Persepsi Masyarakat Terhadap Dampak Limbah... Indri A.
|
|
- Shinta Kartawijaya
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Persepsi Masyarakat Terhadap Manfaat dan Dampak Negatif Limbah Peternakan Sapi Perah (Kasus di Desa Rancamulya Kecamatan Sumedang Utara Kabupaten Sumedang) (Public Perceptions Of Benefits And Negative Impact Of Livestock Waste Of Dairy Farm Cattle (Case In The Village Of Rancamulya Sumedang West Java)) Indri A.*, Marina S.**, M. Ali M.** Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran, Jalan Raya Bandung-Sumedang Km 21 Sumedang Abstrak * Alumni Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran Tahun 2015 ** Staf Pengajar Fakultas Peternakan Univeristas Padjadjaran indriasuzan@yahoo.com Penelitian mengenai persepsi masyarakat terhadap manfaat dan dampak negatif limbah peternakan sapi perah (kasus di Desa Rancamulya Kecamatan Sumedang Utara Kabupaten Sumedang) ini telah dilaksanakan pada tanggal 1 April 2015 sampai 30 April 2015 di Dusun Kebon Kalapa Desa Rancamulya Kecamatan Sumedang Utara Kabupaten Sumedang. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui persepsi masyarakat terhadap manfaat dan dampak negatif limbah peternakan sapi perah di Desa Rancamulya Kecamatan Sumedang Utara Kabupaten Sumedang. Penelitian ini dilakukan menggunakan metode survei dengan penentuan responden dilakukan secara Simple Random Sampling. Responden yang ditentukan pada penelitian ini sebanyak 43 responden. Data yang diperoleh diolah secara analisis statistik deskriptif dengan menggunakan program excel. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa persepsi masyarakat terhadap manfaat limbah peternakan sapi perah termasuk ke dalam kategori rendah dengan rentang nilai interval sebanyak 36 orang (83,72%) sedangkan persepsi masyarakat terhadap dampak negatif limbah peternakan sapi perah didapatkan hasil sebanyak 35 orang dengan persentase 81,40% termasuk kedalam kategori tinggi dengan rentang nilai interval > 35,66. Kata Kunci: persepsi masyarakat, manfaat, dampak negatif, limbah sapi perah Abstract Research on public perceptions of benefits and negative impact of livestock waste of dairy farm cattle has been implemented on 1st April 2015 through 30th April 2015 in the village of Kebon Kalapa Rancamulya Sumedang. The purpose of this study to determine the public perception of the benefits and the negative impact of waste dairy farm in the village of Rancamulya Sumedang. This study was conducted using a survey method to determine the respondents carried out by simple random sampling. Respondents were defined in this study as many as 43 respondents. The data obtained were processed using descriptive statistical analysis excel program. These results indicate that the public perception of the benefits of dairy farm wastes fall into the category lower the value range interval as many as 36 people (83,72%), while the public perception of the negative impact the dairy farm waste showed as many as 35 people with percentage 81,40% belongs to the high category with a range of interval values> 35,66. Keywords: public perseptions, benefits, negative impact, livestock waste dairy cattle.
2 Pendahuluan Sapi perah merupakan salah satu komoditi peternakan yang dapat mendukung pemenuhan kebutuhan akan bahan pangan bergizi tinggi. Peternakan sapi perah menghasilkan produksi bahan pangan protein hewani, utamanya susu sapi. Susu yang dihasilkan sapi banyak dikonsumsi sebagai susu segar, susu formula maupun sebagai bahan makanan olahan. Usaha peternakan sapi perah merupakan salah satu usaha andalan sub sektor peternakan yang memiliki peluang prospektif dalam kegiatan agroindustri sebagai salah satu subsistem agribisnis. Pengembangan usaha ternak ini sangat berdampak positif terhadap penciptaan lapangan kerja dan menjanjikan pendapatan tunai, sehingga dapat memotivasi masyarakat untuk berperan aktif dalam kegiatan agribisnis guna meningkatkan pendapatan keluarganya. Namun demikian, usaha peternakan sapi perah tidak hanya memiliki nilai positif melainkan dapat menjadi sumber pencemaran yang berasal dari limbah usaha peternakan sapi perah tersebut. Limbah peternakan adalah sisa buangan dari suatu kegiatan usaha peternakan seperti usaha pemeliharaan ternak. Limbah tersebut meliputi limbah padat dan limbah cair seperti feses, urin dan sisa buangan lainnya. Usaha peternakan sapi perah di wilayah Sumedang tepatnya di Desa Rancamulya mulai mengalami peningkatan. Dapat dilihat dari jumlah populasi ternak yang semakin meningkat setiap tahunnya dari data Dinas Peternakan Kabupaten Sumedang pada tahun 2011 jumlah populasi hanya 7 ekor, tahun 2012 berjumlah 45 ekor, dan tahun 2013 jumlah populasinya menjadi 100 ekor. Usaha peternakan ini mempunyai prospek untuk dikembangkan karena tingginya permintaan akan produk peternakan, selain itu memberi keuntungan yang cukup tinggi dan menjadi sumber pendapatan bagi banyak masyarakat sekitar dari segi manfaat. Namun demikian, usaha peternakan juga menghasilkan dampak negatif dari limbah yang dapat menjadi sumber pencemaran bagi lingkungan sekitar peternakan walaupun hanya ada satu peternakan di desa tersebut namun apabila semakin berkembangnya usaha tersebut dapat merugikan lingkungan sekitar. Sebagian besar masyarakat di sekitar peternakan mengeluh akan adanya bau menyengat yang berasal dari limbah sapi perah, akan tetapi disisi lain terdapat beberapa warga yang terbantu kehidupannya, dimana antara pihak perusahaan dengan warga tersebut terjalin kerja sama yang saling menguntungkan bagi kedua belah pihak seiring dengan berkembangnya usaha peternakan tersebut. Usaha peternakan sapi perah yang berada di tengah-tengah pemukiman warga akan
3 memunculkan kemungkinan-kemungkinan konflik pro/kontra dengan adanya limbah yang berasal dari peternakan sapi perah tersebut. Berbagai persepsi akan timbul ditengah-tengah masalah yang ada. Berdasarkan uraian tersebut maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai Persepsi Masyarakat Terhadap Manfaat dan Dampak Negatif Limbah Peternakan Sapi Perah (Kasus di Desa Rancamulya Kecamatan Sumedang Utara Kabupaten Sumedang). Objek dan Metode 1. Objek Penelitian Objek penelitian ini yaitu salah satu anggota rumah tangga yang sudah berumur 17 tahun yang tinggal di Dusun Kebon Kalapa Desa Rancamulya Kecamatan Sumedang Utara Kabupaten Sumedang yang bermukim di sekitar usaha peternakan sapi perah. 2. Metode Penelitian Penelitian ini dilakukan menggunakan metode survei dengan penentuan responden dilakukan secara Simple Random Sampling. Responden yang ditentukan pada penelitian ini sebanyak 43 responden. Jumlah tersebut sudah melebihi angka 30 responden, jika data lebih dari 30 diasumsikan data berdistribusi normal. Pengambilan sampel dengan menggunakan tabel angka random (Suyanto B. dan Sutinah, 2005). 3. Analisis Statistik Data yang diperoleh diolah secara analisis statistik deskriptif dengan menggunakan program excel. Hasil disajikan dalam bentuk tabel frekuensi tunggal. Tabel frekuensi tunggal ini merupakan cara untuk menyusun data yang relatif sederhana (Sudjana, 2005). Hasil dan Pembahasan 1. Persepsi Masyarakat (1) Persepsi Masyarakat terhadap Manfaat Limbah Peternakan Sapi Perah Menurut Kotler (2001) persepsi merupakan proses individu dalam memilih masukanmasukan informasi untuk menciptakan gambaran dunia yang memiliki arti. Persepsi meliputi semua proses yang dilakukan seseorang dalam memahami informasi mengenai lingkungannya. Proses pemahaman ini melalui penglihatan, pendengaran, penyentuhan perasaan dan penciuman. Jika informasi berasal dari suatu situasi yang telah diketahui seseorang, maka informasi tersebut akan mempengaruhi cara seseorang mengorganisasikan persepsinya. Hasil pengorganisasian
4 persepsinya mengenai suatu informasi dapat berupa pengertian tentang suatu obyek tersebut. Dalam hal ini responden memberikan tanggapannya mengenai stimulus yang diterimanya dari lingkungan sekitar mengenai manfaat dan dampak negatif limbah peternakan sapi perah di Dusun Kebon Kalapa Desa Rancamulya. Persepi masyarakat terhadap manfaat limbah peternakan sapi perah dibagi menjadi dua dimensi yaitu kognisi dan afeksi. Kognisi merupakan kepercayaan atau pengetahuan sesorang tentang sesuatu yang didapatkan dari proses berfikir tentang sesuatu yang diterimanya (Luthans, 2006). Setiap perilaku sadar manusia didahului oleh proses kognitif yang memberikan arah terhadap perilaku dan setiap lahiriyahnya baik dirasakan ataupun tidak dirasakan. Kemampuan daya pikir seseorang dengan bertambahnya pengetahuan dan informasi (Rakhmat, 1989). Afeksi adalah tanggapan atau sikap seseorang yang sifatnya positif maupun negatif terhadap objek yang diterimanya. Proses diterima atau tidaknya suatu stimuli berlangsung secara bertahap, yang dapat terlihat pada aksi atau reaksi yang dinyatakan dalam perubahan sikap (Robbins dan Judge, 2008). Pada tahap ini responden diberikan pertanyaan berupa pengetahuan (kognisi) dan sikap (afeksi) mengenai manfaat limbah peternakan sapi perah. Dimensi kognisi dan afeksi pada persepsi masyarakat terhadap manfaat limbah peternakan sapi perah dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11. Dimensi Kognisi dan Afeksi pada Persepsi Responden terhadap Manfaat Limbah Peternakan Sapi Perah No. Uraian Kategori (%) Tinggi Sedang Rendah 1. Kognisi - Pengertian Limbah - Kandungan Limbah 2,33 90,70 6,98 2. Afeksi - Menambah Tambahan - Lapangan Pekerjaan - Bantuan Sosial 4,65 6,98 88,37 Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil penelitian mengenai persepsi responden ditinjau daridimensi kognisi terhadap pemanfaatan limbah sapi perah sebagian besar responden (90,70%) termasuk kedalam kategori sedang, sedangkan persepi responden ditinjau dari dimensi afeksi terhadap pemanfaatan limbah sapi perah sebagian responden (88,37%) termasuk dalam kategori rendah. Dalam hal ini responden memahami akan adanya manfaat limbah sapi perah, akan tetapi terdapat berbagai alasan yang menyebabkan responden tidak melakukan pemanfaatan limbah tersebut sehingga responden tidak merasakan adanya manfaat yang dihasilkan dari limbah
5 peternakan sapi perah yang berada di Desa Rancamulya Kecamatan Sumedang Utara Kabupaten Sumedang. Sebagian besar responden ditinjau dari dimensi kognisi memahami mengenai pemanfaatan limbah peternakan sapi perah, akan tetapi responden tidak melakukan upaya dalam pemanfaatan limbah karena responden menganggap bahwa dengan memanfaatkan limbah tersebut tidak dapat meningkatkan pendapatan karena responden tidak pernah mencoba memanfaatkannya sehingga tidak mengetahui keuntungannya. Oleh karena itu dari dimensi afeksi dengan indikator: a. meningkatkan pendapatan, b. membuka lapangan pekerjaan, dan c. bantuan sosial bahwa responden tidak tertarik mengolah limbah karena dianggap tidak menambah pendapatan responden serta tidak terciptanya lapangan pekerjaan baru dari pemanfaatan limbah tersebut bagi responden di Dusun Kebon Kalapa Desa Rancamulya, walaupun sebagian besar responden tidak merasakan adanya manfaat dari limbah yang dihasilkan dari perusahaan sapi perah tersebut akan tetapi responden dapat merasakan batuan sosial berupa sumbangan dana pada setiap kegiatan yang dilaksanakan di Dusun Kebon Kalapa Desa Rancamulya. Hasil akumulasi perhitungan data secara keseluruhan dari dimensi kognisi dan afeksi mengenai persepsi masyarakat terhadap manfaat limbah peternakan sapi perah ini dibagi menjadi tiga kategori, yaitu kategori rendah, sedang, dan tinggi dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12. Persepsi Masyarakat Terhadap Manfaat Limbah Peternakan Sapi Perah No. Kategori Jumlah (orang) Persentase (%) 1. Tinggi 1 2,33 2. Sedang 6 13,95 3. Rendah 36 83,72 Jumlah ,00 Limbah peternakan sapi perah yang berada di Desa Rancamulya menghasilkan limbah kotoran ± 30 kg/ekor/hari. Limbah peternakan sapi perah ini apabila tidak dikelola dengan baik sehinggamenimbulkan pencemaran lingkungan sekitar. Apabila pihak perusahaan ataupun masyarakat sekitar memahami akan dampak tersebut maka akan ada upaya dalam menangani masalah tersebut dengan cara melakukan penanganan melalui pengolahan yang baik misalnya diolah menjadi biogas, menjadi pupuk organik dan arang, dengan kata lain limbah yang menimbulkan masalah tersebut masih memiliki nilai ekonomi yang sangat membantu bagi pihak perusahaan maupun masyarakat sekitar, seperti menambah pendapatan,mengurangi pengangguran karena terbukanya lapangan pekerjaan, dan masyarakat mendapatkan bantuan
6 sosial berupa sumbangan dana untuk suatu kegiatan yang berada dilingkungan peternakan. Sampai saat ini peternakan tersebut belum ada penanganan terhadap limbah yang di hasilkannya. Adapun sumur penampung untuk biogas tidak digunakan dikarenakan dianggap tidak efektif dan alat yang digunakannya mudah rusak. Penilaian responden mengenai manfaat limbah sapi perah berdasarkan tiga kategori yaitu kategori rendah dengan kelas interval (10-17), kategori sedang dengan kelas interval (>17-24), dan kategori tinggi dengan kelas interval (>24). Berdasarkan penelitian dilapangan mengenai persepsi responden terhadap manfaat limbah peternakan sapi perah di Dusun Kebon Kalapa Desa Rancamulya sebagian besar responden (83,72%) termasuk kedalam kategori rendah. Pada dasarnya masyarakat sekitar tahu mengenai beberapa cara mengolah limbah seperti cara membuat biogas dan kompos, serta tahu mengenai keuntungan yang akan didapatkan jika memanfaatkan limbah sapi perah ini, akan tetapi terdapat beberapa alasan yang membuat masyarakat sekitar perusahaan enggan untuk melakukan pengolahan limbah sapi perah ini, seperti masyarakat berasumsi bahwa pihak perusahaan terkait belum melakukan pengolahan limbah, selain itu alasan masyarakat tidak melakukan pengolahan limbah sapi perah ini yaitu untuk melakukan pengolahan memerlukan biaya cukup mahal dan cara pembuatannya yang membutuhkan waktu yang cukup lama sehingga masyarakat tidak merasakan adanya manfaat tambahan pendapatan ataupun keuntungan lain dengan adanya limbah sapi perah ini karena belum di lakukan percobaan. Djaja (2008) menyatakan bahwa sebenarnya limbah sapi perah begitu banyak manfaat terlebih dalam peningkatan pendapatan seseorang ketika mampu mengolahnya dengan baik dan pemanfaatan kotoran ternak sebagai sumber pupuk sangat mendukung usaha pertanian. Disisi lain dengan memanfaatkan limbah yang ada setidaknya mengurangi jumlah pengangguran bahkan mengurangi dampak yang dapat merugikan bagi pihak perusahaan peternakan maupun masyarakat yang berada di sekitar peternakan sapi perah Persepsi Masyarakat terhadap Dampak Negatif Limbah Peternakan Sapi Perah Persepsi merupakan proses menerima informasi atau stimuli dari lingkungan dan mengubahnya ke dalam kesadaran psikologis. Stimuli adalah setiap input yang dapat ditangkap oleh pancaindera, seperti bau. Stimuli tersebut diterima oleh pancaindera, seperti mata, telinga, mulut, hidung, dan kulit (A. W. Van Den Ban and H.S. Hawskin, 1998). Terdapat masalah yang timbul ditengah pemukiman warga di Dusun Kebon Kalapa Desa Rancamulya yang berasal dari limbah peternakan sapi perah yang didirikan di dekat pemukikan warga dan tidak dikelola dengan
7 baik.persepsi masyarakat terhadap dampak negatif limbah peternakan sapi perah yang ditinjau dari dimensi kognisi dan afeksi. Pada tahap ini responden diberikan pertanyaan berupa pengetahuan (kognisi) dan sikap (afeksi) mengenai dampak negatif limbah peternakan sapi perah.dimensi kognisi dan afeksi pada persepsi masyarakat terhadap dampak negatif limbah peternakan sapi perah dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 13. Dimensi Kognisi dan Afeksi pada Persepsi Masyarakat Terhadap Dampak Negatif Limbah Peternakan Sapi Perah No. Uraian Kategori (%) Tinggi Sedang Rendah 1. Kognisi - Dampak Negatif Limbah - Kerugian Limbah 88,37 11,63 0,00 2. Afeksi - Bau Menyengat - Sumber Air Tercemar - Kebersihan Lingkungan - Kenyamanan Terganggu - Peribadahan Terganggu 34,88 62,79 2,33 Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil penelitian mengenai persepsi responden ditinjau dari dimensi kognisi terhadap dampak limbah sapi perahsebagian besar responden (88,37%) termasuk kedalam kategori tinggi, sedangkan persepi responden ditinjau dari dimensi afeksi terhadap dampak limbah sapi perah sebagian responden (60,74%) termasuk dalam kategori sedang. Hal ini disebabkan karena responden yang bermukim di sekitar peternakan sapi perah memiliki tingkat kepedulian yang tinggiakan lingkungannya dari dampak negatif limbah yang tidak dikelola dengan baik. Sebagian besar responden ditinjau dari dimensi kognisi memahami dampak negatif dan kerugian dari limbah yang tidak dikelola dengan baik dapat mengganggu kesehatan dan mencemari lingkungan sekitarnya dari pengalaman selama peternakan tersebut didirikan. Responden beranggapan bahwa dengan adanya masalah limbah yang dihasilkan dari peternakan seharusya menjadi tanggung jawab pihak peternakan untuk memberikan solusi terbaik dalam mengendalikan masalah yang timbul ditengah-tengah lingkungan sekitar pemukiman akibat limbah yang dihasilkan. Dalam hal ini pihak peternakan seharusnya memberikan penyuluhan atau pelatihan bagi masyarakat agar ikut serta membantu mengendalikan masalah
8 yang ada, sehingga permasalahan tersebut tidak berlarut-larut dan menimbulkan dampak negatif yang merugikan warga sekitarnya. Sebagian besar responden yang ditinjau dari dimensi kognisi memahami dan mengetahui adanya dampak negatif dan kerugian yang dihasilkan dari limbah peternakan yang tidak dilakukan pengolahan dengan baik. Oleh karena itu terdapat beberapa indikator dari dimensi afeksi untuk mempertegas persepsi responden, yaitu: a. bau menyengat yang dihasilkan, b. sumber air yang tercemar, c. kebersihan lingkungan yang terganggu, d. kenyamanan yang terganggu, dan e. tempat beribadah yang terganggu, responden berpersepsi bahwa bau menyengat yang berasal dari limbah tersebut dapat dirasakan setiap waktu pada pagi, siang, dan malam hari, terlebih ketika cuaca sedang panas terik yang menimbulkan bau limbah tersebut semakin menyengat. Bau menyengat yang berasal dari peternakan sapi perah tersebut tidak mudah hilang, terlebih limbah yang di buang melewati selokan yang berada di pemukiman warga. Untuk indikator sumber air yang tercemar akibat limbah yang di buang langsung ke selokan warga, sebagian besar responden yang menggunakan air Sumur, kualitas airnya kurang baik karena terjadi perubahan warna menjadi keruh, berbau dan berjentik sehingga sebagian responden harus mengeluarkan dana lebih untuk memasang pompa air agar kualitas airnya lebih baik, selain itu ada pula yang tetap menggunakan sumur sebagai sumber airnya akan tetapi perlu diberikan obat terlebih dahulu seperti kaporit dan abate untuk meminimalisir air yang keruh dan berkembangnya jentik. Kebersihan lingkungan masyarakat Dusun Kebon Kalapa Desa Rancamulya menjadi terganggu hal ini dikarenakan alur pembuangan limbah yang dihasilkan peternakan sapi perah ini melewati jalur selokan pemukiman sehingga selokan tersebut dihinggapi banyak lalat dan sisasisa feses yang tidak ikut teralirkan mengakibatkan kebersihan lingkungan menjadi tercemar. Kenyamanan masyarakat yang berada di wilayah sekitar peternakan menjadi terganggu dikarenakan polusi yang timbul akibat limbah peternakan yang dihasilkan. Pada pagi hari seharusnya masyarakat menghirup udara segar dan pada malam hari yang seharusnya merupakan waktu untuk beristirahat dengan tenang menjadi terganggu akibat adanya limbah tersebut. Terlebih apabila ada sanak saudara jauh ataupun yang berkunjung ke rumah responden akan menimbulkan kesan yang kurang baik karena terganggu dan merasakan ketidaknyamanan akibat dampak negatif yang dihasilkan limbah.
9 Hasil akumulasi perhitungan data secara keseluruhan dari dimensi afeksi dan kognisi mengenai persepsi masyarakat terhadap dampak negatif limbah peternakan sapi perah ini dibagi menjadi tiga kategori, yaitu kategori rendah, sedang, dan tinggi dapat dilihat pada Tabel 14. Tabel 14. Persepsi Masyarakat Terhadap Dampak Negatif Limbah Peternakan Sapi perah No. Kategori Jumlah (orang) Persentase (%) 1. Tinggi 35 81,40 2. Sedang 7 16,28 3. Rendah 1 2,33 Jumlah ,00 Penilaian dalam penelitian ini dibagi menjadi tiga kategori, untuk kategori rendah dengan rentang nilai kelas interval 15 25,33, kategori sedang dengan rentang nilai interval >25,33 35,66, dan untuk kategori tinggi dengan rentang nilai kelas interval >35,66. Berdasarkan penelitian dilapangan masyarakat berpersepsi bahwa limbah peternakan sapi perah yang berada disekitar pemukiman dengan jarak 1-30 m merasa terganggu dengan bau menyengat yang berasal dari limbah peternakan tersebut dirasakan setiap waktu pada pagi, siang hingga malam hari terlebih apabila cuaca sedang dalam keadaan terik. Bau menyengat ini disebabkan karena limbah peternakan ini langsung dialirkan ke selokan yang melewati pemukiman masyarakat tanpa ditampung terlebih dahulu dan tidak dilakukan pengolahan dengan baik. Hal ini ditunjukan dari hasil Tabel 14 bahwa sebagian besar responden (81,40%) berada pada kategori tinggi. Hal ini sesuai dengan pendapat Sudarma dalam Rachman (2002), bahwa tanggapan seseorang terhadap bau yang tercium tergantung individu seseorang, dimana bau peternakan berasal dari limbah yang tidak dikelola dengan baik sehingga menimbulkan dampak negatif bagi masyarakat sekitar peternakan. Limbah peternakan sapi perah yang berada di Dusun Kebon Kalapa Desa Rancamulya ini terdiri dari limbah kotoran sapi perah seperti feses dan urin. Adapun limbah berupa pakan yang disimpan di sepanjang gangway seperti onggok dan hijauan yang disimpan begitu saja tanpa ada tempat khusus seperti gudang pakan, oleh karena itu limbah-limbah tersebut menyebabkan polusi udara di sekitar pemukiman menjadi terganggu. Hal ini sesuai dengan pernyataan Djaja (2008) bahwa limbah sapi perah ada dua, yaitu limbah pakan dan kotoran sapi perah. Limbah pakan seperti hijauan dan konsentrat yang tidak termakan bisa menjadi busuk apabila tidak segera diolah. Sedangkan limbah kotoran ternak terdiri dari dua bentuk, yaitu feses dan urin. Kedua kotoran ternak tersebut bisa menjadi penyebab ditutupnya usaha peternakansapi perah jika
10 mengganggu lingkungan sekitarnya. Oleh karena itu, sistem penanganan perlimbahan menjadi sangat penting untuk diperhatikan pada pembangunan usaha peternakan sapi perah. Sebenarnya, pemerintah telah memberikan rambu-rambu bagi para pengusaha yang akan melakukan investasi di berbagai bidang terutama yang terkait dengan lingkungan dan pencemarannya. Aturan ini disusun agar perusahaan yang menghasilkan buangan limbah tidak mengganggu lingkungan sekitarnya, terutama masyarakat yang berada di sekitar perusahaan. Aturan main yang disusun tersebut adalah untuk mengatur dan menjamin ketenangan bagi masyarakat maupun perusahaan itu sendiri sehingga satu sama lain tidak saling dirugikan. Berdasarkan beberapa peraturan hukum yang jelas bahwa pemerintah sangat memberikan perhatian terhadap kesehatan lingkungan. Oleh karena itu, perusahaan wajib melakukan pengolahan limbah sebelum limbah tersebut dapat dilepas dengan aman ke lingkungan (Farida, 2000). Komoditas sapi perah merupakan hewan ternak yang secara biologis juga akan mengeluarkan kotoran dari makanan yang dimakannya. Bahkan, diasumsikan jumlah kotoran sapi perah yang berada di peternakan ini dalam bentuk padat dan cair bisa mencapai 30 kg/ekor/hari. Menurut Prihandini (2007) seekor sapi perah mampu menghasilkan kotoran padat dan cair 23,6 kg/hari dan 9,1 kg/hari. Untung (2002) melaporkan bahwa seekor sapi perah akan memproduksi kg kotoran per hari. Jika sapi perah yang dipelihara cukup banyak, jumlah kotoran yang dihasilkan pun akan meningkat pula. Ada dua permasalahan yang bisa ditimbulkan oleh kotoran sapi perah ini, yaitu bau menyengat yang berasal dari limbah peternakan sapi perah yang menyebabkan ketidaknyamanan warga sekitar dan berlangsung dengan waktu yang cukup lama ataupun setiap waktu (pagi, siang, dan malam), selain itu air yang biasanya digunakan sehari-hari oleh warga yang jaraknya 1-15 m dari peternakan menjadi tercemar dengan ciri-ciri airnya berbau, berjentik bahkan keruh. Tercemarnya air yang digunakan masyarakat mempertegas bahwa limbah yang dihasilkan tidak ditangani dengan baik terlebih dahulu melainkan langsung dialirkan ke selokan yang berada di pemukiman masyarakat, sehingga mengakibatkan air menjadi tercemar, terlebih apabila limbah tersebut langsung bermuara ke sungai, dengan kata lain ketika air yang digunakan tercemar bisa menjadi sumber penyakit bagi penggunanya. Sesuai dengan Firman (2010) menyatakan bahwa terdapat beberapa masalah yang diakibatkan oleh limbah yang tidak ditangani dengan baik yaitu
11 polusi bau dan jika kotoran dialirkan ke sungai maka akan mencemari air sungai. Oleh karena itu diperlukan solusi alternatif guna menangani limbah ternak sapi perah. Kotoran yang baru dihasilkan sapi tidak dapat langsung diberikan sebagai pupuk tanaman, tetapi harus mengalami proses terlebih dahulu. Beberapa alasan mengapa bahan organik seperti kotoran sapi perlu diproses sebelum dimanfaatkan atau dibuang begitu saja adalah agar tidak mencemari lingkungan sekitar, baik itu mencemari polusi udara lingkungan sekitar, mencemari sumber air yang berada dekat dengan suatu usaha dan menjadi gangguan kesehatan akibat polusi udara yang tidak segar. Masyarakat sekitar pun sudah pernah menegur kepada pihak perusahaan bahkan sudah melaporkan kepada pihak yang lebih berwenang yaitu aparat desa untuk memberikan solusi terbaik, namun belum ada tindakan lebih lanjut untuk menyelesaikan masalah ini. Oleh karena itu seharusnya peraturan-peraturan pemerintah harus lebih dipertegas kembali mengenai keberadaan suatu usaha peternakan yang berskala cukup besar dan pihak perusahaan harus melakukan pengolahan limbah dengan baik serta memberikan layanan penyuluhan bagi masyarakat agar pihak perusahaan dan masyarakat sekitar saling merasa diuntungkan,bahkan tidak mengganggu kenyamanan masyarakat di Dusun Kebon Kalapa. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa persepsi masyarakat terhadap manfaat limbah peternakan sapi perah termasuk ke dalam kategori rendah (83,72%). Hal ini ditunjukan berdasarkan hasil penelitian mengenai pemanfaatan limbah sapi perah dimana responden memberikan pernyataan bahwa responden memahami akan adanya manfaat limbah sapi perah, akan tetapi responden tidak melakukan pemanfaatan limbah tersebut sehingga responden tidak merasakan adanya manfaat yang dihasilkan dari limbah peternakan sapi perah yang berada di Desa Rancamulya Kecamatan Sumedang Utara Kabupaten Sumedang. Persepsi masyarakat terhadap dampak negatif limbah peternakan sapi perah termasuk kedalam kategori tinggi (81,40%). Hal ini ditunjukan dengan belum adanya pengolahan limbah yang baik oleh pihak peternakan sehingga limbah peternakan ini menimbulkan dampak negatif bagi responden yang berada di lingkungan sekitar peternakan yang menyebabkan terjadinya
12 pencemaran lingkungan dengan adanya bau yang tidak sedap serta tercemarnya sumber air yang mereka gunakan. Daftar Pustaka Anwar Persepsi Masyarakat Terhadap Keberadaan Peternakan Burung Puyuh. Fakultas peternakan Universitas Hasanuddin. Makassar. A.W. Van Den Ban and HS. Hawkins Penyuluhan Pertanian. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. 83. Baharsjah, S Dampak Ekonomi. Training Analisa Dampak Lingkungan. Seri II. Jakarta. Charles, R.T. dan Hariono, B Pencemaran Lingkungan oleh Limbah Peternakan dan Penggelolaannya. Bull. FKH-UGM. Vol. X;2. Dinas Peternakan Kabupaten Sumedang, Data Populasi Ternak Tahun Sumedang. Djaja, W., N.K. Suwardi dan L.B. Salman Pengaruh Imbangan Kotoran Sapi Perah dan Serbuk Gergaji Terhadap Kualitas Kompos Laporan Penelitian. Fakultas Peternakan. Universitas Padjadjaran. Bandung. Djaja, W Langkah Jitu Membuat Kompos dari Kotoran Ternak & Sampah. AgroMedia Pustaka. Bandung. 2. Farida E Pengaruh Penggunaan Feses Sapi dan Campuran Limbah Organik Lain Sebagai Pakan atau Media Produksi Kokon dan Biomassa Cacing Tanah. IPB. Bogor. Firman, A Agribisnis Sapi Perah Dari Hulu Sampai Hilir. Wisya Padjadjaran. Bandung Jalaludin, R Psikologi Komunikasi. CV. Remaja Rosadakarya. Bandung. Juheini, N. dan Syakryanu, K.D Perencanaan Sistem Usahatani Terpadu dalam Menunjang Pembangunan Pertanian yang Berkelanjutan: Kasus Kabupaten Magetan, Jawa Timur. Jurnal Agro Ekonomi (JAE) Vol. 17(1). Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian. Balitbangtan. Deptan. Jakarta. Kotler P. Amstrong Prinsip-Prinsip Pemasaran (Terjemahan Jilid I). Erlangga. Jakarta. Lahamma, A Persepsi Peternak tentang Limbah Pertanian dalam Pemanfaatannya sebagai Pakan Ternak Sapi di Kecamatan Sukamaju Luwu Utara. Universitas Hasanuddin. Makassar.
13 Luthans, Fred Perilaku Organisasi. Diterjemahkan oleh Vivin Andhika Yuwono; Shekar Purwanti; Th. Arie Prabawati; dan Winong Rosari Edisi 10. Penerbit ANDI. Yogyakarta Prihandini P.W. dan T. Purwanto Petunjuk Teknis Pembuatan Kompos Berbahan Kotoran Sapi Perah. Penebar Swadaya. Grati Pasuruan. Pulungan, I. Dan R. Pambudy Peraturan dan Undang-Undang Peternakan. Produksi Media Informasi. Lembaga Swadaya Informasi IPB. Bogor. Rachman. M Psikologi Komunikasi. PT. Remaja Rosdakarya. Bandung. Rakhmat, J Psikologi Komunikasi. Edisi Revisi. Remaja Rosdakarya. Bandung Robbins dan Judge Perilaku Organisasi. Edisi Duabelas. Penerbit Salemba Empat. Jakarta Rynk, R., M. van de Kamp, G.B. Wilson, T.L. Richard, J.J. Kolega, F. R. Gouin, L. Laliberty, Jr., D. Kay, D.W. Murphy, H.A.J. Hoitink, and W.F. Brinton On-farm Composting Handbook. Editor R. Rynk. Northeast Regional Agricultural Engineering Service, U.S. Department of Agriculture. Ithaca, N.Y., Pp Sarlito, Psikologi Sosial. CV. Rajawali. Jakarta , 20.Sarwono S. Wirawan, Psikologi Lingkungan. PT Gramedia Wisiasarana Indonesia. Jakarta. 47. Sayogyo dan Fujiwati, S Sosiologi Pedesaan. Jilid I. Gajah Mada. University Press. Yogyakarta. 16. Sihombing, D.T.H Teknik Pengelolaan Limbah Kegiatan/Usaha Peternakan. Pusat Penelitian Lingkungan Hidup Lembaga Penelitian, Institut Pertanian Bogor Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi Metode Penelitian Survai. LP3ES. Jakarta Siregar,S.B., M. Rangkuti, Yanto T. Rhardja, dan H. Budiman Informasi Teknologi Budidaya, Pascapanen, dan Analisis Usaha Ternak Sapi Perah. Kerja sama antara Studi Informasi Teknologi Pedesaan, Kebijakan IPTEK dan Teknologi Industri. Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi dengan Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Bogor. Soehadji Kebijakan Pemerintah dalam Industri Peternakan dan Penanganan Limbah Peternakan Direktorat Jenderal Peternakan, Departemen Pertanian. Jakarta Soeharsono, Budidaya Sapi Perah. CV. Remaja Rosadakarya. Bandung.
14 Sudjana Metode Statistika. PT. Tarsito. Bandung. Suganda dan Iskandar Skripsi: Persepsi Masyarakat Terhadap Keberadaan Peternakan Babi di Kampung Katimbang Kelurahan Paccerakkang Kecamatan Biringkanaya Kota Makassar. Universitas Hasanudin. Makasar. Sulaeman, M Ilmu Sosial Dasar. PT. Eresco. Bandung Supranto, J Statistik Teori dan Aplikasi. Edisi Keenam. Penerbit Erlangga. Jakarta. 87 Suratmo, F.G Analisa Dampak Lingkungan. Gajah Mada. University Press. Yogyakarta. Suyanto B. dan Sutinah, Metode Penelitian Sosial. Edisi Revisi, Cetakan keenam. Kencana. Jakarta. 53. Untung Prospek Agribisnis Sapi Perah. Penebar Swadaya. Jakarta. Van Horn, H.N., A.C. Wilkie, W.J. Powers, and R.A. Nordstedt, Component of Dairy Manure Management Systems. J. DairySci. 77 : Yakin, A Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan. Teori dan Kebijakan Pembangunan Berkelanjutan. Akademika Presindo. Jakarta. Yunasaf, U Diktat Perencanaan dan evaluasi program penyuluhan. Laboratorium sosiologi dan penyuluhan fakultas peternakan UNPAD. Bandung.
Persepsi Masyarakat Terhadap Keberadaan Rumah Pemotongan Hewan (RPH) di Kelurahan Kambiolangi
Persepsi Masyarakat Terhadap Keberadaan Rumah Pemotongan Hewan (RPH) di Kelurahan Kambiolangi Muhammad Aminawar, Sitti Nurani Sirajuddin, Rahmayani Sila Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin E-Mail
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Sensus Penduduk 2010 (SP 2010) yang dilaksanakan pada Mei 2010 penduduk
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan penduduk Indonesia terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Laju pertumbuhan penduduk Indonesia cukup tinggi, berdasarkan hasil Sensus Penduduk 2010
Lebih terperinciHubungan antara Dinamika Kelompok dengan Keberdayaan Peternak Ade Triwahyuni
HUBUNGAN ANTARA DINAMIKA KELOMPOK DENGAN KEBERDAYAAN PETERNAK KAMBING PERAH PERANAKAN ETTAWA RELATIONSHIP BETWEEN GROUP DYNAMICS WITH EMPOWERMENT DAIRY GOAT FARMERS ( Suatu Kasus pada Kelompok Mandiri
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Hasil utama dari usaha peternakan sapi perah yaitu susu dan anakan, di samping juga dihasilkan feses dan urin yang kontinu setiap hari. Pendapatan utama peternak diperoleh
Lebih terperinciRespons Masyarakat Terhadap Pengelolaan...Agung Marta H.
RESPONS MASYARAKAT TERHADAP PENGELOLAAN LIMBAH USAHA PETERNAKAN SAPI PERAH (Kasus di Desa Margamukti Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung) SOCIETY S RESPONSES TOWARD THE DAIRY FARM WASTE MANAGEMENT
Lebih terperinciHubungan Antara Faktor Internal dengan Faktor Eksternal... Fitriana Suciani
HUBUNGAN ANTARA FAKTOR INTERNAL DAN FAKTOR EKSTERNAL DENGAN TINGKAT ADOPSI TEKNOLOGI BIOGAS PADA PETERNAK SAPI PERAH (Kasus di Kelompok Peternak Wargi Saluyu Desa Haurngombong Kecamatan Pamulihan Kabupaten
Lebih terperinciAnimal Agricultural Journal, Vol. 2. No. 2, 2013, p Online at :
Animal Agricultural Journal, Vol. 2. No. 2, 201, p -0 Online at : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/aaj ANALISIS POTENSI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS SAPI PERAH DI KECAMATAN UNGARAN BARAT KABUPATEN SEMARANG
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Sapi perah merupakan salah satu jenis ternak yang banyak dipelihara di. Berdasarkan data populasi ternak sapi perah di KSU
1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sapi perah merupakan salah satu jenis ternak yang banyak dipelihara di Desa Haurngombong. Berdasarkan data populasi ternak sapi perah di KSU Tandang Sari (2017), jumlah
Lebih terperinciPENGARUH PENGELOLAAN LIMBAH SAPI PERAH TERHADAP TINGKAT KEBAUAN EFFECT OF DAIRY CATTLE WASTE MANAGEMENT ODOR
PENGARUH PENGELOLAAN LIMBAH SAPI PERAH TERHADAP TINGKAT KEBAUAN Doso Sarwanto 1) dan Sari Eko Tuswati 1) ABSTRAK Sistem produksi ternak sapi perah dapat mengakibatkan pencemaran lingkungan berupa bau menyengat
Lebih terperinciSTRATEGI USAHA PENGEMBANGAN PETERNAKAN YANG BERKESINAMBUNGAN
STRATEGI USAHA PENGEMBANGAN PETERNAKAN YANG BERKESINAMBUNGAN H. MASNGUT IMAM S. Praktisi Bidang Peternakan dan Pertanian, Blitar, Jawa Timur PENDAHULUAN Pembangunan pertanian berbasis sektor peternakan
Lebih terperinciANALISIS PENGGUNAAN TENAGA KERJA RUMAH TANGGA PADA PEMELIHARAAN DOMBA DI KECAMATAN BUAHDUA KABUPATEN SUMEDANG
ANALISIS PENGGUNAAN TENAGA KERJA RUMAH TANGGA PADA PEMELIHARAAN DOMBA DI KECAMATAN BUAHDUA KABUPATEN SUMEDANG ANALYSIS OF USE FAMILY LABOR CULTIVATION OF SHEEP LIVESTOCK IN THE SUBDISTRICT BUAHDUA DISTRICT
Lebih terperinciANALISIS TINGKAT KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP HARGA ( PRICE ) SUSIN DI KABUPATEN SINJAI (Studi Kasus di Desa Gunung Perak) ABSTRACT
Jurnal Ilmu dan Industri Peternakan 1(1):56-62,2013 ISSN. 2355-0732 ANALISIS TINGKAT KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP HARGA ( PRICE ) SUSIN DI KABUPATEN SINJAI (Studi Kasus di Desa Gunung Perak) Wahyudir Kadir
Lebih terperinciRespon Peternak Sapi Perah... Dwi Sulistia Anggarani RESPON PETERNAK SAPI PERAH TERHADAP PENYULUHAN MENGENAI PENCEGAHAN PENYAKIT MASTITIS
RESPON PETERNAK SAPI PERAH TERHADAP PENYULUHAN MENGENAI PENCEGAHAN PENYAKIT MASTITIS Dwi Sulistia Anggarani*, Marina Sulistyati, dan Hermawan Universitas Padjadjaran *Alumni Fakultas Peternakan Unpad Tahun
Lebih terperinciPENDAHULUAN A. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sistem pertanian terpadu (Integrated Farming System) merupakan integrasi antara tanaman dan ternak yaitu dengan perpaduan dari kegiatan peternakan dan pertanian. Dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Usaha sektor peternakan merupakan bidang usaha yang memberikan
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Usaha sektor peternakan merupakan bidang usaha yang memberikan peranan sangat besar dalam pemenuhan kebutuhan protein hewani dan berbagai keperluan industri. Protein
Lebih terperinciWillyan Djaja, Nur Kasim Suwardi, Lia Budimuljati Salman Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran
JURNAL ILMU TERNAK, DESEMBER 2006, VOL. 6 NO.2, 87 90 Pengaruh Imbangan Kotoran Sapi Perah dan Serbuk Gergaji Kayu Albizia terhadap Kandungan Nitrogen, Fosfor, Dan Kalium Serta Nilai C:N Ratio Kompos (Effect
Lebih terperinciPENGARUH IMBANGAN KOTORAN SAPI PERAH DAN SERBUK GERGAJI KAYU ALBIZIA TERHADAP KANDUNGAN NITROGEN, FOSFOR, DAN KALIUM SERTA NILAI C:N RATIO KOMPOS
PENGARUH IMBANGAN KOTORAN SAPI PERAH DAN SERBUK GERGAJI KAYU ALBIZIA TERHADAP KANDUNGAN NITROGEN, FOSFOR, DAN KALIUM SERTA NILAI C:N RATIO KOMPOS ABSTRAK Willyan Djaja 1) Nur Kasim Suwardi 1 Lia Budimuljati
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perkembangan bidang peternakan akhir-akhir ini semakin menjadi perhatian penting karena adanya program diversifikasi pangan untuk meningkatkan kualitas gizi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. dibicarakan karena mengancam masa depan dari kehidupan di bumi
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Perubahan iklim dewasa ini menjadi isu yang paling hangat dibicarakan karena mengancam masa depan dari kehidupan di bumi termasuk manusia. Pelepasan gas-gas yang disebabkan
Lebih terperinciX. REKOMENDASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN BERKELANJUTAN BERBASIS PETERNAKAN SAPI POTONG TERPADU DI KABUPATEN SITUBONDO
X. REKOMENDASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN BERKELANJUTAN BERBASIS PETERNAKAN SAPI POTONG TERPADU DI KABUPATEN SITUBONDO 10.1. Kebijakan Umum Penduduk Kabupaten Situbondo pada umumnya banyak
Lebih terperinciPERBANDINGAN PENDAPATAN ANTARA PETERNAK MITRA DAN PETERNAK MANDIRI AYAM BROILER DI KABUPATEN BUNGO. SKRIPSI. Oleh : ELSYE DILLA ANGRIANI
PERBANDINGAN PENDAPATAN ANTARA PETERNAK MITRA DAN PETERNAK MANDIRI AYAM BROILER DI KABUPATEN BUNGO. SKRIPSI Oleh : ELSYE DILLA ANGRIANI 06 164 001 FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS ANDALAS PADANG, 2011 PERBANDINGAN
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Tabel 1. Jumlah Tenaga Kerja Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Lapangan Pekerjaan Tahun 2011
1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN Peternakan adalah kegiatan membudidayakan hewan ternak untuk mendapatkan manfaat dengan menerapkan prinsip-prinsip manajemen pada faktor-faktor produksi. Peternakan merupakan
Lebih terperinciHubungan Antara Umur dan Bobot Badan...Firdha Cryptana Morga
HUBUNGAN ANTARA UMUR DAN BOBOT BADAN KAWIN PERTAMA SAPI PERAH FRIES HOLLAND DENGAN PRODUKSI SUSU HARIAN LAKTASI PERTAMA DAN LAKTASI KEDUA DI PT. ULTRA PETERNAKAN BANDUNG SELATAN (UPBS) PANGALENGAN JAWA
Lebih terperinciAnimal Agricultural Journal, Vol. 2. No. 2, 2013, p 1-7 Online at :
Animal Agricultural Journal, Vol. 2. No. 2, 2013, p 1-7 Online at : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/aaj HUBUNGAN MOTIVASI DENGAN PERILAKU DALAM PEMANFAATAN TEKNOLOGI INSEMINASI BUATAN PADA PETERNAK
Lebih terperinciAnalisis Biaya dan keuntungan...simon pardede
ANALISIS BIAYA DAN KEUNTUNGAN USAHA PETERNAKAN BABI RAKYAT DI DESA CIGUGUR, KECAMATAN CIGUGUR, KABUPATEN KUNINGAN JAWA BARAT Simon Pardede* Universitas Padjadjaran *Alumni Fakultas Peternakan Unpad Tahun
Lebih terperinciPROSPEK PENGEMBANGAN BIOGAS DI KABUPATEN LOMBOK BARAT. Oleh:
ISSNNo.2355-9292 JurnalSangkareangMataram 29 PROSPEK PENGEMBANGAN BIOGAS DI KABUPATEN LOMBOK BARAT Oleh: I Made Anggayuda Pramadya 1), I Gusti Lanang Parta Tanaya 2) dan Adinul Yakin 2) 1) Dosen Fakultas
Lebih terperinciKarakteristik Kuantitatif Sapi Pasundan di Peternakan Rakyat... Dandy Dharma Nugraha KARAKTERISTIK KUANTITATIF SAPI PASUNDAN DI PETERNAKAN RAKYAT
KARAKTERISTIK KUANTITATIF SAPI PASUNDAN DI PETERNAKAN RAKYAT QUANTITATIVE CHARACTERISTICS OF PASUNDAN CATTLE IN VILLAGE FARMING Dandy Dharma Nugraha*, Endang Yuni Setyowati**, Nono Suwarno** Fakultas Peternakan
Lebih terperincidwijenagro Vol. 4 No. 2 ISSN :
TINGKAT KEBERHASILAN SISTEM PERTANIAN TERINTEGRASI DI KABUPATEN TABANAN Dewa Nyoman Darmayasa, S.P.,M.P Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Dwijendra Abstrak Simantri atau lebih dikenal
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. untuk memenuhi kebutuhan protein hewani adalah sapi perah dengan produk
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Subsektor peternakan merupakan salah satu kegiatan pembangunan yang menjadi skala prioritas karena dapat memenuhi kebutuhan protein hewani yang dibutuhkan oleh masyarakat.
Lebih terperinciI PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor peternakan merupakan salah satu pilar dalam pembangunan agribisnis di Indonesia yang masih memiliki potensi untuk terus dikembangkan. Komoditi peternakan mempunyai
Lebih terperinciSTUDI SOSIAL DAN PERSEPSI MASYARAKAT DI SEKITAR PRAKTEK KEGIATAN LONGYAM SEBAGAI SISTEM PERTANIAN TERPADU DI DESA SEKARWANGI, SUMEDANG, JAWA BARAT
STUDI SOSIAL DAN PERSEPSI MASYARAKAT DI SEKITAR PRAKTEK KEGIATAN LONGYAM SEBAGAI SISTEM PERTANIAN TERPADU DI DESA SEKARWANGI, SUMEDANG, JAWA BARAT Dita Indah Permata Sari 1), Iwan Setiawan 2), dan Sunardi
Lebih terperinciTINGKAT EFEKTIVITAS PENGGUNAAN METODE PENYULUHAN PENGEMBANGAN TERNAK SAPI PERAH DI KECAMATAN TANJUNGSARI
TINGKAT EFEKTIVITAS PENGGUNAAN METODE PENYULUHAN PENGEMBANGAN TERNAK SAPI PERAH DI KECAMATAN TANJUNGSARI Syahirul Alim Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran Abstrak Tujuan penelitian ini adalah untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tumbuhan) yang disebabkan oleh kehadiran benda-benda asing (seperti sampah,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pencemaran lingkungan adalah suatu keadaan yang terjadi karena perubahan kondisi tata lingkungan (tanah, udara dan air) yang tidak menguntungkan (merusak dan merugikan
Lebih terperinciSKRIPSI. Oleh : Desvionita Nasrul BP
TINGKAT ADOPSI INOVASI PENGOLAHAN LIMBAH KAKAO DALAM PAKAN TERNAK SAPI POTONG ( Studi Kasus Pada Kelompok Tani Karya Abadi Sungai Buluh, Kecamatan Batang Anai, Kabupaten Padang Pariaman ) SKRIPSI Oleh
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Latar Belakang. mengubah pengetahuan (cognitive), sikap (affective) dan tindakan
PENDAHULUAN Latar Belakang Penyuluhan merupakan proses pendidikan yang bertujuan untuk mengubah pengetahuan (cognitive), sikap (affective) dan tindakan (behavior) masyarakat petani peternak, terjadinya
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada saat ini pandangan perkembangan pertanian organik sebagai salah satu teknologi alternatif untuk menanggulangi
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada saat ini pandangan perkembangan pertanian organik sebagai salah satu teknologi alternatif untuk menanggulangi persoalan lingkungan sangat diperlukan. Selain itu, permasalahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Rumput gajah odot (Pannisetum purpureum cv. Mott.) merupakan pakan. (Pannisetum purpureum cv. Mott) dapat mencapai 60 ton/ha/tahun
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rumput gajah odot (Pannisetum purpureum cv. Mott.) merupakan pakan hijauan unggul yang digunakan sebagai pakan ternak. Produksi rumput gajah (Pannisetum purpureum
Lebih terperinciNo. Uraian Rata-rata/Produsen 1. Nilai Tambah Bruto (Rp) ,56 2. Jumlah Bahan Baku (Kg) 6.900,00 Nilai Tambah per Bahan Baku (Rp/Kg) 493,56
No. Uraian Rata-rata/Produsen 1. Nilai Tambah Bruto (Rp) 3.405.545,56 2. Jumlah Bahan Baku (Kg) 6.900,00 Nilai Tambah per Bahan Baku (Rp/Kg) 493,56 Tabel 11. Rata-rata Nilai Tambah per Tenaga Kerja Industri
Lebih terperinciHUBUNGAN VARIASI PAKAN TERHADAP MUTU SUSU SEGAR DI DESA PASIRBUNCIR KECAMATAN CARINGIN KABUPATEN BOGOR
HUBUNGAN VARIASI PAKAN TERHADAP MUTU SUSU SEGAR DI DESA PASIRBUNCIR KECAMATAN CARINGIN KABUPATEN BOGOR Oleh: Iis Soriah Ace dan Wahyuningsih Dosen Jurusan Penyuluhan Peternakan, STPP Bogor ABSTRAK Penelitian
Lebih terperinciPengaruh Perlakuan Terhadap Kadar Asam Sianida (HCN) Kulit Ubi Kayu Sebagai Pakan Alternatif. Oleh : Sri Purwanti *)
Pengaruh Perlakuan Terhadap Kadar Asam Sianida (HCN) Kulit Ubi Kayu Sebagai Pakan Alternatif Oleh : Sri Purwanti *) Pendahuluan Pangan produk peternakan terutama daging, telur dan susu merupakan komoditas
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peternakan sapi perah di Indonesia umumnya merupakan usaha peternakan tradisional yang didominasi oleh peternak rakyat dengan skala relatif kecil. Produksi susu dalam
Lebih terperinciPEMANFAATAN AMPAS TAHU UNTUK OLAHAN PANGAN DARI LIMBAH PENGOLAHAN INDUSTRI TAHU DI KELURAHAN TUNGGULWULUNG KOTA MALANG
64 Jurnal Akses Pengabdian Indonesia Vol 1 No 2: 64-70, 2017 PEMANFAATAN AMPAS TAHU UNTUK OLAHAN PANGAN DARI LIMBAH PENGOLAHAN INDUSTRI TAHU DI KELURAHAN TUNGGULWULUNG KOTA MALANG Wirawan, Gatut Suliana,
Lebih terperinciKAJIAN TINGKAT INTEGRASI PADI-SAPI PERAH DI NGANTANG KABUPATEN MALANG
KAJIAN TINGKAT INTEGRASI PADI-SAPI PERAH DI NGANTANG KABUPATEN MALANG Rohmad Budiono 1 dan Rini Widiati 2 1 Balai Pengkajian Teknoogi Pertanan Jawa Timur 2 Fakultas Peternakan UGM, Yogyakarta ABSTRAK Tujuan
Lebih terperincicair (Djarwati et al., 1993) dan 0,114 ton onggok (Chardialani, 2008). Ciptadi dan
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Ubi kayu merupakan komoditi pertanian yang utama di Provinsi Lampung. Luas areal penanaman ubi kayu di Provinsi Lampung pada tahun 2009 adalah sekitar 320.344
Lebih terperinciPENERAPAN TEKHNOLOGI PEMBUATAN BIOARANG DENGAN MEMANFAATKAN LIMBAH KOTORAN TERNAK DI PETERNAKAN SAPI POTONG ZELTI FARM LUBUK MINTURUN KODYA PADANG
PENERAPAN TEKHNOLOGI PEMBUATAN BIOARANG DENGAN MEMANFAATKAN LIMBAH KOTORAN TERNAK DI PETERNAKAN SAPI POTONG ZELTI FARM LUBUK MINTURUN KODYA PADANG Ellyza Nurdin, Salam N.Aritonang, Elly Roza Fak. Peternakan
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. 2,89 2,60 2,98 3,35 5,91 6,20 Makanan Tanaman Perkebunan 0,40 2,48 3,79 4,40 3,84 4,03. Peternakan 3,35 3,13 3,35 3,36 3,89 4,08
I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sub sektor peternakan merupakan bagian dari sektor pertanian yang sangat potensial untuk dikembangkan. Pengembangan sub sektor peternakan perlu untuk dilakukan karena sub
Lebih terperinciVI. HASIL DAN PEMBAHASAN. 6.1 Deskripsi Lingkungan Permukiman Sekitar Tempat Pembuangan Akhir Sampah Galuga Berdasarkan Penilaian Responden
VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Deskripsi Lingkungan Permukiman Sekitar Tempat Pembuangan Akhir Sampah Galuga Berdasarkan Penilaian Responden 6.1.1 Penilaian Responden terhadap Kebersihan Desa Galuga Lingkungan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Dalam rangka pembangunan yang benvawasan lingkungan, semua kegiatan
. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam rangka pembangunan yang benvawasan lingkungan, semua kegiatan dalam pelaksanaan pembangunan harus didasarkan pada daya dukung dan kualitas lingkungan, demikian pula
Lebih terperinciANALISIS EFISIENSI SALURAN PEMASARAN BAHAN OLAHAN KARET RAKYAT (BOKAR) LUMP MANGKOK DARI DESA KOMPAS RAYA KECAMATAN PINOH UTARA KABUPATEN MELAWI
AGRISE Volume XV No. 2 Bulan Mei 2015 ISSN: 1412-1425 ANALISIS EFISIENSI SALURAN PEMASARAN BAHAN OLAHAN KARET RAKYAT (BOKAR) LUMP MANGKOK DARI DESA KOMPAS RAYA KECAMATAN PINOH UTARA KABUPATEN MELAWI (MARKETING
Lebih terperinciKELAYAKAN USAHA SUSU KAMBING PERANAKAN ETAWA
KELAYAKAN USAHA SUSU KAMBING PERANAKAN ETAWA Andri Setiadi 1) Program Studi Agribisnis Fakultas pertanian Universitas Siliwangi Andrisetiadi27@Gmail.com H. Djoni 2) Fakultas Pertanian Univerrsitas Siliwangi
Lebih terperincikemungkinan untuk ikut berkembangnya bakteri patogen yang berbahaya bagi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahan buangan organik pada umumnya berupa limbah yang dapat membusuk atau terdegradasi oleh mikroorganisme. Oleh karena itu akan sangat bijaksana apabila bahan buangan
Lebih terperinciEvaluasi Kecukupan Nutrien pada Sapi Perah Laktasi... Refi Rinaldi
EVALUASI KECUKUPAN NUTRIEN PADA SAPI PERAH LAKTASI PRODUKSI SEDANG MILIK ANGGOTA KOPERASI DI KOPERASI PETERNAKAN BANDUNG SELATAN (KPBS) PANGALENGAN Refi Rinaldi*, Iman Hernaman**, Budi Ayuningsih** Fakultas
Lebih terperinciBAB III PENUTUP. dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: hanya mencakup dua (2) kecamatan, sedangkan pengelolaan sampah di
BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dalam bab sebelumnya, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Peran Dinas Perumahan, Tata Kota, dan Kebersihan dalam pengelolaan
Lebih terperinciSKRIPSI. Oleh : VIVI MISRIANI
HUBUNGAN KARAKTERISTIK PETERNAK DAN JUMLAH TERNAK YANG DIPELIHARA DENGAN PENDAPATAN PADA PEMBIBITAN SAPI POTONG RAKYAT DI KECAMATAN BAYANG KABUPATEN PESISIR SELATAN SKRIPSI Oleh : VIVI MISRIANI 07 164
Lebih terperinciSurahma Asti Mulasari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta
KES MAS ISSN : 1978-0575 HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP PERILAKU MASYARAKAT DALAM MENGOLAH SAMPAH DI DUSUN PADUKUHAN DESA SIDOKARTO KECAMATAN GODEAN KABUPATEN SLEMAN YOGYAKARTA Surahma
Lebih terperinciIMPLEMENTASI SISTEM LEISA PADA BUDIDAYA SAPI KELOMPOK PETERNAK GADING TANI, DESA ARISAN GADING, KECAMATAN INDRALAYA SELATAN, KABUPATEN OGAN ILIR
IMPLEMENTASI SISTEM LEISA PADA BUDIDAYA SAPI KELOMPOK PETERNAK GADING TANI, DESA ARISAN GADING, KECAMATAN INDRALAYA SELATAN, KABUPATEN OGAN ILIR Arfan Abrar, Elly Rosana dan Thirtawati Dosen Fakultas Pertanian
Lebih terperinciPOTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN SISTEM INTEGRASI SAWIT-SAPI DI KABUPATEN ROKAN HULU PROVINSI RIAU
POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN SISTEM INTEGRASI SAWIT-SAPI DI KABUPATEN ROKAN HULU PROVINSI RIAU MARZUKI HUSEIN Dinas Peternakan Provinsi RIAU Jl. Pattimura No 2 Pekanbaru ABSTRAK Sebagai usaha sampingan
Lebih terperinciPENAMBAHAN TEPUNG DARAH DALAM PEMBUATAN PUPUK ORGANIK PADAT LIMBAH BIOGAS DARI FESES SAPI DAN SAMPAH ORGANIK TERHADAP KANDUNGAN N, P DAN K SKRIPSI
PENAMBAHAN TEPUNG DARAH DALAM PEMBUATAN PUPUK ORGANIK PADAT LIMBAH BIOGAS DARI FESES SAPI DAN SAMPAH ORGANIK TERHADAP KANDUNGAN N, P DAN K SKRIPSI Oleh : FERRY WINARTO 02 963 001 Sebagai Salah Satu Syarat
Lebih terperinciPENDAHULUAN. padat (feses) dan limbah cair (urine). Feses sebagian besar terdiri atas bahan organik
I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peternakan sapi perah selain menghasilkan air susu juga menghasilkan limbah. Limbah tersebut sebagian besar terdiri atas limbah ternak berupa limbah padat (feses) dan limbah
Lebih terperinciPenggunaan Tenaga Kerja Keluarga Petani Peternak Itik pada Pola Usahatani Tanaman Padi Sawah di Kecamatan Air Hangat Kabupaten Kerinci
Penggunaan Tenaga Kerja Keluarga Petani Peternak Itik pada Pola Usahatani Tanaman Padi Sawah di Kecamatan Air Hangat Kabupaten Kerinci Fatati 1 Intisari Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penggunaan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. yang keduanya tidak bisa dilepaskan, bahkan yang saling melengkapi.
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian dan peternakan merupakan satu kesatuan terintegrasi yang keduanya tidak bisa dilepaskan, bahkan yang saling melengkapi. Pembangunan kedua sektor ini bertujuan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Sumber : BPS (2009)
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan peternakan saat ini, menunjukan prospek yang sangat cerah dan mempunyai peran yang sangat penting dalam pertumbuhan ekonomi pertanian Indonesia. Usaha peternakan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring perkembangan zaman, ketergantungan manusia terhadap energi sangat tinggi. Sementara itu, ketersediaan energi fosil yang ada di bumi semakin menipis. Bila hal
Lebih terperinciPENINGKATAN PRODUKSI SUSU SAPI PERAH LAKTASI MELALUI PERBAIKAN PAKAN SKRIPSI. Disusun oleh: DEDDI HARIANTO NIM:
PENINGKATAN PRODUKSI SUSU SAPI PERAH LAKTASI MELALUI PERBAIKAN PAKAN SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Peternakan (S.Pt) Pada Program Studi Peternakan Disusun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kebutuhan manusia akan protein hewani, ini ditandai dengan peningkatan produksi daging
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peternakan ayam merupakan salah satu sektor yang penting dalam memenuhi kebutuhan manusia akan protein hewani, ini ditandai dengan peningkatan produksi daging dan telur
Lebih terperinciKeberhasilan Pembangunan Peternakan di Kabupaten Bangka Barat. dalam arti yang luas dan melalui pendekatan yang menyeluruh dan integratif dengan
Keberhasilan Pembangunan Peternakan di Kabupaten Bangka Barat Pembangunan peternakan merupakan bagian dari pembangunan pertanian dalam arti yang luas dan melalui pendekatan yang menyeluruh dan integratif
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia.
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peternakan sebagai salah satu sub dari sektor pertanian masih memberikan kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia. Kontribusi peningkatan
Lebih terperinciPenataan Wilayah Pengembangan FAKULTAS PETERNAKAN
Sistem Produksi Pertanian/ Peternakan Penataan Wilayah Pengembangan FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS PADJADJARAN Tradisi pertanian masyarakat Indonesia ------ integrasi tanaman dan ternak pertanian campuran
Lebih terperinciManfaat Finansial Penggunaan Ransum Berbasis Silase... Andrian Lutfiady
MANFAAT FINANSIAL PENGGUNAAN RANSUM BERBASIS SILASE BIOMASA JAGUNG PADA PETERNAKAN SAPI PERAH FINANCIAL BENEFITS OF BIOMASS SILAGE RATION CORN BASED ON SMALL HOLDER DAIRY FARMS Andrian Lutfiady*, Rochadi
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Populasi Kambing Kambing sangat digemari oleh masyarakat untuk diternakkan karena ukuran tubuhnya yang tidak terlalu besar, perawatannya mudah, cepat berkembang biak, jumlah anak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pertumbuhan penduduk dunia bergerak cepat dan terus bertambah. Sejarah
14 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan penduduk dunia bergerak cepat dan terus bertambah. Sejarah kehidupan, manusia akan selalu dihadapakan pada berbagai persoalan. Salah satu dari persoalan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kuantitas maupun kualitasnya. Keberhasilan pembangunan sub sektor
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sub sektor peternakan merupakan bagian integral bidang pertanian, bertujuan untuk meningkatkan pendapatan dan taraf hidup masyarakat petani pada umumnya dengan melalui
Lebih terperinciKAPASITAS PETERNAK PADA TEKNOLOGI PENGOLAHAN JERAMI PADI SEBAGAI PAKAN DALAM MENDUKUNG INTEGRATED FARMING SYSTEM POLA SAPI POTONG DAN PADI
KAPASITAS PETERNAK PADA TEKNOLOGI PENGOLAHAN JERAMI PADI SEBAGAI PAKAN DALAM MENDUKUNG INTEGRATED FARMING SYSTEM POLA SAPI POTONG DAN PADI Agustina Abdullah, Hikmah M.Ali, Jasmal A.Syamsu Fakultas Peternakan
Lebih terperinciPERILAKU PEDAGANG SAYUR DALAM MENGELOLA KEBERSIHAN LINGKUNGAN HIDUP., H.Oman Roesman, 1
PERILAKU PEDAGANG SAYUR DALAM MENGELOLA KEBERSIHAN LINGKUNGAN HIDUP Yoni Hermawan 1 1., H.Oman Roesman, 1 Program Studi Pendidikan Ekonomi FKIP Universitas Siliwangi Tasikmalaya, Jurusan Ilmu Sosial dan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. masyarakat. Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk dan perbaikan taraf
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Daging sapi merupakan salah satu komoditas pangan yang penting bagi masyarakat Indonesia khususnya untuk memenuhi kebutuhan protein hewani sekaligus sebagai komoditas pangan
Lebih terperinciJauhari Efendy 1) dan Lukman Affandhy 1)
KUALITAS KOMPOS SAPI PO PADA SISTEM PEMELIHARAAN DI KANDANG KELOMPOK MODEL BALITBANGTAN Compost Quality System Maintenance PO Cow Coop Group In Model Balitbangtan Jauhari Efendy 1) dan Lukman Affandhy
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kondisi Peternakan Sapi Perah di Indonesia
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kondisi Peternakan Sapi Perah di Indonesia Subsektor peternakan merupakan salah satu sumber pertumbuhan baru khususnya bagi sektor pertanian dan perekonomian nasional pada umumnya.
Lebih terperinciAPLIKASI COMPLETE FEED FERMENTASI LIMBAH PERTANIAN PADA KELOMPOK TANI DI KECAMATAN KOTA BARU KOTA JAMBI
APLIKASI COMPLETE FEED FERMENTASI LIMBAH PERTANIAN PADA KELOMPOK TANI DI KECAMATAN KOTA BARU KOTA JAMBI Fatati, Sri Novianti, Adriani dan Jul Andayani Staf Pengajar Fakultas Peternakan Universitas Jambi
Lebih terperinciANALISIS KONTRIBUSI USAHA TERNAK SAPI POTONG TERHADAP PENDAPATAN RUMAH TANGGA PETANI DI KECAMATAN TEBAS KABUPATEN SAMBAS
ANALISIS KONTRIBUSI USAHA TERNAK SAPI POTONG TERHADAP PENDAPATAN RUMAH TANGGA PETANI DI KECAMATAN TEBAS KABUPATEN SAMBAS Zulfikri, Eva Dolorosa dan Komariyati Fakultas Pertanian Universitas Tanjungpura
Lebih terperinciHubungan Perilaku Komunikasi Interpersonal...Muhammad Fauzi
HUBUNGAN PERILAKU KOMUNIKASI INTERPERSONAL DENGAN TINGKAT PEMENUHAN KEBUTUHAN INFORMASI PETERNAK DALAM BETERNAK SAPI PERAH (Kasus Pada Kelompok Peternak Sapi Perah TPK Desa Cibodas Kecamatan Lembang Kabupaten
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Masalah sampah memang tidak ada habisnya. Permasalahan sampah sudah
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah sampah memang tidak ada habisnya. Permasalahan sampah sudah menjadi persoalan serius terutama di kota-kota besar, tidak hanya di Indonesia saja, tapi di seluruh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Industri tahu mempunyai dampak positif yaitu sebagai sumber
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Industri tahu mempunyai dampak positif yaitu sebagai sumber pendapatan, juga memiliki sisi negatif yaitu berupa limbah cair. Limbah cair yang dihasilkan oleh
Lebih terperinciKey words: marketing margins, egg, layer, small scale feed mill
MARJIN PEMASARAN PETERNAKAN AYAM RAS PETELUR YANG MENGGUNAKAN PAKAN PRODUKSI PABRIK SKALA KECIL DI KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG Susanti I.S 1, N. Ali 1 dan St. Rohani 2 1 Fakultas Peternakan dan Perikanan
Lebih terperinciSistem Usahatani Terpadu Jagung dan Sapi di Kabupaten Takalar Provinsi Sulawesi Selatan
Sistem Usahatani Terpadu Jagung dan Sapi di Kabupaten Takalar Provinsi Sulawesi Selatan Matheus Sariubang, Novia Qomariyah dan A. Nurhayu Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Selatan Jl. P. Kemerdekaan
Lebih terperinciANALISIS SALURAN DAN MARJIN PEMASARAN KERBAU (Studi Kasus di Kecamatan Bungbulang Kabupaten Garut)
ANALISIS SALURAN DAN MARJIN PEMASARAN KERBAU (Studi Kasus di Kecamatan Bungbulang Kabupaten Garut) THE ANALYSIS OF MARKETING CHANNEL AND MARGIN ON BUFFALO (A Case Study in the Bungbulang District Garut
Lebih terperinciPENDAPATAN TENAGA KERJA KELUARGA PADA USAHA TERNAK SAPI POTONG DI KECAMATAN TOROH KABUPATEN GROBOGAN
M. Handayani, dkk Pendapatan Tenaga Kerja... PENDAPATAN TENAGA KERJA KELUARGA PADA USAHA TERNAK SAPI POTONG DI KECAMATAN TOROH KABUPATEN GROBOGAN FAMILY LABOUR INCOME ON CATTLE FARMING IN TOROH SUBDISTRICT
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Manusia dalam menjalani aktivitas hidup sehari-hari tidak terlepas dari
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia dalam menjalani aktivitas hidup sehari-hari tidak terlepas dari keterkaitannya terhadap lingkungan. Lingkungan memberikan berbagai sumberdaya kepada manusia dalam
Lebih terperinciPENGEMBANGAN SISTEM INTEGRASI SAPI PERKEBUNAN SEBAGAI UPAYA PEMBANGUNAN PETERNAKAN SAPI MENUJU SWASEMBADA DAGING 2010
PENGEMBANGAN SISTEM INTEGRASI SAPI PERKEBUNAN SEBAGAI UPAYA PEMBANGUNAN PETERNAKAN SAPI MENUJU SWASEMBADA DAGING 2010 (SUATU SUMBANG SARAN PEMIKIRAN) Oleh: Suharyanto PROGRAM STUDI PRODUKSI TERNAK JURUSAN
Lebih terperinciI. Pendahuluan. Yunilas 1
Yunilas: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Curahan Waktu Tenaga Kerja Wanita... Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Curahan Waktu Tenaga Kerja Wanita dalam Pemeliharaan Ternak Sapi di Kecamatan Hamparan Perak
Lebih terperinciLAPORAN KEMAJUAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA KEWIRAUSAHAAN
LAPORAN KEMAJUAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA KEWIRAUSAHAAN VERMIKOMPOS PENGHASIL BIOMASSA CACING TANAH (Lumbricus rubellus) DAN CACING KALUNG SERTA KOMPOS DENGAN METODE BUDIDAYA EFEKTIF BIDANG KEGIATAN:
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. anorganik terus meningkat. Akibat jangka panjang dari pemakaian pupuk
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegiatan usaha tani yang intensif telah mendorong pemakaian pupuk anorganik terus meningkat. Akibat jangka panjang dari pemakaian pupuk anorganik yang berlebihan adalah
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
Kriteria aspek higiene dan sanitasi terdiri dari 7 pernyataan. Total nilai aspek ini berjumlah 7. Penilaian mengenai aspek higiene dan sanitasi yaitu: Aspek dinilai buruk jika nilai < 3 Aspek dinilai cukup
Lebih terperinciAnalisis Hubungan Fungsi Pemasaran.Rika Destriany
ANALISIS HUBUNGAN FUNGSI PEMASARAN DENGAN VOLUME PENJUALAN PEDAGANG PENGECER SUSU SEGAR DI KOPERASI PETERNAK SAPI BANDUNG UTARA (KPSBU) LEMBANG Rika Destriany*, Maman Paturochman, Achmad Firman Universitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan di Kabupaten Pasuruan dilaksanakan secara partisipatif, transparan dan akuntabel dengan berpegang teguh pada prinsip-prinsip dan pengertian dasar pembangunan
Lebih terperinciHUBUNGAN SEJUMLAH KARAKTERISTIK PETANI METE DENGAN PENGETAHUAN MEREKA DALAM USAHATANI METE DI KABUPATEN BOMBANA, SULAWESI TENGGARA
JURNAL P ENYULUHAN ISSN: 1858-2664 Juni 2006, Vol. 2, No. 2 HUBUNGAN SEJUMLAH KARAKTERISTIK PETANI METE DENGAN PENGETAHUAN MEREKA DALAM USAHATANI METE DI KABUPATEN BOMBANA, SULAWESI TENGGARA (THE RELATIONSHIP
Lebih terperinciJl.Veteran No.53.A Lamongan ABSTRAK
EVALUASI KELAYAKAN USAHA PENGGEMUKAN DOMBA DAN KAMBING MILIK H. SHOLEH BERDASARKAN ASPEK FINANSIAL DAN NONFINANSIAL DI DESA BANYUTENGAH KECAMATAN PANCENG KABUPATEN GRESIK M. Yusuf 1, Dyah Wahyuning A 1,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan berkelanjutan merupakan pembangunan yang mampu memenuhi kebutuhan saat ini tanpa mengorbankan kemampuan generasi mendatang untuk mencukupi kebutuhan
Lebih terperinciPemberdayaan Masyarakat Rumpin Melalui Pengolahan Sampah Organik Rumah Tangga
Pemberdayaan Masyarakat Rumpin Melalui Pengolahan Sampah Organik Rumah Tangga Oleh : Dra. MH. Tri Pangesti, M.Si. Widyaiswara Utama Balai Diklat Kehutanan Bogor Pendahuluan Desa Rumpin merupakan salah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. peningkatan tersebut belum diimbangi dengan penambahan produksi yang memadai.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Konsumsi daging sapi di Indonesia terus mengalami peningkatan. Namun peningkatan tersebut belum diimbangi dengan penambahan produksi yang memadai. Laju peningkatan
Lebih terperinciPOTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN TERNAK SAPI DI LAHAN PERKEBUNAN SUMATERA SELATAN
Lokakarya Pengembangan Sistem Integrasi Kelapa SawitSapi POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN TERNAK SAPI DI LAHAN PERKEBUNAN SUMATERA SELATAN ABDULLAH BAMUALIM dan SUBOWO G. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian
Lebih terperinci