BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kehidupan yang bahagia. Harapan akan kebahagiaan ini pun tidak terlepas bagi seorang
|
|
- Sudomo Hermanto
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap individu baik laki-laki maupun perempuan pada dasarnya mendambakan kehidupan yang bahagia. Harapan akan kebahagiaan ini pun tidak terlepas bagi seorang wanita karir yang sudah menikah. Menurut Veenhoven (2006), kebahagiaan adalah perasaan positif yang dirasakan individu mengenai keseluruhan hidupnya, tingginya perasaan senang dan tercapainya kestabilan dalam menjalani kehidupan. Diener, Suh & Oishi (1997) juga mengungkapkan bahwa, kebahagiaan adalah hasil evaluasi individu terhadap keseluruhan hidupnya yang meliputi afek positif, afek negatif, dan evaluasi kognitif. Carr (2004) menjelaskan bahwa kebahagiaan dan Subjective Well Being (SWB) memiliki arti yang sama yaitu suatu kondisi psikologis pada diri individu yang dikaitkan dengan tingginya kepuasan hidup, tingginya emosi positif dan rendahnya emosi negatif. Stack & Eshleman (1998) menjelaskan bahwa kebahagiaan adalah perasaan subjektif yang dirasakan individu berupa perasaan positif mengenai keseluruhan hidupnya. Tercapainya kehidupan bahagia tentunya dambaan bagi sebagian besar individu tak terkecuali bagi wanita karir yang berstatus menikah. Saat ini, wanita yang berstatus menikah mempunyai banyak pilihan dalam hidupnya setelah menikah, apakah memilih menjadi ibu rumah tangga atau bekerja secara profesional sebagai wanita karir. Ketika seorang wanita memutuskan menjadi wanita karir, hal tersebut dapat berpengaruh terhadap kehidupanyna. Pengaruh tersebut dapat bersifat positif dan dapat pula negatif. Fenomena wanita karir bukan lagi menjadi hal baru di kalangan masyarakat. 1
2 2 Hampir setiap lini pekerjaan tidak lagi didominasi oleh kalangan pria tetapi juga wanita (Hidayat, 2012). Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia (2011) menyatakan keterlibatan wanita dalam ketenagakerjaan dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Saat ini seorang wanita tidak hanya terlibat dari sisi sebagai pekerja, tetapi juga terlibat sebagai pengusaha. Kelompok usaha yang paling banyak digeluti oleh pengusaha wanita adalah industri mikro dan kecil. Semakin banyaknya pengusaha wanita saat ini menunjukkan bahwa wanita mampu untuk mandiri dan bahkan mampu untuk menciptakan lapangan pekerjaan bagi orang lain. Senada dengan hal tersebut hasil survei yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) menemukan bahwa partisipasi pekerja wanita di Indonesia setiap tahun terus meningkat. Tahun 2003 jumlah pekerja wanita di Indonesia mencapai 35,37%, tahun 2009 mencapai 79,2%, dan tahun 2011 meningkat menjadi 80,8% dari total pekerja wanita secara keseluruhan. Menurut Dewi (2006) tujuan wanita memutuskan berkarir diantaranya adalah untuk membantu memenuhi kebutuhan finansial keluarga, mendapatkan kesempatan mengaktualisasikan diri, berkreasi, dan produktif untuk dirinya maupun orang lain. Senada dengan pendapat tersebut Schultheiss (2009) mengungkapkan tujuan istri bekerja tidak hanya disebabkan oleh faktor ekonomi saja melainkan adanya dorongan untuk mandiri dan membangun relasi dengan orang lain secara lebih luas. Setiap individu memiliki gambaran kebahagiaan sendiri-sendiri bergantung pada apa yang melatarbelakanginya (Murtadho, 2009). Wanita karir yang berstatus berkeluarga cenderung lebih bahagia dibanding dengan wanita sebagai ibu rumah tangga (Abbort, 1992). Seorang wanita karir lebih mampu mandiri dan memiliki lingkup sosial lebih luas, sehingga dengan hal tersebut seorang wanita karir memiliki rasa percaya diri dan harga diri yang lebih baik dibanding dengan wanita sebagai ibu rumah tangga (Abbort, 1992).
3 3 Fendrich (1984) menjelaskan seorang istri yang memiliki pekerjaan sesuai dengan kemampuannya lebih sejahtera dibanding dengan istri berstatus sebagai ibu rumah tangga. Wanita karir yang sudah berkeluarga dan mampu berkontribusi lebih di dalam keluarga dan lingkungan sosialnya, secara individu lebih percaya diri dan lebih bahagia dibanding dengan wanita sebagai ibu rumah tangga (Fendrich, 1984). Berikut ini kisah inspiratif seorang Najwa Shihab salah satu wanita sukses di Indonesia yang beberapa kali mendapatkan penghargaan dalam bidang jurnalistik. Setelah menikah dan memiliki seorang anak ia tetap dapat menyeimbangkan karir dan urusan rumah tangganya dengan baik. Ia sangat bahagia dengan dua peran yang sedang dijalaninya tersebut. Bagi Najwa shihab karir penting tetapi yang lebih penting adalah dapat membahagiakan anak dan suaminya. Sampai saat ini kehidupan rumah tangga dan karir Najwa Shihab semakin cemerlang, semua itu adalah berkat keluarga yang selalu mendukungnya. ( Penelitian yang dilakukan Rogers (2004) menjelaskan istri yang berstatus sebagai wanita karir dan menghasilkan pendapatan lebih tinggi dari suami beresiko tinggi terhadap perceraian dan ketidakbahagiaan. Perceraian akan meningkat apabila pendapatan terbesar keluarga disumbangkan oleh istri (Brines & Joyner, 1999). Selanjutnya Frone, Russel & Cooper (1992) menjelaskan perceraian dapat berdampak pada gangguan psikologis seperti depresi, kecemasan, tertekan, kelelahan emosional, bahkan gangguan fisik. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dijelaskan di atas dapat dilihat bahwa tidak semua wanita karir yang berstaus menikah mendapatkan pengaruh positif dari perannya sebagai wanita karir. Sebaliknya tidak semua pula wanita karir berstatus menikah mendapatkan pengaruh negatif dari dua peran yang dijalaninya. Bartley, William & Sharon (2007) mengatakan bahwa terdapat beberapa faktor yang dapat menimbulkan ketidakbahagiaan pada wanita karir antara lain karena adanya
4 4 konflik kerja, memburuknya kesehatan mental, disfungsi keluarga, kelelahan, dan menurunnya kesejahteraan dalam hubungan suami istri. Apollo & Andi (2012), mengungkapkan ketidakbahagiaan wanita karir disebabkan oleh adanya rasa tertekan, kurangnya dukungan suami, konflik kehadiran anak, tingginya tuntutan dan masalah dalam pekerjaan, hubungan antar anggota keluarga yang kurang harmonis, tingginya kebutuhan finansial dan tidak tercapainya aktualisasi diri. Tidak tercapainya kebahagiaan pada wanita karir yang berstatus menikah, secara terus-menerus akan berdampak pada tingginya tingkat depresi dan rasa tertekan yang sering berujung pada perceraian (Himsel & Goldberg, 2003). Dirjen Badan Peradilan Agama Mahkamah Agung RI mengungkapkan bahwa angka perceraian tahun 2010 di Indonesia mencapai kasus. Angka tersebut menunjukkan angka perceraian tertinggi sejak 5 tahun terakhir (Saputra, 2011). Tingginya angka perceraian tersebut mencerminkan adanya ketidakbahagiaan seseorang sehingga memicu perceraian. Carr (2004) mengungkapkan bahwa kebahagiaan dipengaruhi oleh faktor tingginya kualitas pernikahan, dukungan sosial, agama, dan produktivitas pekerjaan. Disisi lain, Argyle (1999) mengemukakan bahwa kebahagiaan dipengaruhi oleh faktor demografi dan lingkungan. Senada dengan hal tersebut, Diener et al (2005) mengungkapkan bahwa kebahagiaan dipengaruhi oleh faktor genetik, kepribadian, dan demografi. Amato et al (2007) juga mengungkapkan bahwa kebahagiaan wanita karir dipengaruhi oleh faktor kehadiran anak dalam rumah tangga, pendapatan, sikap egaliter, kerjasama, dan religiusitas. Disisi lain, Bazerman (1998) menemukan bahwa kebahagiaan dipengaruhi oleh faktor tingginya tingkat keterampilan negosiasi. Penelitian yang dilakukan oleh Esere, Yusuf, & Omotosho (2011) menemukan bahwa faktor terpenting dalam mencapai kebahagiaan wanita karir yang berstatus sudah menikah adalah terciptanya komunikasi interpersonal antara suami istri. Selanjutnya,
5 5 Bartley, William & Sharon (2007) mengungkapkan kebahagiaan dipengaruhi oleh faktor kesehatan atau tidak adanya penyakit, terciptanya keseimbangan dalam mengurus pekerjaan dan keluarga, dan tidak adanya konflik kerja dan keluarga. Rumanti (1997) menyebutkan bahwa kebahagiaan wanita karir berstatus sudah menikah dapat dicapai apabila terjalin komunikasi yang baik antar suami istri, terjalinnya hubungan seksual dan ekspresi afeksi, pengasuhan anak yang seimbang, pendapatan yang stabil, terjalinnya hubungan dengan mertua, dan terjalinnya aktivitas sosial dan rekreasi dengan anggota keluarga secara baik. Apabila aspek-aspek tersebut terpenuhi maka kebahagiaan pun akan dapat dirasakan. Kossek, Noe & Demarr (1999) juga menyebutkan kebahagiaan merupakan kontributor terpenting bagi wanita karir untuk keseimbangan dalam pekerjaan dan mengurus keluarga, namun untuk mencapai kebahagiaan tersebut bukanlah hal yang mudah, butuh usaha yang matang dalam mencapainya. Selanjutnya, Esere, Yusuf, & Omotosho (2011) mengungkapkan tercapainya kebahagiaan adalah terciptanya komunikasi interpersonal. Komunikasi sangat penting dalam setiap kehidupan manusia terutama bagi wanita karir yang berstatus menikah. Komunikasi merupakan sebuah tindakan untuk berbagi informasi, gagasan atau pendapat terhadap partisipan yang terlibat di dalamnya guna mencapai kesamaan makna. Salah satu bentuk komunikasi adalah komunikasi interpersonal (Hidayat, 2012). Komunikasi interpersonal dapat diartikan sebagai proses pertukaran informasi antara dua orang atau lebih yang dilakukan secara langsung baik verbal maupun nonverbal (Wood, 2013). Komunikasi interpersonal merupakan pusat dari hubungan romantis temasuk dalam hubungan pernikahan (Vangelisti, 2012). Komunikasi interpersonal sangat penting terutama saat seseorang berinteraksi dengan orang lain (Esere, Yusuf, & Omotosho 2011). Sebuah hubungan tanpa komunikasi dapat memicu runtuhnya hubungan yang sudah dibina tersebut. Banyak masalah ditemukan ketika tidak terdapat komunikasi interpersonal
6 6 dan banyak pula masalah dapat terselesaikan apabila terdapat komunikasi interpersonal. Ketika dalam sebuah hubungan termasuk hubungan pernikahan tidak tercapai komunikasi interpersonal, berbagai masalah dengan mudah akan muncul sehingga dapat menimbulkan konflik berlebihan, tidak terciptanya keterampilan efektif dalam pemecahan masalah, kurangnya keintiman, ikatan emosional yang lemah dan sebagainya (Esere, Yusuf, & Omotosho 2011). Eliyani (2013) juga mengungkapkan bahwa permasalahan dalam hubungan pernikahan dapat diselesaikan apabila terdapat keterbukaan dalam berkomunikasi. Selain itu, menurut Eliyani (2013) keterbukaan dapat menjadi salah satu kunci dalam membangun komunikasi yang baik. Senada dengan pendapat tersebut Brooks & Emmert (1997) mengungkapkan bahwa keterbukaan dalam komunikasi mampu menumbuhkan sikap saling percaya, sikap objektif, berusaha untuk mencari informasi akurat dan terpercaya. Menurut Harvard Business Review (Butland's, 2012), keterampilan komunikasi interpersonal merupakan indikator kuat dalam mencapai suatu kebahagiaan. Kurangnya keterampilan komunikasi interpersonal dalam sebuah hubungan dikaitkan dengan munculnya depresi, kecemasan, rasa malu, kesepian, gangguan perkembangan, masalah akademik, penyalahgunaan narkoba dan tidak tercapainya kesejahteraan dalam hidup. Sebaliknya, tingginya tingkat komunikasi interpersonal berkorelasi positif terhadap tingginya tingkat interaksi sosial, meningkatkan kesejahteraan hidup seseorang, memungkinkan seseorang untuk membentuk dan mempertahankan hubungan, dan suksesnya pekerjaan. DeFrain & Olson (2003) menjelaskan bahwa pasangan suami istri yang aktif dalam komunikasi interpersonal merasa lebih bahagia dibanding dengan pasangan suami istri yang tidak aktif dalam komunikasi interpersonal. Teciptanya komunikasi interpersonal dalam sebuah hubungan termasuk di dalamnya hubungan pernikahan memungkinkan
7 7 seseorang untuk mengungkapkan segala keinginan, harapan maupun permasalahan yang terjadi. Hasil Lembaga Riset Roper Starch (Roper Poll, 1999) menemukan bahwa dari 1001 orang warga Amerika Serikat, 53 % peserta survei menyebutkan bahwa buruknya komunikasi di dalam hubungan pernikahan menjadi penyebab tidak tercapainya kebahagiaan dan menjadi penyebab utama timbulnya perceraian, 5% disebabkan oleh masalah seksual, 29% disebabkan masalah keuangan, 3% disebabkan masalah persahahabatan, 7% masalah keluarga, dan 3% masalah anak. Semakin baik individu dalam membangun komunikasi interpersonal maka semakin besar kemungkinan individu menjadi terampil dalam mencapai sebuah tujuan. Terampil di dalam melakukan komunikasi interpersonal bagi istri yang berstatus sebagai wanita karir sangat penting, apabila dalam menjalankan peran sebagai ibu rumah tangga dan peran sebagai wanita karir seorang istri menerapkan komunikasi interpersonal dengan pasangan maupun dengan keluarganya dapat diprediksi kebahagiaan pun akan dapat dirasakan (Eliyani, 2013). Berdasarkan hasil penelitian Bradbury, Fincham, & Beach (2000), bahwa kebahagiaan wanita karir juga dipengaruhi oleh tingginya tingkat kepuasan pernikahan. Kepuasan pernikahan adalah suatu penilaian terhadap diri sendiri, pasangan, dan hubungan pernikahannya secara subjektif dan situasional. Semakin puas seseorang dengan kehidupan pernikahannya maka semakin tinggi pula tingkat kebahagiaan. Hasil analisis taxometric yang dilakukan oleh Beach, Fincham, Amir, dan Leonard (2005) menemukan bahwa 80% responden menyatakan puas terhadap hubungan pernikahanya, sedangkan 20% responden menyatakan tidak puas dengan hubungan pernikahannya. Tingginya kepuasan pernikahan akan berpengaruh terhadap tingginya tingkat kebahagiaan, sebaliknya rendahnya kepuasan pernikahan mencerminkan rendah pula tingkat kebahagiaan seseorang. Proulx, Helms, dan
8 8 Buehler (2007) juga menemukan bahwa dari 93 studi yang telah dilakukan terdapat hubungan positif antara kepuasan pernikahan dangan kesejahteraan psikologis individu. Olson, DeFrain, & Linda (2011) menyebutkan bahwa elemen kepuasan pernikahan ditandai dengan adanya komunikasi, resolusi konflik, gaya dan kebiasaan pasangan, manajemen keuangan, aktivitas bersama, afeksi dan seksualitas, teman dan keluarga, pengasuhan anak, kesetaraan peran, dan religiusitas. Secara lebih mendalam Canel (2013) dan Nimtz (2011) menjelaskan bahwa kepuasan pernikahan ditandai dengan adanya komitmen untuk mempertahankan hubungan pernikahan, sikap saling menghargai, saling mendukung, saling percaya, keterbukan dalam komunikasi, adanya kerjasama, dan rendahnya tingkat stres. Pendapat tersebut didukung oleh Olson (2000) yang mengungkapkan bahwa kepuasan pernikahan berpengaruh positif terhadap kebahagiaan hidup kebanyakan orang. Seberapa jauh tingkat kepuasan pernikahan seseorang dapat dilihat dari aktivitas komunikasi antara suami istri, kegiatan mengisi waktu luang, religiusitas, resolusi konflik, hubungan seksual, hubungan dengan keluarga dan teman, kehadiran dan pengasuhan anak, dan peran egaliter (Rachmawati & Endah, 2013). Selanjutnya Rickard, Forehan, Atkeson, & Lopez (1992) menjelaskan pasangan yang memiliki derajat kepuasan pernikahan lebih baik ditunjukkan dengan tingginya perhatian yang diberikan pada anak. Tercapainya kebahagiaan pada diri seseorang dapat dilihat pada saat individu mengekspresikan kebahagiaan dan keintiman dalam hubungan pernikahannya (Harway, 2005). Carr (2004) mengungkapkan bahwa ada dua kategori untuk menilai individu yang bahagia dan yang tidak bahagia. Pertama, individu yang bahagia lebih atraktif dibanding dengan individu yang tidak bahagia dalam menjalankan kehidupannya. Kedua, individu yang bahagia lebih baik secara psikologi, fisik, pengasuhan anak, menjalin relasi dengan keluarga, dan menjalankan peran sebagai orang tua. Berdasarkan hasil penelitian beberapa
9 9 ahli tersebut, tidak dapat dipungkiri bahwa penting bagi setiap individu khususnya bagi wanita karir untuk tetap menjaga hubungan pernikahannya agar wanita karir juga dapat merasakan kebahagiaan dalam hidup. Berdasarkan hasil penelitian dan data di atas dapat diketahui bahwa komunikasi interpersonal dan kepuasan pernikahan berhubungan dengan kebahagiaan wanita karir, namun sebagian besar hasil penelitian terdahulu dilakukan pada masyarakat yang menganut budaya individualis, sementara masyarakat Indonesia merupakan masyarakat dengan budaya kolektif. Menurut Lu et al (2001), masyarakat dengan budaya individualis meyakini bahwa kebahagiaan dapat diperoleh apabila harga diri (self esteem) individu sangat dihargai oleh orang lain di lingkungannya. Harga diri menjadi prediktor tertinggi dalam mencapai kebahagiaan hidup. Harga diri dapat dicapai individu melalui kerja keras, pengorbanan, dan kebulatan tekad, tanpa terlalu memperdulikan status sosial orang lain (Lu et al, 2001). Wu (1992) menjelaskan bahwa masyarakat dengan budaya kolektif, meyakini bahwa kebahagiaan hidup lebih dari sekedar kesejahteraan individu. Kebahagiaan hidup meliputi adanya integrasi, harmonisasi antara manusia, masyarakat dan alam. Lu, Gilmour & Kao (2001) juga menjelaskan bahwa masyarakat dengan budaya kolektif meyakini kebahagiaan hidup dapat diperoleh melalui kesehatan fisik, kehidupan yang selamat dan damai, rendahnya kecemasan dalam menghadapi kematian, hubungan interpersonal yang harmonis, adanya prestasi di tempat kerja, dan kepuasan hidup. Berdasarkan penjelasan dan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh beberapa ahli terdahulu perlu diteliti lebih lanjut apakah tingkat kebahagiaan wanita karir pada masyarakat dengan budaya kolektif juga berkaitan dengan komunikasi interpersonal dan kepuasan pernikahan.
10 10 B. Rumusan Masalah 1) Apakah terdapat hubungan antara komunikasi interpersonal dengan kebahagiaan wanita karir? 2) Apakah terdapat hubungan antara kepuasan pernikahan dengan kebahagian wanita karir? 3) Apakah ada hubungan antara komunikasi interpersonal dan kepuasan pernikahan dengan kebahagiaan wanita karir? C. Tujuan Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka peneliti ingin mengetahui bagaimana hubungan antara komunikasi interpersonal dan kepuasan pernikahan dengan kebahagiaan wanita karir. D. Manfaat Penelitian 1) Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan ilmiah khususnya di bidang Psikologi perkembangan dan menjadi sumber informasi bagi peneliti lain yang ingin mengembangkan penelitian mengenai komunikasi interpersonal, kepuasan pernikahan dan kebahagiaan wanita karir. 2) Manfaat Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan bagi wanita karir khususnya yang berstatus menikah untuk dapat meningkatkan komunikasi interpersonal dan kepuasan pernikahan agar tercapai kebahagiaan dalam hidup.
PENERIMAAN DIRI PADA WANITA BEKERJA USIA DEWASA DINI DITINJAU DARI STATUS PERNIKAHAN
PENERIMAAN DIRI PADA WANITA BEKERJA USIA DEWASA DINI DITINJAU DARI STATUS PERNIKAHAN Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tabel 1. Hasil Presentase Pernikahan Dini di Pedesaan dan Perkotaan. Angka Pernikahan di Indonesia BKKBN (2012)
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Angka pernikahan dini di Indonesia terus meningkat setiap tahunya. Data Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional BKKBN (2012), menyatakan bahwa angka pernikahan
Lebih terperinciKEPUASAN PERNIKAHAN DITINJAU DARI KEMATANGAN PRIBADI DAN KUALITAS KOMUNIKASI
KEPUASAN PERNIKAHAN DITINJAU DARI KEMATANGAN PRIBADI DAN KUALITAS KOMUNIKASI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana S-1 Diajukan Oleh : Dewi Sumpani F 100 010
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
25 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Bahagia Suami Istri 1. Definisi Bahagia Arti kata bahagia berbeda dengan kata senang. Secara filsafat kata bahagia dapat diartikan dengan kenyamanan dan kenikmatan spiritual
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (laki-laki dan perempuan), secara alamiah mempunyai daya tarik menarik. perkawinan antara manusia yang berlaian jenis itu.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan manusia di dunia yang berlainan jenis kelaminnya (laki-laki dan perempuan), secara alamiah mempunyai daya tarik menarik antara satu dengan yang lainnya
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori subjective well-being
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Alasan Pemilihan Teori Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori subjective well-being menurut Diener (2005). Teori yang dipilih akan digunakan untuk meneliti gambaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menciptakan manusia sebagai makhluk hidup-nya, akan tetapi makhluk hidup
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia merupakan makhlik hidup ciptaan Allah SWT. Allah SWT tidak menciptakan manusia sebagai makhluk hidup-nya, akan tetapi makhluk hidup ciptaan Allah yang lain adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sebuah perkawinan seseorang akan memperoleh keseimbangan hidup baik secara
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkawinan bagi manusia merupakan hal yang penting, karena dengan sebuah perkawinan seseorang akan memperoleh keseimbangan hidup baik secara sosial, biologis maupun
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Seorang istri bertugas mendampingi suami dan merawat anak. yang bahagia dan mendapat kepuasan perkawinan.
PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Semua manusia menginginkan kebahagiaan. Kebahagiaan adalah hak bagi semua orang. Untuk mendapatkan kebahagiaan, orang berusaha mencapai kesejahteraan,baik kesejahteraan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Manusia merupakan makhluk individu dan sosial. Makhluk individu
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Manusia merupakan makhluk individu dan sosial. Makhluk individu yang berkembang untuk memenuhi kebutuhan pribadi, sedangkan manusia sebagai makhluk sosial yang saling
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kualitas Perkawinan. Definisi lain menurut Wahyuningsih (2013) berdasarkan teori Fowers dan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kualitas Perkawinan 1. Pengertian Kualitas Perkawinan Menurut Gullota (Aqmalia, 2009) kepuasan pernikahan merupakan perasaan pasangan terhadap pasangannya mengenai hubungan pernikahannya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. maupun dengan lawan jenis merupakan salah satu tugas perkembangan tersebut.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja memiliki tugas perkembangan yang harus dipenuhi.menjalin hubungan yang baru dan lebih matang dengan teman sebaya baik sesama jenis maupun dengan lawan jenis
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Manusia diciptakan oleh Allah SWT berpasang-pasangan. Sudah menjadi fitrah manusia yang mempunyai kecenderungan untuk hidup bersama dengan manusia lainnya serta mencari pasangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebelum revolusi industri, yang bertanggung jawab mencari uang untuk memenuhi kebutuhan nafkah keluarga adalah laki-laki, sedangkan seorang perempuan dewasa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Perceraian adalah puncak dari penyesuaian perkawinan yang buruk,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Fenomena perceraian merupakan hal yang sudah umum terjadi di masyarakat. Perceraian adalah puncak dari penyesuaian perkawinan yang buruk, yang terjadi apabila
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kebahagiaan merupakan salah satu hal yang penting dalam kehidupan, karena pada
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kebahagiaan merupakan salah satu hal yang penting dalam kehidupan, karena pada dasarnya manusia memiliki kecenderungan untuk mencari kebahagiaan dalam hidupnya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pancaindra menurun, dan pengapuran pada tulang rawan (Maramis, 2016).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Usia lanjut adalah suatu proses yang alami yang tidak dapat dihindari oleh manusia. Lansia ditandai dengan perubahan fisik, emosional, dan kehidupan seksual. Gelaja-gelaja
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Sebagai mahluk sosial, manusia tidak terlepas dari interaksi dengan orang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai mahluk sosial, manusia tidak terlepas dari interaksi dengan orang lain. Interaksi sosial membuat manusia bertemu dan berhubungan dengan berbagai macam orang.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pernikahan merupakan salah satu tahapan dalam kehidupan manusia. Hal ini
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pernikahan merupakan salah satu tahapan dalam kehidupan manusia. Hal ini sering terjadi di belahan bumi manapun dan terjadi kapanpun. Pernikahan itu sendiri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pemenuhan hasrat seksual, dan menjadi lebih matang. Pernikahan juga
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pernikahan merupakan ikatan yang terbentuk antara pria dan wanita yang di dalamnya terdapat unsur keintiman, pertemanan, persahabatan, kasih sayang, pemenuhan hasrat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kebahagiaan seperti firman Allah dalam Qur`an Surat Al- Baqarah ayat 36
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap orang menginginkan kebahagiaan dan kepuasan dalam hidupnya. Selain itu juga Allah memerintahkan manusia untuk mencari kebahagiaan seperti firman Allah
Lebih terperinciPENGANTAR. kebiasaan, visi hidup, maupun strata pendidikan. Perbedaan dan keunikan masingmasing
PENGANTAR Konflik dalam Pernikahan Pernikahan melibatkan dua individu yang berbeda dan unik, baik dari kebiasaan, visi hidup, maupun strata pendidikan. Perbedaan dan keunikan masingmasing pasangan menuntut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. bahasan dalam psikologi positif adalah terkait dengan subjective well being individu.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada umumnya, ilmu psikologi lebih menekankan kepada aspek pemecahan masalah yang dialami individu dan cenderung lebih memusatkan perhatian kepada sisi negatif perilaku
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan makhluk hidup yang lebih sempurna dari
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk hidup yang lebih sempurna dari makhluk hidup lainnya. Mereka memiliki akal budi untuk berpikir dengan baik dan memiliki kata hati.
Lebih terperinciGAMBARAN KEPUASAN PERNIKAHAN PADA ISTRI YANG TELAH MENIKAH TIGA TAHUN DAN BELUM MEMILIKI ANAK KEUMALA NURANTI ABSTRAK
GAMBARAN KEPUASAN PERNIKAHAN PADA ISTRI YANG TELAH MENIKAH TIGA TAHUN DAN BELUM MEMILIKI ANAK KEUMALA NURANTI ABSTRAK Penelitian deskriptif ini berdasar pada fenomena bahwa kehadiran anak memiliki peran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. kebutuhan manusia dari kebutuhan yang bersifat paling dasar seperti makan, minum, dan pakaian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kesejahteraan merupakan dambaan setiap manusia dalam hidupnya. Kesejahteraan dapat dikatakan sebagai suatu kondisi ketika seluruh kebutuhan manusia terpenuhi.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berdasarkan agama dan kepercayaan masing-masing untuk menjalani hidup bersama.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan merupakan suatu proses penyatuan dua individu yang memiliki komitmen berdasarkan agama dan kepercayaan masing-masing untuk menjalani hidup bersama.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berketetapan untuk tidak menjalankan tugas dan kewajiban sebagai suami-istri. Pasangan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perceraian merupakan suatu perpisahan secara resmi antara pasangan suami-istri dan berketetapan untuk tidak menjalankan tugas dan kewajiban sebagai suami-istri.
Lebih terperinci2015 HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI PARENTAL ATTACHMENT DAN RELIGIUSITAS DENGAN KESIAPAN MENIKAH PADA MAHASISWA MUSLIM PSIKOLOGI UPI
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagian besar mahasiswa strata satu adalah individu yang memasuki masa dewasa awal. Santrock (2002) mengatakan bahwa masa dewasa awal adalah masa untuk bekerja
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap manusia dalam perkembangan hidupnya akan mengalami banyak
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap manusia dalam perkembangan hidupnya akan mengalami banyak perubahan dimana ia harus menyelesaikan tugas-tugas perkembangan, dari lahir, masa kanak-kanak,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembagian tugas kerja di dalam rumah tangga. tua tunggal atau tinggal tanpa anak (Papalia, Olds, & Feldman, 2008).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pernikahan merupakan peristiwa penting dalam siklus kehidupan manusia. Setiap orang berkeinginan untuk membangun sebuah rumah tangga yang bahagia bersama orang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tidak tinggal bersama (Long Distance Relationship) dalam satu rumah karena
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pernikahan adalah sebuah komitmen legal dengan ikatan emosional antara dua orang untuk saling berbagi keintiman fisik dan emosional, berbagi tanggung jawab,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tiba diriku di penghujung mencari cinta Hati ini tak lagi sepi Kini aku tak sendiri
1.1. Latar belakang penelitian BAB I PENDAHULUAN Tiba diriku di penghujung mencari cinta Hati ini tak lagi sepi Kini aku tak sendiri Aku akan menyayangimu Ku kan setia kepadamu Ku kan selalu di sisimu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Individu pada hakikatnya akan terus mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan sepanjang hidup. Individu akan terus mengalami perkembangan sampai akhir hayat yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap orang menginginkan kesejahteraan didalam hidupnya, bahkan Aristoteles (dalam Ningsih, 2013) menyebutkan bahwa kesejahteraan merupakan tujuan utama dari eksistensi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kanker adalah istilah umum yang digunakan untuk satu kelompok besar penyakit
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kanker adalah istilah umum yang digunakan untuk satu kelompok besar penyakit yang dapat mempengaruhi setiap bagian dari tubuh (WHO, 2015). Menurut National
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kebahagiaan. mengacu pada emosi positif yang dirasakan individu serta aktivitas-aktivitas
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kebahagiaan 1. Pengertian Kebahagiaan Menurut Seligman (2005) kebahagiaan hidup merupakan konsep yang mengacu pada emosi positif yang dirasakan individu serta aktivitas-aktivitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. (UU No. 1 tahun 1974 tentang perkawinan dalam Libertus, 2008). Keputusan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan dapat diartikan sebagai sebuah ikatan lahir batin seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga)
Lebih terperinciPERKEMBANGAN SOSIO-EMOSIONAL PADA MASA DEWASA AWAL
PSIKOLOGI PERKEMBANGAN DEWASA DAN LANSIA PERKEMBANGAN SOSIO-EMOSIONAL PADA MASA DEWASA AWAL Oleh: Dr. Rita Eka Izzaty, M.Si Yulia Ayriza, Ph.D STABILITAS DAN PERUBAHAN ANAK-DEWASA TEMPERAMEN Stabilitas
Lebih terperinciINSAN Jurnal Psikologi dan Kesehatan Mental p-issn e-issn
INSAN Jurnal Psikologi dan Kesehatan Mental http://e-journal.unair.ac.id/index.php/jpkm p-issn 2528-0104 e-issn 2528-5181 ARTIKEL PENELITIAN KEPUASAN PERKAWINAN DENGAN KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF PEREMPUAN
Lebih terperinciKesehatan Mental. Strategi Meningkatkan Kesejahteraan Psikologis. Aulia Kirana, M.Psi, Psikolog. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi
Modul ke: Kesehatan Mental Strategi Meningkatkan Kesejahteraan Psikologis Fakultas Psikologi Aulia Kirana, M.Psi, Psikolog. Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Konsep Kebahagiaan atau Kesejahteraan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Ilma Kapindan Muji,2013
BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Pernikahan merupakan perjanjian antara laki-laki dan perempuan untuk bersuami istri dengan resmi (Kamus Umum Bahasa Indonesia, 1984). Menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun
Lebih terperinciBAB 5 Simpulan, Diskusi, dan Saran
BAB 5 Simpulan, Diskusi, dan Saran Pada bab ini peneliti akan membahas mengenai simpulan yang digunakan untuk menjawab pertanyaan penelitian berdasarkan hasil analisis data yang telah dilakukan pada bab
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa (Undang-Undang No.1 Tahun
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pernikahan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Sepanjang sejarah kehidupan manusia, pernikahan merupakan
1 BAB 1 PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Sepanjang sejarah kehidupan manusia, pernikahan merupakan salah satu peristiwa penting yang terjadi dalam kehidupan setiap individu. Hal tersebut menjadi suatu kabar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam membangun hidup berumah tangga perjalanannya pasti akan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam membangun hidup berumah tangga perjalanannya pasti akan menjumpai berbagai permasalahan kecil ataupun besar sedikit ataupun banyak. Permasalahan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Seiring dengan berkembangnya zaman manusia untuk mempertahankan
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Seiring dengan berkembangnya zaman manusia untuk mempertahankan hidup adalah dengan peningkatan ekonomi. Didalam orang yang sudah berkeluarga tentunya mempunyai berbagai
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN Pernikahan merupakan komitmen yang disetujui oleh dua pihak secara resmi yang dimana kedua pihak tersebut bersedia untuk berbagi keitiman emosional & fisik, bersedia
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Subjective Well-Being. kebermaknaan ( contentment). Beberapa peneliti menggunakan istilah well-being
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Pengertian Subjective Well-Being A. Subjective Well-Being Kebahagiaan bisa merujuk ke banyak arti seperti rasa senang ( pleasure), kepuasan hidup, emosi positif, hidup bermakna,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. rumah tangga dan anak-anaknya saja, kini mempunyai peran kedua yaitu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keadaaan ekonomi yang kurang baik membuat setiap keluarga di Indonesia harus membanting tulang untuk memenuhi kebutuhan hidup seharihari. Pada saat ini tidak hanya suami
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Salah satu tugas seorang individu yang berada pada tahap dewasa awal menurut Erikson (Desmita, 2005) adalah adanya keinginan untuk melakukan pembentukan hubungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Menikah merupakan saat yang penting dalam siklus kehidupan manusia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Menikah merupakan saat yang penting dalam siklus kehidupan manusia (Ardhianita & Andayani, 2011). Ketika individu memutuskan untuk menikah dan kemudian menjadi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Berikut kutipan wawancara yang dilakukan peneliti dengan seorang wanita
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berikut kutipan wawancara yang dilakukan peneliti dengan seorang wanita yang bernama Mimi, usia 21 tahun, sudah menikah selama 2 tahun dan memiliki 1 orang anak, mengenai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Para individu lanjut usia atau lansia telah pensiun dari pekerjaan yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pernikahan adalah sebuah hubungan yang menjadi penting bagi individu lanjut usia yang telah kehilangan banyak peran (Indriana, 2013). Para individu lanjut usia atau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. peristiwa yang menyenangkan maupun peristiwa yang tidak menyenangkan.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Individu pasti melewati segala peristiwa dalam kehidupan mereka. Peristiwa-peristiwa yang dialami oleh setiap individu dapat beragam, dapat berupa peristiwa yang menyenangkan
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA KEPUASAN SEKSUAL DENGAN KEPUASAN PERNIKAHAN SKRIPSI
HUBUNGAN ANTARA KEPUASAN SEKSUAL DENGAN KEPUASAN PERNIKAHAN SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai Derajat S-1, Sarjana Psikologi Disusu Oleh: NUR ZULAIKAH F 100 030 010 FAKULTAS
Lebih terperinci5. KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN
149 5. KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN Pada bab pendahuluan telah dijelaskan bahwa penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran psychological well-being pada wanita dewasa muda yang menjadi istri
Lebih terperincimemberi-menerima, mencintai-dicintai, menikmati suka-duka, merasakan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah makhluk sosial yang butuh orang lain untuk melangsungkan hidupnya. Manusia memerlukan rasa aman, nyaman, dan kasih sayang yang diberikan oleh orang lain,
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pernikahan adalah salah satu proses penting dalam kehidupan sosial manusia. Pernikahan merupakan kunci bagi individu untuk memasuki dunia keluarga, yang di dalamnya terdapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Setiap kehidupan manusia pasti berhubungan dengan rasa bahagia dan rasa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap kehidupan manusia pasti berhubungan dengan rasa bahagia dan rasa sedih yang datang silih berganti. Erat kaitannya jika sedih dikaitkan dengan bahagia karena kedua
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dewasa (Frone et al,1992). Dalam beberapa dekade ini perkembangan dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bekerja merupakan salah satu hal yang sangat penting bagi sebagian orang dewasa (Frone et al,1992). Dalam beberapa dekade ini perkembangan dan pertumbuhan ekonomi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sepakat untuk hidup di dalam satu keluarga. Dalam sebuah perkawinan terdapat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkawinan adalah bersatunya dua orang manusia yang bersama-sama sepakat untuk hidup di dalam satu keluarga. Dalam sebuah perkawinan terdapat keterikatan secara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pada masa remaja, salah satunya adalah problematika seksual. Sebagian besar
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini, masalah-masalah yang muncul dalam kehidupan remaja sering menimbulkan berbagai tantangan bagi para orang dewasa. Banyak hal yang timbul pada masa remaja,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan menjadi prioritas dalam hidup jika seseorang sudah berada di usia yang cukup matang dan mempunyai
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. (Santrock,2003). Hall menyebut masa ini sebagai periode Storm and Stress atau
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Masa remaja ditandai oleh perubahan yang besar diantaranya kebutuhan untuk beradaptasi dengan perubahan fisik dan psikologis, pencarian identitas dan membentuk hubungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. istri adalah salah satu tugas perkembangan pada tahap dewasa madya, yaitu
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Membangun sebuah hubungan senantiasa menjadi kebutuhan bagi individu untuk mencapai kebahagiaan. Meskipun terkadang hubungan menjadi semakin kompleks saat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang pada umumnya ditandai dengan perubahan fisik, kognitif, dan psikososial, tetapi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perkembangan dan menyelesaikan tugas-tugas perkembangan dimulai dari lahir, masa
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial. Manusia mengalami berbagai proses perkembangan dan menyelesaikan tugas-tugas perkembangan dimulai dari lahir, masa kanak-kanak,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. jenis kelamin, status ekonomi sosial ataupun usia, semua orang menginginkan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap manusia senantiasa mendambakan kehidupan yang bahagia. Mencari kebahagiaan dapat dikatakan sebagai fitrah murni setiap manusia. Tidak memandang jenis kelamin,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. melainkan juga mengikat janji dihadapan Tuhan Yang Maha Esa untuk hidup
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pernikahan atau perkawinan adalah suatu kejadian dimana dua orang yang saling mengikat janji, bukan hanya didepan keluarga dan lingkungan sosial melainkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mereka kelak. Salah satu bentuk hubungan yang paling kuat tingkat. cinta, kasih sayang, dan saling menghormati (Kertamuda, 2009).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia diciptakan sebagai makhluk sosial yang memiliki dorongan untuk selalu menjalin hubungan dengan orang lain. Hubungan dengan orang lain menimbulkan sikap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rini Yuniati, 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah makhluk sosial yang selalu membutuhkan orang lain dalam menjalani kehidupannya. Untuk membagi kedekatan emosional dan fisik serta berbagi bermacam tugas
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. PERNIKAHAN 2.1.1. Definisi Pernikahan Menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 pengertian pernikahan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Hubungan-hubungan yang terjalin tersebut dapat berupa pertemanan, persahabatan, pacaran dan hubungan perkawinan.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu melakukan interaksi dengan makhluk sosial lainnya. Dalam kehidupannya untuk menjalin hubungan-hubungan dengan manusia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Bhayangkara Jakarta Raya
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Islam sebagai salah satu dari lima agama yang diakui di Indonesia, sangat menekankan tentang bagaimana seorang muslim seharusnya menjalankan pernikahan. Namun sebelum
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Prevalensi penderita skizofrenia pada populasi umum berkisar 1%-1,3% (Sadock
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penderita skizofrenia dapat ditemukan pada hampir seluruh bagian dunia. Prevalensi penderita skizofrenia pada populasi umum berkisar 1%-1,3% (Sadock dan Sadock,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak pernah terlepas dari
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak pernah terlepas dari hubungannya dengan orang lain. Keberadaan orang lain dibutuhkan manusia untuk melakukan suatu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam rentang kehidupan, pastinya setiap individu akan mengalami sebuah fase kehidupan. Fase kehidupan tersebut berawal sejak dari kandungan, masa kanak-kanak,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada abad ke-21 berupaya menerapkan pendidikan yang positif
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada abad ke-21 berupaya menerapkan pendidikan yang positif dengan menerapkan psikologi positif dalam pendidikan. Psikologi positif yang dikontribusikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. serta tanggung jawab sosial untuk pasangan (Seccombe & Warner, 2004). Pada
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pernikahan adalah suatu hubungan yang sah dan diketahui secara sosial antara seorang pria dan seorang wanita yang meliputi seksual, ekonomi dan hak serta tanggung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. melalui tahap intimacy vs isolation. Pada tahap ini, individu berusaha untuk
1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Saat seseorang memasuki usia dewasa awal, ia mengalami perubahan dalam hidupnya. Pada usia ini merupakan transisi terpenting dalam hidup manusia, dimana remaja mulai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pernikahan merupakan langkah awal untuk membentuk suatu keluarga. Sangat penting bagi calon pasangan baru untuk memahami bahwa pernikahan merupakan suatu keputusan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sifatnya subjektif. Kebahagiaan, kesejahteraan, dan rasa puas terhadap hidup yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Individu dapat mencapai tujuan hidup apabila merasakan kebahagian, kesejahteraan, kepuasan, dan positif terhadap kehidupannya. Kebahagiaan yang dirasakan oleh
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini salah satu fenomena yang semakin sering muncul di Jakarta adalah perceraian. Fakta yang ada tidak semua pernikahan berjalan dengan lancar, tidak sedikit
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. proses pertumbuhan dan perkembangan. Individu pada masa remaja mulai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja dapat dipandang sebagai suatu masa dimana individu dalam proses pertumbuhan dan perkembangan. Individu pada masa remaja mulai meninggalkan kebiasaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan salah satu fase penting dalam. seseorang. Menurut Olson & DeFrain yang dikutip oleh Rini (2009) perkawinan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkawinan merupakan salah satu fase penting dalam kehidupan seseorang. Menurut Olson & DeFrain yang dikutip oleh Rini (2009) perkawinan adalah komitmen yang bersifat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hubungan Antara Persepsi Terhadap Pola Kelekatan Orangtua Tunggal Dengan Konsep Diri Remaja Di Kota Bandung
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Idealnya, di dalam sebuah keluarga yang lengkap haruslah ada ayah, ibu dan juga anak. Namun, pada kenyataannya, saat ini banyak sekali orang tua yang menjadi orangtua
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. komunikasi menjadi lebih mudah untuk dilakukan. Teknologi yang semakin
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini perkembangan teknologi semakin canggih membuat komunikasi menjadi lebih mudah untuk dilakukan. Teknologi yang semakin canggih dan berbagai sosial
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (Papalia, 2009). Menurut Undang-Undang Republik Indonesia nomor 1 pasal 1
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pernikahan adalah salah satu tahap penting dalam siklus kehidupan individu di samping siklus kehidupan lainnya seperti kelahiran, perceraian, atau kematian
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORITIS. A. Kepuasan Pernikahan
BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Kepuasan Pernikahan 1. Pengertian Kepuasan Pernikahan Pernikahan didefinisikan sebagai hubungan yang diakui secara sosial antara pria dan wanita yang didalamnya terdapat hubungan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penyesuaian Perkawinan 1. Pengertian Penyesuaian Perkawinan Konsep penyesuaian perkawinan menuntut kesediaan dua individu untuk mengakomodasikan berbagai kebutuhan, keinginan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. di dalamnya terdapat komitmen dan bertujuan untuk membina rumahtangga serta
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan merupakan bersatunya dua orang ke dalam suatu ikatan yang di dalamnya terdapat komitmen dan bertujuan untuk membina rumahtangga serta meneruskan keturunan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manusia yang terlahir di dunia ini pasti akan mengalami pertumbuhan dan proses
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia tercipta sebagai mahkluk sosial. Sebagai mahkluk sosial manusia harus saling berinteraksi, bertukar pikiran, serta berbagi pengalaman. Setiap manusia
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Subjective Well Being. dan kepuasan dalam hidup dikaitkan dengan subjective well being.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Subjective Well Being 1. Definisi Subjective Well Being Studi yang meneliti mengenai penyebab, prediktor dan akibat dari kebahagiaan dan kepuasan dalam hidup dikaitkan dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penting. Keputusan yang dibuat individu untuk menikah dan berada dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pernikahan bagi beberapa individu dapat menjadi hal yang istimewa dan penting. Keputusan yang dibuat individu untuk menikah dan berada dalam kehidupan yang
Lebih terperinci8. Sebutkan permasalahan apa saja yang biasa muncul dalam kehidupan perkawinan Anda?...
Identitas diri: 1. Jenis kelamin : Pria / Perempuan 2. Status pernikahan : Menikah / Tidak Menikah 3. Apakah saat ini Anda bercerai? : Ya / Tidak 4. Apakah Anda sudah menjalani pernikahan 1-5 tahun? :
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. merupakan alternatif kesempatan kerja bagi daerah-daerah yang kekurangan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mencari kehidupan di negeri orang sebenarnya merupakan alternatif terakhir bagi seseorang, kecuali di sekitar tempat kediamannya tidak terdapat kesempatan kerja.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Ketika seseorang memasuki tahapan dewasa muda, menurut Erickson
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ketika seseorang memasuki tahapan dewasa muda, menurut Erickson (Monks, Knoers & Haditono, 1982:15), ia akan mengalami masa intimacy versus isolation. Pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kondisi psikologis yang berhubungan dengan istilah kesenangan dan kedamaian, juga
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap orang menginginkan kebahagiaan dalam hidupnya. Kebahagiaan merupakan kondisi psikologis yang berhubungan dengan istilah kesenangan dan kedamaian, juga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia memerlukan mitra untuk mengembangkan kehidupan yang layak bagi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Manusia sejak awal kelahirannya adalah sebagai mahluk sosial (ditengah keluarganya). Mahluk yang tidak dapat berdiri sendiri tanpa bantuan orang lain.
Lebih terperinci