Oleh : Apollonaris Ratu Daton A

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Oleh : Apollonaris Ratu Daton A"

Transkripsi

1 ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAMBU MENTE (Anacardium Occidentale L.) (Kasus di Desa Ratulodong, Kecamatan Tanjung Bunga, Kabupaten Flores Timur, Propinsi Nusa Tenggara Timur ) Oleh : Apollonaris Ratu Daton A PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

2 RINGKASAN APOLLONARIS RATU DATON. Analisis Pendapatan Usahatani Jambu Mente (Anacardium Occidentale L.) (Kasus di Desa Ratulodong, Kecamatan Tanjung Bunga, Kabupaten Flores Timur. Di bawah Bimbingan NETT1 TINAPRILLA. Jambu mente (Anacardium occidentale L.), merupakan salah satu komoditas yang mendapat prioritas dalam pembangunan perkebunan dewasa ini, terutama di Kawasan Timur Indonesia (KTI). Beberapa daerah di KTI yang merupakan penghasil utama jambu mente dengan sumbangan terhadap produksi mente nasional adalah Sulawesi Tenggara (47,5%), Sulawesi Selatan (20,4%), NTT (5,0%) dan Bali (3,5%). Jambu mente merupakan komoditas unggulan dan menjadi salah satu sumber pendapatan petani. Areal penanaman jambu mente terus meningkat dari tahun ke tahun. Produksi jambu mente di indonesia pada umumnya untuk diekspor dalam bentuk gelondongan. Volume ekspor jambu mente semakin meningkat menunjukan bahwa gelondong mente mempunyai nilai ekonomis tinggi. Pengusahaan jambu mente di kabupaten Flores Timur belum dilaksanakan secara maksimal. Umumnya petani mente di Flores Timur adalah petani swadaya (perkebunan rakyat) dan sistem budidaya yang diterapkan masih sederhana dengan penggunaan input rendah (Low input). Prospek pengusahaan jambu mente cukup baik di masa mendatang. Upaya perbaikan teknik budidaya dan penggunaan input produksi yang bermutu merupakan faktor yang penting demi peningkatan produktivitas tanaman. Berdasarkan latar belakang permasalahan tersebut, penelitian ini dilakukan untuk menganalisis pendapatan petani. Penelitian ini menggambarkan kondisi usahatani jambu mente di Kabupaten Flores Timur saat ini, menganalisis biaya-biaya yang dikeluarkan untuk usahatani jambu mente, dan menganalisis pendapatan yang diterima petani dari usahatani jambu mente. Penelitian dilakukan pada bulan Maret sampai April 2008 di Kabupaten Flores Timur. Secara purposive ditentukan Desa Ratulodong, yang merupakan sentra produksi jambu mente di Kecamatan Tanjung Bunga. Dalam penentuan responden, Penelitian ini menggunakan teknik simple random sampling dengan menggunakan sampel petani jambu mente swadaya (perkebunan rakyat) sebanyak 40 orang dari total keseluruhan populasi sebanyak 322 petani Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dari hasil wawancara langsung dengan petani, observasi serta pengisian kuisioner oleh petani sampel. Sedangkan data sekunder diperoleh dari Dinas Pertanian dan Peternakan, Dinas Kehutanan dan Perkebunan, Badan Pusat Statistik, serta instansi lain yang terkait. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode derkriptif dengan pendekatan studi kasus. Dengan metode ini data diolah dan dianalisis

3 secara kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif dilakukan untuk mengetahui kondisi yang dialami petani saat ini dalam melakukan sistem budidaya jambu mente. Analisis kuantitatif yang dipilih adalah analisis pendapatan usahatani, dan analisis imbangan penerimaan dan biaya (R/C Ratio). Untuk menghitung pendapatan petani jambu mente secara monokultur, dilakukan tabulasi sederhana dengan menghitung pendapatan usahatani jambu mente atas biaya tunai dan pendapatan usahatani jambu mente atas biaya total. Dari hasil analisis pendapatan yang diperoleh, kemudian dilakukan analisis imbangan penerimaan dan biaya (R/C Rasio) atas biaya tunai dan atas biaya total untuk melihat tingkat efisiensi usahatani. Berdasarkan hasil Penelitian, Sistem usahatani jambu mente di Desa Ratulodong dilakukan secara monokultur. Kondisi tanaman jambu mente yang menyebar di wilayah Desa Ratulodong sesungguhnya sudah berumur di atas 15 tahun dengan jarak tanam yang rapat yaitu mulai dari 2 m x 2 m hingga 4 m x 4 m, sebagai realisasi proyek rehabilitasi lahan kritis di Kabupaten Flores Timur. Pengembangan usaha jambu mente di lokasi penelitian sampai saat ini dilakukan secara sederhana dan pegelolaannya dilakukan secara tradisional dengan penggunaan input produksi rendah (Low Input). Deskripsi usahatani jambu mente selama tahun 2007 meliputi proses budidaya, penggunaan input produksi serta output usahatani. Harga jual gelondong mente tergolong rendah karena penentuan harga dilakukan oleh pedagang (price maker). Sejauh ini masalah penentuan harga, petani memiliki daya tawar (bargaining power) rendah sehingga terkesan petani selalu dalam posisi sebagai penerima harga (price taker). Rata-rata produksi per hektar adalah sebesar 521,68 kg dalam bentuk mente gelondong dengan harga jual rata-rata Rp. 5000,00 per kilogram, maka total penerimaan yang diperoleh petani pada musim panen 2007 adalah sebesar Rp ,00 per hektar. Total biaya usahatani yang dikeluarkan petani di Desa Ratulodong untuk musim panen tahun 2007 adalah sebesar Rp ,67 per hektar yang terdiri dari biaya tunai sebesar Rp ,00 per hektar atau sebesar 14,87 persen dan biaya diperhitungkan sebesar Rp ,67 per hektar atau sebesar 85,13 persen. Pendapatan atas biaya tunai sebesar Rp ,00 per hektar, pendapatan atas biaya total sebesar Rp ,33. Nilai R/C rasio atas biaya tunai sebesar 9,00 dan nilai R/C rasio atas biaya total sebesar 1,34. Nilai R/C rasio yang lebih besar dari satu menunjukan bahwa usahatani jambu mente di Desa Ratulodong saat ini layak untuk diusahakan. Dari hasil analisis usahatani, terbukti bahwa usahatani jambu mente yang dijalankan untuk musim panen tahun 2007 masih menguntungkan untuk dilaksanakan. Usahatani jambu mente untuk musim panen tahun 2007 dapat dikatakan belum baik, hal ini terbukti bahwa sejauh ini petani belum memanfaatkan input produksi secara maksimal untuk peningkatan produksi. Penerapan usahatani jambu mente secara baik dan memperhatikan efisiensi penggunaan input produksi pada masa yang akan datang dapat meningkatkan produksi sekaligus meningkatkan pendapatan petani.

4 ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAMBU MENTE (Anacardium Occidentale L.) (Kasus di Desa Ratulodong, Kecamatan Tanjung Bunga, Kabupaten Flores Timur, Propinsi Nusa Tenggara Timur ) SKRIPSI Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pertanian Pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor Oleh : Apollonaris Ratu Daton A PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

5 Nama : Apollonaris Ratu Daton NRP : A Program Studi Judul : Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis : Analisis Pendapatan Usahatani Jambu Mente (Anacardium Occidentale L.) (Kasus di Desa Ratulodong, Kecamatan Tanjung Bunga, Kabupaten Flores Timur, Propinsi Nusa Tenggara Timur) Menyetujui, Dosen Pembimbing Ir. Netti Tinaprilla, MM NIP Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M.Agr NIP Tanggal Kelulusan : 19 Mei 2008

6 KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, atas segala berkat dan karunia-nya sehingga pelaksanaan penelitian dan penulisan skripsi ini dapat diselesaikan. Penulisan skripsi ini sebagai syarat memperoleh gelar Sarjana pada Program Sarjana Manajemen Agribisnis (Ekstensi) Institut Pertanian Bogor, dengan judul Analisis Pendapatan Usahatani Jambu Mete (Anacardium Occidentale L.) (Kasus di Desa Ratulodong, Kecamatan Tanjung Bunga, Kabupaten Flores Timur, Propinsi Nusa Tenggara Timur). Topik mengenai pendapatan usahatani dipilih terkait dengan permasalahan yang dihadapi petani jambu mente di Desa Ratulodong saat ini. Diharapkan dengan adanya penelitian ini petani setempat dapat menjalankan usahatani jambu mente secara lebih baik sehingga mendapat keuntungan yang layak dengan memahami biaya-biaya usahatani. Penulis merasa bahwa isi dari skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, segala kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan dari pembaca sekalian. Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa senantiasa memberkati kita semua. Amin. Akhir kata penulis berharap skripsi ini memberikan informasi pengetahuan bagi pembacanya. Bogor, Mei 2008 Penulis

7 PERNYATAAN DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAMBU MENTE (ANACARDIUM OCCIDENTALE L.) (KASUS DI DESA RATULODONG, KECAMATAN TANJUNG BUNGA KABUPATEN FLORES TIMUR, PROPINSI NUSA TENGGARA TIMUR) BENAR-BENAR MERUPAKAN HASIL KARYA SAYA SENDIRI DAN BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI KARYA ILMIAH PADA SUATU PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN. Bogor, Mei 2008 Apollonaris Ratu Daton A

8 RIWAYAT HIDUP Penulis Dilahirkan pada tanggal 01 Mei 1976 di Desa Wailolong, Kabupaten Flores Timur sebagai anak ke lima dari enam bersaudara dari pasangan Leo Laba Daton (Almahrum) dan Maria Bota Hurint. Pendidikan formal yang telah ditempuh adalah pendidikan dasar pada SDK Wailolong tahun Pada tahun 1991 menamatkan pendidikan pada SMPN 2 Larantuka, dan pada tahun 1994 menyelesaikan pendidikan menengah atas pada SMA PGRI Larantuka. Pada Tahun 1995 penulis melanjutkan kuliah pada D-III Politani Kupang dan menamatkan pendidikan pada tahun Bekerja sebagai PNS tanggal 1 Mei 2003 pada Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Flores Timur. Sebagai Pemimpin Pertanian Kecamatan Kota Larantuka pada bulan Agustus 2003 hingga tahun April 2005 penulis diberi ijin belajar oleh Pemerintah Kabupaten Flores Timur untuk melanjutkan pendidikan pada Program Sarjana Manajemen Agribisnis (ekstensi) Institut Pertanian Bogor. Penulis menikah pada tanggal 10 November 2006 dengan Marselina Pai Hurint, yang lahir di Desa Wailolong tanggal 23 Maret Dari buah kasih sayang kami, penulis dikaruniai seorang putra bernama Debrito Christian Leo Laba Daton, lahir di Larantuka pada tanggal 12 Desember 2007.

9 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL... x DAFTAR GAMBAR...xiv DAFTAR LAMPIRAN... xv I. PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Ruang Lingkup II. TINJAUAN PUSTAKA Usahatani Jambu Mente Tinjauan Umum Jambu Mente Agribisnis Jambu Mente Syarat Lokasi Sistem Budidaya Jambu mente Pengendalian Hama Penyakit Kajian Penelitian Terdahulu III. KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Pengertian Usahatani Penerimaan Usahatani Konsep Biaya Pendapatan Usahatani Efisiensi Usahatani Kerangka Pemikiran Operasional IV. METODE PENELITIAN vii

10 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Teknik Pengumpulan Data Metode Pengolahan dan Analisis Data Analisis Usahatani Analisis Pendapatan Usahatani Analisis Imbangan Penerimaan dan Biaya V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN Kondisi Geografis dan Wilayah Administratif Topografi Ketinggian Tempat Tingkat Kemiringan Iklim dan Curah Hujan Demografi Profil Sektor Pertanian VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran umum Desa Ratulodong Wilayah dan Topografi Penduduk dan Mata Pencaharian Karakteristik Responden Umur Petani Tingkat Pendidikan Status Usahatani Pengalamaan Berusahatani Jumlah Tanggungan Keluarga Luas Lahan Pengusahaan Jambu Mente Status Kepemilikan Lahan Kepemilikan Modal Deskripsi Kondisi Usahatani Jambu Mente Penggunaan Input Produksi viii

11 Pupuk Pestisida Tenaga Kerja Proses Budidaya Pemeliharaan Tanaman Pemangkasan Panen Pemasaran Hasil Output Usahatani Penyusutan Alat-Alat Pertanian Analisis Usahatani Jambu Mente Analisis Pendapatan Usahatani Jambu Mente Per Hektar di Desa Ratulodong, Kecamatan Tanjung Bunga, Kabupaten Flores Timur Analisis Pendapatan Usahatani Jambu Mente Per Luasan Lahan di Desa Ratulodong, Kecamatan Tanjung Bunga Kabupaten Flores Timur Efisiensi Usahatani VII. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN ix

12 DAFTAR GAMBAR Nomor Halaman 1. Pohon Industri Jambu Mente Skema Alur Pemikiran Operasional Rantai Tataniaga Gelondong Mente di Desa Ratulodong xiv

13 DAFTAR TABEL Nomor Halaman 1. Perkembangan Areal dan Produksi Jambu Mente di Indonesia Tahun Perkembangan Ekspor, Impor Jambu Mente Indonesia Tahun Perkembangan Harga Bulanan Kacang Mente di Pasar Dalam Negeri Tahun Perkembangan Areal dan Produksi Jambu Mente di Kabupaten Flores Timur Tahun Jadwal dan Dosis Pemupukan Dalam Gram Kebutuhan Data dan Sumbernya Metode Perhitungan Pendapatan Usahatani Jambu Mente Pembagian wilayah Administratif Kabupaten Flores Timur Perincian Luas Wilayah menurut Ketinggian Dari Permukaan Laut Serta Prosentasinya di Kabupaten Flores Timur Perincian Luas menurut Kemiringan Tanah / Lereng di Kabupaten Flores Timur Klasifikasi Iklim di Kabupaten Flores Timur Rata-rata Curah Hujan Bulanan dalam Lima Tahun Terakhir Di Kabupaten Flores Timur Tahun Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan di Kabupaten Flores Timur Tahun Luas Areal dan Produksi Beberapa Komoditi Perkebunan di Kabupaten Flores Timur Tahun iv

14 15. Luas Areal Dan Produksi Jambu Mente dirinci Menurut Kecamatan di Kabupaten Flores Timur Tahun Luas Wilayah Desa Ratulodong Menurut Penggunaannya tahun Susunan Penduduk Desa Ratulodong Menurut Kelompok Umur Tahun Susunan Penduduk Desa Ratulodong Menurut Tingkat Pendidikan Tahun Susunan Penduduk Desa Ratulodong Berdasarkan Mata Pencaharian Tahun Karakteristik Responden Petani Jambu Mente Berdasarkan Umur di Desa Ratulodong Tahun Karakteristik Responden Petani Jambu Mente Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Desa Ratulodong Tahun Karakteristik Responden Petani Jambu Mente Berdasarkan Status Usahatani di Desa Ratulodong Tahun Karakteristik Responden Petani Jambu Mente Berdasarkan Pengalamaan Berusahatani di Desa Ratulodong Tahun Karakteristik Responden Petani Jambu Mente Berdasarkan Jumlah Tanggungan Dalam Keluarga di Desa Ratulodong Tahun Karakteristik Responden Petani Jambu Mente Berdasarkan Luas Lahan di Desa Ratulodong Tahun Karakteristik Responden Petani Jambu Mente Berdasarkan Status Kepemilikan Lahan di Desa Ratulodong Tahun Karakteristik Responden Petani Jambu Mente Berdasarkan Status Kepemilikan di Desa Ratulodong Tahun Rata-rata Penggunaan Tenaga Kerja Per Hektar Usahatani Jambu Mente di Desa Ratulodong Pada Musim Panen Tahun Rata-rata Produksi Gelondong Per Hektar Usahatani jambu Mente di Desa Ratulodong Pada Musim Panen v

15 30. Rata-Rata Nilai Penggunaan Peralatan (Rp/Ha) Usahatani Jambu Mente di Desa Ratulodong Pada Musim Panen Tahun Nilai Penyusutan Peralatan (Rp/Ha) Usahatani Jambu Mente di Desa Ratulodong Pada Musim Panen Rata-Rata Pendapatan Petani Responden Per Hektar Usahatani Jambu Mente di Desa Ratulodong, Kecamatan Tanjung Bunga Kabupaten Flores Timur Musim Panen Tahun Rata-Rata Pendapatan Petani Responden Per Luasan Lahan Usahatan Jambu Mente di Desa Ratulodong, Kecamatan Tanjung Bunga Kabupaten Flores Timur Musim Panen vi

16 DAFTAR GAMBAR Nomor Halaman 1. Pohon Industri Jambu Mente Skema Alur Pemikiran Operasional Rantai Tataniaga Gelondong Mente di Desa Ratulodong xiv

17 DAFTAR LAMPIRAN Nomor Halaman 1. Kuisioner Untuk Petani Karakteristik Petani Responden di Desa Ratulodong Produksi dan Penggunaan Input Produksi Usahatani Jambu Mente di Desa ratulodong Musim Panen Tahun Perolehan Keuntungan (π) Per Hektar Usahatani Jambu Mente di Desa Ratulodong, Kecamatan Tanjung Bunga, Kabupaten Flores Timur, Musim Panen Tahun Perolehan Keuntungan (π) Per Hektar Usahatani Jambu Mente di Desa Ratulodong, Kecamatan Tanjung Bunga, Kabupaten Flores Timur, Musim Panen Tahun xiv

18 BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Sub sektor perkebunan memegang peranan yang sangat penting dalam pembangunan pertanian terutama sebagai penghasil devisa, penyerapan tenaga kerja dan sumbangan terhadap Produk Domestik Bruto. Devisa yang dihasilkan dari sektor pertanian tahun 2004 sebesar juta dolar Amerika, dan kontribusi dari sub sektor perkebunan sebesar juta dolar Amerika (160,19%). Sedangkan data penyerapan tenaga kerja tahun 2004 menunjukan bahwa dari 41,3 juta angkatan kerja pertanian, sebanyak 18,6 juta (45%) bekerja pada sub sektor perkebunan. Produk Domestik Bruto (PDB) Sektor Pertanian atas dasar harga berlaku pada tahun 2004 adalah 15,38 %, dan kontribusi sub sektor perkebunan terhadap Produk Domestik Bruto Nasional sebesar 2,49 % atau sebesar 16,19% terhadap sektor pertanian (Statistik Perkebunan Indonesia, 2006). Jambu mente (Anacardium occidentale L.), merupakan salah satu komoditas yang mendapat prioritas dalam pembangunan perkebunan dewasa ini, terutama di Kawasan Timur Indonesia (KTI). Tujuan pokok usahatani jambu mente saat ini adalah mendapatkan produksi dan kualitas gelondong setinggi-tingginya agar mampu memberikan pendapatan pada petani seoptimal mungkin. Di KTI komoditas ini memberikan peluang yang besar bagi pengentasan kemiskinan, karena pada umumnya di kawasan ini sebagian besar berlahan kering (Abdullah, 1995) dalam (Hadad E.A dan Koerniati, 1996).

19 2 Beberapa daerah di KTI yang merupakan penghasil utama jambu mente dengan sumbangan terhadap produksi mente nasional adalah Sulawesi Tenggara (47,5%), Sulawesi Selatan (20,4%), NTT (5,0%) dan Bali (3,5%) (Nogoseno, 1990). Jambu mente merupakan komoditas unggulan dan menjadi salah satu sumber pendapatan petani (Zaubin, Daras. 2001). Areal penanaman jambu mente terus meningkat dari tahun ke tahun (Tabel 1). Pada tahun 1996 tercatat luas areal tanam ha dengan total produksi ton. Pada tahun 2005, mencapai ha dengan total produksi ton. Pada umumnya lahan pengusahaan jambu mente adalah milik petani (perkebunan rakyat) dengan total areal sebesar ha (98,9%), sisanya milik perkebunan swasta dengan total areal sebesar ha (1,09%). Berikut disajikan data perkembangan areal dan produksi komoditas jambu mente di Indonesia. Tabel 1. Perkembangan Areal dan Produksi Jambu Mente di Indonesia Tahun Tahun Perkebunan Rakyat Luas Areal (ha) Perkebunan Swasta Total Perkebunan Rakyat Produksi (ton) Perkebunan Swasta Total * ) **) Sumber : BPS. Statistik Perkebunan Indonesia, 2006 Keterangan : *) Angka sementara **) Angka sangat sementara

20 3 Produksi jambu mente di Indonesia pada umumnya untuk diekspor dalam bentuk gelondong. Dalam 10 tahun terakhir tercatat bahwa volume dan nilai ekspor jambu mente terus meningkat. Pada tahun 1995, tercatat volume ekspor sebesar ton dengan total nilai ekspor sebesar US.$. Pada tahun 2004 volume ekspor mencapai ton dengan total nilai ekspor sebesar US.$. Volume ekspor jambu mente semakin meningkat menunjukan bahwa gelondong mente mempunyai nilai ekonomis tinggi. Gelondong mente yang sudah diolah dalam bentuk kacang mente banyak dibutuhkan dalam industri pengolahan makanan. Data tentang volume dan nilai ekspor, impor komoditi jambu mente di Indonesia dapat dilihat pada Tabel 2 di bawah ini : Tabel 2. Perkembangan Ekspor dan Impor Jambu Mente Indonesia Tahun Tahun Ekspor Impor Tahun Volume Nilai Volume Nilai (Ton) (000US.$) (Ton) (000US.$) Sumber : BPS. Statistik Perkebunan Indonesia, 2006 Dilihat dari perkembangan volume dan nilai ekspor menunjukan bahwa jambu mente memiliki prospek yang cukup baik saat ini dan di masa yang akan datang.

21 4 Kebutuhan akan gelondong dan hasil olahan kacang mente sebagai makanan sela terus meningkat baik di pasar domestik maupun ekspor. Sebagai komoditas yang memiliki nilai ekonomis tinggi, diupayakan agar tanaman jambu mente terus dikembangkan secara baik di tingkat petani dalam rangka meningkatkan produktivitas serta kualitas gelondong. Pengembangan komoditi jambu mente dengan prospek baik akan memberikan pendapatan yang layak bagi petani. Berdasarkan harga jual di pasaran, harga jual jambu mente gelondongan di tingkat petani berbeda-beda. Pada umumnya harga jual mente gelondongan dipengaruhi oleh harga pasar dunia dan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. Perkembangan harga bulanan komoditi jambu mente hasil olahan berupa kacang mente dipasar dalam negeri untuk lima tahun terakhir, dapat dilihat pada Tabel 3 berikut ini : Tabel 3. Perkembangan Harga Bulanan Kacang Mente di Pasar Dalam Negeri Tahun (000.Rp/kg) Tahun Bulan Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Asgustus September Oktober Nopember Desember Rata-rata Sumber : BPS. Statistik Perkebunan Indonesia, 2006

22 5 Dari Tabel 3, terlihat bahwa harga kacang mente dalam negeri cenderung turun dalam lima tahun terakhir. Pada tahun 2000 tercatat harga jual kacang mente sebesar Rp ,-/kg. Pada tahun 2004, turun menjadi Rp ,-/kg. Rata-rata penurunan harga kacang mente dalam lima tahun terakhir sebesar 26,8 %. Di Nusa Tenggara Timur (NTT), pengusahaan tanaman jambu mente memiliki skala yang cukup besar. Hal ini selain didukung oleh sebagian besar penduduk bermata pencaharian sebagai petani, juga potensi lahan dan iklim yang cocok. Kabupaten Flores Timur sebagai salah satu kabupaten terluas ke sembilan yang menjadi obyek penelitian, adalah kabupaten yang memiliki luas areal penanaman jambu mente terbesar dan merupakan sentra produksi jambu mente di NTT. Pengusahaan jambu mente di kabupaten Flores Timur belum dilaksanakan secara maksimal. Umumnya petani mente di Flores Timur adalah petani swadaya dan sistem budidaya yang diterapkan masih sederhana dengan penggunaan input rendah (Low input). Prospek pengusahaan jambu mente cukup baik di masa mendatang. Upaya perbaikan teknik budidaya dan penggunaan input produksi yang bermutu merupakan faktor yang penting demi peningkatan produktivitas tanaman. Menurut Dinas Kehutanan dan Perkebunan (Dishutbun) kabupaten Flores Timur (2007), luas areal tanam jambu mente di kabupaten Flores Timur tahun 2006 bertambah menjadi ,48 ha, dengan perincian tanaman yang belum menghasilkan sebesar ,9 ha, tanaman yang sudah menghasilkan sebesar ,52 ha, sementara tingkat produksinya mencapai 8.190,46 ton. Untuk jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4 berikut ini :

23 6 Tabel 4. Perkembangan Areal dan Produksi Jambu Mente di Kabupaten Flores Timur Tahun Luas Areal (ha) Produksi(ton) Tahun TBM TM Total , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,46 Sumber : Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Flores Timur, 2007 Keterangan : TBM = Tanaman Belum Menghasilkan TM = Tanaman Menghasilkan 1.2. Perumusan Masalah Jambu mente (Anacardium Occidentale L.) merupakan tanaman introduksi yang pada mulanya ditanam untuk tujuan penghijauan dan konservasi tanah pada daerah berlahan kritis. Penanamannya dilakukan secara sederhana dengan tidak menerapkan teknik budidaya yang baik dan tidak memperhatikan mutu input produksi (Zubin, Daras, 2001). Sebagai salah satu komoditas yang mempunyai nilai ekonomis tinggi terutama untuk Kawasan Timur Indonesia (KTI), pengembangan selanjutnya meluas dengan cepat namun tanpa didukung dengan teknik budidaya yang baik dan informasi yang cukup mengenai agribisnis jambu mente. Lebih lanjut, menurut Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Flores Timur, tanaman jambu mente sudah dikenal petani pada era tahun 1970-an. Pada waktu itu tanaman ini mulai ditanam di kecamatan Tanjung Bunga. Pada awalnya tujuan penanaman jambu mente adalah untuk konservasi tanah dan rehabilitasi lahan kritis. Dengan jarak tanam yang sangat rapat serta tidak memperhatikan mutu input

24 7 produksi mengakibatkan produktivitas tanaman menjadi rendah. Dari beberapa dekade terakhir tercatat produksi jambu mente meningkat dari tahun ke tahun. Hal ini sejalan dengan adanya upaya perbaikan sistem budidaya serta penambahan luas areal penanaman. Walaupun demikian, mutu panen mente gelondong masih tergolong rendah, sementara produksi tidak ikut naik secara signifikan. Rata-rata peningkatan produksi sebesar 0,29 ton/ha setiap tahun. Sebagai tanaman penghijauan dan konservasi tanah, sejak tahun 1980-an tujuan tersebut mulai bergeser kepada tujuan komersial, karena gelondong dan kacangnya banyak diminati dan harganya cukup menarik. Sebagian besar petani di kabupaten Flores Timur mengembangkan usaha ini sebagai komoditas utama dalam menunjang perekonomian keluarga disamping tanaman pangan dan hortikultura. Beberapa tahun terakhir ini, Pemerintah Daerah (PEMDA) setempat menjadikan tanaman jambu mente sebagai komoditas strategis unggulan daerah. Pengusahaan jambu mente di Kabupaten Flores Timur saat ini belum berjalan secara maksimal. Di masa lalu tanaman jambu mente dikembangkan melalui proyek Dinas Kehutanan (RLKT) kabupaten Flores Timur. Pendekatannya bukan pendekatan produksi dengan jarak tanam 7m x 7m, tetapi pendekatan konservasi dengan jarak tanam yang lebih rapat. Kondisi ini menyebabkan produksi dan produktivitas gelondong tidak mengalami peningkatan yang berarti, sementara luas areal tanam semakin meningkat.¹ ¹ Laporan Analisis Sosial Ekonomi Kabupaten Flores Timur. Yayasan kesatuan pelayanan kerja sama, Yogyakarta, Indonesia. 11 Oktober 2007

25 8 Meningkatnya luas areal tanam jambu mente belum tentu dapat meningkatkan pendapatan petani. Hal ini tergantung hasil produksi, produktivitas, mutu gelondong dan harga yang diterima petani. Pengembangan komoditas jambu mente terus meluas dengan cepat namun tidak didukung oleh teknik budidaya yang baik dan petani cenderung tidak memperhatikan mutu input produksi. Selain itu, harga jual mente gelondong di tingkat petani cenderung berfluktuatif setiap tahunnya. Faktor lain yang berkaitan dengan permasalahan ini adalah adanya krisis ekonomi dan inflasi tinggi yang menyebabkan harga-harga sarana produksi (saprodi) menjadi naik dengan tidak diikuti oleh kenaikan harga jual produk di tingkat petani. Dari fenomena yang ada terlihat bahwa petani saat ini memiliki kemampuan mengelola usahatani serta posisi tawar (bargainning position) yang rendah. Faktor kunci yang perlu diperhatikan terkait upaya pengembangan usahatani jambu mente di kabupaten Flores Timur adalah harus adanya kebijakan PEMDA yang lebih proaktif dan lebih berpihak kepada petani. Upaya perbaikan sistem kelembagaan di tingkat petani dan mengintensifkan kembali peran penyuluh adalah upaya yang harus terus dilaksanakan. Usahatani jambu mente di Kabupaten Flores Timur diharapkan lebih baik di masa mendatang. Penerapan teknik budidaya dengan benar dan penggunaan input produksi yang bermutu akan meningkatkan produktivitas serta pendapatan petani. Berkaitan dengan uraian di atas, maka yang menjadi permasalahan utama adalah apakah usahatani jambu mente yang dikembangkan dengan perluasan areal tanam dapat meningkatkan pendapatan petani? Untuk itu perlu diketahui :

26 9 1. Bagaimana kondisi usahatani jambu mente di kabupaten Flores Timur saat ini? 2. Bagaimana pendapatan usahatani yang dihasilkan? 3. Apakah usahatani yang dijalankan tersebut efisien? 1.3. Tujuan Penelitian Tujuan dilakukan penelitian ini adalah : 1. Menggambarkan kondisi usahatani jambu mente saat ini. 2. Menganalisis biaya-biaya yang dikeluarkan untuk usahatani jambu mente. 3. Menganalisis pendapatan yang diterima petani dari usahatani jambu mente. 4. Menganalisis efisiensi usahatani jambu mente Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah : 1. Bagi petani untuk mengetahui apakah usahatani jambu mente yang dijalankan dapat meningkatkan pendapatan guna memenuhi kebutuhan hidup keluarganya. 2. Bagi Pemda Flores Timur khususnya Dinas Kehutanan dan Perkebunan untuk menjadi masukan dan bahan pertimbangan dalam menyusun rencana program pengembangan jambu mente ke depan. 3. Sebagai wahana latihan bagi penulis dalam menerapkan konsep-konsep manajerial di dunia kerja, serta bahan informasi bagi pembaca.

27 Ruang lingkup Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah menggambarkan kondisi usahatani jambu mente saat ini, menganalisis biaya-biaya yang dikeluarkan untuk usahatani jambu mente, menganalisis pendapatan yang diterima petani dalam usahatani jambu mente serta menganalisis efisiensi usahatani jambu mente di kabupaten Flores Timur. Produk akhir (final Product) dari penelitian ini adalah produksi mente gelondongan. Penelitian ini hanya difokuskan pada petani swadaya (perkebunan rakyat) di desa Ratulodong kecamatan Tanjung Bunga, yang merupakan sentra produksi jambu mente di Kabupaten Flores Timur.

28 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usahatani Jambu Mente Tinjauan Umum Jambu Mente Tanaman jambu mente pada umumnya menghasilkan biji mente (cernel) yang disebut gelondong dan buah semu yang sering disebut jambu. Gelondong mente dapat diolah menjadi kacang mente dan kulit mente. Kacang mente memiliki nilai jual yang tinggi. Sementara itu, kulit mente diolah untuk menghasilkan minyak laka atau sering disebut Chasew Nut Shell Liquid (CNSL). Buah semu dapat diolah menjadi sirup, minuman sejenis anggur, alkohol, selai dan campuran abon. Pohon industri jambu mente dapat dilihat pada Gambar 1 di bawah ini : JAMBU MENTE Mente Gelondongan Buah Semu Kacang Mente - Makanan - Ramuan obat Penyakit kulit - Bahan minyak rambut/cat rambut Kulit Ari - Tanin Penyamakan Kulit - Pakan ternak Kulit Mente - Campuran Pembuatan kulit - Pelat rem - Hardboard - Karbon aktif - Bahan obatobatan - Pupuk organic - CNSL (minyak Laka) - Minuman ringan - Rujak/lutes, asinan - Manisan - Cuka makanan - Bahan baku obat - Selai/jeli - Bubur buah - Ensim penggemuk daging - Lauk-pauk - Protein sel tunggal - Spritus - Pakan ternak - Pupuk pertanian - Lemonade - Anggur - Minuman beralkohol Gambar 1. Pohon Indsustri Jambu Mente Sumber : Alauddin, 1996

29 Agribisnis Jambu Mente Agribisnis adalah penjumlahan total dari seluruh kegiatan yang menyangkut manufaktur dan distribusi dari sarana produksi pertanian, kegiatan yang dilakukan usaha tani, serta penyimpanan, pengolahan, dan distribusi dari produk pertanian dan produk-produk lain yang dihasilkan dari produk-produk pertanian. (Krisnamurthi, 2001). Pengembangan agribisnis jambu mente di Indonesia mempunyai prospek yang menjanjikan. (Sukmadinata, 1996). Kondisi ini didasarkan atas pertimbangan : (1) Jambu mente sebagai bahan baku industri makanan menempati posisi superioritas dibandingkan dengan komoditas lainnya yang sejenis; (2) Harga kacang mente baik di dalam negeri maupun di luar negeri relatif baik; (3) Permintaan ekspor jambu mente Indonesia menunjukan peningkatan; (4) Masih relatif luasnya lahan potensial yang dapat dimanfaatkan untuk pengembangan jambu mente; (5) Perhatian pemerintah dan pihak swasta dalam upaya pengembangan jambu mente ini relatif baik. Sejalan dengan penawaran dan permintaan, maka harga kacang mente di masa mendatang menunjukan prospek yang menjanjikan. Harga kacang mente di luar negeri terus mengalami peningkatan. Begitu juga dengan pasar dalam negeri, harga kacang mente mencapai tingkat yang lebih baik yaitu Rp pada tahun 1993, dan naik sampai Rp Rp pada tahun Hal lain yang harus diperhatikan adalah agribisnis jambu mente akan berkembang jika para pelaku dalam agribisnis jambu mente dapat memperoleh pandapatan yang layak. Badan Agribisnis dalam Sukmadinata (1996) menyatakan bahwa perkiraan nilai investasi/ha usaha jambu mente sekitar Rp ,- dengan IRR 13,8 %

30 13 untuk masa analisa 25 tahun. Keadaan di atas menjadi petunjuk bahwa upaya-upaya untuk meningkatkan efisiensi jambu mente ini perlu terus dilakukan agar agribisnis berbasiskan jambu mente dapat terus berkembang. Agribisnis merupakan konsep dari suatu sistem yang integratif yang mempunyai keterkaitan antara sub-sistem satu dengan sub-sistem lainnya. Berkaitan dengan itu maka penanganan pembangunan pertanian tidak dapat lagi hanya dilakukan terhadap aspek-aspek yang berada dalam sub-sistem on-farm saja tetapi juga harus melalui penanganan aspek-aspek off-farm secara integratif. (Krisnamurthi, 2001) Syarat Lokasi Tanaman jambu mente dapat tumbuh dan berkembang serta berproduksi sesuai potensinya apabila persyaratan lingkungan tumbuhnya dipenuhi. Pada lahan yang kurang sesuai tanaman jambu mente dapat hanya sekedar tumbuh dan tidak berproduksi secara optimal atau bahkan tidak bisa berproduksi (Hermanto dan Zaubin, 2001). Pengembangan jambu mente secara komersil, memerlukan keadaan iklim dan tanah yang sesuai dengan persyaratan tumbuhnya. Tujuannya adalah untuk mendapatkan hasil yang optimal. Persyaratan ini tentu lebih longgar jika tujuan penanamannya adalah untuk penghijauan atau merehabilitasi lahan kritis. (Saragih dan Haryadi, 1994). 1. Iklim Menurut Nail et al (1979) dalam Rosman dan Lubis (1996) mengatakan bahwa 5 unsur iklim yang mempengaruhi tanaman jambu mente antara lain : (1)

31 14 Cuaca kering selama musim bunga dan buah, yang kelak menentukan hasil panen; (2) Pada musim bunga cuaca berawan, serangan nyamuk teh (Helopeltis anacardii) pada bunga meningkat; (3) Apabila musim bunga turun hujan lebat, produksi akan sangat menurun; (4) Suhu yang terlalu tinggi, (antara 39 42ºC) mengakibatkan kerontokan buah; musim kemarau yang relatif pendek, keragaman tanaman akan lebih baik. Tanaman jambu mente sangat menyukai sinar matahari. Selain perlu mendapat sinar matahari sepanjang tahun, jumlah yang dipancarkan juga harus memadai. Apabila tanaman jambu mente kekurangan sinar matahari, maka produktivitasnya akan menurun atau bahkan tidak akan berbuah kalau dinaungi tanaman lain. Cahaya matahari ini terutama dibutuhkan pada saat tanaman jambu mente sedang berbunga. (Saragih dan Haryadi,1994). Jambu mente tergolong tanaman yang mudah beradaptasi dengan lingkungannya. Tanaman ini akan tumbuh baik dan produktif bila ditanam pada suhu harian rata-rata 27ºC dan kelembapan nisbih yang cocok antara 70-80%. Akan tetapi, tanaman jambu mente masih dapat bertoleransi pada tingkat kelembapan 60-70%. Daerah yang paling sesuai untuk budidaya jambu mente adalah di daerah yang memiliki jumlah curah hujan antara mm per tahun dengan 4-6 bulan kering. 2. Ketinggian tempat Menurut Saragih dan Haryadi (1994), tanaman jambu mente dapat tumbuh di dataran rendah dan dataran tinggi, yaitu pada ketinggian m di atas

32 15 permukaan laut (dpl). Hal ini mengisyaratkan bahwa jambu mente dapat beradaptasi pada kondisi tanah dan iklim yang beragam sifatnya. Jambu mente tidak menuntut tanah yang subur. Oleh karenanya bila ingin membudidayakan tanaman jambu mente secara komersial, perlu dipilih daerah-daerah yang sesuai dengan syarat tumbuhnya. Di Indonesia tanaman jambu mente dapat tumbuh pada ketinggian tempat m dpl. Namun batas optimum ketinggian tempat hanya sampai 700m dpl, kecuali untuk merehabilitasi lahan kritis. 3. Tanah Menurut Hermanto dan Zaubin (2001) selain iklim tanah merupakan faktor penting dalam persyaratan tumbuh tanaman yang menentukan keberhasilan dalam usahatani jambu mente. Faktor tanah secara relatif dapat dikendalikan atau diperbaiki, terutama mengenai tingkat kesuburannya yang dapat ditingkatkan melalui penambahan hara lewat pemupukan. Faktor tanah yang paling dominan dalam menentukan tingkat kesesuaian lahan bagi tanaman jambu mente adalah tekstur dan kedalaman tanah. Jenis tanah yang paling cocok untuk pertanaman jambu mente adalah tanah berpasir, tanah lempung berpasir, dan tanah ringan berpasir dengan PH antara 6,3-7,3 serta masih bisa toleril pada tanah dengan PH antara 5,5-6,3. Jenis tanah yang paling disukai tanaman jambu mente adalah tanah yang memungkinkan sistem perakaran berkembang secara sempurna dan mampu menahan air sehingga tanaman tetap cukup lembab di musim kemarau. (Saragih, Haryadi, 1994).

33 Sistem Budidaya Jambu Mente 1. Persiapan Lahan Dalam melakukan kegiatan budidaya, persiapan lahan merupakan faktor yang sangat penting. Lahan penanaman bibit tentu tidak selamanya telah siap ditanami. Lahan berupa hamparan ilalang atau semak belukar ditebas, dibakar, dan akar-akar dicabut hingga tuntas. Kegiatan ini sebaiknya dilakukan pada musim kemarau agar ilalang atau semak belukar tidak cepat tumbuh. Lahan yang telah dibersihkan segera dibajak atau dicangkul dengan kedalaman yang cukup. Tujuannya adalah agar tanah menjadi gembur dan terjadi pertukaran udara di dalam tanah. Apabila lahan penanaman mudah tergenang air, maka dibuat parit-parit pembuangan air. Pengolahan tanah kering dan miring harus menurut arah melintang lereng agar terbentuk teras penahan erosi. Apabila tingkat kemiringan tanah hingga 20%, maka teras dibuat dengan lebar sekitar 2 m. Lebar teras disesuaikan dengan kedalaman solum tanah. Semakin dalam solum tanah, maka semakin lebar ukuran teras. 2. Aturan penanaman Sebelum dilakukan penanaman, aturan penanaman pun perlu dirancang sesuai kebutuhan lahan. Bentuk lahan dapat bujur sangkar atau segi tiga. Pada budidaya monokultur, jarak tanam jambu mente dianjurkan 12m x 12m. Dengan jarak tersebut, maka dalam setiap 1 ha lahan, jumlah total tanaman yang dibutuhkan sebanyak 69 batang. Namun, jarak tanam dapat dibuat dengan ukuran

34 17 6m x 6m sehingga jumlah total tanaman yang dibutuhkan adalah 276 batang/ha. Kerapatan tanaman kemudian dijarangkan pada umur 6-10 tahun. Untuk lebih menghasilkan penggunaan lahan, maka pada areal penanaman jambu mente dapat diterapkan budidaya polikultur. Beberapa jenis tanaman bernilai ekonomis dapat dimanfaatkan sebagai tanaman sela. Kedua sistem penanaman ini dapat diterapkan pada lahan yang datar. Di lahan miring harus disesuaikan dengan garis kontur. Pembuatan lubang tanam dilakukan setelah lahan selesai dibajak. Lubang tanam digali dengan ukuran 30cm x 30cm x 30cm. Bila jenis tanahnya sangat liat, ukuran lubang tanam dapat dibuat 50cm x 50cm x 50cm. Bila di lubang tanam terdapat lapisan cadas, lapisan ini harus ditembus. Tujuannya agar akar tanaman dapat tumbuh sempurna dan terhindar dari genangan air. Lubang tanam dibiarkan terbuka sekitar 4 minggu baru dilakukan penanaman. Tujuannya adalah untuk mengurangi keasaman tanah. 3. Penanaman Waktu penanaman yang tepat adalah pada awal musim hujan dan dilakukan pada sore hari. Maksudnya untuk mengurangi penyiraman air yang banyak dibutuhkan tanaman pada masa awal pertumbuhan. Di samping itu, tanah dalam lubang tanam tidak lagi mengalami penurunan. Di sekeliling lubang tanam harus ditimbun kembali dengan tanah. Hal ini bertujuan untuk menghindari adanya genangan air bila disiram atau hujan turun.

35 18 4. Pemeliharaan Pemeliharaan tanaman merupakan pekerjaan yang rutin. Pekerjaan tersebut meliputi penyiraman, penyulaman, penyiangan, penggemburan, pemupukan, pemangkasan, serta pemberantasan hama dan penyakit. 1. Penyiraman Bibit yang baru ditanam tentunya memerlukan banyak air. Oleh karena itu, tanaman perlu disiram pada pagi atau sore hari. Apabila hujan tidak turun selama dua hari berturut-turut, penyiraman dilakukan 1-2 kali sehari dalam dua minggu pertama. Minggu berikutnya, penyiraman tanaman cukup dilakukan sehari sekali. Penyiraman dilakukan secukupnya saja dan air siraman jangan sampai menggenangi tanaman. Bila tanaman tergenang air, maka akarnya akan membusuk dan pertumbuhannya terhambat. 2. Penyulaman Bibit yang ditanam tentu tidak semuanya hidup subur. Ada yang tumbuh kerdil, bahkan ada yang mati. Tanaman yang kerdil dapat disebabkan oleh serangan hama dan penyakit. Tanaman tersebut dapat menjadi parasit di kebun, 0leh karena itu harus dicabut dan disulam dengan tanaman yang sehat. Penyulaman dilakukan setelah tanaman berumur 1 bulan. 3. Penyiangan dan penggemburan Bibit jambu mente mulai berdaun dan bertunas setelah 2-3 bulan ditanam. Pada masa pertumbuhannya, banyak gulma yang tumbuh di sekitar tanaman.

36 19 Selain menjadi pesaing dalam memperebutkan zat hara, gulma juga dapat menjadi sarang hama dan penyakit. Untuk itu gulma harus dibasmi agar tanaman dapat tumbuh subur dan terhindar dari serangan hama atau penyakit. Pembasmian gulma sebaiknya dilakukan dalam putaran waktu tertentu, yakni sekali dalam 45 hari. Tanah yang disiram setiap hari tentu semakin padat dan udara di dalamnya semakin sedikit. Akibatnya, akar tanaman tidak leluasa menyerap unsur hara. Untuk itu, tanah di sekitar tanaman perlu digemburkan dengan hati-hati agar akar tanaman tidak putus. 4. Pemupukan Untuk menambah kesuburan pada masa pertumbuhan, maka tanaman jambu mente dapat dipupuk dengan menggunakan pupuk kandang, kompos atau pupuk buatan. Pemberian pupuk kandang atau kompos sebanyak 20 kg dilakukan dengan cara menggali parit melingkar agak di luar tajuk. Pupuk tersebut kemudian dituangkan ke dalam parit dan ditutup dengan tanah. Pemupukan berikutnya dilakukan dengan pupuk buatan. Pemberian pupuk dilakukan dalam parit melingkar dan dibuat sedikit di luar parit sebelumnya. Dosis dan macam pupuk buatan yang digunakan tergantung pada kesuburan tanah. Jadwal dan dosis pemupukan jambu mente dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

37 20 Tabel 5. Jadwal dan Dosis Pemupukan Dalam Gram Awal Musim Hujan Waktu Pemupukan N (Urea) P2O5 (TSP) K2O (KCL) N (Urea) Akhir Musim Hujan P2O5 (TSP) K2O (KCL) Tahun I Tahun II Tahun III Tahun IV 50 (111) 100 (222) 200 (444) 250 (556) 40 (87) 40 (87) 60 (130) 65 (141) (58) 60 (115) 65 (125) 50 (111) 100 (222) 200 (444) 250 (556) 40 (87) 40 (87) 60 (130) 65 (141) (58) 60 (115) 65 (125) Sumber : Saragih dan Haryadi, Pemangkasan Apabila tanaman jambu mente dibiarkan tumbuh liar, maka cabangcabangnya cenderung tumbuh bergerombol di dekat permukaan tanah. Agar cabangcabang tanaman dapat tumbuh bagus dan tajuknya berbentuk seperti kerucut, maka harus dilakukan pemangkasan sejak tanaman masih berupa bibit. 6. Penjarangan Bunga dan buah jambu terdapat di bagian permukaan tajuk daun. Tanaman ini kemungkinan besar tidak berbuah sama sekali jika sinar matahari terhalang oleh tanaman lain. Untuk itu, agar seluruh permukaan tajuk pohon mendapat sinar matahari secara merata dalam jumlah yang cukup, jangan segan-segan melakukan penjarangan tanaman. Penjarangan dilakukan secara bertahap pada saat tajuk tanaman saling menutupi. Apabila jarak tanam 6m x 6m dan ditanam secara monokultur, maka tajuk tanaman diperkirakan sudah bersentuhan pada umur 6-10 tahun. Pada saat itu,

38 21 kegiatan penjarangan mulai dilakukan. Penjarangan pertama dilakukan pada saat tanaman berumur 6-7 tahun. Penjarangan berikutnya pada umur 7-8 tahun. Penjarangan terakhir dilakukan saat tanaman berumur 9-10 tahun. Pada penjarangan ini sisa pohon tinggal 69 batang/ha dan jarak tanam tetap 12m x 12m. Sampai penjarangan terakhir, jumlah pohon seluruhnya berkurang 75%. 5. Panen Tanaman jambu mente dapat dipanen untuk pertama kali pada umur 3 4 tahun. Buah mente biasanya sudah bisa dipetik pada umur hari sejak munculnya bunga. Masa panen berlangsung selama 4 bulan, yaitu pada bulan Agustus hingga bulan Desember. Agar mutu gelondong atau kacang mente menjadi lebih baik, buah yang dipetik harus telah tua. Siklus hidup jambu mente dalam berproduksi bisa mencapai tahun. Produksi jambu mente mulai meningkat saat berumur 8 10 tahun hingga mencapai tahun. Produksi tanaman akan berkurang saat berumur diatas 30 tahun. Disaat mencapai umur 50 tahun, tanaman jambu mente tidak bisa berproduksi atau tidak bisa berbuah lagi Pengendalian Hama Penyakit Tanaman jambu mente merupakan tanaman yang cukup rentan terhadap gangguan hama atau penyakit. Gangguan hama atau penyakit pada tanaman jambu mente mulai pada fase pembibitan, tanaman muda, hingga pada tanaman yang sudah berbunga dan berbuah. Untuk menghindari terjadinya hal ini, maka perlu pencegahan sedini mungkin. Cara pencegahannya dapat berupa kebersihan dan sanitasi lahan,

39 22 pemberian zat hara yang seimbang, serta pemberian pestisida apabila tanaman disekitarnya terserang hama dan penyakit. Apabila kondisi tanaman telah terserang hama atau penyakit, maka perlu dicari penyebabnya agar secepat mungkin diberantas. Pada umumnya pemberantasan hama dan penyakit dapat dilakukan dengan 3 cara, yaitu pemberantasan secara biologis, mekanis dan kimiawi. Beberapa hama yang sering menyerang tanaman jambu mete diantaranya adalah ulat kipat (Cricula trifenestrata helf), Serangga pengisap jaringan tunas muda (Helopeltis sp.), Ulat penggerek batang (Plocaederus ferrugineus L.), dan penggerek buah dan biji (Nephoteryx sp.). Penanggulangan hama ini sebaiknya dilakukan secara terpadu. Beberapa jenis insektisida yang dipakai untuk memberantas hama diantaranya adalah Symbush 50 EC, Pumicidin, Agroline, Thiodan, larutan BMC. Tanaman jambu mente juga rentan terhadap serangan penyakit. Beberapa jenis penyakit yang terdapat pada jambu mente adalah penyakit layu, daun layu dan kering, serta bunga dan buah busuk. Penyebab penyakit ini adalah jamur dan bakteri. Jamur yang menyerang jambu mete adalah Phytophthora palmifora, Fusarium sp. dan Phitium sp. Sedangkan jenis bakteri yang menyerang tanaman jambu mente adalah Phtophthora solanacearum, Colletotrichum sp., Botryodiplodia sp., dan Pestalotiopsis sp. Penanggulangan penyakit juga sebaiknya dilakukan secara terpadu. Beberapa jenis fungisida yang dipakai untuk memberantas penyakit diantaranya adalah Dithane M-45, Delsene MX 200, Difolatan 4F, Cobox, dan Cuproxy Chloride.

40 Kajian Penelitian Terdahulu Hasil penelitian Rosmeilisa dan Abdullah (1990) tentang analisis usahatani jambu mente menunjukan bahwa tanaman ini cocok dikembangkan di Kawasan Indonesia Timur, terutama NTT dan NTB. Jambu mente memerlukan curah hujan mm/tahun, dengan 4-6 bulan kering, suhu rata-rata 27º C, kelembapan nisbih 70-80%, dan dapat tumbuh baik di tanah berpasir di pantai sampai ketinggian 700 dpl. Dengan menerapkan sistem penanaman secara monokultur dengan metode penjarangan, menurut hasil perhitungan analisis finansial layak diusahakan, yang ditunjukan oleh indikator (a) B/C ratio = 2,55; (b) NPV = Rp ,41; dan IRR = 31,42 %. Pedapatan kotor dari usahatani jambu mente pada tahun pertama dan kedua belum ada. Pendapatan kotor dapat diperoleh pada tahun ke tiga dan ke empat saat tanaman diperkirakan mulai berproduksi. Suatu penelitian tentang rencana pengembangan agribisnis dan agroindustri jambu mente telah dilakukan oleh Sukartawi pada tahun 1995 dengan mengambil lokasi penelitian di Jawa Timur. Hasil analisis adalah agribisnis jambu mente ternyata mampu menyerap tenaga kerja, meningkatkan pendapatan petani, menumbuhkan agroindustri baru dan meningkatkan perolehan devisa melalui peningkatan ekspor. Dari hasil analisis pendapatan menunjukan bahwa penerimaan yang diperoleh petani pada usahatani jambu mente per 100 pohon/ha adalah pada umur 20 tahun yaitu sebesar Rp ,-. Sedangkan biaya yang dikeluarkan adalah Rp ,- (karena tanaman sudah relatif tua). Sedangkan pada usahatani

41 24 jambu mente dengan populasi 200 pohon/ha pada umur 20 tahun diperoleh penerimaan sebesar Rp ,- dan biaya usahatani sebesar Rp untuk setiap hektar. Kajian tentang pola usahatani tanaman jambu mente telah dilakukan oleh Rosmeilisa (1990) di Daerah Istimewa Jogyakarta yang merupakan salah satu sentra produksi jambu mente di Indonesia. Selain untuk mengkaji, penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui peran produksi jambu mente terhadap pendapatan petani. Hasil penelitian menunjukan bahwa usahatani jambu mente di Daerah Istimewa Jogyakarta terbagi atas dua bentuk yaitu monokultur dengan rata-rata pendapatan kotor Rp ,72/kk/tahun dan polikultur dengan rata-rata pendapatan Rp ,81/kk/tahun. Proporsi pendapatan usahatani jambu mete di kabupaten Gunung Kidul 37,69 % dari usahatani lainnya, sedangkan di kabupaten Bantul peran usahatani jambu mente lebih besar yaitu 87,70 %. Penelitian mengenai analisis usahatani jambu mente juga kembali dilakukan oleh Rosmeilisa dan Yuhono (2001). Penelitian ini dilakukan di daerah sentra produksi dengan mengambil lokasi di Jawa Timur. Populasi 100 tanaman/ha (10m x 10m), usahatani jambu mente layak dilakukan karena Net present value (NPV) positif (Rp ,057), net B/C rasio 11,0, dan IRR 45,34 % lebih tinggi dari bunga. Menurut hasil penelitian Hutzi (2007) tentang analisis pendapatan usahatani dan saluran pemasaran teh perkebunan rakyat, pada perkebunan teh rakyat di kecamatan Sukanagara, Kabupaten Cianjur, Propinsi Jawa Barat, ternyata pendapatan yang diterima petani pada tahun 2003 sudah tidak layak untuk dilaksanakan. Pendapatan usahatani yang diterima atas dasar biaya tunai sebesar Rp ,- per

Oleh : Apollonaris Ratu Daton A

Oleh : Apollonaris Ratu Daton A ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAMBU MENTE (Anacardium Occidentale L.) (Kasus di Desa Ratulodong, Kecamatan Tanjung Bunga, Kabupaten Flores Timur, Propinsi Nusa Tenggara Timur ) Oleh : Apollonaris Ratu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Bila pada tahun 1969 pangsa sektor pertanian primer

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Bila pada tahun 1969 pangsa sektor pertanian primer I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan Jangka Panjang tahap I Indonesia telah mengubah struktur perekonomian nasional. Bila pada tahun 1969 pangsa sektor pertanian primer dalam PDB masih sekitar

Lebih terperinci

Menanam Laba Dari Usaha Budidaya Kedelai

Menanam Laba Dari Usaha Budidaya Kedelai Menanam Laba Dari Usaha Budidaya Kedelai Sebagai salah satu tanaman penghasil protein nabati, kebutuhan kedelai di tingkat lokal maupun nasional masih cenderung sangat tinggi. Bahkan sekarang ini kedelai

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN Latar Belakang

I PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN Indonesia sebagai negara agraris memiliki hasil pertanian yang sangat berlimpah. Pertanian merupakan sektor ekonomi yang memiliki posisi penting di Indonesia. Data Product

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian cukup strategis dalam pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB). Selama sepuluh tahun terakhir, peranan sektor ini terhadap PDB menujukkan pertumbuhan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN * Keterangan : *Angka ramalan PDB berdasarkan harga berlaku Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2010) 1

I PENDAHULUAN * Keterangan : *Angka ramalan PDB berdasarkan harga berlaku Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2010) 1 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN Sektor pertanian terdiri dari beberapa sub sektor, yaitu tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, dan peternakan, dimana keempat sub sektor tersebut mempunyai peranan

Lebih terperinci

Teknik Budidaya Kubis Dataran Rendah. Untuk membudidayakan tanaman kubis diperlukan suatu tinjauan syarat

Teknik Budidaya Kubis Dataran Rendah. Untuk membudidayakan tanaman kubis diperlukan suatu tinjauan syarat Teknik Budidaya Kubis Dataran Rendah Oleh : Juwariyah BP3K garum 1. Syarat Tumbuh Untuk membudidayakan tanaman kubis diperlukan suatu tinjauan syarat tumbuh yang sesuai tanaman ini. Syarat tumbuh tanaman

Lebih terperinci

SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO

SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO Sejumlah faktor iklim dan tanah menjadi kendala bagi pertumbuhan dan produksi tanaman kakao. Lingkungan alami tanaman cokelat adalah hutan tropis. Dengan demikian curah hujan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki potensi sangat besar dalam menyerap tenaga kerja di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. memiliki potensi sangat besar dalam menyerap tenaga kerja di Indonesia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai negara agraris memiliki potensi pertanian yang cukup besar dan dapat berkontribusi terhadap pembangunan dan ekonomi nasional. Penduduk di Indonesia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dalam pembangunan ekonomi nasional di Indonesia. Hal ini disebabkan Indonesia

I. PENDAHULUAN. dalam pembangunan ekonomi nasional di Indonesia. Hal ini disebabkan Indonesia I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan salah satu sektor yang memegang peranan penting dalam pembangunan ekonomi nasional di Indonesia. Hal ini disebabkan Indonesia sebagai negara agraris

Lebih terperinci

Prosiding Pekan Serealia Nasional, 2010 ISBN :

Prosiding Pekan Serealia Nasional, 2010 ISBN : Usaha tani Padi dan Jagung Manis pada Lahan Tadah Hujan untuk Mendukung Ketahanan Pangan di Kalimantan Selatan ( Kasus di Kec. Landasan Ulin Kotamadya Banjarbaru ) Rismarini Zuraida Balai Pengkajian Teknologi

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Kabupaten Kerinci 5.1.1 Kondisi Geografis Kabupaten Kerinci terletak di sepanjang Bukit Barisan, diantaranya terdapat gunung-gunung antara lain Gunung

Lebih terperinci

Berdasarkan tehnik penanaman tebu tersebut dicoba diterapkan pada pola penanaman rumput raja (king grass) dengan harapan dapat ditingkatkan produksiny

Berdasarkan tehnik penanaman tebu tersebut dicoba diterapkan pada pola penanaman rumput raja (king grass) dengan harapan dapat ditingkatkan produksiny TEKNIK PENANAMAN RUMPUT RAJA (KING GRASS) BERDASARKAN PRINSIP PENANAMAN TEBU Bambang Kushartono Balai Penelitian Ternak Ciawi, P.O. Box 221, Bogor 16002 PENDAHULUAN Prospek rumput raja sebagai komoditas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mata pencaharian di bidang pertanian. Sektor pertanian pada setiap tahap

BAB I PENDAHULUAN. mata pencaharian di bidang pertanian. Sektor pertanian pada setiap tahap BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang mayoritas penduduknya mempunyai mata pencaharian di bidang pertanian. Sektor pertanian pada setiap tahap pembangunan di Indonesia,

Lebih terperinci

Teknik Budidaya Tanaman Durian

Teknik Budidaya Tanaman Durian Teknik Budidaya Tanaman Durian Pengantar Tanaman durian merupakan tanaman yang buahnya sangat diminatai terutama orang indonesia. Tanaman ini awalnya merupakan tanaman liar yang hidup di Malaysia, Sumatera

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Untuk tingkat produktivitas rata-rata kopi Indonesia saat ini sebesar 792 kg/ha

I. PENDAHULUAN. Untuk tingkat produktivitas rata-rata kopi Indonesia saat ini sebesar 792 kg/ha I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kopi merupakan salah satu komoditas perkebunan tradisional yang mempunyai peran penting dalam perekonomian Indonesia. Peran tersebut antara lain adalah sebagai sumber

Lebih terperinci

BUDIDAYA CENGKEH SECARA MUDAH OLEH HARI SUBAGYO BP3K DOKO

BUDIDAYA CENGKEH SECARA MUDAH OLEH HARI SUBAGYO BP3K DOKO BUDIDAYA CENGKEH SECARA MUDAH OLEH HARI SUBAGYO BP3K DOKO RuangTani.Com Cengkeh adalah tangkai bunga kering beraroma dari keluarga pohon Myrtaceae. Pohon cengkeh merupakan tanaman tahunan yang dapat tumbuh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bagi negara-negara yang sedang berkembang, termasuk Indonesia, pembangunan pertanian pada abad ke-21 selain bertujuan untuk mengembangkan sistem pertanian yang berkelanjutan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hortikultura merupakan salah satu sektor pertanian yang memiliki peran penting dalam pembangunan perekonomian di Indonesia. Peran tersebut diantaranya adalah mampu memenuhi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha Triwulan-I Tahun

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha Triwulan-I Tahun I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara agraris menunjukkan bahwa sektor pertanian mempunyai peranan yang penting dalam mendukung perekonomian nasional, terutama sebagai sumber bahan

Lebih terperinci

BAWANG MERAH. Tanaman bawang merah menyukai daerah yang agak panas dengan suhu antara

BAWANG MERAH. Tanaman bawang merah menyukai daerah yang agak panas dengan suhu antara BAWANG MERAH Bawang merah (Allium ascalonicum) merupakan tanaman hortikultura musiman yang memiliki nilai ekonomi tinggi. Bawang merah tumbuh optimal di daerah dataran rendah dengan ketinggian antara 0-400

Lebih terperinci

ANALISIS USAHATANI TALAS KIMPUL DI NAGARI DURIAN GADANG KECAMATAN AKABULURU KABUPATEN LIMA PULUH KOTA

ANALISIS USAHATANI TALAS KIMPUL DI NAGARI DURIAN GADANG KECAMATAN AKABULURU KABUPATEN LIMA PULUH KOTA ANALISIS USAHATANI TALAS KIMPUL DI NAGARI DURIAN GADANG KECAMATAN AKABULURU KABUPATEN LIMA PULUH KOTA Husnarti Agribisnis Faperta Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat Abstrak Penelitian ini bertujuan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada

II. TINJAUAN PUSTAKA. Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemupukan pada Tanaman Tomat 2.1.1 Pengaruh Aplikasi Pupuk Kimia Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada tanaman tomat tertinggi terlihat pada

Lebih terperinci

PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar

PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar Jurusan Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Sains dan Teknologi ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor dalam perekonomian nasional dinilai strategis dan mampu menjadi mesin penggerak pembangunan suatu negara. Pada tahun 2009 sektor

Lebih terperinci

PENYIAPAN BIBIT UBIKAYU

PENYIAPAN BIBIT UBIKAYU PENYIAPAN BIBIT UBIKAYU Ubi kayu diperbanyak dengan menggunakan stek batang. Alasan dipergunakan bahan tanam dari perbanyakan vegetatif (stek) adalah selain karena lebih mudah, juga lebih ekonomis bila

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN Latar Belakang

I PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN Subsektor hortikultura merupakan bagian dari sektor pertanian yang mempunyai peran penting dalam menunjang peningkatan perekonomian nasional dewasa ini. Subsektor ini

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Tahun Komoditas

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Tahun Komoditas I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Subsektor hortikultura berperan penting dalam mendukung perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat melalui nilai Produk Domestik Bruto (PDB). Produk Domestik Bruto (PDB)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Isu strategis yang kini sedang dihadapi dunia adalah perubahan iklim

BAB I PENDAHULUAN. Isu strategis yang kini sedang dihadapi dunia adalah perubahan iklim BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Isu strategis yang kini sedang dihadapi dunia adalah perubahan iklim global, krisis pangan dan energi yang berdampak pada kenaikan harga pangan dan energi, sehingga

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Jagung (Zea mays L.) merupakan tanaman pangan penting di dunia setelah

I. PENDAHULUAN. Jagung (Zea mays L.) merupakan tanaman pangan penting di dunia setelah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Jagung (Zea mays L.) merupakan tanaman pangan penting di dunia setelah gandum dan padi. Di Indonesia sendiri, jagung dijadikan sebagai sumber karbohidrat kedua

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI UBI KAYU (Studi Kasus Desa Pasirlaja, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor) ALFIAN NUR AMRI

ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI UBI KAYU (Studi Kasus Desa Pasirlaja, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor) ALFIAN NUR AMRI ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI UBI KAYU (Studi Kasus Desa Pasirlaja, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor) ALFIAN NUR AMRI DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian Indonesia memiliki potensi yang besar dalam segi sumberdaya dan kualitas, sehingga dapat menjadi sektor unggulan dalam meningkatkan pendapatan negara. Saat ini

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGEMBANGAN PEMBIBITAN (BREEDING)SAPI POTONG PADA PT LEMBU JANTAN PERKAS (LJP), SERANG, PROPINSI BANTEN

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGEMBANGAN PEMBIBITAN (BREEDING)SAPI POTONG PADA PT LEMBU JANTAN PERKAS (LJP), SERANG, PROPINSI BANTEN ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGEMBANGAN PEMBIBITAN (BREEDING)SAPI POTONG PADA PT LEMBU JANTAN PERKAS (LJP), SERANG, PROPINSI BANTEN Oleh: RONA PUTRIA A 14104687 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Salah satu sektor pertanian yang dikembangkan saat ini adalah intensifikasi

I. PENDAHULUAN. Salah satu sektor pertanian yang dikembangkan saat ini adalah intensifikasi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu sektor pertanian yang dikembangkan saat ini adalah intensifikasi hortikultura. Prioritas dari komoditas holtikultura tersebut adalah tanaman buah. Subsektor

Lebih terperinci

Krisis ekonomi yang melanda lndonesia sejak pertengahan bulan. Sektor pertanian di lndonesia dalam masa krisis ekonomi tumbuh positif,

Krisis ekonomi yang melanda lndonesia sejak pertengahan bulan. Sektor pertanian di lndonesia dalam masa krisis ekonomi tumbuh positif, I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Krisis ekonomi yang melanda lndonesia sejak pertengahan bulan Juli 1997 mempunyai dampak yang besar terhadap perekonomian negara. Sektor pertanian di lndonesia dalam

Lebih terperinci

BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR

BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR 13 BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR A. Tempat Pelaksanaan Pelaksanaan Tugas Akhir dilaksanakan di Dusun Kwojo Wetan, Desa Jembungan, Kecamatan Banyudono, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. B. Waktu Pelaksanaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1 Kementerian Pertanian Kontribusi Pertanian Terhadap Sektor PDB.

I. PENDAHULUAN. 1 Kementerian Pertanian Kontribusi Pertanian Terhadap Sektor PDB. I. PENDAHULUAN 1.1. Latarbelakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang mempunyai peranan penting dalam meningkatkan perkembangan ekonomi Indonesia. Hal ini dikarenakan sektor pertanian adalah

Lebih terperinci

1. I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

1. I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang 1. I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi di negara-negara berkembang saat ini telah menjadi penyebab berubahnya pola konsumsi penduduk, dari konsumsi pangan penghasil energi ke produk penghasil

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Tanaman hortikultura merupakan salah satu tanaman yang menunjang pemenuhan gizi masyarakat sebagai sumber vitamin, mineral, protein, dan karbohidrat (Sugiarti, 2003).

Lebih terperinci

sosial yang menentukan keberhasilan pengelolaan usahatani.

sosial yang menentukan keberhasilan pengelolaan usahatani. 85 VI. KERAGAAN USAHATANI PETANI PADI DI DAERAH PENELITIAN 6.. Karakteristik Petani Contoh Petani respoden di desa Sui Itik yang adalah peserta program Prima Tani umumnya adalah petani yang mengikuti transmigrasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian masih merupakan prioritas pembangunan secara nasional maupun regional. Sektor pertanian memiliki peran penting untuk meningkatkan kesejahteraan penduduk

Lebih terperinci

BUDIDAYA KELAPA SAWIT

BUDIDAYA KELAPA SAWIT KARYA ILMIAH BUDIDAYA KELAPA SAWIT Disusun oleh: LEGIMIN 11.11.5014 SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMUNIKASI AMIKOM YOGYAKARTA 2012 ABSTRAK Kelapa sawit merupakan komoditas yang penting karena

Lebih terperinci

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN 6.1. Analisis Budidaya Kedelai Edamame Budidaya kedelai edamame dilakukan oleh para petani mitra PT Saung Mirwan di lahan persawahan.

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1Tipe Penggunaan Lahan (Land Utilization Type) Salah satu tahapan sebelum melakukan proses evaluasi lahan adalah mendeskripsikan 11 atribut kunci tipe penggunaan lahan. Berdasarkan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. tersebut antara lain menyediakan pangan bagi seluruh penduduk, menyumbang

I PENDAHULUAN. tersebut antara lain menyediakan pangan bagi seluruh penduduk, menyumbang I PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Sektor pertanian memegang peranan penting dalam pembangunan nasional. Peranan tersebut antara lain menyediakan pangan bagi seluruh penduduk, menyumbang devisa,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Kebutuhan akan bahan pangan terus meningkat sejalan dengan bertambahnya jumlah penduduk dan kebutuhan gizi masyarakat. Padi merupakan salah satu tanaman pangan utama bagi

Lebih terperinci

USAHATANI DAN TATANIAGA KACANG KAPRI DI KECAMATAN WARUNGKONDANG, CIANJUR, PROVINSI JAWA BARAT. Oleh: DAVID ERICK HASIAN A

USAHATANI DAN TATANIAGA KACANG KAPRI DI KECAMATAN WARUNGKONDANG, CIANJUR, PROVINSI JAWA BARAT. Oleh: DAVID ERICK HASIAN A USAHATANI DAN TATANIAGA KACANG KAPRI DI KECAMATAN WARUNGKONDANG, CIANJUR, PROVINSI JAWA BARAT Oleh: DAVID ERICK HASIAN A 14105524 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG MANIS

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG MANIS VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG MANIS Keberhasilan usahatani yang dilakukan petani biasanya diukur dengan menggunakan ukuran pendapatan usahatani yang diperoleh. Semakin besar pendapatan usahatani

Lebih terperinci

Teknik budidaya tanaman pisang (Musa sp)

Teknik budidaya tanaman pisang (Musa sp) Teknik budidaya tanaman pisang (Musa sp) Pengantar Pisang merupakan tanaman hortikultura yang memiliki kaya akan nilai gizi dan mempunyai nilai ekonomis yang tinggi. Tanaman ini juga dapat diolah menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembangunan nasional, khususnya yang berhubungan dengan pengelolaan

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembangunan nasional, khususnya yang berhubungan dengan pengelolaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang menjadi pusat perhatian dalam pembangunan nasional, khususnya yang berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Tanaman Teh Morfologi Tanaman Teh Syarat Tumbuh

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Tanaman Teh Morfologi Tanaman Teh Syarat Tumbuh 3 TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Tanaman Teh Teh termasuk famili Transtromiceae dan terdiri atas dua tipe subspesies dari Camellia sinensis yaitu Camellia sinensis var. Assamica dan Camellia sinensis var.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka 2. 1. Tinjauan Agronomis Secara umum terdapat dua jenis biji kopi, yaitu Arabika dan Robusta. Sejarah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pertanian. Indonesia memiliki beragam jenis tanah yang mampu. menyuburkan tanaman, sinar matahari yang konsisten sepanjang tahun,

I. PENDAHULUAN. pertanian. Indonesia memiliki beragam jenis tanah yang mampu. menyuburkan tanaman, sinar matahari yang konsisten sepanjang tahun, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia yang dikenal sebagai negara agraris didukung oleh sumber daya alamnya yang melimpah memiliki kemampuan untuk mengembangkan sektor pertanian. Indonesia memiliki

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Adalah penting bagi Indonesia untuk dapat mewujudkan ketahanan pangan

I. PENDAHULUAN. Adalah penting bagi Indonesia untuk dapat mewujudkan ketahanan pangan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Salah satu tantangan terbesar yang dimiliki oleh Indonesia adalah ketahanan pangan nasional. Ketahanan pangan nasional adalah masalah sensitif yang selalu

Lebih terperinci

Budi Daya Kedelai di Lahan Pasang Surut

Budi Daya Kedelai di Lahan Pasang Surut Budi Daya Kedelai di Lahan Pasang Surut Proyek Penelitian Pengembangan Pertanian Rawa Terpadu-ISDP Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Budi Daya Kedelai di Lahan Pasang Surut Penyusun I Wayan Suastika

Lebih terperinci

Agroteknologi Tanaman Rempah dan Obat

Agroteknologi Tanaman Rempah dan Obat Agroteknologi Tanaman Rempah dan Obat Syarat Tumbuh Tanaman Jahe 1. Iklim Curah hujan relatif tinggi, 2.500-4.000 mm/tahun. Memerlukan sinar matahari 2,5-7 bulan. (Penanaman di tempat yang terbuka shg

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan jasa menjadi kompetitif, baik untuk memenuhi kebutuhan pasar nasional. kerja bagi rakyatnya secara adil dan berkesinambungan.

I. PENDAHULUAN. dan jasa menjadi kompetitif, baik untuk memenuhi kebutuhan pasar nasional. kerja bagi rakyatnya secara adil dan berkesinambungan. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada masa globalisasi, persaingan antarbangsa semakin ketat. Hanya bangsa yang mampu mengembangkan daya sainglah yang bisa maju dan bertahan. Produksi yang tinggi harus

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM KERAGAAN BAWANG MERAH Perkembangan Produksi Bawang Merah di Indonesia

V. GAMBARAN UMUM KERAGAAN BAWANG MERAH Perkembangan Produksi Bawang Merah di Indonesia 58 V. GAMBARAN UMUM KERAGAAN BAWANG MERAH 5.1. Perkembangan Produksi Bawang Merah di Indonesia Bawang merah sebagai sayuran dataran rendah telah banyak diusahakan hampir di sebagian besar wilayah Indonesia.

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Letak Geografis Desa Karangsewu terletak di Kecamatan Galur, Kabupaten Kulon Progo, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Adapun batas wilayah Desa Karangsewu adalah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan substansi pokok dalam kehidupan manusia sehingga

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan substansi pokok dalam kehidupan manusia sehingga 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Pangan merupakan substansi pokok dalam kehidupan manusia sehingga diperlukan untuk mencukupi kebutuhan setiap penduduk. Di Indonesia, masalah ketahanan pangan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor penting yang patut. diperhitungkan dalam meningkatkan perekonomian Indonesia.

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor penting yang patut. diperhitungkan dalam meningkatkan perekonomian Indonesia. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Sektor pertanian merupakan salah satu sektor penting yang patut diperhitungkan dalam meningkatkan perekonomian Indonesia. Negara Indonesia yang merupakan negara

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Keadaan Umum, Geografis, dan Iklim Lokasi Penelitian Desa Ciaruten Ilir merupakan desa yang masih berada dalam bagian wilayah Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Di Indonesia umumnya jahe ditanam pada ketinggian meter di

TINJAUAN PUSTAKA. Di Indonesia umumnya jahe ditanam pada ketinggian meter di TINJAUAN PUSTAKA Syarat Tumbuh Tanaman Jahe Iklim Di Indonesia umumnya jahe ditanam pada ketinggian 200-600 meter di atas permukaan laut, dengan curah hujan rata-rata berkisar 2500-4000 mm/ tahun. Sebagai

Lebih terperinci

Agro inovasi. Inovasi Praktis Atasi Masalah Perkebunan Rakyat

Agro inovasi. Inovasi Praktis Atasi Masalah Perkebunan Rakyat Agro inovasi Inovasi Praktis Atasi Masalah Perkebunan Rakyat 2 AgroinovasI PENANAMAN LADA DI LAHAN BEKAS TAMBANG TIMAH Lahan bekas tambang timah berupa hamparan pasir kwarsa, yang luasnya terus bertambah,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Tanaman kehutanan adalah tanaman yang tumbuh di hutan yang berumur

III. METODE PENELITIAN. Tanaman kehutanan adalah tanaman yang tumbuh di hutan yang berumur 47 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang digunakan untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang terletak di daerah tropis dengan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang terletak di daerah tropis dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara agraris yang terletak di daerah tropis dengan lahan pertanian yang cukup besar, sebagaian besar penduduk Indonesia hidup pada hasil

Lebih terperinci

Sumber : Setiadi (2005) Oleh : Ulfah J. Siregar. ITTO Training Proceedings, Muara Bulian 4 th -6 th May

Sumber : Setiadi (2005) Oleh : Ulfah J. Siregar. ITTO Training Proceedings, Muara Bulian 4 th -6 th May 10 MODULE PELATIHAN PENANAMAN DURIAN Oleh : Ulfah J. Siregar ITTO PROJECT PARTICIPATORY ESTABLISHMENT COLLABORATIVE SUSTAINABLE FOREST MANAGEMENT IN DUSUN ARO, JAMBI Serial Number : PD 210/03 Rev. 3 (F)

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi daerah dan nasional. Pertanian yang berkelanjutan

I. PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi daerah dan nasional. Pertanian yang berkelanjutan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani yang bertempat tinggal di pedesaan. Sektor pertanian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Karet di Indonesia merupakan salah satu komoditas penting perkebunan. selain kelapa sawit, kopi dan kakao. Karet ikut berperan dalam

I. PENDAHULUAN. Karet di Indonesia merupakan salah satu komoditas penting perkebunan. selain kelapa sawit, kopi dan kakao. Karet ikut berperan dalam 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Karet di Indonesia merupakan salah satu komoditas penting perkebunan selain kelapa sawit, kopi dan kakao. Karet ikut berperan dalam menyumbangkan pendapatan

Lebih terperinci

TEKNIS BUDIDAYA TEMBAKAU

TEKNIS BUDIDAYA TEMBAKAU TEKNIS BUDIDAYA TEMBAKAU ( Nicotiana tabacum L. ) Oleh Murhawi ( Pengawas Benih Tanaman Ahli Madya ) Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Surabaya A. Pendahuluan Penanam dan penggunaan

Lebih terperinci

POTENSI PASAR BANK YANG BERBASIS AGRIBISNIS BAGI PENGEMBANGAN PT. BANK BUKOPIN, TBK CABANG KARAWANG DI WILAYAH KABUPATEN PURWAKARTA

POTENSI PASAR BANK YANG BERBASIS AGRIBISNIS BAGI PENGEMBANGAN PT. BANK BUKOPIN, TBK CABANG KARAWANG DI WILAYAH KABUPATEN PURWAKARTA POTENSI PASAR BANK YANG BERBASIS AGRIBISNIS BAGI PENGEMBANGAN PT. BANK BUKOPIN, TBK CABANG KARAWANG DI WILAYAH KABUPATEN PURWAKARTA SKRIPSI EMMY WARDHANI A14102528 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS

Lebih terperinci

ANALISIS USAHATANI DAN TATANIAGA KEDELAI DI KECAMATAN CIRANJANG, KABUPATEN CIANJUR, JAWA BARAT. Oleh NORA MERYANI A

ANALISIS USAHATANI DAN TATANIAGA KEDELAI DI KECAMATAN CIRANJANG, KABUPATEN CIANJUR, JAWA BARAT. Oleh NORA MERYANI A ANALISIS USAHATANI DAN TATANIAGA KEDELAI DI KECAMATAN CIRANJANG, KABUPATEN CIANJUR, JAWA BARAT Oleh NORA MERYANI A 14105693 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BELIMBING DEWA

VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BELIMBING DEWA VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BELIMBING DEWA Analisis pendapatan usahatani dilakukan untuk mengetahui gambaran umum mengenai struktur biaya, penerimaan dan pendapatan dari kegiatan usahatani yang dijalankan

Lebih terperinci

KERAGAAN DAN TINGKAT KEUNTUNGAN USAHATANI KEDELAI SEBAGAI KOMODITAS UNGGULAN KABUPATEN SAMPANG

KERAGAAN DAN TINGKAT KEUNTUNGAN USAHATANI KEDELAI SEBAGAI KOMODITAS UNGGULAN KABUPATEN SAMPANG KERAGAAN DAN TINGKAT KEUNTUNGAN USAHATANI KEDELAI SEBAGAI KOMODITAS UNGGULAN KABUPATEN SAMPANG Moh. Saeri dan Suwono Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Timur ABSTRAK Sampang merupakan salah satu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan yang dilakukan di negara-negara dunia ketiga masih menitikberatkan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan yang dilakukan di negara-negara dunia ketiga masih menitikberatkan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan yang dilakukan di negara-negara dunia ketiga masih menitikberatkan pada sektor pertanian. Di Indonesia sektor pertanian memiliki peranan besar dalam menunjang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Pembangunan Pertanian merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari pembangunan nasional. Pertanian memegang peranan penting dalam perekonomian bangsa, hal ini ditunjukkan

Lebih terperinci

Percobaan 3. Pertumbuhan dan Produksi Dua Varietas Kacang Tanah pada Populasi Tanaman yang Berbeda

Percobaan 3. Pertumbuhan dan Produksi Dua Varietas Kacang Tanah pada Populasi Tanaman yang Berbeda Percobaan 3. Pertumbuhan dan Produksi Dua Varietas Kacang Tanah pada Populasi Tanaman yang Berbeda Latar Belakang Untuk memperoleh hasil tanaman yang tinggi dapat dilakukan manipulasi genetik maupun lingkungan.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN II.1 Tinjauan Pustaka Tanaman jambu biji (Psidium guajava L.) merupakan tanaman buah daerah tropis dan dapat juga tumbuh

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. UD. Sabila Farm terletak di Desa Pakembinangun yaitu Jalan Kaliurang

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. UD. Sabila Farm terletak di Desa Pakembinangun yaitu Jalan Kaliurang IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Letak Geografis UD. Sabila Farm terletak di Desa Pakembinangun yaitu Jalan Kaliurang KM 18.5, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Desa Pakembinangun

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian

IV METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Desa Cimanggis, Kecamatan Bojong Gede, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian ditentukan secara sengaja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang beriklim tropis dan relatif subur. Atas alasan demikian Indonesia memiliki kekayaan flora yang melimpah juga beraneka ragam.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. terutama pangan dan energi dunia, termasuk Indonesia akan dihadapkan pada

I. PENDAHULUAN. terutama pangan dan energi dunia, termasuk Indonesia akan dihadapkan pada I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Peningkatan jumlah penduduk akan terus menuntut pemenuhan kebutuhan dasar terutama pangan dan energi dunia, termasuk Indonesia akan dihadapkan pada krisis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Komoditi hortikultura dalam negara agraris seperti Indonesia sangat besar,

BAB I PENDAHULUAN. Komoditi hortikultura dalam negara agraris seperti Indonesia sangat besar, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komoditi hortikultura dalam negara agraris seperti Indonesia sangat besar, hal ini disebabkan cakupan komoditi hortikultura yang luas serta didukung oleh faktor alam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor agribisnis merupakan sektor ekonomi terbesar dan terpenting dalam perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah kemampuannya dalam menyerap

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan Ekspor Buah-Buahan Indonesia Tahun Volume (Kg) Nilai (US $) Volume (Kg)

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan Ekspor Buah-Buahan Indonesia Tahun Volume (Kg) Nilai (US $) Volume (Kg) I. PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara tropis yang memiliki potensi yang besar dalam menghasilkan produksi pertanian. Hortikultura merupakan salah satu sub sektor pertanian yang

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor terpenting dalam pembangunan Indonesia, terutama dalam pembangunan ekonomi. Keberhasilan pembangunan sektor pertanian dapat dijadikan sebagai

Lebih terperinci

I. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung.

I. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung. I. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung. Waktu penelitian dilaksanakan sejak bulan Mei 2010 sampai dengan panen sekitar

Lebih terperinci

II. IKLIM, TANAH DAN WILAYAH PRODUKSI

II. IKLIM, TANAH DAN WILAYAH PRODUKSI II. IKLIM, TANAH DAN WILAYAH PRODUKSI 2.1. Iklim Ubi kayu tumbuh optimal pada ketinggian tempat 10 700 m dpl, curah hujan 760 1.015 mm/tahun, suhu udara 18 35 o C, kelembaban udara 60 65%, lama penyinaran

Lebih terperinci

KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.)

KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) I. SYARAT PERTUMBUHAN 1.1. Iklim Lama penyinaran matahari rata rata 5 7 jam/hari. Curah hujan tahunan 1.500 4.000 mm. Temperatur optimal 24 280C. Ketinggian tempat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung merupakan salah satu jenis tanaman pangan biji-bijian dari keluarga

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung merupakan salah satu jenis tanaman pangan biji-bijian dari keluarga I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanaman jagung merupakan salah satu jenis tanaman pangan biji-bijian dari keluarga rumput-rumputan. Berasal dari Amerika yang tersebar ke Asia dan Afrika melalui kegiatan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Way Kanan merupakan salah satu wilayah pemekaran dari wilayah

IV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Way Kanan merupakan salah satu wilayah pemekaran dari wilayah 71 IV. GAMBARAN UMUM A. Gambaran Umum Kabupaten Way Kanan Kabupaten Way Kanan merupakan salah satu wilayah pemekaran dari wilayah Kabupaten Lampung Utara yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang No. 12

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis hasil penelitian mengenai Analisis Kelayakan Usahatani Kedelai Menggunakan Inokulan di Desa Gedangan, Kecamatan Wirosari, Kabupaten Grobogan, Provinsi Jawa Tengah meliputi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hortikultura sebagai salah satu subsektor pertanian memiliki peran yang cukup strategis dalam perekonomian nasional. Hal ini tercermin dari perannya sebagai pemenuh kebutuhan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. kehidupan rakyat, dan pembangunan dijalankan untuk meningkatkan produksi dan

TINJAUAN PUSTAKA. kehidupan rakyat, dan pembangunan dijalankan untuk meningkatkan produksi dan TINJAUAN PUSTAKA Koperasi Unit Desa (KUD) Pembangunan masyarakat di perdesaan turut mempercepat tingkat kehidupan rakyat, dan pembangunan dijalankan untuk meningkatkan produksi dan pendapatan berdasarkan

Lebih terperinci

AGRIBISNIS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

AGRIBISNIS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA BAB VI. PERSIAPAN LAHAN Rizka Novi Sesanti KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL

Lebih terperinci

Tahun Bawang

Tahun Bawang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Komoditas hortikultura merupakan komoditas yang sangat prospektif untuk dikembangkan melalui usaha agribisnis, mengingat potensi serapan pasar di dalam negeri dan pasar

Lebih terperinci

AGRIBISNIS PANEN TANAMAN BUAH GEDONG GINCU DI LUAR MUSIM. Oleh : Medi Humaedi

AGRIBISNIS PANEN TANAMAN BUAH GEDONG GINCU DI LUAR MUSIM. Oleh : Medi Humaedi AGRIBISNIS PANEN TANAMAN BUAH GEDONG GINCU DI LUAR MUSIM Oleh : Medi Humaedi BAB I 1.1. 1.2. 1.3. DAFTAR ISI PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan. Rumusan Masalah.. 1 1 2 3 BAB II 2.1. 2.2. TINJAUAN PUSTAKA

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian di Indonesia memegang peranan penting dari keseluruhan

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian di Indonesia memegang peranan penting dari keseluruhan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian di Indonesia memegang peranan penting dari keseluruhan jenis perekonomian nasional. Hal ini terjadi karena Indonesia mempunyai stuktur sistem perekonomian

Lebih terperinci

VI ANALISIS RISIKO PRODUKSI CAISIN

VI ANALISIS RISIKO PRODUKSI CAISIN VI ANALISIS RISIKO PRODUKSI CAISIN Penilaian risiko produksi pada caisin dianalisis melalui penggunaan input atau faktor-faktor produksi terhadap produktivitas caisin. Analisis risiko produksi menggunakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian memegang peranan penting dalam struktur ekonomi nasional. Hal ini didasarkan pada kontribusi sektor pertanian yang tidak hanya berperan dalam pembentukan

Lebih terperinci