PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 42 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN ACEH TIMUR ATAS RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 42 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN ACEH TIMUR ATAS RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA"

Transkripsi

1 PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 42 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN ACEH TIMUR ATAS RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA BUPATI ACEH TIMUR, Menimbang Mengingat : a. bahwa malaria masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang mempengaruhi angka kesakitan dan kematian, sesuai dengan situasi malaria di Kabupaten Aceh Timur yang mengalami kemajuan dalam kinerja program, telah memberikan dampak pada penurunan kasus malaria; b. bahwa dalam rangka efektifitas dan keberhasilan target eliminasi malaria di Kabupaten Aceh Timur menuju Aceh Timur bebas malaria Tahun 2014, perlu disusun pedoman eliminasi malaria; c. bahwa berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 293/MENKES/SK/IV/2009 tentang Eliminasi Malaria di Indonesia dan Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor /465/SJ/2010 tentang Pedoman Pelaksanaan Program Eliminasi Malaria di Indonesia; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Bupati tentang Pedoman Eliminasi Malaria di Kabupaten Aceh Timur; : 1. Undang-Undang Nomor 7 Drt Tahun 1956 tentang Pembentukan Daerah Otonom Kabupaten-Kabupaten Dalam Lingkungan Daerah Propinsi Sumatera Utara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1956 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1092); 2. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 1956 tentang Pembentukan Daerah Otonom Propinsi Atjeh dan Perubahan Peraturan Pembentukan Propinsi Sumatera Utara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1956 Nomor 64, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1103);

2 3. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1984 tentang Wabah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1984 Nomor 20, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3273); 4. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Keistimewaan Propinsi Daerah Istimewa Aceh (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 172, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3893); 5. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421); 6. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah untuk kedua kalinya dengan Undang- Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844); 7. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438); 8. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 62, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4633); 9. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063); 10.Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234); 11.Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1991 tentang Penanggulangan Wabah Penyakit Menular (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1991 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3347); 12.Qanun Provinsi Aceh Nomor 4 Tahun 2010 tentang Kesehatan (Lembaran Daerah Aceh Tahun 2011 Nomor 01, Tambahan Lembaran Daerah Aceh Nomor 30); 13.Qanun Kabupaten Aceh Timur Nomor 2 Tahun 2011 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas-Dinas Daerah Kabupaten Aceh Timur (Lembaran Daerah Kabupaten Aceh Timur Tahun 2011 Nomor 2, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Aceh Timur Nomor 40);

3 MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG PEDOMAN ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN ACEH TIMUR. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan: 1. Pemerintah Aceh adalah unsur penyelenggaraan Pemerintahan Aceh yang terdiri atas Gubernur dan Perangkat Daerah Aceh. 2. Kabupaten adalah Kabupaten Aceh Timur. 3. Pemerintah Daerah Kabupaten yang selanjutnya disebut Pemerintah Kabupaten adalah unsur penyelenggara Pemerintah Kabupaten Aceh Timur yang terdiri atas Bupati dan perangkat daerah Kabupaten Aceh Timur. 4. Bupati adalah Bupati Aceh Timur. 5. Unit Pelaksana Teknis Pelayanan Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disingkat UPT. PKM adalah fasilitas kesehatan masyarakat yang ada di kecamatan yang memberikan pelayanan kesehatan secara gratis kepada masyarakat. 6. Dunia Usaha adalah semua usaha termasuk Rumah Sakit Swasta, Klinik Pelayanan Kesehatan Swasta dan Praktek Pelayanan Kesehatan Swasta. 7. Malaria adalah penyakit menular yang disebabkan oleh parasit Plasmodium spesies yang selanjutnya disebut Plasmodium sp, yang ditularkan oleh vector nyamuk Anopheles spesies yang selanjutnya disebut Anopheles sp. 8. Eliminasi Malaria adalah suatu upaya untuk menghentikan penularan malaria dalam satu wilayah geografis tertentu. 9. Tim Koordinasi Eliminasi Malaria Aceh adalah suatu wadah koordinasi lintas program dan lintas sektor tingkat provinsi. 10.Tim Koordinasi Eliminasi Malaria Kabupaten adalah suatu wadah koordinasi lintas program dan lintas sektor tingkat Kabupaten. 11.Kelompok Kerja Eliminasi Malaria yang selanjutnya disingkat Pokja adalah kumpulan orang-orang yang mempunyai tugas melaksanakan operasional kegiatan eliminasi malaria. 12.Sertifikasi Eliminasi Malaria adalah suatu kegiatan dalam penilaian untuk menyatakan suatu daerah telah mencapai eliminasi malaria yang dilakukan oleh Tim Internal dan Tim eksternal. 13.Indikator eliminasi malaria adalah ukuran untuk menyatakan suatu wilayah telah mencapai eliminasi malaria, dimana tidak ditemukan lagi penularan malaria setempat dalam suatu wilayah geografis tertentu selama 3 (tiga) tahun berturut-turut dan dijamin adanya pelaksanaan surveilans yang baik.

4 14.Vector malaria adalah nyamuk anopheles betina. 15.Surveilans adalah suatu rangkaian proses pengamatan secara terus menerus, sistematik dan berkesinambungan melalui pengumpulan, analisa, interprestasi, dan diseminasi data malaria dalam upaya memantau peristiwa malaria agar dapat dilakukan tindakan penanggulangan yang efektif dan efisien. 16.Mikroskopis adalah pemeriksaan darah menggunakan mikroskop. 17.Rapid Diagnostic Test yang selanjutnya disingkat RDT adalah suatu alat pemeriksaan/diagnosis penyakit secara cepat. 18.Annual Parasite Incidence yang selanjutnya disingkat API adalah angka kesakitan per seribu penduduk dalam 1 (satu) tahun yang diperoleh dari jumlah sediaan darah positif dibandingkan dengan jumlah penduduk dinyatakan dalam 0 /00 (permil). 19.Slide Positivity Rate yang selanjutnya disingkat SPR adalah persentase dari specimen atau sediaan darah yang positif dari seluruh specimen atau sediaan darah yang diambil dan diperiksa secara laboratorium/mikroskopis. 20.Annual Blood Examination Rate yang selanjutnya disingkat ABER adalah persentase dari specimen atau sediaan darah yang diambil dan diperiksa secara laboratorium/mikroskopis dari seluruh jumlah penduduk pada suatu daerah tertentu. 21.Indoor Residual Spraying yang selanjutnya disingkat IRS adalah penyemprotan dinding rumah menggunakan bahan insektisida yang aman bagi manusia untuk memutus rantai penularan nyamuk malaria. 22.Praeliminasi adalah mengurangi jumlah fokus aktif dan penularan setempat di suatu wilayah sehingga pada akhir tahap tersebut tercapai API <1 per 1000 penduduk berisiko 23.Pemberantasan malaria adalah mengurangi beban penyakit sampai pada tingkat dimana tidak menjadi masalah kesehatan masyarakat 24.Masyarakat Akademis adalah seluruh civitas akademika baik tenaga pengajar maupun mahasiswa yang mengkonsentrasikan dirinya dalam pendalaman ilmuilmu kesehatan dan kedokteran. BAB II TUJUAN UMUM DAN TUJUAN KHUSUS ELIMINASI MALARIA Pasal 2 Tujuan umum eliminasi malaria adalah: a. terwujudnya masyarakat yang sehat dan terbebas dari malaria di Kabupaten pada Tahun 2014; dan b. Pemerintah Kabupaten dan jajarannya dapat mewujudkan strategi operasional dalam rangka penyusunan program/kegiatan yang berkaitan dengan upaya peningkatan cakupan dan kualitas pelaksanaan program eliminasi malaria.

5 Pasal 3 Tujuan khusus eliminasi malaria adalah: a. Pemerintah Kabupaten melalui UPT. PKM dan RSUD Idi wajib melakukan pemeriksaan sediaan darah mikroskopis malaria dan memberikan pengobatan yang tepat sesuai dengan standar Kementerian Kesehatan, terjangkau dan gratis; b. Pemerintah Kabupaten wajib menekan angka kematian karena malaria; c. pada Tahun 2013, menurunkan angka kesakitan malaria < 1/1.000 penduduk per tahun pada seluruh wilayah kerja UPT. PKM; d. pada Tahun 2014, menurunkan angka kesakitan malaria < 1/1.000 penduduk per tahun pada seluruh gampong; dan e. terwujudnya sistem pelayanan kesehatan dan jejaring kerja yang mampu mengeliminasi malaria di Kabupaten pada Tahun BAB III KEBIJAKAN DAN STRATEGI ELIMINASI MALARIA Bagian Kesatu Kebijakan Pasal 4 Kebijakan eliminasi malaria adalah: a. dilakukan secara menyeluruh, terpadu dan bertahap oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah Aceh dan Pemerintah Kabupaten serta mitra kerja lainnya (lembaga swadaya masyarakat, dunia usaha dan masyarakat) yang didasarkan pada situasi malaria dan kondisi sumber daya setempat; b. Pemerintah Kabupaten melakukan langkah proaktif dan responsif serta membangun jejaring kerja dan kemitraan dalam upaya eliminasi malaria di Kabupaten; c. Pemerintah Kabupaten berkewajiban melakukan pembinaan dan peningkatan sumber daya dengan melakukan bimbingan teknis serta kendali mutu dan pelatihan di Kabupaten; d. Pemerintah Kabupaten berkewajiban melaksanakan operasional kegiatan eliminasi malaria dan penguatan sistem dalam hal pendanaan dan sumber daya manusia di Kabupaten; dan e. Pemerintah Kabupaten berkewajiban meningkatkan komitmen, koordinasi dan jejaring kerja dengan berbagai elemen.

6 Bagian Kedua Strategi Pasal 5 Strategi eliminasi malaria adalah: a. peningkatan sistem pengamatan kasus (surveilans) malaria; b. peningkatan upaya promosi kesehatan dalam eliminasi malaria; c. penggerakan dan pemberdayaan masyarakat dalam pengendalian malaria; d. peningkatan akses masyarakat terhadap pelayanan dan pengendalian malaria yang berkualitas dan terintegrasi; e. pengendalian faktor resiko lingkungan terhadap eliminasi malaria; f. peningkatan komitmen Pemerintah Kabupaten terhadap eliminasi malaria; dan g. peningkatan pembiayaan dalam program eliminasi malaria. BAB IV TARGET, SASARAN DAN INDIKATOR Bagian Kesatu Target Pasal 6 (1) Pada Tahun 2013, seluruh sarana pelayanan kesehatan milik Pemerintah Kabupaten mampu melakukan pemeriksaan parasit malaria bagi semua penderita malaria klinis. (2) Pada Tahun 2013, pelayanan kesehatan swasta berperan aktif dalam pemeriksaan parasit malaria secara mikroskopis dan setiap terdapat kasus wajib melaporkan 2 X 24 jam ke UPT. PKM wilayah kerjanya, untuk keperluan penyelidikan epidemiologi. (3) Pada Tahun 2013, Rumah Sakit dalam Kabupaten wajib melaporkan setiap ada kasus malaria positif dalam waktu 2 X 24 jam ke Dinas Kesehatan Kabupaten, untuk keperluan penyelidikan epidemiologi. (4) Pada Tahun 2013, seluruh UPT. PKM melakukan stratifikasi dan pentahapan eliminasi per gampong berdasarkan data hasil pemeriksaan laboratorium secara mikroskopis atau RDT. (5) Pada Tahun 2013, seluruh gampong di Kabupaten menjadi gampong endemis rendah (Low Case Incidence). (6) Pada tahun 2014, seluruh gampong sudah mencapai eliminasi.

7 Bagian Kedua Sasaran Pasal 7 (1) Pada Tahun 2013, UPT. PKM sasaran eliminasi malaria adalah: a. Darul Aman b. Idi Rayeuk c. Idi Timur d. Peureulak Barat e. Idi Tunong f. Peudawa g. Darul Ikhsan h. Peureulak i. Peureulak Timur; j. Sungai Raya; k. Ranto Peureulak; l. Rantau Selamat; dan m. Keude Geurubak. (2) Pada Tahun 2014, UPT. PKM sasaran eliminasi malaria adalah: a. Simpang Ulim; b. Madat; c. Pante Bidari; d. Nurussalam; e. Alue Ie Mirah; f. Perkebunan Inti; g. Lokop; h. Peunaron; i. Birem Bayeun; j. Simpang Jernih; k. Matang Pudeng; l. Darul Falah; dan m. Julok. Bagian Ketiga Indikator Pasal 8 Kabupaten dinyatakan sebagai daerah tereliminasi malaria bila tidak ditemukan lagi kasus penularan setempat di seluruh Kabupaten selama 3 (tiga) tahun berturut-turut serta dijamin dengan kemampuan pelaksanaan surveilans yang baik.

8 BAB V PENTAHAPAN TEKNIS KEGIATAN MALARIA MENUJU PENCAPAIAN ELIMINASI MALARIA KABUPATEN TAHUN 2014 Pasal 9 (1) Hasil yang harus dicapai sampai akhir Tahun 2013 adalah: a. untuk Kabupaten yaitu: 1) mempertahankan API Kabupaten < 1/1.000 penduduk; 2) mempertahankan SPR Kabupaten < 5/1.000 penduduk; 3) meningkatkan ABER Kabupaten sampai 10% (sepuluh persen) pada penduduk beresiko malaria; 4) mempertahankan tidak ada angka kematian karena malaria; 5) cakupan konfirmasi laboratorium pada tersangka malaria harus 100% (seratus persen) pada UPT. PKM, Rumah Sakit dan pelayanan kesehatan swasta; 6) cakupan pengobatan kasus malaria positif dari UPT. PKM, Rumah Sakit dan pelayanan kesehatan swasta diobati 100% (seratus persen) sesuai standar; 7) lebih dari 90% (sembilan puluh persen) bangunan mendapat IRS/kelambu pada gampong fokus A; 8) menurunkan 50% (lima puluh persen) jumlah gampong fokus A dan B dari data Tahun 2012; 9) 70% (tujuh puluh persen) tempat perindukan potensial pada gampong fokus A dan B dipetakan dan ditanggulangi; 10)melakukan pertemuan tim koordinasi eliminasi malaria kabupaten tiap 3 (tiga) bulan sekali; 11)60% (enam puluh persen) dari jumlah UPT. PKM sudah masuk kategori eliminasi; dan 12)40% (empat puluh persen) dari jumlah UPT. PKM masuk kategori praeliminasi. b. untuk UPT. PKM kelompok eliminasi yaitu: 1) API UPT. PKM < 1/1.000 penduduk; 2) seluruh gampong di wilayah kerja UPT. PKM API < 1/1.000 penduduk; 3) SPR UPT. PKM < 3% (tiga persen); 4) ABER UPT. PKM 10% (sepuluh persen); 5) cakupan konfirmasi laboratorium pada penderita suspect malaria mencapai 100% (seratus persen) pada UPT. PKM dan pelayanan kesehatan swasta; 6) cakupan pengobatan malaria sesuai standar pada UPT. PKM dan pelayanan kesehatan swasta mencapai 100% (seratus persen); 7) seluruh kasus positif malaria terkonfirmasi laboratorium dilakukan penyelidikan epidemiologi;

9 8) 90% (sembilan puluh persen) kasus malaria positif yang diobati dilakukan pengawasan lanjutan sesuai dengan prosedur tetap; 9) 80% (delapan puluh persen) dari gampong fokus C dan D memiliki kader malaria yang terintegrasi dengan Posyandu; dan 10)90% (sembilan puluh persen) penderita demam yang datang dari luar wilayah kerja dilakukan penjaringan malaria dalam waktu 1 X 24 jam bekerjasama dengan Pemerintahan Gampong. c. untuk UPT. PKM pra eliminasi yaitu: 1) API UPT. PKM > 1/1.000 penduduk; 2) 90% (sembilan puluh persen) gampong di wilayah kerja UPT. PKM API < 1/1.000 penduduk; 3) SPR UPT. PKM < 4% (empat persen); 4) ABER UPT. PKM 10% (sepuluh persen); 5) cakupan konfirmasi laboratorium pada penderita suspect malaria mencapai 95% (sembilan puluh lima persen) pada UPT. PKM dan pelayanan kesehatan swasta; 6) cakupan pengobatan malaria sesuai standar pada UPT. PKM dan pelayanan kesehatan swasta mencapai 95% (sembilan puluh lima persen); 7) 80% (delapan puluh persen) kasus positif malaria terkonfirmasi laboratorium dilakukan penyelidikan epidemiologi; 8) 80% (delapan puluh persen) kasus malaria positif yang diobati dilakukan pengawasan lanjutan sesuai dengan prosedur tetap; 9) 80% (delapan puluh persen) dari gampong fokus C dan D memiliki kader malaria yang terintegrasi dengan Posyandu; dan 10)80% (delapan puluh persen) dari penderita demam yang datang dari luar wilayah kerja dilakukan penjaringan malaria dalam waktu 1 X 24 jam bekerjasama dengan Pemerintahan Gampong. (2) Hasil yang harus dicapai sampai akhir Tahun 2014 adalah: a. untuk Kabupaten yaitu: 1) mempertahankan API Kabupaten < 1/1.000 penduduk; 2) mempertahankan SPR Kabupaten < 5/1.000 penduduk; 3) meningkatkan ABER Kabupaten sampai 15% (lima belas) pada penduduk beresiko malaria; 4) mempertahankan tidak ada angka kematian karena malaria; 5) cakupan konfirmasi laboratorium pada tersangka malaria harus 100% (seratus persen) pada UPT. PKM, Rumah Sakit dan pelayanan kesehatan swasta; 6) cakupan pengobatan kasus malaria positif dari UPT. PKM, Rumah Sakit dan pelayanan kesehatan swasta diobati 100% (seratus persen) sesuai standar;

10 7) tidak ada lagi gampong fokus A dan B; 8) seluruh UPT. PKM memiliki gampong stratifikasi; 9) 100% (seratus persen) tempat perindukan potensial dipetakan dan ditanggulangi; 10)melakukan pertemuan tim koordinasi eliminasi malaria kabupaten tiap 6 (enam) bulan sekali; dan 11)100% (seratus persen) dari jumlah UPT. PKM sudah masuk kategori eliminasi. b. untuk UPT. PKM kelompok eliminasi yaitu: 1) API UPT. PKM < 1/1.000 penduduk; 2) seluruh gampong di wilayah kerja UPT. PKM API < 1/1.000 penduduk; 3) SPR UPT. PKM < 1% (satu persen); 4) ABER UPT. PKM 15% (lima belas persen); 5) cakupan konfirmasi laboratorium pada penderita suspect malaria mencapai 100% (seratus persen) pada UPT. PKM dan pelayanan kesehatan swasta; 6) cakupan pengobatan malaria sesuai standar pada UPT. PKM dan pelayanan kesehatan swasta mencapai 100% (seratus persen); 7) seluruh kasus positif malaria terkonfirmasi laboratorium dilakukan penyelidikan epidemiologi; 8) seluruh kasus malaria positif diobati dan dilakukan pengawasan lanjutan sesuai dengan prosedur tetap; 9) seluruh gampong memiliki kader malaria yang terintegrasi dengan Posyandu; dan 10)seluruh penderita demam yang datang dari luar wilayah kerja dilakukan penjaringan malaria dalam waktu 1 X 24 jam bekerjasama dengan Pemerintahan Gampong. BAB VI PEMBENTUKAN, KEDUDUKAN DAN ORGANISASI TIM KOORDINASI ELIMINASI MALARIA KABUPATEN Bagian Kesatu Pembentukan Pasal 10 Tim Koordinasi Eliminasi Malaria Kabupaten dibentuk dan ditetapkan dengan Keputusan Bupati. Bagian Kedua Kedudukan Pasal 11 Tim Koodinasi Eliminasi Malaria Kabupaten berkedudukan di Ibu kota Kabupaten.

11 Bagian Ketiga Organisasi Pasal 12 (1) Tim Koordinasi Eliminasi Malaria Kabupaten terdiri dari Penanggung Jawab, Penasehat, Ketua Umum, Ketua Pelaksana, Wakil Ketua, Sekretaris, dan Pokja. (2) Pokja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari Pokja I (Informasi, Data dan Pengamatan), Pokja II (Penggerakan Masyarakat dan Kemitraan), Pokja III (Pengobatan dan Pelayanan), Pokja IV (Pengendalian Lingkungan), dan Pokja V (Edukasi dan Sumber Daya Manusia). (3) Anggota masing-masing Pokja sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berjumlah paling banyak 8 (delapan) orang yang terdiri dari 1 (satu) orang ketua dan 7 (tujuh) orang anggota operasional. (4) Sekretariat Tim Koordinasi Eliminasi Malaria Kabupaten berkedudukan di Bappeda Kabupaten berkoordinasi dengan Bagian Kesejahteraan Rakyat Setdakab. Aceh Timur. BAB VII TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB TIM KOORDINASI ELIMINASI MALARIA KABUPATEN Pasal 13 (1) Tim Koordinasi Eliminasi Malaria Kabupaten bertugas dan bertanggung jawab: a. melakukan koordinasi pencegahan dan penanggulangan malaria secara lintas sektoral dan menyeluruh dalam upaya mencapai eliminasi malaria Kabupaten pada Tahun 2014 sejalan dengan eliminasi malaria Aceh; b. mengadakan rapat evaluasi minimal 3 (tiga) kali dalam 1 (satu) tahun mengenai perkembangan program eliminasi malaria Kabupaten; c. melakukan upaya program penyuluhan pencegahan dan penanggulangan malaria pada unit kerja masingmasing sektor (Bappeda Kabupaten, Badan Pemberdayaan Masyarakat, Perempuan dan Keluarga Sejahtera Kabupaten, Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan dan Pemadam Kebakaran Kabupaten, Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten, Dinas Kesehatan Kabupaten, Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Mobilitas Penduduk Kabupaten, Dinas Pendidikan Kabupaten, Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten, Dinas Syari at Islam Kabupaten dan Bagian Kesejahteraan Rakyat Sekretariat Daerah Kabupaten); d. melakukan kerjasama dan mengadakan konsultasi dengan organisasi masyarakat yang terkait dengan pencegahan dan penanggulangan malaria;

12 e. melakukan pengawasan kebijakan eliminasi malaria Kabupaten; f. menyusun strategi petunjuk pelaksana dan petunjuk teknis tentang cara pencegahan dan penanggulangan malaria sesuai pentahapan teknis; g. melakukan pengawasan pelaksanaan kegiatan pencegahan dan penanggulangan malaria sesuai pentahapan teknis eliminasi malaria Kabupaten; h. mengembangkan dan menerapkan sistem data dan informasi eliminasi malaria di Kabupaten; i. membuat dan menyampaikan laporan tertulis 2 (dua) kali setahun yang disampaikan kepada Bupati dan Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten, yang diteruskan kepada Gubernur Aceh dan Dewan Perwakilan Rakyat Aceh setelah mendapat persetujuan Bupati; dan j. membuat laporan tertulis 1 (satu) kali setahun yang disampaikan kepada Menteri Dalam Negeri c.q. Direktorat Jenderal Otonomi Daerah dan Menteri Kesehatan c.q. Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan setelah mendapat persetujuan Bupati. (2) Pokja bertugas dan bertanggung jawab: a. melakukan upaya program pencegahan dan penanggulangan malaria pada unit kerja masingmasing sektor; b. melakukan kerjasama dan mengadakan konsultasi dengan organisasi masyarakat yang terkait dengan pencegahan dan penanggulangan malaria; c. menyusun strategi petunjuk pelaksana dan petunjuk teknis cara pencegahan dan penanggulangan malaria sesuai pentahapan teknis; d. mengembangkan dan menerapkan sistem data dan informasi eliminasi malaria; dan e. membuat dan menyampaikan laporan tertulis 3 (tiga) kali setahun yang disampaikan kepada Ketua Umum Tim Koordinasi Eliminasi Malaria Kabupaten. BAB VIII PEMBENTUKAN, PERAN, TUGAS, PELAPORAN, DAN PEMBIAYAAN KADER GAMPONG KABUPATEN Bagian Kesatu Pembentukan Pasal 14 Kader malaria adalah Kader Posyandu yang bekerja sama dengan bidan di gampong yang sudah terlatih tentang eliminasi malaria Kabupaten.

13 Bagian Kedua Peran Kader Pasal 15 (1) Melakukan pemetaan tempat perindukan nyamuk (breeding place). (2) Mengajak dan membantu masyarakat dalam pengendalian nyamuk (vector). (3) Kader malaria gampong wajib menemukan kasus demam secara dini dilingkungannya dan melaporkan 1 X 24 jam kepada bidan di gampong atau pelayanan kesehatan terdekat. (4) Melakukan pemantauan pemakaian kelambu dan melaporkan ke bidan di gampong. Bagian Ketiga Tugas Pasal 16 Tugas bulanan kader gampong adalah: a. membuat jadwal kunjungan rumah untuk 1 (satu) bulan sesuai dengan kriteria wilayah lingkungan binaannya; b. memberikan informasi secara aktif ke masyarakat mengenai malaria, pencegahan, pengendalian nyamuk (vector) dan peran kader di lingkungan masing-masing; c. bekerjasama dan membantu tokoh masyarakat untuk pengendalian nyamuk, pembersihan tempat perindukan, pengaliran genangan air dan pengawasan jentik; d. menghadiri pertemuan sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan oleh UPT. PKM minimal 1 (satu) tahun sekali; dan e. membuat laporan bulanan dan menyerahkan laporan kepada bidan di gampong dan diteruskan kepada petugas malaria pada UPT. PKM. Pasal 17 Tugas harian kader gampong adalah: a. mengunjungi rumah penduduk sesuai dengan stratifikasi gampong fokus C dan D; b. memberitahukan kepada bidan di gampong apabila terdapat penderita yang demam dan membantu bidan di gampong mengambil darah jari penderita demam; c. membantu bidan di gampong mengambil darah ulang pada penderita malaria sesuai hari yang telah ditentukan; d. mencatat kasus malaria yang ditemukan berdasarkan nama, umur, jenis kelamin, dan alamat lengkap; dan e. mencatat penduduk yang baru datang dari luar lingkungannya yang menderita demam dalam waktu 1 X 24 jam.

14 Bagian Keempat Pelaporan Pasal 18 Kader malaria gampong melaporkan hasil kerjanya per minggu ke bidan di gampong di masing-masing wilayah kerjanya. Bagian Kelima Pembiayaan Pasal 19 (1) Juru malaria gampong (kader gampong/posyandu) dapat diberikan insentif berdasarkan kemampuan keuangan daerah. (2) Pembiayaan pelatihan kader gampong dibebankan pada APBN, APBA, APBK Aceh Timur dan sumbangan pihak ketiga yang sah dan tidak mengikat pada masing-masing instansi terkait. BAB IX PERAN, TUGAS, PELAPORAN BIDAN DI GAMPONG Bagian Kesatu Peran Bidan di Gampong Pasal 20 (1) Memberikan informasi secara aktif ke masyarakat mengenai malaria, pencegahan, pengendalian nyamuk (vector) dan peran kader dilingkungan masing-masing. (2) Bekerjasama dan membantu tokoh masyarakat untuk pengendalian nyamuk, pembersihan tempat perindukan, pengaliran genangan air dan pengawasan jentik. Bagian Kedua Tugas Bidan di Gampong Pasal 21 (1) Melakukan pengawasan, pemantauan dan pembinaan terhadap kader malaria gampong. (2) Menindaklanjuti tersangka malaria sesuai prosedur tetap. (3) Membuat peta siaga malaria gampong. (4) Bila ditemukan peningkatan jumlah vector, bidan di gampong wajib berkoordinasi kepada Keuchik dan pengelola program malaria UPT. PKM.

15 Bagian Ketiga Pelaporan Pasal 22 (1) Bidan di gampong menyampaikan laporan ke pengelola program malaria UPT. PKM sebulan sekali paling lambat tanggal 3 (tiga) setiap bulannya. (2) Melaporkan tersangka malaria kepada pengelola program malaria UPT. PKM dalam waktu 1 X 24 jam. BAB X PERAN SERTA MASYARAKAT, DUNIA USAHA DALAM ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN Pasal 23 (1) Pemerintah Kabupaten dan jajarannya, dunia usaha serta masyarakat perseorangan maupun kelompok bertanggung jawab dalam usaha pencegahan penularan malaria di daerahnya masing-masing. (2) Pemerintah Kabupaten dan jajarannya, dunia usaha serta masyarakat bertanggung jawab dalam usaha pengendalian vector dan tempat-tempat perindukan nyamuk di daerahnya masing-masing. (3) Pemerintah Kabupaten dan jajarannya dapat memberdayakan masyakarat dalam usaha surveilans aktif dan migrasi pada kasus dan vector, seperti yang diatur dalam petunjuk teknis. (4) Masyarakat, dunia usaha dan perkantoran berkewajiban menerima petugas berwenang untuk melakukan pengendalian dan pencegahan di sekitar tempat tinggalnya, sebagai upaya perlindungan terhadap penularan malaria di daerahnya. (5) Apabila menderita demam, masyarakat berkewajiban memeriksakan diri kepada petugas berwenang untuk dipastikan secara laboratorium, apakah masyarakat menderita malaria atau tidak. (6) Apabila pendatang menderita demam, maka pengelola dunia usaha atau sektor pariwisata dan masyarakat berkewajiban memberitahukan kepada penderita untuk memeriksakan diri kepada petugas berwenang, untuk dipastikan secara laboratorium apakah masyarakat menderita malaria atau tidak, sebagai pencegahan penyebab penularan malaria di Kabupaten yang berasal dari kasus luar (import). (7) Masyarakat bersedia diperiksa darah jarinya oleh petugas berwenang apabila pada jarak 500 (lima ratus) meter dari tempat tinggalnya terdapat penderita malaria positif terkonfirmasi laboratorium yang berstatus kasus lokal. (8) Masyarakat berhak mendapatkan pemeriksaan laboratorium malaria dan pengobatan malaria secara gratis pada tempat pelayanan kesehatan pemerintah. (9) Perusahaan yang mempekerjakan pekerja yang berasal dari luar Kabupaten wajib melakukan skrining test

16 dengan bekerja sama dengan UPT. PKM yang ada di wilayah kerja perusahaan tersebut, sebagai upaya pencegahan terhadap penularan malaria. (10) Perusahaan wajib melakukan skrining test terhadap semua pekerjanya secara berkala dengan bekerja sama dengan UPT. PKM yang ada di wilayah kerja perusahaan tersebut. (11) Apabila hasil skrining test sebagaimana dimaksud pada ayat 9 dan ayat10 menunjukkan positif terkena malaria, maka perusahaan tersebut segera melaporkan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten. (12) Perusahaan bertanggung jawab terhadap kesehatan pekerjanya. BAB XI PERAN SERTA RUMAH SAKIT DAN MASYARAKAT AKADEMIS DALAM ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN Pasal 24 (1) Rumah Sakit Pemerintah Kabupaten, serta Rumah Sakit Swasta yang berada di Kabupaten berperan serta dalam upaya pelayanan diagnosis malaria, pengobatan, penanganan dan pencegahan di lingkungan Rumah Sakit sesuai dengan standar World Health Organizations dan Kementerian Kesehatan. (2) Rumah Sakit Pemerintah Kabupaten dan Rumah Sakit Swasta bertanggung jawab mencatat, menyimpan dan melaporkan upaya pelayanan malaria harian untuk kasus positif malaria bulanan dan tahunan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten dengan tembusan kepada Bupati. (3) Masyarakat akademis bertanggung jawab untuk mengikuti kurikulum standar pelayanan diagnosis, pengobatan dan pencegahan malaria sesuai dengan standar Kementerian Kesehatan. (4) Masyarakat akademis terlibat secara aktif dalam eliminasi malaria dengan melakukan penelitian dan penilaian secara akademis. BAB XII PEREDARAN OBAT MALARIA Pasal 25 (1) Pemerintah Kabupaten menjamin ketersediaan, pemerataan dan keterjangkauan obat malaria sesuai dengan standar Kementerian Kesehatan di pelayanan kesehatan pemerintah melalui Dinas Kesehatan Kabupaten dan Rumah Sakit Pemerintah Kabupaten. (2) Dinas Kesehatan Kabupaten berwenang untuk mengatur dan mengawasi peredaran dan penjualan obat malaria di apotek, depot obat maupun kios berdasarkan peraturan perundang-undangan.

17 BAB XIII SISTEM DATA DAN INFORMASI ELIMINASI MALARIA Pasal 26 (1) Pemerintah Kabupaten berwenang mengelola sistem data dan informasi eliminasi malaria yang berkedudukan di Bappeda Kabupaten dan Dinas Kesehatan Kabupaten. (2) Pelaporan kegiatan yang berhubungan dengan eliminasi malaria dan penderita malaria wajib disampaikan secara rutin oleh pelayanan kesehatan pemerintah, swasta, maupun instansi lainnya sesuai dengan petunjuk teknis. BAB XIV KERJASAMA ANTARDAERAH Pasal 27 (1) Mengingat keterbukaan pergerakan penduduk Kabupaten maupun luar Kabupaten yang keluar dan masuk Kabupaten, maka perlu adanya kerja sama antardaerah dalam hal pemberitahuan kasus malaria dan tindakan pencegahan penularan malaria. (2) Apabila terdapat penduduk Kabupaten yang menderita malaria positif terkonfirmasi laboratorium, yang ditularkan dari luar Kabupaten maupun sebaliknya, maka Dinas Kesehatan Kabupaten berkewajiban untuk mengirimkan surat pemberitahuan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten lain dengan tembusan kepada Tim Koordinasi Eliminasi Malaria Kabupaten, Tim Koordinasi Eliminasi Malaria Aceh apabila dalam Provinsi Aceh, dan tembusan kepada Gubernur Aceh serta Kementerian Kesehatan apabila kasus malaria ditularkan diluar Provinsi Aceh. BAB XV PEMBIAYAAN Pasal 28 (1) Segala biaya yang timbul akibat dikeluarkannya Peraturan ini dibebankan pada APBN, APBA, APBK Aceh Timur dan sumbangan pihak ketiga yang sah dan tidak mengikat pada masing-masing instansi terkait. (2) Pemerintah Kabupaten wajib menyediakan pembiayaan operasional dan pemenuhan kebutuhan logistik obat dan nonobat program malaria bagi masyarakat di wilayah kerjanya.

18 BAB XVI KETENTUAN PENUTUP Pasal 29 Pelaksanaan eliminasi malaria di Kabupaten mengacu kepada Peraturan ini, Peraturan Gubernur Aceh tentang Eliminasi Malaria di Aceh dan pedoman pelaksanaan upaya pengendalian malaria di Indonesia. Pasal 30 Petunjuk teknis eliminasi malaria Kabupaten sebagaimana tercantum dalam lampiran Peraturan ini dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan ini. Pasal 31 Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Kabupaten Aceh Timur. Ditetapkan di Idi pada tanggal 12 November 2012 M 27 Zulhijjah 1433 H BUPATI ACEH TIMUR, ttd Diundangkan di Idi pada tanggal 14 November 2012 M 29 Zulhijjah 1433 H HASBALLAH BIN M. THAIB SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN ACEH TIMUR, ttd SYAIFANNUR BERITA DAERAH KABUPATEN ACEH TIMUR TAHUN 2012 NOMOR 42 Salinan sesuai dengan aslinya KEPALA BAGIAN HUKUM SETDAKAB. ACEH TIMUR, ISKANDAR, SH Pembina (IV/a) Nip

19 LAMPIRAN PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 42 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN ACEH TIMUR PETUNJUK TEKNIS ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN ACEH TIMUR 1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di dunia. Angka kejadian malaria dilaporkan sekitar 500 (lima ratus) juta orang dengan kematian 1 (satu) juta orang setiap tahun, terutama di Afrika. Di Indonesia terdapat 424 (empat ratus dua puluh empat) kabupaten endemis malaria dari 576 (lima ratus tujuh puluh enam) kabupaten yang ada, diperkirakan 45% (empat puluh lima persen) penduduk Indonesia beresiko tertular malaria. Terdapat 15 (lima belas) juta kasus malaria dengan (tiga puluh delapan ribu) kematian setiap tahunnya. Berkenaan dengan keluarnya Surat Keputusan Menteri Kesehatan Repubik Indonesia Nomor : 293/MENKES/SK/IV/2009 Tanggal 28 April 2009 dan Peraturan Gubernur Aceh Nomor 40 Tahun 2010 tentang Eliminasi Malaria di Indonesia, menjadikan program eliminasi malaria sebagai program resmi Pemerintah Indonesia dan berlaku untuk seluruh wilayah Negara Indonesia. Dimana Kabupaten Aceh Timur ditargetkan dapat mencapai tahap eliminasi pada Tahun Geografi dan Kependudukan Kabupaten Aceh Timur merupakan salah satu kabupaten dalam Provinsi Aceh yang terdiri dari 24 (dua puluh empat) kecamatan dengan luas wilayah 6.040,6 (enam ribu empat puluh koma enam) km 2 dari luas wilayah Provinsi Aceh dan Kota Idi sebagai Ibukota kabupaten, Kabupaten Aceh Timur terletak pada posisi ,08 lintang utara sampai dengan ,16 lintang utara dan ,07 bujur timur sampai dengan ,22 bujur timur. Batas wilayah Kabupaten Aceh Timur adalah sebelah utara dengan Kabupaten Aceh Utara dan selat malaka, sebelah timur dengan Selat Malaka dan Kota Langsa, sebelah selatan dengan Kabupaten Aceh Utara, dan sebelah barat dengan Kabupaten Aceh Tengah. Jumlah penduduk Kabupaten Aceh Timur Tahun 2009 sebesar (tiga ratus lima puluh delapan ribu dua ratus delapan puluh) jiwa, dengan jumlah penduduk laki-laki sebesar (seratus enam puluh empat ribu seratus tujuh puluh empat) jiwa dan jumlah penduduk perempuan sebesar (seratus enam puluh tujuh ribu sembilan ratus dua puluh enam) jiwa (sumber BPS Aceh Timur). Komponen penduduk dirinci menurut kelompok umur dan jenis kelamin, proporsi terbesar penduduk Kabupaten Aceh Timur adalah perempuan (sex ratio 100 : 97,77).

20 3. Sarana (Tabel 1) Upaya Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat (UKBM) Kabupaten Aceh Timur Tahun 2009 NO. KECAMATAN GAMPONG GAMPONG SIAGA POSKESDES POLINDES POSYANDU 1. Birem Bayeun Rantau Selamat Sungai Raya Ranto Peureulak Serba Jadi Peunaron Simpang Jernih Peureulak Timur Peureulak Peureulak Barat Peudawa Idi Tunong Idi Rayeuk Darul Ihsan Idi Timur Banda Alam Darul Aman Nurussalam Darul Falah Julok Indra Makmu Pante Bidari Simpang Ulim Madat JUMLAH Tujuan 4.1. Tujuan Umum Terwujudnya masyarakat di Kabupaten Aceh Timur yang sehat dalam lingkungan dan terbebas dari malaria pada Tahun 2014 secara bertahap sesuai dengan prosedur, standar, norma dan mekanisme yang berlaku Tujuan Khusus a. pada Tahun 2013 sebanyak 13 (tiga belas) UPT. PKM yang mencapai tahap eliminasi malaria; b. pada Tahun 2014 seluruh gampong dalam Kabupaten Aceh Timur bebas penularan kasus malaria lokal/setempat; dan d. pada Tahun 2014 semua UPT. PKM di Kabupaten Aceh Timur sudah tereliminasi penyakit malaria.

21 5. Visi dan Misi 5.1. Visi Masyarakat di Kabupaten Aceh Timur bebas dari penyakit malaria pada Tahun Misi a. masyarakat di Kabupaten Aceh Timur mandiri dan mampu mencegah penyakit malaria; b. semua petugas kesehatan di Kabupaten Aceh Timur mampu menangani pengendalian malaria; c. semua fasilitas kesehatan pemerintah dan swasta memiliki sarana dan prasarana untuk penanganan malaria; dan d. lintas sektor dan swasta berperan aktif dalam pencegahan dan penanggulangan penyakit malaria.

22 BAB II RUANG LINGKUP MALARIA 1. Pengertian Malaria Malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh sekelompok parasit yang disebut Plasmodium dan ditularkan melalui nyamuk anopheles betina yang mengandung parasit malaria. Parasit tidak dapat hidup sendiri, akan tetapi harus mendapat makanan dari organisme lain untuk hidup dan berkembang. Parasit malaria (Plasmodium) hidup di dalam sel darah merah manusia. 2. Jenis Parasit Plasmodium Penyebab Malaria Ada banyak jenis Plasmodium, semuanya menyebabkan malaria pada manusia dan hewan. Plasmodium yang menyebabkan malaria pada manusia terdiri dari 5 (lima) jenis, yaitu: a. Plasmodium falciparum; b. Plasmodium vivax; c. Plasmodium ovale; d. Plasmodium malariae; dan e. Plasmodium knowlesi. Yang paling sering ditemukan di Kabupaten Aceh Timur yaitu P.falciparum dan P.vivax. P.malariae pernah dilaporkan di Kabupaten Aceh Timur tetapi jumlahnya tidak banyak. Jenis P. falciparum, P. vivax dan P. knowlesi dapat menyebabkan malaria berat. Seorang penderita dapat terinfeksi lebih dari 1 (satu) jenis plasmodium yang disebut infeksi campuran. 3. Cara Penularan Malaria disebarkan oleh nyamuk Anopheles betina yang telah terinfeksi parasit malaria (gametosit). Tidak semua nyamuk dapat menularkan malaria. (Gambar 1) Anopheles minimus, nyamuk malaria di Indonesia Malaria tidak dapat ditularkan secara kontak langsung antara manusia yang satu dengan manusia lainnya. Cara penularan penyakit malaria dapat melalui:

23 a. gigitan nyamuk dari penderita malaria; b. transfusi dari donor yang darahnya mengandung parasit malaria; dan c. plasenta (ari-ari) dari ibu yang darahnya mengandung parasit malaria. (Gambar 2) Siklus Hidup Parasit di Dalam Tubuh Nyamuk dan Manusia (Gambar 3) Proses Penularan Malaria Penjelasan gambar 2 dan gambar 3, yaitu: a. nyamuk anopheles betina menggigit manusia yang sakit malaria disertai masuknya gametosit jantan dan betina parasit ke tubuh nyamuk anopheles; b. di dalam usus nyamuk tersebut terjadi perkawinan antara gametosit jantan dan betina, sehingga berubah menjadi zigot, ookinet dan ookista; c. kemudian ookista pecah dan masuk ke dalam kelenjar liur nyamuk dan siap disuntikkan ke manusia lainnya;

24 d. nyamuk tersebut tidak sakit malaria, akan tetapi bisa menularkan malaria kepada manusia sehat sekitar penderita; e. parasit berkembang biak di dalam tubuh nyamuk memerlukan waktu sekitar 14 (empat belas) hari, tergantung pada suhu dan spesies parasit; f. nyamuk anopheles betina yang mengandung sporozoit tadi menggigit manusia sehat lainnya; g. sporozoit masuk ke dalam darah manusia sehat. Sporozoit berada dalam darah hanya 30 (tiga puluh) menit kemudian masuk ke dalam hati dan mengalami multiplikasi; h. setelah lebih dari 1 (satu) minggu (7 sampai dengan 12 hari), pada manusia sehat tersebut mulai timbul gejala malaria antara lain demam, menggigil, berkeringat dan sakit kepala. Hal ini disebabkan pecahan sel hati yang terinfeksi parasit dan mengeluarkan bentuk merozoit; i. selanjutnya merozoit masuk ke sel darah merah dan bentuknya menjadi bulat, yang dinamakan tropozoit; j. tropozoit ini membelah intinya sehingga berubah menjadi skizon; k. skizon bertambah besar dan berkembang, bagian inti menjadi jelas dan dikelilingi oleh plasma, akhirnya sel darah merah pecah dan parasit keluar dalam bentuk merozoit; l. karena sel darah merah banyak yang pecah, maka penderita malaria akan pucat (kurang darah/anemia); m. merozoit ini akan menyerang sel darah merah lagi dan mengulangi fase skizogoni. n. pada infeksi P. Vivax dan P. ovale, parasit dapat bersembunyi dan bertahan hidup di hati manusia, selanjutnya dapat keluar dari hati menuju sel darah merah dalam beberapa bulan atau beberapa tahun kemudian. Hal ini disebut kambuh/relaps; o. P. falsiparum biasanya melepaskan gametosit beberapa hari setelah onset demam, sementara P. vivax melepaskan gametosit ke aliran darah pada saat penderita mengalami demam; p. Gametosit merupakan faktor penting dalam proses penularan malaria dari satu orang ke orang lainnya. Sehingga pemeriksaan segera terhadap darah penderita demam menjadi penting, untuk melihat apakah ada gametosit dalam darah penderita atau tidak dan untuk melihat apakah penderita sudah siap menularkan malaria ke orang lain atau belum; dan q. P. vivax menjadi tantangan dalam mencapai eliminasi malaria, karena memiliki hipnozoit dan pelepasan gametosit bersamaan dengan demam Kebiasaan Menggigit Nyamuk Anopheles Kebiasaan menggigit nyamuk anopheles adalah pada malam hari, dimulai pada senja hari sampai dengan fajar (jam 6 sore sampai dengan jam 6 pagi) Faktor Penyebab Penularan Malaria di Masyarakat Ada 5 (lima) faktor yang menyebabkan penularan penyakit malaria terjadi di masyarakat, yaitu: a. vektor: nyamuk anopheles betina sebagai penyebab menularnya penyakit malaria hidup di lingkungan masyarakat; b. tempat berkembang biak: nyamuk anopheles membutuhkan genangan air yang tidak mengalir atau air yang mengalir perlahan

25 sebagai tempat berkembang biak untuk meletakkan telur-telurnya. Beberapa tempat perindukan anopheles, misalnya: 1. kolam-kolam kecil, parit-parit, lubang-lubang dan kanal-kanal yang airnya tidak mengalir; 2. rawa-rawa, waduk dan sawah dengan air sepanjang tahun (sawah bertingkat); 3. lagun (terjadi dari percampuran air tawar dengan air laut); 4. arus air beraliran lambat di sepanjang tepi sungai; 5. genangan air yang terjadi akibat air sungai yang mengering (di musim kemarau); 6. tambak ikan/udang yang tidak terpelihara; 7. jejak kaki binatang, jejak ban traktor yang terisi air di pinggiran hutan; 8. mata air; dan 9. aliran air yang lambat. c. parasit: parasit malaria dalam tubuh manusia sehingga nyamuk yang menggigit akan terinfeksi oleh parasit tersebut; d. iklim: suhu rata-rata paling sedikit C dengan kelembaban diatas 60% (enam puluh persen) bagi nyamuk agar dapat bertahan hidup dan berkembang biak parasit, sehingga parasit menjadi infektif; dan e. populasi manusia: nyamuk anopheles tidak dapat terbang lebih jauh dari 2 (dua) km. Penularan terjadi pada penduduk (manusia) yang bertempat tinggal dalam jarak tersebut, kecuali penderita import (penderita yang mendapat penularan dari luar wilayah yang jauh) Kelompok Beresiko Tertular Malaria Semua orang dapat berisiko tertular penyakit malaria, akan tetapi ibu hamil dan anak usia dibawah 5 (lima) tahun (balita) merupakan kelompok yang paling beresiko jika tertular malaria Dampak Malaria Pada Ibu Hamil Pada ibu hamil yang terkena malaria dapat beresiko mengalami: a. kekurangan darah (anemia); b. demam; c. keringat dingin; d. mual; e. lemas; f. tidak sadar atau pingsan; g. kejang-kejang; h. keguguran (aborsi); i. kelahiran mati; j. berat bayi lahir rendah; dan k. kelahiran prematur (tidak cukup umur).

26 4. Siklus Nyamuk Anopheles (Gambar 4) Siklus Hidup Nyamuk Anopheles Telur diletakkan di atas permukaan air Pupa bernafas melalui permukaan air Larva bernafas melalui permukaan air Nyamuk anopheles tidak butuh banyak air untuk berkembang biak. Mereka bisa meletakkan telur-telurnya di air yang dalamnya hanya 1 (satu) cm. Penjelasan gambar 4, yaitu: a. nyamuk dewasa betina memerlukan darah untuk proses pematangan telur; b. setelah menghisap darah, nyamuk dewasa betina akan meletakkan telurnya pada permukaan air; c. setelah 1 (satu) sampai dengan 2 (dua) hari telur menetas menjadi jentik nyamuk; d. jentik membesar selama 7 (tujuh) sampai dengan 14 (empat belas) hari dengan memakan bahan-bahan makanan yang ada di permukaan air; e. setelah cukup besar, jentik menjadi pupa yang tidak makan, akan tetapi hanya berubah bentuk menjadi dewasa; f. setelah 1 (satu) atau 2 (dua) hari, nyamuk dewasa keluar dari pupa; g. nyamuk dewasa betina mulai mencari darah untuk telurnya, 1 (satu) atau 2 (dua) hari setelah terlepas dari pupa; dan h. nyamuk anopheles hidup selama 2 (dua) sampai dengan 3 (tiga) minggu dan mampu terbang sejauh 2 (dua) km. 5. Gejala, Tanda dan Cara Mendeteksi Malaria Gejala-gejala malaria dibedakan menjadi malaria ringan dan malaria berat. Malaria berat jika tidak dirawat segera dapat menimbulkan kematian. Penderita malaria yang berasal dari daerah endemis rendah seperti Provinsi Aceh lebih banyak menunjukkan gejala malaria klasik atau dikenal dengan trias klasik, yaitu: a. stadium dingin: merasa sangat dingin, nadi cepat tapi lemah, bibir dan jari-jari berwarna kebiruan, kulit kering dan pucat, bulu-bulu berdiri, kadang muntah. Pada anak-anak dapat terjadi kejang. Lama gejala ini 15 (lima belas) menit sampai dengan 1 (satu) jam; b. stadium panas: muka memerah, kulit kering dan panas, sakit kepala menghebat, mual dan muntah, denyut nadi penuh dan cepat, rasa sangat haus, demam sampai 41ºC atau lebih. Lama gejala ini 2 (dua) sampai dengan 4 (empat) jam; dan

27 c. stadium berkeringat: keringat berlebihan, suhu turun kembali sampai normal, biasanya penderita tertidur lelap dan bangun dengan rasa lemah, tetapi gejala lain tidak ada. Lama gejala ini 2 (dua) sampai dengan 4 (empat) jam. Lamanya gejala klasik ini adalah 8 (delapan) sampai dengan 12 (dua belas) jam. Diantara gejala klasik terdapat periode bebas demam yang lamanya tergantung dari spesies parasit, yaitu: a. P. falciparum (12 jam); b. P. vivaks (36 jam); c. P. malariae (72 jam); dan d. P. knowlesi (24 jam). 6. Eliminasi Malaria Eliminasi malaria adalah suatu kegiatan menghentikan penularan setempat dalam satu wilayah geografis tertentu dan merupakan kelanjutan dari program pengendalian malaria yang berhasil dalam menurunkan angka kematian dan kesakitan karena malaria. Hal ini berarti tidak ada kasus baru melalui penularan setempat (indeginous), akan tetapi kasus import dapat tetap ada, sehingga tetap dibutuhkan kegiatan untuk mengatasinya. Tujuan program eliminasi ini adalah untuk mewujudkan masyarakat yang sehat dalam lingkungan yang terbebas dari penularan malaria. Sebagai bagian penting persyaratan program eliminasi, harus teridentifikasi dan terpetakan tempat-tempat penularan malaria dari tingkat gampong sampai dengan nasional. Kabupaten Aceh Timur disebut eliminasi/bebas malaria apabila dalam 3 (tiga) tahun berturut-turut dan seterusnya tidak ditemukan kasus penularan setempat (lokal) di suatu gampong hingga tingkat kota, yang dibuktikan dengan sistem pencarian dan pelacakan kasus malaria yang baik. 7. Distribusi Malaria di Kabupaten Aceh Timur Malaria merupakan penyakit menular yang masih menjadi masalah kesehatan dan mempengaruhi angka kesakitan bayi, balita dan ibu melahirkan serta dapat menurunkan produktifitas kerja. Angka kesakitan Tahun 2005 sebanyak (seribu seratus dua puluh tujuh) kesakitan klinis dengan AMI sebesar 7,41 (tujuh koma empat puluh satu) serta 133 (seratus tiga puluh tiga) orang positif falcifarum dan 2 (dua) orang positif vivax. Pada Tahun 2006, angka kesakitan klinis sebanyak 798 (tujuh ratus sembilan puluh delapan) kasus dengan AMI 2,52 (dua koma lima puluh dua) dan dengan positif 197 (seratus sembilan puluh tujuh) kasus dengan AMI 0,62 (nol koma enam puluh dua). Pada Tahun 2007, angka kesakitan malaria pun meningkat, yaitu dari klinis (dua ribu dua ratus empat puluh dua) terdapat kasus positif 634 (enam ratus tiga puluh empat) kasus. Sedangkan pada Tahun 2008, terjadi penurunan kasus baik yang klinis maupun yang positif. Jumlah kasus klinis sebanyak 194 (seratus sembilan puluh empat) kasus dan kasus positif sebanyak 63 (enam puluh tiga) kasus. Pada Tahun 2009 terdapat (tiga ribu empat ratus tujuh puluh) kasus klinis dan 98 (sembilan puluh delapan) kasus positif malaria. Sedangkan pada Tahun 2010 terdapat 58 (lima puluh delapan) kasus positif.

28 (Gambar 5) Trend Angka Kesakitan Malaria Tahun Dari Grafik diatas terlihat tidak terbentuk suatu pola tertentu, dimana kasus menjadi naik atau turun. Hal ini disebabkan karena jika terdapat kegiatan pencarian kasus secara aktif seperti MBS atau MFS maka kasus akan naik dan sebaliknya jika petugas hanya menunggu saja penderita malaria secara pasif di UPT. PKM, maka kecenderungan kasus akan turun. (Gambar 6) Kasus Malaria Positif dan API Tahun 2010 Dari grafik terlihat UPT. PKM yang memiliki API diatas 1 (satu) yaitu UPT. PKM Alue Ie Mirah 1,54 (satu koma lima puluh empat) dan Lokop 1,71 (satu koma tujuh puluh satu).

29 (Gambar 7) SPR Tahun 2010 di Kabupaten Aceh Timur Dari grafik diatas terlihat angka SPR yang paling besar terdapat pada UPT. PKM Lokop yaitu 34,9% (tiga puluh empat koma sembilan persen) artinya dari 100 (seratus) sediaan darah diperiksa, maka terdapat sekitar 35 (tiga puluh lima) orang yang menderita malaria. (Gambar 8) Penurunan indikator insidensi Malaria Tahun Dari grafik terlihat angka AMI makin meningkat dari tahun ke tahun. Ini artinya petugas kesehatan di UPT. PKM mulai aktif dalam menjaring penderita demam, sehingga hampir semua penderita demam diperiksa darahnya. Dengan demikian diharapkan tidak ada penderita malaria yang tidak terdeteksi, sehingga semua penderita malaria bisa diobati dengan benar, sebagai salah satu upaya memutus rantai penularan.

30 BAB III TATALAKSANA MALARIA 1. Surveilans Dalam Eliminasi Surveilans malaria adalah kegiatan yang terus menerus, teratur dan sistematis dalam pengumpulan data yang diperoleh dari deteksi pasif dan aktif, pengolahan, analisis dan interpretasi data malaria, termasuk dari pelacakan kasus (investigasi kasus) untuk menghasilkan informasi yang akurat, dapat disebarluaskan dan digunakan sebagai dasar untuk melaksanakan tindakan penanggulangan yang cepat dan tepat disesuaikan dengan kondisi setempat, termasuk terapi radikal dan penanggulangan fokus Surveilans Pasif Surveilans pasif adalah salah satu upaya penemuan penderita malaria secara pasif oleh petugas kesehatan melalui pelayanan kesehatan di suatu unit pelayanan kesehatan dengan cara menunggu kunjungan penderita dengan gejala malaria klinis. Dalam program eliminasi malaria, sistem surveilans pasif ini harus diperkuat untuk memastikan seluruh kasus malaria baru terlaporkan dengan cepat (dalam waktu 24 jam), sehingga data tersebut bisa diolah, dianalisis dan dilakukan respons segera untuk mencegah terjadi penularan malaria Surveilans Aktif Surveilans aktif adalah pencarian tersangka penderita malaria secara aktif di suatu daerah fokus malaria tertentu melalui kunjungan dari rumah ke rumah sesuai dengan kriteria daerah fokus. Surveilans aktif merupakan kegiatan surveilans yang diterapkan bagi daerah-daerah yang sudah baik melaksanakan program pengendalian malaria dan siap memasuki tahap pra-eliminasi dan eliminasi malaria.

31 (Gambar 9) Alur Penemuan Penderita Oleh Juru Malaria Lingkungan JML mengunjungi penduduk yang datang dan kembali ke Kabupaten Aceh Timur JML mengunjungi rumah warga sesuai jadwal penderita dengan gejala akut demam menggigil secara berkala dan sakit kepala JML membuat peta lingkungan JML mengambil darah penderita dan membuat SD JML mengirimkan SD ke UPT. PKM JML bersama Petugas Kesehatan memberikan obat malaria JML menyarankan untuk memeriksakan diri ke petugas kesehatan JML mengawasi penderita minum obat malaria Petugas UPT. PKM + Dinkes melaksanakan kontak survei

32 1.3. Surveilans Migrasi Surveilans migrasi adalah pencarian kasus yang dilaksanakan oleh juru malaria lingkungan atau petugas kesehatan kepada penduduk yang menunjukkan gejala klinis malaria, yang baru datang dari daerah endemis malaria. Alur pencarian penderita terdapat pada gambar 9 diatas Surveilans Vektor Surveilans vektor sangat penting dalam mencapai eliminasi malaria, terutama pada daerah fokus aktif. Kegiatan ini bertujuan untuk memandu cara pengendalian dan mengevaluasi dampak dari kegiatan pengendalian vektor. Kegiatan ini terdiri dari: a. pemetaan seluruh tempat perindukan nyamuk potensial di daerah fokus; b. pengumpulan data kepadatan larva dan nyamuk dewasa setiap bulan; c. pemantauan perubahan lingkungan yang menyebabkan peningkatan vektor; dan d. pemantauan tingkat resistensi vektor malaria terhadap insektisida Sistem Surveilans Malaria di Kabupaten Aceh Timur Prinsip surveilans eliminasi malaria terdiri dari 3 (tiga) komponen, yaitu: a. mengumpulkan data dari penemuan penderita pasif dan aktif; b. menganalisis dan menginterpretasikan data termasuk hasil pelacakan kasus/penyelidikan epidemiologi; dan c. memberikan respon cepat yang sesuai, termasuk terapi radikal dan penanggulangan fokus. (Gambar 10) Alur Sistem Data dan Informasi Eliminasi Malaria Kabupaten Aceh Timur

33 (Gambar 11) Alur surveilans malaria dikabupaten Aceh Timur Surveilans Malaria di A.Timur? Absen sekolah Juru Malaria Desa, Kader kesehatan Feedback Melaporkan Puskesmas Praktek Swasta Manual report Report Feedback Pelabuhan Apotik, toko obat (OTC) WEB Report Dinkes A.Timur Feedback Dinkes Prov NAD Kendali mutu lab Keterangan gambar 10 dan 11, yaitu: a. penderita demam datang ke UPT. PKM/Juru Malaria Lingkungan, kemudian akan dilakukan pemeriksaan laboratorium; b. hasil diagnosis dicatat dan dilaporkan kepada petugas surveilans UPT. PKM; c. apabila ditemukan kasus malaria positif, maka petugas surveilans UPT. PKM mencatat dan mengirimkan laporan kasus ke Dinas Kesehatan pada hari yang sama atau dalam waktu 1 x 24 jam; d. data dari JML dan pelayanan rutin UPT. PKM dilaporkan ke UPT. PKM; e. laporan dari praktek swasta, apotek, toko obat, kesehatan pelabuhan, rumah sakit dikirimkan ke Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Timur; dan f. Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Timur memilah data berdasarkan wilayah kerja UPT. PKM, apabila terdapat kasus malaria positif terkonfirmasi yang dilaporkan di luar UPT. PKM, maka tim penyelidikan epidemiologi Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Timur akan memberikan umpan balik kepada UPT. PKM setempat untuk dilaksanakan kegiatan penyelidikan epidemiologi, pelacakan kasus dan penanggulangan fokus. Indikator surveilans dalam rangka eliminasi malaria, yaitu: a. kelengkapan; b. ketepatan/akurasi; dan c. kecepatan waktu, antara lain: 1) waktu antara kasus terdiagnosis malaria di UPT. PKM, praktek swasta dan rumah sakit dengan notifikasi kasus oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Timur; 2) waktu antara notifikasi kasus oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Timur dengan dimulainya kegiatan pelacakan kasus oleh Tim PE UPT. PKM dan Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Timur; dan 3) waktu antara hasil PE dan tindakan penanggulangan fokus.

34 2. Penyelidikan Epidemiologi dan Penanggulangan Fokus Oleh Petugas Kesehatan 2.1. Penyelidikan Epidemiologi Penyelidikan epidemiologi adalah kegiatan rutin penyelidikan yang dilakukan pada semua kasus malaria positif dengan konfirmasi laboratorium berdasarkan laporan penemuan kasus secara pasif di unit pelayanan kesehatan maupun berdasarkan laporan penemuan kasus secara aktif (kunjungan rutin JML dari rumah ke rumah) atau berdasarkan hasil survey tertentu (Mass Fever Survey, Mass Blood Survey, dan lain-lain), untuk mengetahui asal penularan, waktu terjadinya penularan dan sejauh mana penularan kasus malaria terjadi serta kelompok yang terkena resiko. Penyelidikan epidemiologi malaria dilakukan oleh tim dari UPT. PKM atau Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Timur, dimana kasus malaria positif berasal. Tim UPT. PKM/Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Timur terdiri atas petugas surveilans, penanggung jawab malaria atau petugas mikroskopis Metode Dalam Melakukan Penyelidikan Epidemiologi Penyelidikan epidemiologi dilakukan setelah ditemukan penderita positif malaria terkonfirmasi hasil pemeriksaan mikroskopis. Data penderita positif dimasukkan ke dalam sistem data dan informasi eliminasi malaria. Tim dan petugas UPT. PKM ditemani oleh JML setempat akan melaksanakan wawancara dan pengambilan darah jari bagi seluruh anggota keluarga penderita malaria dan semua penduduk disekitar rumah penderita (berjarak ± 500 meter) Tindak Lanjut Penemuan Kasus Malaria Apabila ditemukan suatu kasus malaria positif terkonfirmasi hasil pemeriksaan laboratorium, maka petugas kesehatan UPT. PKM melakukan penyelidikan epidemiologi dan pelacakan kasus sebagai berikut: a. mewawancarai penderita dan keluarga, apakah ada riwayat bermalam ke daerah endemis, baik di dalam maupun di luar Kabupaten Aceh Timur; b. perlu dilihat apakah keluarga penderita memiliki kelambu berinsektisida, apabila: 1) rumah penderita tidak memiliki kelambu berinsektisida, maka petugas UPT. PKM memberikan kelambu kepada keluarga tersebut beserta brosur cara pemakaian dan perawatan kelambu; dan 2) keluarga sudah memiliki kelambu berinsektisida tetapi tidak digunakan, maka anjurkan keluarga untuk menggunakan kelambu. c. tanyakan apakah rumah penderita sudah mendapat penyemprotan IRS dalam 6 (enam) bulan terakhir. Apabila rumah penderita tidak mendapat penyemprotan IRS dalam 6 (enam) bulan terakhir, maka petugas UPT. PKM melaporkan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Timur;

35 d. tanyakan kebiasaan penderita dan anggota keluarga dalam perlindungan diri dari gigitan nyamuk, seperti penggunaan repelen, kawat kassa pada ventilasi, dan lain-lain; e. apabila terdapat riwayat bermalam di daerah endemis malaria, maka kasus ini dikategorikan tingkat 1 (satu), penanganannya yaitu: 1) bekerjasama dengan JML untuk memastikan penderita malaria minum obat hingga tuntas dan pemeriksaan darah jari ulangan sesuai dengan jadwal yang ditentukan; 2) pemberian/pengaktifan penggunaan kelambu berinsektisida tahan lama kepada seluruh anggota keluarga; 3) penyuluhan/pemberian informasi mengenai perlindungan diri terhadap gigitan nyamuk bila bepergian; 4) pemberitahuan silang kepada Dinas Kesehatan asal penularan penderita; 5) mengambil dan membuat sediaan darah pada anggota seluruh rumah dan tetangga penderita dalam jarak 500 (lima ratus) meter sekitar rumah penderita; 6) apabila ditemukan kasus positif malaria kedua, maka kasus kedua tersebut diwawancara untuk mengetahui apakah pada penderita kedua terdapat riwayat bermalam ke daeran endemis dalam 14 (empat belas) hari terakhir tingkat 1; 7) apabila pada penderita kedua tidak terdapat riwayat bermalam ke daerah endemis tingkat 2; 8) setelah ditemukan penderita malaria terkonfirmasi laboratorium kedua, petugas melakukan pemeriksaan vektor dengan memeriksa tempat perindukan nyamuk, apakah ditemukan jentik/larva anopheles atau tidak; 9) mengambil titik koordinat pada tempat-tempat perindukan nyamuk positif jentik anopheles dan rumah penderita malaria positif dengan GPS; dan 10) melaporkan hasil penyelidikan epidemiologi ke Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Timur. f. apabila tidak terdapat riwayat bermalam di daerah endemis malaria, maka kasus ini dikategorikan tingkat 2, penanganannya yaitu: 1) memeriksa sediaan darah jari pada seluruh masyarakat yang tinggal sekitar 500 (lima ratus) meter dari rumah penderita; 2) terapi penderita malaria positif dengan ACT+Primakuin bekerjasama dengan JML untuk pengawasan minum obat dan pemeriksaan darah jari ulangan sesuai dengan jadwal yang ditentukan; 3) memetakan vektor dan tempat perindukan nyamuk positif larva anopheles dengan GPS dalam jarak 500 (lima ratus) meter; 4) memetakan cakupan kelambu berinsektisida/irs setiap rumah dengan GPS; 5) bekerjasama dengan JML dan ketua lingkungan atau petugas kesehatan gampong setempat, memberikan penyuluhan atau pengetahuan kepada penderita, keluarga penderita dan masyarakat mengenai pentingnya pencegahan malaria dan perlindungan diri dari gigitan nyamuk; 6) apabila terdapat tempat perindukan nyamuk yang mengandung jentik anopheles, lakukan kegiatan untuk menghilangkan tempat perindukan nyamuk dengan cara yang sesuai (lihat Bab VII pencegahan dan pengendalian vektor); dan

36 7) pemberian/pengaktifan penggunaan kelambu berinsektisida tahan lama pada rumah-rumah yang dilakukan skrining pengambilan darah jari. g. apabila terdapat kasus kedua, maka dalam hal ini perlu ditanyakan apakah terdapat riwayat bermalam di daerah endemis malaria atau tidak, apabila terdapat riwayat bermalam di daerah endemis, maka kasus ini dikategorikan tingkat 1, jika tidak terdapat riwayat bermalam di daerah endemis malaria, maka kasus kedua ini dikategorikan tingkat 2, penanganannya sama seperti diatas; h. apabila terdapat kasus malaria positif lebih dari 3 yang terkonfirmasi hasil pemeriksaan laboratorium, maka dikategorikan tingkat 3 (adanya penularan setempat), penanganannya yaitu: 1) IRS untuk seluruh gampong dengan cakupan > 90% (sembilan puluh persen); 2) pemberian/pengaktifan penggunaan kelambu berinsektisida untuk seluruh gampong dengan cakupan penggunaan > 95% (sembilan puluh lima persen); dan 3) bekerjasama dengan JML dan ketua lingkungan atau petugas kesehatan gampong setempat, memberikan penyuluhan atau pengetahuan kepada penderita, keluarga penderita dan masyarakat mengenai pentingnya pencegahan malaria dan perlindungan diri dari gigitan nyamuk.

37 (Gambar 12) Alur Penyelidikan Epidemiologi Oleh Tim UPT. PKM/Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Timur Laporan UPT. PKM/RS Laporan JML/Mantri/Bidan/ Praktek Swasta Laporan dari skrining unit transfusi darah Penderita malaria positif terkonfirmasi pemeriksaan mikroskopis wawancara penderita dan keluarga yang tinggal satu rumah Tidak ada riwayat bermalam ke gampong endemis di Kabupaten Aceh Timur maupun di luar Kabupaten Aceh Timur dalam waktu 14 hari terakhir Terdapat riwayat bermalam ke gampong endemis di Kabupaten Aceh Timur maupun di luar Kabupaten Aceh Timur dalam waktu 14 hari terakhir Mengambil dan membuat sediaan darah keluarga dan tetangga jarak 500 m sekitar Tidak ada kasus kedua Belum terjadi penularan malaria setempat Periksa tempat perindukan nyamuk dalam jarak 500 m sekitar rumah penderita Ada riwayat bermalam ke desa endemis Mengambil titik koordinat GPS rumah penderita positif dan tempat perindukan positif Tidak ada riwayat bermalam ke desa endemis Ada kasus malaria positif > 3 Terjadi penularan malaria setempat

38 (Skema 1) Kunci Klasifikasi Kasus Malaria Bagaimana Cara Kasus Tertular Melalui Darah Melalui Nyamuk Kasus Induksi Dimana Kasus Tertular Di Luar Lingkungan Tempat Tinggal Di Lingkungan Tempat Tinggal Kasus Impor Jenis Parasit Penyebab Kapan Tertular P. Vivax/ P. Ovale P. Falsiparum/ P. Malarie Lama (6 Bulan- 3 Tahun Lalu) Kurang Dari 6 Bulan Dari Siapakah Kasus Tertular Kasus Kambuh Dari Kasus Impor Dari Kasus Lokal Kasus Introduksi Kasus Indigenus (Skema 2) Daerah Yang Dilakukan Penyelidikan Epidemiologi Keterangan: : Rumah tetangga : Rumah penderita malaria

39 2.4. Pengertian Daerah Fokus Menurut WHO Fokus adalah suatu daerah/lokasi yang pernah terdapat banyak kasus malaria maupun masih terdapat kasus malaria serta memiliki faktor-faktor epidemiologi yang menunjang terjadinya penularan malaria baik secara terus menerus maupun intermiten. Fokus menurut WHO dapat diklasifikasikan menjadi fokus residu aktif, fokus residu nonaktif, fokus bersih, fokus potensial baru, fokus aktif baru, fokus endemik atau fokus palsu (pseudofocus). 2.5.Klasifikasi Fokus di Kabupaten Aceh Timur Untuk mempermudah operasionalisasi program malaria di Kabupaten Aceh Timur pada bulan Mei 2011, Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Timur dan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Aceh Timur mengklasifikasikan gampong menjadi 4 (empat) kelompok. Dimana dasar pengklasifikasian adalah data kasus malaria selama 3 (tiga) tahun berturut-turut, yaitu data Tahun 2008 sampai dengan 2010, data vektor hasil survei Tahun 2008, data cakupan pengendalian vektor seperti IRS, dan kelambu Tahun 2008 sampai dengan Berdasarkan data tersebut, didapatkan definisi operasional dan kunci klasifikasi seperti tabel dibawah ini: (Tabel 3) Kunci Klasifikasi dan Definisi Operasional NO. KUNCI KLASIFIKASI DEFINISI OPERASIONAL 1. ada penularan setempat, Tidak ada penularan setempat: kontrol buruk tidak ditemukan kasus indigenous 2. ada penularan setempat, kontrol baik 3. tidak ada penularan setempat, ada kasus impor 4. tidak ada penularan setempat, tidak ada kasus impor 2.6. Penanggulangan Daerah Fokus selama 3 tahun berturut-turut Kontrol yang baik: a. >90% konfirmasi dengan mikroskop; b. >90% ACT + Primaquine untuk kasus terkonfirmasi positif; c. cakupan penggunaan kelambu atau IRS > 80%; d. Sensitivity & Specificity Mikroskopis > 80%; dan e. > 90% kasus dilakukan PE. Kasus impor: kasus malaria terkonfirmasi yang setelah dilakukan PE terbukti berasal dari luar Kabupaten Aceh Timur. Penanggulangan fokus adalah suatu tindakan/kegiatan yang dilakukan pada daerah fokus malaria untuk mencegah dan membatasi penularan malaria dari rumah penderita ke lokasi sekitarnya, sehingga dapat menghilangkan penularan malaria setempat. Penanggulangan fokus dilakukan apabila kasus malaria positif terkonfirmasi laboratorium sudah dilakukan penyelidikan epidemiologi dan terbukti sebagai:

40 a. kasus setempat (indigenous); b. telah terjadi penularan malaria didaerah tersebut; dan c. ditemukan tempat perindukan nyamuk anopheles positif di daerah fokus Cara Penanggulangan Fokus Adapun cara penanggulangan fokus yaitu: a. petugas UPT. PKM memberikan pengobatan malaria yang radikal kepada semua penderita malaria positif terkonfirmasi laboratorium, dengan juru malaria lingkungan membantu mengawasi penderita minum obat malaria sesuai dengan petunjuk petugas UPT. PKM; b. petugas UPT. PKM bekerja sama dengan petugas Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Timur melaksanakan penyemprotan IRS dalam jarak 500 (lima ratus) meter dari rumah sumber penularan, dengan cakupan > 90% (sembilan puluh persen) untuk bangunan yang disemprot dan luas permukaan yang disemprot; c. petugas UPT. PKM bersama juru malaria lingkungan membagikan kelambu berinsektisida kepada masyarakat yang bertempat tinggal 500 (lima ratus) meter dari rumah sumber penularan (apabila masyarakat tersebut belum mempunyai kelambu berinsektisida); d. apabila ditemukan tempat perindukan nyamuk, petugas UPT. PKM bersama juru malaria lingkungan bekerja sama dengan tokoh masyarakat setempat menggerakkan masyarakat melakukan gerakan 8 M (lihat Bab VII pencegahan dan pengendalian vektor); e. petugas UPT. PKM bersama juru malaria lingkungan bekerja sama dengan tokoh masyarakat setempat memberikan informasi mengenai malaria, pencegahan dan pengendalian tempat perindukan; dan f. alur penanggulangan fokus sebagai berikut:

41 (Skema 3) Alur Penanggulangan Fokus Malaria Penderita malaria positif terkonfirmasi laboratorium Tingkat 1 Kasus Impor Tingkat 2 Kasus Lokal Tingkat 3 Penularan Setempat Bekerjasama dengan JML untuk memantau penderita minum obat malaria. Anggota keluarga yang tinggal satu rumah menggunakan kelambu berinsektisida dan perlindungan diri dari gigitan nyamuk lainnya. Penderita malaria impor diberikan penyuluhan mengenai cara cara perlindungan diri bila bepergian ke daerah endemis malaria. Pemberitahuan silang ke Dinas Kesehatan asal penularan penderita. Skrining darah jari anggota keluarga penderita dan tetangga jarak 500 m sekitar penderita. Pemberian terapi obat malaria ACT pada penderita positif yang pertama dan yang ditemukan pada skiring. Bekerjasama dengan JML untuk memantau seluruh penderita minum obat malaria. Menilai cakupan pengunaan kelambu berinsektisida dan IRS pada fokus. Seluruh masyarakat di daerah fokus menggunakan kelambu berinsektisida dan perlindungan diri dari gigitan nyamuk lainnya. Periksa vektor dan tempat perindukan nyamuk dalam jarak 500 m sekitar rumah penderita. Mengambil titik koordinat GPS rumah penderita malaria dan tempat perindukan nyamuk positif. Melakukan IRS apabila cakupan IRS dan kelambu rendah, pada daerah fokus. Pemberian informasi ke masyarakat/ penyuluhan. Gerakan 8 M. Pemberian informasi ke masyarakat/ penyuluhan. Bekerjasama dengan JML untuk memantau penderita minum obat malaria. IRS untuk seluruh desa. Seluruh masyarakat di daerah fokus menggunakan kelambu berinsektisida dan perlindungan diri dari gigitan nyamuk lainnya. Mengambil titik koordinat GPS rumah penderita malaria dan tempat perindukan nyamuk positif. Surveilans vektor bulanan Gerakan 8M. 3. Cara Mendeteksi Malaria Malaria sering diketahui dari gejala-gejala yang dialami penderita seperti demam, menggigil, sakit kepala, mual atau muntah, dan lain-lain. Akan tetapi untuk mengetahui pasti malaria atau tidak, harus diperiksa darah jari manusia yang mempunyai gejala dengan mikroskop (pemeriksaan gold standar). Pemeriksaan lain yang dapat dilakukan untuk malaria adalah: a. metode immunochromatographi menggunakan alat diagnosis cepat (RDT), khusus untuk kasus-kasus darurat atau malaria berat, daerah terpencil, atau bila pemeriksaan mikroskop tidak tersedia; b. diagnosa dengan menggunakan mikroskop pendar (fluorochromes); c. diagnosa menggunakan asay antibody (Antibody detection by ELISA serology); dan d. Polymerase Chain Reaction (PCR) yang digunakan pada daerah yang sudah mencapai eliminasi malaria untuk melihat genotipe parasit. Pemeriksaan huruf b dan c biasa dilakukan di laboratorium besar untuk kepentingan penelitian.

42 4. Persiapan Pengambilan Darah Untuk pemeriksaan darah malaria dengan mikroskop, sediaan darah tebal dan tipis dibuat pada kaca sediaan yang sama. Bahan-bahan yang dibutuhkan untuk membuat sediaan darah, yaitu: a. slide/kaca sediaan yang bersih dan terbungkus rapi; b. penusuk/lancet yang steril (bukan jarum hypodermis atau lancet yang hanya direndam dalam alkohol); c. methanol 70% (tujuh puluh persen); d. kapas kering/kain kassa; e. pensil bermata lunak; f. formulir registrasi atau pencatatan; g. surat pengantar sediaan darah; dan h. balpoin. Cara-cara menyiapkan kaca sediaan sebagai berikut: 1. kaca sediaan harus bersih tidak berdebu, tidak berlemak atau mengandung alcohol; 2. kaca sediaan harus jernih, tidak kusam atau bergaris-garis; 3. kaca sediaan yang baru harus dicuci dengan cara memasukkan ke dalam baskom, lalu tuangkan larutan sabun deterjen 0,5% (nol koma lima persen) (1 sendok makan penuh bubuk deterjen dicampur dengan air 1 (satu) liter), untuk kaca sediaan baru direndam beberapa jam saja; 4. kaca sediaan dibilas dengan air sampai semua sisa sabun terbuang; 5. lap kaca sediaan dengan kain lembut dan bersih; 6. keringkan kaca sediaan yang sudah dilap dengan posisi miring; 7. bungkuslah kaca sediaan yang sudah kering dengan kertas kwarto (A4) yang tipis, 1 (satu) lembar kertas untuk membungkus 15 (lima belas) sampai dengan 20 (dua puluh) kaca sediaan; 8. tangan tidak boleh menyentuh kaca sediaan bagian tengah; dan 9. simpan ditempat yang kering. Setelah kaca sediaan siap pakai, petugas menuliskan keterangan mengenai pasien, yang dicatat dalam formulir registrasi UPT. PKM, selanjutnya beri kode sesuai kode UPT. PKM atau rumah sakit. Apabila sediaan darah berasal dari JML/mantri/bidan/praktek swasta, dalam hal ini perlu dilihat surat pengantar sediaan darah dan kaca sediaan, apakah sesuai atau tidak. (Gambar 13) Cara membungkus kaca sediaan kering

43 4.1. Cara Pengambilan Darah Adapun cara pengambilan darah adalah: 1. dengan posisi telapak tangan kiri pasien menghadap keatas, pilih jari ketiga dari ibu jari (pada bayi, ibu jari kaki dapat digunakan, pada orang dewasa dan anak-anak ibu jari tidak boleh digunakan); 2. gunakan sarung tangan; 3. bersihkan jari dengan kapas alkohol; 4. keringkan jari menggunakan kapas yang bersih; 5. tusuk ujung jari dengan lancet, sambil menekan dengan lembut ujung jari; 6. buang lancet ke dalam kaleng/botol; 7. Keluarkan tetesan darah pertama dan hapus dengan kapas kering; 8. Pegang ujung kaca sediaan, tekan sedikit ujung jari dan keluarkan satu tetes darah, kira-kira sebesar ini, ke bagian tengah kaca untuk sediaan darah tipis; 9. Tekan sedikit lagi, ambil dua atau tiga tetes yang lebih besar untuk sediaan darah tebal; dan 10. Hapus sisa darah dari ujung jari dengan menggunakan kapas. (Gambar 14) Cara pengambilan Darah 4.2. Cara Membuat Sediaan Darah Tipis dan Sediaan Darah Tebal 1. cara membuat sediaan darah tipis yaitu: a. gunakan kaca sediaan bersih sebagai penggeser, tetesan darah berada pada permukaan yang rata dan keras; b. sentuh tetes darah dengan penggeser, biarkan darah bergerak sepanjang ujung kaca penggeser; dan c. Dengan tegas, tolak penggeser ke depan, jaga agar sudutnya tetap 45 0 (empat puluh lima derajat), pastikan penggeser tetap menempel dengan kaca sediaan selama proses penggeseran.

44 (Gambar 15) Cara Membuat Sediaan Darah Tipis 2. cara membuat sediaan darah tebal yaitu: a. gunakan sudut kaca penggeser, campurkan 3 (tiga) tetes darah dengan cepat dan merata, sebarkan dengan gerakan memutar 3 (tiga) sampai dengan 6 (enam) gerakan; b. beri label dengan pinsil, tulis pada bagian putih diujung sediaan; c. biarkan sediaan darah tebal mengering pada tempat yang datar dan terlindung dari debu, lalat dan sengatan panas; dan d. bungkus sediaan darah yang sudah mengering dengan formulir catatan pasien dan kirim ke laboratorium secepat mungkin. (Gambar 16) Cara Membuat Sediaan Darah Tebal 5. Cara Mengirimkan Sediaan Darah Ke UPT. PKM Cara mengirimkan sediaan darah ke UPT. PKM yaitu: a. sediaan darah yang sudah dibuat dibiarkan kering dan bebas debu; b. letakan mendatar di tempat yang rata atau kotak penyimpanan kaca sediaan, atau letakan di map kaca sediaan; dan c. apabila sudah kering, susun kaca sediaan dalam kotak sediaan atau dalam map kaca sediaan atau dibungkus dengan tisu/kertas.

45 Gambar 22. Cara pengeringan sediaan darah yang sudah dibuat Diletakkan di atas meja sampai kering Diletakkan di map kaca sediaan sampai kering Diletakkan di atas kotak kaca sediaan sampai kering PENGOBATAN DAN PENANGANAN LANJUTAN CARA MEMBERIKAN OBAT MALARIA Setiap penderita demam harus diperiksa darah jarinya menggunakan mikroskop. Hasil pemeriksaan darah jari yang dibaca oleh petugas mikroskopis puskesmas, dengan hasil positif malaria, diberikan obat oleh dokter/bidan/perawat swasta menggunakan pengobatan standar Departemen Kesehatan dan WHO terbaru. Penderita malaria diberikan obat-obatan yang sesuai dengan jenis Plasmodium-nya. Ibu menyusui dapat diberikan ACT, tetapi tidak boleh diberikan Primakuin, tetrasiklin dan doksisklin.

46 Tabel 6. Pengobatan malaria Lini I bagi penderita umum (bukan ibu hamil) JENIS PLASMODIUM HARI JENIS OBAT JUMLAH TABLET MENURUT KELOMPOK UMUR ATAU BERAT BADAN Umur 0-1 bln 2-11 bln bln 5-9 th th > 15 th Berat Badan 0-4 kg 4-10 kg kg kg kg >60 kg P.f dan P.v 1-3 DHP 1/4 ½ 1 1½ P.f dan P.v 1-3 Artesunate 1/4 ½ P.f dan P.v 1-3 Amodiakuin 1/4 ½ P. falsiparum 1 Primakuin - - ¾ 1 ½ P. vivax 1-14 Primakuin - - ¼ ½ ¾ 1 Dosis obat: Dihydroartemisinin = 2-4 mg /kgbb Piperaquin = mg/kgbb Primakuin untuk P.falsiparum= 0,75 mg/kgbb Primakuin untuk P.vivax = 0,25 mg/kgbb Amodiakuin basa = 10 mg/kgbb Artesunate = 4 mg/kgbb Tabel 7. Pengobatan malaria bagi penderita malaria pada ibu hamil UMUR KEHAMILAN JENIS PLASMODIUM LAMANYA HARI MINUM OBAT JENIS OBAT JUMLAH TABLET MENURUT KELOMPOK UMUR ATAU BERAT BADAN Berat Badan kg Diatas 60 kg 0 3 bulan pertama 4 9 bulan (sampai melahirkan) P.f dan P.v 7 KINA 1 ½ 2 P.f dan P.v 1 3 Artesunate 3 4 P.f dan P.v 1 3 Amodiakuin 3 4 P.f dan P.v 1 3 DHP 2 3 4

47 Tabel 8. Pengobatan malaria Lini II bagi penderita umum (bukan ibu hamil) JENIS PLASMODIUM HARI JENIS OBAT JUMLAH TABLET MENURUT KELOMPOK Umur 0-11 bln 1-4 th 5-9 th th > 15 th Berat Badan 0-10 kg kg kg kg >60 kg P.f dan P.v 1-7 Kina *) 3 x ½ 3 x 1 3 x 1 ½ 3 x 2 P.falsiparum 1-7 Doksisiklin x 50mg 2 x 100mg P. falsiparum 1 Primakuin - ¾ 1 ½ P. vivax 1-14 Primakuin - ¾ ½ ¾ 1 Alternatif apabila tidak ada doksisiklin P.falsiparum 1-7 Tetrasiklin x4 mg/kg BB P.falsiparum 1-7 Clyndamicin x10 mg/kg BB 4 x 250 mg 2x10 mg/kg BB *) untuk anak usia dibawah 1 tahun, pemberian Kina harus dihitung berdasar berat badan. Kina Dosis obat: Doksisiklin dosis dewasa Doksisiklin dosis anak 8 14 thn = 2 mg/kgbb/hari Tetrasiklin Clyndamicin = 30 mg /kgbb/hari diberikan 3 kali per hari. = 4 mg / kgbb/hari diberikan 2 kali per hari. = 4-5 mg/kgbb/kali diberikan 4 kali per hari. = 10 mg/kgbb/kali diberikan 2 kali per hari. Ingat! Primakuin tidak boleh diminum oleh ibu hamil, ibu menyusui, bayi dibawah 1 tahun dan penderita defisiensi G6PD.

48 PENDERITA MALARIA DIPERIKSA ULANG Setelah penderita mendapatkan obat-obat malaria dari petugas kesehatan. Petugas Puskesmas akan menuliskan tanggal pemeriksaan darah ulangan bagi penderita positif malaria seperti pada tabel dibawah ini. JML dapat mengambil darah lagi penderita malaria,atau penderita disuruh datang kembali ke Puskesmas tersebut pada: Gambar 28. Prosedur penanganan lanjutan penderita malaria Untuk P. falsiparum, P. vivax dan jenis lainnya Hanya untuk P. vivax Hari 0 H 3 H 7 H 14 H 28 H 42 H 90 Hari pertama diperiksa darah dan terdiagn osis malaria Periksa darah jari dengan mikroskop. Hitung kepadatan parasit. Periksa keadaan klinis penderita malaria Periksa suhu badan dengan termometer Seperti pemeriksaan pada H 3 H 28. PENDERITA DINYATAKAN BERHASIL PENGOBATAN Pengobatan efektif apabila sampai dengan hari ke-28 setelah pemberian obat, ditemukan keadaan sebagai berikut: klinis sembuh (sejak hari ke-4) dan tidak ditemukan parasit stadium aseksual sejak hari ke-7. PENDERITA DINYATAKAN GAGAL PENGOBATAN Pengobatan tidak efektif setelah pemberian obat apabila: a. Dalam 28 hari setelah pemberian obat gejala klinis memburuk dan parasit aseksual positif, atau b. Gejala klinis tidak memburuk tetapi parasit aseksual tidak berkurang (persisten) atau timbul kembali sebelum hari ke 14 (kemungkinan resisten) ganti pengobatan dari lini I menggunakan lini II. c. Gejala klinis membaik tetapi parasit aseksual timbul kembali antara hari ke 15 sampai hari ke 28 (kemungkinan resisten, relaps atau infeksi baru) gunakan kembali pengobatan lini I, dan penderita dipantau dengan ketat. KEAMANAN OBAT MALARIA Obat malaria aman bagi manusia, baik orang tua, anak anak maupun balita. Obat malaria yang ada dikabupaten Aceh Timur seperti ACT/DHP, Kina, Primakuin juga digunakan oleh seluruh negara di dunia.

49 EFEK SAMPING OBAT Obat malaria ACT, efek samping yang paling sering adalah mual dan muntah. Karena itu sangat dianjurkan untuk meminum obat ini segera setelah makan untuk mengurangi efek samping tersebut. Ingatkan penderita malaria untuk makan lebih dahulu baru kemudian meminum obat ini. Jika penderita takut dengan efek samping, bisa meminum dosis pertama di depan petugas kesehatan. Apabila jika ada keluhan-keluhan lain seperti dibawah ini: Tabel 9. Keluhan penderita setelah minum ACT dan anjuran petugas: KELUHAN PENDERITA MALARIA GATAL (setelah minum ACT) ANJURAN PETUGAS KESEHATAN Mandi dengan air hangat atau dingin. Hindari menggunakan air yang sangat panas. Hindari menggunakan sabun/deterjen beraroma kuat atau beraroma parfum. Gunakan losion atau pelembab lainnya (misalnya jeli minyak) pada kulit setelah mandi pada saat kulit masih basah. Jaga kuku jari tetap pendek untuk menghindari penggarukan. Penggosokan juga mempengaruhi kulit sama halnya dengan penggarukan. Keluhan gatal bersifat sementara anjurkan tetap minum obat hingga tuntas. REAKSI ALERGI Anjurkan segera kembali ke Puskesmas (Setelah minum ACT) Ganti dengan jenis ACT yang lain atau gunakan obat malaria lini II PERUT MULAS Minum ACT dengan gula Minum ACT sesudah makan untuk mengurangi mulas Kurangi konsumsi kafein, karena dapat menyebabkan iritasi/mulas yang lebih buruk Hindari makanan berminyak atau makanan yang digoreng saat minum ACT Banyak pasien yang mengalami rasa pahit, mual, muntah dan/atau mulas saat minum ACT. Pada kebanyakan orang, gejala-gejala ini berkurang setelah dosis pertama atau kedua

50 YANG HARUS DILAKUKAN JIKA PENDERITA MALARIA MUNTAH SETELAH MINUM OBAT Jika muntah-muntah terjadi dalam 30 menit pertama setelah minum obat, penderita tersebut harus mengulangi meminum dosis obat tersebut Anjurkan pasien untuk minum air yang banyak untuk menghindari dehidrasi. YANG HARUS DILAKUKAN JIKA PENDERITA MALARIA MENOLAK MINUM OBAT MALARIA Jika penderita menolak minum obat malaria yang diberikan oleh dokter/bidan/perawat, sebaiknya petugas memberitahukan kegunaan obat malaria yang dapat membunuh parasit dalam darah penderita, dan penderita malaria tersebut tidak menjadi sumber penularan penyakit malaria bagi tetangga atau warga desanya. Apabila penderita takut minum obat malaria, bisa minum dosis pertama obat malaria di depan petugas puskesmas, dan hari kedua sampai hari berikutnya didepan JML. OBAT YANG HARUS DIBERIKAN PADA PENDERITA G6PD DI DIAGNOSIS POSITIF PLASMODIUM VIVAKS Khusus untuk penderita defisiensi enzim G6PD yang dapat diketahui melalui anamnesis, dengan adanya keluhan atau riwayat warna urin coklat kehitaman setelah minum obat (golongan sulfa, primakuin, kina, klorokuin dll), maka pengobatanya diberikan pada penderita defisiensi enzim ringan dan sedang, sebagai berikut: Tabel 10. Pengobatan malaria vivaks penderita defisiensi G6PD Lama minggu Jenis obat Jumlah tablet perminggu menurut kelompok umur > 15 Bulan Bulan Tahun Tahun Tahun Tahun 8 Primakuin - - ¾ 1½ 2¼ 3 Hari I 3 DHP 1/4 ½ 1 1 ½ Hari I 3 Artesunate + Amodiakuin 1/4 ½ Apabila penderita vivaks dengan defisiensi enzim G6PD berat, maka Primakuin merupakan kontraindikasi. Bila status defisiensi G6PD sudah diketahui, maka penderita diawasi dan dimonitor secara ketat. Ingat! Obat malaria harus diminum dengan tuntus dan sesuai dosis. Pengobatan harus radikal (ditambahkan Primakuin) PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN VEKTOR

51 3 (TIGA) CARA PENCEGAHAN MALARIA Menghindari gigitan nyamuk dengan perlindungan diri. Mengendalikan lingkungan tempat hidup nyamuk/vektor malaria. Mengendalian nyamuk dengan musuh alami (predator) atau bahan kimiawi. CARA MENGHINDARI GIGITAN NYAMUK Tidur didalam kelambu berinsektisida yang paling efektif dan murah. Tutup pintu dan jendela dengan kawat atau kasa nilon untuk mencegah nyamuk masuk ke dalam rumah. Hindari pergi keluar setelah hari gelap. Jika pergi di malam hari: Gunakan pakaian pelindung yang menutupi lengan dan kaki. Gunakan krim kimia penangkal nyamuk pada kulit yang tidak tertutup pakaian. Gunakan obat nyamuk bakar (khususnya saat duduk di luar) yang mengeluarkan asap. Asap tersebut mengusir nyamuk atau membunuhnya ketika mereka terbang melewati asap itu. Semprot ruangan dengan insektisida sebelum tidur setiap malam. Oleh karena semprotan insektisida tersebut hanya efektif untuk beberapa jam, metode ini harus digunakan dengan kombinasi tindakan pencegahan lainnya, misalnya pintu dan jendela yang dipasang kasa. Gunakan obat nyamuk bakar. Asap dari obat nyamuk itu akan membunuh atau mengusir nyamuk. Membunuh nyamuk secara fisik di dalam rumah dengan cara menepuknya. Penyemprotan rumah oleh petugas (IRS: indoor residual spraying) CARA MENGENDALIKAN LINGKUNGAN TEMPAT HIDUP Pengendalian tempat perkembangbiakan vektor terhadap dapat dilakukan dengan cara 8 M: Menimbun genangan air Mengeringkan genangan air Menutup genangan air Mengalirkan air tergenang Menfungsikan genangan air Memberi insektisida (obat anti jentik) pada genangan air yang besar. Mencegah timbulnya genangan air baru. Menebar ikan pemakan jentik, seperti Ikan kepala timah, Guppy/Wader Ceto, Gambusia affinis, Mujair, Nila merah, Grass carp. Jumlah ikan yang ditebarkan: Jumlah rata-rata ikan kepala timah yang ditebar 2-5 ekor/100 m 2 atau ekor/ha. KELAMBU BERINSEKTISIDA EFEKTIF MENCEGAH Kelambu berinsektisida mengurangi kontak manusia dengan nyamuk dengan cara membunuhnya jika nyamuk menempel di kelambu. Kelambu diproses untuk menyimpan insektisida pada seratnya di pabrik pembuatannya, sehingga kelambu jenis ini bisa bertahan lebih lama daripada kelambu yang dicelupkan insektisida dengan tangan.

52 Kelambu biasa dan tidak dirawat dengan insektisida juga efektif tetapi orang yang tidur di dalamnya bisa digigit nyamuk melalui lubang lubang kelambu tersebut jika dia tidur tepat di pinggir kelambu. Manfaat-manfaat lain kelambu berinsektisida tahan lama termasuk: Membunuh tuma Membunuh kepinding Membunuh kecoa Membunuh kutu Membunuh kalajengking Mencegah laba-laba dan serangga lainnya menganggu tidur. PERBEDAAN KELAMBU BERINSEKTISIDA DENGAN KELAMBU Tabel 11. Perbandingan antara Kelambu Biasa dengan Kelambu yang Diberi Insektisida KELAMBU BIASA KELAMBU BERINSEKTISIDA Memberikan perlindungan terhadap gigitan nyamuk Memberikan perlindungan terhadap gigitan nyamuk Tidak membunuh atau menangkal nyamuk yang menyentuh kelambu Membunuh atau menangkal nyamuk yang menyentuh kelambu Tidak mengurangi jumlah nyamuk di dalam maupun di luar kelambu Mengurangi jumlah nyamuk di dalam maupun di luar kelambu Tidak membunuh serangga lainnya seperti tuma, laba-laba, kutu kasur dan kecoa Membunuh serangga lainnya seperti tuma, laba-laba, kutu kasur dan kecoa Aman digunakan untuk ibu hamil, anak-anak dan bayi Aman digunakan untuk ibu hamil, anak-anak dan bayi KELAMBU BERINSEKTISIDA AMAN BAGI Kelambu berinsektisida aman untuk semua orang-bayi, ibu hamil, anakanak, orang dewasa, hewan ternak seperti ayam, kambing, semua-kecuali untuk nyamuk dan ikan! Karena kelambu berinsektisida tidak aman untuk ikan, kelambu ini tidak boleh dicuci di aliran air atau sungai. BAGAIMANA BILA ANAK-ANAK MEMASUKKAN KELAMBU BERINSEKTISIDA KE DALAM MULUTNYA? Cucilah mulut anak segera untuk membuang rasanya. Apabila muncul rasa gatal atau pedih, anjurkan keluarga untuk membawa si anak ke Puskesmas.

53 CARA PEMAKAIAN KELAMBU 1. Sebelum menggunakan kelambu pertama kali, angin-anginkan selama 24 jam (1 hari). Pastikan kelambu itu tidak terkena sinar matahari secara langsung. 2. Pastikan kelambu itu dimasukkan di bawah kasur atau alas tidur. 3. Jika ada lubang di kelambu, pastikan anda menjahitnya segera. 4. Jika siang hari, naikkan kelambu tersebut supaya tidak dimainkan atau robek saat sedang tidak digunakan. 5. Gunakan kelambu berinsektisida setiap malam. 6. Jauhkan api, lilin, pemantik dan lampu minyak tanah dari kelambu dan jangan merokok dekat dengan kelambu, karena kelambu mudah terbakar. 7. Pada kelambu yang dicelup sendiri, berikan kembali insektisida yang resmi/terdaftar setiap 4-6 bulan. CARA PERAWATAN DAN PENCUCIAN KELAMBU Gunakan air dingin dan cucilah kelambu perlahanlahan dengan sabun. Cuci kelambu dengan mencelupkannya, dan jangan menyikat kelambu tersebut. Jangan meredamnya. Jangan disikat dan dikucek. Sabun atau bubuk deterjen biasa bisa digunakan. Keringkan kelambu di tempat teduh di dalam rumah ataupun di bawah pohon, dll. Kelambu tidak boleh terkena sinar matahari secara langsung. Cuci kelambu setiap 3-4 bulan sekali. Kotoran, debu atau asap tidak mempengaruhi kualitas insektisida. CARA JML MENGAKTIFKAN MASYARAKAT MENGGUNAKAN KELAMBU BERINSEKTISIDA Juru malaria lingkungan berperan penting dalam pemantauan penggunaan kelambu oleh masyarakat, sehingga masyarakat mau tidur dibawah kelambu setiap malamnya. Pemantauan kelambu ini dilaksanakan bersamaan kunjungan rumah pada setiap bulannya. Kegiatan ini bertujuan untuk memastikan cakupan penggunaan kelambu di masyarakat Kabupaten Aceh Timur lebih dari 80%, sehingga masyarakat bisa terlindungi dari penyakit malaria. Apabila ada rumah yang tidak mempunyai kelambu, JML melaporkan ke KJML/petugas puskesmas. Apabila masyarakat tidak mau menggunakan kelambu, JML dapat menerangkan manfaat dan kegunaan kelambu bagi masyarakat. Ibu hamil dan balita harus diutamakan menggunakan kelambu saat tidur.

WALIKOTA LANGSA PERATURAN WALIKOTA LANGSA NOMOR 77 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN ELIMINASI MALARIA DI KOTA LANGSA

WALIKOTA LANGSA PERATURAN WALIKOTA LANGSA NOMOR 77 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN ELIMINASI MALARIA DI KOTA LANGSA SALINAN WALIKOTA LANGSA PERATURAN WALIKOTA LANGSA NOMOR 77 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN ELIMINASI MALARIA DI KOTA LANGSA BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA WALIKOTA LANGSA, Menimbang

Lebih terperinci

BUPATI POLEWALI MANDAR

BUPATI POLEWALI MANDAR BUPATI POLEWALI MANDAR PERATURAN BUPATI POLEWALI MANDAR NOMOR 39 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN POLEWALI MANDAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI POLEWALI MANDAR, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 49 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 49 TAHUN 2012 TENTANG PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 49 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN, SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS PUSAT KESEHATAN HEWAN TERPADU PADA DINAS PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Bupati tentang Eliminasi Malaria di Daerah; BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 67 TAHUN

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 48 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 48 TAHUN 2012 TENTANG PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 48 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN, SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS PADA DINAS PENGELOLAAN KEUANGAN DAN KEKAYAAN DAERAH KABUPATEN ACEH TIMUR

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 56 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 56 TAHUN 2012 TENTANG PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 56 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN, SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS PADA DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN KABUPATEN ACEH TIMUR ATAS RAHMAT ALLAH

Lebih terperinci

BUPATI ACEH TIMUR PROVINSI ACEH PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 25 TAHUN 2016 TENTANG PENETAPAN NOMENKLATUR PERANGKAT DAERAH

BUPATI ACEH TIMUR PROVINSI ACEH PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 25 TAHUN 2016 TENTANG PENETAPAN NOMENKLATUR PERANGKAT DAERAH BUPATI ACEH TIMUR PROVINSI ACEH PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 25 TAHUN 2016 TENTANG PENETAPAN NOMENKLATUR PERANGKAT DAERAH ATAS RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA BUPATI ACEH TIMUR, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BUPATI JEMBRANA PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN JEMBRANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI JEMBRANA PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN JEMBRANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBRANA PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN JEMBRANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBRANA, Menimbang : a. bahwa malaria merupakan penyakit

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 33 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 33 TAHUN 2011 TENTANG PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 33 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN, SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS PELAYANAN KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL PADA DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN

Lebih terperinci

BUPATI ACEH TIMUR PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 06 TAHUN 2009 TENTANG

BUPATI ACEH TIMUR PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 06 TAHUN 2009 TENTANG BUPATI ACEH TIMUR PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 06 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN, SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS (UPT) PELAYANAN KEBERSIHAN, LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMADAM KEBAKARAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang World Malaria Report (2011) menyebutkan bahwa malaria terjadi di 106 negara bahkan 3,3 milyar penduduk dunia tinggal di daerah berisiko tertular malaria. Jumlah kasus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh plasmodium yang

BAB I PENDAHULUAN. Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh plasmodium yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh plasmodium yang ditularkan melalui gigitan nyamuk anopheles betina. Nyamuk anopheles hidup di daerah tropis dan

Lebih terperinci

BUPATI LOMBOK UTARA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN BUPATI LOMBOK UTARA NOMOR 10 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI LOMBOK UTARA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN BUPATI LOMBOK UTARA NOMOR 10 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI LOMBOK UTARA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN BUPATI LOMBOK UTARA NOMOR 10 TAHUN 2016 TENTANG PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN LOMBOK UTARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

DEFINISI KASUS MALARIA

DEFINISI KASUS MALARIA DEFINISI KASUS MALARIA Definisi kasus adalah seperangkat criteria untuk menentukan apakah seseorang harus dapat diklasifikasikan sakit atau tidak. Kriteria klinis dibatasi oleh waktu, tempat, dan orang.

Lebih terperinci

-1- PEMERINTAH KABUPATEN ACEH TIMUR PROVINSI ACEH QANUN KABUPATEN ACEH TIMUR NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG KAWASAN KOTA TERPADU MANDIRI SEUMANAH JAYA

-1- PEMERINTAH KABUPATEN ACEH TIMUR PROVINSI ACEH QANUN KABUPATEN ACEH TIMUR NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG KAWASAN KOTA TERPADU MANDIRI SEUMANAH JAYA -1- PEMERINTAH KABUPATEN ACEH TIMUR PROVINSI ACEH QANUN KABUPATEN ACEH TIMUR NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG KAWASAN KOTA TERPADU MANDIRI SEUMANAH JAYA BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN NAMA ALLAH YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit plasmodium yaitu makhluk hidup bersel satu yang termasuk ke dalam kelompok protozoa. Malaria ditularkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. terhadap ketahanan nasional, resiko Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) pada ibu

BAB 1 PENDAHULUAN. terhadap ketahanan nasional, resiko Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) pada ibu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Malaria sebagai salah satu penyakit menular yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat, berdampak kepada penurunan kualitas sumber daya manusia yang dapat menimbulkan

Lebih terperinci

-1- BUPATI ACEH TIMUR PROVINSI ACEH QANUN KABUPATEN ACEH TIMUR NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG

-1- BUPATI ACEH TIMUR PROVINSI ACEH QANUN KABUPATEN ACEH TIMUR NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG -1- BUPATI ACEH TIMUR PROVINSI ACEH QANUN KABUPATEN ACEH TIMUR NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH KABUPATEN ACEH TIMUR BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN NAMA ALLAH YANG MAHA

Lebih terperinci

BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN BELITUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN BELITUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang: a. BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN BELITUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BELITUNG, bahwa malaria merupakan penyakit

Lebih terperinci

BUPATI BANGKA TENGAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG ELIMINASI MALARIA

BUPATI BANGKA TENGAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG ELIMINASI MALARIA BUPATI BANGKA TENGAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG ELIMINASI MALARIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA TENGAH,

Lebih terperinci

BUPATI LUWU UTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN

BUPATI LUWU UTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN SALINAN BUPATI LUWU UTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI LUWU UTARA NOMOR 45 TAHUN 2017 TENTANG SURVEILANS BERBASIS SEKOLAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MASA ESA BUPATI LUWU UTARA, Menimbang :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO) pada tahun 2012

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO) pada tahun 2012 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberhasilan pembangunan Indonesia sangat ditentukan oleh ketersediaan sumber daya manusia yang berkualitas. Untuk mendapatkan sumber daya tersebut, pembangunan kesehatan

Lebih terperinci

Project Status Report. Presenter Name Presentation Date

Project Status Report. Presenter Name Presentation Date Project Status Report Presenter Name Presentation Date EPIDEMIOLOGI PENYAKIT MALARIA Oleh : Nurul Wandasari S Program Studi Kesehatan Masyarakat Univ Esa Unggul 2012/2013 Epidemiologi Malaria Pengertian:

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dari genus Plasmodium dan mudah dikenali dari gejala meriang (panas dingin

BAB 1 PENDAHULUAN. dari genus Plasmodium dan mudah dikenali dari gejala meriang (panas dingin BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Malaria adalah penyakit yang menyerang manusia, burung, kera dan primata lainnya, hewan melata dan hewan pengerat, yang disebabkan oleh infeksi protozoa dari genus

Lebih terperinci

M.Arie w. FKM Undip. M. Arie W, FKM Undip

M.Arie w. FKM Undip. M. Arie W, FKM Undip M. Arie W, PENGERTIAN (Surveilans Malaria) Surveilans malaria dapat diartikan sebagai pengawasan yang dilakukan secara terus-menerus dan sistematik terhadap distribusi penyakit malaria dan faktor-faktor

Lebih terperinci

BUPATI ACEH TIMUR PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI ACEH TIMUR PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG BUPATI ACEH TIMUR PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN DANA PENUNJANG KEGIATAN BANTUAN KEUANGAN PEUMAKMUE GAMPONG DAN BANTUAN OPERASIONAL POSYANDU DALAM KABUPATEN

Lebih terperinci

KEGUNAAN SURVEILANS TUJUAN SUMBER INFORMASI 15/11/2013. PENGERTIAN (Surveilans Malaria)

KEGUNAAN SURVEILANS TUJUAN SUMBER INFORMASI 15/11/2013. PENGERTIAN (Surveilans Malaria) PENGERTIAN (Surveilans Malaria) Surveilans malaria dapat diartikan sebagai pengawasan yang dilakukan secara terus-menerus dan sistematik terhadap distribusi penyakit malaria dan faktor-faktor penyebab

Lebih terperinci

BUPATI BANGKA BARAT PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI BANGKA BARAT PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG BUPATI BANGKA BARAT PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG PENGENDALIAN VEKTOR NYAMUK PENYEBAB PENYAKIT MENULAR PADA MASYARAKAT DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PENYELIDIKAN KEJADIAN LUAR BIASA DI GIANYAR. Oleh I MADE SUTARGA PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA 2015

PENYELIDIKAN KEJADIAN LUAR BIASA DI GIANYAR. Oleh I MADE SUTARGA PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA 2015 PENYELIDIKAN KEJADIAN LUAR BIASA DI GIANYAR 2015 Oleh I MADE SUTARGA PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA 2015 1 BAB VI PENYELIDIKAN KEJADIAN LUAR BIASA DI GIANYAR

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di dunia termasuk Indonesia. Penyakit ini mempengaruhi

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di dunia termasuk Indonesia. Penyakit ini mempengaruhi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di dunia termasuk Indonesia. Penyakit ini mempengaruhi tingginya angka

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menyebabkan kematian (Peraturan Menteri Kesehatan RI, 2013). Lima ratus juta

BAB 1 PENDAHULUAN. menyebabkan kematian (Peraturan Menteri Kesehatan RI, 2013). Lima ratus juta BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria merupakan penyakit infeksi yang mengancam jiwa dan banyak menyebabkan kematian (Peraturan Menteri Kesehatan RI, 2013). Lima ratus juta penduduk di dunia terinfeksi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN 4.1 Hasil Penelitian dan Pembahasan Dinas Kesehatan Kabupaten Sukabumi terletak di Jalan Raya Karang Tengah km 14 Kecamatan Cibadak, Kabupaten Sukabumi. Dinas kesehatan

Lebih terperinci

BUPATI ACEH TIMUR PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI ACEH TIMUR PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG BUPATI ACEH TIMUR PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI PENYULUHAN PERTANIAN, PERIKANAN DAN KEHUTANAN PADA BADAN PELAKSANA PENYULUHAN

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 26 TAHUN 2011 TENTANG STANDAR MINIMAL PELAYANAN POSYANDU PLUS DI KABUPATEN ACEH TIMUR

PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 26 TAHUN 2011 TENTANG STANDAR MINIMAL PELAYANAN POSYANDU PLUS DI KABUPATEN ACEH TIMUR PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 26 TAHUN 2011 TENTANG STANDAR MINIMAL PELAYANAN POSYANDU PLUS DI KABUPATEN ACEH TIMUR DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA BUPATI ACEH TIMUR, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 43 TAHUN 2012 TENTANG PROGRAM SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT DI KABUPATEN ACEH TIMUR

PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 43 TAHUN 2012 TENTANG PROGRAM SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT DI KABUPATEN ACEH TIMUR PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 43 TAHUN 2012 TENTANG PROGRAM SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT DI KABUPATEN ACEH TIMUR ATAS RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA BUPATI ACEH TIMUR, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 116,

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 116, BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.438, 2017 KEMENKES. Penanggulangan Cacingan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2017 TENTANG PENANGGULANGAN CACINGAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. miliar atau 42% penduduk bumi memiliki risiko terkena malaria. WHO mencatat setiap tahunnya

BAB I PENDAHULUAN. miliar atau 42% penduduk bumi memiliki risiko terkena malaria. WHO mencatat setiap tahunnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria merupakan penyakit menular yang sangat dominan di daerah tropis dan sub-tropis serta dapat mematikan. Setidaknya 270 juta penduduk dunia menderita malaria dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh parasit Protozoa genus Plasmodium dan ditularkan pada

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh parasit Protozoa genus Plasmodium dan ditularkan pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Malaria merupakan penyakit yang mengancam jiwa yang disebabkan oleh parasit Protozoa genus Plasmodium dan ditularkan pada manusia oleh gigitan nyamuk Anopheles

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dijumpai adalah Plasmodium Falciparum dan Plasmodium. Vivax. Di Indonesia Timur yang terbanyak adalah Plasmodium

BAB I PENDAHULUAN. dijumpai adalah Plasmodium Falciparum dan Plasmodium. Vivax. Di Indonesia Timur yang terbanyak adalah Plasmodium BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria di Indonesia tersebar di seluruh pulau dengan derajat endemisitas yang berbeda. Spesies yang terbanyak dijumpai adalah Plasmodium Falciparum dan Plasmodium

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam proses terjadinya penyakit terdapat tiga elemen yang saling berperan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam proses terjadinya penyakit terdapat tiga elemen yang saling berperan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam proses terjadinya penyakit terdapat tiga elemen yang saling berperan dan berinteraksi, ketiga nya adalah host, agent dan lingkungan. Ketiga komponen ini dapat

Lebih terperinci

BUPATI ACEH TIMUR PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 15 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI ACEH TIMUR PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 15 TAHUN 2013 TENTANG BUPATI ACEH TIMUR PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 15 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN DANA MAKAN DAN MINUM PENDUKUNG KEGIATAN GOTONG ROYONG MASYARAKAT DALAM KABUPATEN ACEH TIMUR TAHUN 2013 ATAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. utama, karena mempengaruhi angka kesakitan bayi, balita, dan ibu. melahirkan, serta menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB).

BAB I PENDAHULUAN. utama, karena mempengaruhi angka kesakitan bayi, balita, dan ibu. melahirkan, serta menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Malaria masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang utama, karena mempengaruhi angka kesakitan bayi, balita, dan ibu melahirkan, serta menimbulkan Kejadian

Lebih terperinci

KUESIONER. Petunjuk : Lingkari jawaban yang menurut saudara paling benar. 1. Salah satu upaya pemberantasan malaria dilakukan dengan surveilans

KUESIONER. Petunjuk : Lingkari jawaban yang menurut saudara paling benar. 1. Salah satu upaya pemberantasan malaria dilakukan dengan surveilans KUESIONER PENGARUH KOMPETENSI DAN SISTEM IMBALAN TERHADAP KINERJA PETUGAS P2PM PUSKESMAS DALAM PENANGGULANGAN MALARIA MELALUI KEGIATAN SURVEILANS DI KABUPATEN NIAS SELATAN I. RESPONDEN Puskesmas : Umur

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 54 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 54 TAHUN 2012 TENTANG PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 54 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN, SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS TERNAK UNGGAS PADA DINAS PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN KABUPATEN ACEH

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 53 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 53 TAHUN 2012 TENTANG PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 53 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN, SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS LABORATORIUM KLINIK HEWAN PADA DINAS PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN KABUPATEN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Upaya perbaikan kesehatan masyarakat

BAB 1 PENDAHULUAN. derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Upaya perbaikan kesehatan masyarakat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tujuan pembangunan dalam bidang kesehatan adalah untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh protozoa parasit yang

BAB I PENDAHULUAN. Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh protozoa parasit yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh protozoa parasit yang merupakan golongan plasmodium. Parasit ini hidup dan berkembang biak dalam sel darah merah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit malaria telah diketahui sejak zaman Yunani. Penyakit malaria

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit malaria telah diketahui sejak zaman Yunani. Penyakit malaria BAB I PENDAHULUAN 1. Latar belakang Penyakit malaria telah diketahui sejak zaman Yunani. Penyakit malaria tersebar hampir di seluruh dunia yaitu antara garis 60 lintang utara dan 40 lintang selatan, meliputi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. endemik malaria, 31 negara merupakan malaria-high burden countries,

BAB 1 PENDAHULUAN. endemik malaria, 31 negara merupakan malaria-high burden countries, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit malaria masih mendominasi masalah kesehatan di masyarakat dunia, menurut laporan WHO tahun 2009 ada 109 negara endemik malaria, 31 negara merupakan malaria-high

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. serta semakin luas penyebarannya. Penyakit ini ditemukan hampir di seluruh

BAB I PENDAHULUAN. serta semakin luas penyebarannya. Penyakit ini ditemukan hampir di seluruh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit malaria sampai saat ini merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia yang cenderung meningkat jumlah klien serta semakin luas penyebarannya.

Lebih terperinci

-1- BUPATI ACEH TIMUR PROVINSI ACEH PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 23 TAHUN 2016 TENTANG

-1- BUPATI ACEH TIMUR PROVINSI ACEH PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 23 TAHUN 2016 TENTANG -1- BUPATI ACEH TIMUR PROVINSI ACEH PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 23 TAHUN 2016 TENTANG HASIL ANALISIS JABATAN STRUKTURAL DAN JABATAN FUNGSIONAL UMUM PADA DINAS-DINAS DAERAH KABUPATEN ACEH TIMUR ATAS

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA TENTANG. ELiMINASI MALARIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA TENTANG. ELiMINASI MALARIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA .' /9(. PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 154 TAHUN 2010 TENTANG ELiMINASI MALARIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTAJAKARTA, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 32 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 32 TAHUN 2012 TENTANG PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 32 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN DANA PENUNJANG KEGIATAN BANTUAN KEUANGAN PEUMAKMUE GAMPONG DAN BANTUAN OPERASIONAL POSYANDU DALAM KABUPATEN ACEH TIMUR TAHUN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit malaria merupakan penyakit tropis yang disebabkan oleh parasit

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit malaria merupakan penyakit tropis yang disebabkan oleh parasit BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit malaria merupakan penyakit tropis yang disebabkan oleh parasit genus plasmodium yang termasuk golongan protozoa melalui perantaraan gigitan nyamuk Anopheles

Lebih terperinci

QANUN KABUPATEN ACEH TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN GAMPONG SAH RAJA DAN GAMPONG SIJUDO KECAMATAN PANTE BIDARI KABUPATEN ACEH TIMUR

QANUN KABUPATEN ACEH TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN GAMPONG SAH RAJA DAN GAMPONG SIJUDO KECAMATAN PANTE BIDARI KABUPATEN ACEH TIMUR QANUN KABUPATEN ACEH TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN GAMPONG SAH RAJA DAN GAMPONG SIJUDO KECAMATAN PANTE BIDARI KABUPATEN ACEH TIMUR BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN NAMA ALLAH YANG MAHA PENGASIH

Lebih terperinci

WALIKOTA BENGKULU PROVINSI BENGKULU PERATURAN WALIKOTA BENGKULU NOMOR 15 TAHUN 2016 TENTANG PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI KOTA BENGKULU

WALIKOTA BENGKULU PROVINSI BENGKULU PERATURAN WALIKOTA BENGKULU NOMOR 15 TAHUN 2016 TENTANG PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI KOTA BENGKULU WALIKOTA BENGKULU PROVINSI BENGKULU PERATURAN WALIKOTA BENGKULU NOMOR 15 TAHUN 2016 TENTANG PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI KOTA BENGKULU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BENGKULU, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 60 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 60 TAHUN 2012 TENTANG PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 60 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN, SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS LABORATORIUM KESEHATAN PADA DINAS KESEHATAN KABUPATEN ACEH TIMUR ATAS

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sebagai salah satu negara yang ikut menandatangani deklarasi Millenium

BAB 1 PENDAHULUAN. Sebagai salah satu negara yang ikut menandatangani deklarasi Millenium 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai salah satu negara yang ikut menandatangani deklarasi Millenium Development Goals (MDGs), Indonesia mempunyai komitmen untuk melaksanakannya serta menjadikannya

Lebih terperinci

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 56 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS PENGENDALIAN PENDUDUK DAN KELUARGA BERENCANA

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 55 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 55 TAHUN 2012 TENTANG PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 55 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN, SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS TERMINAL ANGKUTAN DARAT PADA DINAS PERHUBUNGAN, KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA

Lebih terperinci

QANUN KABUPATEN ACEH TIMUR NOMOR 12 TAHUN 2009 TENTANG

QANUN KABUPATEN ACEH TIMUR NOMOR 12 TAHUN 2009 TENTANG QANUN KABUPATEN ACEH TIMUR NOMOR 12 TAHUN 2009 TENTANG KEGIATAN PEMBANGUNAN FASILITAS PEMERINTAHAN DENGAN SISTEM TAHUN JAMAK (MULTY YEARS) KABUPATEN ACEH TIMUR TAHUN ANGGARAN 2009-2011 BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria adalah salah satu penyakit menular paling umum dan masalah kesehatan masyarakat yang besar. Malaria disebabkan oleh parasit yang disebut Plasmodium, yang ditularkan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Malaria merupakan penyakit kronik yang mengancam keselamatan jiwa yang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Malaria merupakan penyakit kronik yang mengancam keselamatan jiwa yang BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Malaria Malaria merupakan penyakit kronik yang mengancam keselamatan jiwa yang disebabkan oleh parasit yang ditularkan ke manusia melalui gigitan nyamuk yang terinfeksi. 3 Malaria

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Plasmodium, yang ditularkan oleh nyamuk Anopheles. Ada empat spesies

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Plasmodium, yang ditularkan oleh nyamuk Anopheles. Ada empat spesies BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Penyakit Malaria merupakan infeksi parasit yang disebabkan oleh Plasmodium, yang ditularkan oleh nyamuk Anopheles. Ada empat spesies Plasmodium penyebab malaria

Lebih terperinci

BUPATI ACEH TIMUR PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI ACEH TIMUR PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG BUPATI ACEH TIMUR PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS LOKA LATIHAN KERJA USAHA KECIL DAN MENENGAH PADA DINAS SOSIAL,

Lebih terperinci

-1- BUPATI ACEH TIMUR PROVINSI ACEH PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG PENINJAUAN TARIF RETRIBUSI IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN

-1- BUPATI ACEH TIMUR PROVINSI ACEH PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG PENINJAUAN TARIF RETRIBUSI IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN -1- BUPATI ACEH TIMUR PROVINSI ACEH PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG PENINJAUAN TARIF RETRIBUSI IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN ATAS RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA, BUPATI ACEH TIMUR, Menimbang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Malaria merupakan penyakit menular yang serius dan fatal yang disebabkan oleh parasit protozoa genus plasmodium yang ditularkan pada manusia oleh gigitan nyamuk Anopheles

Lebih terperinci

QANUN KOTA BANDA ACEH NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR DAN ANAK BALITA

QANUN KOTA BANDA ACEH NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR DAN ANAK BALITA QANUN KOTA BANDA ACEH NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR DAN ANAK BALITA BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA WALIKOTA BANDA ACEH, Menimbang : a. bahwa kesehatan

Lebih terperinci

-1- BUPATI ACEH TIMUR PROVINSI ACEH PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 38 TAHUN 2015 TENTANG

-1- BUPATI ACEH TIMUR PROVINSI ACEH PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 38 TAHUN 2015 TENTANG -1- BUPATI ACEH TIMUR PROVINSI ACEH PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 38 TAHUN 2015 TENTANG DAFTAR KEWENANGAN GAMPONG BERDASARKAN HAK ASAL USUL DAN KEWENANGAN LOKAL BERSKALA GAMPONG DI KABUPATEN ACEH TIMUR

Lebih terperinci

BUPATI ACEH TIMUR PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 19 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI ACEH TIMUR PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 19 TAHUN 2015 TENTANG BUPATI ACEH TIMUR PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 19 TAHUN 2015 TENTANG PEMBIDANGAN TUGAS KOORDINASI PARA ASISTEN SEKRETARIS DAERAH DENGAN PERANGKAT DAERAH DALAM KABUPATEN ACEH TIMUR ATAS RAHMAT ALLAH

Lebih terperinci

KESIMPULAN DAN SARAN

KESIMPULAN DAN SARAN KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berikut adalah beberapa kesimpulan yang dapat diuraikan berdasarkan analisa yang dilakukan peneliti terhadap pelaksanaan program penanggulangan malaria di Puskesmas Sioban.

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 47 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 47 TAHUN 2012 TENTANG PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 47 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN, SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS SANGGAR KEGIATAN BELAJAR PADA DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN ACEH TIMUR ATAS

Lebih terperinci

2017, No Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Neg

2017, No Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Neg No.122, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMKES. TB. Penanggulangan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 67 TAHUN 2016 TENTANG PENANGGULANGAN TUBERKULOSIS DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 05 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 05 TAHUN 2011 TENTANG PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 05 TAHUN 2011 TENTANG PEMBIDANGAN TUGAS KOORDINASI PARA ASISTEN SEKRETARIS DAERAH DENGAN PERANGKAT DAERAH DALAM KABUPATEN ACEH TIMUR DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria merupakan salah satu penyakit penyebab masalah kesehatan masyarakat terutama di negara tropis dan sub tropis yang sedang berkembang. Pertumbuhan penduduk yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. (Harijanto, 2014). Menurut World Malaria Report 2015, terdapat 212 juta kasus

BAB 1 PENDAHULUAN. (Harijanto, 2014). Menurut World Malaria Report 2015, terdapat 212 juta kasus BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria merupakan penyakit menular yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat, baik dunia maupun Indonesia (Kemenkes RI, 2011). Penyakit malaria adalah penyakit

Lebih terperinci

QANUN KABUPATEN ACEH TIMUR NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN INSENTIF DAN PEMBERIAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN ACEH TIMUR

QANUN KABUPATEN ACEH TIMUR NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN INSENTIF DAN PEMBERIAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN ACEH TIMUR QANUN KABUPATEN ACEH TIMUR NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN INSENTIF DAN PEMBERIAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN ACEH TIMUR BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN NAMA ALLAH YANG MAHA PENGASIH

Lebih terperinci

BUPATI ACEH TIMUR PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI ACEH TIMUR PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG BUPATI ACEH TIMUR PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PEMBENTUKAN DEWAN PENGAWAS PADA POLA PENGELOLAAN KEUANGAN BADAN LAYANAN UMUM DAERAH RUMAH SAKIT UMUM IDI KABUPATEN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan ibu melahirkan serta dapat menurunkan produktivitas tenaga kerja (Dinkes

I. PENDAHULUAN. dan ibu melahirkan serta dapat menurunkan produktivitas tenaga kerja (Dinkes I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dan mempengaruhi angka kesakitan bayi, anak balita dan ibu melahirkan serta

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh Thimotius Tarra Behy NIM

SKRIPSI. Oleh Thimotius Tarra Behy NIM GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP PENYAKIT MALARIA SERTA PEMERIKSAAN SAMPEL DARAH MASYARAKAT PERUMAHAN ADAT DI KECAMATAN KOTA WAIKABUBAK KABUPATEN SUMBA BARAT - NTT SKRIPSI Oleh Thimotius

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 43.a TAHUN 2012 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH KABUPATEN ACEH TIMUR TAHUN

PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 43.a TAHUN 2012 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH KABUPATEN ACEH TIMUR TAHUN PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 43.a TAHUN 2012 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH KABUPATEN ACEH TIMUR TAHUN 2012-2017 ATAS RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA BUPATI ACEH TIMUR, Menimbang Mengingat

Lebih terperinci

WALIKOTA SINGKAWANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN WALIKOTA SINGKAWANG NOMOR 35 TAHUN 2015 TENTANG PERSALINAN AMAN

WALIKOTA SINGKAWANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN WALIKOTA SINGKAWANG NOMOR 35 TAHUN 2015 TENTANG PERSALINAN AMAN WALIKOTA SINGKAWANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN WALIKOTA SINGKAWANG NOMOR 35 TAHUN 2015 TENTANG PERSALINAN AMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SINGKAWANG, Menimbang : a. bahwa kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di seluruh dunia disetiap tahunnya. Penyebaran malaria berbeda-beda dari satu Negara

BAB I PENDAHULUAN. di seluruh dunia disetiap tahunnya. Penyebaran malaria berbeda-beda dari satu Negara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang sangat dominan di daerah tropis dan sub tropis serta dapat mematikan atau membunuh lebih dari satu juta manusia

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG PENGENDALIAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG PENGENDALIAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG PENGENDALIAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Malaria merupakan salah satu penyakit yang masih mengancam kesehatan masyarakat dunia. Penyakit ini menjadi masalah kesehatan lama yang muncul kembali (re-emerging).

Lebih terperinci

Proses Penularan Penyakit

Proses Penularan Penyakit Bab II Filariasis Filariasis atau Penyakit Kaki Gajah (Elephantiasis) adalah penyakit menular menahun yang disebabkan oleh cacing filaria dan ditularkan oleh berbagai jenis nyamuk. Filariasis disebabkan

Lebih terperinci

BUPATI ACEH TIMUR PROVINSI ACEH PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI ACEH TIMUR PROVINSI ACEH PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG -1- BUPATI ACEH TIMUR PROVINSI ACEH PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH GAMPONG DAN PERANGKAT GAMPONG ATAS RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA BUPATI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. harus dipenuhi oleh setiap bangsa dan negara. Termasuk kewajiban negara untuk

BAB I PENDAHULUAN. harus dipenuhi oleh setiap bangsa dan negara. Termasuk kewajiban negara untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan merupakan kebutuhan dasar setiap individu masyarakat yang harus dipenuhi oleh setiap bangsa dan negara. Termasuk kewajiban negara untuk memproteksi masyarakatnya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nyamuk Anopheles sp. betina yang sudah terinfeksi Plasmodium (Depkes RI, 2009)

I. PENDAHULUAN. nyamuk Anopheles sp. betina yang sudah terinfeksi Plasmodium (Depkes RI, 2009) I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang sampai saat ini menjadi masalah bagi kesehatan di Indonesia karena dapat menyebabkan kematian terutama pada bayi, balita,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dunia. Di seluruh pulau Indonesia penyakit malaria ini ditemukan dengan

I. PENDAHULUAN. dunia. Di seluruh pulau Indonesia penyakit malaria ini ditemukan dengan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit malaria merupakan penyakit yang penyebarannya sangat luas di dunia. Di seluruh pulau Indonesia penyakit malaria ini ditemukan dengan derajat dan berat infeksi

Lebih terperinci

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 45 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN BADUNG

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 45 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN BADUNG BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 45 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN BADUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG, Menimbang : a. bahwa penyakit

Lebih terperinci

2016, No Indonesia Nomor 4431); 2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144,

2016, No Indonesia Nomor 4431); 2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, No.16, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKES. Pelayanan Kesehatan. Di Fasilitas Kawasan Terpencil. Sangat Terpencil. Penyelenggaraan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

BUPATI ACEH TIMUR PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI ACEH TIMUR PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG BUPATI ACEH TIMUR PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI PEMANGKU JABATAN STRUKTURAL DAN NONSTRUKTURAL PADA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 52 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 52 TAHUN 2012 TENTANG PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 52 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN, SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS METROLOGI PADA DINAS PERINDUSTRIAN, PERDAGANGAN, PERTAMBANGAN, KOPERASI

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN, SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS LOKA LATIHAN KERJA USAHA KECIL DAN MENENGAH PADA DINAS SOSIAL, TENAGA KERJA

Lebih terperinci

-1- BUPATI ACEH TIMUR PROVINSI ACEH PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 22 TAHUN 2016 TENTANG

-1- BUPATI ACEH TIMUR PROVINSI ACEH PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 22 TAHUN 2016 TENTANG -1- BUPATI ACEH TIMUR PROVINSI ACEH PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 22 TAHUN 2016 TENTANG HASIL ANALISIS JABATAN STRUKTURAL DAN JABATAN FUNGSIONAL UMUM PADA DINAS KEBUDAYAAN, PARIWISATA, PEMUDA DAN OLAHRAGA

Lebih terperinci

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN ELIMINASI MALARIA DI PROVINSI BALI

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN ELIMINASI MALARIA DI PROVINSI BALI GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN ELIMINASI MALARIA DI PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, Menimbang : a. bahwa penyakit

Lebih terperinci

WALI KOTA PALU PROVINSI SULAWESI TENGAH

WALI KOTA PALU PROVINSI SULAWESI TENGAH SALINAN WALI KOTA PALU PROVINSI SULAWESI TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PENGENDALIAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALI KOTA PALU, Menimbang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penyakit DBD adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penyakit DBD adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Demam Berdarah Dengue Penyakit DBD adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti, yang ditandai dengan demam mendadak

Lebih terperinci

PENGENDALIAN MALARIA DI INDONESIA. Prof dr Tjandra Yoga Aditama Dirjen PP &PL

PENGENDALIAN MALARIA DI INDONESIA. Prof dr Tjandra Yoga Aditama Dirjen PP &PL PENGENDALIAN MALARIA DI INDONESIA Prof dr Tjandra Yoga Aditama Dirjen PP &PL Malaria : penyakit infeksi yang disebabkan parasit Plasmodium yang hidup & berkembang biak dalam sel darah manusia Ditularkan

Lebih terperinci