGGI JATI Ni Nyoman Ayu Surasmi 1 ABSTRAK Permasalahan pokok dalam penelitian ini

Lebih terperinci

Nikke Permata Indah Pendidikan Bahasa Indonesia Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia

Nikke Permata Indah Pendidikan Bahasa Indonesia Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia PENERAPAN MODEL INDUKTIF DENGAN MEDIA GAMBAR SILLUET DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS CERITA PENDEK (Penelitian Eksperimen Kuasi pada Siswa Kelas XI SMK Negeri 1 Cimahi Tahun Ajaran 2014/2015) Nikke Permata

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Tempat Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian korelasi yang bertujuan untuk menemukan ada tidaknya hubungan antara kepercayaan diri dan kemampuan

Lebih terperinci