BAB III GAMBARAN UMUM BMT MATRA PEKALONGAN. A. Sejarah Berdiri dan Perkembangan BMT MATRA Kota Pekalongan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III GAMBARAN UMUM BMT MATRA PEKALONGAN. A. Sejarah Berdiri dan Perkembangan BMT MATRA Kota Pekalongan"

Transkripsi

1 BAB III GAMBARAN UMUM BMT MATRA PEKALONGAN A. Sejarah Berdiri dan Perkembangan BMT MATRA Kota Pekalongan Kondisi perekonomian yang melanda negara kita Indonesia pada akhir tahun 90-an memberikan pengaruh yang besar bagi para pelaku usaha baik usaha makro maupun mikro. Tidak sedikit dari mereka yang mengalami kerugian dan pada akhirnya usaha mereka gulung tikar karena kurangnya modal guna mengembangkan usaha mereka. Bagi sebagian rakyat Indonesia yang bergerak di bidang usaha kecil menengah juga ikut merasakan dampak krisis ekonomi tersebut. Di tengah-tengah keadaan ekonomi yang tidak menentu dan keinginan mereka untuk mempertahankan usaha agar tetap bisa mencukupi dan menghidupi keluarga mereka berpikir pendek dan mencari jalan pintas, hal tersebut dilakukan karena lembaga keuangan konvensional yang ada tidak bisa menjawab permasalahan mereka. Prosedur dan sistem yang berbelit dirasa menyulitkan bagi mereka, ditambah dengan pengetahuan yang minim di bidang perbankan. Oleh karena itu mereka memilih tambahan modal kepada rentenir untuk meneruskan usaha mereka, karena dirasa meminjam di rentenir prosesnya mudah dan cepat terlepas dari mereka yang tidak memikirkan nilai ruginya. Rentenir biasanya menerapkan sistem bunga yang tinggi dan mengakibatkan kerugian di salah satu pihaknya yang merupakan pihak peminjam (pihak yang meminjam uang). Hal tersebut tentunya bertentangan dan tidak sesuai dengan syari at Islam karena pada hakikatnya dalam muamalah Islam tidak diperbolehkan ada salah 91

2 92 satu pihak yang dirugikan, dan sistemnya harus berdasarkan nilai keadilan dan kejujuran. Berangkat dari keadilan mendorong munculnya rasa kepedulian dari para tokoh koperasi Pekalongan. Rasa kepedulian tersebut bertujuan untuk memberdayakan ekonomi. Usaha kecil dan menengah berdasarkan prinsip syari at Islam, dengan demikian usaha kecil dan menengah ini bisa berkembang dan berjalan dengan baik sehingga bisa ikut serta dalam pembangunan perekonomian nasional sehingga pada tanggal 12 Juli 2004 kepedulian para tokoh tersebut direalisasikan dengan mendirikan lembaga keuangan syari ah yaitu Baitul Maal Wa Tamwil Maju Sejahtera (BMT MATRA) yang merupakan unit simpan pinjam dari koperasi jasa keuangan (KSU) MATRA Pekalongan. BMT MATRA kota Pekalongan merupakan koperasi jasa keuangan syari ah yang berbadan hukum koperasi nomor 180/132/2004. Pada saat awal didirikan modal yang digunakan sebesar Rp dan enam bulan kemudian bisa menutup modal awal, hal ini tidak terlepas dari kepercayaan masyarakat kepada BMT MATRA Pekalongan dan tentunya didorong oleh meningkatnya pengetahuan masyarakat serta kesadaran akan jasa keuangan yang berlandaskan syari ah Islam. Saat ini BMT MATRA Kota Pekalongan berpusat di Jl. Gatot Subroto Banyurip Alit No. 536 Pekalongan dan seiring dengan perkembangannya waktu telah memiliki kantor cabang di Jalan Diponegoro Kajen, ini merupakan perluasan jaringan agar bisa menjangkau masyarakat Pekalongan lebih luas.

3 93 Tokoh-tokoh koperasi dari Pekalongan yang mendirikan dan ikut mengembangkan BMT MATRA kota Pekalongan antara lain: 1. H. Noor Basha Djunaid 2. H. Nasrullah Aziz 3. H. Taufik Karim 4. H. Alf Arslan Djunaid, SE 5. H. M. Andi Arslan Djuaid, SE 6. M. Nur Setiawan, SE 7. Ir. M. Rofiqur Rusdi B. Visi, Misi, dan Motto BMT MATRA Kota Pekalongan Agar kegiatan BMT MATRA Kota Pekalongan tetap berorientasi pada tujuan yang telah ditentukan, maka BMT MATRA selalu berpegang teguh pada visi, misi, dan motto yang berkesinambungan. 1. Visi Mewujudkan Gerakan Pemberdayaan Pengusaha Kecil/ UKM berdasarkan prinsip Syari at Islam. 2. Misi Menyelenggarakan Pemberdayaan Pengusaha Kecil/ UKM. 3. Motto Membangun Usaha Bersama. C. Struktur Organisasi BMT MATRA Kota Pekalongan Organisasi adalah kumpulan dua orang atau lebih yang membentuk suatu kerjasama dalam satu wadah untuk mencapai visi, misi, dan tujuan bersama

4 94 secara efektif dan efisien. Dalam pengertian lain organisasi adalah suatu kerjasama yang dilakukan oleh sekelompok orang untuk mencapai tujuan yang telah disepakati bersama. Suatu organisasi agar bisa berjalan dengan lancar harus memenuhi beberapa prinsip umum, antara lain sebagai berikut: 1. Organisasi harus mempunyai tujuan yang jelas dan pandangan yang sama antara seluruh anggota yang ada di dalamnya. 2. Organisasi harus mempunyai pimpinan, di mana pimpinan ini harus cakap dan mampu mengarahkan para anggotanya dan mendelegasikan tugas, wewenang dan tanggung jawab sesuai dengan kemampuan mereka. 3. Organisasi harus mempunyai struktur organisasi yang disusun sesuai dengan kebutuhan sehingga batasan tugas dan wewenang antar anggota menjadi lebih jelas. Organisasi secara umum dibagi menjadi 2 macam, yaitu: a. Organisasi Formal Merupakan kumpulan dari dua orang atau lebih yang mengikutkan diri menjadi satu dengan suatu tujuan bersama secara sadar serta dengan hubungan kerja yang rasional, yang didalamnya terdapat suatu sistem dan hierarki hubungan, wewenang, tugas, dan tanggung jawab masing-masing anggotanya. b. Organisasi Non Formal Merupakan kumpulan dua orang atau lebih yang terlibat dalam suatu aktivitas serta tujuan bersama yang tidak disadari. Organisasi non formal ini

5 95 terwujud secara spontan karena persamaan hobi, kebutuhan, perasaan dan lain sebagainya. Pengorganisasian merupakan salah satu fungsi dari manajemen. Di dalam pengorganisasian terdapat pembagian tugas, wewenang, dan tanggung jawab secara rinci menurut bidang dan bagian, sehingga tercpita adanya hubungan-hubungan kerjasama yang harmonis dan lancar menuju pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Dengan demikian, hasil dari pengorganisasian adalah sebuah struktur organisasi. Bentuk-bentuk dari struktur organisasi antara lain akan dijelaskan sebagai berikut: 1. Organisasi Garis, Organisasi Garis merupakan suatu bentuk organisasi yang di dalamnya terdapat garis wewenang yang menghubungkan langsung secara vertikal antara pimpinan dengan anggotanya. 2. Organisasi Garis dan Staf, Organisasi garis dan staf adalah organisasi dimana pimpinan dibantu oleh sekelompok orang staf yang mempunyai wewenang fungsional memberikan bantuan pemikiran atau saran-saran sedangkan wewenang komando tetap berada di tangan pimpinan. 3. Organisasi Fungsional, Organisasi fungsional adalah suatu bentuk organisasi di mana pimpinan tertinggi melimpahkan wewenangnya kepada kepala unit struktural yang memimpin kelompok yang menduduki jabatan fungsional. 4. Organisasi Matriks, Organisasi matriks adalah bentuk organisasi yang merupakan gabungan dari berbagai bentuk organisasi yang sudah ada sebelumnya.

6 96 BMT MATRA Kota Pekalongan menerapkan bentuk struktur organisasi garis. Struktur tersebut dapat dilihat pada gambar berikut: Gambar 3.1 Struktur Organisasi BMT MATRA Kota Pekalongan RAPAT ANGGOTA TAHUNAN DEWAN PENGURUS DEWAN SYARIAH MANAGER BAGIAN UMUM BAGIAN PEMASARAN PEMBIAYAAN PEMASARAN BAGIAN ADMINISTRASI BAGIAN ACCOUNTING BAGIAN TELLER UMUM Sumber Data : BMT Matra Pekalongan

7 97 D. Tugas-tugas bagian organisasi BMT MATRA Pekalongan 1. Rapat Anggota Tahunan bertugas: a. Memegang kekuasaan tertinggi dalam koperasi b. Mengevaluasi kinerja pengurus selama tahun berjalan c. Menghentikan dan memilih pengurus dan badan pengawas d. Mengawasi rencana kerja dan rencana anggaran pendapatan dan belanja 2. Dewan Pengurus, bertugas: a. Menyusun kebijakan umum b. Menyelenggarakan RAT c. Mengawasi kegiatan di BMT sehingga sesuai dengan tujuan d.mengawasi kegiatan dalam hal persetujuan pembiayaan dalam jumlah tertentu e. Mengawasi tugas general manager (pengelola) 3. Dewan Syariah, bertugas: a. Menelaah apakah peraturan yang berlaku di BMT MATRA sesuai dengan hukum syariah yang berlaku b.menelaah apakah produk-produk dan jasa di BMT MATRA sesuai dengan hukum syariah c.menelaah perilaku jajaran manajemen dan karyawan menyangkut manipulasi, kecurangan dan melanggar kepatuhan 4. Manager, bertugas: a. Memimpin dan mengarahkan kegiatan yang dilakukan setiap hari

8 98 b.membuat rencana kerja secara periodik yang meliputi rencana pemasaran, rencana keuangan, rencana biaya operasi dan rencana pembiayaan c.membuat laporan secara periodik kepada dewan pengawas atau dewan pendiri berupa laporan dana, laporan keuangan dan laporan pembiayaan 5. Bagian Accounting, bertugas: a. Membuat neraca harian secara rutin b. Membuat buku besar c. Menyusun neraca percobaan d. Melakukan perhitungan bagi hasil kreditur dan debitur e. Menyusun laporan keuangan secara periodik 6. Teller, bertugas: a. Melayani nasabah dalam hal transaksi keuangan yang bersifat tunai sesuai dengan ketentuan yang berlaku b. Menandatangani serta mengecek formulir-formulir serta slip setoran dari nasabah c. Bertanggung jawab atas ketepatan dalam menghitung uang baik pada saat pembayaran maupun penerimaan uang d. Membuat laporan kas harian e. Mengelola kas kecil f. Mengecek slip setoran dan pengeluaran sesuai dengan jumlah pada buku mutasi teller g. Setiap akhir jam kerja, menghitung saldo kas yang ada h. Mengecek jumlah fisik uang sesuai dengan saldo akhir kas

9 99 7. Bagian Pembiayaan, bertugas: a. Menyusun rencana pembiayaan b. Melakukan analisa pembiayaan c. Mengajukan persetujuan pembiayaan kepada komite d. Membuat laporan perkembangan pembiayaan e. Melakukan administrasi pembiayaan 8. Bagian Pemasaran, bertugas: a. Mengelola, merencanakan, dan mengawasi aktivitas kantor serta kualitas pembiayaan b. Memasarkan produk-produk baik berupa funding maupun lending. E. Produk-produk BMT MATRA Kota Pekalongan 1. Produk Funding (Simpanan) a. SIMAS (Simpanan Masa Depan) SIMAS merupakan produk simpanan yang jumlah setorannya tidak ditentukan. Simpanan ini dapat diambil sewaktu-waktu dan minimal setoran awal adalah Rp ,-. b. SIFITRI (Simpanan Idul Fitri) SIFITRI merupakan produk simpanan yang jumlah setorannya ditentukan tiap mingguan maupun bulanan. Simpanan ini dikembalikan secara utuh ditambah bonus berupa sembako pada saat menjelang hari raya idul fitri. Untuk saat ini besar setoran SIFITRI perminggunya adalah sebesar Rp ,-, jumlah tersebut bisa berubah tiap tahunnya sesuai dengan kebijakan BMT MATRA Pekalongan.

10 100 c. SIADHA (Simpanan Idul Adha) SIADHA merupakan simpanan yang jumlah setorannya ditentukan tiap bulanan maupun mingguan. Simpanan ini dikembalikan menjelang hari raya idul adha. d. SIMPEL (Simpanan Pelajar) SIMPEL adalah simpanan yang dikhususkan bagi para pelajar. Jumlah setoran simpanan ini tidak ditentukan dan bisa diambil sewaktusewaktu atau biasanya sesuai kesepakatan dari pihak sekolah dengan BMT MATRA yaitu pada akhir semester. Setoran awal simpanan ini minimal Rp. 5000,- dan untuk setoran selanjutnya minimal Rp. 1000,-. e. MARISA (MATRA Arisan) MARISA merupakan simpanan dengan sistem arisan yang setorannya ditentukan tiap bulan. Setiap bulan akan diundi pemenang hadiah baik berupa uang maupun hiburan. Selain itu, pada akhir periode juga akan dilakukan pengundian hadiah. f. Deposito (Simpanan Mudharabah Berjangka) Deposito merupakan simpanan yang hanya bisa diambil pada saat jangka waktu yang ditentukan telah jatuh tempo. Jangka waktu simpanan ini yaitu 3 bulan, 6 bulan, 9 bulan dan 12 bulan. 2. Produk Financing (Pembiayaan) a. Pembiayaan Mudharabah Pembiayaan mudharabah adalah pembiayaan untuk modal kerja bagi usaha produktif. Modal kerja tersebut secara keseluruhan

11 101 disediakan oleh BMT MATRA Kota Pekalongan dengan menggunakan sistem bagi hasil. b. Pembiayaan Musyarakah Pembiayaan musyarakah adalah pembiayaan untuk modal kerja bagi usaha produktif dimana modal kerja tersebut hanya sebagian disediakan oleh BMT MATRA Kota Pekalongan dan sebagian berasal dari nasabah itu sendiri. c. Pembiayaan Murabahah Pembiayaan murabahah merupakan pembiayaan produktif maupun konsumtif dalam bentuk pembelian barang. Pembayaran pembiayaan ini dilakukan secara sekaligus pada saat jatuh tempo. Pada saat berjalannya masa pembiayaan yang dibayarkan hanya bagi hasil saja. d. Pembiayaan Bai u Bithaman Ajil Pembiayaan ini adalah pembiayaan produktif maupun konsumtif dalam bentuk pembelian barang. Pembayaran pembiayaan ini dilakukan secara berangsur. e. Pembiayaan Al Qordhul Hasan Pembiayaan ini adalah pembiayaan lunak untuk modal usaha produktif. Pembayaran pembiayaan ini hanya sebesar pokok pinjaman saja karen tidak dikenakan sistem bagi hasil. f. Pembiayaan Al Ijarah Pembiayaan ini merupakan pembiayaan dengan sistem beli barang atau leasing.

12 102 F. Produk Simpanan Pelajar (SIMPEL) 1. Pengertian Simpanan Pelajar Simpanan adalah dana yang dipercayakan oleh masyarakat kepada bank berdasarkan perjanjian penyimpanan dana dalam bentuk giro, deposito, tabungan dan bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu. Produk simpanan di BMT merupakan produk yang erat kaitannya dengan kepentingan anggota dan calon anggota. BMT harus dapat mengedepankan aspek kualitas produk dan pelayanan yang prima, sehingga produk simpanan di BMT diminati oleh pasar. Simpanan merupakan simpanan anggota kepada BMT yang penyetoran dan pengambilannya dapat dilakukan sewaktu-waktu sesuai kebutuhannya. SIMPEL merupakan produk tabungan di BMT MATRA yang ditujukan pada kalangan pelajar. Besar setoran untuk produk SIMPEL sendiri adalah untuk setoran awal sebesar Rp dan besar setoran selanjutnya adalah sebesar Rp Produk SIMPEL ini didasarkan pada kesepakatan antara BMT MATRA dengan pihak sekolah-sekolah. BMT MATRA terlebih dahulu mengadakan sosialisasi ke sekolah kemudian dilanjutkan oleh pihak sekolah yang mengadakan sosialisasi ke siswa-siswa untuk membuat kesepaktan untuk menggunanakan produk SIMPEL BMT MATRA. SIMPEL merupakan jenis simpanan yang menggunakan prinsip Mudharabah mutlaqah. Ketentuan dalam produk tabungan mudharabah sendiri bahwa tabungan mudharabah dapat diambil setiap saat oleh

13 103 penabung sesuai dengan perjanjian yang disepakati, namun tidak diperkenankan mengalami saldo negatif. 71 Prinsip mudharabah biasanya diaplikasikan di perbankan syariah pada produk tabungan biasa, tabungan berjangka, serta deposito berjangka. Dasar hukum dari mudharabah sendiri adalah pada Firman Allah yang tertuang dalam surat Al-Baqarah Ayat 283 : Artinya: و إ ن ك ن ت م ع ل ى س ف ر و ل ت د وا ك ات ب ا ف ر ه ان م ق ب وض ة ف إ ن أ م ن ب ع ض ك م ب ع ض ا ف ل ي ؤ د ال ذ ي اؤ ت ن أ م ان ت ه و ل ي ت ق الل ه ر ب ه و ال ت ك ت م وا الش ه اد ة و م ن ع ل يم ي ك ت م ه ا ف إ ن ه آ ث ق ل ب ه و الل ه ب ا ت ع م ل و ن Jika kamu dalam perjalanan (dan bermuamalah tidak secara tunai) sedang kamu tidak memperoleh seorang penulis, maka hendaklah ada barang tanggungan yang dipegang (oleh yang berpiutang). Akan tetapi jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain, maka hendaklah yang dipercayai itu menunaikan amanatnya (utangnya) dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya; dan janganlah kamu (para saksi) menyembunyikan persaksian. Dan barang siapa yang menyembunyikannya, maka sesungguhnya ia adalah orang yang berdosa hatinya; dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS. AL-Baqarah : 283) 71 Adiwarman Karim, Bank Islam: analisis fiqih dan keuangan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004), hlm. 100.

14 104 Hadist yang berkaitan dengan prinsip mudharabah adalah : كان العباش به عبد المطلب إذا دفع ماال :عه ابه عباش قال مضاربة اشترط على صاحبو أن ال سلك بو بحرا وال نسل بو واد ا وال شتري بو ذات كبد رطبة فإن فعل فهى ضامه فرفع )أخرجو شرطو إلى رسىل هللا صلى هللا عل و وسلم فأجازه الب هق بحد ث رقم( Terjemahan: (Diriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa Sayyidina Abbas bin Abdul Muthalib jika memberikan dana ke mitra usahanya secara mudharabah ia mensyaratkan agar dananya tidak dibawa mengarungi lautan, menuruni lembah yang berbahaya, atau membeli ternak. Jika menyalahi peraturan tersebut, yang bersangkutan bertanggung jawab atas dana tersebut. (HR. Al-Baihaqi) Aplikasi tabungan yang menggunakan akad mudharabah secara teknis dapat kita baca dalam pasal 5, diantaranya sebagai berikut 72 : a. Bank bertindak sebagai pengelola dana dan nasabah bertindak sebagai pemilik dana. b. Dana disetor penuh kepada bank dan dinyatakan dalam jumlah nominal. c. Pembagian keuntungan dari pengelolaan dana investasi dinyatakan dalam bentuk nisbah. d. Nasabah tidak diperbolehkan menarik dana diluar kesepakatan e. Bank sebagai mudharib menutup biaya operasional tabungan atau deposito dengan menggunakan nisbah keuntungan yang menjadi haknya. 72 Andri Soemitra, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, hlm. 76

15 105 f. Bank tidak diperbolehkan mengurangi bagian keuntungan nasabah tanpa persetujuan nasabah yang bersangkutan. Pada BMT MATRA Kota Pekalongan jumlah dana yang disimpan oleh nasabah dalam SIMPEL ditentukan tiap mingguan atau bulanan. Tabungan SIMPEL menggunakan sistem bagi hasil dengan kesepakatan bagi hasil 40:60, dengan ketentuan 40% untuk nasabah SIMPEL dan 60% untuk BMT MATRA Pekalongan. Periode 2014 jumlah nasabah BMT MATRA adalah siswa mulai dari tingkatan siswa TK sampai tingkatan menengah atas, jumlah ini merupakan jumlah nasabah di kantor pusat BMT MATRA Pekalongan Mekanisme Simpanan Pelajar (SIMPEL) Gambar 3.2 Mekanisme Simpanan Pelajar (SIMPEL) PEMASARAN PRODUK PEMBUKAAN REKENING NASABAH MENABUNG BAGI HASIL PENGAMBILAN TABUNGAN Sumber Data : BMT MATRA Pekalongan 73 Hasil wawancara dengan Bp. Handoyo, Manager BMT MATRA Pekalongan tanggal 27 Februari 2014.

16 106 Keterangan Gambar 3.2 adalah: a. Pemasaran Produk Pemasaran produk merupakan bagian terpenting agar suatu produk bisa dikenal oleh masyarakat secara luas. Adanya produk-produk sejenis dari lembaga keuangan syariah lain juga menuntut BMT MATRA kota Pekalongan agar selalu bersaing sehat dengan lembaga keuangan syariah lain. Oleh karena itu diperlukan strategi-strategi untuk memasarkan produk simpanan pelajar (SIMPEL) agar produk SIMPEL di BMT MATRA Kota Pekalongan selalu menarik minat masyarakat sehingga diharapkan nasabah SIMPEL selalu bertambah. Dalam memasarkan produk SIMPEL, BMT MATRA Kota Pekalongan melakukannya dengan beberapa cara, antara lain: 1). Menawarkan produk simpanan pelajar (SIMPEL) di tempat kepada calon nasabah ataupun nasabah BMT MATRA kota Pekalongan baik yang sudah lama maupun yang masih baru yang sedang berkunjung ke BMT MATRA kota Pekalongan. Kegiatan ini dilakukan dengan cara pendekatan. Bagian marketing memberikan informasi dan pengetahuan mengenai SIMPEL dengan harapan nasabah akan tertarik dengan produk ini kemudian ikut mendaftarkan diri sebagai nasabah SIMPEL. 2). Menyebar brosur ke daerah di sekitar BMT MATRA kota Pekalongan. Kegiatan ini dilakukan oleh bagian marketing simpanan di mana mereka juga menjelaskan informasi tentang produk SIMPEL dengan jelas.

17 107 3). Melakukan sistem jemput bola kepada calon nasabah. Hal ini dilakukan agar para calon nasabah yang tidak sempat berkunjung ke BMT MATRA Pekalongan bisa mendapatkan informasi tentang produk SIMPEL dengan lebih jelas dan lengkap dari bagian marketing simpanan, dengan begitu para calon nasabah bisa langsung mengetahui keunggulan dari produk SIMPEL tanpa harus datang ke BMT MATRA. 4). Sosialisasi produk SIMPEL melalui internet. Dengan cara ini pemasaran produk SIMPEL menjadi tidak terbatas karena internet bisa diakses oleh semua orang di manapun berada. Beralamatkan di para calon nasabah bisa memperoleh informasi tentang simpanan pelajar (SIMPEL) dari website ini tanpa mendatangi kantor BMT MATRA kota Pekalongan secara langsung. b. Pembukaan Rekening Tabungan Dalam produk SIMPEL BMT MATRA pembukaan rekening merupakan tahap awal yang dilakukan oleh calon nasabah. Calon nasabah mendaftarkan diri ke BMT MATRA kota Pekalongan dengan menyerahkan persyaratan yang dibutuhkan. Kemudian calon nasabah juga diharuskan mengisi formulir permohonan pembukaan rekening simpanan yang disediakan oleh BMT MATRA dan menandatanganinya (untuk siswa sekolah tingkat TK dan MI bisa diwakilkan oleh orang tua masing-masing). Secara umum dalam pembukaan rekening produk tabungan BMT MATRA adalah calon nasabah datang ke BMT MATRA menemui bagian

18 108 Customer Service, di BMT MATRA Pekalongan Teller marketing bertindak merangkap sebagai Customer Service. Calon nasabah akan diberi informasi mengenai simpanan pelajar (SIMPEL) terlebih dahulu dan persyaratan apa yang dibutuhkan untuk mendaftarkan diri menjadi nasabah SIMPEL BMT MATRA kota Pekalongan, jika calon nasabah menyetujui diri sebagai nasabah SIMPEL maka Customer Service akan memberikan formulir permohonan pembukaan rekening simpanan agar diisi oleh calon nasabah. Setelah formulir terisi, selanjutnya formulir diserahkan kepada Customer Service beserta dana titipan untuk bulan atau minggu pertama, Customer Service akan mengecek kelengkapan administrasi dan data-data yang terisi oleh formulir. Setelah persayaratan dan data-data dari calon nasabah sudah lengkap dan ditandatangani oelh pihak yang bersangkutan, maka Customer Service akan membuatkan buku simpanan/ tabungan untuk calon nasabah yang dilengkapi dengan nomor rekening, nama, alamat, dan jumla dana yang harus dititipkan tiap minggu atau bulannya pada buku simpanan tersebut. c. Nasabah Menabung Setelah calon nasabah mendapatkan buku simpanan pelajar (SIMPEL) berarti yang bersangkutan telah terdaftar sebagai nasabah SIMPEL. Mekanisme selanjutnya adalah nasabah menitipkan/ menyimpan dana ke BMT MATRA Pekalongan. Dana yang akan disimpan oleh nasabah dilakukan secara berangsur dengan ketentuan dana yang dititipkan sesuai

19 109 dengan kesepakatan sekolah dengan BMT MATRA baik secara mingguan ataupun bulanan. Besarnya dana yang dititpkan tiap mingguan ataupun bulanan tergantung dari kemampuan pihak nasabah. Biasanya hal ini berkaitan juga dengan kemampuan orang tua masing-masing siswa dan kesediaan siswa dalam menambah tabungannya. Di luar ketentuan mingguan dan bulanan tentunya akan muncul kendala seperti nasabah yang tidak melakukan penitipan dana secara rutin atau hanya akan menitipkan akumulasi dana titipan menjelang penutupan periode SIMPEL. Sistem penyetoran dana simpanan yang bisa dilakukan oleh nasabah yaitu dengan cara: 1). Nasabah datang ke BMT MATRA kota Pekalongan Nasabah datang sendiri ke BMT MATRA Pekalongan atau bisa diwakilkan oleh pihak lain yang telah diberi kuasa, kemudian menunggu giliran sesuai dengan nomor urut antrian yang telah diambil. Nasabah diharuskan mengisi slip bukti setoran yang telah disediakan oleh BMT MATRA Pekalongan. Slip bukti setoran ini diisi dengan nomor rekening, nama dan alamat yang sesuai dengan buku SIMPEL nasabah, selain itu nasabah juga harus mengisi jumlah dana yang akan disimpan dan membubuhi slip bukti setoran dengan tanda tangan. Setelah itu nasabah akan dipanggil oleh teller berdasarkan nomor urut antrian. Slip bukti setoran yang telah diisi akan dicek oleh teller, teller mengecek dan memastikan jumlah dana yang ada di tangan dan catatan di slip bukti

20 110 setoran sesuai dengan ketentuan dana yang disimpan yaitu mingguan atau bulanan yang tercatat di buku simpanan. Jika sudah sesuai maka teller akan membubuhkan tanda tangan pada slip bukti setoran, kemudian teller menginput data ke komputer sesuai dengan data di slip bukti setoran dan mengeceknya apakah sesuai dengan data yang ada di komputer, jika data sesuai dengan maka slip bukti setoran akan divalidasi. Teller juga akan mengisi catatan jumlah dana yang dititipkan pada buku simpanan idul fitri dan memberi stempel BMT MATRA Pekalongan, setelah itu teller memberikan buku simpanan pelajar (SIMPEL) dan salinan bukti setoran ini berarti dana yang dititipkan oleh nasabah telah masuk ke pihak BMT MATRA Pekalongan. Sebelum meninggalkan teller nasabah diharapkan mengecek kembali buku simpanan pelajar (SIMPEL) hal ini untuk menghindari terjadinya kesalahan penulisan oleh teller. Dengan demikian keuntungan dari sistem ini adalah bahwa nasabah bisa mengecek secara langsung buku simpanan pelajar (SIMPEL) miliknya, sedangkan kelemahannya adalah nasabah harus meluangkan waktunya untuk melakukan penyimpanan dana. 2). Bagian marketing simpanan mendatangi nasabah (Jemput Bola) Sistem penitipan dana dilakukan sebagai bentuk layanan yang diberikan oleh BMT MATRA Pekalongan agar mempermudah nasabah dalam menyetorkan simpanan. Sistem ini biasanya dipilih oleh nasabah yang setiap harinya bekerja, seperti para pedagang, pegawai, guru, dan

21 111 lain-lain. Hal tersebut dilakukan karena para nasabah tidak bisa meninggalkan aktivitas pekerjaan mereka. Terkait buku tabungan SIMPEL milik mereka dapat dipegang sendiri atau dipegang oleh marketing simpanan tergantung dari keinginan nasabah. Kelemahan dari sistem jemput bola ini adalah yaitu nasabah tidak bisa mengecek secara langsung buku tabungan SIMPEL milik mereka karena telah dipercayakan kepada marketing simpanan/ tabungan. Sedangkan kelebihannya adalah bahwa nasabah bisa menghemat waktu karena untuk melakukan penyetoran uang tabungan tidak perlu datang langsung ke kantor BMT MATRA Pekalongan. d. Pengambilan Tabungan Berdasarkan kesepakatan pada saat awal pembukaan rekening SIMPEL, uang yang disimpan atau ditabungkan kepada BMT MATRA Pekalongan diambil sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Waktu pengambilan tersebut biasanya disepakati oleh pihak sekolah dengan BMT MATRA. Untuk pengambilannya produk SIMPEL biasanya diambil pada akhir semester atau akhir tahun ajaran. Pengambilannya perwakilan dari pihak sekolah mendatangi kantor BMT MATRA yang sebelumnya oleh pihak sekolah mengumpulkan buku tabungan yang nantinya akan diambil secara bersamaan. Nasabah menyerahkan buku tabungan SIMPEL dan slip bukti pengambilan yang telah diisi dan ditandatangani kepada teller. Teller akan memeriksa jumlah tabungan yang tercatat pada buku simpanan pelajar

22 112 (SIMPEL) untuk kemudian dicocokkan dengan catatan pembukuan BMT MATRA Pekalongan. Setelah itu teller memvalidasi slip bukti pengambilan dan menyerahkan jumlah uang tabungan beserta salinan slip bukti pengambilan dan buku simpanan pelajar (SIMPEL) kepada nasabah. e. Bagi Hasil Mekanisme keuangan dalam islam harus terbebas dari praktik bunga. Sistem bagi hasil menjadi karakteristik tersendiri yang memilki keunggulan dibanding bunga. Keunggulan ini tidak saja karena telah sesuai dengan akidah Islam, tetapi secara ekonomi juga memilki keunggulan. Bagi hasil biasa dikenal juga dengan istilah profit Sharing Menurut istilah profit sharing merupakan distribusi beberapa bagian laba pada para pegawai dari suatu perusahaan. Dalam mekanisme keuangan syariah model bagi hasil ini berhubungan dengan usaha pengumpulan dana (funding) maupun pembiayaan (financing) 74. Untuk nisbah atau penentuan tingkat pembagian hasilnya, BMT akan menghitung setiap bulan atau setiap periode tertentu sesuai dengan periode perhitungan pendapatan usaha. Berapapun tingkat pendapatan usaha, itulah yang kemudian didistribusikan kepada para nasabah atau anggota. Nisbah ini akan ditetapkan dalam akad atau perjanjian. Sebelum akad ditandatangani, nasabah/anggota dapat menawar sampai pada tahap kesepakatan. 74 Muhammad Ridwan, Manajemen Baitul Maal Wa Tamwil, (Yogyakarta: UII Press, 2004), hlm.120.

23 113 Pada produk SIMPEL BMT MATRA Pekalongan, presentase bagi hasil yang ditetapkan adalah 40:60 dengan pembagian 40% bagi nasabah dan 60% bagi BMT MATRA Pekalongan Hasil wawancara dengan Sdri Elly, Customer Service BMT MATRA Pekalongan tanggal 4 Maret 2014.

BAB III PROFIL BMT MATRA PEKALONGAN. A. Latar Belakang Berdirinya BMT Matra Pekalongan

BAB III PROFIL BMT MATRA PEKALONGAN. A. Latar Belakang Berdirinya BMT Matra Pekalongan BAB III PROFIL BMT MATRA PEKALONGAN A. Latar Belakang Berdirinya BMT Matra Pekalongan Suatu kemajuan yang cukup menggembirakan menjelang abad XX terjadi kebangkitan umat Islam dalam segala aspek terutama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dua istilah, yaitu baitul maal dan baitul tamwil. Secara harfiah baitul maal

BAB I PENDAHULUAN. dua istilah, yaitu baitul maal dan baitul tamwil. Secara harfiah baitul maal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) merupakan lembaga yang terdiri dari dua istilah, yaitu baitul maal dan baitul tamwil. Secara harfiah baitul maal berarti rumah dana dan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS FATWA DSN-MUI NOMOR 25/III/2002 TERHADAP PENETAPAN UJRAH DALAM AKAD RAHN DI BMT UGT SIDOGIRI CABANG WARU SIDOARJO

BAB IV ANALISIS FATWA DSN-MUI NOMOR 25/III/2002 TERHADAP PENETAPAN UJRAH DALAM AKAD RAHN DI BMT UGT SIDOGIRI CABANG WARU SIDOARJO BAB IV ANALISIS FATWA DSN-MUI NOMOR 25/III/2002 TERHADAP PENETAPAN UJRAH DALAM AKAD RAHN DI BMT UGT SIDOGIRI CABANG WARU SIDOARJO A. Analisis Aplikasi Penetapan Ujrah Dalam Akad Rahn di BMT UGT Sidogiri

Lebih terperinci

BAB IV. oleh Baitul mal wat Tamwil kepada para anggota, yang bertujuan agar anggota

BAB IV. oleh Baitul mal wat Tamwil kepada para anggota, yang bertujuan agar anggota BAB IV PRODUK SANTUNAN MUAWANAH BMT UGT SIDOGIRI DITINJAU DARI HUKUM ISLAM DAN KEPMEN NO 91 TAHUN 2004 (PETUNJUK KEGIATAN KOPERASI JASA KEUANGAN SYARIAH) 1. Analisis Produk Santunan Muawanah dan Asuransi

Lebih terperinci

MUD{A<RABAH DALAM FRANCHISE SISTEM SYARIAH PADA KANTOR

MUD{A<RABAH DALAM FRANCHISE SISTEM SYARIAH PADA KANTOR BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP IMPLEMENTASI AKAD MUD{A

Lebih terperinci

BAB III STRATEGI PROMOSI PRODUK SIM A (SIMPANAN ANAK-ANAK) DI BMT CITRA KEUANGAN SYARIAH COMAL

BAB III STRATEGI PROMOSI PRODUK SIM A (SIMPANAN ANAK-ANAK) DI BMT CITRA KEUANGAN SYARIAH COMAL 42 BAB III STRATEGI PROMOSI PRODUK SIM A (SIMPANAN ANAK-ANAK) DI BMT CITRA KEUANGAN SYARIAH COMAL A. BMT Citra Keuangan Syariah Comal 1. Sejarah Berdirinya Dengan tujuan untuk membangun ekonomi masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Artinya: Dan Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. (QS. Al- Baqarah : 275).

BAB I PENDAHULUAN. Artinya: Dan Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. (QS. Al- Baqarah : 275). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan perbankan syariah pada era reformasi ditandai dengan disetujuinya Undang-Undang No.10 Tahun 1998. Dalam undang-undang tersebut diatur dengan rinci

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN DAN ANALISIS. menyatakan ijab dan yang kedua menyatakan qabul, yang kemudian

BAB III PEMBAHASAN DAN ANALISIS. menyatakan ijab dan yang kedua menyatakan qabul, yang kemudian BAB III PEMBAHASAN DAN ANALISIS A. Landasan Teori 1. Pengertian Akad Wadi ah Akad adalah ikatan yang terjadi antara dua pihak, yang satu menyatakan ijab dan yang kedua menyatakan qabul, yang kemudian menimbulkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. usaha prospektif namun padanya tidak memiliki permodalan berupa keuangan

BAB I PENDAHULUAN. usaha prospektif namun padanya tidak memiliki permodalan berupa keuangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring perkembangan dan perjalanan sejarah manusia, aspek ekonomi juga turut berkembang dan semakin komplit. 1 Dengan adanya lembaga keuangan pada hakikatnya adalah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Mekanisme Produk SI RELA AULIA di KSPPS BMT Amanah Usaha Mulia (AULIA) Magelang. 1 1. Mekanisme Pembukaan Rekening Tabungan SI RELA AULIA. Langkah pertama dalam

Lebih terperinci

ANALISIS PEMBIAYAAN MITRA USAHA DENGAN AKAD MUDHARABAH DI BMT BISMILLAH KANTOR CABANG CEPIRING

ANALISIS PEMBIAYAAN MITRA USAHA DENGAN AKAD MUDHARABAH DI BMT BISMILLAH KANTOR CABANG CEPIRING ANALISIS PEMBIAYAAN MITRA USAHA DENGAN AKAD MUDHARABAH DI BMT BISMILLAH KANTOR CABANG CEPIRING TUGAS AKHIR Diajukan Untuk Memnuhi Tugas Dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Ahli Madya Dalam Ilmu

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS TERHADAP MEKANISME PEMBIAYAAN EMAS DENGAN AKAD RAHN DI BNI SYARIAH BUKIT DARMO BOULEVARD CABANG SURABAYA

BAB IV ANALISIS TERHADAP MEKANISME PEMBIAYAAN EMAS DENGAN AKAD RAHN DI BNI SYARIAH BUKIT DARMO BOULEVARD CABANG SURABAYA 59 BAB IV ANALISIS TERHADAP MEKANISME PEMBIAYAAN EMAS DENGAN AKAD RAHN DI BNI SYARIAH BUKIT DARMO BOULEVARD CABANG SURABAYA A. Analisis Mekanisme Pembiayaan Emas Dengan Akad Rahn Di BNI Syariah Bukit Darmo

Lebih terperinci

s}ahibul ma>l. Yang digunakan untuk simpanan dengan jangka waktu 12 (dua belas)

s}ahibul ma>l. Yang digunakan untuk simpanan dengan jangka waktu 12 (dua belas) BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENENTUAN BAGI HASIL SIJANGKA MUD{Arabah Ketentuan bagi hasil dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Islam belum mampu menjalankan syariat Islam secara total (kaffat) dalam

BAB I PENDAHULUAN. Islam belum mampu menjalankan syariat Islam secara total (kaffat) dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Umat Islam diperintahkan oleh Allah untuk menjalankan segala sesuatu yang diperintah Allah dan menjauhi segala yang dicegah-nya. Akan tetapi umat Islam belum

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PENENTUAN NISBAH BAGI HASIL PEMBIAYAAN MUDHARABAH PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM DI BMT BINTORO MADANI DEMAK

BAB IV ANALISIS PENENTUAN NISBAH BAGI HASIL PEMBIAYAAN MUDHARABAH PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM DI BMT BINTORO MADANI DEMAK 101 BAB IV ANALISIS PENENTUAN NISBAH BAGI HASIL PEMBIAYAAN MUDHARABAH PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM DI BMT BINTORO MADANI DEMAK Pada bab ini penulis akan melakukan pembahasan dan penganalisaan terhadap penentuan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Minat 1. Pengertian Minat Pengertian Minat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah memiliki arti kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu, gairah, keinginan. Jadi harus

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. Lancar) yang merupakan produk unggulan dari Koperasi Jasa Keuangan. Syariah tersebut. SIRELA (Simpanan Suka Rela Lancar) merupakan

BAB III PEMBAHASAN. Lancar) yang merupakan produk unggulan dari Koperasi Jasa Keuangan. Syariah tersebut. SIRELA (Simpanan Suka Rela Lancar) merupakan BAB III PEMBAHASAN 3.1 Tabungan Mudharabah SIRELA KJKS BINAMA mempunyai beberapa produk penghimpunan dana (funding) salah satunya adalah produk SIRELA (Simpanan Suka Rela Lancar) yang merupakan produk

Lebih terperinci

BAB IV PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS DATA. Pada bagian ini penulis akan menguraikan tentang data-data yang di

BAB IV PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS DATA. Pada bagian ini penulis akan menguraikan tentang data-data yang di BAB IV PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS DATA A. Penyajian Data Pada bagian ini penulis akan menguraikan tentang data-data yang di dapatkan berdasarkan hasil wawancara dan dokumentasi ketikan melaksanakan riset.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hal Ahmad Hasan Ridwan, Manajemen Baitul Mal Wa Tamwil, Bandung: Pustaka Setia, 2013,

BAB I PENDAHULUAN. hal Ahmad Hasan Ridwan, Manajemen Baitul Mal Wa Tamwil, Bandung: Pustaka Setia, 2013, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Baitul Mal Wa Tamwil (BMT) sebagai lembaga keuangan mikro syariah mempunyai peran yang cukup penting dalam mengembangkan aspek-aspek produksi dan investasi untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB III MEKANISME PRODUK SIRELA (SIMPANAN SUKARELA LANCAR) DI KJKS AL HIKMAH UNGARAN. (funding), salah satu diantaranya adalah produk SIRELA (Simpanan

BAB III MEKANISME PRODUK SIRELA (SIMPANAN SUKARELA LANCAR) DI KJKS AL HIKMAH UNGARAN. (funding), salah satu diantaranya adalah produk SIRELA (Simpanan BAB III MEKANISME PRODUK SIRELA (SIMPANAN SUKARELA LANCAR) DI KJKS AL HIKMAH UNGARAN I. Gambaran Umum Produk SIRELA KJKS Al Hikmah mempunyai beberapa produk penghimpunan dana (funding), salah satu diantaranya

Lebih terperinci

BAB III KOSPIN JASA SYARIAH CAPEM PEMALANG: SEJARAH, VISI MISI, DAN PRODUK-PRODUKNYA

BAB III KOSPIN JASA SYARIAH CAPEM PEMALANG: SEJARAH, VISI MISI, DAN PRODUK-PRODUKNYA BAB III KOSPIN JASA SYARIAH CAPEM PEMALANG: SEJARAH, VISI MISI, DAN PRODUK-PRODUKNYA A. Sejarah Berdirinya Kospin Jasa Syariah Kospin jasa adalah sebuah koperasi simpan pinjam yang terbesar di Indonesia

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP KLAIM ASURANSI DALAM AKAD WAKALAH BIL UJRAH

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP KLAIM ASURANSI DALAM AKAD WAKALAH BIL UJRAH BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP KLAIM ASURANSI DALAM AKAD WAKALAH BIL UJRAH A. Analisis Terhadap Klaim Asuransi Dalam Akad Wakalah Bil Ujrah. Klaim adalah aplikasinya oleh peserta untuk memperoleh

Lebih terperinci

A. LATAR BELAKANG MASALAH

A. LATAR BELAKANG MASALAH 28 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Dengan melarang riba, Islam berusaha membangun sebuah masyarakat berdasarkan kejujuran dan keadilan. Pada ayat Al-Qur an surat Al-Baqarah ayat: 239, ف ا ن

Lebih terperinci

monay, dalam perbankan dan pembolehan sepekulasi menyebabkan penciptaan uang

monay, dalam perbankan dan pembolehan sepekulasi menyebabkan penciptaan uang BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP DANA KJKS AL-MUBAROK CANDI SIDOARJO DI BANK KONVENSIONAL A. Analisis terhadap Simpanan Dana KJKS Al-Mubarok Candi Sodoarjo di Bank Konvensional Dalam perekonomian konvensional,

Lebih terperinci

BAB II PRINSIP PRINSIP BAGI HASIL

BAB II PRINSIP PRINSIP BAGI HASIL BAB II PRINSIP PRINSIP BAGI HASIL A. BAGI HASIL 1. Pengertian Bagi Hasil Sistem bagi hasil merupakan sistem dimana dilakukannya perjanjian atau ikatan bersama di dalam melakukan kegiatan usaha. Di dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hukum Islam. Pembentukan sistem ini berdasarkan adanya larangan dalam agama Islam untuk

BAB I PENDAHULUAN. hukum Islam. Pembentukan sistem ini berdasarkan adanya larangan dalam agama Islam untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perbankan syariah adalah suatu sistem perbankan yang pelaksanaannya berdasarkan hukum Islam. Pembentukan sistem ini berdasarkan adanya larangan dalam agama Islam

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Undang-undang Perbankan Nomor 10 Tahun 1998 Tabungan

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Undang-undang Perbankan Nomor 10 Tahun 1998 Tabungan BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Tabungan Menurut Undang-undang Perbankan Nomor 10 Tahun 1998 Tabungan adalah Simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syaratsyarat tertentu yang disepakati,

Lebih terperinci

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Prosedur Pembukaan sampai Penutupan Tabungan Harian Mudharabah

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Prosedur Pembukaan sampai Penutupan Tabungan Harian Mudharabah BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Prosedur Pembukaan sampai Penutupan Tabungan Harian Mudharabah (Taharah) di BPRS PNM Binama 1. Pengertian Tabungan Tabungan adalah simpanan yang penarikannya

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS WADI< AH MUD{A>RABAH TERHADAP BONUS HAJI GRATIS PADA PT. ANUGERAH NUR NABAWI JOMBANG

BAB IV ANALISIS WADI< AH MUD{A>RABAH TERHADAP BONUS HAJI GRATIS PADA PT. ANUGERAH NUR NABAWI JOMBANG BAB IV ANALISIS WADI< AH MUD{A>RABAH TERHADAP BONUS HAJI GRATIS PADA PT. ANUGERAH NUR NABAWI JOMBANG A. ANALISIS TENTANG APLIKASI BONUS HAJI GRATIS PADA PT. ANUGERAH NUR NABAWI JOMBANG Bonus Haji gratis

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBIAYAAN LETTER OF CREDIT PADA BANK MANDIRI SYARI AH

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBIAYAAN LETTER OF CREDIT PADA BANK MANDIRI SYARI AH BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBIAYAAN LETTER OF CREDIT PADA BANK MANDIRI SYARI AH A. Analisis Terhadap Aplikasi Pembiayaan Ekspor Impor Melalui Leter of Credit (L/C) di Bank Mandiri Syari ah

Lebih terperinci

PENERAPAN AKAD WADI AH PADA PRODUK SIMPANAN ARISAN BERKAH DI KSPPS BMT HARAPAN UMAT PATI CABANG GABUS

PENERAPAN AKAD WADI AH PADA PRODUK SIMPANAN ARISAN BERKAH DI KSPPS BMT HARAPAN UMAT PATI CABANG GABUS PENERAPAN AKAD WADI AH PADA PRODUK SIMPANAN ARISAN BERKAH DI KSPPS BMT HARAPAN UMAT PATI CABANG GABUS TUGAS AKHIR Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Ahli Madya Dalam

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS

BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS A. Penerapan Akad Mudharabah pada Tabungan / Simpanan SHaRi Di KSPPS Arthamadina Banyuputih Batang terdapat produk penghimpunan dana yang menggunakan akad mudharabah muthlaqah,

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENERAPAN AKAD QARD\\} AL-H\}ASAN BI AN-NAZ AR DI BMT UGT SIDOGIRI CABANG WARU SIDOARJO

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENERAPAN AKAD QARD\\} AL-H\}ASAN BI AN-NAZ AR DI BMT UGT SIDOGIRI CABANG WARU SIDOARJO 65 BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENERAPAN AKAD QARD\\} AL-H\}ASAN BI AN-NAZ AR DI BMT UGT SIDOGIRI CABANG WARU SIDOARJO B. Analisis Terhadap Penerapan Akad Qard\\} Al-H\}asan Bi An-Naz ar di BMT

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Deposito Berdasarkan undang undang Republik Indonesia Nomor 10 tahun 1998 tentang perbankan syariah, deposito adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan

Lebih terperinci

TINJAUAN HUKUM ISLAM TENTANG PENGUASAAN BARANG GADAI OLEH RAHIN (STUDY KASUS DI DESA KUMESU KEC. REBAN KAB. BATANG) SKRIPSI

TINJAUAN HUKUM ISLAM TENTANG PENGUASAAN BARANG GADAI OLEH RAHIN (STUDY KASUS DI DESA KUMESU KEC. REBAN KAB. BATANG) SKRIPSI TINJAUAN HUKUM ISLAM TENTANG PENGUASAAN BARANG GADAI OLEH RAHIN (STUDY KASUS DI DESA KUMESU KEC. REBAN KAB. BATANG) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TENTANG PENERAPAN SYARAT HASIL INVESTASI MINIMUM PADA PEMBIAYAAN MUDHARABAH UNTUK SEKTOR PERTANIAN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TENTANG PENERAPAN SYARAT HASIL INVESTASI MINIMUM PADA PEMBIAYAAN MUDHARABAH UNTUK SEKTOR PERTANIAN BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TENTANG PENERAPAN SYARAT HASIL INVESTASI MINIMUM PADA PEMBIAYAAN MUDHARABAH UNTUK SEKTOR PERTANIAN A. Analisis Penerapan Syarat Hasil Investasi Minimum Pada Pembiayaan Mudharabah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kenaikan yang baik. Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS) seperti. Baitul Maal wat Tamwil (BMT) dan Koperasi JASA Keuangan Syariah

BAB 1 PENDAHULUAN. kenaikan yang baik. Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS) seperti. Baitul Maal wat Tamwil (BMT) dan Koperasi JASA Keuangan Syariah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kedudukan koperasi dalam perekonomian Indonesia walaupun tidak menempati porsi besar akan tetapi perkembangannya mengalami kenaikan yang baik. Lembaga Keuangan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI DAN FAKTOR NASABAH MEMILIH TABUNGAN MUḌĀRABAH. A. Analisis Implementasi Akad Produk Tabungan Muḍārabah di BPRS Jabal

BAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI DAN FAKTOR NASABAH MEMILIH TABUNGAN MUḌĀRABAH. A. Analisis Implementasi Akad Produk Tabungan Muḍārabah di BPRS Jabal BAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI DAN FAKTOR NASABAH MEMILIH TABUNGAN MUḌĀRABAH A. Analisis Implementasi Akad Produk Tabungan Muḍārabah di BPRS Jabal Nur Surabaya Aplikasi penggunaan tabungan muḍārabah di BPRS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. krisis moneter. Lebih dari itu, lembaga keuangan syariah ini diharapkan mampu membawa

BAB I PENDAHULUAN. krisis moneter. Lebih dari itu, lembaga keuangan syariah ini diharapkan mampu membawa 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Munculnya bank syariah sebagai pemain baru dalam dunia perbankan di Indonesia mendapat sambutan yang baik dari masyarakat, terutama masyarakat muslim. Bank yang berbasis

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS TERHADAP PENERAPAN SISTEM LOSS / PROFIT SHARING PADA PRODUK SIMPANAN BERJANGKA DI KOPERASI SERBA USAHA SEJAHTERA BERSAMA

BAB IV ANALISIS TERHADAP PENERAPAN SISTEM LOSS / PROFIT SHARING PADA PRODUK SIMPANAN BERJANGKA DI KOPERASI SERBA USAHA SEJAHTERA BERSAMA BAB IV ANALISIS TERHADAP PENERAPAN SISTEM LOSS / PROFIT SHARING PADA PRODUK SIMPANAN BERJANGKA DI KOPERASI SERBA USAHA SEJAHTERA BERSAMA A. Kedudukan Koperasi Dalam Perspektif Hukum Islam Dalam garis besarnya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ingin tahu, Man is corious animal. Dengan keistimewaan ini, manusia dengan

BAB I PENDAHULUAN. ingin tahu, Man is corious animal. Dengan keistimewaan ini, manusia dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk Tuhan yang istimewa dan yang diberi sifat serba ingin tahu, Man is corious animal. Dengan keistimewaan ini, manusia dengan kemampuan akalnya

Lebih terperinci

Usulan Penelitian Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Pada Program Studi Pendidikan Akuntansi

Usulan Penelitian Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Pada Program Studi Pendidikan Akuntansi NASKAH PUBLIKASI ANALISIS PENGELOLAAN DANA SIMPANAN SYARI AH ANGGOTA DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM TAHUN 2015 (STUDI KASUS DI KJKS BMT SURYA MADANI BOYOLALI) Usulan Penelitian Diajukan Untuk Memperoleh

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENERAPAN BAGI HASIL DALAM PEMBIAYAAN MUSHA>RAKAH DI BMT AN-NUR REWWIN WARU SIDOARJO

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENERAPAN BAGI HASIL DALAM PEMBIAYAAN MUSHA>RAKAH DI BMT AN-NUR REWWIN WARU SIDOARJO BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENERAPAN BAGI HASIL DALAM PEMBIAYAAN MUSHA>RAKAH DI BMT AN-NUR REWWIN WARU SIDOARJO A. Analisis Penerapan Bagi Hasil dalam Pembiayaan Musha>rakah di BMT An- Nur Rewwin

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. konsekuensi yang mengikutinya sebagai badan hukum.

BAB II LANDASAN TEORI. konsekuensi yang mengikutinya sebagai badan hukum. BAB II LANDASAN TEORI A. Baitut Tamwil Di Indonesia, kegiatan Baitut Tamwil ini bisa dijalankan oleh industri Perbankan Syariah maupun Lembaga Keuangan Mikro Syariah. Kedua jenis lembaga keuangan ini pada

Lebih terperinci

BAB IV. ANALISIS MEKANISME TRANSAKSI PRODUK DEPOSITO ib HASANAH DOLLAR PADA BNI SYARIAH PEKALONGAN

BAB IV. ANALISIS MEKANISME TRANSAKSI PRODUK DEPOSITO ib HASANAH DOLLAR PADA BNI SYARIAH PEKALONGAN BAB IV ANALISIS MEKANISME TRANSAKSI PRODUK DEPOSITO ib HASANAH DOLLAR PADA BNI SYARIAH PEKALONGAN Deposito ib Hasanah Dollar adalah simpanan dari pihak ketiga kepada pihak bank yang penarikannya hanya

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. A. Implementasi Prinsip Mudharabah Muthlaqah pada BNI ib Deposito

BAB IV PEMBAHASAN. A. Implementasi Prinsip Mudharabah Muthlaqah pada BNI ib Deposito BAB IV PEMBAHASAN A. Implementasi Prinsip Mudharabah Muthlaqah pada BNI ib Deposito Mudharabah adalah akad kerja sama usaha antara dua pihak dimana pihak pertama (shahibul maal) menyediakan seluruh (100%)

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM BTM WIRADESA. A. Latar belakang berdirinya BTM Wiradesa. Muhammadiyah Wiradesa untuk memiliki sumber-sumber pendanaan

BAB III GAMBARAN UMUM BTM WIRADESA. A. Latar belakang berdirinya BTM Wiradesa. Muhammadiyah Wiradesa untuk memiliki sumber-sumber pendanaan BAB III GAMBARAN UMUM BTM WIRADESA A. Latar belakang berdirinya BTM Wiradesa Berdirinya BTM Wiradesa yang beralamat Jl. Mayjend. S. Parman No.183 Wiradesa Pekalongan, berawal dari keinginan Pimpinan Cabang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan, baik konvensional maupun syariah, berperan dalam segi. ekonomi dan keuangan. Sesuai dengan Undang-Undang Republik

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan, baik konvensional maupun syariah, berperan dalam segi. ekonomi dan keuangan. Sesuai dengan Undang-Undang Republik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan suatu negara merupakan hasil dari kinerja yang baik dari instrumen-instrumen yang ada di negara tersebut. Salah satu instrumen negara yang memiliki

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PENELITIAN

BAB IV ANALISIS PENELITIAN BAB IV ANALISIS PENELITIAN A. Analisis Terhadap Pola Tajdi>d al- Aqd (akad baru) Rahn di Pegadaian Syariah Kebomas Gresik Praktek gadai yang dilakukan oleh masyarakat disebabkan adanya kebutuhan yang sangat

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PROSEDUR DAN APLIKASI PERFORMANCE BOND DI BANK BUKOPIN SYARIAH CABANG SURABAYA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PROSEDUR DAN APLIKASI PERFORMANCE BOND DI BANK BUKOPIN SYARIAH CABANG SURABAYA BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PROSEDUR DAN APLIKASI PERFORMANCE BOND DI BANK BUKOPIN SYARIAH CABANG SURABAYA A. Analisis Hukum Islam Terhadap Prosedur Performance Bond di Bank Bukopin Syariah Cabang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. beroperasi sesuai dengan nilai-nilai dan Prinsip Ekonomi Islam (Islamic

BAB I PENDAHULUAN. beroperasi sesuai dengan nilai-nilai dan Prinsip Ekonomi Islam (Islamic BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Kebutuhan masyarakat muslim Indonesia akan adanya bank yang beroperasi sesuai dengan nilai-nilai dan Prinsip Ekonomi Islam (Islamic Economic System), secara

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN JUMLAH NASABAH PRODUK TASYA TAMANSARI DI BPRS SURIYAH KUDUS

UPAYA MENINGKATKAN JUMLAH NASABAH PRODUK TASYA TAMANSARI DI BPRS SURIYAH KUDUS UPAYA MENINGKATKAN JUMLAH NASABAH PRODUK TASYA TAMANSARI DI BPRS SURIYAH KUDUS TUGAS AKHIR Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Diploma Tiga Oleh: Dian Vita Agustina

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Islam adalah agama yang amat damai dan sempurna telah diketahui dan dijamin

BAB I PENDAHULUAN. Islam adalah agama yang amat damai dan sempurna telah diketahui dan dijamin BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Melakukan kegiatan ekonomi adalah merupakan tabiat manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, dengan demikian itu ia memperoleh rezeki, dan dengan rezeki itu

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK SIMPANAN WADI AH BERJANGKA DI BMT TEGAL IJO DESA GANDUL KECAMATAN PILANGKENCENG KABUPATEN MADIUN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK SIMPANAN WADI AH BERJANGKA DI BMT TEGAL IJO DESA GANDUL KECAMATAN PILANGKENCENG KABUPATEN MADIUN 53 BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK SIMPANAN WADI AH BERJANGKA DI BMT TEGAL IJO DESA GANDUL KECAMATAN PILANGKENCENG KABUPATEN MADIUN A. Analisis Tentang Pelaksanaan Praktik Simpanan Wadi ah

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP APLIKASI TABUNGAN RENCANA MULTIGUNA DI PT. BANK SYARI AH BUKOPIN Tbk. CABANG SURABAYA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP APLIKASI TABUNGAN RENCANA MULTIGUNA DI PT. BANK SYARI AH BUKOPIN Tbk. CABANG SURABAYA BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP APLIKASI TABUNGAN RENCANA MULTIGUNA DI PT. BANK SYARI AH BUKOPIN Tbk. CABANG SURABAYA A. Aplikasi Tabungan Rencana Multiguna PT. Bank Syariah Bukopin, Tbk Cabang Surabaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bank adalah lembaga perantara keuangan atau biasa disebut financial

BAB I PENDAHULUAN. Bank adalah lembaga perantara keuangan atau biasa disebut financial A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Bank adalah lembaga perantara keuangan atau biasa disebut financial intermediary, artinya lembaga bank adalah lembaga yang dalam aktivitasnya berkaitan dengan

Lebih terperinci

BAB II PRODUK PENGHIMPUNAN DANA

BAB II PRODUK PENGHIMPUNAN DANA BAB II PRODUK PENGHIMPUNAN DANA A. Pengertian Produk Penghimpunan dana Produk Penghimpunan Dana adalah suatu kegiatan usaha yang dilakukan bank untuk mencari dana kepada pihak deposan yang nantinya akan

Lebih terperinci

A. Analisis Tentang Tata Cara Akad Manusia tidak bisa tidak harus terkait dengan persoalan akad

A. Analisis Tentang Tata Cara Akad Manusia tidak bisa tidak harus terkait dengan persoalan akad BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK ARISAN JAJAN DENGAN AKAD MUDHARABAH DI TAMBAK LUMPANG KELURAHAN SUKOMANUNGGAL KECAMATAN SUKOMANUNGGAL SURABAYA A. Analisis Tentang Tata Cara Akad Manusia tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terhadap lembaga-lembaga keuangan di Indonesia, termasuk koperasi berupa

BAB I PENDAHULUAN. terhadap lembaga-lembaga keuangan di Indonesia, termasuk koperasi berupa 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia memberikan dampak terhadap lembaga-lembaga keuangan di Indonesia, termasuk koperasi berupa penurunan laba dan bahkan tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pokoknya memberikan kredit dan jasa-jasa pembayaran serta peredaran uang

BAB I PENDAHULUAN. pokoknya memberikan kredit dan jasa-jasa pembayaran serta peredaran uang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bank Islam merupakan istilah lain dari bank syari ah yang usaha pokoknya memberikan kredit dan jasa-jasa pembayaran serta peredaran uang dengan prinsip-prinsip Islam

Lebih terperinci

DANA TALANGAN H A J I. خفظ اهلل Oleh: Ustadz Dr. Erwandi Tirmidzi, MA. Publication: 1433 H_2012 M DANA TALANGAN HAJI

DANA TALANGAN H A J I. خفظ اهلل Oleh: Ustadz Dr. Erwandi Tirmidzi, MA. Publication: 1433 H_2012 M DANA TALANGAN HAJI DANA TALANGAN H A J I خفظ اهلل Oleh: Ustadz Dr. Erwandi Tirmidzi, MA Publication: 1433 H_2012 M DANA TALANGAN HAJI خفظ اهلل Oleh: Ustadz Dr. Erwandi Tirmidzi, MA Sumber: Majalah As-Sunnah No.05/ Thn. XVI

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. A. Mekanisme Produk SIRELA ( Simpanan Sukarela Lancar ) 1. Produk SIRELA ( Simpanan Sukarela Lancar )

BAB IV PEMBAHASAN. A. Mekanisme Produk SIRELA ( Simpanan Sukarela Lancar ) 1. Produk SIRELA ( Simpanan Sukarela Lancar ) BAB IV PEMBAHASAN A. Mekanisme Produk SIRELA ( Simpanan Sukarela Lancar ) 1. Produk SIRELA ( Simpanan Sukarela Lancar ) SIRELA adalah produk simpanan yang ada di BMT BUS yang dikelola berdasarkan prinsip

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PENERAPAN BIAYA IJARAH DI PEGADAIAN SYARIAH SIDOKARE SIDOARJO MENURUT PRINSIP NILAI EKONOMI ISLAM

BAB IV ANALISIS PENERAPAN BIAYA IJARAH DI PEGADAIAN SYARIAH SIDOKARE SIDOARJO MENURUT PRINSIP NILAI EKONOMI ISLAM BAB IV ANALISIS PENERAPAN BIAYA IJARAH DI PEGADAIAN SYARIAH SIDOKARE SIDOARJO MENURUT PRINSIP NILAI EKONOMI ISLAM A. Analisis Besaran Ujrah pada Pembiayaan Rahn di Pegadaian Syariah Sidokare. Salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan Umum (Perum). Perusahaan tersebut milik pemerintah (BUMN), berada

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan Umum (Perum). Perusahaan tersebut milik pemerintah (BUMN), berada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lembaga keuangan memiliki peranan penting hampir disetiap kegiatan ekonomi. Lembaga keuangan merupakan salah satu faktor pendorong pertumbuhan ekonomi suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejak awal kelahiran nya, perbankan syariah yang dilandasi dengan dua

BAB I PENDAHULUAN. Sejak awal kelahiran nya, perbankan syariah yang dilandasi dengan dua BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejak awal kelahiran nya, perbankan syariah yang dilandasi dengan dua gerakan rennaisance islam modern : neorevivalis dan modernis. Tujuan utama dari pendirian

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PERILAKU NASABAH BANK MINI SYARIAH UNTUK MENJADI NASABAH BANK MINI SYARIAH FAKULTAS SYARIAH UINSA

BAB IV ANALISIS PERILAKU NASABAH BANK MINI SYARIAH UNTUK MENJADI NASABAH BANK MINI SYARIAH FAKULTAS SYARIAH UINSA BAB IV ANALISIS PERILAKU NASABAH BANK MINI SYARIAH UNTUK MENJADI NASABAH BANK MINI SYARIAH FAKULTAS SYARIAH UINSA A. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Mahasiswa Fakultas Syari ah dan Ekonomi Islam untuk

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP AKAD PEMBIAYAAN MUDHARABAH DENGAN SISTEM KELOMPOK DI BMT KUBE SEJAHTERA KRIAN SIDOARJO

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP AKAD PEMBIAYAAN MUDHARABAH DENGAN SISTEM KELOMPOK DI BMT KUBE SEJAHTERA KRIAN SIDOARJO BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP AKAD PEMBIAYAAN MUDHARABAH DENGAN SISTEM KELOMPOK DI BMT KUBE SEJAHTERA KRIAN SIDOARJO A. Analisis Terhadap Akad Pembiayaan Mudharabah Dengan Sistem Kelompok di BMT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. syariah dianggap sangat penting khususnya dalam pengembangan sistem ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. syariah dianggap sangat penting khususnya dalam pengembangan sistem ekonomi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu bentuk perwujudan sistem ekonomi syariah adalah berdirinya lembaga-lembaga keuangan syariah. Peranan dan kedudukan lembaga keuangan syariah dianggap

Lebih terperinci

PERHITUNGAN BAGI HASIL DAN PENANGANAN PENCAIRAN DEPOSITO MUDHARABAH PADA BPR SYARIAH AMANAH UMMAH

PERHITUNGAN BAGI HASIL DAN PENANGANAN PENCAIRAN DEPOSITO MUDHARABAH PADA BPR SYARIAH AMANAH UMMAH PERHITUNGAN BAGI HASIL DAN PENANGANAN PENCAIRAN DEPOSITO MUDHARABAH PADA BPR SYARIAH AMANAH UMMAH Heny Kurniati dan Hendri Maulana Universitas Ibn Khaldun Bogor ABSTRAK Industri perbankan syariah di Indonesia

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP APLIKASI PERUBAHAN PENGHITUNGAN DARI SISTEM "FLAT" KE "EFEKTIF" PADA

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP APLIKASI PERUBAHAN PENGHITUNGAN DARI SISTEM FLAT KE EFEKTIF PADA BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP APLIKASI PERUBAHAN PENGHITUNGAN DARI SISTEM "FLAT" KE "EFEKTIF" PADA PELUNASAN ANGSURAN MURABAHAH DI BANK RAKYAT INDONESIA KANTOR CABANG PEMBANTU SYARI'AH GRESIK A.

Lebih terperinci

BAB II PEMBIAYAAN MURABAHAH

BAB II PEMBIAYAAN MURABAHAH BAB II PEMBIAYAAN MURABAHAH A. Pembiayaan 1. Pengertian Pembiayaan Lembaga pembiayaan merupakan lembaga keuangan bersama-sama dengan lembaga perbankan, namun dilihat dari padanan istilah dan penekanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga keuangan telah berperan besar dalam pengembangan dan. pertumbuhan masyarakat modern.baik kegiatan usaha yang berskala besar

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga keuangan telah berperan besar dalam pengembangan dan. pertumbuhan masyarakat modern.baik kegiatan usaha yang berskala besar 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Lembaga keuangan telah berperan besar dalam pengembangan dan pertumbuhan masyarakat modern.baik kegiatan usaha yang berskala besar ataupun kecil. Kebutuhan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS TENTANG APLIKASI PERJANJIAN SEWA SAFE DEPOSIT BOX DITINJAU DARI BNI SYARIAH HUKUM ISLAM DAN HUKUM PERLINDUNGAN KONSUMEN

BAB IV ANALISIS TENTANG APLIKASI PERJANJIAN SEWA SAFE DEPOSIT BOX DITINJAU DARI BNI SYARIAH HUKUM ISLAM DAN HUKUM PERLINDUNGAN KONSUMEN 74 BAB IV ANALISIS TENTANG APLIKASI PERJANJIAN SEWA SAFE DEPOSIT BOX DITINJAU DARI BNI SYARIAH HUKUM ISLAM DAN HUKUM PERLINDUNGAN KONSUMEN A. Analisis Aplikasi Perjanjian Sewa Safe Deposit Box di PT. BNI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lembaga keuangan syariah semakin berkembang pesat. Hal ini dapat dilihat dari semakin banyaknya lembaga keuangan syariah yang berdiri di Indonesia. Tidak hanya

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP OPERASIONALISASI DANA DEPOSITO DI BNI SYARI AH CAB. SURABAYA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP OPERASIONALISASI DANA DEPOSITO DI BNI SYARI AH CAB. SURABAYA BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP OPERASIONALISASI DANA DEPOSITO DI BNI SYARI AH CAB. SURABAYA A. Tata Cara Pelaksanaan Akad Pelaksanaan akad deposito di BNI Syari ah dimulai pada waktu pembukaan rekening

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. 1. Pembukaan Simpanan Berjangka (SIJANGKA)

BAB IV PEMBAHASAN. 1. Pembukaan Simpanan Berjangka (SIJANGKA) BAB IV PEMBAHASAN A. Prosedur Simpanan Berjangka (SIJANGKA) Di KJKS BMT Walisongo Semarang 1. Pembukaan Simpanan Berjangka (SIJANGKA) a. Syarat syarat pembukaan Simpanan Berjangka (SIJANGKA), antara lain

Lebih terperinci

BAB IV. Pengelolaan Pembiayaan Mudharabah dalam Modal Kerja di BMT Bina Ummat menurut Fatwa DSN-MUI

BAB IV. Pengelolaan Pembiayaan Mudharabah dalam Modal Kerja di BMT Bina Ummat menurut Fatwa DSN-MUI 50 BAB IV Pengelolaan Pembiayaan Mudharabah dalam Modal Kerja di BMT Bina Ummat menurut Fatwa DSN-MUI A. Ketentuan Pembiayaan Mudharabah Pengelolaan pembiayaan mudharabah modal kerja adalah usaha yang

Lebih terperinci

PENERAPAN AKAD WADI AH YAD DHAMANAH PADA. PRODUK TABUNGAN ib HIJRAH DI PT. BPRS ARTHA AMANAH UMMAT UNGARAN

PENERAPAN AKAD WADI AH YAD DHAMANAH PADA. PRODUK TABUNGAN ib HIJRAH DI PT. BPRS ARTHA AMANAH UMMAT UNGARAN PENERAPAN AKAD WADI AH YAD DHAMANAH PADA PRODUK TABUNGAN ib HIJRAH DI PT. BPRS ARTHA AMANAH UMMAT UNGARAN TUGAS AKHIR Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Ahli Madya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kehadiran Bank Muammalat Indonesia (BMI) pada tahun 1992, telah

BAB I PENDAHULUAN. Kehadiran Bank Muammalat Indonesia (BMI) pada tahun 1992, telah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehadiran Bank Muammalat Indonesia (BMI) pada tahun 1992, telah memberikan inspirasi untuk membangun kembali sistem keuangan yang lebih dapat menyentuh kalangan bawah.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN. A. Analisis Mekanisme Pembiayaan Bai u Bithaman Ajil di BMT Matra

BAB IV HASIL PENELITIAN. A. Analisis Mekanisme Pembiayaan Bai u Bithaman Ajil di BMT Matra BAB IV HASIL PENELITIAN A. Analisis Mekanisme Pembiayaan Bai u Bithaman Ajil di BMT Matra Pekalongan Di BMT Matra Pekalongan dalam melakukan penyaluran dana salah satunya produk pembiayaan bai u bithaman

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN

BAB IV ANALISIS LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN 61 BAB IV ANALISIS LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN Analisis dalam bab ini berupaya untuk menjawab permasalahan bagaimana bentuk penjaminan yang dilaksanakan oleh Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) terhadap Tabungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. muslimin untuk menapaki kehidupan fana di dunia ini. Dalam rangka menuju

BAB I PENDAHULUAN. muslimin untuk menapaki kehidupan fana di dunia ini. Dalam rangka menuju BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Al-Qur an dan Al-h}adis merupakan sumber tuntunan hidup bagi kaum muslimin untuk menapaki kehidupan fana di dunia ini. Dalam rangka menuju kehidupan kekal di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fungsi utama perusahaan adalah melakukan strategi pemasaran. Strategi pemasaran merupakan suatu langkah yang direncanakan produsen sebelum produk dihasilkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membayangkan mesti di dasarkan pada dua konsep hukum Mudhârabah dan

BAB I PENDAHULUAN. membayangkan mesti di dasarkan pada dua konsep hukum Mudhârabah dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegiatan-kegiatan investasi Bank Islam oleh para teoritis Perbankan Islam membayangkan mesti di dasarkan pada dua konsep hukum Mudhârabah dan Musyarakah, atau yang dikenal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan meningkatnya pendapatan ekonomi masyarakat membuat rasa

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan meningkatnya pendapatan ekonomi masyarakat membuat rasa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ekonomi masyarakat yang semakin meningkat yang ditandai dengan meningkatnya pendapatan ekonomi masyarakat membuat rasa khawatir pada setiap individu dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pegadaian merupakan salah satu usaha milik Pemerintah yang berbentuk BUMN (Badan Usaha Milik Negara) yang telah lama berdiri di Indonesia. Awal munculnya

Lebih terperinci

Raja Grafindo Persada, 2016, hlm.99

Raja Grafindo Persada, 2016, hlm.99 BAB IV ANALISIS PRAKTIK PENALTI PADA PENGAMBILAN SIMPANAN MUDHARABAH BERJANGKA (DEPOSITO) SEBELUM JATUH TEMPO Di KSPPS BMT Amanah Usaha Mulia (AULIA) Magelang A. Praktek Penalti pada pengambilan simpanan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS TERHADAP PRAKTEK SIMPAN PINJAM PEREMPUAN PADA PNPM MP DI DESA IMA AN KECAMATAN DUKUN KABUPATEN GRESIK STUDI ANALISIS KOMPILASI HUKUM

BAB IV ANALISIS TERHADAP PRAKTEK SIMPAN PINJAM PEREMPUAN PADA PNPM MP DI DESA IMA AN KECAMATAN DUKUN KABUPATEN GRESIK STUDI ANALISIS KOMPILASI HUKUM BAB IV ANALISIS TERHADAP PRAKTEK SIMPAN PINJAM PEREMPUAN PADA PNPM MP DI DESA IMA AN KECAMATAN DUKUN KABUPATEN GRESIK STUDI ANALISIS KOMPILASI HUKUM EKONOMI SYARIAH Berdasarkan penjelasan yang terdapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disetujuinya UU No. 10 Tahun Undang-Undang tersebut mengatur

BAB I PENDAHULUAN. disetujuinya UU No. 10 Tahun Undang-Undang tersebut mengatur 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan perbankan syari ah pada era reformasi ditandai dengan disetujuinya UU No. 10 Tahun 1998. Undang-Undang tersebut mengatur dengan rinci landasan hukum serta

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM BMT AT-TAQWA MUHAMMADIYAH CABANG SITEBA. A. Sejarah Berdirinya BMT At-taqwa Muhammadiyah Cabang Siteba

BAB III GAMBARAN UMUM BMT AT-TAQWA MUHAMMADIYAH CABANG SITEBA. A. Sejarah Berdirinya BMT At-taqwa Muhammadiyah Cabang Siteba BAB III GAMBARAN UMUM BMT AT-TAQWA MUHAMMADIYAH CABANG SITEBA A. Sejarah Berdirinya BMT At-taqwa Muhammadiyah Cabang Siteba Awal berdirinya Bank Syariah di Indonesia adalah pada tanggal 1 November 1991,

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP DENDA YANG TIDAK UMMAT SIDOARJO. Keuangan Syariah dalam melakukan aktifitasnya yaitu, muraba>hah, ija>rah

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP DENDA YANG TIDAK UMMAT SIDOARJO. Keuangan Syariah dalam melakukan aktifitasnya yaitu, muraba>hah, ija>rah BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP DENDA YANG TIDAK TERCANTUM PADA AKAD MUSHArakah di KSPPS BMT Harapan Ummat Sidoarjo

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berinvestasi dalam usaha-usaha yang berkaitan dengan media dan barang yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. berinvestasi dalam usaha-usaha yang berkaitan dengan media dan barang yang tidak 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perbankan syariah merupakan suatu sistem perbankan yang dikembangkan berdasarkan hukum Islam. Usaha perbankan syariah didasari oleh larangan Islam untuk memungut maupun

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP UTANG PIUTANG HEWAN TERNAK SEBAGAI MODAL PENGELOLA SAWAH DI DESA RAGANG

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP UTANG PIUTANG HEWAN TERNAK SEBAGAI MODAL PENGELOLA SAWAH DI DESA RAGANG BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP UTANG PIUTANG HEWAN TERNAK SEBAGAI MODAL PENGELOLA SAWAH DI DESA RAGANG A. Analisis Praktik Utang Piutang Hewan Ternak Di Desa Ragang Dari data mengenai proses dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. syariah yang kegiatan utamanya menghimpun dana dan menyalurkannya. Lembaga ini biasa di sebut dengan Koperasi Syariah.

BAB I PENDAHULUAN. syariah yang kegiatan utamanya menghimpun dana dan menyalurkannya. Lembaga ini biasa di sebut dengan Koperasi Syariah. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Baitul Maal wat Tamwil (BMT) merupakan suatu lembaga keuangan syariah yang kegiatan utamanya menghimpun dana dan menyalurkannya kembali dana tersebut kepada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keperluan-keperluan lain, tidak bisa diabaikan. Kenyataan menunjukkan bahwa di

BAB I PENDAHULUAN. keperluan-keperluan lain, tidak bisa diabaikan. Kenyataan menunjukkan bahwa di 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Sebagai makhluk sosial, kebutuhan akan kerjasama antara satu pihak dengan pihak lain guna meningkatkan taraf perekonomian dan kebutuhan hidup, atau keperluan-keperluan

Lebih terperinci

BAB IV. A. Analisis Hukum Islam terhadap Pasal 18 Ayat 2 Undang-Undang. memberikan pelayanan terhadap konsumen yang merasa dirugikan, maka dalam

BAB IV. A. Analisis Hukum Islam terhadap Pasal 18 Ayat 2 Undang-Undang. memberikan pelayanan terhadap konsumen yang merasa dirugikan, maka dalam BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PASAL 18 AYAT 2 UNDANG-UNDANG PERLINDUNGAN KONSUMEN DAN OPERASIONALISASI AKAD PERJANJIAN FINANCIAL LEASING DAN REALISASINYA A. Analisis Hukum Islam terhadap Pasal 18

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. ANALISIS PENERAPAN AKAD WADI AH PADA PRODUK TABUNGAN ZIARAH DI KOPENA PEKALONGAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. ANALISIS PENERAPAN AKAD WADI AH PADA PRODUK TABUNGAN ZIARAH DI KOPENA PEKALONGAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. ANALISIS PENERAPAN AKAD WADI AH PADA PRODUK TABUNGAN ZIARAH DI KOPENA PEKALONGAN Produk Tabungan Ziarah di KOPENA Pekalongan menggunakan akad Wadiah dengan prosedur

Lebih terperinci

BAB IV PENERAPAN AKAD BAYʽ BITHAMAN AJIL DALAM PENINGKATAN KEUNTUNGAN USAHA DI KOPONTREN NURUL HUDA BANYUATES SAMPANG MADURA

BAB IV PENERAPAN AKAD BAYʽ BITHAMAN AJIL DALAM PENINGKATAN KEUNTUNGAN USAHA DI KOPONTREN NURUL HUDA BANYUATES SAMPANG MADURA 56 BAB IV PENERAPAN AKAD BAYʽ BITHAMAN AJIL DALAM PENINGKATAN KEUNTUNGAN USAHA DI KOPONTREN NURUL HUDA BANYUATES SAMPANG MADURA A. Analisis Penerapan Akad Bayʽ Bithaman Ajil dalam Peningkatan Keuntungan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Deposito 1. Pengertian Deposito Secara umum, deposito diartikan sebagai simpanan pihak ketiga pada bank yang penarikannya hanya dapat dilakukan dalam jangka waktu tertentu menurut

Lebih terperinci