MENGEMBANGKAN KECERDASAN MAJEMUK ANAK MELALUI PEMBELAJARAN YANG MENYENANGKAN 1

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "MENGEMBANGKAN KECERDASAN MAJEMUK ANAK MELALUI PEMBELAJARAN YANG MENYENANGKAN 1"

Transkripsi

1 MENGEMBANGKAN KECERDASAN MAJEMUK ANAK MELALUI PEMBELAJARAN YANG MENYENANGKAN 1 Santhy Hawanti 2 PGSD FKIP Universitas Muhammadiyah Purwokerto A. Kecerdasan Majemuk (Multiple Intelligence) Istilah kecerdasan majemuk atau Multiple Intelligence menjadi sangat popular saat ini setelah pada tahun 1983 dikenalkan oleh Howard Gardner. Konsep kecerdasan majemuk ini menawarkan model kecerdasan manusia ditinjau dari berbagai segi yang bersifat revolusioner. Teori ini mengkategorikan kecerdasan inteltual manusia menjadi delapan bentuk kecerdasan yaitu: linguistik-verbal, musik-irama, logis-matematis, visual-spasial, kinestetik-jasmani, interpersonal, intrapersonal, dan naturalis. Menurut Gardner dalam ( Chatib, 2013) kecerdasan seseorang dapat dilihat dari dua hal yaitu problem solving skills dan creativity. Berkembangnya teori kecerdasan majemuk Gardner menarik perhatian masyarakata karena Gardner mengusung perubahan paradigma mendasar tentang kecerdasan (Chatib, 2013), yaitu: kecerdasan tidak dibatasi tes formal, kecerdasan itu multidimensi, dan kecerdasan merupakan proses discovering ability (penemuan kemampuan). Memahami kecerdasan majemuk menjadi sangat penting terutama bagi guru di sekolah dasar karena masa paling potensial untuk mengembangkan fungsi otak adalah sebelum anak berusia 8 atau 9 tahun. Oleh karena itu, usia 0-8 atau 9 tahun ini disebut the golden age. Pada usia ini 6-7 tahun ini biasanya anak 1 Makalah disampaikan pada acara Seminar Nasional Menjadi Guru Inspirator Kenali dan Kembangkan Kemampuan Intelegensi Emas untuk Indonesia Emas di Prodi PGSD FKIP Universitas Muhammadiyah Purwokerto Tanggal 30 April Koresponden mengenai isi makalah ini dapat dilakukan melalui: santhy_hawanti@yahoo.com 9

2 sudah mulai masuk sekolah dasar (SD), sehingga guru di sekolah tetap berkontribusi dalam pembentukan kecerdasan anak. Bloom, seorang professor bidang pendidikan dari Universitas Chicago, menyampaikan hasil penelitiannya bahwa ternyata 50% dari semua potensi hidup manusia terbentuk ketika kita berada dalam kandungan sampai usia 4 tahun. Lalu 30% berikutnya terbentuk pada usia 4 8 tahun, artinya, separuh perkembangan intelektual anak berlangsung sebelum usia 4 tahun. Perkembangan kognitif ketika mencapai usia 17 tahun merupakan akumulasi perkembangan anak sebelum usia 4 tahun 50%, 4-8 tahun 30%, dan 9-17 tahun 20%. Lebih lanjut dapat dijelaskan bahwa secara fisik, perkembangan otak manusia akan berhenti pada usia 12 tahun, dengan perincian: perkembangan dalam kandungan mencapai 25%, usia 0-9 tahun mencapai 90% dan pada usia 12 tahun memcapai 100%. Sementara itu, perkembangan intelektual seseorang (artinya aspek fungsional dari otak manusia untuk berpikir), akan berhenti pada usia 18 tahun, dengan perincian: sampai usia 4 tahun mencapai 50%, usia 8 tahun mencapai 80% dan usia 18 tahun mencapai 100%. Berdasar penelitian tersebut terlihat jelas bahwa masa paling pesat untuk pertumbuhan fisik maupun intelektual manusia adalah pada saat usia dini. Belakangan ini berkembang teori belajar yang dikembangkan oleh Rose dan Nitcholl (1997), yang mengatakan bahwa sejak lahir sampai dengan usia 10 tahun adalah masa-masa yang sangat penting dan peka bagi anak untuk belajar. Disebutkan bahwa 50% kemampuan belajar anak dikembangkan pada masa empat tahun pertama, 30% dikembangkan menjelang ulang tahunnya yang ke-8, dan tahun-tahun yang amat penting tersebut merupakan landasan atau penentu bagi semua proses belajarnya di masa depan. Terkait dengan kecerdasan majemuk, guru harus memiliki pemahaman bahwa semua anak memiliki kecerdasan masing-masing yang menonjol. Kecerdasan majemuk memberikan kesempatan bagi guru untuk dapat mengidentifikasi kecerdasan yang dimiliki oleh siswa dengan lebih teliti. Berikut ini adalah beberapa bentuk kecerdasan majemuk dan strategi atau kegiatan belajar yang dapat dilakukan oleh guru untuk dapat merangsang berkembangnya kecerdasan anak (Chatib, 2013). 1. Kecerdasan Lingusitik Komponen inti: kepekaan pada bunyi, struktur, makna, fungsi kata dan bahasa. Kecerdasan ini berkait dengan kemampuan membaca, menulis, berdiskusi, berargumentasi dan berdebat. Kegiatan belajar yang dapat dilakukan untuk mengembangkan jenis kecerdasan ini antara lain: berdiskusi, membacakan cerita, merangkai cerita, bermain kartu huruf atau kata, main tebak-tebakan, misalnya menyebutkan kata dengan awalan atau akhiran huruf tertentu, bermain peran, bermain teka-teki silang, atau permainan lain yang berorientasi bahasa, memperdengarkan lagu atau dongeng anak-anak, lalu ajak anak ikut bernyanyi 10

3 mengikutinya, memutar video/film dan mengisi buku harian, dan menulis surat pada teman. 2. Kecerdasan Logika Matematika Komponen inti: kepekaan pada memahami pola-pola logis atau numeris dan kemampuan mengolah alur pemikiran yang panjang. Kecerdasan ini berkaitan dengan kemampuan berhitung, menalar dan berpikir logis, memecahkan masalah. Kegiatan atau aktivitas belajar yang dapat dilakukan di kelas antara lain dengan bermain pazel, bermain dengan bentuk-bentuk geometri, pengenalan bilangan melalui nyanyian, tepuk, dan sajak berirama, obrolan ringan tentang sebab akibat, bermain tebak-tebakan, bermain tentang perbandingan bilangan dengan topik yang menarik bagi anak, bermain menyusun pola tertentu, dengan kancing warna-warni atau benda lainnya, pengamatan atas berbagai rutinitas kejadian sehari-hari sehingga anak memahami hubungan sebab akibat, melakukan eksperimen sederhana misalnya bermain mencampur warna atau bermain menuang air ke berbagai wadah dengan bermacam bentuk, mengukur besar kaki, menemukan konsep udara, mengukur panjang-berat-volume suatu benda, mengamati benda kecil dengan lup, menyeimbangkan batang kayu dan gantungan pakaian, mengenalkan cara menggunakan kalkulator dan komputer. 3. Kecerdasan Kinestetis Kecerdasan fisik memiliki komponen kemampuan mengontrol gerak tubuh dan kemahiran mengelola objek, respons dan refleks. Kecerdasan ini berkaitan dengan kemampuan gerak motorikdan keseimbangan. Ciri-ciri dari anak dengan kecerdasan fisik tinggi anatar lain: mampu melakukan suatu gerakan tubuh yang indah atau bagus, berlari, pandai menari, suka main memasak, menghias rumah, membuat taman bunga atau terampil membuat kerajinan tangan dan cekatan dalam mengerjakan sesuatu. Strategi mengembangkan anak dengan cerdas fisik antara lain: mengajak anak menari bersama, bermain peran, berolah raga, menempel-menggunting-mencocok-menjahit, dan berbagai kegiatan keterampilan lainnya disesuaikan dengan usia. 4. Kecerdasan Visual Spasial Komponen inti pada kecerdasan ini adalah kepekaan merasakan dan membayangkan dunia gambar dan ruang secara akurat. Kecerdasan ini berkaitan dengan kemampuan menggambar, memotret, membuat patung dan mendesain. Kegiatan belajar yang dapat dilakukan antara lain: melukis, menggambar atau mewarnai, membuat prakarya, menggambarkan benda-benda yang disebut dalam sebuah lagu atau sajak, sehinngga selain gembira anak juga dapat melatih visualnya karena harus membayangkan dulu benda-benda yang akan 11

4 digambarnya, mengunjungi berbagai tempat untuk memperkaya pengalamannya kemudian meminta anak menggambarkan apa saja yang sudah dilihatnya, misalnya ke kebun binatang atau museum, bermain balok, lego, stempel atau pazel, maze, rumah-rumahan, bermain membaca peta. 5. Kecerdasan Intrapersonal Komponen inti dari kecerdasan ini adalah memahami perasaan sendiri dan k kemampuan membedakan emosi, pengetahuan tentang kekuatan dan kelemahan diri. Kecerdsasan ini berkaitan dengan kemampuan mengenal diri sendiri secara mendalam, kemampuan intuitif dan motivasi diri, penyendiri sensitive terhadap nilai diri dan tujuan hidup. Anak dengan kecerdasan ini mampu untuk mengerti tentang dirinya sendiri, mampu bekerja mandiri dan memanfaatkan informasi untuk kehidupannya sendiri. Aktivitas belajar yang dapat dikembangkan antara lain: bermain peran tentang berbagai profesi, mengisi buku harian atau jurnal sederhana, mengajak anak berimajinasi menjadi tokoh sebuah cerita dalam buku, membuat jadwal kegiatan sehari-hari. 6. Kecerdasan Interpersonal Komponen inti dari kecerdasan ini adalah kepekaan mencerna dan merespon secara tepat suasana hati, temperamen, motivasi dan keinginan orang lain. Kecerdasan ini berkaitan dengan kemampuan bergaul dengan orang lain, memimpin, kepekaan sosial yang tinggi, negosiasi, bekerja sama dan mempunyai empati yang tinggi. Beberapa kegiatan yang dapat dilakukan dilakukan di dalam pembelajaran anatra lain: diskusi, membuat sebuah proyek kerjasama, bermain peran. 7. Kecerdasan Musikal Memiliki kepekaan dan kemampuan menciptakan dan mengapresiasi irama, pola titi nada dan warna nada serta apresiasi bentuk bentuk ekspresi emosi musical merupakan komponen inti dari bentuk kecerdasan musikal.. Anak disebut cerdas musik bila ia mempunyai kepekaan musik yang tinggi sehingga mudah dalam mengamati, mengkritik, menggubah, memainkan musik atau menyanyikan lagu. Bagian otak yang memproduksi kemampuan ini terletak di bagian otak kanan. Ciri-ciri anak yang cerdas musik adalah: mampu bernyanyi dengan nada dan tempo yang benar, suaranya tidak sumbang, mudah mengikuti melodi, suka memainkan alat musik tertentu dan mudah terbawa perasaannya jika mendengarkan musik. Kegiatan pembelajaran yang dapat dilakukan untuk merangsang kecerdasan musical anak, antara lain: mengajak anak bermain musik, belajar sambil bernyanyi, 12

5 8. Kecerdasan Naturalis Komponen inti dari kecerdasan ini adalah kemampuan untuk membedakan anggota anggota spesies, mengenali eksistensi spesies lain, dan memetakan hubungan antara beberapa spesies baik secara formal maupun non formal juga mengenali dan mengelompokkan berbagai flora fauna dan memahami berbagai gejala alam. Kegiatan belajar di kelas yang dapat dikembangkan antara lain: pembelajaran di luar kelas (outdoor learning), pengamatan (observasi), pembelajaran berbasis proyek. Dari penjelasan mengenai kecerdasan majemuk di atas dengan, maka sesungguhnya ada banyak strategi belajar yang dapat dikembangkan oleh guru dalam rangka mengembangkan kecerdasan anak. Hal lain yang tidak kalah penting adalah bahwa guru harus percaya bahwa setiap anak memiliki bentuk kecerdasan masing-masing yang harus dikembangkan. Dapat saja ditemukan siswa yang memiliki bentuk kecerdasan lebih dari satu, artinya dia memiliki kemajemukan kecerdasan yang dikarenakan memang secara gentik diturunkan dari kedua orang tuanya, atau yang telah berkembang karena didukung lingkungan sosial dan bentuk pengasuhan yang dialaminya. Namun tidak sedikit anak yang hanya menonjol di satu bentuk kecerdasan, dan kurang berkembangan di bentuk kecerdasan lain, namun demikian bukan berarti anak tersebut tidak dapat menjadi lebih baik di masa yang akan datang. Tugas utama orang dewasa adalah menyediakan sebanyak mungkin kesempatan yang sesuai dengan tingkat umur dan mengembangkannya secara bertahap ( Antonia Lopez). B. Belajar yang menyenangkan Tidak mudah bagi sebagian besar guru untuk mendefinisikan makna dari belajar. Belajar seringkali diartikan sebagai sebuah aktivitas membaca buku pelajaran atau mengerjakan pekerjaan rumah (PR) dari sekolah. Padahal jika dicermati lebih dalam, belajar mengandung makna yang sangat luas. Belajar adalah suatu proses perubahan perilaku yang bersifat menetap melalui serangkaian pengalaman. Belajar tidak sekadar berhubungan dengan buku-buku yang merupakan salah satu sarana belajar, melainkan berkaitan pula dengan interaksi anak dengan lingkungannya, yaitu pengalaman. Hal yang penting dalam belajar adalah perubahan perilaku. Belajar juga dapat dimaknai sebuah kegiatan atau aktivitas yang dapat menumbuhkan minat dan keinginan anak untuk mengetahui sesuatu melalui berbagai media maupun strategi. Kata penting yang perlu digarisbawahi untuk memaknai belajar adalah memunculkan keinginan dan minat, sehingga seseorang belajar tidak terbatas pada ruang, waktu dan cara tertentu. Belajar yang menyenangkan mengedepankan aspek memunculkan antuasisame saat anak mengalami proses mencari tahu jawaban atas sebuah persoalan. 13

6 Beberapa kondisi yang menjadikan belajar menjadi proses yang kurang menyenangkan banyak dijupai di kelas-kelas di SD di Indonesia. Belajar hanya menjadi bagian dari proses aktivitas rutin harian yang dilakukan oleh guru dan siswa di sekolah. Banyak orang tua yang mengeluhkan anak mereka mengalami stress karena menumpuknya tugas sekolah dan juga materi yang harus dipelajari. Belajar menjadi membosankan karena guru yang kurang kreatif, metode belajar yang monoton, dan aktivitas belajar yang belum berpusat pada siswa. Target belajar lebih banyak ditempatkan pada penguasaan materi agar siswa dapat mengerjakan tes atau ujian. Aturan yang dibuat di kelas lebih banyak bersifat menekan daripada menumbuhkan kesadaran siswa untuk bertanggungjawab serta system ranking yang lebih berupaya menunjukkan urutan kecerdasan siswa. Di samping itu guru masih kurang dalam memberikan apresiasi kepada siswa. Guru perlu memperluas pemahaman tentang belajar tidak hanya pada pengetahuan yang bersifat konseptual, melainkan juga hal-hal yang menyangkut keterampilan serta sikap pribadi yang mempengaruhi perilaku seseorang. Ada lima area yang harus dikembangkan berkenaan dengan belajar yaitu: 1. Citra diri dan perkembangan kepribadian 2. Latihan keterampilan hidup 3. Cara berpikir atau pola pikir 4. Kompetensi atau kemampuan yang bersifat akademik, fisik, dan artistik. 5. Pengenalan siswa terhadap Tuhan/ Pencipta Kelima area belajar di atas menunjukkan betapa luasnya makna belajar, sehingga secara umum tujuan belajar adalah perubahan sikap. Perubahan sikap dapat terjadi jika siswa mengalami kegiatan belajar yang mengesankan dan bermakna bagi hidupnya. Tujuan belajar yang hanya berpusat pada keberhasilan siswa mendapatkan nilai ujian yang baik akan mengarahkan guru pada pembelajaran yang berbasis pada pengembangan kecerdasan intelektual saja, sementara bentuk kecerdasan lain kurang tergali. Hak siswa untuk mendapatkan pengajaran yang menyenangkan menjadi kurang terakomodasi. Kegiatan belajar lebih didominasi pada aktivitas mengerjakan latihan, mendengarkan penjelasan guru atau diskusi, padahal menurut kerucut belajar Edgar Gale (1969) ada beberapa kegiatan belajar yang terkait dengan daya serap siswa terhadap materi yang disampaikan seperti di bawah ini: 14

7 Mengacu pada The Cone of Learning di atas, maka dapat dilihat bahwa anak akan mudah menerima informasi yang disampaikan oleh guru melalu kegiatan yang melibatkan siswa melakukan dan mengatakan (do and say), bukan hanya sekedar mendengarkan (hear) dan melihat (see) saja. Berikut ini adalah beberapa tips praktis agar belajar menjadi kegiatan yang menyenangkan bagi anak: 1. Ciptakan lingkungan belajar tanpa stress Kita semua tahu bahwa sampai saat ini sebagian besar guru dan orang tua menjadikan nilai sebagai ukuran keberhasilan. Hal ini tidak sepenuhnya salah atau keliru, namun yang harus diperhatikan adalah bagaimana siswa dapat menyadari tuntutan ini dengan tetap menjadikan kegiatan belajar sebagai hal yang menyenangkan. Syarat pembelajaran yang efektif adalah lingkungan yang mendukung dan menyenangkan. Belajar perlu dinikmati dan timbul dari perasaan suka serta nyaman tanpa paksaan. Ruang kelas dikelola untuk menumbuhkan rasa nyaman dan betah saat belajar dengan kata lain kelas dibuat lebih humanis. Kelas yang humanis dapat dimakanai sebagi kelas yang mampu mengakomodasi kebutuhan jasmani dan rohani siswa secara seimbang artinya terdapat proses membimbing, mengembangkan dan mengarahkan potensi dasar siswa baik jasmani maupun rohani secara seimbang (Hamid, 2012). 2. Manfaat Sarana Bermain untuk Belajar Banyak guru dan orang tua yang lupa bahwa bermain merupakan salah satu bentuk belajar yang sangat disukai oleh anak-anak. Melalui kegiatan bermain, berbagai bentuk kecerdasan anak dapat dikembangkan. Namun karena tuntutan kurikulum yang masih menekankan aspek kognitif sebagai ukuran kecerdasan seseorang, maka kegiatan bermain menjadi sesuatu yang justru sering dianggap mengganggu proses pembelajaran. Pembelajaran yang baik sudah semestinya melibatkan segenap aspek emosi anak, sehingga lebih mudah bagi anak untuk menyerap informasi atau pesan yang ingin disampaikan oleh guru. Belajar 15

8 melalui kegiatan permainan atau belajar sambil bermain merupakan aktivitas yang dapat menumbuhkan emosi anak diantaranya menumbuhkan rasa bahagia, merasa lebih rileks, bebas menyampaikan pendapat atau lebih bebas mengekspresikan pemikiran. Untuk itu, dibutuhkan kreatifitas guru dan orangtua untuk menciptakan permainan-permainan yang dapat menjadi wadah dan sarana anak untuk belajar. 3. Manfaatkan dan Kembangkan Kelima Indra Anak sebagai Jalur Belajar Secara umum anak memiliki kemudahan belajar melalui pengalaman konkret yang aktif, sebagai contoh untuk memahami konsep benda kasar yang abstrak, seorang anak perlu melihat dan menyentuh langsung dengan benda dengan permukaan kasar, sehingga pemahaman mereka menjadi tepat. Teori ini mengacu pada kerucut belajarnya Edgar Dale (1969) yang menekankan bahawa informasi yang disampaikan oleh guru akan lebih mudah diserap oleh anak ketika kelima indra mereka diaktifkan. Belajar adalah proses melibatkan seluruh pikiran dan tubuh, artinya belajar tidak hanya menggunakan otak tapi juga melibatkan seluruh tubuh dan pikiran dengan segala emosi, indra dan sarafnya (Hamid, 2012) 4. Pakailah Seluruh Dunia Sebagai Ruang Kelas Konsep dunia sebagai ruang kelas penting dimiliki oleh orang tua dan guru. Dengan memahami konsep ini belajar menjadi tidak hanya terbatas ruang kelas dan sekolah saja, tetapi lingkungan di mana anak tumbuh berkembang dan mengalami interaksi sosialnya. Sebagai contoh untuk materi bentuk saja, kita bisa menjadikan roda, balon, matahari, piring sebagai bentuk lingkatan. Jika tidak memungkinkan, maka jadikanlah kelas sebagai sumber informasi bagi siswa, maka penggunaan display kelas menjadi bagian penting dalam menciptakan kelas yang bermakna bagi anak. 16

9 C. Kendala penerapkan pembelajaran yang mengacu pada teori multiple intelegensi Meskipun hampir semua guru mengetahui keberadaan kecerdasan majemuk dan pentingnya mengembangkan kecerdasan majemuk pada disi siswa, namun bukan berarti mudah bagi mereka untuk mengimplementasikan pembelajaran yang mengacu pada pengembangan kecerdasan majemuk di dalam kegiatan belajar. Ada banyak faktor yang mempengaruhi kemampuan guru untuk mengembangkan kecerdasan majemuk siswa, diantaranya faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal lebih banyak terkait dengan guru. Pengetahuan guru tentang strategi pembelajaran yang variatif dan keyakinan (beliefs) guru bahwa anak memiliki ragam kecerdasan yang harus dikembangkan akan mempengaruhi bagaimana guru mengambil keputusan di kelas (Hawanti, 2012). Guru yang memiliki pengetahuan baik dan yakin bahwa siswa mereka dapat berkembang baik, akan lebih mampu mengelola aktivitas belajar yang lebih beragam dan menyenangkan. Sebaliknya guru yang memiliki pengetahuan terbatas akan mengalami kesulitan untuk mengelola pembelajaran yang lebih variatif. Guru akan bertahan pada keyakinan bahwa keputusan yang diambil di kelas sudah yang paling baik. Di samping faktor internal, terdapat beberapa faktor eksternal yang mempengaruhi implementasi pembelajaran mengacu pada keceerdasan majemuk, diantaranya: 1. Pendekatan pembelajaran yang masih tradisional yang belum mampu mengkoordinasikan antara tujuan belajar dan cara belajar yang lebih disukai oleh siswa. Kondisi ini menyebabkan pembelajaran menjadi sesuatu yang bersifat menekan daripada menyenangkan bagi siswa karena guru lebih berorientasi pada pencapaian tujuan belajar tanpa memperhatikan gaya belajar yang menjadi kecenderungan siswa pada rentang usianya. 2. Di samping keterbatasan sumber belajar, banyak sekolah yang masih kurang efektif dalam mengalokasikan dan menggunakan sumber dan sarana belajar yang ada, misalnya: kurang optimalnya pemanfaatan lahan sekolah untuk kegiatan siswa selain olahraga dan upacara, kurang optimalnya pemanfaatan perpustakaan, di mana perpustakaan masih sebatas dipahami sebagai tempat penyimpanan, peminjaman dan dan membaca buku. Padahal jika dikembangkan lebih lanjut, perpustakaan dapat dioptimalkan fungsinya sebagai tempat untuk melakukan pengembangan aktivitas pembelajaran.. 3. Sekolah masih dirasa kurang dalam memanfaatkan dan mengembangkan ragam kegiatan pembelajaran yang mampu medorong berkembangnya keceerdasan musical, naturalistik dan interpersonal. 4. Masih banyak guru yang kurang termotivasi mengajar karena kurangnya pengetahuan dan penguasaan terhadap teknologi sehingga mengajar masih mengandaklan buku teks dan papan tulis semata. 17

10 5. Sekolah masih fokus pada hasil daripada proses belajar dan lebih menekankan keceerdasan terkait dengan verbal dan matematika, sehingga aspek kecerdasan yang lain masih kurang tertangani dengan baik karena jarang dikembangkan dalam bentuk aktivitas pembelajaran yang menunjang. Sekolah juga masih memfokuskan pada target penyelesaian silabus dan skor akademik siswa. Meskipun tugas yang diberikan kepada siswa sudah bersifat individual dan kelompok, namun bentuk tugas yang biberikan masih belum berbasis pada penyelesaian masalah. D. Simpulan Setiap anak memiliki kecerdasan yang berbeda dan tidak hanya satu jenis kecerdasan, meskipun ada kecerdasan yang menonjol tetapi kecerdasan yang lain masih tetap dimiliki. Berkembang tidaknya keceerdasan anak sangat dipengaruhi proses hidup yang dilaluinya terutama proses pendidikan. Usia anak di sekolah dasar menjadi periode perkembangan kecerdasan anak yang paling ideal karena pada rentang usia 0-9 tahun diidentifikasi sebagai masa emas perkembangan kecerdasan anak. Guru dan orang tua serta orang dewasa yang ada di lingkungn anak sangat berperan dalam pembentukan kecerdasan anak. Guru di sekolah memiliki peran penting dalam menumbuhkembangkan kecedasan majemuk anak. Meskipun banyak keterbatasan yang dimiliki guru dan sekolah namun kemampuan mengelola kegiatan pembelajaran yang menarik menjadi hal yang sebaiknya menjadi kemampuan yang dimiliki guru, karena aktivitas belajar yang beragam, aktif dan menarik dapat merangsang berkembangnya kecerdasan majemuk siswa. DAFTAR PUSTAKA Afifi, John Inovasi-inovasi kreatif : managemen kelas dan pengajaran efektif. Jogjakarta: Diva Press Chatib, Munif Gurunya manusia: menjadikan semua anak istimewa dan semua anak juara. Bandung: Penerbit Kaifa Chatib, Munif Sekolahnya manusia: sekolannya berbasis multiple intelligences di Indonesia. Bandung: Penerbit Kaifa Hamid, Sholeh Metode edutainment. Jogjakarta: Diva Press Hawanti, Santhy Implementing Indonesia s English language teaching policy in primary schools: The role of teachers knowledge and beliefs. International Journal of Pedagogies and Learning Volume 9, Issue 2,

MEMAHAMI KECERDASAN MAJEMUK ANAK GUNA MENGOPTIMALKAN STRATEGI PEMBELAJARAN YANG SESUAI DENGAN PERKEMBANGANNYA MELALUI IDENTIFIKASI DINI

MEMAHAMI KECERDASAN MAJEMUK ANAK GUNA MENGOPTIMALKAN STRATEGI PEMBELAJARAN YANG SESUAI DENGAN PERKEMBANGANNYA MELALUI IDENTIFIKASI DINI MEMAHAMI KECERDASAN MAJEMUK ANAK GUNA MENGOPTIMALKAN STRATEGI PEMBELAJARAN YANG SESUAI DENGAN PERKEMBANGANNYA MELALUI IDENTIFIKASI DINI Tuti Utami Prodi Pendidikan Guru Anak Usia Dini, FKIP, Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. guru. Diantaranya permasalahan yang dialami di Taman Kanak-Kanak. TK

BAB I PENDAHULUAN. guru. Diantaranya permasalahan yang dialami di Taman Kanak-Kanak. TK 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam proses belajar mengajar di kelas pasti ada masalah yang dihadapi guru. Diantaranya permasalahan yang dialami di Taman Kanak-Kanak. TK Aisyiyah 16 Ngringo

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga merupakan tempat pendidikan yang pertama dan terutama,

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga merupakan tempat pendidikan yang pertama dan terutama, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keluarga merupakan tempat pendidikan yang pertama dan terutama, karena anak lahir dalam keluarga dan anak dibesarkan oleh keluarga. Apa yang dilihat, didengar,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masa depan. Perkembangan masyarakat dalam pendidikan sekarang banyak

BAB I PENDAHULUAN. masa depan. Perkembangan masyarakat dalam pendidikan sekarang banyak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah faktor penting dalam pembangunan suatu bangsa. Kualitas suatu sistem pendidikan dapat memengaruhi kualitas suatu bangsa di masa depan. Perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. buruknya masa depan bangsa. Jika sejak usia dini anak dibekali dengan

BAB I PENDAHULUAN. buruknya masa depan bangsa. Jika sejak usia dini anak dibekali dengan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak Usia Dini merupakan aset bangsa yang akan menentukan baik buruknya masa depan bangsa. Jika sejak usia dini anak dibekali dengan pendidikan dan nilai-nilai yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anak sebagai makhluk individu yang unik dan memiliki karakteristik yang

BAB I PENDAHULUAN. Anak sebagai makhluk individu yang unik dan memiliki karakteristik yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak sebagai makhluk individu yang unik dan memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Setiap anak selalu memiliki cara tersendiri untuk mengungkapkan apa yang diinginkannya.

Lebih terperinci

Menstimulasi Kecerdasan Kinestetik dan Musikal pada Anak-anak Prasekolah

Menstimulasi Kecerdasan Kinestetik dan Musikal pada Anak-anak Prasekolah Menstimulasi Kecerdasan Kinestetik dan Musikal pada Anak-anak Prasekolah Rita Eka Izzaty, M.Si, Psi (Psikolog Psikologi Perkembangan Anak) Dosen Jur. Psikologi Pendidikan dan Bimbingan, FIP, UNY Anggota

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh kembang anak pada usia dini akan berpengaruh secara nyata pada

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh kembang anak pada usia dini akan berpengaruh secara nyata pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam seluruh rangkaian tumbuh kembang manusia, usia dini merupakan usia yang sangat menentukan. Pada usia dini itulah seluruh peletak dasar tumbuh kembang fisik

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI. SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Biologi

NASKAH PUBLIKASI. SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Biologi NASKAH PUBLIKASI PERBANDINGAN PEMBELAJARAN BERBASIS MULTIPLE INTELLIGENCES DENGAN PEMBELAJARAN KONVENSIONAL DITINJAU DARI HASIL BELAJAR BIOLOGI DI SMP NEGERI 2 KARTASURA KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN AJARAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Usia kanak-kanak yaitu 4-5 tahun anak menerima segala pengaruh yang diberikan

BAB I PENDAHULUAN. Usia kanak-kanak yaitu 4-5 tahun anak menerima segala pengaruh yang diberikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa anak usia dini merupakan tahun-tahun kehidupan yang sangat aktif. Usia kanak-kanak yaitu 4-5 tahun anak menerima segala pengaruh yang diberikan oleh lingkungannya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab 1 Pasal 1 Ayat 14 menyatakan bahwa Pendidikan Anak Usia Dini atau PAUD yaitu suatu upaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pengembangan sumber daya manusia merupakan faktor kunci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pengembangan sumber daya manusia merupakan faktor kunci BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengembangan sumber daya manusia merupakan faktor kunci kesuksesan pembangunan suatu bangsa, karena itu berbagai upaya pengembangan sumber daya manusia haruslah merupakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kecerdasan bagi anak usia dini memiliki manfaat yang besar bagi dirinya sendiri dan bagi perkembangan sosialnya karena tingkat kecerdasan anak yang berkembang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkembang secara optimal. Berikut pernyataan tentang pendidikan anak usia

BAB I PENDAHULUAN. berkembang secara optimal. Berikut pernyataan tentang pendidikan anak usia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan anak usia dini (PAUD) merupakan pendidikan awal yang akan sangat berpengaruh terhadap pendidikan selanjutnya, tujuan dari pendidikan anak usia dini

Lebih terperinci

ANALISIS MULTIPLE INTELLEGENCES PADA BUKU SISWA KURIKULUM 2013 KELAS IV SD

ANALISIS MULTIPLE INTELLEGENCES PADA BUKU SISWA KURIKULUM 2013 KELAS IV SD JURNAL INOVASI PENDIDIKAN Volume 1 Nomer 2, September 2017, Halaman 1-6 ANALISIS MULTIPLE INTELLEGENCES PADA BUKU SISWA KURIKULUM 2013 KELAS IV SD Dian Ika Kusumaningtyas 1) dan Maharani Putri Kumalasani

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN LAYANAN. 1. Topik : Bangun karir dengan mengenal bakat

RENCANA PELAKSANAAN LAYANAN. 1. Topik : Bangun karir dengan mengenal bakat RENCANA PELAKSANAAN LAYANAN 1. Topik : Bangun karir dengan mengenal bakat 2. Bidang : Karir 3. Tujuan a. Tujuan Umum : Memberikan pemahaman kepada siswa mengenai bakat dan macam-macam kecerdasan b. Tujuan

Lebih terperinci

PENERAPAN MULTIPLE INTELEGENSI DALAM KEGIATAN BELAJAR-MENGAJAR

PENERAPAN MULTIPLE INTELEGENSI DALAM KEGIATAN BELAJAR-MENGAJAR 113 PENERAPAN MULTIPLE INTELEGENSI DALAM KEGIATAN BELAJAR-MENGAJAR Nur Samsiyah Abstrak Multiple intelegensi ialah kecerdasan ganda yang dimiliki oleh seseorang. Intelegensi adalah sehimpunan kemampuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. salah satu cara untuk mengubah sikap dan perilaku seseorang atau kelompok

BAB I PENDAHULUAN. salah satu cara untuk mengubah sikap dan perilaku seseorang atau kelompok 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana yang dilakukan sebagai salah satu cara untuk mengubah sikap dan perilaku seseorang atau kelompok orang dalam hal mendewasakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang

BAB I PENDAHULUAN. ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum jenjang pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia. pesan-pesan konstitusi serta suasana dalam membangun watak bangsa (nation

BAB I PENDAHULUAN. dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia. pesan-pesan konstitusi serta suasana dalam membangun watak bangsa (nation BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan bagian penting dari proses pembangunan nasional yang ikut menentukan pertumbuhan ekonomi suatu negara. Hal tersebut dikarenakan bahwa pendidikan

Lebih terperinci

Adakah anda memiliki siswa yang bisa menciptakan seni visual yang indah?,

Adakah anda memiliki siswa yang bisa menciptakan seni visual yang indah?, Dengan apakah Siswa Anda CERDAS? PENDAHULUAN Adakah anda memiliki siswa yang bisa menciptakan seni visual yang indah?, Apakah ada yang mahir dibidang olah raga yang mampu membuat gerakan gerakan fisik

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. mampu berkompetensi baik secara akademik maupun non akademik. Memenuhi kebutuhan pendidikan yang mampu mengembangkan akademik

I. PENDAHULUAN. mampu berkompetensi baik secara akademik maupun non akademik. Memenuhi kebutuhan pendidikan yang mampu mengembangkan akademik I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat di zaman globalisasi sekarang ini membutuhkan manusia yang mampu berkompetensi baik secara akademik maupun non akademik. Memenuhi kebutuhan pendidikan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terhadap apa yang dilihat, didengar, dan dirasakan. Anak seolah-olah tidak

BAB I PENDAHULUAN. terhadap apa yang dilihat, didengar, dan dirasakan. Anak seolah-olah tidak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak adalah manusia kecil yang memiliki potensi yang masih harus dikembangkan. Anak memiliki karakteristik tertentu yang khas dan tidak sama dengan orang dewasa, anak

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Usia dini merupakan periode awal yang paling penting dan mendasar

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Usia dini merupakan periode awal yang paling penting dan mendasar I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Usia dini merupakan periode awal yang paling penting dan mendasar untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangan anak. Anak usia dini merupakan sosok individu yang sedang

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN DI TK AL AZHAR SOLO BARU DITINJAU DARI SUDUT PANDANG MULTIPLE INTELLIGENCES SKRIPSI

PEMBELAJARAN DI TK AL AZHAR SOLO BARU DITINJAU DARI SUDUT PANDANG MULTIPLE INTELLIGENCES SKRIPSI i PEMBELAJARAN DI TK AL AZHAR SOLO BARU DITINJAU DARI SUDUT PANDANG MULTIPLE INTELLIGENCES SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Persyaratan Guna

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM BERBASIS MULTIPLE INTELLIGENCES DI LEMBAGA PENDIDIKAN MUTIARA ILMU PANDAAN

PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM BERBASIS MULTIPLE INTELLIGENCES DI LEMBAGA PENDIDIKAN MUTIARA ILMU PANDAAN Ali Mohtarom 187 PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM BERBASIS MULTIPLE INTELLIGENCES DI LEMBAGA PENDIDIKAN MUTIARA ILMU PANDAAN Oleh: Ali Mohtarom Universitas Yudharta Pasuruan Abstrak: Manusia dibekali

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dan perubahan yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara tidak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dan perubahan yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara tidak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dan perubahan yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara tidak pernah terlepas dari perkembangan ilmu pengetahuan, seni

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada anak usia dini dilakukan melalui pemberian rangsangan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada anak usia dini dilakukan melalui pemberian rangsangan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran yang dilaksanakan di Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) diharapkan dapat mengembangkan berbagi macam kecerdasan anak. Pendidikan pada anak usia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan modal dasar untuk menyiapkan insan yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan modal dasar untuk menyiapkan insan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan modal dasar untuk menyiapkan insan yang berkualitas. Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu lembaga pendidikan yang dapat menghasilkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-Undang tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai

Lebih terperinci

A. LATAR BELAKANG MASALAH

A. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Kecerdasan merupakan hal yang dimiliki oleh setiap manusia. Banyak anggapan kecerdasan tersebut hanya terpaku kepada kemampuan seseorang dalam belajar. Apabila

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ada harus dapat mengoptimalkan fungsi mereka sebagai agen of change. sekaligus pembimbing bagi pendidikan moral peserta didiknya.

BAB I PENDAHULUAN. ada harus dapat mengoptimalkan fungsi mereka sebagai agen of change. sekaligus pembimbing bagi pendidikan moral peserta didiknya. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Wahana perubahan tingkah laku manusia adalah "pendidikan", baik formal, nonformal, maupun informal. Jika tujuan pendidikan nasional ingin dicapai dengan maksimal,

Lebih terperinci

MENINGKATKAN POTENSI KECERDASAN ANAK MELALUI PENDEKATAN TEORI MULTIPLE INTELLIGENCE. Oleh Linda Kholidatunnur Abstrak

MENINGKATKAN POTENSI KECERDASAN ANAK MELALUI PENDEKATAN TEORI MULTIPLE INTELLIGENCE. Oleh Linda Kholidatunnur Abstrak MENINGKATKAN POTENSI KECERDASAN ANAK MELALUI PENDEKATAN TEORI MULTIPLE INTELLIGENCE Oleh Linda Kholidatunnur 82321112083 Abstrak Beragam kecerdasan yang dimiliki oleh setiap individu merupakan anugerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Era Globalisasi berdampak pada sebagian besar sendi kehidupan salah satunya terhadap dunia pendidikan. Pendidikan sangat penting bagi kemajuan suatu negara. Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan potensi sumber daya manusia serta penerus cita-cita perjuangan bangsa

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan potensi sumber daya manusia serta penerus cita-cita perjuangan bangsa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak merupakan potensi sumber daya manusia serta penerus cita-cita perjuangan bangsa dan dalam melaksanakan tanggung jawab tersebut anak perlu mendapat pembinaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan keterampilan agar mendapatkan perubahan dalam dirinya melalui pelatihanpelatihan

BAB I PENDAHULUAN. dan keterampilan agar mendapatkan perubahan dalam dirinya melalui pelatihanpelatihan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia memperoleh sebagian besar dari kemampuannya melalui belajar. Belajar merupakan proses manusia untuk mencapai berbagai macam kompetensi dan keterampilan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN RANCANGAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) BERBASIS MULTIPLE INTELLIGENCE. Oleh. Isniatun Munawaroh,M.Pd*)

PENGEMBANGAN RANCANGAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) BERBASIS MULTIPLE INTELLIGENCE. Oleh. Isniatun Munawaroh,M.Pd*) PENGEMBANGAN RANCANGAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) BERBASIS MULTIPLE INTELLIGENCE Oleh Isniatun Munawaroh,M.Pd*) Salah satu implikasi yang paling provokatif dalam teori Multiple Intelligence adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang mendengarkan alunan musik selalu menggerak-gerakan anggota. Tuhan yang diberikan kepada seluruh manusia tanpa membedakan jenis

BAB I PENDAHULUAN. yang mendengarkan alunan musik selalu menggerak-gerakan anggota. Tuhan yang diberikan kepada seluruh manusia tanpa membedakan jenis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manusia ketika mendengar alunan musik mayoritas menyukai. Orang yang mendengarkan alunan musik selalu menggerak-gerakan anggota tubuhnya dan mengikuti irama

Lebih terperinci

SISWA KELAS XI.MIPA.2 SMA NEGERI 1 MAGETAN

SISWA KELAS XI.MIPA.2 SMA NEGERI 1 MAGETAN PENINGKATAN HASIL BELAJAR MENGANALISIS TIPE-TIPE BUDAYA POLITIK PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN DENGAN METODE SMART LEARNING SISWA KELAS XI.MIPA.2 SMA NEGERI 1 MAGETAN Sri

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan anak usia dini (paud) merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang menitiberatkan pada peletakan dasar ke arah pertumbuhan dan perkembangan

Lebih terperinci

KEEFEKTIFAN STRATEGI MULTIPLE INTELLIGENCES PADA PEMBELAJARAN IPS DI SEKOLAH DASAR

KEEFEKTIFAN STRATEGI MULTIPLE INTELLIGENCES PADA PEMBELAJARAN IPS DI SEKOLAH DASAR KEEFEKTIFAN STRATEGI MULTIPLE INTELLIGENCES PADA PEMBELAJARAN IPS DI SEKOLAH DASAR Gde Dharma Putrawan, Rukayah, Hadiyah PGSD FKIP Universitas Sebelas Maret, Jalan Slamet Riyadi 449 Surakarta, 57126 Email:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Paradigma terkini tentang pendidikan bagi anak usia dini telah menumbuhkan pendekatan yang holistik. Anak dipandang sebagai individu yang utuh sehingga membutuhkan

Lebih terperinci

OPTIMALISASI KECERDASAN MAJEMUK DALAM PEMBELAJARAN LITERASI

OPTIMALISASI KECERDASAN MAJEMUK DALAM PEMBELAJARAN LITERASI OPTIMALISASI KECERDASAN MAJEMUK DALAM PEMBELAJARAN LITERASI Riskha Arfiyanti Mira Nuryanti Universitas Swadaya Gunung Djati Cirebon Abstrak Literasi menjadi salah satu keterampilan yang harus dimiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Entar Tarji, 2014 Efektivitas Permainan ORFF Percussion Terhadap Kecerdasan Musikal Anak Usia Dini

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Entar Tarji, 2014 Efektivitas Permainan ORFF Percussion Terhadap Kecerdasan Musikal Anak Usia Dini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Usia Taman Kanak-kanak merupakan usia keemasan atau Golden Age di mana pada masa ini anak-anak tumbuh dan berkembang dengan pesat. Selayaknya pada masa ini,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Kecerdasan atau inteligensi adalah kombinasi sifat-sifat manusia yang

BAB II KAJIAN TEORI. Kecerdasan atau inteligensi adalah kombinasi sifat-sifat manusia yang 9 BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Kerangka Teoritis 2.1.1. Kecerdasan Naturalis A. Hakekat Kecerdasan Naturalis Kecerdasan atau inteligensi adalah kombinasi sifat-sifat manusia yang mencakup kemampuan untuk memahami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dina Febriyanti, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dina Febriyanti, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu aspek kepribadian anak yang perlu dikembangkan adalah kreativitas. Maslow & Roger (dalam Sujiono & Sujiono, 2010, hlm. 40) memandang bahwa kreativitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. No. Daftar 1 : 185/S/PGSD-Reg/8/Agustus/2014

BAB I PENDAHULUAN. No. Daftar 1 : 185/S/PGSD-Reg/8/Agustus/2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kualitas kehidupan bangsa sangat ditentukan oleh faktor pendidikan. Peran pendidikan sangat penting untuk menciptakan kehidupan yang cerdas, damai, terbuka,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. persoalan baru untuk diselesaikan, kemampuan untuk menciptakan sesuatu

BAB I PENDAHULUAN. persoalan baru untuk diselesaikan, kemampuan untuk menciptakan sesuatu 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kecerdasan merupakan alat untuk belajar, menyelesaikan masalah, dan menciptakan semua hal yang bisa digunakan manusia. Gardner (2003) tidak memandang kecerdasan manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan anak usia dini (PAUD) menurut undang undang sistem pendidikan nasional nomor 20 tahun 2003 pasal 1 butir 14 merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Undang-undang No.20 Tahun 2003 tentang sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Undang-undang No.20 Tahun 2003 tentang sistem Pendidikan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-undang No.20 Tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa pendidikan adalah Usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. segala bidang, serta mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin ilmu

BAB I PENDAHULUAN. segala bidang, serta mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin ilmu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Matematika merupakan ilmu eksak yang menjadi dasar perkembangan segala bidang, serta mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin ilmu dalam tatanan kehidupan manusia.

Lebih terperinci

DIRJEN PMPTK DEPDIKNAS.R.I YAYASAN PENGEMBANGAN PEREMPUAN DAN ANAK AMRIHSAE

DIRJEN PMPTK DEPDIKNAS.R.I YAYASAN PENGEMBANGAN PEREMPUAN DAN ANAK AMRIHSAE APE SESUAI DENGAN TUGAS-TUGAS PERKEMBANGAN OLEH : Ana, M.Pd. PELATIHAN PEMBUATAN ALAT PERMAINAN EDUKATIF SKM (SEDERHANA, KREATIF DAN MANDIRI) BAGI TUTOR PAUD DI KABUPATEN SLEMAN YOGYAKARTA (Suatu Upaya

Lebih terperinci

ANAK BERBAKAT. Oleh: Euis Kurniati, S.Pd Jumát 21 mei 2004 Nara sumber di mq fm bandung

ANAK BERBAKAT. Oleh: Euis Kurniati, S.Pd Jumát 21 mei 2004 Nara sumber di mq fm bandung ANAK BERBAKAT Oleh: Euis Kurniati, S.Pd Jumát 21 mei 2004 Nara sumber di mq fm bandung A. Bakat, kemampuan dan prestasi Bakat (Aptitude) diartikan sebagi kemampuan bawaan, sebagai potensi yang masih perlu

Lebih terperinci

MENGENAL GAYA BELAJAR PESERTA DIDIK. Oleh Mansur HR Widyaiswara LPMP Provinsi Sulawesi Selatan

MENGENAL GAYA BELAJAR PESERTA DIDIK. Oleh Mansur HR Widyaiswara LPMP Provinsi Sulawesi Selatan MENGENAL GAYA BELAJAR PESERTA DIDIK Oleh Mansur HR Widyaiswara LPMP Provinsi Sulawesi Selatan Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 32 tahun 2013 tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 19 disebutkan bahwa

Lebih terperinci

Peningkatan Prestasi Belajar Matematika Melalui Penerapan Lesson Plan Berbasis Multiple Intelligence

Peningkatan Prestasi Belajar Matematika Melalui Penerapan Lesson Plan Berbasis Multiple Intelligence Peningkatan Prestasi Belajar Matematika Melalui Penerapan Lesson Plan Berbasis Multiple Intelligence Vigih Hery Kristanto Universitas Katolik Widya Mandala Madiun: vigihhery@staff.widyamandala.ac.id Submitted

Lebih terperinci

Latar Belakang Pembelajaran Terpadu

Latar Belakang Pembelajaran Terpadu Modul 1 Latar Belakang Pembelajaran Terpadu Dra. Titi Chandrawati, M.Ed. S PENDAHULUAN ebagai guru Taman Kanak-kanak (TK), Anda pasti selalu atau sering menggunakan suatu tema sebagai fokus dari kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sungguh, Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya (Q.S. At-Tin/95: 5). 1

BAB I PENDAHULUAN. Sungguh, Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya (Q.S. At-Tin/95: 5). 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah makhluk ciptaan Allah yang paling sempurna. Seperti yang disebutkan dalam firman-nya: Sungguh, Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Anak adalah sosok individu yang sedang menjalani suatu proses pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat dan fundamental bagi proses perkembangan selanjutnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keinginan orang tua untuk memberikan bimbingan belajar kepada anak-anaknya

BAB I PENDAHULUAN. keinginan orang tua untuk memberikan bimbingan belajar kepada anak-anaknya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pentingnya pendidikan anak usia dini sudah dirasakan oleh masyarakat Indonesia sejak dulu hingga saat ini. Hal ini berdampak pada keinginan orang tua untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses belajar mengajar merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kecerdasan seseorang masih diartikan secara sempit oleh banyak kalangan. Kecerdasan masih dianggap sebagai tingkat intelektualitas seseorang dalam hal akademis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada zaman globalisasi seperti saat sekarang ini berdampak pada semakin berkembangnya teknologi dan ilmu pengetahuan. Oleh karena itu manusia modern saat ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Anak Usia Dini adalah anak yang berada pada rentang usia dari 0 sampai dengan usia 8 tahun (Solehudin, 1997 : 23). Dan usia ini juga disebut dengan golden

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pelajaran sains yang kurang diminati dan membosankan. Banyak siswa yang

BAB I PENDAHULUAN. pelajaran sains yang kurang diminati dan membosankan. Banyak siswa yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Materi fisika dalam IPA terpadu pada dasarnya merupakan salah satu pelajaran sains yang kurang diminati dan membosankan. Banyak siswa yang menganggap pelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang di perlukan

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang di perlukan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya

Lebih terperinci

MULTIPLE INTELLIGENCES (Kecerdasan Ganda)

MULTIPLE INTELLIGENCES (Kecerdasan Ganda) MULTIPLE INTELLIGENCES (Kecerdasan Ganda) Anak bahagia disekolah sudah disosialisasikan lewat Quantum Learning, Joy in School dan Super Learning. Alasan lewat penelitian menunjukkan bahwa apabila anak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan usaha sadar yang dilakukan oleh orang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan usaha sadar yang dilakukan oleh orang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha sadar yang dilakukan oleh orang dewasa (pendidik) kepada orang yang belum dewasa (peserta didik) untuk memperoleh kedewasaan, baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai peran penting dalam meningkatkan kualitas manusia menyongsong kehidupan masa depan dalam mengembangkan potensi yang dimilikinya sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan belajar mengajar merupakan salah satu kegiatan pokok dalam

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan belajar mengajar merupakan salah satu kegiatan pokok dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegiatan belajar mengajar merupakan salah satu kegiatan pokok dalam proses pendidikan. Ini berarti bahwa tingkat keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan bergantung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan usia dini memegang peran yang sangat penting dalam perkembangan anak karena merupakan pondasi dasar dalam kepribadian anak. Anak yang berusia 5-6 tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi sosok yang unik. Anak usia dini mengalami suatu proses. perkembangan anak selanjutnya ( Santoso 2005:2.

BAB I PENDAHULUAN. menjadi sosok yang unik. Anak usia dini mengalami suatu proses. perkembangan anak selanjutnya ( Santoso 2005:2. BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Anak usia dini adalah sosok individu sebagai makhluk sosiokultural yang sedang mengalami proses perkembangan yang sangat fundamental bagi kehidupan selanjutnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan berfungsi untuk meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia. Sumber Daya Manusia (SDM) yang unggul sehingga nantinya akan

BAB I PENDAHULUAN. dan berfungsi untuk meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia. Sumber Daya Manusia (SDM) yang unggul sehingga nantinya akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu faktor penting dalam pembangunan dan berfungsi untuk meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia. Pendidikan adalah suatu usaha

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia. Pendidikan sebagai pengubahan sikap dan tingkah laku

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia. Pendidikan sebagai pengubahan sikap dan tingkah laku 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan menjadi pilar utama dalam mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Pendidikan sebagai pengubahan sikap dan tingkah laku seseorang atau kelompok orang

Lebih terperinci

BABI PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BABI PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BABI PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Anak -anak usia dini, yaitu anak -anak yang berusia 0-6 tahun sering disebut sedang berada pada masa usia emas atau golden age. Masa usia emas atau golden age

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu upaya untuk mencerdaskan kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu upaya untuk mencerdaskan kehidupan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu upaya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang produktif. Pendidikan adalah usaha

Lebih terperinci

ARTIKEL ILMIAH Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Guru Anak Usia Dini SRI SUMARMI A53B090201

ARTIKEL ILMIAH Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Guru Anak Usia Dini SRI SUMARMI A53B090201 PENGEMBANGAN KECERDASAN LOGIKA MATEMATIKAMELALUI KARTU ANGKA PADA KELOMPOK B TAMAN KANAK-KANAK ABA 1 GADEN KECAMATAN TRUCUK KABUPATEN KLATEN TAHUN PELAJARAN 2012-2013 ARTIKEL ILMIAH Untuk memenuhi sebagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 2 Lembang. Lembaga formal dalam pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP) pada umumnya berada pada rentang usia antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan proses membantu mengembangkan dan. yang lebih baik, pendidikan ini berupa pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan proses membantu mengembangkan dan. yang lebih baik, pendidikan ini berupa pembelajaran. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Blakang Pendidikan merupakan proses membantu mengembangkan dan meningkatkan harkat martabat manusia. Pendidikan akan menciptakan kemampuan untuk menghadapi setiap perubahan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses perolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan

Lebih terperinci

Tulisan yang mempunyai pengait kata Alat Permainan edukatif APE kreatif ala TBIF

Tulisan yang mempunyai pengait kata Alat Permainan edukatif APE kreatif ala TBIF Tulisan yang mempunyai pengait kata Alat Permainan edukatif APE kreatif ala TBIF 30/06/2009 Disimpan dalam Uncategorized Tagged Alat Permainan edukatif, barang bekas, kreatif, Mainan, mainan anak Sesungguhnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sejajar atau menyeluruh agar dapat menghasilkan insan sumber daya manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. sejajar atau menyeluruh agar dapat menghasilkan insan sumber daya manusia yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Anak merupakan potensi dan penerus cita-cita bangsa yang dasarnya telah diletakkan oleh generasi sebelumnya. Tumbuh kembang anak harus berjalan sejajar atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berlaku untuk semua, mulai usia dini sampai jenjang perguruan tinggi. Usia

BAB I PENDAHULUAN. berlaku untuk semua, mulai usia dini sampai jenjang perguruan tinggi. Usia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan anak usia dini merupakan pendidikan yang sangat mendasar dan sangat menentukan bagi perkembangan anak di kemudian hari. Dalam rangka mewujudkan pendidikan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Pada usia prasekolah (3-6 tahun) atau biasa disebut masa keemasan (golden age)

I PENDAHULUAN. Pada usia prasekolah (3-6 tahun) atau biasa disebut masa keemasan (golden age) 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada usia prasekolah (3-6 tahun) atau biasa disebut masa keemasan (golden age) dalam proses perkembangan anak akan mengalami kemajuan fisik, intelektual dan sosial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hakikat pembangunan nasional adalah pembangunan manusia Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Hakikat pembangunan nasional adalah pembangunan manusia Indonesia. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hakikat pembangunan nasional adalah pembangunan manusia Indonesia. Pendidikan menduduki posisi sentral dalam pembangunan karena sasarannya adalah peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ada kecenderungan perbedaan kemampuan antara pria dan wanita dalam

BAB I PENDAHULUAN. Ada kecenderungan perbedaan kemampuan antara pria dan wanita dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ada kecenderungan perbedaan kemampuan antara pria dan wanita dalam hal hasil belajar terutama di bidang matematika dan sains. Menurut Eriba dkk (Lisma, 2009)

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PELAKSANAAN MODEL PEMBELAJARAN DI LEMBAGA PAUD ISLAM TERPADU MUTIARA HATI BABAGAN KECAMATAN LASEM KABUPATEN REMBANG

BAB IV ANALISIS PELAKSANAAN MODEL PEMBELAJARAN DI LEMBAGA PAUD ISLAM TERPADU MUTIARA HATI BABAGAN KECAMATAN LASEM KABUPATEN REMBANG BAB IV ANALISIS PELAKSANAAN MODEL PEMBELAJARAN DI LEMBAGA PAUD ISLAM TERPADU MUTIARA HATI BABAGAN KECAMATAN LASEM KABUPATEN REMBANG Data yang telah tersusun dari Bab III tentang model pembelajaran pendidikan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menjadi bagian terpadu dan tak terpisahkan dari peningkatan. yang digunakan dalam proses pembelajaran, kemajuan teknologi dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. menjadi bagian terpadu dan tak terpisahkan dari peningkatan. yang digunakan dalam proses pembelajaran, kemajuan teknologi dapat BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan sebuah pelaksanaan Pendidikan ditentukan oleh beberapa hal yang salah satunya adalah kualitas pembelajaran. Upaya peningkatan mutu pembelajaran menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berperan bagi perkembangan anak. Menurut Gagner dalam Multiple

BAB I PENDAHULUAN. berperan bagi perkembangan anak. Menurut Gagner dalam Multiple BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan adalah suatu proses perubahan dimana anak belajar menguasai tingkat yang lebih tinggi dari berbagai aspek. Salah satu aspek penting dalam perkembangan

Lebih terperinci

2014 PEMBELAJARAN SENI TARI BERBASIS PENDEKATAN SCIENTIFIC UNTUK MENINGKATKAN KECERDASAN MATEMATIKA-LOGIS SISWA

2014 PEMBELAJARAN SENI TARI BERBASIS PENDEKATAN SCIENTIFIC UNTUK MENINGKATKAN KECERDASAN MATEMATIKA-LOGIS SISWA BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dunia pendidikan tidak terlepas dari proses pembelajaran dan pembelajaran erat kaitannya dengan perubahan tingkah laku dan pola pikir seseorang. Pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan bagi bangsa Indonesia merupakan kebutuhan mutlak yang harus

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan bagi bangsa Indonesia merupakan kebutuhan mutlak yang harus 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan bagi bangsa Indonesia merupakan kebutuhan mutlak yang harus dikembangkan sejalan dengan tuntutan pembangunan nasional secara bertahap yang dijadikan

Lebih terperinci

Umi Rochayati (Dosen Jurusan Pendidikan Teknik Elektronika FT-UNY)

Umi Rochayati (Dosen Jurusan Pendidikan Teknik Elektronika FT-UNY) PENDEKATAN INTELEGENSI GANDA DALAM PROSES PEMBELAJARAN TEKNIK DIGITAL DI JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRONIKA FT-UNY Umi Rochayati (Dosen Jurusan Pendidikan Teknik Elektronika FT-UNY) ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. proses perkembangan dengan pesat dan sangat fundamental bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. proses perkembangan dengan pesat dan sangat fundamental bagi kehidupan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Anak usia dini (AUD) adalah sosok individu yang sedang menjalani suatu proses perkembangan dengan pesat dan sangat fundamental bagi kehidupan selanjutnya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kecerdasan yang seimbang. Menurut Undang-Undang RI Nomor 20

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kecerdasan yang seimbang. Menurut Undang-Undang RI Nomor 20 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan ujung tombak kemajuan suatu bangsa. Pendidikan yang berkualitas dapat menghasilkan sumberdaya manusia yang berkualitas dan memiliki kecerdasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membantu mengembangkan seluruh potensi dan kemampuan fisik,

BAB I PENDAHULUAN. membantu mengembangkan seluruh potensi dan kemampuan fisik, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Anak usia dini (PAUD) merupakan upaya pembinaan dan pengasuhan yang ditujukan kepada anak sejak lahir hingga usia 6 tahun, meskipun sesungguhnya akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kecerdasan verbal - linguistik (cerdas kata-kata), logika matematika (cerdas angka), visual

BAB I PENDAHULUAN. kecerdasan verbal - linguistik (cerdas kata-kata), logika matematika (cerdas angka), visual BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap anak di dunia terlahir sebagai pribadi yang unik. Hal ini karena semua anak, pada dasarnya telah memiliki kecerdasan yang berbeda di dalam dirinya seperti

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS A. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian Belajar Secara psikologis belajar adalah suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu pondasi dalam kemajuan suatu bangsa, semakin baik kualitas pendidikan yang diselenggarakan oleh suatu bangsa, maka akan diikuti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengikuti perkembangan tersebut. Berdasarkan perkembangan tersebut, baik

BAB I PENDAHULUAN. mengikuti perkembangan tersebut. Berdasarkan perkembangan tersebut, baik 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sejalan dengan perkembangan pendidikan global, pendidikan di Indonesia mengikuti perkembangan tersebut. Berdasarkan perkembangan tersebut, baik strategi,

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN SEJARAH SASTRA YANG MENYENANGKAN. oleh. Isah Cahyani. Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

PEMBELAJARAN SEJARAH SASTRA YANG MENYENANGKAN. oleh. Isah Cahyani. Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia PEMBELAJARAN SEJARAH SASTRA YANG MENYENANGKAN oleh Isah Cahyani Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FPBS Universitas Pendidikan Indonesia A. Pendahuluan Kehadiran sejarah sastra dapat mengembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan ilmu yang memiliki peranan yang sangat besar dalam

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan ilmu yang memiliki peranan yang sangat besar dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Matematika merupakan ilmu yang memiliki peranan yang sangat besar dalam kemajuan peradaban manusia. Sejak zaman dahulu, mulai era Mesir Kuno, Babylonia hingga

Lebih terperinci