DESIGN LAB APPARATUS: SINGLE STAGE COMPRESSIVE TEST (SST) PADA TEKANAN DAN TEMPERATUR TINGGI
|
|
- Siska Yuwono
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 JTM Vol. XVI No. 3/2009 DESIGN LAB APPARATUS: SINGLE STAGE COMPRESSIVE TEST (SST) PADA TEKANAN DAN TEMPERATUR TINGGI Ecep Muhammad Mujib 1, Taufan Marhaendrajana 1 Sari Single Stage Compressive Test merupakan alat uji tekan untuk mempelajari sifat kekuatan batuan reservoir dengan memodelkan batuan reservoir tersebut kedalam kondisi laboratorium. Hasil pengukuran pada kondisi permukaan pada umumnya memiliki hasil yang berbeda dengan kondisi sebenarnya pada kondisi reservoir, oleh karena itu, prinsip kerja dari alat ini mempertimbangkan principal stress yang bekerja pada batuan reservoir dan memodelkan kondisi reservoir lebih detil seperti kondisi temperatur yang tinggi, adanya tekanan pori dan pengaruh keberadaan fluida didalam batuan reservoir tersebut. Model laboratorium seperti itu akan memberikan gambaran besarnya pengaruh stress, baik stress maksimum atau stress minimum yang bekerja pada batuan reservoir dan pengaruh temperatur serta keberadaan fluida terhadap sifat kekuatan batuan reservoir. SST di design dengan mempertimbangkan kondisi reservoir yang ada di Indonesia, secara umum dideskripsikan dengan besar takanan axial (tekanan overbourden) maksimum mencapai 4000 psia dan tekanan radial yang dapat berperan sebagai confining pressure (tekanan pori) mencapai 1500 psia serta temperature maksimum mencapai 400 o F. Pada paper ini akan dijelaskan secara rinci tentang design alat SST dan melaporkan hasil uji tekan core sintetik dengan menggunakan alat ini. Abstract Single Stage Test compressive test is a tool for studying the strength properties of reservoir rock, reservoir rock is modeled into the laboratory conditions. Results of measurement on the surface conditions in general have different results with the actual conditions at the reservoir conditions, therefore, the working principle of the tool is considered the principal stress acting on the reservoir rock and reservoir modeling the detailed conditions such as high temperature conditions, the pore pressure and the effects of the presence of fluid in the reservoir rock. Such a laboratory model will give you a level of influence of stress, both the maximum stress or minimum stress acting on the reservoir rock and the influence of temperature and presence of fluid to the reservoir rock strength properties. SST in design by considering the existing reservoir conditions in Indonesia, generally described by a large axial takanan (overbourden pressure) reaches a maximum radial pressure of 4000 psia and that can act as confining pressure (pore pressure) reaches a maximum of 1500 psia and temperatures reach 400 of. This paper will explain in detail about the design tools report the results of SST and compression testing using a synthetic core of this tool. 1) Program Studi Teknik Perminyakan, Institut Teknologi Bandung. muji4iqu@gmail.com I. PENDAHULUAN Triaxial dan uniaxial test merupakan metode yang sering digunakan untuk mempelajari karakteristik kekuatan batuan reservoir. Perbedaan dari kedua metode tersebut ialah kehadiran confining pressure yang bekerja pada specimen. Jika pada specimen tersebut tidak ada confining pressure yang bekerja disebut dengan uniaxial test, sedangkan pada triaxial test memperhitungkan kehadiran confining pressure yang bekerja terhadap specimen. Specimen yang sering digunakan pada uniaxial dan triaxial test dapat dilihat pada Gambar (1). Pada gambar tersebut terlihat bahwa ketika stress radial (σ3) tidak sama dengan nol dikategorikan sebagai sistem triaxial test, sedangkan sistem uniaxial test, stress radial (σ3) berharga nol. Berdasarkan perlakuan terhadap specimen selama pengujian, triaxial test dibedakan menjadi dua macam, yaitu Single Stage Triaxial Compressive Test (SST) dan Multistage Triaxial Compressive test (MST). SST memerlukan cukup banyak specimen, karena setiap specimen dalam tahap pengujian digunakan hanya untuk pengambilan satu data failure akibat beban axial (σ1) pada tekanan radaial (σ3) tertentu saja, sehingga minimal specimen yang diperlukan sebanyak tiga buah, dan idealnya empat atau lima buah. Berbeda dengan MST, satu specimen dapat digunakan untuk memperoleh beberapa data failure akibat beban axial (σ1) pada beberapa harga tekanan radialnya (σ3). Untuk lebih jelas perbedaan dari SST dan MST dapat dilihat pada Gambar 2 sampai Gambar 5. Data hasil pengukuran dari SST dan MST samasama menggambarkan karakteristik batuan baik parameter kekuatannya ataupun properties statik elastisitasnya. Berdasarkan rule of thumb, akurasi data yang diperoleh dari SST lebih baik dibandingkan dengan MST. Hasil pengukuran kekuatan batuan dilaboratorium tergantung dari model yang digunakan, seringkali hasil pengukuran pada kondisi standar dipermukaan berbeda dengan kondisi yang sebenarnya direservoir. Oleh karena itu, untuk mendekati kondisi sebenarnya direservoir, pertimbangan aspek tekanan dan temperature dilaboartorium sangat membantu tercapainya kondisi tersebut. Berdasarkan data reservoir di Indonesia yang berada pada kedalaman beberapa ribu feet, maka model yang didesign dilaboratorium disarankan agar memiliki spesifikasi sebagai berikut : 183
2 Ecep Muhammad Mujib, Taufan Marhaendrajana - Temperatur makasimum 400 o F - Beban axial maksimum 3500 psia radial maksimum 1500 psia - Fluida yang digunakan berupa air atau gas dan tekanan formasi, oil Dengan model laboratorium tersebut, maka dari data pengukuran yang diperoleh dapat dievaluasi efek tekanan radial (confining pressure) dan temperature tertentu terhadap rock strength properties. II. DESKRIPSI SINGLE STAGE TRIAXIAL COMPRESSIVE TEST PADA TEKANAN DAN TEMPERATUR TINGGI 2.1 Tujuan Sistem uji Triaxial telah dikembangkan untuk mempelajari sifat kekuatan batuan reservoir dengan mengukur secara langsung dilaboratorium terhadap parameter kekutan batuan tersebut. Pada sistem uji triaxial konvensional, specimen mendapatkan beban dari arah axial (maksimum principal stress) dan arah radial (minimum principal stress) sedangkan intermediate principal stress dianggap sama dengan minimum principal stress. Temperatur yang bekerja pada alat tersebut biasanya disesuaikan dengan kondisi standar permukaan. Jika ditinjau kembali specimen batuan reservoir yang diambil dari kedalaman tertentu yang memiliki kondisi temperatur yang berbeda dengan kondisi permukaan, menyebabkan hasil pengukuran dipermukaan berbeda dengan kondisi reservoir sebenarnya. Oleh karena itu, pada alat Single Stage Triaxial Compressive Test yang kami kembangkan memperhitungkan efek temperature, sehingga model laboratorium akan mendekati kondisi reservoir sebenarnya. Model seperti ini dapat menghilangkan setidaknya asumsi yang sebelumnya dianggap tidak mempangaruhi terhadap sifat kekuatan batuan reservoir yaitu akibat perubahan temperature. Model seperti ini, tidak hanya digunakan untuk mempelajari sifat kekuatan batuan yang dipengaruhi oleh masingtemperatur, masing stress radial dan perubahan akan tetapi dapat sekaligus mempelajari pengaruh secara kombinasi dari stress radial dan temperatur. 2.2 Konsep Dasar Single Stage Triaxial Compressive Test dirangkai untuk mensimulasikan lingkungan reservoir ke skala laboratorium, untuk mendapatkan model laboratorium seperti itu ada beberapa konsep yang diterapkan dalam merangkainya, yaitu : Gradien Tekanan dan Temperatur Specimen batuan reservoir yang diambil pada kedalaman tertentu, menjadi salah satu pertimbangan dalam merangkai alat SST ini. Berdasarkan asal keberadaan batuan reservoir pada kedalaman tertentu setidaknya ada dua parameter yang harus dipertimbangkan, yaitu tekanan dan temperatur. Kedua parameter tersebut merupakan fungsi dari kedalaman, semakin dalam posisi batuan reservoir, temperatur dan tekanan lingkungan reservoirnya akan semakin meningkat. Hubungan seperti ini biasa dikenal dengan gradien tekanan dan temperatur. Pengetahuan menganai gradien tekanan dan temperatur sangat berguna untuk mengetahui kondisi lingkungan reservoir yang akan dimodelkan dalam skala laboratorium, tetapi yang menjadi pilihan utama untuk mengetahui secara pasti kondisi lingkungan reservoir yang sebenarnya adalah dengan mengukur secara langsung parameter lingkungan reservoir tersebut. Konsep gradien ini digunakan apabila ada keterbatasan dalam pengambilan data lingkunga reservoir secara langsung. Kelemahan dari konsep gradien ini ialah menganggap kondisi batuan dibawah permukaan dalam kondisi normal untuk setiap kedalaman, sedangkan dalam kenyataannya dapat dimungkinkann akan bertemu dengan lapisan batuan yang abnormal. Meskipun mempunyai kelemahan seperti itu, konsep gradien sangat berguna untuk mendekati kondisi lingkungan yang sebenarnya dibandingkan hanya dengan menganggap sama dengan kondisi dipermukaan. Properties Statik Elastisitas Batuan (Fjaer et al. 1992) Stress merupakan besarnya gaya yang bekerja pada suatu luas bidang tertentu. Ketika suatu benda diberikan gaya atau beban, maka benda tersebut akan mengalami perubahan secara fisik, perubahan tersebut tergantung terhadap modulus elastik dari benda tersebut. Apabila beban yang diebrikan melebihan batas elstisitasnya makaa benda tersebut akan mengalami failure. Modulus elastik statik terdiri dari Young s Modulus dan Poisson Ratio. Young s Modulus merupakan perabandingan besarnya beban yang diberikan terhadap perubahan bentuk dari benda tersebut (strain). Sedangkan Poisson Ratio merupakan perbandingan strain yang terjadi secara lateral terhadap strain axialnya. Gambar 6 dapat membantu dalam memahami hubungan antara parameter modulus elastik statik yang satu dengan yang lainnya, secara matematis parameter-parameter tersebut ialah: - Stress (1) - Strain dan (2) Strain volume untuk silindris : 184
3 Design Lap Apparatus: Single Stage Compressive Test (STT) pada Tekanan dan Temperatur Tinggi - Young s Modulus - Poisson Ratio (3) (4) Tanda negatif pada poisson ratio, dikarenakan harga strain radial bernilai negatif (dt<do). Failure criterion (Mohr-Coloumb) (Fjaer et al. 1992) Shear failure dapat terjadi ketika shear stress yang bekerja pada suatu bidang terlalu besar. Shear failure dapat didefinisikan: (5) Dimana σ, stress normal dan τ, shear stress yang bekerja disepanjang bidang. Hubungan stress normal dan shear stress dari persamaan (5) diatas dapat dideskripsikan pada lingkaran Mohr. Lingakran Mohr yang dibentuk dari kedua parameter tersebut memberikan informasi mengenai batas daerah failure. Gambar 7 menjelaskan hubungan τ vs σ. Informasi yang diperoleh dari gambar tersebut salah satunya ialah semakin besar stress normal minimumm (σ3) maka stress normal maksimumnya pun akan semakin besar, lingkaran yang dibentuk dari kedua stress tersebut merupakan batas daerah failure, sedangkan stress normal medium tidak mempengaruhi terhadap batas terjadinya failure. Hal ini sesuai dengan hipotesis dari Mohr, yaitu: pure shear failure hanya tergantung pada stress normal maksimum dan stress normal minimumdan tidak tergantung terhadap stress normal Ahmed. S). medium ( Dengan memilih bentuk sederhana dari fungsi f yang diasumsikan linear dengan terhadap Mohr Coloumb Criterion, maka dapat didefinisikan bahwa : (6) Dimana So merupakan inherent shear strength atau cohesion dari suatu material dan µ sebagai coefficient of internal friction. Padaa Gambar 8 dapat didefinisikan internal friction angle Φ sebagai fungsi dari coefficient of internal friction yaitu: (7) Sedangkan 2β merupakan sudut yang dibentuk dari lingkaran Mohr dengan failure line. Besarnya shear stress dan stress normal pada titik tersebut sebagai point of failure dapat didefinisikan oleh persamaan: (8) dengan mensubtitusikan persamaan [8] dan [9] kedalam persamaan [6], diperoleh hubungan σ1 dengan σ3, yaitu: Bila persamaan diatas disederhanakan diperoleh: (9) (10) (11) akan Hubungan σ1 dengan σ3 diperlihatkan pada Gambar (9). pada gambar tersebut harga α tidak sama dengan Φ, akan tetapi α dan Φ mempunyai hubungan sebagai berikut: (12) Ketika stress normal minimum (σ3) berharga nol, kondisi tersebut biasa disebut dengan Unconfined Compressive Strength (UCS), nilainya dapat ditentukan secara langsung pada pengukuran uniaxial test, atau secara tidak langsung dengan triaxial test. Alat SST yang didesign dapat digunakan untuk mengukur UCS baik secara langsung ataupun tidak langsung dengan mengatur harga stress normal minimumnya (σ3). Secara tidak langsung harga UCS dapat diperoleh dengan menggunakan persamaan (9) yang diturunkan dari persamaan (11): (13) Sedangkan ketika harga stress normal maksimum (σ1) berharga sama dengan nol, maka harga σ3 merupakan Tensile Strength dari material tersebut. Dari persamaan (10) dan (8), besarnya harga Tensile Strength dapat didefinisikan sebagai berikut: (14) 2.3 Konfigurasi Triaxial Cell Triaxial cell pada SST didesign dengan menggunakan material baja yang mempunyai ketahanan akibat besarnya beban axial dan radial serta tingginya temperatur dan keberadaan fluida yang memungkinkan terjadinya korosi (terutama air formasi) pada rangkaian cell tersebut. SST yang bekerja pada tekanan dan temperature tinggi menjadikan pertimbangan dari ketiga parameter tersebut sangat diprioritaskan agar terjamin keamanan selama dilakukan pengujian. Secara lengkap konfigurasi SST dapat dilihat pada Gambar 10 dan 11. Gambar tersebut 185
4 Ecep Muhammad Mujib, Taufan Marhaendrajana memperlihatkan sistem pengujian specimen dengan memberikan beban dari arah axial dan radial yang dihasilkan oleh sistem hidrolik, serta mensimulasikan kondisi lingkungann reservoir dengan adanya fluida formasi yang diberikan temperatur tinggi melalui heating electric yang dipasang pada baja penghantar panas dibagian dalam cell. Sedangkan bagian baja yang dibagian luar (jacket material) berperan dalam menyokong baja silindris didalamnya agar tidak terjadi kecelakaan akibat besarnya tekanan dan temperatur yang bekerja dalam cell tersebut. Sistem hidrolik yang digunakan pada SST ini dapat menghasilkan beban axial maksimum sebesar 10 Ton dan tekanan radialnya 1500 psia. Sedangkan heating electric didesign agar dapat memanaskan fluida didalam cell sampai temperature maksimum 482 o F. 2.4 Temperatur Kontrol Temperatur pada cell triaxial dikontrol dengan menggunakan heating electric, panas yang dapat dihasilkannya dapat mencapai temperatur maksimum 482 o F. Panas yang dihasilkan dari heting electric dihantarkan oleh jacket heating agar dapat memanaskan fluida formasi (air formasi), panas pada fluida inilah yang kemudian akan memanasi specimen agar sesuai dengann temperatur lingkungan reservoir. Temperaturr indicator dipasang untuk mengukur temperatur fluida dalam cell dan membantu mengontrol temperatur agar tercapai temperatur yang diinginkan selama pengukuran. Sistem dan bentuk nyata dari pengontrol temperatur pada SST dapa dilihat pada Gambar 12 sampai 14. Agar kondisi temperatur didalam cell terjaga konstan, maka diantara jacket material dan heating jacket dilengkapi dengan gas bull yang dapat menghambat hantaran panas kelingkungan sekitar. 2.5 Stress Axial Kontrol Beban yang diterima specimen padaa arah axial dikontrol oleh sistem hidrolik yang dapat menghasilkan beban maksimal 10 ton. Beban yang berasal dari hidrolik tersebut diteruskan oleh piston actuator (material baja) menuju specimen. Gambar 15 memperlihatkan sistem pembebanan arah axial terhadap specimen. Selama pengukuran berlangsung piston actuator akan selalu bergerak dan bagian tersebut menghubungkan langsung kondisi permukaan dengan fluida didalam cell yang betekanan dan temperature tinggi, kondisi ini akan memicu kebocoran fluida melalui ruang diantara piston actuator dengan jacket material, oleh karena itu ruang tersebut dilengkapai dengan bahan sejenis asbes (len packing) yang tahan terhadap tekanan dan temperature tinggi. Kehadirann bahan tersebut mengakibatkan adanya hambatan ketika dilakukan pembebanan, sehingga sebelum dilakukan 186 pengukuran harus dikalibrasi terlebih dahulu untuk mengetahui besarnya beban hambatan. Karena satuan dari beban axial masih dalam satuan metrik-ton, maka untuk mengkonversi kedalam satuan tekanan membutuhkan dataa luas lingkaran specimen yang dibebani. Karena dudukan specimen pada SST tersedia untuk tiga ukuran diameter maka, untuk menentukan tekanannya dapat digunakan persamaan berikut: Diameter specimen : 1 in Dimana m dalam Kg. karena, Maka Atau jika m dalam ton, Diameter specimen : 1.5 in Dengan cara yang sama seperti berukuran 1 in, diperoleh : Diameter specimen : 2 in (15) pada specimen (16) (17) 2.6 Stress Radial Kontrol Sistem kontrol pada stress radial menggunakan sistem hdirolik yang sama halnyaa pada hidrolik stress axial, yang membedakannya ialah media yang digunakan untuk meneruskan beban yang dihasilakan hidrolik menuju specimen. Pada hidrolik stress axial yang berperan sebagai medianya adalah piston actuator (material baja) sedangkan pada stress radial menggunakan media fluida formasi (air formasi). Hidrolik stress radial dapat menghasilkan tekanan maksimum sebesar 1500 psia. Selain sebagai pemberi tekanan pada arah radial, tekanan yang dihasilkan oleh hidrolik ini dapat berperan sekaligus sebagai tekanan pori, karena pada SST ini mengasumsikan specimen dalam keadaan undrained. System hidrolik penghasil stress radial dapat dilihat pada Gambar Komponen Pelengkap Komponen pelengkap Single Stage Compressive Test salah satunya ialah tempat berdirinya specimen didalam cell. Apabila tidak ada komponen tersebut, kedudukan specimen didalam cell tidak stabil, dikhawatirkan posisinya tidak berada ditengah-tengah atau tidak pada posisi berdiri sebagai pengaruh masukannya fluida kedalam cell untuk memberikan stress radial. Tempat menyimpan specimen tersebut didesign dengan bentuk profil tertentu sehingga dapat dipasang-cabut untuk mempermudah pemasangan specimen. Bentuk profil tersebut dapat dilihat pada
5 Design Lap Apparatus: Single Stage Compressive Test (STT) pada Tekanan dan Temperatur Tinggi Gambar 19 dan 20. Dudukan specimen tersedia untuk ukuran diameter 1 in, 1,5 in dan 2 in. 2.8 Prosedur Pengukuran Persiapan Specimen Sample core atau specimen yang akan di ukur kekuatan batuannya di ukur terlebih dulu panjang dan diameternya (H/D:2/1) dan sesuai dengan dudukan specimen yang tersedia. Specimen yang sudah diukur selanjutnya dipanaskan (dioven) sehingga diperoleh berat keringnya. Hal ini dilakukan agar selama penjenuhan dengan fluida yang diinginkan benar-benar tersaturasi 100% oleh fluida tersebut. Setelah diperoleh specimen yang sudah tersaturasi langkah selanjutnya ialah persiapan alat SST Persiapan Alat SST Pada tahapan ini sangat dituntut ketelitian dan kehati-hatian, karena pengukuran kekuatan batuan dengan SST bekerja pada tekanan dan temperatur tinggi, oleh karena itu setiap komponen pada alat SST harus terpasang pada posisi yang tepat, apabila tidak teliti terhadap setiap komponen dimungkinkan terjadi kebocoran, dan pengukuran harus diulang dari awal. Komponen SST yang harus diperiksa sebelum dilakukan pengkuran diantaranya : 1. Hidrolik : hdirolik axial dan hidrolik stress radial harus pada posisi terkunci 2. Heating electric : semua rangkain dari heating electric harus sudah terpasang dan menggunakan tegangan listrik 220 volt. 3. Periksa komponen cell mulai dari tutup cell, dudukan specimen, dan valve serta pastikan sudah pada posisi masing-masing Pengujian specimen Apabila specimen dan alat SST sudah siap digunakan, maka pengujian kekuatan batuan dari specimen tersebut dapat dimulai. Langkah-langkah yang harus diperhatikan selama pengujian specimen tersebut diantaranya : 1. Letakan specimen tepat pada dudukan specimen didalam cell 1. Isi cell dengan fluida yang diinginkan (misalnya fresh water), apabila cell hampir penuh, pengisian fluida selanjutnya melalui tabung hidrolik stress radial setelah dipastikan bahwa tutup cell terpasang dengan rapat. 2. Berikan stress radial sesuai yang diharapkan dengan menggunakan hidrolik stress radial, apabila sudah mencapai stress radial tertentu, panaskan fluida dalam cell dengan mengatur heating electric pada temperature tertentu, setalah mencapai temperature tertentu diamkan selama 2 jam. 3. Berikan beban axial sekaligus lakukan pembacaan pada gauge ketika specimen mulai terjadi failure dan hentikan pengukuran. 4. Untuk pengukuran specimen yang lainnya, lakukan langkah diatas berulang kali. III. UJI TRIAXIAL TERHADAP CORE SINTETIK Sample core (specimen) yang digunakan dalam uji coba alat SST ini menggunkan core sintetik (buatan). Komposisi berat core sintetik terdiri dari 80% pasir dan 20% semen. Karena SST memerlukan cukup banyak sample core (minimal tiga buah), diharapkan dengan komposisi tersebut sample core dapat dianggap mewakili batuan yang diambil pada tempat dan lingkungan yang sama, sehingga dalam analisis terhadap perubahan stress radial dan temperatur tidak dipengaruhi oleh perbedaan jenis batuan (asumsi : sample core tersebut bersumber dari batuan yang sama). Ukuran sample core tersebut memiliki perbandingan panjang dan diameternya 2:1 (standar ISRM). Dengan ukuran seperti itu, sample core diharapkan dapat mengakomodasi penetrasi shear kesegala bagian dari sample core tersebut. Oleh karena itu, core sintetik yang akan digunakan dalam pengujian kali ini menggunakan ukuran panjang 2 in dan diameter 1 in. sebelum dilakukan tes, sample core tersebut dijenuhkan terlebih dahulu dengan fluida reservoir (air formasi) selama 24 jam. Besarnya tekanan axial yang dibebankan sepanjang pengujian dapat langsung dibaca pada indicator tekanan sampai sample core tersebut terjadi failure pada kondisi stress radial dan temperatur tertentu. Data yang diperoleh dapat digunakan untuk menganalisis pengaruh stress radial, temperatur dan kombinasi dari keduanya. 3.1 Data Hasil Pengukuran Pengujian kekuatan batuan dari specimen tersebut dilakukan dengan pengujian uniaxial dan triaxial. Untuk triaxial specimen diperlakukan dengan diberikan stress radial yang berbeda-beda pada temperatur tertentu. Hasil pengujian tersebut dapat dilihat pada Tabel 1 dan 2. Table 1. Pengukuran kekuatan batuan dari specimen dengan metode uniaxial uniaxial No. σ3 σ1 σ1 sample (psi) (Ton) (psi) Table 2 Pengukuran kekuatan batuan dari specimen dengan menggunakan metode triaxial (SST) Triaxial Temperatur 30 C 187
6 Ecep Muhammad Mujib, Taufan Marhaendrajana No sample σ3 (psi) σ1 (Ton) σ1 (psi) Failure criterion (mohr-coloumb) Temperatur 30 o C Gambar (22) 188 Temperatur 90 C No σ3 σ1 sample (psi) (Ton) Failure Criterion (Mohr-Coloumb) Untuk membuat failure criterion dari Mohr- (5) sampai Coloumb dapat menggunkan persamaan (14) yang sudah dibahas sebelumnya Menentukan sudut pecah (friksi internal) Dari Gambar 21 diperoleh harga gradien (tanα) untuk masing-masing temperatur, yaitu: Temperatur 30 o C Maka sudut pecahnya ialah : Friksi internal = tan = β=62+90=152 Temperatur 90 o C Maka sudut pecahnya ialah: Friksi internal = tan = β=51+90= Menentukan cohesive strength Cohesive strength dapat ditentukan dengan persamaan [11] yang disusun kembali menjadi: Temperatur 30 o C Temperatur 90 o C σ1 (psi) Temperatur 90 o C Gambar (23) 3.3 Penentuan Unconfined Compressive Strength Unconfined Compressive Strength (UCS) UCS (Co) dapat ditentukan secara langsung dengan metode uniaxial, hasil dari metodee ini harga UCS sama dengan harga σ1 pada Tabel 1, sedangkan dengan metode SST, UCS dapat ditentukan dari Gambar 21 dengan menarik persamaan garis, dan harga UCS diambil pada saat harga σ3 sama dengan nol, dan yang terakhir UCS juga dapat ditentukan melalui persamaan (12). Hasil selengkapnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Tabel (3). Penentuan harga UCS Temperatur Uniaxial rata-rata (psi) triaxial (psi) persamaan (12) (psi) UCS Ruangan C 90 C Dari ketiga harga UCS hasil melalui Triaxial lebih besar daripada dengan uniaxial, hal ini dikarena ada pengaruh air yang beradaa selama masa pengukuran, jadi beban yang berasal dari beban axial ada sebagian yang tertahan oleh air, karena pada kondisi awal jarak antara piston actuator dengan specimen ada ruang sekitar 5mm. sedangkan apabila hasil perhitungan dengan menggunakan persamaan (13) dibandingkan dengan interpolasi dari Gambar 21, hasilnya tidak begitu jauh berbeda, karena persamaan (13) membutuhkan input data dari Gambar 21 yaitu gradiennya. 3.4 Efek Stress Radial Dari data hasil pengukuran dapat terlihat dengan jelas bahwa semakin besar stress radial yang diberikan pada specimen, maka tekanan failure specimen tersebut semakin besar. Gambar 24 dan 25 menunjukan hubungan stress s radial dengan axial. Analisa mengenai perubahan stress radial (confining stress) dapat dilakukan dengan metode triaxial, sedangkan uniaxial tidak dapat melakukan hal sperti ini. Adanya tekanan confining yang semakin besar akan memberikan dukungan pada
7 Design Lap Apparatus: Single Stage Compressive Test (STT) pada Tekanan dan Temperatur Tinggi specimen, sehingga tekanan failure dari specimen tersebut akan meningkat. Kelakuan seperti ini dinamakan dengan strain hardening. 3.5 Efek Temperatur Pengaruh temperatur terhadap kekuatan batuan dapat diidentifikasi melalui besarnya tekanan failure pada kondisi temperatur yang berbeda-beda. Hasil pengujian terhadap specimen batuan pada temperatur 30 o C dan 90 o C dapat dilihat pada Gambar 26. Dari gambar tersebut terlihat bahwa semakin tinggi temperatur, tekanan failure batuan akan semakin menurun, hal ini dimungkinkan karena adanya kerusakan pada system sementasi batuan tersebut akibat adanya pemanasan. Inilah salah satu manfaat dari SST, dapat menganalisis perubahan sifat kekuatan batuan akibat perubahan temperatur. Sehingga model sebenarnya direservoir dapat didekati dengan model laboratorium. IV. KESIMPULAN 1. Parameter temperatur dan tekanan sangat penting dalam mensimulasikan kondisi reservoir kedalam skala laboratorium. 2. Alat Single Stage Triaxial Compressive Test dapat digunakan untuk menganalisis pengaruh temperatur dan confining pressure terhadap sifat kekautan batuan. 3. Meningkatnya temperatur menyebabkan kekuatan batuan mengalami penurunan, sedangkan dengan meningkatnya confining pressure menyebabkan kekuatan batuan mengalami peningkatan. V. REKOMENDASI 1. Alat Single Stage Compressive Strength dapat dilengkapi dengan strain gauge dan sensor computer agar dapat menganalisa perubahan strain, baik secara radial maupun axial. 2. Sistem hidrolik yang sekarang terpasang kedepannya dapat diganti dengan sistem motor listrik agar proses pengukuran lebih sederhana. 3. Dilakukan pengkajian lebih mendalam mengenai perubahan sifat fluida selama berada didalam cell agar hasil pengukuran lebih akurat. 4. dilakukan kajian lebih mendalam pengaruh perubahan fluida yang digunakan didalam cell (misalnya gas dan oil) terhadap sifat kekuatan batuan. VI. DAFTAR SIMBOL σ : stress σ1 : principal stress normal maksimum σ2 : principal stress normal medium σ3 : principal stress normal minimum σr : stress radial τ : shear stress So : cohesive strength µ : koefisien friksi internal. Φ : sudut pecah Co : unconfined compressive strength To : tensile strength A : luas permukaan P : tekanan F : gaya UCS : unconfined compressive strength SST : Single Stage Compressive Test MST : Multi Stage Compressive Test DAFTAR PUSTAKA 1. Khaksar. A, Taylor. P.G, Fang. Z, Keyes.T, Sazalar. A, and Rahman. K, Rock Strength from core and log: Where we stand and ways to go, SPE , annual conference and exhibition held in Amsterdam, The Netherland, 8-11 Juni. 2. Fjaer. E, Rune. M, Horsud. P, Raaen. A M, and Risnes. R., Petroleum realted rock mechanic, Elsevier, Tokyo-London-New York. 3. Ahmed S. A. Reservoir Stimulation. 4. Descamps. F, and Tsibangu. J P, Development of an automated triaxial system for thermo-hydro-mechanical testing of rock, ARMA , San Francisco. 5. C.M. Ross, SPE, E.R. Rangel-German, SPE, and L.M. Castainer, SPE, Stanford U.; P.S. Hara, SPE, Tidelands Oil Production Co.; and A.R. Kovscek, SPE, Stanford U., A Laboratory Investigation of Temperature Induced Sand Consolidation, paper SPE 92398, 2005 SPE Western Regional Meeting, Irvine, CA, U.S.A. 6. Denney, D., Ultradeep HP/HT completions: classification, design methodologies and technical challenges. Journal of Petroleum Technology 59 : 3, Jaeger, J.C. and Cook, N.W., Fundamentals of rock mechanics. 3 rd edition. London: Chapman and Hall. 189
8 Ecep Muhammad Mujib, Taufan Marhaendrajana Gambar 1. Stress yang bekerja pada specimen. Gambar 6. benda silindris yang diberikan beban tertentu pada arah axial. Gambar 2. Contoh hasil pengukuran Single Stage Triaxial Compressive Test (SST) Gambar 7. Diagram Mohr sebagai fungsi shear stress dan stress normal, juga menggambarkan hubungan principal stress normal (σ1, σ2, dan σ3) Gambar 3. Mohr-coloumb dari data pengukuran Single Stage Triaxial Compressive Test (SST) Gambar 8. Mohr Coloumb Criterion τ-σ. Gambar 4.Contoh hasil pengukuran Multistage Triaxial Compressive Test (MST) Gambar 9. Mohr Coloumb Criterion pada bidang σ1-σ3 Gambar 5. Mohr-coloumb dari data pengukuran Multistage Triaxial Compressive Test (MST) 190
9 Design Lap Apparatus: Single Stage Compressive Test (STT) pada Tekanan dan Temperatur Tinggi Gambar 10. Kerangka Single Stage Triaxial Compressive Test. Gambar 14.. Sistem pengontrol temperatur pada Single Stage Compressive Test Gambar 11. Konfigurasi Single Stage Triaxial Compressive Test. Gambar 15. Sistem pembebanan specimen pada arah axial. Gambar 12. Model pengontrol temperatur pada SST Gambar 16. Bentuk nyata dari sistem hidrolik yang memberikan beban axial maksimum sebesar 10 ton Gambar 13. Heating electric yang ditempelkan pada cell dengan dilengkapi gas bull (hambatan panas) dan indicator electric. Gambar 17. Stress radial yang dihasilkan oleh sistem hidrolik 191
10 Ecep Muhammad Mujib, Taufan Marhaendrajana Gambar 22. Failure criterion untuk specimen batuan pada temperatur 30 o C Gambar 18. Rangkaian hidrolik penghasil stress radial. Gambar 23. Failure criterion untuk specimen batuan pada temperatur 90 o C Gambar 19. Dudukan specimen pada posisi terpasang didalam cell. Gambar 24. Hubungan stress axial dengan stress radial pada temperatur 30 o C Gambar 20. Bentuk profil dudukan specimen. Kiri: bagian atas. Kanan: bagian bawah. Gambar 25. Hubungan stress axial dengan stress radial pada temperatur 30 o C Gambar 21. Hubungan stress axial dengan stress radial. Gambar 26. Hubungan tekanan failure terhadap temperatur. 192
DESIGN LAB APPARATUS : SINGLE STAGE COMPRESSIVE TEST (SST) PADA TEKANAN DAN TEMPERATUR TINGGI
DESIGN LAB APPARATUS : SINGLE STAGE COMPRESSIVE TEST (SST) PADA TEKANAN DAN TEMPERATUR TINGGI Oleh: Ecep Muhammad Mujib* Pembimbing: Dr. Ir. Taufan Marhaendrajana Sari Single Stage Compressive Test merupakan
Lebih terperinciPengembangan Resin untuk Mengatasi Kepasiran di Reservoir yang Tidak Terkonsolidasi (Unconsolidated Reservoir)
Pengembangan untuk Mengatasi Kepasiran di Reservoir yang Tidak Terkonsolidasi (Unconsolidated Reservoir) Taufan Marhaendrajana, ITB; Gema Wahyudi Purnama, ITB; Ucok W. Siagian, ITB Abstract Terjadinya
Lebih terperinciBAB II DASAR TEORI. Elastik Linier (reversible)
6 BAB II DASAR TEORI 2.1 erilaku Batuan Batuan mempunyai perilaku yang berbeda-beda pada saat menerima beban. erilaku ini dapat ditentukan dengan pengujian di laboratorium yaitu dengan pengujian kuat tekan.
Lebih terperinciStrain, Stress, dan Diagram Mohr
TUGAS GL-2212 GEOLOGI STRUKTUR Strain, Stress, dan Diagram Mohr Oleh: Hafidha Dwi Putri Aristien NIM 12111003 Program Studi Teknik Pertambangan Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan Institut Teknologi
Lebih terperinciCara uji tekan triaksial pada batu di laboratorium
SNI 2815:2009 Standar Nasional Indonesia Cara uji tekan triaksial pada batu di laboratorium ICS 93.020 Badan Standardisasi Nasional BSN 2011 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin atau menggandakan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN UMUM SUMUR
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... iii PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH... iv KATA PENGANTAR...v HALAMAN PERSEMBAHAN... vi RINGKASAN... vii DAFTAR ISI... viii DAFTAR GAMBAR... xi DAFTAR
Lebih terperinciBAB III PELAKSANAAN PENGUJIAN
BAB III PELAKSANAAN PENGUJIAN Pengujian dilakukan di Laboratorium Geomekanika, Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan, Institut Teknologi Bandung. Pengujian diawali dengan kegiatan pengeboran dan
Lebih terperinciFAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BANDUNG
KORELASI ANTARA KEPADATAN RELATIF TANAH PASIR TERHADAP KAPASITAS TEKAN DAN TINGGI SUMBAT PADA MODEL PONDASI TIANG PANCANG PIPA TERBUKA DENGAN DIAMETER TERTENTU YANWARD M R K NRP : 0521026 Pembimbing :
Lebih terperinciMEKANIKA TANAH KRITERIA KERUNTUHAN MOHR - COULOMB. UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA Jl. Boulevard Bintaro Sektor 7, Bintaro Jaya Tangerang Selatan 15224
MEKANIKA TANAH KRITERIA KERUNTUHAN MOHR - COULOMB UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA Jl. Boulevard Bintaro Sektor 7, Bintaro Jaya Tangerang Selatan 154 KRITERIA KERUNTUHAN MOHR COULOMB Keruntuhan geser (shear
Lebih terperinciPENGARUH GEOTEKSTIL TERHADAP KUAT GESER PADA TANAH LEMPUNG LUNAK DENGAN UJI TRIAKSIAL TERKONSOLIDASI TAK TERDRAINASI SKRIPSI. Oleh
786 / FT.01 / SKRIP / 04 / 2008 PENGARUH GEOTEKSTIL TERHADAP KUAT GESER PADA TANAH LEMPUNG LUNAK DENGAN UJI TRIAKSIAL TERKONSOLIDASI TAK TERDRAINASI SKRIPSI Oleh MIRZA RIO ENDRAYANA 04 03 01 047 X DEPARTEMEN
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Uraian Singkat Jembatan Kereta Api Lintas Semarang-Bojonegoro Pembangunan Jembatan Kereta Api Lintas Semarang-Bojonegoro, merupakan proyek pembangunan Track dan Jalur
Lebih terperinci8. PENETAPAN KEKUATAN GESER TANAH
Penetapan Kekuatan Geser Tanah 83 8. PENETAPAN KEKUATAN GESER TANAH Achmad Rachman dan S. Sutono 1. PENDAHULUAN Kekuatan geser tanah (soil shear strength) dapat didefinisikan sebagai kemampuan maksimum
Lebih terperinciTOPIK BAHASAN 8 KEKUATAN GESER TANAH PERTEMUAN 20 21
TOPIK BAHASAN 8 KEKUATAN GESER TANAH PERTEMUAN 20 21 KEKUATAN GESER TANAH PENGERTIAN Kekuatan tanah untuk memikul beban-beban atau gaya yang dapat menyebabkan kelongsoran, keruntuhan, gelincir dan pergeseran
Lebih terperinciLEMBAR PENGESAHAN MOTTO
DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN MOTTO SARI...... ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR FOTO... DAFTAR LAMPIRAN... i ii iii v vii viii x xi BAB I PENDAHULUAN...
Lebih terperinciKUAT GESER TANAH YULVI ZAIKA JURUSAN TEKNIK SIPIL FAK.TEKNIK UNIV. BRAWIJAYA
KUAT GESER TANAH YULVI ZAIKA JURUSAN TEKNIK SIPIL FAK.TEKNIK UNIV. BRAWIJAYA Pengertian Kriteria keruntuhan Mohr Coulomb Stress Path Penentuan parameter kuat geser Kuat geser tanah non kohesif dan kohesif
Lebih terperinciKuat Geser Tanah. Mengapa mempelajari kekuatan tanah? Shear Strength of Soils. Dr.Eng. Agus Setyo Muntohar, S.T., M.Eng.Sc.
Kuat Geser Tanah Shear Strength of Soils Dr.Eng. gus Setyo Muntohar, S.T., M.Eng.Sc. Mengapa mempelajari kekuatan tanah? Keamanan atau kenyamanan struktur yang berdiri di atas tanah tergantung pada kekuatan
Lebih terperinciPERANCANGAN TEKNIS BAUT BATUAN BERDIAMETER 39 mm DENGAN KEKUATAN PENOPANGAN kn LOGO
www.designfreebies.org PERANCANGAN TEKNIS BAUT BATUAN BERDIAMETER 39 mm DENGAN KEKUATAN PENOPANGAN 130-150 kn Latar Belakang Kestabilan batuan Tolok ukur keselamatan kerja di pertambangan bawah tanah Perencanaan
Lebih terperinciPERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT PENGUKUR BEBAN KERETA API. Enda Permana* )
PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT PENGUKUR BEBAN KERETA API Enda Permana* ) ABSTRAK PERANCANGAN DAN PEMBUTAN ALAT PENGUKUR BEBAN RODA KERETA API. Tujuan dari percobaan ini adalah membuat suatu disain alat
Lebih terperinciBAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1. Pengumpulan Data Pengumpulan data lapangan dilakukan pada lokasi terowongan Ciguha Utama level 500 sebagaimana dapat dilihat pada lampiran A. Metode pengumpulan
Lebih terperinciKERUNTUHAN AKIBAT GESER
KUAT GESER TANAH 1 KERUNTUHAN AKIBAT GESER Tanah umumnya runth akibat geser strip footing embankment failure surface mobilised shear resistance Pada saat runtuh, nilai tekanan (beban) sepanjang bidang
Lebih terperinciTRIAXIAL UU (UNCONSOLIDATED UNDRAINED) ASTM D
1. LINGKUP Percobaan ini mencakup uji kuat geser untuk tanah berbentuk silinder dengan diameter maksimum 75 mm. Pengujian dilakukan dengan alat konvensional dalam kondisi contoh tanah tidak terkonsolidasi
Lebih terperinciVariasi IV. C (MPa) 12,49. (MPa) (MPa) ( o ) 37,90 1 5,00 75, ,50 100, ,00 130, ,00 153, ,00 180,09. 3 = Confining Pressure
Variasi IV No 3 1 C 12,49 ( o ) 37,90 1 5,00 75,06 2 12,50 100,21 3 19,00 130,02 4 25,00 153,10 5 30,00 180,09 3 = Confining Pressure 1 = Axial Pressure c = Cohesion = Friction angle KRITERIA BIENIAWSKI
Lebih terperinciPREDIKSI SUDUT GESEK INTERNAL TANAH BERDASARKAN SUDUT DILATASI PADA UJI GESER LANGSUNG
PREDIKSI SUDUT GESEK INTERNAL TANAH BERDASARKAN SUDUT DILATASI PADA UJI GESER LANGSUNG Prediction of Soil Friction Angle by Dilatation Angle on Direct Shear Test Sumiyanto, Gandjar Pamudji dan Hery Awan
Lebih terperinciBAB III DATA PERENCANAAN
BAB III DATA PERENCANAAN 3.1 Umum Perencanaan pondasi tiang mencakup beberapa tahapan pekerjaan. Sebagai tahap awal adalah interpretasi data tanah dan data pembebanan gedung hasil dari analisa struktur
Lebih terperinciIII. METODELOGI. satunya adalah menggunakan metode elemen hingga (Finite Elemen Methods,
III. METODELOGI Terdapat banyak metode untuk melakukan analisis tegangan yang terjadi, salah satunya adalah menggunakan metode elemen hingga (Finite Elemen Methods, FEM). Metode elemen hingga adalah prosedur
Lebih terperinciLaporan Tugas Akhir Analisis Pondasi Jembatan dengan Permodelan Metoda Elemen Hingga dan Beda Hingga BAB III METODOLOGI
a BAB III METODOLOGI 3.1 Umum Pada pelaksanaan Tugas Akhir ini, kami menggunakan software PLAXIS 3D Tunnel 1.2 dan Group 5.0 sebagai alat bantu perhitungan. Kedua hasil perhitungan software ini akan dibandingkan
Lebih terperinciBAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pendahuluan Setelah dilakukan pengujian di laboratorium, hasil dan data yang diperoleh diolah dan dianalisis sedemikian rupa untuk didapatkan kesimpulan sesuai tujuan penelitian
Lebih terperinciBab III Metodologi Penelitian
Bab III Metodologi Penelitian 3.1 Pendahuluan Analisis pengaruh interaksi tanah-struktur terhadap faktor amplifikasi respons permukaan dilakukan dengan memperhitungkan parameter-parameter yang berkaitan
Lebih terperinciPRESSUREMETER TEST (PMT)
PRESSUREMETER TEST (PMT) Uji pressuremeter (PMT) adalah uji lapangan yang terdiri atas probe silinder panjang yang dikembangkan secara radial di dalam tanah sekelilingnya, dengan menggunakan sejumlah cairan
Lebih terperinciKEKUATAN MATERIAL. Hal kedua Penyebab Kegagalan Elemen Mesin adalah KEKUATAN MATERIAL
KEKUATAN MATERIAL Hal kedua Penyebab Kegagalan Elemen Mesin adalah KEKUATAN MATERIAL Kompetensi Dasar Mahasiswa memahami sifat-sifat material Mahasiswa memahami proses uji tarik Mahasiswa mampu melakukan
Lebih terperinciIII. KUAT GESER TANAH
III. KUAT GESER TANAH 1. FILOSOFI KUAT GESER Kuat geser adalah gaya perlawanan yang dilakukan oleh butir-butir tanah terhadap desakan atau tarikan. Kegunaan kuat geser Stabilitas lereng σ γ γ γ Daya dukung
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN III.I Kegiatan Penelitian Dalam pengujian yang dilakukan menggunakan tanah gambut yang berasal dari Desa Tampan, Riau. Kegiatan penelitian yang dilakukan meliputi pengujian triaksial
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kini, misalnya industri gas dan pengilangan minyak. Salah satu cara untuk
BAB I PENDAHULUAN Sistem Perpipaan merupakan bagian yang selalu ada dalam industri masa kini, misalnya industri gas dan pengilangan minyak. Salah satu cara untuk mentransportasikan fluida adalah dengan
Lebih terperinciM VII KUAT TARIK TIDAK LANGSUNG (Indirect Brazillian Tensile Strength Test)
M VII KUAT TARIK TIDAK LANGSUNG (Indirect Brazillian Tensile Strength Test) 3.5.1 Tujuan pengujian Kuat Tarik Tujuan pengujian ini adalah untuk mengetahui kuat tarik batuan secara tidak langsung, pengertian
Lebih terperinciBAB III TEORI FISIKA BATUAN. Proses perambatan gelombang yang terjadi didalam lapisan batuan dikontrol oleh
BAB III TEORI FISIA BATUAN III.1. Teori Elastisitas Proses perambatan gelombang yang terjadi didalam lapisan batuan dikontrol oleh sifat elastisitas batuan, yang berarti bahwa bagaimana suatu batuan terdeformasi
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
33 III. METODE PENELITIAN Metode penelitian adalah suatu cara yang digunakan dalam penelitian, sehingga pelaksanaan dan hasil penelitian bisa untuk dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Penelitian ini menggunakan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PRA RENCANA STRUKTUR BAWAH
BAB III METODOLOGI PRA RENCANA STRUKTUR BAWAH 3.1 Konsep Perancangan Gedung bertingkat yang penulis tinjau terdiri atas 12 lantai dan 3 lantai basement, dimana basement 1 sebenarnya merupakan Sub-Basement
Lebih terperinciKUAT GESER 5/26/2015 NORMA PUSPITA, ST. MT. 2
KUAT GESER Mekanika Tanah I Norma Puspita, ST. MT. 5/6/05 NORMA PUSPITA, ST. MT. KUAT GESER =.??? Kuat geser tanah adalah gaya perlawanan yang dilakukan oleh butiran tanah terhadap desakan atau tarikan.
Lebih terperinciNAJA HIMAWAN
NAJA HIMAWAN 4306 100 093 Ir. Imam Rochani, M.Sc. Ir. Hasan Ikhwani, M.Sc. ANALISIS PERBANDINGAN PERANCANGAN PADA ONSHORE PIPELINE MENGGUNAKAN MATERIAL GLASS-REINFORCED POLYMER (GRP) DAN CARBON STEEL BERBASIS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Font Tulisan TNR 12, spasi 1,5 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN Font Tulisan TNR 12, spasi 1,5 1.1 Latar Belakang Batuan adalah benda padat yang terbentuk secara alami dan terdiri atas mineral-mineral tertentu yang tersusun membentuk kulit bumi. Batuan
Lebih terperincibermanfaat. sifat. berubah juga pembebanan siklis,
SIFAT MEKANIK BAHAN Sifat (properties) dari bahan merupakan karakteristik untuk mengidentifikasi dan membedakan bahan-bahan. Semua sifat dapat diamati dan diukur. Setiap sifat bahan padat, khususnya logam,berkaitan
Lebih terperinciREKAYASA GEOTEKNIK DALAM DISAIN DAM TIMBUNAN TANAH
REKAYASA GEOTEKNIK DALAM DISAIN DAM TIMBUNAN TANAH O. B. A. Sompie Dosen Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sam Ratulangi Manado ABSTRAK Dam dari timbunan tanah (earthfill dam) membutuhkan
Lebih terperinciKonversi Konstanta Elastik Dinamik ke Statik pada Porositas Hidrokarbon Batupasir (Sandstone)
Konversi Konstanta Elastik Dinamik ke Statik pada Porositas Hidrokarbon Batupasir (Sandstone) Mochammad Ahied Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Trunojoyo Madura Jalan Raya Telang
Lebih terperinciBAB III METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN
BAB III METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN 3.1 KEGIATAN PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan meliputi studi eksperimental laboratorium dan studi literatur terhadap beberapa penelitian yang berkaitan
Lebih terperinciLaporan Praktikum Laboratorium Teknik Material 1 Modul A Uji Tarik
Laporan Praktikum Laboratorium Teknik Material 1 Modul A Uji Tarik oleh : Nama : Catia Julie Aulia NIM : Kelompok : 7 Anggota (NIM) : 1. Conrad Cleave Bonar (13714008) 2. Catia Julie Aulia () 3. Hutomo
Lebih terperinciTUGAS AKHIR. Diajukan sebagai syarat untuk meraih gelar Sarjana Teknik Strata 1 (S-1) Disusun Oleh : Maulana Abidin ( )
TUGAS AKHIR PERENCANAAN SECANT PILE SEBAGAI DINDING PENAHAN TANAH BASEMENT DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM PLAXIS v8.2 (Proyek Apartemen, Jl. Intan Ujung - Jakarta Selatan) Diajukan sebagai syarat untuk meraih
Lebih terperinciSIFAT FISIK TANAH DAN BATUAN. mekanika batuan dan dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu :
REKAYASA TANAH & BATUAN 1 SIFAT FISIK TANAH DAN BATUAN Batuan mempunyai sifat-sifat tertentu yang perlu diketahui dalam mekanika batuan dan dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu : a. Sifat fisik batuan
Lebih terperinciPENGARUH PROSES PEMBASAHAN TERHADAP PARAMETER KUAT GESER c, ϕ DAN ϕ b TANAH LANAU BERPASIR TAK JENUH ABSTRAK
PENGARUH PROSES PEMBASAHAN TERHADAP PARAMETER KUAT GESER c, ϕ DAN ϕ b TANAH LANAU BERPASIR TAK JENUH Mentari Surya Pratiwi NRP : 0921017 Pembimbing : Ir. Asriwiyanti Desiani, M.T. ABSTRAK Pada dasarnya,
Lebih terperinciAnalisa Pemasangan Ekspansi Loop Akibat Terjadinya Upheaval Buckling pada Onshore Pipeline
Sidang Tugas Akhir Analisa Pemasangan Ekspansi Loop Akibat Terjadinya Upheaval Buckling pada Onshore Pipeline HARIONO NRP. 4309 100 103 Dosen Pembimbing : 1. Dr. Ir. Handayanu, M.Sc 2. Yoyok Setyo H.,ST.MT.PhD
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek penulisan tugas akhir ini adalah Perencanaan kemantapan lereng (Slope
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 OBJEK PENULISAN Objek penulisan tugas akhir ini adalah Perencanaan kemantapan lereng (Slope Stability) pada dasar galian basement pada Proyek Gedung Jakarta Pusat. 3.2
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Tujuan Praktikum
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Batuan adalah benda padat yang terbentuk secara alami dan terdiri atas mineralmineral tertentu yang tersusun membentuk kulit bumi. Batuan mempunyai sifat-sifat tertentu
Lebih terperinciUNCONFINED COMPRESSION TEST (UCT) ASTM D
1. LINGKUP Uji kuat tekan bebas dimaksudkan untuk memperoleh kuat geser dari tanah kohesif. 2. DEFINISI Kuat tekan bebas (q u ) adalah harga tegangan aksial maksimum yang dapat ditahan oleh benda uji silindris
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan dibeberapa tempat, sebagai berikut:
III. METODE PENELITIAN A. Tempat Penelitian Penelitian dilakukan dibeberapa tempat, sebagai berikut: 1. Pembuatan kampuh dan proses pengelasan dilakukan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung, 2.
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 KEGIATAN PENELITIAN Kegiatan penelitian yang dilakukan meliputi persiapan contoh tanah uji dan pengujian untuk mendapatkan parameter geser tanah dengan uji Unconfined dan
Lebih terperinciANALISA KESTABILAN LERENG GALIAN AKIBAT GETARAN DINAMIS PADA DAERAH PERTAMBANGAN KAPUR TERBUKA DENGAN BERBAGAI VARIASI PEMBASAHAN PENGERINGAN
25 Juni 2012 ANALISA KESTABILAN LERENG GALIAN AKIBAT GETARAN DINAMIS PADA DAERAH PERTAMBANGAN KAPUR TERBUKA DENGAN BERBAGAI VARIASI PEMBASAHAN PENGERINGAN. (LOKASI: DESA GOSARI KABUPATEN GRESIK, JAWA TIMUR)
Lebih terperinciANALISA PERBANDINGAN PERHITUNGAN DAN HASIL NILAI STIFFNESS E 50 REF MENGGUNAKAN METODE GRAFIK DAN METODE HIPERBOLIK PADA TANAH BERBUTIR HALUS
ANALISA PERBANDINGAN PERHITUNGAN DAN HASIL NILAI STIFFNESS E 50 REF MENGGUNAKAN METODE GRAFIK DAN METODE HIPERBOLIK PADA TANAH BERBUTIR HALUS Serkandi i Gouw Tjie Liong ii i Universitas Bina Nusantara,
Lebih terperinciPERENCANAAN PERKUATAN PONDASI JEMBATAN CABLE STAYED MENADO DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM GROUP 5.0 DAN PLAXIS 3 DIMENSI
PERENCANAAN PERKUATAN PONDASI JEMBATAN CABLE STAYED MENADO DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM GROUP 5.0 DAN PLAXIS 3 DIMENSI TUGAS AKHIR SEBAGAI SALAH SATU SYARAT UNTUK MENYELESAIKAN PENDIDIKAN SARJANA TEKNIK
Lebih terperinciPENGARUH PASIR TERHADAP PENINGKATAN RASIO REDAMAN PADA PERANGKAT KONTROL PASIF (238S)
PENGARUH PASIR TERHADAP PENINGKATAN RASIO REDAMAN PADA PERANGKAT KONTROL PASIF (238S) Daniel Christianto 1, Yuskar Lase 2 dan Yeospitta 3 1 Jurusan Teknik Sipil, Universitas Tarumanagara, Jl. S.Parman
Lebih terperinciGambar 11 Sistem kalibrasi dengan satu sensor.
7 Gambar Sistem kalibrasi dengan satu sensor. Besarnya debit aliran diukur dengan menggunakan wadah ukur. Wadah ukur tersebut di tempatkan pada tempat keluarnya aliran yang kemudian diukur volumenya terhadap
Lebih terperinciBAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN
BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN IV. 1 PERHITUNGAN CORROSION RATE PIPA Berdasarkan Corrosion Rate Qualitative Criteria (NACE RP0775-99), terdapat empat (4) tingkat laju korosi (hilangnya ketebalan per mm/
Lebih terperinciOleh : Fikri Rahmansyah* Dr. Ir. Taufan Marhaendrajana**
IDENTIFIKASI PENGARUH KEDALAMAN PENGUKURAN TEKANAN, SIFAT MINYAK, DAN BATUAN RESERVOIR TERHADAP PENENTUAN JUMLAH MINYAK AWAL di RESERVOIR DENGAN METODE MATERIAL BALANCE Oleh : Fikri Rahmansyah* Dr. Ir.
Lebih terperinciBAB III METODE KAJIAN
24 BAB III METODE KAJIAN 3.1 Persiapan Memasuki tahap persiapan ini disusun hal-hal penting yang harus dilakukan dalam rangka penulisan tugas akhir ini. Adapun tahap persiapan ini meliputi hal-hal sebagai
Lebih terperinciFisika Batuan 2 sks/ MFG 2943
Fisika Batuan 2 sks/ MFG 2943 Fisika Batuan Assesment/ sistem penilaian KONTRAK KERJA/KULIAH 1. Mahasiswa harus hadir minimal 75 % kuliah 2. Hadir tepat waktu, tidak boleh terlambat dari jadwal yang telah
Lebih terperinciBAB 3 METODOLOGI PENGUJIAN
BAB 3 METODOLOGI PENGUJIAN Setiap melakukan penelitian dan pengujian harus melalui beberapa tahapan-tahapan yang ditujukan agar hasil penelitian dan pengujian tersebut sesuai dengan standar yang ada. Caranya
Lebih terperinciTUGAS AKHIR. Diajukan sebagai syarat untuk meraih gelar Sarjana Teknik Strata 1 (S-1) Disusun oleh : TITIK ERNAWATI
TUGAS AKHIR DESAIN TURAP PENAHAN TANAH DENGAN OPTIMASI LETAK DAN DIMENSI PROFIL PADA LOKASI SUNGAI MAHAKAM KALIMANTAN TIMUR MENGGUNAKAN PROGRAM PLAXIS V.8.2 Diajukan sebagai syarat untuk meraih gelar Sarjana
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. Model tabung gas LPG dibuat berdasarkan tabung gas LPG yang digunakan oleh
III. METODE PENELITIAN Model tabung gas LPG dibuat berdasarkan tabung gas LPG yang digunakan oleh rumah tangga yaitu tabung gas 3 kg, dengan data: Tabung 3 kg 1. Temperature -40 sd 60 o C 2. Volume 7.3
Lebih terperinciPENGEMBANGAN KURVA t-z PADA TANAH PASIRAN BERDASARKAN HASIL UJI GESER LANGSUNG DENGAN APLIKASI PADA PONDASI BOR BER-INSTRUMEN. Tesis.
PENGEMBANGAN KURVA t-z PADA TANAH PASIRAN BERDASARKAN HASIL UJI GESER LANGSUNG DENGAN APLIKASI PADA PONDASI BOR BER-INSTRUMEN Tesis Sebagai Salah Satu Syarat untuk Menyelesaikan Program Pendidikan Magister
Lebih terperinciTEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BANDUNG
KORELASI BESAR DIAMETER PONDASI MODEL TIANG PANCANG PIPA TERBUKA TERHADAP KAPASITAS TEKAN DAN TINGGI SUMBAT DALAM TANAH PASIR DENGAN KEPADATAN RELATIF TERTENTU DAVID SULASTRO NRP : 0521018 Pembimbing :
Lebih terperinciPENURUNAN KONSOLIDASI PONDASI TELAPAK PADA TANAH LEMPUNG MENGANDUNG AIR LIMBAH INDUSTRI. Roski R.I. Legrans ABSTRAK
PENURUNAN KONSOLIDASI PONDASI TELAPAK PADA TANAH LEMPUNG MENGANDUNG AIR LIMBAH INDUSTRI Roski R.I. Legrans ABSTRAK Efek samping dari produk yang dihasilkan suatu industri adalah limbah industri. Dalam
Lebih terperinciTRIAKSIAL PADA KONDISI UNCONSOLIDATED-UNDRAINED (ASTM D (1999))
XII. TRIAKSIAL PADA KONDISI UNCONSOLIDATED-UNDRAINED (ASTM D 2850-95 (1999)) I. MAKSUD Maksud percobaan adalah untuk menentukan parameter geser tanah dengan alat triaksial pada kondisi unconsolidated undrained
Lebih terperinciBAB III ANALISA DAN PERHITUNGAN
BAB III ANALISA DAN PERHITUNGAN 3.1. Gaya-gaya Pada Kawat Baja Karbon 0,125 inch Pada dasarnya gaya-gaya yang mempengaruhi umur pemakaian dari kawat baja karbon 0,125 inch dikategorikan menjadi dua jenis,
Lebih terperinciAnalisis Perilaku Timbunan Tanah Pasir Menggunakan Uji Model Fisik
Reka Racana Jurusan Teknik Sipil Itenas Vol. 2 No. 4 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Desember 2016 Analisis Perilaku Timbunan Tanah Pasir Menggunakan Uji Model Fisik FADI MUHAMMAD AKMAL, YUKI
Lebih terperinciBAB III ANALISA DAN PEMBAHASAN
BAB III ANALISA DAN PEMBAHASAN 3.1. Perhitungan Ketebalan Pipa (Thickness) Penentuan ketebalan pipa (thickness) adalah suatu proses dimana akan ditentukan schedule pipa yang akan digunakan. Diameter pipa
Lebih terperinciANALISA SISTEM NODAL DALAM METODE ARTICIAL LIFT
ANALISA SISTEM NODAL DALAM METODE ARTICIAL LIFT Oleh: *)Ganjar Hermadi ABSTRAK Dalam industri migas khususnya bidang teknik produksi, analisa sistem nodal merupakan salah satu metode yang paling sering
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi Lokasi pengambilan sampel tanah berasal dari proyek jembatan pengarengan jalan tol Cinere Jagorawi Sesi II, Depok, Jawa Barat. Untuk pengujian pemodelan matras dan
Lebih terperinciBAB III SISTEM PENGUJIAN
BAB III SISTEM PENGUJIAN 3.1 KONDISI BATAS (BOUNDARY CONDITION) Sebelum memulai penelitian, terlebih dahulu ditentukan kondisi batas yang akan digunakan. Diasumsikan kondisi smoke yang mengalir pada gradien
Lebih terperinciBab VI Model Makroskopis Bonding Antar Lapis Perkerasan Beraspal Hasil Percobaan Direct Shear
Bab VI Model Makroskopis Bonding Antar Lapis Perkerasan Beraspal Hasil Percobaan Direct Shear VI.1 Pengertian Model Makroskopis Bonding Antar Lapis Perkerasan Beraspal Model makroskopis adalah model yang
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. keliatan dan kekuatan yang tinggi. Keliatan atau ductility adalah kemampuan. tarik sebelum terjadi kegagalan (Bowles,1985).
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Baja Bahan konstruksi yang mulai diminati pada masa ini adalah baja. Baja merupakan salah satu bahan konstruksi yang sangat baik. Baja memiliki sifat keliatan dan kekuatan yang
Lebih terperinciSTUDI PENGEMBANGAN RESIN EPOXY DALAM MENGATASI PERMASALAHAN KEPASIRAN DI LAPANGAN MIGAS
STUDI PENGEMBANGAN RESIN EPOXY DALAM MENGATASI PERMASALAHAN KEPASIRAN DI LAPANGAN MIGAS Oleh : Imam Fathoni Rasyid* Pembimbing : Ir. Taufan Marhaendrajana M.Sc, PhD. Sari Produksi pasir adalah salah satu
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan terhadap Bahan Bakar Minyak (BBM) pertama kali muncul pada tahun 1858 ketika minyak mentah ditemukan oleh Edwin L. Drake di Titusville (IATMI SM STT MIGAS
Lebih terperinciDISPLACEMENT PADA BATANG PRISMATIS DENGAN LUAS PENAMPANG BERVARIASI. Mekanika Kekuatan bahan 2 nd and 3 rd session
DISPLACEMENT PADA BATANG PRISMATIS DENGAN LUAS PENAMPANG BERVARIASI Mekanika Kekuatan bahan 2 nd and 3 rd session hadisaputra@live.com Page 1 Contoh Soal : Mekanika Kekuatan bahan 2 nd and 3 rd session
Lebih terperinciPENGARUH TEMPERATUR TERHADAP MODULUS ELASTISITAS DAN ANGKA POISSON BETON ASPAL LAPIS AUS DENGAN BAHAN PENGISI KAPUR
PENGARUH TEMPERATUR TERHADAP MODULUS ELASTISITAS DAN ANGKA POISSON BETON ASPAL LAPIS AUS DENGAN BAHAN PENGISI KAPUR Arselina Wood Ward Wiyono Fakultas Teknik, UNTAD Jln. Soekarno-Hatta KM. 9 Tondo Palu
Lebih terperinciSTUDI PENGARUH JARAK ANTAR TIANG PADA KAPASITAS DUKUNG KELOMPOK TIANG PANCANG (UJI LAPANGAN) ABSTRAK
STUDI PENGARUH JARAK ANTAR TIANG PADA KAPASITAS DUKUNG KELOMPOK TIANG PANCANG (UJI LAPANGAN) Penyusun: Rizal Enggeletti NRP: 0721041 Pembimbing: Hanny Juliany Dani S.T., M.T. ABSTRAK Pondasi tiang pancang
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENGUJIAN
BAB III METODOLOGI PENGUJIAN Percobaan yang dilakukan adalah percobaan dengan kondisi bukan gas penuh dan pengeraman dilakukan bertahap sehingga menyebabkan putaran mesin menjadi berkurang, sehingga nilai
Lebih terperinciBAB 4 DATA HASIL PENGUJIAN
30 BAB 4 DATA HASIL PENGUJIAN Data data hasil penelitian mencakup semua data yang dibutuhkan untuk penentuan laju korosi dari metode metode yang digunakan (kupon, software, dan metal loss). Pengambilan
Lebih terperinciBAB III PROSEDUR ANALISIS
BAB III PROSEDUR ANALISIS Dalam melakukan perencanaan desain, secara umum perhitungan dapat dibagi menjadi 2 yaitu: perencanaan secara manual dan perencanaan dengan bantuan program. Dalam perhitungan secara
Lebih terperinciBAB III METODE PENGUJIAN
BAB III METODE PENGUJIAN Pengujian dilaksanakan seluruhnya di Laboratorium Geomekanika, Program Studi Teknik Pertambangan-ITB. Pengujian meliputi preparasi contoh batuan, uji sifat fisik, uji ultrasonik,
Lebih terperinciSeminar Nasional Cendekiawan 2015 ISSN:
Seminar Nasional Cendekiaan 205 ISSN: 60-8696 Studi Laboratorium Pengaruh Penggunaan Fluida omplesi CaBr 2 Terhadap Sifat Fisik Batuan Sandstone Sintetik Amry Nisfi Febrian, M. G. Sri Wahyuni, Listiana
Lebih terperinciCara uji geser langsung batu
Standar Nasional Indonesia Cara uji geser langsung batu ICS 93.020 Badan Standardisasi Nasional Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin atau menggandakan sebagian atau seluruh isi dokumen
Lebih terperinciDISAIN WAKTU BUKA SUMUR UJI BACK PRESSURE PADA SUMUR MINYAK SEMBUR ALAMI UNTUK MEMBERIKAN HASIL PERMEABILITAS YANG LEBIH AKURAT
JTM Vol. XVI No.4/2009 DISAIN WAKTU BUKA SUMUR UJI BACK PRESSURE PADA SUMUR MINYAK SEMBUR ALAMI UNTUK MEMBERIKAN HASIL PERMEABILITAS YANG LEBIH AKURAT Deddy Surya Wibowo 1, Tutuka Ariadji 1 Sari Metode
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tahap Penjenuhan (Saturation Stage) Tahap Konsolidasi (Consolidation Stage), dan Tahap Penggeseran (Shear Stage)
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Triaxial adalah salah satu metode pengujian yang bertujuan untuk mencari engineering properties tanah yang terdiri dari parameter c (kohesi) dan ϕ (sudut geser dalam).
Lebih terperinciC iklm = sebagai tensor elastisitas
Teori elastisitas menjadi dasar pokok untuk mendiskripsikan perambatan gelombang elastik. Tensor stress σ ik dan tensor strain ε ik dihubungkan oleh persamaan keadaan untuk suatu medium. Pada material
Lebih terperinciANALISIS PENGARUH RAKE ANGLE TERHADAP DISTRIBUSI TEGANGAN PADA EXCAVATOR BUCKET TEETH MENGGUNAKAN METODE ELEMEN HINGGA
C.7 ANALISIS PENGARUH RAKE ANGLE TERHADAP DISTRIBUSI TEGANGAN PADA EXCAVATOR BUCKET TEETH MENGGUNAKAN METODE ELEMEN HINGGA Sumar Hadi Suryo 1, Hendrawan Surya Hadijaya 2, Moch. Fihki Fahrizal 3 Department
Lebih terperinciUJI GESER LANGSUNG (DIRECT SHEAR TEST) ASTM D
1. LINGKUP Pedoman ini mencakup metode pengukuran kuat geser tanah menggunakan uji geser langsung UU. Interpretasi kuat geser dengan cara ini bersifat langsung sehingga tidak dibahas secara rinci. 2. DEFINISI
Lebih terperinciTUGAS AKHIR PIPELINE STRESS ANALYSIS TERHADAP TEGANGAN IJIN PADA PIPA GAS ONSHORE DARI TIE-IN SUBAN#13 KE SUBAN#2 DENGAN PENDEKATAN CAESAR II
TUGAS AKHIR PIPELINE STRESS ANALYSIS TERHADAP TEGANGAN IJIN PADA PIPA GAS ONSHORE DARI TIE-IN SUBAN#13 KE SUBAN#2 DENGAN PENDEKATAN CAESAR II Diajukan sebagai syarat untuk meraih gelar Sarjana Teknik Strata
Lebih terperinciLAMPIRAN 1 DIAGRAM PENGARUH R. E. FADUM (1948) UNTUK NAVFAC KASUS 1. Universitas Kristen Maranatha
LAMPIRAN 1 DIAGRAM PENGARUH R. E. FADUM (1948) UNTUK NAVFAC KASUS 1 93 LAMPIRAN 2 DIAGRAM PENGARUH R. E. FADUM (1948) UNTUK EC7 DA1 C1 (UNDRAINED) 94 LAMPIRAN 3 DIAGRAM PENGARUH R. E. FADUM (1948) UNTUK
Lebih terperinciCara uji modulus elastisitas batu dengan tekanan sumbu tunggal
Standar Nasional Indonesia Cara uji modulus elastisitas batu dengan tekanan sumbu tunggal ICS 93.010 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Halaman Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup... 1 2
Lebih terperinciSTUDI KOMPARASI KONVERSI MODULUS YOUNG DINAMIK KE STATIK PADA BATUPASIR DAN BATUGAMPING
STUDI KOMPARASI KONVERSI MODULUS YOUNG DINAMIK KE STATIK PADA BATUPASIR DAN BATUGAMPING Mochammad Ahied Program Studi Pendidikan IPA, Universitas Trunojoyo Madura Jl. Raya Telang Po Box 2 Kamal 69162 E-mail:
Lebih terperinciMETODOLOGI PENELITIAN
III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mekanika Struktur Jurusan Teknik Mesin Universitas Lampung. Penelitian ini dilaksanakan mulai dari bulan
Lebih terperinciAnalisis Model Fisik dan Model Numerik pada Daya Dukung Fondasi Lingkaran di Atas Tanah Lunak
Reka Racana Jurusan Teknik Sipil Itenas No. 2 Vol. 3 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Juni 2017 Analisis Model Fisik dan Model Numerik pada Daya Dukung Fondasi Lingkaran di Atas Tanah Lunak DEVY
Lebih terperinci