Karya Tulis Ilmiah. Pengaruh Penggunaan Media Tanam Terhadap Pertumbuhan Buah Naga Merah Pada Tiang Panjat Beton di Balai Pelatihan Pertanian Jambi

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Karya Tulis Ilmiah. Pengaruh Penggunaan Media Tanam Terhadap Pertumbuhan Buah Naga Merah Pada Tiang Panjat Beton di Balai Pelatihan Pertanian Jambi"

Transkripsi

1 Karya Tulis Ilmiah Pengaruh Penggunaan Media Tanam Terhadap Pertumbuhan Buah Naga Merah Pada Tiang Panjat Beton di Balai Pelatihan Pertanian Jambi A. Latar Belakang Oleh: Irwanto, SST (Widyaiswara Pertama) I. PENDAHULUAN Tanaman buah naga (dragon fruit) yang awalnya dikenal sebagai tanaman hias ini sudah cukup lama dikenal masyarakat Taiwan, Vietnam, maupun thailand. Terlebih saat diketahui bahwa buahnya dapat dimakan, semakin banyak yang mengenalnya. Buahnya terasa enak. Bagi masyarakat didaerah tersebut, usaha budidaya tanaman buah naga terus dilakukan karena sangat menguntungkan. Perluasan dan rencana produksi memang merupakan orientasi jangka panjang, terlebih untuk memenuhi produksi dalam negeri. Namun demikian upaya untuk mengekspor buah naga tetap akan dilakukan sepanjang kebutuhan dalam negeri sudah terpenuhi. Bagaimana melakukan ekspor bila kebutuhan dalam negeri saja belum terealisasi? Padahal, konsumen di negara Eropa berselera tinggi terhadap rasa buah naga tersebut, Terbukti, Perancis mendatangkan buah naga dari Thailand dan Vietnam. Dalam upaya pengembangan buah naga, iklim Indonesia sangat mendukung pembudidayaannya. Oleh karena itu, tidak tertutup kemungkinan bila buah naga dapat memasyarakat di Indonesia. Buah naga tergolong jenis tanaman yang merambat sehingga membutuhkan media sebagai tiang panjatnya. Tiang tiang panjat tersebut harus kuat agar dapat menopang tanaman. Selain kuat tiang tiang panjat harus mampu bertahan selama beberapa tahun. Hal ini bertujuan agar usaha budidaya tanaman mendapatkan keuntungan. Dalam budidaya buah naga sangat membutuhkan nutrisi. Nutrisi tersebut dapat diperoleh dari pemberian media tanam. Media tanam buah naga berupa tanah topsoil, pasir, dan pupuk kandang. Pasir yang digunakan berupa pasir sungai atau bangunan. Tanah topsoil digunakan karena memiliki unsur hara lebih banyak dibandingkan tanah subsoil. Pupuk yang dapat digunakan antara lain pupuk kandang (pupuk dari kotoran ayam, sapi, kambing, dan lain-lain), maupun pupuk buatan ( Urea, SP 36, KCl, NPK). Untuk mengatahui pertumbuhan buah naga pada tiang panjat beton Terhadap penggunaan media tanam maka dilakukan kegiatan penelitian ini. B. Identifikasi Masalah Para petani/pembudidaya buah naga belum banyak mengetahui peranan dan manfaat media tanam buah naga terhadap pertumbuhan tanaman buah naga. C. Perumusan Masalah Rumusan masalah dalam kajiwidya yaitu tentang penggunaan media tanam belum sepenuhnya dilakukan dengan baik sehingga mempengaruhi pertumbuhan tanaman buah naga. 1

2 D. Tujuan Mengetahui pertumbuhan buah naga terhadap penggunaan media tanam serta mendapatkan media tanam yang baik untuk tanaman buah naga. II. KERANGKA TEORITIK Tiang panjat bentuk tunggal dapat berupa tiang panjat kayu, tiang panjat hidup dan tiang panjat dari tiang beton. Kedua jenis tiang panjat ini digunakan untuk menopang sebanyak empat tanaman yang sedang berproduksi dengan produkstifitas rata-rata 3 kg per tanaman. Media tanam buah naga biasanya terdiri dari campuran tanah, pasir dan pupuk kandang, dengan komposisi yang disesuaikan dengan kesuburan tanah. A. Tiang Panjat Beton Tiang panjat yang umum digunakan ialah tiang panjat berbentuk tiang beton segiempat yang berukuran 10 cm x 10 cm dengan tinggi 2 m 2,5 m. Selain segi empat, tiang panjat dapat dibuat berbentuk bulat ataupun segitiga. Penggunaan tiang panjat beton lebih baik karena kuat, tahan lama, dan kokoh menahan beratnya tanaman. Pada bagian permukaan ujung tiang terdapat lubang sedalam cm. Lubang tersebut berfungsi untuk menempatkan piringan penyangga sulur atau cabang. Tiang panjat tiang beton ini ditancapkan ditanah dengan cara dicor. Pengecoran dimaksudkan agar tiang dapat kokoh berdiri dan mampu menyangga tanaman. Kedalam pengecoran sebaiknya sekitar 50 cm. Bagian atas atau ujung beton dipasangkan besi melingkar berdiamater sekitar cm. Oleh karena bentuknya bulat, sekilas besi tersebut tampak seperti setir mobil. Besi lingkaran ini berfungsi sebagai tempat bertenggernya cabang dan anak cabang atau tunas. Ditengah lingkaran diberi dua potongan besi beton yang berbentuk menjadi tanda + pada titik tengah besi bertanda + tersebut dihubungkan dengan besi beton memanjang sepanjang 30 cm kearah bawah sehingga membentuk seperti pegangan payung. Tiang besi ini ditancapkan pada lubang yang ada dipermukaan tiang. Bila penggunaan besi untuk penyangga cabang dianggap terlalu mahal, maka dapat diganti dengan kayu dan ban bekas sepeda motor pun dapat digunakan. Ada juga beberapa petani yang menggunakan para-para dari kayu yang dibentuk menyilang. Gambar 1. Tiang panjat beton 2

3 B. Media Tanam Buah Naga Untuk dapat tumbuh dengan baik, tanaman buah naga perlu media yang cocok untuk pertumbuhannya. Media untuk penanaman buah naga berupa: tanah topsoil, pasir, dan pupuk kandang. 1. Media Tanah Lapisan tanah terdiri dari 2 yaitu lapisan tanah topsoil dan lapisan tanah subsoil. Lapisan topsoil adalah lapisan tanah teratas yaitu dari permukaan tanah dengan ketebaalan sekitar 20 cm atau tergantung dengan keadaan dan jenis tanah. Lapisan ini memiliki ciri yaitu; lapisan yang subur pada tanah, terdapat kandungan bahan organik, tempat hidup mikroorganisme tanah, umumnya berwarna kehitaman atau kecoklatan. Lapisan subsoil yaitu: lapisan yang berada dibawah topsoil, kandungan bahan organik rendah, berwarna agak kekuningan, dan mikroorganisme sulit berkembang. Lapisan tanah yang biasanya digunakan dalam media tanam yaitu lapisan tanah topsoil karena memiliki kesuburan yang cukup tinggi jika dibandingkan dengan lapisan subsoil. 2. Media Pasir Pasir yang digunakan dapat berupa pasir bangunan. Buah naga sangat perlu tata udara yang baik, hal ini dapat dipenuhi dengan pemberian pasir sebagai media tanam buah naga. Pasir mempunyai beberapa fungsi yaitu sebagai berikut. a. Memperlancar sirkulasi udara (Aerase) b. Mencegah terjadinya penggumpalan tanah karena pasir bersifat lepas c. Mencegah tergenangnya air, karena pasir bersifat porous d. Memperbesar rongga udara dalam tanah 3. Pupuk Kandang Pupuk kandang merupakan media yang penting dalam budidaya buah naga. Tanpa pupuk kandang buah naga tidak akan berkembang dengan baik. Pupuk kandang dapat memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. Dalam pupuk kandang terdapat unsur hara yang lengkap baik makro maupun mikro Pupuk kandang yang digunakan sebaiknya dalam kondisi matang. Pupuk kandang yang belum matang jika digunakan akan menyebabkan serangan penyakit busuk batang pada buah naga. Pupuk kandang dapat diberikan satu karung per lubang tanam atau tergantung dengan kesuburan tanah. Semakin kurang subur tanah maka penggunaan pupuk kandang akan semakin besar. Jenis pupuk kandang yang banyak digunakan dalam budidaya tanaman yaitu pupuk kandang ayam, sapi, kambing, dan guano. 3

4 III. METODOLOGI A. Rancangan Penelitian Rancangan penelitian pengaruh penggunaan media tanam terhadap pertumbuhan buah naga pada tiang panjat beton sebagai berikut P3 P7 P71 P7 P7 P72 P7 P7 P7 P7 P3 P7 P7 P7 3 P7 P7 P7 4 P7 P7 P7 5 P7 P7 P2 P3 P6 P6 P6 1 P6 P6 P6 2 P6 P6 P6 P6 P6 3 P6 P6 P6 4 P6 P6 P6 5 P6 P6 P6 P2 P2 P5 P5 P5 P5 1 P5 P5 P5 P5 2 P5 P5 P5 P5 3 P5 P5 P5 P5 4 P5 P5 P5 5 P5 P4 P41 P4 P4 P42 P4 P43 P4 P4 P4 P4 P44 P4 P4 P4 P4 P45 P4 P4 P4 P3 P3 P3 1 P3 P3 2 P3 P3 P3 P3 P3 3 P3 P3 P3 4 P3 P3 P3 5 P3 P2 P2 1 P2 P2 2 P2 P2 P2 3 P2 P2 P2 P2 4 P2 P2 P2 P2 5 P2 P2 P P1 P1 1 P1 P1 2 P1 P1 P1 P1 P1 3 P1 P1 4 P1 P1 P1 P1 5 P P P0 1 P0 P0 2 P0 P0 3 P0 P0 P0 P0 P0 4 P0 P0 P0 5 P0 P0 P Keterangan: Perlakuan 1 (P1) media tanah, pasir, pupuk kandang ayam (1:1:1) 20 ulangan Perlakuan 2 (P2) media tanah, pasir, pupuk kandang sapi (1:1:1) 20 ulangan Perlakuan 3 (P3) media tanah, Pasir, pupuk kandang kambing) (1:1:1) 20 ulangan Perlakuan 4 (P4) media tanah dan pupuk kandang ayam (1:1) 20 ulangan Perlakuan 5 (P5) media tanah dan pupuk kandang sapi (1:1) 20 ulangan Perlakuan 6 (P6) media tanah dan pupuk kandang kambing (1:1) 20 ulangan Perlakuan 7 (P7)media tanah dan pasir) (1:1) 15 ulangan Perlakuan 0 ( P0) media tanah /Kontrol) 15 ulangan Simbol P1 1, P2 1, P3 1, dan seterusnya menunjukkan sampel pengamatan pada perlakuan. Rancangan kajiwidya diatas menunjukkan 8 perlakuan yaitu Perlakuan 1, perlakuan 2, perlakuan 3, perlakuan 4, perlakuan 5, perlakuan 6, perlakuan 7, dan kontrol/perlakuan 0. Pada masing masing perlakuan ada ulangan, dan setiap ulangan diambil 5 sampel pengamatan yang diberi tanda garis bawah misalnya P1 1, P2 1, P3 1, dan seterusnya. Nomor urut 1, 2, 3, 4, 5, dan seterusnya menunjukkan barisan tanaman buah naga dilapangan. B. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini mempunyai ruang lingkup yaitu pembuatan tiang panjat buah naga dari bahan beton dan pengamatan pertumbuhan tinggi tanaman, diameter batang, jumlah tunas dan warna daun. Pengamatan pertumbuhan tanaman dilakukan 10 hari sekali sampai tanaman berumur 4 bulan (120 hari). C. Populasi Sampel dan Besaran Sampel Dari delapan perlakuan populasi secara keseluruhan berjumlah 150 populasi. Besaran sampel yang diambil dari masing-masing perlakuan sebanyak 5 (lima) sampel sehingga total sampel dari 8 perlakuan tersebut yaitu 40 sampel pengamatan. 4

5 D. Instrumen Kajiwidya Penelitan ini menggunakan instrumen berupa blangko pengamatan pertumbuhan buah naga yang berisi tanggal pengamatan, Jenis perlakuan, sampel, dan parameter pengamatan yang meliputi tinggi tanaman, diameter batang, jumlah tunas dan warna daun. E. Prosedur Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan dengan cara pengamatan pertumbuhan tanaman dilakukan 10 (sepuluh) hari sekali. F. Teknik Analisis Data Analisis data dilakukan dengan membuat tabulasi dan rata-rata dari pertumbuhan tinggi, diameter batang, jumlah tunas, dan warna daun. Data dianalisis secara deskriptif sehingga diperoleh perlakuan yang lebih baik. A. Tahapan Kegiatan IV. PELAKSANAAN Tahapan kegiatan penelitian yaitu pembuatan tiang panjat dari beton, penyiapan populasi tanaman, penentuan sampel pengamatan, proses pengamatan pertumbuhan dan tabulasi/analsis data. B. Lokasi dan Waktu Kegiatan penelitian dilakukan di lahan praktek/unit pembelajaran budidaya buah naga Balai Pelatihan Pertanian Jambi. Penelitian ini dilaksanakan selama 7 bulan, dimulai pada Bulan Oktober 2012 s.d April C. Jadwal Pelaksanaan Kegiatan Jadwal kegiatan penelitian penggunaan media tanam terhadap pertumbuhan buah naga sebagai berikut. Tabel 1. Jadwal Kegiatan Kajiwidya No Kegiatan Waktu 1. Pembuatan tiang beton Minggu ke-1 s.d ke-3 Oktober Pengajiran Minggu ke-4 Oktober Pembuatan lubang tanam Minggu ke-4 Oktober Pemancangan tiang Minggu ke-1 Nopember Pemberian media Minggu ke-2 Nopember Penanaman 1 Desember Pengamatan Desember Pengamatan Desember Pengamatan Desember Pengamatan Januari

6 11. Pengamatan Januari Pengamatan januari Pengamatan 70 9 Februari Pengamatan Februari Pengamatan 90 1 Maret Pengamatan Maret Pengamatan Maret Pengamatan Maret 2013 Keterangan: = hari setelah tanam V. TEMUAN DAN PEMBAHASAN A. Pembuatan tiang panjat dari beton Kegiatan awal dalam melaksanakan penelitian ini yaitu pembuatan tiang panjat dari beton. Alat yang digunakan untuk membuat tiang panjat yaitu: cangkul, angkong/lori, centong semen, cetakan papan (panjang 200 cm, lebar 12 cm, dan tinggi 12 cm), plastik cor, palu, paku, dan ember, besi/behel ukuran 8 mm (panjang behel yaitu 230 cm), gerinda (alat pemotong besi/behel) dan lingkaran ban. Sedangkan bahan yang digunakan yaitu : semen, pasir, kerikil, dan air. Langkah kerja pembuatan tiang panjat dari beton sebagai berikut: 1. Siapkan alat dan bahan seperti disebutkan diatas 2. Pembuatan cetakan (ukuran panjang 200 cm, lebar 12 cm) dari papan yang lurus dan kuat agar cetakan tidak mudah rusak dan tahan lama. 3. Pembuatan adukan semen, pasir, dan kerikil (1 : 3 : 0,5). Untuk 1 sak semen diaduk dengan pasir sebanyak 3 lori/angkong ditambah dengan air secukupnya, dapat menghasilkan 9 buah tiang panjat buah naga. Adukan semen, pasir dan kerikil harus betul-betul homogen, bila tidak akan mempengaruhi kekuatan tiang panjat. Campuran yang homogen akan menghasilkan tiang panjat yang kokoh dan tidak mudah patah. 4. Siapkan cetakan, dasar cetakan dilapisi dengan plastik cor, masukkan besi behel yang telah dipotong-potong sepanjang 230 cm. Dalam pemasangan behel 200 cm sebagai penguat tiang dan 30 cm sebagai penyangga lingkaran ban. Supaya lebih kuat dan kokoh, besi behel yang dimasukkan kedalam cetakan berjumlah 3-4 buah dan dirangkai menggunakan cincin dan kawat ikat. 5. Adukan yang telah homogen dimasukkan kedalam cetakan yang dasarnya sudah di lapisi dengan plastik cor. Harus dipastikan bahwa semua sudut dan bagian cetakan betul-betul terisi oleh adukan semen, bila ada yang tidak terisi maka akan menghasilkan tiang yang kurang kokoh dan bentuknya juga kurang menarik. Selanjutnya Permukaan adukan diratakan dengan menggunakan centong semen. 6. Adukan semen yang ada dicetakan dikeringkan selama 2 3 minggudengan cara dijemur (tergantung keadaan cuaca). Jika hari hujan maka cetakan ditutup dengan menggunakan terpal/plastik cor. Selama 1 minggu adukan tetap dicetakan, kemudian memasuki minggu kedua cetakan dibuka, pengeringan tetap dilakukan 6

7 dan hasil cetakan dibalik-balik agar pengeringan tiang merata dan tiang tidak mudah patah. 7. Tiang yang sudah kering dipancang pada lubang yang telah disiapkan. Dalam pemancangan tiang, harus diperhatikan posisi tiang jangan sampai miring karena akan mempengaruhi kekuatan tiang dalam jangka panjang. Demikian pula ketika memadatkan tanah di dasar tiang harus benar-benar padat karena bila tidak maka tiang panjat akan banyak yang terlihat miring, karena tanah disekitar tiang tidak dapat menahan dan menopang. 8. Setelah tiang terpancang dengan baik dilahan maka selanjutnya lingkaran ban dapat dipasang. Dari pengalaman, pemasangan lingkaran ban setelah tiang dipancang lebih cepat jika dibandingkan pemasangan lingkaran ban sebelum tiang dipancang. Untuk pemasangan lingkaran ban dilapangan dapat dilakukan oleh satu orang, sedangkan jika pemasangan dilakukan sebelum pemancangan tiang membutuhkan tenaga minimal 2 orang. B. Hasil Pengukuran Pertumbuhan Tinggi Tanaman Buah Naga Data hasil pengukuran pertumbuhan tinggi tanaman buah naga sebagai berikut. Tabel 2. Rekapitulasi Hasil Pengamatan Tinggi Tanaman Buah Naga Waktu Perlakuan Pengamatan P0 P1 P2 P3 P4 P5 P6 P ,2 32,4 35,3 39,8 30, , ,94 36,66 38,2 50,16 35,8 43,3 37, ,6 44,6 37,44 40,3 56,9 36,4 57,1 49, ,9 51,6 45,4 43, ,2 65,2 57, ,7 56,2 47,6 44, ,4 61, ,5 61,9 49,2 47,6 76,3 54, , ,5 70,2 52,9 53,9 82,7 64, , ,6 76,4 60,3 58,3 91,4 71,5 103,4 75, ,8 82,5 71,5 67,9 98,5 83,6 114,6 80, ,3 90,2 77,3 77,4 111,2 94,5 131, ,2 102,5 86,7 84,5 118,6 110,6 141, ,8 96,8 95, ,2 143,2 90,2 Keterangan: 1. Tinggi tanaman dalam satuan cm. 2. Hst = hari setelah tanam 3. Perlakuan: Perlakuan 1 (P1) media tanah, pasir, pupuk kandang ayam (1:1:1) Perlakuan 2 (P2) media tanah, pasir, pupuk kandang sapi (1:1:1) Perlakuan 3 (P3) media tanah, Pasir, pupuk kandang kambing) (1:1:1) Perlakuan 4 (P4) media tanah dan pupuk kandang ayam (1:1) Perlakuan 5 (P5) media tanah dan pupuk kandang sapi (1:1) Perlakuan 6 (P6) media tanah dan pupuk kandang kambing (1:1) Perlakuan 7 (P7) media tanah dan pasir) (1:1) Perlakuan 0 (P0) media tanah/kontrol) Pada tabel 2 terlihat bahwa dari masing-masing perlakuan media tanam buah naga memiliki tingkat pertumbuhan tinggi tanaman yang berbeda-beda. Perlakuan yang menunjukkan pertumbuhan tanaman tertinggi dibandingkan dengan perlakuan yang lain yaitu perlakuan 6 (P6) media tanah dan pupuk kandang kambing. Pada 7

8 perlakuan media tanam ini pertumbuhan pada umur 120 hari setelah tanam lebih tinggi dibandingkan perlakuan lainnya yaitu 143,2 cm, kemudian di ikuti perlakuan 5 (P5) media tanah dan pupuk kandang sapi dengan tinggi tanaman 120,2 cm. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan pupuk kandang sangat berperan dalam mendukung pertumbuhan tinggi tanaman, terutama pupuk kandang kambing dan sapi. Untuk perlakuan media pupuk kandang, pasir, dan tanah yaitu perlakuan 1 (P1) media tanah, pasir, dan pupuk kandang ayam dengan tinggi tanaman pada 120 yaitu 109,8 cm. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan pasir berperan dalam memperlancar porositas tanah, sedangkan pupuk kandang ayam memiliki kandungan fosfor yang tinggi sehingga pertumbuhan tinggi tanaman untuk perlakuan 1 terdapat perbedaan pertumbuhan dengan perlakuan lainnya. Perlakuan media yang memiliki pertumbuhan tinggi tanaman terendah yaitu perlakuan 0 (P0/kontrol) media tanah dengan tingkat pertumbuhan tinggi pada 120 yaitu hanya 69 cm. Hal ini menunjukkan bahwa dalam penanaman buah naga jika hanya menggunakan tanah, maka kebutuhan unsur hara tanaman terutama nitrogen tidak dapat terpenuhi, sehingga mempengaruhi pertumbuhan tinggi tanaman buah naga. Oleh karena itu, dalam budidaya buah naga harus menggunakan pupuk organik/pupuk kandang dan diimbangi dengan penggunaan pasir, sehingga porositas tanah menjadi lebih baik. Untuk lebih jelasnya perbedaan tinggi tanaman buah naga pada perlakuan media tanam disajikan pada grafik berikut ini. 160 Tinggi Tanaman (cm) Waktu Pengamatan P0 P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 Grafik 1. Pertumbuhan Tinggi Tanaman Buah Naga Dari grafik 1 di atas terlihat bahwa perlakuan 6 (P6) dengan simbol garis berwarna kuning menempati posisi teratas dalam segi pertumbuhan tinggi tanaman dan perlakuan 0 (P0) dengan simbol garis warna biru tua berada pada posisi terbawah. 8

9 Sehingga dari grafik tersebut dapat disimpulkan bahwa penggunaan pupuk kandang sangat berpengaruh terhadap tinggi tanaman buah naga. C. Hasil Pengukuran Pertumbuhan Diameter Batang Buah Naga Hasil pengamatan pertumbuhan diameter batang buah naga terdapat pada tabel berikut ini. Tabel 3. Rekapitulasi Hasil Pengamatan Diameter Batang Buah Naga Waktu Perlakuan Pengamatan P0 P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 10 3,7 3,6 4 4,2 4,4 4 4,2 3, ,78 3,62 4,08 4,28 4,42 4 4,26 3, ,84 3,72 4,12 4,3 4,56 4 4,3 3, ,96 3,8 4,22 4,4 4,63 4,14 4,38 4, ,02 3,94 4,24 4,5 4,86 4,56 4,42 4,3 60 4,04 3,98 4,28 4,55 4,96 4,8 4,48 4,3 70 4,05 4,24 4,3 4,6 5,03 4,8 4,5 4,5 80 4,08 4,32 4,38 4,7 5,1 4,9 4,59 4,5 90 4,1 4,38 4,45 4,8 5,18 5,06 4,6 4, ,3 4,4 4,5 5 5,1 5,1 4,6 4, ,4 4,5 4,6 5,1 5,2 5,1 4,7 4, ,5 4,6 4,8 5,2 5,3 5,2 4,7 4,6 Keterangan: *Pengukuran diameter batang dalam satuan cm Dari tabel 3 dapat dilihat bahwa perlakuan yang memiliki pertumbuhan diameter tertinggi yaitu perlakuan 4 (P4) media tanah dan pupuk kandang ayam (1:1) dengan ukuran diameter batang yaitu 5,3 cm. Perlakuan yang memiliki ukuran diameter batang terendah yaitu perlakuan 0 (P0) yaitu 4,5 cm. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan media tanam pupuk kandang sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan diameter batang buah naga, karena pada pupuk kandang terdapat unsur hara yang dapat memenuhi kebutuhan hara sehingga meningkatkan pertumbuhan diameter batang. Perlakuan 0 ( P0) memiliki ukuran diameter terpendek karena pada media tanah hanya dapat menyediakan unsur hara sekedarnya untuk membantu pertumbuhan diameter batang buah naga. Oleh karena itu penggunaan pupuk kandang terutama pupuk kandang ayam sangat berperan dalam menambah dan memperbesar diameter batang. Untuk itu, para pembudidaya buah naga sangat dianjurkan menggunakan pupuk kandang tersebut. 9

10 D. Hasil Penghitungan Pertumbuhan Jumlah Tunas Buah Naga Data hasil penghitungan jumlah tunas buah naga pada perlakuan media tanam pada tabel berikut ini. Tabel 4. Rekapitulasi Hasil Penghitungan Jumlah Tunas Buah Naga Waktu Perlakuan Pengamatan P0 P1 P2 P3 P4 P5 P6 P ,2 2 1,6 1,8 1,8 1,6 1,6 20 1,2 1,2 2 1,8 1,8 1,8 1,6 1,6 30 1,2 1,4 2,8 1,8 2,6 1,8 1, ,2 1,4 2,8 1,8 2,8 1,8 1, ,4 1,4 2,8 1,8 2,8 1,8 1, ,4 1,4 2,8 1,8 2,8 1,8 2, ,6 1,4 2,8 2,2 2,8 1,8 2, ,6 1,4 3 2, ,4 2,2 90 1,8 1,4 3 2, ,4 2, ,8 1,4 3 2,4 3 2,2 2,4 2, ,8 1, ,2 2,2 3,2 2, ,8 1,6 3,2 3 4,2 2,2 3,2 2,2 Dari data rata-rata hasil penghitungan pertumbuhan tunas buah naga pada tabel 3 terlihat bahwa rata-rata jumlah tunas paling banyak pada waktu pengamatan 120 yaitu pada perlakuan 4 (P4) dengan jumlah rata-rata jumlah tunas 4,2 tunas, hal ini menunjukkan bahwa penggunaan media pupuk kandang ayam berperan dalam memperbanyak jumlah tunas dibandingkan media lainnya. Namun demikian jika jumlah tunas terlalu banyak akan mempengaruhi pertumbuhan tinggi tanaman. Untuk perlakuan 1 (P1) dan perlakuan 0 (P0) rata-rata jumlah tunas hanya 1,6 tunas dan 1,8 tunas, hal ini menunjukkan bahwa perlakuan 4 (P4) mempunyai pertumbuhan jumlah tunas yang baik dibandingkan dengan perlakuan lainnya. E. Hasil Penentuan Keadaan Warna Daun Buah Naga Penentuan warna daun dilakukan dengan kategori warna berdasarkan kriteria warna daun yang telah ditentukan yaitu warna daun hijau tua nilai skor 3, warna daun hijau muda skor 2, dan warna daun kekuningan nilai skor 1. Pada tabel 5 Berikut halaman berikut ini hasil pengamatan warna daun buah naga untuk perlakuan media tanam. Dari tabel 5 terlihat bahwa keadaan warna daun pada waktu pengamatan 120 untuk perlakuan 4, perlakuan 5, dan perlakuan 6 memiliki daun dengan warna hijau tua ( nilai skor 3/ kategori hijau tua) dan keadaan rata-rata warna daun per pengamatan dengan skor 2,7 2,85. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan pupuk kandang sangat berpengaruh terhadap keadaan daun buah naga. Untuk perlakuan 0 (P0) mempunyai skor nilai warna daun yaitu 2,05 (kategori hijau muda) hal ini disebabkan kandungan nitrogen yang kurang pada perlakuan tersebut. 10

11 Tabel 5. Rekapitulasi Hasil Penentuan Warna daun Buah Naga Waktu Perlakuan Pengamatan P0 P1 P2 P3 P4 P5 P6 P ,6 2,4 2,2 2,2 2,4 2,6 20 2,4 2 1,8 2,4 2,2 2,2 2,8 2, ,4 3 2,6 2,8 3 2,8 2, ,4 2,6 2, , ,4 2,4 3 2, ,2 2,6 2,2 2, ,4 2,2 70 2,2 2,6 2,6 2,6 3 2,8 2,4 2, ,8 2, ,2 90 2, , ,8 2,8 2, , ,8 2 1,6 1,4 2, ,4 2,4 2, ,2 Rerata 2,05 2,45 2,38 2,6 2,7 2,85 2,8 2,31 Keterangan: Kriteria pengukuran warna daun buah naga : Warna hijau tua skor 3 Warna hijau muda skor 2 Warna kekuningan skor 1 F. Rekomendasi penerapan Berikut ini pemeringkatan hasil pengamatan pertumbuhan buah naga untuk perlakuan media tanam. Tabel 6. Pemeringkatan Hasil Pengamatan Pertumbuhan Buah Naga Peringkat Parameter Pengamatan Tinggi Diameter Jumlah daun Warna daun tanaman batang 1 P6 P4 P4 P5 2 P4 P5 P6 P6 3 P5 P3 P2 P4 4 P1 P2 P3 P3 5 P2 P6 P5 P1 6 P3 P1 P7 P2 7 P7 P7 P0 P7 8 P0 P0 P1 P0 Tabel 6 menunjukkan pemeringkatan hasil pengukuran pertumbuhan buah naga. Peringkat pertumbuhan tertinggi (Peringkat 1) yaitu perlakuan 6 (P6) untuk tinggi tanaman, perlakuan (P4) untuk diameter batang dan jumlah daun, dan perlakuan 5 (P5) untuk warna daun. Sedangkan untuk peringkat terakhir (8), perlakuan P0 untuk tinggi tanaman, diameter batang, dan warna daun, serta perlakuan 1 (P1) untuk jumlah daun. 11

12 Dari data pada tabel di atas maka didapatkan rekomendasi penggunaan media tanam buah naga seperti pada tabel 7. Tabel 7. Rekomendasi Penggunaan Media Tanam Buah Naga Di Lapangan Peringkat terapan teknologi Perlakuan Kriteria Teknologi anjuran 7 dan 8 P0 Tidak dianjurkan 4,5,6,8 P1 Dianjurkan 3,4,5,6 P2 Dianjurkan 3,4,6 P3 Dianjurkan 1,2,3 P4 Sangat dianjurkan 1,2,3,5 P5 Sangat dianjurkan 1,2,5 P6 Sangat dianjurkan 6 dan 7 P7 Tidak dianjurkan Pada tabel 7 menunjukkan rekomendasi penggunaan media tanam buah naga. Untuk perlakuan yang sangat dianjurkan/ direkomendasikan yaitu perlakuan 4 (media tanah dan pupuk kandang ayam), perlakuan 5 (Tanah dan pupuk kandang sapi) dan perlakuan 6 (tanah dan pupuk kandang kambing). Perlakuan yang dianjurkan yaitu perlakuan 1 (tanah, pasir, pupuk kandang ayam), perlakuan 2 (tanah, pasir, pupuk kandang sapi), dan perlakuan 3 (tanah, pasir, pupuk kandang kambing). Untuk perlakuan media yang tidak dianjurkan berarti tidak boleh dilakukan karena apabila dilakukan maka pertumbuhan tanaman buah naga tidak akan sebaik jika dibandingkan dengan perlakuan yang dianjurkan dan sangat dianjurkan. A. Kesimpulan V. PENUTUP Kesimpulan yang dapat diambil setelah pelaksanaan penelitian pengaruh penggunaan media tanam terhadap pertumbuhan buah naga, sebagai berikut. 1. Penelitian ini menambah pengetahuan dan keterampilan dalam aspek pembuatan tiang buah naga dari beton dan pengetahuan pertumbuhan tanaman pada perlakuan buah naga tersebut. 2. Pembuatan tiang panjat buah naga dari beton harus mempunyai komposisi perbandingan bahan yang sesuai agar menghasilkan tiang yang kuat dan kokoh. 3. Penggunaan media tanam berupa pupuk kandang sangat besar pengaruhnya terhadap pertumbuhan tanaman buah naga. B. Rekomendasi Setelah melaksanakan kajiwidya pengamatan pertumbuhan buah naga merah pada tiang panjat beton terhadap penggunaan media tanam yaitu. 1. Perbandingan bahan dalam pembuatan tiang panjat buah naga yaitu semen, pasir, dan kerikil dengan perbandingan 1 : 3 : 0,5. 2. Dalam budidaya buah naga direkomendasikan menggunakan media berupa campuran tanah topsoil dan pupuk kandang atau tanah topsoil, pasir, dan pupuk kandang dengan perbandingan 1 : 1 : 1. 12

13 DAFTAR PUSTAKA Hardjadinata, Sinatra Budidaya Buah Naga Super Red Secara Organik, Penebar Swadaya, Jakarta. Direktorat Jenderal Hortikultura, Direktorat Budidaya dan Pasca Panen Buah Profil Sentra Produksi Buah Naga, Kementerian Pertanian. Jakarta. Direktorat Jenderal Hortikultura, Direktorat Budidaya Tanaman Buah Pedoman Baku Budidaya, Standard Operaqting Procedure (SOP) Buah Naga (Hylocereus undatus) Kabupaten Sleman. Kementerian Pertanian, Jakarta. Kristanto, Daniel (2007) Buah Naga pembudidayaan di Pot dan di Kebun. Penebar Swadaya, Jakarta. Kristanto, Daniel (2003). Buah Naga. Penebar Swadaya, Jakarta. 13

14 LAMPIRAN 1. Dokumentasi Kegiatan Penelitian/Kajiwidya Buah Naga Foto 1. Lokasi Unit Pembelajaran Buah Naga Foto 2. Papan Nama Pengenal Penelitian/Kajiwidya Buah Naga 14

15 Foto 3. Bahan Pembuatan Tiang panjat Buah Naga Foto 4. Alat yang digunakan dalam pembuatan Tiang panjat Buah Naga Foto 5. Pengadukan Adonan semen, pasir, kerikil dan ditambah air Foto 6. Proses Pengadukan dan Pencetakan Tiang 15

16 Foto 7. Tiang yang sudah tercetak Foto 8. Pengajiran lahan Buah Naga sebagai tempat pemancangan tiang. Foto 9. Bibit Buah Naga Siap Tanam 16

17 Foto 10. Media tanam pupuk kandang Foto 11. lingkaran ban penyangga cabang buah naga 17

18 Foto 12. Buah Naga Pada Tiang Panjat Kayu Foto 13. Buah Naga Pada Tiang Panjat Beton 18

Teknik Membuat/Mempersiapkan Tiang Panjat Buah Naga (Dragon Fruits) Oleh Irwanto,SST (Widyaiswara Bapeltan Jambi)

Teknik Membuat/Mempersiapkan Tiang Panjat Buah Naga (Dragon Fruits) Oleh Irwanto,SST (Widyaiswara Bapeltan Jambi) Teknik Membuat/Mempersiapkan Tiang Panjat Buah Naga (Dragon Fruits) Oleh Irwanto,SST (Widyaiswara Bapeltan Jambi) Buah naga tergolong jenis tanaman yang merambat sehingga membutuhkan media sebagai tiang

Lebih terperinci

Pengaruh Pemberian Pupuk NPK Terhadap Pertumbuhan Tanaman Buah Naga di Kecamatan Pemayung, Kabupaten Batanghari, Propinsi Jambi.

Pengaruh Pemberian Pupuk NPK Terhadap Pertumbuhan Tanaman Buah Naga di Kecamatan Pemayung, Kabupaten Batanghari, Propinsi Jambi. Pengaruh Pemberian Pupuk NPK Terhadap Pertumbuhan Tanaman Buah Naga di Kecamatan Pemayung, Kabupaten Batanghari, Propinsi Jambi Oleh Irwanto, SST (Widyaiswara Balai Pelatihan Pertanian Jambi) Karya Tulis

Lebih terperinci

TATA LAKSANA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu. Penelitian ini dilakukan di daerah Minggir, Sleman, Yogyakarta dan di

TATA LAKSANA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu. Penelitian ini dilakukan di daerah Minggir, Sleman, Yogyakarta dan di III. TATA LAKSANA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di daerah Minggir, Sleman, Yogyakarta dan di laboratorium fakultas pertanian UMY. Pengamatan pertumbuhan tanaman bawang merah dan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Desa Manjung, Kecamatan Sawit, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. Kecamatan Sawit memiliki ketinggian tempat 150 m dpl. Penelitian ini dilaksanakan

Lebih terperinci

Cara Sukses Menanam dan Budidaya Cabe Dalam Polybag

Cara Sukses Menanam dan Budidaya Cabe Dalam Polybag Cara Sukses Menanam dan Budidaya Cabe Dalam Polybag Oleh : Tatok Hidayatul Rohman Cara Budidaya Cabe Cabe merupakan salah satu jenis tanaman yang saat ini banyak digunakan untuk bumbu masakan. Harga komoditas

Lebih terperinci

BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR

BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR 13 BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR A. Tempat Pelaksanaan Pelaksanaan Tugas Akhir dilaksanakan di Dusun Kwojo Wetan, Desa Jembungan, Kecamatan Banyudono, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. B. Waktu Pelaksanaan

Lebih terperinci

METODE Lokasi dan Waktu Materi Penelitian Alat Perlakuan

METODE Lokasi dan Waktu Materi Penelitian Alat Perlakuan METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada lahan pasca tambang semen yang terdapat di PT. Indocement Tunggal Prakasa, desa Citereup, Bogor. Penelitian ini dimulai pada bulan Februari sampai

Lebih terperinci

III. TATA CARA PENELITIAN

III. TATA CARA PENELITIAN III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Februari 2016 sampai bulan Mei 2016 di lahan penelitian Fakultas Pertanian, dan Laboratorim Fakultas

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan selama 3 bulan pada bulan Sebtember - Desember

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan selama 3 bulan pada bulan Sebtember - Desember III. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan selama 3 bulan pada bulan Sebtember - Desember 2016, tempat pelaksanaan penelitian dilakukan di lahan pertanian Universitas Muhamadiyah

Lebih terperinci

Cara Menanam Cabe di Polybag

Cara Menanam Cabe di Polybag Cabe merupakan buah dan tumbuhan berasal dari anggota genus Capsicum. Buahnya dapat digolongkan sebagai sayuran maupun bumbu, tergantung bagaimana digunakan. Sebagai bumbu, buah cabai yang pedas sangat

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. pertumbuhan tanaman cabai merah telah dilakukan di kebun percobaan Fakultas. B.

TATA CARA PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. pertumbuhan tanaman cabai merah telah dilakukan di kebun percobaan Fakultas. B. III. TATA CARA PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Lahan Percobaan milik Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dan di laboratorium. Pengamatan pertumbuhan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah tanaman semusim yang tumbuh

I. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah tanaman semusim yang tumbuh 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah tanaman semusim yang tumbuh membentuk rumpun dengan tinggi tanaman mencapai 15 40 cm. Perakarannya berupa akar

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN NITROGEN DAN KOMPOS TERHADAP KOMPONEN PERTUMBUHAN TANAMAN LIDAH BUAYA (Aloe vera)

PENGARUH PEMBERIAN NITROGEN DAN KOMPOS TERHADAP KOMPONEN PERTUMBUHAN TANAMAN LIDAH BUAYA (Aloe vera) PENGARUH PEMBERIAN NITROGEN DAN KOMPOS TERHADAP KOMPONEN PERTUMBUHAN TANAMAN LIDAH BUAYA (Aloe vera) ABSTRAK Noverita S.V. Staf Pengajar Fakultas Pertanian Universitas Sisingamangaraja-XII Medan Penelitian

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2016 sampai dengan Juli 2016

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2016 sampai dengan Juli 2016 III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2016 sampai dengan Juli 2016 yang bertempat di Greenhouse Fakultas Pertanian dan Laboratorium Penelitian,

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Green House Fak. Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul,

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di rumah kaca Gedung Hortikultura Universitas Lampung

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di rumah kaca Gedung Hortikultura Universitas Lampung 25 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di rumah kaca Gedung Hortikultura Universitas Lampung dengan dua kali percobaan yaitu Percobaan I dan Percobaan II. Percobaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena harganya terjangkau dan sangat bermanfaat bagi kesehatan. Pisang adalah buah yang

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu penelitian. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2015 sampai Mei 2016

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu penelitian. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2015 sampai Mei 2016 III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2015 sampai Mei 2016 di Lahan Percobaan, Laboratorium Penelitian dan Laboratorium Tanah Fakultas

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No. 1 Medan Estate,

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No. 1 Medan Estate, III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilakukan di kebun percobaan Fakultas Pertanian Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No. 1 Medan Estate,

Lebih terperinci

BUDIDAYA TANAMAN JAGUNG (KAJIWIDYA DI BBPP BINUANG) SUSMAWATI WIDYAISWARA MUDA

BUDIDAYA TANAMAN JAGUNG (KAJIWIDYA DI BBPP BINUANG) SUSMAWATI WIDYAISWARA MUDA BUDIDAYA TANAMAN JAGUNG (KAJIWIDYA DI BBPP BINUANG) SUSMAWATI WIDYAISWARA MUDA Jagung berperan penting dalam perekonomian nasional dengan berkembangnya industry pangan yang ditunjang oleh teknologi budidaya

Lebih terperinci

Menanam Sayuran Dengan Teknik Vertikultur

Menanam Sayuran Dengan Teknik Vertikultur Menanam Sayuran Dengan Teknik Vertikultur Oleh : Elly Sarnis Pukesmawati, SP., MP. Menyempitnya lahan-lahan pertanian ternyata bukan suatu halangan untuk mengusahakan budidaya tanaman sayuran. Sistem vertikultur

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Gladiol merupakan salah satu komoditas hortikultura sebagai penghasil bunga potong

I. PENDAHULUAN. Gladiol merupakan salah satu komoditas hortikultura sebagai penghasil bunga potong I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Gladiol merupakan salah satu komoditas hortikultura sebagai penghasil bunga potong yang berpotensi untuk dibudidayakan secara intensif. Prospek agribisnis

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Buah Naga

TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Buah Naga II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tanaman Buah Naga Buah naga ( Dragon Fruit) merupakan salah satu tanaman hortikultura yang baru dibudidayakan di Indonesia dengan warna buah merah yang menyala dan bersisik hijau

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Unit Pelayanan Teknis (UPT), Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Riau. Pelaksanaannya dilakukan pada bulan

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Yogyakarta, GreenHouse di Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Yogyakarta, GreenHouse di Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di lahan kering, Desa Gading PlayenGunungkidul Yogyakarta, GreenHouse di Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Bawang Merah. yang merupakan kumpulan dari pelepah yang satu dengan yang lain. Bawang

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Bawang Merah. yang merupakan kumpulan dari pelepah yang satu dengan yang lain. Bawang II. TINJAUAN PUSTAKA A. Bawang Merah Bawang merah termasuk dalam faimili Liliaceae yang termasuk tanaman herba, tanaman semusim yang tidak berbatang, hanya mempunyai batang semu yang merupakan kumpulan

Lebih terperinci

Agro inovasi. Inovasi Praktis Atasi Masalah Perkebunan Rakyat

Agro inovasi. Inovasi Praktis Atasi Masalah Perkebunan Rakyat Agro inovasi Inovasi Praktis Atasi Masalah Perkebunan Rakyat 2 AgroinovasI PENANAMAN LADA DI LAHAN BEKAS TAMBANG TIMAH Lahan bekas tambang timah berupa hamparan pasir kwarsa, yang luasnya terus bertambah,

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung pada 5 o 22 10 LS dan 105 o 14 38 BT dengan ketinggian

Lebih terperinci

DINDING DINDING BATU BUATAN

DINDING DINDING BATU BUATAN DINDING Dinding merupakan salah satu elemen bangunan yang berfungsi memisahkan/ membentuk ruang. Ditinjau dari segi struktur dan konstruksi, dinding ada yang berupa dinding partisi/ pengisi (tidak menahan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman bawang merah berakar serabut dengan sistem perakaran dangkal

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman bawang merah berakar serabut dengan sistem perakaran dangkal TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Bawang Merah Tanaman bawang merah berakar serabut dengan sistem perakaran dangkal dan bercabang terpencar, pada kedalaman antara 15-20 cm di dalam tanah. Jumlah perakaran

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pentingnya sektor pertanian dalam perekonomian Indonesia tidak perlu diragukan lagi. Disamping peranan sektor pertanian terhadap Produk Domestik Bruto (PDB), sektor ini

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Kompos Limbah Pertanian. menjadi material baru seperti humus yang relatif stabil dan lazim disebut kompos.

TINJAUAN PUSTAKA. A. Kompos Limbah Pertanian. menjadi material baru seperti humus yang relatif stabil dan lazim disebut kompos. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kompos Limbah Pertanian Pengomposan merupakan salah satu metode pengelolaan sampah organik menjadi material baru seperti humus yang relatif stabil dan lazim disebut kompos. Pengomposan

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 11 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 2 lokasi penelitian yang digunakan yaitu Harapan dan Inalahi yang terbagi menjadi 4 plot pengamatan terdapat 4 jenis tanaman

Lebih terperinci

BUDIDAYA BELIMBING MANIS ( Averhoa carambola L. )

BUDIDAYA BELIMBING MANIS ( Averhoa carambola L. ) BUDIDAYA BELIMBING MANIS ( Averhoa carambola L. ) PENDAHULUAN Blimbing manis dikenal dalam bahasa latin dengan nama Averhoa carambola L. berasal dari keluarga Oralidaceae, marga Averhoa. Blimbing manis

Lebih terperinci

METODE. Lokasi dan Waktu. Materi

METODE. Lokasi dan Waktu. Materi METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan pada bulan September 2005 sampai dengan Januari 2006. Penanaman dan pemeliharaan bertempat di rumah kaca Laboratorium Lapang Agrostologi, Departemen Ilmu

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada

II. TINJAUAN PUSTAKA. Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemupukan pada Tanaman Tomat 2.1.1 Pengaruh Aplikasi Pupuk Kimia Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada tanaman tomat tertinggi terlihat pada

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari Mei 2017 di Lahan Fakultas

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari Mei 2017 di Lahan Fakultas 14 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari Mei 2017 di Lahan Fakultas Peternakan dan Pertanian dan Laboratorium Ekologi dan Produksi Tanaman Fakultas Peternakan dan Pertanian

Lebih terperinci

Dua puluh tahun silam lahan seluas 1 ha itu kering kerontang. Residu

Dua puluh tahun silam lahan seluas 1 ha itu kering kerontang. Residu 1 BUAH Sehatkan Tanah dengan Bokashi Kesuburan tanah meningkat berkat bokashi Dua puluh tahun silam lahan seluas 1 ha itu kering kerontang. Residu fosfat bak lapisan semen nampak jelas bila tanah digali

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Penelitian ini dilakukan di Lahan Percobaan, di daerah Ketep, kecamatan

TATA CARA PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Penelitian ini dilakukan di Lahan Percobaan, di daerah Ketep, kecamatan III. TATA CARA PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Lahan Percobaan, di daerah Ketep, kecamatan Sawangan, Kabupaten Magelang, Provinsi Jawa tengah, dengan ketinggian tempat

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Pembuatan biochar dilakukan di Kebun Percobaan Taman Bogo Lampung Timur.

III. METODE PENELITIAN. Pembuatan biochar dilakukan di Kebun Percobaan Taman Bogo Lampung Timur. III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Pembuatan biochar dilakukan di Kebun Percobaan Taman Bogo Lampung Timur. Analisis sifat kimia tanah dan analisis jaringan tanaman dilakukan di Laboratorium Ilmu

Lebih terperinci

PUPUK DAN PEMUPUKAN PADA BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

PUPUK DAN PEMUPUKAN PADA BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA PUPUK DAN PEMUPUKAN PADA BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA UNSUR HARA MAKRO UTAMA N P K NITROGEN Phosfat Kalium UNSUR HARA MAKRO SEKUNDER Ca Mg S Kalsium Magnesium Sulfur UNSUR

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE 14 III. BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian dimulai pada bulan April 2010 sampai bulan Maret 2011 yang dilakukan di University Farm Cikabayan, Institut Pertanian Bogor untuk kegiatan pengomposan,

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas 17 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Lampung, Gedung Meneng, Kecamatan Rajabasa, Kota Bandar Lampung mulai

Lebih terperinci

4. Merencanakan pelaksanaan program sesuai Luas Desa : 761,67 Ha / Km², dengan topografi sebagian besar berbukit ( 60 % ), jenis

4. Merencanakan pelaksanaan program sesuai Luas Desa : 761,67 Ha / Km², dengan topografi sebagian besar berbukit ( 60 % ), jenis PROFIL DESA P2KP SEMIN KEC. NGUNTORONADI, KAB. WONOGIRI 1. Sosialisasi & motivasi kepada Kelompok Wanita 2. Menggali Potensi wilayah 3. Penguatan kelembagaan Kelompok Wanita ( kepengurusan,administrasi,keuangan

Lebih terperinci

III. TATA LAKSANA TUGAS AKHIR

III. TATA LAKSANA TUGAS AKHIR 16 III. TATA LAKSANA TUGAS AKHIR A. Tempat Pelaksanaan Tugas Akhir Kegiatan Tugas Akhir dilaksanakan di Banaran RT 4 RW 10, Kelurahan Wonoboyo, Kecamatan Wonogiri, Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah. B. Waktu

Lebih terperinci

RESPON TANAMAN JAGUNG MANIS AKIBAT PEMBERIAN TIENS GOLDEN HARVEST. Oleh : Seprita Lidar dan Surtinah

RESPON TANAMAN JAGUNG MANIS AKIBAT PEMBERIAN TIENS GOLDEN HARVEST. Oleh : Seprita Lidar dan Surtinah RESPON TANAMAN JAGUNG MANIS AKIBAT PEMBERIAN TIENS GOLDEN HARVEST Oleh : Seprita Lidar dan Surtinah Staf Pengajar fakultas pertanian Universitas Lancang kuning Jurusan Agroteknologi ABSTRAK Permintaan

Lebih terperinci

Bercocok Tanam Tomat dalam Pot/Polybag Oleh: Muhamad Ichsanudin (Produk Spesialis Terong dan Tomat PT EWINDO)

Bercocok Tanam Tomat dalam Pot/Polybag Oleh: Muhamad Ichsanudin (Produk Spesialis Terong dan Tomat PT EWINDO) Bercocok Tanam Tomat dalam Pot/Polybag Oleh: Muhamad Ichsanudin (Produk Spesialis Terong dan Tomat PT EWINDO) Menanam tomat dalam pot atau polybag dapat menjadi salah satu solusi pemanfaatan lahan sempit

Lebih terperinci

Oleh Administrator Kamis, 07 November :05 - Terakhir Diupdate Kamis, 07 November :09

Oleh Administrator Kamis, 07 November :05 - Terakhir Diupdate Kamis, 07 November :09 Tanaman tomat (Lycopersicon lycopersicum L.) termasuk famili Solanaceae dan merupakan salah satu komoditas sayuran yang sangat potensial untuk dikembangkan. Tanaman ini dapat ditanam secara luas di dataran

Lebih terperinci

III.TATA CARA PENELITIAN

III.TATA CARA PENELITIAN III.TATA CARA PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan November 2015 sampai bulan Maret 2016 di Green House dan Lahan Percobaan Fakultas Pertanian, Universitas

Lebih terperinci

Gambar 1. Tata Letak Petak Percobaan

Gambar 1. Tata Letak Petak Percobaan 16 III. BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian di lapang dilakukan sejak dari bulan Mei sampai dengan Agustus 2009. Lokasi penelitian terletak di kebun percobaan pertanian organik

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Penanaman rumput B. humidicola dilakukan di lahan pasca tambang semen milik PT. Indocement Tunggal Prakasa, Citeurep, Bogor. Luas petak yang digunakan untuk

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Hortikultura Fakultas Pertanian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Hortikultura Fakultas Pertanian 19 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Hortikultura Fakultas Pertanian Universitas Lampung yang dimulai pada bulan November 2014 sampai April

Lebih terperinci

Peluang Usaha Budidaya Cabai?

Peluang Usaha Budidaya Cabai? Sambal Aseli Pedasnya Peluang Usaha Budidaya Cabai? Tanaman cabai dapat tumbuh di wilayah Indonesia dari dataran rendah sampai dataran tinggi. Peluang pasar besar dan luas dengan rata-rata konsumsi cabai

Lebih terperinci

KKN ITATS Tahun Kegiatan Pelatihan Pembuatan Kompos. Disiapkan oleh Taty Alfiah, ST.MT

KKN ITATS Tahun Kegiatan Pelatihan Pembuatan Kompos. Disiapkan oleh Taty Alfiah, ST.MT KKN ITATS Tahun 2010 Kegiatan Pelatihan Pembuatan Kompos Disiapkan oleh Taty Alfiah, ST.MT Lokasi pelatihan pembuatan kompos Tempat / Kelurahan Dusun Kelompok Bulurejo Kacangan VII Munggu Gianti Gianti

Lebih terperinci

KEMAMPUAN ANGGOTA KELOMPOK TANI DALAM PEMANFAATAN SARANA PRODUKSI PADA USAHATANI BELIMBING

KEMAMPUAN ANGGOTA KELOMPOK TANI DALAM PEMANFAATAN SARANA PRODUKSI PADA USAHATANI BELIMBING KEMAMPUAN ANGGOTA KELOMPOK TANI DALAM PEMANFAATAN SARANA PRODUKSI PADA USAHATANI BELIMBING Diarsi Eka Yani 1 1 Program Studi Agribisnis, Fakultas MIPA, Universitas Terbuka, Tangerang, Indonesia Email:

Lebih terperinci

II. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Gunung Terang, Gang Swadaya VI,

II. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Gunung Terang, Gang Swadaya VI, II. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Gunung Terang, Gang Swadaya VI, Kecamatan Tanjung Karang Barat. Kota Bandar Lampung, mulai bulan Mei sampai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sumberdaya alam pertanian, sumberdaya alam hasil hutan, sumberdaya alam laut,

BAB I PENDAHULUAN. sumberdaya alam pertanian, sumberdaya alam hasil hutan, sumberdaya alam laut, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara yang kaya akan sumberdaya alam seperti sumberdaya alam pertanian, sumberdaya alam hasil hutan, sumberdaya alam laut, sumberdaya alam tambang,

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan di lahan gambut Desa Rimbo Panjang

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan di lahan gambut Desa Rimbo Panjang III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini telah dilaksanakan di lahan gambut Desa Rimbo Panjang Kecamatan Kampar dengan ketinggian tempat 10 meter di atas permukaan laut selama 5 bulan,

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL Bab ini berisi tentang analisis dan interpretasi hasil penelitian. Pada tahap ini akan dilakukan analisis permasalahan prosedur budidaya kumis kucing di Klaster Biofarmaka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penggunaan pupuk di Indonesia terus meningkat sesuai dengan pertambahan luas areal pertanian, pertambahan penduduk, serta makin beragamnya penggunaan pupuk sebagai usaha

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di lahan Percobaan dan Laboratorium

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di lahan Percobaan dan Laboratorium I I I. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di lahan Percobaan dan Laboratorium penelitian Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dan Laboratorium

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Universitas Lampung pada titik koordinat LS dan BT

III. BAHAN DAN METODE. Universitas Lampung pada titik koordinat LS dan BT III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung pada titik koordinat 5 22 10 LS dan 105 14 38 BT

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Lampiran 1. Layout Penelitian

LAMPIRAN. Lampiran 1. Layout Penelitian LAMPIRAN Lampiran 1. Layout Penelitian P1(a) P4 (2) P3 (a) P1 (b) P5 (a) P4 (b) P3 (1) P3 (a) P5 (a) P4 (1) P2 (2) P3 (2) P1 (a) P4 (a) P2 (1) P4 (a) P1 (2) P3 (1) P4 (1) P3 (2) P4 (b) P2 (b) P4 (2) P2

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Sifat Fisik dan Mekanik Media Tanam Hasil pengujian sifat fisik dan mekanik media tanam pada penelitian ini berupa densitas partikel, kerapatan lindak dan porositas, tahanan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan dikebun percobaan Politeknik Negeri Lampung,

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan dikebun percobaan Politeknik Negeri Lampung, III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dikebun percobaan Politeknik Negeri Lampung, Bandar lampung. Waktu penelitian dilaksanakan sejak bulan Mei 2011 sampai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Ciparay, pada ketinggian sekitar 625 m, di atas permukaan laut dengan jenis tanah

BAB III METODE PENELITIAN. Ciparay, pada ketinggian sekitar 625 m, di atas permukaan laut dengan jenis tanah BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Percobaan Penelitian dilaksanakan di lahan sawah Sanggar Penelitian, Latihan dan Pengembangan Pertanian (SPLPP) Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di kebun percobaan Fakultas Pertanian

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di kebun percobaan Fakultas Pertanian III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di kebun percobaan Fakultas Pertanian Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No. 1 Medan Estate, Kecamatan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang

TINJAUAN PUSTAKA. Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang 17 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang cukup lengkap untuk mempertahankan kesehatan tubuh. Komposisi zat-zat makanan yang terkandung dalam

Lebih terperinci

PEMANFAATAN DAUN LAMTORO TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN ANGGREK TANAH (Vanda sp.) PADA CAMPURAN MEDIA PASIR DAN TANAH LIAT

PEMANFAATAN DAUN LAMTORO TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN ANGGREK TANAH (Vanda sp.) PADA CAMPURAN MEDIA PASIR DAN TANAH LIAT PEMANFAATAN DAUN LAMTORO TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN ANGGREK TANAH (Vanda sp.) PADA CAMPURAN MEDIA PASIR DAN TANAH LIAT SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program

Lebih terperinci

III. MATERI DAN METODE

III. MATERI DAN METODE III. MATERI DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Percobaan Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau. Penelitian dilakukan pada

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani

TINJAUAN PUSTAKA Botani 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman mentimun berasal dari kaki pegunungan Himalaya. Domestikasi dari tanaman liar ini berasal dari India utara dan mencapai Mediterania pada 600 SM. Tanaman ini dapat tumbuh

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Percobaan, Laboratorium Penelitian

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Percobaan, Laboratorium Penelitian III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Percobaan, Laboratorium Penelitian dan Laboratorium Tanah Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP)

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) 15 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Kebun Percobaan Natar, Desa Negara Ratu, Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung

Lebih terperinci

PENGOLAHAN PUPUK PADAT DAN CAIR OLEH PUSAT INOVASI AGROTEKNOLOGI UNIVERSITAS GADJAH MADA

PENGOLAHAN PUPUK PADAT DAN CAIR OLEH PUSAT INOVASI AGROTEKNOLOGI UNIVERSITAS GADJAH MADA PENGOLAHAN PUPUK PADAT DAN CAIR OLEH PUSAT INOVASI AGROTEKNOLOGI UNIVERSITAS GADJAH MADA PENDAHULUAN Petani pakai pupuk kimia Tekstur & struktur tanah ( sulit diolah & asam) Mobilisasi unsur hara Suplai

Lebih terperinci

P e r u n j u k T e k n i s PENDAHULUAN

P e r u n j u k T e k n i s PENDAHULUAN PENDAHULUAN Tanah yang terlalu sering di gunakan dalam jangka waktu yang panjang dapat mengakibatkan persediaan unsur hara di dalamnya semakin berkurang, oleh karena itu pemupukan merupakan suatu keharusan

Lebih terperinci

Kompos Cacing Tanah (CASTING)

Kompos Cacing Tanah (CASTING) Kompos Cacing Tanah (CASTING) Oleh : Warsana, SP.M.Si Ada kecenderungan, selama ini petani hanya bergantung pada pupuk anorganik atau pupuk kimia untuk mendukung usahataninya. Ketergantungan ini disebabkan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 16 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pertumbuhan Vegetatif Dosis pupuk kandang berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman (Lampiran 5). Pada umur 2-9 MST, pemberian pupuk kandang menghasilkan nilai lebih

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tanaman jahe (Zingiber officinale Rosc.) merupakan salah satu tanaman yang

I. PENDAHULUAN. Tanaman jahe (Zingiber officinale Rosc.) merupakan salah satu tanaman yang 2 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Tanaman jahe (Zingiber officinale Rosc.) merupakan salah satu tanaman yang mempunyai banyak kegunaan antara lain sebagai ramuan, rempah - rempah, bahan minyak

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dilakukan dengan memberi perlakuan (treatment) terhadap objek. penelitian serta adanya kontrol penelitian.

BAB III METODE PENELITIAN. dilakukan dengan memberi perlakuan (treatment) terhadap objek. penelitian serta adanya kontrol penelitian. 31 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini jenis penelitian eksperimen, yaitu penelitian yang dilakukan dengan memberi perlakuan (treatment) terhadap objek penelitian serta adanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. B. Tujuan Penulisan

BAB I PENDAHULUAN. B. Tujuan Penulisan BAB I PENDAHULUAN Peningkatan produksi karet yang optimal harus dimulai dengan pemilihan klon yang unggul, penggunaan bibit yang berkualitas sebagai batang bawah dan batang atas serta pemeliharaan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian penduduknya bermata pencaharian sebagai petani sayuran. Kebutuhan pupuk untuk pertanian semakin banyak sebanding dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Cabai (Capsicum annum L.) merupakan salah satu jenis sayuran penting yang

I. PENDAHULUAN. Cabai (Capsicum annum L.) merupakan salah satu jenis sayuran penting yang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Cabai (Capsicum annum L.) merupakan salah satu jenis sayuran penting yang dibudidayakan secara komersial di daerah tropis. Hampir setiap hari produk ini

Lebih terperinci

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Bahan dan Alat Penelitian. Penah atau pensil, Buku pengamatan. C.

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Bahan dan Alat Penelitian. Penah atau pensil, Buku pengamatan. C. III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Green House Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiayah Yogyakarta. Penelitian ini dilaksanakan salama dua bulan April

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung di Desa Muara Putih Kecamatan Natar Kabupaten Lampung

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial 40 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial dengan perlakuan yang terdiri dari dua faktor dengan tiga kali ulangan.faktor pertama

Lebih terperinci

PUPUK DAN PEMUPUKAN PADA BUDIDAYA BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

PUPUK DAN PEMUPUKAN PADA BUDIDAYA BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA PUPUK DAN PEMUPUKAN PADA BUDIDAYA BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA UNSUR HARA MAKRO UTAMA N P K NITROGEN Phosfat Kalium UNSUR HARA MAKRO SEKUNDER Ca Mg S Kalsium Magnesium Sulfur

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Mangga berakar tunggang yang bercabang-cabang, dari cabang akar ini tumbuh

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Mangga berakar tunggang yang bercabang-cabang, dari cabang akar ini tumbuh TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Mangga berakar tunggang yang bercabang-cabang, dari cabang akar ini tumbuh cabang lagi kecil-kecil, cabang kecil ini ditumbuhi bulu-bulu akar yang sangat halus. Akar tunggang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. cruciferae yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Sawi memiliki nilai gizi yang

I. PENDAHULUAN. cruciferae yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Sawi memiliki nilai gizi yang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kesadaran manusia akan kesehatan menjadi salah satu faktor kebutuhan sayur dan buah semakin meningkat. Di Indonesia tanaman sawi merupakan jenis sayuran

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam : 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Mentimun Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam : Divisi :

Lebih terperinci

KONSTRUKSI PONDASI Pondasi Dangkal Pasangan Batu bata/batu kali

KONSTRUKSI PONDASI Pondasi Dangkal Pasangan Batu bata/batu kali KONSTRUKSI PONDASI 9.1 Konstruksi Pondasi Batu Kali atau Rollaag Konstruksi pondasi ini merupakan bagian dari konstruksi bangunan gedung dan sangat penting karena sangat menentukan kekokohan bangunan.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Dulomo Utara, Kecamatan Kota

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Dulomo Utara, Kecamatan Kota 15 BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Dulomo Utara, Kecamatan Kota Utara, Kota Gorontalo. Penelitian ini dimulai pada Bulan April 2012 sampai

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. UD. Sabila Farm terletak di Desa Pakembinangun yaitu Jalan Kaliurang

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. UD. Sabila Farm terletak di Desa Pakembinangun yaitu Jalan Kaliurang IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Letak Geografis UD. Sabila Farm terletak di Desa Pakembinangun yaitu Jalan Kaliurang KM 18.5, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Desa Pakembinangun

Lebih terperinci

I. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung.

I. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung. I. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung. Waktu penelitian dilaksanakan sejak bulan Mei 2010 sampai dengan panen sekitar

Lebih terperinci

Metode Penelitian Kerangka penelitian penelitian secara bagan disajikan dalam Gambar 4. Penelitian ini dipilah menjadi tiga tahapan kerja, yaitu:

Metode Penelitian Kerangka penelitian penelitian secara bagan disajikan dalam Gambar 4. Penelitian ini dipilah menjadi tiga tahapan kerja, yaitu: 15 METODOLOGI Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan di lapang pada bulan Februari hingga Desember 2006 di Desa Senyawan, Kecamatan Tebas, Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat (Gambar 3). Analisis

Lebih terperinci

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL BUDIDAYA KUNYIT. Mono Rahardjo dan Otih Rostiana

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL BUDIDAYA KUNYIT. Mono Rahardjo dan Otih Rostiana STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL BUDIDAYA KUNYIT Mono Rahardjo dan Otih Rostiana PENDAHULUAN Kunyit (Curcuma domestica Val.) merupakan salah satu tanaman obat potensial, selain sebagai bahan baku obat juga

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada di lahan sawah milik warga di Desa Candimas

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada di lahan sawah milik warga di Desa Candimas 16 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada di lahan sawah milik warga di Desa Candimas Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan. Penelitian ini dilakukan

Lebih terperinci

Arang Tempurung Kelapa

Arang Tempurung Kelapa Arang Tempurung Kelapa Mengapa harus arang tempurung? Kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM), terutama minyak tanah, membuat masyarakat mencari alternatif lain untuk keperluan memasak. Salah satu yang

Lebih terperinci

LAMPIRAN-LAMPIRAN. 1. Skema Penelitian. Tahap 1. Persiapan Alat dan Bahan. Tahap 2. Pembuatan Pelet. Pengeringan ampas tahu.

LAMPIRAN-LAMPIRAN. 1. Skema Penelitian. Tahap 1. Persiapan Alat dan Bahan. Tahap 2. Pembuatan Pelet. Pengeringan ampas tahu. LAMPIRAN-LAMPIRAN 1 Skema Penelitian Tahap 1 Persiapan Alat dan Bahan Pengeringan ampas tahu Tahap 2 Pembuatan Pelet Pembuatan tepung darah sapi Pembuatan arang sabut Pengukuran Kadar Lengas Pelet NPK

Lebih terperinci

PRODUK BAHAN AJAR JOBSHEET PEMBELAJARAN PRAKTIK KERJA BETON OLEH: DR. V. LILIK HARIYANTO

PRODUK BAHAN AJAR JOBSHEET PEMBELAJARAN PRAKTIK KERJA BETON OLEH: DR. V. LILIK HARIYANTO PRODUK BAHAN AJAR JOBSHEET PEMBELAJARAN PRAKTIK KERJA BETON OLEH: DR. V. LILIK HARIYANTO BENGKEL KERJA BATU BETON JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Bahan Alat Rancangan Percobaan Yijk ijk

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Bahan Alat Rancangan Percobaan Yijk ijk BAHAN DAN METODE 9 Waktu dan Tempat Percobaan ini dilaksanakan mulai bulan Februari 2007 sampai Juni 2007 di rumah kaca Balai Penelitian Biologi dan Genetika Cimanggu, Bogor, Jawa Barat. Rumah kaca berukuran

Lebih terperinci