ANTARA FILSAFAT DAN PENDIDIKAN BAHASA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANTARA FILSAFAT DAN PENDIDIKAN BAHASA"

Transkripsi

1 Jurnal Ilmiah DIDAKTIKA Februari 2011 VOL. XI NO. 2, ANTARA FILSAFAT DAN PENDIDIKAN BAHASA Qudwatin Nisak M. Isa Dosen Tetap Fakultas Tarbiyah IAIN Ar-Raniry Darussalam Abstract Philosophy is the core of all sciences. Just like other sciences, education comes from its core, philosophy. In educational sciences, there are many subjects. One of them is language. In reality, the educators or practitioners particularly in language are very often denying the existence of philosophy. For some people, philosophy is a confusing subject. The shallowness understanding toward philosophy can create many continouos problems in language education. This paper is trying to explain the relation between philosophy and the language, and the function of philosophy toward the language. Abstrak Filsafat adalah inti dari seluruh ilmu. Seperti ilmu lainnya, ilmu pendidikan telah dihasilkan dari induknya, yaitu, filsafat. Di dalam ilmu pendidikan, terdapat berbagai macam bidang ilmu, salah satunya yaitu bahasa. Pada kenyataannya, khususnya para pendidik bahasa atau praktisi bahasa sering sekali mengesampingkan kehadiran filsafat. Filsafat dianggap sebagai sebuah ilmu yang membingungkan. Dangkalnya pemahaman terhadap filsafat menyebabkan munculnya permasalahan yang berkelanjutan di bidang pendidikan bahasa. Tulisan ini mencoba menjelaskan hubungan antara filsafat dan pendidikan bahasa dan menguraikan fungsi filsafat terhadap bahasa. Kata Kunci: Filsafat, Pendidikan Bahasa PENDAHULUAN Minimal ada dua pertanyaan yang muncul ketika seseorang mempelajari ilmu pendidikan, yaitu mengapa untuk belajar ilmu pendidikan orang harus juga mempelajari filsafat dan apakah filsafat itu. Dua pertanyaan tersebut merupakan pertanyaan yang mendasar menyiratkan suatu jawaban yang rumit. Jujun menyatakan bahwa filsafat, meminjam pemikiran Will Durant, dapat diibaratkan pasukan marinir yang merebut pantai untuk pendaratan pasukan infanteri. Pasukan infanteri ini adalah sebagai pengetahuan yang diantaranya adalah ilmu. Filsafatlah yang memenangkan tempat berpijak bagi kegiatan keilmuan. Setelah itu ilmulah yang membelah gunung dan merambah

2 Qudwatin Nisak M. Isa hutan, menyempurnakan kemenangan ini menjadi pengetahuan yang dapat diandalkan. Setelah penyerahan dilakukan, maka filsafatpun pergi. Dia kembali menjelajah laut lepas; berspekulasi dan meneratas. 1 Penggambaran di atas yang mengibaratkan filsafat sebagai pasukan marinir dan ilmu sebagai pasukan infanteri menambah kejelasan kita tentang jasa filsafat terhadap berbagai bidang ilmu. Karena itu filsafat dikatakan sebagai induk dari semua bidang ilmu. Dari filsafatlah ilmu-ilmu itu lahir. Sebagai contoh salah satu bidang ilmu yaitu pendidikan. Sama halnya dengan ilmu-ilmu yang lain, pendidikan lahir dari induknya yaitu filsafat. Sejalan dengan proses pengembangan ilmu, ilmu pendidikan juga lepas secara perlahan-lahan dari induknya. Namun demikian, pertanyaan mengenai apakah filsafat itu, tetap menjadi pertanyaan yang abadi dalam filsafat karena masing-masing filosof memberikan pengertian yang berbeda tergantung kepada perspektif filosof. Terlepas dari masalah tentang pengertian filsafat itu, pendidikan dan juga ilmu-ilmu yang lain membutuhkan filsafat sebagai dasar pijakan bagi pengembangan ilmu-ilmu khusus. Di dalam ilmu pendidikan juga terdapat berbagai bidang kajian yang termasuk salah satu diantaranya adalah bidang bahasa. Pendidikan bahasa atau bisa juga dikatakan pengajaran bahasa juga tidak terlepas dari jasa-jasa filsafat yang memberikan dasar berpijak dari segala proses yang berkenaan dengan pendidikan bahasa, baik itu arah, tujuan dan proses pelaksanaannya (praktek). Uraian diatas menunjukkan bahwa dengan mempelajari filsafat, arah pemikiran seseorang, khususnya pendidik yang dalam hal ini lebih difokuskan kepada pendidik bahasa, akan terbantu dalam memberikan program pengajaran bahasa dengan cara-cara yang jitu sehingga tujuan akhir dari pendidikan bahasa yang ingin dicapai dapat terwujud dengan sukses. Dalam kenyataan yang ada, para pendidik atau praktisi pendidikan yang bergelut di bidang bahasa khususnya, terkadang menafikan keberadaan filsafat. Filsafat hanya dipandang sebagai suatu ilmu hafalan baru saja. Bahkan para 1995, hal Jujun S. Sumantri, Filsafat Ilmu Sebuah Pngantar Populer, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, Jurnal Ilmiah Didaktika Vol. XI, No. 2, Februari

3 ANTARA FILSAFAT DAN PENDIDIKAN BAHASA mahasiswa yang nantinya akan menjadi pendidik bahasa, banyak yang tidak tahu pentingnya filsafat bagi mereka. Dangkalnya pemahaman mereka terhadap filsafat membuat timbulnya berbagai masalah yang berkesinambungan dalam pendidikan bahasa. Berdasarkan latar belakang di atas, tulisan berikut ditendensikan untuk menguraikan hubungan antara filsafat dan pendidikan bahasa, dan manfaat filsafat terhadap pendidikan bahasa. PEMBAHASAN Konsep Dasar tentang Filsafat, Pendidikan dan Bahasa Menurut Sidi Gazalba, sebagaimana dikutip Abudin Nata, filsafat adalah berpikir secara mendalam, sistematik, radikal dan universal dalam rangka mencari kebenaran, inti atau hakikat mengenai segala sesuatu yang ada. 2 Hasbullah Bakry dalam Darwis A. Soelaiman menyatakan bahwa filsafat ialah ilmu yang menyelidiki segala sesuatu dengan mendalam mengenai ketuhanan, alam semesta, dan manusia sehingga dapat menghasilkan pengetahuan tentang bagaimana hakekatnya sejauh yang dapat dicapai akal manusia dan bagaimana sikap manusia itu seharusnya setelah mencapai pengetahuan itu. 3 Dari kedua pengertian diatas dapat kita simpulkan bahwa filsafat dapat diartikan sebagai suatu ilmu yang menyelidiki segala sesuatu yang ada di alam semesta ini secara mendalam, sistematis dan menyeluruh demi memperoleh kebenaran yang hakiki. Pendidikan adalah usaha dari manusia dewasa yang telah sadar akan kemanusiaannya, dalam membimbing, melatih, mengajar dan menanamkan nilainilai serta dasar-dasar pandangan hidup kepada generasi muda agar menjadi manusia yang sadar dan bertanggung jawab sesuai dengan hakikat dan ciri-ciri kemanusiaan. 4 2 Abudin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997, hal Darwis. A. Soelaiman, Filsafat Pendidikan Barat, Diktat Kuliah. 4 Prasetya, Filsafat Pendidikan Islam, Bandung: Pustaka Setia, 1997, hal Jurnal Ilmiah Didaktika Vol. XI, No. 2, Februari 2011

4 Qudwatin Nisak M. Isa Abudin Nata menyatakan bahwa pendidikan merupakan kegiatan yang dilakukan dengan sengaja, seksama, terencana dan bertujuan yang dilaksanakan oleh orang dewasa dalam arti memiliki bekal ilmu pengetahuan dan keterampilan menyampaikannya kepada anak didik secara bertahap. Dan apa yang diberikan kepada anak didik itu sedapat mungkin dapat menolong tugas dan perannya di masyarakat, di mana kelak mereka hidup. 5 Pendidikan juga merupakan aktifitas dan usaha manusia untuk meningkatkan kepribadiannya dengan jalan membina potensi-potensi pribadinya, yaitu rohani (pikir, karsa, rasa, cipta dan budinurani) dan jasmani (pancaindera serta keterampilan-keterampilan). 6 Berbicara tentang pengertian bahasa, Jujun menggambarkannya sebagai serangkaian bunyi yang juga merupakan lambang dimana rangkaian bunyi ini membentuk suatu arti tertentu. Rangkaian bunyi yang kita kenal sebagai kata adalah melambangkan suatu obyek tertentu. 7 Hubungan Antara Filsafat dan Pendidikan Bahasa. Filsafat merupakan lapangan utama pemikiran dan penyelidikan manusia. Filsafat mendahului ilmu pengetahuan dan karena kesimpulan filsafat bersifat hakiki, menyebabkan kedudukan filsafat dianggap lebih tinggi daripada ilmu pengetahuan. Karena itu, filsafat dipandang sebagai induk ilmu pengetahuan atau yang melahirkan ilmu pengetahuan, bahkan karena kedudukannya yang tinggi itu, filsafat disebut pula sebagai ratu ilmu pengetahuan (queen of knowledge). Filsafat merangkum semua disiplin ilmu dengan jangkauan teoritis dan berusaha membangun hubungan-hubungan antara disiplin-disiplin ilmu tersebut. Kneller dalam Darwis. A. Soelaiman menyatakan bahwa filsafat berusaha membangun suatu koherensi atau keterkaitan mengenai seluruh pengalaman manusia. Selain mempersoalkan masalah-masalahnya sendiri, diperhatikan pula asumsi-asumsi penting dari berbagai ilmu pengetahuan. 5 Abudin Nata, Filsafat, hal Tim Dosen FIP-IKIP Malang, Pengantar Dasar-Dasar Kependidikan, Surabaya: Usaha Nasional, 1980, hal Jujun. S. Sumantri, Filsafat Ilmu, hal Jurnal Ilmiah Didaktika Vol. XI, No. 2, Februari

5 ANTARA FILSAFAT DAN PENDIDIKAN BAHASA Filsafat adalah suatu lapangan pemikiran dan penyelidikan manusia yang amat luas (komprehensif). Filsafat mencoba mengerti, menganalisis, menilai dan menyimpulkan semua persoalan dalam jangkauan rasio manusia secara kritis, rasional dan mendalam. 8 Ajaran filsafat yang komprehensif itu telah menduduki status yang tinggi dalam kehidupan manusia, bahkan dapat menjadi ideologi suatu bangsa dan negara. Seluruh aspek kehidupan suatu bangsa, diilhami dan berpedoman pada ajaran-ajaran filsafat bangsa itu. Dengan demikian kehidupan sosial, politik, ekonomi kebudayaan dan juga pendidikan bersumber atas ajaran filsafat. 9 Di dalam pendidikan, bagi seorang pendidik filsafat akan berperan sebagai alat untuk mengkaji teori-teori pendidikan dan memberikan solusi terhadap permasalahan pendidikan dan filsafat akan merealisasikan kebaikan dan kebahagiaan bagi suatu komunitas masyarakat. Pendidikan merupakan suatu wujud praktis dari filsafat dan juga merupakan suatu cara yang efektif untuk menguatkan sendi-sendi pendidikan dan mencapai tujuan-tujuannya yang tinggi dengan cara menanamkan pemikiran filosofis pada generasi-generasi baru. Oleh karena itu, teori-teori pendidikan dan tujuan-tujuan pendidikan akan berbeda sesuai dengan keheterogenan nilai-nilai filosofis yang ada pada suatu masyarakat. Masalah pendidikan merupakan masalah yang berhubungan langsung dengan hidup dan kehidupan manusia. Sebagaimana telah disebutkan pada awal makalah ini, bahwa pengertian pendidikan adalah sangat luas, berarti masalah kependidikan pun mempunyai ruang lingkup yang luas pula. Tidak hanya permasalahan praktek dalam pelaksanaan sehari-hari, namun tidak sedikit juga menyangkut masalah yang bersifat mendasar dan mendalam, sehingga terkadang pendidikan juga menghadapi persoalan-persoalan yang tidak dapat dijawab dengan menggunakan pemikiran dan analisa yang mendalam (filsafat). 8 Muhammad Noor Syam, Filsafat Kependidikan dan Dasar Filsafat Kependidikan Pancasila, Surabaya: Usaha Nasional, 1986, hal Muhammad Noor Syam, Filsafat Kependidikan, hal Jurnal Ilmiah Didaktika Vol. XI, No. 2, Februari 2011

6 Qudwatin Nisak M. Isa Berikut ini akan dikemukakan beberapa masalah kependidikan yang memerlukan analisa filsafat dalam memahami dan memecahkannya, yaitu: 1. Masalah kependidikan yang pertama dan mendasar adalah tentang apakah hakikat pendidikan itu. Mengapa pendidikan itu harus ada pada manusia dan merupakan hakikat hidup manusia. Dan apa pula hakikat manusia itu. Dan bagaimana hubungan antara pendidikan dengan hidup dan kehidupan manusia. 2. Apakah pendidikan khususnya pendidikan bahasa itu bergerak untuk membina kepribadian manusia. Apakah potensi heriditas yang menentukan kepribadian manusia itu, ataukah faktor-faktor yang berasal dari luar. 10 Oleh karena itu filsafat dan pendidikan memiliki keterkaitan yang sangan erat, maka lahirlah apa yang kita kenal dengan filsafat pendidikan, yaitu filsafat yang bergerak di lapangan pendidikan yang mempelajari proses kehidupan dan alternatif proses dalam pembentukan watak. Sikun Pribadi (ISPI, 1989) dalam Made Pridarta menggambarkan hubungan filsafat, filsafat pendidikan, ilmu pendidikan, ilmu pendidikan praktis, perbuatan mendidik, pengalaman mendidik, dan keyakinan pendidik sebagai berikut: Filsafat atau filsafat umum atau filsafat negara menjadi sumber segala kegiatan manusia atau mewarnai semua aktivitas warga negara suatu bangsa. 2. Filsafat pendidikan dijabarkan dari filsafat, artinya filsafat pendidikan tidak boleh bertentangan dengan filsafat. 3. Selanjutnya Ilmu Pendidikan (yang bersifat teoritis) ada diurutan ketiga, sebab ia dijabarkan dari filsafat pendidikan. Disinilah teori-teori pendidikan dirumuskan. 4. Ilmu Pendidikan praktis adalah merupakan konsep-konsep pelaksanaan teoriteori pendidikan diatas. Jadi ini dijabarkan dario teori-teori pendidikan. 10 Prasetya, Filsafat Pendidikan..., hal Made Pidarta, Landasan Kependidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 1997, hal Jurnal Ilmiah Didaktika Vol. XI, No. 2, Februari

7 ANTARA FILSAFAT DAN PENDIDIKAN BAHASA 5. Pada langkah berikutnya adalah perbuatan mendidik, yaitu tindakan-tindakan nyata dalam menerapkan teori pendidikan praktis. 6. Sebagai akibat dari perbuatan mendidik, akan mendapatkan pengalaman tentang mendidik. Sudah tentu pengalaman ini didapatkan di lapangan. 7. Pengalaman ini memberi umpan balik kepada teori pendidikan yang terdapat dalam Ilmu Pendidikan yangt memanfaatkannya untuk kemungkinan merevisi konsep-konsepnya. 8. Sebagai akibat dari revisi tadi, sangat mungkin Ilmu Pendidikan memberi umpan balik kepada filsafat pendidikan, dan kemungkinan merevisi konsepkonsepnya. 9. Ilmu pendidikan juga mengadakan kontak hubungan dengan pengalamanpengalaman mendidik, untuk selalu mengingatkan diri agar tidak menyimpang dari teori mendidik. 10. Sementara itu perbuatan-perbuatan mendidik bisa menimbulkan keyakinan tersendiri tentang pendidikan. Suatu keyakinan yang belum tampak pada filsafat, filsafat pendidikan, maupun pada Ilmu pendidikan. Keyakinan ini memberi bahan baru kepada filsafat, untuk dipikirkan kembali dan dimasukkan ke dalam filsafat. Berdasarkan penjabaran beberapa komponen tersebut diatas, terlihat adanya saling keterkaitan antara filsafat dan pendidikan. Betapa filsafat mempunyai peran dalam menciptakan pola pendidikan yang baik. Dalam kaitannya dengan pendidikan bahasa, filsafat sudah pasti juga mempunyai hubungan yang erat dan mempunyai peran yang penting sebagai dasar berpijak dalam menentukan apa, bagaimana dan untuk apa bahasa itu diajarkan. Sebagaiman yang dikatakan oleh M. Solly Lubis bahwa tiap-tiap pengetahuan mempunyai tiga komponen yang merupakan tiang penyangga tubuh pengetahuan yang disusunnya. Komponen tersebut adalah: Ontologi membahas tentang apa yang ingin kita ketahui seberapa jauh yang ingin kita tahu. Maka merupakan kajian mengenai teori yang ada (reality). 12 M. Solly Lubis, Filsafat Ilmu dan Penelitian, Bandung: Mandar Maju, 1994, hal Jurnal Ilmiah Didaktika Vol. XI, No. 2, Februari 2011

8 Qudwatin Nisak M. Isa Dengan kata lain ontologi menjelaskan apa sasaran yang dikaji oleh ilmu tersebut. 2. Epistemologi menjelaskan bagaimana cara menyusun pengetahuan yang benar, dan basis atau landasan bagi epistemologi ilmu adlah metode ilmiah dengan kata lain, metode ilmiah adalah cara yangn dilakukan oleh ilmu dalam menyusun pengetahuan yang benar. Dalam kaitannya dengan pendidikan ia lebih tertuju kepada cara-cara belajar dan mengajar yang di pandang terbaik untuk mengetahui atau memperoleh kebenaran. 3. Aksiologi menjelaskan untuk apa pengetahuan tersebut disusun. Dengan kata lain ia terkait dengan tujuan pendidikan. Berbicara tentang bahasa, sesungguhnya kita perlu tahu hakekat bahasa, fungsi dan manfaaatnya dalam kehidupan manusia. Manusia dapat berfikir dengan baik karena ia mempunyai bahasa. Tanpa bahasa maka manusia tidak akan dapat berfikir secara rumit dan abstrak seperti yang dilakukan dalam kegiatan ilmiah. Demikian juga tanpa bahasa maka kita tidak dapat mengkomunikasikan pengetahuan kita kepada orang lain. Bahasa memberikan manusia kemampuan untuk berfikir secara teratur dan sistematis.tanpa kemampuan berbahasa ini maka manusia tidak mungkin mengembangkan kebudayaannya, sebab tanpa bahasa, nilai-nilai budaya dari generasi terdahulu ke generasi selanjutnya tidak dapat diteruskan dan lama kelamaan akan hilang. Untuk mampu mengkomunikasikan suatu pernyataan, informasi ataupun pengetahuan dengan baik dan benar, maka seseorang harus menguasai bahasa dengan baik. Ia harus tahu tata bahasa dengan baik untuk mencegah pemberian makna yang lain dari si pendengar. Jujun menyatakan bahwa bahasa pada hakikatnya mempunyai dua fungsi utama yakni, pertama, sebagai sarana komunikasi antar manusia dan, kedua, sebagai sarana budaya yang mempersatukan kelompok manusia yang mempergunakan bahasa tersebut. Fungsi yang pertama dapat kita sebutkan sebagai fungsi komunikatif dan fungsi yang kedua sebagai fungsi kohesif atau integratif. Pengembangan suatu bahasa haruslah memperhatikan kedua fungsi ini agar terjadi keseimbangan yang saling menunjang dalam pertumbuhannya. Jurnal Ilmiah Didaktika Vol. XI, No. 2, Februari

9 ANTARA FILSAFAT DAN PENDIDIKAN BAHASA Seperti juga manusia yang mempergunakan bahasa harus terus tumbuh dan berkembang seiring dengan pergantian zaman. Selaku alat komunikasi pada pokoknya bahasa mencakup tiga unsur yakni, pertama, bahasa selaku alat komunikasi untuk menyampaikan pesan yang berkonotasi perasaan (emotif), kedua, berkonotasi sikap (afektif) dan, ketiga, berkonotasi pikiran (penalaran). Secara umum dapat dikatakan bahwa fungsi komunikasi bahasa dapat dirinci lebih lanjut menjadi fungsi emotif, afektif dan penalaran. Adapun perkembangan bahasa pada dasarnya adalah pertumbuhan ketiga fungsi komunikatif tersebut agar mampu mencerminkan perasaan, sikap dan pikiran suatu kelompok masyarakat yang mempergunakan bahasa tersebut. Perkembangan bahasa terkait juga dengan kemajuan di bidang keilmuan dan seni. 13 Masalah bahasa ini menjadi bahan pemikiran yang sungguh-sungguh dari para ahli filsafat modern. Abraham Kaplan sebagaimana dikutip oleh Jujun. menyatakan bahwa pengkajian filsafat, termasuk pengkajian hakikat ilmu, pada dasarnya merupakan analisis logico-linguistik. Bagi aliran filsafat tertentu, seperti filsafat analitik, maka bahasa bukan saja merupakan alat bagi berfilsafat dan berfikir, namun juga merupakan bahan dasar dan dalam hal tertentu merupakan hasil akhir dari filsafat. 14 Dari uraian diatas, kita dapat melihat betapa bahasa mempunyai peranan penting dalam proses interaksi antar manusia. Oleh karena itu dalam memberikan pengajaran atau pendidikan tentang bahasa sudah menjadi keharusan seorang guru menguasai berbagai hal menyangkut tentang bahasa yang diajarkannya kepada anak didik. Agar anak didik tersebut mempunyai wawasan keilmuan yang baik tentang ilmu bahasa yang dipelajarinya. Betapa banyak filosof yang menyumbangkan pemikirannya dalam bidang pendidikan, yang salah satu diantaranya mengenai pendidikan bahasa. Banyak sekali filosuf yang memberikan teori-teori tentang proses pembelajaran atau pemerolehan bahasa pada anak, remaja dan bahkan orang dewasa. Yang kesemua teori itu dapat memudahkan para pendidik untuk menganalisa, 13 Jujun. S. Suriasumantri, Filsafat Ilmu, hal Jujun S. Sumantri, Filsafat, hal Jurnal Ilmiah Didaktika Vol. XI, No. 2, Februari 2011

10 Qudwatin Nisak M. Isa mencoba, dan membandingkan mana teori yang cocok untuk diterapkan dalam rangka suksesnya proses pendidikan bahasa yang dilaksanakanya. Kesemua teori yang dihasilkan para filosof itu bermula dari kegiatan berfikir secara mendalam, menyeluruh mencari kebenaran yang hakiki sehingga muncul suatu kesimpulan dan jadilah suatu teori. Berdasarkan hal tersebut pendidikan bahasa khususnya sangat bergantung pada filsafat yang menjadi dasar berpijak bagi penyusunan teori dan penerapan dalam praktek. Seperti yang dikatakan oleh Darwis. A. Soelaiman 15 bahwa prinsip-prinsip pendidikan tidak bisa terlepas kaitannya dengan pemikiran filosofis tentang berbagai faktor yang terlibat dalam proses pendidikan seperti dengan tujuan pendidikan, pendidik, peserta didik, kurikulum, dan cara mendidik, yang semuanya itu merupakan obyek pembahasan ilmu mendidik sistematis. Pemahaman terhadap berbagai teori dan praktek pendidikan di suatu negara tidak bisa dilepaskan dengan sejarah pemikiran dan praktek pendidikan yang telah terjadi di negara itu. Demikian pula bahwa teori dan praktek pendidikan mesti berlandaskan pada suatu pandangan filsafat tertentu, yang akan menjadi landasan berfikir dan bertindak baik bagi penyusun teori dan konsepkonsep pendidikan maupun para pembuat kebijakan dan pelaksana pendidikan, yaitu guru. Manfaat Filsafat Bagi Pendidikan Bahasa Berbicara tentang manfaat filsafat bagi pendidikan bahasa, tentunya tidak terlepas kaitanya dengan filsafat pendidikan. Sebagaimana telah dijelaskan diatas bahwa salah satu kajian filasafat ilmu yaitu bidang pendidikan. Zanti Arbi sebagaimana dikutip oleh Made Pidarta menceritakan tentang maksud filsafat pendidikan sebagai berikut: Menginspirasikan. Maksudnya adalah memberi inspirasi kepada para pendidik untuk melaksanakan ide tertentu dalam pendidikan. Melalui filsafat tentang pendidikan, filosof memaparkan idenya bagaimana pendidikan itu, ke mana 15 Darwis. A. Soelaiman, Filsafat Pendidikan..., hal Made Pidarta, Landasan, hal Jurnal Ilmiah Didaktika Vol. XI, No. 2, Februari

11 ANTARA FILSAFAT DAN PENDIDIKAN BAHASA arah pendidikan itu, siapa saja yang patut menerima pendidikan, dan bagaimana cara mendidik serta peran pendidik. 2. Menganalisa. Yaitu memeriksa secara teliti bagian-bagian pendidikan agar dapat diketahui secara jelas validitasnya. Hal ini perlu dilakukan agar dalam menyusun konsep pendidikan secara utuh tidak terjadi kerancuan, tumpang tindih serta arah yang simpang-siur. 3. Mempreskriptifkan. Yaitu upaya menjelaskan maksud atau memberi pengarahan kepada pendidik melalui filsafat pendidikan. Yang dijlelaskan bisa berupa hakikat manusia, aspek-aspek peserta didik yang patut dikembangkan; proses perkembangan itu sendiri, batas-batas keterlibatan pendidik, arah pendidikan yang jelas, target-target pendidikan bila dipandang perlu sesuai dengan kemampuan, bakat dan minat anak-anak. 4. Menginvestigasi. Yaitu memeriksa atau meneliti kebenaran suatu teori pendidikan. Pendidik tidak dibenarkan mengambil begitu saja suatu konsep atau teori pendidikan untuk dipraktekkan di lapangan. Pendidik seharusnya mencari sendiri konsep-konsep pendidikan di lapangan atau melalui penelitian-penelitian. Bagi pendidikan bahasa, keempat maksud filsafat pendidikan di atas sangat dibutuhkan untuk mewujudkan hasil yang diinginkan secara optimal. Sebagaimana ungkapan yang sering diucapkan yaitu bahasa menunjukkan bangsa, ungkapan tersebut mengandung pengertian bahwa dengan bahasa suatu bangsa itu bisa dikenal. Dengan menggunakan bahasa yang baik dan benar maka suatu bangsa akan terhormat dimata dunia. Karena kita tahu bahwa bahasa bisa digunakan untuk tujuan apa saja. Jika salah diucapkan atau salah digunakan maka bisa berakibat terjadinya salah pengertian yang pada akhirnya akan mengakibatkan terjadinya permusuhan atau hal-hal yang tidak diinginkan. Disinilah peran para pendidik atau pengajar bahasa sangat dibutuhkan. Mereka dituntut untuk mampu membuat peserta didiknya menguasai ilmu bahasa yang mereka ajarkan, yang nantinya dapat dipergunakan dalam rangkaian interaksi dengan manusia lainnya. Dengan demikian para praktisi pendidikan bahasa di dalam memecahkan masalah dalam bidangnya, mereka harus menerapkan pemikiran filsafat, agar Jurnal Ilmiah Didaktika Vol. XI, No. 2, Februari 2011

12 Qudwatin Nisak M. Isa masalah-masalah tersebut dapat dicari akar permasalahannya sehingga dapat diperoleh jawaban sehingga dapat diperoleh strategi yang jitu dalam menanggulanginya. Sebagaimana kita ketahui bahwa dalam suatu pendidikan pada umumnya dan pendidikan bahasa khususnya. Guru atau pendidik merupakan komponen yang sangat penting, karena dialah yang memberikan pengajaran atau pendidikan kepada peserta didik. Oleh karena itu bagi guru bahasa khususnya, filsafat itu sangat perlu karena dalam tindakanya mendidik dan mengajar selalu dipengaruhi oleh filsafat hidupnya dan oleh filsafat pendidikan yang dianutnya. Filsafat akan memberi arah kepada perbuatannya mendidik dan mengajarkan bahasa. Misalnya dalam menyusun kurikulum sekolah, guru harus jelas merumuskan tujuan kurikulum itu, ia harus jelas merumuskan arah yang diinginkan dalam pengajaran bahasa tersebut. dan untuk itu ia harus merujuk kepada filsafat pendidikannya. Gaya mengajar, pemilihan materi, cara penyampaian materi yang berhubungan dengan pengajaran bahasa adakalanya berbeda dari pengajaran yang lain karena berbedanya tujuan yang ingin dicapai. Agar bahasa dapat berfungsi sebagaimana mestinya, yaitu sebagai sarana komunikasi dan sebagai fungsi integratif, maka pengajaran dan pengembangan bahasa tersebut harus betul-betul terpola dengan baik agar hasilnyapun akan baik. Untuk itu diperlukan filsafat sebagai dasar berfikir dan bertindak dalam rangka mengembangkan pola pengajaran bahasa tersebut.. Oleh karena itu mempelajari filsafat bagi seorang pendidik bahasa pada khususnya dan pendidik lain pada umumnya sangatlah penting. Bukan saja dapat memperluas wawasannya mengenai pendidikan serta membantunya dalam memahami siswa dan mengembangkan gaya mengajar yang tepat sesuai dengan bidangnya, filsafat juga dapat lebih menyadarkannya mengenai makna dari berbagai aspek kehidupan manusia. Dan yang lebih penting adalah bahwa sikap dan tindakannya dalam mengajar akan berpengaruh kepada peserta didiknya. SIMPULAN Berdasarkan uraian diatas dapat kita fahami bahwa antara filsafat dan pendidikan bahasa terdapat hubungan yang sangat erat. Pada sisi lain, filsafat juga Jurnal Ilmiah Didaktika Vol. XI, No. 2, Februari

13 ANTARA FILSAFAT DAN PENDIDIKAN BAHASA memiliki manfaat yang tinggi bagi pendidikan itu sendiri. Hal ini dapat di ketahui berdasarkan kesimpulan berikut ini: 1. Pendidikan bahasa tidak terlepas dari jasa-jasa filsafat yang memberikan dasar berpijak dari segala proses yang berkenaan dengan pendidikan bahasa, baik itu arah, tujuan dan proses pelaksanaannya (praktek). 2. Bahasa mempunyai peranan penting dalam proses interaksi dan komunikasi antar manusia. Oleh karena itu dalam memberikan pengajaran atau pendidikan tentang bahasa sudah menjadi keharusan seorang guru menguasai berbagai hal menyangkut tentang bahasa yang diajarkannya kepada anak didik.serta mempelajari filsafat 3. Di dalam dunia pendidikan, filsafat akan berperan sebagai alat untuk mengkaji teori-teori pendidikan dan memberikan solusi terhadap permasalahan pendidikan. 4. Filsafat bagi seorang pendidik bahasa pada khususnya dan pendidik lain pada umumnya sangatlah penting. Bukan saja dapat memperluas wawasannya mengenai pendidikan serta membantunya dalam memahami siswa dan mengembangkan gaya mengajar yang tepat sesuai dengan bidangnya, filsafat juga dapat lebih menyadarkannya mengenai makna dari berbagai aspek kehidupan manusia Jurnal Ilmiah Didaktika Vol. XI, No. 2, Februari 2011

14 Qudwatin Nisak M. Isa DAFTAR PUSTAKA Lubis, M.Solly, Filsafat Ilmu dan Penelitian, Bandung: Mandar Maju, Nata, Abuddin, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, Pidarta, Made, Landasan Kependidikan, Jakarta: Rineka Cipta, Prasetya, Filsafat Pendidikan Islam, Bandung: Pustaka Setia, Soelaiman, Darwis.A, Filsafat Pendidikan Barat, Diktat Kuliah. Suriasumantri, Jujun, Filsafat Ilmu Sebuah Pngantar Populer, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, Syam, Muhammad Noor, Filsafat Kependidikan dan Dasar Filsafat Kependidikan Pancasila, Surabaya: Usaha Nasional, Tim Dosen FIP-IKIP Malang, Pengantar Dasar-Dasar Kependidikan, Surabaya: Usaha Nasional, Jurnal Ilmiah Didaktika Vol. XI, No. 2, Februari

LANDASAN FILSAFAT Filsafat, Ilmu, dan Ilmu Pendidikan Filsafat ialah hasil pemikiran dan perenungan secara mendalam tentang sesuatu sampai

LANDASAN FILSAFAT Filsafat, Ilmu, dan Ilmu Pendidikan Filsafat ialah hasil pemikiran dan perenungan secara mendalam tentang sesuatu sampai LANDASAN FILSAFAT Filsafat, Ilmu, dan Ilmu Pendidikan Filsafat ialah hasil pemikiran dan perenungan secara mendalam tentang sesuatu sampai keakar-akarnya. Filsafat membahas sesuatu dari segala aspeknya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB II PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN BAB II PEMBAHASAN BAB I PENDAHULUAN Sejauh mana peranan dan efektivitas pendidikan dalam pembinaan kepribadian manusia, para ahli tidak sama pandangannya. Secara fisiologis, pandangan pandangan tersimpul dalam teori teori

Lebih terperinci

Filsafat Pemerintahan (Sebuah Gambaran Umum) Oleh: Erwin Musdah

Filsafat Pemerintahan (Sebuah Gambaran Umum) Oleh: Erwin Musdah Filsafat Pemerintahan (Sebuah Gambaran Umum) Oleh: Erwin Musdah Pendahuluan Sudah menjadi suatu hal yang lazim dalam pembahasan sebuah konsep dimulai dari pemaknaan secara partikuler dari masing-masing

Lebih terperinci

Pertemuan ke-1 IBD sebagai bagian dari MKDU:

Pertemuan ke-1 IBD sebagai bagian dari MKDU: Pertemuan ke-1 IBD sebagai bagian dari MKDU: SUMBER PUSTAKA ILMU SOSIAL DAN BUDAYA DASAR, Dra. Elly M. Setiadi, M.Si, dkk. TIU : Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2008; Mahasiswa dapat memahami dan

Lebih terperinci

PANCASILA SEBAGAI FILSAFAT

PANCASILA SEBAGAI FILSAFAT PANCASILA SEBAGAI FILSAFAT Pengertian Filasat Filsafat berasal dari bahasa Yunani yaitu philosophia : philo/philos/philen yang artinya cinta/pencinta/mencintai. Jadi filsafat adalah cinta akan kebijakan

Lebih terperinci

PERSPEKTIF FILSAFAT PENDIDIKAN TERHADAP PSIKOLOGI PENDIDIKAN HUMANISTIK

PERSPEKTIF FILSAFAT PENDIDIKAN TERHADAP PSIKOLOGI PENDIDIKAN HUMANISTIK 31 Jurnal Sains Psikologi, Jilid 6, Nomor 1, Maret 2017, hlm 31-36 PERSPEKTIF FILSAFAT PENDIDIKAN TERHADAP PSIKOLOGI PENDIDIKAN HUMANISTIK Fadhil Hikmawan Fakultas Filsafat Universitas Gadjah Mada fadhil_hikmawan@rocketmail.com

Lebih terperinci

Seminar Nasional dan Launching ADOBSI 385

Seminar Nasional dan Launching ADOBSI 385 PENGEMBANGAN MODUL FILSAFAT BAHASA DAN MODEL SCIENTIFIC BERBASIS PENDIDIKAN KARAKTER MATA KULIAH FILSAFAT BAHASA Agoes Hendriyanto dan Sugeng Suryanto STKIP PGRI Pacitan Abstrak yang disesuaikan dengan

Lebih terperinci

Filsafat dan Ilmu. Widodo Setiyo Wibowo

Filsafat dan Ilmu. Widodo Setiyo Wibowo Filsafat dan Ilmu Widodo Setiyo Wibowo Widodo_setiyo@uny.ac.id PENGANTAR Alkisah bertanyalah seorang awam kepada seorang filusuf yang bijaksana Orang awam: Coba sebutkan kepada saya tentang jenis orang

Lebih terperinci

FILSAFAT PENDIDIKAN. Dosen: Rukiyati, M. Hum Jurusan FSP-FIP UNY Telp

FILSAFAT PENDIDIKAN. Dosen: Rukiyati, M. Hum Jurusan FSP-FIP UNY Telp FILSAFAT PENDIDIKAN Dosen: Rukiyati, M. Hum Jurusan FSP-FIP UNY Telp. 0274 870194 Pengertian Filsafat Pendidikan Pengertian Filsafat Berasal dari kata Philos, philore (cinta) dan sophos atau sophia (kebajikan,

Lebih terperinci

Perlukah Ilmu Filsafat? Survey Mata Kuliah Filsafat Pada Program Studi Akuntansi Di Indonesia

Perlukah Ilmu Filsafat? Survey Mata Kuliah Filsafat Pada Program Studi Akuntansi Di Indonesia Perlukah Ilmu Filsafat? Survey Mata Kuliah Filsafat Pada Program Studi Akuntansi Di Indonesia Anne Putri STIE Haji Agus Salim Bukittinggi anne_kop10@yahoo.com Abstract: This study aims to conduct a survey

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daya pendidik dan peserta didik. Usaha peningkatan mutu pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. daya pendidik dan peserta didik. Usaha peningkatan mutu pendidikan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sistem pendidikan nasional bertujuan untuk mewujudkan manusia Indonesia seutuhnya. Merujuk dari tujuan Sisdiknas tersebut maka tujuan pendidikan sekolah dasar

Lebih terperinci

ALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN REKONSTRUKSIONALISME DALAM TINJAUAN ONTOLOGIS, EPISTEMOLIGIS, DAN AKSIOLOGIS

ALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN REKONSTRUKSIONALISME DALAM TINJAUAN ONTOLOGIS, EPISTEMOLIGIS, DAN AKSIOLOGIS ALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN REKONSTRUKSIONALISME DALAM TINJAUAN ONTOLOGIS, EPISTEMOLIGIS, DAN AKSIOLOGIS Tugas Makalah pada Mata Kuliah Filsafat Pendidikan Dosen: Drs. Yusuf A. Hasan, M. Ag. Oleh: Wahyu

Lebih terperinci

FILSAFAT ILMU. Drs. Dede Kosasih, M.Si.

FILSAFAT ILMU. Drs. Dede Kosasih, M.Si. FILSAFAT ILMU Drs. Dede Kosasih, M.Si. DEFINISI Pengetahuan : Persepsi subyek (manusia) atas obyek (riil dan gaib) atau fakta. Ilmu Pengetahuan : Kumpulan pengetahuan yang benar disusun dengan sistem dan

Lebih terperinci

PANTUN FILSAFAT ADA ORANG YG TDK TAHU DI TAHUNYA ADA ORANG YANG TAHU DI TIDKTAHUNYA ADA ORANG YANG TIDAK TAHU DI TIDAK TAHUNYA

PANTUN FILSAFAT ADA ORANG YG TDK TAHU DI TAHUNYA ADA ORANG YANG TAHU DI TIDKTAHUNYA ADA ORANG YANG TIDAK TAHU DI TIDAK TAHUNYA ILMU DAN FILSAFAT PANTUN FILSAFAT ADA ORANG YANG TAHU DI TAHUNYA ADA ORANG YANG TAHU DI TIDKTAHUNYA ADA ORANG YG TDK TAHU DI TAHUNYA ADA ORANG YANG TIDAK TAHU DI TIDAK TAHUNYA BGM CARANYA AGAR MENDAPAT

Lebih terperinci

Kompetensi Inti Kompetensi Dasar

Kompetensi Inti Kompetensi Dasar Kompetensi Inti 2. Mengembangkan perilaku (jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli, santun, ramah lingkungan, gotong royong, kerjasama, cinta damai, responsif dan proaktif) dan menunjukan sikap sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terlalu cerdas, seolah memimpikan anak-anak menjadi robot. sempurna. Kurikulum ini tidak menyisakan waktu bagi anak-anak untuk

BAB I PENDAHULUAN. terlalu cerdas, seolah memimpikan anak-anak menjadi robot. sempurna. Kurikulum ini tidak menyisakan waktu bagi anak-anak untuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi menyebabkan arus informasi menjadi cepat dan tanpa batas. Hal ini berdampak langsung pada berbagai bidang kehidupan, termasuk

Lebih terperinci

2013 MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGENAL KONSEP BILANGAN MELALUI PENDEKATAN INVESTIGASI

2013 MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGENAL KONSEP BILANGAN MELALUI PENDEKATAN INVESTIGASI 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring berkembangnya ilmu pengetahuan dan kemudahan dalam mencari maupun menemukan informasi sekarang ini, maka masyarakat sudah mulai membuka mata dan memberikan

Lebih terperinci

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar ( PGSD) Oleh :

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar ( PGSD) Oleh : PENINGKATAN KEMAMPUAN BERFIKIR ILMIAH DALAM PEMBELAJARAN IPA TENTANG GAYA, GERAK DAN ENERGI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN TOYS DAN TRICK SISWA KELAS V SDN BANGKLE 05 KEC. BLORA KAB. BLORA TAHUN PELAJARAN

Lebih terperinci

PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP FILSAFAT ILMU

PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP FILSAFAT ILMU PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP FILSAFAT ILMU Filsafat dan ilmu adalah dua kata yang saling terkait, baik secara substansial maupun historis karena kelahiran ilmu tidak terlepas dari peran filsafat. Sebaliknya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikaruniai berbagai kelebihan dibandingkan dengan ciptaan lainnya. Karunia itu

BAB I PENDAHULUAN. dikaruniai berbagai kelebihan dibandingkan dengan ciptaan lainnya. Karunia itu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia adalah makhluk hidup ciptaan Tuhan Yang Maha Esa dan dikaruniai berbagai kelebihan dibandingkan dengan ciptaan lainnya. Karunia itu berupa akal, cipta, rasa,

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA FILSAFAT, MANUSIA, DAN PENDIDIKAN

HUBUNGAN ANTARA FILSAFAT, MANUSIA, DAN PENDIDIKAN MAKALAH HUBUNGAN ANTARA FILSAFAT, MANUSIA, DAN PENDIDIKAN Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Filsafat Pendidikan SD Disusun Oleh: -----CONTOH----- PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun. maju dan sejahtera apabila bangsa tersebut cerdas.

BAB I PENDAHULUAN. dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun. maju dan sejahtera apabila bangsa tersebut cerdas. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu tujuan Negara Republik Indonesia sebagaimana tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 adalah mencerdaskan

Lebih terperinci

MANAJEMEN DAN KEBIJAKAN PENDIDIKAN ISLAM Oleh : Muhammad Isnaini http//www.muhammadisnain.blogsopt.com

MANAJEMEN DAN KEBIJAKAN PENDIDIKAN ISLAM Oleh : Muhammad Isnaini   http//www.muhammadisnain.blogsopt.com MANAJEMEN DAN KEBIJAKAN PENDIDIKAN ISLAM Oleh : Muhammad Isnaini email: isnain_m@yahoo.co.id http//www.muhammadisnain.blogsopt.com Bagian kedua Kebijakan Pendidikan Islam Setiap kali kita mendengan kata

Lebih terperinci

M. Hamid Anwar, M. Phil.

M. Hamid Anwar, M. Phil. M. Hamid Anwar, M. Phil. Email: m_hamid@uny.ac.id Objek material Objek Formal : Pendidikan : Filsafat Philein/ Philos : Cinta Shopos/ Shopia : Kebijaksanaan Sebuah Upaya untuk mencapai kebijaksanaan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan senantiasa menjadi perhatian utama dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan senantiasa menjadi perhatian utama dalam rangka BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan senantiasa menjadi perhatian utama dalam rangka mewujudkan kehidupan generasi demi generasi sejalan dengan tuntutan zaman. Pendidikan menjadi sarana utama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berujung pada pencapaian suatu kualitas manusia tertentu yang dianggap dan

BAB I PENDAHULUAN. berujung pada pencapaian suatu kualitas manusia tertentu yang dianggap dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses dan sekaligus sistem yang bermuara dan berujung pada pencapaian suatu kualitas manusia tertentu yang dianggap dan diyakini sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cara yang dipilih untuk meraih kemajuan (made of getting forward).

BAB I PENDAHULUAN. cara yang dipilih untuk meraih kemajuan (made of getting forward). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mayoritas masyarakat memiliki keinginan untuk maju berkembang menjadi lebih baik. Keinginan tersebut diupayakan melalui berbagai cara, salah satunya adalah melalui kegiatan

Lebih terperinci

MODUL X. Filsafat Pendidikan Kristen

MODUL X. Filsafat Pendidikan Kristen MODUL X Filsafat Pendidikan Kristen Latar Belakang Filsafat mempunyai sejarah yang sangat panjang. Filsafat lebih tua dari pada semua ilmu dan kebanyakan agama. Ketika mendengar kata filsafat, sebagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. teknologi dan seni (Ipteks) yang berlandaskan nilai-nilai keagamaan, nilai-nilai

BAB I PENDAHULUAN. teknologi dan seni (Ipteks) yang berlandaskan nilai-nilai keagamaan, nilai-nilai 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap warga negara dituntut untuk dapat hidup berguna dan bermakna bagi negara dan bangsanya, serta mampu mengantisipasi perkembangan dan perubahan masa depannya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dirinya dalam suatu suasana belajar yang menyenangkan dan sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. dirinya dalam suatu suasana belajar yang menyenangkan dan sesuai dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara konseptual, kurikulum adalah suatu respon pendidikan terhadap kebutuhan masyarakat dan bangsa dalam membangun generasi muda bangsannya. Secara pedagogis,

Lebih terperinci

EPISTIMOLOGI, ONTOLOGI, DAN AKSIOLOGI PENGETAHUAN FILSAFAT

EPISTIMOLOGI, ONTOLOGI, DAN AKSIOLOGI PENGETAHUAN FILSAFAT EPISTIMOLOGI, ONTOLOGI, DAN AKSIOLOGI PENGETAHUAN FILSAFAT Pengetahuan adalah sesuatu yang sangat vital dan krusial dalam masa kehidupan manusia. Berbagai kajian telah dilakukan untuk kepentingan pengembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mental spiritual yang membutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mental spiritual yang membutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas. Oleh 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan di Indonesia dilakukan secara menyeluruh baik fisik maupun mental spiritual yang membutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas. Oleh karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. modal pembangunan negara telah tersedia. Pada saat ini pendidikan di

BAB I PENDAHULUAN. modal pembangunan negara telah tersedia. Pada saat ini pendidikan di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan aspek sangat penting bagi suatu negara. Dengan modal pendidikan yang memadai, tenaga - tenaga ahli sebagai modal pembangunan negara telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan kewarganegaraan pada hakekatnya adalah upaya sadar dan terencana untuk mencerdaskan kehidupan bangsa bagi warga negara dengan menumbuhkan jati

Lebih terperinci

Teori-teori Kebenaran Ilmu Pengetahuan. # Sesi 9, Kamis 16 April 2015 #1

Teori-teori Kebenaran Ilmu Pengetahuan. # Sesi 9, Kamis 16 April 2015 #1 Teori-teori Kebenaran Ilmu Pengetahuan # Sesi 9, Kamis 16 April 2015 #1 Teori-teori kebenaran yang telah dikemukakan para filosuf: 1. Teori idealisme 2. Teori rasionalisme 3. Teori rasio murni (reinen

Lebih terperinci

MAKALAH PENDIDIKAN SEBAGAI ILMU

MAKALAH PENDIDIKAN SEBAGAI ILMU MAKALAH PENDIDIKAN SEBAGAI ILMU Oleh : Septy Indriyani (15105244006) Teknologi Pendidikan A A. PENDAHULUAN Ilmu adalah rangkaian aktivitas manusia yang rasional dan kognitif dengan berbagai metode berupa

Lebih terperinci

PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT

PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT PENGERTIAN FILSAFAT FILSAFAT (Philosophia) Philo, Philos, Philein, adalah cinta/ pecinta/mencintai Sophia adalah kebijakan, kearifan, hikmah, hakikat kebenaran Cinta pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang wajib dipelajari di Sekolah Dasar. Siswa akan dapat mempelajari diri

BAB I PENDAHULUAN. yang wajib dipelajari di Sekolah Dasar. Siswa akan dapat mempelajari diri BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan salah satu mata pelajaran yang wajib dipelajari di Sekolah Dasar. Siswa akan dapat mempelajari diri sendiri dan alam sekitar

Lebih terperinci

PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT

PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT 1 PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT Filsafat (Philosophia) : - Philo/Philos/Philein yang berarti cinta/pecinta/mencintai. - Sophia yang berarti kebijakan/kearifan/hikmah/hakekat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat menentukan bagi. Anggota Masyarakatnya kepada peserta didik. 1

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat menentukan bagi. Anggota Masyarakatnya kepada peserta didik. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai peranan yang sangat menentukan bagi Perkembangan dan Perwujudan diri Individu terutama bagi Pembangunan Bangsa dan Negara. Kemajuan suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah gerbang yang utama dan pertama dalam usaha

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah gerbang yang utama dan pertama dalam usaha BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah gerbang yang utama dan pertama dalam usaha mewujudkan sumber daya manusia yang lebih baik. Pendidikan harus mampu dalam perbaikan dan pembaharuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kurikulum merupakan implementasi pemerintah dalam mencapai tujuan untuk mencerdaskan bangsa. Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

Lebih terperinci

BAB II PERSPEKTIF PENDIDIKAN POLITIK

BAB II PERSPEKTIF PENDIDIKAN POLITIK BAB II PERSPEKTIF PENDIDIKAN POLITIK Untuk lebih mendalami hakekat pendidikan politik, berikut ini disajikan lagi beberapa pendapat ahli mengenai pendidikan politik. Alfian (1986) menyatakan pendidikan

Lebih terperinci

SOSIOLOGI POLITIK. oleh : Yesi Marince, M.Si. 4 October 2012 yesimarince-materi-01 1

SOSIOLOGI POLITIK. oleh : Yesi Marince, M.Si. 4 October 2012 yesimarince-materi-01 1 SOSIOLOGI POLITIK oleh : Yesi Marince, M.Si 4 October 2012 yesimarince-materi-01 1 PROSES TERBENTUKNYA PEMIKIRAN SOSIOLOGI Auguste Comte, ahli filsafat bangsa Perancis adalah bapak sosiologi dunia. Sosiologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. yang mempengaruhi kehidupan manusia. Di dalam proses pembelajaran, guru

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. yang mempengaruhi kehidupan manusia. Di dalam proses pembelajaran, guru BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perkembangan pendidikan tidak terlepas dari kecenderungan globalisasi yang mempengaruhi kehidupan manusia. Di dalam proses pembelajaran, guru mempunyai peran

Lebih terperinci

KONSEP FILOSOFIS PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

KONSEP FILOSOFIS PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI EDUSCOPE, Vol. 1 No. 1 Juli 2015 ISSN : 2460-4844 KONSEP FILOSOFIS PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI Nanang Purwanto Universitas K.H. A. Wahab Hasbullah npurwanto_pbio@yahoo.co.id ABSTRACT Education is

Lebih terperinci

Tinjauan Ilmu Penyuluhan dalam Perspektif Filsafat Ilmu

Tinjauan Ilmu Penyuluhan dalam Perspektif Filsafat Ilmu Tinjauan Ilmu Penyuluhan dalam Perspektif Filsafat Ilmu Oleh : Agustina Abdullah *) Arti dan Pentingnya Filsafat Ilmu Manusia mempunyai seperangkat pengetahuan yang bisa membedakan antara benar dan salah,

Lebih terperinci

PERANAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR

PERANAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR PERANAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR Novianti Dosen FKIP Prodi Pendidikan Matematika, Universitas Almuslim email: novianti.idr@gmail.com Abstrak Dalam sejarah perkembangannya, psikologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Diantara elemen tersebut adalah instruktur atau pendidik, materi ajar, metode, tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Diantara elemen tersebut adalah instruktur atau pendidik, materi ajar, metode, tujuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Undang-Undang Sisdiknas No 20 tahun 2003, Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta

Lebih terperinci

FILSAFAT ILMU Karya : Jujun S. Suriasumatri Penerbit : Pustaka Sinar Harapan, Jakarta Tahun : 1984 (Cet. I) Tebal : 384 hlm

FILSAFAT ILMU Karya : Jujun S. Suriasumatri Penerbit : Pustaka Sinar Harapan, Jakarta Tahun : 1984 (Cet. I) Tebal : 384 hlm Contoh Book Review FILSAFAT ILMU Karya : Jujun S. Suriasumatri Penerbit : Pustaka Sinar Harapan, Jakarta Tahun : 1984 (Cet. I) Tebal : 384 hlm Oleh: Dr. Halid, M.Ag. (Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) yang berguna untuk memperluas

BAB I PENDAHULUAN. Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) yang berguna untuk memperluas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan di Indonesia diperlukan untuk mengembangkan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) yang berguna untuk memperluas pengetahuan sedangkan teknologi sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat itu sendiri. Oleh karena itu, manusia membutuhkan pendidikan dalam

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat itu sendiri. Oleh karena itu, manusia membutuhkan pendidikan dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan senantiasa menjadi perhatian utama dan pertama dalam rangka memajukan kehidupan dari generasi ke generasi sejalan dengan tuntutan kemajuan masyarakat itu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab pendahuluan ini akan membahas tentang: (A) konteks penelitian,

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab pendahuluan ini akan membahas tentang: (A) konteks penelitian, BAB I PENDAHULUAN Pada bab pendahuluan ini akan membahas tentang: (A) konteks penelitian, (B) fokus penelitian, (C) tujuan penelitian, (D) batasan masalah, (E) manfaat penelitian, (F) definisi istilah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, mulai dari (kurikulum tahun 1994) yang menggunakan cara belajar

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, mulai dari (kurikulum tahun 1994) yang menggunakan cara belajar 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perubahan kebijakan pemerintah dalam kurikulum pendidikan di Indonesia, mulai dari (kurikulum tahun 1994) yang menggunakan cara belajar siswa aktif (CBSA)

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh seseorang untuk

BAB II LANDASAN TEORI. suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh seseorang untuk 8 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Membaca Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh penulis melalui bahasa tulis.

Lebih terperinci

The Elements of Philosophy of Science and Its Christian Response (Realism-Anti-Realism Debate) Rudi Zalukhu, M.Th

The Elements of Philosophy of Science and Its Christian Response (Realism-Anti-Realism Debate) Rudi Zalukhu, M.Th The Elements of Philosophy of Science and Its Christian Response (Realism-Anti-Realism Debate) Rudi Zalukhu, M.Th BGA : Kel. 14:15-31 Ke: 1 2 3 APA YANG KUBACA? (Observasi: Tokoh, Peristiwa) APA YANG KUDAPAT?

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu ciri masyarakat modern adalah selalu ingin terjadi adanya perubahan yang lebih baik. Hal ini tentu saja menyangkut berbagai hal tidak terkecuali

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pedoman hidup sehari-hari. Keberagaman tersebut memiliki ciri khas yang

BAB I PENDAHULUAN. pedoman hidup sehari-hari. Keberagaman tersebut memiliki ciri khas yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap negara memiliki beragam norma, 1 moral, 2 dan etika 3 yang menjadi pedoman hidup sehari-hari. Keberagaman tersebut memiliki ciri khas yang berbeda-beda

Lebih terperinci

GUMELAR ABDULLAH RIZAL,

GUMELAR ABDULLAH RIZAL, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Praktek pendidikan merupakan kegiatan mengimplementasikan konsep prinsip, atau teori oleh pendidik dengan terdidik dalam berinteraksi yang berlangsung dalam suasana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehingga kelangsungan hidup manusia akan berjalan dengan lancar dan optimal.

BAB I PENDAHULUAN. sehingga kelangsungan hidup manusia akan berjalan dengan lancar dan optimal. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan kebutuhan dasar bagi manusia dan mempunyai peran yang sangat penting dalam menjamin perkembangan dan kelangsungan kehidupan manusia. Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Niken Noviasti Rachman, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Niken Noviasti Rachman, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Materi Pertumbuhan dan Perkembangan pada Makhluk Hidup khususnya pada Pertumbuhan dan Perkembangan Tumbuhan termasuk ke dalam materi yang sangat menarik, tetapi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Teori 2.1.1 Ilmu Pengetahuan Alam Dalam bahasa inggris Ilmu Pengetahuan Alam disebut natural science, natural yang artinya berhubungan dengan alam dan science artinya

Lebih terperinci

PENGETAHUAN FILOSOFIS

PENGETAHUAN FILOSOFIS Dian Kurnia Anggreta, S.Sos, M.Si 1 PENGETAHUAN FILOSOFIS Mata Kuliah: Filsafat Ilmu Sosial Dian Kurnia Anggreta, S.Sos, M.Si 2 Secara Harfiah: Berasal dari bahasa Yunani philein artinya cinta dan sophia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan dapat diartikan secara umum sebagai usaha proses pembentukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan dapat diartikan secara umum sebagai usaha proses pembentukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dapat diartikan secara umum sebagai usaha proses pembentukan budi-pekerti dan akhlak-iman manusia secara sistematis, baik aspek ekspresifnya yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bangsa, karena salah satu faktor penting dalam kemajuan suatu bangsa itu terletak

BAB I PENDAHULUAN. bangsa, karena salah satu faktor penting dalam kemajuan suatu bangsa itu terletak 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sarana strategis untuk meningkatkan kualitas bangsa, karena salah satu faktor penting dalam kemajuan suatu bangsa itu terletak pada kualitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Meity H. Idris, Peran Guru dalam Mengelola Keberbakatan Anak, Cet.2, PT Luxima Metro Media, Jakarta, hlm, 171.

BAB I PENDAHULUAN. Meity H. Idris, Peran Guru dalam Mengelola Keberbakatan Anak, Cet.2, PT Luxima Metro Media, Jakarta, hlm, 171. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting bagi perkembangan dan perwujudan diri manusia, terutama bagi pembangunan bangsa dan negara. Secara umum tujuan

Lebih terperinci

Ilmu sejarah dan ilmu filsafat merupakan dua ilmu yang berbeda, akan tetapi keduanya saling membutuhkan satu sama lain, ilmu

Ilmu sejarah dan ilmu filsafat merupakan dua ilmu yang berbeda, akan tetapi keduanya saling membutuhkan satu sama lain, ilmu Filsafat Sejarah Latar belakang Masalah Ilmu sejarah dan ilmu filsafat merupakan dua ilmu yang berbeda, akan tetapi keduanya saling membutuhkan satu sama lain, ilmu sejarah berbicara mengenai masa lalu,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. suatu negara dapat mencapai sebuah kemajuan adalah pendidikan. Pendidikan

I. PENDAHULUAN. suatu negara dapat mencapai sebuah kemajuan adalah pendidikan. Pendidikan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu aspek dalam kehidupan yang memegang peranan penting sehingga suatu negara dapat mencapai sebuah kemajuan adalah pendidikan. Pendidikan pada hakekatnya suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Pendidikan menurut bentuknya dibedakan menjadi dua, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Pendidikan menurut bentuknya dibedakan menjadi dua, yaitu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan jaman yang semakin modern terutama pada era globalisasi seperti sekarang ini menuntut adanya sumber daya manusia yang berkualitas tinggi. Peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengalami gejolak dalam dirinya untuk dapat menentukan tindakanya.

BAB I PENDAHULUAN. mengalami gejolak dalam dirinya untuk dapat menentukan tindakanya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Usia anak-anak merupakan usia yang sangat penting dalam perkembangan psikis seorang manusia. Pada usia anak-anak terjadi pematangan fisik yang siap merespon apa yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesenian merupakan salah satu unsur kebudayaan yang tidak terlepas dari segi-segi kehidupan manusia. Kesenian juga merupakan cerminan dari jiwa masyarakat. Negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang membawa berbagai konsekuensi tidak hanya terhadap dinamika kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. yang membawa berbagai konsekuensi tidak hanya terhadap dinamika kehidupan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sistem politik Indonesia dewasa ini sedang mengalami proses demokratisasi yang membawa berbagai konsekuensi tidak hanya terhadap dinamika kehidupan politik nasional,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. kualitatif. Yang dimaksud dengan penelitian kualitatif adalah penelitian yang

BAB III METODE PENELITIAN. kualitatif. Yang dimaksud dengan penelitian kualitatif adalah penelitian yang BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Jenis dan Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Yang dimaksud dengan penelitian kualitatif adalah penelitian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Jasmani adalah proses interaksi sistematik anatara anak didik dan lingkungan

I. PENDAHULUAN. Jasmani adalah proses interaksi sistematik anatara anak didik dan lingkungan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Jasmani merupakan bagian Integral dari sistem pendidikan secara keseluruhan, yaitu dalam upaya membantu mengembangkan kemampuan dan potensi yang dimiliki

Lebih terperinci

Filsafat Ilmu dalam Perspektif Studi Islam Oleh: Maman Suratman

Filsafat Ilmu dalam Perspektif Studi Islam Oleh: Maman Suratman Filsafat Ilmu dalam Perspektif Studi Islam Oleh: Maman Suratman Berbicara mengenai filsafat, yang perlu diketahui terlebih dahulu bahwa filsafat adalah induk dari segala disiplin ilmu pengetahuan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menerapkan metode pengajaran yang efektif dan efisien, kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. menerapkan metode pengajaran yang efektif dan efisien, kemampuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada proses belajar-mengajar, guru memegang peran sebagai sutradara sekaligus aktor. Artinya, guru memegang tugas dan tanggung jawab merencanakan dan melaksanakan pengajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana tercantum di dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana tercantum di dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai peranan yang penting dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang mendukung kemajuan bangsa dan Negara sebagaimana tercantum di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sarana bagi manusia untuk mampu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sarana bagi manusia untuk mampu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sarana bagi manusia untuk mampu menmbuhkembangkan potensi diri, sosial, dan alam di kehidupannya. Sesuai dengan perkembangan zaman yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini proses pembelajaran hendaknya menerapkan nilai-nilai karakter.

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini proses pembelajaran hendaknya menerapkan nilai-nilai karakter. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini proses pembelajaran hendaknya menerapkan nilai-nilai karakter. Hal tersebut sebagai upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan karakter di Indonesia. Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Indonesia merupakan bahasa yang kita pakai sehari-hari dan juga

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Indonesia merupakan bahasa yang kita pakai sehari-hari dan juga 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Bahasa Indonesia merupakan bahasa yang kita pakai sehari-hari dan juga bahasa resmi negara kita. Bahasa Indonesia adalah salah satu mata pelajaran yang terdapat

Lebih terperinci

BAB IV. PENUTUP. Universitas Indonesia. Estetika sebagai..., Wahyu Akomadin, FIB UI,

BAB IV. PENUTUP. Universitas Indonesia. Estetika sebagai..., Wahyu Akomadin, FIB UI, BAB IV. PENUTUP 4. 1. Kesimpulan Pada bab-bab terdahulu, kita ketahui bahwa dalam konteks pencerahan, di dalamnya berbicara tentang estetika dan logika, merupakan sesuatu yang saling berhubungan, estetika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam melaksanakan keterampilan menulis dan hasil dari produk menulis itu.

BAB I PENDAHULUAN. dalam melaksanakan keterampilan menulis dan hasil dari produk menulis itu. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Keterampilan menulis dapat kita klasifikasikan berdasarkan dua sudut pandang yang berbeda. Sudut pandang tersebut adalah kegiatan atau aktivitas

Lebih terperinci

FILSAFAT PENGANTAR TERMINOLOGI

FILSAFAT PENGANTAR TERMINOLOGI FILSAFAT PENGANTAR Kata-kata filsafat, filosofi, filosofis, filsuf, falsafi bertebaran di sekeliling kita. Apakah pemakaiannya dalam kalimat-kalimat sudah tepat atau sesuai dengan arti yang dimilikinya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. afektif, maupun psikomotorik. Kenyataannya pendidikan yang dilakukan pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. afektif, maupun psikomotorik. Kenyataannya pendidikan yang dilakukan pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran merupakan suatu proses perubahan yang meliputi aspek kognitif, afektif, maupun psikomotorik. Kenyataannya pendidikan yang dilakukan pada sekarang

Lebih terperinci

Diajukan Oleh : IRFAKNI BIRRUL WALIDATI A

Diajukan Oleh : IRFAKNI BIRRUL WALIDATI A -USAHA PENINGKATAN KEMAMPUAN BERNALAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI PENDEKATAN BELAJAR SOMATIS, AUDITORI, VISUAL DAN INTELEKTUAL (SAVI) ( PTK Pembelajaran Matematika Kelas VII SMP N II Wuryantoro)

Lebih terperinci

Mulyo Wiharto Axiology Keilmuan AXIOLOGY KEILMUAN. Oleh: Mulyo Wiharto Dosen Fisioterapi UIEU

Mulyo Wiharto Axiology Keilmuan AXIOLOGY KEILMUAN. Oleh: Mulyo Wiharto Dosen Fisioterapi UIEU AXIOLOGY KEILMUAN Oleh: Mulyo Wiharto Dosen Fisioterapi UIEU mulyo.wiharto@indonusa.ac.id ABSTRAK Setiap ilmu pengetahuan memiliki aspek ontology, epistemology dan axiology. Ontology berbicara tentang

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Malang, Mei Penyusun

KATA PENGANTAR. Malang, Mei Penyusun KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas limpahan petunjuk, rahmat dan berkah-nya yang telah dilimpahkan kepada penyusun. Sehingga Kami dapat menyelesaikan tugas pembuatan makalah

Lebih terperinci

FILSAFAT ILMU OLEH SYIHABUDDIN SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

FILSAFAT ILMU OLEH SYIHABUDDIN SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA FILSAFAT ILMU OLEH SYIHABUDDIN SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA FILSAFAT ILMU Filsafat: upaya sungguh-sungguh dlm menyingkapkan segala sesuatu, sehingga pelakunya menemukan inti dari

Lebih terperinci

Jurnal Pedagogika dan Dinamika Pendidikan

Jurnal Pedagogika dan Dinamika Pendidikan Jurnal Pedagogika dan Dinamika Pendidikan ISSN 2252-6676 Volume 4, No. 1, April 2016 http://www.jurnalpedagogika.org - email: jurnalpedagogika@yahoo.com KEMAMPUAN MENULIS PARAGRAF ARGUMENTASI DENGAN MENGGUNAKAN

Lebih terperinci

SKRIPSI. Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Akuntansi. Disusun Oleh:

SKRIPSI. Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Akuntansi. Disusun Oleh: HUBUNGAN ANTARA KEMAMPUAN BERFIKIR KRITIS DAN KREATIVITAS SISWA DENGAN PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN AKUNTANSI KELAS XI JURUSAN IPS SMK MUHAMMADIYAH DELANGGU TAHUN AJARAN 2009/2010 SKRIPSI Disusun Untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peserta didik merupakan masa depan bangsa. Jika peserta didik di didik

BAB I PENDAHULUAN. Peserta didik merupakan masa depan bangsa. Jika peserta didik di didik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peserta didik merupakan masa depan bangsa. Jika peserta didik di didik dengan baik maka masa depan bangsa akan menjadi baik pula. Mereka akan mampu menjadikan bangsa

Lebih terperinci

BAHASA SEBAGAI SARANA BELAJAR DAN BERPIKIR

BAHASA SEBAGAI SARANA BELAJAR DAN BERPIKIR BAHASA SEBAGAI SARANA BELAJAR DAN BERPIKIR Rukni Setyawati Balai Bahasa Provinsi Jawa Tengah rukni@ymail.com Abstrak Manusia dapat berpikir dengan baik karena mempunyai bahasa. Tanpa bahasa maka manusia

Lebih terperinci

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Matematika. Disusun oleh: BIVIKA PURNAMI A

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Matematika. Disusun oleh: BIVIKA PURNAMI A 1 IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5E BERBANTUAN LEMBAR KERJA SISWA (LKS) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN SISWA (PTK Kelas VIII D SMP Negeri 2 Sawit Tahun Ajaran 2009 / 2010) SKRIPSI

Lebih terperinci

Budaya (kearifan local) Sebagai Landasan Pendidikan Indonesia Untuk Membentuk Daya Saing dan Karakter Bangsa

Budaya (kearifan local) Sebagai Landasan Pendidikan Indonesia Untuk Membentuk Daya Saing dan Karakter Bangsa Mata Kuliah : Landasan Pendidikan NamaDosen : Dr. I Ketut Sudarsana, S.Ag, M.Pd.H. Budaya (kearifan local) Sebagai Landasan Pendidikan Indonesia Untuk Membentuk Daya Saing dan Karakter Bangsa Oleh; PUTU

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terhadap perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK).

BAB I PENDAHULUAN. terhadap perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Matematika merupakan pelajaran yang selalu ada di tiap jenjang pendidikan. Matematika bersifat universal karena memiliki keterkaitan terhadap perkembangan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karakteristik dan tujuan yang berbeda dari disiplin ilmu yang lain. Bahkan sangat

BAB I PENDAHULUAN. karakteristik dan tujuan yang berbeda dari disiplin ilmu yang lain. Bahkan sangat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan agama Islam sebagai suatu disiplin ilmu, mempunyai karakteristik dan tujuan yang berbeda dari disiplin ilmu yang lain. Bahkan sangat mungkin berbeda sesuai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara maka semakin besar peluang kemajuan yang akan dicapai. Seiring

BAB I PENDAHULUAN. negara maka semakin besar peluang kemajuan yang akan dicapai. Seiring BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian Kunci keberhasilan pembangunan negara adalah kualitas masyarakatnya sendiri. Semakin tinggi kualitas sumber daya manusia di suatu negara maka semakin besar peluang

Lebih terperinci

A. Latar Belakang Masalah

A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah culture transition (transisi kebudayaan) yang bersifat dinamis kearah suatu perubahan secara continue (berkelanjutan), maka pendidikan dianggap

Lebih terperinci

ALIRAN-ALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN DI AS

ALIRAN-ALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN DI AS ALIRAN-ALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN DI AS 1. PROGRESSIVISME a. Pandangan Ontologi Kenyataan alam semesta adalah kenyataan dalam kehidupan manusia. Pengalaman adalah kunci pengertian manusia atas segala sesuatu,

Lebih terperinci

TUGAS GURU SEBAGAI PENGEMBANG KURIKULUM

TUGAS GURU SEBAGAI PENGEMBANG KURIKULUM Jurnal Ilmiah DIDAKTIKA Agustus 2011 VOL. XII NO. 1, 59-67 TUGAS GURU SEBAGAI PENGEMBANG KURIKULUM Azhar M. Nur Dosen tetap pada Fakultas Tarbiyah IAIN Ar-Raniry Abstract Teacher as a curriculum developer

Lebih terperinci