BAB IV PEMBAHASAN. IV.1 Deskripsi Lokasi Penelitian. IV.1.1 Visi dan Misi BKD. Badan Kepegawaian Daerah Kota Makassar sebagai

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV PEMBAHASAN. IV.1 Deskripsi Lokasi Penelitian. IV.1.1 Visi dan Misi BKD. Badan Kepegawaian Daerah Kota Makassar sebagai"

Transkripsi

1 BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Deskripsi Lokasi Penelitian IV.1.1 Visi dan Misi BKD Badan Kepegawaian Daerah Kota Makassar sebagai salah satu instansi dari Pemerintah Kota Makassar dalam menetapkan visinya tentu harus mengacu kepada Visi Kota Makassar dengan tetap memperhatikan tugas pokok dan fungsinya. Visi Kota Makassar Tahun yaitu "Makassar Menuju Kota Dunia Berlandas Kearifan Lokal. Memperhatikan Visi tersebut serta dengan memperhatikan perubahan paradigma dan peranan manajemen kepegawaian pada masa yang akan datang, maka Visi Badan Kepegawaian Daerah Kota Makassar Tahun adalah " Terwujudnya Aparatur Pemerintah yang Baik dan Profesional.Visi ini diambil dari kebijakan Pemerintah Kota Makassar yang keempat yaitu Desentralisasi Penyelenggaraan Pemerintahan yang Baik dan Bebas Korupsi. Dalam mewujudkan Visi tersebut, serta mendorong upaya peningkatan kualitas sumber daya aparatur, maka dirumuskan Misi BKD Kota Makassar yang didalamnya 59

2 mengandung tujuan organisasi serta sasaran yang ingin dicapai. Selain sebagai penjabaran dari visi, rumusan misi tersebut juga menggambarkan tugas pokok dan fungsi BKD, yaitu sebagai berikut : a. Peningkatan pelayanan administrasi kepegawaian yang transparan dan akuntabel. b. Peningkatan kualitas Sumber Daya Aparatur. c. Mengembangkan dan Meningkatkan Pengelolaan Administrasi Kepegawaian Berbasis Teknologi Informasi. d. Pengelolaan manajemen kepegawaian yang berbasis kompetensi dalam rangka penempatan dalam jabatan struktural dan fungsional. IV.1.2 Struktur Organisasi BKD Struktur Organsasi Badan Kepegawaian Daerah Kota Makassar berdasarkan Peraturan Daerah Kota Makassar Nomor 3 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan Susunan Organisasi Perangkat Daerah Kota Makassar, Badan Kepegawaian Daerah mempunyai struktur/perangkat organisasi yang terdiri, sebagai berikut : 1) Kepala Badan 2) Sekretariat, membawahi : a. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian; 60

3 b. Sub Bagian Keuangan c. Sub Bagian Perlengkapan. 3) Bidang Perencanaan dan Informasi Kepegawaian membawahi : a. Sub Bidang Perencanaan Pegawai; b. Sub Bidang Data dan Informasi. 4) Bidang Pengembangan dan Kompetensi, membawahi : a. Sub Bidang Pendayagunaan dan Pengembangan Karier; b. Sub Bidang Peningkatan Kompetensi; 5) Bidang Mutasi,membawahi; a. Sub Bidang Kepangkatan dan Mutasi Lainnya; b. Sub Bidang Perpindahan dan Pensiun Pegawai; 6) Bidang Kinerja dan Kesejahteraan, membawahi : a. Sub Bidang Evaluasi Kinerja; b. Sub Bidang Kesejahteraan; IV.1.3 Tugas Pokok dan Fungsi Badan Kepegawaian Daerah Kota Makassar merupakan bagian dari Pemerintah Kota Makassar dan merupakan unsur penunjang yang dipimpin oleh Kepala Badfan yang berda di bawah dan bertanggungjawab kepada Walikota. Badan Kepegawaian Daerah Kota Makassar dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Kota Makassar Nomor 3 61

4 Tahun 2009 tentang Pembentukan, Susunan Organisasi Perangkata Daerah Kota Makassar mempunyai tugas pokok merumuskan, membina dan mengendalikan kebijakan dibidang perencanaan dan informasi kepegawaian, pengembangan dan kompetensi, mutasi serta kinerja dan kesejahteraan. Untuk melaksanakan tugas pokok tersebut, BKD Kota Makassar mempunyai fungsi sebagai berikut : a. Penyusunan rumusan kebijakan teknis pengembangan kepegawaian daerah; b. Penyusunan rencana dan program pengembangan kepegawaian daerah; c. Penyusunan rencana dan program pelaksanaan pengangkatan, pemindahan dan pemberhentian Pegawai Negeri Sipil sesuai dengan norma,standar dan prosedur yang ditetapkan dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku; d. Pelayanan administrasi kepegawaian dalam pengangkatan, pemindahan dan pemberhentian dalam dan dari jabatan struktural atau fungsional sesuai dengan norma,standar dan prosedur yang ditetapkan dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku; 62

5 e. Penyiapan dan penetapan pensiun Pegawai Negeri Sipil Daerah sesuai dengan norma,standar dan prosedur yang ditetapkan dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku; f. Penyiapan dan penetapan gaji,tunjangan dan kesejahteraan Pegawai Negeri Sipil Daerah sesuai dengan norma,standar dan prosedur yang ditetapkan dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku; g. Pengelolaan Sistem Informasi Kepegawaian Daerah; h. Penyiapan informasi kepegawaian daerah kepada Badan kepegawaian Negara; i. Pelaksanaan perencanaan dan pengendalian teknis operasional pengelolaan keuangan,kepegawaian dan pengurusan barang milik daerah yang berada dalam penguasaannya; j. Pelaksanaan Kesekretariatan; k. Pembinaan unit pelaksana teknis (UPT) dan tenaga fungsional. Selanjutnya, tugas pokok pada BKD Kota Makassar diuraikan ke dalam masing-masing sub unit kerja, yaitu: A. SEKRETARIAT Sekretariat mempunyai tugas memberikan pelayanan administratif bagi seluruh satuan kerja di lingkungan Badan 63

6 Kepegawaian Daerah. Dalam melaksanakan tugasnya, Sekretariat menyelenggarakan fungsi : a. Pelaksanakan pengelolaan ketatausahaan; b. Pelaksanaan urusan kepegawaian Badan; c. Pelaksanaan urusan keuangan; d. Pelaksanaan urusan perlengkapan; e. Pelaksanaan urusan umum dan rumah tangga; f. Pelaksanaan koordinasi terhadap penyusunan perencanaan dan program kerja badan; g. Pelaksanaan tugas kedinasan lain yang diberikan oleh atasan. Sekretariat, membawahi : 1. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian Sub Bagian Umum dan Kepegawaian mempunyai Tugas menyusun rencana kerja, melaksanakan tugas teknis ketatausahaan, mengelola administrasi kepegawaian serta melaksanakan urusan rumah tangga badan. 2. Sub Bagian Keuangan Sub Bagian Keuangan mempunyai tugas menyusun rencana kerja, melaksanakan tugas teknis keuangan seperti menyusun realisasi perhitungan anggaran dan administrasi perbendaharaan badan; Menyusun neraca keuangan unit kerja; Menyusun laporan hasil pelaksanaan tugas. 64

7 3. Sub Bagian Perlengkapan Sub Bagian Perlengkapan mempunyai tugas menyusun rencana kerja, melaksanakan tugas teknis perlengkapan, membuat laporan serta mengevaluasi semua pengadaan barang. B. BIDANG PERENCANAAN DAN INFORMASI KEPEGAWAIAN Bidang Perencanaan dan Informasi Kepegawaian mempunyai tugas melaksanakan perencanaan formasi dan pengadaan Pegawai Negeri Sipil, penyiapan data base dan informasi kepegawaian. Dalam melaksanakan tugasnya, Bidang Perencanaan dan Informasi Kepegawaian menyelenggarakan fungsi : a. pelaksanaan penyiapan dan penyusunan data base pegawai negeri sipil; b. penyiapan daftar urut kepangkatan (DUK) dan bezetting serta data lainnya dalam rangka pengembangan karier PNS; c. pelaksanaan pengumpulan, pengolahan dan penyajian data dan informasi kepegawaian; d. pelaksanaan penyusunan formasi Pegawai Negeri Sipil; 65

8 e. pelaksanaan seleksi / pengadaan Pegawai Negeri Sipil; f. pengelolaan administrasi urusan tertentu; g. pelaksanaan koordinasi dengan sekretariat badan dalam rangka pembinaan dan pemeliharaan arsip pegawai serta meneliti secara berkala status arsip aktif dan non aktif sebagai bahan penataan sesuai tata kearsipan; h. pelaksanaan koordinasi dalam lingkup badan yang berkaitan dengan bidang tugasnya; Bidang Perencanaan dan Informasi Kepegawaian, membawahi: 1. Sub Bidang Perencanaan Pegawai Sub Bidang Perencanaan Pegawai mempunyai tugas menyusun rencana kerja, melakukan pengumpulan bahan penyusunan perencanaan formasi pegawai dan menyusun laporan dibidang kepegawaian seperti melakukan pengolahan data/bahan penyusunan formasi Pegawai Negeri Sipil; Menginventarisir, mengelola dan menyelenggarakan serta menyelesaikan administrasi latihan prajabatan bagi Calon Pegawai Negeri Sipil; Mempersiapkan data/bahan dalam rangka penerimaan pegawai dan ikatan dinas; 66

9 2. Sub Bidang Data dan Informasi Sub Bidang Data dan Informasi mempunyai tugas melaksanakan dan menyelenggarakan sistem data dan informasi kepegawaian. Dalam melaksanakan seperti Melaksanakan pengolahan data kepegawaian; Menyiapkan Daftar Urut Kepangkatan (DUK) dan bezzeting serta data lainnya dalam rangka pengembangan Pegawai Negeri Sipil; Melaksanakan pengelolaan jaringan dan informasi kepegawaian; Melaksanakan pengelolaan dokumen dan arsip kepegawaian; C. BIDANG PENGEMBANGAN DAN KOMPETENSI Bidang Pengembangan dan Kompetensi mempunyai tugas menyusun rencana kerja, menyiapkan data dalam rangka pendayagunaan dan pengembangan karier Pegawai Negeri Sipil, menyiapkan data pengusulan pegawai untuk mengikuti pendidikan dan menyiapkan data lainnya serta menyusun laporan hasil pelaksanaan tugas. Dalam melaksanakan tugasnya, Bidang Pengembangan dan Kompetensi menyelenggarakan fungsi : a. Pelaksanaan pengelolaan administrasi pendayagunaan pegawai; b. Pelaksanaan pengelolaan administrasi pengembangan karier pegawai; 67

10 c. Pelaksanaan pengelolaan administrasi peningkatan kompetensi pegawai; d. Pengelolaan administrasi urusan tertentu; e. Pelaksanaan koordinasi dengan sekretariat badan dalam rangka pembinaan dan pemeliharaan arsip pegawai serta meneliti secara berkala status arsip aktif dan non aktif sebagai bahan penataan sesuai tata kearsipan; f. Pelaksanaan koordinasi dalam lingkup badan yang berkaitan dengan bidang tugasnya; Bidang Pengembangan dan Kompetensi, membawahi : 1. Sub Bidang Pendayagunaan dan Pengembangan Karier Sub Bidang Pendayagunaan dan Pengembangan Karier mempunyai tugas menyusun rencana kerja, menyiapkan data dalam rangka pendayagunaan dan pengembangan karier Pegawai Negeri Sipil. Sepeti mempersiapkan pemanfaatan dan penempatan pegawai; Mempersiapkan dan mengelola data/bahan administrasi dalam rangka mutasi PNS antar unit kerja dan penempatannya; Menyusun dan mempersiapkan bahan dalam rangka rekruitmen pegawai dalam jabatan; 2. Sub Bidang Peningkatan Kompetensi Sub Bidang Peningkatan Kompetensi mempunyai tugas menyusun rencana kerja, menyiapkan data pengusulan 68

11 pegawai untuk mengikuti pendidikan, dan menyiapkan data lainnya serta menyusun laporan hasil pelaksanaan tugas. D. BIDANG MUTASI Bidang Mutasi mempunyai tugas menyusun rencana kerja, menghimpun, mengolah data mutasi kepegawaian, perpindahan dan pensiun Pegawai Negeri Sipil serta menyusun laporan hasil pelaksanaan tugas. Dalam melaksanakan tugasnya Bidang Mutasi menyelenggarakan fungsi : a. Pelaksanaan persiapan dan pengelolaan administrasi mutasi, perpindahan dan pensiun; b. Pengelolaan administrasi urusan tertentu; c. Pelaksanaan koordinasi dengan sekretariat badan dalam rangka pembinaan dan pemeliharaan arsip pegawai serta meneliti secara berkala status arsip aktif dan non aktif sebagai bahan penataan sesuai tata kearsipan; d. Pelaksanaan koordinasi dalam lingkup badan yang berkaitan dengan bidang tugasnya; Bidang Mutasi, membawahi : 1. Sub Bidang Kepangkatan dan Mutasi Lainnya Subbidang Kepangkatan dan Mutasi lainnya mempunyai tugas menyusun rencana kerja, menghimpun, mengolah 69

12 data/bahan kenaikan pangkat PNS, penyusunan mutasi lainnya serta menyusun laporan hasil pelaksanaan tugas. 2. Sub Bidang Perpindahan dan Pensiun Pegawai Subbidang Perpindahan dan Pensiun Pegawai mempunyai tugas menyusun rencana kerja dan menghimpun, mengolah data/bahan Perpindahan dan Pensiun bagi Pegawai Negeri Sipil serta menyusun laporan hasil pelaksanaan tugas. E. BIDANG KINERJA DAN KESEJAHTERAAN Bidang Kinerja dan Kesejahteraan mempunyai tugas melaksanakan penyusunan rencana program kinerja dan kesejahteraan pegawai, kedudukan hukum PNS dan kesejahteraan pegawai. Dalam melaksanakan tugasnya, Bidang Kinerja dan Kesejahteraan menyelenggarakan fungsi : a. Pelaksanaan penyelesaian kedudukan hukum PNS; b. Pelaksanaan penjatuhan hukuman disiplin PNS; c. Pelaksanaan evaluasi, kinerja dan peningkatan disiplin PNS; d. Pelaksanaan pemberian penghargaan dan kesejahteraan bagi PNS; e. Pengelolaan administrasi urusan tertentu; f. Pelaksanaan koordinasi dengan Sekretariat Badan dalam rangka pembinaan dan pemeliharaan arsip pegawai serta meneliti secara berkala status arsip 70

13 aktif dan non aktif sebagai bahan penataan sesuai tata kearsipan; g. Pelaksanaan koordinasi dalam lingkup badan yang berkaitan dengan bidang tugasnya; Bidang Kinerja dan Kesejahteraan, membawahi : 1. Sub Bidang Evaluasi Kinerja Sub Bidang Evaluasi Kinerja mempunyai tugas menyusun rencana kerja dan melakukan pengumpulan bahan pembinaan kedudukan hukum pegawai dan mengevaluasi kinerja pegawai serta menyusun laporan hasil pelaksanaan tugas. 2. Sub Bidang Kesejahteraan Sub Bidang Kesejahteraan mempunyai tugas menyusun rencana kerja dan melakukan penyelesaian administrasi kesejahteraan pegawai serta menyusun laporan hasil pelaksanaan tugas. IV.1.4 Tujuan dan Sasaran BKD Kota Makassar Tujuan pada dasarnya merupakan penjabaran dan implementasi dari pernyataan misi organisasi yang memberikan gambaran tentang sesuatu yang akan dicapai atau yang ingin dihasilkan dalam jangka waktu 1 sampai 5 tahun. Untuk mewujudkan misi, maka perlu dijabarkan kembali 71

14 menjadi tujuan dan sasaran yang strategis yang lebih operasional. Adapun tujuan strategik BKD Kota Makassar adalah sebagai berikut: a. Terwujudnya pelayanan administrasi kepegawaian yang transparan dan akuntabel; b. Terwujudnya Sumber Daya Aparatur yang berkualitas; c. Terwujudnya Pengelolaan administrasi kepegawaian berbasis teknologi informasi; d. Terpenuhinya pejabat struktural dan fungsional berdasarkan kompetensi. Setelah merumuskan tujuan, maka BKD kota makassar menetukan sasaran sebagai bagian integral dalam proses perencanaan strategik dan merupakan landasan yang kuat untuk mengendalikan dan memantau pencapaian kinerja BKD Kota Makassar serta lebih menjamin suksesnya pelaksanaan rencana jangka panjang yang sifatnya menyeluruh yang berarti menyangkut keseluruhan satuan kerja di lingkungan Pemerintah Kota Makassar. Sasaran-sasaran yang ditetapkan sepenuhnya mendukung pencapaian tujuan strategik yang terkait. Dengan demikian, apabila seluruh sasaran yang telah ditetapkan telah dicapai, maka diharapkan bahwa tujuan strategik juga telah dapat dicapai. 72

15 Secara keseluruhan sasaran Badan Kepegawaian Kota Makassar adalah sebagai berikut : a. Tercapainya pelayanan administrasi kepegawaian yang transparan dan akuntabel; b. Meningkatnya kualitas sumber daya aparatur; c. Meningkatnya pengelolaan administrasi kepegawaian berbasis teknologi informasi; d. Tersedianya pejabat struktural dan fungsional IV.1.5 Kondisi Aparatur berdasarkan kompetensi. Tabel 3. Kondisi aparatur pada BKD Kota Makassar berdasarkan latar belakang pendidikan No Pendidikan Frekuensi Persentase 1 SD - 2 SMP - 3 SMA 20 23,8% 4 Diploma 4 4,8% 5 Sarjana (S.1) 47 55,9% 6 Magister (S.2) 13 15,5% Jumlah % Sumber : Diolah dari data sekunder, November 2012 Jumlah aparatur dilingkungan BKD adalah 74 Orang yang terdiri dari 62 Orang Pegawai Negeri Sipil dan 12 Orang Pegawai Tidak Tetap/Honorer. Dari data diatas dapat dianalisis bahwa tingkat pendidikan dari pegawai-pegawai yang bekerja di BKD sudah 73

16 baik, hal ini dilihat dari tingginya tingkat lulusan sarjana S1 yaitu sebanyak 47 orang dengan persentase sebanyak 55,9% maupun magister sebanyak 13 orang dengan tingkat pesentase sebanyak 15,5% selebihnya adalah tamatan Diploma sebanyak 4 orang dan tamatan SMA sebanyak 20 orang yang kebanyakan adalah tenaga kerja kontrak. Hal tersebut mengindikasikan bahwa pegawai-pegawai yang bekerja di BKD sudah memiliki tingkat pendidikan yang tinggi. IV.1.6 Analisa Lingkungan BKD Badan Kepegawaian Daerah Kota Makassar dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya senantiasa dipengaruhi oleh kondisi lingkungan, baik internal maupun eksternal. Adapun analisa lingkungan internal dan eksternal yang mempengaruhi Badan Kepegawaian Daerah adalah sebagai berikut: 1. Analisa Lingkungan Internal a. Kekuatan (Strenght) Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Perangkat Daerah. Keputusan Presiden Nomor 159 Tahun 2000 tentang Pembentukan Badan Kepegawaian Daerah. 74

17 Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2009 tentang Urusan Pemerintah Daerah Kota Makassar. Tersedianya dukungan APBD Kota Makassar yang berkesinambungan. Sudah ada dokumen perencanaan daerah yang hirarkinya sudah jelas yaitu jangka panjang, menengah dan tahunan. b. Kelemahan (Weakness) Manajemen kepegawaian pada umumnya masih perlu penyempurnaan. Disiplin dan tanggungjawab pegawai masih belum sesuai dengan aturan kepegawaian. Masih terbatasnya personil yang belum mengikuti diklat teknis terutama yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas kinerja aparatur Kondisi prasarana gedung kantor yang tidak memadai dan tidak proporsional lagi dengan kondisi struktur BKD dan jumlah personil yang ada sekarang sehingga mengganggu kenyamanan dan kelancaran dalam bekerja. Pemeliharaan sarana dan prasarana belum optimal, kuantitasnya masih kurang, kualitasnya menurun 75

18 dan pengaturan penggunaannya belum didasarkan atas beban kerja. 2. Analisa Lingkungan Eksternal a. Peluang (Opportunity) Undang-Undang Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, antara lain hirarki perencanaan cukup jelas dan kewenangan BKD dalam penyelenggaraan manajemen kepegawaian Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004, tentang Pemerintahan Daerah Undang-Undang Nomor 33 tahun 2004, tentang Perimbangan Keuangan Antara Pusat dan Daerah Semakin kritisnya dan proaktifnya aparatur dan masyarakat terhadap tuntutan pelayanan administrasi kepegawaian Terbukanya kesempatan yang luas mengikuti pendidikan formal dan informal untuk meningkatkan kualitas sumberdaya aparatur Perkembangan teknologi informasi dan telekomunikasi sangat menunjang dalam peningkatan wawasan dan pengetahuan aparatur BKD 76

19 Banyaknya pusat pendidikan, penelitian dan pengembangan IPTEK yang dapat dimanfaatkan untuk menjalin kemitraan bagi pengembangan manajemen kepegawaian b. Ancaman (Treath) Masih adanya pemahaman yang terbatas dari sebagian pihak atas proses administrasi dan manajemen kepegawaian di daerah Belum tersedianyta Standar Operasional Prosedur (SOP) yang baku IV.2 Karakteristik Responden Responden dalam penelitian ini adalah pejabat struktural dalam lingkup Badan kepegawaian Daerah (BKD) Kota Makassar yang terdiri atas Kepala badan kepegawaian Daerah, Sekretaris Badan Kepegawaian Daerah, yang membawahi 3 Kepala subbagian yaitu Kepala sub Bagian umum dan kepegawaian, Kepala sub Bagian keuangan, Kepala sub Bagian perlengkapan. Kemudian empat kepala bidang yaitu Kepala Bidang Perencanaan dan informasi kepegawaian, Kepala Bidang kompetensi dan pengembangan, Kepala Bidang Mutasi dan Kepala Bidang kinerja dan Kesejahteraan, serta terdiri atas 8 kepala sub bidang yaitu Kepala sub Bidang Perencanaan Pegawai, Kepala sub Bidang Data dan Informasi, Kepala sub Bidang Pendayagunaan dan 77

20 Pengembangan Karier, Kepala sub Bidang peningkatan Kompetensi, Kepala sub Bidang Kepangkatan dan Mutasi lainnya. Kepala sub Bidang Perpindahan dan Mutasi Pegawai, Kepala sub Bidang Evaluasi kinerja dan Kepala sub Bidang kesejahteraan yang keseluruhannya berjumlah 17 orang. Responden diminta mengisi data demografi yang terkait dengan data responden yang terkait dengan karakteristik responden yaitu : pangkat dan golongan, eselonisasi, pendidikan terakhir, diklat pimpinan yang diikuti, lamanya bekerja. Selain itu data tersebut diperoleh dari data yang diberikan oleh BKD kota Makassar yang kemudian dijabarkan dalam tabel berikut ini untuk mengetahui gambaran dari karakteristik responden. IV.2.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Pangkat/ Golongan Tabel 4. Persentase responden berdasarkan pangkat dan golongan Pangkat Golongan Frekuensi Persentase Pembina Tk.I IV/b 1 5,9% Pembina IV/a 5 29,4% Penata Tk.I III/d 5 29,4% Penata III/c 6 35,3% Jumlah % Sumber : Diolah dari data sekunder, November 2012 Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa hanya 1 orang memiliki pangkat/golongan IV/b dengan persentase sebanyak 78

21 5,9 % yang paling banyak berpangkat III/c sebanyak 6 orang dengan persentase sebanyak 35,3 %. Sehingga dapat dianalisis bahwa pejabat struktural BKD kota makassar ratarata sudah memiliki pangkat/golongan yang tinggi ini berarti bahwa tingkat senioritas sudah tinggi sehingga diindikasikan sudah memiliki pengalaman yang banyak IV.2.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Eselonisasi Karakteristik responden berdasarkan pangkat/golongannya dapat diketahui dari tabel berikut: Tabel 5. Karakteristik responden berdasarkan eselonisasi Eselon Frekuensi Persentase II.b 1 5,9% III.a 1 5,9% III.b 4 23,5% IV.a 11 64,7% Jumlah % Sumber : Diolah dari data sekunder, November 2012 Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa hanya 1 orang yang memiliki eselon II.b dengan tingkat persentase sebanyak 5,9 %,begitu pula dengan eselon III.a hanya terdiri dari 1 orang saja dengan persentase yang sama. Selebihnya terdiri dari eselon III.b sebanyak 4 orang dengan persentase 23,5% dan IV.a yang terdiri dari 11 orang dengan persentase sebanyak 64,7%. Dari tabel diatas dapat dianalisis bahwa pagawai lebih banyak barada pada tatanan low manajer yang 79

22 berarti tinggak pendelegasiaan wewenang berjalan dengan baik. IV.2.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Diklat PIM yang Diikuti Karakteristik responden berdasarkan pangkat/ golongannya dapat diketahui dari tabel berikut: Tabel 6. Karakteristik responden berdasarkan diklat pim yang pernah diikuti Diklat PIM Frekuensi Persentase Diklat PIM II - - Diklat PIM III 5 29,4% Diklat PIM IV 7 41,2% Tidak pernah 5 29,4% Jumlah % Sumber : Diolah dari data sekunder, November 2012 Dari data yang diperoleh dapat diketahui bahwa 5 orang yang pernah mengikuti diklat PIM III persentase sebanyak 29,4% persen. Sedangkan yang pernah mengikuti Diklat PIM IV sebanyak 7 orang dengan persentase sebanyak 41,2%. Selebihnya sebanyak 5 orang tidak pernah mengikuti diklat PIM sama sekali dengan tingkat persentase sebanyak 29,4 %. Dari data tersebut dapat diindikasikan bahwa kebanyakan pejabat struktural sudah mengikuti diklat pim, ini berarti bahwa diharapkan memiliki tingkat kompetensi yang baik pula sesuai diklat yang telah diikutinya. 80

23 IV.2.4 Karakteristik Responden Lamanya Menjadi PNS Dari data sekunder yang diperoleh dapat dilihat bahwa pegawai yang paling lama mengabdi selama tahun yaitu 1 orang dengan persentase 5,9% dan yang paling banyak adalah dengan tingkat pengabdian selama tahun adalah sebanyak 6 orang dengan tingkat persentase sebanyak 35,3%. Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa rata-rata pegawai sudah memiliki masa pengabdiaan yang lama sehingga dapat diindikasikan sudah memiliki pengalaman yang banyak dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya. Karakteristik responden berdasarkan lamanya menjadi PNS dapat dilihat dari tabel berikut : Tabel 7. Karakteristik responden berdasarkan lama menjadi pns Lama Menjadi Frekuensi Persentase PNS ,9% ,6% ,5% , ,8% ,9% Jumlah % Sumber : Diolah dari data sekunder, November

24 IV.2.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir Tabel 8. Karakteristik responden berdasarkan pendidikan terakhir Pendidikan Terakhir Frekuensi Persentase Sarjana (S.1) 10 58,8% Magister (S.2) 7 41,2% Jumlah % Sumber : Diolah dari data sekunder, November 2012 Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa pegawai yang ditempatkan pada jabatan struktural pada BKD kota makassar sebanyak 10 orang memiliki latar belakang pendidikan terakhir adalah Sarjana Strata 2 (S2) dengan persentase sebanyak 58,82 %. Selebihnya sebanyak 7 orang berlatar belakang pendidikan terakhir Sarjana Strata 1 (S1) dengan tingkat persentase sebanyak 41,18 %. Dari tabel diatas dapat dianalisis bahwa rata-rata pejabat struktural sudah memiliki tingkat pendidikan yang tinggi ini dilihat dari banyaknya tamatan S2 yang berindikasi bahwa mereka ahli dibidang masing-masing. IV.3 Pembahasan Penelitian Dalam mengemban tugas sebagai aparatur negara maka setiap Pegawai Negeri Sipil diangkat dalam jabatan dimana prinsip 82

25 pengangkatan dalam jabatan tersebut harus profesional sesuai kompetensi dan kode etik, prestasi kerja, jenjang pangkat dan syarat obyektif lainnya tanpa membedakan jenis kelamin, suku, agama, ras dan golongan. Hal ini mengandung arti bahwa dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya haruslah ditempatkan pada suatu jabatan yang sesuai dengan syarat jabatan yang dimaksud, sehingga dapat menjalankan tanggung jawabnya sesuai jabatan yang diemban. Dalam menempatkan seorang pegawai pada suatu jabatan haruslah sesuai dengan syarat jabatan yang ada agar seorang pegawai dapat ditempatkan sesuai dengan kompetensi yang dimilikinya. Kompetensi, adalah kemampauan seseorang yang dapat terukur melalui Ilmu Pengetahuan, Pengalaman Kerja, Pendidikan dan Latihan, Sikap, Motivasi, dan karakteristik keperibadian dalam menyelesaikan suatu pekerjaan atau tugas sesuai dengan performance (keahlian kerja) yang ditetapkan oleh pimpinan. Namun hanya tiga elemen yaitu pengetahuan, keahlian dan pengalaman yang penulis pergunakan sebagai variabel dalam penelitian disebabkan ke tiga elemen ini yang lebih relefan terhadap kondisi lapangan Hal ini sesuai dengan hasil wawancara penulis dengan Sekda Kota Makassar, bapak Drs. Agar Jaya, MM yang sekaligus menjabat sebagai ketua tim Baperjakat Kota Makassar yang mengatakan bahwa : 83

26 Indikator yang mendasari seseorang ditempatkan pada suatu jabatan sebenarnya telah diatur di dalam analisis jabatan atau anjab. Anjab tersebut terdiri atas uaraian jabatan dan syarat jabatan. Syarat jabatan itulah yang menjadi indikatornya, seperti pangkat dan golongan serta berbagai kompetensi yang diatur untuk suatu jabatan. (wawancara 27 November 2012) Senada dengan hal tersebut, kepala BKD Kota Makassar, bapak Drs. H. Muhammad Kasim, M.Si mengungkapkan bahwa: Penempatan seorang pegawai pada jabatan struktural harus memperhatikan kompetensi yang dimiliki oleh seorang pegawai. Kompetensi tersebut dapat dilihat dari latar belakang pendidikannya, pengalaman, keahlian, bakat, dan keahlian managerialnya. (wawancara 4 Desember 2012) Kemudian diperkuat lagi oleh Kepala Bidang Pengembangan dan Kompetensi, Bapak Muh. Amin, S.Sos yang menyatakan bahwa Syarat yang mendasari seseorang ditempatkan pada jabatan struktural adalah kepangkatan, pendidikan formal, diklat PIM dan diklat teknis yang pernah diikutinya dan pengalaman pegawai yang akan menduduki jabatan karena hal tersebut akan mempengaruhi kinerja pada jabatan yang akan ditempatinya. (wawancara 4 Desember 2012) Dari hasil wawancara diatas serta dari teori yang ada maka dapat dianalisis bahwa seseorang yang ditempatkan pada suatu jabatan tertentu haruslah memperhatikan kompetensi yang dimiliki seseorang yang terdiri atas tingkat pengertahuannya yang dilihat dari latar belakang pendidikan, tingkat keahliannya yang dilihat dari pelatihan-pelatihan yang diikuti serta pengalaman yang dapat dilihat dari pengalaman menduduki jabatan sebelumnya dan lamanya bekerja yang mengacu pada pangkat dan golongannya. 84

27 Dalam menilai seseorang layak ditempatkan dalam jabatan tertentu dilakukan oleh tim khusus yang disebut dengan Badan Pertimbangan Jabatan dan Pangkat (BAPERJAKAT) Kota makassar. Hal ini penulis dapatkan dari hasil wawancara yang penulis lakukan dengan Sekretaris Daerah Kota Makassar, bapak Drs. Agar Jaya, MM: Instansi yang berhak menentukan penempatan seorang pegawai pada jabatan struktural adalah Baperjakat, termasuk penempatan pegawai di BKD Kota Makassar. Tim ini diketuai oleh Sekretaris Daerah dengan sekertaris adalah kepala. Adapun pembinanya yaitu Walikota dan Wakil Walikota Makassar. (wawancara 27 November 2012) Selanjutnya Kepala BKD Kota Makassar menyatakan: Dalam hal penempatan pegawai pada jabatan struktural, Kepala instansi hanya bisa memberi rekomendasi atau saran, sementara yang memutuskan adalah sepenuhnya adalah Badan Pertimbangan Jabatan dan Pangkat (BAPERJAKAT) kota Makassar. (wawancara 4 Desember 2012) Sehingga dapat dikatakan penilaian seseorang ditempatkan pada jabatan tertentu murni dilakukan oleh badan pertimbangan jabatan dan kepangkatan. Meskipun didalamnya terdapat penilaian dari atasan tempat ia bekerja. Tetapi hal ini hanya bersifat saran dan yang menetapkannya adalah BARERJAKAT itu sendiri barulah kemudian memilih staf-staf yang akan bekerja sama dengan memperhatikan kompetensinya. Adapun mekanisme penempatan pada Badan Kepegawaian Daerah Kota Makassar telah mengacu pada syarat-syarat jabatan 85

28 yang tertera dalam analisis jabatan. Hal ini berdasarkan wawancara yang penulis lakukan dengan kepala sub bidang peningkatan Kompetensi, bapak Munandar, SH. M.Si yang menyatakan bahwa: Telah ada aturan tentang penempatan pegawai dalam jabatan struktural. Salah satunya adalah anjab yang bisa dijadikan landasan. Jadi sebisa mungkin pegawai ditempatkan sesuai dengan kompetensi yang dimilikinya. Walaupun hal tersebut belum bisa terpenuhi sepenuhnya karena tiap individu memiliki keterbatasan. Misalnya dari lima syarat yang dibutuhkan dan hanya empat yang terpenuhi, maka hal tersebut masih bisa dimaklumi. Tentunya kami akan berusaha agar semua syarat tercapai. (wawancara 4 Desember 2012) Sehingga dari hasil wawancara yang penulis lakukan dapat dikatakan bahwa pada Badan Kepegawaian Daerah Kota Makassar penempatan pegawai dalam suatu jabatan selalu mengacu pada syarat jabatan yang ada. Namun tidak bisa dipungkiri tidak dapat tercapai secara maksimal. Masih terdapat jabatan yang belum sesuai dengan kompetensi yang disesuaikan dengan syarat jabatan yang ada. Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian yang penulis lakukan dengan menyesuaikan data demografi responden yang penulis kumpulkan dan kemudian menyesuaikannya dengan syarat-syarat yang ada pada setiap jabatan strutural. Adapun hasil penelitian untuk mengetahui tingkat kesesuaian kompetensi terhadap jabatan dapat dilihat dari indikator yang disajikan dalam tabel dibawah ini 86

29 IV.3.1 Pengetahuan Tabel 9. Kesesuaian latar belakang pendidikan dengan syarat jabatan Kategori Frekuensi Persentase Sesuai 11 64,7% Tidak sesuai 6 35,3% Total % Sumber : Diolah dari data sekunder, November 2012 Seorang yang ditempatkan pada jabatan tertentu jelas didalamnya memiliki latar belakang pendidikan yang ada. Dari hasil pengolahan data demografi responden yang telah disesuaikan dengan syarat jabatan diperoleh sebanyak 11 orang yang memiliki latar belakang pendidikan formal yang sesuai dengan syarat jabatan dengan tingkat persentase sebanyak 64,7 % sedangkan sisanya sebanyak 6 orang tidak memiliki latar belakang pendidikan yang sesuai dalam syarat jabatan dengan persentase sebanyak 35,3%. Dengan tingkat kesesuaian sebanyak 11 orang maka dapat dikategorikan bahwa kesesuaian antara kompetensi dalam hal ini latar belakang pendidikian dengan syarat jabatan adalah sudah sesuai. Adapun jabatan yang tidak sesuai dengan latar belakang pendidikannya yaitu : Kepala Badan Kepegawaian Daerah, Kasubag Keuangan, Kabid Kinerja dan Kesejahteraan, 87

30 Kasubid Perencanaan Pegawai, Kasubid Pendayagunaan dan Pengembangan Karir, dan Kasubid Data dan Informasi. Hasil olah data tersebut didukung dengan wawancara dengan Kepala BKD Kota Makassar, bapak Drs. H. Muhammad Kasim, M.Si: Di dalam anjab memang telah diatur tentang syarat jabatan termasuk latar pendidikan yang dibutuhkan untuk suatu jabatan jadi sebisa mungkin hal tersebut harus terpenuhi atau paling tidak mendekati disiplin ilmu tersebut, tetapi hal tersebut tidaklah mutlak harus terpenuhi karena pendidikan formal bukanlah indikator satu-satunya dalam penempatan seorang pejabat. Di BKD sendiri lebih dibutuhkan pegawai yang memiliki latar belakang pendidikan yang bersifat ilmu sosial. (wawancara 4 Desember 2012) Berdasarkan wawancara di atas, dapat dianalisis bahwa latar belakang pendidikan diupayakan sesuai dengan syarat jabatan, namun bukanlah syarat mutlak yang harus terpenuhi dalam penempatan aparatur pada suatu jabatan struktural. Tabel 10. Kesesuaian antara keahlian berpikir (Analisis konseptual) dengan syarat jabatan Kategori Frekuensi Persentase Sesuai 9 52,9% Tidak sesuai 8 47,1% Total % Sumber : Diolah dari data sekunder, November 2012 Keahlian berpikir atau analisis konseptual merupakan suatu pengetahuan yang harus dimiliki oleh seorang pegawai 88

31 yang diperolehnya dari keikutsertaanya dalam diklat pimpinan yang diselenggarakan guna menambah pengetahuannya dalam mengemban tugas dan tanggungjawabnya. Dari hasil pengolahan data demografi responden yang telah disesuaikan dengan syarat jabatan diperoleh sebanyak 9 orang yang telah mengikuti diklat pimpinan yang ada pada syarat jabatan dengan tingkat persentase sebanyak 52,9 % sedangkan sisa-nya sebanyak 8 orang tidak pernah mengikuti diklat pimpinan yang ada dalam syarat jabatan dengan persentase sebanyak 47,1% orang. Adapun jabatan-jabatan yang belum mengikuti diklat PIM sesuai dengan anjab antara lain Kepala Badan Kepegawaian Daerah, Kasubag Umum dan Kepegawaian, Kepala Bidang Mutasi, Kepala Bidang Perencanaan dan informasi kepegawaian, Kasubid Perpindahan dan Pensiun, Kasubid Pendayagunaan dan Pengembangan Karir, Kasubid Kesejahteraan Pegawai, dan Kasubid Data dan Informasi. Dengan tingkat kesesuaian sebanyak 9 orang dari 17 orang dapat dianalisis bahwa kesesuaian antara kompetensi dalam hal ini keahlian berpikir atau analisis konseptual dengan syarat jabatan hampir relatif berimbang antara yang sesuai dengan tidak sesuai. 89

32 Adapun hasil wawancara dengan Sekretaris BKD, ibu Dra. Sutriani, MM yang mengatakan bahwa: Keahlian berpikir konseptual seorang pejabat dapat diperoleh dari latar belakang pendidikan dan diklat PIM yang pernah diikutinya. Di Badan Kepegawaian Daerah Kota Makassar sendiri masih ada beberapa pejabat yang belum mengikuti diklat PIM, tetapi kami terus berusaha agar semua mengikutinya karena hal tersebut sangat penting dan mempengaruhi kinerja pejabat. (wawancara 4 Desember 2012) Berdasarkan dan wawancara diatas dapat diketahui masih ada beberapa pejabat yang belum belum mengikuti diklat pimpinan ataupun adanya ketidaksesuaian antara diklat pimpinan yang diikutinya dengan jabatan yang diemban. Dimana indikator ini menjadi tolak ukur dalam menilai keahlian berpikir atau analisis konseptual dari seorang pegawai yang menempati suatu jabatan struktural. Tabel 11. Persentase kesesuaian antara data demografi responden dengan syarat jabatan pada dimensi pengetahuan Persentase Kesesuaian No. Indikator Tidak Sesuai Sesuai 1 Latar belakang pendidikan 64,7% 35,3% 2 Keahlian berpikir konseptual 52,9% 47,1% Rata-Rata 58,8% 41,2% Sumber : Diolah dari data sekunder, November

33 Berdasarkan tabel diatas yaitu persentase kesesuaian antara data demografi responden dengan syarat jabatan pada dimensi pengetahuan yang terdiri atas latar belakang pendidikan dan keahlian berpikir atau analisis konsep dapat dikatakan sudah sesuai. Hal ini dapat dilihat dari perolehan persentase dari kedua indikator tersebut yaitu sebanyak 55,8 % yang masuk dalam kategori sesuai. Karena kesesuaian kompetensi dengan syarat jabatan dalam dimensi pengetahuan ini masuk dalam kategori sesuai maka perlu lebih ditingkatkan lagi. IV.3.2 Keahlian Tabel 12. Kesesuaian keahlian menguasai bidang tertentu dengan syarat jabatan Kategori Frekuensi Persentase Sesuai 6 35,3% Tidak sesuai 11 64,7% Total % Sumber : Diolah dari data sekunder, November 2012 Seseorang yang ditempatkan pada jabatan tertentu haruslah memiliki keahlian khusus. Keahlian khusus tersebut diantara lain adalah keahlian mengoperasikan komputer dan keahlian memahami bahasa asing dalam hal ini bahasa 91

34 inggris. Di BKD keahlian khusus tersebut sudah menjadi syarat seseorang ditempatkan pada jabatan tertentu. Dari tabel diatas hasil pengolahan data demografi responden yang disesuaikan dengan syarat-syarat jabatan yang tertera pada analisis jabatan pada Badan Kepegawaian Daerah Kota Makassar diperoleh sebanyak 6 orang dengan persentase 35,3% yang mempunyai keahlian khusus yang sesuai dengan keahlian yang dituntut harus dimiliki pada syarat jabatan. Selebihnya sebanyak 11 orang dengan persentase 64,7% yang tidak memiliki keahlian khusus yang diminta ataupun kamampuan khusus yang dimilikinya tidak sesuai dengan keahlian khusus yang diminta pada syarat jabatan. Adapun jabatan-jabatan yang memiliki tingkat keahlian yang tidak sesuai tersebut antara lain : Kabid perencanaan dan informasi, Kabid pengembangan dan kompetensi, Kabid mutasi, Kasubag keuangan, Kasubid perpindahan dan pensiun, Kasubid peningkatan dan kompetensi, Kasubid evaluasi kinerja, Kasubid perencanaan pegawai, Kasubag umum dan kepegawaian, Kasubid kinerja dan kesejahteraan, dan Kasubid pendayagunaan dan pengembangan karier. Sehingga dengan tingkat kesesuaian hanya sebanyak 6 orang maka dapat dikategorikan bahwa kesesuaian antara 92

35 kompetensi dalam hal ini keahlian khusus yang harus dimiliki oleh seorang pegawai dalam menempati suatu jabatan dengan syarat jabatan pada BKD kota makassar adalah tidak sesuai. Data ini didukung dengan hasil wawancara penulis dengan ketua BAPERJAKAT Kota Makassar, bapak Drs. Agar Jaya, MM yang mengatakan bahwa : Dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi, seorang pegawai dituntuk memiliki keahlian khusus, termasuk pegawai yang menempati jabatan struktural. Tapi hal tersebut tidaklah mutlak mengingat pekerjaannya lebih bersifat managerial, berbeda dengan staf yang pekerjaannya lebih bersifat teknis. (wawancara 27 November 2012) Hampir senada dengan hal tersebut Kepala BKD Kota Makassar, bapak Drs. Muhammad Kasim, M.Si menyatakan bahwa: Keahlian khusus dalam hal ini lebih bersifat teknis, seperti keahlian menguasai komputer. Di BKD sendiri masih ada beberapa pejabat yang tidak memiliki hal tersebut, namun kami terus berusaha tuk meningkatkan secara maksimal agar hal tersebut dapat terpenuhi. Dan untuk menutupi hal tersebut dipilihlah staf yang dapat menunjang kinerja pejabat yang bersangkutan. (wawancara 4 Desember 2012) Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa keahlian khusus dalam hal ini keahlian mengoperasikan komputer maupun keahlian memahami bahasa asing tidak mutlak harus dipenuhi oleh seorang pejabat stuktural karena pekerjaan yang dikerjakannya lebih 93

36 bersifat manajerial sedangkan pekerjaan yang bersifat teknis dikerjakan oleh staf pada bidang tersebut. Oleh karena itu pejabat struktural pada BKD kota makassaar tidak semuanya memiliki keahlian khusus tersebut. Tetapi semaksimal mungkin berupaya terus meningkatkan kemampuaannya guna melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya sesuai jabatan yang diembannya. Tabel 13. Kesesuaian antara pengusaan terhadap metode kerja dengan syarat jabatan Kategori Frekuensi Persentase Sesuai 9 52,9% Tidak sesuai 8 47,1% Total % Sumber : Diolah dari data sekunder, November 2012 Pengusaan terhadap metode kerja merupakan keahlian yang dimiliki oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya. Hal ini dapat diperoleh dari keikutsertannya dalam diklat teknis yang dilakukan oleh instansi tempat ia bekerja. Diklat teknis dimaksudkan untuk meningkatkan keahlian seorang pejabat dalam melaksanakan tugas-tugas teknisnya sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya. Dalam hal ini data yang berhasil diperoleh melalui data demografi responden yang kemudian disesauikan dengan 94

37 syarat jawaban yang ada adalah sebanyak 9 orang telah mengikuti diklat teknis dengan persentase sebanyak 52,9% sedangkan sisanya 8 orang belum mengikuti atau diklat teknis yang di ikutinya tidak sesuai dengan yang ada pada syarat jabatan dengan tingkat persentase sebanyak 47,1%. Adapun jabatan-jabatan yang tidak sesuai tersebut antara lain : Kasubag perlengkapan, Kabid Mutasi, Kasubag Umum dan Kepegawaian, Kabid Perencanaan dan Informasi Kepegawaian, Kasubid Perpindahan dan Pensiun, Kasubid Pendayagunaan dan Pengembangan Karir, Kasubid Kesejahteraan Pegawai, dan Kasubid Data dan Informasi Dengan demikian berdasarkan tingkat kesesuaian sebanyak 9 orang maka dapat dikategorikan bahwa kesesuaian kompetensi dalam hal ini keahlian dalam penguasaan metode kerja dengan syarat jabatan yang ada adalah sesuai. Hal ini didukung oleh hasil wawancara yang penulis lakukan oleh sekretaris BKD kota makassar, ibu Dra. Sutrani, MM yang mengatakan bahwa: Keahlian merupakan salah satu kompetensi yang sebisa mungkin dimiliki seorang pejabat karena hal tersebut tentunya mempengaruhi kinerjanya. Jadi wajar saja jika keahlian harus diperhatikan dalam menempatkan seorang pegawai pada jabatan struktural. Keahlian tersebut dapat diperoleh dari pelatihan teknis. (wawancara 4 Desember 2012) 95

38 Dari pernyataan diatas dapat di analisis bahwa seseorang yang ditempatkan dalam suatu jabatan haruslah memiliki keahlian yaitu kemampuaan dalam menyelesaikan tugas pokok dan fungsinya. Hal ini berarti pejabat tersebut harus memahami metode kerjanya guna mempermudah tugas dan tanggung jawabnya. Keahlian ini dapat diperoleh dari keikutsertaannya dalam pelatihan-pelatihan teknis misalnya diklat teknis pelayanan publik, diklat teknis analisis kepegawaian, diklat teknis tata naskah dinas dan lain-lain. Tabel 14. Persentase kesesuaian antara data demografi responden dengan syarat jabatan pada dimensi keahlian Persentase Kesesuaian No. Indikator Tidak Sesuai Sesuai Keahlian menguasai bidang 35,3% 64,7% 1 tertentu Penguasaan terhadap 52,9% 47,1% 2 metode kerja 44,1% 55,9% Rata-Rata Sumber : Diolah dari data sekunder, November 2012 Dari data pada tabel diatas yang merupakan hasil dari persentase kesesuaian antara data demografi responden dengan syarat jabatan. Pada dimensi keahlian yang terdiri atas keahlian menguasai bidang tertentu dan penguasaan terhadap metode kerja dapat dikatakan kurang sesuai. Hal ini di buktikan dengan perolehan persentase kesesuaian dari 96

39 kedua indikator sebesar 44,1% sehingga masuk dalam kategori kurang sesuai. Oleh karena itu diharapkan adanya perhatian yang lebih sehingga dapat meningkatkan keahliannya dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya. IV.3.3 Pengalaman Tabel 15. Kesesuaian pangkat/ golongan dengan syarat jabatan Kategori Frekuensi Persentase Sesuai 15 88,2% Tidak sesuai 2 11,8% Total % Sumber : Diolah dari data sekunder, November 2012 Pangkat/ golongan seorang pegawai menunjukkan tingkat senioritas atau lamanya ia menjadi pegawai negeri sipil. Dalam tabel di atas menunjukkan bahwa penempatan pegawai pada jabatan yang ada pada BKD kota makassar sudah sangat sesuai dengan pangkat/ golongan yang ada dengan tingkat kesesauian sebanyak 15 orang. Hal ini menunjukkan bahwa kompetensi dengan dimensi pengalaman dalam hal ini lamanya pegawai tersebut bekerja dapat dikategorikan sudah sangat sesuai dengan syarat jabatan 97

40 yang ada pada analisis jabatan sesuai persentase yang tertera pada tabel diatas. Dalam hal ini data yang berhasil diperoleh melalui data demografi responden yang kemudian disesauikan dengan syarat jawaban yang ada adalah sebanyak 15 orang yang memiliki pangkat atau golongan yang telah sesuai dengan syarat jabatan dengan persentase sebanyak 88,2% sedangkan sisanya 2 orang yang memilik jabatan tidak sesuai yang ada pada syarat jabatan dengan tingkat persentase sebanyak 11,8%. Adapun jabatan-jabatan yang tidak sesuai tersebut abtara lain : Kasubag Perlengkapan dan Kasubid Peningkatan Kompetensi. Adapun hasil wawancara dengan ketua Baperjakat, bapak Drs. Agar Jaya, MM adalah sebagai berikut : Penempatan pegawai dalam jabatan struktural, mutlak harus memperhatikan pangkat dan golongan pegawai. Hal tersebut memang telah diatur didalam peraturan pemerintah misalnya kepala bkd ekselon II/b syarat pangkatnya haruslah golongan IV/b, tetapi masih dimungkinkan diduduki oleh golongan satu tingkat dibawahnya yaitu IV/a. (wawancara 27 November 2012) Dari hasil wawancara tersebut dapat diketahui bahwa dalam menempatkan seorang pegawai pada jabatan tertentu harus melihat syarat pangkat dan golongannya. Kesesuaian pangkat dan golongan harus sesuai dengan eselon yang 98

41 dimiliki. Hal ini menjadi mutlak harus terpenuhi dalam menempatkan seseorang dalam jabatan tertentu. Tabel 16. Kesesuaian pengalaman menduduki jabatan sebelumnya dengan syarat jabatan Kategori Frekuensi Persentase Sesuai 15 88,2% Tidak sesuai 2 11,8% Total % Sumber : Diolah dari data sekunder, November 2012 Penempatanan pegaawai pada suatu jabatan tertentu haruslah mempertimbangkan pengalamannya dalam menduduki jabatan sebelumnya. Pengalaman menduduki jabatan sebelumnya menunjukkan tingkat pengalaman seorang pegawai dalam bekerja dan menyelesaikan tugas dan tanggung jawabnya. Sehingga amat penting dijadikan suatu acuan dalam pertimbangan menduduki jabatan tertentu. Dari data diatas menunjukkan bahwa jumlah pejabat yang memiliki kesesuaian jabatan dengan syarat jabatan pada dimensi pengalaman menduduki jabatan sebelumnya sebanyak 15 orang dengan persentase sebanyak 88,2% sedangkan sisanya sebanyak 2 orang pengalaman kerjanya tidak sesuai dengan syarat jabatannya dengan tingkat persentase sebanyak 11,76 %. Jabatan tersebut yaitu Kasubag keuangan dan Kasubid pendayagunaan dan 99

42 pengembangan karier. Sehingga kesesuaian antara kompetensi dengan indikator pengalaman menduduki jabatan sebelumnya dapat dikategorikan sudah sangat sesuai dengan tingkat kesesuaian sebanyak 15 orang dengan persentase yang tertera pada tabel diatas. Hal ini didukung oleh hasil wawancara yang penulis lakukan dengan Kepala Badan Kepegawaian Daerah Kota Makassar, bapak Drs. Agar Jaya, MM yang mengatakan bahwa: Terdapat tanggungjawab yang besar untuk setiap jabatan maka tentunya dibutuhkan pengalaman banyak pula juga. Pengalaman tersebut antara lain lamanya seseorang bekerja dan jabatan apa saja yang pernah didudukinya. Jadi untuk menjadi pejabat butuh proses. (wawancara 4 Desember 2012) Dari hasil wawancara diatas dapat dikatakan bahwa dalam menempatkan seseorang dalam suatu jabatan harus memperhatikan pengalaman yang dimilikinya. Hal ini sangat membantu karena pengalaman dapat memberikan konstribusi yang baik dalam menyelesaikan tugas dan tanggung jawab seseorang. 100

43 Tabel 17. Persentase kesesuaian antara data demokrafi responden dengan syarat jabatan pada dimensi pengalaman Persentase Kesesuaian No. Indikator Tidak Sesuai Sesuai Lamanya bekerja (pangkat 88,2% 11,8% 1 dan golongan) Pengalaman menduduki 88,2% 11,8% 2 jabatan sebelumnya 88,2% 11,8% Rata-Rata Sumber : Diolah dari data sekunder, November 2012 Berdasarkan tabel diatas hasil dari persentase kesesuaian antara data demografi responden dengan syarat jabatan pada dimensi pengalaman yang terdiri atas poin lamanya bekerja dan pengalaman menduduki jabatan sebelumnya dapat dikategorikan sudah Sangat sesuai. Hal ini dilihat dari hasil perolehan persentase yaitu sebesar 88,2% yang masuk dalam kategori sangat sesuai. Oleh karena itu perlu dipertahankan sehingga dapat memotivasi pegawai yang lain untuk mendapatkan pengalaman sebanyak-banyaknya. IV.3.4 Kompetensi Dari hasil penelitian yang dilakukan maka untuk melihat tingkat kesesuaian kompetensi dengan jabatan aparatur pada BKD kota makassar maka disajikan dalam tabel dibawah ini 101

44 Tabel 18. Rekapitulasi kesesuaian kompetensi terhadap syarat-syarat jabatan No Dimensi Kategori Persentase Kesesuaian Persentase Ketidak sesuaian 1 Pengetahuan Sesuai 58,8% 41,2% 2 Keahlian Kurang 44,1% 55,9% Sesuai 3 Pengalaman Sangat 88,2% 11,8% Seseuai Rata-Rata 63,7% 36,3% Sumber : Diolah dari data sekunder, November 2012 Dari data pada tabel diatas yang merupakan rekapitulasi dari kesemua dimensi pada variabel kompetensi yang digunakan untuk mengukur tingkat kesesuaian kompetensi terhadap syarat-syarat jabatan aparatur pada BKD kota makassar. Maka diperoleh hasil yaitu faktor pengalaman menduduki urutan pertama dengan perolehan persentase sebanyak 88,2 %, kemudian disusul oleh faktor pendidikan dengan peroleh persentase 58,8% dan terakhir adalah tingkat keahlian dengan persentase sebanyak 44,1%. Hal ini berindikasi bahwa faktor pengalaman adalah faktor yang lebih diutamakan barulah tingkat pendidikan dan keahliannya. Sehingga secara umum dapat disimpulkankan bahwa 102

45 kesesuaian antara kompetensi dengan jabatan aparatur pada BKD kota makassar sudah sesuai dengan syarat-syarat jabatan yang ada. Hal ini dilihat dari tingkat persentase yang mencapai 63,7% yang masuk dalam tingkat kategoei sesuai. Namun, hal ini menjadi gambaran untuk lebih meningkatkan kompetensi dari perangkat aparatur pada BKD kota makassar guna mencapai tingkat kesesuaian yang lebih baik lagi. Meskipun tingkat kesesuaian kompetensi dengan syarat jabatan pada BKD kota makassar diperoleh hasil yaitu sesuai. Tetapi dari hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis ternyata masih ada indikator ketidak sesauaian atau kurang sesuai antara kompetensi dengan syarat jabatan dalam menempatkan seorang pegawai. Oleh karena itu dilakukan wawaancara untuk mengetahui faktor apa yang menyebabkan masalah tersebut. Wawancara ini dilakukan dengan Sekretaris Daerah Kota Makassar selaku Ketua Baperjakat, bapak Drs. Agar Jaya, MM yang mengatakan bahwa : Penempatan pegawai ada yang tidak sesuai dengan kompetensi karena pertimbangan utama dalam mengangkat seorang pegawai pada jabatan tertentu adalah pangkat dan golongan pegawai tersebut. Barulah kita memperhatikan syarat-syarat lain seperti kompetensinya. Kalau kita mau memenuhi semua syarat dalam dalam anjab secara 100%, hal tersebut mustahil terpenuhi tetapi kami pasti kami berusaha mengangkat pejabat yang memenuhi sebagian besar syarat jabatan. (wawancara 27 November 2012) 103

46 Hasil wawancara tersebut didukung oleh pernyataan kepala BKD Kota Makassar, bapak Drs. Muhammad Kasim, M.Si yang mengatakan bahwa : Untuk memenuhi kesempurnaan memang sulit, termasuk dalam menempatkan pegawai dalam suatu jabatan. Tidak hanya di BKD, di instansi lainpun memiliki permasalahan serupa. Hal tersebut terjadi karena adanya keterbatasan yang dimiliki oleh setiap individu. Jadi dalam penempatannya ditentukanlah syarat yang menjadi skala perioritas seperti pangkat dan golongan serta jabatan sebelumnya dari pegawai yang akan diaangkat, barulah kemudian syarat lain seperti pendidikan, keahlian khusus dan lain-lain. (wawancara 4 Desember 2012) Dari hasil wawancara diatas dapat disimpulakan bahwa faktor yang menjadi masalah mengapa sangat sulit menempatkan seseorang sesuai dengan kompetensi yang dimilikinya adalah penempatan pegawai lebih memperhatikan pangkat dan golongan barulah kemudian memperhatikan tingkat kompetensi yang lain, amat sulit menemukan pegawai yang memiliki tingkat kompetensi yang sempurna untuk semua bidang atau dengan kata lain faktor keterbatasan pegawai. Untuk menutupi kelemahan tersebut maka BKD terus berusaha untuk meningkatkan kompetensi pegawai guna menunjang tugas dan tanggung jawabnya. Berdasarkan wawancara yang penulis lakukan terhadap Kepala BKD Kota 104

Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Batam Nomor 11 Tahun 2007

Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Batam Nomor 11 Tahun 2007 BAB II GAMBARAN PELAYANAN SKPD 2.1 TUGAS POKOK, FUNGSI DAN STRUKTUR ORGANISASI Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Batam Nomor 11 Tahun 2007 tanggal 14 Nevember 2007 tentang Pembentukan Susunan Organisasi

Lebih terperinci

B a b I I G a m b a r a n P e l a y a n a n S K P D Tugas Pokok, Fungsi dan Struktur Organisasi SKPD

B a b I I G a m b a r a n P e l a y a n a n S K P D Tugas Pokok, Fungsi dan Struktur Organisasi SKPD Bab II Gambaran Pelayanan SKPD 2.1 Tugas Pokok, Fungsi dan Struktur Organisasi SKPD Pembentukan Organisasi Badan Kepegawaian Daerah Kota Bandung ditetapkan dalam Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 12

Lebih terperinci

DATA / PROFIL UNIT KERJA

DATA / PROFIL UNIT KERJA DATA / PROFIL UNIT KERJA Identitas Unit Kerja : BADAN KEPEGAWAIAN KOTA MOJOKERTO Dasar Terbentuknya Unit Kerja : Peraturan Daerah Kota Mojokerto Nomor 5 Tahun 2001 tentang Pembentukan Lembaga Teknis Daerah

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2007 NOMOR : 3 PERATURAN DAERAH KOTA CILEGON NOMOR 3 TAHUN 2007 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2007 NOMOR : 3 PERATURAN DAERAH KOTA CILEGON NOMOR 3 TAHUN 2007 TENTANG LEMBARAN DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2007 NOMOR : 3 PERATURAN DAERAH KOTA CILEGON NOMOR 3 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN, ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH KOTA CILEGON DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

2.1 Tugas Pokok, Fungsi dan Struktur Organisasi SKPD

2.1 Tugas Pokok, Fungsi dan Struktur Organisasi SKPD Bab II Gambaran Pelayanan SKPD 2.1 Tugas Pokok, Fungsi dan Struktur Organisasi SKPD Pembentukan Organisasi Badan Kepegawaian Daerah Kota Bandung ditetapkan dalam Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 12

Lebih terperinci

WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN WALIKOTA PROBOLINGGO NOMOR 85 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, URAIAN TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA BADAN KEPEGAWAIAN DAN

Lebih terperinci

WALIKOTA PAREPARE PERATURAN WALIKOTA PAREPARE NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI DAN RINCIAN TUGAS BADAN KEPEGAWAIAN DAN DIKLAT DAERAH

WALIKOTA PAREPARE PERATURAN WALIKOTA PAREPARE NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI DAN RINCIAN TUGAS BADAN KEPEGAWAIAN DAN DIKLAT DAERAH WALIKOTA PAREPARE PERATURAN WALIKOTA PAREPARE NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI DAN RINCIAN TUGAS BADAN KEPEGAWAIAN DAN DIKLAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PAREPARE,

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BERITA DAERAH KOTA BEKASI BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 2015 SERI : PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 04 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG POLA KARIER PEGAWAI NEGERI SIPIL

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULUNGAN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULUNGAN, SALINAN BUPATI BULUNGAN PROPINSI KALIMANTAN UTARA PERATURAN BUPATI BULUNGAN NOMOR 59 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA BADAN KEPGAWAIAN DAN PENGEMBANGAN

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN. melaksanakan manajemen Pegawai Negeri Sipil Daerah yang menjadi

IV. GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN. melaksanakan manajemen Pegawai Negeri Sipil Daerah yang menjadi IV. GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN A. Tugas Pokok dan Fungsi Badan Kepegawaian Daerah (BKD) Provinsi Lampung mempunyai Tugas Pokok menyelenggarakan: 1. Sebagian kewenangan rumah tangga Provinsi (desentralisasi)

Lebih terperinci

BAB II PROFIL INSTANSI / LEMBAGA A. PROFIL BADAN KEPEGAWAIAN, PENDIDIKAN DAN PELATIHAN

BAB II PROFIL INSTANSI / LEMBAGA A. PROFIL BADAN KEPEGAWAIAN, PENDIDIKAN DAN PELATIHAN BAB II PROFIL INSTANSI / LEMBAGA A. PROFIL BADAN KEPEGAWAIAN, PENDIDIKAN DAN PELATIHAN (BKPP) 1. Sejarah singkat Sesuai dengan Qanun* kota Langsa no.4 tahun 2007 tentang Pembentukan dan Penataan Susunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bab I Pendahuluan. L K I P B K D K o t a B a n d u n g T a h u n LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Bab I Pendahuluan. L K I P B K D K o t a B a n d u n g T a h u n LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Sejalan dengan diterbitkannya Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara, Badan Kepegawaian Daerah Kota Bandung sebagai Lembaga Teknis Daerah berbentuk

Lebih terperinci

WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 102 TAHUN 2016 TENTANG

WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 102 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 102 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA BADAN KEPEGAWAIAN DAN PENGEMBANGAN SUMBER

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PROBOLINGGO

PEMERINTAH KABUPATEN PROBOLINGGO 1 PEMERINTAH KABUPATEN PROBOLINGGO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PROBOLINGGO NOMOR : 12 TAHUN 2007 T E N T A N G ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH KABUPATEN PROBOLINGGO DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BUPATI JEMBRANA PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 60 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA

BUPATI JEMBRANA PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 60 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA BUPATI JEMBRANA PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 60 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBRANA, Menimbang

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN ACEH UTARA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN ACEH UTARA LEMBARAN DAERAH KABUPATEN ACEH UTARA QANUN KABUPATEN ACEH UTARA NOMOR 9 TAHUN 2006 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH KABUPATEN ACEH UTARA BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN

Lebih terperinci

PROVINSI BANTEN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN

PROVINSI BANTEN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN PROVINSI BANTEN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 73 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA BADAN KEPEGAWAIAN, PENDIDIKAN, DAN PELATIHAN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG

PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG PERATURAN BUPATI SAMPANG NOMOR : 62 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH KABUPATEN SAMPANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SAMPANG,

Lebih terperinci

-2- Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Re

-2- Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Re GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 94 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BUPATI LAHAT PERATURAN BUPATI LAHAT NOMOR 69 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI LAHAT PERATURAN BUPATI LAHAT NOMOR 69 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI LAHAT PERATURAN BUPATI LAHAT NOMOR 69 TAHUN 2016 TENTANG NOMENKLATUR, SUSUNAN ORGANISASI DAN URAIAN TUGAS MASING-MASING JABATAN STRUKTURAL DI LINGKUNGAN BADAN KEPEGAWAIAN DAN PENGEMBANGAN SUMBER

Lebih terperinci

BUPATI TASIKMALAYA PERATURAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 40 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI TASIKMALAYA PERATURAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 40 TAHUN 2008 TENTANG BUPATI TASIKMALAYA PERATURAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 40 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS UNIT DI LINGKUNGAN BADAN KEPEGAWAIAN PENDIDIKAN DAN LATIHAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

WALIKOTA BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR WALIKOTA BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BLITAR NOMOR 76 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

WALIKOTA BANDUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BANDUNG,

WALIKOTA BANDUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BANDUNG, WALIKOTA BANDUNG PERATURAN WALIKOTA BANDUNG NOMOR 777 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN SELEKSI PINDAH DATANG PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA BANDUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BERITA DAERAH KOTA BEKASI BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 14 2010 SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 14 TAHUN 2010 TENTANG POLA KARIR PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA BEKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 71 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, URAIAN TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA BADAN KEPEGAWAIAN DAN DIKLAT

Lebih terperinci

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 43 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Dalam Negeri;

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 43 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Dalam Negeri; GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 95 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KLATEN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KLATEN, BUPATI KLATEN PERATURAN BUPATI KLATEN NOMOR 60 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN SUSUNAN ORGANISASI TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA BADAN KEPEGAWAIAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KABUPATEN KLATEN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 55 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH, PENDIDIKAN, DAN PELATIHAN

BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 55 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH, PENDIDIKAN, DAN PELATIHAN BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 55 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH, PENDIDIKAN, DAN PELATIHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MADIUN, Menimbang

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : SERI : D PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 61 TAHUN 2014 TENTANG

BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : SERI : D PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 61 TAHUN 2014 TENTANG BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 61 2014 SERI : D PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 61 TAHUN 2014 TENTANG TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA SERTA RINCIAN TUGAS JABATAN PADA BADAN PERPUSTAKAAN DAN ARSIP DAERAH

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BEKASI PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG POLA KARIR PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA BEKASI

BERITA DAERAH KOTA BEKASI PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG POLA KARIR PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA BEKASI BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 16 2013 SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG POLA KARIR PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA BEKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

GUBERNUR BALI, Mengingat

GUBERNUR BALI, Mengingat GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 89 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS KEPENDUDUKAN, PENCATATAN SIPIL DAN KELUARGA BERENCANA PROVINSI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bersama untuk mencapai tujuan tertentu. Tujuan tersebut dapat. dicapai dengan memanfaatkan sumber daya yang dimiliki baik

BAB I PENDAHULUAN. bersama untuk mencapai tujuan tertentu. Tujuan tersebut dapat. dicapai dengan memanfaatkan sumber daya yang dimiliki baik BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Organisasi merupakan sekumpulan manusia yang bekerja bersama untuk mencapai tujuan tertentu. Tujuan tersebut dapat dicapai dengan memanfaatkan sumber daya yang

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI SUMBAWA NOMOR 26 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA BADAN KEPEGAWAIAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KABUPATEN SUMBAWA

PERATURAN BUPATI SUMBAWA NOMOR 26 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA BADAN KEPEGAWAIAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KABUPATEN SUMBAWA PERATURAN BUPATI SUMBAWA NOMOR 26 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA BADAN KEPEGAWAIAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KABUPATEN SUMBAWA BUPATI SUMBAWA Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

BUPATI BANGKA PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

BUPATI BANGKA PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG BUPATI BANGKA PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SALINAN PERATURAN BUPATI BANGKA NOMOR 67 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA BADAN KEPEGAWAIAN DAN PENGEMBANGAN

Lebih terperinci

PENGANGKATAN DALAM JABATAN STRUKTURAL

PENGANGKATAN DALAM JABATAN STRUKTURAL PENGANGKATAN DALAM JABATAN STRUKTURAL Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil (PNS) dalam jabatan struktural antara lain dimaksudkan untuk membina karier PNS dalam jabatan struktural dan kepangkatan sesuai dengan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1307, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI. Pemeriksa Merk. Jabatan Fungsional. Angka Kredit. PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN BEKASI

BERITA DAERAH KABUPATEN BEKASI BERITA DAERAH KABUPATEN BEKASI NOMOR : 2009 PERATURAN BUPATI BEKASI NOMOR : 22 TAHUN 2009 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS PENDIDIKAN BUPATI BEKASI Menimbang : a. bahwa dengan telah diundangkannya

Lebih terperinci

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 107 TAHUN 2016 TENTANG

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 107 TAHUN 2016 TENTANG WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 107 TAHUN 2016 TENTANG TALENT POOL PEGAWAI NEGERI SIPIL DI PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN PELAYANAN BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH

BAB II GAMBARAN PELAYANAN BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH BAB II RENCANA STRATEGIS GAMBARAN PELAYANAN BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH A. STRUKTUR ORGANISASI Struktur organisasi Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Wonogiri diatur dalam Peraturan daerah Kabupaten Wonogiri

Lebih terperinci

Keputusan Presiden Nomor 59/P Tahun 2011; MEMUTUSKAN:

Keputusan Presiden Nomor 59/P Tahun 2011; MEMUTUSKAN: - 1 - PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL ANALIS KEIMIGRASIAN DAN ANGKA KREDITNYA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

URAIAN TUGAS JABATAN PADA ORGANISASI LEMBAGA TEKNIS DAERAH KOTA DENPASAR

URAIAN TUGAS JABATAN PADA ORGANISASI LEMBAGA TEKNIS DAERAH KOTA DENPASAR URAIAN TUGAS JABATAN PADA ORGANISASI LEMBAGA TEKNIS DAERAH KOTA DENPASAR Badan Kepegawaian Daerah Kepala Badan Pasal 42 (1) Kepala Badan mempunyai tugas : a. membuat perumusan kebijakan teknis bidang Kepegawaian

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. 4.1 Dasar Hukum Terbentuknya Badan Kepegawaian, Pendidikan, dan Latihan Kabupaten Lampung Selatan

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. 4.1 Dasar Hukum Terbentuknya Badan Kepegawaian, Pendidikan, dan Latihan Kabupaten Lampung Selatan BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Dasar Hukum Terbentuknya Badan Kepegawaian, Pendidikan, dan Latihan Kabupaten Lampung Selatan Dasar hukum terbentuknya Badan Kepegawaian, Pendidikan dan Latihan

Lebih terperinci

MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI

MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2013 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL PEMERIKSA

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 256,2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 02 TAHUN 2012 TENTANG POLA KARIER PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN SEKRETARIAT JENDERAL KOMISI PEMILIHAN

Lebih terperinci

2011, No telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 169, Tambahan Lembaran Negar

2011, No telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 169, Tambahan Lembaran Negar BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.148, 2011 BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL. Pembinaan. Pengembangan Karir. PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG POLA PEMBINAAN

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA SAMARINDA

PEMERINTAH KOTA SAMARINDA PEMERINTAH KOTA SAMARINDA PERATURAN DAERAH KOTA SAMARINDA NOMOR 06 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN, SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH (BKD) KOTA SAMARINDA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BERITA DAERAH KOTA BEKASI BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 81 2016 SERI : D PERATURAN WALI KOTA BEKASI NOMOR 81 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS POKOK DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA PADA DINAS KEPEMUDAAN DAN

Lebih terperinci

2 Indonesia Tahun 1999 Nomor 169, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3890); 2. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian (L

2 Indonesia Tahun 1999 Nomor 169, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3890); 2. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian (L No.287, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENPAN RB. Analis Keimigrasian. Jabatan Fungsional. Angka Kredit. PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

-3- BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Gubernur ini, yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Provinsi Bali.

-3- BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Gubernur ini, yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Provinsi Bali. GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 75 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS KEPEMUDAAN DAN OLAHRAGA PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL,

PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL, PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG POLA PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN KARIR PEGAWAI NEGERI SIPIL BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR 98 TAHUN 2013 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI DAN RINCIAN TUGAS UNIT BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA,

Lebih terperinci

BUPATI BANTUL PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 60 TAHUN 2008 T E N T A N G RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH KABUPATEN BANTUL

BUPATI BANTUL PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 60 TAHUN 2008 T E N T A N G RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH KABUPATEN BANTUL BUPATI BANTUL PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 60 TAHUN 2008 T E N T A N G RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH KABUPATEN BANTUL BUPATI BANTUL, Menimbang : a. bahwa sebagai tindak

Lebih terperinci

WALIKOTA BANDA ACEH PERATURAN WALIKOTA BANDA ACEH NOMOR 36 TAHUN 2009 TENTANG

WALIKOTA BANDA ACEH PERATURAN WALIKOTA BANDA ACEH NOMOR 36 TAHUN 2009 TENTANG WALIKOTA BANDA ACEH PERATURAN WALIKOTA BANDA ACEH NOMOR 36 TAHUN 2009 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN KEPEGAWAIAN, PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KOTA BANDA ACEH WALIKOTA BANDA ACEH, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM DAN LOKASI PENELITIAN. 4.1 Sejarah Singkat Kedudukan Tugas Pokok Dan Fungsi Badan. Badan Kepegawaian Daerah (BKD) merupakan unsur

BAB IV GAMBARAN UMUM DAN LOKASI PENELITIAN. 4.1 Sejarah Singkat Kedudukan Tugas Pokok Dan Fungsi Badan. Badan Kepegawaian Daerah (BKD) merupakan unsur BAB IV GAMBARAN UMUM DAN LOKASI PENELITIAN 4.1 Sejarah Singkat Kedudukan Tugas Pokok Dan Fungsi Badan Kepegawaian Daerah (BKD) Badan Kepegawaian Daerah (BKD) merupakan unsur pendukung tugas Pemerintah

Lebih terperinci

SALINAN. Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 114, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5887);

SALINAN. Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 114, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5887); SALINAN BUPATI BULUNGAN PROPINSI KALIMANTAN UTARA PERATURAN BUPATI BULUNGAN NOMOR 36 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, RINCIAN TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

Lebih terperinci

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR 73 TAHUN 2016 Menimbang TENTANG TUGAS POKOK DAN RINCIAN TUGAS UNIT BADAN KEPEGAWAIAN, PENDIDIKAN DAN PELATIHAN DAERAH KOTA

Lebih terperinci

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 61 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 61 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 61 TAHUN 2016 TENTANG TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA UNSUR ORGANISASI BADAN KEPEGAWAIAN DAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BUPATI SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 82 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 82 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 82 TAHUN 2016 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI, KEDUDUKAN, TUGAS POKOK DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA BADAN KEPEGAWAIAN DAN PENGEMBANGAN SUMBER

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.287, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENPAN RB. Analis Keimigrasian. Jabatan Fungsional. Angka Kredit. PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

PROFIL BADAN KEPEGAWAIAN DAN DIKLAT

PROFIL BADAN KEPEGAWAIAN DAN DIKLAT PROFIL BADAN KEPEGAWAIAN DAN DIKLAT A. SEJARAH SINGKAT BADAN KEPEGAWAIAN DAN DIKLAT : Sejak Tahun 2006-2008 pengelola Kepegawaian Pemerintah Daerah Kabupaten Karawang, merupakan Bagian Kepegawaian Setda

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 58 TAHUN 2000 TENTANG SEKRETARIAT NEGARA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 58 TAHUN 2000 TENTANG SEKRETARIAT NEGARA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 58 TAHUN 2000 TENTANG SEKRETARIAT NEGARA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dalam rangka memberikan dukungan staf dan pelayanan administrasi kepada

Lebih terperinci

BUPATI GRESIK PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI GRESIK PROVINSI JAWA TIMUR p BUPATI GRESIK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI GRESIK NOMOR 61 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KEPEMUDAAN DAN OLAH RAGA KABUPATEN GRESIK DENGAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT ALLAH SUBHANAHUWATA ALA WALIKOTA LANGSA,

DENGAN RAHMAT ALLAH SUBHANAHUWATA ALA WALIKOTA LANGSA, QANUN KOTA LANGSA NOMOR 4 TAHUN 2004 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA SEKRETARIAT DAERAH DAN SEKRETARIAT DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA LANGSA DENGAN RAHMAT ALLAH SUBHANAHUWATA ALA WALIKOTA

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TOBA SAMOSIR,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TOBA SAMOSIR, SALINAN BUPATI TOBA SAMOSIR PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN BUPATI TOBA SAMOSIR NOMOR 86 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH

Lebih terperinci

BUPATI KAPUAS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KAPUAS NOMOR 42 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI KAPUAS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KAPUAS NOMOR 42 TAHUN 2016 TENTANG 1 SALINAN BUPATI KAPUAS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KAPUAS NOMOR 42 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN KAPUAS

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI DOMPU NOMOR 06 TAHUN 2006 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI, BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH KABUPATEN DOMPU BUPATI DOMPU

PERATURAN BUPATI DOMPU NOMOR 06 TAHUN 2006 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI, BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH KABUPATEN DOMPU BUPATI DOMPU PERATURAN BUPATI DOMPU NOMOR 06 TAHUN 2006 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI, BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH KABUPATEN DOMPU BUPATI DOMPU Menimbang Mengingat : : a. b. 1. bahwa dalam pasal 12 ayat (1) Peraturan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN PELAYANAN BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH

BAB II GAMBARAN PELAYANAN BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH BAB II GAMBARAN PELAYANAN BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH A. STRUKTUR ORGANISASI Susunan Organisasi Badan Kepegawaian Daerah terdiri dari Kepala Sekretariat Sub Bagian Perencanaan dan Pelaporan Sub Bagian Keuangan

Lebih terperinci

BUPATI PACITAN PERATURAN BUPATI PACITAN NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI PACITAN PERATURAN BUPATI PACITAN NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG BUPATI PACITAN PERATURAN BUPATI PACITAN NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG URAIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN PACITAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PACITAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.288, 2014 KEMENPAN RB. Pemeriksa Keimigrasian. Jabatan Fungsional. Angka Kredit. PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

Oleh : S u p a n d i, SE (Kabid Pengembangan BKD Kab. Kolaka) A. Pendahuluan

Oleh : S u p a n d i, SE (Kabid Pengembangan BKD Kab. Kolaka) A. Pendahuluan PROMOSI JABATAN MELALUI SELEKSI TERBUKA PADA JABATAN ADMINISTRATOR; TATA CARA PELAKSANAAN DAN KEMUNGKINAN PENERAPANNYA DILINGKUNGAN PEMERINTAH KAB. KOLAKA Oleh : S u p a n d i, SE (Kabid Pengembangan BKD

Lebih terperinci

WALIKOTA TASIKMALAYA

WALIKOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR 33 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI DAN RINCIAN TUGAS UNIT BADAN KESATUAN BANGSA, POLITIK DAN PERLINDUNGAN MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2018 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA LEMBAGA

Lebih terperinci

WALIKOTA BENGKULU PROVINSI BENGKULU

WALIKOTA BENGKULU PROVINSI BENGKULU WALIKOTA BENGKULU PROVINSI BENGKULU PERATURAN WALIKOTA BENGKULU NOMOR 44 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA BADAN DAERAH KOTA BENGKULU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BUPATI BANYUMAS PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 22 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI BANYUMAS PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 22 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN BUPATI BANYUMAS PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 22 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA DAN PERSYARATAN PENGANGKATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL DALAM JABATAN ADMINISTRASI DI LINGKUNGAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

IV. ANALIS KEPEGAWAIAN

IV. ANALIS KEPEGAWAIAN IV. ANALIS KEPEGAWAIAN A. DASAR HUKUM 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Pokok-pokok Kepegawaian; 2. Peraturan Pemerintah Nomor

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI HUMBANG HASUNDUTAN PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN BUPATI HUMBANG HASUNDUTAN NOMOR 56 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 47 TAHUN 2010 TENTANG PETUNJUK TEKNIS JABATAN FUNGSIONAL PENGAWAS PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DI DAERAH DAN ANGKA KREDITNYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK PKLM. A. Sejarah Singkat Berdirinya Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK PKLM. A. Sejarah Singkat Berdirinya Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK PKLM A. Sejarah Singkat Berdirinya Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kota Sibolga Pada awalnya Kota Sibolga adalah Kota Administratif yang masih berada di wilayah Kabupaten

Lebih terperinci

GUBERNUR KEPULAUAN RIAU

GUBERNUR KEPULAUAN RIAU GUBERNUR KEPULAUAN RIAU PERATURAN GUBERNUR KEPULAUAN RIAU NOMOR 47 TAHUN 2015 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KEPULAUAN

Lebih terperinci

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 28 TAHUN 2016 TENTANG

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 28 TAHUN 2016 TENTANG WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 28 TAHUN 2016 TENTANG POLA KARIER PEGAWAI NEGERI SIPIL DI PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

2014, No Nomor 169, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3890); 2. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian (Lemb

2014, No Nomor 169, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3890); 2. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian (Lemb BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.288, 2014 KEMENPAN RB. Pemeriksa Keimigrasian. Jabatan Fungsional. Angka Kredit. PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

WALIKOTA YOGYAKARTA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 37 TAHUN 2014

WALIKOTA YOGYAKARTA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 37 TAHUN 2014 WALIKOTA YOGYAKARTA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 37 TAHUN 2014 TENTANG PEMBERIAN TUGAS BELAJAR DAN IZIN BELAJAR BAGI PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN WALIKOTA PROBOLINGGO NOMOR 86 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, URAIAN TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PENDIDIKAN, PEMUDA

Lebih terperinci

BERITA NEGARA. KEMENRISTEK-DIKTI. Polimdo. Orta. Pencabutan. PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA. KEMENRISTEK-DIKTI. Polimdo. Orta. Pencabutan. PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA No.630, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENRISTEK-DIKTI. Polimdo. Orta. Pencabutan. PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2016 TENTANG ORGANISASI

Lebih terperinci

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 55 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 55 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 55 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 72 Tahun : 2016

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 72 Tahun : 2016 BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 72 Tahun : 2016 PERATURAN BUPATI GUNUNGKIDUL NOMOR 72 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS,

Lebih terperinci

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI BULUKUMBA NOMOR 102 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI BULUKUMBA NOMOR 102 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI BULUKUMBA NOMOR 102 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, TUGAS DAN FUNGSI, SUSUNAN ORGANISASI, DAN TATA KERJA BADAN KEPEGAWAIAN DAN PENGEMBANGAN SUMBER

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI GROBOGAN NOMOR 46 TAHUN 2008

PERATURAN BUPATI GROBOGAN NOMOR 46 TAHUN 2008 BUPATI GROBOGAN PERATURAN BUPATI GROBOGAN NOMOR 46 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI, URAIAN TUGAS JABATAN DAN TATA KERJA ORGANISASI BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH KABUPATEN GROBOGAN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 59 TAHUN 2016 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 59 TAHUN 2016 TENTANG GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 59 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, URAIAN TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PROVINSI JAWA TIMUR

Lebih terperinci

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 99 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 99 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 99 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA BADAN KEPEGAWAIAN, PENDIDIKAN, DAN PELATIHAN

Lebih terperinci

WALIKOTA BANJARBARU PERATURAN WALIKOTA BANJARBARU NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG

WALIKOTA BANJARBARU PERATURAN WALIKOTA BANJARBARU NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG SALINAN WALIKOTA BANJARBARU PERATURAN WALIKOTA BANJARBARU NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI, URAIAN TUGAS DAN TATA KERJA DINAS PERUMAHAN, TATA RUANG DAN PENGAWASAN BANGUNAN KOTA BANJARBARU

Lebih terperinci

Peraturan...

Peraturan... PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2014 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL PELELANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDAYAGUNAAN

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM INSTANSI

BAB II GAMBARAN UMUM INSTANSI BAB II GAMBARAN UMUM INSTANSI 2.1. Deskripsi Singkat Instansi Biro Umum Sekretariat Daerah (SETDA) Provinsi Jawa Timur terdiri dari beberapa biro, salah satunya adalah biro umum. Kantor SETDA ini terletak

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LANDAK,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LANDAK, PERATURAN BUPATI LANDAK NOMOR 26 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI, STRUKTUR ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN KEPEGAWAIAN, PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KABUPATEN LANDAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI TANAH BUMBU NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI TANAH BUMBU NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI TANAH BUMBU NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI, URAIAN TUGAS DAN TATA KERJA UNSUR-UNSUR ORGANISASI BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM. kecamatan dan 84 kelurahan menjadi 13 kecamatan dan 98 kelurahan.

IV. GAMBARAN UMUM. kecamatan dan 84 kelurahan menjadi 13 kecamatan dan 98 kelurahan. 51 IV. GAMBARAN UMUM A. Kondisi Wilayah Kota Bandar Lampung Kota Bandar Lampung pintu gerbang Pulau Sumatera. Sebutan ini layak untuk ibu kota Propinsi Lampung. Kota yang terletak di sebelah barat daya

Lebih terperinci

WALIKOTA BIMA PERATURAN WALIKOTA BIMA NOMOR TAHUN 2014 TENTANG RINCIAN TUGAS DAN FUNGSI BADAN KESATUAN BANGSA DAN POLITIK KOTA BIMA

WALIKOTA BIMA PERATURAN WALIKOTA BIMA NOMOR TAHUN 2014 TENTANG RINCIAN TUGAS DAN FUNGSI BADAN KESATUAN BANGSA DAN POLITIK KOTA BIMA WALIKOTA BIMA PERATURAN WALIKOTA BIMA NOMOR TAHUN 2014 TENTANG RINCIAN TUGAS DAN FUNGSI BADAN KESATUAN BANGSA DAN POLITIK KOTA BIMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BIMA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BUPATI WAY KANAN PROVINSI LAMPUNG

BUPATI WAY KANAN PROVINSI LAMPUNG -1- BUPATI WAY KANAN PROVINSI LAMPUNG PERATURAN BUPATI WAY KANAN NOMOR 29 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA BADAN KEPEGAWAIAN DAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA

Lebih terperinci

Pemerintah Kota Pariaman

Pemerintah Kota Pariaman Pemerintah Kota Pariaman Laporan Akuntabilitas Kinerja Badan Kepegawaian Daerah Tahun 2016 1 BAB I PENDAHULUAN Pegawai ASN berperan sebagai perencana, pelaksana, dan pengawas penyelenggaraan tugas umum

Lebih terperinci

BUPATI GRESIK PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI GRESIK PROVINSI JAWA TIMUR p BUPATI GRESIK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI GRESIK NOMOR 57 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PERHUBUNGAN KABUPATEN GRESIK DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci