BAB III METODE DAN ANALISIS INSTALASI
|
|
- Iwan Budiaman
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB III METODE DAN ANALISIS INSTALASI 3.1 UMUM Metode instalasi pipeline bawah laut telah dikembangkan dan disesuaikan dengan kondisi lingkungan pada saat proses instalasi berlangsung, ketersediaan dan biaya penggunaan peralatan instalasi, serta bentuk dan karakteristik struktur pipeline. Setiap metode instalasi tersebut memiliki karakteristik yang berbeda dan hanya cocok untuk kondisi-kondisi tertentu. Metode yang umum digunakan untuk instalasi pipeline bawah laut adalah metode S-Lay, metode Reel, dan metode Bottom-pull. 3.2 METODE INSTALASI Metode S-Lay Metode S-Lay ini merupakan metode yang paling umum digunakan dalam proses instalasi pipeline bawah laut. Metode ini dilakukan dengan menggunakan lay-barge. Selama proses instalasi, crane yang ditempatkan di atas lay-barge digunakan untuk memindahkan segmen-segmen pipa, dengan panjang sekitar 12 meter, ke bagian weld station. Di bagian ini, segmensegmen pipa tersebut disambungkan satu sama lain dengan pengelasan untuk kemudian diluncurkan ke laut melalui stinger. Sebuah lay-barge dapat memiliki 5 sampai 12 weld station bergantung pada ukuran barge dan diameter pipa yang akan diinstal. Contoh lay-barge dan ilustrasi instalasi metode S-Lay dapat dilihat pada Gambar 3.1 dan Gambar 3.2. III-1
2 Gambar 3.1 Lay-barge yang Digunakan pada Instalasi Metode S-Lay Gambar 3.2 Ilustrasi Instalasi Metode S-Lay Langkah-langkah yang dilakukan pada saat proses instalasi pipeline lepas pantai dengan metode S-Lay adalah sebagai berikut. a. Lay-barge diposisikan sejajar dengan rute pipeline dan ditahan dengan jangkar sebanyak 8 hingga 12 buah. Apabila dibutuhkan, posisi lay-barge dapat dimiringkan terhadap rute pipeline dengan sudut kecil untuk III-2
3 mengakomodasi efek pembelokan arah barge yang disebabkan oleh arus laut pada saat barge berpindah tempat. b. Jangkar-jangkar tersebut akan terus dipindahkan oleh kapal anchorhandling selama proses instalasi berlangsung. Kapal anchor-handling ini memindahkan jangkar dengan cara menaikkan pelampung jangkar ke atas kapal sehingga jangkar akan terangkat dari dasar laut. Kapal tersebut kemudian bergerak, menempatkan jangkar di lokasi baru yang telah ditentukan, dan melepaskan kembali pelampung jangkar. Setiap pemindahan biasanya berjarak antara 500 meter sampai dengan 600 meter. Gambar 3.3 Sketsa Penempatan Jangkar Lay-barge c. Pipa yang diletakkan di bagian penyimpanan (storage) di atas barge diangkat dengan menggunakan crawler crane dan kemudian diletakkan di atas conveyor. Conveyor tersebut kemudian mengirimkan pipa tadi ke bagian weld station dengan posisi sejajar terhadap pipa yang telah dikirimkan sebelumnya. d. Clamp yang terdapat pada weld station menahan posisi pipa-pipa tersebut untuk proses penyambungan pipa dengan pengelasan. e. Pengelasan dilakukan di bagian weld station. Sambungan pipa yang dilas kemudian digerinda agar permukaan pipa tersebut menjadi mulus. III-3
4 Gambar 3.4 Layout Peralatan Utama pada Lay-barge III-4
5 Gambar 3.5 Bagian Storage di Atas Lay-barge Gambar 3.6 Penggerindaan Sambungan Pipa yang Telah Dilas f. Pipa yang telah tersambung kemudian dilewatkan pada tensioner. Tensioner ini menjepit pipa dengan lapisan karet yang terbuat dari bahan III-5
6 polyurethane. Tekanan pada tensioner diatur sedemikian rupa dengan menggunakan pompa hidrolik sehingga menghasilkan tahanan gesek yang diperlukan agar pipa tidak merosot ke laut dan coating pada pipa tidak hancur. g. Pipa kemudian bergerak maju ke bagian x-ray station. Sambungan pipa dicek dengan menggunakan sinar x-ray. Apabila ditemukan cacat pada sambungan pipa, bagian pipa tersebut harus dipotong kembali dan dilakukan pengelasan ulang. Untuk keperluan pemotongan ini, barge digerakkan mundur sehingga bagian pipa yang akan disambungkan bergerak kembali melewati tensioner dan menuju weld station. Gambar 3.7 Tensioner Pipa pada Lay-barge h. Pipa lalu digerakkan maju ke bagian pemasangan coating anti korosi. Coating yang digunakan biasanya berupa gelang yang terbuat dari zincalumunium atau anoda lainnya. Gelang anti korosi ini kemudian dilindungi dengan lapisan beton. Lapisan beton yang masih baru tersebut dibungkus lagi dengan menggunakan lembaran logam. i. Bagian pipa yang telah disambungkan sempurna ini kemudian digerakkan maju melewati ramp dan menuju buritan pada bagian belakang barge. Pada tahap ini, pipa tersebut melengkung ke arah bawah akibat pengaruh dari beban beratnya sendiri. Bagian pipa yang melengkung ke arah bawah ini disebut overbend. III-6
7 Gambar 3.8 Pemasangan Coating Anti korosi pada Sambungan Pipa Gambar 3.9 Pemasangan Lapisan Aspal pada Sambungan Pipa III-7
8 j. Bagian pipa tersebut terus meluncur hingga bagian touchdown point (lokasi pertemuan pipa dengan dasar laut) dengan menumpu pada stinger yang dihubungkan pada barge. Stinger ini memiliki pelampung yang memungkinkan stinger bergerak mengikuti naik turunnya permukaan air laut. Kurvatur dan proses ballasting stinger ditentukan melalui analisis sehingga didapatkan konfigurasi stinger dengan kemampuan penyanggaan pipa yang optimum. k. Di kedalaman tertentu, bagian pipa akan melengkung ke arah sebaliknya sebelumnya akhirnya menyentuh dasar laut. Bagian pipa yang melengkung ke atas ini disebut sagbend. Pada lengkungan ini, pipa mengalami tekanan maksimum yang diakibatkan oleh kombinasi dari tegangan aksial, lengkungan vertikal, dan tekanan hidrostatis. l. Setelah berada di dasar laut, integritas pipa dicek oleh penyelam maupun video atau ROV Metode Reel Metode Reel ini merupakan salah satu metode instalasi pipeline yang awalnya ditujukan untuk menginstal pipeline dengan diameter pipa yang kecil. Namun saat ini, metode ini telah dikembangkan untuk menginstal pipeline dengan diameter mencapai 300 mm (12 inci) dan 400 mm (16 in). Konsep metode ini adalah menggulung pipa yang sangat panjang pada reel (gulungan) yang berukuran besar dan kemudian menginstal pipa tersebut ke dasar laut seperti memasang kabel bawah laut. Barge yang digunakan untuk menginstal pipeline dengan metode ini memiliki reel yang dipasang secara horizontal pada bagian buritan barge. Pada buritan bagian belakang dipasang juga chute yaitu struktur yang digunakan sebagai landasan pipa pada saat diturunkan ke laut. Chute ini berfungsi untuk menjaga pipa agar tidak tertekuk. III-8
9 Gambar 3.10 Reel Barge yang Digunakan pada Metode Reel Gambar 3.11 Struktur Chute Pipeline yang didesain untuk metode reel tidak boleh memiliki coating beton tetapi harus memiliki ketebalan pipa yang cukup untuk menenggelamkan pipa walaupun dalam keadaan kosong. Hal ini relatif ekonomis untuk pipeline dengan diameter pipa yang kecil. Baja yang digunakan harus mampu menahan tekukan yang terjadi pada saat pipa digulung dan diluruskan kembali. Selain itu, coating pipa harus dapat ditekuk tanpa mengalami retak dan tidak kehilangan sifat adhesinya. Saat ini, sudah dikembangkan coating jenis epoxy yang dapat ditekuk tanpa mengalami kerusakan. III-9
10 Pipa yang akan diinstal dibuat terlebih dahulu di darat dengan panjang sesuai desain. Pipa tersebut kemudian ditarik ke atas reel barge dan digulung pada reel. Pada saat penggulungan, kurvatur pipa diatur sedemikian rupa agar pipa tidak mengalami buckling dan ovalisasi yang signifikan. Selain itu, tekukan yang terjadi pada pipa harus lebih kecil dari batas yield pipa tersebut. Setelah penggulungan selesai, reel barge kemudian bergerak menuju lokasi. Pada umumnya, instalasi pipa dimulai di lokasi platform. Di lokasi ini, pipa ditarik dari reel melewati chute untuk dihubungkan dengan riser pada bagian dasar platform. Reel barge kemudian bergerak maju menyusuri rute pipeline yang telah ditentukan. Setelah semua pipa terpasang, ujung pipa kemudian diberi pelampung untuk disambungkan dengan gulungan pipa pada reel barge berikutnya. Akan tetapi, pada umumnya reel barge memiliki kapasitas yang cukup untuk menginstal keseluruhan pipeline dalam satu kali penggulungan Metode Bottom Pull Metode bottom-pull telah dikembangkan dan dipergunakan secara luas untuk proses instalasi pipeline yang melewati daerah pantai yang tersambung dengan terminal loading di daerah perairan dalam. Saat ini, metode tersebut dikembangkan lebih lanjut dan dijadikan sebagai metode utama dalam proses instalasi pipeline yang relatif panjang di daerah perairan dalam. Secara umum, tahapan instalasi pipeline dengan metode bottom-pull adalah sebagai berikut. a. Pipeline yang akan diinstal dirakit di darat dan diletakkan secara paralel dalam bentuk segmen-segmen dengan panjang sekitar 200 meter sampai dengan 300 meter. b. Sebuah launching ramp dengan roller pendukung dibangun dari daerah pantai menuju surf zone. III-10
11 Gambar 3.12 Segmen Pipa yang Diletakkan di Atas Launching Ramp c. Di area surf zone, jalur untuk pipeline (trench) dapat dilindungi dengan struktur sheet pile sehingga jalur tersebut tetap terbuka. d. Segmen pertama pipa diletakkan di atas launching ramp. Bagian ujung pipa yang berada di darat ditahan oleh winch penahan untuk menghindari pergerakan longitudinal. Sedangkan bagian ujung pipa yang berada di laut dipasangi nose sebagai tempat penyimpanan pig, tangki pelampung, dan swivel untuk mencegah terjadinya twisting pada kabel dan pipeline. Sebuah katrol dipasang di depan swivel dan dilengkapi dengan tangki pelampung agar tidak terbalik pada saat penarikan pipa. Gambar 3.13 Pemasangan Penahan pada Bagian Ujung Pipa III-11
12 Gambar 3.14 Susunan Nose pada Bagian Ujung Pipa e. Sebuah barge untuk menarik pipa dijangkar di daerah lepas pantai dengan jarak 1000 meter atau lebih. Barge ini diposisikan tepat di jalur pipeline yang telah direncanakan. f. Sebuah winch berukuran sangat besar dengan satu atau dua buah drum berkapasitas tarik sangat besar pula dipasang di atas barge. Winch ini dihubungkan dengan katrol pengatur oleh tali yang melingkar pada katrol tersebut. Gambar 3.15 Winch yang Dipasang di atas Barge III-12
13 Gambar 3.16 Winch yang Dihubungkan dengan Katrol Pengatur g. Kabel winch kemudian dihubungkan dengan nose di bagian ujung pipa. Kabel dilingkarkan ke bagian katrol yang terpasang pada nose tersebut. Pada bagian ujung barge, dipasangkan landasan kabel untuk mencegah terjadinya gesekan dan pengausan. h. Setelah semua persiapan selesai dan cuaca memungkinkan, segmen pertama pipa tadi ditarik ke arah surf zone. Saat ujung pipa yang di bagian darat mendekati garis pantai, penarikan dihentikan. Segmen pipa berikutnya diletakkan di belakang segmen pipa pertama. Bagian sambungan pipa kemudian dilas dan diberi coating. Setelah selesai, dilakukan penarikan berikutnya. III-13
14 Gambar 3.17 Penarikan Segmen Pipa Pertama i. Barge kemudian bergerak maju dan posisi jangkar-jangkar diatur ulang. Segmen pipa berikutnya diletakkan di atas launching ramp, dilas, diberi coating, dan ditarik lagi. 3.3 ANALISIS INSTALASI METODE S-LAY Pada umumnya, pipeline diinstal dalam keadaaan kosong sehingga pipeline tersebut harus didesain untuk dapat menahan tekanan hidrostatis yang tinggi serta kemungkinan terjadinya bending di sepanjang pipeline. Selain itu, pada saat diluncurkan dari barge, pipa mengalami tegangan aksial. Oleh karena itu, kejadian tekuk akibat kombinasi beban pada pipa menjadi pertimbangan utama pada saat proses desain pipeline. III-14
15 Gambar 3.18 Gaya-gaya yang Terjadi pada Pipeline Saat Instalasi Pada metode instalasi S-Lay, terdapat dua daerah yang muncul pada pipa saat pipa tersebut diturunkan dari lay-barge yaitu daerah overbend dan daerah sagbend. Overbend adalah daerah pipa yang berada pada tensioner hingga bagian ujung dari stinger. Sedangkan sagbend adalah daerah pipa mulai dari titik balik lengkungan pipa (inflection point) sampai dengan titik sentuh pipa dengan dasar laut (touchdown point). Gambar 3.19 Daerah Overbend dan Sagbend III-15
16 Kurvatur pipa pada daerah overbend dikontrol dengan pengaturan posisi ramp penyangga dan pengontrolan kurvatur stinger. Secara umum, radius kurvatur overbend harus didesain agar kombinasi tegangan maksimum yang terjadi pada pipa tidak melebihi 85% dari specified minimum yield stress (SMYS). Persamaan untuk menghitung radius kurvatur minimum pada daerah overbend dapat diperoleh dari analisis deformasi segmen balok. Perhatikan segmen balok yang mengalami deformasi pada Gambar Gambar 3.20 Deformasi pada Segmen Balok Titik O adalah titik berat kelengkungan dan ) adalah jari-jari kelengkungan. Tegangan (stress) pada lokasi sejauh y dari garis netral dapat dihitung dengan menarik garis l yang sejajar garis m sehingga didapat segitiga BCD yang sebangun dengan segitiga ABC. y : = CD : AB (3.1) CD y = (3.2) AB CD = AB y = (3.3) (3.4) III-16
17 Dengan CD adalah perpanjangan dari AB akibat balok melengkung dan * x adalah tegangan (strain). Menurut hukum Hooke, pada suatu batang lurus yang dibebani gaya normal sentris P dengan luas penampang A, perubahan panjang AL yang tergantung pada sifat kenyal batang atau modulus elastisitas E dapat dinyatakan dengan rumus berikut. L = = P A P L A E L = L E (3.5) (3.6) (3.7) = (3.8) E Substitusi persamaan (3.4) ke persamaan (3.8) menghasilkan persamaan untuk menghitung tegangan (stress), sebagai berikut. y = E (3.9) Sehingga apabila tinjauan dalam sebuah silinder, nilai y sama dengan besar r yaitu jari-jari dari silinder tersebut, maka persamaan di atas berubah menjadi r = E (3.10) D = E (3.11) 2 R Substitusi persamaan 3.8 ke persamaan 3.11 menghasilkan persamaan untuk menghitung radius kurvatur minimum R sebagai berikut. ED R = 2 0 DF Dimana : E = Modulus elastisitas, 3 x 10 7 psi D = Diameter luar pipa, inci 0 = Specified minimum yield stress (SMYS), psi DF = Faktor desain, 85% (3.12) III-17
18 Pada daerah sagbend, analisis tegangan (stress analysis) dilakukan untuk menentukan tegangan (tension) dan panjang stinger yang dibutuhkan untuk mengerjakan instalasi pipeline dengan aman. Pada umumnya, semakin besar tegangan yang dibutuhkan maka semakin pendek stinger yang digunakan. Pada daereh sagbend, tegangan maksimum yang diijinkan adalah lebih kecil dari 72% SMYS. Terdapat beberapa metode yang dapat digunakan dalam melakukan analisis tegangan pada daerah sagbend yaitu metode linier beam, catenary, stiffened catenary, nonlinear beam, dan metode finite element. Tiap metode dapat memberikan hasil perhitungan yang akurat pada kondisi tertentu. Tabel 3.1 menunjukkan perbandingan dari tiap metode analisis di atas. Tabel 3.1 Perbandingan Metode Analisis Stress pada Daerah Sagbend Metode Pengaplikasian Syarat batas Validitas Linear-beam Perairan dangkal Mencukupi Defleksi kecil Non linear-beam Semua perairan Mencukupi Umum Catenary Peraiaran dalam Tidak mencukupi Jauh dari ujung, kekakuan kecil Stiffened catenary Perairan dalam Mencukupi Kekakuan kecil Finite element Semua perairan Mencukupi Umum Pada metode linear beam, bentang pipa pada daerah sagbend dimodelkan sebagai segmen balok seperti terlihat pada Gambar Defleksi yang terjadi diasumsikan sangat kecil. dy << 1 dx Persamaan pengatur untuk metode ini adalah 4 d y q = EI T 4 dx 0 2 d y 2 dx Dimana : q = Berat pipa dalam air per satuan panjang, lb/ft EI = Pipe bending stiffness, lb-ft 2 T 0 = Tegangan efektif pipa bagian bawah, lb (3.13) III-18
19 Gambar 3.21 Pemodelan Daerah Sagbend Syarat batas yang digunakan pada metode ini adalah y( 0 ) = 0 dy dx 2 d y 2 dx ( 0) = ( 0) = 0 (3.14) (kemiringan dasar laut) (3.15) (3.16) y ( L) = H (3.17) 2 d y EI ( L) = M (M=0 pada inflection point) 2 dx (3.18) T = T 0 + qh (3.19) Metode linear beam ini dapat digunakan sebagai metode analisis tegangan pada daerah sagbend apabila defleksi yang terjadi sangat kecil. III-19
METODE DAN ANALISIS INSTALASI PIPA BAWAH LAUT
BAB 4 METODE DAN ANALISIS INSTALASI PIPA BAWAH LAUT 4.1 Pendahuluan Semenjak ditemukanya ladang minyak di perairan dangkal di daerah Teluk Meksiko sekitar tahun 1940-an, maka berkembang teknologi instalasi
Lebih terperinciMETODE DAN ANALISIS INSTALASI
4 METODE DAN 4.1 Umum Setelah proses desain selesai, maka tahap selanjutnya dari proyek struktur pipa bawah laut adalah tahap instalasi pipa. Berbagai metode instalasi struktur pipa bawah laut telah dikembangkan
Lebih terperinciDESAIN DAN ANALISIS INSTALASI STRUKTUR PIPA BAWAH LAUT
DESAIN DAN ANALISIS INSTALASI STRUKTUR PIPA BAWAH LAUT TUGAS AKHIR Karya tulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Oleh Fantri C. Sianturi NIM 15503013 Program Studi Teknik Kelautan
Lebih terperinciAnalisa Pemasangan Ekspansi Loop Akibat Terjadinya Upheaval Buckling pada Onshore Pipeline
Sidang Tugas Akhir Analisa Pemasangan Ekspansi Loop Akibat Terjadinya Upheaval Buckling pada Onshore Pipeline HARIONO NRP. 4309 100 103 Dosen Pembimbing : 1. Dr. Ir. Handayanu, M.Sc 2. Yoyok Setyo H.,ST.MT.PhD
Lebih terperinciAnalisa Resiko Penggelaran Pipa Penyalur Bawah Laut Ø 6 inch
Analisa Resiko Penggelaran Pipa Penyalur Bawah Laut Ø 6 inch Oleh : NOURMALITA AFIFAH 4306 100 068 Dosen Pembimbing : Ir. Jusuf Sutomo, M.Sc Prof. Ir. Daniel M. Rosyid, Ph.D Agenda Presentasi : Latar Belakang
Lebih terperinci1 METODE DAN ANALISIS TIE IN
3 1 METODE DAN ANALISIS TIE IN 3.1 METODE TIE IN Tie in merupakan proses yang sangat penting dari rangkaian pekerjaan instalasi pipa lepas pantai. Sama halnya dengan proses penyambungan pipa yang lain,
Lebih terperinciBAB IV PEMBAHASAN Analisis Tekanan Isi Pipa
BAB IV PEMBAHASAN Pada bab ini akan dilakukan analisis studi kasus pada pipa penyalur yang dipendam di bawah tanah (onshore pipeline) yang telah mengalami upheaval buckling. Dari analisis ini nantinya
Lebih terperinciPerancangan Pipa Bawah Laut
MO091351 Perancangan Pipa Bawah Laut Pipeline Installation Oleh : Abi Latiful Hakim 4308100054 JURUSAN TEKNIK KELAUTAN FAKULTAS TEKNOLOGI KELAUTAN INSTITUT TEKNOLOGI 10 NOPEMBER SURABAYA 2011 Pipeline
Lebih terperinciKuliah ke-2. UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI FAKULTAS TEKNIK Jalan Sudirman No. 629 Palembang Telp: , Fax:
Kuliah ke-2.. Regangan Normal Suatu batang akan mengalami perubahan panjang jika dibebani secara aksial, yaitu menjadi panjang jika mengalami tarik dan menjadi pendek jika mengalami tekan. Berdasarkan
Lebih terperinciAnalisa Integritas Pipa Milik Joint Operation Body Saat Instalasi
1 Analisa Integritas Pipa Milik Joint Operation Body Saat Instalasi Alfaric Samudra Yudhanagara (1), Ir. Imam Rochani, M.Sc (2), Prof. Ir. Soegiono (3) Teknik Kelautan, Fakultas Teknologi Kelautan, Institut
Lebih terperinciMekanika Bahan TEGANGAN DAN REGANGAN
Mekanika Bahan TEGANGAN DAN REGANGAN Sifat mekanika bahan Hubungan antara respons atau deformasi bahan terhadap beban yang bekerja Berkaitan dengan kekuatan, kekerasan, keuletan dan kekakuan Tegangan Intensitas
Lebih terperinciABOVE WATER TIE IN DAN ANALISIS GLOBAL BUCKLING PADA PIPA BAWAH LAUT
ABOVE WATER TIE IN DAN ANALISIS GLOBAL BUCKLING PADA PIPA BAWAH LAUT Diyan Gitawanti Pratiwi 1 Dosen Pembimbing : Rildova, Ph.D Program Studi Teknik Kelautan Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut
Lebih terperinciPENGANTAR KONSTRUKSI BANGUNAN BENTANG LEBAR
Pendahuluan POKOK BAHASAN 1 PENGANTAR KONSTRUKSI BANGUNAN BENTANG LEBAR Struktur bangunan adalah bagian dari sebuah sistem bangunan yang bekerja untuk menyalurkan beban yang diakibatkan oleh adanya bangunan
Lebih terperinciTegangan Dalam Balok
Mata Kuliah : Mekanika Bahan Kode : TSP 05 SKS : SKS Tegangan Dalam Balok Pertemuan 9, 0, TIU : Mahasiswa dapat menghitung tegangan yang timbul pada elemen balok akibat momen lentur, gaya normal, gaya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Umum. Pada dasarnya dalam suatu struktur, batang akan mengalami gaya lateral
1 BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Umum Pada dasarnya dalam suatu struktur, batang akan mengalami gaya lateral dan aksial. Suatu batang yang menerima gaya aksial desak dan lateral secara bersamaan disebut balok
Lebih terperinci2. KERJA PLAT Tujuan 3.1 Teori Kerja Plat Pemotongan Plat
2. KERJA PLAT Tujuan 1. Agar mahasiswa mengerti cara membuat pola, memotong, dan melipat benda kerja pelat / logam lembaran. 2. Agar mahasiswa mampu melakukan kerja pembuatan pola, pemotongan dan pelipatan
Lebih terperinciProses Lengkung (Bend Process)
Proses Lengkung (Bend Process) Pelengkuan (bending) merupakan proses pembebanan terhadap suatu bahan pada suatu titik ditengah-tengah dari bahan yang ditahan diatas dua tumpuan. Dengan pembebanan ini bahan
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS. = = = = tan θ
BAB IV ANALISIS Pada kajian ini dilakukan analisis terhadap kondisi dan konfigurasi dasar laut, desain dan perencanaan jalur pipa, peletakan pipa, distribusi jalur pipa bawah laut aktual dari pergerakan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. tengah sekitar 0,005 mm 0,01 mm. Serat ini dapat dipintal menjadi benang atau
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Fiber Glass Fiber glass adalah kaca cair yang ditarik menjadi serat tipis dengan garis tengah sekitar 0,005 mm 0,01 mm. Serat ini dapat dipintal menjadi benang atau ditenun
Lebih terperinciKuliah ke-6. UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI FAKULTAS TEKNIK Jalan Sudirman No. 629 Palembang Telp: , Fax:
Kuliah ke-6 Bar (Batang) digunakan pada struktur rangka atap, struktur jembatan rangka, struktur jembatan gantung, pengikat gording dn pengantung balkon. Pemanfaatan batang juga dikembangkan untuk sistem
Lebih terperinciANALISA BUCKLING PADA SAAT INSTALASI PIPA BAWAH LAUT: STUDI KASUS SALURAN PIPA BARU KARMILA - TITI MILIK CNOOC DI OFFSHORE SOUTH EAST SUMATERA
ANALISA BUCKLING PADA SAAT INSTALASI PIPA BAWAH LAUT: STUDI KASUS SALURAN PIPA BARU KARMILA - TITI MILIK CNOOC DI OFFSHORE SOUTH EAST SUMATERA Armando Rizaldy 1, Hasan Ikhwani 2, Sujantoko 2 1. Mahasiswa
Lebih terperinciNursyamsu Hidayat, Ph.D.
Nursyamsu Hidayat, Ph.D. 1 Mengikat rel, sehingga lebar sepur terjaga Meneruskan beban dari rel ke lapisan balas Menumpu batang rel agar tidak melengkung ke bawah saat dilewati rangkaian KA 2 Kayu Beton
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. secara nyata baik dalam tegangan maupun dalam kompresi sebelum terjadi
BAB I PENDAHUUAN I. 1 Umum Baja adalah salah satu bahan kontruksi yang paling penting, sifat-sifatnya yang terutama dalam penggunaan konstruksi adalah kekuatannya yang tinggi dan sifat yang keliatannya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi dalam bidang konstruksi terus menerus mengalami peningkatan, kontruksi bangunan merupakan bagian dari kehidupan manusia yang tidak akan pernah
Lebih terperinciA. Dasar-dasar Pemilihan Bahan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Dasar-dasar Pemilihan Bahan Di dalam merencanakan suatu alat perlu sekali memperhitungkan dan memilih bahan-bahan yang akan digunakan, apakah bahan tersebut sudah sesuai dengan
Lebih terperinciOptimasi Konfigurasi Sudut Stinger dan Jarak antara Lay Barge dan Exit Point pada Instalasi Horizontal Directional Drilling
Presentasi Ujian Tugas Akhir Optimasi Konfigurasi Sudut Stinger dan Jarak antara Lay Barge dan Exit Point pada Instalasi Horizontal Directional Drilling Oleh : Triestya Febri Andini 4306100061 Dosen Pembimbing
Lebih terperinciPEGAS. Keberadaan pegas dalam suatu system mekanik, dapat memiliki fungsi yang berbeda-beda. Beberapa fungsi pegas adalah:
PEGAS Ketika fleksibilitas atau defleksi diperlukan dalam suatu system mekanik, beberapa bentuk pegas dapat digunakan. Dalam keadaan lain, kadang-kadang deformasi elastis dalam suatu bodi mesin merugikan.
Lebih terperinciDEFORMASI BALOK SEDERHANA
TKS 4008 Analisis Struktur I TM. IX : DEFORMASI BALOK SEDERHANA Dr.Eng. Achfas Zacoeb, ST., MT. Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Pendahuluan Pada prinsipnya tegangan pada balok
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Beton tidak dapat menahan gaya tarik melebihi nilai tertentu tanpa mengalami retak-retak. Untuk itu, agar beton dapat bekerja dengan baik dalam suatu sistem struktur,
Lebih terperinciBAB II STUDI PUSTAKA
BAB II STUDI PUSTAKA II.1 Umum dan Latar Belakang Kolom merupakan batang tekan tegak yang bekerja untuk menahan balok-balok loteng, rangka atap, lintasan crane dalam bangunan pabrik dan sebagainya yang
Lebih terperinciANALISIS MID-POINT TIE-IN PADA PIPA BAWAH LAUT
ANALISIS MID-POINT TIE-IN PADA PIPA BAWAH LAUT Mulyadi Maslan Hamzah (mmhamzah@gmail.com) Program Studi Magister Teknik Kelautan Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Teknologi Bandung, Jl Ganesha
Lebih terperinciANALISIS TEGANGAN TERHADAP RISIKO TERJADINYA BUCKLING PADA PROSES PENGGELARAN PIPA BAWAH LAUT
1 ANALISIS TEGANGAN TERHADAP RISIKO TERJADINYA BUCKLING PADA PROSES PENGGELARAN PIPA BAWAH LAUT Andhika Haris Nugroho, Dwi Priyanta,Irfan Syarif Arif Jurusan Teknik Sistem Perkapalan, Fakultas Teknologi
Lebih terperinciRespect, Professionalism, & Entrepreneurship. Mata Kuliah : Mekanika Bahan Kode : TSP 205. Kolom. Pertemuan 14, 15
Mata Kuliah : Mekanika Bahan Kode : TS 05 SKS : 3 SKS Kolom ertemuan 14, 15 TIU : Mahasiswa dapat melakukan analisis suatu elemen kolom dengan berbagai kondisi tumpuan ujung TIK : memahami konsep tekuk
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
33 III. METODE PENELITIAN Metode penelitian adalah suatu cara yang digunakan dalam penelitian, sehingga pelaksanaan dan hasil penelitian bisa untuk dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Penelitian ini menggunakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pesat yaitu selain awet dan kuat, berat yang lebih ringan Specific Strength yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Konstruksi Baja merupakan suatu alternatif yang menguntungkan dalam pembangunan gedung dan struktur yang lainnya baik dalam skala kecil maupun besar. Hal ini
Lebih terperinciBAB II DASAR TEORI. 2.1 Pengertian rangka
BAB II DASAR TEORI 2.1 Pengertian rangka Rangka adalah struktur datar yang terdiri dari sejumlah batang-batang yang disambung-sambung satu dengan yang lain pada ujungnya, sehingga membentuk suatu rangka
Lebih terperinciBesarnya defleksi ditunjukan oleh pergeseran jarak y. Besarnya defleksi y pada setiap nilai x sepanjang balok disebut persamaan kurva defleksi balok
Hasil dan Pembahasan A. Defleksi pada Balok Metode Integrasi Ganda 1. Defleksi Balok Sumbu sebuah balok akan berdefleksi (atau melentur) dari kedudukannya semula apabila berada di bawah pengaruh gaya terpakai.
Lebih terperinciBab 5 Kesimpulan dan Saran
Bab 5 Kesimpulan dan Saran 5.1 Kesimpulan Desain konstruksi yang telah dilakukan dalam tugas akhir ini membuktikan bahwa anggaran yang besar tidak diperlukan untuk mendesain suatu bangunan tahan gempa.
Lebih terperinciDesain Struktur Beton Bertulang Tahan Gempa
Mata Kuliah : Struktur Beton Lanjutan Kode : TSP 407 SKS : 3 SKS Desain Struktur Beton Bertulang Tahan Gempa Pertemuan 13, 14 TIU : Mahasiswa dapat mendesain berbagai elemen struktur beton bertulang TIK
Lebih terperinci5ton 5ton 5ton 4m 4m 4m. Contoh Detail Sambungan Batang Pelat Buhul
Sistem Struktur 2ton y Sambungan batang 5ton 5ton 5ton x Contoh Detail Sambungan Batang Pelat Buhul a Baut Penyambung Profil L.70.70.7 a Potongan a-a DESAIN BATANG TARIK Dari hasil analisis struktur, elemen-elemen
Lebih terperinciTEGANGAN DAN REGANGAN
Kokoh Tegangan mechanics of materials Jurusan Pengairan Fakultas Teknik Universitas Brawijaya TEGANGAN DAN REGANGAN 1 Tegangan Normal (Normal Stress) tegangan yang bekerja dalam arah tegak lurus permukaan
Lebih terperinciPENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kontruksi bangunan merupakan bagian dari kehidupan manusia yang tidak akan pernah berhenti dan terus mengalami perkembangan dari masa ke masa. Berbagai
Lebih terperinciPembebanan Batang Secara Aksial. Bahan Ajar Mekanika Bahan Mulyati, MT
Pembebanan Batang Secara Aksial Suatu batang dengan luas penampang konstan, dibebani melalui kedua ujungnya dengan sepasang gaya linier i dengan arah saling berlawanan yang berimpit i pada sumbu longitudinal
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. buah kabin operator yang tempat dan fungsinya adalah masing-masing. 1) Kabin operator Truck Crane
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Bagian-bagian Utama Pada Truck Crane a) Kabin Operator Seperti yang telah kita ketahui pada crane jenis ini memiliki dua buah kabin operator yang tempat dan fungsinya adalah
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pembahasan hasil penelitian ini secara umum dibagi menjadi lima bagian yaitu
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Pembahasan hasil penelitian ini secara umum dibagi menjadi lima bagian yaitu pengujian mekanik beton, pengujian benda uji balok beton bertulang, analisis hasil pengujian, perhitungan
Lebih terperinciLaporan Tugas Akhir BAB II DASAR TEORI. 2.1 Lokasi dan kondisi terjadinya kegagalan pada sistem pipa. 5th failure July 13
BAB II DASAR TEORI 2.1 Lokasi dan kondisi terjadinya kegagalan pada sistem pipa 4th failure February 13 1st failure March 07 5th failure July 13 2nd failure Oct 09 3rd failure Jan 11 Gambar 2.1 Riwayat
Lebih terperinciOptimasi Konfigurasi Sudut Stinger dan Kedalaman Laut dengan Local Buckling Check
1 Optimasi Konfigurasi Sudut Stinger dan Kedalaman Laut dengan Local Buckling Check Desak Made Ayu, Daniel M. Rosyid, dan Hasan Ikhwani Jurusan Teknik Kelautan, Fakultas Teknologi Kelautan, Institut Teknologi
Lebih terperinciPerhitungan Struktur Bab IV
Permodelan Struktur Bored pile Perhitungan bore pile dibuat dengan bantuan software SAP2000, dimensi yang diinput sesuai dengan rencana dimensi bore pile yaitu diameter 100 cm dan panjang 20 m. Beban yang
Lebih terperinciSumber : Brownell & Young Process Equipment design. USA : Jon Wiley &Sons, Inc. Chapter 3, hal : Abdul Wahid Surhim
Sumber : Brownell & Young. 1959. Process Equipment design. USA : Jon Wiley &Sons, Inc. Chapter 3, hal : 36-57 3 Abdul Wahid Surhim *Vessel merupakan perlengkapan paling dasar dari industri kimia dan petrokimia
Lebih terperinciFRAME DAN SAMBUNGAN LAS
FRAME DAN SAMBUNGAN LAS RINI YULIANINGSIH 1 Ketika ketika mendesain elemen-elemen mesin, kita juga harus mendesain juga untuk housing, frame atau struktur yang mensupport dan melindungi 1 Desain frame
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. salah satu sifat kayu merupakan sumber daya alam yang dapat diperbaharui (renewable
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebelum adanya bahan konstruksi dari beton, baja, dan kaca, bahan konstruksi yang umum digunakan dalam kehidupan manusia adalah kayu. Selain untuk bahan konstruksi,
Lebih terperinciPerancangandanpembuatan Crane KapalIkanUntukDaerah BrondongKab. lamongan
Perancangandanpembuatan Crane KapalIkanUntukDaerah BrondongKab. lamongan Latar Belakang Dalam mencapai kemakmuran suatu negara maritim penguasaan terhadap laut merupakan prioritas utama. Dengan perkembangnya
Lebih terperinciIV. DEFLEKSI BALOK ELASTIS: METODE INTEGRASI GANDA
IV. DEFEKSI BAOK EASTIS: ETODE INTEGRASI GANDA.. Defleksi Balok Sumbu sebuah balok akan berdefleksi (atau melentur) dari kedudukannya semula apabila berada di baah pengaruh gaya terpakai. Defleksi Balok
Lebih terperinciPERANCANGAN JEMBATAN
TEORI DASAR PERANCANGAN JEMBATAN RANGKA BAJA Pengertian umum - Defenisi Rangka Baja Suatu konstruksi rangka didefenisikan sebagai sebuah struktur datar yang terdiri dari sejumlah batang batang yang disambung
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. gedung dalam menahan beban-beban yang bekerja pada struktur tersebut. Dalam. harus diperhitungkan adalah sebagai berikut :
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Pembebanan Struktur Perencanaan struktur bangunan gedung harus didasarkan pada kemampuan gedung dalam menahan beban-beban yang bekerja pada struktur tersebut. Dalam Peraturan
Lebih terperinciBAB II DASAR-DASAR DESAIN BETON BERTULANG. Beton merupakan suatu material yang menyerupai batu yang diperoleh dengan
BAB II DASAR-DASAR DESAIN BETON BERTULANG. Umum Beton merupakan suatu material yang menyerupai batu yang diperoleh dengan membuat suatu campuran yang mempunyai proporsi tertentudari semen, pasir, dan koral
Lebih terperinciSTRUKTUR CANGKANG I. PENDAHULULUAN
STRUKTUR CANGKANG I. PENDAHULULUAN Cangkang adalah bentuk struktural berdimensi tiga yang kaku dan tipis serta yang mempunyai permukaan lengkung. Permukaan cangkang dapat mempunyai bentuk sembarang. Bentuk
Lebih terperinciBAB 2 SAMBUNGAN (JOINT ) 2.1. Sambungan Keling (Rivet)
BAB SAMBUNGAN (JOINT ).1. Sambungan Keling (Rivet) Pada umumnya mesin mesin terdiri dari beberapa bagian yang disambung-sambung menjadi sebuah mesin yang utuh. Sambungan keling umumnya diterapkan pada
Lebih terperinciBAB II TEORI DASAR. Gambar 2.1 Tipikal struktur mekanika (a) struktur batang (b) struktur bertingkat [2]
BAB II TEORI DASAR 2.1. Metode Elemen Hingga Analisa kekuatan sebuah struktur telah menjadi bagian penting dalam alur kerja pengembangan desain dan produk. Pada awalnya analisa kekuatan dilakukan dengan
Lebih terperinciPEMASANGAN STRUKTUR RANGKA ATAP YANG EFISIEN
ANALISIS PROFIL CFS (COLD FORMED STEEL) DALAM PEMASANGAN STRUKTUR RANGKA ATAP YANG EFISIEN Torkista Suadamara NRP : 0521014 Pembimbing : Ir. GINARDY HUSADA, MT FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS
Lebih terperinciMATERI/MODUL MATA PRAKTIKUM
PENGUJIAN BETON 4.1. Umum Beton adalah material struktur bangunan yang mempunyai kelebihan kuat menahan gaya desak, tetapi mempunyai kelebahan, yaitu kuat tariknya rendah hanya 9 15% dari kuat desaknya.
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI
BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Kuat Tekan Beton Sifat utama beton adalah memiliki kuat tekan yang lebih tinggi dibandingkan dengan kuat tariknya. Kekuatan tekan beton adalah kemampuan beton untuk menerima
Lebih terperincid b = Diameter nominal batang tulangan, kawat atau strand prategang D = Beban mati atau momen dan gaya dalam yang berhubungan dengan beban mati e = Ek
DAFTAR NOTASI A g = Luas bruto penampang (mm 2 ) A n = Luas bersih penampang (mm 2 ) A tp = Luas penampang tiang pancang (mm 2 ) A l =Luas total tulangan longitudinal yang menahan torsi (mm 2 ) A s = Luas
Lebih terperinciBAB VI TINJAUAN KHUSUS METODE BETON PRESTRESS
BAB VI TINJAUAN KHUSUS METODE BETON PRESTRESS 6.1 Pengertian Umum Beton prestress adalah beton bertulang dimana telah ditimbulkan tegangantegangan intern dengan nilai dan pembagian yang sedemikian rupa
Lebih terperinciBAB II DASAR TEORI. Mesin perajang singkong dengan penggerak motor listrik 0,5 Hp mempunyai
BAB II DASAR TEORI 2.1. Prinsip Kerja Mesin Perajang Singkong. Mesin perajang singkong dengan penggerak motor listrik 0,5 Hp mempunyai beberapa komponen, diantaranya adalah piringan, pisau pengiris, poros,
Lebih terperinciSTRUKTUR DAN KONSTRUKSI BANGUNAN IV
STRUKTUR DAN KONSTRUKSI BANGUNAN IV STRUKTUR PLAT LIPAT AZRATIH HAIRUN FRILYA YOLANDA EFRIDA UMBU NDAKULARAK AGRIAN RIZKY RINTO HARI MOHAMMAD GIFARI A. PENGERTIAN STRUKTUR PLAT LIPAT Pelat adalah struktur
Lebih terperinciBAB 3 DESKRIPSI KASUS
BAB 3 DESKRIPSI KASUS 3.1 UMUM Anjungan lepas pantai yang ditinjau berada di Laut Jawa, daerah Kepulauan Seribu, yang terletak di sebelah Utara kota Jakarta. Kedalaman laut rata-rata adalah 89 ft. Anjungan
Lebih terperinciBAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. gambar kerja sebagai acuan pembuatan produk berupa benda kerja. Gambar
7 BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH A. Identifikasi Gambar Kerja Dalam pembuatan suatu produk pastilah tidak terlepas dari pendekatan gambar kerja sebagai acuan pembuatan produk berupa benda kerja. Gambar
Lebih terperinciModifikasi Struktur Jetty pada Dermaga PT. Petrokimia Gresik dengan Metode Beton Pracetak
TUGAS AKHIR RC-09 1380 Modifikasi Struktur Jetty pada Dermaga PT. Petrokimia Gresik dengan Metode Beton Pracetak Penyusun : Made Peri Suriawan 3109.100.094 Dosen Pembimbing : 1. Ir. Djoko Irawan MS, 2.
Lebih terperinciPEKERJAAN PERAKITAN JEMBATAN RANGKA BAJA
PEKERJAAN PERAKITAN JEMBATAN RANGKA BAJA 1. Umum Secara umum metode perakitan jembatan rangka baja ada empat metode, yaitu metode perancah, metode semi kantilever dan metode kantilever serta metode sistem
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam pembangunan prasarana fisik di Indonesia saat ini banyak pekerjaan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam pembangunan prasarana fisik di Indonesia saat ini banyak pekerjaan konstruksi bangunan menggunakan konstruksi baja sebagai struktur utama. Banyaknya penggunaan
Lebih terperinciJOBSHEET PRAKTIKUM 6 WORKHSOP INSTALASI PENERANGAN LISTRIK
JOBSHEET PRAKTIKUM 6 WORKHSOP INSTALASI PENERANGAN LISTRIK I. Tujuan 1. Mahasiswa mengetahui tentang pengertian dan fungsi dari elektrode bumi. 2. Mahasiswa mengetahui bagaimana cara dan aturan-aturan
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka Conveyor merupakan suatu alat transportasi yang umumnya dipakai dalam proses industri. Conveyor dapat mengangkut bahan produksi setengah jadi maupun hasil produksi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN 1.1. UMUM DAN LATAR BELAKANG Sejak permulaan sejarah, manusia telah berusaha memilih bahan yang tepat untuk membangun tempat tinggalnya dan peralatan-peralatan yang dibutuhkan. Pemilihan
Lebih terperinciKAJIAN PERILAKU LENTUR PELAT KERAMIK BETON (KERATON) (064M)
KAJIAN PERILAKU LENTUR PELAT KERAMIK BETON (KERATON) (064M) Hazairin 1, Bernardinus Herbudiman 2 dan Mukhammad Abduh Arrasyid 3 1 Jurusan Teknik Sipil, Institut Teknologi Nasional (Itenas), Jl. PHH. Mustofa
Lebih terperinciFrekuensi yang digunakan berkisar antara 10 hingga 500 khz, dan elektrode dikontakkan dengan benda kerja sehingga dihasilkan sambungan la
Pengelasan upset, hampir sama dengan pengelasan nyala, hanya saja permukaan kontak disatukan dengan tekanan yang lebih tinggi sehingga diantara kedua permukaan kontak tersebut tidak terdapat celah. Dalam
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kolom Kolom beton murni dapat mendukung beban sangat kecil, tetapi kapasitas daya dukung bebannya akan meningkat cukup besar jika ditambahkan tulangan longitudinal. Peningkatan
Lebih terperinciUji Kompetensi Semester 1
A. Pilihlah jawaban yang paling tepat! Uji Kompetensi Semester 1 1. Sebuah benda bergerak lurus sepanjang sumbu x dengan persamaan posisi r = (2t 2 + 6t + 8)i m. Kecepatan benda tersebut adalah. a. (-4t
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Kolom adalah batang tekan vertikal dari rangka struktural yang memikul beban dari balok. Kolom meneruskan beban-beban dari elevasi atas ke elevasi yang lebih bawah hingga akhirnya
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Konstruksi Mesin Secara keseluruhan mesin kepras tebu tipe rotari terdiri dari beberapa bagian utama yaitu bagian rangka utama, bagian coulter, unit pisau dan transmisi daya (Gambar
Lebih terperinciPUNTIRAN. A. pengertian
PUNTIRAN A. pengertian Puntiran adalah suatu pembebanan yang penting. Sebagai contoh, kekuatan puntir menjadi permasalahan pada poros-poros, karena elemen deformasi plastik secara teori adalah slip (geseran)
Lebih terperinciOPTIMALISASI DESAIN JEMBATAN LENGKUNG (ARCH BRIDGE) TERHADAP BERAT DAN LENDUTAN
OPTIMALISASI DESAIN JEMBATAN LENGKUNG (ARCH BRIDGE) TERHADAP BERAT DAN LENDUTAN Sugeng P. Budio 1, Retno Anggraini 1, Christin Remayanti 1, I Made Bayu Arditya Widia 2 1 Dosen / Jurusan Teknik Sipil /
Lebih terperinciBAB II STUDI LITERATUR
BAB II STUDI LITERATUR. PENDAHULUAN Pada struktur pelat satu-arah beban disalurkan ke balok kemudian beban disalurkan ke kolom. Jika balok menyatu dengan ketebalan pelat itu sendiri, menghasilkan sistem
Lebih terperinciTeknik Pemasangan Pipa Air Minum Bawah Laut dengan Metode TT dari Pulau Tidore ke Pulau Maitara
ISSN: 2548-1509 Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya, 21 November 2016 Teknik Pemasangan Pipa Air Minum Bawah Laut dengan Metode TT dari Pulau Tidore ke Pulau Maitara Witono Hardi 1*, Tri Suyono 2 1 Program
Lebih terperinciPemasangan Jembatan Metode Perancah Pemasangan Jembatan Metode Perancah
Pemasangan Jembatan Metode Perancah Pemasangan Jembatan Metode Perancah Pekerjaan jembatan rangka baja terdiri dari pemasangan struktur jembatan rangka baja hasil rancangan patent, seperti jembatan rangka
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. pembebanan yang berlaku untuk mendapatkan suatu struktur bangunan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Pembebanan Struktur Dalam perencanaan struktur bangunan harus mengikuti peraturanperaturan pembebanan yang berlaku untuk mendapatkan suatu struktur bangunan yang aman. Pengertian
Lebih terperincipemberian reaksi tekan tersebut, gelagar komposit akan menerima beban kerja
BABD TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Uoium Struktur gabungan atau struktur komposit adalah suatu struktur yang menggunakan pelat beton yang dicor secara monolit dan diletakan diatas balok penyanggah dimana kombinasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Berbagai inovasi yang ditemukan oleh para ahli membawa proses pembangunan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kontruksi bangunan merupakan bagian dari kehidupan manusia yang tidak akan pernah berhenti dan terus mengalami perkembangan dari masa ke masa. Berbagai inovasi yang
Lebih terperinciDAFTAR SIMBOL / NOTASI
DAFTAR SIMBOL / NOTASI A : Luas atau dipakai sebagai koefisien, dapat ditempatkan pada garis bawah. ( m ; cm ; inci, dsb) B : Ukuran alas lateral terkecil ( adakalanya dinyatakan sebagai 2B ). ( m ; cm
Lebih terperinciOptimasi Konfigurasi Sudut Stinger dan Kedalaman Laut Dengan Local Buckling Check
Optimasi Konfigurasi Sudut Stinger dan Kedalaman Laut Dengan Local Buckling Check Oleh : Desak Made Ayu 4310100019 Pembimbing : Prof. Ir. Daniel M. Rosyid, Ph.D Ir. Hasan Ikhwani, M.Sc OUTLINE : I. PENDAHULUAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada dasarnya konstruksi bangunan terdiri dari dua komponen, yaitu komponen struktural dan non struktural. Dinding, pintu, jendela, dan komponen arsitektur lain merupakan
Lebih terperinci2.5 Persamaan Aliran Untuk Analisa Satu Dimensi Persamaan Kontinuitas Persamaan Energi Formula Headloss...
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL...i HALAMAN TUGAS SARJANA...ii HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS....iii HALAMAN PENGESAHAN.... iv HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI.....v HALAMAN PERSEMBAHAN....vi ABSTRAK...
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang lebih bawah hingga akhirnya sampai ke tanah melalui fondasi. Karena
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Kolom adalah batang tekan vertikal dari rangka struktural yang memikul beban dari balok. Kolom meneruskan beban-beban dari elevasi atas ke elevasi yang lebih bawah hingga akhirnya
Lebih terperinciBAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 Tumpuan Rol
BAB II DASAR TEORI 2.1 Pengertian Rangka Rangka adalah struktur datar yang terdiri dari sejumlah batang-batang yang disambung-sambung satu dengan yang lain pada ujungnya, sehingga membentuk suatu rangka
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. membutuhkan penanganan yang serius, terutama pada konstruksi yang terbuat
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Umum dan Latar Belakang Pembangunan terhadap gedung gedung bertingkat pada umumnya sangat membutuhkan penanganan yang serius, terutama pada konstruksi yang terbuat dari beton, baja
Lebih terperinciLENDUTAN (Deflection)
ENDUTAN (Deflection). Pendahuluan Dalam perancangan atau analisis balok, tegangan yang terjadi dapat ditentukan dari sifat penampang dan beban-beban luar. Pada prinsipnya tegangan pada balok akibat beban
Lebih terperinciIV. PENDEKATAN DESAIN
IV. PENDEKATAN DESAIN A. Kriteria Desain Alat pengupas kulit ari kacang tanah ini dirancang untuk memudahkan pengupasan kulit ari kacang tanah. Seperti yang telah diketahui sebelumnya bahwa proses pengupasan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. metoda desain elastis. Perencana menghitung beban kerja atau beban yang akan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PENULISAN Umumnya, pada masa lalu semua perencanaan struktur direncanakan dengan metoda desain elastis. Perencana menghitung beban kerja atau beban yang akan dipikul
Lebih terperinciELEMEN-ELEMEN STRUKTUR BANGUNAN
ELEMEN-ELEMEN BANGUNAN Struktur bangunan adalah bagian dari sebuah sistem bangunan yang bekerja untuk menyalurkan beban yang diakibatkan oleh adanya bangunan di atas tanah. Fungsi struktur dapat disimpulkan
Lebih terperinciIII. TEGANGAN DALAM BALOK
. TEGANGAN DALA BALOK.. Pengertian Balok elentur Balok melentur adalah suatu batang yang dikenakan oleh beban-beban yang bekerja secara transversal terhadap sumbu pemanjangannya. Beban-beban ini menciptakan
Lebih terperinci