MUKADIMAH MEMUTUSKAN. Menetapkan : PERATURAN YAYASAN RUMAH SAKIT AL IRSYAD SURABAYA TENTANG STATUTA RUMAH SAKIT AL-IRSYAD SURABAYA.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "MUKADIMAH MEMUTUSKAN. Menetapkan : PERATURAN YAYASAN RUMAH SAKIT AL IRSYAD SURABAYA TENTANG STATUTA RUMAH SAKIT AL-IRSYAD SURABAYA."

Transkripsi

1 hospital by law MUKADIMAH Menimbang : Bahwa dalam rangka meningkatkan kinerja Manajemen Rumah Sakit AL- IRSYAD Surabaya, maka dipandang perlu menyusun Statuta Rumah Sakit AL-IRSYAD Surabaya; Mengingat : 1. Undang Undang Nomor 23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan; 2. Undang Undang Nomor 29 Tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran; 3. Undang Undang Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit; 4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 290 / Menkes / Per / III / 2008 Tentang Persetujuan Tindakan Kedokteran; 5. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 772 Tahun 2002 Tentang Hospital Bylaws ( Statuta Rumah Sakit ); 6. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 436 / Menkes / SK / VI / 1993 Tentang Standar Pelayanan Rumah Sakit MEMUTUSKAN Menetapkan : PERATURAN YAYASAN RUMAH SAKIT AL IRSYAD SURABAYA TENTANG STATUTA RUMAH SAKIT AL-IRSYAD SURABAYA. BAB I NAMA, TUJUAN, VlSI, DAN STATUTA RUMAH SAKIT PASAL 1 1. Nama rumah sakit ini adalah Yayasan RUMAH SAKIT AL-IRSYAD SURABAYA, milik Yayasan RS. AL-IRSYAD, yang didirikan berdasarkan akta notaris no. 2 Tahun Logo rumah sakit adalah Lambang Rumah Sakit Al Irsyad Surabaya :

2 1) Bentuk Hati : Melambangkan sebuah ikatan Jum iyyah, persatuan kelompok orang yang memiliki cita cita yang sama serta aqidah yang sama, yakni Islam 2) Dua sayap disebelah kiri dan kanan : Melambangkan bahwa sebagai perhimpunan Al Irsyad ditopang oleh kekuatan kaum muslimin maupun kaum muslimat ( pria dan wanita ) 3) Dua Kitab : Yang masing masing dengan huruf ق = QOF sebelah atas dan dengan huruf ح = HA sebelah bawah, dengan punggung kitab disebelah kanan untuk yang atas dan sebelah kiri untuk yang bawah adalah AL-QUR AN dan AL-HADITS ( Sunnah Rasulullah ) sebagai dua sumber pokok hokum islam yang menjadi dasar pegangan perhimpunan 4) Perangkaian dua kitab dengan huruf ض = DHAT Melambangkan spesifik bahasa Arab yang tidak dimiliki ejaan bahasa lainnya, sebagai bahasa utama untuk menggali Al-Qur an dan Al-Hadist, serta sebagai bahasa persatuan umat Islam 5) Sisir : Melambangkan AL-MUSAWA atau PERSAMAAN derajat antara manusia sebagaimana diajarkan oleh Islam, Sisir meski panjang gigi giginya berbeda beda, namun tingginya TETAP sama. Prinsip ini bertolak dari Hadist Nabi Muhammad SAW : Al muslimuuna sawaasiyyatun ka asnaanil musyut Orang orang Islam itu mempunyai kedudukan yang sama antar sesame seperti ratanya gigi gigi sisir Sisir ini memaknai kesamaan dan kebersamaan.

3 6) Tangan yang menggenggam tangkai penopang sisir : Melambangkan bahwa seluruh Irsyadiyyin dan Irsyadiyyat berkewajiban untuk memegang teguh dan menjunjung tinggi prinsip prinsip persamaan tersebut, dimanapun mereka berada 7) Obor : Melambangkan pelita yang memberi penerangan, bahwa perhimpunan ini memiliki misi dan tujuan untuk memberi penerangan kepada masyarakat tentang ajaran islam yang benar sebagaimana diajarkan oleh Al-Qur an dan Al-Hadits 8) Bulan Sabit : Melambangkan Kesehatan Islam 3. Tujuan Rumah Sakit AL-IRSYAD Surabaya adalah untuk membantu pemerintah dalam meningkatkan derajat kesehatan pada masyarakat melalui peningkatan kepuasan pelanggan, peningkatan mutu yang berkesinambungan, efisiensi, serta pendidikan dan pelatihan dibidang kesehatan. 4. Visi mewujudkan Rumah Sakit AL-IRSYAD Surabaya sebagai Rumah Sakit dengan standar mutu pelayanan yang setaraf Internasional dan Islami disertai tekad untuk memenuhi kepuasaan pasien / masyarakat 1. Misi Rumah Sakit AL-IRSYAD Surabaya adalah : 1) Membantu pemerintahan dan masyarakat dalam bidang kesehatan dan kesejahteraan umum 2) Mewujudkan pelayanan kesehatan secara professional dan Islami 3) Mengutamakan pelayanan social masyarakat 4) Memberikan pelayanan yang terbaik kepada semua lapisan masyarakat 1. Dokumen ini adalah Statuta Rumah Sakit AL-IRSYAD Surabaya yang selanjutnya disingkat sebagai statuta RS. AL-IRSYAD Surabaya. BAB II KETENTUAN UMUM PASAL 2

4 Dalam statuta ini yang dimaksud dengan: PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN adalah UU No 23 tahun 1992 tentang kesehatan serta peraturan dan ketentuan lain yang berkaitan dengan pelayanan kesehatan yang berlaku di Indonesia. ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA adalah Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Yayasan RS. AL-IRSYAD Surabaya dalam versi terakhir. STATUTA adalah aturan dasar yang mengatur tata cara penyelenggaraan rumah sakit oleh PENGURUS YAYASAN dan DIREKTUR RUMAH SAKIT yang ditetapkan oleh PENGURUS YAYASAN dan ditandatangani oleh ketua, sekretaris dan bendahara Pengurus Yayasan. PENGURUS YAYASAN adalah sekelompok orang yang ditunjuk Yayasan Rumah Sakit AL- IRSYAD Surabaya untuk membuat berbagai kebijakan dalam rangka penyelenggaraan Rumah Sakit AL-IRSYAD Surabaya. KETUA adalah Ketua PENGURUS YAYASAN. DIREKTUR RUMAH SAKIT (CHIEF EXECUTIF OFFICER) adalah seseorang yang ditunjuk oleh PENGURUS YAYASAN untuk menjabat posisi tersebut sebagaimana ditetapkan dalam statuta iniuntuk melaksanakan kebijakan PENGURUS YAYASAN dan dalam hal yang bersangkutan tidak ada maka pengertian ini juga meliputi orang-orang yang akan ditunjuk oleh PENGURUS YAYASAN untuk bertindak dalam jabatan tersebut untuk sementara waktu. KOMITE MEDIS adalah suatu Komite yang terdiri dan Staf Medis Rumah Sakit AL- IRSYAD Surabaya dan merupakan perwakilan dan seluruh profesi medis di rumah sakit Rumah Sakit AL-IRSYAD Surabaya. STAF RUMAH SAKIT adalah seseorang yang diangkat untuk membantu Direktur Rumah Sakit AL-IRSYAD Surabaya sesuai dengan bidang tugasnya.

5 RAPAT RUTIN adalah setiap rapat terjadwal yang diselenggarakan oleh PENGURUS YAYASAN yang bukan termasuk rapat tahunan dan rapat khusus. RAPAT TAHUNAN adalah rapat yang diselenggarakan oleh PENGURUS YAYASAN setiap tahun. RAPAT KHUSUS adalah rapat yang diselenggarakan oleh PENGURUS YAYASAN diluar jadwal rapat rutin untuk mengambil putusan hal-hal yang dianggap khusus. DOKTER adalah seorang staf medis yang memiliki ijin praktek dibidang kedokteran sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Pemerintah No 32 tahun 1996 tentang Staf Kesehatan dan yang telah terikat perjanjian dengan Rumah Sakit AL-IRSYAD Surabaya dan oleh karenanya diberi kewenangan untuk melakukan tindakan medis di Rumah Sakit AL-IRSYAD Surabaya. DOKTER PURNAWAKTU adalah dokter umum atau dokter spesialis yang memberikan pelayanan medis rawat inap dan rawat jalan secara purna waktu di Rumah Sakit AL-IRSYAD Surabaya dengan jam kerja yaitu hari Senin sampai dengan sabtu sesuai dengan shift tugasnya DOKTER PARUH WAKTU adalah dokter umum atau dokter spesialis yang memberikan pelayanan medis rawat inap dan rawat jalan pada waktu tertentu yang disepakati bersama oleh dokter dan Direktur Rumah Sakit. Dokter paruh waktu wajib mencantumkan Rumah Sakit AL-IRSYAD Surabaya sebagai tempat praktek dalam salah satu Surat Ijin Praktek. DOKTER TAMU adalah dokter umum atau dokter spesialis yang memberikan pelayanan medis rawat inap dan tindakan medis di Rumah Sakit AL-IRSYAD Surabaya berdasarkan Surat Tugas yang diminta oleh Direktur Rumah Sakit kepada Dinas Kesehatan. BAB III PENGURUS YAYASAN PASAL 3 (1) Pengangkatan dan pemberhentian anggota PENGURUS YAYASAN ditetapkan oleh YAYASAN RS. AL-IRSYAD Surabaya dengan suatu surat keputusan pengangkatan dan pemberhentian. (2) PENGURUS YAYASAN bertanggungjawab kepada Pembina

6 (3) Pemilihan ketua diselenggarakan oleh Yayasan RS. AL-IRSYAD sesuai dengan tatacara yang ditetapkan oleh statuta ini (4) PENGURUS YAYASAN akan memilih seorang ketua dan wakil ketua dari antara para anggotanya pada setiap rapat khusus untuk memimpin kegiatan PENGURUS YAYASAN dalam jangka waktu disepakati hingga masa pemilihan berikutnya, atau terpilihnya ketua berikutnya. (5)Dalam hal terjadi kekosongan jabatan ketua ditengah suatu masa kepengurusan maka PENGURUS YAYASAN RS. AL-IRSYAD mengangkat seorang ketua untuk sisa masa jabatan hingga saat pemilihan ketua berikutnya. (6) PENGURUS YAYASAN mempunyai tugas sebagai berikut: a. Menetapkan visi, misi, tujuan, dan masterplan rumah sakit b. Menetapkan kebijakan rumah sakit dalam arti yang seluas-luasnya. c. Memilih dan menetapkan Direktur Rumah Sakit d. Menetapkan Staf rumah sakit yang diusulkan oleh DIREKTUR RUMAH SAKIT e. Melaksanakan tindakan yang dapat memiliki dampak luas terhadap kelangsungan hidup rumah sakit. f. Memantau kualitas pelayanan rumah sakit. g. Menjaga citra rumah sakit. (7) PENGURUS YAYASAN bertanggungjawab atas : 1. Penetapan kebijakan dasar rumah sakit dan melakukan pemantauan atas penyelenggaraan rumah sakit dalam arti yang luas. 2. Pemantauan atas penyelenggaraan rumah sakit dalam arti yang luas. PASAL 4 KETUA Tugas ketua adalah: 1. Memimpin semua pertemuan PENGURUS YAYASAN.

7 2. Memutuskan berbagai hal yang berkaitan prosedur dan tata cara dengan setiap rapat PENGURUS YAYASAN yang tidak diatur dalam statuta ini atau dalam peraturan rumah sakit. 3. Bekerjasama dengan DIREKTUR RUMAH SAKIT untuk menangani berbagai hal mendesak yang seharusnya ditetapkan oleh putusan rapat PENGURUS YAYASAN dalam hal rapat PENGURUS YAYASAN belum sempat diselenggarakan, dan memberikan wewenang pada DIREKTUR RUMAH SAKIT untuk mengambil segala tindakan yang perlu sesuai dengan situasi saat itu. 4. Melaporkan setiap tugas yang telah ditetapkan oieh PENGURUS YAYASAN rapat berikutnya. PASAL 5 RAPAT RUTIN PENGURUS YAYASAN (1) Rapat rutin PENGURUS YAYASAN dilaksanakan paling sedikit empat kali dalam setahun dengan interval yang tetap pada waktu dan tempat yang ditetapkan oleh PENGURUS YAYASAN. (2) DIREKTUR RUMAH SAKlT menyampaikan undangan kepada setiap anggota sebagaimana tercantum dalam pasal 9 untuk menghadiri rapat rutin paling lambat tiga hari sebelum rapat tersebut dilaksanakan. (3) Rapat rutin dihadiri oleh DIREKTUR RUMAH SAKIT dan Staf rumah sakit lainnya yang ditentukan oleh PENGURUS YAYASAN dari waktu kewaktu. (4) Setiap undangan rapat yang disampaikan oleh DIREKTUR RUMAH SAKIT sebagaimana diatur dalam ayat (2) harus melampirkan: a. Satu salinan agenda b. Satu salinan risalah rapat rutin yang lalu c. Satu salinan risalah rapat khusus yang lalu PASAL 6 RAPAT KHUSUS PENGURUS YAYASAN (1) DIREKTUR RUMAH SAKIT mengundang rapatkhusus PENGURUS YAYASAN dalam hal: (a) diperintahkan oleh ketua; atau

8 (b) permintaan yang diajukan oleh paling sedikit dua anggota PENGURUS YAYASAN dalam waktu dua puluh empat jam sebelumnya. (2) Undangan rapat khusus harus disampaikan oleh DIREKTUR RUMAH SAKIT kepada peserta rapat paling lambat dua puluh empat jam sebelum rapat tersebut diselenggarakan. (3) Undangan rapat khusus harus mencantumkan tujuan pertemuan secara spesifik. PASAL 7 RAPAT TAHUNAN PENGURUS YAYASAN (1)Rapat tahunan diselenggarakan sekali dalam satu tahun kalender yang jadwalnya disesuaikan dengan kesepakatan pengurus (2) PENGURUS YAYASAN dan DIREKTUR RUMAH SAKIT menyiapkan laporan umum keadaan rumah sakit termasuk laporan keuangan yang telah diaudit untuk dilaporkan dalam Rapat lengkap / pleno Yayasan. (3) DIREKTUR RUMAH SAKIT menyampaikan undangan tertulis kepada para anggota PENGURUS YAYASAN dan undangan lain paling sedikit 7 (tujuh) hari sebelum rapat diselenggarakan. PASAL 8 UNDANGANRAPAT Setiap rapat PENGURUS YAYASAN dinyatakan sah hanya bila undangan telah disampaikan secara tertulis dan tercatat kecuali seluruh anggota PENGURUS YAYASAN yang berhak memberikan suara menolak undangan tersebut. PASAL 9 PESERTA RAPAT Setiap rapat rutin PENGURUS YAYASAN selain dihadiri oleh anggota PENGURUS YAYASAN dan DIREKTUR RUMAH SAKIT juga dihadiri oleh Staf Manajemen yang ditentukan oleh PENGURUS YAYASAN.

9 PASAL 10 PEJABAT KETUA Dalam hal Ketua berhalangan hadir dalam suatu rapat maka, dalam hal kuorum telah tercapai, anggota PENGURUS YAYASAN memilih pejabat ketua untuk memimpin rapat. PASAL 11 KUORUM (1)Rapat PENGURUS YAYASAN hanya dapat dilaksanakan bila kuorum tercapai. (2) Kuorum dianggap tercapai bila dihadiri oleh paling sedikit dua per tiga dan seluruh anggota yang mempunyai hak suara. (3) Dalam hal kuorum tidak tercapai dalam waktu setengah jam dan waktu rapat yang telah ditentukan maka rapat ditangguhkan untuk dilanjutkan pada suatu tempat pada waktu dan hari yang sama minggu berikutnya. (4) Dalam hal kuorum tidak juga tercapai dalam waktu setengah jam dan waktu rapat yang telah ditentukan pada minggu berikutnya maka rapat segera dilanjutkan dan segala keputusan yang terdapat dalam risalah rapat disahkan dalam rapat PENGURUS YAYASAN berikutnya. PASAL 12 RISALAH RAPAT (1)Penyelenggaraan setiap risalah rapat PENGURUS YAYASAN menjadi tanggungjawab DIREKTUR RUMAH SAKIT. (2) Risalah rapat PENGURUS YAYASAN disahkan dalam rapat berikutnya dan segala putusan dalam risalah rapat tersebut tidak boleh dilaksanakan sebelum disahkan dalam rapat berikutnya. PASAL 13 PENGAMBILAN PUTUSAN RAPAT Kecuali telah diatur dalam statuta ini, maka: (1) Pengambilan putusan rapat diupayakan meaiui musyawarah dan mufakat

10 (2) Dalam hal tidak tercapai mufakat, maka putusan diambil melalui pemungutan suara dengan tata cara sebagai berikut: 1. Setiap masalah yang diputuskan melalui pemungutan suara dalam rapat PENGURUS YAYASAN ditentukan dengan mengangkat tangan, atau bila dikehendaki oeh para anggota PENGURUS YAYASAN, pemungutan suara dapat dilakukan dengan amplop tertutup. 2. Putusan rapat komite didasarkan pada suara terbanyak setelah dilakukan pemungutan suara. 3. Dalam hal jumlah suara yang diperoleh adalah sama maka ketua berwenang untuk menyelenggarakan pemungutan suara yang kedua kalinya. 1. Suara yang diperhitungkan hanyalah berasal dan anggota PENGURUS YAYASAN yang hadir pada rapat tersebut. PASAL 14 PEMBATALAN PUTUSAN RAPAT (1) PENGURUS YAYASAN dapat merubah atau membatalkan setiap keputusan yang diambil pada rapat rutin atau rapat khusus sebelumnya dengan syarat bahwa usul perubahan atau pembatalan tersebut dicantumkan dalam pemberitahuan atau undangan rapat sebagaimana yang ditentukan dalam statuta ini. (2) dalam hat usul perubahan atau pembatatan putusan PENGURUS YAYASANtidak diterima dalam rapat tersebut maka usulan tersebut tidak dapat diajukan lagi dalam kurun waktu tiga bulan terhitung sejak saat ditolaknya usulan tersebut. BAB IV DIREKTUR DAN STAFF MEDIK PASAL 15 DIREKTUR RUMAH SAKIT (1) PENGURUS YAYASAN akan mengangkat seorang DIREKTUR RUMAH SAKIT yang bertanggungjawab kepada PENGURUS YAYASAN dalam hal pengelolaan dan pengawasan rumah sakit beserta fasilitasnya, personil dan sumber daya terkait, agar tetap sesuai dengan kebijakan dan pengarahan dari PENGURUS YAYASAN. (2) DIREKTUR RUMAH SAKIT dipilih dan ditetapkan oleh PENGURUS YAYASAN.

11 (3) DIREKTUR RUMAH SAKIT bertugas untuk mengangkat Wakil Direktur yang dinilai telah memenuhi syarat untuk itu. (4) Tugas pokok, fungsi, wewenang, dan tanggungjawab Wakil Direktur ditentukan oleh PENGURUS YAYASAN dan diperinci dalam suatu uraian tugas secara tertulis. (5) Tugas DIREKTUR RUMAH SAKIT adalah 1. Melaksanakan semua kebijakan yang telah ditetapkan oleh PENGURUS YAYASAN. 2. Melaporkan dan mempertanggugiawabkan segala tindakannya kepada PENGURUS YAYASAN. 3. Memimpin seluruh personil rumah sakit agar dapat melaksanakan tugas dan fungsinya dengan sebaik-baiknya. 4. Menyelesaikan berbagai masalah teknis di rumah sakit dengan menggunakan berbagai sumber daya secara efektif dan efisien. 5. Memberikan masukan kepada PENGURUS YAYASAN sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan segala ketentuan umum yang berlaku, tindakan yang ditetapkan oleh komite-komite di rumah sakit, dan berbagai aturan dalam statuta ini. PASAL 16 PENGANGKATAN STAF MEDIS PENGURUS YAYASANberwenang mengangkat staf medis dan komisi atau panitianya setelah berkonsultasi dengan komite medis. PASAL 17 PENUGASAN STAF MEDIS (1)PENGURUS YAYASAN menetapkan kriteria dan syarat-syarat penugasan setiap staf medis untuk suatu tugas atau jabatan klinis tertentu, dan akan menyampaikan hal tersebut kepada setiap staf medis yang menghendaki penugasan klinis di rumah sakit. (2) Kriteria dan syarat-syarat penugasan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) ditetapkan oleh PENGURUS YAYASAN setelah disepakati oleh komite medis. (3) Staf medis yang telah mendapat penugasan klinis di rumah sakit dapat berstatus sebagai dokter purna waktu, dokter paruh waktu, atau dokter tamu yang selanjutnya ditetapkan dalam suatu kontrak. (4) Jangka waktu penugasan staf medis adalah 1tahun, kecuali ditetapkan lain oleh PENGURUS YAYASAN, dengan memperhatikan kondisi sebagai berikut yang akan menyebabkan penugasan dirumah sakit akan berakhir:

12 a. Bila ijin praktek yang bersangkutan sudah tidak berlaku sesuai dengan peraturan perundangundangan yang ada, atau, b. Bila kondisi fisik atau mental staf medis yang bersangkutan tidak mampu lagi melakukan tindakan medis secara menetap, atau c. Bila staf medis telah berusia 65 tahun, namun yang bersangkutan masih dapat pula diangkat kembali sesuai dengan pertimbangan PENGURUS YAYASAN. d. Bila staf medis tidak memenuhi ketentuan dan syarat-syarat yang ditetapkan dalam kontrak dengan rumah sakit, atau e. Bila staf medis ditetapkan telah melakukan tindakan yang tidak professional, kelalaian, membuat keresahan dikalangan staf medis lain dilingkungan rumah sakit, atau perilaku menyimpang Iainnya sebagaimana ditetapkan oleh komite medis, atau f. Bila staf medis diberhentikan oleh PENGURUS YAYASAN karena yang bersangkutan ditetapkan telah membuat keresahan dilingkungan rumah sakit, atau yang bersangkutan mengakhiri kontrak dengan rumah sakit sebelum waktu berakhirnya setelah mengajukan pemberitahuan satu bulan sebelumnya. (5) Penugasan klinis dirumah sakit pada seorang staf medis hanya dapat ditetapkan bila yang bersangkutan menyetujui syarat-syarat sebagai berikut: a. Memenuhi syarat sebagai staf medis berdasarkan peraturan perundang-undangan kesehatan yang berlaku dan ketentuan lain sebagaimana ditetapkan dalam statuta ini. b. Menangani pasien dalam batas-batas sebagaimana ditetapkan oleh PENGURUS YAYASAN setelah mempertimbangkan daya dukung fasilitas rumah sakit, dan bila diperlukan, rekomendasi dan komite kredensial. c. Mengambil segala tindakan yang diperlukan untuk menjamin agar rekam medis tiap pasien yang ditanganinya di rumah sakit terpelihara dengan adekuat, dan rekam medis dilengkapi dalam waktu yang wajar. d. Memperhatikan segala permintaan rumah sakit yang dianggap wajar sehubungan dengan tindakannya dirumah sakit dengan mengacu pada ketentuan pelayanan yang berlaku di rumah sakit. e. Mematuhi etika kedokteran yang berlaku di Indonesia, baik yang berkaitan dengan kewajiban terhadap masyarakat, pasien, teman sejawat, dan diri sendiri. f. Memperhatikan syarat-syarat umum praktek klinis yang berlaku di rumah sakit.

13 PASAL 18 KATEGORI STAF MEDIS (1) Setiap dokter yang ditetapkan sebagai staf medis di rumah sakit terdiri dari dokter purnawaktu, dokter paruh waktu, dan dokter tamu. (2) Rincian tentang hak, kewajiban, wewenang, dan tanggungjawab staf medis sebagaimana diatur dalam ayat (1) ditetapkan lebih lanjut oleh PENGURUS YAYASAN dan dituangkan dalam kontrak antara dokter dan rumah sakit. PASAL 19 KOMITE PENASEHAT PENUGASAN STAF MEDIS (1) PENGURUS YAYASAN membentuk Komite Penasehat Penugasan Staf Medis. (2) Komite Penasehat Penugasan Staf Medis terdiri dari DIREKTUR RUMAH SAKIT, StafRumah Sakit, Ketua Komite Medis, Sekretaris Komite Medis, seorang anggota komite medis yang dipilih oleh komite medis, dan pihak lain yang ditunjuk oleh PENGURUS YAYASAN. (3) Keanggotaan Komite Penasehat Penugasan Staf Medis adalah selama satu tahun, kecuali ditetapkan lain oleh PENGURUS YAYASAN dengan memperhatikan masukan dari DIREKTUR RUMAH SAKIT dan ketua Kornite Medis. (4) Tugas utama Komite Penasehat Penugasan Staf Medis adalah mengawasi pelayanan yang dilakukan oleh setiap staaf medis dan mengambil tindakan yang diperlukan. (5) Tugas Komite Penasehat Penugasan Staf Medis selain yang tercantum dalam ayat (5) adalah: 1. Menetapkan dan mengakhiri penugasan klinis setiap staf medis serta 2. Memberikan pertimbangan dan rekomendasi kepada PENGURUS YAYASAN setiap hal yang berkaitan dengan penetapan dan pengakhiran penugasan klinis staf medis, baik diminta maupun tidak diminta. (6) DIREKTUR RUMAH SAKIT bertugas menjadi sekretaris Komite Penasehat Penugasan Staf Medis dan bertanggungjawab atas risalah rapat yang telah dilaksanakan.

14 BAB V PERATURAN RUMAH SAKIT, PEMAPARAN DAN PERUBAHAN STATUTA PASAL 20 PERATURAN RUMAH SAKIT PENGURUS YAYASAN berwenang untuk menetapkan berbagai ketentuan dan peraturan pelaksanaan untuk melaksanakan statuta ini yang meliputi peraturan rumah sakit, peraturan tentang personil rumah sakit, pengendalian pasien dan pengunjung, serta rnasalah lain yang tidak dicantumkan dalam statuta ini atas saran DIREKTUR RUMAH SAKIT. PASAL 21 PEMAPARAN STATUTA PENGURUS YAYASAN senantiasa mengupayakan agar statuta ini dapat dilihat oleh berbagai pihak-pihak yang berkepentingan. PASAL 22 PERUBAHAN STATUTA (1) PENGURUS YAYASAN berhak merubah statuta ini melalui rapat khusus yang diselenggarakan untuk itu. (2) Usulan untuk merubah statuta ini hanya dapat dilaksanakan bila pemberitahuan tertulis untuk maksud tersebut telah disarnpaikan kepada setiap anggota PENGURUS YAYASAN paling lambat tiga minggu sebelumnya. BAB VI KETENTUAN PENUTUP PASAL 23 (1) Statuta mulai berlaku sejak tanggal 1 Februari 2012

15 (2) Semua peraturan rumah sakit yang ditetapkan sebelum berlakunya statuta ini dinyatakan tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan statuta ini. Ditetapkan di : Surabaya. Tanggal : 30 Januari PENGURUS YAYASAN RUMAH SAKIT AL IRSYAD

16 medical staff by law STATUTA STAF MEDIS (MEDICAL STAFF BYLAW) RUMAH SAKIT AL-IRSYAD SURABAYA ============================================================== BAB I VlSI DAN MISI Dalam mencapai visi dan misi RS AL-IRSYAD Surabaya, komunitas staf medis RS AL- IRSYAD Surabaya menyusun sebuah statuta yang mengatur perilaku professional seluruh staf Medis yang bekerja di RS AL-IRSYAD Surabaya. Sehubungan visi dan misi komunitas staf RS AL-IRSYAD Surabaya tersebut diperlukan suatu Good Clinical Governance yang menjamin terpenuhinya harapan, pemberian layanan dan perlindungan serta keselamatan Medis kepada pasien (Patient Safety) serta menjalankan motto Layananku Adalah Ibadahku Adapun visi dan misi komunitas staf medis RS AL-IRSYAD Surabaya adalah sebagai berikut: Pasal 1 Visi Terciptanya pelayanan medis yang professional dan akuntabel dengan pendekatan Medikopsiko-sosial secara holistik, manusiawi, dan berkualitas guna menjamin tersedianya suatu layanan Medis yang memenuhi standar profesi dan sesuai dengan harapan semua pihak yang terkait ( Stakeholder) RS AL-IRSYAD Surabaya. Pasal 2 Misi (1) Melaksanakan proses kredensial dan re-kredensial secara bertangungjawab demi terjaminnya anggota staf medis yang berkualitas, professional dan akuntabel. (2) Menjaga kualitas pelayanan medis agar tetap sesuai dengan standar profesi dengan melaksanakan pengembangan profesionalitas setiap staf medis secara terpadu dan berkelanjutan, pendidikan kedokteran berkelanjutan yang berbasiskan bukti, dan melaksanakan audit medis secara berkala. (3) Melakukan tindakan disiplin bagi seluruh staf medis demi mempertahankan profesionalitas staf medis dan menjaga keselamatan pasien RS AL-IRSYAD Surabaya. BAB II NAMA, KETENTUAN UMUM, RUANG LINGKUP DAN TUJUAN

17 Pasal 3 Nama Nama dokumen ini adalah Statuta Staf Medis RS AL-IRSYAD Surabaya. Pasal 4 Ketentuan Umum Dalam statuta dan tata tertib staf Medis ini yang dimaksud dengan: 1. Staf Medis adalah dokter atau dokter gigi yang telah terikat perjanjian dengan rumah sakit maupun yang ditetapkan berdasarkan surat keputusan penempatan di rumah sakit dan pejabat yang berwenang dan memiliki kewenangan untuk melakukan tindakan Medis di rumah sakit, termasuk tindakan Medis diagnostik maupun terapeutik. 2. Staf Medis pengganti adalah dokter atau dokter gigi yang telah terikat penjanjian dengan rumah sakit maupun yang ditetapkan berdasarkan surat keputusan penempatan di rumah sakit dan pejabat yang berwenang dan hanya memiliki kewenangan untuk melakukan tindakan Medis di rumah sakit dalam rangka rnenggantikan tugas profesi seorang staf medis yang berhalangan. 3. Staf Medis Konsultan Tamu adalah seorang dokter yang telah diketahul memiki reputasi tinggi dibidang keahliannya yang diminta oleh rumah sakit untuk melakukan tindakan Medis tertentu untuk jangka waktu tertentu. 4. Rumah Sakit adalah RS AL-IRSYAD Surabaya. 5. Direktur adalah seseorang yang ditunjuk oleh Yayasan RS. AL-IRSYAD untuk menduduki jabatan sebagai pimpinan tertinggi RS AL-IRSYAD Surabaya sesuai dengan statuta rumah sakit. 6. Pengurus Yayasan adalah sekelompok orang yang ditunjuk oleh Yayasan RS AL- IRSYAD untuk membina dan mengawasi RS AL-IRSYAD, baik teknis maupun keuangan. 7. Komite Medik adalah wadah professional staf medis di RS AL-IRSYAD Surabaya yang keanggotaannya berasal dari Ketua Kelompok Staf Medis dan atau yang mewakili. 8. Panitia adalah kelompok kerja dibawah Komite Medik yang dibentuk untuk menanggulangi masalah keprofesian medis tertentu. 9. Kelompok staf medis (KSM) adalah sekumpulan staf medis dengan spesialisasi dan/ atau kahlian yang sejenis, atau hampir sejenis.

18 Pasal 5 Ruang Lingkup Statuta (1) Statuta dan tata tertib stat Medis ini berlaku bagi seluruh staf Medis yang melakukan tindakan Medis, baik didalam maupun diluar RS AL-IRSYAD Surabaya dalam rangka menjalankan tugas dari Direktur. (2) Ketentuan lebih lanjut mengenai Konsultan Tamu diatur lebih lanjut oleh Komite Medik bersama dengan Direktur. (3) Seluruh staf Medis yang bekerja di RS AL-IRSYAD Surabaya tergabung dalam suatu komunitas profesi Medis RS AL-IRSYAD Surabaya yang sehari hari diatur oleh Komite Medik, yang dibentuk berdasarkan statuta rumah sakit dan disahkan oleh Yayasan RS. AL- IRSYAD. Pasal 6 Tujuan Tujuan statuta staf Medis ini adalah: (1) Menetapkan berbagai ketentuan yang berkaitan dengan kualitas pelayanan Medis terhadap pasien tanpa memandang agama, ras, jenis kelamin, suku, kebangsaan, dan golongan. (2) Meningkatkan profesionalisme staf Medis di RS AL-IRSYAD Surabaya yang meliputi perilaku dan kompetensi seorang dokter. (3) Sarana bagi Komite Medik dan Direktur RS AL-IRSYAD Surabaya untuk menyelesaikan berbagai rnasalah yang terkait dengan pelayanan Medis, baik untuk Staf Medis maupun pasien. (4) Menyusun dan menetapkan standar pelayanan Medis untuk setiap jenis disiplin ilmu kedokteran sesuai dengan kondisi dan situasi rumah sakit. BAB III KOMITE MEDIK Pasal 7 Organisasi Komite Medik

19 (1)Untuk melindungi pasien dan meningkatkan profesionalisme staf medis dilingkungan RS AL- IRSYAD Surabaya, dibentuk suatu wadah non struktural yang disebut sebagai Komite Medik RS AL-IRSYAD Surabaya yang bertanggung jawab kepada Direktur. (2) Komite Medik RS AL-IRSYAD Surabaya terdiri dari Ketua KSM dan/atau staf medis yang telah diberi kewenangan untuk melakukan tindakan Medis di Rumah Sakit AL-IRSYAD Surabaya. (3) Pemilihan Ketua suatu KSM dilakukan melalui musyawarah mufakat dan anggota KSM tersebut. (4) Dalam hal tidak tercapai musyawarah mufakat, pemilihan dilaksanakan dengan pemungutan suara. Bila jumlah suara yang diperoeh adalah sama maka hasil pemungutan suara ditentukan berdasarkan kesepakatan seluruh anggota KSM. (5) Komite Medik adalah satu satunya organisasi format yang menghimpun, memformulasikan, dan mengkomunikasikan pendapat dan kehendak seluruh staf Medis yang berkaitan dengan profesi medis di rumah sakit. (6) Komite Medik bertugas: 1. Menyediakan wadah agar anggota staf Medis dapat berpartisipasi dalam memberi masukan dalam masalah profesi Medis dan teknis Medis dan menghadiri rapat bersama Direktur dan komite lainnya di rumah sakit. 2. Melakukan kredensial tenaga medis yang akan bekerja di rumah sakit dan memberikan rekomendasi kepada Direktur. 3. Merencanakan dan mengatur pendidikan kedokteran berkelanjutan dan pendidikan spesialisasi yang disesuaikan dengan master plan Rumah Sakit bagi setiap anggotanya. 4. Menyelenggarakan audit medis secara berkesinambungan. 5. Memantau perilaku etik dan professional anggota staf Medis dan menyelenggarakan proses pendisiplinan profesi medis serta mengusulkan tindak lanjut hasil kajian Komite Medik kepada Direktur. 6. Memberikan masukan pada Direktur perihal: 1. Pelayanan klinis yang adekuat bagi rumah sakit. 2. Kebijakan yang menyangkut pengorganisasian pelayanan klinik rumah sakit. 3. Membantu mengidentifikasi kebutuhan pasien rumah sakit dan pelayanan yang Iayak untuk memenuhi kebutuhan tersebut.

20 7. Bekerjasama dengan Direktur merencanakan suatu program untuk mengatur kewenangan melakukan tindakan Medis sesuai peraturan perundangan yang berlaku. 8. Menyampaikan laporan kegiatan Komite Medik yang akan disampaikan secara berkala pada seluruh anggota KSM sedikitnya setahun sekali. (7) Seluruh biaya penyelenggaraan komite medik sebagaimana dimaksud dalam pasal ini dibebankan sepenuhnya pada anggaran belanja rumah sakit. Pasal 8 Kepengurusan Komite Medik (1) Komite Medik dipimpin oleh seorang Ketua yang dipilih setiap dua tahun dari antara anggota Komite Medik, yang diselenggarakan oleh suatu panitia pemilihan sesuai dengan ketentuan yang akan ditetapkan dan waktu kewaktu oleh Komite Medik untuk diajukan dan disetujui oleh Direktur. (2) Dalam Komite Medik ditetapkan pengurus harian Komite Medik yang terdiri dari Ketua Komite Medik, wakil Ketua Komite Medik, sekretaris Komite Medik, dan Ketua-Ketua Panitia Medis. (3) Pengurus harian Komite Medik rnelaksanakan fungsi dan tugas Komite Medik sehari-hari dengan tata cara yang akan ditetapkan oleh Komite Medik. Pasal 9 Ketua Komite Medik (1) Ketua dipilih dan 3 (tiga) calon pada pemilihan secara periodik yang diselenggarakan setiap dua tahun yang selanjutnya dajukan dan disetujui oleh Direktur. (2) Ketua Komite Medik adalah seorang staf Medis tetap. (3) Dalam hal terjadi kekosongan jabatan Ketua sebelum masa jabatannya berakhir, maka kekosongan jabatan tersebut diisi oteh wakil Ketua. (4) Tugas Ketua Komite Medik adalah: 1. Menyelenggarakan komunikasi yang efektif dan mewakili pendapat, kebijakan, laporan, kebutuhan, dan keluhan staf Medis serta bertanggung jawab kepada Direktur. 2. Menyelenggarakan dan bertanggungjawab atas semua risalah rapat yang diselenggarakan Komite Medik.

21 3. Menunjuk wakil Komite Medik dalam setiap kepanitiaan dirumah sakit yang memerlukan perwakilan dan staf Medis. 4. Menghadiri pertemuan yang diadakan oleh Pengurus Yayasan dan kepanitiaan Iainnya. 5. Menunjuk dan menetapkan wakil Ketua, sekretaris, dan Ketua-Ketua panitia. 6. Menentukan agenda setiap rapat Komite Medik. Pasal 10 Wakil Ketua Komite Medik (1) Wakil Ketua dipilih oleh Ketua Komite Medik. (2) Wakil Ketua adalah seorang staf Medis tetap. (3) Tugas Wakil Ketua Komite Medik adalah: 1. Membantu pelaksanaan tugas Ketua Komite Medik. 2. Mewakili Ketua Komite Medik dalam hal Ketua Komite Medik berhalangan. Pasal 11 Sekretaris Komite Medik (1) Sekretaris Komite Medik ditetapkan oleh Ketua Komite Medik. (2) Sekretaris Komite Medik adalah seorang staf Medis tetap. (3) Sekretaris Komite Medik bertanggungjawab untuk mengkoordinasikan tugas tugas kesekretariatan Komite Medik. (4) Pada sekretaris Komite Medik diperbantukan petugas sekretariat dan segala prasarana lain yang disediakan oleh rumah sakit. (5) Tugas Sekretaris Komite Medik adalah: 1. Melakukan pemberitahuan kepada semua anggota yang berhak untuk menghadiri rapat-rapat Komite Medik. 2. Mempersiapkan dan mengedarkan risalah rapat yang lengkap kepada hadirin yang berhak menghadiri rapat.

22 3. Melaksanakan tugas lain yang ditetapkan oleh Ketua Komite Medik. Pasal 12 Rapat Komite Medik (1) Rapat Komite Medik terdiri atas Rapat Rutin, Rapat Khusus, dan Rapat Pleno. (2) Setiap rapat Komite Medik dinyatakan sah hanya bila undangan telah disampaikan secara pantas kecuali seluruh anggota Komite Medik yang berhak memberikan suara menolak undangan tersebut. Pasal 13 Rapat Rutin Komite Medik (1)Komite menyelenggarakan rapat rutin satu bulan sekali pada waktu dan tempat yang ditetapkan oleh Komite Medik. (2) Sekretaris Komite Medik menyampaikan pemberitahuan rapat rutin beserta agenda rapat kepada para anggota yang berhak hadir paling lambat lima hari kerja sebelum rapat tersebut dilaksanakan. (3) Rapat rutin dihadiri oleh pengurus Komite Medik. (4) Ketua dapat mengundang pihak lain bila dianggap perlu. (5) Setiap undangan rapat yang disampaikan oleh Sekretaris Komite Medik sebagaimana diatur dalam ayat (2) pasal ini harus melampirkan: a. Satu salinan agenda rapat b. Satu salinan risalah rapat rutin yang lalu. c. Satu salinan risalah rapat khusus yang lalu. Pasal 14 Rapat Khusus Komite Medik

23 (1) Rapat khusus Komite Medik diselenggarakan dalam hal: (a) Diperintahkan oleh Ketua; atau (b) Permintaan yang diajukan secara tertulis oleh paling sedikit tiga pengurus Komite Medik dalam waktu empat puluh delapan jam sebelumnya; atau (c) Permintaan Ketua Komite Medik untuk hal-hal yang memerlukan penetapan kebijakan Komite Medik dengan segera. (2) Sekretaris Komite Medik menyelenggarakan rapat khusus dalam waktu empat puluh delapan jam setelah diterimanya permintaan tertulis rapat yang ditandatangani oleh seperempat dan jumlah anggota Komite Medik yang berhak untuk hadir dan memberikan suara dalam rapat tersebut. (3) Sekretaris Komite Medik menyampaikan pemberitahuan rapat khusus beserta agenda rapat kepada para pengurus yang berhak hadir paling lambat dua puluh empat jam sebelum rapat tersebut dilaksanakan. (4) Pemberitahuan rapat khusus akan menyebutkan secara spesifik hal-hal yang akan dibicarakan dalam rapat tersebut, dan rapat hanya akan membicarakan hal-hal yang tercantum dalam pemberitahuan tersebut. Pasal 15 Rapat Pleno Komite Medik (1)Rapat pleno Komite Medik diselenggarakan satu kali satu tahun. (2) Rapat pleno dihadiri oleh seluruh staf Medis RS AL-IRSYAD Surabaya. (3) Agenda rapat pleno paling tidak memuat laporan kegiatan yang telah dilaksanakan Komite Medik, rencana kegiatan yang akan dilaksanakan Komite Medik, dan agenda Iainya yang ditetapkan oleh Komite Medik. (4) Sekretaris Komite Medik menyampaikan pemberitahuan rapat tahunan secara tertulis beserta agenda rapat kepada para anggota yang berhak hadir paling lambat empat belas hari sebelum rapat tersebut dilaksanakan. Pasal 16 Kuorum

24 (1) Sekretaris Komite Medik menyampaikan pemberitahuan rapat tahunan kepada seluruh anggota Komite Medik. Kuorum rapat tercapai bila rapat dihadiri oleh paling sedikit setengah dan jumlah Pengurus Komite Medik ditambah satu yang berhak untuk hadir dan memberikan suara. (2) Keputusan hanya dapat ditetapkan bila kuorum telah tercapai. Pasal 17 Pengambilan Putusan Rapat Kecuali telah diatur dalam statuta ini, maka: (1) Pengambilan putusan rapat diupayakan melalui musyawarah dan mufakat. (2) Dalam hal tidak tercapai mufakat, maka putusan diambil melalui pemungutan suara berdasarkan suara terbanyak dan anggota yang hadir. (3) Dalam hal jumlah suara yang diperoleh adalah sama maka Ketua berwenang membuat keputusan hasil rapat. Pasal 18 Tata Tertib Rapat (1) Setiap rapat Komite Medik berhak dihadiri oleh seluruh Pengurus Komite Medik. (2) Rapat dipimpin oleh Ketua Komite Medik atau yang ditunjuk oleh Ketua Komite Medik. (3) Sebelum rapat dimulai agenda rapat dan notulen dibacakan atas perintah Ketua. (4) Setiap peserta rapat wajib mengikuti rapat sampai selesai. (5) Setiap peserta rapat hanya dapat meninggalkan rapat dengan seijin pimpinan rapat. (6) Setiap peserta wajib menjaga ketertiban selama rapat berlangsung.

25 (7) Hal-hal lain yang menyangkut teknis tata tertib rapat akan ditetapkan oleh Ketua sebelum rapat dimulai. Pasal 19 Notulen Rapat (1) Setiap rapat harus dibuat notulennya. (2) Semua notulen rapat Komite Medik dicatat oleh Sekretaris Komite Medik atau penggantinya yang ditunjuk. (3) Notulen akan diedarkan kepada semua peserta rapat yang berhak hadir sebelum rapat berikutnya. (4) Notulen rapat tidak boleh dirubah kecuali untuk hal-hal yang berkaitan dengan keakuratan notulen tersebut. (5) Notulen rapat ditandatangani oleh Ketua Komite Medik dan sekretaris Komite Medik pada rapat berikutnya, dan notulen tersebut diberlakukan sebagai dokumen yang sah. (6) Sekretaris memberikan salinan notulen direktur paling lambat satu minggu setelah ditandatangani oleh Ketua dan sekretaris Komite Medik. Pasal 20 Panitia Komite Medik (1) Dibawah Komite Medik dibentuk beberapa Panitia yang terdiri dari: 1. Panitia Kredensial. 2. Panitia Peningkatan Mutu Profesi Medis. 3. Panitia Etika dan Disiplin 4. Panitia Farmasi, terapi, alat kesehatan dan alat kedokteran (2) Tugas dan fungsi Panitia Medis ditetapkan oleh Komite Medik dan waktu-kewaktu dan disahkan oleh Direktur. BAB III STAF MEDIS

26 Pasal 21 Kategori Staf Medis (1) Staf medis RS AL-IRSYAD Surabaya terdiri dan staf medis biasa, staf medis pengganti, dan staf medis konsultan tamu sebagaimana diatur dalam pasal 1 dan telah dinyatakan memenuhi syarat kredensial oleh Komite Medik sebagaimana diatur dalam statuta ini. (2) Setiap staf medis biasa sebagaimana diatur dalam ayat (1) pasal ini melakukan tindakan medis dalam lingkup profesinya dan berdasarkan kewenangan yang diberikan oleh RS AL- IRSYAD Surabaya. (3) Setiap staf medis pengganti sebagaimana diatur dalam ayat (1) pasal ini melakukan tindakan medis dalam lingkup profesinya dan berdasarkan penugasan yang diberikan oleh staf medis yang digantikannya. (4) Setiap staf medis konsultan tamu sebagaimana diatur dalam ayat (1) pasal ini melakukan tindakan medis dalam lingkup profesinya dan berdasarkan penugasan yang diberikan oleh Komite Medik sesuai dengan kebutuhan rumah sakit pada untuk kasus atau peristiwa tertentu. Pasal 22 Syarat Penerimaan Staf Medis (1) Setiap staf Medis yang akan bekerja dirumah sakit harus telah memenuhi kualifikasi tertentu sebagaimana dipersyaratkan dalam statuta ini. (2) Syarat tersebut sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) pasal ini dinilai oleh Komite Medik melalui Panitia Kredensial dengan suatu tata cara yang ditetapkan oleh statuta ini. (3) Hanya Staf Medis yang telah memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan (2) pasal ini yang dapat diusulkan untuk diberi kewenangan menangani pasien di RS AL- IRSYAD Surabaya sesuai dengan kompetensi dan persyaratan lain yang ditentukan oleh Komite Medik. (4) Staf Medis yang telah memperoleh kewenangan sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) pasal ini setuju untuk melaksanakan tindakan Medis dalam batas-batas standar profesi. (5) Kewenangan sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) pasal ini akan dinilai kembali oleh Komite Medik melalui Panitia Kredensial dengan suatu tata cara yang ditetapkan oleh statuta ini.

27 (6) Bagi staf Medis baru evaluasi dilakukan dalam 3 (tiga) bulan pertama dan bagi dokter lainnya setiap 1 (satu) tahun. (7) Evaluasi terhadap staf medis sebagaimana dimaksud dalam ayat (5) pasal ini dilakukan oleh Panitia Kredensial bersama KSM yang terkait. (8) Pada akhir masa evaluasi calon staf Medis sebagaimana dimaksud dalam ayat (6) pasal ini maka Ketua Panitia Kredensial memberikan laporan perilaku medis profesional yang bersangkutan kepada Komite Medik. Pasal 23 Kualifikasi Dan Syarat Umum (1) Setiap dokter sebagaimana dimaksud dalam pasal 19 harus: 1. Lolos uji kompetensi, integritas, dan perilaku oleh Komite Medik. 2. Memiliki surat penugasan sebagai dokter dan syarat lain yang sesuai dengan ketentuan yang berlaku. 3. Menunjukkan kemampuannya untuk memberikan pelayanan Medis yang berkualitas pada pasien. 4. Menunjukkan kemauan untuk mematuhi statuta rumah sakit dan statuta staf Medis, kebijakan, prosedur, dan berbagai ketentuan rumah sakit sesuai dengan jenis kategorinya. 5. Mematuhi prinsip umum etika kedokteran. 6. Bebas dari keadaan yang dapat mendiskualifikasi kemampuannya dalam memberikan pelayanannya akibat adanya fisik, mental, maupun perilaku yang dapat berpengaruh pada keterampilan, sikap, atau kemampuan pengambilan keputusan. 7. Menunjukkan kemampuan untuk bekerjasama dengan koleganya, keperawatan, staf penunjang Medis, dan warga rumah sakit lainnya. 8. Mentaati peraturan-peraturan yang berlaku di RS AL-IRSYAD Surabaya. (2) Uji Kompetensi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) pasal mi didasarkan pada pendidikan yang pernah dijalani dan pendidikan berkelanjutan, pelatihan, pengalaman, kompetensi klinis

28 mutakhir, pengambilan keputusan klinis, dan pengamatan kinerja serta kinerja lainnya yang ditunjukkan dalam dokumen yang dimiliki calon tenaga Medis RS AL-IRSYAD Surabaya. (3) Setiap pelamar yang telah memenuhi kualifikasi sebagaimana tercantum dalam ayat (1) pasal ini tidak dapat ditolak berdasarkan alasan agama, ras, jenis kelamin, suku, dan golongan. Pasal 24 Kebutuhan Staf Medis Rumah Sakit (1) Setiap permohonan untuk menjadi staf Medis rumah sakit akan dievaluasi, dan dapat dikabulkan atau ditolak, sejalan dengan kebutuhan rumah sakit dan kemampuan rumah sakit. (2) Faktor yang digunakan untuk mempertimbangkan kebutuhan rumah sakit sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) pasal ini disesuaikan dengan master plan Rumah Sakit yang penyusunannya melibatkan Komite Medik. (3) Direktur memberikan rekomendasi dan mengusulkan pengangkatan staf Medis kepada Yayasan RS. AL-IRSYAD. (4) Direktur Rumah Sakit akan menerbitkan perjanjian perikatan antara rumah sakit dengan staf medis setelah dipenuhi ketentuan sebagaimana ditetapkan dalam pasal 19 dan pasal 20 sesuai dengan kebutuhan rumah sakit. (5) Direktur menerbitkan surat keputusan penempatan staf Medis yang telah diterima. Pasal 25 Kewenangan Melakukan Tindakan Medis (1) Staf Medis hanya dapat melakukan tindakan Medis sesuai dengan spesialisasi dan kemampuannya secara khusus, kecuali dalam keadaan darurat, di rumah sakit setelah mendapatkan penugasan klinis (clinical privilege) dan Direktur yang ditetapkan dengan suatu surat keputusan. (2) Penugasan klinis sebagaimana tercantum dalam ayat (1) terdiri dari: a. Penugasan klinis biasa sebagai staf Medis di rumah sakit. b. Pénugasan klinis sementara sebagai konsultan tamu.

29 (3) Penugasan klinis sebagaimana tercantum dalam ayat (1) pasal ini hanya diberikan pada dokter yang telah terikat perjanjian dengan rumah sakit yang ditetapkan setelah memenuhi persyaratan sebagaimana ditetapkan dalam statuta ini dengan merujuk pada organisasi profesinya. (4) Penilaian persyaratan dan jenis tindakan Medis untuk setiap staf Medis sebagairnana dimaksud dalam ayat (3) pasal ini dtetapkan oleh Komite Medik melalui Panitia Kredensial. (5) Hasil Penilalan Panitia Kredensial sebagaimana dimaksud dalam ayat (4) diserahkan kepada Komite Medik untuk memperoleh pengesahannya. (6) Komite Medik menyerahkan hasil pengesahan penilaian kredensial kepada Direktur. Pasal 26 Pemberian Kewenangan Staf Medis (1) Penentuan kewenangan untuk melakukan tindakan Medis didasarkan pada pendidikan, pelatihan, pendidikan berkelanjutan, pengalaman, kemampuan termasuk pengambilan keputusan, sebagaimana tercantum dalam berkas kredensial, dan didasarkan pada pengamatan kinerja klinis serta dokumen hasil program peningkatan kinerja yang bersangkutan. (2) Penggunaan kewenangan klinis dalam sebuah KSM akan tergantung pada peraturan dan ketentuan yang berlaku di KSM masing-masing. Pasal 27 Berakhirnya Kewenangan Melakukan Tindakan Medis (1) Kewenangan untuk melakukan tindakan Medis seorang staf medis di rumah sakit berakhir bila hubungan hukum antara staf medis dengan rumah sakit telah berakhir atau penugasan klinis (clinical privilege) dokter yang bersangkutan dicabut oleh Direktur berdasarkan usulan Komite Medik. (2) Dalam hal hubungan hukum antara staf medis dengan rumah sakit berakhir maka Direktur memberikan surat pemberitahuan tentang hal itu kepada yang bersangkutan dengan tembusan kepada Komite Medik. (3) Dalam hal seorang Staf Medis diberikan sanksi disiplin maka setelah melalui rapat khusus Komite Medik, Ketua Komite Medik memberikan surat pemberitahuan tentang hal itu kepada Direktur dengan tembusan kepada yang bersangkutan. Pasal 28 Penjagaan Mutu Pelayanan Medis

30 (1) Untuk menjagamutu pelayanan medis, dilakukan audit medis secara berkaa dan pendidikan kedokteran yang berkelanjutan dengan tatacara yang lazim yang ditentukan oleh Panitia Peningkatan Mutu Profesi Medis. (2) Topik, jangka waktu, dan tatacara audit medis ditetapkan oleh Panitia Peningkatan Mutu Profesi Medis. (3) Panitia Peningkatan Mutu Layanan melaporkan hasil audit medis dan analisisnya secara berkala kepada Komite Medik untuk ditindak lanjuti. (4) Komite Medik wajib melakukan tindakan korektif yang dianggap perlu untuk menindaklanjuti hasil audit medis sebagaimana diatur dalam ayat tiga (3). (5) Setiap anggota staf Medis wajib menjalani pendidikan kedokteran berkelanjutan yang substansi dan tata caranya diatur oleh Panitia Peningkatan Mutu Profesi Medis. (6) Panitia Peningkatan Mutu Profesi Medis memberikan laporan kepada Komite Medik mengenai efektifitas, dan kewajaran pelayanan medis yang diberikan oleh seluruh staf medis yang bekerja dirumah sakit. BAB IV TINDAKAN DISIPLIN MEDIS DAN PROSEDUR PEMERIKSAAN PELANGGARAN TATA TERTIB DAN DISIPLIN MEDIS Pasal 29 Dasar Tindakan Disiplin Medis (1) Keadaan dan situasi yang dapat digunakan sebagai dasar dugaan pelanggaran disiplin Medis dan tata tertib oleh seorang staf Medis adalah hal-hal yang menyangkut: a. Kompetensi klinis. b. Tindakan perawatan atas seorang pasien termasuk peñata layanan sebuah kasus di rumah sakit. c. Dugaan pelanggaran statuta dan tata tertib staf Medis. d. Dugaan penyimpangan etika profesi. e. Dugaan pelanggaran tata tertib dan kebijakan rumah sakit.

31 f. Perilaku yang dianggap tidak sesuai dengan standar yang ditetapkan rumah sakit. g. Penggunaan obat dan alat kesehatan yang sesuai dengan standar profesi sesuai dengan ketetapan Komite Medik. h. Ketidakmampuan untuk bekerjasama dengan staf rurnah sakit yang dapat menimbukan inefisiensi operasional rumah sakit. i. Hal-hal lain yang oleh Komite Medik sepatutnya dianggap menyangkut disiplin Medis. (2) Setiap staf Medis, dan staf rumah sakit yang terkait dengan pelayanan Medis wajib memberitahukan adanya dugaan pelanggaran sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)pasal ini kepada Ketua Komite Medik secara tertulis dalam suatu formulir yang disediakan untuk itu dengan tatacara sebagai berikut: a. Staf Medis menyampaikan formulir pemberitahuan tersebut kepada Ketua Komite Medik meiaui Koordinator Staf Medis Fungsional yang terkait. b. Staf rumah sakit menyampaikan formulir pemberitahuan tersebut kepada atasan yang bersangkutan untuk selanjutnya disampaikan kepada Direktur melalui Ketua Komite Medik. (3) Ketua Komite Medik wajib meneliti menindakianjuti dan memberikan kesimpulan serta putusan setiap laporan yang disampaikan oleh staf Medis dan staf rumah sakit yang terkait dengan pelayanan Medis sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) pasal ini. (4) Ketua Komite Medik dapat menugaskan Panitia terkait dibawah Komite Medik untuk meneliti menindaklanjuti setiap laporan sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) pasal ini. (5) Ketua Komite Medik memberikan kesimpulan dan putusan sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) pasal ini berdasarkan hasil penelitian dan rekomendasi Panitia terkait yang dapat berbentuk: a. Saran kepada staf Medis terkait dan Manajemen rumah sakit. b. Putusan untuk melakukan penelitian lanjutan guna menentukan adanya pelanggaran disiplin Medis, tata tertib dan etik. (6) Semua putusan sebagaimana dimaksud dalam ayat (5) pasal ini didokumentasikan secara lengkap oleh staff Sekretariat Komite Medik dan diperlakukan secara Konfidensial. (7) Pengungkapan dokumen sebagaimana dimaksud dalam ayat (5) pasal ini kepada pihak manapun hanya dapat ditentukan oleh Direktur setelah memperoleh persetujuan dan Ketua Komite Medik.

32 Pasal 30 Penelitian Dugaan Pelanggaran Disiplin Medis, Etika Dan Tata Tertib (1)Penelitian dugaan pelanggaran disiplin profesi Medis etika Medis, dan tata tertib dimulai berdasarkan putusan Ketua Komite Medik untuk melakukan penelitian lanjutan sebagaimana dimaksud dalam pasal 25 ayat (5) dan dilaksanakan oleh Panitia terkait. (2) Panitia Disiplin melaksanakan penelitian berdasarkan tata cara yang telah ditetapkan dalam statuta ini. (3) Ketua Panitia Disiplin menyampaikan hasil penelitian dan rekomendasi kepada Ketua Komite Medik untuk ditetapkan sebagai putusan Komite Medik yang memuat: a. Ringkasan kasus atau kejadian. b. Kesimpulan tentang ada atau tidak adanya pelanggaran. c. Rekomendasi tindakan korektif. (4) Ketua Komite Medik wajib menetapkan putusan sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) pasal ini dengan memperhatikan masukan dan Panitia lain dalarn waktu paling lama 7 (tujuh) hari kerja setelah diterimanya putusan Panitia Disiplin. (5) Putusan Komite Medik sebagaimana dimaksud dalam ayat (4) pasal ini disampaikan kepada Direktur dengan tembusan Dewan Pengawas, Yayasan RS. AL IRSYAD dan kepada yang bersangkutan dalam waktu paling lama 3 (tiga) hari kerja setelah ditetapkannya putusan tersebut untuk segera ditindaklanjuti oleh Direktur. Pasal 31 Tim Ad-Hoc Penelitian Dugaan Pelanggaran Disiplin DanTata Tertib (1) Dalam hal Ketua Komite Medik menyampaikan putusan untuk melakukan penelitian lanjutan sebagaimana dimaksud dalam pasal 26 ayat (5) maka Ketua Panitia disiplin atau yang

33 mewakilinya mengusulkan kepada Ketua Komite Medik untuk menetapkan tim ad-hoc dengan suatu surat keputusan. (2) Penetapan Tim Ad-Hoc sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) pasal ini dilakukan setelah dilakukan penelitian pendahuluan sesuai dengan tata cara yang telah ditetapkan oleh Komite Medik Panitia disiplin. (3) Tim Ad-hoc menyelenggarakan sidang dalam waktu paling lama 7 (tujuh) hari kerja setelah diterbitkannya surat keputusan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)pasal ini. (4) Ketua Komite Medik atau staf lain yang ditunjuk didampingi Ketua Panitia Disiplin atau staf lain yang ditunjuk memimpin sidang pertama tim ad-hoc untuk menentukan Ketua dan wakil Ketua tim ad-hoc dan menjelaskan tata cara persidangan kepada anggota tim ad-hoc. (5) Pada Tim ad-hoc diperbantukan sekretaris yang ditunjuk oleh Komite Medik untuk melancarkan persidangan. (6) Tim ad-hoc bertugas melakukan pengkajian dan penelitian atas kasus yang diterimanya dan melaksanakan persidangan sesuai dengan tata cara yang telah ditetapkan dalam statuta ini. (7) Dalam rangka melakukan pengkajian tim ad-hoc berwenang meminta informasi kepada yang teradu dan semua pihak dirumah sakit, termasuk meneliti rekam Medis, bila diperlukan meminta bantuan pihak lain diluar rumah sakit dengan persetujuan Komite Medik. (8) Tim ad-hoc wajib melaksanakan rapat-rapat persidangan untuk menyimpulkan memutuskan suatu kasus yang diserahkan padanya dalam suatu surat kesimpulan yang ditandatangani oleh Ketua bersama segenap anggota tim ad-hoc untuk diserahkan kepada Ketua Panitia disiplin melalui suatu putusan yang memuat: a. Ringkasan kasus atau kejadian. b. Kesimpulan tentang ada atau tidak adanya pelanggaran. c. Rekomendasi tindakan korektif. (9) Ketua Panitia Disiplin menerbitkan surat keputusan pembubaran tim ad- hoc setelah menerima surat kesimpulan keputusan dan semua berkas persidangan secara lengkap sebagaimana dimaksud dalam ayat (8) pasal ini. (10) Ketua Panitia Disiplin menyerahkan hasil rapat tim ad-hoc kepada Ketua Komite Medik untuk ditindaklanjuti. (11) Kornite Medik menyelenggarakan rapat khusus untuk menentukan tindak lanjut sebagaimana dirnaksud dalam ayat (10) pasal ini.

BUPATI BANGKA PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

BUPATI BANGKA PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG BUPATI BANGKA PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SALINAN PERATURAN BUPATI BANGKA NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG PERATURAN INTERNAL RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR. EKO MAULANA ALI KABUPATEN BANGKA DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

TENTANG PERATURAN INTERNAL RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DOKTER MOHAMAD SOEWANDHIE KOTA SURABAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA,

TENTANG PERATURAN INTERNAL RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DOKTER MOHAMAD SOEWANDHIE KOTA SURABAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA, SALINAN PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 54 TAHUN 2012 TENTANG PERATURAN INTERNAL RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DOKTER MOHAMAD SOEWANDHIE KOTA SURABAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI CIANJUR

PERATURAN BUPATI CIANJUR BERITA DAERAH KABUPATEN CIANJUR NOMOR 05 TAHUN 2010 PERATURAN BUPATI CIANJUR NOMOR 04 TAHUN 2010 TENTANG PERATURAN INTERNAL RUMAH SAKIT (HOSPITAL BYLAWS) RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KELAS B CIANJUR BUPATI

Lebih terperinci

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH SALINAN BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 69 TAHUN 2015 TENTANG PERATURAN INTERNAL RUMAH SAKIT (HOSPITAL BYLAWS) RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KAYEN KABUPATEN PATI DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BUPATI BANYUWANGI PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 39 TAHUN 2015 TENTANG PERATURAN INTERNAL RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BLAMBANGAN KABUPATEN BANYUWANGI

BUPATI BANYUWANGI PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 39 TAHUN 2015 TENTANG PERATURAN INTERNAL RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BLAMBANGAN KABUPATEN BANYUWANGI BUPATI BANYUWANGI PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 39 TAHUN 2015 TENTANG PERATURAN INTERNAL RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BLAMBANGAN KABUPATEN BANYUWANGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI,

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 77 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN ORGANISASI RUMAH SAKIT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 77 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN ORGANISASI RUMAH SAKIT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 77 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN ORGANISASI RUMAH SAKIT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 77 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN ORGANISASI RUMAH SAKIT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 77 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN ORGANISASI RUMAH SAKIT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 77 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN ORGANISASI RUMAH SAKIT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

PERATURAN INTERNAL STAF MEDIS KLINIK PRATAMA TABITA PENDAHULUAN

PERATURAN INTERNAL STAF MEDIS KLINIK PRATAMA TABITA PENDAHULUAN PERATURAN INTERNAL STAF MEDIS KLINIK PRATAMA TABITA PENDAHULUAN Staf medis merupakan tenaga yang mandiri, karena setiap dokter dan dokter gigi memiliki kebebasan profesi dalam mengambil keputusan klinis

Lebih terperinci

ORGANISASI PELAYANAN KESEHATAN PERTEMUAN II LILY WIDJAYA, SKM.,MM, PRODI D-III REKAM MEDIS DAN INFORMASI KESEHATAN, FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN

ORGANISASI PELAYANAN KESEHATAN PERTEMUAN II LILY WIDJAYA, SKM.,MM, PRODI D-III REKAM MEDIS DAN INFORMASI KESEHATAN, FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN ORGANISASI PELAYANAN KESEHATAN PERTEMUAN II LILY WIDJAYA, SKM.,MM, PRODI D-III REKAM MEDIS DAN INFORMASI KESEHATAN, FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN KEMAMPUAN AKHIR YANG DIHARAPKAN Memahami Organisasi Pelayanan

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG PERATURAN INTERNAL (HOSPITAL BYLAWS) RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SINJAI BUPATI SINJAI,

PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG PERATURAN INTERNAL (HOSPITAL BYLAWS) RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SINJAI BUPATI SINJAI, PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG PERATURAN INTERNAL (HOSPITAL BYLAWS) RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SINJAI BUPATI SINJAI, Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan Rumah

Lebih terperinci

ANGGARAN RUMAH TANGGA IKATAN ALUMNI STEMBAYO

ANGGARAN RUMAH TANGGA IKATAN ALUMNI STEMBAYO ANGGARAN RUMAH TANGGA IKATAN ALUMNI STEMBAYO BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Anggaran Rumah Tangga ini bersumber pada Anggaran Dasar IKA- STEMBAYO yang berlaku oleh karena itu tidak bertentangan dengan ketentuan

Lebih terperinci

IKATAN KELUARGA ALUMNI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ANDALAS ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA

IKATAN KELUARGA ALUMNI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ANDALAS ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA IKATAN KELUARGA ALUMNI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ANDALAS ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA IKATAN KELUARGA ALUMNI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ANDALAS 4 IKATAN KELUARGA ALUMNI FAKULTAS EKONOMI

Lebih terperinci

HARAPAN DIREKTUR TERHADAP PERILAKU DOKTER SPESIALIS DAN DOKTER DI RSPI DALAM KONTEKS SISTEM KONTRAK KERJA

HARAPAN DIREKTUR TERHADAP PERILAKU DOKTER SPESIALIS DAN DOKTER DI RSPI DALAM KONTEKS SISTEM KONTRAK KERJA HARAPAN DIREKTUR TERHADAP PERILAKU DOKTER SPESIALIS DAN DOKTER DI RSPI DALAM KONTEKS SISTEM KONTRAK KERJA Oleh: Mus Aida Disampaikan Dihadapan Mahasiswa S1. FK. UGM 8 Desember 2012 HOSPITAL BYLAWS CORPORATE

Lebih terperinci

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA SALINAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 86 TAHUN 2015 TENTANG

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA

ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA IKATAN ALUMNI INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA IKATAN ALUMNI INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG 1 ANGGARAN DASAR Halaman 1 dari 2 halaman 2 IKATAN ALUMNI INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

Lebih terperinci

WALIKOTA SURAKARTA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA TENTANG PERATURAN INTERNAL RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA SURAKARTA

WALIKOTA SURAKARTA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA TENTANG PERATURAN INTERNAL RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA SURAKARTA WALIKOTA SURAKARTA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 1- F TAHUN 2017 TENTANG PERATURAN INTERNAL RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA SURAKARTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURAKARTA,

Lebih terperinci

K O M I S I I N F O R M A S I

K O M I S I I N F O R M A S I K O M I S I I N F O R M A S I PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN TATA TERTIB KOMISI INFORMASI PROVINSI KEPULAUAN RIAU BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam peraturan ini yang dimaksud dengan: 1. Komisi Informasi

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.856, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KKI. Dokter. Dokter Gigi. Kompetensi Yang Sama. Pengesahan. PERATURAN KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2016 TENTANG PENGESAHAN KOMPETENSI YANG SAMA

Lebih terperinci

ANGGARAN RUMAH TANGGA INSTITUT AKUNTAN MANAJEMEN INDONESIA TAHUN 2009 BAB I KEANGGOTAAN. Pasal 1 KETENTUAN UMUM

ANGGARAN RUMAH TANGGA INSTITUT AKUNTAN MANAJEMEN INDONESIA TAHUN 2009 BAB I KEANGGOTAAN. Pasal 1 KETENTUAN UMUM ANGGARAN RUMAH TANGGA INSTITUT AKUNTAN MANAJEMEN INDONESIA TAHUN 2009 BAB I KEANGGOTAAN Pasal 1 KETENTUAN UMUM Anggota Institut Akuntan Manajemen Indonesia (IAMI) adalah perseorangan dan perusahaan yang

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.353, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA. Organisasi. Tata Kerja. Majelis Kehormatan Disiplin. Kedokteran PERATURAN KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR ANGGARAN RUMAH TANGGA

ANGGARAN DASAR ANGGARAN RUMAH TANGGA Masyarakat Telematika Indonesia The Indonesian ICT Society ANGGARAN DASAR ANGGARAN RUMAH TANGGA Anggaran Dasar MASTEL MUKADIMAH Bahwa dengan berkembangnya teknologi, telah terjadi konvergensi bidang Telekomunikasi,

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN, PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN, ORGANISASI, DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT GIGI DAN MULUT PROVINSI KALIMANTAN SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BADAN PERWAKILAN DESA DESA PADI KECAMATAN GONDANG KABUPATEN MOJOKERTO K E P U T U S A N BADAN PERWAKILAN DESA PADI NOMOR : 01 TAHUN 2001 T E N T A N G

BADAN PERWAKILAN DESA DESA PADI KECAMATAN GONDANG KABUPATEN MOJOKERTO K E P U T U S A N BADAN PERWAKILAN DESA PADI NOMOR : 01 TAHUN 2001 T E N T A N G BADAN PERWAKILAN DESA DESA PADI KECAMATAN GONDANG KABUPATEN MOJOKERTO K E P U T U S A N BADAN PERWAKILAN DESA PADI NOMOR : 01 TAHUN 2001 T E N T A N G PERATURAN TATA TERTIB BADAN PERWAKILAN DESA PADI Menimbang

Lebih terperinci

A. KOMITE MEDIK Susunan Komite Medik terdiri diri dari : a. Ketua, b. Wakil Ketua, c. Sekretaris d. Anggota

A. KOMITE MEDIK Susunan Komite Medik terdiri diri dari : a. Ketua, b. Wakil Ketua, c. Sekretaris d. Anggota I.PENDAHULUAN Keberadaan profesi medis di rumah sakit sangat penting dan strategis dalam menentukan arah pengembangan dan kemajuan suatu rumah sakit. Maka pengorganisasian dan pemberdayaan profesi medik

Lebih terperinci

PERATURAN SENAT FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA NOMOR : 02 TAHUN 2012 TENTANG TATA TERTIB SENAT FAKULTAS

PERATURAN SENAT FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA NOMOR : 02 TAHUN 2012 TENTANG TATA TERTIB SENAT FAKULTAS PERATURAN SENAT FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA NOMOR : 02 TAHUN 2012 TENTANG TATA TERTIB SENAT FAKULTAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KETUA SENAT FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit (RS) diakui merupakan institusi yang sangat kompleks dan berisiko tinggi, terlebih dalam kondisi lingkungan regional dan global yang sangat dinamis perubahannya.

Lebih terperinci

PIAGAM KOMITE AUDIT (AUDIT COMMITTEE CHARTER) PT SUMBERDAYA SEWATAMA

PIAGAM KOMITE AUDIT (AUDIT COMMITTEE CHARTER) PT SUMBERDAYA SEWATAMA PIAGAM KOMITE AUDIT (AUDIT COMMITTEE CHARTER) PT SUMBERDAYA SEWATAMA 1 DAFTAR ISI I. DEFINISI...3 II. VISI DAN MISI...4 III. TUJUAN PENYUSUNAN PIAGAM KOMITE AUDIT...4 IV. TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB...4 V.

Lebih terperinci

ANGGARAN RUMAH TANGGA ASOSIASI ANTROPOLOGI INDONESIA

ANGGARAN RUMAH TANGGA ASOSIASI ANTROPOLOGI INDONESIA ANGGARAN RUMAH TANGGA ASOSIASI ANTROPOLOGI INDONESIA BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Nama Organisasi Asosiasi Antropologi Indonesia disingkat AAI selanjutnya disebut AAI. Pasal 2 Makna AAI adalah wadah tunggal

Lebih terperinci

ANGGARAN RUMAH TANGGA IKATAN PENSIUNAN PELABUHAN INDONESIA II BAB I IKATAN PENSIUNAN PELABUHAN INDONESIA II DAN WILAYAH KERJA.

ANGGARAN RUMAH TANGGA IKATAN PENSIUNAN PELABUHAN INDONESIA II BAB I IKATAN PENSIUNAN PELABUHAN INDONESIA II DAN WILAYAH KERJA. ANGGARAN RUMAH TANGGA IKATAN PENSIUNAN PELABUHAN INDONESIA II BAB I IKATAN PENSIUNAN PELABUHAN INDONESIA II DAN WILAYAH KERJA Pasal 1 (1) Ikatan Pensiunan Pelabuhan Indonesia II disingkat IKAPENDA sebagaimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. profesi medik disini adalah mencakup Kode Etik Kedokteran Indonesia (KODEKI),

BAB I PENDAHULUAN. profesi medik disini adalah mencakup Kode Etik Kedokteran Indonesia (KODEKI), BAB I PENDAHULUAN Keberadaan profesi medis di rumah sakit sangat penting dan strategis dalam menentukan arah pengembangan dan kemajuan suatu rumah sakit. Maka pengorganisasian dan pemberdayaan profesi

Lebih terperinci

Anggaran Dasar & Anggaran Rumah Tangga Perhimpunan Pelajar Indonesia di Jerman

Anggaran Dasar & Anggaran Rumah Tangga Perhimpunan Pelajar Indonesia di Jerman Anggaran Dasar & Anggaran Rumah Tangga Perhimpunan Pelajar Indonesia di Jerman Pembukaan ANGGARAN DASAR Bab I (Tata Organisasi) 1. Nama, Waktu dan Kedudukan 2. Sifat dan Bentuk 3. Lambang Bab II (Dasar,

Lebih terperinci

PEDOMAN PENGORGANISASIAN KOMITE TENAGA KESEHATAN LAIN RS. BUDI KEMULIAAN BATAM

PEDOMAN PENGORGANISASIAN KOMITE TENAGA KESEHATAN LAIN RS. BUDI KEMULIAAN BATAM PEDOMAN PENGORGANISASIAN KOMITE TENAGA KESEHATAN LAIN RS. BUDI KEMULIAAN BATAM JL. BUDI KEMULIAAN NO. 1 SERAYA - BATAM BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah Sakit sebagai satu sarana kesehatan yang

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR dan ANGGARAN RUMAH TANGGA AD & ART LEMBAGA SWADAYA MASYARAKAT NUSANTARA CORRUPTION WATCH LSM NCW

ANGGARAN DASAR dan ANGGARAN RUMAH TANGGA AD & ART LEMBAGA SWADAYA MASYARAKAT NUSANTARA CORRUPTION WATCH LSM NCW ANGGARAN DASAR dan ANGGARAN RUMAH TANGGA AD & ART LEMBAGA SWADAYA MASYARAKAT NUSANTARA CORRUPTION WATCH LSM NCW ANGGARAN RUMAH TANGGA Nusantara Corruption Watch (NCW) BAB I KEANGGOTAAN Pasal 1 Persyaratan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALI KOTA BANDUNG,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALI KOTA BANDUNG, SALINAN WALI KOTA BANDUNG PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALI KOTA BANDUNG NOMOR 543 TAHUN 2018 TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN PERHIMPUNAN PEMILIK DAN PENGHUNI SATUAN RUMAH SUSUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

ANGGARAN RUMAH TANGGA BADAN PERFILMAN INDONESIA BAB I UMUM. Pasal 1

ANGGARAN RUMAH TANGGA BADAN PERFILMAN INDONESIA BAB I UMUM. Pasal 1 ANGGARAN RUMAH TANGGA BADAN PERFILMAN INDONESIA BAB I UMUM Pasal 1 Anggaran Rumah Tangga ini disusun berdasarkan Pasal 28 Anggaran Dasar Badan Perfilman Indonesia, merupakan rincian atas hal-hal yang telah

Lebih terperinci

PEDOMAN KOMITE PENUNJANG MEDIS RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK BINA SEHAT MANDIRI

PEDOMAN KOMITE PENUNJANG MEDIS RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK BINA SEHAT MANDIRI 1. PENDAHULUAN PEDOMAN KOMITE PENUNJANG MEDIS RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK BINA SEHAT MANDIRI Latar Belakang Rumah Sakit sebagai satu sarana kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat

Lebih terperinci

GUBERNUR SUMATERA BARAT

GUBERNUR SUMATERA BARAT GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 52 TAHUN 2016 TENTANG PENGATURAN INTERNAL (HOSPITAL BY LAWS) RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SOLOK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR : 13 TAHUN 2009 TENTANG PERATURAN INTERNAL RUMAH SAKIT UMUM DAERAH RADEN MATTAHER JAMBI

PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR : 13 TAHUN 2009 TENTANG PERATURAN INTERNAL RUMAH SAKIT UMUM DAERAH RADEN MATTAHER JAMBI G U B E R N U R J A M B I PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR : 13 TAHUN 2009 TENTANG PERATURAN INTERNAL RUMAH SAKIT UMUM DAERAH RADEN MATTAHER JAMBI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAMBI, Menimbang

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 SERI D NOMOR 9 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 SERI D NOMOR 9 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 SERI D NOMOR 9 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT

Lebih terperinci

Anggaran Dasar. Konsil Lembaga Swadaya Masyarakat Indonesia [INDONESIAN NGO COUNCIL) MUKADIMAH

Anggaran Dasar. Konsil Lembaga Swadaya Masyarakat Indonesia [INDONESIAN NGO COUNCIL) MUKADIMAH Anggaran Dasar Konsil Lembaga Swadaya Masyarakat Indonesia [INDONESIAN NGO COUNCIL) MUKADIMAH Bahwa kebebasan berserikat, berkumpul dan mengeluarkan pendapat adalah salah satu hak asasi manusia yang sangat

Lebih terperinci

BUPATI BANGKA BARAT PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI BANGKA BARAT PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG BUPATI BANGKA BARAT PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KOPERASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA BARAT,

Lebih terperinci

PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 18 TAHUN 2009 TENTANG

PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 18 TAHUN 2009 TENTANG 1 PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 18 TAHUN 2009 TENTANG TATA KERJA DAN POLA HUBUNGAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM, PANITIA PENGAWAS PEMILIHAN UMUM PROVINSI, DAN PANITIA PENGAWAS PEMILIHAN

Lebih terperinci

PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SRAGEN NOMOR : 61 TAHUN 2015

PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SRAGEN NOMOR : 61 TAHUN 2015 SALINAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SRAGEN NOMOR : 61 TAHUN 2015 TENTANG PERATURAN INTERNAL (HOSPITAL BY LAWS) RUMAH SAKIT UMUM DAERAH dr. SOEHADI PRIJONEGORO SRAGEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BUPATI TANAH BUMBU PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI TANAH BUMBU PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG BUPATI TANAH BUMBU PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH dr. H. ANDI ABDURRAHMAN NOOR KABUPATEN TANAH BUMBU DENGAN

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR

ANGGARAN DASAR ------------------------------------ANGGARAN DASAR--------------------------------------- -----------------------------------------MUKADIMAH-------------------------------------------- Dengan rahmat Tuhan

Lebih terperinci

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 116,

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 116, BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1787, 2017 KKI. Dokter dan Dokter Gigi. Penanganan Pengaduan Disiplin. Pencabutan. PERATURAN KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2017 TENTANG TATA CARA PENANGANAN

Lebih terperinci

KEPUTUSAN SENAT AKADEMIK INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG Nomor : 10/SK/K01-SA/2009 TENTANG KETENTUAN & TATA KERJA SENAT AKADEMIK INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

KEPUTUSAN SENAT AKADEMIK INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG Nomor : 10/SK/K01-SA/2009 TENTANG KETENTUAN & TATA KERJA SENAT AKADEMIK INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG KEPUTUSAN SENAT AKADEMIK INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG Nomor : 10/SK/K01-SA/2009 TENTANG KETENTUAN & TATA KERJA SENAT AKADEMIK INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG Menimbang : a. bahwa guna menjalankan tugas dan fungsinya

Lebih terperinci

PEDOMAN PENGORGANISASIAN KOMITE ETIK RUMAH SAKIT DAN MAJELIS KEHORMATAN ETIK RUMAH SAKIT INDONESIA PERSI - MAKERSI

PEDOMAN PENGORGANISASIAN KOMITE ETIK RUMAH SAKIT DAN MAJELIS KEHORMATAN ETIK RUMAH SAKIT INDONESIA PERSI - MAKERSI PEDOMAN PENGORGANISASIAN KOMITE ETIK RUMAH SAKIT DAN MAJELIS KEHORMATAN ETIK RUMAH SAKIT INDONESIA PERSI - MAKERSI BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Pelayanan kesehatan yang baik, bermutu, profesional,

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2007 NOMOR : 15 PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2007 NOMOR : 15 PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2007 NOMOR : 15 PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH PASAR BERMARTABAT KOTA BANDUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

PEDOMAN PENGORGANISASIAN KOMITE NAKES RS. JANTUNG BINAWALUYA 2016

PEDOMAN PENGORGANISASIAN KOMITE NAKES RS. JANTUNG BINAWALUYA 2016 PEDOMAN PENGORGANISASIAN KOMITE NAKES RS. JANTUNG BINAWALUYA 2016 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Rumah Sakit sebagai satu sarana kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat memiliki

Lebih terperinci

PERANAN KOMITE FARMASI SEBAGAI BADAN NORMATIF NONSTRUKTURAL DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT DR. WAHIDIN SUDIROHUSODO

PERANAN KOMITE FARMASI SEBAGAI BADAN NORMATIF NONSTRUKTURAL DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT DR. WAHIDIN SUDIROHUSODO PERANAN KOMITE FARMASI SEBAGAI BADAN NORMATIF NONSTRUKTURAL DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT DR. WAHIDIN SUDIROHUSODO Bachtiar Saruddin Komite Farmasi Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Wahidin Sudirohusodo, Makassar

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA BARAT,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA BARAT, GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 33 TAHUN 2016 TENTANG KEANGGOTAAN, PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN ANGGOTA BADAN PENGAWAS RUMAH SAKIT PROVINSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR INSTITUT AKUNTAN PUBLIK INDONESIA TAHUN 2017

ANGGARAN DASAR INSTITUT AKUNTAN PUBLIK INDONESIA TAHUN 2017 ANGGARAN DASAR INSTITUT AKUNTAN PUBLIK INDONESIA TAHUN 2017 MUKADIMAH Kegiatan perekonomian yang transparan, akuntabel, responsibel, efisien, dan bersih membutuhkan informasi keuangan yang berkualitas

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 93 TAHUN 2015 TENTANG RUMAH SAKIT PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 93 TAHUN 2015 TENTANG RUMAH SAKIT PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 93 TAHUN 2015 TENTANG RUMAH SAKIT PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1053, 2013 KEMENTERIAN KESEHATAN. Rumah Sakit. Komite Keperawatan. Pelaksanaan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2013 TENTANG KOMITE KEPERAWATAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.587, 2015 BPH MIGAS. Komite BPH Migas. Tugas. Wewenang. Pelaksanaan. Pencabutan. PERATURAN BADAN PENGATUR HILIR MINYAK DAN GAS BUMI NOMOR 05 TAHUN 2015 TENTANG TATA

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 93 TAHUN 2015 TENTANG RUMAH SAKIT PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 93 TAHUN 2015 TENTANG RUMAH SAKIT PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 93 TAHUN 2015 TENTANG RUMAH SAKIT PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.295, 2015 KESEHATAN. Rumah Sakit Pendidikan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5777). PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR : M.02.PR.08.10 TAHUN 2004 TENTANG TATA CARA PENGANGKATAN ANGGOTA, PEMBERHENTIAN ANGGOTA, SUSUNAN ORGANISASI, TATA KERJA, DAN TATA

Lebih terperinci

KEPPRES 76/1993, PENGESAHAN ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA AKADEMI ILMU PENGETAHUAN INDONESIA

KEPPRES 76/1993, PENGESAHAN ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA AKADEMI ILMU PENGETAHUAN INDONESIA KEPPRES 76/1993, PENGESAHAN ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA AKADEMI ILMU PENGETAHUAN INDONESIA Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor: 76 TAHUN 1993 (76/1993) Tanggal: 18 AGUSTUS 1993 (JAKARTA)

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN SAMOSIR TAHUN 2014 NOMOR 15 SERI F NOMOR 311 PERATURAN BUPATI SAMOSIR NOMOR 14 TAHUN 2014

BERITA DAERAH KABUPATEN SAMOSIR TAHUN 2014 NOMOR 15 SERI F NOMOR 311 PERATURAN BUPATI SAMOSIR NOMOR 14 TAHUN 2014 BERITA DAERAH KABUPATEN SAMOSIR TAHUN 2014 NOMOR 15 SERI F NOMOR 311 PERATURAN BUPATI SAMOSIR NOMOR 14 TAHUN 2014 TENTANG PERATURAN INTERNAL RUMAH SAKIT (Hospital By Laws) RSUD Dr. HADRIANUS SINAGA PANGURURAN

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 078 TAHUN 2015

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 078 TAHUN 2015 PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 078 TAHUN 2015 TENTANG PERATURAN INTERNALRUMAH SAKIT (HOSPITAL BY LAWS) RUMAH SAKIT UMUM DAERAH ULINBANJARMASIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN

Lebih terperinci

I. Ketua Komite Keperawatan

I. Ketua Komite Keperawatan I. Ketua Komite Keperawatan Tugas pokok Memimpin seluruh kegiatan dari komite keperawatan meliputi kredensialing, penjagaan dan peningkatan mutu profesi, serta penjagaan serta pembinaan disiplin dan etika

Lebih terperinci

RUMAH SAKIT UMUM AULIA Jl. Raya Utara No. 03 Telp. (0342) , Fax. (0342) Kembangarum - Sutojayan - Blitar

RUMAH SAKIT UMUM AULIA Jl. Raya Utara No. 03 Telp. (0342) , Fax. (0342) Kembangarum - Sutojayan - Blitar RUMAH SAKIT UMUM AULIA Jl. Raya Utara No. 03 Telp. (0342) 444168, Fax. (0342) 444289 Kembangarum - Sutojayan - Blitar PERJANJIAN KERJA ANTARA RUMAH SAKIT UMUM AULIA DAN DOKTER No. Yang bertanda tangan

Lebih terperinci

2016, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG ORGANISASI KEMASYARAKATAN.

2016, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG ORGANISASI KEMASYARAKATAN. No.261, 2016 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA HAK ASASI MANUSIA. Organisasi Kemasyarakatan. Pelaksanaan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5958) PERATURAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

ANGGARAN RUMAH TANGGA INSTITUT AKUNTAN MANAJEMEN INDONESIA ANGGARAN RUMAH TANGGA INSTITUT AKUNTAN MANAJEMEN INDONESIA TAHUN 2016

ANGGARAN RUMAH TANGGA INSTITUT AKUNTAN MANAJEMEN INDONESIA ANGGARAN RUMAH TANGGA INSTITUT AKUNTAN MANAJEMEN INDONESIA TAHUN 2016 ANGGARAN RUMAH TANGGA INSTITUT AKUNTAN MANAJEMEN INDONESIA ANGGARAN RUMAH TANGGA INSTITUT AKUNTAN MANAJEMEN INDONESIA TAHUN 2016 BAB I KEANGGOTAAN DAN PERSYARATANNYA Pasal 1 Ketentuan Umum Anggota Akuntan

Lebih terperinci

PIAGAM KOMITE AUDIT. PT Wahana Ottomitra Multiartha, Tbk. DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH

PIAGAM KOMITE AUDIT. PT Wahana Ottomitra Multiartha, Tbk. DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PT Wahana Ottomitra Multiartha, Tbk. DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH DEWAN KOMISARIS PT WAHANA OTTOMITRA MULTIARTHA TBK TANGGAL 11 DESEMBER 2017 Daftar Isi 1. Latar Belakang... 3 2. Fungsi, Tugas dan Tanggung

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.617, 2015 KKI. Pelanggaran Disiplin. Dokter dan Dokter Gigi. Dugaan. Penanganan. Tata Cara. Pencabutan. PERATURAN KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2015 TENTANG

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA MOJOKERTO NOMOR 33 TAHUN 2010 TENT ANG

PERATURAN WALIKOTA MOJOKERTO NOMOR 33 TAHUN 2010 TENT ANG WALIKOTA MOJOKERTO PERATURAN WALIKOTA MOJOKERTO NOMOR 33 TAHUN 2010 TENT ANG PERATURAN INTERNAL RUMAH SAKIT (HOSPITAL BY LAWS) RUMAH SAKIT UMUM Dr. WAHIDIN SUDIRO HUSODO KOTA MOJOKERTO WALIKOTA MOJOKERTO,

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2005 TENTANG KOMISI KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2005 TENTANG KOMISI KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2005 TENTANG KOMISI KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

ANGGARAN RUMAH TANGGA PERKUMPULAN MANAJER INVESTASI INDONESIA

ANGGARAN RUMAH TANGGA PERKUMPULAN MANAJER INVESTASI INDONESIA ANGGARAN RUMAH TANGGA PERKUMPULAN MANAJER INVESTASI INDONESIA atau dikenal dengan ASOSIASI MANAJER INVESTASI INDONESIA (AMII) 1 ANGGARAN RUMAH TANGGA PERKUMPULAN MANAJER INVESTASI INDONESIA atau dikenal

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2004 TENTANG PRAKTIK KEDOKTERAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2004 TENTANG PRAKTIK KEDOKTERAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2004 TENTANG PRAKTIK KEDOKTERAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pembangunan kesehatan ditujukan untuk

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH SELAKU KETUA NOMOR 63 TAHUN 2014 TENTANG

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH SELAKU KETUA NOMOR 63 TAHUN 2014 TENTANG GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH SELAKU KETUA DEWAN SUMBER DAYA AIR PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 63 TAHUN 2014 TENTANG TATA TERTIB PERSIDANGAN DAN TATA CARA PENGAMBILAN KEPUTUSAN DEWAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... RUMAH SAKIT PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... RUMAH SAKIT PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... RUMAH SAKIT PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 23 ayat

Lebih terperinci

Pasal 3 MAKSUD DAN TUJUAN ANGGARAN DASAR ASOSIASI PERUSAHAAN PENGIKLAN INDONESIA

Pasal 3 MAKSUD DAN TUJUAN ANGGARAN DASAR ASOSIASI PERUSAHAAN PENGIKLAN INDONESIA ANGGARAN DASAR ASOSIASI PERUSAHAAN PENGIKLAN INDONESIA MUKADIMAH Bahwa industri komunikasi dan pemasaran sebagai bagian dari sistem perekonomian modern dan global, patut diarahkan serta diberdayakan sesuai

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI SRAGEN NOMOR 84 TAHUN 2011 TENTANG PERATURAN INTERNAL RUMAH SAKIT UMUM DAERAH dr. SOERATNO GEMOLONG KABUPATEN SRAGEN

PERATURAN BUPATI SRAGEN NOMOR 84 TAHUN 2011 TENTANG PERATURAN INTERNAL RUMAH SAKIT UMUM DAERAH dr. SOERATNO GEMOLONG KABUPATEN SRAGEN SALINAN PERATURAN BUPATI SRAGEN NOMOR 84 TAHUN 2011 TENTANG PERATURAN INTERNAL RUMAH SAKIT UMUM DAERAH dr. SOERATNO GEMOLONG KABUPATEN SRAGEN Menimbang : DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SRAGEN,

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 59 TAHUN 2016 WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK

BERITA DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 59 TAHUN 2016 WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK SALINAN BERITA DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 59 TAHUN 2016 WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 59 TAHUN 2016 TENTANG PERATURAN INTERNAL RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (HOSPITAL BY LAWS)

Lebih terperinci

PERHIMPUNAN BANTUAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA INDONESIA INDONESIAN LEGAL AID AND HUMAN RIGHTS ASSOCIATION

PERHIMPUNAN BANTUAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA INDONESIA INDONESIAN LEGAL AID AND HUMAN RIGHTS ASSOCIATION PERUBAHAN ANGGARAN RUMAH TANGGA PERHIMPUNAN BANTUAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA INDONESIA BAB I PERHIMPUNAN WILAYAH Syarat dan Tatacara Pendirian Perhimpunan Wilayah Pasal 1 (1) Perhimpunan Wilayah adalah

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR MOBILIO INDONESIA

ANGGARAN DASAR MOBILIO INDONESIA ANGGARAN DASAR MOBILIO INDONESIA BAB I NAMA, WAKTU, DAN KEDUDUKAN Pasal 1 Perkumpulan ini bernama MOBILIO INDONESIA, merupakan suatu wadah yang menghimpun semua pemilik, pengguna maupun pemerhati mobil

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 100 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 54 TAHUN 2012 TENTANG PERATURAN INTERNAL RUMAH SAKIT

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2005 TENTANG KOMISI KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2005 TENTANG KOMISI KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2005 TENTANG KOMISI KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

PERATURAN LEMBAGA PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYELENGGARAAN RAPAT PADA LEMBAGA PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN

PERATURAN LEMBAGA PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYELENGGARAAN RAPAT PADA LEMBAGA PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN PERATURAN LEMBAGA PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYELENGGARAAN RAPAT PADA LEMBAGA PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KETUA LEMBAGA PERLINDUNGAN

Lebih terperinci

KOMITE PENGAWAS PEMILIHAN RAYA IKATAN KELUARGA MAHASISWA UNIVERSITAS INDONESIA PERATURAN KOMITE PENGAWAS PEMILIHAN RAYA

KOMITE PENGAWAS PEMILIHAN RAYA IKATAN KELUARGA MAHASISWA UNIVERSITAS INDONESIA PERATURAN KOMITE PENGAWAS PEMILIHAN RAYA KOMITE PENGAWAS PEMILIHAN RAYA IKATAN KELUARGA MAHASISWA UNIVERSITAS INDONESIA PERATURAN KOMITE PENGAWAS PEMILIHAN RAYA IKATAN KELUARGA MAHASISWA UNIVERSITAS INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN

Lebih terperinci

PERATURAN SEKRETARIS JENDERAL DEWAN ENERGI NASIONAL NOMOR : 001 K/70.RB/SJD/2011 TENTANG

PERATURAN SEKRETARIS JENDERAL DEWAN ENERGI NASIONAL NOMOR : 001 K/70.RB/SJD/2011 TENTANG PERATURAN SEKRETARIS JENDERAL DEWAN ENERGI NASIONAL NOMOR : 001 K/70.RB/SJD/2011 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI NEGERI SIPIL SEKRETARIAT JENDERAL DEWAN ENERGI NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, SEKRETARIS

Lebih terperinci

Anggaran Rumah Tangga Daihatsu Zebra Club (ZEC)

Anggaran Rumah Tangga Daihatsu Zebra Club (ZEC) Anggaran Rumah Tangga Daihatsu Zebra Club (ZEC) BAB I KEANGGOTAAN Pasal 1 Anggota Anggota ZEC adalah seperti yang dimaksud dalam Pasal 11 Anggaran Dasar Daihatsu Zebra Club. Pasal 2 Ketentuan dan Syarat

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENETAPAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN

Lebih terperinci

ANGGARAN RUMAH TANGGA ASOSIASI KONTRAKTOR MEKANIKAL ELEKTRIKAL INDONESIA ( A S K O M E L I N ) BAB I UMUM Pasal 1 DASAR 1. Anggaran Rumah Tangga ini

ANGGARAN RUMAH TANGGA ASOSIASI KONTRAKTOR MEKANIKAL ELEKTRIKAL INDONESIA ( A S K O M E L I N ) BAB I UMUM Pasal 1 DASAR 1. Anggaran Rumah Tangga ini ANGGARAN RUMAH TANGGA ASOSIASI KONTRAKTOR MEKANIKAL ELEKTRIKAL INDONESIA ( A S K O M E L I N ) BAB I UMUM Pasal 1 DASAR 1. Anggaran Rumah Tangga ini disusun berdasarkan Anggaran Dasar yang ditetapkan pada

Lebih terperinci

2016, No Gubernur, Bupati, dan Wali Kota menjadi Undang- Undang; b. bahwa Pasal 22B huruf a dan huruf b Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2016 tent

2016, No Gubernur, Bupati, dan Wali Kota menjadi Undang- Undang; b. bahwa Pasal 22B huruf a dan huruf b Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2016 tent No.1711,2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BAWASLU.Pemilihan.Gubernur.Bupati.Walikota.Pelanggaran Administrasi. PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2005 TENTANG KOMISI KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2005 TENTANG KOMISI KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2005 TENTANG KOMISI KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

KETETAPAN SENAT MAHASISWA FISIP UNDIP Nomor : 002/TAP/SMFISIP/UNDIP/II/2017. Tentang Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga SMFISIP UNDIP 2017

KETETAPAN SENAT MAHASISWA FISIP UNDIP Nomor : 002/TAP/SMFISIP/UNDIP/II/2017. Tentang Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga SMFISIP UNDIP 2017 KETETAPAN SENAT MAHASISWA FISIP UNDIP 2017 Nomor : 002/TAP/SMFISIP/UNDIP/II/2017 Tentang Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga SMFISIP UNDIP 2017 Menimbang 1. Bahwa Untuk Kelancaran Kinerja SMFISIPUNDIP2017

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KULON PROGO

PEMERINTAH KABUPATEN KULON PROGO PEMERINTAH KABUPATEN KULON PROGO PERATURAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 19 TAHUN 2003 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT BANK PASAR KULON PROGO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL www.bpkp.go.id UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA

ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA ORGANISASI SAYAP PEMUDA PARTAI PERINDO Jakarta, 17 Desember 2015 ANGGARAN DASAR & ANGGARAN RUMAH TANGGA PEMUDA PERINDO PEMBUKAAN Pemuda Indonesia sebagai salah

Lebih terperinci

MASTEL MASYARAKAT TELEMATIKA INDONESIA The Indonesian Infocom Society

MASTEL MASYARAKAT TELEMATIKA INDONESIA The Indonesian Infocom Society MASTEL MASYARAKAT TELEMATIKA INDONESIA The Indonesian Infocom Society ANGGARAN DASAR ANGGARAN RUMAH TANGGA 2003-2006 ANGGARAN DASAR MASTEL MUKADIMAH Bahwa dengan berkembangnya teknologi, telah terjadi

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN KARANGANYAR

KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN KARANGANYAR KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN KARANGANYAR KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR : 03/Kpts-K/KPU-Kab-012.329506/2013 TENTANG PENETAPAN PEDOMAN TEKNIS ORGANISASI DAN TATA KERJA KOMISI

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG

SALINAN PERATURAN KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG SALINAN PERATURAN KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA PENANGANAN KASUS DUGAAN PELANGGARAN DISIPLIN DOKTER DAN DOKTER GIGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KETUA KONSIL KEDOKTERAN

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENANGANAN PELANGGARAN ADMINISTRASI TERKAIT LARANGAN MEMBERIKAN

Lebih terperinci

PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA DIREKSI

PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA DIREKSI PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA DIREKSI DAFTAR ISI PASAL 1 Tujuan... 2 PASAL 2 Definisi... 2 PASAL 3 Keanggotaan Direksi... 2 PASAL 4 Persyaratan... 3 PASAL 5 Masa Jabatan... 4 PASAL 6 Pemberhentian Sementara...

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2009 TENTANG RUMAH SAKIT

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2009 TENTANG RUMAH SAKIT PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2009 TENTANG RUMAH SAKIT I. UMUM Cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Lebih terperinci

Direksi Perusahaan Efek yang melakukan kegiatan usaha sebagai Penjamin Emisi Efek dan/atau Perantara Pedagang Efek SALINAN

Direksi Perusahaan Efek yang melakukan kegiatan usaha sebagai Penjamin Emisi Efek dan/atau Perantara Pedagang Efek SALINAN Yth. Direksi Perusahaan Efek yang melakukan kegiatan usaha sebagai Penjamin Emisi Efek dan/atau Perantara Pedagang Efek di tempat. SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 19 /SEOJK.04/2017 TENTANG

Lebih terperinci