ROADMAP SEKOLAH/ MADRASAH AMAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ROADMAP SEKOLAH/ MADRASAH AMAN"

Transkripsi

1 ROADMAP SEKOLAH/ MADRASAH AMAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN BIRO PERENCANAAN DAN KERJASAMA LUAR NEGERI SEKRETARIAT JENDERAL KEMENDIKBUD

2 DAFTAR ISI Kata Pengantar Sambutan Sekretaris Jenderal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan iii iv BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Landasan Hukum Maksud dan Tujuan Ruang Lingkup Prinsip-prinsip Pelaksanaan 4 BAB II PROFIL SEKOLAH/ MADRASAH AMAN DI INDONESIA Gambaran Umum Pendidikan dan Bencana di Indonesia Perkembangan Sekolah/ Madrasah Aman di Indonesia Tantangan dan Kapasitas Sumber Daya Pelaksanaan Sekolah/ Madrasah Aman 24 BAB III TUJUAN DAN SASARAN SEKOLAH/ MADRASAH AMAN Tujuan Strategis Sekolah/ Madrasah Aman Sasaran Strategis Roadmap Sekolah/ Madrasah Aman 29 BAB IV KERANGKA REGULASI 32 BAB V PENATAAN KELEMBAGAAN SEKOLAH/ MADRASAH AMAN Kerangka Kelembagaan Sekretariat Nasional Sekolah/ Madrasah 34 Aman 5.2. Kerangka Kerja Sekretariat Nasional Sekolah/ Madrasah Aman Mekanisme Koordinasi 38 BAB VI KERANGKA PENDANAAN SEKOLAH/ MADRASAH AMAN APBN dan APBD Lembaga Swadaya Masyarakat/ LSM, Lembaga-lembaga PBB dan Swasta 41 BAB VII RENCANA AKSI DAN INDIKATOR SEKOLAH/ MADRASAH AMAN 43 BAB VIII SISTEM PEMANTAUAN DAN EVALUASI Mekanisme Pemantauan dan Evaluasi Mekanisme Pelaporan 53 LAMPIRAN Lampiran 1 Lampiran Rencana Aksi dan Indikator Sekolah/ Madrasah Aman Lampiran 2 Instrumen Struktural dan Non-Struktural Roadmap Sekolah/ Madrasah Aman Kemendikbud 2015 ii

3 KATA PENGANTAR Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki wilayah yang rentan terhadap bencana termasuk gempa, tsunami dan tanah longsor. Salah satu dampak dari gempa, tsunami dan tanah longsor yang terjadi di Indonesia adalah kerusakan sarana dan prasarana bangunan, termasuk bangunan sekolah, yang mengakibatkan terganggunya proses pembelajaran siswa di sekolah. Lebih dari sekolah rusak berat akibat gempa dan tsunami sejak tahun Dampak tersebut akan lebih parah jika bencana terjadi pada saat proses belajar-mengajar sedang berlangsung di sekolah, karena reruntuhan bangunan dan benda sekitarnya dapat menimpa dan atau menimbun peserta didik, guru maupun tenaga kependidikan lainnya. Oleh karena itu, diperlukan sekolah yang dapat menjamin keamanan dan keselamatan warga sekolah siaga setiap saat termasuk dari ancaman bencana. Sejalan dengan semangat untuk melindungi hak-hak anak atas perlindungan, keamanan dan kelangsungan hidup dan juga hak untuk mendapatkan pendidikan dasar yang berkualitas dan berkesinambungan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan bermaksud untuk dapat menyebarkan pengetahuan mengenai pengurangan risiko bencana berikut fasilitas sekolah yang aman dan manajemen bencana di sekolah, di mana ketiga hal ini merupakan komponen penting untuk mewujudkan Sekolah Aman. Penerapan prinsip Sekolah Aman ini dapat memberikan dampak besar bagi upaya pengurangan risiko bencana yang pada akhirnya dapat berdampak pada efisiensi anggaran, dan karenanya diperlukan sebuah roadmap untuk mewujudkan Sekolah Aman yang juga dapat diterapkan bagi madrasah. Dalam dokumen roadmap ini yang dimaksud dengan sekolah adalah sekolah yang berada di bawah naungan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan serta madrasah yang berada di bawah naungan Kementerian Agama. Penyusunan dokumen Roadmap Sekolah/ Madrasah Aman ini merupakan hasil kerjasama antara Biro Perencanaan dan Kerjasama Luar Negeri dengan UNICEF Indonesia dalam Program Pengurangan Risiko Bencana yang bertujuan untuk membangun masyarakat yang aman dari ancaman bencana melalui berbagai upaya pengurangan risiko bencana. Dokumen ini juga telah mendapatkan berbagai masukan berharga dari BNPB, Arbeiter-Samariter-Bund Deutschland e.v (ASB), Plan Indonesia, Save the Children, UNESCO dan World Bank. Diharapkan Roadmap Sekolah/ Madrasah Aman ini menjadi rujukan bagi berbagai pihak dalam pelaksanaan Sekolah/ Madrasah Aman di Indonesia. Jakarta, Desember 2015 Kepala Biro Perencanaan dan Kerjasama Luar Negeri Ir. Suharti, MA, Ph.D Roadmap Sekolah/ Madrasah Aman Kemendikbud 2015 iii

4 SAMBUTAN SEKRETARIS JENDERAL KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN Pemerintah Indonesia telah menetapkan Undang-Undang No. 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana yang menekankan bahwa Penanggulangan Bencana tidak hanya terpaku pada tahap tanggap darurat/ respons saja, tetapi juga mencakup tahap pra bencana (kesiapsiagaan) dan pasca bencana (pemulihan), di mana Undang-Undang tersebut secara jelas menyatakan bahwa setiap orang berhak mendapatkan pendidikan, pelatihan, penyuluhan, dan keterampilan dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana, baik dalam situasi tidak terjadi bencana maupun situasi terdapat potensi bencana. Melalui pendidikan diharapkan agar upaya pengurangan risiko bencana dapat mencapai sasaran yang lebih luas dan dapat dikenalkan secara lebih dini kepada seluruh peserta didik, misalnya dengan mengintegrasikan pendidikan pengurangan risiko bencana ke dalam kurikulum sekolah dan kegiatan ekstrakurikuler, dll. Kemudian upaya untuk memastikan bahwa lingkungan pendidikan sekolah dan fasilitas pendidikan aman dari bencana dan bukan merupakan tempat yang dapat membahayakan kehidupan peserta didik, guru dan tenaga kependidikan lainnya. Dokumen Roadmap Sekolah/ Madrasah Aman ini merupakan salah satu wujud komitmen Indonesia dalam mendukung WISS (Worldwide Initiative Safe Schools) sebagaimana telah dideklarasikan di Sendai, Jepang pada saat pelaksanaan UNWCDRR ketiga. Komitmen Indonesia akan diimplementasikan kepada sekolah di Indonesia dan yang lebih utama terhadap sekolah di daerah rawan bencana. Dokumen Roadmap ini disusun dengan pemikiran adanya kebutuhan bagi sebuah rujukan bagi pelaksanaan Sekolah/ Madrasah Aman di Indonesia sehingga upaya-upaya pencegahan dan pengurangan risiko bencana, pengupayaan fasilitas sekolah aman dan manajemen bencana di sekolah dapat terkoordinasi sehingga kemungkinan duplikasi upaya ataupun ketidakefektifan pelaksanaan Sekolah/ Madrasah Aman dapat dihindari. Sekretariat Jenderal, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI menyambut baik penyusunan Roadmap Sekolah/ Madrasah Aman yang merupakan kerjasasama antara Biro Perencanaan dan Kerjasama Luar Negeri, Sekretariat Jenderal dengan UNICEF Indonesia. Kami mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah aktif mendukung terselesaikannya dokumen Roadmap Sekolah/ Madrasah Aman ini. Akhir kata, kami berharap terbitnya dokumen ini benar-benar dapat menjadi acuan bagi para pemangku kepentingan pendidikan di Indonesia dalam memastikan bahwa Sekolah/ Madrasah Aman dapat terwujud. Jakarta, Desember 2015 Sekretaris Jenderal Kemendikbud Dr. Didik Suhardi Roadmap Sekolah/ Madrasah Aman Kemendikbud 2015 iv

5 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Secara geografis, Indonesia terletak pada persimpangan tiga lempeng bumi yaitu lempeng Eurasia, Indo-Australia dan Pasifik yang sangat rentan terhadap gempa bumi hingga tsunami. Indonesia juga berada di antara persilangan dua benua dan dua samudera yang dalam waktu singkat dapat mengubah cuaca dan iklim, sehingga sangat rentan terhadap curah hujan yang tinggi dan timbulnya badai tropis. Curah hujan yang tinggi dapat memicu dan menimbulkan bencana banjir dan tanah longsor, sementara itu, badai tropis menimbulkan gelombang laut tinggi, air pasang dan gangguan transportasi laut. Selain itu, Indonesia yang merupakan negara maritim dengan ribuan pulau, juga terletak pada garis lengkungan cincin api atau ring of fire yang melingkupi sebagian besar dari wilayah Indonesia mulai bagian barat ke timur. Rangkaian pegunungan yang membentang dari Sumatera hingga ke bagian timur, yakni Nusa Tenggara Timur dan kemudian naik ke Maluku, membentuk barisan gunung berapi yang sangat aktif. Kondisi di atas menyebabkan Indonesia menjadi negara di dunia yang paling rawan terhadap bencana alam, demikian menurut United Nations International Stategy for Disaster Reduction (UNISDR - Badan PBB untuk Strategi Internasional Pengurangan Risiko Bencana). Berbagai bencana alam mulai gempa bumi, tsunami, letusan gunung berapi, banjir, tanah longsor, kekeringan, dan kebakaran hutan, rawan terjadi di Indonesia. Bahkan untuk beberapa jenis bencana alam, Indonesia menduduki peringkat pertama dalam paparan terhadap penduduk atau jumlah manusia yang menjadi korban meninggal akibat bencana alam. Oleh karenanya, Indonesia dianggap sebagai negara dengan risiko dan dampak bencana alam tertinggi di dunia. UNISDR memperingkat jumlah korban pada enam jenis bencana alam terbesar di dunia, yang meliputi bencana akibat tsunami, tanah longsor, banjir, gempa bumi, angin topan, dan kekeringan. Dan dari keenam jenis bencana alam tersebut, Indonesia menduduki peringkat pertama pada dua bencana alam yakni tsunami dan tanah longsor, peringkat ketiga pada gempa bumi, dan peringkat keenam pada banjir. Untuk bencana alam yakni kekeringan dan angin topan kondisi Indonesia lebih baik dari negara-negara lain. Berikut peringkat negara terdampak bencana alam selengkapnya: 1. Bencana alam tsunami - dari 265 negara yang dimasukkan ke dalam daftar, Indonesia berada di peringkat pertama dengan jumlah korban yang terkena dampak lebih banyak dibandingkan dengan Jepang ( korban), Bangladesh ( korban), India ( korban), dan Filipina ( korban), yakni sebanyak orang. 2. Bencana alam tanah longsor - dari 162 negara yang dimasukkan ke dalam daftar, Indonesia berada di peringkat pertama dengan korban jiwa lebih banyak dibandingkan dengan India ( korban), China ( korban), Filipina ( korban), dan Ethiopia ( korban), yakni sebanyak orang terkena dampaknya. 3. Bencana alam gempa bumi - dari 153 negara yang dimasukkan ke dalam daftar, Indonesia berada di peringkat ketiga dengan orang terkena dampaknya, setelah Jepang ( ) dan Filipina ( ). Dua peringkat di bawah Indonesia adalah China ( ) dan Taiwan masing-masing dengan dan korban. 4. Bencana alam banjir - dari 162 negara yang dimasukkan ke dalam daftar, Indonesia berada di urutan keenam dengan orang yang terkena dampaknya. Peringkat sebelumnya Roadmap Sekolah/ Madrasah Aman Kemendikbud

6 berurutan diduduki oleh Bangladesh (19,279,960 korban), India ( ), China ( ), Vietnam ( ), dan Kamboja ( ). 5. Bencana alam angin topan - Jepang berada di peringkat pertama dengan korban, diikuti oleh Filipina, China, India, dan Taiwan. 6. Bencana alam kekeringan - peringkat pertama adalah negara China dengan korban sejumlah orang, diikuti oleh India, Amerika Serikat, Pakistan, dan Ethiopia. Berdasarkan jenis ancaman dan kerugian yang sudah dipaparkan, Indonesia sebagai salah satu negara yang memiliki kerawanan tinggi terhadap bencana diharapkan dapat menerapkan standar penanganan yang baik terhadap dampak bencana alam sehingga dapat mengurangi kerusakan dan jumlah korban jiwa. Hal lain yang perlu ditindaklanjuti adalah upaya peningkatan pengetahuan kebencanaan bagi bangsa Indonesia, baik bencana yang disebabkan oleh faktor alam maupun manusia. Sehingga kebiasaan yang sekiranya merusak alam dan perilaku negatif lain dapat dihindari melalui peningkatan kesadaran manusia dan kearifan terhadap alam. Berdasarkan hal tersebut di atas, Pemerintah Indonesia memandang perlu untuk menetapkan kebijakan baru dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana yang lebih serius secara terencana, terkoordinasi, terpadu dan berkelanjutan, yang tertuang dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana. Berkenaan dengan Penanggulangan Bencana di Indonesia, salah satu upaya yang dilakukan oleh pemerintah adalah melalui Pengurangan Resiko Bencana (PRB) yang diarusutamakan pada sektorsektor pembangunan, seperti misalnya pada sektor pendidikan. Pada semua peristiwa bencana, Pendidikan merupakan salah satu sektor yang terkena dampaknya, di mana hampir semua murid usia sekolah dari jenjang PAUD, SD/ MI, SMP/ MTs dan SMA/ MA ataupun SMK/ MAK, dan para guru serta tenaga kependidikan lainnya terkena dampaknya. Dampak bencana tersebut menjadi lebih parah jika bencana terjadi pada saat berlangsung kegiatan belajar-mengajar di sekolah, seperti misalnya pada saat terjadi gempa bumi yang dapat meruntuhkan bangunan dan benda sekitarnya, dan dapat menimpa dan/ atau menimbun peserta didik, guru maupun tenaga kependidikan lainnya. Oleh karena itu, diperlukan sekolah yang dapat menjamin keamanan dan keselamatan warga sekolah serta siaga setiap saat termasuk dari ancaman bencana. Sejalan dengan semangat untuk melindungi hak-hak anak atas perlindungan, keamanan dan kelangsungan hidup dan juga hak untuk mendapatkan pendidikan dasar yang berkualitas dan berkesinambungan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan bermaksud untuk dapat menyebarkan pengetahuan mengenai pengurangan risiko bencana berikut fasilitas sekolah yang aman dan manajemen bencana di sekolah, di mana ketiga hal ini merupakan komponen penting untuk mewujudkan Sekolah/ Madrasah Aman. Penerapan prinsip sekolah/ madrasah aman ini dapat memberikan dampak besar bagi upaya pengurangan risiko bencana yang pada akhirnya dapat berdampak pada efisiensi anggaran, dan untuk itu, diperlukan sebuah roadmap untuk mewujudkan sekolah/ madrasah aman. Terkait dengan komponen atau pilar Fasilitas Sekolah yang Aman, isu yang menjadi sasaran adalah: 1) Sekolah-sekolah baru adalah sekolah aman, di mana lokasi sekolah relatif aman dari risiko bencana dan sekolah dibangun dengan menerapkan desain dan konstruksi yang aman terhadap bencana; dan 2) Sekolah-sekolah lama dikaji ulang untuk menetapkan prioritas bagi retrofit dan penggantian. Roadmap Sekolah/ Madrasah Aman Kemendikbud

7 Untuk komponen atau pilar Manajemen Bencana di Sekolah, isu yang menjadi sasaran adalah memastikan bahwa Prosedur Operasi Standar sekolah dalam kondisi darurat sudah tersedia dan dipahami benar oleh komunitas warga sekolah, baik oleh guru, tenaga kependidikan, dan peserta didik, maupun oleh warga yang berada di lingkungan sekolah, termasuk oleh orang tua peserta didik maupun walisiswa. Sedangkan komponen atau pilar Pendidikan Pencegahan dan Pengurangan Risiko Bencana, isu yang menjadi sasaran adalah melakukan integrasi pencegahan dan pengurangan risiko bencana ke dalam mata pelajaran. Melalui pendekatan ini, diharapkan dapat meningkatkan ketahanan peserta didik, guru dan tenaga kependidikan, yang pada akhirnya dapat berkontribusi terhadap kesiapsiagaan individu maupun masyarakat terhadap bencana Landasan Hukum 1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 amandemen pasal 28 dan Pasal 31, Pasal 34 ayat 2; 2. Undang-undang No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Azazi Manusia; 3. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak; 4. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4301); 5. Undang-Undang Nomor 24 tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana; 6. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24 Tahun 2007 tentang Standar Sarana dan Prasarana untuk Sekolah Dasar/ Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI), Sekolah Menengah Pertama/ Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTs) dan Sekolah Menengah Atas/ Madrasah Aliyah (SMA/MA); 7. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana; 8. Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2008 tentang Pendanaan dan Pengelolaan Bantuan Bencana; 9. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2008 tentang Peran Serta Lembaga Internasional dan Lembaga Asing Non pemerintah dalam Penanggulangan Bencana; 10. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2005, tentang peraturan Pelaksanaan UU Nomor 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung; 11. Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2008 tentang Badan Nasional Penanggulangan Bencana; 12. Peraturan Kepala BNPB Nomor 3 Tahun 2010 tentang Rencana Nasional Penanggulangan Bencana; 13. Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana Aksi Nasional Pengurangan Risiko Bencana; 14. Surat Edaran Kementerian Pendidikan Nasional Nomor 70a/MPN/SE/2010 tentang Pengarusutamaan Pengurangan Resiko Bencana di Sekolah; 15. Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 4 Tahun 2012 tentang Pedoman Penerapan Sekolah/Madrasah Aman dari Bencana; 16. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 72 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Pendidikan Layanan Khusus. Roadmap Sekolah/ Madrasah Aman Kemendikbud

8 1.3. Maksud dan Tujuan a. Maksud Roadmap Sekolah/ Madrasah Aman ini dimaksudkan untuk menjadi rujukan bagi pelaksanaan Sekolah/ Madrasah Aman di Indonesia dan: 1. Memberikan dasar hukum pelaksanaan sekolah aman; 2. Memberikan landasan bagi pembagian tugas dan tanggung jawab stakeholder atau pemangku kepentingan sekolah aman; 3. Memberikan petunjuk, acuan dan pedoman dalam pelaksanaan sekolah aman berdasarkan pemetaan kebutuhan, ketersediaan anggaran dan ketersediaan sumber daya lainnya. b. Tujuan Tujuan dari Roadmap Sekolah/ Madrasah Aman ini adalah sebagai berikut: 1) Memberikan acuan dalam penerapan sekolah/ madrasah aman dari bencana sesuai dengan tiga pilar sekolah aman. 2) Mengefektifkan implementasi penerapan sekolah/ madrasah aman bencana dengan pengarusutamaan pengurangan risiko bencana; 3) Mendorong efektifitas kemitraan dan sinergitas penyelenggaraan penerapan sekolah/ madrasah aman dari bencana; 4) Mewujudkan penguatan dan pemberdayaan masyarakat sekolah dalam penerapan sekolah/ madrasah aman dari bencana melalui sharing kapasitas antar stakeholder dan pihak lain di luar yang terkait, melalui pelatihan/ workshop/ seminar dan praktik-praktik terbaik; 5) Mengevaluasi pelaksanaan Sekolah/ Madrasah Aman; 6) Mengidentifikasi lokasi sekolah/ madrasah pada prioritas daerah rawan bencana Ruang Lingkup Ruang lingkup dari Roadmap Sekolah/ Madrasah Aman ini adalah sebagai berikut: 1) Profil Sekolah/ Madrasah Aman di Indonesia yang mencakup Gambaran Umum Pendidikan di Indonesia, Perkembangan Sekolah/ Madrasah Aman di Indonesia, serta Tantangan dan Kapasitas/ Sumber Daya; 2) Tujuan, Sasaran Strategis, Arah Kebijakan dan Strategi Sekolah/ Madrasah Aman; 3) Kerangka Regulasi, dan Kerangka Pendanaan; 4) Penataan Kelembagaan Sekolah/ Madrasah Aman yang mencakup Kerangka Kelembagaan Sekretariat Sekolah/ Madrasah Aman Kemendikbud, Kerangka Kerja Sekretariat Sekolah/ Madrasah Aman Kemendikbud dan Mekanisme Koordinasi (internal dan eksternal); 5) Rencana Aksi dan Indikator Sekolah/ Madrasah Aman; 6) Sistem Pemantauan dan Evaluasi Prinsip-prinsip Pelaksanaan Pencapaian target penerapan Sekolah/ Madrasah Aman sesuai dengan indikatornya yang tertuang dalam Roadmap ini bersifat multi-sektor dan membutuhkan kerjasama berbagai pihak. Prinsipprinsip pokok sekolah/ madrasah aman mendasari kerjasama lintas sektor guna mengupayakan sinergisitas dalam mewujudkan sekolah/ madrasah aman. Prinsip-prinsip pokok tersebut adalah: Roadmap Sekolah/ Madrasah Aman Kemendikbud

9 1) Berbasis Pengurangan Risiko Bencana Sekolah/ Madrasah Aman ditujukan untuk mengurangi risiko bencana dan memastikan kenyamanan dan keamanan proses pembelajaran. Dalam hal ini, selain berkontribusi pada pengurangan risiko bencana geologis, misalnya gempa dan tsunami, kegiatan sekolah/ madrasah aman juga ditujukan untuk mengurangi risiko bencana yang disebabkan oleh kerusakan lingkungan, misalnya banjir dan longsor, yang frekuensi kejadiannya semakin meningkat. 2) Inklusif Penyelenggaran sekolah/ madrasah aman secara aktif melibatkan semua warga sekolah termasuk warga sekolah penyandang disabilitas atau berkebutuhan khusus. 3) Ramah anak Kegiatan terkait penerapan sekolah/ madrasah aman diselenggarakan atas dasar kebutuhan, kemampuan dan partisipasi aktif anak. 4) Pemaduan ke dalam kegiatan pembelajaran yang efektif dan menyenangkan Keberhasilan penerapan sekolah/ madrasah aman bergantung pada pemahaman, dukungan, dan praktik berkelanjutan oleh siswa, guru, dan tenaga pendidik. Dengan mempertimbangkan hal tersebut maka kegiatan penerapan sekolah/ madrasah aman semestinya dipadukan dalam kegiatan pembelajaran yang efektif dan menyenangkan. Roadmap Sekolah/ Madrasah Aman Kemendikbud

10 BAB II PROFIL SEKOLAH/ MADRASAH AMAN DI INDONESIA Pembahasan pada bab ini akan mencakup tiga bagian yaitu gambaran umum pendidikan dan bencana di Indonesia, perkembangan Sekolah/ Madrasah Aman di Indonesia dan tantangan dan kapasitas sumber daya Gambaran Umum Pendidikan dan Bencana di Indonesia Mengelola pendidikan untuk jumlah penduduk yang besar Indonesia adalah negara dengan penduduk ketiga terbesar di dunia, di mana mengelola penduduk dengan jumlah lebih dari 240 juta jiwa tidaklah mudah. Pendidikan warga negara Indonesia adalah salah satu hal mendasar yang merupakan kewajiban pemerintah di mana Undang-Undang Dasar menyatakan bahwa setiap warga negara berhak mendapat pendidikan yang layak. Untuk memenuhi hak terhadap pelayanan pendidikan dasar yang berkualitas, telah ditetapkan UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang menyatakan bahwa seluruh anak usia 7-15 tahun wajib mengikuti pendidikan dasar. Dalam kenyataannya sampai tahun 2012 masih terdapat sekitar 2.12% anak usia 7-12 tahun yang tidak bersekolah, dan demikian pula untuk anak usia tahun masih terdapat sekitar 10.48% yang tidak bersekolah. Masih terdapat kesenjangan partisipasi pendidikan antar daerah, antara kota dan desa, juga antara penduduk kaya dan miskin. Dalam rangka peningkatan akses pendidikan menengah yang berkualitas, Pemerintah telah menetapkan pelaksanaan Wajib Belajar 12 tahun, di mana usia antara 7 sampai dengan 18 tahun diharapkan dapat bersekolah dan menyelesaikan pendidikan 12 tahun. Di tingkat usia tahun, masih terdapat sekitar 2 juta anak yang tidak menyelesaikan pendidikan dasar 9 tahun, 100 ribu diantaranya tidak pernah bersekolah, dan terdapat sekitar 1,4 juta lulusan SMP/MTs yang tak melanjutkan pendidikannya (RPJMN ). Upaya untuk meningkatkan partisipasi pendidikan dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain ketersediaan fasilitas pendidikan, daya jangkau terhadap fasilitas pendidikan, keterjangkauan pembiayaan dan kualitas layanan yang disediakan, serta persepsi terhadap nilai tambah pendidikan. Dari data jumlah populasi, peserta didik, pendidik dan sekolah berdasarkan kohort usia sekolah, yaitu pra-sekolah dan TK (0-6 tahun), SD (7-12 tahun), SMP (13-15 tahun), SMA/SMK (16-18 tahun), dan pendidikan tinggi (19-24 tahun), dengan jumlah peserta didik 60,94 Juta, pendidik 3,973, 498 dan sekolah (lihat Tabel 2.1) terlihat perlunya dilakukan pemetaan terhadap lokasi keberadaan mereka. Roadmap Sekolah/ Madrasah Aman Kemendikbud

11 Tabel Kohort Usia dan Jumlah Penduduk, Peserta Didik, Sekolah dan Guru USIA (TAHUN) PENDUDUK (JUTA) PESERTA DIDIK (JUTA) SEKOLAH GURU ,85 4, ,59 30, ,94 11, ,09 8, ,37 5, Total 106,84 60, Sumber: Paparan mengenai Sekolah Aman Kemendikbud, Turki, 2014 Mengelola bencana di Indonesia Seperti yang telah dijelaskan di Bab I, Indonesia adalah salah satu negara dengan wilayah yang tergolong memiliki tingkat kerawanan bencana yang tinggi. Mulai dari bencana alam hingga bencana sosial berpotensi terjadi di Indonesia. Bencana alam yang berpotensi terjadi di Indonesia mulai dari banjir, angin puting beliung, tanah longsor, gunung meletus, tsunami, dan gempa bumi, dapat terjadi di sepanjang kepulauan Indonesia mulai dari Sabang hingga Merauke. Perubahan iklim juga dapat menambah frekuensi dan volume bencana selain karena kondisi geografis Indonesia yang rentan terhadap bencana. Demikian juga dengan bencana sosial, dengan kemajemukan bangsa Indonesia mulai dari suku, agama, sosial, ekonomi, dan politik juga berpotensi menimbulkan konflik apabila tidak dikelola dengan baik. Dengan tingkat kerawanan bencana yang tergolong tinggi, maka penting bila wacana pendidikan kebencanaan dikemukakan dan segera dilakukan. Berbagai bencana silih berganti menimpa Indonesia, di antaranya gempa bumi dan tsunami di Aceh pada tahun 2004 yang telah memakan korban lebih dari jiwa baik karena meninggal ataupun korban cedera. Hal ini telah memacu pemerintah untuk mengelola bencana dengan lebih baik dan dengan persetujuan DPR, Pemerintah Indonesia telah menerbitkan Undang-Undang No. 24/2007 mengenai Penanggulangan Bencana. Bencana alam yang dapat memakan korban yang besar selama ini adalah gempa bumi, tsunami dan longsor 1. Berdasarkan hasil pemetaan bencana yang dilakukan oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan Bank Dunia, 75 persen sekolah-sekolah di Indonesia teridentifikasikan berada di kawasan berisiko bencana. Sehingga dapat dibayangkan bila terjadi bencana, berapa banyak korban jiwa dan kerugian aset sekolah yang dapat diakibatkan oleh bencana tersebut. Oleh karenanya perhatian perlu diberikan terhadap sekolah yang berada di lokasi rawan bencana tersebut, beserta dengan peserta didik dan guru juga tenaga kependidikan yang berada di sekolah tersebut. Diperlukan pemetaan yang lebih rinci per sekolah mengenai jenis bencana yang sering dan dapat 1 Preliminary Electronic Draft Landslides bagian dari Koenig and Schultz s Disaster Medicine: Comprehensive Principles and Practices, Iain TR Kennedy, David N Petley, and Virginia Murray, Center for Disaster Medical Sciences, Departments of Emergency Medicine and Public Health, University of California at Irvine, USA 2015, Roadmap Sekolah/ Madrasah Aman Kemendikbud

12 menimpa sekolah mereka, dan juga bekal pengetahuan seperti apa yang perlu diberikan, serta bagaimana menangani aset sekolah baik gedung maupun peralatannya agar investasi yang ada ini bisa terselamatkan. Selain itu, berdasarkan Rencana Nasional Penanggulangan Bencana (RENAS PB) Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) tahun 2010 sampai 2014, sedikitnya ada 23 provinsi yang masuk dalam kategori risiko tinggi terhadap gempa bumi di Indonesia 2. Sedangkan berdasarkan Rencana Nasional Penanggulangan Bencana tahun 2015 sampai 2019, terdapat 30 provinsi di Indonesia yang masuk dalam kategori risiko tinggi terhadap bencana 3. Sebagian besar bangunan sekolah di Indonesia belum didesain aman terhadap gempa, tsunami, longsor dan gunung meletus, walaupun standar bangunan (peraturan konstruksi/ building code) untuk membangun sekolah sudah tersedia, sehingga peningkatan kesadaran dan melakukan tindakan kesiapsiagaan perlu dilakukan dengan segera. Data Bank Dunia 4 menyebutkan Indonesia masuk dalam empat besar negara dengan jumlah sekolah terbanyak di dunia. Ribuan sekolah di Indonesia berada di wilayah dengan risiko gempa tinggi. Untuk Sekolah Dasar (SD) dari total , sebanyak SD berada di provinsi dengan risiko gempa tinggi; untuk Sekolah Luar Biasa (SLB), sebanyak sekolah dari total sekolah berada di lokasi dengan risiko gempa tinggi; untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP), sebanyak sekolah dari total juga berada dalam risiko gempa tinggi; sedangkan untuk Sekolah Menengah Atas (SMA), sebanyak sekolah dari total SMA di Indonesia, juga berada di kawasan dengan risiko gempa yang cukup tinggi 5. Dari catatan, bencana yang terjadi dalam kurun waktu dasawarsa terakhir telah memakan korban jiwa dan kerusakan aset sekolah sangat besar. Kualitas proses belajar mengajar di area yang tertimpa bencana juga sangat terganggu dan bila kondisi gangguan terhadap proses belajar ini berlangsung lama, maka akan berdampak jangka panjang terhadap peserta didik. Gempa bumi dan tsunami di Aceh pada 2004 telah memakan korban jiwa meninggal, hilang dan luka-luka, dan lebih dari gedung sekolah hancur dan rusak. Sedangkan gempa bumi di Yogyakarta tahun 2006 telah menghilangkan jiwa, dan luka-luka, serta sekitar sekolah runtuh. Secara keseluruhan dalam dasawarsa terakhir lebih dari jiwa meninggal dan lebih dari sekolah terkena dampak bencana, baik itu rusak berat atau runtuh. Dari hasil inventarisasi sekolah rusak yang dilaksanakan tahun , untuk bangunan sekolah menengah terdapat lebih dari 40 ribu ruang kelas rusak berat dan lebih dari 80 ribu rusak sedang/ringan; dan untuk sekolah dasar sekitar ruang kelas rusak berat dan ruang kelas rusak sedang/ringan. Menurut data BNPB, dalam 30 tahun terakhir rata-rata sebanyak 289 bencana alam terjadi setiap tahun dengan rata-rata angka kematian diperkirakan orang per tahun. Beberapa kejadian bencana dengan data korban dan kerusakan pada gedung sekolah terlihat dalam Gambar 2.1 berikut. 2 Renas PB , BNPB, hal. 169, dalam lampiran 4 3 Renas PB , BNPB, hal Data Bank Dunia, melalui dokumen Draft Blue Print Sekretariat Sekolah Aman - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (2014), hal 2 5 Draft Blue Print Sekretariat Sekolah Aman/Badan Nasional Penanggulangan Bencana (2014) Roadmap Sekolah/ Madrasah Aman Kemendikbud

13 Gambar Sekolah di Indonesia yang Berisiko terhadap Bencana Gempa & Tsunami di Aceh Gempa di Sumatera Barat lebih > 2,000 gedungsekolah rusakdari 2,800 sekolah terdampak, berat atau hancur dengan lebih dari 40% rusak berat Sekolah tk. menengah: Rusak ringan: kelas Rusak berat: kelas Gempa di Yogyakarta, 2,900 sekolah hancur Gempa & tsunami di Mentawai, 7 sekolah hancur Gempa di Jawa Barat; 2,091 sekolah rusak berat, dengan 35 sekolah hancur/ rubuh Sekolah dasar: Rusak ringan: kelas Rusak berat: kelas Gempa di Aceh Tengah & Bener Meriah, 514 sekolah rusak Catatan: korban jiwa belum termasuk dalam gambar ini. Oleh karena itu sekolah-sekolah yang terletak di daerah rawan bencana perlu dibekali dengan pengetahuan kesiapsiagaan bencana, baik dari segi pengetahuan bencana dalam mata pelajaran, simulasi evakuasi dan juga dari segi struktur bangunan sekolah untuk mengurangi risiko bencana. Meningkatkan pengetahuan kebencanaan komunitas sekolah dalam rangka pengurangan risiko bencana Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 32 ayat 2 telah mengakomodasi kebutuhan pendidikan di daerah bencana yang dituangkan ke dalam terminologi pendidikan layanan khusus. Pendidikan kebencanaan mencakup banyak aspek yang penting seputar kebencanaan. Misalnya pengenalan tentang potensi bencana yang ada di lingkungan sekitar, sejarah bencana yang pernah terjadi, bentuk antisipasi dalam menghadapi ancaman bencana, meningkatkan kesadaran terhadap tanda-tanda terjadinya sebuah bencana, dampak bencana bagi individu, keluarga, dan komunitas, cara penanganan dalam kondisi bencana, serta cara menyelamatkan diri dari bencana. Bencana dapat terjadi sewaktu-waktu tanpa bisa diprediksi sebelumnya, baik itu bencana alam ataupun sosial. Juga perlu dipahami bahwa tindakan penanganan dan pengurangan risiko bencana akan berbeda-beda untuk setiap jenis bencana. Melalui pendidikan kebencanaan, tidak berarti risiko dampak bencana dapat ditekan sehingga sama sekali tidak menimbulkan dampak. Tujuan dan harapan yang ingin dicapai melalui pendidikan bencana adalah memperkecil risiko dampak bencana. Pendidikan kebencanaan juga perlu mengantisipasi penanganan bencana yang merupakan tanggungjawab kita bersama, pemerintah, lembaga kemanusiaan, badan penanganan bencana, relawan, dan profesional. Roadmap Sekolah/ Madrasah Aman Kemendikbud

14 Meningkatkan pengetahuan kebencanaan dilakukan melalui pengembangan pengetahuan guru, peserta didik, dan tenaga kependidikan lainnya. Peningkatan pengetahuan bencana untuk guru dapat dilakukan melalui sosialisasi, pelatihan dan/ atau pendampingan dalam kurun waktu tertentu dan dengan menyediakan bahan-bahan ajar mengenai kebencanaan. Selain penyediaan bahan ajar, pengajaran teori dan praktik dalam pengurangan risiko bencana kepada kepala sekolah dan kepada guru perlu diutamakan, sehingga mereka dapat meneruskannya kepada peserta didik. Praktik simulasi evakuasi dapat dilakukan secara berkala di sekolah dengan melibatkan seluruh anggota komunitas sekolah. Pengintegrasian pengetahuan pengurangan risiko bencana (PRB) ke dalam kurikulum sekolah dapat dilakukan melalui 2 pilihan cara, yaitu; 1) integrasi ke dalam kurikulum yang berjalan, dengan mengintegrasikan substansi PRB ke dalam mata pelajaran, muatan lokal dan ekstra kurikuler tertentu, dan 2) membuat kurikulum baru berbasis PRB, yang di dalamnya terdapat mata pelajaran, muatan lokal dan ekstra kurikuler PRB. Namun demikian, melihat beratnya beban kurikulum bagi peserta didik saat ini, serta masih minimnya kapasitas/ kemampuan guru mengenai PRB, maka prioritas pilihan yang lebih memungkinkan adalah: 1) Mengintegrasikan PRB ke dalam mata pelajaran dari kurikulum yang berjalan (misalnya pelajaran IPA, IPS, Bahasa Indonesia, Matematika, atau Agama), 2) Mengintegrasikan PRB ke dalam muatan lokal dari kurikulum yang berjalan, 3) Mengintegrasikan PRB ke dalam kegiatan ekstra kurikuler dari kurikulum yang berjalan, 4) Menyelenggarakan mata pelajaran PRB untuk muatan lokal di bawah kurikulum baru berbasis PRB, dan 5) Membuat kegiatan ekstra kurikuler PRB di bawah kurikulum baru berbasis PRB. Pengintegrasian pengurangan risiko bencana ke dalam kurikulum sekolah, dalam jangka pendek bertujuan untuk membuat peserta didik merasa aman saat terjadi bencana dan peserta didik dapat menjadi agen perubahan penyebaran pengetahuan terutama bagi keluarga mereka dan masyarakat di sekitarnya. Dalam jangka panjang, pengintegrasian ini bertujuan mempersiapkan anak-anak sebagai generasi mendatang dengan pengetahuan pencegahan, mitigasi, dan kesiapsiagaan terhadap bencana untuk mewujudkan masyarakat Indonesia yang tangguh terhadap bencana. Untuk itulah sekolah selayaknya dapat menjadi tempat yang aman terhadap bencana, sekaligus menjadi tempat di mana peserta didik mempelajari pengetahuan tentang penyelamatan diri dan pengetahuan tentang mengurangi dampak bencana. Faktor penting dan perlu diperhatikan oleh guru adalah langkah proses pembelajaran yang dikembangkan di kelas dari perencanaan, pelaksanaan, sampai penilaian pembelajaran disesuaikan dengan kebutuhan terkait materi pengurangan risiko bencana. Karenanya, dibutuhkan guru yang inovatif, kreatif, aktif, menyenangkan dan tangguh hingga akhirnya membentuk peserta didik yang berkarakter dan juga tangguh. Dalam RPJMN dijelaskan mengenai konsep kebencanaan yang terintegrasi, yaitu mengurangi risiko bencana menanggulangi bencana secara cepat membangun kembali masyarakat dan lingkungan terdampak bencana. Dengan landasan konsep penanggulangan bencana tersebut, isu strategis yang terkait dengan kawasan rawan bencana adalah: 1) Kesadaran dan pemahaman terhadap risiko bencana dan kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana; 2) Sistem peringatan dini di tingkat hulu dan hilir; 3) Pengarusutaman Pengurangan Risiko Bencana (PUPRB) di seluruh sektor pembangunan; 4) Standar Pelayanan Minimum (SPM) penanggulangan bencana; Roadmap Sekolah/ Madrasah Aman Kemendikbud

15 5) Koordinasi pelaksanaan penanganan darurat dan pemulihan pasca bencana, termasuk perencanaan, enganggaraan dan monitoring; dan 6) Pedoman Rencana Tata Ruang wilayah yang berbasis pengurangan risiko bencana. Fasilitas sekolah yang aman dari bencana Sekolah merupakan sarana tempat proses belajar mengajar berlangsung di mana jumlah dan kondisi sekolah dapat mempengaruhi aksesibilitas/ keterjangkauan peserta didik untuk bersekolah. Dari tabel 2.2 dapat dilihat gambaran kondisi Sekolah/ Ruang Kelas menurut inventarisasi yang dilakukan Kemendikbud pada tahun Data kondisi rusak sekolah di bawah ini bukan hanya karena bencana, tapi inventarisasi menyeluruh termasuk sekolah-sekolah yang dibangun pada tahun 1970 sampai dengan 1980 dalam program Sekolah Inpres. BAIK Tabel 2.2 Kondisi ruang kelas sekolah ( ) KONDISI RUANG KELAS SD SMP SMA/SMK RUSAK RINGAN RUSAK BERAT BAIK RUSAK RINGAN RUSAK BERAT BAIK RUSAK RINGAN RUSAK BERAT 427, , ,083 78,608 21, , ,814 13,067 5,000 Sumber: referensi data dari Kemendikbud (Rembuknas 2013) Tabel 2.3 Rekapitulasi Program Bantuan Rehabilitasi Ruang Belajar SMP tahun anggaran 2012, 2013, dan 2014 No Tahun Rehab Sedang (Ruang) Rehab Berat (Ruang) Jumlah Sekolah Nominal (Rp) ,302 18,390 11,760 2,253,690,000, , ,500,000, , ,075,000,000 TOTAL 17,407 18,855 13,547 2,480,265,000,000 Sumber: Presentasi Kemendikbud dalam Technical Workshop on Safe School, Tokyo, Maret 2015 Terlihat dalam dua tabel di atas bahwa ruang kelas SMP dengan kondisi rusak berat yang telah diinventarisasi pada tahun jauh lebih banyak dari pada jumlah ruang kelas yang dapat diprogramkan untuk direhabilitasi setiap tahunnya antara tahun Belajar dalam kondisi bangunan sekolah yang rusak sangat membahayakan keselamatan peserta didik dan tenaga kependidikan lainnya selama jam sekolah berlangsung. Roadmap Sekolah/ Madrasah Aman Kemendikbud

16 Gambar 2.2 Rehabilitasi ruang kelas rusak berat tingkat SD/ SMP Rehabilitasi Ruang Kelas Rusak Berat SD/SMP menjamin pemenuhan standar pelayanan minimal dalam pembelajaran Capaian Utama 2012: Merehabilitasi >110 ribu ruang kelas rusak berat SD dan SMP negeri dan swasta SD: Ruang Kelas Status : 29 Januari 2013 SMP: Ruang Kelas 100 Persen 26, % 1-25 Persen Persen 2, % 6, % Kemajuan Fisik Persen 9, % Persen 34, % 100 Persen 28, % Kemajuan Fisik 1-25 Persen Persen 1.48% % Persen % Persen % Total Anggaran Rp M Terdapat sasaran baru sebanyak ruang yang direhabilitasi mulai Oktober 2012 dengan menggunakan anggaran optimalisasi dan efisiensi Total Anggaran Rp M Sumber: Presentasi Kemdikbud, Rembuknas Pemahaman mengenai building code atau standar bangunan (peraturan konstruksi) dan pemahaman mengenai bencana masih kurang, di mana hal ini berakibat pada pemilihan lokasi sekolah yang seadanya (tanpa mempertimbangkan aspek keamanan terhadap risiko bencana) dan kualitas konstruksi yang masih sangat rendah. Dalam periode sampai dengan tahun 2000 situasi ekonomi Indonesia masih kurang kuat, di mana pembiayaan pembangunan sekolah masih ditentukan dari pusat karena masih tersentralisasi dan masih sedikit anggaran yang dialokasikan untuk operasi dan pemeliharaan bangunan dan fasilitas sekolah, sehingga kondisi sekolah yang sudah kurang baik sering dibiarkan sampai benarbenar rusak berat. Namun demikian akses terhadap pendidikan dasar terus meningkat secara siknifikan dan pendaftar terus bertambah. Pada tahun 1999 sistem pemerintahan melalui UU Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah yang kemudian diikuti peraturan pembagian urusannya pada tahun 2000, memutuskan kewenangan pengelolaan Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama diberikan kepada Kabupaten/ Kota, dan kemudian pada tahun 2005 biaya operasional sekolah (BOS) diserahkan ke satuan pendidikan/ sekolah. Beberapa tahun kemudian, kebijakan pengelolaan BOS ini diikuti dengan kebijakan pelaksanaan rehabilitasi sekolah dan pembangunan unit sekolah baru (USB) yang dikelola oleh satuan pendidikan sendiri (swakelola). Terjadi pro dan kontra pada awal pelaksanaannya karena dinilai kepala sekolah tidak mempunyai kemampuan teknis tentang perbaikan/ pembangunan sekolah, namun waktu terus berjalan dan telah membuktikan bahwa banyak bangunan sekolah yang dibangun secara swakelola ternyata memiliki kualitas lebih baik dari pada yang dibangun oleh pihak ketiga dengan sistem pelelangan. Dengan membangun secara swakelola, tingkat partisipasi masyarakat menjadi lebih tinggi dalam membantu pembangunan/ rehabilitasi sekolah, sehingga sering terjadi bahwa anggaran yang tadinya misalkan dialokasikan untuk 2 ruang kelas, ternyata dapat menjadi 3 ruang kelas atau ditambah perbaikan tempat sanitasi. Namun memang tidak semua upaya Roadmap Sekolah/ Madrasah Aman Kemendikbud

17 membangun secara swakelola ini berhasil, karena ada sebagian kecil yang juga menghadapi masalah, antara lain karena komitmen yang kurang. Pendataan sekolah rusak di atas telah dilanjutkan dengan kebijakan pemerintah untuk merehabilitasi dan membangun baru sekolah yang rusak total secara bertahap. Program ini dilakukan secara nasional secara menyeluruh antara secara bertahap dan masih berlanjut sampai sekarang secara terbatas. Program rehabilitasi nasional dan pembangunan unit sekolah baru ini memberi peluang agar pekerjaan rehabilitasi juga menerapkan prinsip-prinsip sekolah aman, terutama untuk daerah yang rawan bencana. Cara pengelolaan baik melalui lelang pihak ketiga atau swakelola dimungkinkan bagi penerapan Sekolah/ Madrasah Aman ini. Untuk itu, pedoman teknis yang sesuai dengan sumber dana yang disediakan perlu memuat cara-cara dan teknik penerapan sekolah aman bencana. Mengikuti cara sosialisasi yang dilakukan, teknis penerapan sekolah aman juga dapat dilakukan melalui pemberian bimbingan teknis yang merupakan bagian dari sosialisasi ataupun pelatihan rutin yang dilakukan setiap tahun oleh Kemendikbud. Selain kondisi rusak ringan, sedang dan berat, juga ada sekolah yang rusak total, oleh karena itu program pembangunan Unit Sekolah Baru juga mencakup sekolah-sekolah yang rusak total. Pembangunan Unit Sekolah Baru untuk meningkatkan akses belajar SMP akan dapat meningkatkan jumlah lulusan SD yang dapat tertampung dalam sekolah lanjutan pertama sehingga program wajib belajar 9 tahun dapat tercapai. Saat ini sudah mulai diterapkan program wajib belajar 12 tahun di mana seluruh lulusan sekolah menengah pertama dapat tertampung semua dalam sekolah lanjutan atas. Pelatihan terhadap konsultan perencana dan pengawas telah dilakukan, atau untuk swakelola biasanya dapat menggunakan fasilitator untuk mendampingi pembangunan. Biasanya sekolah membentuk panitia pembangunan sekolah yang dipimpin oleh Kepala Sekolah, didampingi guru, orang tua murid (Komite Sekolah) dan/ atau ahli yang kompeten yang dipilih, yang bisa saja berasal dari daerah tersebut atau dari daerah sekitarnya. Pembangunan SMP sudah melakukan pendampingan dengan menggunakan fasilitator. Pada tahun 2015, Direktorat Pembinaan SMP telah melakukan pelatihan sekolah aman terhadap sekitar orang (modul pelatihan sudah tersedia). Pada tahun 2015 yang sama, Direktorat Pembinaan SD menargetkan untuk dapat merehabilitasi ruang kelas yang masuk dalam kategori rusak sedang dan rusak berat dengan anggaran sebesar Rp 751,2 M. Untuk bangunan SD baru, pada tahun 2014 Direktorat Pembinaan SD telah membangun 15 bangunan SD baru dengan anggaran Rp 17,28 M dan pada tahun 2015 sebanyak 17 bangunan SD baru dengan anggaran Rp 22,84 M. Pelaksanakan percontohan/ uji coba terhadap sekolah aman secara struktural telah dilakukan terhadap 180 sekolah di tiga provinsi, yaitu Provinsi Sumatera Barat, Provinsi Jawa Barat, dan Provinsi Nusa Tenggara Barat dengan didampingi oleh fasilitator yang menjadi kunci keberhasilan uji coba sekolah aman pada tahun Komitmen Kepala Sekolah menjadi kunci utama pelaksanaan Sekolah Aman, di mana mayoritas Kepala Sekolah dan Komite Sekolah dari daerah percontohan tersebut senang mendapat ilmu baru mengenai Sekolah Aman dan dapat menerapkannya dalam pelaksanaan rehabilitasi sekolah (pembangunan rehabilitasi sekolah percontohan dibiayai dengan DAK 2012). Roadmap Sekolah/ Madrasah Aman Kemendikbud

18 Pada kegiatan pemetaan risiko bencana sekolah akan dilakukan overlay (penumpukan atau pelapisan) peta letak sekolah menurut koordinat letak sekolah dan peta daerah rawan bencana yang terbaru yang dikeluarkan oleh BNPB - di mana kegiatan ini sudah mulai dilakukan per tahun Pemetaan ini akan mempertimbangkan jumlah peserta didik, guru dan tenaga kependidikan lainnya di sekolah karena mereka dapat menjadi potensi risiko bencana. Selain itu informasi mengenai sekolah rusak di peta risiko bencana tersebut akan dapat dipakai untuk menentukan prioritas sekolah mana saja yang perlu direhabilitasi terlebih dahulu, setelah melewati pengkajian dan verifikasi melalui sistem yang perlu diciptakan secara efektif dan efisien. Kegiatan ini merupakan bagian awal dari pekerjaan dalam rangka mewujudkan sekolah aman di masa depan. Menjaga keberlangsungan dan kualitas proses belajar mengajar selama terjadinya bencana Pendidikan di Masa Darurat Peningkatan kapasitas penanggulangan bencana pada tahap tanggap darurat sudah dilaksanakan sejak lama oleh Kemendikbud melalui Unit Layanan Khusus tingkat SD, SMP, SMA/ SMK untuk merespon kondisi darurat dengan memberikan pelayanan pendidikan di daerah bencana. Yang sudah berjalan adalah pemindahan tempat belajar, bisa dengan mendirikan tenda, atau memindahkan ke sekolah lain atau ke fasilitas umum lain, menyediakan bahan ajar, dan menyediakan perlengkapan proses belajar mengajar. Yang terpenting adalah untuk menjaga agar proses belajar mengajar tetap dapat berlangsung dengan tetap memprioritaskan keselamatan peserta didik, guru dan tenaga kependidikan lain sehingga mereka tidak terpapar pada risiko dampak bencana lebih lanjut. Harapan di masa mendatang adalah memastikan bahwa kualitas proses belajar mengajar di masa darurat dapat selalu ditingkatkan agar peserta didik tidak kehilangan haknya untuk mendapatkan pendidikan yang berkualitas. Selain itu, pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk pendidikan jarak jauh bagi daerah yang terisolasi juga sudah mulai dapat dilakukan. Di samping itu, seringkali dalam kondisi kedaruratan, dibutuhkan bantuan koseling (psikososial) untuk mengatasi guncangan mental peserta didik, guru maupun tenaga kependidikan yang terdampak. Untuk isu ini, Kemendikbud sudah mulai menyediakan pendampingan berupa konseling untuk setiap jenjang pendidikan bekerja sama dengan pihak-pihak lain, misalnya Perguruan Tinggi, NGO/ LSM, dll. Saat ini, BNPB sedang merencanakan Sister City untuk bencana, di mana untuk daerah yang terkena bencana, unit pelayanan umum dapat bekerjasama dengan unit pelayanan di kota lain yang telah mempunyai komitmen sebagai sister city, terutama untuk pendidikan. Sekolah di daerah bencana akan diperbolehkan menggunakan fasilitas sekolah yang terdapat di sister city yang ditunjuk, misalnya dengan menggunakan sekolah pada sore hari. Sebagai contoh, kebijakan ini sudah mulai dilakukan terlebih dahulu oleh Dinas Pendidikan Kabupaten Magelang 6. 6 walaupun bukan dengan menggunakan konsep sister city melainkan konsep kerjasama antar sekolah yang berada di kecamatan yang berbeda. Roadmap Sekolah/ Madrasah Aman Kemendikbud

19 2.2. Perkembangan Sekolah/ Madrasah Aman di Indonesia Berbagai kejadian bencana yang sudah digambarkan pada Gambar 2.1, selain telah menimbulkan korban jiwa, juga telah menghancurkan banyak sekolah dan madrasah (serta fasilitas umum lainnya seperti rumah sakit). Gempa di Samudera Hindia dan tsunami yang menimpa Aceh pada tanggal 26 Desember 2004 (dan juga melanda Srilanka, India, Thailand, Maldives, dan Somalia), telah merusak sekolah 7 ; kemudian gempa 2006 yang melanda Jawa Tengah dan Yogyakarta telah merusak sekolah 8 ; gempa 2009 di Jawa Barat (2 September 2009) telah merusak 981 sekolah 9 ; sementara gempa 2009 di Sumatera Barat (30 September 2009) telah merusak bangunan termasuk lebih dari ruang kelas, 85 rumah sakit dan fasilitas kesehatan 10. Dampak bencana ini akan menjadi lebih besar dan berpotensi untuk menimbulkan lebih banyak korban jiwa jika bencana ini terjadi pada saat jam sekolah, seperti misalnya gempa yang melanda Sumatera Barat pada tahun 2009 yang merengut banyak jiwa peserta didik. Namun, gempa bumi bukan satu-satunya kejadian bencana yang dapat menghancurkan bangunan sekolah, karena ancaman bencana lain seperti tsunami, longsor, banjir, angin kencang (misalnya puting beliung), dan kebakaran juga merupakan bencana yang sering terjadi di Indonesia. Berdasarkan hasil pemetaan bencana yang dilakukan oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan Bank Dunia, ternyata 75 persen sekolah-sekolah di Indonesia teridentifikasikan berada di kawasan berisiko bencana. Menurut penelitian ini juga, frekuensi dari terjadinya gempa bumi, tsunami, gunung berapi, banjir dan tanah longsor terus meningkat, serta banyak memakan korban dan merusak bangunan termasuk gedung sekolah. Sekolah yang rentan terhadap bencana tidak saja meningkatkan risiko keamanan terhadap peserta didik, para guru dan tenaga kependidikan lain, namun juga dapat mempengaruhi kelancaran proses belajar mengajar di sekolah tersebut. Pada bulan April 2010 di Filipina dilakukan kampanye Satu Juta Sekolah dan Rumah Sakit Aman (One Million Safe Schools and Hospital Campaign) secara global yang diprakarsai oleh UN International Strategy for Disaster Reduction (UNISDR) yang bertujuan untuk membuat agar sekolah dan rumah sakit aman terhadap bencana. Kampanye global ini ditujukan untuk meningkatkan keselamatan dari 1 juta sekolah dan rumah sakit, di mana konstruksi bangunan yang buruk, tidak adanya atau kurangnya pelatihan keselamatan, serta kurangnya peralatan kedaruratan dapat meningkatkan jumlah kematian akibat gempa bumi dan bencana lain. Kampanye ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran publik dan memobilisasi sumber daya untuk berbagai tugas, mulai dari memperbaiki dan merenovasi bangunan, hingga pindah ke lokasi yang lebih aman jika diperlukan; untuk membeli perangkat keselamatan seperti alat pemadam kebakaran dan peralatan pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K). Inisiatif ini merupakan bagian dari Kampanye Global Sekolah Aman ( Global Campaign on Safe Schools) dan juga Kampanye Global Rumah Sakit Aman ( Global Campaign on Safe Hospitals) Preliminary Damage and Loss Assessment, Yogyakarta and Central Java Natural Disaster, A joint report BAPPENAS, the Provincial and Local Governments of D.I. Yogyakarta, the Provincial and Local Governments of Central Java, and international partners, June Earthquake devastates Indonesia s West Java province - World Socialist Web Site, 5 September Roadmap Sekolah/ Madrasah Aman Kemendikbud

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia dengan keadaan geografis dan kondisi sosialnya berpotensi rawan

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia dengan keadaan geografis dan kondisi sosialnya berpotensi rawan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia dengan keadaan geografis dan kondisi sosialnya berpotensi rawan bencana, baik yang disebabkan kejadian alam seperi gempa bumi, tsunami, tanah longsor, letusan

Lebih terperinci

PENERAPAN KERANGKA KERJA BERSAMA SEKOLAH AMAN ASEAN UNTUK PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN DI INDONESIA

PENERAPAN KERANGKA KERJA BERSAMA SEKOLAH AMAN ASEAN UNTUK PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN DI INDONESIA PENERAPAN KERANGKA KERJA BERSAMA SEKOLAH AMAN ASEAN UNTUK PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN DI INDONESIA Ida Ngurah Plan International Indonesia Ida.Ngurah@plan-international.org Konteks Bencana dan Dampak Pendidikan

Lebih terperinci

RANCANGAN KERTAS POSISI SEKOLAH/MADRASAH AMAN DARI BENCANA

RANCANGAN KERTAS POSISI SEKOLAH/MADRASAH AMAN DARI BENCANA RANCANGAN KERTAS POSISI SEKOLAH/MADRASAH AMAN DARI BENCANA Dibacakan oleh Inspektur Utama BNPB Working Session 2: Sekolah Aman Ballroom 3, The Sunan Hotel, Kota Surakarta I. Pengantar Indonesia adalah

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 4 TAHUN 2016 SERI D.4 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 4 TAHUN 2016 SERI D.4 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 4 TAHUN 2016 SERI D.4 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH DAN

Lebih terperinci

BAB I LATAR BELAKANG. negara yang paling rawan bencana alam di dunia (United Nations International Stategy

BAB I LATAR BELAKANG. negara yang paling rawan bencana alam di dunia (United Nations International Stategy BAB I LATAR BELAKANG 1.1 Latar Belakang Negara Indonesia yang berada di salah satu belahan Asia ini ternyata merupakan negara yang paling rawan bencana alam di dunia (United Nations International Stategy

Lebih terperinci

Bencana dan Pergeseran Paradigma Penanggulangan Bencana

Bencana dan Pergeseran Paradigma Penanggulangan Bencana Bencana dan Pergeseran Paradigma Penanggulangan Bencana Rahmawati Husein Wakil Ketua Lembaga Penanggulangan Bencana PP Muhammadiyah Workshop Fiqih Kebencanaan Majelis Tarjih & Tajdid PP Muhammadiyah, UMY,

Lebih terperinci

PENANGGULANGAN BENCANA (PB) Disusun : IdaYustinA

PENANGGULANGAN BENCANA (PB) Disusun : IdaYustinA PENANGGULANGAN BENCANA (PB) Disusun : IdaYustinA 1 BEncANA O Dasar Hukum : Undang-Undang RI No. 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana 2 Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam

Lebih terperinci

PERAN KEDEPUTIAN PENCEGAHAN DAN KESIAPSIAGAAN DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL BIDANG PENANGGULANGAN BENCANA

PERAN KEDEPUTIAN PENCEGAHAN DAN KESIAPSIAGAAN DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL BIDANG PENANGGULANGAN BENCANA PERAN KEDEPUTIAN PENCEGAHAN DAN KESIAPSIAGAAN DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL BIDANG PENANGGULANGAN B. Wisnu Widjaja Deputi Pencegahan dan Kesiapsiagaan TUJUAN PB 1. memberikan perlindungan kepada masyarakat

Lebih terperinci

KEDEPUTIAN PENCEGAHAN DAN KESIAPSIAGAAN BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA

KEDEPUTIAN PENCEGAHAN DAN KESIAPSIAGAAN BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA KEDEPUTIAN PENCEGAHAN DAN KESIAPSIAGAAN BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA Sekilas Berdirinya BNPB Indonesia laboratorium bencana Terjadinya bencana besar : Tsunami NAD dan Sumut, 26 Desember 2004,

Lebih terperinci

RANCANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,

RANCANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, 1 RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN, SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH DAN PEDOMAN PELAKSANAAN PENANGGULANGAN BENCANA DENGAN

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 32 SERI E

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 32 SERI E BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 32 SERI E PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 893 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA PADA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA

Lebih terperinci

Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI dan BUPATI BANYUWANGI MEMUTUSKAN:

Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI dan BUPATI BANYUWANGI MEMUTUSKAN: 1 BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

Kerangka Acuan Peringatan Bulan Pengurangan Risiko Bencana Nasional

Kerangka Acuan Peringatan Bulan Pengurangan Risiko Bencana Nasional Kegiatan Kerangka Acuan Peringatan Bulan Pengurangan Risiko Bencana Nasional SFDRR (Kerangka Sendai untuk Pengurangan Risiko Bencana) dan Pengarusutamaan PRB dalam Pembangunan di Indonesia Tanggal 17 Oktober

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN, ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA BANJARBARU

PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN, ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA BANJARBARU PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN, ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA BANJARBARU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BANJARBARU,

Lebih terperinci

BAB IV RENCANA AKSI DAERAH PENGURANGAN RESIKO BENCANA KABUPATEN PIDIE JAYA TAHUN

BAB IV RENCANA AKSI DAERAH PENGURANGAN RESIKO BENCANA KABUPATEN PIDIE JAYA TAHUN BAB IV RENCANA AKSI DAERAH PENGURANGAN RESIKO BENCANA KABUPATEN PIDIE JAYA TAHUN 2013-2015 Penyelenggaraan penanggulangan bencana bertujuan untuk menjamin terselenggaranya pelaksanaan penanggulangan bencana

Lebih terperinci

Arah Kebijakan Sekolah/Madrasah Aman dari Bencana

Arah Kebijakan Sekolah/Madrasah Aman dari Bencana Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Arah Kebijakan Sekolah/Madrasah Aman dari Bencana Dr. Ir. Taufik Hanafi, MUP Staf Ahli Mendikbud Bidang Sosial dan Ekonomi Pendidikan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. strategis secara geografis dimana letaknya berada diantara Australia dan benua Asia

BAB I PENDAHULUAN. strategis secara geografis dimana letaknya berada diantara Australia dan benua Asia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Telah lama diakui bahwa Negara Indonesia memiliki posisi yang sangat strategis secara geografis dimana letaknya berada diantara Australia dan benua Asia serta diantara

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. Berdasarkan data dunia yang dihimpun oleh WHO, pada 10 dekade terakhir ini,

BAB 1 : PENDAHULUAN. Berdasarkan data dunia yang dihimpun oleh WHO, pada 10 dekade terakhir ini, BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bencana dan keadaan gawat darurat telah mempengaruhi aspek kehidupan masyarakat secara signifikan, terutama yang berhubungan dengan kesehatan. Berdasarkan data dunia

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI PAPUA

PEMERINTAH PROVINSI PAPUA PEMERINTAH PROVINSI PAPUA PERATURAN DAERAH PROVINSI PAPUA NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH PROVINSI PAPUA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

Powered by TCPDF (www.tcpdf.org)

Powered by TCPDF (www.tcpdf.org) Powered by TCPDF (www.tcpdf.org) 2 4. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bencana dilihat dari beberapa sumber memiliki definisi yang cukup luas.

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bencana dilihat dari beberapa sumber memiliki definisi yang cukup luas. BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bencana dilihat dari beberapa sumber memiliki definisi yang cukup luas. Menurut Center of Research on the Epidemiology of Disasters (CRED), bencana didefinisikan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berada di kawasan yang disebut cincin api, kondisi tersebut akan

BAB I PENDAHULUAN. berada di kawasan yang disebut cincin api, kondisi tersebut akan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan terbesar di dunia berada di kawasan yang disebut cincin api, kondisi tersebut akan menyebakan bencana alam

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. mencapai 50 derajat celcius yang menewaskan orang akibat dehidrasi. (3) Badai

BAB 1 : PENDAHULUAN. mencapai 50 derajat celcius yang menewaskan orang akibat dehidrasi. (3) Badai BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bencana merupakan rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik faktor alam dan/ atau faktor non alam

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA BATU PERATURAN DAERAH KOTA BATU NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA BATU

PEMERINTAH KOTA BATU PERATURAN DAERAH KOTA BATU NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA BATU PEMERINTAH KOTA BATU PERATURAN DAERAH KOTA BATU NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA BATU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BATU, Menimbang

Lebih terperinci

I. Permasalahan yang Dihadapi

I. Permasalahan yang Dihadapi BAB 34 REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI DI WILAYAH PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM DAN KEPULAUAN NIAS PROVINSI SUMATRA UTARA, SERTA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA DAN PROVINSI JAWA TENGAH I. Permasalahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terletakm pada 3 pertemuan lempeng tektonik dunia, yaitu lempeng Euro-Asia

BAB I PENDAHULUAN. terletakm pada 3 pertemuan lempeng tektonik dunia, yaitu lempeng Euro-Asia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara geografis Indonesia merupakan negara kepulauan yang terletakm pada 3 pertemuan lempeng tektonik dunia, yaitu lempeng Euro-Asia dibagian utara, lempeng Indo-Australia

Lebih terperinci

Bencana terkait dengan cuaca dan iklim [Renas PB ]

Bencana terkait dengan cuaca dan iklim [Renas PB ] KEDEPUTIAN PENCEGAHAN DAN KESIAPSIAGAAN BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA Bencana terkait dengan cuaca dan iklim [Renas PB 2010-2014] Banjir Tanah longsor Kekeringan Kebakaran hutan dan lahan Gelombang

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, Desember 2009 Kepala Pusat Penanggulangan Krisis, Dr. Rustam S. Pakaya, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Jakarta, Desember 2009 Kepala Pusat Penanggulangan Krisis, Dr. Rustam S. Pakaya, MPH NIP KATA PENGANTAR Berkat rahmat Tuhan Yang Maha Esa, buku Buku Profil Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana Tahun 2008 ini dapat diselesaikan sebagaimana yang telah direncanakan. Buku ini menggambarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bencana. Dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan

BAB I PENDAHULUAN. bencana. Dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Semua daerah tidak pernah terhindar dari terjadinya suatu bencana. Bencana bisa terjadi kapan dan dimana saja pada waktu yang tidak diprediksi. Hal ini membuat

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU

PEMERINTAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU PEMERINTAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahaya gempabumi cukup tinggi. Tingginya ancaman gempabumi di Kabupaten

BAB I PENDAHULUAN. bahaya gempabumi cukup tinggi. Tingginya ancaman gempabumi di Kabupaten BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabupaten Bantul merupakan salah satu wilayah yang memiliki ancaman bahaya gempabumi cukup tinggi. Tingginya ancaman gempabumi di Kabupaten Bantul telah dibuktikan

Lebih terperinci

Bencana alam dapat terjadi kapan saja dan dimana saja. Bencana alam diakui

Bencana alam dapat terjadi kapan saja dan dimana saja. Bencana alam diakui BAB I PENDAHULUAN A. ALASAN PEMILIHAN JUDUL Bencana alam dapat terjadi kapan saja dan dimana saja. Bencana alam diakui dapat mengakibatkan dampak yang luar biasa tidak hanya kerusakan, gangguan dan korban

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dan dampak psikologis. Bencana

BAB I PENDAHULUAN. kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dan dampak psikologis. Bencana BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bencana merupakan suatu peristiwa yang tidak dapat diprediksi kapan terjadinya dan dapat menimbulkan korban luka maupun jiwa, serta mengakibatkan kerusakan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Rencana Aksi Daerah (RAD) 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara yang rawan bencana. Dari aspek geografis, Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia, terletak di antara

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG, SALINAN NOMOR 1/2017 WALIKOTA MALANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANGGULANGAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI LANDAK NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN BUPATI LANDAK NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG PERATURAN BUPATI LANDAK NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI, STRUKTUR ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN LANDAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK

PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan dikepung oleh tiga lempeng utama (Eurasia, Indo-Australia dan Pasifik),

BAB I PENDAHULUAN. dan dikepung oleh tiga lempeng utama (Eurasia, Indo-Australia dan Pasifik), BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara geografis, posisi Indonesia yang dikelilingi oleh ring of fire dan dikepung oleh tiga lempeng utama (Eurasia, Indo-Australia dan Pasifik), lempeng eura-asia

Lebih terperinci

BAB I P E N D A H U L U A N

BAB I P E N D A H U L U A N BAB I P E N D A H U L U A N 1.1 LATAR BELAKANG. Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam

Lebih terperinci

BUPATI ACEH TIMUR PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI ACEH TIMUR PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG BUPATI ACEH TIMUR PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI PEMANGKU JABATAN STRUKTURAL DAN NONSTRUKTURAL PADA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara kepulauan yang secara geografis terletak di daerah

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara kepulauan yang secara geografis terletak di daerah 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara kepulauan yang secara geografis terletak di daerah khatulistiwa, di antara Benua Asia dan Australia, serta diantara Samudera Pasifik dan Hindia.

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANGKAT NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN LANGKAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANGKAT NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN LANGKAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANGKAT NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN LANGKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LANGKAT, Menimbang

Lebih terperinci

BUPATI NGANJUK PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR 03 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI NGANJUK PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR 03 TAHUN 2012 TENTANG BUPATI NGANJUK PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR 03 TAHUN 2012 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN NGANJUK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI NGANJUK,

Lebih terperinci

PROVINSI JAWA TENGAH

PROVINSI JAWA TENGAH SALINAN BUPATI KARANGANYAR PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KARANGANYAR NOMOR 12 TAHUN 2017 TENTANG DUNIA USAHA TANGGUH BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA BUPATI KARANGANYAR, ESA Menimbang : a.

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2017 TENTANG OPERASI PENCARIAN DAN PERTOLONGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2017 TENTANG OPERASI PENCARIAN DAN PERTOLONGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2017 TENTANG OPERASI PENCARIAN DAN PERTOLONGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANTUL

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANTUL 1 2015 No.22,2015 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANTUL Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Bantul. Perubahan, Peraturan Daerah Kabupaten Bantul, Penanggulangan, bencana. BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan Indonesia menjadi negara yang rawan bencana. maupun buatan manusia bahkan terorisme pernah dialami Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan Indonesia menjadi negara yang rawan bencana. maupun buatan manusia bahkan terorisme pernah dialami Indonesia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kondisi geografis Indonesia yang berada di atas sabuk vulkanis yang memanjang dari Sumatra hingga Maluku disertai pengaruh global warming menyebabkan Indonesia

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Perubahan kondisi iklim global di dunia yang terjadi dalam beberapa tahun ini merupakan sebab pemicu terjadinya berbagai bencana alam yang sering melanda Indonesia. Indonesia

Lebih terperinci

QANUN KOTA BANDA ACEH NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA BANDA ACEH

QANUN KOTA BANDA ACEH NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA BANDA ACEH QANUN KOTA BANDA ACEH NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA BANDA ACEH DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA ESA WALIKOTA BANDA ACEH, Menimbang :

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN KERJA (KAK) PEMBENTUKAN DESA TANGGUH BENCANA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN BOYOLALI TAHUN ANGGARAN 2015

KERANGKA ACUAN KERJA (KAK) PEMBENTUKAN DESA TANGGUH BENCANA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN BOYOLALI TAHUN ANGGARAN 2015 KERANGKA ACUAN KERJA (KAK) PEMBENTUKAN DESA TANGGUH BENCANA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN BOYOLALI TAHUN ANGGARAN 015 I. LATAR BELAKANG Sejarah kebencanaan di Kabupaten Boyolali menunjukkan,

Lebih terperinci

xvii Damage, Loss and Preliminary Needs Assessment Ringkasan Eksekutif

xvii Damage, Loss and Preliminary Needs Assessment Ringkasan Eksekutif xvii Ringkasan Eksekutif Pada tanggal 30 September 2009, gempa yang berkekuatan 7.6 mengguncang Propinsi Sumatera Barat. Kerusakan yang terjadi akibat gempa ini tersebar di 13 dari 19 kabupaten/kota dan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA SINGKAWANG

PEMERINTAH KOTA SINGKAWANG PEMERINTAH KOTA SINGKAWANG PERATURAN DAERAH KOTA SINGKAWANG NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA SINGKAWANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SINGKAWANG,

Lebih terperinci

- 1 - GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG

- 1 - GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG - 1 - GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENANGGULANGAN BENCANA DI PROVINSI

Lebih terperinci

BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 6 TAHUN 2011

BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 6 TAHUN 2011 BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNSI PELAKSANA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN BLITAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BLITAR

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 3 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN, ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN LEBAK

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BNPB. Bantuan logistik. Pedoman. Perubahan.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BNPB. Bantuan logistik. Pedoman. Perubahan. No.2081, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BNPB. Bantuan logistik. Pedoman. Perubahan. PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA NOMOR 24 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN KEPALA

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGADA NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGADA NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGADA NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI NGADA, Menimbang : a. bahwa Pemerintah Kabupaten mempunyai

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 09 TAHUN 2011 TENTANG POKOK-POKOK PENYELENGGARAAN TUGAS BANTUAN TENTARA NASIONAL INDONESIA DALAM MENANGGULANGI BENCANA ALAM, PENGUNGSIAN DAN BANTUAN

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU)

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) PEMERINTAH PROVINSI RIAU BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH Jalan Jendral Sudirman No. 438 Telepon/Fax. (0761) 855734 DAFTAR ISI BAB I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang...

Lebih terperinci

+ Latar Belakang. n Indonesia merupakan negara rawan bencana. n Terdapat ruang rusak berat SD/SMP. n Terdapat ruang kelas MI dan MTs.

+ Latar Belakang. n Indonesia merupakan negara rawan bencana. n Terdapat ruang rusak berat SD/SMP. n Terdapat ruang kelas MI dan MTs. Latar Belakang Sugeng Triutomo Tenaga Ahli, BNPB Program Sekolah Aman di Indonesia n Indonesia merupakan negara rawan bencana n Secara kualitatif 75% sekolah di Indonesia berada pada daerah risiko bencana

Lebih terperinci

BUPATI CILACAP PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANGGULANGAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI CILACAP PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANGGULANGAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CILACAP PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANGGULANGAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CILACAP, Menimbang : a. bahwa secara geografis,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara rawan bencana alam seperti gempa bumi, tsunami, gunung meletus, tanah longsor, badai dan banjir. Bencana tersebut datang hampir setiap

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 11 TAHUN 2009

RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 11 TAHUN 2009 RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SALINAN PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN TIMUR, Menimbang : a. bahwa kondisi geografis

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. Wilayah Indonesia terletak pada jalur gempa bumi dan gunung berapi

BAB I PENGANTAR. Wilayah Indonesia terletak pada jalur gempa bumi dan gunung berapi 1 BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Wilayah Indonesia terletak pada jalur gempa bumi dan gunung berapi atau ring of fire yang dimulai dari Sumatera, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Maluku, Sulawesi Utara hingga

Lebih terperinci

INSTRUKSI GUBERNUR JAWA TENGAH

INSTRUKSI GUBERNUR JAWA TENGAH INSTRUKSI GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR : 360 / 009205 TENTANG PENANGANAN DARURAT BENCANA DI PROVINSI JAWA TENGAH Diperbanyak Oleh : BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH JALAN IMAM BONJOL

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fenomena yang terjadi pada masyarakat, seperti dalam menghadapi bahaya

BAB I PENDAHULUAN. fenomena yang terjadi pada masyarakat, seperti dalam menghadapi bahaya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masyarakat Indonesia pada umumnya kurang memahami berbagai pengetahuan tentang kebumian dan astronomi. Hal ini ditunjukan oleh fenomena yang terjadi pada masyarakat,

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PANGKAJENE DAN KEPULAUAN NOMOR 2 TAHUN 2011

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PANGKAJENE DAN KEPULAUAN NOMOR 2 TAHUN 2011 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PANGKAJENE DAN KEPULAUAN NOMOR 2 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANGKAJENE DAN KEPULAUAN NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidrologis dan demografis, merupakan wilayah yang tergolong rawan bencana,

BAB I PENDAHULUAN. hidrologis dan demografis, merupakan wilayah yang tergolong rawan bencana, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara kepulauan dan dilihat secara geografis, geologis, hidrologis dan demografis, merupakan wilayah yang tergolong rawan bencana, bahkan termasuk

Lebih terperinci

Kerangka Acuan Peringatan Bulan Pengurangan Risiko Bencana Nasional Draft 2

Kerangka Acuan Peringatan Bulan Pengurangan Risiko Bencana Nasional Draft 2 Kegiatan Kerangka Acuan Peringatan Bulan Pengurangan Risiko Bencana Nasional Draft 2 Working Session Safe School Sekolah Aman Bencana Tanggal Sabtu, 17 Oktober 2015; 08.00 12.00 Tempat Latar Belakang Ballroom

Lebih terperinci

PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANGGULANGAN BENCANA DI KABUPATEN KENDAL

PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANGGULANGAN BENCANA DI KABUPATEN KENDAL PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANGGULANGAN BENCANA DI KABUPATEN KENDAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KENDAL, Menimbang :

Lebih terperinci

BUPATI BANYUMAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 1 TAHUN2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANGGULANGAN BENCANA DI KABUPATEN BANYUMAS

BUPATI BANYUMAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 1 TAHUN2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANGGULANGAN BENCANA DI KABUPATEN BANYUMAS BUPATI BANYUMAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 1 TAHUN2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANGGULANGAN BENCANA DI KABUPATEN BANYUMAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUMAS, Menimbang :

Lebih terperinci

DAFTAR ISI 1. PENDAHULUAN.5 2. MENGENAL LEBIH DEKAT MENGENAI BENCANA.8 5W 1H BENCANA.10 MENGENAL POTENSI BENCANA INDONESIA.39 KLASIFIKASI BENCANA.

DAFTAR ISI 1. PENDAHULUAN.5 2. MENGENAL LEBIH DEKAT MENGENAI BENCANA.8 5W 1H BENCANA.10 MENGENAL POTENSI BENCANA INDONESIA.39 KLASIFIKASI BENCANA. DAFTAR ISI 1. PENDAHULUAN...5 2. MENGENAL LEBIH DEKAT MENGENAI BENCANA...8 5W 1H BENCANA...10 MENGENAL POTENSI BENCANA INDONESIA...11 SEJARAH BENCANA INDONESIA...14 LAYAKNYA AVATAR (BENCANA POTENSIAL INDONESIA)...18

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI A. Masyarakat Tangguh Bencana Berdasarkan PERKA BNPB Nomor 1 Tahun 2012 tentang Pedoman Umum Desa/Kelurahan Tangguh Bencana, yang dimaksud dengan Desa/Kelurahan Tangguh Bencana adalah

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. faktor alam dan/atau faktor non-alam maupun faktor manusia, sehingga

BAB 1 : PENDAHULUAN. faktor alam dan/atau faktor non-alam maupun faktor manusia, sehingga BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bencana merupakan peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan oleh faktor alam dan/atau

Lebih terperinci

BNPB. Logistik. Inventarisasi. Pedoman.

BNPB. Logistik. Inventarisasi. Pedoman. No.1421, 2014 BNPB. Logistik. Inventarisasi. Pedoman. PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN INVENTARISASI LOGISTIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PENANGGULANGAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBRANA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PENANGGULANGAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBRANA, PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PENANGGULANGAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBRANA, Menimbang : a. bahwa upaya melindungi segenap rakyat dan bangsa

Lebih terperinci

Sosialisasi Dan Lokakarya Sekolah/Madrasah Aman dari Bencana

Sosialisasi Dan Lokakarya Sekolah/Madrasah Aman dari Bencana i ii Penguatan Kelembagaan KATA PENGANTAR Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat pada tahun 2010 berkomitmen pada kampanye global Satu juta Sekolah dan Rumah Sakit

Lebih terperinci

Versi 27 Februari 2017

Versi 27 Februari 2017 TARGET INDIKATOR KETERANGAN 13.1 Memperkuat kapasitas ketahanan dan adaptasi terhadap bahaya terkait iklim dan bencana alam di semua negara. 13.1.1* Dokumen strategi pengurangan risiko bencana (PRB) tingkat

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA PARIAMAN NOMOR: 10 TAHUN 2010

PERATURAN DAERAH KOTA PARIAMAN NOMOR: 10 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KOTA PARIAMAN NOMOR: 10 TAHUN 2010 SABID UAK SADAYU A NG T E N T A N G PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA PARIAMAN KOTA PARIAMAN TAHUN 2010-0

Lebih terperinci

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BANJAR dan BUPATI BANJAR

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BANJAR dan BUPATI BANJAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJAR NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN, ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN BANJAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANJAR,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yaitu Lempeng Euro-Asia dibagian Utara, Lempeng Indo-Australia. dibagian Selatan dan Lempeng Samudera Pasifik dibagian Timur.

BAB I PENDAHULUAN. yaitu Lempeng Euro-Asia dibagian Utara, Lempeng Indo-Australia. dibagian Selatan dan Lempeng Samudera Pasifik dibagian Timur. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Kepulauan Indonesia secara astronomis terletak pada titik koordinat 6 LU - 11 LS 95 BT - 141 BT dan merupakan Negara kepulauan yang terletak pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pendahuluan berisi latar belakang dilakukannya penelitian tugas akhir, rumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, serta sistematika dalam penulisan proposal tugas akhir ini.

Lebih terperinci

KEPALA PELAKSANA BADAN PENANGGULANGAN BECANA DAERAH KABUPATEN LAMONGAN. SUPRAPTO, SH Pembina Tingkat I NIP

KEPALA PELAKSANA BADAN PENANGGULANGAN BECANA DAERAH KABUPATEN LAMONGAN. SUPRAPTO, SH Pembina Tingkat I NIP Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT bahwa dengan limpahan rahmat dan karunia-nya, sehingga kami dapat menyelesaikan Rencana Strategis (Renstra) Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten

Lebih terperinci

BAB II VISI, MISI DAN LANDASAN PENGURANGAN RISIKO BENCANA

BAB II VISI, MISI DAN LANDASAN PENGURANGAN RISIKO BENCANA BAB II Rencana Aksi Daerah (RAD) VISI, MISI DAN LANDASAN PENGURANGAN RISIKO BENCANA 2.1 Visi Berdasarkan tugas pokok dan fungsi Badan Penanggulangan Bencana Derah Kabupaten Pidie Jaya, menetapkan Visinya

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI BANDUNG BARAT NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI, DAN RINCIAN TUGAS BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN

PERATURAN BUPATI BANDUNG BARAT NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI, DAN RINCIAN TUGAS BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN 1 PERATURAN BUPATI BANDUNG BARAT NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI, DAN RINCIAN TUGAS BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. imbas dari kesalahan teknologi yang memicu respon dari masyarakat, komunitas,

BAB I PENDAHULUAN. imbas dari kesalahan teknologi yang memicu respon dari masyarakat, komunitas, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Parker (1992), bencana ialah sebuah kejadian yang tidak biasa terjadi disebabkan oleh alam maupun ulah manusia, termasuk pula di dalamnya merupakan imbas dari

Lebih terperinci

PENURUNAN INDEKS RISIKO BENCANA DI INDONESIA

PENURUNAN INDEKS RISIKO BENCANA DI INDONESIA PENURUNAN INDEKS RISIKO BENCANA DI INDONESIA 14 DESEMBER 2016 DISIAPKAN OLEH : DIREKTORAT PRB, BNPB INDONESIA DAN BENCANA Secara geografis Indonesia terletak pada rangkaian cincin api yang membentang sepanjang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Australia dan Lempeng Pasifik (gambar 1.1). Pertemuan dan pergerakan 3

BAB I PENDAHULUAN. Australia dan Lempeng Pasifik (gambar 1.1). Pertemuan dan pergerakan 3 BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini dipaparkan : (a) latar belakang, (b) perumusan masalah, (c) tujuan penelitian, (d) manfaat penelitian, (e) ruang lingkup penelitian dan (f) sistematika penulisan. 1.1. Latar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis.

BAB I PENDAHULUAN. kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bencana adalah sesuatu yang tidak terpisahkan dari sistem yang ada di muka bumi, baik secara alamiah ataupun akibat ulah manusia.undangundang Nomor 24 Tahun 2007 Tentang

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 9 TAHUN 2009 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH PROVINSI JAWA BARAT

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 9 TAHUN 2009 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NO. 9 2009 SERI. E PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 9 TAHUN 2009 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH PROVINSI JAWA BARAT

Lebih terperinci

Manajemen Pemulihan Infrastruktur Fisik Pasca Bencana

Manajemen Pemulihan Infrastruktur Fisik Pasca Bencana Manajemen Pemulihan Infrastruktur Fisik Pasca Bencana Teuku Faisal Fathani, Ph.D. Jurusan Teknik Sipil dan Lingkungan, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada 1. Pendahuluan Wilayah Indonesia memiliki

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2008 TENTANG PENDANAAN DAN PENGELOLAAN BANTUAN BENCANA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2008 TENTANG PENDANAAN DAN PENGELOLAAN BANTUAN BENCANA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2008 TENTANG PENDANAAN DAN PENGELOLAAN BANTUAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan nasional (UU RI No 24 Tahun 2007). penduduk yang besar. Bencana yang datang dapat disebabkan oleh faktor alam

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan nasional (UU RI No 24 Tahun 2007). penduduk yang besar. Bencana yang datang dapat disebabkan oleh faktor alam BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia memiliki kondisi geografis, geologis, hidrologis, dan demografis yang memungkinkan terjadinya bencana, baik yang disebabkan

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. bumi dan dapat menimbulkan tsunami. Ring of fire ini yang menjelaskan adanya

BAB 1 : PENDAHULUAN. bumi dan dapat menimbulkan tsunami. Ring of fire ini yang menjelaskan adanya BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang tergolong rawan terhadap kejadian bencana alam, hal tersebut berhubungan dengan letak geografis Indonesia yang terletak di antara

Lebih terperinci

PEDOMAN BANTUAN PERALATAN

PEDOMAN BANTUAN PERALATAN PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA NOMOR 05 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN BANTUAN PERALATAN BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA (BNPB) DAFTAR ISI 1. PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN

Lebih terperinci

BUPATI PURBALINGGA PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 26 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH

BUPATI PURBALINGGA PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 26 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH BUPATI PURBALINGGA PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 26 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURBALINGGA Menimbang

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. Samudera Pasifik yang bergerak kearah barat-barat laut dengan kecepatan sekitar 10

BAB 1 : PENDAHULUAN. Samudera Pasifik yang bergerak kearah barat-barat laut dengan kecepatan sekitar 10 1 BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia terletak diantara tiga lempeng utama dunia, yaitu Lempeng Samudera Pasifik yang bergerak kearah barat-barat laut dengan kecepatan sekitar 10 cm per tahun,

Lebih terperinci

PERAN SERTA MASYARAKAT DALAM PB

PERAN SERTA MASYARAKAT DALAM PB PERAN SERTA MASYARAKAT DALAM PB PELUNCURAN DAN DISKUSI BUKU TATANAN KELEMBAGAAN PB DI DAERAH PUJIONO CENTER, 3 JUNI 2017 RANIE AYU HAPSARI Peran Serta Masyarakat SFDRR: Prioritas 1 (Memahami Risiko Bencana):

Lebih terperinci

Penger&an dan Ruang Lingkup Penanggulangan Bencana

Penger&an dan Ruang Lingkup Penanggulangan Bencana Penger&an dan Ruang Lingkup Penanggulangan Bencana Miko Kamal, PhD Miko Kamal & Associates Ins&tut untuk Reformasi Badan Usaha Milik Negara (ireformbumn) 1 Struktur bahasan Bencana Penyelenggaraan Penanggulangan

Lebih terperinci