PENGUKURAN KECEPATAN KENDARAAN BERBASIS VIDEO KAMERA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGUKURAN KECEPATAN KENDARAAN BERBASIS VIDEO KAMERA"

Transkripsi

1 1 PENGUKURAN KECEPATAN KENDARAAN BERBASIS VIDEO KAMERA Bondan Rekso Ardias 1,Arman.D.Diponegoro 2, Mia Rizkinia 3, Dodi Sudiana Departemen Teknik Elektro, Fakultas Teknik Kampus Baru UI Depok, Indonesia ABSTRAK Skripsi ini membahas mengenai pengukuran kecepatan kendaraan dengan melakukan pendekatan kepada program (software). Pengukuran ini dilakukan dengan video hasil rekaman. Dari video tersebut dijadikan acuan untuk mengolah data melalui beberapa proses di dalam program. Program dibuat dengan anggapan bahwa benda hanya akan bergerak menuju satu arah saja sehingga data posisi objek pada suatu frame akan dibandingkan dengan data posisi pada frame sebelumnya, sehingga program akan hanya mencatat data yang sesuai. Dengan demikian, diharapkan data yang telah diseleksi akan menghasilkan error yang lebih kecil. Program ini akan menghasilkan data nomor frame, posisi pixel dari edge dan perbedaan pixel dari frame sebelumnya. Adanya informasi yang bisa didapatkan dari sebuah data video ini bisa memberikan nilai tambah dari hanya sekedar sebuah data video. Untuk itu keakuratan hasil perhitungan kecepatan kendaraan perlu dihitung juga. Setelah mengolah data video ini dan mendapatkan hasil perbandingan hasil kecepatan secara real dan perhitungan program, tujuan ke depannya adalah untuk dikembangkan lebih lanjut lagi pada estimasi kecepatan kendaraan di dalam rekaman video lalu lintas. Kata kunci: Frame, Edge, Pixel ABSTRACT This thesis discusses the measurement of the speed of the vehicle by approaching the program ( software ). This measurement is done with the video recordings. From the video made reference to process data through several processes in the program. The program is made with the assumption that the object will only move towards one direction only so that the data object's position in a frame will be compared with data on the position of the previous frame, so

2 2 that the program will only record the appropriate data. Thus, it is expected that the data has been selected to produce a smaller error. This program will generate the data frame number, the position of the edge pixel, and the pixel difference from the previous frame. The existence of information that can be obtained from a video data can provide added value than just a video data. For the accuracy of the results of the calculation speed of the vehicle needs to be calculated as well. After processing the video data and get the results of the comparison results in real speed and calculation of the program, the future goal is to be developed further to estimate the speed of the vehicle in the video recording of traffic. Keywords : frame, edge, pixel 1. PENDAHULUAN Kondisi lalu lintas sehari-hari di Indonesia khususnya ibukota Jakarta semakin padat karena tidak seimbangnya jumlah kendaraan dengan luas jalan. Apalagi ditambah dengan banyaknya pengendara kendaraan bermotor yang mengendarai kendaraannya dengan sangat kencang, sehingga jumlah kecelakaan lalu lintas untuk tiap tahunnya meningkat. Oleh karena itu Kepolisian bekerja sama dengan Dinas Perhubungan harus melakukan upaya untuk menertibkan perilaku berbahaya ini. Salah satu solusi untuk mengurangi kecelakaan lalu lintas adalah membatasi kecepatan lalu maksimum pada kendaraan bermotor. Seperti kita ketahui bahwa upaya pembatasan kecepatan maksimum belum maksimal dilakukan oleh negara ini, contoh sederhana adalah memasang rambu kecepatan maksimum untuk tiap ruas jalan tertentu yang dianggap rawan kecelakaan belum sepenuhnya dilakukan. Masih banyak ruas jalan yang dianggap rawan kecelakaan yang belum dipasang rambu kecepatan maksimum. Setelah pemerintah sudah melaksanakan penertiban tersebut, penulis berpikir masih ada beberapa langkah yang harus dilakukan. Pertama, membuat Undangundang tentang pembatasan kecepatan maksimum di mana setiap pelanggar yang mengalami kecelakaan oleh karena si pelanggar melewati batas kecepatan maksimum akan dikenakan sangsi yang sangat berat. Kedua, untuk melihat bukti bahwa si pelanggar melakukan pelanggaran kecepatan lalu lintas maka diperlukan

3 3 penghitungan kecepatan kendaraan lewat video lalu lintas yang terpasang di tiap sudut jalan raya yang dianggap rawan kecelakaan. Saat ini pengawasan lalu lintas telah memanfaatkan kamera CCTV yaitu RTMC (Road Traffic Monitoring Center). Selain itu penelitian tentang ITS (Intelligent Transportation System) juga memanfaatkan pengawasan melalui kamera. Sejalan dengan dua hal tersebut, maka hasil rekaman kamera berupa video dapat dimanfaatkan untuk mendeteksi kecepatan pengendara lalu lintas. 2. TINJAUAN TEORITIS 2.1 Citra Secara harafiah, citra (Image) adalah gambar pada bidang dwimatra (dua dimensi. Ditinjau dari sudut pandang matematis, citra merupakan fungsi menerus (continue) dari intensitas cahaya pada bidang dwimatra. Sumber cahaya menerangi objek, objek memantulkan kembali sebagian dari berkas cahaya tersebut. Pantulan cahaya ini ditangkap oleh alat-alat optik, misalnya mata pada manusia, kamera, pemindai (scanner), dan lain lain, sehingga bayangan objek yang disebut citra tersebut terekam. Citra sebagai keluaran dari suatu sistem perekaman data dapat bersifat: 1. Optik berupa foto 2. Analog berupa sinyal video seperti gambar pada monitor televisi 3. Digital yang dapat langsung disimpan pada suatu pita magnetic Citra bergerak (moving images) adalah rangkaian citra diam yang ditampilkan secara beruntun (sekuensial) sehingga memberi kesan pada mata kita sebagai gambar yang bergerak. Setiap citra di dalam rangkaian itu disebut frame. Gambar-gambar yang tampak pada film layar lebar atau televisi terdiri atas ratusan sampai ribuan frame Pengolahan Citra Meskipun sebuah citra kaya informasi, namun seringkali citra yang kita miliki mengalami penurunan mutu (degradasi), misalnya mengandung cacat atau derau (noise), warnanya terlau kontras, kurang tajam, kabur (blurring), dan

4 4 sebagainya. Tentu saja citra semacam ini menjadi lebih sulit diinterpretasi karena informasi yang disampaikan oleh citra tersebut menjadi berkurang. Agar citra yang mengalami gangguan mudah diinterpretasi (baik oleh manusia ataupun mesin), maka citra tersebut perlu dimanipulasi menjadi citra lain yang kualitasnya lebih baik. Pengolahan citra adalah pemrosesan citra, khususnya dengan menggunakan komputer, menjadi citra yang kualitasnya lebih baik. Sebagai contoh citra burung pada Gambar 2.1 (a) tampak agak gelap, lalu dengan operasi pengolahan citra kontrasnya diperbaiki sehingga menjadi lebih terang dan tajam (b). Gambar 2.1. (a) Citra burung nuri yang agak gelap, (b) Citra nuri yang telah diperbaiki kontrasnya sehingga terlihat jelas dan tajam Operasi Pengolahan Citra Operasi-operasi yang dilakukan di dalam pengolahan citra banyak ragamnya. Namun, secara umum, operasi pengoalahan citra dapat diklasifikasikan dalam beberapa jenis, yaitu: 1. Perbaikan kualitas citra (image enhancement) Jenis operasi ini bertujuan untuk memperbaiki kualitas citra dengan cara memanipulasi parameter-parameter citra. Dengan operasi ini, ciri-ciri khusus yang terdapat di dalam citra lebih ditonjolkan. Contoh-contoh operasi perbaikan citra: a. Perbaikan kontras gelap/ terang. b. Perbaikan tepian objek (edge enhancement). c. Penajaman (sharpening).

5 5 d. Pemberian warna semu (pseudocoloring). e. Penapisan derau (noise filtering). Gambar 2.2 adalah contoh operasi penajaman. Operasi ini menerima masukan sebuah citra yang gambarnya hendak dibuat tampak lebih tajam. Bagian citra yang ditajamkan adalah tepi-tepi objek. Gambar 2.2. (a) citra yang asli, (b) citra setelah ditajamkan 2. Pemugaran citra (image restoration) Operasi ini bertujuan menghilangkan/meminimumkan cacat pada citra. Tujuan pemugaran citra hampir sama dengan operasi perbaikan citra. Bedanya, pada pemugaran citra penyebab degradasi gambar diketahui. Contoh-contoh operasi pemugaran citra : a. Penghilangan kesamaran (deblurring). b. Penghilangan derau (noise). Kekaburan gambar mungkin disebabkan pengaturan fokus lensa yang tidak tepat atau kamera bergoyang pada pengambilan gambar. Melalui operasi deblurring, kualitas citra masukan dapat diperbaiki sehingga tampak lebih baik. 3.Pemampatan citra (image compression) Jenis operasi ini dilakukan agar citra dapat direpresntasikan dalam bentuk yang lebih kompak sehingga memerlukan memori yang lebih sedikit. Hal penting yang harus diperhatikan dalam pemampatan adalah citra yang telah dimampatkan harus tetap mempunyai kualitas gambar yang bagus. Contoh metode pemampatan citra adalah metode JPEG. 3. Segmentasi citra (image segmentation).

6 6 Jenis operasi ini bertujuan untuk memecah suatu citra ke dalam beberapa segmen dengan suatu kriteria tertentu. Jenis operasi ini berkaitan erat dengan pengenalan pola. 4. Pengorakan citra (image analysis) Jenis operasi ini bertujuan untuk menghitung besaran kuantitif dari citra untuk menghasilkan deskripisinya. Teknik pengorakan citra mengekstraksi ciriciri tertentu yang membantu dalam identifikasi objek. Proses segmentasi kadangkala diperlukan untuk melokalisasi objek yang diinginkan dari sekelilingnya. Contoh-contoh operasi pengorakan citra : a. Pendeteksian tepi objek (edge detection). b. Ekstraksi batas (bloundary). c. Representasi daerah (region). 5. Rekonstruksi citra (image reconstruction). Jenis operasi ini bertujuan untuk membentuk ulang objek dari beberapa citra hasil proyeksi. Operasi rekonstruksi citra banyak digunakan dalam bidang medis. Misalnya beberapa foto rontgen dengan sinar X digunakan untuk membentuk ulang gambar organ tubuh. Aplikasi pengolahan citra sangat banyak digunakan dalam berbagai bidang kehidupan. Di bawah ini disebutkan beberapa aplikasi dalam beberapa bidang : 1) Bidang perdagangan. (a) Pembacaan kode batang (bar code) yang tertera pada barang (umumnya digunakan di pasar swalayan/supermarket). (b) Mengenali huruf/angka pada suatu formulir secara otomatis. 2) Bidang militer. (a) Mengenali sasaran peluru kendali melalui sensor visual. (b) Mengidentifikasi jenis pesawat musuh. 3) Bidang kedokteran. (a) Pengolahan citra sinar X untuk mammografi (deteksi kanker payudara). (b) NMR (Nuclear Magnetic Resonance). (c) Mendeteksi kelainan tubuh dari foto sinar X. (d) Rekonstruksi foto janin hasil USG.

7 7 4) Bidang biologi. Pengenalan jenis kromosom melalui gambar mikroskopik. 5) Komunikasi data. Pemampatan citra yang ditransmisi. 6) Hiburan. Pemampatan video (MPEG). 7) Robotika. Visualy-guidied autonomous navigation. 8) Pemetaan. Klasifikasi penggunaan tanah melalui foto udara/landsat. 9) Geologi. Mengenali jenis batu-batuan melalui foto udara/landsat. 10) Hukum. (a) Pengenalan sidik jari. (b) Pengenalan foto narapidana. 2.2 Perspective distortion (Distorsi perspektif) Perspective distortion disebabkan oleh posisi saat kita mengambil gambar yang yang menyebabkan sifat objek atau subjek yang dirakam tidak menunjukkan sifat yang sebenar. sebagai contoh apabila kita merekam bangunan. Bangunan yang direkam akan tampak seperti tidak tegak sebagaimana sifat bangunan itu. 2.3 Lensa kamera Dalam bidang fotografi, lensa merupakan alat vital dari kamera yang berfungsi memfokuskan cahaya hingga mampu membakar medium penangkap. Terdiri atas beberapa lensa yang berjauhan yang bisa diatur sehingga menghasilkan ukuran tangkapan gambar dan variasi fokus yang berbeda. Di bagian luar lensa fotografi biasanya ditempatkan tiga cincin pengatur, yaitu cincin panjang fokus (untuk lensa jenis variabel), cincin diafragma, dan cincin fokus.

8 8 Focus => Adalah bagian yang mengatur jarak ketajaman lensa terhadap gambar. Diafragma => berfungsi seperti pupil dalam mata. Diafragma berguna untuk mengatur cahaya yang akan masuk ke dalam kamera. Jika cahaya terang, maka diafragma akan menyempit. Jika cahaya redup, maka diafragma melebar. Cahaya yang masuk ke dalam kamera membentuk gambar pada film. Bayangan benda yang terbentuk harus jatuh pada film dalam kamera tersebut. Dan definisi secara umum dari lensa itu ialah alat untuk melengkapi untuk mengambil sebuah gambar dan alat paling vital pada kamera. Tanpa lensa kamera tidak akan menangkap dan merekam gambar. Dalam fotografi, lensa berfungsi untuk memfokuskan cahaya dan mengantarkannya ke dalam badan kamera. Di bagian luar lensa biasanya terdapat tiga cincin panjang focus (untuk lensa jenis variabel), cincin diafragma dan cincin focus. Pada permukaan lensa juga di lengkapi sebuah lapisan yang dibuat dari uap logam (coating). Lapisan coating berfungsi untuk menghilangkan efek flare yang didapat ketika melawan matahari. Sehingga para fotografer tidak takut memandang matahari melalui kameranya. Coating juga berguna untuk menghilangkan efek kabur atau sering juga di sebut blur yang di dapat dalam sebuah foto. Dalam dunia fotografi ada berbagai jenis lensa. Setiap jenis mempunyai keistimewaan untuk merekam sebuah gambar dan memberikan efek serta karakteristik masing-masing yang dapat di sesuaikan dengan kebutuhan fotografer. Berikut adalah jenis-jenis lensa: a) Lensa Kit (standar/ normal). b) Lensa Wide Angle ( Lensa Sudut-Lebar). c) Lensa Tele d) Telephoto group. e) Lensa Zoom f) Lensa Super Zoom.

9 9 g) Lensa Tetap h) Lensa Fish Eye (Lensa mata ikan) 2.4 Frame per second (FPS). Frame Per Second (FPS) adalah istilah bahasa Inggris yang berarti : "Gambar per detik". Atau jika dijabarkan lebih detil, berarti bahwa FPS adalah jumlah gambar yang ditampilkan oleh layar monitor dalam tiap detik. Untuk memahaminya dengan mudah, kita bisa mengambil contoh dari sebuah film kartun. Film kartun pada hakekatnya adalah beribu-ribu gambar yang diperlihatkan secara cepat, sehingga kelihatan seperti bergerak. Semakin banyak gambar yang ditampilkan setiap detiknya untuk membuat gerakan gambar,semakin halus pula kualitas film yang dihasilkan 2.5 Pengenalan LabVIEW. LabVIEW adalah sebuah software pemrograman yang diproduksi oleh National Instruments dengan konsep yang berbeda. Seperti bahasa pemrograman lainnya yaitu C++, Matlab atau Visual basic, LabVIEW juga mempunyai fungsi dan peranan yang sama, perbedaannya bahwa labview menggunakan bahasa pemrograman berbasis grafis atau blok diagram sementara bahasa pemrograman lainnya menggunakan basis text. Program LabVIEW dikenal dengan sebutan Vi atau Virtual instruments karena penampilan dan operasinya dapat meniru sebuah instrument. Pada LabVIEW, user pertama-tama membuat user interface atau front panel dengan menggunakan control dan indikator, yang dimaksud dengan kontrol adalah knobs, push buttons, dials dan peralatan input lainnya sedangkan yang dimaksud dengan indikator adalah graphs, LEDs dan peralatan display lainnya. Setelah menyusun user interface, lalu user menyusun blok diagram yang berisi kode-kode VIs untuk mengontrol front panel. Software LabVIEW terdiri dari tiga komponen utama, yaitu : 1) front panel. Front panel adalah bagian window yang berlatar belakang abu-abu serta mengandung control dan indikator. front panel digunakan untuk membangun sebuah VI, menjalankan program dan mendebug program. Tampilan dari front

10 10 panel dapat di lihat pada Gambar 2.8 Gambar 2.8. Front Panel 2) Blok diagram dari Vi Blok diagram adalah bagian window yang berlatar belakang putih berisi source code yang dibuat dan berfungsi sebagai instruksi untuk front panel. Tampilan dari blok diagram dapat lihat pada Gambar 2.9. Gambar 2.9 Blok Diagram 3) Control dan Functions Pallete Control dan Functions Pallete digunakan untuk membangun sebuah Vi. a. Control Pallete Control Pallete merupakan tempat beberapa control dan indikator pada front panel, control pallete hanya tersedia di front panel, untuk menampilkan control pallete dapat dilakukan dengan mengkilk windows >> show control pallete atau klik kanan pada front panel. Contoh control pallete ditunjukkan pada Gambar 2.1 Gambar Control Palette Functions Pallete

11 11 b. Functions Pallete Functions Palette digunakan untuk membangun sebuah blok diagram, functions pallete hanya tersedia pada blok diagram, untuk menampilkannya dapat dilakukan dengan mengklik windows >> show control pallete atau klik kanan pada lembar kerja blok diagram. Contoh dari functions pallete ditunjukkan pada Gambar Gambar 2.11 Functions pallete (c) Deteksi Tepi (Edge Detection) Deteksi tepi (Edge Detection) pada suatu citra adalah suatu proses yang menghasilkan tepi-tepi dari obyek-obyek citra, tujuannya adalah : Untuk menandai bagian yang menjadi detail citra Untuk memperbaiki detail dari citra yang kabur, yang terjadi karena error atau adanya efek dari proses akuisisi citra Suatu titik (x,y) dikatakan sebagai tepi (edge) dari suatu citra bila titik tersebut mempunyai perbedaan yang tinggi dengan tetangganya.

12 12 3. METODE PENELITIAN 3.1. Penentuan Parameter yang digunakan Berdasarkan pembahasan yang sebelumnya diketahui bahwa pengukuran kecepatan menggunakan kamera dapat dilakukan dalam batas-batas tertentu diantaranya : 1) sudut pandang kamera. 2) parameter objek yang diukur. 3) parameter ruang yang diukur. 4) kemampuan kamera (fps, ukuran lensa, resolusi kamera). 5) kecepatan minimum dan maksimum. Sehingga berdasarkan keterangan-keterangan tersebut, percobaan dilakukan dalam ruang terbatas untuk mengetahui parameter ruang. Objek yang akan diukur kecepatannya adalah objek yang telah diketahui dimensi ukurannya. Sudut pandang kamera diambil sedemikian rupa sehingga hanya 1 (satu) sumbu vektor yang diukur (x). Kemampuan fps kamera menentukan batas kecepatan maksimum yang dapat diukur. Akurasi pengukuran kecepatan secara teori ditentukan oleh kemampuan kamera (point 4). 3.2 Program Edge Detection Program edge detection yang digunakan adalah program yang mengukur jarak warna pada suatu kelompok pixel berdasarkan suatu bentuk perhitungan tertentu (zero order, bilinear, quadratic, qubic, bilinear fixed). Kelompok pixel ini dapat diatur dalam suatu bentuk tertentu (garis dan ruang dua dimensi). Suatu edge ditentukan berdasarkan besarnya perbedaan jarak warna yang dapat diatur sebagai suatu batas deteksi, sehingga jumlah edge yang terdeteksi dapat disesuaikan berdasarkan keperluan yang dibutuhkan. 3.3 Program seleksi data Objek yang diukur kecepatanya merupakan kendaraan roda empat, berdasarkan parameternya objek tersebut merupakan kumpulan benda yang bergerak dengan kecepatan dan arah yang sama. Diketahui bahwa objek yang digunakan memiliki ketidak seragaman warna, hal ini mempengaruhi data yang dihasilkan oleh program Edge Detection sehingga

13 13 perlu penyaringan data agar perhitungan yang akan dilakukan menghasilkan data yang lebih akurat. A Ambil data posisi dari ke 0 cluster ke 0 dengan Edge ke 0 Ambil data posisi dari cluster ke i dengan Edge Posisi pixel ref2 > Distance(pixel) cluster ke 0 Distance(pixel) cluster ke i- 1 > Distance(pixel) cluster ke i save data ke selected data.txt save data ke selected data.txt i = i + 1 i=1 i Jumlah cluster- 1 a Gambar 3.1. Flowchart proses seleksi data Program dibuat dengan anggapan bahwa benda hanya akan bergerak menuju satu arah saja sehingga data posisi objek pada suatu frame akan dibandingkan dengan data posisi pada frame sebelumnya sehingga program akan hanya mencatat data yang sesuai, dengan demikian di harapkan data yang telah di seleksi akan menghasilkan error yang lebih kecil. Program ini akan menghasilkan data nomer frame, posisi pixel dari Edge dan perbedaan pixel dari frame sebelumnya dengan ekspresi matematis sebagai berikut: (3.1)

14 14 Dimana: = jarak pada sumbu X dalam pixel = Pixel Point frame ke m = Pixel Point frame ke n 3.4 Perhitungan Kecepatan [ Keterangan : = kecepatan pada sumbu X = frame number = Pixel Point frame ke m = frame number = Pixel Point frame ke n frame per second = Pixel to real world ratio Menjadi : (3.2) ( ) Untuk konstanta Pixel to real world ratio: x (. 3600) ( ) (3.3) (3.4) Di mana : = jarak satu titik acuan ke titik acuan kedua pada sumbu X dalam meter = jarak satu titik acuan ke titik acuan kedua pada sumbu X dalam pixel Jika menyatakan perubahan pixel untuk tiap frame sebagai berikut: ( ) Maka: x (. 3600) ( ) (3.5) (3.6)

15 Bagan Alogaritma Keseluruhan Program Mulai Ambil video n = n+1 Ambil informasi video dan jumlah frame tidak n jumlah frame Konversi video ke format U8 greyscale ya Tentukan Koordinat Garis Deteksi pada Frame A a Isi parameter Edge Detection dan n = 0 Perhitungan Kecepatan Ambil frame ke n dari video Selesai Jalankan program Edge Detection pada Frame Jumlah array deteksi lebih dari 0 tidak ya Ambil data pertama dari array data deteksi Simpan data ke data.txt Gambar 3.2. Flowchart proses keseluruhan program

16 Pengambilan data video 6.1 m s = 16.4 m 13.5 m 7.4 m Keterangan Gambar :Pohon :Kamera Gambar 3.3. Skema pengambilan video Data video diambil pada sore hari sekitar pukul wib sampai dengan pukul wib pada kondisi hari yang cerah. Mobil yang digunakan adalah Honda CRV 2.4 buatan tahun 2009 Lensa kamera yang digunakan berukuran 18-55mm. Pengaturan fps pada kamera menggunakan 50 fps. Kamera ditempatkan pada samping jalan dengan jarak 13,5 m dari ujung jalan terjauh dengan lebar jalan 6,1 m. Berdasarkan titik referensi : Lebar view di 13,5m adalah 16,4 m. Lebar view di 7,4 m adalah 9,6 m Lebar view di5,2 m adalah 7,5 m. Video merekam pergerakan mobil dari sisi kiri ke sisi kanan. Pohon sebagai titik hilang.

17 17 4. ANALISA 4.1 Percobaan 10 km/jam Berdasarkan video untuk kecepatan 10 km/jam yang telah diambil diperoleh data dari program yang kemudian dijadikan grafik seperti pada Gambar 4.1 Gambar 4.1. Grafik perubahan kecepatan 10 km/jam terhadap frame Berdasarkan data yang diperoleh dari program, dilakukan perhitungan diperoleh nilai seperti pada Tabel 4.1 berikut: Tabel 4.1 Hasil perhitungan data video kecepatan 10 km/jam Median Mean Standar Deviasi Varian Dapat dilihat dari Tabel 4.1 bahwa nilai median dan mean mendekati nilai kecepatan 10 km/jam.

18 18 Gambar 4.2. Grafik perubahan kecepatan 10 km/jam terhadap frame tanpa nilai error Data kemudian disusun ulang dengan menghilangkan data yang memiliki nilai yang jauh dari median dan dibuat grafik seperti Gambar 4.2. Berdasarkan data yang telah disusun ulang dilakukan perhitungan untuk mendapatkan nilai seperti pada Tabel 4.2 berikut: Tabel 4.2 Hasil perhitungan data 2 video kecepatan 10 km/jam Median Mean Standar Deviasi Varian Dapat dilihat dari Tabel 4.2 bahwa nilai median dan mean mendekati nilai kecepatan 10 km/jam. Dengan nilai standard deviasi dan varian yang lebih kecil dari data pada Tabel 4.1. Berdasarkan hasil pada Tabel 4.1 dan Tabel 4.2, nilai data yang dihasilkan oleh program telah dapat menunjukan nilai kecepatan kendaraan yang terdapat pada video.

19 Percobaan 20 km/jam Berdasarkan video untuk kecepatan 20 km/jam yang telah diambil diperoleh data dari program yang kemudian dijadikan grafik seperti pada Gambar 4.3 Gambar 4.3. Grafik perubahan kecepatan 20 km/jam terhadap frame Berdasarkan data yang diperoleh dari program, dilakukan perhitungan diperoleh nilai seperti pada Tabel 4.3 berikut: Tabel 4.3 Hasil perhitungan data video kecepatan 20 km/jam Median Mean Standar Deviasi Varian Dapat dilihat dari Tabel 4.3 bahwa nilai median dan mean mendekati nilai kecepatan 20 km/jam.

20 20 Gambar 4.4. Grafik perubahan kecepatan 20 km/jam terhadap frame tanpa nilai error Data kemudian disusun ulang dengan menghilangkan data yang memiliki nilai yang jauh dari median dan dibuat grafik seperti Gambar 4.4. Berdasarkan data yang telah disusun ulang dilakukan perhitungan untuk mendapatkan nilai seperti pada Tabel 4.4 berikut: Tabel 4.4 Hasil perhitungan data 2 video kecepatan 20 km/jam Median Mean Standard Deviasi Varian Dapat dilihat dari Tabel 4.4 bahwa nilai median dan mean mendekati nilai kecepatan 20 km/jam. Dengan nilai standard deviasi dan varian yang lebih kecil dari data pada Tabel 4.3. Berdasarkan hasil pada Tabel 4.3 dan Tabel 4.4, nilai data yang dihasilkan oleh program telah dapat menunjukan nilai kecepatan kendaraan yang terdapat pada video Percobaan 30 km/jam Berdasarkan video untuk kecepatan 30 km/jam yang telah diambil diperoleh data dari program yang kemudian dijadikan grafik seperti pada Gambar 4.5

21 21 Gambar 4.5. Grafik perubahan kecepatan 30 km/jam terhadap frame Berdasarkan data yang diperoleh dari program, dilakukan perhitungan diperoleh nilai seperti pada Tabel 4.5 berikut: Tabel 4.5 Hasil perhitungan data video kecepatan 30 km/jam Median Mean Standar Deviasi Varian Dapat dilihat dari Tabel 4.5 bahwa nilai median dan mean mendekati nilai kecepatan 30 km/jam. Gambar 4.6. Grafik perubahan kecepatan 30 km/jam terhadap frame tanpa nilai error Data kemudian disusun ulang dengan menghilangkan data yang memiliki nilai yang jauh dari median dan dibuat grafik seperti Gambar 4.6. Berdasarkan data yang telah disusun ulang dilakukan perhitungan untuk mendapatkan nilai seperti pada Tabel 4.6 berikut:

22 22 Tabel 4.6 Hasil perhitungan data 2 video kecepatan 30 km/jam Median Mean Standard Deviasi Varian Dapat dilihat dari Tabel 4.6 bahwa nilai median dan mean mendekati nilai kecepatan 30 km/jam. Dengan nilai standard deviasi dan varian yang lebih kecil dari data pada Tabel 4.5. Berdasarkan hasil pada Tabel 4.5 dan Tabel 4.6, nilai data yang dihasilkan oleh program telah dapat menunjukan nilai kecepatan kendaraan yang terdapat pada video. 4.4 Percobaan 40 km/jam Berdasarkan video untuk kecepatan 40 km/jam yang telah diambil diperoleh data dari program yang kemudian dijadikan grafik seperti pada Gambar 4.7 Gambar 4.7. Grafik perubahan kecepatan 40 km/jam terhadap frame Berdasarkan data yang diperoleh dari program, dilakukan perhitungan diperoleh nilai seperti pada Tabel 4.7 berikut: Tabel 4.7 Hasil perhitungan data video kecepatan 40 km/jam Median Mean Standar Deviasi Varian

23 23 Dapat dilihat dari Tabel 4.7 bahwa nilai median dan mean mendekati nilai kecepatan 35 km/jam. Ketidakakuratan ini berkaitan dengan jumlah data yang dapat diperoleh oleh program sangat sedikit, karena kondisi kamera yang bergoyang saat pengambilan data dan kecepatan kendaraan yang cukup cepat. Gambar 4.8. Grafik perubahan kecepatan 40 km/jam terhadap frame tanpa nilai error Data kemudian disusun ulang dengan menghilangkan data yang memiliki nilai yang jauh dari median dan dibuat grafik seperti Gambar 4.8. Berdasarkan data yang telah disusun ulang dilakukan perhitungan untuk mendapatkan nilai seperti pada Tabel 4.8 berikut: Tabel 4.8 Hasil perhitungan data 2 video kecepatan 40 km/jam Median Mean Standard Deviasi Varian Dapat dilihat dari Tabel 4.8 bahwa nilai median dan mean mendekati nilai kecepatan 38 km/jam. Dengan nilai standard deviasi dan varian yang lebih kecil dari data pada Tabel 4.7.

24 Analisa Percobaan Berdasarkan hasil dari empat percobaan diatas diketahui : a) Jumlah data dipengaruhi oleh FPS, resolusi kamera, lebar view kamera yang dapat digunakan dan kecepatan kendaraan. b) Jumlah data mempengaruhi akurasi, hal ini dapat terlihat dengan membandingkan jumlah data dari masing-masing percobaan, dan pengaruhnya terhadap perbedaan hasil median dengan mean pada data murni. Tabel 4.9 Perbandingan Median Mean data Percobaan Jumlah Median Mean Median/Mean Perbedaan Data Absolut km/jam km/jam km/jam km/jam c) Nilai median dari kelompok data dianggap sebagai kecepatan kendaraan rata-rata. d) Untuk kecepatan kendaraan yang relative stabil, Data dapat diperbaiki dengan acuan standar deviasi dari data yang telah disusun ulang dengan standar deviasi dari tiap data terhadap median dari kumpulan data. Tabel 4.10 Perbandingan Standar deviasi Data Percobaan Standar Deviasi data Standar Deviasi data 2 10 km/jam km/jam km/jam km/jam

25 25 e) Berdasarkan Tabel 4.10 dapat dilihat bahwa standar deviasi cenderung meningkat, dengan mengunakan data kalibarasi yang tepat dapat diperoleh persamaan untuk acuan standar deviasi pada median tertentu. f) Berdasarkan pendekatan nilai terbaik,jarak antara titik refensi yang digunakan sebagai konstanta adalah 16,4 m. g) 5. KESIMPULAN Setelah dilakukan penelitan ini, dapat disimpulkan bahwa: 1. Posisi alat perekam video (kamera) pada saat pengukuran kecepatan berbasis video kamera ini harus dalam kondisi benar-benar diam untuk meminimalisasi error yang terjadi. 2. Kualitas data yang dihasilkan dari pengukuran kamera dan program dapat dilihat dari perbandingan mean dan median. 3. Kualitas data dapat diperbaiki dengan menggunakan acuan standar deviasi dari data kalibrasi untuk tiap-tiap median. 4. Semakin besar kecepatan yang diukur, maka semakin besar pula standar deviasinya. 5. Karena torsi kendaraan yang sangat besar, pengemudi kendaraan mengalami kesulitan untuk mejalankan kendaraan dengan kecepatan rendah secara konstan. Sehingga pada setiap pengukuran didapatkan hasil yang cenderung linear ke bawah. DAFTAR ACUAN [1] Wahana Komputer Ragam Apliksi Pengolahan Image dengan Matlab. Jakarta : PT Elex Media Komputindo [2] Prasetyo,Eko.2011, Pengolahan Citra Digital dan Aplikasinya. Yogyakarta: ANDI [3] [4] [5] [6] dslr/ fps.html [7] [8] [9]

Pengantar Pengolahan Citra. Ade Sarah H., M. Kom

Pengantar Pengolahan Citra. Ade Sarah H., M. Kom Pengantar Pengolahan Citra Ade Sarah H., M. Kom Pendahuluan Data atau Informasi terdiri dari: teks, gambar, audio, dan video. Citra = gambar adalah salah satu komponen multimedia yang memegang peranan

Lebih terperinci

Pendahuluan Pengantar Pengolahan Citra. Bertalya Universitas Gunadarma, 2005

Pendahuluan Pengantar Pengolahan Citra. Bertalya Universitas Gunadarma, 2005 Pendahuluan Pengantar Pengolahan Citra Bertalya Universitas Gunadarma, 2005 Definisi Citra Citra (Image) adalah gambar pada bidang dua dimensi. Secara matematis, citra merupakan fungsi terus menerus (continue)

Lebih terperinci

PENGOLAHAN CITRA DIGITAL ( DIGITAL IMAGE PROCESSING )

PENGOLAHAN CITRA DIGITAL ( DIGITAL IMAGE PROCESSING ) FAKULTAS TEKNIK INFORMATIKA PENGOLAHAN CITRA DIGITAL ( DIGITAL IMAGE PROCESSING ) Pertemuan 1 Konsep Dasar Pengolahan Citra Pengertian Citra Citra atau Image merupakan istilah lain dari gambar, yang merupakan

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PERKULIAHAN ( SAP )

SATUAN ACARA PERKULIAHAN ( SAP ) SATUAN ACARA PERKULIAHAN ( SAP ) Mata Kuliah : Pengolahan Citra Digital Kode : IES 6323 Semester : VI Waktu : 1 x 3x 50 Menit Pertemuan : 1 A. Kompetensi 1. Utama Mahasiswa dapat memahami tentang sistem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Citra (image) istilah lain untuk gambar sebagai salah satu komponen

BAB I PENDAHULUAN. Citra (image) istilah lain untuk gambar sebagai salah satu komponen BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Citra (image) istilah lain untuk gambar sebagai salah satu komponen multimedia memegang peranan sangat penting sebagai bentuk informasi visual. Citra mempunyai karakteristik

Lebih terperinci

Proses memperbaiki kualitas citra agar mudah diinterpretasi oleh manusia atau komputer

Proses memperbaiki kualitas citra agar mudah diinterpretasi oleh manusia atau komputer Pengolahan Citra / Image Processing : Proses memperbaiki kualitas citra agar mudah diinterpretasi oleh manusia atau komputer Teknik pengolahan citra dengan mentrasformasikan citra menjadi citra lain, contoh

Lebih terperinci

CS3214 Pengolahan Citra - UAS. CHAPTER 1. Pengantar Pengolahan Citra

CS3214 Pengolahan Citra - UAS. CHAPTER 1. Pengantar Pengolahan Citra CS3214 Pengolahan Citra - UAS CHAPTER 1. Pengantar Pengolahan Citra Fakultas Informatika IT Telkom CITRA Citra (image) = gambar pada bidang 2 dimensi. Citra (ditinjau dari sudut pandang matematis) = fungsi

Lebih terperinci

Pengantar Pengolahan Citra

Pengantar Pengolahan Citra Bab 1 Pengantar Pengolahan Citra D ata atau informasi tidak hanya disajikan dalam bentuk teks, tetapi juga dapat berupa gambar, audio (bunyi, suara, musik), dan video. Keempat macam data atau informasi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Meteran Air Meteran air merupakan alat untuk mengukur banyaknya aliran air secara terus menerus melalui sistem kerja peralatan yang dilengkapi dengan unit sensor, unit penghitung,

Lebih terperinci

Pengolahan Citra : Konsep Dasar

Pengolahan Citra : Konsep Dasar Pengolahan Citra Konsep Dasar Universitas Gunadarma 2006 Pengolahan Citra Konsep Dasar 1/14 Definisi dan Tujuan Pengolahan Citra Pengolahan Citra / Image Processing Proses memperbaiki kualitas citra agar

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dengan perkembangan komputer dan alat pengambilan gambar secara digital yang semakin berkembang saat ini, sehingga menghasilkan banyak fasilitas untuk melakukan proses

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Citra Citra menurut kamus Webster adalah suatu representasi atau gambaran, kemiripan, atau imitasi dari suatu objek atau benda, contohnya yaitu foto seseorang dari kamera yang

Lebih terperinci

Implementasi Morphology Concept and Technique dalam Pengolahan Citra Digital Untuk Menentukan Batas Obyek dan Latar Belakang Citra

Implementasi Morphology Concept and Technique dalam Pengolahan Citra Digital Untuk Menentukan Batas Obyek dan Latar Belakang Citra Implementasi Morphology Concept and Technique dalam Pengolahan Citra Digital Untuk Menentukan Batas Obyek dan Latar Belakang Citra Eddy Nurraharjo Program Studi Teknik Informatika, Universitas Stikubank

Lebih terperinci

Muhammad Zidny Naf an, M.Kom. Gasal 2015/2016

Muhammad Zidny Naf an, M.Kom. Gasal 2015/2016 MKB3383 - Teknik Pengolahan Citra Pengolahan Citra Digital Muhammad Zidny Naf an, M.Kom. Gasal 2015/2016 CITRA Citra (image) = gambar pada bidang 2 dimensi. Citra (ditinjau dari sudut pandang matematis)

Lebih terperinci

PERTEMUAN - 2 PENGOLAHAN CITRA

PERTEMUAN - 2 PENGOLAHAN CITRA PERTEMUAN - 2 PENGOLAHAN CITRA EDY WINARNO fti-unisbank-smg 24 maret 2009 Citra = gambar = image Citra, menurut kamus Webster, adalah suatu representasi, kemiripan, atau imitasi dari suatu objek atau benda

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. dari sudut pandang matematis, citra merupakan fungsi kontinyu dari intensitas cahaya

BAB 2 LANDASAN TEORI. dari sudut pandang matematis, citra merupakan fungsi kontinyu dari intensitas cahaya 5 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Citra Secara harfiah citra atau image adalah gambar pada bidang dua dimensi. Ditinjau dari sudut pandang matematis, citra merupakan fungsi kontinyu dari intensitas cahaya pada

Lebih terperinci

MENENTUKAN KEPADATAN LALU LINTAS DENGAN PENGHITUNGAN JUMLAH KENDARAAN BERBASIS VIDEO PROCESSING

MENENTUKAN KEPADATAN LALU LINTAS DENGAN PENGHITUNGAN JUMLAH KENDARAAN BERBASIS VIDEO PROCESSING Powered by TCPDF (www.tcpdf.org) Tugas Akhir - 2009 MENENTUKAN KEPADATAN LALU LINTAS DENGAN PENGHITUNGAN JUMLAH KENDARAAN BERBASIS VIDEO PROCESSING Muahamd Syukur¹, Iwan Iwut Tritoasmoro², Koredianto Usman³

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Citra Citra merupakan istilah lain untuk gambar sebagai salah satu komponen multimedia memegang peranan sangat penting sebagai bentuk informasi visual. Citra mempunyai karakteristik

Lebih terperinci

PERBEDAAN GRAFIKA COMPUTER DAN IMAGE PROCESSING. by Ocvita Ardhiani

PERBEDAAN GRAFIKA COMPUTER DAN IMAGE PROCESSING. by Ocvita Ardhiani PERBEDAAN GRAFIKA COMPUTER DAN IMAGE PROCESSING by Ocvita Ardhiani Perbedaan grafika computer dan image processing Pengolahan citra (image processing) Berorientasi pixel Mengolah data citra untuk mendapatkan

Lebih terperinci

Judul : APLIKASI PERBAIKAN KUALITAS CITRA DIGITAL MENGGUNAKAN MATLAB 7. 1 Nama : MELISA NPM :

Judul : APLIKASI PERBAIKAN KUALITAS CITRA DIGITAL MENGGUNAKAN MATLAB 7. 1 Nama : MELISA NPM : Judul : APLIKASI PERBAIKAN KUALITAS CITRA DIGITAL MENGGUNAKAN MATLAB 7. 1 Nama : MELISA NPM : 50403778 Email : reval_lauren@yahoo.com ABSTRAK Citra yang dimiliki pengguna seringkali mengalami gangguan

Lebih terperinci

Pemampatan citra dengan menggunakan metode pemampatan kuantisasi SKRIPSI. Oleh : Sumitomo Fajar Nugroho M

Pemampatan citra dengan menggunakan metode pemampatan kuantisasi SKRIPSI. Oleh : Sumitomo Fajar Nugroho M Pemampatan citra dengan menggunakan metode pemampatan kuantisasi SKRIPSI Oleh : Sumitomo Fajar Nugroho M 0104062 FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010 BAB

Lebih terperinci

Pengenalan Pola Untuk Deteksi Uang Koin

Pengenalan Pola Untuk Deteksi Uang Koin Pengenalan Pola Untuk Deteksi Uang Koin Nesi Syafitri, S.Kom, M.Cs Teknik Perangkat Lunak Fakultas Teknik Universitas Islam Riau Email : nesisyafitri@yahoo.com Abstrak Pengenalan Pola (Pattern Recognition)

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Citra Digital Citra digital adalah citra yang dapat diolah oleh komputer (Sutoyo & Mulyanto, 2009). Citra sebagai keluaran suatu sistem perekaman data dapat bersifat optik berupa

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR PENGOLAHAN CITRA DIGITAL

BAB II TEORI DASAR PENGOLAHAN CITRA DIGITAL BAB II TEORI DASAR PENGOLAHAN CITRA DIGITAL 2.1 Citra Secara harafiah, citra adalah representasi (gambaran), kemiripan, atau imitasi pada bidang dari suatu objek. Ditinjau dari sudut pandang matematis,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tahapan Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan beberapa tahapan, yaitu: Gambar 3.1 Prosedur Penelitian 1. Perumusan Masalah Metode ini dilaksanakan dengan melakukan pengidentifikasian

Lebih terperinci

Pengolahan Citra Digital 201

Pengolahan Citra Digital 201 I. Citra. Secara harfiah, citra (image) adalah gambar pada bidang dwimatra (dua dimensi). Ditinjau dari sudut pandang matematis, citra merupakan fungsi menerus (continue) dari intensitas cahaya pada bidang

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI PERHITUNGAN KECEPATAN OBJEK BERGERAK BERBASIS WEBCAM DAN PENGOLAHAN CITRA DIGITAL

IMPLEMENTASI PERHITUNGAN KECEPATAN OBJEK BERGERAK BERBASIS WEBCAM DAN PENGOLAHAN CITRA DIGITAL Powered by TCPDF (www.tcpdf.org) Tugas Akhir - 2009 IMPLEMENTASI PERHITUNGAN KECEPATAN OBJEK BERGERAK BERBASIS WEBCAM DAN PENGOLAHAN CITRA DIGITAL Bambang Hermanto¹, Koredianto Usman², Iwan Iwut Tirtoasmoro³

Lebih terperinci

SISTEM PENGENALAN WAJAH MENGGUNAKAN WEBCAM UNTUK ABSENSI DENGAN METODE TEMPLATE MATCHING

SISTEM PENGENALAN WAJAH MENGGUNAKAN WEBCAM UNTUK ABSENSI DENGAN METODE TEMPLATE MATCHING SISTEM PENGENALAN WAJAH MENGGUNAKAN WEBCAM UNTUK ABSENSI DENGAN METODE TEMPLATE MATCHING Mohamad Aditya Rahman, Ir. Sigit Wasista, M.Kom Jurusan Teknik Elektronika, Politeknik Elektronika Negeri Surabaya

Lebih terperinci

Implementasi Noise Removal Menggunakan Wiener Filter untuk Perbaikan Citra Digital

Implementasi Noise Removal Menggunakan Wiener Filter untuk Perbaikan Citra Digital UNSIKA Syntax Jurnal Informatika Vol. 5 No. 2, 2016, 159-164 159 Implementasi Noise Removal Menggunakan Wiener Filter untuk Perbaikan Citra Digital Nono Heryana 1, Rini Mayasari 2 1,2 Jl. H.S. Ronggowaluyo

Lebih terperinci

APLIKASI TRANSFORMASI WATERSHED UNTUK SEGMENTASI CITRA DENGAN SPATIAL FILTER SEBAGAI PEMROSES AWAL

APLIKASI TRANSFORMASI WATERSHED UNTUK SEGMENTASI CITRA DENGAN SPATIAL FILTER SEBAGAI PEMROSES AWAL APLIKASI TRANSFORMASI WATERSHED UNTUK SEGMENTASI CITRA DENGAN SPATIAL FILTER SEBAGAI PEMROSES AWAL Murien Nugraheni Prodi Teknik Informatika Fak FTI UAD Jl. Prof. Dr. Soepomo, Janturan, Yogyakarta 55164,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Logika Fuzzy Logika Fuzzy pertama kali dikembangkan oleh Lotfi A. Zadeh pada tahun1965. Teori ini banyak diterapkan di berbagai bidang, antara lain representasipikiran manusia

Lebih terperinci

Pengolahan Citra (Image Processing)

Pengolahan Citra (Image Processing) BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Citra (Image) Processing Secara harfiah, citra (image) adalah gambar pada bidang dwimatra (dua dimensi). Ditinjau dari sudut pandang matematis, citra merupakan fungsi menerus

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. merekam suatu adegan melalui media indra visual. Citra dapat dideskripsikan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. merekam suatu adegan melalui media indra visual. Citra dapat dideskripsikan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Citra Citra adalah kumpulan elemen gambar yang secara keseluruhan merekam suatu adegan melalui media indra visual. Citra dapat dideskripsikan sebagai data dalam dua dimensi

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI DAUN BERDASARKAN FAKTOR KEKOMPAKAN DAN FAKTOR KEBUNDARAN BENTUK DAUN

IDENTIFIKASI DAUN BERDASARKAN FAKTOR KEKOMPAKAN DAN FAKTOR KEBUNDARAN BENTUK DAUN Techno.COM, Vol. 13, No. 4, November 2014: 198-205 IDENTIFIKASI DAUN BERDASARKAN FAKTOR KEKOMPAKAN DAN FAKTOR KEBUNDARAN BENTUK DAUN Irwansyah Nur Amrullah 1, T.Sutojo 2 1,2 Fakultas Ilmu Komputer Universitas

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS BAB 2 TINJAUAN TEORETIS 2.1 Pengertian Citra Secara harfiah, citra (image) adalah gambar pada bidang dwimatra (dua dimensi). Ditinjau dari sudut pandang matematis, citra merupakan fungsi menerus (continue)

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Citra Secara harafiah, citra (image) adalah gambar pada bidang dwimatra (dua dimensi). Ditinjau dari sudut pandang matematis, citra merupakan fungsi menerus (continue) dari intensitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. teknologi pengolahan citra (image processing) telah banyak dipakai di berbagai

BAB I PENDAHULUAN. teknologi pengolahan citra (image processing) telah banyak dipakai di berbagai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Citra (image) adalah bidang dalam dwimatra (dua dimensi) (Munir, 2004). Sebagai salah satu komponen multimedia, citra memegang peranan sangat penting sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semakin berkembang. Semakin banyak penemuan-penemuan baru dan juga

BAB I PENDAHULUAN. semakin berkembang. Semakin banyak penemuan-penemuan baru dan juga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dengan mengikuti perkembangan zaman, tentunya teknologi juga semakin berkembang. Semakin banyak penemuan-penemuan baru dan juga pengembangan dari teknologi yang sudah

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian citra Secara umum pengertian citra adalah suatu representasi (gambaran), kemiripan, atau imitasi dari suatu objek. Citra sebagai keluaran suatu sistem perekaman data

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 7 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Citra Digital Citra digital merupakan sebuah fungsi intensitas cahaya, dimana harga x dan y merupakan koordinat spasial dan harga fungsi f tersebut pada setiap titik merupakan

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI PENGOLAHAN CITRA DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK KONVOLUSI UNTUK PELEMBUTAN CITRA (IMAGE SMOOTHING) DALAM OPERASI REDUKSI NOISE

IMPLEMENTASI PENGOLAHAN CITRA DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK KONVOLUSI UNTUK PELEMBUTAN CITRA (IMAGE SMOOTHING) DALAM OPERASI REDUKSI NOISE ISSN : 1978-6603 IMPLEMENTASI PENGOLAHAN CITRA DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK KONVOLUSI UNTUK PELEMBUTAN CITRA (IMAGE SMOOTHING) DALAM OPERASI REDUKSI NOISE *Tugiono #1, Hafizah #2, Asyahri Hadi Nasyuha #3

Lebih terperinci

PENGUKURAN GETARAN PADA POROS MODEL VERTICAL AXIS OCEAN CURRENT TURBINE (VAOCT) DENGAN METODE DIGITAL IMAGE PROCESSING

PENGUKURAN GETARAN PADA POROS MODEL VERTICAL AXIS OCEAN CURRENT TURBINE (VAOCT) DENGAN METODE DIGITAL IMAGE PROCESSING PRESENTASI TESIS (P3) PENGUKURAN GETARAN PADA POROS MODEL VERTICAL AXIS OCEAN CURRENT TURBINE (VAOCT) DENGAN METODE DIGITAL IMAGE PROCESSING HEROE POERNOMO 4108204006 LATAR BELAKANG Pengaruh getaran terhadap

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Steganografi 2.1.1 Sejarah Steganografi Teknik steganografi ini sudah ada sejak 4000 tahun yang lalu di kota Menet Khufu, Mesir. Awalnya adalah penggunaan hieroglyphic yakni menulis

Lebih terperinci

Penghitung Kendaraan Menggunakan Background Substraction dengan Background Hasil Rekonstruksi

Penghitung Kendaraan Menggunakan Background Substraction dengan Background Hasil Rekonstruksi Penghitung Kendaraan Menggunakan Substraction dengan Hasil Rekonstruksi Mohammad Musa Sanjaya #1, Dr. I Ketut Eddy Purnama, ST., MT. *2, Muhtadin,ST.,MT #3 Jurusan Teknik Elektro, ITS Surabaya 1 musopotamia@gmail.com

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengenalan Marka Jalan Marka jalan merupakan suatu penanda bagi para pengguna jalan untuk membantu kelancaran jalan dan menghindari adanya kecelakaan. Pada umumnya marka jalan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM. Pada dewasa sekarang ini sangat banyak terdapat sistem dimana sistem tersebut

BAB III PERANCANGAN SISTEM. Pada dewasa sekarang ini sangat banyak terdapat sistem dimana sistem tersebut BAB III PERANCANGAN SISTEM 3.1 Definisi Masalah Pada dewasa sekarang ini sangat banyak terdapat sistem dimana sistem tersebut sudah terintegrasi dengan komputer, dengan terintegrasinya sistem tersebut

Lebih terperinci

SISTEM PENJEJAK POSISI OBYEK BERBASIS UMPAN BALIK CITRA

SISTEM PENJEJAK POSISI OBYEK BERBASIS UMPAN BALIK CITRA SISTEM PENJEJAK POSISI OBYEK BERBASIS UMPAN BALIK CITRA Syahrul 1, Andi Kurniawan 2 1,2 Jurusan Teknik Komputer, Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer, Universitas Komputer Indonesia Jl. Dipati Ukur No.116,

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Meter Air. Gambar 2.1 Meter Air. Meter air merupakan alat untuk mengukur banyaknya aliran air secara terus

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Meter Air. Gambar 2.1 Meter Air. Meter air merupakan alat untuk mengukur banyaknya aliran air secara terus BAB II DASAR TEORI 2.1 Meter Air Gambar 2.1 Meter Air Meter air merupakan alat untuk mengukur banyaknya aliran air secara terus menerus melalui sistem kerja peralatan yang dilengkapi dengan unit sensor,

Lebih terperinci

Aplikasi Pembesaran Citra Menggunakan Metode Nearest Neighbour Interpolation

Aplikasi Pembesaran Citra Menggunakan Metode Nearest Neighbour Interpolation Aplikasi Pembesaran Citra Menggunakan Metode Nearest Neighbour Interpolation Daryanto 1) 1) Prodi Teknik Informatika, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Jember Email: 1) daryanto@unmuhjember.ac.id

Lebih terperinci

KAMERA PENDETEKSI GERAK MENGGUNAKAN MATLAB 7.1. Nugroho hary Mindiar,

KAMERA PENDETEKSI GERAK MENGGUNAKAN MATLAB 7.1. Nugroho hary Mindiar, KAMERA PENDETEKSI GERAK MENGGUNAKAN MATLAB 7.1 Nugroho hary Mindiar, 21104209 Mahasiswa Sarjana Strata Satu (S1) Jurusan Sistem Komputer, Fakultas Ilmu Komputer Universitas Gunadarma mindiar@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jalan merupakan salah satu sarana transportasi darat yang penting untuk menghubungkan berbagai tempat seperti pusat industri, lahan pertanian, pemukiman, serta sebagai

Lebih terperinci

DETEKSI MARKA JALAN DAN ESTIMASI POSISI MENGGUNAKAN MULTIRESOLUTION HOUGH TRANSFORM

DETEKSI MARKA JALAN DAN ESTIMASI POSISI MENGGUNAKAN MULTIRESOLUTION HOUGH TRANSFORM DETEKSI MARKA JALAN DAN ESTIMASI POSISI MENGGUNAKAN MULTIRESOLUTION HOUGH TRANSFORM Charles Edison Chandra; Herland Jufry; Sofyan Tan Computer Engineering Department, Faculty of Engineering, Binus University

Lebih terperinci

APLIKASI PENGOLAHAN CITRA DIGITAL DENGAN PROSES PERKALIAN DAN PEMBAGIAN UNTUK PENGGESERAN BIT DENGAN MENGGUNAKAN METODE BITSHIFT OPERATORS

APLIKASI PENGOLAHAN CITRA DIGITAL DENGAN PROSES PERKALIAN DAN PEMBAGIAN UNTUK PENGGESERAN BIT DENGAN MENGGUNAKAN METODE BITSHIFT OPERATORS APLIKASI PENGOLAHAN CITRA DIGITAL DENGAN PROSES PERKALIAN DAN PEMBAGIAN UNTUK PENGGESERAN BIT DENGAN MENGGUNAKAN METODE BITSHIFT OPERATORS Apri 1, Herlina 2, Ade 3 1,2 Jurusan Teknik Informatika Sekolah

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Citra Digital Secara harafiah, citra (image) adalah gambar pada bidang dua dimensi. Ditinjau dari sudut pandang matematis, citra merupakan fungsi kontinu dari intensitas cahaya

Lebih terperinci

11/15/2013 JENIS KAMERA FOTOGRAFI KAMERA TWIN LENS REFLEX ( TLR )

11/15/2013 JENIS KAMERA FOTOGRAFI KAMERA TWIN LENS REFLEX ( TLR ) JENIS KAMERA Kamera sederhana FOTOGRAFI JENIS KAMERA Rangefinder (RF) Camera RANGEFINDER (RF) CAMERA Menggunakan dua buah alat untuk menyatukan gambar yang kita lihat. Gambar dilihat melalui viewfinder

Lebih terperinci

Konsep Dasar Pengolahan Citra. Pertemuan ke-2 Boldson H. Situmorang, S.Kom., MMSI

Konsep Dasar Pengolahan Citra. Pertemuan ke-2 Boldson H. Situmorang, S.Kom., MMSI Konsep Dasar Pengolahan Citra Pertemuan ke-2 Boldson H. Situmorang, S.Kom., MMSI Definisi Citra digital: kumpulan piksel-piksel yang disusun dalam larik (array) dua-dimensi yang berisi nilai-nilai real

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini informasi tidak hanya didapatkan dari pesan teks saja namun sebuah gambar atau citra dapat juga mewakilkan sebuah informasi, bahkan sebuah citra memiliki arti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Seiring dengan berkembangnya permintaan akan pemetaan suatu wilayah dalam berbagai bidang, maka semakin berkembang pula berbagai macam metode pemetaan. Dengan memanfaatkan

Lebih terperinci

MAKALAH APLIKASI KOMPUTER 1 SISTEM APLIKASI KOMPUTER GRAFIK KOMPUTER DAN KONSEP DASAR OLAH CITRA. Diajukan sebagai Tugas Mandiri Mata Kuliah NTM

MAKALAH APLIKASI KOMPUTER 1 SISTEM APLIKASI KOMPUTER GRAFIK KOMPUTER DAN KONSEP DASAR OLAH CITRA. Diajukan sebagai Tugas Mandiri Mata Kuliah NTM MAKALAH APLIKASI KOMPUTER 1 SISTEM APLIKASI KOMPUTER GRAFIK KOMPUTER DAN KONSEP DASAR OLAH CITRA Diajukan sebagai Tugas Mandiri Mata Kuliah NTM Semester Genap Tahun Akademik 2014 / 2015 Angkatan XIII Disusun

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI METODE SPEED UP FEATURES DALAM MENDETEKSI WAJAH

IMPLEMENTASI METODE SPEED UP FEATURES DALAM MENDETEKSI WAJAH IMPLEMENTASI METODE SPEED UP FEATURES DALAM MENDETEKSI WAJAH Fitri Afriani Lubis 1, Hery Sunandar 2, Guidio Leonarde Ginting 3, Lince Tomoria Sianturi 4 1 Mahasiswa Teknik Informatika, STMIK Budi Darma

Lebih terperinci

One picture is worth more than ten thousand words

One picture is worth more than ten thousand words Budi Setiyono One picture is worth more than ten thousand words Citra Pengolahan Citra Pengenalan Pola Grafika Komputer Deskripsi/ Informasi Kecerdasan Buatan 14/03/2013 PERTEMUAN KE-1 3 Image Processing

Lebih terperinci

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN APLIKASI UNTUK MENDETEKSI UANG LOGAM DENGAN METODE EUCLIDEAN

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN APLIKASI UNTUK MENDETEKSI UANG LOGAM DENGAN METODE EUCLIDEAN Jurnal Teknik Informatika Vol. 1 September 2012 1 PERANCANGAN DAN PEMBUATAN APLIKASI UNTUK MENDETEKSI UANG LOGAM DENGAN METODE EUCLIDEAN Wahyu Saputra Wibawa 1, Juni Nurma Sari 2, Ananda 3 Program Studi

Lebih terperinci

ANALISIS UNJUK KERJA MEDIAN FILTER PADA CITRA DIGITAL UNTUK PENINGKATAN KUALITAS CITRA

ANALISIS UNJUK KERJA MEDIAN FILTER PADA CITRA DIGITAL UNTUK PENINGKATAN KUALITAS CITRA ANALISIS UNJUK KERJA MEDIAN FILTER PADA CITRA DIGITAL UNTUK PENINGKATAN KUALITAS CITRA Indrawati Jurusan Teknik Elektro Politeknik Negeri Lhokseumawe Jl. Banda Aceh-Medan Km. 280 Buketrata-Lhokseumawe

Lebih terperinci

Proteksi Kesalahan Berbeda Menggunakan Metode Rate Compatible Punctured Convolutional (RCPC) Codes Untuk Aplikasi Pengiriman Citra ABSTRAK

Proteksi Kesalahan Berbeda Menggunakan Metode Rate Compatible Punctured Convolutional (RCPC) Codes Untuk Aplikasi Pengiriman Citra ABSTRAK Proteksi Kesalahan Berbeda Menggunakan Metode Rate Compatible Punctured Convolutional (RCPC) Codes Untuk Aplikasi Pengiriman Citra Sudiono Cokro / 9922142 Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas

Lebih terperinci

Jobsheet 3 Cara Kerja Sistem CCTV

Jobsheet 3 Cara Kerja Sistem CCTV Jobsheet 3 Cara Kerja Sistem CCTV I. Tujuan Praktikum 1.Mahasiswa mengetahui cara mengoperasikan CCTV. 2.Mahasiswa dapat mengoperasikan CCTV. 3.Mahasiswa mengetahui cara kerja sistem CCTV. II. Deskripsi

Lebih terperinci

BAB I PERSYARATAN PRODUK

BAB I PERSYARATAN PRODUK BAB I PERSYARATAN PRODUK Pemrosesan gambar secara digital telah berkembang dengan cepat. Pengolahan gambar ini didukung dengan kemajuan teknologi perangkat keras yang signifikan. Produk produk pengolah

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI METODE RETINEX UNTUK PENCERAHAN CITRA

IMPLEMENTASI METODE RETINEX UNTUK PENCERAHAN CITRA IMPLEMENTASI METODE RETINEX UNTUK PENCERAHAN CITRA Murinto 1), Eko Aribowo, Elena Yustina Program Studi Teknik Informatika Fakultas Teknologi Industri Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta Email : murintokusno@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN PERANGKAT DAN PENGUJIAN TAPIS

BAB IV PEMBAHASAN PERANGKAT DAN PENGUJIAN TAPIS BAB IV PEMBAHASAN PERANGKAT DAN PENGUJIAN TAPIS 4.1 Obyek Acuan dan Obyek Masukan Obyek acuan berupa tiga buah huruf vokal (A,I U) dibuat pada media orto. Obyek acuan digunakan untuk membuat tapis intensitas

Lebih terperinci

PERANGKAT LUNAK PERBAIKAN KUALITAS CITRA DIGITAL MODEL RGB DAN IHS DENGAN OPERASI PENINGKATAN KONTRAS

PERANGKAT LUNAK PERBAIKAN KUALITAS CITRA DIGITAL MODEL RGB DAN IHS DENGAN OPERASI PENINGKATAN KONTRAS PERANGKAT LUNAK PERBAIKAN KUALITAS CITRA DIGITAL MODEL RGB DAN IHS DENGAN OPERASI PENINGKATAN KONTRAS Tole Sutikno, Kartika Firdausy, Eko Prasetyo Center for Electrical Engineering Research and Solutions

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pesatnya perkembangan teknologi saat ini menjadi umpan bagi para ahli untuk mencetuskan terobosan-terobosan baru berbasis teknologi canggih. Terobosan ini diciptakan

Lebih terperinci

PEMANFAATAN KAMERA CCTV SEBAGAI ALAT BANTU TRAFFIC SURVEY BIDANG : TRAFFIC ENGINEERING. Ressi Dyah Adriani NPP

PEMANFAATAN KAMERA CCTV SEBAGAI ALAT BANTU TRAFFIC SURVEY BIDANG : TRAFFIC ENGINEERING. Ressi Dyah Adriani NPP PEMANFAATAN KAMERA CCTV SEBAGAI ALAT BANTU TRAFFIC SURVEY BIDANG : TRAFFIC ENGINEERING Ressi Dyah Adriani NPP 10529 ressi.adriani@jasamarga.co.id ABSTRAK Data kepadatan lalu-lintas merupakan kebutuhan

Lebih terperinci

PENDETEKSIAN TEPI OBJEK MENGGUNAKAN METODE GRADIEN

PENDETEKSIAN TEPI OBJEK MENGGUNAKAN METODE GRADIEN PENDETEKSIAN TEPI OBJEK MENGGUNAKAN METODE GRADIEN Dolly Indra dolly.indra@umi.ac.id Teknik Informatika Universitas Muslim Indonesia Abstrak Pada tahap melakukan ekstraksi ciri (feature extraction) faktor

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Computer Vision Computer vision dapat diartikan sebagai suatu proses pengenalan objek-objek berdasarkan ciri khas dari sebuah gambar dan dapat juga digambarkan sebagai suatu deduksi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Citra Citra merupakan salah satu komponen multimedia yang memegang peranan sangat penting sebagai bentuk informasi visual. Meskipun sebuah citra kaya akan informasi, namun sering

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN ANALISA

BAB 4 HASIL DAN ANALISA BAB 4 HASIL DAN ANALISA 4. Analisa Hasil Pengukuran Profil Permukaan Penelitian dilakukan terhadap (sepuluh) sampel uji berdiameter mm, panjang mm dan daerah yang dibubut sepanjang 5 mm. Parameter pemesinan

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE SOBEL DAN GAUSSIAN DALAM MENDETEKSI TEPI DAN MEMPERBAIKI KUALITAS CITRA

PENERAPAN METODE SOBEL DAN GAUSSIAN DALAM MENDETEKSI TEPI DAN MEMPERBAIKI KUALITAS CITRA PENERAPAN METODE SOBEL DAN GAUSSIAN DALAM MENDETEKSI TEPI DAN MEMPERBAIKI KUALITAS CITRA HASNAH(12110738) Mahasiswa Program Studi Teknik Informatika, STMIK Budidarma Medan Jl. Sisingamangaraja No. 338

Lebih terperinci

Analisa Hasil Perbandingan Metode Low-Pass Filter Dengan Median Filter Untuk Optimalisasi Kualitas Citra Digital

Analisa Hasil Perbandingan Metode Low-Pass Filter Dengan Median Filter Untuk Optimalisasi Kualitas Citra Digital Analisa Hasil Perbandingan Metode Low-Pass Filter Dengan Median Filter Untuk Optimalisasi Kualitas Citra Digital Nurul Fuad 1, Yuliana Melita 2 Magister Teknologi Informasi Institut Saint Terapan & Teknologi

Lebih terperinci

Pengolahan Citra INTERACTIVE BROADCASTING. Yusuf Elmande., S.Si., M.Kom. Modul ke: Fakultas Ilmu Komunikasi. Program Studi Penyiaran

Pengolahan Citra INTERACTIVE BROADCASTING. Yusuf Elmande., S.Si., M.Kom. Modul ke: Fakultas Ilmu Komunikasi. Program Studi Penyiaran INTERACTIVE BROADCASTING Modul ke: Pengolahan Citra Fakultas Ilmu Komunikasi Yusuf Elmande., S.Si., M.Kom Program Studi Penyiaran www.mercubuana.ac.id Pendahuluan Istilah citra digital sangat populer pada

Lebih terperinci

Pembentukan Citra. Bab Model Citra

Pembentukan Citra. Bab Model Citra Bab 2 Pembentukan Citra C itra ada dua macam: citra kontinu dan citra diskrit. Citra kontinu dihasilkan dari sistem optik yang menerima sinyal analog, misalnya mata manusia dan kamera analog. Citra diskrit

Lebih terperinci

IP TRAFFIC CAMERA PADA PERSIMPANGAN JALAN RAYA MENGGUNAKAN METODE LUASAN PIKSEL

IP TRAFFIC CAMERA PADA PERSIMPANGAN JALAN RAYA MENGGUNAKAN METODE LUASAN PIKSEL IP TRAFFIC CAMERA PADA PERSIMPANGAN JALAN RAYA MENGGUNAKAN METODE LUASAN PIKSEL OLEH : ANDI MUHAMMAD ALI MAHDI AKBAR Pembimbing 1: Arief Kurniawan, ST., MT Pembimbing 2: Ahmad Zaini, ST., M.Sc. Page 1

Lebih terperinci

Oleh: Riza Prasetya Wicaksana

Oleh: Riza Prasetya Wicaksana Oleh: Riza Prasetya Wicaksana 2209 105 042 Pembimbing I : Dr. I Ketut Eddy Purnama, ST., MT. NIP. 196907301995121001 Pembimbing II : Muhtadin, ST., MT. NIP. 198106092009121003 Latar belakang Banyaknya

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2. Citra Digital Citra digital dapat diartikan sebagai suatu fungsi dua dimensi f(x.y), dengan x maupun y adalah posisi koordinat sedangkan f merupakan amplitude pada posisi (x,y)

Lebih terperinci

ANALISIS PERBANDINGAN TEKNIK SEGMENTASI CITRA DIGITAL MENGGUNAKAN METODE LEVEL-SET CHAN & VESE DAN LANKTON

ANALISIS PERBANDINGAN TEKNIK SEGMENTASI CITRA DIGITAL MENGGUNAKAN METODE LEVEL-SET CHAN & VESE DAN LANKTON ANALISIS PERBANDINGAN TEKNIK SEGMENTASI CITRA DIGITAL MENGGUNAKAN METODE LEVEL-SET CHAN & VESE DAN LANKTON 1 Dyah Apriliani (08018225), 2 Murinto (0510077302) 1,2 Program Studi Teknik Informatika Universitas

Lebih terperinci

PENGOLAHAN CITRA DIGITAL

PENGOLAHAN CITRA DIGITAL PENGOLAHAN CITRA DIGITAL Aditya Wikan Mahastama mahas@ukdw.ac.id Sistem Optik dan Proses Akuisisi Citra Digital 2 UNIV KRISTEN DUTA WACANA GENAP 1213 v2 Bisa dilihat pada slide berikut. SISTEM OPTIK MANUSIA

Lebih terperinci

Sistem Pendeteksi Kendaraan Pada Tempat Parkir Menggunakan Kamera Iwan Kurniawan

Sistem Pendeteksi Kendaraan Pada Tempat Parkir Menggunakan Kamera Iwan Kurniawan Sistem Pendeteksi Kendaraan Pada Tempat Parkir Menggunakan Kamera Iwan Kurniawan 1.02.00.119 Pembimbing 1: Yeffry Handoko Putra, MT Pembimbing 2: Sri Nurhayati, MT Latar Belakang Masalah Berkembangnya

Lebih terperinci

Perbaikan Kualitas Citra Menggunakan Metode Contrast Stretching (Improvement of image quality using a method Contrast Stretching)

Perbaikan Kualitas Citra Menggunakan Metode Contrast Stretching (Improvement of image quality using a method Contrast Stretching) Perbaikan Kualitas Citra Menggunakan Metode Contrast Stretching (Improvement of image quality using a method Contrast Stretching) Nur Wakhidah Fakultas Teknologi Informasi dan Komunikasi Universitas Semarang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia memiliki kemampuan visual dalam satu sistem yang utuh. Sistem visual manusiatersebut terdiri atas gabungan dari proses perekaman dan pendeteksian obyek. Oleh

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Segmentasi citra (image segmentation) merupakan langkah awal pada proses analisa citra yang bertujuan untuk mengambil informasi yang terdapat di dalam suatu citra.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Citra Digital Istilah citra biasanya digunakan dalam bidang pengolahan citra yang berarti gambar. Suatu citra dapat didefinisikan sebagai fungsi dua dimensi, di mana dan adalah

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Deteksi Dari citra setting yang telah direkam, dengan menggunakan software Paint Shop Pro v.6, diketahui nilai RGB dari tiap laser yang terekam oleh kamera CCD. RGB yang dicantumkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dental radiology memiliki peranan yang penting dalam menentukan perawatan dan diagnosa gigi. Penggunaan sinar rontgen telah lama di kenal sebagai suatu alat dalam bidang

Lebih terperinci

Analisis Kesalahan Pengukuran Kecepatan Akibat Distorsi Lensa

Analisis Kesalahan Pengukuran Kecepatan Akibat Distorsi Lensa JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (21) ISSN: 2337-3539 (231-9271 Print) A9 Analisis Kesalahan Pengukuran Akibat Distorsi Lensa Yudha Hardhiyana Putra dan Yusuf Kaelani Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Deteksi pandangan pada ruang nyata merupakan proses untuk mengestimasi koordinat 3D (x, y, z) titik pandang terhadap objek yang dilihat dalam satuan fisik. Ketika suatu

Lebih terperinci

Komposisi dalam Fotografi

Komposisi dalam Fotografi Tujuan: mengorganisasikan berbagai komponen foto yang saling berlainan, menjadi sedemikian rupa sehingga gambar tersebut menjadi suatu kesatuan yang saling mengisi, serta mendukung satu sama lainnya; dengan

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI TANDA TANGAN DENGAN DETEKSI TEPI DAN KOEFISIEN KORELASI

IDENTIFIKASI TANDA TANGAN DENGAN DETEKSI TEPI DAN KOEFISIEN KORELASI IDENTIFIKASI TANDA TANGAN DENGAN DETEKSI TEPI DAN KOEFISIEN KORELASI Harry Santoso Program Studi Teknik Informatika, Unika Soegijapranata Semarang harrysantoso888@gmail.com Abstract Signature is a proof

Lebih terperinci

Binerisasi Otomatis Pada Citra Bergradasi Dengan Metode Variabel Dan Metode Iterasi

Binerisasi Otomatis Pada Citra Bergradasi Dengan Metode Variabel Dan Metode Iterasi Binerisasi Otomatis Pada Citra Bergradasi Dengan Metode Variabel Dan Metode Iterasi Setia Astuti Abstract : Digital image processing is converting the image into binary image which is part of an image

Lebih terperinci

Penentuan Stadium Kanker Payudara dengan Metode Canny dan Global Feature Diameter

Penentuan Stadium Kanker Payudara dengan Metode Canny dan Global Feature Diameter Penentuan Stadium Kanker Payudara dengan Metode Canny dan Global Feature Diameter Metha Riandini 1) DR. Ing. Farid Thalib 2) 1) Laboratorium Teknik Informatika, Fakultas Teknologi Industri, Universitas

Lebih terperinci

APLIKASI IDENTIFIKASI ISYARAT TANGAN SEBAGAI PENGOPERASIAN E-KIOSK

APLIKASI IDENTIFIKASI ISYARAT TANGAN SEBAGAI PENGOPERASIAN E-KIOSK APLIKASI IDENTIFIKASI ISYARAT TANGAN SEBAGAI PENGOPERASIAN E-KIOSK Wiratmoko Yuwono Jurusan Teknologi Informasi Politeknik Elektronika Negeri Surabaya-ITS Jl. Raya ITS, Kampus ITS, Sukolilo Surabaya 60111

Lebih terperinci

Sistem Penangkap Citra Pelanggaran Lampu Merah

Sistem Penangkap Citra Pelanggaran Lampu Merah Sistem Penangkap Citra Pelanggaran Lampu Merah 1 Muhtadin 1) Isrin Ramdani 2) Ahmad Zaini 2) 1) Jurusan Teknik Elektro ITS, Surabaya 60111, email: muhtadin@ee.its.ac.id 2) Jurusan Teknik Elektro ITS, Surabaya

Lebih terperinci

Traffic IP Camera untuk Menghitung Kendaraan Roda Empat Menggunakan Metode Luasan Piksel

Traffic IP Camera untuk Menghitung Kendaraan Roda Empat Menggunakan Metode Luasan Piksel 1 Traffic IP Camera untuk Menghitung Kendaraan Roda Empat Menggunakan Metode Luasan Piksel Andi Muhammad Ali Mahdi Akbar, Arief Kurniawan, Ahmad Zaini Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik Industri Institut

Lebih terperinci