MASALAH DAN BIAYA KEAGENAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "MASALAH DAN BIAYA KEAGENAN"

Transkripsi

1 MASALAH DAN BIAYA KEAGENAN NICKEN DESTRIANA STIE TRISAKTI PENDAHULUAN D alam mengelola suatu perusahaan telah lama dikenal suatu istilah yang disebut agency theory. Agency theory (teori keagenan) seperti yang dikemukakan oleh Jensen dan Meckling (1976) adalah suatu teori yang mengemukakan bahwa, pemisahan antara pemilik (prinsipal) dan pengelola (agen) suatu perusahaan dapat menimbulkan masalah keagenan (agency problem). Agency problem yang dimaksud antara lain adalah terjadinya informasi yang asimetri (tidak sama) antara yang dimiliki oleh pemilik dan pengelola. Dengan adanya kepemilikan informasi yang tidak setara itu maka manajemen (agen) perusahaan cenderung melakukan moral hazard dan adverse selection. Manajer memang mempunyai kewajiban untuk memaksimumkan kesejahteraan para pemegang saham. Namun disisi lain manajer juga mempunyai kepentingan untuk memaksimumkan kesejahteraan mereka. Penyatuan kepentingan pihak-pihak ini seringkali menimbulkan masalah yang disebut dengan masalah keagenan. Memburuknya kondisi dari agency problem juga disebabkan, walaupun manajer mendapatkan kompensasi dari pekerjaannya, namun pada kenyataannya perubahan kemakmuran manajer jauh lebih kecil bila dibandingkan dengan perubahan kemakmuran pemegang saham atau pemilik (Jensen dan Meckling 1976). Konflik kepentingan yang dikarenakan kemungkinan bahwa agen tidak selalu bertindak sesuai dengan kepentingan prinsipal memicu terjadinya biaya keagenan. Biaya keagenan (agency cost) dikeluarkan untuk mengurangi kerugian yang timbul karena ketidakpatuhan. Agency costs ini mencakup biaya untuk pengawasan oleh pemegang saham, biaya yang dikeluarkan oleh manajemen untuk menghasilkan laporan yang transparan, termasuk biaya audit yang independen dan pengendalian internal, serta biaya yang disebabkan karena menurunnya nilai kepemilikan pemegang saham sebagai bentuk bonding expenditures yang diberikan kepada manajemen dalam bentuk opsi dan berbagai manfaat untuk tujuan menyelaraskan kepentingan manajemen dengan pemegang saham. Meskipun demikian, potensi untuk munculnya agency problem tetap ada karena adanya pemisahan antara kepengurusan dengan kepemilikan perusahaan, khususnya di perusahaan-perusahaan publik. Agency problem akan mempengaruhi kinerja perusahaan dalam kegiatan usahanya dan dapat merugikan kedua belah pihak. Oleh karena itu, salah satu cara untuk mencegah hal tersebut adalah dengan melakukan pengawasan. Sistem pengawasan ini bertujuan untuk mencegah terjadinya masalah keagenan antara pihak manajer yang menjalankan operasional perusahaan dengan pemegang saham yang merupakan pemilik perusahaan. Sistem pengawasan ini merupakan sistem yang sangat penting untuk digunakan dalam perusahaan. Hal ini dikarenakan fungsinya yang telah terbukti untuk mencegah terjadinya agency problem. Sistem pengawasan ini dikenal dengan nama corporate governance. Mekanisme dalam penerapan corporate governance merupakan suatu cara yang dapat digunakan untuk menyelesaikan konflik agensi yang terjadi di dalam perusahaan (Prasetyo 2009). Salah satu mekanisme ini yaitu meka- 8

2 2011 Nicken Destriana nisme Intern. Mekanisme intern merupakan mekanisme yang digunakan oleh perusahaan untuk menyelesaikan konflik agensi dengan memanfaatkan pengendalian yang berasal dari intern perusahaan. Jenis pengendalian intern tersebut dapat berasal dari dewan direksi, dewan komisaris, komite audit, pengungkapan keuangan (financial disclosure), struktur kepemilikan dan kompensasi eksekutif. Pengendalian dari dalam perusahaan seperti dewan komisaris dan dewan direksi yang baik terbukti telah memberi pengaruh positif terhadap penciptaan good corporate governance. AGENCY PROBLEM (MASALAH KEAGENAN) Agency theory memandang bahwa manajemen perusahaan sebagai agents bagi para pemegang saham, akan bertindak dengan penuh kesadaran bagi kepentingannya sendiri, bukan sebagai pihak yang arif dan bijaksana serta adil terhadap pemegang saham. Teori keagenan dalam perkembangannya terbagi menjadi dua aliran (Eisenhardt 1989) yaitu positivist teori dan principal-agent research. Positivist memfokuskan pada identifikasi situasi ketika prinsipal dan agen mengalami konflik dan mekanisme governance yang membatasi self-serving dari agen. Principal-agent research memfokuskan pada kontrak optimal, antara perilaku dan hasilnya, secara garis besar penekanan pada hubungan prinsipal dan agen. Principal-agent research merupakan perluasan teori dari keagenan karena sudah merambah konflik antara rekan kerja, bawahan, dan atasan (manajemen puncak). Menurut Jensen dan Meckling (1976), mendefinisikan hubungan keagenan sebagai sebuah kontrak dimana satu atau lebih prinsipal (pemilik) menyewa orang lain (agen) untuk melakukan beberapa jasa untuk kepentingan mereka dengan mendelegasikan beberapa wewenang untuk membuat keputusan kepada agen. Pemisahan kepemilikan dan pengendalian menyebabkan manajemen (agen) bertindak tidak sesuai dengan keinginan prinsipal (pemilik). Dalam melaksanakan tugas manajerial, manajemen memiliki tujuan pribadi yang bersaing dengan tujuan prinsipal (pemilik) didalam memaksimalkan kemakmuran pemegang saham. Pemisahan kepemilikan dan pengendalian perusahaan disebut konflik keagenan (agency conflict). Menurut Gitman (2009) agency problem adalah masalah yang timbul akibat tindakan manajer yang lebih mengutamakan pemenuhan tujuan pribadinya bila disbandingkan dengan tujuan perusahaan. Masalah agensi dapat diatasi atau diminimalisasi dengan 2 cara yaitu: (1). Market Forces. Market forces merupakan pemegang saham yang memiliki saham mayoritas, seperti investor institusional. Investor institusional mempunyai hak suara mayoritas, diyakini akan dapat mengatasi masalah agensi. Hal tersebut dilakukan dengan cara memberi tekanan kepada manajer untuk bekerja dengan lebih baik atau mengganti manajemen yang dianggap tidak dapat memenuhi kesejahteraan pemegang saham atau pemilik perusahaan. Hal lain yang dapat dilakukan adalah mengancam dengan mengatakan perusahaan lain akan melakukan takeover yang dapat merestrukturisasi manajemen. Tujuannya adalah untuk memotivasi manajemen agar bertindak sesuai dengan kepentingan pemilik perusahaan. (2). Agency Cost. Agency cost merupakan biaya yang akan dikeluarkan untuk mengurangi agency problem sekaligus untuk pemenuhan kesejahteraan para pemegang saham. Biaya yang dikeluarkan antara lain, berasal dari biaya insentif yang akan diberikan kepada manajer untuk memaksimalkan harga saham. Selain itu, biaya keagenan juga timbul karena adanya pengawasan terhadap setiap tindakan manajer, dimana sistem pengawasan tersebut dikenal dengan corporate governance. Berdasarkan studi-studi yang dilakukan maka dapat dikatakan bahwa corporate governance memiliki peran untuk mengatasi masalah keagenan. Hal ini terbukti dari literature-literatur yang menyatakan bahwa dengan menggunakan sistem pengawasan (CG) akan dapat mencegah terjadinya masalah keagenan. 9

3 Media Bisnis Maret AGENCY COST (BIAYA KEAGENAN) Konflik kepentingan antara prinsipal dan agen mendasari adanya biaya keagenan. Teori keagenan mengatakan bahwa sulit untuk mempercayai bahwa manajemen (agen) akan selalu bertindak berdasarkan kepentingan pemegang saham (prinsipal), sehingga diperlukan monitoring dari pemegang saham (Copeland dan Weston 1992). Konflik menciptakan masalah (agency cost) sehingga masing-masing pihak akan berusaha mengurangi agency cost ini. Selain terdapat konflik eksternal ada pula konflik internal di dalam diri agen maupun prinsipal sendiri (orang cenderung tidak konsisten). Jensen dan Meckling (1976) menyebutkan ada tiga jenis biaya keagenan. Prinsipal dapat membatasi divergensi dari kepentingannya dengan menetapkan insentif yang layak dan dengan mengeluarkan biaya monitoring (monitoring cost) yang dirancang untuk membatasi aktivitas-aktivitas yang menyimpang yang dilakukan oleh agen. Dalam beberapa situasi tertentu, agen memungkinkan untuk membelanjakan sumber daya perusahaan (bonding cost) untuk menjamin bahwa agen tidak akan bertindak yang dapat merugikan prinsipal atau untuk meyakinkan bahwa prinsipal akan memberikan kompensasi jika dia benar-benar melakukan tindakan tersebut. Namun demikian, masih bisa terjadi divergensi antara keputusan-keputusan agen dengan keputusan-keputusan yang dapat memaksimalkan kesejahteraan agen. Nilai uang yang ekuivalen dengan pengurangan kesejahteraan yang dialami oleh prinsipal juga merupakan biaya yang timbul dari hubungan keagenan. Biaya sejenis ini disebut kerugian residual (residual loss). Jadi bisa disimpulkan bahwa terdapat tiga biaya keagenan yaitu (1) Monitoring expenditure by the principal adalah kos pengawasan yang harus dikeluarkan oleh pemilik; (2) The bonding cost adalah kos yang harus dikeluarkan akibat pemonitoran yang harus dikeluarkan prinsipal (pemilik) kepada agen; dan (3) The residual cost adalah pengorbanan akibat berkurangnya kemakmuran prinsipal (pemilik) karena perbedaan keputusan antara prinsipal (pemilik) dan agen. Menurut Forum for Corporate Governance in Indonesia (FCGI) salah satu keuntungan yang akan diperoleh perusahaan jika dapat menerapkan tata kelola perusahaan dengan baik (GCG), yaitu meminimalkan biaya keagensian (agency cost). Biaya yang ditimbulkan dari pendelegasian wewenang kepada manajemen dari para pemegang saham dapat menimbulkan kerugian. Hal ini dikarenakan manajemen menggunakan kekayaan perusahaan untuk kepentingan pribadi. Selain itu, adanya pengawasan yang dilakukan akan mencegah manajemen untuk melakukan tindakan yang dapat merugikan pemegang saham sehingga biaya ataupun kerugian akibat dari manajemen dapat berkurang DEWAN DIREKSI DAN KOMISARIS Dewan komisaris merupakan sekelompok individual yang dipilih dengan tanggung jawab utama bertindak atas kepentingan pemilik dengan secara formal memonitor dan mengendalikan eksekutif puncak perusahaan. Direksi bertanggung jawab penuh atas perusahaan. Direksi yang independen dapat mengurangi perbedaan tujuan antara manajemen dengan pemegang saham. Midiastuty dan Machfoed (2003) mengemukakan bahwa kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, dan jumlah dewan komisaris mampu mengurangi konflik kepentingan yang timbul dari hubungan keagenan antara manajemen dan pemegang saham. Berdasarkan UU Nomor 40 tahun 2007 dewan komisaris adalah organ perusahaan yang bertugas melakukan pengawasan secara umum dan/atau khusus sesuai dengan anggaran dasar serta memberi nasehat kepada direksi yang sesuai dengan pedoman umum dari tata kelola perusahaan yang baik di Indonesia. Tugas dari dewan komisaris ini adalah memastikan good corporate governance telah 10

4 2011 Nicken Destriana dilaksanakan dengan baik dan sesuai dengan pedoman serta aturan yang berlaku. Berdasarkan FCGI, struktur dewan di Indonesia ada dua yaitu dewan pengawas atau dewan komisaris (Board of Commissioners) dan dewan direksi (Board of Directors). Pembentukan struktur dewan ini mengacu pada system hukum Indonesia yang berasal dari Belanda, sehingga dapat dikatakan bahwa struktur dewan Indonesia mengacu pada sistem two-tier. Sedangkan sistem one-tier adalah sistem yang hanya memiliki satu dewan (Board of Directors) yang terdiri dari dua organ yaitu Chief Executive Officer (CEO) yang bertanggung jawab untuk mengelola perusahaan dan Chairman yang merupakan direksi noneksekutif yang bertanggung jawab untuk mengawasi pelaksanaan kegiatan perusahaan. Undang Undang (UU) Nomor 40 tahun 2007 dikatakan bahwa perusahaan merupakan entitas hukum yang terpisah dari direksi dan komisaris yang merepresentasikan perusahaan. Dewan direksi dan komisaris akan diangkat dan diberhentikan berdasarkan keputusan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) yang menjadikan baik direksi ataupun komisaris bertanggung jawab langsung kepada RUPS tersebut. Para pemegang saham, dewan direksi, dan dewan komisaris merupakan organ perusahaan yang mempunyai peran penting terhadap penciptaan tata kelola perusahaan yang baik jika kewajibannya dapat dilakukan secara efektif dan benar. Berdasarkan Undang Undang Nomor 40 tahun 2007, RUPS atau para pemegang saham mempunyai wewenang yang tidak diberikan kepada dewan direksi dan komisaris dalam batas yang ditentukan (Prasetyo 2009). RUPS merupakan wadah yang dapat digunakan oleh para pemegang saham untuk mengambil keputusan penting yang berkaitan dengan modal yang ditanam dalam perusahaan dengan memperhatikan ketentuan anggaran dasar dan peraturan perundang undangan. Sedangkan dewan direksi dapat menentukan kebijakan kebijakan yang akan diambil atau strategi perusahaan baik untuk jangka pendek ataupun jangka panjang. Dalam menentukan strategi serta pengambilan keputusan tersebut direksi tidak boleh memiliki conflict of interest. Selain itu, dalam menentukan kebijakan dewan direksi juga harus memperhatikan kepentingan perusahaan dengan pemegang saham secara seimbang. Pembentukan dewan komisaris berfungsi untuk mengawasi dan memonitor pihak manajemen agar bekerja sesuai dengan aturannya. Dewan komisaris merupakan pihak yang mewakili para pemegang saham dalam mengawasi dewan direksi dalam bekerja. Dewan direksi merupakan bagian dari corporate governance yang bertanggung jawab atas kegiatan operasional perusahaan dengan melakukan tindakan - tindakan yang tidak akan merugikan pemegang saham. Berdasarkan IICG (2004) peran dari dewan komisaris dalam penciptaan tata kelola perusahaan yang baik adalah sebagai organ yang menjalankan fungsi supervisi terhadap direksi dalam perusahaan yang tercermin dari sistem rekruitmen dan seleksi, pemantauan kinerja, dan balas jasa. Sedangkan peran dewan direksi adalah sebagai organ yang menjalankan fungsi pengelolaan perusahaan dengan tujuan menciptakan nilai tambah bagi pemegang saham dan pihak pihak lain yang berkepentingan. Disamping itu fungsi dari dewan komisaris adalah bertanggung jawab untuk menetapkan tujuan dan sasaran perusahaan, melakukan pengembangan kebijakan secara luas dan memilih orang orang tingkat atas untuk melaksanakan sasaran serta kebijakan tersebut dan mengawasi kinerja manajemen untuk memastikan bahwa perusahaan dioperasikan dengan baik. Fungsi dari dewan komisaris ini lebih di fokuskan kepada pengawasan terhadap kerja direksi dan manajemen perusahaan sehingga dapat memenuhi kepentingan para pemegang saham (Prasetyo 2009). Fama (1980) menyatakan bahwa dewan direksi merupakan mekanisme internal utama yang memonitor manajer. Tiga karakteristik yang mempengaruhi monitoring adalah ukuran dewan 11

5 Media Bisnis Maret direksi, komposisi dewan direksi dan struktur kepemimpinan direksi (Jensen 1983). Menurut Yenmack (1996) ukuran dewan direksi yang besar akan mengganggu kepentingan pemegang saham. Dewan direksi yang besar akan mengurangi efisiensi pemanfaatan aktiva. Keberadaan komisaris independen diatur dalam ketentuan Peraturan Pencatatan Efek Jakarta (BEI) no.1-a tentang Ketentuan Umum Pencatatan Efek Bersifat Ekuitas di Bursa yang berlaku sejak tanggal 1 Juli Menurut Alijoyo dan Zaini (2004), untuk memantapkan efektivitas komisaris independen maka komposisi komisaris independen paling sedikit sebesar 30% dari jumlah seluruh komisaris atau paling sedikit 1 (satu) orang. Beberapa kriteria formal yang harus dipenuhi oleh komisaris independen antara lain mampu melakukan perbuatan hokum, tidak pernah dinyatakan pailit atau menjadi anggota direksi atau dewan komisaris yang bersalah menyebabkan perusahaan keuangan Negara, tidak pernah dipidana karena merugikan keuangan negara, tidak mempunyai hubungan afiliasi dengan pemegang saham pengendali perusahaan yang bersangkutan, tidak mempunyai hubungan afiliasi dengan direktur dan/atau komisaris lainnya pada perusahaan yang bersangkutan, tidak bekerja rangkap sebagai direktur di perusahaan lainnya yang terafiliasi dengan perusahaan yang bersangkutan, tidak menduduki jabatan eksekutif atau mempunyai hubungan bisnis dengan perusahaan yang bersangkutan dan perusahaan-perusahaan lainnya yang terafiliasi dalam jangka waktu 3 (tiga) tahun terakhir, tidak menjadi partner atau prinsipal di perusahaan konsultan yang memberikan jasa pelayanan profesional pada perusahaan dan perusahaan lainnya yang terafiliasi, tidak menjadi pemasok atau pelanggan signifikan pada perusahaan atau menduduki jabatan eksekutif dan dewan komisaris pemasok dan pelanggan signifikan dari perusahaan yang bersangkutan atau perusahaan lainnya yang terafiliasi, bebas dari segala kepentingan dan kegiatan bisnis atau hubungan yang lain yang dapat diinterpretasikan akan menghalangi atau mengurangi kemampuan komisaris independen untuk bertindak dan berpikir independen demi kepentingan perusahaan, dan memahami peraturan perundang-undangan PT, perundang-undangan pasar modal, dan undang-undang serta peraturan-peraturan lain yang terkait. Beberapa studi/ penelitian mempunyai argumen yang berbeda, jumlah dewan direksi yang besar kurang efektif dalam memonitor manajemen. Yenmack (1996) dan Eisenberg et al. (1998) yang menyatakan bahwa jumlah dewan direksi yang kecil meningkatkan kinerja perusahaan. Komposisi dewan direksi telah sering digunakan untuk mengkarakteristikkan keberadaan kolusi dan dominasi dari direksi. Lalu menurut Hermalin dan Weisbach (1988) menyatakan bahwa outsider director selain lebih efektif dalam memonitor manajemen juga merupakan sarana untuk mendisiplinkan para manajer. Ukuran dan komposisi dewan direksi dapat mempengaruhi efektif tidaknya aktivitas monitoring. Ukuran dan komposisi dewan direksi juga mempengaruhi hubungan kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional terhadap kinerja perusahaan. Sehingga peningkatan ukuran dan diversitas dari dewan direksi akan memberikan manfaat bagi perusahaan karena terciptanya network dengan pihak luar perusahaan dan menjamin ketersediaan sumberdaya. Yenmack (1996) menyatakan bahwa ukuran dewan direksi yang kecil secara positif dan signifikan mempengaruhi efisiensi pemanfaatan aktiva namun tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pengurangan biaya keagenan yang diukur dengan beban operasi. Semakin besar ukuran dewan direksi semakin besar beban diskresi manajerial yang terjadi. Dengan demikian ukuran dewan direksi tidak menunjukkan pengurangan biaya keagenan. Menurut Midiastuty dan Machfoed (2003) yang menyatakan bahwa jumlah dewan komisaris mampu mengurangi konflik kepentingan yang timbul dari hubungan antara ma- 12

6 2011 Nicken Destriana najemen dan pemegang saham. Komisaris independen bertanggung jawab dan mempunyai kewenangan untuk mengawasi kebijakan-kebijakan yang dilakukan direksi dan memberikan nasihat bilamana diperlukan. Dewan komisaris independen dapat mengurangi perbedaan tujuan antara manajemen dengan pemegang saham dalam hal memaksimalkan nilai perusahaan dengan mengawasi keputusan-keputusan manajerial yang utama. Meskipun bukti empiris masih menunjukkan hasil yang masih berbeda tentang ukuran dan komposisi dewan direksi terhadap kinerja perusahaan, namun yang perlu ditekankan bahwa outsider director dapat memberikan kontribusi terhadap nilai perusahaan melalui aktivitas evaluasi dan keputusan strategik. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa ukuran dan komposisi dewan direksi secara signifikan berpengaruh terhadap kinerja dengan adanya penurunan biaya keagenan. KEPEMILIKAN MANAJERIAL DAN INSTITU- SIONAL Besar kecil jumlah kepemilikan saham manajerial dalam perusahaan dapat mengindikasikan adanya kesamaan (congruence) kepentingan antara manajemen dengan pemegang saham (Faisal 2005). Dengan adanya kepemilikan saham manajerial yang besar dalam perusahaan, maka akan mendorong manajemen untuk ikut merasa memiliki perusahaan sehingga setiap keputusan yang mereka ambil sehubungan dengan perusahaan akan berdampak langsung pada mereka. Kepemilikan saham manajerial dapat membantu penyatuan kepentingan antara pemegang saham dengan manajer, semakin meningkat proporsi kepemilikan saham manajerial maka semakin baik kinerja perusahaan. (Jensen, 1983). Kepemilikan manajerial mempunyai pengaruh yang berbeda pada perusahaan kecil dengan perusahaan besar. Dengan demikian penting untuk menentukan apakah kepemilikan manajerial mempengaruhi biaya keagenan pada berbagai ukuran perusahaan. Perusahaan dengan jumlah kepemilikan saham yang besar seharusnya mempunyai konflik keagenan yang rendah dan biaya keagenan yang rendah pula. Konflik keagenan yang rendah dapat direfleksikan dari tingginya tingkat perputaran aktiva perusahaan dan rendahnya beban operasi terhadap penjualan. Biaya keagenan diukur dengan tingkat perputaran aktiva yang mengukur kemampuan manajer untuk menggunakan aktiva secara efisien. Tingkat perputaran aktiva yang tinggi menunjukkan jumlah penjualan dan kas yang dihasilkan dari penggunaan aktiva tersebut tinggi. Sebaliknya, tingkat perputaran aktiva yang rendah mengindikasikan bahwa manajer lebih banyak menggunakan aktiva tersebut untuk aktivitas yang tidak menghasilkan aliran kas. Tingkat perputaran yang tinggi merupakan indikasi bahwa manajer melakukan praktek yang efisien dalam manajemen aktiva dengan demikian akan meningkatkan nilai perusahaan. Rasio beban operasi terhadap penjualan rendah menunjukkan bahwa manajer lebih banyak menggunakan aktiva untuk kegiatan yang tidak produktif (Faisal 2005). Kepemilikan manajerial mempengaruhi masalah keagenan dimana menurut Rozeff (1982) menyatakan bahwa kepemilikan dan kebijakan deviden digunakan sebagai substitusi untuk mengurangi masalah keagenan. Kepemilikan manajerial yang tinggi menyebabkan deviden yang dibayarkan ke pemegang saham rendah. Penetapan deviden yang rendah disebabkan manajer memiliki harapan-harapan investasi di masa mendatang yang dibiayai dari sumber internal. Sehingga apabila sebagian pemegang saham menyukai dividen tinggi maka menimbulkan perbedaan kepentingan antara pemegang saham dengan manajer. Lalu menurut Bathala et al. (1994) menyimpulkan bahwa level kepemilikan manajerial yang lebih tinggi dapat digunakan untuk mengurangi masalah keagenan. Hal tersebut didasarkan pada logika bahwa peningkatan proporsi saham yang dimiliki manajer akan menurunkan kecenderungan manajer untuk melakukan tindakan mengkon- 13

7 Media Bisnis Maret sumsi perquisites yang berlebihan, dengan demikian akan menyatukan kepentingan antara manajer dengan pemegang saham. Morck et al. (1988) menyatakan bahwa terdapat hubungan yang positif antara kepemilikan manajerial dengan nilai perusahaan (Tobin s Q) pada level antara 0% - 5%, dan berhubungan negatif pada level 5% - 25%. Ia mengatakan bahwa pemusatan kepentingan akan terus terjadi ketika level kepemilikan manajerial lebih kecil dari 5% dan lebih besar dari 25%. Pada saat level kepemilikan manajerial lebih besar dari 5% - 25% manfaat privat yang diperoleh manajer (agen) melebihi kos yang dikeluarkan akibat kerugian dari keputusankeputusan yang tidak memaksimalkan nilai perusahaan. Kepemilikan institusional dalam perusahaan bertindak sebagai pihak yang memonitor perusahaan. Semakin besar kepemilikan institusional maka semakin efisien pemanfaatan aktiva perusahaan. Sehingga kepemilikan institusional bertindak sebagai pencegahan terhadap pemborosan yan dilakukan oleh manajemen (Faisal 2005). Persentase kepemilikan institusional dalam suatu perusahaan mendorong manajer untuk memfokuskan pada tujuan jangka panjang daripada jangka pendek, sehingga pada akhirnya akan dapat mengurangi konflik antara prinsipal dan agen (mengurangi masalah keagenan). Fungsi kepemilikan institusional mempunyai peran yang sama dengan dewan direksi. Semakin besar kepemilikan saham institusional dan dewan direksi mengindikasikan semakin besar insentif dan kapabilitas mereka untuk memonitor manajemen dari tindakan pemborosan. Berdasarkan uraian diatas maka diekspektasikan hubungan antara ukuran dewan direksi dengan efisiensi pemanfaatan aktiva adalah positif dan berhubungan negatif dengan biaya keagenan yang diproksikan dengan beban operasi (selling and general administrative) (Faisal, 2005). Beberapa penelitian memberikan bukti empiris bahwa terdapat peningkatan turnover manajemen dan gains akibat pembelian saham oleh pihak luar dan menyatakan bahwa kinerja keuangan perusahaan mengikuti pembelian saham oleh outside block ownership. Cai et.al. (2001) menemukan hubungan yang berlawanan antara kinerja saham dengan kepemilikan saham institusional. Perusahaan dengan kepemilikan institusional yang besar (lebih dari 5%) mengindikasikan kemampuannya untuk memonitor manajemen. Semakin besar kepemilikan institusional maka semakin efisien pemanfaatan aktiva perusahaan. Dengan demikian proporsi kepemilikan institusional bertindak sebagai pencegahan terhadap pemborosan yang dilakukan manajemen (Faisal 2005). DEBT TO EQUITY RATIO Rasio utang atau debt ratio adalah rasio keuangan yang ingin mengetahui proporsi dari total aset yang dibiayai oleh para kreditor (Gitman 2009). Dari rasio utang ini maka dapat diketahui seberapa besar jumlah uang atau modal dari kreditor yang digunakan untuk memperoleh keuntungan atau profit perusahaan. Semakin besar nilai dari rasio ini maka penggunaan atas utang semakin tinggi. Pengelolaan rasio utang yang baik akan memberikan manfaat kepada perusahaan. Besarnya penggunakan utang belum mengindikasikan hal tersebut tidak baik bagi perusahaan. Hal ini dikarenakan tujuan dari penggunaan utang adalah untuk investasi. Jika investasi yang dilakukan berhasil maka dapat dikatakan pengelolaan atas utang telah baik karena memberikan dampak yang positif bagi perusahaan. Ketika salah satu investasi yang dilakukan oleh perusahaan adalah untuk biaya pengawasan maka akan dapat menghasilkan corporate governance perusahaan yang baik. Dari pernyataan tersebut maka dapat dikatakan bahwa rasio utang memiliki pengaruh positif terhadap CG perusahaan. Jensen (1986) menyatakan hutang perusahaan merupakan salah satu mekanisme untuk menyatukan kepentingan manajer dengan pemegang saham. Hutang memberikan 14

8 2011 Nicken Destriana sinyal tentang status kondisi keuangan perusahaan untuk memenuhi kewajibannya. Hasil dari penelitian Faisal (2005) menunjukkan bahwa leverage berhubungan negatif dengan biaya keagenan namun tidak signifikan. Hal ini menunjukkan leverage yang tinggi dapat mempengaruhi efisiensi penggunaan aktiva. Hasil tersebut Fuad (2006) yang telah membuktikan bahwa hutang dapat menurunkan biaya keagenan. Hutang memberikan sinyal tentang status kondisi keuangan perusahaan untuk memenuhi kewajibannya. Menurut Jensen (1986), hutang perusahaan merupakan salah satu mekanisme untuk menyatukan kepentingan manajer dengan pemegang saham. Hasil dari penelitian Faisal (2005) menunjukkan bahwa leverage berhubungan negatif dengan biaya keagenan namun tidak signifikan. Hal ini menunjukkan leverage yang tinggi dapat mempengaruhi efisiensi penggunaan aktiva. PENUTUP Konflik kepentingan antara agen dan prinsipal memicu terjadinya biaya keagenan dan masing-masing pihak akan berusaha mengurangi biaya tersebut. Beberapa hal yang dapat disimpulkan dari penjelasan diatas adalah pengawasan yang dilakukan oleh dewan komisaris dan direksi akan mencegah manajemen untuk melakukan tindakan yang dapat merugikan pemegang saham sehingga biaya/ kerugian akibat dari manajemen dapat berkurang. Selain itu kepemilikan manajerial dan hutang dapat berfungsi sebagai penyatu kepentingan antara pemegang saham dengan manajer. Serta kepemilikan institusional akan mengindikasikan insentif dan kapabilitas mereka untuk memonitor manajemen dari tindakan pemborosan. REFERENSI Alijoyo, Antonius dan Subarto Zaini Komisaris Independen, Penggerak Praktik GCG di Perusahaan. Penerbit PT Indeks. Jakarta. Bathala, C.T. Moon, K.P. dan Rao Managerial Ownership, Debt Policy, and The Impact of Institutional Holdings: An Agency Perspective Financial Management, Vol 23, No 3, P Copeland T.E dan J.F Weston Financial Theory and Corporate Policy. Third Edition. Wesley Publishing Company Eisenhardt, K.M Agency Theory: An Assessment and Review. Academy of Management Review. Vol. 14, no. 1, pp Eisenberg, T.; S. Sundgren; and M. Wells Larger Board Size and Decreasing Firm Value in Small Firms. Journal of Financial Economics 48: Faisal Analisis Agency Cost, Struktur Kepemilikan dan Mekanisme Corporate Governance. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia. Jakarta. pp Fama, E Agency Problem and the Theory of the Firm. Journal of Political Economy 88: Fuad Simultanitas dan Trade off Pengambilan Keputusan Finansial dalam Mengurangi Konflik Agensi: Pe`ran dari Corporate Ownership. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia. Vol 9 No 3 September. pp Gitman L.J Principles of Managerial Finance. 12 th edition. Prentice Hall. Hermalin, B. and M. S. Weisbach The Determinants of Board Composition. Rand Journal of Economics 19, pp Jensen, M. dan W. Meckling, Theory of The Firm: Managerial Behavior, Agency and Ownership Structure. Journal of Financial Economics. Jensen, MC Organization Theory and Methodology. Accounting Review. vol. 58, no. 2, pp Jensen, M.C Agency Cost of Free Cash Flow, Corporate Finance, and Takeovers. American Economics Review, Vol 76, no 2. 15

9 Media Bisnis Maret Mahadwartha, P.A Proporsi Teori Keagenan dan Teori Equity pada kebijakan Kompensasi. Manajemen Usahawan Indonesia, Vol 32 no 11. Midiastuty, P. Puspa dan Mas ud Machfoedz Analisis Hubungan Mekanisme Corporate Governance dan Indikasi manajemen Laba. Simposium Nasional Akuntansi VI. pp , Surabaya. Morck, R., A. Shleifer, and R. Vishny Management ownership and market valuation. Journal of Financial Economics, 20, Prasetyo, Arief Corporate Governance, Kebijakan Dividen dan Nilai Perusahaan. Fakultas Ekonomi Universitas Trisakti. Rozeff, M.S Growth, beta and agency costs as determinants of dividend-payout ratios.journal of Financial Research, Yermack, D Higher market valuation of companies with a small board of directors. Journal of Financial Economics 40(3):

PENGARUH DEBT TO EQUITY RATIO, DIVIDEN, AND FAKTOR NON KEUANGAN TERHADAP AGENCY COST

PENGARUH DEBT TO EQUITY RATIO, DIVIDEN, AND FAKTOR NON KEUANGAN TERHADAP AGENCY COST JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI ISSN: 1410-9875 Vol. 17, No. 2, Desember 2015, Hlm. 125-133 http: //www.tsm.ac.id/jba PENGARUH DEBT TO EQUITY RATIO, DIVIDEN, AND FAKTOR NON KEUANGAN TERHADAP AGENCY COST NICKEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Dalam mengelola suatu perusahaan telah lama dikenal suatu istilah yang

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Dalam mengelola suatu perusahaan telah lama dikenal suatu istilah yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam mengelola suatu perusahaan telah lama dikenal suatu istilah yang disebut agency theory. Agency theory (teori keagenan) seperti yang dikemukakan oleh Jensen dan

Lebih terperinci

1 Universitas Indonesia

1 Universitas Indonesia 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN Pemisahan antara kepemilikan saham dan manajemen di perusahaanperusahaan besar sangat diperlukan. Sebagian besar perusahaan itu memiliki ratusan atau ribuan pemegang

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1. Simpulan Berdasarkan dari hasil analisis dan pembahasan maka simpulan yang dapat dirumuskan adalah sebagai berikut: 1. Debt ratio mempunyai pengaruh negatif yang tidak signifikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemegang saham. Manajer mempunyai kewajiban untuk memaksimumkan. kepentingan untuk memaksimumkan kesejahteraan mereka.

BAB I PENDAHULUAN. pemegang saham. Manajer mempunyai kewajiban untuk memaksimumkan. kepentingan untuk memaksimumkan kesejahteraan mereka. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam perusahaan go public sering terjadi masalah keagenan yang ditunjukkan dari adanya perbedaan kepentingan antara manajemen (agen) dan pemegang saham. Manajer

Lebih terperinci

Peran Praktek Corporate Governance Sebagai Moderating Variable dari Pengaruh Earnings Management Terhadap Nilai Perusahaan

Peran Praktek Corporate Governance Sebagai Moderating Variable dari Pengaruh Earnings Management Terhadap Nilai Perusahaan Tugas S2 matrikulasi: Ekonomi Bisnis & Financial Dosen: Dr. Prihantoro, SE., MM Peran Praktek Corporate Governance Sebagai Moderating Variable dari Pengaruh Earnings Management Terhadap Nilai Perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam teori keagenan (agency theory), hubungan agensi muncul ketika

BAB I PENDAHULUAN. Dalam teori keagenan (agency theory), hubungan agensi muncul ketika 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam teori keagenan (agency theory), hubungan agensi muncul ketika satu orang atau lebih (principal) mempekerjakan orang lain (agent) untuk memberikan suatu jasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memahami corporate governance. Jensen dan Meckling (1976) dalam Muh.

BAB I PENDAHULUAN. memahami corporate governance. Jensen dan Meckling (1976) dalam Muh. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manajemen perusahaan pada dasarnya memiliki kepentingan ganda yaitu untuk memaksimalkan kepentingan pemegang saham dan kepentingan perusahaan itu sendiri. Untuk itu,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Perusahaan yang pada awalnya dikelola langsung oleh pemiliknya,

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Perusahaan yang pada awalnya dikelola langsung oleh pemiliknya, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pada dunia bisnis, perusahaan dituntut untuk selalu berkembang dan menyesuaikan diri dengan perkembangan yang terjadi di lingkungan eksternal perusahaan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. saham, dengan pembagian dividen atau perolehan capital gain (Mahfoedz. dan Naim, 1996 dalam Purbandari, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. saham, dengan pembagian dividen atau perolehan capital gain (Mahfoedz. dan Naim, 1996 dalam Purbandari, 2008). BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Perusahaan mempunyai tujuan utama yaitu meningkatkan nilai perusahaan melalui peningkatan kemakmuran pemilik atau pemegang saham, dengan pembagian dividen atau

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. antara manajer ( agent) sebagai pengelola dengan pemegang saham ( principal)

BAB 1 PENDAHULUAN. antara manajer ( agent) sebagai pengelola dengan pemegang saham ( principal) BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Peningkatan kekayaan pemegang saham melalui peningkatan nilai perusahaan sebagai tujuan utama perusahaan kadang tidak sejalan dengan tujuan pihak manajemen perusahaan,

Lebih terperinci

PENGARUH MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP AGENCY COST PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA SKRIPSI

PENGARUH MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP AGENCY COST PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA SKRIPSI PENGARUH MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP AGENCY COST PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kajian mengenai Corporate Governance meningkat dengan pesat seiring

BAB I PENDAHULUAN. Kajian mengenai Corporate Governance meningkat dengan pesat seiring 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kajian mengenai Corporate Governance meningkat dengan pesat seiring dengan terbukanya skandal keuangan berskala keuangan besar. Upaya pengembangan Good Corporate

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dalam perkembangan perusahaan yang semakin meningkat, pemilik

I. PENDAHULUAN. Dalam perkembangan perusahaan yang semakin meningkat, pemilik I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Dalam perkembangan perusahaan yang semakin meningkat, pemilik menghadapi berbagai permasalahan yang berkaitan dengan pengelolaan perusahaan. Pengelolaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat mempengaruhi persepsi investor terhadap perusahaan. berdampak terhadap nilai perusahaan (Fama dan French, 1998).

BAB I PENDAHULUAN. dapat mempengaruhi persepsi investor terhadap perusahaan. berdampak terhadap nilai perusahaan (Fama dan French, 1998). 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Banyaknya perusahaan dalam industri, serta kondisi perekonomian saat ini telah menciptakan suatu persaingan yang ketat antar perusahaan manufaktur. Persaingan

Lebih terperinci

BAB II TEORI AGENSI, PERATURAN BAPEPAM VIII G.7, KEPEMILIKAN MANAJERIAL, KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL, NILAI PERUSAHAAN DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

BAB II TEORI AGENSI, PERATURAN BAPEPAM VIII G.7, KEPEMILIKAN MANAJERIAL, KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL, NILAI PERUSAHAAN DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 14 BAB II TEORI AGENSI, PERATURAN BAPEPAM VIII G.7, KEPEMILIKAN MANAJERIAL, KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL, NILAI PERUSAHAAN DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1. Teori Agensi (Agency Theory) Jensen dan Meckling

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimana satu atau lebih orang (prinsipal) memerintah orang lain (agen) untuk. agen membuat keputusan yang terbaik bagi prinsipal.

BAB I PENDAHULUAN. dimana satu atau lebih orang (prinsipal) memerintah orang lain (agen) untuk. agen membuat keputusan yang terbaik bagi prinsipal. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Teori keagenan mendeskripsikan hubungan antara pemegang saham (shareholders) sebagai prinsipal dan manajemen sebagai agen. Jensen dan Meckling (1976) menjelaskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan tujuan pribadi manajer. Dengan wewenang yang dimiliki, manajer dapat

BAB I PENDAHULUAN. dengan tujuan pribadi manajer. Dengan wewenang yang dimiliki, manajer dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penunjukkan manajer oleh pemegang saham untuk mengelola perusahaan kenyataannya seringkali menghadapi masalah karena tujuan perusahaan berbenturan dengan tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan, karena Corporate Governance merupakan tata kelola. Minow, 2001). Isu mengenai CG ini mulai mengemuka, khususnya di

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan, karena Corporate Governance merupakan tata kelola. Minow, 2001). Isu mengenai CG ini mulai mengemuka, khususnya di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Corporate Governance (CG) banyak menjadi bahasan utama berbagai perusahaan, karena Corporate Governance merupakan tata kelola perusahaan yang menjelaskan hubungan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Corporate governance sampai saat ini memiliki peranan yang sangat penting di dalam menyelaraskan kepentingan prinsipal dan agen. Menurut Forum for Corporate

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan go public merupakan istilah yang tidak asing lagi di

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan go public merupakan istilah yang tidak asing lagi di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan go public merupakan istilah yang tidak asing lagi di masyarakat. Perusahaan ini menggambarkan perusahaan yang menawarkan sahamnya kepada masyarakat

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Komite Cadbury mendefinisikan Corporate Governance sebagai sistem yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Komite Cadbury mendefinisikan Corporate Governance sebagai sistem yang II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Good Corporate Governance Komite Cadbury mendefinisikan Corporate Governance sebagai sistem yang mengarahkan dan mengendalikan perusahaan dengan

Lebih terperinci

Bab 1 PENDAHULUAN. sebuah perusahaan. Manajer dapat dikatakan sebagai agent dan pemegang

Bab 1 PENDAHULUAN. sebuah perusahaan. Manajer dapat dikatakan sebagai agent dan pemegang Bab 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manajer dan pemegang saham merupakan dua partisipan terkait dalam sebuah perusahaan. Manajer dapat dikatakan sebagai agent dan pemegang saham dapat dikatakan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memaksimumkan kesejahteraan mereka. Dengan wewenang yang dimiliki, manajer

BAB I PENDAHULUAN. memaksimumkan kesejahteraan mereka. Dengan wewenang yang dimiliki, manajer BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manajer mempunyai kewajiban untuk memaksimumkan kesejahteraan para pemegang saham, namun disisi lain manajer mempunyai kepentingan untuk memaksimumkan kesejahteraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penunjukan manajer oleh pemegang saham untuk mengelola perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Penunjukan manajer oleh pemegang saham untuk mengelola perusahaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penunjukan manajer oleh pemegang saham untuk mengelola perusahaan dalam kenyataannya seringkali menghadapi masalah dikarenakan tujuan perusahaan berbenturan

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUALITAS LABA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUALITAS LABA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUALITAS LABA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Tujuan utama sebagian besar perusahaan, terutama perusahaan yang berorientasi bisnis, adalah mengoptimalkan nilai perusahaan. Nilai perusahaan yang meningkat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Keagenan (Agency Theory) Konsep Teori Keagenan (agency theory) menurut Anthony dan Govindarajan (2005) yaitu hubungan antara principal dan agen. Principal mempekerjakan

Lebih terperinci

PENGARUH PRAKTEK CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP AGENCY COST PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI INDONESIA

PENGARUH PRAKTEK CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP AGENCY COST PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI INDONESIA PENGARUH PRAKTEK CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP AGENCY COST PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI INDONESIA SKRIPSI Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Teori keagenan adalah teori yang timbul dari adanya suatu hubungan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Teori keagenan adalah teori yang timbul dari adanya suatu hubungan BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory) Teori keagenan adalah teori yang timbul dari adanya suatu hubungan kontrak dimana satu atau lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tujuan para investor yaitu memperoleh return yang maksimal dari dana yang

BAB I PENDAHULUAN. tujuan para investor yaitu memperoleh return yang maksimal dari dana yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu tujuan utama suatu perusahaan didirikan adalah memaksimalkan kekayaan pemegang saham dengan cara memaksimalkan harga saham perusahaan (Keown et al,

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. tinggi kepemilikan saham manajerial maka financial distress semakin rendah. Jensen

BAB V PENUTUP. tinggi kepemilikan saham manajerial maka financial distress semakin rendah. Jensen BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan Berdasarkan analisis data dan pembahasan hasil penelitian pada bab sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa: Pertama, kepemilikan saham manajerial berpengaruh negatif terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yaitu mengenai struktur kepemilikan, struktur modal, corporate

BAB I PENDAHULUAN. yaitu mengenai struktur kepemilikan, struktur modal, corporate BAB I PENDAHULUAN Bab Iberisi penjelasan latar belakang penelitian yang dilakukan, yaitu mengenai struktur kepemilikan, struktur modal, corporate governance, dan agency cost. Selanjutnya, dalam bab ini

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dimiliki oleh insider shareholders dan outsider shareholders. Menurut Iturraga dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dimiliki oleh insider shareholders dan outsider shareholders. Menurut Iturraga dan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Struktur Kepemilikan Struktur kepemilikan (ownership structure) merupakan persentase saham yang dimiliki oleh insider shareholders dan outsider shareholders.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Mekanisme Corporate Governance Mekanisme corporate governance memiliki kemampuan dalam kaitannya menghasilkan suatu laporan keuangan yang memiliki kandungan informasi laba (Boediono,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan dengan negara-negara lain, baik di dunia, dikawasan Asia,

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan dengan negara-negara lain, baik di dunia, dikawasan Asia, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pelaksanaan corporate governance di Indonesia memang tertinggal dibandingkan dengan negara-negara lain, baik di dunia, dikawasan Asia, bahkan kawasan Asia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manajer (agen). Manajemen ditunjuk sebagai pengelola perusahaan oleh pihak

BAB I PENDAHULUAN. manajer (agen). Manajemen ditunjuk sebagai pengelola perusahaan oleh pihak BAB I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, dan sistematika penelitiaan. Bagian 1.1 menjelaskan mengenai latar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan penting pendirian suatu perusahaan adalah untuk. meningkatkan kesejahteraan pemiliknya atau pemegang saham, atau

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan penting pendirian suatu perusahaan adalah untuk. meningkatkan kesejahteraan pemiliknya atau pemegang saham, atau 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu tujuan penting pendirian suatu perusahaan adalah untuk meningkatkan kesejahteraan pemiliknya atau pemegang saham, atau memaksimalkan kekayaan pemegang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. memaksimumkan kemakmuran pemegang saham atau stockholder (Brigham. karena pemilik modal memiliki banyak keterbatasan.

BAB 1 PENDAHULUAN. memaksimumkan kemakmuran pemegang saham atau stockholder (Brigham. karena pemilik modal memiliki banyak keterbatasan. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Konsep manajerial pada perusahaan publik memiliki tujuan untuk memaksimumkan kemakmuran pemegang saham atau stockholder (Brigham dan Gapenski, 1996, dalam Wahidahwati,

Lebih terperinci

ISNI WIYATMI B

ISNI WIYATMI B PENGARUH STRUKTUR KEPEMILIKAN, UKURAN DEWAN KOMISARIS, UKURAN PERUSAHAAN, DAN LEVERAGE TERHADAP MANAJEMEN LABA (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia) SKRIPSI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. macam resiko dan ketidakpastian yang seringkali sulit diprediksikan oleh para

BAB I PENDAHULUAN UKDW. macam resiko dan ketidakpastian yang seringkali sulit diprediksikan oleh para BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Aktivitas investasi merupakan aktivitas yang dihadapkan pada berbagai macam resiko dan ketidakpastian yang seringkali sulit diprediksikan oleh para investor. Untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melalui kemakmuran pemilik atau pemegang saham. Namun pihak. diminimumkan dengan suatu mekanisme pengawasan yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. melalui kemakmuran pemilik atau pemegang saham. Namun pihak. diminimumkan dengan suatu mekanisme pengawasan yang dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan utama perusahaan adalah meningkatkan nilai perusahaan melalui kemakmuran pemilik atau pemegang saham. Namun pihak manajemen atau manajer perusahaan sering

Lebih terperinci

BABI PENDAHULUAN. Laporan keuangan merupakan sarana untuk mempertanggungjawabkan. apa yang dilakukan oleh manajemen atas sumber daya yang dipercayakan

BABI PENDAHULUAN. Laporan keuangan merupakan sarana untuk mempertanggungjawabkan. apa yang dilakukan oleh manajemen atas sumber daya yang dipercayakan BABI PENDAHULUAN A. Latar Belakang Laporan keuangan merupakan sarana untuk mempertanggungjawabkan apa yang dilakukan oleh manajemen atas sumber daya yang dipercayakan kepada manajer tersebut. Dari laporan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam teori keagenan (agency theory), adanya pemisahan antara. kepemilikan dan pengelolaan perusahaan dapat menimbulkan konflik.

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam teori keagenan (agency theory), adanya pemisahan antara. kepemilikan dan pengelolaan perusahaan dapat menimbulkan konflik. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam teori keagenan (agency theory), adanya pemisahan antara kepemilikan dan pengelolaan perusahaan dapat menimbulkan konflik. Terjadinya konflik yang disebut agency

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Teori agensi menjelaskan tentang pemisahan kepentingan atau

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Teori agensi menjelaskan tentang pemisahan kepentingan atau BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Teori Agensi Teori agensi menjelaskan tentang pemisahan kepentingan atau pemisahan pengelolaan perusahaan. Pemilik ( principle)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu perusahaan dengan pihak pihak yang berkepentingan dengan data atau

BAB I PENDAHULUAN. suatu perusahaan dengan pihak pihak yang berkepentingan dengan data atau BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Suatu laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat komunikasi antara data keuangan atau aktivitas suatu perusahaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Agensi (Agency Theory) Teori agensi merupakan teori yang mendefinisikan adanya hubungan antara prinsipal dan agen. Jensen dan Meckling (1976) menjelaskan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Struktur Modal a. Agency Theory Pearce dan Robinson (2009), mendefinisikan bahwa teori keagenan merupakan sekelompok gagasan mengenai pengendalian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Pasar modal (capital market) merupakan tempat diperjualbelikannya berbagai instrumen keuangan jangka panjang, seperti utang, ekuitas (saham), instrumen

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Laba merupakan sekumpulan angka yang berisi informasi, dimana laba juga merupakan bagian penting dari

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Laba merupakan sekumpulan angka yang berisi informasi, dimana laba juga merupakan bagian penting dari BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Laba merupakan sekumpulan angka yang berisi informasi, dimana laba juga merupakan bagian penting dari isi laporan keuangan perusahaan. Laba merupakan salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan fungsi pertanggungjawaban dalam organisasi. Tujuan laporan

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan fungsi pertanggungjawaban dalam organisasi. Tujuan laporan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu sumber informasi dari pihak eksternal dalam menilai kinerja keuangan adalah laporan keuangan. Laporan keuangan merupakan alat utama para manajer

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lain yang belum terpenuhi, dimana hutang ini merupakan sumber dana

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lain yang belum terpenuhi, dimana hutang ini merupakan sumber dana BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Pengertian Hutang Hutang adalah semua kewajiban keuangan perusahaan kepada pihakpihak lain yang belum terpenuhi, dimana hutang ini merupakan sumber dana

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. (principal) yang mempekerjakan orang lain (agent) untuk memberikan suatu jasa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. (principal) yang mempekerjakan orang lain (agent) untuk memberikan suatu jasa BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Teori Agensi Hubungan keagenan merupakan sebuah kontrak antara satu orang atau lebih (principal) yang mempekerjakan orang lain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini dikarenakan dengan Gross Domestic Product (GDP) Indonesia yang terus

BAB I PENDAHULUAN. ini dikarenakan dengan Gross Domestic Product (GDP) Indonesia yang terus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini Indonesia merupakan negara berkembang yang mengalami pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi. Dengan tingginya pertumbuhan ekonomi di Indonesia membuat para investor

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. (principal) yaitu investor dengan manajer (agent). Investor memberikan

BAB II LANDASAN TEORI. (principal) yaitu investor dengan manajer (agent). Investor memberikan 9 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Agency Theory Teori Agensi merupakan teori yang menjelaskan hubungan antara pemilik modal (principal) yaitu investor dengan manajer (agent). Investor memberikan wewenang pada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Struktur Modal Teori struktur modal berkaitan dengan bagaimana modal dialokasikan dalam aktivitas investasi aktiva riil perusahaan, yaitu dengan cara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan membuat persaingan di dunia usaha semakin ketat. Pada era

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan membuat persaingan di dunia usaha semakin ketat. Pada era BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan sistem teknologi informasi dan bertambah luasnya ilmu pengetahuan membuat persaingan di dunia usaha semakin ketat. Pada era globalisasi seperti

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Teori keagenan (agency theory) telah menjadi basis penelitian yang kuat dalam disiplin keuangan dan akuntansi (Abdullah, 2001). Teori keagenan menjelaskan

Lebih terperinci

A. Latar Belakang Penelitian

A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manajemen keuangan merupakan salah satu bidang manajemen fungsional dalam suatu perusahaan, yang mempelajari tentang penggunaan dana, memperoleh dana dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan utama didirikannya perusahaan adalah untuk meningkatkan kesejahteraan pemegang saham. Kesejahteraan dapat ditingkatkan melalui kinerja perusahaan (firm performance)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Laporan keuangan merupakan ringkasan dari suatu pencatatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Laporan keuangan merupakan ringkasan dari suatu pencatatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Laporan keuangan merupakan ringkasan dari suatu pencatatan transaksi-transaksi keuangan yang terjadi selama satu tahun. Laporan keuangan menjadi media bagi perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karena bagi para investor dividen merupakan return (tingkat pengembalian) atas

BAB I PENDAHULUAN. karena bagi para investor dividen merupakan return (tingkat pengembalian) atas 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Salah satu daya tarik berinvestasi bagi investor dalam pasar primer maupun pasar sekunder adalah dividen. Dividen merupakan salah satu faktor yang akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. informasi yang memadai diberikan oleh perusahaan karena mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. informasi yang memadai diberikan oleh perusahaan karena mempunyai 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perusahaan jasa, perusahaan manufaktur maupun perusahaan perbankan yang telah go public memanfaatkan pasar modal sebagai sarana untuk mendapatkan sumber dana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penanaman dana lainya (Ghozali, 2007). defisit dan sektor surplus maupun sebagai agent of development yang dalam

BAB I PENDAHULUAN. penanaman dana lainya (Ghozali, 2007). defisit dan sektor surplus maupun sebagai agent of development yang dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bank merupakan suatu perusahaan yang menyediakan jasa keuangan bagi seluruh lapisan masyarakat. Bank berfungsi sebagai perantara keuangan, maka dalam hal ini faktor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Persaingan bisnis dari tahun ke tahun mengalami peningkatan, dimana persaingan bisnis ini semakin ketat sehingga perusahaan-perusahaan yang ada harus semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Tujuan perusahaan dalam jangka panjang adalah memaksimalkan nilai

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Tujuan perusahaan dalam jangka panjang adalah memaksimalkan nilai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tujuan perusahaan dalam jangka panjang adalah memaksimalkan nilai perusahaan melalui implementasi keputusan keuangan yang terdiri dari keputusan pendanaan, investasi

Lebih terperinci

Shella Febri Priatama ABSTRAKSI

Shella Febri Priatama ABSTRAKSI ANALISIS PENGARUH KEPEMILIKAN MANAJERIAL, KEBIJAKAN HUTANG, UKURAN PERUSAHAAN, PROFIBILITAS TERHADAP KEBIJAKAN DIVIDEN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG LISTING DI BURSA EFEK INDONESIA Shella Febri Priatama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. return atas investasinya dengan benar. Corporate governance dapat

BAB I PENDAHULUAN. return atas investasinya dengan benar. Corporate governance dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Konsep corporate governance diajukan demi tercapainya pengelolaan perusahaan yang lebih transparan bagi semua pengguna laporan keuangan. Bila konsep ini diterapkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang bekerja untuk mencapai tujuan. Tujuan utama perusahaan adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. yang bekerja untuk mencapai tujuan. Tujuan utama perusahaan adalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan merupakan suatu organisasi yang terdiri atas sekelompok orang yang bekerja untuk mencapai tujuan. Tujuan utama perusahaan adalah meningkatkan nilai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hubungan keagenan merupakan kontrak antara pemilik perusahaan (principal)

BAB I PENDAHULUAN. Hubungan keagenan merupakan kontrak antara pemilik perusahaan (principal) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hubungan keagenan merupakan kontrak antara pemilik perusahaan (principal) dengan manajemen (agent). Masalah keagenan terjadi ketika manajemen melakukan tindakan yang

Lebih terperinci

akibatnya dapat menghambat tingkat pertumbuhan perusahaan (rate of growth)

akibatnya dapat menghambat tingkat pertumbuhan perusahaan (rate of growth) 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan merupakan tempat yang didirikan untuk melakukan proses produksi barang atau jasa. Perusahaan yang telah berkembang secara baik, umumnya memutuskan untuk

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. pemberian wewenang oleh pemegang saham kepada manajer untuk bekerja demi

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. pemberian wewenang oleh pemegang saham kepada manajer untuk bekerja demi BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori Dan Konsep 2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory) Teori keagenan (agency theory) dipopulerkan oleh Jensen dan Meckling pada tahun 1976. Teori

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Nilai Tujuan utama perusahaan menurut theory of the firm adalah untuk memaksimumkan kekayaan atau nilai perusahaan (value of the firm). Memaksimalkan

Lebih terperinci

kepentingan pemegang saham mungkin bertentangan. Hal tersebut disebabkan

kepentingan pemegang saham mungkin bertentangan. Hal tersebut disebabkan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalan teori keagenan dijelaskan bahwa kepentingan manajemen dan kepentingan pemegang saham mungkin bertentangan. Hal tersebut disebabkan manajer mengutamakan kepentingan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. untuk mengambil keputusan. Kewenangan ini akan membawa konsekuensi logis yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. untuk mengambil keputusan. Kewenangan ini akan membawa konsekuensi logis yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori keagenan (Agency Theory) Praktik manajemen laba tidak dapat dipisahkan dari adanya teori keagenan dan asimetri informasi. Teori keagenan adalah teori

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Konsep pendirian korporasi modern sebagai suatu entitas legal dapat dilihat dari adanya pemisahan antara kepemilikan dan pengelolaan. Menurut Lukviarman (2016, p.23)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keuangan. Laporan keuangan merupakan media komunikasi bagi perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. keuangan. Laporan keuangan merupakan media komunikasi bagi perusahaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Informasi mengenai kinerja perusahaan dapat diperoleh dalam laporan keuangan. Laporan keuangan merupakan media komunikasi bagi perusahaan dengan pihak eksternal dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. itulah, pemerintah maupun investor memberikan perhatian yang lebih dalam

BAB I PENDAHULUAN. itulah, pemerintah maupun investor memberikan perhatian yang lebih dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Di negara Indonesia, isu mengenai tata kelola perusahaan mengemuka setelah Indonesia mengalami krisis yang berkepanjangan sejak tahun 1998. Sejak itulah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan adalah meningkatkan nilai perusahaan melalui peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan adalah meningkatkan nilai perusahaan melalui peningkatan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manajer perusahaan memiliki tugas dan kewajiban untuk membuat suatu keputusan dan kebijakan untuk pencapaian tujuan perusahaan. Tujuan utama perusahaan adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengoptimalkan keuntungan para pemilik (principal) dan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. mengoptimalkan keuntungan para pemilik (principal) dan sebagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penerapan corporate governance didasarkan pada teori agensi. Teori agensi dapat dijelaskan dengan hubungan antara manajemen dengan pemilik. Manajemen sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memaksimumkan kemakmuran pemegang saham atau stockholder. Kartika

BAB I PENDAHULUAN. memaksimumkan kemakmuran pemegang saham atau stockholder. Kartika BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan perusahaan dari sudut pandang manajemen keuangan adalah untuk memaksimumkan kemakmuran pemegang saham atau stockholder. Kartika Nuringsih (2005) menyatakan manajemen

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manajemen perusahaan dalam rangka mendanai operasional perusahaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manajemen perusahaan dalam rangka mendanai operasional perusahaan 13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Kebijakan Hutang Pada dasarnya kebijakan hutang perusahaan merupakan tindakan manajemen perusahaan dalam rangka mendanai operasional perusahaan dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. atas kepentingan mereka sendiri dan agen (manajer perusahaan) a) Pemegang saham dengan manajer.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. atas kepentingan mereka sendiri dan agen (manajer perusahaan) a) Pemegang saham dengan manajer. 10 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Keagenan Teori keagenan mengasumsikan bahwa semua individu bertindak atas kepentingan mereka sendiri dan agen (manajer perusahaan) diasumsikan menerima

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. dividen (dividend policy). Keputusan pembagian dividen seringkali menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN UKDW. dividen (dividend policy). Keputusan pembagian dividen seringkali menimbulkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu fungsi dari manajemen keuangan adalah mengambil kebijakan dividen (dividend policy). Keputusan pembagian dividen seringkali menimbulkan masalah yang harus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disebut agency conflict disebabkan pihak-pihak yang terkait yaitu prinsipal

BAB I PENDAHULUAN. disebut agency conflict disebabkan pihak-pihak yang terkait yaitu prinsipal 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut agency theory, adanya pemisahan antara kepemilikan dan pengelolaan perusahaan dapat menimbulkan konflik. Terjadinya konflik yang disebut agency conflict

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penelitian sebelumnya. Berikut ini uraian beberapa penelitian terdahulu beserta

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penelitian sebelumnya. Berikut ini uraian beberapa penelitian terdahulu beserta BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Pembahasan yang akan dilakukan pada penelitian ini merujuk pada penelitian sebelumnya. Berikut ini uraian beberapa penelitian terdahulu beserta persamaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada umumnya, suatu perusahaan didirikan dengan tujuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada umumnya, suatu perusahaan didirikan dengan tujuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada umumnya, suatu perusahaan didirikan dengan tujuan meningkatkan nilai perusahaan tersebut secara maksimal. Nilai perusahaan dicerminkan dari harga saham

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan kepentingan antara pemilik (principal) dan manajemen (agent) tersebut akan. menimbulkan permasalahan keagenan (agency problem).

BAB I PENDAHULUAN. dan kepentingan antara pemilik (principal) dan manajemen (agent) tersebut akan. menimbulkan permasalahan keagenan (agency problem). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pelimpahan kewenangan pengelolaan perusahaan di Indonesia termasuk juga pada perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dari pemilik (shareholders)

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. corporate governance. Bukti menunjukkan lemahnya praktik corporate

I. PENDAHULUAN. corporate governance. Bukti menunjukkan lemahnya praktik corporate 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tahun 2001 tercatat skandal keuangan di perusahaan publik yang melibatkan manipulasi laporan keuangan oleh PT Lippo Tbk dan PT Kimia Farma Tbk. Hal tersebut membuktikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah pihak yang menjalankan dan mengendalikan jalannya perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. adalah pihak yang menjalankan dan mengendalikan jalannya perusahaan. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Di dalam era ekonomi modern sekarang ini, khususnya pada perusahaan Go Public, terdapat pemisahan antara pihak manajemen dan pemilik. Manajemen adalah pihak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perusahaan sering mengalami perbedaan kepentingan antara manajer dan pemegang saham, perbedaan ini akan menimbulkan suatu masalah. Salah satu contoh bentuk perbedaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Adanya pelaporan keuangan yang dilakukan oleh suatu perusahaan memiliki tujuan yaitu untuk mengkomunikasikan informasi akuntansi dalam membantu pengguna untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang masalah Dalam suatu organisasi, pemilik perusahaan (principal) memberikan kepercayaan kepada manajer (agen) untuk mengambil keputusan-keputusan finansial dan keputusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masalah keuangan merupakan salah satu masalah yang sangat vital bagi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masalah keuangan merupakan salah satu masalah yang sangat vital bagi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah keuangan merupakan salah satu masalah yang sangat vital bagi perusahaan dalam perkembangan bisnis disemua perusahaan. Salah satu tujuan utama didirikannya perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manajemen dan menjamin akuntanbilitas manajemen terhadap stakeholder

BAB I PENDAHULUAN. manajemen dan menjamin akuntanbilitas manajemen terhadap stakeholder BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Corporate governance merupakan konsep yang diajukan demi peningkatan kinerja perusahaan melalui supervisi atau monitoring kinerja manajemen dan menjamin akuntanbilitas

Lebih terperinci

yang diangkat oleh pemegang saham bertindak atas kepentingan pemegang saham.

yang diangkat oleh pemegang saham bertindak atas kepentingan pemegang saham. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan utama perusahaan adalah untuk menaikkan nilai perusahaan dengan cara memaksimalkan kemakmuran pemegang saham. Karena itu diharapkan manajer yang diangkat oleh

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang Masalah. Manajer selaku agent mengetahui informasi internal lebih banyak mengenai

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang Masalah. Manajer selaku agent mengetahui informasi internal lebih banyak mengenai 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah Manajer selaku agent mengetahui informasi internal lebih banyak mengenai perusahaan dibandingkan dengan principal, sehingga manajer harus memberikan informasi

Lebih terperinci

1. Pengertian Agency Theory

1. Pengertian Agency Theory 1. Pengertian Agency Theory Agency theory (teori keagenan) merupakan mengasumsikan bahwa semua individu bertindak untuk kepentingannya sendiri. Pemegang saham sebagai diasumsikan hanya bertindak terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kinerja keuangan perusahaan merupakan hasil dari banyak keputusan yang

BAB I PENDAHULUAN. Kinerja keuangan perusahaan merupakan hasil dari banyak keputusan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kinerja keuangan perusahaan merupakan hasil dari banyak keputusan yang dibuat secara terus menerus oleh manajemen. Hasil keputusan individual yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepemilikan yang berbeda dengan perusahaan-perusahaan di Eropa atau

BAB I PENDAHULUAN. kepemilikan yang berbeda dengan perusahaan-perusahaan di Eropa atau BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan publik di Indonesia memiliki komposisi struktur kepemilikan yang berbeda dengan perusahaanperusahaan di Eropa atau Amerika yang struktur kepemilikannya menyebar

Lebih terperinci