BAB I PENDAHULUAN. tata cara, mode, gaya hidup dan norma-norma yang ada. Bukan saja bagi individu

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Media massa pers, televisi, radio, dan media lain, serta proses komunikasi massa lainnya merupakan institusi yang penting dalam masyarakat. Media juga merupakan industri yang berperan sebagai wahana pengembangan kebudayaan, tata cara, mode, gaya hidup dan norma-norma yang ada. Bukan saja bagi individu untuk memperoleh gambaran dan citra realitas sosial, tetapi juga bagi masyarakat dan kelompok secara kolektif. 1 Televisi adalah salah satu diantara sekian banyak industri hiburan dan kesenangan. Televisi memiliki hubungan interaktif yang penting dengan intitusi hiburan lain, dimana ketertarikan dan nilai-nilai masing-masing bagi publik menjadi produk dari jaringan saling mendukung dan menguntungkan. 2 Di negara Eropa, Amerika dan negara maju lainnya, puluhan stasiun televisi tersedia dan dapat dipilih sekenhendak hati. Mereka bersaing untuk menyajikan acara-acaranya yang terbaik agar dapat dityonton oleh masyarakat semuanya, tentunya dilandasi dengan perhitungan bisnis. Media televisi Indonesia, tumbuh semarak sejak tahun 1962 mulai memasuki kehidupan masyarakat Indonesia dengan kehadiran Televisi Republik Indonesia (TVRI). Setelah tiga puluh enam tahun kemudian, muncul stasiun televisi swasta setiap tahunnya. Secara beruntun, pertama kali muncul adalah 1 Denis McQuail, Teori Komunikasi Massa, Suatu pengantar, Penerbit Erlangga, Jakarta, hal 3. 2 Graeme Burton, Membincangkan televisi,jalasutra, yogyakarta, 2007, hal 97.

2 RCTI, kemudian diikuti oleh SCTV, TPI, ANTV, dan Indosiar. Dan belum lagi terbukti hingga periode tahun berikutnya, stasiun televisi nasional terus bertambah dan yang beroperasi di Indonesia sekarang ini berjumlah 11 stasiun, yakni RCTI, SCTV, ANTV, INDOSIAR, Tvone, TPI, GLOBALTV, TRANS TV, TRANS7, METRO TV, dan TVRI. Dengan jumlah sedemikian banyak tersebut, pengelola televisi dipaksa menghadirkan acara yang berating tinggi agar dinikmati pengiklan, tetapi banyak acara-acaranya kurang bermutu menyibukan kita dengan banyaknya komplain dan segala macam tuntutan mengenai tayangan televisi dan segala macam content tayangan yang jauh dari kesan mendidik. Film sebagai penemuan teknologi baru telah muncul pada akhir abad ke 19, sebenarnya tidak terlalu baru dilihat dari segi isi dan fungsi. Film telah berpern sebagai sarana baru yang digunakan untuk menyebarkan hiburan yang menyajikan cerita, pendidikan, peristiwa, komedi, musik, drama dan sajian-sajian lainnya kepada masyarakat. Keberadaan film menjadikan khalayak lebih banyak tahu lagi arti hidup, dimana film banyak menggambarkan suatu kejadian yang nyata pada masyarakat sekarang ini kedalam sebuah cerita film fiksi maupun non fiksi. Sebagai media hiburan, film memilki fungsi sosial sekaligus membawa informasi dan sanggup mempengaruhi selera, sikap-sikap, nilaipengertian dan kesadaran manusia mengenai diri dan lingkungan kehidupan. Film memiliki kemampuan untuk menarik perhatian orang dan sebagian lagi didasari bahwa film memiliki kemapuan mengantar pesan secara unik.

3 Film mengalami integrasi besar-besaran dengan media lainnya, terutama dengan penerbit buku, musik populer dan bahkan dengan televisi sendiri. Terlepas dari kenyataan menurunnya jumlah penonton film, film justru mampu mencapai kekhususan tertentu (Jowet and Linton, 1980), yakni sebagai sarana pameran bagi media lain dan sebagai sumber budaya yang berkaitan erat dengan buku, film kartun, bintang televisi dan film seri, serta lagu. Dengan demikian, dewasa ini film berperan sebagai pembentuk budaya massa, bukannya semata-mata mengharapkan media lainnya sebagaimana peran film pada masa lalu. 3 Film-film yang bertemakan kekerasan khususnya dapat kita temukan pada film-film yang berlatar belakang action dewasa, seperti film perang, horor maupun film-film lainnya yang sarat dengan muatan kekerasan, seperti pembunuhan, pemukulan maupun adegan-adegan kekerasan lainnya. Tidak semua tayangan kekerasan itu berbau negatif, karena ada beberapa adegan tayangan yang harus ditayangkan, sebagai pelajaran berarti bagi penonton. Misalnya film tentang bahaya dan dosa menganiaya orang, tentunya tetap ditampilkan adegan kekerasan yang harus disesuaikan dengan regulasi penyiaran. 4 Tetapi adegan-adegan yang sarat dengan kekerasan tersebut tidak hanya kita jumpai pada film action dewasa saja, dalam film kartun anak pun banyak kita jumpai adegan-adegan kekerasan yang dapat menimbulkan berbagai macam persepsi yang berbeda-beda pada setiap orang yang menontonnya, termasuk anakanak itu sendiri. 3 Denis McQuail, Op.Cit. hal 15 4 M. Rizka Chamami, mendewasakan Penonton Televisi, Newsletter Komisi Penyiaran Indonesia, Oktober-Desember 2007, hal 38.

4 Menurut Sarlito Wirawan mantan ketua Komisi Penegakan Pedoman Perilaku Televisi (KP3T) yang dibentuk oleh Asosiasi Televisi Swasta Indonesia (ATVSI) mengatakan produser-produser televisi hanya mementingkan rating, mereka tak lagi memperhatikan kaidah pendidikan moral, dan etika. 5 Agar filmnya mendapat rating yang bagus, pengelola lembaga perfilman dan production house yang bersangkutan terkesan menghalalkan segala cara untuk menghasilkan keuntungan yang sebesar-besarnya, termasuk menayangkan tayangan-tayangan yang tidak sesuai bagi anak-anak. Dalam film (televisi) sering disajikan dalam adegan pemukulan, pemerkosaan, perusakan, dan sebagainya yang merusak dan mencelakakan orang lain. Adegan kekerasan ini dianggap sebagai bagian yang ramai dari penyajian film, penonton menyukainya, dan produser tentu saja menyukai pula. Adegan seks dan adegan kekerasan adalah pemancing penonton yang paling manjur. Akibatnya, persentase film-film darah dan dada makin meningkat. Di Indonesia, belakangan gejala seperti ini mulai menonjol. 6 Film kartun adalah salah satu bentuk tayangan yang menarik untuk ditonton oleh segala usia, apalagi isi dan muatan ceritanya menarik dan menghibur. Dewasa ini, film kartun dikemas lebih baik dan menarik dari segi penampilan gambar maupun ide cerita yang ringan dan menghibur disaat kita penat dengan aktifitas kerja seharian. Film kartun, pemirsa dan audiensnya tidak hanya didominasi oleh pemirsa anak-anak, tetapi oleh pemirsa dewasa yang memang menggemari tayangan film kartun tersebut. Film kartun dikemas dan 5 Republika.co.id : semua karena soal rating, Jalaludin Rahmat, psikologi Komunikasi, edisi revisi, rosdakarya, Bandung,2004. Hal 242.

5 dibuat agar sedekat mungkin dengan audiensnya dengan tujuan menghibur dan berisikan cerita yang ringan dan mudah dimengerti. Cerita film kartun yang merupakan kontruksi imanijasi pembuat film berdasarkan pengalaman dan pengetahuan mereka mengenai kehidupan sehari-hari manusia yang menarik untuk dituangkan kedalam sebuah cerita. Film kartun Popeye adalah salah satu film kartun legendaris, tokoh dua orang pelaut yang bernama popeye dan brutus yang bermusuhan dan menciptakan aksi-aksi yang konyol dan lucu demi mendapatkan kekasih yang bernama olive. Popeye diciptakan oleh Elzie Crisler Segar pada tahun 1929 awalnya sebagai komik strip di harian King Features. Pada tahun 1933, dimulailah debut Popeye dalam dunia motion pictures. Popularitas Popeye terus bertahan hingga Masa-masa ketika Popeye berjaya adalah masa-masa Amerika mengalami depresi, sekaligus perang dunia. Pengetatan ekonomi berlangsung di mana-mana. 7 Tokoh Popeye dan Bluto ini merupakan tokoh yang identik dengan permusuhan yang tidak ada habisnya, dimana lebih banyak adegan saling memukul, saling kejar-kejaran, dan adegan lainnya yang sarat dengan kekerasan. Film kartun amerika Popeye dengan adegan pukul-pukulan tidak akan muncul di beberapa TV inggris karena dinilai tidak edukatif bagi anak-anak, hanya mengajarkan kekerasan kepada mereka. 8 Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) menghimbau masyarakat mewaspadai tayangan film kartun terutama Popeye The Sailorman untuk pemirsa anak-anak. 9 Anggota KPI Pusat, Yazirwan Uyun meminta kepada media yang ada supaya menghimbau masyarakat agar 7 www. popeye-bukan-sahabat-kita.html mei 08 9 www. beritabaru.com

6 tidak lagi memperkenankan anak-anak menonton film kartun Tom & Jerry serta Popeye. 10 Di Inggris, beberapa orang tua mengeluhkan beberapa episode kartun All New Popeye kepada pengatur jaringan televise Inggris, Ofcom. Beberapa episode yang menjadi keluhan para orang tua antara lain : Popeye s Self Defence, Punch and judo, Popeye Stump Bluto, Popeye Versus Machine, dan Popeye and The Pirates, mereka memprotes beberapa adegan yang ditayangkan di episodeepisode tersebut tidak pantas disaksikan anak kecil. 11 Beberapa waktu lalu, ANTV telah menyajikan program film kartun Popeye episode Punch and judo pada bulan januari 2010 lalu. Pada episode ini diceritakan Popeye mengunjungi rumah panti asuhan dengan membawakan sebuah hadiah kepada anak-anak panti asuhan. Popeye memberikan televisi untuk anak-anak panti asuhan tersebut sehingga mereka dapat menonton televisi. Popeye menghidupkan televisi tersebut dan memberikan tayangan pertandingan tinju. Ternyata yang bertinju adalah Popeye, lalu Popeye berlari keluar menuju pertandingan tersebut. Yang menjadi lawan Popeye adalah Champ, Sang Juara yang memiliki Tubuh yang besar. Popeye mendapatkan pummelled di putaran pertama, namun semangat juang terlaksana dan menyarankan dia untuk mengalahkan lawannya. Dalam putaran kedua, Popeye menjadi bersemangat dan dapat memukul Champ. Dalam Putaran Ketiga, Champ kemudian berbuat curang dengan menggunakan soket lampu untuk menyetrum Popeye, berbagai kecurangan dilakukan Champ kepada Popeye. Popeye pun babak belur bahkan idnews/66029/idkanal/231,25april2008

7 menjadi balok es, lalu anak-anak panti asuhan memberikan bayam kepada Popeye melalui televisi, dan akhirnya Popeye menjadi kuat kembali dan memukul Champ hingga keluar televisi. Popeye pun memenangkan pertandingan tinju tersebut. Alasan mengapa peneliti ingin meneliti lebih jauh tentang film kartun Popeye episode Punch and judo ini adalah karena pada episode ini isi tayangan justru menampilkan kekerasan yang berlebihan dan tidak wajar yang tidak sesuai dengan tayangan anak-anak. Sedangkan film kartun seharusnya menyajikan tayangan yang isinya menghibur dan mendidik. Ketika serial film kartun Tin-Tin populer di tanah air sekitar tahun 90an, gaya rambut anak muda Indonesia rata-rata meniru gaya rambut Tin-Tin. Praktis gaya rambut mancung kedepan itu mewabah hampir disemua kalangan remaja tanah air, hal ini menjadi bukti betapa berpengaruhnya film kartun dalam menelorkan nilai di masyarakat. Maka dari itu peneliti berusaha meneliti tayangan film kartun Popeye episode Punch and Judo tersebut ditinjau dari perspektif perilaku kekerasan yang tidak sesuai bagi anak-anak. I. 2 Rumusan Masalah Sesuai dengan latar belakang di atas, maka yang menjadi masalah dari penelitian ini adalah bagaimana pembingkaian tayangan kekerasan dalam film kartun Popeye di ANTV episode Punch and Judo?

8 I. 3 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pembingkaian kekerasan pada film kartun Popeye di ANTV episode Punch and Judo. I. 4 Signifikansi Penelitian Signifikansi Akademis Dilihat dari sisi akademis, penelitian ini dapat bermanfaat bagi perkembangan dunia broadcasting. Penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi mengenai analisis atau penelitian mengenai media, khususnya film kartun, serta dapat memberikan suatu gambaran baru bahwa dalam media, tidak hanya dapat dicari ideologi saja yang terkandung, tetapi dapat pula dilihat dari makna dari unsur kekerasannya yang terkandung didalam sebuah film kartun Signifikansi Praktis Penelitian ini di harapkan dapat bermanfaat bagi para praktisi pelaksana produksi film kartun maupun pihak stasiun televisi didalam dunia penyiaran maupun dunia pertelevisian di indonesia, dan dapat memberikan inspirasi dan kontribusi bagi pelaksana dan pekerja media didunia perfilman, khususnya para broadcaster maupun kreator film kartun di Indonesia, dan diharapkan lebih peduli terhadap perkembangan perilaku anak-anak sebagai generasi penerus masa depan. Bagi pelaksana produksi program film kartun dan stasiun televisi diharapkan lebih peka terhadap perkembangan mental anak-anak yang sebagian besar diperoleh dengan menonton tayangan televisi.