PERENCANAAN GEDUNG INDOSAT SEMARANG DENGAN DISAIN STRUKTUR KOMPOSIT

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERENCANAAN GEDUNG INDOSAT SEMARANG DENGAN DISAIN STRUKTUR KOMPOSIT"

Transkripsi

1 LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR PERENCANAAN GEDUNG INDOSAT SEMARANG DENGAN DISAIN STRUKTUR KOMPOSIT Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Program Strata 1 Pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Diponegoro Semarang Disusun oleh : Evi Puspitasari Raras Herry K. NIM : LA NIM : LA00314 Semarang, 007 Disetujui, Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II Ir. Windu Partono, Msc. Ir. Parang Sabdono, M.Eng. NIP NIP Mengetahui, Ketua Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Diponegoro Ir. Bambang Pudjianto, MT. NIP ii

2 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... Error! Bookmark not defined. LEMBAR PENGESAHAN... ii TUGAS AKHIR... ii DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... viii DAFTAR GAMBAR... xi KATA PENGANTAR... xiii BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Maksud dan Tujuan Ruang Lingkup Pekerjaan Perencanaan Sistematika Penulisan... 1 BAB II DASAR TEORI KONSEP PEMILIHAN STRUKTUR KRITERIA DASAR PERANCANGAN PERENCANAAN STRUKTUR ATAS Metode Analisis Struktur Tinjauan terhadap beban lateral (gempa) Pemilihan Metode Analisis Perencanaan Pelat Perencanaan Balok Perencanaan Lentur Murni Perhitungan Tulangan Ganda Perhitungan Geser dan Torsi Perencanaan Kolom Perencanaan Tangga Perencanaan Balok Perletakan Mesin dan Balok Pengatrol Mesin Perencanaan Dinding, Pelat lantai, dan Pelat Atap Basement Perencanaan Struktur Bawah (Sub Structure) iii

3 BAB III KONSEP PEMBEBANAN TINJAUAN BEBAN FAKTOR BEBAN DAN KOMBINASI PEMBEBANAN FAKTOR REDUKSI KEKUATAN BAB IV PERHITUNGAN STRUKTUR PERHITUNGAN PELAT Tinjauan Umum Langkah-Langkah Perencanaan pelat Penentuan Tebal Pelat Lantai Beban Yang Bekerja Pada Pelat Lantai (PPI untuk gedung 1983) Beban Tipe A ( Plat lantai ) Beban Tipe B ( Ruang Meeting ) Beban Tipe C ( Kolam Renang ) Beban Tipe D ( Plat Atap ) Perhitungan Penulangan Pelat Perhitungan Momen Perhitungan Tulangan PERHITUNGAN TANGGA Perencanaan Dimensi Tangga Pembebanan Pada Pelat Tangga, Pelat Bordes, dan Balok Bordes Penentuan Parameter Perhitungan Perencanaan Penulangan Pelat Tangga PERHITUNGAN PORTAL Kombinasi Pembebanan pada Portal Menentukan Pusat Massa Tiap Lantai Perhitungan Gempa Tinjauan Umum Faktor Keutamaan Struktur (I) Faktor Reduksi Gempa (R) iv

4 Faktor Respon Gempa (C) Penentuan Zona Gempa Penentuan Jenis Tanah Perhitungan Berat Total Bangunan ( Wt ) Periode Getar Bangunan ( T ) Koefisien Respon Gempa ( C ) Gaya Horisontal Akibat Gempa ( V ) Distribusi Gaya Geser Horisontal Akibat Gempa Pada Gedung ( F ) Pemeriksaan Periode Getar Struktur ( T ) Perhitungan Tulangan Balok Perhitungan Tulangan Lentur Balok Perhitungan Tulangan Geser Balok Perhitungan Tulangan Geser Balok Perhitungan Kolom Perhitungan Tulangan Utama Cek Kekuatan Penampang (Tinjau Biaxial Bending) Perhitungan Tulangan Geser PERHITUNGAN CORE LIFT Perhitungan Core Lift Untuk Dinding A Perhitungan Core Lift Untuk Dinding B Perhitungan Core Lift Untuk Dinding D PERHITUNGAN LIFT Kapasitas lift Perencanaan Konstruksi Data Teknis Perhitungan Balok Perletakan Mesin dan Balok Pengatrol Mesin Pembebanan Pada Balok Perhitungan Penulangan Balok Penggantung PERHITUNGAN DINDING, PELAT LANTAI, DAN PELAT ATAP BASEMENT v

5 4.6.1 Perhitungan Dinding Basement Penentuan Tebal Dinding Pembebanan pada Dinding Basement Perhitungan Tekanan tanah Perhitungan Pelat Lantai Basement Perhitungan Pembebanan Pelat Lantai Basement Penulangan Pelat Lantai Basement PERHITUNGAN STRUKTUR PONDASI Pemilihan Jenis Pondasi Pondasi Sumuran Perhitungan Daya Dukung Pondasi Kontrol Terhadap Gaya Geser Kontrol Terhadap Daya Dukung Tanah Perhitungan Cincin Sumuran Pondasi Telapak Perhitungan Pondasi Tangga Penulangan Pondasi Tangga BAB V RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT SYARAT-SYARAT ADMINISTRASI SYARAT-SYARAT TEKNIS PEKERJAAN STRUKTUR BAB VI RENCANA ANGGARAN BIAYA PEKERJAAN TANAH DAN PERSIAPAN PEKERJAAN BETON PEKERJAAN BEKISTING LANTAI KERJA PEKERJAAN SLOOF PEKERJAAN BALOK PEKERJAAN KOLOM PEKERJAAN TANGGA PEKERJAAN LANTAI PEKERJAAN PONDASI SUMURAN PEKERJAAN ARSITEKTUR DAN FINISHING vi

6 BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN KESIMPULAN SARAN DAFAR PUSTAKA vii

7 DAFTAR TABEL Tabel.1 Faktor keutamaan struktur (I)... 9 Tabel. Faktor daktilitas ( µ ) dan faktor reduksi (R)... 9 Tabel.3 Definisi jenis tanah... 1 Tabel 3.1 Beban mati pada Struktur Tabel 3. Beban hidup pada Struktur Tabel 3.3 Faktor reduksi kekuatan Tabel 4.1 Tipe dan Ukuran Tebal Pelat Lantai 1 s/d Tabel 4. Momen Pelat Lantai 1-8 Tiap Tipe ( Two way Slab ) Tabel 4.3 Momen Pelat Lantai 1-8 Tiap Tipe ( One way Slab ) Tabel 4.4 Momen Pelat Lantai 8 Ruang meeting Tabel 4.5 Momen Pelat Lantai 4 Kolam Renang Tabel 4.6 Momen Pelat Atap Tiap Tipe ( Two way Slab ) Tabel 4.7 Momen Pelat Lantai 1-8 Tiap Tipe (One way Slab) Tabel 4.8 Penulangan Pelat Lantai 1-8 (One way slab) Tabel 4.9 Penulangan Pelat Lantai 1-8 ( One way slab ) Tabel 4.10 Penulangan Pelat Atap (One way slab) Tabel 4.11 Penulangan Pelat Atap (One way slab) Tabel 4.1 Penulangan Pelat Lantai 8 (Ruangan Meeting)... 7 Tabel 4.13 Penulangan Pelat Kolam Renang... 7 Tabel 4.14 Momen Pelat Tangga dan Bordes Tangga Samping... 8 Tabel 4.15 Momen Pelat Tangga dan Bordes Tangga Tengah... 8 Tabel 4.16 Penulangan Pelat Tangga dan Bordes Tangga Samping Tabel 4.17 Penulangan Pelat Tangga dan Bordes Tangga Tengah Tabel 4.18 Tabel Faktor Reduksi Gempa Tabel 4.19 Syarat Penentuan Jenis Tanah Tabel 4.0 Perhitungan kuat geser niralir rata-rata Tabel 4.1 Tabel Distribusi Gaya Gempa Disepanjang Tinggi Bangunan Pada Portal Arah Sumbu X Dan Sumbu Y Tabel 4. Simpangan Pada Portal Akibat Gaya Horisontal Untuk Gedung A 1 viii

8 Tabel 4.3 Simpangan Pada Portal Akibat Gaya Horisontal Untuk Gedung B 1 Tabel 4.4 Perhitungan Periode Getar Struktur Dengan Rumus Rayleigh Tabel 4.5 Momen pada balok portal Tabel 4.6 Tulangan Lapangan Gedung 1 Penampang Biasa Tabel 4.7 Tulangan Lapangan Gedung 1 Penampang Berflens Tabel 4.8 Tulangan Tumpuan Gedung 1 Penampang Biasa Tabel 4.9 Tulangan Tumpuan Penampang Berflens Gedung Tabel 4.30 Tulangan Lapangan Gedung Penampang Biasa Tabel 4.31 Tulangan Lapangan Gedung Penampang Berflens Tabel 4.3 Gedung Tulangan Tumpuan Penampang Biasa Tabel 4.33 Penampang Berflens Gedung Tulangan Tumpuan Tabel 4.34 Tulangan Geser Gedung 1 Didaerah Sendi Plastis Tabel 4.35 Tulangan Geser Gedung 1 Di Luar Daerah Sendi Plastis Tabel 4.36 Tulangan Geser Gedung Didaerah Sendi Plastis Tabel 4.37 Tulangan Geser Gedung Di Luar Daerah Sendi Plastis Tabel 4.38 Tulangan Torsi Gedung Tabel 4.39 Tulangan Torsi Gedung Tabel 4.40 Penulangan Kolom Tengah Gedung Tabel 4.41 Biaxial Bending Kolom Tengah (arah x) Gedung Tabel 4.4 Biaxial Bending Kolom Tengah (arah y) Gedung Tabel 4.43 Penulangan Kolom Pinggir Gedung Tabel 4.44 Biaxial Bending Kolom Pinggir (arah x) gedung Tabel 4.45 Biaxial Bending Kolom Pinggir (arah y) Gedung Tabel 4.46 Penulangan Kolom Tengah Gedung... 1 Tabel 4.47 Biaxial Bending Kolom Tengah (arah x) Gedung Tabel 4.48 Biaxial Bending Kolom Tengah (arah y) Gedung Tabel 4.49 Penulangan Kolom Pinggir Tabel 4.50 Biaxial Bending Kolom Pinggir (arah x) Gedung Tabel 4.51 Biaxial Bending Kolom Pinggir (arah y) Gedung Tabel 4.5 Spesifikasi Lift Produksi Hyundai Elevator Co., Ltd Tabel Tulangan utama Tabel Tulangan geser ix

9 Tabel Tulangan utama Tabel Tulangan geser Tabel Tipe Pelat Lantai Basement Tabel Momen pada Tiap Tipe Pelat Lantai Basement Tabel Penulangan Pelat Lantai Basement... 6 Tabel Tabel Perhitungan Pondasi Tangga x

10 DAFTAR GAMBAR Gambar. 1 Spektrum Respon Gempa SNI Gambar. Dimensi Bidang Pelat Gambar.3 Tegangan, regangan dan gaya yang terjadi pada perencanaan lentur murni beton bertulang... 0 Gambar. 4 Model struktur tangga Gambar. 5 Pendimensian struktur tangga Gambar. 6 Sketsa Pembebanan Pada Dinding dan Lantai Basement Gambar 4. 1 Denah Plat Atap Gambar 4. Denah Lantai 1, Gambar 4. 3 Denah Plat Lantai Gambar 4. 4 Denah Plat Lantai Gambar 4. 5 Denah Plat Lantai 5,6,7, Gambar 4. 6 Denah Penulangan Pelat Lantai Gambar 4.7 Model Struktur Tangga Samping Gambar 4.8 Model Struktur Tangga Samping Gambar 4.9 Model Struktur Tangga Samping Gambar 4.10 Model Struktur Tangga Tengah Gambar 4.11 Pendimensian Struktur Tangga Gambar 4.1 Asumsi Perhitungan Tangga Gambar 4.13 Tampak Samping dan Tampak Atas Struktur Tangga Samping Lantai 1 s/d 4 dan Lantai 5 s/d Gambar 4.14 Tampak Samping dan Tampak Atas Struktur Tangga Samping Lantai 4 ke Lantai Gambar 4.15 Tampak Samping dan Tampak Atas Struktur Tangga Tengah Lantai 1 s/d 4 dan Lantai 5 s/d Gambar 4.16 Tampak Samping dan Tampak Atas Struktur Tangga Tengah Lantai 4 ke lantai Gambar 4.17 Denah Penulangan Tangga Samping Gambar 4.18 Denah Penulangan Tangga Tengah Gambar 4.19 Beban equivalent lantai 1, xi

11 Gambar 4.0 Beban Equivalent Lantai Gambar 4.1 Beban Equivalent Lantai Gambar 4. Beban Equivalent Lantai Basemen,5,6,7,8,atap... 9 Gambar 4.5 Portal Arah Sumbu X / As 3 Gedung A Gambar 4.6 Portal Arah Sumbu X / As 3 Gedung B Gambar 4.7 Gambar Portal Arah Sumbu Y / As 3 Gedung A Gambar 4.8 Portal Arah Sumbu Y / As 3 Gedung B Gambar 4.9 Spektrum Respon Gempa Zona Gambar 4.30 Distribusi Gempa Pada Portal Arah Sumbu X Gedung A Gambar 4.31 Distribusi Gempa Pada Portal Arah Sumbu X Gedung B Gambar 4.3 Distribusi Gempa Pada Portal Arah Sumbu Y Gedung A Gambar 4.33 Distribusi Gempa Pada Portal Arah Sumbu Y Gedung Gambar 4.34 Penulangan Balok Gambar 4.35 Gambar Denah dan Potongan Lift Gambar 4.36 Denah Balok Perletakkan Mesin Gambar 4.37 Momen dan Lintang Pada Balok... 4 Gambar 4.38 Detail Penulangan Balok Perletakan Mesin Gambar 4.39 Denah Plat Basement Gambar 4.40 Denah Sloof Gambar 4.41 Tekanan Tanah Gambar 4.4 Penerapan Beban Basement pada Program SAP Gambar 4.43 Model Dinding Basement Sebagai Balok Kantilever Gambar 4.44 Momen pada Balok Kantilever Gambar 4.45 Denah Penulangan Dinding Basement Gambar 4.46 Denah Penulangan Pelat Lantai Basement... 6 Gambar 4.47 Daya Dukung Ijin Tanah (tanah dengan φ dan c seragam) Gambar 4.48 Lay Out Pondasi Sumuran Gambar 4.49 Pembebanan pada dinding sumuran (beton cincin)... 7 Gambar 4.50 Penulangan Pondasi Sumuran Gambar 4.51 Tegangan-tegangan Pada Dasar Pondasi Telapak xii

12 KATA PENGANTAR Pertama-tama kami panjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat dan karunia-nya, kami telah dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir yang berjudul Perencanaan Gedung Hotel Beringin di Salatiga dengan baik dan lancar. Tugas Akhir merupakan salah satu persyaratan yang harus dipenuhi oleh setiap mahasiswa Jurusan Sipil Fakultas Teknik Universitas Diponegoro Semarang untuk menyelesaikan pendidikan tingkat sarjana (S1). Tugas akhir ini mempunyai bobot sebesar empat satuan Kredit Semester (4 SKS). Dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini, penulis banyak dibantu oleh berbagai pihak. Dengan penuh rasa hormat, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Ir. Bambang Pujianto, MT., selaku Ketua Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Diponegoro.. Dr.Nuroji, MT., selaku dosen pembimbing I yang telah memberikan bimbingannya hingga selesainya Laporan Tugas Akhir ini. 3. Ir.Hardi Wibowo, MT, M.Eng,. selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan bimbingannya hingga selesainya Laporan Tugas Akhir ini. 4. Ir. Epf Eko Yulipriyono, Msc., selaku dosen wali yang telah memberikan motivasi, nasehat, dukungan dan arahan. 5. Seluruh dosen, staf dan karyawan Jurusan Sipil Fakultas Teknik Universitas Diponegoro Semarang atas jasa-jasanya selama kami menuntut ilmu. 6. Orang tua dan seluruh keluarga kami yang selalu mendoakan kami, mencurahkan kasih sayang dan perhatiannya serta atas dukungan moral, spiritual dan finansial selama ini. 7. Teman-teman seperjuangan khususnya seluruh mahasiswa Teknik Sipil angkatan 001 yang telah banyak membantu kami dan telah banyak xiii

13 melewati berbagai kenangan indah dalam suka dan duka bersama selama ini. 8. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu kami baik secara langsung maupun tidak dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini. Kami menyadari bahwa dalam penulisan ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Oleh karena itu saran dan kritik sangat diharapkan untuk penyempurnaan Laporan Tugas Akhir ini. Akhir kata, penulis berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi perkembangan penguasaan ilmu rekayasa sipil di Jurusan Teknik Sipil Universitas Diponegoro. Semarang, Januari 007 Penulis xiv

14 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Latar belakang dibangunnya gedung hotel Beringin di kota Salatiga adalah untuk menambah daya tampung pengunjung dan pengguna layanan baik layanan inap maupun layanan ruang pertemuan. Hal ini dikaitkan dengan perkembangan kota yang cukup pesat, pertumbuhan penduduk yang cukup tinggi, dan lahan perkotaan yang semakin sempit dan mahal. Sehingga pembangunan gedung Hotel Beringin dianggap sebagai salah satu dari beberapa pemecahan masalah yang ada. 1. Maksud dan Tujuan Maksud dan tujuan dari perencanaan gedung hotel Beringin ini adalah untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas dan mutu pelayanan, sehingga pelayanan yang diberikan pihak hotel Beringin dapat lebih berkompetitif dengan hotel yang lain. 1.3 Ruang Lingkup Pekerjaan Perencanaan Dalam hal ini penulis membatasi ruang lingkup perencanaan hanya pada perencanaan struktur beton bertulang. Adapun secara rinci perencanaan ini meliputi: a. Pelat atap dan lantai b. Konstruksi tangga c. Konstruksi lift d. Dinding dan lantai basement e. Portal f. Pondasi 1.4 Sistematika Penulisan Sistematika penulisan dari laporan tugas akhir ini adalah sebagai 1

15 berikut: BAB I PENDAHULUAN Berisi tentang latar belakang, maksud dan tujuan, ruang lingkup penulisan, dan sistematika penulisan BAB II STUDI PUSTAKA Berisi tentang teori, gambaran dan uraian-uraian yang menjelaskan tentang dasar-dasar perencanaan suatu struktur bangunan gedung. BAB III KONSEP PEMBEBANAN Berisi tentang tinjauan beban yang bekerja pada struktur gedung, faktor beban serta kombinasi pembebanan. BAB IV PERHITUNGAN STRUKTUR Berisi perhitungan mekanika struktur dari atap sampai pada struktur bawah, pelat lantai atap dan lantai, tangga, balok, kolom,lift serta perhitungan pondasi. BAB V RENCANA ANGGARAN BIAYA Berisi estimasi biaya yang dikeluarkan dalam pembuatan struktur tersebut. BAB VI PENUTUP Berisi kesimpulan dan saran dalam perencanaan proyek ini. DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

16 BAB II DASAR TEORI.1 KONSEP PEMILIHAN STRUKTUR Desain struktur harus memperhatikan beberapa aspek, diantaranya : 1. Aspek Struktural (kekuatan dan kekakuan struktur) Aspek ini merupakan aspek yang harus dipenuhi karena berhubungan dengan besarnya kekuatan dan kekakuan struktur dalam menerima beban-beban yang bekerja, baik beban vertikal maupun beban horizontal.. Aspek arsitektural dan ruang Aspek ini berkaitan dengan denah dan bentuk gedung yang diharapkan memiliki nilai estetika dan fungsi ruang yang optimal yang nantinya berkaitan dengan dimensi dari elemen struktur. 3. Aspek pelaksanaan dan biaya Meliputi jumlah pembiayaan yang diperlukan agar dalam proses pelaksanaannya perencana dapat memberikan alternatif rencana yang relatif murah dan memenuhi aspek mekanika, arsitektural, dan fungsionalnya. 4. Aspek perawatan gedung Aspek berhubungan dengan kemampuan owner untuk mempertahankan gedung dari kerusakan yang terjadi. Dalam pemilihan struktur bawah harus mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut: 1. Keadaan tanah pondasi Keadaan tanah ini berhubungan dengan pemilihan tipe pondasi yang sesuai, yaitu jenis tanah, daya dukung tanah, kedalaman lapisan tanah keras 3

17 . Batasan akibat struktur di atasnya Keadaan struktur sangat mempengaruhi pemilihan jenis pondasi, yaitu kondisi beban dari struktur diatasnya (besar beban, arah beban, penyebaran beban). 3. Keadaan lingkungan disekitarnya Meliputi: lokasi proyek, dimana pekerjaan pondasi tidak boleh mengganggu atau membahayakan bangunan dan lingkungan di sekitarnya. 4. Biaya dan waktu pelaksanaan pekerjaan Pekerjaan pondasi harus mempertimbangkan biaya dan waktu pelaksanaannya sehingga proyek dapat dilaksanakan dengan ekonomis dan memenuhi faktor keamanan. Pelaksanaan juga harus memenuhi waktu yang relatif singkat agar pekerjaan dapat dilaksanakan dengan efektif dan efisien.. KRITERIA DASAR PERANCANGAN Beberapa kriteria dasar yang perlu diperhatikan antara lain: 1. Material struktur Material struktur dapat dibagi menjadi empat (4) golongan yaitu: a. Struktur kayu Struktur kayu merupakan struktur dengan ketahanan yang cukup, kelemahan dari material ini adalah tidak tahan terhadap api, dan adanya bahaya pelapukan. Oleh karena itu material ini hanya digunakan pada bangunan tingkat rendah. b. Struktur baja Struktur baja sangat tepat digunakan pada bangunan bertingkat tinggi karena material baja mempunyai kekuatan serta tingkat daktilitas yang tinggi bila dibandingkan dengan material-material struktur yang lain 4

18 c. Struktur beton Struktur beton banyak digunakan pada bangunan tingkat menengah sampai dengan bangunan tingkat tinggi. Struktur ini paling banyak digunakan bila dibandingkan dengan struktur lainnya karena struktur ini lebih monolit dan mempunyai umur rencana yang cukup panjang. d. Struktur komposit Struktur ini merupakan gabungan dari dua jenis material atau lebih. Pada umumnya yang sering digunakan adalah kombinasi antara baja struktural dengan beton bertulang. Kombinasi tersebut menjadikan struktur komposit memiliki perilaku struktur antara struktur baja dan struktur beton bertulang. Struktur komposit digunakan untuk bangunan tingkat menengah sampai dengan bangunan tingkat tinggi. Setiap jenis material mempunyai karakteristik tersendiri sehingga suatu jenis bahan bangunan tidak dapat digunakan untuk semua jenis bangunan. Spesifikasi material yang digunakan dalam perencanaan struktur gedung ini adalah sebagai berikut: Beton f c = 30 Mpa Baja Tulangan Utama Tulangan Geser f y = 400 Mpa f y = 400 Mpa. Konfigurasi struktur bangunan - Konfigurasi horisontal Denah bangunan diusahakan memiliki bentuk yang sederhana, kompak, dan simetris tanpa mengesampingkan unsur estetika. Hal tersebut bertujuan agar struktur mempunyai titik pusat kekakuan yang sama dengan titik pusat massa bangunan atau memiliki eksentrisitas yang tidak terlalu besar sehingga tidak terjadi torsi. Struktur dengan bagian-bagian yang menonjol dan tidak simetris perlu adanya dilatasi 5

19 gempa (seismic joint) untuk memisahkan bagian struktur yang menonjol dengan struktur utamanya. Dilatasi tersebut harus memberikan ruang yang cukup agar bagian-bagian struktur yang dipisahkan tidak saling berbenturan saat terjadi gempa. Gedung yang mempunyai denah sangat panjang sebaiknya dipisahkan menjadi beberapa bagian menggunakan seismic joint karena kemampuan untuk menahan gaya akibat gerakan tanah sepanjang gedung relatif lebih kecil. - Konfigurasi vertikal Konfigurasi struktur pada arah vertikal perlu dihindari adanya perubahan bentuk struktur yang tidak menerus. Hal ini dikarenakan apabila terjadi gempa maka akan terjadi pula getaran yang besar pada daerah tertentu dari struktur. Gedung yang relatif langsing akan mempunyai kemampuan yang lebih kecil dalam memikul momen guling akibat gempa. - Konfigurasi rangka struktur Ada dua macam yaitu: rangka penahan momen yang terdiri dari konstruksi beton bertulang berupa balok dan kolom, dan rangka dengan difragma vertikal, adalah rangka yang digunakan bila rangka struktural tidak mencukupi untuk mendukung beban horizontal (gempa) yang bekerja pada struktur. Dapat berupa dinding geser (shear wall ) yang dapat juga berfungsi sebagai core walls. - Konfigurasi keruntuhan sruktur Perencanaan struktur di daerah gempa terlebih dahulu harus ditentukan elemen kritisnya. Mekanisme tersebut diusahakan agar sendisendi plastis terbentuk pada balok terlebih dahulu dan bukannya pada kolom. Hal ini dimaksudkan karena adanya bahaya ketidakstabilan akibat perpindahan balok jauh lebih kecil dibandingkan dengan kolom, selain itu kolom juga lebih sulit untuk diperbaiki daripada balok sehingga harus dilindungi dengan tingkat keamanan yang lebih tinggi. Oleh sebab itu konsep yang diterapkan adalah kolom harus lebih kuat 6

20 daripada balok (strong coloum weak beam).oleh karena perencanaan ini berada dalam zona gempa sedang maka prinsip yang digunakan adalah disain biasa..3 PERENCANAAN STRUKTUR ATAS Struktur atas adalah bangunan gedung yang secara visual berada di atas tanah yang terdiri dari atap, pelat, tangga, lift, balok anak dan struktur portal utama yaitu kesatuan antara balok, kolom dan shear wall.perencanaan struktur portal utama direncanakan dengan menggunakan prinsip strong columm weak beam, dimana sendi-sendi plastis diusahakan terletak pada balok..3.1 Metode Analisis Struktur Tinjauan terhadap beban lateral (gempa) Kestabilan lateral dalam desain struktur merupakan faktor yang sangat penting, karena gaya lateral tersebut akan mempengaruhi elemenelemen vertikal dan horisontal dari struktur. Beban lateral yang sangat berpengaruh adalah beban gempa dimana efek dinamisnya menjadikan analisisnya lebih komplek. Pada dasarnya ada dua buah metode analisis yang digunakan untuk menghitung pengaruh beban gempa pada struktur yaitu: 1. Metode analisa statik Analisa statik merupakan analisa sederhana untuk menentukan pengaruh gempa yang hanya digunakan pada bangunan sederhana dan simetris, penyebaran kekakuan massa merata, dan tinggi struktur kurang dari 40 meter. Analisa statik pada prinsipnya adalah menggantikan beban gempa dengan gaya-gaya statik ekivalen yang bertujuan menyederhanakan dan memudahkan perhitungan. Metode ini disebut juga Metode Gaya Lateral Ekivalen (Equivalent Lateral Force 7

21 Method), yang mengasumsikan besarnya gaya gempa berdasarkan hasil perkalian suatu konstanta / massa dari elemen tersebut. Besarnya beban geser dasar nominal statik ekivalen V yang terjadi di tingkat dasar menurut Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Bangunan Gedung (SNI pasal 6.1.) dapat dihitung menurut persamaan: V C. I. Wt = (.1) R Dimana : V = Beban gempa dasar nominal Wt = Berat total struktur sebagai jumlah dari beban-beban berikut ini: 1) Beban mati total dari struktur bangunan gedung; ) Bila digunakan dinding partisi pada perencanaan lantai maka harus diperhitungkan tambahan beban sebesar 0.5 kpa; 3) Pada gudang-gudang dan tempat-tempat penyimpanan barang maka sekurang-kurangnya 5% dari beban hidup rencana harus diperhitungkan; 4) Beban tetap total dari seluruh peralatan dalam struktur bangunan gedung harus diperhitungkan.. C = Faktor spektrum respon gempa yang didapat dari spektrum respon gempa rencana menurut grafik C-T (Gambar.1) I = Faktor keutamaaan struktur (Tabel.1) R = Faktor reduksi gempa (Tabel.) 8

22 Tabel.1 Faktor keutamaan struktur (I) Jenis Struktur bangunan gedung I Gedung umum seperti untuk penghunian, perniagaan dan perkantoran 1 Monumen dan bangunan monumental 1 Gedung penting pasca gempa sperti rumah sakit, instalasi air bersih, 1,5 pembangkit tenaga listrik, pusat penyelamatan dalam keadaan darurat, fasilitas radio dan televisi Gedung untuk menyimpan bahan berbahaya seperti gas, produk minyak bumi, asam, bahan beracun 1,5 Cerobong, tangki di atas menara 1,5 Tabel. Faktor daktilitas ( µ ) dan faktor reduksi (R) Sistem dan subsistem struktur bangunan gedung 1.Sistem dinding penumpu (Sistem struktur yang tidak memiliki rangka ruang pemikul beban gravitasi secara lengkap. Dinding penumpu atau system bresing memikul hamper semua beban gravitasi. Beban lateral dipikul dinding geser atau rangka bresing). Uraian sistem pemikul beban gempa µ m R m f 1. dinding geser beton bertulang Dinding penumpu dengan rangka baja ringan dan bresing tarik 3. Rangka bresing dimana bresingnya memikul beban gravitasi a. Baja b. Beton bertulang (tidak untuk wilayah 5 dan 6) Sistem rangka gedung (Sistem struktur yang pada dasarnya memiliki rangka ruang pemikul beban gravitasi secara lengkap. Beban lateral dipikul dinding geser atau rangka bresing) 1. Rangka bresding eksentrisitas baja (RBE) Dinding geser beton bertulang Rangka bresing biasa a. Baja b. Beton bertulang (tidak untuk wilayah dan 6) 4. Rangka bresing konsentrik khusus a. Baja Dinding geser beton bertulang berangkai daktail 6. Dinding geser beton bertulang kantilever daktail penuh

23 3. Sistem rangka pemikul momen (Sistem struktur yang pada dasarnya memiliki rangka ruang pemikul beban gravitasi secara lengkap. Beban lateral dipikul rangka pemikul momen tetrutama melalui mekanisme lentur) 4. Sistem ganda (Terdiri dari : 1) rangka ruang yang memikul seluruh beban gravitasi: ) pemikul beban lateral berupa dinding geser atau rangka bresing dengan rangka pemikul momen. Rangka pemikul momen harus direncanakan secara terpisah mampu memikul sekurang-kurangnya 5 % dari seluruh beban lateral: 3)kedua system harus direncanakan untuk memikul secara bersamasama seluruh beban lateral dengan memperhatikan interaksi/sistem ganda) 7. Dinding geser beton bertulang kantilever daktail parsial 1. rangka pemikul momen khusus (SRPMK) a. Baja b. Beton bertulang. Rangka pemikul momen menengah beton (SRPMM) (tidak untuk wilayah 5 dan 6) 3. rangka pemikul momen biasa (SRPMB) a. Baja b. Beton bertulang 4. Rangka batang baja pemikul momen khusus (SRBPMK) 1. Dinding geser a. Beton bertulang dengan SRBPMK beton bertulang b. Beton bertulang dengan SRPMB baja c. Beton bertulang dengan SRPMM beton bertulang. RBE baja a. Dengan SRPMK baja b. Dengan SRPMB baja 3. Rangka bresing biasa a. Baja dengan SRPMK baja b. Baja dengan SRPMB baja c. Beton bertulang dengan SRPMK beton bertulang (tidak untuk wilayah 5 dan 6) d. Beton bertulang dengan SRPMM beton bertulang (tidak untuk wilayah 5 dan 6) 4. Rangka bresing konsentrik khusus a. Baja dengan SRPMK baja b. Baja dengan SRPMB baja Sistem struktur bangunan gedung kolom kantilever: (Sistem struktur yang memanfaatkan kolom kantilever untuk memikul beban lateral) Sistem struktur kolom kantilever

24 6. Sistem interaksi dinding geser dengan rangka Beton bertulang menengah (tidak untuk wilayah 3,4,5,dan 6) Subsistem tunggal (Subsistem struktur bidang yang membentuk bangunan gedung secara keseluruhan) 1. Rangka terbuka baja Rangka terbuka beton bertulang Rangka terbuka beton bertulang dengan balok beton pratekan (bergantung pada indeks baja total) 4. Dinding geser beton bertulang berangkai daktail penuh 5. Dinding geser beton bertulang kantilever daktail parsial Untuk menentukan harga C harus diketahui terlebih dahulu jenis tanah tempat struktur tersebut berdiri. SNI membagi jenis tanah ke dalam tiga jenis tanah yaitu tanah keras, tanah sedang dan tanah lunak. Dalam tabel.3 jenis tanah ditentukan berdasarkan kecepatan rambat gelombang geser (v s ), nilai hasil tes penetrasi standar (N), dan kuat geser niralir (S n ). Untuk menentukan kuat geser niralir dapat digunakan rumus tegangan dasar tanah sebagai berikut : S i = c + Σ σ i. tan (. ) σ i = γ i. t i Dimana : S i = Tegangan geser tanah C = Nilai kohesi tanah pada lapisan paling dasar lapisan yang ditinjau σ I γ I t i = Tegangan normal masing-masing lapisan tanah = Berat jenis masing-masing lapisan tanah = Tebal masing-masing lapisan tanah = Sudut geser pada lapisan paling dasar lapisan yang ditinjau 11

25 Dari persamaan diatas, untuk nilai γ, h, c yang berbeda (tergantung dari kedalaman tanah yang ditinjau) akan didapatkan kekuatan geser rerata ( S n ) dengan persamaan berikut: S v s N n = m i = m i = m i m i i t i ( t / S ) m i i t i i i ( t / v ) m i i t i ( t / N ) i (.3 ) (.4 ) (.5 ) dimana: t i = tebal lapisan tanah ke-i v si = kecepatan rambat gelombang geser melalui lapisan tanah ke-i N i = nilai hasil tes penetrasi standar lapisan tanah ke-i S ni = kuat geser niralir lapisan tanah ke-i yang harus memenuhi ketentuan bahwa S ni 50 kpa m = jumlah lapisan tanah yang ada di atas tanah dasar. Tabel. 3 Definisi jenis tanah Jenis tanah Kecepatan rambat gelombang geser rerata, v s (m/det) Nilai hasil test penetrasi standar rerata N Kuat geser niralir rerata S n (kpa) Tanah Keras v s 350 N 50 S n 100 Tanah sedang 175 v s < N < S n < 100 1

26 Tanah Lunak v s < 175 N < 15 S n < 50 Atau semua jenis tanah lempung lunak dengan tebal total lebih dari 3 meter dengan PI > 0, w n 40% dan S u < 5 kpa Tanah Khusus Diperlukan evaluasi khusus di setiap lokasi Spektrum respon nominal gempa rencana untuk struktur dengan daktilitas penuh pada beberapa jenis tanah dasar, diperlihatkan pada gambar di bawah ini: Wilayah Gempa 1 Wilayah Gempa 0.0 C= 0.09/T (Tanah Lunak) 0.58 C= 0.09/T (Tanah Lunak) C= 0.06/T (Tanah Sedang) C= 0.06/T (Tanah Sedang) C= 0.04/T (Tanah Keras) 0.58 C= 0.04/T (Tanah Keras) Wilayah Gempa Wilayah Gempa C= 0.50/T (Tanah Lunak) C= 0.33/T (Tanah Sedang) C= 0.3/T (Tanah Keras) C= 0.64/T (Tanah Lunak) C= 0.4/T (Tanah Sedang) C= 0.30/T (Tanah Keras) Wilayah Gempa Wilayah Gempa C= 0.76/T (Tanah Lunak) C= 0.50/T (Tanah Sedang) C= 0.36/T (Tanah Keras) 0.83 C= 0.84/T (Tanah Lunak) C= 0.54/T (Tanah Sedang) C= 0.4/T (Tanah Keras) Gambar. 1 Spektrum Respon Gempa SNI Beban geser dasar nominal V menurut persamaan.1 harus dibagikan sepanjang tinggi struktur bangunan gedung menjadi bebanbeban gempa nominal statik ekivalen F i yang menangkap pada pusat massa lantai tingkat ke-i menurut persamaan: 13

27 F i = n i= 1 Wi. zi V ( W. z ) i i (.6) dimana: W i z i n = berat lantai tingkat ke-i = ketinggian lantai tingkat ke-i = nomor lantai tingkat paling atas Apabila rasio antara tinggi struktur bangunan gedung dan ukuran denahnya dalam arah pembebanan gempa sama dengan atau melebihi 3, maka 0,1V harus dianggap beban horizontal terpusat yang bekerja pada pusat massa lantai tingkat paling atas, sedangkan 0.9V sisanya harus dibagikan sepanjang tingkat struktur bangunan gedung menjadi beban-beban gempa nominal statik ekivalen menurut persamaan.6. Waktu getar alami fundamental struktur bangunan gedung beraturan dalm arah masing-masing sumbu utama dapat ditentukan dengan rumus Rayleigh sebagai berikut: T n i= 1 1 = n dimana: i= 1 i i Wi. d 6.3 (.7) g F. d i d i = simpangan horizontal lantai tingkat ke-i akibat beban F i (mm) g = percepatan gravitasi sebesar 9,81 mm/detik Apabila waktu getar alami fundamental T 1 struktur bangunan gedung untuk penentuan faktor Respon Gempa C 1 ditentukan dengan rumus-rumus empiris atau didapat dari analisis vibrasi bebas tiga 14

28 dimensi, nilainya tidak boleh menyimpang lebih dari 0% dari nilai yang dihitung menurut persamaan.7.. Metode analisa dinamik Analisa dinamik pada perencanaan gedung tahan gempa diperlukan untuk evaluasi yang lebih akurat dari gaya-gaya gempa yang bekerja pada struktur serta untuk mengetahui perilaku dari struktur akibat pengaruh gempa yang sifatnya berulang. Analisa dinamik perlu dilakukan pada struktur bangunan tidak beraturan dengan karakteristik sebagai berikut: - Gedung dengan konfigurasi struktur yang tidak beraturan - Gedung dengan loncatan bidang muka yang besar - Gedung dengan kekakuan tingkat yang tidak merata - Gedung yang tinngginya lebih dari 40 meter Daktilitas struktur bangunan gedung tidak beraturan harus ditentukan yang representative mewakili daktilitas struktur 3D. Tingkat daktilitas tersebut dapat dinyatakan dalam faktor reduksi gempa R representative, yang nilainya dapat dihitung sebagai nilai rerata berbobot dari faktor reduksi gempa untuk arah sumbu koordinat ortogonal dengan gaya geser dasar yang dipikul oleh struktur bangunan gedung dalam masing-masing arah tersebut sebagai besaran pembobotnya menurut persamaan: Vx + Vy R = (.8) V / R + V / R x x y y dimana R x dan V x adalah faktor reduksi gempa dan gaya geser dasar untuk pembebanan gempa dalam arah sumbu-x, sedangkan R y dan V y faktor reduksi gempa dan gaya geser dasar untuk pembebanan gempa dalam arah sumbu-y. Metoda ini hanya dipakai apabila rasio antara nilai-nilai faktor reduksi gempa untuk reduksi dua arah pembebanan gempa tersebut tidak lebih dari 1,5. 15

29 Nilai akhir respon dinamik struktur bangunan gedung terhadap pembebanan gempa nominal dalam suatu arah tertentu, tidak boleh diambil kurang dari 80% nilai respon gempa yang pertama. Bila respon dinamik struktur bangunan gedung dinyatakan dalam gaya geser dasar nominal V t maka persyaratan tersebut dapat dinyatakan menurut persamaan: V t 0.8V 1 (.9) dimana V 1 adalah gaya geser dasar nominal sebagai respons ragam yang pertama terhadap pengaruh Gempa Rencana menurut persamaan: C I W V =. 1. t 1 R (.10) dengan C 1 adalah nilai Faktor Respon Gempa yang di dapat dari spektrum Respons Gempa Rencana (gambar.1) untuk waktu getar alami pertama T 1. Perhitungan respon dinamik struktur bangunan gedung tidak beraturan terhadap pembebanan Gempa Nominal, dapat dilakukan dengan metoda analisis ragam spektrum respon dengan memakai diagram spektrum respon gempa rencana berdasar wilayah gempa dengan periode ulang 500 tahun pada Gambar.1. Dalam hal ini, jumlah ragam vibrasi yang ditinjau dalam penjumlahan respon ragam menurut metode ini harus sedemikian rupa, sehingga partisipasi massa ragam efektif dalam menghasilkan respon total harus mencapai sekurang-kurangnya 90% Pemilihan Metode Analisis Pemilihan metoda analisis untuk perencanaan struktur gedung tahan gempa, ditentukan berdasarkan konfigurasi struktur dan fungsi bangunan yang berkaitan dengan tanah dasar dan wilayah kegempaan. 16

30 1. Perancangan struktur bangunan yang kecil dan tidak bertingkat serta elemen-elemen non struktural, tidak diperlukan adanya analisa terhadap pengaruh beban gempa.. Perancangan beban gempa untuk bangunan yang berukuran sedang dapat menggunakan analisa beban statik ekivalen. Hal ini disarankan untuk memeriksa gaya-gaya gempa yang bekerja pada struktur dengan menggunakan desain yang sesuai dengan kondisi struktur. 3. Perancangan struktur bangunan yang besar dan penting dengan distribusi kekakuan dan massa yang tidak merata ke arah vertikal dengan menggunakan analisa dinamik. 4. Perancangan struktur bangunan yang besar dan penting, konfigurasi struktur sangat tidak beraturan dengan tinggi lebih dari 40 meter, analisa dinamik dan inelastik diperlukan untuk memastikan bahwa struktur tersebut aman terhadap gaya gempa. Berdasarkan ketentuan diatas, maka perencanaan struktur gedung dalam tugas akhir ini menggunakan metode analisa dinamik..3. Perencanaan Pelat Pelat adalah struktur planar kaku yang terbuat dari material monolit dengan tinggi yang kecil dibandingkan dengan dimensi-dimensi lainnya. Untuk merencanakan pelat beton bertulang perlu mempertimbangkan faktor pembebanan dan ukuran serta syarat-syarat dari peraturan yang ada. Pada perencanaan ini digunakan tumpuan jepit penuh untuk mencegah pelat berotasi dan relatif sangat kaku terhadap momen puntir dan juga di dalam pelaksanaan, pelat akan di cor bersamaan dengan balok. Pelat merupakan panel-panel beton bertulang yang mungkin bertulangan dua atau satu arah saja tergantung sistem strukturnya. Apabila pada struktur pelat perbandingan bentang panjang terhadap lebar kurang dari 3, maka akan mengalami lendutan pada kedua arah sumbu. Beban 17

31 pelat dipikul pada kedua arah oleh balok pendukung sekeliling panel pelat, dengan demikian pelat akan melentur pada kedua arah. Dengan sendirinya pula penulangan untuk pelat tersebut harus menyesuaikan. Apabila panjang pelat sama dengan lebarnya, perilaku keempat balok keliling dalam menopang pelat akan sama. Sedangkan bila panjang tidak sama dengan lebar, balok yang lebih panjang akan memikul beban lebih besar dari balok yang pendek (penulangan satu arah).\ Dimensi bidang pelat dapat dilihat pada gambar dibawah ini: Gambar. Dimensi bidang pelat Langkah-langkah perencanaan penulangan pelat adalah sebagai berikut : 1. Menentukan syarat-syarat batas, tumpuan dan panjang bentang.. Menentukan tebal pelat. Berdasarkan SKSNI T maka tebal pelat ditentukan berdasarkan ketentuan sebagai berikut : h min = f y ln(0.8 + ) β (.11) f y ln( h mak = 36 ) 1500 (.1) hmin pada pelat lantai ditetapkan sebesar 1 cm, sedang hmin pada pelat atap ditetapkan sebesar 10 cm. 3. Menghitung beban yang bekerja pada pelat, berupa beban mati dan beban hidup terfaktor. 18

32 4. Menghitung momen-momen yang menentukan. Berdasarkan Buku CUR 1, pada pelat yang menahan dua arah dengan terjepit pada keempat sisinya bekerja empat macam momen yaitu : a. Momen lapangan arah x (Mlx) = koef x Wu x lx (.13) b. Momen lapangan arah y (Mly) = koef x Wu x lx (.14) c. Momen tumpuan arah x (Mtx) = koef x Wu x lx (.15) d. Momen tumpuan arah y (Mty) = koef x Wu x lx (.16) 5. Mencari tulangan pelat Berdasarkan Buku CUR 1, langkah-langkah perhitungan tulangan pada pelat adalah sebagai berikut : a. Menetapkan tebal penutup beton menurut Buku Grafik dan Tabel Perhitungan Beton Bertulang. b. Menetapkan diameter tulangan utama yang direncanakan dalam arah x dan arah y. c. Mencari tinggi efektif dalam arah x dan arah y. d. Membagi Mu dengan b x d Mu b d (.17) dimana b = lebar pelat per meter panjang d = tinggi efektif e. Mencari rasio penulangan (ρ) dengan persamaan : Mu fy = ρ φ fy 1 0,588 ρ b d f ' c (.18) f. Memeriksa syarat rasio penulangan (ρ min < ρ < ρ mak ) 1,4 ρ min = fy (.19) 450 0,85 f ' c ρ mak = β fy fy (.0) g. Mencari luas tulangan yang dibutuhkan 6 ( = b d 10 ) As ρ (.1) 19

33 .3.3 Perencanaan Balok Perencanaan Lentur Murni b ε c =0.003 h d As penampang beton c ε s regangan fs = fy tegangan a=β.c Cc = 0.85xf'cxaxb z = d-a/ Ts = Asxfy gaya Gambar.3 Tegangan, regangan dan gaya yang terjadi pada perencanaan lentur murni beton bertulang Dari gambar didapat: Cc = 0,85.fc.a.b (Vis dan Kusuma,1997) (.) Ts = As.fy (Vis dan Kusuma,1997) (.3) Sehingga: 0,85.fc.a.b = As.fy (.4) dimana a = β.c (Vis dan Kusuma,1997) (.5) As = ρ.b.d (Vis dan Kusuma,1997) (.6) dan menurut Ir. Udiyanto (000) untuk: fc 30 Mpa, β = 0,85 fc > 30 Mpa, β = 0,85 0,008 (fc 30) (.7) Pada Tugas Akhir ini digunakan fc = 5 Mpa, sehingga didapat: 0,85.fc. β.c.b = As.fy 0,85.fc. 0,85c.b = ρ.b.d.fy 0,75.b.c.fc = ρ.b.d.fy ρ. b. d. fy c = 0,75. b. c. fc' c = fy 1,384ρ.. d (.8) fc' 0

34 Besarnya momen yang mampu dipikul oleh penampang adalah: Mu = Cc (d - 0,5a) atau Ts (d 0,5a) = As.fy (d 0,5.0,85c) = As.fy (d 0.45c) Berdasarkan Rancangan Standar Nasional Indonesia (RSNI) Tata Cara Perencanaan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung 00 pasal 11.3, dalam suatu perencanaan diambil faktor reduksi kekuatan φ, dimana besarnya φ untuk lentur tanpa beban aksial adalah sebesar 0,8; sehingga didapat: Mu = φ.as.fy (d 0,45c) = 0,8.ρ.b.d.fy (d 0,45c) (.9) Subtitusi harga c, fy Mu = 0,8.ρ.b.d.fy (d 0,45. 1,384ρ.. d ) fc' Bentuk di atas dapat pula dituliskan sebagai berikut: Mu fy = 0,8. ρ. fy 1 0,588. ρ (.30) b. d fc' dimana: Mu = momen yang dapat ditahan penampang (Nmm) b = lebar penampang beton (mm) d = tinggi efektif beton (mm) ρ = rasio luas tulangan terhadap luas efektif penampang beton fy = mutu tulangan (Mpa) fc = mutu beton (Mpa) Dari rumus di atas, apabila momen yang bekerja dan luas penampang beton telah diketahui, maka besarnya rasio tulangan ρ dapat diketahui untuk mencari besarnya kebutuhan luas tulangan. 1

35 Persentase Tulangan Minimum, Balance dan Maksimum a. Rasio tulangan minimum (ρ min ) fy Rasio tulangan minimum ditetapkan sebesar ( Vis dan Kusuma, ) b. Rasio tulangan balance (ρ b ) Dari gambar regangan penampang balok (Gambar.4) didapat: c d ε cu 0,003 = = ε + ε 0,003 + fy E cu y s (.31) Berdasarkan Rancangan Standar Nasional Indonesia (RSNI) Tata Cara Perencanaan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung 00 pasal 10.5() ditetapkan Es sebesar x10 5 Mpa, sehingga didapat c d 600 = fy (.3) Keadaan balance: 0,85.fc. β.c.b = ρ.b.d.fy 0,85. fc'. β. c. b ρ = b. d. fy 600 0,85. fc' ρ = β (.33) fy fy c. Rasio tulangan maximum (ρ max ) Berdasarkan SKSNI T pasal besarnya ρ max ditetapkan sebesar 0,75ρ b Perhitungan Tulangan Ganda Apabila ρ > ρ max maka terdapat dua alternatif (Vis dan Kusuma, 1997): a. Sesuaikanlah ukuran penampang balok b. Bila tidak memungkinkan, maka dipasang tulangan rangkap Dalam menghitung tulangan rangkap, total momen lentur yang dilawan akan dipisahkan dalam dua bagian: Mu 1 + Mu

36 Dengan: Mu 1 = momen lentur yang dapat dilawan oleh ρ max dan berkaitan dengan lengan momen dalam z. Jumlah tulangan tarik yang sesuai adalah As 1 = ρ max.b.d Mu = momen sisa yang pada dasarnya harus ditahan baik oleh tulangan tarik maupun tekan yang sama banyaknya. Lengan momen dalam yang berhubungan dengan ini sama dengan (d d ). As' As Jumlah tulangan tarik tambahan As sama dengan jumlah tulangan tekan As, yaitu: As Mu Mu1 = As' = (.34) φ. fy.( d d' ) Perhitungan Geser dan Torsi Berdasarkan Rancangan Standar Nasional Indonesia Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung Tahun 00 pasal 13.3 ditentukan besarnya kekuatan gaya nominal sumbangan beton adalah: 1 Vc = fc' bw. d 6 atau besarnya tegangan yang dipikul beton adalah: v = 1 6 c f c ' (.35) (.36) Untuk penampang yang menerima beban aksial, besarnya tegangan yang mampu dipikul beton dapat dituliskan sebagai berikut: P f ' c = + u v c 1 14A 6 (.37) g 3

37 Sedangkan besarnya tegangan geser yang harus dilawan sengkang adalah: φv s = v φv (.38) u c Besarnya tegangan geser yang harus dipikul sengkang dibatasi sebesar: φ max = v s 3 f ' c (.39) Untuk besarnya gaya geser yang mampu dipikul oleh penampang ditentukan dengan syarat sebagai berikut: V φ (.40) u V n dimana: V u = gaya lintang pada penampang yang ditinjau. Vn = kekuatan geser nominal yang dihitung secara Vn = Vc + Vs Vc = kekuatan geser nominal sumbangan beton Vs = kekuatan geser nominal sumbangan tulangan geser vu = tegangan geser yang terjadi pada penampang vc = tegangan geser nominal sumbangan beton vs = tegangan geser nominal sumbangan tulangan geser φ = faktor reduksi kekuatan = 0,75 b d f c v u v c = lebar balok (mm) = tinggi efektif balok (mm) = kuat mutu beton (Mpa) Berdasarkan persamaan.86, tulangan geser dibutuhkan apabila > φ. Besarnya tulangan geser yang dibutuhkan ditentukan dengan rumus berikut: A ( v φ v ) b. s u c v = (Vis dan Kusuma, 1997) (.41) φf y dimana: A v = luas tulangan geser yang berpenampang ganda dalam mm s = jarak sengkang dalam mm Rumus di atas juga dapat ditulis sebagai berikut: 4

38 A v ( v φv ) b φf u c = (Vis dan Kusuma, 1997) (.4) y dimana A v adalah luas tulangan geser yang berpenampang ganda untuk tiap meter panjang yang dinyatakan dalam mm. Namun apabila v u 1 > φvc harus ditentukan besarnya tulangan geser minimum sebesar (RSNI Tata Cara Perhittungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung Tahun 00): A b s w v = (.43) 3 f y dimana: A v = luas tulangan geser yang berpenampang ganda dalam mm s = jarak sengkang dalam mm Rumus ini juga dapat ditulis sebagai berikut: A b 1000 w v = (Vis dan Kusuma, 1997) (.44) 3 f y dimana A v adalah luas tulangan geser yang berpenampang ganda untuk tiap meter panjang yang dinyatakan dalam mm. Jarak sengkang dibatasi sebesar d/, namun apabila sengkang maksimum harus dikurangi setengahnya. 1 φ v s > fc' jarak 3 Perhitungan tulangan torsi dapat diabaikan apabila memenuhi syarat berikut: T u φ fc' A < 1 p cp cp (.45) Suatu penampang mampu menerima momen torsi apabila memenuhi syarat: Vu bw d Tu p + 1,7 A h. oh < φ v c + φ fc' (.46) 3 Besarnya tulangan sengkang untuk menahan puntir ditentukan dengan rumus sebagai berikut: 5

39 A t = Tns A f cotθ o yv (.47) T u dengan T n =. φ Sedangkan besarnya tulangan longitudinal yang harus dipasang untuk menahan puntir dapat ditentukan dengan rumus sebagai berikut: A f t yv A l = p cot h θ (.48) s f yt dimana: A cp = luas yang dibatasi oleh keliling luar penampang beton, mm A o = luas bruto yang dibatasi oleh lintasan aliran geser, mm A oh = luas yang dibatasi oleh garis pusat tulangan sengkang torsi terluar, mm A t = luas satu kaki sengkang tertutup yang menahan puntir dalam daerah sejarak s, mm A l = luas tulangan longitudinal yang memikul puntir, mm f yh f yt f yv p cp p h s = kuat leleh yang disyaratkan untuk tulangan geser, MPa = kuat leleh tulangan torsi lungitudinal, MPa = kuat leleh tulangan sengkang torsi, MPa = keliling luar penampang beton, mm = keliling dari garis pusat tulangan sengkang torsi terluar, mm = spasi tulangan geser atau puntir dalam arah paralel dengan tulangan longitudinal, mm.3.4 Perencanaan Kolom Perhitungan penampang beton yang mengalami beban lentur dan aksial dapat dibandingkan dengan diagram interaksi antara beban aksial dan momen (diagram interaksi P-M). Sesuai dengan RSNI Tata Cara Perencanaan Struktur Beton untuk Gedung tahun 00 pasal 1.3(5) besarnya gaya aksial dibatasi sebagai berikut: Untuk kolom dengan spiral: 6

40 φpn max = 0,85.φP o (.49) Untuk kolom dengan sengkang φpn max = 0,80.φP o (.50) dengan P o = 0,85.fc.(A g A st ) + fy.a st (.51) Untuk perhitungan, besarnya beban aksial dan momen ditentukan sebagai berikut (Wahyudi dan Rahim, 1997): Pn = Pu / φ (.5) Mx = (δ bx Mx b + δ sx Mx s ) / φ (.53) My = (δ by Mx b + δ sy My s ) / φ (.54) Kapasitas kolom akibat lentur dua arah ( biaxial bending) dapat dihitung dengan menggunakan persamaan yang dikembangkan oleh Boris Bresler berikut ini (Wahyudi dan Rahim, 1997): Untuk Pn > 0,1Pno 1 P u = + atau P P P ux uy uo 1 P n = + (.55) P P P nx ny no dimana: P ux = Beban aksial arah sumbu x pada saat eksentrisitas tertentu P uy = Beban aksial arah sumbu y pada saat eksentrisitas tertentu P uo = Beban aksial maksimal Sedangkan untuk Pn < 0,5Pn o dapat digunakan rumus: M M ux x M + M uy y 1 atau M M nx ox M + M ny oy 1 (.56) 7

41 Pengembangan dari persamaan di atas menghasilkan suatu bidang runtuh tiga dimensi dimana bentuk umum tak berdimensi dari metode ini adalah (Nawi, 1998): α α 1 M M nx ny + = 1 (.57) M ox M oy Besarnya α 1 dan α menurut Bresler dapat dianggap sebesar 1,5 untuk penampang bujur sangkar, sedangkan untuk penampang persegi panjang nilai α bervariasi antara 1,5 dan,0 dengan harga rata-rata 1,75 (Wahyudi dan Rahim, 1997). Dalam analisa kolom biaksial, dapat dilakukan konversi dari momen biaksial yang terdiri dari momen dua sumbu menjadi momen satu sumbu. Penentuan momen dan sumbu yang berpengaruh adalah sebagai berikut (Nawy, 1998): 1. Untuk M ny /M nx > b/h b 1 β My ' = Mny + Mnx.. (.58) h β. Untuk M ny /M nx b/h h 1 β Mx ' = Mnx + Mny.. (.59) b β Kolom dapat dinyatakan sebagai kolom pendek bila (RSNI Tata Cara Perencanaan Struktur Beton untuk Gedung tahun 00): Untuk kolom tak bergoyang: kλu 1M < 34 r M 1b b (.60) dengan M 1b dan M b adalah momen ujung berfaktor dari kolom, dengan M 1b < M b. Bila faktor momen kolom = 0 atau Mu / Pu < e min, harga M b harus dihitung dengan eksentrisitas minimum, e min = (15 + 0,03h), dengan h dalam mm. (.61) Untuk kolom tak bergoyang: kλ u r dimana: < (.6) 8

42 kλ u = panjang efektif kolom r = radius girasi, diambil sebesar 0,3h atau 0,3b Besarnya k didapat dari nomogram Jackson dan Moreland (Nawi, 1998) yang bergantung dari besarnya perbandingan kekakuan semua batang tekan dengan semua batang lentur dalam bidang (ψ). ( EI / λu ) kolom ψ = (.63) ( EI / λ ) n balok Apabila tidak menggunakan nomogram, besarnya k dapat dihitung dengan menggunakan ((Nawi, 1998) dan (Udiyanto, 000)): Untuk kolom tak bergoyang: k = A B 0,7 + 0,05( ψ + ψ ) 1,0 (.64) k = 0,85 + 0,05 ψ min 1,0 (.65) Untuk kolom bergoyang: k 0 ψ 0 A = 1+ ψ rata rata,untuk ψ rata-rata < (.66) k = 0,9 1+ ψ,untuk ψ rata-rata (.67) rata rata Apabila kolom termasuk kolom langsing, maka Nawi (1998) menyarankan menggunakan dua metode analisis stabilitas sebagai berikut: 1. Metode pembesaran momen (moment magnification method), dimana desain kolom tersebut didasarkan atas momen yang diperbesar: Mc = δm = (δ b M b + δ s M s ) (.68) Cm δ b = 1 (.69) 1 P / 0,75P u c δ 1 s = 1 1 P / 0,75 P (.70) u c dimana δ b = faktor pembesar untuk momen yang didominasi oleh beban gravitasi M b δ s = faktor pembesar terhadap momen ujung terbesar M s akibat beban yang menyebabkan goyangan besar Pc = beban tekuk Euler = π EI / (kλ u ) 9

43 Pu = beban aksial pada kolom M C m = 0,6 + 0,4 1 0, 4,dimana M 1 M (.71) M atau C m diambil sama dengan 1,0 apabila kolom braced frame dengan beban transversal atau M < M min Untuk nilai EI dapat digunakan persamaan: ( E EI = c I g / 5) 1+ β + E d s / I atau dapat disederhanakan menjadi: dimana 0. 4E c I g EI = 1 + β d β = momen beban mati rencana / momen total rencana 1,0 d s (.7) (.73). Analisis orde kedua yang memperhitungkan efek defleksi. Analisis ini harus digunakan apabila kλ u /r > Perencanaan Tangga Struktur tangga digunakan untuk melayani aksesibilitas antar lantai pada gedung yang mempunyai tingkat lebih dari satu. Tangga merupakan komponen yang harus ada pada bangunan berlantai banyak walaupun sudah ada peralatan transportasi vertikal lainnya, karena tangga tidak memerlukan tenaga mesin. m m 3 m 1 m Gambar. 4 Model struktur tangga 30

44 Adapun parameter yang perlu diperhatikan pada perencanaan struktur tangga adalah sebagai berikut : - Tinggi antar lantai - Tinggi Optrede - Tinggi Antrede - Lebar Bordes - Jumlah anak tangga - Lebar anak tangga - Kemiringan tangga - Tebal selimut beton - Tebal pelat beton - Tebal pelat tangga a h o Gambar. 5 Pendimensian struktur tangga Menurut Buku Diktat Konstruksi Bangunan Sipil karangan Ir. Supriyono o = tan α x a (.74) x o + a = 61~ 65 (.75) dimana : o = optrade (langkah naik) a = antrede (langkah datar) Langkah-langkah perencanaan penulangan tangga : 1. Menghitung kombinasi beban Wu dari beban mati dan beban hidup.. Menentukan tebal selimut beton, diameter tulangan rencana, dan tinggi efektif arah x (dx) dan arah y (dy). 3. Dari perhitungan SAP 000, didapatkan momen pada tumpuan dan lapangan baik pada pelat tangga maupun pada bordes. 4. Menghitung penulangan pelat tangga dan bordes. 31

45 Berdasarkan Buku CUR 1, langkah-langkah perhitungan tulangan pada pelat tangga adalah sebagai berikut : a. Menetapkan tebal penutup beton menurut Buku Grafik dan Tabel Perhitungan Beton Bertulang. b. Menetapkan diameter tulangan utama yang direncanakan dalam arah x dan arah y. c. Mencari tinggi efektif dalam arah x dan arah y. d. Membagi Mu dengan b x d Mu b d (.76) dimana b = lebar pelat per meter panjang d = tinggi efektif e. Mencari rasio penulangan (ρ) dengan persamaan : Mu fy = ρ φ fy 1 0,588 ρ b d f ' c (.78) f. Memeriksa syarat rasio penulangan (ρ min < ρ < ρ mak ) ρ = 1,4 min fy (.79) 450 0,85 f ' c ρ mak = β fy fy (.80) g. Mencari luas tulangan yang dibutuhkan 6 ( = b d 10 ) As ρ (.81).3.6 Perencanaan Balok Perletakan Mesin dan Balok Pengatrol Mesin Lift merupakan alat transportasi vertikal dalam gedung dari satu tingkat ke tingkat lain. Perencanaan lift disesuaikan dengan perkiraan jumlah lantai dan perkiraan jumlah pengguna lift. Dalam perencanaan lift, metode perhitungan yang dilakukan merupakan analisis terhadap konstruksi ruang tempat lift, balok perletakkan mesin, dan balok pengatrol lift. 3

46 Ruang landasan diberi kelonggaran supaya pada saat lift mencapai lantai paling bawah, lift tidak menumbuk dasar landasan, disamping berfungsi pula menahan lift apabila terjadi kecelakaan. Langkah-langkah perencanaan balok perletakkan mesin dan balok pengatrol mesin : 1. Menghitung beban yang bekerja pada balok, berupa beban mati dan beban hidup.. Menghitung momen dan gaya lintang yang bekerja pada balok tersebut.. 3. Menghitung penulangan balok. Tulangan utama Berdasarkan Buku CUR 1, langkah-langkah perhitungan tulangan pada pelat tangga adalah sebagai berikut : a. Menetapkan tebal penutup beton menurut Buku Grafik dan Tabel Perhitungan Beton Bertulang. b. Menetapkan diameter tulangan utama yang direncanakan dalam arah x dan arah y. c. Mencari tinggi efektif dalam arah x dan arah y. d. Membagi Mu dengan b x d Mu (.8) b d dimana b = lebar pelat per meter panjang d = tinggi efektif e. Mencari rasio penulangan (ρ) dengan persamaan : Mu fy = ρ φ fy 1 0,588 ρ (.83) b d f ' c f. Memeriksa syarat rasio penulangan (ρ min < ρ < ρ mak ) 1,4 ρ min = (.84) fy 450 0,85 f ' c ρ mak = β (.85) fy fy g. Mencari luas tulangan yang dibutuhkan 6 ( = b d 10 ) As ρ (.86) 33

47 Tulangan geser Berdasarkan Rancangan Standar Nasional Indonesia Tata Cara Perencanaan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung 00, langkahlangkah perhitungan tulangan geser pada balok adalah sebagai berikut : a. Menghitung nilai kuat geser penampang atau gaya lintang yang bekerja (Vu). (.87) b. Menghitung nilai kuat geser nominal yang disumbangkan oleh 1 beton (Vc = f ' c b d ) (.134) 6 c. Memeriksa apakah diperlukan tulangan geser minimum Vc φ < Vu < φ Vc (.88) dimana φ = faktor reduksi geser = 0,75 (RSNI 00) d. Memeriksa apakah diperlukan tulangan geser Vu > φ Vc (.89) Bila kondisi (.47) terjadi, maka : e. Mencari jarak tulangan geser (sengkang) Syarat : s < d/ (.90) f. Mencari luas tulangan geser minimum yang diperlukan (Av min ) b s Av min = 3 fy dimana b = lebar balok (mm) s = jarak tulangan geser (mm) fy= tegangan leleh tulangan geser (Mpa) Bila kondisi (.48) terjadi, maka : g. Mencari jarak tulangan geser (sengkang) Syarat : s < d/ (.91) h. Mencari kuat geser nominal tulangan geser (Vs) 34

48 Vu-Vc = Vs (.9) i. Mencari luas tulangan geser yang diperlukan (Av) Vs s Av = (.93) fy d dimana : Vs = kuat geser tulangan geser (N) s = jarak tulangan geser (mm) fy = tegangan leleh tulangan geser (Mpa) d = jarak tulangan geser (mm).3.7 Perencanaan Dinding, Pelat lantai, dan Pelat Atap Basement Struktur basement pada perencanaan ini difungsikan sebagai lahan parkir. Pada perencanaan ini struktur basement yang direncanakan meliputi dinding dan pelat lantai. Beban beban yang diperhitungkan untuk perencanaan dinding basement adalah beban dari tekanan tanah yang nantinya beban tersebut di rubah menjadi beban merata pada dinding basement, untuk perencanaan lantai basement beban yang diperhitungkan adalah beban dari daya dukung tanah dibawah basement. Untuk perhitungan momen pada dinding basement dihitung dengan mengandaikan dinding basement sebagai balok kantilever per meter panjang dengan beban segitiga berupa tekanan total (tanah+air). Sedang momen untuk pelat lantai dan pelat atap basement dicari dengan rumus mengacu pada Buku CUR 1 seperti pada perencanaan pelat lantai bangunan di atas, yaitu : a. Momen lapangan arah x (Mlx) = koef x Wu x lx (.94) b. Momen lapangan arah y (Mly) = koef x Wu x lx (.95) c. Momen tumpuan arah x (Mtx) = koef x Wu x lx (.96) d. Momen tumpuan arah y (Mty) = koef x Wu x lx (.97) Untuk penulangan dinding dan pelat lantai, dan pelat atap basement dapat mengikuti prosedur yang sama dengan penulangan pelat lantai bangunan dan pelat tangga yang mengacu pada rumus-rumus dalam Buku CUR 1, yaitu : 35

49 a. Menetapkan tebal penutup beton menurut Buku Grafik dan Tabel Perhitungan Beton Bertulang. b. Menetapkan diameter tulangan utama yang direncanakan dalam arah x dan arah y. c. Mencari tinggi efektif dalam arah x dan arah y. d. Membagi Mu dengan b x d Mu (.98) b d dimana b = lebar pelat per meter panjang d = tinggi efektif e. Mencari rasio penulangan (ρ) dengan persamaan : Mu fy = ρ φ fy 1 0,588 ρ (.99) b d f ' c f. Memeriksa syarat rasio penulangan (ρ min < ρ < ρ mak ) 1,4 ρ min = (.100) fy 450 0,85 f ' c ρ mak = β (.101) fy fy g. Mencari luas tulangan yang dibutuhkan 6 ( = b d 10 ) As ρ (.10) H=4,3 m LANTAI BASEMENT DL Tegangan tanah Gambar. 6 Sketsa Pembebanan Pada Dinding dan Lantai Basement 36

50 .3.8 Perencanaan Struktur Bawah (Sub Structure) Dalam merencanakan suatu struktur bawah dari konstruksi bangunan dapat digunakan beberapa macam tipe pondasi, pemilihan tipe pondasi didasarkan pada hal-hal sebagai berikut : (Sardjono, 1984) Fungsi bangunan atas Besarnya beban dan berat dari bangunan atas Keadaan tanah dimana bangunan tersebut akan didirikan Jumlah biaya yang dikeluarkan Tipe pondasi yang sering digunakan dalam struktur bangunan antara lain pondasi telapak, dan pondasi kaison bor (sumuran). Berdasarkan data tanah diketahui bahwa tanah keras terdapat pada kedalaman 6-7 m. Dalam perencanaan gedung hotel ini digunakan dua jenis tipe pondasi, yaitu pondasi kaison bor (sumuran). A. Pondasi Kaison Bor (sumuran) Penentuan daya dukung pondasi kaison ditinjau melalui dua cara, yaitu berdasarkan kekuatan bahan dan berdasarkan hasil sondir. Kekuatan bahan dihitung dengan menggunakan rumus : (PBI 1971) σ b = 0,33 x f c (.103) P sumuran = σ b x A b (.104) dimana : P sumuran = kekuatan pikul tiang yang diijinkan (kg) f c σb Ab = mutu beton yang digunakan (Mpa) = tegangan tekan tiang yang diijinkan (kg/cm) = luas penampang kaison (cm) Sedang perhitungan daya dukung menggunakan hasil sondir adalah sebagai berikut : Rumus Terzaghi : (Hardiyatmo, 003) Q = Q + Q (.105) ult b s 37

51 ult ( q A ) + ( f A ) Q = (.106) c b s s Qult Qall = (.107) SF dimana : Q ult = kapasitas dukung ultimit (kg) q c = tahanan ujung (kg/cm ) Ab = luas penampang kaison (cm ) fs = faktor gesek satuan antara tanah dan dinding kaison (kg/cm) As = luas selimut kaison (cm ) Q all = kapasitas dukung ijin (kg) SF = safety factor (diambil,5) Dari kedua hasil tersebut dipilih nilai terkecil sebagai nilai daya dukung batas. Pada perencanaan pile cap, perlu dicek terhadap beban maksimum yang diterima pondasi dimana harus lebih kecil dari daya dukung batas. Rumus yang digunakan yaitu : (Buku Rekayasa Pondasi II) ΣPv M x Y M y X P mak = ± ± (.108) n Σy Σx dimana : P max ΣPv M x M y = beban maksimum yang diterima oleh pondasi (kg) = jumlah total beban normal/gaya aksial (kg) = momen yang bekerja pada bidang yang tegak lurus sumbu x (kgm) = momen yang bekerja pada bidang yang tegak lurus sumbu y (kgm) n = banyaknya tiang pondasi kaison (diambil = 1) X = absis terjauh kaison terhadap titik berat kaison (X = 0) 38

52 Y = ordinat terjauh kaison terhadap titik berat kaison (Y = 0) Σx Σy = jumlah kuadrat jarak ordinat-ordinat kaison (m) = jumlah kuadrat jarak absis-absis kaison (m) Selain itu pada perencanaan pile cap perlu dicek tegangan pada pile cap, yaitu dengan menggunakan rumus : (Buku Rekayasa Pondasi II) ΣPv M 1 X M Y σ = ± ± (.109) A ly. lx dimana : σ = tegangan yang diterima oleh pondasi (kg/m ) ΣPv M x M y A X Y = jumlah total beban normal/gaya aksial (kg) = momen yang bekerja pada bidang yang tegak lurus sumbu x (kgm) = momen yang bekerja pada bidang yang tegak lurus sumbu y (kgm) = luas bidang pile cap (m) =jarak dari titik berat pondasi ketitik di mana tegangan dihitung sepanjang respektif sumbu x (m) =jarak dari titik berat pondasi ketitik di mana tegangan dihitung sepanjang respektif sumbu y (m) lx = momen inersia terhadap sumbu x (m 4 ) ly = momen inersia terhadap sumbu y (m 4 ) Pada pondasi kaison bor, perlu dicek terhadap guling, geser, dan tegangan tanah. Perhitungan cek guling, geser, dan tegangan tanah pada pondasi kaison dilakukan seperti pada struktur DPT, yaitu dengan 39

53 membandingkan antara momen vertikal dan momen horisontal serta gaya vertikal dengan gaya horisontal. Sedang tegangan tanah dihitung berdasarkan data tanah yang ada. Berikut rumus yang digunakan : - Cek Terhadap Guling Mv 1,5 (.110) Mh - Cek Terhadap Geser Pv tanφ 5 + B c5 Ph + Ph 1,5 (.111) - Cek terhadap Tegangan Tanah σ ult = 1,3 c5 N c + D γ 0 N q + 0, 3 γ 1 B N γ (.11) σ ult σ save = > SF Pv Mh σ mak = ± (.113) A W Perhitungan geser pons pada pondasi kaison bor dilakukan dengan membandingkan antara beban terpusat (Vu = Pv = P mak + P pilecap ) dengan φ Vc. Bila φ Vc > Vu maka pondasi aman terhadap geser pons, atau sebaliknya. Namun struktur pondasi diusahakan aman terhadap geser pons dengan memperbesar dimensi pile cap-nya. Berikut rumus yang digunakan : Ppile cap = (( B L h) ( B L h) ) 400 kol kol (.114) Pv = Pmak + Ppile cap (.115) b = ( x tinggi efektif (d) + x lebar kolom )/ (.116) Keliling bidang kritis (bo) = b x 4 (.117) 1 Vc = 3 f ' c bo d (.118) dimana d = tinggi efektif pile cap(cm) φ Vc = 0, 75 Vc (.119) Penulangan pile cap dihitung dengan cara mencari besar gaya total yang didukung oleh cincin sumuran akibat dari beban terpusat (P) dan 40

54 momen (M 1 dan M ). Momen maksimum dihitung dengan mengalikan antara gaya total dengan jarak cincin sumuran ke titik berat pondasi. Setelah diketahui nilai momennya, maka perhitungan penulangan menggunakan rumus seperti pada penulangan pelat. (Buku CUR 1) Penentuan tebal cincin sumuran dihitung dengan mencari tegangan yang bekerja pada cincin sumuran akibat dari beban terousat (P) dan momen (M 1 dan M ). Rumus yang digunakan : (Diktat Kuliah Rekayasa Pondasi II karangan Ir. Indrastono DA, M.Ing) σ = P A M M 1 ± ± (.10) W1 W dimana : σ = tegangan yang terjadi (kg/m ) Pv = beban terpusat yang bekerja (kg) A = luas daerah yang ditinjau (m 1 ) = π π d M 1 = momen searah sumbu 1 (kgm) M = momen searah sumbu (kgm) W1 = momen inersia daerah yang ditinjau (m4) = π ( D d ) W = momen inersia daerah yang ditinjau (m π ( D d ) ) = 3 D D B. Pondasi Tapak Pondasi telapak termasuk pondasi dangkal. Pondasi jenis ini digunakan pada struktur tangga. Pondasi telapak direncanakan berbentuk persegi panjang. Untuk pondasi telapak persegi panjang ada beberapa macam cara untuk menghitung besarnya kapasitas daya dukung tanah ( bearing capacity of soil ). Salah satu rumus yang lazim digunakan adalah menurut Terzaghi & Schultze adalah sebagai berikut : qu = ( B/L ).c. Nc + γ o. Df. Nq + ( 1 0. B/L ) ½. γ 1. B. Nγ dimana : Df = kedalaman pondasi ( m ) 41

55 B = lebar pondasi ( m ) L = panjang pondasi ( m ) C = kohesi tanah ( T/m ) γ o = berat isi tanah di atas dasar pondasi ( T/m 3 ) γ 1 = berat isi tanah di bawah dasar pondasi ( T/m 3 ) Nc, Nq, Nγ = koefisien kapasitas daya dukung q = Df. γ o = effective overburden pressure Apabila muka air tanah ( MAT ) berada tepat pada dasar pondasi, maka γ o harus diambil nilai γ sub ( submerged / keadaan jenuh air ), sedangkan bila MAT berada di atas dasar pondasi maka Df. γ o harus diganti menjadi Df 1. γ o + Df. γ o. Besarnya tegangan kontak yang terjkadi pada dasar pondasi dapat dihitung sbb : σ P Mx. y My. x = + A Iy Ix max + σ min P Mx. y My x =. A Iy Ix Penulangan pondasi pelat dapat dihitung dengan cara seperti pada perhitungan penulangan pada struktur atas, setelah didapatkan momen yang bekerja pada pelat. 4

56 BAB III KONSEP PEMBEBANAN 3.1 TINJAUAN BEBAN Dalam melakukan analisis desain suatu struktur bangunan, perlu adanya gambaran yang jelas mengenai perilaku dan besar beban yang bekerja pada struktur. Hal penting yang mendasar adalah pemisahan antara beban-beban yang bersifat statis dan dinamis. 1. Beban statis Beban statis adalah beban yang memiliki perubahan intensitas beban terhadap waktu berjalan lambat atau konstan. Jenis-jenis beban statis menurut Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Rumah dan Gedung 1983 adalah sebagai berikut: Beban mati (dead load/ DL) Beban mati adalah semua beban yang berasal dari berat bangunan, termasuk segala unsur tambahan tetap yang merupakan satu kesatuan dengannya. Tabel 3. 1 Beban Mati pada Struktur Beban Mati Besar Beban Batu alam 600 kg/m 3 Beton Bertulang 400 kg/m 3 Dinding Pasangan ½ Bata 50 kg/m Langit-langit + penggantung 18 kg/m Lantai ubin dari semen Portland 4 kg/m Spesi per cm tebal 1 kg/m Kolam renang 1000 kg/m 43

57 Beban Hidup ( Live Load/LL) Beban hidup adalah semua beban tidak tetap, kecuali beban angin, beban gempa dan pengaruh-pengaruh khusus yang diakibatkan oleh selisih suhu, pemasangan (erection), penurunan pondasi, susut, dan pengaruh-pengaruh khusus lainnya. Meskipun dapat berpindahpindah, beban hidup masih dapat dikatakan bekerja perlahan-lahan pada struktur. Beban hidup diperhitungkan berdasarkan perhitungan matematis dan menurut kebiasaan yang berlaku pada pelaksanaan konstruksi di Indonesia. Untuk menentukan secara pasti beban hidup yang bekerja pada suatu lantai bangunan sangatlah sulit, dikarenakan fluktuasi beban hidup bervariasi, tergantung dari banyak faktor. Oleh karena itu faktor pengali pada beban hidup lebih besar jika dibandingkan dengan faktor pengali pada beban mati. Tabel 3. Beban Hidup pada Struktur Beban Hidup Pada Lantai Bangunan Besar Beban Lantai Apartemen 50 kg/m Tangga dan Bordes 300 kg/m Plat Atap 100 kg/m Lantai Ruang rapat 400 kg/m Beban Pekerja 100 kg. Beban Dinamik Beban dinamik adalah beban dengan variasi perubahan intensitas beban terhadap waktu yang cepat. Beban dinamis ini terdiri dari beban gempa dan beban angin. a) Beban Gempa 44

58 Gempa bumi adalah fenomena getaran yang dikaitkan dengan kejutan pada kerak bumi. Beban kejut ini dapat disebabkan oleh banyak hal, tetapi salah satu faktor utamanya adalah benturan/pergesekan kerak bumi yang mempengaruhi permukaan bumi. Lokasi gesekan ini disebut fault zone. Kejutan tersebut akan menjalar dalam bentuk gelombang. Gelombang ini menyebabkan permukaan bumi dan bangunan di atasnya bergetar. Pada saat bangunan bergetar timbul gaya-gaya pada struktur bangunan karena adanya kecenderungan dari massa bangunan untuk mempertahankan dirinya dari gerakan. Gaya yang timbul disebut gaya inersia, besar gaya tersebut bergantung pada banyak faktor yaitu: 1. Massa bangunan. Pendistribusian massa bangunan 3. Kekakuan struktur 4. Jenis tanah 5. Mekanisme redaman dari struktur 6. Perilaku dan besar alami getaran itu sendiri 7. Wilayah kegempaan 8. Periode getar alami Dalam tugas akhir ini, faktor-faktor yang berpengaruh antara lain: Faktor Keutamaan Struktur (I) Untuk gedung apartemen, nilai faktor keutamaan struktur yang dimiliki sebesar 1. Faktor Reduksi Gempa (R) Gedung apartemen dalam Tugas Akhir ini menrut tabel. masuk dalam kategori point 3.3(a), yaitu sistem rangka pemikul momen dimana sistem struktur memiliki rangka ruang pemikul beban gravitasi secara lengkap dan beban lateral dipikul rangka pemikul momen terutama melalui mekanisme lentur. Sistem pemikul beban gempanya adalah struktur rangka pemikul momen biasa (SPRMB) 45

59 beton bertulang. Nilai faktor reduksi gempa (R) dari sistem tersebut di atas adalah sebesar 3,5. Faktor Respon Gempa (C) Faktor respon gempa ini bergantung pada spektrum respon gempa yang besarnya dipengaruhi oleh: o Zona gempa Lokasi pembangunan apartemen ini adalah di kota Salatiga yang masuk zona kegempaan o Jenis tanah Jenis tanah tergantung pada kecepatan rambat gelombang geser v s, nilai hasil test penetrasi standar N, dan kuat geser niralir S n. b) Beban Angin Berdasarkan Peraturan Muatan Indonesia 1971,muatan angin diperhitungkan dengan menganggap adanya tekanan positif dan tekanan negatif (isapan), yang bekerja tegak lurus pada bidang-bidang yang ditinjau. Besarnya tekanan positif dan tekanan negatif ini dinyatakan dalam kg/m, ditentukan dengan mengalikan tekanan tiup (velocity pressure) yang ditentukan dalam pasal 4. dengan koefisienkoefisien angin yang ditentukan dalam pasal FAKTOR BEBAN DAN KOMBINASI PEMBEBANAN Untuk keperluan desain, analisis dari sistem struktur perlu diperhitungkan terhadap adanya kombinasi pembebanan ( Load combinatian ) dari beberapa kasus beban yang dapat bekerja secara bersamaan selama umur rencana. Menurut peraturan pembebanan Indonesia untuk rumah dan gedung 1983, ada dua kombinasi pembebanan yang perlu ditinjau pada struktur yaitu: Kombinasi pembebanan tetap dan kombinasi pembebanan sementara. Kombinasi pembebanan tetap dianggap beban bekerja secara terus-menerus pada struktur selama umur rencana. Kombinasi pembebanan tetap disebabkan oleh bekerjanya beban mati dan beban hidup. 46

60 Kombinasi pembebanan sementara tidak bekerja secara terus-menerus pada stuktur, tetapi pengaruhnya tetap diperhitungkan dalam analisa struktur. Kombinasi pembebanan ini disebabkan oleh bekerjanya beban mati, beban hidup, dan beban gempa. Nilai-nilai tersebut dikalikan dengan suatu faktor magnifikasi yang disebut faktor beban, tujuannya agar struktur dan komponennya memenuhi syarat kekuatan dan layak pakai terhadap berbagai kombinasi beban. Faktor beban memberikan nilai kuat perlu bagi perencanaan pembebanan bagi struktur. Rancangan Standar Nasional Tata Cara Perencanaan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung menentukan nilai kuat perlu sebagai berikut: 1) Kuat perlu U untuk menahan beban mati D paling tidak harus sama dengan U = 1.4D (3.1) Kuat perlu U untuk menahan beban mati D, beban hidup L, dan juga beban atap A atau beban hujan R, paling tidak harus sama dengan U = 1.D + 1.6L +0.5 (A atau R) (3.) ) Bila ketahanan struktur terhadap beban angin W harus diperhitungkan dalam perencanaan, maka pengaruh kombinasi beban D,L, dan W berikut harus ditinjau untuk menentukan nilai U yang terbesar, yaitu: U = 1.D + 1.0L ± 1.6W (A atau R) (3.3) Kombinasi beban juga harus memperhitungkan kemungkinan beban hidup L yang penuh dan kosong untuk mendapatkan kondisi yang paling berbahaya, yaitu: U = 0.9D ± 1.6W (3.4) Perlu dicatat bahwa untuk setiap kombinasi beban D, L, dan W, kuat perlu U tidak boleh kurang dari persamaan 3.. 3) Bila ketahanan struktur terhadap beban gempa E harus diperhitungkan dalam perencanaan, maka nilai kuat perlu U harus diambil sebagai: U = 1.D + 1.0L ± 1.0E (3.5) 47

61 atau U = 0.9D ± 1.0E (3.6) Dalam hal ini nilai E ditetapkan berdasarkan ketentuan Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Bangunan Gedung (SNI ). 4) Bila ketahanan terhadap tekanan tanah H diperhitungkan dalam perencanaan, maka pada persamaan 3., 3.4 dan 3.6 ditambahkan 1.6H, kecuali bahwa pada keadaan dimana aksi struktur akibat H mengurangi pengaruh W atau E, maka beban H tidak perlu ditambahkan pada persamaan 3.4 dan ) Bila ketahanan terhadap pembebanan akibat berat dan tekanan fluida F yang berat jenisnya dapat ditentukan dengan baik, dan ketinggian maksimumnya terkontrol, diperhitungkan dalam perencanaan, maka beban tersebut harus dikalikan dengan faktor beban 1.4, dan ditambahkan pada persamaan 3.1, yaitu: U = 1.7( D ± F ) Untuk kombinasi beban lainnya, beban F tersebut harus dikalikan dengan faktor beban 1. dan ditambahkan pada persamaan 3.. 6) Bila ketahanan terhadap pengaruh kejut diperhitungkan dalam perencanaan mak pengaruh tersebut harus disertakan pada perhitungan beban hidup L. 7) Bila ketahanan structural T dari perbedaan penurunan pondasi, rangkak, susut, ekspansi beton, atau perubahan sangat menentukan dalam perencanaan, maka kuat perlu U minimum harus sama dengan: U = 1.(D + T) + 1.6L + 0.5(A atau R) Perkiraan atas perbedaan penurunan pondasi, rangkak, susut, ekspansi beton, atai perubahan suhu harus didasarkan pada pengkajian yang realistis dari pengaruh tersebut selam masa pakai. 8) Untuk perencanaan daerah pengangkuran pasca tarik harus digunakan faktor beban 1. terhadap gaya penarikan tendon maksimum. 48

62 9) Jika pada bangunan terjadi benturan yang besarnya P, maka pengaruh beban tersebut dikalikan dengan faktor FAKTOR REDUKSI KEKUATAN Dalam menentukan kuat rencana suatu struktur, kuat minimalnya harus direduksi dengan faktor reduksi kekuatan sesuai dengan sifat beban yang bekerja. SKSNI T menetapkan berbagai nilai reduksi kekuatan (φ) untuk berbagai jenis besaran gaya dalam perhitungan struktur. Tabel 3. 3 Faktor reduksi kekuatan Kondisi Pembebanan Faktor Reduksi ( φ ) Beban lentur tanpa gaya aksial Gaya aksial tarik, aksial tarik dengan lentur 0,8 0,8 Gaya aksial tekan, aksial tekan dengan lentur Dengan tulangan spiral Dengan tulangan biasa Lintang dan torsi Tumpuan pada beton 0,7 0,65 0,75 0,65 49

63 BAB IV PERHITUNGAN STRUKTUR 4.1 PERHITUNGAN PELAT Tinjauan Umum Struktur pelat seluruhnya menggunakan beton konvensional dengan material bahan menggunakan beton fc = 30 Mpa, dan baja untuk tulangan utama menggunakan fy = 400 Mpa. Asumsi perhitungan dilakukan dengan menganggap bahwa setiap pelat dibatasi oleh balok, baik balok anak maupun balok induk. Adapun tipe dan ukuran pelat yang digunakan dalam perencanaan struktur ini antara lain: BI3 BI3 BI3 BI3 BI3 BI3 BI3 BI BA9 BA7 10 BA8 11 BA BI7 BI8 BI8 BI9 1 1 BA1 1 BI BA BA 5 BA1 BA1 BA BA BA1 BI1 BA1 BA BA BA1 BI1 BI4 BI4 BI4 BI4 BI4 BI4 BI4 BA1 BA BA BA1 BI4 BI BI BI BA11 BA4 BA4 BA4 BA4 BA4 BA4 BA4 BA4 BA4 BI BI BI BA11 BI4 BI4 BI4 BI4 BI4 BI4 BI4 BI4 1 BI1 1 1 BI1 1 1 BI1 BI10 BI11 BI11 BI1 BA BI BI5 BI5 BI5 BI5 BI6 BI6 BI6 BI6 BA6 6 3 BA6 7 4 BA6 8 BA6 BA8 BA9 BA9 BA10 B4 B5 B5 BA13 18 BI19 1 BI1 BA17 BA18 BA15 BA16 BI18 BA14 19 BI0 BA BI B6 B7 B7 BA1 BA BA19 BA0 BA4 BA4 BA4 BA4 BA4 BI16 BI16 BI16 BI16 BI16 BI16 B8 B9 B9 B30 DILATASI GEDUNG I DAN II BI13 BI13 BI13 BI13 BI13 BI13 BI14 BI14 BI14 BI14 BI14 BI14 BI15 BI15 BI15 BI15 BI15 BI15 DENAH PLAT LANTAI ATAP BA19 BA0 BA1 BA BA1 BA1 BA1 BA1 BA1 BA1 SKALA 1 : 100 B8 B9 B9 B30 BA19 BA0 BA1 BA B31 B3 B3 B33 BI3 BI BI3 BA3 BA3 BI3 B35 B Gambar 4. 1 Denah Plat Atap 50

64 BA3 BA3 BA3 BA3 BA3 BA3 BA3 BA BA9 BA7 BA8 BA BI3 BI3 BI3 BI3 BI3 BI3 BI3 BI3 BI7 BI8 BI8 BI9 BI4 BA1 BA BA BA1 BI4 BA1 BA BA BA1 1 BA1 BA BA BA1 1 1 BA1 BA BA BA BA4 BA4 BI1 BI BI BI1 BI4 BI4 BA4 BA4 BA4 BI1 BI BI BI1 BI4 BI4 BA4 BA4 BI1 BI BI BI1 BI4 BI4 BA4 BA4 5 BA10 BA11 BA11 BI4 BI4 BI4 BI4 BI4 BI4 BI4 BI4 BI10 BI11 BI11 BI BI5 BI5 BI5 BI5 BI6 BI6 BI6 BI6 6 3 BA6 6 3 BA BA6 8 BA6 BA5 BA5 BA5 BA5 BA8 BA9 BA9 BA10 B4 B5 B5 355 BI BA13 18 BI19 1 BI BA17 BA18 BA15 BA16 BI18 BA14 19 BI0 BA BI16 BI16 BI16 BI16 BI16 BI BA1 BA BI13 BI13 BI13 BI13 BI13 BI BA19 BA0 BI14 BI14 BI14 BI14 BI14 BI BI B6 B7 B7 BA4 BA4 BA4 BA4 BA4 B8 B9 B9 B30 BA19 BA0 BA1 BA BA1 BA1 BA1 BA1 BA1 BA1 BI15 BI15 BI15 BI15 BI15 BI15 DENAH PLAT LANTAI 1, B8 B9 B9 B30 SKALA 1 : 100 BA19 BA0 BA1 BA B31 B3 B3 B33 50 BI BI BI3 BA3 BA3 BI3 B35 B Gambar 4. Denah Lantai 1, BA3 BA3 BA3 BA3 BA3 BA3 BA3 BA BA9 9 BA7 10 BA8 11 BA BI7 BI8 BI8 BI BI3 BI3 BI3 BI3 BI3 BI3 BI3 BI3 BA1 BI1 BA BA BA1 BA1 BA BA BA1 BI1 BA1 BA BA BA1 BI1 BI4 BI4 BI4 BI4 BI4 BI4 BI4 BA1 BA BA BA1 BI4 BI BI BI BA11 BA4 BA4 BA4 BA4 BA4 BA4 BA4 BA4 BA4 BI BI BI BA11 BI4 BI4 BI4 BI4 BI4 BI4 BI4 BI4 1 BI1 1 1 BI1 1 1 BI1 BI10 BI11 BI11 BI1 BA10 1 BI5 BI5 BI5 BI5 BI6 BI6 BI6 BI6 BA6 6 BA6 7 BA BI BA6 BA8 BA9 14 BA5 14 BA5 14 BA5 14 BA5 B5 B4 B5 355 BA13 18 BI19 19 BA BI16 BI16 BI16 BI16 BI16 BI BI1 BA17 BA18 BA15 BA16 BI18 BA14 BI0 BI B6 B7 B7 BA1 BA BA19 BA0 BA4 BA4 BA4 BA4 BA4 B8 B9 B9 B30 BA19 BA0 BA1 BA BI13 BI13 BI13 BI13 BI13 BI13 BA1 BA1 BA1 BA1 BA1 BA1 BI14 BI14 BI14 BI14 BI14 BI14 BI15 BI15 BI15 BI15 BI15 BI BA5 BA5 BA5 BA5 BA5 BA5 DENAH PLAT LANTAI 3 B8 B9 B9 B30 SKALA 1 : 100 BA19 BA0 BA1 BA B31 B3 B3 B33 50 BI BI BI3 BA3 BA3 BI3 B35 B Gambar 4. 3 Denah Plat Lantai 3 51

65 BA BA4 BA4 BA4 BA4 BA BI3 BI3 BI3 BI3 BI3 BI3 BI3 BI3 BA7 BA8 BA BA1 1 BI BA BA4 BA4 BA4 1 1 BA BA9 BI7 BI8 BI8 BI9 1 BA1 BA1 BA BA BA1 BI1 BA4 BA4 BA1 BA BA BA1 BI1 BI4 BI4 BI4 BI4 BI4 BI4 BI4 BI BI BI BA4 BA4 BA1 BA BA BA1 BI4 BA4 BI BI BI BI4 BI4 BI4 BI4 BI4 BI4 BI4 BI4 1 BI1 1 1 BI1 1 1 BI BI BI5 BI5 BI5 BI5 BI6 BI6 BI6 BI6 BA6 6 BA6 7 BA6 8 BA6 BA8 14 BA5 14 BA5 14 BA5 14 BA5 B5 355 BA13 18 BI BA17 BA18 BA15 BA16 BI18 BA14 19 BI0 BI16 BI16 BI16 BI16 BI16 BI16 BA1 BA BI13 BI13 BI13 BI13 BI13 BI BA19 BA0 BI14 BI14 BI14 BI14 BI14 BI BI1 BI B6 B7 B7 B8 B9 B9 B30 BA19 BA0 BA1 BA BA1 BA1 BA1 BA1 BA1 BA1 BI15 BI15 BI15 BI15 BI15 BI BA5 BA5 BA5 BA5 BA5 BA5 DENAH PLAT LANTAI 4 B8 B9 B9 B30 SKALA 1 : 100 BA19 BA0 BA1 BA B31 B3 B3 B33 BI3 BI BI3 BA3 BA3 BI3 B35 B BI10 BI11 BI11 BI BA10 BA11 BA4 5 BA Gambar 4. 4 Denah Plat Lantai BI3 BI3 BI3 BI3 BI3 BI3 BI3 BI BA9 BA7 BA8 BA BI7 BI8 BI8 BI9 1 1 BA1 BA BA BA BA1 BA BA BA1 1 BI4 BI BA1 BA BA BA1 1 1 BA1 BA BA BA BA4 BA4 BI1 BI BI BI1 BI4 BI4 BA4 BA4 BA4 BI1 BI BI BI1 BI4 BI4 BA4 BA4 BI1 BI BI BI1 BI4 BI4 BA4 BA4 5 BA10 BA11 BA11 BI4 BI4 BI4 BI4 BI4 BI4 BI4 BI4 BI10 BI11 BI11 BI1 1 BI5 BI5 BI5 BI5 BI6 BI6 BI6 BI BA6 6 3 BA BA6 8 BA6 13 BA8 BA9 BA9 BA10 B4 B5 B5 BI BA13 18 BI19 BI1 BA17 BA18 BA15 BA16 BI18 BA14 19 BI0 BI B6 B7 B7 BA BA1 BA BA19 BA0 BA4 BA4 BA4 BA4 BA4 BI16 BI16 BI16 BI16 BI16 BI16 B8 B9 B9 B30 BA19 BA0 BA1 BA BI13 BI13 BI13 BI13 BI13 BI13 BA1 BA1 BA1 BA1 BA1 BA1 BI14 BI14 BI14 BI14 BI14 BI14 BI15 BI15 BI15 BI15 BI15 BI15 SKALA 1 : DENAH PLAT LANTAI 5,6,7 & 8 B8 B9 B9 B30 BA19 BA0 BA1 BA B31 B3 B3 B33 BI3 BI3 BA3 BA3 BI3 BI3 B35 B Gambar 4. 5 Denah Plat Lantai 5,6,7,8 5

66 4.1. Langkah-Langkah Perencanaan pelat 1. Menentukan Syarat-syarat batas dan bentangnya. Menentukan tebal pelat 3. Hitung beban yang bekerja pada pelat, berupa beban mati dan beban hidup 4. Hitung momen-momen yang menentukan 5. Mencari tulangan pelat Penentuan Tebal Pelat Lantai Penentuan tebal pelat berdasarkan ayat 3..5 butir 3, SK SNI T adalah sebagai berikut : ln(0,8 + fy /1500) ln(0,8 + fy /1500) h( mak ) h (min) β ly dimana β = lx Contoh perhitungan h (mak) dan h (min) pada pelat tipe 4 : ly = 5000 mm lx = 3950 mm ly = 5000/3950 = 1,7 3 (two way slab) lx 5000(0, /1500) h (min) = = 11,536 mm ,7 5000(0, /1500) h (max) = = 148,148 mm 36 Tebal pelat untuk tipe 4 diambil 10 mm Perhitungan h (mak) dan h (min) pada pelat tipe yang lain disajikan pada tabel di bawah ini : 53

67 TIPE Tabel 4. 1 Tipe dan Ukuran Tebal Pelat Lantai 1 s/d 8 B. Panjang Ly (mm) B. Pendek Lx (mm) Ly/Lx Arah Plat hmin hmax hterpakai two way slab two way slab two way slab two way slab two way slab one way slab two way slab two way slab two way slab one way slab one way slab one way slab one way slab one way slab two way slab two way slab one way slab one way slab one way slab two way slab two way slab one way slab one way slab two way slab two way slab two way slab , ,

68 4.1.4 Beban Yang Bekerja Pada Pelat Lantai (PPI untuk gedung 1983) Beban Tipe A ( Plat lantai ) 1. Beban mati Beban sendiri pelat = 0,1 x 400 = 88 kg/m Beban spesi 3 cm = 3 x 1 = 63 kg/m Beban penutup lantai = 1 x 4 = 4 kg/m Beban plafon + penggantung = 18 kg/m Total (DL) = 393 kg/m. Beban hidup (LL) yang bekerja pada lantai hotel = 50 kg/m Wu = 1, DL + 1,6 LL = 1, (393) + 1,6 (50) = 871,6 kg/m = 8,716 kn / m Beban Tipe B ( Ruang Meeting ) 1. Beban mati Beban sendiri pelat = 0,1 x 400 = 88 kg/m Beban spesi 3 cm = 3 x 1 = 63 kg/m Beban penutup lantai = 1 x 4 = 4 kg/m Beban plafon + penggantung = 18 kg/m Total (DL) = 393 kg/m. Beban hidup (LL) yang bekerja ruang rapat = 400 kg/m Wu = 1, DL + 1,6 LL = 1, (393) + 1,6 (400) = 1111,6 kg/m = 11,116 kn / m Beban Tipe C ( Kolam Renang ) 1. Beban mati Beban sendiri pelat = 0,1 x 400 = 88 kg/m 55

69 Beban spesi 3 cm = 3 x 1 = 63 kg/m Beban air kolam 1,5 m = 1,5 x 1000 = 1500kg/m Beban penutup lantai = 1 x 4 = 4 kg/m Beban plafon + penggantung = 18 kg/m Total (DL) = 1893 kg/m. Beban hidup (LL) yang bekerja pada kolam renang = 100 kg/m Wu = 1, DL + 1,6 LL = 1, (1893) + 1,6 (100) =.431,6kg/m = 4,316 kn / m Beban Tipe D ( Plat Atap ) 1. Beban mati Beban sendiri pelat = 0,1 x 400 = 88 kg/m Beban spesi 3 cm = 3 x 1 = 63 kg/m Beban hujan 5 cm = 0.05 x 1000 = 50 kg/m Beban plafon + penggantung = 18 kg/m Total (DL) = 419 kg/m 3. Beban hidup (LL) yang bekerja pada atap hotel = 100 kg/m Wu = 1, DL + 1,6 LL = 1, (419) + 1,6 (100) = 66.8 kg/m = 6.68 kn / m Perhitungan Penulangan Pelat Perhitungan Momen Berdasarkan CUR 1, pada pelat yang menahan dua arah dengan terjepit pada keempat sisinya bekerja empat macam momen yaitu : e. Momen lapangan arah x (Mlx) f. Momen lapangan arah y (Mly) g. Momen tumpuan arah x (Mtx) h. Momen tumpuan arah y (Mty) 56

70 Contoh perhitungan momen yang bekerja pada pelat tipe 1,beban tipe A pada lantai 1 : a. Momen lapangan arah x (Mlx) Mlx = koef x Wu x lx = 0,036 x 8,716 x 3,95 = 1,39 knm b. Momen lapangan arah y (Mly) Mly = koef x Wu x lx = 0,01 x 8,716 x 3,95 =,856 knm c. Momen tumpuan arah x (Mtx) Mtx = koef x Wu x lx = 0,0653 x 8,716 x 3,95 = 8,880 knm d. Momen tumpuan arah y (Mty) Mty = koef x Wu x lx = 0,054 x 8,716 x 3,95 = 7,344 knm Perhitungan momen-momen yang bekerja pada tiap tipe pelat pada tiap lantai, disajikan dalam tabel di bawah ini : a. Pelat lantai (1,,3,4,5,6,7,8 ) tipe A Wu = 8,716 knm Tabel 4. Momen Pelat Lantai 1-8 Tiap Tipe ( Two way Slab ) Tipe momen Lx (m) koef. Mu (knm) m lx ,037 4,98 Plat 1 m ly 3,95 0,01,813 Ly/Lx= m tx 3,95 0,066 8,970 1,7 m ty 3,95 0,054 7,388 m lx 3,5 0,041 4,399 Plat m ly 3,5 0,00,093 Ly/Lx= m tx 3,5 0,073 7,75 1,13 m ty 3,5 0,056 6,0 57

71 Tipe momen Lx (m) koef. Mu (knm) m lx,13 0,046 1,819 Plat 3 m ly,13 0,018 0,71 Ly/Lx= m tx,13 0,079 3,14 1,85 m ty,13 0,058,94 m lx,3 0,03 1,47 Plat 4 m ly,3 0,03 1,046 Ly/Lx= m tx,3 0,060,777 1,09 m ty,3 0,053,458 m lx 3 0,070 5,491 Plat 5 m ly 3 0,010 0,784 Ly/Lx= m tx 3 0,111 8,707 1,17 m ty 3 0,066 5,177 m lx 0,95 0,06 0,490 Plat 8 m ly 0,95 0,014 0,110 Ly/Lx= m tx 0,95 0,086 0,674 1,17 m ty 0,95 0,051 0,400 m lx 1,04 0,038 0,358 Plat 9 m ly 1,04 0,00 0,189 Ly/Lx= m tx 1,04 0,067 0,63,05 m ty 1,04 0,054 0,509 m lx 0,95 0,049 0,387 Plat 13 m ly 0,95 0,015 1,435 Ly/Lx= m tx 0,95 0,078 7,479 1,61 m ty 0,95 0,054 5,168 m lx 0,054 5,177 Plat 14 m ly 0,015 1,435 Ly/Lx= m tx 0,081 7,77 1,98 m ty 0,054 5,147 m lx 3,95 0,048 6,460 Plat 15 m ly 3,95 0,018,380 Ly/Lx= m tx 3,95 0,081 11,015 1,14 m ty 3,95 0,059 7,955 m lx 3,3 0,034 8,984 Plat 16 m ly 3,3 0,0 5,669 Ly/Lx= m tx 3,3 0,064 16,556 1,1 m ty 3,3 0,054 14,085 58

72 Tipe momen Lx (m) koef. Mu (knm) 1,53 0,06 3,488 Plat 17 m ly 1,53 0,014 0,784 Ly/Lx= m tx 1,53 0,086 4,800,61 m ty 1,53 0,051,845 m lx 3,95 0,043 5,848 Plat 18 m ly 3,95 0,018,390 Ly/Lx= m tx 3,95 0,073 9,908 1,43 m ty 3,95 0,055 7,460 m lx 3,5 0,05,669 Plat 19 m ly 3,5 0,05,669 Ly/Lx= m tx 3,5 0,051 5,445 1 m ty 3,5 0,051 5,445 m lx 4 0,03 1,49 Plat 0 m ly 4 0,03 8,676 Ly/Lx= m tx 4 0,060 3,095 1,09 m ty 4 0,053 0,415 mlx 4,35 0,05 3,355 Plat 1 mly 4,35 0,016 7,305 Ly/Lx= mtx 4,35 0,086 39,138 1,15 mty 4,35 0,060 7,100 mlx,5 0,04,88 Plat 5 mly,5 0,018 0,981 Ly/Lx= mtx,5 0,07 3,9 1,4 mty,5 0,055,996 mlx 1,9 0,059 5,08 Plat 6 mly 1,9 0,015 1,77 Ly/Lx= mtx 1,9 0,083 7,155,11 mty 1,9 0,053 4,541 Wu = 8,716 knm ( One way slab ) Tabel 4.3 Momen Pelat Lantai 1-8 Tiap Tipe ( One way Slab ) Tipe momen Lx (m) koef. Mu (knm) m lx 0,95 0,063 0,496 Plat 6 m ly 0,95 0,013 0,10 Ly/Lx= m tx 0,95 0,063 0,496 4,16 m ty 0,95 0,038 0,99 59

73 Tipe momen Lx (m) koef. Mu (knm) m lx 0,95 0,063 0,496 Plat 7 m ly 0,95 0,013 0,10 Ly/Lx= m tx 0,95 0,063 0,496 4,16 m ty 0,95 0,038 0,99 m lx 1,04 0,063 0,053 Plat 10 m ly 1,04 0,013 0,015 Ly/Lx= m tx 1,04 0,063 0,081 4,81 m ty 1,04 0,038 0,054 m lx 1,04 0,063 0,594 Plat 11 m ly 1,04 0,013 0,13 Ly/Lx= m tx 1,04 0,063 0,594 3,37 m ty 1,04 0,038 0,358 m lx 1,53 0,063 1,85 Plat 1 m ly 1,53 0,013 0,65 Ly/Lx= m tx 1,53 0,063 1,85 3,7 m ty 1,53 0,038 0,775 m lx 0,95 0,063 0,496 Plat m ly 0,95 0,013 0,10 Ly/Lx= m tx 0,95 0,063 0,496 3,47 m ty 0,95 0,038 0,99 m lx 0,95 0,063 0,058 Plat 3 m ly 0,95 0,013 0,015 Ly/Lx= m tx 0,95 0,063 0,08 3,68 m ty 0,95 0,038 0,053 m lx 0,95 0,063 0,496 Plat 4 m ly 0,95 0,013 0,10 Ly/Lx= m tx 0,95 0,063 0,496 4,58 m ty 0,95 0,038 0,99 b. Pelat lamtai 8 tipe B ( Ruang Meetting dan Rung Serba Guna ) Tabel 4.4 Momen Pelat Lantai 8 Ruang meeting Tipe momen Lx (m) koef. Mu (knm) m lx 3,95 0,037 6,417 Plat 1 m ly 3,95 0,01 3,64 Ly/Lx= m tx 3,95 0,066 11,447 1,7 m ty 3,95 0,054 9,366 60

74 Tipe momen Lx (m) koef. Mu (knm) m lx 3,5 0,04 5,719 Plat m ly 3,5 0,019,587 Ly/Lx= m tx 3,5 0,073 9,940 1,13 m ty 3,5 0,057 7,76 m lx 3,5 0,048 8,38 Plat 15 m ly 3,5 0,018 3,035 Ly/Lx= m tx 3,5 0,081 14,048 1,14 m ty 3,5 0,059 10,146 m lx 3,3 0,034 4,175 Plat 16 m ly 3,3 0,0,634 Ly/Lx= m tx 3,3 0,064 7,69 1,1 m ty 3,3 0,054 6,544 m lx 1,53 0,06 1,61 Plat 17 m ly 1,53 0,014 0,364 Ly/Lx= m tx 1,53 0,086,30,61 m ty 1,53 0,051 1,3 m lx 4 0,03 5,691 Plat 0 m ly 4 0,03 4,031 Ly/Lx= m tx 4 0,060 10,731,105 m ty 4 0,053 9,486 c. Pelat lantai 4 tipe C ( Kolam Renang ) Wu = 4,316 kn / m Tabel 4.5 Momen Pelat Lantai 4 Kolam Renang Tipe momen Lx (m) koef. Mu (knm) m lx 3,5 0,041 1,17 Plat m ly 3,5 0,00 5,769 Ly/Lx= m tx 3,5 0,073 1,369 m ty 3,5 0,056 16,601 d. Pelat lantai tipe D (Atap ) Wu = 6,68 kn/m ( Two way slab ) Tabel 4.6 Momen Pelat Atap Tiap Tipe ( Two way Slab ) Tipe momen Lx (m) koef. Mu (knm) m lx 3,95 0,037 3,788 61

75 Tipe momen Lx (m) koef. Mu (knm) Plat 1 m ly 3,95 0,01,139 Ly/Lx= m tx 3,95 0,066 6,81 1,7 m ty 3,95 0,054 5,618 m lx 3,5 0,041 3,345 Plat m ly 3,5 0,00 1,591 Ly/Lx= m tx 3,5 0,073 5,895 1,13 m ty 3,5 0,056 4,579 m lx,3 0,03 1,119 Plat 4 m ly,3 0,03 0,796 Ly/Lx= m tx,3 0,060,11 1,09 m ty,3 0,053 1,869 m lx 3 0,070 4,176 Plat 5 m ly 3 0,010 0,597 Ly/Lx= m tx 3 0,111 6,61 1,17 m ty 3 0,066 3,937 m lx 0,95 0,06 0,373 Plat 8 m ly 0,95 0,014 0,084 Ly/Lx= m tx 0,95 0,086 0,513,94 m ty 0,95 0,051 0,304 m lx 0,049 0,94 0,095 Plat 13 m ly 0,015 0,090 0,085 Ly/Lx= m tx 0,078 0,468 0,095 1,61 m ty 0,054 0,33 0,085 m lx 3,5 0,048 4,91 Plat 15 m ly 3,5 0,018 1,810 Ly/Lx= m tx 3,5 0,081 8,376 1,01 m ty 3,5 0,059 6,050 m lx 3,3 0,034,489 Plat 16 m ly 3,3 0,0 1,570 Ly/Lx= m tx 3,3 0,064 4,587 1,1 m ty 3,3 0,054 3,90 1,53 0,06 0,966 Plat 17 m ly 1,53 0,014 0,17 Ly/Lx= m tx 1,53 0,086 1,330,61 m ty 1,53 0,051 0,788 m lx 3,5 0,043 4,447 6

76 Tipe momen Lx (m) koef. Mu (knm) Plat 18 m ly 3,5 0,018 1,817 Ly/Lx= m tx 3,5 0,073 7,534 1,7 m ty 3,5 0,055 5,673 m lx 3,5 0,05,030 Plat 19 m ly 3,5 0,05,030 Ly/Lx= m tx 3,5 0,051 4,141 1,13 m ty 3,5 0,051 4,141 m lx 4 0,03 3,394 Plat 0 m ly 4 0,03,404 Ly/Lx= m tx 4 0,060 6,398 1,09 m ty 4 0,053 5,656 mlx 4,35 0,05 6,470 Plat 1 mly 4,35 0,016,04 Ly/Lx= mtx 4,35 0,086 10,843 1,15 mty 4,35 0,060 7,508 mlx,5 0,04 1,740 Plat 5 mly,5 0,018 0,746 Ly/Lx= mtx,5 0,07,983 1,4 mty,5 0,055,78 Wu = 6,68 knm ( One way slab ) Tabel 4.7 Momen Pelat Lantai 1-8 Tiap Tipe (One way Slab) Tipe momen Lx (m) koef. Mu (knm) m lx 0,95 0,063 0,377 Plat 6 m ly 0,95 0,013 0,078 Ly/Lx= m tx 0,95 0,063 0,377 4,16 m ty 0,95 0,038 0,7 m lx 0,95 0,063 0,377 Plat 7 m ly 0,95 0,013 0,078 Ly/Lx= m tx 0,95 0,063 0,377 4,16 m ty 0,95 0,038 0,7 m lx 1,04 0,063 0,45 Plat 10 m ly 1,04 0,013 0,093 Ly/Lx= m tx 1,04 0,063 0,45 4,81 m ty 1,04 0,038 0,7 m lx 1,04 0,063 0,45 63

77 Tipe momen Lx (m) koef. Mu (knm) Plat 11 m ly 1,04 0,013 0,093 Ly/Lx= m tx 1,04 0,063 0,45 3,37 m ty 1,04 0,038 0,7 m lx 1,53 0,063 0,977 Plat 1 m ly 1,53 0,013 0,0 Ly/Lx= m tx 1,53 0,063 0,977 3,7 m ty 1,53 0,038 0,590 m lx 0,95 0,063 0,377 Plat m ly 0,95 0,013 0,078 Ly/Lx= m tx 0,95 0,063 0,377 3,47 m ty 0,95 0,038 0,7 m lx 0,95 0,063 0,377 Plat 3 m ly 0,95 0,013 0,078 Ly/Lx= m tx 0,95 0,063 0,377 3,68 m ty 0,95 0,038 0,7 m lx 0,95 0,063 0,377 Plat 4 m ly 0,95 0,013 0,078 Ly/Lx= m tx 0,95 0,063 0,377 4,58 m ty 0,95 0,038 0, Perhitungan Tulangan Berdasarkan CUR 1, langkah-langkah perhitungan tulangan pada pelat adalah sebagai berikut : h. Menetapkan tebal penutup beton menurut Grafik dan Tabel Perhitungan Beton Bertulang hal. 14. i. Menetapkan diameter tulangan utama yang direncanakan dalam arah x dan arah y. j. Mencari tinggi efektif dalam arah x dan arah y. Mu k. Membagi Mu dengan b x d b d l. Mencari rasio penulangan (ρ) dengan persamaan : Mu fy = ρ φ fy 1 0,588 ρ b d f ' c 64

78 m. Memeriksa syarat rasio penulangan (ρmin < ρ < ρmak) 6 n. Mencari luas tulangan yang dibutuhkan ( As = ρ b d 10 ) Contoh perhitungan tulangan lapangan arah x pada pelat lantai 1 tipe 1: - Tebal pelat (h) = 10 mm - Penutup beton (p) = 0 mm Konstruksi terlindung p = 0 mm Konstruksi tak terlindung p = 40 mm - Diameter tulangan utama arah x dan arah y rencana (Ø) = 10 mm - Tinggi effektif untuk konstruksi terlindung : Tinggi efektif arah x (dx) = h p 0,5xØ = = 95 mm Tinggi efektif arah y (dy) = h p Ø 0,5xØ = = 85mm - Tinggi effektif untuk konstruksi tak terlindung : Tinggi efektif arah x (dx) = h p 0,5xØ = = 75 mm Tinggi efektif arah y (dy) = h p Ø 0,5xØ = = 65mm Mu 5,378 - = b d 1 0,095 = 595,907kN / Mu fy - = ρ φ fy 1 0,588 ρ b d f ' c 0,5959 = ρ 0, ,588 ρ 0,5959 = 30ρ 3010,56ρ m Dengan rumus abc didapatkan nilai ρ = 0, Pemeriksaan rasio penulangan (ρ min < ρ < ρ mak ) ρ ρ 1,4 1,4 = = fy 400 min = mak 0,0035 β 450 0,85 f ' c 0, ,85 5 = = = 0, fy fy ρ < ρ min maka yang digunakan adalah ρ min = 0,

79 - Luas tulangan yang dibutuhkan (As) = ρ = 0, , = 33,5mm 6 min b d 10 Berdasarkan tabel penulangan, maka tulangan yang digunakan adalah Ø10 00 (As terpasang = 393 mm Ø10-00 Ø10-00 Ø10-00 Ø10-00 Ø10-00 Ø Gambar 4. 6 Denah Penulangan Pelat Lantai Tipe d (m) Perhitungan tulangan lapangan dan tumpuan pada pelat lantai dan pelat atap pada tiap lantai disajikan dalam tabel di bawah ini : - Pelat lantai 1,,3,4,5,6,7,8 Two way slab Tabel 4. 8 Penulangan Pelat Lantai 1-8 (One way slab) Mu/bd (kn/m ) ρ ρmin ρmax As (mm ) Tulangan As terpakai ρ terpakai Mu/bd tjd ,996 0, , , Plat ,313 0, , , Ly/Lx= ,935 0, , , , ,601 0, , , ,40 0, , , Plat ,649 0, , , Ly/Lx= ,900 0, , , , ,479 0, , , ,910 0, , , Plat ,076 0, , ,

80 Tipe d (m) Mu/bd (kn/m ) ρ ρmin ρmax As (mm ) Tulangan As terpakai ρ terpakai Mu/bd tjd Ly/Lx= ,983 0, , , , ,465 0, , , ,091 0, , , Plat ,815 0, , , Ly/Lx= ,71 0, , , , ,193 0, , , ,430 0, , , Plat ,573 0, , , Ly/Lx= ,796 0, , , , ,58 0, , , ,301 0, , , Plat ,4 0, , , Ly/Lx= ,696 0, , , , ,308 0, , , ,469 0, , , Plat ,063 0, , , Ly/Lx= ,18 0, , , , ,309 0, , , ,89 0, , , Plat ,38 0, , , Ly/Lx= ,98 0, , , , ,575 0, , , ,967 0, , , Plat ,38 0, , , Ly/Lx= ,75 0, , , , ,50 0, , , ,953 0,009 0,0035 0,003 33, , ,106 Plat ,615 0, ,0035 0,003 97, , ,106 Ly/Lx= ,77 0, ,0035 0,003 33, , ,9896 1, ,513 0, ,0035 0,003 97, , , ,68 0, , , Plat ,837 0, , , Ly/Lx= ,317 0, , , , ,1 0, , , ,819 0, , , Plat ,536 0, , , Ly/Lx= ,773 0, , , , ,480 0, , , ,937 0,0006 0,0035 0,003 33, , Plat ,735 0, ,0035 0,003 97, , Ly/Lx= ,833 0, ,0035 0,003 33, , , ,540 0, ,0035 0,003 97, , ,765 0, ,0035 0,003 33, , Plat ,450 0, ,0035 0,003 97, ,

81 Tipe d (m) Mu/bd (kn/m ) ρ ρmin ρmax As (mm ) Tulangan As terpakai ρ terpakai Mu/bd tjd Ly/Lx= ,360 0,0019 0,0035 0,003 33, , , ,678 0,0041 0,0035 0,003 97, , ,470 0, , , Plat ,509 0, , , Ly/Lx= ,8 0, , , , ,433 0, , , ,805 0, , , Plat ,35 0, , , Ly/Lx= ,95 0, , , , ,536 0, , , ,51 0, ,0035 0,003 0, , Plat ,716 0, ,0035 0,003 0, , Ly/Lx= ,593 0, ,0035 0,003 0, , , ,689 0, ,0035 0,003 0, , ,147 0, , , Plat ,408 0, , , Ly/Lx= ,81 0, , , , ,980 0, , , Tipe d (m) One way slab Tabel 4. 9 Penulangan Pelat Lantai 1-8 ( One way slab ) Mu/bd (kn/m ) ρ ρmin ρmax As (mm ) Tulangan As terpakai ρ terpakai Mu/bd tjd ,911 0, , , Plat ,154 0, , , Ly/Lx= ,911 0, , , , ,37 0, , , ,911 0, , , Plat ,154 0, , , Ly/Lx= ,911 0, , , , ,37 0, , , ,910 0, , , Plat ,076 0, , , Ly/Lx= ,983 0, , , , ,465 0, , , ,808 0, , , Plat ,96 0, , , Ly/Lx= ,808 0, , , , ,583 0, , , ,47 0, , , Plat ,71 0, , , Ly/Lx= ,47 0, , , , ,311 0, , , ,911 0, , ,

82 Tipe d (m) Mu/bd (kn/m ) ρ ρmin ρmax As (mm ) Tulangan As terpakai ρ terpakai Mu/bd tjd Plat ,154 0, , , Ly/Lx= ,911 0, , , , ,37 0, , , ,469 0, , , Plat ,063 0, , , Ly/Lx= ,18 0, , , , ,309 0, , , ,911 0, , , Plat ,154 0, , , Ly/Lx= ,911 0, , , , ,37 0, , , Tipe d (m) - Pelat Atap Two way slab Tabel Penulangan Pelat Atap (One way slab) Mu/bd (kn/m ) ρ ρmin ρmax As (mm ) Tulangan As terpakai ρ terpakai Mu/bd tjd ,760 0, Plat ,049 0, Ly/Lx= ,89 0, , ,67 0, ,654 0, Plat ,61 0, Ly/Lx= ,143 0, , ,811 0, ,68 0, Plat ,916 0, Ly/Lx= , 0, , ,397 0, ,01 0, Plat ,13 0, Ly/Lx= ,997 0, , ,696 0, ,675 0, Plat ,563 0, Ly/Lx= ,670 0, , ,918 0, ,9 0, Plat ,591 0, Ly/Lx= ,80 0, , ,059 0, ,185 0, Plat ,845 0,

83 Tipe d (m) Mu/bd (kn/m ) ρ ρmin ρmax As (mm ) Tulangan As terpakai ρ terpakai Mu/bd tjd Ly/Lx= ,0 0, , ,580 0, ,617 0, Plat ,419 0, Ly/Lx= ,803 0, , ,708 0, ,907 0, Plat ,04 0, Ly/Lx= ,590 0, , ,349 0, ,81 0, ,0035 0,003 33, Plat ,48 0, ,0035 0,003 97, Ly/Lx= ,14 0,0098 0,0035 0,003 33, , ,36 0,0068 0,0035 0,003 97, ,798 0, Plat ,36 0, Ly/Lx= ,15 0, , ,074 0, ,084 0, Plat ,065 0, Ly/Lx= ,35 0, , ,108 0, ,717 0, ,0035 0,003 33, Plat ,505 0, ,0035 0,003 97, Ly/Lx= ,837 0,0068 0,0035 0,003 33, , ,185 0,0051 0,0035 0,003 97, ,911 0, ,0035 0,003 33, Plat ,945 0, ,0035 0,003 97, Ly/Lx= ,819 0, ,0035 0,003 33, , ,17 0,0018 0,0035 0,003 97, ,015 0, Plat ,700 0, Ly/Lx= ,945 0, , ,83 0, ,947 0, Plat ,110 0, Ly/Lx= ,439 0, , ,169 0, ,781 0, ,0035 0,003 33, Plat ,04 0,0003 0,0035 0,003 97, Ly/Lx= ,48 0, ,0035 0,003 33, , ,346 0, ,0035 0,003 97, ,00 0, Plat ,978 0,

84 Mu/bd As As Mu/bd Tipe d (m) (kn/m ρ ρmin ρmax ) (mm ) Tulangan ρ terpakai terpakai tjd Ly/Lx= ,631 0, , ,16 0, Tipe d (m) One way slab Tabel Penulangan Pelat Atap (One way slab) Mu/bd (kn/m ) ρ ρmin ρmax As (mm ) Tulangan As terpakai ρ terpakai Mu/bd tjd ,756 0, , , Plat ,763 0, , , Ly/Lx= ,756 0, , , , ,461 0, , , ,756 0, , , Plat ,763 0, , , Ly/Lx= ,756 0, , , , ,461 0, , , ,043 0, , , Plat ,899 0, , , Ly/Lx= ,043 0, , , , ,705 0, , , ,043 0, , , Plat ,899 0, , , Ly/Lx= ,043 0, , , , ,705 0, , , ,308 0, , , Plat ,917 0, , , Ly/Lx= ,308 0, , , , ,604 0, , , ,756 0, , , Plat ,763 0, , , Ly/Lx= ,756 0, , , , ,461 0, , , ,756 0, , , Plat ,763 0, , , Ly/Lx= ,756 0, , , , ,461 0, , , ,756 0, , , Plat ,763 0, , , Ly/Lx= ,756 0, , , , ,461 0, , ,

85 Tipe d (m) - Pelat Ruangan Meeting dan Ruang Serba Guna Tabel 4. 1 Penulangan Pelat Lantai 8 (Ruangan Meeting) Mu/bd (kn/m) ρ ρmin ρmax As (mm) Tulangan As terpakai ρ terpakai Mu/bd tjd ,045 0, , , ,106 Plat ,109 0, , , ,106 Ly/Lx= ,351 0, , , ,3510 1, ,79 0, , , , ,704 0, , , ,106 Plat ,097 0, , , ,106 Ly/Lx= ,439 0, , , ,4386 1, ,90 0, , , , ,88 0,0093 0,0035 0,003 33, , ,106 Plat ,091 0, ,0035 0,003 97, , ,106 Ly/Lx= ,613 0, ,0035 0, , , ,616 1, ,303 0, ,0035 0, , , , ,549 0, , , ,106 Plat ,543 0, , , ,106 Ly/Lx= ,34 0, , , ,106 1, ,773 0, , , , ,594 0, , , ,106 Plat ,4 0, , , ,106 Ly/Lx= ,19 0, , , ,106, ,988 0, , , , ,65 0,0001 0,0035 0,003 33, , ,106 Plat ,980 0, ,0035 0,003 97, , ,106 Ly/Lx= ,991 0, ,0035 0, , , ,991, ,893 0,0047 0,0035 0, , , ,893 - Pelat Kolam Renang Tabel Penulangan Pelat Kolam Renang Tipe d (m) Mu/bd (kn/m ) ρ ρmin ρmax As (mm ) Tulangan As terpakai ρ terpakai Mu/bd tjd ,704 0, , , ,7043 Plat ,495 0, , , ,106 Ly/Lx= ,790 0, , , ,7897 1, ,709 0, , , ,7087 7

86 4. PERHITUNGAN TANGGA Melihat fungsi dan kegunaan serta kondisi gedung yang ada (perbedaan elevasi antar lantai), maka struktur bangunan gedung ini menggunakan tangga sebagai alternatif lain selain lift sebagai transportasi vertikal. Perencanaan tangga harus memenuhi syarat-syarat: (Supriyono) 1. Tangga dengan ukuran lebar minimal 1,10 m dapat dinaiki 1 orang.. Tangga dengan ukuran lebar minimal 1,30 m dapat dinaiki oleh orang bersama secara berdampingan. 3. Tangga dengan ukuran lebar minimal 1,90 m dapat dinaiki 3 orang atau lebih Perencanaan Dimensi Tangga a. Tangga Samping ( lantai 1 s/d 3 dan lantai 4 s/d 8 ) Gambar 4.7 Model Struktur Tangga Samping y,15 Tan α = = = 0, 646 x 3,33 α = 3,848 o sehingga o = 0,646 a Dimana : o = optrade (langkah naik) a = antrede (langkah datar) Menurut Diktat Konstruksi Bangunan Sipil karangan Ir. Supriyono 73

87 o + a = 61~ 65 Dengan o = 0,601 a didistibusikan ke dalam rumus di atas, maka: o + a = 61~65 (0,646 a)+ a = 63,9 a = 63 a = 7,487 cm 8 cm o = 0,646 a = 0,646 8 =18,088cm Sehingga dengan metode pendekatan akan didapatkan: Jumlah optrade = 15 : 18,088 = 11,886 1 buah Jumlah antrede = 333 : 8 = 11,893 1 buah Ditetapkan : Tinggi antar lantai t =,15 m Lebar tangga l = 1, m Tinggi optrade o = 18 cm Lebar antrede a = 9 cm Panjang bordes Pb =,5 m Kemiringan α = 3,848 Tebal selimut beton ρ = 0 mm Tebal pelat tangga diambil h = 15 cm 3,33 +,15 3,884 h min = L / 7 = = = 0, 144 m 7 7 = 14,68 cm 15 cm o h ' = hmin + xcosα 18 h ' = 15 + x cos 3,848 =,561 74

88 b. Tangga Tengah ( lantai 1 s/d 3 dan lantai 4 s/d 8 ) Gambar 4.8 Model Struktur Tangga Samping y,15 Tan α = = = 0, 646 x 3,33 α = 3,848 o sehingga o = 0,646 a Dimana : o = optrade (langkah naik) a = antrede (langkah datar) Menurut Diktat Konstruksi Bangunan Sipil karangan Ir. Supriyono o + a = 61~ 65 Dengan o = 0,601 a didistibusikan ke dalam rumus di atas, maka: o + a = 61~65 (0,646 a)+ a = 63,9 a = 63 a = 7,487 cm 8 cm o = 0,646 a = 0,646 8 =18,088cm Sehingga dengan metode pendekatan akan didapatkan: Jumlah optrade = 15 : 18,088 = 11,886 1 buah Jumlah antrede = 333 : 8 = 11,893 1 buah 75

89 Ditetapkan : Tinggi antar lantai t = m Lebar tangga l = 1,7 m Tinggi optrade o = 18 cm Lebar antrede a = 8 cm Panjang bordes Pb = 3,5 m Kemiringan α = 3,848 Tebal selimut beton ρ = 0 mm Tebal pelat tangga diambil h = 15 cm 3,33 +,15 3,884 h min = L / 7 = = = 0, 144 m 7 7 = 14,68 cm 15 cm o h ' = hmin + xcosα 18 h ' = 15 + x cos3,848 =,561 c. Tangga Samping ( lantai 3 ke lantai 4 ) Gambar 4.9 Model Struktur Tangga Samping y,65 Tan α = = = 0, 788 x 3,33 α = 38,48 o sehingga o = 0,788 x a 76

90 Dimana : o = optrade (langkah naik) a = antrede (langkah datar) Menurut Diktat Konstruksi Bangunan Sipil karangan Ir. Supriyono x o + a = 61~ 65 Dengan o = 0,788 x a didistibusikan ke dalam rumus di atas, maka: x o + a = 61~65 x (0,788 a)+ a = 63,576 a = 63 a = 4,457 cm 5 cm o = 0,788 x a = 0,788 x 5 =19,7 cm 0 Sehingga dengan metode pendekatan akan didapatkan: Jumlah optrade = 6,5 : 19,7 = 13,35 14 buah Jumlah antrede = 333 : 5 = 13,3 14 buah Ditetapkan : Tinggi antar lantai t =,75 m Lebar tangga l = 1, m Tinggi optrade o = 0 cm Lebar antrede a = 5 cm Panjang bordes Pb =,5 m Kemiringan α = 38,48 Tebal selimut beton ρ = 0 mm Tebal pelat tangga diambil 3,33 +,65 4,39 h min = L / 7 = = = 0, 15 m 7 7 = 15 cm o h ' = hmin + xcosα 0 h ' = 15 + x cos38,48 =,853 cm 77

91 d. Tangga Tengah ( lantai 3 ke lantai 4 ) Gambar 4.10 Model Struktur Tangga Tengah y,65 Tan α = = = 0, 788 x 3,33 α = 38,48 o sehingga o = 0,788 a Dimana : o = optrade (langkah naik) a = antrede (langkah datar) Menurut Diktat Konstruksi Bangunan Sipil karangan Ir. Supriyono x o + a = 61~ 65 Dengan o = 0,788 x a didistibusikan ke dalam rumus di atas, maka: x o + a = 61~65 x (0,788 a)+ a = 63,576 a = 63 a = 4,457 cm 5 cm o = 0,788 a = 0,788 5 =19,7 cm 0 Sehingga dengan metode pendekatan akan didapatkan: Jumlah optrade = 6,5 : 19,7 = 13,35 14 buah Jumlah antrede = 333 : 5 = 13,3 14 buah] Ditetapkan : Tinggi antar lantai t =,75 m 78

92 Lebar tangga l = 1,7 m Tinggi optrade o = 0 cm Lebar antrede a = 4 cm Panjang bordes Pb = 3,5 m Kemiringan α = 39,55 Tebal selimut beton ρ = 0 mm Tebal pelat tangga diambil 3,33 +,65 4,39 h min = L / 7 = = = 0, 15 m 7 7 = 15 cm o h ' = hmin + xcosα 0 h ' = 15 + x cos38,48 =,853 cm a h' h o Gambar 4.11 Pendimensian Struktur Tangga 4.. Pembebanan Pada Pelat Tangga, Pelat Bordes, dan Balok Bordes Pelat Tangga Beban Mati (W D ) Tangga 1 s/d 3 dan 4 s/d 8 1. Berat plat + anak tangga = (0,6-0,15) 400 =181,464 kg/m. Berat tegel = 1 4 = 4 kg/m 3. Berat spesi = 1 = 4 kg/m 79

93 4. Berat Handrill = ditaksir= 15 kg/m Beban Total (W D ) = 6,464 kg/m Beban Hidup (W L ) = 300 kg/m Beban Perencanaan (W U ) = 1,(W D ) + 1,6(W L ) = 1,(6,464) + 1,6(300) = 794,957 kg/m Tangga 3 ke 4 1. Berat plat + anak tangga = (0,9 0,15) 400 =188,47 kg/m. Berat tegel = 1 4 =4 kg/m 3. Berat spesi = 1 =4 kg/m 4. Berat Handrill = ditaksir = 15 kg/m Beban Total (W D ) =69,47 kg/m Beban Hidup (W L ) =300 kg/m Beban Perencanaan (W U ) = 1,(WD) + 1,6(WL) = 1,(69,47) + 1,6(300) = 803,366 kg/m Pelat Bordes 1 s/d 8 Beban Mati (W D ) 1. Berat tegel = 1 4 = 4 kg/m. Berat spesi = 1 = 4 kg/m Berat total (W D ) = 66 kg/m Beban Hidup (W L ) = 300 kg/m Beban Perencanaan(W U ) = 1,(WD) + 1,6 (WL) = 1,(66) + 1,6 (300) = 559, kg/m 80

94 4..3 Penentuan Parameter Untuk perhitungan pembesian digunakan tabel, yang menggunakan rumus-rumus yang mengacu pada buku CUR 1 yang berdasarkan SK-SNI Parameter-parameter tersebut dalah sebagai berikut: 1. Nilai momen diambil dari perhitungan mekanika pelat menggunakan SAP 000 yang menghasilkan nilai M11 dan M yang berupa momen lentur pada joint-joint pelat. Nilai momen yang diambil adalah nilai momen terbesar untuk kondisi lapangan dan tumpuan.. Untuk pembesian pelat tangga dan pelat bordes arah x digunakan momen ultimate M11 dan pembesian arah y digunakan momen ultimate M. Gambar 4.1 Asumsi Perhitungan Tangga 3. Untuk pelat tangga Direncanakan : Selimut beton = 0 mm Tulangan arah x dan y = 10 mm Tinggi efektif (dx ) = / = 95 mm Tinggi efektif (dy) = / = 85 mm 4. Untuk pelat Bordes Direncanakan: Selimut beton = 0 mm Tulangan arah x dan y = 10 mm Tinggi efektif (dx) = / = 95 mm 81

95 Tinggi efektif (dy) = / = 85 mm 5. Dari perhitungan SAP 000 didapatkan momen-momen yang menentukan untuk perhitungan pelat tangga dan bordes. Nilai momen yang digunakan adalah momen yang terbesar untuk kondisi lapangan dan tumpuan : Tabel 4.14 Momen Pelat Tangga dan Bordes Tangga Samping Tangga samping tipe 1 Tipe momen joint Mu (knm) m lx 11 5,9 Plat m ly 11 6,46 tangga m lx 4 5,9 m ly 4 6,5 m lx 7 4,81 m ly 7 9,18 Plat m lx 33 9,34 bordes m ly 33 18,696 Tangga samping tipe Tipe momen joint Mu (knm) m lx 1 5,5 Plat m ly 1 7,6 tangga m lx 4 5,5 m ly 4 7,6 m lx 7 31, m ly 7 8,85 Plat m lx 33 9,34 bordes m ly 33 1,76 Tabel Momen Pelat Tangga dan Bordes Tangga Tengah Tangga tengah tipe 1 Tipe momen joint Mu (knm) m lx 1 6,51 Plat m ly 1 3,55 tangga m lx 4 6,43 m ly 4 3,55 m lx 13 36,41 m ly 13 3,55 8

96 Plat m lx 36 3,54 bordes m ly 36,4 Tangga tengah tipe Tipe momen joint Mu (knm) m lx 1 6,74 Plat m ly 1 33,71 tangga m lx 4 6,74 m ly 4 33,71 m lx 7 3,1 m ly 7 10,53 Plat m lx 36 10,95 bordes m ly 36, Perhitungan Perencanaan Penulangan Pelat Tangga Langkah-langkah perhitungan tulangan pada pelat tangga dan bordes adalah sebagai berikut : a. Menetapkan tebal penutup beton menurut Grafik dan Tabel Perhitungan Beton Bertulang hal. 14. b. Menetapkan diameter tulangan utama yang direncanakan dalam arah x dan arah y. c. Mencari tinggi efektif dalam arah x dan arah y. Mu d. Membagi Mu dengan b x d b d e. Mencari rasio penulangan (ρ) dengan persamaan : Mu fy = ρ φ fy 1 0,588 ρ b d f ' c f. Memeriksa syarat rasio penulangan (ρ min < ρ < ρ mak ) 6 g. Mencari luas tulangan yang dibutuhkan ( As = ρ b d ) min 10 Contoh perhitungan pelat tangga adalh sebagai berikut : Tangga samping ( lantai 1 s/d 4 dan lantai 5 s/d 8 ) 83

97 Dari hasil perhitungan mekanika teknik dengan menggunakan program SAP 000, terhadap konstruksi tangga yang direncanakan, didapat : Contoh perhitungan tulangan lapangan arah x pada pelat tangga pada tangga samping : Tebal pelat (h) = 150 mm Penutup beton (p) = 0 mm Diameter tulangan utama arah x dan arah y rencana (Ø) = 10 mm Tinggi efektif arah x (dx) = h p 0,5xØ = = 10 mm Tinggi efektif arah y (dy) = h p Ø 0,5xØ = = 115mm Mu b d 3,044 = = 335,1136kN 1 0,1 / m Mu fy = ρ φ fy 1 0,588 ρ b d f ' c 0,335 = ρ 0, ,588 ρ ,335 = 30ρ 3010,56ρ Dengan rumus abc didapatkan nilai ρ = 0,00106 Pemeriksaan rasio penulangan (ρ min < ρ < ρ mak ) ρ ρ 1,4 1,4 = = fy 400 min = mak 0,0035 β ,85 f ' c 0, ,85 5 = = = 0, fy fy ρ < ρ min maka yang digunakan adalah ρ = 0,0035 Luas tulangan yang dibutuhkan (As) = ρ = 0, , = 33,5mm 6 min b d 10 Berdasarkan tabel penulangan, maka tulangan yang digunakan adalah Ø10 00 (As terpasang = 393 mm ) 6 84

98 Tipe Tabel Penulangan Pelat Tangga dan Bordes Tangga Samping a. Tangga samping tipe 1 Mu/bd As As ρ d (m) (knm ) ρ ρmin ρmax (mm ) Tulangan terpasang terpasang M/bd tjd ,150 0, ,0035 0,003 33, , ,106 Plat ,84 0, ,0035 0,003 97, ,106 tangga 0, ,150 0, ,0035 0,003 33, , ,106 0, ,80 0, ,0035 0,003 98, , ,106 0, ,903 0, ,0035 0,003 33, , ,106 0,085 57,439 0, ,0035 0,003 97, , ,106 Plat , bordes , Tipe d (m) b. Tangga samping tipe Mu/bd (knm ) ρ ρmin ρmax As (mm ) Tulangan As terpasang ρ terpasang M/bd tjd 0, ,634 0, ,0035 0,003 33, , ,106 Plat 0, ,069 0, ,0035 0,003 97, , ,106 tangga 0, ,634 0, ,0035 0,003 33, , ,106 0, ,069 0, ,0035 0,003 98, , ,106 0, ,064 0,010 0,0035 0,003 33, , ,106 0,085 14,913 0, ,0035 0,003 97, , ,106 Plat 0, ,177 0, ,0035 0,003 33, , ,106 bordes 0,085 43,599 0, ,0035 0,003 97, , ,106 Tipe Tabel Penulangan Pelat Tangga dan Bordes Tangga Tengah d (m) a Tangga tengah Mu/bd (knm ) ρ ρmin ρmax As (mm ) Tulangan As terpasang ρ terpasang M/bd tjd ,330 0,0030 0,0035 0,003 33, , ,106 Plat ,190 0, ,0035 0,003 97, , ,106 tangga ,465 0,008 0,0035 0,003 33, , , ,190 0, ,0035 0,003 98, , , ,349 0,0146 0,0035 0,003 33, , , ,810 0, ,0035 0,003 97, , ,8097 Plat ,49 0, ,0035 0,003 33, , ,6193 bordes ,035 0, ,0035 0,003 97, , ,3849 Tipe d (m) b Tangga tengah tipe Mu/bd (knm ) ρ ρmin ρmax As (mm ) Tulangan As terpasang ρ terpasang M/bd tjd ,814 0,0039 0,0035 0,003 33, , ,106 Plat ,744 0, ,0035 0,003 97, , ,7439 tangga ,814 0,0039 0,0035 0,003 33, , , ,457 0,011 0,0035 0,003 98, ,011 31,

99 Tipe d (m) Mu/bd (knm ) ρ ρmin ρmax As (mm ) Tulangan As terpasang ρ terpasang M/bd tjd ,745 0, ,0035 0,003 33, , , ,759 0, ,0035 0,003 97, , ,5839 Plat ,96 0, ,0035 0,003 33, , ,964 bordes ,114 0, ,0035 0,003 97, , , BALOK ,7 BALOK BORDES Gambar Tampak Samping dan Tampak Atas Struktur Tangga Samping Lantai 1 s/d 4 dan Lantai 5 s/d 8 86

100 BALOK ,7 BALOK BORDES Gambar 4.14 Tampak Samping dan Tampak Atas Struktur Tangga Samping Lantai 4 ke Lantai 5 87

101 BALOK ,7 BALOK BORDES Gambar 4.15 Tampak Samping dan Tampak Atas Struktur Tangga Tengah Lantai 1 s/d 4 dan Lantai 5 s/d BALOK ,7 BALOK BORDES Gambar 4.16 Tampak Samping dan Tampak Atas Struktur Tangga Tengah Lantai 4 ke lantai 5 88

102 Gambar Denah Penulangan Tangga Samping Gambar Denah Penulangan Tangga Tengah 89

103 4.3 PERHITUNGAN PORTAL Perhitungan portal utama meliputi perhitungan balok induk dan perhitungan kolom, serta pertemuan antara balok dan kolom tersebut. Analisa perhitungan dilakukan menggunakan analisa 3 dimensi dengan bantuan program SAP Kombinasi Pembebanan pada Portal Input beban mati Beban reaksi tumpuan konstruksi balok anak yang menjadi beban terpusat pada balok induk. Beban ekivalen pelat lantai dan pelat atap Beban kolom tiap lantai Beban tangga Beban dinding Balok bordes Input beban hidup Beban ekivalen pelat lantai dan pelat atap Beban tangga Beban bordes BA BA4 BA4 BA4 BA4 BA BA3 BA3 BA3 BA3 BA3 BA3 BA3 BA BI7 BI8 BI8 BI BI3 BI3 BI3 BI3 BI3 BI3 BI3 BI3 BA7 BA8 BA8 BA1 1 BI BA BA 1 1 BA1 BA1 BA BA BA1 BI1 BA1 BA BA BA1 BI1 BI4 BI4 BI4 BI4 BI4 BI4 BI4 BA1 BA BA BA1 BI4 BI BI BI BA4 BA4 BA4 BA4 BA4 BA4 BA4 BA4 BI BI BI BI4 BI4 BI4 BI4 BI4 BI4 BI4 BI4 BA9 1 BI1 1 1 BI1 1 1 BI BI5 BI5 BI5 BI5 BI6 BI6 BI6 BI6 6 3 BA6 6 3 BA6 7 4 BA6 8 BA6 14 BA5 14 BA5 14 BA5 14 BA5 BA8 BA9 BA9 BA10 B4 B5 B5 355 BI BA13 18 BI19 1 BI BA17 BA18 BA15 BA16 BI18 BA14 19 BI BA1 BA BA19 BA BI B6 B7 B7 BI16 BI16 BI16 BI16 BI16 BI16 B8 B9 B9 B30 BA19 BA0 BA1 BA BI13 BI13 BI13 BI13 BI13 BI13 BA1 BA1 BA1 BA1 BA1 BA1 BI14 BI14 BI14 BI14 BI14 BI14 BI15 BI15 BI15 BI15 BI15 BI15 B8 B9 B9 B30 BA19 BA0 BA1 BA B31 B3 B3 B33 BI BI3 BA3 BA3 BI3 BI3 B35 B BI10 BI11 BI11 BI BA10 BA11 BA4 5 BA Gambar Beban equivalent lantai 1, 90

104 BA3 BA3 BA3 BA3 BA3 BA3 BA3 BA BA7 BA8 BA BI3 BI3 BI3 BI3 BI3 BI3 BI3 BI3 BA1 BI1 BA BA 5 1 BA1 BA1 BA BA BA1 BI1 BA1 BA BA BA1 BI1 BI4 BI4 BI4 BI4 BI4 BI4 BI4 BI BI BI BA1 BA BA BA1 BI4 BA11 BA4 BA4 BA4 BA4 BA4 BA4 BA4 BA4 BA4 BI BI BI BA11 BI4 BI4 BI4 BI4 BI4 BI4 BI4 BI4 BA9 BI7 BI8 BI8 BI9 1 BI1 1 1 BI1 1 1 BI1 BI10 BI11 BI11 BI1 BA10 1 BI5 BI5 BI5 BI5 BI6 BI6 BI6 BI6 BA6 6 BA6 7 BA BI BA6 BA8 BA9 14 BA5 14 BA5 14 BA5 14 BA5 B5 B4 B5 355 BA13 18 BI19 BA17 BA18 BA15 BA16 BI18 BA14 19 BI0 BA BI16 BI16 BI16 BI16 BI16 BI16 BA1 BA BI13 BI13 BI13 BI13 BI13 BI BA19 BA0 BI14 BI14 BI14 BI14 BI14 BI BI1 BI B6 B7 B7 BA4 BA4 BA4 BA4 BA4 B8 B9 B9 B30 BA19 BA0 BA1 BA BA1 BA1 BA1 BA1 BA1 BA1 BI15 BI15 BI15 BI15 BI15 BI BA5 BA5 BA5 BA5 BA5 BA5 B8 B9 B9 B30 BA19 BA0 BA1 BA B31 B3 B3 B33 50 BI BI BI3 BA3 BA3 BI3 B35 B Gambar 4. 0 Beban equivalent lantai BA BA4 BA4 BA4 BA4 BA BI3 BI3 BI3 BI3 BI3 BI3 BI3 BI3 BA9 BA7 10 BA8 11 BA BI7 BI8 BI8 BI9 1 1 BA1 1 BI BA BA4 BA4 BA4 BA 1 1 BA1 BA1 BA BA BA1 BI1 BA4 BA4 BA1 BA BA BA1 BI1 BI4 BI4 BI4 BI4 BI4 BI4 BI4 BA4 BA4 BA1 BA BA BA1 BI4 BI BI BI BA4 BI BI BI BI4 BI4 BI4 BI4 BI4 BI4 BI4 BI4 1 BI1 1 1 BI1 1 1 BI BI BI5 BI5 BI5 BI5 BI6 BI6 BI6 BI6 BA6 6 BA6 7 BA6 8 BA6 BA8 14 BA5 14 BA5 14 BA5 14 BA5 B5 355 BA13 18 BI BI16 BI16 BI16 BI16 BI16 BI BI1 BA17 BA18 BA15 BA16 BI18 BA14 BI0 BI B6 B7 B7 BA1 BA BA19 BA0 B8 B9 B9 B30 BA19 BA0 BA1 BA BI13 BI13 BI13 BI13 BI13 BI13 BA1 BA1 BA1 BA1 BA1 BA1 BI14 BI14 BI14 BI14 BI14 BI14 BI15 BI15 BI15 BI15 BI15 BI BA5 BA5 BA5 BA5 BA5 BA5 B8 B9 B9 B30 BA19 BA0 BA1 BA B31 B3 B3 B33 BI BI3 BA3 BA3 BI3 BI3 B35 B BI10 BI11 BI11 BI BA10 BA11 BA4 5 BA Gambar 4. 1 Beban equivalent lantai 4 91

105 BI3 BI3 BI3 BI3 BI3 BI3 BI3 BI BA9 BA7 BA8 BA BI7 BI8 BI8 BI9 1 1 BA1 BA BA BA BA1 BA BA BA1 1 BI4 BI BA1 BA BA BA1 1 1 BA1 BA BA BA BA4 BA4 BI1 BI BI BI1 BI4 BI4 BA4 BA4 BA4 BI1 BI BI BI1 BI4 BI4 BA4 BA4 BI1 BI BI BI1 BI4 BI4 BA4 BA4 5 BA10 BA11 BA11 BI4 BI4 BI4 BI4 BI4 BI4 BI4 BI4 BI10 BI11 BI11 BI1 1 BI5 BI5 BI5 BI5 BI6 BI6 BI6 BI BA6 6 3 BA6 7 4 BA6 8 BA6 13 BA8 BA9 BA9 BA10 B4 B5 B5 BI BA13 18 BI19 1 BI1 BA17 BA18 BA15 BA16 BI18 BA14 19 BI0 BA BI16 BI16 BI16 BI16 BI16 BI BA1 BA BI13 BI13 BI13 BI13 BI13 BI BA19 BA0 BI14 BI14 BI14 BI14 BI14 BI BI B6 B7 B7 BA4 BA4 BA4 BA4 BA4 B8 B9 B9 B30 BA19 BA0 BA1 BA BA1 BA1 BA1 BA1 BA1 BA1 BI15 BI15 BI15 BI15 BI15 BI15 B8 B9 B9 B30 BA19 BA0 BA1 BA B31 B3 B3 B33 BI3 BI BI3 BA3 BA3 BI3 B35 B Gambar 4. Beban equivalent lantai basemen,5,6,7,8,atap Rumus Rumus Perataan Beban Segitiga Dan Trapesium : 1. Perataan Beban Segitiga C D q ek 0,5 lx,qu lx Gambar 4. 3 Beban Segitiga Ekivalen Reaksi perletakan C dan D adalah : R c = R d = ½. ½. L x. ½. q u. L x =1/8. q u. L x Momen maksimum beban segitiga adalah : M maks = 1/8. q u. L x ( ½. q u. L x. ½. L x ).( ½. L x /3. ½.L x ) = 1/4.q u.l 3 x.(1) Momen maksimum beban segi empat adalah : 9

106 Mmaks = 1/8. qek. Lx () Persamaan (1) = Persamaan () 3 1/4. q u. L x = 1/8. q ek. L x qek = 1/3. q u. L x Nilai qek yang diperoleh dimasukkan kembali ke persamaan nilai Mu yang diperlukan untuk perencanaan penulangan balok.. Perataan Beban Trapesium q e 1,5 q u.l x 0,5 L x L y - L x 0,5 L x Gambar 4. 4 Perataan Beban Reaksi perletakkan A dan B adalah : R A = R B = ½. ( ½ / q u. L x ( L y + Ly Lx ) = 1/8 q u. L x (. L y L x ) Momen maksimum beban trapesium adalah : M maks = R A. ½L y - ½ ( ½q u. L x - ½L x ). ( ½L y /3.½L x ) - ½q u. L x.½. ( L y L x ). ½. ½. ( L y L x ) = 1/8. q u. L x ( ½L y. 1/6L x ) (1) momen maksimum beban segiempat adalah : Mmaks = 1/8. qek. Ly...() Persamaan (1) = Persamaan () 1/8. qu. L x ( ½L y. 1/6L x ) = 1/8. q ek. L y q ek q =. u Lx.(1. L 1 6. y Lx Ly ) 93

107 Input beban gempa Untuk keperluan desain struktur digunakan perhitungan mekanika rekayasa dengan meninjau dua kombinasi pembebanan yaitu : o Pembebanan tetap COMB.1 = 1, D + 1,6 L1 COMB. = 1, D + 1,6 L COMB. 3 = 1, D + 1,6 L1 + 1,6 L o Pembebanan sementara COMB.4 = 1, D + 0,5 L +1,0 E Keterangan: D = beban mati L1 dan L = beban hidup yang berselang-seling menyerupai papan catur L = total beban hidup saat bekerja bersama Ex = beban gempa arah x = SPEC_1 Ey = beban gempa arah y = SPEC_ I = faktor keutamaan struktur = 1 R = faktor reduksi gempa = 3, Menentukan Pusat Massa Tiap Lantai Pusat massa terletak pada joint-joint pertemuan frame. Perhitungan dan penempatan massa ini sudah dilakukan oleh program SAP 000. Langkah selanjutnya adalah struktur tiap lantai disatukan dengan menggunakan constrain diafragma agar semua joint yang terletak pada lantai yang sama bergerak sebagai satu-kesatuan Perhitungan Gempa Tinjauan Umum Analisa pembebanan gempa yang digunakan adalah analisa statik yaitu menggantikan beban gempa dengan gaya-gaya statik ekivalen yang bertujuan menyederhanakan dan memudahkan perhitungan. Pada 94

108 perhitungan dilakukan secara dua dimensi yaitu dilakukan pada portal yang telah ditentukan baik arah sumbu x maupun arah sumbu y. Berdasarkan SNI Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Bangunan Gedung, faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya beban gempa antara lain: 1.Faktor keutamaan struktur (I).Faktor reduksi gempa (R) 3.Faktor respon gempa (C) yang ditentukan berdasarkan zona gempa dan jenis tanah. 4.Beban vertikal struktur atau massa dari beban sendiri dan beban dari luar. 4,30 4,30 5,5 4,30 4,30 4,30 4,30 4,30,13 5,00 7,00 5,00,00 Gambar 4. 5 Portal Arah Sumbu X / As 3 gedung A 95

109 Gambar 4. 6 Portal Arah Sumbu X / As 3 gedung B 4,30 4,30 5,5 4,30 4,30 4,30 4,30 4,30 1,53 7,90 7,90 7,90 7,90,00 Gambar 4. 7 Gambar Portal Arah Sumbu Y / As 3 gedung A 96

110 Gambar 4. 8 Portal Arah Sumbu Y / As 3 gedung B Faktor Keutamaan Struktur (I) Faktor keutamaan struktur (I) dari gedung umum seperti untuk penghunian, perniagaan dan perkantoran adalah sebesar Faktor Reduksi Gempa (R) Gedung Hotel Beringin dalam Tugas Akhir ini menrut tabel 4.18 masuk dalam kategori point 3.3(b), yaitu sistem rangka pemikul momen dimana sistem struktur memiliki rangka ruang pemikul beban gravitasi secara lengkap dan beban lateral dipikul rangka pemikul momen terutama melalui mekanisme lentur. Sistem pemikul beban gempanya adalah struktur rangka pemikul momen biasa (SPRMB) baja. Nilai faktor reduksi gempa (R) dari sistem tersebut di atas adalah sebesar 3,5. 97

111 Tabel Tabel Faktor Reduksi Gempa Sistem dan subsistem struktur gedung 1. Sistem dinding penumpu (Sistem struktur yang tidak memiliki rangka ruang pemikul beban gravitasi secara lengkap. Dinding penumpu atau sistem bresing memikul hampir semua beban gravitasi. Beban lateral dipikul dinding geser atau rangka bresing). Sistem rangka gedung (Sistem struktur yang pada dasarnya memiliki rangka ruang pemikul beban gravitasi secara lengkap. Beban lateral dipikul dinding geser atau rangka bresing) 3. Sistem rangka pemikul momen (Sistem struktur yang pada dasarnya memiliki rangka ruang pemikul beban gravitasi secara lengkap. Beban lateral dipikul rangka pemikul momen terutama melalui mekanisme lentur) 4. Sistem ganda (Terdiri dari : 1) rangka ruang yang memikul seluruh beban gravitasi; ) pemikul beban lateral berupa dinding geser atau rangka bresing dengan rangka pemikul momen. Rangka pemikul momen harus direncanakan secara terpisah mampu memikul sekurangkurangnya 5% dari seluruh beban lateral; 3) kedua sistem harus direncanakan untuk memikul secara bersama-sama seluruh beban lateral dengan memperhatikan interaksi/sistem ganda) Uraian sistem pemikul beban gempa µ m R m f 1 1. Dinding geser beton bertulang,7 4,5,8. Dinding penumpu dengan rangka baja ringan dan bresing tarik 1,8,8, 3. Rangka bresing di mana bresingnya memikul beban gravitasi a. Baja,8 4,4, b. Beton bertulang (tidak untuk Wilayah 5 & 6) 1,8,8, 1. Rangka bresing eksentris baja (RBE) 4,3 7,0,8. Dinding geser beton bertulang 3,3 5,5,8 3. Rangka bresing biasa a. Baja 3,6 5,6, b. Beton bertulang (tidak untuk Wilayah 5 & 6) 3,6 5,6, 4. Rangka bresing konsentrik khusus a. Baja 4,1 6,4, 5. Dinding geser beton bertulang berangkai daktail 4,0 6,5,8 6. Dinding geser beton bertulang kantilever daktail penuh 3,6 6,0,8 7. Dinding geser beton bertulang kantilever daktail parsial 3,3 5,5,8 1. Rangka pemikul momen khusus (SRPMK) a. Baja 5, 8,5,8 b. Beton bertulang 5, 8,5,8. Rangka pemikul momen menengah beton (SRPMM) 3,3 5,5,8 3. Rangka pemikul momen biasa (SRPMB) a. Baja,7 4,5,8 b. Beton bertulang,1 3,5,8 4. Rangka batang baja pemikul momen khusus (SRBPMK) 4,0 6,5,8 1. Dinding geser a. Beton bertulang dengan SRPMK beton bertulang 5, 8,5,8 b. Beton bertulang dengan SRPMB saja,6 4,,8 c. Beton bertulang dengan SRPMM beton bertulang 4,0 6,5,8. RBE baja a. Dengan SRPMK baja 5, 8,5,8 b. Dengan SRPMB baja,6 4,,8 3. Rangka bresing biasa a. Baja dengan SRPMK baja 4,0 6,5,8 b. Baja dengan SRPMB baja,6 4,,8 c. Beton bertulang dengan SRPMK beton bertulang (tidak untuk Wilayah 5 & 6) 4,0 6,5,8 d. Beton bertulang dengan SRPMM beton bertulang (tidak untuk Wilayah 5 & 6),6 4,,8 4. Rangka bresing konsentrik khusus a. Baja dengan SRPMK baja 4,6 7,5,8 b. Baja dengan SRPMB baja,6 4,,8 98

112 5. Sistem struktur gedung kolom kantilever (Sistem struktur yang memanfaatkan kolom kantilever untuk memikul beban lateral) 6. Sistem interaksi dinding geser dengan rangka 7. Subsistem tunggal (Subsistem struktur bidang yang membentuk struktur gedung secara keseluruhan) Sistem struktur kolom kantilever 1,4, Beton bertulang biasa (tidak untuk Wilayah 3, 4, 5 & 6) 3,4 5,5,8 1. Rangka terbuka baja 5, 8,5,8. Rangka terbuka beton bertulang 5, 8,5,8 3. Rangka terbuka beton bertulang dengan balok beton pratekan (bergantung pada 3,3 5,5,8 indeks baja total) 4. Dinding geser beton bertulang berangkai daktail penuh 4,0 6,5,8 5. Dinding geser beton bertulang kantilever daktail parsial 3,3 5,5, Faktor Respon Gempa (C) Besarnya faktor respon gempa didapat dari diagram spektrum respon gempa. Pemilihan dan penggunaan diagram spektrum respon gempa (Gambar 4.7) didasarkan pada zona gempa dan jenis tanah Penentuan Zona Gempa Penentuan zona gempa menurut lokasi pembangunan gedung yaitu di Salatiga, dimana berdasar SKSNI Gambar Wilayah gempa Indonesia dengan percepatan puncak batuan dasar dengan perioda ulang 500 tahun, termasuk dalam zona. W ilayah Gempa C = 0,50/T ( Tanah Lunak ) C = 0,3/T ( Tanah Sedang ) 3 0 C = 0,15/T ( Tanah Keras ) , 0,5 0,6 1,0,0 3,0 T Gambar 4. 9 Spektrum Respon Gempa Zona 99

113 Penentuan Jenis Tanah Jenis tanah ditetapkan sebagai tanah keras, tanah sedang dan tanah lunak apabila untuk lapisan setebal maksimum 30 meter paling atas dipenuhi syarat-syarat yang tercantum dalam tabel Tabel 4.19 Syarat Penentuan Jenis Tanah Jenis tanah Kecepatan rambat gelombang geser rata-rata v s (m/det) Nilai hasil Test Penetrasi Standar rata-rata N Kuat geser niralir rata-rata S u (kpa) Tanah Keras v s 350 N 50 S u 100 Tanah Sedang 175 v s < N < S u < 100 Tanah Lunak Tanah Khusus v s < 175 N < 15 S u < 50 Atau, setiap profil dengan tanah lunak yang tebal total lebih dari 3 m dengan PI > 0, w n 40% dan S u < 5 kpa Diperlukan evaluasi khusus di setiap lokasi Perhitungan kuat geser niralir rata-rata: S n = m i m i i t i ( t / S ) i dimana: t i = tebal lapisan tanah ke-i S ni = kuat geser niralir lapisan tanah ke-i yang harus memenuhi ketentuan bahwa S ni 50 kpa m = jumlah lapisan tanah yang ada di atas tanah dasar Tabel 4. 0 Perhitungan kuat geser niralir rata-rata No t (cm) γ (kg/cm 3 ) c (kg/cm ) φ (º) S = c + γ.t.tan φ (kg/cm ) t S , , , , , ,945 Σ ,

114 1000 S n = = 0,494 kg/cm =49,4 kpa 03,088 Untuk S n < 50 kpa, tanah termasuk jenis tanah lunak Perhitungan Berat Total Bangunan ( Wt ) Gedung A Berat Lantai 1,, (W 1, W ) Beban mati : - Pelat Lantai = 658, = ,54 kg - Balok Induk (60 40) = 40,07 0,4 0, = 11064,56 kg - Balok Anak (45 30) = 18,54 0,3 0, = 5195,104 kg - Kolom = 0 4,3 0,7 0,7 400 = kg - Tegel = 658,453 4 = kg - Spesi = 658,453 1 = 8800 kg - Plafon+penggantung = 658, = kg - Dinding = 9,3 x 4,3 50 = 46497,5 kg - Tangga W D Pelat Tangga =.(1, 3,884 0,15) 400 = 3355,776 kg Anak Tangga = (0,5 0,9 0,18 1, 1)400 = 1804,03 kg Spesi anak tangga =[(1 0,9 1, 0,1)+(1 0,18 1, 0,1)] 1 = 18,63 kg Tegel anak tangga =[(1 0,9 1, 0,1)+(1 0,18 1, 0,1)] 4 = 3,49 kg Bordes = (1,5,5 0,1) 400 = 1080 kg Spesi = (1,5,5 0,1) 1 = 7,875 kg Tegel bordes = (1,5,5 0,1 ) x 4 = 9 kg Balok Bordes = (0,3 0,,5) x 400 = 360 kg Berat Handrill = ditaksir = 15 kg = kg 101

115 Beban hidup: qh lantai = 50 kg/m Beban hidup = 658, = kg W L = kg Berat Lantai 3 ( W 3 ) Beban mati : - Pelat Lantai = 658, = ,54kg - Balok Induk (60 40) = 40,07 0,4 0, = 11064,56 kg - Balok Anak (45 30) = 18,54 0,3 0, = 5195,104 kg - Kolom =0 [(0,5 5,5)+(0,5 4,3)] 0,7 0,7 400 =11308 kg - Tegel = 658,453 4 = kg - Spesi = 658,453 1 = 8800 kg - Plafon+penggantung = 658, = kg - Dinding = 9,3 [(0,5 5,5)+(0,5 4,3)] 50 = 7376,875 kg - Tangga Pelat Tangga =.(1, 4,319 0,15) 400 = 3731,616 kg Anak Tangga = (0,5 0,4 0, 1, 14)400 = 1935,36 kg Spesi anak tangga =[(14 0,4 1, 0,1)+(14 0, 1, 0,1)] 1 =31,046 kg Tegel anak tangga =[(14 0,4 1, 0,1)+(14 0, 1, 0,1)] 4 =35,48 kg Bordes = (1,5,5 0,1) 400 = 1080 kg Spesi = (1,5,5 0,1) 1 = 7,875 kg Tegel bordes = (1,5,5 0,1 ) x 4 = 9 kg Balok Bordes = (0,3 0,,5) x 400 = 360 kg Berat Handrill = ditaksir =15 kg W D = kg 10

116 Beban hidup: - qh lantai = 50 kg/m - Beban hidup = 658, = kg W L = kg Berat Lantai 4 (W 4 ) Beban mati : - Pelat Lantai = 588, =169611,84 kg - Balok Induk (60 40) = 9,4 0,4 0, =105716,736 kg - Balok Anak (45 30) = 117,38 0,3 0, = 4145,488 kg - Kolom =0 [(0,5 5,5)+(0,5 4,3)] 0,7 0,7 400 =11308 kg - Tegel = 558,93 4 = 13414,3 kg - Spesi = 558,93 1 = 11737,53 kg - Plafon+penggantung = 558,93 18 = 10060,74 kg - Dinding = 97,37 [(0,5 5,5)+(0,5 4,3)] 50 = 11635,438 kg - Tangga Pelat Tangga =.(1, 3,884 0,15) 400 = 3355,776 kg Anak Tangga = (0,5 0,9 0,18 1, 1)400 = 1804,03 kg Spesi anak tangga =[(1 0,9 1, 0,1)+(1 0,18 1, 0,1)] 1 =18,63kg Tegel anak tangga =[(1 0,9 1, 0,1)+(1 0,18 1, 0,1)] 4 =3,49kg Bordes = (1,5,5 0,1) 400 = 1080 kg Spesi = (1,5,5 0,1) 1 = 7,875 kg Tegel bordes = (1,5,5 0,1 ) x 4 = 9 kg Balok Bordes = (0,3 0,,5) x 400 = 360 kg Berat Handrill = ditaksir = 15 kg W D = kg 103

117 Beban hidup: - qh lantai = 400 kg/m - γair = 1000 kg/m - Beban hidup = (448,33 400)+(110,6 1000) = 8993 kg W L = 8993 kg Berat Lantai 5,6,7, (W 5, W 6, W 7,) Beban mati : - Pelat Lantai = 557, = ,04 kg - Balok Induk (60 40) = 5,55 0,4 0, = 03933,44 kg - Balok Anak (45 30) = 157,58 0,3 0, = 37441,008 kg - Kolom = 0 4,3 0,7 0,7 400 = kg - Tegel = 557,33 4 = 13375,9 kg - Spesi = 557,33 1 = 11703,93 kg - Plafon+penggantung = 557,33 18 = 10031,94 kg - Dinding = 9,3 x 4,3 50 = 46497,5 kg - Tangga Pelat Tangga =.(1, 3,884 0,15) 400 = 3355,776 kg Anak Tangga = (0,5 0,9 0,18 1, 1)400 = 1804,03 kg Spesi anak tangga =[(1 0,9 1, 0,1)+(1 0,18 1, 0,1)] 1 =18,63kg Tegel anak tangga =[(1 0,9 1, 0,1)+(1 0,18 1, 0,1)] 4 =3,49kg Bordes = (1,5,5 0,1) 400 = 1080 kg Spesi = (1,5,5 0,1) 1 = 7,875 kg Tegel bordes = (1,5,5 0,1 ) x 4 = 9 kg Balok Bordes = (0,3 0,,5) x 400 = 360 kg Berat Handrill = ditaksir = 15 kg W D = kg 104

118 Beban hidup: - qh lantai = 50 kg/m - Beban hidup = 557,33 50 = 13933,5 kg W L = 13933,5 kg Berat Lantai 8 (W 8,) Beban mati : - Pelat Lantai = 557, = ,04 kg - Balok Induk (60 40) = 5,55 0,4 0, = 03933,44 kg - Balok Anak (45 30) = 157,58 0,3 0, = 37441,008 kg - Kolom = 0 4,3 0,7 0,7 400 = kg - Tegel = 557,33 4 = 13375,9 kg - Spesi = 557,33 1 = 11703,93 kg - Plafon+penggantung = 557,33 18 = 10031,94 kg - Dinding = 9,3 x 4,3 50 = 46497,5 kg - Tangga Pelat Tangga =.(1, 3,884 0,15) 400 = 3355,776 kg Anak Tangga = (0,5 0,9 0,18 1, 1)400 = 1804,03 kg Spesi anak tangga =[(1 0,9 1, 0,1)+(1 0,18 1, 0,1)] 1 =18,63kg Tegel anak tangga =[(1 0,9 1, 0,1)+(1 0,18 1, 0,1)] 4 =3,49kg Bordes = (1,5,5 0,1) 400 = 1080 kg Spesi = (1,5,5 0,1) 1 = 7,875 kg Tegel bordes = (1,5,5 0,1 ) x 4 = 9 kg Balok Bordes = (0,3 0,,5) x 400 = 360 kg Berat Handrill = ditaksir = 15 kg W D = kg 105

119 Beban hidup: - qh lantai = 400 kg/m - Beban hidup = 557, = 93 kg W L = 93 kg Berat Lantai Atap (W 9,) Beban mati : - Pelat Lantai = 557, = ,04 kg - Balok Induk (60 40) = 5,55 0,4 0, = 03933,44 kg - Balok Anak (45 30) = 157,58 0,3 0, = 37441,008 kg - Kolom = 0,5 0 4,3 0,7 0,7 400= 5058 kg - Spesi = 557,33 1 = 5851,965 kg - Plafon+penggantung = 557,33 18 = 10031,94 kg - Dinding = 0,5 9,3 4,3 50 = 1348,75 kg - Tangga Pelat Tangga = 0,5.(1, 3,884 0,15) 400 = 1677,888 kg Anak Tangga = 0,5 (0,5 0,9 0,18 1, 1)400 = 900,016 kg Spesi anak tangga =[(1 0,9 1, 0,1)+(1 0,18 1, 0,1)] 1 =9,315kg Tegel anak tangga =[(1 0,9 1, 0,1)+(1 0,18 1, 0,1)] 4 =16,45kg Bordes = 0,5 (1,5,5 0,1) 400 = 540 kg Spesi = 0,5 (1,5,5 0,1) 1 = 3,938 kg Tegel bordes = 0,5 (1,5,5 0,1 ) x 4 = 4,5 kg Balok Bordes = 0,5 (0,3 0,,5) x 400 = 180 kg Berat Handrill = ditaksir 0,5 = 7,5 kg W D = ,545 kg 106

120 Beban hidup: - qh lantai = 100 kg/m - Beban hidup = 557, = kg W L = kg Gedung B Berat Lantai 1, ( W 1, W, ) Beban mati : - Pelat Lantai = ((4 4,83)+(38,95 7)+(3,95 4,35)) 0,1 400 = ,9 kg - Balok Induk(60x40 ) = 38,93 0,6 0,4x400 =13763,68 kg - Balok Anak(45 x 30 )= 0,45 0,3 134, = 43633,08 kg - Kolom = 49 4,3 0,7 0,7 400 = 47783, kg - Tegel = 531,903x4 = 1765,67 kg - Spesi = 531,903x1 = 11169,96 kg - Plafon+penggantung = 531,903x18 = 9574,54 kg - Dinding = 87,935 x 4,3 50 =94530,15 kg - Tangga 1 Pelat Tangga = x( 1,x3,884x0,15)x400 =3355,776 kg AnakTangga = x (0,5x0,9x0,18x1,x1)x400 =1804,03 kg Spesi anak tangga = [(1x0,9x1,x0,1)+(1x0,18x1,x0,1)]x1 = 18,63 kg Tegel Anak Tangga = [(1x0,9x1,x0,1)+(1x0,18x1,x0,1)]x4 =3,49 kg Bordes Berat Plat Bordes = 1,5x,5x0,1x400 = 1080 kg Berat tegel = 1,5x,5x0,1x4 = 9 kg Berat spesi = 1,5x,5x0,1x1 = 7,875 kg Balok Bordes = 0,3x0,x,5x400 = 360 kg Berat Handrill = ditaksir = 15 kg - tangga Pelat Tangga = x(1,7x3,884x0,15)x400 = 4754,016 kg 107

121 W D AnakTangga = x(0,5x0,9x0,18x1,7x1)x400 =555,71 kg Spesi anak tangga =[(1x0,9x1,7x0,1)+(1x0,18x1,7x0,1)]x1 = 40,7 kg Tegel Anak Tangga = [(1x0,9x1,7x0,1)+(1x0,18x1,7x0,1)]x4 =46,0 kg Bordes Berat Plat Bordes = 1,5x3,5x0,15x400 = 1890 kg Berat tegel = 1,5x3,5x0,1x4 = 1,6 kg Berat spesi = 1,5x3,5x0,1x1 = 11,05 kg Balok Bordes = 0,3x0,x3,5x400 = 504 kg Berat Handrill = ditaksir = 15 kg = 76779,335kg Beban hidup: - qh lantai = 50 kg/m - Beban hidup = 531,903x50 =13975,75 kg W L =13975,75 kg Berat Lantai 3 (W 3 ) Beban mati : - PelatLantai=((4x4,83)+(38,95x7)+(3,95x4,35)+(4x1,9)+(4,83x0,95)) 0,1 400 =16764,08 kg - BalokInduk(60X40) =46,53x0,6x0,4 x 400 =14001,8 kg - Balok Anak(45x30) = 514,17x0,45x0,3x 400 = ,08 kg - Kolom = 49[(0,5x4,3)+(0,5x5,5)x0,7x 0,7x400 = 75154,6 kg - Tegel = 58,091x4 =13970,184 kg - Spesi = 58,091x1 = 13,91 kg - Plafon+penggantung = 58,091x18 = 10477,6 kg - Dinding = 150,44 x 5,5 50 = 19745,5 kg - Tangga 1 Pelat Tangga = x(1,7x 4,319x0,15)x400 =586,456 kg 108

122 AnakTangga = x( 0,5x 0,9x0,18x1,7x14)x400 =981,664 kg Spesi anak tangga = [(14x0,9x1,x0,1)+(14x0,18x1,x0,1)]x1 = 33,163 kg Tegel Anak Tangga = [(14x0,9x1,7x0,1)+(14x0,18x1,7x0,1)]x4 =43,95 kg Bordes Berat Plat Bordes = 1,5x3,5x0,16x400 = 016 kg Berat tegel = 1,5x3,5x0,1x4 = 1,6 kg Berat spesi = 1,5x3,5x0,1x1 = 11,05 kg Balok Bordes = 0,3x0,x3,5x400 = 540 kg Berat Handrill = ditaksir = 15 kg - tangga (sama dengan tangga 1) Pelat Tangga = x( 1,x4,319 x 0,15 )x400 =4754,016 kg AnakTangga = x( 0,5x 0,9x0,18x1,x14 )x400 =3731,616 kg Spesi anak tangga = [(14x0,4x1,7x0,1)+(14x0,0x1,7x0,1)]x1 = 43,98 kg Tegel Anak Tangga = [(14x0,4x1,7x0,1)+(14x0,0x1,7x0,1)]x4 =50,7 kg Bordes Berat Plat Bordes = 1,5x3,5x0,16x400 = 016 kg Berat tegel = 1,5x3,5x0,1x4 = 1,6 kg Berat spesi = 1,5x3,5x0,1x1 = 11,05 kg Balok Bordes = 0,3x0,x3,5x400 = 504 kg Berat Handrill = ditaksir = 15 kg W D = ,79 kg Beban hidup: - Beban hidup =58,091x50 =1455,75 kg WL =1455,75 kg 109

123 Berat Lantai 4 (W 4 ) Beban mati : - Pelat Lantai =((4x4,83)+(38,95x7)+(3,95x4,35)+(4x1,9 )+4,83x0,95)) 0,1 400 =16764,1 kg - Balok Induk(60x40) = 46,53x0,6x0,4x40 =14001,8 kg - Balok Anak(45x30) = 180,55x0,45x0,3x400 = 58498, kg - Kolom =49[(0,5x4,3)+(0,5x5,5)x0,7x0,7x400 = 75154,6 kg - Tegel = 58,091 0,0 400 = 7940,368 kg - Spesi = 58,091 0,0 100 = 4447,8 kg - Plafon+penggantung = 58,091x18 =10477,638 kg - Dinding = 150,44x5,5 50 = 19745,5 kg - Tangga 1 Pelat Tangga = x(1,x3,884x0,15)x400 = 3355,776 kg AnakTangga = x( 0,5x0,9x0,18x1,x1)x400 = 1804,03 kg Spesi anak tangga = [(1x0,9x1,x0,1)+(1x0,18x1,x0,1)]x1 = 18,63 kg TegelAnakTangga =[(1x0,9x1,x0,1)+(1x0,18x1,x0,1)]x4 =3,49 kg Bordes Berat Plat Bordes = 1,5x,5x0,1x400 = 108 kg Berat tegel = 1,5x,5x0,1x4 = 9 kg Berat spesi = 1,5x,5x0,1x1 = 7,875 kg Balok Bordes = 0,3x0,x,5x400 = 360 kg Berat Handrill = ditaksir = 15 kg - tangga (sama dengan tangga 1) Pelat Tangga = x( 1,7x3,884x0,15)x400 =4754,016 kg AnakTangga = x( 0,5x0,9x0,18x1,7x1)x400=555,71 kg Spesi anak tangga = [(1x0,9x1,7x0,1)+(1x0,18x1,7x0,1)]x1 = 40,7 kg Tegel Anak Tangga = [(1x0,9x1,7x0,1)+(1x0,18x1,7x0,1)]x4 =46,0 kg 110

124 W D Bordes Berat Plat Bordes = 1,5x3,5x0,15x400 = 1890 kg Berat tegel = 1,5x3,5x0,1x4 = 1,6 kg Berat spesi = 1,5x3,5x0,1x1 = 11,05 kg Balok Bordes = 0,3x0,x3,5x400 = 504 kg Berat Handrill = ditaksir = 15 kg = ,06 kg Beban hidup: - Beban hidup = 58,091x50 = 1455,75 kg W L = 1455,75 kg Berat Lantai 5,6 (W 5,W 6 ) Beban mati : - Pelat Lantai =((4x4,83 )+(38,95x7)+(3,95x4,35)) 0,1 400 = ,9 kg - Balok Induk(60x40) = 38,93x0,6x0,4x400 = 13763,68 kg - Balok Anak(45x30) = 134,67x0,45x0,3x400 = 43633,08 kg - Kolom = (0,7x0, x4,3x49)x400 = 47783, kg - Tegel = 531,903 0,0 400 =5531,344 kg - Spesi = 531,903 0,0 100 = 339,96 kg - Plafon+penggantung = 531,903x18 = 9574,54 kg - Dinding = 150,44x4,3 50 = kg - Tangga 1 Pelat Tangga = x(1,x3,884x0,15 )x400 = 3355,776 kg AnakTangga = x(0,5x 0,9x0,18x1,x1)x400=1804,03 kg Spesi anak tangga = [(1x0,9x1,x0,1)+(1x0,18x1,x0,1)]x1 = 18,63 kg Tegel Anak Tangga = [(1x0,9x1,x0,1)+(1x0,18x1,x0,1)]x4 = 3,49 kg Bordes Berat Plat Bordes = 1,5x,5x0,1x400 = 1080 kg 111

125 Berat tegel = 1,5x,5x0,1x4 = 9 kg Berat spesi = 1,5x,5x0,1x1 = 7,875 kg Balok Bordes = 0,3x0,x,5x400 = 360 kg Berat Handrill = ditaksir = 15 kg - tangga Pelat Tangga = x(1,7x3,884x0,15)x400 = 4754,016 kg AnakTangga = x(0,5x0,9x0,18x1,7x1)x400= 555,71 kg Spesi anak tangga = [(1x0,9x1,7x0,1)+(1x0,18x1,7x0,1)]x1 = 40,7 kg Tegel Anak Tangga = [(1x0,9x1,7x0,1)+(1x0,18x1,7x0,1)]x4 =46,0 kg Bordes Berat Plat Bordes = 1,5x3,5x0,15x400 = 1890 kg Berat tegel = 1,5x3,5x0,1x4 = 1,6 kg Berat spesi = 1,5x3,5x0,1x1 = 11,05 kg Balok Bordes = 0,3x0,x3,5x400 = 504 kg Berat Handrill = ditaksir = 15 kg W D = ,85 kg Beban hidup: - Beban hidup = 531,903x50 =13975,65 kg W L = 13975,65 kg Berat Lantai 7 (W 7 ) Beban mati : - Pelat Lantai = ((4x4,83 )+(38,95x7)+(3,95x4,35)) 0,1 400 =153187,9 kg - Balok Induk(60x40) =(4+(x38,95)+3,95+(16,18x6)+7)x400 = kg - Balok Anak(45x30) = 134,67x0,45x0,3x400 = 4363,36 kg - Kolom = (0,7x0,7x4,3x49)x400 = 47783, kg 11

126 - Tegel = 531,903 0,0 400 = 5531,344 kg - Spesi = 531,903 0,0 100 = 339,96 kg - Plafon+penggantung = 531,903x18 = 9574,54 kg - Dinding = 16,38 x 4,3 50 = ,5 kg - Tangga 1 Pelat Tangga = x(1,x3,884x0,15)x400 = 3355,776 kg AnakTangga = x( 0,5x0,9x0,18x1,x1)x400= 1804,03 kg Spesi anak tangga =[(1x0,9x1,x0,1)+(1x0,18x1,x0,1)]x1 = 18,63 kg Tegel Anak Tangga = [(1x0,9x1,x0,1)+(1x0,18x1,x0,1)]x4 =3,49 kg Bordes Berat Plat Bordes = 1,5x,5x0,1x400 = 1080kg Berat tegel = 1,5x,5x0,1x4 = 9kg Berat spesi = 1,5x,5x0,1x1 = 7,875 kg Balok Bordes = 0,3x0,x,5x400 = 360 kg Berat Handrill = ditaksir = 15 kg - tangga Pelat Tangga = x(1,7x3,884x0,15)x400 =4754,016 kg AnakTangga = x(0,5x 0,9x0,18x1,7x1)x400 =555,71 kg Spesi anak tangga = [(1x0,9x1,7x0,1)+(1x0,18x1,7x0,1)]x1 = 40,7 kg Tegel Anak Tangga = [(1x0,9x1,7x0,1)+(1x0,18x1,7x0,1)]x4 =46,0 kg Bordes Berat Plat Bordes = 1,5x3,5x0,15x400 = 1890 kg Berat tegel = 1,5x3,5x0,1x4 = 1,6 kg Berat spesi = 1,5x3,5x0,1x1 = 11,05 kg Balok Bordes = 0,3x0,x3,5x400 = 504 kg Berat Handrill = ditaksir = 15 kg W D =166541,95 kg 113

127 W L Beban hidup: - Beban hidup = 531,903 x50 =13975,65 kg =13975,65 kg Berat Lantai 8 (W 8 ) Beban mati : - Pelat Lantai = ((4x4,83 )+(38,95x7)+(3,95x4,35)) 0,1 400 = ,9 kg - Balok Induk(60x40) = 38,93x0,6x0,4 x 400 = 13763,68 kg - BalokAnak(45x30) =134,67x0,45x0,3x400 = 43633,08 kg - Kolom = 0,7x0,7x4,3x49x400 = 47783, kg - Tegel = 531,903 0,0 400 = 5531,344 kg - Spesi = 531,903 0,0 100 = 339,96 kg - Plafon+penggantung = 531,903x18 = 9574,54 kg - Dinding = 134,59 x 4,3 50 = ,5 kg - Tangga 1 Pelat Tangga = x(1,x3,884x0,15)x400 = 3355,776 kg AnakTangga = x(0,5x0,9x0,18x1,x1)x400= 1804,03 kg Spesi anak tangga = [(1x0,9x1,x0,1)+(1x0,18x1,x0,1)]x1 = 18,63 kg Tegel Anak Tangga = [(1x0,9x1,x0,1)+(1x0,18x1,x0,1)]x4 =3,49 kg Bordes Berat Plat Bordes = 1,5x,5x0,1x400 = 1080 kg Berat tegel = 1,5x,5x0,1x4 = 9 kg Berat spesi = 1,5x,5x0,1x1 = 7,875 kg Balok Bordes = 0,3x0,x,5x400 = 360 kg Berat Handrill = ditaksir = 15 kg tangga Pelat Tangga = x(1,7x3,884x0,15)x400 = 4754,016 kg AnakTangga = x(0,5x0,9x0,18x1,7x1 )x400=555,71 kg 114

128 Spesi anak tangga =[(1x0,9x1,7x0,1)+(1x0,18x1,7x0,1)]x1 = 40,7 kg Tegel Anak Tangga = [(1x0,9x1,7x0,1)+(1x0,18x1,7x0,1)]x4 =46,0 kg Bordes Berat Plat Bordes = 1,5x3,5x0,15x400 = 1890 kg Berat tegel = 1,5x3,5x0,1x4 = 1,6 kg Berat spesi = 1,5x3,5x0,1x1 = 11,05 kg Balok Bordes = 0,3x0,x3,5x400 = 504 kg Berat Handrill = ditaksr = 15 kg W D = ,1 kg Beban hidup: - Beban hidup = 531,903 x400 = 1761, kg W L = 1761, kg Berat Lantai Atap (W 9 ) Beban mati : - Pelat Lantai = ((4x4,83 )+(38,95x7)+(3,95x4,35)) 0,1 400 = ,9 kg - Balok Induk(60x40) =38,93x0,6x0,4x400 = 13763,68 kg - Balok Anak(45x30) =134,67x0,45x0,3x400 = 3308 kg - Kolom = 0,5x0,7x0,7x4,3x49x400 = 13891,6 kg - Tegel = 531,903 0,0 400 = 5531,344 kg - Spesi = 531,903 0,0 100 = 339,96 kg - Plafon+penggantung = 531,903x18 = 9574,54 kg - Beban hujan 5 cm = 531,903x0,05x1000 = 6595,15 kg - Tangga 1 = 0,5x668,8 = 3341,40 kg - Tangga = 0,5x988,643 = 4914,3 kg - Lift + Mesin = x 8850 = kg - Plat Penutup Ruang M/E = (4,4 x 3,75) x 0,10 x 400 =3960 kg - Dinding Ruang M/E = 16,3 x, x 50 = kg WD = ,653 kg 115

129 Beban hidup: - Beban hidup = 531,903 x100 = 53190,3 kg WL = 53190,3 kg Besarnya akumulasi beban lantai diperhitungkan sebagai berikut: W = W D W L Gedung A Lantai 1, (W 1,W ) W 1 = ,05 kg + 0,3 x kg = 98690,705 kg Lantai 3 (W 3 ) W 3 = kg + 0,3 x kg = ,656 kg Lantai 4 (W 4 ) W 4 = 59085,895 kg + 0, kg = 67783,495 kg Lantai 5,6,7, (W 5, W 6, W 7,) W = ,581 kg + 0, ,5 kg = ,331 kg Lantai 8 (W 8 ) W 8 = ,581 kg + 0,3 93 kg = ,181 kg Lantai Atap (W 9 ) W 9 = ,545 kg kg = 57455,445 kg Berat total bangunan Wt = W 1 + W + W 3 + W 4 + W 5 + W 6 + W 7 + W 8 + W 9 =(98690,705 ) , ,495 + (833113,331 3) , ,445 = ,18 kg Gedung B Lantai 1, (W 1, W ) W 1 = 76779,335kg+0,3x13975,75kg = 76667,06kg Lantai 3 (W 3 ) W 3 = ,79kg+0,3x 1455,75 kg = ,554 kg 116

130 Lantai 4 (W 4 ) W 4 = ,06kg+0,3x1455,75 kg = 96811,311 kg Lantai 5, 6 (W 5,W 6 ) W 5,6 = ,85kg+0,3x13975,65 kg = ,5375 kg Lantai 7 (W 7 ) W 7 = ,95kg+0,3x13975,65kg = ,637 kg Lantai 8 (W 8 ) W 8 = ,1 kg + 0,3x 1761, kg = ,46 kg Lantai Atap (W 9 ) W 9 = ,653 kg+0,3x53190,3 kg = 88734,743 kg Berat total bangunan Wt = W 1 + W + W 3 + W 4 + W 5 + W 6 + W 7 +W 8 +W 9 =(x76667,06) , ,311+(x857800,5375) , , ,743 = ,9kg Periode Getar Bangunan ( T ) Untuk perencanaan awal, waktu atau periode getar dari bangunan gedung dihitung dengan menggunakan rumus empiris : Tx = Ty = 0,06.H 3/4 ( dalam detik ) H : Tinggi bangunan ( dalam meter ) = (4,3 x 8) + 5,5 = 39,65 m Tx = Ty = 0,06.( 39,65 ) 3/4 = 0,948 detik Koefisien Respon Gempa ( C ) Harga didapat dari Diagram Spektrum Respon Gempa Rencana, dan dipilih sesuai dengan kondisi tanah didasar bangunan. Untuk kondisi tanah lunak, dengan periode getar T = 0,948 detik, dari diagram didapatkan harga C = 0,5 / T =0, Gaya Horisontal Akibat Gempa ( V ) Gaya geser horisontal akibat gempa yang bekerja pada struktur bangunan dalam arah sumbu X ( Vx ) dan sumbu Y ( Vy ), ditentukan dari rumus : 117

131 Untuk Gedung A: C. I. Wt Vx = Vy = R 0,57 *1* ,18kg = 3,5 = ,339 kg Untuk Gedung B: C. I. Wt Vx = Vy = R 0,57 *1* ,9kg = 3,5 = 15974,406 kg Distribusi Gaya Geser Horisontal Akibat Gempa Pada Gedung ( F ) Pada arah sumbu X, lebar dari bangunan A, B = 0,08 m, dan tinggi dari bagunan, H = 39,65 m.perbandingan antara tinggi dan lebar bangunan : H/B = 39,65/0,08 = 1,975 < 3. Sedang untuk bangunan B, B = 38,95 m dan tinggi dari bangunan, H = H = 39,65 m.perbandingan antara tinggi dan lebar bangunan : H/B = 39,95/38,95 = 1,06 < 3, Karena perbandingan antara tinggi dan lebar bangunan A dan B < 3, maka seluruh beban gempa Vx didistribusikan menjadi beban-beban terpusat yang bekerja disetiap lantai tingkat disepanjang tinggi bangunan, dengan rumus : Fx i = dimana: n i= 1 Wi. zi Vx ( W. z ) i W i = berat lantai tingkat ke-i z i F i i = ketinggian lantai tingkat ke-i, diukur dari pondasi bangunan = Gaya gempa yang bekerja pada tingkat ke-i dari bangunan 118

132 Tabel 4. 1 Tabel Distribusi Gaya Gempa Disepanjang Tinggi Bangunan Pada Portal Arah Sumbu X Dan Sumbu Y Untuk Bangunan A Lantai Zi Wi Wi x Zi Fxi = Fyi Untuk setiap portal (m) (kg) (kgm) (kg) 1/6 Fxi(sb.X) 1/15 Fyi(sb.Y) 1 4, , , , ,4 164,569 8, , , , ,845 59, , , , , , , , , ,78 556, , ,766 5, , , , , 5597,88 6 6, , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , 16798, , ,57 jumlah , ,136 Catatan: Pada arah sumbu X terdapat 4 buah portal, dan pada arah sumbu Y terdapat 5 buah portal. Fxi = Distribusi gaya gempa pada portal arah sumbu X Fyi = Distribusi gaya gempa pada portal arah sumbu Y Untuk Bangunan B Lantai Zi Wi Wi x Zi Fxi = Fyi Untuk setiap portal (m) (kg) (kgm) (kg) 1/6 Fxi(sb.X) 1/15 Fyi(sb.Y) 1 4, , , , , ,963 8, , , , , ,95 3 1, , ,3 5383, ,67 349, , , ,9 6750, ,4 4500,16 5, , , , , ,16 6 6, , , , ,7 5909, , , , , , ,3 8 35, , , , , , , , , , , ,56 jumlah , ,136 Catatan: Pada arah sumbu X terdapat 1 buah portal, dan pada arah sumbu Y terdapat 6 buah portal. Fxi = Distribusi gaya gempa pada portal arah sumbu X 119

133 10466,4 4,30 697,17 4, ,65 4, ,44 4, , 4,30 904,416 5,5 9859,935 4,30 63,845 4, ,4 5,00 7,00 4,96 Fyi = Distribusi gaya gempa pada portal arah sumbu Y Gambar Distribusi Gempa Pada Portal Arah Sumbu X Gedung A 1418, , , ,7 1398, , ,67 444,81 1, Gambar 4. 31Distribusi Gempa Pada Portal Arah Sumbu X Gedung B 10

134 84186,57 4, ,868 4, ,46 4, ,374 4, ,88 4, ,766 5,5 3943,974 4,30 59,138 4,30 164,569 7,90 7,90 7,90 7,90 Gambar 4. 3 Distribusi Gempa Pada Portal Arah Sumbu Y Gedung A 84967, , , , , , , , , Gambar Distribusi Gempa Pada Portal Arah Sumbu Y Gedung 11

135 Pemeriksaan Periode Getar Struktur ( T ) Setelah distribusi gaya gempa pada bangunan gedung diketahui, maka perlu dilakukan pemeriksaan terhadap periode getar sebenarnya dari struktur dengan menggunakan rumus Rayleigh. Periode getar sebenarnya untuk setiap arah bangunan, dihitung berdasarkan besarnya simpangan yang terjadi pada struktur akibat gaya horisontal. Simpangan pada struktur dapat dihitung berdasarkan analisis struktur secara manual, atau dengan program komputer, untuk Tugas Akhir ini simpangan dihitung dengan menggunakan program SAP 000. Besarnya simpangan berdasarkan pehitungan SAP adalah sebagai berikut : Tabel 4. Simpangan Pada Portal Akibat Gaya Horisontal Untuk Gedung A Lantai Simpangan ( d ) portal arah sb X Portal arah sb Y cm cm 1 0,91 0,879,57,41 3 4,36 4,03 4 6,6 6,05 5 8,15 7,04 6 9,57 8, ,696 9,7 8 11,503 10, ,97 10,898 Tabel 4. 3 Simpangan Pada Portal Akibat Gaya Horisontal Untuk Gedung B Lantai Simpangan ( d ) portal arah sb X Portal arah sb Y cm cm 1 0,974 1,0,6,84 3 4,34 4,77 4 6,47 7,14 5 7,84 8,61 6 9,16 9, ,3 10, ,98 11, ,98 11,848 1

136 Waktu getar alami fundamental struktur bangunan gedung beraturan dalm arah masing-masing sumbu utama dapat ditentukan dengan rumus Rayleigh sebagai berikut: T 6.3 n i= 1 1 = n g i= 1 W. d i i i 6. F. d i dimana: d i = simpangan horizontal lantai tingkat ke-i akibat beban F i (mm) g = percepatan gravitasi sebesar 980 cm/detik Tabel 4. 4 Perhitungan Periode Getar Struktur Dengan Rumus Rayleigh Portal Arah Sumbu X Gedung A Lantai Wi ( kg ) dx ( cm ) dx 6*Fxi ( kg ) Wi*dx 6 xfxi*dx ,705 0,91 0, , , , ,705,57 6, , , , ,656 4,36 19, , , , ,495 6,6 43, , , , ,331 8,15 66, , , , ,331 9,57 91, , , , ,331 10, , , , , ,181 11,503 13, , , , ,18 11,97 143, , , ,44 jumlah , ,356 Portal Arah Sumbu X Gedung B Lantai Wi ( kg ) dx ( cm ) dx 6*Fxi ( kg ) Wi*dx 6*Fxi*dx ,06 0,974 0, , , , ,06,6 6, , , , ,55 4,34 18, , , , ,311 6,47 41, , , , ,538 7,84 61, , , , ,538 9,16 83, , , , ,64 10,3 106, , , , ,46 11,98 17, , , , ,9 11,98 143, , , ,53 jumlah , ,965 13

137 Tx A = 6, , *(030563,356) = 1,679 detik Tx B = 6, ,75 980*( ,965) = 1,063 detik Portal Arah Sumbu Y Gedung A Lantai Wi ( Kg ) dy ( cm ) dy 6*Fyi ( Kg ) Wi*dy 6*Fyi*dy ,705 0,879 0, , , , ,705,41 5, , , , ,656 4,03 16, , , , ,495 6,05 36, , , , ,331 7,04 49, , , , ,331 8,69 75, , , , ,331 9,7 94, , , , ,181 10,46 109, , , , ,18 10, , , , ,439 jumlah , ,763 Portal Arah Sumbu Y Gedung B Lantai Wi ( kg ) dy ( cm ) dy 6*Fyi ( kg ) Wi*dy 6 xfyi*dx ,06 1,0 1, , , , ,06,84 8, , , , ,55 4,77, , , , ,311 7,14 50, , , , ,538 8,61 74, , , , ,538 9,84 96, , , , ,64 10, ,1 6677, , , ,46 11,45 131, , , , ,9 11, , , , ,905 jumlah , ,480 Ty A = 6, ,30 980*(738596,7631) =,53 detik 14

138 Ty B = 6, , *(818894,480) =,86detik Distribusi akhir Gaya Gempa Dari hasil perhitungan periode getar struktur dengan rumus Rayleigh diperoleh Tx A = 1,679 detik dan Ty A =,53 detik. dan detik, dari diagram Spektrum respon didapatkan : Tx B = 1,063 detik dan Ty B =,86 Gedung Cx Cy A 0,57 0,57 B 0,57 0,57 Waktu getar Rayleigh ( T Rayleigh ) didapatkan : Gedung Cx Cy A 0,97 0,198 B 0,470 0,175 Karena harga koefisien C yang didapat dari waktu getar empiris ( T empiris ) lebih besar dari harga Cx dan Cy yang didapat dari waktu getar Rayleigh ( T Rayleigh ) yaitu Cx = 0,38 dan Cy = 0,47, maka distribusi gaya gempa yang didapat berdasarkan T empiris lebih besar dari gaya gempa yang didapat berdasarkan T Rayleigh. Dengan demikian distribusi gaya gempa yang didapat dari T empiris, dapat digunakan untuk proses desain selanjutnya dari struktur. 15

139 4.3.4 Perhitungan Tulangan Balok Setelah melakukan perhitungan mekanika akan didapatkan momen lentur, momen torsi dan gaya lintang, momen lentur ini akan digunakan untuk mendesain tulangan lentur balok induk. Tulangan lentur didesain berdasarkan momen lentur terbesar. Sedangkan tulangan sengkang didesain berdasarkan kombinasi gaya lintang dan momen torsi yang menghasilkan luas tulangan sengkang terbesar. Berikut disajikan momen terbesar masing-masing balok pada daerah tumpuan dan lapangan: Tabel 4. 5 Momen pada balok portal GEDUNG 1 : Momen Gaya Lantai balok tumpuan lapangan Torsi frame Lintang Kgm Kgm Kgm Kg Lantai Atap lantai 8 lantai 7 lantai 6 lantai 5 lantai 4 BA X , ,97 77, ,79 BI X ,68 547,31 64, ,51 BA Y , ,76 85, ,89 BI Y , ,16 100, ,31 BTEPI ,97 868, , ,35 BA X , 14513,93 161, ,06 BI X , ,3 1358, ,30 BA Y , ,94 136, ,30 BI Y , ,44 701, ,7 BTEPI ,13 060, ,6 1008,73 BA X ,09 716,36 77, ,59 BI X ,6 468,17 399,91 506,65 BA Y ,50 78,10 5, ,08 BI Y , ,4 1906, ,43 BTEPI ,5 7987,09 399,5 6136,83 BA X ,56 768,41 3, 9134,04 BI X ,68 483,01 773, ,50 BA Y , ,60 84, ,08 BI Y , ,47 376, ,99 BTEPI ,3 8405,09 391,98 650,85 BA X ,61 693,44 386, ,58 BI X ,95 431,7 3354,68 57,30 BA Y , ,55 31, ,90 BI Y , ,41 847, ,5 BTEPI , ,8 397, ,44 BA X ,53 718,74 416,69 705,71 BI X , , , ,96 BA Y ,1 384,63 34, ,85 BI Y , , , ,55 BTEPI , ,5 4598,38 615,56 16

140 Lantai lantai 3 lantai lantai 1 lantai basement Momen balok Gaya tumpuan lapangan Torsi frame Lintang Kgm Kgm Kgm Kg BA X , ,97 73, ,5 BI X , ,86 146, ,9 BA Y ,37 180,49 410, ,11 BI Y , , , ,31 BTEPI , ,5 437, ,84 BA X , ,84 1, ,85 BI X , ,55 91, ,75 BA Y , ,70 408, ,87 BI Y , ,51 346,7 3457,91 BTEPI , , 384, ,6 BA X 969,5 1193,08 15, ,54 BI X 3 505, ,74 83, ,51 BA Y ,15 148, 78, ,47 BI Y , ,85 91, ,6 BTEPI ,5 8303,9 383,5 6549,98 BA X , ,76 6,7 3086,56 BI X , ,81 336, ,04 BA Y , ,5 43, ,37 BI Y , , , ,83 BTEPI , ,4 84, ,64 Gedung : Lantai Lantai Atap lantai 8 lantai 7 lantai 6 Momen balok Gaya tumpuan lapangan Torsi frame Lintang Kgm Kgm Kgm Kg BA X ,5 1813,68 99,88 915,30 BI X , ,8 300, ,5 BA Y , ,6 63,14 811,19 BI Y ,8 9959,11 835, ,61 BTEPI , ,1 96, ,6 BA X , ,65 159, ,97 BI X ,86 748, ,06 199,47 BA Y , ,05 34,63 161,8 BI Y ,67 398, , ,49 BTEPI , , , ,8 BA X , ,50 48, ,75 BI X , , , ,6 BA Y ,7 1609,1 04, ,36 BI Y ,73 449, , ,91 BTEPI , ,3 3506, ,15 BA X ,9 1086,77 78, ,9 BI X , , ,36 489,08 BA Y , ,09 5, ,05 BI Y , ,40 15, ,30 BTEPI ,1 493,3 3851, ,79 17

141 Lantai lantai 5 lantai 4 lantai 3 lantai lantai 1 lantai basement Momen balok Gaya tumpuan lapangan Torsi frame Lintang Kgm Kgm Kgm Kg BA X ,7 1156,73 317, ,56 BI X , ,7 3100, ,67 BA Y , ,75 331, ,64 BI Y ,1 4307,50 556,55 895,76 BTEPI , , , ,77 BA X ,7 1765,60 457, ,05 BI X ,8 3996, ,49 975,74 BA Y , ,8 870, ,33 BI Y , , , 3798,49 BTEPI ,76 535,9 4993,9 1969,66 BA X , ,68 569, ,00 BI X , , , ,1 BA Y , ,8 990, ,7 BI Y , , 4140, ,77 BTEPI , ,8 51, ,67 BA X ,66 46,93 537, ,13 BI X , ,74 743,6 8458,8 BA Y , ,85 97, ,91 BI Y , ,9 106, ,38 BTEPI , ,9 5145, ,71 BA X ,3 658,76 460, ,81 BI X ,91 760,30 666,3 3141,15 BA Y , ,53 847, ,96 BI Y , , , ,31 BTEPI , , 494, ,88 BA X , ,13 19, ,97 BI X , , , ,46 BA Y ,3 9564,7 358, ,56 BI Y , , , ,9 BTEPI , ,1 1785, , Perhitungan Tulangan Lentur Balok a. Langkah-Langkah Perhitungan Penulangan Balok Anak: Data-data untuk perhitungan : f c = 5 Mpa fy = 400 Mpa Rl = 0.85 f c = 1,5 MPa ρ min = 1.4 / fy =

142 ρ max = β1. [ 450 / ( fy ) ]. ( Rl / fy ) = Fmax = β / ( fy ) = Kmax = Fmax. { 1- (Fmax / )} = {1-{0.385 / )} = h = 400 mm (tinggi balok) b = 300 mm (lebar balok) hf = 10 mm (tebal plat) p = 40 mm (tebal selimut beton) tul. tekan = mm ; tul. tarik = mm ; sengkang = 10 mm d = h P 1/ tul. - sengkang ( tinggi efektif ) d = P + sengkang + ½ tulangan Besarnya gaya-gaya dalam yang terjadi didapat dari perhitungan di atas M lapangan M tumpuan = kgm (momen lapangan) = kgm (momen tumpuan) V = kg (gaya geser) T = kgm (momen torsi (bila ada)) b. Langkah-Langkah Perhitungan Tulangan Lentur Balok Anak : Cek bagian beton tertekan : (A) = Mn = Mu / φ (B) = Rl.b.hf (d hf / ) (A) < (B) dihitung sebagai penampang persegi (A) > (B) dihitung sebagai penampang berflens Tulangan Ganda (Double) Mu =.. (momen lapangan / tumpuan) Mn = Mu / φ (φ = 0.8) K = Mn / ( b. d. Rl ) K < Kmax Sebetulnya cukup dengan tulangan single K > Kmax Memang dibutuhkan tulangan tekan (tulangan double) Dicoba tulangan tekan As = As =. mm M = As. fy. (d - d ) M 1 = M - M 19

143 Jika M 1 0, maka As dianggap = 0, perhitungan penampang tulangan single Jika M1 0, maka As diperhitungkan K = M 1 / ( b. d. Rl ) F = 1-1. K As1 = F. b. d. Rl / fy As = As1 + As =. mm ( As = luas penampang tulangan tarik ) Cek Tulangan : ρ = As / b.d > ρ min d / d > (d / d)max = (1 fy/600).(fmax/β) ( SI ) ρ 1 = ( As terpasang As ) / b. d < ρmax tulangan single ρ = β 1. (Rl / fy) (d / d). (600 / (600 - fy)) ρ 1 < ρ pengaruh tulangan tekan diabaikan dlm menghitung kapasitas penampang ρ 1 > ρ pengaruh tulangan tekan diperhitungkan. Tulangan Tunggal / Single Mu =.. (momen lapangan / tumpuan) Mn = Mu / φ (φ = 0,8) K = Mn / ( b. d. Rl ) F = 1-1. K jika F > Fmax, maka digunakan tulangan double jika F Fmax, maka digunakan tulangan single As = F. b. d. Rl / fy As terpasang =... mm (As terpasang = luas penampang tulangan ) Cek Tulangan : ρ max = β1. [ 450 / ( fy ) ]. ( Rl / fy ) ρ min = 1.4 / fy ρ = As terpasang / ( b. d ) =.. [ ρ min ρ ρ max ] 130

144 4.3.4.Perhitungan Tulangan Geser Balok Langkah-Langkah Perhitungan Tulangan Geser Balok Anak : V = Vu =.. (gaya lintang) Vn = Vu / φ (φ = 0,75) φ.vc = φ. (1/6). f c. b. d Vu < φ.vc / tidak perlu tulangan geser dipakai tul. praktis Vu > φ.vc / perlu tulangan geser Cek Penampang : φ Vs max = 0.6 x /3 x f c x b x d φ Vs = Vu - φ Vc φ Vs < φ Vs max..ok! Jika Vu < φ.vc perlu tulangan geser minimum Av = b. s / 3. fy s =. < d/, dengan s = jarak antar tulangan geser dalam arah memanjang (mm) Jika Vu > φ.vc perlu tulangan geser Av.d.fy s =, dengan Av = luas penampang kaki tulangan geser (mm ) Vn Vc Syarat : s < d / 4 ( pada daerah sendi plastis y = d ) s < d / ( pada daerah di luar sendi plastis y = h) Perhitungan Tulangan Geser Balok Langkah-Langkah Perhitungan Tulangan Torsi Balok Anak : (Kombinasi Geser Lentur & Torsi) 3. hf 3. hf 3. hf 3. hf hf mm h b 131

145 Tn = Tu / 0.75 = ( momen torsi) Vu = (gaya lintang) Σ x y = ( b. h ) + ( hf. 3. hf) = mm 3 ct = b.d / Σ x y x 1 = b p - sengkang Y 1 = h p - sengkang αt = at = Y 1 / x 1 Tc = f ' c /15. ( x. y) {1+ (0.4 + ct).(vu/tu)} Ts = Tn Tc At / s = (Th-Tc) / (αt. x 1. y 1. fy) A 1 = At. (X 1 + Y 1 ) / s (A 1 = luas penampang tulangan torsi ) Contoh Perhitungan Penulangan Balok Anak Ba1Ki frame 937 : Data-data untuk perhitungan : f c = 5 Mpa fy = 400 Mpa Rl = 0.85 f c = 1,5 MPa ρ min = 1.4 / fy = ρ max = β1. [ 450 / ( fy ) ]. ( Rl / fy ) = Fmax = β / ( fy ) = Kmax = Fmax. { 1- (Fmax / )} = {1-{0.385 / )} = h = 400 mm (tinggi balok) b = 300 mm (lebar balok) hf = 10 mm (tebal plat) p = 40 mm (tebal selimut beton) tul. tekan = mm ; tul. tarik = mm ; sengkang = 10 mm d = h P 1/ tul. - sengkang ( tinggi efektif ) = ½. 10 = 339 mm d = P + sengkang + ½ tulangan = ½. = 61 mm 13

146 Dari Perhitungan perataan beban eqivalen didapat : M tumpuan = 7844,84 kgm = Nmm M lapangan = 7671,97 kgm = Nmm V = 7438,79 kg = Nmm T = 77,5 kg.m Tulangan Tumpuan M tumpuan = Nmm Mn = Mu / φ = Mu / 0,8 = / 0,8 = Nmm Cek bagian beton tertekan : (A) = Mn = Nmm (B) = Rl. b. hf. (d hf/) = (339 10/) = Nmm (A) < (B) dihitung penampang persegi K = Mn / ( b. d. Rl ) = / ( ,85 5) = 0,131 K < Kmax (0,131 < 0,3093) Sebetulnya cukup dengan tulangan single saja Namun dipakai tulangan tekan (As =As = 760 mm ) M = As. fy. (d - d ) = (339 61) = Nmm M 1 = M - M = = Nmm K = M1 / ( b. d. Rl ) = / ( ) = 0,016 F 1= 1-1. K = ,016 = 0,

147 As 1 = F. b. d. Rl / fy = / 400 = 84,643 mm As = As 1 + As = 84, = 844,643 mm dipakai tulangan tarik 3 (As terpasang = 1140 mm ) Cek Tulangan : ρ = As / b.d = 1140 / (300 x 339) = 0,011 ρ > ρ min (0,011 > ) OK! d / d = 61 / 339 = 0,180 d / d < d / dmax (0.18 < 0.37).OK! ρ 1 = (As terpasang As ) / b.d = ( ) / ( ) = 0,004 ρ 1 < ρ max (0,004 < 0.044) ρ = β1. (Rl / fy) (d / d). (600 / (600 - fy)) = 0.85 (5.5 / 400) 0.18 (600 / ( )) = 0,04 ρ 1 < ρ pengaruh tulangan tekan diabaikan dalam menghitung kapasitas penampang ( dihitung sebagai tulangan single ). Tulangan Lapangan M lapangan = 7671,97 kgm Mn = Mu / φ = Mu / 0.8 = / 0.8 = Nmm Cek bagian beton tertekan : (A) = Mn = Nmm (B) = Rl. b. hf. (d hf/) = (339 10/) = Nmm (A) < (B) dihitung penampang persegi K = Mn / ( b. d. Rl ) = / ( ) = 0,

148 K < Kmax (0,134 < ) Sebetulnya cukup dengan tulangan single saja Namun dipakai tulangan tekan (As =As = 760 cm ) M = As. fy. (d-d ) = (339 61) = Nmm M 1 = M - M = = Nmm K = M1 / ( b. d. Rl ) = / ( ) = 0,018 F 1= 1-1. K As 1 = ,018 = 0,019 = F. b. d. Rl / fy = 0, / 400 = 100,857 mm As = As 1 + As = 100, = 860,857 mm dipakai tulangan tarik 3 (As terpasang = 1140 mm ) Cek Tulangan : ρ = As / b.d = 1140 / (30 x 33.9) = 0,011 ρ > ρ min ( 0,011 > ) OK! 135

149 Tulangan Geser V max = Vu = 7438,79 kg = 74387,9 N V max d h L = 3.5 m Vmin Pada Daerah Sendi Plastis ( y= d = 339 mm) Vu terpakai = ( ) / 3500 x 74387,9 = 6718,901 N Vn = Vu / φ = 6718,901 / 0.6 = ,501 N φ.vc = φ. (1/6) f c. b. d = 0.6 x 1/6 x 5 x 300 x 339 = N Vu > φ.vc perlu tulangan geser φ Vs = Vu - φ Vc = 6718, = N φ.vs max = 0.6. (/3) f c. b. d = 0.6 x (/3) x 5 x 300 x 339 = N φ Vs < φ Vs max.ok! (penampang cukup) direncanakan menggunakan sengkang 10 mm ( Av= 157 mm ) s = (Av. d. fy) / (Vn - φ.vc) = (157 x 339 x 400) / ( ) = 834 mm s = 834 mm > d/4 = 339 / 4 = mm dipakai sengkang tulangan Pada Daerah Di Luar Sendi Plastis ( y= h = 800 mm) Vu terpakai = ( ) / 3500 x 74387,9 136

150 = 57384,951 N Vn = Vu / φ = 57384,951 / 0.6 = 95641,586 N φ.vc = φ. (1/6) f c. b. d = 0.6 x 1/6 x 5 x 300 x 339 = N Vu > φ.vc perlu tulangan geser φ Vs = Vu - φ Vc = 57384, = 5518 N φ.vs max = 0.6. (/3) f c. b. d = 0.6 x (/3) x 5 x 300 x 339 = N φ Vs < φ Vs max.ok! (penampang cukup) direncanakan menggunakan sengkang 10 mm ( Av= 157 mm ) s = (Av. d. fy) / (Vn - φ.vc) = (157 x 339 x 400) / (95641, ) = 315 mm s = 315 mm > d/ = 339 / 4 = 84,75 mm dipakai sengkang tulangan Tulangan Kombinasi Geser Lentur dan Torsi Vu = 7438,79 kg = 74387,9 N Tu = 77,35 kgm = Nmm mm 400 mm 10 mm 300 mm Tn = Tu / 0.6 = / 0.6 = ,67 Nmm Σ x y = (300 x 400) + (10 x 3 x 10) = mm 137

151 ct x 1 Y 1 = b.d / Σ x y = 300 x 339 / = = b p - sengkang = = 10 mm = h p - sengkang = = 310 mm αt = at = Y 1 / x 1 = x 310 / 10 = ( f c / 15). Σ (x y) Tc = (1 + (0.4 + ct). (Vu / Tu) Ts ( 30 / 15) = (1 + ( ) x (74387,9 / ) = ,05 mm = Tn Tc = , ,05 = ,308 N.mm At / s = (Tn - Tc) / (αt. x 1. y 1. fy) A 1 = ,308 / (1.159 x 10 x 310 x 400) =,36 = At. (X 1 + Y 1 ) / s = x 0,449 x ( ) = 14, mm digunakan tulangan torsi 16 ( As = 40 mm ) 3 Ø 400 Ø Ø Ø Gambar Penulangan Balok 138

152 Tabel 4. 6 Tulangan Lapangan Gedung 1 Penampang Biasa Lantai Lantai Atap Lantai 8 Lantai 7 Lantai 6 Lantai 5 Lantai 4 TIPE Frame Tulangan Lapangan Momen Lapangan Mn=A Lap b h d d' B Persegi K K max kgm (Mu) Nmm Nmm mm mm mm mm Nmm BA X ,899, ,435,000 ok BI X ,841, ,580,000 ok BA Y ,397, ,435,000 ok BI Y ,439, ,580,000 ok BTEPI ,851, ,90,000 berflens BA X ,44, ,435,000 ok BI X ,97, ,580,000 ok BA Y ,074, ,435,000 berflens BI Y ,830, ,580,000 berflens BTEPI ,530, ,90,000 berflens BA X ,079, ,435,000 ok BI X ,35, ,580,000 ok BA Y ,101, ,435,000 ok BI Y ,105, ,580,000 berflens BTEPI ,838, ,90,000 berflens BA X ,355, ,435,000 ok BI X ,537, ,580,000 ok BA Y ,570, ,435,000 ok BI Y ,918, ,580,000 berflens BTEPI ,063, ,90,000 berflens BA X ,543, ,435,000 ok BI X ,896, ,580,000 ok BA Y ,006, ,435,000 ok BI Y ,567, ,580,000 berflens BTEPI ,853, ,90,000 ok BA X ,109, ,435,000 berflens BI X ,709, ,580,000 berflens BA Y ,03, ,435,000 berflens 140

153 Lantai Lantai 3 Lantai Lantai 1 Lantai Bsmnt Tulangan Lapangan TIPE Frame Momen Lapangan Mn=A Lap b h d d' B Persegi K K max kgm (Mu) Nmm Nmm mm mm mm mm Nmm BI Y ,879, ,580,000 berflens BTEPI ,38, ,90,000 ok BA X ,449, ,435,000 ok BI X ,685, ,580,000 berflens BA Y ,531, ,435,000 berflens BI Y ,011,889, ,580,000 berflens BTEPI ,431, ,90,000 berflens BA X ,973, ,435,000 berflens BI X ,644, ,580,000 berflens BA Y ,51, ,435,000 berflens BI Y ,981, ,580,000 berflens BTEPI ,490, ,90,000 berflens BA X ,038, ,435,000 ok BI X ,59, ,580,000 berflens BA Y ,57, ,435,000 ok BI Y ,810, ,580,000 berflens BTEPI ,798, ,90,000 berflens BA X ,797, ,435,000 berflens BI X ,185, ,580,000 berflens BA Y ,715, ,435,000 berflens BI Y ,641, ,580,000 berflens BTEPI ,74, ,90,000 berflens cek A<B(persegi) As coba Cek K<Kmax Dipake Tul tekan As'=As M M1 K F As1 As Tul Terpake As( tul tekan ) mm mm Nmm Nmm mm mm mm mm mm ok ø ,387, ø 1140 ok ø ø 151 ok ø ø

154 cek A<B(persegi) As coba Cek K<Kmax Dipake Tul tekan As'=As M M1 K F As1 As Tul Terpake As( tul tekan ) mm mm Nmm Nmm mm mm mm mm mm ok ø ø 1901 ok ø ø 1901 ok ø ø 661 ok ø ø 1140 ok ø ø ok ø ,410, ø 760 ok ø ø 1140 ok ø ø 151 ok ø ø 1901 ok ø ø 1140 ok ø ø 151 ok ø ø 1901 ok ø ø 760 ok ø ø 760 ok ø ø

155 cek A<B(persegi) As coba Cek K<Kmax Dipake Tul tekan As'=As M M1 K F As1 As Tul Terpake As( tul tekan ) mm mm Nmm Nmm mm mm mm mm mm ok ø ø 151 ok ø ø 151 Cheking persegi d'/d d'/dmax d'/dmax > d'/d ρ1 ρ' ρ1<ρ' ρmin ρ ρmax ρmin<ρ<ρmax tul tkn diabaikan ok ok ok ok ok ok ok ok ok ok ok ok ok ok ok 143

156 Cheking persegi d'/d d'/dmax d'/dmax > d'/d ρ1 ρ' ρ1<ρ' ρmin ρ ρmax ρmin<ρ<ρmax tul tkn diabaikan ok ok ok ok ok ok ok ok ok ok ok ok ok ok ok ok ok ok ok ok ok ok ok ok ok ok ok ok ok ok ok ok ok ok ok ok ok ok ok 144

157 Cheking persegi d'/d d'/dmax d'/dmax > d'/d ρ1 ρ' ρ1<ρ' ρmin ρ ρmax ρmin<ρ<ρmax tul tkn diabaikan ok ok ok ok ok ok Tabel 4. 7 Tulangan Lapangan Gedung 1 Penampang Berflens TIPE Frame Momen Lapangan Mn=A Lap bw b h d d' B A>B Fmax kgm (Mu) Nmm Nmm mm mm mm mm mm Nmm berflens BTEPI ,851, Ok BA Y ,074, Ok BI Y ,830, Ok BTEPI ,530, Ok BI Y ,105, Ok BTEPI ,838, Ok BI Y ,918, Ok BTEPI ,063, Ok

158 TIPE Frame Momen Lapangan Mn=A Lap bw b h d d' B A>B Fmax kgm (Mu) Nmm Nmm mm mm mm mm mm Nmm berflens BI Y ,567, Ok BA X ,109, Ok BI X ,709, Ok BA Y ,03, Ok BI X ,685, Ok BA Y ,531, Ok BI Y ,011,889, Ok BTEPI ,431, Ok BA Y ,531, Ok BA X ,973, Ok BI X ,644, Ok BA Y ,51, Ok BI Y ,981, Ok BTEPI ,490, Ok BA Y ,51, Ok BI X ,59, Ok BI Y ,810, Ok BTEPI ,798, Ok BA X ,797, Ok BI X ,185, Ok BA Y ,715, Ok BI Y ,641, Ok BTEPI ,74, Ok K F F As tul terpsng As Terpsng F < Fmax mm ø mm² Ok ø Ok ø Ok ø Ok ø

159 K F F As tul terpsng As Terpsng F < Fmax mm ø mm² Ok ø Ok ø Ok ø Ok ø Ok ø Ok ø Ok ø Ok ø Ok ø Ok ø Ok ø Ok ø Ok ø Ok ø Ok ø Ok ø Ok ø Ok ø Ok ø Ok ø Ok ø Ok ø Ok ø Ok ø Ok ø Ok ø Ok ø

160 Tabel 4. 8 Tulangan Tumpuan Gedung 1 Penampang Biasa Lantai TIPE Frame Tulangan Tumpuan Momen Tumpuan Mn=A Lap b h d d' B Persegi K K max kgm (Mu) Nmm Nmm mm mm mm mm Nmm Lantai Atap Lantai 8 Lantai 7 Lantai 6 Lantai 5 BA X ,060, ,435,000 ok BI X ,91, ,580,000 ok BA Y ,03, ,435,000 ok BI Y ,037, ,580,000 ok BTEPI ,099, ,90,000 ok BA X ,140, ,435,000 ok BI X ,874, ,580,000 ok BA Y ,83, ,435,000 ok BI Y ,506, ,580,000 ok BTEPI ,614, ,90,000 berflens BA X ,151, ,435,000 ok BI X ,878, ,580,000 berflens BA Y ,143, ,435,000 ok BI Y ,714, ,580,000 ok BTEPI ,056, ,90,000 ok BA X ,319, ,435,000 ok BI X ,383, ,580,000 berflens BA Y ,398, ,435,000 ok BI Y ,616, ,580,000 ok BTEPI ,09, ,90,000 ok BA X ,145, ,435,000 ok BI X ,149, ,580,000 berflens BA Y ,051, ,435,000 ok BI Y ,03, ,580,000 ok BTEPI ,468, ,90,000 ok

161 Lantai Lantai 4 Lantai 3 Lantai Lantai 1 Lantai Bsmnt TIPE Frame Tulangan Tumpuan Momen Tumpuan Mn=A Lap b h d d' B kgm (Mu) Nmm Nmm mm mm mm mm Nmm BA X ,019, ,435,000 berflens BI X ,08, ,580,000 berflens BA Y ,751, ,435,000 berflens BI Y ,853, ,580,000 berflens BTEPI ,348, ,90,000 berflens Persegi K K max BA X ,063, ,435,000 ok BI X ,967, ,580,000 berflens BA Y ,054, ,435,000 ok BI Y ,33, ,580,000 ok BTEPI ,619, ,90,000 ok BA X ,818, ,435,000 ok BI X ,806, ,580,000 berflens BA Y ,893, ,435,000 ok BI Y ,38, ,580,000 ok BTEPI ,77, ,90,000 ok BA X ,869, ,435,000 ok BI X ,816, ,580,000 berflens BA Y ,076, ,435,000 ok BI Y ,370, ,580,000 ok BTEPI ,019, ,90,000 ok BA X ,735, ,435,000 berflens BI X ,018, ,580,000 berflens BA Y ,481, ,435,000 ok BI Y ,005,060, ,580,000 berflens BTEPI ,945, ,790,000 ok

162 cek A<B(persegi) Cek K<Kmax Dipake Tul tekan As'=As M M1 K F As1 As Tul Terpake As( tul tekan ) mm mm Nmm Nmm mm mm mm mm mm ok ø ø 1140 tdk ok ø ø 81 ok ø ø 760 tdk ok ø ø 1901 ok ø ø 760 ok ø ø 1140 tdk ok ø ø 3041 ok ø ø 151 tdk ok ø ø 3041 ok ø ø 760 ok ø ø 1901 tdk ok ø ø 81 ok ø ø 760 ok ø ø 1140 ok ø ø 760 tdk ok ø ø 81 tdk ok ø ø 760 ok ø ø 760 ok ø ø 1140 tdk ok ø ø 81 ok ø ø

163 cek A<B(persegi) Cek K<Kmax Dipake Tul tekan As'=As M M1 K F As1 As Tul Terpake As( tul tekan ) mm mm Nmm Nmm mm mm mm mm mm ok ø ø 151 ok ø ø 760 tdk ok ø ø 661 ok ø ø 760 ok ø ø 151 ok ø ø 760 tdk ok ø ø 81 ok ø ø 760 ok ø ø 1140 ok tdk ok ø ø 81 ok ø ø 760 ok ø ø 151 ok ø ø 760 Cheking persegi d'/d d'/dmax d'/dmax > d'/d ρ1 ρ' ρ1<ρ' ρmin ρ ρmax ρmin<ρ<ρmax tul tkn diabaikan ok ok ok ok ok ok ok ok ok 151

164 Cheking persegi d'/d d'/dmax d'/dmax > d'/d ρ1 ρ' ρ1<ρ' ρmin ρ ρmax ρmin<ρ<ρmax tul tkn diabaikan ok ok ok ok ok ok ok ok ok ok ok ok ok ok ok ok ok ok ok ok ok ok ok ok ok ok ok ok ok ok ok ok ok ok ok ok ok ok ok ok ok ok ok ok ok ok ok ok ok ok ok ok ok ok ok ok ok 15

165 Cheking persegi d'/d d'/dmax d'/dmax > d'/d ρ1 ρ' ρ1<ρ' ρmin ρ ρmax ρmin<ρ<ρmax tul tkn diabaikan ok ok ok ok ok ok ok ok ok ok ok ok ok ok ok ok ok ok ok ok ok ok ok ok ok ok ok ok ok ok ok ok ok ok ok ok Tabel 4. 9 Tulangan Tumpuan Penampang Berflens Gedung 1 TIPE Frame Momen Lapangan Mn=A Lap b bw h d d' B A>B Fmax K kgm (Mu) Nmm Nmm mm mm mm mm mm Nmm berflens BTEPI ,614, Ok BI X ,878, Ok BI X ,383, Ok BI X ,149, Ok BTEPI ,546, Ok

166 BA X ,019, Ok BI X ,08, Ok BA Y ,751, Ok BI Y ,853, Ok BTEPI ,348, Ok BA Y ,751, Ok BI X ,967, Ok BI X ,806, Ok BI X ,816, Ok BA X ,735, Ok BI X ,018, Ok BI Y ,005,060, Ok F F As tul terpsng AS Terpsng F<0 F,Fmax mm ø mm² Ok ø Ok ø Ok ø Ok ø Ok ø Ok ø Ok ø Ok ø Ok ø Ok ø Ok ø Ok ø Ok ø Ok ø Ok ø

167 F F As tul terpsng AS Terpsng F<0 F,Fmax mm ø mm² Ok ø Ok ø Tabel Tulangan Lapangan Gedung Penampang Biasa Lantai Lantai Atap Lantai 8 Lantai 7 Lantai 6 Tulangan Lapangan TIPE Frame Momen Lapangan Mn=A Lap b h d d' B Persegi K K max kgm (Mu) Nmm Nmm mm mm mm mm Nmm BA X ,171, ,435,000 ok BI X ,97, ,580,000 ok BA Y ,878, ,435,000 ok BI Y ,488, ,580,000 ok BTEPI ,88, ,90,000 berflens BA X ,945, ,435,000 berflens BI X ,534, ,580,000 berflens BA Y ,788, ,435,000 berflens BI Y ,361, ,580,000 berflens BTEPI ,14, ,90,000 berflens BA X ,493, ,435,000 berflens BI X ,18, ,580,000 ok BA Y ,615, ,435,000 ok BI Y ,864, ,580,000 berflens BTEPI ,466, ,90,000 berflens BA X ,584, ,435,000 berflens BI X ,00, ,580,000 berflens

168 Lantai Lantai 5 Lantai 4 Lantai 3 Lantai Lantai 1 Tulangan Lapangan TIPE Frame Momen Lapangan Mn=A Lap b h d d' B Persegi K K max kgm (Mu) Nmm Nmm mm mm mm mm Nmm BA Y ,851, ,435,000 berflens BI Y ,80, ,580,000 berflens BTEPI ,653, ,90,000 berflens BA X ,459, ,435,000 berflens BI X ,059, ,580,000 ok BA Y ,184, ,435,000 ok BI Y ,406, ,580,000 berflens BTEPI ,771, ,90,000 berflens BA X ,070, ,435,000 berflens BI X ,07, ,580,000 berflens BA Y ,191, ,435,000 berflens BI Y ,668, ,580,000 berflens BTEPI ,073, ,90,000 berflens BA X ,483, ,435,000 berflens BI X ,050,539, ,580,000 berflens BA Y ,716, ,435,000 berflens BI Y ,038,040, ,580,000 berflens BTEPI ,747, ,90,000 berflens BA X ,786, ,435,000 berflens BI X ,06,434, ,580,000 berflens BA Y ,735, ,435,000 berflens BI Y ,811, ,580,000 berflens BTEPI ,936, ,90,000 berflens BA X ,34, ,435,000 berflens BI X ,78, ,580,000 berflens BA Y ,506, ,435,000 berflens 156

169 Lantai Lantai Bsmnt Tulangan Lapangan TIPE Frame Momen Lapangan Mn=A Lap b h d d' B Persegi K K max kgm (Mu) Nmm Nmm mm mm mm mm Nmm BI Y ,506, ,580,000 berflens BTEPI ,990, ,90,000 berflens BA X ,564, ,435,000 berflens BI X ,45,856, ,580,000 berflens BA Y ,559, ,435,000 ok BI Y ,501,316, ,580,000 berflens BTEPI ,176, ,90,000 berflens cek A<B(persegi) Cek K<Kmax Dipake Tul tekan As'=As M M1 K F As1 As Tul Terpake As( tul tekan ) mm mm Nmm Nmm mm mm mm mm mm ok ø ø 151 ok ø ø 151 ok ø ø 1140 ok ø ø 1901 ok ø ø 151 ok ø ø 81 ok ø ø

170 cek A<B(persegi) Cek K<Kmax Dipake Tul tekan As'=As M M1 K F As1 As Tul Terpake As( tul tekan ) mm mm Nmm Nmm mm mm mm mm mm ok ø ø 81 ok ø ø 1901 ok ø ø 661 ok ø ø

171 cek A<B(persegi) Cek K<Kmax Dipake Tul tekan As'=As M M1 K F As1 As Tul Terpake As( tul tekan ) mm mm Nmm Nmm mm mm mm mm mm ok ø ø 1140 Cheking persegi d'/d d'/dmax d'/dmax > d'/d ρ1 ρ' ρ1<ρ' ρmin ρ ρmax ρmin<ρ<ρmax tul tkn diabaikan ok ok ok ok ok ok ok ok ok ok ok ok ok ok ok ok ok ok ok ok ok ` 159

172 Cheking persegi d'/d d'/dmax d'/dmax > d'/d ρ1 ρ' ρ1<ρ' ρmin ρ ρmax ρmin<ρ<ρmax tul tkn diabaikan ok ok ok ok ok ok ok ok ok ok ok ok 160

173 Cheking persegi d'/d d'/dmax d'/dmax > d'/d ρ1 ρ' ρ1<ρ' ρmin ρ ρmax ρmin<ρ<ρmax tul tkn diabaikan ok ok ok Tabel Tulangan Lapangan Gedung Penampang Berflens TIPE Frame Momen Lapangan Mn=A Lap b bw h d d' B A>B Fmax K kgm (Mu) Nmm Nmm mm mm mm mm mm Nmm berflens BTEPI ,88, Ok BA X ,945, Ok BI X ,534, Ok BI Y ,361, Ok BTEPI ,14, Ok BA X ,493, Ok BI Y ,864, Ok BTEPI ,466, Ok BA X ,493, Ok BA X ,584, Ok BI Y ,80, Ok BTEPI ,653, Ok BA X ,584, Ok

174 TIPE Frame Momen Lapangan Mn=A Lap b bw h d d' B A>B Fmax K kgm (Mu) Nmm Nmm mm mm mm mm mm Nmm berflens BA X ,459, Ok BI Y ,406, Ok BTEPI ,771, Ok BA X ,070, Ok BI X ,07, Ok BA Y ,191, Ok BI Y ,668, Ok BTEPI ,073, Ok BA X ,070, Ok BA X ,483, Ok BI X ,050,539, Ok BA Y ,716, Ok BI Y ,038,040, Ok BTEPI ,747, Ok BA X ,483, Ok BA X ,786, Ok BI X ,06,434, Ok BA Y ,735, Ok BI Y ,811, Ok BTEPI ,936, Ok BA X ,786, Ok BA X ,34, Ok BI X ,78, Ok BA Y ,506, Ok BI Y ,506, Ok BTEPI ,990, Ok BI X ,45,856, Ok

175 TIPE Frame Momen Lapangan Mn=A Lap b bw h d d' B A>B Fmax K kgm (Mu) Nmm Nmm mm mm mm mm mm Nmm berflens BI Y ,501,316, Ok BTEPI ,176, Ok F F As tul terpsng AS Terpsng F<0 F<Fmax mm mm² Ok ø Ok ø Ok ø Ok ø Ok ø Ok ø Ok ø Ok ø Ok ø Ok ø Ok ø Ok ø Ok ø Ok ø Ok ø Ok ø Ok ø Ok ø Ok ø Ok ø Ok ø Ok ø

176 F F As tul terpsng AS Terpsng F<0 F<Fmax mm mm² Ok ø Ok ø Ok ø Ok ø Ok ø Ok ø Ok ø Ok ø Ok ø Ok ø Ok ø Ok ø Ok ø Ok ø Ok ø Ok ø Ok ø Ok ø Ok ø Ok ø Tabel 4. 3 Gedung Tulangan Tumpuan Penampang Biasa Tulangan Tumpuan Persegi Lantai TIPE Frame Momen Tumpuan Mn=A Tump b h d d' B K K max kgm (Mu) Nmm Nmm mm mm mm mm Nmm Lantai BA X ,519, ,435,000 ok

177 Lantai Tulangan Tumpuan TIPE Frame Momen Tumpuan Mn=A Tump b h d d' B kgm (Mu) Nmm Nmm mm mm mm mm Nmm Atap BI X ,768, ,580,000 ok BA Y ,091, ,435,000 ok Lantai 8 Lantai 7 Lantai 6 Lantai 5 Lantai 4 Persegi BI Y ,, ,580,000 ok BTEPI ,519, ,007,500 ok BA X ,138, ,435,000 ok BI X ,610, ,580,000 berflens BA Y ,807, ,435,000 ok BI Y ,858, ,580,000 berflens BTEPI ,638, ,90,000 berflens BA X ,91, ,435,000 ok BI X ,311, ,580,000 berflens BA Y ,59, ,435,000 ok BI Y ,959, ,580,000 berflens BTEPI ,885, ,90,000 berflens BA X ,941, ,435,000 ok BI X ,07, ,580,000 berflens BA Y ,44, ,435,000 ok BI Y ,130, ,580,000 berflens BTEPI ,464, ,90,000 berflens BA X ,446, ,435,000 ok BI X ,494, ,580,000 berflens BA Y ,16, ,435,000 ok BI Y ,840, ,580,000 berflens BTEPI ,480, ,90,000 berflens BA X ,959, ,435,000 ok BI X ,41, ,580,000 berflens BA Y ,497, ,435,000 ok BI Y ,933, ,580,000 berflens BTEPI ,397, ,90,000 berflens K K max 165

178 Lantai Tulangan Tumpuan TIPE Frame Momen Tumpuan Mn=A Tump b h d d' B Persegi K K max kgm (Mu) Nmm Nmm mm mm mm mm Nmm Lantai 3 Lantai Lantai 1 Lantai Bsmnt BA X ,641, ,435,000 ok BI X ,578, ,580,000 ok BA Y ,55, ,435,000 ok BI Y ,404, ,580,000 berflens BTEPI ,947, ,90,000 berflens BA X ,670, ,435,000 ok BI X ,398, ,580,000 ok BA Y ,861, ,435,000 ok BI Y ,00,447, ,580,000 berflens BTEPI ,83, ,90,000 berflens BA X ,877, ,435,000 ok BI X ,936, ,580,000 ok BA Y ,479, ,435,000 ok BI Y ,506, ,580,000 berflens BTEPI ,7, ,90,000 berflens BA X ,051, ,435,000 berflens BI X ,004,5, ,580,000 berflens BA Y ,17, ,435,000 berflens BI Y ,,909, ,580,000 berflens BTEPI ,56, ,90,000 berflens cek A<B(persegi) Cek K<Kmax Dipake Tul tekan As'=As M M1 K F As1 As Tul Terpake As( tul tekan ) mm mm Nmm Nmm mm mm mm mm mm ok ø ø 1140 ok ø ø 1901 ok ø ø 1140 ok ø ø 661 ok ø ø

179 cek A<B(persegi) Cek K<Kmax Dipake Tul tekan As'=As M M1 K F As1 As Tul Terpake As( tul tekan ) mm mm Nmm Nmm mm mm mm mm mm ok ø ø 1140 ok ø ø 151 ok ø ø 1901 ok ø ø 1140 ok ø ø 151 ok ø ø 1140 ok ø ø 151 ok ø ø 1140 ok ø ø 1140 ok ø ø 1140 ok ø ø 151 ok ø ø 661 ok ø ø

180 cek A<B(persegi) Cek K<Kmax Dipake Tul tekan As'=As M M1 K F As1 As Tul Terpake As( tul tekan ) mm mm Nmm Nmm mm mm mm mm mm ok ø ø 1140 ok ø ø 81 ok ø ø 1140 ok ø ø 1140 ok ø ø 81 ok ø ø 1140 Cheking persegi d'/d d'/dmax d'/dmax > d'/d ρ1 ρ' ρ1<ρ' ρmin ρ ρmax ρmin<ρ<ρmax tul tkn diabaikan ok ok ok ok ok ok ok ok ok ok ok ok ok ok ok ok ok ok ok ok ok 168

181 Cheking persegi d'/d d'/dmax d'/dmax > d'/d ρ1 ρ' ρ1<ρ' ρmin ρ ρmax ρmin<ρ<ρmax tul tkn diabaikan ok ok ok ok ok ok ok ok ok ok ok ok ok ok ok ok ok ok ok ok ok ok ok ok ok ok ok ok ok ok ok ok ok ok ok ok ok ok ok ok ok ok 169

182 Cheking persegi d'/d d'/dmax d'/dmax > d'/d ρ1 ρ' ρ1<ρ' ρmin ρ ρmax ρmin<ρ<ρmax tul tkn diabaikan ok ok ok ok ok ok ok ok ok Tabel Penampang Berflens Gedung Tulangan Tumpuan TIPE Frame Momen Lapangan Mn=A Lap b bw h d d' B A>B Fmax K kgm (Mu) Nmm Nmm mm mm mm mm mm Nmm berflens Ok BI X ,610, Ok BI Y ,858, Ok BTEPI ,638, Ok BI X ,311, Ok BI Y ,959, Ok BTEPI ,885, Ok BI X ,07, Ok BI Y ,130, Ok BTEPI ,36, Ok BI X ,494, Ok

183 TIPE Frame Momen Lapangan Mn=A Lap b bw h d d' B A>B Fmax K kgm (Mu) Nmm Nmm mm mm mm mm mm Nmm berflens BI Y ,840, Ok BTEPI ,480, Ok BI X ,41, Ok BI Y ,933, Ok BTEPI ,397, Ok BI Y ,404, Ok BTEPI ,947, Ok BI Y ,00,447, Ok BTEPI ,83, Ok BI Y ,506, Ok BTEPI ,7, Ok BA X ,051, Ok BI X ,004,5, Ok BA Y ,17, Ok BI Y ,,909, Ok BTEPI ,56, Ok F F As tul terpsng AS Terpsng F<0 F<Fmax mm mm² Ok ø Ok ø Ok ø Ok ø Ok ø Ok ø

184 F F As tul terpsng AS Terpsng F<0 F<Fmax mm mm² Ok ø Ok ø Ok ø Ok ø Ok ø Ok ø Ok ø Ok ø Ok ø Ok ø Ok ø Ok ø Ok ø Ok ø Ok ø Ok ø Ok ø Ok ø Ok ø Ok ø Ok ø

185 Tabel Tulangan Geser Gedung 1 Didaerah Sendi Plastis LANTAI TIPE FRAME b h d L V=Vu V=Vu Vu Terpakai Vn Vc φ Vc/ φ Vc (mm) (mm) (mm) (mm) kg N N N N N N lantai atap lantai 8 lantai 7 lantai 6 lantai 5 Vu > Φ Vc/ BA X ok ok BI X ok ok BA Y ok ok BI Y ok ok BTEPI ok ok BA X ok ok BI X ok ok BA Y ok ok BI Y ok ok BTEPI ok ok BA X ok ok BI X ok ok BA Y ok ok BI Y ok ok BTEPI ok ok BA X ok ok BI X ok ok BA Y ok ok BI Y ok ok BTEPI ok ok BA X ok ok BI X ok ok BA Y ok ok BI Y ok ok BTEPI ok ok lantai 4 BA X ok ok Vu > Φ Vc 173

186 LANTAI TIPE FRAME b h d L V=Vu V=Vu Vu Terpakai Vn Vc φ Vc/ φ Vc (mm) (mm) (mm) (mm) kg N N N N N N lantai 3 lantai lantai 1 lantai bsmnt Vu > Φ Vc/ BI X ok ok BA Y ok ok BI Y ok ok BTEPI ok ok BA X ok ok BI X ok ok BA Y ok ok BI Y ok ok BTEPI ok ok BA X ok ok BI X ok ok BA Y ok ok BI Y ok ok BTEPI ok ok BA X ok ok BI X ok ok BA Y ok ok BI Y ok ok BTEPI ok ok BA X ok ok BI X ok ok BA Y ok ok BI Y ok ok BTEPI ok ok Vu > Φ Vc 174

187 φ Vs φ Vs φ Vs < Vs Syarat Tul Av rencana s max max s Vn - φvc Terpakai (/3)*(f'c)*b*d (Vn-Vc)<(/3)*(f'c)*b*d N N mm² mm s< d/ N Penmpang cukup ok ø ok ok ø ok ok ø ok ok ø ok ok ø ok ok ø ok ok ø ok ok ø ok ok ø ok ok ø ok ok ø ok ok ø ok ok ø ok ok ø ok ok ø ok ok ø ok ok ø ok ok ø ok ok ø ok ok ø ok ok ø ok ok ø ok ok ø ok ok ø ok ok ø ok ok ø ok ok ø ok 175

188 φ Vs φ Vs φ Vs < Vs Syarat Tul Av rencana s max max s Vn - φvc Terpakai (/3)*(f'c)*b*d (Vn-Vc)<(/3)*(f'c)*b*d N N mm² mm s< d/ N Penmpang cukup ok ø ok ok ø ok ok ø ok ok ø ok ok ø ok ok ø ok ok ø ok ok ø ok ok ø ok ok ø ok ok ø ok ok ø ok ok ø ok ok ø ok ok ø ok ok ø ok ok ø ok ok ø ok ok ø ok ok ø ok ok ø ok ok ø ok ok ø ok 176

189 Tabel Tulangan Geser Gedung 1 Di Luar Daerah Sendi Plastis Vu LANTAI TIPE FRAME b h d L V=Vu V=Vu Terpakai Vn Vc φ Vc/ φ Vc (mm) (mm) (mm) (mm) kg N N N N lantai atap lantai 8 lantai 7 lantai 6 lantai 5 BA X ok ok BI X ok ok BA Y ok ok BI Y ok ok BTEPI ok ok BA X ok ok BI X ok ok BA Y ok ok BI Y ok ok BTEPI ok ok BA X ok ok BI X ok ok BA Y ok ok BI Y ok ok BTEPI ok ok BA X ok ok BI X ok ok BA Y ok ok BI Y ok ok BTEPI ok ok BA X ok ok BI X ok ok BA Y ok ok BI Y ok ok BTEPI ok ok lantai 4 BA X ok ok Vu > Φ Vc/ Vu > Φ Vc 177

190 Vu LANTAI TIPE FRAME b h d L V=Vu V=Vu Terpakai Vn Vc φ Vc/ φ Vc (mm) (mm) (mm) (mm) kg N N N N lantai 3 lantai lantai 1 lantai bsmnt BI X ok ok BA Y ok ok BI Y ok ok BTEPI ok ok BA X ok ok BI X ok ok BA Y ok ok BI Y ok ok BTEPI ok ok BA X ok ok BI X ok ok BA Y ok ok BI Y ok ok BTEPI ok ok BA X ok ok BI X ok ok BA Y ok ok BI Y ok ok BTEPI ok ok BA X ok ok BI X ok ok BA Y ok ok BI Y ok ok BTEPI ok ok Vu > Φ Vc/ Vu > Φ Vc 178

191 φ Vs φ Vs max φ Vs < Vs max Syarat Tul Av rencana s s Vn - φvc Terpakai (/3)*(f'c)*b*d (Vn-Vc)<(/3)*(f'c)*b*d mm² mm s< d/ N Penmpang cukup ok ø ok ok ø ok ok ø ok ok ø ok ok ø ok ok ø ok ok ø ok ok ø ok ok ø ok ok ø ok ok ø ok ok ø ok ok ø ok ok ø ok ok ø ok ok ø ok ok ø ok ok ø ok ok ø ok ok ø ok ok ø ok ok ø ok ok ø ok ok ø ok ok ø ok ok ø ok ok ø ok 179

192 φ Vs φ Vs max φ Vs < Vs max Syarat Tul Av rencana s s Vn - φvc Terpakai (/3)*(f'c)*b*d (Vn-Vc)<(/3)*(f'c)*b*d mm² mm s< d/ N Penmpang cukup ok ø ok ok ø ok ok ø ok ok ø ok ok ø ok ok ø ok ok ø ok ok ø ok ok ø ok ok ø ok ok ø ok ok ø ok ok ø ok ok ø ok ok ø ok ok ø ok ok ø ok ok ø ok ok ø ok ok ø ok ok ø ok ok ø ok ok ø ok 180

193 Tabel Tulangan Geser Gedung Didaerah Sendi Plastis LANTAI TIPE FRAME b h d L V=Vu V=Vu Vu Terpakai Vn Vc φ Vc/ φ Vc (mm) (mm) (mm) (mm) kg N N N N lantai atap lantai 8 lantai 7 lantai 6 lantai 5 BA X ok ok BI X ok ok BA Y ok ok BI Y ok ok BTEPI ok ok BA X ok ok BI X ok ok BA Y ok ok BI Y ok ok BTEPI ok ok BA X ok ok BI X ok ok BA Y ok ok BI Y ok ok BTEPI ok ok BA X ok ok BI X ok ok BA Y ok ok BI Y ok ok BTEPI ok ok BA X ok ok BI X ok ok BA Y ok ok BI Y ok ok BTEPI ok ok lantai 4 BA X ok ok Vu > Φ Vc/ Vu > Φ Vc 181

194 LANTAI TIPE FRAME b h d L V=Vu V=Vu Vu Terpakai Vn Vc φ Vc/ φ Vc (mm) (mm) (mm) (mm) kg N N N N lantai 3 lantai lantai 1 lantai bsmnt BI X ok ok BA Y ok ok BI Y ok ok BTEPI ok ok BA X ok ok BI X ok ok BA Y ok ok BI Y ok ok BTEPI ok ok BA X ok ok BI X ok ok BA Y ok ok BI Y ok ok BTEPI ok ok BA X ok ok BI X ok ok BA Y ok ok BI Y ok ok BTEPI ok ok BA X ok ok BI X ok ok BA Y ok ok BI Y ok ok BTEPI ok ok Vu > Φ Vc/ Vu > Φ Vc 18

195 φ Vs φ Vs max φ Vs < Vs max Syarat Tul Av rencana s s Vn - φvc (Vn-Vc)<(/3)*(f'c)*b*d Terpakai (/3)*(f'c)*b*d mm² mm s< d/ N Penmpang cukup ok ø ok ok ø ok ok ø ok ok ø ok ok ø ok ok ø ok ok ø ok ok ø ok ok ø ok ok ø ok ok ø ok ok ø ok ok ø ok ok ø ok ok ø ok ok ø ok ok ø ok ok ø ok ok ø ok ok ø ok ok ø ok ok ø ok ok ø ok ok ø ok ok ø ok ok ø ok ok ø ok 183

196 φ Vs φ Vs max φ Vs < Vs max Syarat Tul Av rencana s s Vn - φvc (Vn-Vc)<(/3)*(f'c)*b*d Terpakai (/3)*(f'c)*b*d mm² mm s< d/ N Penmpang cukup ok ø ok ok ø ok ok ø ok ok ø ok ok ø ok ok ø ok ok ø ok ok ø ok ok ø ok ok ø ok ok ø ok ok ø ok ok ø ok ok ø ok ok ø ok ok ø ok ok ø ok ok ø ok ok ø ok ok ø ok ok ø ok ok ø ok ok ø ok 184

197 Tabel Tulangan Geser Gedung Di Luar Daerah Sendi Plastis LANTAI TIPE FRAME b h d L V=Vu V=Vu lantai atap lantai 8 lantai 7 lantai 6 lantai 5 Vu Terpakai (mm) (mm) (mm) (mm) kg N N N N Vn Vc φ Vc/ φ Vc BA X ok ok BI X ok ok BA Y ok ok BI Y ok ok BTEPI ok ok BA X ok ok BI X ok ok BA Y ok ok BI Y ok ok BTEPI ok ok BA X ok ok BI X ok ok BA Y ok ok BI Y ok ok BTEPI ok ok BA X ok ok BI X ok ok BA Y ok ok BI Y ok ok BTEPI ok ok BA X ok ok BI X ok ok BA Y ok ok BI Y ok ok BTEPI ok ok Vu > Φ Vc/ Vu > Φ Vc 185

198 LANTAI TIPE FRAME b h d L V=Vu V=Vu lantai 4 lantai 3 lantai lantai 1 lantai bsmnt Vu Terpakai (mm) (mm) (mm) (mm) kg N N N N Vn Vc φ Vc/ φ Vc BA X ok ok BI X ok ok BA Y ok ok BI Y ok ok BTEPI ok ok BA X ok ok BI X ok ok BA Y ok ok BI Y ok ok BTEPI ok ok BA X ok ok BI X ok ok BA Y ok ok BI Y ok ok BTEPI ok ok BA X ok ok BI X ok ok BA Y ok ok BI Y ok ok BTEPI ok ok BA X ok ok BI X ok ok BA Y ok ok BI Y ok ok BTEPI ok ok Vu > Φ Vc/ Vu > Φ Vc 186

199 φ Vs φ Vs max φ Vs < Vs max Av rencana s Syarat s Vn - φvc Tul Terpakai (/3)*(f'c)*b*d (Vn-Vc)<(/3)*(f'c)*b*d mm² mm s< d/ N Penmpang cukup ok ø ok ok ø ok ok ø ok ok ø ok ok ø ok ok ø ok ok ø ok ok ø ok ok ø ok ok ø ok ok ø ok ok ø ok ok ø ok ok ø ok ok ø ok ok ø ok ok ø ok ok ø ok ok ø ok ok ø ok ok ø ok ok ø ok ok ø ok ok ø ok ok ø ok ok ø ok ok ø ok 187

200 φ Vs φ Vs max φ Vs < Vs max Av rencana s Syarat s Vn - φvc Tul Terpakai (/3)*(f'c)*b*d (Vn-Vc)<(/3)*(f'c)*b*d mm² mm s< d/ N Penmpang cukup ok ø ok ok ø ok ok ø ok ok ø ok ok ø ok ok ø ok ok ø ok ok ø ok ok ø ok ok ø ok ok ø ok ok ø ok ok ø ok ok ø ok ok ø ok ok ø ok ok ø ok ok ø ok ok ø ok ok ø ok ok ø ok ok ø ok ok ø ok 188

201 Tabel Tulangan Torsi Gedung 1 Lantai Tipe Frame Tu Tu Tn Vu Vu b h d x1 kgm Nmm Nmm kg N mm mm mm mm BA X BI X Lantai Atap BA Y BI Y BTEPI BA X BI X Lantai 8 BA Y BI Y BTEPI BA X BI X Lantai 7 BA Y BI Y BTEPI BA X BI X Lantai 6 BA Y BI Y BTEPI BA X BI X Lantai 5 BA Y BI Y BTEPI

202 Lantai Tipe Frame Tu Tu Tn Vu Vu b h d x1 Lantai 4 Lantai 3 Lantai Lantai 1 Lantai Bsmnt kgm Nmm Nmm kg N mm mm mm mm BA X BI X BA Y BI Y BTEPI BA X BI X BA Y BI Y BTEPI BA X BI X BA Y BI Y BTEPI BA X BI X BA Y BI Y BTEPI BA X BI X BA Y BI Y BTEPI

203 y1 Σ x y Batas max Batas Tu tdk perlu tul Tu Tu<1/0*Φ*(f'c)^0,5*Σx²y mm mm3 N Nmm Puntir diabaikan mm Nmm Nmm ct αt Tc Ts At At/s s terkecil satu kaki sengkang ok ok ok ok ok ok ok ok tdk ok tdk ok ok ok ok ok tdk ok ok tdk ok ok tdk ok tdk ok ok tdk ok ok tdk ok tdk ok ok mm 191

204 y1 Σ x y Batas max Batas Tu tdk perlu tul Tu Tu<1/0*Φ*(f'c)^0,5*Σx²y mm mm3 N Nmm Puntir diabaikan mm Nmm Nmm ct αt Tc Ts At At/s s terkecil satu kaki sengkang tdk ok ok tdk ok tdk ok ok ok ok tdk ok tdk ok ok ok ok tdk ok tdk ok ok ok ok tdk ok tdk ok ok tdk ok ok tdk ok tdk ok mm 19

205 Penampang diperbesar A1 Tul Torsi Terpakai Φ((f'c)/3)xΣx²y (1+((0,4xVu)/(Ct*Tu))^)^0,5 Tu max Tu Tu max mm² Nmm Nmm Nmm Tu max>tu ø ok ø ok ø ok ø ok ø ok ø ok ø ok ø ok ø ok ø ok ø ok ø ok ø ok ø ok ø ok ø ok ø ok ø ok ø ok ø ok ø ok ø ok ø ok ø ok ø ok ø ok ø ok 193

206 Penampang diperbesar A1 Tul Torsi Terpakai Φ((f'c)/3)xΣx²y (1+((0,4xVu)/(Ct*Tu))^)^0,5 Tu max Tu Tu max mm² Nmm Nmm Nmm Tu max>tu ø ok ø ok ø ok ø ok ø ok ø ok ø ok ø ok ø ok ø ok ø ok ø ok ø ok ø ok ø ok ø ok ø ok ø ok ø ok ø ok ø ok ø ok ø ok 194

207 Tabel Tulangan Torsi Gedung Lantai Tipe Frame Lantai Atap Lantai 8 Lantai 7 Lantai 6 Lantai 5 Lantai 4 Tu Tu Tn Vu Vu b h d x1 y1 Σ x y kgm Nmm Nmm kg N mm mm mm mm mm mm3 BA X BI X BA Y BI Y BTEPI BA X BI X BA Y BI Y BTEPI BA X BI X BA Y BI Y BTEPI BA X BI X BA Y BI Y BTEPI BA X BI X BA Y BI Y BTEPI BA X BI X

208 Lantai Tipe Frame Lantai 3 Lantai Lantai 1 Lantai Bsmnt Tu Tu Tn Vu Vu b h d x1 y1 Σ x y kgm Nmm Nmm kg N mm mm mm mm mm mm3 BA Y BI Y BTEPI BA X BI X BA Y BI Y BTEPI BA X BI X BA Y BI Y BTEPI BA X BI X BA Y BI Y BTEPI BA X BI X BA Y BI Y BTEPI E Batas Tu tdk perlu tul satu kaki s Batas ct Tc Ts Tu Tu<1/0*Φ*(f'c)^0,5*Σx²y αt sengkang At/s terkecil max N Nmm Puntir diabaikan mm Nmm Nmm At mm ok tdk ok

209 Batas Tu tdk perlu tul satu kaki s Batas ct Tc Ts Tu Tu<1/0*Φ*(f'c)^0,5*Σx²y αt sengkang At/s terkecil max N Nmm Puntir diabaikan mm Nmm Nmm At mm ok ok tdk ok ok tdk ok ok tdk ok tdk ok ok tdk ok ok tdk ok tdk ok ok tdk ok ok tdk ok tdk ok ok tdk ok ok tdk ok ok ok tdk ok tdk ok tdk ok tdk ok ok tdk ok

210 Batas Tu tdk perlu tul satu kaki s Batas ct Tc Ts Tu Tu<1/0*Φ*(f'c)^0,5*Σx²y αt sengkang At/s terkecil max N Nmm Puntir diabaikan mm Nmm Nmm At mm tdk ok tdk ok tdk ok ok tdk ok tdk ok ok tdk ok ok tdk ok tdk ok tdk ok tdk ok tdk ok tdk ok tdk ok ok tdk ok A1 Tul Torsi Tu max Tu Penampang diperbesar Φ((f'c)/3)xΣx²y (1+((0,4xVu)/(Ct*Tu))^)^0,5 Tu max Terpakai mm² Nmm Nmm Tu max>tu ø ok ø ok ø ok ø ok ø ok ø ok ø ok 198

211 A1 Tul Torsi Tu max Tu Penampang diperbesar Φ((f'c)/3)xΣx²y (1+((0,4xVu)/(Ct*Tu))^)^0,5 Tu max Terpakai mm² Nmm Nmm Tu max>tu ø ok ø ok ø ok ø ok ø ok ø ok ø ok ø ok ø ok ø ok ø ok ø ok ø ok ø ok ø ok ø ok ø ok ø ok ø ok ø ok ø ok ø ok ø ok ø ok ø ok ø ok ø ok ø ok ø ok ø ok 199

212 A1 Tul Torsi Tu max Tu Penampang diperbesar Φ((f'c)/3)xΣx²y (1+((0,4xVu)/(Ct*Tu))^)^0,5 Tu max Terpakai mm² Nmm Nmm Tu max>tu ø ok ø ok ø ok ø ok ø ok ø ok ø ok ø ok ø ok ø ok ø ok ø ok ø ok 00

213 4.3.5 Perhitungan Kolom Perhitungan Tulangan Utama Perencanaan kolom dilakukan melalui pengecekan momen dan beban aksial yang bekerja pada penampang terhadap diagram interaksi P- M yang diperoleh dari penampang yang telah ditentukan dimensi serta tulangannya. Contoh perhitungan kolom K3 (frame 1405): b = 700 mm Ø sengkang = 8 mm h = 700 mm d = ½ = 60,5 mm p = 40 mm d = ,5 = 539,5 mm Ag = mm f c = 30 Mpa As total = 1D5 (5890,5 mm ) fy =400 Mpa φ = 0,65 β 1 = 0,85 Beban aksial dan momen yang bekerja: Pu = kg.m Mx = ,70 kg.m My = ,90 kg.m d d' As diameter 5 = 490,88 mm Panjang kolom (L) = 4000 mm 01

214 M M nx ox α 1 M + M ny oy α 1 Untuk desain maka contour didekati dengan garis lurus Bila Mny/Mox b/h, Moy = Mny + Mnx.(b/h).[(1-β)/ β] Bila Mny/Mox h/b, Mox = Mnx + Mny.(b/h).[(1-β)/ β] Pn = Pu/φ = /0,65 = 11913,077 kg.cm Mnx = Mux/φ = ,70/0,65 = ,69 kg.cm Mny = Muy/φ = ,90/0,65 = ,93 kg.cm Mny/Mox h/b ,69/ ,69 = 0,87 70/70 = 1 Mn = Mnx + Mny.(b/h).[(1-β)/ β] dalam praktis, β diambil sebesar 0,65 = , ,93.(0,7/0,7)[(1-0,65)/0,65] = ,96 kg.m 0

215 e φ. A = Mn/Pn = ,96/11913,077 = 1,673 cm gr P.0,85. f ' c 11913,077 = 0,7 0,7.0, = 0,90 φ. A gr P e..0,85. f ' c h 11913,077 1,673 =. 0,7 0,7.0, , 7 = 0,164 Dari grafik dan tabel perhitungan beton bertulang didapat ( CUR IV ) : r = 0,0 β = 1 ρ = r. β = 0,0 As tot = ρ. A gr = 0, = 98 cm Tulangan per sisi yang memadai = 5Ø5 = 4 5Ø5 ( 98,15 cm ) 0Ø

216 Cek Kekuatan Penampang (Tinjau Biaxial Bending) Arah X : Mnx = ,7 / 0,65 = ,69 kg cm Pn = 11913,077 kg ea = Mnx / Pn = ,65 / 11913,077 = 8,641 cm cb = d / ( fy) = ,95 / ( ) = 38,37 cm ab = 0.85 cb = 0,85 38,37 = 3,6145 cm Fb = ab / d = 3,6145 / 63,95 = 0,510 Kb = Fb ( 1 Fb/) = 0,510 ( 1 0,510/ ) = 0,380 Mnb = 0,85 f c. Kb. b. d + As. fy. (d d ) = 0, , ,95 + 9, (63,95 6,05) = ,59 cm Pnb = 0,85. f c. b. ab = 0, ,6145 = 58168,85 kg eb = Mnb / Pnb = ,59 / 58168,85 = 59,354 cm e = ea + h/ d = 7, / 6,05 = 37,591cm e < eb.ok! 0.3 d + h/ d = 0,3 63, ,05 = 48,135 cm < eb 0.3 d + h/ d > e maka : Py = fc. b. d + fy. Ast = 0, , ,438 = 15957,5 kg Po = f c. (Ag Ast) + fy. Ast = ( ,438) ,438 = ,438 kg 04

217 Arah Y : Mny = ,9 / 0,65 = ,93 kg cm Pn = 11913,077 kg ea = Mny / Pn = ,15 / ,93 = 7,487 cm cb = d / ( fy) = ,95 / ( ) = 38,37 cm ab = 0.85 cb = 0,85 3,37 = 3,6145 cm Fb = ab / d = 3,6145 / 63,95 = 0,510 Kb = Fb ( 1 Fb/) = 0,51 ( 1 0,51/ ) = 0,380 Mnb = 0,85 f c. Kb. b. d + As. fy. (d d ) = 0, , ,95 + 9, (63,95 6,05) = ,84 kg cm Pnb = 0,85. f c. b. ab = 0, ,6145 = 58168,85 kg eb = Mnb / Pnb = ,84 / 58168,85 = 43,596 cm e = ea + h/ d = 7, / 6,05 = 31,437 cm e < eb.ok! 0.3 d + h/ d = 0,3 63, ,05 = 48,135 cm < eb 0.3 d + h/ d > e maka : Px = fc. b. d + fy. Ast = 0, , ,438 = 15957,5 kg Po = f c. (Ag Ast) + fy. Ast = ( ,5) ,438 = ,438 kg 05

218 Cek Biaxial Bending : 1 Pi = + - Px Py Po 1 = 15957, , ,438 Pi = ,477 kg Pn = 11913,077 kg Syarat Pi > Pn.OK! Perhitungan Tulangan Geser Vu = 759,496 kg Nu = kg Vn = Vu / φ = 759,496 / 0,6 = 4543,49 kg 0,3 fc' bw d (1 + 0,3 Nu/Ag) = 0, ,55 (1+ 0, /70 ) = 15666,4541kg Vc = 0,17 (1 + 0,073 Nu /Ag) fc bw d = 0,17 (1 + 0, / 70 ) ,55 = ,843 kg Vc < 0,3 fc' bw d (1 + 0,3 Nu/Ag), maka Vc = ,843 kg Vn Vc = 4543, ,843 = ,349 kg (/3) fc' bw d = (/3) ,55 = 51366,8535 kg (Vn Vc) < (/3) fc' bw d, maka penampang cukup Vu < φ.vc/ 759,496 < ,843 / 5170,310 > 46895,653 maka tidak perlu tulangan geser Dipakai sengkang tulangan praktis

219 Tabel Penulangan Kolom Tengah Gedung 1 LANTAI Pu MuX MuY Pn MnX MnY Mny/Mnx b h d d' kgfcm kgfcm Basement Mo = Mn e P φa gr.0,85. f' c P e. φa gr.0,85. f ' c h d'/h r β ρ = r,β As Tul merata Ø Ø Ø Ø Ø Ø Ø Ø Ø5 07

220 Tabel Biaxial Bending Kolom Tengah (arah x) Gedung 1 FRAME LANTAI Pu Mu Mn Pn As terp ea cb ab Fb Kb Mn b Pn b Ø Ø Ø Ø Ø Ø Ø Ø Basement Ø eb e cek 0.3 d + h/ d CEK a-ab Py Po Pi Pi>Pn e>eb ii<e ok e>eb ii<e ok e>eb ii<e ok e<eb ii>e ok e<eb ii>e ok e<eb ii>e ok e<eb ii>e ok e<eb ii>e ok e<eb ii>e ok Tabel 4. 4 Biaxial Bending Kolom Tengah (arah y) Gedung 1 FRAME LANTAI Pu Mu Mn Pn As terp ea cb ab Fb Ø Ø Ø Ø

221 FRAME LANTAI Pu Mu Mn Pn As terp ea cb ab Fb Ø Ø Ø Ø Basement Ø Kb Mn b Pn b eb e cek 0.3 d + h/ d CEK a-ab Px Po Pi Pi>Po e>eb ii>e ok e>eb ii>e ok e>eb ii>e ok e<eb ii>e ok e<eb ii>e ok e<eb ii>e ok e<eb ii>e ok e<eb ii>e ok e<eb ii>e ok Tabel 4. 43Penulangan Kolom Pinggir Gedung 1 LANTAI Pu MuX MuY Pn MnX MnY Mny/Mnx b h d d'

222 Basement Mo ea d'/h Tul P P e. r β ρ = r,β As φa gr.0,85. f ' c φagr.0,85. f ' c h merata Ø Ø Ø Ø Ø Ø Ø Ø Ø5 Tabel 4. 44Biaxial Bending Kolom Pinggir (arah x) gedung 1 FRAME LANTAI Pu Mu Mn Pn As terp ea cb ab Fb Ø Ø Ø Ø Ø Ø Ø Ø Basement Ø

223 Kb Mn b Pn b eb e cek 0.3 d + h/ d CEK a-ab Py Po Pi Pi>Pn e>eb ii<e ok e<eb ii>e ok e<eb ii>e ok e<eb ii>e ok e<eb ii>e ok e<eb ii>e ok e<eb ii>e ok e<eb ii>e ok e<eb ii>e ok Tabel Biaxial Bending Kolom Pinggir (arah y) Gedung 1 FRAME LANTAI Pu Mu Mn Pn As terp ea cb ab Fb Kb Mn b Pn b Ø Ø Ø Ø Ø Ø Ø Ø Basement Ø eb e cek 0.3 d + h/ d CEK a-ab Px Po Pi Pi>Po e<eb ii>e ok e<eb ii>e ok 11

224 e<eb ii>e ok e<eb ii>e ok e<eb ii>e ok e<eb ii>e ok e<eb ii>e ok e<eb ii>e ok e<eb ii>e ok Tabel 4. 46Penulangan Kolom Tengah Gedung LANTAI Pu MX MY Pn MnX MnY Mny/Mnx b h d d' Basement Mo ea P P e. d'/h φa gr.0,85. f ' c φagr.0,85. f ' c h r β ρ = r,β As Tul merata Ø Ø Ø5 1

225 Ø Ø Ø Ø Ø Ø5 Tabel Biaxial Bending Kolom Tengah (arah x) Gedung FRAME LANTAI Pu Mu Mn Pn As terp ea cb ab Fb Kb Mn b Pn b Ø Ø Ø Ø Ø Ø Ø Ø Basement Ø eb e cek 0.3 d + h/ d CEK a-ab Py Po Pi Pi>Pn e>eb ii<e ok e<eb ii>e ok e<eb ii>e ok e<eb ii>e ok e<eb ii>e ok e<eb ii>e ok e<eb ii>e ok 13

226 e<eb ii>e ok e<eb ii>e ok Tabel Biaxial Bending Kolom Tengah (arah y) Gedung FRAME LANTAI Pu Mu Mn Pn As terp ea cb ab Fb Kb Mn b Pn b Ø Ø Ø Ø Ø Ø Ø Ø Basement Ø eb e cek 0.3 d + h/ d CEK a-ab Px Po Pi Pi>Po e>eb ii>e ok e>eb ii>e ok e>eb ii>e ok e<eb ii>e ok e<eb ii>e ok e<eb ii>e ok e<eb ii>e ok e<eb ii>e ok e<eb ii>e ok 14

227 Tabel 4. 49Penulangan Kolom Pinggir LANTAI Pu MX MY Pn MnX MnY Mny/Mnx b h d d' Basement P P e. Mo ea φa gr.0,85. f ' c φagr.0,85. f ' c h d'/h r β ρ = r,β As Tul merata Ø Ø Ø Ø Ø Ø Ø Ø Ø5 15

228 Tabel Biaxial Bending Kolom Pinggir (arah x) Gedung FRAME LANTAI Pu Mu Mn Pn As terp ea cb ab Fb Kb Mn b Pn b Ø Ø Ø Ø Ø Ø Ø Ø Basement Ø eb e cek 0.3 d + h/ d CEK a-ab Py Po Pi Pi>Pn e>eb ii<e ok e>eb ii>e ok e>eb ii>e ok e<eb ii>e ok e<eb ii>e ok e<eb ii>e ok e<eb ii>e ok e<eb ii>e ok e<eb ii>e ok 16

229 Tabel Biaxial Bending Kolom Pinggir (arah y) Gedung FRAME LANTAI Pu Mu Mn Pn As terp ea cb ab Fb Kb Mn b Pn b Ø Ø Ø Ø Ø Ø Ø Ø Basement Ø eb e cek 0.3 d + h/ d CEK a-ab Px Po Pi Pi>Po e>eb ii>e ok e>eb ii>e ok e>eb ii>e ok e<eb ii>e ok e<eb ii>e ok e<eb ii>e ok e<eb ii>e ok e<eb ii>e ok e<eb ii>e ok 17

230 4.4 PERHITUNGAN CORE LIFT Perhitungan Core Lift Untuk Dinding A Data : b = 300 mm h = 4000 mm Agr = mm Wgr = mm 3 Perhitungan Beban yang bekerja pada dinding : Dari perhitungan diperoleh nilai : Wu9 = KN Wu8 = KN Wu7 = KN Wu6 = KN Wu5 = KN Wu 4 = KN

231 Wu 3 = KN Wu = KN Wu1 = KN Besar momen : Mu = 39, , , , = KNm Besar beban total vertikal : Pu = Σ (1. D L ) = KN Mu eo = = = m Pu Tegangan pada dinding beton adalah : Pu Mu σ b = ± Agr Wgr = ± (1/ 6) = ± N/mm Untuk menentukan kekakuan dinding dapat diterapkan dengan : EI k = Ec. I g,5 1+ β d Ec = f ' c = = 3500 N/mm Ig = 1/1. bh 3 = 1/ = 1, mm 4 1, D 1, βd = = = 0,83 1, D + 1,6 L 1, , EI k = ,67.10,5 1, = KNm Dengan menganggap dinding terjepit penuh, maka panjang tekuk dinding Ic adalah 19

232 Ic =.39,65 = 79,3 m π EI P cr = k Ic 6 π = 79,3 = KN Dinding akan menahan stabilitas setengah bangunan dengan beban total vertical sebesar : P u tot = KN n = = P P cr utot (934.89) = n = n = e 1 = = 0.79 m Telah ditentukan sebelum ini bahwa pada dinding tidak terdapat tegangan tarik. Karena itu untuk menentukan tulangan didsarkan pada Buku Grafik dan Tabel. Maka didapatkan h d' = 0,15 P' u = f ' c. Agr φ = 0,8 φ. A gr e 1 = h ( φ. A P' u =.0,85. f ' c = gr = < 1 ( SKSNI T Pasal ) = , ,85.5 P' u e ).( 1 ) = 0,009.0,85. f ' c h r = 0,006 ; β = 1 ρ = 0,006. As tot = 0, = 700 mm 0

233 Aski = Aska = = 1800 mm Tulangan yang memenuhi adalah ø As terpasang = 010 mm Pada bagian tengah dinding, penulangan yang dipasang per sisi = 1800/4 = 450 mm /m Dipakai tulangan ø14-50 As terpasang = 616 mm Perhitungan tulangan geser Menurut SKSNI T Pasal berlaku : V u φ V a dengan φ V a = φ V c + φ V a...(3.4-1 dan ) Untuk V c boleh ditetapkan sebagai : V c = 6 1. f ' c. hd, dengan d = 0,8 lw L w = 4000 mm dan h = 300 mm 1 V c = = 816,497 KN 6 φ Vc = 0,6.816,497 = 489,898 kn V u = KN Untuk V s boleh ditetapkan sebagai : V s = A v. fy. d s Dengan s = 100 mm, maka didapat sebagai berikut : V s = A v = 1800 A v ( per m ) φ V s = 0, A v φ V s perlu = V u φ V c = ,76 489,898= 11010,978 kn 0, A v perlu = 11010, A v perlu = 1075,9 mm /m < 0, ,497 = 1469,695 mm Maka dipakai tulangan ø 1 150, As terpasang = 1508 mm Secara demikian, penulangan horizontal dinding telah tercapai. Untuk penulangan geser dalam arh vertical berlaku : 1

234 hw ρ n = 0, ,5 (,5 - ) ( ρh 0,005 ) 0,005 lw Dengan h w adalah tinggi total dinding 36,95 ρ n = 0, ,5 (,5 )( 0,0036-0,005 ) 4 = 0,005 = 0,005 ( Penulangan cukup memadai ) 4.4. Perhitungan Core Lift Untuk Dinding B Data : b = 300 mm h = 5000 mm Agr = mm Wgr = mm 3 Perhitungan Beban yang bekerja pada dinding : Dari perhitungan diperoleh nilai : Wu9 = KN

235 Wu8 = KN Wu7 = KN Wu6 = KN Wu5 = KN Wu 4 = KN Wu 3 = KN Wu = KN Wu1 = KN Besar momen ordo-1: Mu = 39, , , , = KNm Besar beban total vertikal : Pu = Σ (1. D L ) = KN Mu eo = = = m Pu Tegangan pada dinding beton adalah : Pu Mu σ b = ± Agr Wgr = ± (1/ 6) = ± N/mm Untuk menentukan kekakuan dinding dapat diterapkan dengan : EI k = Ec. I g,5 1+ β d Ec = f ' c = = 3500 N/mm Ig = 1/1. bh 3 = 1/ = 1, mm 4 1, D 1, βd = = = 0,83 1, D + 1,6 L 1, ,

236 EI k = ,67.10,5 1, = KNm Dengan menganggap dinding terjepit penuh, maka panjang tekuk dinding Ic adalah Ic =.39,65 = 79,3 m π EI P cr = k Ic 6 π = 79,3 = KN Dinding akan menahan stabilitas setengah bangunan dengan beban total vertical sebesar : P u tot = KN n = P P cr utot = (934.89) = n = n = e 1 = = 0.79 m Telah ditentukan sebelum ini bahwa pada dinding tidak terdapat tegangan tarik. Karena itu untuk menentukan tulangan didsarkan pada Buku Grafik dan Tabel. Maka didapatkan h d' = 0,15 P' u = f ' c. Agr φ = 0,8 φ. A gr e 1 = h P' u =.0,85. f ' c = = 0,00031 < 1 ( SKSNI T Pasal ) = 0,0056 0, ,85.5 4

237 ( φ. A gr P' u e ).( 1 ) = 0,009.0,85. f ' c h r = 0,006 ; β = 1 ρ = 0,006. As tot = 0, = 700 mm 1 Aski = Aska = 700 = 1800 mm 4 Tulangan yang memenuhi adalah ø As terpasang = 010 mm Pada bagian tengah dinding, penulangan yang dipasang per sisi = 1800/4 = 450 mm /m Dipakai tulangan ø14-50 As terpasang = 616 mm Perhitungan tulangan geser Menurut SKSNI T Pasal berlaku : V u φ V a dengan φ V a = φ V c + φ V a...(3.4-1 dan ) Untuk V c boleh ditetapkan sebagai : V c = 6 1. f ' c. hd, dengan d = 0,8 lw. L w = 4000 mm dan h = 300 mm 1 V c = = KN 6 φ Vc = 0, = KN V u = KN Untuk V s boleh ditetapkan sebagai : A. fy. d V s = v s Dengan s = 100 mm, maka didapat sebagai berikut : φ V s = 0, A v φ V s perlu = V u φ V c = ,76 489,898= 11010,978 kn 0, A v perlu = 11010,

238 A v perlu = 1075,9 mm /m < 0, ,497 = 1469,695 mm Maka dipakai tulangan ø 1 150, As terpasang = 1508 mm Secara demikian, penulangan horizontal dinding telah tercapai. Untuk penulangan geser dalam arh vertical berlaku : hw ρ n = 0, ,5 (,5 - ) ( ρh 0,005 ) 0,005 lw Dengan h w adalah tinggi total dinding 36,95 ρ n = 0, ,5 (,5 )( 0,0036-0,005 ) 4 = 0,005 = 0,005 ( Penulangan cukup memadai ) Perhitungan Core Lift Untuk Dinding C Data : b = 300 mm h = 5000 mm Agr = mm Wgr = mm 3 Perhitungan Beban yang bekerja pada dinding : Dari perhitungan diperoleh nilai : 6

239 Wu9 = KN Wu8 = KN Wu7 = KN Wu6 = KN Wu5 = KN Wu 4 = KN Wu 3 = KN Wu = KN Wu1 = KN Besar momen : Mu = 39, , , , = KNm Besar beban total vertikal : Pu = Σ (1. D L ) = KN Mu eo = = = m Pu Tegangan pada dinding beton adalah : Pu Mu σ b = ± Agr Wgr = ± (1/ 6) = ± N/mm Untuk menentukan kekakuan dinding dapat diterapkan dengan : EI k = Ec. I g,5 1+ β d Ec = f ' c = = 3500 N/mm Ig = 1/1. bh 3 = 1/ = mm 4 7

240 βd = 1, D = 1, D + 1,6 L 1, , = 0,83 + 1, EI k = ,5 1, = KNm Dengan menganggap dinding terjepit penuh, maka panjang tekuk dinding Ic adalah Ic =.39,65 = 79,3 m π EI P cr = k Ic 7 π = 79,3 = KN Dinding akan menahan stabilitas setengah bangunan dengan beban total vertical sebesar : P u tot = KN n = P P cr utot = (934.89) = n = n = e 1 = = m Telah ditentukan sebelum ini bahwa pada dinding tidak terdapat tegangan tarik. Karena itu untuk menentukan tulangan didsarkan pada Buku Grafik dan Tabel. Maka didapatkan h d' = 0,15 P' u = f ' c. Agr φ = 0,8 φ. A gr P' u =.0,85. f ' c = < 1 ( SKSNI T Pasal ) = , ,85.5 8

241 e 1 = h ( φ. A = gr P' u e ).( 1 ) = 0,003.0,85. f ' c h r = 0,006 ; β = 1 ρ = 0,006. As tot = 0, = 9000 mm Aski = Aska = = 50 mm Tulangan yang memenuhi adalah ø As terpasang = 98 mm Pada bagian tengah dinding, penulangan yang dipasang per sisi = 50/4 = 56.5 mm /m Dipakai tulangan ø14-50 As terpasang = 616 mm Perhitungan tulangan geser Menurut SKSNI T Pasal berlaku : V u φ V a dengan φ V a = φ V c + φ V a...(3.4-1 dan ) Untuk V c boleh ditetapkan sebagai : V c = 6 1. f ' c. hd, dengan d = 0,8 lw L w = 5000 mm dan h = 300 mm 1 V c = = KN 6 φ Vc = 0, = kn V u = KN Untuk V s boleh ditetapkan sebagai : A. fy. d V s = v s Dengan s = 100 mm, maka didapat sebagai berikut : A V s = v = A v ( per m ) 100 φ V s = 0, A v 9

242 φ V s perlu = V u φ V c = , = kn 0, A v perlu = A v perlu = mm /m < 0, ,497 = 1469,695 mm Maka dipakai tulangan ø 1 150, As terpasang = 1508 mm Secara demikian, penulangan horizontal dinding telah tercapai. Untuk penulangan geser dalam arh vertical berlaku : hw ρ n = 0, ,5 (,5 - ) ( ρh 0,005 ) 0,005 lw Dengan h w adalah tinggi total dinding 36,95 ρ n = 0, ,5 (,5 )( 0,0036-0,005 ) 5 = 0,005 = 0,005 ( Penulangan cukup memadai ) 4.4.3Perhitungan Core Lift Untuk Dinding D

243 Data : b = 300 mm h = 4350 mm Agr = mm Wgr = mm 3 Perhitungan Beban yang bekerja pada dinding : Dari perhitungan diperoleh nilai : Wu9 = KN Wu8 = KN Wu7 = KN Wu6 = KN Wu5 = KN Wu 4 = KN Wu 3 = KN Wu = KN Wu1 = KN Besar momen : Mu = 39, , , , = KNm Besar beban total vertikal : Pu = Σ (1. D L ) = KN Mu eo = = = m Pu Tegangan pada dinding beton adalah : Pu Mu σ b = ± Agr Wgr = (1/ 6) = ± N/mm ± 31

244 Untuk menentukan kekakuan dinding dapat diterapkan dengan : EI k = Ec. I g,5 1+ β d Ec = f ' c = = 3500 N/mm Ig = 1/1. bh 3 = 1/ = mm 4 1, D 1, βd = = = 0,83 1, D + 1,6 L 1, , EI k = ,5 1, = KNm Dengan menganggap dinding terjepit penuh, maka panjang tekuk dinding Ic adalah Ic =.39,65 = 79,3 m π EI P cr = k Ic 6 π = 79,3 = KN Dinding akan menahan stabilitas setengah bangunan dengan beban total vertical sebesar : P u tot = KN n = P P cr utot = (934.89) = n = n = e 1 = = 0.38 m Telah ditentukan sebelum ini bahwa pada dinding tidak terdapat tegangan tarik. Karena itu untuk menentukan tulangan didsarkan pada Buku Grafik dan Tabel. 3

245 Maka didapatkan h d' = 0,15 P' u = f ' c. Agr φ = 0,8 φ. A gr P' u =.0,85. f ' c = < 1 ( SKSNI T Pasal ) = , ,85.5 e 1 = = h ( φ. A gr P' u e ).( 1 ) = 0,006.0,85. f ' c h r = 0,004 ; β = 1 ρ = 0,005. As tot = 0, = 655 mm 1 Aski = Aska = 655 = mm 4 Tulangan yang memenuhi adalah ø As terpasang = 010 mm Pada bagian tengah dinding, penulangan yang dipasang per sisi = /4 = mm /m Dipakai tulangan ø14-50 As terpasang = 616 mm Perhitungan tulangan geser Menurut SKSNI T Pasal berlaku : V u φ V a dengan φ V a = φ V c + φ V a...(3.4-1 dan ) Untuk V c boleh ditetapkan sebagai : V c = 6 1. f ' c. hd, dengan d = 0,8 lw L w = 4350 mm dan h = 300 mm 1 V c = = KN 6 φ Vc = 0, = KN V u = KN 33

246 Untuk V s boleh ditetapkan sebagai : V s = A v. fy. d s Dengan s = 100 mm, maka didapat sebagai berikut : V s = A v = 1390 A v ( per m ) φ V s = 0, A v φ V s perlu = V u φ V c = , = kn 0, A v perlu = 11010, A v perlu = mm /m < 0, ,497 = 1469,695 mm Maka dipakai tulangan ø 1 150, As terpasang = 1508 mm Secara demikian, penulangan horizontal dinding telah tercapai. Untuk penulangan geser dalam arh vertical berlaku : hw ρ n = 0, ,5 (,5 - ) ( ρh 0,005 ) 0,005 lw Dengan h w adalah tinggi total dinding ρ n = 0, ,5 (,5 36,95 4 )( 0,0036-0,005 ) = 0,005 = 0,005 ( Penulangan cukup memadai ) Ternyata penulangan vertikal berdasarkan perhitungan cukup memadai. Cheking eksentrisitas : RC RA RB XR CR T Xm YR e CM YM ey RD GEMPA

247 Mencari titik pusat kekakuan : I A = 1/1.b.h 3 = 1/ = 1.6 m 4 I A = I B = 1.6 m 4 I C = 1/1. b. h 3 = 1/ = 3.15 m 4 I D = 1/1. b. h 3 = 1/ ,35 3 =.058 m 4 Mencari pusat kekakuan : I A. x = I B. ( L x ) + I D. ( x ) 1.6. x = 1.6. ( 5 x ) ( x ) 1.6. x = x x 1.6. x = x x = m ( R Y R = D.17.09) R C = 3,15 = m CR ( , ) Mencari pusat masa : Dari perhitungan diperoleh : CM ( 19.45, ) ex = X m - X R = m =.658 m ey = Y R Y m = m =.705 m 35

248 R A = KNm R B = KNm R D = KNm R C = KNm Kekakuan terhadap torsi : J = R A. ( ) + R B.( ) + R C. ( 5.84 ) + R D.( ) = ( ) ( ) (5.84 ) ( ) = = KNm Besar Gaya geser ( Direct Shear ) pada dinding A maupun dinding B : C. I. Wt V = R 0,57 *1*831461,9kg = 3,5 = 15974,406 kg = KN VDC VDA VDB XR CR Xm e CM ey VDD YR YM GEMPA V D.A = R + R + R A R A B D x V = x = KN V D.B = R + R + R A R B B D x V 36

249 = x = KN RC V D.C = x V R C V D.D = R x = KN A R + R D B V'TC R D x V x = KN Mencari eksentrisitas total : Ex acc ( ) = ( ) = m Ey acc ( ) = ( ) = 3.56 m 400 V'TA V'TB XR CR T Xm e CM ey YR YM V'TD GEMPA V TA = V TB = V.(e + e ecc ).( X R ).( RA ) (4.583).(16.587) = j = KN V.(e + eecc ).( X R 5).( RB ) (4.583).(11.587).( ) = j = KN 37

250 V TC = V TD = V.(e + eecc ).(17.09 YR ).( RC ) (3.56).(5.84).( ) = j = KN V.(e + eecc ).(38.49 X R ).( RD ) (4.583).(1.903).( ) = j = KN Initial total geser : V A = V D.A - V T.A = = KN V B = V D.B - V T.A = = KN V C = V D.C + V T.C = = KN V D = V D.B + V T.D = = KN δ A = V A ' = RA = 0.03 m δ B = V B ' = RB = 0.01 m δ C = V C ' = RC = m δ D = V D ' = RD = m δ max = m δ avg = 4 = 0.04 δmax = = 1.5 > 1.4 δavg A x = ( (0.04) ) = 1.56 < 3.. ( ok ) 38

251 4.5 PERHITUNGAN LIFT Kapasitas lift Kapasitas lift disesuaikan dengan jumlah lantai bangunan dan jumlah penumpang yang akan menggunakannya. Pada gedung ini direncanakan menggunakan buah lift dengan kapasitas angkut masing-masing 13 orang Perencanaan Konstruksi Perencanaan ruang lift hanya dikelilingi oleh dinding biasa dengan adanya kolom pada tiap sudut ruang lift. Sedang beban lift beserta perangkatnya hanya ditahan oleh balok perletakan mesin dan balok anak Data Teknis Data teknis lift yang digunakan pada gedung ini adalah sebagai berikut : Tabel 4.5 Spesifikasi Lift Produksi Hyundai Elevator Co., Ltd. Load Car Size Clear Opening Hoistway Pit Overhead Persons Capacity A x B OP X x Y P OH (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) KG 1660x x Machine Room MX x MY x MH Reaction (mm) R1 (kg) R (kg) 4400 x 3750 x

252 Gambar 4.35 Gambar Denah dan Potongan Lift 40

BAB II STUDI PUSTAKA

BAB II STUDI PUSTAKA II - 1 BAB II STUDI PUSTAKA.1. Tinjauan umum Konstruksi suatu struktur bangunan terdiri dari komponen utama yaitu bangunan atas dan bangunan bawah. Bangunan atas terdiri dari Balok, Kolom, Plat Lantai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Pemilihan Struktur Desain struktur harus memperhatikan beberapa aspek, diantaranya : Aspek Struktural ( kekuatan dan kekakuan struktur) Aspek ini merupakan aspek yang

Lebih terperinci

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG UGD RUMAH SAKIT ROEMANI SEMARANG

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG UGD RUMAH SAKIT ROEMANI SEMARANG ii LEMBAR PENGESAHAN SUPLEMEN TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG UGD RUMAH SAKIT ROEMANI SEMARANG Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Program Strata 1 Pada Jurusan Sipil Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. harus dilakukan berdasarkan ketentuan yang tercantum dalam Tata Cara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. harus dilakukan berdasarkan ketentuan yang tercantum dalam Tata Cara 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pembebanan Struktur Dalam perencanaan komponen struktur terutama struktur beton bertulang harus dilakukan berdasarkan ketentuan yang tercantum dalam Tata Cara Perhitungan

Lebih terperinci

PERANCANGAN STRUKTUR ATAS GEDUNG CONDOTEL MATARAM CITY YOGYAKARTA. Oleh : KEVIN IMMANUEL KUSUMA NPM. :

PERANCANGAN STRUKTUR ATAS GEDUNG CONDOTEL MATARAM CITY YOGYAKARTA. Oleh : KEVIN IMMANUEL KUSUMA NPM. : PERANCANGAN STRUKTUR ATAS GEDUNG CONDOTEL MATARAM CITY YOGYAKARTA Laporan Tugas Akhir sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana dari Universitas Atma Jaya Yogyakarta Oleh : KEVIN IMMANUEL

Lebih terperinci

PERENCANAAN GEDUNG DINAS KESEHATAN KOTA SEMARANG. (Structure Design of DKK Semarang Building)

PERENCANAAN GEDUNG DINAS KESEHATAN KOTA SEMARANG. (Structure Design of DKK Semarang Building) LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR PERENCANAAN GEDUNG DINAS KESEHATAN KOTA SEMARANG (Structure Design of DKK Semarang Building) Diajukan untuk memenuhi persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan Strata 1 pada

Lebih terperinci

LEMBAR PENGESAHAN PERENCANAAN GEDUNG KEJAKSAAN TINGGI D.I.Y DENGAN STRUKTUR 5 LANTAI DAN 1 BASEMEN

LEMBAR PENGESAHAN PERENCANAAN GEDUNG KEJAKSAAN TINGGI D.I.Y DENGAN STRUKTUR 5 LANTAI DAN 1 BASEMEN LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR PERENCANAAN GEDUNG KEJAKSAAN TINGGI D.I.Y DENGAN STRUKTUR 5 LANTAI DAN 1 BASEMEN Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Program Strata 1 Pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik

Lebih terperinci

PERANCANGAN STRUKTUR ATAS GEDUNG TRANS NATIONAL CRIME CENTER MABES POLRI JAKARTA. Oleh : LEONARDO TRI PUTRA SIRAIT NPM.

PERANCANGAN STRUKTUR ATAS GEDUNG TRANS NATIONAL CRIME CENTER MABES POLRI JAKARTA. Oleh : LEONARDO TRI PUTRA SIRAIT NPM. PERANCANGAN STRUKTUR ATAS GEDUNG TRANS NATIONAL CRIME CENTER MABES POLRI JAKARTA Laporan Tugas Akhir Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana dari Universitas Atma Jaya Yogyakarta Oleh

Lebih terperinci

DAFTAR NOTASI. Luas penampang tiang pancang (mm²). Luas tulangan tarik non prategang (mm²). Luas tulangan tekan non prategang (mm²).

DAFTAR NOTASI. Luas penampang tiang pancang (mm²). Luas tulangan tarik non prategang (mm²). Luas tulangan tekan non prategang (mm²). DAFTAR NOTASI A cp Ag An Atp Luas yang dibatasi oleh keliling luar penampang beton (mm²). Luas bruto penampang (mm²). Luas bersih penampang (mm²). Luas penampang tiang pancang (mm²). Al Luas total tulangan

Lebih terperinci

DAFTAR ISTILAH. Al = Luas total tulangan longitudinal yang memikul puntir

DAFTAR ISTILAH. Al = Luas total tulangan longitudinal yang memikul puntir DAFTAR ISTILAH A0 = Luas bruto yang dibatasi oleh lintasan aliran geser (mm 2 ) A0h = Luas daerah yang dibatasi oleh garis pusat tulangan sengkang torsi terluar (mm 2 ) Ac = Luas inti komponen struktur

Lebih terperinci

PERANCANGAN STRUKTUR MASJID ( DENGAN ATAP KUBAH )

PERANCANGAN STRUKTUR MASJID ( DENGAN ATAP KUBAH ) LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN TUGAS AKHIR PERANCANGAN STRUKTUR MASJID ( DENGAN ATAP KUBAH ) Disusun oleh : SAWIJI AGUNG N. L2A 002 146 SEPTIAN ISKANDAR L2A 002 147 Diperiksa dan Disetujui oleh : Dosen Pembimbing

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada perencanaan bangunan bertingkat tinggi, komponen struktur

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada perencanaan bangunan bertingkat tinggi, komponen struktur BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pembebanan Struktur Pada perencanaan bangunan bertingkat tinggi, komponen struktur direncanakan cukup kuat untuk memikul semua beban kerjanya. Pengertian beban itu sendiri

Lebih terperinci

LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR

LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG PERKANTORAN 8 LANTAI BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI JAWA TENGAH (Planning Building Structure of 8 Floors Central Java BPS OffIce) Diajukan untuk

Lebih terperinci

PERANCANGAN STRUKTUR BANGUNAN RUMAH SUSUN DI SURAKARTA

PERANCANGAN STRUKTUR BANGUNAN RUMAH SUSUN DI SURAKARTA PERANCANGAN STRUKTUR BANGUNAN RUMAH SUSUN DI SURAKARTA Laporan Tugas Akhir Sebagai salah satu sarat untuk memperoleh gelar Sarjana dari Universitas Atma Jaya Yogyakarta Oleh : Yusup Ruli Setiawan NPM :

Lebih terperinci

BAB II BAB 1 TINJAUAN PUSTAKA. 1. Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung (SNI 03

BAB II BAB 1 TINJAUAN PUSTAKA. 1. Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung (SNI 03 BAB II BAB 1 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Peraturan-Peraturan yang Dugunakan 1. Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung (SNI 03 2847 2002), 2. Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk Bangunan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pendahuluan Berdasarkan Pasal 3.25 SNI 03 2847 2002 elemen struktural kolom merupakan komponen struktur dengan rasio tinggi terhadap dimensi lateral terkecil melebihi tiga,

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG PERPUSTAKAAN PUSAT YSKI SEMARANG

TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG PERPUSTAKAAN PUSAT YSKI SEMARANG TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG PERPUSTAKAAN PUSAT YSKI SEMARANG Diajukan Sebagai Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Tingkat Sarjana Strata 1 (S-1) Pada Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik

Lebih terperinci

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG BANK MANDIRI JL. NGESREP TIMUR V / 98 SEMARANG

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG BANK MANDIRI JL. NGESREP TIMUR V / 98 SEMARANG HALAMAN JUDUL TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG BANK MANDIRI JL. NGESREP TIMUR V / 98 SEMARANG Diajukan Sebagai Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Tingkat Sarjana Strata 1 (S-1) Pada Fakultas

Lebih terperinci

DAFTAR NOTASI. = Luas efektif bidang geser dalam hubungan balok-kolom (mm²) = Luas penampang tiang pancang (mm²)

DAFTAR NOTASI. = Luas efektif bidang geser dalam hubungan balok-kolom (mm²) = Luas penampang tiang pancang (mm²) DAFTAR NOTASI A cp Acv Ag An Atp Al Ao Aoh As As At Av b = Luas yang dibatasi oleh keliling luar penampang beton, mm² = Luas efektif bidang geser dalam hubungan balok-kolom (mm²) = Luas bruto penampang

Lebih terperinci

PERENCANAAN BANGUNAN TINGKAT TINGGI DENGAN SISTEM STRUKTUR FLAT PLATE CORE WALL

PERENCANAAN BANGUNAN TINGKAT TINGGI DENGAN SISTEM STRUKTUR FLAT PLATE CORE WALL LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR PERENCANAAN BANGUNAN TINGKAT TINGGI DENGAN SISTEM STRUKTUR FLAT PLATE CORE WALL Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Program Strata 1 Pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. itu sendiri adalah beban-beban baik secara langsung maupun tidak langsung yang. yang tak terpisahkan dari gedung.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. itu sendiri adalah beban-beban baik secara langsung maupun tidak langsung yang. yang tak terpisahkan dari gedung. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pembebanan Struktur Pada perencanaan bangunan bertingkat tinggi, komponen struktur direncanakan cukup kuat untuk memikul semua beban kerjanya. Pengertian beban itu sendiri adalah

Lebih terperinci

DAFTAR NOTASI. xxvii. A cp

DAFTAR NOTASI. xxvii. A cp A cp Ag An Atp Al Ao Aoh As As At Av b bo bw C C m Cc Cs d DAFTAR NOTASI = Luas yang dibatasi oleh keliling luar penampang beton, mm² = Luas bruto penampang (mm²) = Luas bersih penampang (mm²) = Luas penampang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pembebanan Komponen Struktur Pada perencanaan bangunan bertingkat tinggi, komponen struktur direncanakan cukup kuat untuk memikul semua beban kerjanya. Pengertian beban itu

Lebih terperinci

LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR

LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR PERENCANAAN PEMBANGUNAN STRUKTUR GEDUNG PERPUSTAKAAN DAN LAB. TERPADU FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK (FISIP) UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA (Planning Laboratory

Lebih terperinci

D = Beban mati atau momen dan gaya dalam yang berhubungan dengan beban mati e = Eksentrisitas dari pembebanan tekan pada kolom atau telapak pondasi

D = Beban mati atau momen dan gaya dalam yang berhubungan dengan beban mati e = Eksentrisitas dari pembebanan tekan pada kolom atau telapak pondasi DAFTAR NOTASI A cp = Luas yang dibatasi oleh keliling luar penampang beton, mm 2 Ag = Luas bruto penampang (mm 2 ) An = Luas bersih penampang (mm 2 ) Atp = Luas penampang tiang pancang (mm 2 ) Al = Luas

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. A. Pembebanan

BAB III LANDASAN TEORI. A. Pembebanan BAB III LANDASAN TEORI A. Pembebanan Dalam perancangan suatu struktur bangunan harus memenuhi peraturanperaturan yang berlaku sehingga diperoleh suatu struktur bangunan yang aman secara konstruksi. Struktur

Lebih terperinci

PERANCANGAN ULANG STRUKTUR GEDUNG BANK MODERN SOLO

PERANCANGAN ULANG STRUKTUR GEDUNG BANK MODERN SOLO PERANCANGAN ULANG STRUKTUR GEDUNG BANK MODERN SOLO Laporan Tugas Akhir Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana dari Universitas Atma Jaya Yogyakarta Oleh : Heroni Wibowo Prasetyo NPM :

Lebih terperinci

PERHITUNGAN BEBAN GEMPA PADA BANGUNAN GEDUNG BERDASARKAN STANDAR GEMPA INDONESIA YANG BARU 1

PERHITUNGAN BEBAN GEMPA PADA BANGUNAN GEDUNG BERDASARKAN STANDAR GEMPA INDONESIA YANG BARU 1 PERHITUNGAN BEBAN GEMPA PADA BANGUNAN GEDUNG BERDASARKAN STANDAR GEMPA INDONESIA YANG BARU 1 Himawan Indarto ABSTRAK Dengan adanya standar gempa Indonesia yang baru yaitu Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk

Lebih terperinci

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG ASRAMA MAHASISWA UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG ASRAMA MAHASISWA UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG ASRAMA MAHASISWA UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG TUGAS AKHIR Diajukan Sebagai Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Tingkat Sarjana Strata 1 (S-1) Pada Program Studi Teknik

Lebih terperinci

BAB II STUDI LITERATUR

BAB II STUDI LITERATUR 4 BAB II STUDI LITERATUR.. TINJAUAN UMUM Pada tahap perencanaan struktur menara ini, perlu dilakukan studi literatur untuk mengetahui hubungan antara susunan fungsional gedung dengan sistem struktural

Lebih terperinci

Yogyakarta, Juni Penyusun

Yogyakarta, Juni Penyusun KATA PENGANTAR Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Alhamdulillah, dengan segala kerendahan hati serta puji syukur, kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas segala kasih sayang-nya sehingga

Lebih terperinci

d b = Diameter nominal batang tulangan, kawat atau strand prategang D = Beban mati atau momen dan gaya dalam yang berhubungan dengan beban mati e = Ek

d b = Diameter nominal batang tulangan, kawat atau strand prategang D = Beban mati atau momen dan gaya dalam yang berhubungan dengan beban mati e = Ek DAFTAR NOTASI A g = Luas bruto penampang (mm 2 ) A n = Luas bersih penampang (mm 2 ) A tp = Luas penampang tiang pancang (mm 2 ) A l =Luas total tulangan longitudinal yang menahan torsi (mm 2 ) A s = Luas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pembebanan Komponen Struktur Pada perencanaan bangunan bertingkat tinggi, komponen struktur direncanakan cukup kuat untuk memikul semua beban kerjanya. Pengertian beban itu

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG KANTOR PERPAJAKAN PUSAT KOTA SEMARANG

TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG KANTOR PERPAJAKAN PUSAT KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG KANTOR PERPAJAKAN PUSAT KOTA SEMARANG Diajukan Sebagai Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Tingkat Sarjana Strata 1 (S-1) Pada Program Studi Teknik Sipil Fakultas

Lebih terperinci

PERANCANGAN STRUKTUR ATAS STUDENT PARK APARTMENT SETURAN YOGYAKARTA

PERANCANGAN STRUKTUR ATAS STUDENT PARK APARTMENT SETURAN YOGYAKARTA PERANCANGAN STRUKTUR ATAS STUDENT PARK APARTMENT SETURAN YOGYAKARTA Laporan Tugas Akhir sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana dari Universitas Atma Jaya Yogyakarta Oleh: Cinthya Monalisa

Lebih terperinci

xxv = Kekuatan momen nominal untuk lentur terhadap sumbu y untuk aksial tekan yang nol = Momen puntir arah y

xxv = Kekuatan momen nominal untuk lentur terhadap sumbu y untuk aksial tekan yang nol = Momen puntir arah y DAFTAR NOTASI A cp = Luas yang dibatasi oleh keliling luar penampang beton, mm² Ag = Luas bruto penampang (mm²) An = Luas bersih penampang (mm²) Atp = Luas penampang tiang pancang (mm²) Al = Luas total

Lebih terperinci

PERANCANGAN STRUKTUR ATAS GEDUNG APARTEMEN SEMBILAN LANTAI DI YOGYAKARTA. Oleh : PRISKA HITA ERTIANA NPM. :

PERANCANGAN STRUKTUR ATAS GEDUNG APARTEMEN SEMBILAN LANTAI DI YOGYAKARTA. Oleh : PRISKA HITA ERTIANA NPM. : PERANCANGAN STRUKTUR ATAS GEDUNG APARTEMEN SEMBILAN LANTAI DI YOGYAKARTA Laporan Tugas Akhir sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana dari Universitas Atma Jaya Yogyakarta Oleh : PRISKA

Lebih terperinci

2.5.3 Dasar Teori Perhitungan Tulangan Torsi Balok... II Perhitungan Panjang Penyaluran... II Analisis dan Desain Kolom...

2.5.3 Dasar Teori Perhitungan Tulangan Torsi Balok... II Perhitungan Panjang Penyaluran... II Analisis dan Desain Kolom... DAFTAR ISI Lembar Pengesahan Abstrak Daftar Isi... i Daftar Tabel... iv Daftar Gambar... vi Daftar Notasi... vii Daftar Lampiran... x Kata Pengantar... xi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... I-1 1.2

Lebih terperinci

PERENCANAAN STRUKTUR UNIT GEDUNG A UNIVERSITAS IKIP VETERAN SEMARANG

PERENCANAAN STRUKTUR UNIT GEDUNG A UNIVERSITAS IKIP VETERAN SEMARANG PERENCANAAN STRUKTUR UNIT GEDUNG A UNIVERSITAS IKIP VETERAN SEMARANG TUGAS AKHIR Diajukan Sebagai Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Tingkat Sarjana Strata 1 (S-1) Pada Program Studi Teknik Sipil Fakultas

Lebih terperinci

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG PARKIR SUNTER PARK VIEW APARTMENT DENGAN METODE ANALISIS STATIK EKUIVALEN

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG PARKIR SUNTER PARK VIEW APARTMENT DENGAN METODE ANALISIS STATIK EKUIVALEN PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG PARKIR SUNTER PARK VIEW APARTMENT DENGAN METODE ANALISIS STATIK EKUIVALEN (1) Maria Elizabeth, (2) Bambang Wuritno, (3) Agus Bambang Siswanto (1) Mahasiswa Teknik Sipil, (2)

Lebih terperinci

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG BERTINGKAT MENGGUNAKAN SAP2000

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG BERTINGKAT MENGGUNAKAN SAP2000 LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG BERTINGKAT MENGGUNAKAN SAP2000 Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Program Strata 1 Reguler II Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG KANTOR SEWAKA DHARMA MENGGUNAKAN SRPMK BERDASARKAN SNI 1726:2012 DAN SNI 2847:2013 ( METODE LRFD )

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG KANTOR SEWAKA DHARMA MENGGUNAKAN SRPMK BERDASARKAN SNI 1726:2012 DAN SNI 2847:2013 ( METODE LRFD ) PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG KANTOR SEWAKA DHARMA MENGGUNAKAN SRPMK BERDASARKAN SNI 1726:2012 DAN SNI 2847:2013 ( METODE LRFD ) TUGAS AKHIR (TNR, capital, font 14, bold) Oleh : Sholihin Hidayat 0919151058

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Beton berlulang merupakan bahan konstruksi yang paling penting dan merupakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Beton berlulang merupakan bahan konstruksi yang paling penting dan merupakan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Umum Beton berlulang merupakan bahan konstruksi yang paling penting dan merupakan suatu kombinasi antara beton dan baja tulangan. Beton bertulang merupakan material yang kuat

Lebih terperinci

1 HALAMAN JUDUL TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG SEKOLAH MENENGAH PERTAMA TRI TUNGGAL SEMARANG

1 HALAMAN JUDUL TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG SEKOLAH MENENGAH PERTAMA TRI TUNGGAL SEMARANG TUGAS AKHIR 1 HALAMAN JUDUL PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG SEKOLAH MENENGAH PERTAMA TRI TUNGGAL Diajukan Sebagai Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Tingkat Sarjana Strata 1 (S-1) Pada Fakultas Teknik Program

Lebih terperinci

DAFTAR NOTASI. = Luas yang dibatasi oleh keliling luar penampang beton, mm² = Luas efektif bidang geser dalam hubungan balokkolom

DAFTAR NOTASI. = Luas yang dibatasi oleh keliling luar penampang beton, mm² = Luas efektif bidang geser dalam hubungan balokkolom A cp Acv Ag An Atp Al Ao Aoh As As At Av b bo bw C Cc Cs d DAFTAR NOTASI = Luas yang dibatasi oleh keliling luar penampang beton, mm² = Luas efektif bidang geser dalam hubungan balokkolom (mm²) = Luas

Lebih terperinci

PERENCANAAN GEDUNG BETON BERTULANG BERATURAN BERDASARKAN SNI DAN FEMA 450

PERENCANAAN GEDUNG BETON BERTULANG BERATURAN BERDASARKAN SNI DAN FEMA 450 PERENCANAAN GEDUNG BETON BERTULANG BERATURAN BERDASARKAN SNI 02-1726-2002 DAN FEMA 450 Eben Tulus NRP: 0221087 Pembimbing: Yosafat Aji Pranata, ST., MT JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG PUSAT GROSIR BARANG SENI DI JALAN Dr. CIPTO SEMARANG

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG PUSAT GROSIR BARANG SENI DI JALAN Dr. CIPTO SEMARANG TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG PUSAT GROSIR BARANG SENI DI JALAN Dr. CIPTO SEMARANG Diajukan Sebagai Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Tingkat Sarjana Strata 1 (S-1) Pada Program Studi Teknik

Lebih terperinci

DAFTAR NOTASI. = Luas yang dibatasi oleh keliling luar penampang beton, mm² = Luas efektif bidang geser dalam hubungan balokkolom

DAFTAR NOTASI. = Luas yang dibatasi oleh keliling luar penampang beton, mm² = Luas efektif bidang geser dalam hubungan balokkolom A cp Acv Ag An Atp Al Ao Aoh As As At Av b bo bw C Cc Cs d DAFTAR NOTASI = Luas yang dibatasi oleh keliling luar penampang beton, mm² = Luas efektif bidang geser dalam hubungan balokkolom (mm²) = Luas

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. untuk bangunan gedung (SNI ) dan tata cara perencanaan gempa

BAB III LANDASAN TEORI. untuk bangunan gedung (SNI ) dan tata cara perencanaan gempa BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Pembebanan Beban yang ditinjau dan dihitung dalam perancangan gedung ini adalah beban hidup, beban mati dan beban gempa. 3.1.1. Kuat Perlu Beban yang digunakan sesuai dalam

Lebih terperinci

PERANCANGAN STRUKTUR BANGUNAN RUMAH SUSUN DI YOGYAKARTA

PERANCANGAN STRUKTUR BANGUNAN RUMAH SUSUN DI YOGYAKARTA PERANCANGAN STRUKTUR BANGUNAN RUMAH SUSUN DI YOGYAKARTA Laporan Tugas Akhir Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana dari Universitas Atma Jaya Yogyakarta Oleh : AGUSTINUS PUJI RAHARJA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pembebanan Komponen Struktur Dalam perencanaan bangunan tinggi, struktur gedung harus direncanakan agar kuat menahan semua beban yang bekerja padanya. Berdasarkan Arah kerja

Lebih terperinci

PERANCANGAN STRUKTUR GEDUNG KULIAH UMUM UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA YOGYAKARTA TUGAS AKHIR SARJANA STRATA SATU

PERANCANGAN STRUKTUR GEDUNG KULIAH UMUM UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA YOGYAKARTA TUGAS AKHIR SARJANA STRATA SATU i PERANCANGAN STRUKTUR GEDUNG KULIAH UMUM UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA YOGYAKARTA TUGAS AKHIR SARJANA STRATA SATU Disusun oleh : RICHARD SUTRISNO Mahasiswa : 11973 / TS NPM : 04 02 11973 PROGRAM STUDI TEKNIK

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG DEWAN KERAJINAN NASIONAL DAERAH (DEKRANASDA) JL. KOLONEL SUGIONO JEPARA

TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG DEWAN KERAJINAN NASIONAL DAERAH (DEKRANASDA) JL. KOLONEL SUGIONO JEPARA TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG DEWAN KERAJINAN NASIONAL DAERAH (DEKRANASDA) JL. KOLONEL SUGIONO JEPARA Merupakan Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Tingkat Sarjana Strata 1 (S-1) Pada Jurusan

Lebih terperinci

PERANCANGAN STRUKTUR HOTEL DI JALAN LINGKAR UTARA YOGYAKARTA

PERANCANGAN STRUKTUR HOTEL DI JALAN LINGKAR UTARA YOGYAKARTA PERANCANGAN STRUKTUR HOTEL DI JALAN LINGKAR UTARA YOGYAKARTA Laporan Tugas Akhir sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana dari Universitas Atma Jaya Yogyakarta Oleh : PENTAGON PURBA NPM.

Lebih terperinci

DAFTAR NOTASI. A cp. = Luas yang dibatasi oleh keliling luar penampang beton, mm² = Luas efektif bidang geser dalam hubungan balokkolom

DAFTAR NOTASI. A cp. = Luas yang dibatasi oleh keliling luar penampang beton, mm² = Luas efektif bidang geser dalam hubungan balokkolom DAFTAR NOTASI A cp Acv Ag An Atp Al Ao Aoh As As At Av b bo bw C Cc Cd = Luas yang dibatasi oleh keliling luar penampang beton, mm² = Luas efektif bidang geser dalam hubungan balokkolom (mm²) = Luas bruto

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. gedung dalam menahan beban-beban yang bekerja pada struktur tersebut. Dalam. harus diperhitungkan adalah sebagai berikut :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. gedung dalam menahan beban-beban yang bekerja pada struktur tersebut. Dalam. harus diperhitungkan adalah sebagai berikut : 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Pembebanan Struktur Perencanaan struktur bangunan gedung harus didasarkan pada kemampuan gedung dalam menahan beban-beban yang bekerja pada struktur tersebut. Dalam Peraturan

Lebih terperinci

LEMBAR PENGESAHAN Tugas Akhir Sarjana Strata Satu (S-1)

LEMBAR PENGESAHAN Tugas Akhir Sarjana Strata Satu (S-1) LEMBAR PENGESAHAN Tugas Akhir Sarjana Strata Satu (S-1) PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG B POLITEKNIK KESEHATAN SEMARANG Oleh: Sonny Sucipto (04.12.0008) Robertus Karistama (04.12.0049) Telah diperiksa dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pergesekan lempeng tektonik (plate tectonic) bumi yang terjadi di daerah patahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pergesekan lempeng tektonik (plate tectonic) bumi yang terjadi di daerah patahan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Umum Gempa adalah fenomena getaran yang diakibatkan oleh benturan atau pergesekan lempeng tektonik (plate tectonic) bumi yang terjadi di daerah patahan (fault zone). Besarnya

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR KONSTRUKSI BAJA GEDUNG DENGAN PERBESARAN KOLOM

TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR KONSTRUKSI BAJA GEDUNG DENGAN PERBESARAN KOLOM TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR KONSTRUKSI BAJA GEDUNG DENGAN PERBESARAN KOLOM Diajukan sebagai syarat untuk meraih gelar Sarjana Teknik Setrata I (S-1) Disusun oleh : NAMA : WAHYUDIN NIM : 41111110031

Lebih terperinci

L p. L r. L x L y L n. M c. M p. M g. M pr. M n M nc. M nx M ny M lx M ly M tx. xxi

L p. L r. L x L y L n. M c. M p. M g. M pr. M n M nc. M nx M ny M lx M ly M tx. xxi DAFTAR SIMBOL a tinggi balok tegangan persegi ekuivalen pada diagram tegangan suatu penampang beton bertulang A b luas penampang bruto A c luas penampang beton yang menahan penyaluran geser A cp luasan

Lebih terperinci

PERENCANAAN APARTEMEN SOLO PARAGON TUGAS AKHIR SARJANA STRATA SATU. Oleh :

PERENCANAAN APARTEMEN SOLO PARAGON TUGAS AKHIR SARJANA STRATA SATU. Oleh : PERENCANAAN APARTEMEN SOLO PARAGON TUGAS AKHIR SARJANA STRATA SATU Oleh : ANDREAS HENDRI EKA YOGI PRASETYA No. Mahasiswa : 11845 / TS NPM : 04 02 11845 PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

PERANCANGAN STRUKTUR GEDUNG FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA

PERANCANGAN STRUKTUR GEDUNG FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA PERANCANGAN STRUKTUR GEDUNG FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA TUGAS AKHIR SARJANA STRATA SATU Oleh : DANY HERDIANA NPM : 02 02 11149 UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA Fakultas

Lebih terperinci

PERANCANGAN GEDUNG APARTEMEN DI JALAN LAKSAMANA ADISUCIPTO YOGYAKARTA

PERANCANGAN GEDUNG APARTEMEN DI JALAN LAKSAMANA ADISUCIPTO YOGYAKARTA PERANCANGAN GEDUNG APARTEMEN DI JALAN LAKSAMANA ADISUCIPTO YOGYAKARTA Laporan Tugas Akhir Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana dari Universitas Atma Jaya Yogyakarta Oleh : GO, DERMAWAN

Lebih terperinci

EVALUASI PERBANDINGAN KONSEP DESAIN DINDING GESER TAHAN GEMPA BERDASARKAN SNI BETON

EVALUASI PERBANDINGAN KONSEP DESAIN DINDING GESER TAHAN GEMPA BERDASARKAN SNI BETON EVALUASI PERBANDINGAN KONSEP DESAIN DINDING GESER TAHAN GEMPA BERDASARKAN SNI BETON TUGAS AKHIR SEBAGAI SALAH SATU SYARAT UNTUK MENYELESAIKAN PENDIDIKAN SARJANA TEKNIK DI PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL oleh

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA II.1. PEMBEBANAN Dalam melakukan analisis desain suatu struktur, perlu ada gambaran yang jelas mengenai perilaku dan besar beban yang bekerja pada struktur. Beban-beban yang bekerja

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS KAPASITAS DUKUNG FONDASI TIANG BOR

BAB V ANALISIS KAPASITAS DUKUNG FONDASI TIANG BOR 31 BAB V ANALISIS KAPASITAS DUKUNG FONDASI TIANG BOR 5.1 DATA STRUKTUR Apartemen Vivo terletak di seturan, Yogyakarta. Gedung ini direncanakan terdiri dari 9 lantai. Lokasi proyek lebih jelas dapat dilihat

Lebih terperinci

BAB II STUDI LITERATUR

BAB II STUDI LITERATUR BAB II STUDI LITERATUR II - 1 BAB II STUDI LITERATUR.1. Konsep Pemilihan Struktur Desain struktur harus memperhatikan beberapa aspek, diantaranya : 1. Aspek Struktural (kekuatan dan kekakuan struktur)

Lebih terperinci

BAB II DASAR DASAR PERENCANAAN STRUKTUR ATAS. Secara umum struktur atas adalah elemen-elemen struktur bangunan yang

BAB II DASAR DASAR PERENCANAAN STRUKTUR ATAS. Secara umum struktur atas adalah elemen-elemen struktur bangunan yang BAB II DASAR DASAR PERENCANAAN STRUKTUR ATAS 2.1 Tinjauan Umum Secara umum struktur atas adalah elemen-elemen struktur bangunan yang biasanya di atas permukaan tanah yang berfungsi menerima dan menyalurkan

Lebih terperinci

LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG ICT UNIVERSITAS DIPONEGORO - TEMBALANG SEMARANG

LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG ICT UNIVERSITAS DIPONEGORO - TEMBALANG SEMARANG LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG ICT UNIVERSITAS DIPONEGORO - TEMBALANG SEMARANG ( Structure Design of ICT Office Building at Diponegoro University-Tembalang Semarang )

Lebih terperinci

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RUSUNAWA UNIMUS

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RUSUNAWA UNIMUS TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RUSUNAWA UNIMUS Diajukan Sebagai Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Tingkat Sarjana Strata (S-1) Pada Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Katolik

Lebih terperinci

PERANCANGAN STRUKTUR KANTOR INDOSAT SEMARANG. Oleh : LIDIA CORRY RUMAPEA NPM. :

PERANCANGAN STRUKTUR KANTOR INDOSAT SEMARANG. Oleh : LIDIA CORRY RUMAPEA NPM. : PERANCANGAN STRUKTUR KANTOR INDOSAT SEMARANG Laporan Tugas Akhir sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana dari Universitas Atma Jaya Yogyakarta Oleh : LIDIA CORRY RUMAPEA NPM. : 06.02.12580

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pembebanan yang berlaku untuk mendapatkan suatu struktur bangunan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pembebanan yang berlaku untuk mendapatkan suatu struktur bangunan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Pembebanan Struktur Dalam perencanaan struktur bangunan harus mengikuti peraturanperaturan pembebanan yang berlaku untuk mendapatkan suatu struktur bangunan yang aman. Pengertian

Lebih terperinci

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG KULIAH 4 LANTAI DENGAN SISTEM DAKTAIL TERBATAS

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG KULIAH 4 LANTAI DENGAN SISTEM DAKTAIL TERBATAS PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG KULIAH 4 LANTAI DENGAN SISTEM DAKTAIL TERBATAS Naskah Publikasi untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana S-1 Teknik Sipil disusun oleh : MUHAMMAD NIM : D

Lebih terperinci

PERBANDINGAN PERILAKU ANTARA STRUKTUR RANGKA PEMIKUL MOMEN (SRPM) DAN STRUKTUR RANGKA BRESING KONSENTRIK (SRBK) TIPE X-2 LANTAI

PERBANDINGAN PERILAKU ANTARA STRUKTUR RANGKA PEMIKUL MOMEN (SRPM) DAN STRUKTUR RANGKA BRESING KONSENTRIK (SRBK) TIPE X-2 LANTAI PERBANDINGAN PERILAKU ANTARA STRUKTUR RANGKA PEMIKUL MOMEN (SRPM) DAN STRUKTUR RANGKA BRESING KONSENTRIK (SRBK) TIPE X-2 LANTAI TUGAS AKHIR Oleh : I Gede Agus Krisnhawa Putra NIM : 1104105075 JURUSAN TEKNIK

Lebih terperinci

BAB II STUDI PUSTAKA

BAB II STUDI PUSTAKA II - BAB II STUDI PUSTAKA.. Tinjauan Umum Dalam menganalisa atau mendisain suatu struktur perlu ditetapkan kriteria yang dapat digunakan sebagai ukuran untuk menentukan apakah suatu struktur tersebut dapat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. gedung dalam menahan beban-beban yang bekerja pada struktur tersebut.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. gedung dalam menahan beban-beban yang bekerja pada struktur tersebut. 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pembebanan Komponen Struktur Perencanaan suatu struktur bangunan gedung didasarkan pada kemampuan gedung dalam menahan beban-beban yang bekerja pada struktur tersebut. Pengertian

Lebih terperinci

LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR RUSUNAWA PASPAMPRES CIKEAS, BOGOR

LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR RUSUNAWA PASPAMPRES CIKEAS, BOGOR LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR RUSUNAWA PASPAMPRES CIKEAS, BOGOR (Planning Construction Structure of Rusunawa PASPAMPRES at Cikeas, Bogor) Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat

Lebih terperinci

MODIFIKASI GEDUNG BANK CENTRAL ASIA CABANG KAYUN SURABAYA DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM GANDA

MODIFIKASI GEDUNG BANK CENTRAL ASIA CABANG KAYUN SURABAYA DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM GANDA MODIFIKASI GEDUNG BANK CENTRAL ASIA CABANG KAYUN SURABAYA DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM GANDA Oleh : AULIA MAHARANI PRATIWI 3107100133 Dosen Konsultasi : Ir. KURDIAN SUPRAPTO, MS TAVIO, ST, MS, Ph D I. PENDAHULUAN

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman Judul Pengesahan Persetujuan Surat Pernyataan Kata Pengantar DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR NOTASI DAFTAR LAMPIRAN

DAFTAR ISI. Halaman Judul Pengesahan Persetujuan Surat Pernyataan Kata Pengantar DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR NOTASI DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR ISI Halaman Judul i Pengesahan ii Persetujuan iii Surat Pernyataan iv Kata Pengantar v DAFTAR ISI vii DAFTAR TABEL x DAFTAR GAMBAR xiv DAFTAR NOTASI xviii DAFTAR LAMPIRAN xxiii ABSTRAK xxiv ABSTRACT

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pembebanan Komponen Struktur Pada perencanaan bangunan bertingkat tinggi, komponen struktur direncanakan cukup kuat untuk memikul semua beban kerjanya. Pengertian beban itu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pembebanan Struktur Dalam perencaaan struktur bangunan harus mengikuti peraturan pembebanan yang berlaku untuk mendapatkan struktur bangunan yang aman. Pengertian beban adalah

Lebih terperinci

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RUMAH SAKIT UMUM PITER WILSON JALAN SIDODADI BARAT NO 21 SEMARANG

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RUMAH SAKIT UMUM PITER WILSON JALAN SIDODADI BARAT NO 21 SEMARANG Tugas Akhir PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RUMAH SAKIT UMUM PITER WILSON JALAN SIDODADI BARAT NO 21 SEMARANG Diajukan Sebagai Syarat Menyelesaikan Pendidikan Tingkat Sarjana Strata 1 (S-1) Pada Program Studi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pembebanan Struktur Dalam perencanaan suatu struktur bangunan gedung bertingkat tinggi sebaiknya mengikuti peraturan-peraturan pembebanan yang berlaku untuk mendapatkan suatu

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR ATAS DAN STRUKTUR BAWAH GEDUNG BERTINGKAT 25 LANTAI + 3 BASEMENT DI JAKARTA

TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR ATAS DAN STRUKTUR BAWAH GEDUNG BERTINGKAT 25 LANTAI + 3 BASEMENT DI JAKARTA TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR ATAS DAN STRUKTUR BAWAH GEDUNG BERTINGKAT 25 LANTAI + 3 BASEMENT DI JAKARTA Disusun oleh : HERDI SUTANTO (NIM : 41110120016) JELITA RATNA WIJAYANTI (NIM : 41110120017)

Lebih terperinci

ANALISIS DAKTILITAS BALOK BETON BERTULANG

ANALISIS DAKTILITAS BALOK BETON BERTULANG ANALISIS DAKTILITAS BALOK BETON BERTULANG Bobly Sadrach NRP : 9621081 NIRM : 41077011960360 Pembimbing : Daud Rahmat Wiyono, Ir., M.Sc FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

Lebih terperinci

ANALISA STRUKTUR DAN KONTROL KEKUATAN BALOK DAN KOLOM PORTAL AS L1-L4 PADA GEDUNG S POLITEKNIK NEGERI MEDAN

ANALISA STRUKTUR DAN KONTROL KEKUATAN BALOK DAN KOLOM PORTAL AS L1-L4 PADA GEDUNG S POLITEKNIK NEGERI MEDAN ANALISA STRUKTUR DAN KONTROL KEKUATAN BALOK DAN KOLOM PORTAL AS L1-L4 PADA GEDUNG S POLITEKNIK NEGERI MEDAN LAPORAN Ditulis untuk Menyelesaikan Mata Kuliah Tugas Akhir Semester VI Pendidikan Program Diploma

Lebih terperinci

PERANCANGAN STRUKTUR GEDUNG PASCA SARJANA UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG. Oleh : BAYU ARDHI PRIHANTORO NPM :

PERANCANGAN STRUKTUR GEDUNG PASCA SARJANA UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG. Oleh : BAYU ARDHI PRIHANTORO NPM : PERANCANGAN STRUKTUR GEDUNG PASCA SARJANA UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG Laporan Tugas Akhir sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana dari Universitas Atma Jaya Yogyakarta Oleh : BAYU

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR PERANCANGAN ULANG STRUKTUR PORTAL GEDUNG PPPPTK MATEMATIKA YOGYAKARTA

TUGAS AKHIR PERANCANGAN ULANG STRUKTUR PORTAL GEDUNG PPPPTK MATEMATIKA YOGYAKARTA TUGAS AKHIR PERANCANGAN ULANG STRUKTUR PORTAL GEDUNG PPPPTK MATEMATIKA YOGYAKARTA Disusun oleh : ZUL PAHMI 20070110044 JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2012 LEMBAR

Lebih terperinci

PERENCANAAN GEDUNG PERKANTORAN 4 LANTAI (+ BASEMENT) DI WILAYAH SURAKARTA DENGAN DAKTAIL PARSIAL (R=6,4) (dengan mutu f c=25 MPa;f y=350 MPa)

PERENCANAAN GEDUNG PERKANTORAN 4 LANTAI (+ BASEMENT) DI WILAYAH SURAKARTA DENGAN DAKTAIL PARSIAL (R=6,4) (dengan mutu f c=25 MPa;f y=350 MPa) PERENCANAAN GEDUNG PERKANTORAN 4 LANTAI (+ BASEMENT) DI WILAYAH SURAKARTA DENGAN DAKTAIL PARSIAL (R=6,4) (dengan mutu f c=25 MPa;f y=350 MPa) Tugas Akhir untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. dan pasal SNI 1726:2012 sebagai berikut: 1. U = 1,4 D (3-1) 2. U = 1,2 D + 1,6 L (3-2)

BAB III LANDASAN TEORI. dan pasal SNI 1726:2012 sebagai berikut: 1. U = 1,4 D (3-1) 2. U = 1,2 D + 1,6 L (3-2) 8 BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Elemen Struktur 3.1.1. Kuat Perlu Kuat yang diperlukan untuk beban-beban terfaktor sesuai pasal 4.2.2. dan pasal 7.4.2 SNI 1726:2012 sebagai berikut: 1. U = 1,4 D (3-1) 2.

Lebih terperinci

BAB II STUDI PUSTAKA

BAB II STUDI PUSTAKA BAB II STUDI PUSTAKA 2.1. TINJAUAN UMUM Pada Studi Pustaka ini akan membahas mengenai dasar-dasar dalam merencanakan struktur untuk bangunan bertingkat. Dasar-dasar perencanaan tersebut berdasarkan referensi-referensi

Lebih terperinci

PERENCANAAN DERMAGA PETI KEMAS DI PELABUHAN TRISAKTI BANJARMASIN

PERENCANAAN DERMAGA PETI KEMAS DI PELABUHAN TRISAKTI BANJARMASIN LEMBAR PENGESAHAN PERENCANAAN DERMAGA PETI KEMAS DI PELABUHAN TRISAKTI BANJARMASIN Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Program Strata 1 Pada Jurusan Sipil Fakultas Teknik Universitas Diponegoro Semarang

Lebih terperinci

MODIFIKASI PERENCANAAN UPPER STRUKTUR SISTEM RANGKA PEMIKUL MOMEN MENENGAH PADA GEDUNG PERKANTORAN DAN PERDAGANGAN JL. KERTAJAYA INDAH TIMUR SURABAYA

MODIFIKASI PERENCANAAN UPPER STRUKTUR SISTEM RANGKA PEMIKUL MOMEN MENENGAH PADA GEDUNG PERKANTORAN DAN PERDAGANGAN JL. KERTAJAYA INDAH TIMUR SURABAYA MODIFIKASI PERENCANAAN UPPER STRUKTUR SISTEM RANGKA PEMIKUL MOMEN MENENGAH PADA GEDUNG PERKANTORAN DAN PERDAGANGAN JL. KERTAJAYA INDAH TIMUR SURABAYA TUGAS AKHIR Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam

Lebih terperinci

T I N J A U A N P U S T A K A

T I N J A U A N P U S T A K A B A B II T I N J A U A N P U S T A K A 2.1. Pembebanan Struktur Besarnya beban rencana struktur mengikuti ketentuan mengenai perencanaan dalam tata cara yang didasarkan pada asumsi bahwa struktur direncanakan

Lebih terperinci

ANALISIS DAN DESAIN STRUKTUR TAHAN GEMPA DENGAN SISTEM BALOK ANAK DAN BALOK INDUK MENGGUNAKAN PELAT SEARAH

ANALISIS DAN DESAIN STRUKTUR TAHAN GEMPA DENGAN SISTEM BALOK ANAK DAN BALOK INDUK MENGGUNAKAN PELAT SEARAH ANALISIS DAN DESAIN STRUKTUR TAHAN GEMPA DENGAN SISTEM BALOK ANAK DAN BALOK INDUK MENGGUNAKAN PELAT SEARAH David Bambang H NRP : 0321059 Pembimbing : Daud Rachmat W., Ir., M.Sc. FAKULTAS TEKNIK JURUSAN

Lebih terperinci

PERANCANGAN STRUKTUR GEDUNG RUSUNAWA 5 LANTAI DI WILAYAH GEMPA 3

PERANCANGAN STRUKTUR GEDUNG RUSUNAWA 5 LANTAI DI WILAYAH GEMPA 3 PERANCANGAN STRUKTUR GEDUNG RUSUNAWA 5 LANTAI DI WILAYAH GEMPA 3 Laporan Tugas Akhir sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana dari Universitas Atma Jaya Yogyakarta Oleh : FELIX BRAM SAMORA

Lebih terperinci

PERENCANAAN PORTAL BAJA 4 LANTAI DENGAN METODE PLASTISITAS DAN DIBANDINGKAN DENGAN METODE LRFD

PERENCANAAN PORTAL BAJA 4 LANTAI DENGAN METODE PLASTISITAS DAN DIBANDINGKAN DENGAN METODE LRFD PERENCANAAN PORTAL BAJA 4 LANTAI DENGAN METODE PLASTISITAS DAN DIBANDINGKAN DENGAN METODE LRFD TUGAS AKHIR Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan melengkapi syarat untuk menempuh Ujian Sarjana Teknik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. desain untuk pembangunan strukturalnya, terutama bila terletak di wilayah yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. desain untuk pembangunan strukturalnya, terutama bila terletak di wilayah yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Umum Struktur bangunan bertingkat tinggi memiliki tantangan tersendiri dalam desain untuk pembangunan strukturalnya, terutama bila terletak di wilayah yang memiliki faktor resiko

Lebih terperinci

MODIFIKASI PERENCANAAN STRUKTUR BAJA KOMPOSIT PADA GEDUNG PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS NEGERI JEMBER

MODIFIKASI PERENCANAAN STRUKTUR BAJA KOMPOSIT PADA GEDUNG PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS NEGERI JEMBER MAKALAH TUGAS AKHIR PS 1380 MODIFIKASI PERENCANAAN STRUKTUR BAJA KOMPOSIT PADA GEDUNG PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS NEGERI JEMBER FERRY INDRAHARJA NRP 3108 100 612 Dosen Pembimbing Ir. SOEWARDOYO, M.Sc. Ir.

Lebih terperinci

PERANCANGAN STRUKTUR ATAS HOTEL 10 LANTAI DENGAN SISTEM RANGKA PEMIKUL MOMEN KHUSUS (SRPMK)

PERANCANGAN STRUKTUR ATAS HOTEL 10 LANTAI DENGAN SISTEM RANGKA PEMIKUL MOMEN KHUSUS (SRPMK) PERANCANGAN STRUKTUR ATAS HOTEL 10 LANTAI DENGAN SISTEM RANGKA PEMIKUL MOMEN KHUSUS (SRPMK) Laporan Tugas Akhir sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana dari Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Lebih terperinci