Pengelolaan B3 dan Limbah B3 Diatur dalam UU- 32/2009 Lebih lanjut kemudian diatur dengan Peraturan Pemerintah (PP)
|
|
- Sudirman Kartawijaya
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Pengelolaan B3 dan Limbah B3 Diatur dalam UU- 32/2009 Lebih lanjut kemudian diatur dengan Peraturan Pemerintah (PP) DIKTAT Bag II Peraturan dalam Pengelolaan BAHAN Berbahaya dan Beracun (atau: B3) PP 74/2001 DIKTAT Bag III (Jangan dibaca lagi) Peraturan dalam Pengelolaan LIMBAH Bahan Berbahaya dan Beracun (atau: Limbah B3) PP 12/1994 Juncto PP 19/1995 à Tidak berlaku lagi DiganN dengan PP 18/199 Juncto PP 85/199 à Tidak berlaku lagi DiganN dengan PP 101/2014 Enri Damanhuri - FTSL ITB
2 Peraturan B3 dan Limbah B3 Undang- Undang No. 32 tahun 2009 tentang: Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, à PengganN UU- 23/1997 : Ps 1 (21) definisi: bahan berbahaya dan beracun (disingkat B3) adalah zat, energi, dan/atau komponen lain yang karena sifat, konsentrasi dan/atau jumlahnya, baik secara langsung maupun :dak langsung dapat mencemarkan dan/atau merusak lingkungan hidup, dan/atau membahayakan lingkungan hidup, kesehatan serta kelangsungan hidup manusia dan mahluk hidup lain. Enri Damanhuri - FTSL ITB
3 Peraturan Limbah B3 (1) Ps 59 UU- 32/ 2009: 1. SeNap orang yang menghasilkan limbah B3 wajib melakukan pengelolaan limbah B3 yang dihasilkannya; 2. Dalam hal B3 telah kedaluwarsa, pengelolaannya mengikun ketentuan pengelolaan limbah B3; 3. Dalam hal senap orang Ndak mampu melakukan sendiri pengelolaan limbah B3, pengelolaannya diserahkan kepada pihak lain; 4. Pengelolaan limbah B3 wajib mendapat izin dari Menteri, Gubernur, atau BupaN/Walikota; 5. Menteri, gubernur, atau bupan/walikota wajib mencantumkan persyaratan lingkungan hidup yang harus dipenuhi dan kewajiban yang harus dipatuhi pengelola imbah B3 dalam izin; 6. Keputusan pemberian izin wajib diumumkan. Enri Damanhuri - FTSL ITB
4 PP No. 101 Tahun 2014 PERATURAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN (Limbah B3) MENGATUR LIMBAH à TIDAK MENGATUR BAHAN Enri Damanhuri - FTSL ITB
5 PP 101/2014 Mengatur LIMBAH B3 tentang: Penetapan (kriteria) Pengurangan; Penyimpanan; Pengumpulan; Pengangkutan; Pemanfaatan; Pengolahan; Penimbunan; Dumping (pembuangan); Pengecualian; dan Perpindahan lintas batas. Penanggulangan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup, dan pemulihan fungsi lingkungan hidup; Sistem tanggap darurat; Pembinaan; Pengawasan; Pembiayaan; dan Sanksi administranf. Enri Damanhuri - FTSL ITB
6 Bab II: Penentuan- kriteria Bab III: Pengurangan Bab IV: Penyimpanan Bab V: Pengumpulan Bab VI: Pengangkutan Bab VII: Pemanfaatan Bab VIII: Pengolahan PP 101/2014 (2) Penjelasan Teknis à Ps- 3 sampai Ps- 9 à Ps- 10 sampai Ps- 11 à Ps- 12 sampai Ps- 30 à Ps- 31 sampai Ps- 46 à Ps- 47 sampai Ps- 52 à Ps- 53 sampai Ps- 98 à Ps- 99 sampai Ps- 144 Bab IX: Penimbunan à Ps- 145 sampai Ps- 174 Bab X: Dumping à Ps- 175 sampai Ps- 190 Bab XI: Pengecualian Bab X1I: Lintas batas à Ps- 191 sampai Ps- 195 à Ps- 196 sampai Ps- 197 Enri Damanhuri - FTSL ITB
7 Penentuan Limbah B3 (1) PP 101/2014 KAPAN SEBUAH LIMBAH BERKATAGORI LIMBAH B3 MENURUT PERATURAN DI INDONESIA? LANGKAH PERTAMA: BILA TERDAPAT DALAM DAFTAR LAMPIRAN I Limbah B3 berdasarkan sumbernya terdiri atas (Lampiran I): a. Limbah B3 dari sumber Ndak spesifik (Tabel 1); b. Limbah B3 dari B3 kedaluwarsa, yang tumpah, Ndak memenuhi spesifikasi produk yang akan dibuang, dan bekas kemasan B3 (Tabel 2); c. Limbah B3 dari sumber spesifik: Limbah B3 dari sumber spesifik umum (Tabel 3); Limbah B3 dari sumber spesifik khusus (Tabel 4). Enri Damanhuri - FTSL ITB
8 Penentuan Limbah B3 (2) PP 101/2014 KAPAN SEBUAH LIMBAH BERKATAGORI LIMBAH B3 MENURUT PERATURAN DI INDONESIA? KALAU TIDAK TERDAPAT DALAM DAFTAR LAMPIRAN I: Menteri KLH wajib melakukan uji karakterisgk untuk mengidennfikasi limbah sebagai: a. Limbah B3 kategori 1; b. Limbah B3 kategori 2. c. Bukan limbah B3 Enri Damanhuri - FTSL ITB
9 Penentuan Limbah B3 (3) PP 101/2014 KAPAN SEBUAH LIMBAH BERKATAGORI LIMBAH B3 MENURUT PERATURAN DI INDONESIA? KALAU TIDAK TERDAPAT DALAM DAFTAR LAMPIRAN I (Lanjut) Uji KarakterisNk untuk membuknkan sebuah limbah adalah limbah B3 kalau limbah tersebut berkarakterisnk: a. mudah meledak; b. mudah menyala; c. reaknf; d. infeksius; e. korosif; dan/atau f. beracun Enri Damanhuri - FTSL ITB
10 Penentuan Limbah B3 (4) PP 101/2014 KAPAN SEBUAH LIMBAH BERKATAGORI LIMBAH B3 MENURUT PERATURAN DI INDONESIA? KALAU TIDAK TERDAPAT DALAM DAFTAR LAMPIRAN I (Lanjut): Uji karakterisnk LIMBAH B3: a. KarakterisNk mudah meledak, mudah menyala, reaknf, infeksius, dan/atau korosif à sesuai LAMPIRAN II; b. KarakterisNk beracun melalui uji TCLP (Toxicity CharacterisNcs Leaching Procedure) lihat LAMPIRAN III: Bila pencemar > dari konsentrasi pada Kolom- A Bila pencemar > dari konsentrasi pada Kolom B c. KarakterisNk beracun melalui Uji Toksikologi Lethal Dose Fifity (LD50): Bila LD50 50 mg/kg- berat badan hewan uji Bila LD50: mg/kg- berat badan hewan uji Enri Damanhuri - FTSL ITB
11 PENENTUAN LIMBAH B3 Versi PP- 101/2014 LIMBAH Tidak Mudah Menyala? I Tidak Infeksius? X Tidak Beracun TCLP- A? Lamp- III Tidak LD- 50? <= 50 mg/kg LIMBAH NON B3 Tidak Tidak Tidak Tidak TIDAK Tidak Mudah Meledak? E ReakNf? R Korosif? C Beracun TCLP- B? Lamp- III LD- 50? mg/kg Tidak Sub- Kronis? 90 hari Ada di Lampiran I? Tabel 1: Kat- 1 (54) Kat- 2 (10) Tabel 2: Kat- 1 (376) Tabel 3: Kat- 1 dan Kat industri dg beragam limbah Tabel 4: Kat- 2 YA YA Kat- 1 YA Kat- 1 YA Kat- 1 YA Kat- 1 YA Kat- 1 YA Kat- 1 YA Kat- 2 YA Kat- 1 YA Kat- 2 YA Kat- 2 LIMBAH B3 Kat- 1 atau Kat- 2 Enri Damanhuri - FTSL ITB
12 LAMPIRAN I PP- 10/2014 (1) TABEL 1: Limbah B3 dari Sumber Tidak Spesifik Pelarut terhalogen (12 buah - Kategori 1): TetrakloroeNlen, dsb Pelarut Ndak terhalogen (21 buah Kategor 1) : Benzena, dsb Asam- basa (10 buah Kategor 1): Asam sulfat, dsb Yang Ndak spesifik lainnya (11 buah - Kategori 1): Mengandung POPs, debu asbes (biru, coklat, abu- abu), aki bekas, lindi landfill B3, produk terkontaminasi Hg, limbah lab mengandung B3, limbah terkontaminasi B3, limbah karbon aknf bekas limbah B3, refrigeran Yang Ndak spesifik (10 buah Kategori 2): debu asbes punh, pelumas bekas, resin penukar ion, CRT, printed circuit board, wire rubber, kemasan bekas B3, sludge IPAL kawasan industri, filter bekas APC, kain majun. Enri Damanhuri - FTSL ITB
13 LAMPIRAN I PP- 10/2014 (2) TABEL 2: B3 kadaluwarsa, B3 tumpah, B3 Ndak sesuai spesifikasi, bekas kemasan B3: Semuanya bahan kimia Terdapat 376 buah Kategori 1 Enri Damanhuri - FTSL ITB
14 LAMPIRAN I PP- 10/2014 (3) TABEL 3: Sumber Spesifik Umum: Terdapat 57 jenis industri, Kategori 1 dan Kategori 2 Jenis industri- kegiatan: pupuk, pesnsida, resin adesif, polimer, petro kimia, kilang minyak, pengawetan kayu, peleburan besi baja- Nmah hitam- tembaga- alumunium- seng- nikel- Nmah punh- mangan, peleburan aki bekas, teksnl, elektroplanng, cat, batere, ekplorasi minyak- gas- panas bumi, pertambangan, PLTU, penyamakan kulit, farmasi, laboratorium, sabun deterjen, oleo, pulp- kertas, foto- kopi. Jenis limbah: karbon aknf, sorben, slag, katalis, residu proses, debu emisi, sludge IPAL, peralatan terkontaminasi, filter bekas, kerak tanki, fire retardant, spent liquor, tar, sand foundry, emulsi minyak, solvent, asam- basa bekas, kemasan bekas Nnta, potongan PCB tersolder, scrap Nmah solder, residu desnlasi, batere bekas, metal powder, lampu fluoresen- Hg, CRT, sisa asbestos, dsb. Enri Damanhuri - FTSL ITB
15 LAMPIRAN I PP- 10/2014 (4) TABEL 4: Sumber Spesifik Khusus: Semuanya berasal dari residu kegiatan industri Terdapat 17 buah Jenis limbah: Slag logam berat, Scale, debu EAF Debu, abu (Fly ash, booom ash) Sludge IPAL Spent bleaching earth Gipsum, kapur Tailing dari tambang Refractori bekas proses termal Enri Damanhuri - FTSL ITB
16 LAMPIRAN II PP- 10/2014 (1) Berisi definisi/kriteria karakterisnk penentuan limbah B3 Limbah mudah meledak (explosive E): Limbah yang pada suhu dan tekanan standar (25 o C dan 760 mmhg) dapat meledak, atau dapat menghasilkan gas dengan suhu dan tekanan Nnggi, yang dengan cepat dapat merusak lingkungan sekitarnya. Limbah mudah menyala (ignitable I): Berupa cairan mengandung alkohol < 24% volume dan/atau pada NNk nyala <= 60 o C akan menyala jika terjadi kontak dengan api, percikan api atau sumber nyala lain pada tekanan udara 760 mmhg. Bukan cairan, yang pada temperatur dan tekanan standar (25 o C dan 760 mmhg) mudah menyala melalui gesekan, penyerapan uap air atau perubahan kimia secara spontan dan jika menyala dapat menyebabkan nyala terus menerus. Enri Damanhuri - FTSL ITB
17 LAMPIRAN II PP- 10/2014 (2) Berisi definisi/kriteria karakterisnk penentuan limbah B3 Limbah reaknf (reacnve R): Limbah yang pada keadaan normal Ndak stabil dan dapat menyebabkan perubahan tanpa peledakan. Secara visual menunjukkan gelembung gas, asap, dan perubahan warna; Limbah yang jika bercampur dengan air berpotensi menimbulkan ledakan, menghasilkan gas, uap, atau asap. Limbah sianida, sulfida yang pada kondisi ph antara 2 dan 12,5 dapat menghasilkan gas, uap, atau asap beracun. Enri Damanhuri - FTSL ITB
18 LAMPIRAN II PP- 10/2014 (3) Berisi definisi/kriteria karakterisnk penentuan limbah B3 Limbah infeksius (infecnous X): Limbah medis padat yang terkontaminasi organisme patogen yang Ndak secara runn ada di lingkungan, dan dalam jumlah dan virulensi yang cukup untuk menularkan penyakit pada manusia: Berasal dari perawatan pasien yang memerlukan isolasi penyakit menular, limbah laboratorium; Benda tajam sepern jarum sunnk, perlengkapan intravena, pipet pasteur, dan pecahan gelas; Patologi (limbah jaringan tubuh) dari proses bedah atau otopsi; Dari pembiakan dan stok bahan infeksius, organ binatang percobaan, bahan lain yang telah diinokulasi, terinfeksi atau dengan bahan yang sangat infeksius; Limbah sitotoksik dari bahan yang terkontaminasi dari pemberian obat sitotoksik untuk kemoterapi kanker yang mempunyai kemampuan membunuh atau menghambat pertumbuhan sel. Enri Damanhuri - FTSL ITB
19 LAMPIRAN II PP- 10/2014 (4) Berisi definisi/kriteria karakterisnk penentuan limbah B3 Limbah korosif (corosive C): Limbah dengan ph <= 2 (dua) > 12,5. Bila bersifat padat dilakukan dengan mencampurkan dengan air sesuai dengan metode yang berlaku. Limbah yang menyebabkan Nngkat iritasi yang ditandai dengan adanya kemerahan atau eritema dan pembengkakan atau edema. Limbah beracun (toxic T): Uji toxicxity characterisnc leaching procedure (TCLP Uji toksikologi LD 50 Uji sub- kronis Enri Damanhuri - FTSL ITB
20 LAMPIRAN II PP- 10/2014 (5) Berisi definisi/kriteria karakterisnk penentuan limbah B3 Limbah beracun (toxic T): Uji TCLP Limbah B3 Kategori 1: jika memiliki konsentrasi zat pencemar lebih besar dari TCLP- A (Lampiran III). Limbah B3 Kategori 2: jika memiliki konsentrasi zat pencemar <= TCLP- A dan > TCLP- B (Lampiran III). Limbah beracun (toxic T): Uji LD 50 Limbah B3 Kategori 1: jika memiliki nilai LD 50 oral 7 hari dengan nilai <= 50 mg/kg (berat hewan uji mencit). Limbah B3 kategori 2: jika memiliki nilai LD 50 oral 7 hari antara 50 mg/kg sampai 5000 mg/kg (berat hewan uji mencit). Limbah beracun (toxic T): Uji Sub- kronis Limbah B3 Kategori 2 jika uji Sub- kronis pada hewan uji mencit selama 90 hari menunjukkan sifat racun sub- kronis, terhadap pengamatan pertumbuhan, akumulasi atau biokonsentrasi, studi perilaku respon antar individu hewan uji, dan/atau histopatologis. Enri Damanhuri - FTSL ITB
21 LAMPIRAN III PP- 10/2014 Berisi daqar standard Uji TCLP Zat anorganik: 16 unsur Anion: 6 unsur Organik: 36 unsur PesNsida: 8 unsur Parameter tambahan: 6 unsur Contoh Zat pencemar TCLP- A (mg/l) TCLP- B (mg/l) Anorganik: AnNmoni, Sb 6 1 Anion: Klorida, Cl Organik: Benzena 3 0,5 PesNsida: Pentaklorofenol 2,7 0,45 Parameter tambahan: Toksafena 6 1 Enri Damanhuri - FTSL ITB
22 LAMPIRAN IV PP- 10/2014 (5) Berisi daqar standard Uji TCLP untuk dinmbun di Landfill B3 Bila > dari standard, harus dilakukan solidifikasi terlebih dahulu Standard = standard pada Lampiran III untuk TCLP- B LAMPIRAN V PP- 10/2014 (6) Berisi daqar standard untuk Remediasi Tanah Tercemar Contoh: Pencemar TCLP- A mg/l TK- A mg/kg TCLP- B mg/l TK- B mg/kg TCLP- C mg/l TK- C mg/kg AnNmoni, Sb ,4 3 Klorida, Cl N/A N/A 5000 N/A Benzena ,5 4 0,2 1 Pentaklorofenol 2, , ,18 R Ref tanah setempat Enri Damanhuri - FTSL ITB
23 Penimbunan Limbah B3 Lampiran IV SeNap Orang yang menghasilkan Limbah B3 wajib melaksanakan Penimbunan Limbah B3. Dalam hal SeNap Orang Ndak mampu melakukan sendiri, penimbunan diserahkan kepada Penimbun Limbah B3. Penimbunan Limbah B3 wajib memiliki izin Pengelolaan Limbah B3 untuk kegiatan Penimbunan Limbah B3. Penimbunan Limbah B3 dapat dilakukan pada fasilitas: Penimbusan akhir; Sumur injeksi; penempatan kembali di area bekas tambang; Dam tailing; dan/atau Fasilitas Penimbunan Limbah B3 lain Enri Damanhuri - FTSL ITB
24 Pengelolaan Tanah Tercemar Lampiran V Nilai baku untuk idennfikasi zat pencemar: Jika konsentrasi zat pencemar > TCLP- A dan/atau total konsentrasi A, tanah wajib dikelola sesuai dengan Pengelolaan Limbah B3 Kategori 1; Jika konsentrasi zat pencemar <= dari TCLP- A dan/atau total konsentrasi A dan > TCLP- B dan/atau total konsentrasi B, tanah dimaksud wajib dikelola sesuai dengan pengelolaan limbah B3 Kategori 2; Jika konsentrasi zat pencemar <= TCLP- B dan/atau total konsentrasi B dan > TCLP- C dan/atau total konsentrasi C, wajib dikelola sesuai dengan pengelolaan limbah nonb3; dan Jika konsentrasi zat pencemar <= TCLP- C dan total konsentrasi C, tanah dimaksud dapat digunakan sebagai tanah pelapis dasar. Enri Damanhuri - FTSL ITB
25 Pengurangan Limbah B3 (Bab III) Penghasil Limbah B3 wajib melakukan Pengurangan Pengurangan Limbah B3 melalui: subsntusi bahan: melalui pemilihan bahan baku/penolong yang semula mengandung B3 digannkan dengan yang Ndak mengandung B3; modifikasi proses: melalui pemilihan dan penerapan proses produksi yang lebih efisien; penggunaan teknologi ramah lingkungan. Enri Damanhuri - FTSL ITB
26 Pengangkutan Limbah B3 (Bab VI) Pengangkutan Limbah B3 wajib dilakukan dengan menggunakan alat angkut yang tertutup untuk Limbah B3 kategori 1. Pengangkutan Limbah B3 dapat dilakukan dengan menggunakan alat angkut yang terbuka untuk Limbah B3 kategori 2. Enri Damanhuri - FTSL ITB
27 Pemanfaatan Limbah B3 (Bab VII) Pemanfaatan Limbah B3: sebagai subsntusi bahan baku; sebagai subsntusi sumber energi; sebagai bahan baku; dan sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pemanfaatan Limbah B3 dilakukan dengan mempernmbangkan: ketersediaan teknologi; standar produk jika hasil Pemanfaatan Limbah B3 berupa produk; dan standar lingkungan hidup atau baku mutu lingkungan hidup. Enri Damanhuri - FTSL ITB
28 Pemanfaatan Limbah B3 (Bab VII) Dilarang melakukan pemanfaatan Limbah B3 dari sumber Ndak spesifik dan sumber spesifik yang memiliki Nngkat kontaminasi radioaknf >= 1 Bq/cm2, dan/atau konsentrasi aknvitas sebesar: 1 Bq/gr untuk Nap radionuklida anggota deret uranium dan thorium; atau 10 Bq/gr untuk kalium. Radionuklida melipun: Uranium- 238, Plumbum- 210, Radium- 226, Radium- 228, Thorium- 228, Thorium- 230, Thorium- 234, dan Polonium Enri Damanhuri - FTSL ITB
29 Pengolahan Limbah B3 (Bab VIII) Pengolahan Limbah B3 dilakukan dengan cara: termal; stabilisasi dan solidifikasi; dan/atau cara lain sesuai perkembangan teknologi. Enri Damanhuri - FTSL ITB
30 Pengecualian (Bab XI) Prosedur Delisted dari Daqar Limbah B3 Limbah B3 dari Sumber Spesifik dapat dikecualikan dari Pengelolaan Limbah B3 dengan melaksanakan uji karakterisnk Limbah B3: Uji karakterisnk mudah meledak, mudah menyala, reaknf, infeksius, dan/atau korosif sesuai dengan Uji LD50: nilai <= 50 mg/kg Uji LD50: 50 mg/kg atau sampai 5000 mg/kg Uji TCLP: nilai <= TCLP- B Uji toksikologi sub- kronis Enri Damanhuri - FTSL ITB
PENGELOLAAN LIMBAH B3 [PP 101 TAHUN 2014]
PENGELOLAAN LIMBAH B3 [PP 101 TAHUN 2014] LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2014 NOMOR 333, TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5617 1 DIREKTORAT VERIFIKASI PENGELOLAAN LIMBAH B3 DAN
Lebih terperinciPENGELOLAAN LIMBAH B3. Disampaikan oleh: Deputi MENLH Bidang Pengeloaan B3, Limbah B3, dan Sampah Kementerian Lingkungan Hidup
PENGELOLAAN LIMBAH B3 Disampaikan oleh: Deputi MENLH Bidang Pengeloaan B3, Limbah B3, dan Sampah Kementerian Lingkungan Hidup 1 PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN Penetapan Limbah B3 (Kategorisasi)
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 101 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 101 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 85 TAHUN 1999 TENTANG
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 85 TAHUN 1999 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 18 TAHUN 1999 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 85 TAHUN 1999 TENTANG
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 85 TAHUN 1999 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 18 TAHUN 1999 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Lebih terperinciRANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN
RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 204 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang Mengingat
Lebih terperinciPemantauan Limbah Cair, Gas dan Padat
Pemantauan Limbah Cair, Gas dan Padat Paryanto, Ir.,MS Pusat Penelitian Lingkungan Hidup Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Universitas Sebelas Maret Bimbingan Teknis Pengendalian B3 Pusat Pelatihan
Lebih terperinciLIMBAH. Pengertian Baku Mutu Lingkungan Contoh Baku Mutu Pengelompokkan Limbah Berdasarkan: 1. Jenis Senyawa 2. Wujud 3. Sumber 4.
LIMBAH Pengertian Baku Mutu Lingkungan Contoh Baku Mutu Pengelompokkan Limbah Berdasarkan: 1. Jenis Senyawa 2. Wujud 3. Sumber 4.B3 PENGERTIAN Berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) No. 18/1999 Jo.PP 85/1999
Lebih terperinciKEBIJAKAN PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN (LB3)
KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN KEBIJAKAN PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN (LB3) Direktur Verifikasi Pengelolaan Limbah B3 dan Limbah Non-B3 MISI ORGANISASI Memastikan Kebijakan
Lebih terperinci2014, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Bahan Berbahaya dan Beracun yang selanjutnya disin
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.333, 2014 LINGKUNGAN HIDUP. Limbah. Bahan Berbahaya. Beracun. Pengelolaan. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5617) PERATURAN
Lebih terperinciBUPATI JOMBANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN
Menimbang Mengingat BUPATI JOMBANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 101 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 0 TAHUN 204 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 101 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 101 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk
Lebih terperinciRANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN
RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 204 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang Mengingat
Lebih terperinciAUDIT LIMBAH B3 Bahan Berbahaya dan Beracun
AUDIT LIMBAH B3 Bahan Berbahaya dan Beracun Limbah Sisa suatu usaha dan atau kegiatan Limbah B3 Sisa suatu usaha dan atau kegiatan yang mengandung bahan berbahaya dan atau beracun Sifat, konsentrasi, dan
Lebih terperinciTEKNOLOGI PENGOLAHAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA & BERACUN (B3)
TEKNOLOGI PENGOLAHAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA & BERACUN (B3) Definisi Limbah B3 (PP no.18/1999) Limbah B3 adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan yang mengandung bahan berbahaya da/atau beracun yang karena
Lebih terperinciPENGELOLAAN LIMBAH B3
PENGELOLAAN LIMBAH B3 MUATAN PP LIMBAH B3 TAHUN 2014 D I S AM PAI K AN O L E H : AS I S TE N D E P U TI U R U S AN V E R I F I K AS I P E N G E L O L AAN L I M B AH B 3, D E P U TI M E N L H B I D AN G
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 1999 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 1999 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa lingkungan hidup perlu dijaga kelestariannya
Lebih terperinciPENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN
I. UMUM PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN Limbah B3 yang dibuang langsung ke dalam lingkungan dapat menimbulkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesehatan masyarakat. Hal ini sesuai denganisi pasal 34 ayat (3)
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rumah sakit merupakan sarana utama untuk menunjang dan meningkatkan kesehatan masyarakat. Hal ini sesuai denganisi pasal 34 ayat (3) UUD 1945 bahwa Negara bertanggung
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 1999 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 1999 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa lingkungan hidup perlu dijaga kelestariannya
Lebih terperinci2016, No Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbaha
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 287, 2016 KEMEN-LHK. Limbah. Bahan Berbahaya dan Beracun. Uji Karateristik. Tata Cara. PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.55/Menlhk-Setjen/2015
Lebih terperinciPEDOMAN PENANGGULANGAN KEDARURATAN AKIBAT KECELAKAAN B3 DAN LIMBAH B3
PEDOMAN PENANGGULANGAN KEDARURATAN AKIBAT KECELAKAAN B3 DAN LIMBAH B3 Disampaikan pada tanggal 23 November 2017 DIREKTORAT PEMULIHAN KONTAMINASI DAN TANGGAP DARURAT LIMBAH B3 DIRJEN PENGELOLAAN SAMPAH,
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1994 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1994 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa lingkungan hidup perlu dijaga kelestariannya
Lebih terperinciPROSEDUR PENANGANAN LIMBAH
Halaman : 2 dari 6 1. TUJUAN 1.1 Memberikan panduan dalam hal penanganan Limbah yang dihasilkan dari kegiatan PT Cipta Kridatama. 1.2 Memastikan bahwa semua limbah yang dihasilkan dari kegiatan PT Cipta
Lebih terperinciBAB III TINJAUAN UMUM TERHADAP PENCEMARAN LINGKUNGAN OLEH LIMBAH B3
45 BAB III TINJAUAN UMUM TERHADAP PENCEMARAN LINGKUNGAN OLEH LIMBAH B3 A. Pengertian Limbah Di dalam pasal 1 butir 20 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 1999 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 1999 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa lingkungan hidup perlu dijaga kelestariannya
Lebih terperinciPeraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 1999 Tentang Pengelolaan Limbah Berbahaya dan Beracun
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 1999 Tentang Pengelolaan Limbah Berbahaya dan Beracun PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 1999 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANJAR,
BUPATI BANJAR PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI BANJAR NOMOR 45 TAHUN 2016 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN DI KABUPATEN BANJAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 1999 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 18 TAHUN 1999 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa lingkungan hidup perlu dijaga kelestariannya sehingga tetap mampu menunjang
Lebih terperinciPengertian Bahan Kimia Berbahaya dan Beracun Bahan kimia berbahaya adalah bahan kimia yang memiliki sifat reaktif dan atau sensitif terhadap
Pengertian Bahan Kimia Berbahaya dan Beracun Bahan kimia berbahaya adalah bahan kimia yang memiliki sifat reaktif dan atau sensitif terhadap perubahan/kondisi lingkungan yang dengan sifatnya tersebut dapat
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KOTA CIREBON
LEMBARAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 8 SERI E TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG PERIZINAN DAN PENGAWASAN PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN (B3) DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciPEMBELAJARAN VI BAHAN BERACUN BERBAHAYA
PEMBELAJARAN VI BAHAN BERACUN BERBAHAYA A) KOMPETENSI KOMPETENSI DASAR: 1. Menguasai berbagai jenis bahan beracun dan berbahaya dan cara pengendaliannya 2. Menguasai jenis-jenis limbah dan cara pengolahannya
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 1999 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 1999 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa lingkungan hidup perlu dijaga kelestariannya
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN SERAM BAGIAN TIMUR NOMOR 05 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN
PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERAM BAGIAN TIMUR NOMOR 05 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SERAM BAGIAN TIMUR, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace mencabut: PP 19-1994::PP 12-1995 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 31, 1999 LINGKUNGAN HIDUP. BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN. Dampak Lingkungan.
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 1999 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 1999 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa lingkungan hidup perlu dijaga kelestariannya
Lebih terperinciContohPenilaianPROPER: PengelolaanLimbahB3Kegiatan Pertambangan
ContohPenilaianPROPER: PengelolaanLimbahB3Kegiatan Pertambangan ASISTEN DEPUTI PENGELOLAAN LIMBAH B3 DAN PEMULIHAN KONTAMINASI LIMBAH B3 DEPUTI IV MENLH Evaluasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Kegiatan
Lebih terperinci- 283 - H. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG LINGKUNGAN HIDUP
- 283 - H. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG LINGKUNGAN HIDUP SUB BIDANG SUB SUB BIDANG PEMERINTAH 1. Pengendalian Dampak Lingkungan 1. Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) 1. Menetapkan
Lebih terperinciPeraturan Pemerintah No. 18 Tahun 1999 Tentang : Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun
Peraturan Pemerintah No. 18 Tahun 1999 Tentang : Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa lingkungan hidup perlu dijaga kelestariannya sehingga tetap
Lebih terperinciPERAN LABORATORIUM DALAM PENGELOLAAN LIMBAH B3
PERAN LABORATORIUM DALAM PENGELOLAAN LIMBAH B3 Disampaikan oleh: Sayid MUHADHAR Direktur Verifikasi Pengelolaan Limbah B3 dan Limbah nonb3 Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan 1 ISI PRESENTASI Pendahuluan
Lebih terperinciH. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG LINGKUNGAN HIDUP
- 283 - H. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG LINGKUNGAN HIDUP 1. Pengendalian Dampak Lingkungan 1. Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) 1. Menetapkan kebijakan mengenai pengelolaan Limbah
Lebih terperinciH. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG LINGKUNGAN HIDUP
- 216 - H. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG LINGKUNGAN HIDUP 1. Pengendalian Dampak Lingkungan 1. Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) 1. Menetapkan kebijakan mengenai pengelolaan Limbah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara penghasil batubara yang cukup banyak. Sumber daya alam yang melimpah dapat dijadikan alternatif sebagai pemanfaatan
Lebih terperinci1.1. Latar Belakang Sampah dan limbah rumah sakit adalah semua sampah dan limbah yang. atau limbah klinis dan non klinis baik padat maupun cair.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sampah dan limbah rumah sakit adalah semua sampah dan limbah yang dihasilkan oleh kegiatan rumah sakit dan kegiatan penunjang lainnya. Apabila disbanding dengan kegiatan
Lebih terperinciNama : Irritant. Lambang : Xi. Contoh : NaOH, C 6 H 5 OH, Cl 2. Nama : Harmful. Lambang : Xn
Seperti yang telah kita ketahui, bahan-bahan kimia yang biasa terdapat di laboratorium kimia banyak yang bersifat berbahaya bagi manusia maupun bagi lingkungan sekitar. Ada yang bersifat mudah terbakar,
Lebih terperinciBERITA DAEARAH KOTA DEPOK NOMOR 123 TAHUN 2016 WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK
BERITA DAEARAH KOTA DEPOK NOMOR 123 TAHUN 2016 WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 123 TAHUN 2016 TENTANG TATA LAKSANA PERSYARATAN TEKNIS PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA
Lebih terperinciPeraturan Pemerintah No. 18 Tahun 1999 Tentang : Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun
Peraturan Pemerintah No. 18 Tahun 1999 Tentang : Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa lingkungan hidup perlu dijaga kelestariannya sehingga tetap
Lebih terperincihasil analisis tersebut akan diketahui karakteristik (sifat fisik, biologi dan kimia)
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Umumnya industri migas dalam bentuk ekspoitasi - produksi, pengolahan minyak dan gas bumi serta pemasaran hasil migas berpotensi memberikan dampak terhadap lingkungan,
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN, PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN, DAN DUMPING LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN
Lebih terperinciMANUAL PROSEDUR PENANGANAN LIMBAH LABORATORIUM
MANUAL PROSEDUR PENANGANAN LIMBAH LABORATORIUM JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2016 MANUAL PROSEDUR PENANGANAN LIMBAH LABORATORIUM JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. Pemerintah No 18 tahun 1999).
BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Limbah a. Definisi Limbah Limbah adalah sisa suatu usaha dalam/ atau kegiatan (Peraturan Pemerintah No 18 tahun 1999). Limbah adalah bahan atau sisa buangan
Lebih terperinciPerlakuan dan pembuangan limbah kimia dari pekerjaan laboratorium sehari-hari
Perlakuan dan pembuangan limbah kimia dari pekerjaan laboratorium sehari-hari Pengantar Apakah yang dimaksud dengan limbah? Limbah menurut Recycling and Waste Management Act (krw-/abfg) didefinisikan sebagai
Lebih terperinciBUPATI BANGKA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN
BUPATI BANGKA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA BARAT, Menimbang :
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Boiler merupakan salah satu unit pendukung yang penting dalam dunia
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Boiler merupakan salah satu unit pendukung yang penting dalam dunia industri. Boiler berfungsi untuk menyediakan kebutuhan panas di pabrik dengan mengubah air menjadi
Lebih terperinciPENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2001 TENTANG PENGELOLAAN BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN
PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2001 TENTANG PENGELOLAAN BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN UMUM Meningkatnya kegiatan pembangunan di Indonesia dapat mendorong peningkatan
Lebih terperinciTATA CARA PEMBERIAN SIMBOL DAN LABEL BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN
Lampiran Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor : 03 Tahun 2008 Tanggal : 5 Maret 2008 TATA CARA PEMBERIAN SIMBOL DAN LABEL BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN I. PENDAHULUAN Pengelolaan B3 yang mencakup
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berbagai macam kegiatan seperti mandi, mencuci, dan minum. Tingkat. dimana saja karena bersih, praktis, dan aman.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air merupakan suatu unsur penting dalam kehidupan manusia untuk berbagai macam kegiatan seperti mandi, mencuci, dan minum. Tingkat konsumsi air minum dalam kemasan semakin
Lebih terperinciKeselamatan Kerja di Laboratorium
Keselamatan Kerja di Laboratorium Perhatikan PetunjuKeselamatan kerja Berkaitan dengan keamanan, kenyamanan kerja, dan kepentingan kesehatan, Keselamatan kerja sangat penting di perhatikan dalam bekerja
Lebih terperinciPENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2001 TENTANG PENGELOLAAN BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN
PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2001 TENTANG PENGELOLAAN BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN UMUM Meningkatnya kegiatan pembangunan di Indonesia dapat mendorong peningkatan
Lebih terperinci2016, No Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (Lembaran Negara Republik Indones
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1132, 2016 KEMEN-LHK. Penimbunan Limbah B3. Persyaratan dan Tata Cara. Pencabutan. PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.63/MENLHK/SETJEN/KUM.1/7/2016
Lebih terperinciBUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KEPUTUSAN BUPATI BANTUL NOMOR 300 TAHUN 2016 TENTANG
BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KEPUTUSAN BUPATI BANTUL NOMOR 300 TAHUN 2016 TENTANG IZIN PENYIMPANAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN (B3) RUMAH SAKIT KHUSUS IBU DAN ANAK KAHYANGAN Menimbang
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 03 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN SIMBOL DAN LABEL BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN
SALINAN PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 03 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN SIMBOL DAN LABEL BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan
Lebih terperinciMaterial Safety Data Sheet. : Resin Pinus Oleo
Material Safety Data Sheet Resin Pinus Oleo Bagian 1: Produk Kimia dan Identifikasi Perusahaan Nama Produk : Resin Pinus Oleo Sinonim : Pinus Resin Turpentin Identifikasi Perusahaan : Tradeasia International
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR : 02 TAHUN 2008 TENTANG PEMANFAATAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN
SALINAN PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR : 02 TAHUN 2008 TENTANG PEMANFAATAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan
Lebih terperinciPersyaratan Tempat Penyimpanan Sementara Limbah B3 Yulinah Trihadiningrum 11 Nopember 2009
Persyaratan Tempat Penyimpanan Sementara Limbah B3 Yulinah Trihadiningrum 11 Nopember 2009 Sumber pencemar di perkotaan Hazardous waste storage Acuan Permen LH no. 30/2009 tentang Tentang Tata Laksana
Lebih terperinciSIMBOL BAHAYA DAN KLASIFIKASI BAHAN- BAHAN KIMIA MENURUT EROPA (EUROPEAN ECONOMIC COMMUNITY-EEC)
SIMBOL BAHAYA DAN KLASIFIKASI BAHAN- BAHAN KIMIA MENURUT EROPA (EUROPEAN ECONOMIC COMMUNITY-EEC) KESELAMATAN KESEHATAN KERJA DAN HUKUM KETENAGAKERJAAN OLEH : Kelompok 2 (I KC) 1. Julian Irawan (NIM 061430401226)
Lebih terperinciSOP KEAMANAN, KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
SOP KEAMANAN, KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA TUJUAN Memelihara lingkungan kerja yang sehat. Mencegah, dan mengobati kecelakaan yang disebabkan akibat pekerjaan sewaktu bekerja. Mencegah dan mengobati
Lebih terperinciPengelolaan dan Pengendalian Limbah B3
Materi yang terdapat dalam halaman ini adalah materi yang disampaikan dalam Pelatihan Audit Lingkungan yang diadakan atas kerja sama antara Departemen Biologi FMIPA IPB bekerja sama dengan Bagian PKSDM
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tanah merupakan salah satu unsur alam yang sama pentingnya dengan air dan udara. Tanah adalah suatu benda alami, bagian dari permukaan bumi yang dapat ditumbuhi oleh
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.54/MENLHK/SETJEN/KUM.1/10/2017 TENTANG TATA KERJA TIM AHLI LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciLEMBAR DATA KESELAMATAN
LEMBAR DATA KESELAMATAN BAGIAN 1 IDENTIFIKASI PRODUK KIMIA DAN PERUSAHAAN Nama Produk : Imidacloprid 10% Pengidentifikasi Produk / Nama Dagang : Kimida 10 WP Nama Kimia : (E)-1-(6-chloro-3-pyridylmethyl)-N-nitroimidazolidin-2-
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bab I Pendahuluan
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penurunan kualitas lingkungan hidup dewasa ini salah satunya disebabkan oleh aktifitas kendaran bermotor yang menjadi sumber pencemaran udara. Gas-gas beracun penyebab
Lebih terperinciBUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KEPUTUSAN BUPATI BANTUL NOMOR 299 TAHUN 2016 TENTANG
BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KEPUTUSAN BUPATI BANTUL NOMOR 299 TAHUN 2016 TENTANG IZIN PENYIMPANAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN (B3) PT. KOOC KREASI Menimbang : a. bahwa Bahan Berbahaya
Lebih terperinciKEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN KEBIJAKAN PEMULIHAN LAHAN TERKONTAMINASI LIMBAH B3 DAN SISTEM TANGGAP DARURAT Haneda Sri Mulyanto Sub Direktorat Manufaktur, Agroindustri dan Jasa Direktorat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia mempunyai visi yang sangat ideal, yakni masyarakat Indonesia
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia Sehat 2010 yang telah dicanangkan oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia mempunyai visi yang sangat ideal, yakni masyarakat Indonesia yang penduduknya
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 07 TAHUN 2007 TENTANG BAKU MUTU EMISI SUMBER TIDAK BERGERAK BAGI KETEL UAP
SALINAN PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 07 TAHUN 2007 TENTANG BAKU MUTU EMISI SUMBER TIDAK BERGERAK BAGI KETEL UAP MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pelestarian
Lebih terperinciPT. BINA KARYA KUSUMA
PT. BINA KARYA KUSUMA www.bkk.id Informasi Teknis NEUTRALIZER 25 05 Januari 2015 1. Pengantar NEUTRALIZER 25 adalah produk yang berbentuk bubuk (powder), produk ini secara khusus diformulasikan sebagai
Lebih terperinciKLASIFIKASI LIMBAH. Oleh: Tim pengampu mata kuliah Sanitasi dan Pengolahan Limbah
KLASIFIKASI LIMBAH Oleh: Tim pengampu mata kuliah Sanitasi dan Pengolahan Limbah 1 Pengertian Limbah Limbah: "Zat atau bahan yang dibuang atau dimaksudkan untuk dibuang atau diperlukan untuk dibuang oleh
Lebih terperinci2 secarakimia, fisika, biologi, dan/atau secara termal. Daur ulang (recycle) Limbah B3 merupakan kegiatan mendaur ulang yangbermanfaat melalui proses
No.5617 TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik LINGKUNGAN HIDUP. Limbah. Bahan Berbahaya. Beracun. Pengelolaan. Pencabutan.Indonesia Tahun 2014 Nomor 333) PENJELASAN ATAS
Lebih terperinciPENDAHULUAN 1. Tujuan Percobaan 1.1 Menguji daya hantar listrik berbagai macam larutan. 1.2 Mengetahui dan mengidentifikasi larutan elektrolit kuat,
PENDAHULUAN 1. Tujuan Percobaan 1.1 Menguji daya hantar listrik berbagai macam larutan. 1.2 Mengetahui dan mengidentifikasi larutan elektrolit kuat, elektrolit lemah, dan non elektrolit. 2. Dasar teori
Lebih terperinciSMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 8. Penggunaan Alat Dan Bahan Laboratorium Latihan Soal 8.5
SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 8. Penggunaan Alat Dan Bahan Laboratorium Latihan Soal 8.5 1. Zat berikut yang merangsang berkembangnya sel kanker adalah... Alkohol Formalin Rhodamin-B Kunci Jawaban : D Rhodamin-B
Lebih terperinciBAB IV BAHAN AIR UNTUK CAMPURAN BETON
BAB IV BAHAN AIR UNTUK CAMPURAN BETON Air merupakan salah satu bahan pokok dalam proses pembuatan beton, peranan air sebagai bahan untuk membuat beton dapat menentukan mutu campuran beton. 4.1 Persyaratan
Lebih terperinciLembaran Data Keselamatan Bahan
Lembaran Data Keselamatan Bahan Halaman: 1/6 1. Zat/bahan olahan dan nama perusahaan Paliogen* Blue L 6385 Penggunaan: Colorants for the Paints, lacquers and varnishes industry Perusahaan: PT BASF Indonesia
Lebih terperinciLEMBAR DATA KESELAMATAN
LEMBAR DATA KESELAMATAN BAGIAN 1 IDENTIFIKASI PRODUK KIMIA DAN PERUSAHAAN Nama Produk Pengidentifikasi Produk / Nama Dagang Nama Kimia : Lambda-cyhalothrin 25 g/l : Taekwando 25 EC : (S)-α-cyano-3-phenoxybenzyl
Lebih terperinciB P L H D P R O V I N S I J A W A B A R A T PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN DI PERKANTORAN
B P L H D P R O V I N S I J A W A B A R A T PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN DI PERKANTORAN DAFTAR ISI 1. Apakah Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun itu? 2. Bahaya Limbah Bahan Berbahaya dan
Lebih terperinciPENGOLAHAN MINYAK PELUMAS BEKAS MENGGUNAKAN METODE ACID CLAY TREATMENT
PENGOLAHAN MINYAK PELUMAS BEKAS MENGGUNAKAN METODE ACID CLAY TREATMENT Yuzana Pratiwi 1) Abstrak Limbah B3 (bahan berbahaya dan beracun) yang semakin meningkat dikhawatirkan menimbulkan dampak yang lebih
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH NOMOR : 101 TAHUN 2014 GELOLAAN LIMBAH B3. 1 KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN 2015
PERATURAN PEMERINTAH NOMOR : 101 TAHUN 2014 GELOLAAN LIMBAH B3. 1 KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN 2015 Peraturan Pemerintah Nomor : 101 Tahun 2014 PENGELOLAAN GELOLAAN LIMBAH B3 Disampaikan
Lebih terperinciSMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 8. Penggunaan Alat Dan Bahan Laboratorium Latihan Soal 8.4
1. Cara aman membawa alat gelas adalah dengan... SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 8. Penggunaan Alat Dan Bahan Laboratorium Latihan Soal 8.4 Satu tangan Dua tangan Dua jari Lima jari Kunci Jawaban : B Alat-alat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan salah satu sumber daya alam yang sangat dibutuhkan oleh makhluk hidup. Sebagian besar bumi terdiri atas air karena luas daratan lebih kecil dibandingkan
Lebih terperinciIDENTIFIKASI BAHAYA B3 DAN PENANGANAN INSIDEN B3
1 dari 7 STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO) Tanggal terbit Ditetapkan, Direktur RS. Dedy Jaya Brebes PENGERTIAN TUJUAN KEBIJAKAN PROSEDUR dr. Irma Yurita 1. Identifikasi bahaya B3 (Bahan Berbahaya dan
Lebih terperinciLembaran Data Keselamatan Bahan
Lembaran Data Keselamatan Bahan Halaman: 1/5 1. Zat/bahan olahan dan nama perusahaan Covi-ox T-50 C Penggunaan: antioksidan, dietary supplement, bahan kosmetik Perusahaan: PT BASF Indonesia Plaza GRI,
Lebih terperinciInformasi Bahan Berbahaya Beracun Dan Pencemar Organik Persisten (SIBP3POPs) di Kemenkes. Badan Litbang Kesehatan 2017
Informasi Bahan Berbahaya Beracun Dan Pencemar Organik Persisten (SIBP3POPs) di Kemenkes Badan Litbang Kesehatan 2017 Sistematika Pengertian: Bahan berbahaya dan beracun, pencemar organik persisten (POPs)
Lebih terperinci- 1 - GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 52 TAHUN 2014 TENTANG
- 1 - GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 52 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 72 TAHUN 2013 TENTANG BAGI INDUSTRI DAN/ATAU KEGIATAN USAHA LAINNYA
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Peraturan Pemerintah No. 85 Tahun 1999 Tentang : Perubahan Atas Peraturan Pemerintah No. 18 Tahun 1999 Tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun Oleh : PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor :
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat khususnya di kotakota
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat khususnya di kotakota besar, semakin banyak didirikan Rumah Sakit (RS). 1 Rumah Sakit sebagai sarana upaya perbaikan
Lebih terperinciBUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KEPUTUSAN BUPATI BANTUL NOMOR 245 TAHUN 2016 TENTANG
BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KEPUTUSAN BUPATI BANTUL NOMOR 245 TAHUN 2016 TENTANG IZIN PENYIMPANAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN (B3) PT PERTAMINA (PERSERO) TERMINAL BBM REWULU Menimbang
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perairan pesisir merupakan daerah peralihan antara daratan dan laut. Dalam suatu wilayah pesisir terdapat bermacam ekosistem dan sumber daya pesisir. Ekosistem pesisir
Lebih terperinci2016, No Nomor 333, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5617); 3. Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2015 tentang Kementerian Lin
No.598, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-LHK. Limbah B3. Fasilitas Pelayanan Kesehatan. Persyaratan. Tata Cara. PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.56/MENLHK-SETJEN/2015
Lebih terperinciLembaran Data Keselamatan Bahan
Lembaran Data Keselamatan Bahan Halaman: 1/8 1. Zat/bahan olahan dan nama perusahaan Synative ES 2964 Penggunaan: Bahan untuk synlubs dan cairan pengerjaan metal Perusahaan: PT BASF Indonesia DBS Bank
Lebih terperinci