PROPOSAL PENELITIAN. Oleh. Ardin Dolok Saribu, SE., MSi Dosen Tetap Fakultas Ekonomi

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PROPOSAL PENELITIAN. Oleh. Ardin Dolok Saribu, SE., MSi Dosen Tetap Fakultas Ekonomi"

Transkripsi

1 PROPOSAL PENELITIAN PENGARUH MEKANISME GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP NILAI PERUSAHAAN; STUDI PADA PERUSAHAAN YANG TERGABUNG INDEKS LQ-45 DI BURSA EFEK INDONESIA Oleh Ardin Dolok Saribu, SE., MSi Dosen Tetap Fakultas Ekonomi LEMBAGA PENELITIAN UNIVERSITAS HKBP NOMMENSEN MEDAN 2014

2 ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh mekanisme good corporate governance yang meliputi: kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, komposisi dewan komisaris independen, jumlah dewan komisaris independen, komite audit dan kualitas audit terhadap nilai perusahaan dengan manajemen laba sebagai variabel moderating, studi pada perusahaan indeks LQ-45 di Bursa Efek Indonesia tahun Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang tergabung dalam indeks LQ-45 di Bursa Efek Indonesia (BEI). Penelitian ini menggunakan metode purposive sampling dengan jumlah populasi sebesar 97 perusahaan dan sampel sebesar 10 perusahaan. Kriteria yang digunakan dalam penentuan sampel yaitu perusahaan non-keuangan yang tergabung dalam indeks LQ-45 di Bursa Efek Indonesia per 1 Januari dan perusahaan masih tercatat di BEI dan saham perusahaan masih aktif diperdagangkan hingga saat ini. Hasil penelitian menunjukkan bahwasecara simultanmekanisme good corporate governance yang meliputi: kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, komposisi dewan komisaris independen, jumlah dewan komisaris independen, komite audit dan kualitas audit berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan dengan proxy Price to Book Value. Sementara secara parsial jumlah dewan komisaris dan kualitas audit berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan, sedangkan kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, komposisi dewan komisaris dan komite audit tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. Manajemen Laba merupakan variabel moderating pada penelitian ini, dalam hal ini manajemen laba memperlemah pengaruh mekanisme good corporate governance terhadap nilai perusahaan. Kata Kunci : Good corporate governance, manajemen laba, nilai perusahaan.

3 DAFTAR ISI Halaman ABSTRAK... i ABSTRACT...ii KATA PENGANTAR...iii RIWAYAT HIDUP...v DAFTAR ISI...vi DAFTAR TABEL...x DAFTAR GAMBAR...xi DAFTAR LAMPIRAN...xii BAB I: PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Originalitas Penelitian...9 BAB II: TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Nilai Perusahaan Corporate Governance Pengertian Good Corporate Governance Manfaat Corporate Governance Prinsip-prinsip Corporate Governance Mekanisme Penerapan Corporate Governance Kepemilikan Institusional...19

4 2.1.4 Kepemilikan Manajerial Komposisi Dewan Komisaris Independen Jumlah Dewan Komisaris Komite Audit Kualitas Audit Manajemen Laba Faktor-faktor Pendorong Manajemen Laba Teknik Manajemen Laba Pola Manajemen Laba Manajemen Laba dan Nilai Perusahaan Tinjauan Penelitian Terdahulu...33 BAB III: KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS 3.1 Kerangka Konsep Hipotesis...40 BAB IV: METODE PENELITIAN 4.1 Jenis Penelitian Lokasi Penelitian Populasi dan Sampel Metode Pengumpulan Data Definisi Operasional Metode Analisis Data Analisis Data Pengujian Hipotesis...53 BAB V: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1 Deskriptif Data Penelitian...59

5 5.2 Analisis Data Pengujian Data Uji Asumsi Klasik Uji Normalitas Uji Multikolenearitas..., Uji Heterokedastisitas Uji Autokorelasi Pengujian Hipotesis Hasil Pengujian Hipotesis Pertama Hasil Pengujian Hipotesis Kedua Pembahasan...72 BAB VI: KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Keterbatasan Penelitian Saran...80 DAFTAR PUSTAKA...81

6 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan-perusahaaan yang berhasil dan memiliki kinerja yang baik mengerti bagaimana beradaptasi dengan pasar yang berubah secara kesinambungan. Peningkatan tekanan persaingan di antara pemain pasar yang ada dan new entrants, menjadikan resiko perusahaan meningkat dengan keuntungan makin tipis. Hanya perusahaan yang unggul saja yang dapat keluar dari keadaan yang berlaku umum tersebut, seperti perusahaan yang aktif dalam bursa saham atau disebut indeks LQ45. Namun keunggulan yang dimiliki perusahaan makin cepat terdilusi karena kemajuan teknologi sehingga terjadi peningkatan kompleksitas operasional perusahaan. Semakin kompleksnya aktivitas pengelolaan perusahaan tersebut meningkatkan kebutuhan praktik tata kelola usaha yang baik (good corporate governance). Penerapan corporate governance yang profesional sangat penting sehubungan dengan meningkatnya kondisi persaingan dan globalisasi dengan memberikan prioritas terhadap perbaikan penerapan corporate governance, perusahaan-perusahaan dapat mengarah ke biaya operasional yang lebih rendah dan peningkatan kinerja. Lemahnya penerapan corporate governance ditandai dengan perilaku manajemen yang mulai mementingkan kepentingan sendiri dengan mengabaikan kepentingan pemilik perusahaan (investor), maka hal ini menyebabkan jatuhnya

7 2 harapan investor tentang tingkat pengembalian (return) atas investasi yang telah mereka tanamkan dan mulai berhenti melakukan pendanaan atau investasi di perusahaan-perusahaan di negara tersebut, yang mengakibatkan menurunnya aliran masuk modal (capital inflows) ke negara tersebut secara keseluruhan sedangkan aliran modal keluar (capital outflows) mengalami kenaikan. Hal tersebut menyebabkan lemahnya investasi di negara tersebut, maka harga saham agregat perusahaan-perusahaan di negara tersebut akan menurun. Hal ini menuntun pada rendahnya kinerja perusahaan-perusahaan di negara tersebut (Darmawati, Khomsiyah, dan Rahayu, 2004). Kondisi-kondisi di atas, menyebabkan corporate governance sangat dibutuhkan, dimana pihak manajemen perusahaan memiliki wewenang dalam penggunaan segala sumber daya perusahaan, sementara para pemegang saham berharap manajemen dapat bertindak profesional dalam mengelola perusahaan dan segala sumber dayanya. Setiap keputusan dan tindakan yang dilakukan oleh manajemen seharusnya mementingkan kepentingan pemegang saham dan bertujuan untuk kepentingan pertumbuhan nilai perusahaan. Namun pada kenyataannya, manajemen seringkali bertindak demi kepentingan mereka sendiri dan merugikan perusahaan serta pemegang saham. Permasalahan inilah yang kemudian dikenal sebagai agency problem. Masalah keagenan yang dipicu dari adanya pemisahan peran atau perbedaan kepentingan antara pemegang saham dengan pengelolaanatau manajemen perusahaan. Manajemen selaku pengelola perusahaan memiliki informasi tentang

8 3 perusahaan lebih banyak dan lebih dahulu daripada pemegang saham sehingga terjadi asimetri informasi yang memungkinkan manajemen melakukan praktek akuntansi dengan orientasi pada laba untuk mencapai suatu kinerja tertentu. Nilai perusahaan pada dasarnya dapat diukur melalui beberapa aspek, salah satunya adalah harga pasar saham perusahaan karena harga pasar saham perusahaan mencerminkan penilaian investor keseluruhan atas setiap ekuitas yang dimiliki. Menurut Van Horne (2002) value is represented by the market price of the company s common stock which in turn, is a function of the firm s investment, financing and dividen decision. Harga pasar saham menunjukkan penilaian sentral dari seluruh pelaku pasar, harga pasar saham bertindak sebagai barometer kinerja manajemen perusahaan. Peningkatan nilai perusahaan ini dapat tercapai apabila ada kerja sama antara manajemen perusahaan dengan pihak lain yang meliputi sharehoder maupun stakeholder dalam membuat keputusan keputusan keuangan dengan tujuan memaksimumkan modal kerja yang dimiliki. Apabila tindakan antara manajer dengan pihak lain tersebut berjalan sesuai, maka masalah diantara kedua pihak tersebut tidak akan terjadi. Dalam kenyataannya penyatuan kepentingan kedua pihak tersebut sering kali menimbulkan masalah. Adanya masalah diantara manajer dan pemegang saham disebut masalah agensi (agency problem). Dalam konsep theory of the firm (Jensen dan Meckling,1976), adanya masalah agensi tersebut akan menyebabkan tidak tercapainya tujuan keuangan perusahaan, yaitu meningkatkan nilai perusahaan dengan cara memaksimumkan kekayaan pemegang saham.

9 4 Jensen dan Meckling (1976) menyatakan penyebab konflik antara manajer dengan pemegang saham adalah perbedaan dalam pembuatan keputusan yang berkaitan dengan aktivitas pencarian dana (financing decision) dan pembuatan keputusan yang berkaitan dengan bagaimana dana yang diperoleh diinvestasikan. Dalam aktivitas pencarian dana, manajemen menginginkan untuk mencari sumber pendanaan dengan biaya sekecil mungkin sehingga mampu meningkatkan laba perusahaan. Dalam pengambilan keputusan yang berkaitan dengan dana yang diperoleh, manajer cenderung memilih untuk menginvestasikan dananya pada proyek dengan resiko rendah, tetapi investor cenderung untuk memilih proyek dengan resiko tinggi karena resiko yang tinggi mencerminkan return yang akan diperoleh juga tinggi. Komposisi dewan komisaris merupakan salah satu karakteristik dewan yang berhubungan dengan kandungan informasi laba. Melalui perannya dalam menjalankan fungsi pengawasan, komposisi dewan dapat mempengaruhi pihak manajemen dalam menyusun laporan keuangan sehingga dapat diperoleh suatu laporan laba yang berkualitas (Boediono, 2005). Adanya dewan komisaris independen diharapkan mampu meningkatkan peran dewan komisaris sehinggatercipta good corporate governance di dalam perusahaan. Komite audit mempunyai peran yang sangat penting dan strategis dalam hal memelihara kredibilitas proses penyusunan laporan keuangan seperti halnya menjaga terciptanya sistem pengawasan perusahaan yang memadai serta terlaksananya goodcorporate governance. Menurut Sofyan, Komite Audit dapat dibentuk oleh

10 5 Komisaris dan bertanggungjawab kepada Komisaris dengan pertimbangan bahwa dalam rangka mengoptimalkan kinerja, BUMN dituntut untuk dapat mengelola kegiatan usahanya dengan hemat, berdayaguna dan berhasil guna dan dengan mentaati peraturan perundang-undangan yang berlaku dengan mewujudkan sistem dan pelaksanaan pengawasan yang kompeten dan independen. Hubungan GCG dengan nilai perusahaan telah diteliti oleh Arsjah (2002) membuktikan corporate governance berpengaruh terhadap nilai perusahaan namun tidak semua komponen corporate governance berpengaruh secara signifikan dan positif terhadap nilai perusahaan. Nilai perusahaan dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain struktur kepemilikannya, komposisi dewan komisaris independen, ukuran dewan komisaris, manajemen laba, serta keberadaan komite audit. Dalam penelitian Andrianto (2009) membuktikan corporate governance berpengaruh signifikan terhadap Price to Book Value, dalam hal ini merupakan kepemilikan manajerial dan kualitas audit serta manajemen laba, sedangkan kepemilikan institusional tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. Sedangkan menurut Niken (2009), kepemilikan manajerial dan institusional berpengaruh terhadap nilai perusahaan, dimana variabel yang tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan adalah komposisi komisaris independen dan keberadaan komite audit. Konsistensi yang beragam mengenai pengaruh mekanisme good corporate governance terhadap nilai perusahaan ini memotivasi peneliti untuk menguji pengaruh penerapangood Corporate Governance dalam hal ini kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, komposisi dewan komisaris independen,

11 6 ukuran dewan komisaris, keberadaan komite audit dan kualitas audit dapat meningkatkan nilai perusahaan yang diproxi terhadapprice to Book Value yang tergabung dalam indeks LQ 45 di Bursa Efek Indonesia. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka pembahasan utama dari penelitian ini adalah: 1. Apakah mekanisme corporate governance, yang meliputi kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, komposisi dewan komisaris independen, ukuran dewan komisaris, keberadaan komite audit dan kualitas audit secara simultan berpengaruh terhadap nilai perusahaandengan proxi Price to Book Value pada perusahaan yang tergabung dalam indeks LQ-45? 2. Apakah mekanisme corporate governance, yang meliputi kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, komposisi dewan komisaris independen, ukuran dewan komisaris, keberadaan komite audit dan kualitas audit secara parsialberpengaruh terhadap nilai perusahaan dengan proxi Price to Book Value pada perusahaan yang tergabung dalam indeks LQ-45? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan yang hendak dicapai dari penelitian ini adalah 1. Untuk menguji pengaruh penerapan corporate governance, yang meliputi kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, komposisi dewan

12 7 komisaris independen, ukuran dewan komisaris, keberadaan komite audit dan kualitas audit berpengaruh simultan terhadap nilai perusahaan dengan proxi Price to Book Value pada perusahaan yang tergabung dalam indeks LQ Untuk menguji pengaruh penerapan corporate governance, yang meliputi kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, komposisi dewan komisaris independen, ukuran dewan komisaris, keberadaan komite audit dan kualitas audit berpengaruh parsial terhadap nilai perusahaan dengan proxi Price to Book Value pada perusahaan yang tergabung dalam indeks LQ Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah: 1. Sebagai bahan referensi bagi manajemen perusahaan dan investor dalam menilai kinerja perusahaan dalam hubungannya dengan penerapan good corporate governance 2. Sebagai bahan referensi bagi peneliti selanjutnya. 3. Sebagai sarana untuk mengembangkan wawasan dan pengetahuan intelektual bagi peneliti. 1.5 Originalitas Penelitian Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian Animah dan Rahmadhani (2010) dengan judul Pengaruh Struktur Kepemilikan, Mekanisme Corporate Governance dan Ukuran Perusahaan terhadap Nilai Perusahaan (Survei Pada

13 8 Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta ). Penelitian dilakukan terhadap perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEJ tahun Hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, komite audit, ukuran dewan komisaris, proporsi dewan komisaris independen dan ukuran perusahaan secara simultan berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Sedangkan secara parsial hanya variabel ukuran dewan komisaris dan ukuran perusahaan berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Adapun perbedaan penelitian ini dengan peneliti terdahulu adalah sebagai berikut: 1. Dalam penelitian ini peneliti mengganti ukuran perusahaan dengan kualitas audit yang di duga akan berpengaruh terhadap nilai perusahaan. 2. Periode penelitian ini adalah 2005, 2006, 2007, 2008, 2009, 2010 sedangkan penelitian sebelumnya menggunakan periode 2003, 2004, 2005, 2006, Objek Penelitian ini adalah perusahaan yang terdaftar pada indeks LQ-45 di BEI, sedangkan peneliti sebelumnya menggunakan objek perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEJ. 4. Jumlah sampel perusahaan yang terdaftar pada indeks LQ-45 di BEI dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2010 diteliti sebanyak 10 perusahaan, sedangkan penelitian sebelumnya, jumlah sampel perusahaan manufaktur yang diteliti adalah 28 perusahaan yang terdaftar di BEJ dari tahun 2003 sampai dengan tahun 2007.

14 11 BAB II TINJUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori Nilai perusahaan Nilai perusahaan pada dasarnya dapat diukur melalui beberapa aspek, salah satunya adalah harga pasar saham perusahaan karena harga pasar saham perusahaan mencerminkan penilaian investor keseluruhan atas setiap ekuitas yang dimiliki. Fama (1978) dalam penelitiannya menggunakan pendekatan konsep nilai pasar untuk mengukur nilai perusahaan. Nilai pasar berbeda dengan nilai buku. Jika nilai buku merupakan harga yang dicatat pada nilai saham perusahaan, maka nilai pasar adalah harga saham yang terjadi di pasar bursa tertentu oleh permintaan dan penawaran saham tersebut oleh pelaku pasar. Nilai perusahaan merupakan nilai yang diberikan pasar bursa kepada manajemen perusahaan Pengukuran nilai perusahaan dalam penelitian ini akan menggunakan proksi yaitu Price to Book Value pada periode yang telah ditentukan. Menurut Prayitno dalam Wulandari (2009), Price to Book Value (PBV) menggambarkan seberapa besar pasar menghargai nilai buku saham suatu perusahaan. Makin tinggi rasio ini, berarti pasar percaya akan prospek perusahaan tersebut. Semakin tinggi rasio PBV, semakin tinggi kinerja perusahaan dinilai oleh pemodal dengan dana yang telah ditanamkan di perusahaan. Oleh karena itu dapat disimpulkan semakin tinggi PBV semakin tinggi tingkat kepercayaan pasar terhadap prospek perusahaan, maka akan menjadi daya

15 12 tarik bagi investor untuk membeli saham tersebut, sehingga permintaan akan naik, kemudian mendorong harga saham naik (Wulandari, 2009). Hal ini dihitung dengan membagi harga penutupan saham saat ini dengan nilai buku kuartal terkini per saham. Juga dikenal sebagai "rasio harga-ekuitas". Dihitung sebagai: Price to Book Value = PBV adalah rasio keuangan yang digunakan untuk membandingkan nilai buku perusahaan dengan harga pasar saat ini. Nilai buku adalah istilah akuntansi yang menunjukkan bagian dari perusahaan yang dimiliki oleh pemegang saham, dalam kata lain, total aset berwujud perusahaan dikurangi total kewajibannya Corporate governance Pengertian Good Corporate Governance Organization Economic Cooperation and Development (OECD) berpendapat bahwa Corporate Governance merupakan struktur hubungan serta kaitannya dengan tanggung jawab di antara pihak pihak terkait yang terdiri dari pemegang saham, anggota dewan direksi dan komisaris termasuk manajer, yang dirancang untuk mendorong terciptanya suatu kinerja yang kompetitif yang diperlukan dalam mencapai tujuan utama perusahaan. Menurut Forum For Corporate Governance in Indonesia (FCGI, 2000), corporate governance adalah seperangkat peraturan yang menetapkan hubungan antara pemegang saham, pengurus, pihak kreditur, pemerintah,

16 13 karyawan serta para pemegang kepentingan intern dan ekstern lainnya sehubungan dengan hak hak dan kewajiban mereka, atau dengan kata lain sistem yang mengarahkan dan mengendalikan perusahaan. Dan tujuan dari Corporate Governance adalah meningkatkan nilai bagi pihak pemegang saham. The Indonesian Institute For Corporate Governance (IICG) juga memiliki definisi mengenai corporate governance. Menurut IICG, Good Corporate Governance (tata kelola perusahaan guna memberikan nilai tambah perusahaan yang baik) pada hakekatnya merupakan struktur, sistem, dan proses yang digunakan oleh organ perusahaan guna memberikan nilai tambah perusahaan secara berkesinambungan dalam jangka panjang. Struktur merupakan satu kesatuan yang terdiri dari dewan komisaris, dewan direksi, dan pihak pihak yang berkepentingan (stakeholders). Sistem merupakan suatu landasan operasional yang menjadi dasar mekanisme check and balances kewenangan atas pengelolaan perusahaan. Proses merupakan cara untuk memastikan pelaksanaan prinsip Tata Kelola Perusahaan yang Baik (tanggung jawab, akuntabilitas, keadilan, dan transparansi) dalam menentukan tujuan dan sasaran, pencapaian, pengukuran kinerja perusahaan. Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa Corporate Governance adalah sistem yang mengatur, mengelola dan mengawasi proses pengendalian usaha untuk menaikkan nilai saham sekaligus sebagai bentuk perhatian kepada stakeholders, karyawan, kreditor, dan masyarakat sekitar. Good Corporate Governance berusaha menjaga keseimbangan di antara pencapaian tujuan ekonomi dan tujuan masyarakat. Tantangan dalam Corporate Governance adalah mencari cara

17 14 untuk memaksimum penciptaan kesejahteraan sedemikian rupa sehingga tidak membebankan ongkos yang tidak patut kepada pihak ketiga atau masyarakat luas Manfaat Corporate Governance Utama (2005) menyatakan bahwa konsep Corporate Governance timbul sebagai upaya untuk mengatasi perilaku manajemen yang mementingkan diri sendiri dan menciptakan mekanisme dan alat control untuk memungkinkan terciptanya sistem pembagian keuntungan dan kekayaan yang seimbang bagi stakeholders dan menciptakan efisiensi bagi perusahaan. Menurut The Forum For Corporate Governance In Indonesia, kegunaan dari Corporate Governance yang baik adalah : 1. Lebih mudah memperoleh modal. 2. Biaya modal (cost of capital) yang lebih rendah, yaitu sebagai dampak dari pengelolaan perusahaam yang baik tadi menyebabkan tingkat bunga atas dana atau sumber daya yang dipinjam oleh perusahaan semakin kecil seiring dengan turunnya tingkat resiko perusahaan. 3. Memperbaiki kinerja usaha. 4. Mempengaruhi harga saham, serta 5. Memperbaiki kinerja ekonomi.

18 Prinsip Prinsip Corporate Governance Organization Economic Cooperation and Development (OECD) mengembangkan seperangkat prinsip prinsip Corporate Governance, atau yang lebih dikenal sebagai The OECD Pinciples Of Corporate Governance. Prinsip prinsip dasar dari good corporate governance meliputi : a) Fairness Prinsip kewajaran menekankan pada adanya perlakuan dan jaminan hak-hak yang sama kepada pemegang saham minoritas maupun mayoritas, termasuk hak-hak pemegang saham asing serta investor lainnya. Praktik kewajaran juga mencakup adanya sistem hukum dan peraturan serta penegakannya yang jelas dan berlaku bagi semua pihak. Hal ini penting untuk melindungi kepentingan pemegang saham dari praktik kecurangan (fraud) dan praktik-praktik insider trading yang dilakukan oleh agen/manajer. Prinsip kewajaran ini dimaksudkan untuk mengatasi masalah yang timbul dari adanya hubungan kontrak antara pemilik dan manajer karena diantara kedua pihak tersebut memiliki kepentingan yang berbeda (conflict of interest). b) Transparancy Prinsip dasar transparansi berhubungan dengan kualitas informasi yang disajikan oleh perusahaan. Kepercayaan investor akan sangat tergantung dengan kualitas informasi yang disampaikan perusahaan. Oleh karena itu, perusahaan dituntut untuk menyediakan informasi yang jelas, akurat, tepat waktu dan dapat dibandingkan dengan indikator-indikator yang sama. Pinsip ini diwujudkan antara lain dengan mengembangkan sistem akuntansi yang berbasis standar akuntansi dan best practices

19 16 yang menjamin adanya laporan keuangan dan pengungkapan yang berkualitas, mengembangkan teknologi informasi dan sistem informasi akuntansi manajemen untuk menjamin adanya pengukuran kinerja yang memadai dan proses pengambilan keputusan yang efektif oleh dewan komisaris dan direksi. c) Accountability Prinsip akuntabilitas berhubungan dengan adanya sistem yang mengendalikan hubungan antara unit-unit pengawasan yang ada di perusahaan. Akuntabilitas dilaksanakan dengan adanya dewan komisaris, direksi independen dan komite audit. Akuntabilitas diperlukan sebagai salah satu solusi mengatasi agency problem yang timbul antara pemegang saham dan direksi serta pengendaliannya oleh komisaris. Praktik-praktik yang diharapkan muncul dalam menerapkan akuntabilitas diantaranya pemberdayaan dewan komisaris untuk melakukan monitoring, evaluasi, dan pengendalian terhadap manajemen guna memberikan jaminan perlindungan kepada pemegang saham dan pembatasan kekuasaan yang jelas di jajaran direksi. d) Responsibility Responsibilitas diartikan sebagai tanggungjawab perusahaan sebagai anggota masyarakat untuk mematuhi peraturan dan hukum yang berlaku serta pemenuhan terhadap kebutuhan-kebutuhan sosial. Responsibilitas menekankan pada adanya sistem yang jelas untuk mengatur mekanisme pertanggungjawaban perusahaan kepada pemegang saham dan pihak-pihak lain yang berkepentingan. Hal tersebut untuk merealisasikan tujuan yang hendak dicapai GCG yaitu mengakomodasi

20 17 kepentingan pihak-pihak yang berkaitan dengan perusahaan seperti masyarakat, pemerintah, asosiasi bisnis dan pihak lainnya Mekanisme Penerapan Corporate Governance Terdapat dua mekanisme dalam penerapan corporate governance sesuai kerangka corporate governance menurut World Bank (1999,) yaitu mekanisme intern dan mekanisme ekstern. Mekanisme intern berkaitan dengan pengendalian intern perusahaan khususnya peranan dewan komisaris. Dewan Komisaris berfungsi sebagai wakil pemegang saham khususnya dan stakeholders lainnya umumnya untuk mengawasi aktivitas manajemen sehingga asimetri informasi antara manajer dan pemegang saham dapat diatasi. Dengan asumsi dewan komisaris merupakan alat pengendalian dan merupakan elemen yang sangat penting dalam mekanisme intern corporate governance. Anggota dewan komisaris dapat terjadi dari anggota yang berasal dari dalam perusahaan (intern) dan dari luar perusahaan (ekstern). Dewan komisaris intern lebih banyak mengetahui seluk beluk perusahaan, tetapi mungkin tidak memiliki tingkat independensi yang besar dibanding anggota dewan komisaris ekstern. Mekanisme intern lainnya yaitu penunjukkan anggota dewan direktur dan dewan komisaris independen serta pembentukan komite audit oleh komisaris yang beranggotakan auditor independen dan staf internal audit. Pendapat dari anggota independen harus lebih mengacu kepada kepentingan stakeholders, tidak hanya kepentingan komersial perusahaan, oleh karena itu, pemilihan orangnya sangat

21 18 menentukkan kinerjanya. Direktur Independen harus orang dari luar perusahaan yang tidak mempunyai hubungan afiliasi maupun jasa konsultasi serta tidak memiliki hubungan kekeluargaan dengan pihak manajemen. Mekanisme lain dari Corporate Governance adalah mekanisme ekstern, yaitu mekanisme control yang memanfaatkan semua perangkat yang ada di luar perusahaan, baik ekonomi, hukum, dan social untuk mengontrol jalannya perusahaan agar sesuai dengan keinginan pemegang saham dan stakeholders lainnya. Perangkat tersebut mencakup pasar uang dan pasar modal yang bersaing, perangkat hukum dan perundang undangan yang lengkap, penerapan hokum yang konsisten dan adil, pasar barang dan jasa (termasuk tenaga kerja yang professional) yang aktif dan terbuka, konsumen yang aktif, tanggap dan sadar akan hak dan kewajibannya. Mekanisme ekstern ini kadangkala lebih berperan dalam medisplinkan manajemen dan perusahaan dibanding mekanisme intern. Sebagai contoh pasar modal yang terbuka, aktif dan likuid memungkinkan para pemegang saham menindak secara langsung perilaku manajemen yang tidak sesuai dengan kepentingan pemegang saham. Mereka dapat melepas atau menjual saham kepasar apabila harapan mereka tidak terpenuhi. Dengan demikian nilai perusahaan akan turun apabila pemegang saham secara serentak melakukan yang sama Kepemilikan institusional Dalam hubungannya dengan fungsi monitor, investor institusional diyakini memiliki kemampuan untuk memonitor tindakan manajemen lebih baik dibandingkan

22 19 investor individual. Kepemilikan institusional mewakili suatu sumber kekuasaan (source of power) yang dapat digunakan untuk mendukung atau sebaliknya terhadap keberadaan manajemen. Struktur kepemilikan (kepemilikan manajerial dan institusional) oleh beberapa peneliti dipercaya mampu mempengaruhi jalannya perusahaan yang pada akhirnya berpengaruh pada kinerja perusahaan dalam mencapai tujuan perusahaan yaitu maksimalisasi nilai perusahaan. Menurut Jensen dan Meckling (1976), kepemilikan institusional merupakan salah satu alat yang dapat digunakan untuk mengurangi agency conflict. Dengan kata lain semakin tinggi tingkat kepemilikan institusional, semakin kuat tingkat pengendalian yang dilakukan oleh pihak eksternal terhadap perusahaan, sehingga agency cost yang terjadi di dalam perusahaan semakin berkurang dan nilai perusahaan juga semakin meningkat Kepemilikan manajerial Dalam teori akuntansi, manajemen laba sangat ditentukan oleh motivasi manajer perusahaan. Motivasi yang berbeda akan menghasilkan besaran manajemen laba yang berbeda, seperti manajer yang juga sekaligus sebagai pemegang saham dan manajer yang tidak sebagai pemegang saham. Dua hal tersebut akan mempengaruhi manajemen laba, sebab kepemilikan seorang manajer akan ikut menentukan kebijakan dan pengambilan keputusan terhadap metode akuntansi yang diterapkan pada perusahaan yang dikelola.

23 20 Jensen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa salah satu cara untuk mengurangi agency cost adalah dengan meningkatkan kepemilikan saham oleh manajemen (pihak intern). Proposi kepemilikan saham yang dikontrol oleh manajer dapat mempengaruhi kebijakan perusahaan. Dalam penelitian Wahyudi dan Pawestri (2006) menyatakan bahwa kepemilikan manajerial secara langsung dan atau melalui keputusan pendanaan berpengaruh terhadap nilai perusahaan Komposisi dewan komisaris independen Dewan komisaris sebagai puncak dari sistem pengelolaan internal perusahaan memiliki peranan yang sangat penting dalam perusahaan, terutama dalam pelaksanaan good corporate governance. Menurut Egon Zehnder (2000), dewan komisaris merupakan inti dari corporate governance yang ditugaskan untuk menjamin pelaksanaan strategi perusahaan, mengawasi manajemen dalam mengelola perusahaan, serta mewajibkan terlaksananya akuntabilitas Jumlah dewan komisaris Selain kepemilikan manajerial, peranan dewan komisaris juga diharapkan dapat meningkatkan kualitas laba melalui fungsi monitoring atas pelaporan keuangan. Pengaruh jumlah dewan komisaris terhadap kinerja perusahaan mendapatkan hasil yang beragam. Yermack (1996), Eisenberg et al (1998) dan Jensen (1993), menyatakan bahwa makin banyak personil yang menjadi dewan komisaris dapat berakibat pada makin buruknya kinerja yang dimiliki perusahaan. Hal tersebut dapat

24 21 dijelaskan dengan adanya masalah keagenan (agency problem), yaitu dengan makin banyaknya anggota dewan komisaris maka badan ini akan mengalami kesulitan dalam menjalankan perannya, kesulitan dalam berkomunikasi dan mengkoordinir kerja dari masing-masing anggota dewan itu sendiri, kesulitan dalam mengawasi dan mengendalikan tindakan dari manajemen, serta kesulitan dalam pengambilan keputusan yang berguna bagi perusahaan Komite audit Sesuai dengan Kep. 29/PM/2004, komite audit adalah komite yang dibentuk oleh dewan komisaris untuk melakukan tugas pengawasan pengelolaan perusahaan. Keberadaan komite audit sangat penting bagi pengelolaan perusahaan. Komite audit merupakan komponen baru dalam sistem pengendalian perusahaan. Selain itu komite audit dianggap sebagai penghubung antara pemegang saham dan dewan komisaris dengan pihak manajemen dalam menangani masalah pengendalian. Berdasarkan Surat Edaran BEJ, SE-008/BEJ/ , keanggotaan komite audit terdiri dari sekurang-kurangnya tiga orang termasuk ketua komite audit. Anggota komite ini yang berasal dari komisaris hanya sebanyak satu orang, anggota komite yang berasal dari komisaris tersebut merupakan komisaris independen perusahaan tercatat sekaligus menjadi ketua komite audit. Anggota lain yang bukan merupakan komisaris independen harus berasal dari pihak eksternal yang independen.

25 Kualitas audit Dalam konteks keagenan, dibutuhkan pihak ketiga yang independen sebagai mediator antara principal dan agent. Pihak ketiga ini berfungsi memonitor perilaku manajer sebagai agent dan memastikan bahwa agent bertindak sesuai dengan kepentingan principal. Pemegang saham mengharapkan auditor untuk dapat menekan kemungkinan terjadinya moral harzard yang dilakukan manajemen, sehingga agency cost yang ditanggung pemegang saham akan berkurang. Namun dari sudut pandang manajer, sejalan dengan moral hazard hypothesis dan kondisi informasi asimetri, manajer cenderung memilih auditor yang member keleluasaan untuk memilih prosedur akuntansi yang disukainya, namun sekaligus juga bersedia opini audit yang menguntungkan. Gavious (2007) mengatakan bahwa masalah pemilihan auditor bersumber pada mekanisme kelembagaan antara auditor dan manajemen. Disatu pihak, auditor ditunjuk oleh manajemen untuk melakukan audit bagi kepentingan pemegang saham, namun dilain pihak, jasa audit dibayar dan ditanggung oleh manajemen. Hal ini menciptakan benturan kepentingan yang tidak dapat dihindari oleh auditor. Mekanisme kelembagaan ini menimbulkan ketergantungan auditor kepada kliennya, sehingga auditor merasa kehilangan independensinya dan harus mengakomodasi berbagai keinginan klien, dengan harapan agar perikatan auditnya di masa depan tidak terputus. Mekanisme GCG merupakan suatu aturan, prosedur dan hubungan yang jelas antara pihak yang mengambil keputusan dengan pihak yang akan melakukan kontrol

26 23 atau pengawasan terhadap keputusan tersebut yang bertujuan untuk menciptakan nilai tambah bagi seluruh stakeholders dalam perusahaan. Adanya nilai tambah ini akan menarik investor untuk menanamkan modalnya di perusahaan yang bersangkutan. Komponen-komponen mekanisme GCG dalam hal ini adalah kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, komite audit, komposisi dan ukuran dewan komisaris independen Tinjauan Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian sebelumnya yang membahas masalah GCG dan kinerja perusahaan antara lain: a. Animah dan Ramadhani (2010), melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Struktur Kepemilikan, Mekanisme Corporate Governance dan Ukuran Perusahaan terhadap Nilai Perusahaan. Penelitian dilakukan terhadap perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEJ dengan tahun pengamatan Variabel yang digunakan adalah: kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, proporsi dewan komisaris, ukuran dewan komisaris, komite audit, ukuran perusahaan dan nilai perusahaan. Hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, komite audit, ukuran dewan komisaris, proporsi dewan komisaris independen dan ukuran perusahaan secara simultan berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Sedangkan secara parsial hanya variabel ukuran dewan komisaris dan ukuran perusahaan berpengaruh terhadap nilai perusahaan.

27 24 b. Siallagan dan Machfoedz (2006), melakukan penelitian dengan judul. Mekanisme Corporate Governance, Kualitas Laba dan Nilai Perusahaan. Penelitian dilakukan terhadap perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEJ dengan tahun pengamatan Variabel yang digunakan adalah: kepemilikan manajerial, proporsi dewan komisaris, komite audit, ukuran perusahaan, manajemen laba dan nilai perusahaan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa mekanisme corporate governance mempengaruhi kualitas laba dan kualitas laba secara positif berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Selain itu juga, kepemilikan manajerial dan komite audit berpengaruh positif terhadap kualitas laba sedangkan dewan komisaris berpengaruh negatif terhadap kualitas laba. Mekanisme CG berpengaruh secara simultan terhadap nilai perusahaan. Dimana, kepemilikan manajerial berpengaruh negatif terhadap nilai perusahaan, komite audit dan dewan komisaris berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. c. Herawaty (2008) melakukan penelitian dengan judul. Peran Praktek Corporate Governance sebagai Moderating Variabel dari Pengaruh Earning Management terhadap Nilai Perusahaan. Penelitian dilakukan pada perusahaan nonkeuangan yang telah listing di BEJ tahun Variabel yang digunakan adalah: ukuran perusahaan, kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, proporsi dewan komisaris independen, kualitas audit, manajemen laba dan nilai perusahaan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa model regresi pertama, earning management berpengaruh negatif terhadapa nilai perusahaan dengan variabel kontrol ukuran perusahaan. Model regresi kedua menunjukkan kepemilikan manajerial

28 25 berpengaruh negatif dan signifikan terhadap nilai perusahaan, komite audit berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan. Pada model regresi ketiga, earning management berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan. d. Semuel (2009) melakukan penelitian dengan judul. Mekanisme Corporate Governance terhadap Nilai Perusahaan dengan Kualitas Laba sebagai Variabel Intervening. Penelitian dilakukan terhadap perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEJ, dengan tahun pengamatan Variabel yang digunakan adalah kepemilikan manajerial, dewan komisaris, komite audit, kualitas laba dan nilai perusahaan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa mekanisme CG berpengaruh terhadap kualitas audit, kepemilikan manajerial dan komite audit berpengaruh positif terhadap kualitas laba, sedangkan dewan komisaris berpengaruh negatif terhadap kualitas laba. Selain itu juga, kualitas laba berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan dan mekanisme corporate governance berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Dimana dewan komisaris dan komite audit berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan, kepemilikan manajerial berpengaruh negatif terhadap nilai perusahaan. Kualitas audit bukan variabel intervening yang mempengaruhi hubungan mekanisme corporate governance dan nilai perusahaan. Dari peneliti terdahulu tersebut di atas terlihat bahwa dari hasil beberapa peneliti menunjukkan adanya pengaruh mekanisme Corporate Governance terhadap manajemen laba dan nilai perusahaan.

29 26 Nama Peneliti/ Tahun Animah, Ramadhani 2010 Tabel 2.1 Tinjauan atas Penelitian Terdahulu Judul Penelitian Variabel Penelitian Hasil Penelitian Pengaruh Struktur Kepemilikan, Mekanisme CG dan Ukuran Perusahaan terhadap Nilai Perusahaan a. Kepemilikan Institusional b. Kepemilikan Manajerial c. Proporsi Dewan Komisaris Independen d. Komite Audit e. Ukuran Dewan Komisaris f. Ukuran Perusahaan g. Nilai Perusahaan kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, komite audit, ukuran dewan komisaris, proporsi dewan komisaris independen dan ukuran perusahaan secara simultan berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Selain itu juga, variabel ukuran dewan komisaris dan ukuran perusahaan berpengaruh secara parsial terhadap nilai perusahaan. Siallagan, Machfoedz 2006 Mekanisme CG, kualitas laba dan nilai perusahaan a. Kepemilikan manajerial b. Proporsi dewan komisaris c. Komite audit d. Ukuran perusahaan e. Manajemen laba f. Nilai perusahaan mekanisme corporate governance mempengaruhi kualitas laba dan kualitas laba secara positif berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Selain itu juga, kepemilikan manajerial dan komite audit berpengaruh positif terhadap kualitas laba sedangkan dewan komisaris berpengaruh negatif terhadap kualitas laba. Mekanisme CG berpengaruh secara simultan terhadap nilai perusahaan. Dimana, kepemilikan manajerial

30 27 berpengaruh negatif terhadap nilai perusahaan, komite audit dan dewan komisaris berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Herawaty 2008 Peran praktek CG sebagai variabel moderating dari pengaruh earning management terhadap nilai perusahaann a. Kepemilikan manajerial b. Kepemilikan institusional c. Proporsi dewan komisaris independen d. Kualitas Audit e. Manajemen laba f. Nilai perusahaan model regresi pertama, earning management berpengaruh negatif terhadapa nilai perusahaan dengan variabel kontrol ukuran perusahaan. Model regresi kedua menunjukkan kepemilikan manajerial berpengaruh negatif dan signifikan terhadap nilai perusahaan, komite audit berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan. Pada model regresi ketiga, earning management berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan. Kawatu 2009 Mekanisme Corporate Governance terhadap Nilai Perusahaan dengan Kualitas Laba sebagai Variabel Intervening a. Kepemilikan manajerial b. Dewan komisaris c. Komite audit d. Kualitas laba e. Nilai perusahaan mekanisme CG berpengaruh terhadap kualitas audit, kepemilikan manajerial dan komite audit berpengaruh positif terhadap kualitas laba, sedangkan dewan komisaris berpengaruh negatif terhadap kualitas laba. Selain itu juga, kualitas laba berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan dan mekanisme corporate governance berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Dimana dewan komisaris dan komite audit berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan, kepemilikan manajerial berpengaruh negatif terhadap nilai perusahaan.

31 28 Kualitas audit bukan variabel intervening yang mempengaruhi hubungan mekanisme corporate governance dan nilai perusahaan Kerangka Konsep Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah dan untuk tercapainya penelitian ini dengan didukung tinjuan teoritis dan tinjauan peneliti terdahulu, maka secara skematis kerangka konseptual dalam penelitian ini digambarkan sebagai berikut: Mekanisme Corporate Governance Kepemilikan Institusional (KI) Kepemilikan Manajerial (KM) Komposisi Dewan Komisaris Independen (KDK) Jumlah Dewan Komisaris (JDK) Nilai Perusahaan (Y) Komite Audit (KA) Kualitas Audit (KuA) Gambar 3.1 Kerangka Konseptual

32 29 Gambaran diatas dijelaskan melalui perilaku manipulasi oleh manajer dapat diminimunkan melalui suatu mekanisme monitoring yang bertujuan untuk menyelaraskan berbagai kepentingan. Pertama, memperbesar kepemilikan saham perusahaan oleh manajemen (managerial ownership) (Jensen dan Meckling, 1976), akan mengurangi masalah keagenan dari manager dan menyelaraskan kepentingan antara manajer dan pemegang saham. Kedua, kepemilikan saham oleh investor institusional merupakan pihak yang dapat memantau atau memonitor secara profesional perkembangan investasi karena tingkat pengendalian terhadap manajemen sangat tinggi sehingga potensi kecurangan dapat ditekan. Ketiga, peran monitoring yang dilakukan dewan komisaris independen (Barnhart dan Rosentein 1998). Keempat, kualitas audit yang dilihat dari peran auditor yang memiliki kompetensi yang memadai dan bersikap independen sehingga menjadi pihak yang dapat memberikan kepastian terhadap integritas angka-angka akuntansi yang dilaporkan manajemen (Mayangsari 2003) Komposisi dewan komisaris dan ukuran dewan komisaris mempengaruhi mereka dalam memantau proses pelaporn keuangan. Komite audit dapat mengurangi adanya manajemen laba yang dilakukan pihak manajemen. Dalam hubungannya dengan kinerja, PBV salah satu jenis penilaian kinerja perusahaan yang mengukur keberhasilan perusahaan dalam mencapai harga saham di pasar Bursa Efek Indonesia. Price to Book Ratio adalah perbandingan antara harga pasar dan nilai buku saham. Arifin (2002) menyatakan meningkatnya nilai rasio PBV maka akan meningkatkan harga saham juga.

33 30 Bagi para investor harga saham menunjukkan baik atau buruknya nilai perusahaan. Dimana harga saham yang aktif terjual di pasar BEI disebut indeks LQ- 45. Harga saham di indeks ini sangat beragam dan banyak investor yang mau membeli saham-saham di indeks LQ-45 karena return yang diberikan perusahaan tersebut kepada investor. Dalam penelitian ini, PBV sebagai proxy dari nilai perusahaan yang merupakan variabel dependen. PBV perusahaan terdapat dalam laporan tahunan yang diterbitkan oleh Bursa Efek Indonesia. Mekanisme corporate governance dalam hal ini kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, komposisi dewan komisaris independen, ukuran dewan komisaris, keberadaan komite audit, dan kualitas audit sebagai variable independen. Dimana manajemen laba sebagai variabel moderating yang akan menunjukkan pengaruh penerapan mekanisme good corporate governance terhadap PBV, berpengaruh memperkuat atau memperlemah hal tersebut Hipotesis Dalam penelitian ini, yang dimaksud dengan kinerja perusahaan adalah kinerja saham yang diwakili oleh rasio Price to Book Ratio (PBV) nya. Hipotesis yang akan diuji adalah : 1. Mekanisme corporate governance, yang meliputi kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, komposisi dewan komisaris independen, ukuran dewan komisaris, keberadaan komite audit dan kualitas audit berpengaruh

34 31 secara simultan terhadap nilai perusahaan pada perusahaan yang tergabung dalam indeks LQ Mekanisme corporate governance, yang meliputi kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, komposisi dewan komisaris independen, ukuran dewan komisaris, keberadaan komite audit dan kualitas audit berpengaruh secara parsial terhadap nilai perusahaan pada perusahaan yang tergabung dalam indeks LQ-45.

35 42 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Jenis Penelitian Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian hubungan kausal (causal effect), yaitu suatu penelitian yang dilakukan terhadap fakta-fakta untuk membuktikan secara empiris tentang pengaruh suatu variabel terhadap variabel lain, yaitu fakta empiris pengaruh kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, komposisi dan ukuran dewan komisaris independen, komite audit, kualitas audit dan manajemen laba dan kinerja perusahaan. Variabel dalam penelitian ini terdiri dari 1 (satu) variabel dependen yaitu nilai perusahaan dan 6 (enam) variabel independen yaitu kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, komposisi dewan komisaris dan ukuran dewan komisaris, komite audit dan kualitas audit. Serta 1(satu) variabel moderating yaitu manajemen laba Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan pada Maret 2013 dengan mengambil objek penelitian seluruh perusahaan yang terdaftar dalam indeks LQ-45 di Bursa Efek Indonesia. Data diperoleh dengan mendownload semua laporan tahunan untuk tahun 2005 hingga 2010 yang dipublikasikan di

36 Populasi dan Sampel Populasi adalah kelompok elemen yang lengkap, yang biasanya berupa orang, objek, transaksi, atau kejadian di mana kita tertarik untuk mempelajari atau menjadi objek penelitian (Kuncoro,2004). Populasi dari penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang tergabung dalam LQ-45 dan terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan periode 6 tahun yaitu tahun 2005 sampai dengan Sampel dipilih secara purposive sampling berdasarkan atas pertimbangan tertentu sehingga diperoleh sampel yang representatif sesuai dengan kriteria yang ditentukan. Adapun beberapa pertimbangan atau kriteria yang digunakan dalam pemilihan sampel adalah : 1. Sampel merupakan perusahaan non-keuangan yang harus tetap terdaftar pada indeks LQ-45 untuk periode waktu antara Sampel masih tercatat di BEI dan saham perusahaan sampel aktif diperdagangkan hingga saat ini. Berikut ini ringkasan teknik penentuan jumlah sampel berdasarkan kriteria di atas dapat dilihat pada Tabel 4.1 Tabel 4.1 Teknik Pengambilan Sampel No Kriteria Jumlah 1 Populasi 97 2 Tidak memenuhi kriteria a dan b 87 Total sampel 10

37 44 Daftar nama perusahaan yang terdaftar dalam indeks LQ-45 periode (sampel) dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut. Tabel 4.2 Sampel Perusahaan Indeks LQ-45 tahun No Nama Perusahaan 1 PT. Astra Agro Lestari Tbk 2 PT. Aneka Tambang (Persero) Tbk 3 PT. Astra International Tbk 4 PT. International Nickel Ind.Tbk 5 PT. Indofood Sukses Makmur Tbk 6 PT. Indosat Tbk 7 PT. Tambang Batubara Bukit Asam Tbk 8 PT. Semen Cibinong Tbk (Holcim) 9 PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk 10 PT. United Tractors Tbk 4.4. Metode Pengumpulan Data Semua data yang dikumpulkan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang diperoleh dari berbagai sumber. Data-data yang berkaitan dengan variabelvariabel yang digunakan dalam penelitian diperoleh dari laporan keuangan perusahaan, data perubahan harga saham dan index IHSG dengan cara download dari website serta Pusat Informasi Pasar Modal (PIPM) Definisi Operasional Definisi operasional adalah suatu defenisi yang diberikan kepada variabel dengan cara memberikan arti atau menspesifikasi kegiataan, ataupun memberikan suatu operasional yang diperlukan untuk mengukur variabel tersebut (Nasir, 1999).

38 45 Pemberian definisi operasional dilakukan dengan tujuan untuk menghilangkan keraguan atau bias yang mungkin terjadi. Berikut variabel variabel yang terkait dalam penelitian ini beserta proxy yang digunakan untuk masing-masing variabel : a. Variabel Dependen. Dalam penelitian ini variabel yang digunakan adalah nilai perusahaan. Nilai perusahaan dalam penelitian ini diartikan sebagai ekspektasi nilai investasi para pemegang saham (harga pasar ekuitas) sebagai reaksi terhadap informasi yang diberikannya yang mencakup harga pasar saham dan volume saham yang beredar. Pengukuran menggunakan skala rasio. Nilai perusahaan diukur dengan nilai buku saham (Price to Book Value) yang dihitung dengan rumus sebagai berikut: PBV = b. Variabel Independen : 1. Kepemilikan Institusional Kepemilikan institusional adalah komposisi saham perusahaan yang dimiliki oleh pihak institusi atau lembaga seperti perusahaan asuransi, dana pensiun atau perusahaan lain. Kepemilikan institusional (investor institusional) dapat memonitor tim manajemen secara lebih efektif dan dapat meningkatkan nilai perusahaan. Variabel ini diukur berdasarkan persentase jumlah saham yang dimiliki institusi dari seluruh modal saham yang beredar. Pengukurannya menggunakan skala rasio.

39 46 2. Kepemilikan Manajerial Kepemilikan manajerial adalah proporsi kepemilikan saham oleh pihak manajemen dari seluruh modal saham yang dikelola. Variabel ini diukur berdasarkan persentase jumlah saham yang beredar yang dimiliki pihak manajemen dari seluruh modal saham perusahaan yang beredar dan diukur dengan menggunakan skala rasio. 3. Komposisi Dewan Komisaris Independen Komposisi dewan komisaris independen adalah jumlah anggota dewan komisaris yang tidak terafiliasi dengan manajemen, anggota dewan komisaris lainnya dan pemegang saham pengendali, serta bebas dari hubungan bisnis atau hubungan lainnya yang dapat mempengaruhi kemampuannya untuk bertindak independen atau bertindak semata-mata demi kepentingan perusahaan. Komposisi dewan komisaris independen diukur berdasarkan persentase jumlah anggota dewan komisaris independen dari keseluruhan jumlah dewan komisaris perusahaan dan diukur dengan menggunakan skala rasio. 4. Jumlah Dewan Komisaris Independen Jumlah dewan komisaris merupakan jumlah anggota dewan komisaris perusahaan. Dewan komisaris bertangungjawab dan berwenang mengawasi tindakan manajemen dan memberikan nasehat kepada manajemen jika dipandang perlu oleh dewan komisaris. Jumlah dewan komisaris diukur dengan menggunakan jumlah anggota dewan komisaris suatu perusahaan dan diukur berdasarkan skala rasio.

40 47 5. Komite Audit Komite audit adalah suatu komite yang terdiri dari tiga atau lebih anggota yang bukan merupakan bagian dari manajemen atau perusahaan untuk melakukan pengujian dan penilaian atas kewajaran laporan yang dibuat perusahaan. Keberadaan komite audit diukur berdasarkan persentase jumlah komite audit yang berasal dari komisaris independen dari seluruh jumlah anggota komite audit dan diukur dengan menggunakan skala rasio. 6. Kualitas Audit Variabel ini merupakan variabel dummy nilai 1 untuk auditor yang diasumsikan berkualitas tinggi dan termasuk dalam big four dan nilai 0 untuk auditor yang diasumsikan berkualitas rendah dan tidak termasuk dalam big four. Kualitas auditor diukur berdasarkan marketshare artinya auditor yang memiliki marketshare yang besar diasumsikan sebagai auditor berkualitas tinggi dan sebaliknya. Auditor yang dipergunakan adalah auditor yang terdaftar di Bapepam sehingga auditor yang berkualitas tinggi dan independent adalah auditor yang marketshare yang besar pada perusahaan yang terdaftar di BEI sebagai sampel penelitian ini.

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan tekanan persaingan di antara pemain pasar yang ada dan new entrants,

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan tekanan persaingan di antara pemain pasar yang ada dan new entrants, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan-perusahaaan yang berhasil dan memiliki kinerja yang baik mengerti bagaimana beradaptasi dengan pasar yang berubah secara kesinambungan. Peningkatan tekanan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Corporate governance sampai saat ini memiliki peranan yang sangat penting di dalam menyelaraskan kepentingan prinsipal dan agen. Menurut Forum for Corporate

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. antara manajer (agent) dengan investor (principal). Terjadinya konflik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. antara manajer (agent) dengan investor (principal). Terjadinya konflik BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Teori Keagenan Dalam rangka memahami good corporate governance maka digunakanlah dasar perspektif hubungan keagenan. Jensen dan Meckling (1976) menyatakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori Adapun Teori yang dapat mendukung berkaitan dengan masalah yang sedang diteliti: 1. Teori Keagenan(Agency Theory) Teori Keagenan (Agency Theory) merupakan teori

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Teori agensi menjelaskan tentang pemisahan kepentingan atau

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Teori agensi menjelaskan tentang pemisahan kepentingan atau BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Teori Agensi Teori agensi menjelaskan tentang pemisahan kepentingan atau pemisahan pengelolaan perusahaan. Pemilik ( principle)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Good Corporate Governance. kreditor, pemerintah, karyawan, dan pihak pihak yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Good Corporate Governance. kreditor, pemerintah, karyawan, dan pihak pihak yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Good Corporate Governance 2.1.1.1 Pengertian Good Corporate Governance Istilah corporate governance pertama sekali diperkenalkan oleh Cadbury Comitee

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Didirikannya sebuah perusahaan memiliki tujuan yang jelas yang terdiri dari:

BAB 1 PENDAHULUAN. Didirikannya sebuah perusahaan memiliki tujuan yang jelas yang terdiri dari: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Didirikannya sebuah perusahaan memiliki tujuan yang jelas yang terdiri dari: a. Untuk mencapai keuntungan yang maksimal atau laba yang sebesar-besarnya. b.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Pasar modal (capital market) merupakan tempat diperjualbelikannya berbagai instrumen keuangan jangka panjang, seperti utang, ekuitas (saham), instrumen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya tujuan utama didirikannya suatu perusahaan adalah untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya tujuan utama didirikannya suatu perusahaan adalah untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada umumnya tujuan utama didirikannya suatu perusahaan adalah untuk memperoleh keuntungan dan untuk meningkatkan kemakmuran pemilik atau para pemegang saham.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengoptimalkan keuntungan atas usaha yang dijalankannya. Tujuan-tujuan

BAB I PENDAHULUAN. mengoptimalkan keuntungan atas usaha yang dijalankannya. Tujuan-tujuan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan utama perusahaan adalah meningkatkan nilai perusahaan. Perusahaan juga harus meningkatkan kesejahteraan pemilik atau pemegang saham dengan cara mengoptimalkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Saham adalah suatu nilai dalam berbagai instrumen finansial yang mengacu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Saham adalah suatu nilai dalam berbagai instrumen finansial yang mengacu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saham adalah suatu nilai dalam berbagai instrumen finansial yang mengacu pada bagian kepemilikan sebuah perusahaan yang berfungsi sebagai pendanaan perusahaan dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJUAN PUSTAKA. mencerminkan penilaian investor keseluruhan atas setiap ekuitas yang dimiliki.

BAB II TINJUAN PUSTAKA. mencerminkan penilaian investor keseluruhan atas setiap ekuitas yang dimiliki. BAB II TINJUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1 Nilai perusahaan Nilai perusahaan pada dasarnya dapat diukur melalui beberapa aspek, salah satunya adalah harga pasar saham perusahaan karena harga pasar

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Mekanisme Corporate Governance Mekanisme corporate governance memiliki kemampuan dalam kaitannya menghasilkan suatu laporan keuangan yang memiliki kandungan informasi laba (Boediono,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang bekerja untuk mencapai tujuan. Tujuan utama perusahaan adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. yang bekerja untuk mencapai tujuan. Tujuan utama perusahaan adalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan merupakan suatu organisasi yang terdiri atas sekelompok orang yang bekerja untuk mencapai tujuan. Tujuan utama perusahaan adalah meningkatkan nilai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan melalui implementasi keputusan keuangan yang terdiri dari

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan melalui implementasi keputusan keuangan yang terdiri dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manajer perusahaan mempunyai tujuan untuk meningkatkan nilai perusahaan melalui implementasi keputusan keuangan yang terdiri dari keputusan investasi, keputusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Isu corporate governance muncul sebagai solusi terhadap konflik yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. Isu corporate governance muncul sebagai solusi terhadap konflik yang terjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Isu corporate governance muncul sebagai solusi terhadap konflik yang terjadi antara pemilik perusahaan dengan manajemen perusahaan, yang biasa disebut agency

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Keagenan (Agency Theory) Penelitian ini menggunakan teori keagenan, dimana teori ini sering kali digunakan sebagai landasan dalam penelitian mengenai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini dikarenakan dengan Gross Domestic Product (GDP) Indonesia yang terus

BAB I PENDAHULUAN. ini dikarenakan dengan Gross Domestic Product (GDP) Indonesia yang terus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini Indonesia merupakan negara berkembang yang mengalami pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi. Dengan tingginya pertumbuhan ekonomi di Indonesia membuat para investor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh dari komponen corporate

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh dari komponen corporate BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh dari komponen corporate governance terhadap manajemen laba di industri perbankan Indonesia. Konsep good corporate

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Emery, Finnertry, and Stowe 2007:14 Brigham dan Ehrhardt (2002:12

BAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Emery, Finnertry, and Stowe 2007:14 Brigham dan Ehrhardt (2002:12 BAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Perusahaan merupakan sebuah organisasi yang menjadi penggerak utama dalam perekonomian suatu negara. Setiap perusahaan memiliki tujuan penting salah satunya adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan globalisasi memicu munculnya perusahaan dengan jenis dan

BAB I PENDAHULUAN. dengan globalisasi memicu munculnya perusahaan dengan jenis dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perekonomian yang semakin berkembang dewasa ini seiring dengan globalisasi memicu munculnya perusahaan dengan jenis dan bentuk yang berbeda. Hal ini tentunya

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUALITAS LABA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUALITAS LABA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUALITAS LABA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi

Lebih terperinci

Peran Praktek Corporate Governance Sebagai Moderating Variable dari Pengaruh Earnings Management Terhadap Nilai Perusahaan

Peran Praktek Corporate Governance Sebagai Moderating Variable dari Pengaruh Earnings Management Terhadap Nilai Perusahaan Tugas S2 matrikulasi: Ekonomi Bisnis & Financial Dosen: Dr. Prihantoro, SE., MM Peran Praktek Corporate Governance Sebagai Moderating Variable dari Pengaruh Earnings Management Terhadap Nilai Perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (principal) dan manajemen (agent). Kondisi ini menimbulkan potensi terjadinya

BAB I PENDAHULUAN. (principal) dan manajemen (agent). Kondisi ini menimbulkan potensi terjadinya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Teori keagenan yang dikemukakan oleh Jensen dan Meckling (1976) mengindikasikan bahwa terdapat perbedaan kepentingan antara pemilik perusahaan (principal)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. persamaan dan perbedaan yang telah mendukung penelitian ini:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. persamaan dan perbedaan yang telah mendukung penelitian ini: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Pembahasan yang akan dilakukan pada penelitian ini merujuk pada penelitian sebelumnya. Berikut ini uraian beberapa penelitian terdahulu beserta persamaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang Undang Republik Indonesia Nomor 8 tahun 1995 mengenai

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang Undang Republik Indonesia Nomor 8 tahun 1995 mengenai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Dalam era globalisasi, perusahaan dapat memperoleh dana untuk memperluas usahanya, salah satunya dengan mendaftarkan perusahaan pada pasar modal. Menurut

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Teori keagenan (agency theory) telah menjadi basis penelitian yang kuat dalam disiplin keuangan dan akuntansi (Abdullah, 2001). Teori keagenan menjelaskan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam teori keagenan (agency theory), adanya pemisahan antara. kepemilikan dan pengelolaan perusahaan dapat menimbulkan konflik.

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam teori keagenan (agency theory), adanya pemisahan antara. kepemilikan dan pengelolaan perusahaan dapat menimbulkan konflik. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam teori keagenan (agency theory), adanya pemisahan antara kepemilikan dan pengelolaan perusahaan dapat menimbulkan konflik. Terjadinya konflik yang disebut agency

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. memiliki sebuah perusahaan go public. Semakin tinggi nilai perusahaan

BAB 1 PENDAHULUAN. memiliki sebuah perusahaan go public. Semakin tinggi nilai perusahaan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan merupakan sekelompok orang yang bekerja untuk mencapai suatu tujuan dalam suatu organisasi. Tujuan jangka pendek perusahaan yaitu memaksimalkan kemakmuran

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN. Teori agensi berkaitan dengan hubungan antara manajemen perusahaan (agent)

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN. Teori agensi berkaitan dengan hubungan antara manajemen perusahaan (agent) BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN 2.1.1 Agency Theory Teori agensi berkaitan dengan hubungan antara manajemen perusahaan (agent) dengan investor.menurut Darmawati dkk (2005), inti dari hubungan keagenan adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masalah keuangan merupakan salah satu masalah yang sangat vital bagi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masalah keuangan merupakan salah satu masalah yang sangat vital bagi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah keuangan merupakan salah satu masalah yang sangat vital bagi perusahaan dalam perkembangan bisnis disemua perusahaan. Salah satu tujuan utama didirikannya perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Semakin tinggi nilai perusahaan dianggap semakin sejahtera pula pemiliknya.

BAB I PENDAHULUAN. Semakin tinggi nilai perusahaan dianggap semakin sejahtera pula pemiliknya. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan utama perusahaan yaitu meningkatkan nilai perusahaan. Semakin tinggi nilai perusahaan dianggap semakin sejahtera pula pemiliknya. Laba merupakan indikator

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. menilai kinerja perusahaan dalam proses pengambilan keputusan. Laporan keuangan

I. PENDAHULUAN. menilai kinerja perusahaan dalam proses pengambilan keputusan. Laporan keuangan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan keuangan merupakan salah satu sumber informasi dari pihak eksternal dalam menilai kinerja perusahaan dalam proses pengambilan keputusan. Laporan keuangan merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan suatu perusahaan didirikan adalah untuk meningkatkan nilai

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan suatu perusahaan didirikan adalah untuk meningkatkan nilai 1 BAB I PENDAHULUAN.1 Latar Belakang Masalah Tujuan suatu perusahaan didirikan adalah untuk meningkatkan nilai perusahaan dengan meningkatkan kemakmuran pemilik atau para pemegang sahamnya. Untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manajer (agen). Manajemen ditunjuk sebagai pengelola perusahaan oleh pihak

BAB I PENDAHULUAN. manajer (agen). Manajemen ditunjuk sebagai pengelola perusahaan oleh pihak BAB I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, dan sistematika penelitiaan. Bagian 1.1 menjelaskan mengenai latar

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Teori agensi didasarkan pada pandangan bahwa perusahaan sebagai sekumpulan

BAB II LANDASAN TEORI. Teori agensi didasarkan pada pandangan bahwa perusahaan sebagai sekumpulan BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Agency Theory Teori agensi didasarkan pada pandangan bahwa perusahaan sebagai sekumpulan kontrak di antara faktor-faktor produksi dan hubungan di antara prinsipal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semakin maju membuat para pelaku ekonomi semakin mudah dalam mendapatkan

BAB I PENDAHULUAN. semakin maju membuat para pelaku ekonomi semakin mudah dalam mendapatkan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan dunia bisnis yang semakin pesat serta teknologi yang semakin maju membuat para pelaku ekonomi semakin mudah dalam mendapatkan informasi mengenai kondisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baik jika laba tersebut menjadi indikator yang baik untuk laba masa mendatang,

BAB I PENDAHULUAN. baik jika laba tersebut menjadi indikator yang baik untuk laba masa mendatang, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kualitas laba adalah laba yang secara benar dan akurat menggambarkan profitabilitas operasional perusahaan. Menurut Penman dan Cohen (2003) dalam Wibowo (2009) diungkapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tujuan para investor yaitu memperoleh return yang maksimal dari dana yang

BAB I PENDAHULUAN. tujuan para investor yaitu memperoleh return yang maksimal dari dana yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu tujuan utama suatu perusahaan didirikan adalah memaksimalkan kekayaan pemegang saham dengan cara memaksimalkan harga saham perusahaan (Keown et al,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Konsep pendirian korporasi modern sebagai suatu entitas legal dapat dilihat dari adanya pemisahan antara kepemilikan dan pengelolaan. Menurut Lukviarman (2016, p.23)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keuangan dan hal ini sangat penting, baik bagi investor maupun bagi

BAB I PENDAHULUAN. keuangan dan hal ini sangat penting, baik bagi investor maupun bagi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kinerja keuangan merupakan ukuran keberhasilan atas pelaksanaan fungsifungsi keuangan dan hal ini sangat penting, baik bagi investor maupun bagi perusahaan yang bersangkutan.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS. Persepsi Good dalam good corporate governance adalah tingkat pencapaian

BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS. Persepsi Good dalam good corporate governance adalah tingkat pencapaian 6 BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS 1.1. Pengertian Good Corporate Governance Persepsi Good dalam good corporate governance adalah tingkat pencapaian terhadap suatu hasil upaya yang memenuhi persyaratan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. efektif dan efisien agar bisa bersaing dengan perusahaan lain di dalam negeri

BAB I PENDAHULUAN. efektif dan efisien agar bisa bersaing dengan perusahaan lain di dalam negeri BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam perkembangan ekonomi era globalisasi saat ini, indonesia mengalami perkembangan ekonomi dengan cepat dan kondisi perekonomian nasional yang semakin membaik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan penting dalam pendirian perusahaan adalah untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan penting dalam pendirian perusahaan adalah untuk meningkatkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan penting dalam pendirian perusahaan adalah untuk meningkatkan nilai perusahaan dengan meningkatkan kemakmuran pemilik atau para pemegang sahamnya. Namun terkadang

Lebih terperinci

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Teori agensi mengistilahkan pemilik sebagai principal, sedangkan manajer

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Teori agensi mengistilahkan pemilik sebagai principal, sedangkan manajer BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. TINJAUAN PUSTAKA 1. Teori Agensi Teori agensi mengistilahkan pemilik sebagai principal, sedangkan manajer sebagai agent. Teori agensi menggambarkan bahwa agent memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan merupakan suatu organisasi yang terdiri dari sekelompok orang yang bekerja untuk mencapai tujuan yaitu untuk meningkatkan nilai perusahaan. Perkembangan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Berdirinya sebuah perusahaan harus memiliki tujuan yang jelas. Ada

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Berdirinya sebuah perusahaan harus memiliki tujuan yang jelas. Ada BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berdirinya sebuah perusahaan harus memiliki tujuan yang jelas. Ada beberapa tujuan berdirinya sebuah perusahaan. Tujuan yang pertama adalah untuk mencapai keuntungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Sedangkan laporan keuangan penting bagi para pihak eksternal

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Sedangkan laporan keuangan penting bagi para pihak eksternal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan keuangan disusun berdasarkan sumber-sumber informasi dalam perusahaan, salah satu informasi tersebut digunakan sebagai acuan mengenai laba perusahaan. Sedangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keuangan. Laporan keuangan merupakan media komunikasi bagi perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. keuangan. Laporan keuangan merupakan media komunikasi bagi perusahaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Informasi mengenai kinerja perusahaan dapat diperoleh dalam laporan keuangan. Laporan keuangan merupakan media komunikasi bagi perusahaan dengan pihak eksternal dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Di Indonesia, isu mengenai Good Corporate Governance (GCG) mulai

BAB 1 PENDAHULUAN. Di Indonesia, isu mengenai Good Corporate Governance (GCG) mulai BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia, isu mengenai Good Corporate Governance (GCG) mulai menjadi perhatian ketika Indonesia mengalami krisis yang berkepanjangan pada pertengahan tahun

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Adanya pelaporan keuangan yang dilakukan oleh suatu perusahaan memiliki tujuan yaitu untuk mengkomunikasikan informasi akuntansi dalam membantu pengguna untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan operasionalnya, yaitu mencari profit, akan tetapi selain mencari

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan operasionalnya, yaitu mencari profit, akan tetapi selain mencari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya perusahaan mempunyai tujuan dalam melakukan kegiatan operasionalnya, yaitu mencari profit, akan tetapi selain mencari profit, tujuan utama perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengoptimalkan keuntungan para pemilik (principal) dan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. mengoptimalkan keuntungan para pemilik (principal) dan sebagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penerapan corporate governance didasarkan pada teori agensi. Teori agensi dapat dijelaskan dengan hubungan antara manajemen dengan pemilik. Manajemen sebagai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pembahasan yang dilakukan oleh peneliti merujuk penelitian-penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pembahasan yang dilakukan oleh peneliti merujuk penelitian-penelitian BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terduhulu Pembahasan yang dilakukan oleh peneliti merujuk penelitian-penelitian sebelumnya. Berikut ini akan diuraikan beberapa penelitian terdahulu yang selanjutnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peran penting penerapan Corporate Governance dapat dilihat dari sisi salah

BAB I PENDAHULUAN. Peran penting penerapan Corporate Governance dapat dilihat dari sisi salah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peran penting penerapan Corporate Governance dapat dilihat dari sisi salah satu tujuan penting didalam mendirikan sebuah perusahaan yang selain untuk meningkatkan kesejahteraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. return atas investasinya dengan benar. Corporate governance dapat

BAB I PENDAHULUAN. return atas investasinya dengan benar. Corporate governance dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Konsep corporate governance diajukan demi tercapainya pengelolaan perusahaan yang lebih transparan bagi semua pengguna laporan keuangan. Bila konsep ini diterapkan

Lebih terperinci

adalah hubungan atau kontak antara principal dan agent. Principal saham bertindak sebagai principal, dan CEO (Chief Executive Officer)

adalah hubungan atau kontak antara principal dan agent. Principal saham bertindak sebagai principal, dan CEO (Chief Executive Officer) 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Teori Keagenan Konsep agency teory menurut Anthony dan Govindarajan (1995:569) adalah hubungan atau kontak antara principal dan agent. Principal mempekerjakan agent untuk melakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manajemen dan menjamin akuntanbilitas manajemen terhadap stakeholder

BAB I PENDAHULUAN. manajemen dan menjamin akuntanbilitas manajemen terhadap stakeholder BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Corporate governance merupakan konsep yang diajukan demi peningkatan kinerja perusahaan melalui supervisi atau monitoring kinerja manajemen dan menjamin akuntanbilitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Tujuan utama sebuah perusahaan adalah untuk mendapatkan laba yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Tujuan utama sebuah perusahaan adalah untuk mendapatkan laba yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tujuan utama sebuah perusahaan adalah untuk mendapatkan laba yang sebesar-besarnya dan meningkatkan kemakmuran bagi para pemegang saham. Suatu perusahaan dikatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Akuntansi adalah proses pengidentifikasian, pengukuran, untuk penilaian (judgement) dan pengambilan keputusan oleh pemakai

BAB I PENDAHULUAN. Akuntansi adalah proses pengidentifikasian, pengukuran, untuk penilaian (judgement) dan pengambilan keputusan oleh pemakai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Akuntansi adalah proses pengidentifikasian, pengukuran, pencatatan, dan pengkomunikasian informasi ekonomi yang bisa dipakai untuk penilaian (judgement) dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah meningkatkan nilai perusahaan secara berkelanjutan (sustainable) dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah meningkatkan nilai perusahaan secara berkelanjutan (sustainable) dengan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan adalah suatu entitas yang di dalamnya terdapat sekelompok orang yang bekerja sama untuk mencapai tujuan. Tujuan utama perusahaan adalah meningkatkan nilai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemegang saham) sebagai prinsipal. Manajer sebagai agent memiliki asimetri

BAB I PENDAHULUAN. pemegang saham) sebagai prinsipal. Manajer sebagai agent memiliki asimetri BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Teori keagenan (agency theory) mengimplikasikan adanya asimetri informasi antara manajer sebagai agen dan pemilik (dalam hal ini adalah pemegang saham) sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan dari suatu perusahaan adalah mensejahterahkan kepentingan

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan dari suatu perusahaan adalah mensejahterahkan kepentingan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan dari suatu perusahaan adalah mensejahterahkan kepentingan pemegang saham. Dengan prinsip ini beberapa perusahaan mengabaikan pihak-pihak lain yang berkepentingan

Lebih terperinci

Bab 1 PENDAHULUAN. sebuah perusahaan. Manajer dapat dikatakan sebagai agent dan pemegang

Bab 1 PENDAHULUAN. sebuah perusahaan. Manajer dapat dikatakan sebagai agent dan pemegang Bab 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manajer dan pemegang saham merupakan dua partisipan terkait dalam sebuah perusahaan. Manajer dapat dikatakan sebagai agent dan pemegang saham dapat dikatakan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendanaan. Oleh karena itu, perusahaan-perusahaan di Indonesia dewasa ini mulai

BAB I PENDAHULUAN. pendanaan. Oleh karena itu, perusahaan-perusahaan di Indonesia dewasa ini mulai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap pelaku usaha atas usaha yang dijalankannya atau perusahaan yang telah didirikannya pasti memiliki harapan agar perusahaan tersebut dapat mempertahankan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. efektivitas pencapaian tujuan perusahaan. Seiring dengan berkembangnya. mendorong kesinambungan dan kelangsungan hidup perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. efektivitas pencapaian tujuan perusahaan. Seiring dengan berkembangnya. mendorong kesinambungan dan kelangsungan hidup perusahaan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Dunia usaha yang semakin berkembang dengan pesatnya pada setiap perusahaan baik yang bergerak dibidang jasa, perdagangan, maupun manufaktur selalu berhadapan dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pemerintah, karyawan serta pemegang kepentingan intern dan ekstern lainnya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pemerintah, karyawan serta pemegang kepentingan intern dan ekstern lainnya BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Good Corporate Governance Good Corporate Governance adalah seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara pemegang saham, pengurus perusahaan, pihak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Laba merupakan sekumpulan angka yang berisi informasi, dimana laba juga merupakan bagian penting dari

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Laba merupakan sekumpulan angka yang berisi informasi, dimana laba juga merupakan bagian penting dari BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Laba merupakan sekumpulan angka yang berisi informasi, dimana laba juga merupakan bagian penting dari isi laporan keuangan perusahaan. Laba merupakan salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Tujuan perusahaan dalam jangka panjang adalah memaksimalkan nilai

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Tujuan perusahaan dalam jangka panjang adalah memaksimalkan nilai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tujuan perusahaan dalam jangka panjang adalah memaksimalkan nilai perusahaan melalui implementasi keputusan keuangan yang terdiri dari keputusan pendanaan, investasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. melakukan perluasan usaha agar dapat terus bertahan dan bersaing. Tujuan

BAB 1 PENDAHULUAN. melakukan perluasan usaha agar dapat terus bertahan dan bersaing. Tujuan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Persaingan bisnis dalam industri manufaktur semakin ketat seiring dengan perkembangan perekonomian yang mengakibatkan adanya tuntutan bagi perusahaan untuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. perusahaan merupakan tujuan yang dicapai untuk menarik stakeholders untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. perusahaan merupakan tujuan yang dicapai untuk menarik stakeholders untuk BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada Era Globalisasi ini, persaingan negara- negara maju dan berkembang tak terkecuali pada bidang bisnis manufakturnya semakin ketat seiring dengan perkembangan perekonomian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan fungsi pertanggungjawaban dalam organisasi. Tujuan laporan

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan fungsi pertanggungjawaban dalam organisasi. Tujuan laporan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu sumber informasi dari pihak eksternal dalam menilai kinerja keuangan adalah laporan keuangan. Laporan keuangan merupakan alat utama para manajer

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengalami pemulihan salah satu di bidang industri manufaktur asing. Pasar modal

BAB I PENDAHULUAN. mengalami pemulihan salah satu di bidang industri manufaktur asing. Pasar modal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pendahuluan Sejak krisis ekonomi tahun 1997 hingga saat ini, perekonomian indonesia terus mengalami pemulihan salah satu di bidang industri manufaktur asing. Pasar modal mencatat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. saham akan semakin meningkat (Wahyudi dan Pawestri, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. saham akan semakin meningkat (Wahyudi dan Pawestri, 2006). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perusahaan mempunyai tujuan jangka panjang yaitu memaksimumkan nilai perusahaan. Semakin tinggi nilai perusahaan maka kemakmuran pemegang saham akan semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pada saat ini banyak perusahaan maupun perorangan yang tertarik terhadap investasi dalam bentuk saham. Saham merupakan salah satu modal bagi perusahaan dalam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di era globalisasi saat ini, tuntutan untuk mengelola suatu entitas adalah dengan akuntabilitas dan transparansi sangat diperlukan. Akuntabilitas dan transparansi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory) Teori keagenan menggambarkan perusahaan sebagai suatu titik temu antara pemilik perusahaan (principal) dengan manajemen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Laporan keuangan merupakan ringkasan dari suatu pencatatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Laporan keuangan merupakan ringkasan dari suatu pencatatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Laporan keuangan merupakan ringkasan dari suatu pencatatan transaksi-transaksi keuangan yang terjadi selama satu tahun. Laporan keuangan menjadi media bagi perusahaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan dunia usaha yang semakin meningkat dalam dasawarsa ini

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan dunia usaha yang semakin meningkat dalam dasawarsa ini BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan dunia usaha yang semakin meningkat dalam dasawarsa ini seiring dengan majunya dunia teknologi informasi, hal tersebut semakin menambah tingkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Corporate Governance Perception Index (CGPI) adalah riset dan pemeringkatan penerapan Konsep Corporate Governance (CG) pada perusahaan publik dan BUMN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Teori kontrakting atau bisa disebut juga teori keagenan (agency

BAB 1 PENDAHULUAN. Teori kontrakting atau bisa disebut juga teori keagenan (agency BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Teori kontrakting atau bisa disebut juga teori keagenan (agency theory), hubungan agensi muncul ketika satu orang atau lebih (principal) mempekerjakan orang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Nilai Tujuan utama perusahaan menurut theory of the firm adalah untuk memaksimumkan kekayaan atau nilai perusahaan (value of the firm). Memaksimalkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengukur tingkat kesehatan keuangan (financial health) suatu perusahaan. yaitu menggunakan analisis rasio keuangan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengukur tingkat kesehatan keuangan (financial health) suatu perusahaan. yaitu menggunakan analisis rasio keuangan. 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Kinerja Keuangan Informasi mengenai kinerja keuangan sangat diperlukan investor dalam menentukan kebijakan investasi. Kinerja keuangan digunakan untuk mengukur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melihat kinerja perusahaan dari tahun ke tahun. Nilai perusahaan yang tinggi

BAB I PENDAHULUAN. melihat kinerja perusahaan dari tahun ke tahun. Nilai perusahaan yang tinggi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Nilai perusahaaan merupakan salah satu tolok ukur bagi investor dalam melihat kinerja perusahaan dari tahun ke tahun. Nilai perusahaan yang tinggi menunjukkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. usahanya. Pasar modal perusahaan real estate and property di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. usahanya. Pasar modal perusahaan real estate and property di Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara yang berkembang di dunia, hal tersebut ditandai dengan perkembangan peningkatan jumlah penduduk dan peningkatan perekonomian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengelolaan perusahaan dilakukan oleh dua pihak berbeda, dalam hal ini pihak principal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengelolaan perusahaan dilakukan oleh dua pihak berbeda, dalam hal ini pihak principal BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Agency Theory Agency theory menjelaskan permasalahan yang mungkin timbul ketika kepemilikan dan pengelolaan perusahaan dilakukan oleh dua pihak berbeda, dalam hal ini pihak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan publik atau perusahaan terbuka adalah perusahaan yang sebagian atau

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan publik atau perusahaan terbuka adalah perusahaan yang sebagian atau BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perusahaan publik atau perusahaan terbuka adalah perusahaan yang sebagian atau seluruh sahamnya dimiliki oleh masyarakat. Proses penjualan saham ke masyarakat dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Corporate governance merupakan suatu sistem yang mengatur dan

BAB I PENDAHULUAN. Corporate governance merupakan suatu sistem yang mengatur dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Corporate governance merupakan suatu sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan yang diharapkan dapat memberikan dan meningkatkan nilai perusahaan kepada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Statement of Financial Accounting Concepts (SFAC) No. 1,

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Statement of Financial Accounting Concepts (SFAC) No. 1, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Laporan keuangan pada dasarnya merupakan hasil dari proses akuntansi yang dilakukan oleh perusahaan yang dapat digunakan sebagai alat untuk mengkomunikasikan kondisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah perusahaan melakukan kegiatan operasinya untuk mencapai beberapa

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah perusahaan melakukan kegiatan operasinya untuk mencapai beberapa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebuah perusahaan melakukan kegiatan operasinya untuk mencapai beberapa tujuan yang sudah ditetapkan oleh perusahaan tersebut. Tujuan perusahaan yang pertama adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai peranan penting bagi pengukuran dan penilaian kinerja sebuah

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai peranan penting bagi pengukuran dan penilaian kinerja sebuah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Laporan keuangan merupakan proses akhir dalam proses akuntansi yang mempunyai peranan penting bagi pengukuran dan penilaian kinerja sebuah perusahaan. Pernyataan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Pengertian LQ Kriteria Indeks LQ Daftar Perusahaan Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Pengertian LQ Kriteria Indeks LQ Daftar Perusahaan Objek Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 1.1.1 Pengertian LQ45 Indeks harga saham merupakan indikator pergerakan harga saham. Indeks dapat dijadikan sebagai pedoman bagi investor untuk melakukan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Agensi (Agency Theory) Teori agensi merupakan teori yang mendefinisikan adanya hubungan antara prinsipal dan agen. Jensen dan Meckling (1976) menjelaskan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kontrak yaitu pihak (principal) mengikat pihak lain (agent) untuk melalukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kontrak yaitu pihak (principal) mengikat pihak lain (agent) untuk melalukan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Keagenan (Agency Theory) Teori keagenan merupakan teori yang menjelaskan mengenai hubungan antara dua pihak yaitu manajer dengan pemilik modal dalam suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu indikator yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu indikator yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu indikator yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja operasional perusahaan dilihat dari kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba. Baik kreditur maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan adalah laporan keuangan. Sebuah perusahaan secara periodik

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan adalah laporan keuangan. Sebuah perusahaan secara periodik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu sumber informasi dari pihak eksternal dalam menilai kinerja perusahaan adalah laporan keuangan. Sebuah perusahaan secara periodik menyiapkan laporan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. atas kepentingan mereka sendiri dan agen (manajer perusahaan) a) Pemegang saham dengan manajer.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. atas kepentingan mereka sendiri dan agen (manajer perusahaan) a) Pemegang saham dengan manajer. 10 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Keagenan Teori keagenan mengasumsikan bahwa semua individu bertindak atas kepentingan mereka sendiri dan agen (manajer perusahaan) diasumsikan menerima

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyiapkan laporan keuangan untuk pihak pihak yang berkepentingan seperti

BAB I PENDAHULUAN. menyiapkan laporan keuangan untuk pihak pihak yang berkepentingan seperti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam menjalankan kegiatan operasinya, suatu perusahaan secara periodik menyiapkan laporan keuangan untuk pihak pihak yang berkepentingan seperti pemegang saham,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pelaporan yang dapat memberikan informasi bagi pemakainya. Laporan keuangan

BAB I PENDAHULUAN. pelaporan yang dapat memberikan informasi bagi pemakainya. Laporan keuangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan keuangan merupakan pencatatan transaksi, pengikhtisaran dan pelaporan yang dapat memberikan informasi bagi pemakainya. Laporan keuangan bertujuan menyediakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tuntutan terhadap good corporate governance semakin meningkat. Banyak. dikarenakan lemahnya corporate governance (Wardhani, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. tuntutan terhadap good corporate governance semakin meningkat. Banyak. dikarenakan lemahnya corporate governance (Wardhani, 2008). 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kondisi perekonomian di dunia terus mengalami berbagai perubahan dan hal ini memicu para pengusaha berusaha lebih keras dalam mengembangkan usahanya, apalagi

Lebih terperinci