RIAU ELEPHANT CONSERVATION PROGRAM. l Edisi : April - Juni 2007

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "RIAU ELEPHANT CONSERVATION PROGRAM. l Edisi : April - Juni 2007"

Transkripsi

1 RIAU ELEPHANT CONSERVATION PROGRAM l Edisi : April - Juni 2007

2 Susunan Redaksi Penanggungjawab Dudi Rufendi Redaksi Nursamsu Sri Mariati Dani Rahadian Suhandri Syamsidar M. Yudi Agusrin Bulletin intern WWF Indonesia Riau Conservation Program Alamat Redaksi: Perkantoran Grand Sudirman B.1 Jl. Dt. Setia Maharaja - Pekanbaru Telp/Fax: (0761) tessonilo@wwf.or.id Website: tessonilo DAFTAR ISI l Patroli Perambahan di Tesso Nilo l Penanganan Perambahan di Taman Nasional Tesso Nilo l Pengukuhan Tim Tesso Nilo l Pengusiran Gajah di Redang Seko l Taman Wisata Alam Desa Buluh Cina l Seekor Harimau Buntung di Taman Nasional Tesso Nilo l Semarak Peringatan Hari Lingkungan Hidup se Dunia Bersama Dengan Pecinta Alam l Peringatan Hari Bumi se Dunia Tahun 2007 S alam Lestari, Pembaca yang terhormat, Selamat bertemu kembali dengan Buletin dan seperti harapan kami bahwa kehadiran buletin ini dapat menjadi sumber informasi terutama mengenai upaya konservasi di Tesso Nilo. Upaya untuk mengamankan Tesso Nilo dari perambahan, pembalakan liar dan kebakaran hutan dan lahan sudah menjadi semangat bersama terutama bagi stakeholder di Tesso Nilo. Hal ini terbukti dengan ditandatanganinya kesepakatan bersama untuk pencegahan dan penanggulangan perambahan, illegal logging dan kebakaran hutan dan lahan di Tesso Nilo oleh sepuluh lembaga terkait pada tanggal 1 Maret Salah satu implementasi dari kesepakatan bersama tersebut adalah melakukan patroli bersama pengamanan kawasan Taman Nasional Tesso Nilo dan usulan perluasannya dari kegiatan illegal. Sejak dilakukannya penandatanganan Kesepakatan Bersama tersebut hingga Juni, telah dilaksanakan empat kali patroli. Namun ternyata tugas dan tanggung jawab tim patroli tidak berjalan mulus, ketika melaksanakan patroli yang ketiga tim patroli dihadang dan dikeroyok oleh ratusan perambah yang telah terprovokasi. Tiga dari anggota patroli mendapat pukulan dan hantaman yang serius dari perambah tersebut. Selain itu tim sempat disandera beberapa jam oleh para perambah sebelum akhirnya dibebaskan setelah terjadi negosiasi. Ini adalah sebagian informasi yang akan pembaca dapatkan pada edisi kali ini. Insiden ini sungguh disayangkan; tim patroli yang sebagian anggotanya merupakan petugas penegak hukum ketika melaksanakan tugasnya mendapat tantangan dari pihak-pihak tidak bertanggung jawab. Menanggapi insiden ini, tim bersepakat untuk menyerahkannya kepada proses hukum yang berlaku dengan harapan penuntasan kasus ini dapat memberikan efek yang lebih besar untuk perlindungan Tesso Nilo. Upaya penanganan perambahan dan perluasan Taman Nasional Tesso Nilo memang sudah menjadi agenda bersama, hal ini sejalan dengan dibentuknya Tim Penanggulangan Perambahan Hutan dan Lahan Serta Perluasan Pada Taman Nasional Tesso Nilo lewat Surat Keputusan Gubernur Riau Kpts:271.a/VII/2007 pada tanggal 3 Juli Kita berharap dengan semangat kebersamaan ini, upaya-upaya yang dilakukan untuk melestarikan kawasan hutan Tesso Nilo sebagai salah satu alternatif pemecahan permasalahan konflik manusia-gajah di Riau akan segera menemui titik terang. Pada edisi kali ini, redaksi juga memuat sekilas informasi tentang kerjasama Yayasan WWF-Indonesia dengan masyarakat Buluh Cina. Desa Buluh Cina adalah salah satu aset wisata provinsi Riau oleh karena itu sudah selayaknya kita bersama berpartisipasi mengembangkannya secara aktif maupun tidak langsung. Selain itu pembaca juga akan mendapatkan informasi mengenai konflik gajah-manusia di Dusun Redang Seko Kecamatan Ukui Kabupaten Pelalawan dimana lebih kurang dua ekor gajah liar dilaporkan memasuki perkebunan dan pemukiman masyarakat. Selain itu, seekor harimau buntung berhasil diabadikan oleh camera trap di Taman Nasional Tesso Nilo. Kaki harimau tersebut diduga buntung karena terkena jerat yang dipasang oleh pemburu. Sungguh sangat disayangkan perburuan si Raja Rimba tersebut masih berlangsung, sementara jumlahnya semakin sedikit saja. Selain itu keterancamannya juga semakin tinggi karena hidupnya kian terdesak karena habitatnya yang kian tergerus. Akhir kata kami mengucapkan selamat membaca dan berharap bahwa semangat kebersamaan untuk upaya konservasi semakin mempererat kita. Kritik dan saran Anda tetap kami nantikan. Wassalam, Dudi Rufendi Program Manager DARI REDAKSI 2

3 LAPORAN UTAMA Patroli Perambahan di Tesso Nilo Tim patroli mensosialisasikan peraturan terkait kepada perambah Foto : Tim Patroli Kawasan hutan Tesso Nilo sebagai hutan dataran rendah lawan, Balai Taman Nasional Tesso Dinas Kehutanan Kabupaten Pela- yang memiliki keanekaragaman hayati tertinggi di dunia dan merupakan habitat gajah Sumatera yang masih relatif aman perlu dijaga keseimbangannya. Perambahan, pembalakan liar dan kebakaran hutan dan lahan adalah Nilo, BBKSDA Riau, Yayasan Taman Nasional Tesso Nilo, WWF Indonesia-Program Konservasi Riau, Forum Masyarakat Tesso Nilo, PT. RAPP, PT. Nanjak Makmur, PT. Siak Raya Timber, dan PT. Hutani Sola Lestari pada tanggal 1 Maret 2007 ancaman besar yang mengancam telah menandatangani Kesepakatan keutuhan ekosistem kawasan tersebut. Sebagian hutan Tesso Nilo dibuka untuk kemudian dijadikan kebun sawit dan pemukiman. Hingga Agustus 2006 seluas ± ha kawasan Taman Nasional Tesso Nilo (TNTN) dan ± ha kawasan di luar TNTN yang kini menjadi kawasan usulan perluasan TNTN telah dirambah. Untuk membantu pemerintah pusat dan pemerintah provinsi Riau dalam hal mencegah laju kerusakan yang lebih tinggi, sepuluh institusi terkait yang terdiri dari Bersama untuk melakukan upaya membantu pencegahan dan penanggulangan perambahan, illegal logging dan kebakaran hutan dan lahan di Tesso Nilo. Tim ini kemudian disebut Tim Tesso Nilo. Perlunya penyelamatan salah satu kawasan hutan dataran rendah yang masih tersisa di Pulau Sumatera yang juga merupakan habitat gajah yang masih relatif aman merupakan dasar dari pembentukan tim ini. Untuk merealisasikannya, stakeholder terkait di Tesso Nilo berkomitmen membuat rencana kegiatan bersama tentang pencegahan dan penanggulangan perambahan hutan, illegal logging, kebakaran hutan dan lahan di kawasan Tesso Nilo. Adapun ruang lingkup tugas tim ini adalah: 1. Melakukan Patroli pengamanan hutan di kawasan Tesso Nilo (Taman Nasional Tesso Nilo, konsesi HPH PT. Siak Raya Timber, PT. Hutani Sola Lestari dan PT. Nanjak Makmur) yang arealnya termasuk wilayah administrasi Kabupaten Pelalawan 2. Melakukan penyuluhan, sosialisasi status hukum perambahan kawasan hutan 3. Melakukan peringatan terhadap perambah dan penebang illegal 4. Melakukan pemeriksaan dan pendataan pengguna jalan akses 5. Melakukan pemeriksaan di check point 6. Melakukan pencegahan dan penanggulangan kebakaran hutan dan lahan 7. Melakukan pelaporan dan proses lebih lanjut kepada pihak berwenang Sejak ditandatanganinya Kesepakatan Bersama tersebut hingga pertengahan tahun 2007, Tim Tesso Nilo telah melakukan patroli bersama sebanyak empat kali yaitu: 1. Patroli pertama: 20 s/d 24 Maret Patroli kedua : 10 s/d 14 April Patroli ketiga: 2 s/d 3 Mei 3

4 LAPORAN UTAMA Patroli keempat : 25 s/d 29 Juni 2007 Sementara itu patroli dalam kawasan taman nasional sendiri lebih diintensifkan oleh Balai Taman Nasional Tesso Nilo (BTNTN) bersama dengan WWF, Kepolisian Sektor Ukui dan masyarakat sekitar TNTN. Pelaksanaan kegiatan patroli di kawasan usulan perluasan TNTN pada dasarnya merupakan langkah persuasif kepada para perambah dan pembalak liar yang melakukan aktifitas liar di kawasan hutan tersebut. Dengan demikian diharapkan para pelaku kegiatan illegal di Tesso Nilo dapat memahami bahwa kegiatan yang mereka lakukan melanggar hukum dan peraturan yang berlaku dan dapat secara sukarela menghentikan kegiatan illegalnya di kawasan hutan Tesso Nilo. Hingga kini perambahan, pembalakan liar, kebakaran hutan dan lahan masih tetap terjadi baik di dalam Taman Nasional Tesso Nilo maupun di kawasan usulan perluasannya. Menurut analisa GIS (Geographic Information System) atau Sistem Informasi Geografi hingga pertengahan 2006 kawasan yang dirambah di dalam Taman Nasional seluas ± ha dimana ± 370 kk mendiami kawasan tersebut. Sedangkan di luar taman nasional yang kini tengah diusulkan menjadi kawasan perluasan TNTN telah dirambah seluas ± ha dan sekitar kk mendiami kawasan hutan tersebut. Sementara itu pemecahan masalah ini sejauh ini belum menemukan titik terang padahal kondisi ini akan terus memicu tidak saja konflik manusia dengan gajah tapi juga konflik sosial budaya. Oleh karena itu peranan berbagai pihak seperti dunia usaha dalam penanganan perambahan dan percepatan perluasan taman nasional tersebut sangat diperlukan. Selain itu penegakan hukum yang tegas atas kegiatan illegal di kawasan tersebut diyakini akan memberikan contoh positif bagi perlindungan hutan-hutan yang tersisa di provinsi Riau. Hambatan Yang Dihadapi oleh Tim Tesso Nilo Pada patroli pertama dan kedua, tim patroli Tesso Nilo telah melaksanakan tugasnya memberikan penyuluhan tentang peraturan terkait kepada para perambah dan pembalak liar yang ditemui di lapangan. Bila pada patroli pertama, tim melakukan pendataan tentang perambahan di kawasan hutan Tesso Nilo, pada patroli kedua tim juga melakukan penyitaan beberapa barang bukti kegiatan illegal di kawasan hutan Tesso Nilo berupa chainsaw. Pada patroli ketiga tepatnya pada tanggal 3 Mei 2007, tim patroli pengamanan hutan Tesso Nilo mendapatkan suatu kendala besar Sebuah camp pekerja pembibitan sawit dalam hutan Tesso Nilo, Foto : Samsul Komar/ WWF-Tesso Nilo Program yaitu dihadang oleh ratusan perambah yang telah terprovokasi. Hari itu tepatnya pukul 5 sore, tim tengah dalam perjalanan pulang ke luar dari melakukan patroli disekitar konsesi PT. Siak Raya Timber. Ketika tim sampai di km 60, Desa Bukit Kesuma kawasan yang masuk dalam usulan perluasan TNTN, tim menemukan jalan keluar telah diblokir dengan menggunakan satu unit truk colt diesel dan beberapa balok kayu. Dua orang aggota tim(perwakilan dari Kepolisian Sektor Pelalawan dan WWF) dan ketua tim (dari Dinas Kehutanan Pelalawan) berupaya mencari informasi terkait pemblokiran ini pada masyarakat sekitar. Namun masyarakat tidak memberikan informasi yang cukup selain menyarankan tim untuk menemui seorang pemuka masyarakat di Bukit Kesuma bernama Abdul Arifin. Sementara ketua tim menuju rumah pemuka masyarakat dimaksud, anggota tim yang lainnya berusaha membuka jalan yang diblokir tersebut. Berhasil melewati blokiran tersebut ternyata tim sudah dihadang kembali oleh 4

5 LAPORAN UTAMA ratusan masyarakat yang pada umumnya adalah perambah di Tesso Nilo. Para perambah meneriakkan yel-yel hajar dan bakar saja mobilnya. Para anggota tim pun satu per satu keluar dari mobil dan harus berhadapan langsung dengan massa yang semakin emosi. Masyarakat semakin terprovokasi ketika salah seorang oknum Dinas Kehutanan yang telah berada di lokasi tersebut, memprovokasi massa untuk melakukan pemukulan kepada anggota tim Tesso Nilo bahkan mengancam untuk membunuh anggota tim. Sebagian anggota tim menjadi sasaran hantaman membabi buta dari perambah bahkan sebagian dipukuli dengan kayu. Entah berapa banyak pukulan dan hantaman yang diterima oleh sebagian anggota tim sebelum akhirnya mereka berhasil meloloskan diri masing-masing dari amukan perambah yang terprovokasi tersebut. Dua orang anggota tim Tesso Nilo yaitu perwakilan dari Polres Pelalawan dan perwakilan dari PT. Nanjak Makmur berhasil lolos dari kepungan massa. Dengan menggunakan sepeda motor masyarakat, mereka menuju camp Flying Squad WWF-BBKSDA Riau yang berada di Desa Lubuk Kembang Bunga. Dari sinilah, tim dapat menyampaikan informasi insiden pengeroyokan tersebut kepada kepolisian dan institusi masing-masing tim Tesso Nilo. Informasi ini segera ditanggapi oleh pihak kepolisian dengan menurunkan personilnya ke lokasi kejadian. Sementara itu, anggota tim yang lain disandera selama beberapa jam oleh para perambah dirumah Abdul Arifin. Dalam keadaan disandera, anggota tim yang tersisa diminta untuk menandatangani surat perjanjian damai dengan perambah yang isinya kurang lebih menyatakan bahwa insiden yang terjadi adalah kesalahpahaman belaka. Sementara itu, ratusan massa yang terdiri dari Perlunya penyelamatan salah satu kawasan hutan dataran rendah yang masih tersisa di Pulau Sumatera yang juga merupakan habitat gajah yang masih relatif aman merupakan dasar dari pembentukan tim ini. para perambah tetap berjaga-jaga di luar rumah tempat penyanderaan. Dengan dasar untuk dapat keluar dari lokasi penyanderaan dan karena berada dibawah tekanan, Koordinator Tim menyetujui untuk menandatangani perjanjian damai tersebut. Segera setelah ditandatanganinya surat tersebut, tim pun meninggalkan lokasi penyanderaan untuk kemudian berkoordinasi dengan kepolisian. Tim tidak saja dipukuli namun juga dirampas beberapa propertinya termasuk surat perintah tugas dan dokumen penting lainnya. Sementara itu, salah seorang anggota tim sempat melihat keberadaan seorang aktor intelek- tual (pemodal perambah) berada di sekitar lokasi insiden pengeroyokan tersebut. Pada hari sebelumnya, tim sempat bertemu dengan aktor intelektual tersebut yang berinisial Ch yang memiliki kantor lapangan di sekitar kawasan perambahan tersebut. Tim menanyakan kepada Ch tentang dokumen yang dimilikinya dalam mengusahakan lahan disekitar kawasan usulan perluasan Taman Nasional Tesso Nilo, namun Ch tidak dapat memberikan jawaban yang jelas atas permintaan dan pertanyaan tim. Ch sempat pula mengancam tim untuk tidak bertindak lebih jauh dengan temuannya di lapangan. Pada pukul 20:20 WIB, tim dibebaskan dari penyanderaan tersebut dan segera menuju kantor PT. RAPP sektor Ukui untuk berkoordinasi dengan Kapolsek Ukui dan pihak kepolisian dan mendapatkan perawatan medis. Setelah mendapatkan perawatan secukupnya, malam itu juga tim meninggalkan lokasi menuju Polres Pelalawan untuk membuat laporan polisi. Selain itu, tim juga diberi rujukan ke RSUD Selasih- Pangkalan Kerinci untuk di visum dan tengah malam itu juga dilakukan visum kepada beberapa korban pengeroyokan tersebut. Keesokan harinya, tepatnya tanggal 4 Mei 2007 dilaksanakan rapat koordinasi Tim Tesso Nilo di kantor Dinas Kehutanan Kabupaten Pelalawan. Dari rapat koordinasi ini disepakati bahwa Tim Tesso Nilo menyerahkan kepada pihak kepolisian untuk melakukan upaya penegakan hukum terhadap insiden yang terjadi kepada anggota tim yang tengah menjalankan tugasnya. Upaya Yang Telah Dilakukan 5

6 LAPORAN UTAMA 1. WWF mengecam tindakan kekerasan terhadap pekerja konservasi dan menyesali adanya peranan dari staf Dinas Kehutanan dalam insiden tersebut 2. WWF memberikan apresiasi terhadap reaksi cepat Departemen Kehutanan dalam menanggapi kejadian ini dengan akan melakukan operasi penertiban di kawasan hutan Tesso Nilo dari pelaku illegal logging dan perambahan liar dalam waktu dekat 3. WWF meminta pihak kepolisian melakukan segala upaya penegakan hukum atas insiden ini dengan tegas 4. WWF meminta dukungan tegas dari Pemerintah Provinsi Riau untuk menindak aparat Pemerintah Daerah yang terbukti melanggar hukum dan membuka dialog multistakeholders dalam rangka mencari penyelesaian masalah di Taman Nasional Tesso Nilo dan calon areal perluasannya. Menyikapi insiden yang terjadi, Yayasan WWF Indonesia telah melakukan koordinasi kepada instansi terkait atas insiden ini baik langsung maupun tertulis. Manajemen WWF-Indonesia segera berkoordinasi dengan Direktorat Jendral Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam mengenai insiden ini. Menanggapi kejadian ini, pihak Departemen Kehutanan mengatakan akan segera melakukan operasi penertiban di kawasan hutan Tesso Nilo dan akan segera mengupayakan perluasan Taman Nasional Tesso Nilo. Pada tanggal 14 Mei 2007, WWF Indonesia mengirimkan surat kepada Menteri Kehutanan Republik Indonesia, Gubernur Provinsi Riau dan Kapolda Riau yang menyatakan antara lain: Sementara itu, sebagai bentuk keprihatinan terhadap kasus yang menimpa para penggiat konservasi dan aparat pemerintah yang tengah melaksanakan tugasnya, 11 perwakilan LSM menyampaikan pernyataan sikap pada tanggal 10 Mei Ke 11 LSM yang terdiri dari Jikalahari, Yayasan TN Tesso Nilo, WWF-Riau, KBH Riau, LBH Pekanbaru, LALH, Yasa, Kaliptra, Walhi Riau, Elang, Siklus, dan Mitra Insani mengecam keras tindakan perampasan, pengancaman, pengeroyokan dan penyanderaan oleh perambah yang menimpa Tim Tesso Nilo pada 3 Mei Pernyataan sikap ini diikuti dengan penyampaian surat yang ditujukan kepada Kapolda Riau, Gubernur Riau, Menteri Kehutanan dan institusi terkait lainnya untuk melaksanakan upaya penegakan hukum terhadap insiden ini. Dengan semangat penegakan hukum, kita berharap kasus pengeroyokan terhadap tim Tesso Nilo ini dapat segera diungkap. Tuntasnya kasus ini diharapkan tidak saja memberikan efek jera bagi pelaku tetapi juga mengungkap jaringan penjualan lahan dalan kawasan hutan yang kini tengah marak terjadi, tidak hanya di Tesso Nilo. Selain itu, tentu saja proses yang kondusif dalam pengungkapan kasus ini menjadi semangat para institusi terkait dalam upaya penyelamatan hutan sebagai sumber kehidupan kita. (Syamsidar) 6

7 Pengelolaan Kawasan Konservasi Penanganan Perambahan di Taman Nasional Tesso Nilo Pelaksanaan patroli pengamanan Taman Nasional Tesso Nilo melibatkan unsur Balai Taman Nasional Tesso Nilo, Balai Konservasi Sumber Daya Alam Riau, WWF-Riau dan PAM Swakarsa. Dalam melakukan patroli, tim lebih mengedepankan pada pembinaan terhadap masyarakat dengan beberapa tahap pendekatan seperti peringatan, penyuluhan dan proses hukum terhadap pelaku perambahan dan illegal logging. Pada tanggal 23 Mei, ketika tengah melakukan kegiatan patroli, tim diserang bahkan disandera beberapa jam oleh pelaku illegal logging di kawasan Taman Nasional Tesso Nilo. Sekitar pukul 13:20 wib, tim mendengar suara chainsaw yang jaraknya tidak jauh dari jalan. Tim kemudian memanggil dua orang pelaku yang sedang mengolah kayu hasil tebangan mereka, namun pelaku tidak menghiraukaan dan terus bekerja. Akhirnya tim mendatangi pelaku ke lokasi dimaksud untuk kemudian membawa dua orang pelaku dan satu unit chainsaw ke mobil patroli. Sesampainya di mobil patroli, tim menanyakan hal terkait keberadaan mereka di lokasi Taman Nasional tersebut. Kemudian pelaku yang mengaku berasal dari Dusun Bagan Limau tersebut diberi penjelasan oleh tim dan diminta untuk datang esok harinya (24 Mei 2007) ke Pos kerja BTNTN di Desa Lubuk Kembang Bunga, sedangkan chainsaw disita oleh tim. Tim kemudian melanjutkan perjalanan dan kemudian menemukan kembali tiga orang pelaku pembalak liar dengan tiga unit chainsaw. Setelah tim menginterogasi ketiga pelaku tersebut, pelaku diminta untuk melapor ke Pos kerja BTNTN keesokan harinya. Sementara itu, ketika tim membawa barang bukti tiga unit chainsaw tersebut menuju mobil patroli, tim sudah ditunggu oleh dua orang masyarakat yang mengaku pemiliki chainsaw dari dusun Bagan Limau. Tim menanyakan identitas pelaku namun dijawab dengan kasar dan ingin mengambil chainsaw yang telah disita tim. Dua pelaku tersebut memberikan ancaman kepada tim Kalau tidak diserahkan maka awas tunggu saja disana, Kata seorang pelaku sambil menunjuk kearah jalan pulang. Tidak berhasil mengambil chainsaw, pelaku pulang sambil mengucapkan kata-kata ancaman. Pada pukul 15:00 WIB, dua orang pelaku yang meminta chainsaw tersebut kemudian datang membawa massa sekitar 20 hingga 30 orang. Sesampainya di lokasi ketua rombongan meminta kepada tim agar chainsaw Perambahan di TNTN. Foto: Al Hamran Ariawan/WWF-Prog. Tesso Nilo yang disita dikembalikan karena mereka merasa tidak bersalah. Mereka mengaku melakukan pekerjaan liar tersebut karena terbentur dengan masalah ekonomi. Tim patroli mencoba melakukan negosiasi agar chainsaw tersebut dijemput esok hari di Pos kerja TNTN dengan dasar tim melaksanakan tugas yang bersifat pembinaan. Akan tetapi berbagai macam kata-kata kasar dan ancaman dilontarkan massa terhadap tim dan memaksa agar chainsaw tetap diserahkan. Melihat situasi yang kian memanas dimana tim sudah dikelilingi massa, tim tidak dapat berbuat banyak ketika massa mengambil paksa 4 unit chainsaw dari dalam mobil patroli. 7

8 Pengelolaan Kawasan Konservasi Taman Nasional Tesso NIlo. Foto: WWF-Prog. Tesso Nilo Dalam suasana panas, tim didatangi seseorang dengan bersepeda motor dan langsung mengeluarkan kata-kata ancaman kepada tim khususnya kepada perwakilan masyarakat yang menjadi bagian dari tim tersebut. Bahkan pelaku ini akan memukul dua orang masyarakat tersebut namun berhasil dihalangi oleh anggota tim yang lainnya. Setelah chainsaw diambil paksa, maka massa membubarkan diri namun hanya dalam jarak ratusan meter. Mereka masih menunggu di setiap persimpangan jalan menuju arah pulang. Tim terkepung beberapa jam tidak bisa keluar mencari jalan pulang karena masyarakat perambah tetap berjaga-jaga pada ruas-ruas jalan. Dalam situasi ini, tim menghubungi Polsek Ukui untuk berkoordinasi mengenai insiden tersebut termasuk kepada Balai TNTN dan WWF. Pukul 17:00 WIB tim akhirnya berhasil meninggalkan lokasi dengan mencari jalan-jalan alternatif. Tim kemudian menuju kantor Polsek Ukui untuk berkoordinasi mengenai insiden tersebut kepada Kapolsek Ukui dan memberikan keterangan untuk pembuatan laporan polisi dan Berita Acara pemeriksaan sebagai pelapor. Keesokan harinya, tanggal 24 Mei 2007, tim melakukan koordinasi dengan Kapolsek Ukui untuk penanganan selanjutnya. Hasil koordinasi tersebut, diputuskan bahwa akan diturunkan satuan anggota Polsek Ukui untuk pengamanan lokasi sekaligus mengantar 2 orang masyarakat yang menjadi anggota tim yang ikut terancam. Tujuan dari aksi ini adalah dalam rangka menciptakan situasi kondusif dan memberi penyuluhan kepada pelaku dan masyarakaat yang diancam dapat merasa tenang. Selain itu, tim juga bermaksud menyita barang bukti berupa kayu olahan untuk diamankan. Pukul 10:30 tim patroli bersama 10 orang personil Polsek Ukui turun ke Dusun Bagan Limau. Sesampainya di dusun tersebut, tim menuju rumah salah seorang warga dimana Kanit Reskrim Polsek Ukui (Turmin) memberikan penyuluhan kepada warga. Tim dibagi dua, satu tim tetap berada di rumah warga tersebut dan satu tim lagi berpatroli di sekitar Dusun Bagan Limau mencari pelaku penyerangan. Dari sekian puluh orang pelaku ternyata hari itu hampir semua sudah menghilang entah kemana, tim ha- nya dapat menjumpai 3 orang yang diduga menjadi pelaku. Berdasarkan temuan ini, tim kemudian mendatangi rumah pelaku yang diduga terlibat dalam penyerangan hari sebelumnya. Ketika dijumpai pelaku ada yang merasa ketakutan dan ada pula yang pura-pura merasa tidak bersalah dan ada pula yang berani melakukan debat dengan petugas dengan alasan tim patroli selama ini tidak pernah melapor kepada aparat pemerintahan Dusun Bagan Limau. Polisi menjelaskan posisi tim patroli sebagai petugas negara yang punya tanggung jawab dan dilindungi undang-undang dalam melaksanakan tugasnya. Aksi yang dilakukan oleh pelaku dengan cara merampas barang bukti, melakukan pengancaman dan melawan petugas adalah perbuatan melawan hukum yang berkonsekuensi pada proses hukum. Pelaku ada yang tetap emosional, sehingga pihak kepolisian harus dengan tegas memberikan pilihan apakah kasus ini mau diselesaikan dengan cara pembinaan atau segera diproses hukum. Atas penjelasan pihak kepolisian, pelaku meminta maaf dan berjanji tidak akan mengulangi lagi kegiatan illegalnya. Atas kondisi ini maka sesuai instruksi Kapolsek Ukui tidak ada penangkapan kepada pelaku, aparat hanya melakukan pembinaan, dan insiden tersebut dianggap selesai. Pada pukul 19.15, rombongan meninggalkan Dusun Bagan Limau menuju TKP penyerangan dengan tujuan untuk mengambil kayu temuan sebagai barang bukti yang jumlahnya ± 13 M³. Namun dengan kondisi jalan dan jembatan yang sepertinya sengaja dirusak oleh oknum masyarakat, tim tidak bisa sampai ke lokasi. Tim akhirnya memutuskan untuk pulang. (Syamsidar, Alhamran Ariawan) 8

9 Kejahatan Kehutanan Pengukuhan Tim Tesso Nilo Pengukuhan Tim Tesso Nilo oleh Pemprov Riau. Foto: Rudi/ YTNTN Untuk memberikan dukungan atas keberadaan Tim Tesso Nilo dalam menjalankan tugas dan fungsinya maka pada tanggal 21 Juni bertempat di Hotel Pangeran di Pekanbaru dilakukan pengukuhan Tim Tesso Nilo oleh pemerintah provinsi Riau. Pengukuhan ini dilakukan oleh Asisten II pemerintahan provinsi Riau, Herlian Saleh yang mewakili Gubernur Riau, H. M. Rusli Zainal. Pada kesempatan ini dilakukan juga pelepasan tim lapangan Tesso Nilo yang akan melakukan patroli pengamanan hutan Tesso Nilo. Dalam pidato sambutan Gubernur Riau yang dibacakan oleh Asisten II, menyatakan bahwa pemberantasan perambahan, pembalakan liar (illegal logging) serta penanggulangan kebakaran hutan dan lahan merupakan tugas mendesak yang harus dilakukan guna melindungi kawasan hutan yang masih tersisa di provinsi Riau. Hal ini merupakan tanggung jawab bersama karena tugas besar ini akan bisa dituntaskan apabila terjalin kerjasama yang baik diantara semua pemangku kepentingan. Perambahan dan pembalakan liar serta kebakaran hutan dan lahan adalah ancaman besar yang mengganggu keutuhan kawasan hutan Tesso Nilo. Dampak dari ancaman ini bukan saja dirasakan oleh masyarakat setempat, tapi lambat laun oleh masyarakat yang lebih luas dimana konflik gajahmanusia akan meningkat, banjir akan melanda, dan keanekaragaman hayati hutan dataran rendah akan punah. Untuk menghindari dampak-dampak tersebut perlu segera dilakukan upaya penanganan permasalahan di Tesso Nilo dan percepatan perluasan Taman Nasional tersebut. Oleh karena itu diharapkan semua pihak terkait bersedia membantu penanganan masalah perambahan di Tesso Nilo dan di kawasan usulan perluasannya dan perlunya percepatan proses perluasan Taman Nasional Tesso Nilo. Pada acara pengukuhan ini dilakukan penandatanganan dokumen kesepakatan bersama Tim Tesso Nilo secara simbolis oleh pemerintah provinsi Riau sebagai bukti dukungan terhadap keberadaan tim ini. Kegiatan ini disaksikan oleh para perwakilan institusi anggota Tim Tesso Nilo yang telah melakukan kesepakatan bersama tersebut dan Ketua DPRD Riau, Drh. Chaidir yang juga merupakan salah seorang anggota Badan Pembina Yayasan Taman Nasional Tesso Nilo. Sementara itu, kegiatan pelepasan tim patroli yang akan melakukan patroli pengamanan kawasan hutan Tesso Nilo ditandai dengan pemasangan topi kepada tim lapangan tersebut oleh Asisten II Pemprov Riau. Sasaran kegiatan Tim Tesso Nilo adalah menghentikan perambahan hutan, illegal logging, kebakaran hutan dan lahan di kawasan Tesso Nilo. Sedangkan tugas pokoknya adalah melakukan patroli pengamanan hutan, pemeriksaan di check point, pencegahan dan penanggulangan kebakaran hutan dan lahan serta melaporkan kasus perambahan, illegal logging dan kebakaran kepada pihak terkait. Dalam menjalankan tugasnya tim mengacu kepada petunjuk pelaksanaan patroli yang telah disepakati oleh anggota tim Tesso Nilo. Kegiatan patroli ini sendiri dilaksanakan melalui tahapan 9

10 Kejahatan Kehutanan Pelepasan Simbolis Tim Patroli Tesso Nilo oleh Bpk. Herlian Saleh. Foto: Rudi/ YTNTN prosedur: 1.1. Penyuluhan, sosialisasi status hukum dan peringatan bagi perambah dan penebang illegal a. Tim patroli melakukan pendataan setiap individu atau kelompok perambah dan illegal logging yang ditemukan. Pengumpulan data bertujuan untuk melihat perkembangan aktivitas perambahan dan illegal logging. b. Tim patroli memberikan penjelasan ke setiap perambah dan penebang liar baik secara individu maupun kelompok tentang status areal yang digunakan dan kayu yang ditebang. Tim memberikan penjelasan dan foto copy kebijakan pemerintah tentang larangan melakukan perambahan dan pembakaran hutan dan lahan. c. Tim patroli memberikan peringatan lisan kepada perambah dan/ atau penebang liar untuk tidak menambah areal dan melakukan penebangan serta tidak melakukan pembakaran pada hutan dan lahan. d. Peringatan terhadap perambah dan penebang illegal yang tetap melakukan perambahan, penebangan dan pembakaran yang sebelumnya sudah mendapatkan informasi dan penyuluhan akan diberikan peringatan tertulis. e. Tim Patroli melakukan pemeriksaan terhadap truk bermuatan kayu meliputi pemeriksaan terhadap kelengkapan surat-surat atau dokumen yang terkait dengan sahnya muatan kayu. Bagi kendaraan bermuatan kayu yang tidak dilengkapi dengan dokumen yang sah diserahkan kepada pejabat yang berwenang untuk dilakukan proses hukum. f. Pemeriksaan dan pendataan pengguna jalan akses meliputi pemeriksaan identitas pribadi, tujuan kedatangan dan daerah yang dituju. Apabila diduga kedatangan dan tujuannya untuk melakukan illegal logging dan perambahan hutan maka yang bersangkutan dilarang memasuki kawasan hutan. g. Pelaporan dan proses lebih lanjut mengenai kasus perambahan hutan, illegal logging, kebakaran hutan dan lahan dilaporkan kepada pihak berwenang Penindakan dan Pengamanan a. Terhadap pelaku perambahan hutan, yang telah diberi peringatan (tertulis) namun tetap melakukan kegiatannya, maka Tim melaporkan ke pihak berwenang untuk dilakukan proses secara hukum. b. Terhadap pelaku illegal logging, pembakaran hutan dan lahan diserahkan ke pihak berwenang untuk dilaksanakan proses hukum c. Apabila terjadi reaksi-reaksi yang bersifat pelanggaran/ancaman/ perusakan terhadap pelaksanaan juklak ini, maka tim dapat meminta bantuan Kepolisian untuk mengambil tindakan yang di perlukan Pengamanan hutan Tesso Nilo dari perambahan liar sudah menjadi komitmen pemerintah Provinsi Riau hal ini didukung dengan telah dibentuknya Tim Penanggulangan Perambahan Hutan dan Lahan Serta Perluasan Pada Taman Nasional Tesso Nilo lewat Surat Keputusan Gubernur Riau no 271.a/ VII/2007 tanggal 3 Juli Hal ini didasari oleh suatu kebutuhan untuk menyelamatkan hutan Tesso Nilo yang akan dapat menjadi solusi permasalahan konflik gajah-manusia di Riau. Tim ini mempunyai tugas: 1. Membuat langkah-langkah untuk penanggulangan perambahan hutan dan pelaksanaanya sesuai kewenangan masing-masing 2. Mengidentifikasikan pelaku perambahan hutan dan mengupayakan alternatif bagi masyarakat perambah setelah keluar dari kawasan hutan Tesso Nilo 3. Melakukan upaya-upaya mempercepat proses perluasan Taman Nasional Tesso Nilo pada Departemen Kehutanan RI 4. Membuat rencana dan melaksanakan rehabilitasi kawasan hutan Tesso Nilo bekerjasama dengan instansi terkait Mengingat perambahan di kawasan hutan Tesso Nilo semakin meluas dan saat ini telah mencapai jumlah kepala keluarga dengan luas total kawasan yang dirambah seluas

11 Kejahatan Kehutanan ha, dan hutan Tesso Nilo sebagai hutan dataran rendah yang masih tersisa di Pulau Sumatera perlu dijaga keseimbangan ekosistem dan keanekaragaman hayati terutama kelestarian gajah dan harimau Sumatera antara lain merupakan dasar pembentukan tim ini Dengan terbentuknya Tim Penanggulangan Perambahan Hutan Dan Lahan Serta Perluasan Pada Taman tersebut kembali melaksanakan patroli pada hari Senin tanggal 25 Juni Hal ini diawali dengan rapat bersama untuk persiapan pelaksanaan operasi bertempat di Kantor Dinas Kehutanan Kabupaten Pelalawan. Kali ini komposisi tim diperkuat dengan tambahan tiga orang personil dari kepolisian Polres Pelalawan. Kemudian tim memulai patroli, Horas tersebut. Tanggal 27 hingga 29 Juni 2007, tim melanjutkan pendataan dan pemasangan tanda-tanda peringatan di kawasan usulan perluasan TNTN dan di dalam TNTN. Sepanjang tiga hari tersebut tim menemukan beberapa pelaku pembalak dan perambah liar di kawasan Taman Nasional Tesso Nilo. Terhadap temuan ini tim memberikan Mantan Menteri lingkungan hidup Prof. Dr Emil Salim sedang melakukan dialog dengan tim patroli mengenai kegiatan tim. Foto: Tim Patroli Tesso Nilo Tim Patroli melakukan pemasangan rambu-rambu peringatan di dalam TNTN. Foto: Tim Patroli Tesso Nilo Nasional Tesso Nilo oleh pemerintah Provinsi Riau semakin memperkuat dukungan untuk segera menangani masalah perambahan, ancaman terbesar bagi keutuhan ekosistem hutan Tesso Nilo. Disamping itu juga permasalahan illegal logging, dan kebakaran hutan dan lahan di Tesso Nilo juga akan dapat dituntaskan. Tentunya dukungan ini juga akan memacu percepatan upaya perluasan Taman Nasional Tesso Nilo sehingga harapan untuk menjadikan Taman Nasional Tesso Nilo sebagai altenatif pemecahan permasalah konflik manusia-gajah di Riau dapat diwujudkan. Patroli Terus Berlanjut Meskipun tim Tesso Nilo menghadapi kendala dalam pelaksanaan tugasnya, tim tetap komitmen untuk melaksanakan patroli pengamanan hutan Tesso Nilo. Setelah tim ini dilepas secara seremonial oleh pemerintah provinsi Riau, tim patroli bersama sepanjang perjalanan di koridor RAPP sektor Ukui-Gondai, tim melakukan pemasangan papan informasi peringatan dan larangan terkait seperti tidak melakukan pembakaran lahan, dan lain-lain. Pemasangan dilakukan pada beberapa titik rawan terjadi kebakaran hutan dan perambahan. Pada Selasa tanggal 26 Juni, bertepatan dengan kunjungan Prof. Emil Salim ke kawasan hutan Tesso Nilo, tim Tesso Nilo berkesempatan berdialog dengan penasehat presiden bidang lingkungah hidup tersebut. Dalam kesempatan tersebut tim menyampaikan kondisi kawasan hutan Tesso Nilo dan upaya-upaya penanganan terhadap perambahan yang terjadi saat ini. Tim juga berkesempatan mendampingi Emil Salim meninjau kondisi perambahan di kawasan usulan perluasan TNTN pada konsesi PT. Siak Raya Timber. Emil Salim juga berkesempatan berdialog dengan pelaku perambah di kawasan yang dikenal dengan Bukit penyuluhan untuk tidak melakukan kegiatan illegal tersebut dan meninggalkan kawasan hutan Tesso Nilo. Selain itu tim juga bertemu dengan beberapa orang pemilik lahan atau ketua kelompok perambahan. Tim melakukan dialog dan memberikan penjelasan tentang status kawasan tersebut yang masuk dalam Taman Nasional Tesso Nilo, dan meminta secara tegas agar tidak lagi melakukan penambahan pembukaan lahan baru dan tidak melakukan pembukaan lahan dengan dibakar. Upaya penanganan perambahan, pembalakan liar dan kebakaran hutan dan lahan di Riau sudah selayaknya diikuti dengan komitmen yang kuat dari semua pihak. Hari demi hari perambahan tersebut telah merusak hutan Tesso Nilo, dan akan semakin parah bila kita menunda upaya nyata untuk menyelamatkannya. (Syamsidar, Alhamran Ariawan) 11

12 Mitigasi Konflik Manusia-Gajah Tim Flying Squad dan pekerja Perkebunan PT. Indosawit bersama melakukan pengusiran gajah liar. Foto: Syamsuardi / WWF-Prog. Tesso Nilo kembali ke Redang Seko. Hal ini terbukti bahwa pada tanggal 26 Mei, tim Flying Squad kembali mendapat informasi gajah sudah kembali berada di Redang Seko. Pada tanggal 28 Mei 2007 Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Riau-wilayah I Rengat mengirimkan surat ke WWF meminta bantuan Tim Flying Squad untuk menangani gangguan gajah di Redang Seko. Berdasarkan surat tersebut tim Flying Squad berangkat ke Redang Seko untuk melakukan pengusiran gajah liar. Sesampainya di lokasi pada tanggal 29 Mei, tim mendapatkan informasi bahwa gajah sudah tidak berada di Dusun Redang Seko, tetapi berada di areal perkebunan sawit PT. Indosawit. Tim segera melakukan pengecekan lapangan dan ternyata benar gajah memang berada di dalam perkebunan sawit tersebut. Namun karena hari sudah larut malam, tim memutuskan untuk menelusuri gajah liar tersebut esok hari. Keesokan harinya sekitar jam 10 pagi, tim mulai menelusuri jejak-jejak gajah tersebut dengan didampingi oleh mandor dan pekerja PT. Indosawit. Dalam waktu sekitar setengah jam, tim sudah menemukan posisi gajah ditandai dengan adanya jejak terbaru disekitar lokasi. Tepat pukul wib tim benar-benar sudah menemukan keberadaan gajah liar tersebut dimana di sela-sela pohon sawit terlihat dua ekor gajah betina dewasa. Awalnya tim mendapat beragam informasi ada yang mengatakan jumlahnya enam ekor dan ada pula yang mengatakan dua ekor yang terdiri dari satu anak dan satu induk. Hasil pengamatan tim, gajah-gajah liar tersebut tengah mencari jalan keluar dari lokasi tersebut, namun dikarenakan ramainya aktifitas manusia disekitar lokasi cukup menghambat mereka menemukan jalan keluar. Jika diperhatikan dari kotoran yang dikeluarkan kelihatan gajah-gajah tersebut stres hal ini diindikasikan dengan tanda-tanda bahwa gajah megeluarkan kotoran sambil berjalan dan kotoran berceceran tidak menumpuk. Kondisi lapangan yang penuh dengan aktifitas manusia memang sangat menyulitkan bagi gajah tersebut untuk mencari jalan ke luar kembali ke trek nya. Setelah melakukan observasi selama tiga hari di lokasi tersebut, tim berkesimpulan bahwa kondisi lapangan yang penuh dengan pemukiman dan aktifitas manusia sangat menyulitkan untuk dilakukan pengusiran. Pengusiran tidak akan efektif karena ruang gerak gajah untuk keluar lokasi tersebut sangat terbatas. Jika ini dilakukan juga, akan sangat berbahaya tidak saja bagi gajah tapi bagi manusia. Pengusiran atau penggiringan gajah liar akan efektif jika jarak yang akan ditempuh ke tidak lebih dari 10 kilo meter. Dengan kondisi seperti ini pilihan yang dapat dilakukan adalah : 1. Pengusiran dapat dilakukan dengan menggunakan gajah terlatih namun daerah yang akan dilewati gajah harus dikosongkan terlebih dahulu 2. Gajah liar tersebut ditangkap dengan menggunakan tembak bius untuk kemudian diangkut dan dilepaskan kembali ke Taman Nasional Tesso Nilo Hasil pemantauan di lapangan ini telah disampaikan kepada pemangku otoritas sebagai masukan untuk langkah-langkah selanjutnya. Sementara itu, Tim Flying Squad masih tetap memantau perkembangan pergerakan gajah tersebut dengan cara bertukar informasi lewat informan yang ada dilokasi dan koordinasi dengan BBKSDA wilayah I Rengat. Diperlukan kebijakan yang konkrit dan arif dari pemangku otoritas untuk segera memberikan solusi permasalahan ini. Di satu sisi keberadaan gajah-gajah liar ini di tengah-tengah aktifitas masyarakat sudah tentu meresahkan namun di lain sisi kehilangan habitat alaminya telah menyebabkan gajah-gajah ini tidak memiliki rumah yang nyaman baginya untuk bermukim. Di lain sisi mereka adalah satwa dilindungi yang terancam punah dan sudah menjadi tanggung jawab kita bersama untuk melindunginya dan habitatnya. (Syamsidar, Syamsuardi) 13

13 Mitigasi Konflik Manusia-Gajah Pengusiran Gajah di Redang Seko Dua ekor gajah liar yang memasuki perkebunan sawit. Foto: Syamsuardi / WWF-Tesso Nilo Prog Perambahan, pembalakan liar dan kebakaran hutan dan lahan di sekitar hutan Tesso Nilo telah menyebabkan semakin sempitnya daerah jelajah satwa liar. Kondisi ini menyebabkan gajahgajah liar keluar dari habitatnya ke perkebunan atau pun pemukiman. Salah satu yang terjadi adalah masuknya gajah liar ke pemukiman masyarakat di sekitar Dusun Redang Seko, Kecamatan Ukui sekitar 25 km sebelah utara Taman Nasional Tesso Nilo pada Mei lalu. WWF mendapatkan informasi mengenai keberadaan gajah liar di Redang Seko dan sekitarnya pada tanggal 8 Mei Informasi ini didapat dari salah seorang warga masyarakat SP 6-Ukui yang melaporkan kepada salah seorang anggota tim Flying Squad melalui telefon bahwa ada dua ekor gajah berkeliaran di perkebunan sawit masyarakat. Tiga orang anggota tim Flying Squad segera melakukan pengecekan ke lapangan. Hasil pengecekan dan koordinasi dengan Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Riau wilayah I Rengat, menunjukkan bahwa tim belum menemukan tanda-tanda gajah liar. Foto: Syamsuardi / WWF-Tesso Nilo Prog Pada tanggal 19 dan 20 Mei 2007, kembali tim Flying Squad menerima laporan bahwa gajah tersebut berada di desa Rumpian 30 km arah utara dari Redang Seko. Tim segera melakukan pengecekan ke lokasi namun hanya menemukan bekas jejak dan kotoran gajah. Dari tanda-tanda yang ditemui dilapangan, gajah-gajah liar tersebut sudah mengarah ke Taman Nasional Tesso Nilo (TNTN) yang diperkirakan berjarak sekitar 8 km dari lokasi tersebut. Dari pengecekan ini disimpulkan gajah yang awalnya sudah mendekat ke TNTN berbalik arah 12

14 Pemberdayaan Masyarakat Harapan ini pun disambut oleh pemerintah provinsi Riau dengan menjadikan kawasan tersebut menjadi taman wisata alam. Hutan Buluh Cina merupakan Hutan Produksi Terbatas yang sebagian kawasan hutan ini telah diubah dan ditunjuk menjadi Kawasan Taman Wisata Alam dengan Keputusan Gubernur Riau Nomor 468/ IX/2006 tanggal 6 September 2006 tentang penunjukan kelompok hutan Buluh Cina di Kabupaten Kampar Provinsi Riau seluas Ha sebagai kawasan taman wisata alam. Sebagai lembaga yang bergerak di bidang konservasi, maka WWF Indonesia sangat mendukung langkah-langkah yang telah dilakukan oleh Lembaga Musyawarah Besar tersebut. Awal mula keterlibatan WWF dalam mendukung upaya yang dilakukan oleh masyarakat di desa Buluh Cina dimulai sekitar tahun , ketika bpk. Makmur Hendrik (Ketua Lembaga Musyawarah Adat Buluh Cina) bertemu dengan manajemen Yayasan WWF Indonesia. Dalam kesempatan itu, bp Makmur Hendrik mengutarakan niatnya meminta dukungan lembaga konservasi dalam upaya pelestarian hutan ulayat masyarakat. Langkah ini kemudian dilanjutkan oleh WWF Program Riau pada September 2006 dengan melakukan pertemuan dengan ketua dan para pemuka adat Buluh Cina Kenegerian Enam Tanjung beserta masyarakat di desa Buluh Cina. Guna menunjang pengelolaan kawasan taman wisata alam tersebut diperlukan pengamanan dan pembangunan sarana serta prasarana. Pengelolaan kawasan yang efektif dilakukan bertujuan untuk menjamin dan memelihara keutuhan keberadaan kawasan dan ekosistemnya, potensi dan nilai-nilai keanekaragaman tumbuhan, satwa, komunitas, ekosistem penyusun kawasan, pemanfaatan kawasan secara optimal, lestari dan bijaksana untuk kepentingan kegiatan penelitian, pendidikan dan pengembangan ilmu pengetahuan dan pariwisata alam bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat. Kerjasama yang bergulir kemudian antara WWF dan masyarakat Buluh Cina Pos Jaga di Taman Wisata Alam Buluh Cina, Foto: Yuyu Arlan/ WWF-Prog Tesso Nilo adalah berupa bantuan operasional dan infrastruktur yang mendukung upaya perlindungan kawasan hutan tersebut. Selain itu, WWF dan pihak masyarakat Buluh Cina bersepakat untuk membentuk gugus tugas pengamanan kawasan hutan ulayat di kawasan hutan wisata tersebut sesuai tugas pokok dan fungsi lembaga yang terlibat. Satuan tugas akan melibatkan masyarakat desa terutama kaum pemuda dibawah bimbingan lembaga adatnya. WWF Program Konservasi Riau memberikan dukungan dana operasional keamanan Taman Wisata Alam untuk 12 bulan kegiatan dimulai dari Desember 2006 hingga November 2007, dan pembangunan sarana pendukung kegiatan pengamanan kawasan berupa 3 (tiga) buah pos keamanan di tiga lokasi perbatasan kawasan hutan dengan perkebunan masyarakat. Bantuan lain adalah pembangunan satu buah bangunan sebagai sarana pusat informasi (information center) bagi pengunjung. Pusat informasi tersebut menyediakan informasi mengenai keaneka-ragaman isi hutan, peta lokasi serta kantor yang dijadikan pusat pengendalian pengamanan kawasan hutan. Selain itu juga di bangunan itu tersedia kamar bagi wisatawan yang ingin bermalam. Sarana dan prasarana yang disediakan itu nantinya berfungsi sebagai bagian tempat kerja para personil pengamanan Kawasan Taman Wisata Alam. WWF juga memberikan bantuan penyediaan alat komunikasi berupa handy-talkie dan radio RIG beserta antena dan kabel pendukung untuk pengamanan kawasan hutan wisata. Pengamanan Kawasan Taman Wisata Alam sepenuhnya akan dilakukan oleh masyarakat Desa Buluh Cina yang dikoordinir oleh Lembaga Musyawarah Besar Kenegerian Enam Tanjung. Kegiatan pengamanan yang dilakukan oleh Satgas PHU (Satuan Tugas Pengamanan Hutan Ulayat) dengan patroli mengelilingi kawasan hutan itu. Setiap hari sejumlah 18 petugas yang terbagi dalam 3 shift melakukan patroli rutin. Pendidikan dan pelatihan bagi kegiatan pengamanan ini dilakukan secara swadaya oleh masyarakat desa Buluh Cina. Tugas mereka tidak hanya mengamankan kawasan hutan wisata namun juga turut membantu pemerintahan desa untuk ikut menjaga keamanan dan ketertiban lingkungan desa. Kita berharap bahwa upaya masyarakat Buluh Cina untuk melestarikan sebentang hutan yang masih tersisa di hamparan Riau daratan ini akan berkontribusi bagi lingkungan kita dan peningkatan ekonomi masyarakat setempat. Dan tentu saja ini dapat menjadi motivasi bagi kita semua untuk dapat berbuat yang sama.(m. Yudi Agusrin) 15

15 Pemberdayaan Masyarakat Taman Wisata Alam Desa Buluh Cina Hutan di Riau sedang mengalami proses kehilangan yang cukup luas akibat dari perubahan fungsi hutan dan dikonversi untuk berbagai tujuan diantaranya untuk pembangunan Hutan Tanaman Industri (HTI), perkebunan sawit, pertambangan dan pemukiman. Namun demikian, di beberapa kawasan masih terdapat hutan yang relatif luas yang perlu kita jaga, selain kawasan konservasi seperti Taman Nasional Tesso Nilo, Taman Nasional Bukit tigapuluh, dan lainnya. Salah satu kawasan hutan tersebut terdapat di Kecamatan Siak Hulu, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau Pengelolaan sumberdaya hutan berbasis masyarakat merupakan salah satu alternatif dalam pengelolaan sumberdaya hutan yang saat ini sedang mengalami keterpurukan, sebagai akibat akumulasi dari kesalahan pengurusan di masa lalu. Pengelolaan pengurusan yang sektoral dan sentralistik dan tidak memperhatikan prinsip pengelolaan berkelanjutan penyumbang kerusakan kawasan hutan kita. Mengganti sistem yang akan memberikan alternatif ataupun sistem yang selama ini digunakan, bukanlah hal yang mudah dan dapat dipahami secara keseluruhan. Namun unttuk kepentingan dan keberlanjutan pengelolaan sumberdaya alam yang berkelanjutan dan berkeadilan, prasyarat utama yang tidak bisa ditawar lagi adalah pilihan terhadap sistem pengelolaan yang dapat memenuhi aspek ekonomi, ekologi dan equity. Bangkitnya pilihan baru dalam pembangunan kehutanan juga disebabkan oleh pengelolaan yang dilakukan oleh pemerintah tidak cukup mampu memenuhi prasyarat utama tersebut. Pengelolaan hutan berbasis masyarakat berarti mendorong akses masyarakat dalam pengelolaan sumberdaya hutan secara mandiri dalam 14 Kecamatan Siak Hulu, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau Potensi alam di Taman Wisata Alam Buluh Cina. Foto: Syamsidar/ WWF-Prog. Tesso Nilo pengelolaan hutan yang berkelanjutan dan berkeadilan. Juga mengandung arti bahwa masyarakat dengan segala kemampuan yang ada mengatur pemenuhan kebutuhan-kebutuhan hidup mereka. Oleh karena itu status penguasaan atas lahan menjadi sangat penting dalam pengembangan kehutanan masyarakat. Berangkat dari berbagai persoalan yang selama ini dihadapi masyarakat yang hidup di kawasan pinggiran hutan, para tokoh masyarakat dan ninik mamak serta pemangku adat di sekitar kawasan hutan ulayat di Desa Buluh Cina sepakat untuk menjadikan kawasan hutan sebagai perekat bagi keutuhan seluruh masyarakat dalam suatu kebersamaan. Maret 2004, ninik mamak, pemerintahan desa dan ketua Lembaga Musyawarah Besar (LMB) Buluh Cina menyerahkan lahan ulayat seluas ha kepada Gubernur Riau. Penyerahan ini diiringi harapan bahwa pemerintah Kabupaten Kampar dapat membangunkan kebun kelapa sawit seluas ha dalam satu hamparan yang berada di bagian selatan tanah ulayat yang diserahkan. Harapan lainnya adalah pemerintah dapat membangun sarana dan pra-sarana di kawasan hutan sehingga memberikan kontribusi nyata bagi perekonomian masyarakat adat pemilik hutan ulayat tersebut. Kekhawatiran melihat kondisi hutan di wilayah Riau yang semakin lama semakin habis merupakan salah satu faktor yang mendorong masyarakat Buluh Cina untuk melindungi kawasan hutan tersebut. Berlandaskan pada pemikiran bahwa jika tidak dijaga, maka hutan mereka pun akan habis untuk itu perlu dukungan dari pihak Pemerintah Daerah Riau sebagai landasan hukum formal untuk memperkuat tujuan dan keinginan masyarakat tersebut.

16 Konservasi Harimau Sumatera oleh karena itu kita harus mencegah agar hal tersebut tidak terjadi lagi dikemudian hari. Jerat liar ini terindikasi tidak hanya dapat mengancam populasi harimau, akan tetapi dapat memicu terjadinya tragedi yang fatal, yaitu konflik harimaumanusia kata Sunarto. Dengan kondisi pincang atau cacat, kemampuan harimau untuk memburu mangsa alaminya akan berkurang, sehingga dikhawatirkan akan mengincar ternak atau bahkan mengancam keselamatan penduduk yang berujung pada konflik antara harimau-manusia, Sunarto menambahkan. Kerusakan habitat adalah ancaman besar bagi kelangsungan satwa dilindungi ini, alih fungsi lahan atas habitat mereka masih terus berlangsung untuk perkebunan dan industri kehutanan. Permasalahan ini telah menyebabkan konflik berkepanjangan antara manusia dan satwa liar yang hingga kini bentuk penanganannya belum menemukan titik terang. Di belakang konflik ini biasanya ada pihak-pihak yang mengambil kesempatan untuk mendapatkan harimau tersebut baik secara utuh atau pun bagian tubuhnya. Menurut catatan WWF, sepanjang tahun 2006 terjadi sedikitnya 15 konflik harimau-manusia, 11 diantaranya terjadi di luar Lanskap Tesso Nilo-Bukit Tigapuluh. Sedangkan sepanjang enam bulan pertama tahun 2007 tercatat sedikitnya enam konflik. Alih fungsi lahan menjadi perkebunan sawit, hutan tanaman industri dan pemukiman menyebabkan habitat alami harimau semakin sempit dan terfragmentasi menjadi bagian yang tidak utuh. Kondisi tersebut menyebabkan harimau semakin sering dan mudah bersinggungan dengan manusia WWF bekerjasama dengan Balai TN Tesso Nilo dan Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau dalam upaya konservasi harimau termasuk meningkatkan kesadaran masyarakat untuk tidak memasang jerat serta memberikan penyuluhan bahayanya jerat bagi keselamatan satwa. Sejak akhir 2005, tim anti perburuan kerjasama WWF- BBKSDA Riau telah berhasil menyita sedikitnya 101 jerat yang mana 75 jerat berada di dalam Taman Nasional Tesso Nilo dan Suaka Margasatwa Rimbang Baling. Dari 101 jerat, ditemukan 23 diantaranya merupakan jerat khusus untuk harimau, sedangkan sisanya untuk menangkap babi hutan, kijang, rusa, dan beruang madu. Kami akan terus mensosialisasikan kepada masyarakat yang bermukim di sekitar taman nasional tentang keberadaan harimau itu agar mereka dapat lebih berhati-hati dan dapat mengambil langkah antisipasi konflik, kata Kepala Balai TN Tesso Nilo, Drh. Hayani Suprahman. Selain itu, Balai TN Tesso Nilo bersama mitra juga akan lebih mengintensifkan pengamanan kawasan dengan mencegah terjadinya kegiatan illegal yang mengancam harimau dan satwa lainnya di TN Tesso Nilo, jelas Hayani. Untuk menghindari serangan harimau, masyarakat yang tinggal di sekitar kawasan hutan dapat melakukan beberapa langkah antisipatif antara lain: 1. Membersihkan pekarangan rumah atau kebunnya dari semak belukar 2. Menghindari beraktifitas sendirian terutama pada dini hari dan senja hari di kawasan yang diindikasikan ada keberadaan harimau 3. Bunyikan suara-suara keras ketika berjalan di tempat berisiko tinggi 4. Melaporkan segera kepada pihak berwenang bila menemui atau mendapatkan indikasi atau tandatanda keberadaan harimau di daerah sekitar 5. Ketika terjebak berhadapan dengan harimau, usahakan untuk tidak berlari. Gerakan secara tiba-tiba dapat mengejutkan harimau sehingga akan memicu nalurinya untuk memburu korban 6. Sedapat mungkin mengurangi aktivitas di tempat-tempat yang dihuni harimau. TN Tesso Nilo merupakan kawasan penting untuk konservasi harimau Sumatera dan gajah Sumatera. WWF bersama para pihak terkait telah mengusulkan perluasan kawasan taman nasional dari ha menjadi sekurangnya ha untuk menjamin kelangsungan hidup jangka panjang populasi harimau dan gajah. Namun demikian, kawasan hutan Tesso Nilo tengah menghadapi masalah serius, yaitu perambahan, yang umumnya untuk membuka lahan perkebunan sawit. Sementara itu, Riau merupakan daerah penting bagi konservasi harimau di Sumatera. Hasil penelitian WWF bekerjasama dengan BBKSDA Riau sejak Desember 2004 di Lanskap Tesso Nilo-Bukit Tigapuluh menggunakan kamera intai menunjukkan bahwa kawasan Tesso Nilo merupakan tempat yang relatif baik bagi harimau karena masih memiliki mangsa alami yang cukup. Penelitian di Taman Nasional Tesso Nilo sejauh ini berhasil mengidentifikasikan 8 individu harimau. Dari hasil estimasi sementara diperkirakan 1,4 harimau dewasa per 100 km2 di hutan Tesso Nilo. (Syamsidar, Sunarto) 17

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Konflik di Provinsi Riau meningkat seiring dengan keluarnya beberapa izin perkebunan, dan diduga disebabkan oleh lima faktor yang saling terkait, yakni pertumbuhan

Lebih terperinci

STUDI EVALUASI PENETAPAN KAWASAN KONSERVASI TAMAN NASIONAL BUKIT TIGAPULUH (TNBT) KABUPATEN INDRAGIRI HULU - RIAU TUGAS AKHIR

STUDI EVALUASI PENETAPAN KAWASAN KONSERVASI TAMAN NASIONAL BUKIT TIGAPULUH (TNBT) KABUPATEN INDRAGIRI HULU - RIAU TUGAS AKHIR STUDI EVALUASI PENETAPAN KAWASAN KONSERVASI TAMAN NASIONAL BUKIT TIGAPULUH (TNBT) KABUPATEN INDRAGIRI HULU - RIAU TUGAS AKHIR Oleh: HERIASMAN L2D300363 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK

Lebih terperinci

Ini Dia Kronologis Kebakaran Hutan Yang Habiskan Lahan Riau

Ini Dia Kronologis Kebakaran Hutan Yang Habiskan Lahan Riau Ini Dia Kronologis Kebakaran Hutan Yang Habiskan Lahan Riau Nusantarapos,- Kebakaran hutan di Propinsi Riau yang terjadi beberapa waktu yang lalu ternyata menjadikan Menteri Kehutanan dan Lingkungan Hidup,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Provinsi Riau dengan luas 94.560 km persegi merupakan Provinsi terluas di pulau Sumatra. Dari proporsi potensi lahan kering di provinsi ini dengan luas sebesar 9.260.421

Lebih terperinci

GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG PERAN SERTA MASYARAKAT DALAM PERLINDUNGAN HUTAN

GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG PERAN SERTA MASYARAKAT DALAM PERLINDUNGAN HUTAN GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG PERAN SERTA MASYARAKAT DALAM PERLINDUNGAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA BARAT, Menimbang

Lebih terperinci

Laporan Penelitian Implementasi Undang-Undang No. 18 Tahun 2013 dalam Penanggulangan Pembalakan Liar

Laporan Penelitian Implementasi Undang-Undang No. 18 Tahun 2013 dalam Penanggulangan Pembalakan Liar Laporan Penelitian Implementasi Undang-Undang No. 18 Tahun 2013 dalam Penanggulangan Pembalakan Liar Ketua : Marfuatul Latifah, S.H.I, L.LM Wakil Ketua : Sulasi Rongiyati, S.H., M.H. Sekretaris : Trias

Lebih terperinci

PEMERINTAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA RANCANGAN PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR. TAHUN. TENTANG PENGELOLAAN TAMAN HUTAN RAYA BUNDER

PEMERINTAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA RANCANGAN PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR. TAHUN. TENTANG PENGELOLAAN TAMAN HUTAN RAYA BUNDER PEMERINTAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA RANCANGAN PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR. TAHUN. TENTANG PENGELOLAAN TAMAN HUTAN RAYA BUNDER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA

Lebih terperinci

RIAU ELEPHANT CONSERVATION PROGRAM. l Edisi : Januari - Maret 2006

RIAU ELEPHANT CONSERVATION PROGRAM. l Edisi : Januari - Maret 2006 RIAU ELEPHANT CONSERVATION PROGRAM l Edisi : Januari - Maret 2006 Susunan Redaksi Penanggungjawab Dudi Rufendi Redaksi Nursamsu Sri Mariati Dani Rahadian Arif Budiman Suhandri Syamsidar M. Yudi Agusrin

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.150, 2011 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEHUTANAN. PNPM Mandiri. Pedoman. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.16/MENHUT-II/2011 TENTANG PEDOMAN UMUM PROGRAM NASIONAL

Lebih terperinci

PEDOMAN UMUM PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI KEHUTANAN BAB I PENDAHULUAN

PEDOMAN UMUM PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI KEHUTANAN BAB I PENDAHULUAN Lampiran Peraturan Menteri Kehutanan Nomor : P.16/Menhut-II/2011 Tanggal : 14 Maret 2011 PEDOMAN UMUM PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI KEHUTANAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pedoman

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 20 TAHUN 2016 TENTANG PENGENDALIAN KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN DI ACEH DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA GUBERNUR ACEH,

PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 20 TAHUN 2016 TENTANG PENGENDALIAN KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN DI ACEH DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA GUBERNUR ACEH, PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 20 TAHUN 2016 TENTANG PENGENDALIAN KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN DI ACEH DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA GUBERNUR ACEH, Menimbang : a. bahwa hutan dan lahan merupakan sumberdaya

Lebih terperinci

PENGELOLAAN BERSAMA TAMAN NASIONAL TESSO NILO

PENGELOLAAN BERSAMA TAMAN NASIONAL TESSO NILO PENGELOLAAN BERSAMA TAMAN NASIONAL TESSO NILO Oleh: Sri Mariati Expansion Protected Areas Module Leader WWF Indonesia-Riau Conservation Program Outline 1. Latar Belakang Pembentukan 2. Proses Pembentukan

Lebih terperinci

KEJAHATAN KEHUTANAN KONTEMPORER (Studi kasus Riau) 1

KEJAHATAN KEHUTANAN KONTEMPORER (Studi kasus Riau) 1 KEJAHATAN KEHUTANAN KONTEMPORER (Studi kasus Riau) 1 Latar Belakang Penangganan tindak pidana kehutanan khususnya kasus penebangan pohon secara tidak sah atau yang secara popular dikenal dengan istilah

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.56/Menhut-II/2014 TENTANG MASYARAKAT MITRA POLISI KEHUTANAN

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.56/Menhut-II/2014 TENTANG MASYARAKAT MITRA POLISI KEHUTANAN PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.56/Menhut-II/2014 TENTANG MASYARAKAT MITRA POLISI KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang Mengingat

Lebih terperinci

TATA CARA MASUK KAWASAN SUAKA ALAM, KAWASAN PELESTARIAN ALAM DAN TAMAN BURU

TATA CARA MASUK KAWASAN SUAKA ALAM, KAWASAN PELESTARIAN ALAM DAN TAMAN BURU TATA CARA MASUK KAWASAN SUAKA ALAM, KAWASAN PELESTARIAN ALAM DAN TAMAN BURU Peraturan Direktur Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam Nomor: P.7/IV-Set/2011 Pengertian 1. Kawasan Suaka Alam adalah

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 1998 TENTANG KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 1998 TENTANG KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 1998 TENTANG KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa kawasan suaka alam dan kawasan pelestarian

Lebih terperinci

Strategi rehabilitasi hutan terdegradasi

Strategi rehabilitasi hutan terdegradasi Strategi rehabilitasi hutan terdegradasi Kajian sistem pengelolaan dan rehabilitasi IUPHHK restorasi ekosistem Kajian Sistem Pengelolaan dan Rehabilitasi IUPHHK Restorasi Ekosistem Strategi Rehabilitasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kajian mengenai rasa takut menjadi korban kejahatan (fear of crime) telah

I. PENDAHULUAN. Kajian mengenai rasa takut menjadi korban kejahatan (fear of crime) telah I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kajian mengenai rasa takut menjadi korban kejahatan (fear of crime) telah banyak dilakukan dengan fokus pada beragam jenis kejahatan. Mengenai hal ini Hale dalam (Gadd

Lebih terperinci

PERANAN BALAI PEMANTAPAN KAWASAN HUTAN DALAM PEMBANGUNAN PLANOLOGI KEHUTANAN KATA PENGANTAR

PERANAN BALAI PEMANTAPAN KAWASAN HUTAN DALAM PEMBANGUNAN PLANOLOGI KEHUTANAN KATA PENGANTAR PERANAN BALAI PEMANTAPAN KAWASAN HUTAN DALAM PEMBANGUNAN PLANOLOGI KEHUTANAN KATA PENGANTAR Materi ini disusun Dinas Kehutanan Propinsi Papua dalam rangka Rapat Kerja Teknis Badan Planologi Kehutanan Tahun

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2014 T E N T A N G SISTEM PENGENDALIAN KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN GUBERNUR JAWA TIMUR,

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2014 T E N T A N G SISTEM PENGENDALIAN KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN GUBERNUR JAWA TIMUR, GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2014 T E N T A N G SISTEM PENGENDALIAN KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang : Bahwa untuk melaksanakan Instruksi Presiden

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 183 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Berdasarkan analisis yang telah dilakukan di bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa karakteristik konversi hutan lindung menjadi kegiatan budidaya

Lebih terperinci

BAB I. Pendahuluan. Indonesia dikenal sebagai salah satu negara yang memiliki keanekaragaman

BAB I. Pendahuluan. Indonesia dikenal sebagai salah satu negara yang memiliki keanekaragaman 1 BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah Indonesia dikenal sebagai salah satu negara yang memiliki keanekaragaman hayati tertinggi di dunia, termasuk tingkat endemisme yang tinggi. Tingkat endemisme

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan data dari Departemen Kehutanan, Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia dan kaya akan Sumber Daya Alam. dilansir dari situs WWF Indonesia, Wilayah

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA BIMA NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PERLINDUNGAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BIMA,

PERATURAN DAERAH KOTA BIMA NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PERLINDUNGAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BIMA, PERATURAN DAERAH KOTA BIMA NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PERLINDUNGAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BIMA, Menimbang : a. bahwa hutan adalah karunia Tuhan Yang Maha Esa sebagai sumber kekayaan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.19/Menhut-II/2004 TENTANG KOLABORASI PENGELOLAAN KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.19/Menhut-II/2004 TENTANG KOLABORASI PENGELOLAAN KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.19/Menhut-II/2004 TENTANG KOLABORASI PENGELOLAAN KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM MENTERI KEHUTANAN, Menimbang

Lebih terperinci

Pelaku Pembunuhan Harimau Sumatera Hanya Divonis Ringan

Pelaku Pembunuhan Harimau Sumatera Hanya Divonis Ringan LAPORAN UTAMA DARI REDAKSI Pembaca yang budiman, SELAMAT BERJUMPA KEMBALI dengan buletin Suara Tesso Nilo. Kami menyampaikan Selamat Tahun Baru 2010 semoga tahun ini membawa kesuksesan bagi kita semua

Lebih terperinci

GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG PERAN SERTA MASYARAKAT DALAM PERLINDUNGAN HUTAN

GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG PERAN SERTA MASYARAKAT DALAM PERLINDUNGAN HUTAN GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG PERAN SERTA MASYARAKAT DALAM PERLINDUNGAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA BARAT, Menimbang

Lebih terperinci

PENGARUSUTAMAAN HAM DALAM PELAYANAN PUBLIK DI POLRES METRO JAKARTA UTARA

PENGARUSUTAMAAN HAM DALAM PELAYANAN PUBLIK DI POLRES METRO JAKARTA UTARA PENGARUSUTAMAAN HAM DALAM PELAYANAN PUBLIK DI POLRES METRO JAKARTA UTARA I. Pendahuluan Dalam UU Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Republik Indonesia disebutkan bahwa tugas Kepolisian adalah memelihara

Lebih terperinci

2017, No Peraturan Menteri; d. bahwa dalam rangka optimalisasi penanganan barang bukti tindak pidana lingkungan hidup dan kehutanan perlu diatu

2017, No Peraturan Menteri; d. bahwa dalam rangka optimalisasi penanganan barang bukti tindak pidana lingkungan hidup dan kehutanan perlu diatu No.642, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-LHK. Penanganan Barang Bukti Tindak Pidana Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

BUPATI SIGI PROVINSI SULAWESI TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIGI NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN IMBAL JASA LINGKUNGAN HIDUP

BUPATI SIGI PROVINSI SULAWESI TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIGI NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN IMBAL JASA LINGKUNGAN HIDUP BUPATI SIGI PROVINSI SULAWESI TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIGI NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN IMBAL JASA LINGKUNGAN HIDUP PEMERINTAH KABUPATEN SIGI TAHUN 2014 0 BUPATI SIGI PROVINSI SULAWESI

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Undang-Undang Konservasi No. 5 Tahun 1990, sumberdaya alam hayati adalah unsur-unsur hayati di alam yang terdiri dari sumberdaya alam nabati (tumbuhan) dan

Lebih terperinci

BAB V KONFLIK ANTAR PEMANGKU KEPENTINGAN DI KAWASAN TESSO NILO. 5.1 Analisis Pemangku Kepentingan (Stakeholders) Kawasan TNTN

BAB V KONFLIK ANTAR PEMANGKU KEPENTINGAN DI KAWASAN TESSO NILO. 5.1 Analisis Pemangku Kepentingan (Stakeholders) Kawasan TNTN BAB V KONFLIK ANTAR PEMANGKU KEPENTINGAN DI KAWASAN TESSO NILO 5.1 Analisis Pemangku Kepentingan (Stakeholders) Kawasan TNTN Analisis pemangku kepentingan untuk menelaah dan memecahkan konflik di kawasan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dari penunjukan kawasan konservasi CA dan SM Pulau Bawean adalah untuk

I. PENDAHULUAN. dari penunjukan kawasan konservasi CA dan SM Pulau Bawean adalah untuk I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Suaka Alam Pulau Bawean ditunjuk dengan Surat Keputusan Menteri Pertanian No. 76/Kpts/Um/12/1979 tanggal 5 Desember 1979 meliputi Cagar Alam (CA) seluas 725 ha dan Suaka

Lebih terperinci

Keputusan Menteri Kehutanan No. 31 Tahun 2001 Tentang : Penyelenggaraan Hutan Kemasyarakatan

Keputusan Menteri Kehutanan No. 31 Tahun 2001 Tentang : Penyelenggaraan Hutan Kemasyarakatan Keputusan Menteri Kehutanan No. 31 Tahun 2001 Tentang : Penyelenggaraan Hutan Kemasyarakatan Menimbang : a. bahwa dengan Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan Nomor 677/Kpts-II/1998 jo Keputusan Menteri

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 1999 TENTANG PENGAWETAN JENIS TUMBUHAN DAN SATWA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang :

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 1999 TENTANG PENGAWETAN JENIS TUMBUHAN DAN SATWA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 1999 TENTANG PENGAWETAN JENIS TUMBUHAN DAN SATWA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa tumbuhan dan satwa adalah bagian dari sumber daya

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa ruang selain merupakan sumber alam yang penting artinya bagi

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI KECAMATAN RANGSANG BARAT DESA BOKOR PERATURAN DESA NOMOR 18 TAHUN 2015

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI KECAMATAN RANGSANG BARAT DESA BOKOR PERATURAN DESA NOMOR 18 TAHUN 2015 PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI KECAMATAN RANGSANG BARAT DESA BOKOR PERATURAN DESA NOMOR 18 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN LAUT TAHUN 2015 PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI KECAMATAN

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS

RENCANA STRATEGIS TROPICAL FOREST CONSERVATION ACTION FOR SUMATERA RENCANA STRATEGIS 2010-2015 A. LATAR BELAKANG Pulau Sumatera merupakan salah kawasan prioritas konservasi keanekaragaman hayati Paparan Sunda dan salah

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2016 NOMOR 2

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2016 NOMOR 2 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2016 NOMOR 2 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA NOMOR 19 TAHUN 2015 TENTANG PERLINDUNGAN SATWA DAN TUMBUHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANJARNEGARA,

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN DAERAH PENYANGGA TAMAN NASIONAL UJUNG KULON

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN DAERAH PENYANGGA TAMAN NASIONAL UJUNG KULON PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN DAERAH PENYANGGA TAMAN NASIONAL UJUNG KULON DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG, Menimbang : a. bahwa Taman

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN USAHA PERKEBUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LANDAK,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keanekaragaman hayati di dunia. Indonesia dijuluki sebagai Megadiversity Country,

BAB I PENDAHULUAN. keanekaragaman hayati di dunia. Indonesia dijuluki sebagai Megadiversity Country, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia merupakan Negara tropis yang memiliki keindahan alam dan hutan yang sangat luas. Keindahan alam dan hutan yang dimiliki mulai dari Sabang sampai Merauke.

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2005 TENTANG PEMBERANTASAN PENEBANGAN KAYU SECARA ILEGAL DI KAWASAN HUTAN DAN PEREDARANNYA DI SELURUH WILAYAH REPUBLIK INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Instruksi Presiden No. 5 Tahun 2001 Tentang : Pemberantasan Penebangan Kayu Illegal (Illegal Logging) Dan Peredaran Hasil Hutan Illegal Di Kawasan Ekosistem Leuser Dan Taman Nasional Tanjung Puting PRESIDEN

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM 4.1. Taman Nasional Tesso Nilo Sejarah Kawasan

IV. KONDISI UMUM 4.1. Taman Nasional Tesso Nilo Sejarah Kawasan 18 IV. KONDISI UMUM 4.1. Taman Nasional Tesso Nilo 4.1.1. Sejarah Kawasan Kawasan Taman Nasional Tesso Nilo mulanya dikenal sebagai kawasan hutan langgam yang difungsikan sebagai Hutan Produksi terbatas

Lebih terperinci

PERAN SERTA MASYARAKAT DESA DALAM MENJAGA DAN MEMELIHARA HUTAN

PERAN SERTA MASYARAKAT DESA DALAM MENJAGA DAN MEMELIHARA HUTAN PEMERINTAH KABUPATEN CIANJUR KECAMATAN CIDAUN DESA CIBULUH Jl. Lurah Bintang No. 129 Cibuluh, Cidaun, Cianjur 43275 PERATURAN DESA CIBULUH NOMOR : 01/Perdes-cb/IV/2003 Tentang PERAN SERTA MASYARAKAT DESA

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKAMARA NOMOR 14 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN ATAU PENGUSAHAAN SARANG BURUNG WALET DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKAMARA NOMOR 14 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN ATAU PENGUSAHAAN SARANG BURUNG WALET DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SUKAMARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKAMARA NOMOR 14 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN ATAU PENGUSAHAAN SARANG BURUNG WALET DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKAMARA, Menimbang : Mengingat : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan modal dasar bagi pembangunan berkelanjutan untuk kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan modal dasar bagi pembangunan berkelanjutan untuk kesejahteraan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hutan merupakan salah satu aset penting bagi negara, yang juga merupakan modal dasar bagi pembangunan berkelanjutan untuk kesejahteraan masyarakat. Hutan sebagai sumberdaya

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumberdaya alam seperti air, udara, lahan, minyak, ikan, hutan dan lain - lain merupakan sumberdaya yang esensial bagi kelangsungan hidup manusia. Penurunan

Lebih terperinci

TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM MENTERI KEHUTANAN,

TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM MENTERI KEHUTANAN, PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P. 02/Menhut-II/2007 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM MENTERI KEHUTANAN, Menimbang : a. bahwa Keputusan Menteri Kehutanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Menteri Kehutanan No. 134/Menhut-II/2004 tentang Perubahan fungsi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Menteri Kehutanan No. 134/Menhut-II/2004 tentang Perubahan fungsi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Taman Nasional (TN) Gunung Merapi ditetapkan berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan No. 134/Menhut-II/2004 tentang Perubahan fungsi Kawasan Hutan Lindung, Cagar

Lebih terperinci

Manusia-Satwa Liar Terus Berkonflik di Riau

Manusia-Satwa Liar Terus Berkonflik di Riau LAPORAN UTAMA DARI REDAKSI Pembaca yang budiman, SELAMAT BERTEMU DI AWAL TAHUN 2010, tahun yang menurut penanggalan Cina merupakan tahun harimau. Di tahun ini akan digelar rangkaian pertemuan tingkat dunia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu sumberdaya alam yang banyak dimiliki di Indonesia adalah hutan. Pembukaan hutan di Indonesia merupakan isu lingkungan yang populer selama dasawarsa terakhir

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kawasan Tahura Wan Abdul Rachman di Propinsi Lampung adalah salah satu kawasan yang amat vital sebagai penyangga kehidupan ekonomi, sosial dan ekologis bagi masyarakat

Lebih terperinci

hakikatnya adalah bagian integral dari pembangunan nasional yang berkelanjutan sebagai pengamalan Pancasila;

hakikatnya adalah bagian integral dari pembangunan nasional yang berkelanjutan sebagai pengamalan Pancasila; Menimbang : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1990 TENTANG KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM HAYATI DAN EKOSISTEMNYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, a. bahwa sumber

Lebih terperinci

WALIKOTA BENGKULU PROVINSI BENGKULU PERATURAN DAERAH KOTA BENGKULU NOMOR 02 TAHUN 2015 TENTANG PENERTIBAN PEMELIHARAAN HEWAN TERNAK

WALIKOTA BENGKULU PROVINSI BENGKULU PERATURAN DAERAH KOTA BENGKULU NOMOR 02 TAHUN 2015 TENTANG PENERTIBAN PEMELIHARAAN HEWAN TERNAK WALIKOTA BENGKULU PROVINSI BENGKULU PERATURAN DAERAH KOTA BENGKULU NOMOR 02 TAHUN 2015 TENTANG PENERTIBAN PEMELIHARAAN HEWAN TERNAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BENGKULU, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN CIANJUR KECAMATAN CIDAUN DESA NEGLASARI Jl. Negla No. Neglasari Cidaun 43275

PEMERINTAH KABUPATEN CIANJUR KECAMATAN CIDAUN DESA NEGLASARI Jl. Negla No. Neglasari Cidaun 43275 PEMERINTAH KABUPATEN CIANJUR KECAMATAN CIDAUN DESA NEGLASARI Jl. Negla No. Neglasari Cidaun 43275 PERATURAN DESA NEGLASARI NOMOR : 04/Perdes-NS/IV/2003 Tentang PERAN SERTA MASYARAKAT DESA DALAM MENJAGA

Lebih terperinci

PENGARUH HUTAN TANAMAN INDUSTRI (HTI) TERHADAP KONDISI SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT DI KECAMATAN KAMPAR KIRI TUGAS AKHIR

PENGARUH HUTAN TANAMAN INDUSTRI (HTI) TERHADAP KONDISI SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT DI KECAMATAN KAMPAR KIRI TUGAS AKHIR PENGARUH HUTAN TANAMAN INDUSTRI (HTI) TERHADAP KONDISI SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT DI KECAMATAN KAMPAR KIRI TUGAS AKHIR Oleh : RISA ANJASARI L2D 005 396 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 1994 TENTANG PERBURUAN SATWA BURU PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 1994 TENTANG PERBURUAN SATWA BURU PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 1994 TENTANG PERBURUAN SATWA BURU PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa satwa merupakan sebagian sumber daya alam yang tidak ternilai harganya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup Indonesia terdapat dalam Pembukaan UUD 1945 alinea keempat. Kaedah

BAB I PENDAHULUAN. hidup Indonesia terdapat dalam Pembukaan UUD 1945 alinea keempat. Kaedah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kaedah dasar yang melandasi pembangunan dan perlindungan lingkungan hidup Indonesia terdapat dalam Pembukaan UUD 1945 alinea keempat. Kaedah dasar ini selanjutnya

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Kebakaran hutan di Jambi telah menjadi suatu fenomena yang terjadi setiap tahun, baik dalam cakupan luasan yang besar maupun kecil. Kejadian kebakaran tersebut tersebar dan melanda

Lebih terperinci

Moratorium gambut diabaikan, dua kebun sawit grup Panca Eka menebangi hutan alam di Semenanjung Kampar, Riau

Moratorium gambut diabaikan, dua kebun sawit grup Panca Eka menebangi hutan alam di Semenanjung Kampar, Riau Moratorium gambut diabaikan, dua kebun sawit grup Panca Eka menebangi hutan alam di Semenanjung Kampar, Riau Laporan Investigatif Eyes on the Forest Januari 2016 Eyes on the Forest (EoF) adalah koalisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kejahatan sebagai fenomena sosial yang terjadi di muka bumi ini mungkin

BAB I PENDAHULUAN. Kejahatan sebagai fenomena sosial yang terjadi di muka bumi ini mungkin BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kejahatan sebagai fenomena sosial yang terjadi di muka bumi ini mungkin tidak ada habisnya, mengenai masalah ini dapat dilihat dari pemberitaan media masa seperti

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA ACEH NOMOR 46 TAHUN 2001 TENTANG PENGELOLAAN TAMAN HUTAN RAYA POCUT MEURAH INTAN

PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA ACEH NOMOR 46 TAHUN 2001 TENTANG PENGELOLAAN TAMAN HUTAN RAYA POCUT MEURAH INTAN PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA ACEH NOMOR 46 TAHUN 2001 TENTANG PENGELOLAAN TAMAN HUTAN RAYA POCUT MEURAH INTAN BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA Menimbang a. GUBERNUR

Lebih terperinci

PROGRAM PHBM DI SEKITAR KAWASAN KONSERVASI. LAYAKKAH DIPERTAHANKAN???

PROGRAM PHBM DI SEKITAR KAWASAN KONSERVASI. LAYAKKAH DIPERTAHANKAN??? PROGRAM PHBM DI SEKITAR KAWASAN KONSERVASI. LAYAKKAH DIPERTAHANKAN??? (Studi kasus di kawasan TN Alas Purwo) Oleh : Bagyo Kristiono, SP. /Polhut Pelaksana Lanjutan A. PHBM (Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat)

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 1999 TENTANG PENGAWETAN JENIS TUMBUHAN DAN SATWA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang :

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 1999 TENTANG PENGAWETAN JENIS TUMBUHAN DAN SATWA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : Page 1 of 9 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 1999 TENTANG PENGAWETAN JENIS TUMBUHAN DAN SATWA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa tumbuhan dan satwa adalah bagian dari

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2001 TENTANG

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2001 TENTANG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2001 TENTANG PEMBERANTASAN PENEBANGAN KAYU ILLEGAL (ILLEGAL LOGGING) DAN PEREDARAN HASIL HUTAN ILLEGAL Di KAWASAN EKOSISTEM LEUSER DAN TAMAN NASIONAL TANJUNG PUTING

Lebih terperinci

Perkembangan Insiden di Wirakarya Sakti (WKS) di Jambi, posting pada 23 Mei 2015:

Perkembangan Insiden di Wirakarya Sakti (WKS) di Jambi, posting pada 23 Mei 2015: pada 23 Mei 2015: Pada hari Sabtu, 23 Mei 2015, perwakilan APP dan WKS berpartisipasi dalam doa bersama dan upacara adat yang diselenggarakan oleh masyarakat setempat di desa Lubuk Mandarsah di Jambi.

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2004 TENTANG PERENCANAAN KEHUTANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2004 TENTANG PERENCANAAN KEHUTANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2004 TENTANG PERENCANAAN KEHUTANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan lebih lanjut ketentuan Bab IV Undang-undang Nomor

Lebih terperinci

Komite Penasihat Pemangku Kepentingan (SAC) terhadap Kebijakan Pengelolaan Hutan Keberlanjutan (SFMP 2.0) APRIL

Komite Penasihat Pemangku Kepentingan (SAC) terhadap Kebijakan Pengelolaan Hutan Keberlanjutan (SFMP 2.0) APRIL Komite Penasihat Pemangku Kepentingan (SAC) terhadap Kebijakan Pengelolaan Hutan Keberlanjutan (SFMP 2.0) APRIL Rapat SAC ke-10 di Pangkalan Kerinci, Riau - Indonesia, 23-25 Mei 2017 ANGGOTA SAC TURUT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bangsa Indonesia dikaruniai kekayaan alam, bumi, air, udara serta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bangsa Indonesia dikaruniai kekayaan alam, bumi, air, udara serta 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bangsa Indonesia dikaruniai kekayaan alam, bumi, air, udara serta ribuan pulau oleh Tuhan Yang Maha Esa, yang mana salah satunya adalah hutan. Hutan merupakan sesuatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. telah berlangsung sebelum legalitas hukum formal ditetapkan oleh pemerintah.

BAB I PENDAHULUAN. telah berlangsung sebelum legalitas hukum formal ditetapkan oleh pemerintah. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejarah pengelolaan hutan oleh masyarakat lokal Indonesia di beberapa tempat telah berlangsung sebelum legalitas hukum formal ditetapkan oleh pemerintah. Oleh karena

Lebih terperinci

PELUANG IMPLEMENTASI REDD (Reducing Emissions from Deforestation and Degradation) DI PROVINSI JAMBI

PELUANG IMPLEMENTASI REDD (Reducing Emissions from Deforestation and Degradation) DI PROVINSI JAMBI PELUANG IMPLEMENTASI REDD (Reducing Emissions from Deforestation and Degradation) DI PROVINSI JAMBI Oleh Ir. H. BUDIDAYA, M.For.Sc. (Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Jambi) Disampaikan pada Focus Group

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1990 TENTANG KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM HAYATI DAN EKOSISTEMNYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1990 TENTANG KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM HAYATI DAN EKOSISTEMNYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1990 TENTANG KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM HAYATI DAN EKOSISTEMNYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa sumber

Lebih terperinci

Laporan Investigasi Jikalahari KEPALA BRG DIHADANG, PT RAPP LANJUT MERUSAK HUTAN ALAM DAN GAMBUT

Laporan Investigasi Jikalahari KEPALA BRG DIHADANG, PT RAPP LANJUT MERUSAK HUTAN ALAM DAN GAMBUT I. PENDAHULUAN Laporan Investigasi Jikalahari KEPALA BRG DIHADANG, PT RAPP LANJUT MERUSAK HUTAN ALAM DAN GAMBUT Empat bulan lebih pasca Nazir Foead, Kepala Badan Restorasi Gambut (BRG) dihadang dan diusir

Lebih terperinci

Kabar dari Tim Pendamping Pengelolaan Hutan Bersama Hulu Sungai Malinau

Kabar dari Tim Pendamping Pengelolaan Hutan Bersama Hulu Sungai Malinau Kabar dari Tim Pendamping Pengelolaan Hutan Bersama Hulu Sungai Malinau No. 6, September 2001 Bapak-bapak dan ibu-ibu yang baik, Salam sejahtera, jumpa lagi dengan Tim Pendamping Pengelolaan Hutan Bersama.

Lebih terperinci

Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 1999 Tentang : Pengawetan Jenis Tumbuhan Dan Satwa

Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 1999 Tentang : Pengawetan Jenis Tumbuhan Dan Satwa Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 1999 Tentang : Pengawetan Jenis Tumbuhan Dan Satwa Oleh : PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor : 7 TAHUN 1999 (7/1999) Tanggal : 27 Januari 1999 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 1999 TENTANG PENGAWETAN JENIS TUMBUHAN DAN SATWA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang :

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 1999 TENTANG PENGAWETAN JENIS TUMBUHAN DAN SATWA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 1999 TENTANG PENGAWETAN JENIS TUMBUHAN DAN SATWA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa tumbuhan dan satwa adalah bagian dari sumber daya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perencanaan pengembangan wilayah merupakan salah satu bentuk usaha

BAB I PENDAHULUAN. Perencanaan pengembangan wilayah merupakan salah satu bentuk usaha BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perencanaan pengembangan wilayah merupakan salah satu bentuk usaha yang memanfaatkan potensi sumberdaya lahan secara maksimal untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat

Lebih terperinci

BAB V PROFIL KAWASAN PENELITIAN

BAB V PROFIL KAWASAN PENELITIAN BAB V PROFIL KAWASAN PENELITIAN 5.1. LATAR BELAKANG DESA KESUMA Kawasan penelitian yang ditetapkan ialah Desa Kesuma, Kecamatan Pangkalan Kuras, Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau. Desa ini berada pada

Lebih terperinci

REVITALISASI KEHUTANAN

REVITALISASI KEHUTANAN REVITALISASI KEHUTANAN I. PENDAHULUAN 1. Berdasarkan Peraturan Presiden (PERPRES) Nomor 7 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Nasional Tahun 2004-2009 ditegaskan bahwa RPJM merupakan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.862, 2013 KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN. Wilayah Pesisir. Pulau-Pulau Kecil. Pengelolan. Pengawasan. PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

[Type the document subtitle]

[Type the document subtitle] PENGAKUAN KEBERADAAN KEARIFAN LOKAL LUBUK LARANGAN INDARUNG, KABUPATEN KUANTAN SINGINGI PROVINSI RIAU DALAM PENGELOLAAN DAN PERLINDUNGAN LINGKUNGAN HIDUP [Type the document subtitle] Suhana 7/24/2008 PENGAKUAN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SABU RAIJUA NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PENERTIBAN TERNAK DALAM WILAYAH KABUPATEN SABU RAIJUA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SABU RAIJUA NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PENERTIBAN TERNAK DALAM WILAYAH KABUPATEN SABU RAIJUA PERATURAN DAERAH KABUPATEN SABU RAIJUA NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PENERTIBAN TERNAK DALAM WILAYAH KABUPATEN SABU RAIJUA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SABU RAIJUA, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

LAPORAN VERIFIKASI DUGAAN PELANGGARAN MORATORIUM APP DI PT. MUTIARA SABUK KHATULISTIWA TIM VERIFIKASI

LAPORAN VERIFIKASI DUGAAN PELANGGARAN MORATORIUM APP DI PT. MUTIARA SABUK KHATULISTIWA TIM VERIFIKASI LAPORAN VERIFIKASI DUGAAN PELANGGARAN MORATORIUM APP DI PT. MUTIARA SABUK KHATULISTIWA TIM VERIFIKASI OKTOBER 2014 1. Latar Belakang Pada tanggal 1 Februari 2013, APP, melalui Kebijakan Konservasi Hutannya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keberadaan burung pemangsa (raptor) memiliki peranan yang sangat penting dalam suatu ekosistem. Posisinya sebagai pemangsa tingkat puncak (top predator) dalam ekosistem

Lebih terperinci

BUPATI JOMBANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PELESTARIAN TUMBUHAN DAN SATWA

BUPATI JOMBANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PELESTARIAN TUMBUHAN DAN SATWA BUPATI JOMBANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PELESTARIAN TUMBUHAN DAN SATWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JOMBANG, Menimbang

Lebih terperinci

WALIKOTA LANGSA PROVINSI ACEH QANUN KOTA LANGSA NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN HUTAN KOTA BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM

WALIKOTA LANGSA PROVINSI ACEH QANUN KOTA LANGSA NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN HUTAN KOTA BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM SALINAN WALIKOTA LANGSA PROVINSI ACEH QANUN KOTA LANGSA NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN HUTAN KOTA BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN NAMA ALLAH YANG MAHA PENGASIH LAGI MAHA PENYAYANG ATAS RAHMAT

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN MAROS. NOMOR : 05 Tahun 2009 TENTANG KEHUTANAN MASYARAKAT DI KABUPATEN MAROS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN MAROS. NOMOR : 05 Tahun 2009 TENTANG KEHUTANAN MASYARAKAT DI KABUPATEN MAROS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN PERATURAN DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN MAROS NOMOR : 05 Tahun 2009 TENTANG KEHUTANAN MASYARAKAT DI KABUPATEN MAROS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MAROS Menimbang : a. bahwa guna meningkatkan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT LD. 5 2008 R PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GARUT,

Lebih terperinci

LAPORAN VERIFIKASI INSIDEN DI WILAYAH DISTRIK 8 DI AREA KONSESI PT WIRAKARYA SAKTI - JAMBI TIM VERIFIKASI

LAPORAN VERIFIKASI INSIDEN DI WILAYAH DISTRIK 8 DI AREA KONSESI PT WIRAKARYA SAKTI - JAMBI TIM VERIFIKASI LAPORAN VERIFIKASI INSIDEN DI WILAYAH DISTRIK 8 DI AREA KONSESI PT WIRAKARYA SAKTI - JAMBI TIM VERIFIKASI APRIL 2015 1. Latar Belakang Pada tanggal 1 Februari 2013, APP, melalui Kebijakan Konservasi Hutannya

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN KEHUTANAN. Dekonsentrasi. Pemerintah. Provinsi.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN KEHUTANAN. Dekonsentrasi. Pemerintah. Provinsi. 13, 2009 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN KEHUTANAN. Dekonsentrasi. Pemerintah. Provinsi. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P.5/Menhut-II/2009 TENTANG PELIMPAHAN SEBAGIAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /PERMEN-KP/2017 TENTANG PENANGANAN TINDAK PIDANA PERIKANAN OLEH PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P. 16/Menhut-II/2011 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P. 16/Menhut-II/2011 TENTANG PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P. 16/Menhut-II/2011 TENTANG PEDOMAN UMUM PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan fauna yang tersebar diberbagai wilayah di DIY. Banyak tempat tempat

BAB I PENDAHULUAN. dan fauna yang tersebar diberbagai wilayah di DIY. Banyak tempat tempat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Daerah Istimewa Yogyakarta terkenal dengan kota pelajar dan kota budaya, selain itu Daerah Istimewa Yogyakarta juga dikenal sebagai daerah pariwisata ini dibuktikan

Lebih terperinci

REPETA DEPARTEMEN KEHUTANAN TAHUN 2004

REPETA DEPARTEMEN KEHUTANAN TAHUN 2004 I. PENDAHULUAN REPETA DEPARTEMEN KEHUTANAN TAHUN 2004 Pembangunan kehutanan pada era 2000 2004 merupakan kegiatan pembangunan yang sangat berbeda dengan kegiatan pada era-era sebelumnya. Kondisi dan situasi

Lebih terperinci

Menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang

Menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang LAPORAN UTAMA Dari Redaksi Pembaca sekalian, Selamat bertemu kembali dengan Buletin Suara Tesso Nilo. Semoga buletin ini selalu dapat memberikan informasi yang bermanfaat bagi pembaca sekalian. Dalam edisi

Lebih terperinci

SAMBUTAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DALAM ACARA PERINGATAN HARI KONSERVASI ALAM NASIONAL (HKAN) TAHUN 2015 DI SELURUH INDONESIA

SAMBUTAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DALAM ACARA PERINGATAN HARI KONSERVASI ALAM NASIONAL (HKAN) TAHUN 2015 DI SELURUH INDONESIA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA SAMBUTAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DALAM ACARA PERINGATAN HARI KONSERVASI ALAM NASIONAL (HKAN) TAHUN 2015 DI SELURUH INDONESIA Yang

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2005 TENTANG PEMBERANTASAN PENEBANGAN KAYU SECARA ILEGAL DI KAWASAN HUTAN DAN PEREDARANNYA DI SELURUH WILAYAH REPUBLIK INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci