PENGARUH PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA (Kuasi Eksperimen di SMA Negeri 4 Kota Tangerang Selatan)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGARUH PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA (Kuasi Eksperimen di SMA Negeri 4 Kota Tangerang Selatan)"

Transkripsi

1 PENGARUH PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA (Kuasi Eksperimen di SMA Negeri 4 Kota Tangerang Selatan) SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd) OLEH LA ROSIANI HADIANA NIM: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2011 M / 1432 H

2 ABSTRAK La Rosiani Hadiana, Pengaruh Pendekatan Keterampilan Proses Sains Terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa pada Konsep Ekosistem (Kuasi Eksperimen di SMA N 4 Kota Tangerang Selatan). Skripsi. Program Studi Biologi, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pendekatan keterampilan proses sains terhadap hasil belajar biologi siswa pada konsep ekosistem. Penelitian ini dilaksanakan di SMA N 4 Kota Tangerang Selatan. Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen semu dengan desain pretest posttest control group design. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik purposive sampling. Sampel penelitian berjumlah 35 siswa untuk kelas eksperimen, dan 35 siswa untuk kelas kontrol. Pengambilan data menggunakan instrumen tes hasil belajar berbentuk pilihan ganda yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah terdapat pengaruh pendekatan keterampilan proses sains terhadap hasil belajar biologi siswa pada konsep ekosistem. Analisis data menggunakan uji-t, data hasil perhitungan perbedaan rata-rata posttest kedua kelompok diperoleh hasil t hitung sebesar 5,64, sedangkan t tabel pada taraf signifikansi 5% sebesar 2,00, maka dapat dikatakan bahwa t hitung > t tabel. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh pendekatan keterampilan proses sains terhadap hasil belajar biologi siswa. Kata kunci : Keterampilan Proses Sains, Hasil Belajar.

3 ABSTRACT La Rosiani Hadiana, The Effect of Science Process Skills Approach About The Result of Biology in Concept of Ecosystem (Quasi Experimental Studies in SMA N 4 Tangerang Selatan City). Skripsi. The Study Program of Biology Education, Department of Science Education, Faculty of Tarbiyah and Teaching, Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta. The study aims to know the effect of science process skills approach about the result of biology in concept of ecosystem. This research is done in SMA N 4 Tangerang Selatan City. This research used quasi experiment study with pretest posttest control group design. Sample is taken using technique of purposive sampling. The amount of research sample is 35 students for experiment class, and 35 students for control class. The data is taken using instrument of learning result test in the form of multiple choice which have been tested its validity and reliability. The hypothesis in this research is there is the effect of science process skills approach about the result of biology in concept of ecosystem. The data analysis use t-test, from the result of data calculation the difference of mean between the two group obtained the value of posttest are t count is 5,68 and t table is 2,00 in 5% significance. So it can be said that t count > t table it means the alternative hypothesis (Ha) is accepted and zero hypothesis (Ho) refused. It shows that there s effect of science process skills approach about the result of biology in concept of ecosystem. Key words: Science Process Skills Approach, Learning Results.

4 KATA PENGANTAR Assalamu alaikum warahmatullahi wabarakatuh Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta petunjuk-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul Pengaruh Pendekatan Keterampilan Proses Sains Terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa. Shalawat serta salam semoga tercurah kepada Nabi Muhammad SAW. Skripsi ini diajukan sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar kesarjanaan Strata Satu (S1) pada program studi pendidikan biologi, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, MA, selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Ibu Baiq Hana Susanti, M.Sc, selaku pembimbing I juga selaku Ketua Jurusan Pendidikan IPA Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah memberikan arahan dan saran-saran yang bermanfaat bagi penulis. 3. Ibu Meiry Fadilah Noor, M.Si, selaku pembimbing II, yang telah memberikan bimbingan dan motivasi yang sangat membangun bagi penulis. 4. Kedua orang tuaku tercinta, Ibu Sri Haryati, Nenek dan Kakekku tercinta yang tiada hentinya mencurahkan kasih sayang, do a yang selalu terucap untuk penulis, serta memberikan dukungan moril dan materil kepada penulis. Adik-adikku tersayang Azizah dan M. Rafi yang telah memberikan dukungan moril serta doanya kepada penulis. 5. Bapak Drs. Ahmad Nana Mahmur M, M.Pd, selaku kepala sekolah SMA Negeri 4 Kota Tangerang Selatan, yang telah memberikan izin penelitian.

5 6. Bapak Drs. Agus Purwanto, selaku Guru bidang studi Biologi kelas X SMA Negeri 4 Kota Tangerang Selatan, yang telah membimbing dalam penelitian. 7. Seluruh Dosen dan Staf Jurusan Pendidikan IPA yang telah memberikan saran serta semangat kepada penulis. 8. Teman-teman Jurusan Pendidikan IPA Biologi angkatan 2006 yang selalu memberikan semangat dan doa, khususnya, Ahmad Fadlan, Indah Diah, Ummi Kalsum, Yolanda, Oji, Rima, Lili, Irna, Eka dan semua yang membantu dalam penyelesaian skripsi ini. Tiada untaian kata yang terindah dan berharga kecuali ucapan Alhamdulillahirobbil alamiin atas rahmat dan ridho-nya. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis dan pembaca, Amin. Wassalamu alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Jakarta, Juli 2011 Penulis

6 DAFTAR ISI ABSTRAK... i ABSTRACT... ii KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... v DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR TABEL..... ix DAFTAR LAMPIRAN... x BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1 B. Identifikasi Masalah... 5 C. Pembatasan Masalah... 5 D. Perumusan Masalah... 6 E. Tujuan Penelitian... 6 F. Manfaat Penelitian... 6 BAB II DESKRIPSI TEORITIS, KERANGKA PIKIR DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Deskripsi Teoritis Keterampilan Proses Sains... 7 a. Pengertian Pendekatan Keterampilan Proses Sains... 7 b. Perlunya Pembelajaran Keterampilan Proses Sains... 9 c. Jenis-jenis Keterampilan Proses Sains d. Indikator Keterampilan Proses Sains e. Peranan Guru dalam Mengembangkan Keterampilan Proses Sains f. Keunggulan dan Kelemahan Keterampilan Proses Sains... 18

7 2. Hasil Belajar a. Pengertian Hasil Belajar b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar c. Hasil Belajar B. Hasil Penelitian Relevan C. Kerangka Pikir D. Perumusan Hipotesis BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian B. Metode dan Desain Penelitian C. Populasi dan Sampel Penelitian D. Variabel Penelitian E. Teknik Pengumpulan Data F. Instrumen Pengumpulan Data G. Kalibrasi Instrumen Uji Validitas Uji Reliabilitas Uji Tingkat Kesukaran Daya Beda H. Teknik Analisis Data Uji Normalitas dan Homogenitas Analisis N-gain Uji Hipotesis Hipotesis Statistik BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Data Pretest Kelas Eksperimen dan Kontrol Data Posttest Kelas Eksperimen dan Kontrol Hasil Data N-gain

8 4. Hasil Observasi Keterampilan Proses Sains Respon Sikap Siswa Terhadap Pembelajaran B. Analisis Data Uji Normalitas...49 a. Hasil Uji Normalitas Pretest b. Hasil Uji Normalitas Posttest Uji Homogenitas a. Hasil Uji Homogenitas Pretest b. Hasil Uji Homogenitas Posttest C. Pengujian Hipotesis D. Pembahasan E. Keterbatasan Penelitian BAB V PENUTUP A. Kesimpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

9 DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1. Bagan Kerangka Pikir... 30

10 DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Ragam Jenis Keterampilan Proses Sains Tabel 2.2 Keterampilan Proses Sains dan Indikatornya Tabel 2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar Tabel 3.1 Desain Penelitian Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Penelitian Tabel 4.1 Hasil Pretest Kelas Eksperimen Tabel 4.2 Hasil Pretest Kelas Kontrol Tabel 4.3 Hasil Posttest Kelas Eksperimen Tabel 4.4 Hasil Posttest Kelas Kontrol Tabel 4.5 Kategorisasi N-gain Kelas Eksperimen Tabel 4.6 Kategorisasi N-gain Kelas Kontrol Tabel 4.7 Hasil Observasi Keterampilan Proses Sains Tabel 4.8 Data Persentase Sikap Siswa mengenai Pembelajaran Biologi dengan Pendekatan Keterampilan Proses Sains Tabel 4.9 Hasil Perhitungan Uji Normalitas Pretest Uji Liliefors Tabel 4.10 Hasil Perhitungan Uji Normalitas Posttest Uji Liliefors Tabel 4.11 Hasil Perhitungan Uji Homogenitas Pretest Tabel 4.12 Hasil Perhitungan Uji Homogenitas Posttest Tabel 4.13 Hasil Perhitungan Uji Hipotesis Posttest... 53

11 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. RPP Kelas Eksperimen Lampiran 2. RPP Kelas Kontrol Lampiran 3. LKS Kelas Eksperimen Lampiran 4. LKS Kelas Kontrol Lampiran 5. Kunci Jawaban LKS Kelas Kontrol Lampiran 6. Nilai LKS Kelas Eksperimen dan Kontrol Lampiran 7. Kisi-kisi Instrumen Penelitian Per Indikator Lampiran 8. Uji Coba Instrumen Penelitian Lampiran 9. Kunci Jawaban Uji Coba Instrumen Penelitian Lampiran 10. Rekapitulasi Data Hasil Uji Validitas Lampiran 11. Kisi-kisi Instrumen Penelitian Lampiran 12. Instrumen Hasil Uji Soal Lampiran 13. Kunci Jawaban Instrumen Hasil Uji Soal Lampiran 14. Format Wawancara Lampiran 15. Format Observasi Keterampilan Proses Sains Siswa Lampiran 16. Perhitungan Lembar Observasi Lampiran 17. Angket Ranah Afektif Siswa Lampiran 18. Perhitungan Lembar Angket Lampiran 19. Perhitungan N-Gain Kelas Eksperimen Lampiran 20. Perhitungan N-Gain Kelas Kontrol Lampiran 21. Hasil Pretest Kelas Eksperimen Lampiran 22. Perhitungan Uji Normalitas Pretest Eksperimen Lampiran 23. Hasil Posttest Kelas Eksperimen Lampiran 24. Perhitungan Uji Normalitas Posttest Eksperimen Lampiran 25. Hasil Pretest Kelas Kontrol Lampiran 26. Perhitungan Uji Normalitas Pretest Kontrol Lampiran 27. Hasil Posttest Kelas Kontrol Lampiran 28. Perhitungan Uji Normalitas Posttest Kontrol

12 Lampiran 29. Perhitungan Uji Homogenitas Data Lampiran 30. Perhitungan Uji Hipotesis

13 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di era globalisasi seperti sekarang ini, manusia Indonesia perlu meningkatkan keterampilan berpikir, agar mampu memecahkan masalahmasalah yang ada di sekitarnya. Pengembangan keterampilan berpikir sudah menjadi kebutuhan yang tidak dapat ditunda lagi, karena tuntutan dunia menghendaki demikian. Berpikir merupakan salah satu faktor yang menentukan dalam prestasi belajar, penalaran formal, keberhasilan belajar, dan kreativitas karena berpikir merupakan inti pengatur tindakan siswa. Tuntutan era globalisasi ini mensyaratkan agar siswa tidak hanya menerima dan meniru apa yang diberikan guru, tetapi harus secara aktif berbuat atas dasar kemampuan dan pemikirannya sendiri. Cara ini diharapkan dapat membuat siswa menjadi manusia yang mandiri dan dapat berpikir kreatif. Untuk itu peran guru sebagai pemberi ilmu sudah harus bergeser kepada peran baru yang lebih kondusif bagi siswa menyiapkan diri dalam persaingan global sesuai tuntutan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan yang sejalan dengan perkembangan teknologi, pemerintah menaruh perhatian terhadap mutu proses pembelajaran. Hal tersebut tertuang dalam Peraturan Pemerintah RI Nomor 19 tentang Standar Nasional Pendidikan pada bab 4 mengenai standar proses, menyatakan bahwa: proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. 1 1 Peraturan Pemerintah RI Bab IV Standar Proses Pasal 19 ayat 1 tentang Standar Nasional Pendidikan, tersedia di: (20 Februari 2011)

14 2 Mengingat percepatan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terjadi, tidak memungkinkan bagi guru bertindak sebagai satu-satunya orang yang menyalurkan semua fakta dan teori-teori dengan menggunakan metode ceramah (pendekatan ekspositori) yang dilakukan di sekolah. Untuk mengatasi hal ini perlu pengembangan keterampilan memperoleh dan memproses semua fakta, konsep, dan prinsip pada diri siswa. 2 Pengembangan keterampilan dapat diterapkan dengan pendekatan keterampilan proses sains. Hal ini dikarenakan beberapa alasan. Alasan pertama, perkembangan ilmu pengetahuan berlangsung semakin cepat sehingga para guru tidak mungkin lagi mengajarkan semua fakta dan konsep kepada anak didiknya. Alasan kedua, sesuai dengan pendapat para ahli psikologi yang mengatakan bahwa siswa mudah memahami konsep-konsep yang rumit dan abstrak jika disertai dengan contoh-contoh yang wajar sesuai dengan situasi dan kondisi yang dihadapi dengan cara mempraktekan sendiri. Alasan ketiga, penemuan ilmu pengetahuan tidak bersifat mutlak namun penemuannya bersifat relatif. Suatu teori mungkin terbantah dan ditolak setelah orang mendapatkan data baru yang mampu membuktikan kekeliruan teori yang dianut. Muncul lagi teori baru, yang prinsipnya mengandung kebenaran relatif. Sedangkan alasan keempat, dalam proses pembelajaran seharusnya pengembangan konsep tidak dilepaskan dari pengembangan sikap dan nilai dari diri anak didik. 3 Pembelajaran IPA atau sains di sekolah berdasarkan kurikulum menekankan pada penguasaan kompetensi melalui serangkaian proses ilmiah. Dalam buku panduan penyusunan kurikulum tingkat satuan pendidikan, proses pembelajaran IPA diarahkan dalam mencari tahu dan berbuat untuk membantu peserta didik memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang diri dan alam sekitar. Biologi sebagai salah satu bidang IPA menyediakan berbagai pengalaman belajar untuk memahami konsep dan 2 Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2006) h Conny Semiawan, dkk. Pendekatan Keterampilan Proses, Bagaimana Mengaktifkan Siswa dalam Belajar. (Jakarta: Gramedia, 1992), h. 14.

15 3 proses ilmiah. Oleh karena itu pembelajaran IPA khususnya biologi menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah. 4 Pendekatan keterampilan proses adalah suatu pendekatan pengajaran yang memberi kesempatan kepada siswa untuk ikut menghayati proses penemuan atau penyusunan suatu konsep sebagai suatu keterampilan proses sains. Kaitannya dengan keterampilan proses dalam pembelajaran, guru menciptakan bentuk kegiatan pengajaran yang bervariasi, agar siswa terlibat dalam berbagai pengalaman. Karena kelebihan keterampilan proses membuat siswa menjadi bersifat kreatif, aktif, terampil dalam berpikir dan terampil dalam memperoleh pengetahuan. Dengan keterampilan maka siswa dapat mengasah pola berpikirnya sehingga dapat meningkatkan kualitas hasil belajar. 5 Keterampilan proses melibatkan keterampilan-keterampilan kognitif atau intelektual, manual, dan sosial. Keterampilan intelektual memicu siswa menggunakan pikirannya. Keterampilan manual melibatkan siswa dalam menggunakan alat dan bahan, mengukur, menyusun atau merakit alat. Sedangkan keterampilan sosial merangsang siswa berinteraksi dengan sesamanya dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar. 6 Namun pada kenyataannya proses pembelajaran IPA berbeda dari yang diharapkan pemerintah. Berdasarkan hasil kajian penelitian Sardjono dalam Muslim, menunjukkan bahwa pembelajaran IPA di sekolah masih saja melaksanakan proses pembelajaran secara konvensional dimana pembelajaran berpusat pada guru dan siswa pasif mengikuti pembelajaran. Hal inilah yang 4 BSNP, Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah, (Jakarta: Balitbang Depdiknas, 2006) h Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran, (Bandung: Alfabeta, 2010), h Nuryani Y Rustaman, dkk. Strategi Belajar Mengajar Biologi. Cetakan I (Malang: Universitas Negeri Malang, 2005), h. 78.

16 4 menyebabkan prestasi belajar IPA masih sangat rendah bila dibandingkan dengan mata pelajaran lainnya. 7 Hal ini senada dengan hasil observasi peneliti di kelas X IPA SMA Negeri 4 Kota Tangerang Selatan serta wawancara yang dilakukan dengan siswa dan guru bidang studi biologi. Informasi didapatkan bahwa pembelajaran biologi yang telah dilaksanakan menunjukkan hanya sedikit peserta yang aktif. Pada proses pembelajaran guru lebih menekankan pada penguasaan konsep, dimana guru hanya memberikan serangkaian latihan dan soal. Selain itu kegiatan praktikum atau kegiatan yang menunjang keterampilan siswa jarang dilaksanakan, hal ini dapat menyebabkan keterampilan proses ilmiah siswa tidak berkembang. Sehingga siswa tidak terampil dalam menyusun hipotesis, melakukan pengamatan, membaca grafik, menentukan variabel percobaan, menginterpretasi data dan menarik kesimpulan. Akibatnya, siswa sulit dalam menerapkan konsep IPA atau sains dalam kehidupan sehari-hari. Konsep ekosistem merupakan bagian dari konsep IPA atau sains dalam pembelajaran biologi. Konsep ini dapat menghubungkan siswa dengan lingkungan sekitarnya di kehidupan sehari-hari. Konsep ekosistem menjelaskan macam-macam interaksi yang terjadi antar individu, antar populasi sejenis maupun berbeda jenis, dan antar komponen yang hidup dengan tidak hidup di lingkungan. Selain itu, ekosistem juga menjelaskan mekanisme aliran energi dan rantai makanan pada makhluk hidup sekitarnya, serta memahami perbandingan jumlah makhluk hidup yang menempati setiap tingkat trofik. Oleh karena itu, perlunya pengamatan langsung sebagai upaya untuk meningkatkan hasil belajar melalui pembelajaran keterampilan proses sains. Dengan demikian, pendekatan tersebut dapat meningkatkan kreatifitas, keaktifan, kemampuan berpikir, sehingga hasil belajar dapat meningkat. 7 Muslim, Effort to Improve Science Process Skill Student s Learning in Physics Through Inquiry Based Model. (Proceeding The Second International Seminar on Science Education. UPI 2008) h. 285

17 5 Berdasarkan alasan-alasan sebelumnya maka penulis ingin meneliti skripsi yang berjudul Pengaruh Pendekatan Keterampilan Proses Sains Terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, beberapa masalah dapat diidentifikasi sebagai berikut: 1. Proses pembelajaran di sekolah belum sesuai dengan hakikat IPA, yaitu mencakup sikap, proses, produk, dan aplikasi. 2. Guru hanya memberikan serangkaian latihan dan soal selama proses pembelajaran. 3. Proses pembelajaran yang kurang melibatkan keterampilan proses sains. 4. Rendahnya hasil belajar siswa. C. Pembatasan Masalah Penulis dalam hal ini perlu membatasi masalah-masalah yang dikaji untuk memudahkan dalam penelitian supaya efektif dan efisien serta mengingat keterbatasan kemampuan penulis dalam penelitian, yaitu: 1. Peneliti hanya meneliti siswa kelas X SMA N 4 Kota Tangerang Selatan Semester Genap tahun ajaran 2010/ Bahan penelitian dibatasi pada konsep ekosistem, khususnya sub konsep komponen abiotik dan abiotik, pola-pola hubungan dalam ekosistem, aliran energi, rantai makanan, jaring-jaring makanan, dan piramida ekologi. 3. Hasil belajar biologi siswa yang dimaksud dalam penelitian ini hanya dibatasi pada aspek kognitif siswa. 4. Keterampilan proses yang dikembangkan adalah: mengamati, klasifikasi, menafsirkan pengamatan, dan berkomunikasi.

18 6 D. Perumusan Masalah Sesuai dengan latar belakang, identifikasi dan pembatasan masalah, maka dapat dirumuskan permasalahannya sebagai berikut: Bagaimanakah pengaruh pendekatan keterampilan proses sains terhadap hasil belajar biologi siswa?. E. Tujuan dan Manfaat Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan pendekatan keterampilan proses sains terhadap hasil belajar biologi siswa. Serta diharapkan dapat memberikan manfaat bagi: 1. Dunia pendidikan : Khususnya bagi guru, diharapkan bermanfaat dalam pengembangan pembelajaran formal dengan suatu model pembelajaran yang tepat, guna memperoleh hasil belajar yang optimal. 2. Peneliti : Diharapkan dapat menjadi bekal pengetahuan mengenai pembelajaran keterampilan proses sains dalam meningkatkan hasil belajar siswa dan dapat menerapkannya dengan baik dalam proses belajar mengajar.

19 7 BAB II DESKRIPSI TEORITIS, KERANGKA PIKIR DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Deskripsi Teoritis 1. Keterampilan Proses Sains a. Pengertian Pendekatan Keterampilan Proses Sains Depdikbud seperti yang dikutip Dimyati mendefinisikan pendekatan keterampilan proses sebagai wawasan atau anutan pengembangan keterampilan-keterampilan intelektual, sosial, dan fisik yang bersumber dari kemampuan-kemampuan mendasar yang pada prinsipnya telah ada dalam diri siswa. 1 Keterampilan tersebut sesungguhnya telah ada dalam diri siswa maka tugas gurulah untuk mengembangkan keterampilan baik intelektual, sosial maupun fisik melalui kegiatan pembelajaran. Keterampilan berarti kemampuan menggunakan pikiran, nalar, dan perbuatan secara efisien dan efektif untuk mencapai suatu hasil tertentu, termasuk kreativitas. Sedangkan proses dapat didefinisikan sebagai perangkat keterampilan kompleks yang digunakan ilmuwan dalam melakukan penelitian ilmiah. Proses juga merupakan konsep besar yang dapat diuraikan menjadi komponen-komponen yang harus dikuasai seseorang bila akan melakukan penelitian. 2 Keterampilan proses adalah keterampilan fisik dan mental terkait dengan kemampuan-kemampuan mendasar yang dimiliki, dikuasai dan diaplikasikan dalam suatu kegiatan ilmiah sehingga para ilmuwan berhasil menemukan sesuatu yang baru. 3 1 Dimyati dan Mujiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), h Poppy K. Devi, dkk. Pendekatan Keterampilan Proses pada Pembelajaran IPA, diakses dari Jumat, 7 Januari Conny Semiawan, dkk. Pendekatan Keterampilan Proses, Bagaimana Mengaktifkan Siswa dalam Belajar. (Jakarta: Gramedia, 1992), h. 17.

20 8 Belajar sains atau biologi secara bermakna baru akan dialami siswa apabila siswa terlibat aktif secara intelektual, manual, dan sosial. Pengembangan keterampilan proses sains sangat ideal dikembangkan apabila guru memahami hakikat belajar sains, yaitu sains sebagai proses dan produk. Keterampilan proses perlu dikembangkan melalui pengalaman langsung, sebagai pengalaman belajar, dan disadari ketika kegiatannya sedang berlangsung. Namun apabila dia sekedar melaksanakan tanpa menyadari apa yang sedang dikerjakannya, maka perolehannya kurang bermakna dan memerlukan waktu lama untuk menguasainya. Kesadaran tentang apa yang sedang dilakukannya, serta keinginan untuk melakukannya dengan tujuan untuk menguasainya adalah hal yang sangat penting. 4 Keterampilan proses melibatkan keterampilan-keterampilan kognitif atau intelektual, manual dan sosial. Keterampilan kognitif atau intelektual terlibat karena dengan melakukan keterampilan proses siswa menggunakan pikirannya. Keterampilan manual jelas terlibat dalam keterampilan proses karena mungkin mereka melibatkan penggunaan alat dan bahan, pengukuran, penyusunan atau perakitan alat. Dengan keterampilan sosial dimaksudkan bahwa mereka berinteraksi dengan sesamanya dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar dengan keterampilan proses, misalnya mendiskusikan hasil pengamatan. 5 Pendekatan keterampilan proses adalah suatu cara mengajar yang menitikberatkan pada pengembangan keterampilan-keterampilan perolehan yang gilirannya akan menjadi roda penggerak penemuan dan pengembangan fakta dan konsep serta penumbuhan dan pengembangan sikap dan nilai. 6 4 Nuryani Y Rustaman, dkk. Strategi Belajar Mengajar Biologi. Cetakan I (Malang: Universitas Negeri Malang, 2005), h Nuryani Y Rustaman, dkk. Ibid., h Conny Semiawan, dkk. Op. cit., h. 18.

21 9 Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa keterampilan proses adalah keterampilan fisik dan mental yang meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotor yang dapat diaplikasikan dalam suatu kegiatan ilmiah. Dengan demikian, pembelajaran dengan pendekatan keterampilan proses memberi kesempatan kepada siswa agar terlibat secara aktif dalam pembelajaran sehingga dengan adanya interaksi antara pengembangan keterampilan proses dengan fakta, konsep, serta prinsip ilmu pengetahuan, akan mengembangkan sikap dan nilai ilmuwan pada diri siswa. b. Perlunya Pembelajaran Keterampilan Proses Sains 1) Perkembangan ilmu pengetahuan berlangsung semakin cepat sehingga para guru tidak mungkin lagi mengajarkan semua fakta dan konsep kepada anak didiknya. 2) Siswa mudah memahami konsep-konsep yang rumit dan abstrak jika disertai dengan contoh-contoh yang wajar sesuai dengan situasi dan kondisi yang dihadapi dengan cara mempraktekan sendiri. 3) Penemuan ilmu pengetahuan tidak bersifat mutlak namun penemuannya bersifat relatif. Suatu teori mungkin terbantah dan ditolak setelah orang mendapatkan data baru yang mampu membuktikan kekeliruan teori yang dianut. Muncul lagi teori baru, yang prinsipnya mengandung kebenaran relatif. 4) Proses pembelajaran seharusnya pengembangan konsep tidak dilepaskan dari pengembangan sikap dan nilai dari diri anak didik. 7 Memaknai keempat alasan yang dikemukakan diatas mendorong seorang pendidik dalam proses pembelajarannya untuk menerapkan suatu pendekatan pembelajaran yang bersifat Children Oriented, yang memungkinkan siswa untuk bersifat aktif dalam belajar 7 Conny Semiawan, dkk. Op. cit., h. 14.

22 10 dan menerapkan cara-cara seperti yang dilakukan seorang ilmuwan dalam memahami ilmu pengetahuan. Penerapan keterampilan proses sains dalam kegiatan belajar mengajar menurut Anwar Holil ada dua alasan yang melandasinya yaitu: 1) Bahwa dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi maka laju pertumbuhan produk-produk ilmu pengetahuan dan teknologi menjadi pesat, sehingga tidak mungkin lagi guru mengajarkan semua fakta dan konsep kepada siswa. Maka dari itu siswa perlu dibekali dengan keterampilan untuk mencari dan mengolah informasi dari berbagai sumber, dan tidak semata-semata dari guru. 2) Sains itu dipandang dari dua dimensi, yaitu dimensi produk dan dimensi proses. Dengan alasan ini betapa pentingnya keterampilan proses bagi siswa untuk mendapatkan ilmu yang akan berguna bagi siswa di masa yang akan datang, sehingga bangsa kita akan dapat sejajar dengan bangsa yang maju lainnya. 8 c. Jenis-jenis Keterampilan Proses Sains Jenis-jenis keterampilan proses sains dan karakteristiknya terdiri atas sejumlah keterampilan yang satu sama lain sebenarnya tidak dapat dipisahkan, namun ada penekanan khusus dalam masingmasing keterampilan proses tersebut. Menurut Mary L. Ango keterampilan proses sains terdiri dari sebelas keterampilan yaitu, observing (observasi), classifying (klasifikasi), inferring (menafsirkan), predicting (prediksi), communicating (komunikasi), interpreting data (interpretasi data), making operational definitions (menerapkan konsep), posing questions 8 Anwar Holil, Tanggal di akses (16 Juni 2011).

23 11 (mengajukan pertanyaan), hypothesizing (hipotesis), experimenting (bereksperimen), and formulating models (membuat eksperimen). 9 Sedangkan menurut Yew Mei bahwa keterampilan dasar dalam keterampilan proses merupakan dasar dari keterampilan terintegrasi yang pada umumnya lebih kompleks dalam memecahkan suatu permasalahan dalam suatu eksperimen. 10 No. Tabel 2.1 Ragam Jenis Keterampilan Proses Sains Menurut Ragam jenis KPS menurut para ahli Jenis KPS 1. Nuryani Y. Rustaman Observasi, menafsirkan, klasifikasi, meramalkan, berkomunikasi, berhipotesis, merencanakan percobaan, menerapkan konsep, mengajukan pertanyaan Conny Semiawan Observasi, berhipotesis, merencanakan penelitian, mengendalikan variabel, menafsirkan, menyusun kesimpulan, meramalkan, menerapkan konsep, berkomunikasi Wynne Harlen Observasi, berhipotesis, prediksi, investigasi, interpretasi data, menyusun kesimpulan, berkomunikasi Mary L. Ango, Mastery of Science Process Skills and Their Effective Use in the Teaching of Science: An Educology of Science Education in the Nigerian Context, (International Journal of Educology, Volume 16, No. 1, 2002), h Grace Teo Yew Mei, Promoting Science Process Skills and The Relevance of Science Through Science Alive Programme, (Proceedings of the Redesigning Pedagogy: Culture, Knowledge and Understanding Conference, Singapore, May 2007), h Nuryani Y Rustaman, Op.cit., h Conny Semiawan, dkk. Op. cit., h Wynne Harlen, The Teaching of Science: Sudies in Primary Education,(London: David Fulthon Publishing Company, 1992), h. 29.

24 12 Berdasarkan yang telah diuraikan oleh para ahli di atas, maka penulis tertarik untuk memilih pendapat Nuryani Y. Rustaman yang terdiri dari sembilan keterampilan proses yaitu: 1) Melakukan Pengamatan (observasi) Mengamati merupakan keterampilan paling dasar dalam proses dan memperoleh ilmu pengetahuan serta merupakan hal terpenting untu mengembangkan keterampilan-keterampilan proses yang lain. Mengamati merupakan tanggapan kita terhadap berbagai objek dan peristiwa alam dengan menggunakan pancaindra. Menggunakan indera penglihat, pembau, pendengar, pengecap, dan peraba pada waktu mengamati ciri-ciri semut, capung, kupu-kupu, dan hewan lain yang termasuk serangga merupakan kegiatan yang sangat dituntut dalam belajar IPA. Menggunakan fakta yang relevan dan memadai dari hasil pengamatan juga termasuk keterampilan proses mengamati. 2) Menafsirkan (interpretasi) Mencatat setiap hasil pengamatan tentang fermentasi secara terpisah antara hasil utama dan hasil sampingan termasuk menafsirkan atau interpretasi. Menghubung-hubungkan hasil pengamatan tentang bentuk alat gerak dengan habitatnya menunjukkan bahwa siswa melakukan interpretasi. Begitu pula jika siswa menemukan pola atau keteraturan dari satu seri pengamatan tentang jenis-jenis makanan berbagai burung, misalnya semuanya bergizi tinggi, dan menyimpulkan bahwa makanan bergizi diperlukan oleh burung. 3) Mengelompokkan (klasifikasi) Penggolongan makhluk hidup dilakukan setelah siswa mengenali ciri-cirinya. Dengan demikian dalam proses pengelompokan tercakup beberapa kegiatan seperti mencari perbedaan, mengontraskan ciri-ciri, mencari kesamaan, membandingkan, dan mencari dasar penggolongan. Jadi mengklasifikasikan merupakan

25 13 keterampilan proses untuk memilah berbagai objek peristiwa berdasarkan sifat-sifat khususnya, sehingga didapatkan golongan/kelompok sejenis dari objek peristiwa yang dimaksud. 4) Meramalkan (prediksi) Keterampilan meramalkan atau prediksi mencakup keterampilan mengajukan perkiraan tentang sesuatu yang belum terjadi berdasarkan suatu kecendrungan atau pola yang sudah ada. Memperkirakan bahwa besok matahari akan terbit pada jam tertentu di sebelah timur merupakan contoh prediksi. Memprediksi dapat diartikan sebagai mengantisipasi atau membuat ramalan tentang segala hal yang akan terjadi pada waktu mendatang, berdasarkan perkiraan pada pola atau kecendrungan tertentu, atau hubungan antara fakta, konsep, dan prinsip dalam ilmu pengetahuan. 5) Berkomunikasi Membaca grafik, tabel, atau diagram dari hasil percobaan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan atau pernapasan termasuk berkomunikasi dalam pembelajaran IPA. Menggambarkan data empiris dengan grafik, tabel, atau diagram juga termasuk berkomunikasi. Selain itu termasuk ke dalam berkomunikasi juga adalah menjelaskan hasil percobaan, misalnya mempertelakan atau memerikan tahap-tahap perkembangan daun, termasuk menyusun dan menyampaikan laporan secara sistematis dan jelas. Mengkomunikasikan dapat diartikan sebagai menyampaikan dan memperoleh fakta, konsep, dan prinsip ilmu pengetahuan dalam bentuk suara, visual, atau suara visual. 6) Berhipotesis Hipotesis menyatakan hubungan antara dua variabel, atau mengajukan perkiraan penyebab sesuatu terjadi. Dengan berhipotesis diungkapkan cara melakukan pemecahan masalah, karena dalam rumusan hipotesis biasanya terkandung cara untuk

26 14 mengujinya. Apabila ingin diketahui faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan tumbuh, dapat dibuat hipotesis: Jika diberikan pupuk NPK, maka tumbuhan A akan lebih cepat tumbuh. Dalam hipotesis tersebut terdapat dua variabel (faktor pupuk dan cepat tumbuh), ada perkiraan penyebabnya (meningkatkan), serta mengandung cara untuk mengujinya (diberi pupuk NPFC). Keterampilan menyusun hipotesis dapat diartikan sebagai kemampuan untuk menyatakan dugaan yang dianggap benar mengenai adanya suatu faktor yang terdapat dalam suatu situasi, maka akan ada akibat tertentu yang dapat diduga akan timbul. 7) Merencanakan percobaan atau penyelidikan Beberapa kegiatan menggunakan pikiran termasuk ke dalam keterampilan proses merencanakan penyelidikan. Apabila dalam lembar kegiatan siswa tidak dituliskan alat dan bahan secara khusus, tetapi tersirat dalam masalah yang dikemukakan, berarti siswa diminta merencanakan dengan cara menentukan alat dan bahan untuk penyelidikan tersebut. Menentukan variabel atau peubah yang terlibat dalam suatu percobaan tentang pengaruh pupuk terhadap laju pertumbuhan tanaman juga termasuk kegiatan merancang penyelidikan. Selanjutnya menentukan variabel kontrol dan variabel bebas, menentukan apa yang diamati, diukur atau ditulis, serta menentukan cara dan langkah kerja juga termasuk merencanakan penyelidikan. Sebagaimana dalam penyusunan rencana kegiatan penelitian perlu ditentukan cara mengolah data untuk dapat disimpulkan, maka dalam merencanakan penyelidikan pun terlibat kegiatan menentukan cara mengolah data sebagai bahan untuk menarik kesimpulan. 8) Menerapkan konsep atau prinsip Setelah memahami konsep pembakaran zat makanan menghasilkan kalori, barulah seorang siswa dapat menghitung jumlah kalori yang

27 15 dihasilkan sejumlah gram bahan makanan yang mengandung zat makanan. Apabila seorang siswa mampu menjelaskan peristiwa baru (misal banjir) dengan menggunakan konsep yang telah dimiliki (erosi dan pengangkutan air), berarti ia menerapkan prinsip yang telah dipelajarinya. Begitu pula apabila siswa menerapkan konsep yang telah dipelajari dalam situasi baru. 9) Mengajukan pertanyaan Pertanyaan yang diajukan dapat meminta penjelasan, tentang apa, mengapa, bagaimana, atau menanyakan latar belakang hipotesis. Pertanyaan yang meminta penjelasan tentang pembahasan ekosistem menunjukan bahwa siswa ingin mengetahui dengan jelas tentang hal itu. Pertanyaan tentang mengapa dan bagaimana keseimbangan ekosistem dapat dijaga menunjukkan si penanya berpikir. Pertanyaan tentang latar belakang hipotesis menunjukkan si penanya sudah memiliki gagasan atau perkiraan untuk menguji atau memeriksanya. Dengan demikian jelaslah bahwa bertanya tidak sekedar bertanya tetapi melibatkan pikiran. 14 d. Indikator Keterampilan Proses Sains Menurut Nuryani Y Rustaman indikator keterampilan proses disajikan dalam bentuk tabel berikut ini: 15 Tabel 2.2 Keterampilan Proses Sains dan Indikatornya Keterampilan Proses Sains Mengamati/Observasi Indikator 1) Menggunakan sebanyak mungkin indera 2) Mengumpulkan atau menggunakan fakta yang relevan. Mengelompokkan/Klasifikasi 1) Mencatat setiap pengamatan secara terpisah 2) Mencari perbedaan, persamaan 14 Nuryani Y Rustaman, Op.cit., h Nuryani Y Rustaman, Op.cit., h. 86.

28 16 Keterampilan Proses Sains Indikator 3) Mengontraskan ciri-ciri 4) Membandingkan 5) Mencari dasar pengelompokkan atau penggolongan 6) Menghubungkan hasil-hasil pengamatan. Menafsirkan/Interpretasi 1) Menghubungkan hasil-hasil pengamatan 2) Menemukan pola dalam suatu seri pengamatan 3) Menyimpulkan. Meramalkan/Prediksi 1) Menggunakan pola-pola hasil pengamatan 2) Mengemukakan apa yang mungkin terjadi pada keadaan yang belum diamati. Mengajukan pertanyaan 1) Bertanya apa, bagaimana, dan mengapa 2) Bertanya untuk meminta penjelasan 3) Mengajukan pertanyaan yang berlatar belakang hipotesis. Berhipotesis 1) Mengetahui bahwa ada lebih dari satu kemungkinan penjelasan dari satu kejadian 2) Menyadari bahwa suatu penjelasan perlu diuji kebenarannya dengan memperoleh bukti lebih banyak atau melakukan cara pemecahan masalah. Merencanakan Percobaan 1) Menentukan alat/bahan/sumber yang akan digunakan 2) Menentukan variabel/faktor penentu 3) Menentukan apa yang akan diukur, diamati, dan dicatat 4) Menentukan apa yang akan dilaksanakan berupa langkah kerja. Menggunakan Alat/Bahan 1) Memakai alat/bahan 2) Mengetahui alasan mengapa menggunakan alat/bahan 3) Mengetahui bagaimana menggunakan alat/bahan.

29 17 Keterampilan Proses Sains Menerapkan konsep Berkomunikasi Indikator 1) Menerapkan konsep yang telah dipelajari dalam situasi baru 2) Menggunakan konsep pada pengalaman baru untuk menjelaskan apa yang sedang terjadi. 1) Mengubah bentuk penyajian 2) Memerikan/menggambarkan data empiris hasil percobaan atau pengamatan dengan grafik atau tabel atau diagram 3) Menyusun dan menyampaikan laporan secara sistematis 4) Menjelaskan hasil percobaan atau penelitian 5) Membaca grafik, tabel, atau diagram 6) Mendiskusikan hasil kegiatan, suatu masalah atau suatu peristiwa. e. Peranan Guru dalam Mengembangkan Keterampilan Proses Sains Secara umum peran guru terutama berkaitan dengan pengalaman mereka membantu siswa mengembangkan keterampilan proses sains. Menurut Harlen sedikitnya terdapat lima aspek yang perlu diperhatikan oleh guru dalam berperan mengembangkan keterampilan proses. 1) Memberikan kesempatan untuk menggunakan keterampilan proses dalam melakukan eksplorasi materi dan fenomena. Pengalaman langsung tersebut memungkinkan siswa untuk menggunakan alatalat inderanya dan mengumpulkan informasi atau bukti-bukti untuk kemudian ditindak lanjuti dengan pengajuan pertanyaan, merumuskan hipotesis berdasarkan gagasan yang ada. 2) Memberi kesempatan untuk berdiskusi dalam kelompok-kelompok kecil dan juga diskusi kelas. Tugas-tugas dirancang agar siswa berbagi gagasan (urun-rembuk), menyimak teman lain,

30 18 menjelaskan dan mempertahankan gagasan mereka sehingga mereka dituntut untuk berpikir reflektif tentang hal yang sudah dilakukannya, menghubungkan gagasan dengan bukti dan pertimbangan orang lain untuk memperkaya pendekatan yang mereka rencanakan. Berbicara dan menyimak menyiapkan dasar berpikir untuk bertindak. 3) Mendengarkan pembicaraan siswa dan mempelajari produk mereka untuk menemukan proses yang diperlukan untuk membentuk gagasan mereka. Dengan kata lain aspek ketiga menekankan: membantu pengembangan keterampilan bergantung pada pengetahuan bagaimana siswa menggunakannya. 4) Mendorong siswa mengulas (review) secara kritis tentang bagaimana kegiatan mereka telah dilakukan. Mereka juga hendaknya didorong untuk mempertimbangkan cara-cara alternatif untuk meningkatkan kegiatan mereka. Membantu siswa untuk menyadari keterampilan-keterampilan yang mereka perlukan adalah penting sebagai bagian dari proses belajar mereka sendiri. 5) Memberikan teknik atau strategi untuk meningkatkan keterampilan, khususnya ketepatan dalam observasi dan pengukuran misalnya, atau teknik-teknik yang perlu rinci dikembangkan dalam komunikasi. Begitu pula dalam penggunaan alat, karena mengetahui bagaimana cara menggunakan alat tidak sama dengan menggunakannya. Menggunakan teknik secara tepat berarti memerlukan pengetahuan bagaimana cara menggunakannya Wynne Harlen, Op.cit., h. 83.

31 19 f. Keunggulan dan Kelemahan Pendekatan Keterampilan Proses Sains Berbagai hasil penelitian menyebutkan bahwa pendekatan keterampilan proses memiliki keunggulan diantaranya: 17 1) Memberi bekal cara memperoleh pengetahuan, 2) Keterampilan proses merupakan hal yang sangat penting untuk pengembangan pengetahuan masa depan, 3) Keterampilan proses bersifat kreatif, siswa aktif, dapat meningkatkan keterampilan berpikir dan cara memperoleh pengetahuan. Sedangkan kelemahan dari pendekatan keterampilan proses diantaranya: a) Memerlukan banyak waktu sehingga sulit untuk dapat menyelesaikan bahan pengajaran yang ditetapkan dalam kurikulum, b) Memerlukan fasilitas yang cukup baik dan lengkap sehingga tidak semua sekolah dapat menyediakan, c) Merumuskan masalah, menyusun hipotesis, merancang suatu percobaan untuk memperoleh data yang relevan adalah pekerjaan sulit, tidak setiap siswa mampu melaksanakannya. 2. Hasil Belajar a. Pengertian Hasil Belajar Menurut Gagne yang dikutip oleh Syaiful Sagala mendefinisikan belajar adalah kegiatan yang kompleks, dan hasil belajar berupa kapabilitas, timbulnya kapabilitas disebabkan oleh stimulasi yang berasal dari lingkungan, dan proses kognitif yang dilakukan oleh pelajar. Dengan demikian, belajar adalah seperangkat 17 Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran,(Bandung: Alfabeta, 2010), h. 74.

32 20 proses kognitif yang mengubah sifat stimulasi lingkungan, melewati pengolahan informasi, dan menjadi kapabilitas baru. 18 Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman. (learning is defined as the modification or strengthening of behavior through experiencing). Menurut pengertian ini, belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas daripada itu, yakni mengalami. Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan, melainkan perubahan kelakuan. 19 Cronbach di dalam bukunya Educational Psychology yang dikutip oleh Sumadi menyatakan bahwa: Learning is shown by a change in behavior as a result of experience. Jadi menurut Cronbach belajar yang sebaik-baiknya adalah dengan mengalami dan dalam mengalami itu si pelajar mempergunakan pancainderanya. 20 Salah satu pertanda bahwa seseorang telah belajar sesuatu adalah adanya perubahan tingkah laku dalam dirinya. Perubahan tingkah laku tersebut menyangkut baik perubahan yang bersifat pengetahuan (kognitif) dan keterampilan (psikomotor) maupun yang menyangkut nilai & sikap (afektif). Perubahan tersebut hendaknya terjadi sebagai akibat interaksinya dengan lingkungannya dan perubahan tersebut haruslah bersifat relatif permanen, tahan lama dan menetap dan tidak berlangsung sesaat saja. Timbulnya aneka ragam pendapat para ahli tersebut di atas terjadi karena adanya perbedaan titik pandang. Selain itu perbedaan antara satu situasi belajar dengan situasi belajar lainnya yang diamati oleh para ahli juga dapat menimbulkan perbedaan pandangan. 18 Syaiful Sagala, Ibid., h Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), h Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2005), Cet. Ke- XIII, h. 231.

33 21 b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar Secara global, faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa dapat kita bedakan menjadi tiga macam, yakni: 21 1) Faktor internal (dari dalam siswa), yakni keadaan/kondisi jasmani dan rohani siswa. 2) Faktor eksternal (dari luar siswa), yakni kondisi lingkungan disekitar siswa. 3) Faktor approach to learning (pendekatan belajar), yakni jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran. Untuk memperjelas uraian mengenai faktor-faktor mempengaruhi belajar tersebut di atas, berikut ini penyusun sajikan sebuah tabel. 22 Tabel 2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar Ragam Faktor dan Unsur-unsurnya Internal Siswa Eksternal Siswa Pendekatan 1. Aspek Fisiologis: Tonus Jasmani Mata dan telinga 2. Aspek Psikologis intelegensi sikap minat bakat motivasi 1. Lingkungan Sosial: keluarga guru dan staf masyarakat staf 2. Lingkungan Nonsosial: rumah sekolah peralatan alam 1. Pendekatan Tinggi: speculative achieving 2. Pendekatan Menengah: analytical deep 3. Pendekatan Rendah: reproductive surface 21 Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 2001), h Muhibbin Syah, Ibid., h. 141.

34 22 c. Hasil Belajar Belajar merupakan proses yang ditandai oleh adanya perubahan pada diri seseorang. Antara proses belajar dengan perubahan adalah dua gejala saling terkait yakni belajar sebagai proses dan perubahan sebagai bukti dari hasil yang diproses. Perubahan tingkah laku tersebut menyangkut baik perubahan yang bersifat pengetahuan, keterampilan, maupun yang menyangkut nilai sikap. 23 Dalam belajar dihasilkan berbagai macam tingkah laku yang berlainan seperti pengetahuan, sikap, keterampilan, kemampuan, informasi dan nilai. Berbagai macam tingkah laku yang berlainan inilah yang disebut kapabilitas sebagai hasil belajar. Perubahan dalam menunjukkan kinerja (perilaku) berarti belajar menentukan semua keterampilan, pengetahuan dan sikap yang juga didapat oleh setiap siswa dari proses belajarnya. Indikator hasil belajar merupakan target pencapaian kompetensi secara operasional dari kompetensi dasar dan standar kompetensi. Ada tiga aspek kompetensi yang harus dinilai untuk mengetahui seberapa besar capaian kompetensi tersebut, yaitu penilaian terhadap: 24 1) Hasil belajar penguasaan materi akademik (Kognitif) Domain kognitif meliputi kemampuan menyatakan kembali konsep atau prinsip yang telah dipelajari, dan kemampuankemampuan intelektual, seperti mengaplikasikan prinsip atau konsep, menganalisis, mensintesis, dan mengevaluasi. Sebagian besar tujuan-tujuan instruksional berada dalam domain kognitif. Pada ranah kognitif terdapat enam jenjang proses berfikir, mulai dari yang tingkatan rendah sampai tinggi, yakni:pengetahuan/ingatan (knowledge), Pemahaman 23 Tengku Zahara Djaafar, Kontribusi Strategi Pembelajaran, (Jakarta: Fakultas Ilmu Pendidikan UN-Padang, 2001), h Ahmad Sofyan, Tonih Feronika, Burhanudin Milama, Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006), h

35 23 (comprehension), Penerapan (aplication), Analisis (analysis), Sintesis (synthesis), dan Evaluasi (evaluation). Kemampuan-kemampun yang termasuk domain kognitif oleh Bloom dkk. Dikategorikan lebih rinci ke dalam enam jenjang kemampuan, yaitu: a) Hafalan (C1) Jenjang hafalan meliputi kemampuan menyatakan kembali fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang telah dipelajarinya. b) Pemahaman (C2) Jenjang pemahaman meliputi kemampuan menangkap arti dari informasi yang diterima, misalnya dapat menafsirkan bagan, diagram, atau grafik. c) Penerapan (C3) Jenjang penerapan adalah kemampuan menggunakan prinsip, aturan, metode yang dipelajarinya pada situasi baru atau situasi konkrit. d) Analisis (C4) Jenjang analisis meliputi kemampuan menguraikan suatu informasi yang dihadapi menjadi komponen-komponennya sehingga struktur informasi serta hubungan antar komponen informasi tersebut menjadi jelas. e) Sintesis (C5) Jenjang sintesis ialah kemampuan untuk mengintegrasikan bagian-bagian yang terpisah-pisah menjadi suatu keseuruhan yang terpadu. Termasuk di dalamnya kemampuan merencanakan eksperimen, menyusun cara baru untuk mengklasifikasikan obyek-obyek, peristiwa dan informasi lainnya.

36 24 f) Evaluasi (C6) Kemampuan pada jenjang evaluasi ialah kemampuan untuk mempertimbangkan nilai suatu pernyataan, uraian, pekerjan, berdasarkan kriteria tertentu yang ditetapkan. 2) Hasil belajar yang bersifat proses normatif (Afektif) Domain afektif mencakup pemilikan minat, sikap, dan nilai yang ditanamkan melalui proses belajar mengajar. Hasil belajar proses berkaitan dengan sikap dan nilai, berorientasi pada penguasaan dan pemilikan kecakapan proses atau metode. Ciri-ciri hasil belajar ini akan tampak pada peserta didik dalam berbagai tingkah laku, seperti: perhatian terhadap pelajaran, kedisiplinan, motivasi belajar, rasa hormat kepada guru, dan sebagainya. Ranah afektif dirinci oleh Kratwohl dkk., menjadi lima jenjang, yakni: Perhatian, Tanggapan, Penilaian, Pengorganisasian, dan Karakterisasi terhadap suatu atau beberapa nilai. Untuk menilai hasil belajar dapat digunakan instrumen evaluasi yang bersifat non tes, misalnya kuesioner dan observasi. 3) Hasil belajar aplikatif (Psikomotor) Hasil belajar ini merupakan ranah yang berkatian dengan keterampilan (skill) atau kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu. Hasil belajar psikomotor merupakan kelanjutan dari hasil belajar kognitif dan afektif, akan tampak setelah siswa menunjukkan perilaku atau perbuatan tertentu sesuai dengan makna yang terkandung pada kedua ranah tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Ranah ini diklasifikasikan ke dalam tujuh kategori yakni: Persepsi (perception), Kesiapan (set), Gerakan terbimbing (guided response), Gerakan terbiasa (mechanism), Gerakan kompleks (complex overt response),

37 25 Penyesuaian pola gerakan (adaptation), Kreatifitas/keaslian (Creativity/origination). Hasil belajar tampak sebagai terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa, yang dapat diamati dan diukur dalam bentuk perubahan pengetahuan sikap dan keterampilan. Perubahan tersebut dapat diartikan terjadinya peningkatan dan pengembangan yang lebih baik dibandingkan dengan sebelumnya, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, sikap kurang sopan menjadi sopan, dan sebagainya. 25 Menurut Sudjana hasil belajar yang dicapai di kalangan para siswa disebabkan oleh dua faktor yakni faktor dari dalam diri siswa terutama kemampuan yang dimilikinya dan faktor yang datang dari luar diri siswa atau faktor lingkungan. Di samping faktor kemampuan yang dimiliki siswa, juga ada faktor lain, seperti motivasi belajar, minat dan perhatian, sikap dan kebiasaan belajar, ketekunan, sosial ekonomi, faktor fisik dan psikis. 26 Sedangkan menurut Oemar Hamalik perbedaan hasil belajar dikalangan siswa disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain: faktor kematangan akibat dari kemajuan umur kronologis, latar belakang pribadi masing-masing, sikap, dan bakat terhadap suatu bidang pelajaran yang diberikan. 27 Penilaian hasil belajar bertujuan untuk melihat kemajuan belajar peserta didik dalam hal penguasaan materi pengajaran yang telah dipelajarinya sesuai dengan tujuan-tujuan yang telah ditetapkan di antaranya: Oemar Hamalik, Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem, (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), h Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2002), Cet. Ke-VI. h Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), h Ahmad Rohani, Pengelolaan Pengajaran, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2004), Cet. Ke-II. h. 179.

38 26 a) Sasaran penilaian Sasaran atau objek evaluasi hasil belajar adalah perubahan tingkah laku yang mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotor secara seimbang. Masing-masing bidang terdiri dari sejumlah aspek. Aspek-aspek tersebut sebaiknya dapat diungkapkan melalui penilaian tersebut. Dengan demikian dapat diketahui tingkah laku mana yang sudah dikuasainya oleh peserta didik dan mana yang belum sebagai bahan bagi perbaikan dan penyempurnaan program pengajaran selanjutnya. b) Alat penilaian Penggunaan alat penilaian hendaknya komprehensif meliputi tes dan bukan tes sehingga diperoleh gambaran hasil belajar yang objektif. Penilaian hasil belajar sebaiknya dilakukan secara berkesinambungan agar diperoleh hasil yang menggambarkan kemampuan peserta didik yang sebenarnya. c) Prosedur pelaksanaan tes Penilaian hasil belajar dilaksanakan dalam bentuk formatif dan sumatif. Penilaian formatif dilakukan pada setiap pengajaran berlangsung, yakni pada akhir pengajaran. Hasilnya dicatat untuk bahan penilaian dan untuk menentukan derajat keberhasilan peserta didik seperti untuk kenaikan tingkat. Penilaian sumatif biasanya dilakukan pada akhir suatu program atau pertengahan program. Hasilnya digunakan untuk mengetahui program mana yang belum dikuasai oleh peserta didik. B. Hasil Penelitian Relevan Haryono dalam jurnalnya yang berjudul Model Pembelajaran Berbasis Peningkatan Keterampilan Proses Sains. Hasil penelitian menunjukkan bahwa model pembelajaran keterampilan proses sains terbukti cukup efektif dalam meningkatkan kemampuan proses sains siswa sekaligus pencapaian hasil belajarnya secara keseluruhan. Tingkat pencapaian

39 27 penguasaan konsep sains, penguasaan proses sains, dan sikap sains siswa yang memperoleh perlakuan pembelajaran berbasis keterampilan proses sains, masing-masing adalah 66,35%, 67,27%, dan 69, 92%. Khusus untuk penguasaan proses sains dengan diterapkannya model ini telah dapat meningkatkan pencapaian siswa menjadi 67,27% dari kondisi sebelumnya yang baru 46,08%. 29 Kartini Herlina dalam jurnalnya yang berjudul Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Fisika Siswa melalui Pendekatan Keterampilan Proses pada Kelas I SMUN 10 Bandar Lampung. Hasil penelitian menunjukkan bahwa action research yang dilakukan menggunakan pendekatan keterampilan proses dapat meningkatkan aktivitas, pemahaman, dan hasil belajar siswa. 30 Bambang Suhartawan dalam jurnalnya yang berjudul Mengoptimalkan Pendekatan Keterampilan Proses IPA dalam Pembelajaran di Laboratorium. Hasil penelitian menunjukkan terdapat peningkatan keterampilan proses IPA dalam pembelajaran di laboratorium. 31 Perdy Karuru dalam jurnalnya yang berjudul Penerapan Pendekatan Keterampilan Proses dalam Setting Pembelajaran Kooperatif Teknik STAD untuk Meningkatkan Kualitas Belajar IPA Siswa SLTP. Hasil penelitian didapatkan bahwa: (1) Guru dalam mengelola pengajaran cukup baik dan dapat meningkatkan aktivitas guru dan siswa selama pembelajaran. (2) Guru mampu melatihkan keterampilan proses yang digunakan dalam pembelajaran dengan baik. (3) Mengubah pembelajaran dari teacher center menjadi student center serta dapat mendapatkan proporsi jawaban benar siswa. (4) Hasil pembelajaran yang diajar dengan pendekatan keterampilan proses dalam 29 Haryono, Model Pembelajaran Berbasis Peningkatan Keterampilan Proses Sains. Jurnal Pendidikan Dasar, Volume 7, No. 2, 2006, hal Kartini Herlina, Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Fisika Siswa melalui Pendekatan Keterampilan Proses pada Kelas I SMUN 10 Bandar Lampung. Jurnal Pendidikan Pembelajaran, Volume 2, Nomor 3, Desember 2004, hal Bambang Suhartawan, Mengoptimalkan Proses IPA dalam Pembelajaran di Laboratorium. Jurnal Pendidikan dan Pengajaran, Volume 2, No. 2, 2004, hal. 121.

40 28 setting pembelajaran kooperatif teknik STAD lebih baik dibanding pembelajaran yang tidak menggunakan pembelajaran kooperatif. 32 Indrianingsih dalam skripsinya yang berjudul Penerapan Pendekatan Keterampilan Proses Sains untuk Meningkatkan Hasil Belajar tentang Konsep Ekosistem Bernuansa Nilai. Hasil penelitian menunjukkan terdapat peningkatan hasil belajar siswa pada konsep ekosistem. 33 C. Kerangka Pikir Beranjak dari masalah-masalah pada pembelajaran biologi siswa, salah satunya metode pembelajaran yang masih bersifat konvensional, sehingga membuat siswa akan merasa kesulitan dalam memahami suatu konsep materi dan hal ini tentu berpengaruh terhadap hasil belajar biologi siswa. Untuk itu peran guru sebagai pemberi ilmu sudah harus bergeser kepada peran baru yang lebih kondusif bagi siswa menyiapkan diri dalam persaingan global sesuai tuntutan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Mengingat percepatan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terjadi, tidak memungkinkan bagi guru bertindak sebagai satu-satunya orang yang menyalurkan semua fakta dan teori-teori dengan menggunakan metode ceramah (pendekatan ekspositori) yang dilakukan di sekolah. Untuk mengatasi hal ini perlu pengembangan keterampilan memperoleh dan memproses semua fakta, konsep, dan prinsip pada diri siswa. Keterampilan proses sains mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan karena ilmu pengetahuan tidak bersifat mutlak namun penemuannya bersifat relatif. Siswa mudah memahami konsep-konsep yang rumit dan abstrak jika disertai dengan contoh-contoh yang wajar sesuai dengan situasi dan kondisi yang dihadapi dengan cara mempraktekan sendiri. Karena kelebihan 32 Perdy Karuru, Penerapan Pendekatan Keterampilan Proses dalam Setting Pembelajaran Kooperatif Teknik STAD untuk Meningkatkan Kualitas Belajar IPA Siswa SLTP. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, No. 045, Tahun ke-9, November 2003, hal Indrianingsih, Penerapan Pendekatan Keterampilan Proses Sains untuk Meningkatkan Hasil Belajar tentang Konsep Ekosistem Bernuansa Nilai, (Jakarta: Skripsi UIN, 2009)

41 29 keterampilan proses membuat siswa menjadi bersifat kreatif, aktif, terampil dalam berpikir dan terampil dalam memperoleh pengetahuan. Dengan keterampilan maka siswa dapat mengasah pola berpikirnya sehingga dapat meningkatkan kualitas hasil belajar. Keterampilan proses meliputi observasi, menafsirkan, klasifikasi, meramalkan, berkomunikasi, berhipotesis, merencanakan percobaan, menerapkan konsep, dan mengajukan pertanyaan. Konsep ekosistem perlu menggunakan keterampilan proses sains karena perlunya pengamatan langsung sebagai upaya untuk meningkatkan hasil belajar melalui pembelajaran keterampilan proses sains. Dengan pendekatan tersebut siswa dapat meningkatkan kreatifitas, keaktifan, kemampuan berpikir, sehingga hasil belajar dapat meningkat. Jadi diharapkan pada pembelajaran yang menggunakan pendekatan keterampilan proses sains dapat meningkatkan hasil belajar biologi siswa pada konsep ekosistem. 1. Guru menggunakan pendekatan konsep. 2. Keterampilan proses ilmiah siswa tidak berkembang. 3. Hasil belajar biologi yang rendah. Proses Pembelajaran Pendekatan Keterampilan Proses Sains Konsep ekosistem Hasil belajar meningkat Gambar 2.1. Bagan Kerangka Pikir

42 30 D. Perumusan Hipotesis Berdasarkan deskripsi teoritis dan penyusunan kerangka pikir, maka hipotesis penelitian ini adalah pendekatan keterampilan proses sains berpengaruh terhadap hasil belajar biologi siswa.

43 31 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian dilaksanakan di SMA Negeri 4 Kota Tangerang Selatan. Waktu pelaksanaan penelitian ini pada semester genap tahun ajaran 2010/2011, pada bulan Mei B. Metode dan Desain Penelitian 1. Metode Penelitian Metode dalam penelitian ini adalah metode eksperimen semu (quasi experiment), yaitu suatu desain eksperimen yang memungkinkan peneliti mengendalikan variabel sebanyak mungkin dari situasi yang ada karena tidak memungkinkan mengontrol variabel dengan penuh. 1 Jadi, penelitian harus dilakukan secara kondisional dengan tetap memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi validitas hasil penelitian. Peneliti akan membagi kelas yang diteliti menjadi dua kelas, yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Kelas eksperimen dengan menggunakan pendekatan keterampilan proses, sedangkan kelas kontrol menggunakan pendekatan konsep. 2. Desain Penelitian Sebelum diberikan perlakuan, pada kedua kelas dilakukan pretest untuk mengetahui sejauh mana kemampuan dasar siswa pada konsep ekosistem. Kemudian keduanya diberikan perlakuan yang berbeda, setelah itu pada kedua kelas dilakukan posttest untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan siswa terhadap konsep ekosistem. Desain penelitian yang 1 Moh. Kasiram, Metodologi Penelitian, (Malang: UIN Malang Press, 2008), h. 222.

44 32 digunakan adalah pretest-posttest control group design. Bentuk desain penelitian tersebut adalah: 2 Tabel 3.1. Desain Penelitian Kelas Pretest Perlakuan Posttest Eksperimen O 1 X1 O 2 Kontrol O 1 X2 O 2 Keterangan: Eksperimen: kelas eksperimen dengan pendekatan keterampilan proses sains Kontrol : kelas kontrol dengan pendekatan konsep X1 : perlakuan dengan pendekatan keterampilan proses sains X2 : perlakuan dengan pendekatan konsep O 1 : pemberian pretest : pemberian posttest O 2 C. Populasi dan Sampel Penelitian Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. 3 Populasi terbagi dua, yaitu populasi target dan populasi terjangkau. Populasi target dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMA Negeri 4 Kota Tangerang Selatan. Sedangkan populasi terjangkau adalah seluruh siswa kelas X SMA Negeri 4 Kota Tangerang Selatan. Kelas X dikelompokkan secara paralel berjumlah delapan kelas. Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. 4 Sampel yang digunakan diambil dari populasi terjangkau dengan cara purpossive sampling, yaitu pengambilan sampel dilakukan berdasarkan pertimbangan perorangan atau pertimbangan peneliti. 5 Berdasarkan pertimbangan, sampel diambil dengan kesamaan rata-rata hasil belajar siswa dan guru. Dengan demikian, subjek penelitian yang dipilih 2 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2007), h Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), h Sugiyono, Op.cit., h Riduwan, Belajar Mudah Penelitian untuk Guru-Karyawan dan Peneliti Pemula, (Bandung: Alfabeta, 2006), h. 63.

45 33 yaitu kelas X.8 berjumlah 35 siswa sebagai kelas eksperimen, dan kelas X.7 berjumlah 35 siswa sebagai kelas kontrol. D. Variabel Penelitian Pada penelitian ini terdapat dua variabel, yaitu: Variabel bebas (X) : Pendekatan keterampilan proses sains. Variabel terikat (Y) : Hasil belajar biologi siswa. E. Teknik Pengumpulan Data Dalam penelitian ini, data diperoleh melalui teknik tes berupa pilihan ganda dan nontes berupa lembar observasi. Adapun urutan pengumpulan data dilakukan sebagai berikut: 1. Memberikan tes kemampuan awal (pretest) tentang konsep ekosistem di kedua kelas tersebut. 2. Memberikan tes kemampuan akhir (posttest) tentang konsep ekosistem di kedua kelas eksperimen dengan soal yang sama. 3. Memberikan lembar observasi dan angket sebagai data sekunder untuk mengetahui tercapai tidaknya kegiatan pembelajaran. F. Instrumen Penelitian 1. Tes Objektif Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok. 6 Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah hasil belajar pada ranah kognitif. Bentuk tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes objektif yang berupa pilihan ganda. Masingmasing item pada soal pilihan ganda terdiri lima alternatif jawaban dengan satu jawaban yang benar. Kisi-kisi instrumen penelitian ini dapat dilihat pada tabel Suharsimi Arikunto, Op.cit., h. 150.

46 34 No Indikator 1 Mendeskripsikan komponen penyusun abiotik dan biotik dalam ekosistem. 2 Menjelaskan polapola hubungan/interaksi dalam ekosistem. 3 Menjelaskan tipetipe ekosistem. 4 Mendeskripsikan aliran energi, rantai makanan dan piramida energi. 5 Meramalkan kemungkinan terjadinya ketidakseimbangan jika salah satu komponen musnah. Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Penelitian 7 Sub konsep Komponen abiotik dan biotik. Pola-pola hubungan dalam ekosistem. Tipe-tipe ekosistem. Aliran anergi, rantai makanan, dan piramida energi. Ketidakseim bangan dalam ekosistem. Aspek kognitif C1 C2 C3 C4 C5 C6 1, 2*, 3* 12 13*, 21, 22* 4*, 5*, 14 29* 30*, 6*, 7* 15*, 16* 8*, 9* 17*, 18* 10, 11 19*, 20* 23 24* 25* 26, 31*, 32, 33, , 45, 46* 35 36*, 47, 48, 49 37, 38, 39 40, 41 27*, 28 Soal yang digunakan * Jumlah Keterangan: C1 : Ingatan (recalling) C4 : Analisis (analysis) C2 : Pemahaman (comprehension) C5 : Sintesis (synthesis) C3: Penerapan (application) C6 : Evaluasi (evaluation) 8 Nomor soal yang bertanda bintang (*) adalah nomor soal yang digunakan dalam penelitian berdasarkan hasil uji coba yang dilakukan. 2. Lembar Observasi Teknik nontes dalam penelitian ini berupa observasi. Observasi adalah metode pengumpulan data secara sistematis melalui pengamatan 7 Lampiran 9, h Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan Edisi Revisi, (Jakarta: Bumi Aksara, 2005),h

47 35 dan pencatatan terhadap fenomena yang diteliti. 9 Meliputi kegiatan pengamatan terhadap suatu objek dengan menggunakan seluruh alat indra. Observasi dilakukan untuk mengadakan pencatatan mengenai aktivitas siswa dalam belajar mengajar dengan menggunakan pendekatan keterampilan proses sains pada pembelajaran di kelas. Data yang diperoleh dari lembar observasi bertujuan untuk mengetahui aktivitas siswa dengan menggunakan pendekatan keterampilan proses sains. Analisis persentase tiap aspek keterampilan proses sains siswa dapat dihitung dengan menggunakan rumus: Persentase = Skor yang diperoleh X 100% Skor ideal yang diharapkan 3. Respon Siswa Angket adalah pertanyaan tertulis yang diberikan kepada responden untuk mengungkapkan pendapat, keadaan, kesan yang ada pada responden sendiri maupun di luar dirinya. Dalam penelitian ini angket digunakan untuk mengetahui sikap siswa terhadap pelaksanaan pembelajaran biologi dengan pendekatan keterampilan proses sains. Angket yang digunakan pada penelitian ini berbentuk skala likert dimana pada skala ini siswa memberikan respon terhadap pernyataan-pernyataan respon dengan memilih: SS : jika sangat setuju S : jika setuju TS : jika tidak setuju STS : jika sangat tidak setuju Analisis persentase sikap siswa dapat dihitung dengan menggunakan rumus: P = F/N x 100% ke-i, h M. Hariwijaya dan Triton, Teknik Penulisan Skripsi dan Tesis, (Jakarta: Oryza, 2007), Cet

48 36 Keterangan : P : angka persentase F : frekuensi yang sedang dicari persentasenya N : jumlah individu G. Kalibrasi Instrumen Sebelum dilakukan pengambilan data, terlebih dahulu instrumen yang akan digunakan diuji pada kelompok siswa yang dianggap sudah mengikuti pokok bahasan yang akan disampaikan. Setelah itu instrumen diukur tingkat validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya pembeda sehingga dapat dipertimbangkan apakah instrumen tersebut dapat dipakai atau tidak. 1. Uji validitas Salah satu ciri tes itu baik adalah apabila tes itu dapat tepat mengukur apa yang hendak diukur atau istilahnya valid atau shahih. Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan suatu instrumen. Instrumen yang valid mempunyai validitas tinggi. Sebaliknya, instrumen yang kurang valid akan memiliki validitas yang rendah. 10 Untuk mengukur validitas soal dalam penelitian ini menggunakan rumus korelasi point biserial. 11 Rumus yang digunakan adalah: r pbis( i) X i X t S t pi qi Keterangan: r pbis (i) X i X t S t p i q i : koefisien korelasi biserial antara skor butir soal nomor i dengan skor total : rata-rata skor total responden menjawab benar butir soal nomor i : rata-rata skor total semua responden : standar deviasi skor total semua responden : proporsi jawaban yang benar untuk butir nomor i : proporsi jawaban yang salah untuk butir nomor i 10 Suharsimi Arikunto, Op.Cit., h Ahmad Sofyan, Tonih Feronika, Burhanudin Milama, Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi, (Jakarta: UIN Press, 2006), h

49 37 Pengujian validitas alat ukur dilakukan dengan menggunakan ANATES. Berdasarkan perhitungan uji validitas maka dari 50 soal tes yang diuji cobakan pada kelas XI terdapat 25 soal yang valid dan diberikan kepada sampel sebagai prestest dan posttest, yaitu soal nomor 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 13, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 22, 24, 25, 27, 29, 30, 31, 36, 42, Uji Reliabilitas Setelah melakukan uji validitas, langkah selanjutnya adalah dengan melakukan pengukuran reliabilitas. Reliabilitas alat penilaian adalah ketetapan alat tersebut dalam menilai apa yang dinilainya. Uji reliabilitas untuk butir soal objektif dilakukan dengan rumus Kuder Richardson atau yang dikenal dengan K-R 20, yaitu: 12 r 11 = 2 n S pq, dengan S 2 = 2 n 1 S X 2 2 X n n Keterangan: r 11 : reliabilitas tes secara keseluruhan p : proporsi subjek yang menjawab item dengan benar q : proporsi subjek yang menjawab item dengan salah (q=1-p) pq : jumlah hasil perkalian antara p dan q n : banyak item S² : standar deviasi dari tes Kriteria validitas dan reliabilitas adalah sebagai berikut: (a) Antara 0,80 sampai dengan 1,00 : sangat tinggi (b) Antara 0,60 sampai dengan 0,80 : tinggi (c) Antara 0,40 sampai dengan 0,60 : cukup (d) Antara 0,20 sampai dengan 0,40 : rendah (e) Antara 0,00 sampai dengan 0,20 : sangat rendah Berdasarkan hasil perhitungan reliabilitas instrumen tes biologi menggunakan ANATES, diperoleh informasi bahwa untuk n=50 reliabilitas dari 25 soal yang telah diuji cobakan tergolong memiliki 12 Suharsimi Arikunto, Op.Cit., h

50 38 reliabilitas tinggi (0,76). 3. Uji Tingkat Kesukaran Bilangan yang menunjukan sukar atau mudahnya suatu soal disebut indeks kesukaran. Untuk dapat mengukur tingkat kesukaran suatu soal digunakan rumus: 13 B P = N Keterangan: P : Indeks kesukaran B : Banyaknya siswa yang menjawab soal dengan benar N : Jumlah seluruh siswa peserta tes Klasifikasi Indeks Kesukaran: 0,00-0,25 : soal termasuk kategori sukar 0,26-0,75 : soal termasuk kategori sedang 0,76-1,00 : soal termasuk kategori mudah Berdasarkan hasil perhitungan tingkat kesukaran dengan menggunakan ANATES, diperoleh soal kategori sangat sukar berjumlah 4 yaitu nomor 5, 28, 45, dan 50. Soal kategori sukar berjumlah 3 yaitu nomor 13, 17, dan 18. Soal kategori sedang berjumlah 30 yaitu nomor 1, 2, 4, 6, 8, 9, 12, 14, 15, 16, 19, 20, 22, 23, 24, 25, 27, 29, 30, 31, 32, 33, 34, 36, 38, 42, 43, 44, 46, dan 49. Soal kategori mudah berjumlah 8 yaitu nomor 10, 11, 21, 35, 37, 39, 40, dan 48. Soal kategori sangat mudah berjumlah 5 yaitu nomor 3, 7, 26, 41, dan Daya Pembeda Daya pembeda adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai dengan siswa yang berkemampuan rendah. Untuk menentukan daya pembeda, maka digunakan rumus sebagai berikut: Ahmad Sofyan, Op.Cit., h Suharsimi Arikunto, Op.Cit., h

51 39 D = Keterangan: J = jumlah peserta tes J A = banyaknya jumlah peserta kelompok atas J B = banyaknya jumlah peserta kelompok bawah B A = banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal itu dengan benar B B = = banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal itu dengan benar P A = = proporsi peserta kelompok atas yang menjawab soal benar P B = proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab soal benar Klasifikasi harga daya pembeda (DP): D : 0,00-0,20 = jelek (poor) D : 0,20-0,40 = cukup (satisfactory) D : 0,40-0,70 = baik (good) D : 0,70-1,00 = baik sekali (excellent) Berdasarkan hasil perhitungan daya pembeda masing-masing butir soal dihitung menggunakan ANATES, diperoleh hasil daya pembeda terendah sebesar -10,00 termasuk dalam kategori jelek, dan tertinggi sebesar 90,00 termasuk dalam kategori baik sekali. H. Teknik Analisis Data 1. Uji prasyarat analisis data (uji normalitas) a. Uji kenormalan distribusi populasi Uji normalitas data ini dilakukan untuk mengetahui apakah sampel berdistribusi normal atau tidak. Uji kenormalan yang digunakan adalah uji Liliefors. 15 Lo = F(Z i ) S(Z i ) Keterangan: Lo/L observasi F(Z i ) S(Z i ) : peluang mutlak tesebar : peluang angka baku : proporsi angka baku Kriteria pengujian: L hitung < L tabel, data berdistribusi normal L hitung > L tabel, data tidak berdistribusi normal 15 Sudjana, Metoda Statistika, (Bandung: Tarsito, 2001), h. 466.

52 40 b. Uji homogenitas varians Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui perbedaan antara dua keadaan atau populasi. Uji homogenitas yang digunakan adalah uji Fisher. 16 Dengan rumus yang digunakan yaitu: F = S S Varians terbesar, di mana S Varians terkecil 2 2 n X ( X ) n( N 1) 2 Keterangan: F : Homogenitas 2 S 1 : varians besar : varians terkecil S 2 2 Adapun kriteria pengujiannya adalah: 1) Terima H o jika harga F hitung < F tabel 2) Tolak H o jika harga F hitung > F tabel = 0,05 dan derajat kebebasan 2. Analisis N-Gain Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif. Untuk menghitung peningkatan pemahaman atau penguasaan konsep siswa setelah pembelajaran berlangsung digunakan rumus Normalized Gain oleh Meltzer, sebagai berikut: 17 ( skor posttest skor pretest ) N-Gain = ( skorideal skorpretest ) Menurut Hake Gain skor ternormalisasi menunjukan tingkat efektivitas perlakuan dari pada perolehan skor atau postes. Terdapat tiga kategorisasi perolehan skor gain ternormalisasi: g-tinggi : nilai (<g>)>0,7 g-sedang: nilai 0,7 e (<g>)e 0,3 g-rendah : nilai (<g>)<0, Sudjana, Ibid., h Meltzer E. David, The Relationship between mathematics preparation and conceptual learning gains in physics: a possible hidden variable in diagnostic pretest scores. Tersedia di (23 Juni 2011). 18 Richard R. Hake, Analyzing Change/Gain Scores, American Educational Research Association s Division, Measurrement and Research Methodology, 1999, h. 1

53 41 3. Uji Hipotesis Uji hipotesis penelitian ini dengan menggunakan uji t. Uji t digunakan untuk mengetahui adanya pengaruh pendekatan keterampilan proses sains terhadap hasil belajar biologi siswa. Rumus Uji t: 19 a. Menentukan hipotesis. Ho = µ 1 = µ 2 Ha = µ 1 µ 2 b. Menentukan Taraf signifikansi yang digunakan adalah 0,05. c. Menentukan kriteria penerimaan hipotesis Kriterianya: Ho diterima, jika t hitung < t tabel Ha diterima, jika t hitung > t tabel d. Menentukan t hitung Jika berdasarkan uji kesamaan varians, ditunjukkan bahwa kedua kelompok mempunyai varians yang sama maka untuk pengujian hipotesis ini digunakan rumus: t hitung = S X X n n 2 dengan S = ( n 1 1) s n ( n n ) s 2 2 Keterangan: X 1 : rata-rata posttest kelas eksperimen X 2 : rata-rata posttest kelas kontrol 2 : S 1 variansi kelas eksperimen 2 : S 2 variansi kelas kontrol n 1 : jumlah siswa kelas eksperimen n 2 : jumlah siswa kelas kontrol 4. Hipotesis Statistik Secara statistik hipotesis dinyatakan sebagai berikut: Ho = µ 1 = µ 2 Ha = µ 1 µ 2 19 Sudjana, Op.Cit., h.239.

54 42 Keterangan: Ho = Hipotesis nihil Ha = Hipotesis alternatif µ 1 = Rata-rata hasil belajar biologi siswa yang menggunakan pendekatan keterampilan proses sains µ 2 = Rata-rata hasil belajar biologi siswa yang menggunakan pendekatan konsep

55 43 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Data Pretest Berdasarkan data yang diperoleh melalui tes yang berbentuk soal pilihan ganda sebanyak 25 butir, nilai pretest kelas eksperimen memiliki rentang atau sebaran 40 dengan nilai tertinggi 72, nilai terendah 32, dan standar deviasi 11,02 dengan banyaknya kelas 6 dan panjang kelas 7 sehingga diperoleh skor rata-rata 53,2. 1 Sedangkan data yang diperoleh berdasarkan nilai pretest kelas kontrol memiliki rentang atau sebaran 40 dengan nilai tertinggi yaitu 68, nilai terendah 28, dan standar deviasi 12,96 dengan banyaknya kelas 6 dan panjang kelas 7 sehingga diperoleh skor rata rata 50,2. 2 Data tersebut disajikan dalam bentuk tabel 4.1. Tabel 4.1 Hasil Pretest Kelas Eksperimen dan Kontrol No. Nilai Pretest Pretest Eksperimen Kontrol 1. N. tertinggi N. terendah Rata-rata 53,2 50,2 4. Standar Deviasi 11,02 12,96 2. Data Posttest Data yang diperoleh melalui tes yang berbentuk soal pilihan ganda sebanyak 25 butir, nilai posttest kelas eksperimen memiliki rentang atau sebaran 40 dengan nilai tertinggi yaitu 92, nilai terendah 52, dan standar 1 Lampiran 20, h Lampiran 24, h

56 44 deviasi 10,33 dengan banyaknya kelas 6 dan panjang kelas 7 sehingga diperoleh skor rata rata 80,4. 3 Sedangkan data yang diperoleh berdasarkan nilai posttest kelas kontrol memiliki rentang atau sebaran 40 dengan nilai tertinggi 80, nilai terendah 40, dan standar deviasi 11,30 dengan banyaknya kelas 6 dan panjang kelas 7 sehingga diperoleh skor rata rata 65,8. 4 Data tersebut disajikan dalam bentuk tabel 4.2. Tabel 4.2 Hasil Posttest Kelas Eksperimen dan Kontrol No. Nilai Posttest Posttest Eksperimen Kontrol 1. N. tertinggi N. terendah Rata-rata 80,4 65,8 4. Standar Deviasi 10,33 11,30 3. Hasil Data N-gain Hasil N-gain pada kelas eksperimen termasuk dalam kategori sedang yaitu sebesar 0,58. Siswa yang mempunyai nilai dengan kategori tinggi sebanyak 10 siswa, sedang sebanyak 21 siswa dan rendah sebanyak 4 siswa. 5 Begitupula N-gain pada kelas kontrol termasuk dalam kategori sedang yaitu sebesar 0,33. Siswa yang mempunyai nilai dengan kategori tinggi tidak terdapat satu siswa, sedang sebanyak 29 siswa dan rendah sebanyak 6 siswa. 6 Adapun kategorisasi N-gain kelas eksperimen dan kontrol disajikan dalam bentuk tabel Lampiran 22, h Lampiran 26, h Lampiran 17, h Lampiran 18, h

57 45 Tabel 4.3 Kategorisasi N-gain Kelas Eksperimen dan Kontrol Kategorisasi Frekuensi Frekuensi Eksperimen Kontrol Tinggi 10 - Sedang Rendah 4 6 Jumlah Hasil Observasi Keterampilan Proses Sains Observasi dilaksanakan selama proses pembelajaran berlangsung. Hal yang diamati berupa keterampilan proses sains siswa yang muncul selama proses pembelajaran berlangsung. 7 Data tersebut disajikan dalam bentuk tabel 4.4. Tabel 4.4 Hasil Observasi Keterampilan Proses Sains Aspek KPS Keterlaksanaan Persentase Mengamati 85,71% Klasifikasi 83,33% Menafsirkan pengamatan 66,7% Berkomunikasi 70,24% Berdasarkan tabel 4.4 di atas dapat diketahui persentase keterampilan proses sains siswa pada kelas eksperimen, tampak bahwa aspek keterampilan proses sains masih tergolong rendah yaitu aspek menafsirkan pengamatan. Namun secara keseluruhan persentase aspek keterampilan proses sains kelas eksperimen mempunyai hasil observasi yang baik. 7 Lampiran 14, h. 128

58 46 5. Respon Siswa Terhadap Pembelajaran Berdasarkan angket yang disebarkan kepada siswa pada akhir pembelajaran, diperoleh data mengenai sikap siswa terhadap pembelajaran biologi dengan pendekatan keterampilan proses sains pada konsep ekosistem. Angket dihitung dengan menggunakan persentase sikap siswa. 8 Data disajikan dalam bentuk tabel 4.5. Tabel 4.5 Data Respon Siswa mengenai Pembelajaran Biologi dengan Pendekatan KPS No Respon Respon Persentase 1 Respon siswa mengenai pembelajaran biologi dengan pendekatan keterampilan proses sains. 2 Respon siswa mengenai pelaksanaan aspek-aspek KPS. 92,25% 94,85% B. Analisis Data Sebelum dilakukan pengujian hipotesis dengan menggunakan uji t, maka terlebih dahulu dilaksanakan pengujian prasyarat analisis data berupa uji normalitas dan uji homogenitas. 1. Uji Normalitas a. Hasil Uji Normalitas Pretest Pengujian uji normalitas dilakukan terhadap dua buah data yaitu data nilai pretest kelas X.8 sebagai kelas eksperimen dan data nilai pretest kelas X.7 sebagai kelas kontrol. Untuk menguji normalitas kedua data digunakan rumus Uji Liliefors. Perhitungan uji normalitas ini disajikan pada lampiran. 9 Berikut ini adalah hasil yang diperoleh dari perhitungan tersebut. 8 Lampiran 15, h Lampiran 20, h

59 47 Tabel 4.6 Hasil Perhitungan Uji Normalitas Pretest Uji Liliefors α Data Jumlah Lo L tabel Kesimpulan sampel (L hitung ) Nilai Pretest 35 0,1152 0,1497 Data normal 0,05 kelas eksperimen Nilai Pretest kelas kontrol 35 0,1280 0,1497 Data normal Nilai Ltabel diambil berdasarkan nilai pada tabel nilai kritis L untuk uji liliefors pada taraf signifikansi 5%. Kolom keputusan dibuat didasarkan pada ketentuan pengujian hipotesis normalitas, yaitu jika Lo (Lhitung) < Ltabel maka dinyatakan data berdistribusi normal. Sebaliknya jika Lo (Lhitung) > Ltabel maka data dinyatakan tidak berdistribusi normal. Pada tabel tersebut terlihat bahwa pada nilai Lo (Lhitung) kedua data lebih kecil dari nilai Ltabel, sehingga dinyatakan bahwa kedua data berdistribusi normal. b. Hasil Uji Normalitas Posttest Pengujian uji normalitas dilakukan terhadap dua buah data yaitu data nilai posttest kelas X.8 sebagai kelas eksperimen dan data nilai posttest kelas X.7 sebagai kelas kontrol. Untuk menguji normalitas kedua data digunakan uji liliefors. Perhitungan uji normalitas ini disajikan pada lampiran. 10 tersebut. Berikut ini adalah hasil yang diperoleh dari perhitungan Tabel 4.7 Hasil Perhitungan Uji Normalitas Posttest Uji Liliefors α Data Lo L tabel Kesimpulan Sampel (L hitung ) 0,05 Nilai Posttest eksperimen 35 0,1314 0,1497 Data normal 10 Lampiran 22, h

60 48 α Data Lo L tabel Kesimpulan Sampel (L hitung ) Nilai Posttest kontrol 35 0,1056 0,1497 Data normal Nilai Ltabel diambil berdasarkan nilai pada tabel nilai kritis L untuk uji liliefors pada taraf signifikansi 5%. Kolom keputusan dibuat didasarkan pada ketentuan pengujian hipotesis normalitas, yaitu jika Lo (L hitung ) < L tabel maka dinyatakan data berdistribusi normal. Sebaliknya jika Lo (L hitung ) > L tabel maka data dinyatakan tidak berdistribusi normal. Pada tabel tersebut terlihat bahwa pada nilai Lo (L hitung ) kedua data lebih kecil dari nilai L tabel, sehingga dinyatakan bahwa kedua data berdistribusi normal. 2. Uji Homogenitas a. Hasil Uji Homogenitas Pretest Sama halnya yang dilakukan pada uji normalitas, uji homogenitas juga diperlukan sebagai uji prasyarat analisis statistik terhadap kedua data nilai pretest. Pengujian homogenitas terhadap kedua data menggunakan Uji Fisher yang disajikan pada lampiran. 11 Berikut ini adalah hasilnya. Data Nilai Pretest kelas eksperimen Nilai Pretest kelas kontrol Tabel 4.8 Hasil Perhitungan Uji Homogenitas Pretest Nilai Varians Nilai F hitung Nilai F tabel Keputusan 121,635 1,38 1,76 Kedua data homogen 168,165 Sama halnya dengan penentuan keputusan pada uji normalitas, pada uji homogenitas juga didasarkan pada ketentuan pengujian hipotesis 11 Lampiran 27, h. 153

61 49 homogenitas yaitu jika nilai F hitung < F tabel maka dinyatakan bahwa kedua data memiliki varians yang homogen, sebaliknya jika F hitung > F tabel maka dinyatakan bahwa kedua data tidak memiliki varians yang homogen. Hasil perhitungan tersebut nilai F hitung < F tabel sehingga dinyatakan bahwa kedua data memiliki varians yang homogen. b. Hasil Uji Homogenitas Posttest Sama halnya yang dilakukan pada uji normalitas, uji homogenitas juga diperlukan sebagai uji prasyarat analisis statistik terhadap kedua data nilai posttest. Pengujian homogenitas terhadap kedua data menggunakan Uji Fisher yang disajikan pada lampiran. 12 Berikut ini adalah hasilnya. Tabel 4.9 Hasil Perhitungan Uji Homogenitas Posttest Data Nilai Posttest kelas eksperimen Nilai Posttest kelas kontrol Nilai Varians 106, ,811 Nilai F hitung Nilai F tabel Keputusan 1,19 1,76 Kedua data homogen Sama halnya dengan penentuan keputusan pada uji normalitas, pada uji homogenitas juga didasarkan pada ketentuan pengujian hipotesis homogenitas yaitu jika nilai F hitung < F tabel maka dinyatakan bahwa kedua data memiliki varians yang homogen, sebaliknya jika F hitung > F tabel maka dinyatakan bahwa kedua data tidak memiliki varians yang homogen. Tampak bahwa hasil perhitungan tersebut nilai F hitung < F tabel sehingga dinyatakan bahwa kedua data memiliki varians yang homogen. 12 Ibid., h. 154

62 50 C. Pengujian Hipotesis Pengujian hipotesis ini dilakukan untuk mengetahui adanya pengaruh pendekatan keterampilan proses sains terhadap hasil belajar biologi siswa. Setelah melakukan uji normalitas dan uji homogenitas, diketahui bahwa kedua kelas berdistribusi normal dan homogen, maka dari itu pengujian hipotesis menggunakan t test. t test yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui pengaruh pendekatan keterampilan proses sains terhadap hasil belajar biologi siswa. t test dilakukan dengan membandingkan posttest pada masing-masing kelas. Untuk memperoleh t hitung berdasarkan hasil rata-rata posttest dari kedua kelas yaitu eksperimen dan kontrol. Rata-rata posttest kelas eksperimen sebesar 80,4 dengan standar deviasi 10,33 sedangkan kelas kontrol sebesar 65,8 dengan standar deviasi 11,30. Nilai dari standar deviasi masing-masing kelas digabungkan dengan mencari standar deviasi gabungan dengan hasil yaitu 10,81. Untuk memperoleh nilai t hitung dilakukan perhitungan dengan menggunakan uji t. Dari hasil perhitungan antara posttest kelas eksperimen dan kontrol diperoleh t hitung = 5,64 dengan dk (derajat kebebasan) sebesar 68 ( ) maka diperoleh t tabel pada taraf signifikansi 0,05 sebesar 2,00. Tabel 4.10 Hasil Perhitungan Uji Hipotesis Posttest Data Nilai Posttest kelas eksperimen Nilai Posttest kelas kontrol Nilai Posttest 80,4 65,8 Nilai t hitung Nilai t tabel Keputusan 5,64 2,00 Ha diterima

63 proses. 14 Pada penelitian ini, penulis bertindak sebagai guru dalam 51 Didapat penghitungan posttest kelas eksperimen dan kontrol t hitung > t tabel (5,64 > 2,00). Hal ini menunjukkan Ha diterima, artinya pendekatan keterampilan proses sains berpengaruh terhadap hasil belajar biologi siswa. 13 D. Pembahasan Penelitian yang dilakukan dapat membuktikan bahwa pendekatan keterampilan proses sains berpengaruh terhadap hasil belajar biologi siswa. Hal ini dimungkinkan karena pendekatan keterampilan proses sains lebih banyak menekankan kepada cara belajar siswa aktif dengan memperhatikan proses pencapaian hasil belajar. Tugas guru tidak lagi memberikan pengetahuan, melainkan menyiapkan situasi yang menggiring siswa untuk bertanya, mengamati, mengadakan eksperimen, serta menemukan fakta dan konsep sendiri. Sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Perdy Karuru yang menyatakan bahwa mengubah pembelajaran dari teacher center menjadi student center serta dapat mendapatkan proporsi jawaban benar siswa dan hasil pembelajaran yang diajar dengan pendekatan keterampilan proses lebih baik dibanding pembelajaran yang tidak menggunakan pembelajaran keterampilan pembelajaran pendekatan keterampilan proses sains di SMA Negeri 4 Kota Tangerang Selatan. Penelitian ini dilakukan selama tiga kali pertemuan pada konsep ekosistem yang dilaksanakan pada dua kelas, yaitu kelas X.8 berjumlah 35 siswa yang diajarkan dengan pendekatan KPS, dan kelas X.7 berjumlah 35 siswa yang diajarkan dengan pendekatan konsep. Adapun posisi peneliti adalah sebagai motivator dan fasilitator bagi kelas eksperimen dan kontrol, apabila terdapat hal-hal dari kegiatan belajar yang 13 Lampiran 28, h Perdy Karuru, Penerapan Pendekatan Keterampilan Proses dalam Setting Pembelajaran Kooperatif Teknik STAD untuk Meningkatkan Kualitas Belajar IPA Siswa SLTP. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, No. 045, Tahun ke-9, November 2003, hal. 804.

64 52 belum dimengerti oleh siswa dalam kelompok, sehingga setiap kelompok dapat memecahkan solusi dari permasalahan secara bersama. Penulis bertindak sebagai guru dalam pembelajaran pendekatan keterampilan proses sains adalah diawali dengan membentuk kelompok kecil yang terdiri dari lima siswa yang telah dibuat oleh guru secara heterogen, menyampaikan materi dasar mengenai konsep ekosistem oleh guru kepada seluruh siswa, membagikan lembar kerja pada setiap kelompok, meminta kelompok untuk mengadakan pengamatan sesuai petunjuk LKS, meminta siswa untuk berdiskusi dengan kelompoknya dalam menjawab lembar kerja siswa dan mengkomunikasikannya. Berdasarkan data yang diperoleh melalui pretest, kedua kelas memiliki rata-rata yang tidak berbeda jauh. Kelas eksperimen dengan ratarata 53,2, nilai tertinggi 72, dan nilai terendah 32. Sedangkan kelas kontrol dengan rata-rata 50,2, nilai tertinggi 68, dan nilai terendah 28. Setelah diberikan perlakuan nilai rata-rata kelas eksperimen lebih baik dibandingkan dengan kelas kontrol. Berdasarkan data yang diperoleh melalui posttest, kelas eksperimen dengan rata-rata 80,4, nilai tertinggi 92, dan nilai terendah 52. Sedangkan kelas kontrol dengan rata-rata 65,8, nilai tertinggi 80, dan nilai terendah 40. Berdasarkan perolehan nilai N-gain, kelas eksperimen memiliki rata-rata 0,58, dengan kategori tinggi sebanyak 10 siswa, sedang sebanyak 21 siswa, dan rendah sebanyak 4 siswa. Sedangkan kelas kontrol memiliki rata-rata 0,33, dengan kategori tinggi tidak terdapat satu siswa, sedang sebanyak 29 siswa, dan rendah sebanyak 6 siswa. Dengan demikian, siswa kelas eksperimen mempunyai hasil rata-rata dan kategori N-gain lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Indrianingsih yang menyatakan bahwa dengan keterampilan proses sains pada konsep ekosistem dapat meningkatkan hasil belajar siswa menuju ke kategori sedang Indrianingsih, Penerapan Pendekatan Keterampilan Proses Sains untuk Meningkatkan Hasil Belajar tentang Konsep Ekosistem Bernuansa Nilai, (Jakarta: Skripsi UIN, 2009)

65 53 Observasi yang dilakukan adalah untuk mengetahui kegiatan belajar mengajar selama pembelajaran menggunakan pendekatan keterampilan proses sains. Guru bidang studi biologi dan teman sebaya yang berperan sebagai observer atau pengamat selama proses pembelajaran berlangsung. Observasi yang dilakukan mengacu pada lembar observasi yang telah dibuat sesuai dengan aspek-aspek KPS. 16 Berdasarkan hasil observasi, pembelajaran dengan pendekatan KPS menciptakan bentuk kegiatan pengajaran yang bervariasi, agar siswa terlibat dalam berbagai pengalaman. Pengalaman yang didapat melalui pendekatan keterampilan proses sains dapat mengembangkan kemampuan dasar siswa menjadi kreatif, aktif, terampil dalam berpikir dan terampil dalam memperoleh pengetahuannya. Pembelajaran ini juga dapat mengasah pola berpikirnya sehingga dapat meningkatkan hasil belajar. 17 Hal ini sesuai dengan data hasil observasi pada kelas eksperimen pada aspek mengamati setiap kegiatan kelompok yang diberikan mendapatkan persentase sebesar 85,71%. Sedangkan berdasarkan respon sikap siswa, kemampuan siswa mengumpulkan data sesuai pengamatan mendapatkan persentase sebesar 85,7%. Hal ini menunjukkan bahwa hampir seluruh siswa terampil dalam hal mengamati dan mengumpulkan data-data sesuai pengamatan. Begitu pula pada aspek mengklasifikasi, setiap kegiatan kelompok yang diberikan mendapatkan persentase sebesar 83,33%. Berdasarkan respon sikap siswa, kemampuan siswa mengelompokkan data sesuai pengamatan mendapatkan persentase sebesar 94,29%. Hal ini juga menunjukkan bahwa siswa baik dalam hal mengklasifikasi dan mampu mengelompokkan data-data sesuai pengamatan. Namun, pada aspek menafsirkan hasil pengamatan setiap kegiatan kelompok yang diberikan mendapatkan persentase sebesar 66,7%. Padahal berdasarkan respon sikap, siswa bisa menafsirkan hasil pengamatan untuk 16 Lampiran 13, h Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran, (Bandung: Alfabeta, 2010), h. 74.

66 54 dijadikan kesimpulan dengan mendapatkan persentase sebesar 100%. Tidak sesuainya persentase antara observasi dan respon siswa menunjukkan bahwa kemungkinan siswa belum memahami teknik dalam menafsirkan data, sehingga penilaian observer menyatakan siswa belum terampil dalam hal menafsirkan hasil pengamatan. Selanjutnya aspek berkomunikasi setiap kegiatan kelompok yang diberikan mendapatkan persentase sebesar 70,24%. Berdasarkan respon sikap, kemampuan siswa mempresentasikan hasil diskusi serta membuat kesimpulan dengan mendapatkan persentase sebesar 97,1%. Hal ini menunjukkan bahwa siswa cukup terampil dalam hal berkomunikasi. 18 Berbeda dengan proses pembelajaran pada kelas kontrol, siswa tidak diberikan perlakuan dalam mengerjakan LKS, tidak berdiskusi kelompok dan hanya guru yang menjadi sumber pembelajaran. Dimana guru hanya berperan sebagai pengarah dalam membangun potensi siswa sedangkan siswa sebagai pusat pembelajaran. Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan konsep ada kecenderungan siswa dituntut mengingat konsep bukan diajak melakukan kegiatan untuk mendapatkan darimana konsep itu diperoleh, sehingga pada akhirnya akan berpengaruh pada lama tidaknya penyimpanan pengetahuan di dalam memori siswa. Berdasarkan pengujian hipotesis sebelumnya, menyatakan bahwa adanya pengaruh pendekatan keterampilan proses sains terhadap hasil belajar biologi siswa. Setelah melakukan uji normalitas dan uji homogenitas, diketahui bahwa kedua kelas berdistribusi normal dan homogen, maka dari itu pengujian hipotesis menggunakan t test. t test yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui pengaruh pendekatan keterampilan proses sains terhadap hasil belajar biologi siswa. t test dilakukan dengan membandingkan posttest pada masing-masing kelas. Perbedaan rata-rata hasil belajar biologi antara kedua kelas menunjukkan bahwa pembelajaran dengan pendekatan keterampilan proses sains lebih baik dibandingkan pembelajaran dengan pendekatan 18 Lampiran 16, h

67 55 konsep. Karena berdasarkan nilai rata-rata posttest siswa kelas eksperimen (80,4) lebih tinggi dari pada nilai rata-rata posttest kelas kontrol (65,8). Dengan menggunakan t test nilai posttest kedua kelas tersebut diperoleh juga thitung > ttabel, yaitu 5,64 > 2,00. Hal ini menunjukkan adanya pengaruh pendekatan keterampilan proses terhadap hasil belajar biologi siswa, sehingga pada kelas eksperimen hasil belajar lebih tinggi dibandingkan dengan hasil belajar biologi siswa pada kelas kontrol. Hasil penelitian ini senada dengan Kartini Herlina yang menyatakan bahwa pendekatan keterampilan proses dapat meningkatkan aktivitas, pemahaman, dan hasil belajar siswa. 19 Berdasarkan perhitungan pengujian hipotesis menunjukkan t test didapatkan t hitung = 5,64 dengan dk (derajat kebebasan) sebesar 68 maka diperoleh t tabel pada taraf signifikansi 0,05 sebesar 2,00. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat Ho ditolak dan Ha diterima, artinya pendekatan keterampilan proses sains berpengaruh terhadap hasil belajar biologi siswa. Hal ini senada dengan hasil penelitian Lillah Fauziah dalam skripsinya yang berjudul Pengaruh Pendekatan Keterampilan Proses Sains pada Konsep Cahaya yang Terintegrasi Nilai Terhadap Hasil Belajar Siswa. Hasil Penelitian ini menunjukkan bahwa pembelajaran dengan pendekatan keterampilan proses sains berpengaruh terhadap hasil belajar fisika siswa. 20 Begitu pula dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Haryono yang menyatakan bahwa model pembelajaran keterampilan proses sains cukup efektif dalam meningkatkan kemampuan proses sains siswa dan pencapaian hasil belajarnya secara keseluruhan Kartini Herlina, Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Fisika Siswa melalui Pendekatan Keterampilan Proses pada Kelas I SMUN 10 Bandar Lampung. Jurnal Pendidikan Pembelajaran, Volume 2, Nomor 3, Desember 2004, hal Lillah Fauziah, Pengaruh Pendekatan Keterampilan Proses Sains pada Konsep Cahaya yang Terintegrasi Nilai Terhadap Hasil Belajar Siswa, (Jakarta: skripsi UIN, 2009). 21 Haryono, Model Pembelajaran Berbasis Peningkatan Keterampilan Proses Sains. Jurnal Pendidikan Dasar, Volume 7, No. 2, 2006, hal. 11.

68 56 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa pendekatan keterampilan proses sains berpengaruh terhadap hasil belajar biologi siswa pada konsep ekosistem, dengan t hitung > t tabel (5,64 > 2,00) dengan taraf signifikansi 5% dan derajat kebebasan 68. Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan keterampilan proses sains pada konsep ekosistem cukup efektif dalam meningkatkan aktifitas siswa, hal ini dapat dilihat melalui hasil observasi saat pembelajaran berlangsung. B. Saran Guru biologi khususnya berupaya untuk selalu meningkatkan kualitas pembelajarannya, dengan menerapkan pendekatan dan model yang bervariasi dalam proses belajar mengajar sehingga dapat meningkatkan hasil belajar. Manajemen waktu yang baik dalam penerapan setiap pendekatan, yang akan memberikan dampak yang positif pula terhadap hasil belajar yang ingin dicapai.

69 57 DAFTAR PUSTAKA Ango L, Mary Mastery of Science Process Skills and Their Effective Use in the Teaching of Science: An Educology of Science Education in the Nigerian Context, International Journal of Educology, Volume 16, No. 1. Arikunto, Suharsimi Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta: Rineka Cipta Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan Edisi Revisi, Jakarta: Bumi Aksara. BSNP, Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah, Jakarta: Balitbang Depdiknas. David, E Meltzer. The Relationship between mathematics preparation and conceptual learning gains in physics: a possible hidden variable in diagnostic pretest scores, dari pdf. (23 Juni 2011). Devi K, Poppy dkk. Pendekatan Keterampilan Proses pada Pembelajaran IPA, diakses dari (7 Januari 2011). Dimyati dan Mujiono Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Rineka Cipta. Djaafar Zahara, Tengku Kontribusi Strategi Pembelajaran, Jakarta: Fakultas Ilmu Pendidikan UN-Padang. Fauziah, Lillah Pengaruh Pendekatan Keterampilan Proses Sains pada Konsep Cahaya yang Terintegrasi Nilai Terhadap Hasil Belajar Siswa, Jakarta: skripsi UIN. Hake, R Richard Analyzing Change/Gain Scores, American Educational Research Association s Division, Measurrement and Research Methodology. Hamalik, Oemar Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem, Jakarta: Bumi Aksara Proses Belajar Mengajar, Jakarta: Bumi Aksara.

70 58 Hamalik, Oemar Kurikulum dan Pembelajaran, Jakarta: Bumi Aksara. Hariwijaya, dan M. Triton Teknik Penulisan Skripsi dan Tesis, Cet. Ke-I. Jakarta: Oryza. Harlen, Wayne The Teaching of Science: Sudies in Primary Education, London: David Fulthon Publishing Company. Haryono, Model Pembelajaran Berbasis Peningkatan Keterampilan Proses Sains, Jurnal Pendidikan Dasar, Volume 7, No. 2. Herlina, Kartini Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Fisika Siswa melalui Pendekatan Keterampilan Proses pada Kelas I SMUN 10 Bandar Lampung, Jurnal Pendidikan Pembelajaran, Desember, Volume 2, Nomor 3. Holil, Anwar. Pendekatan Keterampilan Proses Sains, diakses dari (10 Maret 2011). Indrianingsih Penerapan Pendekatan Keterampilan Proses Sains untuk Meningkatkan Hasil Belajar tentang Konsep Ekosistem Bernuansa Nilai, Jakarta: Skripsi UIN. Karuru, Perdy Penerapan Pendekatan Keterampilan Proses dalam Seting Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD untuk Meningkatkan Kualitas Belajar IPA Siswa SLTP, dalam Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, No. 045, Tahun ke-9, November. Kasiram, Moh Metodologi Penelitian, Malang: UIN Malang Press. Mei Yew Teo, Grace Promoting Science Process Skills and The Relevance of Science Through Science Alive Programme, Proceedings of the Redesigning Pedagogy: Culture, Knowledge and Understanding Conference, Singapore, May. Muslim Effort to Improve Science Process Skill Student s Learning in Physics Through Inquiry Based Model. Proceeding The Second International Seminar on Science Education, UPI. Peraturan Pemerintah RI Bab IV Standar Proses Pasal 19 ayat 1 tentang Standar Nasional Pendidikan, tersedia di: Riduwan Belajar Mudah Penelitian untuk Guru-Karyawan dan Peneliti Pemula, Bandung: Alfabeta.

71 59 Rohani, Ahmad Pengelolaan Pengajaran, Cet. Ke-II. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Rustaman Y, Nuryani dkk Strategi Belajar Mengajar Biologi. Cetakan I Malang: Universitas Negeri Malang. Sagala, Syaiful Konsep dan Makna Pembelajaran, Bandung: Alfabeta. Semiawan, Conny dkk Pendekatan Keterampilan Proses, Bagaimana Mengaktifkan Siswa dalam Belajar. Jakarta: Gramedia. Sofyan, Ahmad, Tonih Feronika, Burhanudin Milama Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi, Jakarta: UIN Jakarta Press. Sudjana Metode Statistika, Bandung: Tarsito. Sudjana, Nana Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, Bandung: Sinar Baru Algensindo, Cet. Ke-VI. Sugiyono Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, Bandung: Alfabeta. Suhartawan, Bambang Mengoptimalkan Proses IPA dalam Pembelajaran di Laboratorium. Jurnal Pendidikan dan Pengajaran, Volume 2, No. 2, Suryabrata, Sumadi Psikologi Pendidikan, Jakarta: Raja Grafindo, Cet. Ke- XIII. Syah, Muhibbin Psikologi Belajar, Jakarta: PT. Logos Wacana Ilmu.

72 60 Lampiran 1 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Kelas Eksperimen Mata Pelajaran : IPA Biologi Kelas/Semester : X/ 2 Pertemuan : 1 Alokasi waktu : 2 x 45 menit (1 kali pertemuan) Standar Kompetensi 4 Menganalisis hubungan antara komponen ekosistem, perubahan materi, dan energi serta peranan manusia dalam keseimbangan ekosistem. Kompetensi Dasar 4.1 Mendeskripsikan peran komponen ekosistem dalam aliran energi dan daur biogeokimia. Indikator 1. Menjelaskan komponen penyusun ekosistem. 2. Membedakan penyusun komponen biotik dan abiotik dari ekosistem. 3. Mengetahui pengaruh perubahan komponen terhadap ekosistem. A. Tujuan Pembelajaran 1. Siswa dapat mendeskripsikan pengertian ekosistem. 2. Siswa dapat mengelompokkan komponen biotik berdasarkan fungsinya. 3. Siswa dapat mengelompokkan komponen abiotik berdasarkan fungsinya. 4. Siswa dapat membedakan penyusun komponen biotik dan abiotik dari ekosistem. 5. Siswa dapat mendeskripsikan hubungan antara komponen biotik dengan abiotik. 6. Siswa dapat mengetahui pengaruh perubahan komponen terhadap ekosistem. B. Materi Pembelajaran - Komponen penyusun ekosistem. - Komponen biotik dan abiotik. C. Metode Pembelajaran Pendekatan : Keterampilan Proses Sains

73 61 Metode : Observasi lingkungan sekolah dan diskusi D. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran Tahapan Kegiatan Pendahulu an Keterampilan Proses Sains Aktivitas Guru Aktivitas Siswa 1. Guru memusatkan perhatian siswa dengan mengecek kehadiran 2. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. 3. Guru memberikan apersepsi tentang ekosistem dengan bertanya: a. Apakah makhluk hidup bisa hidup di tempat yang sama? Misalnya ikan dan burung. b. Apa yang kamu ketahui mengenai ekosistem? c. Sebutkan komponenkomponen abiotik dan biotik yang ada di lingkungan sekolah? 1. Siswa merespon panggilan guru. 2. Siswa mendengarkan tujuan pembelajaran yang disampaikan guru 3. Siswa mendengarkan dan menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru. Alokasi Waktu 10 menit Kegiatan Inti Mengamati 4. Guru membagi siswa ke dalam kelompok yang heterogen. 5. Guru mengajak siswa melakukan pengamatan di lingkungan sekolah untuk mengetahui pengaruh perubahan komponen terhadap ekosistem. 6. Guru membimbing 4. Siswa bergabung dengan kelompoknya. 5. Siswa melakukan pengamatan di lingkungan sekolah. 6. Siswa melakukan 75 menit

74 62 Penutup Klasifikasi dan Menafsirkan Berkomunika si tiap kelompok secara bergiliran. 7. Guru membimbing tiap kelompok untuk memasukkan hasil pengamatan dan menafsirkan. 8. Guru mengarahkan siswa untuk bekerja sama dengan kelompoknya. 9. Guru memilih beberapa kelompok untuk menyajikan hasil diskusinya. 10. Guru menyimpulkan hasil diskusi bersama siswa. kegiatan dengan petunjuk dari LKS 7. Siswa memasukkan hasil pengamatan ke dalam tabel dan mengklasifikasika n secara teoritis hubungan penyusun komponen biotik dengan komponen abiotik. Serta siswa menafsirkan hasil pengamatan. 8. Siswa berdiskusi dalam menemukan jawaban. 9. Siswa mengkomunikasi kan hasil pengamatan kelompok. 10. Siswa memperhatikan penjelasan guru. 5 menit E. Media dan Sumber Belajar 1. Buku IPA Biologi untuk SMA kelas X semester II, KTSP, Penerbit Erlangga, Tahun Buku IPA Biologi untuk SMA kelas X, KTSP, Penerbit Erlangga, Tahun Buku Kerja Biologi untuk SMA kelas X, KTSP, Penerbit Esis, Tahun F. Penilaian Penilaian diambil dari lembar penilaian kinerja umum pendekatan keterampilan proses sains dan LKS.

75 63 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Kelas Eksperimen Mata Pelajaran : IPA Biologi Kelas/Semester : X/ 2 Pertemuan : 2 Alokasi waktu : 2 x 45 menit (1 kali pertemuan) Standar Kompetensi 4 Menganalisis hubungan antara komponen ekosistem, perubahan materi, dan energi serta peranan manusia dalam keseimbangan ekosistem. Kompetensi Dasar 4.1 Mendeskripsikan peran komponen ekosistem dalam aliran energi dan daur biogeokimia. Indikator 1. Menjelaskan macam-macam interaksi yang terjadi antar individu, antar populasi, dan antar komponen biotik dan abiotik. 2. Membedakan interaksi yang terjadi antar individu, antar populasi, dan antar komponen biotik dan abiotik. 3. Mengetahui perbedaan interaksi yang terjadi antar individu, antar populasi, dan antar komponen biotik dan abiotik. A. Tujuan Pembelajaran 1. Siswa dapat menjelaskan macam-macam interaksi yang terjadi antar individu, antar populasi, dan antar komponen biotik dan abiotik. 2. Siswa dapat membedakan interaksi yang terjadi antar individu, antar populasi, dan antar komponen biotik dan abiotik. 3. Siswa dapat menjelaskan tipe-tipe ekosistem. 4. Siswa dapat mengetahui perbedaan interaksi yang terjadi antar individu, antar populasi, dan antar komponen biotik dan abiotik. B. Materi Pembelajaran - Pola-pola hubungan dalam ekosistem - Tipe-tipe ekosistem C. Metode Pembelajaran Pendekatan : Keterampilan Proses Sains

76 64 Metode : Observasi lingkungan sekolah dan diskusi. D. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran Tahapan Kegiatan Pendahulu an Keterampilan Proses Sains Aktivitas Guru Aktivitas Siswa 1. Guru memusatkan perhatian siswa dengan mengecek kehadiran. 2. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. 3. Guru memberikan apersepsi dengan bertanya: a. Jenis-jenis interaksi apa saja yang kalian ketahui? b. Berikan contoh interaksi yang kalian sebutkan! 4. Guru menghubungkan materi sebelumnya dengan materi yang akan diberikan. 5. Guru meminta siswa untuk bergabung dengan kelompoknya. 1. Siswa merespon panggilan guru. 2. Siswa mendengarkan tujuan pembelajaran yang disampaikan guru 3. Siswa mendengarkan dan menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru. 4. Siswa mendengarkan 5. Siswa bergabung dengan kelompoknya. Alokasi Waktu 10 menit Kegiatan Inti Mengamati 6. Guru mengajak siswa melakukan pengamatan di lingkungan sekolah tentang komponen yang menyusun lingkungan sekolah serta berbagai interaksi di dalamnya. 7. Guru membimbing tiap kelompok 6. Siswa melakukan pengamatan. 7. Siswa melakukan kegiatan dengan 75 menit

77 65 Klasifikasi dan Menafsirkan Berkomunika si secara bergiliran. 8. Guru membimbing tiap kelompok untuk memasukkan hasil pengamatan dan menafsirkan. 9. Guru mengarahkan siswa untuk bekerja sama dengan kelompoknya. 10. Guru memilih beberapa kelompok untuk menyajikan hasil diskusinya. petunjuk dari LKS 8. Siswa memasukkan hasil pengamatan ke dalam tabel dan mengklasifikasika n secara teoritis tentang komponen yang menyusun lingkungan sekolah serta berbagai interaksi di dalamnya. Serta siswa menafsirkan hasil pengamatan. 9. Siswa berdiskusi dalam menemukan jawaban. 10. Siswa mengkomunikasi kan hasil pengamatan kelompok. Penutup 11. Guru menyimpulkan hasil diskusi bersama siswa. 11. Siswa memperhatikan penjelasan guru. 5 menit E. Media dan Sumber Belajar 1. Buku IPA Biologi untuk SMA kelas X semester II, KTSP, Penerbit Erlangga, Tahun Buku IPA Biologi untuk SMA kelas X, KTSP, Penerbit Erlangga, Tahun Buku Kerja Biologi untuk SMA kelas X, KTSP, Penerbit Esis, Tahun F. Penilaian Hasil Belajar Penilaian diambil dari lembar penilaian kinerja umum pendekatan keterampilan proses sains dan LKS.

78 66 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Kelas Eksperimen Mata Pelajaran : IPA Biologi Kelas/Semester : X/ 2 Pertemuan : 3 Alokasi waktu : 2 x 45 menit (1 kali pertemuan) Standar Kompetensi 4 Menganalisis hubungan antara komponen ekosistem, perubahan materi, dan energi serta peranan manusia dalam keseimbangan ekosistem. Kompetensi Dasar 4.1 Mendeskripsikan peran komponen ekosistem dalam aliran energi dan daur biogeokimia. Indikator 1. Menjelaskan mekanisme aliran energi dan rantai makanan pada makhluk hidup. 2. Membuat contoh rantai makanan dan jaring-jaring makanan dalam kehidupan sehari-hari. 3. Memahami konsep piramida ekologi. A. Tujuan Pembelajaran 1. Siswa dapat menjelaskan mekanisme aliran energi pada makhluk hidup. 2. Siswa dapat menjelaskan rantai makanan pada makhluk hidup. 3. Siswa dapat menjelaskan jaring-jaring makanan dalam kehidupan seharihari. 4. Siswa dapat membuat contoh rantai makanan dan jaring-jaring makanan dalam kehidupan sehari-hari. 5. Siswa dapat memahami konsep piramida ekologi. B. Materi Pembelajaran - Aliran energi - Rantai makanan - Jaring-jaring makanan - Piramida ekologi C. Metode Pembelajaran Pendekatan : Keterampilan Proses Sains

79 67 Metode : Observasi lingkungan sekolah dan diskusi D. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran Tahapan Kegiatan Pendahulu an Kegiatan Inti Keterampilan Proses Sains Aktivitas Guru Aktivitas Siswa Mengamati Klasifikasi 1. Guru memusatkan perhatian siswa dengan mengecek kehadiran 2. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. 3. Guru memberikan apersepsi dengan bertanya: a. Apakah rantai makanan itu? b. Apa bedanya rantai makanan dengan jaringjaring makanan? 4. Guru menghubungkan materi sebelumnya dengan materi yang akan diberikan. 5. Guru meminta siswa untuk bergabung dengan kelompoknya. 6. Guru mengajak siswa melakukan pengamatan di lingkungan sekolah tentang mekanisme aliran energi dan rantai makanan pada makhluk hidup. 7. Guru membimbing tiap kelompok secara bergiliran. 8. Guru membimbing 1. Siswa merespon panggilan guru. 2. Siswa mendengarkan tujuan pembelajaran yang disampaikan guru 3. Siswa mendengarkan dan menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru. 4. Siswa mendengarkan. 5. Siswa bergabung dengan kelompoknya. 6. Siswa melakukan pengamatan. 7. Siswa melakukan kegiatan dengan petunjuk dari LKS 8. Siswa Alokasi Waktu 10 menit 75 menit

80 68 dan Menafsirkan tiap kelompok untuk memasukkan hasil pengamatan dan menafsirkan. 9. Guru mengarahkan siswa untuk bekerja sama dengan kelompoknya. Berkomunika 10. Guru si memilih beberapa kelompok untuk menyajikan hasil diskusinya. Penutup 11. Guru menyimpulkan hasil diskusi bersama siswa. memasukkan hasil pengamatan ke dalam tabel dan mengklasifikasika n secara teoritis tentang mekanisme aliran energi dan rantai makanan pada makhluk hidup. Serta siswa menafsirkan hasil pengamatan. 9. Siswa berdiskusi dalam menemukan jawaban. 10. Siswa mengkomunikasi kan hasil pengamatan kelompok. 11. Siswa memperhatikan penjelasan guru. 5 menit E. Media dan Sumber Belajar 1. Buku IPA Biologi untuk SMA kelas X semester II, KTSP, Penerbit Erlangga, Tahun Buku IPA Biologi untuk SMA kelas X, KTSP, Penerbit Erlangga, Tahun Buku Kerja Biologi untuk SMA kelas X, KTSP, Penerbit Esis, Tahun F. Penilaian Hasil Belajar Penilaian diambil dari lembar penilaian kinerja umum pendekatan keterampilan proses sains dan LKS.

81 69 Lampiran 2 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Kelas Kontrol Mata Pelajaran : IPA Biologi Kelas/Semester : X/ 2 Pertemuan : 1 Alokasi waktu : 2 x 45 menit (1 kali pertemuan) Standar Kompetensi 4 Menganalisis hubungan antara komponen ekosistem, perubahan materi, dan energi serta peranan manusia dalam keseimbangan ekosistem. Kompetensi Dasar 4.1 Mendeskripsikan peran komponen ekosistem dalam aliran energi dan daur biogeokimia. Indikator 1. Menjelaskan komponen penyusun ekosistem. 2. Membedakan penyusun komponen biotik dan abiotik dari ekosistem. 3. Mengetahui pengaruh perubahan komponen terhadap ekosistem. A. Tujuan Pembelajaran 1. Siswa dapat mendeskripsikan pengertian ekosistem. 2. Siswa dapat mengelompokkan komponen biotik berdasarkan fungsinya. 3. Siswa dapat mengelompokkan komponen abiotik berdasarkan fungsinya. 4. Siswa dapat membedakan penyusun komponen biotik dan abiotik dari ekosistem. 5. Siswa dapat mendeskripsikan hubungan antara komponen biotik dengan abiotik. 6. Siswa dapat mengetahui pengaruh perubahan komponen terhadap ekosistem. B. Materi Pengajaran - Komponen penyusun ekosistem. - Komponen biotik dan abiotik.

82 70 C. Metode Pembelajaran Pendekatan: Konsep Metode : Ceramah dan diskusi D. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran Tahapan kegiatan Aktifitas Guru Deskripsi Pembelajaran Pendahuluan 1. Guru memusatkan perhatian siswa dengan mengecek kehadiran 2. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. 3. Guru memberikan apersepsi tentang ekosistem dengan bertanya: a. Apakah makhluk hidup bisa hidup di tempat yang sama? Misalnya ikan dan burung. b. Apa yang kamu ketahui mengenai ekosistem? c. Sebutkan komponenkomponen abiotik dan biotik yang ada di lingkungan sekolah? Aktifitas Siswa 1. Siswa merespon panggilan guru. 2. Siswa mendengarkan tujuan pembelajaran yang disampaikan guru 3. Siswa mendengarkan dan menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru. Alokasi waktu 10 menit Kegiatan Inti 4. Guru memperlihatkan sebagian penyusun komponen abiotik, misalnya: dengan mempertunjukkan air, tanah, suhu, angin dan cahaya. 5. Guru menjelaskan komponen penyusun ekosistem. 6. Guru menjelaskan komponen abiotik. 7. Guru memperlihatkan sebagian penyusun komponen biotik, misalnya: rumput sebagai produsen, belalang sebagai konsumen I, katak sebagai konsumen II. 8. Guru menjelaskan komponen biotik. 9. Guru mengelompokkan komponen abiotik dan biotik berdasarkan fungsinya. 10. Guru mendeskripsikan 4. Siswa memperhatikan contoh sebagian penyusun komponen abiotik yang diperlihatkan oleh guru. 5. Siswa mendengarkan penjelasan dari guru. 6. Siswa mendengarkan penjelasan dari guru. 7. Siswa memperhatikan contoh sebagian penyusun komponen abiotik yang diperlihatkan oleh guru. 8. Siswa mendengarkan penjelasan dari guru. 9. Siswa mendengarkan penjelasan dari guru. 10. Siswa 75 menit

83 71 hubungan antara komponen biotik dengan abiotik 11. Guru membagikan lembar kerja siswa untuk segera diisi. Penutup 12. Guru menyimpulkan materi yang telah dipelajari dan menginformasikan untuk membaca bahan ajar/buku ajar. mendengarkan penjelasan dari guru. 11. Siswa mengerjakan LKS yang diberikan oleh guru. 12. Siswa memperhatikan guru. 5 menit E. Media dan Sumber Belajar 1. Buku IPA Biologi untuk SMA kelas X semester II, KTSP, Penerbit Erlangga, Tahun Buku IPA Biologi untuk SMA kelas X, KTSP, Penerbit Erlangga, Tahun Buku Kerja Biologi untuk SMA kelas X, KTSP, Penerbit Esis, Tahun Alat peraga 5. Laptop dan LCD F. Penilaian Hasil Belajar Penilaian diambil dari tes hasil belajar pada akhir konsep materi dibahas.

84 72 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Kelas Kontrol Mata Pelajaran : IPA Biologi Kelas/Semester : X/ 2 Pertemuan : 2 Alokasi waktu : 2 x 45 menit (1 kali pertemuan) Standar Kompetensi 4 Menganalisis hubungan antara komponen ekosistem, perubahan materi, dan energi serta peranan manusia dalam keseimbangan ekosistem. Kompetensi Dasar 4.1 Mendeskripsikan peran komponen ekosistem dalam aliran energi dan daur biogeokimia Indikator 1. Menjelaskan macam-macam interaksi yang terjadi antar individu, antar populasi, dan antar komponen biotik dan abiotik. 2. Membedakan interaksi yang terjadi antar individu, antar populasi, dan antar komponen biotik dan abiotik. 3. Mengetahui perbedaan interaksi yang terjadi antar individu, antar populasi, dan antar komponen biotik dan abiotik. A. Tujuan Pembelajaran 1. Siswa dapat menjelaskan macam-macam interaksi yang terjadi antar individu, antar populasi, dan antar komponen biotik dan abiotik. 2. Siswa dapat membedakan interaksi yang terjadi antar individu, antar populasi, dan antar komponen biotik dan abiotik. 3. Siswa dapat menjelaskan tipe-tipe ekosistem. 4. Siswa dapat mengetahui perbedaan interaksi yang terjadi antar individu, antar populasi, dan antar komponen biotik dan abiotik. B. Materi Pengajaran - Pola-pola hubungan dalam ekosistem - Tipe-tipe ekosistem

85 73 C. Metode Pembelajaran Pendekatan : Konsep Metode : Ceramah dan diskusi. D. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran Tahapan kegiatan Aktifitas Guru Deskripsi Pembelajaran Pendahuluan 1. Guru memusatkan perhatian siswa dengan mengecek kehadiran 2. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. 3. Guru memberikan apersepsi dengan bertanya: a. Jenis-jenis interaksi apa saja yang kalian ketahui? b. Berikan contoh interaksi yang kalian sebutkan! 4. Guru menghubungkan materi sebelumnya dengan materi yang akan diberikan. Kegiatan 5. Guru mempertunjukkan Inti interaksi antar individu, antar populasi di dalam kelas. Misalnya: interaksi antar teman di dalam kelas. 6. Guru mempertunjukkan interaksi antar komponen abiotik dengan abiotik. Misalnya: tanaman dengan air. 7. Guru menjelaskan macammacam interaksi yang terjadi antar individu, antar populasi, dan antar komponen biotik dan abiotik. 8. Guru membedakan macammacam interaksi yang terjadi antar individu, antar populasi, dan antar komponen biotik dan abiotik. 9. Guru menjelaskan tipe-tipe ekosistem. 10. Guru membagikan lembar kerja siswa untuk segera diisi. Aktifitas Siswa 1. Siswa merespon panggilan guru. 2. Siswa mendengarkan tujuan pembelajaran yang disampaikan guru 3. Siswa mendengarkan dan menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru. 4. Siswa mendengarkan penjelasan guru. 5. Siswa memperhatikan contoh interaksi antar individu, antar populasi di dalam kelas. 6. Siswa memperhatikan contoh interaksi antar komponen abiotik dan biotik. 7. Siswa mendengarkan penjelasan dari guru. 8. Siswa mendengarkan penjelasan dari guru. 9. Siswa mendengarkan penjelasan dari guru. 10. Siswa mengerjakan LKS yang diberikan oleh guru. Alokasi waktu 10 menit 75 menit

86 74 Penutup 11. Guru menyimpulkan materi yang telah dipelajari dan menginformasikan untuk membaca bahan ajar/buku ajar. 11. Siswa memperhatikan guru. 5 menit E. Media dan Sumber Belajar 1. Buku IPA Biologi untuk SMA kelas X semester II, KTSP, Penerbit Erlangga, Tahun Buku IPA Biologi untuk SMA kelas X, KTSP, Penerbit Erlangga, Tahun Buku Kerja Biologi untuk SMA kelas X, KTSP, Penerbit Esis, Tahun Alat peraga 5. Laptop dan LCD F. Penilaian Hasil Belajar Penilaian diambil dari tes hasil belajar pada akhir konsep materi dibahas.

87 75 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Kelas Kontrol Mata Pelajaran : IPA Biologi Kelas/Semester : X/ 2 Pertemuan : 3 Alokasi waktu : 2 x 45 menit (1 kali pertemuan) Standar Kompetensi 4 Menganalisis hubungan antara komponen ekosistem, perubahan materi, dan energi serta peranan manusia dalam keseimbangan ekosistem. Kompetensi Dasar 4.1 Mendeskripsikan peran komponen ekosistem dalam aliran energi dan daur biogeokimia Indikator 1. Menjelaskan mekanisme aliran energi dan rantai makanan pada makhluk hidup. 2. Membuat contoh rantai makanan dan jaring-jaring makanan dalam kehidupan sehari-hari. 3. Memahami konsep piramida ekologi. A. Tujuan Pembelajaran 1. Siswa dapat menjelaskan mekanisme aliran energi pada makhluk hidup. 2. Siswa dapat menjelaskan rantai makanan pada makhluk hidup. 3. Siswa dapat menjelaskan jaring-jaring makanan dalam kehidupan seharihari. 4. Siswa dapat membuat contoh rantai makanan dan jaring-jaring makanan dalam kehidupan sehari-hari. 5. Siswa dapat memahami konsep piramida ekologi. B. Materi Pengajaran - Aliran energi - Rantai makanan - Jaring-jaring makanan - Piramida ekologi

88 76 C. Metode Pembelajaran Pendekatan : Konsep Metode : Ceramah dan diskusi. D. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran Tahapan kegiatan Aktifitas Guru Deskripsi Pembelajaran Pendahuluan 1. Guru memusatkan perhatian siswa dengan mengecek kehadiran 2. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. 3. Guru memberikan apersepsi dengan bertanya: a. Apakah rantai makanan itu? b. Apa bedanya rantai makanan dengan jaringjaring makanan? 4. Guru menghubungkan materi sebelumnya dengan materi yang akan diberikan. Aktifitas Siswa 1. Siswa merespon panggilan guru. 2. Siswa mendengarkan tujuan pembelajaran yang disampaikan guru 3. Siswa mendengarkan dan menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru. 4. Siswa mendengarkan penjelasan guru. Alokasi waktu 10 menit Kegiatan Inti 5. Guru menjelaskan mekanisme aliran energi pada makhluk hidup. 6. Guru mempertunjukkan rantai makanan pada makhluk hidup. Misalnya: rumput dengan belalang. 7. Guru menjelaskan rantai makanan pada makhluk hidup. 8. Guru menjelaskan jaringjaring makanan dalam kehidupan sehari-hari. 9. Guru meminta siswa untuk membuat contoh rantai makanan dan jaring-jaring makanan dalam kehidupan sehari-hari. 10. Guru menjelaskan konsep piramida ekologi. 11. Guru membagikan lembar kerja siswa untuk 5. Siswa mendengarkan penjelasan guru. 6. Siswa memperhatikan rantai makanan pada makhluk hidup. 7. Siswa mendengarkan penjelasan dari guru. 8. Siswa mendengarkan penjelasan dari guru. 9. Siswa membuat contoh rantai makanan dan jaring-jaring makanan dalam kehidupan sehari-hari. 10. Siswa mendengarkan penjelasan dari guru. 11. Siswa 75 menit

89 77 segera diisi. Penutup 12. Guru menyimpulkan materi yang telah dipelajari dan menginformasikan untuk membaca bahan ajar/buku ajar. mengerjakan LKS yang diberikan oleh guru. 12. Siswa memperhatikan guru. 5 menit E. Media dan Sumber Belajar 1. Buku IPA Biologi untuk SMA kelas X semester II, KTSP, Penerbit Erlangga, Tahun Buku IPA Biologi untuk SMA kelas X, KTSP, Penerbit Erlangga, Tahun Buku Kerja Biologi untuk SMA kelas X, KTSP, Penerbit Esis, Tahun Alat peraga 5. Laptop dan LCD F. Penilaian Hasil Belajar Penilaian diambil dari tes hasil belajar pada akhir konsep materi dibahas.

90 78 Lampiran 3 Pertemuan I LEMBAR KERJA SISWA (LKS) Nama kelompok : Mata Pelajaran Kelas Semester Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Indikator : Biologi : X IPA : II : 4. Menganalisis hubungan antara komponen ekosistem, perubahan materi, dan energi serta peranan manusia dalam keseimbangan ekosistem. : 4.1 Mendeskripsikan peran komponen ekosistem dalam aliran energi dan daur biogeokimia. : Mengetahui pengaruh perubahan komponen terhadap ekosistem. Ekosistem merupakan hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan makhluk hidup lain,serta dg benda tak hidup di lingkungannya yang membentuk ekosistem. Komponen penyusun ekosistem terdiri dari abiotik dan biotik. Berdasarkan sifatnya komponen biotik contohnya seperti: tumbuhan, hewan, dan mikroorganisme. Sedangkan berdasarkan sifatnya komponen abiotik contohnya seperti: cahaya, angin, suhu, kelembapan, air, mineral, udara, dsb. Faktor biotik dengan abiotik hidup saling mempengaruhi di dalam ekosistem. A. Tujuan Melalui kegiatan ini kamu dapat: 1. Mengamati pengaruh perubahan komponen terhadap ekosistem. 2. Mengetahui kaitan antara faktor biotik dan abiotik dari percobaan tersebut. 3. Mengkomunikasikan hasil percobaan.

91 79 B. Alat dan Bahan... C. Cara Kerja: 1. Tentukan ekosistem di sekitar sekolah yang akan diamati (sawah dan danau). 2. Amati apa saja yang termasuk komponen biotik dan komponen abiotik yang terdapat di dalamnya. 3. Amati apa saja yang terjadi pada daerah tersebut pada kondisi yang berbeda. 4. Catat perubahan komponen biotik dan abiotik di dalam ekosistem tersebut. 5. Tuliskan hasil pengamatan kalian ke dalam tabel dibawah ini! D. Hasil Pengamatan Kondisi ekosistem utuh No. Komponen abiotik Komponen biotik Kondisi ekosistem rusak No. Komponen abiotik Komponen biotik Perubahan komponen yang terjadi E. Pembahasan dan Kesimpulan Diskusikan hasil pengamatan kelompok Anda, kemudian rumuskan kesimpulannya pada kolom di bawah ini!

92 80 F. Pertanyaan Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini berdasarkan hasil pengamatanmu di atas! 1. Apa saja yang termasuk ke dalam komponen abiotik? 2. Apa saja yang termasuk ke dalam komponen biotik? 3. Perubahan komponen apa yang terjadi berdasarkan hasil pengamatanmu! I hear I forget I see I remember I do I understand

93 81 Pertemuan II LEMBAR KERJA SISWA (LKS) Nama kelompok : Mata Pelajaran Kelas Semester Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Indikator : Biologi : X IPA : II : 4. Menganalisis hubungan antara komponen ekosistem, perubahan materi, dan energi serta peranan manusia dalam keseimbangan ekosistem. : 4.1 Mendeskripsikan peran komponen ekosistem dalam aliran energi dan daur biogeokimia. : Melakukan percobaan mengenai perbedaan interaksi yang terjadi antar individu, antar populasi, dan antar komponen biotik dan abiotik. Sekumpulan makhluk hidup dari spesies yang sama yang hidup pada suatu waktu dan kawasan tertentu serta saling berinteraksi membentuk populasi. Oleh karena berasal dari spesies yang sama, maka individu di dalam populasi mempunyai potensi melakukan kawin silang yang akan menghasilkan keturunan yang fertile (mampu bereproduksi). Contoh populasi adalah populasi itik, populasi kambing, populasi padi, dan populasi pohon jati. Interaksi antarkomunitas cukup kompleks karena tidak hanya melibatkan organisme, tapi juga aliran energi dan makanan. A. Tujuan : - Memahami konsep individu, populasi, komunitas dan ekosistem. -Melakukan percobaan mengenai perbedaan interaksi yang terjadi antar individu, antar populasi, dan antar komponen biotik dan abiotik. B. Alat dan Bahan:

94 82 C. Cara Kerja: 1. Pergilah ke suatu tempat yang telah ditentukan (lapangan rumput, kebun, danau). 2. Pada titik tersebut buatlah area berukuran ( 1 x 1 ) m2, batasi dengan tali rafia yang diikatkan pada tusuk sate pada keempat sudutnya. 3. Hitunglah semua jenis tumbuhan dan hewan yang terdapat dalam area tersebut, dan hitung jumahnya untuk setiap jenis, sehingga dapat ditentukan kepadatannya. D. Isikan hasil pengamatanmu pada tabel berikut! 1. Antar individu No. Nama makhluk hidup Jumlah Jenis Interaksi 2. Antar populasi No. Nama makhluk hidup Jumlah Jenis Interaksi

95 83 3. Antar komponen biotik dan abiotik No. Nama makhluk hidup Jumlah Jenis Interaksi E. Pertanyaan 1. Ada berapa jenis tumbuhan dan hewan yang terdapat pada area seluas 1m 2 yang kamu amati? 2. Jenis tumbuhan/hewan apa yang jumlahnya paling banyak? 3. Ada berapa banyak makhluk hidup yang melakukan interaksi? 4. Ada berapa macam populasi yang kamu temui? Sebutkan! 5. Apakah sesuatu yang hidup mempengaruhi yang tak hidup? Jelaskan! 6. Sebutkan jenis interaksi beserta contohnya berdasarkan hasil pengamatan! 7. Buatlah laporan untuk diskusi kelas! I hear I forget I see I remember I do I understand

96 84 Pertemuan III LEMBAR KERJA SISWA (LKS) Nama kelompok : Mata Pelajaran Kelas Semester : Biologi : X IPA : II Standar Kompetensi : 4. Menganalisis hubungan antara komponen ekosistem, perubahan materi, dan energi serta peranan manusia dalam keseimbangan ekosistem. Kompetensi Dasar : 4.1 Mendeskripsikan peran komponen ekosistem dalam aliran energi dan daur biogeokimia. Indikator : Membuat contoh rantai makanan, jaring-jaring makanan dan piramida ekologi dalam kehidupan seharihari. Di dalam ekosistem terjadi peristiwa makan dan dimakan antarmakhluk hidup. Peristiwa makan dan dimakan dalam urutan tertentu membentuk rantai makanan. Beberapa rantai makanan membentuk jaringjaring makanan. Di dalam rantai makanan atau jarring-jaring makanan terjadi transfer energi. Pada rantai pemangsa landasan utamanya adalah tumbuhan hijau sebagai produsen. Rantai pemangsa dimulai dari hewan yang bersifat herbivore sebagai konsumen kesatu, dilanjutkan dengan hewan karnivora sebagai konsumen kedua, dan berakhir pada hewan pemangsa karnivora maupun herbivor sebagai konsumen ketiga. A. Tujuan : 1. Mengidentifikasi adanya peristiwa makan dan dimakan dalam suatu ekosistem 2. Menyusun beberapa rantai makanan menjadi jarring-jaring makanan 3. Menyusun jaring-jaring makanan menjadi piramida ekologi B. Alat dan Bahan..

97 85 C. Cara Kerja 1. Tentukan ekosistem di sekitar sekolah yang akan diamati dan berilah batasbatas ekosistem tersebut. 2. Hitung banyaknya makhluk hidup yang ada di dalam ekosistem tersebut! 3. Amati juga hewan-hewan yang mungkin ikut terlibat dalam ekosistem yang diamati tetapi belum tampak di ekosistem tersebut. 4. Catat semua nama tiap jenis tumbuhan maupun hewan serta pemangsa yang kalian temukan! 5. Tuliskan hasil pengamatan kalian ke dalam tabel di bawah ini! 6. Susunlah urutan proses makan dan dimakan pada ekosistem lokasi pengamatan kalian masing-masing! D. Tabel Pengamatan No Nama Makhluk Hidup Tingkat Trofik Produsen Konsumen I Konsumen Konsumen Banyaknya Individu II III E. Pertanyaan 1. Buatlah beberapa rantai makanan yang mungkin terjadi dalam ekosistem yang kalian amati tersebut! Lalu jelaskan pengertian rantai makanan.

98 86 2. Hubungkanlah rantai-rantai tersebut hingga membentuk jaring-jaring makanan! Dari kegiatan ini kalian dapat menjelaskan apa pengertian jaringjaring makanan? 3. Mengapa proses makan dan dimakan dikatakan sebagai proses aliran energi? 4. Bagaimana piramida ekologi berdasarkan hasil pengamatan! Mathematic is the language of science

99 87 Lampiran 4 Lembar Kerja Siswa I Kelas Kontrol Nama : Kelas : Konsep : Ekosistem Hari/Tanggal : Standar Kompetensi 4 Menganalisis hubungan antara komponen ekosistem, perubahan materi, dan energi serta peranan manusia dalam keseimbangan ekosistem. Kompetensi Dasar 4.1 Mendeskripsikan peran komponen ekosistem dalam aliran energi dan daur biogeokimia. Indikator 1. Menjelaskan komponen penyusun ekosistem. 2. Membedakan penyusun komponen biotik dan abiotik dari ekosistem. 3. Mengetahui pengaruh perubahan komponen terhadap ekosistem. A. Pilihlah salah satu jawaban yang dianggap paling tepat a,b,c, d dan e dengan memberi tanda silang (X) pada lembar pertanyaan dibawah ini! 1. Makhluk hidup dan faktor abiotik pada suatu lingkungan merupakan kesatuan yang disebut. a. Ekosistem d. habitat b. Populasi e. bioma c. Komunitas 2. Berikut ini yang bukan merupakan lingkungan fisik (abiotik) adalah. a. Tanah d. suhu b. Air e. mikroba c. Udara 3. Kumpulan seluruh populasi jenis-jenis makhluk hidup yang hidup bersamasama di suatu daerah tertentu disebut. a. Populasi d. ekosistem b. Individu e. nisia c. Komunitas

100 4. Pada ekosistem lapangan rumput, organisme yang berperan sebagai pengurai adalah. a. Bakteri d. serangga b. Sapi e. mamalia kecil c. Rumput 5. Sisa hewan dan tumbuhan mati diuraikan oleh. a. Bakteri saja d. fungi saja b. Bakteri dan fungi e. virus saja c. Bakteri dan virus 6. Organisme parasit masuk dalam kelompok. a. Karnivor d. herbivor b. Konsumen e. produsen c. Dekomposer 7. Organisme yang hidup sebagai parasit adalah. a. Bakteri d. virus b. Jamur e. siput c. Serangga 8. Dalam ekosistem kolam air tawar, organisme yang termasuk konsumen primer adalah. a. Tumbuhan hijau bersel satu d. lintah b. Siput kolam e. kumbang air c. Tumbuhan air 9. Tanaman jagung yang ditanam di bawah pohon yang rimbun memiliki buah yang lebih kecil dibandingkan pohon jagung yang tumbuh di tempat terbuka. Faktor yang mempengaruhinya ialah. a. Suhu udara d. kelembapan tanah b. Kesuburan e. kelembapan udara c. Cahaya matahari 10. Sebuah akuarium yang berisi ikan dan tumbuhan air merupakan suatu a. Ekosistem d. substrat b. Habitat e. komunitas c. Populasi B. Jawablah pertanyaan-pertanyaan dibawah ini! 1. Apa yang dimaksud dengan ekosistem? Berikan contohnya! 2. Jelaskan apa yang disebut dengan individu, populasi, dan komunitas! 3. Jelaskan apa yang dimaksud dengan produsen, konsumen, dan dekomposer, berikan contohnya masing-masing! 4. Tuliskan contoh faktor-faktor abiotik dan biotik pada ekosistem! 5. Jelaskan pengaruh faktor abiotik yaitu cahaya matahari terhadap makhluk hidup! 88

101 89 Lembar Kerja Siswa II Kelas Kontrol Nama : Kelas : Konsep : Ekosistem Hari/Tanggal : Standar Kompetensi 4 Menganalisis hubungan antara komponen ekosistem, perubahan materi, dan energi serta peranan manusia dalam keseimbangan ekosistem. Kompetensi Dasar 4.1 Mendeskripsikan peran komponen ekosistem dalam aliran energi dan daur biogeokimia. Indikator 1. Menjelaskan macam-macam interaksi yang terjadi antar individu, antar populasi, dan antar komponen biotik dan abiotik. 2. Membedakan interaksi yang terjadi antar individu, antar populasi, dan antar komponen biotik dan abiotik. 3. Mengetahui perbedaan interaksi yang terjadi antar individu, antar populasi, dan antar komponen biotik dan abiotik. A. Jawablah pertanyaan-pertanyaan dibawah ini! 1. Berdasarkan gambar di atas, sebutkan jenis simbiosis apa yang terjadi? 2. Jelaskan simbiosis apa yang terjadi berdasarkan kedua gambar di bawah ini!

102 90 3. Hubungan antara kedua gambar tersebut, sebutkan simbiosis yang terjadi? 4. Sebutkan ada berapa jenis interaksi yang terjadi di dalam ekosistem? 5. Berikan contoh dari interaksi yang terjadi antar individu! 6. Berikan contoh dari interaksi yang terjadi antar populasi? 7. Sebutkan macam-macam simbiosis yang kalian ketahui! 8. Berikan contoh dari interaksi yang terjadi antar komponen abiotik dengan biotik! 9. Interaksi makhluk hidup akan berjalan baik, jika 10. Hubungan antara kecoak dengan cecak, simbiosis apa yang terjadi pada kedua hewan tersebut? 11. Sebutkan ciri-ciri dari suatu komunitas! 12. Hubungan antara ikan remora dengan hiu, simbiosis apa yang terjadi pada kedua hewan tersebut? 13. Interaksi antarekosistem di permukaan bumi disebut? 14. Sebutkan interaksi yang terjadi antara ikan remora dengan terumbu karang? 15. Sebutkan perbedaan interaksi yang terjadi antar individu, antar populasi, dan antar komponen abiotik dengan biotik!

ANALISIS KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA MELALUI PENDEKATAN INKUIRI PADA KONSEP SISTEM KOLOID

ANALISIS KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA MELALUI PENDEKATAN INKUIRI PADA KONSEP SISTEM KOLOID ANALISIS KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA MELALUI PENDEKATAN INKUIRI PADA KONSEP SISTEM KOLOID SKRIPSI Oleh WINDA SYAFITRI 105016200562 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN

Lebih terperinci

PENGARUH MODEL PENGAJARAN LANGSUNG (DIRECT INSTRUCTION) TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA SKRIPSI

PENGARUH MODEL PENGAJARAN LANGSUNG (DIRECT INSTRUCTION) TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA SKRIPSI PENGARUH MODEL PENGAJARAN LANGSUNG (DIRECT INSTRUCTION) TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA (Kuasi Eksperimen di SMP Islamiyah Ciputat, Tangerang Selatan) SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah

Lebih terperinci

Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan. Oleh :

Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan. Oleh : PENGARUH PENGGUNAAN ALAT PERAGA TERHADAP HASIL BELAJAR OPERASI HITUNG PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN BILANGAN BULAT SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR ISLAM DARUL MU MININ LARANGAN Skripsi Diajukan Kepada Fakultas

Lebih terperinci

PENGGUNAAN MEDIA TIGA DIMENSI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA

PENGGUNAAN MEDIA TIGA DIMENSI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA PENGGUNAAN MEDIA TIGA DIMENSI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA (Penelitian Tindakan Kelas di MI Terpadu Fatahillah Cimanggis Depok) Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN IPA TERSTRUKTUR MELALUI METODE DISKUSI DAN PEMBERIAN TUGAS DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL DAN KEMAMPUAN MENALAR SISWA

PEMBELAJARAN IPA TERSTRUKTUR MELALUI METODE DISKUSI DAN PEMBERIAN TUGAS DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL DAN KEMAMPUAN MENALAR SISWA PEMBELAJARAN IPA TERSTRUKTUR MELALUI METODE DISKUSI DAN PEMBERIAN TUGAS DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL DAN KEMAMPUAN MENALAR SISWA (Studi Kasus SMP Negeri 2 Adimulyo, Kebumen, Kelas VII, Konsep Besaran dan

Lebih terperinci

PENGARUH PERBEDAAN BENTUK TES DALAM EVALUASI HASIL BELAJAR FISIKA DITINJAU DARI KEMAMPUAN BAHASA INDONESIA

PENGARUH PERBEDAAN BENTUK TES DALAM EVALUASI HASIL BELAJAR FISIKA DITINJAU DARI KEMAMPUAN BAHASA INDONESIA PENGARUH PERBEDAAN BENTUK TES DALAM EVALUASI HASIL BELAJAR FISIKA DITINJAU DARI KEMAMPUAN BAHASA INDONESIA Skripsi OLEH : ISTI NAFAH K 30409 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

Lebih terperinci

Oleh : Yustiana K2303068

Oleh : Yustiana K2303068 PENGGUNAAN PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES DALAM PEMBELAJARAN FISIKA DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL TERHADAP KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA SMA TAHUN AJARAN 2006/2007 Oleh : Yustiana K2303068 Skripsi Ditulis dan

Lebih terperinci

UNAAN MULTIMEDIA DASAR PENDIDIKAN. Skripsi. gelar. oleh

UNAAN MULTIMEDIA DASAR PENDIDIKAN. Skripsi. gelar. oleh KEEFEKTIFAN PENGGU UNAAN MULTIMEDIA MICROSOFT POWERP POINT TERHADAP HASIL BELAJAR IPS MATERI PERKEMBANGANTEKNOLOGI TRANSPORTASI PADA SISWA KELAS IV DI SEKOLAH DASAR NEGERI PESAYANGAN 01 KABUPATEN TEGAL

Lebih terperinci

Skripsi. disajikan sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Oleh. Muhamad Farid 1401409015

Skripsi. disajikan sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Oleh. Muhamad Farid 1401409015 PENINGKATAN HASIL BELAJAR OPERASI HITUNG BILANGAN BULAT MELALUI MODEL PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK BERBASIS TEORI BELAJAR BRUNER PADA SISWA KELAS IV SDN KALIGAYAM 02 KABUPATEN TEGAL Skripsi disajikan

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN ALAT PERAGA TIGA DIMENSI DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA MATERI GEOMETRI KELAS V MI

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN ALAT PERAGA TIGA DIMENSI DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA MATERI GEOMETRI KELAS V MI EFEKTIITAS PENGGUNAAN ALAT PERAGA TIGA DIMENSI DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA MATERI GEOMETRI KELAS MI SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga

Lebih terperinci

DESI AFRIDA AIE003024

DESI AFRIDA AIE003024 PENERAPAN PEMBELAJARAN IPA (FISIKA) BERBASIS PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES (PKP) DENGAN METODE INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN PENGETAHUAN PROSEDURAL SISWA KELAS VII.3 SMPN 1 BENGKULU (CLASSROOM ACTION RESEARCH)

Lebih terperinci

Skripsi disajikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Skripsi disajikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATERI POKOK SIFAT-SIFAT BANGUN DATAR MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW PADA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR NEGERI 2 KALIKAJAR KALIGONDANG PURBALINGGA

Lebih terperinci

KOTA TEGAL. Skripsi. oleh

KOTA TEGAL. Skripsi. oleh PENINGKATAN PEMBELAJARAN PROKLAMASI KEMERDEKAAN INDONESIA MELALUI MODEL TARI BAMBU PADA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR NEGERI RANDUGUNTING 5 KOTA TEGAL Skripsi disajikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh

Lebih terperinci

SKRIPSI oleh : ARI EKA ASTUTI X8406001

SKRIPSI oleh : ARI EKA ASTUTI X8406001 HUBUNGAN ANTARA PERAN ORANG TUA DAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN SOSIOLOGI PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 1 KARANGDOWO, KLATEN TAHUN AJARAN 2009/2010 SKRIPSI oleh : ARI EKA ASTUTI

Lebih terperinci

PENGGUNAAN BAHAN AJAR BERBASIS PENDEKATAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIK PESERTA DIDIK PADA MATERI ALJABAR

PENGGUNAAN BAHAN AJAR BERBASIS PENDEKATAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIK PESERTA DIDIK PADA MATERI ALJABAR PENGGUNAAN BAHAN AJAR BERBASIS PENDEKATAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIK PESERTA DIDIK PADA MATERI ALJABAR Di MTsN Tangerang II Pamulang Skripsi Diajukan Kepada Fakultas

Lebih terperinci

NI KOMANG SRI YULIANTARI NPM.:

NI KOMANG SRI YULIANTARI NPM.: SKRIPSI MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN BANGUN RUANG SISI DATAR MELALUI IMPLEMENTASI CTL DENGAN BANTUAN ALAT PERAGA PADA SISWA KELAS V A SD NEGERI 10 KESIMAN TAHUN

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN KIMIA MELALUI METODE TAI dan GI DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL DAN KEMAMPUAN MATEMATIK SISWA

PEMBELAJARAN KIMIA MELALUI METODE TAI dan GI DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL DAN KEMAMPUAN MATEMATIK SISWA PEMBELAJARAN KIMIA MELALUI METODE TAI dan GI DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL DAN KEMAMPUAN MATEMATIK SISWA (Studi Kasus Pembelajaran Kimia Belajar Pokok Bahasan Stoikiometri pada Siswa Kelas X Semester Gasal

Lebih terperinci

PENGGUNAAN LINGKUNGAN SEKOLAH SEBAGAI SUMBER BELAJAR DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BIOLOGI

PENGGUNAAN LINGKUNGAN SEKOLAH SEBAGAI SUMBER BELAJAR DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BIOLOGI PENGGUNAAN LINGKUNGAN SEKOLAH SEBAGAI SUMBER BELAJAR DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BIOLOGI St. Syamsudduha Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Alauddin Makassar Kampus II: Jalan Sultan Alauddin Nomor

Lebih terperinci

Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) KORELASI ANTARA KEBIASAAN MEMBACA DENGAN KEMAMPUAN MENEMUKAN GAGASAN UTAMA PADA SISWA KELAS VIII SMP RAUDLATUL HIKMAH TANGERANG SELATAN TAHUN PELAJARAN 13/14 Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah

Lebih terperinci

Unit 1 KONSEP DASAR ASESMEN PEMBELAJARAN. Endang Poerwanti. Pendahuluan. aldo

Unit 1 KONSEP DASAR ASESMEN PEMBELAJARAN. Endang Poerwanti. Pendahuluan. aldo aldo Unit 1 KONSEP DASAR ASESMEN PEMBELAJARAN Endang Poerwanti Pendahuluan K ompetensi mengajar adalah kemampuan dasar yang harus dimiliki oleh semua tenaga pengajar. Berbagai konsep dikemukakan untuk

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memperoleh Gelar. Sarjana Pendidikan Islam. Oleh: Muhammad Ansori 11508045

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memperoleh Gelar. Sarjana Pendidikan Islam. Oleh: Muhammad Ansori 11508045 PENERAPAN MODEL MIND MAPPING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA ILMU PENGETAHUAN SOSIAL PADA SISWA KELAS V MADRASAH IBTIDAIYAH MA ARIF KARANGASEM KECAMATAN WONOSEGORO KABUPATEN BOYOLALI TAHUN 2012/2013

Lebih terperinci

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATERI BANGUN DATAR MELALUI MEDIA PUZZLE PADA SISWA KELAS II SEKOLAH DASAR NEGERI KEMANDUNGAN 03 TEGAL

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATERI BANGUN DATAR MELALUI MEDIA PUZZLE PADA SISWA KELAS II SEKOLAH DASAR NEGERI KEMANDUNGAN 03 TEGAL i PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATERI BANGUN DATAR MELALUI MEDIA PUZZLE PADA SISWA KELAS II SEKOLAH DASAR NEGERI KEMANDUNGAN 03 TEGAL Skripsi disajikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh

Lebih terperinci

Oleh INDAH SETYANING JATI NIM X7107509

Oleh INDAH SETYANING JATI NIM X7107509 PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR UNTUK MENGATASI KESULITAN BELAJAR MEMBACA PERMULAAN DI KELAS I SD NEGERI KARANGWARU I KECAMATAN PLUPUH KABUPATEN SRAGEN TAHUN PELAJARAN 2008 / 2009 Oleh INDAH SETYANING JATI NIM

Lebih terperinci

HUBUNGAN MINAT BELAJAR SISWA DENGAN HASIL BELAJAR IPS DI SD GUGUS 1 KABUPATEN KEPAHIANG SKRIPSI

HUBUNGAN MINAT BELAJAR SISWA DENGAN HASIL BELAJAR IPS DI SD GUGUS 1 KABUPATEN KEPAHIANG SKRIPSI HUBUNGAN MINAT BELAJAR SISWA DENGAN HASIL BELAJAR IPS DI SD GUGUS 1 KABUPATEN KEPAHIANG SKRIPSI Oleh: RESSA ARSITA SARI NPM : A1G009038 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

Lebih terperinci

HUBUNGAN MOTIVASI ORANG TUA DAN KEDISIPLINAN BELAJAR SISWA TERHADAP PRESTASI BELAJAR IPA KELAS IV SD TANGGEL WINONG PATI TAHUN AJARAN 2006/2007

HUBUNGAN MOTIVASI ORANG TUA DAN KEDISIPLINAN BELAJAR SISWA TERHADAP PRESTASI BELAJAR IPA KELAS IV SD TANGGEL WINONG PATI TAHUN AJARAN 2006/2007 HUBUNGAN MOTIVASI ORANG TUA DAN KEDISIPLINAN BELAJAR SISWA TERHADAP PRESTASI BELAJAR IPA KELAS IV SD TANGGEL WINONG PATI TAHUN AJARAN 006/007 Skripsi Oleh AGUS P. ANDI W. NIM. K5103003 FAKULTAS KEGURUAN

Lebih terperinci

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 1 PENINGKATAN KEMAMPUAN BELAJAR TENTANG SIFAT - SIFAT CAHAYA DENGAN METODE DEMONSTRASI PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 1 MOJO ANDONG BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2010/2011. Skripsi Oleh : BUDIYONO X 1808 002

Lebih terperinci

Oleh Sholikhah Dita Kurnia A1I010006

Oleh Sholikhah Dita Kurnia A1I010006 MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF MELALUI PERMAINAN KLASIFIKASI BERDASARKAN WARNA BENTUK DAN UKURAN PADA KELOMPOK B6 TAMAN KANAK-KANAK DHARMA WANITA PERSATUAN KOTA BENGKULU Diajukan guna untuk memenuhi salah

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN BUKU AJAR BERMUATAN NILAI-NILAI KARAKTER PADA MATERI USAHA DAN MOMENTUM UNTUK PEMBELAJARAN FISIKA SISWA KELAS XI SMA

PENGEMBANGAN BUKU AJAR BERMUATAN NILAI-NILAI KARAKTER PADA MATERI USAHA DAN MOMENTUM UNTUK PEMBELAJARAN FISIKA SISWA KELAS XI SMA PILLAR OF PHYSICS EDUCATION, Vol. 1. April 2013, 63-70 PENGEMBANGAN BUKU AJAR BERMUATAN NILAI-NILAI KARAKTER PADA MATERI USAHA DAN MOMENTUM UNTUK PEMBELAJARAN FISIKA SISWA KELAS XI SMA Mila Anggela 1,

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. 5. Metode pengajaran Ada berbagai metode pengajaran yang perlu dipertimbangkan dalam strategi belajar mengajar 6.

Bab 1. Pendahuluan. 5. Metode pengajaran Ada berbagai metode pengajaran yang perlu dipertimbangkan dalam strategi belajar mengajar 6. Bab 1 Pendahuluan U paya mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan kualitas manusia seutuhnya, adalah misi pendidikan yang menjadi tanggung jawab professional setiap guru. Guru tidak cukup hanya

Lebih terperinci

PENINGKATAN PEMAHAMAN BELAJAR KONSEP IPA MATERI MAKHLUK HIDUP DAN PROSES KEHIDUPAN MELALUI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL SKRIPSI

PENINGKATAN PEMAHAMAN BELAJAR KONSEP IPA MATERI MAKHLUK HIDUP DAN PROSES KEHIDUPAN MELALUI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL SKRIPSI PENINGKATAN PEMAHAMAN BELAJAR KONSEP IPA MATERI MAKHLUK HIDUP DAN PROSES KEHIDUPAN MELALUI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL (PTK Siswa Kelas V SDN Purwokerto 02 Tayu, Pati Tahun Ajaran 2009/ 2010) SKRIPSI Diajukan

Lebih terperinci