PENGARUH SENAM DISMENORE TERHADAP TINGKAT STRES MAHASISWI YANG MENGALAMI PREMENSTRUAL SYNDROME (PMS) DI ASRAMA KEBIDANAN NGUDI WALUYOUNGARAN ARTIKEL
|
|
- Siska Tedjo
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 PENGARUH SENAM DISMENORE TERHADAP TINGKAT STRES MAHASISWI YANG MENGALAMI PREMENSTRUAL SYNDROME (PMS) DI ASRAMA KEBIDANAN NGUDI WALUYOUNGARAN ARTIKEL Oleh ADHA DINA RAHMAYATI NIM a001 PROGRAM STUDI D-IV KEBIDANAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NGUDI WALUYO UNGARAN
2 PENGARUH SENAM DISMENORE TERHADAP TINGKAT STRES MAHASISWI YANG MENGALAMI PREMENSTRUAL SYNDROME (PMS) DI ASRAMA KEBIDANAN NGUDI WALUYOUNGARAN Adha Dina Rahmayati *), dr. Adil Zulkarnain, Sp.OG (K) **), Ima Syamrotul Muflihah, S.SiT, M.Keb **) Angka kejadian Premenstrual Syndrome (PMS) di dunia rata- rata dari 50% perempuan di setiap negara. Diperkirakan di Amerika Serikat hampir 90% wanita mengalami pre menstruasi syndrome, dan 10-15% diantaranya mengalami Premenstrual Syndrome (PMS) yang menyebabkan mereka tidak mampu melakukan kegiatan apapun. Premenstrual Syndrome (PMS) harus ditangani meskipun hanya dengan pengobatan sendiri atau non farmakologi untuk menghindari hal-hal yang lebih berat. Salah satu penanganya adalah dengan senam dismenore. Senam dismenore ini merupakan salah satu teknik relaksasi. Latihan fisik dapat menghasilkan hormon endorphin. Endorphin adalah neuropeptide yang dihasilkan tubuh pada saat relaks atau tenang. Tujuan penelitian untuk mengetahui pengaruh senam dismenore terhadap tingkat stres mahasiswi yang mengalami Premenstrual Syndrome (PMS) di Asrama Kebidanan Ngudi WaluyoUngaran. Desain penelitian yang digunakan adalah quasi experiment dengan static group comparison. Pengambilan sampel menggunakan Purposive sampling yaitu mahasiswa Akademi Kebidanan Ngudi Waluyo Ungaran sebanyak 30 responden dimana 15 responden sebagai kelompok intervensi dan 15 responden sebagai kelompok kontrol. Perlakuan dengan senam dismenore. Pengumpulan data menggunakan kuesioner. Analisa bivariat menggunakan uji independent t-test. Hasil penelitian menunjukkan tingkat stres mahasiswi yang mengalami Premenstrual Syndrome (PMS) pada kelompok intervensi rata-rata 18,53, tingkat stres mahasiswi yang mengalami kelompok kontrol rata-rata 24,0. Ada pengaruh senam dismenore terhadap tingkat stres mahasiswi yang mengalami Premenstrual Syndrome (PMS) di Asrama Kebidanan Ngudi WaluyoUngaran (p value 0,016) Remaja diharapkan dapat melakukan senam dismenore sebelum menstruasi secara mandiri agar tingkat stres mahasiswi yang mengalami Premenstrual Syndrome (PMS) dapat dikurangi. Kata kunci : Senam dismenore, stres mahasiswi, Premenstrual Syndrome (PMS) Kepustakaan : 56 pustaka ( ) ABSTRACT The incidence of pre-menstrual syndrome in the world average of 50% of women in each country. It is estimated that in the United States nearly 90% of women have pre-menstrual syndrome, and 10-15% of them had pre menstrual syndrome, which causes them to not be able to do any activity. Pre menstrual syndrome should be treated even if only to themselves or nonpharmacological treatment to avoid things that are heavier. One is with gymnastics penanganya dysmenorrhea. Gymnastics dysmenorrhea is one of relaxation techniques. Physical exercise can produce endorphins. Endorphin is a neuropeptide that is produced by the body when relaxed or calm. The purpose of research to determine the effect on the level of stress dysmenorrhea gymnastics student who developed pre menstrual syndrome in Dormitory Kebidanan Ngudi WaluyoUngaran. The research design was quasi experiment with static group comparison. Sampling using purposive sampling Midwifery Academy students Ngudi Waluyo Ungaran of 30 respondents of which 15 respondents in the intervention group and 15 respondents as a control group. Treatment with gymnastics dysmenorrhea. Collecting data using questionnaires. Bivariate analysis using independent t-test test. 2
3 The results showed that the level of stress experienced student pre menstrual syndrome in the intervention group average of 18.53, the student stress levels experienced pre menstrual syndrome in the control group average of There dysmenorrhea exercise influence on the level of stress experienced student who pre menstrual syndrome in Dormitory Kebidanan Ngudi WaluyoUngaran (p value 0.016) Suggestions for health workers are able to provide permanent care for young women with pre-menstrual syndrome and can provide information about effective ways to reduce stress levels of pre menstrual syndrome, either through counseling and seminars.. Keyword : Gymnastics dysmenorrhea, student stress, pre-menstrual syndrome Bibliograpies : 56 libraries ( ) PENDAHULUAN Masa remaja merupakan masa yang penting dalam rentang kehidupan di mana remaja mengalami suatu periode peralihan, suatu masa perubahan, usia bermasalah dan saat dimana individu mencari identitas (jati diri) menuju masa dewasa (Muwarni, 2008). Mengenai umur kronologis berapa seorang anak dikatakan remaja masih terdapat berbagai pendapat. World Health Organization (WHO) mendefinisikan remaja bila anak telah mencapai umur tahun. Menurut Depkes RI remaja adalah anak usia antara tahun dan belum kawin. Mahasiswa masuk ke dalam kategori remaja akhir yang berusia sekitar tahun (Monks, el.,al., 2004). Data demografi menunjukkan bahwa remaja merupakan populasi yang besar dari penduduk dunia. Menurut WHO dalam Soetjiningsih (2007) sekitar seperlima dari penduduk dunia adalah remaja berumur tahun. Sekitar 900 juta berada di negara sedang berkembang. Menurut data Susenas BPS Provinsi Jawa Tengah tahun 2006 jumlah remaja putri usia tahun di Jawa Tengah ± sejumlah juta jiwa (Biro Pusat Statistik, 2006). Petunjuk pertama bahwa mekanisme reproduksi pada anak perempuan menjadi matang adalah datangnya menstruasi (haid). Menstruasi merupakan salah satu hal yang banyak ditakuti para gadis atau perempuan remaja disebabkan banyak perempuan mengalami ketidaknyamanan fisik selama beberapa hari sebelum periode haid mereka datang. Kira-kira setengah dari seluruh perempuan menderita akibat dismenore atau haid yang menyakitkan. Hal ini khususnya 3 sering terjadi pada awal-awal masa dewasa (Maulana, 2008). Angka kejadian Premenstrual Syndrome (PMS) di dunia sangat besar. Rata- rata dari 50% perempuan di setiap negara mengalami pre menstruasi syndrome. Diperkirakan di Amerika Serikat hampir 90% wanita mengalami pre menstruasi syndrome, dan 10-15% diantaranya mengalami Premenstrual Syndrome (PMS) yang menyebabkan mereka tidak mampu melakukan kegiatan apapun (Proverawati & Misaroh, 2010). Indonesia angka kejadian Premenstrual Syndrome (PMS) sebesar 64,25% yang terdiri dari 54,89% (Info Sehat, 2008). Angka kejadian di Indonesia diperkirakan 55% perempuan produktif yang tersiksa oleh dismenore. Angka kejadian (prevalensi) Premenstrual Syndrome (PMS) berkisar 45-95% di kalangan wanita usia produktif (Proverawati dan Misaroh, 2010). Di Jawa Tengah didapatkan 1,07% - 1,31% dari jumlah penderita Premenstrual Syndrome (PMS) datang kebagian kebidanan (Harunriyanto, 2008). Remaja yang mengalami Premenstrual Syndrome (PMS) pada saat menstruasi mempunyai lebih banyak hari libur dan prestasinya kurang begitu baik dikampus dibandingkan remaja yang tidak terkena dismenore (Hacker & Moore, 2001). Premenstrual Syndrome (PMS) yang dialami saat terjadi menstruasi bisa sangat menyiksa. Kadang-kadang perempuan membungkukkan tubuh atau merangkak lantaran tidak mampu menahan rasa nyeri bahkan ada yang sampai berguling-guling di tempat tidur. Hal ini sangat
4 mengganggu aktivitas perempuan seharihari dan dapat berdampak pada turunnya produktivitas kerja (Kingston, 2005). remaja harus ditangani meskipun hanya dengan pengobatan sendiri atau non farmakologi untuk menghindari hal-hal yang lebih berat. Dampak yang terjadi jika Premenstrual Syndrome (PMS) tidak ditangani adalah gangguan Aktivitas Hidup Sehari-hari (ADL), retrograd menstruasi (menstruasi yang bergerak mundur), infertilitas (kemandulan), kehamilan atau kehamilan tidak terdeteksi ektopik pecah, kista pecah dan infeksi (Andre, 2009). Menurut Bobak (2004), Premenstrual Syndrome (PMS) bukanlah suatu penyakit, melainkan gejala yang timbul akibat adanya kelainan dalam rongga panggul dan mengganggu aktifitas perempuan, bahkan sering kali mengharuskan penderita beristirahat dan meninggalkan pekerjaannya selama berjam-jam akibat pre menstruasi syndrome. Berdasarkan data menunjukkan bahwa Premenstrual Syndrome (PMS) tersebut dialami oleh 60-75% perempuan muda dan tiga perempat jumlah tersebut mengalami Premenstrual Syndrome (PMS) dengan intensitas ringan atau sedang. Sedangkan seperempat lainnya mengalami dismenore dengan tingkat berat dan terkadang menyebabkan penderita tidak berdaya dalam menahan nyerinya (Hendrik, 2006). Nyeri sangat memepengaruhi kehidupan seseorang tertama kualitas hidup dengan adanya nyeri kronik akan membuat terbatasnya aktivitas, gangguan tidur, depresi, kesehatan yang semakin menurun menyebabkan tingkat stres pada penderitanya (Chapman & Nakamura, 2009). Stres merupakan respon tubuh yang bersifat tidak spesifik terhadap setiap tuntutan atau beban atasnya. Berdasarkan pengertian tersebut dapat dikatakan stres apabila seseorang mengalami beban atau tugas yang berat tetapi orang tersebut tidak dapat mengatasi tugas yang dibebankan itu, maka tubuh akan berespon dengan tidak mampu terhadap tugas tersebut, sehingga orang tersebut dapat mengalami stres. Sebaliknya apabila seseorang yang dengan 4 beban tugas yang berat tetapi mampu mengatasi beban tersebut dengan tubuh berespon dengan baik, maka orang tersebut tidak mengalami stres (Alimul, 2008). Senam dismenore ini merupakan salah satu teknik relaksasi. Latihan fisik dapat menghasilkan hormon endorphin. Endorphin adalah neuropeptide yang dihasilkan tubuh pada saat relaks atau tenang. Endorphin dihasilkan di otak dan susunan syaraf tulang belakang. Hormon ini dapat berfungsi sebagai obat penenang alami yang diproduksi otak yang melahirkan rasa nyaman dan meningkatkan kadar endorphin dalam tubuh untuk mengurangi rasa nyeri pada saat kontraksi. Senam dismenore terbukti dapat meningkatkan kadar b- endorphin empat sampai lima ali di dalam darah. Sehingga, semakin banyak melakukan senam/olahraga maka akan semakin tinggi pula kadar b-endorphin. Ketika seseorang melakukan olahraga/senam, maka b- endorphin akan keluar dan ditangkap oleh reseptor di dalam hipothalamus dan sistem limbik yang berfungsi untuk mengatur emosi. Peningkatan b-endorphin terbukti berhubungan erat dengan penurunan rasa nyeri, peningkatan daya ingat, memperbaiki nafsu makan, kemampuan seksual, tekanan darah dan pernafasan (Harry, 2007). Sehingga olahraga atau senam akan efektif dalam mengurangi masalah nyeri terutama nyeri pre menstruasi syndrome. Tubuh bereaksi saat mengalami stres yang dapat menurunkan ketahanan terhadap rasa nyeri. Tanda pertama yang menunjukan keadaan stres adalah adanya reaksi yang muncul yaitu menegangnya otot tubuh individu dipenuhi oleh hormon stres yang menyebabkan tekanan darah, detak jantung, suhu tubuh, dan pernafasan meningkat. Disisi lain saat stres, tubuh akan memproduksi hormon adrenalin, estrogen, progesteron serta prostaglandin yang berlebihan. Estrogen dapat menyebabkan peningkatan kontraksi uterus secara berlebihan, sedangkan progesteron bersifat menghambat kontraksi. Peningkatan kontraksi secara berlebihan ini menyebabkan rasa nyeri. Selain itu hormon adrenalin juga meningkat sehingga menyebabkan otot tubuh tegang termasuk otot rahim dan dapat
5 menjadikan nyeri ketika haid (Handrawan, 2008). Hasil pengukuran tingkat stres dan hasil wawancara dengan 8 orang mahasiswa yang mengalami dismenoree dengan menggunakan DASS 42 yang terdiri dari 14 pertanyaan untuk stres, diperoleh 3 mahasiswa (37,5%) dalam kategori stres ringan di mana mereka goyah, sulit untuk bersantai, menjadi tidak sabar ketika mengalami penundaan dan sulit untuk sabar dalam menghadapi gangguan terhadap hal yang sedang dilakukan. Diperoleh 1 mahasiswa (12,5%) dalam kategori stres sedang, dimana cenderung bereaksi berlebihan terhadap suatu situasi, menemukan diri saya mudah merasa kesal, merasa sulit untuk beristirahat, sulit untuk tenang setelah sesuatu membuat saya kesal, tidak dapat memaklumi hal apapun yang menghalangi saya untuk menyelesaikan hal yang sedang dilakukan. Mahasiswa dalam kategori stres berat sebanyak 4 orang (50,0%) di mana merasa menjadi marah karena hal-hal sepele, merasa telah menghabiskan banyak energi untuk merasa cemas, merasa mudah tersinggung, merasa sangat mudah marah dan merasa gelisah. Upaya untuk mengatasi stres yang dialami tersebut mereka hanya mendengarkan musik di mana upaya tersebut belum memberikan hasil yang maksimal, mahasiswa masih merasa stres dalam mengalami dismenoree dan sebagian banyak mahasiswa belum tahu serta belum pernah melakukan senam dismenore. Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan mengambil judul, Pengaruh senam Tabel dismenore terhadap tingkat stres mahasiswi yang mengalami Premenstrual Syndrome (PMS) di Asrama Kebidanan Ngudi WaluyoUngaran BAHAN DAN CARA Penelitian ini menggunakan metode quasi experiment dengan desain static group comparison. Desain static group comparison dapat digambarkan sebagai berikut : Tabel 3.1 Desain Non Equivalent Control Group Perlakuan Postest 5 Kelompok intervensi (1) Kelompok kontrol (2) X 02 Populasi pada penelitian ini adalah mahasiswa Akademi Kebidanan Ngudi Waluyo Ungaran yaitu sebanyak 137 mahasiswa. Sampel penelitian 30 mahasiswi. Teknik sampling yang digunakan peneliti adalah purposive sampling. Instrumen penelitian menggunakan kuesioner. Uji analisis menggunakan uji Uji t testindependent.. HASIL PENELITIAN Hasil penelitian yang dilakukan pada tanggal Februari 2015 di Asrama Kebidanan Ngudi WaluyoUngaran pada 30 responden diperoleh hasil sebagai berikut : 1. Tingkat stres mahasiswi yang mengalami kelompok intervensi di Asrama Kebidanan Ngudi WaluyoUngaran. Variabel n Mean Median SD (Min-M Kelompok 15 18, , Intervensi Berdasarkan tabel 4.1. hasil analisis univariat tingkat stres mahasiswi yang mengalami Premenstrual Syndrome (PMS) pada kelompok intervensi rata-rata 18,53 dengan standar deviasi 4, Tingkat stres mahasiswi yang mengalami kelompok kontrol di Asrama Kebidanan Ngudi WaluyoUngaran Variabel n Mean Median SD (Min- Max) Kelompok Kontrol 15 24, , Berdasarkan tabel 4.2. hasil analisis univariat tingkat stres mahasiswi yang mengalami Premenstrual Syndrome (PMS) pada kelompok kontrol rata-rata 24,0 dengan standar deviasi 6,82. Sebelum perlakuan data dilakukan uji statistik normalitas dan uji homogenitas
6 antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol. Uji normalitas dengan uji shapirowilk dengan taraf signifikansi 0,05 didapatkan nilai p value 0,187 Karena p value > 0,05, maka dapat dikatakan bahwa data berdistribusi normal. Uji homogenitas dengan test of homogeneity of variance dengan taraf signifikansi 0,05 didapatkan nilai p value 0,152 Karena p value > 0,05, maka dapat dikatakan bahwa variansi pada tiap kelompok data adalah sama (homogen). Hasil analisis data yang akan digunakan karena data nya normal dan homogen menggunakan uji parametrik yaitu uji t-test independent yang hasilnya sebagai berikut : Variabel n Mean SD SE P value Kelompok 15 18,53 4,71 1,21 0,016 Intervensi Kelompok 15 24,00 6,82 1,76 Kontrol Selisih 5,47 Berdasarkan tabel 4.3 dapat dijelaskan bahwa selisih rata-rata tingkat stres mahasiswi yang mengalami Premenstrual Syndrome (PMS) pada kelompok intervensi dan kontrol adalah 5,47. Berdasarkan uji t- test independent dapat dilihat bahwa nilai p value 0,016 < =0,05 yang artinya Ha diterima sehingga ada pengaruh senam dismenore terhadap tingkat stres mahasiswi yang mengalami Premenstrual Syndrome (PMS) di Asrama Kebidanan Ngudi WaluyoUngaran. PEMBAHASAN A. Analisis Univariat 1. Tingkat stres mahasiswi yang mengalami kelompok intervensi di Asrama Kebidanan Ngudi WaluyoUngaran. Hasil penelitian menunjukkan tingkat stres mahasiswi yang mengalami kelompok intervensi rata-rata 18,53 dengan standar deviasi 4,71. Hasil penelitian juga menunjukkan responden pada kelompok intervensi lebih banyak yang stressnya pada kategori ringan sebanyak 7 responden (46,7%). Tingkat stres mahasiswi yang mengalami Premenstrual Syndrome (PMS) pada kelompok intervensi pada kategori ringan disebabkan dengan intervensi yang dilakukan yaitu senam dismenorea dapat mengurangi stress mahasiswa saat mengalami pre menstruasi syndrome. Tubuh bereaksi saat mengalami stress. Faktor stress ini dapat menurunkan ketahanan terhadap rasa nyeri. Tanda pertama yang menunjukan keadaan stress adalah adanya reaksi yang muncul yaitu menegangnya otot tubuh individu dipenuhi oleh hormon stress yang menyebabkan tekanan darah, detak jantung, suhu tubuh, dan pernafasan meningkat. Disisi lain saat stress, tubuh akan memproduksi hormon adrenalin, estrogen, progesteron serta prostaglandin yang berlebihan. Estrogen dapat menyebabkan peningkatan kontraksi uterus secara berlebihan, sedangkan progesteron bersifat menghambat kontraksi. Peningkatan kontraksi secara berlebihan ini menyebabkan rasa nyeri. Selain itu hormon adrenalin juga meningkat sehingga menyebabkan otot tubuh tegang termasuk otot rahim dan dapat menjadikan nyeri ketika haid (Handrawan, 2008). Hasil penelitian juga didapatkan bahwa responden yang hanya mengalami nyeri ringan lebih banyak dari yang sedang dan berat disebabkan manfaat dari senam yang dilakukan dapat mengurangi tingkat stress mahasiswa saat mengalami Premenstrual Syndrome (PMS) dimana manfaat senam itu sendiri dapat meningkakan volume darah yang mengalir keseluruh tubuh, termasuk organ reproduksi dimana senam dismenore menyebabkan terjadinya peningkatan volume darah yang mengalir keseluruh tubuh, termasuk organ reproduksi sehingga memperlancar pasokan oksigen ke pembuluh darah yang mengalami vasokontraksi, sehingga nyeri haid dapat berkurang. Peningkatan jumlah dan ukuran pembuluh-pembuluh darah yang menyalurkan darah keseluruh tubuh. 6
7 2. Tingkat stres mahasiswi yang mengalami kelompok kontrol di Asrama Kebidanan Ngudi WaluyoUngaran Hasil penelitian menunjukkan tingkat stres mahasiswi yang mengalami kelompok kontrol rata-rata 24,0 (kategori sedang) dengan standar deviasi 6,82. Hasil penelitian juga menunjukkan responden pada kelompok intervensi lebih banyak yang stress nya pada kategori sedang sebanyak 6 responden (40,0%). Hasil penelitian menunjukkan tingkat stres mahasiswi yang mengalami kelompok kontrol pada kategori sedang disebabkan tanpa intervensi stres mahasiswi yang mengalami Premenstrual Syndrome (PMS) tidak mendapatkan perlakuan apapun untuk dapat mengurangi stressnya. Hasil penelitian didapatkan bahwa responden yang hanya mengalami nyeri sedang lebih banyak dari yang ringan, yang normal tidak ada bahkan ada yang tingkat stress nya berat. Ancaman fisik pada seseorang dapat menyebabkan stress sehingga ancaman rasa sakit saat PMS dapat mempengaruhi tingkat stress responden dimana ada ancaman terhadap fisiknya sehingga dapat mengganggu aktifitas yang dapat dilakukannya. B. Analisis Bivariat 1. Pengaruh senam dismenore terhadap tingkat stres mahasiswi yang mengalami Premenstrual Syndrome (PMS) di Asrama Kebidanan Ngudi WaluyoUngaran. Hasil penelitian menunjukkan ada pengaruh senam dismenore terhadap tingkat stres mahasiswi yang mengalami Premenstrual Syndrome (PMS) di Asrama Kebidanan Ngudi WaluyoUngaran dengan nilai p value 0,016 < =0,05. Adanya pengaruh pada penelitian ini disebabkan adanya perbedaan rata-rata tingkat stres mahasiswi yang mengalami Premenstrual Syndrome (PMS) tingkat stres mahasiswa antara yang dilakukan intervensi dan yang tidak. Pada penelitian didapatkan responden yang diberi intervensi lebih 7 kecil rata-rata tingkat stressnya daripada yang tidak. Stess yang dirasakan responden saat Premenstrual Syndrome (PMS) disebabkan gejala yang ditimbulkan membuat masalah bagi responden seperti rasa sakit/kram pada perut. Menurut Rasmun (2004), sesungguhnya tidak ada stresor yang dapat membahayakan kehidupan karena stresor tersebut akan menimbulkan kebosanan. Stresor diperlukan untuk meningkatkan kewaspadaan, kematangan pribadi, dan kompetisi dalam hidup. Dalam jangka pendek, stres menghasilkan perubahan adaptif yang membantu seseorang untuk merespons stresornya (misalnya mobilisasi sumber energi), tetapi dalam jangka panjang ia menghasilkan perubahan-perubahan yang maladaptif (misalnya, kelenjar adrenal yang membesar). Respon stres bersifat kompleks dan bervariasi. Respon seseorang terhadap stres bergantung pada jenis stresornya, kapan waktunya, bagaimana sifat orang yang mengalami stres dan bagaimana orang yang mengalami stres bereaksi terhadap stresornya (Pinel, 2009). Stress yang dirasakan responden dialami dengan berbagai tahap, bila responden mampu beradaptasi maka stress nya hanya ringan atau normal namun bila tidak dapat terjadi stress sedang sampai berat. Menurut Davison (2006), terdapat tiga fase dalam proses terjadinya stres. Pada fase pertama, yaitu reaksi alarm, sistem saraf otonom diaktifkan oleh stres. Jika stresor terlalu kuat, terjadi luka pada saluran pencernaan, kelenjar adrenalin membesar, dan timus menjadi lemah. Pada fase kedua, resistensi, organisme beradaptasi dengan stres melalui berbagai mekanisme. Jika stresor menetap atau organisme tidak mampu merespons secara efektif, maka terjadilah fase ketiga, yaitu suatu tahap kelelahan yang amat sangat dan organisme akan mati atau mengalami kerusakan yang tidak dapat diperbaiki. Menurut teori psikologis, ancaman fisik akan menciptakan stres. Namun, manusia menerima lebih dari sekadar
8 8 ancaman fisik. Semua persepsi tersebut dapat merangsang aktivitas sistem simpatik dan sekresi hormon-hormon stres. Namun, emosi-emosi negatif, seperti kekecewaan, penyesalan, dan kekhawatiran, tidak dapat dilawan atau diabaikan dengan mudah seperti halnya ancaman eksternal, dan juga tidak mudah untuk dihilangkan. Emosi negatif membuat sistem biologis tubuh menjadi tegang dan tubuh selalu berada dalam kondisi darurat. Kadangkala hal ini berlangsung lebih lama dari yang dapat kita tanggung. Orang-orang yang selalu menilai bahwa berbagai pengalaman hidup yang terjadi melebihi kemampuan mereka sehingga mereka dapat mengalami stres kronik dan berisiko menderita suatu gangguan psikofisiologis (Davison, 2006). Rasa nyeri seringkali timbul apabila suatu jaringan mengalami gangguan atau kerusakan. Persepsi nyeri ini merupakan suatu sinyal yang berfungsi untuk mempertahankan tubuh agar pencetus nyeri ini segera diatasi (Guyton & Hall, 2007). Nyeri sangat memepengaruhi kehidupan seseorang tertama kualitas hidup dengan adanya nyeri kronik akan membuat terbatasnya aktivitas, gangguan tidur, depresi, kesehatan yang semakin menurun menyebabkan tingkat stres pada penderitanya (Chapman & Nakamura, 2009). Senam dismenore dapat mengurangi tingkat stres mahasiswi yang mengalami Premenstrual Syndrome (PMS) disebabkan senam dismenore ini merupakan salah satu teknik relaksasi. Olahraga atau latihan fisik dapat menghasilkan hormon endorphin. Endorphin adalah neuropeptide yang dihasilkan tubuh pada saat relaks atau tenang. Endorphin dihasilkan di otak dan susunan syaraf tulang belakang. Hormon ini dapat berfungsi sebagai obat penenang alami yang diproduksi otak yang melahirkan rasa nyaman dan meningkatkan kadar endorphin dalam tubuh untuk mengurangi rasa nyeri pada saat kontraksi. Olahraga terbukti dapat meningkatkan kadar b-endorphin empat sampai lima hari di dalam darah. Gerakan yang dilakukan dalam senam dismenorea adalah forward bend yaitu gerakan yang satu ini berguna merenggangkan bagian tubuh seperti punggung, tulang belikat, bokong dan betis. Supported half moon yaitu gerakan yang bisa bisa membantu anda meningkatkan keseimbangan, memperkuat kaki dan membuka pinggul. Head to knee pose yaitu memperbaiki konsentrasi, memperkuat otot punggung, melatih organ pencernaan dan reproduksi, baik untuk penderita diabetes. Reclined bound angle pose yaitu gerakan ini dipercaya mampu melepaskan ketegangan otot pada organ dalam, membuka panggul dan merileksasi pikiran serta membantu stimulasi pusat sistem saraf dalam tubuh Anda. Wide angle forward bend bermanfaat untuk melatih pinggul dan hamstring (Devi, 2013). Semakin banyak melakukan senam/olahraga maka akan semakin tinggi pula kadar b-endorphin. Ketika seseorang melakukan olahraga/senam, maka b- endorphin akan keluar dan ditangkap oleh reseptor di dalam hipothalamus dan sistem limbik yang berfungsi untuk mengatur emosi. Peningkatan b-endorphin terbukti berhubungan erat dengan penurunan rasa nyeri, peningkatan daya ingat, memperbaiki nafsu makan, kemampuan seksual, tekanan darah dan pernafasan (Harry, 2007). Sehingga olahraga atau senam akan efektif dalam mengurangi masalah nyeri terutama nyeri dismenore. Tubuh bereaksi saat mengalami stres yang dapat menurunkan ketahanan terhadap rasa nyeri. Tanda pertama yang menunjukan keadaan stres adalah adanya reaksi yang muncul yaitu menegangnya otot tubuh individu dipenuhi oleh hormon stres yang menyebabkan tekanan darah, detak jantung, suhu tubuh, dan pernafasan meningkat. Disisi lain saat stres, tubuh akan memproduksi hormon adrenalin, estrogen, progesteron serta prostaglandin yang berlebihan. Estrogen dapat menyebabkan peningkatan kontraksi uterus secara berlebihan, sedangkan
9 progesteron bersifat menghambat kontraksi. Peningkatan kontraksi secara berlebihan ini menyebabkan rasa nyeri. Selain itu hormon adrenalin juga meningkat sehingga menyebabkan otot tubuh tegang termasuk otot rahim dan dapat menjadikan nyeri ketika haid (Handrawan, 2008). Hasil penelitian ini didukung juga oleh penelitian yang dilakukan Rofli Marlinda (2012) dengan judul pengaruh senam dismenore terhadap penurunan dismenore pada remaja putri di Desa Sidoharjo Kecamatan Pati dengan hasil penelitian ada pengaruh senam dismenore terhadap penurunan dismenore pada remaja putri di Desa Sidoharjo Kecamatan Pati (p-value 0,041) C. Keterbatasan Penelitian 1. Keterbatasan penelitian ini peneliti melakukan pengumpulan data tingkat stress mahasiswi yang mengalami penelitian dengan kuesioner dan saat senam tidak dipantau secara langsung. 2. Latihan yang dilakukan tidak setiap hari dipandu oleh instruktur tetapi diberikan leaflet dan video sehimgga pelaksanaannya tidak diawasi. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Dari hasil penelitian dilakukan tanggal Februari 2015 di Asrama Kebidanan Ngudi WaluyoUngaran pada 30 responden diperoleh kesimpulan sebagai berikut : 1. Tingkat stres mahasiswi yang mengalami kelompok intervensi rata-rata 18, Tingkat stres mahasiswi yang mengalami kelompok kontrol rata-rata 24,0. 3. Senam dismenore berpengaruh terhadap tingkat stres mahasiswi yang mengalami Premenstrual Syndrome (PMS) di Asrama Kebidanan Ngudi WaluyoUngaran (p value 0,016). Responden yang melakukan senam dismenore mengalami stress yang lebih ringan dibandingkan yang tidak melakukan senam dismenorea. B. Saran 1. Bagi Responden dan Masyarakat Responden dan masyarakat terutama mahasiswi diharapkan dapat melakukan senam dismenore sebelum menstruasi secara mandiri agar tingkat stres mahasiswi yang mengalami Premenstrual Syndrome (PMS) dapat dikurangi. 2. Bagi Tenaga Kesahatan Tenaga kesehatan mampu memberikan asuhan yang tetap bagi remaja putri dengan Premenstrual Syndrome (PMS) serta dapat memberikan informasi mengenai cara yang efektif untuk menurunkan tingkat stres Premenstrual Syndrome (PMS) baik melalui penyuluhan maupun seminar. 3. Bagi Peneliti Selanjutnya Peneliti selanjutnya diharapkan dapat lebih mengontrol faktor faktor yang dapat mempengaruhi tingkat stres Premenstrual Syndrome (PMS) misalnya faktor kejiwaan, faktor konstitusi, aktivitas serta dapat melakukan senam dismenore setiap pagi dan atau sore agar hasil penurunan derajat dismenore dapat lebih maksimal. DAFTAR PUSTAKA Abdulghani Stress and depression among medical students: a cross sectional study at a medical college in saudi arabia. Journal Medical Science.. Diakses. 23 April 2013 dari : hp/journal/article/view/299 Achmadi dan Narbuko Metodologi Penelitian. Jakarta: Bumi Aksara. Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Ed Revisi VI,. Jakarta : Penerbit PT Rineka Cipta. Arikunto Dasar-dasar evaluasi pendidikan. Jakarta: PT. Bumi. Aksara 9
10 Atkinson & Hilgard Pengantar psikologi. Jakarta : Erlangga Benson Respon relaksasi: teknik meditasi sederhana dan untuk mengatasi tekanan hidup (terjemahan). Bandung: Mizan Brannon & Feist Health psychology: an introduction to behavior and health. California: Brooks/Cole Publishing. Carlson What is addiction. in foundations of physiological Psychology. 6 th edition.usa: Pearson. Claire The discrete trials of applied behavioranalysis. The Journal of Special Education. Diakses. 23 April 2013 dari : entoptions/f/whatisaba.htm Copstead dan Banasik Pathophysiology,. (2 th ed). Philadelphia : W.B. Saunders Company. Dahlan Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan, Jakarta : Salemba Medika. Davison Psikologi abnormal. Jakarta: PT. Raja. Grafindo Persada. Fadlilah Tapas acupressure technique. Diakses 10 april 2013 dari 12/06/06/tapas -akupressuretechnique/ Firth Cara menyembuhkan trauma dan depresi dengan TAT (Tapas Acupressure Technique) paska bencana. Diakses 10 April 2013 dari w-e- book-terbaik/reviewdownload-ebook-caramenyembuhkan-trauma-dandepresi-paska- bencana-dengantattapas-acupressure-technique. Fitria Pengaruh senam otak brain gym terhadap tingkat stres pada remaja kelas XII IPA 1 dan XII IPA 6 di SMA Negeri 7 Padang Tahun Skripsi. PSIK. Universitas Andalas 10 Gunawan Genius learning strategy.jakarta: PT. Gramedia Pustaka. Hardjana Komunikasi intrapersonal & komunikasi. interpersonal. Yogyakarta: Penerbit Kanisius. Hariwijaya Pedoman penulisan ilmiah proposal dan skripsi. Yogyakarta: Oryza Heiman & Kariv Heiman & kariv, task-oriented versus emotion-oriented coping strategies: the case of college students. College Student Journal. Hidayat Administrasi pendidikan, teori, konsep, & issu. Program Pasca Sarjana UPI. Tapas- Acupressure-Technique Juliandi Introduksi Kesehatan Reproduksi. Diakses 10 April 2013 dari : m/2009/03/kesehatan-reproduksipengantar.html. Karolin Gambaran tingkat stres pada mahasiswa kedokteran Universitas. Sumatera Utara. Skripsi. Medan: FK USU Kartono Patologi sosial 2 kenakalan remaja. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada Kristyanti & Rosalina Manajemen stres bagi keluarga penderita skizofrenia. diakses 2 April 2013; dari px?tabid=61&src=k&id= ,. Lasmono, dan Pramadi Penyesuaian psikologi. Semarang : Aksara. Pratanto, Abadi Marjani, A., Gharavi, A.M., Jahanshahi, M., Vahidirad, A., & Alizadeh, F., Stress among medical students of gourgan (south east of caspian sea), Iran. Kathmandu University Medical Journal, 6 (3) diakses. 10 April 2013 dari : m/ /25590/reference.p df
11 Monks Psikologi perkembangan. Yogyakarta : Universitas Gajah Mada Morgan Student opinions regarding inquiry-based labs. Journal of Chemical education Vol 82 No 8. Diakases. 10 April 2013 WIB dari: rowwilson/deters2005_studento pinioninquiry.pdf Nasution Stres pada remaja. Skripsi. FKIP. Universitas Sumatera Utara. Notoadmodjo Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Paula J. Christensen & Janet W. Kenney Proses keperawatan aplikasi model konseptual. Jakarta: EGC Payne & Hahn Managing stress. in: understanding your health 7 th Edition. USA: Mc Graw Hill Pinel Stres dan kesehatan. dalam: biopsikologi edisi ke-7. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Potter & Perry Buku ajar fundamental keperawatan : konsep, proses &. praktek. edisi 4. vol 1. Jakarta : EGC Prasetyo Metode Penelititian KUANTITATIF. Jakarta: Rajawali press. Purwandari Hubungan komunikasi perawat-dokter dengan stres kerja perawat di instalasi rawat inap (IRNA) penyakit dalam Rumah Sakit Umum Daerah Sragen. Skripsi FKIP Unimus Rahmawati, Motivasi berprestasi mahasiswa ditinjau dari pola asuh. Diakses 10 April 2013 WIB dari k/ (1).pdf Rasmun Stres, koping dan adaptasi (edisi pertama). Jakarta : SAGUNG SETO. Saipanish Stress among medical students in a thai medical school. Medical Teach, Santrock Life-span development perkembangan masa hidup. jilid 2. Jakarta : Erlangga. Sarafino Health psychology: biopsychosocial interactions sixth edition. United States : John Willey & Sons, Inc. Diakses. 10 April 2013 dari : nal.php?id=4920&med=53&bid= 53 Setiadi Konsep penulisan riset keperawatan. Jogyakarta : Graham Ilmu Shah. Hasan. Malik. & Sreeramareddy Perceived stress, sources and severity of stress among medical undergraduate in a pakistani medical school. BioMedCentral Medical Education Shannone Sources of stress among college student. College Student Journal, 33 (2) Vol. 33, Issue 2. Stanford University. Coping With Stress. Diakses. 16 April 2013 dari : ew.asp?id=87403 Sherina Psychological stress among undergraduate medical students. Malaysia Medical Journal, 59. Diakses. 16 April dari : / /name/%EE% 80%80Psychological%EE%80%8 1_%EE%80%80Stress%EE%80% 81.pdf Sreeramareddy Psychological morbidity, sources of stress and coping strategies among undergraduate medical students of nepal, BioMedCentral Medical Education. Available. Diakses. 16 April dari: Stuart Keperawatan Jiwa. (Edisi 5). Jakarta: EGC. Subekti Strategi dalam pengendalian dan pengelolaan stress. jurnal anima, Surabaya : Fakultas Psikologi Universitas. Airlangga.
12 Sudjana Metode Statistika. Bandung: Tarsito Sugiyono Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung. Alfabeta. Sulistiawati Konsep dasar keperawatan kesehatan jiwa. Jakarta : EGC 12
PENGARUH TERAPI TAPAS ACUPRESSURE TECHNIQUE
1 PENGARUH TERAPI TAPAS ACUPRESSURE TECHNIQUE (TAT) TERHADAP TINGKAT STRESS PADA MAHASISWA S1 KEPERAWATAN YANG SEDANG MENYUSUN SKRIPSI DI STIKES NGUDI WALUYO UNGARAN TAHUN 2012/2013 Oleh Apriliyanik 011310b002
Lebih terperinciPENGARUH SENAM DISMENORE TERHADAP PENURUNAN DISMENORE PADA REMAJA PUTRI DI DESA SIDOHARJO KECAMATAN PATI
PENGARUH SENAM DISMENORE TERHADAP PENURUNAN DISMENORE PADA REMAJA PUTRI DI DESA SIDOHARJO KECAMATAN PATI Rofli Marlinda *)Rosalina, S.Kp.,M.Kes **), Puji Purwaningsih, S.Kep., Ns **) *) Mahasiswa PSIK
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Stres 2.1.1 Definisi Stres Menurut American Institute of Stress (2010), tidak ada definisi yang pasti untuk stres karena setiap individu akan memiliki reaksi yang berbeda terhadap
Lebih terperinciDaftar Pustaka : 21 ( ) Kata kunci: Dismenore, Intensitas dismenore, Senam dismenore
Gambaran Perbedaan Intensitas Dismenore Setelah Melakukan Senam Dismenore Pada Remaja OCTA DWIENDA RISTICA, RIKA ANDRIYANI *Dosen STIKes Hang Tuah ABSTRAK Dismenore merupakan gangguan menstruasi yang sering
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. atau adolescence. Menurut WHO (2007) masa remaja terjadi pada usia antara 10 24
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam tahap perkembangan manusia, setiap manusia pasti mengalami masa remaja atau adolescence. Menurut WHO (2007) masa remaja terjadi pada usia antara 10 24 tahun, sedangkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Data demografi menunjukkan bahwa populasi remaja mendominasi jumlah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Data demografi menunjukkan bahwa populasi remaja mendominasi jumlah penduduk di dunia. Menurut World Health Organization (WHO) pada tahun 2007 sekitar seperlima
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. remaja yaitu perubahan perubahan yang sangat nyata dan cepat. Anak
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak kanak ke masa dewasa. Hamid (1999) menentukan usia remaja antara 12 18 tahun dan menggunakan usia 12 20 tahun sebagai
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. seperti susah diatur dan lebih sensitif terhadap perasaannya (Sarwono, 2011).
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa transisi antara masa anak-anak ke masa dewasa, atau masa usia belasan tahun yag ditandai dengan perubahan perilaku seperti susah diatur dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dismenore primer merupakan nyeri haid yang dijumpai tanpa kelainan pada
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dismenore primer merupakan nyeri haid yang dijumpai tanpa kelainan pada alat-alat genital yang nyata. Sifat rasa nyeri ialah kejang berjangkit-jangkit, biasanya terbatas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang ditandai dengan perkembangan fisik, mental, emosional, dan sosial.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan periode transisi dari anak-anak menuju dewasa yang ditandai dengan perkembangan fisik, mental, emosional, dan sosial. World Health Organisation
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masa remaja (pubertas) merupakan masa transisi antara masa anak dan dewasa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja (pubertas) merupakan masa transisi antara masa anak dan dewasa dimana terjadi pacu tumbuh (growth spruth), dan pada umumnya belum mencapai tahap kematangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. fisik, terjadi perubahan karakteristik jenis kelamin sekunder menuju kematangan seksual
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut World Health Organization (WHO, 2007 dalam Traore, 2012: 39), remaja adalah masa peralihan dari masa anak-anak menuju masa dewasa, dimana pada masa ini terjadi
Lebih terperinciPENGARUH ABDOMINAL STRETCHING EXERCISE TERHADAP DYSMENORRHEA PRIMER SISWI MAN 1 SURAKARTA
0 PENGARUH ABDOMINAL STRETCHING EXERCISE TERHADAP DYSMENORRHEA PRIMER SISWI MAN 1 SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI DISUSUN UNTUK MEMENUHI PERSYARATAN DALAM MENDAPATKAN GELAR SARJANA FISIOTERAPI Disusun Oleh
Lebih terperinciHUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DENGAN KESIAPAN ANAK MENGHADAPI MASA PUBERTAS
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DENGAN KESIAPAN ANAK MENGHADAPI MASA PUBERTAS Sevi Budiati & Dwi Anita Apriastuti Akademi Kebidanan Estu Utomo Boyolali ABSTRAK Latar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang cepat, termasuk pertumbuhan serta kematangan dari fungsi organ reproduksi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja adalah fase pertumbuhan dan perkembangan saat individu mencapai usia 10-19 tahun. Dalam rentang waktu ini terjadi pertumbuhan fisik yang cepat, termasuk
Lebih terperinciHubungan Olahraga Dengan Kejadian Dismenorea Mahasiswi Tingkat 1 Akademi Keperawatan Pemkab Ngawi
Hubungan Olahraga Dengan Kejadian Dismenorea Mahasiswi Tingkat 1 Akademi Keperawatan Pemkab Ngawi Oleh : Siti Maimunah S.Kep.,Ns dan Endri Eka Yanti,S.Kep.,Ns ABSTRAK Latar belakang : Setiap remaja putri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menstruasinya semakin mendekat. Keadaan ini tidak selalu terjadi pada setiap
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Kebanyakan wanita pada masa reproduksi mengalami beberapa gejala psikologik (alam perasaan negatif) atau gejala fisik pada fase luteal siklus menstruasi. Sifat
Lebih terperinciNASKAH PUBLIKASI. Disusun Oleh : SIYAM RAHMAWATI
STUDI KOMPARASI DISMENORE PADA REMAJA PUTRI KELAS VIII ANTARA YANG MELAKUKAN OLAHRAGA DENGAN YANG TIDAK OLAHRAGA DI SMP NEGERI 1 PAKEM SLEMAN YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh : SIYAM RAHMAWATI
Lebih terperinciHUBUNGAN TINGKAT DISMENOREA DENGAN PENGGUNAAN ANALGETIK PADA SISWA SMPN 4 PEUSANGAN KABUPATEN BIREUEN. Nurhidayati 1*)
HUBUNGAN TINGKAT DISMENOREA DENGAN PENGGUNAAN ANALGETIK PADA SISWA SMPN 4 PEUSANGAN KABUPATEN BIREUEN Nurhidayati 1*) 1 Dosen Diploma-III Kebidanan Universitas Almuslim *) email : yun_bir_aceh@yahoo.com
Lebih terperinciBAB I PANDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masa remaja merupakan suatu fase perkembangan yang dinamis dalam
BAB I PANDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan suatu fase perkembangan yang dinamis dalam kehidupan seorang individu terutama wanita. Pada masa ini, terjadi proses transisi dari masa anak ke
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia merupakan makhluk yang tumbuh dan berkembang. Salah satu tahap pertumbuhan dan perkembangannya adalah masa remaja. Masa remaja merupakan periode peralihan dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menarche adalah haid yang datang pertama kali yang sebenarnya
17 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menarche adalah haid yang datang pertama kali yang sebenarnya merupakan puncak dari serangkaian perubahan yang terjadi pada seorang remaja putri sedang menginjak
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat dewasa, usia di mana anak tidak lagi merasa di bawah tingkat orangorang
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Masa remaja merupakan usia dimana individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia di mana anak tidak lagi merasa di bawah tingkat orangorang yang lebih tua melainkan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. ibu. Meskipun menstruasi adalah proses fisiologis, namun banyak perempuan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menstruasi adalah keluarnya periodik darah, lendir dan sel-sel epitel dari rahim yang terjadi setiap bulan. Ini merupakan tonggak penting dalam proses pertumbuhan dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Setiap perempuan memiliki siklus menstruasi yang berbeda-beda, namun hampir 90% wanita memiliki siklus hari dan hanya 10-15%
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap perempuan memiliki siklus menstruasi yang berbeda-beda, namun hampir 90% wanita memiliki siklus 25-35 hari dan hanya 10-15% yang memiliki panjang siklus 28 hari,
Lebih terperinciGAMBARAN TINGKAT KECEMASAN PADA KLIEN PRA BEDAH MAYOR DI RUANG RAWAT INAP MEDIKAL BEDAH GEDUNG D LANTAI 3 RUMAH SAKIT UMUM CIBABAT CIMAHI
GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN PADA KLIEN PRA BEDAH MAYOR DI RUANG RAWAT INAP MEDIKAL BEDAH GEDUNG D LANTAI 3 RUMAH SAKIT UMUM CIBABAT CIMAHI Ibrahim N. Bolla ABSTRAK Tindakan pembedahan adalah suatu tindakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perhatian khusus pada masa remaja yang dimana terjadi proses pertumbuhan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja putri merupakan salah satu bagian dalam program kesehatan reproduksi yang dicanangkan Departemen Kesehatan RI, oleh karena itu harus mandapatkan perhartian yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. juga istilah adolesens (dalam Bahasa Inggris: adolescence). Para ahli. merumuskan bahwa istilah pubertas digunakan untuk menyatakan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa. Dimana pada masa ini sering disebut dengan masa pubertas. Namun demikian, menurut beberapa
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja adalah individu yang berada pada tahap masa transisi yang unik yang ditandai oleh berbagai perubahan fisik, emosi dan psikis. Masa remaja yaitu masa yang berada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Semua perempuan mengalami menstruasi setiap bulan. Ada beberapa gangguan yang dialami oleh perempuan berhubungan dengan menstruasi diantaranya hipermenore, hipomenore,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 50% perempuan disetiap dunia mengalaminya. Dari hasil penelitian, di
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Angka kejadian dismenorea di dunia sangat besar. Rata-rata lebih dari 50% perempuan disetiap dunia mengalaminya. Dari hasil penelitian, di Amerika presentase kejadian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manusia. Masa ini merupakan masa peralihan manusia dari anak-anak menuju
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja merupakan salah satu periode dari perkembangan manusia. Masa ini merupakan masa peralihan manusia dari anak-anak menuju dewasa yang ditandai oleh perubahan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja adalah suatu fase perkembangan yang dinamis dalam kehidupan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja adalah suatu fase perkembangan yang dinamis dalam kehidupan seseorang. Masa ini merupakan periode transisi dari masa anak kemasa dewasa yang ditandai dengan
Lebih terperinciJurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN HUBUNGAN PERUBAHAN FISIK USIA REMAJA DENGAN RASA PERCAYA DIRI PADA SISWI KELAS 7
PENELITIAN HUBUNGAN PERUBAHAN FISIK USIA REMAJA DENGAN RASA PERCAYA DIRI PADA SISWI KELAS 7 Vivin Sabrina Pasaribu*, El Rahmayati*, Anita Puri* *Alumni Jurusan Keperawatan Poltekkes Tanjungkarang *Dosen
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA AKTIVITAS OLAHRAGA DENGAN KEJADIAN SINDROM PRAMENSTRUASI PADA SISWI KELAS XI DI SMAN 1 SENTOLO
NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA AKTIVITAS OLAHRAGA DENGAN KEJADIAN SINDROM PRAMENSTRUASI PADA SISWI KELAS XI DI SMAN 1 SENTOLO Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Derajat Sarjana Ilmu Keperawatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kecacatan secara proses maupun fungsi pada sistem reproduksi manusia.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan reproduksi menurut WHO dalam RISKESDAS (2010) merupakan suatu keadaan yang utuh, sehat dan sejahtera secara fisik, mental dan sosial, tidak hanya kondisi yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masa pubertas merupakan masa transisi dari anak-anak menjadi remaja.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa pubertas merupakan masa transisi dari anak-anak menjadi remaja. Setiap remaja akan mengalami pubertas. Pubertas merupakan masa awal pematangan seksual,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Menstruasi adalah pendarahan periodik dan siklik dari uterus, disertai
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menstruasi adalah pendarahan periodik dan siklik dari uterus, disertai pelepasan (deskuamasi) endometrium. Panjang siklus menstruasi yang normal atau dianggap sebagai
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DENGAN KECEMASAN MENGHADAPI MENARCHE PADA SISWI KELAS VI
HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DENGAN KECEMASAN MENGHADAPI MENARCHE PADA SISWI KELAS VI Yudha Indra Permana & Ida Untari Akper PKU Muhammadiyah Surakarta ABSTRAK Masa reproduksi adalah masa yang penting bagi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yaitu mengalami menstruasi atau haid. Menstruasi merupakan bagian dari proses
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tahap pertama pertanda kedewasaan atau pubertas pada anak perempuan yaitu mengalami menstruasi atau haid. Menstruasi merupakan bagian dari proses reguler yang mempersiapkan
Lebih terperinciStikes Paguwarmas Journal of Midwivery and Pharmacist.
HUBUNGAN ANTARA KETERATURAN MELAKUKAN OLAHRAGA DENGAN KEJADIAN SINDROM PREMENSTRUASI PADA REMAJA PUTRI DI STIKES PAGUWARMAS MAOS CILACAP Eka Mei Susanti, Prodi Kebidanan, Stikes Paguwarmas Maos Cilacap,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keadaan normal lama menstruasi berkisar antara 3-7 hari dan rata-rata berulang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Masa remaja adalah masa transisi dari anak-anak ke dewasa. Masa remaja merupakan salah satu tahap perkembangan dalam rentang kehidupan manusia. Remaja sudah tidak
Lebih terperinci: THERESYA GATRA STERI
PENGARUH PENYULUHAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA TERHADAP KESIAPAN MENGHADAPI MASA AKIL BALIGH PADA SISWA SD MUHAMMADIYAH JOGODAYOH BANTUL YOGYAKARTA TAHUN 2012 NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh : THERESYA
Lebih terperinciNASKAH PUBLIKASI PENGARUH TERAPI RELAKSASI NAPAS DALAM TERHADAP TINGKAT DISMENORE PADA KARYAWATI BIMBINGAN BELAJAR QUANTUM KIDS PONTIANAK
NASKAH PUBLIKASI PENGARUH TERAPI RELAKSASI NAPAS DALAM TERHADAP TINGKAT DISMENORE PADA KARYAWATI BIMBINGAN BELAJAR QUANTUM KIDS PONTIANAK DWI NANDA YANI NIM I31112031 Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
Lebih terperinciPENGARUH DISMENORE TERHADAP AKTIVITAS PADA SISWI SMK BATIK 1 SURAKARTA
PENGARUH DISMENORE TERHADAP AKTIVITAS PADA SISWI SMK BATIK 1 SURAKARTA Skripsi Ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat Disusun Oleh: Dewi Kurniawati J410
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan 2011 yang memenuhi kriteria inklusi, dismenorea adalah salah satu
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan lima belas studi utama yang diterbitkan antara tahun 2002 dan 2011 yang memenuhi kriteria inklusi, dismenorea adalah salah satu masalah yang paling umum
Lebih terperinciBAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN
BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN 7.1. Berdasarkan Uraian pada Hasil Penelitian dan Pembahasan dapat Ditarik Kesimpulan Sebagai Berikut: 1. Sebagian besar responden mendapatkan dukungan sosial cukup. 2. Sebagian
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Dismenore adalah nyeri sewaktu haid. Dismenore atau nyeri haid biasanya
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dismenore adalah nyeri sewaktu haid. Dismenore atau nyeri haid biasanya terjadi di daerah perut bagian bawah, pinggang, bahkan punggung (Judha, Sudarti, & Fauziah,
Lebih terperinciHUBUNGAN DISMENOREA TERHADAP AKTIVITAS BELAJAR SISWI SMA MUHAMMADIYAH 5 YOGYAKARTA TAHUN 2011 NASKAH PUBLIKASI
HUBUNGAN DISMENOREA TERHADAP AKTIVITAS BELAJAR SISWI SMA MUHAMMADIYAH 5 YOGYAKARTA TAHUN 2011 NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh : TRISNA YUNI HANDAYANI NIM : 201010104157 PROGRAM STUDI BIDAN PENDIDIK JENJANG
Lebih terperinciPENGARUH ORIENTASI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN ANAK PRA SEKOLAH DI BANGSAL ANAK RUMAH SAKIT BHAKTI WIRA TAMTAMA SEMARANG. Eni Mulyatiningsih ABSTRAK
PENGARUH ORIENTASI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN ANAK PRA SEKOLAH DI BANGSAL ANAK RUMAH SAKIT BHAKTI WIRA TAMTAMA SEMARANG 6 Eni Mulyatiningsih ABSTRAK Hospitalisasi pada anak merupakan suatu keadaan krisis
Lebih terperinciPENGARUH PEMBERIAN DARK CHOCOLATE TERHADAP DISMENORHEA PRIMER PADA MAHASISWI KEPERAWATAN.
PENGARUH PEMBERIAN DARK CHOCOLATE TERHADAP DISMENORHEA PRIMER PADA MAHASISWI KEPERAWATAN Pinilih Pangesti Utami 1, Adi Isworo 2, Moh. Hanafi 2, Siti Arifah 2 1Mahasiswa Program Studi D IV Keperawatan Magelang
Lebih terperinciHUBUNGAN KEPERCAYAAN DIRI DENGAN TINGKAT STRES PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI DIV BIDAN PENDIDIK AANVULLEN STIKES AISYIYAH YOGYAKARTA TAHUN 2014
HUBUNGAN KEPERCAYAAN DIRI DENGAN TINGKAT STRES PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI DIV BIDAN PENDIDIK AANVULLEN STIKES AISYIYAH YOGYAKARTA TAHUN 2014 NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh: Khoirunnisa 201310104329 PROGRAM
Lebih terperinciPENGARUH TEKNIK RELAKSASI TERHADAP PENURUNAN INTENSITAS NYERI PADA PASIEN POST OPERASI LAPARATOMI SAAT PERAWATAN LUKA DI RSUD MAJALENGKA TAHUN 2014
PENGARUH TEKNIK RELAKSASI TERHADAP PENURUNAN INTENSITAS NYERI PADA PASIEN POST OPERASI LAPARATOMI SAAT PERAWATAN LUKA DI RSUD MAJALENGKA TAHUN 2014 Oleh: Tresna Komalasari ABSTRAK Teknik relaksasi dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terutama pada remaja putri yang nantinya akan menjadi seorang wanita yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan kesehatan reproduksi remaja saat ini masih menjadi masalah yang perlu mendapat perhatian. Kesehatan reproduksi remaja tidak hanya masalah seksual saja
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI
HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Remaja atau adolescence (Inggris), berasal dari bahasa latin adolescere
1 BAB I PENDAHULUAN Bab ini akan menguraikan tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian. A. Latar Belakang Remaja atau adolescence (Inggris), berasal dari bahasa latin adolescere
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Stres adalah realita kehidupan setiap hari yang tidak dapat dihindari. Stres
BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Stres adalah realita kehidupan setiap hari yang tidak dapat dihindari. Stres bukan sesuatu hal yang buruk dan menakutkan, tetapi merupakan bagian dari kehidupan dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebelum dan selama menstruasi bahkan disertai sensasi mual. 1 Dalam istilah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada saat menstruasi sebagian besar perempuan sering mengalami keluhan sensasi yang tidak nyaman seperti nyeri pada perut bagian bawah sebelum dan selama menstruasi
Lebih terperinciPENGARUH TERAPI OKUPASIONAL TERHADAP PENURUNAN TINGKAT DEPRESI LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI LUHUR KOTA JAMBI TAHUN 2014
PENGARUH TERAPI OKUPASIONAL TERHADAP PENURUNAN TINGKAT DEPRESI LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI LUHUR KOTA JAMBI TAHUN 2014 1* Gumarang Malau, 2 Johannes 1 Akademi Keperawatan Prima Jambi 2 STIKes
Lebih terperinciHubungan Pengetahuan Tentang Menopause Dengan Tingkat Stres Pada Wanita Usia Subur
The 7 th University Research Colloqium 08 Hubungan Pengetahuan Tentang Menopause Dengan Tingkat Stres Pada Wanita Usia Subur Nur Hidayah, Suci Tri Cahyani Prodi DIII Kebidanan STIKES PKU MUHAMMADIYAH Surakarta
Lebih terperinciPENGARUH SENAM KAKI DIABETIK TERHADAP NYERI KAKI PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS DELANGGU
1 PENGARUH SENAM KAKI DIABETIK TERHADAP NYERI KAKI PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS DELANGGU SKRIPSI Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Meraih Derajat Sarjana Keperawatan Disusun
Lebih terperinciPENELITIAN PENGARUH TERAPI MUSIK RELIGI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI DI RUANG BEDAH RSUP. DR. M. DJAMIL PADANG TAHUN 2012
PENELITIAN PENGARUH TERAPI MUSIK RELIGI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI DI RUANG BEDAH RSUP. DR. M. DJAMIL PADANG TAHUN 2012 Penelitian Keperawatan Jiwa SITI FATIMAH ZUCHRA BP. 1010324031
Lebih terperinciHeni Hirawati P, Masruroh, Yeni Okta Triwijayanti ABSTRAK
PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN MENGGUNAKAN METODE CERAMAH DAN DISKUSI KELOMPOK TERHADAP PENINGKATAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG KEBERSIHAN ALAT GENETALIA DI SMA NEGERI 1 UNGARAN ABSTRAK Remaja putri
Lebih terperinciHUBUNGAN KECEMASAN REMAJA DENGAN KEJADIAN DISMENOREA PADA SISWI SMP X BANDUNG
HUBUNGAN KECEMASAN REMAJA DENGAN KEJADIAN DISMENOREA PADA SISWI SMP X BANDUNG Eva Supriatin Sekolah Tinggi Ilmu Keperawatan (STIKep) PPNI Jabar Jalan Ahmad Yani No. 7 Bandung 40112 evatarisa@gmail.com
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menarche sampai menopause. Permasalahan dalam kesehatan reproduksi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan perempuan, terutama kesehatan yang berkaitan dengan fungsi reproduksi kini menjadi perhatian dunia. Masalah kesehatan reproduksi tidak hanya menyangkut kehamilan
Lebih terperinciFIRMAN FARADISI J
PERBEDAAN EFEKTIFITAS PEMBERIAN TERAPI MUROTAL DENGAN TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP PENURUNAN TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN PRE OPERASI FRAKTUR EKSTREMITAS DI RUMAH SAKIT Dr.MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI Diajukan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. memperoleh gelar sarjana (Sugiyono, 2013). Skripsi adalah muara dari semua
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Skripsi merupakan salah satu jenis karya ilmiah di perguruan tinggi yang dikerjakan oleh mahasiswa program sarjana (S1), sebagai syarat untuk memperoleh gelar sarjana
Lebih terperinciStudy Tingkat Kecemasan Penderita Diabetes Mellitus Di Poli Rawat Jalan Puskesmas Ngawi Purba Kabupaten Ngawi
Study Tingkat Kecemasan Penderita Diabetes Mellitus Di Poli Rawat Jalan Puskesmas Ngawi Purba Kabupaten Ngawi Oleh : Nurul Hidayah, S.Kep.Ns ABSTRAK Latar belakang : Diabetes mellitus adalah penyakit kronis
Lebih terperinci2016 GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA MADYA ( TAHUN ) TENTANG DYSMENORRHEA DI SMPN 29 KOTA BANDUNG
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Masa remaja ialah periode waktu individu beralih dari fase anak ke fase dewasa (Bobak, Lowdermilk, & Jensen, 2012). Menurut Depkes RI dan Badan Koordinasi
Lebih terperincirendah terdapat 7 orang perawat yang menangani penyakit kronis dan 12 orang perwat yang menangani penyakit non-kronis. Adapun salah satu faktor lain
BAB V PENUTUP 5.1. Bahasan Berdasarkan hasil analisis, diketahui bahwa tidak ada perbedaan stres pada perawat ruang rawat inap penyakit kronis dibandingkan dengan stres pada perawat ruang rawat inap penyakit
Lebih terperinciMEKANISME KOPING BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN KEMOTERAPI DI RUANG KEMOTERAPI RS URIP SUMOHARJO LAMPUNG
MEKANISME KOPING BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN KEMOTERAPI DI RUANG KEMOTERAPI RS URIP SUMOHARJO LAMPUNG Asri Rahmawati, Arena Lestari, Ferry Setiawan ABSTRAK Salah satu penyakit yang menjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap orang menginginkan keadaan sehat karena dengan keadaan sehat setiap orang dapat melakukan segala aktifitas tanpa hambatan. Begitu pula dengan wanita. Kesehatan
Lebih terperinci[Jurnal Florence] Vol. VII No. 1 Januari 2014
PENGARUH SMALL GROUP DISCUSSION TERHADAP PENGETAHUAN TENTANG DISMENORE PADA SISWI SMPN I DOLOPO Hery Ernawati Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Ponorogo Abstrak. Sebagai wanita pada saat
Lebih terperinciANALISIS HUBUNGAN TINGKAT STRESS DENGAN KEJADIAN PREMENSTRUAL SYNDROME (PMS) PADA KARYAWATI BAGIAN PRODUKSI
ANALISIS HUBUNGAN TINGKAT STRESS DENGAN KEJADIAN PREMENSTRUAL SYNDROME (PMS) PADA KARYAWATI BAGIAN PRODUKSI Nurul Kholijah Aspia Nurlina, SKM., M.Kes dan Kiki Korneliani, SKM., M.Kes Mahasiswi Fakultas
Lebih terperinciHUBUNGAN STRES BELAJAR DENGAN GANGGUAN MENSTRUASI PADA MAHASISWI PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN
HUBUNGAN STRES BELAJAR DENGAN GANGGUAN MENSTRUASI PADA MAHASISWI PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN Sri Ratna Ningsih & Hikmah Sobri STIKES Aisyiyah Yogyakarta E-mail: myratna_cute@yahoo.co.id Abstract: The
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang terjadi pada waktu menjelang atau selama menstruasi, yang memaksa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Disminorhoe adalah kekakuan atau kejang di bagian bawah perut yang terjadi pada waktu menjelang atau selama menstruasi, yang memaksa untuk beristirahat atau berakibat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menstruasi atau haid atau datang bulan adalah perubahan fisiologis
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menstruasi atau haid atau datang bulan adalah perubahan fisiologis dalam wanita yang terjadi secara berkala dan di pengaruhi oleh hormon reproduksi, yang dimulai dari
Lebih terperinciPENGARUH BEBAN KERJA DENGAN TINGKAT STRES PADA PERAWAT PELAKSANA DI RUANG PENYAKIT DALAM RUMAH SAKIT WILLIAM BOOTH SURABAYA
PENGARUH BEBAN KERJA DENGAN TINGKAT STRES PADA PERAWAT PELAKSANA DI RUANG PENYAKIT DALAM RUMAH SAKIT WILLIAM BOOTH SURABAYA Pandeirot *, Fitria**, Setyawan** Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan William Booth
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menopause adalah suatu masa peralihan dalam kehidupan wanita yang menunjukan bahwa ovarium telah berhenti menghasilkan sel telur, aktivitas menstruasi berkurang dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keluar melalui serviks dan vagina (Widyastuti, 2009). Berdasarkan Riset
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menstruasi adalah suatu proses yang normal, yang terjadi setiap bulannya pada hampir semua wanita. Menstruasi terjadinya pengeluaran darah, dalam jangka waktu 3-5 hari
Lebih terperinciPENGARUH DEEP BACK MASSAGE TERHADAP PENURUNAN NYERI PERSALINAN. Liva Maita STIKes Hangtuah Pekanbaru, Indonesia
PENGARUH DEEP BACK MASSAGE TERHADAP PENURUNAN NYERI PERSALINAN Liva Maita STIKes Hangtuah Pekanbaru, Indonesia email : livamaita@gmail.com Abstract: Labor pain occurs because of the contraction, if not
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menopause merupakan masa berhentinya menstruasi yang terjadi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menopause merupakan masa berhentinya menstruasi yang terjadi pada perempuan dengan rentang usia 48 sampai 55 tahun. Masa ini sangat kompleks bagi perempuan karena berkaitan
Lebih terperinciPENGARUH TEKNIK RELAKSASI GUIDED IMAGERY TERHADAP PENURUNAN NYERI PADA PASIEN PASCA OPERASI FRAKTUR DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI
PENGARUH TEKNIK RELAKSASI GUIDED IMAGERY TERHADAP PENURUNAN NYERI PADA PASIEN PASCA OPERASI FRAKTUR DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat Untuk meraih gelar Sarjana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kematangan mental, emosional, sosial, dan fisik. Masa pubertas adalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan suatu masa peralihan dari pubertas ke dewasa atau suatu proses tumbuh ke arah kematangan yang mencakup kematangan mental, emosional, sosial, dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. [CDC], 2013). Data dari Riset Kesehatan Dasar ( 2013), prevalensi. gangguan mental emosional (gejala -gejala depresi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kecemasan merupakan jenis gangguan mental paling sering terjadi di dunia dengan prevalensi lebih dari 15%, dengan persentase wanita lebih banyak dibandingkan pria
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Masa remaja adalah suatu tahap antara masa kanak kanak dengan
8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Remaja 1. Definisi Masa remaja adalah suatu tahap antara masa kanak kanak dengan masa dewasa. Dalam masa ini, remaja itu berkembang kearah kematangan seksual, memantapkan identitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sedangkan 85% diantaranya hidup di negara berkembang. Di Indonesia,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap satu diantara enam penduduk dunia adalah remaja. Sedangkan 85% diantaranya hidup di negara berkembang. Di Indonesia, jumlah remaja dan kaum muda berkembang sangat
Lebih terperinciHUBUNGAN TINGKAT STRES DENGAN KETIDAKTERATURAN SIKLUS HAID PADA MAHASISWI PRODI D III KEBIDANAN TINGKAT II STIKES MUHAMMADIYAH KLATEN
HUBUNGAN TINGKAT STRES DENGAN KETIDAKTERATURAN SIKLUS HAID PADA MAHASISWI PRODI D III KEBIDANAN TINGKAT II STIKES MUHAMMADIYAH KLATEN Nur Aini Rahmawati 1), Siti Komariyatun 2) Abstrak : Haid adalah perdarahan
Lebih terperinciELSA PERNANDA UTARI NIM I
NASKAH PUBLIKASI Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang Menstruasi Terhadap Tingkat Kecemasan Menghadapi Menarche Pada Siswi Kelas V SD Negeri 16 Pontianak ELSA PERNANDA UTARI NIM I31112093 PROGRAM STUDI
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. individu dan menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam kehidupan. Menurut
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap orang pasti mengalami stres, stres normal dialami oleh setiap individu dan menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam kehidupan. Menurut Antonovsky & Burr
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dilakukan di Puskesmas Wonosari pada bulan September-Oktober 2016.
47 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil 1. Lokasi Penelitian Penelitian tentang Hubungan Antara Faktor Demografi dengan Pada Penderita Hipertensi di Kabupaten Gunungkidul DIY telah dilakukan di Puskesmas
Lebih terperinciDinamika Kebidanan vol. 2 no.2. Agustus 2012
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG PACARAN SEHAT DENGAN PERILAKU SEKS BEBAS PADA REMAJA DI SMA KOTA SEMARANG Riana Prihastuti Titiek Soelistyowatie*) *) Akademi Kebidanan Abdi Husada Semarang Korespondensi
Lebih terperinciSTUDI D IV KEBIDANAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NGUDI WALUYO UNGARAN
FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU WUS DALAM DETEKSI DINI KANKER LEHER RAHIM DENGAN METODE INSPEKSI VISUAL ASAM ASETAT (IVA) DI DESA GENUK KECAMATAN UNGARAN BARAT TAHUN 2015 JURNAL SKRIPSI
Lebih terperinciPENGARUH PENYULUHAN KESEHATAN REPRODUKSI TERHADAP SIKAP REMAJA PUTRI KELAS XI TENTANG DAMPAK PERNIKAHAN DINI DI SMA NEGERI 1 TANGEN KAB.
PENGARUH PENYULUHAN KESEHATAN REPRODUKSI TERHADAP SIKAP REMAJA PUTRI KELAS XI TENTANG DAMPAK PERNIKAHAN DINI DI SMA NEGERI 1 TANGEN KAB. SRAGEN NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh : Arum Yuliasari 201310104148
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. fisiologis maupun psikologis. Segala yang dibutuhkan manusia untuk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia memiliki kebutuhan tertentu yang harus dipenuhi, baik dari segi fisiologis maupun psikologis. Segala yang dibutuhkan manusia untuk mempertahankan hidup
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat yaitu A,H,C,dan D. PMS A (Anxiety) ditandai dengan gejala
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Reproduksi normal pada wanita dikarakteristikan dengan perubahan ritme bulanan pada sekresi hormon dan perubahan fisik di ovarium dan organ seksual lainya. Pola ritme
Lebih terperinciSKRIPSI PENGARUH TERAPI AKUPRESUR SANYINJIAO POINT TERHADAP INTENSITAS NYERI DISMENORE PRIMER PADA MAHASISWI SEMESTER VIII
SKRIPSI PENGARUH TERAPI AKUPRESUR SANYINJIAO POINT TERHADAP INTENSITAS NYERI DISMENORE PRIMER PADA MAHASISWI SEMESTER VIII PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN Studi dilakukan di Fakultas Kedokteran Universitas
Lebih terperinciKata Kunci: Pengetahuan Mahasiswi, Persalinan, Hypnobirthing
GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN MAHASISWI KEBIDANAN TENTANG PERSALINAN DENGAN HYPNOBIRTHING DI AKADEMI KEBIDANAN MANNA KABUPATEN BENGKULU SELATAN Gusni Rahmarianti Akademi Kebidanan Manna Abstrak: Hypnobirthing
Lebih terperinciHUBUNGAN PENGETAHUAN, PERSEPSI REMAJA PUTRI, DAN PERAN KELUARGA DENGAN PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI) DI SMA NEGERI 8 KOTA JAMBI TAHUN 2014
HUBUNGAN PENGETAHUAN, PERSEPSI REMAJA PUTRI, DAN PERAN KELUARGA DENGAN PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI) DI SMA NEGERI 8 KOTA JAMBI TAHUN 2014 Herlina 1, *Resli 2 1 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Prima
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORI
BAB II TINJAUAN TEORI A. Teori 1. Kecemasan Situasi yang mengancam atau yang dapat menimbulkan stres dapat menimbulkan kecemasan pada diri individu. Atkinson, dkk (1999, p.212) menjelaskan kecemasan merupakan
Lebih terperinci