PEMBANGUNAN MANUSIA BERBASIS GENDER 2015

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PEMBANGUNAN MANUSIA BERBASIS GENDER 2015"

Transkripsi

1 PEMBANGUNAN MANUSIA BERBASIS GENDER 2015 KERJASAMA KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK DENGAN BADAN PUSAT STATISTIK PEMBANGUNAN MANUSIA BERBASIS GENDER

2 2 PEMBANGUNAN MANUSIA BERBASIS GENDER 2015

3 REPUBLIK INDONESIA PEMBANGUNAN MANUSIA BERBASIS GENDER 2015 BADAN PUSAT STATISTIK PEMBANGUNAN MANUSIA BERBASIS GENDER

4 Pembangunan Manusia Berbasis Gender : Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Boleh dikutip dengan menyebut sumbernya ISSN : Ukuran Buku : 17,6 cm 25 cm Naskah : Badan Pusat Statistik Layout dan gambar kulit : Badan Pusat Statistik Diterbitkan Oleh : Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Dicetak Oleh : 4 PEMBANGUNAN MANUSIA BERBASIS GENDER 2015

5 Sambutan PEMBANGUNAN MANUSIA BERBASIS GENDER 2015 iii

6 iv PEMBANGUNAN MANUSIA BERBASIS GENDER 2015

7 Kata Pengantar Publikasi Pembangunan Manusia Berbasis Gender Tahun 2015 merupakan hasil kerjasama antara Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Kemen PPPA) dengan Badan Pusat Statistik (BPS). Publikasi ini berisi ulasan tentang perkembangan pencapaian tiga (3) indeks komposit yaitu Indeks Pembangunan Manusia (IPM), Indeks Pembangunan Gender (IPG), dan Indeks Pemberdayaan Gender (IDG). IPM merupakan ukuran kualitas hidup berbasis pada kapabilitas dasar penduduk yang diperluas. Sedangkan IPG mengukur hal sama tetapi terfokus pada faktor ketidaksetaraan antara laki-laki dan perempuan. Sementara itu Indeks Pemberdayaan Gender (IDG) mengukur partisipasi aktif perempuan pada kegiatan ekonomi dan politik dalam pengambilan keputusan. Prinsipnya, IDG digunakan untuk melihat sejauh mana kapabilitas yang dicapai perempuan dapat dimanfaatkan di berbagai bidang kehidupan. Publikasi ini dapat digunakan sebagai alat monitoring hasil pembangunan yang meliputi pencapaian kualitas hidup semua penduduk, perbedaan (gap) pencapaian antara laki-laki dan perempuan, serta kemajuan partisipasi perempuan dalam pengambilan keputusan. Hasilnya dapat digunakan sebagai bahan evaluasi untuk perbaikan prioritas programprogram pembangunan selanjutnya. Disadari publikasi ini masih memiliki banyak kelemahan. Untuk itu kritik dan saran demi perbaikan di masa datang sangat diharapkan. Ucapan terima kasih disampaikan kepada semua pihak yang telah membantu sehingga publikasi ini dapat diselesaikan tepat waktu. Jakarta, November 2015 Kepala Badan Pusat Statistik Dr. Suryamin, M.Sc PEMBANGUNAN MANUSIA BERBASIS GENDER 2015 v

8 vi PEMBANGUNAN MANUSIA BERBASIS GENDER 2015

9 Daftar Isi Sambutan... iii Kata Pengantar... v Daftar Isi... vii Daftar Gambar... viii Daftar Tabel... x Daftar Lampiran... xi Ringkasan Eksekutif... 1 BAB 1 Pendahuluan Latar Belakang Tujuan Penulisan Sistematika Penulisan Sumber Data... 8 BAB 2 Gambaran umum Gender di Indonesia Perbandingan Capaian di Negara ASEAN Permasalahan Gender di Indonesia BAB 3 Pencapaian Pembangunan Gender Pencapaian Pembangunan Gender Pencapaian Komponen-Komponen IPG Disparitas Pencapaian Pembangunan Gender Antar Wilayah BAB 4 Pencapaian Pemberdayaan Gender Perkembangan Pemberdayaan Gender Pencapaian Komponen IDG Disparitas Pencapaian Pembangunan Gender Antar Wilayah BAB 5 Hubungan Pembangunan Gender dengan Indikator Sosial Ekonomi Hubungan antara IPM dengan IPG Hubungan antara IPG dengan IDG BAB 6 Kesimpulan Daftar Pustaka Tim Penulis Lampiran Catatan Teknis PEMBANGUNAN MANUSIA BERBASIS GENDER 2015 vii

10 Daftar Gambar Gambar 2.1 IPM Negara-negara ASEAN, Gambar 2.2 Gambar 2.3 Gambar 2.4 Gambar 2.5 Gambar 2.6 Gambar 2.7 Gambar 2.8 Perbandingan Indeks Ketimpangan Gender di Negara-negara ASEAN, Rasio Keterwakilan Perempuan di Parlemen Negara-negara ASEAN, Persentase Penduduk 10 Tahun ke Atas menurut Tipe Daerah, Jenis Kelamin dan Ijazah Tertinggi yang Diperoleh, Rasio Angka Partisipasi Murni (APM) Perempuan Terhadap Laki-laki, Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Laki-laki dan Perempuan, Persentase penduduk 15 Tahun ke atas menurut kegiatan terbanyak seminggu yang lalu, Penduduk 15 tahun ke atas yang bekerja seminggu yang lalu menurut status pekerjaan utama, Gambar 2.9 Upah Pekerja Menurut Jenis Kelamin, Gambar 2.10 Persentase Jumlah TKI Menurut Jenis Kelamin, Gambar 3.1 Perkembangan IPG, Gambar 3.2 Gambar 3.3 Gambar 3.4 Gambar 3.5 Perkembangan Angka Harapan Hidup Saat Lahir Menurut Jenis Kelamin, Perkembangan Angka Harapan Lama Sekolah Menurut Jenis Kelamin, Perkembangan Angka Rata-rata Lama Sekolah Menurut Jenis Kelamin, Perkembangan Pengeluaran Yang Disesuaikan menurut Jenis Kelamin, (juta rupiah) Gambar 3.6 IPG menurut Provinsi, Gambar 4.1 Tren IDG Indonesia, Gambar 4.2 Pencapaian Komponen IDG, Gambar 4.3 Perkembangan Persentase Perempuan Sebagai Tenaga Profesional, viii PEMBANGUNAN MANUSIA BERBASIS GENDER 2015

11 Gambar 4.4 Perkembangan TPAK Laki-laki dan Perempuan, Perempuan yang Bekerja (%), Gambar 4.5 Persentase PNS Menurut Jenis Kelamin, Gambar 4.6 Persentase Pejabat Struktural PNS Menurut Jenis Kelamin, Gambar 4.7 IDG Provinsi, Gambar 5.1 Trend IPM dan IPG Indonesia, PEMBANGUNAN MANUSIA BERBASIS GENDER 2015 ix

12 Daftar Tabel Tabel 2.1 Komponen IPM di Berbagai Negara ASEAN, Tabel 3.1 IPM, IPM laki-laki, IPM Perempuan, dan IPG, Tabel 3.2 Peringkat Tertinggi dan Terendah IPM Laki-laki, IPM Perempuan, dan IPG Menurut Provinsi, Tabel 3.3 Sepuluh Kabupaten/Kota dengan IPG Tertinggi dan Terendah, Tabel 4.1 Perkembangan Jumlah Anggota DPR RI, Tabel 4.2 Lima Provinsi dengan IDG Tertinggi, Tabel 4.3 Lima Provinsi dengan IDG Terendah, Tabel 4.4 Kabupaten/Kota dengan IDG Tertinggi, Tabel 4.5 Kabupaten/Kota dengan IDG Terendah, Tabel 5.1 Hubungan Antara IPM dengan IPG, 2010, 2012 dan Tabel 5.2 Hubungan Antara IPG dengan IDG, 2010, 2012 dan x PEMBANGUNAN MANUSIA BERBASIS GENDER 2015

13 Daftar Lampiran Lampiran 1 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) menurut Provinsi dan Kabupaten/ Kota, Lampiran 2 Indeks Pembangunan Gender (IPG) menurut Provinsi dan Kabupaten/ Kota, Lampiran 3 ndeks Pemberdayaan Gender (IDG) menurut Provinsi dan Kabupaten/ Kota, PEMBANGUNAN MANUSIA BERBASIS GENDER 2015 xi

14 xii PEMBANGUNAN MANUSIA BERBASIS GENDER 2015

15 Ringkasan Eksekutif Undang-undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional tahun menetapkan bahwa visi pembangunan nasional adalah untuk mewujudkan Indonesia yang mandiri, maju, adil dan makmur. Adil berarti tidak ada pembatasan/ diskriminasi dalam bentuk apapun termasuk diskriminasi gender. Oleh sebab itu, peningkatan kualitas hidup perempuan, peningkatan peran perempuan di berbagai bidang kehidupan, pengintegrasian perspektif gender di semua tahapan pembangunan, dan penguatan kelembagaan pengarusutamaan gender, baik di level pusat maupun daerah menjadi sasaran dalam pembangunan nasional yang tercantum dalam RPJMN Untuk mencapai sasaran tersebut, tentu saja diperlukan indikator yang dapat digunakan sebagai alat evaluasi pencapaian pembangunan dan pemberdayaan gender oleh para pemangku kebijakan. Terdapat dua indikator penting untuk evaluasi pembangunan berbasis gender, yaitu Indeks Pembangunan Gender (IPG) dan Indeks Pemberdayaan Gender (IDG). IPG mengukur ketidaksetaraan antara laki-laki dan perempuan dalam hal kualitas hidup yang berbasis pada kapabilitas dasar. IPG merupakan indikator turunan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang dipilah menurut laki-laki dan perempuan. Berbeda dengan publikasi sebelumnya, penghitungan IPG telah berubah sebagai akibat dari perubahan penghitungan IPM atas anjuran United Nations Development Programme (UNDP). Adapun secara teknis, penghitungan IPG adalah rasio atau perbandingan IPM laki-laki dengan perempuan. Perubahan tersebut merupakan suatu proses yang lazim dilakukan untuk meningkatkan kualitas data yang dihasilkan dan memberikan gambaran capaian pembangunan gender terkini yang lebih akurat. Berdasarkan hasil penghitungan dapat diketahui bahwa IPG Nasional dalam kurun waktu tahun telah meningkat dari 89,42 pada tahun 2010 menjadi 90,34 pada tahun Peningkatan IPG selama kurun waktu tersebut karena adanya peningkatan beberapa indikator dalam komponen IPG yang meliputi kesehatan, pendidikan, dan ekonomi. PEMBANGUNAN MANUSIA BERBASIS GENDER

16 Jika dilihat menurut provinsi, angka IPG 2014 tertinggi pada level provinsi dicapai oleh DKI Jakarta sebesar 94,60 diikuti oleh Sulawesi Utara sebesar 94,58 dan DI Yogyakarta sebesar 94,31. Sementara itu IPG tertinggi pada level Kabupaten/Kota adalah Kota Padang Panjang, Sumatera Barat dengan angka 99,37. Hal ini menunjukkan bahwa capaian pembangunan antara laki-laki dan perempuan sudah setara di kabupaten tersebut. Sementara itu pencapaian pemberdayaan perempuan yang dihitung melalui IDG menunjukkan peningkatan yang lebih signifikan dibandingkan IPG. Pada tahun 2010, IDG Indonesia sebesar 68,15 sementara pada tahun 2014 sebesar 70,68. Seluruh komponen IDG, kecuali keterlibatan perempuan dalam parlemen menunjukkan peningkatan. Hal ini dapat diartikan bahwa peranan perempuan dalam pembangunan semakin meningkat. Tentunya hal ini tidak terlepas dari peran pemerintah dalam program pengarusutamaan gender. Pada tahun 2014, Kalimantan Tengah tercatat sebagai provinsi dengan IDG tertinggi, dengan capaian sebesar 77,90. Keberhasilan Kalimantan Tengah didorong oleh peningkatan semua komponen IDG terutama peran perempuan dalam parlemen yang naik dari 15,56 persen menjadi 26,67 persen. Peningkatan pemberdayaan perempuan terjadi di 15 provinsi lainnya. Dengan peningkatan IPG dan IDG setiap tahunnya dapat disimpulkan bahwa target peningkatan IPG dan IDG dalam RPJMN berupa peningkatan secara kontinyu hingga tahun 2019 sudah dapat terpenuhi. 2 PEMBANGUNAN MANUSIA BERBASIS GENDER 2015

17 BAB 1 PENDAHULUAN

18

19 Bab 1 Pendahuluan Latar Belakang Tujuan Penulisan Sistematika Penulisan Sumber Data 1.1 Latar Belakang Pembangunan manusia berbasis gender merupakan salah satu indikator yang menjadi perhatian dunia. Hampir di seluruh negara telah terjadi ketidakadilan gender. Ketidakadilan gender merupakan akibat dari adanya sistem (struktur) sosial dimana salah satu jenis kelamin (laki-laki maupun perempuan) mengalami diskriminasi. Hal ini terjadi karena adanya keyakinan dan pembenaran yang ditanamkan sepanjang peradaban manusia dalam berbagai bentuk dan cara yang menimpa kedua belah pihak. Dalam kehidupan sehari-hari ketidakadilan lebih banyak dialami oleh perempuan (BKKBN). Permasalahan-permasalahan yang dialami perempuan, menjadi perhatian komunitas dan pemerintah di seluruh negara, termasuk Indonesia. Perhatian ini sebagai wujud ungkapan keprihatinan sesama manusia atas terjadinya ketidakadilan di berbagai hal yang menyangkut perempuan. Perempuan kerap kali mengalami diskriminasi seperti dijadikan objek eksploitasi, mengalami kekerasan, subordinasi, dan adanya upaya marginalisasi perempuan. Kemudian permasalahan lain yang kerap dialami perempuan yaitu double burden (beban ganda), dimana peningkatan jumlah perempuan yang bekerja di wilayah publik, tetapi tidak diiringi dengan berkurangnya beban mereka di wilayah domestik. Akibatnya mereka mengalami beban yang berlipat ganda. Keprihatinan negara-negara di dunia diwujudkan dalam berbagai bentuk pertemuan yang menghasilkan serangkaian deklarasi dan konvensi dan telah tercatat dalam dokumen sejarah. Dimulai dari dicetuskannya The Universal Declaration of Human Rights (Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia), oleh Majelis Umum PBB di tahun 1948 yang kemudian diikuti oleh berbagai deklarasi serta konvensi lainnya. Pendahuluan 5

20 Didalam perkembangannya, konvensi yang menjadi landasan hukum tentang hak perempuan adalah Konvensi Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi terhadap Perempuan (Convention on the Elimination of All Forms of Discrimination Against Women) yang diadopsi oleh Majelis Umum PBB tahun Konvensi tersebut disebut juga Konvensi Wanita, atau Konvensi Perempuan atau Konvensi CEDAW (Committee on the Elimination of Discrimination Against Women). Selanjutnya, Hak Asasi Perempuan yang merupakan Hak Asasi Manusia kembali dideklarasikan dalam Konferensi Dunia ke-iv tentang Perempuan di Beijing tahun Konferensi tersebut mengangkat 12 bidang yang menjadi keprihatinan Negara-negara di dunia, mencakup: 1. Perempuan dan Kemiskinan, 2. Pendidikan dan Pelatihan Bagi Perempuan, 3. Perempuan dan Kesehatan, 4. Kekerasan Terhadap Perempuan, 5. Perempuan dan Konflik Bersenjata, 6. Perempuan dan Ekonomi, 7. Perempuan dan Kekuasaan serta Pengambilan Keputusan, 8. Mekanisme Kelembagaan Untuk Kemajuan Perempuan, 9. Hak Asasi Perempuan, 10. Perempuan dan Media, 11. Perempuan dan Lingkungan Hidup, serta 12. Anak Perempuan. Selanjutnya pada tahun 2000, 189 negara anggota PBB telah menyepakati tentang Deklarasi Milenium (Millennium Declaration) untuk melaksanakan Tujuan Pembangunan Milenium (Millennium Development Goals) atau MDG s dengan menetapkan target keberhasilannya pada tahun Ada delapan komitmen kunci yang ditetapkan dan disepakati dalam MDGs, salah satunya adalah mendorong tercapainya kesetaraan dan keadilan gender dan pemberdayaan perempuan (Tujuan 3 MDG s). Sebagai kelanjutan dari MDGs yang berakhir pada tahun ini. Telah ditetapkan SDGs yang merupakan agenda pembangunan pasca-2015 yang disebut Sustainable Development Goals (SDGs). Konsep SDGs ini diperlukan sebagai agenda pembangunan baru yang mengakomodasi semua perubahan yang terjadi pasca-2015, terutama berkaitan dengan perubahan situasi dunia sejak tahun 2000 mengenai isu penipisan sumber daya alam, kerusakan lingkungan, perubahan iklim, perlindungan sosial,ketahanan pangan dan energi, dan pembangunan yang lebih berpihak pada kaum miskin. 6 PEMBANGUNAN MANUSIA BERBASIS GENDER 2015

21 Dalam SDGs isu gender masih menjadi salah satu agenda pembangunan. Adapun tujuan pembangunan gender yang ingin dicapai adalah mencapai kesetaraan gender dan memberdayakan perempuan dan anak perempuan, dengan beberapa target yang ingin dicapai, diantaranya: Mencegah dan menghilangkan kekerasan terhadap individu, khususnya perempuan dan anak Memantau dan mengakhiri diskriminasi dan kesenjangan dalam pelayanan publik, penegakan hukum, akses terhadap keadilan dan partisipasi dalam kehidupan politik dan ekonomi berbasis gender Mencapai kesehatan seksual dan reproduksi dengan semua hakhaknya, dan mensosialisasikan program penurunan kelahiran dengan cara yang efisien dan sukarela. Untuk mengevaluasi sejauh mana kesetaraan dan pemberdayaan perempuan sudah tercapai atau belum dapat dilihat dari data-data terpilah. Indikator-indikator yang menunjukkan capaian-capaian pembangunan berbasis gender akan memberikan gambaran yang nyata tentang pengarusutamaan gender di Indonesia. Diharapkan publikasi ini dapat digunakan sebagai pembuka wawasan tentang pembangunan manusia yang berbasis gender. 1.2 Tujuan Penulisan Publikasi ini disusun untuk melihat tingkat keberhasilan pembangunan mgender dan pemberdayaan perempuan sebagai perumusan kebijakan dalam rangka mengurangi perbedaan pencapaian pembangunan antara perempuan dan laki-laki di berbagai bidang yang di representasi dengan Indeks Pembangunan Gender (IPG), dan Indeks Pemberdayaan Gender (IDG). Selain itu, publikasi disusun untuk menelusuri hubungan antara IPM, IPG, dan IDG karena indikato tersebut saling berkaitan 1.3 Sistematika Penulisan Penulisan pembangunan manusia berbasis gender ini terdiri dari 5 (lima) bab. Bab 1, menjelaskan tentang latar belakang, tujuan penulisan, sistematika penulisan, dan sumber data. Bab 2, tentang gambaran umum gender di Indonesia, yang menjelaskan capaiannya pembangunan manusia, terutama jika dibandingkan dengan capaian negara-negara lain di ASEAN dan permasalahan gender di Indonesia. Bab 3, menjelaskan tentang pencapaian pembangunan gender. Bab 4, menjelaskan tentang pencapaian pemberdayaan gender. Bab 5 menjelaskan mengenai keterkaitan antara IPM, IPG, dan IDG. Pendahuluan 7

22 1.4 Sumber Data Sumber data utama yang digunakan (khususnya dalam penghitungan IPG dan IDG) adalah data Susenas Kor, Susenas Modul Konsumsi dan data Sakernas. Sementara untuk data penunjang digunakan data Supas, Proyeksi Penduduk (SP 2000), dan Indeks Harga Konsumen (IHK) serta data sekunder lainnya. Data Susenas Kor digunakan untuk menghitung indikator pembentuk IPG, yaitu Angka Harapan Lama Sekolah dan Rata-rata Lama Sekolah. Sementara Angka Harapan Hidup dihitung menggunakan Proyeksi Sensus Penduduk Sementara data Sakernas digunakan untuk menghitung komponen IPG dan IDG yang menyangkut indikator ketenagakerjaan. 8 PEMBANGUNAN MANUSIA BERBASIS GENDER 2015

23 BAB 2 GAMBARAN UMUM GENDER DI INDONESIA

24

25 Bab 2 Gambaran Umum Gender di Indonesia Perbandingan Capaian di Negara ASEAN Permasalahan Gender di Indonesia 2.1 Perbandingan Capaian di Negara ASEAN Indeks Pembangunan Manusia dan Komponennya Indeks Pembangunan Manusia (Human Development Index) adalah salah satu indeks yang mengukur tentang tingkat pembangunan manusia yang diukur dari tiga indikator yaitu kesehatan, pendidikan dan pendapatan. IPM diperkenalkan oleh UNDP pada tahun 1990 dan dipublikasikan secara berkala dalam laporan tahunan Human Development Report (HDR). Pada tahun 2010, UNDP memperkenalkan penghitungan IPM dengan metode baru. Tahun 2011 dan 2014 dilakukan penyempurnaan metodologi (IPM Metode Baru). Alasan yang dijadikan dasar perubahan metodologi penghitungan IPM yaitu: Beberapa indikator sudah tidak tepat untuk digunakan dalam penghitungan IPM. Angka Melek Huruf (AMH) sudah tidak relevan dalam mengukur pendidikan secara utuh karena tidak dapat menggambarkan kualitas pendidikan. Selain itu, karena AMH di sebagian besar daerah sudah tinggi, sehingga tidak dapat membedakan tingkat pendidikan antardaerah dengan baik. Produk Domestik Bruto (PDB) per kapita tidak dapat menggambarkan pendapatan masyarakat pada suatu wilayah. Penggunaan rumus rata-rata aritmatik dalam penghitungan IPM menggambarkan bahwa capaian yang rendah di suatu dimensi dapat ditutupi oleh capaian tinggi dimensi lain. Gambaran Umum Gender di Indonesia 11

26 Angka Melek Huruf (AMH) pada metode lama diganti dengan angka Harapan Lama Sekolah (HLS). Produk Domestik Bruto (PDB) per kapita diganti dengan Produk Nasional Bruto (PNB) per kapita. Metode agregasi diubah dari rata-rata aritmatik menjadi rata-rata geometrik. IPM metode baru menggunakan indikator yang lebih tepat dan dapat membedakan dengan baik (diskriminatif ). Dengan memasukkan Rata-rata Lama Sekolah dan angka Harapan Lama Sekolah, bisa didapatkan gambaran yang lebih relevan dalam pendidikan dan perubahan yang terjadi. PNB menggantikan PDB karena lebih menggambarkan pendapatan masyarakat pada suatu wilayah. Sementara penggunaan rata-rata geometrik ditujukan untuk menyamakan peran setiap dimensi dalam pengukuran IPM. Dengan adanya perubahan metodologi, berdampak pada level IPM yang menjadi lebih rendah dibanding dengan IPM metode lama, dan juga terjadi perubahan peringkat IPM. Peringkat tidak bisa diperbandingkan akibat adanya perbedaan indikator dan metodologi Selain merubah metodologi penghitungan IPM, UNDP juga merubah penghitungan Indeks Pembangunan Gender (IPG). IPG adalah sebuah ukuran komposit yang mencerminkan perbedaan dalam prestasi pembangunan manusia antara perempuan dan laki-laki dalam tiga dimensi yaitu kesehatan, pendidikan, dan standar hidup layak. IPG merupakan indeks yang menggambarkan kesenjangan pencapaian antara laki-laki dan perempuan yang diukur dengan menggunakan rasio IPM perempuan dengan laki-laki. IPG bersama dengan Indeks Pemberdayaan Gender (IDG) pertama kali diperkenalkan pada tahun 1995 dalam Laporan Pembangunan Manusia ditulis oleh United Nations Development Program. 90,13 85,18 77,29 72,19 68,43 65,95 63,80 58,40 56,94 52,35 Singapore(9) Brunei Darussalam(30) Malaysia(62) Thailand(89) Indonesia(108) Philippines(117) Viet Nam(121) Cambodia(136) Laos(139) Myanmar(150) Gambar 2.1 IPM Negara-negara ASEAN, Sumber : HDR 12 PEMBANGUNAN MANUSIA BERBASIS GENDER 2015

27 Berdasarkan publikasi Human Delompment Report (HDR), diantara 10 (sepuluh) negara anggota ASEAN, Singapura, Brunei Darussalam dan Malaysia menjadi negara dengan nilai IPM tertinggi selama Pada tahun 2013, nilai IPM ketiga negara tersebut masing-masing sebesar 90,1, 85,2, dan 77,3. Sedangkan Myanmar menjadi negara dengan IPM terendah, yaitu sebesar 52,4 pada tahun yang sama. Peringkat negara terendah berikutnya adalah Laos dan Kamboja dengan nilai IPM di tahun 2013 berturut-turut sebesar 56,9 dan 58,4. Sementara itu, Indonesia berada pada posisi ke 5 dengan nilai capaian sebesar 68,4. Perbandingan nilai capaian IPM di negara-negara ASEAN disajikan pada Gambar 2.1. Untuk melihat secara lebih rinci mengenai perbandingan antar negara-negara ASEAN, dapat dilihat dari komponen pembentuknya, selain dari nilai IPMnya. Jika suatu negara memiliki nilai IPM yang tinggi maka nilai komponen pembentuknya seperti kesehatan, pendidikan dan pendapatan dimungkinkan juga tinggi. Dimensi kesehatan diukur oleh angka harapan hidup pada saat lahir (e0). Angka e0 Indonesia pada tahun 2013 berada pada peringkat ke tujuh dengan nilai capaian sebesar 70,8. Peringkat Indonesia hanya lebih tinggi dari tiga negara yaitu Philipina, Laos, dan Myanmar. Peringkat tertinggi untuk dimensi kesehatan ini adalah Singapura dengan nilai sebesar 82,3, sedangkan negara dengan nilai terendah adalah Myanmar dengan nilai sebesar 65,2. Komponen kedua pembentuk IPM adalah dimensi pendidikan yang diukur berdasarkan harapan lamanya sekolah (Expected Years of Schooling/ EYS) dan rata-rata lamanya sekolah (Mean years of Schooling/MYS) dengan menggunakan data tahun Singapura, Brunei Darussalam dan Thailand adalah 3 (tiga) negara yang mempunyai nilai EYS paling tinggi. Sementara Indonesia dan Malaysia berada pada posisi yang sama, yaitu peringkat keempat dengan nilai 12,7 tahun. Negara-negara dengan capaian EYS dibawah Indonesia adalah Vietnam, Philipina, Kamboja, Laos dan Myanmar. Singapura, Malaysia dan Philipina adalah 3 (tiga) negara yang mempunyai nilai MYS paling tinggi. Sementara Indonesia berada pada peringkat ke lima dengan nilai 7,5 tahun. Negara-negara dengan capaian MYS dibawah Indonesia adalah Thailand, Kamboja, Vietnam, Laos dan Myanmar. Komponen IPM ketiga adalah pendapatan, yang diukur dari Pendapatan Nasional Bruto (PNB) perkapita riil yang disesuaikan (PPP). Indonesia menempati peringkat kelima untuk nilai pendapatan perkapita riil ini, dibawah Singapura, Brunei Darussalam, Malaysia dan Thailand. Sementara negara-negara dengan pendapatan perkapita riil dibawah Indonesia antara lain adalah Philipina, Vietnam, Laos, Myanmar, dan Kamboja. Gambaran Umum Gender di Indonesia 13

28 Dari ketiga dimensi pembentuk IPM, Indonesia menduduki peringkat yang berbeda. Sementara Singapura menempati peringkat pertama diantara Negara ASEAN untuk ketiga dimensi tersebut. Dari perbandingan nilai ketiga dimensi tersebut menunjukkan capaian yang tinggi pada semua dimensi akan menyebabkan capaian IPM yang tinggi pula. Gambaran secara lengkap mengenai perbandingkan nilai IPM dan komponen pembentuknya disajikan pada Tabel 2.1 Tabel 2.1 Komponen IPM di berbagai negara ASEAN, 2014 Negara Angka Harapan Hidup Rata-rata Lama Sekolah Harapan Lama Pendapatan Singapore 82,3 10,2 15, Brunei Darussalam 78,5 8,7 14, Malaysia 75,0 9,5 12, Thailand 74,4 7,3 13, Indonesia 70,8 7,5 12, Philippines 68,7 8,9 11, Viet Nam 75,9 5,5 11, Cambodia 71,9 5,8 10, Laos 68,3 4,6 10, Myanmar 65,2 4,0 8, Sumber : HDR Indeks Ketimpangan Gender (IKG) Salah satu indikator gender yang mampu menunjukkan adanya kehilangan dalam pembangunan manusia yang diakibatkan adanya kesenjangan gender adalah Indeks Ketimpangan Gender (Gender Inequality Index/GII). Kesenjangan tersebut disebabkan adanya diskiriminasi dari berbagai aspek seperti kesehatan, pendidikan, ketenagakerjaan. Indeks ini diukur dari tiga dimensi, yaitu kesehatan reproduksi, pemberdayaan, dan pasar tenaga kerja. Keberadaan diskriminasi pada salah satu dimensi gender ini dapat diukur dengan IKG. Nilai IKG berkisar dari 0 sampai 1. Perempuan dan laki-laki dikatakan memiliki kehilangan kesempatan yang sama jika IKG berkisar 0. Nilai berkisar 1 menunjukkan perempuan kehilangan lebih banyak dibandingkan laki-laki dari keseluruhan dimensi yang diukur. Semakin tinggi nilai IKG maka semakin besar diskriminasi yang terjadi. 14 PEMBANGUNAN MANUSIA BERBASIS GENDER 2015

29 Untuk mengukur ketiga dimensi IKG diperlukan beberapa indikator yang mengukur masing-masing dimensi. Dimensi kesehatan diukur dengan dua indikator yaitu tingkat kematian ibu dan tingkat kesuburan remaja. Demikian pula dengan dimensi pemberdayaan yang diukur dengan dua indikator antara lain capaian tingkat pendidikan menengah dan tinggi untuk tiap gender serta proporsi kursi parlemen dipegang oleh setiap laki-laki atau perempuan. Sementara dimensi tenaga kerja diukur dengan partisipasi perempuan dalam angkatan kerja. Kelima indikator ini akan menghasilkan beberapa indeks hingga diperoleh dua indeks besar yaitu indeks laki-laki dan indeks perempuan yang akan dihitung menjadi Indeks Ketimpangan Gender. Indeks ketimpangan gender dirancang untuk meningkatkan kesadaran akan adanya ketidaksetaraan gender yang selama ini ada di masyarakat, serta mengetahui kemajuan pembangunan manusia akibat adanya ketidaksetaraan gender. Selain itu, indeks ini digunakan untuk mendukung aksi masyarakat dunia akan kesetaraan gender. Dengan data IKG maka dapat membantu pembuatan keputusan dan kebijakan pemerintah nasional dan internasional untuk menghilangkan kesenjangan gender sehingga menuju pembangunan manusia yang lebih baik. Gambar 2.2 Perbandingan Indeks Ketimpangan Gender di Negara-negara ASEAN, 2013 Sumber : HDR 0,600 0,500 0,400 0,300 0,200 0,100 0,000 0,534 Laos 0,505 0,500 Kamboja Indonesia 0,430 Myanmar 0,406 Philipina 0,364 Thailand 0,322 Viet Nam 0,210 Malaysia 0,090 Singapura Berdasarkan data dari Human Development Report (HDR) dalam kurun 12 tahun, terjadi penurunan Indeks Ketimpangan Gender di negara-negara anggota ASEAN. Hal tersebut menunjukkan bahwa masing-masing negara ASEAN berupaya untuk mencapai kesetaraan gender dan mengurangi adanya kehilangan dalam pembangunan manusia di negaranya. Singapura merupakan Negara yang memiliki Indeks Ketimpangan Gender paling rendah dengan nilai 0,090 pada tahun Sedangkan Indonesia, Kamboja, dan Laos termasuk tiga negara Gambaran Umum Gender di Indonesia 15

30 dengan indeks ketimpangan gender yang tinggi. Untuk menurunkan nilai IKG di ketiga negara tersebut, perlu dilakukan upaya yang lebih keras dalam meningkatkan kesetaraan gender melalui berbagai program yang responsif gender. Perbandingan Indeks Ketimpangan Gender di Negaranegara ASEAN (Gambar 2.2). Berdasarkan komponen-komponennya, terlihat bahwa laki-laki masih dominan di masing-masing indikator, baik ketenagakerjaan, pendidikan maupun keterwakilan di parlemen. Perbedaan yang jauh terlihat jelas pada indikator rasio keterwakilan perempuan terhadap lakilaki di parlemen sehingga menyebabkan nilai IKG yang tinggi. Dapat dikatakan bahwa keterwakilan perempuan di parlemen pada hampir semua negara adalah kecil. Perempuan sebagai pemimpin dan pengambil keputusan masih tidak banyak ditemui di setiap negara. Laki-laki yang menjadi pemimpin serta pemegang andil pemerintahan sebagai presiden, perdana menteri, dan raja adalah nyata hampir terdapat di negara-negara di dunia, tidak terkecuali di negara ASEAN. 0,400 0,350 0,300 0,250 0,200 0,150 0,100 0,050 0,000 0,368 0,333 0,323 0,320 0,228 0,221 0,186 0,162 0,048 Philipina Laos Viet Nam Singapura Indonesia Kamboja Thailand Malaysia Myanmar Gambar 2.3 Rasio Keterwakilan Perempuan di Parlemen Negara-negara ASEAN, 2013 Sumber : HDR Semakin tinggi rasio keterwakilan perempuan terhadap laki-laki atau nilai rasio mendekati satu maka kesetaraan gender antara lakilaki dan perempuan tercapai. Singapura memiliki rasio keterwakilan perempuan di parlemen yang nilainya cukup tinggi diantara negaranegara ASEAN yang lain yaitu 0,320. Sehingga dengan nilai IKG Singapura yang terendah dibanding negara ASEAN lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa kesetaraan gender di Singapura hampir tercapai. Hal yang berbeda terjadi di Laos yang memiliki rasio keterwakilan perempuan yang tinggi di parlemen diantara negara ASEAN lainnya, tetapi mempunyai nilai IKG tinggi. Keterwakilan perempuan di parlemen yang cukup banyak berbanding terbalik dengan ketidaksetaraan gender di Laos yang masih tinggi di antara negara ASEAN. Grafik 2.3 menunjukkan rasio keterwakilan perempuan di parlemen di negara-negara ASEAN masih berada di bawah 16 PEMBANGUNAN MANUSIA BERBASIS GENDER 2015

31 0,4. Seager (1997) mengatakan jika laju dari keterwakilan perempuan di Parlemen sangatlah lambat sehingga UN memperkirakan bahwa dengan laju seperti ini keseimbangan antara laki-laki dan perempuan di parlemen baru akan bisa dicapai pada tahun Permasalahan Gender di Indonesia Gender berbeda dengan karakteristik laki-laki dan perempuan dalam arti biologis. Pemaknaan gender mengacu pada perbedaan lakilaki dan perempuan dalam peran, perilaku, kegiatan serta atribut yang dikonstruksikan secara sosial. Perbedaan ini tidak menjadi masalah bila disertai dengan keadilan antar keduanya. Akan tetapi ketidakadilan yang terjadi akan mengakibatkan korban baik bagi kaum laki-laki maupun kaum perempuan. Oleh karena itu, kesetaraan gender merupakan hak yang semestinya di dapatkan agar laki-laki dan perempuan memperoleh kesempatan yang sama untuk berperan dan ikut berpartisipasi dalam bidang kehidupan. Perbedaan gender pun terlihat dari kecenderungan peran masingmasing, yaitu berperan dalam publik atau domestik. Peran publik diartikan dengan aktivitas yang dilakukan di luar rumah dan bertujuan mendapatkan penghasilan. Sedangkan peran domestik adalah aktivitas yang dilakukan di dalam rumah berkaitan dengan kerumahtanggaan dan tidak dimaksudkan untuk mendapat penghasilan. Kedua peran ini dapat menjelaskan perbedaan peran gender dalam masyarakat. Perempuan lebih dominan memiliki peran domestik mengurus rumah tangga, dan laki-laki berkegiatan di luar mencari nafkah sebagai peran publiknya. Kesenjangan yang terjadi ini telah melekat dan menjadi budaya dalam masyarakat Indonesia. Peran Domestik dalam Keluarga Perempuan merupakan makhluk yang diberikan kemampuan untuk bereproduksi, mengandung, melahirkan, menyusui, dan membesarkan anak. Dengan kemampuan lebih yang dimiliki maka tidak heran peran perempuan akan lebih dominan pada kegiatan domestiknya. Oleh karena itu, dalam keluarga perempuan mempunyai peran yang besar meskipun tingkatannya masih di bawah laki-laki. Peran domestik perempuan sebagai ibu rumah tangga mempunyai tugas mengurus rumah tangga, suami serta anak-anak. Sedangkan laki-laki berperan di luar rumah mencari nafkah. Meskipun peran publik laki-laki adalah yang utama dalam keluarganya, namun tetap memegang andil dalam peran domestik. Bisa dikatakan peran tersebut lebih besar dibandingkan peran domestik perempuan, karena laki-laki sebagai kepala rumah tangga Gambaran Umum Gender di Indonesia 17

32 yang merupakan pemimpin, laki-laki memiliki peran sebagai pengambil keputusan. Peran yang dilakukan perempuan dalam keluarga terkadang dipengaruhi oleh keputusan dari laki-laki. Oleh sebab itu peran domestik perempuan masih berada di bawah laki-laki. Pembagian peran tersebut sudah membudaya dalam masyarakat Indonesia. Perempuan yang menjadi pemimpin atau kepala rumah tangga, biasanya ditemukan pada keluarga single parent. Perempuan yang hidup tanpa pasangan menyebabkan perempuan harus memegang andil utama dalam keluarga. Sehingga peran ganda harus dilakukan perempuan sebagai seorang ibu sekaligus seorang ayah. Mengurus rumah tangga sebagai peran domestik dan menghidupi keluarga sebagai peran publiknya. Berdasarkan hasil Susenas 2014 juga menunjukkan bahwa proporsi rumah tangga dengan kepala rumah tangga perempuan hanya sebesar 14,73 persen. Di era pembangunan sekarang ini, peran ganda perempuan tidak hanya digeluti oleh perempuan sebagai single parent. Peran domestik dan peran publik semakin banyak dilakukan oleh perempuan tidak hanya di kota-kota besar dimana banyak dikenal wanita karir. Perempuan di perdesaan yang memiliki peran ganda pun banyak ditemui. Tidak sedikit jumlah perempuan yang mengurus rumah tangga juga bekerja mencari tambahan penghasilan karena kondisi ekonomi yang masih kurang. Penghasilan suami yang tidak mencukupi kebutuhan hidup menjadikan perempuan turut membantu membiayai kebutuhan ekonomi keluarga. Sementara di perkotaan, banyak berkembang istilah wanita karir. Peran ini dipandang sebagai peran publik dan juga sebagai tindak emansipasi perempuan untuk disetarakan dengan laki-laki. Banyak pandangan mengenai perempuan bahwa perempuan hanyalah pendamping hidup, bersifat lemah, selalu memakai perasaan, berpikiran sempit dan lain sebagainya. Pandangan tersebut telah ada sejak lama dalam lingkungan masyarakat. Sebagai contoh pandangan masyarakat bahwa tugas seorang perempuan adalah memasak, berdandan dan melahirkan anak, masih terjadi saat ini. Tidak heran kedudukan perempuan terkadang menjadi nomor dua dan tidak sedikit orang yang merendahkan perempuan. Salah satu tindakan yang merendahkan perempuan, adalah kekerasan terhadap perempuan. Kesempatan Memperoleh Pendidikan Pendidikan adalah salah satu aspek untuk dapat melihat kesetaraan gender. Di Indonesia, kesempatan yang sama antara laki-laki dan perempuan untuk memperoleh pendidikan sudah mulai tercapai. Dari data Susenas 2014 menunjukkan bahwa semakin tinggi jenjang pendidikan, 18 PEMBANGUNAN MANUSIA BERBASIS GENDER 2015

33 kesenjangan antara laki-laki dan perempuan sudah mulai berkurang (Gambar 2.4). Bahkan pada jenjang pendidikan SD dan Diploma, baik di daerah perkotaan maupun perdesaan, persentase perempuan yang memperoleh ijazah lebih besar dibanding laki-laki. Sementara pada jenjang pendidikan SMP dan SMA, masih didominasi oleh laki-laki. Namun demikian, kesenjangan pada jenjang tersebut cukup rendah. Hal tersebut menunjukkan bahwa budaya yang memprioritaskan laki-laki untuk memperoleh pendidikan lebih tinggi dibandingkan perempuan sudah terkikis. Gambar 2.4 Persentase Penduduk 10 Tahun ke Atas menurut Tipe Daerah, Jenis Kelamin dan Ijazah Tertinggi yang Diperoleh, % 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% L P L P L P Kota Desa Total SD SMP SMA Diploma I/II/III Universitas Sumber : BPS Kesetaraan antara laki-laki dan perempuan juga dapat dilihat melalui rasio Angka Partisipasi Murni (APM) perempuan terhadap lakilaki di tiga jenjang pendidikan (Gambar 2.5). Pada tahun 2014 rasio APM masing-masing jenjang pendidikan berada di sekitar angka 1, yang berarti kesempatan pendidikan perempuan dan laki-laki hampir sama. Bahkan rasio APM untuk SMP dan SMA melebihi angka 1 pada tahun Sedangkan angka rasio APM untuk SD mendekati 1 pada tahun 2014 yaitu sebesar 0,997. Gambar 2.5 Rasio Angka Partisipasi Murni (APM) Perempuan Terhadap Laki-laki, 2014 Sumber : BPS Gambaran Umum Gender di Indonesia 19

34 Kesempatan Bekerja dan Berusaha Jika dalam hal pendidikan laki-laki dan perempuan mulai menunjukkan kesetaraan, namun tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) antara keduanya masih memiliki selisih yang cukup besar. Meskipun jumlah perempuan yang memenuhi kebutuhan ekonomi dengan bekerja semakin meningkat, namun TPAKnya masih lebih kecil dibandingkan laki-laki. Hal ini dikarenakan pembagian peran laki-laki untuk bekerja dan perempuan mengurus rumah tangga. Pada Gambar 2.6 menunjukkan bahwa TPAK perempuan masih dibawah Laki-laki. TPAK perempuan selama ini masih lebih kecil dibandingkan TPAK laki-laki. Pada tahun 2014 TPAK perempuan sebesar 50,22 lebih kecil dibandingkan laki-laki sebesar 83,05. Gambar 2.6 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Laki-laki dan Perempuan, 2014 Sumber : BPS Rasio TPAK perempuan terhadap laki-laki sebesar 0,60, yang menunjukkan adanya kesenjangan antara laki-laki dan perempuan dalam aspek ketenagakerjaan. Kesenjangan ini terjawab dengan melihat kegiatan terbanyak seminggu yang lalu. Gambar 2.7 menunjukkan bahwa persentae perempuan yang kegiatan terbanyaknya bekerja sebesar 47,08 Gambar 2.7 Persentase Penduduk 10 Tahun ke Atas menurut kegiatan seminggu yang lalu dan jenis kelamin, 2014 Sumber : BPS 20 PEMBANGUNAN MANUSIA BERBASIS GENDER 2015

35 persen, lebih kecil dari proporsi laki-laki mencapai 78,27 persen. Selain bekerja, kegiatan lain yang dilakukan perempuan seminggu yang lalu adalah mengurus rumah tangga yaitu sebesar 37,32 persen. Sementara laki-laki yang mengurus rumah tangga hanya 1,97 persen. Hal ini searah dengan stigma yang masih melekat di masyarakat bahwa perempuan seharusnya bekerja di dapur. Pembagian peran perempuan dan laki-laki inilah yang sering menjadi sebab terjadinya kesenjangan. Dari total penduduk perempuan yang bekerja terdapat 28,85 persen pekerja perempuan yang tidak dibayar, termasuk di dalamnya pekerja keluarga yang tidak mendapat imbalan jasa. Sementara pekerja laki-laki yang bekerja dengan tidak mendapat upah hanya sebesar 6,09 persen. Perbedaan yang cukup jauh ini memperlihatkan ketidaksetaraan gender yang terjadi, karena laki-laki umumnya sebagai kepala keluarga memiliki peran mencukupi kehidupan keluarga, sehingga banyak pekerja yang berpenghasilan merupakan pekerja laki-laki. Selain itu, lapangan kerja yang ada umumnya lebih memprioritaskan laki-laki dibandingkan perempuan karena dominan menggunakan kekuatan fisik seperti buruh bangunan, buruh angkut, dan lain-lain. Hal ini terlihat dari pekerja laki-laki yang berstatus buruh/karyawan (38,83 persen) lebih tinggi dibandingkan perempuan (33,90 persen). Persentase pekerja menurut status pekerjaan disajikan pada Gambar 2.8. Gambar 2.8 Penduduk 15 tahun ke atas yang bekerja seminggu yang lalu menurut status pekerjaan utama, 2014 Sumber : BPS Selain dari status pekerja penduduk, kesenjangan antara laki-laki dan perempuan juga terlihat dari nilai upah yang diterima pekerja. Upah pekerja laki-laki lebih besar dibandingkan upah perempuan (Gambar 2.9). Gambaran Umum Gender di Indonesia 21

36 Gambar 2.9 Upah Pekerja Menurut Jenis Kelamin, 2014 Sumber : BPS Kesenjangan upah ini terjadi karena pengaruh status pekerjaan dan keahlian. Lapangan pekerjaan yang membutuhkan tenaga profesional lebih banyak menyerap tenaga kerja laki-laki. Sedangkan peluang untuk perempuan hanya terbuka pada pekerjaan tertentu yang mayoritas informal dengan upah yang rendah. Oleh sebab itu, banyak tenaga kerja perempuan yang mengejar untuk bekerja di luar negeri untuk menjadi Tenaga Kerja Indonesia (TKI). Gambar 2.10 Persentase Jumlah TKI Menurut Jenis Kelamin, Sumber : BNP2TKI TKI atau tenaga kerja Indonesia adalah istilah umum bagi penduduk indonesia yang bekerja di luar negeri. Untuk pekerja wanita secara umum disebut sebagai istilah Tenaga Kerja Wanita (TKW). Data pada Gambar 2.10 menunjukkan bahwa persentase pekerja perempuan yang menjadi TKW lebih besar dibandingkan pekerja laki-laki. Sebagian besar pekerja tersebut bekerja di sektor informal dikarenakan rendahnya tingkat pendidikan dan pengetahuan pekerja. Jenis pekerjaan yang dilakukan umumnya sebagai pembantu rumah tangga, buruh dan sebagainya. Pada tahun 2014 terdapat TKW atau sebesar 56,7 persen dari total TKI yang tercatat di BNP2TKI. 22 PEMBANGUNAN MANUSIA BERBASIS GENDER 2015

37 Produk Undang-Undang Terkait Gender Sejak awal berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia, Pemerintah secara resmi telah menganut dan menetapkan kesepakatan atas persamaan antara perempuan dan laki-laki sebagaimana termuat dalam UUD 45 Pasal 27. Namun demikian, dalam perkembangannya beberapa Undang-Undang (UU) yang selama ini berlaku di Indonesia, disadari mempunyai arti yang masih diskriminatif terhadap perempuan. Dalam UU mengenai sistem pengupahan tenaga kerja perempuan, tunjangan keluarga dan tunjangan kesehatan perempuan dianggap lajang, sehingga suami dan anak-anak tidak mendapatkan tunjangan sebagaimana yang diterima pekerja laki-laki. Ketentuan ini termuat dalam Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja No. 7 Tahun 1990 tentang Upah, PP No. 37 tahun 1967 tentang Sistem Pengupahan di lingkungan perusahaan negara, Peraturan Menteri Pertambangan No.2/P/M/1971, Peraturan Menteri Pertanian No.K440/01/2/1984 dan No.01/GKKU/3/1978 dan Surat Edaran Menaker No.4/1988 tentang Tunjangan Kesehatan, serta Pasal 8 UU No.7/1983, Pasal 4 Peraturan Menteri Keuangan No. 947/KMK/04/1983 dan Pasal 8 UU No. 10/1994 tentang Prosedur memperoleh NPWP. Sejumlah UU tersebut tidak mampu mengakomodir kesetaraan gender yang telah dijamin oleh UUD, karena keterbatasan akses dan partisipasi perempuan dalam penyusunan UU. Meskipun beberapa regulasi masih menunjukkan adanya kesenjangan gender, namun demikian harus ditumbuhkan sikap optimis bahwa Indonesia mampu mewujudkan kesetaraan gender di masa mendatang. Produk UU yang mulai mempertimbangkan peran perempuan dalam parlemen adalah UU No. 8 Tahun 2012 tentang Pemilu Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang mengharuskan partai politik menyertakan minimal 30 persen perempuan sebagai calon legislatif. Hal ini berarti perempuan di Indonesia diberi kesempatan yang luas untuk menjadi anggota parlemen sekaligus turut serta memproduksi UU. Gambaran Umum Gender di Indonesia 23

38

39 BAB 3 PENCAPAIAN PEMBANGUNAN GENDER

40

41 Bab 3 Pencapaian Pembangunan Gender Perkembangan Pembangunan Gender Pencapaian Komponen IPG Disparitas Pencapaian Pembangunan Gender Antar Wilayah Gender diartikan sebagai perbedaan fungsi dan peran sosial antara laki-laki dan perempuan yang dikonstruksikan oleh masyarakat. Perbedaan tersebut pada prakteknya sering menimbulkan ketidakadilan, terutama terhadap kaum perempuan baik di lingkungan rumah tangga, pekerjaan masyarakat, kultur, maupun negara. Oleh sebab itu, untuk menghilangkan ketidakadilan tersebut diperlukan adanya kesetaraan dan keadilan gender dalam proses bermasyarakat dan bernegara. Kesetaraan gender (gender equity) lebih dimaknai sebagai kesamaan kondisi bagi laki-laki dan perempuan untuk memperoleh kesempatan serta hak-haknya sebagai manusia dalam berperan dan berpartisipasi di segala bidang. Sementara itu, keadilan gender (gender equality) merupakan proses dan perlakuan adil terhadap perempuan dan laki-laki, sehingga dalam menjalankan kehidupan bernegara dan bermasyarakat, tidak ada pembakuan peran, beban ganda, subordinasi, marginalisasi dan kekerasan terhadap perempuan maupun laki-laki. Terwujudnya Kesetaraan dan Keadilan Gender (KKG) ditandai dengan tidak adanya diskriminasi antara perempuan dan laki-laki dalam memperoleh akses, kesempatan berpartisipasi, dan kontrol atas pembangunan serta memperoleh manfaat yang setara dan adil dari pembangunan. Memiliki akses dan partisipasi berarti memiliki peluang dan kesempatan untuk menggunakan sumberdaya dan memiliki wewenang untuk mengambil keputusan terhadap cara penggunaan dan hasil sumber daya tersebut. Sedangkan memiliki kontrol berarti memiliki kewenangan penuh untuk mengambil keputusan atas penggunaan dan hasil sumber daya. Pencapaian Pembangunan Gender 27

42 Upaya untuk mewujudkan kesetaraan dan keadilan gender dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara perlu diwujudkan secara bertahap dan berkesinambungan. Upaya itu diwujudkan dalam kebijakan negara maupun dalam kebijakan informal yang dipelopori oleh tokoh masyarakat dan tokoh agama terkait dengan kendala struktural maupun kultural yang terjadi pada masyarakat. Diharapkan dengan adanya kebijakan tersebut masing-masing elemen masyarakat dan individu mempunyai sensitivitas gender dan program-program pemerintah harus mengimplementasikan kebijakan yang responsif gender. Kebijakan-kebijakan yang diambil oleh Pemerintah untuk mewujudkan kesetaraan dan keadilan gender telah ditetapkan melalui GBHN 1999, Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2000 Tentang Program Pembangunan Nasional (PROPENAS) Tahun , dan dipertegas dalam Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2000 Tentang Pengarusutamaan Gender Dalam Pembangunan Nasional. Disamping itu beberapa Undang- Undang Lainnya juga mendukung kesetaraan gender, antara lain: Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1984 Tentang Pengesahan Konvensi Mengenai Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Terhadap Perempuan; Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 Tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga; Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2007 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang. Disamping itu, Pemerintah juga sedang membuat Rancangan Undang-Undang Kesetaraan dan Keadilan Gender (RUU KKG) adalah salah satu RUU yang akan dibahas dalam Program Legislasi Nasional (PROLEGNAS) , yang diharapkan mampu menjadi landasan hukum mengenai penetapan dan penyelenggaraan Kesetaraan dan Keadilan Gender oleh Lembaga Negara di atau kemampuan dasar. Program tersebut mencakup berbagai pelayanan dasar kesehatan, pendidikan, dan kemudahan akses ekonomi yang diberikan oleh Pemerintah. Namun pada implementasinya upaya peningkatan kapabilitas dasar penduduk perempuan belum sepenuhnya dapat diwujudkan karena terkait beberapa kendala diatas. Untuk mewujudkan persamaan status dan kedudukan perempuan dan laki-laki diimplementasikan melalui berbagai program pembangunan seperti peningkatan peran perempuan dalam pengambilan keputusan di berbagai proses pembangunan, penguatan peran masyarakat, dan peningkatan kualitas kelembagaan berbagai instansi pemerintah, organisasi perempuan, dan lembaga-lembaga lainnya. Salah satu ukuran pencapaian pembangunan gender adalah IPG yang merupakan turunan dari IPM. Melalui angka IPG, kesenjangan atau gap pembangunan manusia antara laki-laki dan perempuan mampu dijelaskan dengan melihat rasio antara IPM perempuan dengan Lakilaki. Semakin tinggi rasionya (mendekati 100) maka semakin rendah 28 PEMBANGUNAN MANUSIA BERBASIS GENDER 2015

43 gap pembangunan manusia antara laki-laki dan perempuan, sebaliknya semakin rendah rasio maka semakin tinggi gap pembangunan manusia antara laki-laki dan perempuan. Pencapaian pembangunan gender di Indonesia menunjukkan peningkatan setiap tahunnya selama 4 tahun terakhir, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3.1. IPG Nasional dalam kurun waktu tahun telah meningkat dari 89,42 pada tahun 2010 menjadi 90,34 pada tahun Peningkatan IPG selama kurun waktu tersebut karena adanya peningkatan beberapa indikator dalam komponen IPG yang meliputi kesehatan, pendidikan, dan ekonomi. Gambar 3.1 Perkembangan IPG, Sumber : BPS 3.1. Perkembangan Pembangunan Gender Membangun kesetaraan dan keadilan gender tidak mudah dilakukan dalam waktu yang relatif singkat. Terdapat beberapa kendala yang bersumber dari legitimasi konstruksi budaya yang cenderung patriarki, ketidaktepatan interpretasi ajaran agama, dan kebijakan politik. Kesetaraan dan keadilan gender pada prakteknya merujuk pada tidak adanya perbedaan hak dan kewajiban antara laki-laki dan perempuan yang dijamin oleh perundang-undangan yang dihasilkan oleh negara maupun lingkungan bermasyarakat. Jaminan tidak adanya perbedaan dalam status dan kedudukan perempuan dan laki-laki dalam kehidupan berbangsa dan bernegara meliputi partisipasi dalam program pembangunan terutama dalam peningkatan kualitas hidup melalui program peningkatan kapabilitas sudah memberikan hasil yang positif terhadap peningkatan kapabilitas dasar perempuan Indonesia. Namun demikian, peningkatan IPG dalam kurun waktu belum sepenuhnya memperlihatkan hasil yang menggembirakan apabila dilihat dari kesetaraan pembangunan manusia antara laki-laki dan perempuan. Pencapaian Pembangunan Gender 29

44 Hal ini ditunjukkan dari pencapaian IPG pada kurun waktu tersebut belum mampu mengurangi jarak (gap) secara nyata dalam pencapaian pembangunan manusia antara laki-laki dan perempuan. Gap antara IPM laki-laki dan perempuan selama kurun waktu tersebut masih lambat untuk menuju kesetaraan pembangunan. Selama kurun waktu IPG peningkatannya kecil, meskipun nilai IPG selalu mengalami kenaikan. Hal ini menunjukkan bahwa tujuan untuk menciptakan persamaan dan kesetaraan pembangunan manusia antara laki-laki dan perempuan masih butuh waktu yang lama untuk diwujudkan. Oleh sebab itu diperlukan upaya yang serius dalam meningkatkan pembangunan manusia (perempuan) sehingga memperkecil gap yang terjadi antara laki-laki dan perempuan. Namun demikian, disadari bahwa upaya tersebut tidak bisa dilakukan dalam waktu yang relatif singkat, sehingga upaya yang dilakukan harus terencana secara terus menerus dan berkelanjutan. Tabel 3.1 IPM, IPM Laki-Laki, IPM Perempuan, dan IPG Tahun IPM IPM Laki-laki IPM Perempuan IPG ,53 70,94 63,43 89, ,09 71,45 63,96 89, ,70 71,98 64,83 90, ,31 72,69 65,56 90, ,90 73,36 66,27 90,34 Sumber : BPS 3.2 Pencapaian Komponen-Komponen IPG IPG merupakan rasio IPM perempuan dengan laki-laki, dimana komponen pembentuk IPM laki-laki dan perempuan sama dengan komponen pembentuk IPM. Komponen pembentuk tersebut, yakni angka harapan hidup (mewakili dimensi kesehatan), angka harapan lama sekolah dan rata-rata lama sekolah (mewakili dimensi pendidikan), serta sumbangan pendapatan (mewakili dimensi ekonomi) yang disajikan menurut jenis kelamin. Dengan kata lain, dinamika IPG dari waktu ke waktu sangat dipengaruhi oleh perubahan dari tiga komponen tersebut. Oleh karena itu, pada subbab ini akan dibahas perkembangan masingmasing komponen IPG di Indonesia. 30 PEMBANGUNAN MANUSIA BERBASIS GENDER 2015

45 Angka Harapan Hidup Kesehatan adalah hal yang sangat mendasar dalam kehidupan manusia, yang tercermin dari kondisi fisik yang senantiasa sehat. Untuk mencapai hal tersebut, berbagai langkah telah diupayakan oleh pemerintah salah satunya melalui pembangunan kesehatan. Pembangunan kesehatan adalah bagian integral dari pembangunan nasional yang bertujuan agar semua lapisan masyarakat memperoleh pelayanan kesehatan secara mudah, leluasa dan murah. Bersama angka kesakitan dan Angka Kematian Bayi (AKB), Angka Harapan Hidup (AHH) di suatu negara merupakan elemen kunci yang sering dijadikan tolak ukur dari kinerja pemeritah dalam upayanya melaksanakan pembangunan kesehatan. Definisi dari Angka Harapan hidup (AHH) adalah rata-rata jumlah tahun hidup yang diperkirakan dapat ditempuh oleh seseorang. AHH merupakan indikator penting yang mencerminkan taraf kesehatan masyarakat di suatu wilayah sebagai dampak dari pelaksanaan hasil pembangunan khususnya di bidang kesehatan. Kata kesehatan dapat dimaknai sebagai keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial. Informasi tentang perkembangan dari AHH di Indonesia dapat dilihat pada Gambar 3.2. Gambar 3.2 Perkembangan Angka Harapan Hidup Saat Lahir Menurut Jenis Kelamin, Sumber : BPS Dari Gambar 3.2, dapat dilihat bahwa secara umum tren AHH baik untuk penduduk laki-laki maupun penduduk perempuan cenderung mengalami peningkatan dari periode 2010 hingga Hal ini mengindikasikan bahwa pembangunan di bidang kesehatan di Indonesia telah berdampak pada kualitas kesehatan penduduk. Pencapaian Pembangunan Gender 31

46 Tren AHH perempuan menunjukkan peningkatan selama kurun waktu Pada 2010, AHH perempuan mencapai 71,83 tahun, kemudian perlahan naik menjadi 72,02 tahun di tahun 2011, hingga 72,60 tahun pada Sedangkan untuk AHH penduduk laki-laki, pada 2010 hanya 67,89 tahun, kemudian menjadi 68,09 di tahun 2011 dan mencapai 68,87 tahun pada Dari besaran AHH menunjukkan ada perbedaan level capaian yang antara AHH perempuan dan laki-laki, dimana level AHH penduduk laki-laki lebih rendah sekitar 4 tahun dibanding level AHH penduduk perempuan. Lebih lanjut pola pergerakan AHH penduduk lakilaki pada rentang periode tersebut tidak cukup cepat untuk mempersempit gap dengan pencapaian AHH perempuan. Perbedaan level atau gap yang terjadi tersebut sebenarnya tidak hanya dialami oleh Indonesia saja. Rata-rata negara-negara di dunia juga pernah atau sedang mengalami fase demikian. Fenomena ini tentu disebabkan oleh beberapa faktor. Kajian terdahulu menyebutkan banyak faktor yang berperan terhadap perbedaan lebih rendahnya AHH penduduk laki-laki dibanding perempuan. Mulai dari faktor bawaan lahir (genetis), hingga pada faktor gaya hidup. Sejak lahir wanita dibekali sepasang kromosom X, sedangkan laki-laki hanya tunggal. Kromosom X mengandung sekitar 1100 gen, yang selain berperan penting dalam pengaturan hormon, juga dalam fungsi vital tubuh lainnya, mulai dari pembekuan darah, metabolisme dan perkembangan janin. Sedangkan kromosom Y hanya mempunyai kurang dari 100 gen. Fungsi utamanya hanya untuk pembentukan dan perkembangan testis dan hormonalnya. Sehingga jika terjadi ketidakseimbangan (terinfeksi penyakit), secara biologis wanita lebih mampu bertahan dibanding laki-laki, terutama pada masa tahun pertama kehidupan. Lebih lanjut, dilihat pada aspek gaya hidup, secara umum lebih banyak laki-laki yang bekerja dibandingkan dengan perempuan yang bekerja. Padatnya aktivitas kerja yang dilakukan tentu berpotensi mendatangkan berbagai macam resiko, seperti stress, depresi, lingkungan yang tidak sehat, obesitas hingga ke penyakit-penyakit menular yang berbahaya. Sedangkan dari sisi psikologis, perempuan diyakini lebih memperhatikan pola hidupnya dibandingkan laki-laki. Angka Harapan Lama Sekolah dan Rata-rata Lama Sekolah Dalam pembangunan suatu bangsa, pendidikan yang berkualitas merupakan modal dasar pembangunan yang akan menentukan arah perkembangan dan kemajuan suatu bangsa dan negara. Pendidikan merupakan faktor penting dalam kemajuan pembangunan manusia karena pendidikan membawa dampak yang positif bagi kualitas manusia. Menurut Boserup (1984), pendidikan mampu membangun pola pikir seseorang menjadi lebih peka dan kritis dalam menanggapi 32 PEMBANGUNAN MANUSIA BERBASIS GENDER 2015

47 suatu permasalahan, serta membuka pengetahuan seseorang yang memungkinkan ia untuk mengubah nasibnya. Oleh sebab itu pemerintah harus mampu meningkatkan pembangunan pendidikan di Indonesia. Pembangunan pendidikan menjadi prioritas kebijakan pemerintah. Pembangunan dan revitalisasi gedung-gedung sekolah merupakan salah satu upaya dalam meningkatkan partisipasi sekolah secara berkelanjutan. Disamping itu kebijakan pendidikan murah untuk semua dengan BOS dan Wajib Belajar 9 tahun selayaknya dilanjutkan dan ditingkatkan. Indikator pendidikan yang merepresentasikan dimensi pengetahuan baik dalam IPM maupun IPG adalah Angka Harapan Lama Sekolah (Expected Years of Schooling/EYS) dan Rata-rata Lama Sekolah (Mean Years of Schooling/MYS). EYS menggambarkan lamanya sekolah (dalam tahun) yang diharapkan akan dirasakan oleh anak pada umur tertentu di masa mendatang, sedangkan indikator rata-rata lama sekolah merepresentasikan rata-rata jumlah tahun yang dijalani oleh penduduk usia 25 tahun ke atas untuk menempuh semua jenis pendidikan formal. EYS dihitung pada usia 7 tahun ke atas karena mengikuti kebijakan pemerintah yaitu program wajib belajar. Gambar 3.3 Perkembangan Harapan Lama Sekolah Menurut Jenis Kelamin, Sumber : BPS Dari Gambar 3.3 terlihat bahwa pada periode secara umum EYS penduduk laki-laki dan juga EYS penduduk perempuan terus mengalami peningkatan. Dari tren EYS laki-laki dan perempuan, menunjukkan bahwa EYS perempuan masih lebih tinggi dari EYS lakilaki. Meskipun demikian, dilihat perkembangannya, laju peningkatan EYS laki-laki sedikit lebih cepat dibanding perkembangan EYS perempuan yang meningkat tipis. Tercatat dari periode , peningkatan EYS penduduk laki-laki mampu mendekati EYS perempuan. Pada tahun 2014 menunjukkan bahwa EYS Indonesia sudah mencapai 12,37 tahun untuk laki-laki dan 12,40 tahun untuk perempuan. Pencapaian Pembangunan Gender 33

48 Hal ini menunjukkan, hampir tidak ada ketimpangan dalam hal harapan lama sekolah di Indonesia antara perempuan dan laki-laki atau juga menujukkan bahwa hampir setaranya harapan lama sekolah bagi perempuan dengan laki-laki di Indonesia. Pada prakteknya dibutuhkan jangka waktu yang cukup lama untuk menjadikan indikator-indikator sosial seperti EYS maupun MYS untuk meningkat secara signifikan. Hal tersebut dikarenakan perubahan EYS atau MYS tersebut membutuhkan proses yang kompleks, tidak cukup dengan pembangunan gedung-gedung dan fasilitas sekolah saja, tetapi harus diiringi dengan penyediaan tenaga pendidik yang cukup dan berkualitas, akses yang memadai, serta faktor budaya yang mengesampingkan pendidikan harus diperbaiki. Gambar 3.4 Perkembangan Angka Rata-rata Lama Sekolah Menurut Jenis Kelamin, Sumber : BPS Berbeda dengan komposisi angka harapan lama sekolah penduduk, capaian angka rata-rata lama sekolah penduduk usia 25 tahun keatas, laki-laki selalu di atas capaian perempuan, kurang lebih 1 tahun. Selama periode , pola peningkatan angka MYS laki-laki dan perempuan relatif sama. Pada tahun 2014 terjadi peningkatan yang relatif lebih tinggi dibanding kenaikan pada tahun-tahun lainnya pada MYS perempuan. Pada 2014 angka MYS laki-laki sebesar 8,24 tahun atau setara dengan kelas 2 SMP, sedangkan MYS perempuan adalah 7,23 tahun atau setara dengan kelas 1 SMP. Secara umum, selama periode , perbedaan capaian rata-rata lama sekolah antara laki-laki dan perempuan menunjukkan kecenderungan yang tetap. Hal ini dikarenakan MYS merupakan indikator yang lambat peningkatannya dan sangat dipengaruhi oleh angka harapan lama sekolah dalam jangka panjang. Hal ini juga menjadi masukan bagi pemerintah untuk lebih mengupayakan peningkatan pembangunan pendidikan masyarakat khususnya bagi perempuan. 34 PEMBANGUNAN MANUSIA BERBASIS GENDER 2015

49 Sumbangan Pendapatan Pada Gambar 3.5 dibawah ini menyajikan pengeluaran perkapita yang disesuaikan menurut jenis kelamin periode dalam skala nasional. Secara umum, perkembangan pengeluaran perkapita yang disesuaikan perempuan mengalami peningkatan pada rentang periode tersebut. Pada tahun 2010 pengeluaran perempuan sebesar 7,57 juta, dan pada tahun-tahun berikutnya terus meningkat mencapai 8,32 juta pada tahun Perubahan pengeluaran ini terkait dengan dua faktor yang mempengaruhinya, yaitu faktor angkatan kerja dan upah yang diterima. Data Sakernas BPS menunjukkan bahwa proporsi yang bekerja lakilaki dan perempuan di Indonesia pada tahun 2014 sekitar 37,66 persen dari total 115 juta pekerja. Artinya, penduduk laki-laki masih mendominasi angkatan kerja di Indonesia. Hal ini berpengaruh pada sumbangan pendapatan perempuan yang lebih kecil. Jika partisipasi perempuan dalam ketenagakerjaan meningkat, proporsi sumbangan pendapatan perempuan akan meningkat pula. Pada akhirnya akan mempersempit gap dengan proporsi sumbangan pendapatan laki-laki dan perempuan. Gambar 3.5 Perkembangan Pengeluaran Yang Disesuaikan menurut Jenis Kelamin, (juta rupiah) Sumber : BPS Dari tiga dimensi yang sudah dibahas sebelumnya, ternyata masih terdapat ketimpangan pada dimensi pendidikan (rata-rata lama sekolah) dan juga dimensi ekonomi. Oleh sebab itu, pemerintah baik di Pusat dan Daerah harus mampu menyusun program pembangunan yang lebih responsif terhadap gender, mengingat pemerintah menargetkan kesetaraan gender bisa terwujud paling lama di tahun 2025 mendatang. Hal tersebut ditujukan agar perempuan juga mampu secara optimal menikmati perannya sebagai subyek sekaligus objek pembangunan. Pencapaian Pembangunan Gender 35

50 3.3. Disparitas Pencapaian Pembangunan Gender Antar Wilayah Adanya ketimpangan pembangunan gender secara nasional tidak terlepas dari adanya ketimpangan pembangunan gender yang terjadi di seluruh provinsi di Indonesia. Fenomena ini terlihat dari nilai IPG di seluruh provinsi di Indonesia yang masih terjadi ketimpangan. Berdasarkan Tabel 3.2, maka terdapat lima provinsi terkategori IPG tertinggi dan lima provinsi terkategori terendah. Lima provinsi yang tertinggi adalah DKI Jakarta, Sulawesi Utara, DI Yogyakarta, Sumatera Barat, dan Bali. Sedangkan lima provinsi terendah adalah Papua, Papua Barat, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, dan Gorontalo. Semakin tinggi angka IPG atau mendekati 100, maka semakin mendekati kesetaraan pembangunan perempuan dan lakilaki. Tabel 3.2 Peringkat Tertinggi dan Terendah IPM Laki-laki, IPM Perempuan, dan IPG Menurut Provinsi, 2014 Tertinggi IPM Laki-laki IPM Perempuan IPG DKI Jakarta 81,27 DKI Jakarta 76,88 DKI Jakarta 94,60 D I Yogyakarta 79,98 D I Yogyakarta 75,43 Sulawesi Utara 94,58 Kalimantan Timur 78,99 Kepulauan Riau 71,84 D I Yogyakarta 94,31 Kepulauan Riau 77,08 Bali 70,82 Sumatera Barat 94,04 Bali 75,89 Sulawesi Utara 69,23 Bali 93,32 Terendah IPM Laki-laki IPM Perempuan IPG Papua 62,31 Papua 48,96 Papua 78,57 NTT 66,19 Papua Barat 56,57 Papua Barat 81,95 Sulawesi Barat 66,29 Gorontalo 58,17 Kalimantan Barat Gorontalo 68,36 Sulawesi Barat 59,12 Kalimantan Timur NTB 69,00 Kalimantan Barat Sumber : BPS 84,72 84,75 59,68 Gorontalo 85,09 36 PEMBANGUNAN MANUSIA BERBASIS GENDER 2015

51 Provinsi Papua merupakan provinsi memiliki gap IPM perempuan dan IPM laki-laki yang paling lebar dibandingkan provinsi lainnya, yang ditunjukkan dengan nilai IPG sebesar 78,57 persen. Lebarnya gap pencapaian IPM perempuan dengan laki-laki di Papua menunjukkan bahwa pencapaian pembangunan manusia di Papua belum setara antara perempuan dan laki-laki atau dengan kata lain ketimpangan pembangunan gender di Papua paling besar dibandingkan provinsi lainnya. Besarnya gap tersebut terutama disebabkan oleh komponen pendapatan cukup lebar antara perempuan dan laki-laki. Sementara itu provinsi DKI Jakarta dengan IPM yang tertinggi baik perempuan maupun laki-laki, menghasilkan angka IPG tertinggi juga. Hal ini menunjukkan bahwa baiknya pembangunan manusia di provinsi tersebut, diikuti dengan kesetaraan pembangunan antara perempuan dan laki-laki. Salah satu tujuan dari pembangunan di Indonesia adalah adanya pemerataan hasil pembangunan yang dapat dirasakan oleh seluruh penduduk Indonesia. Dengan adanya otonomi daerah, diharapkan tujuan tersebut mampu diwujudkan secara berkesinambungan. Namun demikian, kesenjangan antar wilayah belum sepenuhnya bisa dihindari. Wilayah bagian Barat Indonesia cenderung lebih pesat dibandingkan wilayah Timur Indonesia. Padahal masih banyak potensi sumberdaya alam yang belum dimanfaatkan secara maksimal untuk pembangunan. Banyak faktor yang menyebabkan ketertinggalan tersebut antara lain kurangnya ketersediaan prasarana dan sarana dasar ekonomi, terbatasnya kualitas dan kuantitas sumberdaya manusia serta kendala geografis yang relatif terisolasi merupakan masalah utama bagi pengembangan pembangunan di wilayah Indonesia Timur. Capaian IPG Provinsi Nilai capaian pembangunan gender untuk setiap provinsi dapat dilihat dari angka IPG provinsi, yang disajikan pada Gambar 3.6. Dari gambar tersebut menunjukkan bahwa angka IPG provinsi antara yang dibawah dan di atas indonesia sama banyaknya. Dari 33 provinsi, 16 provinsi berada diatas Indonesia dan 18 provinsi di bawah Indonesia. Hal ini menunjukkan masih adanya disparitas dalam capaian pembangunan gender di Indonesia. Meskipun adanya disparitas dalam capaian pembangunan gender di Indonesia, namun secara umum setiap provinsi mengalami peningkatan nilai IPG, sehingga pembangunan gender mengalami kemajuan di semua provinsi, tetapi sayangnya tidak signifikan. IPG Nasional mengalami peningkatan hanya sebesar 0,86 persen selama kurun waktu 4 tahun ( ), sehingga perlu upaya yang lebih keras dalam meningkatkan pembangunan manusia yang berkesetaraan dan berkeadilan gender. Pencapaian Pembangunan Gender 37

52 Gambar 3.6 IPG Menurut Provinsi, 2014 Sumber : BPS Di tingkat provinsi, pencapaian IPG cukup bervariasi. IPG tertinggi adalah provinsi DKI Jakarta sebesar 94,60 dan terendah adalah provinsi Papua sebesar 78,57. Dengan demikian, perbedaan antara IPG tertinggi dan terendah adalah 16,04. Selama kurun waktu , provinsi yang IPGnya mengalami peningkatan cukup signifikan yaitu provinsi Jambi (4,84 ), Papua (4,64 ), Maluku Utara (3,50 ), dan Nusa tenggara Barat (3,49 ), sedangkan provinsi sisanya peningkatannya tidak lebih dari 2,70. Keempat provinsi tersebut, walaupun IPGnya dibawah nasional, tetapi peningkatannya cukup signifikan. Capaian IPG Kabupaten/Kota Capaian IPG di Kabupaten Kota selama periode secara umum mengalami peningkatan. Tabel 3.3 menunjukkan bahwa Kota Padang Panjang merupakan kabupaten/kota dengan nilai IPG tertinggi di Indonesia pada tahun 2014 dengan nilai 99,37. Tertinggi kedua ditempati kabupaten Pakpak Barat dengan nilai IPG sebesar Kabupaten/Kota dengan nilai IPG terendah yaitu Asmat. Membandingkan pencapaian IPG antarwilayah tidaklah cukup tanpa membandingkan perubahan atau pun perbaikan yang telah terjadi. Tabel 3.3 menunjukkan terdapat sepuluh kabupaten/kota dengan IPG tertinggi dan terendah pada Sepuluh kabupaten/kota yang mengalami peningkatan IPG tertinggi selama periode yaitu Yalimo, Bolaang Mongondow Selatan, Maluku Barat Daya, Kayong Utara, Sanggau, Mamuju Utara, Kupang, Sorong, Puncak, dan Cirebon. 38 PEMBANGUNAN MANUSIA BERBASIS GENDER 2015

53 Sedangkan 10 kabupaten/kota yang memliki peningkatan IPG terendah pada periode yang sama adalah kep. Sangihe Talaud, kota Manado, Minahasa Selatan, Kota Subulussalam, Aceh Barat, Kota Surabaya, Sumba Tengah, Kota Tangerang, Kota Solok, dan Bombana. Tabel 3.3 Sepuluh Kabupaten/Kota dengan IPG Tertinggi dan Terendah, 2014 Tertinggi Terendah Kota Padang Panjang 99,37 Asmat 48,77 Pakpak Barat 99,34 Tolikara 56,39 Kota Yogyakarta 99,27 Manokwari Selatan 60,80 Kota Bukit Tinggi 99,21 Puncak Jaya 62,50 Kota Tomohon 99,17 Pulau Morotai 63,94 Tapanuli Utara 99,01 Tambrauw 64,85 Soppeng 98,96 Paniai 66,10 Poso 98,93 Waropen 67,55 Ogan Ilir 98,73 Intan Jaya 67,56 Sumba Barat Daya 98,66 Yahukimo 67,88 Sumber : BPS Pencapaian Pembangunan Gender 39

54

55 BAB 4 PENCAPAIAN PEMBERDAYAAN GENDER

56 42 PEMBANGUNAN MANUSIA BERBASIS GENDER 2015

57 Bab 4 Pencapaian Pemberdayaan Gender Perkembangan Pemberdayaan Gender Pencapaian Komponen IDG Disparitas IDG Undang-undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional tahun menetapkan bahwa visi pembangunan nasional adalah untuk mewujudkan Indonesia yang mandiri, maju, adil, dan makmur. Adil berarti tidak ada pembatasan/ diskriminasi dalam bentuk apapun, baik antarindividu, gender, maupun wilayah. Adil dalam hal gender, termasuk persamaan peranan antara perempuan dan laki-laki dalam kehidupan ekonomi, politik, dan pengambilan keputusan. Indeks Pemberdayaan Gender (IDG) merupakan ukuran untuk menggambarkan persamaan peranan antara perempuan dan lakilaki dalam aspek-aspek tersebut yaitu kehidupan ekonomi, politik dan pengambilan keputusan. Sehingga, IDG menggambarkan besarnya peranan perempuan dalam hal pencapaian kapabilitas berdasarkan status dan kedudukan perempuan dibandingkan dengan laki-laki. Indikator ini juga digunakan sebagai indikator pembanding pencapaian kualitas hidup laki-laki dan perempuan yang dapat melengkapi IPM. Mengingat pentingnya pengukuran IDG, maka indikator ini juga dimasukkan sebagai salah satu alat evaluasi dalam peningkatan kualitas sumber daya manusia sebagaimana tercantum dalam RPJMN yang mengharapkan agar peningkatan kesetaraan gender dapat dilalui dengan peningkatan peranan perempuan dalam pembangunan. Peranan perempuan dalam pembangunan yang lebih luas ditandai dengan semakin terbukanya peluang perempuan untuk berpartisipasi di dalam penciptaan output perekonomian, pengambilan keputusan, dan kapabilitasnya sebagai bagian dari angkatan kerja. Namun demikian, perempuan masih mengalami ketertinggalan dibandingkan dengan lakilaki pada bidang-bidang tertentu, seperti pendidikan, ketenagakerjaan, Pencapaian Pemberdayaan Gender 43

58 maupun pengambilan keputusan. IDG dalam hal ini dapat menggambarkan lebih jauh peranan perempuan dalam pengambilan keputusan yang diukur berdasarkan tiga komponen, yaitu keterwakilan perempuan dalam parlemen; perempuan sebagai tenaga profesional, manajer, administrasi, dan teknisi; dan sumbangan pendapatan. Dengan demikian, arah dan perubahan IDG sangat dipengaruhi oleh ketiga komponen tersebut. Bab ini akan membahas pencapaian pemberdayaan gender yang akan dibagi ke dalam 3 (tiga) pokok bahasan, yaitu perkembangan pemberdayaan gender, pencapaian komponen IDG, dan disparitas IDG. Ketiga pokok bahasan ini diharapkan dapat memberikan gambaran pencapaian peranan perempuan secara umum dalam pengambilan keputusan, komponen/indikator yang berkontribusi terhadap capaian peranan perempuan, dan disparitas peranan perempuan antar wilayah/ daerah. 4.1 Perkembangan Pemberdayaan Gender Pemerintah melalui Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPP & PA) telah mengupayakan berbagai hal terkait dengan peningkatan kapabilitas perempuan. Hasilnya pun sudah mulai tampak. Gambar 4.1 menggambarkan tren IDG Indonesia sejak tahun 2010 hingga 2014 yang terus menunjukkan peningkatan. Pada tahun 2010, IDG Indonesia sebesar 68,15 kemudian pada tahun 2014 nilainya menjadi 70,68. Hal ini dapat diartikan bahwa peranan perempuan dalam pengambilan keputusan dan kegiatan ekonomi semakin menunjukkan arah yang lebih baik. Gambar 4.1 Tren IDG Indonesia, Sumber : BPS 44 PEMBANGUNAN MANUSIA BERBASIS GENDER 2015

59 Peningkatan IDG hingga mencapai 70,68 di tahun 2014 juga menunjukkan bahwa target RPJMN terkait dengan peningkatan IDG secara kontinu sejauh ini masih dapat tercapai. Harapannya, ke depan prestasi ini dapat terus dipertahankan sehingga peran perempuan dalam kehidupan politik, ekonomi dan sosial terus meningkat Pencapaian Komponen IDG Meskipun berbagai upaya telah banyak dilakukan oleh pemerintah dalam mencapai kesetaraan gender, namun secara umum capaian komponen IDG pada tahun 2014 untuk perempuan masih lebih rendah dari laki-laki seperti yang disajikan pada Gambar 4.2. Hal ini terjadi di semua komponen pembentuk IDG, baik dalam partisipasi politik, pengambilan keputusan, maupun dalam perekonomian. Gambar 4.2 Pencapaian Komponen IDG, 2014 Sumber : BPS Masih relatif rendahnya capaian perempuan jika dibandingkan lakilaki bisa disebabkan oleh dua hal. Pertama, bahwa pembangunan yang selama ini dilakukan lebih banyak menguntungkan laki-laki; dan yang kedua, walaupun pembangunan manusia telah memberikan kesempatan kepada semua penduduk tanpa terkecuali, tetapi kesempatan ini tidak digunakan secara optimal oleh kelompok lain (dalam hal ini perempuan), sehingga terkesan bahwa perempuan selalu termarginalkan. Untuk melihat sejauh mana perbedaan capaian antara perempuan dengan lakilaki setiap komponen pembentuk IDG, akan dibahas dalam uraian berikut ini. Pencapaian Pemberdayaan Gender 45

60 Keterwakilan Perempuan di Parlemen Sebagaimana tercantum dalam agenda pembangunan RPJMN dalam hal membangun tata kelola pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis dan terpercaya, salah satu sasaran yang ingin dicapai adalah meningkatkan peranan dan keterwakilan perempuan dalam politik dan pembangunan termasuk dalam proses pengambil keputusan di lembaga eksekutif, legislatif, dan yudikatif. Sasaran tersebut juga sebetulnya telah termaktub dalam Undang-Undang No.12 Tahun 2003, yang menyebutkan bahwa kuota perempuan untuk dapat berpartisipasi dalam politik sekurang-kurangnya 30 persen. Sayangnya, kuota ini belum tercapai secara optimal, artinya pencapaian perempuan dalam bidang politik masih tertinggal. Keterwakilan perempuan dalam parlemen hanya sebesar 17,32 persen, lebih rendah dari tahun sebelumnya yang sudah mencapai 17,86 persen. Demikian halnya dengan jumlah anggota Dewan Perwakilan Daerah yang menurun dari 26,52 persen menjadi 25,76 persen (BPS, 2015). Kedua angka tersebut belum sesuai dengan kuota yang tersedia. Apabila kuota perempuan yang telah diatur dalam UU tersebut mampu dicapai secara optimal, tentu akan membawa dampak yang positif dalam pemberdayaan perempuan, mengingat kebijakan-kebijakan yang dibuat akan lebih memperhatikan isu-isu gender. Tabel 4.1 Perkembangan Jumlah Anggota DPR RI, Pemilu Laki-laki Perempuan Jumlah Pesentase Perempuan , , , , , , , ,80v , , ,32 Sumber : Statistik Indonesia PEMBANGUNAN MANUSIA BERBASIS GENDER 2015

61 Adapun hal positif yang dapat diambil dari indikator keterwakilan perempuan dalam parlemen adalah perkembangan hasil pemilu sejak tahun 1955 hingga 2014, dimana jumlah kursi DPR untuk perempuan cenderung semakin meningkat. Artinya, meskipun belum mencapai kuota sesuai UU, tetapi keterwakilan perempuan di parlemen menunjukkan peningkatan yang cukup menggembirakan. Meskipun penurunannya masih tergolong kecil hal tersebut cukup disayangkan mengingat peran perempuan dalam legislatif cukup krusial. Dengan menurunnya peran perempuan dalam legislatif, peran perempuan dalam pengambilan kebijakan juga akan menurun. Berbagai isu kebijakan yang memerlukan peran perempuan didalamnya misalnya terkait dengan peningkatan kualitas generasi mendatang, masalah sosial, ketahanan pangan, dan isu penting lainnya. Tenaga Manager, Profesional, Administrasi, dan Teknisi Dahulu perempuan hanya dipandang sebagai makhluk yang hanya berurusan dengan pekerjaan rumah tangga. Padahal perempuan memiliki potensi yang sama baiknya dengan laki-laki, hanya perempuan kurang memiliki kesempatan karena terbentur oleh persoalan budaya serta kodrat yang melekat terkait dengan fungsi-fungsi reproduksi. Sayangnya, keterlibatan perempuan dalam pengambilan keputusan di bidang penyelenggaraan pemerintahan, swasta, dan organisasi sosial lainnya sangat kecil, mengingat masih terbatasnya perempuan sebagai tenaga profesional, kepemimpinan/managerial, administrasi, serta teknisi. Salah satu komponen pengukuran IDG adalah persentase perempuan sebagai tenaga manager, profesional, kepemimpinan, dan teknisi. Indikator ini menunjukkan peranan perempuan dalam pengambilan keputusan di bidang penyelenggaraan pemerintahan, kehidupan ekonomi dan sosial. Keterlibatan perempuan di posisi ini memberikan gambaran kemajuan peran perempuan. Jumlah perempuan sebagai tenaga professional masih lebih rendah dari laki-laki, tetapi masih lebih besar dibandingkan komponen keterwakilan perempuan di parlemen. Jika melihat pada pola grafik pada Gambar 4.3, meskipun cukup berfluktuasi, capaian perempuan dalam pengambilan keputusan dan perekonomian saat ini menunjukkan peningkatan yang signifikan, karena capaian pada tahun 2005 masih sebesar 41,61 persen sementara kondisi terakhir sudah mencapai 45,61 persen. Meningkatnya persentase perempuan sebagai tenaga profesional menandakan bahwa keterlibatan perempuan dalam mengambil keputusan dan berpartisipasi dalam perekonomian semakin bisa disejajarkan dengan laki-laki. Pencapaian Pemberdayaan Gender 47

62 Ke depan, untuk lebih meningkatkan peran perempuan dalam dunia usaha terutama pada posisi strategis, peningkatan pemahaman masyarakat dan dunia usaha tentang pentingnya kesetaraan gender sangat diperlukan. Sehingga, secara umum partisipasi perempuan dalam dunia kerja semakin meningkat. Gambaran perempuan dalam penawaran tenaga kerja terlihat dari Gambar 4.4. Gambar 4.3 Perkembangan Persentase Perempuan Sebagai Tenaga Profesional, Sumber : BPS Perkembangan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) baik lakilaki maupun perempuan terlihat stagnan. Dari gambar tersebut juga terlihat bahwa kesempatan perempuan dalam dunia kerja masih jauh tertinggal dari laki-laki. Hal ini dapat disebabkan oleh perempuan usia kerja mayoritas mengurus rumah tangga sehingga tidak terkategori sebagai penduduk yang potensial dalam pasar tenaga kerja. Gambar 4.4 Perkembangan TPAK Laki-laki dan Perempuan, Perempuan yang Bekerja (%), Sumber : BPS 48 PEMBANGUNAN MANUSIA BERBASIS GENDER 2015

63 Jika angkatan kerja menggambarkan penduduk yang potensial dalam menghasilkan barang/jasa, maka penduduk yang bekerja adalah mereka yang benar-benar menghasilkan atau membantu menghasilkan barang/jasa untuk memperoleh keuntungan. Persentase perempuan yang bekerja masih sekitar 37 persen dari keseluruhan tenaga kerja. Artinya laki-laki mendominasi tenaga kerja Indonesia sebesar 63 persen. Tenaga kerja tersebut tersebar di berbagai profesi termasuk pada formasi Pegawai Negeri Sipil (PNS). Dari Gambar 4.5 tampak bahwa persentase PNS perempuan sejak 2008 hingga 2014 relatif tidak tertinggal jauh dari laki-laki bahkan hampir setara, sehingga bisa diartikan bahwa tidak terjadi diskriminasi gender pada penerimaan pegawai negeri sipil. Gambar 4.5 Persentase PNS Menurut Jenis Kelamin, Sumber : BPS Persentase PNS perempuan dan laki-laki yang tidak terlalu timpang bisa dikatakan sebagai sebuah langkah yang cukup positif dalam menuju keadilan dan kesetaraan gender. Namun masih terdapat persoalan lain, yaitu jika melihat persentase pejabat struktural PNS yang dipilah menurut jenis kelamin. Berdasarkan Gambar 4.6 tampak bahwa laki-laki masih mendominasi jabatan struktural. Sementara pejabat struktural perempuan hanya 30,60 persen. Namun demikian, kondisi tersebut lebih baik dari tahun sebelumnya dimana pejabat struktural perempuan tahun 2013 baru mencapai 29,58 persen. Peran perempuan dalam pengambilan keputusan yang masih relatif kecil memerlukan upaya lebih serius dari berbagai pihak terutama penentu kebijakan dalam rangka mendorong perempuan lebih maju dalam mencapai kapabilitas yang optimum sehingga dapat berpeluang menduduki jabatan-jabatan strategis. Dengan catatan bahwa variabel kompetensi dan profesionalisme tetap dipertimbangkan dalam pemilihan perempuan dalam menduduki posisi strategis tersebut. Pencapaian Pemberdayaan Gender 49

64 Gambar 4.6 Persentase Pejabat Struktural PNS Menurut Jenis Kelamin, Sumber : BKN 4.3 Disparitas Pencapaian Pembangunan Gender Antar Wilayah Kesenjangan pembangunan antarwilayah masih menjadi tantangan pembangunan di Indonesia mengingat luasnya wilayah kepulauan nusantara dengan berbagai karakteristiknya yang khas di setiap daerah. Wilayah bagian barat Indonesia cenderung mengalami pembangunan yang lebih pesat dibandingkan wilayah bagian timur Indonesia. Akibatnya, kualitas sumber daya di wilayah timur Indonesia jauh tertinggal dibandingkan sumber daya manusia di wilayah bagian barat Indonesia. Banyak faktor yang menyebabkan ketertinggalan pembangunan di wilayah bagian timur Indonesia, diantarnya kondisi alam, sumber daya alam, dan kondisi infrastruktur terutama di bagian pedalaman yang sangat buruk sehingga tercipta daerah-daerah kantong yang terisolasi. Ketertinggalan pembangunan di wilayah bagian timur Indonesia menyebabkan terjadinya kesenjangan capaian pembangunan di berbagai bidang kehidupan antarwilayah. Kesenjangan pemberdayaan gender antar wilayah masih menjadi fenomena yang perlu mendapat perhatian khusus dari pemerintah daerah dan pemerintah pusat. Dalam hal ini, perlu upaya peningkatan pemahaman dan komitmen para pelaku pembangunan tentang pentingnya pengintegrasian perspektif gender dalam berbagai tahapan, proses, dan bidang pembangunan di tingkat daerah. Pada subbab ini akan mengulas lebih jauh tentang kesenjangan pemberdayaan gender antarwilayah di Indonesia. 50 PEMBANGUNAN MANUSIA BERBASIS GENDER 2015

65 Capaian IDG Provinsi Indeks Pemberdayaan Gender (IDG) secara nasional pada tahun 2014 sebesar 70,68, atau meningkat sebesar 0,22 poin dari tahun sebelumnya. Peningkatan nilai indeks tersebut mencerminkan adanya peningkatan persamaan peranan perempuan dan laki-laki secara nasional dalam pengambilan keputusan dibidang politik maupun bidang manajerial. Namun demikian, peningkatan nilai IDG nasional tersebut masih menunjukkan kesenjangan yang relatif besar antarwilayah di tingkat provinsi. IDG di tingkat provinsi memberikan gambaran lengkap pencapaian persamaan peranan perempuan dan laki-laki sebagai dampak dari kegiatan pembangunan di suatu provinsi. Pencapaian IDG menurut provinsi tahun 2014 dapat dilihat pada Gambar 4.7. Pada gambar tersebut menunjukkan bahwa pencapaian IDG enam provinsi melebihi rata-rata IDG nasional. Provinsi tersebut berturut-turut adalah Riau, DKI Jakarta, Jawa Tengah, Kalimantan Tengah, Sulawesi Utara, dan Maluku. Jika dilihat dari perkembangannya, pencapaian IDG pada periode dua tahun terakhir terlihat bahwa ada enam belas provinsi menunjukkan penurunan. Adapun penyebab fenomena ini bervariasi antarprovinsi. Misalnya saja di DI Yogyakarta, Papua Barat dan Kalimantan Timur terjadi penurunan IDG yang cukup signifikan dari periode sebelumnya diakibatkan oleh menurunnya keterlibatan perempuan dalam parlemen ditambah dengan penurunan proporsi perempuan sebagai tenaga proposional. Sementara penurunan IDG di provinsi lainnya disebabkan oleh penurunan keterlibatan perempuan dalam parlemen. Melihat fenomena tersebut, maka upaya yang lebih kuat lagi untuk meningkatkan peranan perempuan sangat diperlukan mengingat kesenjangan gender semakin memburuk. 80,00 77,90 75,00 70,00 65,00 60,00 55,00 50,00 45,00 40,00 Gambar 4.7 IDG Provinsi,2014 Sumber : BPS Indonesia 70,68 Kalteng Maluku Sulut Jateng Riau DKI Jakarta Sumsel Jabar Bengkulu Kalsel Jatim Sultra Gorontalo Sulbar Banten DIY Sulsel Sumut Kaltara Aceh Sulteng Papua Kalbar NTT Lampung Bali Jambi Sumbar Maluku Utara Kep.Riau NTB Kep. Babel Kaltim Papua Barat 47,97 Pencapaian Pemberdayaan Gender 51

66 Di tingkat provinsi pencapaian IDG tahun 2014 relatif bervariasi. Pencapaian IDG tertinggi diraih oleh Kalimantan Tengah dengan nilai 77,90, sedangkan IDG terendah sebesar 47,97 diraih oleh Papua Barat. Jarak yang ditimbulkan dari perbedaan capaian IDG tertinggi dan terendah tersebut meningkat dibandingkan tahun sebelumnya. Hal ini berarti bahwa disparitas pembangunan gender di tingkat provinsi semakin melebar. Tabel 4.2 Lima Provinsi dengan IDG Tertinggi, IDG 2014 IDG Maluku 79,93 Kalimantan Tengah 77,90 DKI Jakarta 77,43 Maluku 76,99 D I Yogyakarta 76,36 Sulawesi Utara 76,15 Sulawesi Utara 75,55 Jawa Tengah 74,46 Bengkulu 73,45 Riau 74,11 Sumber : BPS Tabel 4.2 memperlihatkan 5 provinsi dengan urutan pencapaian IDG tertinggi selama tahun Maluku dan Sulawesi Utara merupakan provinsi yang tetap berada pada urutan lima provinsi dengan IDG tertinggi. Meskipun dengan rangking yang berbeda. Sedangkan tiga provinsi lainnya seperti DKI Jakarta, DI Yogyakarta dan Bengkulu tidak lagi berada pada urutan lima tertinggi yang disebabkan oleh menurunnya persentase keterlibatan perempuan di parlemen yang cukup signifikan. Tabel 4.3 Lima Provinsi dengan IDG Terendah, IDG 2014 IDG Maluku Utara 59,66 Kepulauan Riau 60,54 Nusa Tenggara Barat 58,54 Nusa Tenggara Barat 57,49 Kep. Bangka Belitung 57,29 Kep. Bangka Belitung 56,12 Papua 57,22 Kalimantan Timur 53,74 Papua Barat 57,01 Papua Barat 47,97 Sumber: BPS 52 PEMBANGUNAN MANUSIA BERBASIS GENDER 2015

67 Sedangkan Tabel 4.3 menunjukkan lima provinsi dengan pencapaian IDG terendah selama tahun , dimana tiga provinsi masih pada posisi terendah, yaitu NTB, Kepulauan Bangka Belitung, dan Papua Barat. Capaian IDG di provinsi tersebut menurun dari tahun sebelumnya sebagai akibat dari menurunya proporsi perempuan dalam parlemen. Khusus untuk Papua Barat dan Nusa Tenggara Barat, proporsi perempuan sebagai tenaga professional juga menurun. Capaian IDG Kabupaten/Kota Perkembangan IDG menurut kabupaten/kota juga sangat menarik untuk disimak. Dalam RPJMN , pemerintah sangat menekankan isu arus pengutamaan gender hingga level daerah, sehingga gambaran IDG kabupaten/kota dapat membantu dalam pencapaian sasaran pembangunan dalam rangka peningkatan peranan dan keterwakilan perempuan dalam politik dan pembangunan di tingkat nasional maupun daerah. IDG dapat membantu sasaran pemerintah tersebut sesuai dengan arah kebijakan dan strategi dalam penguatan sistem penyediaan, pemutakhiran, dan pemanfaatan data terpilah untuk penyusunan, pemantauan, dan evaluasi kebijakan/program/kegiatan pembangunan yang mungkin juga dapat digunakan sebagai basis insentif dan disinsentif alokasi dana desa. IDG juga dapat digunakan sebagai alat dalam penerapan Perencanaan dan Penganggaran yang Responsif Gender (PPRG) di berbagai bidang pembangunan. Sedikit berbeda dengan disparitas provinsi, pada level kabupaten kota hampir 42 persen mengalami penurunan IDG. Penyebab penurunan tersebut cukup bervariasi. Namun, kontributor utama adalah penurunan proporsi perempuan sebagai tenaga profesional kemudian disusul oleh persentase perempuan dalam parlemen. Hal yang menarik dapat dilihat dari komposisi kabupaten/kota yang berada di urutan 10 teratas. Jika pada tahun sebelumnya hanya terdapat satu kabupaten, maka tahun 2014 terdapat empat kabupaten yang menduduki posisi 10 teratas. Bahkan Kabupaten Barito Selatan dan Barito Utara justru menduduki posisi teratas. Hal ini disebabkan peningkatan yang fantastis indikator proporsi perempuan dalam parlemen, melampaui batas yang di tetapkan dalam UU No.12 Tahun Di Kabupaten Barito Selatan dan Barito Utara, persentase perempuan dalam parlemen masingmasing 36 dan 32 persen berturut-turut. Pencapaian Pemberdayaan Gender 53

68 Tabel 4.4 Kabupaten/Kota dengan IDG Tertinggi, IDG 2014 IDG Kota Madiun 81,49 Barito Selatan 84,02 Kota Salatiga 80,91 Barito Utara 83,51 Kota Padang Panjang 80,15 Kota Kendari 83,04 Minahasa Tenggara 80,08 Kota Manado 82,50 Kota Tomohon 79,91 Kota Surabaya 81,93 Kota Kendari 79,88 Temanggung 81,65 Kota Banjarmasin 79,69 Kota Madiun 81,11 Kota Surabaya 79,42 Kota Depok 81,08 Kota Depok 79,34 Gunung Mas 81,01 Kota Jakarta Pusat 79,21 Kota Kediri 80,92 Sumber : BPS Sebaliknya, Kota Jakarta Pusat, Kota Padang Panjang, Kabupaten Minahasa Tenggara dan Kota Banjarmasin mengalami penurunan proporsi perempuan dalam parlemen sehingga menyebabkan ketiga wilayah tersebut tidak lagi berada di posisi IDG teratas. Sedangkan Kota Salatiga tidak masuk lagi dalam kategori IDG teratas disebabkan oleh penurunan proporsi perempuan sebagai tenaga profesional. Sedangkan untuk urutan sepuluh kabupaten/kota dengan IDG terendah, komposisinya berubah meskipun masih tetap didominasi wilayah timur. Sebanyak lima kabupaten berasal dari Provinsi Papua, yaitu Deiyai, Puncak, Dogiyai, Tolikara dan Asmat. Hal ini menunjukkan adanya disparitas pembangunan dimana pembangunan di wilayah bagian timur Indonesia masih tertinggal jauh dibandingkan provinsi atau kabupaten/ kota di bagian barat Indonesia. Untuk mencapai pembangunan gender yang optimal di Kawasan Timur, maka prasyarat yang harus dipenuhi adalah pembangunan secara umum. Oleh sebab itu, dalam RPJMN , pembangunan kawasan timur, beserta kawasan lainnya seperti wilayah desa, wilayah pinggiran, dan Luar Jawa masih menjadi prioritas pembangunan pemerintah. 54 PEMBANGUNAN MANUSIA BERBASIS GENDER 2015

69 Tabel 4.5 Kabupaten/Kota dengan IDG Terendah, IDG 2014 IDG Deiyai 24,47 Deiyai 26,25 Sorong 35,17 Puncak 27,32 Teluk Bintuni 36,84 Konawe Kepulauan 31,31 Labuhan Batu Utara 36,98 Dogiyai 32,39 Bangka Selatan 37,80 Tolikara 33,13 Asmat 38,25 Asmat 36,32 Lombok Utara 39,48 Bangka Selatan 37,13 Lingga 39,98 Sumbawa Barat 37,14 Luwu Utara 40,04 Halmahera Selatan 38,01 Dogiyai 40,20 Tambrauw 39,92 Sumber : BPS Pencapaian Pemberdayaan Gender 55

70

71 BAB 5 KETERKAITAN ANTARA IPM, IPG, DAN IDG

72

73 Bab 5 Keterkaitan antara IPM, IPG, dan IDG Hubungan antara IPM dan IPG Hubungan antara IPG dan IDG 5.1 Hubungan antara IPM dengan IPG Rendahnya kualitas sumber daya manusia perempuan dipandang sebagai penyebab kurang terbukanya akses perempuan dalam hal perbaikan sumber daya. Sehingga, kaum perempuan tidak dapat bersaing dengan kaum laki-laki di dalam pembangunan. Hal ini tentu saja menghambat kemajuan perempuan yang juga menghambat terwujudnya masyarakat adil dan sejahtera secara umum. Mengapa? Karena kemajuan perempuan dan kesetaraan gender tidak dapat dilihat hanya sebagai isu perempuan saja. Namun sebagai prasyarat untuk mencapai keamanan politik, sosial, ekonomi, budaya dan semua aspek dalam kehidupan masyarakat secara umum. Kini, peran dan posisi antara perempuan dan laki-laki mulai disetarakan dalam berbagai hal. Karena makna pembangunan itu sendiri adalah perluasan pilihan termasuk bagi kaum perempuan. Perluasan pilihan mencakup dalam bidang sosial-ekonomi bagi individu perempuan itu sendiri maupun bagi masyarakat umumnya. Indikator pembangunan gender merupakan sebuah alat evaluasi dalam pencapaian pembangunan berbasis gender. Dua di antara banyak indikator pembangunan yang sering digunakan untuk mengukur kinerja pembangunan adalah Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dan Indeks Pembangunan Gender (IPG). Keterkaitan antara IPM, IPG, dan IDG 59

74 IPM secara khusus mengukur capaian pembangunan manusia yang diukur dari tiga dimensi atau komponen: pembangunan ekonomi (diukur dengan pendapatan per kapita dan didekati dengan pengeluaran per kapita), pembangunan kesehatan (diukur dengan angka harapan hidup) dan pembangunan pendidikan (diukur dengan rata-rata lama sekolah dan harapan lama sekolah). IPM yang lebih tinggi menunjukkan capaian pembangunan yang lebih baik. IPM menurut jenis kelamin sangat penting dihitung untuk melihat pencapaian pembangunan manusia antara laki-laki dan perempuan. Rasio antara IPM perempuan dan IPM laki-laki inilah yang menjadi fokus dalam IPG. Sehingga IPG menunjukkan capaian pembangunan manusia yang telah memasukkan aspek disparitas gender. Secara nasional, disparitas gender masih terjadi di dalam proses pembangunan manusia di Indonesia. Namun, tren pembangunan gender terlihat semakin membaik. Hal ini ditunjukkan oleh Gambar 5.1 yang memperlihatkan bahwa selama periode , nilai IPG Indonesia terus meningkat seiring dengan peningkatan IPM. Artinya peningkatan pembangunan manusia secara umum dapat dibarengi dengan kondisi kesetaraan pembangunan gender secara utuh. Gambar 5.1 Trend IPM dan IPG Indonesia, Sumber : BPS Namun, perbandingan tren IPM dan IPG pada Grafik 5.1 tersebut juga menunjukkan perbedaan percepatan IPM dan IPG. Pertumbuhan IPM terlihat sedikit lebih cepat dibandingkan IPG. Hal ini mengindikasikan bahwa peningkatan capaian pembangunan perempuan lebih rendah dibandingkan peningkatan capaian pembangunan laki-laki. Dengan membandingkan nilai IPM dan IPG nasional tahun 2010, 2012, dan 2014, provinsi-provinsi di Indonesia dapat tersebar ke dalam empat kelompok atau kuadran seperti yang disajikan pada Tabel PEMBANGUNAN MANUSIA BERBASIS GENDER 2015

75 Tabel 5.1 Hubungan Antara IPM dengan IPG, 2010, 2012 dan 2014 Kuadran II Kuadran I Riau Riau Riau Sumatera Utara Sulawesi Utara Sumatera Barat Kalimantan Timur Kalimantan Timur Kalimantan Timur Sumatera Barat Sumatera Barat Kepulauan Riau Aceh Sumatera Utara Kepulauan Riau Kepulauan Riau DKI Jakarta DKI Jakarta DKI Jakarta D I Yogyakarta D I Yogyakarta D I Yogyakarta Banten Banten Banten Bali Bali Bali Sulawesi Utara Aceh Kuadran III Kuadran IV Jambi Jambi Jambi Sumatera Selatan Sumatera Selatan Aceh Lampung Lampung Lampung Jawa Tengah Jawa Tengah Jawa Timur Kep. Bangka Belitung Kep. Bangka Belitung Kep. Bangka Belitung NTT NTT Sumatera Selatan Jawa Barat Jawa Barat Jawa Barat Sulawesi Tengah Sulawesi Tengah Bengkulu NTB NTB NTB Sulawesi Selatan Sulawesi Selatan Jawa Tengah Kalimantan Barat Kalimantan Barat Kalimantan Barat Maluku Maluku NTT Kalimantan Tengah Kalimantan Tengah Kalimantan Tengah Bengkulu Sulawesi Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Selatan Kalimantan Selatan Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Sulawesi Tenggara Sulawesi Tenggara Maluku Gorontalo Gorontalo Gorontalo Sulawesi Barat Sulawesi Barat Sulawesi Barat Maluku Utara Maluku Utara Maluku Utara Papua Barat Papua Barat Papua Barat Papua Papua Papua Jawa Timur Jawa Timur Kalimantan Utara Bengkulu Sumatera Utara Catatan : Kuadran I: IPM dan IPG di atas rata-rata nasional Kuadran II: IPM di atas rata-rata nasional tetapi IPG di bawah rata-rata nasional Kuadran III: IPM dan IPG di bawah rata-rata nasional Kuadran IV : IPM di bawah rata-rata nasional tetapi IPG di atas rata-rata nasional Sumber : BPS Keterkaitan antara IPM, IPG, dan IDG 61

76 Secara ringkas, penjelasan untuk masing-masing kuadran dapat diuraikan sebagai berikut: KUADRAN I : IPM dan IPG di atas rata-rata nasional. Pada tahun , tujuh provinsi konsisten masuk dalam kelompok ini antara lain Sumatera Barat, Kepulauan Riau, DKI Jakarta, DI Yogyakarta, Banten, Bali dan Sulawesi Utara. Capaian provinsi-provinsi tersebut secara umum lebih baik dibandingkan dengan capaian nasional, baik dari sisi pembangunan manusia maupun dari sisi pembangunan gender. Sementara Sumatera Utara hanya masuk pada tahun 2010 dan Aceh hanya berada di posisi ini di tahun Kondisi Sumatera Utara dan Aceh yang berpindah posisi ke kuadran lain bukan dikarenakan terjadi penurunan pencapaian IPG maupun IPM akan tetapi lebih disebabkan oleh pertumbuhannya yang lamban dibandingkan rata-rata nasional. KUADRAN II : IPM di atas rata-rata nasional tetapi IPG di bawah rata-rata nasional. Dalam kuadran ini, Kalimantan Timur dan Riau konsisten memiliki angka IPM di atas rata-rata nasional tetapi IPG masih relatif lebih rendah. Sementara Aceh dan Sumatera Utara memiliki peningkatan yang fluktuatif setiap tahunnya. Dibandingkan dengan provinsi-provinsi lain, pembangunan manusia di provinsi-provinsi dalam kelompok ini sudah relatif baik. Namun demikian disparitas gender agaknya masih menjadi persoalan. KUADRAN III: IPM dan IPG di bawah rata-rata nasional. Diantara kuadran yang lain, provinsi yang masuk dalam kelompok ini tergolong cukup banyak. Provinsi-provinsi yang capaian pembangunan manusia dan kesetaraan gendernya belum terlalu baik pada tahun 2014 mencapai sekitar 16 (enam belas) provinsi. Dalam hal ini, pemerintah di provinsi yang bersangkutan harus melakukan usaha yang lebih keras untuk mengejar ketertinggalannya dengan provinsi lain terutama provinsi yang konsisten berada pada kuadran ini seperti Jambi, Lampung, Kep. Bangka Belitung, Jawa Barat, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Sulawesi 62 PEMBANGUNAN MANUSIA BERBASIS GENDER 2015

77 Tenggara, Sulawesi Barat, Gorontalo, Maluku Utara, Papua Barat dan Papua. Demikian halnya Kalimantan Utara yang baru dibentuk pada tahun 2012 berdasarkan Undang- Undang Nomor 20/2012 juga berada pada posisi ini. Kuadran IV: IPM di bawah rata-rata nasional tetapi IPG di atas rata-rata nasional Provinsi yang masuk dalam kelompok ini cukup unik karena memiliki pencapaian pembangunan gender di atas nasional, namun capaian pembangunan manusianya masih di bawah nasional. Provinsi yang konsisten berada di posisi ini diantaranya Sumatera Selatan, Jawa Tengah, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan dan Maluku. Pengelompokan provinsi sesuai dengan nilai IPM dan IPG seperti yang telah diuraikan sebelumnya, memperlihatkan bahwa secara umum asosiasi/hubungan antara IPM dan IPG adalah searah. Maksudnya, provinsi yang memiliki nilai IPM tinggi akan cenderung memiliki nilai IPG yang tinggi pula, begitu juga sebaliknya. Adapun provinsi-provinsi yang perlu mendapat perhatian secara khusus adalah provinsi-provinsi yang berada pada kelompok kuadran III. Capaian IPM dan IPG provinsi pada kelompok ini berada di bawah capaian IPM dan IPG nasional. Keterkaitan antara IPM, IPG, dan IDG 63

78 5.2. Hubungan antara IPG dengan IDG Idealnya, capaian pembangunan gender memiliki hubungan positif dengan capaian pemberdayaan gender. Artinya, meningkatnya pembangunan gender pada suatu wilayah harus diiringi dengan meningkatnya pemberdayaan gendernya. Singkatnya, apabila nilai IPG di suatu wilayah tinggi, maka nilai IDG juga seharusnya tinggi. Berdasarkan capaian IPG dan IDG selama , provinsi di Indonesia dapat dikelompokkan ke dalam empat kuadran sebagai berikut. Kuadran I : IPG tinggi dan IDG tinggi Provinsi pada kelompok ini memiliki capaian pembangunan gender dan pemberdayaan berada di atas capaian tingkat nasional. Hal ini menunjukkan bahwa kesetaraan gender dalam pembangunan manusia yang tinggi di setiap provinsi telah disertai dengan tingginya peran perempuan dalam pengambilan keputusan politik, kegiatan ekonomi, dan kehidupan sosial. Jumlah provinsi yang masuk dalam kelompok ini terus berubah sepanjang tahun DKI Jakarta, Sulawesi Utara dan Maluku konsisten dengan pencapaian IPD dan IDG di atas rata-rata nasional. DI Yogyakarta hanya bertahan di posisi ini sampai dengan tahun 2012 saja. Jawa Tengah yang tidak masuk kategori ini di tahun 2010 memiliki pencapaian IPG dan IDG di atas rata-rata nasional pada tahun 2012 dan Artinya provinsi ini selain berhasil meningkatkan peran perempuan dalam keputusan ekonomi dan politik, juga berhasil dalam meningkatkan pembangunan perempuan secara umum dalam hal pendidikan, kesehatan dan pendapatannya. Kuadran II : IPG tinggi dan IDG rendah Provinsi pada di kelompok ini cukup unik karena capaian pembangunan gender dalam kelompok ini telah melampaui capaian secara nasional, tapi keterlibatan lakilaki dan perempuan dalam kehidupan politik, ekonomi dan sosial masih timpang dan capaiannya lebih rendah dari kondisi umumnya. Jumlah provinsi dalam kelompok ini semakin bertambah di tahun 2014 setelah DI Yogyakarta yang semula berada di kelompok I pada tahun 2010 dan 2012 kemudian bergeser ke posisi ini. Hal ini disebabkan menurunnya semua komponen dalam pengukuran IDG. 64 PEMBANGUNAN MANUSIA BERBASIS GENDER 2015

79 Tabel 5.1 Hubungan Antara IPG dengan IDG, 2010, 2012 dan 2014 Kuadran II Kuadran I Sumatera Barat Sumatera Barat Sumatera Barat DKI Jakarta DKI Jakarta DKI Jakarta Sumatera Selatan Sumatera Selatan Sumatera Selatan D I Yogyakarta D I Yogyakarta Sulawesi Utara Kepulauan Riau Kepulauan Riau Kepulauan Riau Sulawesi Utara Sulawesi Utara Maluku Banten Banten Banten Maluku Maluku Jawa Tengah Bali Bali Bali Jawa Tengah NTT NTT NTT Sulawesi Tengah Sulawesi Tengah Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Selatan Sulawesi Selatan Jawa Tengah Aceh Aceh Bengkulu Bengkulu Jawa Timur D I Yogyakarta Kuadran III Kuadran IV Jambi Jambi Jambi Kalimantan Tengah Kalimantan Tengah Kalimantan Tengah Lampung Lampung Lampung Bengkulu Riau Kep. Bangka Belitung Kep. Bangka Belitung Kep. Bangka Belitung Jawa Barat Jawa Barat Jawa Barat NTB NTB NTB Kalimantan Barat Kalimantan Barat Kalimantan Barat Kalimantan SelatanKalimantan Selatan Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Kalimantan Timur Kalimantan Timur Kalimantan Utara Kalimantan Utara Kalimantan Utara Sulawesi Tenggara Sulawesi Tenggara Sulawesi Tenggara Gorontalo Gorontalo Gorontalo Sulawesi Barat Sulawesi Barat Sulawesi Barat Maluku Utara Maluku Utara Maluku Utara Papua Barat Papua Barat Papua Barat Papua Papua Papua Riau Riau Sumatera Utara Jawa Timur Jawa Timur Aceh Sumatera Utara Catatan : Kuadran I: IPG tinggi dan IDG tinggi Kuadran II: IPG tinggi dan IDG rendahrata-rata nasional Kuadran III: IPG rendah dan IDG rendah Kuadran IV : IPG rendah dan IDG tinggi Sumber : BPS Keterkaitan antara IPM, IPG, dan IDG 65

80 Kuadran III : IPG rendah dan IDG rendah Pada kelompok ini pemerintah daerah masih perlu bekerja lebih keras untuk meningkatkan kesetaraan gender dalam pembangunan manusia, dengan mengupayakan peningkatan peranan perempuan dalam proses pengambilan keputusan politik, dan dalam kegiatan ekonomi dan sosial. Hal ini terlihat dari banyaknya jumlah provinsi pada kelompok ini yang masih berjumlah 16 provinsi pada tahun Kalimantan Utara sebagai provinsi termuda juga berada di kelompok ini. Sebuah tantangan yang cukup berat bagi pemerintah di provinsi ini untuk mampu meningkatkan kualitas sumber daya perempuan itu sendiri sekaligus meningkatkan peran serta perempuan dalam pembangunan. Kuadran IV : IPG rendah dan IDG tinggi Pada kelompok ini pencapaian pembangunan gender masih tertinggal dan berada di bawah rata-rata nasional, tetapi peranan laki-laki dan perempuan dalam berbagai aspek pembangunan sudah relatif simbang. Tantangan yang dihadapi pada kelompok ini adalah meningkatkan kinerja pembangunan gender dengan menurunkan ketimpangan gender dalam pembangunan manusia. Adapun provinsi yang masih tetap masuk dalam kelompok ini adalah Kalimantan Tengah. Uniknya, Bengkulu yang pada tahun 2010 berada di kelompok ini telah berpindah posisi ke kuadran II yang memliki IPG tinggi dan IDG yang rendah. Artinya provinsi ini telah berhasil meningkatkan capaian pembangunan perempuan dari segi pendidikan, kesehatan dan pendapatan namun peran perempuan dalam pengambilan keputusan justru menurun yang disebabkan oleh penurunan persentase perempuan di parlemen, dan persentase perempuan sebagai tenaga professional. Sedangkan prestasi yang baik sudah dicapai oleh Riau. Pada tahun 2010 dan 2012 Riau memiliki IPG dan IDG yang relatif rendah dari angka nasional namun pada tahun 2014 telah meningkatkan peran sumber daya perempuannya dalam pengambilan keputusan. 66 PEMBANGUNAN MANUSIA BERBASIS GENDER 2015

81 Dengan melihat hubungan antara pencapaian pembangunan gender dan pencapaian peningkatan peranan perempuan dalam proses pengambilan keputusan terlihat bahwa daerah yang memiliki pembangunan gender yang rendah cenderung memiliki pemberdayaan gender yang juga rendah. Namun perlu dicatat bahwa ternyata pembangunan gender yang meningkat juga tidak serta merta meningkatkan peran perempuan dalam bidang politik, ekonomi, maupun sosial. Hal ini terlihat dari banyaknya provinsi yang berada di kuadran II. Ada beberapa faktor yang diduga berkontribusi terhadap fenomena tersebut, diantaranya faktor teknis pengukuran IPG yang berupa rasio pencapaian pembangunan laki-laki dan perempuan. Dalam hal ini meskipun pembangunan perempuan meningkat tetapi jika peningkatannya tidak lebih besar dari pembangunan laki-laki maka peningkatan IPGnya tidak akan signifikan. Artinya, IPG yang rendah atau melambat bukan disebab kan pembangunan perempuan yang memburuk akan tetapi disebabkan pertumbuhannya yang melambat. Keterkaitan antara IPM, IPG, dan IDG 67

82

83 BAB 6 KESIMPULAN

84 70 PEMBANGUNAN MANUSIA BERBASIS GENDER 2015

85 Bab 6 Kesimpulan Gambaran umum indikator pembangunan manusia terpilah gender masih menunjukkan adanya perbedaan pencapaian pembangunan yang dirasakan oleh laki-laki dan perempuan meskipun perlahan gap diantara keduanya mulai menipis. Di bidang pendidikan, kesenjangan sudah mulai berkurang yang ditandai dengan rendahnya gap Angka Parisipasi Sekolah. Selain itu, angka harapan lama sekolah perempuan lebih tinggi dari lakilaki meskipun rata-rata lama sekolahnya masih lebih rendah satu tahun dari laki-laki. Sedangkan dari sisi kesehatan, pencapaian pembangunan perempuan yang ditunjukkan oleh Angka Harapan Hidup saat lahir masih menunjukkan lebih tingginya status kesehatan perempuan dari laki-laki. Hal ini terkait dengan faktor bawaan lahir (genetis) dan pada faktor gaya hidup. Dalam hal ekonomi, terlihat bahwa gap laki-laki dan perempuan terletak pada aksesibilitas perempuan dalam kesempatan kerja, sehingga akumulasi upah perempuan secara keseluruhan menjadi sangat rendah. Kontribusi perempuan dalam yang masih jauh tertinggal dari laki-laki. Kalaupun perempuan memiliki peluang untuk bekerja, secara umum statusnya pun masih tergolong rendah. Proporsi perempuan pekerja tanpa imbalan jasa lebih tinggi jumlahnya dari-laki-laki. Akumulasi kondisikondisi tersebutlah yang menyebabkan pengeluaran per kapita perempuan yang jauh tertinggal dari laki-laki. Indikator pengeluaran merupakan bagian dari komponen penghitungan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) bersama-sama dengan indikator pendidikan dan kesehatan. Sebagai dampak dari gap yang besar dalam hal ekonomi inilah yang menyebabkan IPM perempuan kalah jauh dari laki-laki, yang juga menyebabkan Indeks Pembangunan Gender (IPG) menjadi lebih rendah dari 100. Sebagai informasi, IPG dihitung dari rasio IPM laki-laki terhadap perempuan. Kesimpulan 71

86 Indeks Pemberdayaan Gender (IDG) yang menggambarkan peranan antara perempuan dan laki-laki dalam kehidupan ekonomi, politik dan pengambilan keputusan semakin meningkat dalam kurun waktu Ini dapat diartikan bahwa peranan perempuan dalam pengambilan keputusan dan kegiatan ekonomi semakin menunjukkan arah yang lebih baik. Sayangnya, jika melihat pencapaian pemberdayaan gender di level provinsi masih sangat bervariasi, bahkan disparitas IDG di tingkat provinsi semakin melebar. Peningkatan pembangunan manusia secara umum dapat dibarengi dengan kondisi kesetaraan pembangunan gender secara utuh. Hal ini terlihat dari tren yang searah antara IPM dengan IPG. Hubungan yang searah ini juga dapat terlihat dari distribusi provinsi yang memiliki IPM di atas rata-rata nasional cenderung memiliki IPG yang tinggi juga. Demikian juga sebaliknya provinsi yang memiliki IPM relatif rendah juga menunjukkan performa yang kurang baik dalam hal pencapaian IPG nya. Sedangkan, hubungan antara IPG dengan IDG relatif kurang searah. Namun demikian, terdapat kecenderungan bahwa gap antara pembangunan sumber daya perempuan dan laki-laki berkorelasi dengan pemberdayaan gender yang rendah pula. Dari sisi disparitas, perbedaan pencapaian pembangunan gender dan pemberdayaan gender masih saja terjadi. Diperlukan upaya yang lebih keras lagi agar konvergensi pembangunan dan pemberdayaan gender dapat terwujud. Penerapan sistem penganggaran pembangunan yang berbasis gender merupakan ide yang bagus untuk diterapkan secara berkesinambungan. 72 PEMBANGUNAN MANUSIA BERBASIS GENDER 2015

87 Daftar Pustaka BPS Keadaan Angkatan Kerja Agustus Jakarta: Badan Pusat Statistik BPS Statistik Indonesia Jakarta: Badan Pusat Statistik BPS Pembangunan Manusia Berbasis Gender Jakarta: Badan Pusat Statistik. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2015 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Undang-Undang No.12 Tahun 2003 tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Undang-undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional tahun Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2012 tentang Pembentukan Provinsi Kalimantan Utara Daftar Pustaka 73

88

89 Tim Laporan Indeks Pembangunan Manusia 2015 Pengarah: Suhariyanto Margo Yuwono Editor: Harmawanti Marhaeni Penulis: Ema Tusianti Yoyo Karyono Pengolah Data: Yoyo Karyono Adi Nugroho Nur Putri Cahyo Utami Desain Cover: Taufan Tirtayasa Perapihan Naskah: Fera Kurniawati PEMBANGUNAN MANUSIA BERBASIS GENDER

90

91 L LAMPIRAN

92

93 Lampiran 1. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Menurut Provinsi dan Kabupaten/Kota, Kode Provinsi/ Kabupaten/ Kota Angka Harapan Hidup Harapan Lama Sekolah Rata- rata Lama Sekolah Pengeluaran per Kapita disesuaikan (Ribu Rupiah) Indeks Pembangunan Manusia (IPM) ACEH 69,31 69,35 13,36 13,53 8,44 8, ,30 68, Simeulue 64,23 64,24 12,67 12,75 8,55 8, ,68 62, Aceh Singkil 66,91 66,94 13,85 14,05 7,33 7, ,87 65, Aceh Selatan 63,16 63,18 13,01 13,05 7,59 7, ,27 62, Aceh Tenggara 67,03 67,07 13,54 13,59 8,58 8, ,55 65, Aceh Timur 68,05 68,06 11,76 11,83 7,28 7, ,27 63, Aceh Tengah 68,35 68,38 13,76 14,11 9,25 9, ,51 70, Aceh Barat 67,30 67,33 14,32 14,35 7,83 8, ,86 67, Aceh Besar 69,44 69,46 14,21 14,35 9,46 9, ,61 71, Piddie 66,27 66,28 13,36 13,50 8,15 8, ,59 67, Bireuen 70,34 70,35 14,22 14,25 8,58 8, ,23 68, Aceh Utara 68,41 68,42 13,89 13,99 7,83 8, ,36 65, Aceh Barat Daya 63,69 63,72 13,02 13,11 7,69 7, ,62 63, Gayo Lues 64,42 64,44 13,01 13,03 7,00 7, ,22 63, Aceh Tamiang 68,66 68,67 12,79 13,27 7,69 7, ,56 66, Nagan Raya 68,28 68,29 13,34 13,42 7,78 7, ,23 65, Aceh Jaya 66,45 66,48 13,69 13,81 7,70 7, ,92 67, Bener Meriah 68,62 68,64 12,93 13,02 8,93 9, ,74 70, Pidie Jaya 69,11 69,13 13,92 14,03 7,95 8, ,26 69, Kota Banda Aceh 70,79 70,80 16,26 16,36 12,19 12, ,84 82, Kota Sabang 69,54 69,54 12,23 12,39 10,21 10, ,07 71, Kota Langsa 68,78 68,79 14,25 14,58 10,47 10, ,40 73, Kota Lhokseumawe 70,61 70,62 14,92 15,11 10,37 10, ,13 74, Kota Subulussalam 62,86 62,87 13,16 13,30 6,65 6, ,11 60, SUMATERA UTARA 67,94 68,04 12,41 12,61 8,79 8, ,36 68, Nias 68,77 68,87 11,15 11,45 4,71 4, ,43 57, Mandailing Natal 61,08 61,18 12,21 12,57 7,52 7, ,91 63, Tapanuli Selatan 63,04 63,14 12,93 13,04 8,04 8, ,75 67, Tapanuli Tengah 66,47 66,49 11,89 12,21 7,50 7, ,64 66, Tapanuli Utara 67,15 67,25 13,09 13,14 9,04 9, ,50 70, Toba Samosir 68,94 69,04 12,89 13,16 9,79 9, ,36 72, Labuhan Batu 69,24 69,26 12,17 12,56 8,60 8, ,45 70, Asahan 67,17 67,27 11,51 12,15 7,89 7, ,58 67, Simalungun 70,14 70,24 12,57 12,63 8,37 8, ,28 70,89 Lampiran 79

94 Kode Provinsi/ Kabupaten/ Kota Angka Harapan Hidup Harapan Lama Sekolah Rata- rata Lama Sekolah Pengeluaran per Kapita disesuaikan (Ribu Rupiah) Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Dairi 67,38 67,48 11,43 12,05 8,58 8, ,15 67, Karo 70,38 70,42 11,87 11,89 9,25 9, ,62 71, Deli Serdang 70,78 70,80 11,77 12,11 9,37 9, ,39 71, Langkat 67,23 67,33 12,21 12,69 7,69 7, ,17 68, Nias Selatan 67,06 67,16 11,17 11,48 4,28 4, ,78 57, Humbang Hasundutan 67,70 67,80 12,67 13,13 8,80 8, ,92 65, Pakpak Barat 64,42 64,45 13,76 13,78 8,25 8, ,73 65, Samosir 69,56 69,66 12,57 13,39 8,52 8, ,80 67, Serdang Bedegai 67,17 67,27 11,87 12,29 8,02 8, ,11 67, Batu Bara 65,40 65,50 11,74 11,94 7,70 7, ,06 65, Padang Lawas Utara 66,38 66,40 11,62 11,84 8,41 8, ,13 66, Padang Lawas 65,97 66,01 12,16 12,90 8,14 8, ,62 65, Labuhan Batu Selatan 68,03 68,06 11,69 11,88 8,25 8, ,78 68, Labuhan Batu Utara 68,40 68,50 11,30 11,80 8,10 8, ,28 69, Nias Utara 68,39 68,49 11,76 11,86 5,55 6, ,29 59, Nias Barat 67,54 67,64 11,77 11,87 5,25 5, ,58 57, Kota Sibolga 67,30 67,40 12,45 12,76 9,73 9, ,45 71, Kota Tanjung Balai 61,30 61,40 11,91 12,25 8,90 9, ,40 66, Kota Pematang Siantar 71,59 71,69 13,36 13,97 10,62 10, ,05 75, Kota Tebing Tinggi 69,94 70,04 11,90 12,04 10,04 10, ,85 72, Kota Medan 72,13 72,18 13,65 13,69 10,76 10, ,00 78, Kota Binjai 71,34 71,39 12,63 13,00 9,75 9, ,02 72, Kota Padang Sidempuan 68,22 68,27 13,93 13,95 10,10 10, ,68 71, Kota Gunung Sitoli 70,13 70,19 12,92 13,28 8,16 8, ,25 65, SUMATERA BARAT 68,21 68,32 13,16 13,48 8,28 8, ,91 69, Kepulauan Mentawai 63,53 63,55 11,22 11,35 6,17 6, ,33 56, Pesisir Selatan 69,43 69,46 12,83 13,02 8,05 8, ,31 67, Solok 66,90 66,95 12,41 12,53 7,53 7, ,15 66, Sawah Lunto/ Sijunjung 64,72 64,72 11,61 11,91 7,30 7, ,48 64, Tanah Datar 68,28 68,35 12,61 12,82 7,78 7, ,12 68, Padang Pariaman 67,18 67,24 13,23 13,54 6,86 6, ,15 67, Agam 70,78 70,80 13,08 13,58 8,09 8, ,73 69, Limapuluh Koto 69,19 69,22 12,10 12,41 7,58 7, ,30 66, Pasaman 65,73 65,76 12,45 12,69 7,60 7, ,91 63,33 80 PEMBANGUNAN MANUSIA BERBASIS GENDER 2015

95 Kode Provinsi/ Kabupaten/ Kota Angka Harapan Hidup Harapan Lama Sekolah Rata- rata Lama Sekolah Pengeluaran per Kapita disesuaikan (Ribu Rupiah) Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Solok Selatan 66,02 66,04 12,03 12,15 7,80 7, ,86 66, Dharmas Raya 69,72 69,76 11,79 12,19 7,94 7, ,71 69, Pasaman Barat 66,90 66,93 11,83 12,29 7,50 7, ,92 64, Kota Padang 73,18 73,18 14,65 15,20 10,89 10, ,23 79, Kota Solok 72,33 72,34 13,75 14,26 10,72 10, ,54 76, Kota Sawah Lunto 69,14 69,17 12,52 12,68 9,45 9, ,07 69, Kota Padang Panjang 72,44 72,44 14,56 14,73 10,53 10, ,54 75, Kota Bukit Tinggi 73,12 73,12 14,47 14,65 10,66 10, ,67 78, Kota Payakumbuh 72,43 72,43 14,13 14,18 9,93 9, ,34 76, Kota Pariaman 69,48 69,49 14,43 14,48 9,88 9, ,51 74, RIAU 70,67 70,76 12,27 12,45 8,38 8, ,91 70, Kuantan Sengingi 67,64 67,66 11,79 11,96 7,70 8, ,65 67, Indragiri Hulu 69,63 69,64 11,29 11,51 7,46 7, ,68 67, Indragiri Hilir 66,50 66,54 10,50 10,67 6,74 6, ,44 63, Pelalawan 70,04 70,13 10,84 11,02 7,74 7, ,29 68, Siak 70,51 70,54 11,64 11,81 8,81 9, ,84 71, Kampar 69,77 69,80 12,51 12,72 8,62 8, ,46 70, Rokan Hulu 68,85 68,93 12,09 12,36 7,38 7, ,07 67, Bengkalis 70,38 70,38 12,22 12,35 8,76 8, ,60 70, Rokan Hilir 69,23 69,27 11,06 11,42 7,42 7, ,46 66, Kepulauan Meranti 66,38 66,42 12,23 12,34 7,33 7, ,53 62, Kota Pekan Baru 71,54 71,55 13,93 14,07 10,93 10, ,16 78, Kota Dumai 70,04 70,05 12,27 12,40 9,54 9, ,59 71, JAMBI 70,35 70,43 12,17 12,38 7,80 7, ,76 68, Kerinci 69,14 69,20 12,92 13,15 7,71 7, ,49 67, Merangin 70,91 70,92 11,14 11,38 7,00 7, ,82 66, Sarolangun 68,66 68,67 11,44 11,73 7,12 7, ,13 67, Batanghari 69,63 69,65 12,40 12,69 7,41 7, ,24 67, Muara Jambi 70,70 70,71 12,14 12,42 7,56 7, ,14 65, Tanjung Jabung Timur Tanjung Jabung Barat 65,25 65,33 10,65 10,73 5,90 5, ,41 59,88 67,46 67,46 11,42 11,58 7,24 7, ,54 64, Tebo 69,65 69,65 11,44 11,70 7,27 7, ,91 66, Bungo 66,68 66,68 12,26 12,53 7,85 7, ,54 67, Kota Jambi 72,30 72,31 13,20 13,62 10,55 10, ,21 74, Kota Sungai Penuh 71,49 71,51 14,35 14,57 8,97 9, ,09 72,48 Lampiran 81

96 Kode Provinsi/ Kabupaten/ Kota Angka Harapan Hidup Harapan Lama Sekolah Rata- rata Lama Sekolah Pengeluaran per Kapita disesuaikan (Ribu Rupiah) Indeks Pembangunan Manusia (IPM) SUMATERA SELATAN 68,84 68,93 11,46 11,75 7,53 7, ,16 66, Ogan Komering Ulu 67,60 67,60 11,80 11,99 7,57 7, ,51 66, Ogan Komering Ilir 67,99 67,99 10,63 10,78 6,41 6, ,52 63, Muara Enim (Liot) 67,70 67,70 11,00 11,48 7,16 7, ,34 65, Lahat 64,14 64,17 12,08 12,25 7,76 7, ,15 64, Musi Rawas 66,87 66,88 10,88 11,10 6,16 6, ,23 63, Musi Banyuasin 67,99 67,99 11,06 11,57 7,17 7, ,18 64, Banyuasin 68,21 68,21 10,61 10,87 6,55 6, ,42 63, Ogan Komering Ulu Selatan Ogan Komering Ulu Timur 65,77 65,78 11,08 11,21 7,26 7, ,58 61,94 67,78 67,79 11,53 11,66 6,82 7, ,09 66, Ogan Ilir 64,36 64,38 11,37 11,63 7,01 7, ,64 64, Empat Lawang 63,97 63,98 11,65 11,84 7,02 7, ,74 63, Penukal Abab Lematang Ilir 67,55 67,55 10,08 10,13 6,49 6, ,69 59, Musi Rawas Utara 64,69 64,69 10,69 10,89 5,71 6, ,56 61, Kota Palembang 69,80 69,80 13,34 13,67 10,19 10, ,49 76, Kota Prabumulih 69,39 69,39 12,10 12,21 9,52 9, ,87 72, Kota Pagar Alam 65,47 65,50 12,62 12,78 8,45 8, ,14 64, Kota Lubuk Linggau 68,48 68,49 13,13 13,26 9,29 9, ,55 72, BENGKULU 68,33 68,37 12,78 13,01 8,09 8, ,50 68, Bengkulu Selatan 67,05 67,06 12,99 13,42 8,71 8, ,61 68, Rejang Lebong 67,39 67,42 12,42 12,76 7,59 7, ,11 66, Bengkulu Utara 67,37 67,38 12,44 12,78 7,74 7, ,67 67, Kaur 65,45 65,46 12,42 12,82 7,76 7, ,17 63, Seluma 66,39 66,40 12,03 12,55 7,13 7, ,10 62, Mukomuko 65,80 65,83 11,72 12,10 7,33 7, ,79 65, Lebong 62,01 62,01 11,07 11,39 7,35 7, ,15 63, Kepahiang 66,63 66,65 11,95 12,30 7,22 7, ,44 65, Bengkulu Tengah 67,61 67,61 12,07 12,35 6,81 6, ,71 64, Kota Bengkulu 69,44 69,46 14,30 14,36 11,29 11, ,16 76, LAMPUNG 69,55 69,66 11,90 12,24 7,32 7, ,73 66, Lampung Barat 65,69 66,02 11,31 11,36 7,21 7, ,21 63, Tanggamus 66,79 67,12 11,29 11,49 6,35 6, ,89 62, Lampung Selatan 67,80 68,12 10,95 10,98 6,89 7, ,35 63, Lampung Timur 69,01 69,33 12,26 12,38 7,15 7, ,07 66, Lampung Tengah 68,59 68,91 11,89 12,16 7,04 7, ,57 67, Lampung Utara 67,68 68,02 12,04 12,38 7,42 7, ,00 64,89 82 PEMBANGUNAN MANUSIA BERBASIS GENDER 2015

97 Kode Provinsi/ Kabupaten/ Kota Angka Harapan Hidup Harapan Lama Sekolah Rata- rata Lama Sekolah Pengeluaran per Kapita disesuaikan (Ribu Rupiah) Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Way Kanan 67,89 68,21 11,85 11,96 6,68 6, ,92 64, Tulang Bawang 68,64 68,94 10,76 11,11 6,84 7, ,91 65, Pesawaran 67,01 67,33 11,28 11,44 6,99 7, ,94 61, Pringsewu 67,69 68,01 12,27 12,47 7,51 7, ,14 66, Mesuji 66,70 67,05 10,25 10,34 5,65 5, ,16 58, Tulang Bawang Barat 68,66 68,98 11,01 11,29 6,48 6, ,46 62, Pesisir Barat 61,37 61,74 10,62 11,12 7,35 7, ,95 59, Kota Bandar Lampung 70,26 70,55 13,22 13,31 10,77 10, ,93 74, Kota Metro 70,68 70,98 13,85 14,25 10,47 10, ,27 74, KEP. BANGKA BELITUNG 69,64 69,72 10,96 11,18 7,32 7, ,92 68, Bangka 70,45 70,47 12,01 12,33 7,88 7, ,34 69, Belitung 70,20 70,22 10,60 10,77 8,02 8, ,27 69, Bangka Barat 69,44 69,46 10,70 10,99 6,43 6, ,85 66, Bangka Tengah 69,95 69,98 11,10 11,40 6,65 6, ,67 68, Bangka Selatan 66,51 66,56 10,45 10,86 5,83 5, ,96 63, Belitung Timur 71,01 71,03 10,71 10,94 7,83 7, ,71 68, Kota Pangkal Pinang 72,29 72,31 12,69 12,74 9,62 9, ,14 76, KEPULAUAN RIAU 69,05 69,15 12,26 12,51 9,63 9, ,02 73, Karimun 68,93 69,01 11,80 11,86 7,67 7, ,52 68, Bintan 69,86 69,91 11,61 11,80 8,23 8, ,31 71, Natuna 63,11 63,24 13,50 13,84 7,87 8, ,39 70, Lingga 59,13 59,47 11,37 11,59 5,40 5, ,13 60, Kepulauan Anambas 66,13 66,23 11,50 11,62 6,14 6, ,86 65, Kota Batam 72,77 72,80 12,23 12,62 10,79 10, ,65 79, Kota Tanjung Pinang 71,51 71,55 13,59 14,03 9,89 9, ,70 77, DKI JAKARTA 72,19 72,27 12,24 12,38 10,47 10, ,08 78, Kep. Seribu 67,16 67,22 11,21 11,89 7,99 8, ,62 68, Kota Jakarta Selatan 73,80 73,81 12,96 13,09 10,95 10, ,72 82, Kota Jakarta Timur 73,98 74,00 12,63 13,06 11,18 11, ,88 80, Kota Jakarta Pusat 73,58 73,60 12,39 12,51 10,85 10, ,81 79, Kota Jakarta Barat 73,22 73,22 12,01 12,39 10,04 10, ,79 79, Kota Jakarta Utara 72,80 72,81 11,84 11,89 9,85 9, ,16 77, JAWA BARAT 72,09 72,23 11,81 12,08 7,58 7, ,25 68, Bogor 70,47 70,49 11,68 11,81 7,40 7, ,74 67,36 Lampiran 83

98 Kode Provinsi/ Kabupaten/ Kota Angka Harapan Hidup Harapan Lama Sekolah Rata- rata Lama Sekolah Pengeluaran per Kapita disesuaikan (Ribu Rupiah) Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Sukabumi 69,70 69,73 11,80 12,12 6,32 6, ,63 64, Cianjur 69,04 69,08 11,54 11,82 6,50 6, ,68 62, Bandung 72,96 72,97 11,50 11,74 8,18 8, ,58 69, Garut 70,47 70,49 11,17 11,62 6,80 6, ,67 62, Tasikmalaya 67,90 67,96 12,29 12,41 6,69 6, ,40 62, Ciamis 70,29 70,34 13,46 13,57 7,20 7, ,20 67, Kuningan 72,21 72,24 11,70 12,01 6,98 7, ,16 66, Cirebon 71,25 71,28 11,48 11,60 6,08 6, ,06 65, Majalengka 68,60 68,66 11,38 11,61 6,72 6, ,71 64, Sumedang 71,86 71,89 12,83 12,89 7,51 7, ,47 68, Indramayu 70,25 70,29 11,36 11,62 5,29 5, ,98 63, Subang 71,19 71,22 11,38 11,44 6,29 6, ,48 65, Purwakarta 69,95 69,96 11,22 11,33 7,11 7, ,09 67, Karawang 71,44 71,45 11,31 11,64 6,73 6, ,61 67, Bekasi 73,13 73,16 11,42 11,73 8,34 8, ,09 70, Bandung Barat 71,56 71,56 11,00 11,06 7,39 7, ,93 64, Pangandaran 69,79 69,84 11,48 11,89 7,01 7, ,73 65, Kota Bogor 72,57 72,58 12,10 12,23 9,96 10, ,86 73, Kota Sukabumi 71,75 71,76 13,08 13,18 8,52 8, ,81 71, Kota Bandung 73,79 73,80 13,13 13,33 10,37 10, ,55 78, Kota Cirebon 71,75 71,77 12,58 12,93 9,33 9, ,27 72, Kota Bekasi 74,17 74,18 13,20 13,28 10,49 10, ,63 78, Kota Depok 73,94 73,96 13,24 13,30 10,43 10, ,27 78, Kota Cimahi 73,56 73,56 13,70 13,71 10,66 10, ,85 76, Kota Tasikmalaya 70,93 70,96 13,11 13,36 8,44 8, ,63 69, Kota Banjar 70,20 70,24 12,29 12,42 7,66 7, ,01 68, JAWA TENGAH 73,28 73,88 11,89 12,17 6,80 6, ,02 68, Cilacap 72,75 72,80 11,98 12,27 6,43 6, ,80 67, Banyumas 72,89 72,92 12,11 12,56 7,18 7, ,55 69, Purbalingga 72,76 72,80 11,10 11,51 6,68 6, ,53 66, Banjarnegara 73,34 73,39 10,53 10,70 5,86 5, ,84 63, Kebumen 72,61 72,67 11,83 12,07 6,39 6, ,86 65, Purworejo 73,77 73,83 12,83 13,03 7,57 7, ,77 70, Wonosobo 70,76 70,82 11,03 11,34 5,92 6, ,57 65, Magelang 73,21 73,25 11,76 12,00 6,88 7, ,86 66, Boyolali 75,58 75,61 11,33 11,65 6,61 6, ,81 70, Klaten 76,52 76,54 12,27 12,74 7,74 7, ,42 73, Sukoharjo 77,44 77,45 12,66 12,96 8,25 8, ,22 73,76 84 PEMBANGUNAN MANUSIA BERBASIS GENDER 2015

99 Kode Provinsi/ Kabupaten/ Kota Angka Harapan Hidup Harapan Lama Sekolah Rata- rata Lama Sekolah Pengeluaran per Kapita disesuaikan (Ribu Rupiah) Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Wonogiri 75,80 75,84 11,77 11,94 6,12 6, ,40 66, Karanganyar 76,70 76,71 12,86 13,26 8,38 8, ,33 73, Sragen 75,27 75,31 11,92 12,19 6,69 6, ,95 70, Grobogan 74,03 74,07 12,06 12,24 6,25 6, ,43 67, Blora 73,79 73,84 11,53 11,75 5,90 6, ,37 65, Rembang 74,16 74,19 11,24 11,46 6,70 6, ,84 67, Pati 75,40 75,43 10,93 11,24 6,27 6, ,47 66, Kudus 76,39 76,40 12,34 12,58 7,73 7, ,58 72, Jepara 75,63 75,64 12,06 12,25 7,09 7, ,11 69, Demak 75,16 75,18 11,62 11,84 7,22 7, ,38 68, Semarang 75,48 75,50 12,55 12,81 7,28 7, ,29 71, Temanggung 75,31 75,34 11,39 11,69 6,13 6, ,52 65, Kendal 74,11 74,14 11,60 11,83 6,42 6, ,98 68, Batang 74,38 74,40 10,45 10,65 5,88 6, ,60 64, Pekalongan 73,30 73,33 11,55 11,93 6,37 6, ,26 66, Pemalang 72,59 72,64 11,05 11,26 5,72 5, ,81 62, Tegal 70,73 70,80 11,63 11,99 5,85 5, ,50 64, Brebes 67,81 67,90 10,75 11,03 5,68 5, ,87 62, Kota Magelang 76,54 76,57 12,65 12,98 10,22 10, ,29 75, Kota Surakarta 76,97 76,99 13,64 13,92 10,25 10, ,89 79, Kota Salatiga 76,53 76,53 14,61 14,95 9,20 9, ,37 79, Kota Semarang 77,18 77,18 13,66 13,97 10,06 10, ,68 79, Kota Pekalongan 74,06 74,09 11,56 11,93 7,96 8, ,82 71, Kota Tegal 74,06 74,10 11,61 11,96 8,05 8, ,44 72, D I YOGYAKARTA 74,45 74,50 14,67 14,85 8,72 8, ,44 76, Kulon Progo 74,89 74,90 13,00 13,27 8,02 8, ,14 70, Bantul 73,22 73,24 14,35 14,62 8,72 8, ,78 77, Gunung Kidul 73,38 73,39 12,49 12,82 6,22 6, ,31 67, Sleman 74,47 74,47 15,52 15,64 10,03 10, ,26 80, Kota Yogyakarta 74,05 74,05 15,89 15,97 11,36 11, ,61 83, JAWA TIMUR 70,34 70,45 12,17 12,45 6,90 7, ,55 68, Pacitan 70,70 70,75 11,41 11,61 6,32 6, ,38 63, Ponorogo 71,85 71,88 12,80 13,04 6,86 6, ,03 67, Trenggalek 72,49 72,51 11,49 11,64 6,74 6, ,76 66, Tulungagung 72,86 72,88 12,58 12,72 7,44 7, ,30 69, Blitar 72,47 72,50 11,37 11,49 6,67 6, ,49 66, Kediri 72,02 72,04 11,85 12,01 7,24 7, ,01 68,44 Lampiran 85

100 Kode Provinsi/ Kabupaten/ Kota Angka Harapan Hidup Harapan Lama Sekolah Rata- rata Lama Sekolah Pengeluaran per Kapita disesuaikan (Ribu Rupiah) Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Malang 71,76 71,78 11,02 11,25 6,59 6, ,20 65, Lumajang 69,02 69,07 10,94 11,12 5,88 6, ,87 62, Jember 67,75 67,80 11,87 12,00 5,62 5, ,43 62, Banyuwangi 69,88 69,93 11,39 11,81 6,84 6, ,74 67, Bondowoso 65,36 65,43 12,76 12,85 5,48 5, ,21 63, Situbondo 68,03 68,08 12,90 12,97 5,28 5, ,43 63, Probolinggo 65,69 65,75 11,32 11,60 5,61 5, ,61 63, Pasuruan 69,80 69,83 11,63 11,78 6,08 6, ,74 64, Sidoarjo 73,43 73,43 13,25 13,55 10,03 10, ,39 76, Mojokerto 71,75 71,76 11,86 11,97 7,57 7, ,84 70, Jombang 71,34 71,37 12,43 12,65 7,40 7, ,63 69, Nganjuk 70,83 70,87 12,34 12,65 7,15 7, ,98 69, Madiun 69,70 69,76 12,53 12,79 6,74 6, ,07 68, Magetan 71,87 71,91 12,57 12,77 7,43 7, ,86 70, Ngawi 71,28 71,33 12,18 12,29 6,27 6, ,25 67, Bojonegoro 70,07 70,11 12,04 12,08 5,90 6, ,85 65, Tuban 70,22 70,25 11,13 11,42 6,14 6, ,14 64, Lamongan 71,43 71,47 13,22 13,41 7,06 7, ,90 69, Gresik 72,19 72,20 12,85 13,17 8,41 8, ,47 72, Bangkalan 69,60 69,62 10,96 11,17 4,90 5, ,19 60, Sampang 67,46 67,48 10,20 10,39 3,34 3, ,45 56, Pamekasan 66,53 66,56 13,05 13,32 5,68 5, ,27 62, Sumenep 69,98 70,02 12,18 12,39 4,58 4, ,84 61, Kota Kediri 73,51 73,52 13,27 13,52 9,57 9, ,18 74, Kota Blitar 72,69 72,70 13,15 13,51 9,53 9, ,53 75, Kota Malang 72,28 72,30 14,16 14,47 9,82 9, ,44 78, Kota Probolinggo 69,50 69,52 12,97 13,29 8,42 8, ,05 70, Kota Pasuruan 70,52 70,54 13,29 13,53 9,03 9, ,89 73, Kota Mojokerto 72,37 72,39 13,24 13,30 9,91 9, ,91 75, Kota Madiun 72,38 72,41 13,33 13,64 10,86 10, ,41 78, Kota Surabaya 73,83 73,85 13,13 13,44 10,05 10, ,51 78, Kota Batu 72,05 72,06 12,71 12,90 8,34 8, ,55 71, BANTEN 69,04 69,13 12,05 12,31 8,17 8, ,47 69, Pandeglang 62,83 62,91 12,86 13,38 6,44 6, ,35 62, Lebak 65,83 65,88 11,55 11,88 5,81 5, ,13 61, Tangerang 68,96 68,98 11,44 11,65 8,18 8, ,28 69, Serang 63,03 63,09 12,09 12,35 6,65 6, ,57 63, Kota Tangerang 71,09 71,09 12,60 12,86 9,82 10, ,04 75,87 86 PEMBANGUNAN MANUSIA BERBASIS GENDER 2015

101 Kode Provinsi/ Kabupaten/ Kota Angka Harapan Hidup Harapan Lama Sekolah Rata- rata Lama Sekolah Pengeluaran per Kapita disesuaikan (Ribu Rupiah) Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kota Cilegon 65,84 65,85 12,67 13,07 9,60 9, ,99 71, Kota Serang 67,23 67,23 11,92 12,34 8,56 8, ,69 70, Kota Tangerang Selatan 72,10 72,11 13,24 13,58 11,48 11, ,65 79, BALI 71,11 71,20 12,40 12,64 8,10 8, ,09 72, Jembrana 71,26 71,39 11,34 11,48 7,27 7, ,39 68, Tabanan 72,52 72,64 11,89 12,04 7,83 7, ,31 72, Badung 74,19 74,30 12,88 13,00 9,18 9, ,63 77, Gianyar 72,71 72,78 12,91 13,06 8,24 8, ,00 74, Klungkung 69,84 69,91 12,43 12,57 6,88 6, ,08 68, Bangli 69,36 69,44 11,01 11,15 6,35 6, ,47 65, Karangasem 69,12 69,18 11,68 11,81 5,34 5, ,70 64, Buleleng 70,58 70,71 11,84 12,01 6,63 6, ,83 69, Kota Denpasar 73,56 73,71 13,32 13,46 10,90 10, ,32 81, NUSA TENGGARA BARAT 64,74 64,89 12,46 12,73 6,54 6, ,76 64, Lombok Barat 64,36 64,50 11,93 12,09 5,38 5, ,91 63, Lombok Tengah 64,30 64,45 12,08 12,36 5,36 5, ,25 61, Lombok Timur 63,90 64,04 12,77 13,10 5,94 6, ,43 62, Sumbawa 65,58 65,72 11,86 11,94 7,19 7, ,44 62, Dompu 64,92 65,06 12,96 13,16 7,40 7, ,16 63, Bima 64,42 64,56 12,45 12,70 7,12 7, ,08 62, Sumbawa Barat 65,69 65,85 13,20 13,21 7,28 7, ,86 67, Lombok Utara 65,04 65,19 11,87 12,31 4,89 4, ,20 60, Kota Mataram 70,03 70,18 14,82 15,27 9,04 9, ,22 75, Kota Bima 68,88 69,03 14,70 14,92 9,46 9, ,72 72, NUSA TENGGARA TIMUR 65,82 65,91 12,27 12,65 6,76 6, ,68 62, Sumba Barat 66,07 66,11 11,88 12,11 6,37 6, ,55 60, Sumba Timur 63,45 63,48 11,74 12,02 5,98 6, ,44 62, Kupang 62,87 62,97 13,13 13,45 6,71 6, ,07 61, Timor Tengah Selatan 65,42 65,45 12,03 12,51 5,94 5, ,76 59, Timor Tengah Utara 65,89 65,89 13,03 13,24 6,22 6, ,56 60, Belu 62,26 62,31 11,02 11,41 6,95 7, ,12 59, Alor 59,71 59,73 10,94 11,25 7,68 7, ,52 58, Lembata 65,30 65,35 11,19 11,50 7,07 7, ,56 61, Flores Timur 63,88 63,88 11,09 11,49 6,74 6, ,80 60,42 Lampiran 87

102 Kode Provinsi/ Kabupaten/ Kota Angka Harapan Hidup Harapan Lama Sekolah Rata- rata Lama Sekolah Pengeluaran per Kapita disesuaikan (Ribu Rupiah) Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Sikka 65,68 65,70 11,03 11,38 6,49 6, ,84 61, Ende 64,24 64,27 13,49 13,71 7,03 7, ,64 65, Ngada 67,30 67,32 11,92 11,99 7,47 7, ,43 64, Manggarai 64,75 64,78 10,90 11,29 6,76 6, ,49 60, Rote Nda 62,67 62,86 11,93 12,20 6,11 6, ,28 57, Manggarai Barat 65,92 65,98 9,89 10,15 6,65 6, ,02 59, Sumba Barat Daya 67,05 67,08 12,12 12,59 5,97 6, ,26 59, Sumba Tengah 67,61 67,65 11,23 11,44 5,07 5, ,25 57, Nageko 66,04 66,05 11,17 11,39 6,98 7, ,24 62, Manggarai Timur 67,26 67,27 9,91 10,15 6,04 6, ,74 56, Sabu Raijua 57,83 57,98 11,67 12,18 5,24 5, ,55 52, Malaka 64,11 64,15 11,34 11,56 5,64 6, ,14 56, Kota Kupang 68,09 68,14 15,35 15,55 11,35 11, ,24 77, KALIMANTAN BARAT 69,66 69,76 11,60 11,89 6,69 6, ,30 64, Sambas 67,69 67,74 11,22 11,46 5,48 5, ,47 63, Bengkayang 72,89 72,89 10,89 11,11 5,96 5, ,99 64, Landak 71,97 71,97 11,50 12,00 6,99 7, ,72 63, Pontianak 70,27 70,28 11,48 11,75 6,15 6, ,09 62, Sanggau 70,27 70,28 10,38 10,60 6,35 6, ,72 62, Ketapang 70,51 70,51 10,61 10,90 6,17 6, ,85 63, Sintang 70,95 70,95 10,30 10,25 6,26 6, ,64 63, Kapuas Hulu 71,93 71,94 11,73 11,80 6,60 6, ,63 62, Sekadau 70,78 70,80 10,84 11,12 6,16 6, ,02 61, Melawai 72,38 72,38 10,46 10,65 5,81 6, ,27 62, Kayong Utara 67,03 67,03 10,58 10,89 5,14 5, ,92 58, Kubu Raya 69,64 69,64 12,14 12,34 6,16 6, ,94 64, Kota Pontianak 72,00 72,01 13,58 13,84 9,36 9, ,98 76, Kota Singkawang 70,83 70,84 12,34 12,80 7,14 7, ,13 69, KALIMANTAN TENGAH 69,29 69,39 11,71 11,93 7,79 7, ,41 67, Kotawaringin Barat 69,68 69,77 11,90 12,12 7,58 7, ,51 70, Kotawaringin Timur 69,32 69,41 11,82 12,04 7,59 7, ,95 68, Kapuas 68,21 68,30 10,95 11,14 6,84 6, ,82 65, Barito Selatan 65,99 66,08 11,01 11,14 8,16 8, ,20 66, Barito Utara 70,81 70,91 11,01 11,15 7,97 8, ,12 66, Sukamara 71,10 71,19 10,79 11,09 7,21 7, ,92 64, Lamandau 68,98 69,07 11,75 11,80 7,55 7, ,23 67,53 88 PEMBANGUNAN MANUSIA BERBASIS GENDER 2015

103 Kode Provinsi/ Kabupaten/ Kota Angka Harapan Hidup Harapan Lama Sekolah Rata- rata Lama Sekolah Pengeluaran per Kapita disesuaikan (Ribu Rupiah) Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Seruyan 68,49 68,58 10,70 11,08 6,90 7, ,81 63, Katingan 64,89 64,98 11,40 11,69 8,17 8, ,29 65, Pulang Pisau 67,35 67,44 11,48 11,63 7,55 7, ,76 65, Gunung Mas 69,50 69,59 10,65 10,82 8,73 8, ,75 68, Barito Timur 67,32 67,41 11,77 11,98 8,98 9, ,82 69, Murung Raya 69,02 69,11 11,33 11,68 7,15 7, ,62 66, Kota Palangka Raya 72,85 72,95 14,58 14,89 10,69 10, ,02 78, KALIMANTAN SELATAN 67,35 67,47 11,67 11,96 7,59 7, ,17 67, Tanah Laut 68,19 68,22 10,83 11,09 7,26 7, ,11 66, Kota Baru 68,12 68,14 10,91 11,11 6,76 6, ,41 65, Banjar 65,27 65,32 10,72 10,99 6,96 6, ,36 65, Barito Kuala 64,42 64,49 11,31 11,54 6,42 6, ,12 62, Tapin 68,98 69,02 10,95 11,17 6,99 7, ,48 66, Hulu Sungai Selatan 63,55 63,64 11,35 11,68 7,05 7, ,59 65, Hulu Sungai Tengah 64,24 64,33 11,25 11,42 6,94 7, ,63 65, Hulu Sungai Utara 61,99 62,09 11,75 12,10 6,61 6, ,77 61, Tabalong 69,36 69,39 11,90 11,96 7,92 7, ,08 68, Tanah Bumbu 68,81 68,84 10,95 11,20 7,21 7, ,51 66, Balangan 66,62 66,65 10,85 11,03 6,23 6, ,03 64, Kota Banjarmasin 69,99 70,02 13,58 13,73 9,79 9, ,59 74, Kota Banjar Baru 71,06 71,06 14,67 14,73 10,69 10, ,10 77, KALIMANTAN TIMUR 73,52 73,62 12,85 13,17 8,87 9, ,21 73, Pasir 71,86 71,88 12,52 12,63 7,96 7, ,61 69, Kutai Barat 71,96 72,03 11,58 12,14 7,89 7, ,13 68, Kutai 71,48 71,50 12,96 13,24 8,41 8, ,71 71, Kutai Timur 72,30 72,37 12,12 12,42 8,56 8, ,79 70, Berau 71,15 71,21 12,86 12,96 8,52 8, ,02 72, Penajam Paser Utara 70,43 70,48 11,45 11,69 7,30 7, ,07 68, Mahakam Ulu 71,05 71,12 11,82 11,87 6,86 7, ,81 64, Kota Balikpapan 73,93 73,94 13,15 13,43 10,39 10, ,53 77, Kota Samarinda 73,59 73,63 13,76 14,16 10,20 10, ,84 78, Kota Bontang 73,67 73,68 12,50 12,68 10,34 10, ,34 78, KALIMANTAN UTARA 72,02 72,12 12,30 12,52 8,10 8, ,99 68, Malinau 70,82 70,93 13,17 13,22 8,27 8, ,84 70, Bulongan 72,02 72,11 12,48 12,53 7,90 8, ,66 69, Tana Tidung 70,68 70,80 11,54 12,14 7,79 7, ,79 64,70 Lampiran 89

104 Kode Provinsi/ Kabupaten/ Kota Angka Harapan Hidup Harapan Lama Sekolah Rata- rata Lama Sekolah Pengeluaran per Kapita disesuaikan (Ribu Rupiah) Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Nunukan 70,74 70,82 11,86 12,39 7,07 7, ,18 63, Kota Tarakan 73,41 73,50 13,28 13,39 9,28 9, ,58 74, SULAWESI UTARA 70,86 70,94 11,88 12,16 8,79 8, ,49 69, Bolaang Mongondow 68,01 68,02 10,75 10,90 7,03 7, ,16 64, Minahasa 70,22 70,25 12,55 12,83 9,16 9, ,94 72, Kep.Sangihe Talaud 69,03 69,07 10,81 11,09 7,14 7, ,15 66, Kepulauan Talaud 69,11 69,13 11,58 11,83 8,71 8, ,14 66, Minahasa Selatan 68,96 69,00 10,85 11,10 8,25 8, ,68 68, Minahasa Utara 70,76 70,79 11,68 11,85 8,99 9, ,19 70, Bolaang Mongondow Utara Kep. Siau Tagulandang Biaro 66,62 66,64 11,60 11,84 7,34 7, ,67 64,24 69,24 69,29 10,72 10,89 8,09 8, ,91 64, Minahasa Tenggara 69,44 69,48 11,22 11,48 8,24 8, ,34 67, Bolaang Mongondow Selatan Bolaang Mongondow Timur 63,87 63,87 11,81 12,19 7,45 7, ,84 63,57 67,09 67,11 10,80 11,04 7,17 7, ,64 63, Kota Manado 71,26 71,28 13,44 13,81 10,80 11, ,56 77, Kota Bitung 70,25 70,25 11,02 11,30 9,15 9, ,35 70, Kota Tomohon 70,44 70,45 13,43 13,68 10,00 10, ,99 73, Kota Kotamobago 69,64 69,64 12,09 12,30 9,56 9, ,86 70, SULAWESI TENGAH 67,02 67,18 12,36 12,71 7,82 7, ,79 66, Banggai Kepulauan 64,20 64,25 12,21 12,70 7,38 7, ,74 62, Banggai 69,72 69,73 11,78 12,32 7,63 7, ,39 67, Morowali 68,05 68,06 11,33 12,12 7,87 7, ,86 67, Poso 69,98 69,99 12,39 12,87 8,42 8, ,94 67, Donggala 65,76 65,79 12,38 12,41 7,76 7, ,38 63, Toli-Toli 63,73 63,75 11,99 12,26 7,65 7, ,44 61, Buol 66,64 66,66 12,54 13,03 8,04 8, ,50 65, Parigi Moutong 63,16 63,17 11,61 11,72 6,68 6, ,98 62, Tojo Una-Una 63,84 63,87 11,10 11,28 7,23 7, ,32 61, Sigi 68,65 68,66 11,48 11,82 8,07 8, ,10 64, Banggai Laut 63,26 63,28 11,95 12,00 7,74 7, ,86 62, Morowali Utara 68,28 68,29 11,27 11,65 7,91 8, ,01 65, Kota Palu 69,93 69,93 14,77 15,15 11,14 11, ,65 79,12 90 PEMBANGUNAN MANUSIA BERBASIS GENDER 2015

105 Kode Provinsi/ Kabupaten/ Kota Angka Harapan Hidup Harapan Lama Sekolah Rata- rata Lama Sekolah Pengeluaran per Kapita disesuaikan (Ribu Rupiah) Indeks Pembangunan Manusia (IPM) SULAWESI SELATAN 69,50 69,60 12,52 12,90 7,45 7, ,92 68, Selayar 67,49 67,50 11,88 11,98 6,90 7, ,16 63, Bulukumba 66,39 66,43 11,91 12,31 6,63 6, ,27 65, Bantaeng 69,65 69,68 11,07 11,48 5,92 6, ,88 65, Jeneponto 65,35 65,39 11,22 11,68 5,43 5, ,55 61, Takalar 65,88 65,90 10,81 11,31 6,34 6, ,58 63, Gowa 69,78 69,78 12,19 12,45 6,74 6, ,45 66, Sinjai 66,33 66,36 11,79 11,96 6,97 7, ,47 63, Maros 68,49 68,50 11,96 12,37 7,14 7, ,06 66, Pangkajene Kepulauan 65,35 65,37 11,83 12,37 7,10 7, ,24 66, Barru 67,69 67,73 12,83 13,45 7,13 7, ,02 67, Bone 65,76 65,81 11,85 12,16 5,91 6, ,40 62, Soppeng 68,37 68,42 11,42 11,45 6,93 7, ,43 64, Wajo 65,87 65,93 12,51 13,05 6,33 6, ,79 66, Sidenreng Rappang 68,05 68,07 12,16 12,80 7,08 7, ,15 68, Pinrang 68,00 68,03 12,52 13,16 7,43 7, ,14 68, Enrekang 70,20 70,21 12,50 13,29 7,92 7, ,39 69, Luwu 69,13 69,14 12,33 12,87 7,36 7, ,39 67, Tana Toraja 72,10 72,11 12,49 12,89 7,80 7, ,55 65, Luwu Utara 66,98 67,00 11,91 12,09 7,02 7, ,40 66, Luwu Timur 69,42 69,44 11,79 11,95 7,78 7, ,53 69, Toraja Utara 72,49 72,50 12,42 12,61 7,56 7, ,65 66, Kota Makasar 71,38 71,38 14,48 14,75 10,61 10, ,98 79, Kota Pare Pare 70,38 70,39 13,65 14,04 9,89 9, ,10 75, Kota Palopo 70,10 70,12 14,49 15,01 9,95 9, ,02 75, SULAWESI TENGGARA 70,28 70,39 12,45 12,78 7,93 8, ,55 68, Buton 67,12 67,17 12,48 12,79 6,57 6, ,83 62, Muna 69,76 69,76 12,26 12,45 6,96 7, ,67 65, Konawe/Kab Kendari 69,35 69,35 12,09 12,22 8,39 8, ,23 68, Kolaka 69,76 69,80 11,64 11,89 7,90 8, ,55 70, Konawe Selatan 69,75 69,77 11,47 11,60 7,24 7, ,02 65, Bombana 67,55 67,62 11,68 11,76 7,21 7, ,82 63, Wakatobi 69,46 69,49 12,57 12,79 7,53 7, ,50 66, Kolaka Utara 69,15 69,19 10,58 10,80 7,35 7, ,35 65, Buton Utara 70,36 70,36 11,61 11,94 7,83 7, ,20 64, Konawe Utara 68,55 68,59 11,28 11,53 8,15 8, ,54 66,03 Lampiran 91

106 Kode Provinsi/ Kabupaten/ Kota Angka Harapan Hidup Harapan Lama Sekolah Rata- rata Lama Sekolah Pengeluaran per Kapita disesuaikan (Ribu Rupiah) Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kolaka Timur 71,28 71,31 10,57 10,78 6,29 6, ,78 62, Konawe Kepulauan 67,85 67,86 10,11 10,16 8,69 8, ,15 61, Muna Barat 69,76 11,59 6, , Buton Tengah 67,17 12,28 6, , Buton Selatan 67,17 12,52 6, , Kota Kendari 72,92 72,94 15,81 16,03 11,57 11, ,91 81, Kota Bau-Bau 70,41 70,43 14,53 14,76 9,26 9, ,55 73, GORONTALO 66,92 67,00 12,13 12,49 6,96 6, ,70 65, Boalemo 67,12 67,29 11,60 11,89 6,12 6, ,71 62, Gorontalo 66,51 66,53 11,60 11,89 6,31 6, ,22 62, Pokuwato 62,09 62,33 11,48 11,68 6,53 6, ,38 61, Bone Bolango 67,45 67,50 12,26 12,33 7,67 7, ,82 66, Gorontalo Utara 64,76 64,79 11,52 11,68 6,53 6, ,60 61, Kota Gorontalo 71,62 71,68 13,34 13,76 10,24 10, ,43 74, SULAWESI BARAT 63,32 64,04 11,46 11,78 6,87 6, ,53 62, Majene 60,15 60,21 12,74 13,11 7,70 7, ,32 63, Polewali Mamasa 61,12 61,14 11,82 12,40 6,67 6, ,27 60, Mamasa 70,25 70,28 11,04 11,18 6,89 6, ,57 62, Mamuju 66,28 66,37 12,45 12,70 6,80 6, ,17 64, Mamuju Utara 64,70 64,83 10,87 10,97 7,12 7, ,76 64, Mamuju Tengah 66,93 67,00 11,11 11,23 6,31 6, ,05 61, MALUKU 64,93 65,01 13,35 13,53 8,81 9, ,09 66, Maluku Tenggara Barat 62,21 62,50 11,65 11,81 8,86 8, ,34 59, Maluku Tenggara 63,66 63,98 11,93 12,06 8,51 8, ,11 62, Maluku Tengah 65,29 65,59 13,42 13,55 8,48 8, ,89 68, Buru 65,13 65,50 11,97 12,23 6,91 7, ,31 65, Kepulauan Aru 61,26 61,57 11,01 11,03 7,93 7, ,62 59, Seram Bagian Barat 59,59 59,90 12,34 12,70 8,37 8, ,79 62, Seram Bagian Timur 57,36 57,70 11,46 11,71 6,90 6, ,88 59, Maluku Barat Daya 60,28 60,63 11,14 11,30 7,32 7, ,34 58, Buru Selatan 65,04 65,36 11,49 11,69 6,31 6, ,89 60, Kota Ambon 69,11 69,46 15,35 15,88 11,44 11, ,16 79, Kota Tual 63,37 63,76 13,46 13,84 9,54 9, ,16 64, MALUKU UTARA 67,24 67,34 12,48 12,72 8,27 8, ,78 65, Halmahera Barat 64,87 65,15 11,92 12,15 7,55 7, ,47 62, Halmahera Tengah 61,86 62,20 12,01 12,27 7,69 7, ,89 61,49 92 PEMBANGUNAN MANUSIA BERBASIS GENDER 2015

107 Kode Provinsi/ Kabupaten/ Kota Angka Harapan Hidup Harapan Lama Sekolah Rata- rata Lama Sekolah Pengeluaran per Kapita disesuaikan (Ribu Rupiah) Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kepulauan Sula 61,99 62,29 11,51 11,69 7,86 7, ,77 60, Halmahera Selatan 64,65 64,93 11,18 11,32 6,99 7, ,92 60, Halmahera Utara 68,39 68,67 12,18 12,29 7,97 7, ,81 64, Halmahera Timur 66,87 67,19 11,71 12,06 7,33 7, ,71 63, Pulau Morotai 65,46 65,78 10,77 10,92 6,81 6, ,97 58, Pulau Taliabu 60,67 60,98 10,76 10,96 7,39 7, ,86 57, Kota Ternate 69,67 69,97 14,48 14,66 11,06 11, ,69 77, Kota Tidore Kepulauan 68,04 68,33 12,91 13,09 8,61 8, ,25 66, PAPUA BARAT 65,05 65,14 11,67 11,87 6,91 6, ,91 61, Fak-Fak 67,40 67,62 13,17 13,25 7,97 8, ,29 64, Kaimana 63,21 63,57 11,02 11,19 7,36 7, ,36 61, Teluk Wondama 58,04 58,36 9,97 10,26 6,43 6, ,65 56, Teluk Bintuni 58,13 58,42 10,94 11,21 7,28 7, ,73 60, Manokwari 67,34 67,60 12,96 13,15 7,58 7, ,81 69, Sorong Selatan 65,08 65,34 11,33 11,52 6,64 6, ,73 58, Sorong 64,99 65,23 12,35 12,38 7,06 7, ,86 61, Raja Ampat 63,84 64,05 11,20 11,34 7,16 7, ,36 60, Tambrauw 58,48 58,72 10,46 10,73 4,40 4, ,69 49, Maybrat 64,43 64,65 11,92 12,11 5,92 5, ,93 55, Manokwari Selatan 66,40 66,67 12,13 12,18 6,12 6, ,95 55, Pegunungan Arfak 66,25 66,49 11,00 11,05 4,79 4, ,36 53, Kota Sorong 67,96 69,02 13,76 13,95 10,82 10, ,96 75, PAPUA 64,76 64,84 9,58 9,94 5,74 5, ,25 56, Merauke 66,48 66,49 11,99 12,14 8,03 8, ,88 67, Jayawijaya 57,71 57,79 10,46 10,64 4,36 4, ,94 53, Jayapura 66,01 66,02 13,28 13,54 9,33 9, ,21 69, Nabire 67,23 67,24 10,54 10,58 8,87 9, ,45 66, Yapen Waropen 68,63 68,63 11,28 11,40 8,37 8, ,34 64, Biak Namfor 67,84 67,85 12,98 13,21 8,99 9, ,35 70, Paniai 65,13 65,15 10,22 10,30 3,73 3, ,70 53, Puncak Jaya 63,74 63,77 5,58 5,93 2,86 3, ,36 44, Mimika 71,85 71,87 10,26 10,49 8,83 9, ,50 70, Boven Digoel 57,60 57,64 10,63 10,79 7,47 7, ,96 58, Mappi 63,51 63,52 10,35 10,41 5,92 5, ,51 55, Asmat 54,91 55,00 7,10 7,29 4,33 4, ,54 45, Yahukimo 64,54 64,56 7,17 7,47 3,78 3, ,63 46,36 Lampiran 93

108 Kode Provinsi/ Kabupaten/ Kota Angka Harapan Hidup Harapan Lama Sekolah Rata- rata Lama Sekolah Pengeluaran per Kapita disesuaikan (Ribu Rupiah) Indeks Pembangunan Manusia (IPM) 9417 Pegunungan Bintang ,56 63,58 4,18 4,41 1,88 1, ,94 39, Tolikara 64,64 64,66 7,46 7,67 3,00 3, ,68 46, Sarmi 65,46 65,49 10,57 10,74 7,27 7, ,51 60, Keerom 65,97 65,99 11,34 11,38 6,45 6, ,49 62, Waropen 65,71 65,72 11,87 12,12 8,50 8, ,68 61, Supiori 65,15 65,15 12,36 12,52 8,06 8, ,40 59, Membramo Raya 56,37 56,37 10,18 10,59 4,42 4, ,28 47, Nduga 53,54 53,60 1,93 2,16 0,60 0, ,42 25, Lanny Jaya 64,82 64,85 7,04 7,11 2,55 2, ,05 43, Mamberamo Tengah 62,59 62,62 7,41 7,64 2,18 2, ,43 43, Yalimo 64,83 64,85 7,50 7,68 1,80 2, ,33 44, Puncak 64,98 64,98 4,04 4,13 1,40 1, ,73 38, Dogiyai 64,34 64,36 8,99 9,41 4,76 4, ,46 52, Intan Jaya 64,87 64,88 5,74 6,00 2,16 2, ,69 43, Deiyai 64,25 64,27 9,57 9,75 2,87 2, ,74 48, Kota Jayapura 69,95 69,95 13,95 14,06 10,88 11, ,46 77, INDONESIA 70,40 70,59 12,10 12,39 7,61 7, ,31 68,90 94 PEMBANGUNAN MANUSIA BERBASIS GENDER 2015

109 Lampiran 2. Indeks Pembangunan Gender (IPG) Menurut Provinsi dan Kabupaten/ Kota, 2014 Kode Provinsi Angka Harapan Hidup Harapan Lama Sekolah Rata-Rata Lama Sekolah Pengeluaran Per Kapita disesuaikan (Ribu Rupiah) Indeks Pembangunan Gender (IPG) L P L P L P L P ACEH 67,44 71,34 13,33 13,75 9,12 8, ,61 91, Simeulue 62,34 66,04 12,68 12,82 9,60 8, ,55 75, Aceh Singkil 64,99 68,78 14,26 13,92 8,29 6, ,52 82, Aceh Selatan 61,31 64,97 13,01 13,23 8,09 7, ,57 90, Aceh Tenggara 65,12 68,92 13,59 13,78 9,79 8, ,64 91, Aceh Timur 66,09 69,94 11,67 11,90 7,62 6, ,77 84, Aceh Tengah 66,40 70,24 13,81 14,44 9,63 9, ,04 97, Aceh Barat 65,36 69,16 14,49 14,34 9,00 7, ,36 83, Aceh Besar 67,45 71,33 14,13 15,29 10,08 9, ,59 94, Piddie 64,34 68,11 13,09 14,52 9,29 8, ,77 94, Bireuen 68,34 72,25 13,97 15,02 8,99 8, ,56 94, Aceh Utara 66,45 70,29 13,83 14,64 8,52 7, ,23 92, Aceh Barat Daya 61,83 65,50 13,09 14,67 8,18 7, ,59 89, Gayo Lues 62,53 66,23 13,51 12,89 8,05 6, ,70 87, Aceh Tamiang 66,69 70,54 12,77 13,39 8,34 7, ,90 80, Nagan Raya 66,32 70,16 12,90 14,38 8,75 7, ,35 90, Aceh Jaya 64,53 68,31 13,65 14,09 8,52 7, ,59 88, Bener Meriah 66,66 70,51 12,98 13,21 9,10 8, ,36 96, Pidie Jaya 67,14 71,01 13,76 14,67 8,97 7, ,11 94, Kota Banda Aceh 68,78 72,70 16,57 16,18 12,59 12, ,94 95, Kota Sabang 67,54 71,43 12,17 12,88 10,56 10, ,60 96, Kota Langsa 66,80 70,66 13,66 15,62 10,52 10, ,03 96, Kota Lhokseumawe 68,60 72,52 14,98 15,24 10,87 9, ,15 93, Kota Subulussalam 60,99 64,64 13,70 13,22 8,00 6, ,80 81, SUMATERA UTARA 66,16 70,01 12,43 12,82 9,33 8, ,07 90, Nias 66,91 70,72 11,85 11,11 6,25 3, ,63 88, Mandailing Natal 59,37 62,89 12,45 12,80 7,72 7, ,28 92, Tapanuli Selatan 61,29 64,88 12,60 13,99 8,63 7, ,83 91, Tapanuli Tengah 64,61 68,32 11,74 12,93 8,04 7, ,52 95, Tapanuli Utara 65,32 69,07 12,84 13,95 9,55 8, ,99 99, Toba Samosir 67,08 70,89 12,99 13,36 10,41 9, ,89 98, Labuhan Batu 67,30 71,11 12,05 13,16 9,00 8, ,02 90, Asahan 65,35 69,09 12,05 12,43 8,40 7, ,13 90, Simalungun 68,26 72,12 12,26 13,11 8,97 8, ,06 92, Dairi 65,55 69,30 11,97 12,06 8,92 8, ,64 97, Karo 68,44 72,30 11,88 12,45 9,37 9, ,33 95,70 Lampiran 95

110 Kode Provinsi Angka Harapan Hidup Harapan Lama Sekolah Rata-Rata Lama Sekolah Pengeluaran Per Kapita disesuaikan (Ribu Rupiah) Indeks Pembangunan Gender (IPG) L P L P L P L P Deli Serdang 68,82 72,69 11,73 12,53 10,09 9, ,21 90, Langkat 65,40 69,15 12,24 13,25 8,27 7, ,03 87, Nias Selatan 65,23 68,97 11,73 11,35 5,64 3, ,03 86, Humbang Hasundutan 65,86 69,63 13,08 14,30 9,49 8, ,65 97, Pakpak Barat 62,60 66,24 12,40 14,95 8,89 7, ,02 99, Samosir 67,69 71,52 13,16 14,38 9,19 8, ,47 96, Serdang Bedegai 65,34 69,09 11,94 12,31 8,36 7, ,68 87, Batu Bara 63,60 67,28 11,90 11,96 8,06 7, ,58 80, Padang Lawas Utara 64,49 68,20 11,78 11,86 8,82 8, ,02 85, Padang Lawas 64,10 67,80 11,73 13,27 8,44 8, ,21 85, Labuhan Batu Selatan 66,13 69,90 11,57 12,19 9,18 8, ,95 86, Labuhan Batu Utara 66,55 70,34 11,29 12,25 8,60 7, ,48 90, Nias Utara 66,54 70,33 12,16 11,75 7,22 5, ,00 78, Nias Barat 65,71 69,47 12,50 11,76 7,38 4, ,77 84, Kota Sibolga 65,47 69,22 12,66 13,03 10,00 9, ,89 96, Kota Tanjung Balai 59,58 63,11 12,01 12,68 9,19 8, ,25 88, Kota Pematang Siantar 69,67 73,58 14,83 13,44 10,98 10, ,98 95, Kota Tebing Tinggi 68,06 71,90 11,75 12,47 10,50 9, ,20 93, Kota Medan 70,16 74,09 13,77 13,67 11,34 10, ,91 93, Kota Binjai 69,39 73,28 12,59 13,04 10,03 9, ,95 90, Kota Padang Sidempuan 66,33 70,11 13,23 14,91 10,44 9, ,29 97, Kota Gunung Sitoli 68,21 72,06 13,25 13,36 8,99 6, ,69 89, SUMATERA BARAT 66,41 70,31 13,07 13,90 8,58 8, ,02 94, Kepulauan Mentawai 61,67 65,32 11,71 11,15 6,73 5, ,45 89, Pesisir Selatan 67,50 71,31 12,93 13,37 8,44 8, ,62 95, Solok 65,03 68,75 12,12 13,05 7,79 7, ,44 95, Sawah Lunto/ Sijunjung 62,84 66,49 11,73 12,65 7,71 6, ,08 92, Tanah Datar 66,40 70,18 12,28 13,26 7,86 7, ,62 97, Padang Pariaman 65,32 69,05 12,84 14,16 7,44 6, ,90 93, Agam 68,82 72,67 13,06 14,28 8,33 8, ,68 96, Limapuluh Koto 67,25 71,05 11,81 13,15 7,67 7, ,82 95, Pasaman 63,85 67,54 12,18 13,19 7,83 7, ,14 92, Solok Selatan 64,14 67,83 11,71 12,88 8,14 7, ,27 94, Dharmas Raya 67,79 71,61 11,91 12,20 8,56 7, ,11 88, Pasaman Barat 65,02 68,74 11,95 12,53 7,69 7, ,09 88, Kota Padang 71,16 75,09 15,05 15,27 11,09 10, ,87 93,23 96 PEMBANGUNAN MANUSIA BERBASIS GENDER 2015

111 Kode Provinsi Angka Harapan Hidup Harapan Lama Sekolah Rata-Rata Lama Sekolah Pengeluaran Per Kapita disesuaikan (Ribu Rupiah) Indeks Pembangunan Gender (IPG) L P L P L P L P Kota Solok 70,33 74,24 13,91 14,69 10,66 10, ,47 96, Kota Sawah Lunto 67,22 71,01 12,37 12,94 9,52 9, ,84 95, Kota Padang Panjang 70,44 74,34 14,40 15,95 10,28 11, ,26 99, Kota Bukit Tinggi 71,10 75,03 14,19 14,90 10,64 10, ,99 99, Kota Payakumbuh 70,42 74,33 14,00 14,33 9,73 10, ,42 98, Kota Pariaman 67,53 71,33 13,70 15,31 10,02 9, ,12 98, RIAU 68,88 72,73 12,28 12,48 8,79 8, ,74 87, Kuantan Sengingi 65,69 69,49 12,33 11,85 8,66 7, ,64 87, Indragiri Hulu 67,65 71,51 11,11 11,99 7,91 7, ,62 86, Indragiri Hilir 64,59 68,36 10,69 10,66 7,16 6, ,05 80, Pelalawan 68,13 72,01 10,86 11,39 8,28 7, ,06 87, Siak 68,54 72,43 11,68 12,62 9,25 8, ,05 89, Kampar 67,81 71,68 12,66 12,74 8,99 8, ,46 88, Rokan Hulu 66,95 70,79 13,32 11,77 8,23 7, ,35 79, Bengkalis 68,38 72,27 12,15 13,04 9,22 8, ,59 88, Rokan Hilir 67,29 71,14 11,22 11,51 8,01 7, ,93 84, Kepulauan Meranti 64,49 68,26 12,28 12,66 7,93 6, ,21 84, Kota Pekan Baru 69,54 73,46 14,58 13,71 11,20 10, ,00 91, Kota Dumai 68,05 71,93 12,22 12,59 9,88 9, ,01 89, JAMBI 68,54 72,41 12,27 12,50 8,44 7, ,69 87, Kerinci 67,23 71,07 13,80 13,05 8,39 7, ,36 85, Merangin 68,91 72,82 10,91 11,84 7,67 6, ,54 87, Sarolangun 66,70 70,53 11,78 11,44 7,76 6, ,87 90, Batanghari 67,66 71,52 12,50 13,05 8,17 6, ,64 83, Muara Jambi 68,70 72,60 12,21 12,66 8,24 7, ,45 78, Tanjung Jabung Timur 63,42 67,13 10,68 10,75 6,75 5, ,32 85, Tanjung Jabung Barat 65,51 69,31 11,68 11,49 7,68 6, ,58 83, Tebo 67,66 71,53 11,40 12,02 8,14 7, ,01 90, Bungo 64,75 68,52 12,52 12,67 8,44 7, ,63 88, Kota Jambi 70,28 74,23 13,59 13,84 10,89 10, ,05 94, Kota Sungai Penuh 69,49 73,43 15,04 14,30 10,42 9, ,70 93, SUMATERA SELATAN 67,04 70,92 11,74 11,76 8,08 7, ,25 91, Ogan Komering Ulu 65,64 69,46 11,64 12,34 8,20 7, ,43 93, Ogan Komering Ilir 66,02 69,85 10,71 10,84 6,94 5, ,22 89, Muara Enim (Liot) 65,73 69,55 10,98 11,60 8,08 6, ,53 88, Lahat 62,27 65,96 11,87 12,88 8,24 7, ,90 94, Musi Rawas 64,93 68,72 10,91 11,27 7,06 6, ,58 85, Musi Banyuasin 66,02 69,85 11,50 11,64 7,50 6, ,13 81,24 Lampiran 97

112 Kode Provinsi Angka Harapan Hidup Harapan Lama Sekolah Rata-Rata Lama Sekolah Pengeluaran Per Kapita disesuaikan (Ribu Rupiah) Indeks Pembangunan Gender (IPG) L P L P L P L P Banyuasin 66,24 70,08 10,85 10,96 7,27 6, ,37 87, Ogan Komering Ulu Selatan Ogan Komering Ulu Timur 63,85 67,60 10,84 11,53 7,66 6, ,68 91,75 65,82 69,66 12,11 11,34 7,55 6, ,41 92, Ogan Ilir 62,48 66,18 11,45 11,87 7,90 6, ,48 98, Empat Lawang 62,08 65,77 11,74 12,00 7,96 6, ,01 91, Penukal Abab Lematang Ilir 65,59 69,40 9,25 10,69 7,36 5, ,85 92, Musi Rawas Utara 62,78 66,49 10,62 11,37 6,95 5, ,71 92, Kota Palembang 67,80 71,69 13,92 13,42 10,37 9, ,47 95, Kota Prabumulih 67,39 71,27 12,22 11,94 10,06 8, ,90 91, Kota Pagar Alam 63,58 67,32 12,60 13,22 9,11 8, ,98 93, Kota Lubuk Linggau 66,49 70,34 13,15 13,92 9,71 8, ,51 95, BENGKULU 66,47 70,35 12,86 13,19 8,67 7, ,55 91, Bengkulu Selatan 65,12 68,91 13,03 13,60 9,23 8, ,60 94, Rejang Lebong 65,46 69,28 12,73 12,78 7,94 7, ,44 92, Bengkulu Utara 65,40 69,23 12,40 13,10 8,29 7, ,09 91, Kaur 63,54 67,28 13,11 12,40 8,40 7, ,34 85, Seluma 64,46 68,24 12,18 12,92 7,87 6, ,51 84, Mukomuko 63,89 67,65 11,75 12,46 7,82 6, ,84 84, Lebong 60,17 63,76 10,97 11,87 8,05 7, ,45 91, Kepahiang 64,70 68,49 12,01 12,92 8,39 7, ,75 94, Bengkulu Tengah 65,64 69,47 12,50 12,18 7,52 6, ,83 84, Kota Bengkulu 67,46 71,35 14,19 14,52 11,75 11, ,34 95, LAMPUNG 67,77 71,64 12,15 12,35 7,87 7, ,84 89, Lampung Barat 64,10 67,86 11,12 11,58 7,71 6, ,29 91, Tanggamus 65,18 68,94 11,30 11,70 6,96 6, ,35 89, Lampung Selatan 66,15 69,98 10,75 11,26 7,44 6, ,37 88, Lampung Timur 67,33 71,21 13,08 12,23 7,67 6, ,28 87, Lampung Tengah 66,92 70,78 12,18 12,12 7,50 6, ,97 88, Lampung Utara 66,05 69,88 12,37 12,56 8,12 7, ,48 87, Way Kanan 66,23 70,07 11,91 12,31 7,25 6, ,28 87, Tulang Bawang 66,95 70,81 11,14 10,97 8,05 7, ,99 87, Pesawaran 65,38 69,18 11,74 11,21 7,59 6, ,70 85, Pringsewu 66,04 69,87 12,26 12,73 7,77 7, ,95 92, Mesuji 65,10 68,89 10,20 10,71 6,61 5, ,16 83, Tulang Bawang Barat 66,99 70,85 11,27 11,86 7,23 6, ,09 87, Pesisir Barat 59,89 63,50 11,48 10,29 7,72 7, ,67 92,18 98 PEMBANGUNAN MANUSIA BERBASIS GENDER 2015

113 Kode Provinsi Angka Harapan Hidup Harapan Lama Sekolah Rata-Rata Lama Sekolah Pengeluaran Per Kapita disesuaikan (Ribu Rupiah) Indeks Pembangunan Gender (IPG) L P L P L P L P Kota Bandar Lampung 68,52 72,44 13,24 13,38 11,26 10, ,00 93, Kota Metro 68,95 72,89 14,52 14,00 11,01 10, ,86 94, KEP. BANGKA BELITUNG 67,86 71,69 11,11 11,28 7,98 6, ,73 87, Bangka 68,48 72,34 12,23 12,49 8,61 7, ,77 86, Belitung 68,24 72,08 10,91 10,63 8,41 7, ,61 87, Bangka Barat 67,51 71,33 10,90 11,04 7,32 6, ,11 88, Bangka Tengah 68,01 71,85 11,26 11,76 7,20 6, ,28 90, Bangka Selatan 64,63 68,35 10,91 10,79 6,11 5, ,17 82, Belitung Timur 69,04 72,91 10,81 11,02 7,96 7, ,29 85, Kota Pangkal Pinang 70,29 74,21 12,99 12,69 9,79 8, ,30 92, KEPULAUAN RIAU 67,28 71,13 12,38 12,66 9,78 9, ,81 93, Karimun 67,12 70,82 11,62 12,44 8,11 7, ,14 91, Bintan 67,98 71,74 11,78 12,24 8,83 8, ,50 92, Natuna 61,51 64,88 13,67 13,94 8,46 7, ,83 90, Lingga 57,84 60,99 11,88 11,56 6,32 5, ,10 88, Kepulauan Anambas 64,41 67,95 11,41 11,88 6,91 5, ,62 89, Kota Batam 70,78 74,71 12,55 12,79 10,99 10, ,95 94, Kota Tanjung Pinang 69,55 73,42 13,93 14,25 10,19 9, ,57 96, DKI JAKARTA 70,45 74,20 12,47 12,30 10,99 10, ,26 94, Kep. Seribu 65,51 68,83 12,00 11,88 8,39 7, ,40 92, Kota Jakarta Selatan 71,80 75,71 13,66 12,85 11,57 10, ,73 94, Kota Jakarta Timur 71,97 75,90 13,15 12,08 11,46 10, ,79 94, Kota Jakarta Pusat 71,59 75,49 12,82 12,44 11,52 10, ,90 96, Kota Jakarta Barat 71,22 75,11 12,58 12,22 10,69 9, ,03 95, Kota Jakarta Utara 70,82 74,68 11,80 12,15 10,59 9, ,24 93, JAWA BARAT 70,36 74,18 12,13 12,03 8,21 7, ,21 88, Bogor 68,50 72,36 12,69 11,68 8,50 6, ,10 86, Sukabumi 67,76 71,59 12,35 11,91 6,89 5, ,46 86, Cianjur 67,12 70,93 12,08 11,45 6,57 6, ,03 82, Bandung 70,94 74,88 11,31 12,12 8,66 8, ,48 93, Garut 68,49 72,36 11,91 11,37 7,20 6, ,83 81, Tasikmalaya 66,02 69,79 12,41 12,41 7,15 6, ,53 84, Ciamis 68,35 72,21 14,51 13,52 7,80 7, ,48 85, Kuningan 70,22 74,14 12,72 11,69 7,65 6, ,46 85, Cirebon 69,28 73,16 11,54 12,26 6,86 5, ,40 81, Majalengka 66,69 70,50 11,91 11,25 7,06 6, ,76 84, Sumedang 69,88 73,79 12,86 13,53 8,01 7, ,77 94,36 Lampiran 99

114 Kode Provinsi Angka Harapan Hidup Harapan Lama Sekolah Rata-Rata Lama Sekolah Pengeluaran Per Kapita disesuaikan (Ribu Rupiah) Indeks Pembangunan Gender (IPG) L P L P L P L P Indramayu 68,31 72,16 11,57 11,63 6,19 4, ,96 86, Subang 69,22 73,11 11,34 11,96 6,83 5, ,08 89, Purwakarta 67,98 71,82 11,02 11,66 7,88 6, ,37 86, Karawang 69,45 73,34 11,54 11,74 7,43 6, ,89 89, Bekasi 71,12 75,07 11,96 11,51 9,08 7, ,50 86, Bandung Barat 69,57 73,45 11,05 11,26 7,97 7, ,25 77, Pangandaran 67,87 71,70 11,85 12,09 7,46 6, ,70 88, Kota Bogor 70,56 74,49 12,09 12,42 10,61 9, ,31 90, Kota Sukabumi 69,75 73,66 14,25 12,84 9,25 8, ,84 90, Kota Bandung 71,76 75,73 13,36 13,17 10,84 10, ,15 94, Kota Cirebon 69,76 73,66 12,71 12,95 10,08 9, ,83 93, Kota Bekasi 72,12 76,11 13,63 13,03 11,07 10, ,81 92, Kota Depok 71,91 75,89 13,41 13,24 11,25 10, ,46 91, Kota Cimahi 71,52 75,48 14,15 13,42 10,93 10, ,63 92, Kota Tasikmalaya 68,97 72,85 13,29 13,38 8,85 7, ,73 90, Kota Banjar 68,26 72,12 12,73 12,27 8,36 7, ,53 85, JAWA TENGAH 71,97 75,87 12,20 12,14 7,47 6, ,50 91, Cilacap 70,83 74,66 12,84 12,11 6,97 5, ,83 86, Banyumas 70,95 74,78 12,85 12,30 7,90 6, ,53 86, Purbalingga 70,82 74,66 12,00 10,74 7,25 5, ,12 90, Banjarnegara 71,40 75,26 10,64 10,81 6,21 5, ,51 94, Kebumen 70,70 74,52 11,96 12,18 7,34 6, ,70 92, Purworejo 71,83 75,70 13,58 12,55 8,38 7, ,43 93, Wonosobo 68,90 72,66 11,22 11,50 6,32 5, ,67 92, Magelang 71,27 75,11 11,85 12,87 7,55 6, ,20 92, Boyolali 73,59 77,51 11,18 11,71 8,01 6, ,52 92, Klaten 74,51 78,46 12,58 12,96 8,70 7, ,16 95, Sukoharjo 75,40 79,38 12,73 12,97 9,30 8, ,53 96, Wonogiri 73,80 77,73 12,19 11,61 7,36 5, ,81 89, Karanganyar 74,68 78,63 13,25 13,31 9,26 7, ,71 96, Sragen 73,30 77,21 11,89 12,34 7,73 6, ,04 92, Grobogan 72,08 75,95 13,70 12,23 6,88 5, ,28 85, Blora 71,85 75,71 12,44 11,02 6,54 5, ,55 82, Rembang 72,20 76,07 11,56 11,25 7,48 6, ,72 86, Pati 73,42 77,33 12,51 11,02 7,07 6, ,43 89, Kudus 74,37 78,31 13,04 12,16 8,75 7, ,33 90, Jepara 73,62 77,54 12,22 12,72 7,55 6, ,19 91, Demak 73,17 77,06 11,58 11,98 8,21 6, ,98 89, Semarang 73,48 77,40 12,81 12,53 8,14 6, ,17 95, PEMBANGUNAN MANUSIA BERBASIS GENDER 2015

115 Kode Provinsi Angka Harapan Hidup Harapan Lama Sekolah Rata-Rata Lama Sekolah Pengeluaran Per Kapita disesuaikan (Ribu Rupiah) Indeks Pembangunan Gender (IPG) L P L P L P L P Temanggung 73,33 77,24 11,55 11,88 7,03 5, ,81 94, Kendal 72,15 76,02 11,64 12,08 7,38 6, ,14 93, Batang 72,42 76,30 10,67 10,59 6,65 5, ,90 90, Pekalongan 71,35 75,21 11,56 12,29 6,61 5, ,65 91, Pemalang 70,67 74,51 11,89 10,66 6,60 5, ,51 83, Tegal 68,87 72,63 12,34 11,59 6,71 5, ,78 86, Brebes 66,01 69,68 10,95 11,34 6,63 4, ,58 85, Kota Magelang 74,52 78,49 13,26 12,88 10,89 9, ,36 95, Kota Surakarta 74,95 78,91 14,38 13,90 10,90 9, ,16 96, Kota Salatiga 74,51 78,46 14,56 14,96 9,92 9, ,91 95, Kota Semarang 75,15 79,11 14,07 13,91 10,99 9, ,17 95, Kota Pekalongan 72,10 75,97 11,56 12,03 8,47 7, ,62 94, Kota Tegal 72,11 75,98 11,96 11,96 8,65 7, ,26 92, D I YOGYAKARTA 72,72 76,36 15,21 14,50 9,42 8, ,15 94, Kulon Progo 72,82 76,85 13,09 14,48 8,81 7, ,23 94, Bantul 71,22 75,13 14,89 13,98 9,21 8, ,33 94, Gunung Kidul 71,37 75,30 13,00 12,14 7,26 5, ,76 82, Sleman 72,43 76,39 15,96 15,44 10,83 9, ,50 96, Kota Yogyakarta 72,03 75,98 16,22 15,85 11,73 10, ,48 99, JAWA TIMUR 68,56 72,44 12,60 12,31 7,69 6, ,22 90, Pacitan 68,17 72,02 11,40 11,70 7,33 5, ,12 83, Ponorogo 69,29 73,18 13,04 13,51 7,43 6, ,19 93, Trenggalek 69,91 73,83 11,50 11,76 7,32 6, ,04 92, Tulungagung 70,26 74,18 12,76 12,69 7,81 7, ,12 95, Blitar 69,88 73,80 11,39 12,24 7,41 6, ,14 92, Kediri 69,43 73,33 11,98 12,07 8,00 6, ,80 91, Malang 69,18 73,07 11,15 11,40 7,17 6, ,68 87, Lumajang 66,52 70,31 10,89 11,62 6,63 5, ,18 89, Jember 65,27 69,02 12,49 11,82 6,26 5, ,44 83, Banyuwangi 67,35 71,19 11,94 11,70 7,28 5, ,05 85, Bondowoso 62,95 66,61 13,04 12,80 6,34 4, ,58 88, Situbondo 65,55 69,31 13,13 12,92 6,33 4, ,08 86, Probolinggo 63,24 66,92 12,12 11,22 6,53 4, ,44 83, Pasuruan 67,27 71,09 11,91 11,65 7,10 5, ,88 89, Sidoarjo 70,79 74,74 13,55 14,09 10,57 9, ,53 94, Mojokerto 69,16 73,05 12,05 11,89 8,44 7, ,28 90, Jombang 68,77 72,65 12,46 12,81 8,42 7, ,47 89, Nganjuk 68,29 72,15 12,52 13,08 7,82 6, ,23 93,48 Lampiran 101

116 Kode Provinsi Angka Harapan Hidup Harapan Lama Sekolah Rata-Rata Lama Sekolah Pengeluaran Per Kapita disesuaikan (Ribu Rupiah) Indeks Pembangunan Gender (IPG) L P L P L P L P Madiun 67,20 71,00 12,72 13,56 7,83 6, ,99 91, Magetan 69,31 73,20 13,06 12,59 8,03 7, ,80 93, Ngawi 68,73 72,61 12,20 12,56 6,96 6, ,69 92, Bojonegoro 67,54 71,37 12,00 12,16 6,78 5, ,92 89, Tuban 67,67 71,51 11,20 11,62 6,87 5, ,65 87, Lamongan 68,87 72,75 13,56 13,13 7,94 6, ,62 87, Gresik 69,59 73,50 13,41 12,95 9,04 7, ,88 89, Bangkalan 67,06 70,88 11,73 11,05 5,93 4, ,96 85, Sampang 64,96 68,70 11,11 9,74 4,37 2, ,16 82, Pamekasan 64,05 67,76 13,56 13,06 6,63 4, ,43 84, Sumenep 67,45 71,29 13,06 11,75 5,92 4, ,14 78, Kota Kediri 70,89 74,84 13,05 13,83 10,73 9, ,05 95, Kota Blitar 70,08 74,02 13,28 13,77 9,99 9, ,74 98, Kota Malang 69,69 73,60 15,21 14,47 10,92 9, ,98 94, Kota Probolinggo 66,96 70,77 13,37 13,22 9,06 7, ,27 96, Kota Pasuruan 67,96 71,81 13,35 13,75 9,93 8, ,46 96, Kota Mojokerto 69,78 73,69 13,75 13,08 10,32 9, ,05 93, Kota Madiun 69,80 73,71 13,70 13,07 11,54 10, ,15 92, Kota Surabaya 71,20 75,16 13,83 13,07 10,56 9, ,64 93, Kota Batu 69,46 73,36 13,29 12,63 8,47 7, ,25 89, BANTEN 67,24 71,11 12,29 12,32 8,76 7, ,31 90, Pandeglang 61,03 64,68 13,10 13,78 7,12 5, ,42 85, Lebak 63,95 67,71 12,05 11,70 6,38 5, ,17 77, Tangerang 66,99 70,86 11,69 11,65 8,57 7, ,62 91, Serang 61,21 64,86 12,02 12,78 7,54 5, ,26 91, Kota Tangerang 69,06 73,00 13,04 12,65 10,74 9, ,77 93, Kota Cilegon 63,92 67,67 12,11 14,55 10,29 8, ,14 86, Kota Serang 65,29 69,08 12,52 12,15 9,23 7, ,28 91, Kota Tangerang Selatan 70,06 74,04 13,70 13,24 11,61 10, ,04 93, BALI 69,33 73,15 12,82 12,46 9,02 7, ,00 93, Jembrana 69,41 73,25 11,80 11,00 8,55 6, ,96 92, Tabanan 70,64 74,52 11,99 12,22 9,07 7, ,40 95, Badung 72,27 76,21 13,21 12,75 10,02 8, ,68 94, Gianyar 70,78 74,67 13,75 12,41 9,16 7, ,54 92, Klungkung 67,97 71,75 13,81 12,19 7,84 6, ,83 89, Bangli 67,50 71,27 11,23 10,96 7,15 5, ,08 91, Karangasem 67,24 71,00 11,93 11,77 6,45 4, ,29 88, PEMBANGUNAN MANUSIA BERBASIS GENDER 2015

117 Kode Provinsi Angka Harapan Hidup Harapan Lama Sekolah Rata-Rata Lama Sekolah Pengeluaran Per Kapita disesuaikan (Ribu Rupiah) Indeks Pembangunan Gender (IPG) L P L P L P L P Buleleng 68,75 72,56 11,94 12,18 7,85 5, ,30 90, Kota Denpasar 71,67 75,64 13,73 13,28 11,51 10, ,00 96, NUSA TENGGARA BARAT 63,04 66,85 12,83 12,66 7,43 6, ,44 90, Lombok Barat 62,59 66,31 12,32 11,96 6,74 4, ,85 88, Lombok Tengah 62,55 66,25 12,51 12,24 6,36 4, ,67 86, Lombok Timur 62,21 65,77 13,65 12,84 6,75 5, ,56 90, Sumbawa 63,78 67,54 11,81 11,98 8,02 7, ,23 93, Dompu 63,12 66,86 12,64 13,81 8,17 7, ,59 91, Bima 62,64 66,38 12,80 12,08 7,85 6, ,61 91, Sumbawa Barat 63,91 67,68 13,89 13,08 8,17 6, ,95 91, Lombok Utara 63,23 67,02 12,70 11,99 6,26 4, ,86 83, Kota Mataram 68,17 72,05 15,31 14,87 10,33 8, ,48 92, Kota Bima 67,05 70,90 14,40 15,56 10,06 9, ,93 97, NUSA TENGGARA TIMUR 64,04 67,86 12,60 12,71 7,16 6, ,74 92, Sumba Barat 64,16 67,94 11,90 12,31 6,79 6, ,82 95, Sumba Timur 61,59 65,26 11,84 12,57 6,77 5, ,08 95, Kupang 61,09 64,74 13,47 13,31 7,13 6, ,24 87, Timor Tengah Selatan 63,53 67,27 12,14 14,70 6,42 5, ,32 94, Timor Tengah Utara 63,95 67,71 12,88 13,91 6,84 6, ,14 96, Belu 60,45 64,07 10,95 11,86 7,34 6, ,80 97, Alor 57,95 61,40 11,12 11,27 8,18 7, ,62 92, Lembata 63,43 67,17 11,12 12,02 8,30 6, ,88 91, Flores Timur 61,99 65,67 11,72 11,13 7,55 6, ,71 90, Sikka 63,77 67,52 10,90 11,69 6,95 6, ,46 88, Ende 62,37 66,07 13,94 13,44 7,96 6, ,59 95, Ngada 65,36 69,17 11,64 12,33 7,95 7, ,23 95, Manggarai 62,87 66,58 11,50 11,16 7,30 6, ,32 86, Rote Nda 60,99 64,63 12,45 11,95 6,44 5, ,48 83, Manggarai Barat 64,05 67,82 10,20 10,08 7,23 6, ,18 87, Sumba Barat Daya 65,13 68,93 12,16 13,13 6,37 5, ,64 98, Sumba Tengah 65,69 69,51 11,06 11,84 5,36 4, ,49 90, Nageko 64,12 67,88 12,10 11,38 7,46 6, ,77 97, Manggarai Timur 65,31 69,12 9,90 10,27 6,83 6, ,69 90, Sabu Raijua 56,19 59,66 12,00 12,53 5,76 5, ,52 91, Malaka 62,23 65,94 11,47 11,69 6,54 5, ,23 88, Kota Kupang 66,16 70,00 15,91 15,45 11,94 10, ,56 95,13 Lampiran 103

118 Kode Provinsi Angka Harapan Hidup Harapan Lama Sekolah Rata-Rata Lama Sekolah Pengeluaran Per Kapita disesuaikan (Ribu Rupiah) Indeks Pembangunan Gender (IPG) L P L P L P L P KALIMANTAN BARAT 67,86 71,76 12,40 11,62 7,35 6, ,39 84, Sambas 65,84 69,53 11,13 11,70 6,45 5, ,89 87, Bengkayang 70,88 74,80 11,02 11,14 6,36 5, ,61 81, Landak 69,98 73,87 12,22 11,88 7,86 6, ,47 86, Pontianak 68,32 72,15 11,65 11,89 6,97 5, ,76 86, Sanggau 68,30 72,14 10,78 10,41 6,92 5, ,89 79, Ketapang 68,55 72,39 11,29 10,70 6,93 5, ,78 86, Sintang 68,98 72,82 10,60 10,21 7,11 6, ,98 85, Kapuas Hulu 69,94 73,83 12,39 11,79 7,20 5, ,39 83, Sekadau 68,82 72,67 10,64 11,74 7,16 5, ,46 82, Melawai 70,37 74,29 10,13 10,73 7,07 5, ,90 79, Kayong Utara 65,11 68,85 11,00 10,87 5,81 4, ,26 84, Kubu Raya 67,68 71,49 12,38 12,23 7,34 6, ,72 82, Kota Pontianak 69,99 73,88 13,97 13,59 10,26 9, ,69 93, Kota Singkawang 68,86 72,71 12,56 13,14 7,55 6, ,43 91, KALIMANTAN TENGAH 67,52 71,34 11,73 12,38 8,21 7, ,47 89, Kotawaringin Barat 67,81 71,62 12,71 11,57 8,21 7, ,87 90, Kotawaringin Timur 67,46 71,25 12,33 11,85 8,15 6, ,09 86, Kapuas 66,37 70,12 11,03 11,21 7,45 6, ,04 95, Barito Selatan 64,19 67,86 10,62 11,26 8,57 7, ,21 93, Barito Utara 68,93 72,78 11,39 11,05 8,50 7, ,22 85, Sukamara 69,21 73,06 11,13 10,54 7,88 6, ,61 90, Lamandau 67,13 70,91 11,56 11,89 8,06 7, ,87 91, Seruyan 66,64 70,41 10,69 11,69 7,83 6, ,13 88, Katingan 63,11 66,75 11,94 11,42 8,66 7, ,86 83, Pulang Pisau 65,53 69,25 11,65 11,44 7,70 7, ,73 90, Gunung Mas 67,64 71,43 10,36 11,42 8,82 8, ,99 91, Barito Timur 65,49 69,21 12,55 11,42 9,43 8, ,38 87, Murung Raya 67,16 70,94 11,83 11,42 8,26 6, ,99 81, Kota Palangka Raya 70,93 74,85 15,00 14,66 11,10 9, ,56 93, KALIMANTAN SELATAN 65,58 69,45 11,81 12,12 8,10 7, ,33 88, Tanah Laut 66,25 70,07 10,96 11,14 7,77 6, ,88 87, Kota Baru 66,18 69,99 11,44 10,89 7,39 6, ,85 81, Banjar 63,41 67,12 10,81 11,23 7,32 6, ,28 92, Barito Kuala 62,60 66,28 11,68 11,48 7,01 6, ,24 88, Tapin 67,04 70,89 10,87 11,43 8,15 6, ,41 83, Hulu Sungai Selatan 61,76 65,41 11,47 12,50 7,43 7, ,93 89, PEMBANGUNAN MANUSIA BERBASIS GENDER 2015

119 Kode Provinsi Angka Harapan Hidup Harapan Lama Sekolah Rata-Rata Lama Sekolah Pengeluaran Per Kapita disesuaikan (Ribu Rupiah) Indeks Pembangunan Gender (IPG) L P L P L P L P Hulu Sungai Tengah 62,42 66,10 11,19 11,67 7,73 6, ,99 96, Hulu Sungai Utara 60,25 63,81 11,71 12,93 7,15 6, ,53 92, Tabalong 67,41 71,27 11,67 12,21 8,45 7, ,49 84, Tanah Bumbu 66,87 70,71 11,40 10,96 7,89 6, ,86 84, Balangan 64,71 68,49 10,86 11,28 7,40 5, ,66 92, Kota Banjarmasin 68,04 71,90 13,69 13,92 11,03 8, ,11 92, Kota Banjar Baru 69,04 72,97 15,63 14,70 11,22 10, ,86 92, KALIMANTAN TIMUR 71,79 75,56 13,12 13,23 9,53 8, ,69 84, Pasir 69,89 73,76 12,06 13,40 8,47 7, ,82 68, Kutai Barat 70,04 73,91 12,58 11,66 8,36 7, ,87 83, Kutai 69,52 73,37 13,47 12,94 9,03 7, ,13 76, Kutai Timur 70,37 74,26 12,49 12,24 8,72 8, ,17 74, Berau 69,23 73,08 12,68 14,07 9,04 8, ,27 87, Penajam Paser Utara 68,52 72,34 11,54 11,86 8,08 7, ,71 85, Mahakam Ulu 69,12 73,01 12,72 11,84 8,85 6, ,65 78, Kota Balikpapan 71,91 75,85 13,01 13,92 10,95 9, ,14 90, Kota Samarinda 71,61 75,54 13,84 14,37 10,61 9, ,71 89, Kota Bontang 71,66 75,59 12,53 12,74 11,02 9, ,47 86, KALIMANTAN UTARA 70,17 73,98 12,45 12,64 9,11 8, ,63 85, Malinau 70,71 71,14 13,03 13,65 8,83 7, ,18 80, Bulongan 71,04 73,05 12,50 12,68 8,63 7, ,71 85, Tana Tidung 70,04 70,82 12,28 12,09 7,99 7, ,04 77, Nunukan 69,85 71,55 12,37 12,63 8,15 7, ,99 81, Kota Tarakan 72,99 73,73 12,98 13,67 10,24 9, ,31 90, SULAWESI UTARA 69,03 72,93 11,86 12,51 8,89 8, ,75 94, Bolaang Mongondow 66,06 69,87 10,62 11,37 7,18 6, ,11 87, Minahasa 68,25 72,14 12,57 13,55 9,39 9, ,11 97, Kep.Sangihe Talaud 67,09 70,95 10,61 12,63 7,12 7, ,33 97, Kepulauan Talaud 67,15 71,00 11,55 12,25 8,93 8, ,37 97, Minahasa Selatan 67,02 70,87 10,68 11,59 9,18 8, ,35 87, Minahasa Utara 68,78 72,69 11,24 12,71 9,25 8, ,87 97, Bolaang Mongondow Utara Kep. Siau Tagulandang Biaro 64,70 68,46 11,18 12,45 7,03 7, ,27 85,90 67,31 71,18 10,71 11,00 8,05 8, ,15 87, Minahasa Tenggara 67,49 71,36 11,14 11,80 8,58 8, ,84 91, Bolaang Mongondow Selatan 61,99 65,65 11,95 12,24 7,90 7, ,91 77,81 Lampiran 105

120 Kode Provinsi Angka Harapan Hidup Harapan Lama Sekolah Rata-Rata Lama Sekolah Pengeluaran Per Kapita disesuaikan (Ribu Rupiah) Indeks Pembangunan Gender (IPG) L P L P L P L P Bolaang Mongondow Timur 65,16 68,94 10,70 12,28 7,44 7, ,87 90, Kota Manado 69,26 73,19 13,61 13,92 11,38 10, ,04 96, Kota Bitung 68,26 72,14 10,76 12,14 9,36 9, ,85 94, Kota Tomohon 68,43 72,34 13,37 14,30 9,81 10, ,61 99, Kota Kotamobago 67,65 71,52 12,04 13,10 9,88 8, ,13 94, SULAWESI TENGAH 65,27 69,18 12,37 13,09 8,16 7, ,84 92, Banggai Kepulauan 62,36 66,03 12,86 12,38 7,90 6, ,97 90, Banggai 67,74 71,61 11,78 13,08 8,09 7, ,92 91, Morowali 66,10 69,91 11,15 12,36 8,91 7, ,81 84, Poso 67,99 71,87 11,80 13,92 8,56 8, ,75 98, Donggala 63,87 67,60 12,18 12,73 8,39 6, ,19 86, Toli-Toli 61,87 65,54 11,83 12,81 7,92 7, ,73 89, Buol 64,73 68,49 13,00 14,35 8,42 8, ,56 89, Parigi Moutong 61,30 64,94 11,55 12,10 7,08 6, ,54 91, Tojo Una-Una 61,99 65,65 10,66 12,14 7,63 7, ,24 92, Sigi 66,69 70,52 11,82 11,96 8,45 7, ,42 92, Banggai Laut 61,40 65,04 12,38 11,26 8,13 7, ,83 90, Morowali Utara 66,34 70,14 11,31 11,57 8,30 7, ,70 96, Kota Palu 67,94 71,81 15,02 15,30 11,24 10, ,88 98, SULAWESI SELATAN 67,69 71,60 12,70 13,10 7,86 7, ,34 92, Selayar 65,55 69,34 11,59 12,24 7,38 6, ,16 91, Bulukumba 64,48 68,24 12,05 12,72 7,10 6, ,46 95, Bantaeng 67,75 71,53 10,80 12,17 6,69 6, ,62 96, Jeneponto 63,47 67,19 11,97 11,35 6,02 5, ,85 90, Takalar 63,97 67,71 11,23 11,57 6,87 6, ,57 86, Gowa 67,80 71,66 12,28 12,61 7,22 6, ,24 87, Sinjai 64,43 68,18 11,85 12,70 7,24 6, ,51 98, Maros 66,53 70,36 12,16 12,43 7,72 6, ,21 88, Pangkajene Kepulauan 63,45 67,17 12,29 12,42 7,82 6, ,45 89, Barru 65,77 69,57 13,26 13,67 7,46 6, ,11 95, Bone 63,89 67,62 12,00 12,20 6,32 5, ,71 91, Soppeng 66,45 70,29 10,99 12,11 7,17 6, ,90 98, Wajo 64,01 67,75 12,80 13,57 7,07 5, ,28 88, Sidenreng Rappang 66,11 69,92 12,38 13,22 7,75 6, ,46 91, Pinrang 66,07 69,88 12,28 13,94 8,01 6, ,11 94, Enrekang 68,21 72,10 12,77 13,84 8,43 7, ,00 98, Luwu 67,17 71,01 12,67 13,06 7,69 7, ,69 91, PEMBANGUNAN MANUSIA BERBASIS GENDER 2015

121 Kode Provinsi Angka Harapan Hidup Harapan Lama Sekolah Rata-Rata Lama Sekolah Pengeluaran Per Kapita disesuaikan (Ribu Rupiah) Indeks Pembangunan Gender (IPG) L P L P L P L P Tana Toraja 70,07 74,03 12,65 13,18 8,46 7, ,98 86, Luwu Utara 65,06 68,84 11,93 12,12 7,64 6, ,21 88, Luwu Timur 67,46 71,32 11,90 12,48 8,53 7, ,61 89, Toraja Utara 70,46 74,43 12,31 12,84 8,34 7, ,61 85, Kota Makasar 69,35 73,30 14,60 14,88 10,97 10, ,40 93, Kota Pare Pare 68,38 72,28 13,86 14,26 10,27 9, ,05 97, Kota Palopo 68,12 72,02 14,04 15,72 10,45 9, ,66 96, SULAWESI TENGGARA 68,46 72,41 12,69 12,87 8,78 7, ,24 89, Buton 65,22 68,99 13,59 12,40 8,87 5, ,62 77, Muna 67,78 71,63 11,77 13,30 8,99 6, ,42 87, Konawe/Kab Kendari 67,38 71,21 11,89 12,90 9,32 8, ,39 93, Kolaka 67,82 71,66 11,77 12,41 8,56 7, ,16 89, Konawe Selatan 67,79 71,64 11,33 12,76 7,96 7, ,97 88, Bombana 65,68 69,45 11,66 11,98 8,08 6, ,76 82, Wakatobi 67,51 71,35 12,69 13,08 8,30 7, ,64 88, Kolaka Utara 67,22 71,05 10,74 10,83 7,89 7, ,53 97, Buton Utara 68,37 72,24 11,47 12,34 8,58 7, ,00 92, Konawe Utara 66,64 70,44 11,24 11,79 8,73 7, ,12 86, Kolaka Timur 69,30 73,20 11,06 10,72 6,58 5, ,67 98, Konawe Kepulauan 65,91 69,69 10,55 9,96 9,50 7, ,88 82, Muna Barat 67,78 71,63 11,19 12,00 6,86 5, , Buton Tengah 65,22 68,99 12,89 12,28 7,08 4, , Buton Selatan 65,22 68,99 12,52 12,89 6,93 5, , Kota Kendari 70,90 74,86 16,09 15,92 12,08 10, ,31 93, Kota Bau-Bau 68,45 72,32 14,35 15,16 10,41 9, ,29 90, GORONTALO 65,08 69,03 12,08 12,91 6,70 7, ,57 85, Boalemo 65,37 69,11 11,65 12,26 5,57 6, ,63 78, Gorontalo 64,61 68,33 11,47 12,29 6,19 6, ,32 79, Pokuwato 60,49 64,06 11,53 11,85 6,46 6, ,32 90, Bone Bolango 65,57 69,32 11,94 12,65 6,74 8, ,40 85, Gorontalo Utara 62,90 66,56 10,96 12,59 6,25 6, ,89 79, Kota Gorontalo 69,67 73,57 13,35 14,31 10,21 10, ,37 85, SULAWESI BARAT 62,18 66,00 11,46 12,13 7,32 6, ,56 89, Majene 58,41 61,92 12,83 13,31 8,27 7, ,00 94, Polewali Mamasa 59,32 62,86 12,09 12,73 7,03 5, ,01 90, Mamasa 68,30 72,13 10,83 11,62 7,66 6, ,38 97, Mamuju 64,45 68,17 12,42 13,18 7,65 6, ,26 89, Mamuju Utara 62,95 66,61 11,49 10,69 7,61 6, ,00 82,03 Lampiran 107

122 Kode Provinsi Angka Harapan Hidup Harapan Lama Sekolah Rata-Rata Lama Sekolah Pengeluaran Per Kapita disesuaikan (Ribu Rupiah) Indeks Pembangunan Gender (IPG) L P L P L P L P Mamuju Tengah 65,07 68,81 10,78 12,55 6,68 6, ,55 86, MALUKU 63,11 66,98 13,33 13,72 9,42 8, ,46 92, Maluku Tenggara Barat 60,63 64,25 11,40 12,31 9,03 8, ,85 85, Maluku Tenggara 62,08 65,77 11,49 12,39 9,53 8, ,21 96, Maluku Tengah 63,66 67,41 13,37 14,09 8,96 8, ,84 98, Buru 63,57 67,31 12,21 12,29 8,38 6, ,04 87, Kepulauan Aru 59,72 63,32 10,91 11,44 8,37 7, ,99 87, Seram Bagian Barat 58,08 61,63 11,96 13,12 8,84 7, ,77 98, Seram Bagian Timur 55,92 59,38 11,97 11,49 7,79 6, ,44 85, Maluku Barat Daya 58,79 62,36 11,16 11,57 7,92 7, ,03 88, Buru Selatan 63,44 67,18 11,55 11,81 7,92 5, ,98 84, Kota Ambon 67,46 71,35 15,54 16,03 11,69 11, ,00 97, Kota Tual 61,87 65,55 13,40 14,69 10,29 9, ,48 87, MALUKU UTARA 65,41 69,38 12,52 12,92 8,90 7, ,96 88, Halmahera Barat 63,24 66,96 11,90 12,44 8,50 7, ,13 88, Halmahera Tengah 60,34 63,95 12,41 12,14 8,04 7, ,47 89, Kepulauan Sula 60,43 64,04 11,98 11,61 8,61 7, ,66 91, Halmahera Selatan 63,02 66,73 11,59 11,01 7,79 6, ,10 85, Halmahera Utara 66,69 70,53 12,15 12,65 8,61 7, ,85 88, Halmahera Timur 65,24 69,03 12,29 12,02 8,25 7, ,15 80, Pulau Morotai 63,86 67,60 10,49 11,75 7,58 6, ,75 63, Pulau Taliabu 59,13 62,71 11,41 10,63 7,75 7, ,77 81, Kota Ternate 67,97 71,86 14,67 14,61 11,70 10, ,91 91, Kota Tidore Kepulauan 66,35 70,19 13,13 12,98 9,50 8, ,87 94, PAPUA BARAT 63,26 67,10 12,21 11,48 9,70 6, ,72 81, Fak-Fak 65,69 69,44 13,07 14,55 9,97 7, ,45 82, Kaimana 61,71 65,32 11,71 10,77 8,95 6, ,14 81, Teluk Wondama 56,60 60,03 10,03 10,78 8,80 6, ,27 78, Teluk Bintuni 56,66 60,09 12,03 11,18 8,67 7, ,26 84, Manokwari 65,67 69,43 13,66 12,43 11,05 7, ,34 81, Sorong Selatan 63,45 67,13 12,23 11,37 9,52 6, ,09 80, Sorong 63,34 67,03 12,75 12,33 8,39 6, ,11 84, Raja Ampat 62,18 65,81 11,63 11,25 8,58 6, ,32 76, Tambrauw 56,94 60,39 11,64 9,79 6,87 4, ,44 64, Maybrat 62,83 66,37 13,45 11,04 8,19 5, ,31 74, Manokwari Selatan 64,75 68,49 11,23 12,57 9,35 4, ,85 60, Pegunungan Arfak 64,53 68,33 11,11 7,47 8,94 4, ,93 74, PEMBANGUNAN MANUSIA BERBASIS GENDER 2015

123 Kode Provinsi Angka Harapan Hidup Harapan Lama Sekolah Rata-Rata Lama Sekolah Pengeluaran Per Kapita disesuaikan (Ribu Rupiah) Indeks Pembangunan Gender (IPG) L P L P L P L P Kota Sorong 67,07 70,86 14,05 13,85 11,23 10, ,06 90, PAPUA 63,05 66,72 10,02 9,85 6,62 4, ,61 78, Merauke 64,66 68,21 12,26 11,43 8,58 7, ,83 87, Jayawijaya 56,04 59,45 11,60 9,78 6,25 3, ,45 83, Jayapura 64,22 67,73 13,75 13,27 9,89 8, ,69 90, Nabire 65,37 69,02 10,43 10,77 10,27 8, ,67 89, Yapen Waropen 66,68 70,47 11,45 11,21 9,53 7, ,85 88, Biak Namfor 65,91 69,67 13,54 12,89 10,34 8, ,49 89, Paniai 63,40 66,79 10,75 10,07 3,90 2, ,65 66, Puncak Jaya 62,01 65,44 5,66 6,13 5,24 2, ,43 62, Mimika 69,88 73,78 10,22 11,11 9,61 8, ,46 77, Boven Digoel 55,90 59,31 11,51 10,19 8,06 6, ,91 77, Mappi 61,73 65,20 10,58 10,34 6,60 5, ,82 82, Asmat 53,29 56,61 7,63 6,74 5,03 3, ,21 48, Yahukimo 62,66 66,35 8,28 6,95 5,72 1, ,70 67, Pegunungan Bintang 61,80 65,26 4,58 4,31 3,48 1, ,71 80, Tolikara 62,72 66,49 7,88 7,55 4,30 1, ,88 56, Sarmi 63,53 67,33 11,83 10,41 8,65 7, ,87 81, Keerom 64,21 67,68 11,94 11,02 7,80 5, ,25 84, Waropen 63,76 67,57 12,19 11,68 9,13 7, ,30 67, Supiori 63,20 66,99 13,62 12,15 8,65 6, ,26 74, Membramo Raya 54,64 58,00 11,17 9,67 4,61 3, ,99 80, Nduga 51,92 55,18 2,87 1,87 0,89 0, ,06 91, Lanny Jaya 62,97 66,61 8,05 6,86 3,84 0, ,50 91, Mamberamo Tengah 60,78 64,36 8,03 7,13 3,85 1, ,46 90, Yalimo 63,02 66,57 8,56 7,43 3,96 1, ,56 81, Puncak 63,20 66,67 4,41 4,08 1,71 0, ,53 84, Dogiyai 62,44 66,20 8,95 9,48 5,35 4, ,35 79, Intan Jaya 63,06 66,61 7,15 5,31 4,14 1, ,25 67, Deiyai 62,33 66,09 10,73 9,41 3,90 1, ,18 69, Kota Jayapura 68,01 71,78 14,17 13,68 11,34 10, ,92 94, INDONESIA 68,87 72,60 12,37 12,40 8,24 7, ,19 90,34 Lampiran 109

124 Lampiran 3. Indeks Pemberdayaan Gender (IDG) menurut Provinsi dan Kabupaten/ Kota, 2014 Kode Provinsi/ Kabupaten/ Kota Keterlibatan perempuan di Parlemen (%) Perempuan sbg Tenaga Profesional (%) Sumbangan Pendapatan Perempuan (%) Indeks Perberdayaan Gender (IDG) 1100 ACEH 14,81 53,28 33,29 65, Simeulue 15,00 37,55 24,38 56, Aceh Singkil 8,00 47,42 28,39 54, Aceh Selatan 3,33 53,36 27,85 47, Aceh Tenggara 13,33 37,47 30,88 58, Aceh Timur 10,00 60,21 28,96 54, Aceh Tengah 3,33 53,50 36,27 55, Aceh Barat 8,00 50,59 28,29 55, Aceh Besar 2,86 53,94 25,63 46, Piddie 17,50 61,53 28,65 61, Bireuen 2,50 63,54 37,88 50, Aceh Utara 2,22 58,77 34,68 50, Aceh Barat Daya 4,00 47,79 28,99 51, Gayo Lues 15,00 44,29 36,20 65, Aceh Tamiang 33,33 49,66 26,38 72, Nagan Raya 16,00 57,46 26,88 60, Aceh Jaya 5,00 51,20 36,87 57, Bener Meriah 4,00 54,02 28,41 49, Pidie Jaya 4,00 60,68 33,44 53, Kota Banda Aceh 3,33 44,38 25,43 51, Kota Sabang 25,00 52,20 30,85 75, Kota Langsa 8,00 43,45 27,16 51, Kota Lhokseumawe 8,00 65,73 22,74 46, Kota Subulussalam 15,00 38,17 37,44 65, SUMATERA UTARA 13,00 52,46 35,88 66, Nias 0,01 29,20 51,35 47, Mandailing Natal 7,50 58,95 46,70 63, Tapanuli Selatan 10,00 35,34 50,48 65, Tapanuli Tengah 20,00 58,74 43,55 73, Tapanuli Utara 8,57 54,60 51,48 65, PEMBANGUNAN MANUSIA BERBASIS GENDER 2015

125 Kode Provinsi/ Kabupaten/ Kota Keterlibatan perempuan di Parlemen (%) Perempuan sbg Tenaga Profesional (%) Sumbangan Pendapatan Perempuan (%) Indeks Perberdayaan Gender (IDG) 1206 Toba Samosir 6,67 53,61 43,82 63, Labuhan Batu 31,11 48,09 31,01 78, Asahan 15,56 60,55 25,32 59, Simalungun 12,00 53,30 36,24 65, Dairi 5,71 60,75 50,91 60, Karo 20,00 60,36 54,48 74, Deli Serdang 12,00 55,13 27,79 59, Langkat 8,00 49,43 29,77 57, Nias Selatan 11,43 46,45 34,30 60, Humbang Hasundutan 4,00 54,47 51,60 58, Pakpak Barat 0,01 66,71 50,22 50, Samosir 12,00 63,85 51,00 66, Serdang Bedegai 20,00 53,73 29,83 68, Batu Bara 14,29 45,15 37,16 67, Padang Lawas Utara 6,67 74,73 45,11 55, Padang Lawas 3,33 37,70 40,98 55, Labuhan Batu Selatan 8,57 63,29 32,34 57, Labuhan Batu Utara 2,86 70,92 23,76 40, Nias Utara 16,00 40,82 45,73 70, Nias Barat 15,00 39,77 53,73 68, Kota Sibolga 25,00 54,41 32,59 73, Kota Tanjung Balai 12,00 58,91 22,47 53, Kota Pematang Siantar 23,33 52,65 34,15 72, Kota Tebing Tinggi 8,00 46,57 30,79 55, Kota Medan 10,00 48,07 31,38 60, Kota Binjai 16,67 62,45 34,61 67, Kota Padang Sidempuan 13,33 52,11 29,70 61, Kota Gunung Sitoli 12,00 42,90 40,08 64, SUMATERA BARAT 9,23 57,05 35,99 61, Kepulauan Mentawai 0,01 33,90 29,82 43, Pesisir Selatan 4,44 68,20 33,95 50, Solok 8,57 61,51 38,43 60, Sawah Lunto/Sijunjung 10,00 67,81 27,21 53,18 Lampiran 111

126 Kode Provinsi/ Kabupaten/ Kota Keterlibatan perempuan di Parlemen (%) Perempuan sbg Tenaga Profesional (%) Sumbangan Pendapatan Perempuan (%) Indeks Perberdayaan Gender (IDG) 1305 Tanah Datar 8,82 53,95 32,71 58, Padang Pariaman 5,00 47,74 31,11 53, Agam 2,27 71,27 39,52 49, Limapuluh Koto 8,57 59,01 26,55 53, Pasaman 5,71 56,13 37,88 59, Solok Selatan 0,01 64,60 34,83 47, Dharmas Raya 4,00 58,09 26,52 47, Pasaman Barat 2,50 65,32 36,44 51, Kota Padang 15,56 49,58 33,51 68, Kota Solok 10,00 53,34 34,95 63, Kota Sawah Lunto 20,00 62,27 26,66 63, Kota Padang Panjang 20,00 55,93 46,55 76, Kota Bukit Tinggi 8,00 54,92 38,18 61, Kota Payakumbuh 8,00 51,35 36,66 62, Kota Pariaman 5,00 50,97 30,12 52, RIAU 27,69 52,94 27,37 74, Kuantan Sengingi 11,43 64,07 36,28 64, Indragiri Hulu 10,00 53,22 28,17 60, Indragiri Hilir 8,89 60,87 28,84 57, Pelalawan 8,57 53,38 27,95 56, Siak 5,00 54,02 19,51 44, Kampar 20,00 51,61 22,70 65, Rokan Hulu 11,11 53,66 26,35 59, Bengkalis 15,56 56,11 22,32 59, Rokan Hilir 8,57 43,02 21,79 52, Kepulauan Meranti 10,00 56,25 26,47 57, Kota Pekan Baru 15,56 51,44 27,57 64, Kota Dumai 16,67 51,72 22,43 62, JAMBI 12,73 48,88 28,40 61, Kerinci 16,67 35,23 41,98 70, Merangin 0,01 47,99 41,63 53, Sarolangun 5,71 51,48 29,54 55, Batanghari 17,14 57,31 34,62 69, PEMBANGUNAN MANUSIA BERBASIS GENDER 2015

127 Kode Provinsi/ Kabupaten/ Kota Keterlibatan perempuan di Parlemen (%) Perempuan sbg Tenaga Profesional (%) Sumbangan Pendapatan Perempuan (%) Indeks Perberdayaan Gender (IDG) 1505 Muara Jambi 14,29 52,51 34,70 68, Tanjung Jabung Timur 10,00 41,99 21,34 52, Tanjung Jabung Barat 11,43 55,47 26,10 57, Tebo 17,14 58,48 26,61 64, Bungo 20,00 40,73 21,62 61, Kota Jambi 15,56 48,02 27,40 63, Kota Sungai Penuh 0,01 54,74 33,15 50, SUMATERA SELATAN 17,33 52,09 34,31 70, Ogan Komering Ulu 11,43 56,92 23,83 56, Ogan Komering Ilir 8,89 56,63 24,50 53, Muara Enim (Liot) 6,67 47,22 37,59 59, Lahat 7,50 50,43 37,65 60, Musi Rawas 10,00 58,38 25,38 54, Musi Banyuasin 8,89 60,70 34,89 59, Banyuasin 8,89 52,96 28,51 57, Ogan Komering Ulu Selatan 10,00 56,44 23,78 53, Ogan Komering Ulu Timur 6,67 51,35 29,79 55, Ogan Ilir 5,00 60,39 27,25 49, Empat Lawang 11,43 62,57 34,12 60, Penukal Abab Lematang Ilir 0,00 45,36 33, Musi Rawas Utara 0,00 55,69 25, Kota Palembang 20,00 49,93 29,07 69, Kota Prabumulih 12,00 55,55 23,19 55, Kota Pagar Alam 16,00 50,89 21,53 56, Kota Lubuk Linggau 13,33 47,13 27,48 58, BENGKULU 15,56 50,75 34,34 68, Bengkulu Selatan 4,00 57,57 41,61 58, Rejang Lebong 13,33 50,99 23,97 57, Bengkulu Utara 10,00 53,16 38,25 65, Kaur 8,00 46,11 36,68 61, Seluma 16,67 57,45 33,32 66, Mukomuko 8,00 57,80 32,54 59, Lebong 28,00 41,31 37,93 77,91 Lampiran 113

128 Kode Provinsi/ Kabupaten/ Kota Keterlibatan perempuan di Parlemen (%) Perempuan sbg Tenaga Profesional (%) Sumbangan Pendapatan Perempuan (%) Indeks Perberdayaan Gender (IDG) 1708 Kepahiang 28,00 51,89 35,56 77, Bengkulu Tengah 12,00 49,98 40,00 66, Kota Bengkulu 25,71 47,86 32,08 75, LAMPUNG 14,12 51,08 28,59 62, Lampung Barat 2,50 63,46 32,31 49, Tanggamus 17,78 66,20 27,82 63, Lampung Selatan 10,00 50,29 28,77 58, Lampung Timur 10,00 49,06 30,97 60, Lampung Tengah 4,00 40,97 29,87 52, Lampung Utara 6,67 65,78 33,99 54, Way Kanan 15,00 54,94 32,27 65, Tulang Bawang 15,56 60,93 26,06 59, Pesawaran 22,22 58,24 28,21 68, Pringsewu 27,50 57,98 19,06 62, Mesuji 14,29 81,24 27,51 47, Tulang Bawang Barat 6,67 50,52 30,95 54, Pesisir Barat 7,14 60,07 32,86 57, Kota Bandar Lampung 10,00 46,43 31,24 59, Kota Metro 28,00 51,78 33,87 76, KEP. BANGKA BELITUNG 8,89 47,87 24,70 56, Bangka 14,29 49,82 24,21 62, Belitung 0,01 39,11 21,89 40, Bangka Barat 8,00 47,05 26,07 55, Bangka Tengah 12,00 53,79 21,44 54, Bangka Selatan 0,01 42,13 19,98 37, Belitung Timur 16,00 53,66 24,89 63, Kota Pangkal Pinang 6,67 48,92 28,16 55, KEPULAUAN RIAU 13,33 38,43 26,80 60, Karimun 10,00 39,34 24,74 54, Bintan 20,00 53,07 22,44 65, Natuna 10,00 49,91 23,11 53, Lingga 0,01 46,65 22,06 40, PEMBANGUNAN MANUSIA BERBASIS GENDER 2015

129 Kode Provinsi/ Kabupaten/ Kota Keterlibatan perempuan di Parlemen (%) Perempuan sbg Tenaga Profesional (%) Sumbangan Pendapatan Perempuan (%) Indeks Perberdayaan Gender (IDG) 2105 Kepulauan Anambas 10,00 52,51 26,17 56, Kota Batam 8,00 33,23 27,89 54, Kota Tanjung Pinang 26,67 47,86 25,36 70, DKI JAKARTA 17,92 42,96 36,90 71, Kep. Seribu 17,92 52,07 23,60 59, Kota Jakarta Selatan 17,92 42,44 34,79 71, Kota Jakarta Timur 17,92 39,83 33,17 69, Kota Jakarta Pusat 17,92 47,39 37,51 73, Kota Jakarta Barat 17,92 45,39 33,99 71, Kota Jakarta Utara 17,92 42,81 35,19 70, JAWA BARAT 22,00 40,22 28,41 68, Bogor 18,00 35,31 26,24 61, Sukabumi 12,00 40,99 26,80 57, Cianjur 16,00 48,68 19,75 56, Bandung 28,00 32,19 32,66 73, Garut 14,00 39,16 30,59 63, Tasikmalaya 16,00 38,80 26,40 61, Ciamis 10,00 46,48 37,28 63, Kuningan 22,00 47,94 28,03 71, Cirebon 28,00 28,10 25,83 67, Majalengka 14,00 43,46 25,19 60, Sumedang 22,00 40,35 34,04 72, Indramayu 22,00 40,20 20,32 61, Subang 14,00 31,68 29,14 60, Purwakarta 24,44 35,34 27,99 69, Karawang 20,00 40,21 26,95 67, Bekasi 10,00 39,32 23,66 53, Bandung Barat 16,00 33,76 33,05 64, Pangandaran 14,29 29,21 32,84 61, Kota Bogor 15,56 35,61 28,98 63, Kota Sukabumi 14,29 44,08 26,31 62, Kota Bandung 6,00 43,30 32,54 58, Kota Cirebon 25,71 35,41 31,11 71,97 Lampiran 115

130 Kode Provinsi/ Kabupaten/ Kota Keterlibatan perempuan di Parlemen (%) Perempuan sbg Tenaga Profesional (%) Sumbangan Pendapatan Perempuan (%) Indeks Perberdayaan Gender (IDG) 3275 Kota Bekasi 16,00 44,62 27,86 65, Kota Depok 38,00 45,32 31,92 81, Kota Cimahi 26,09 45,55 29,43 72, Kota Tasikmalaya 4,44 39,20 32,27 54, Kota Banjar 4,00 39,95 26,09 47, JAWA TENGAH 24,00 45,67 33,46 74, Cilacap 18,00 41,21 25,13 63, Banyumas 18,00 35,72 29,65 64, Purbalingga 26,67 38,06 29,23 71, Banjarnegara 20,00 54,29 28,13 67, Kebumen 26,00 41,10 24,05 67, Purworejo 17,78 48,28 32,63 68, Wonosobo 4,44 38,12 23,31 45, Magelang 14,00 36,94 37,22 65, Boyolali 11,11 45,80 40,06 65, Klaten 6,00 49,44 37,53 59, Sukoharjo 15,56 50,75 40,46 71, Wonogiri 8,89 57,51 37,86 63, Karanganyar 24,44 56,72 37,76 77, Sragen 8,89 47,18 36,36 61, Grobogan 14,00 39,64 23,62 56, Blora 17,78 37,89 34,27 67, Rembang 17,78 36,82 31,27 66, Pati 16,00 52,01 30,65 65, Kudus 6,67 40,90 40,99 60, Jepara 6,00 52,75 22,96 47, Demak 14,00 38,85 38,33 66, Semarang 20,00 57,40 46,12 75, Temanggung 31,11 44,42 41,74 81, Kendal 22,22 44,81 33,44 74, Batang 22,22 39,89 26,80 66, Pekalongan 24,44 58,35 25,01 66, Pemalang 16,00 41,48 33,55 68, PEMBANGUNAN MANUSIA BERBASIS GENDER 2015

131 Kode Provinsi/ Kabupaten/ Kota Keterlibatan perempuan di Parlemen (%) Perempuan sbg Tenaga Profesional (%) Sumbangan Pendapatan Perempuan (%) Indeks Perberdayaan Gender (IDG) 3328 Tegal 20,00 48,87 27,24 68, Brebes 16,00 49,70 23,86 61, Kota Magelang 24,00 45,02 41,11 78, Kota Surakarta 17,78 48,51 43,27 74, Kota Salatiga 28,00 44,30 41,86 80, Kota Semarang 24,00 43,32 36,09 75, Kota Pekalongan 16,67 49,53 27,37 63, Kota Tegal 33,33 44,97 28,67 76, D I YOGYAKARTA 10,91 45,76 40,19 66, Kulon Progo 15,00 61,08 32,58 63, Bantul 6,67 43,99 39,07 61, Gunung Kidul 15,56 48,31 38,46 68, Sleman 26,00 44,52 37,59 79, Kota Yogyakarta 25,00 45,26 43,71 79, JAWA TIMUR 15,00 46,04 34,83 68, Pacitan 15,00 38,80 39,14 67, Ponorogo 11,11 46,05 34,14 64, Trenggalek 11,11 36,96 36,25 63, Tulungagung 10,00 55,70 37,86 63, Blitar 20,00 56,39 40,27 75, Kediri 26,00 53,49 30,28 74, Malang 14,00 49,54 36,58 68, Lumajang 18,00 46,64 22,93 59, Jember 20,41 42,83 30,45 67, Banyuwangi 18,00 40,10 30,41 66, Bondowoso 4,44 36,80 37,42 54, Situbondo 20,00 37,01 27,84 62, Probolinggo 24,44 41,64 24,82 65, Pasuruan 12,00 51,79 36,05 64, Sidoarjo 14,00 44,66 28,99 63, Mojokerto 18,37 36,59 35,43 68, Jombang 22,00 47,51 26,88 68, Nganjuk 22,22 50,05 24,28 66,41 Lampiran 117

132 Kode Provinsi/ Kabupaten/ Kota Keterlibatan perempuan di Parlemen (%) Perempuan sbg Tenaga Profesional (%) Sumbangan Pendapatan Perempuan (%) Indeks Perberdayaan Gender (IDG) 3519 Madiun 11,11 52,15 29,28 59, Magetan 6,67 41,89 36,73 59, Ngawi 20,00 46,32 30,68 68, Bojonegoro 14,00 34,97 25,23 55, Tuban 10,00 45,49 29,38 59, Lamongan 18,00 48,45 32,49 68, Gresik 12,00 54,23 31,74 62, Bangkalan 0,01 49,99 33,59 49, Sampang 2,22 31,26 29,20 45, Pamekasan 6,67 37,09 32,54 54, Sumenep 6,00 29,56 36,36 51, Kota Kediri 33,33 43,90 34,60 80, Kota Blitar 12,00 44,93 36,90 67, Kota Malang 24,44 44,24 34,59 74, Kota Probolinggo 16,67 50,68 30,81 67, Kota Pasuruan 3,33 48,54 31,07 53, Kota Mojokerto 24,00 51,08 36,65 76, Kota Madiun 33,33 46,95 39,10 81, Kota Surabaya 34,00 48,84 35,58 81, Kota Batu 32,00 43,23 29,78 77, BANTEN 17,65 41,07 29,94 66, Pandeglang 12,00 34,39 29,53 57, Lebak 14,00 39,04 30,04 63, Tangerang 14,00 39,90 27,70 61, Serang 16,00 44,26 25,24 61, Kota Tangerang 20,00 44,97 31,13 71, Kota Cilegon 14,29 47,30 20,25 55, Kota Serang 15,56 36,94 26,80 61, Kota Tangerang Selatan 22,00 39,03 24,69 65, BALI 9,09 44,36 35,96 62, Jembrana 11,43 34,74 38,92 61, Tabanan 7,50 46,03 34,78 59, Badung 2,50 47,44 36,58 55, PEMBANGUNAN MANUSIA BERBASIS GENDER 2015

133 Kode Provinsi/ Kabupaten/ Kota Keterlibatan perempuan di Parlemen (%) Perempuan sbg Tenaga Profesional (%) Sumbangan Pendapatan Perempuan (%) Indeks Perberdayaan Gender (IDG) 5104 Gianyar 7,50 41,60 36,14 60, Klungkung 16,67 43,64 44,86 74, Bangli 6,67 38,90 36,28 59, Karangasem 5,00 36,95 41,46 58, Buleleng 13,04 35,84 38,84 64, Kota Denpasar 2,22 49,21 41,58 58, NUSA TENGGARA BARAT 9,23 40,38 31,26 57, Lombok Barat 15,56 35,46 31,52 61, Lombok Tengah 8,00 21,89 34,17 47, Lombok Timur 4,00 36,00 42,74 54, Sumbawa 2,22 55,05 36,75 55, Dompu 10,00 46,24 33,04 63, Bima 11,11 48,03 25,72 55, Sumbawa Barat 0,01 48,96 19,54 37, Lombok Utara 6,67 33,78 26,01 45, Kota Mataram 12,50 47,00 32,39 63, Kota Bima 12,00 42,05 36,65 63, NUSA TENGGARA TIMUR 9,23 48,15 42,19 63, Sumba Barat 16,00 37,32 32,54 66, Sumba Timur 6,67 60,00 41,84 58, Kupang 14,29 46,09 34,02 65, Timor Tengah Selatan 12,50 45,47 27,79 58, Timor Tengah Utara 6,67 41,24 37,54 58, Belu 33,33 46,87 36,85 79, Alor 6,67 49,88 41,93 59, Lembata 0,01 42,41 45,96 50, Flores Timur 0,01 49,93 42,89 52, Sikka 8,57 48,14 34,79 56, Ende 3,33 57,22 52,91 56, Ngada 16,00 58,35 46,03 69, Manggarai 11,43 42,28 46,23 64, Rote Nda 4,00 39,58 34,66 51, Manggarai Barat 3,33 44,46 38,75 53,07 Lampiran 119

134 Kode Provinsi/ Kabupaten/ Kota Keterlibatan perempuan di Parlemen (%) Perempuan sbg Tenaga Profesional (%) Sumbangan Pendapatan Perempuan (%) Indeks Perberdayaan Gender (IDG) 5316 Sumba Barat Daya 0,01 50,63 41,79 52, Sumba Tengah 0,01 45,66 47,15 53, Nageko 0,01 48,19 49,25 52, Manggarai Timur 3,33 31,43 34,01 45, Sabu Raijua 5,00 53,86 35,03 48, Malaka 20,00 50,22 48,40 64, Kota Kupang 12,50 48,78 36,86 68, KALIMANTAN BARAT 10,77 46,62 34,77 64, Sambas 8,89 47,68 35,42 61, Bengkayang 10,00 48,90 36,06 63, Landak 14,29 45,20 36,96 67, Pontianak 13,33 50,49 34,43 66, Sanggau 12,50 34,99 32,76 61, Ketapang 8,89 49,46 26,05 54, Sintang 5,71 38,44 32,87 53, Kapuas Hulu 10,00 41,42 40,84 65, Sekadau 0,01 44,35 39,22 51, Melawai 6,67 32,05 34,92 53, Kayong Utara 8,00 47,39 31,02 56, Kubu Raya 11,11 42,64 34,20 63, Kota Pontianak 15,56 50,41 33,56 68, Kota Singkawang 10,00 53,43 27,32 57, KALIMANTAN TENGAH 26,67 47,59 33,13 77, Kotawaringin Barat 20,00 40,03 23,02 64, Kotawaringin Timur 22,50 55,04 25,42 69, Kapuas 15,00 51,99 28,05 62, Barito Selatan 36,00 48,23 38,30 84, Barito Utara 32,00 40,14 42,72 83, Sukamara 20,00 39,05 18,61 60, Lamandau 5,00 41,34 25,72 54, Seruyan 20,00 43,04 26,01 69, Katingan 12,00 46,62 28,89 62, Pulang Pisau 28,00 51,84 22,15 69, PEMBANGUNAN MANUSIA BERBASIS GENDER 2015

135 Kode Provinsi/ Kabupaten/ Kota Keterlibatan perempuan di Parlemen (%) Perempuan sbg Tenaga Profesional (%) Sumbangan Pendapatan Perempuan (%) Indeks Perberdayaan Gender (IDG) 6211 Gunung Mas 28,00 52,56 55,83 81, Barito Timur 10,00 58,26 41,89 66, Murung Raya 16,00 36,57 28,83 65, Kota Palangka Raya 33,33 45,75 31,40 79, KALIMANTAN SELATAN 14,55 44,32 34,90 68, Tanah Laut 16,67 51,10 27,88 65, Kota Baru 22,86 45,75 26,08 71, Banjar 20,00 46,94 32,48 72, Barito Kuala 14,29 47,97 40,93 70, Tapin 16,00 46,90 48,04 72, Hulu Sungai Selatan 13,33 47,52 25,49 60, Hulu Sungai Tengah 23,33 35,24 50,26 76, Hulu Sungai Utara 16,67 53,47 29,19 64, Tabalong 23,33 46,93 27,47 71, Tanah Bumbu 8,57 31,01 30,42 56, Balangan 12,00 34,79 35,01 63, Kota Banjarmasin 17,78 40,62 37,98 71, Kota Banjar Baru 20,00 48,04 30,32 72, KALIMANTAN TIMUR 9,09 41,30 21,73 53, Pasir 16,67 32,38 21,86 58, Kutai Barat 16,00 50,66 23,86 63, Kutai 6,67 48,33 22,98 52, Kutai Timur 15,00 41,18 16,61 55, Berau 10,00 43,89 16,27 49, Penajam Paser Utara 4,00 42,39 24,04 49, Mahakam Ulu 25,00 24,26 24,17 68, Kota Balikpapan 17,78 39,92 24,28 65, Kota Samarinda 20,00 39,95 29,88 70, Kota Bontang 8,00 39,46 16,94 44, KALIMANTAN UTARA 20,00 38,59 25,41 66, Malinau 15,00 23,55 26,93 59, Bulongan 4,00 41,08 21,66 45,91 Lampiran 121

136 Kode Provinsi/ Kabupaten/ Kota Keterlibatan perempuan di Parlemen (%) Perempuan sbg Tenaga Profesional (%) Sumbangan Pendapatan Perempuan (%) Indeks Perberdayaan Gender (IDG) 6503 Tana Tidung 10,00 40,32 21,35 58, Nunukan 20,00 39,06 26,09 68, Kota Tarakan 4,00 44,13 24,54 49, SULAWESI UTARA 28,89 52,45 30,63 76, Bolaang Mongondow 23,33 48,88 28,84 71, Minahasa 28,57 65,64 37,81 76, Kep.Sangihe Talaud 20,00 52,72 27,30 67, Kepulauan Talaud 15,00 58,40 26,63 60, Minahasa Selatan 26,67 52,71 31,20 74, Minahasa Utara 20,00 51,72 33,72 71, Bolaang Mongondow Utara 5,00 47,74 28,02 52, Kep. Siau Tagulandang Biaro 30,00 43,41 33,37 74, Minahasa Tenggara 20,00 51,48 34,92 73, Bolaang Mongondow Selatan 15,00 43,53 26,92 62, Bolaang Mongondow Timur 20,00 41,14 22,98 63, Kota Manado 40,00 52,56 34,34 82, Kota Bitung 13,33 49,14 25,96 60, Kota Tomohon 35,00 51,27 33,75 79, Kota Kotamobago 16,00 51,27 24,58 60, SULAWESI TENGAH 15,56 51,92 29,29 65, Banggai Kepulauan 0,01 44,71 43,83 52, Banggai 20,00 53,37 26,74 66, Morowali 16,00 48,24 27,34 63, Poso 13,33 54,71 30,22 63, Donggala 6,67 43,04 29,40 55, Toli-Toli 23,33 61,47 24,69 65, Buol 24,00 48,37 23,55 65, Parigi Moutong 10,00 55,08 23,38 53, Tojo Una-Una 4,00 64,26 25,57 45, Sigi 16,67 52,15 32,32 65, Banggai Laut 5,00 42,94 35,67 55, Morowali Utara 20,00 43,08 19,55 59, Kota Palu 14,29 50,85 33,54 66, PEMBANGUNAN MANUSIA BERBASIS GENDER 2015

137 Kode Provinsi/ Kabupaten/ Kota Keterlibatan perempuan di Parlemen (%) Perempuan sbg Tenaga Profesional (%) Sumbangan Pendapatan Perempuan (%) Indeks Perberdayaan Gender (IDG) 7300 SULAWESI SELATAN 17,65 50,73 30,67 66, Selayar 12,00 56,44 31,59 59, Bulukumba 17,50 53,66 33,51 66, Bantaeng 32,00 55,86 34,25 78, Jeneponto 20,00 59,30 29,48 65, Takalar 20,00 61,65 27,58 62, Gowa 17,78 48,03 31,65 67, Sinjai 26,67 59,71 31,67 70, Maros 17,14 51,77 25,71 61, Pangkajene Kepulauan 8,57 47,51 31,74 57, Barru 24,00 56,87 23,87 64, Bone 13,33 52,87 30,67 62, Soppeng 16,67 62,98 31,35 63, Wajo 17,50 58,29 25,27 59, Sidenreng Rappang 2,86 57,28 29,03 48, Pinrang 7,50 51,07 34,43 59, Enrekang 6,67 57,67 35,61 57, Luwu 11,43 65,52 36,58 60, Tana Toraja 20,00 54,25 38,36 72, Luwu Utara 5,71 44,55 18,45 43, Luwu Timur 3,33 51,68 21,67 45, Toraja Utara 8,57 48,05 33,29 58, Kota Makasar 16,00 43,34 34,12 68, Kota Pare Pare 12,00 50,80 30,31 61, Kota Palopo 20,00 55,16 34,81 69, SULAWESI TENGGARA 15,56 46,47 35,12 68, Buton 28,00 25,97 31,70 66, Muna 6,67 50,58 35,06 56, Konawe/Kab Kendari 23,33 43,57 35,14 74, Kolaka 10,00 52,47 24,10 57, Konawe Selatan 37,14 49,75 29,23 78, Bombana 8,00 45,81 25,41 51, Wakatobi 16,00 51,52 38,11 67,07 Lampiran 123

138 Kode Provinsi/ Kabupaten/ Kota Keterlibatan perempuan di Parlemen (%) Perempuan sbg Tenaga Profesional (%) Sumbangan Pendapatan Perempuan (%) Indeks Perberdayaan Gender (IDG) 7408 Kolaka Utara 4,00 50,50 26,38 50, Buton Utara 15,00 40,07 38,38 65, Konawe Utara 10,00 38,45 35,57 61, Kolaka Timur 12,00 52,47 27,80 60, Konawe Kepulauan 5,00 21,94 79,41 31, Muna Barat 10,00 50,58 35,06 61, Buton Tengah 8,00 37,43 31,70 54, Buton Selatan 15,79 28,74 31,70 61, Kota Kendari 37,14 44,31 36,29 83, Kota Bau-Bau 20,00 47,05 29,21 66, GORONTALO 26,67 58,19 24,94 67, Boalemo 20,00 63,80 27,55 62, Gorontalo 22,86 60,67 25,34 64, Pokuwato 20,00 58,74 36,58 71, Bone Bolango 4,00 62,98 28,17 47, Gorontalo Utara 16,00 57,10 25,46 61, Kota Gorontalo 24,00 53,63 29,95 69, SULAWESI BARAT 13,33 51,10 36,11 67, Majene 16,00 49,70 38,04 70, Polewali Mamasa 20,00 53,40 36,41 72, Mamasa 6,67 45,75 25,70 51, Mamuju 11,43 53,97 27,62 58, Mamuju Utara 6,67 52,62 19,76 44, Mamuju Tengah 20,00 47,66 22,18 61, MALUKU 26,67 48,79 36,88 76, Maluku Tenggara Barat 12,00 43,89 57,60 65, Maluku Tenggara 12,00 55,50 34,25 62, Maluku Tengah 7,50 50,04 33,75 59, Buru 12,00 38,52 28,36 57, Kepulauan Aru 0,01 54,71 42,21 51, Seram Bagian Barat 6,67 49,83 36,71 57, Seram Bagian Timur 8,00 50,96 31,29 56, PEMBANGUNAN MANUSIA BERBASIS GENDER 2015

139 Kode Provinsi/ Kabupaten/ Kota Keterlibatan perempuan di Parlemen (%) Perempuan sbg Tenaga Profesional (%) Sumbangan Pendapatan Perempuan (%) Indeks Perberdayaan Gender (IDG) 8108 Maluku Barat Daya 0,01 26,96 39,56 41, Buru Selatan 5,00 31,97 31,17 50, Kota Ambon 11,43 51,16 39,48 66, Kota Tual 5,00 46,37 24,58 50, MALUKU UTARA 9,09 49,28 35,73 61, Halmahera Barat 16,00 49,29 32,13 65, Halmahera Tengah 10,00 35,72 28,44 55, Kepulauan Sula 0,01 64,05 27,16 40, Halmahera Selatan 0,01 50,50 21,06 38, Halmahera Utara 16,67 43,64 27,04 62, Halmahera Timur 5,00 39,98 24,67 49, Pulau Morotai 10,00 34,86 26,28 52, Pulau Taliabu 15,00 58,72 13,96 43, Kota Ternate 16,67 49,12 33,82 71, Kota Tidore Kepulauan 8,00 52,00 32,91 57, PAPUA BARAT 4,44 37,03 24,56 47, Fak-Fak 20,00 32,70 27,60 65, Kaimana 25,00 35,84 34,14 75, Teluk Wondama 15,00 20,18 21,18 46, Teluk Bintuni 5,00 31,08 20,19 47, Manokwari 16,00 30,95 25,67 59, Sorong Selatan 10,00 29,49 26,52 52, Sorong 8,00 35,36 19,82 47, Raja Ampat 35,00 32,04 22,21 67, Tambrauw 10,00 22,22 33,41 39, Maybrat 10,00 49,39 25,97 53, Manokwari Selatan 30,00 30,95 70,52 66, Pegunungan Arfak 15,00 30,95 23,20 52, Kota Sorong 10,00 43,84 23,42 55, PAPUA 12,96 35,23 35,75 64, Merauke 10,00 38,72 36,72 60, Jayawijaya 6,67 28,49 54,60 53,25 Lampiran 125

140 Kode Provinsi/ Kabupaten/ Kota Keterlibatan perempuan di Parlemen (%) Perempuan sbg Tenaga Profesional (%) Sumbangan Pendapatan Perempuan (%) Indeks Perberdayaan Gender (IDG) 9403 Jayapura 0,01 45,00 31,08 50, Nabire 20,00 32,53 32,12 69, Yapen Waropen 0,01 32,28 34,95 47, Biak Namfor 12,00 37,85 28,90 57, Paniai 0,01 32,23 48,15 47, Puncak Jaya 3,33 52,38 42,36 58, Mimika 8,33 32,27 20,54 53, Boven Digoel 5,00 23,98 31,76 47, Mappi 8,00 26,78 40,30 54, Asmat 4,00 12,41 35,05 36, Yahukimo 5,71 27,27 48,39 51, Pegunungan Bintang 4,00 15,07 45,75 42, Tolikara 6,67 3,54 54,21 33, Sarmi 10,00 34,15 35,06 63, Keerom 0,01 43,29 32,22 52, Waropen 5,00 19,78 33,61 45, Supiori 15,00 27,46 30,69 60, Membramo Raya 15,00 18,61 58,97 55, Nduga 12,00 30,64 46,75 64, Lanny Jaya 0,01 30,64 51,82 45, Mamberamo Tengah 5,00 30,64 46,54 54, Yalimo 0,01 24,61 45,51 43, Puncak 0,01 13,38 34,06 27, Dogiyai 0,01 15,42 62,02 32, Intan Jaya 0,01 39,35 47,79 50, Deiyai 0,01 9,97 63,31 26, Kota Jayapura 22,50 42,70 33,19 77, INDONESIA 17,32 45,61 35,64 70, PEMBANGUNAN MANUSIA BERBASIS GENDER 2015

141 C CATATAN TEKNIS

142 128 PEMBANGUNAN MANUSIA BERBASIS GENDER 2015

143 Catatan Teknis Metode Penghitungan Indeks Komposit Diagram Penghitungan Indeks Komposit A. INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) Menurut UNDP, Indeks Pembangunan Manusia (IPM) mengukur capaian pembangunan manusia berbasis sejumlah komponen dasar kualitas hidup. Sebagai ukuran kualitas hidup, IPM dibangun melalui pendekatan tiga dimensi dasar. Dimensi tersebut mencakup umur panjang dan sehat; pengetahuan, dan kehidupan yang layak. Ketiga dimensi tersebut memiliki pengertian sangat luas karena terkait banyak faktor. Untuk mengukur dimensi kesehatan, digunakan angka harapan hidup waktu lahir. Selanjutnya untuk mengukur dimensi pengetahuan digunakan gabungan indikator harapan lama sekolah dan rata-rata lama sekolah. Adapun untuk mengukur dimensi hidup layak digunakan indikator kemampuan daya beli (Purchasing Power Parity). Kemampuan daya beli masyarakat terhadap sejumlah kebutuhan pokok yang dilihat dari rata-rata besarnya pengeluaran per kapita sebagai pendekatan pendapatan yang mewakili capaian pembangunan untuk hidup layak. Angka Harapan Hidup saat Lahir Angka Harapan Hidup saat lahir (AHH) merupakan rata-rata perkiraan banyak tahun yang dapat ditempuh oleh seseorang selama hidup. Penghitungan angka harapan hidup melalui pendekatan tak langsung (indirect estimation). Jenis data yang digunakan adalah Anak Lahir Hidup (ALH) dan Anak Masih Hidup (AMH). Paket program Mortpack digunakan untuk menghitung angka harapan hidup berdasarkan input data ALH dan AMH. Selanjutnya, dipilih metode Trussel dengan model West, yang sesuai dengan histori kependudukan dan kondisi Indonesia dan negara-negara Asia Tenggara umumnya (Preston, 2004). Catatan Teknis 129

144 Indeks harapan hidup dihitung dengan menghitung nilai maksimum dan nilai minimum harapan hidup sesuai standar UNDP, yaitu angka tertinggi sebagai batas atas untuk penghitungan indeks dipakai 85 tahun dan terendah adalah 20 tahun. Tingkat Pendidikan Salah satu komponen pembentuk IPM adalah dari dimensi pengetahuan yang diukur melalui tingkat pendidikan. Dalam hal ini, indikator yang digunakan adalah rata-rata lama sekolah (mean years of schooling) dan harapan lama sekolah (expected years of schooling). Pada proses pembentukan IPM, rata-rata lama sekolah dan harapan lama sekolah diberi bobot yang sama, kemudian penggabungan kedua indikator ini digunakan sebagai indeks pendidikan sebagai salah satu komponen pembentuk IPM. Rata-rata lama sekolah menggambarkan jumlah tahun yang digunakan oleh penduduk usia 25 tahun ke atas dalam menjalani pendidikan formal. Penghitungan rata-rata lama sekolah menggunakan dua batasan yang dipakai sesuai kesepakatan UNDP. Rata-rata lama sekolah memiliki batas maksimumnya 15 tahun dan batas minimum sebesar 0 tahun. Harapan lama sekolah didefinisikan sebagai lamanya sekolah (dalam tahun) yang diharapkan akan dirasakan oleh anak pada umur tertentu di masa mendatang. Harapan lama sekolah dihitung untuk penduduk berusia 7 tahun ke atas. Indikator ini dapat digunakan untuk mengetahui kondisi pembangunan sistem pendidikan di berbagai jenjang yang ditunjukkan dalam bentuk lamanya pendidikan (dalam tahun) yang diharapkan dapat dicapai oleh setiap anak. Seperti halnya rata-rata lama sekolah, harapan lama sekolah juga menggunakan batasan yang dipakai sesuai kesepakatan UNDP. Batas maksimum untuk harapan lama sekolah adalah 18 tahun, sedangkan batas minimumnya 0 (nol). Standar Hidup Layak Dimensi lain dari ukuran kualitas hidup manusia adalah standar hidup layak. Dalam cakupan lebih luas, standar hidup layak menggambarkan tingkat kesejahteraan yang dinikmati oleh penduduk sebagai dampak semakin membaiknya ekonomi. UNDP mengukur standar hidup layak menggunakan Produk Nasional Bruto (PNB) per kapita yang disesuaikan, sedangkan BPS dalam menghitung standar hidup layak menggunakan rata-rata pengeluaran per kapita riil yang disesuaikan dengan paritas daya beli (purcashing power parity) berbasis formula Rao. m 1 p m ij PPPj = % T Y (1) i = 1 p ik 130 PEMBANGUNAN MANUSIA BERBASIS GENDER 2015

145 Keterangan: PPP j : paritas daya beli di wilayah j p ij : harga komoditas i di kabupaten/kota j p ik : harga komoditas i di Jakarta Selatan m : jumlah komoditas Tabel L1. Komoditi Kebutuhan Pokok sebagai Dasar Penghitungan Daya Beli (PPP) Beras Pisang lainnya Rokok kretek tanpa filter Tepung terigu Pepaya Rokok putih Ketela pohon/singkong Minyak kelapa Rumah sendiri/bebas sewa Kentang Minyak goreng lainnya Rumah kontrak Tongkol/tuna/cakalang Kelapa Rumah sewa Kembung Gula pasir Rumah dinas Bandeng Teh Listrik Mujair Kopi Air PAM Mas Garam LPG Lele Kecap Minyak tanah Ikan segar lainnya Penyedap masakan/vetsin Lainnya(batu baterai,aki,korek,obat nyamuk dll) Daging sapi Mie instan Perlengkapan mandi Daging ayam ras Roti manis/roti lainnya Barang kecantikan Daging ayam kampung Kue kering Telur ayam ras Kue basah Sabun cuci Perawatan kulit,muka,kuku,rambut Susu kental manis Makanan gorengan Biaya RS Pemerintah Susu bubuk Gado-gado/ketoprak Biaya RS Swasta Susu bubuk bayi Nasi campur/rames Puskesmas/pustu Bayam Nasi goreng Praktek dokter/poliklinik Kangkung Nasi putih SPP Kacang panjang Lontong/ketupat sayur Bensin Bawang merah Soto/gule/sop/rawon/cincang Transportasi/pengangkutan umum Bawang putih Sate/tongseng Pos dan Telekomunikasi Cabe merah Mie bakso/mie rebus/mie goreng Pakaian jadi laki-laki dewasa Cabe rawit Makanan ringan anak Pakaian jadi perempuan dewasa Tahu Ikang (goreng/bakar dll) Pakaian jadi anak-anak Tempe Ayam/daging (goreng dll) Alas kaki Jeruk Makanan jadi lainnya Minyak Pelumas Mangga Air kemasan galon Meubelair Salak Minuman jadi lainnya Peralatan Rumah Tangga Pisang ambon Es lainnya Perlengkapan perabot rumah tangga Pisang raja Roko kretek filter Alat-alat Dapur/Makan Catatan Teknis 131

146 Penghitungan paritas daya beli dilakukan berdasarkan 96 komoditas kebutuhan pokok (Tabel L1). Batas maksimum dan minimum penghitungan pengeluaran per kapita yang digunakan dalam penghitungan IPM seperti terlihat dalam Tabel L2. Batas maksimum pengeluaran per kapita adalah sebesar Rp sementara batas minimumnya adalah Rp Penyusunan Indeks Sebelum menghitung IPM, setiap komponen IPM harus dihitung indeksnya. Formula yang digunakan dalam penghitungan indeks komponen IPM adalah sebagai berikut: I I I AHH = HLS = RLS = AHH - AHH AHHmax - AHH HLS - HLS HLSmax - HLS min RLS - RLS RLSmax - RLS min min min min min (2) (3) (4) I pengetahuan = I HLS + I 2 RLS (5) I pengeluaran = lnrpengeluaranw - lnrpengeluaranminw lnrpengeluaranmaxw - lnrpengeluaranminw (6) Untuk menghitung indeks masing-masing komponen IPM digunakan batas maksimum dan minimum seperti terlihat dalam Tabel L2. Tabel L2. Nilai Maksimum dan Minimum dari Setiap Komponen IPM Komponen IPM Satuan Minimum Maksimum Angka Harapan Hidup saat lahir (AHH) Tahun Harapan Lama Sekolah (HLS) Tahun 0 18 Rata-rata Lama Sekolah (RLS) Tahun 0 15 Pengeluaran per Kapita Rupiah *) **) Keterangan: * Daya beli minimum merupakan garis kemiskinan terendah kabupaten tahun 2010 (data empiris) yaitu di Tolikara-Papua ** Daya beli maksimum merupakan nilai tertinggi kabupaten yang diproyeksikan hingga 2025 (akhir RPJPN) yaitu perkiraan pengeluaran per kapita Jakarta Selatan tahun PEMBANGUNAN MANUSIA BERBASIS GENDER 2015

147 Selanjutnya nilai IPM dapat dihitung sebagai: IPM = 3 I tan # I # I keseha pendidikan pengeluaran (7) Status Pembangunan Manusia Capaian pembangunan manusia di suatu wilayah pada waktu tertentu dapat dikelompokkan ke dalam empat kelompok. Pengelompokkan ini bertujuan untuk mengorganisasikan wilayah-wilayah menjadi kelompok-kelompok yang sama dalam dalam hal pembangunan manusia. 1. Kelompok sangat tinggi : IPM Kelompok tinggi : 70 IPM < Kelompok sedang : 60 IPM < Kelompok rendah : IPM < 60 Pertumbuhan IPM Untuk mengukur kecepatan perkembangan IPM dalam suatu kurun waktu digunakan ukuran pertumbuhan per tahun. Pertumbuhan IPM menunjukkan perbandingan antara perubahan capaian terkini dengan capaian tahun sebelumnya. Semakin tinggi nilai pertumbuhan IPM, maka semakin cepat pula peningkatan IPM. Indikator pertumbuhan IPM ini dapat digunakan sebagai kinerja pembangunan manusia suatu wilayah pada kurun waktu tertentu. B. INDEKS PEMBANGUNAN GENDER (IPG) Indeks Pembangunan Gender (IPG) diperkenalkan pertama kali oleh UNDP pada tahun 1995, lima tahun setelah UNDP memperkenalkan Indeks Pembangunan Manusia (IPM). UNDP menggunakan metode yang sama hingga tahun Pada metode lama tersebut, IPG tidak mengukur langsung ketimpangan antar gender yang terjadi, namun hanya disparitas dari masing-masing komponen IPM untuk setiap gender. Selain itu, angka IPG metode ini tidak bisa diinterpretasikan terpisah dari IPM. Penghitungan IPG berhenti dilakukan oleh UNDP mulai tahun 2010 hingga Pada tahun 2014, UNDP kembali melakukan penghitungan IPG dengan menggunakan metode baru. Perubahan metode ini merupakan penyesuaian dengan perubahan yang terjadi pada IPM. Catatan Teknis 133

148 Selain sebagai penyempurnaan dari metode sebelumnya. IPG metode baru ini merupakan pengukuran langsung terhadap ketimpangan antar gender dalam pencapaian IPM. Pada metode baru ini digunakan rasio IPM perempuan dengan IPM laki-laki, sehingga bisa terlihat pencapaian pembangunan manusia antara perempuan dengan laki-laki. Bagaimana Metode Baru? IPG pada tahun 2014 mengalami perubahan pada indikator yang digunakan dan juga metodologi penghitungannya. Dalam metode baru ini, dimensi yang digunakan masih sama seperti yang disampaikan sebelumnya, yaitu: 1) umur panjang dan hidup sehat (a long and healthy life) 2) pengetahuan (knowledge); dan 3) standar hidup layak (decent standard of living). Menurut UNDP, ketiga dimensi tersebut digunakan sebagai pendekatan dalam mengukur kualitas hidup, dimana hakikatnya adalah mengukur capaian pembangunan manusia. Ketiga dimensi tersebut memiliki pengertian sangat luas karena terkait banyak faktor. Pada tahun 2014, UNDP mengganti beberapa indikator untuk menyempurnakan metodologi yang digunakan. Pada dimensi pengetahuan dengan menggunakan angka harapan lama sekolah dan angka rata-rata lama sekolah. Selanjutnya untuk mengukur dimensi standar hidup layak digunakan Produk Nasional Bruto (PNB) per kapita. BPS mengukur dimensi umur panjang dan hidup sehat dengan menggunakan angka harapan hidup saat lahir yang didapatkan dari data Sensus Penduduk 2010 (SP2010). Kemudian mengukur dimensi pengetahuan dengan menggunakan angka harapan lama sekolah dan angka rata-rata lama sekolah yang didapatkan dari data SUSENAS. Selanjutnya untuk mengukur dimensi standar hidup layak tidak menggunakan PNB per kapita, karena tidak terdapat angka PNB per kapita hingga kabupaten/kota. Untuk dimensi ini, dilakukan pendekatan/ proksi dengan menggunakan pengeluaran per kapita yang disesuaikan yang didapatkan dari SUSENAS. Pada penghitungan IPG, keseluruhan indikator diatas dihitung berdasarkan jenis kelamin, laki-laki dan perempuan. Pada indikator angka harapan lama sekolah, batas usia yang digunakan adalah 7 tahun keatas. Ini merupakan indikator yang mengukur input dari dimensi pengetahuan. Sedangkan angka rata-rata lama sekolah memiliki batas usia yaitu 25 tahun keatas. Indikator ini digunakan sebagai tolok ukur 134 PEMBANGUNAN MANUSIA BERBASIS GENDER 2015

149 output dari dimensi pengetahuan. Sehingga pada dimensi ini, sudah mencakup baik indikator input maupun indikator output. Pada dimensi umur panjang dan hidup sehat serta pengetahuan tidak diperlukan data sekunder dalam penghitungannya. Hanya pada dimensi standar hidup layak dibutuhkan beberapa data sekunder guna mendapatkan angka pengeluaran per kapita berdasarkan jenis kelamin. Data sekunder yang digunakan adalah upah yang diterima, jumlah angkatan kerja, serta jumlah penduduk untuk laki-laki dan perempuan. Penyusunan Indeks Komposit Penyusunan indeks komposit dimulai dengan membangun indeks untuk masing-masing komponen. Indeks untuk masing-masing komponen dihitung sama seperti pada metode lama. Perbedaannya hanya pada batasan untuk masing-masing komponen. Berikut adalah nilai minimum dan maksimum untuk masing-masing komponen. Tabel 2.1 Batas Minimum dan Maksimum Indikator IPG Indikator Maksimum Minimum Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan (1) (2) (3) (4) (5) Angka Harapan Hidup (tahun) 82,5 87,5 22,5 27,5 Angka Harapan Lama Sekolah(tahun) Angka Rata-rata Lama Sekolah (tahun) Pengeluaran per Kapita yang disesuaikan (Rp) Penyusunan indeks masing-masing indikator, digunakan rumus sebagai berikut. dimana, Indeks X ( i, j) = ( X( ) X i, j ( i min) ) ( X( i maks) X ( i min) ) X ( i, j) : indeks komponen ke-i X ( 1 min ) : nilai minimum komponen X ( i maks) : nilai maksimum komponen Catatan Teknis 135

150 Setelah masing-masing komponen memiliki indeks, dilakukan penghitungan untuk indeks pendidikan. Penghitungan indeks pendidikan menggunakan rata-rata aritmatik yaitu: X pendidikan = X + X p1 p2 Metode agregasi yang dilakukan guna mendapatkan angka IPM laki-laki dan perempuan sama seperti metode agregasi yang dilakukan ketika ingin mendapatkan angka IPM. Metode agregasi yang digunakan adalah rata-rata geometrik dengan rumus sebagai berikut. IPM = X xx xx 3 L kesehatan l pendidikan l pengeluaran l 2 IPM = X xx xx 3 P kesehatan p pendidikan p pengeluaran p Penggunaan rata-rata geometrik ini sangat beralasan, yaitu ratarata geometrik ini cenderung sensitif terhadap ketimpangan. Tidak seperti rata-rata aritmatik yang dapat menutupi ketimpangan yang terjadi antardimensi, rata-rata geometrik menuntut keseimbangan antar dimensi. Pada metode baru, penghitungan angka IPG tidak lagi dengan membandingkannya dengan angka IPM, namun dengan menggunakan rasio sebagai berikut. IPG IPM P = IPM Angka ini menunjukkan rasio antara pembangunan perempuan dan pembangunan laki-laki. Ketika angka indeks pembangunan gender makin mendekati 100, maka pembangunan gender semakin seimbang atau merata. Namun semakin menjauhi 100, maka pembangunan gender makin timpang antar jenis kelamin. L Perubahan Interpretasi Akibat perubahan metodologi yang terjadi, terjadi pula perubahan interpretasi dari angka IPG. Pada metode lama, angka IPG yang dihasilkan harus dibandingkan dengan angka IPM. Semakin kecil selisih angka IPG dengan angka IPM, maka semakin kecil ketimpangan yang terjadi antara laki-laki dan perempuan. Pada metode baru, interpretasi dari angka IPG berubah. Interpretasi angka IPG tidak perlu dibandingkan lagi dengan angka IPM. Semakin kecil jarak angka IPG dengan nilai 100, maka semakin setara pembangunan antara laki-laki dengan perempuan. Namun semakin besar jarak angka 136 PEMBANGUNAN MANUSIA BERBASIS GENDER 2015

151 IPG dengan nilai 100, maka semakin terjadi ketimpangan pembangunan antara laki-laki dengan perempuan. Angka 100 dijadikan patokan untuk menginterpretasikan angka IPG karena angka tersebut merupakan nilai rasio paling sempurna. C. INDEKS PEMBERDAYAAN GENDER (IDG) Indeks pemberdayaan gender (IDG) memperlihatkan sejauh mana peran aktif perempuan dalam kehidupan ekonomi dan politik. Peran aktif perempuan dalam kehidupan ekonomi dan politik mencakup partisipasi berpolitik, partisipasi ekonomi dan pengambilan keputusan serta penguasaan sumber daya ekonomi yang disebut sebagai dimensi IDG. Selanjutnya, dimensi IDG direpresentasikan oleh indikator-indikator seperti yang terlihat pada Diagram 3. Dalam penghitungan IDG, terlebih dahulu dihitung EDEP yaitu indeks untuk masing-masing komponen berdasarkan persentase yang ekuivalen dengan distribusi yang merata (Equally Distributed Equivalent Persentage). Penghitungan sumbangan pendapatan untuk IDG sama dengan penghitungan untuk IPG sebagaimana diuraikan di atas. Selanjutnya, masing-masing indeks komponen, yaitu nilai EDEP dibagi 50. Nilai 50 dianggap sebagai kontribusi ideal dari masing-masing kelompok gender untuk semua komponen IDG. Untuk penghitungan masing-masing indeks dapat dilakukan sebagai berikut. 1. Penyusunan Indeks Indeks keterwakilan di parlemen (I par ) EDEP (par) = {(X f )(Y f )-1 + (X m )(Y m )-1]-1 dan I (par) = {EDEP (par) }/50 dimana, X f X m Y f Y m = proporsi penduduk perempuan = proporsi penduduk laki-laki = proporsi keterwakilan perempuan di parlemen = proporsi keterwakilan laki-laki di parlemen Catatan Teknis 137

152 2. Indeks pengambilan keputusan (IDM) EDEP (DM) ={ (X f )(Z f )-1 + (X m )(Z m )-1]-1 dan I (DM) = {EDEP (DM) }/50 dimana, Z f = proporsi perempuan sebagai tenaga profesional Z m = proporsi laki-laki sebagai tenaga professional 3. Indeks distribusi pendapatan (I inc-dis ) Sebagaimana disajikan pada penghitungan IPG di atas. 4. Indeks pemberdayaan gender IDG = 1/3 (I (par) + I (DM) +I inc-dis ) 138 PEMBANGUNAN MANUSIA BERBASIS GENDER 2015

153 Diagram Penghitungan Indeks Komposit Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Umur Panjang dan Hidup Sehat Pengetahuan Standar Hidup Layak Angka Harapan Hidup saat lahir (AHH) 1) Harapan Lama Sekolah (HLS) 2) Rata-rata Lama Sekolah (RLS) Pengeluaran per Kapita disesuaikan Indeks AHH Indeks Pengetahuan Indeks Pengeluaran IPM Indeks Pemberdayaan Gender (IDG) Catatan Teknis 139

154 Indeks Pembangunan Gender (IPG) Umur Panjang dan Hidup Sehat Pengetahuan Standar Hidup Layak Umur Panjang dan Hidup Sehat Pengetahuan Standar Hidup Layak Angka Harapan Hidup saat lahir (AHH) 1) Harapan Lama Sekolah (HLS) 2) Rata-rata Lama Sekolah (RLS) Pengeluaran per Kapita disesuaikan Angka Harapan Hidup saat lahir (AHH) 1) Harapan Lama Sekolah (HLS) 2) Rata-rata Lama Sekolah (RLS) Pengeluaran per Kapita disesuaikan Indeks AHH Indeks Pengetahuan Indeks Pengeluaran Indeks AHH Indeks Pengetahuan Indeks Pengeluaran IPM Laki-Laki IPM Perempuan 140 PEMBANGUNAN MANUSIA BERBASIS GENDER 2015

155

156 142 KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK REPUBLIK INDONESIA Jl. Medan Merdeka Barat 15 Jakarta Telp. (021) , Fax. (021) , PEMBANGUNAN MANUSIA Telp. (021) BERBASIS GENDER 2015 Website:

Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak

Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak i ii Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak ISSN : 2089-3531 Ukuran Buku : ISO B5 (17 x 24 Cm ) Naskah : Badan Pusat Sta s k Layout dan Gambar Kulit : Badan Pusat Sta s k Diterbitkan

Lebih terperinci

Pembangunan Manusia Berbasis Gender

Pembangunan Manusia Berbasis Gender Pembangunan Manusia Berbasis Gender Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Manusia adalah kekayaan bangsa yang sesungguhnya. Tujuan utama dari pembangunan adalah menciptakan lingkungan yang memungkinkan bagi rakyatnya

Lebih terperinci

Pembangunan Manusia Berbasis Gender 2013

Pembangunan Manusia Berbasis Gender 2013 Pembangunan Manusia Berbasis Gender 2013 2013 Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Boleh dikutip dengan menyebutkan sumbernya. ISSN : 2089-3531 Ukuran Buku : ISO B5 (17 x 24 Cm ) Naskah

Lebih terperinci

PEMBANGUNAN MANUSIA BERBASIS GENDER 2012

PEMBANGUNAN MANUSIA BERBASIS GENDER 2012 ISSN 2089-3531 REPUBLIK INDONESIA PEMBANGUNAN MANUSIA BERBASIS GENDER 2012 PEMBANGUNAN MANUSIA BERBASIS GENDER 2012 KERJASAMA KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK DENGAN BADAN PUSAT

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) METODE BARU

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) METODE BARU INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) METODE BARU Tujuan utama pembangunan adalah menciptakan lingkungan yang memungkinkan rakyat untuk menikmati umur panjang, sehat, dan menjalankan kehidupan yang produktif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada September 2000 sebanyak 189 negara anggota PBB termasuk

BAB I PENDAHULUAN. Pada September 2000 sebanyak 189 negara anggota PBB termasuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada September 2000 sebanyak 189 negara anggota PBB termasuk Indonesia, sepakat untuk mengadopsi deklarasi Millenium Development Goals (MDG) atau Tujuan Pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB 12 PENINGKATAN KUALITAS KEHIDUPAN

BAB 12 PENINGKATAN KUALITAS KEHIDUPAN BAB 12 PENINGKATAN KUALITAS KEHIDUPAN DAN PERAN PEREMPUAN SERTA KESEJAHTERAAN DAN PERLINDUNGAN ANAK Permasalahan mendasar dalam pembangunan pemberdayaan perempuan dan anak yang terjadi selama ini adalah

Lebih terperinci

DAFTAR TABEL. Tabel IV.1 Data Jumlah Penduduk Kota Medan berdasarkan Kecamatan Tabel IV.2 Komposisi pegawai berdasarkan jabatan/eselon...

DAFTAR TABEL. Tabel IV.1 Data Jumlah Penduduk Kota Medan berdasarkan Kecamatan Tabel IV.2 Komposisi pegawai berdasarkan jabatan/eselon... DAFTAR TABEL Tabel IV.1 Data Jumlah Penduduk Kota Medan berdasarkan Kecamatan... 40 Tabel IV.2 Komposisi pegawai berdasarkan jabatan/eselon... 54 Tabel IV.3 Komposisi pegawai berdasarkan golongan kepangkatan...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam Millenium Development Goals (MDGs). MDGs berisi delapan tujuan

BAB I PENDAHULUAN. dalam Millenium Development Goals (MDGs). MDGs berisi delapan tujuan 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN Dalam mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik (good governance) ada beberapa kriteria yang harus dipenuhi salah satunya tercantum dalam Millenium Development

Lebih terperinci

SAMBUTAN PADA FOCUS GROUP DISCUSSION (FGD) FRAKSI PARTAI KEADILAN SEJAHTERA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA Jakarta, 20 April 2016

SAMBUTAN PADA FOCUS GROUP DISCUSSION (FGD) FRAKSI PARTAI KEADILAN SEJAHTERA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA Jakarta, 20 April 2016 SAMBUTAN PADA FOCUS GROUP DISCUSSION (FGD) FRAKSI PARTAI KEADILAN SEJAHTERA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA Jakarta, 20 April 2016 Yang saya hormati : Sdr. Ketua Fraksi PKS DPR RI Sdr. Peserta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki jumlah penduduk terbesar di dunia. Jumlah penduduk Indonesia meningkat terus dari tahun ke tahun. Sensus penduduk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 189 negara anggota PBB pada bulan September 2000 adalah deklarasi Millenium

BAB I PENDAHULUAN. 189 negara anggota PBB pada bulan September 2000 adalah deklarasi Millenium BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagai sebuah negara berkembang, Indonesia turut serta dan berperan aktif dalam setiap kegiatan dan program-program pembangunan yang menjadi agenda organisasi negara-negara

Lebih terperinci

POINTERS KEYNOTE SPEAKER PADA FESTIVAL KARTINI KE-IV TAHUN 2016 Jepara, 16 April 2016

POINTERS KEYNOTE SPEAKER PADA FESTIVAL KARTINI KE-IV TAHUN 2016 Jepara, 16 April 2016 POINTERS KEYNOTE SPEAKER PADA FESTIVAL KARTINI KE-IV TAHUN 2016 Jepara, 16 April 2016 Yang terhormat : Sdr. Bupati Kabupaten Jepara Musyawarah Pimpinan Daerah Kabupaten Jepara, dan Para Peserta dan Hadirin

Lebih terperinci

KEDUDUKAN, TUGAS, FUNGSI & KEWENANGAN MENTERI PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK UU NO. 39 TAHUN 2008 TENTANG KEMENTERIAN NEGARA

KEDUDUKAN, TUGAS, FUNGSI & KEWENANGAN MENTERI PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK UU NO. 39 TAHUN 2008 TENTANG KEMENTERIAN NEGARA KEDUDUKAN, TUGAS, FUNGSI & KEWENANGAN MENTERI PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK UU NO. 39 TAHUN 2008 TENTANG KEMENTERIAN NEGARA Penduduk Indonesia 231 Juta 49,9% Perempuan Aset dan Potensi,

Lebih terperinci

PEMBANGUNAN MANUSIA BERBASIS GENDER TAHUN 2015

PEMBANGUNAN MANUSIA BERBASIS GENDER TAHUN 2015 BPS PROVINSI MALUKU No. 05/010/81/Th. I, 3 Oktober 2016 PEMBANGUNAN MANUSIA BERBASIS GENDER TAHUN 2015 Untuk melngkapi penghitungan IPM, UNDP memasukan aspek gender ke dalam konsep pembangunan manusia.

Lebih terperinci

STATISTIK PENDIDIKAN DAN INDIKATOR BERWAWASAN GENDER

STATISTIK PENDIDIKAN DAN INDIKATOR BERWAWASAN GENDER STATISTIK PENDIDIKAN DAN INDIKATOR BERWAWASAN GENDER KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PUSAT DATA DAN STATISTIK PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN Jakarta, November 2015 Latar Belakang Forum internasional:

Lebih terperinci

TUJUAN 3. Mendorong Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan

TUJUAN 3. Mendorong Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan TUJUAN 3 Mendorong Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan 43 Tujuan 3: Mendorong Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan Target 4: Menghilangkan ketimpangan gender di tingkat pendidikan dasar

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN NGADA, TAHUN O15

PERKEMBANGAN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN NGADA, TAHUN O15 BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN NGADA No. 0/07/Th. VIII, 1 Juli 016 PERKEMBANGAN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN NGADA, TAHUN 011 - O15 Selama kurun waktu 011-015, IPM Kabupaten Ngada meningkat dari

Lebih terperinci

DISAMPAIKAN OLEH : YUDA IRLANG, KORDINATOR ANSIPOL, ( ALIANSI MASYARAKAT SIPIL UNTUK PEREMPUAN POLITIK)

DISAMPAIKAN OLEH : YUDA IRLANG, KORDINATOR ANSIPOL, ( ALIANSI MASYARAKAT SIPIL UNTUK PEREMPUAN POLITIK) DISAMPAIKAN OLEH : YUDA IRLANG, KORDINATOR ANSIPOL, ( ALIANSI MASYARAKAT SIPIL UNTUK PEREMPUAN POLITIK) JAKARTA, 3 APRIL 2014 UUD 1945 KEWAJIBAN NEGARA : Memenuhi, Menghormati dan Melindungi hak asasi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Negara dapat dikatakan maju apabila memiliki sumberdaya manusia yang berkualitas. Pembangunan sumberdaya manusia sangat penting dan strategis guna menghadapi era persaingan ekonomi

Lebih terperinci

ANALISIS HASIL INDIKATOR PEMBANGUNAN MANUSIA KOTA JAKARTA SELATAN 2014

ANALISIS HASIL INDIKATOR PEMBANGUNAN MANUSIA KOTA JAKARTA SELATAN 2014 ANALISIS HASIL INDIKATOR PEMBANGUNAN MANUSIA KOTA JAKARTA SELATAN 2014 (Oleh Endah Saftarina Khairiyani, S.ST) 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, perkembangan era globalisasi menuntut setiap insan untuk menjadi

Lebih terperinci

(Sakernas), Proyeksi Penduduk Indonesia, hasil Sensus Penduduk (SP), Pendataan Potensi Desa/Kelurahan, Survei Industri Mikro dan Kecil serta sumber

(Sakernas), Proyeksi Penduduk Indonesia, hasil Sensus Penduduk (SP), Pendataan Potensi Desa/Kelurahan, Survei Industri Mikro dan Kecil serta sumber I. Pendahuluan Salah satu tujuan Millenium Development Goals (MDGs) dari delapan tujuan yang telah dideklarasikan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tahun 2000 adalah mendorong kesetaraan gender dan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN NGADA, TAHUN O14

PERKEMBANGAN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN NGADA, TAHUN O14 BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN NGADA No. 02/10/Th. VII, 05 Oktober 2015 PERKEMBANGAN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN NGADA, TAHUN 2010-2O14 (PENGHITUNGAN DENGAN MEMAKAI METODE BARU) Selama kurun

Lebih terperinci

KEMENTERIAN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA SAMBUTAN MENTERI DALAM NEGERI PADA

KEMENTERIAN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA SAMBUTAN MENTERI DALAM NEGERI PADA KEMENTERIAN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA SAMBUTAN MENTERI DALAM NEGERI PADA ACARA PELUNCURAN STRATEGI NASIONAL (STRANAS) PERCEPATAN PENGARUSUTAMAAN GENDER (PUG) MELALUI PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi yang berkelanjutan merupakan tujuan dari suatu negara

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi yang berkelanjutan merupakan tujuan dari suatu negara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Modal manusia berperan penting dalam pembangunan ekonomi. Pembangunan ekonomi yang berkelanjutan merupakan tujuan dari suatu negara maka modal manusia merupakan faktor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tulisan ini berupaya mengkaji tentang adanya kebijakan kuota 30% Daerah Kota Kendari tahun anggaran

BAB I PENDAHULUAN. Tulisan ini berupaya mengkaji tentang adanya kebijakan kuota 30% Daerah Kota Kendari tahun anggaran BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tulisan ini berupaya mengkaji tentang adanya kebijakan kuota 30% perempuan dan kaitannya dalam penyusunan anggaran responsif gender. Yang menjadi fokus dalam penelitian

Lebih terperinci

BUPATI JEPARA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH

BUPATI JEPARA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH BUPATI JEPARA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA, Menimbang

Lebih terperinci

w :// w tp ht w.id go.b ps. w :// w tp ht w.id go.b ps. Kata Pengantar Indeks Pembangunan Manusia sebagai indikator ukuran kinerja pembangunan secara keseluruhan dibentuk melalui pendekatan tiga dimensi

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA METODE BARU UMUR PANJANG DAN HIDUP SEHAT PENGETAHUAN STANDAR HIDUP LAYAK BADAN PUSAT STATISTIK DAFTAR ISI Pembangunan Manusia Perubahan Metodologi IPM Implementasi IPM Metode

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). Hal ini tercantum dalam Rencana. Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN)

BAB I PENDAHULUAN. kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). Hal ini tercantum dalam Rencana. Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Salah satu prioritas pembangunan nasional adalah peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). Hal ini tercantum dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun , pemerintah mengakui masih rendahnya kualitas sumberdaya

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun , pemerintah mengakui masih rendahnya kualitas sumberdaya 17 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2004-2009, pemerintah mengakui masih rendahnya kualitas sumberdaya manusia (SDM) Indonesia. Hal

Lebih terperinci

BAB 11 PENINGKATAN KUALITAS KEHIDUPAN DAN PERAN PEREMPUAN SERTA KESEJAHTERAAN DAN PERLINDUNGAN ANAK A. KONDISI UMUM

BAB 11 PENINGKATAN KUALITAS KEHIDUPAN DAN PERAN PEREMPUAN SERTA KESEJAHTERAAN DAN PERLINDUNGAN ANAK A. KONDISI UMUM BAB 11 PENINGKATAN KUALITAS KEHIDUPAN DAN PERAN PEREMPUAN SERTA KESEJAHTERAAN DAN PERLINDUNGAN ANAK A. KONDISI UMUM Upaya peningkatan kualitas kehidupan dan peran perempuan serta kesejahteraan dan perlindungan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dalam melakukan analisis untuk memahami persoalan-persoalan ketidakadilan

I. PENDAHULUAN. dalam melakukan analisis untuk memahami persoalan-persoalan ketidakadilan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Konsep penting yang harus dipahami dalam membahas kaum perempuan adalah membedakan antara konsep seks (Jenis Kelamin) dan konsep gender. Pemahaman dan pembedaan terhadap

Lebih terperinci

BAB II. Kajian Pustaka. Studi Kesetaraan dan Keadilan Gender Dalam Pembangunan 9

BAB II. Kajian Pustaka. Studi Kesetaraan dan Keadilan Gender Dalam Pembangunan 9 BAB II Kajian Pustaka Studi Kesetaraan dan Keadilan Gender Dalam Pembangunan 9 Kesetaraan dan Keadilan Gender (KKG) sudah menjadi isu yang sangat penting dan sudah menjadi komitmen bangsa-bangsa di dunia

Lebih terperinci

Menilai Pekerjaan Layak di Indonesia

Menilai Pekerjaan Layak di Indonesia Menilai Pekerjaan Layak di Indonesia Sekilas tentang Profil Nasional untuk Pekerjaan Layak Apa itu Pekerjaan Layak? Agenda Pekerjaan Layak, yang dikembangkan Organisasi (ILO) semakin luas diakui sebagai

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN NEGARA PP&PA. Strategi Nasional. Sosial Budaya.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN NEGARA PP&PA. Strategi Nasional. Sosial Budaya. No.20, 2011 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN NEGARA PP&PA. Strategi Nasional. Sosial Budaya. PERATURAN MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK REPUBLIK INDONESIA NOMOR 01

Lebih terperinci

- 1 - GUBERNUR SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH

- 1 - GUBERNUR SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH SALINAN - 1 - SALINAN GUBERNUR SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

GENDER, PEMBANGUNAN DAN KEPEMIMPINAN

GENDER, PEMBANGUNAN DAN KEPEMIMPINAN G E N D E R B R I E F S E R I E S NO. 1 GENDER, PEMBANGUNAN DAN KEPEMIMPINAN The Australia-Indonesia Partnership for Reconstruction and Development Local Governance and Community Infrastructure for Communities

Lebih terperinci

POINTERS PESAN MENTERI PADA RAPAT KOORDINASI PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK TAHUN 2016 Nusa Tenggara Timur, 28 April 2016

POINTERS PESAN MENTERI PADA RAPAT KOORDINASI PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK TAHUN 2016 Nusa Tenggara Timur, 28 April 2016 POINTERS PESAN MENTERI PADA RAPAT KOORDINASI PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK TAHUN 2016 Nusa Tenggara Timur, 28 April 2016 Yang saya hormati: 1. Gubernur Provinsi Nusa Tenggara Timur; 2. Para

Lebih terperinci

Peningkatan Kualitas dan Peran Perempuan, serta Kesetaraan Gender

Peningkatan Kualitas dan Peran Perempuan, serta Kesetaraan Gender XVII Peningkatan Kualitas dan Peran Perempuan, serta Kesetaraan Gender Salah satu strategi pokok pembangunan Propinsi Jawa Timur 2009-2014 adalah pengarusutamaan gender. Itu artinya, seluruh proses perencanaan,

Lebih terperinci

SAMBUTAN PADA KEGIATAN PENINGKATAN PERAN SERTA PEREMPUAN DI LEMBAGA PEMERINTAH Serpong, 27 April 2016

SAMBUTAN PADA KEGIATAN PENINGKATAN PERAN SERTA PEREMPUAN DI LEMBAGA PEMERINTAH Serpong, 27 April 2016 SAMBUTAN PADA KEGIATAN PENINGKATAN PERAN SERTA PEREMPUAN DI LEMBAGA PEMERINTAH Serpong, 27 April 2016 Yang saya hormati : Sdr. Walikota Tangerang Selatan, Ibu Airin Sdr. Kepala Badan PMPP KB Kota Tangsel

Lebih terperinci

BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER

BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER SALINAN BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEBUMEN, Menimbang Mengingat :

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN GENDER DAN INDEKS PEMBERDAYAAN GENDER Provinsi DKI Jakarta TAHUN 2011

INDEKS PEMBANGUNAN GENDER DAN INDEKS PEMBERDAYAAN GENDER Provinsi DKI Jakarta TAHUN 2011 No. 07/01/31/Th. XV, 2 Januari 2013 INDEKS PEMBANGUNAN GENDER DAN INDEKS PEMBERDAYAAN GENDER Provinsi DKI Jakarta TAHUN 2011 1. Indeks Pembangunan Gender (IPG) DKI Jakarta Tahun 2011 A. Penjelasan Umum

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. wilayah dan tataran kehidupan publik, terutama dalam posisi-posisi pengambilan

I. PENDAHULUAN. wilayah dan tataran kehidupan publik, terutama dalam posisi-posisi pengambilan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Demokrasi mengamanatkan adanya persamaan akses dan peran serta penuh bagi laki-laki, maupun perempuan atas dasar perinsip persamaan derajat, dalam semua wilayah

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) METODE BARU

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) METODE BARU INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) METODE BARU H.Nevi Hendri, S.Si Soreang, 1 Oktober 2015 Pendahuluan Metodologi IPM Hasil Penghitungan IPM Metode Baru Penutup Pendahuluan SEJARAH PENGHITUNGAN IPM 1990:

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan kualitas sumberdaya manusia di Indonesia masih perlu mendapat prioritas dalam pembangunan nasional. Berdasarkan laporan United Nation for Development Programme

Lebih terperinci

STRATEGI PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PENCAPAIAN TUJUAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN

STRATEGI PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PENCAPAIAN TUJUAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak STRATEGI PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PENCAPAIAN TUJUAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN OLEH: DEPUTI BIDANG PUG BIDANG POLITIK SOSIAL DAN HUKUM Disampaikan

Lebih terperinci

PELUANG DAN KENDALA MEMASUKKAN RUU KKG DALAM PROLEGNAS Oleh : Dra. Hj. Soemientarsi Muntoro M.Si

PELUANG DAN KENDALA MEMASUKKAN RUU KKG DALAM PROLEGNAS Oleh : Dra. Hj. Soemientarsi Muntoro M.Si PELUANG DAN KENDALA MEMASUKKAN RUU KKG DALAM PROLEGNAS 2017 Oleh : Dra. Hj. Soemientarsi Muntoro M.Si KOALISI PEREMPUAN INDONESIA Hotel Ambara, 19 Januari 2017 Pengertian Keadilan dan Kesetaraan Gender

Lebih terperinci

KONSEP GENDER PENGARUSUTAMAAN GENDER Dan ANGGARAN RESPONSIF GENDER

KONSEP GENDER PENGARUSUTAMAAN GENDER Dan ANGGARAN RESPONSIF GENDER 1 KONSEP GENDER PENGARUSUTAMAAN GENDER Dan ANGGARAN RESPONSIF GENDER Oleh: (AIPEG Gender Adviser) Disajikan pada kegiatan Sosialisasi PMK No. 93/PMK.02/2011 Bagi Eselon 1 dan II Bappenas, Jakarta, Ruang

Lebih terperinci

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH SALINAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DI PROVINSI KALIMANTAN TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN GENDER DAN INDEKS PEMBERDAYAAN GENDER Provinsi DKI Jakarta TAHUN 2012

INDEKS PEMBANGUNAN GENDER DAN INDEKS PEMBERDAYAAN GENDER Provinsi DKI Jakarta TAHUN 2012 No. 12/02/31/Th. XVI, 5 Februari 2014 INDEKS PEMBANGUNAN GENDER DAN INDEKS PEMBERDAYAAN GENDER Provinsi DKI Jakarta TAHUN 2012 1. Indeks Pembangunan Gender (IPG) DKI Jakarta Tahun 2012 A. Penjelasan Umum

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG KESETARAAN DAN KEADILAN GENDER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG KESETARAAN DAN KEADILAN GENDER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG KESETARAAN DAN KEADILAN GENDER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa negara melindungi

Lebih terperinci

Press Release Rapat Koordinasi Nasional Pembangunan Pemberdayaan Perempuan Dan Perlindungan Anak Tahun 2010

Press Release Rapat Koordinasi Nasional Pembangunan Pemberdayaan Perempuan Dan Perlindungan Anak Tahun 2010 RAKORNAS PP DAN PA 2010 Jakarta, 29 Juni 2010 Jakarta, KLA.Org - Press Release Rapat Koordinasi Nasional Pembangunan Pemberdayaan Perempuan Dan Perlindungan Anak Tahun 2010 Rakornas PP dan PA Tahun 2010

Lebih terperinci

Kementerian Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional

Kementerian Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Kementerian Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional STRATEGI NASIONAL PENANGGULANGAN KEMISKINAN, RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH NASIONAL (RPJMN) 2004 2009,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan sektor yang paling strategis dalam. memberdayakan manusia menuju pembangunan adalah pendidikan.

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan sektor yang paling strategis dalam. memberdayakan manusia menuju pembangunan adalah pendidikan. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sektor yang paling strategis dalam mendukung pembangunan nasional, sehingga aspek yang penting diperhatikan untuk memberdayakan manusia menuju

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PERLINDUNGAN PEREMPUAN

PERATURAN MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PERLINDUNGAN PEREMPUAN PERATURAN MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PERLINDUNGAN PEREMPUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN

Lebih terperinci

BRIEFING NOTE RELFEKSI PENCAPAIAN MILLENNIUM DEVELOPMENT GOAL (MDG) DI INDONESIA

BRIEFING NOTE RELFEKSI PENCAPAIAN MILLENNIUM DEVELOPMENT GOAL (MDG) DI INDONESIA BRIEFING NOTE RELFEKSI PENCAPAIAN MILLENNIUM DEVELOPMENT GOAL (MDG) DI INDONESIA (Disampaikan dalam Diplomat Briefing, Jakarta 11 Maret 2013) Kata Pengantar Refleksi tentang Pencapaian MDG ini merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan sofware dalam hidup dan kehidupan manusia darinya manusia hidup, tumbuh

BAB I PENDAHULUAN. merupakan sofware dalam hidup dan kehidupan manusia darinya manusia hidup, tumbuh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berbincang tentang persoalan pendidikan memang tidak ada habisnya. Semakin dibicarakan dan didialektikakan semakin tidak menemukan ujungnya. Bukan karena pendidikan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perempuan Indonesia memiliki peranan dan kedudukan sangat penting sepanjang perjalanan sejarah. Kiprah perempuan di atas panggung sejarah tidak diragukan lagi. Pada tahun

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN GENDER 2014

INDEKS PEMBANGUNAN GENDER 2014 REUBIK INDONESIA INDEKS EMBANGUNAN GENDER 2014 BADAN USAT STATISTIK INDEKS EMBANGUNAN GENDER 2014 2014 : Badan usat Statistik Boleh dikutip dengan menyebut sumbernya ISBN Nomor ublikasi Katalog BS Ukuran

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1482, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK. Partisipasi Politik. Perempuan. Legislatif. Peningkatan. Panduan. PERATURAN MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN

Lebih terperinci

GENDER DAN PENDIDIKAN: Pengantar

GENDER DAN PENDIDIKAN: Pengantar GENDER DAN PENDIDIKAN: Pengantar 90 menit Managed by IDP Education Australia IAPBE-2006 TUJUAN Peserta mampu: 1. Memahami konsep gender sebagai konstruksi sosial 2. Memahami pengaruh gender terhadap pendidikan

Lebih terperinci

BAB II SEJARAH PRGERAKAN GENDER DI INDONESIA

BAB II SEJARAH PRGERAKAN GENDER DI INDONESIA BAB II SEJARAH PRGERAKAN GENDER DI INDONESIA A. Regulasi Nasional Terhadap Gender Secara tegas, upaya untuk mewujudkan keadilan dan kesetaraan gender di Indonesia dituangkan dalam kebijakan nasional sebagaimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang wajib dimiliki dalam mewujudkan persaingan pasar bebas baik dalam kegiatan maupun

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG KESETARAN DAN KEADILAN GENDER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG KESETARAN DAN KEADILAN GENDER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG KESETARAN DAN KEADILAN GENDER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa negara melindungi dan menjamin

Lebih terperinci

KETIMPANGAN GENDER DIBEBERAPA BIDANG PEMBANGUNAN DI BALI Oleh : Ni Luh Arjani

KETIMPANGAN GENDER DIBEBERAPA BIDANG PEMBANGUNAN DI BALI Oleh : Ni Luh Arjani KETIMPANGAN GENDER DIBEBERAPA BIDANG PEMBANGUNAN DI BALI Oleh : Ni Luh Arjani Abstrak Isu gender tidak hanya merupakan isu regional ataupun nasional, tetapi sudah merupakan isu global. Isu yang menonjol

Lebih terperinci

2.2 EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM DAN KEGIATAN RKPD SAMPAI DENGAN TAHUN 2013 DAN REALISASI RPJMD

2.2 EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM DAN KEGIATAN RKPD SAMPAI DENGAN TAHUN 2013 DAN REALISASI RPJMD 143 2.2 EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM DAN KEGIATAN RKPD SAMPAI DENGAN TAHUN 2013 DAN REALISASI RPJMD 2.2.1 Evaluasi Indikator Kinerja Utama Pembangunan Daerah Kinerja pembangunan Jawa Timur tahun 2013 diukur

Lebih terperinci

PEMBANGUNAN MANUSIA BERBASIS GENDER 2011

PEMBANGUNAN MANUSIA BERBASIS GENDER 2011 PEMBANGUNAN MANUSIA BERBASIS GENDER 2011 KERJASAMA KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK DENGAN BADAN PUSAT STATISTIK PEMBANGUNAN MANUSIA BERBASIS GENDER 2011 ISSN : 2089-3531 Ukuran

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Berdasarkan BPS (2010), jumlah penduduk miskin di Indonesia mengalami penurunan sebesar 1,5 juta orang. Pada Maret 2009, jumlah penduduk miskin sebesar 32,5 juta orang, sedangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan perhatian khusus pada kualitas sumber daya manusia.

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan perhatian khusus pada kualitas sumber daya manusia. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan suatu wilayah tidak terlepas dari sumber daya manusia yang ada di dalamnya. Oleh karena itu, untuk membangun suatu wilayah diperlukan perhatian khusus pada

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINJAI NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER KABUPATEN SINJAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SINJAI,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINJAI NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER KABUPATEN SINJAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SINJAI, PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINJAI NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER KABUPATEN SINJAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SINJAI, Menimbang : a. bahwa dalam rangka penyelenggaraan

Lebih terperinci

WALIKOTA PEKALONGAN, PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH

WALIKOTA PEKALONGAN, PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PEKALONGAN,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Posisi manusia selalu menjadi tema sentral dalam setiap program

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Posisi manusia selalu menjadi tema sentral dalam setiap program BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Posisi manusia selalu menjadi tema sentral dalam setiap program pencapaian pembangunan. Dalam skala internasional dikenal tujuan pembangunan milenium (Millenium

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pada hakekatnya pembangunan yang dilaksanakan oleh suatu negara

I. PENDAHULUAN. Pada hakekatnya pembangunan yang dilaksanakan oleh suatu negara I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada hakekatnya pembangunan yang dilaksanakan oleh suatu negara bertujuan untuk mewujudkan kehidupan seluruh masyarakat yang maju, mandiri, sejahtera lahir dan batin.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keberagaman kebutuhan kelompok dan individu masyarakat, tak terkecuali

BAB I PENDAHULUAN. keberagaman kebutuhan kelompok dan individu masyarakat, tak terkecuali BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Prinsip partisipasi, transparansi dan akuntabilitas dalam good governance menjamin berlangsungnya proses pembangunan yang partisipatoris dan berkesetaraan gender. Menurut

Lebih terperinci

PENERAPAN PUG DALAM MENDUKUNG PEMBANGUNAN KELAUTAN DAN PERIKANAN

PENERAPAN PUG DALAM MENDUKUNG PEMBANGUNAN KELAUTAN DAN PERIKANAN PENERAPAN PUG DALAM MENDUKUNG PEMBANGUNAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DEPUTI BIDANG PUG BIDANG EKONOMI KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK PERPRES NO. 5 TAHUN 2010 RPJMN 2010-2014 A. 3

Lebih terperinci

PENINGKATAN KUALITAS KEHIDUPAN DAN PERAN PEREMPUAN SERTA PERLINDUNGAN ANAK DALAM KEHIDUPAN BERMASYARAKAT MELALUI PARTISIPASI PARTISIPASI MASYARAKAT

PENINGKATAN KUALITAS KEHIDUPAN DAN PERAN PEREMPUAN SERTA PERLINDUNGAN ANAK DALAM KEHIDUPAN BERMASYARAKAT MELALUI PARTISIPASI PARTISIPASI MASYARAKAT KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK RI PENINGKATAN KUALITAS KEHIDUPAN DAN PERAN PEREMPUAN SERTA PERLINDUNGAN ANAK DALAM KEHIDUPAN BERMASYARAKAT MELALUI PARTISIPASI PARTISIPASI MASYARAKAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendekatan pembangunan manusia telah menjadi tolak ukur pembangunan. pembangunan, yaitu United Nations Development Programme (UNDP)

BAB I PENDAHULUAN. Pendekatan pembangunan manusia telah menjadi tolak ukur pembangunan. pembangunan, yaitu United Nations Development Programme (UNDP) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sumber Daya Manusia (SDM) adalah kekayaan suatu negara yang dijadikan sebagai modal dasar pembangunan. Pembangunan bertujuan untuk menciptakan lingkungan

Lebih terperinci

(1) menghapuskan kemiskinan dan kelaparan; (2) mewujudkan pendidikan dasar untuk semua orang; (3) mempromosikan kesetaraan gender dan pemberdayaan

(1) menghapuskan kemiskinan dan kelaparan; (2) mewujudkan pendidikan dasar untuk semua orang; (3) mempromosikan kesetaraan gender dan pemberdayaan Dr. Hefrizal Handra Fakultas Ekonomi Universitas Andalas Padang 2014 Deklarasi MDGs merupakan tantangan bagi negara miskin dan negara berkembang untuk mempraktekkan good governance dan komitmen penghapusan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR LAMPUNG, Menimbang Mengingat : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PEMBERDAYAAN LEMBAGA MASYARAKAT DI BIDANG PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. hidup yang layak dibutuhkan pendidikan. Pendidikan dan kesehatan secara. dan merupakan jantung dari pembangunan. Negara-negara berkembang

PENDAHULUAN. hidup yang layak dibutuhkan pendidikan. Pendidikan dan kesehatan secara. dan merupakan jantung dari pembangunan. Negara-negara berkembang BAB 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan dan kesehatan merupakan tujuan dasar dari pembangunan. Manusia dapat menikmati hidup dengan nyaman apabila sehat dan untuk dapat hidup yang layak dibutuhkan

Lebih terperinci

Asesmen Gender Indonesia

Asesmen Gender Indonesia Asesmen Gender Indonesia (Indonesia Country Gender Assessment) Southeast Asia Regional Department Regional and Sustainable Development Department Asian Development Bank Manila, Philippines July 2006 2

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1429, 2014 KPP & PA. Sistem Data Gender Dan Anak. Penyelenggaraan. Pedoman. PERATURAN MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG

PEMERINTAH KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG PEMERINTAH KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG NOMOR 04 TAHUN 2011 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

PEMBANGUNAN MANUSIA BERBASIS GENDER 2016

PEMBANGUNAN MANUSIA BERBASIS GENDER 2016 PEMBANGUNAN MANUSIA BERBASIS GENDER 2016 2016 : Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Boleh dikutip dengan menyebut sumbernya ISSN : 2089-3531 Ukuran Buku : 17,6 cm 25 cm Naskah : Badan

Lebih terperinci

Mewujudkan Payung Hukum Penghapusan Diskriminasi Gender di Indonesia Prinsip-Prinsip Usulan Terhadap RUU Kesetaraan dan Keadilan Gender

Mewujudkan Payung Hukum Penghapusan Diskriminasi Gender di Indonesia Prinsip-Prinsip Usulan Terhadap RUU Kesetaraan dan Keadilan Gender Mewujudkan Payung Hukum Penghapusan Diskriminasi Gender di Indonesia Prinsip-Prinsip Usulan Terhadap RUU Kesetaraan dan Keadilan Gender Mewujudkan Payung Hukum Penghapusan Diskriminasi Gender di Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maka membutuhkan pembangunan. Manusia ataupun masyarakat adalah kekayaan

BAB I PENDAHULUAN. maka membutuhkan pembangunan. Manusia ataupun masyarakat adalah kekayaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat di suatu negara maka membutuhkan pembangunan. Manusia ataupun masyarakat adalah kekayaan bangsa dan sekaligus sebagai

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1604, 2014 BNPB. Penanggulangan. Bencana. Gender. Pengarusutamaan.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1604, 2014 BNPB. Penanggulangan. Bencana. Gender. Pengarusutamaan. BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1604, 2014 BNPB. Penanggulangan. Bencana. Gender. Pengarusutamaan. PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG PENGARUSUTAMAAN

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA METODE BARU UMUR PANJANG DAN HIDUP SEHAT PENGETAHUAN STANDAR HIDUP LAYAK BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KALIMANTAN TENGAH DAFTAR ISI Pembangunan Manusia Perubahan Metodologi

Lebih terperinci

Tujuan 5: Mencapai kesetaraan gender dan memberdayakan semua perempuan dan anak perempuan

Tujuan 5: Mencapai kesetaraan gender dan memberdayakan semua perempuan dan anak perempuan : Multi-stakeholder Consultation and Workshop, 26-27 April 2017, Jakarta, Tujuan 5: Mencapai kesetaraan gender dan memberdayakan semua perempuan dan anak perempuan Hak Asasi Perempuan Pelarangan diskriminasi

Lebih terperinci

BAB II JAWA BARAT DALAM KONSTELASI NASIONAL

BAB II JAWA BARAT DALAM KONSTELASI NASIONAL BAB II JAWA BARAT DALAM KONSTELASI NASIONAL 2.1 Indeks Pembangunan Manusia beserta Komponennya Indikator Indeks Pembangunan Manusia (IPM; Human Development Index) merupakan salah satu indikator untuk mengukur

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2015

PERATURAN MENTERI PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2015 PERATURAN MENTERI PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG SISTEM PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, MENTERI PEMBERDAYAAN PEREMPUAN

Lebih terperinci

POTRET PEMBANGUNAN MANUSIA BERBASIS GENDER DI KABUPATEN BANYUMAS TAHUN 2015

POTRET PEMBANGUNAN MANUSIA BERBASIS GENDER DI KABUPATEN BANYUMAS TAHUN 2015 Tema: 6 (Rekayasa Sosial dan Pengembangan Perdesaan) POTRET PEMBANGUNAN MANUSIA BERBASIS GENDER DI KABUPATEN BANYUMAS TAHUN 2015 Oleh Soetji Lestari 1, Sofa Marwah 2, Oktafiani Catur Pratiwi 3 Fakultas

Lebih terperinci

Penilaian Pencapaian MDGs di Provinsi DIY Oleh Dyna Herlina Suwarto, SE, SIP

Penilaian Pencapaian MDGs di Provinsi DIY Oleh Dyna Herlina Suwarto, SE, SIP Penilaian Pencapaian MDGs di Provinsi DIY Oleh Dyna Herlina Suwarto, SE, SIP Sejak tahun 2000, Indonesia telah meratifikasi Millenium Development Goals (MDGs) di bawah naungan Persatuan Bangsa- Bangsa.

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR LAMPUNG, Menimbang Mengingat : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) (Metode Baru)

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) (Metode Baru) INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) (Metode Baru) NYOTO WIDODO Kepala BPS Provinsi DKI Jakarta Jakarta, 15 September 2015 2 SEJARAH PENGHITUNGAN IPM 1990: UNDP merilis IPM Human Development Report (HDR) 2010:

Lebih terperinci

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULUKUMBA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Oleh karena itu, pembangunan merupakan syarat mutlak bagi suatu negara.

BAB I PENDAHULUAN. Oleh karena itu, pembangunan merupakan syarat mutlak bagi suatu negara. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pembangunan merupakan suatu alat yang digunakan untuk mencapai tujuan negara, dimana pembangunan mengarah pada proses untuk melakukan perubahan kearah yang lebih baik.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencapai tujuan dan sasaran tertentu. Tujuan dan sasaran yang ingin dicapai setiap perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. mencapai tujuan dan sasaran tertentu. Tujuan dan sasaran yang ingin dicapai setiap perusahaan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peraturan ditetapkan agar tujuan dan sasaran suatu perusahaan tercapai, setiap perusahaan baik itu yang bergerak dalam bidang industri maupun jasa selalu dilandasi

Lebih terperinci