PENGARUH PELATIHAN RESILIENSI TERHADAP PERILAKU ASERTIF PADA REMAJA. Vita Ristinawati Irwan Nuryana K INTISARI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGARUH PELATIHAN RESILIENSI TERHADAP PERILAKU ASERTIF PADA REMAJA. Vita Ristinawati Irwan Nuryana K INTISARI"

Transkripsi

1 PENGARUH PELATIHAN RESILIENSI TERHADAP PERILAKU ASERTIF PADA REMAJA Vita Ristinawati Irwan Nuryana K INTISARI Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada pengaruh pelatihan resiliensi terhadap perilaku asertif pada remaja. Dugaan awal yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada pengaruh pelatihan resiliensi terhadap perilaku asertif pada remaja. Remaja yang ikut pelatihan resiliensi tingkat perilaku asertifnya meningkat, dibanding remaja yang tidak mengikuti pelatihan resiliensi. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan memberikan perlakuan berupa pelatihan resiliensi. Subjek penelitian adalah siswa SLTP Negeri 2 Ngaglik Sleman Yogyakarta yang berusia 12 sampai 15 tahun. Adapun skala yang digunakan mengacu pada aspek yang dikemukakan oleh Rimm dan Masters (dalam Rakos, 1991) dan Alberti dan Emmons (2002) Metode analisis data yang dilakukan dengan Oneway Anova pada komputer program SPSS versi Hasil analisa menunjukkan t = 17.38, p = (p<0.05) yang artinya ada perbedaan yang signifikan antara skor pretest dan posttest. Jadi hipotesis penelitian diterima. Kata kunci : Pelatihan Resiliensi, Perilaku Asertif pada Remaja PENGANTAR Kemampuan berkomunikasi dan penyesuaian diri yang baik sangat diperlukan oleh para remaja, hal ini sesuai dengan salah satu tugas perkembangan masa remaja yang tersulit yaitu berhubungan dengan penyesuaian sosial. Remaja harus mampu bersikap terbuka dan tegas dalam menyatakan pendapat atau pikirannya terhadap 1

2 2 orang lain tanpa kehilangan rasa percaya diri. Fensterheim dan Baer (1995) mengatakan bahwa individu dapat menjadi orang normal apabila individu tersebut membiasakan diri dengan situasi yang penuh ketegasan atau asertif. Pada kenyataannya perilaku remaja belum sesuai dengan harapan yang ada. Tidak sedikit remaja dalam menghadapi permasalahan cepat menyerah dan mengambil jalan pintas. Contoh kasusnya adalah ketika seorang remaja berada di sebuah restoran, remaja tersebut memesan dada ayam panggang dan ternyata makanan yang dipesan tidak sesuai dengan apa yang ia minta, karena ia merasa bingung harus berbuat apa dan tidak ingin menimbulkan keributan maka ia memutuskan untuk diam dan menikmati hidangan tersebut dengan perasaan sangat tidak puas. Alberti Emmons, 2002:55 (Setiono, 2005). Kejadian yang dialami A tersebut tampaknya sering juga terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Manusia selalu dihadapkan pada berbagai kejadian, peristiwa, ataupun permasalahan yang akan memunculkan reaksi-reaksi fisik maupun psikologis atau gabungan antara keduanya. Setiap orang akan memberikan reaksi berbeda dalam menghadapi suatu kejadian atau peristiwa. Ada yang menerima dengan pasif, namun ada pula yang aktif berjuang menghadapinya. Sehubungan dengan peristiwa atau kejadian yang dialaminya, setiap orang tidak terlepas dari hubungan antar pribadi dengan orang lain, baik dengan orang-orang yang berada dalam lingkungan keluarganya, tetangga, maupun dengan teman, dan masyarakat. Apabila pada saat berinteraksi dengan orang lain, seseorang merasa bahwa cara pandangnya tidak dipahami orang lain, mendapat reaksi yang kurang menyenangkan, merasa hak-

3 3 haknya tidak terpenuhi. Hal-hal tersebut akan menimbulkan tekanan pada seseorang. Kemampuan berkomunikasi dengan baik dan efektif serta penyesuaian diri yang memadai sangat diperlukan dalam membina hubungan dengan orang lain secara efektif dan efisien (Setiono, 2005). Bloom dkk (Ardiah, 2003) mengatakan bahwa perilaku seseorang yang tidak asertif merupakan perilaku yang tidak mampu menyatakan perasaan-perasaan, kebutuhan-kebutuhan dan gagasan-gagasan yang tepat, mengabaikan hak-haknya dan membiarkan orang lain melanggar haknya tersebut. Perilaku yang tidak asertif ini biasanya bersifat emosional, tidak jujur dan tidak langsung, terhambat dan menolak diri sendiri. Individu yang tidak asertif membiarkan orang lain menentukan apa yang harus dilakukannya dan sering berakhir dengan perasaan cemas, kecewa, bahkan kemudian berakhir dengan kemarahan dan perasaan tersinggung. Hal ini menunjukkan rendahnya tingkat resiliensi seseorang, karena tingkat resiliensi seseorang dapat dilihat dari beberapa hal diantaranya adalah kemampuan memonitor dan mengatur emosinya, mempunyai kemampuan untuk memfokuskan masalah dan menyelesaikan masalahnya, mempunyai efikasi diri tinggi, mempunyai kepercayaan diri yang tinggi dalam bertindak, mampu berhubungan sosial dengan baik dan berani mengambil resiko (Reivich dan Shatte, 2002). Pelatihan resiliensi merupakan suatu alternatif yang dapat meningkatkan perilaku asertif pada remaja. Adanya pelatihan resiliensi terhadap remaja seperti pelatihan ini akan membuat remaja lebih asertif, karena materi-materi yang

4 4 digunakan pada pelatihan resiliensi diambil dari faktor-faktor resiliensi yang dapat mempengaruhi perilaku asertif pada diri seseorang. TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Asertif 1. Pengertian Perilaku Asertif Menurut Fensterheim dan Baer (Ardiah, 2003) kata asertif berasal dari Bahasa Inggris to assert, yang diartikan sebagai suatu ungkapan sikap positif, dimana sikap positif tersebut dinyatakan dengan tegas atau terus terang. Perilaku asertif menurut Lloyd (1991), dikatakan sebagai gaya yang wajar, langsung, jujur, penuh respon dalam interaksi individu lain, dapat diekspresikan baik secara verbal maupun dengan menampilkan bahasa tubuh yang serasi. Rimm dan Masters (Rakos, 1991) menyatakan bahwa perilaku asertif adalah suatu perilaku dalam hubungan interpersonal yang bersifat jujur serta mengekspresikan pikiran dan perasaan secara langsung dengan tetap memperhitungkan kondisi sosial yang ada. 2. Aspek-aspek Perilaku Asertif Rimm dan Masters (dalam Rakos, 1991) perilaku asertif adalah suatu perilaku dalam hubungan interpersonal yang bersifat jujur serta mengekspresikan pikiran dan perasaan secara langsung dengan tetap memperhitungkan kondisi sosial yang ada. Alberti dan Emmons (2002) juga menyebutkan beberapa komponenkomponen dari perilaku asertif. Komponen-komponen tersebut adalah:

5 5 a. Kontak Mata (Eye Contact) b. Sikap Tubuh (Body Posture) c. Jarak atau Kontak Fisik (Distance atau Physical Contact) d. Isyarat (Gesture) e. Ekspresi Wajah (Facial Expression) f. Nada, Modulasi, Volume Suara g. Penetapan Waktu (Timing) g. Mendengarkan (Listening) h. Isi (Content) Dari uraian di atas penulis menyimpulkan bahwa aspek-aspek asertivitas adalah sebagai berikut: 1. Komunikasi Individu yang asertif mempunyai komunikasi yang jujur, langsung mengutarakan apa yang dipikirkan dan dirasakan. Individu tersebut juga mempunyai kemampuan untuk mendengarkan sehingga mampu menahan diri untuk tidak mengekspresikan diri sesaat. 2. Isyarat fisik Individu yang asertif mempunyai isyarat fisik yang menunjukkan sikap positif terhadap orang lain. Isyarat fisik ini dapat dilihat dari kontak mata saat berbicara, sikap tubuh saat berhadapan dengan orang lain, jarak saat berinteraksi, ekspresi wajah yang ditunjukkan serta gesture yang menyatakan keterbukaan, rasa percaya diri dan spontanitas.

6 6 3. Ketepatan respon Individu yang asertif mempunyai ketepatan dalam memberikan respon, yang artinya individu tersebut dapat mengekspresikan pikiran dan perasaan pada saat yang tepat, memilih kalimat dan menggunakan intonasi suara yang tepat. 3. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku asertif Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku asertif dalam Khusna (2002) antara lain: a. Latar belakang budaya b. Jenis kelamin c. Pengalaman masa kanak-kanak d. Jenis pekerjaan e. Sosial ekonomi dan intelegensi f. Tingkat pendidikan g. Usia h. Kepribadian B. Pelatihan Resiliensi 1. Pengertian Pelatihan Resiliensi Training atau pelatihan adalah kegiatan yang dirancang untuk meningkatkan kinerja seseorang dalam pekerjaan yang diserahkan kepada mereka (Hardjana, 2001). Grotberg (1999) mendefinisikan resiliensi sebagai kapasitas manusia untuk menghadapi dan mengatasi tekanan hidup. Reivich dan Shatte (2002) menyatakan resiliensi adalah kapasitas untuk merespon sesuatu dengan cara yang sehat dan

7 7 produktif ketika berhadapan dengan kesengsaraan (adversity) atau trauma, terutama untuk mengendalikan tekanan hidup sehari-hari. Resiliensi adalah hal yang penting ketika membuat keputusan yang berat dan sulit di saat-saat terdesak. Selanjutnya dijelaskan bahwa resiliensi merupakan mind-set yang mampu meningkatkan seseorang untuk mencari pengalaman baru dan memandang kehidupan sebagai proses yang meningkat. Resiliensi dapat menciptakan dan memelihara sikap positif untuk mengeksplorasi, sehingga seseorang menjadi percaya diri berhubungan dengan orang lain, serta lebih berani mengambil resiko atas tindakannya. Berdasarkan beberapa pengertian di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan pelatihan resiliensi adalah kegiatan yang dirancang untuk meningkatkan kemampuan manusia untuk menghadapi berbagai permasalahan hidup, sehingga mampu mengendalikan kehidupannya dengan lebih baik. Permasalahan hidup dalam penelitian ini difokuskan pada masalah yang dialami remaja. 2. Aspek-aspek resiliensi Reivich & Shatte (2002) mengungkapkan bahwa ada tujuh kemampuan yang dapat dijadikan untuk membentuk tingkat resiliensi individu, yaitu: 1. Emotion regulation (pengendalian emosi) 2. Impuls control (pengendalian dorongan) 3. Optimis 4. Causal analysis (analisis penyebab masalah) 5. Empathy (empati)

8 8 6. Self-efficacy (efikasi diri) 7. Reaching out (kemampuan untuk meraih apa yang diinginkan) C. Pengaruh Pelatihan Resiliensi terhadap Perilaku Asertif pada Remaja Perilaku asertif merupakan perilaku yang sangat diperlukan bagi siapapun, terlebih bagi remaja yang sedang berada pada masa pencarian identitas diri. Pencarian identitas pada remaja tersebut akan menimbulkan berbagai macam permasalahan. Hurlock (1998) menyatakan bahwa pada masa transisi anak-anak mengalami banyak permasalahan yang akan menimbulkan kesulitan dalam melakukan hubungan sosial baik dengan teman sebaya maupun dengan orang tua. Alberti dan Emmons (2002) menyatakan bahwa perilaku asertif dapat mempromosikan kesetaraan dalam hubungan manusia, memungkinkan individu untuk bertindak menurut kepentingannya sendiri, untuk membela diri sendiri tanpa kecemasan yang tidak semestinya, untuk mengekspresikan perasaan dengan jujur dan nyaman serta untuk menerapkan hak-hak pribadi individu tanpa menyangkali hak-hak orang lain. Bloom dkk (Ardiah, 2003) mengatakan bahwa perilaku seseorang yang tidak asertif merupakan perilaku yang tidak mampu menyatakan perasaan-perasaan, kebutuhan-kebutuhan dan gagasan-gagasan yang tepat, mengabaikan hak-haknya dan membiarkan orang lain melanggar haknya tersebut. Perilaku yang tidak asertif ini biasanya bersifat emosional, tidak jujur dan tidak langsung, terhambat dan menolak diri sendiri. Individu yang tidak asertif membiarkan orang lain menentukan apa yang

9 9 harus dilakukannya dan sering berakhir dengan perasaan cemas, kecewa, bahkan kemudian berakhir dengan kemarahan dan perasaan tersinggung. Hal ini menunjukkan rendahnya tingkat resiliensi seseorang, karena tingkat resiliensi seseorang dapat dilihat dari beberapa hal diantaranya adalah kemampuan memonitor dan mengatur emosinya, mempunyai kemampuan untuk memfokuskan masalah dan menyelesaikan masalahnya, mempunyai efikasi diri tinggi, mempunyai kepercayaan diri yang tinggi dalam bertindak, mampu berhubungan sosial dengan baik dan berani mengambil resiko (Reivich dan Shatte, 2002). Memandang perlunya peningkatan perilaku asertif pada remaja, penulis merasa perlu melakukan berbagai tindakan dalam rangka meningkatkan perilaku asertif pada remaja. Pelatihan resiliensi merupakan suatu alternatif yang dapat meningkatkan perilaku asertif pada remaja. Adanya pelatihan resiliensi terhadap remaja seperti pelatihan ini akan membuat remaja lebih asertif, karena materi-materi yang digunakan pada pelatihan resiliensi diambil dari faktor-faktor resiliensi yang dapat mempengaruhi perilaku asertif pada diri seseorang. Pelatihan resiliensi yaitu kegiatan yang dirancang untuk meningkatkan kemampuan manusia untuk menghadapi berbagai permasalahan hidup, sehingga mampu mengendalikan kehidupannya dengan lebih baik. Permasalahan hidup dalam penelitian ini difokuskan pada masalah yang dialami remaja.

10 10 D. Hipotesis Penelitian Berdasarkan uraian di atas yang menunjukkan bahwa resiliensi dapat digunakan sebagai prediktor peningkatan perilaku asertif pada remaja, maka peneliti mengajukan hipotesis bahwa ada pengaruh pelatihan resiliensi terhadap peningkatan perilaku asertif pada remaja. Remaja yang ikut pelatihan resiliensi tingkat perilaku asertifnya meningkat, sehingga tingkat perilaku asertifnya lebih tinggi dibandingkan remaja yang tidak mengikuti pelatihan resiliensi. METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel - variabel Penelitian 1 Variabel Bebas : Pelatihan Resiliensi 2. Variabel Tergantung : Perilaku Asertif B. Definisi Operasional Variabel Penelitian 1. Perilaku Asertif Perilaku asertif adalah perilaku dimana individu mampu mengekspresikan pikiran, perasaan dan keinginan secara tepat, jujur, terbuka, bertanggung jawab, langsung mengarah ke tujuan, penuh percaya diri dan teguh pada pendiriannya tanpa adanya perasaan cemas terhadap orang lain, tanpa mengesampingkan dan menyakiti orang lain dan tanpa melanggar hak-hak orang lain. Perilaku asertif ini diukur dengan skala perilaku asertif yang disusun berdasarkan aspek-aspek perilaku asertif dari Alberti dan Emmons (2002) dan pendapat dari Rimm dan Masters (Rakos, 1991). Semakin tinggi skor perilaku asertif, semakin tinggi perilaku asertif.

11 11 2. Pelatihan Resiliensi Pelatihan resiliensi adalah kegiatan yang dirancang untuk meningkatkan kemampuan remaja untuk menghadapi berbagai permasalahan hidup, sehingga mampu mengendalikan kehidupannya dengan lebih baik. Kegiatan yang dilakukan mencakup kegiatan untuk meningkatkan kemampuan meraih harapan, efikasi diri, optimis, pengendalian emosi, pengendalian dorongan, analisis penyebab masalah, dan empati, materi yang diberikan sebanyak tujuh sesi selama dua hari. C. Subjek Penelitian Subjek dalam penelitian ini adalah siswa-siswi SMP Negeri 2 Ngaglik yang berusia antara 12 sampai 15 tahun sebanyak 24 orang. Setelah dilakukan pre test, subjek dibagi menjadi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol secara random sampling yaitu pengambilan dimana tiap tiap individu dalam populasi diberi kesempatan yang sama untuk ditugaskan menjadi anggota sampel (Hadi, 1995). D. Rancangan Eksperimen Penelitian ini menggunakan suatu rancangan eksperimen yaitu pre test- post test control design. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh treatment yang berupa pelatihan resiliensi terhadap peningkatan asertivitas pada remaja. Pengukuran tingkat asertivitas dilakukan sebelum treatment diberikan (pre test) dan setelah treatment diberikan (post test).

12 12 Tabel 1 Ke (R) O1 X O2 Kk (R) O1 - O2 Keterangan : Ke = Kelompok eksperimen Kk = Kelompok kontrol R = Prosedur randomisasi O = Pengukuran terhadap variabel dependen X = Pemberian perlakuan Subjek penelitian dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Kelompok eksperimen akan diberikan perlakuan selama dua hari, sedangkan kelompok kontrol tidak diberi perlakuan. Variabel yang diukur dalam penelitian ini adalah variabel perilaku asertif. E. Alat Penelitian 1. Skala Perilaku Asertif Skala perilaku asertif ini merupakan susunan sendiri dari peneliti. Sebelum diujicobakan skala ini terdiri dari 61 aitem. Skala perilaku asertif ini disusun berdasarkan teori Alberti dan Emmons (2001) dan Rimm dan Masters (Rakos, 1991). Skala ini meliputi aspek-aspek sebagai berikut: a. Komunikasi b. Isyarat Fisik

13 13 c. Ketepatan respon Ketiga aspek tersebut disusun menjadi aitem aitem yang berupa pernyataan pernyataan. Pemberian skor pada skala perilaku asertif menggunakan empat alternatif jawaban yaitu Selalu (SL), Sering (SR), Kadang-kadang (KK) dan Tidak Pernah (TP). Berdasarkan keempat alternatif jawaban tersebut, maka skor yang diberikan pada setiap aitem dapat dilihat dalam tabel 2. Tabel 2 Pemberian nilai dalam pernyataan favourable dan unfavourable Jawaban Nilai Favourable Nilai Unfavourable SL : Selalu 4 1 SR : Sering 3 2 KK : Kadang-kadang 2 3 TP : Tidak Pernah 1 4 HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA Hasil penelitian menunjukkan ada pengaruh pelatihan resiliensi terhadap asertivitas pada remaja. Untuk memperoleh gambaran umum mengenai data penelitian secara singkat dapat dilihat pada tabel deskripsi data penelitian yang berisikan fungsi fungsi statistik dasar yang disajikan secara lengkap pada tabel berikut ini. Tabel 3 Deskripsi Data Penelitian Variabel Skor yang diperoleh (Empirik) Skor yang dimungkinkan (Hipotetik) Min Max Mean SD Min Max Mean SD Perilaku Asertif

14 14 Keterangan Min : skor minimum SD : standar deviasi Max : skor maksimum Mean : skor rata rata Tabel 11 menunjukkan deskripsi data penelitian dengan skor yang diperoleh untuk variabel perlaku asertif skor hipotetik minimum adalah 25 dengan skor hipotetik maksimum adalah 100 dan mean hipotetiknya adalah 62.5 dengan standar deviasinya 7.8. Skor empirik minimum adalah 48 dengan skor empirik maksimum adalah 95 dan mean empiriknya adalah dengan standar deviasinya 11.04, sehingga dapat disimpulkan bahwa tingkat perilaku asertif subjek dalam penelitian ini berada dalam kategori tinggi. Subjek penelitian saat pre test pada kelompok kontrol tergolong kategori sedang sebanyak 5 orang (41.7%), kategori rendah sebanyak 6 orang (50%) dan kategori sangat rendah sebanyak 1 orang (8.3%). Untuk kelompok eksperimen, subjek penelitian dalam kelompok ini tergolong kategori sedang sebanyak 6 orang (50%) dan kategori rendah sebanyak 6 orang (50%). Subjek penelitian saat post test pada kelompok kontrol tergolong kategori tinggi sebanyak 2 orang (16.7%), kategori sedang sebanyak 7 orang (58.3%) dan kategori rendah sebanyak 3 orang (25%). Untuk kelompok eksperimen tergolong kategori sangat tinggi sebanyak 4 orang (33.3%), kategori tinggi sebanyak 5 orang (41.7%) dan kategori rendah sebanyak 1 orang (8.3 %). 1. Uji Asumsi a. Uji Normalitas

15 15 Untuk mengetahui apakah normal atau tidaknya distribusi data maka digunakan uji normalitas. Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan tekhnik One Sample Kolmogorov-Smirnov pada program SPSS 11.5 for windows. Hasil uji asumsi ini menunjukkan nilai K-SZ untuk skor asertivitas pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol adalah sebesar dengan nilai p=0.963 (p>0.05). Artinya skor pretest variabel asertivitas kelompok eksperimen dan kelompok kontrol adalah normal (analisis lengkap dapat dilihat pada lampiran). b. Uji Homogenitas Untuk mengetahui homogenitas atau tidaknya varian maka digunakan uji homogenitas. Uji homogenitas yang digunakan dengan bantuan program komputer SPSS 11.5 for windows. Hasil uji asumsi homogenitas pada skor pre test variabel asertivitas kelompok eksperimen dan kelompok kontrol memperlihatkan nilai Levene Statitic sebesar dengan p= (p>0.05). Hal ini menunjukkan bahwa varians skor pretest antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol adalah homogen (analisis lengkap dapat dilihat pada lampiran). 2. Uji Hipotesis Setelah uji asumsi seluruhnya terpenuhi, maka langkah selanjutnya yang dilakukan adalah uji hipotesis. Uji hipotesis yang digunakan adalah uji beda, dalam hal ini digunakan tekhnik One Way Anova pada program SPSS 11.5 for windows.

16 16 Hasil analisis untuk skor pre test kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol menunjukkan nilai (F) sebesar dengan p= (p>0.05). Artinya tidak ada perbedaan pada skor pre test kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol. Hasil analisis untuk pasangan selanjutnya, yaitu antara skor post test kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol. Hasil analisis menjukkan bahwa nilai (F) yang didapat adalah sebesar dengan p= (p<0.05) yang berarti bahwa skor post test antara kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol menunjukkan perbedaan. Hasil analisis berikutnya adalah selisih skor pre test dan post test kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol. Hasilnya menunjukkan nilai (F) yang dihasilkan sebesar dengan p=0.03 (p<0.05). Artinya bahwa ada perbedaan pada selisih skor pre test-post test antar kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol. PEMBAHASAN Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa pelatihan resiliensi cukup efektif untuk meningkatkan perilaku asertif khususnya pada remaja. Peningkatan perilaku asertif pada remaja ditandai dengan meningkatnya skor perilaku asertif pada skala perilaku asertif. Deskripsi data memperlihatkan adanya peningkatan kategori perilaku asertif pada remaja secara umum ditunjukkan pada hasil analisis skor pre test dan post test kelompok eksperimen. Subjek penelitian kelompok eksperimen berjumlah 12 orang dan berdasarkan hasil kategorisasi menunjukkan bahwa saat pre test, subjek

17 17 kelompok eksperimen tergolong kategori sedang berjumlah enam orang dan kategori rendah berjumlah enam orang. Seluruh subjek mengalami peningkatan tingkat perilaku asertif setelah diberi pelatihan resiliensi, dapat dilihat dari hasil kategorisasi setelah post test yaitu empat orang tergolong kategori sangat tinggi, lima orang tergolong kategori tinggi, dua orang tergolong kategori sedang dan satu orang tergolong kategori rendah. Hal tersebut menunjukkan bahwa pelatihan resiliensi memberikan pengaruh terhadap peningkatan perilaku asertif pada remaja. Perilaku asertif adalah salah satu aspek kepribadian yang dapat ditingkatkan. Pelatihan resiliensi merupakan suatu alternatif yang dapat meningkatkan perilaku asertif pada remaja. Adanya pelatihan resiliensi terhadap remaja seperti pelatihan ini akan membuat remaja lebih asertif, karena materi-materi yang digunakan pada pelatihan resiliensi diambil dari faktor-faktor resiliensi yang dapat mempengaruhi perilaku asertif pada diri seseorang. Orang yang berperilaku asertif dapat disebutkan sebagai orang yang mempunyai kepercayaan diri, karena orang yang percaya diri selalu bersikap positif pada dirinya sendiri dan orang lain. Sikap ini akan menjadikan seseorang menjadi tegas, jujur dan terbuka, kritis, langsung dan nyaman, akan tetapi mampu menghormati orang lain (Townend, 1991). Pemberian materi meraih harapan pada pelatihan resiliensi membuat remaja dapat menentukan cita-cita atau harapannya dan remaja dapat mengetahui kelebihan dan kekurangan diri masing-masing serta dapat menyesuaikan antara apa yang diinginkan dan menyesuaikan dengan kelebihan serta kekurangannya sehingga hal ini

18 18 akan dapat membantu mengembangkan perilaku asertif pada diri remaja khususnya aspek komunikasi. Materi efikasi diri dan materi optimis membuat remaja yakin dengan kemampuannya sendiri dan dapat mengambil hikmah dibalik peristiwa yang menimpa dirinya serta mampu bangkit dari sebuah kegagalan sehingga hal ini dapat membantu mengembangkan perilaku asertif pada remaja khususnya aspek isyarat fisik. Materi pengendalian emosi dan pengendalian dorongan membuat remaja mengetahui cara mengelola emosi dengan baik dan remaja dapat memprioritaskan hal-hal yang lebih penting dalam kehidupan, sehingga dapat membantu mengembangkan perilaku asertif pada remaja khususnya aspek ketepatan respon. Pemberian materi analisis penyebab masalah membantu memberikan pemahaman kepada remaja bahwa setiap masalah ada penyelesaiannya dan memberikan bimbingan kepada remaja bagaimana cara mengatasi suatu masalah dengan baik sehingga hal ini dapat membantu mengembangkan perilaku asertif pada remaja yang mancakup seluruh aspek perilaku asertif. Pemberian materi empati membantu memberikan pemahaman kepada remaja pentingnya sikap menghargai dan menghormati orang lain serta cara memahami apa yang dirasakan orang lain. Sehingga hal ini dapat membantu mengembangkan perilaku asertif pada remaja yang mencakup seluruh aspek perilaku asertif. Individu yang asertif ditandai oleh kemampuan mengenal dirinya sendiri dengan baik, mengetahui kelebihan, dan kekurangannya serta menerima semua itu seperti apa adanya sehingga pada gilirannya individu mampu merencanakan tujuan

19 19 hidupnya, mempunyai rasa percaya diri yang tinggi, mampu mengambil keputusan, Bloom dkk (dalam Ardiah, 2003) PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data menunjukkan bahwa hipotesis yang diajukan peneliti yaitu pengaruh pelatihan resiliensi terhadap asertivitas pada remaja adalah diterima, dengan kesimpulan ada pengaruh positif yang sangat signifikan pada pelatihan resiliensi terhadap asertivitas pada remaja. B. Saran Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, maka penulis ingin memberikan beberapa saran, yaitu : 1. Bagi subjek penelitian Subjek penelitian diharapkan tetap mempertahankan tingkat asertivitas pada level sangat tinggi dan tinggi, dengan cara semua yang diberikan dalam pelatihan hendaknya benar-benar dipraktekkan dan lebih dikembangkan lagi. 2. Bagi sekolah Bagi pihak sekolah diharapkan dapat mempertahankan tingkat asertivitas yang sangat tinggi dan tinggi pada siswa-siswa sekolahnya. Dalam perkembangan selanjutnya diharapkan lebih menitikberatkan pada aspek kepribadian siswasiswanya, dengan membuat program-program yang bisa meningkatkan perilaku asertif, dengan cara memberikan materi-materi yang terdapat dalam pelatihan resiliensi. Merupakan suatu perpaduan yang menarik jika siswa-

20 20 siswa tidak hanya mempunyai inteligensi yang baik namun juga mempunyai pribadi-pribadi yang kompeten. Peneliti berharap seluruh tenaga pengajar dapat memfasilitasi siswa-siswanya tidak sebatas materi pembelajaran, namun juga hal-hal yang bersifat membangun kepribadian subjek yang menghantarkan siswa-siswa yang cerdas dan memiliki kepribadian yang kompeten. 3. Bagi trainer Trainer seharusnya lebih memperhatikan alokasi waktu untuk setiap sesi sehingga tidak mengganggu sesi lain. 4. Bagi peneliti selanjutnya a. Jika melakukan penelitian hendaknya memilih waktu yang tepat dan sesuai untuk melakukan pelatihan. Mengatur waktu agar subjek penelitian tidak terlalu lelah dan bosan. Usahakan waktu pelatihan tidak dalam hari yang berturut-turut. b. Usahakan untuk menyiapkan materi dan menyediakan waktu secara khusus apabila dilakukan evaluasi atau wawancara sebagai data pendukung. Sehingga materi wawancara dapat tepat sasaran dan subjek menyadari itu bagian penting dari rangkaian pelatihan. c. Melibatkan observer yang sudah ahli dalam bidang observasi, sehingga hasil observasi dapat dipertanggungjawabkan. d. Mengganti variabel penelitian, sehingga dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan khususnya bidang psikologi.

21 21 DAFTAR PUSTAKA Alberti, R and Emmons, M Your Perfect Right. Terjemahan. Jakarta: Gramedia. Ardiah, A Hubungan antara Resiliensi Ego dengan Asertivitas untuk Menolak Rokok pada Remaja. Skripsi. (Tidak diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas Psikologi. Universitas Islam Indonesia. Fensterhem, H. & Baer, J Jangan Bilang Ya Bila Anda Akan Menyatakan Tidak (Terjemahan). Jakarta: Gunung Jati Grotberg, E. H Tapping Tour Inner Strength. How to Find The Resilience to Deal With Anything. Oakland: New Harbinger Publications, Inc. Hadi, S Metodologi Research. Jilid I (Cetakan XXVIII). Yogyakarta: Andi Offset. Hardjana, A.M Training Sumber Daya Manusia yang Efektif. Yogyakarta: Kanisius. Hurlock, E.B Psikologi Perkembangan. Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Terjemahan. Jakarta: Erlangga. Lloyd, S.R Mengembangkan Perilaku Asertif yang Positif. Jakarta: Bina Aksara Rupa. Rakos, R.F Assertive Behavior. Theory, Research and Training. London: Routledge. Reivich, K. & Shatte, A The Resilince Factor. 7 Essential Skill for Overcoming Life s Inevitable Obstacle. New York: Random House, Inc. Setiono, V Pelatihan Aseritvitas dan Peningkatan Perilaku Asertif Pada Siswa- Siswi SMP. Anima Journal of Indonesian Psychological Anima, Vol. 20. No. 2, Townend, A Developing Assertiveness. London: Routledge.

22 22

Pengaruh Pelatihan Resiliensi terhadap Perilaku Asertif pada Remaja

Pengaruh Pelatihan Resiliensi terhadap Perilaku Asertif pada Remaja Pengaruh Pelatihan Resiliensi terhadap Perilaku Asertif pada Remaja Zainal Abidin Prodi Psikologi, FISIB, Universitas Trunojoyo Madura Abstrak Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS 2.1 Pengertian Perilaku Asertif Perilaku assertif adalah perilaku antar perorangan yang melibatkan aspek kejujuran dan keterbukaan pikiran dan perasaan. Perilaku assertif

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pertanyaan tersebut dapat dinyatakan tanpa berbelit-belit dan dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pertanyaan tersebut dapat dinyatakan tanpa berbelit-belit dan dapat BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Asertif 1. Pengertian Asertif menurut Corey (2007) adalah ekspresi langsung, jujur dan pada tempatnya dari pikiran, perasaan, kebutuhan, atau hak-hak seseorang tanpa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu berinteraksi dengan manusia lainnya. Masing-masing individu yang berinteraksi akan memberikan respon yang berbeda atas peristiwa-peristiwa

Lebih terperinci

Hubungan antara Perilaku Asertif dengan Penyesuaian Diri pada Siswa Kelas X Asrama SMA MTA Surakarta

Hubungan antara Perilaku Asertif dengan Penyesuaian Diri pada Siswa Kelas X Asrama SMA MTA Surakarta Hubungan antara Perilaku Asertif dengan Penyesuaian Diri pada Siswa Kelas X Asrama SMA MTA Surakarta The Relationship Assertive Behavior with Adjustment in Class X s Student SMA MTA Surakarta Boarding

Lebih terperinci

PENGARUH METODE ROLE PLAY DALAM LAYANAN BIMBINGAN KLASIKAL TERHADAP PEMAHAMAN ASERTIF (Studi Eksperimen Pada Siswa Kelas X-1 Sma Yadika 4 Pondok Gede)

PENGARUH METODE ROLE PLAY DALAM LAYANAN BIMBINGAN KLASIKAL TERHADAP PEMAHAMAN ASERTIF (Studi Eksperimen Pada Siswa Kelas X-1 Sma Yadika 4 Pondok Gede) 114 Pengaruh Metode Role Play Dalam Layanan Bimbingan Klasikal Terhadap Pemahaman Asertif PENGARUH METODE ROLE PLAY DALAM LAYANAN BIMBINGAN KLASIKAL TERHADAP PEMAHAMAN ASERTIF (Studi Eksperimen Pada Siswa

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN PENGAJUAN HIPOTESIS. diimajinasikan oleh individu atau kelompok. Pendapat tersebut diartikan bahwa

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN PENGAJUAN HIPOTESIS. diimajinasikan oleh individu atau kelompok. Pendapat tersebut diartikan bahwa 10 BAB II KAJIAN TEORITIS DAN PENGAJUAN HIPOTESIS 2.1 Pengertian Konformitas Santrock (2003:249) mendefenisikan konformitas sebagai perubahan dalam sikap atau pendapat individu sebagai hasil dari tekanan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. didapatkan 10 siswa termasuk dalam kategori sangat rendah dan rendah yang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. didapatkan 10 siswa termasuk dalam kategori sangat rendah dan rendah yang BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 2 Salatiga. Subjek dalam penelitian ini adalah kelas IX A dan Kelas IX B yang berjumlah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian dapat diklasifikasikan dari berbagai cara dan sudut pandang. Dilihat dari pendekatan analisisnya, penelitian dibagi atas dua macam yaitu: penelitian

Lebih terperinci

MENINGKATKAN PERILAKU ASERTIF SISWA KELAS X SMA KARTIKA III-1 BANYUBIRU MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK. Putri Adri Setyowati Yari Dwikurnaningsih

MENINGKATKAN PERILAKU ASERTIF SISWA KELAS X SMA KARTIKA III-1 BANYUBIRU MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK. Putri Adri Setyowati Yari Dwikurnaningsih MENINGKATKAN PERILAKU ASERTIF SISWA KELAS X SMA KARTIKA III-1 BANYUBIRU MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK Putri Adri Setyowati Yari Dwikurnaningsih ABSTRAK Penelitian ini berujuan untuk mengetahui signifikasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian, pendekatan dan desain penelitian, definisi operasional variabel,

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian, pendekatan dan desain penelitian, definisi operasional variabel, BAB III METODE PENELITIAN Bab ini akan membahas tentang lokasi penelitian, populasi dan sampel penelitian, pendekatan dan desain penelitian, definisi operasional variabel, instrumen penelitian, proses

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Perilaku Asertif. jujur, terbuka, penuh percaya diri, dan teguh pendiriannya (Davis, 1981).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Perilaku Asertif. jujur, terbuka, penuh percaya diri, dan teguh pendiriannya (Davis, 1981). BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Asertif 1. Pengertian Perilaku asertif adalah perilaku yang mengarah langsung kepada tujuan, jujur, terbuka, penuh percaya diri, dan teguh pendiriannya (Davis, 1981).

Lebih terperinci

MENINGKATKAN PERILAKU ASERTIF MENGGUNAKAN PENDEKATAN BEHAVIORAL DENGAN LATIHAN ASERTIF PADA SISWA KELAS IX SMP NEGERI 2 SALATIGA

MENINGKATKAN PERILAKU ASERTIF MENGGUNAKAN PENDEKATAN BEHAVIORAL DENGAN LATIHAN ASERTIF PADA SISWA KELAS IX SMP NEGERI 2 SALATIGA MENINGKATKAN PERILAKU ASERTIF MENGGUNAKAN PENDEKATAN BEHAVIORAL DENGAN LATIHAN ASERTIF PADA SISWA KELAS IX SMP NEGERI 2 SALATIGA Ertik Indrawati, Setyorini dan Sumardjono Padmomartono Program Studi S1

Lebih terperinci

PERILAKU ASERTIF PADA REMAJA AWAL MADE CHRISTINA NOVIANTI DR. AWALUDDIN TJALLA ABSTRAKSI

PERILAKU ASERTIF PADA REMAJA AWAL MADE CHRISTINA NOVIANTI DR. AWALUDDIN TJALLA ABSTRAKSI PERILAKU ASERTIF PADA REMAJA AWAL MADE CHRISTINA NOVIANTI DR. AWALUDDIN TJALLA ABSTRAKSI Masa awal remaja adalah masa dimana seorang anak memiliki keinginan untuk mengetahui berbagai macam hal serta ingin

Lebih terperinci

PENGARUH PELATIHAN ASERTIF TERHADAP ASERTIFITAS SISWA BARU DAN KEBERANIAN SERTA KEPERCAYAAN DIRI SISWA UNTUK MEMUTUSKAN KEHENDAK BAIKNYA

PENGARUH PELATIHAN ASERTIF TERHADAP ASERTIFITAS SISWA BARU DAN KEBERANIAN SERTA KEPERCAYAAN DIRI SISWA UNTUK MEMUTUSKAN KEHENDAK BAIKNYA PENGARUH PELATIHAN ASERTIF TERHADAP ASERTIFITAS SISWA BARU DAN KEBERANIAN SERTA KEPERCAYAAN DIRI SISWA UNTUK MEMUTUSKAN KEHENDAK BAIKNYA Zun Azizul Hakim IAIN Tulungagung Jl. Mayor Sujadi Timur 46 Tulungagung

Lebih terperinci

GAMBARAN KETERBUKAAN DIRI (Studi Deskriptif pada siswa kelas VIII di SMP Negeri 48 Jakarta) Dwiny Yusnita Sari 1 Wirda Hanim 2 Dharma Setiawaty R.

GAMBARAN KETERBUKAAN DIRI (Studi Deskriptif pada siswa kelas VIII di SMP Negeri 48 Jakarta) Dwiny Yusnita Sari 1 Wirda Hanim 2 Dharma Setiawaty R. 51 GAMBARAN KETERBUKAAN DIRI (Studi Deskriptif pada siswa kelas VIII di SMP Negeri 48 Jakarta) Dwiny Yusnita Sari 1 Wirda Hanim 2 Dharma Setiawaty R. 3 Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA KEMANDIRIAN DENGAN ASERTIVITAS PADA REMAJA YANG TINGGAL DI PANTI ASUHAN YATIM PIATU

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA KEMANDIRIAN DENGAN ASERTIVITAS PADA REMAJA YANG TINGGAL DI PANTI ASUHAN YATIM PIATU NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA KEMANDIRIAN DENGAN ASERTIVITAS PADA REMAJA YANG TINGGAL DI PANTI ASUHAN YATIM PIATU Oleh: AMELIA DESTARI SONNY ANDRIANTO FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH DEMOKRATIS ORANGTUA DENGAN TINGKAT ASERTIVITAS REMAJA SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH DEMOKRATIS ORANGTUA DENGAN TINGKAT ASERTIVITAS REMAJA SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH DEMOKRATIS ORANGTUA DENGAN TINGKAT ASERTIVITAS REMAJA SKRIPSI Diajukan Kepada Program Studi Psikologi Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia Untuk

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Uji Asumsi Uji asumsi harus terlebih dahulu dilakukan sebelum melakukan uji hipotesis. Uji asumsi ini terdiri dari uji normalitas, uji linieritas, dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Dalam bab ini akan dibahas metode yang digunakan dalam menjawab permasalahan serta menguji hipotesis penelitian. Pada bagian pertama akan dijelaskan mengenai pendekatan penelitian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berperilaku asertif, dalam hal ini teknik yang digunakan adalah dengan Assertif

BAB I PENDAHULUAN. berperilaku asertif, dalam hal ini teknik yang digunakan adalah dengan Assertif BAB I PENDAHULUAN Bab ini merupakan pendahuluan dari pelaporan penelitian yang membahas tentang latar belakang penelitian yang dilakukan, adapun yang menjadi fokus garapan dalam penelitian ini adalah masalah

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. membantu untuk menjalin hubungan kerja sama dan kemampuan memahami individu

PENDAHULUAN. membantu untuk menjalin hubungan kerja sama dan kemampuan memahami individu 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sosial, adanya kecenderungan perilaku asertif sangat membantu untuk menjalin hubungan kerja sama dan kemampuan memahami individu lain yang

Lebih terperinci

PENGARUH PELATIHAN KECERDASAN EMOSI TERHADAP PENINGKATAN KEPERCAYAAN DIRI REMAJA. Pirantie Imadayani Uly Gusniarti. Intisari

PENGARUH PELATIHAN KECERDASAN EMOSI TERHADAP PENINGKATAN KEPERCAYAAN DIRI REMAJA. Pirantie Imadayani Uly Gusniarti. Intisari PENGARUH PELATIHAN KECERDASAN EMOSI TERHADAP PENINGKATAN KEPERCAYAAN DIRI REMAJA Pirantie Imadayani Uly Gusniarti Intisari Penelitian ini bertujuan untuk menguji secara empirik apakah pelatihan kecerdasan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan di TK ABA Thoyibah Surakarta. Alasan pemilihan TK tersebut sebagai tempat penelitian karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau interaksi dengan orang lain, tentunya dibutuhkan kemampuan individu untuk

BAB I PENDAHULUAN. atau interaksi dengan orang lain, tentunya dibutuhkan kemampuan individu untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah mahluk sosial yang memiliki kebutuhan untuk berinteraksi timbal-balik dengan orang-orang yang ada di sekitarnya. Memulai suatu hubungan atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di sekolah, potensi individu/siswa yang belum berkembang

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di sekolah, potensi individu/siswa yang belum berkembang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Nasional mengharapkan upaya pendidikan formal di sekolah mampu membentuk pribadi peserta didik menjadi manusia yang sehat dan produktif. Pribadi

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN ASERTIVITAS PADA REMAJA DI SMA ISLAM SULTAN AGUNG 1 SEMARANG. Rheza Yustar Afif ABSTRAK

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN ASERTIVITAS PADA REMAJA DI SMA ISLAM SULTAN AGUNG 1 SEMARANG. Rheza Yustar Afif ABSTRAK HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN ASERTIVITAS PADA REMAJA DI SMA ISLAM SULTAN AGUNG 1 SEMARANG Rheza Yustar Afif Fakultas Psikologi, Universitas Diponegoro Jl. Prof. Soeadarto, SH, Kampus Undip Tembalang,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. eksperimen semu (quasi experiment). Sugiyono (2010:114) mengemukakan

BAB III METODE PENELITIAN. eksperimen semu (quasi experiment). Sugiyono (2010:114) mengemukakan BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan eksperimen semu (quasi experiment). Sugiyono (2010:114) mengemukakan penelitian eksperimen

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Perilaku Asertif Perilaku asertif adalah perilaku hubungan antar pribadi yang menyertakan kejujuran dan berterus terang secara sosial dalam mengekspresikan pemikiran

Lebih terperinci

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN. A. Orientasi Kancah dan Persiapan. kecerdasan emosi dengan kecenderungan perilaku bullying pada siswa

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN. A. Orientasi Kancah dan Persiapan. kecerdasan emosi dengan kecenderungan perilaku bullying pada siswa 31 BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN A. Orientasi Kancah dan Persiapan 1. Orientasi Kancah Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kecerdasan emosi dengan kecenderungan perilaku

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI SIKAP REMAJA TERHADAP PENYALAHGUNAAN OBAT DITINJAU DARI KEPERCAYAAN DIRI

NASKAH PUBLIKASI SIKAP REMAJA TERHADAP PENYALAHGUNAAN OBAT DITINJAU DARI KEPERCAYAAN DIRI NASKAH PUBLIKASI SIKAP REMAJA TERHADAP PENYALAHGUNAAN OBAT DITINJAU DARI KEPERCAYAAN DIRI Oleh : SYAIFUL ANWAR PRASETYO YULIANTI DWI ASTUTI FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel. Variabel-variabel yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah :

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel. Variabel-variabel yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah : 49 BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Variabel-variabel yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah : Variabel Tergantung : Kematangan karir pada remaja Variabel Bebas : 1. Self-Esteem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pentingnya perilaku asertif bagi setiap individu adalah untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pentingnya perilaku asertif bagi setiap individu adalah untuk memenuhi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pentingnya perilaku asertif bagi setiap individu adalah untuk memenuhi segala kebutuhan dan keinginan dan keinginan, misalnya dalam bersosialisasi dengan lingkungan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis Penelitian ini menggunakan penelitian eksperimen. Penulisan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis Penelitian ini menggunakan penelitian eksperimen. Penulisan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis Penelitian ini menggunakan penelitian eksperimen. Penulisan eksperimen sangat sesuai untuk menguji hipotesis tertentu. Penelitian eksperimen yang digunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Bab ketiga menjelaskan tentang metode penelitian yang mencakup tentang pendekatan, metode, desain penelitian, lokasi penelitian, populasi, sampel, variabel penelitian, definisi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Tipe penelitian Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan tipe penelitian kuantitatif. Metode penelitian kuantitatif adalah pendekatan dalam penelitian atau biasa disebut

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. berkembang melalui masa bayi, kanak-kanak, remaja, dewasa hingga. Hubungan sosial pada tingkat perkembangan remaja sangat tinggi

I. PENDAHULUAN. berkembang melalui masa bayi, kanak-kanak, remaja, dewasa hingga. Hubungan sosial pada tingkat perkembangan remaja sangat tinggi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah dan Masalah 1. Latar Belakang Pada hakekatnya manusia merupakan mahkluk sosial, sehingga tidak mungkin manusia mampu menjalani kehidupan sendiri tanpa melakukan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. PERILAKU ASERTIF 1. Pengertian Perilaku Asertif Kata asertif berasal dari bahasa Inggris assertive yang berarti tegas dalam pernyataannya, pasti dalam mengekspresikan dirinya atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Masalah. serta kebutuhan memungkinkan terjadinya konflik dan tekanan yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Masalah. serta kebutuhan memungkinkan terjadinya konflik dan tekanan yang dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Menghadapi lingkungan yang memiliki perbedaan pola pikir, kepribadian serta kebutuhan memungkinkan terjadinya konflik dan tekanan yang dapat menimbulkan berbagai

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi dan Sampel Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penerapan metode pembelajaran sinektik dalam mengembangkan perilaku kreatif siswa kelas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian, identifikasi variabel penelitian, definisi operasional, subjek penelitian,

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian, identifikasi variabel penelitian, definisi operasional, subjek penelitian, BAB III METODE PENELITIAN Metode merupakan unsur penting dalam penelitian ilmiah, karena metode yang digunakan dalam penelitian dapat menemukan apakah penelitian tersebut dapat dipertanggungjawabkan hasilnya.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. mengumpulkan data dengan tujuan tertentu. Penggunaan metode dimaksudkan

III. METODE PENELITIAN. mengumpulkan data dengan tujuan tertentu. Penggunaan metode dimaksudkan 35 III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian merupakan cara ilmiah yang di gunakan untuk mengumpulkan data dengan tujuan tertentu. Penggunaan metode dimaksudkan agar kebenaran yang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian Dalam penelitian ini, subjek penelitiannya adalah 53 siswa kelas II SDN Salatiga 06 yang dibagi menjadi 2 kelas pararel. Kelas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perhatian dunia pendidikan terhadap remaja semakin besar dan. meningkat.banyak ahli maupun praktisi yang memberikan perhatian besar

BAB I PENDAHULUAN. Perhatian dunia pendidikan terhadap remaja semakin besar dan. meningkat.banyak ahli maupun praktisi yang memberikan perhatian besar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perhatian dunia pendidikan terhadap remaja semakin besar dan meningkat.banyak ahli maupun praktisi yang memberikan perhatian besar terhadap kehidupan remaja baik yang

Lebih terperinci

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN. A. Orientasi Kancah dan Persiapan Penelitian

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN. A. Orientasi Kancah dan Persiapan Penelitian 37 BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN A. Orientasi Kancah dan Persiapan Penelitian 1. Orientasi Kancah Penelitian ini dilakukan di dua lokasi yaitu di kampus program studi Teknik Sipil Universitas

Lebih terperinci

BAB IV ORIENTASI KANCAH DAN HASIL PENELITIAN. A. Orientasi Kancah dan Persiapan. Penelitian ini dilakukan di PT. Bank BRI Yogyakarta.

BAB IV ORIENTASI KANCAH DAN HASIL PENELITIAN. A. Orientasi Kancah dan Persiapan. Penelitian ini dilakukan di PT. Bank BRI Yogyakarta. BAB IV ORIENTASI KANCAH DAN HASIL PENELITIAN A. Orientasi Kancah dan Persiapan 1. Orientasi Kancah Penelitian ini dilakukan di PT. Bank BRI Yogyakarta. Bank Rakyat Indonesia (BRI) adalah salah satu bank

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. mengumpulkan data dengan tujuan tertentu. Penggunaan metode. dimaksudkan agar kebenaran yang diungkap benar-benar dapat

III. METODE PENELITIAN. mengumpulkan data dengan tujuan tertentu. Penggunaan metode. dimaksudkan agar kebenaran yang diungkap benar-benar dapat 29 III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian merupakan cara ilmiah yang di gunakan untuk mengumpulkan data dengan tujuan tertentu. Penggunaan metode dimaksudkan agar kebenaran yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk sosial yang selalu membutuhkan orang lain dan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk sosial yang selalu membutuhkan orang lain dan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial yang selalu membutuhkan orang lain dan lingkungan sekitarnya. Sebagai makhluk sosial, manusia diharapkan mampu mengatasi segala

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. Variabel dalam penelitian ini, yaitu: B. Definisi Operasional

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. Variabel dalam penelitian ini, yaitu: B. Definisi Operasional digilib.uns.ac.id BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian Variabel dalam penelitian ini, yaitu: 1. Variabel Bebas : a. Regulasi diri b. Hubungan interpersonal dalam keluarga 2. Variabel

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. hubungan antara variabel Hubungan Resiliensi dengan Stres Kerja Anggota. Gambar 3.1. Hubungan antar Variabel

BAB III METODE PENELITIAN. hubungan antara variabel Hubungan Resiliensi dengan Stres Kerja Anggota. Gambar 3.1. Hubungan antar Variabel BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian ini adalah penelitian korelasilasional bentuk bivariate, yaitu penelitian yang dilakukan untuk mengetahui signifikansi hubungan antara variabel

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2014/2015 di MAN 1 Pringsewu Kabupaten Pringsewu. 3.2 Populasi Penelitian Populasi penelitian

Lebih terperinci

Perbedaan Penyesuaian Diri Pada Santri di Pondok Pesantren ditinjau dari Jenis Kelamin. Rini Suparti Dr Aski Marissa, M.

Perbedaan Penyesuaian Diri Pada Santri di Pondok Pesantren ditinjau dari Jenis Kelamin. Rini Suparti Dr Aski Marissa, M. Perbedaan Penyesuaian Diri Pada Santri di Pondok Pesantren ditinjau dari Jenis Kelamin Rini Suparti 16512413 Dr Aski Marissa, M.Psi, Psikolog BBAB I: Latar Belakang Didalam kehidupan pondok pesantren para

Lebih terperinci

PERBEDAAN KEPUASAN KERJA DITINJAU DARI MASA KERJA

PERBEDAAN KEPUASAN KERJA DITINJAU DARI MASA KERJA 1 PERBEDAAN KEPUASAN KERJA DITINJAU DARI MASA KERJA Indah Lestari M. Bachtiar INTISARI Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada perbedaan kepuasan kerja karyawan ditinjau dari masa kerja. Dugaan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. berbentuk pretest-posttest control group design menggunakan satu jenis

BAB III METODE PENELITIAN. berbentuk pretest-posttest control group design menggunakan satu jenis BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis Penelitian ini menggunakan eksperimen semu (Quasi Eksperimental Design). Peneliti menggunakan desain penelitian yang berbentuk pretest-posttest control

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a. Sejarah Berdirinya SMA Negeri 3 Cirebon

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a. Sejarah Berdirinya SMA Negeri 3 Cirebon BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian a. Sejarah Berdirinya SMA Negeri 3 Cirebon SMA Negeri 3 Cirebon berdiri pada tanggal 9 November 1983 berdasarkan

Lebih terperinci

EFIKASI DIRI, DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DAN SELF REGULATED LEARNING PADA SISWA KELAS VIII. Abstract

EFIKASI DIRI, DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DAN SELF REGULATED LEARNING PADA SISWA KELAS VIII. Abstract EFIKASI DIRI, DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DAN SELF REGULATED LEARNING PADA SISWA KELAS VIII Nobelina Adicondro & Alfi Purnamasari Fakultas Psikologi Universitas Ahmad Dahlan Jalan Kapas No. 9 Yogyakarta alfi_purnamasari@yahoo.com.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Analisis deskripsi dalam penelitian ini membahas mengenai deskripsi

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Analisis deskripsi dalam penelitian ini membahas mengenai deskripsi BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Analisis deskripsi dalam penelitian ini membahas mengenai deskripsi pembelajaran dan deskripsi data. 1. Deskripsi Pembelajaran SMK N 1 Pleret berlokasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kanak-kanak dan masa dewasa (Wong dkk, 2001). Menurut Erik Erikson (Feist &

BAB I PENDAHULUAN. kanak-kanak dan masa dewasa (Wong dkk, 2001). Menurut Erik Erikson (Feist & BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja merupakan suatu periode transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa (Wong dkk, 2001). Menurut Erik Erikson (Feist & Feist, 2006), remaja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Alrefi, 2014 Penerapan Solution-Focused Counseling Untuk Peningkatan Perilaku Asertif

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Alrefi, 2014 Penerapan Solution-Focused Counseling Untuk Peningkatan Perilaku Asertif 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa awal remaja adalah masa seorang anak memiliki keinginan untuk mengetahui berbagai macam hal serta ingin memiliki kebebasan dalam menentukan apa yang ingin dilakukannya

Lebih terperinci

Keywords: Assertive Behavior, Interaction, Passive Attitude of Aggressive Attitude

Keywords: Assertive Behavior, Interaction, Passive Attitude of Aggressive Attitude 1 DAMPAK PERILAKU TIDAK ASSERTIVE PESERTA DIDIK DALAM BERINTERAKSI DI KELAS X SMA NEGERI 1 PASAMAN Tia Ayu Putri Aulia 1, Rahma Wira Nita 2, Septya Suarja 2 1 Mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran umum subjek penelitian Di dalam penelitian ini, subjek penelitiannya adalah 60 siswa kelas 5 SDN Sidorejo Lor 01 yang dibagi menjadi 2 kelas parallel,

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL PADA SISWA SEKOLAH MENEGAH KEJURUAN (SMK) X DI YOGYAKARTA MELALUI PELATIHAN ASERTIVITAS

PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL PADA SISWA SEKOLAH MENEGAH KEJURUAN (SMK) X DI YOGYAKARTA MELALUI PELATIHAN ASERTIVITAS PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL PADA SISWA SEKOLAH MENEGAH KEJURUAN (SMK) X DI YOGYAKARTA MELALUI PELATIHAN ASERTIVITAS IMPROVEMENT OF INTERPERSONAL COMMUNICATION SKILL OF VOCATIONAL HIGH

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah jenis penelitian eksperimen semu. Menurut

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah jenis penelitian eksperimen semu. Menurut BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah jenis penelitian eksperimen semu. Menurut Azwar (2000) penelitian eksperimental ini meniru kondisi penelitian eksperimental murni

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 1 BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan menggunakan skala psikologis, istrumen skala psikologis ini berjumlah tiga skala. Subyek penelitian adalah

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode analitik deskriptif untuk memperoleh gambaran empirik mengenai kemandirian serta asertif

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Setting Penelitian 3.1.1. Jenis Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian eksperimen (experimental research). Eksperimen adalah prosedur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sosial, sehingga dapat menurunkan kualitas hidup individu. Salah satu jenis

BAB I PENDAHULUAN. sosial, sehingga dapat menurunkan kualitas hidup individu. Salah satu jenis BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menjalani kehidupan profesional di dunia modern yang serba cepat seperti saat ini merupakan sebuah tantangan hidup. Selain tuntutan untuk mampu bertahan dalam lingkungan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Lokasi Penelitian SMP N 2 Kalasan merupakan sekolah yang beralamat di Kledokan, Selomartani, Kalasan, Sleman, Yogyakarta. Visi SMP

Lebih terperinci

Pengaruh Dukungan Sosial terhadap Resiliensi pada Ibu yang Memiliki Anak Autis Penulisan Ilmiah

Pengaruh Dukungan Sosial terhadap Resiliensi pada Ibu yang Memiliki Anak Autis Penulisan Ilmiah Pengaruh Dukungan Sosial terhadap Resiliensi pada Ibu yang Memiliki Anak Autis Penulisan Ilmiah Nama : Gemi Arthati NPM : 13513674 Pembimbing : Mimi Wahyuni. Jurusan Psikologi 2016 Latar Belakang Masalah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Gambaran Umum SMP Negeri 1 Godean. berwawasan global, cinta bangsa dan negara.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Gambaran Umum SMP Negeri 1 Godean. berwawasan global, cinta bangsa dan negara. A. Hasil Penelitian BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Gambaran Umum SMP Negeri 1 Godean Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Godean yang terletak di Jl. Jae Sumantoro Sidoluhur Godean Sleman, merupakan

Lebih terperinci

TINGKAT KEMAMPUAN ASERTIF PESERTA DIDIK DI SMA NEGERI 1 IX KOTO KABUPATEN DHARMASRAYA ABSTRACT

TINGKAT KEMAMPUAN ASERTIF PESERTA DIDIK DI SMA NEGERI 1 IX KOTO KABUPATEN DHARMASRAYA ABSTRACT 1 TINGKAT KEMAMPUAN ASERTIF PESERTA DIDIK DI SMA NEGERI 1 IX KOTO KABUPATEN DHARMASRAYA Erni Walini 1, Alfaiz 2, Hafiz Hidayat 2 1 Mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling STKIP PGRI Sumatera Barat

Lebih terperinci

ASERTIVITAS DALAM PEMILIHAN STUDI LANJUT SISWA KELAS XII SMA DITINJAU DARI PERSEPSI TERHADAP POLA ASUH ORANGTUA NASKAH PUBLIKASI

ASERTIVITAS DALAM PEMILIHAN STUDI LANJUT SISWA KELAS XII SMA DITINJAU DARI PERSEPSI TERHADAP POLA ASUH ORANGTUA NASKAH PUBLIKASI ASERTIVITAS DALAM PEMILIHAN STUDI LANJUT SISWA KELAS XII SMA DITINJAU DARI PERSEPSI TERHADAP POLA ASUH ORANGTUA NASKAH PUBLIKASI Diajukan kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan di SMP Negeri 1 Bandar Lampung dan waktu

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan di SMP Negeri 1 Bandar Lampung dan waktu 63 III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilakukan di SMP Negeri 1 Bandar Lampung dan waktu pelaksanaan penelitiannya pada tahun pelajaran 2015/2016. B. Metode penelitian

Lebih terperinci

Efektivitas Teknik Latihan Asertif Untuk Meningkatkan Internal Locus Of Control Siswa dalam Belajar

Efektivitas Teknik Latihan Asertif Untuk Meningkatkan Internal Locus Of Control Siswa dalam Belajar Jurnal Psikologi Pendidikan & Konseling Volume 3 Number 2 December 2017. Page 8-14 p-issn: 2443-2202 e-issn: 2477-2518 Homepage: http://ojs.unm.ac.id/index.php/jppk Efektivitas Teknik Latihan Asertif Untuk

Lebih terperinci

KONFORMITAS TEMAN SEBAYA DAN ASERTIVITAS PADA SISWA SMA ISLAM HIDAYATULLAH SEMARANG

KONFORMITAS TEMAN SEBAYA DAN ASERTIVITAS PADA SISWA SMA ISLAM HIDAYATULLAH SEMARANG KONFORMITAS TEMAN SEBAYA DAN ASERTIVITAS PADA SISWA SMA ISLAM HIDAYATULLAH SEMARANG Maharani Mutiara Hati, Imam Setyawan Fakultas Psikologi, Universitas Diponegoro Jl. Prof. Soedarto SH Tembalang Semarang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. paling penting dalam pembangunan nasional, yaitu sebagai upaya meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. paling penting dalam pembangunan nasional, yaitu sebagai upaya meningkatkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Pendidikan merupakan kebutuhan primer dalam kehidupan manusia, aspek paling penting dalam pembangunan nasional, yaitu sebagai upaya meningkatkan kualitas

Lebih terperinci

MENINGKATKAN EMPATI MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK SOSIODRAMA SISWA KELAS X.2 SMA NEGERI 1 BRINGIN TAHUN PELAJARAN 2013/2014

MENINGKATKAN EMPATI MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK SOSIODRAMA SISWA KELAS X.2 SMA NEGERI 1 BRINGIN TAHUN PELAJARAN 2013/2014 MENINGKATKAN EMPATI MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK SOSIODRAMA SISWA KELAS X.2 SMA NEGERI 1 BRINGIN TAHUN PELAJARAN 2013/2014 Ida Nur Kristianti Kata Kunci : Empati, Layanan Bimbingan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian eksperimental (Experimental Research) yang bertujuan untuk menguji model pembelajaan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian dengan menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode kuasi eksperimen. Dalam penelitian ini tidak semua variabel

Lebih terperinci

pelayanan yang baik kepada individu, keluarga, kelompok, maupun masyarakat harus dapat bekerjasama dengan pihak pihak lain yang berkaitan dengan

pelayanan yang baik kepada individu, keluarga, kelompok, maupun masyarakat harus dapat bekerjasama dengan pihak pihak lain yang berkaitan dengan A. Pengantar Seorang perawat profesional dalam melaksanakan tugasnya memberikan pelayanan yang baik kepada individu, keluarga, kelompok, maupun masyarakat harus dapat bekerjasama dengan pihak pihak lain

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Penelitian 4.1.1 Gambaran Subjek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SDN Mangunsari 04 dan 07 yang terletak di Jalan Tentara Pelajar No. 7,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keterlibatan Belajar Siswa, (Surakarta : Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2011), 2

BAB I PENDAHULUAN. Keterlibatan Belajar Siswa, (Surakarta : Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2011), 2 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sikap pasif siswa sering ditunjukan dalam sebuah proses belajar, hal ini terlihat dari perilaku siswa dalam sebuah proses belajar yang cenderung hanya berperan

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS TEKNIK BIBLIOKONSELING UNTUK MENINGKATKAN PERILAKU ASERTIF SISWA KELAS X SMAN LOCERET NGANJUK TAHUN PELAJARAN 2016/2017

EFEKTIVITAS TEKNIK BIBLIOKONSELING UNTUK MENINGKATKAN PERILAKU ASERTIF SISWA KELAS X SMAN LOCERET NGANJUK TAHUN PELAJARAN 2016/2017 EFEKTIVITAS TEKNIK BIBLIOKONSELING UNTUK MENINGKATKAN PERILAKU ASERTIF SISWA KELAS X SMAN LOCERET NGANJUK TAHUN PELAJARAN 2016/2017 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. merupakan hak setiap individu untuk menentukan sikap, pemikiran dan emosi

BAB II LANDASAN TEORI. merupakan hak setiap individu untuk menentukan sikap, pemikiran dan emosi BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Perilaku Asertif 2.1.1. Pengertian Perilaku Asertif Menurut Smith (dalam Rakos, 1991) menyatakan bahwa perilaku asertif merupakan hak setiap individu untuk menentukan sikap, pemikiran

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN

BAB V HASIL PENELITIAN BAB V HASIL PENELITIAN A. Uji Asumsi Setelah data penelitian didapat, maka selanjutnya dilakukan uji asumsi untuk mengetahui apakah data yang terkumpul memenuhi syarat untuk dianalisis statistik. Uji asumsi

Lebih terperinci

Penelitian eksperimen adalah kegiatan penelitian yang bertujuan untuk menilai

Penelitian eksperimen adalah kegiatan penelitian yang bertujuan untuk menilai BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Sesuai dengan judul penelitian, maka ini merupakan penelitian eksperimen. Penelitian eksperimen adalah kegiatan penelitian yang bertujuan untuk menilai pengaruh

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 43 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Subjek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di 2 SD yaitu: SD N Secang 2 Magelang, Jln. Sukarman No. 3 Secang, kabupaten Magelang. Siswa kelas

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DAN ASERTIVITAS DENGAN KECEMASAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL PADA SISWA KELAS X SMA AL ISLAM 1 SURAKARTA

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DAN ASERTIVITAS DENGAN KECEMASAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL PADA SISWA KELAS X SMA AL ISLAM 1 SURAKARTA HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DAN ASERTIVITAS DENGAN KECEMASAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL PADA SISWA KELAS X SMA AL ISLAM 1 SURAKARTA Nike Kusumawati, Salmah Lilik, Rin widya Agustin Program Studi Psikologi,

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN tahun yang duduk di kelas 7-12 dan mengikuti kegiatan ekstrakurikuler

BAB 3 METODE PENELITIAN tahun yang duduk di kelas 7-12 dan mengikuti kegiatan ekstrakurikuler BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Subyek Penelitian & Teknik Sampling 3.1.1 Karakteristik Subjek Penelitian Subjek penelitian adalah siswa dan siswi Pesantren X dengan rentang usia 13-17 tahun yang duduk di

Lebih terperinci

Henni Anggraini Universitas Kanjuruhan Malang

Henni Anggraini Universitas Kanjuruhan Malang HUBUNGAN KELEKATAN DAN KECERDASAN EMOSI PADA ANAK USIA DINI Henni Anggraini Universitas Kanjuruhan Malang ABSTRAK. Kelekatan (Attachment) merupakan hubungan emosional antara seorang anak dengan pengasuhnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam masa perkembangan negara Indonesia, pendidikan penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. Dalam masa perkembangan negara Indonesia, pendidikan penting untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam masa perkembangan negara Indonesia, pendidikan penting untuk kemajuan pembangunan. Salah satu lembaga pendidikan yang penting adalah perguruan tinggi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau mengembangkan perilaku yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di SMA Negeri 2 Limboto. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah "One Group Pre-Test and

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di SMA Negeri 2 Limboto. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah One Group Pre-Test and BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.1.1 Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan di SMA Negeri 2 Limboto 3.1.2 Waktu Penelitian Waktu Penelitian yaitu selama 3 Bulan, dari Januari

Lebih terperinci

Gambar 1 Desain Penelitian Eksperimen

Gambar 1 Desain Penelitian Eksperimen BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di TK Baiturrahman yang beralamat di gang sawo IV RT 04 RW 04 Karangasem, Laweyan, Surakarta. 2.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 01 Bringin yang beralamatkan Jalan Diponegoro 116 Bringin, Kecamatan Bringin, Kabupaten

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Shadow Puppet Terhadap Kemampuan Bercerita Siswa Kelas VII SMP Negeri 1

BAB III METODE PENELITIAN. Shadow Puppet Terhadap Kemampuan Bercerita Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel dan Desain Penelitian 1. Variabel Penelitian Berdasarkan judul penelitian ini, yakni Pengaruh Pemanfaatan Media Shadow Puppet Terhadap Kemampuan Bercerita Siswa Kelas

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. data normal atau tidak. Alat yang digunakan adalah One Sample. Uji normalitas pada skala subjective well-being

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. data normal atau tidak. Alat yang digunakan adalah One Sample. Uji normalitas pada skala subjective well-being BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Uji Asumsi Sebelum melakukan uji hipotesis, peneliti terlebih dahulu melakukan uji asumsi, yang terdiri dari uji normalitas dan uji linieritas. a. Uji

Lebih terperinci

HUBUNGAN KONFORMITAS DENGAN KEMATANGAN EMOSI PADA REMAJA. Gani Tri Utomo H. Fuad Nashori INTISARI

HUBUNGAN KONFORMITAS DENGAN KEMATANGAN EMOSI PADA REMAJA. Gani Tri Utomo H. Fuad Nashori INTISARI HUBUNGAN KONFORMITAS DENGAN KEMATANGAN EMOSI PADA REMAJA Gani Tri Utomo H. Fuad Nashori INTISARI Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara konformitas dengan kematangan emosi pada remaja.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Penelitian. B. Definisi Operasional Variabel Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Penelitian. B. Definisi Operasional Variabel Penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Penelitian 1. Variabel tergantung: Komitmen Organisasi 2. Variabel bebas: Komunikasi Interpersonal B. Definisi Operasional Variabel Penelitian 1. Komitmen organisasi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Orientasi Kancah Penelitian Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 7 Salatiga, SMP Negeri 7 adalah salah satu Sekolah Menengah Pertama di Kota Salatiga yang terletak dijalan

Lebih terperinci