BAB II KAJIAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Program Praktek Kerja Lapangan 1. Praktek Kerja Lapangan (PKL) 1.1 Pengertian Praktek Kerja Lapangan (PKL) Praktik Kerja Lapangan (PKL) adalah suatu bentuk penyelenggaraan pendidikan keahlian profesional, yang memadukan secara sistematik dan singkron antara program pendidikan di sekolah dan program pengusahaan yang diperoleh melalui kegiatan bekerja langsung di dunia kerja untuk mencapai suatu tingkat keahlian profesional. Dimana keahlian profesional tersebut hanya dapat dibentuk melalui tiga unsur utama yaitu ilmu pengetahuan, teknik dan kiat. Ilmu pengetahuan dan teknik dapat dipelajari dan dikuasai kapan dan dimana saja kita berada, sedangkan kiat tidak dapat diajarkan tetapi dapat dikuasai melalui proses mengerjakan langsung pekerjaan pada bidang profesi itu sendiri. Praktek Kerja Lapangan dilaksanakan untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja yang profesional dibidangnya. Melalui Praktek kerja lapangan diharapkan dapat menciptakan tenaga kerja yang professional tersebut. Dimana para siswa yang melaksanakan Pendidikan tersebut diharapkan dapat menerapkan ilmu yang didapat dan sekaligus mempelajari dunia industri. Tanpa diadakannya Praktek Kerja Lapangan ini siswa tidak dapat langsung terjun ke dunia industri karena siswa belum mengetahui situasi dan kondisi lingkungan kerja. Selain itu perusahaan tidak dapat mengetahui mana tenaga kerja yang profesional dan mana 8

2 9 tenaga kerja yang tidak profesional. Praktek kerja lapangan memang harus dilaksanakan karena dapat menguntungkan semua pihak yang melaksanakannya. Praktek kerja Lapangan merupakan lahan pelatihan profesionalisme siswa yaitu dengan proses penguasaan ketrampilan melalui bekerja langsung di lapangan kerja. Kreatifitas dan inisiatif dalam bekerja di industri akan melatih siswa mengembangkan ide-idenya, semakin kreatif dan berinisiatif siswa dalam mengembangkan idenya siswa akan semakin punya keinginan untuk berwirausaha, karena dalam berwirausaha dituntut kreatifitas dan inisiatif yang tinggi dalam menghadapi persaingan di dunia industri. Prestasi dan tanggungjawab terhadap pekerjaan merupakan perilaku siswa dalam berinteraksi dengan orang lain, siswa yang senantiasa memperhatikan prestasi dan tanggung jawab dalam bekerjanya maka akan meningkatkan minat untuk berwirausaha Praktek Kerja Lapangan atau yang biasa disebut dengan istilah Prakerin dalam sektor pendidikan SMK adalah realisasi dari bagian Praktek kerja lapangan (PKL). Pendidikan Sistem mulai diberlakukan di Indonesia berdasarkan kurikulum SMK tahun 1994, dipertajam dengan kurikulum SMK edisi 1999 dan dipertegas dengan kurikulum SMK edisi Tanggung jawab pendidikan adalah menghasilkan manusia-manusia yang bertanggung jawab. Manusia yang bertanggung jawab dalam mengolah sekaligus melestarikan lingkungannya, manusia berdisiplin dan bekerja keras untuk memperbaiki taraf hidupnya dengan bantuan sains dan teknologi tanpa mengarah kepada sikap keangkuhan atas kemampuan akal manusia (Tilaar, 2000:72).

3 10 Penyelenggaraan Praktek kerja lapangan di Indonesia peserta diklat SMK menjalani magang di industri hanya beberapa bulan selama mereka menjalani sistem pendidikan tiga tahun atau empat tahun di SMK. Praktek kerja lapangan melalui program praktik kerja industri merupakan suatu langkah nyata (substansial) untuk membuat sistem pendidikan dan pelatihan kejuruan lebih relevan dengan dunia kerja dalam rangka menghasilkan tamatan yang bermutu. Program yang dilaksanakan di industri atau dunia usaha meliputi: 1) praktik dasar kejuruan yang dilaksanakan sebagian di sekolah dan sebagian lainnya di industri, 2) praktik dasar kejuruan, 3) praktik keahlian produktif dilaksanakan di industri dalam bentuk praktik kerja industri (on the job training) berbentuk kegiatan mengerjakan pekerjaan produksi atau jasa di industri atau perusahaan. 1.2 Sasaran PKL Praktek Kerja Lapangan (PKL) merupakan suatu program sekolah yang wajib dilaksanakan oleh semua siswa yang dilakukan untuk menerapkan materimateri yang telah diajarkan di sekolah ke dunia nyata yaitu dunia industri, yang nantinya mereka akan terjun langsung bekerja di lapangan. Maksud dari praktek kerja lapangan adalah mempraktekan apa yang sudah didapat di dalam kelas dan membandingkan kenyataan yang ada di lapangan, sehingga peserta PKL bisa merasakan langsung manfaat para membimbing dilapangan sehingga menjadikan nilai tanbah tersendiri buat bekal para PKL di dunia kerja nanti. Banyak hal yang dapat diperoleh melalui PKL sebagai siswa dituntut mempunyai pandangan luas. Semua ilmu akan didapat langsung ditempat praktek, ilmu yang telah dipelajari dapat ditambah dan ilmu yang belum sempat diajarkan di sekolah dapat dipelajari.

4 11 Melalui Praktik Kerja Lapangan diharapkan siswa memiliki pengalaman yang akan menjadi bekal pengetahuan, ketrampilan dan sikap positif yang memadai, sehingga siswa berkeinginan untuk melakukan usaha sendiri, dan bahkan menciptakan lapangan kerja bagi orang lain. Gambaran tentang kualitas lulusan pendidikan kejuruan yang disarikan dari Finch dan Crunkilton (1984), bahwa : Kualitas pendidikan kejuruan menerapkan ukuran ganda, yaitu kualitas menurut ukuran sekolah atau in-school success standards dan kualitas menurut ukuran masyarakat atau out-of school success standards. Kriteria pertama meliputi aspek keberhasilan peserta didik dalam memenuhi tuntutan kurikulum yang telah diorientasikan pada tuntutan dunia kerja. Kriteria kedua, kemampuan lulusan untuk berhasil di luar sekolah berkaitan dengan pekerjaan atau kemampuan kerja yang biasanya dilakukan oleh dunia usaha atau dunia industri. 1.3 Tujuan/Manfaat PKL Salah satu aspek tujuan dari SMK Kelautan adalah menekankan aspek ekonomis yang bertujuan untuk mempersiapkan peserta didik memasuki dunia kerja. Hal tersebut sejalan dengan adanya pendidikan nasional yang diharap dapat menciptakan keahlian dan kompetensi yang dibutuhkan oleh dunia industri Sehingga lulusan dapat diterima didunia kerja (Asrin, 2011: 33) Di antara bentuk dan wujud dari tujuan pendidikan tersebut dengan diadakannya pelaksanaan praktek kerja lapangan khususnya bagi siswa di sekolah menengah kejuruan.

5 12 Penyelenggaraan praktek kerja lapangan bertujuan untuk menghasilkan tenaga kerja yang memiliki keahlian profesional ( dengan tingkat pengetahuan, keterampilan, dan etos kerja yang sesuai dengan tuntutan lapangan kerja ), memperkokoh link and macth antara sekolah dengan dunia kerja, meningkatkan efisiensi proses pendidikan dan pelatihan tenaga kerja yang berkualitas professional dan member pengakuan dan penghargaan terhadap pengalaman kerja sebagai bagian dari proses pendidikan. Praktek Kerja Lapangan (PKL) merupakan latihan atau cerminan dari kemampuan para siswa dari seluruh aspek kompetensi yang telah dipelajari disekolah baik secara teori maupun praktek, untuk diaplikasikan setelah menjadi out-put dan memasuki dunia kerja baik pada industri maupun lapangan kerja yang mereka ciptakan sendiri. Pada saat PKL, para siswa dituntut untuk dapat melakukan tugas-tugas praktikum secara sungguh-sungguh sesuai dengan bidang dan keahlian yang ditekuninya masing-masing. Hal ini akan menjadi penilaian tersendiri bagi siswa dari perusahaan tempat mereka melakukan PKL, sehingga para siswa memperoleh perhatian tersendiri dalam perekrutan karyawan/tenaga kerja yang diperlukan oleh lembaga/institusi yang bersangkutan. Oleh karena itu, sekolah yang bersangkutan memiliki tanggung jawab untuk menghasilkan out=put yang berkualitas, bertanggung jawab, mandiri dan penuh komitmen dalam menghadapi persaingan global yang sangat ketat. Berkaitan dengan hal di atas, Wena yang dikutip oleh Sambas (2010), menjelaskan bahwa tujuan PKL mencakup aspek-aspek berikut:: 1) menghasilkan tenaga kerja yang memiliki keahlian profesional, yaitu tenaga kerja yang memiliki tingkat pengetahuan, keterampilan, dan

6 13 etos kerja yang sesuai dengan tuntutan lapangan kerja, 2) meningkatkan dan memperkokoh keterkaitan dan kesepadanan (link and match) antara lembaga pendidikan pelatihan kejuruan dan dunia kerja, 3) meningkatkan efisiensi proses pendidikan dan pelatihan tenaga kerja berkualitas dan profesional, 4) memberi pengakuan dan penghargaan terhadap pengalaman kerja sebagai proses dari pendidikan. Sejalan dengan pendapat tersebut, Koplak (2009), menekankan pula bahwa tujuan PKL adalah: 1) siswa dapat menambah wawasan dengan cara turun belajar langsung di dunia idustri, 2) siswa dapat mengetahui cara kerja di dunia industri yang mementingkan di siplin, keselamatan dan kualitas produk, 3) menghasilkan tenaga kerja yang berkualitas, yaitu tenaga kerja yang memiliki tingkat pengetahuan, keterampilan, etos kerja yang sesuai dengan tuntutan lapangan pekerjaan, 4) memperkokoh link and match antara SMK dan dunia kerja, 5) meningkatkan efektifitas dan efesiensi proses pendidikan dan pelatihan kerja berkualitas. Kedua pendapat tersebut, memiliki penekanan yang sama bahwa PKL bertujuan membentuk peserta didik untuk mampu melakukan aktivitas secara mandiri dalam memenuhi kebutuhan hidup dan kehidupannya dalam masyarakat tempat dia hidup. Dalam rangka menumbuhkan jiwa kewirausahaan siswa diperlukan beberapa tahapan yang tidak dapat ditinggalkan. Minat dapat timbul dari dalam diri sendiri ataupun pengaruh dari luar. Di samping itu ketrampilan, pengalaman dan pengetahuan yang diperoleh siswa merupakan modal paling dasar yang harus dimiliki, setelah selesai melaksanakan praktik kerja industry maupun setelah lulus sekolah nantinya. Kemauan dan minat dalam bekerja, serta pengetahuan yang cukup merupakan salah satu faktor yang dapat membentuk minat siswa untuk berwirausaha.

7 14 Pengetahuan kewirausahaan meliputi segala sesuatu yang diketahui berkaitan dengan aspek-aspek bidang keahlian yang ditekuni. Dengan pengetahuan yang banyak tentang kewirausahaan, seserorang dapat melakukan penilaian yang baik, baik dari segi positif maupun dari segi negatifnya, tahu manfaatnya atau tahu untung ruginya, sehingga akhirnya akan menimbulkan reaksi perasaan yang positif. 1.4 Program Praktek Kerja Lapangan (PKL) Sekolah Menengah Kejuruan Kelautan dan Perikanan Program praktek kerja lapangan adalah rencana tertulis yang diusun secara sistematis yang memberikan arah dan pedoman sebagai alat pengendali pencapaian tujuan PKL. Program PKL Sekolah Menengah Kejuruan Kelautan dan Perikanan berisi materi yang akan dipraktekan siswa meliputi: pengetahuan, informasi teknologi, manajemen ekonomi, sikap, serta keterampilan sesuai dengan kurikulum yang berlaku dalam kajian masing-masing Program Keahlian (Kurikulum SMK, 2011:192). Program Keahlian yang dikaji pada setiap Sekolah Menengah Kejuruan berbeda satu sama lain yang disesuaikan dengan kondisi dan sumber daya perikanan dan kelautan masing-masing wilayah. Dalam Kurikulum SMK Menengah Kejuruan Tahun 2011 terdapat program keahlian, di antaranya: Program Keahlian Agribisnis Hasil Perikanan, Program Keahlian Agribisnis Produksi Sumberdaya Perairan. Pengembangan program pendidikan kejuruan ditekankan oleh Djohar (dalam Tim Pengembang Ilmu Pendidikan, 2009:384), bahwa program pendidikan harus memberikan seperangkat skill (keterampilan) secara simultan dengan kemampuan lainnya (aspek kognitif, afektif, dan

8 15 psikomotoriknya) sesuai perkembangan pasar kerja, karena pendidikan kejuruan memiliki sifat untuk menyiapkan penyediaan tenaga kerja. Demikian juga, Holland (1985), yang dikutip oleh Djohar (dalam Tim Pengembang Ilmu Pendidikan, 2009:385), menekankan bahwa pendidikan kejuruan merupakan pendidikan karier, karenanya keseluruhan pendidikan harus didasarkan kepada teori dan program meliputi: bimbingan kerja, pelayanan penempatan serta program eksplorasi yang berhubungan dengan kebutuhan lapangan kerja. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa program Praktek Kerja Lapangan SMK Kelautan dan Perikanan adalah rencana aksi yang akan dilaksanakan oleh peserta didik dalam praktek kerja berupa: pengetahuan, keterampilan proses, serta pembentukan sikap dan komitmen dalam berwirausaha yang tertuju pada aspek-aspek kajian masing-masing Program Keahlian (Rumpun Keahlian) sesuai dengan kebutuhan pasar kerja. Pelaksanaan praktek kerja lapangan merupakan proses menerapkan berbagai pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan rencana aksi yang telah ditetapkan oleh setiap Program Keahlian atau bidang kajian masing-masing siswa. Dalam prosesnya, melalui suatu mekanisme dan strategi pembelajaran sesuai dengan tuntutan penguasaan kompetensi baik pengetahuan, sikap dan keterampilan yang harus dikuasai. Mekanisme yang ditempuh sesuai pedoman pelaksanaan kegiatan PKL diawali dengan menetapkan kompetensi yang akan dicapai yang dijabarkan dalam tujuan PKL. Selanjutnya, melakukan observasi lapangan pada perusahaan-perusahaan atau badan usaha yang akan dijadikan mitra dalam PKL. Setelah tempat PKL ditetapkan, disusun instrumen yang akan

9 16 dijadikan sebagai alat untuk memantau dan mengevaluasi pelaksanaan program yang telah disepakati, yang dilakukan oleh sekolah bersama dengan perusahaan tempat praktek. Berdasarkan instrumen yang telah disusun dan disepakati tersebut, sekolah bersama perusahaan melakukan kegiatan pemantauan dan evaluasi terhadap pelaksanaan PKL, baik hasil maupun hambatan-hambatan yang ditemui dalam pelaksanaannya. 2. Pelaksanaan Program Praktek Kerja Lapangan (PKL) Pengaturan pelaksanaan praktek kerja lapangan dilakukan dengan mempertimbangkan dunia kerja untuk dapat menerima siswa serta jadwal praktek sesuai dengan kondisi setempat. Praktek kerja lapangan memerlukan perencanaan secara tepat oleh pihak sekolah dan pihak perusahaan, agar dapat terselenggara dengan efektif dan efisien. Menurut Soewarni, (2012) proses pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan dilakukan oleh siswa di perusahaan, baik berupa perusahaan besar, menengah maupun perusahaan kecil. Dalam pelaksanaan PKL ini, langkah-langkah pelaksanaan praktek harus tetap mengacu pada desain pembelajaran yang telah ditetapkan. Cara yang digunakan dalam melaksanakan program PKL, meliputi: proses monitoring yang dilakukan, pihak-pihak yang melkukan monitoring, teknik-teknik evaluasi yang digunakan, kriteria keberhasilan pelaksanaan PKL, serta pengambilan keputusan terhadap hasil PKL yang dilaksanakan siswa. Monitoring dilakukan untuk mengetahui berbagai kemajuan yang diperoleh dan hambatanhambatan yang mungkin ditemui dalam proses pelaksanaan PKL. Proses

10 17 monitoring dilaksanakan oleh tim monitoring yang dibentuk oleh sekolah bersama dengan perusahaan mitra dengan berpedoman pada instrumen yang telah dibuat bersama. 3. Evaluasi Praktek Kerja Lapangan (PKL) 3.1 Pengertian dan Fungsi Evaluasi Evaluasi merupakan komponen kurikulum yang tidak dapat dielakkan dalam setiap kegiatan pendidikan yang secara khusus dalam proses pembelajaran. Batasan pengertian tentang evaluasi yang dikemukakan oleh para ahli pada umumnya mengandung makna yang sama bahwa evaluasi merupakan proses untuk menetapkan nilai sejumlah tujuan, kegiatan, keputusan, unjuk-kerja, proses, orang, objek, dan hal-hal lainnya. Wand dan Brown yang dikutip oleh Dimyati dan Mudjiono (2007: 191) mengemukakan bahwa evaluasi adalah suatu proses untuk menetukan nilai dari sesuatu. Lebih dipertegas lagi oleh Suryanto (2009: 3), bahwa evaluasi adalah proses memberikan atau menentukan nilai kepada objek tertentu berdasarkan suatu kriteria tertentu. Dari ketiga pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa evaluasi dapat diartikan sebagai proses sistematis untuk menentukan nilai sesuatu (tujuan, kegiatan, keputusan, unjuk-kerja, proses, orang, objek, dan hal-hal lain berdasarkan kriteria tertentu melalui kegiatan penilaian. Cara menentukan nilai sebagaimana dimaksud adalah dengan cara membandingkan langsung dengan kriteria atau dapat pula melakukan pengukuran terlebih dahulu terhadap sesuatu yang akan dinilai, kemudian membandingkannya dengan kriteria.

11 18 Dalam kaitan dengan evaluasi program praktek kerja lapangan, evaluasi yang dilakukan adalah evaluasi proses dan evaluasi hasil belajar. Evaluasi proses adalah evaluasi yang dilakukan terhadap proses-proses kerja suatu kegiatan tertentu, sedangkan evaluasi hasil belajar adalah melalui kegiatan penilaian atau pengukuran belajar dan pembelajaran yang dilakukan guru. Susanto (2007:190), mengemukakan bahwa evaluasi hasil belajar menekankan pada diperoleh informasi tentang seberapa besar perolehan peserta didik dalam mencapai tujuan pengajaran yang ditetapkan. Sedangkan evaluasi proses merupakan langkahlangkah sistematis untuk memperoleh informasi tentang keefektifan proses pembelajaran dalam membantu peserta didik mencapai tujuan-tujuan pengajaran secara optimal. Pendapat tersebut mengandung makna bahwa evaluasi hasil belajar menetapkan baik buruknya hasil dari kegiatan pembelajaran, sedangkan evaluasi proses menetapkan baik buruknya proses dari kegiatan pembelajaran. Selanjutnya Dimyati dan Mudjiono (2007:221), mempertegas pengertian evaluasi pembelajaran sebagai suatu proses untuk menentukan nilai atau manfaat kegiatan pembelajaran melalui kegiatan pengukuran dan penilaian. Berkaitan dengan kegiatan praktek kerja lapangan, kedua pendapat tersebut di atas mengandung makna, bahwa evaluasi praktek kerja lapangan bersangkut paut dengan seluruh komponen praktek kerja lapangan, yaitu: program PKL, tujuan PKL, guru, peserta didik, media praktek, strategi pelaksanaan PKL, sumber belajar yang digunakan dalam PKL, serta keefektifan teknik evaluasi yang digunakan dalam melakukan evaluasi program PKL. Dengan kata lain, evaluasi

12 19 program PKL ditujukan pada keberhasilan peserta didik dan keefektifan seluruh aspek yang terlibat dan dilibatkan dalam proses praktek kerja lapangan. Dari deskripsi teori dan pendapat yang telah diuraikan di atas, dapat disimpulkan bahwa evaluasi program PKL adalah suatu kegiatan untuk menentukan keberhasilan proses pelaksanaan program PKL yang mencakup tujuan-tujuan PKL, kemampuan siswa dalam melaksanakan PKL, bahan, media dan strategi pembelajaran, serta hasil belajar yang dicapai oleh peserta didik dalam kegiatan PKL berupa pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai yang dituntut. Mengacu pada pengertian evaluasi di atas, dapat dikemukakan bahwa tujuan utama evaluasi adalah memperoleh sejumlah informasi yang bersangkut paut dengan seluruh unsur yang tercakup dalam kegiatan pembelajaran. Irawan (2006:10.2-3), mengemukakan bahwa setidaknya ada 3 (tiga) fungsi evaluasi dalam pembelajaran, yaitu: (1) untuk memahami sesuatu, (2) untuk membuat keputusan, dan (3) untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran. Sejalan dengan pendapat tersebut, Dimyati dan Mudjiono (2007:37), mengatakan bahwa evaluasi mencakup beberapa hal, yaitu: (1) untuk diagnostik dan pengembangan, (2) untuk seleksi, (3) untuk penempatan, (4) untuk menentukan kenaikan kelas, serta (5) untuk akreditasi. Fungsi evaluasi untuk diagnostik dan pengembangan adalah hasil evaluasi digunakan untuk mendiagnosis kelemahan dan keunggulan peserta didik beserta sebab-sebabnya. Berdasarkan hasil diagnosis guru melakukan pengembangan pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik. Fungsi seleksi

13 20 adalah hasil evaluasi digunakan sebagai dasar untuk menentukan peserta didik paling cocok untuk jenis jabatan atau pendidikan tertentu. Fungsi evaluasi untuk kenaikan kelas bahwa hasil evaluasi akan memberikan informasi penguasaan terhada sejumlah kompetensi sebagai prasyarat untuk duduk pada jenjang kelas yang lebhi tinggi. Dengan demikian, hasil evaluasi dapat digunakan untuk pengambilan keputusan dapat atau tidaknya seorang peserta didik menduduki kelas pada jenjang berikutnya. Fungsi evaluasi untuk akreditasi bahwa hasil evaluasi digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan terhadap suatu lembaga pendidikan tertentu apakah lembaga tersebut layak atau belum layak memperoleh pengakuan sebagai lembaga pendidikan dapat dipercaya mengelola pendidikan dan pembelajaran sesuai standar yang telah ditentukan oleh pemerintah. Jadi dapat disimpulkan bahwa hasil evaluasi praktek kerja lapangan berfungsi sebagai bahan pertimbangan untuk pengambilan keputusan terhadap berbagai kegiatan praktek yang dilaksanakan oleh siswa berkenaan dengan tujuan praktek kerja lapangan. Dengan kata lain, evaluasi praktek kerja lapangan berfungsi untuk menentukan keberhasilan peserta didik dalam proses praktek kerja lapangan dan sebagai umpan balik bagi guru dan instruktur praktek atas kinerjanya dalam pengelolaan PKL.

14 Prosedur Evaluasi Prosedur evaluasi adalah langkah-langkah yang ditempuh dalam melakukan evaluasi terkait dengan kegiatan yang dilakukan, pihak-pihak yang terlibat dalam melakukan evaluasi, mekanisme serta pedoman yang dijadikan dasar kriteria keberhasilan pelaksanaan praktek kerja lapangan. Langkah awal yang dilakukan adalah menyusun standar keberhasilan PKL sesuai kompetensi yang harus dikuasai siswa dalam kurikulum yang berlaku, penyusunan instrumen evaluasi yang dilakukan oleh pihak sekolah bersama dengan perusahaan atau badan usaha tempat praktek yang akan menjadi mitra dalam PKL. 2.2 Strategi Evaluasi Strategi evaluasi merupakan suatu cara yang digunakan terkait dengan proses pelaksanaannya, yang meliputi: proses monitoring yang dilakukan, pihakpihak yang melakukan monitoring, teknik-teknik evaluasi yang digunakan, kriteria keberhasilan pelaksanaan PKL, serta pengambilan keputusan terhadap hasil PKL yang dilaksanakan oleh siswa. Monitoring dilakukan untuk mengetahui berbagai kemajuan yang diperoleh dan hambatan-hambatan yang mungkin ditemui dalam proses pelaksanaan PKL. Proses monitoring dilaksanakan oleh tim monitoring yang dibentuk oleh sekolah bersama dengan perusahaan mitra dengan berpedoman pada instrumen yang telah dibuat bersama. Sementara itu, proses evaluasi dilaksanakan dengan menggunakan instrumen sesuai dengan kompetensi yang akan dikuasai baik aspek kognitif, afektif maupun keterampilan pada bidang keahlian masing-masing siswa.

15 22 Berkaitan dengan penentuan keberhasilan siswa dilakukan berdasarkan pada standar/kriteria keberhasilan sesuai dengan arahan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), yaitu: evaluasi proses, evaluasi kinerja dan evaluasi hasil praktek yang diukur melalui kemampuan menghasilkan produk tertentu. B. Jiwa Kewirausahaan Siswa Jiwa merupakan bagian yang bukan jasmaniah dari seseorang. mencakup pikiran dan seluruh aspek kepribadianseseorang. Kepribadian seseorang meliputi sikap mental dan fisik. Sikap mental adalah kecenderungan seseorang dalam cara mengkomunikasikan atau mengekspresikan suasana hati atau watak kepada orang lain. Jika ekpresi kita kepada orang lain positif, maka dikatakan bahwa orang yang bersikap mental positif. Sebaliknya jika ekpresi kita kepada orang lain negatif, maka kita disebut sebagai orang yang bersikap mental negatif. Sedangkan enrteprenuer (kewirausahaan) adalah orang yang mampu menciptakan bisnis baru serta kreatif dan inovatif dengan menanggung risiko dan ketidakpastian untuk mencapai keuntungan dan pertumbuhan dengan cara mengindentifikasi peluang dan ancaman serta menggabungkan dengan sumberdaya yang dimilikinya. Dengan demikian, jiwa entrepreneushipr merupakan kunci untuk meraih kesuksesan dalam bisnis. Salah satu jiwa kewirausahaan yang menonjol adalah sikap mental positif dan dinamis (selalu mau melakukan perubahan). Jadi entrepreneurship adalah jiwa kewirausahaan yang dibangun untuk menjembatani antara ilmu dengan kemampuan dasar. Entrepreneurship ini dikemas secara simultan dengan berbagai mata pelajaran

16 23 sesuai kurikulum yang dikembangkan dan diimplementasikan dalam pembelajaran. Secara sederhana arti kewirausahaan adalah kemampuan kreatif dan inovatif yang dijadikan dasar, kiat, dan sumber daya untuk mencari peluang menuju sukses. (Suryana, 2006:2). Demikian juga Pegy (dalam Hendro, 2005:15), mengartikan kewirausahaan sebagai: Suatu usaha yang kreatif membangun suatu value (nilai) dari yang belum menjadi ada dan bisa dinikmati oleh orang banyak. Wirausaha yang sukses mempunyai empat unsur pokok yaitu: (a) kemampuan dalam membaca peluang, berinovasi mengelola dan menjual, (b) keberanian dalam mengatasi ketakutan, mengendalikan resiko, dan untuk keluar dari zona kenyamanan, (c) keteguhan hati yaitu ulet, pantang menyerah, teguh akan keyakinan, dan kekuatan akan pikiran bahwa anda bisa, (d) kreativitas yang memperlukan sebuah inspirasi sebagai cikal bakal ide untuk menentukan peluang berdasarkan instuisi. Sedangkan menurut Kasmir (2006: 32), wirausaha yaitu orang yang berjiwa berani mengambil resiko untuk membuka usaha dalam berbagai kesempatan. Dalam kaitan dengan hal tersebut, Soemanto (dalam Hantoro, 2005: 47) menyebutkan bahwa: Manusia wirausaha adalah orang yang mempunyai kepribadian kuat dan memiliki ciri-ciri: (a) memiliki moral yang tinggi meliputi ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, kemerdekaan batin, keutamaan, kasih saying terhadap sesame manusia, kualitas hokum dan keadilan (b) memiliki sikap mental berwirausaha meliputi berkemamuan keras dan pantang menyerah, berkeyakinan kuat atas kekuatan pribadi, jujur dan bertanggung jawab dan mempunyai ketahan mental yang kuat (c) Memiliki kepekaan terhadap lingkungan (d) memiliki ketrampilan berwirausaha yaitu ketrampilan berfikir kreatif, ketrampilan mengambil keputusan, ketrampilan dalam kepempimpinan, ketrampilan manajerial dan ketrampilan bergaul. Jadi yang dimaksud dengan jiwa entrepreneurship adalah keinginan, motivasi dan dorongan untuk berenteraksi dan melakukan segala sesuatu dengan

17 24 perasaan senang untuk mencapai tujuan dengan bekerja keras dan mandiri membuka suatu usaha berdasarkan peluang yang ada, serta keyakinan dan keberanian mengambil resiko dalam berwirausaha. Kewirausahaan ini sesungguhnya dimiliki oleh setiap orang, tetapi dalam jumlah dan kadar yang berbeda-beda. Hal ini dapat dikembangkan menjadi karakter seseorang, oleh karena itu aspek tersebut harus diasah dan dipraktikkan. Umumnya pelajaran yang memiliki entrepreneurship ini berupa pelajaran yang laik jual, seperti Bahasa Inggris, Bahasa Indonesia, Ekonomi, Akuntansi. Pendidikan kewirausahaan di sekolah-sekolah, maka para siswa mendapatkan bekal pengetahuan yang cukup tentang berwirausaha. Dengan bekal pengetahuan tersebut, setelah tamat mereka diharapkan dapat memanfaatkannya untuk melakukan usaha secara mandiri, sehingga tidak selalu mengharapkan lapangan kerja dari pemerintah. Kalau pendidikan kewirausahaan ini berhasil, maka akan muncul wirausahawan-wirausahawan baru yang memberikan kesempatan kerja kepada orang lain yang dapat menyerap banyak tenaga kerja. Dengan demikian, maka secara tidak langsung akan dapat mengurangi angka pengangguran dan membantu pemerintah dalam mengembangkan dan memperkuat perekonomian negara. Pengetahuan kewirausahaan adalah segala informasi atau berbagai gejala yang ditemui dan diketahui oleh manusia melalui panca indra dan akalnya tentang suatu usaha untuk membangun suatu value dengan kemampuan, keberanian, keteguhan hati dan kreatifitas serta berani mengambil resiko untuk peluang menuju sukses untuk membuka usaha dalam berbagai kesempatan dengan

18 25 mengetahui apa saja faktor-faktor yang menjadi pangkal keberhasilan seseorang menuju kesuksesan tersebut. Pengetahuan tentang kewirausahaan sendiri sebenarnya dapat diperoleh dari berbagai media massa baik melalui media cetak maupun media elektronik selain diperoleh dari bangku sekolah. Selain itu, pengetahuan kewirusahaaan juga dapat diperoleh dengan melakukan kunjungan langsung maupun pengamatan langsung terhadap proses produksi pada suatu perusahaan tertentu. Hal tersebut akan memberikan pengetahuan dan pengalaman yang menarik tentang dunia wirausaha, sehingga seorang peserta didik akan tergugah melakukan perubahan-perubahan dalam dirinya baik sikap, pandangan terhadap suatu persoalan tertentu yang dihadapi dalam hidup dan kehidupannya.

BAB 1 PENDAHULUAN. mengembangkan pola kehidupan bangsa yang lebih baik. berorientasi pada masyarakat Indonesia seutuhnya, menjadikan pembangunan

BAB 1 PENDAHULUAN. mengembangkan pola kehidupan bangsa yang lebih baik. berorientasi pada masyarakat Indonesia seutuhnya, menjadikan pembangunan 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan suatu bangsa erat hubungannya dengan masalah pendidikan adalah sebuah proses dengan metode-metode tertentu sehingga orang memperoleh pengetahuan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia (SDM). Oleh karena itu, perkembangan sumber daya. pengetahuan maupun penguasaan tinggi sangat diperlukan.

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia (SDM). Oleh karena itu, perkembangan sumber daya. pengetahuan maupun penguasaan tinggi sangat diperlukan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan teknologi dan dunia kerja erat hubungannya dengan dunia pendidikan. Peningkatan mutu pendidikan bagi bangsa Indonesia selalu mendapat perhatian mutlak bagi

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORITIS

BAB II KERANGKA TEORITIS BAB II KERANGKA TEORITIS A. Kajian Teori 1. Praktek Kerja Industri (Prakerin) a. Pengertian Praktik Kerja Industri Pembelajaran di dunia kerja adalah suatu strategi dimana setiap peserta mengalami proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkreasi serta melakukan inovasi secara optimal yaitu mewujudkan gagasangagasan

BAB I PENDAHULUAN. berkreasi serta melakukan inovasi secara optimal yaitu mewujudkan gagasangagasan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pada suatu Negara yang sedang berkembang, peran para wirausahawan tidak dapat diabaikan terutama dalam melaksanakan pembangunan. Suatu bangsa akan berkembang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan menengah kejuruan merupakan pendidikan vokasi yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan menengah kejuruan merupakan pendidikan vokasi yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan menengah kejuruan merupakan pendidikan vokasi yang bertujuan menyiapkan peserta didik menjadi manusia yang terampil, mandiri, dan juga produktif yang langsung

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. dimana perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat dan

I PENDAHULUAN. dimana perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat dan 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan sangat berperan penting di dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas. Terutama dalam menghadapi arus globalisasi saat ini, dimana perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam meningkatkan sumber daya manusia Indonesia. Salah satu jenis

BAB I PENDAHULUAN. dalam meningkatkan sumber daya manusia Indonesia. Salah satu jenis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan negara kita yang tertuang dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Tahun 1945 salah satunya adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Upaya pemerintah untuk mewujudkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan teknologi yang sangat cepat pada saat ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan teknologi yang sangat cepat pada saat ini 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi yang sangat cepat pada saat ini membawa dampak bagi tatanan kehidupan yang ditandai dengan meningkatnya persaingan yang tinggi sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dalam era informasi saat

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dalam era informasi saat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu proses yang dinamis sesuai dengan perubahan masyarakat dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dalam era informasi saat ini,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. erat. Hal ini terbukti dengan adanya fakta bahwa perkembangan ilmu

BAB I PENDAHULUAN. erat. Hal ini terbukti dengan adanya fakta bahwa perkembangan ilmu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Era globalisasi ini pembangunan sumber daya manusia memiliki arti yang sangat penting. Dalam era tersebut diperlukan Sumber Daya Manusia (SDM) Indonesia yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peradaban bangsa yang bermartabat. Hal ini ditegaskan dalam Undang-undang

BAB I PENDAHULUAN. peradaban bangsa yang bermartabat. Hal ini ditegaskan dalam Undang-undang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian Pendidikan nasional berfungsi untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dalam rangka mengembangkan kamampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat.

Lebih terperinci

BAB I PENDABULUAN. Pembangunan pendidikan nasional Indonesia mendapat pencerahan di

BAB I PENDABULUAN. Pembangunan pendidikan nasional Indonesia mendapat pencerahan di BAB I PENDABULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pembangunan pendidikan nasional Indonesia mendapat pencerahan di dalam pelaksanaannya sejak disahkannya Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. regional, nasional maupun internasional. Untuk mencapai tujuan tersebut,

BAB I PENDAHULUAN. regional, nasional maupun internasional. Untuk mencapai tujuan tersebut, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan industrial Training yang keberhasilanya di tandai dengan output (tamatan dan produk barang / jasa ) tersebut mempunyai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan upaya manusia untuk memperluas cakrawala

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan upaya manusia untuk memperluas cakrawala BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pendidikan merupakan upaya manusia untuk memperluas cakrawala pengetahuannya dalam rangka membentuk nilai, sikap, dan perilaku. Sebagai upaya yang bukan saja membuahkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seperti petani, karyawan, mahasiswa, pegawai pemerintah, guru, dan lain sebagainya. Hal

BAB I PENDAHULUAN. seperti petani, karyawan, mahasiswa, pegawai pemerintah, guru, dan lain sebagainya. Hal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jiwa Kewirausahaan (Entrepreneurship) ialah ciri-ciri atau sifat kemandirian yang dimiliki seseorang atau individu, baik itu kalangan usahawan maupun masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gun Gun Gunawan, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gun Gun Gunawan, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan diharapkan mampu melahirkan calon-calon penerus pembangunan yang sabar, kompeten, mandiri, kritis, rasional, cerdas, kreatif, dan siap menghadapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang pada saat ini giat membangun segala sektor pembangunan khususnya sektor industri. Untuk melaksanakan

Lebih terperinci

BAB 1 P E N D A H U L U A N

BAB 1 P E N D A H U L U A N BAB 1 P E N D A H U L U A N 1.1. Latar Belakang Undang-undang No. 20 Tahun 2003 menyatakan bahwa Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengangguran masih menjadi masalah serius di Indonesia karena sampai

BAB I PENDAHULUAN. Pengangguran masih menjadi masalah serius di Indonesia karena sampai BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Penelitian Pengangguran masih menjadi masalah serius di Indonesia karena sampai dengan saat ini jumlah angkatan kerja berbanding terbalik dengan kesempatan kerja yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Pasal 3 Tentang Sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Pasal 3 Tentang Sistem Pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Pasal 3 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, menjelaskan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. instruktur praktek kerja lapangan (PKL) pada tempat praktek kerja lapangan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. instruktur praktek kerja lapangan (PKL) pada tempat praktek kerja lapangan 33 A. Hasil Penelitian BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Deskripsi Data Hasil Penelitian Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan informan baik kepala sekolah, wakil kepala sekolah bidang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sekolah menengah umum dan kejuruan sedikit ada. perbedaan, dimana Sekolah menengah umum lebih menekankan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sekolah menengah umum dan kejuruan sedikit ada. perbedaan, dimana Sekolah menengah umum lebih menekankan untuk BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan sekolah menengah umum dan kejuruan sedikit ada perbedaan, dimana Sekolah menengah umum lebih menekankan untuk menyiapkan siswa untuk melanjutkan

Lebih terperinci

Oleh : Sri Admawati K BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Oleh : Sri Admawati K BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Hubungan antara kreativitas dan persepsi peluang kerja dengan minat berwirausaha pada siswa kelas XI SMK Batik 2 Surakarta tahun diklat 2006/2007 Oleh : Sri Admawati K7403187 BAB I PENDAHULUAN A. Latar

Lebih terperinci

Entrepreneurship and Inovation Management

Entrepreneurship and Inovation Management Modul ke: Entrepreneurship and Inovation Management KEWIRAUSAHAAN DAN KARAKTER WIRAUSAHA (ENTREPRENEUR) Fakultas Ekonomi Dr Dendi Anggi Gumilang,SE,MM Program Studi Pasca Sarjana www.mercubuana.ac.id 1.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengaruh Prestasi Praktik Kerja Industri (Prakerin) terhadap Minat Berwisata Siswa

BAB I PENDAHULUAN. Pengaruh Prestasi Praktik Kerja Industri (Prakerin) terhadap Minat Berwisata Siswa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Untuk menghadapi zaman globalisasi, dimana perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin tinggi seperti sekarang ini, suatu negara harus mempunyai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peradaban yang lebih sempurna. Sebagaimana Undang Undang Dasar Negara

BAB I PENDAHULUAN. peradaban yang lebih sempurna. Sebagaimana Undang Undang Dasar Negara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dewasa ini memiliki andil penting dalam kemajuan bangsa. Andil tersebut tentunya menuntun manusia sebagai pelaku pendidikan menuju peradaban yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Lutma Ranta Allolinggi, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Lutma Ranta Allolinggi, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan adalah upaya sadar dan terencana dalam proses pembimbingan dan pembelajaran bagi individu agar tumbuh berkembang menjadi manusia yang mandiri,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu yang sangat besar dan mendasar, karena

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu yang sangat besar dan mendasar, karena BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan suatu yang sangat besar dan mendasar, karena menyangkut kualitas suatu bangsa. Pendidikan juga berarti menyiapkan kaderkader bangsa siap

Lebih terperinci

BAB I. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah lembaga pendidikan kejuruan. yang tujuan utamanya mempersiapkan siswa menjadi tenaga kerja andal dengan

BAB I. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah lembaga pendidikan kejuruan. yang tujuan utamanya mempersiapkan siswa menjadi tenaga kerja andal dengan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah lembaga pendidikan kejuruan yang tujuan utamanya mempersiapkan siswa menjadi tenaga kerja andal dengan mengutamakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perwujudan kebijaksanan dan Link and Match. Dalam prosesnya, PSG ini. relevansi pendidikan dengan tuntutan kebutuhan tenaga kerja.

BAB I PENDAHULUAN. perwujudan kebijaksanan dan Link and Match. Dalam prosesnya, PSG ini. relevansi pendidikan dengan tuntutan kebutuhan tenaga kerja. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah pendidikan formal yang memiliki pola pelatihan khusus untuk mengarahkan peserta didik agar menjadi lulusan yang siap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia (SDM) melalui kegiatan pembelajaran. Kegiatan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Manusia (SDM) melalui kegiatan pembelajaran. Kegiatan tersebut BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha untuk mengembangkan potensi Sumber Daya Manusia (SDM) melalui kegiatan pembelajaran. Kegiatan tersebut diselenggalarakan pada semua jenjang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas dan handal di bidangnya masing-masing. memandirikan siswa didik. Dengan beberapa acuan perundangan tersebut jelas

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas dan handal di bidangnya masing-masing. memandirikan siswa didik. Dengan beberapa acuan perundangan tersebut jelas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan teknologi sangat mempengaruhi perekonomian masyarakat untuk menghadapi era globalisasi, bukan hanya masyarakat terpencil saja bahkan seluruh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ganda (PSG), sebagai perwujudan kebijaksanan dan Link and Match. Dalam. Dikmenjur (2008: 9) yang menciptakan siswa atau lulusan:

BAB I PENDAHULUAN. Ganda (PSG), sebagai perwujudan kebijaksanan dan Link and Match. Dalam. Dikmenjur (2008: 9) yang menciptakan siswa atau lulusan: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah pendidikan formal yang memiliki pola pelatihan khusus untuk mengarahkan peserta didik agar menjadi lulusan yang siap terjun

Lebih terperinci

MENUMBUHKAN JIWA KEWIRAUSAHAAN

MENUMBUHKAN JIWA KEWIRAUSAHAAN MENUMBUHKAN JIWA KEWIRAUSAHAAN 1 PENDAHULUAN Jika dahulu kewirausahaan merupakan bakat bawaan sejak lahir dan diasah melalui pengalaman langsung di lapangan, maka sekarang ini paradigma tersebut telah

Lebih terperinci

PENGELOLAAN PENDIDIKAN SISTEM GANDA

PENGELOLAAN PENDIDIKAN SISTEM GANDA PENGELOLAAN PENDIDIKAN SISTEM GANDA (Studi Situs SMK Muhammadiyah 2 Cepu) TESIS Diajukan Kepada Program Studi Magister Manajemen Pendidikan Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. segala bidang khususnya di dunia usaha sangat begitu ketat dan diikuti dengan

BAB I PENDAHULUAN. segala bidang khususnya di dunia usaha sangat begitu ketat dan diikuti dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu pengetahuan teknologi dan seni (IPTEKS) mengalami perkembangan dan kemajuan yang sangat pesat pada saat ini. Sejalan dengan itu persaingan di segala bidang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan faktor utama untuk meningkatkan kualitas sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan faktor utama untuk meningkatkan kualitas sumber daya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan faktor utama untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Seperti yang dinyatakan dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara tahun 2004,

Lebih terperinci

MENUMBUHKAN JIWA KEWIRAUSAHAAN

MENUMBUHKAN JIWA KEWIRAUSAHAAN MENUMBUHKAN JIWA KEWIRAUSAHAAN 1 PENDAHULUAN Jika dahulu kewirausahaan merupakan bakat bawaan sejak lahir dan diasah melalui pengalaman langsung di lapangan, maka sekarang ini paradigma tersebut telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha sadar yang terencana, terprogram dan berkesinambungan membantu peserta didik mengembangkan kemampuannya secara optimal, baik aspek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tempat kerja yang tersedia saat ini, sehingga banyak orang yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. tempat kerja yang tersedia saat ini, sehingga banyak orang yang tidak 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu masalah yang muncul dalam era globalisasi dan industrialisasi dewasa ini di Indonesia adalah menyempitnya lapangan pekerjaan. Orang yang mencari

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menjalani hidup dan kehidupan, sebab pendidikan bertujuan untuk memberikan

BAB 1 PENDAHULUAN. menjalani hidup dan kehidupan, sebab pendidikan bertujuan untuk memberikan 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan satu diantara kebutuhan pokok manusia dalam menjalani hidup dan kehidupan, sebab pendidikan bertujuan untuk memberikan perubahan pemahaman,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pengembangan sumber daya manusia dewasa ini telah menjadi hal yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pengembangan sumber daya manusia dewasa ini telah menjadi hal yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pengembangan sumber daya manusia dewasa ini telah menjadi hal yang semakin penting dalam pembangunan nasional. Sumber daya manusia berkualitas tinggi merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Negara Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki jumlah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Negara Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki jumlah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Negara Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki jumlah penduduk yang banyak. Jumlah penduduk di dunia pada tahun 2010 mencapai 6.868.638.152 jiwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. global telah menciptakan multi crisis effect yang membuat perusahaan di

BAB I PENDAHULUAN. global telah menciptakan multi crisis effect yang membuat perusahaan di 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Krisis global yang melanda Amerika sejak akhir tahun 2008 yang diawali dengan ambruknya sektor perbankan di USA dan merambat ke berbagai sektor di kawasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN UU Sistem Pendidikan Nasional pasal 15 Depdiknas (2006: 8) menyebutkan bahwa Pendidikan Kejuruan merupakan pendidikan menengah yang mempersiapkan peserta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam era globalisasi dan semakin terbukanya pasar dunia, Indonesia dihadapkan pada persaingan yang semakin luas dan berat. Ketidakmampuan dalam meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kerja, dunia kerja yang semula menggunakan tenaga kerja manusia pada akhirnya

BAB I PENDAHULUAN. kerja, dunia kerja yang semula menggunakan tenaga kerja manusia pada akhirnya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Saat ini negara Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang sedang mengalami perkembangan perekonomian, yaitu dari era pertanian menuju ke era industri dan jasa.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang dinamis dan syarat akan perkembangan, oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang dinamis dan syarat akan perkembangan, oleh karena itu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan dari seni dan budaya manusia yang dinamis dan syarat akan perkembangan, oleh karena itu perubahan atau perkembangan

Lebih terperinci

HUBUNGAN MINAT BERWIRAUSAHA DENGAN PRESTASI PRAKTIK KERJA INDUSTRI SISWA KELAS XII TEKNIK OTOMOTIF SMK NEGERI 1 ADIWERNA KABUPATEN TEGAL TAHUN AJARAN

HUBUNGAN MINAT BERWIRAUSAHA DENGAN PRESTASI PRAKTIK KERJA INDUSTRI SISWA KELAS XII TEKNIK OTOMOTIF SMK NEGERI 1 ADIWERNA KABUPATEN TEGAL TAHUN AJARAN HUBUNGAN MINAT BERWIRAUSAHA DENGAN PRESTASI PRAKTIK KERJA INDUSTRI SISWA KELAS XII TEKNIK OTOMOTIF SMK NEGERI 1 ADIWERNA KABUPATEN TEGAL TAHUN AJARAN 2008/2009 Isky Fadli Fu adi Prodi Pendidikan Teknik

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN ENTREPRENEURSHIP PADA MAHASISWA UMS

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN ENTREPRENEURSHIP PADA MAHASISWA UMS i HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN ENTREPRENEURSHIP PADA MAHASISWA UMS SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat sarjana S-1 Diajukan oleh : DIYAH RETNO NING TIAS F

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan masa depan pembangunan bangsa mengharapkan penduduk yang

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan masa depan pembangunan bangsa mengharapkan penduduk yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Era Globalisasi dan pertumbuhan ekonomi yang cukup pesat ini, pemerintah sedang melaksanakan pembangunan di segala bidang yang pada hakekatnya bertujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan tujuan pendidikan nasional tersebut, maka menjadi. pemerintah, masyarakat, maupun keluarga. Namun demikian, pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan tujuan pendidikan nasional tersebut, maka menjadi. pemerintah, masyarakat, maupun keluarga. Namun demikian, pemerintah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kunci utama kemajuan suatu bangsa, yaitu untuk membentuk Sumber Daya Manusia yang berpotensi. Pendidikan diharapkan dapat meningkatkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. penelitian yang terdiri dari latar belakang masalah, identifikasi masalah,

I. PENDAHULUAN. penelitian yang terdiri dari latar belakang masalah, identifikasi masalah, I. PENDAHULUAN Pada bab pendahuluan ini akan dibahas beberapa hal mengenai gambaran umum penelitian yang terdiri dari latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan setiap individu serta watak dan peradaban bangsa yang bermartabat

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan setiap individu serta watak dan peradaban bangsa yang bermartabat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Semakin maju suatu negara semakin banyak orang yang terdidik dan banyak pula orang yang menganggur. Maka semakin dirasakan pentingnya dunia usaha. Salah satu

Lebih terperinci

BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 22 TAHUN 2012

BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 22 TAHUN 2012 BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 22 TAHUN 2012 TENTANG DUKUNGAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN OLEH MASYARAKAT, DUNIA USAHA/ INDUSTRI DI KABUPATEN SIDOARJO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Agus Muharam, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Agus Muharam, 2013 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan salah satu lembaga pendidikan formal menengah yang secara khusus mempersiapkan peserta didiknya untuk siap bekerja di dunia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekolah atau perguruan tinggi tertentu saja. Sejalan dengan perkembangan dan

BAB I PENDAHULUAN. sekolah atau perguruan tinggi tertentu saja. Sejalan dengan perkembangan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia, kewirausahaan dipelajari baru terbatas pada beberapa sekolah atau perguruan tinggi tertentu saja. Sejalan dengan perkembangan dan tantangan seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengikuti dan meningkatkan perkembangan ilmu pengetahuan dan tegnologi. menciptakan SDM yang berkualitas adalah melalui pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. mengikuti dan meningkatkan perkembangan ilmu pengetahuan dan tegnologi. menciptakan SDM yang berkualitas adalah melalui pendidikan. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan perkembangan tegnologi yang terus berkembang pesat sekarang ini akan membawa dampak kemajuan diberbagai bidang kehidupan, oleh karena itu pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan Nasional merupakan pencerminan kehendak untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan Nasional merupakan pencerminan kehendak untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan Nasional merupakan pencerminan kehendak untuk terus menerus meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat Indonesia secara adil dan merata, serta

Lebih terperinci

KEWIRAUSAHAAN. Ahsin Zaedi, S.Kom Direktur GMP Nusantara Berkarya Owner Griya Sehat Sejahtera Owner Sekolah Panahan

KEWIRAUSAHAAN. Ahsin Zaedi, S.Kom Direktur GMP Nusantara Berkarya Owner Griya Sehat Sejahtera Owner Sekolah Panahan MENUMBUHKAN JIWA KEWIRAUSAHAAN Ahsin Zaedi, S.Kom Direktur GMP Nusantara Berkarya Owner Griya Sehat Sejahtera Owner Sekolah Panahan 1 PENDAHULUAN Jika dahulu kewirausahaan merupakan bakat bawaan sejak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi yang ada saat ini akan membawa dampak kemajuan dalam berbagai bidang, oleh karena itu pembangunan terencana dan terprogram harus dilakukan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan faktor penting dalam membentuk dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan faktor penting dalam membentuk dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan faktor penting dalam membentuk dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia sebagai tenaga pengisi pembangunan yang sesuai dengan tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Upaya meningkatkan kualitas pendidikan terus-menerus dilakukan baik secara konvensional maupun inovatif dalam menghadapi berbagai tantangan yang dipengaruhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sementara lapangan pekerjaan yang ditawarkan juga terbatas, menuntut siswa

BAB I PENDAHULUAN. sementara lapangan pekerjaan yang ditawarkan juga terbatas, menuntut siswa BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Di era globalisasi, persaingan mencari kerja semakin kompetitif sementara lapangan pekerjaan yang ditawarkan juga terbatas, menuntut siswa dan kaum muda harus

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. secara rinci masing-masing kajian tersebut dikemukakan sebagai berikut. Pendidik di SMK Negeri 1 Candipuro harus mampu

I. PENDAHULUAN. secara rinci masing-masing kajian tersebut dikemukakan sebagai berikut. Pendidik di SMK Negeri 1 Candipuro harus mampu I. PENDAHULUAN Pembahasan pada bagian pendahuluan ini mencakup pada beberapa hal pokok yang terdiri dari latar belakang masalah, fokus penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,

Lebih terperinci

STUDI TENTANG KESIAPAN KERJA SEBELUM DAN SETELAH PRAKTIK KERJA INDUSTRI SISWA KELAS XI TKR DI SMK BINTARA KABUPATEN BANDUNG

STUDI TENTANG KESIAPAN KERJA SEBELUM DAN SETELAH PRAKTIK KERJA INDUSTRI SISWA KELAS XI TKR DI SMK BINTARA KABUPATEN BANDUNG BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi dewasa ini mengalami kemajuan yang sangat pesat, dan memberikan peningkatan kualitas dalam persaingan di dunia kerja.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dan membentuk watak serta peradapan bangsa, yang bermartabat dalam rangka

BAB 1 PENDAHULUAN. dan membentuk watak serta peradapan bangsa, yang bermartabat dalam rangka 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa pendidikan nasional bertujuan untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia dapat ditempuh melalui lembaga pendidikan formal dan non formal. Hal ini merupakan tantangan bagi dunia pendidikan

Lebih terperinci

REKONTRUKSI PENDIDIKAN KEWIRAUSAHAAN DALAM MEMBANGUN WATAK WIRAUSAHA MAHASISWA

REKONTRUKSI PENDIDIKAN KEWIRAUSAHAAN DALAM MEMBANGUN WATAK WIRAUSAHA MAHASISWA REKONTRUKSI PENDIDIKAN KEWIRAUSAHAAN DALAM MEMBANGUN WATAK WIRAUSAHA MAHASISWA Enceng Yana Abstrak Masih banyaknya lulusan pendidikan tinggi/sarjana yang belum memiliki pekerjaan merupakan hal yang sangat

Lebih terperinci

A. JUDUL PENGABDIAN: PELATIHAN PERENCANAAN USAHA BAGI REMAJA USIA PRODUKTIF DI DUSUN SLANGGEN, TIMBULHARJO, SEWON, BANTUL, YOGYAKARTA

A. JUDUL PENGABDIAN: PELATIHAN PERENCANAAN USAHA BAGI REMAJA USIA PRODUKTIF DI DUSUN SLANGGEN, TIMBULHARJO, SEWON, BANTUL, YOGYAKARTA A. JUDUL PENGABDIAN: PELATIHAN PERENCANAAN USAHA BAGI REMAJA USIA PRODUKTIF DI DUSUN SLANGGEN, TIMBULHARJO, SEWON, BANTUL, YOGYAKARTA B. ANALISIS SITUASI Menjadi wirausaha yang handal tidaklah mudah. Tetapi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap tahun jumlah penduduk di Indonesia semakin meningkat dari tahun ke tahun. Ini dikarenakan angka kelahiran lebih besar daripada angka kematian. Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jumlah lapangan kerja di Indonesia. Hal ini menyebabkan tingkat pengangguran di

BAB I PENDAHULUAN. jumlah lapangan kerja di Indonesia. Hal ini menyebabkan tingkat pengangguran di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk yang banyak. Pertumbuhan jumlah penduduk yang tinggi tidak disertai dengan peningkatan jumlah lapangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mampu meningkatkan kualitas sumber daya manusia itu adalah pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. mampu meningkatkan kualitas sumber daya manusia itu adalah pendidikan. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang mempunyai citacita luhur yakni mewujudkan masyarakat yang adil, makmur, damai dan sejahtera. Cita-cita itu bisa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menentukan cara produksi baru, menyusun operasi untuk pengadaan produk baru,

BAB I PENDAHULUAN. menentukan cara produksi baru, menyusun operasi untuk pengadaan produk baru, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wirausaha menurut bahasa adalah seorang yang berani berusaha secara mandiri dengan mengerahkan segala sumber daya dan upaya meliputi kepandaian mengenali produk baru,

Lebih terperinci

KESIAPAN KERJA SEBELUM DAN SETELAH PRAKTIK KERJA INDUSTRI SISWA SMK DI KABUPATEN BANDUNG

KESIAPAN KERJA SEBELUM DAN SETELAH PRAKTIK KERJA INDUSTRI SISWA SMK DI KABUPATEN BANDUNG 208 KESIAPAN KERJA SEBELUM DAN SETELAH PRAKTIK KERJA INDUSTRI SISWA SMK DI KABUPATEN BANDUNG Muhammad F. Rizqi 1, Inu H. Kusumah 2, Sulaeman 3 Departemen Pendidikan Teknik Mesin Universitas Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. banyak ditentukan oleh pendidikan bangsa itu sendiri (Sudirman, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. banyak ditentukan oleh pendidikan bangsa itu sendiri (Sudirman, 2012). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Sifatnya mutlak dalam kehidupan seseorang, keluarga, maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tahunnya. Hal tersebut dibuktikan dengan riset yang dilakukan oleh Badan

BAB I PENDAHULUAN. tahunnya. Hal tersebut dibuktikan dengan riset yang dilakukan oleh Badan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tingkat pengangguran di Indonesia cenderung meningkat setiap tahunnya. Hal tersebut dibuktikan dengan riset yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional dibidang pendidikan merupakan upaya untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional dibidang pendidikan merupakan upaya untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan nasional dibidang pendidikan merupakan upaya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia. Pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan karena jumlah lapangan kerja yang tersedia lebih kecil dibandingkan. seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk.

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan karena jumlah lapangan kerja yang tersedia lebih kecil dibandingkan. seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pengangguran merupakan produk dari ketidakmampuan pasar kerja dalam menyerap angkatan kerja yang tersedia. Selain itu pengangguran terjadi disebabkan karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. era globalisasi dan industrialisasi dewasa ini menimbulkan banyak permasalahan,

BAB I PENDAHULUAN. era globalisasi dan industrialisasi dewasa ini menimbulkan banyak permasalahan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan bertambah pesatnya jumlah penduduk di Indonesia dalam era globalisasi dan industrialisasi dewasa ini menimbulkan banyak permasalahan, termasuk

Lebih terperinci

Seminar Internasional, ISSN Peran LPTK Dalam Pengembangan Pendidikan Vokasi di Indonesia

Seminar Internasional, ISSN Peran LPTK Dalam Pengembangan Pendidikan Vokasi di Indonesia PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN DALAM MENGHASILKAN LULUSAN YANG RELEVAN DENGAN KEBUTUHAN DUNIA KERJA Oleh: HOTMARIA TAMPUBOLON PKK FT Universitas Negeri Medan ABSTRAK Era globalisasi yang berlangsung

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. Pada bab ini diuraikan tentang: a) pengaruh kreativitas mengajar guru SKI

BAB V PEMBAHASAN. Pada bab ini diuraikan tentang: a) pengaruh kreativitas mengajar guru SKI 176 BAB V PEMBAHASAN Pada bab ini diuraikan tentang: a) pengaruh kreativitas mengajar guru SKI terhadap prestasi belajar siswa b) pengaruh kemampuan guru SKI dalam mengelola kelas terhadap prestasi belajar

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. berkembang mempunyai tantangan besar dibidang pembangunan mengingat

BAB 1 PENDAHULUAN. berkembang mempunyai tantangan besar dibidang pembangunan mengingat 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam era industrialisasi, bangsa Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang mempunyai tantangan besar dibidang pembangunan mengingat semakin ketatnya persaingan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keberhasilan dalam pembelajaran dipengaruhi oleh faktor-faktor yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keberhasilan dalam pembelajaran dipengaruhi oleh faktor-faktor yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberhasilan dalam pembelajaran dipengaruhi oleh faktor-faktor yang terlibat dalam semua kegiatan belajar mengajar. Diantara faktor-faktor tersebut adalah siswa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu upaya pemerintah untuk meningkatkan sumber daya manusia, oleh karena itu pendidikan memegang peranan penting dalam mewujudkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Link and match adalah kebijakan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia yang dikembangkan untuk meningkatkan relevansi Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Naima Hady, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Naima Hady, 2013 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Tantangan pendidikan saat ini dan masa yang akan datang adalah menyiapkan tenaga kerja dalam jumlah dan mutu yang sesuai dengan kebutuhan berbagai sektor,

Lebih terperinci

INSTRUMEN PENELITIAN

INSTRUMEN PENELITIAN INSTRUMEN PENELITIAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESIAPAN BERWIRAUSAHA SISWA KELAS XII SMKN BARABAI KABUPATEN HULU SUNGAI TENGAH KALIMANTAN SELATAN OLEH: SITI NURBAYA NIM: 10702259042 PROGRAM PASCASARJANA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Era global telah menciptakan tingkat persaingan antar calon tenaga kerja

BAB I PENDAHULUAN. Era global telah menciptakan tingkat persaingan antar calon tenaga kerja 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Era global telah menciptakan tingkat persaingan antar calon tenaga kerja yang semakin ketat dan kompetitif. Melalui kesepakatan global ini, tenaga kerja dan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan data dan hasil analisis yang telah dipaparkan di atas, maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Terdapat hubungan yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Konsep diri adalah berkaitan dengan ide, pikiran, kepercayaan serta

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Konsep diri adalah berkaitan dengan ide, pikiran, kepercayaan serta BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Konsep Diri 2.1.1 Pengertian Konsep Diri Konsep diri adalah berkaitan dengan ide, pikiran, kepercayaan serta keyakinan yang diketahui dan dipahami oleh individu tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tenaga kerja yang berada di front line sebagian besar adalah tenaga kerja

BAB I PENDAHULUAN. tenaga kerja yang berada di front line sebagian besar adalah tenaga kerja BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keunggulan industri suatu bangsa bisa dikatakan sangat ditentukan oleh kualitas tenaga kerja terampil yang terlibat langsung dalam proses produksi, disampaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. logis, kreatif serta mampu menggunakan nalarnya untuk memperoleh,

BAB I PENDAHULUAN. logis, kreatif serta mampu menggunakan nalarnya untuk memperoleh, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sekarang ini menuntut sumber daya manusia yang handal dan mampu berkompetisi secara global. Untuk itu diperlukan keterampilan

Lebih terperinci

1. Tujuan Instruksional Umum (TIU) 2. Tujuan Instruksional Khusus (TIK)

1. Tujuan Instruksional Umum (TIU) 2. Tujuan Instruksional Khusus (TIK) Bab 4 Hakekat, Karakteristik dan Nilai-nilai Hakiki Kewirausahaan 1. Tujuan Instruksional Umum (TIU) Mahasiswa dapat menjelaskan hakekat, karakteristik dan nilai-nilai hakiki kewirausahaan 2. Tujuan Instruksional

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Visi, Misi, dan Jumlah Siswa Tahun unggul, kompetitif, beriman, dan berakhlak mulia.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Visi, Misi, dan Jumlah Siswa Tahun unggul, kompetitif, beriman, dan berakhlak mulia. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian 4.1.1 Gambaran Umum SMK Negeri 1 Kendal Dalam penelitian ini gambaran umum yang disajikan secara rinci sebagai berikut : Visi, Misi, dan Jumlah

Lebih terperinci

BAB. I PENDAHULUAN. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah salah satu wahana pendidikan

BAB. I PENDAHULUAN. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah salah satu wahana pendidikan BAB. I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah salah satu wahana pendidikan formal, yang mempunyai tujuan mempersiapkan para siswanya untuk menjadi tenaga kerja tingkat

Lebih terperinci

2016 PERAN BIMBINGAN KARIR, MOTIVASI MEMASUKI DUNIA KERJA DAN PENGALAMAN PRAKERIN TERHADAP KESIAPAN KERJA SISWA SMK

2016 PERAN BIMBINGAN KARIR, MOTIVASI MEMASUKI DUNIA KERJA DAN PENGALAMAN PRAKERIN TERHADAP KESIAPAN KERJA SISWA SMK BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar manusia dalam mewujudkan suasana belajar dengan melakukan proses pembelajaran didalamnya menjadikan peserta didik aktif mengembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat menuntut sumber

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat menuntut sumber BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat menuntut sumber daya yang berkualitas. Peningkatan sumber daya manusia merupakan syarat untuk mencapai pembangunan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Permendikbud Nomor 103 Tahun 2014 tentang Pembelajaran pada

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Permendikbud Nomor 103 Tahun 2014 tentang Pembelajaran pada BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Permendikbud Nomor 103 Tahun 2014 tentang Pembelajaran pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah menjelaskan bahwa pendidikan merupakan usaha sadar dan

Lebih terperinci

Oleh : Pengaruh kreatifitas siswa dan prestasi belajar mata diklat produktif terhadap

Oleh : Pengaruh kreatifitas siswa dan prestasi belajar mata diklat produktif terhadap Pengaruh kreatifitas siswa dan prestasi belajar mata diklat produktif terhadap minat berwiraswasta siswa kelas II Rumpun Otomotif SMK Negeri 2 Surakarta Oleh : Adit Priyadi NIM. K2502017 BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci