TATA CARA PENDIRIAN KOPERASI DALAM RANGKA MENDUKUNG PROGRAM DESA/KELURAHAN MANDIRI ANGGUR MERAH

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "TATA CARA PENDIRIAN KOPERASI DALAM RANGKA MENDUKUNG PROGRAM DESA/KELURAHAN MANDIRI ANGGUR MERAH"

Transkripsi

1 TATA CARA PENDIRIAN KOPERASI DALAM RANGKA MENDUKUNG PROGRAM DESA/KELURAHAN MANDIRI ANGGUR MERAH DINAS KOPERASI DAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR KUPANG 2011

2 P E N G A N T A R Pemerintah Indonesia telah menggariskan kebijaksanaan bahwa koperasi harus tumbuh dengan pesat dan mencakup sebanyak mungkin anggota masyarakat serta bisa tersebar merata diseluruh tanah air. Dengan demikian maka koperasi dapat benar-benar berperan sebagai soko guru perekonomian bangsa dan wadah utama bagi kegiatan ekonomi rakyat. Khusus berkaitan dengan pembangunan dan pengembangan koperasi di provinsi Nusa Tenggara Timur maka melalui upaya percepatan tercapai sasaran pembangunan ekonomi sebagai agenda ketiga dari delapan agenda pembangunan maka di tetapkan 4 tekad pembangunan yang salah satu tekad adalah Menjadikan Nusa Tenggara Timur sebagai Provinsi Penggerak Koperasi. Sementara itu salah satu kebijakan Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur yang merupakan sebuah terobosan baru dalam rangka pemberdayaan ekonomi rakyat adalah Program Desa/Kelurahan Mandiri Anggur Merah dan dalam rangka mendukung terwujudnya program dimaksud maka Kelompok-kelompok ekonomi masyarakat perlu terus dibina dan diarahkan untuk ditingkatkan statusnya sebagai Wadah Koperasi yang Berbadan Hukum. Berangkat dari garis kebijaksanaan pemerintah sebagaimana tersebut diatas maka penerbitan buku kecil ini dimaksudkan untuk memberikan pedoman dan penjelasan secara mudah, sederhana kepada masyarakat Tentang Tata Cara Pendirian Koperasi sesuai Undang-undang Nomor : 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian sebagai pengganti Undang-Undang Nomor : 12 Tahun 1967 tentang Pokok-pokok Perkoperasian. Berkaitan dengan hal tersebut maka pembentukan koperasi sengaja diatur dengan prosedur yang sederhana. Mudah difahami dan dilaksanakan secara terkordinasi Untuk selanjutnya buku ini sebagai acuan pendirian koperasi tersebut. Kiranya bermanfaat TIM PENYUSUN

3 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-Undang Dasar 1945 khususnya pasal 33 ayat ( 1 ) menyatakan bahwa perekopnomian disusun sebagai usaha bersama berdasarkan atas asas kekeluargaan. Selanjutnya penjelasan pasal 33 menyatakan antara lain bahwa kemakmuran masyarakatlah yang diutamakan bukan kemakmuran orang seorang dan bangun perusahaan yang sesuai dengan itu ialah koperasi. Dengan demikian maka penjelasan pasal 33 telah menempatkan koperasi baik dalam kedudukan sebagai soko guru perekonomian Nasional maupun sebagai bagian integral tata perekonomian Nasional. Dengan memperhatikan dan memahami kedudukan koperasi seperti tersebut diatas maka peran koperasi sangat penting dalam menumbuhkan dan mengembangkan poetnsi ekonomi rakyat demi terwujudnya kehidupan demokrasi ekonomi yang mempunyai ciri-ciri demokratis, kebersamaan, kekeluargaan dan keterbukaan. Dalam kehidupan ekonomi seperti maka program pemberdayaan ekonomi kerakyatan melalui peningkatan pembinaan koperasi merupakan suatu langkah strategis yang harus dilaksanakan swebagai upaya mewujudkan struktur perekonomian Nasional yang berlandaskan pada asas kekeluargaan dan demokrasi ekonomi. Sejalan dengan kebijakan tersebut maka ikhwal dan seluk beluk tentang koperasi secara terus menerus perlu diinformasikan kepada masyarakat luas, dengan demikian maka koperasi sebagai salah satu lembaga ekonomi akan semakin dapat dipahami dan dirasakan manfaatnya oleh masyarakat yang tentunya sebagai wadah pengembangan usaha koperasi diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan anggota dan sekaligus menumbuhkan semangat kehidupan demokrasi ekonomi dalam masyarakat. Berbagai kemudahan telah diupayakan oleh pemerintah antara lain adalah mengganti Inpres Nomor : 4 Tahun 1984 tentang Pembinaan Pengembangan Koperasi Unit Desa ( KUD ) dengan Inpres Nomor : 18 Tahun 1998 tentang Peningkatan Pembinaan dan Pengembangan Perkoperasian yang kemudian ditindaklanjuti dengan peraturan pemerintah RI Nomor 4 Tahun 1994 tentang persyaratan dan tata cara pengesahan Akta pendirian dan perubahan Anggaran Dasar Koperasi Juncto peraturan Mentri Negara Koperasi dan UKM RI Nomor: 01/per/M.KUKM/I/2006 Petunjuk pelaksanaan pembentukan, pengesahan Akta pendirian dan perubahan Anggaran Dasar Koperasi, yang diterbitkan sebagai penyempurnaan dari keputusan Menteri Negara Koperasi dan UKM RI No: 104 Tahun 2002 tentang hal yang sama. Penyempurnaan tersebut berkaitan dengan keterlibatan Notaris Pembuat Akta Koperasi dalam pembuatan akta pendirian dan perubahan anggaran dasar koperasi sebagai penyesuaian terhadap pemberlakuan keputusan Menteri Negara Koperasi dan UKM RI Nomor : 98 Tahun 2004 tentang Notaris sebagai Pembuat Akta Koperasi Khusus menyangkut kegiatan usaha simpan pinjam maka sesuai dengan ketentuan pasal 44 Undang-Undang Nomor : 25 Tahun 1992 tentang perkoperasian secara tegas diatur bahwa koperasi dapat menghimpun dana dan menyalurkannya melalui kegiatan usaha simpan pinjam. Ketentuan tersebut justru merupakan dasar hukum yang kuat bagi koperasi untuk melaksanakan kegiatan usaha simpan pinjam baik sebagai satu-satunya atau salah satu kegiatan usaha, berkaitan dengan kegiatan usaha dimaksud maka pemerintah telah mengeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor : 9 Tahun 1995 tentang pelaksanaan usaha simpan pinjam oleh koperasi kemudian di tindak lanjuti : - Peraturan Menteri Negara Koperasi dan UKM RI Nomor : 15/Per/M.KUKM/XII/2009 Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Negara Koperasi dan UKM Nomor : 19/per/M.KUKM/XI/2008 Tentang Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Usaha Simpan Pinjam Koperasi - Keputusan Menteri Negara Koperasi dan UKM RI Nomor : 14/Per/M.KUKM/XII/2009 tentang Perubahan atas peraturan Menteri Negara Koperasi dan UKM RI Nomor :

4 20/per/M.KUKM/XI/2008 tentang Pedoman Penilaian Kesehatan Koperasi Simpan Pinjam dan Unit Simpan Pinjam Koperasi. - Keputusan Menteri Negara Koperasi dan UKM Nomor : 21/per/M.KUKM/XI/2008 tentang Pedoman Pengawasan Koparasi Simpan Pinjam dan Unit Simpan Pinjam Koperasi. Dengan adanya penyempurnaan ini dimaksudkan untuk memberikan kesempatan berusaha yang seluas-luasnya kepada masyarakat dalam menumbuh kembangkan koperasi pada umumnya termasuk koperasi simpan pinjam maupun unit simpan pinjam guna memperoleh manfaat yang sebesar-besarnya bagi anggota koperasi, bahkan secara khusus diharapkan kegiatan usaha simpan pinjam akan menjadi lebih siap dan mampu dalam mendukung pembiayaan anggotanya. B. Pengertian 1. Koperasi adalah Badan Usaha yang beranggotakan orang-seorang atau Badan Hukum Koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan asas kekeluargaan; 2. Koperasi Primer adalah koperasi yang didirikan oleh dan beranggotakan orang seorang; 3. Koperasi Sekunder adalah koperasi yang didirikan oleh dan beranggotakan koperasi; 4. Gerakan Koperasi adalah keseluruhan organisasi dan kegiatan perkoperasian yang bersifat terpadu menuju tercapainya cita-cita bersama koperasi; 5. Perkoperasian adalah segaala sesuatu yang menyangkut kehidupan koperasi, sedangkan yang dimaksudkan dengan kehidupan koperasi adalah aspek yang erat kaitannya dengan pembangunan Koperasi, Misalnya : Falsafah, Ideologi, Manajemen, Organisasi, Usaha, Pendidikan, Pembinaan dan lain-lain; 6. Koperasi Simpan Pinjam (KSP) adalah koperasi yang melaksanakan kegiatan usahanya hanya usaha simpan pinjam; 7. Unit Simpan Pinjam (USP) adalah unit usaha yang dibentuk dalam satu koperasi sebagai bagian dari kegiatan usaha koperasi; II. TATA CARA PENDIRIAN KOPERASI A. Dasar Pendirian Orang atau masyarakat yang akan mendirikan koperasi mengerti maksud dan tujuan koperasi serta kegiatan usaha yang dilaksanakan untuk meningkatkan pendapatan dan manfaat yang sebesar-besarnya bagi mereka, Oleh karena itu maka hal-hal mendasar yang perlu mendapat perhatian dalam pendirian koperasi antara lain: 1. Orang-orang yang mendirikan dan yang nantinya menjadi anggota koperasi mempunyai Kegiatan dan atau kepentingan yang sama. Hal itu mengandung arti bahwa tidak setiap orang dapat mendirikan atau menjadi anggota koperasi tanpa adanya kejelasan kegiatan atau kepentingan ekonominya. 2. Usaha yang akan dilaksanakan oleh koperasi layak secara ekonomi, hal ini dimaksudkan usaha tersebut akan dikelola secara efisien dan mampu menghasilkan keuntungan usaha. 3. Modal sendiri cukup tersedia untuk mendukung kegiatan usaha.hal ini dimaksudkan agar kegiatan usaha segera dapat dilaksanakan tanpa menutup kemungkinan memperoleh bantuan fasilitas dan pinjaman dari pihak luar. 4. Kepengurusan dan manajemen disesuaikan dengan kegiatan usaha yang akan dilaksanakan agar tercapai efektifitas dan efisiensi dalam pengelolahan koperasi.

5 B. Persiapan Pembentukan 1. Pembentukan koperasi hendaknya dipersiapkan secara matang oleh para pendiri, yang antaraa lain meliputi penyuluhan dan penerangan bagi para pendiri dan calon anggota sehingga dapat diperoleh kejelasan mengenai perkoperasian. 2. Yang disebut pendiri adalah mereka yang hadir dalam rapat pendirian koperasi dan telah memenuhi persyaratan keanggotaan. 3. Para pendiri mempersiapkan rapat pembentukan dengan cara antara lain penyusunan Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga dan Rencana Awal Kegiatan. C. Rapat Pendirian. 1. Rapat Pendirian Koperasi Primer dihadiri oleh sekurang-kurangnya 20 (dua puluh) orang pendiri. Rapat Pendirian Koperasi Sekunder dihadiri sekurang-kurangnya 3 (tiga) koperasi yang diwakili oleh kuasanya. 2. Rapat Pendirian dipimpin oleh seorang/beberapa orang dari pendiri atau kuasa pendiri. 3. Yang disebut kuasa pendiri adalah beberapa orang dari pendiri yang diberi kuasa dan sekaligus ditunjuk oleh pendiri untuk pertama kalinya sebagai pengurus koperasi untuk memproses pengajuan permintaan pengesahan Akta Pendirian Koperasi dan menandatangani Anggaran Dasar Koperasi. 4. Apabila diperlukan dan atas permohonaan para pendiri, Pejabat Pembina Koperasi dan UKM dapat hadir dalam rapat pendirian guna membantu kelancaran jalannya rapat dan memberi petunjuk-petunjuk seperlunya. 5. Hal-hal yang perlu dibahas dalam rapat pendirian antara lain: Menyangkut keanggotaan, Modal Sendiri, Kepengurusan dan pengelolaan usaha serta penyusunan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga. 6. Anggaran Dasar memuat sekurang-kurangnya: Daftar Nama Pendiri, Nama dan Tempat Kedudukan, maksud dan tujuan serta bidang usahanya, ketentuan mengenai keanggotaan, Rapat Anggota, Pengelola, Permodalan, Jangka Waktu Berdirinya, Pembagian Sisa Hasil Usaha ( SHU ) serta ketentuan menyangkut sanksi. 7. Rapat mengambil kesepakatan dan keputusan terhadap hal-hal sebagaimana dimaksud pada butir 3 dan 5 serta wajib membuat Berita Acara Rapat Pembentukan. D. Pengajuan Permintaan Pengesahan Akta Pendirian 1. Para Pendiri Koperasi atau kuasanya mengajukan permintaan secara tertulis kepada pejabat yang berwenang sebagai berikut: a. Deputi Bidang Kelembagaan Koperasi danukm untuk koperasi primer dan sekunder yang anggotanya berdomisili lebih dari satu (satu) Provinsi. b. Gubernur melalui Dinas/Badan yang membidangi koperasi tingkat provinsi untuk koperasi primer dan sekunder yang anggotanya berdomisili lebih dari 1 (satu) kabupaten/kota dalam wilayah provinsi yang bersangkutan. c. Bupati/Wali kota melalui kepala Dinas/ Badan yang membidangi koperasi Kabupaten/Kota untuk koperasi primer dan koperasi sekunder yang anggotanya berdomisili dalam wilayah Kabupaten/Kota yang bersangkutan. 2. Dalam hal Akta Pendirian Koperasi dibuat oleh Notaris, maka permintaan pengesahan Akta Pendirian Koperasi diajukan dengan melampirkan : a. 1 ( satu ) salinan akta pendirian koperasi bermaterai cukup; b. Data akta pendirian koperasi yang dibuat dan ditandatangani oleh notaris; c. Surat bukti tersedianya modal yang jumlahnya sekurang-kurangnya sebesar simpanan pokok dan simpanan wajib yang wajib dilunasi oleh para pendiri; d. Rencanan kegiatan usaha koperasi minimal tiga tahun ke depan dan Rencana Anggaran Belanja dan Pendapatan Koperasi ( RABPK ); e. Dokumen lain yang diperlukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan;

6 3. Dalam hal akta pendirian koperasi dibuat oleh para pendiri koperasi, maka permintaan pengesahan akta pendirian koperasi diajukan dengan melampirkan : a. Dua rangkap akta pendirian koperasi, satu diantaranya bermaterai cukup; Contoh b. Data akta pendirian koperasi yang dibuat dan ditandatangani oleh kuasa pendiri; c. Notulen rapat pembentukan koperasi; d. Surat kuasa; e. Surat bukti tersedianya modal yang jumlahnya sekrang-kurangnya sebesar simpanan pokok dan simpanan wajib dilunasi oleh para pendirian; f. Rencanan awal kegiatan usaha koperasi minimal 3 tahun ke depan dan Rencana Anggaran Belanja dan Pendapatan Koperasi; g. Daftar hadir rapat pndirian; h. Untuk koperasi Primer melampirkan foto copy Kartu Tanda Penduduk ( KTP ) dari para pendiri; i. Untuk Koperasi Sekunder melampirkan keputusan rapat anggota masing-masing koperasi tentang persetujuan pendirian koperasi sekunder dan foto copy akta pendirian serta Anggaran Dasar masing-masing koperasi pendiri; E. Penelitian Anggaran Dasar Koperasi 1 Pejabat yang berwenang melakukan penelitian terhadap materi Anggaran Dasar yang diajukan oleh pendiri atau kuasanya terutama mengenai keanggotaan, permodalan, kepengurusan, dan bidang usaha yang akan dijalankan oleh koperasi harus layak secara ekonomi. 2. Materi Anggaran Dasar tersebut tidak boleh bertentangan dengan Undang-Undang Nomor : 25 tahun 1992 tentang perkoperasian, ketertiban umum dan kesusilaan. 3. Apabila materi Anggaran Dasar yang diajukan ternyata bertentangan dengan Undang- Undang Nomor : 25 tahun 1992, ketertiban umum dan kesusilaan maka pejabat yang berwenang menolak permintaan pengesahan Akta Pendirian Koperasi disertai alasan penolakannya. F. Pengesahan Akta Pendirian Koperasi Apabila pejabat yang berwenang berpendapat bahwa Anggaran Dasar tersebut tidak bertentangan dengan Undang-Undang Nomor : 25 tahun 1992, Ketertiban Umum dan Kesusilaan maka pejabat yang berwenang mengesahkan Akta pendirian koperasi dengan surat keputusan (SK) yang tembusannya disampaikan kepada Menteri Negara Koperasi dan UKM RI cq Deputi Bidang Kelembagaan Koperasi dan UKM. pengesahan Akta Pendirian tersebut harus ditetapkan dalam jangkaa waktu 3 (tiga) bulan terhitung sejak diterimanya permintaan pengesahan secara lengkap. G. Penolakan pengesahan Akta pendirian Koperasi 1. Dalam hal penolakan pengesahan Akta pendirian koperasi, keputusan penolakan serta alasannya berikut berkas permintaannya disampaikan kembali secara tertulis kepada pendiri atau kuasanya dengan surat tercatat dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) bulan terhitung sejak diterimanya perminta pengesahan secara lengkap. 2. Terhadap penolakan pengesahan tersebut, para pendiri atau kuasanya dapat mengajukan permintaan ulang pengesahan atas Akta pendirian koperasi dalam jangka waktu paling lama 1(satu) bulan terhitung sejak diterimanya pemberitahuan penolakan.

7 III. PENDIRIAN KOPERASI SIMPAN PINJAM/UNIT SIMPAN PINJAM 1. Koperasi Simpan Pinjam (KSP) Dalam membentuk Koperasi Simpan Pinjam baik Primer maupun Sekunder tata caranya secara umum sama dengan tata cara pembentukan koperasi lainya, yang tentunya harus sesuai dengan Undang-Undang Nomor : 25 Tahun 1992 Tentang perkoprasian dan peraturan pemerintah Nomor : 4 Tahun 1994 tentang Persyaratan dan tata cara pengesahan Akta Pendirian dan Perubahan Anggaran Dasar Koperasi serta petunjuk pelaksanaan pembentukan koperasi, pengesahan Akta pendirian dan Perubahan Anggaran Dasar Koperasi. Khusus menyangkut pengajuan permohonan Pengesahan Akta Pendirian bagi Koperasi Simpan Pinjam harus disertai tambahan lampiran berupa : a. Surat bukti penyetoran modal sendiri pada awal pendirian KSP Primer minimal Rp ,- (Lima Belas Juta Rupiah) dan KSP Sekunder minimal Rp ,- (Lima Puluh Juta Rupiah). Penyetoran modal sendiri tersebut simpanan pokok dan simpanan wajib serta modal penyetoran pada bank pemerintah yang disetor atas nama Pengurus Kopeerasi yang bersangkutan. b. Rencana Kerja sekurang-kurangnya yang menjelaskan antara lain: - Rencana penghimpunan dana simpanan - Rencana pemberian pinjaman - Rencana Penghimpunan modal sendiri - Rencana Modal Pinjaman - Rencana Pendapatan dan beban - Rencana bidang organisasi dan SDM c. Administrasi dan Pembukuan d. Nama dan Riwayat Hidup calon pengelola e. Daftar Sarana Kerja Sebagai tambahan penjelasan bahwa bagi koperasi simpan pinjam dan unit simpan pinjam yang belum memenuhi persyaratan minimal modal yang disetor tetap diberikan pengesahan Akta Pendirian dan perubahan Anggaran Dasar dan pelayanan hanya kepada anggota. 2. Unit Simpan Pinjam ( USP ) a. Bagi koperasi yang sudah berbadan hukum tetapi belum mencantumkan kegiatan usaha simpan pinjam dalam Anggaran Dasarnya apabila akan melakukan kegiatan usaha simpan pinjam maka pengurus koperasi tersebut wajib mengajukan pengesahan perubahan Anggaran Dasarnya dengan mencantumkan usaha simpan pinjam didalam Anggaran Dasar tersebut kepeda pejabat yang berwenang. b. Dalam pembentukan unit simpan pinjam harus sesuia dengan ketentuan dalam peraturan pemerintah Nomor: 4 Tahun 1994 tentang persyaratan dan tata cara pengesahan Akta Pendirian dan Perubahan Anggaran Dasar Koperasi serta Petunjuk Pelaksanaan Pengesahan Akta Pendirian dan Perubahan Anggaran Dasar Koperasi. c. Bagi koperasi yang membentuk USP permohonan pengesahan pembentukan USP dan perubahan Anggaran Dasar koperasinya diajukan kepada pejabat yang berwenang memberikan pengesahan Akta pendirian dan perubahan Anggaran Dasar. 3. Persyaratan Pembentukan Kantor Cabang KSP dan USP. Untuk mendekatkan jarak layanan dan meningkatkan kualitas pelayanan pada anggota baik pelayanan jasa simpanan maupun pemberian pinjaman maka koperasi simpan pinjam dan unit simpan pinjam melalui koperasinya dapat membuka kantor

8 cabang dan kantor cabang pembantu. Pembukaan kantor cabang dimaksud dapat dilaksanakan setelah koperasi simpan pinjam dan unit simpan pinjam melalui koperasi yang bersangkutan telah malaksanakan kegiatan simpan pinjam sekurangkurangnya 2 (dua) tahun dengan memenuhi persyaratan antara lain: a. Koperasi simpan pinjam dan unit simpan pinjam yang membuka kantor cabang harus menyediakan modal sendiri/modal tetap untuk investasi dan modal kerja awal. Jumlah modal kerja awal sekurang-kurangnya Rp ,-(lima belas juta rupiah); b. Layak berusaha secara ekononi; c. Anggota yang dilayani sekurang-kurangnya 20 (dua puluh)orang; VI. PENUTUP Materi Tata Cara Pembentukan Koperasi yang dirangkumkan dalam bentuk buku kecil ini hanya memuat hal-hal yang bersifat pokok dan tetap mengacu pada: - Undang-Undang Nomor: 25 Tahun 1992 tentang perkoperasian; - Peraturan pemerintah Nomor: 4 Tahun 1994 tentang persyaratan dan tata cara pengesahan Akta Pendirian dan perubahan Anggaran Dasar Koperasi; - Peraturan pemerintah Nomor 9 Tahun 1995 tentang pelaksanaan usaha simpan pinjam oleh Koperasi; - Peraturan Menteri Negara Koperasi dan UKM RI Nomor : 15/Per/M.KUKM/XII/2009 Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Negara Koperasi dan UKM Nomor : 19/per/M.KUKM/XI/2008 Tentang Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Usaha Simpan Pinjam Koperasi - Keputusan Menteri Negara Koperasi dan UKM RI Nomor : 14/Per/M.KUKM/XII/2009 tentang Perubahan atas peraturan Menteri Negara Koperasi dan UKM RI Nomor : 20/per/M.KUKM/XI/2008 tentang Pedoman Penilaian Kesehatan Koperasi Simpan Pinjam dan Unit Simpan Pinjam Koperasi. - Keputusan Menteri Negara Koperasi dan UKM Nomor : 21/per/M.KUKM/XI/2008 tentang Pedoman Pengawasan Koparasi Simpan Pinjam dan Unit Simpan Pinjam Koperasi. Hal ini dimaksudkan agar hal-hal yang belum sempat Dirangkum dalam buku ini maka produk hukum tersebut diatas dapat dipelajari untuk memperkaya pemahaman kita tentang seluk beluk perkoperasian khususnya menyangkut Tata Cara Pendirian Koperasi. Kita sama berharap tentunya agar buku kecil ini ada manfaatnya dalam upaya menumbuh kembangkan koperasi sebagai wadah ekonomi rakyat khususnya di bumi Flobamora tercinta ini. SEMOGA Kupang, 17 Agustus 2011 TIM PENYUSUN

9 Lampiran I : contoh surat permohonan pengesahan akta pendirian koperasi Koperasi Nomor :./KSU.G/III/2011 Lampiran : 2(dua) buku. Hal : Pengesahan Akta Pendirian Koperasi Kepada Yth. Kepala Dinas Koperasi dan UMKM Provinsi /Kab/Kota ( Sesuai kewenangan/dimisili anggota ) di-... Dengan hormat, Bersma ini kami kami mengajukan permohonan pengesahan Akta Pendirian Koperasi sebagai Badan Hukum Koperasi, sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Nomor : 25 Tahun 1992 bersama ini kami lampirkan : 1. Dua rangkap Akta Pendirian Koperasi...satu diantaranya bermaterai cukup 2. Berita Acara Pembentukan Koperasi 3. Surat Keterangan Ketersediaan/Penyetoran Modal 4. Rencana Awal Kegiatan Usaha 5. Daftar Hadir Rapat Pembentukan Koperasi 6. Neraca Awal 7. Daftar Inventaris Koperasi 8. Surat Kuasa Pendiri. 9. Notulen Rapat Pembantukan Koperasi Neraca Awal 10. Foto Copy KTP minimal 20 orang. Sesuai dengan ketentuan umum Undang-undang Nomor : 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian, maka kami mengharapkan agar dalam waktu selambat-lambatnya 3 ( tiga ) bulan terhitung dari tanggal penerimaan surat ini oleh Bapak, Koperasi kami diakui sebagai Badan Hukum. Demikian kiranya mendapatkan perhatian dan pelayanan Bapak. Kupang, Pengurus Koperasi Ketua, Sekretaris,..

10 Lampiran II : Contoh Berita Acara Rapat Pembentukan BERITA ACARA RAPAT PEMBENTUKAN KOPERASI Pada hari ini Minggu Tanggal. Bulan.. Tahun telah diselenggarakan Rapat Pembentukan Koperasi.. di.provinsi Nusa Tenggara Timur yang dihadiri.orang anggota yang telah menyatakan menjadi Anggota Koperasi. Rapat telah memutuskan : 1. Mengesahkan Anggaran Dasar 2. Menunjuk orang-orang untuk petama kalinya sebagai Pengurus dan Pengawas Koperasi., sebagai berikut : a. Pengurus : 1. Ketua : 2. Sekretaris : 3. Bendahara : b. Pengawas : 1. Ketua : 2. Anggota :. 3. Anggota :. 3. Mengesahkan nama dan alamat Koperasi sebagain berikut : 1. Nama Koperasi : 2. Alamat :. 4. Mengasahkan besarnya Simpanan Pokok Rp per anggota dan Simpanan Wajib Rp...anggota per bulan. 5. Mengesahkan jenis usaha yang dilaksanakan adalah An. Pimpinan Rapat Pembentukan Koperasi, Kupang, Ketua, Sekretaris,. Catatan : Jlh Pengurus hrs ganjil dan pengawas minimal/maksimal 3 orang

11 Lampiran III : Contoh Surat Keterangan Penyetoran Modal SURAT KETERANGAN PENYETORAN MODAL AWAL Nomor : Yang bertanda tangan di bawah ini : 1. Nama :. Jabatan : Alamat : 2. Nama : Jabatan :. Alamat : Jln. Bahwa Koperasi yang berkedudukan di.. Provinsi Nusa Tenggara Timur dengan jumlah anggota orang dengan Simpanan Pokok sebesar Rp... dan Simpanan Wajib sebesar Rp..yang disetor. orang anggota sebesar Rp.. per anggota. 1. Simpanan Pokok.. orang : Rp.. 2. Simpanan Wajib.orang : Rp. 3. Simpanan Sukarela : Rp.. JUMLAH : Rp.. Demikian surat keterangan penyetoran modal ini dibuat dengan sebenar-benarnya untuk dipergunakan sebagaimana mestinya. Kupang, An. Pendiri Koperasi.. Ketua, Sekretaris,.... Catatn : jumlah harus sama dengan nerca awal minimal Rp.15 juta bagi KSP/USP

12 Lampiran IV : contoh Rencana Awal kegiatan RENCANA AWAL KEGIATAN USAHA (RENCANA OPERASIONAL PROGRAM KERJA) I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Koperasi sebagai wadah usaha bersama dalam kenyataannya merupakan penunjang perekonomian negara, daerah dan masyarakat. secara khusus di NTT, pemerintahan daerah telah merencanakan dan menggulirkan salah satu program yaitu menjadikan NTT sebagai provinsi Penggerak koperasi. Sebagai warga masyarakat yang terikat dalam ikatan kekerabatan dan kepentingan bersama khususnya yang berdomisili di wilayah provinsi Nusa TenggaraTimur dan Koa Kpang merasa berkepentingan guna membangun wadah usaha bersama yang dikonkrikan melalui Koperasi Serba Usaha ( KSU ) guna melayani kebutuhan anggota baik kebutuhan pokok anggota maupun yang membutuhkan modal dalam membangun berbagai usaha produktif khususnya dibidang pertanian, peternakan dan usaha perdagangan lainnya. Menyadari keberadaan sebagai koperasi yang baru dengan keterbatasan dana, maka khusus dalam tahun sebagai beroperasinya, koperasi.akan mengarah pada rencana awal kegiatan usaha sebagaimana tersebut dalam uraian selanjutnya. B. DASAR HUKUM PELAKSANAAN PROGRAM/KEGIATAN DASAR HUKUM PELAKSANAAN PROGRAM KOPERASI SERBA USAHA (KSU) Harapan Baru adalah: Undang-undang Nomor : 25 tahun 1992 tentang perkoperasian a. PP Nomor : 4 tahun 1994 tentang persyaratan dan Tata Cara Pengesahan Akta pendirian dan perubahan Anggaran Dasar Koperasi c. Keputusan Rapat Anggota Pendiri Koperasi Nomor :. C. TUJUAN a. Sebagai Dasar dan Acuan dalam pelakasanaan dan pengembangan Koperasi. b. Mengoptimalkan pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya dan peluang usaha yang tersedia. D. SASARAN a. Anggota dan keluarga Koperasi b. Warga masyarakat ( umum ). II. PROGRAM KERJA A. BIDANG ADMINISTRASI DAN MANAJEMEN a. Melengkapi dokumen dan administrasi pengurusan Akta Pendirian Koperasi b. Menhupayakan fasilitas pendukung kantor koperasi. c. Menyeleksi karyawan yang mampu,menunjang aktivitas koperasi. B. BIDANG USAHA Adapun Bidang Usaha yang dikembangkan yaitu : a. Unit Usaha Simpan Pinjam Unit Usaha Simpan Pinjam dikembangkan melalui : - Mengoptimalkan/menggalakkan Simpanan Anggota terutama melalui Simpanan Sukarela Anggota. - Mengupayakan bantuan modal dari pihak ketiga baik dari pemerintah maupun pihak ketiga lainnya yang tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. b. Unit Usaha Konsumsi Unit Usaha ini dikembangkan melalui pengadaan dan penjualan kebutuhan pokok dengan bekerjasama dengan pihak ketiga/produsen bahan-bahan kebutuhan pokok dimaksud. c. PENUTUP Rencana Operasional Program Kerja sebagai awal kegiatan usaha ini dibuat dan ditetapkan untuk dijadikan acuan dan pedoman bagi pengurus dalam menjalankan kegiatan usaha. Ditetapkan di : Pada tanggal : 2011 Rapat Anggota Pendiri Koperasi Serba Usaha Harapan Baru Ketua, Sekretaris,.

13 Lampiran V : contoh Surat Kuasa ( Pembuatan Akta/bila diperlukan) SURAT KUASA Kami yang bertanda tangan di bawah ini Pendiri Koperasi.. Provinsi Nusa Tenggara Timur, memberikan kuasa kepada : Nama : Pekerjaan : Alamat :..KHUSUS.. Untuk dan atas nama Pemberi Kuasa menghadap di hadapan Notaris dan menandatangani Akta Pendirian Koperasi. yang berkedudukan di Kota Kupang Provinsi Nusa Tenggara Timur, guna mendapatkan status Berbadan Hukum yang dibuat secara Notarial dan melakukan Pengesahan pada Instansi yang berwenang dan sebagai bukti kami mlampirkan foto copy KTP kami. Demikian Surat Kuasa ini kami buat dengan sadar dan tanpa adanya paksaan dari pihak manapun juga untuk dipergunakan sebagaimana mestinya. Kupang, 2011 Penerima Kuasa Pemberi Kuasa. No Nama Tanda Tangan Meterai Rp.6.000,- Catatn : jumlahmya minimal 20 orang sesuai dgn foto copy KTP

14 Lampiran VI : contoh Neraca awal KOPERASI SERBA.. NERACA AWAL PER No Aktiva NILAI ( RP ) NO PASIVA NILAI ( RP ) 1 KAS 5 SIMP. POKOK 2 BANK 6 SIMP. WAJIB 3 PIUTANG 7 SIMP. SUKARELA 4 INVENTARIS TOTAL TOTAL Kupang, 2011 An. Pengurus Koperasi Ketua, Sekretaris, Bendahara,... Catatan : jumlahnya hrs sama dengan surat keterangan penyetoran modal

CHECKLIST PERMOHONAN PENGESAHAN AKTA PENDIRIAN KOPERASI

CHECKLIST PERMOHONAN PENGESAHAN AKTA PENDIRIAN KOPERASI PERMOHONAN PENGESAHAN AKTA PENDIRIAN KOPERASI 1 Dua rangkap salinan Akta Pendirian Koperasi bermaterai cukup 2 Data Akta Pendirian Koperasi yang dibuat dan ditandatangani oleh Notaris Pembuat Akta Koperasi

Lebih terperinci

PROSEDUR/TATA CARA MENDIRIKAN KOPERASI Di KALANGAN MASYARAKAT

PROSEDUR/TATA CARA MENDIRIKAN KOPERASI Di KALANGAN MASYARAKAT PROSEDUR/TATA CARA MENDIRIKAN KOPERASI Di KALANGAN MASYARAKAT A. Landasan Hukum Koperasi Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 1994 tentang Persyaratan dan Tata Cara Pengesahan Akte Pendirian dan Perubahan

Lebih terperinci

1 MATERI PENYULUHAN KOPERASI DAN UMKM *) Oleh : 1. Dr. Thontowi, MS Suatu koperasi hanya dapat didirikan bila memenuhi persyaratan dalam mendirikan koperasi. Syarat-syarat pembentukan koperasi berdasarkan

Lebih terperinci

PROSEDUR PENDIRIAN KOPERASI

PROSEDUR PENDIRIAN KOPERASI PROSEDUR PENDIRIAN KOPERASI Presented by: Endra M. Sagoro Suatu koperasi hanya dapat didirikan bila memenuhi persyaratan dalam mendirikan koperasi. Syarat-syarat pembentukan koperasi berdasarkan Keputusan

Lebih terperinci

Pendahuluan. Pengertian

Pendahuluan. Pengertian Pendahuluan Pemerintah telah bertekad untuk melakukan langkah dan kebijaksanaan strategis, agar perekonomian nasional dapat semakin tumbuh dan berkembang secara wajar dan proporsional. Komitmen tersebut

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA JAMBI PERATURAN DAERAH KOTA JAMBI

LEMBARAN DAERAH KOTA JAMBI PERATURAN DAERAH KOTA JAMBI 1 LEMBARAN DAERAH KOTA JAMBI NOMOR 40 TAHUN 2003 SERI E NOMOR 05 PERATURAN DAERAH KOTA JAMBI NOMOR 06 TAHUN 2003 TENTANG PEMBENTUKAN, PEMBUBARAN DAN PERUBAHAN ANGGARAN DASAR KOPERASI DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA CIREBON

LEMBARAN DAERAH KOTA CIREBON LEMBARAN DAERAH KOTA CIREBON 2 NOMOR 35 TAHUN 2005 PERATURAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 6 TAHUN 2005 TENTANG PERSYARATAN DAN TATA CARA PENGESAHAN AKTA PENDIRIAN DAN PERUBAHAN ANGGARAN DASAR KOPERASI DI

Lebih terperinci

BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT

BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT PERATURAN BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 21 TAHUN 2012 TENTANG PENGESAHAN AKTA PENDIRIAN, PERUBAHAN ANGGARAN DASAR, DAN PEMBUBARAN KOPERASI DI KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA. NOMOR : 01/Per/M.KUKM/I/2006 TENTANG

PERATURAN MENTERI NEGARA KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA. NOMOR : 01/Per/M.KUKM/I/2006 TENTANG PERATURAN MENTERI NEGARA KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 01/Per/M.KUKM/I/2006 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PEMBENTUKAN, PENGESAHAN AKTA PENDIRIAN DAN PERUBAHAN ANGGARAN

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 17 TAHUN 2010 RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 17 TAHUN 2010 RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 17 TAHUN 2010 RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGESAHAN AKTA PENDIRIAN, PERUBAHAN ANGGARAN DASAR, DAN PEMBUBARAN KOPERASI

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BARITO UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO UTARA NOMOR 4 TAHUN 2006 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN BARITO UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO UTARA NOMOR 4 TAHUN 2006 TENTANG PEMERINTAH KABUPATEN BARITO UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO UTARA NOMOR 4 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PENGESAHAN AKTA PENDIRIAN DAN PERUBAHAN ANGGARAN DASAR KOPERASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PROSES PENGESAHAN BADAN HUKUM KOPERASI DAN PERSYARATAN ADMINISTRASI

PROSES PENGESAHAN BADAN HUKUM KOPERASI DAN PERSYARATAN ADMINISTRASI PROSES PENGESAHAN BADAN HUKUM KOPERASI DAN PERSYARATAN ADMINISTRASI 1 PROSES PENGESAHAN BADAN HUKUM KOPERASI UU 25/1992 PP 4/1994 PERMEN 01/2006 Sekelompok orang yang mempunyai kegiatan dan kepentingan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN GRESIK

PEMERINTAH KABUPATEN GRESIK PEMERINTAH KABUPATEN GRESIK PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRES1K NOMOR 13 TAHUN 2004 TENTANG PENGESAHAN AKTA PENDIRIAN KOPERASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GRESIK Menimbang : Bahwa untuk memberikan

Lebih terperinci

BUPATI HUMBANG HASUNDUTAN

BUPATI HUMBANG HASUNDUTAN BUPATI HUMBANG HASUNDUTAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENGESAHAN AKTA PENDIRIAN KOPERASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI HUMBANG HASUNDUTAN, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN DEPUTI BIDANG PEMBIAYAAN KEMENTERIAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH. NOMOR : 07 / Per / Dep.2 / XII /2016

PERATURAN DEPUTI BIDANG PEMBIAYAAN KEMENTERIAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH. NOMOR : 07 / Per / Dep.2 / XII /2016 1 KEMENTERIAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA PERATURAN DEPUTI BIDANG PEMBIAYAAN KEMENTERIAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH NOMOR : 07 / Per / Dep.2 / XII /2016 TENTANG

Lebih terperinci

Menimbang : a. Mengingat : 1.

Menimbang : a. Mengingat : 1. 1958 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TIMOR TENGAH UTARA NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENGEMBANGAN KOPERASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TIMOR TENGAH UTARA, Menimbang : a. b. c. Mengingat : 1. 2. 3.

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA KOPERASI, DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA. NOMOR : 19/Per/M.KUKM/XI/2008 TENTANG

PERATURAN MENTERI NEGARA KOPERASI, DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA. NOMOR : 19/Per/M.KUKM/XI/2008 TENTANG Draft Htl Maharani 9 September 2008 PERATURAN MENTERI NEGARA KOPERASI, DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 19/Per/M.KUKM/XI/2008 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN KEGIATAN USAHA SIMPAN PINJAM

Lebih terperinci

TENTANG TATA CARA PENERBITAN IZIN PEMBUKAAN KANTOR CABANG, KANTOR CABANG PEMBANTU DAN KANTOR KAS KOPERASI SIMPAN PINJAM DI KOTA SURABAYA

TENTANG TATA CARA PENERBITAN IZIN PEMBUKAAN KANTOR CABANG, KANTOR CABANG PEMBANTU DAN KANTOR KAS KOPERASI SIMPAN PINJAM DI KOTA SURABAYA SALINAN PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 15 TAHUN 2017 TENTANG TATA CARA PENERBITAN IZIN PEMBUKAAN KANTOR CABANG, KANTOR CABANG PEMBANTU DAN KANTOR KAS KOPERASI SIMPAN PINJAM DI KOTA SURABAYA DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 4 TAHUN 1994 TENTANG PERSYARATAN DAN TATA CARA PENGESAHAN AKTA PENDIRIAN DAN PERUBAHAN ANGGARAN DASAR KOPERASI

PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 4 TAHUN 1994 TENTANG PERSYARATAN DAN TATA CARA PENGESAHAN AKTA PENDIRIAN DAN PERUBAHAN ANGGARAN DASAR KOPERASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 4 TAHUN 1994 TENTANG PERSYARATAN DAN TATA CARA PENGESAHAN AKTA PENDIRIAN DAN PERUBAHAN ANGGARAN DASAR KOPERASI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. Bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

BAB V TATA CARA PENDIRIAN KOPERASI

BAB V TATA CARA PENDIRIAN KOPERASI BAB V TATA CARA PENDIRIAN KOPERASI TAHAPAN PENDIRIAN KOPERASI Tahapan pembentukan koperasi di Indonesia menurut UU Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian dapat digambarkan seperti bagan berikut. Kelompok

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA KOPERASI, DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA. NOMOR : 19/Per/M.KUKM/XI/2008 TENTANG

PERATURAN MENTERI NEGARA KOPERASI, DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA. NOMOR : 19/Per/M.KUKM/XI/2008 TENTANG Draft Htl Maharani 9 September 2008 PERATURAN MENTERI NEGARA KOPERASI, DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 19/Per/M.KUKM/XI/2008 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN KEGIATAN USAHA SIMPAN PINJAM

Lebih terperinci

2017, No Menengah Republik Indonesia tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Nomor 15/PER/M.KUKM/IX/2015

2017, No Menengah Republik Indonesia tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Nomor 15/PER/M.KUKM/IX/2015 No.257, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-KUKM. USP oleh Koperasi. Perubahan. PERATURAN MENTERI KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 02 /PER/M.KUKM/ II /2017 TENTANG

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR. Koperasi Primer Nasional MEDIA INDONESIA MERDEKA

ANGGARAN DASAR. Koperasi Primer Nasional MEDIA INDONESIA MERDEKA ANGGARAN DASAR Koperasi Primer Nasional MEDIA INDONESIA MERDEKA BAB I NAMA, TEMPAT KEDUDUKAN DAN JANGKA WAKTU Pasal 1 (1) Badan Usaha ini adalah koperasi Pekerja dan Pengusaha Media dengan nama Koperasi

Lebih terperinci

BAB I KETENTUAN UMUM

BAB I KETENTUAN UMUM PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 4 TAHUN 1994 TENTANG PERSYARATAN DAN TATA CARA PENGESAHAN AKTA PENDIRIAN DAN PERUBAHAN ANGGARAN DASAR KOPERASI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa dalam rangka menciptakan

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TENGAH

GUBERNUR JAWA TENGAH 1 GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KOPERASI DENGAN

Lebih terperinci

TATA CARA PENDIRIAN KOPERASI. Diperbanyak oleh:

TATA CARA PENDIRIAN KOPERASI. Diperbanyak oleh: GEMAH RIPAH REPEH RAPIH KOPERASI INDONESIA TATA CARA PENDIRIAN KOPERASI Diperbanyak oleh: PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT DINAS KOPERASI DAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH TAHUN 2010 KATA PENGANTAR Mengamati

Lebih terperinci

GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR

GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 4 TAHUN 2004 TENTANG PENGEMBANGAN KOPERASI DENGAN RAH MAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR, Men im bang

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 116, 1992 (PEMBANGUNAN. EKONOMI. Warganegara. Kesejahteraan. Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik

Lebih terperinci

, No Usaha Kecil dan Menengah Nomor 19/Per/M.KUKM/XI/2008 tentang Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Usaha Simpan Pinjam oleh Koperasi sudah ti

, No Usaha Kecil dan Menengah Nomor 19/Per/M.KUKM/XI/2008 tentang Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Usaha Simpan Pinjam oleh Koperasi sudah ti BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 1494, 2015 KEMENKOP-UKM. Koperasi. Usaha. Simpan Pinjam. PERATURAN MENTERI KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15/Per/M.KUKM/IX/2015 TENTANG

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1994 TENTANG PERSYARATAN DAN TATA CARA PENGESAHAN AKTA PENDIRIAN DAN PERUBAHAN ANGGARAN DASAR KOPERASI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA. NOMOR 10/Per/M.KUKM/IX/2015 TENTANG KELEMBAGAAN KOPERASI

PERATURAN MENTERI KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA. NOMOR 10/Per/M.KUKM/IX/2015 TENTANG KELEMBAGAAN KOPERASI MENTERI KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10/Per/M.KUKM/IX/2015 TENTANG KELEMBAGAAN KOPERASI DENGAN

Lebih terperinci

PERATURAN DEPUTI BIDANG PEMBIAYAAN KEMENTERIAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA. Nomor : 01/Per/Dep.

PERATURAN DEPUTI BIDANG PEMBIAYAAN KEMENTERIAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA. Nomor : 01/Per/Dep. KEMENTERIAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA PERATURAN DEPUTI BIDANG PEMBIAYAAN KEMENTERIAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA Nomor : 01/Per/Dep.3/II/2014

Lebih terperinci

TATA CARA PENDIRIAN KOPERASI

TATA CARA PENDIRIAN KOPERASI TATA CARA PENDIRIAN KOPERASI PERSIAPAN PEMBENTUKAN Orang-orang yang akan mendirikan koperasi terlebih dahulu mendapatkan penerangan dan penyuluhan agar memperoleh pengertian dan kejelasan mengenai maksud

Lebih terperinci

PEDOMAN PENYELENGGARAAN RAPAT ANGGOTA KOPERASI

PEDOMAN PENYELENGGARAAN RAPAT ANGGOTA KOPERASI 7 Lampiran : Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Nomor : 10/Per/M.KUKM/XII/2011 Tentang : Pedoman Penyelenggaraan Rapat Anggota Koperasi PEDOMAN PENYELENGGARAAN RAPAT ANGGOTA

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1992 TENTANG PERKOPERASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1992 TENTANG PERKOPERASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1992 TENTANG PERKOPERASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Koperasi, baik sebagai gerakan ekonomi rakyat

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1992 TENTANG PERKOPERASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1992 TENTANG PERKOPERASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1992 TENTANG PERKOPERASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Koperasi, baik sebagai gerakan ekonomi rakyat

Lebih terperinci

BUPATI BANGKA BARAT PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI BANGKA BARAT PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG BUPATI BANGKA BARAT PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KOPERASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA BARAT,

Lebih terperinci

Kata Pengantar. Demikianlah Makalah Ekonomi Koperasi ini semoga dapat berguna bagi diri penulis pada khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya.

Kata Pengantar. Demikianlah Makalah Ekonomi Koperasi ini semoga dapat berguna bagi diri penulis pada khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya. Kata Pengantar Dengan memanjatkan Puji dan Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan karuni-nya dapat menyelesaikan penyusunan makalah Ekonomi Koperasi. Pada kesempatan ini, penulis

Lebih terperinci

STANDAR PELAYANAN PUBLIK DINAS KOPERASI DAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH TAHUN 2009

STANDAR PELAYANAN PUBLIK DINAS KOPERASI DAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH TAHUN 2009 Standar Pelayanan Publik STANDAR PELAYANAN PUBLIK DINAS KOPERASI DAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH TAHUN 2009 A. SEKRETARIAT 1. LAYANAN PENGADUAN 1. JENIS PELAYANAN Dinas Kopersi dan UMKM Provini Jawa

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 4 TAHUN 1994 TENTANG PERSYARATAN DAN TATA CARA PENGESAHAN AKTA PENDIRIAN DAN PERUBAHAN ANGGARAN DASAR KOPERASI

PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 4 TAHUN 1994 TENTANG PERSYARATAN DAN TATA CARA PENGESAHAN AKTA PENDIRIAN DAN PERUBAHAN ANGGARAN DASAR KOPERASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 4 TAHUN 1994 TENTANG PERSYARATAN DAN TATA CARA PENGESAHAN AKTA PENDIRIAN DAN PERUBAHAN ANGGARAN DASAR KOPERASI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA NOMOR 14 TAHUN 2005 TENTANG PENGEMBANGAN KOPERASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUMBAWA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA NOMOR 14 TAHUN 2005 TENTANG PENGEMBANGAN KOPERASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUMBAWA, PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA NOMOR 14 TAHUN 2005 TENTANG PENGEMBANGAN KOPERASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUMBAWA, Menimbang : a. bahwa peran Koperasi dalam menumbuhkan dan mengembangkan

Lebih terperinci

GUBERNUR NANGGROE ACEH DARUSSALAM

GUBERNUR NANGGROE ACEH DARUSSALAM GUBERNUR NANGGROE ACEH DARUSSALAM PERATURAN GUBERNUR NANGGROE ACEH DARUSSALAM NOMOR 83 TAHUN 2008 TENTANG PETUNJUK TEKNIS BANTUAN PERKUATAN PERMODALAN BAGI KOPERASI, USAHA MIKRO DAN KECIL GUBERNUR NANGGROE

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG NOMOR 25 TAHUN1992 TENTANG PERKOPERASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG NOMOR 25 TAHUN1992 TENTANG PERKOPERASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG NOMOR 25 TAHUN1992 TENTANG PERKOPERASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Koperasi, baik sebagai gerakan ekonomi rakyat maupun sebagai badan

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM ASISTEN DEPUTI ORGANISASI DAN BADAN HUKUM KOPERASI PENDIRIAN KOPERASI

KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM ASISTEN DEPUTI ORGANISASI DAN BADAN HUKUM KOPERASI PENDIRIAN KOPERASI KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM ASISTEN DEPUTI ORGANISASI DAN BADAN HUKUM KOPERASI PENDIRIAN KOPERASI Jakarta, 3 Maret 2018 LANDASAN HUKUM 1. UU No. 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian. 2. PP No.4 Tahun 1994

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA 1 RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG KOPERASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Koperasi merupakan wadah usaha bersama yang

Lebih terperinci

KOPERASI YANG MENGELOLA USAHA SIMPAN PINJAM

KOPERASI YANG MENGELOLA USAHA SIMPAN PINJAM KOPERASI YANG MENGELOLA USAHA SIMPAN PINJAM I. POLA PELAYANAN : A. Konvensional : 1. Koperasi Simpan Pinjam ( KSP ) adalah Koperasi yang melaksanakan kegiatan usahanya hanya usaha simpan pinjam. 2. Unit

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 29 TAHUN 2007 TENTANG PENGUATAN PEMODALAN KOPERASI, USAHA MIKRO DAN KECIL POLA BERGULIR

PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 29 TAHUN 2007 TENTANG PENGUATAN PEMODALAN KOPERASI, USAHA MIKRO DAN KECIL POLA BERGULIR PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 29 TAHUN 2007 TENTANG PENGUATAN PEMODALAN KOPERASI, USAHA MIKRO DAN KECIL POLA BERGULIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, Menimbang : a. bahwa koperasi, usaha

Lebih terperinci

TINJAUAN HUKUM PENDIRIAN BADAN HUKUM KOPERASI MEIDYA ANUGRAH / D

TINJAUAN HUKUM PENDIRIAN BADAN HUKUM KOPERASI MEIDYA ANUGRAH / D TINJAUAN HUKUM PENDIRIAN BADAN HUKUM KOPERASI MEIDYA ANUGRAH / D 101 07 388 ABSTRAK Undang-Undang Nomor 17 tahun 2012 tentang Perkoperasian, Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang-seorang

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 23 TAHUN 2017 TENTANG TATA CARA PENERBITAN IZIN USAHA KOPERASI SIMPAN PINJAM DAN UNIT SIMPAN PINJAM KOPERASI DI KOTA SURABAYA

Lebih terperinci

*36403 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 28 TAHUN 1999 (28/1999) TENTANG MERGER, KONSOLIDASI DAN AKUISISI BANK

*36403 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 28 TAHUN 1999 (28/1999) TENTANG MERGER, KONSOLIDASI DAN AKUISISI BANK Copyright (C) 2000 BPHN PP 28/1999, MERGER, KONSOLIDASI DAN AKUISISI BANK *36403 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 28 TAHUN 1999 (28/1999) TENTANG MERGER, KONSOLIDASI DAN AKUISISI BANK

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1992 TENTANG PERKOPERASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1992 TENTANG PERKOPERASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1992 TENTANG PERKOPERASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Koperasi, baik sebagai gerakan ekonomi rakyat

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPAHIANG NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG PENYALURAN DAN PENGELOLAAN DANA BERGULIR PEMERINTAH KABUPATEN KEPAHIANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPAHIANG NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG PENYALURAN DAN PENGELOLAAN DANA BERGULIR PEMERINTAH KABUPATEN KEPAHIANG SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPAHIANG NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG PENYALURAN DAN PENGELOLAAN DANA BERGULIR PEMERINTAH KABUPATEN KEPAHIANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEPAHIANG, Menimbang

Lebih terperinci

DASAR HUKUM NO. PROSEDUR PELAYANAN PERSYARATAN BIAYA (Rp) WAKTU PELAYANAN PELAYANAN PELAYANAN

DASAR HUKUM NO. PROSEDUR PELAYANAN PERSYARATAN BIAYA (Rp) WAKTU PELAYANAN PELAYANAN PELAYANAN 1. INSTANSI/DINAS/BADAN/BIRO : KOPERASI UMKM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Lampiran 1 : Pengesahan Akta 2. BAGIAN/BIDANG/SEKRETARIS/ Pendirian INSPEKTUR PEMBANTU/WADIRRSUP/ UPTD/UPTB : PEMBINAAN KOPERASI

Lebih terperinci

KOPERASI.. Nomor : 12. Pada hari ini, Kamis, tanggal (sepuluh September dua ribu lima belas).

KOPERASI.. Nomor : 12. Pada hari ini, Kamis, tanggal (sepuluh September dua ribu lima belas). KOPERASI.. Nomor : 12 Pada hari ini, Kamis, tanggal 10-09-2015 (sepuluh September dua ribu lima belas). Pukul 16.00 (enam belas titik kosong-kosong) Waktu Indonesia Bagian Barat. ------- - Hadir dihadapan

Lebih terperinci

PROVINSI JAWA TENGAH

PROVINSI JAWA TENGAH SALINAN BUPATI KARANGANYAR PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KARANGANYAR NOMOR 82 TAHUN 2016 TENTANG PEUOMAN PEMBERIAN HIBAH KEPADA KOPERASI YANG BERSUMBER DARI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH

Lebih terperinci

BUPATI LOMBOK BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LOMBOK BARAT,

BUPATI LOMBOK BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LOMBOK BARAT, BUPATI LOMBOK BARAT PERATURAN BUPATI LOMBOK BARAT NOMOR 30 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KOPERASI, USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH KABUPATEN LOMBOK BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1992 TENTANG P E R K O P E R A S I A N

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1992 TENTANG P E R K O P E R A S I A N UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1992 TENTANG P E R K O P E R A S I A N DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Koperasi, baik sebagai gerakan

Lebih terperinci

AKTA PENDIRIAN KOPERASI PEMASARAN... Nomor:.

AKTA PENDIRIAN KOPERASI PEMASARAN... Nomor:. AKTA PENDIRIAN KOPERASI PEMASARAN... Nomor:. Pada hari ini Tanggal ( ) Pukul ( )Waktu Indonesia Bagian. Berhadapan dengan saya,, Sarjana Hukum, Notaris, dengan dihadiri oleh saksi yang saya kenal dan akan

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.212, 2012 PEMBANGUNAN. EKONOMI. Warga Negara. Kesejahteraan. Koperasi. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5355) UNDANG-UNDANG REPUBLIK

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH K A B U P A T E N B A N D U N G RETRIBUSI PELAYANAN PERIJINAN PENYELENGGARAAN KOPERASI

LEMBARAN DAERAH K A B U P A T E N B A N D U N G RETRIBUSI PELAYANAN PERIJINAN PENYELENGGARAAN KOPERASI SALINAN LEMBARAN DAERAH K A B U P A T E N B A N D U N G NOMOR : 4 TAHUN 2001 SERI : B PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 24 TAHUN 2001 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PERIJINAN PENYELENGGARAAN KOPERASI

Lebih terperinci

NOMOR 25 TAHUN 1992 TENTANG PERKOPERASIAN

NOMOR 25 TAHUN 1992 TENTANG PERKOPERASIAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1992 TENTANG PERKOPERASIAN Menimbang: DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, a. bahwa Koperasi, baik sebagai gerakan ekonomi rakyat

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA SOLOK NOMOR : 2 TAHUN 2007 TENTANG PERKOPERASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SOLOK,

PERATURAN DAERAH KOTA SOLOK NOMOR : 2 TAHUN 2007 TENTANG PERKOPERASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SOLOK, PERATURAN DAERAH KOTA SOLOK NOMOR : 2 TAHUN 2007 TENTANG PERKOPERASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SOLOK, Menimbang : a. bahwa untuk mendorong perkembangan koperasi perlu diciptakan suasana

Lebih terperinci

ANGGARAN RUMAH TANGGA KJKS BMT DARUSSALAM MADANI

ANGGARAN RUMAH TANGGA KJKS BMT DARUSSALAM MADANI ANGGARAN RUMAH TANGGA KJKS BMT DARUSSALAM MADANI Masjid Darussalam Jl. Boulevard Utama No. 1 Kota Wisata Cibubur Gunung Putri - Bogor BAB I NAMA TEMPAT DAN KEDUDUKAN Pasal 1 (1) Koperasi ini bernama Koperasi

Lebih terperinci

Pembuatan Akta Pendirian Koperasi Bagi Pengusaha Mikro.

Pembuatan Akta Pendirian Koperasi Bagi Pengusaha Mikro. (Formulir 1) CONTOH Surat Pengantar dari SKPD Kab/Kota kepada Menteri cq Deputi Bidang Kelembagaan Koperasi dan UKM, yang mengusulkan Koperasi Calon Peserta Program Fasilitasi Pembuatan Akta Pendirian

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA. NOMOR: 28/Per/M.KUKM/VII/2007

PERATURAN MENTERI NEGARA KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA. NOMOR: 28/Per/M.KUKM/VII/2007 Draft Tanggal 5 Juli 2007 PERATURAN MENTERI NEGARA KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 28/Per/M.KUKM/VII/2007 TENTANG PEDOMAN PROGRAM SARJANA PENCIPTA KERJA MANDIRI (PROSPEK

Lebih terperinci

KOPERASI. Published by : M Anang Firmansyah

KOPERASI. Published by : M Anang Firmansyah KOPERASI Published by : M Anang Firmansyah I.Pengertian : Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang-seorang atau badan hukum Koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip Koperasi

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG Y A Y A S A N DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG Y A Y A S A N DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG Y A Y A S A N DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pendirian Yayasan di Indonesia selama ini

Lebih terperinci

NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG YAYASAN

NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG YAYASAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG YAYASAN Menimbang : DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, a. bahwa pendirian Yayasan di Indonesia selama ini dilakukan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN PERKOPERASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR LAMPUNG,

PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN PERKOPERASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR LAMPUNG, PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN PERKOPERASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR LAMPUNG, Menimbang : a. bahwa Koperasi di Provinsi Lampung sebagai pelaku

Lebih terperinci

Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 53 TAHUN 2011 TENTANG

Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 53 TAHUN 2011 TENTANG Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 53 TAHUN 2011 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG PEMBERDAYAAN DAN PENGEMBANGAN KOPERASI,

Lebih terperinci

AKTA PENDIRIAN KOPERASI KONSUMEN... Nomor:.

AKTA PENDIRIAN KOPERASI KONSUMEN... Nomor:. AKTA PENDIRIAN KOPERASI KONSUMEN... Nomor:. Pada hari ini Tanggal ( ) Pukul - ( )Waktu Indonesia Bagian ------ Berhadapan dengan saya,, Sarjana Hukum, Notaris,--- dengan dihadiri oleh saksi yang saya kenal

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa perekonomian nasional yang diselenggarakan

Lebih terperinci

PROVINSI JAMBI PERATURAN WALIKOTA JAMBI NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG

PROVINSI JAMBI PERATURAN WALIKOTA JAMBI NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG SALINAN PROVINSI JAMBI PERATURAN WALIKOTA JAMBI NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG PERIZINAN USAHA KOPERASI SIMPAN PINJAM / UNIT SIMPAN PINJAM KOPERASI DI KOTA JAMBI WALIKOTA JAMBI, Menimbang : a. bahwa untuk

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa perekonomian nasional yang diselenggarakan

Lebih terperinci

KOPERASI KESEHATAN PEGAWAI DAN PENSIUNAN BANK. (1) Badan Usaha Koperasi ini bernama KOPERASI

KOPERASI KESEHATAN PEGAWAI DAN PENSIUNAN BANK. (1) Badan Usaha Koperasi ini bernama KOPERASI ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ------ ---- ---- ---- ---PERUBAHAN ANGGARAN DASAR---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- -- KOPERASI KESEHATAN PEGAWAI DAN PENSIUNAN BANK MANDIRI----

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR KOPERASI FORTUGA

ANGGARAN DASAR KOPERASI FORTUGA ANGGARAN DASAR KOPERASI FORTUGA ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- -----BAB I ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ----

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa perekonomian nasional yang diselenggarakan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 406 /KMK.06/2004 TENTANG USAHA JASA PENILAI BERBENTUK PERSEROAN TERBATAS

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 406 /KMK.06/2004 TENTANG USAHA JASA PENILAI BERBENTUK PERSEROAN TERBATAS KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 406 /KMK.06/2004 TENTANG USAHA JASA PENILAI BERBENTUK PERSEROAN TERBATAS MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa jasa penilai mempunyai

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2007 NOMOR : 15 PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2007 NOMOR : 15 PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2007 NOMOR : 15 PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH PASAR BERMARTABAT KOTA BANDUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG PERKOPERASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG PERKOPERASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG PERKOPERASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pembangunan perekonomian nasional bertujuan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 1999 TENTANG MERGER, KONSOLIDASI DAN AKUISISI BANK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 1999 TENTANG MERGER, KONSOLIDASI DAN AKUISISI BANK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 1999 TENTANG MERGER, KONSOLIDASI DAN AKUISISI BANK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk menciptakan sistem perbankan yang sehat,

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG PERKOPERASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG PERKOPERASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG PERKOPERASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pembangunan perekonomian nasional bertujuan

Lebih terperinci

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 36 TAHUN 2012 TENTANG

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 36 TAHUN 2012 TENTANG GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 36 TAHUN 2012 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PERLINDUNGAN, PEMBERDAYAAN DAN PEMBINAAN KOPERASI, USAHA

Lebih terperinci

5.00 a. Kepatuhan Koperasi dalam pengambilan keputusan dan penetapan kebijakan dan pengelolaan koperasi,

5.00 a. Kepatuhan Koperasi dalam pengambilan keputusan dan penetapan kebijakan dan pengelolaan koperasi, 1 Lampiran I Peraturan Deputi Bidang Pengawasan Nomor : 02 /Per/Dep.6/IV/2017 Tanggal : 28 April 2017 Tentang : Pedoman Pengawasan Kepatuhan Koperasi I. PRINSIP KOPERASI 20.00 1. Keanggotaan sukarela dan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG

PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SAMPANG NOMOR : 5 TAHUN 2010 TENTANG PENYERTAAN MODAL DAERAH DAN PENGELOLAAN DANA BERGULIR BAGI KOPERASI DAN UKM KABUPATEN SAMPANG TAHUN ANGGARAN

Lebih terperinci

Satuan Kerja : Dinas Koperasi UMKM dan Perindustrian dan Perdagangan

Satuan Kerja : Dinas Koperasi UMKM dan Perindustrian dan Perdagangan Satuan Kerja : Dinas Koperasi UMKM dan Perindustrian dan Perdagangan Jenis Pelayanan : 1. Pembentukan Koperasi dan Pengesahan Akta Pendirian Koperasi No Komponen Uraian 1 Dasar Hukum 1 Undang-Undang Nomor

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG PERKOPERASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG PERKOPERASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG PERKOPERASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pembangunan perekonomian nasional bertujuan

Lebih terperinci

PROGRAM FASILITASI PEMBUATAN AKTA PENDIRIAN KOPERASI BAGI PENGUSAHA MIKRO

PROGRAM FASILITASI PEMBUATAN AKTA PENDIRIAN KOPERASI BAGI PENGUSAHA MIKRO Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia PROGRAM FASILITASI PEMBUATAN AKTA PENDIRIAN KOPERASI BAGI PENGUSAHA MIKRO DEPUTI BIDANG KELEMBAGAAN KOPERASI DAN UKM 2015 1 BAGI PENGUSAHA

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA nomor 1 tahun 1995 tentang PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA nomor 1 tahun 1995 tentang PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA nomor 1 tahun 1995 tentang PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa peraturan tentang Perseroan Terbatas sebagaimana

Lebih terperinci

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) 1. INSTANSI/DINAS/BADAN/BIRO : DINAS KOPERASI UMKM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT 2. BAGIAN/BIDANG/SEKRETARIS/ INSPEKTUR PEMBANTU/WADIRRSUP/ UPT/UPTB : FASILITASI PERMODALAN

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA

LEMBARAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA KO T A P R A D J A JO J G A TA R A K LEMBARAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA (Berita Resmi Kota Yogyakarta) Nomor: 108 Tahun 2005 Seri: D PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 104 TAHUN 2005 TENTANG PETUNJUK TEKNIS

Lebih terperinci

koperasi, dilakukan oleh anggota secara demokratis One man one vote, dalam Rapat Anggota Tahunan koperasi

koperasi, dilakukan oleh anggota secara demokratis One man one vote, dalam Rapat Anggota Tahunan koperasi 1 Lampiran III Peraturan Deputi Bidang Pengawasan Nomor : 02 /Per/Dep.6/IV/2017 Tanggal : 28 April 2017 Tentang : Pedoman Pengawasan Kepatuhan Koperasi No Indikator Kepatuhan Skor Bobot I. PRINSIP KOPERASI

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1992 TENTANG PERKOPERASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1992 TENTANG PERKOPERASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1992 TENTANG PERKOPERASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. Bahwa Koperasi,baik

Lebih terperinci

BUPATI ENDE PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN ENDE NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN KOPERASI

BUPATI ENDE PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN ENDE NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN KOPERASI BUPATI ENDE PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN ENDE NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN KOPERASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI ENDE, Menimbang : a.

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR KOPERASI TRISAKTI BHAKTI PERTIWI

ANGGARAN DASAR KOPERASI TRISAKTI BHAKTI PERTIWI ANGGARAN DASAR KOPERASI TRISAKTI BHAKTI PERTIWI BAB I NAMA DAN TEMPAT KEDUDUKAN Pasal 1 1. Koperasi ini bernama KOPERASI TRISAKTI BHAKTI PERTIWI dan selanjutnya dalam Anggaran Dasar ini disebut KOPERASI.

Lebih terperinci

BAB V TATA CARA PENDIRIAN KOPERASI

BAB V TATA CARA PENDIRIAN KOPERASI BAB V TATA CARA PENDIRIAN KOPERASI ANGGARAN DASAR/ANGGARAN RUMAH TANGGA KOPERASI Pendirian koperasi didasarkan oleh keinginan dari beberapa orang yang bersepakat bergabung, mengelola kegiatan dan kepentingan

Lebih terperinci

BUPATI BULELENG PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULELENG NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH SWATANTRA KABUPATEN BULELENG

BUPATI BULELENG PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULELENG NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH SWATANTRA KABUPATEN BULELENG SALINAN BUPATI BULELENG PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULELENG NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH SWATANTRA KABUPATEN BULELENG PEMERINTAH KABUPATEN BULELENG TAHUN 2015 SALINAN BUPATI

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19/PER/M.KUKM/IX/2015 TENTANG PENYELENGGARAAN RAPAT ANGGOTA KOPERASI

PERATURAN MENTERI KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19/PER/M.KUKM/IX/2015 TENTANG PENYELENGGARAAN RAPAT ANGGOTA KOPERASI MENTERI KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19/PER/M.KUKM/IX/2015 TENTANG PENYELENGGARAAN RAPAT ANGGOTA

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG YAYASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG YAYASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, 1 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG YAYASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pendirian Yayasan di Indonesia selama ini dilakukan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT BUPATI GARUT LD. 24 2011 R PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci