BAB I TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 PENDAHULUAN Manusia dewasa dengan kebutuhan energi kj per hari mengkonsumsi oksigen sebanyak 660 g setiap hari. Sebanyak % dari oksigen yang dikonsumsi diubah menjadi molekul air yang tidak berbahaya oleh pernapasan mitokondrial, sedangkan 5 10 % dari oksigen yang dikonsumsi tersebut mengalami reduksi univalen dan divalen menjadi spesi oksigen reaktif seperti ion superoksida (O - 2 ), hidrogen peroksida (H 2 O 2 ) dan hidroksil radikal (OH ). Apabila usia rata rata manusia adalah 70 tahun, maka seumur hidupnya manusia dapat mengkonsumsi oksigen sebanyak kg dan menghasilkan spesi oksigen reaktif sebanyak kg (Esterbauer, 1993). Spesi oksigen reaktif berfungsi sebagai mediator dalam komunikasi antar sel dalam tubuh manusia. Namun produksi spesi oksigen reaktif yang berlebih dapat menyebabkan stress oksidatif, penurunan fungsi sel, maupun apoptosis dan nekrosis (Nordberg and Arnér, 2001). Terdapat perlawanan enzimatis alami dari tubuh untuk menangani kerusakan akibat spesi oksigen reaktif, salah satunya melalui enzim superoksida dismutase (SOD). Superoksida dismutase merupakan enzim yang mengkatalis reaksi dismutasi ion superoksida menjadi hidrogen peroksida dan oksigen melalui reaksi oksidasi dan reduksi. SOD. Reaksi dismutase ion superoksida oleh SOD dapat diperjelas oleh reaksi berikut (Fee and Bull, 1986): M n+ - + O 2 M (n-1)+ + O 2 M (n-1)+ + O H + M n+ + H 2 O 2 Ion logam yang berada pada inti enzim berperan dalam reaksi reduksi oksidasi tersebut, serta menjadi dasar klasifikasi isozim SOD. Pada manusia, terdapat tiga bentuk isozim SOD yakni SOD yang terletak di sitoplasma, mitokondria, serta ekstrasel. Bentuk isozim SOD pada sitoplasma dan cairan ekstrasel memiliki inti logam Cu dan Zn (Noor et. al., 1992) sedangkan isozim SOD pada mitokondria memiliki inti Mn. Mutasi gen SOD1 yang mengkode CuZnSOD pada manusia dapat menyebabkan timbulnya penyakit degeneratif saraf Familial Amyotrophic Lateral Sclerosis (FALS). Defisiensi dari 1

2 2 enzim SOD diduga memiliki kaitan dengan timbulnya berbagai jenis kanker, penyakit Parkinson, Alzheimer dan beberapa kelainan saraf lain (Noor et. al., 1992). Pada penelitian ini telah dilakukan penapisan aktivitas enzim SOD terhadap bakteri asal Indonesia. Penapisan akan dilakukan prinsip spektrofotometri terhadap sampel ektrak protein total dari bakteri yang direaksikan dengan NBT dan riboflavin. Riboflavin yang terpapar cahaya dapat memproduksi ion superoksida yang menghasilkan warna biru jika direaksikan dengan NBT, sebaliknya jika SOD yang bereaksi maka akan timbul warna bening. Aktivitas SOD berbanding terbalik dengan intensitas warna yang dihasilkan. Semakin tinggi konsentrasi SOD maka warna biru semakin memudar, dengan kata lain absorbansi akan semakin rendah (Chen and Pan, 1996). Terhadap bakteri yang memiliki aktivitas SOD tertinggi dilakukan identifikasi spesies melalui amplifikasi gen 16S rdna, urutan nukleotida dari gen 16S rdna ditentukan dengan Sequencing atau penentuan urutan nukleotida. Hasil penentuan nukleotida dikonfirmasi dengan bantuan program Basic Local Alignment Search Tools (BLAST) dari National Centre of Biotechnological Information (NCBI) hingga didapatkan identitas spesies dari sampel bakteri yang memiliki aktivitas tertinggi.

3 BAB I TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Radikal Bebas Istilah radikal bebas merujuk ke atom maupun semua gugus atom yang memiliki satu atau lebih elektron tak berpasangan. Jumlah elektron ganjil mengakibatkan tidak semua elektron dapat berpasangan. Radikal bebas adalah senyawa yang tidak bermuatan namun bersifat sangat reaktif karena keberadaan elektron tak berpasangan tersebut. Suatu radikal bebas biasanya dijumpai sebagai zat antara yang sulit diisolasi, berusia pendek, sangat reaktif dan berenergi tinggi. Radikal bebas digambarkan dengan sebuah titik yang melambangkan elektron tak berpasangan (Fessenden, 1986) Pembentukan Radikal Bebas Reaksi pembentukan radikal bebas merupakan suatu reaksi bertahap. Tahap tahap pembentukan radikal bebas adalah tahap permulaan (inisiasi), tahap perambatan (propagasi) dan tahap pengakhiran (terminasi) (Fessenden, 1986). Tahap inisiasi merupakan tahap pembentukkan awal radikal bebas. Dalam proses klorinasi metana, tahap inisiasi merupakan pemaksapisahan (cleavage) homolitik molekul Cl 2 menjadi dua radikal bebas klor. Energi yang diberikan untuk reaksi ini bersumber dari sinar ultraviolet maupun pemanasan pada suhu sangat tinggi. Reaksi yang terjadi (Fessenden, 1986): Cl Cl + 58 kkal/mol hv atau kalor 2Cl Reaksi (1) Radikal bebas klor yang terbentuk akan mengawali sederetan reaksi yang menyebabkan pembentukan radikal bebas baru. Pada tahap propagasi awal pada proses klorinasi metana, radikal bebas klor merebut sebuah atom hidrogen dari molekul metana sehingga terbentuk radikal bebas metil dan HCl. Kemudian radikal bebas metil yang telah terbentuk dapat merebut sebuah atom klor dari molekul Cl 2 sehingga terbentuk klorometan dan sebuah radikal klor. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut (Fessenden, 1986): 3

4 4 Tahap 1 : CH 4 + Cl CH 3 + HCl Reaksi (2) Tahap 2 : CH 3 + Cl 2 CH 3 Cl + Cl Reaksi (3) Reaksi propagasi dapat berlangsung terus menerus dan menghasilkan produk radikal yang bervariasi. Jumlah siklus propagasi serta panjang rantai yang terbentuk bergantung kepada besar energi yang menyebabkan reaksi berjalan. Karena keberulangan reaksi propagasi, maka suatu reaksi radikal bebas dapat menghasilkan produk yang bervariasi. Hal ini disebabkan oleh energi radikal bebas yang tinggi tersebut, sehingga sifatnya tidak selektif terhadap pemilihan perebutan hidrogen dalam pembentukan radikal bebas baru (Fessenden, 1986). Siklus propagasi dapat terputus oleh reaksi terminasi yang ditandai dengan molekul molekul radikal bebas yang bergabung sehingga tidak lagi terdapat elektron tak berpasangan. Reaksi terminasi disebut juga reaksi pemusnahan radikal bebas. Pada reaksi klorinasi metana, reaksi terminasi terjadi ketika radikal klor bergabung dengan radikal bebas metil menjadi senyawa klorometan. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut (Fessenden, 1986): Cl + CH 3 CH 3 Cl Reaksi (4) 1.2 Spesi oksigen reaktif Manusia dewasa dengan berat lebih kurang 70 kg dengan kebutuhan energi per hari sebesar kj mengkonsumsi 660 g molekul O % dari molekul O 2 yang dikonsumsi diubah menjadi molekul air yang tidak berbahaya oleh respirasi pada mitokondria, sedangkan 5 10% dari molekul tersebut mengalami reduksi univalen dan divalen sehingga dihasilkan spesi oksigen reaktif (SOR). Apabila rata rata usia hidup manusia adalah 70 tahun, maka dalam periode hidupnya manusia dapat mengkonsumsi kg molekul O 2 dan menghasilkan molekul - molekul spesi oksigen reaktif sebanyak 800 hingga 1700 kg (Esterbauer, 2006). Spesi oksigen reaktif meliputi beberapa molekul reaktif derivat oksigen, misalnya ion superoksida (O 2 - ), hidrogen peroksida (H 2 O 2 ), radikal bebas hidroksil (OH ), serta nitrat oksida (NO). Spesi oksigen reaktif merupakan senyawa yang telah diketahui berfungsi sebagai mediator dalam rangkaian penghantaran sinyal antar sel serta sebagai regulator

5 5 faktor transkripsi (Thannickal, et.al., 2000). Namun produksi spesi oksigen reaktif yang berlebih dapat menyebabkan stress oksidatif, kehilangan fungsi sel, hingga kematian sel, baik melalui apoptosis maupun nekrosis. Senyawa spesi oksigen reaktif yang dengan reaktivitas tinggi adalah yang berbentuk radikal bebas, karena satu elektron tak berpasangan yang dimilikinya mampu berikatan dengan protein, lipid dan lipoprotein, serta asam nukleat. Reaksi pembentukan spesi oksigen reaktif dapat dipersingkat dalam reaksi berikut (Nordberg and Arnés, 2001): e - e - e - e - O 2 O 2 - H 2 O 2 OH + OH H 2 O Reaksi (5) 2H + 2H + Terdapat mekanisme alami tubuh yang mampu mengatasi kerusakan yang timbul akibat senyawa senyawa ini yakni dengan perlawanan enzimatis. Enzim enzim alami yang diproduksi tubuh mampu mengubah spesi oksigen reaktif menjadi lebih tidak berbahaya. Jenis - jenis perlawanan enzimatis terhadap spesi oksigen reaktif dapat dilihat pada Tabel 1.1 (Nordberg and Arnés, 2001) Kerusakan Biologis Akibat Spesi Oksigen Reaktif Akibat dari reaktivitasnya, spesi oksigen reaktif cenderung mengakibatkan kerusakan pada sel sehingga terkadang bersifat toksik, mutagenik bahkan karsinogenik. Senyawa dalam sel yang menjadi target spesi oksigen reaktif diantaranya DNA, lipid dan protein (Nordberg and Arnés, 2001). Tabel 1.1 Perlawanan Enzimatis Terhadap Spesi Oksigen Reaktif Spesi Oksigen Reaktif Superoksida (O 2 - ) Hidrogen Peroksidase (H 2 O 2 ) Sumber Utama Kebocoran Elektron Fagosit teraktivasi Xantin Oksidase Flavoenzim Dari O - 2 via SOD NADPH oksidase (neutrofil) Glukosa Oksidase Xantin Oksidase Perlawanan Enzimatis Superoksida Dismutase Glutation Peroksidase Katalase Peroxiredoxins Produk H 2 O 2 + O 2 H 2 O + GSSG H 2 O + O 2 H 2 O

6 6 Tabel 1.1 (Lanjutan) Spesi Oksigen Reaktif Hidroksil Radikal (OH ) Nitrat Oksida (NO) Sumber Utama O 2 - / H 2 O 2 via transisi metal (Fe & Cu) Perlawanan Enzimatis Nitrat Oksida Sintase Glutathion / TrxR GSNO Produk Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa spesi oksigen reaktif bersifat mutagenik karena menyebabkan modifikasi kimiawi dari DNA. Perubahan yang tejadi meliputi pemotongan DNA, taut-silang antara DNA dan protein, oksidasi basa purin pada struktur DNA, dan lain sebagainya. Jenis spesi oksigen reaktif yang umumnya mengakibatkan kerusakan DNA tersebut adalah radikal hidroksil (OH ). Apabila sistem perbaikan DNA tidak mampu melakukan regenerasi DNA yang rusak dengan cepat, maka dapat terjadi mutasi akibat pemasangan basa yang salah pada replikasi. Hal ini menjelaskan penyebab prevalensi kanker yang tinggi pada individu - individu yang sering mengalami stress oksidatif (Nordberg and Arnés, 2001). Asam lemak tak jenuh merupakan target umum dari penyerangan radikal bebas, akibat jumlah ikatan rangkap yang banyak. Reaksi oksidasi asam lemak oleh radikal bebas adalah penyebab utama pembentukan plak aterosklerosis. Mekanisme pembentukan plak aterosklerosis diawali oleh oksidasi low-density lipoprotein (LDL), kemudian dilanjutkan dengan reaksi fagositosis LDL teroksidasi oleh sel-sel fagosit sehingga dihasilkan sel busa yang terakumulasi pada bagian subendotelial pembuluh darah. Akumulasi sel busa dapat memicu luka pada pembuluh darah yang menyebabkan pembentukan plak yang mempersempit pembuluh darah. Dengan demikian pencegahan atau penanggulangan terhadap oksidasi lipid oleh radikal bebas dapat memberi pengaruh besar terhadap penanganan penyakit kardiovaskular (Nordberg and Arnés, 2001). Pada protein, kerusakan yang timbul akibat serangan radikal bebas tidak separah pada DNA dan lipid. Serangan radikal bebas pada protein jarang terjadi kecuali apabila terjadi akumulasi radikal bebas pada sel. Akan tetapi beberapa penelitian menunjukkan bahwa spesi oksigen reaktif dapat bereaksi dengan beberapa jenis asam amino yang mengakibatkan protein terdenaturasi dan kehilangan fungsinya. Asam amino yang

7 7 memiliki kecenderungan mengalami penyerangan oleh radikal bebas adalah asam amino yang memiliki residu sulfur atau selenium (Nordberg and Arnés, 2001) Kegunaan Spesi Oksigen Reaktif dalam Tubuh Di dalam tubuh, spesi oksigen reaktif memiliki peran sebagai regulator fungsi sel dan molekul pembawa sinyal pada komunikasi antar sel. Hal ini disebabkan oleh senyawa senyawa sitokin dan faktor faktor pertumbuhan yang mampu menghasilkan spesi oksigen reaktif pada beberapa jenis sel yang berbeda. Enzim enzim antioksidan yang menginhibisi spesi oksigen reaktif dapat memblok sinyal maupun efek fisiologi yang dihasilkan oleh sitokin maupun faktor pertumbuhan tadi. Penambahan senyawa oksidan secara eksogen juga dibuktikan mampu menghasilkan jalur pensinyalan termediasi sitokin atau faktor pertumbuhan tersebut (Thannickal et. al., 2000). Selain itu, akibat kemampuannya dalam perusakan molekul biologis, spesi oksigen reaktif juga diduga memiliki kaitan dalam mekanisme apoptosis (Tan et. al., 1998) Ion Superoksida (O 2 - ) Ion superoksida merupakan senyawa radikal tidak terlalu reaktif karena kemampuannya dalam menembus lipid membran rendah, sehingga ketika sudah diproduksi ion superoksida terjebak dalam kompartemen dimana ion tersebut diproduksi (Nordberg and Arnés, 2001). Walau demikian, banyak studi yang difokuskan kepada eliminasi ion superoksida karena merupakan senyawa awal yang dihasilkan dari reaksi rantai pembentukan senyawa senyawa spesi oksigen reaktif, untuk lebih jelasnya lihat reaksi (5). Pembentukan superoksida terjadi secara spontan terutama pada lingkungan aerob yang kaya akan elektron, misalnya di sekeliling membran dalam mitokondria atau di lingkungan dimana rantai respirasi sel terjadi. Ion superoksida dihasilkan oleh oksigen molekuler yang mengalami adisi satu buah elektron yang berasal dari kebocoran rantai elektron. Ion superoksida juga dihasilkan secara endogen oleh flavoenzim xantin oksidase yang teraktivasi saat reperfusi iskemik. Enzim lain yang memproduksi ion superoksida adalah lipooksigenase dan siklooksigenase (Nordberg and Arnés, 2001). Dua buah molekul superoksida dapat mengalami dismutasi menjadi hidrogen peroksida dan molekul oksigen, terjadinya reaksi ini dapat dipercepat oleh keberadaan enzim superoksida dismutase.

8 8 1.3 Antioksidan Antioksidan merupakan senyawa yang dibutuhkan oleh semua makhluk hidup yang mengkonsumsi oksigen sebagai mekanisme pertahanan dalam mengatasi kerusakan akibat spesi oksigen reaktif. Antioksidan merupakan senyawa yang memiliki potensi oksidasi tinggi sehingga lebih cenderung bereaksi dengan spesi oksigen reaktif terlebih dahulu sebelum spesi oksigen reaktif bereaksi dengan molekul molekul biologis dalam tubuh yang dapat mengakibatkan kerusakan atau penurunan fungsi molekul molekul biologis tersebut 1. Secara umum mekanisme kerja antioksidan dapat dikelompokkan menjadi: (1) antioksidan preventif, yang dapat menurunkan laju reaksi inisiasi dalam pembentukan radikal bebas, dan (2) antioksidan pemutus rantai, yang dapat menghentikan reaksi propagasi dalam pembentukan radikal bebas. Yang termasuk dalam antioksidan preventif misalnya katalase, atau enzim peroksidase lain dan pengkelat ion logam seperti EDTA, sedangkan yang termasuk dalam antioksidan pemutus rantai misalnya superoksida dismutase dan vitamin E (Murray et. al., 1996). Antioksidan di dalam tubuh manusia dapat diklasifikasikan menjadi 2 jenis, yakni antioksidan enzimatis dan nonenzimatis. Yang termasuk antioksidan enzimatis misalnya superoksida dismutase, katalase, dan glutation peroksidase, sedangkan yang termasuk antioksidan nonenzimatis misalnya vitamin E dan vitamin C Antioksidan Enzimatis Katalase merupakan enzim dengan logam (Fe) yang berfungsi dalam proses katalitik enzim tersebut. Katalase merupakan antioksidan yang mengkatalis perubahan hidrogen peroksida (H 2 O 2 ) menjadi air (H 2 O) dan oksigen (O 2 ). Di dalam tubuh, katalase banyak terdapat pada hati dan eritrosit 1, sedangkan di dalam sel katalase banyak ditemukan pada peroksisom (Nordberg and Arnés, 2001). Ketidakseimbangan antara superoksida dismutase dan katalase dapat mengakibatkan penumpukan hidrogen peroksida yang dengan cepat dapat berubah menjadi ion radikal hidroksil (OH ) yang lebih berbahaya dan lebih reaktif 1. Seperti katalase, glutation peroksidase juga merupakan antioksidan yang mengkatalis perubahan hidrogen peroksida (H 2 O 2 ) menjadi air (H 2 O) dan oksigen (O 2 ). Ketidaksetimbangan antara superoksida dismutase dan enzim ini juga dapat menyebabkan 1 (26 Juni 2007)

9 9 penumpukan hidrogen peroksida. Akan tetapi, berbeda dengan katalase, enzim glutation peroksidase membutuhkan bantuan logam selenium (Se) dalam menjalankan fungsi katalitiknya Antioksidan Nonenzimatis Vitamin E atau tokoferol merupakan antioksidan yang memiliki peran dalam menghentikan proses peroksidasi lipid. Karena bersifat lipofilik, vitamin E berperan sebagai antioksidan pada sisi lipofil membran sel. Keberadaan gugus hidroksil pada tokoferol (tokoferol-oh) memungkinkan transfer atom hidrogen dengan satu elektron tak berpasangan ke senyawa radikal bebas sehingga dibentuk radikal tokoferol (tokoferol-o ). Vitamin C atau asam askorbat yang berada dalam lingkungan memungkinkan terjadinya reaksi lanjutan dengan tokoferol-o menghasilkan dehidroaskorbat (radikal lemah) dan tokoferol. Akibat reaksi tersebut terbentuk kembali tokoferol yang fungsional, sedangkan dehidroaskorbat dapat mengalami reaksi lanjutan sehingga vitamin C terbentuk kembali 1. Vitamin C merupakan antioksidan nonenzimatis larut air. Sebagai senyawa pereduksi, vitamin C berperan sebagai antioksidan dengan menyumbangkan elektron pada senyawa radikal bebas sehingga dihasilkan senyawa radikal dehidroaskorbat. Vitamin C merupakan antioksidan yang dapat bereaksi dengan radikal hidroksil serta berperan dalam regenerasi vitamin E pada membran. Manusia tidak dapat mensintesis vitamin C karena tidak mampu memproduksi enzim L-gulakolakton oksidase, oleh karena itu diperlukan asupan vitamin C dari luar Superoksida Dismutase Superoksida dismutase (SOD) merupakan enzim yang mengkatalis proses dismutasi ion superoksida (O - 2 ) menjadi molekul air (H 2 O) dan oksigen (O 2 ). Produksi SOD merupakan salah satu mekanisme antioksidan enzimatik bagi tiap sel terpapar oksigen. Sisi aktif yang bertanggung jawab terhadap terjadinya reaksi dismutasi ion superoksida pada SOD adalah inti logam yang merupakan kofaktor protein SOD. Ion logam yang menjadi kofaktor SOD merupakan logam dengan nilai valensi 2 atau lebih. Berikut adalah reaksi antara superoksida dismutase dan ion superoksida (O - 2 ) (Fee and Bull, 1986) : M n+ - + O 2 M (n-1)+ + O 2 Reaksi (6) M (n-1)+ + O H + M n+ + H 2 O 2 Reaksi (7)

10 Klasifikasi SOD SOD dapat diklasifikasikan menurut ion logam kofaktor dari SOD. Hingga kini, telah ditemukan empat isozim SOD yakni CuZnSOD, FeSOD, MnSOD dan NiSOD. SOD ditemukan pada organisme eukariot dan prokariot. Pada organisme eukariot, SOD terdapat pada sitosol dan mitokondria, sedangkan pada prokariot SOD juga berada pada bagian periplasma membran sel (Cannio et. al., 2000). CuZnSOD merupakan SOD yang memiliki kofaktor berupa logam tembaga dan seng (lihat Gambar 1.1). CuZnSOD adalah SOD yang pertama kali diisolasi oleh manusia dan hingga kini telah diisolasi dari berbagai sumber seperti ragi, bayam, hati ayam maupun darah sapi. Pada organisme eukariotik umumnya CuZnSOD terdapat dalam sitosol maupun cairan ekstrasel (Noor R, et. al, 2002). Enzim CuZnSOD yang diisolasi dari Escherichia coli bersifat lebih stabil daripada CuZnSOD yang diisolasi dari mikroorganisme eukariot lain. (Imlay and Imlay, 1996) Gambar 1.1 Struktur protein CuZnSOD dalam keadaan tereduksi dan teroksidasi (Cabelli et. al., 1998). Hasil analisis urutan asam amino CuZnSOD yang diisolasi dari E. coli menunjukkan bahwa terdapat leader region, daerah ujung amino (Lys-Arg pada posisi 2 dan 3), daerah 16 asam amino hidrofobik, serta sisi pemotongan Ala-Ala yang menunjukkan bahwa CuZnSOD merupakan protein periplasma (Imlay dan Imlay, 1996). Struktur kuartener protein CuZnSOD terdiri dari dua subunit protein (homodimer) dan memiliki bobot molekul lebih kurang Da. Masing - masing subunitnya distabilkan oleh jembatan disulfida antar rantai dan keduanya dihubungkan oleh ikatan nonkovalen (Cabelli et. al., 1998).

11 11 MnSOD merupakan SOD yang memiliki kofaktor berupa logam mangan sedangkan kofaktor pada FeSOD adalah logam besi. Kedua SOD ini diproduksi oleh mikroorganisme prokariot dan eukariot (Whittaker, 2003). FeSOD dan MnSOD merupakan protein yang terdiri dari dua buah subunit yang masing masing berukuran 22 kda (Cannio et. al., 2000). Walaupun memiliki struktur protein yang mirip, aktivitas kedua SOD ini akan menurun apabila dilakukan penukaran antara logam satu dengan yang lainnya (Cabelli et. al., 1998). Subunit MnSOD terdiri dari dua domain yakni ujung amino dan karboksil. Pada ujung amino, terdapat dua residu asam amino histidin yang berinteraksi dengan atom Mn, sedangkan pada ujung karboksil, dua asam amino yang berinteraksi dengan atom Mn adalah aspartat dan histidin (Cabelli et. al., 1998). Struktur protein MnSOD dapat dilihat pada Gambar 1.2. Gambar 1.2 Struktur protein MnSOD (Cabelli et. al., 1998). Pada FeSOD, situs aktif berinteraksi dengan glutamin pada MnSOD, dimana glutamin seharusnya berikatan hidrogen dengan alanin atau histidin yang berinteraksi dengan kofaktor logam. Pada FeSOD, glutamin tidak mengalami ikatan hidrogen dengan alanin atau histidin yang berinteraksi dengan kofaktor logam. Akibat kurang bermaknanya perbedaan antara kedua protein ini, selektivitas kofaktor logam rendah pada pembuatan MnSOD atau FeSOD secara rekombinan dengan penambahan garam logam (Cabelli et. al.,1998). Struktur protein FeSOD dapat dilihat pada Gambar 1.3.

12 12 Gambar 1.3 Struktur protein FeSOD (Cabelli,et.al., 1998) NiSOD adalah isozim SOD dengan kofaktor logam nikel yang ditemukan pada beberapa spesies Streptomyces. Enzim NiSOD memiliki empat subunit yang masing masing berukuran 13,4 kda. Dari analisis komposisi asam amino, urutan nukleotida pada ujung amino, dan karakter imunologinya, diketahui bahwa NiSOD adalah kelompok isozim yang berbeda dari CuZnSOD, FeSOD maupun NiSOD (Cannio et. al., 2000) Konjugasi Logam Mekanisme konjugasi logam pada molekul SOD telah diketahui secara in vitro menggunakan SOD termofilik rekombinan yang berasal dari Thermus thermophilus. Pada prosedur purifikasi tanpa perlakuan pemanasan, SOD rekombinan yang diekspresikan pada bakteri E. coli diperoleh dalam bentuk apoprotein yang tidak memiliki kofaktor logam walaupun telah ditambahkan garam garam logam. Diduga hal ini terjadi karena proses konjugasi logam pada SOD rekombinan yang berasal dari T. thermophilus harus terjadi pada lingkungan bersuhu sama dengan suhu lingkungan pertumbuhan bakteri tersebut, yakni 75 C (Whittaker, 2003). Proses konjugasi logam pada MnSOD diduga terjadi dengan dua cara, yakni melalui pembukaan domain serta disosiasi subunit. Telah diketahui sebelumnya bahwa MnSOD merupakan protein tetramer yang tiap subunitnya terdiri dari dua domain (Whittaker, 2003). Proses tersebut dapat dilihat pada Gambar 1.4.

13 13 Gambar 1.4 Hipotesis mekanisme konjugasi logam pada MnSOD. Pada (A) terjadi proses pembukaan domain, sedangkan proses yang terjadi pada (B) pemisahan subunit. Pada (C) dan (D) ditunjukkan konjugasi logam melalui pembukaan domain dan pemisahan subunit (Whittaker, 2003) Penggunaan SOD Beberapa penelitian menunjukkan bahwa SOD (terutama bentuk CuZnSOD) memiliki aktivitas fisiologi dan potensi terapetik yang cukup baik. CuZnSOD berpengaruh pada penyakit penyakit peradangan seperti FALS, penyakit Parkinson, penyakit Alzheimer, demam berdarah, kanker, Down s syndrome, katarak dan beberapa patologi saraf lain. (Noor et. al., 2002). Penelitian lain menunjukkan bahwa overekspresi dari MnSOD dapat menekan pembentukan tumor (Zhao et. al., 2001). Terdapat beberapa sediaan SOD yang telah diproduksi untuk pengobatan, yakni Orgotein, Pegorgotein dan Sudismase. Orgotein merupakan sediaan CuZnSOD yang berasal dari hati sapi. Bobot molekul Orgotein adalah Da. Rute penggunaan Orgotein adalah injeksi intramuskular sebagai agen antiinflamasi, sebagai pengobatan untuk efek samping yang ditimbulkan akibat radioterapi. Pegorgotein merupakan Orgotein yang terpegilasi. Tujuan pegilasi adalah untuk memperpanjang efek dan mengurangi resiko timbulnya reaksi hipersensitifitas. Pegorgotein digunakan sebagai terapi pada pasien cedera kepala parah untuk membantu meningkatkan perbaikan saraf dan menurunkan resiko kematian. Sudismase merupakan produksi rekombinan dari N-asetil SOD manusia yang mengandung kofaktor tembaga dan seng (Sweetman, 2005).

14 14 Penggunaan lain dari senyawa ini diantaranya adalah CuZnSOD dan MnSOD efektif digunakan dalam pengobatan luka bakar akibat gas mostar (mustard gas) pada Perang Dunia I. Pada terapi luka bakar akibat gas mostar, CuZnSOD atau MnSOD diinjeksikan secara intraperitonial atau intalesi. Telah dilakukan pula studi terapi gen pada tikus untuk pengobatan oxidant-injury. Tikus dewasa yang disuntikkan adenovirus pengkode gen CuZnSOD manusia dan cdna katalase secara intratrakeal mampu menghasilkan enzim CuZnSOD dan katalase manusia (Noor et. al., 2002). Penggunaan SOD secara topikal juga terbukti dapat menurunkan fibrosis yang diakibatkan oleh terapi radiasi pada kanker payudara (Campana, 2004). Telah dilakukan penelitian terhadap profil farmakokinetik dari SOD manusia rekombinan rhsod) pada 32 sukarelawan sehat dengan rute pemberian injeksi intravena bolus dengan rentang dosis antara 1 hingga 45 mg/kg bobot badan. Analisis dengan model nonkompartemen menunjukkan bahwa waktu paruh rhsod adalah 4 jam untuk dosis 3 45 mg/kg bobot badan (Tsao et. al., 1991). Penelitian profil farmakokinetik dari SOD sapi juga telah dilakukan melalui rute pemberian injeksi intramuskular dengan dosis 4 hingga 32 mg/kg bobot badan, 2 hingga 3 kali seminggu. Dari penelitian ini, didapatkan hasil dosis optimal SOD sapi adalah antara 30 hingga 200 μg / kg bobot badan. Pada studi ini juga dibandingkan profil farmakokinetik antara enkapsulasi SOD sapi dalam liposom dengan SOD sapi tanpa enkapsulasi. SOD sapi terenkapsulasi memiliki karakteristik farmakokinetik yang lebih baik, yakni peningkatan waktu paruh dan peningkatan waktu pelepasan SOD sapi bebas. Melalui penelitian ini juga diketahui bahwa walaupun SOD sapi merupakan protein asing, baik bentuk terenkapsulasinya maupun bentuk bebasnya dapat ditoleransi dengan baik dan tidak menghasilkan efek toksik (Jadot et. al., 1995). 1.5 Identifikasi Spesies dengan 16S rdna Ribosom organisme prokariot merupakan organ sel berukuran 70S dan terdiri dari 2 subunit berukuran 30S dan 50S. Huruf S di belakang angka 30, 50 dan 70 menyatakan konstanta Svedberg, yakni satuan koefisien sentrifugasi. Subunit 50S mengandung rrna berukuran 16S dan protein sebanyak 21 buah, sedangkan subunit 30S mengandung rrna berukuran 5S dan 23S, serta protein sebanyak 34 buah (Madigan and Martinko, 2006).

15 15 Gen 16S rdna terletak pada DNA kromosom organisme prokariot yang mengkode komponen ribosom 16S rrna yang dapat digunakan sebagai daerah sidik jari antar spesies. Dalam biologi, tujuan mempelajari gen 16S rdna tidak hanya untuk mengetahui identitas organisme prokariot, melainkan juga untuk mengukur perubahan evolusi dan keterkaitan filogenetiknya (Madigan and Martinko, 2006). Komponen polinukleotida lain yang menyusun ribosom yaitu 5S dan 23S sebenarnya juga dapat digunakan sebagai daerah sidik jari, namun karena ukuran 5S yang terlalu kecil dan 23S yang terlalu besar, maka subunit 16S dipilih sebagai alat penanda sidik jari. Terdapat beberapa kelebihan dari gen 16S rdna yang menjadikannya layak sebagai area sidik jari. Pertama, gen 16S rdna berukuran cukup besar untuk dapat digunakan sebagai pembeda antar spesies, 16S rdna juga mempunyai peran yang konstan dalam sel, terdistribusi secara universal pada seluruh organisme prokariot, dan memiliki beberapa daerah lestari yang dapat digunakan sebagai pembeda antar spesies (Madigan and Martinko, 2006). Gen 16S rdna merupakan daerah lestari yang diapit oleh dua daerah yang universal. Karena daerah universal ini merupakan daerah yang sama pada seluruh organisme prokariot, maka melalui daerah ini dapat dirancang sepasang primer yang bisa dipergunakan untuk mengamplifikasi gen 16S rdna yang berasal dari berbagai spesies (Madigan and Martinko, 2006). Skema gen 16S rdna dapat dilihat pada Gambar 1.5. Gambar 1.5 Skema Gen 16S rdna. Tanda ( ) menunjukkan lokasi primer dan orientasinya, tanda ( ) menunjukkan daerah lestari (urutan sama pada seluruh bakteri), tanda ( ) menunjukkan daerah di antara primer Penentuan Urutan Nukleotida Penentuan urutan nukleotida yang sekarang umum dilakukan menggunakan metode dideoksi Sanger. Pada metode Sanger, penentuan urutan nukleotida dilakukan dengan 2 (28 Juli 2007)

16 16 menggunakan prinsip PCR mengunakan enzim DNA polimerase. Enzim DNA polimerase akan menambahkan basa deoksiribonukleosida trifosfat (dntp) dengan arah 5 ke 3 pada primer yang digunakan. Selain itu ke dalam campuran reaksi juga ditambahkan dideoksiribonukleosida trifosfat (ddntp) yang tidak memiliki gugus hidroksil pada 3, melainkan gugus hidrogen yang tidak dikenali oleh enzim DNA polimerase, akibatnya reaksi terhenti dan dihasilkan fragmen fragmen DNA. Hasil penentuan urutan nukleotida kemudian dianalisis dengan elektroforesis agarosa yang dilakukan secara bersamaan pada empat sumur. Elektroforesis dilakukan pada konsentrasi agarosa yang sangat tinggi sehingga cukup sensitif untuk mendeteksi perbedaan satu basa pada pita pita yang tersusun. Masing masing sumur mewakili fragmen yang diakhiri dengan basa adenin, guanin, timin atau sitosin. Dengan membandingkan posisi pita elektroforesis fragmen fragmen DNA pada keempat sumur tersebut, maka urutan nukleotida dapat diketahui (Madigan and Martinko, 2006). Berkat kemajuan teknologi, prosedur penentuan urutan DNA sekarang menjadi lebih singkat dan terotomatisasi. Reaksi dilangsungkan dalam satu tabung yang juga berisi ddntp yang menghasilkan sinyal berbeda untuk basa berbeda, hasil reaksi kemudian dielektroforesis pada satu sumur saja yang menunjukkan sinyal sinyal berbeda untuk tiap basa. Dengan metode ini, sumur sepanjang 20 cm dapat digunakan untuk memisahkan 300 basa dengan kecepatan 80 basa per jam. Melalui metode hifenasi, hasil elektroforesis kemudian divisualisasikan sehingga diperoleh kromatogram yang juga menunjukkan urutan nukleotida (Ansorge et. al., 1987).

BAB I PENDAHULUAN. Radikal bebas merupakan salah satu penyebab timbulnya berbagai penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Radikal bebas merupakan salah satu penyebab timbulnya berbagai penyakit 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Radikal bebas merupakan salah satu penyebab timbulnya berbagai penyakit degeneratif, seperti kardiovaskuler, tekanan darah tinggi, stroke, sirosis hati, katarak,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan, manusia amat tergantung kepada alam sekeliling. Yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan, manusia amat tergantung kepada alam sekeliling. Yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan, manusia amat tergantung kepada alam sekeliling. Yang paling mendasar manusia memerlukan oksigen, air serta sumber bahan makanan yang disediakan alam.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup secara tidak langsung menyebabkan manusia terus-menerus dihadapkan

BAB I PENDAHULUAN. hidup secara tidak langsung menyebabkan manusia terus-menerus dihadapkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perubahan pola hidup serta terjadinya penurunan kualitas lingkungan hidup secara tidak langsung menyebabkan manusia terus-menerus dihadapkan pada persoalan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Telah diketahui bahwa ketinggian menimbulkan stress pada berbagai sistem organ manusia. Tekanan atmosfer menurun pada ketinggian, sehingga terjadi penurunan tekanan

Lebih terperinci

MAKALAH BIOANORGANIK. MANGAN (Mn) DALAM SUPEROXIDE DISMUTASE (SOD)

MAKALAH BIOANORGANIK. MANGAN (Mn) DALAM SUPEROXIDE DISMUTASE (SOD) MAKALAH BIOANORGANIK MANGAN (Mn) DALAM SUPEROXIDE DISMUTASE (SOD) OLEH : FITRI WULAN SARI KIMIA A 2011/11030234012 AMANAH FIRDAUSA NOFITASARI KIMIA A 2011/11030234016 UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tingginya penyakit infeksi seperti thypus abdominalis, TBC dan diare, di sisi lain

BAB I PENDAHULUAN. tingginya penyakit infeksi seperti thypus abdominalis, TBC dan diare, di sisi lain BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia saat ini terjadi transisi epidemiologi yakni di satu sisi masih tingginya penyakit infeksi seperti thypus abdominalis, TBC dan diare, di sisi lain mulai meningkatnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Di era globalisasi yang semakin maju, terjadi pergeseran dan perubahan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Di era globalisasi yang semakin maju, terjadi pergeseran dan perubahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era globalisasi yang semakin maju, terjadi pergeseran dan perubahan yang sangat signifikan, banyak sekali aktivitas lingkungan yang menghasilkan radikal bebas sehingga

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Mitokondria merupakan organel yang terdapat di dalam sitoplasma.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Mitokondria merupakan organel yang terdapat di dalam sitoplasma. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Fungsi dan Struktur Mitokondria Mitokondria merupakan organel yang terdapat di dalam sitoplasma. Mitokondria berfungsi sebagai organ respirasi dan pembangkit energi dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Neoplasma adalah suatu massa jaringan abnormal yang berproliferasi cepat, tidak terkoordinasi melebihi jaringan normal dan dapat menetap setelah hilangnya rangsang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Aktifitas fisik merupakan kegiatan hidup yang dikembangkan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Aktifitas fisik merupakan kegiatan hidup yang dikembangkan dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Aktifitas fisik merupakan kegiatan hidup yang dikembangkan dengan harapan dapat memberikan nilai tambah berupa peningkatan kualitas, kesejahteraan dan martabat manusia.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. banyak ditemukan di lingkungan (WHO, 2010). Logam plumbum disebut non

BAB 1 PENDAHULUAN. banyak ditemukan di lingkungan (WHO, 2010). Logam plumbum disebut non BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Plumbum adalah salah satu logam berat yang bersifat toksik dan paling banyak ditemukan di lingkungan (WHO, 2010). Logam plumbum disebut non essential trace element

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan Dalam bab ini akan dipaparkan hasil dari tahap-tahap penelitian yang telah dilakukan. Melalui tahapan tersebut diperoleh urutan nukleotida sampel yang positif diabetes dan sampel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia dari semua kelompok usia dan ras. Jong (2005) berpendapat bahwa

BAB I PENDAHULUAN. manusia dari semua kelompok usia dan ras. Jong (2005) berpendapat bahwa BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Kanker merupakan suatu jenis penyakit berupa pertumbuhan sel yang tidak terkendali secara normal. Penyakit ini dapat menyerang semua bagian organ tubuh dan dapat menyebabkan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. memerlukan waktu inkubasi selama jam. bahkan pembentukan ABTS. -

PENDAHULUAN. memerlukan waktu inkubasi selama jam. bahkan pembentukan ABTS. - 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Spesi oksigen reaktif adalah kelas radikal bebas yang sangat berbahaya dalam tubuh karena dapat menyebabkan kerusakkan pada sel (Cortina-Puig et al. 2007). Spesi oksigen reaktif

Lebih terperinci

KATAPENGANTAR. Pekanbaru, Desember2008. Penulis

KATAPENGANTAR. Pekanbaru, Desember2008. Penulis KATAPENGANTAR Fuji syukut ke Hadirat Allah SWT. berkat rahmat dan izin-nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang beijudul "Skrining Bakteri Vibrio sp Penyebab Penyakit Udang Berbasis Teknik Sekuens

Lebih terperinci

UJIAN MASUK BERSAMA (UMB) Mata Pelajaran : Kimia Tanggal : 07 Juni 009 Kode Soal : 9. Penamaan yang tepat untuk : CH CH CH CH CH CH OH CH CH adalah A. -etil-5-metil-6-heksanol B.,5-dimetil-1-heptanol C.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. berlebihnya asupan nutrisi dibandingkan dengan kebutuhan tubuh sehingga

BAB 1 PENDAHULUAN. berlebihnya asupan nutrisi dibandingkan dengan kebutuhan tubuh sehingga BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Obesitas adalah kondisi berlebihnya berat badan akibat banyaknya lemak pada tubuh, yang umumnya ditimbun dalam jaringan subkutan (bawah kulit), di sekitar organ tubuh,

Lebih terperinci

Protein adalah sumber asam-asam amino yang mengandung unsur-unsur C, H, O, dan N yang tidak dimiliki oleh lemak atau karbohidrat.

Protein adalah sumber asam-asam amino yang mengandung unsur-unsur C, H, O, dan N yang tidak dimiliki oleh lemak atau karbohidrat. PROTEIN Protein adalah sumber asam-asam amino yang mengandung unsur-unsur C, H, O, dan N yang tidak dimiliki oleh lemak atau karbohidrat. Sebagai zat pembangun, protein merupakan bahan pembentuk jaringanjaringan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hasil Penelitian Terdahulu Baru-baru ini air alkali yang terionisasi yang dihasilkan oleh elektrolisis air telah mendapat perhatian yang meningkat karena manfaatnya dalam pengobatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Parasetamol merupakan obat antipiretik dan analgetik yang telah lama

I. PENDAHULUAN. Parasetamol merupakan obat antipiretik dan analgetik yang telah lama I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Parasetamol merupakan obat antipiretik dan analgetik yang telah lama digunakan di dunia. Parasetamol merupakan obat yang efektif, sederhana dan dianggap paling aman sebagai

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Kebutuhan masyarakat akan pemenuhan gizi pada masa kini. semakin tinggi seiring dengan semakin meningkatnya kesadaran

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Kebutuhan masyarakat akan pemenuhan gizi pada masa kini. semakin tinggi seiring dengan semakin meningkatnya kesadaran PENDAHULUAN Latar Belakang Kebutuhan masyarakat akan pemenuhan gizi pada masa kini semakin tinggi seiring dengan semakin meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya pemenuhan gizi guna menunjang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. makhluk hidup, yang berguna bagi kelangsungan hidupnya. Makanan penting

BAB 1 PENDAHULUAN. makhluk hidup, yang berguna bagi kelangsungan hidupnya. Makanan penting BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Makanan dan minuman merupakan bahan yang sangat dibutuhkan oleh makhluk hidup, yang berguna bagi kelangsungan hidupnya. Makanan penting untuk pertumbuhan maupun untuk

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. 6.1 Efek Pelatihan Fisik Berlebih Terhadap Spermatogenesis Mencit. Pada penelitian ini, data menunjukkan bahwa kelompok yang diberi

PEMBAHASAN. 6.1 Efek Pelatihan Fisik Berlebih Terhadap Spermatogenesis Mencit. Pada penelitian ini, data menunjukkan bahwa kelompok yang diberi 1 BAB VI PEMBAHASAN 6.1 Efek Pelatihan Fisik Berlebih Terhadap Spermatogenesis Mencit Pada penelitian ini, data menunjukkan bahwa kelompok yang diberi pelatihan fisik berlebih selama 35 hari berupa latihan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan injuri otot (Evans, 2000) serta menimbulkan respon yang berbeda pada jaringan

BAB I PENDAHULUAN. dan injuri otot (Evans, 2000) serta menimbulkan respon yang berbeda pada jaringan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Latihan fisik yang dilakukan dengan teratur dapat mencegah penyakit kronis seperti kanker, hipertensi, obesitas, depresi, diabetes dan osteoporosis (Daniel et al, 2010).

Lebih terperinci

Dr. Dwi Suryanto Prof. Dr. Erman Munir Nunuk Priyani, M.Sc.

Dr. Dwi Suryanto Prof. Dr. Erman Munir Nunuk Priyani, M.Sc. BIO210 Mikrobiologi Dr. Dwi Suryanto Prof. Dr. Erman Munir Nunuk Priyani, M.Sc. Kuliah 4-5. METABOLISME Ada 2 reaksi penting yang berlangsung dalam sel: Anabolisme reaksi kimia yang menggabungkan bahan

Lebih terperinci

Secara sederhana, oksidasi berarti reaksi dari material dengan oksigen. Secara kimiawi: OKSIDASI BIOLOGI

Secara sederhana, oksidasi berarti reaksi dari material dengan oksigen. Secara kimiawi: OKSIDASI BIOLOGI Proses oksidasi Peranan enzim, koenzim dan logam dalam oksidasi biologi Transfer elektron dalam sel Hubungan rantai pernapasan dengan senyawa fosfat berenergi tinggi Oksidasi hidrogen (H) dalam mitokondria

Lebih terperinci

SMA XII (DUA BELAS) BIOLOGI METABOLISME

SMA XII (DUA BELAS) BIOLOGI METABOLISME JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN SMA XII (DUA BELAS) BIOLOGI METABOLISME Metabolisme adalah seluruh reaksi kimia yang dilakukan oleh organisme. Metabolisme juga dapat dikatakan sebagai proses

Lebih terperinci

LARAS AJENG PITAYU PENAPISAN AKTIVITAS SUPEROKSIDA DISMUTASE DAN IDENTIFIKASI SPESIES DENGAN METODE 16S rdna DARI BAKTERI ASAL INDONESIA

LARAS AJENG PITAYU PENAPISAN AKTIVITAS SUPEROKSIDA DISMUTASE DAN IDENTIFIKASI SPESIES DENGAN METODE 16S rdna DARI BAKTERI ASAL INDONESIA LARAS AJENG PITAYU 10703055 PENAPISAN AKTIVITAS SUPEROKSIDA DISMUTASE DAN IDENTIFIKASI SPESIES DENGAN METODE 16S rdna DARI BAKTERI ASAL INDONESIA PROGRAM STUDI SAINS DAN TEKNOLOGI FARMASI SEKOLAH FARMASI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit jantung termasuk penyakit jantung koroner telah menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit jantung termasuk penyakit jantung koroner telah menjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit jantung termasuk penyakit jantung koroner telah menjadi penyebab kematian utama di Indonesia. Penyebabnya adalah terjadinya hambatan aliran darah pada arteri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Radikal bebas merupakan senyawa yang terbentuk secara alamiah di

BAB I PENDAHULUAN. Radikal bebas merupakan senyawa yang terbentuk secara alamiah di 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Radikal bebas merupakan senyawa yang terbentuk secara alamiah di dalam tubuh dan terlibat hampir pada semua proses biologis mahluk hidup. Senyawa radikal bebas mencakup

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tingkat gen akan kehilangan kendali normal atas pertumbuhannya. Tumor

I. PENDAHULUAN. tingkat gen akan kehilangan kendali normal atas pertumbuhannya. Tumor I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tumor adalah jaringan baru (neoplasma) yang timbul dalam tubuh akibat berbagai faktor penyebab tumor yang menyebabkan jaringan setempat pada tingkat gen akan kehilangan

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Pada penelitian ini rimpang jahe merah dan buah mengkudu yang diekstraksi menggunakan pelarut etanol menghasilkan rendemen ekstrak masing-masing 9,44 % dan 17,02 %.

Lebih terperinci

Pengertian Mitokondria

Pengertian Mitokondria Home» Pelajaran» Pengertian Mitokondria, Struktur, dan Fungsi Mitokondria Pengertian Mitokondria, Struktur, dan Fungsi Mitokondria Pengertian Mitokondria Mitokondria adalah salah satu organel sel dan berfungsi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupannya sehari-hari. Pada lingkungan yang kadar logam beratnya cukup

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupannya sehari-hari. Pada lingkungan yang kadar logam beratnya cukup BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia senantiasa dapat terpapar logam berat di lingkungan kehidupannya sehari-hari. Pada lingkungan yang kadar logam beratnya cukup tinggi, kontaminasi dalam makanan,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, dunia kedokteran dan kesehatan banyak membahas tentang radikal bebas dan antioksidan. Hal ini terjadi karena sebagian besar penyakit diawali oleh adanya

Lebih terperinci

Ciri-Ciri Organisme/ Mahkluk Hidup

Ciri-Ciri Organisme/ Mahkluk Hidup DASAR-DASAR KEHIDUPAN Ciri-Ciri Organisme/ Mahkluk Hidup 1.Reproduksi/Keturunan 2.Pertumbuhan dan perkembangan 3.Pemanfaatan energi 4.Respon terhadap lingkungan 5.Beradaptasi dengan lingkungan 6.Mampu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Umumnya anti nyamuk digunakan sebagai salah satu upaya untuk mengatasi

BAB I PENDAHULUAN. Umumnya anti nyamuk digunakan sebagai salah satu upaya untuk mengatasi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anti nyamuk merupakan benda yang sudah tak asing lagi bagi kita. Umumnya anti nyamuk digunakan sebagai salah satu upaya untuk mengatasi gigitan nyamuk. Jenis formula

Lebih terperinci

Rangkaian reaksi biokimia dalam sel hidup. Seluruh proses perubahan reaksi kimia beserta perubahan energi yg menyertai perubahan reaksi kimia tsb.

Rangkaian reaksi biokimia dalam sel hidup. Seluruh proses perubahan reaksi kimia beserta perubahan energi yg menyertai perubahan reaksi kimia tsb. Rangkaian reaksi biokimia dalam sel hidup. Seluruh proses perubahan reaksi kimia beserta perubahan energi yg menyertai perubahan reaksi kimia tsb. Anabolisme = (biosintesis) Proses pembentukan senyawa

Lebih terperinci

Secara sederhana, oksidasi berarti reaksi dari material dengan oksigen OKSIDASI BIOLOGI

Secara sederhana, oksidasi berarti reaksi dari material dengan oksigen OKSIDASI BIOLOGI Proses oksidasi Peranan enzim, koenzim dan logam dalam oksidasi biologi Transfer elektron dalam sel Hubungan rantai pernapasan dengan senyawa fosfat berenergi tinggi Oksidasi hidrogen (H) dalam mitokondria

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Ikan merupakan salah satu menu makanan yang populer dan disenangi banyak kalangan. Hal ini karena ikan adalah produk strategis yaitu potensi produksi sangat besar,

Lebih terperinci

SINTESIS PROTEIN. Yessy Andriani Siti Mawardah Tessa Devitya

SINTESIS PROTEIN. Yessy Andriani Siti Mawardah Tessa Devitya SINTESIS PROTEIN Yessy Andriani Siti Mawardah Tessa Devitya Sintesis Protein Proses dimana kode genetik yang dibawa oleh gen diterjemahkan menjadi urutan asam amino SINTESIS PROTEIN EKSPRESI GEN Asam nukleat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Manusia telah mengenal kehidupan di tempat tinggi sejak ribuan tahun lalu. Secara alami telah terjadi proses adaptasi fisiologis sebagai mekanisme kompensasi terhadap

Lebih terperinci

III. TINJAUAN PUSTAKA

III. TINJAUAN PUSTAKA III. TINJAUAN PUSTAKA A. SUSU BUBUK Menurut Chandan (1997), susu segar secara alamiah mengandung 87.4% air dan sisanya berupa padatan susu sebanyak (12.6%). Padatan susu terdiri dari lemak susu (3.6%)

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. dibandingkan dengan unggas-unggas lainnya seperti ayam. Fakultas Peternakan

PENDAHULUAN. dibandingkan dengan unggas-unggas lainnya seperti ayam. Fakultas Peternakan I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Itik Cihateup termasuk kedalam jenis unggas air yang memiliki sifat fisiologik terbiasa dengan air dan kemampuan thermoregulasi yang rendah dibandingkan dengan unggas-unggas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tuak merupakan hasil sadapan yang diambil dari mayang enau atau aren

BAB I PENDAHULUAN. Tuak merupakan hasil sadapan yang diambil dari mayang enau atau aren BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tuak merupakan hasil sadapan yang diambil dari mayang enau atau aren (Arenga pinnata) sejenis minuman yang merupakan hasil fermentasi dari bahan minuman/buah yang

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Kecamatan Rajapolah, Kabupaten Tasikmalaya, Provinsi Jawa Barat. Itik Cihateup

PENDAHULUAN. Kecamatan Rajapolah, Kabupaten Tasikmalaya, Provinsi Jawa Barat. Itik Cihateup I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Itik merupakan jenis unggas petelur maupun pedaging yang cukup produktif dan potensial disamping ayam. Itik Cihateup berasal dari Desa Cihateup, Kecamatan Rajapolah, Kabupaten

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. membunuh serangga (Heller, 2010). Sebanyak dua juta ton pestisida telah

BAB 1 PENDAHULUAN. membunuh serangga (Heller, 2010). Sebanyak dua juta ton pestisida telah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Insektisida adalah bahan-bahan kimia bersifat racun yang dipakai untuk membunuh serangga (Heller, 2010). Sebanyak dua juta ton pestisida telah digunakan per tahun dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terhadap tubuh karena akan mengalami proses detoksifikasi di dalam organ tubuh.

BAB I PENDAHULUAN. terhadap tubuh karena akan mengalami proses detoksifikasi di dalam organ tubuh. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Alkohol merupakan zat kimia yang dapat menimbulkan berbagai dampak terhadap tubuh karena akan mengalami proses detoksifikasi di dalam organ tubuh. Penggunaan alkohol

Lebih terperinci

Organisasi DNA dan kode genetik

Organisasi DNA dan kode genetik Organisasi DNA dan kode genetik Dr. Syazili Mustofa, M.Biomed Lektor mata kuliah ilmu biomedik Departemen Biokimia, Biologi Molekuler, dan Fisiologi Fakultas Kedokteran Unila DNA terdiri dari dua untai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagian besar penyakit diawali oleh adanya reaksi oksidasi yang berlebihan di dalam tubuh. Reaksi oksidasi ini memicu terbentuknya radikal bebas yang sangat aktif

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TIJAUA PUSTAKA A. Kanker dan Kanker Payudara Kanker adalah suatu penyakit yang ditandai dengan adanya abnormalitas regulasi pertumbuhan sel dan meyebabkan sel dapat berinvasi ke jaringan serta

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes melitus merupakan suatu penyakit kronis yang ditandai oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes melitus merupakan suatu penyakit kronis yang ditandai oleh BAB 1 1.1. Latar Belakang PENDAHULUAN Diabetes melitus merupakan suatu penyakit kronis yang ditandai oleh adanya hiperglikemia akibat defisiensi sekresi hormon insulin, kurangnya respon tubuh terhadap

Lebih terperinci

BAB 5 PEMBAHASAN. Telah dilakukan penelitian terhadap 100 penderita stroke iskemik fase akut,

BAB 5 PEMBAHASAN. Telah dilakukan penelitian terhadap 100 penderita stroke iskemik fase akut, lxxiii BAB 5 PEMBAHASAN Telah dilakukan penelitian terhadap 100 penderita stroke iskemik fase akut, setelah dialokasikan secara acak 50 penderita masuk kedalam kelompok perlakuan dan 50 penderita lainnya

Lebih terperinci

Identifikasi Gen Abnormal Oleh : Nella ( )

Identifikasi Gen Abnormal Oleh : Nella ( ) Identifikasi Gen Abnormal Oleh : Nella (10.2011.185) Identifikasi gen abnormal Pemeriksaan kromosom DNA rekombinan PCR Kromosom waldeyer Kromonema : pita spiral yang tampak pada kromatid Kromomer : penebalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit kardiovaskular merupakan penyakit dengan angka kematian terbesar

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit kardiovaskular merupakan penyakit dengan angka kematian terbesar BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit kardiovaskular merupakan penyakit dengan angka kematian terbesar di dunia. WHO mencatat hingga tahun 2008 sebanyak 17,3 juta orang telah meninggal akibat

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PENELITIAN

BAB 4 HASIL PENELITIAN BAB 4 HASIL PENELITIAN Pengukuran aktivitas spesifik katalase jaringan ginjal tikus percobaan pada keadaan hipoksia hipobarik akut berulang ini dilakukan berdasarkan metode Mates et al. (1999) yang dimodifikasi

Lebih terperinci

LATAR BELAKANG. Radikal bebas adalah atom atau molekul yang tidak stabil dan sangat

LATAR BELAKANG. Radikal bebas adalah atom atau molekul yang tidak stabil dan sangat LATAR BELAKANG kesehatan merupakan hal terpenting dan utama dalam kehidupan manusia dibandingkan lainnya seperti jabatan, kekuasaan, pangkat, ataupun kekayaan. Tanpa kesehatan yang optimal, semuanya akan

Lebih terperinci

BAB III Efek Radiasi Terhadap Manusia

BAB III Efek Radiasi Terhadap Manusia BAB III Efek Radiasi Terhadap Manusia Tubuh terdiri dari berbagai macam organ seperti hati, ginjal, paru, lambung dan lainnya. Setiap organ tubuh tersusun dari jaringan yang merupakan kumpulan dari sejumlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Radikal bebas adalah suatu atom atau molekul yang memiliki satu elektron

BAB I PENDAHULUAN. Radikal bebas adalah suatu atom atau molekul yang memiliki satu elektron 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Radikal bebas adalah suatu atom atau molekul yang memiliki satu elektron tidak berpasangan. Radikal bebas memiliki sifat yang reaktif sehingga cenderung bereaksi

Lebih terperinci

5. Kerja enzim dipengaruhi oleh faktor-faktor berikut, kecuali. a. karbohidrat b. suhu c. inhibitor d. ph e. kofaktor

5. Kerja enzim dipengaruhi oleh faktor-faktor berikut, kecuali. a. karbohidrat b. suhu c. inhibitor d. ph e. kofaktor 1. Faktor internal yang memengaruhi pertumbuhan dan perkembangan pada tumbuhan adalah. a. suhu b. cahaya c. hormon d. makanan e. ph 2. Hormon yang termasuk ke dalam jenis hormon penghambat pertumbuhan

Lebih terperinci

Oksidasi dan Reduksi

Oksidasi dan Reduksi Oksidasi dan Reduksi Reaksi kimia dapat diklasifikasikan dengan beberapa cara antara lain reduksi-oksidasi (redoks) Reaksi : selalu terjadi bersama-sama. Zat yang teroksidasi = reduktor Zat yang tereduksi

Lebih terperinci

JADWAL PRAKTIKUM BIOKIMIA

JADWAL PRAKTIKUM BIOKIMIA JADWAL PRAKTIKUM BIOKIMIA Waktu Kegiatan dan Judul Percobaan 2 Februari 2018 Penjelasan Awal Praktikum di Lab. Biokimia Dasar 9 Februari 2018 23 Februari 2018 2 Maret 2018 9 Maret 2018 16 Maret 2018 23

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang berasal dari lemak tumbuhan maupun dari lemak hewan. Minyak goreng tersusun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang berasal dari lemak tumbuhan maupun dari lemak hewan. Minyak goreng tersusun BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Minyak Goreng Minyak goreng merupakan salah satu bahan yang termasuk dalam lemak, baik yang berasal dari lemak tumbuhan maupun dari lemak hewan. Minyak goreng tersusun dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari emisi pembakaran bahan bakar bertimbal. Pelepasan timbal oksida ke

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari emisi pembakaran bahan bakar bertimbal. Pelepasan timbal oksida ke 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pencemaran atau polusi merupakan perubahan yang tidak dikehendaki yang meliputi perubahan fisik, kimia, dan biologi. Pencemaran banyak mengarah kepada pembuangan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang I. PENDAHULUAN Latar Belakang Tubuh manusia secara fisiologis memiliki sistim pertahanan utama untuk melawan radikal bebas, yaitu antioksidan yang berupa enzim dan nonenzim. Antioksidan enzimatik bekerja

Lebih terperinci

BIOTEKNOLOGI. Struktur dan Komponen Sel

BIOTEKNOLOGI. Struktur dan Komponen Sel BIOTEKNOLOGI Struktur dan Gambar Apakah Ini dan Apakah Perbedaannya? Perbedaan dari gambar diatas organisme Hidup ular organisme Hidup Non ular Memiliki satuan (unit) dasar berupa sel Contoh : bakteri,

Lebih terperinci

1 Asimilasi nitrogen dan sulfur

1 Asimilasi nitrogen dan sulfur BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tumbuhan tingkat tinggi merupakan organisme autotrof dapat mensintesa komponen molekular organik yang dibutuhkannya, selain juga membutuhkan hara dalam bentuk anorganik

Lebih terperinci

organel yang tersebar dalam sitosol organisme

organel yang tersebar dalam sitosol organisme STRUKTUR DAN FUNGSI MITOKONDRIA Mitokondria Mitokondria merupakan organel yang tersebar dalam sitosol organisme eukariot. STRUKTUR MITOKONDRIA Ukuran : diameter 0.2 1.0 μm panjang 1-4 μm mitokondria dalam

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Hasil pengukuran bilangan peroksida sampel minyak kelapa sawit dan minyak kelapa yang telah dipanaskan dalam oven dan diukur pada selang waktu tertentu sampai 96 jam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. progresif. Proses ini dikenal dengan nama menua atau penuaan (aging). Ada

I. PENDAHULUAN. progresif. Proses ini dikenal dengan nama menua atau penuaan (aging). Ada 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring bertambahnya usia, daya fungsi makhluk hidup akan menurun secara progresif. Proses ini dikenal dengan nama menua atau penuaan (aging). Ada beberapa faktor yang

Lebih terperinci

MATERI GENETIK A. KROMOSOM

MATERI GENETIK A. KROMOSOM MATERI GENETIK A. KROMOSOM Kromosom pertama kali ditemukan pada kelompok makhluk hidup eukariot. Namun, di lain pihak dewasa ini kromosom tidak hanya dimiliki oleh klompok makhluk hidup eukariot tetapi

Lebih terperinci

II. KERJA BAHAN TOKSIK DALAM TUBUH ORGANISMS

II. KERJA BAHAN TOKSIK DALAM TUBUH ORGANISMS II. KERJA BAHAN TOKSIK DALAM TUBUH ORGANISMS A. Interaksi Senyawa Kimia dengan Organisme Ilmu yang mempelajari tentang interaksi senyawa kimia dengan organisme hidup disebut farmakologi, dengan demikian

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii I. Pendahuluan...1 II. Tinjauan Pustaka...4 III. Kesimpulan...10 DAFTAR PUSTAKA...

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii I. Pendahuluan...1 II. Tinjauan Pustaka...4 III. Kesimpulan...10 DAFTAR PUSTAKA... DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii I. Pendahuluan...1 II. Tinjauan Pustaka...4 III. Kesimpulan...10 DAFTAR PUSTAKA...11 I. PENDAHULUAN Latar Belakang Munculnya uniseluler dan multi seluler

Lebih terperinci

Komponen Kimia penyusun Sel (Biologi) Ditulis pada September 27, 2012

Komponen Kimia penyusun Sel (Biologi) Ditulis pada September 27, 2012 Komponen Kimia penyusun Sel (Biologi) Ditulis pada September 27, 2012 Sel disusun oleh berbagai senyawa kimia, seperti karbohidrat, protein,lemak, asam nukleat dan berbagai senyawa atau unsur anorganik.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditemukan di hati dan ginjal, sedangkan di otak aktivitasnya rendah. 2 Enzim

BAB I PENDAHULUAN. ditemukan di hati dan ginjal, sedangkan di otak aktivitasnya rendah. 2 Enzim BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Enzim katalase bersifat antioksidan ditemukan pada hampir sebagian besar sel. 1 Enzim ini terutama terletak di dalam organel peroksisom. Katalase ditemukan di semua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tujuh sumber utama pencemaran udara yaitu: partikel debu/partikulat

BAB I PENDAHULUAN. Tujuh sumber utama pencemaran udara yaitu: partikel debu/partikulat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuh sumber utama pencemaran udara yaitu: partikel debu/partikulat dengan diameter kurang dari 10 µm, sulfur dioksida (SO2), ozon troposferik, karbon monoksida (CO),

Lebih terperinci

1.1. LATAR BELAKANG MASALAH

1.1. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Indonesia terletak di daerah tropis dan sangat kaya dengan berbagai spesies flora. Dari 40 ribu jenis flora yang tumbuh di dunia, 30 ribu diantaranya tumbuh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini angka kejadian penyakit kanker dan penyakit degeneratif semakin meningkat. Salah satu penyebab terjadinya kanker adalah karena kerusakan DNA akibat adanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya stres oksidatif pada tikus (Senturk et al., 2001) dan manusia

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya stres oksidatif pada tikus (Senturk et al., 2001) dan manusia BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Latihan fisik merupakan pergerakan tubuh yang dilakukan oleh otot dengan terencana dan berulang yang menyebabkan peningkatan pemakaian energi dengan tujuan untuk memperbaiki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diprediksi akan terus meningkat di masa yang akan datang terutama di negara-negara

BAB I PENDAHULUAN. diprediksi akan terus meningkat di masa yang akan datang terutama di negara-negara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada umumnya, populasi lanjut usia terus mengalami peningkatan, dan diprediksi akan terus meningkat di masa yang akan datang terutama di negara-negara berkembang. Pertambahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara alamiah. Proses tua disebut sebagai siklus hidup yang normal bila

BAB I PENDAHULUAN. secara alamiah. Proses tua disebut sebagai siklus hidup yang normal bila BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Makhluk hidup atau organisme akan sampai pada proses menjadi tua secara alamiah. Proses tua disebut sebagai siklus hidup yang normal bila datangnya tepat waktu. Proses

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ginjal adalah sepasang organ berbentuk kacang yang masing-masing

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ginjal adalah sepasang organ berbentuk kacang yang masing-masing BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ginjal Ginjal adalah sepasang organ berbentuk kacang yang masing-masing berukuran satu kepalan tangan, dan terletak tepat di bawah tulang rusuk. Setiap hari kedua ginjal menyaring

Lebih terperinci

Metabolisme karbohidrat

Metabolisme karbohidrat Metabolisme karbohidrat Dr. Syazili Mustofa, M.Biomed Lektor mata kuliah ilmu biomedik Departemen Biokimia, Biologi Molekuler, dan Fisiologi Fakultas Kedokteran Unila PENCERNAAN KARBOHIDRAT Rongga mulut

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Saat ini jumlah perokok di dunia mengalami peningkatan termasuk di

BAB 1 PENDAHULUAN. Saat ini jumlah perokok di dunia mengalami peningkatan termasuk di BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini jumlah perokok di dunia mengalami peningkatan termasuk di Indonesia. Jumlah perokok di seluruh dunia saat ini mencapai 1,2 milyar orang dan 800 juta diantaranya

Lebih terperinci

STRUKTUR KIMIAWI MATERI GENETIK

STRUKTUR KIMIAWI MATERI GENETIK STRUKTUR KIMIAWI MATERI GENETIK Mendel; belum terfikirkan ttg struktur, lokus, sifat kimiawi serta cara kerja gen. Sesudah Mendel barulah dipelajari ttg komposisi biokimiawi dari kromosom. Materi genetik

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pada masyarakat modern dewasa ini, penyakit jantung koroner merupakan salah satu dari masalah kesehatan yang paling banyak mendapat perhatian serius. Hal ini dikarenakan penyakit

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes melitus adalah penyakit tidak menular yang bersifat kronis dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes melitus adalah penyakit tidak menular yang bersifat kronis dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes melitus adalah penyakit tidak menular yang bersifat kronis dan jumlah penderitanya terus meningkat di seluruh dunia seiring dengan bertambahnya jumlah populasi,

Lebih terperinci

METABOLISME LEMAK. Yunita Eka Puspitasari, S.Pi, MP

METABOLISME LEMAK. Yunita Eka Puspitasari, S.Pi, MP METABOLISME LEMAK Yunita Eka Puspitasari, S.Pi, MP MEMBRAN Pada umumnya, lipid tidak larut dalam air Asam lemak tertentu... (sebutkan )... Mengandung gugus polar Larut dalam air dan sebagian larut dalam

Lebih terperinci

ENZIM Enzim : adalah protein khusus yang mengkatalisis reaksi biokimia tertentu

ENZIM Enzim : adalah protein khusus yang mengkatalisis reaksi biokimia tertentu ENZIM Enzim : adalah protein khusus yang mengkatalisis reaksi biokimia tertentu terikat pada satu atau lebih zat-zat yang bereaksi. Dengan demikian enzim menurunkan barier energi (jumlah energi aktivasi

Lebih terperinci

ENZIM. Ir. Niken Astuti, MP. Prodi Peternakan, Fak. Agroindustri, UMB YOGYA

ENZIM. Ir. Niken Astuti, MP. Prodi Peternakan, Fak. Agroindustri, UMB YOGYA ENZIM Ir. Niken Astuti, MP. Prodi Peternakan, Fak. Agroindustri, UMB YOGYA ENZIM ENZIM ADALAH PROTEIN YG SANGAT KHUSUS YG MEMILIKI AKTIVITAS KATALITIK. SPESIFITAS ENZIM SANGAT TINGGI TERHADAP SUBSTRAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Molekul ini sangat reaktif sehingga dapat menyerang makromolekul sel seperti lipid,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Molekul ini sangat reaktif sehingga dapat menyerang makromolekul sel seperti lipid, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Radikal bebas merupakan atom atau molekul yang tidak stabil karena memiliki satu atau lebih elektron yang tidak berpasangan pada orbital terluarnya. Molekul

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Aktivitas fisik adalah kegiatan hidup yang harus dikembangkan dengan harapan dapat memberikan nilai tambah berupa peningkatan kualitas, kesejahteraan, dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Roundup adalah herbisida yang menggunakan bahan aktif glifosat yang banyak

I. PENDAHULUAN. Roundup adalah herbisida yang menggunakan bahan aktif glifosat yang banyak 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Roundup adalah herbisida yang menggunakan bahan aktif glifosat yang banyak digunakan di dunia. Glifosat (N-phosphonomethyl-glycine) digunakan untuk mengontrol gulma

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hati adalah organ terbesar dalam tubuh. Penyakit pada hati merupakan salah satu masalah kesehatan yang serius. Hepatitis adalah suatu peradangan difus jaringan hati

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengonsumsi minuman beralkohol. Mengonsumsi etanol berlebihan akan

BAB I PENDAHULUAN. mengonsumsi minuman beralkohol. Mengonsumsi etanol berlebihan akan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gaya hidup remaja yang telah digemari oleh masyarakat yaitu mengonsumsi minuman beralkohol. Mengonsumsi etanol berlebihan akan mengakibatkan gangguan pada organ hati

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Aktifitas fisik merupakan kegiatan hidup yang dikembangkan dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Aktifitas fisik merupakan kegiatan hidup yang dikembangkan dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Aktifitas fisik merupakan kegiatan hidup yang dikembangkan dengan harapan dapat memberikan nilai tambah berupa peningkatan kualitas, kesejahteraan dan martabat manusia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memicu timbulnya penyakit degeneratif termasuk kanker. Kandungan terbesar dalam

BAB I PENDAHULUAN. memicu timbulnya penyakit degeneratif termasuk kanker. Kandungan terbesar dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan alkohol sebagai minuman yang sudah tentu bertentangan dengan ajaran islam saat ini ada kecenderungan meningkat di masyarakat. Penggunaan alkohol terutama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kerusakan oksidatif dan injuri otot (Evans, 2000).

BAB I PENDAHULUAN. kerusakan oksidatif dan injuri otot (Evans, 2000). 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Latihan fisik secara teratur memberikan banyak manfaat bagi kesehatan termasuk mengurangi risiko penyakit kardiovaskuler, osteoporosis, dan penyakit diabetes (Senturk

Lebih terperinci

METABOLISME MIKROORGANISME

METABOLISME MIKROORGANISME METABOLISME MIKROORGANISME Mengapa mempelajari metabolisme? Marlia Singgih Wibowo School of Pharmacy ITB Tujuan mempelajari metabolisme mikroorganisme Memahami jalur biosintesis suatu metabolit (primer

Lebih terperinci

UJI DAYA REDUKSI EKSTRAK DAUN DEWANDARU (Eugenia uniflora L.) TERHADAP ION FERRI SKRIPSI

UJI DAYA REDUKSI EKSTRAK DAUN DEWANDARU (Eugenia uniflora L.) TERHADAP ION FERRI SKRIPSI UJI DAYA REDUKSI EKSTRAK DAUN DEWANDARU (Eugenia uniflora L.) TERHADAP ION FERRI SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat mencapai Derajat Sarjana Farmasi (S. Farm) Progam Studi Ilmu Farmasi pada

Lebih terperinci