NYANYIAN UNTUK BIDADARI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "NYANYIAN UNTUK BIDADARI"

Transkripsi

1 NYANYIAN UNTUK BIDADARI Alkisah, di sebuah negara di utara, hiduplah seorang pemuda baik hati yang bekerja sebagai pembuat patung dari kayu. Walau masih muda, tapi rambut hitam pemuda itu sudah dihiasi uban. Hal itu membuatnya mudah dikenali di kota kecil tempat tinggalnya. Pemuda itu bernama Turan, dan dia adalah anak angkat dari Tuzan, seorang lelaki tua yang juga seniman pembuat patung. Turan sudah lama menyadari kalau dia adalah anak angkat, tapi dia tetap menyayangi seniman itu seperti orangtuanya sendiri. Turan adalah seniman pembuat patung yang amat berbakat. Bakatnya bahkan melebihi ayah angkatnya sendiri. Patung-patung buatannya selalu lebih diminati orang, dan banyak orang dari luar kota datang untuk membeli patung buatannya. Walaupun patung anaknya lebih disukai, Tuzan tidak keberatan. Hal itu malah membuatnya semakin bangga pada anaknya itu. Tapi Turan sebenarnya mempunyai bakat terpendam lain. Bakat itu tidak lain adalah suara nyanyiannya yang merdu dan indah. Tuzan sering mendengar anak angkatnya menyanyi, dan dia bersumpah bahwa selama hidupnya dia belum pernah mendengar suara lain seindah nyanyian anak angkatnya. Namun sayangnya, Turan tidak ingin bakatnya ini diketahui orang lain. Padahal, mereka mungkin bisa jadi kaya bila Turan mau menyanyi untuk orang lain. Seringkali, setiap seminggu sekali, Turan akan pergi menuju sebuah danau besar yang tidak jauh dari tempat tinggalnya. Pemandangan di sana indah, tapi sangat jarang ada orang kota yang pergi ke sana. Turan senang datang ke danau itu. Di sana, dia akan duduk di sebuah batu besar di tepi danau, lalu mulai bernyanyi. Bila dia sudah mulai menyanyi, maka binatangbinatang yang ada di sekitar situ akan bermunculan dari hutan di sekitar danau, dan mendengarkan suara indahnya. Bahkan burung-burung yang bersuara merdu pun akan berhenti bernyanyi dan lebih memilih mendengarkan nyanyiannya. Tapi bukan hanya para binatang yang menyukai suara indah Turan. Bahkan jauh di sana, di atas langit, para bidadari pun penasaran. Dari mana datangnya suara indah yang sering mereka dengar itu? Mereka sudah mencoba mencari di negeri mereka, tapi tidak ada satu pun bangsa mereka yang bisa menyanyi seindah itu. Belakangan, mereka pun tahu kalau sumber suara itu berasal dari dunia manusia. Didorong oleh rasa penasaran, mereka kemudian memutuskan untuk turun ke dunia manusia mencari sumber suara itu. Pada suatu hari, setelah berpamitan pada ayah angkatnya, Turan pun pergi meninggalkan rumah. Dia ingin pergi ke danau seperti biasa, untuk melatih suaranya. Aku pergi dulu Ayah, kata Turan pada ayahnya. Baiklah, kata ayahnya. Pria tua berjanggut lebat itu melambai pada putranya. Tapi ingat, kau harus menyelesaikan pahatan pesananmu nanti malam.

2 Ya, aku tahu! Turan berjalan meninggalkan rumahnya, bergerak turun menyusuri jalan yang berbatu. Baginya, menyanyi bukanlah pekerjaan untuk mencari uang. Dia lebih suka membantu ayahnya memahat patung dari kayu. Walau dia juga menyadari bakatnya, dia lebih memilih untuk melatihnya tanpa diketahui orang lain. Danau yang dituju Turan terletak sedikit ke arah selatan dari kota tempat tinggalnya. Menurut cerita orang-orang di kota, daerah pinggir danau itu dulu pernah ditinggali segerombolan penyamun. Mereka bersembunyi di sana hingga dua tahun lamanya, sebelum akhirnya tertangkap dan dihukum mati oleh pihak yang berwajib. Konon, arwah mereka kembali ke danau itu dan menetap di sana hingga sekarang. Namun Turan tidak perduli pada cerita aneh seperti itu. Di danau itu dia merasa damai dan tenang. Udara segar yang dihirupnya, dan jernihnya permukaan danau yang dilihatnya, mampu menghilangkan rasa lelah setelah bekerja selama seminggu penuh. Ketika Turan akhirnya sampai di sana, dia menghampiri sebuah batu besar di pinggir danau dan duduk di atasnya. Dia mengambil waktu sejenak menikmati suasana tenang di sekitar danau. Setelah puas memandang sekeliling, dia lalu mengambil napas dalam dan mulai menyanyi. Ketika dia menyanyi, suaranya yang indah menyebar ke seluruh danau, menambah kesejukan suasana di sekitarnya. Di dekat situ, seekor rusa yang sedang merumput langsung menoleh karena mendengar sebuah suara. Suara itu begitu menarik di telinganya, sampai-sampai dia meninggalkan acara makannya demi mencari sumbernya. Saat dia berjalan, di dekat kakinya tampak seekor kelinci yang melompat keluar dari sarangnya. Kedua telinga kelinci itu tegak berdiri, dan tampaknya dia juga mendengar sebuah suara yang sama. Keduanya kemudian pergi ke arah yang sama, menuju sebuah danau besar tidak jauh dari sana. Ketika mereka tiba, mereka melihat seorang manusia sedang duduk di atas batu sebuah batu besar. Dari mulutnya, terdengar sebuah suara indah, suara yang telah menarik perhatian mereka. Suara itu seolah menghipnotis mereka, membuat mereka tidak mau beranjak dari situ. Ternyata bukan hanya mereka yang tertarik oleh suaranya. Beberapa ekor tupai tampak berlarian keluar dari lubang pohon dan berdiri berjejer di sebuah dahan. Burung-burung yang sedang terbang pun menukik turun dan mendarat di atas bebatuan. Dalam waktu singkat, di pinggiran danau, dan juga di hutan sekeliling danau besar itu, telah tampak puluhan ekor binatang besar dan kecil. Semuanya terpesona oleh suara nyanyian Turan yang merdu. Turan menyadari kehadiran binatang-binatang itu, dan dia menyenanginya. Baginya, itu adalah sebuah penghargaan untuk nyanyiannya. Sementara itu, di negeri atas langit, sedang terjadi kehebohan. Seorang bidadari menyampaikan sebuah berita kepada bidadari yang lain, lalu bidadari itu menyampaikannya ke bidadari lain. Berita itu terus tersebar secara berantai, dan setiap bidadari yang mendengarnya langsung tertawa gembira. Isi berita itu adalah bahwa suara nyanyian yang indah itu terdengar

3 lagi. Seperti yang direncanakan sebelumnya, beberapa dari mereka berniat untuk turun ke dunia manusia dan mencari tahu sumber suara itu. Kemudian, seiring dengan cahaya matahari, tampak sepuluh bidadari cantik rupawan melayang turun ke bumi. Pakaian mereka yang bercahaya dan berwarna-warni tampak melambai-lambai ditiup angin saat mereka melayang di angkasa. Mata mereka yang berwarna biru terang memantau tanah di bawah mereka, mencari asal suara indah itu. Asalnya dari danau besar di sana! seru salah seorang dari mereka. Rupanya benar, suara itu memang dari dunia manusia, kata seorang yang lain. Mereka lalu mendarat di antara rimbunan pepohonan di sekitar danau. Kemudian, sambil tetap menyembunyikan diri, mereka bergabung dengan para binatang yang sudah ada di sana, mendengarkan Turan yang sedang menyanyi. Sama seperti para binatang itu, mereka pun terpesona mendengarkan suara Turan. Indah sekali, kata salah seorang bidadari. Aku belum pernah mendengar suara seperti itu. Turan masih tampak terus bernyanyi. Dia tidak sadar kalau dia telah mendapatkan beberapa penggemar baru yang tidak disangka-sangka. Lalu, setelah bernyanyi setengah jam lamanya, dia pun merasa lelah dan membaringkan tubuhnya di atas batu besar itu. Suasana sejuk di sana perlahan-lahan membuat matanya mengantuk. Tak lama kemudian, dia pun tertidur lelap. Ketika nyanyian itu berhenti, para binatang pun bergerak meninggalkan tempat itu. Para bidadari tampak kecewa karena nyanyian indah itu sudah berakhir. Kenapa dia berhenti menyanyi? salah satu bidadari bertanya-tanya. Manusia itu cepat lelah, tidak seperti kita, jawab temannya. Ayo, kita lihat dia lebih dekat! seru bidadari yang lain. Para bidadari lain mengangguk setuju pada usul itu. Tanpa suara, mereka melayang perlahan menyeberangi danau besar, kemudian mendarat mengelilingi batu besar tempat Turan tertidur. Wajah polos Turan yang sedang terlelap membuat mereka tertawa cekikikan. Dia tampan juga. Dia pasti baik hati. Orang yang wajahnya tampan biasanya hatinya juga baik. Coba dengar, dia mendengkur pelan seperti kucing. Para bidadari itu asyik mengomentari Turan yang sedang tidur. Mereka merasa begitu tertarik pada manusia itu. Sayang sekali, kita tidak bisa lama-lama di sini. Salah satu dari mereka mengingatkan. Kata-katanya disambut suara keluhan bidadari yang lain. Aku sebenarnya juga masih ingin di sini, kata bidadari itu, tapi dia mungkin akan bangun sebentar lagi. Dan kalian semua tahu, kita tidak boleh sampai terlihat olehnya. Lagipula hari sebentar lagi gelap, dan aku yakin dia pasti akan pulang sebelum malam tiba. Perlahanlahan, tubuh bidadari itu terangkat dari tanah. Ayo kita tinggalkan tempat ini. Aku yakin kita pasti akan melihatnya lagi di lain waktu. Dengan berat hati, tubuh mereka satu persatu terangkat dari tanah dan melayang ke udara. Namun ada satu yang tetap tinggal, seorang bidadari yang pakaiannya seluruhnya

4 berwarna ungu. Mata birunya masih saja memandangi Turan yang sedang tidur. Dia seolah tidak menyadari kalau teman-teman bidadarinya sudah meninggalkannya. Hei, Viana! Ayo kita pergi! kata salah seorang temannya mengingatkan. Oh...ya! Aku...aku datang! Dia tampak kaget karena terbangun dari lamunannya. Dia lalu melayang ke angkasa menyusul teman-temannya, sementara kedua matanya terus memandangi Turan. Di dalam hatinya, dia bertekad untuk bertemu dengan pemuda itu lagi. Ketika matahari nyaris terbenam, Turan terbangun dari tidurnya. Dia memandang ke sekelilingnya, dan mendapati dirinya sendirian di sana. Dia ingat kalau dia baru saja bermimpi, di mana dirinya dikerumuni sosok-sosok yang bersinar. Ah, itu kan cuma mimpi! katanya pada dirinya sendiri. Dia lalu berdiri dan meregangkan tubuhnya. Sekarang sudah saatnya untuk pulang. Ayahnya di rumah pasti sudah menunggunya. Selanjutnya, Turan terus melanjutkan kebiasaannya mendatangi danau besar itu. Setiap kali dia menyanyi, para bidadari itu akan datang dan mendengarkan nyanyiannya. Dan bila dia tertidur sehabis menyanyi, maka para bidadari itu akan mengerumuninya sambil tertawa-tawa. Turan pun lama-lama merasa ada yang aneh. Belakangan ini, setiap kali dia tidur di samping danau, dia bermimpi dirinya dikerumuni sosok-sosok yang bercahaya. Dia tidak bisa melihat jelas wajah mereka, karena tertutup cahaya yang menyilaukan. Dia menyangka sosoksosok itu adalah roh-roh penghuni danau, yang juga tertarik pada suaranya. Namun pikiran itu tidak membuatnya merasa takut. Dia tetap sering datang ke danau seperti biasa. Sementara itu, di negeri atas langit, tampak seorang bidadari berpakaian serba ungu sedang termenung di sebuah taman. Di taman itu tampak rumput hijau mengkilat yang menghampar luas, dan juga petak-petak tanah yang ditumbuhi bunga beraneka warna. Di kejauhan, tampak pohon-pohon yang terpangkas rapi berjejer teratur, mengelilingi bangunanbangunan berpilar yang megah. Bidadari yang dipanggil Viana itu akhir-akhir ini sering melamun sendirian. Tapi apa yang sedang dilamunkannya, tidak ada yang tahu. Bila ditanya, dia selalu mengelak untuk mengatakannya. Pada akhirnya, teman-temannya hanya membiarkannya. Mereka berharap bila waktunya tiba, maka Viana akan bercerita pada mereka. Beberapa hari kemudian, beberapa bidadari tampak terlihat sedang bersiap-siap turun ke dunia manusia. Seperti biasa, mereka berniat untuk mendengarkan suara indah Turan. Tapi kali ini, ada satu orang bidadari yang menolak untuk ikut. Dia adalah Viana, si bidadari berpakaian

5 ungu. Hal ini mengagetkan teman-temannya, karena Viana biasanya tidak pernah ketinggalan untuk ikut serta mendengarkan suara Turan. Kau yakin tidak mau ikut? tanya seorang bidadari berpakaian merah. Apa kau sakit? Tidak, aku tidak apa-apa, kata Viana. Pergilah tanpa aku. Sekarang aku tidak bisa ikut karena ada yang harus kukerjakan. Mungkin lain kali, aku akan ikut dengan kalian. Walaupun merasa agak aneh, tapi teman-teman Viana akhirnya pergi tanpa dirinya. Mereka lalu turun ke danau tempat Turan biasa bernyanyi, mendengarkan nyanyiannya sambil berusaha agar tidak terlihat. Ternyata, di luar pengetahuan mereka, Viana juga datang secara sembunyi-sembunyi. Dia bersembunyi di tempat yang agak jauh dari teman-temannya, sambil ikut mendengarkan nyanyian Turan. Dia tidak menampakkan diri ketika Turan berhenti bernyanyi dan tertidur. Dia juga tidak menampakkan diri ketika teman-temannya mengerumuni Turan sambil tertawa-tawa. Ketika akhirnya semua temannya telah pergi, barulah dia keluar dari persembunyiannya dan menghampiri Turan. Sama seperti teman-temannya, dia juga senang mengamati wajah Turan. Wajah pemuda itulah yang selalu ada dalam lamunannya selama ini. Di dunia tempat dia tinggal, dia menunggu waktu berlalu sambil memikirkan wajah itu. Dia menunggu dengan sabar sampai tiba saatnya dia bertemu dengannya. Perlahan-lahan, diusapnya wajah yang sedang tidur itu dengan penuh kasih. Dia sedih saat berpikir bahwa dunia mereka sebenarnya berbeda, dan kenapa pemuda itu harus terlahir sebagai manusia. Tiba-tiba, Turan menggeliat dalam tidurnya. Gerakan itu mengagetkan Viana, membuatnya langsung menarik tangannya. Ketika Turan membuka mata, dia terkejut melihat seorang gadis yang amat cantik berdiri di dekatnya. Wajah gadis itu tersenyum, memperlihatkan sebuah senyum paling indah yang pernah dilihatnya. Kau siapa? tanya Turan. Matanya memandangi gadis itu dari ujung rambut hingga ke ujung kaki. Gadis misterius itu berpakaian serba ungu, mulai dari pakaian, selendang, hingga gelang dan bandonya. Namaku Viana, gadis itu menjawab sambil masih tersenyum kepada Turan. Turan untuk beberapa saat lamanya terus memandangi gadis cantik itu. Hal itu membuat Viana sedikit tersipu malu. Aku tadi mendengarkan nyanyianmu, kata Viana kemudian, menyembunyikan wajahnya yang merona. Sungguh? kata Turan. Dia memang belum pernah mendapatkan penonton manusia sebelumnya. Bagaimana menurutmu mengenai suaraku? Suaramu bagus. Siapa yang mengajarimu? Turan tertawa. Walau tidak berniat sombong, dia sadar kalau suaranya memang bagus. Aku tidak belajar dari siapapun, tapi aku memang senang menyanyi. Viana dan Turan terus mengobrol, mencoba untuk saling mengenal satu sama lain. Turan bercerita mengenai asal usul dirinya yang seorang pembuat patung dari kayu, sementara Viana mengaku kalau dirinya adalah anak seorang petani dari desa tetangga. Tanpa terasa, mereka mengobrol terus hingga matahari hampir terbenam.

6 Saat melihat cahaya matahari di sekelilingnya mulai menghilang, Viana tersadar dia sudah terlalu lama di sana. Maaf, aku harus pergi! Aku harus segera pulang ke rumahku! Viana tampak terburu-buru berlari ke hutan. Tunggu! kata Turan. Bisakah aku bertemu denganmu lagi? Viana membalikkan tubuhnya. Dia tersenyum dan berkata, Aku pasti akan datang untuk mendengarkan nyanyianmu. Setelah kau bernyanyi, pergilah tidur. Saat kau bangun nanti kau akan bertemu denganku. Nah, sampai jumpa lagi! Dia lalu berlari ke hutan meninggalkan Turan. Saat dia sudah cukup jauh, dia pun terbang ke angkasa. Sejak saat itu, Turan menjadi tambah semangat untuk bernyanyi di tepi danau. Ayahnya pun sedikit heran melihat Turan pergi dengan langkah terburu-buru. Dia memang sudah tahu akan kebiasaan anaknya, tapi kenapa harus terburu-buru? Bukankah danau besar itu tidak akan kemana-mana? Bagi Turan, pertemuannya dengan Viana telah menambah semangat pada nyanyiannya. Setelah bernyanyi dia lalu langsung tidur. Saat terbangun, dia akan sangat senang melihat Viana sudah ada di sana. Sementara itu, walau Viana sangat ingin mendengar nyanyian Turan dari dekat, dia harus selalu menunggu dengan sabar sampai semua teman-temannya kembali ke dunia mereka. Bila semua temannya sudah pergi, barulah dia keluar dari persembunyiannya. Aneh, kenapa aku tadi tidak melihatmu? tanya Turan saat mereka sedang mengobrol. Dia memang merasa aneh karena dia baru bisa bertemu Viana setelah dia bangun dari tidur. Aku mendengarkan nyanyianmu di antara pepohonan, jawab Viana. Aku tidak ingin mengganggu konsentrasimu saat sedang menyanyi. Kenapa dibilang mengganggu? kata Turan. Bila ada kau di dekatku, aku yakin aku pasti bisa menyanyi lebih baik lagi. Turan lalu menggenggam tangan Viana. Lain kali, aku ingin kau ada di dekatku bila aku menyanyi. Bagaimana, apa kau mau? Viana tampak ragu. Yang diminta Turan ini adalah permintaan sulit. Dia ragu apakah dia bisa memenuhinya saat mereka bertemu lagi kelak. Minggu berikutnya, saat Viana bersiap untuk turun ke dunia manusia, dia merasa ada yang ganjil. Teman-temannya, para bidadari yang biasa mendengarkan nyanyian Turan, tidak ada satupun yang terlihat. Biasanya mereka selalu berkumpul lebih dulu sebelum pergi melihat Turan. Viana! tegur seorang bidadari yang berpakaian merah. Hei, Ariela! sahut Viana dengan berusaha tampak wajar. Apa kalian akan mendengarkan nyanyian manusia itu lagi?

7 Sayangnya tidak, kata bidadari yang disapa Ariela. Aku juga ingin menyampaikan sesuatu padamu. Kita sebaiknya berhenti datang ke dunia manusia untuk sementara waktu. Kau tahu kan kita seharusnya tidak terlalu sering pergi ke dunia manusia? Viana terkejut mendengarnya. Dia kemudian teringat pada sebuah aturan yang sudah sangat lama diikutinya. Dia tahu bahwa sesuatu yang buruk pasti akan terjadi pada bidadari yang terlalu lama berada di dunia manusia. Kau benar, kata Viana kemudian, sambil menekan perasaannya. Kita memang tidak boleh seenaknya datang dan pergi ke dunia manusia. Ya, aku juga sebenarnya masih ingin mendengar nyanyian pemuda itu lagi. Tapi apa boleh buat, negeri kita punya aturan sendiri. Setelah berkata demikian, Ariela pun pergi. Dia hendak memberitahukan hal yang sama pada bidadari yang lain. Sepeninggal Ariela, Viana tampak berpikir keras. Dia tampak kembali termenung di taman tempat dia biasa menyendiri. Ariela memang benar, dunia manusia sangat berbahaya bagi seorang bidadari. Namun perasaannya pada Turan sudah terlalu dalam. Dia tidak bisa membayangkan dirinya berpisah dari pemuda itu. Dia lalu menyandarkan tubuhnya pada batang pohon besar di belakangnya. Pikiran bahwa dirinya tidak bisa lagi bertemu dengan pemuda pujaannya membuatnya menitikkan air mata. Di dalam benaknya muncul sebuah pertanyaan: haruskah dia berhenti menemui Turan? Di tepi danau, Turan tampak sedang duduk menunggu. Biasanya dia akan langsung menyanyi, tapi kali ini ada seseorang yang sedang ditunggunya. Begitu pentingnya orang itu, sampai dia berpikir untuk tidak jadi menyanyi dan pulang ke rumah bila orang itu tidak muncul. Viana, nama orang itu. Gadis cantik itu telah merubah Turan dalam beberapa hal. Gadis itu kini menjadi satu-satunya pendorong semangat Turan untuk menyanyi. Dulu, dia menyanyi di tepi danau hanya untuk kesenangan pribadi. Kini, dia hanya mau menyanyi bila gadis itu muncul di hadapannya. Turan? Sebuah suara yang lembut memanggil namanya. Turan menoleh dan tersenyum lebar mendengar suara itu. Viana! Akhirnya kau datang! Dia berlari ke arah Viana dan tanpa sadar memeluknya. Viana terkejut melihat sikap Turan, tapi dia diam saja. Dia kini tahu Turan juga merasakan hal yang sama seperti dirinya. Hal itu semakin menetapkan hatinya. Dia juga menginginkan Turan melebihi apapun di dunia ini. Hingga beberapa minggu ke depan, mereka tetap melanjutkan pertemuan mereka di tepi danau. Viana memilih untuk tetap pergi ke dunia manusia diam-diam, walau dia tahu bahwa dia telah melanggar peraturan dunianya. Saat dia bersama Turan, dia merasa semua kegalauan hatinya terlupakan. Dia tidak lagi memikirkan tentang aturan yang dilanggarnya, dan dia bahkan tidak lagi memikirkan tentang dunianya. Baginya, tidak ada lagi yang lebih penting selain menghabiskan waktu bersama pemuda itu. Turan pun merasakan hal yang sama. Dia telah yakin bahwa dirinya telah jatuh cinta pada gadis misterius itu. Dia merasa nyanyiannya kini berbeda dengan yang dulu. Kini, dia

8 benar-benar menyanyi dengan hatinya, dan bukan hanya dengan mulutnya. Viana adalah sumber inspirasi baginya, dan mungkin juga belahan jiwanya yang telah dicarinya selama ini. Viana, aku ingin menanyakan sesuatu padamu, kata Turan setelah selesai menyanyi. Apa itu? jawab Viana. Aku ingin tahu apa aku boleh bertemu dengan orangtuamu? Viana terkejut mendengar permintaan Turan. Dia tampak terdiam sejenak sebelum akhirnya menjawab. Aku...aku sebenarnya sudah tidak punya orang tua, katanya berbohong. Apa? tanya Turan dengan bingung. Jadi kau hidup sendirian? Orang tuaku meninggal saat aku remaja. Aku kini hidup dari belas kasihan orang-orang di desaku. Dia masih tidak ingin Turan tahu siapa dirinya yang sebenarnya. Dia takut Turan akan menjadi takut padanya dan meninggalkannya. Tapi, kenapa kau tiba-tiba ingin bertemu dengan orang tuaku? Turan tersenyum. Karena aku ingin tahu apakah mereka setuju punya menantu seorang pembuat patung kayu. Viana terdiam memandang wajah Turan. Dia tidak menyangka pemuda itu akan melangkah hingga begitu jauh, dan begitu cepat. Meskipun begitu, Viana tidak menolaknya. Kata-kata itu, walau mengejutkan, terdengar begitu indah di telinganya. Dia langsung memeluk Turan. Dia menangis, mengeluarkan luapan kebahagiaan hatinya. Turan balas memeluknya. Dia sudah tahu jawaban apa yang didapatnya. Tidak lama setelah itu, Viana dan Turan pun menikah. Peristiwa itu agak mengejutkan bagi Tuzan, walau dia sudah menduga kalau anaknya sering menemui seseorang di tepi danau. Orang-orang di kota tempat tinggal Turan tampak takjub melihat kecantikan Viana. Mereka belum pernah melihat gadis secantik itu di kota kecil mereka. Bahkan mungkin di seluruh negeri ini tidak ada yang bisa menyamai kecantikannya. Ketika Viana menerima lamaran Turan, dia mengajukan dua syarat. Yang pertama adalah Turan tidak boleh lagi menyanyi di danau. Yang kedua, dia meminta Turan pindah ke kota lain dan memulai hidup baru di kota tersebut. Turan merasa heran, dan mendapat kesan kalau Viana mencoba menjauhi danau itu untuk suatu alasan. Walaupun begitu, dia tidak merasa keberatan menuruti kedua syarat itu. Bersama dengan Tuzan, mereka berdua kemudian pindah ke kota lain di sebelah barat. Di sana, Turan dan Tuzan membangun dua bangunan terpisah. Yang satu adalah rumah untuk Tuzan, dan yang satunya lagi adalah rumah untuk Turan dan Viana. Mereka juga membuat sebuah toko kecil di mana mereka kembali membuka usaha sebagai pembuat patung dari kayu. Seperti halnya di kota sebelumnya, wajah cantik Viana kembali menarik perhatian para penduduk kota. Wajahnya yang cantik dan sifatnya yang ramah membuat banyak orang ingin dekat dengannya. Para lelaki di kota itu akhirnya harus kecewa saat mengetahui kalau gadis cantik itu sudah bersuami. Mereka menjuluki Turan sebagai pria paling beruntung di dunia.

9 Semenjak pindah ke kota baru, Turan memang tidak lagi menyanyi. Sebagai gantinya, Viana menjadi sumber inspirasi baginya dalam membuat patung. Dia membuat lusinan patung dengan istrinya sebagai model. Patung-patung itu ternyata lebih disukai daripada patungpatungnya yang lama. Di kota baru itu, mereka hidup bahagia. Dan walaupun mereka hidup apa adanya, mereka tidak pernah merasa kekurangan sedikit pun. Tanpa terasa, waktu sudah mencapai tiga tahun lamanya. Selama tiga tahun itu, Turan dan Viana masih tetap bersama dan tetap terlihat bahagia. Sayangnya, setelah sekian lama menikah, mereka tidak juga mempunyai anak. Walaupun begitu, hal itu tidak mengganggu kehidupan mereka berdua. Mereka saling memiliki satu sama lain, dan itu sudah cukup bagi mereka. Namun belakangan, Turan melihat ada yang ganjil pada istrinya. Kedua matanya mulai terlihat agak cekung, dan di wajahnya juga mulai tampak keriput-keriput yang dirinya tampak lebih tua. Dia sering memergoki istrinya mendudukkan dirinya di kursi dapur dengan wajah yang tampak kelelahan dan napas yang terengah-engah. Karena merasa khawatir, dia sering menanyakan kondisi istrinya, tapi istrinya selalu mengatakan kalau dia tidak apa-apa. Tetapi tubuh Viana tidak bisa berbohong. Kondisinya menjadi semakin lemah, dan lama kelamaan dia hanya bisa berbaring di tempat tidur. Tabib-tabib yang datang untuk menyembuhkannya semua menemui jalan buntu. Mereka tidak tahu penyakit apa yang diderita gadis cantik itu. Turan pun menjadi semakin sedih. Dia merasa tidak berdaya menolong istrinya. Hatinya terasa teriris setiap melihat istrinya yang sakit memaksa diri untuk tersenyum. Pada suatu hari, Turan tampak sedang duduk termenung di depan rumahnya. Dia terus saja memikirkan istrinya yang tampak semakin lemah dari hari ke hari. Dia khawatir bila ini berlangsung terus, maka istrinya akan meninggal. Tapi apa lagi yang bisa dilakukannya? Siapa yang bisa menyembuhkan penyakit yang tidak bisa disembuhkan oleh para tabib terkenal sekalipun? Kau yang bernama Turan, bukan? tanya sebuah suara. Turan menoleh, dan melihat seorang gadis cantik sedang menatap dirinya. Pakaiannya berwarna serba merah, bahkan sampai ke gelang dan bandonya. Gaya berpakaian gadis itu sangat mirip dengan istrinya dulu. Apa aku mengenalmu? tanya Turan sambil menatap gadis itu dengan penuh selidik. Gadis berpakaian merah itu tersenyum. Aku mengenalmu, tapi kau tidak pernah mengenalku. Jawaban itu membingungkan Turan. Tujuanku datang kemari sebenarnya adalah untuk bertemu dengan istrimu. Aku dengar dia sedang sakit, bukan? Turan tertunduk sedih. Ya, dia sedang sakit. Hingga kini tidak ada yang bisa menyembuhkan penyakitnya. Kini aku tidak tahu harus berbuat apalagi.

10 Izinkan aku bertemu dengannya, kata perempuan itu. Aku ingin bicara padanya. Alis mata Turan berkerut. Haruskah dia percaya pada gadis asing ini? Apa kau bisa menyembuhkan istriku? tanyanya dengan curiga. Gadis berpakaian merah itu tersenyum lagi. Itu semua tergantung kau dan dia. Walau masih tidak mengerti dengan kata-katanya, Turan lalu mengajaknya masuk ke dalam rumah. Mereka langsung menuju ke kamar Viana yang sedang sakit. Di kamar itu, di atas sebuah ranjang kayu, tampak Viana sedang berbaring. Wajahnya yang sekarang tampak jauh lebih tua dari umurnya. Matanya yang dulu indah kini tampak cekung menyedihkan. Rambutnya, walau masih terlihat tebal, kini tampak telah memutih seluruhnya dan terkulai halus di atas bantal. Tubuhnya tampak kurus, dan kulitnya tampak keriput seperti layaknya orang yang sudah tua. Gadis berpakaian merah itu tampak sedih saat melihat Viana. Dia terlihat bagai seorang sahabat yang sudah tidak bertemu selama bertahun-tahun. Merasakan kehadiran orang di kamarnya, Viana membuka mata. Kedua matanya yang dulu berwarna biru penuh keceriaan, kini telah menjadi abu-abu pucat. Kedua mata itu memandang ke arah Turan, yang kemudian tersenyum balik padanya. Setelah itu, kedua mata itu beralih pada orang yang satunya lagi. Ketika matanya bertemu pandang dengan gadis itu, dia tersenyum lebar. Ariela, apa kabarmu? katanya dengan suara yang lemah. Viana! Ariela sudah tidak bisa menahan dirinya lagi. Dia langsung berlari ke tempat tidur dan memeluk Viana. Air matanya tumpah melihat penderitaan sahabatnya itu. Kenapa kau jadi begini, Viana? katanya sambil menangis. Kenapa kau meninggalkan kami? Viana balas memeluk dengan tangannya yang lemah. Maafkan aku, Ariela. Aku sebenarnya ingin cerita padamu, tapi aku tidak bisa. Aku tidak ingin menyeretmu ke dalam masalahku. Ariela kembali menatap wajah sahabatnya. Sulit dipercaya kalau wanita tua di hadapannya ini dulunya adalah seorang bidadari yang cantik. Dia menghapus air matanya, lalu berkata pada Turan, Dia tidak pernah cerita tentang masa lalunya, bukan? Turan terdiam karena heran. Bagaimana kau tahu? katanya. Sudah saatnya kau tahu tentang dirinya yang sebenarnya. Ariela memandang Viana sejenak, lalu kembali berbicara pada Turan. Aku dan Viana bukan berasal dari duniamu. Kami sebenarnya bukan manusia, melainkan para bidadari yang berasal dari negeri atas langit. Apa? kata Turan dengan nada tidak percaya. Apa maksudmu? Ingatkah kau dulu, waktu kau sering menyanyi di pinggir danau besar? Saat kau tertidur, apakah kau mendapat mimpi tentang tubuh-tubuh yang bercahaya? Turan sekali lagi merasa heran, tapi lalu dia mengangguk dan berkata, Ya, aku memang bermimpi seperti itu, tapi bagaimana kau... Tubuh-tubuh bercahaya itu adalah kami, para bidadari. Kami merasa kagum mendengar nyanyianmu dan turun ke duniamu untuk mendengar suaramu dari dekat. Kami lalu mengelilingimu dan...

11 Cukup! hardik Turan tiba-tiba. Aku tidak tahu dengan sihir apa kau bisa tahu semua itu, tapi aku tidak mau mendengar kata-katamu lagi! Kau pasti seorang ahli nujum yang telah mempengaruhi istriku! Kau pasti cuma ingin mengambil keuntungan dari kami yang sedang susah! Turan! Sabarlah! kata Viana mencoba menenangkan Turan. Mana mungkin aku sabar? kata Turan dengan marah. Apa kau mau aku diam saja mendengar omong kosong darinya? Ariela lalu bangkit berdiri. Kalau kau masih belum percaya, maka akan kutunjukkan padamu! Ariela merentangkan kedua tangannya. Secara perlahan-lahan, tubuhnya tampak mulai diselimuti cahaya. Cahaya itu makin lama tampak makin terang dan makin menyilaukan, hingga Turan terpaksa menutup matanya dengan sebelah tangannya. Tubuhnya tampak terhuyung ke belakang, terdorong oleh kekuatan cahaya itu. Ariela, cukup! Viana tampak tidak tega melihat keadaan Turan. Ariela pun menghilangkan cahaya itu, dan kamar itu kembali seperti sediakala. Turan yang masih merasa kaget, tampak melihat ke sekeliling kamar. Dia ingin memastikan kalau kejadian yang baru dialaminya bukanlah mimpi. Maafkan aku, Turan, kata Viana dengan wajah penuh penyesalan. Aku takut kalau kau tidak bisa menerimaku kalau aku mengatakan yang sebenarnya. Waktu itu, saat aku pertama melihatmu, aku menatapmu bukan dengan rasa kagum, tapi dengan rasa cinta. Aku begitu bahagia saat kau melamarku, sampai-sampai aku lupa kalau aku sebenarnya tidak boleh berada di duniamu. Istrimu sekarang sedang sakit, Turan. Ariela membelai rambut Viana yang memutih. Dia bahkan kini sedang dalam kondisi sekarat. Dia telah terlalu lama berada di dunia manusia. Tubuhnya perlahan-lahan digerogoti oleh sifat-sifat buruk yang ada di dunia ini. Jika dia berada di sini lebih lama lagi, maka umurnya pasti tidak akan lama. Tidak mungkin. Turan menggeleng-gelengkan kepalanya, lalu memandang Viana. Tidak mungkin! Suaranya terdengar meninggi, menyiratkan berbagai emosi yang bercampur aduk. Itu tidak benar kan Viana? Itu bohong kan? Viana tidak menjawab. Dia hanya memalingkan wajahnya dari Turan karena merasa bersalah atas kebohongannya. Matanya tampak membasah oleh air mata. Kenapa kau tidak katakan semua ini padaku dari awal? Turan berjalan ke pembaringan istrinya, dan memeluk tubuh rapuh itu. Mana mungkin aku tidak mau menerimamu? Aku mencintaimu! Apa kau tidak percaya padaku? Dia tidak bisa lagi menahan kesedihannya. Air mata mengalir turun ke pipinya. Sebenarnya yang membuatnya sedih bukanlah kebohongan istrinya, melainkan kenyataan kalau dia harus melihat istrinya meninggal tanpa mampu berbuat apa-apa. Viana pun membalas pelukan Turan dengan tangannya yang lemah. Dia sungguh merasa berdosa karena telah sekian lama membohongi orang yang dicintainya. Dia sebenarnya tidak ingin Turan bersedih karenanya, tapi ternyata kebohongannya kini membuat keduanya menderita.

12 Ariela pun terharu melihat pasangan itu. Dia turut berbahagia karena sahabatnya telah menemukan pria yang mencintainya dengan setulus hati, bahkan dia sedikit merasa iri karenanya. Namun dia juga merasa sedih karena penderitaan yang kini dialami oleh keduanya. Katakan, kata Turan pada Ariela, apa yang bisa kulakukan untuk menyembuhkannya? Aku akan melakukan apapun untuknya. Turan... Viana hendak memprotes, namun Turan menyuruhnya diam dengan menempelkan jari ke bibirnya.

Diceritakan kembali oleh: Rachma www.dongengperi.co.nr 2008 Cerita Rakyat Sumatera Utara Di tepi sebuah hutan kecil yang hijau, sebuah danau yang berair jernih berkilau disapa mentari pagi. Permukaannya

Lebih terperinci

DIPA TRI WISTAPA MEMBILAS PILU. Diterbitkan secara mandiri. melalui Nulisbuku.com

DIPA TRI WISTAPA MEMBILAS PILU. Diterbitkan secara mandiri. melalui Nulisbuku.com DIPA TRI WISTAPA MEMBILAS PILU Diterbitkan secara mandiri melalui Nulisbuku.com MEMBILAS PILU Oleh: Dipa Tri Wistapa Copyright 2014 by Dipa Tri Wistapa Penerbit Dipa Tri Wistapa Website dipoptikitiw@gmail.com

Lebih terperinci

TUGAS PERANCANGAN FILM KARTUN. Naskah Film Dan Sinopsis. Ber Ibu Seekor KUCING

TUGAS PERANCANGAN FILM KARTUN. Naskah Film Dan Sinopsis. Ber Ibu Seekor KUCING TUGAS PERANCANGAN FILM KARTUN Naskah Film Dan Sinopsis Ber Ibu Seekor KUCING DISUSUN OLEH : INDRA SUDRAJAT 09.12.3831 09-S1SI-05 SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER AMIKOM YOGYAKARTA 2011/2012

Lebih terperinci

Anak laki-laki itu segera mengangkat kakinya. Maaf, ujarnya, sementara si anak

Anak laki-laki itu segera mengangkat kakinya. Maaf, ujarnya, sementara si anak PROLOG S eorang anak laki-laki berjalan menuju rumahnya dengan lemas. Padahal ini adalah hari pertamanya masuk SD, seharusnya dia merasa senang. Dia juga termasuk anak lakilaki yang pemberani karena dia

Lebih terperinci

2. Gadis yang Dijodohkan

2. Gadis yang Dijodohkan 2. Gadis yang Dijodohkan Burung-burung berkicau merdu di tengah pagi yang dingin dan sejuk. Dahan-dahan pohon bergerak melambai, mengikuti arah angin yang bertiup. Sebuah rumah megah dengan pilar-pilar

Lebih terperinci

Aku menoleh. Disana berdiri seorang pemuda berbadan tinggi yang sedang menenteng kantong belanjaan di tangan kirinya. Wajahnya cukup tampan.

Aku menoleh. Disana berdiri seorang pemuda berbadan tinggi yang sedang menenteng kantong belanjaan di tangan kirinya. Wajahnya cukup tampan. 1st Spring Hujan lagi. Padahal ini hari Minggu dan tak ada yang berharap kalau hari ini akan hujan. Memang tidak besar, tapi cukup untuk membuat seluruh pakaianku basah. Aku baru saja keluar dari supermarket

Lebih terperinci

Sayang berhenti menangis, masuk ke rumah. Tapi...tapi kenapa mama pergi, Pa? Masuk Sayang suatu saat nanti pasti kamu akan tahu kenapa mama harus

Sayang berhenti menangis, masuk ke rumah. Tapi...tapi kenapa mama pergi, Pa? Masuk Sayang suatu saat nanti pasti kamu akan tahu kenapa mama harus SATU Love is that condition in which the happiness of another person is essential to your own - ROBERT A. HEINLEIN Kenapa Mama harus pergi? tanya seorang anak berusia sekitar delapan tahun. Mama harus

Lebih terperinci

Ketika mimpi menjadi sebuah bayangan, aku menanyakan "kapan ini akan terwujud?" Mungkin nanti, ketika aku telah siap dalam segalagalanya

Ketika mimpi menjadi sebuah bayangan, aku menanyakan kapan ini akan terwujud? Mungkin nanti, ketika aku telah siap dalam segalagalanya Live is a dream Mengertikah engkau saat purnama datang menjelang? Entah apa yang ku maksud saat ini aku pun tak mengerti Tetapi yang jelas aku berusaha untuk memulihkan semua rasa yang ada sebelumnya ketika

Lebih terperinci

Yui keluar dari gedung Takamasa Group dengan senyum lebar di wajahnya. Usaha kerasnya ternyata tak sia-sia. Dia diterima berkerja di perusahaan itu

Yui keluar dari gedung Takamasa Group dengan senyum lebar di wajahnya. Usaha kerasnya ternyata tak sia-sia. Dia diterima berkerja di perusahaan itu PROLOG Yui mengerjapkan matanya yang berat dan menggerakan tubuhnya turun dari ranjangnya. Seluruh badannya terasa remuk, dan kepalanya terasa amat pening. Mungkin karena aku terlalu banyak minum semalam,

Lebih terperinci

Fiction. John! Waktunya untuk bangun!

Fiction. John! Waktunya untuk bangun! Prologue Ada seorang anak kecil yang mengendap-endap memasuki sebuah kamar dimana di tengah ruangan terdapat sebuah piano besar. Dia perlahan-lahan menutup pintu dan melihat piano besar tersebut dengan

Lebih terperinci

Kalau kau mendengar sesuatu, itu akan hanya memudar dan menjadi bagian dari latar belakang.

Kalau kau mendengar sesuatu, itu akan hanya memudar dan menjadi bagian dari latar belakang. Induksi Jika aku mengatakan kepadamu, lihatlah seekor burung merah, dapatkah kau melihatnya untukku? Lihatlah setangkai bunga kuning. Lihatlah sebuah mobil biru. Lihatlah seekor anjing dan seekor kucing.

Lebih terperinci

CINTA 2 HATI. Haii...! Tiara terkejut, dan menatap pada pria itu. Pada saat itu, ternyata pria itu juga menatap kearah Tiara. Mereka saling menatap.

CINTA 2 HATI. Haii...! Tiara terkejut, dan menatap pada pria itu. Pada saat itu, ternyata pria itu juga menatap kearah Tiara. Mereka saling menatap. CINTA 2 HATI Udara sore berhembus semilir lembut,terasa sejuk membelai kulit.kira kira menunjukan pukul 16.45 WIB. Seorang gadis yang manis dan lugu sedang berjalan didepan rumahnya itu. Tiba tiba seorang

Lebih terperinci

Wonderheart ditinggali oleh manusia-manusia yang memiliki kepribadian baik. Tidak hanya itu, hampir semua dari mereka nampak cantik dan

Wonderheart ditinggali oleh manusia-manusia yang memiliki kepribadian baik. Tidak hanya itu, hampir semua dari mereka nampak cantik dan Bab 1 Wonderheart Di suatu titik di alam semesta ini, terdapat sebuah galaksi yang begitu mirip dengan galaksi Bimasakti. Di dalamnya terdapat sebuah planet yang juga memiliki kehidupan mirip seperti Bumi.

Lebih terperinci

Kura-kura dan Sepasang Itik

Kura-kura dan Sepasang Itik Kura-kura dan Sepasang Itik Seekor kura-kura, yang kamu tahu selalu membawa rumahnya di belakang punggungnya, dikatakan tidak pernah dapat meninggalkan rumahnya, biar bagaimana keras kura-kura itu berusaha.

Lebih terperinci

1 Curahan Hati Sebatang Pohon Jati

1 Curahan Hati Sebatang Pohon Jati 1 Curahan Hati Sebatang Pohon Jati Oleh: Alberta Angela (@black_printzesa) Hai, namaku Jati. Mungkin kalian semua sudah sering mendengar namaku. Tapi mungkin kalian belum terlalu mengenal aku dan kehidupanku.

Lebih terperinci

Pertama Kali Aku Mengenalnya

Pertama Kali Aku Mengenalnya 1 Pertama Kali Aku Mengenalnya Aku berhasil menjadi kekasihnya. Laki-laki yang selama 4 tahun sudah aku kagumi dan cintai. Aku pertama kali bertemu dengannya ketika aku duduk di bangku SMP. Saat itu hidupku

Lebih terperinci

DI BALIK DINDING. Apa ya, yang berada di balik dinding itu?, selalu dan selalu dia bertanya-tanya

DI BALIK DINDING. Apa ya, yang berada di balik dinding itu?, selalu dan selalu dia bertanya-tanya Apa ya, yang berada di balik dinding itu?, selalu dan selalu dia bertanya-tanya pada dirinya sendiri. Hingga akhirnya suatu hari, dia pun memberanikan diri untuk mengintip. Terlihat seorang bocah lelaki

Lebih terperinci

CHAPTER 1. There s nothing left to say but good bye Air Supply

CHAPTER 1. There s nothing left to say but good bye Air Supply CHAPTER 1 There s nothing left to say but good bye Air Supply Wolverhampton, 29 Agustus 2006 -Sierra s pov- Happy birthday, Lee! ucapku girang setelah Lee meniup lilin di atas kue ulang tahunnya. Lee,

Lebih terperinci

hidup damai pelajaran 6 suasana hutan damai ada kicauan burung suara hewan bersahutan suara daun bergesekan kehidupan di hutan sungguh damai

hidup damai pelajaran 6 suasana hutan damai ada kicauan burung suara hewan bersahutan suara daun bergesekan kehidupan di hutan sungguh damai pelajaran 6 hidup damai suasana hutan damai ada kicauan burung suara hewan bersahutan suara daun bergesekan kehidupan di hutan sungguh damai apakah kamu suka hidup damai hidup damai 77 menulis melengkapi

Lebih terperinci

Mata Tomi terbelalak, ketika menyadari dia berada

Mata Tomi terbelalak, ketika menyadari dia berada Petualangan Tomi di Negeri Glourius Oleh: Desi Ratih Mata Tomi terbelalak, ketika menyadari dia berada di tempat yang begitu asing baginya. Suasana gelap dan udara yang cukup dingin menyelimuti tempat

Lebih terperinci

S a t u DI PAKUAN EXPRESS

S a t u DI PAKUAN EXPRESS S a t u DI PAKUAN EXPRESS Ya, awal tahun 2008. Pindah ke rumah sendiri. Berpisah dari orangtua, pindah kerja pula ke Jakarta. Meninggalkan kenyamanan kerja di Bogor rupanya membuatku terkaget-kaget dengan

Lebih terperinci

(Cintaku) Bait Pertama. Angin senja begitu halus berhembus. Sore itu, di

(Cintaku) Bait Pertama. Angin senja begitu halus berhembus. Sore itu, di Bait Pertama (Cintaku) Angin senja begitu halus berhembus. Sore itu, di atas panggung yang terletak di tengah bangunan mal yang terbuka. Tommy sedang melakukan cek sound untuk penampilannya. Deru suara

Lebih terperinci

Sahabat Terbaik. Semoga lekas sembuh ya, Femii, Aldi memberi salam ramah. Kemarin di kelas sepi nggak ada kamu.

Sahabat Terbaik. Semoga lekas sembuh ya, Femii, Aldi memberi salam ramah. Kemarin di kelas sepi nggak ada kamu. Sahabat Terbaik Hari Minggu pagi yang cerah ini seharusnya adalah waktu yang menyenangkan untuk olahraga bersama sahabat terdekat. Sayangnya, hari ini Femii sedang tidak enak badan, perut dan punggungnya

Lebih terperinci

TUGAS PERANCANGAN FILM KARTUN

TUGAS PERANCANGAN FILM KARTUN TUGAS PERANCANGAN FILM KARTUN KUNCUP MAWAR Galuh Ajeng Puspita 09.11.3239 STMIK AMIKOM Yogyakarta 2011 JUDUL NASKAH Kuncup Mawar Neona Written By Galuh Ajeng P. Cp: Galuh Ajeng P. STMIK AMIKOM Yogyakart

Lebih terperinci

Bagian 1 : Tak Kan Kubiarkan Kau Merebutnya Dariku!

Bagian 1 : Tak Kan Kubiarkan Kau Merebutnya Dariku! Bagian 1 : Tak Kan Kubiarkan Kau Merebutnya Dariku! Mesin mobil sudah mati beberapa menit yang lalu, tapi Zhara masih duduk diam dibelakang kemudi. Sibuk menenangkan debar jantungnya, berusaha untuk bisa

Lebih terperinci

IBU - seorang ibu beranak 1 berumur 30 tahun, berkulit putih, rambut hitam pendek - berjalan menuju sebuah BUKU.

IBU - seorang ibu beranak 1 berumur 30 tahun, berkulit putih, rambut hitam pendek - berjalan menuju sebuah BUKU. INT. GUDANG - MALAM IBU - seorang ibu beranak 1 berumur 30 tahun, berkulit putih, rambut hitam pendek - berjalan menuju sebuah BUKU. Ibu meniup permukaan buku. Debu berterbangan. Glittering particle membentuk

Lebih terperinci

Soedjono-Tresno Private High School (STPHS) (I)

Soedjono-Tresno Private High School (STPHS) (I) CHAPTER 1 Soedjono-Tresno Private High School (STPHS) (I) Kepala Sekolah Soedjono-Tresno Private High School atau STPHS, Christoper Rumbewas, menerima sejumlah buku, berkas siswa, dan juga seragam sekolah

Lebih terperinci

SINOPSIS. Universitas Darma Persada

SINOPSIS. Universitas Darma Persada SINOPSIS Watanabe Toru adalah seorang pria berusia 37 tahun yang sedang menaiki pesawat Boeing 737 menuju ke bandara Hamburg, Jerman. Sesampainya di bandara, dia mendengar suara lantunan instrumentalia

Lebih terperinci

MORIENDO. Terlihat uluran tangan yang melepaskan butiran-butiran yang begitu cemerlang bagaikan kristal ke angkasa

MORIENDO. Terlihat uluran tangan yang melepaskan butiran-butiran yang begitu cemerlang bagaikan kristal ke angkasa 1 MORIENDO FADE IN: EXT. TEPI PANTAI - SIANG Terlihat uluran tangan yang melepaskan butiran-butiran yang begitu cemerlang bagaikan kristal ke angkasa CUT TO Butiran-butiran tersebut berubah menjadi dedaunan

Lebih terperinci

Lucu memang.. Aku masih bisa tersenyum manis, melihatmu disana tertawa lepas bersamanya.

Lucu memang.. Aku masih bisa tersenyum manis, melihatmu disana tertawa lepas bersamanya. Lelah menanti.. Cinta untukmu tak pernah berbalas. Lucu memang.. Aku masih bisa tersenyum manis, melihatmu disana tertawa lepas bersamanya. Lucu memang, aku masih saja merindukanmu.. Walau kutau hatimu

Lebih terperinci

Marwan. Ditulis oleh Peter Purwanegara Rabu, 01 Juni :25

Marwan. Ditulis oleh Peter Purwanegara Rabu, 01 Juni :25 Ellen hanya berdiri termangu melihat tubuh Marwan yang kaku terbujur yang tiga perempat tubuhnya tertutup oleh kain putih. Hanya kelihatan kepalanya saja. Ellen hanya ingin melihat wajah Marwan terakhir

Lebih terperinci

Ayo, minum, katanya seolah mengajaknya ikut minum bersamanya.

Ayo, minum, katanya seolah mengajaknya ikut minum bersamanya. Keledai Cerpen Dedy Tri Riyadi (Koran Tempo, 6 April 2014) LELAKI tua itu memandang ke arah jalan yang ramai di luar jendela. Di jalanan, entah karena apa, banyak sekali orang seperti sedang menunggu sesuatu

Lebih terperinci

1. Aku Ingin ke Bandung

1. Aku Ingin ke Bandung 1. Aku Ingin ke Bandung Malam ini terasa berbeda, apa yang aku dengar terasa bagaikan bisikan dari masa lalu yang tak akan pernah mendatangi kehidupanku. Aku ingin ke Bandung hatiku berbisik pelan tapi

Lebih terperinci

Sepasang Sayap Malaikat

Sepasang Sayap Malaikat Sepasang Sayap Malaikat Mereka sepasang sayap terbang ke awan-awan ingatan pemiliknya memilih menapak tanah, menikah dengan gadis pujaan. Setahun lalu, ia bertemu seorang gadis di sebuah kebun penuh air

Lebih terperinci

Yang Mencinta dalam Diam

Yang Mencinta dalam Diam Yang Mencinta dalam Diam Aku melihat sebuah abstrak dengan gambar batu-batu cantik menyerupai sebuah rumah, lengkap dengan air-air jernih dibatu-batu tersebut, mereka mengalir dan bergerak sebebas-bebasnya,

Lebih terperinci

Negeri Peri Di Tengah Hutan

Negeri Peri Di Tengah Hutan Negeri Peri Di Tengah Hutan EXT. Desa Terpencil. Pagi Hari Disebuah desa hiduplah seorang anak perempuan yang lugu, yang bernama. Ia senang sekali bermain ditepi hutan. Namun ibunya sebenarnya melarangnya.

Lebih terperinci

Di Pantai Pasir Putih

Di Pantai Pasir Putih Di Pantai Pasir Putih Menjelang musim panas di pantai, ombak tiada lelah mengempas pesisir. Langit biru menghiasi cakrawala. Burung-burung camar berterbangan di atas air. Sedang angin laut yang berembus

Lebih terperinci

ROSE PAPPER AND BLOODY LILY Part 1

ROSE PAPPER AND BLOODY LILY Part 1 ROSE PAPPER AND BLOODY LILY Part 1 Sinar matahari siang ini begitu terik hingga sanggup menembus setiap celah kain berlapis yang menutupi kulit setiap orang yang menantangnya. Langkah Guri semakin cepat

Lebih terperinci

SMP kelas 8 - BAHASA INDONESIA BAB 1. TEKS CERITA MORAL/FABELLatihan Soal 1.7

SMP kelas 8 - BAHASA INDONESIA BAB 1. TEKS CERITA MORAL/FABELLatihan Soal 1.7 SMP kelas 8 - BAHASA INDONESIA BAB 1. TEKS CERITA MORAL/FABELLatihan Soal 1.7 1. Aduh, Kaka, kalau rambutmu kau sisir model begitu kau kelihatan lebih tua. Kau seperti nenek-nenek! Alah kau ini hanya sirik,

Lebih terperinci

KOPI DI CANGKIR PELANGI..

KOPI DI CANGKIR PELANGI.. KOPI DI CANGKIR PELANGI.. Irama detik menuju menit yang semakin jelas terdengar, menandakan sunyi telah memonopoli malam. Malam memang selalu berdampingan dengan sunyi, dan kemudian memadu kasih untuk

Lebih terperinci

BAB II RINGKASAN CERITA. sakit dan mengantarkan adik-adiknya ke sekolah. Karena sejak kecil Lina

BAB II RINGKASAN CERITA. sakit dan mengantarkan adik-adiknya ke sekolah. Karena sejak kecil Lina BAB II RINGKASAN CERITA Ada dua kewajiban yang paling di benci Lara yang harus di lakukannya setiap pagi. Lara harus mengemudi mobil ayahnya yang besar dan tua ke rumah sakit dan mengantarkan adik-adiknya

Lebih terperinci

AKHIR PERJALANAN. ( Kisah Tentang Kehidupan ) Aghana V Idents. Diterbitkan secara mandiri. melalui Nulisbuku.com

AKHIR PERJALANAN. ( Kisah Tentang Kehidupan ) Aghana V Idents. Diterbitkan secara mandiri. melalui Nulisbuku.com AKHIR PERJALANAN ( Kisah Tentang Kehidupan ) Aghana V Idents Diterbitkan secara mandiri melalui Nulisbuku.com AKHIR PERJALANAN Oleh: Aghana V Idents Copyright 2015 by Aghana V Idents Penerbit ( nulisbuku.com

Lebih terperinci

Ah sial aku selingkuh!

Ah sial aku selingkuh! PROLOG Dua tahun sudah perjalanan kisah kita, melangkahkan kaki kita menapaki setiap mimpi yang kita rajut demi masa depan bersama. Setiap detik yang kita lalui selalu tampak semakin nyata, menggapai apa

Lebih terperinci

LUCKY_PP UNTUKMU. Yang Bukan Siapa-Siapa. Diterbitkan secara mandiri. melalui Nulisbuku.com

LUCKY_PP UNTUKMU. Yang Bukan Siapa-Siapa. Diterbitkan secara mandiri. melalui Nulisbuku.com LUCKY_PP UNTUKMU Yang Bukan Siapa-Siapa Diterbitkan secara mandiri melalui Nulisbuku.com UNTUKMU Yang Bukan Siapa-Siapa Oleh: Lucky_pp Copyright 2014 by Lucky_pp Desain Sampul: Ii dan friend Diterbitkan

Lebih terperinci

"Mungkin di sini ada petunjuknya" ucapku sambil pergi mengunjungi perpustakaan sejarah di tengah kota.

Mungkin di sini ada petunjuknya ucapku sambil pergi mengunjungi perpustakaan sejarah di tengah kota. 1. Hans dan Taman Bawah Tanah Nadhif Rizal Namaku Hansteir Elmwood atau sebut saja Hans. Aku tinggal bersama Ayah dan Ibuku. Ayahku selalu menceritakan kisah misteri tentang Taman Bawah tanah. Ayahku selalu

Lebih terperinci

PROLOG. Wow, lihat! Dia datang. Kata Ronald sambil bersiul.

PROLOG. Wow, lihat! Dia datang. Kata Ronald sambil bersiul. PROLOG Frankfurt, Germany. Nick umur 9 tahun. Aku berlarian di padang rumput. Mengitari lapangan yang seperti permadani hijau. Rumput-rumputnya sudah mulai meninggi. Tingginya hampir melewati lututku.

Lebih terperinci

Flower 1. Enam Tahun yang Lalu

Flower 1. Enam Tahun yang Lalu Flower 1 Lili Andriani berdiri di samping mobil Honda Jazz biru miliknya. Matanya tertuju pada layar TV besar yang terletak di seberang jalan. Seorang pria tampan bernyanyi sambil memegang gitar. Dia adalah

Lebih terperinci

Kisah Dari Negeri Anggrek

Kisah Dari Negeri Anggrek Kisah Dari Negeri Anggrek By Eryani Widyastuti SATU Pernahkah kalian mendengar kisah ini? Kisah dari Negeri Anggrek yang damai, indah, dan udaranya dipenuhi oleh bau harum-manis bebungaan anggrek. Negeri

Lebih terperinci

Tanggal kelima belas bulan Juni. Purnama bersinar

Tanggal kelima belas bulan Juni. Purnama bersinar Oleh: Astari Ulfa Tanggal kelima belas bulan Juni. Purnama bersinar terang di langit. Bintang-bintang juga tampak kerlipnya, walaupun samar, kalah oleh cahaya rembulan. Malam ini penduduk Negeri Zaira

Lebih terperinci

Mata ini sulit terpejam dan pendar-pendar rasa sakit di hati tidak dapat hilang menusuk dan menancap keras.

Mata ini sulit terpejam dan pendar-pendar rasa sakit di hati tidak dapat hilang menusuk dan menancap keras. Sahabat Lama 19:52, Sebuah kafe di Jakarta Selatan, Mata ini sulit terpejam dan pendar-pendar rasa sakit di hati tidak dapat hilang menusuk dan menancap keras. Mencintai orang lain? tanyaku lemah. Farel

Lebih terperinci

László Hankó: Kebahagiaan Marina

László Hankó: Kebahagiaan Marina 1 László Hankó: Kebahagiaan Marina Terjemahan: Mentari Siahaan Dahulu kala hiduplah seorang wanita muda dan cantik bernama Marina. Dia tinggal di sebuah gubuk kecil di tepi pantai bersama suaminya yang

Lebih terperinci

Mengapa hidupku jadi seperti ini Tuhan? Aku takkan bisa menikmati kebebasanku seperti dulu lagi.

Mengapa hidupku jadi seperti ini Tuhan? Aku takkan bisa menikmati kebebasanku seperti dulu lagi. Hari ini adalah hari dimana aku dan James akan menikah. Ya Tuhan, aku benar-benar tidak pernah berpikir untuk menikah secepat ini. Tidak, sebelum aku menjadi seorang dokter. Ya, minimal aku lulus dari

Lebih terperinci

P A D A M U E M B U N

P A D A M U E M B U N R I S H E L L Y R I T O N G A P A D A M U E M B U N dan cerita-cerita lainnya Diterbitkan secara mandiri melalui Nulisbuku.com Perbincangan Denganmu 2 Jarum pada jam yang melingkar di tangan kiriku menunjukkan

Lebih terperinci

BABAK I DI KOTA INDAH NAN MULIA

BABAK I DI KOTA INDAH NAN MULIA BABAK I DI KOTA INDAH NAN MULIA Betapa indah dan bahagia duduk di pangkuan ayah tercinta dalam dimensi kemuliaan ini. Tinggal di kota sorgawi yang penuh dengan kemuliaan dan cahayanya sama seperti permata

Lebih terperinci

sudah rapi kembali setelah dicukur. Ruangan-ruangan didalam bangunan ini sangat

sudah rapi kembali setelah dicukur. Ruangan-ruangan didalam bangunan ini sangat Hujan turun lagi disiang hari ini. Bulan April yang aneh. Bukankah seharusnya ini sudah menjadi liburan musim panas yang menyenankan? Mengapa hujan lagi? Jakarta, metropolitan yang sungguh kontras dengan

Lebih terperinci

- Sebuah Permulaan - - Salam Perpisahan -

- Sebuah Permulaan - - Salam Perpisahan - - Sebuah Permulaan - - Salam Perpisahan - Aku bertemu denganmu lengkap dengan salam perkenalan. Senyummu membaur dengan karamel panas yang kau suguhkan. Katamu cuaca cukup dingin jika hanya duduk diam

Lebih terperinci

Air mataku berlinang-linang sewaktu dokter mengatakan

Air mataku berlinang-linang sewaktu dokter mengatakan Bagian I 1 2 Air mataku berlinang-linang sewaktu dokter mengatakan keputusasaannya untuk mengobatiku. Aku ingat benar bagaimana harapanku dulu untuk sembuh di dalam rawatannya seperti pasien-pasien yang

Lebih terperinci

Eliora. orang yang sedang menjalaninya. 1 Artinya, seberat-berat kami melihat sesuatu terjadi, lebih menyakitkan lagi bagi

Eliora. orang yang sedang menjalaninya. 1 Artinya, seberat-berat kami melihat sesuatu terjadi, lebih menyakitkan lagi bagi 1 Nadia Eliora Yuda Putri Bahasa Indonesia 7 13 September 2012 Pelarian Jauh Di Hutan Duarr! Bunyi ledakan bom tentara-tentara Jepang. Setelah ledakan pertama itu, orang-orang di desaku menjadi kalang

Lebih terperinci

Oleh: Windra Yuniarsih

Oleh: Windra Yuniarsih Puncak Kebahagiaan Oleh: Windra Yuniarsih Perempuan adalah makhluk yang istimewa. Aku merasa beruntung dilahirkan sebagai perempuan. Meskipun dari keluarga sederhana tetapi kakiku dapat membawaku ke tempat

Lebih terperinci

Bayangan Merah di Laut dan Tempat Untuk Kembali:

Bayangan Merah di Laut dan Tempat Untuk Kembali: Noand Hegask Bayangan Merah di Laut dan Tempat Untuk Kembali: Kisah-kisah pendek dan sajak rumpang Diterbitkan melalui: Nulisbuku.com Darah Biasanya keluar rumah Saat tengah malam Sambil menangis Hanya

Lebih terperinci

Hidup ini singkat bagiku! Kebahagian saat ini hanyalah sementara, tak mudah bagiku untuk menjalani hidup normal layaknya sebagai manusia biasa.

Hidup ini singkat bagiku! Kebahagian saat ini hanyalah sementara, tak mudah bagiku untuk menjalani hidup normal layaknya sebagai manusia biasa. Hidup ini singkat bagiku! Kebahagian saat ini hanyalah sementara, tak mudah bagiku untuk menjalani hidup normal layaknya sebagai manusia biasa. Jadi aku hidup tidak normal? Ya itu menurutku! Kehidupan

Lebih terperinci

Cermin. Luklukul Maknun

Cermin. Luklukul Maknun Cermin Luklukul Maknun Orang-orang terkekeh-kekeh setelah melihat dirinya di cermin. Mereka tersenyum, memerhatikan dirinya, lalu tersenyum lagi. Setelah itu, mereka mencatat sesuatu di buku. Mereka memerhatikan

Lebih terperinci

Sebuah kata teman dan sahabat. Kata yang terasa sulit untuk memasuki kehidupanku. Kata yang mungkin suatu saat bisa saja meninggalkan bekas yang

Sebuah kata teman dan sahabat. Kata yang terasa sulit untuk memasuki kehidupanku. Kata yang mungkin suatu saat bisa saja meninggalkan bekas yang Prolog Seorang teman atau bahkan lebih dari sekedar teman, ya tepatnya adalah sahabat? Apa yang kalian tau tentang teman ataupun sahabat? Dua kata yang hampir serupa, namum mempunyai arti begitu berbeda

Lebih terperinci

Senja, Sebuah Kisah Sebuah Cerita

Senja, Sebuah Kisah Sebuah Cerita 23 Senja, Sebuah Kisah Sebuah Cerita Oleh: Abu Bakar Sidiq Langit senja berselimut mendung tipis, tampak gerimis lembut berjatuhan membasahi suasana senja yang masih belia. Lalu lalang manusia menelusuri

Lebih terperinci

Kamu adalah alasan untuk setiap waktu yang berputar dari tempat ini.

Kamu adalah alasan untuk setiap waktu yang berputar dari tempat ini. Kamu adalah alasan untuk setiap waktu yang berputar dari tempat ini. Bab 1 Surat bakti Adinda, Untuk Volonyia Adere di kota seberang. Kamu lihat bunga kita, yang sama-sama kita tanam di depan rumah. Dia

Lebih terperinci

Siang itu terasa sangat terik, kami merasa lelah

Siang itu terasa sangat terik, kami merasa lelah SATU Siang itu terasa sangat terik, kami merasa lelah sekali. Namaku Reginia, Nia begitu sapaan orang-orang kepadaku. Aku dan suamiku Santoso baru saja pindah rumah. Maklum saja, aku dan Santoso adalah

Lebih terperinci

Sang Pangeran. Kinanti 1

Sang Pangeran. Kinanti 1 Sang Pangeran Langkah Rara terhenti mendengar percakapan dari ruang tamu. Suara seseorang yang sangat dikenalnya. Suara tawa yang terdengar khas itu semakin memperkuat dugaannya, membuat jantung Rara berpacu

Lebih terperinci

Cinta, bukan satu hal yang patut untuk diperjuangkan. Tapi perjuangan untuk mendapatkan cinta, itulah makna kehidupan. Ya, lalu mengapa...

Cinta, bukan satu hal yang patut untuk diperjuangkan. Tapi perjuangan untuk mendapatkan cinta, itulah makna kehidupan. Ya, lalu mengapa... 6 Cinta, bukan satu hal yang patut untuk diperjuangkan. Tapi perjuangan untuk mendapatkan cinta, itulah makna kehidupan. Ya, lalu mengapa... OooOooOooO "Hye..." "Hhmmm..." "Aku mencintaimu..." "Nado. Aku

Lebih terperinci

Puzzle-Puzzle Fiksi. Inilah beberapa kisah kehidupan yang diharapkan. menginspirasi pembaca

Puzzle-Puzzle Fiksi. Inilah beberapa kisah kehidupan yang diharapkan. menginspirasi pembaca Puzzle-Puzzle Fiksi Inilah beberapa kisah kehidupan yang diharapkan menginspirasi pembaca JULIE 2 Akhirnya Buku Ini Milikku Aku tidak menghiraukan panasnya matahari di siang hari ini. Aku tetap berlari

Lebih terperinci

Pergi Tak Kembali. Oleh: Firmansyah

Pergi Tak Kembali. Oleh: Firmansyah 1 Pergi Tak Kembali Oleh: Firmansyah Lima tahun berlalu tanpa terasa. Tanpa terasa? Tidak juga, lima tahun itu juga Dam dan istrinya menunggu. Beruntung saat mereka mulai merencanakan banyak terapi hamil,

Lebih terperinci

Seperti api membakar hati Irfan. Dia menekan dadanya, menangis sekuatnya. Padahal hidup belum berakhir. Aisyah datang menampakkan diri.

Seperti api membakar hati Irfan. Dia menekan dadanya, menangis sekuatnya. Padahal hidup belum berakhir. Aisyah datang menampakkan diri. Seperti api membakar hati Irfan. Dia menekan dadanya, menangis sekuatnya. Padahal hidup belum berakhir. Aisyah datang menampakkan diri. Irfan terperangkap dalam medan asmara, hatinya terpaut dan terjatuh

Lebih terperinci

SMP kelas 8 - BAHASA INDONESIA BAB 1. TEKS CERITA MORAL/FABELLatihan Soal 1.6

SMP kelas 8 - BAHASA INDONESIA BAB 1. TEKS CERITA MORAL/FABELLatihan Soal 1.6 SMP kelas 8 - BAHASA INDONESIA BAB 1. TEKS CERITA MORAL/FABELLatihan Soal 1.6 1. Merpati, Elang, dan Bangau akan pamer kecepatan. Setelah semua siap, Rajawali memberi aba-aba. Tapi belum hitungan ketiga,

Lebih terperinci

Karya Kreatif Tanah Air Beta

Karya Kreatif Tanah Air Beta Mulyanissa 1 Hapsari Athaya Mulyanissa Rigen Pratitisari Bahasa Indonesia 1 Desember 2011 Karya Kreatif Tanah Air Beta Bagian I: Tujuan Penulisan Tanah Air Beta adalah novel yang dibuat berdasarkan film

Lebih terperinci

SD kelas 6 - BAHASA INDONESIA BAB 7. MEMBACA SASTRALatihan Soal 7.9

SD kelas 6 - BAHASA INDONESIA BAB 7. MEMBACA SASTRALatihan Soal 7.9 SD kelas 6 - BAHASA INDONESIA BAB 7. MEMBACA SASTRALatihan Soal 7.9 1. Di suatu siang yang terik, seekor burung pipit tengah asik menikmati buah Delima kesukaannya. Tiba-tiba ia dikejutkan oleh teriakan

Lebih terperinci

Buku BI 3 (12 des).indd 1 16/12/ :41:24

Buku BI 3 (12 des).indd 1 16/12/ :41:24 Buku BI 3 (12 des).indd 1 16/12/2014 11:41:24 2 Buku BI 3 (12 des).indd 2 16/12/2014 11:41:25 Bintang berkunjung ke rumah Tante Menik, adik ibunya. Tante Menik seorang wartawati. Rumah Tante Menik kecil,

Lebih terperinci

Alifia atau Alisa (2)

Alifia atau Alisa (2) Alifia atau Alisa (2) Dari suratku yang satu ke surat yang lainnya, dari pesan melalui media yang terhubung kepadanya semua sia-sia. Hingga lebih dua bulan aku menanti, tapi sepertinya perempuan ini bagaikan

Lebih terperinci

ONIMUSHA Written by REZA FAHLEVI ( )

ONIMUSHA Written by REZA FAHLEVI ( ) ONIMUSHA Written by REZA FAHLEVI ( 09.12.3843 ) Copyright 2011 Reza Fahlevi All Right Reserved SINOPSIS adalah seorang anak laki-laki dari pasangan Yusaku Matsuda dan dari desa kecil bernama Chikuya di

Lebih terperinci

Kehidupan itu terlalu penuh dengan kebahagian bagi orang yang menyadarinya Tommy membaca kalimat terakhir dari sebuah novel yang diterbitkan melalui

Kehidupan itu terlalu penuh dengan kebahagian bagi orang yang menyadarinya Tommy membaca kalimat terakhir dari sebuah novel yang diterbitkan melalui Kehidupan itu terlalu penuh dengan kebahagian bagi orang yang menyadarinya Tommy membaca kalimat terakhir dari sebuah novel yang diterbitkan melalui salah satu blog yang sudah lama ia ikuti. Blog yang

Lebih terperinci

Mengajarkan Budi Pekerti

Mengajarkan Budi Pekerti 4 Mengajarkan Budi Pekerti Sukakah kamu membaca cerita dan dongeng? Banyak cerita dan dongeng anak-anak yang dapat kamu baca. Dalam sebuah cerita, terdapat pelajaran. Belajarlah dari isi cerita dan dongeng.

Lebih terperinci

Lampiran. Ringkasan Novel KoKoro. Pertemuan seorang mahasiswa dengan seorang laki-laki separuh baya di pantai

Lampiran. Ringkasan Novel KoKoro. Pertemuan seorang mahasiswa dengan seorang laki-laki separuh baya di pantai Lampiran Ringkasan Novel KoKoro Pertemuan seorang mahasiswa dengan seorang laki-laki separuh baya di pantai Kamakura menjadi sejarah dalam kehidupan keduanya. Pertemuannya dengan sensei merupakan hal yang

Lebih terperinci

Stupid Love. June 21 st, 2013

Stupid Love. June 21 st, 2013 Stupid Love June 21 st, 2013 Sepasang mata biru terangnya menatapku lekat. Aku menggigit bibir bawahku, menahan kalimat yang tidak ingin aku katakan. Tapi aku harus. Aku harus mengatakannya. Emosiku sudah

Lebih terperinci

Belajar Memahami Drama

Belajar Memahami Drama 8 Belajar Memahami Drama Menonton drama adalah kegiatan yang menyenangkan. Selain mendapat hiburan, kamu akan mendapat banyak pelajaran yang berharga. Untuk memahami sebuah drama, kamu dapat memulainya

Lebih terperinci

Judul : PAUS BELUGA Penulis Cerita : Renny Yaniar Penulis Pengetahuan : Christien Ismuranty Kiki Anggraini Editor Bahasa : Niken suryatmini Desain dan

Judul : PAUS BELUGA Penulis Cerita : Renny Yaniar Penulis Pengetahuan : Christien Ismuranty Kiki Anggraini Editor Bahasa : Niken suryatmini Desain dan Judul : PAUS BELUGA Penulis Cerita : Renny Yaniar Penulis Pengetahuan : Christien Ismuranty Kiki Anggraini Editor Bahasa : Niken suryatmini Desain dan Layout : Imam Eckhow Adrian Ian Ilustrasi dan Warna

Lebih terperinci

Perempuan dan Seekor Penyu dalam Senja

Perempuan dan Seekor Penyu dalam Senja Perempuan dan Seekor Penyu dalam Senja Perempuan itu berjalan di antara gerimis dan licinnya jalan kampung. Bagian bawah kainnya sudah basah terkena percikan. Ia menenteng sendalnya di tangan kirinya sementara

Lebih terperinci

Seorang gadis sedang berjalan bahagia di

Seorang gadis sedang berjalan bahagia di Chapter I: The First Meeting Seorang gadis sedang berjalan bahagia di sepanjang jalan pada malam yang cerah. Ia melihat ke sekelilingnya dengan senyum ceria. Ia berharap hal aneh itu tidak akan muncul

Lebih terperinci

Raja Langit, Raja Bumi, dan Putri Bulan Kisah dari Sulawesi Selatan

Raja Langit, Raja Bumi, dan Putri Bulan Kisah dari Sulawesi Selatan Raja Langit, Raja Bumi, dan Putri Bulan Kisah dari Sulawesi Selatan Kisah ini mengajarkan dua hal: Pertama, bahwa setiap peperangan yang dikobarkan oleh rasa iri dan benci hanya akan menghancurkan semua

Lebih terperinci

Aku Tidak Mengerti Orang Biasa

Aku Tidak Mengerti Orang Biasa 5 Aku Tidak Mengerti Orang Biasa Setelah pertengkaran aneh beberapa minggu lalu, aku berhasil mendapatkan hari libur minggu yang menyenangkan. Kali ini tanpa Siska ataupun ketua yang merencanakan menyusun

Lebih terperinci

RINDU. Puguh Prasetyo ~ 1

RINDU. Puguh Prasetyo ~ 1 RINDU Kudengar lantunan merdu suara angin mengalun syahdu, menggelayuti hati yang mengharu biru, di antara untaian kata-kata yang beradu, apakah ini yang orang-orang sebut dengan rindu? Puguh Prasetyo

Lebih terperinci

Bintang Pembuka. Kepada orang-orang yang tidak pernah naik keatas atap rumahnya untuk sekedar melihat betapa indahnya bintang-bintang.

Bintang Pembuka. Kepada orang-orang yang tidak pernah naik keatas atap rumahnya untuk sekedar melihat betapa indahnya bintang-bintang. Bintang Pembuka Kepada orang-orang yang tidak pernah naik keatas atap rumahnya untuk sekedar melihat betapa indahnya bintang-bintang. Kepada orang-orang yang belum pernah merasakan nikmatnya menatap bintang

Lebih terperinci

PATI AGNI Antologi Kematian

PATI AGNI Antologi Kematian PATI AGNI Antologi Kematian Ita Nr. KATA PENGANTAR PATI AGNI Antologi Kematian Dalam Bahasa Sansekerta, Pati berarti mati, Agni berarti api. Pati Agni adalah mematikan api (kehidupan). Semua makhluk hidup

Lebih terperinci

Tujuh Kebaikan Dido Lebah di Negeri Kesedihan

Tujuh Kebaikan Dido Lebah di Negeri Kesedihan Tujuh Kebaikan Dido Lebah di Negeri Kesedihan Disusun oleh : Heru Kurniawan Mulasih Tary ISBN : 978-602-98476-1-1 2012 Penerbit Jl. Ruko Jambusari No. 7A Yogyakarta 55283 Telp. 0274-889836; 0274-889398

Lebih terperinci

Buku BI 1 (5 des).indd 1 10/12/2014 8:43:03

Buku BI 1 (5 des).indd 1 10/12/2014 8:43:03 Buku BI 1 (5 des).indd 1 10/12/2014 8:43:03 Ibu Utha berjualan gorengan di tepi jalan. Di sana ada pisang, bakwan, tahu, dan cireng tersedia. Rasanya? Kata para pembelinya, gorengan Ibu Utha renyah dan

Lebih terperinci

Damar, apakah pada akhirnya mereka ini bisa benar-benar pulang?

Damar, apakah pada akhirnya mereka ini bisa benar-benar pulang? 100 101 Walaupun aku pura-pura menutup kedua mataku. Toh, akhirnya kubaca juga cerita tentang Ann. Ann yang malang, mengingatkanku pada cerita tentang Elsja dan Djalil, hantu Belanda yang sempat kuceritakan

Lebih terperinci

"Tapi mimpi itu inspirasi. Aku ragu untuk melangkah tanpa aku tau mimpiku."

Tapi mimpi itu inspirasi. Aku ragu untuk melangkah tanpa aku tau mimpiku. MIMPI Katanya mimpi itu bunga tidur. Bunga tidur yang wanginya terbawa hingga kita bangun dan selalu mengenangnya selama 5 menit sebelum pergi ke kamar mandi. Ah, mungkin hanya aku saja. Aku selalu begitu,

Lebih terperinci

Karya Kreatif Tanah Air Beta. Karya ini diciptakan untuk menuturkan isi hati Mama Tatiana di dalam buku hariannya. Karya

Karya Kreatif Tanah Air Beta. Karya ini diciptakan untuk menuturkan isi hati Mama Tatiana di dalam buku hariannya. Karya Labiba 1 Salsabil Inas Labiba Rigen Pratitisari Bahasa Indonesia 1 Desember 2011 Karya Kreatif Tanah Air Beta Bagian I: Tujuan Penulisan Karya ini diciptakan untuk menuturkan isi hati Mama Tatiana di dalam

Lebih terperinci

Bimo, Ra, Kenapa lagi sama calon lakimu itu duhai Syaqilaku sayang? godaku. Ojo ngenyeklah. Hahaha. Iya, iya. Bimo kenapa? Tadi aku nggak sengaja

Bimo, Ra, Kenapa lagi sama calon lakimu itu duhai Syaqilaku sayang? godaku. Ojo ngenyeklah. Hahaha. Iya, iya. Bimo kenapa? Tadi aku nggak sengaja BAB 1 Peacock Coffee, masih menjadi tempat favoritku dan sahabat untuk melepas penat dari rutinitas sekolah seharihari. Kafe ini tidak terlalu besar juga tidak terlalu kecil, namun terkesan mewah dan simpel.

Lebih terperinci

oooooooo "Park Shinhye!!!!!"

oooooooo Park Shinhye!!!!! 1 Ingin mengerti apa makna di balik senyumnya. Tapi seolah-olah aku mengamati, hatiku semakin jauh berlari berlawanan arah. Mengapa semua begitu rumit dan selalu ada yang terluka? Adakah satu hal saja

Lebih terperinci

KISAH KISAH YANG HAMPIR TERLUPAKAN

KISAH KISAH YANG HAMPIR TERLUPAKAN KISAH KISAH YANG HAMPIR TERLUPAKAN 1 Hensa KISAH KISAH YANG HAMPIR TERLUPAKAN NAMANYA INDRA Bagaimana Sari?, suara Indra memecah keheningan. Kutatap lelaki ganteng yang duduk tepat di depanku ini. Sari,

Lebih terperinci

Entahlah, suamiku. Aku juga tidak pernah berbuat jahat dan bahkan selalu rajin beribadah, jawab sang isteri sambil menahan air mata.

Entahlah, suamiku. Aku juga tidak pernah berbuat jahat dan bahkan selalu rajin beribadah, jawab sang isteri sambil menahan air mata. Hikayat Cabe Rawit Alkisah, pada zaman dahulu hiduplah sepasang suami-isteri di sebuah kampung yang jauh dari kota. Keadaan suami-isteri tersebut sangatlah miskin. Rumah mereka beratap anyaman daun rumbia,

Lebih terperinci

TEMAN KESUNYIAN BUKU PUISI BAGUS EKO SAPUTRO

TEMAN KESUNYIAN BUKU PUISI BAGUS EKO SAPUTRO TEMAN KESUNYIAN BUKU PUISI BAGUS EKO SAPUTRO TEMAN KESUNYIAN Bagus Eko Saputro Copyright 2016 by Bagus Eko Saputro Desain Sampul: Agung Widodo Diterbitkan Secara Mandiri melalui: www.nulisbuku.com 2 Daftar

Lebih terperinci