BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. objek dengan menggunakan jari tangan. Pada usia 4 tahun, koordinasi gerakan motorik halus

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. objek dengan menggunakan jari tangan. Pada usia 4 tahun, koordinasi gerakan motorik halus"

Transkripsi

1 BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1. Kajian Teoretis Hakekat Motorik Halus Pada hakekatnya, motorik halus pada anak usia dini adalah ditekankan pada koordinasi gerakan motorik halus dalam hal ini berkaitan dengan kegiatan meletakkan atau memegang suatu objek dengan menggunakan jari tangan. Pada usia 4 tahun, koordinasi gerakan motorik halus anak sangat berkembang bahkan hampir sempurna. Dengan motorik halus memberikan kesempatan pada peserta didik untuk menghubungkan pengetahuan yang sudah diketahui dengan pengetahuan baru yang diperolehnya, dan perkembangan motorik halus merupakan salah satu kemampuan dan potensi pada setiap anak didik agar potensi kemampuan tersebut dapat bekembang secara optimal maka perlu diberikan dasar-dasar keterampilan melalui latihan pembinaan hal ini juga dilaksanakan pada kemampuan dasar seperti menulis, daya cipta, daya pikir, imajinasi, dan jasmani yang ditunjang oleh sarana dan prasarana yang memadai. Dengan motorik halus juga anak didik dapat berolah tangan, dengan menggunakan media kreatif tersebut. Anak dapat melaksanakan kegiatan yang dapat melatih otot-otot tangan termasuk koordinasi mata. Pilaran dan tangannya sehingga anak dapat melatih 10 otot-otot tangan termasuk koordinasi mata, pikiran, dan tangannya sehingga anak, memperoleh keterampilan untuk perkembangan selanjutnya Pengertian Kemampuan Motorik Halus Kemampuan motorik halus 9 adalah kemampuan minimum dalam bidang atau aspek pengembangan tertentu yang harus dapat dilakukan atau ditampilkan oleh peserta didik, sehingga

2 yang menjadi standar atau ditampilkan untuk satu bidang atau aspek pengembangan yang saling berkaitan. Motorik dalam istilah Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdiknas, 2005: 756) berkaitan dengan Penggerak. Sehingga pada anak kemampuan motorik sangat dibutuhkan dalam proses berkembangnya anak. Muis (2008:6) mengemukakan bahwa: Kemampuan motorik halus (fine motor skills) merupakan gerakan yang dilakukan hanya melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu saja dan dilakukan oleh otot-otot kecil, tidak memerlukan tenaga tetapi membutuhkan koordinasi yang cermat seperti: koordinasi mata, tenaga dan tangan. Kontrol motorik halus pada tahap yang paling awal masih berupa genggaman yang bersifat refleks. Gerakan ini kemudian akan menjadi lebih terkoordinasi dan lebih baik seiring dengan meningkatnya usia dan pengalaman. Menurut Holts (2009:10), kemampuan motorik anak dikatakan terlambat bila di usianya yang seharusnya dapat mengembangkan keterampilan baru tetapi ia tidak menunjukkan kemajuan terlebih jika sampai memasuki usia sekolah 6 tahun. Anak belum dapat menggunakan alat tulis dengan baik dan benar anak-anak yang mengalami keterlambatan dalam perkembangan 11 motorik halus mengalami kesulitan untk mengoordinasikan gerakan tangan dan jemari-jemarinya secara fleksibel. Proses tumbuh kembang kemampuan gerak seorang anak disebut perkembangan motorik. Perkembangan motorik anak pada dasarnya tumbuh berkembang sejalan dengan kematangan pada saraf dan otot anak. Menurut Endah (2008:12) bahwa Motorik merupakan perkembangan pengendalian gerakan tubuh melalui kegiatan yang terkoordinir antara susunan saraf, otot, otak, dan spinal cord. Kemampuan motorik ini pada dasarnya berkembang sejalan dengan kematangan saraf dan otot, sehingga dapat dikatakan, setiap gerakan yang dilakukan seorang anak, sesederhana

3 apapun, sebenarnya merupakan hasil pola interaksi yang kompleks dari berbagai bagian dan sistem dalam tubuh yang di montrol oleh otak, karena proses kemantangan masing-masing anak tidak selalu sama, maka laju perkembangan antara anak satu dengan yang lainnya bisa saja berbeda. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kemampuan motorik halus adalah kemampuan anak yang melibatkan gerak otot-otot kecil antara lain meliputi: mencoret, menulis, memegang. Oleh karena itu dalam kemampuan motorik halus yang digunakan adalah sekelompok otot-otot kecil seperti: jari-jari, tangan, lengan, dan seringkali membutuhkan kecermatan antara koordinasi mata dengan tangan. Kemampuan yang mesti melekat pada anak dalam mengembangkan motorik halus adalah harus cermat dan teliti. 12 Dalam penelitian ini, kemampuan motorik halus dimaksudkan dengan kemampuan anak dalam mengkoordinasikan jari-jari tangannya dengan cara membuat garis dengan menggunakan buku strimin. Dimana dapat membuat garis tegak maupun mendatar serta bentuk-bentuk garis lain untuk dapat melatih fisik motorik halusnya. Sekalipun kemampuan motorik, khususnya motorik halus berkembang sejalan dengan kematangan syarat dan otot, tetapi bagaimana pun juga, ini harus dipelajari. Subagio, dkk (2002: 13) mengemukakan ada beberapa syarat penting dalam mempelajari keterampilan motorik yaitu: a. Kesiapan Belajar Apabila pembelajaran itu dikaitkan dengan kesiapan belajar maka, kemampuan yang dipelajari dengan waktu dan usaha yang sama oleh anak yang sudah siap dibandingkan oleh anak yang belum siap untuk belajar baik secara fisik maupun psikologis. b. Kesempatan Belajar

4 Banyak anak yang tidak berkesempatan untuk mempelajari motorik karena hidupnya dalam lingkungan yang tidak menyediakan kesempatan belajar karena orang tua takut hal yang demikian akan melukai anaknya. Dimana sebagai anak tidak berkesempatan belajar karena orang tua terlalu protektif atau tinggal di lingkungan yang tidak memberi kesempatan anak untuk belajar. c. Kesempatan Berlatih Anak harus diberi kesempatan untuk berlatih sebanyak yang diperlukan untuk menguasai suatu kemampuan meskipun demikian kualitas berlatih jauh lebih penting dibandingkan 13 kuantitasnya. d. Model yang baik Meniru suatu model dalam kemampuan motorik halus dicontohkan dengan baik karena berkaitan dengan gerakan tangan sehingga contoh model yang dilihat anak adalah model yang baik dan benar. e. Bimbingan Untuk dapat meniru model dengan betul, anak membutuhkan bimbingan juga membantu untuk membetulkan suatu kesalahan sebelum kesalahan tersebut terlanjur dipelajari dengan baik sehingga sulit dibetulkan kembali. f. Motivasi Motivasi belajar penting untuk mempertahankan minat dari ketertinggalan untuk mempelajari kemampuan, sumber motivasi umum adalah kepuasan pribadi yang diperoleh anak dari kegiatan tersebut. Kemandirian, dan rasa malu yang diperoleh dari kelompok sebayanya, serta kompetensi terhadap perasaan kurang mampu dalam bidang lain khususnya

5 dalam tugas-tugasnya. Setiap kemampuan harus dipelajari secara khusus, karena setiap jenis kemampuan mempunyai perbedaan tertentu. g. Harus dipelajari secara individu Tidak ada hal-hal yang sifatnya umum perihal kemampuan tangan dan kemampuan kaki melainkan setiap jenis kemampuan mempunyai perbedaan tertentu sehingga harus dipelajari secara individu. h. Setiap kemampuan harus dipelajari satu demi satu 14 Mempelajari kemampuan motorik halus diberikan bertahap tidak dengan secara bersamaan apabila anak mencoba mempelajari berbagai macam kemampuan motorik secara serempak, khususnya menggunakan kumpulan otot yang sama akan membingungkan anak dan akan menghasilkan kemampuan motorik halus yang jelek serta merupakan pemborosan waktu dan tenaga. Jika suatu kemampuan sudah dikuasai maka kemampuan lain dapat dipelajari tanpa menimbulkan kebingungan. Dalam mempelajari motorik menurut Diana (2009 : 8-9) ada tiga tahapan dalam belajar motorik yang dapat diterapkan pada anak usia dini : a. Tahap Verbal Kognitif Tahap ini merupakan tahap awal dalam belajar gerak, tahap ini disebut tahap kognitif karena perkembangan yang menonjol terjadi pada diri anak adalah menjadi tahu tentang gerakan yang dipelajari sedangkan penguasaan geraknya masih belum baik karena masih tarap mencoba-coba. Pada tahap kognitif proses belajar gerak diawali dengan aktif berfikir tentang gerakan yang dipelajari. Anak akan belajar gerak berusaha mengetahui dan memahami gerakan dan informasi yang diterima. Informasi yang diterima bisa bersifat Verbal atau visual. Informasi verbal adalah informasi yang

6 berbentuk penjelasan dengan menggunakan kata-kata, sedangkan informasi visual adalah informasi yang dapat dilihat oleh anak, informasi ini dapat berubah. Contoh gerakan atau gambar gerakan hal ini berarti informasi verbal dan visual sangat berperan pada anak belajar motorik verbal kognitif. 15 b. Tahap Asosiatif Pada tahap perkembangan anak usia dini sedang memasuki masa pemahaman dari gerak-gerak yang sudah dipelajarinya. Tahap ini disebut juga tahap menengah dimana dengan tingkat penguasaan gerakan dimana anak sudah mampu melakukan gerakangerakan dalam bentuk rangkaian yang tidak tersendat-sendat pelaksanaannya. Pada fase ini merangkaikan bagian-bagian gerakan menjadi rangkaian gerakan secara terpadu merupakan unsur penting untuk menguasai berbagai gerakan kemampuan motorik. Setelah rangkaian-rangkaian gerakan bisa dilakukan dengan baik maka anak segera bisa dikatakan memasuki belajar yang disebut tahap otomasi. c. Tahap Automasi Pada tahap ini anak usia dini sudah dapat melakukan gerakan dengan benar dan baik. Pada tahap ini dikatakan sebagai fase akhir dalam belajar gerak tangan. Tahap ini ditandai dengan tingkat penguasaan gerakan dimana anak mampu melakukan gerakan secara otomatis. Hidayat (2003:22) mengemukakan bahwa dalam meningkatkan kemampuan motorik, khususnya keterampilan motorik halus diperlukan hal sebagai berikut: a. Mengalami

7 16 Anak harus memiliki keterampilan dasar lebih dahulu sebelum ia mampu memadukannya dengan kegiatan motorik yang lebih kompleks. Usia TK merupakan usia emas (Golden age) (Depdiknas 2007:10). Untuk menerima rangsangan yang hanya datang sekali dan tidak dapat di ulang-ulang sekaligus fase yang sangat menentukan untuk mengembangkan kualitas manusia selanjutnya maka kemampuan motorik halus perlu ditingkatkan sejak dini untuk mempersiapkan diri memasuki sekolah dasar dengan lebih baik. Mengingat anak belajar dari yang sederhana ke yang kompleks, dari yang konkrit ke abstrak, dari yang non verbal ke yang verbal, dari diri sendiri ke sosial. Disamping itu setiap anak adalah unik, mereka tumbuh dan berkembang dari kemampuan, kebutuhan, keinginan, pengalaman dan latar belakang keluarga yang berbeda (Depdiknas, 2008: 5). b. Mengingat Keterampilan mengingat merupakan hal penting bagi anak dalam memperoleh keterampilan dasar. Sebagai pendidik harus memahami bagaimana memotivasi anak untuk selalu mengingat apa yang dipelajarinya. Munandar (2001: 85), mengemukakan bahwa fungsi motivasi ada tiga jenis yaitu: 1. Mendorong anak untuk berbuat, jadi guru sebagai penggerak yang melepaskan energi motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan. 2. Menentukan arah perbuatan, dengan mengetahui fungsi motivasi ini maka guru mengetahui ke arah mana motivasi ini akan di bawah dan tujuan apa yang hendak dicapai. 3. Menyeleksi perbuatan, sebelum melakukan motivasi guru senantiasa telah mengetahui perbuatan yang hendak dikerjakan guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

8 17 c. Berlatih Pengembangan keterampilan motorik memerlukan berbagai latihan, karena itu perlu mendapat kesempatan untuk berlatih. Latihan merupakan proses untuk mengulang pengetahuan yang telah diberikan, agar apa yang dipelajari itu benar-benar dimiliki anak dan siap untuk digunakan. Motorik halus anak ditaman kanak-kanak ditekankan pada koordinasi gerakan motorik halus dalam hal ini berkaitan dengan kegiatan meletakkan atau memegang suatu objek dengan menggunakan jari tangan. Pada usia 4 tahun gerakan motorik halus anak sangat berkembang bahkan hampir sempurna walaupun demikian anak usia ini masih mengalami kesulitan dalam menggerakkan jari tangannya hal ini disebabkan kurangnya latihan sejak dini. Pada usia 5 atau 6 tahun gerakan motorik halus akan lebih berkembang, pada masa ini anak telah mampu mengkoordinasikan fisual motorik separti mengkoordinasikan gerakan mata dengan tangan dan lengan. Mengingat kemampuan motorik halus anak sangat penting maka diperlukan kegiatan yang lebih ditingkatkan dapat memberikan kesenangan pada anak memupuk jiwa kreatif serta merupakan dasar bagi keterampilan yang lainnya (menurut Rachmawati dkk 2003:12). Bahwa dengan potensi kreaktivitas maka anak akan senantiasa membutuhkan aktivitas yang syaratsyarat dan ide-ide kreaktif. 18 Dalam hal ini diperlukan adanya alat bantu untuk dapat menarik perhatian anak terhadap apa yang dipelajarinya, sehingga mereka dapat mengamati/melihat dengan jelas, mencapai atau memiliki pengertian, dan memperoleh kesan yang positif dari apa yang dipelajarinya. Dalam mengembangkan kemampuan motorik halus pada anak umumnya kemampuan

9 tangan dapat lebih cepat dikuasai anak ketimbang kemampuan lainnya karena kemampuan tangan lebih bermanfaat. Oleh karena anak-anak lebih banyak meluangkan waktu dan energinya untuk mempelajari segala sesuatu yang berkaitan dengan kemampuan tangan. Sehingga kemampuan motorik halus pada anak juga dapat dipakai untuk mengukur taraf inteligensi anak. Penelitian ini juga bisa kita lihat pada proses pembelajaran pada saat anak menerima tugas individual. Dimana guru TK harus mampu memberikan layanan yang dirancang untuk pembelajaran individual guna melihat kemampuan anak itu sendiri, dengan melalui tahapan penting. Tahapan itu meliputi : a. Mengidentifikasi kemampuan motorik halus anak secara individu terutama pada cara memegang pensil yang benar pada saat membuat berbagai bentuk garis. b. Meningkatkan kemampuan motorik halus yang dimiliki anak pada saat membuat bentuk garis dengan menggunakan media kertas strimin. c. Memberikan kegiatan pengulangan terhadap hasil yang masih perlu mendapat petunjuk dari guru Tujuan Kemampuan Motorik Halus 19 Kemampuan motorik halus pada anak bertujuan agar anak dapat menggerakan jari-jari tangannya dengan benar dan tidak kaku pada saat mengerjakan tugas. Mengingat kemampuan motorik halus anak sangat penting maka diperlukan kegiatan yang lebih ditingkatkan lagi dapat memberikan kesenangan pada anak, memupuk jiwa kreatif serta merupakan dasar bagi kemampuan yang lainnya. Menurut Rachmawati dkk (2008), bahwa dengan potensi kemampuan motorik maka anak akan senantiasa dapat beraktivitas sesuai dengan imajinasi dengan ide-ide kreatif.

10 Seorang anak harus mampu melakukan tugas-tugas perkembangan yang oleh lingkungan sosial diharapkan dapat dilaksanakan pada masa perkembangan tersebut, dan agar ia tidak mengalami kesulitan dalam melakukan tugas-tugas pada tahap perkembangan berikutnya. Serta bermanfaat bagi anak itu sendiri, sehingganya anak akan terbiasa memegang pensil dengan cara yang benar. Kegiatan pembelajaran pada anak usia dini, menurut Sujiono (2009: 138), pada dasarnya adalah pengembangan kurikulum secara konkret berupa seperangkat rencana yang berisi sejumlah pengalaman belajar yang diberikan pada anak usia dini berdasarkan potensi dan tugas perkembangan yang harus dikuasainya dalam rangka pencapaian kompetensi yang harus dimilikinya sejak dini. Pembelajaran yang berorientasi pada perkembangan mengacu pada tiga hal penting, yaitu : 1. Berorientasi pada usia yang tepat 2. Berorientasi pada individu yang tepat, dan Berorientasi pada konteks sosial budaya (Masitoh dkk., 2005: 3.12). Salah satu tugas perkembangan anak prasekolah adalah mengembangkan kemampuan motorik anak sebagai dasar dalam mengembangkan kemampuannya dalam melakukan berbagai gerakan tangan. Perkembangan motorik beriringan dengan proses pertumbuhan secara genetis atau kematangan fisik anak, Motor development comes about through the unfolding of a genetic plan or maturation (Santrock, 2007:21). Dengan demikian, keberhasilan pelaksanaan motorik anak banyak ditentukan oleh faktor guru, pengasuh, pembimbing, orang tua anak, serta sarana dan prasarana yang tersedia Fungsi Perkembangan Kemampuan Motorik Halus

11 Perkembangan motorik merupakan proses tumbuh kembang kemampuan gerak seorang anak melalui kegiatan pusat saraf, urat saraf dan otot yang terkoordinasi. Martuti (2008: 41) mengemukakan bahwa anak prasekolah sekitar usia 1 tahun senang memainkan pensil untuk membuat coretan-coteran yang secara tidak langsung ia belajar melakukan gerakan-gerakan motorik halus untuk menulis. Pada usia sekitar 2 tahun ia sudah dapat membuat coretan benang kusut. Usia sekitar 3 tahun berhasil membuat garis lengkung. Usia sekitar 4 sampai 5 tahun anak mulai belajar menggambar bentuk-bentuk tertentu yang biasanya merupakan gabungan dari bentuk geometris semisal: gambar rumah, mobil, orang dan lain-lain dengan menggunakan otot-otot halus/kecil, seperti: menulis, meremas, dan menggenggam Prinsip Kemampuan Motorik Halus Anak Prinsip utama perkembangan motorik adalah kematangan uratan, motivasi pengalaman dan latihan atau praktek. Kegiatan ini diperlukan untuk meningkatkan kemampuan motorik halus dalam hal ini berkaitan dengan kegiatan meletakkan atau memegang suatu objek dengan menggunakan jari tangan pada usia 4 tahun koordinasi gerakan motorik halus anak sangat berkembang bahkan hampir sempurna walaupun demikian masih mengalami kesulitan. Dari berbagai studi yang dilakukan, terdapat lima prinsip perkembangan motorik, sebagaimana yang dikemukakan oleh Sunjoyo (2006:11) yaitu sebagai berikut: a. Perkembangan motorik bergantung pada kematangan otot dan syaraf Gerakan terampil belum dapat dikuasai sebelum mekanisme otot anak berkembang. Selama masa kanak-kanak otot berbelang (stripedmuscle) Striated muscle yang

12 mengendalikan gerakan sukarela berkembang dalam laju yang agak lambat. Sebelum anak cukup matang tidak mungkin ada tindakan sukarela yang terkoordinasi. Masa lima tahun pertama adalah masa emas bagi perkembangan motorik anak, karena pada usia ini badan anak masih begitu lentur dan mudah diarahkan. Dengan keterampilan motorik ini berkembang sejalan dengan kematangan otot saraf, karena setiap gerakan yang dilakukan seorang anak sesederhana apapun, merupakan hasil pola interaksi yang kompleks dari berbagai bagian dan sistem dalam tubuh 22 yang dikontrol oleh otak. b. Belajar keterampilan motorik tidak terjadi sebelum anak matang Sebelum sistem syaraf dan otot berkembang dengan baik, upaya untuk mengajarkan gerakan terampil bagi anak akan sia-sia, karena upaya tersebut diprakarsai oleh anak sendiri. c. Dimungkinkan menentukan norma perkembangan motorik Perkembangan motorik umur rata-rata dimungkinkan untuk menentukan norma bentuk kegiatan motorik. Norma tersebut dapat digunakan sebagai petunjuk yang memungkinkan orang tua dan orang lain untuk mengetahui apa yang dapat diharapkan dan pada umur berapa hal itu dapat diharapkan dari anak. d. Perbedaan individu dalam laju perkembangan motorik Laju perkembangan motorik setiap anak berbeda, karena proses kematangan masingmasing anak tidak selalu sama. Hal ini dipengaruhi umur pada waktu perbedaan individu tersebut mencapai tahap yang berbeda. Seperti ada anak yang sudah bisa membuat coretancoretan yang belum terarah tetapi mempunyai makna.

13 Prinsip perkembangan motorik anak pra sekolah adalah terjadinya suatu perubahan, baik psikis maupun mental, sesuai dengan masa pertumbuhan dan perkembangan. Walaupun perkembangan motorik sangat dipengaruhi oleh gizi dan status kesehatan anak, perlakuan motorik yang sesuai dengan masa pertumbuhan dan perkembangannya, menjadi 23 kunci dalam membangun karakteristik anak yang bersifat menyeluruh Peran Guru dalam Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Anak Menurut Depdiknas (2006:1) mengemukakan bahwa peran guru dalam meningkatkan keterampilan motorik halus anak adalah sebagai berikut: a. Bimbingan yakni untuk dapat meniru suatu model anak membutuhkan bimbingan. Dengan bimbingan membantu anak membetulkan sesuatu kesalahan sebelum kesalahan tersebut terlanjur dipelajari dengan baik sehingga sulit dibetulkan kembali. b. Motivasi yakni motivasi belajar untuk mempertahankan minat dari ketertinggalan. Beberapa macam teknik untuk meningkatkan motivasi anak usia dini yakni: 1. Memberikan pujian terhadap hasil yang telah dilakukan oleh anak dan menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan. Hal ini dilakukan agar anak mempunyai rasa percaya diri dan mampu melakukannya dengan baik. Memberikan dorongan semangat. Setiap pembetulan gerak yang diberikan harus bersifat membangun, evaluasi harus dilaksanakan secara objektif. 2. Memberikan petunjuk dan pengertian tentang manfaat kegiatan yang sedang dilakukan. Dengan menggunakan ungkapan (bahasa yang mudah dipahami oleh anak. 3. Perilaku positif pembimbing atau guru yang baik hal ini akan memotivasi anak untuk berprilaku positif.

14 24 Fasilitas dan alat-alat pendukung guru dalam meningkatkan kemampuan motorik halus anak juga harus disediakan. Sebab tanpa itu pembelajaran dengan menggunakan kertas strimin melalui metode pemberian tugas tidak akan dapat dilaksanakan. Agar proses untuk meningkatkan kemampuan motorik halus anak dapat dikerjakan denagan baik dan benar, maka perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut : a. Memberikan petunjuk kepada anak didik tentang cara pengerjaan tugas tersebut. b. Fokus terhadap tugas yang diberikan guru. c. Bertanya kepada guru tentang kesulitan tugas yang dikerjakan oleh anak. Dalam meningkatkan kemampuan motorik halus anak, seorang pendidik harus selalu memperhatikan tugas yang dikerjakan oleh anak, dan tetap berdiri diantara anak-anak itu sendiri, karena dengan demikian kontak atau interaksi antara pendidik dan anak-anak dapat diketahui langsung oleh pendidik itu sendiri. Menurut Subagiyo (2002:19) yang perlu diperhatikan oleh pendidik dalam melaksanakan kegiatan pengembangan motorik agar dapat dipertanggung jawabkan dan keberhasilannya perlu memenuhi syarat-syarat : a. Bahan kegiatan harus sesuai dengan tujuan pengembangan dan harus selalu disesuaikan dengan karakteristik perkembangan dan keterlibatan anak usia dini. b. Jelaskan secara singkat dan terang tentang apa yang harus dikerjakan anak. 25 c. Tentukan kebutuhan anak-anak atas dasar kemampuan dan pengalaman yang telah dimilikinya. d. Tunjukkan atau berikan demontrasi yang benar dalam melakukan kegiatan-kegiatan. e. Berikan koreksi terhadap pelaksanaan yang salah, tunjukkan pelaksanaan yang benar. Berikan kesempatan berpraktik atau berlatih yang cukup sesuai dengan taraf perkembangan

15 fisik anak usia dini sampai mereka menguasai keterampilan tersebut. f. Mengulang secara teratur bentuk-bentuk kegiatan yang telah dilaksanakan, sehingga bentukbentuk gerakan tetap dapat dikuasai. Dan tambahlah dengan hal-hal baru. g. Kegiatan pengembangan harus berjalan dalam suasana gembira dan menyenangkan. h. Usahakan agar anak-anak mempunyai cita-cita yang tinggi. i. Adakan analisa bagi anak-anak yang kurang berhasil. j. Bekerja dengan prinsip mengikut sertakan anak-anak secara keseluruhan (sebanyak mungkin). Buat mereka sibuk, senang dan bermanfaat Pengertian Kertas Strimin Kertas strimin merupakan media yang dapat digunakan dalam pembelajaran di TK. Kertas strimin dikatakan sebagai media belajar, karena media ini dapat meningkatkan keinginan dan minat belajar yang baru pada anak. Dengan menggunakan media, horizon pengalaman anak semakin luas, persepsi semakin tazam, dan konsep-konsep dengan sendirinya semakin lengkap, sehingga keinginan dan minat baru untuk belajar selalu timbul (Santoso, 2002:14). 26 Depdiknas (2002:21) mengemukakan yang dimaksud dengan kertas strimin adalah kertas yang memiliki garis-garis tegak lurus atau sama satu dengan yang lainnya, yang membentuk kotak-kotak. Dari batasan pengertian tersebut dapat dikatakan bahwa kertas strimin adalah kertas yang memiliki garis-garis tegak lurus satu sama lain, sehingga membentuk kotak-kotak kecil. Dengan demikian yang dimaksud dengan penggunaan kertas strimin untuk meningkatkan keterampilan motorik halus pada anak adalah pemakaian atau meningkatkan keterampilan motorik halus pada anak adalah pemakaian atau pemanfaatan kertas yang memiliki garis-garis tegak lurus satu sama lain, sehingga membentuk kotak-kotak, sebagai usaha dengan sungguh-

16 sungguh agar terjadi perubahan yang baik pada kemampuan anak dalam mengkoordinasikan jarijari tangannya dalam melakukan aktivitas yang banyak membutuhkan konsentrasi atau kerjasama, telinga dan otak anak. Terkait dengan peningkatan keterampilan motorik halus anak melalui penggunaan kertas strimin adalah merupakan usaha atau cara yang dilakukan guru untuk meningkatkan kemampuan anak dalam mengkoordinasikan jari-jari tangan dengan menggunakan atau memakai kertas strimin. Peningkatan keterampilan motorik halus anak melalui penggunaan kertas strimin ini bertujuan untuk mengembangkan kemampuan dalam kegiatan menggabungkan dan merangkai bangun-bangun datar, membuat garis-garis tegak, miring dan kegiatan pengembangan 27 kreativitas lainnya (Direktorat PADU, 2002:25). a. Pengertian Media Secara etimologis media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah berarti tengah, perantara atau pengantar. Dalam bahasa Arab, media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan (Arsyad, 2003:3). Gerlach dan Ely (dalam Arsyad, 2006:3) mengatakan bahwa media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan atau sikap. Secara lebih khusus, pengertian media dalam proses belajar mengajar cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis, memproses, dan menyusun kembali visual atau verbal. Maka media dapat diartikan sebagai alat untuk menyampaikan tujuan yang ingin dicapai dalam proses belajar-mengajar. b. Batasan Media Dari definisi diatas tentang media, maka kita dapat menggunakan semua media yang ada kapan saja dan dimana saja. Tapi yang harus diperhatikan bahwa kekuatan media ini

17 sungguh sangat luar biasa dalam membentuk karakter manusia. Oleh karenanya diperlukan batasan-batasan yang jelas tentang media, Azhar Arsyad (2003:6-7) mengemukakan batasan terhadap media, yakni: 1. Media pendidikan memiliki pengertian fisik yang dewasa ini dikenal sebagai hardware (perangkat keras) yaitu sesuatu benda yang dapat dilihat, didengar, atau diraba dengan panca indera. 2. Media pendidikan memiliki pengertian non-fisik yang dikenal sebagai 28 software (perangkat lunak) yaitu kandungan pesan yang terdapat dalam perangkat keras yang merupakan isi yang ingin disampaikan kepada anak didik. 3. Media pendidikan memiliki pengertian dan alat bantu pada proses belajar baik di dalam maupun di luar kelas. 4. Media pendidikan digunakan dalam rangka komunikasi dan interaksi guru dan anak didik dalam proses pembelajaran. c. Kriteria Pemilihan Media Dalam Proses Belajar Begitu banyaknya media yang dapat dijadikan oleh guru dalam kegiatan belajarmengajar, maka guru harus menyesuaikan media yang akan digunakan dengan materi yang akan diberikan. Azhar Arsyad (2003:70-72) mengemukakan bahwa dari segi teori beiajar, berbagai kondisi dan prinsip-prinsip psikologis yang perlu mendapatkan pertimbangan dalam pemilihan dan penggunaan media yakni sebagai berikut: 1. Motivasi Harus ada kebutuhan, minat, atau keinginan untuk belajar dari pihak anak didik sebelum meminta perhatiannya untuk mengerjakan tugas dan latihan. Lagi pula, pengalaman yang akan dialami anak didik harus relevan dengan dan bermakna baginya. Oleh karena

18 itu, perlu untuk melahirkan minat itu dengan perlakuan yang memotivasi dari informasi yang terkandung dalam media pengajaran itu. 2. Perbedaan Individual Anak didik belajar dengan cara dan tingkat kecepatan yang berbeda-beda. 29 Faktor-faktor seperti kemampuan intelejensia, tingkat pendidikan, kepribadian, dan gaya belajar mempengaruhi kemampuan dan kesiapan siswa untuk belajar. Tingkat kecepatan penyajian informasi melalui media harus berdasarkan kepada tingkat pemahaman. 3. Tujuan Pembelajaran Jika anak didik diberitahukan apa yang diharapkan mereka pelajari melalui media pengajaran itu, kesempatan untuk berhasil dalam pembelajaran semakin besar. Disamping itu pernyataan mengenai tujuan belajar yang ingin dicapai dapat menolong perancang dan penulis materi pelajaran. Tujuan itu akan menentukan bagian isi mana yang harus mendapatkan perhatian pokok dalam media pengajaran. 4. Organisasi Isi Pembelajaran akan lebih mudah jika isi dan prosedur atau keterampilan fisik yang akan dipelajari diatur dan diorganisasikan ke dalam urutan-urutan yang bermakna. Anak akan memahami dan mengingat lebih lama materi pelajaran yang secara logis disusun dan diurut-urutkan secara teratur. Disamping itu, tingkatan materi yang akan disajikan ditetapkan berdasarkan kompleksitas dan tingkat kesulitan isi materi. Dengan cara seperti ini, dalam pengembangan dan penggunaan media, anak didik dapat dibantu untuk secara lebih baik mensitesis dan memadukan pengetahuan yang akan dipelajari. 5. Persiapan Sebelum Belajar Anak didik sebaiknya telah menguasai secara baik pelajaran dasar atau memiliki

19 30 pengalaman yang diperlukan secara memadai yang mungkin merupakan prasyarat untuk penggunaan media dengan sukses. Dengan kata lain, ketika merancang materi pembelajaran, perhatian harus ditujukkan kepada sifat dan tingkat persiapan siswa. 6. Emosi Pembelajaran yang melibatkan emosi dan perasaan pribadi serta kecakapan amat berpengaruh dan bertahan. Media pengajaran adalah cara yang sangat baik untuk menghasilkan respons emosional seperti takut, cemas, empati, cinta kasih, dan kesenangan. Oleh karena itu, perhatian khusus harus ditujukan kepada elemen-elemen rancangan media jika hasil yang diinginkan berkaitan dengan pengetahuan dan sikap. 7. Partisipasi Agar pembelajaran berlangsung dengan baik, seorang anak harus menginternalisasi informasi, tidak sekedar diberitahukan kepadanya. Oleh sebab itu, belajar memerankan kegiatan. Partisipasi aktif oleh anak jauh lebih baik daripada mendengarkan dan menonton secara pasif. Partisipasi artinya kegiatan mental atau fisik yang terjadi di selasela penyajian materi pelajaran. Dengan partisipasi kesempatan lebih besar terbuka bagi siswa untuk memahami dan mengingat materi pelajaran itu. 8. Umpan Balik Hasil belajar dapat meningkat apabila secara berkala anak diinformasikan kemajuan belajarnya. Pengetahuan tentang hasil belajar, pekerjaan yang baik, atau kebutuhan untuk perbaikan pada sisi-sisi tertentu akan memberikan sumbangan terhadap motivasi belajar yang berkelanjutan. 9. Penguatan Apabila anak berhasil belajar, ia didorong untuk terus belajar. Pembelajaran yang

20 didorong oleh keberhasilan amat bermanfaat, dapat membangun kepercayaan diri, dan secara positif mempengaruhi perilaku di masa-masa yang akan datang. 10. Latihan dan Pengulangan Sesuatu hal yang buruk jarang sekali dapat dipelajari secara efektif hanya dengan sekali jalan agar suatu pengetahuan atau keterampilan dapat menjadi bagian kompetensi atau kecakapan intelektual seseorang, haruslah pengetahuan atau keterampilan itu sering diulangi dan dilatih dalam berbagai konteks. Dengan demikian, ia dapat tinggal dalam ingatan jangka panjang. 11. Penerapan Hasil belajar yang diinginkan adalah meningkatkan kemampuan seseorang untuk menerapkan atau mentransfer hasil belajar pada masalah atau situasi baru. Tanpa dapat melakukan ini, pemahaman sempurna belum dapat dikatakan dikuasai. Anak didik mesti telah pernah dibantu untuk mengenali atau menemukan generalisasi (konsep, prinsip, atau kaedah) yang berkaitan dengan tugas. Kemudian siswa diberi kesempatan untuk bernalar dan memutuskan dengan menerapkan generalisasi atau prosedur terhadap berbagai masalah atau tugas baru. Selanjutnya menurut Azhar Arsyad (2003:73-74), kriteria dalam memilih media pada proses belajar adalah sebagai berikut: a. Sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai Media dipilih berdasarkan tujuan instruksional yang telah ditetapkan secara umum mengacu kepada salah satu atau gabungan dari dua atau tiga ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Tujuan ini dapat digambarkan dalam bentuk tugas yang harus dikerjakan atau dipertunjukkan oleh siswa, seperti menghafal, melakukan kegiatan

21 yang melibatkan kegiatan fisik atau pemakaian prinsip-prinsip seperti sebab dan akibat, melakukan tugas yang melibatkan pemahaman konsep-konsep atau hubungan-hubungan perubahan, dan mengerjakan tugas-tugas yang melibatkan pemikiran pada tingkatan lebih tinggi. b. Tepat untuk mendukung isi pelajaran yang sifatnya fakta, konsep, prinsip, atau generalisasi. c. Agar dapat membantu proses pembelajaran secara efektif, media harus selaras dan disesuaikan dengan kebutuhan tugas pembelajaran dan kemampuan mental anak didik. d. Praktis, luwes dan bertahan Jika tidak tersedia waktu, dana, atau sumber daya lainnya untuk memproduksi, tidak perlu dipaksakan. Media yang mahal dan memakan waktu yang lama untuk memproduksinya bukanlah jaminan sebagai media yang terbaik. Kriteria ini menuntun para guru/instruktur untuk memilih media yang ada, mudah diperoleh, atau mudah dibuat sendiri oleh guru. Media yang dipilih sebaiknya 33 dapat digunakan dimanapun dengan peralatan yang tersedia disekitarnya, serta mudah dipindahkan dan dibawa ke mana-mana. e. Guru terampil menggunakannya Ini merupakan salah satu kriteria utama. Apapun media itu, guru harus mampu menggunakannya dalam proses pembelajaran. Nilai dan manfaat media amat ditentukan oleh guru yang menggunakannya Secanggih apapun media yang digunakan tidak akan memiliki arti apabila tidak didukung dengan kemampuan guru dalam menggunakannya pada proses pembelajaran.

22 f. Pengelompokkan Sasaran Media yang efektif untuk kelompok besar belum tentu sama efektifnya jika digunakan pada kelompok kecil atau perorangan. Ada media yang tepat untuk jenis kelompok besar, kelompok sedang, kelompok kecil, dan perorangan Hakekat Metode Pemberian Tugas Pemberian tugas adalah : metode yang menugaskan pada anak didik untuk mengerjakan sesuatu dengan tujuan memantapkan, mendalami dan memperkaya materi yang sudah dipelajari dengan teknik pembelajaran selanjutnya. Metode pembelajaran ini dijabarkan keanak didik bersifat pasif metode yang menggunakan atau memperlihatkan suatu proses, mekanisme atau cara kerja suatu alat dengan bahan pelajaran. suatu kegiatan yang diberikan kepada anak didik yang meliputi beberapa kegiatan dalam bentuk individual maupun kelompok Pengertian Metode Pemberian Tugas 34 Metode pemberian tugas adalah suatu cara penyajian kegiatan yang telah ditentukan dan harus dipertanggung jawabkan oleh anak itu sendiri. Pemberian tugas ini pun dapat merangsang anak untuk aktif dalam belajar. Metode pemberian tugas adalah metode yang dimaksudkan memberikan tugas-tugas kepada anak didik baik dilakukan (Abdul Kadir Munsyi Dip. Ad. Ed, tanpa tahun). Dari pengertian diatas dapat dipahami bahwa guru memberikan tugas kepada anak untuk dikerjakan dan selanjutnya diperiksa oleh guru. Menurut ( Roesliyad 2011 : 23 ) pemberian tugas adalah suatu cara dalam proses belajar, bilamana guru memberi tugas tertentu danmurid mengerjakannya, kemudian tugas tersebut dipertanggung jawabkan kepada guru. Dengan cara demikian diharapkan anak dapat belajar secara bebas dan dapat bertanggung jawab, serta anak dapat mendapat pengalaman dan dapat

23 mengetahui berbagai kesulitan, dan berusaha untuk mencari dan mengatasi kesulitan itu dengan bantuan seorang guru atau pendidik Tujuan Pemberian Tugas Penggunaan metode pemberian tugas bertujuan untuk menumbuhkan proses pembelajaran yang eksploratif, mendorong prilaku kemandirian anak dalam membuat bentukbentuk garis. Juga merupakan suatu metode mengajar yang diterapkan dalam proses belajar mengajar. Biasanya guru memberikan tugas itu untuk melatih anak seperti dikemukakan oleh Roestiyah dalam bukunya Didaktik Metodik yang mengatakan untuk suatu pekerjaan, guru menyuruh melaksanakan tugas-tugas baik di rumah maupun di kelas agar anak 35 dapat melatih terus menerus tentang apa yang diberikan atau yang diajarkan oleh guru. Dalam buku lainnya yang berjudul Strategi Belajar Mengajar, teknik pemberian tugas agar anak dapat menghasilkan hasil belajar yang lebih mantap karena anak didik melaksanakan latihan-latihan selama melaksanakan tugas sehingga pengalaman anak dalam mempelajari sesuatu lebih terintegrasi. Tujuan pemberian tugas untuk melatih dan menunjang terhadap materi pembelajaran yang diberikan oleh guru dengan tugas-tugas tertentu. Adapun guru dalam memberikan tugas kepada anak didik guru harus memperhatikan, hal-hal berikut ini : 1. Tujuan penugasan 2. Bentuk pelaksanaan tugas 3. Manfaat pemberian tugas 4. Tempat dan waktu penyelesaian tugas

24 5. Memberikan bimbingan dan dorongan 6. Memberikan penilaian Manfaat Metode Pemberian Tugas Metode pemberian tugas yang digunakan secara tepat dapat bermanfaat bagi anak sejak dini. Manfaat itu diantaranya adalah : 1. Menumbuhkan kebiasaan belajar secara mandiri, dalam lingkungan bersama 2. Menumbuhkan suasana pembelajaran yang menyenangkan. 3. Melatih cara mencari informasi secara langsung dari sumber belajar yang terdapat di lingkungan sekolah, rumah dan masyarakat. 4. Melatih anak dalam hal cara memegang pensil dengan cara yang benar, yakni 36 ibu jari dan telunjuk diatas pensil, sedangkan jari tengah berada di bawah pensil yang di pegang agak sedikit di atas bagian yang diraut. 5. Membuat anak menjadi berani, tidak kaku dalam melaksanakan suatu tugas tertentu. 6. Dapat memupuk rasa percaya diri sendiri. 7. Dapat membina kebiasaan anak didik untuk mencari, mengolah, menginformasikan dan mengkomunikasikan sendiri. 8. Dapat mendorong belajar sehingga tidak cepat bosan. 9. Dapat mengembangkan kreaktivitas anak. 10. Dapat membina tanggung jawab dan disiplin. 11. Dapat mengembangkan pola fikir dan keterampilan anak. Dalam hal pemberian tugas kepada anak guru harus dapat memberikan suatu inovasi yang dapat memberikan suatu motivasi kepada anak itu sendiri, sehingga anak tidak mudah merasa bosan dengan tugasnya masing-masing. Motivasi yang harus diberikan oleh seorang guru yakni

25 berupa tepukan tangan, sertifikat, dan hadiah kecil yang dapat membuat mereka senang dan bangga atas hasil karya mereka Peranan Metode Pemberian Tugas dalam Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Anak dengan Menggunakan Kertas Strimin melalui Metode Pemberian Tugas Yang dimaksud dengan penggunaan kertas strimin untuk meningkatkan aktivitas anak dalam Kemampuan motorik halus adalah pemakaian atau pemanfaatan kertas yang memiliki garis-garis tegak lurus satu sama lain, sehingga membentuk kotak-kotak, sebagai upaya membantu anak agar terjadi perubahan yang baik pada kemampuannya dalam mengkoordinasikan jari-jari tangannya melakukan aktivitas yang banyak 37 membutuhkan konsentrasi atau kerjasama, telinga dan otak. Adapun kegiatannya meliputi : a. Kemampuan Membuat Garis Tegak Pada aspek ini anak diharapkan dapat meniru membuat garis tegak. Dimana yang kita ketahui bahwa garis tegak atau yang disebut dengan garis lurus adalah garis yang di tarik dari atas ke bawah. Contoh penulisan garis tegak misalnya:

26 b. Garis Silang Garis silang adalah garis yang ditarik secara silang atau miring misalnya: 38 c. Garis Datar Garis datar adalah garis yang ditarik dari kiri ke kanan misalnya : d. Garis Lengkung. Garis lengkung adalah garis yang ditarik melengkung sehingga membentuk seperti huruf C misalnya :

27 2.2 Hipotesis Tindakan Berdasarkan kajian teoritis maka hipotesis tindakan penelitian ini adalah jika menggunakan media kertas strimin dalam pembelajaran melalui metode pemberian tugas, maka kemampuan motorik halus pada anak kelompok A di Taman Kanak-kanak Tk Sartika Desa Luwoo Kecamatan Telaga Jaya Kabupaten Gorontalo dapat ditingkatkan Indikator Kinerja Sebagai batasan indikator keberhasilan dalam penelitian ini adalah jika kemampuan motorik halus pada anak dalam memegang pensil dan meniru membuat garis tegak, miring, lengkung dan lingkaran, dengan menggunakan kertas strimin melalui metode pemberian tugas akan meningkat dari 50 % menjadi 85 % sebagai hasil pembelajaran yang dilakukan oleh guru pada anak Kelompok A di TK Sartika Desa Luwoo Kecamatan Telaga Jaya Kabupaten Gorontalo. 2.4 Kajian Yang Relevan 1. Penelitian ini pernah diteliti sebelumnya oleh Hasanah dengan meningkatkan kemampuan motorik halus melalui kegiatan menggambar dengan metode pemberian tugas di TK Kelompok A Marhama Malang yakni penelitian dilatarbelakangi oleh permasalahan yang menunjukan bahwa kemampuan motorik halus anak kelompok A TK Marhama masih rendah khususnya pada kemampuan pra menulis. Hal ini dikarenakan kemampuan motorik halus yang di berikan kepada anak belum optimal pembelajaran pengembangan bidang motorik halus di TK Marhama hanya terpaku

28 kegiatan menulis anak-anak terkadang terlihat kurang termotivasi dalam mengikuti pembelajaran yang disampaikan guru. Hal sama yang tampak adalah strategi pembelajaran motorik halus kurang bervariasi pembelajaran kurang memberikan kesempatan pada anak untuk mengemukakan gagasan-gagasannya berkaitan 40 dengan permasalahan tersebut dipandang perlu untuk memperbaiki proses dan hasil pembelajaran motorik halus. Upaya yang dapat dilakukan salah satunya melalui kegiatan menggambar sebagai alternatif untuk memperbaiki kondisi pembelajaran yang ada. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan anak setelah guru menggunakan pembelajaran kegiatan menggambar. Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas. Subjek penelitian adalah anak kelompok A yang berjumlah 22 orang. Hasil penelitian kemampuan motorik halus anak setelah melakukan tindakan menunjukan adanya perubahan kearah yang lebih baik. Hal ini terlihat dalam setiap siklusnya dalam tahapan pembelajaran menggambar. Tahap menebalkan dan mewarnai, mencontoh dan mewarnai hasil pengamatan dari penilaian rata-rata kemampuan motorik halus secara keseluruhan anak di kelas A pada penelitian awal yakni 52,4% pada siklus I menjadi 73,6% dan siklus 2 rata-rata dikelas mencapai 80%. 2. Penelitian juga dilakukan oleh Meike di Jajar Kabupaten Blitar dengan judul Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus melalui Meronce. Di TK dikelompok A hasil penelitian menunjukan bahwa dengan meronce dapat meningkatkan kemampuan motorik halus dari observasi awal 15 orang anak dari 20 orang anak belum mencapai indikator kinerja. Pada siklus I kemampuan meronce 60% 12 orang anak yang sudah mampu. Pada siklus 2 meningkat menjadi 80% peningkatan kemampuan motorik halus

29 ditandai dengan meningkatnya kemampuan meronce. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa penerapan penggunaan meronce pada anak kelompok A di TK Al-Hidayat Jajar Kabupaten Belitar. Berdasarkan hasil dan kesimpulan dalam penelitian tindakan kelas ini dapat disarankan guru hendaknya menyediakan media pembelajaran yang menarik dengan menyesuaikan kondisi dan karakteristik anak untuk meningkatkan kemampuan motorik halus.

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan anak adalah suatu proses perubahan perilaku yang belum matang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan anak adalah suatu proses perubahan perilaku yang belum matang menjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan anak adalah suatu proses perubahan perilaku yang belum matang menjadi matang. Anak mulai belajar ke tingkat yang lebih tinggi baik dari aspek-aspek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia akan melalui tahap perkembangan dari masa bayi hingga

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia akan melalui tahap perkembangan dari masa bayi hingga BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Setiap manusia akan melalui tahap perkembangan dari masa bayi hingga masa dewasa. Perkembangan yang dilalui tersebut merupakan suatu perubahan yang kontinu

Lebih terperinci

BUKU PANDUAN BAGI GURU DALAM MENSTIMULASI PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK USIA 3-4 TAHUN

BUKU PANDUAN BAGI GURU DALAM MENSTIMULASI PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK USIA 3-4 TAHUN BUKU PANDUAN BAGI GURU DALAM MENSTIMULASI PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK USIA 3-4 TAHUN Perkembangan Motororik Halus Anak CATATAN: PENDAHULUAN Proses tumbuh kembang kemampuan gerak seseorang anak disebut

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan anak usia dini (paud) merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang menitiberatkan pada peletakan dasar ke arah pertumbuhan dan perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tiarah, 2015 Meningkatkan keterampilan motorik halus anak aspek menulis melalui media lilin

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tiarah, 2015 Meningkatkan keterampilan motorik halus anak aspek menulis melalui media lilin BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa usia taman kanak-kanak adalah masa dimana perkembangan fisik motorik anak berlangsung dengan cepat, hal ini terlihat dari sifat anak yang terlihat jarang sekali

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Anak merupakan anugerah terbesar yang dititipkan oleh Allah SWT. untuk dididik dan dibimbing agar menjadi individu yang beriman serta bertaqwa kepada Allah

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KETERAMPILAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI KEGIATAN MELIPAT KERTAS

MENINGKATKAN KETERAMPILAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI KEGIATAN MELIPAT KERTAS 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan motorik merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam perkembangan anak secara keseluruhan. Perkembangan fisik sangat berkaitan erat dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Setiap anak akan melewati tahap tumbuh kembang secara fleksibel dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Setiap anak akan melewati tahap tumbuh kembang secara fleksibel dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap anak akan melewati tahap tumbuh kembang secara fleksibel dan berkesinambungan. Salah satu tahap tumbuh kembang yang dilalui anak adalah masa prasekolah (4-5

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Retna Intania, 2014 Peningkatan Kemampuan Motorik Halus Anak Melalui Kegiatan Menganyam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Retna Intania, 2014 Peningkatan Kemampuan Motorik Halus Anak Melalui Kegiatan Menganyam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sebuah proses yang bermuara pada pencapaian tujuan tertentu yang dinilai dan diyakini sebagai sarana yang paling ideal bagi bangsa Indonesia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan fisik, motorik, kognitif, sosial emosi serta perkembangan bahasa.

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan fisik, motorik, kognitif, sosial emosi serta perkembangan bahasa. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan Anak Taman Kanak-kanak merupakan bagian dari perkembangan manusia secara keseluruhan. Perkembangan pada usia ini mencakup perkembangan fisik, motorik,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun, yang dilakukan melalui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang di miliki. Di dalam diri mereka telah melekat harkat dan martabat sebagai

BAB I PENDAHULUAN. yang di miliki. Di dalam diri mereka telah melekat harkat dan martabat sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Anak adalah amanah dari Tuhan Yang Maha Esa yang lebih tinggi dari kedudukan harta dan benda, bahkan jauh lebih berharga di atas segala sesuatu yang di miliki. Di

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Kemampuan Motorik Halus Anak Taman Kanak-kanak. pengorganisasian penggunaan sekelompok otot-otot kecil seperti jari-jemari

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Kemampuan Motorik Halus Anak Taman Kanak-kanak. pengorganisasian penggunaan sekelompok otot-otot kecil seperti jari-jemari 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemampuan Motorik Halus Anak Taman Kanak-kanak 1. Pengertian Motorik Halus Anak Usia Dini Menurut Sumantri (2005: 143) keterampilan motorik halus adalah pengorganisasian penggunaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Nasional Pendidikan pasal 6 ayat (1) dikemukakan bahwa kurikulum untuk jenis

BAB I PENDAHULUAN. Nasional Pendidikan pasal 6 ayat (1) dikemukakan bahwa kurikulum untuk jenis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 6 ayat (1) dikemukakan bahwa kurikulum untuk jenis pendidikan umum,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Neneng Nurhayati, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Neneng Nurhayati, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak usia dini memiliki peran penting bagi perkembangan individu dan kehidupan berbangsa dan bernegara. Pada usia tersebut berbagai aspek perkembangan anak mengalami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Anak usia dini adalah anak yang berada pada usia 0-6 tahun. Masa anak usia dini sering disebut dengan istilah golden age atau masa emas. Pada masa ini hampir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung dengan sangat cepat, hal ini terlihat dari sikap anak yang terlihat jarang

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung dengan sangat cepat, hal ini terlihat dari sikap anak yang terlihat jarang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Masa usia dini adalah masa dimana perkembangan fisik motorik anak berlangsung dengan sangat cepat, hal ini terlihat dari sikap anak yang terlihat jarang sekali

Lebih terperinci

PERANAN KEGIATAN MENGGAMBAR DALAM MENINGKATKAN MOTORIK HALUS PADA ANAK DI KELOMPOK B TK BUNGAMPUTI DWP UNTAD PALU

PERANAN KEGIATAN MENGGAMBAR DALAM MENINGKATKAN MOTORIK HALUS PADA ANAK DI KELOMPOK B TK BUNGAMPUTI DWP UNTAD PALU PERANAN KEGIATAN MENGGAMBAR DALAM MENINGKATKAN MOTORIK HALUS PADA ANAK DI KELOMPOK B TK BUNGAMPUTI DWP UNTAD PALU Arni Anggriyani 1 ABSTRAK Pengembangan motorik halus adalah kemampuan yang berhubungan

Lebih terperinci

perkembangan anak. Sebagaimana yang tercantum dalam Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS yang menyebutkan bahwa:

perkembangan anak. Sebagaimana yang tercantum dalam Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS yang menyebutkan bahwa: BAB I PENDAHULUAN PENGARUH PERMAINAN RABA RASA (TACTILE PLAY) TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK USIA DINI (Penelitian Pre Eksperimen di TK PGRI Parungponteng Kecamatan Parungponteng Kabupaten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini (early childhood education) merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini (early childhood education) merupakan suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan anak usia dini (early childhood education) merupakan suatu disiplin ilmu pendidikan yang secara khusus memperhatikan, menelaah, dan mengembangkan berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gembira dapat memotivasi anak untuk belajar. Lingkungan harus diciptakan

BAB I PENDAHULUAN. gembira dapat memotivasi anak untuk belajar. Lingkungan harus diciptakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan pada masa usia dini merupakan pendidikan yang sangat penting untuk anak dalam menerima pertumbuhan dan perkembangannya. Pendidikan bagi anak bukan hanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. proses perkembangan dengan pesat dan sangat fundamental bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. proses perkembangan dengan pesat dan sangat fundamental bagi kehidupan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Anak usia dini (AUD) adalah sosok individu yang sedang menjalani suatu proses perkembangan dengan pesat dan sangat fundamental bagi kehidupan selanjutnya,

Lebih terperinci

Prinsip perkembangan motorik adalah adanya suatu perubahan baik fisik maupun psikis

Prinsip perkembangan motorik adalah adanya suatu perubahan baik fisik maupun psikis Mata Kuliah Kode Mata Kuliah : IOF 220 : Perkembangan Motorik Materi 4: Prinsip Perkembangan Motorik Prinsip Perkembangan Motorik Prinsip perkembangan motorik adalah adanya suatu perubahan baik fisik maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. layanan pendidikan diperoleh setiap individu pada lembaga pendidikan secara

BAB I PENDAHULUAN. layanan pendidikan diperoleh setiap individu pada lembaga pendidikan secara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan merupakan hal yang dibutuhkan oleh setiap individu. Sejak lahir, setiap individu sudah membutuhkan layanan pendidikan. Secara formal, layanan pendidikan

Lebih terperinci

Peran Guru dalam Melatih Kemandirian Anak Usia Dini Vanya Maulitha Carissa

Peran Guru dalam Melatih Kemandirian Anak Usia Dini Vanya Maulitha Carissa Peran Guru dalam Melatih Kemandirian Anak Usia Dini Vanya Maulitha Carissa 125120307111012 Pendahuluan Kemandirian merupakan salah satu aspek terpenting yang harus dimiliki setiap individu dan anak. Karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum Sekolah Dasar (SD) yang merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir

Lebih terperinci

Tinjauan Mata Kuliah Masa TK : perkembangan fisik dan kemampuan anak berlangsung sangat cepat. Perkembangan Motorik Perkembangan motorik identik denga

Tinjauan Mata Kuliah Masa TK : perkembangan fisik dan kemampuan anak berlangsung sangat cepat. Perkembangan Motorik Perkembangan motorik identik denga Metode Pengembangan Fisik Drs. Rumpis Agus Sudarko, M.S. FIK-UNY Tinjauan Mata Kuliah Masa TK : perkembangan fisik dan kemampuan anak berlangsung sangat cepat. Perkembangan Motorik Perkembangan motorik

Lebih terperinci

2014 MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK USIA DINI MELALUI KEGIATAN MENGANYAM

2014 MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK USIA DINI MELALUI KEGIATAN MENGANYAM 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Anak Usia Dini ( PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditunjukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun. Agar dilakukan melalui

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI KEGIATAN MENGANYAM DI KELOMPOK B TK ABA II PANTOLOAN

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI KEGIATAN MENGANYAM DI KELOMPOK B TK ABA II PANTOLOAN MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI KEGIATAN MENGANYAM DI KELOMPOK B TK ABA II PANTOLOAN Muhima Talfiana Ningrum 1 ABSTRAK Masalah dalam tulisan ini adalah sebagian anak kurang mampu atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berhasil dari mereka. Sebaliknya tidak ada orang tua di muka bumi ini yang

BAB I PENDAHULUAN. berhasil dari mereka. Sebaliknya tidak ada orang tua di muka bumi ini yang BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Masalah Setiap orang tua sangat menginginkan anaknya lebih baik, lebih hebat dan lebih berhasil dari mereka. Sebaliknya tidak ada orang tua di muka bumi ini yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hal ini tercantum dalam pembukaan Undang-Undang dasar 1945 alinea ke empat

BAB I PENDAHULUAN. hal ini tercantum dalam pembukaan Undang-Undang dasar 1945 alinea ke empat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan di Indonesia pada hakekatnya bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, dan setiap warga Negara berhak mendapat pendidikan yang layak, hal ini

Lebih terperinci

2014 USIA DINI MELALUI KEGIATAN BERJALAN DI ATAS PAPAN TITIAN

2014 USIA DINI MELALUI KEGIATAN BERJALAN DI ATAS PAPAN TITIAN 1 BAB l PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Anak usia dini (PAUD) merupakan kelompok usia yang berada dalam proses perkembangan unik karena proses perkembangannya (tumbuh dan kembang) dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Anak merupakan sosok individu yang sedang mengalami proses perkembangan yang sangat pesat bagi kehidupan serta organisasi yang merupakan satu kesatuan jasmani

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. kata media pengajaran digantikan oleh istilah seperti alat pandang-dengar, bahan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. kata media pengajaran digantikan oleh istilah seperti alat pandang-dengar, bahan BAB II KAJIAN PUSTAKA Dalam bab ini dibahas : (a) media pendidikan, dan (b) minat belajar. Adapun penjelasannya sebagai berikut : A. Media Pendidikan Menurut Arsyad (2003), dalam kegiatan belajar mengajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang tepat bagi anak sejak masa usia dini. aspek perkembangan kecerdasan intelektual, emosional, dan spiritual mengalami

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang tepat bagi anak sejak masa usia dini. aspek perkembangan kecerdasan intelektual, emosional, dan spiritual mengalami 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Masa usia dini merupakan masa keemasan bagi seorang anak, sering disebut masa Golden Age, biasanya ditandai oleh terjadinya perubahan yang sangat cepat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. anak belajar menguasai tingkat yang lebih tinggi dari aspek-aspek gerakan,

I. PENDAHULUAN. anak belajar menguasai tingkat yang lebih tinggi dari aspek-aspek gerakan, 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak Usia Dini adalah sosok individu yang sedang dalam proses perkembangan.perkembangan anak adalah suatu proses perubahan dimana anak belajar menguasai tingkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran adalah proses komunikasi transaksional yang melibatkan guru, siswa, media, bahan ajar dan komponen lainnya sehingga tercipta proses interaksi belajar

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. (tumbuh dan kembang) terjadi bersama dengan golden age (masa peka).

BAB 1 PENDAHULUAN. (tumbuh dan kembang) terjadi bersama dengan golden age (masa peka). BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak Usia Dini (AUD) merupakan kelompok usia yang berada dalam proses perkembangan unik, karena proses perkembangannya (tumbuh dan kembang) terjadi bersama dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masa keemasan karena pada masa itu keadaan fisik maupun segala. kemampuan anak sedang berkembang cepat.

BAB I PENDAHULUAN. masa keemasan karena pada masa itu keadaan fisik maupun segala. kemampuan anak sedang berkembang cepat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bambang Sujiono, dalam metode pengembangan fisik (2005:10) Masa 5 tahun pertama pertumbuhan dan perkembangan anak sering disebut sebagai masa keemasan karena pada masa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan masalah yang cukup kompleks dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan masalah yang cukup kompleks dalam kehidupan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan masalah yang cukup kompleks dalam kehidupan kita. Pendidikan merupakan salah satu fasilitas kita sebagai manusia dan pendidik untuk merangsang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG UPI Kampus Serang Nova Sri Wahyuni, 2016

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG UPI Kampus Serang Nova Sri Wahyuni, 2016 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pendidikan sebagai salah satu aspek dalam meningkatkan sumber daya manusia yang terus diperbaiki dan direnovasi dari segala aspek. Pendidikan sebagai tempat pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lakukan sendiri dan bagaimana mereka dapat melakukannya. Perpindahan

BAB I PENDAHULUAN. lakukan sendiri dan bagaimana mereka dapat melakukannya. Perpindahan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa prasekolah adalah waktu untuk mempelajari apa yang dapat mereka lakukan sendiri dan bagaimana mereka dapat melakukannya. Perpindahan berperan penting

Lebih terperinci

SKRIPSI Diajukan Untuk Sebagian Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd.) Pada Jurusan PG-PAUD OLEH :

SKRIPSI Diajukan Untuk Sebagian Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd.) Pada Jurusan PG-PAUD OLEH : MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS MELALUI KEGIATAN MENYUSUN BEKAS OROTAN PENSIL MENJADI BENTUK BUNGA PADA ANAK KELOMPOK B TK PKK PULEREJO I KECAMATAN BAKUNG KABUPATEN BLITAR TAHUN PELAJARAN 2015/ 2016

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Arti make a match adalah mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Arti make a match adalah mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Make a Match 2.1.1 Arti Make a Match Arti make a match adalah mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban soal sebelum habis waktu yang ditentukan. Menurut Lie (2002:30) bahwa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Usia dini disebut juga sebagai usia emas atau golden age. Pada masamasa

BAB I PENDAHULUAN. Usia dini disebut juga sebagai usia emas atau golden age. Pada masamasa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Usia dini disebut juga sebagai usia emas atau golden age. Pada masamasa ini merupakan masa kritis dimana anak membutuhkan rangsanganrangsangan yang tepat untuk mencapai

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemampuan Motorik Halus Anak Usia Dini 1. Pengertian Motorik Halus Menurut Sujiono, dkk (2009: 1.14) motorik halus adalah gerakan yang hanya melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. investasi yang sangat penting bagi sumber daya manusia yang berkualitas. kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.

BAB I PENDAHULUAN. investasi yang sangat penting bagi sumber daya manusia yang berkualitas. kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan dan perkembangan anak pada usia dini, bahkan sejak dalam kandungan menentukan derajat kualitas kesehatan, intelegensi, kematangan emosional dan produktivitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup sehingga pendidikan bertujuan menyediakan lingkungan yang memungkinkan

BAB I PENDAHULUAN. hidup sehingga pendidikan bertujuan menyediakan lingkungan yang memungkinkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan anak usia dini sebagai fase pertama sistem pendidikan seumur hidup sehingga pendidikan bertujuan menyediakan lingkungan yang memungkinkan anak didik

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI METODE PEMBERIAN TUGAS DI KELOMPOK B TK AISYIYAH PARIGI

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI METODE PEMBERIAN TUGAS DI KELOMPOK B TK AISYIYAH PARIGI MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI METODE PEMBERIAN TUGAS DI KELOMPOK B TK AISYIYAH PARIGI Ulfa 1 ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan motorik halus anak melalui

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Siska Novalian Kelana, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah  Siska Novalian Kelana, 2013 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu komponen dalam sistem masyarakat yang memiliki peran serta kontribusi cukup besar untuk mempersiapkan sumber daya manusia handal dimasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengkomunikasikan ide-ide dan keyakinannya. atau perkembangan, yang salah satunya melalui pendidikan di Taman Kanak-

BAB I PENDAHULUAN. mengkomunikasikan ide-ide dan keyakinannya. atau perkembangan, yang salah satunya melalui pendidikan di Taman Kanak- BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak usia TK adalah anak yang berusia 4-6 tahun dan musik memiliki peranan yang sangat penting dalam pembentukan pribadi anak yang harmonis dalam logika, rasa

Lebih terperinci

PENINGKATAN PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI MENARIK GARIS DALAM POLA DI TAMAN KANAK-KANAK HARAPAN BUNDA

PENINGKATAN PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI MENARIK GARIS DALAM POLA DI TAMAN KANAK-KANAK HARAPAN BUNDA 1 PENINGKATAN PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI MENARIK GARIS DALAM POLA DI TAMAN KANAK-KANAK HARAPAN BUNDA Rafni Basri Abstrak Perkembangan motorik halus anak kelompok B2 di Taman kanak-kanak Harapan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Anak usia dini pada hakikatnya merupakan anak yang berusia 0-6 tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Anak usia dini pada hakikatnya merupakan anak yang berusia 0-6 tahun BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak usia dini pada hakikatnya merupakan anak yang berusia 0-6 tahun yang sedang berada dalam tahap pertumbuhan dan perkembangan baik fisik maupun mental yang paling

Lebih terperinci

BERMAIN SEBAGAI SARANA PENGEMBANGAN KREATIVITAS ANAK USIA DINI

BERMAIN SEBAGAI SARANA PENGEMBANGAN KREATIVITAS ANAK USIA DINI BERMAIN SEBAGAI SARANA PENGEMBANGAN KREATIVITAS ANAK USIA DINI Asep Ardiyanto PGSD FIP Universitas PGRI Semarang ardiyanto.hernanda@gmail.com Abstrak Bermain bagi anak usia dini adalah sesuatu yang sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan prasekolah pada dasarnya diselenggarakan dengan tujuan memberikan fasilitas tentang pertumbuhan dan perkembangan anak. Sebagaimana tercantum dalam Undang-undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-Undang Republik Indonesia no. 20 tahun 2003 tentang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-Undang Republik Indonesia no. 20 tahun 2003 tentang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam Undang-Undang Republik Indonesia no. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 1, ayat (14) dijelaskan bahwa pendidikan anak usia dini merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terhadap apa yang dilihat, didengar, dan dirasakan. Anak seolah-olah tidak

BAB I PENDAHULUAN. terhadap apa yang dilihat, didengar, dan dirasakan. Anak seolah-olah tidak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak adalah manusia kecil yang memiliki potensi yang masih harus dikembangkan. Anak memiliki karakteristik tertentu yang khas dan tidak sama dengan orang dewasa, anak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Anak Usia Dini mendasari jenjang pendidikan selanjutnya.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Anak Usia Dini mendasari jenjang pendidikan selanjutnya. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan Anak Usia Dini mendasari jenjang pendidikan selanjutnya. Perkembangan secara optimal selama masa usia dini memiliki dampak terhadap pengembangan kemampuan

Lebih terperinci

belajar, belajar seraya bermain, dengan demikian anak akan memiliki kesempatan untuk bereksplorasi, menemukan, mengekspresikan perasaan dan

belajar, belajar seraya bermain, dengan demikian anak akan memiliki kesempatan untuk bereksplorasi, menemukan, mengekspresikan perasaan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan di Taman kanak-kanak/ TK merupakan pendidikan yang menjadi pondasi dari seluruh pendidikan yang akan ditempuh di jenjang selanjutnya. TK/ taman kanak-kanak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Anak Usia Dini merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang sedang dikembangkan oleh pemerintah saat ini, karena usia dini berada pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memberikan rangsangan bagi perkembangan jasmani, rohani (moral dan spiritual), motorik, akal

BAB I PENDAHULUAN. memberikan rangsangan bagi perkembangan jasmani, rohani (moral dan spiritual), motorik, akal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan anak usia dini adalah suatu proses pembinaan tumbuh kembang anak usia lahir hingga enam tahun secara menyeluruh yang mencakup aspek fisik dan nonfisik dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan Pendidikan Nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Media Kartu Bergambar 2.1.1 Pengertian Media Kartu Bergambar Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti perantara. Dengan demikian media dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi manusia di samping sebagai makhluk individu yang

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi manusia di samping sebagai makhluk individu yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi manusia di samping sebagai makhluk individu yang berdiri sendiri, juga sebagai makhluk sosial. Hal ini dapat diartikan bahwa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. anak memiliki masa emas untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya. lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. anak memiliki masa emas untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya. lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perkembangan Kognitif Anak Usia Dini Perkembangan anak usia dini merupakan perkembangan yang sangat penting untuk generasi penerus bangsa. Karena anak usia dini merupakan masa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tubuh manusia merupakan hal yang bisa dipelajari, baik bentuk maupun

BAB I PENDAHULUAN. Tubuh manusia merupakan hal yang bisa dipelajari, baik bentuk maupun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tubuh manusia merupakan hal yang bisa dipelajari, baik bentuk maupun perilakunya (gerakan anggota tubuh). Tubuh manusia akan terlihat kelenturannya apabila sering

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangannya anak usia dini merupakan masa-masa keemasan yang harus

BAB I PENDAHULUAN. perkembangannya anak usia dini merupakan masa-masa keemasan yang harus 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak pada rentang usia 4-6 tahun merupakan bagian dari tahapan anak usia dini yang memiliki kepekaan dalam menstimulasi pertumbuhan dan perkembangan melalui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam menghadapi persaingan global yang semakin ketat di zaman modren saat. Pendidikan Nasional Pasal 1 ayat 14 dinyatakan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. dalam menghadapi persaingan global yang semakin ketat di zaman modren saat. Pendidikan Nasional Pasal 1 ayat 14 dinyatakan bahwa : 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembentukan Sumber Daya Manusia yang berkualitas sangat dibutuhkan dalam menghadapi persaingan global yang semakin ketat di zaman modren saat ini. Salah satu

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hampir para ahli telah mencoba merumuskan dan membuat tafsirannya tentang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hampir para ahli telah mencoba merumuskan dan membuat tafsirannya tentang II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Belajar Mengajar Hampir para ahli telah mencoba merumuskan dan membuat tafsirannya tentang belajar. Belajar adalah modifikasi atau memperteguhkan kelakuan melalui pengalaman.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang seacara harfiah berarti

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang seacara harfiah berarti 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Media Audio-Visual Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang seacara harfiah berarti tengah, perantara atau pengantar. Dalam bahasa arab, media adalah perantara atau pengantar

Lebih terperinci

Ati Kusumawati dan Sunaria Mahasiswa Program Doktoral Fakultas Psikologi Universitas Airlangga ABSTRAK

Ati Kusumawati dan Sunaria Mahasiswa Program Doktoral Fakultas Psikologi Universitas Airlangga ABSTRAK PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PERMULAAN PADA ANAK USIA 5-6 TAHUN MELALUI PERMAINAN PLASTISIN (Penelitian Tindakan Kelas di Taman Kanak-kanak Al-Faruqiyah Cipondoh Tangerang) Ati Kusumawati dan Sunaria

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.dalam standar

BAB I PENDAHULUAN. kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.dalam standar 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Anak Usia Dini merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun, yang dilakukan melalui pemberian

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Dalam interaksi belajar mengajar, metode-metode memegang peranan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Dalam interaksi belajar mengajar, metode-metode memegang peranan BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Metode Pemberian Tugas Dalam interaksi belajar mengajar, metode-metode memegang peranan yang sangat penting. Metode dalam kegiatan pengajaran sangat bervariasi, pemilihannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia sepanjang hidupnya dan dapat terjadi kapan di mana saja, proses

BAB I PENDAHULUAN. manusia sepanjang hidupnya dan dapat terjadi kapan di mana saja, proses BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu proses yang kompleks yang dialami setiap manusia sepanjang hidupnya dan dapat terjadi kapan di mana saja, proses pendidikan diselenggarakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Upaya Meningkatkan Nilai-Nilai Keagamaan Anak Usia D ini Melalui Metode Bernyanyi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Upaya Meningkatkan Nilai-Nilai Keagamaan Anak Usia D ini Melalui Metode Bernyanyi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa Anak Usia Dini (AUD) merupakan masa emas perkembangan (golden age) pada individu, masa ini merupakan proses peletakan dasar pertama terjadinya pematangan kemampuan

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. lanjut, pendidikan dimulai dari sejak dini hingga akhir kelak. Dalam hal ini

1. PENDAHULUAN. lanjut, pendidikan dimulai dari sejak dini hingga akhir kelak. Dalam hal ini 1 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu program untuk mengembangkan pengetahuan dan kemampuan dalam mempersiapkan kehidupan yang lebih lanjut, pendidikan dimulai dari sejak dini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kembang anak usia lahir hingga enam tahun secara menyeluruh. yang mencakup aspek fisik dan nonfisik dengan memberikan rangsangan

BAB I PENDAHULUAN. kembang anak usia lahir hingga enam tahun secara menyeluruh. yang mencakup aspek fisik dan nonfisik dengan memberikan rangsangan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pendidikan anak usia dini adalah suatu proses pembinaan tumbuh kembang anak usia lahir hingga enam tahun secara menyeluruh yang mencakup aspek fisik dan nonfisik dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan mengembangkan kemampuan anak, baik secara mental dan fisik. Para ahli

I. PENDAHULUAN. dan mengembangkan kemampuan anak, baik secara mental dan fisik. Para ahli 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan anak usia dini adalah upaya sistematis dalam rangka menciptakan dan mengembangkan kemampuan anak, baik secara mental dan fisik. Para ahli mengemukakan bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia dini pada hakikatnya adalah anak yang berusia 0-6 tahun yang

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia dini pada hakikatnya adalah anak yang berusia 0-6 tahun yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak usia dini pada hakikatnya adalah anak yang berusia 0-6 tahun yang sedang berada dalam tahap pertumbuhan dan perkembangan baik fisik maupun mental yang

Lebih terperinci

MENINGKATKAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI ALAT PERMAINAN EDUKATIF PADA KELOMPOK B TK EL. ROY BALEURA KECAMATAN LORE TENGAH

MENINGKATKAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI ALAT PERMAINAN EDUKATIF PADA KELOMPOK B TK EL. ROY BALEURA KECAMATAN LORE TENGAH MENINGKATKAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI ALAT PERMAINAN EDUKATIF PADA KELOMPOK B TK EL. ROY BALEURA KECAMATAN LORE TENGAH Verlis Bagia 1 ABSTRAK Permasalahan utama pada penelitian ini yaitu kurangnya kemampuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan agar pribadi anak berkembang secara optimal. Tertunda atau

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan agar pribadi anak berkembang secara optimal. Tertunda atau BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak prasekolah adalah pribadi yang mempunyai berbagai macam potensi. Oleh karenanya perlu sekali Potensi-potensi tersebut dirangsang dan dikembangkan agar pribadi

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN SOSIAL ANAK USIA DINI MELALUI PERMAINAN BERHITUNG DI TK GIRIWONO 2

PENINGKATAN KEMAMPUAN SOSIAL ANAK USIA DINI MELALUI PERMAINAN BERHITUNG DI TK GIRIWONO 2 PENINGKATAN KEMAMPUAN SOSIAL ANAK USIA DINI MELALUI PERMAINAN BERHITUNG DI TK GIRIWONO 2 SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Oleh: LILIS SUHARYANI A.520085055

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. oleh manusia. Menurut para ahli Belajar dan pembelajaran adalah salah satu

BAB II KAJIAN PUSTAKA. oleh manusia. Menurut para ahli Belajar dan pembelajaran adalah salah satu 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Belajar dan Pembelajaran Belajar dan pembelajaran adalah proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada dirinya seseorang. Belajar dan pembelajaran dapat dilakukan oleh manusia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berperan bagi perkembangan anak. Menurut Gagner dalam Multiple

BAB I PENDAHULUAN. berperan bagi perkembangan anak. Menurut Gagner dalam Multiple BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan adalah suatu proses perubahan dimana anak belajar menguasai tingkat yang lebih tinggi dari berbagai aspek. Salah satu aspek penting dalam perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan hendaknya di bangun dengan empat pilar, yaitu : learning to know,

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan hendaknya di bangun dengan empat pilar, yaitu : learning to know, PENINGKATAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS MELALUI KEGIATAN BERMAIN MENGGAMBAR DEKORATIF PADA ANAK KELOMPOK B TK AISYIYAH I SUKODONO KABUPATEN SRAGEN TAHUN 2013/2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Masing-masing anak memiliki bakat dan potensi yang telah dibawanya dari

PENDAHULUAN. Masing-masing anak memiliki bakat dan potensi yang telah dibawanya dari 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak sebagai individu yang unik memiliki karakteristik yang berbedabeda. Masing-masing anak memiliki bakat dan potensi yang telah dibawanya dari sejak lahir. Masa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No. 0486/UI/1992 tentang Taman Kanak-

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No. 0486/UI/1992 tentang Taman Kanak- BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak usia dini merupakan kelompok potensial dalam masyarakat yang perlu mendapat perhatian dan proritas khusus, baik para orang tua dan lembaga pendidikan. Keputusan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI Metode Pembelajaran Drill And Practice Pengertian Metode Pembelajaran Drill And Practice

BAB II KAJIAN TEORI Metode Pembelajaran Drill And Practice Pengertian Metode Pembelajaran Drill And Practice BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Metode Pembelajaran Drill And Practice 2.1.1. Pengertian Metode Pembelajaran Drill And Practice Sebelum mendefinisikan tentang metode drill, ada baiknya terlebih dahulu mengetahui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karena pada hakikatnya, pendidikan merupakan usaha manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. Karena pada hakikatnya, pendidikan merupakan usaha manusia untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu kegiatan universal dalam kehidupan manusia. Karena pada hakikatnya, pendidikan merupakan usaha manusia untuk memanusiakan manusia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk berkembang. Pada masa ini anak mempunyai rasa ingin tahu yang besar

BAB I PENDAHULUAN. untuk berkembang. Pada masa ini anak mempunyai rasa ingin tahu yang besar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak khususnya anak usia dini merupakan masa yang paling optimal untuk berkembang. Pada masa ini anak mempunyai rasa ingin tahu yang besar dan melakukan apapun untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. usia Taman Kanak-kanak memiliki karakteristik yaitu rasa ingin tahu dan antusias

BAB I PENDAHULUAN. usia Taman Kanak-kanak memiliki karakteristik yaitu rasa ingin tahu dan antusias BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak usia TK memiliki tugas-tugas perkembangan yang harus dikuasai karena anak usia TK adalah sosok individu yang sedang menjalani suatu proses perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan

Lebih terperinci

Disusun oleh : WINDITA FITRI ILHAMI A

Disusun oleh : WINDITA FITRI ILHAMI A UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS MELALUI MENGANYAM PADA ANAK KELOMPOK B DI TK PERTIWI MRISEN III KLATEN TAHUN AJARAN 2014/2015 Artikel Publikasi Ilmiah, diajukan sebagai salah satu persyaratan

Lebih terperinci

KONSEP, FUNGSI DAN PRINSIP BIMBINGAN DI TAMAN KANAK-KANAK

KONSEP, FUNGSI DAN PRINSIP BIMBINGAN DI TAMAN KANAK-KANAK Konsep, Fungsi dan Prinsip Bimbingan di Taman Kanak-kanak 34 KONSEP, FUNGSI DAN PRINSIP BIMBINGAN DI TAMAN KANAK-KANAK Penata Awal Kebutuhan akan layanan bimbingan di taman kanak-kanak muncul dari karakteristik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mandiri ilmu yang dipelajarinya. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. mandiri ilmu yang dipelajarinya. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu faktor penting dalam kehidupan manusia. Melalui pendidikan kita mentrasfer pengetahuan dan keterampilan kepada peserta didik

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pembinaan dan pengembangan potensi anak dari usia 0-6 tahun. Untuk itu

I. PENDAHULUAN. pembinaan dan pengembangan potensi anak dari usia 0-6 tahun. Untuk itu 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pedidikan anak usia dini merupakan pendidikan yang mendasar melalui pembinaan dan pengembangan potensi anak dari usia 0-6 tahun. Untuk itu hendaknya pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ea Siti Julaeha, 2014 Meningkatkan keterampilan motorik halus dengan alat peraga edukatip (APE) berbasis bahan lingkungan sekitar

BAB I PENDAHULUAN. Ea Siti Julaeha, 2014 Meningkatkan keterampilan motorik halus dengan alat peraga edukatip (APE) berbasis bahan lingkungan sekitar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Anak Usia Dini merupakan salah satu bentuk pendidikan pra sekolah, sesuai UU Sistem Pendidikan Nasional pada pasal 1 ayat 14 menyatakan bahwa Pendidikan

Lebih terperinci

Meningkatkan Prestasi Belajar IPA melalui Penggunaan Media Gambar pada Kelas IV SDN Majene

Meningkatkan Prestasi Belajar IPA melalui Penggunaan Media Gambar pada Kelas IV SDN Majene Meningkatkan Prestasi Belajar IPA melalui Penggunaan Media Gambar pada Kelas IV SDN Majene Muh. Jupriadi, Bustamin, dan Lilies Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan lebih lanjut. (Pasal 1 ayat 14 menurut UU No. 20 Tahun 2003)

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan lebih lanjut. (Pasal 1 ayat 14 menurut UU No. 20 Tahun 2003) 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui

Lebih terperinci