PETUNJUK PELAKSANAAN PENGELOLAAN KEUANGAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PETUNJUK PELAKSANAAN PENGELOLAAN KEUANGAN"

Transkripsi

1 2011 PETUNJUK PELAKSANAAN PENGELOLAAN KEUANGAN BANTUAN OPERASIONAL KESEHATAN (TUGAS PEMBANTUAN) TAHUN 2011 DIREKTORAT JENDERAL BINA GIZI DAN KIA 1

2 KATA PENGANTAR Sehat merupakan hak dasar manusia yang menjadi tanggung jawab Pemerintah. Sebagai penanggung jawab pembangunan kesehatan di Indonesia, Kementerian Kesehatan telah melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Dalam rangka mendorong dan mempercepat pembangunan kesehatan di Indonesia, Kementerian Kesehatan telah melakukan upaya terobosan melalui berbagai perubahan yang dilaksanakan secara berkesinambungan, salah satunya adalah dengan Bantuan Operasional Kesehatan (BOK). Penyediaan Bantuan Operasional Kesehatan bagi Puskesmas dan jaringannya serta Poskesdes dan Posyandu telah memasuki tahun kedua. Kami menyadari bahwa pelaksanaan BOK tahun 2010 masih terdapat berbagai kendala. Oleh karena itu pada tahun 2011 terdapat perubahan mekanisme penyaluran dana yang semula melalui mekanisme bantuan sosial menjadi mekanisme Tugas Pembantuan. Di samping itu, pengelolaan BOK di provinsi dan kabupaten/kota untuk tahun 2011 akan terintegrasi dengan Jamkesmas dan Jampersal, sehingga diharapkan dapat memberikan daya ungkit yang besar dalam pencapaian target-target MDGs. Agar pelaksanaan BOK berjalan dengan efektif dan efisien, maka diperlukan Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan Keuangan Bantuan Operasional Kesehatan (Tugas Pembantuan) yang dapat menjadi acuan bagi Pengelola BOK Tingkat Kabupaten/Kota, terutama dalam pengelolaan dana melalui mekanisme Tugas Pembantuan. Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa melimpahkan rahmat dan karunia-nya serta memberi petunjuk kepada kita sekalian dalam melaksanakan pembangunan kesehatan guna terwujudnya masyarakat sehat yang mandiri dan berkeadilan. Jakarta, 28 Februari 2011 Direktur Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat Yang Menjalankan Tugas dan Fungsi Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak, dr. Budihardja, DTM&H, MPH NIP

3 DAFTAR ISI Kata Pengantar Direktur Jenderal Bina Gizi dan KIA Daftar Isi Daftar Istilah dan Singkatan Daftar Lampiran BAB I BAB II BAB III BAB IV BAB V BAB VI PENDAHULUAN A Latar Belakang B Tujuan C Sasaran D Dasar Hukum PENGELOLAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN A Pengelolaan B Pertanggungjawaban TEKNIK PEMBUKUAN A Manfaat dan Tujuan B Perbedaan Konsepsi Lama dan Konsepsi Baru C Penatausahaan Kas D Pembukuan Bendahara Pengeluaran LAPORAN PEMANFAATAN DANA A Pencatatan B Pelaporan PEMBINAAN DAN PENGAWASAN A. Pembinaan B. Pengawasan PENUTUP 3

4 DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN APBN APF ATK BA BOK Dinkes Ditjen DIPA GU GUP KPPN Jamkesmas Jampersal Kabag Kabid Kasubid Kemenkes Kemenkeu KPA LS PA PB Perpres Permenkeu Permenkes Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Aparat Pengawasan Fungsional Alat Tulis Kantor Berita Acara Bantuan Operasional Kesehatan Dinas Kesehatan Direktorat Jenderal Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran Ganti Uang Ganti Uang Persediaan Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara Jaminan Kesehatan Masyarakat Jaminan Persalinan Kepala Bagian Kepala Bidang Kepala Sub-Bidang Kementerian Kesehatan Kementerian Keuangan Kuasa Pengguna Anggaran Langsung Pengguna Anggaran Pengguna Barang Peraturan Presiden Peraturan Menteri Keuangan Peraturan Menteri Kesehatan 4

5 Poskesdes Posyandu PPK PP-SPM Puskesmas Pustu SAI SAK Sesditjen Setditjen SIMAK BMN SK SPM SPP SP2D SPP UP SP3 SPTB SPTJM TOR TP TUP UAKPA UU Pos Kesehatan Desa Pos Pelayanan Terpadu Pejabat Pembuat Komitmen Penguji dan Penandatangan Surat Perintah Membayar Pusat Kesehatan Masyarakat Puskesmas Pembantu Sistem Akuntansi Instansi Sistem Akuntansi Keuangan Sekretaris Direktorat Jenderal Sekretariat Direktorat Jenderal Sistem Manajemen Akuntansi Barang Milik Negara Surat Keputusan Surat Perintah Membayar Surat Permintaan Pembayaran Surat Perintah Pencairan Dana Surat Perintah Pembayaran Uang Persediaan Sistem Pencatatan dan Pelaporan Puskesmas Surat Pernyataan Tanggung jawab Belanja Surat Pernyataan Tanggung Jawab Mutlak Term of Reference Tugas Pembantuan Tambahan Uang Persediaan Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Anggaran Undang-Undang 5

6 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 : Format Laporan Dinas Lampiran 2 : Format Laporan Rapat Lampiran 3 : Format Laporan Penyelenggaraan Pertemuan Lampiran 4 : Format Laporan Tahunan Lampiran 5 : Format Surat Pernyataan Tanggung jawab Mutlak (SPTB) SPM GU Lampiran 6 : Format Surat Pernyataan Tanggung jawab Mutlak (SPTB) SPM LS Lampiran 7 : Format Kuitansi Uang Persedian Lampiran 8 : Format Kuitansi LS Lampiran 9 : Format Surat Setoran Bagian Pajak (SSBP) Lampiran 10 : Format Surat Setoran Pengembalian Belanja (SSPB) Lampiran 11: Format Surat Permintaan Pembayaran (SPP) Lampiran 12: Format Surat Perintah Perjalanan Dinas (SPPD) Lampiran 13: Format Daftar pengeluaran Riil 6

7 PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BINA GIZI DAN KESEHATAN IBU DAN ANAK NOMOR : HK.03.05/BI.3/607/2011 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENGELOLAAN KEUANGAN BANTUAN OPERASIONAL KESEHATAN (TUGAS PEMBANTUAN) DIREKTORAT JENDERAL BINA GIZI DAN KESEHATAN IBU DAN ANAK TAHUN 2011 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DIREKTUR JENDERAL BINA GIZI DAN KESEHATAN IBU DAN ANAK, Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan khususnya melalui upaya kesehatan promotif dan preventif telah ditetapkan Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) di Puskesmas dan Jaringannya dengan Petunjuk Teknis yang ditetapkan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 210/MENKES/PER/2011 tantang Petunjuk Teknis Bantuan Operasional Kesehatan; b. bahwa agar pengelolaan keuangan BOK dapat dilaksanakan secara efektif, efisien dan akuntable perlu memperhatikan ketentuan dalam pelaksanaan pembayaran dan pertanggungjawaban yang diatur dalam pedoman; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan Keuangan Bantuan Operasional Kesehatan (Tugas Pembantuan) Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak Tahun 2011 dengan Peraturan Direktur Jenderal Bina Gizi dan 7

8 Kesehatan Ibu dan Anak; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286); 2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355); 3. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4400); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006, tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia nomor 4286); 5. Peraturan Pemerintah Nomor 7 tahun 2008 tentang Dekonsensentrasi dan Tugas Pembantuan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 20, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia nomor 4816); 6. Permenkeu Nomor 134/PMK.06/2005 tentang Pedoman Pembayaran dalam Pelaksanaan APBN; 7. Permenkeu Nomor 57/PMK.05/2007 tentang Pengelolaan Rekening Milik Kementerian Negara/Lembaga/Kantor/ Satuan Kerja; 8. Permenkeu Nomor 58/PMK.05/2007 tentang Pembentukan Rekening Pemerintah pada Kementerian Negara/Lembaga; 9. Permenkeu Nomor 91/PMK.05/2007 tentang Bagan Akun Standar; 8

9 10. Permenkeu Nomor 156/PMK.07/2008 tentang Pedoman Pengelolaan Dana Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan; 11. Permenkeu Nomor 73/PMK.05/2008 tentang Tatacara Penatausahaan dan Penyusunan LPJ Bendahara Kementerian Negara/Lembaga/ Kantor/Satuan Kerja; 12. Permenkeu Nomor 170/PMK.05/2010 tentang penyelesaian tagihan atas beban APBN pada satuan kerja. 13. Perdirjen Nomor Per-66/PB/2005 tentang Mekanisme Pelaksanaan Pembayaran atas Beban APBN; 14. Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor: PER-47/PB/2009 tentang Petunjuk Pelaksanaan Penatausahaan dan Penyusunan LPJ Bendahara Kementerian Negara/Lembaga/ Kantor/Satuan Kerja. 15. Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor PER- 11/PB/2011 tentang Perubahan Atas Peraturan Diektur Jenderal Perbendaharaan Nomor PER- 66/PB/2005 tentang Mekanisme Pelaksanaan Pembayaran Atas Beban Anggaran Pendapatan Dan Belanja Nega MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BINA GIZI DAN KESEHATAN IBU DAN ANAK TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENGELOLAAN KEUANGAN BANTUAN OPERASIONAL KESEHATAN (TUGAS PEMBANTUAN) DIREKTORAT JENDERAL BINA GIZI DAN KESEHATAN IBU DAN ANAK TAHUN 2011 Pasal 1 Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan Keuangan Bantuan Operasional Kesehatan (Tugas Pembantuan) Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak Tahun 2011 bertujuan memberikan acuan 9

10 bagi Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah Provinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota untuk pengelolaan keuangan Bantuan Operasional Kesehatan dalam rangka : a. Meningkatnya cakupan Puskesmas dalam pelayanan kesehatan yang bersifat promotif dan preventif. b. Tersedianya dukungan biaya untuk upaya pelayanan kesehatan yang bersifat promotif dan preventif bagi masyarakat. c. Terselenggaranya proses Lokakarya Mini di Puskesmas dalam perencanaan pelayanan kesehatan bagi masyarakat. d. Tersedianya acuan bagi Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dalam melaksanakan pengelolaan BOK. Pasal 2 Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan Keuangan Bantuan Operasional Kesehatan (Tugas Pembantuan) sebagaimana tercantum dalam Lampiran Peraturan ini. Pasal 3 Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Ditetapkan Di : Jakarta Pada Tanggal : 28 Pebruari 2011 Direktur Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat Yang Menjalankan Tugas dan Fungsi Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak, dr. Budihardja, DTM&H, MPH NIP Tembusan 1. Ketua Badan Pemeriksa Keuangan RI 2. Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan 3. Inspektur Jenderal Kementrian Kesehatan 4. Sekretaris Jenderal Kementrian Kesehatan 5. Direktur Jenderal Perbendaharaan Kementerian Keuangan 6. Kepala Kantor Wilayah Ditjen Perbendaharaan setempat 7. Kepala Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) setempat 10

11 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Puskesmas dan jaringannya sebagai fasilitas pelayanan kesehatan terdepan yang bertanggung jawab di wilayah kerjanya, saat ini keberadaannya sudah cukup merata. Namun demikian, masih terdapat berbagai masalah yang dihadapi oleh Puskesmas dan jaringannya dalam upaya meningkatkan status kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya, antara lain adalah keterbatasan biaya operasional untuk pelayanan kesehatan. Penyaluran dana BOK merupakan salah satu bentuk tanggung jawab pemerintah dalam pembangunan kesehatan bagi masyarakat di pedesaan/kelurahan khususnya dalam meningkatkan upaya kesehatan promotif dan preventif guna tercapainya target Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Kesehatan. Mengingat pada pelaksanaan tahun 2010 terdapat kendala dalam mekanisme penyaluran BOK melalui bantuan sosial, maka pada tahun 2011 mekanisme penyaluran dana tersebut mengalami perubahan menjadi Tugas Pembantuan dimana Bupati/Walikota diberikan pelimpahan wewenang dan tanggung jawab dari Menteri Kesehatan untuk menggunakan dan mengelola anggaran Kementerian Kesehatan di tingkat Kabupaten/Kota. Oleh karena itu Bupati/Walikota sebagai Pengguna Anggaran atas nama Menteri Kesehatan menetapkan SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah) Tugas Pembantuan BOK tahun 2011, yaitu Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Petunjuk Pelaksanaan ini disusun sebagai acuan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dalam pengelolaan keuangan BOK. Apabila Pemerintah Daerah merasa perlu menyusun petunjuk yang bersifat lebih operasional sebagai turunan Petunjuk Pelaksanaan pengelolaan keuangan ini, maka pemerintah daerah dapat mengembangkannya sepanjang tidak bertentangan dengan Petunjuk Pelaksanaan ini. 11

12 B. Tujuan 1. Tujuan Umum Meningkatnya akses dan pemerataan pelayanan kesehatan masyarakat melalui kegiatan promotif dan preventif Puskesmas untuk mewujudkan pencapaian target SPM Bidang Kesehatan dan MDGs pada tahun Tujuan Khusus a. Meningkatnya cakupan Puskesmas dalam pelayanan kesehatan yang bersifat promotif dan preventif. b. Tersedianya dukungan biaya untuk upaya pelayanan kesehatan yang bersifat promotif dan preventif bagi masyarakat. c. Terselenggaranya proses Lokakarya Mini di Puskesmas dalam perencanaan pelayanan kesehatan bagi masyarakat. d. Tersedianya acuan bagi Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dalam melaksanaan pengelolaan keuangan BOK C. Sasaran Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota D. Dasar Hukum 16. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara; 17. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara; 18. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan, Pengelolaan dan Tenggungjawab Keuangan Negara; 19. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006, tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Pemerintah; 12

13 20. Peraturan Pemerintah Nomor 7 tahun 2008 tentang Dekonsensentrasi dan Tugas Pembantuan; 21. Permenkeu Nomor 134/PMK.06/2005 tentang Pedoman Pembayaran dalam Pelaksanaan APBN; 22. Permenkeu Nomor 57/PMK.05/2007 tentang Pengelolaan Rekening Milik Kementerian Negara/Lembaga/Kantor/ Satuan Kerja; 23. Permenkeu Nomor 58/PMK.05/2007 tentang Pembentukan Rekening Pemerintah pada Kementerian Negara/Lembaga; 24. Permenkeu Nomor 91/PMK.05/2007 tentang Bagan Akun Standar; 25. Permenkeu Nomor 156/PMK.07/2008 tentang Pedoman Pengelolaan Dana Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan; 26. Permenkeu Nomor 73/PMK.05/2008 tentang Tatacara Penatausahaan dan Penyusunan LPJ Bendahara Kementerian Negara/Lembaga/ Kantor/Satuan Kerja; 27. Permenkeu Nomor 170/PMK.05/2010 tentang penyelesaian tagihan atas beban APBN pada satuan kerja. 28. Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor Per- 66/PB/2005 tentang Mekanisme Pelaksanaan Pembayaran atas Beban APBN; 29. Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor PER- 47/PB/2009 tentang Petunjuk Pelaksanaan Penatausahaan dan Penyusunan LPJ Bendahara Kementerian Negara/Lembaga/ Kantor/Satuan Kerja. 30. Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor PER- 11/PB/2011 tentang Perubahan Atas Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor PER- 66/PB/2005 tentang Mekanisme Pelaksanaan Pembayaran Atas Beban Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara. 13

14 E. Pengertian 1. Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) Adalah bantuan dana dari pemerintah melalui Kementerian Kesehatan dalam membantu pemerintahan kabupaten/kota melaksanakan pelayanan kesehatan sesuai Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Kesehatan menuju Millennium Development Goals (MDGs) dengan meningkatkan kinerja Puskesmas dan jaringannya serta Poskesdes dan Posyandu dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan promotif dan preventif. 2. SPM Bidang Kesehatan Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Kesehatan adalah tolok ukur kinerja pelayanan kesehatan yang diselenggarakan pemerintah daerah kabupaten/kota. 3. Tugas Pembantuan Adalah penugasan dari pemerintah kepada daerah dan/atau desa, dari pemerintah provinsi kepada kabupaten atau kota dan/atau desa, serta dari pemerintah kabupaten atau kota kepada desa untuk melaksanakan tugas tertentu dengan kewajiban melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaannya kepada yang menugaskan. 4. Dana Tugas Pembantuan Adalah dana yang berasal dari APBN yang dilaksanakan oleh daerah dan desa yang mencakup semua penerimaan dan pengeluaran dalam rangka pelaksanaan Tugas Pembantuan. 5. Belanja Barang Adalah pengeluaran untuk menampung pembelian alat tulis kantor (ATK) dan penggandaan, pembelian konsumsi rapat, biaya transportasi, pembelian bahan kontak dan pemeliharaan ringan. 14

15 6. Biaya Transportasi Adalah biaya yang dikeluarkan untuk mencapai tempat kegiatan yang diselenggarakan oleh Puskesmas dan jaringannya serta Poskesdes dan Posyandu, baik menggunakan sarana transportasi umum atau sarana transportasi yang tersedia di wilayah tersebut atau penggantian bahan bakar minyak atau jalan kaki ke desa yang terpencil/sangat terpencil. 7. Pemeliharaan Ringan Adalah pengeluaran yang dilakukan dalam rangka pemeliharaan ringan Puskesmas dan jaringannya, meliputi: pemeliharaan ringan alat kesehatan Puskesmas, sarana sanitasi dan air bersih Puskesmas, sarana instalasi listrik Puskesmas, sarana dan ruang pelayanan Puskesmas serta pembelian barang lainnya seperti seprai, ember dan sapu. 8. Surat Pernyataan Riil Adalah surat untuk bukti pengeluaran perjalanan dinas yang tidak dapat dibuktikan dengan dokumen pengeluaran/kuitansi. 9. Uang Harian Adalah uang yang dapat digunakan sebagai uang makan dan uang saku petugas. 10. Uang Penginapan Adalah biaya yang diperlukan untuk mengganti biaya menginap di penginapan ataupun rumah penduduk dalam rangka melakukan kegiatan ke desa terpencil/sulit dijangkau. 15

16 BAB II PENGELOLAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN A. Pengelolaan Undang-undang Nomor 17 tahun 2003 pasal 3 mengamanatkan pengelolaan keuangan negara dilaksanakan secara tertib, taat pada peraturan dan perundang-undangan, efisien, ekonomis, efektif, transparan dan bertanggungjawab dengan memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan. Pengelolaan tersebut mencakup keseluruhan kegiatan perencanaan, penguasaan, penggunaan, pengawasan dan pertanggungjawaban. 1. Pengelompokan Anggaran BOK Secara umum anggaran BOK dialokasi dalam 2 (dua) kelompok besar, yaitu : a. Anggaran untuk Kegiatan Utama BOK (yang kemudian disebut dana BOK saja), dialokasikan ke dalam satu akun Belanja Barang Fisik Lainnya Tugas Pembantuan. Anggaran ini mendukung kegiatan Puskesmas dan Jaringannya, yaitu : 1) Upaya kesehatan di puskesmas, 2) Penunjang pelayanan kesehatan, 3) Penyelenggaraan manajemen Puskesmas 4) Pemeliharaan ringan Puskesmas. b. Anggaran Kegiatan Penunjang Tugas Pembantuan yang menggunakan Akun Belanja Barang sesuai peruntukannya (terdapat 7/tujuh-Akun). Anggaran ini mendukung kegiatan manajemen Tugas Pembantuan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, yaitu : 16

17 1) Belanja Barang Fisik Lain Tugas Pembantuan 2) Honor yang terkait dengan operasional Satuan Kerja 3) Belanja Bahan 4) Honor yang terkait dengan output kegiatan 5) Belanja Barang Non Operasional Lainnya 6) Belanja Pengiriman 7) Belanja Perjalanan Lainya 2. Penetapan Pejabat Pengelola Keuangan Bupati/Walikota penerima dana Tugas Pembantuan untuk atas nama Menteri Kesehatan RI selaku Pengguna Anggaran/Barang menetapkan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota sebagai Pejabat Kuasa Pengguna Anggaran dengan Surat Keputusan Penetapan Pejabat Kuasa Pengguna Anggaran Kementerian Kesehatan di tingkat Kabupaten/Kota. Pejabat Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) dalam pengelolaan keuangan negara dapat menunjuk dan menetapkan : a. Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) b. Penguji Tagihan dan Penandatangan SPM c. Bendahara Pengeluaran d. Panitia/Pejabat Pengadaan dan Panitia Pemeriksaan /Penerimaan Barang/Jasa; e. Staf Pengelola Satker f. Pengelola Keuangan BOK di Puskesmas g. Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Anggaran / Barang (SAK/SIMAK-BMN), dengan menetapkan Petugas Pengelola dan Penanggung Jawab Sistem Akuntansi Instansi (SAI), yang terdiri dari Sistem Akuntansi Keuangan (SAK) dan Sistem Informasi Manajemen & Akuntansi Barang Milik Negara (SIMAK-BMN); 17

18 3. Tugas dan Wewenang Pejabat Pengelola Keuangan a. Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) KPA adalah Penanggung Jawab pelaksana program dan pengelola anggaran pada Satker yang dipimpinnya. KPA mempunyai tugas : 1) Membina PPK dalam pelaksanaan program dan anggaran; 2) Mengesahkan Petunjuk Operasional Kegiatan (POK) dan Rencana Pelaksanaan Kegiatan (RPK), yang dibuat oleh PPK; 3) Melakukan koordinasi dengan para pelaksana kegiatan yang terkait; 4) Melakukan pemantauan/pengendalian pelaksanaan BOK di Puskesmas dan Jaringannya; 5) Mengusulkan revisi DIPA bila diperlukan; 6) Melakukan revisi terhadap POK b. Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) PPK adalah pejabat yang diberi kewenangan untuk melakukan tindakan yang mengakibatkan pengeluaran anggaran belanja. PPK yang ditunjuk adalah pejabat yang bertanggungjawab atas pengelolaan BOK. PPK mempunyai tugas : 1) Menyusun POK dan RPK. 2) Melakukan koordinasi dengan para pelaksana kegiatan terkait agar RPK berjalan dengan baik; 3) Mengajukan SPP-UP; TUP; LS; GU; GUP; dan GUP NIHIL kepada Pejabat Penandatangan SPM dalam rangka tindakan yang menyebabkan pengeluaran anggaran belanja negara; 18

19 4) Mengajukan usulan permohonan persetujuan UP dan TUP melalui KPA kepada Kanwil Perbendaharaan Kementerian Keuangan. 5) Menyampaikan pertanggungjawaban pelaksanaan anggaran berupa laporan SAI (bulanan, semesteran dan tahunan) kepada Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Anggaran Eselon 1 (UAPPA E-1). 6) Melakukan pemantauan atas pelaksanaan kegiatan dan pengelolaan anggaran yang dipimpinnya. 7) Mempertanggungjawabkan atas kebenaran materiil dan akibat yang timbul dari keputusan yang dibuat. 8) Mengesahkan penutupan buku kas umum pada setiap akhir bulan; melakukan pemeriksaan kas intern Bendahara Pengeluaran dan membuat berita acara sekurang-kurangnya 1 kali dalam 1 bulan. 9) Menyelesaikan Tindak Lanjut Laporan Hasil Pemeriksaan Aparat Pengawas Fungsional. c. Pejabat Penandatangan Surat Perintah Membayar (PPSPM) Pejabat yang diberi kewenangan oleh KPA untuk melakukan pengujian atas SPP dan menerbitkan SPM PPSPM mempunyai tugas : 1) Melakukan pengujian SPP (Surat Permintaan Pembayaran). 2) Menandatangani SPM untuk pengajuan pencairan dana ke KPPN. 3) Mengembalikan/Retur SPP bila ditemukan kekurangan atau kesalahan. Dalam melakukan pengujian SPP, menunjuk staf Pengelola Satker untuk : 1) Mengisi check list kelengkapan berkas SPP. PP-SPM dapat 2) Mencatat dalam buku pengawasan penerimaan SPP. 19

20 3) Memeriksa secara rinci keabsahan dokumen pendukung SPP sesuai dengan ketentuan perundangundangan yang berlaku. 4) Memeriksa ketersediaan pagu anggaran dalam DIPA untuk memperoleh keyakinan bahwa tagihan tidak melampaui batas pagu anggaran. 5) Memeriksa kesesuaian rencana kerja dan atau kelayakan hasil kerja yang dicapai dengan indikator kinerja. 6) Memeriksa pencapaian tujuan dan atau sasaran kegiatan sesuai dengan indikator kinerja yang tercantum dalam DIPA berkenaan. d. Bendahara Pengeluaran Bendahara Pengeluaran adalah orang yang ditunjuk untuk menerima, menyimpan, membayarkan, menatausahakan dan mempertanggung jawabkan uang untuk pelaksanaan APBN. Mempunyai tugas : 1) Melaksanakan tugas kebendaharaan sesuai dengan peraturan yang berlaku. 2) Memungut dan menyetorkan penerimaan pajak-pajak ke Kantor Kas Negara. 3) Membuat laporan keadaan kas bulanan untuk disahkan PPK dan mengirim ke KPA. 4) Memberi copy dokumen SPM dan SP2D kepada Petugas SAK (UAKPA) dan SIMAK-BMN. 20

21 e. Pengelola Keuangan Puskesmas Setiap Puskesmas terdapat satu petugas sebagai pengelola keuangan Puskesmas. Petugas tersebut sebagai staf Bendahara Pengeluaran yang bertugas di Puskesmas. Mempunyai tugas : 1) Membukukan semua penerimaan dan pengeluaran terhadap uang yang dikelolanya ke dalam Buku Kas Tunai dan mempertanggungjawabkan dan melaporkan dalam format Surat Pernyataan Tanggung jawab Belanja (SPTB) 2) Mempertanggungjawabkan uang yang diterima dalam waktu selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari sejak penyelenggaraan kegiatan selesai dilaksanakan dengan menyerahkan: a. SPTB kepada Bendahara dengan lampiran asli bukti-bukti pengeluaran di Puskesmas, b. Laporan penyelenggaraan termasuk jumlah anggaran dan biaya yang digunakan dalam kegiatan dimaksud, c. Pengembalian sisa uang yang tidak digunakan (bila ada). 3) Membuat laporan pada akhir bulan sebagai pertanggungjawaban atas penetapannya sebagai Pengelola Keuangan Puskesmas. f. Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Anggaran/Barang (UAKPA) Unit pelaksana Sistim Akuntansi Instansi yang dalam hal ini terdiri dari SAK dan SIMAK-BMN Mempunyai tugas sebagai berikut : 1) Menyelenggarakan akuntansi keuangan dan barang; 21

22 2) Menyusun dan menyampaikan laporan keuangan dan barang secara berkala (bulanan, semesteran dan tahunan); 3) Memantau pelaksanaan akuntansi keuangan dan barang; 4) Menyiapkan rencana dan jadual pelaksanaan SAK dan barang berdasarkan target yang ditetapkan; 5) Menerima data SIMAK-BMN dari petugas akuntansi barang; 6) Mengkoordinasikan pelaksanaan rekonsiliasi internal antara Laporan Barang dengan Laporan Keuangan; 7) Mengkoordinasikan pelaksanaan rekonsiliasi dengan KPPN setiap bulan; 8) Menelaah dan menandatangani Laporan Keuangan UAKPA; 9) Menyusun Laporan keuangan tingkat UAKPA Semester I dan II. 10) Menyampaikan Laporan Keuangan UAKPA dan ADK (Arsip Data Komputer) ke : KPPN (Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara) dalam berupa file kirim; UAPPA/B-W Propinsi (Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Anggaran/Barang Wilayah) berupa Back Up data; UAPPA/B-E1 (Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Anggaran/Barang Eselon-1 Ditjen Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak) berupa Back Up data; 22

23 Bagan 1 Struktur Organisasi Pelaksana Anggaran Satker Tugas Pembantuan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota TA.2011 BUPATI / WALIKOTA K.P.A (KEPALA DINAS KESEHATAN KAB / KOTA) Panitia Pengadaan dan Panitia Penerimaan/ Pemeriksaan Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Anggaran / Barang (UAKPA/B) PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN BENDAHARA PENGELUARAN PP-SPM Penguji SPP Penanggung Jawab Kegiatan PENGELOLA KEUANGAN PUSKESMAS 23

24 4. Mekanisme Pelaksanaan Anggaran Berdasar SK Menkes Nomor1752/ MENKES / SK / XII / 2010 tanggal 3 Desember 2010; Peraturan Menteri Keuangan Nomor134/PKM.06/2005 dan Peraturan Direktorat Jenderal Perbendaharaan Kementerian Keuangan RI NomorPER- 66/PB/2005 tanggal 28 Desember 2005 tentang Mekanisme Pelaksanaan Pembayaran atas Beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, maka mekanisme pelaksanaan anggaran pada Satuan Kerja Tugas Pembantuan di Tingkat Kabupaten/Kota, adalah sebagai berikut : a. Bupati / Walikota 1) Menetapkan dengan Surat Keputusan Penunjukan KPA; 2) Menyerahkan DIPA kepada KPA b. Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) 1) Menyampaikan Surat Keputusan yang berkaitan dengan pelaksanaan anggaran kepada Kepala Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara dan Kanwil Direktorat Jenderal Perbendaharaan Kementerian Keuangan; 2) Mengajukan permohonan dispensasi TUP kepada Kanwil Direktorat Jenderal Perbendaharaan Kementerian Keuangan; 3) Mengajukan dispensasi perubahan UP ke Kanwil Direktorat Jenderal Perbendaharaan dan dispensasi pembayaran UP diatas Rp. 10 juta (untuk hal-hal tertentu); 4) Mengajukan revisi / perubahan DIPA sesuai dengan ketentuan yang berlaku; 5) Menetapkan dengan Surat Keputusan sebagaimana tersebut pada butir b.1) di atas. 24

25 c. Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) 1) Mengajukan usulan permohonan dispensasi TUP, perubahan UP dan pembayaran UP diatas Rp.10 juta kepada KPA; 2) Mengajukan SPP - UP, TUP, GUP, LS dan NIHIL kepada Pejabat Penandatangan SPM. UP dapat diberikan untuk pengeluaran berupa Belanja Barang (52), dan Belanja Lain-Lain (58). Besaran UP yang dapat diajukan adalah : a) 1/12 (satu per dua belas) dari pagu DIPA menurut klasifikasi Belanja Barang dan Belanja Lain-Lain maksimal Rp ,- (lima puluh juta rupiah) untuk pagu sampai dengan Rp ,- (sembilan ratus juta rupiah) b) 1/18 (satu per delapan belas) dari pagu DIPA menurut klasifikasi Belanja Barang dan Belanja Lain- Lain maksimal Rp ,- (seratus juta rupiah) untuk pagu diatas Rp ,- (sembilan ratus juta rupiah) sampai dengan Rp ,- (dua milyar empat ratus juta rupiah) c) 1/24 (satu per dua puluh empat) dari pagu DIPA menurut klasifikasi Belanja Barang dan Belanja Lain- Lain maksimal Rp ,- (dua ratus juta rupiah) untuk pagu diatas Rp ,- (dua milyar empat ratus juta rupiah) sampai dengan Rp ,- (enam milyar rupiah) d) 1/30 (satu per tiga puluh) dari pagu DIPA menurut klasifikasi Belanja Barang dan Belanja Lain-Lain maksimal Rp ,- (lima ratus juta rupiah) untuk pagu diatas Rp ,- (enam milyar rupiah) 25

26 Perubahan UP diluar ketentuan tersebut diatas ditetapkan oleh : Kepala Kantor Wilayah Ditjen Perbendaharaan untuk perubahan UP setinggi-tingginya Rp ,- (lima ratus juta rupiah) Direktur Jenderal Perbendaharaan untuk perubahan UP di atas Rp ,- (lima ratus juta rupiah). d. Pejabat Penandatangan SPM 1) Melakukan pengujian SPP yang diajukan oleh PPK 2) Menerbitkan SPM-UP, TUP, GUP, LS dan NIHIL setelah dilakukan pengujian oleh penguji SPP. e. Bendahara Pengeluaran Setelah diterbitkannya SP2D oleh KPPN, Bendahara Pengeluaran menindaklanjuti sesuai dengan tugas-tugas kebendaharaan : 1) Menerima, menyimpan dan membayar uang sesuai persetujuan PPK. Pembayaran dapat dilakukan kepada satu rekanan tidak boleh melebihi Rp ,- (dua puluh juta rupiah) kecuali untuk pembayaran honor dan perjalanan dinas. 2) Melakukan pencatatan / pembukuan ke dalam BKU dan BKP sesuai mutasi keuangan yang dilaksanakan. 3) Melakukan pungutan dan menyetorkan pajak-pajak atas pembebanan yang dikenai pajak-pajak. 4) Mengeluarkan dana ke Pengelola Keuangan Puskesmas 26

27 f. Pengelola Keuangan Puskesmas 1) Menerima uang dari Bendahara Pengeluaran, membayar, mencatat/membukukan, mempertanggungjawabkan; 2) Tata cara dan syarat pengajuan uang a) Menyampaikan rencana kegiatan hasil Lokakarya Mini dengan melampirkan Kerangka Acuan Kerja/TOR beserta rincian biaya kepada Kuasa Pengguna Anggaran/Pejabat Pembuat Komitmen sebagai bahan pengajuan Tambahan Uang Persediaan (TUP) ke Kanwil Perbendaharaan/KPPN. b) Dalam pengajuan uang Pengelola Keuangan Puskesmas dengan diketahui Kepala Puskesmas mengajukan surat permohonan uang kepada Kuasa Pengguna Anggaran/Pejabat Pembuat Komitmen. c) Uang yang diterima oleh Pengelola Keuangan Puskesmas dipergunakan sesuai rencana dan dalam pembayarannya diketahui oleh Kepala Puskesmas. Untuk lebih jelas dan rinci dapat dilihat pada alur berikut 27

28 Bagan 2 Alur Mekanisme Hubungan Kerja Pelaksanaan Anggaran pada Satuan Kerja Tugas Pembantuan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota Program Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak K.P.A Dirjen DJP Kanwil DJP PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN Penandatangan SPM Penguji SPP SPM Setuju 3 4 SPP Tidak Setuju K P P N BENDAHARA PENGELUARAN PENGELUARAN 2 1 Pengelola Keuangan Puskesmas SP2D 5 b. Mekanisme Usulan Revisi Anggaran 1) Revisi DIPA/POK diusulkan oleh Kepala Puskesmas kepada PPK; 2) Berdasarkan usulan PPK, Kepala Satker mengajukan usulan revisi DIPA kepada Kanwil DJPb; dengan tembusan kepada Direktur Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak c.q. Sekretariat Ditjen Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak; dan Biro Perencanaan & Anggaran Setjen Kemkes. 28

29 3) Revisi Petunjuk Operasional Kegiatan (POK) dapat dilakukan langsung oleh Kepala Dinas Kesehatan sebagai KPA; 4) Revisi DIPA dan POK dikirmkan kepada Direktur Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak c.q. Sekretariat Ditjen Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak; dan Biro Perencanaan & Anggaran Setjen Kemkes; serta Biro Keuangan dan Barang Milik Negara Setjen Kementerian Kesehatan. 5. Mekanisme Pembayaran a. Penggunaan Rekening Pemerintah 1) PPK bersama Bendahara Pengeluaran membuka rekening dengan mengajukan persetujuan penggunaan rekening kepada KPPN setempat. 2) Dalam 1 (satu) satuan kerja hanya terdapat 1 (satu) rekening. 3) Setelah akhir tahun anggaran dilakukan penutupan rekening dan saldo disetor ke kas negara termasuk Jasa Giro. 4) Bila rekening tersebut masih dipergunakan pada tahun anggaran berikutnya, harus dimintakan persetujuan KPPN setempat. 5) Pengelola Keuangan di Puskesmas dapat membuka rekening dengan terlebih dahulu meminta persetujuan kepada Kantor Wilayah Ditjen Perbendaharaan. Surat permintaan persetujuan ditandatangani oleh KPA. b. Melalui Uang Persediaan (UP) dan Tambahan UP (TUP) 1) PPK mengajukan SPP-UP untuk keperluan kegiatan sehari-hari dan operasional. Bila UP tidak mencukupi, maka para Penanggungjawab Kegiatan mengajukan usulan pembiayaan disertai Kerangka Acuan dan 29

30 Rencana Anggaran Biaya kepada PPK guna pengajuan TUP ke Kanwil DJPB. 2) Selanjutnya Kanwil Dirjen Perbendaharaan mengeluarkan Surat Persetujuan / rekomendasi Uang Persediaan / TUP yang ditujukan kepada KPA. 3) Atas dasar Surat Persetujuan tersebut, PPK mengajukan SPP guna penerbitan SPM-UP / TUP. 4) Pejabat Penandatangan SPM menyampaikan SPM-UP / TUP ke KPPN untuk penerbitan SP2D. 5) SP2D ditujukan ke Bendahara Pengeluaran untuk selanjutnya diproses pencairannya setelah proses transfer ke rekening Bendahara Pengeluaran. 6) Penanggungjawab Kegiatan mengajukan permintaan Uang Muka (TUP / Persediaan) kepada PPK sesuai kebutuhan yang diajukan. 7) Setelah Uang Muka disetujui, PPK memerintahkan Bendahara Pengeluaran untuk membayar Uang Muka kepada Pengelola Keuangan Puskesmas. Pembayaran dilakukan paling cepat 1 (satu) hari sebelum kegiatan dilaksanakan. 8) Pengelola Keuangan Puskesmas diwajibkan melakukan penyimpanan atas uang yang diterima ditempat yang dianggap aman di brankas sendiri dan atau menitipkan di brankas Bendahara Puskesmas dengan dilengkapi BA Penitipan Uang. 9) Batas waktu pertanggungjawaban UP dan TUP, maksimal diselesaikan dalam waktu 1 bulan sejak diterimanya SP2D dan tidak menutup kemungkinan diselesaikan lebih cepat (< 1 bulan) untuk diproses lebih lanjut guna pengajuan GU dan TU berikutnya. 10) Dalam pelaksanaan kegiatan dan anggaran agar tetap memperhatikan prinsip-prinsip hemat, efisiensi, disiplin dan tidak mewah. 30

31 c. Penggantian Uang Persediaan (GU) 1) Pertanggungjawaban atas pelaksanaan kegiatan disampaikan oleh penanggung-jawab kegiatan dan Pengelola Keuangan Puskesmas kepada PPK untuk mendapatkan persetujuan pembebanan dan pembayaran. Dokumen pertanggungjawaban terlebih dahulu dilakukan verifikasi oleh Pejabat / Petugas yang ditunjuk. 2) Dokumen pertanggungjawaban yang telah disetujui pembebanannya dengan cara membubuhkan tandatangan setuju dibayar pada kuitansi, diteruskan ke Bendahara Pengeluaran untuk: a) Dicatat selanjutnya dibukukan dan dilakukan pembayaran oleh Bendahara Pengeluaran; b) Kompilasi / rekap pertanggungjawaban ke dalam format SPTB untuk draft SPP 3) Draft SPP tersebut disampaikan kepada PPSPM, untuk diuji meliputi a). Keabsahan dokumen pendukung SPP b). Ketersediaan pagu anggaran dalam DIPA c). Kesesuaian rencana kerja / kelayakan hasil kerja yang dicapai dengan indikator kinerja d). Kebenaran atas hak tagih, antara lain pihak yang ditunjuk untuk menerima pembayaran e) Pencapaian tujuan atau sasaran sesuai dengan indikator kinerja yang ditetapkan. 4) Bila syarat-syarat tersebut tidak terpenuhi, maka SPP akan dikembalikan kepada PPK untuk diperbaiki. Bila SPP memenuhi syarat, maka dibuat SPM-GU. 5) SPM yang telah ditandatangani kemudian dikirim ke KPPN untuk penerbitan SP2D. 6) SP2D ditujukan ke Bendahara Pengeluaran untuk selanjutnya diproses pencairannya setelah proses transfer ke Bank Bendahara Pengeluaran. 31

32 7) Copy SP2D agar dikirim kepada Unit Akuntansi sebagai bahan Perhitungan Anggaran dan Laporan SAI. 8) PPK memberitahukan kepada Penanggungjawab kegiatan untuk mengajukan uang sesuai kebutuhan untuk pelaksanaan kegiatan masing-masing untuk satu bulan berikutnya. 9) Penanggungjawab kegiatan mengajukan UMK kepada PPK sesuai dengan kebutuhan. 10) PPK memerintahkan Bendahara Pengeluaran untuk membayar Uang Muka kepada Pengelola Keuangan Puskesmas sebesar nilai yang disetujui PPK 11) Batas waktu pertanggungjawaban GU isi, maksimal diselesaikan dalam waktu 1 bulan sejak diterimanya SP2D dan tidak menutup kemungkinan diselesaikan lebih cepat (< 1 bulan) dan demikian seterusnya untuk pengajuan GU berikutnya. 12) Dalam pelaksanaan kegiatan agar tetap memperhatikan prinsip-prinsip hemat, efisiensi, disiplin dan tidak mewah. d. Pembayaran Langsung (LS) 1) Perjalanan Dinas a) Penanggungjawab kegiatan menyampaikan kerangka acuan, Surat tugas peserta dan daftar nominatif yang berisi rincian biaya perjalanan dinas dan waktu pelaksanaan kepada PPK. b) PPK membuat SPP LS dan menyampaikannya kepada PPSPM. c) PPSPM melakukan pengujian dan menerbitkan SPM-LS serta dikirimkan ke KPPN guna penerbitan SP2D. 32

33 2) Pengadaan Barang/Jasa (Paket Meeting) a) PPK menyampaikan POK dan RPK yang dirinci menurut kegiatan, jadual pengadaan barang/jasa untuk diproses pelaksanaannya oleh Panitia Pengadaan. b) Setelah proses pengadaan selesai, dan pihak penyedia menyelesaikan pekerjaannya, maka atas dasar tagihan pihak penyedia, PPK membuat SPP-LS dilengkapi dengan resume kontrak dan bukti tagihan kemudian menyampaikannya kepada PPSPM. c) PPSPM melakukan pengujian dan menerbitkan SPM-LS serta dikirimkan ke KPPN guna penerbitan SP2D. d) Pencairan dana langsung masuk ke rekening pihak ketiga dan tembusan SP2D diterima oleh Bendahara Pengeluaran untuk dicatat dalam pembukuan. Selanjutnya Bendahara Pengeluaran menyampaikan copy SP2D kepada UAKPA. Alur Mekanisme Pembayaran Pelaksanaan APBN dapat dilihat pada bagan 3 dan 4 33

34 Bagan 3 Uang Persediaan, Tambahan UP dan GU-UP DJPBN Kanwil K P P N SP2D Rekomendasi bilamana perlu SPM PP - SPM Penguji SPP Verifikasi P P K SPP Bendahara Pengeluaran Pertanggungjawaban Ditolak / diperbaiki P.Jawab Kegiatan / Pengelola 34

35 Bagan 4 Pembayaran Langsung (LS) Tagihan P P K Pihak Penyedia SP2D K P P N SPM Tembusan SP2D Bendahara Pengeluaran Tidak Copy SP2D Ya PP-SPM Penguji SPP Pengelola SAI / SIMAK-BMN Pada saat pengajuan SPM ke KPPN tidak perlu dilampirkan SPP dan dokumen lainnya (Kontrak) tetapi dilampiri resume kontrak, SPTB dan SSP. SPP termasuk dokumen lampirannya disimpan pada Penandatangan / Penerbit SPM. 35

36 B. Pertanggungjawaban 1. Jenis Belanja Dana Kegiatan Penunjang Tugas Pembantuan yang menggunakan Akun Belanja Barang sesuai Peruntukkannya (terdapat 7/tujuh-Akun). Anggaran ini mendukung kegiatan manajemen Tugas Pembantuan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, yaitu : a) Belanja Barang Fisik Lain Tugas Pembantuan b) Honor yang terkait dengan operasional Satuan Kerja c) Belanja Bahan d) Honor yang terkait dengan output kegiatan e) Belanja Barang Non Operasional Lainnya f) Belanja Pengiriman g) Belanja Perjalanan Lainya 2. Bentuk Pertanggungjawaban Dalam rangka pelaksanaan anggaran belanja, Bendahara Pengeluaran wajib membuat pembukuan semua transaksi keuangan yang dilaksanakan oleh satuan kerja dan berkewajiban pula menginventarisasi dokumen atas pelaksanaan seluruh kegiatan-kegiatan yang telah dilaksanakan. Sedangkan Pejabat Pembuat Komitmen bertanggungjawab atas pelaksanaan kegiatan di tingkat Kabupaten / Kota dan Puskesmas dan Jaringannya sebagai berikut : a. Kegiatan Rapat bentuk pertanggungjawabannya berupa kwintansi dengan lampiran surat undangan, daftar hadir, bukti biaya konsumsi, daftar penerimaan transpotasi dan notulen rapat. b. Pertemuan bentuk pertanggungjawabannya berupa kwintansi, surat undangan peserta, notulen rapat, kerangka acuan, jadual kegiatan, daftar penerimaan uang harian, penerimaan biaya transpotasi. c. Honorarium bentuk pertanggungjawabannya berupa kwintansi dengan lampiran daftar penerima honorarium, surat keputusan penetapan petugas. 36

37 d. Uang harian, transportasi, penginapan petugas monitoring dan evaluasi bentuk pertanggungjawabannya berupa kwintansi dengan rincian penerimaan yang ditandatangani petugas dilampiri bukti transportasi dan penginapan berupa kuitansi atau surat pernyataan biaya riil dengan lampiran surat tugas, SPPD, dan laporan monev. e. Paket meeting untuk membiayai Akomodasi hotel, sewa ruang pertemuan, sewa komputer & LCD serta perlengkapan peserta pertemuan bentuk pertanggungjawabannya berupa kuitansi dengan melampirkan kontrak / SPK. f. Alat tulis kantor dan fotokopi bentuk pertanggungjawabannya berupa kwintansi dengan melampirkan faktur barang. g. Setiap Satuan Kerja Kuasa Pengguna Anggaran wajib membuat Laporan Pelaksanaan setiap Kegiatan dengan berpedoman pada format, sebagai berikut : 1) Format Laporan Perjalanan Dinas (lampiran 1) 2) Format Laporan Rapat (lampiran 2) 3) Format Laporan Penyelenggaraan Pertemuan (lampiran 3) 4) Format Laporan Tahunan (lampiran 4) Laporan disimpan pada setiap pelaksana program dan kegiatan untuk kepentingan monitoring penanggungjawab program (Pusat) dan Auditor. Pertanggungjawaban uang dan barang agar dicatat dan disimpan secara tertib administrasi guna keperluan pemeriksaan oleh Aparat Pengawas Internal maupun Eksternal 37

38 3. Penyelesaian Tagihan Atas Beban Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) Lingkup Peraturan Menteri Keuangan Nomor 170/PMK.05/2010 tentang Penyelesaian Tagihan Atas Beban APBN ini mengatur batas waktu penyelesaian tagihan mulai dari pengajuan tagihan yang lengkap dan benar dari Penerima Hak kepada KPA sampai dengan SPM diterbitkan dan disampaikan ke KPPN. a. Pengajuan Tagihan 1. Tagihan atas pengadaan barang/jasa yang membebani APBN diajukan dengan surat tagihan oleh Penerima Hak kepada KPA/PPK paling lambat 5 hari kerja setelah timbulnya hak tagih kepada Negara 2. Bila setelah 5 hari Kerja Penerima Hak belum mengajukan tagihan maka KPA/PPK harus memberitahukan secara tertulis kepada Penerima Hak untuk mengajukan tagihan. 3. Pada saat mengajukan tagihan Penerima Hak harus memberikan penjelasan secara tertulis kepada KPA/PPK atas keterlambatan pengajuan tagihan. 4. Tagihan yang dimaksud pada (1) didasarkan pada : a. Kontrak / Surat Perintah Kerja / Surat Tugas / Surat Perjanjian / Surat Keputusan; b. Berita Acara Kemajuan Pekerjaan; c. Berita Acara Penyelesaian Pekerjaan; d. Berita Acara Serah Terima barang/ pekerjaan; dan / atau e. Bukti Penyelesaian pekerjaan lainnya sesuai ketentuan b. Penyelesaian Surat Permintaan Pembayaran (SPP) Surat Permintaan Pembayaran (SPP) diterbitkan oleh PPK dan disampaikan kepada Pejabat Penandatangan SPM (PP- SPM) : 1. SPP-UP paling lambat 2 (dua) hari kerja setelah diterimanya permintaan UP dari Bendahara Pengeluaran 38

39 2. SSP-TUP paling lambat 2 (dua) hari kerja setelah diterimanya surat persetujuan TUP dari Kepala KPPN/Kepala Kantor Wilayah Ditjen Perbendaharaan 3. SPP-GUP paling lambat 5 (lima) hari kerja setelah buktibukti pendukung diterima secara lengkap dan benar 4. SPP-GUP Nihil atas TUP paling lambat 5 (lima) hari kerja sebelum batas akhir pertanggung jawaban TUP 5. SPP-LS untuk pembayaran belanja pegawai paling lambat 4 (empat) hari kerja setelah dokumen pendukung SPP-LS diterima secara lengkap dan benar dari PPABP 6. SPP-LS untuk belanja non-pegawai paling lambat 5 (lima) hari kerja setelah dokumen SPP-LS diterima secara lengkap dan benar dari Penerima Hak 7. Dalam hal PPK menolak /mengembalikan tagihan karena dokumen pendukung tagihan tidak lengkap dan benar, maka PPK harus menyatakan secara tertulis alasan penolakan/pengembalian tersebut paling lambat 2 (dua0 hari kerja setelah diterimanya surat tagihan. c. Pengujian SPP dan Penerbitan SPM Pengujian SPP beserta dokumen pendukung diterima secara lengkap dari PPK sampai dengan penerbitan SPM oleh PP- SPM diselesaikan dalam waktu tertera pada tabel dibawah ini: Nomor SPP/SPM Waktu Penyelesaian 1. UP/TUP 2 hari kerja 2. GUP 4 hari kerja 3. GUP Nihil atas TUP 3 hari kerja 4. LS 5 hari kerja 39

40 Dalam hal PP-SPM menolak/mengembalikan SPP karena dokumen pendukung SPP tidak lengkap dan benar, maka PP-SPM harus menyatakan secara tertulis alasan penolakan/pengembalian tersebut paling lambat 2 (dua) hari kerja setelah diterimanya SPP. d. Penyampaian SPM SPM beserta dokumen pendukung yang dilengkapi dengan ADK SPM dismapaikan kepada KPPN oleh KPA atau Pejabat yang ditunjuk paling lambat 2 (dua) hari kerja setelah SPM diterbitkan. e. Tanggung jawab KPA terhadap Batas Waktu Penyelesaian Tagihan. 1. KPA melakukan pengawasan terhadap proses penyelesaian tagihan atas beban APBN pada Satker-nya masing-masing. 2. KPA bertanggungjawab atas ketepatan waktu penyelesaian tagihan atas beban pada Satker-nya masing-masing 40

41 BAB III TEKNIK PEMBUKUAN A. Manfaat dan Tujuan 1. Manfaat bagi Bendahara a. Pedoman dalam rangka pelaksanaan amanat Undang- Undang. b. Pengawasan ketersediaan dana terkait dengan perintah bayar dari PPK. c. Pengawasan pencapaian target anggaran penerimaan. 2. Manfaat bagi Atasan Langsung Merupakan managerial report, sebagai sarana untuk: Pengambilan keputusan dalam pelaksanaan kegiatan operasional sehari-hari terkait dengan keadaan sisa pagu dana yang sesungguhnya 3. Tujuan a. Tujuan Umum Pengelola Keuangan/Bendahara diharapkan mampu memahami tentang pengelolaan keuangan penatausahaan Dana Tugas Pembantuan BOK b. Tujuan Khusus Melaksanakan pembukuan dengan baik dan benar Menyusun pertanggungjawaban keuangan Menyusun laporan pemanfaatan dana 41

42 B. Perbedaan Konsepsi Lama dengan Konsepsi Baru No Konsepsi Lama (KMK 332/1968) 1. Hubungan Bendahara dengan Atasan Langsung Pengaruh atasan langsung terhadap Bendahara sangat dominan 2. Pembukuan Bendahara Hanya mengatur pembukuan pada BKU Pengaturan pembukuan sangat kaku (harus tulis tangan dengan tinta warna tertentu) Konsepsi Baru (UU 1/2004; PP 8/2006 dan PMK 73/PMK.05/2008) Bendahara tidak dapat dipengaruhi oleh atasan langsung Bendahara dapat menolak perintah bayar yang diajukan oleh atasan langsung Pengaturan lebih luas, meliputi penatausahaan (pengelolaan uang, pembukuan dan pertanggung jawabannya) Pengaturan pembukuan sangat luwes (dapat dengan tulis tangan dan/atau menggunakan komputer) C. Penatausahaan Kas 1. Bendahara wajib menatausahakan seluruh transaksi namun bertanggung jawab sebatas uang yang dikelolanya dalam rangka pelaksanaan APBN 2. Bendahara tidak diperkenankan menyimpan uang atas nama pribadi 42

43 3. Bendahara dan penyelenggara kegiatan dalam rangka melakukan pembayaran wajib melakukan pemotongan kewajiban (pajak dan bukan pajak) pihak ketiga kepada negara 4. Bendahara melakukan pembayaran atas perintah PPK 5. Bendahara wajib menolak perintah bayar dari atasan langsung apabila persyaratan tidak terpenuhi dan bertanggungjawab secara pribadi atas pembayaran yang dilaksanakannya 6. Penerimaan yang merupakan penerimaan negara harus segera disetor ke Kas Negara dan tidak dapat dipergunakan langsung untuk membiayai pengeluaran kecuali diatur khusus dalam peraturan perundang-undangan tersendiri 7. Pada akhir tahun anggaran/kegiatan, bendahara wajib menyetor seluruh uang negara yang dikuasainya ke Kas Negara 8. Atasan langsung melakukan pemeriksaan kas sekurangkurangnya satu kali dalam satu bulan. D. Pembukuan Bendahara Pengeluaran 1. Prinsip Pembukuan a. Bendahara wajib menyelenggarakan pembukuan b. Setiap transaksi harus segera dicatat dalam Buku Kas Umum sebelum pembukuan dalam buku-buku pembantu c. Pembukuan dilaksanakan berdasarkan asas brutto d. Pembukuan dapat dilakukan dengan tulis tangan dan/atau komputer e. Atasan langsung melaksanakan pemeriksaan kas sekurangkurangnya satu kali dalam satu bulan 43

44 2. Dokumen Sumber Pembukuan Adalah seluruh dokumen terkait dengan uang yang dikelola Bendahara serta transaksi dalam rangka pelaksanaan anggaran satuan kerja, antara lain: a. DIPA, SPM dan SP2D b. Kwitansi/dokumen pembayaran atas uang yang bersumber dari Bendahara c. Faktur pajak atas potongan uang yang bersumber dari Bendahara 3. Pembukuan dengan Komputer a. Bendahara wajib mencetak BKU dan buku-buku Pembantu, sekurang-kurangnya satu kali dalam satu bulan b. Bendahara wajib menatausahakan hasil cetakan yang ditandatangani Bendahara dan Kepala Pusk c. Bendahara wajib memelihara database pembukuan 4. Diagram Pembukuan Dokumen Sumber/Transaksi B K U B Kas Tunai BP Bank BP Pajak BP Persekot Pengesahan D K D K D K D K D K Dana BOK Penganbilan Tunai Pertanggungjawaban/ Kwitansi (bruto) 5 5 Penerimaan Pajak Setoran Pajak (SSP) SSBP (Setoran sisa UP) 1 1 Persekot SPJ Rampung

45 a. Dana Bok masuk ke Rekening Bendahara (BKU dan BP Buku Bank sisi Debet) b. Pengambilan Tunai dari Rekening Bank di BKU Debet Kredit karena dana tetap c. Persekot di BKU Debet Kredit karena dana tetap (belum merupakan pertanggungjawaban) d. SPJ Rampung pada BKU di sisi Kredit, BP Kas Tunai pada sisi Debet untuk cp Persekot, sisi Kredit untuk SPJ Rampung, pada BP Persekot pada sisi Kredit untuk cp Persekot 5. Contoh Bentuk Buku FORMAT BUKU KAS UMUM (BKU) Kab / Kota :... Propinsi :... Pagu Dana BOK :... Tanggal Uraian Transaksi Keuangan No Bukti / Kuitansi Penerimaan Pengeluaran Saldo..., Mengetahui PPK, Bendahara Pengeluaran, Kabupaten/Kota... (...) (...) 17 45

46 FORMAT BUKU KAS TUNAI Kab / Kota :... Propinsi :... Pagu Dana BOK :... Tanggal Uraian Transaksi Keuangan No Bukti / Kuitansi Penerimaan Pengeluaran Saldo..., Mengetahui PPK, Bendahara Pengeluaran, Kabupaten/Kota... (...) (...) 18 46

47 FORMAT BUKU PEMBANTU BANK Kab / Kota :... Propinsi :... Pagu Dana BOK :... Tanggal Uraian Transaksi Keuangan No Bukti / Kuitansi Penerimaan Pengeluaran Saldo Mengetahui PPK,..., Bendahara Pengeluaran, Kabupaten/Kota... (...) (...) 19 Kab / Kota :... Propinsi :... Pagu Dana BOK :... FORMAT BUKU PAJAK Tanggal Uraian Transaksi Keuangan No Bukti / Kuitansi Debet PPN PPh.21 PPh.22 PPh.23 Kredit Saldo Mengetahui PPK,..., Bendahara Pengeluaran, Kabupaten/Kota... (...) (...) 20 47

48 FORMAT BUKU PERSEKOT / UANG MUKA Kab / Kota :... Propinsi :... Tanggal Uraian Transaksi Keuangan No Bukti / Kuitansi Penerimaan Pengeluaran Saldo..., Mengetahui PPK, Bendahara Pengeluaran, Kabupaten/Kota... (...) (...) 21 48

49 BERITA ACARA PEMERIKSAAN KAS Pada hari ini,. tanggal...bulan... tahun 2010, kami selaku Kepala Puskesmas telah melakukan pemeriksaankas dengan posisi saldo BKU sebesar Rp...,- dan Nomor Bukti terakhir Nomor... Adapun hasil pemeriksaan kas sebagai berikut: I Hasil Pemeriksaan Pembukuan Bendahara: Saldo Kas Bendahara 1. Saldo Giro Pos Rp 2. Saldo Kas Tunai Rp (+) 3. Jumlah (A.1+A.2) Rp II Hasil Pemeriksaan Kas: Kas yang Dikuasai Bendahara: 1 Uang Tunai di Brankas Bendahara Rp 2 Uang di Rekening Bank Bendahara Rp (+) 3 Jumlah Kas (A.1+A.2) Rp Selisih Kas (I - II) Rp 19 III Penjelasan Atas Selisih A Selisih Kas (II) Yang diperiksa Bendahara Pengeluaran, PPKKabupaten/Kota,... Nama. NIP. Nama... NIP Koreksi atas Kesalahan Pencatatan a. Kesalahan pencatatan nilai kwitansi Langkah-langkah koreksi: Membuat Berita Acara Koreksi pembukuan Membukukan Contra Pos (CP) terhadap nilai kwitansi yang salah pada BKU dan Buku Pembantu terkait 49

50 Membukukan kembali nilai kwitansi yang benar Contoh Berita Acara BERITA ACARA Nomor.. Pada hari ini tanggal..tahun 2011, kami selaku bendahara pengeluaran.. Melakukan koreksi atas kesalahan didalam pembukuan atas transaksi tanggal 18 Mei 2011 dengan no bukti 004 sebagai berikut : Tertulis nilai kwitansi sebesar : Rp.... Seharusnya nilai kwitansi sebesar : Rp.... Demikian berita acara ini dibuat sebagai bahan koreksi atas pembukuan transaksi dimaksud. Mengetahui, PPK dr. Anton Bendahara Pengeluaran Dian b. Koreksi terhadap kesalahan pencatatan nilai saldo pada BKU Langkah-langkah koreksi Membuat Berita Acara Koreksi pembukuan Melakukan pembukuan pada BKU sebesar selisih lebih/kurang sesuai Berita Acara tersebut di point 1 Contoh Berita Acara BERITA ACARA Nomor.. Pada hari ini tanggal..tahun 2011, kami selaku bendahara Pengeluara Melakukan koreksi atas kesalahan nilai saldo pada BKU, bahwa terdapat selisih kurang sebesar Rp Demikian berita acara ini dibuat sebagai bahan koreksi atas pembukuan transaksi dimaksud. Mengetahui, PPK dr. Anton Bendahara Pengeluaran Dian 50

51 BAB IV LAPORAN PEMANFAATAN DANA A. Pencatatan Pemanfaatan Dana Pencatatan pemanfaatan dana Tugas Pembantuan BOK dibuat dalam buku kas umum dan buku pembantu lainnya, dilengkapi dengan bukti pengeluaran dan tanda terima dana oleh petugas yang melaksanakan kegiatan. B. Pelaporan a. Hasil pencatatan semua kegiatan Kabupaten dalam satu periode tertentu (bulanan) dilakukan rekapitulasi dalam suatu laporan pelaksanaan dengan menggunakan sistem yang sudah ada. b. Laporan dikirim secara berjenjang c. Laporan Realisasi Anggaran 1. Laporan Realisasi Anggaran Secara Manual Dalam rangka pemantauan pelaksanaan anggaran satker secara tepat waktu, masing-masing satker menyampaikan laporan realisasi fisik dan keuangan sebagaimana format laporan di bawah ini : Tabel 1 Realisasi Anggaran APBN yang di Daerahkan di Kabupaten/Kota Tahun 2011 Nomor Kegiatan Alokasi Realisasi Keuangan Fisik Rp % (%) 51

52 2. Laporan Sistem Akuntansi Instansi (SAI) yang terdiri dari Sistem Akuntansi Keuangan (SAK) dan Sistim Informasi Manajemen & Akuntansi Barang Milik Negara (SIMAK- BMN) Satuan kerja sebagai Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Anggaran Kabupaten / Kota wajib menyampaikan laporan Realisasi Anggaran dan Neraca setelah melakukan rekonsiliasi dengan KPPN setempat setiap bulan selambat-lambatnya tanggal 7 bulan berikutnya, sesuai dengan Sistim Akuntansi Instansi yang diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan RI Nomor171/PMK.05/2007 tentang Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat dan Peraturan Dirjen Perbendaharaan Nomor : PER-65/PB/2010 tentang Pedoman Penyusunan Laporan Keuangan Kementerian / Lembaga. 52

53 Tembusan Bagan 6 Mekanisme Pelaporan SAI (SAK dan SIMAK-BMN) TINGKAT KEMENTERIAN UNIT AKUNTANSI PENGGUNA ANGGARAN/BARANG ( UAPA / B ) ADK & Laporan TINGKAT ESELON-I UNIT AKUNTANSI PEMBANTU PENGGUNA ANGGARAN/BARANG ESELON-I (UAPPA/B-E1) TINGKAT WILAYAH UNIT AKUNTANSI PEMBANTU PENGGUNA ANGGARAN/BARANG WILAYAH (UAPPA/B-W) TINGKAT SATKER UNIT AKUNTANSI KUASA PENGGUNA ANGGARAN/BARANG WILAYAH (UAKPA/B) REKONSILIASI DENGAN KPPN Keterangan : UAKPA/B menyampaikan Laporan secara berjenjang UAKPA/B menyampaikan tembusan laporan langsung ke UAPPA/B E-1 53

54 3. Penyampaian / pengiriman laporan akan dilakukan sebagai berikut : T a n g g a l 1 4 Semua satker akan dihubungi melalui telepon dan SMS Semua satker akan diingatkan kembali mengenai laporan 5 Laporan dikirim ke Pusat Butir 3 setelah diisi dan dikirimkan ke : Sekretariat Ditjen. Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak c/q Bag. Keuangan, Jl. HR Rasuna Said Kav. 4-9 Blok X5, Jakarta Selatan Lantai 8 Blok C Ruang 813 Telp / Fax : (021) tp_bok@yahoo.com Setiap bulan selambat-lambatnya tanggal 15 bulan berikutnya. 54

55 BAB V PEMBINAAN DAN PENGAWASAN A. Pembinaan Pembinaan oleh Tim Pengelola BOK di setiap tingkat (pusat, provinsi, kabupaten/kota) ditujukan agar dana BOK dapat dimanfaatkan secara efektif dan efisien untuk pencapaian tujuan sehingga dapat memberikan hasil seoptimal mungkin. 1. Pembinaan oleh Tim Pengelola BOK Tingkat Kabupaten/Kota Beberapa hal yang terkait dengan pembinaan pengelola BOK Puskesmas oleh Tim Pengelola BOK Tingkat Kabupaten/Kota adalah: a. Pembinaan dilakukan secara berkala b. Pembinaan dilakukan secara terintegrasi dengan kegiatan Jamkesmas dan Jampersal c. Pembinaan Puskesmas oleh Tim Pengelola BOK Tingkat Kabupaten/Kota dilakukan terhadap aspek teknis kegiatan dan administrasi d. Pembinaan dilakukan mulai dari penyusunan POA dan penggerakan pelaksanaan kegiatan BOK e. Pembinaan dapat dilakukan melalui kunjungan lapangan secara acak untuk pembuktian laporan Puskesmas f. Pembinaan dapat dilakukan melalui pertemuan koordinasi di tingkat kabupaten/kota dengan mengundang Puskesmas 55

56 2. Pembinaan oleh Tim Pengelola BOK Tingkat Provinsi dan Pusat. Prinsip pembinaan oleh Tim Pengelola BOK Tingkat Provinsi dan Pusat pada dasarnya sama dengan pembinaan dan pengawasan yang dilakukan Tim Pengelola BOK Tingkat Kabupaten/Kota. Pembinaan kegiatan BOK di tingkat provinsi terintegrasi dengan pembinaan kegiatan Jamkesmas dan Jampersal. PEMBINAAN DAN PENGAWASAN 1. Pembinaan dilakukan secara berjenjang oleh pemerintah dan pemerintah daerah sesuai dengan tugas dan fungsinya. 2. Pelaksanaan pengawasan penyelenggaraan kegiatan BOK dilakukan oleh aparat pengawasan fungsional (APF). B. Pengawasan Kegiatan pengawasan adalah kegiatan yang bertujuan untuk mengurangi dan/atau menghindari masalah yang berhubungan dengan penyalahgunaan wewenang, kebocoran dan pemborosan keuangan negara, pungutan liar, atau bentuk penyelewengan lainnya. Pengawasan kegiatan BOK meliputi pengawasan melekat (waskat), pengawasan fungsional internal, dan pengawasan eksternal. 56

57 BOK merupakan dana pusat (APBN Kementerian Kesehatan), maka yang berhak melakukan pengawasan adalah pengawas internal dari Inspektorat Jenderal (Itjen) Kementerian Kesehatan dan pengawas eksternal dari Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). 1. Pengawasan Melekat (Waskat) Pengawasan melekat adalah pengawasan yang dilakukan oleh pimpinan masing-masing instansi kepada bawahannya, baik di tingkat pusat, provinsi, kabupaten/kota, maupun Puskesmas. 2. Pengawasan Fungsional Internal Instansi pengawas fungsional kegiatan BOK secara internal adalah Inspektorat Jenderal (Itjen) Kementerian Kesehatan. Instansi ini juga bertanggung jawab untuk melakukan audit sesuai kebutuhan atau sesuai permintaan instansi yang akan diaudit terhadap pemanfaatan dana BOK. 3. Pengawasan Eksternal Instansi pengawas eksternal kegiatan BOK adalah pengawasan fungsional yang dilakukan oleh tim audit keuangan yang berwenang, yaitu Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Instansi ini juga bertanggungjawab untuk melakukan audit sesuai dengan kebutuhan atau permintaan instansi yang akan diaudit terhadap pelaksanaan dan pemanfaatan dana BOK. 57

58 BAB VI PENUTUP Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan Keuangan Bantuan Operasional Kesehatan (Tugas Pembantuan) ini disusun untuk menjadi acuan yang diperlukan bagi pelaksanaan penggunaan dana BOK. Dengan adanya dana BOK diharapkan dapat meningkatkan akses dan pemerataan pelayanan kesehatan pada masyarakat, dalam upaya melaksanakan SPM Bidang Kesehatan guna pencapaian MDGs tahun Puskesmas dan jaringannya diharapkan lebih mampu melaksanakan fungsinya menangani berbagai masalah kesehatan dengan menyusun perencanaan Puskesmas di seluruh wilayah kerjanya secara komprehensif serta mengutamakan upaya promotif dan preventif, termasuk bagi masyarakat miskin, dalam kendali manajemen Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Apabila di kemudian hari diperlukan adanya perubahan pada Petunjuk Pelaksanaan ini, maka akan dilakukan penyempurnaan pada penyusunan Petunjuk Pelaksanaan selanjutnya. Direktur Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat Yang Menjalankan Tugas dan Fungsi Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak dr. Budihardja, DTM&H, MPH NIP

59 LAMPIRAN 59

60 FORM LAPORAN DINAS 1. Dasar Penugasan : Nama Petugas / Tim : Tujuan Perjalanan : Tanggal Perjalanan : Maksud Perjalanan : Pejabat yang ditemui : Hasil Kunjungan, antara lain : Lampiran 1 Contoh Format Laporan Dinas a. Proses pelaksanaan : Permasalahan yang dihadapi : Kesimpulan / Saran Perbaikan : Jakarta, Pelapor : dst 60

61 Lampiran 2 Contoh Format Laporan Rapat) FORM LAPORAN RAPAT Kepada Yth :... Dari :... Acara :... Tembusan : Dasar Penugasan : Tanggal dan Tempat : Materi / Agenda Rapat : Penyelenggara : Pimpinan Rapat : Hasil Rapat : a. Proses pelaksanaan : Permasalahan yang dihadapi : Jakarta, Pelapor : (...) NIP... 61

62 Lampiran 3 Contoh Format Laporan Penyelenggaraan Pertemuan FORM LAPORAN PENYELENGGARAAN PERTEMUAN Kepada Yth :... Dari :... Perihal :... Tembusan :... I. PENDAHULUAN II. PESERTA III. NARASUMBER / PENGAJAR IV. MATERI V. TEMPAT DAN WAKTU VI. PROSES PERTEMUAN VII. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI LAMPIRAN, antara lain : Kerangka acuan SK tentang Susunan Panitia Penyelenggara Sambutan-sambutan Laporan Ketua Panitia Daftar Peserta Jadual Surat-surat Materi / bahan pertemuan 62

63 Lampiran 4 Contoh Format Laporan Tahunan FORM LAPORAN TAHUNAN KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR LAMPIRAN I. PENDAHULUAN II. TUJUAN III. PROGRAM 3.1 Tujuan 3.2 Sasaran 3.3 Kebijakan 3.4 Strategi 3.5 Pokok-pokok Kegiatan IV. PELAKSANAAN KEGIATAN PROGRAM dst V. REALISASI KEUANGAN VI. PERMASALAHAN VII. KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan 7.2 Saran 63

64 Lampiran 5 Format Surat Pernyataan Tanggung Jawab Belanja (SPTB) SPM GU Lampiran1 Perdirjen Perbendaharaan Nomor PER- 11 /PB/2011 Tanggal 18 Februari 2011 SURAT PERNYATAAN TANGGUNGJAWAB BELANJA Nomor :...(1) 1. Kode Satuan Kerja :...(2) 2. Nama Satuan Kerja :...(3) 3. Tanggal/No. DIPA :...(4) 4. Klasifikasi Anggaran :...(5).../...(6).../...(7).../...(8).../...(9).../...(10)... Yang bertandatangan di bawah ini atas nama Kuasa Pengguna Anggaran Satuan Kerja...(11) menyatakan bahwa saya bertanggungjawab secara formal dan material atas segala pengeluaran yang telah dibayar lunas oleh Bendahara Pengeluaran kepada yang berhak menerima serta kebenara perhitungan dan setoranpajak yang telah dipungut atas pembayaran tersebut dengan perincian sebagai berikut : No Akun Penerima Uraian Bukti Jumlah Pajak yang dipungut Bendahara Pengeluran Tanggal Nomor PPN PPh A b C d E f g h i (12)...(13)......(14).....(15).....(16)......(17).. (18) (19) Rp.../ (20) Rp.../ Jumlah Bukti-bukti pengeluaran anggaran dan asli setoran pajak (SSP/BPN) tersebut di atas disimpan oleh Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran untuk kelengkapan administrasi dan pemeriksaan aparat pengawas fungsional. Demikian Surat Pernyatan ini dibuat dengan sebenarnya. Pejabat Pembuat Komitmen Bendahara Pengeluaran...(21)......(24)... Nama...(22)... Nama...(25)... NIP/NRP...(23)... NIP/NRP...(26)... 64

65 PETUNJUK PENGISIAN SPTB UNTUK SPM GU NOMOR URAIAN ISIAN (1) Diisi dengan nomor urut SPTB (2) Diisi dengan kode Satuan Kerja/Satker yang bersangkutan (3) Diisi dengan nama Satuan Kerja/Satker yang bersangkutan (4) Diisi dengan tanggal dan Nomor DIPA (5) Diisi dengan Kode Fungsi (6) Diisi dengan Kode Subfungsi (7) Diisi dengan Kode Program (8) Diisi dengan Kode Kegiatan (9) Diisi dengan Kode Output (10) Diisi dengan Kode Sub Kelompok Akun (11) Diisi dengan nama Satuan Kerja/Satker yang bersangkutan (12) Diisi dengan nomor urut (13) Diisi dengan jenis akun yang membebani pengeluaran (14) Diisi dengan nama penerima uang/rekanan (15) Diisi dengan uraian pembayaran yang meliputi jumlah barang/jasa dan spesifikasi teknisnya (16) Diisi dengan tanggal bukti transaksi pada kuitansi/ dokumen yang dipersamakan (17) Diisi dengan nomor urut bukti transaksi (18) Diisi dengan Nilai pada kuitansi (bruto) (19) Diisi dengan jumlah PPN yang dikenakan (20) Diisi dengan jumlah PPh yang dikenakan (21) Diisi tandatangan Pejabat Pembuat Komitmen (dalam hal PPK berhalangan maka ditandatangani oieh KPA) (22) Diisi nama Pejabat Pembuat Komitmen (23) Diisi NIP/NRP Pejabat Pembuat Komitmen (24) Diisi tandatangan Bendahara Pengeluaran (25) Diisi nama Bendahara Pengeluaran (26) Diisi NIP/NRP Bendahara Pengeluaran 65

66 Lampiran 6 Format Surat Pernyataan Tanggung Jawab Belanja (SPTB) SPM LS Lampiran2 Perdirjen Perbendaharaan Nomor PER- 11 /PB/2011 Tanggal 18 Februari 2011 SURAT PERNYATAAN TANGGUNGJAWAB BELANJA Nomor :...(1) 5. Kode Satuan Kerja :...(2) 6. Nama Satuan Kerja :...(3) 7. Tanggal/No. DIPA :...(4) 8. Klasifikasi Anggaran :...(5).../...(6).../...(7).../...(8).../...(9).../...(10)... Yang bertandatangan di bawah ini atas nama Kuasa Pengguna Anggaran Satuan Kerja...(11) menyatakan bahwa saya bertanggungjawab secara formal dan material dan kebenaran perhitungan pemungutan pajak atas segala pembayaran tagihan yang telah kami perintahkan dalam SPM ini dengan perincian sebagai berikut : No Akun Penerima Uraian Jumlah Pajak yang dipungut Bendahara Pengeluran PPN A b C d g H i PPh (12)...(13)......(14).....(15).....(16)... (17) Rp.../ (18) Rp.../ Bukti-bukti pengeluaran anggaran dan asli setoran pajak (SSP/BPN) tersebut di atas disimpan oleh Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran untuk kelengkapan administrasi dan pemeriksaan aparat pengawas fungsional. Demikian Surat Pernyatan ini dibuat dengan sebenarnya. Pejabat Pembuat Komitmen...(19)... Nama...(20)... NIP/NRP...(21)... 66

67 PETUNJUK PENGISIAN SPTB UNTUK SPM LS NOMOR URAIAN ISIAN (1) Diisi dengan nomor urut SPTB (2) Diisi dengan kode Satuan Kerja/Satker yang bersangkutan (3) Diisi dengan nama Satuan Kerja/Satker yang bersangkutan (4) Diisi dengan tanggal dan Nomor DIPA (5) Diisi dengan Kode Fungsi (6) Diisi dengan Kode Subfungsi (7) Diisi dengan Kode Program (8) Diisi dengan Kode Kegiatan (9) Diisi dengan Kode Output (10) Diisi dengan Kode Sub Kelompok Akun (11) Diisi dengan nama Satuan Kerja/Satker yang bersangkutan (12) Diisi dengan nomor urut (13) Diisi dengan jenis akun yang membebani pengeluaran (14) Diisi dengan nama penerima uang/rekanan (15) Diisi uraian pembayaran yang meliputi lingkup pekerjaan yang diperjanjikan, tanggal, nomor kontrak/spk, berita acara yang diperlukan/dipersyaratkan (16) Diisi dengan Nilai pada kuitansi (bruto) (17) Diisi dengan jumlah PPN yang dikenakan (18) Diisi dengan jumlah PPh yang dikenakan (19) Diisi tandatangan Pejabat Pembuat Komitmen (dalam hal PPK berhalangan maka ditandatangani oieh KPA) (20) Diisi nama Pejabat Pembuat Komitmen (21) Diisi NIP/NRP Pejabat Pembuat Komitmen 67

68 Lampiran 7 Format Kuitansi Uang Persediaan (UP) Lampiran 53 Perdirjen Perbendaharaan Nomor PER- 66 /PB/2005 Tanggal 28 Desember 2005 Sudah terima dari : Kuasa Pengguna Anggaran Satker / Satker sementara : (4) Jumlah Uang : (5) Terbilang : (6) Untuk Pembayaran : (7) Tahun Anggaran : (1) Nomor Bukti : (2) M.A.K. : (3) KUITANSI / BUKTI PEMBARAYAN Jakarta, (8) Penerima uang..(9) (nama jelas) Setuju dibayar Pejabat Komitmen Lunas dibayar Tgl. (10).. Bendahara Pengeluaran Nama (11) Nama (12) NIP.. NIP.. Barang/ pekerjaan tersebut telah diterima/ diselesaikan dengan lengkap dan baik Pengurus Gudang Ditjen Bina Kesmas Nama..(13) NIP... 68

69 Petunjuk Pengisian Kuitansi Uang Persediaan (UP) Nomor Uraian Isian (1) Diisi tahun anggaran berkenaan (2) Diisi nomor urut kuitansi / bukti pembukuan (3) Diisi MAK yang dibebani transaksi (4) Diisi nama Satker / SKS yang bersangkutan (5) Diisi jumlah uang dengan angka (6) Diisi jumlah uang dengan huruf (7) Diisi uraian pembayaran yang meliputi jumlah barang/jasa dan spesifikasi teknisnya (8) Diisi tempat tanggal penerima uang (9) Diisi tandatangan, nama jelas, stempel perusahaan dan materai sesuai keperluan (10) Diisi tempat tanggal pembukuan (11) Diisi tandatangan, nama jelas, NIP Pejabat Komitmen (12) Diisi tandatangan, nama jelas, NIP Bendahara Pengeluaran dan tanda lunas dibayar (13) Diisi tandatangan, nama jelas, NIP pejabat yang ditunjuk dan bertanggungjawab dalam penerimaan barang / jasa 69

70 Lampiran 8 Format Kuitansi Langsung (LS) Lampiran 4 Perdirjen Perbendaharaan Nomor PER- 66 /PB/2005 Tanggal 28 Desember 2005 Sudah terima dari : Kuasa Pengguna Anggaran Satker / Satker sementara : (4) Jumlah Uang : (5) Terbilang : (6) Untuk Pembayaran : (7) Tahun Anggaran : (1) Nomor Bukti : (2) M.A.K. : (3) KUITANSI / BUKTI PEMBARAYAN Jakarta, (8) Penerima uang..(9) Setuju dibayar : a.n. Kuasa Pengguna Anggaran Pejabat Komitmen (nama jelas) Nama (10) NIP.. 70

71 Petunjuk Pengisian Kuitansi Langsung (LS) Nomor Uraian Isian (1) Diisi tahun anggaran berkenaan (2) Diisi nomor urut kuitansi / bukti pembukuan (3) Diisi MAK yang dibebani transaksi (4) Diisi nama Satker / SKS yang bersangkutan (5) Diisi jumlah uang dengan angka (6) Diisi jumlah uang dengan huruf (7) Diisi uraian pembayaran yang meliputi jumlah barang/jasa dan spesifikasi teknisnya (8) Diisi tempat tanggal penerima uang (9) Diisi tandatangan, nama jelas, stempel perusahaan dan materai sesuai keperluan (10) Diisi tandatangan, nama jelas, NIP Pembuat Komitmen dan stempel dinas 71

72 Lampiran 9 Surat Setoran Bukan Pajak (SSBP) Lampiran 9 Perdirjen Perbendaharaan Nomor PER- 66 /PB/2005 Tanggal 28 Desember

73 PETUNJUK PENGISIAN SSBP Nomor Uraian Isian Catatan : - Diisi dengan huruf kapital atau diketik - Satu formulir SSBP hanya berlaku untuk satu Mata Anggaran Penerimaan (MAP) (1) Diisi dengan Kode KPPN 3 (tiga) digit dan uraian KPPN Penerima Setoran (2) Diisi nomor SSBP dengan metode penomoran Kode Satker Nomor (XXXXXXXX) (3) Diisi Tanggal SSBP dibuat (4) Diisi Kode Rekening Kas Negara (KPPN bersangkutan...diisi petugas Bank) (5) Diisi Kode diikuti dengan uraian Kementerian/Lembaga sesuai dengan yang tercantum pada pagu anggaran (6) Diisi Kode Unit Organisasi Eselon I dan Uraian (7) * Diisi 4 (empat) digit kode kegiatan apabila penyetoran untuk satker Pengguna PNBP (8) Diisi Kode Satker 6 (enam) digit dan uraian Satker (9) Diisi Kode Kab/Kota 2 (dua) digit Diisi Kode Prop 2 (dua) digit (10) Diisi nama/jabatan Wajib Setor/Wajib Bayar (11) Diisi Alamat Jelas Wajib Setor/Wajib Bayar (12) Diisi Kode Mata Anggaran Penerimaan 6 (enam) digit disertai Uraian Penerimaan sesuai Format (13) Diisi Jumlah Rupiah Setoran Penerimaan (14) Diisi Jumlah Rupiah yang dibayarkan dengan huruf (15) Diisi Tanggal SPN dan SP3N kalau ada Surat Penetapannya (16) Diisi Nomor SPN dan SP3N (17) Diisi Kode 3 (tiga) digit dan Nama KPPN penerbit SPN atau Penerima SP3N (18) Diisi keperluan pembayaran (19) Diisi sesuai Tempat dan Tanggal dibuatnya SSBP (20) Diisi sesuai nama Wajib Setor, NIP dan stempel SSBP (21) Diisi Tanggal diterimanya setoran oleh Bank Persepsi atau kantor Pos dan Giro (22) Diisi nama dan Tandatangan Penerima di Bank Persepsi atau kantor Pos dan Giro dengan cap 73

74 Lampiran 10 Surat Setoran Pengembalian Belanja (SSPB) Lampiran 10 Perdirjen Perbendaharaan Nomor PER- 66 /PB/2005 Tanggal 28 Desember

WALIKOTA BATU KEPUTUSAN WALIKOTA BATU NOMOR: 180/8/KEP/ /2013 TENTANG

WALIKOTA BATU KEPUTUSAN WALIKOTA BATU NOMOR: 180/8/KEP/ /2013 TENTANG WALIKOTA BATU KEPUTUSAN WALIKOTA BATU NOMOR: 180/8/KEP/422.012/2013 TENTANG PENUNJUKANN PEJABAT PENGELOLA KEUANGAN DANA BANTUAN OPERASIONAL KESEHATAN KOTA BATU TAHUN ANGGARAN 2013 WALIKOTA BATU, Menimbang

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERBENDAHARAAN NOMOR PER- 11 /PB/2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERBENDAHARAAN

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 162/PMK.05/2013 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 162/PMK.05/2013 TENTANG MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 162/PMK.05/2013 TENTANG KEDUDUKAN DAN TANGGUNG JAWAB BENDAHARA PADA SATUAN KERJA PENGELOLA ANGGARAN PENDAPATAN

Lebih terperinci

2011, No.8 2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambaha

2011, No.8 2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambaha No.8, 2011 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN DALAM NEGERI. Pelaksanaan Kegiatan. Anggaran. Pedoman. PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, Januari Tim Penyusun, Direktorat Jenderal Perbendaharaan

KATA PENGANTAR. Jakarta, Januari Tim Penyusun, Direktorat Jenderal Perbendaharaan MODUL PEMBUKUAN DAN PENYUSUNAN LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN BENDAHARA KATA PENGANTAR Kami ucapkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan Rahmat dan Hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyusun

Lebih terperinci

PANDUAN ADMINISTRASI KEUANGAN APBN SATKER DINAS KETAHANAN PANGAN PROVINSI JAWA TENGAH TA

PANDUAN ADMINISTRASI KEUANGAN APBN SATKER DINAS KETAHANAN PANGAN PROVINSI JAWA TENGAH TA PANDUAN ADMINISTRASI KEUANGAN APBN SATKER DINAS KETAHANAN PANGAN PROVINSI JAWA TENGAH TA 2017 1 Untuk TA 2017 Satker Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Tengah dalam pengelolaan dana APBN Dekonsentrasi

Lebih terperinci

BERITA NEGARA. No.444, 2013 KEMENTERIAN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI. Kuangan Negara. Ketenagakerjaan. Ketransmigrasian. Pengelolaan. Pedoman.

BERITA NEGARA. No.444, 2013 KEMENTERIAN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI. Kuangan Negara. Ketenagakerjaan. Ketransmigrasian. Pengelolaan. Pedoman. BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.444, 2013 KEMENTERIAN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI. Kuangan Negara. Ketenagakerjaan. Ketransmigrasian. Pengelolaan. Pedoman. PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.08/MEN/V/2011 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA BIDANG KETENAGAKERJAAN DAN KETRANSMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.2070, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. APBN. Otoritas Jasa Keuangan. Tata Cara. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 269/PMK.05/2014 TENTANG TATA CARA PENYEDIAAN, PENCAIRAN,

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 228/PMK.05/2010 TENTANG MEKANISME PELAKSANAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN ATAS PAJAK DITANGGUNG PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 005 TAHUN 2013 R TENTANG

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 005 TAHUN 2013 R TENTANG PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 005 TAHUN 2013 R TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI SOSIAL NOMOR 30 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN SOSIAL

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 1 A TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN KEGIATAN DAN ANGGARAN DI LINGKUNGAN DEPARTEMEN DALAM NEGERI

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 1 A TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN KEGIATAN DAN ANGGARAN DI LINGKUNGAN DEPARTEMEN DALAM NEGERI MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 1 A TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN KEGIATAN DAN ANGGARAN DI LINGKUNGAN DEPARTEMEN DALAM NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB III PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK. Pengembangan Sumber Daya Air (PUSAIR). Dalam pelaksanaan kerja praktek

BAB III PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK. Pengembangan Sumber Daya Air (PUSAIR). Dalam pelaksanaan kerja praktek BAB III PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK 3.1 Bidang Pelaksanaan Kerja Praktek Penulis melaksanakan kerja praktek di Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air (PUSAIR). Dalam pelaksanaan kerja praktek

Lebih terperinci

BIRO ADMINISTRASI UMUM & KEUANGAN PROSEDUR TAMBAHAN UANG PERSEDIAAN BAGIAN ANGGARAN MASYARAKAT LEMBAR PENGESAHAN

BIRO ADMINISTRASI UMUM & KEUANGAN PROSEDUR TAMBAHAN UANG PERSEDIAAN BAGIAN ANGGARAN MASYARAKAT LEMBAR PENGESAHAN BIRO ADMINISTRASI UMUM & KEUANGAN PROSEDUR TAMBAHAN UANG PERSEDIAAN BAGIAN ANGGARAN MASYARAKAT LEMBAR PENGESAHAN No. Dokumen Revisi Tanggal Berlaku Halaman ::0 : 1 Januari 2012 : 1 Dari 15 LEMBAR PENGESAHAN

Lebih terperinci

2016, No dari Penerimaan Negara Bukan Pajak di Lingkungan Kementerian Pertahanan dan Tentara Nasional Indonesia; Mengingat : 1. Undang-Undang

2016, No dari Penerimaan Negara Bukan Pajak di Lingkungan Kementerian Pertahanan dan Tentara Nasional Indonesia; Mengingat : 1. Undang-Undang No.1001, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. APBN Kemhan. TNI. Mekanisme. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 109/PMK.05/2016 TENTANG MEKANISME PELAKSANAAN ANGGARAN BELANJA

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.912, 2011 KEMENTERIAN SOSIAL. PNBP. Pedoman Pengelolaan. PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 183 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN PENERIMAAN NEGARA

Lebih terperinci

NOMOR 73 /PMK.05/2008 TENTANG

NOMOR 73 /PMK.05/2008 TENTANG SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 73 /PMK.05/2008 TENTANG TATA CARA PENATAUSAHAAN DAN PENYUSUNAN LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN BENDAHARA KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA/KANTOR/SATUAN KERJA MENTERI KEUANGAN,

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1078, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. Perguruan Tinggi Negeri Badan Hukum. Pemberian. Bantuan Pendanaan. Penyediaan. Pencairan. Pertanggungjawaban. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN

Lebih terperinci

Peraturan Menteri Keuangan. Nomor 190/PMK.05/2012 tentang TATA CARA PEMBAYARAN DALAM RANGKA PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA

Peraturan Menteri Keuangan. Nomor 190/PMK.05/2012 tentang TATA CARA PEMBAYARAN DALAM RANGKA PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN Peraturan Menteri Keuangan Nomor 190/PMK.05/2012 tentang TATA CARA PEMBAYARAN DALAM RANGKA PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1610, 2013 KEMENTERIAN KEUANGAN. Dana Iuran. Jaminan Kesehatan. Penyediaan. Pencairan Pertanggungjawaban. Tata Cara. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 183 TAHUN 2011 TENTANG

MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 183 TAHUN 2011 TENTANG SALINAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 183 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK KEMENTERIAN SOSIAL REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

BIRO ADMINISTRASI UMUM & KEUANGAN PROSEDUR TAMBAHAN UANG PERSEDIAAN BAGIAN ANGGARAN MASYARAKAT LEMBAR PENGESAHAN

BIRO ADMINISTRASI UMUM & KEUANGAN PROSEDUR TAMBAHAN UANG PERSEDIAAN BAGIAN ANGGARAN MASYARAKAT LEMBAR PENGESAHAN Halaman : 1 Dari 15 LEMBAR PENGESAHAN PERSEDIAAN BAGIAN BIRO ADMINISTRASI UNIVERSITAS NUSA CENDANA DIBUAT OLEH MENYETUJUI MENGETAHUI Penyusun SOP Drs. S.A.F. Pandie Ir. D. Roy Nendissa, MP Kepala Biro

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. Dana Belanja Pensiun. PT. Taspen. Prosedur.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. Dana Belanja Pensiun. PT. Taspen. Prosedur. No.593, 2010 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. Dana Belanja Pensiun. PT. Taspen. Prosedur. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 218/PMK.02/2010 TENTANG TATA CARA PERHITUNGAN,

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIANOMOR 277/PMK.05/2014TENTANG RENCANA PENARIKAN DANA, RENCANA PENERIMAAN DANA, DAN PERENCANAAN KAS

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIANOMOR 277/PMK.05/2014TENTANG RENCANA PENARIKAN DANA, RENCANA PENERIMAAN DANA, DAN PERENCANAAN KAS MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIANOMOR 277/PMK.05/2014TENTANG RENCANA PENARIKAN DANA, RENCANA PENERIMAAN DANA, DAN PERENCANAAN KAS DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG SALINAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN KEGIATAN DAN ANGGARAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN DALAM NEGERI DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERBENDAHARAAN NOMOR PER- 43 /PB/2007 TENTANG PETUNJUK PENYALURAN DAN PENCAIRAN DANA PROGRAM KELUARGA

Lebih terperinci

228/PMK.05/2010 MEKANISME PELAKSANAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN ATAS PAJAK DITANGGUNG PEMERINTAH

228/PMK.05/2010 MEKANISME PELAKSANAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN ATAS PAJAK DITANGGUNG PEMERINTAH 228/PMK.05/2010 MEKANISME PELAKSANAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN ATAS PAJAK DITANGGUNG PEMERINTAH Contributed by Administrator Monday, 20 December 2010 Pusat Peraturan Pajak Online PERATURAN MENTERI KEUANGAN

Lebih terperinci

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 170/PMK.05/2010 TENTANG PENYELESAIAN TAGIHAN ATAS BEBAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA PADA SATUAN KERJA DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.746, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. Hibah. Millenium Challenge Corporation. Pengelolaan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 124/PMK.05/2012 TENTANG MEKANISME

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.55/MenLHK/Setjen/Kum.1/6/2016 TENTANG PEDOMAN UMUM PENYALURAN BANTUAN LAINNYA YANG MEMILIKI KARAKTERISTIK BANTUAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.645, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. Uang Makan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 72 /PMK.05/2016 TENTANG UANG MAKAN BAGI PEGAWAI APARATUR SIPIL NEGARA

Lebih terperinci

MAHKAMAH AGUNG MAHKAMAH REPUBLIK INDONESIA AGUNG REPUBLIK INDONESIA

MAHKAMAH AGUNG MAHKAMAH REPUBLIK INDONESIA AGUNG REPUBLIK INDONESIA MAHKAMAH AGUNG MAHKAMAH REPUBLIK INDONESIA AGUNG REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN SEKRETARIS MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 002/Sek/SK/I/2009 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PEMBAYARAN ANGGARAN PENDAPATAN

Lebih terperinci

BAB III PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK. Kantor Dinas Permukiman Dan Perumahan Provinsi Jawa Barat. Di

BAB III PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK. Kantor Dinas Permukiman Dan Perumahan Provinsi Jawa Barat. Di 34 BAB III PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK 3.1. Bidang Pelaksanaan Kerja Praktek Selama melaksankan kerja praktek, penulis ditempatkan di Sub Bagian Keuangan Kantor Dinas Permukiman Dan Perumahan Provinsi Jawa

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.231, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA ARSIP NASIONAL. Pengelolaan APBN. Tahun Anggaran 2013. Petunjuk Pelaksanaan. PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN KEUANGAN. Anggaran. Rehabilitasi. Rekonstruksi. Nanggroe Aceh Darussalam. Pedoman.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN KEUANGAN. Anggaran. Rehabilitasi. Rekonstruksi. Nanggroe Aceh Darussalam. Pedoman. No.103, 2009 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN KEUANGAN. Anggaran. Rehabilitasi. Rekonstruksi. Nanggroe Aceh Darussalam. Pedoman. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 94/PMK.05/2009

Lebih terperinci

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERBENDAHARAAN NOMOR PER- 29 /PB/2007 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN GAJI DAN INSENTIF PEGAWAI TIDAK

Lebih terperinci

MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.77/MENHUT-II/2014 TENTANG

MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.77/MENHUT-II/2014 TENTANG MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.77/MENHUT-II/2014 TENTANG TATA CARA PENGANGKATAN, PEMBEBASTUGASAN, PEMBERHENTIAN DAN TANGGUNG JAWAB BENDAHARA

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 158/PMK.02/2010 TENTANG TATA CARA PENYEDIAAN ANGGARAN, PENCAIRAN, DAN PERTANGGUNGJAWABAN BANTUAN LANGSUNG PUPUK

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 158/PMK.02/2010 TENTANG TATA CARA PENYEDIAAN ANGGARAN, PENCAIRAN, DAN PERTANGGUNGJAWABAN BANTUAN LANGSUNG PUPUK PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 158/PMK.02/2010 TENTANG TATA CARA PENYEDIAAN ANGGARAN, PENCAIRAN, DAN PERTANGGUNGJAWABAN BANTUAN LANGSUNG PUPUK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK

Lebih terperinci

Metode Pembayaran Tagihan Negara

Metode Pembayaran Tagihan Negara DIKLAT SISTEM PENGELUARAN BENDAHARA NEGARA PENGELUARAN APBN Metode Pembayaran Tagihan Negara 1. Metode Pembayaran Langsung (LS) Pembayaran Langsung yang selanjutnya disebut Pembayaran LS adalah pembayaran

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM PEMBUKUAN

GAMBARAN UMUM PEMBUKUAN GAMBARAN UMUM PEMBUKUAN 1 Menjelaskan Pengertian Pembukuan Menerangkan Dasar Hukum Pembukuan Menguraikan Ruang Lingkup Pembukuan Menerangkan Ketentuan Umum Pembukuan Menjelaskan Pemeriksaan Kas Menguraikan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Pengelolaan Dana Kas Kecil Bendahara Pengeluaran adalah orang ditunjuk untuk menerima, menyimpan, membayarkan, menatausahakan dan mempertanggungjawabkan uang untuk keperluan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 257/PMK.02/2010 TENTANG TATA CARA PERHITUNGAN, PENYEDIAAN, PENCAIRAN, DAN PERTANGGUNGJAWABAN DANA APBN YANG KEGIATANNYA DILAKSANAKAN OLEH PT ASABRI (PERSERO)

Lebih terperinci

2017, No dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 173/PMK.05/2016; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf

2017, No dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 173/PMK.05/2016; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.295, 2017 KEMEN-LHK. Penyaluran Bantuan Lainnya. Karakteristik Bantuan Pemerintah. Pedoman. Pencabutan. PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

Arsip Nasional Republik Indonesia

Arsip Nasional Republik Indonesia Arsip Nasional Republik Indonesia LEMBAR PERSETUJUAN Substansi Prosedur Tetap tentang Pencairan Anggaran Belanja di Lingkungan Arsip Nasional Republik Indonesia telah saya setujui. Disetujui di Jakarta

Lebih terperinci

CONTOH PEMBUKUAN BENDAHARA PENGELUARAN

CONTOH PEMBUKUAN BENDAHARA PENGELUARAN LAMPIRAN: CONTOH PEMBUKUAN BENDAHARA PENGELUARAN LAMPIRAN CONTOH PEMBUKUAN BENDAHARA PENGELUARAN Kantor Sekretariat Jenderal Departemen Keuangan mengelola DIPA tahun 29 dengan perincian sebagai berikut:

Lebih terperinci

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 202/PMK.02/2010 TENTANG TATA CARA PENYEDIAAN, PENCAIRAN, DAN PERTANGGUNGJAWABAN DANA UPAYA KHUSUS KEDELAI DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 269/PMK.05/2014 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 269/PMK.05/2014 TENTANG MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 269/PMK.05/2014 TENTANG TATA CARA PENYEDIAAN, PENCAIRAN, PENYALURAN, DAN PERTANGGUNGJAWABAN DANA ANGGARAN

Lebih terperinci

2016, No c. bahwa untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pengelolaan kas negara terkait dengan cara pelaksanaan pembayaran kegiatan yang

2016, No c. bahwa untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pengelolaan kas negara terkait dengan cara pelaksanaan pembayaran kegiatan yang No.268, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. Pembayaran Kegiatan. Pelaksanaan. Tata Cara. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25/PMK.05/2016 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 155/PMK.02/2010 TENTANG TATA CARA PENYEDIAAN, PENCAIRAN, DAN PERTANGGUNGJAWABAN DANA PENYELENGGARAAN KEWAJIBAN PELAYANAN UMUM POS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 162/PMK.05/2013 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 162/PMK.05/2013 TENTANG MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 162/PMK.05/2013 TENTANG KEDUDUKAN DAN TANGGUNG JAWAB BENDAHARA PADA SATUAN KERJA PENGELOLA ANGGARAN PENDAPATAN

Lebih terperinci

2017, No Pinjaman atas Beban Bagian Anggaran Kementerian Negara/Lembaga; d. bahwa Peraturan Menteri Keuangan Nomor 199/PMK.05/2011 tentang Pem

2017, No Pinjaman atas Beban Bagian Anggaran Kementerian Negara/Lembaga; d. bahwa Peraturan Menteri Keuangan Nomor 199/PMK.05/2011 tentang Pem BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1619, 2017 KEMENKEU. Pembayaran Jasa Bank Penatausaha. Penerusan Pinjaman PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 164/PMK.05/2017 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.229,2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30/PMK.08/2012 TENTANG TATA CARA PENGELOLAAN DANA CADANGAN PENJAMINAN DALAM RANGKA PELAKSANAAN ANGGARAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDOENSIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDOENSIA, PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 250/PMK.05/2010 TENTANG TATA CARA PENCAIRAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA ATAS BEBAN BAGIAN ANGGARAN BENDAHARA UMUM NEGARA PADA KANTOR PELAYANAN

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN INFORMASI GEOSPASIAL NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN KEPALA BADAN INFORMASI GEOSPASIAL NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG PERATURAN KEPALA BADAN INFORMASI GEOSPASIAL NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA DI BADAN INFORMASI GEOSPASIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN INFORMASI

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

2017, No menetapkan Peraturan Menteri Keuangan tentang Tata Cara Pembayaran Tunjangan Kinerja Pegawai pada Kementerian Negara/Lembaga; Menging

2017, No menetapkan Peraturan Menteri Keuangan tentang Tata Cara Pembayaran Tunjangan Kinerja Pegawai pada Kementerian Negara/Lembaga; Menging No.865, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. Tunjangan Kinerja Pegawai. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 80/PMK.05/2017 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN TUNJANGAN KINERJA PEGAWAI

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1609, 2013 KEMENTERIAN KEUANGAN. Dana Iuran. Jaminan Kesehatan. Penyediaan. Pencairan. Tata Cara. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 205/PMK.02/2013

Lebih terperinci

2013, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA. BAB I KETENTUAN UMU

2013, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA. BAB I KETENTUAN UMU No.103, 2013 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEUANGAN NEGARA. Pelaksanaan. APBN. Tata Cara. (Penjelesan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5423) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 182 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 182 TAHUN 2011 TENTANG MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 182 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN SOSIAL REPUBLIK INDONESIA MENTERI SOSIAL

Lebih terperinci

Tata Cara 100 East West North 1st Qtr 2nd Qtr 3rd Qtr 4th Qtr

Tata Cara 100 East West North 1st Qtr 2nd Qtr 3rd Qtr 4th Qtr Tata Cara Pengarah: Dr. dr. Slamet Riyadi Yuwono, DTM&H, MARS Penanggung jawab: Dr. Wistianto Wisnu, MPH Penyusun: 1. Isti Ratnaningsih, MA 2. Drg. Grace Lovita Tewu, MSc (CHHM) 3. Tiodora Sidabutar, SKM,

Lebih terperinci

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERBENDAHARAAN NOMOR PER- 21 /PB/2008 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERJALANAN DINAS JABATAN DALAM NEGERI

Lebih terperinci

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tam

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tam No.2077, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BNP2TKI. Pelaksanaan APBN. TA 2017. Pedoman. PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENEMPATAN DAN PERLINDUNGAN TENAGA KERJA INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.911, 2011 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN SOSIAL. Pengelolaan Keuangan. Pedoman. PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 182 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DI

Lebih terperinci

BIRO ADMINISTRASI UMUM & KEUANGAN PROSEDUR GANTI UANG PERSEDIAAN NIHIL BAGIAN ANGGARAN MASYARAKAT LEMBAR PENGESAHAN DIBUAT OLEH MENYETUJUI MENGETAHUI

BIRO ADMINISTRASI UMUM & KEUANGAN PROSEDUR GANTI UANG PERSEDIAAN NIHIL BAGIAN ANGGARAN MASYARAKAT LEMBAR PENGESAHAN DIBUAT OLEH MENYETUJUI MENGETAHUI Halaman : 1 Dari 14 LEMBAR PENGESAHAN ANGGARAN MASYARAKAT BIRO ADMINISTRASI UNIVERSITAS NUSA CENDANA DIBUAT OLEH MENYETUJUI MENGETAHUI Penyusun SOP Drs. S.A. F.Pandie Kepala Biro Administrasi Keuangan

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA SALINAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 101 TAHUN 2016 TENTANG PELIMPAHAN DAN PENUGASAN URUSAN PEMERINTAHAN LINGKUP KEMENTERIAN DALAM NEGERI

Lebih terperinci

PERATURAN DEPUTI BIDANG PEMBIAYAAN KEMENTERIAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH. NOMOR : 07 / Per / Dep.2 / XII /2016

PERATURAN DEPUTI BIDANG PEMBIAYAAN KEMENTERIAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH. NOMOR : 07 / Per / Dep.2 / XII /2016 1 KEMENTERIAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA PERATURAN DEPUTI BIDANG PEMBIAYAAN KEMENTERIAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH NOMOR : 07 / Per / Dep.2 / XII /2016 TENTANG

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM, PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR: 01/PRT/M/2011 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENATAUSAHAAN DAN PENYUSUNAN LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN BENDAHARA PENGELUARAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM

Lebih terperinci

2017, No d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Menteri Keuang

2017, No d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Menteri Keuang No.1646, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. Dana Cadangan JKN. Penyediaan, Pencairan, dan Pertanggungjawaban. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 167 /PMK.02/2017 TENTANG TATA

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 199/PMK.05/2011 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN JASA BANK PENATAUSAHA PENERUSAN PINJAMAN ATAS BEBAN BAGIAN ANGGARAN KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG SALINAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN KEGIATAN DAN ANGGARAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN DALAM NEGERI

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 220/PMK.05/2010 TENTANG TATA CARA PENYEDIAAN, PENCAIRAN, PENGELOLAAN, DAN PERTANGGUNGJAWABAN DANA BERGULIR PENGADAAN TANAH UNTUK JALAN TOL DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BERITA NEGARA. KEMENRISTEK-DIKTI. Pejabat Perbendaharaan. PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA. KEMENRISTEK-DIKTI. Pejabat Perbendaharaan. PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA No. 1671, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENRISTEK-DIKTI. Pejabat Perbendaharaan. PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2015 TENTANG PEJABAT

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.563, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. Belanja. Bantuan Sosial. Kementerian/Lembaga. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 81/PMK.05/2012 TENTANG BELANJA BANTUAN

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 81/PMK.07/2013 TENTANG TATA CARA PENGELOLAAN DANA DARURAT

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 81/PMK.07/2013 TENTANG TATA CARA PENGELOLAAN DANA DARURAT MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 81/PMK.07/2013 TENTANG TATA CARA PENGELOLAAN DANA DARURAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN

Lebih terperinci

KEMENTERIAN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL POLITIK DAN PEMERINTAHAN UMUM BOGOR, 1 FEBRUARI 2016

KEMENTERIAN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL POLITIK DAN PEMERINTAHAN UMUM BOGOR, 1 FEBRUARI 2016 AKUNTABILITAS DAN TRANSPARANSI PELAPORAN KEUANGAN TERKAIT PELAKSANAAN DEKONSENTRASI TAHUN ANGGARAN 2016 Oleh Kepala Bagian Keuangan Setditjen Politik dan Pemerintahan Umum BOGOR, 1 FEBRUARI 2016 KEMENTERIAN

Lebih terperinci

LANDASAN HUKUM KEUANGAN DANA DEKONSENTRASI

LANDASAN HUKUM KEUANGAN DANA DEKONSENTRASI AKUNTABILITAS DAN TRANSPARANSI PELAPORAN KEUANGAN TERKAIT PELAKSANAAN DEKONSENTRASI TAHUN ANGGARAN 2016 Oleh Kepala Bagian Keuangan Setditjen Politik dan Pemerintahan Umum BOGOR, 1 FEBRUARI 2016 KEMENTERIAN

Lebih terperinci

LEMBAR PENGESAHAN PROSEDUR PENERBITAN SURAT PENGESAHAN PENDAPATAN DAN BELANJA BAGIAN ANGGARAN MASYARAKAT BIRO ADMINISTRASI UNIVERSITAS NUSA CENDANA

LEMBAR PENGESAHAN PROSEDUR PENERBITAN SURAT PENGESAHAN PENDAPATAN DAN BELANJA BAGIAN ANGGARAN MASYARAKAT BIRO ADMINISTRASI UNIVERSITAS NUSA CENDANA Halaman : 1 Dari 14 LEMBAR PENGESAHAN PROSEDUR PENERBITAN SURAT PENGESAHAN PENDAPATAN DAN BELANJA BAGIAN ANGGARAN BIRO ADMINISTRASI UNIVERSITAS NUSA CENDANA DIBUAT OLEH MENYETUJUI MENGETAHUI Penyusun SOP

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 62, 2013 KEMENTERIAN DALAM NEGERI. Kegiatan. Anggaran. Pelaksanaan. Pedoman. PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN

Lebih terperinci

- 2 - Penyelenggara Pemilu Ad Hoc di Lingkungan Komisi Pemilihan Umum;

- 2 - Penyelenggara Pemilu Ad Hoc di Lingkungan Komisi Pemilihan Umum; - 2 - Penyelenggara Pemilu Ad Hoc di Lingkungan Komisi Pemilihan Umum; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47,

Lebih terperinci

2016, No Negara/Pemerintah Daerah beserta perubahannya sebagaimana dimaksud dalam huruf a, dalam perkembangannya perlu dilakukan penyesuaian d

2016, No Negara/Pemerintah Daerah beserta perubahannya sebagaimana dimaksud dalam huruf a, dalam perkembangannya perlu dilakukan penyesuaian d BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1088, 2016 KEMENKEU. PPLN. Penarikan. Tata Cara. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 121/PMK.05/2016 TENTANG TATA CARA PENARIKAN PENERUSAN

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii

DAFTAR ISI. Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang... 1 B. Tujuan Intruksional Umum...2 C. Tujuan Instruksional Khusus... 2 BAB II JENIS DAN TUGAS POKOK BENDAHARA...

Lebih terperinci

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERBENDAHARAAN NOMOR PER- 34 /PB/2008 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENYALURAN DAN PENCAIRAN DANA PROGRAM

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA, No.1464, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-DPDTT. Anggaran. Bantuan Pemerintah. Pelaksanaan. Pedoman. PERATURAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA SALINAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 79 TAHUN 2015 TENTANG PELIMPAHAN DAN PENUGASAN URUSAN PEMERINTAHAN LINGKUP KEMENTERIAN DALAM NEGERI

Lebih terperinci

Manual Prosedur Penerimaan Negara Bukan Pajak

Manual Prosedur Penerimaan Negara Bukan Pajak Manual Prosedur Penerimaan Negara Bukan Pajak Biro Keuangan Universitas Brawijaya 2016 Manual Prosedur Penerimaan Negara Bukan Pajak Biro Keuangan Universitas Brawijaya Kode Dokumen : 00005 02004 Revisi

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.2055, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. Dana Perimbangan. Pemotongan. Penundaan. Tata Cara. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 257/PMK.07/2015 TENTANG TATA CARA PENUNDAAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1241, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN SOSIAL. Pengelolaan. Keuangan. Optimalisasi. Pedoman. PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 126 /PMK.07/2010 TENTANG PELAKSANAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN ANGGARAN TRANSFER KE DAERAH

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 126 /PMK.07/2010 TENTANG PELAKSANAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN ANGGARAN TRANSFER KE DAERAH MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 126 /PMK.07/2010 TENTANG PELAKSANAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN ANGGARAN TRANSFER KE DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

2 Pelaksanaan, Pengendalian dan Pelaporan Program dan Anggaran; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Neg

2 Pelaksanaan, Pengendalian dan Pelaporan Program dan Anggaran; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Neg BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1077, 2015 KEMEN DESA-PDT-TRANS. Program dan Anggaran. Pelaporan. Pengendalian. Pelaksanaan. Perencanaan. Pedoman. PERATURAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL,

Lebih terperinci

2 1. Dana Operasional Menteri/Pimpinan Lembaga yang selanjutnya disebut dengan Dana Operasional adalah dana yang disediakan bagi Menteri/Pimpinan Lemb

2 1. Dana Operasional Menteri/Pimpinan Lembaga yang selanjutnya disebut dengan Dana Operasional adalah dana yang disediakan bagi Menteri/Pimpinan Lemb No.2052, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. Pelaksanaan. Dana Operasional Menteri. Anggaran. Tata Cara. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 268/PMK.05/2014 TENTANG

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 256/PMK.05/2010 TENTANG TATA CARA PENYIMPANAN DAN PENCAIRAN DANA CADANGAN

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 256/PMK.05/2010 TENTANG TATA CARA PENYIMPANAN DAN PENCAIRAN DANA CADANGAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 256/PMK.05/2010 TENTANG TATA CARA PENYIMPANAN DAN PENCAIRAN DANA CADANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

DRAFT HASIL RAPAT 15 JAN 18

DRAFT HASIL RAPAT 15 JAN 18 DRAFT HASIL RAPAT 15 JAN 18 PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /PERMEN-KP/2018 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN TUNJANGAN KINERJA DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.90, 2013 KEMENTERIAN KEUANGAN. Dana Belanja Pensiun. PT Taspen (PERSERO). Perhitungan. Tata Cara. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24/PMK.02/2013

Lebih terperinci

BERITA NEGARA PERATURAN MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA PERATURAN MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.407, 2012 KEMENTERIAN NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK. Pelimpahan Wewenang. Program Kesetaraan Gender. Pemberdayaan Perempuan. Perlindungan Anak.

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. Subsidi Pupuk. Tata Cara.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. Subsidi Pupuk. Tata Cara. No.287, 2010 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. Subsidi Pupuk. Tata Cara. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 120/PMK.02/2010 TENTANG TATA CARA PENYEDIAAN ANGGARAN,

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1191, 2012 KEMENTERIAN KEUANGAN. Pembayaran. Pelaksanaan APBN. Tata Cara. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 190/PMK.05/2012 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 125/PMK.02/2010 TENTANG SUBSIDI BERAS BAGI MASYARAKAT BERPENDAPATAN RENDAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 125/PMK.02/2010 TENTANG SUBSIDI BERAS BAGI MASYARAKAT BERPENDAPATAN RENDAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 125/PMK.02/2010 TENTANG SUBSIDI BERAS BAGI MASYARAKAT BERPENDAPATAN RENDAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN,

Lebih terperinci

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lemba

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lemba No.1210, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN KKP. Tunjangan Kinerja. Pembayaran. Tata Cara. PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37/PERMEN-KP/2014 TENTANG TATA CARA

Lebih terperinci

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERBENDAHARAAN NOMOR PER- 81a /PB/2007 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PELUNCURAN PROGRAM/KEGIATAN REHABILITASI

Lebih terperinci