BAB 2 Teori Dasar 2.1 Jaringan Wireless Mesh Arsitektur Jaringan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 2 Teori Dasar 2.1 Jaringan Wireless Mesh Arsitektur Jaringan"

Transkripsi

1 BAB 2 Teori Dasar 2.1 Jaringan Wireless Mesh Arsitektur Jaringan Dikembangkannya Wireless Mesh Network (WMN) sebenarnya bertujuan untuk mengatasi keterbatasan-keterbatasan yang ada pada jaringan ad hoc, wireless local area network (WLAN), wireless personal area network (WPAN) dan wireless metropolitan area network (WMAN). Sebagai contoh, jaringan WLAN hanya dapat menjangkau daerah terbatas saja sehingga seringkali menimbulkan banyak dead zone. Hal tersebut sebenarnya bisa diatasi dengan memakai beberapa access point (AP). Namun solusi ini tidak efisien karena komunikasi antara 2 node harus selalu melalui AP, walaupun jarak kedua node tersebut berada dalam area transmisi masing-masing. Jaringan ad hoc sebenarnya dapat mengatasi hal ini karena setiap node berfungsi sebagai host maupun router. Tetapi kekurangannya adalah pengiriman dan penerimaan paket terutama untuk hop yang jauh sangat tergantung pada node-node antara sumber dan tujuan. WMN dikembangkan untuk mengatasi kelemahan-kelemahan tersebut. Dalam WMN, dikenal 2 jenis node yaitu mesh router dan mesh client. Mesh router biasanya dilengkapi dengan beberapa interface sementara mesh client hanya memakai 1 interface saja. Node-node konvensional seperti desktop, laptop, PDA, Pocket PC dan lain sebagainya yang memiliki wireless NIC, dapat dihubungkan secara langsung dengan wireless mesh router. Selain itu, fungsi gateway dan bridge pada mesh router memudahkan integrasi WMN dengan jaringan wireless yang telah ada seperti cellular, wireless sensor, wireless fidelity (Wi-Fi), worldwide interoperability for microwave access (WIMAX) dan lain sebagainya. Pengembangan WMN juga tidak sulit karena hampir semua komponen yang dibutuhkan telah ada yaitu dalam bentuk protocol routing jaringan ad-hoc, protokol MAC IEEE , wired equivalent privacy (WEP) dan lain sebagainya. 5

2 Saat ini para peneliti sementara mengembangkan standar-standar yang berhubungan dengan jaringan mesh khususnya pada IEEE , IEEE dan IEEE Dari sisi arsitektur maka WMN diklasifikasikan dalam 3 grup utama berdasarkan fungsi node yaitu : 1. Infrastructure/backbone WMN. 2. Client WMN. 3. Hybrid WMN. Infrastructure/backbone meliputi mesh router yang saling dikoneksikan dengan menggunakan berbagai teknologi radio yang ada untuk membentuk backbone. Biasanya memakai kanal IEEE Fungsi gateway juga di-intergrasikan pada beberapa router untuk hubungannya dengan jaringan luar. Arsitektur backbone dapat dilihat pada gambar 2.1 [5]. Garis putus-putus mengindikasikan link wireless sementara garis yang solid adalah link wired. Konvensional client yang memakai teknologi radio yang sama dengan mesh router dapat berkomunikasi secara langsung. Sementara teknologi radio yang berbeda dapat dikoneksikan melalui base station. Infrastructure/backbone WMN adalah type jaringan yang paling umum dipakai. Gambar 2.1 Jaringan Infrastruktur/Backbone Mesh 6

3 Client WMN membentuk jaringan peer to peer antara device client. Pada bentuk ini, setiap node secara aktif berpartisipasi dalam menjalankan routing dan konfigurasi jaringan. Dengan demikian maka setiap node berfungsi sebagai host penerima maupun router. Mesh router tidak diperlukan pada konfigurasi ini seperti terlihat pada gambar 2.2 [5]. Gambar 2.2. Client Mesh Arsitektur hybrid WMN menggabungkan backbone maupun client mesh. Client mesh dapat mengakses jaringan melalui mesh router. Gambar 2.3 Hybrid Mesh Jadi secara sederhana jaringan wireless mesh adalah pengembangan dari 2 jenis jaringan sebelumnya dimana bisa dilihat sebagai ad-hoc infrastruktur [8]. 7

4 2.1.2 Karakteristik Jaringan Setelah melihat arsitektur jaringan WMN maka perlu diperhatikan karakteristik dari WMN. Karakteristik pertama adalah WMN merupakan jaringan wireless multihop. Ini karena tujuan pengembangan WMN adalah meningkatkan coverage area dan menghasilkan konektivitas NLOS (non-line-of-sight). Selain itu, WMN mendukung jaringan ad hoc dengan kemampuan self-forming, self-healing dan self-organization. Dengan demikian maka peningkatan jumlah node dalam perluasan jaringan menjadi lebih fleksibel dan mudah. Karakteristik berikut adalah mobilitas dalam WMN tergantung pada jenis node. Mesh router biasanya memiliki mobilitas yang minim sementara mobilitas mesh client adalah statis maupun bergerak. Karakteristik selanjutnya adalah banyak type jaringan akses yang dipakai. Dalam WMN, akses backhaul ke internet dan komunikasi peer to peer dapat dilakukan dimana sebagai tambahan, integrasi antara WMN dan jaringan wireless yang memberikan layanan pada end user, bisa diakses melalui WMN Skenario Aplikasi Melihat dari karakteristik dan kemampuan WMN, teknologi ini menawarkan berbagai kemudahan dalam pembuatan jaringan yang biasanya diperumit dengan perkabelan. Berbagai skenario aplikasi dapat diwujudkan dengan teknologi WMN. Jaringan rumah pita lebar, jaringan antar tetangga, jaringan perusahaan, dan jaringan wireless metropolitan area (WMAN) adalah beberapa contohnya. Gambar 2.4 Jaringan Rumah Pita Lebar 8

5 Dengan WMN maka jaringan rumah pita lebar dapat dibuat dengan lebih mudah. Hal ini tentunya merupakan suatu solusi yang menarik karena biasanya broadband home networking memakai WLAN IEEE yang bermasalah dengan penempatan access point (AP). AP harus ditempatkan secara baik sehingga menghasilkan dead zone seminimal mungkin. Namun bila telah maksimal dan masih banyak dead zone, solusinya bisa saja memakai beberapa AP. Tetapi dari sisi harga, solusi ini cukup mahal dan diperparah dengan sistem perkabelan yang dipakai juga cukup merepotkan. Selain itu, komunikasi antara 2 node yang berada pada AP yang berbeda, harus melewati 2 AP tersebut yang tentunya bukan solusi yang efisien terutama untuk jaringan pita lebar. Bila AP diganti dengan wireless mesh router maka komunikasi antara node bisa lebih fleksibel dan lebih handal (gambar 2.4). Gambar 2.5 Jaringan Antar Tetangga Demikian pula dengan jaringan antar tetangga. Jaringan ini sebenarnya hampir sama dengan jaringan rumah, hanya saja lebih diperluas jangkauannya ke tetangga dalam suatu komunitas. Pada bentuk ini, mesh router bukan saja melayani node yang di dalam rumah tetapi juga node-node sepanjang jalan terdekat (gambar 2.5). 9

6 Bahkan dapat ditingkatkan untuk membentuk WMAN seperti pada gambar 2.6. Dengan demikian maka berbagai aplikasi sistem transportasi, sistem kesehatan dan medis, otomatisasi gedung, sistem pengawasan keamanan dan berbagai aplikasi lainnya dapat dilakukan secara mudah. Seseorang dapat dengan gampang melakukan pemesanan tiket, mengirim data kesehatan, maupun aplikasi lainnya dengan memakai wireless device (PDA, laptop, dll) tanpa perlu mencari hot-spot ataupun kabel jaringan. Gambar 2.6 Wireless Metropolitan Area Network Jaringan Mesh IEEE Sampai dengan saat ini jaringan IEEE dapat melayani rate 11 Mbps (802.11b) dan 54 Mbps (802.11a/g). Penelitian masih terus dilakukan dan diharapkan n dapat meningkat kecepatan Wi-fi sebesar 10 sampai 20 kali. Sehubungan dengan makin berkembangnya jaringan mesh maka dibentuk badan kerja dalam IEEE yang disebut s untuk standarisasi extended service set (ESS). IEEE s bertujuan untuk mendefinisikan layer MAC dan PHY untuk jaringan mesh. 10

7 Jaringan wi-fi mesh dapat diimplementasikan dalam 2 model yaitu infrastructure /backbone dan client mesh. Pada mode infrastruktur, access point/wireless mesh router akan saling dihubungkan secara wireless dan membentuk backbone. Dari sisi mesh router, mereka terkoneksi secara ad hoc[8]. Untuk client mesh, seluruh device bekerja dalam mode ad hoc Protokol Routing Saat ini telah banyak algoritma routing yang diusulkan pada IETF. Banyak pendekatan yang dipakai dalam merancang protokol-protokol tersebut. Namun semuanya dibuat dengan tujuan [3] : 1. Minimal control overhead. Pesan control cukup memakan bandwidth, resource dan power baik untuk transmit maupun menerima pesan. Dengan demikian maka protokol routing sebaiknya jangan menghasilkan terlalu banyak overhead. 2. Minimal processing overhead. Algoritma yang kompleks membutuhkan proses yang berulang-ulang pada device. Proses ini juga menyebabkan konsumsi battery semakin banyak. Dengan demikian maka routing diharapkan memiliki pemrosesan yang minimum sehingga lebih efisien. 3. Multihop routing capability. Dunia wireless biasanya cukup besar dari sisi jaringan sehingga node tujuan seringkali berada di luar jangkauan node sumber. Dalam hal ini protokol routing harus dapat menangani rute multihop antara sumber dan tujuan sehingga komunikasi dapat terlaksana. 4. Dynamic topology maintenance. Sebuah rute yang telah terbentuk dapat saja putus karena berbagai sebab. Protokol routing harus mampu menangani kegagalan link tersebut secara cepat dengan minimum overhead. 5. Loop prevention. Loop routing terjadi saat sebuah atau beberapa node memilih jalur atau rute ke node tujuan, dimana rute tersebut melewati node yang telah dalam jalur yang dipilih sebelumnya. Dengan kata lain dalam 1 path, sebuah node dilewati 2 kali atau lebih. Sehubungan dengan keterbatasan bandwidth maka loop routing harus dihindari. 11

8 Secara umum, protokol routing jaringan ad hoc dibagi dalam 3 bagian besar yaitu protocol routing proaktif, reaktif dan hybrid [6]. Protokol proaktif selalu menjaga konsistensi dan informasi routing sehingga rute selalu ada saat dibutuhkan. Informasi routing selalu dipertukarkan dengan interval yang tetap. Hasilnya adalah tabel routing selalu terjaga dan terbaharui sehingga protocol ini disebut juga protocol table-driven. Yang termasuk jenis proaktif adalah protocol Destination-Sequence Distance Vector (DSDV), Clusterhead Gateway Switch Routing (CGSR), Wireless Routing Protocol (WRP), Global State Routing (GSR), Optimized Link State Routing (OLSR), Fisheye State Routing (FSR), Lanmark Routing dan masih banyak lagi. Pada DSDV, setiap node menjaga 1 rute untuk 1 tujuan pada tabel routingnya berdasarkan rute terpendek (hop terpendek). Untuk mecegah loop routing digunakan angka destination sequence. Sebuah node akan meningkatkan angka sequence-nya saat dirasa ada perubahan pada node-node tetangganya. Angka inilah yang digunakan untuk memilih beberapa rute alternative ke tujuan yang sama. Rute yang memiliki angka tertinggi yang akan dipilih. DSDV, CGSR dan WRP merupakan jenis protokol routing proaktif berbasis distance vector. OLSR dan FSR merupakan proaktif protocol dengan memakai pendekatan link state. Dalam OLSR, informasi yang dipertukarkan bukan keseluruhan tabel routing tetapi hanya subset dari link ke multi point relay (MPR). Selanjutnya informasi tersebut akan dipertukarkan antar MPR node. Secara lebih jelas akan dijelaskan pada bab tersendiri. Protokol FSR juga mengoptimasi algoritma link state dengan memakai pendekatan fisheye. Pada teknik tersebut, node-node akan dikelompokkan sesuai dengan jaraknya atau hop-nya. Dalam terminology FSR disebut scope. Frekuensi pengiriman informasi routing untuk scope yang jauh akan lebih rendah daripada yang node yang berada dalam scope yang dekat. 12

9 Protokol routing reaktif atau on-demand hanya akan melakukan proses pencarian saat rute tersebut dibutuhkan. Saat rute telah ditemukan, rute tersebut akan tetap dijaga oleh sampai dengan node tujuan tidak dapat dicapai lagi atau rute tersebut tidak lagi digunakan/expired [6]. Beberapa protocol routing yang termasuk dalam jenis reaktif diantaranya Dynamic Source Routing (DSR), Ad-hoc On-demand Distance Vector (AODV), Temporally Ordered Routing Algorithm (TORA), Associativity-Based Routing (ABR) dan Signal Stability Routing (SSR). Dibandingkan dengan protokol distance vector lain (DSDV), AODV menghasilkan trafik control yang sangat minim karena sifat on-demand-nya. Seperti juga dengan DSR, pencarian rute akan diawali oleh node sumber yang mempunyai data yang ingin dikirimkan. Pesan route request akan dibroadcast ke jaringan sampai node tujuan atau node lain (intermediate node) membalas pesan tersebut. AODV memakai pendekatan yang lebih sederhana dari DSR dimana paket AODV hanya memuat alamat tujuan sementara paket DSR memuat seluruh informasi path ke node tujuan. Pada DSR, rute ke tujuan ditentukan node sumber. Sementara AODV menggunakan pendekatan hop by hop routing. Secara umum, bila dilihat dari trafik kontrol dan konsumsi daya maka protokol reaktif lebih unggul dari protokol proaktif karena rute hanya akan dicari saat dibutuhkan. Sementara bila QoS menjadi pertimbangan maka protokol proaktif lebih baik dari protokol reaktif karena rute ke setiap tujuan selalu ada dan diperbaharui sehingga delay end to end memiliki nilai yang kecil. Keunggulan dari 2 jenis protokol tersebut diaplikasikan pada protokol routing hybrid. Pada protokol ini, sifat proaktif maupun reaktif diimplementasikan berdasarkan zona tertentu. Node-node akan dibagi dalam radius (dalam hop) tertentu. Node yang berada di luar zona memakai pendekatan reaktif sementara yang berada dalam radius mengimplementasikan protokol proaktif. Zone Routing Protocol (ZRP), Hierarchical State Routing (HSR), Zone-based Hierarchical Link State (ZHLS) dan Distance Routing Effect Algorithm for Mobility (DREAM) adalah beberapa contoh dari protokol routing hybrid. 13

10 2.2 OLSR (Optimized Link State Routing) Elemen-elemen OLSR Protokol routing ini adalah proaktif routing untuk jaringan mobile ad hoc (MANET). Sesuai dengan sifatnya maka protokol ini memiliki keuntungan dalam delay karena route yang diperlukan telah ada sebelum dibutuhkan. Tetapi hal ini harus dipertukarkan dengan banyaknya overhead yang dihasilkan. Untuk mengurangi overhead tersebut maka pada OLSR digunakan teknik flooding MPR dimana hanya node-node yang dipilih sebagai MPR node saja yang dapat meneruskan paket kontrol yang diterima. Teknik ini cukup mengurangi overhead yang dihasilkan secara signifikan [13]. Selain itu, OLSR hanya akan membroadcast link state secara partial untuk perhitungan rute terpendek. OLSR secara kontinyu menjaga rute ke seluruh tujuan dalam jaringan. Keuntungan yang lain adalah protokol ini tidak membutuhkan pengiriman paket kontrol yang handal karena paket-paket tersebut akan terus dibangkitkan secara periodik oleh setiap node. Selain itu, setiap paket kontrol ditandai dengan deretan angka berurutan yang akan bertambah 1 setiap paket dibangkitkan. Dengan demikian maka penerima dapat dengan mudah memutuskan apakah paket harus diproses atau langsung dibuang. Hal tersebut berhubungan dengan informasi yang dikandung oleh paket tersebut apakah informasi tersebut baru ataukah sudah pernah diterima sebelumnya. Secara konsep, OLSR memiliki 3 elemen umum yaitu : mekanisme untuk neighbor sensing, mekanisme untuk pendifusian trafik kontrol secara efisien dan mekanisme untuk memilih dan mendifusikan informasi topologi dalam jaringan untuk perhitungan rute yang optimal. Elemen-elemen ini akan dijelaskan secara lebih detail pada sub bab berikutnya Pendeteksian Node Tetangga Secara sederhana neighbor sensing / penginderaan node tetangga adalah proses dimana sebuah node mendeteksi perubahan pada node tetangganya. Dalam terminology OLSR [13], sebuah node misalnya A, disebut node tetangga dari B 14

11 bila ada link langsung antara keduannya dimana data bisa ditransmisikan. Transmisi tersebut bisa 1 arah maupun 2 arah. Jika trafik hanya dapat mengalir 1 arah maka link tersebut disebut asymmetric. Sementara untuk trafik yang dapat mengalir 2 arah maka link tersebut disebut symmetric. Selanjutnya bila ada symmetric link antara node A dan node B maka node A disebut symmetric neighbor dari node B dan sebaliknya. Pada protokol OLSR juga dikenal istilah 2-hop neighbor. 2-hop neighbor dari node A adalah node-node yang memiliki symmetric link ke symmetric neighbor dari node A. Mekanisme neighbor sensing dalam OLSR didesain untuk bekerja secara independen. Setiap node secara periodik mem-broadcast paket Hello yang mana memuat alamatnya sendiri dan list dari tetangga yang diketahui oleh node tersebut, termasuk status link ke setiap tetangganya (symmetric atau asymmetric). Setelah menerima pesan Hello, sebuah node kemudian dapat mengambil informasi yang menjelaskan tetangga dan 2-hop tetangganya. Selain itu, informasi mengenai kualitas link dari tetangganya dapat pula ditetapkan. Link dari node A ke node tetangga B adalah symmetric jika node A dapat melihat alamatnya pada pesan Hello yang dikirim oleh node B. Setiap node menyimpan informasi yang menggambarkan tetangga dan 2-hop tetangganya. Informasi tersebut tetap valid sampai dengan batasan periode waktu tertentu. Informasi ini harus diperbaharui agar tetap valid karena akan dihapus bila telah kedaluarsa MPR Flooding Pesan Hello hanya dipertukarkan antar tetangga (sejauh 1 hop). Pesan ini dapat membawa informasi topologi sampai dengan 2 hop. Tetapi karena jaringan bisa saja lumayan besar apalagi pada WMN, maka informasi topologi harus ditransmisikan ke seluruh jaringan. Untuk hal tersebut maka dalam OLSR diperkenalkan bentuk generic yang secara efisien menyebarkan trafik control 15

12 topologi ke seluruh jaringan. Mekanisme tersebut bekerja secara independen yang disebut dengan MPR-flooding (Multi Point Relay-flooding). Mekanisme ini cocok diterapkan pada jaringan wireless dimana bandwidth sangat terbatas sehingga overhead trafik control bisa dijaga minimum. Bila dibandingkan dengan pure flooding dimana seluruh node langsung melakukan retransmisi pesan control yang diterimanya maka dapat menyebabkan overhead routing yang besar. Sebuah node dapat saja menerima 2 pesan yang sama dari 2 node tetangganya. (a) (b) Gambar 2.7 Teknik Flooding (a) Flooding biasa (b) MPR flooding Seperti terlihat pada gambar 2.7, jika memakai teknik MPR maka retransmit pesan control dapat berkurang bila dibandingkan dengan teknik flooding biasa pada gambar (a). Hal inilah yang membuat protocol ini disebut versi optimasi dari protocol link state sebelumnya. Optimasi ini dilakukan dengan cara : sebuah node memilih subset dari symmetric neighbor-nya yang disebut dengan node MPR. Setiap node mungkin saja dipilih sebagai MPR oleh MPR selector. Node-node yang terpilih sebagai node MPR bertanggung jawab untuk merelay pesan dari pemilihnya. 16

13 Saat memilih node MPR, sebuah node juga memanfaatkan informasi mengenai tetangga 2-hop yang didapat dari proses sensing tetangga. Seluruh node memilih MPR mereka secara independen. Node akan memberitahu MPR node yang dipilihnya melalui pesan Hello yang dikirimkannya. Dengan demikian maka saat menggunakan flooding MPR, aturan untuk meneruskan pesan control yang diterima oleh sebuah node : 1. Pesan memang dimaksudkan untuk diteruskan (ditandai oleh informasi pada header pesan), 2. Pesan belum pernah diterima sebelumnya dan 3. Node penerima telah dipilih sebagai node MPR oleh node pengirim pesan tersebut. Pemilihan node-node MPR dilakukan memakai algoritma greedy. Setiap node akan memilih node-node tetangganya yang dapat menghubungkannya dengan 2 hop tetangganya. Syaratnya bahwa status link sampai dengan 2 hop tersebut adalah symmetric. Node-node yang berjarak 1 hop inilah yang disebut dengan node MPR. Pemilihan ini akan terus berlangsung sampai seluruh 2 hop tetangganya telah tercakupi [7][13]. Dengan demikian maka dalam OLSR pesan Hello bertanggung jawab terhadap 3 tugas sekaligus yaitu : 1. Melakukan sensing link. 2. Pendeteksian node tetangga. 3. Signaling pemilihan node MPR Informasi Topologi Mekanisme flooding MPR digunakan secara langsung oleh OLSR untuk menyebarkan informasi topologi ke seluruh jaringan. Pada OLSR, node MPR secara periodic membangkitkan pesan Topology Control (TC). Pesan inilah yang disebarkan ke seluruh jaringan menggunakan flooding MPR. Pesan TC memuat alamat dari node yang membangkitkan pesan tersebut dan juga alamat seluruh node pemilihnya (MPR selector set). 17

14 Dengan demikian maka seluruh node hanya akan menerima parsial topologi atau mempertukarkan parsial topologi antara node dan MPR selector-nya. Tetapi hasilnya adalah seluruh node dan link yang berhubungan dalam jaringan bisa didapat. Dengan memakai informasi tersebut maka tabel routing jalur terpendek dengan algoritma Dijkstra dapat dikalkulasi. Informasi topologi pada setiap node akan tetap valid selama periode waktu tertentu dan harus diperbaharui secara periodik agar tidak expired Format Paket OLSR Format paket protocol OLSR diperlihatkan pada gambar 2.8. Format ini adalah bentuk umum dari paket OLSR yang dikirimkan Gambar 2.8 Format Paket Protokol OLSR Packet Header Packet header mencakup Packet Length dan Packet Sequence Number. Packet length diisi sesuai dengan panjang paket dalam byte. Sementara untuk packet sequence number harus ditambah 1 (satu) setiap sebuah paket OLSR ditransmisikan. 18

15 Message Type Bagian ini menjelaskan tipe pesan yang akan ditemukan pada bagian Message. Vtime Bagian ini menjelaskan berapa lama pesan ini dinyatakan valid setelah diterima. Pesan ini akan tetap valid sampai dengan vtime-nya kecuali ada informasi baru yang diterima. Validity time diwakili oleh mantissa (4 MSB dari Vtime field) dan exponent (4 LSB Vtime field). Dengan kata lain : Validity time = (dalam detik) Dimana a adalah bilangan bulat yang mewakili 4 bit pertama dari bagian Vtime dan b mewakili 4 bit terakhirnya. C adalah suatu nilai konstanta yang besarnya adalah :. Konstanta ini merupakan faktor pengali dari perhitungan Vtime maupu Htime. Message Size Bagian ini menginformasikan besar pesan yang ditampilkan dalam byte. Besarnya diukur dari awal message type sampai dengan message type berikutnya. Bila tidak ada pesan berikutnya maka dihitung sampai akhir pesan. Originator Address Bagian ini memuat main address dari node yang membangkitkan pesan tersebut. Bagian ini berbeda dengan source address pada header IP yang mana selalu berubah pada intermediate node. Main address tidak boleh berubah selama re-transmisi. Time To Live Bagian ini memuat jumlah hop maximum dari pesan yang ditransmisikan. Sebelum sebuah pesan dikirim lagi oleh intermediate node, TTL harus dikurangi 1. Saat sebuah node menerima pesan yang memiliki TTL adalah 0 atau 1 maka pesan tersebut tidak boleh ditransmisikan lagi. TTL berguna untuk membatasi radius flooding. Hop Count Bagian memuat informasi jumlah hop yang telah dilalui oleh sebuah pesan. Field ini akan ditambahkan 1 setiap akan ditransmisikan. 19

16 Message Sequence Number Saat membangkitkan sebuah pesan, sebuah node akan memasukan angka identifikasi yang unik untuk sebuah pesan. Field ini dipakai untuk memastikan bahwa pesan ini tidak boleh ditrasnmisikan lebih dari satu kali oleh setiap node Format Pesan Hello Untuk mengakomodasi link sensing, pendeteksian tetangga dan pemilihan node MPR digunakan pesan Hello. Format dari pesan tersebut dapat dilihat pada gambar 2.9. Pesan Hello dikirimkan sebagai bagian data dari format paket. Bagian message type dari paket (gambar 2.8) harus di-set ke Hello_Message dan TTL diset ke 1(satu) sementara Vtime disesuaikan dengan Neighb_Hold_Time yang akan dijelaskan kemudian. Reserved Bagian ini untuk penggunaan masa mendatang dan harus diset ke 0(nol) semuanya. HTime Bagian ini menjelaskan interval emisi pesan Hello yang digunakan oleh node tersebut. Sama seperti VTime, HTime juga diwakili oleh mantissa dan exponent bit dari field HTime. Willingness Bagian ini menjelaskan boleh tidaknya sebuah node menerima dan meneruskan trafik buat node yang lain. Node yang ter-set WILL_NEVER tidak boleh dipilih oleh node lain sebagai node MPR sementara node dengan willingness WILL_ALWAYS harus selalu dipilih sebagai node MPR. Link Code Bagian ini menjelaskan informasi mengenai link antara interface pengirim dan interface node tetangga berikutnya. Juga menjelaskan informasi mengenai status tetangganya. Bila link code tidak diketahui maka pesan langsung dibuang. 20

17 Link Message Size Bagian ini menjelaskan ukuran link message. Besarnya dalam byte dan dihitung dari awal bagian link code sampai awal link code berikutnya atau akhir pesan bila tidak ada pesan berikutnya. Neighbor Interface Address Berisi alamat interface dari node tetangga. Gambar 2.9 Format Pesan Hello Format Pesan Topology Control (TC) Gambar 2.10 Format Pesan TC 21

18 Bila pesan TC yang akan dikirimkan maka Message Type dari format paket di set ke TC_MESSAGE. TTL diatur ke 255 (nilai maximum) agar pesan dapat disebarkan ke seluruh jaringan. Nilai VTime diatur sesuai dengan TOP_HOLD_TIME yang akan dijelaskan kemudian. Advertised Neighbor Sequence Number (ANSN) Angka berhubungan dengan perubahan pada node tetangga. Setiap kali sebuah node mendeteksi perubahan pada node tetangga, sequence numbernya ditingkatkan. Angka ini dimasukan dalam ANSN dari pesan TC agar informasi yang dikandungnya bisa dibedakan mana yang lebih baru. Saat sebuah node menerima sebuah pesan TC, dia dapat memilih apakah menerima ataukah langsung membuang pesan tersebut dengan melihat ANSN. Advertised Neighbor Main Address Field ini memuat main address dari node tetangga. Seluruh main address tetangga dari node pengirim pesan TC dimasukan dalam pesan TC tersebut. Jika besar pesan tersebut telah mencapai maksimum sementara masih ada main address yang perlu dimasukan dalam pesan TC, maka pesan TC dapat dibangkitkan lagi dan juga main address yang telah dimasukkan sebelumnya dapat pula dicantumkan lagi jika diinginkan adanya redundancy. Reserved Field ini diisi dengan 0(nol) seluruhnya Standar Tipe Pesan dan Interval Waktu OLSR Untuk interval pesan Hello maupun pesan TC : HELLO_INTERVAL = 2 detik REFRESH_INTERVAL = 2 detik TC_INTERVAL = 5 detik Sementara standar waktu berlakunya data pada database tetangga maupun topologi : NEIGHB_HOLD_TIME = 3 REFRESH_INTERVAL TOP_HOLD_TIME = 3 TC_INTERVAL 22

19 Nilai pada paket format akan disesuaikan sebagai berikut : Message Type HELLO_MESSAGE = 1 TC_MESSAGE = 2 Link Type UNSPEC_LINK = 0 ASYM_LINK = 1 SYM_LINK = 2 LOST_LINK = 3 Neighbor type NOT_NEIGH = 0 SYM_NEIGH = 1 MPR_NEIGH = 2 Willingness WILL_NEVER = 0 WILL_LOW = 1 WILL_DEFAULT = 3 WILL_HIGH = 4 WILL_ALWAYS = 7 23

1 BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1-1. Hybrid Ad Hoc Wireless Topology

1 BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1-1. Hybrid Ad Hoc Wireless Topology 1.1 Latar belakang masalah 1 BAB I PENDAHULUAN Jaringan hybrid wireless ad hoc adalah gabungan antara jaringan infrastruktur dengan MANET yang memungkinkan adanya node yang bergerak bebas/mobile yang dapat

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA PROTOKOL ROUTING AODV DAN OLSR PADA JARINGAN MOBILE AD-HOC

ANALISIS KINERJA PROTOKOL ROUTING AODV DAN OLSR PADA JARINGAN MOBILE AD-HOC ANALISIS KINERJA PROTOKOL ROUTING AODV DAN OLSR PADA JARINGAN MOBILE AD-HOC SONY CANDRA D. NRP 5104 100 008 Dosen Pembimbing Ir. Muchammad Husni, M.Kom. JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA Fakultas Teknologi Informasi

Lebih terperinci

EVALUASI PERFORMANSI OLSR PADA JARINGAN WIRELESS MESH TESIS. SAMY YEVERSON DOO NIM : Program Studi Teknik Telekomunikasi

EVALUASI PERFORMANSI OLSR PADA JARINGAN WIRELESS MESH TESIS. SAMY YEVERSON DOO NIM : Program Studi Teknik Telekomunikasi EVALUASI PERFORMANSI OLSR PADA JARINGAN WIRELESS MESH TESIS Karya tulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister dari Institut Teknologi Bandung Oleh SAMY YEVERSON DOO NIM : 23204075 Program

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Jaringan Nirkabel Jaringan nirkabel atau dikenal dengan jaringan wireless adalah jaringan komunikasi yang tidak memerlukan kabel sebagai media transmisinya. Pada jaringan nirkabel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi nirkabel terus berkembang lebih maju, dan peluang penggunaanya semakin menyebar secara luas. Dengan mudahnya kita bisa menemukan tempat

Lebih terperinci

MILIK UKDW BAB I PENDAHULUAN

MILIK UKDW BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jaringan tanpa kabel (wireless) sebenarnya hampir sama dengan jaringan LAN, akan tetapi setiap node pada WLAN (Wireless Local Area Network) menggunakan wireless

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nirkabel dan merupakan turunan dari MANET (Mobile Ad hoc Network). Tujuan

BAB I PENDAHULUAN. nirkabel dan merupakan turunan dari MANET (Mobile Ad hoc Network). Tujuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Vehicular Ad hoc Network (VANET) termasuk dalam jaringan komunikasi nirkabel dan merupakan turunan dari MANET (Mobile Ad hoc Network). Tujuan dasar VANET adalah untuk

Lebih terperinci

ANALISA PERFORMANSI DYNAMIC SOURCE ROUTING (DSR) PADA WIRELESS AD HOC NETWORK

ANALISA PERFORMANSI DYNAMIC SOURCE ROUTING (DSR) PADA WIRELESS AD HOC NETWORK ANALISA PERFORMANSI DYNAMIC SOURCE ROUTING (DSR) PADA WIRELESS AD HOC NETWORK Didik Purwanto 1, Dr.Rendy Munadi, Ir, MT. 2, Yudha Purwanto,S.T. 3 1,2,3 Jurusan Teknik Elektro Sekolah Tinggi Teknologi Telkom

Lebih terperinci

Simulasi dan Pengkajian Performa Vehicular Ad Hoc Network

Simulasi dan Pengkajian Performa Vehicular Ad Hoc Network Simulasi dan Pengkajian Performa Vehicular Ad Hoc Network Aletheia Anggelia Tonoro 1, Hartanto Kusuma Wardana 2, Saptadi Nugroho 3 Program Studi Sistem Komputer Fakultas Teknik Elektronika dan Komputer

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci: DSR, Manet, OLSR, OPNET, Routing. v Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Kata kunci: DSR, Manet, OLSR, OPNET, Routing. v Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK MANET (Mobile Ad Hoc Network) merupakan jaringan nirkabel yang terdiri dari beberapa mobile node yang saling menghubungkan antar mobile node. Jaringan MANET merupakan jaringan yang bergerak atau

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Jaringan Nirkabel (Wireless Network) Jaringan nirkabel ( wireless Network) merupakan salah satu media transmisi yang menggunakan gelombang radio sebagai media transmisi. Pada

Lebih terperinci

Pembandingan Kinerja Antara Protokol Dynamic Source Routing Dan Zone Routing Pada Jaringan Ad-Hoc Wireless Bluetooth

Pembandingan Kinerja Antara Protokol Dynamic Source Routing Dan Zone Routing Pada Jaringan Ad-Hoc Wireless Bluetooth Pembandingan Kinerja Antara Protokol Dynamic Source Routing Dan Zone Routing Pada Jaringan Ad-Hoc Wireless Bluetooth Oleh : DICKY RACHMAD PAMBUDI Dosen Pembimbing : Dr.Ir. Achmad Affandi, DEA LATAR BELAKANG

Lebih terperinci

Implementasi Protokol Optimized Link State Routing (OLSR) pada Jaringan Mesh WLAN Standar IEEE g untuk Akses Broadband Internet

Implementasi Protokol Optimized Link State Routing (OLSR) pada Jaringan Mesh WLAN Standar IEEE g untuk Akses Broadband Internet Implementasi Protokol Optimized Link State Routing (OLSR) pada Jaringan Mesh WLAN Standar IEEE 82.11g untuk Akses Broadband Internet Sutrisno Program Studi Teknik Telekomunikasi Jurusan Teknik Elektro,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keputusan krusial seperti transaksi perbankan, perdagangan dll.

BAB I PENDAHULUAN. keputusan krusial seperti transaksi perbankan, perdagangan dll. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Abad informasi menuntut manusia saling terhubung untuk mendapatkan segala bentuk informasi demi kebutuhan hidup dan upaya itu membutuhkan sumber daya dan teknologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sekarang ini teknologi komunikasi data yang lebih dikenal sebagai packet switching semakin berkembang dari tahun ke tahun. Voice over Internet Protokol (VoIP)

Lebih terperinci

Teknologi Komunikasi Data Jaringan Nirkabel. Adri Priadana - ilkomadri.com

Teknologi Komunikasi Data Jaringan Nirkabel. Adri Priadana - ilkomadri.com Teknologi Komunikasi Data Jaringan Nirkabel - ilkomadri.com PENDAHULUAN Jaringan wireless/nirkabel adalah teknologi jaringan yang memanfaatkan gelombang elektromagnetik melalui udara sebagai media untuk

Lebih terperinci

Evaluasi Pervormance Dari AODV Routing Protokol Pada Jaringan Ad Hoc Dengan Testbed

Evaluasi Pervormance Dari AODV Routing Protokol Pada Jaringan Ad Hoc Dengan Testbed Evaluasi Pervormance Dari AODV Routing Protokol Pada Jaringan Ad Hoc Dengan Testbed Eri Sugiantoro Laboratory for Telecommunication Networks Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Surabaya 60111 Tel

Lebih terperinci

OPTIMASI OLSR ROUTING PROTOCOL PADA JARINGAN WIRELESS MESH DENGAN ADAPTIVE REFRESHING TIME INTERVAL DAN ENHANCE MULTI POINT RELAY SELECTING ALGORITHM

OPTIMASI OLSR ROUTING PROTOCOL PADA JARINGAN WIRELESS MESH DENGAN ADAPTIVE REFRESHING TIME INTERVAL DAN ENHANCE MULTI POINT RELAY SELECTING ALGORITHM OPTIMASI OLSR ROUTING PROTOCOL PADA JARINGAN WIRELESS MESH DENGAN ADAPTIVE REFRESHING TIME INTERVAL DAN ENHANCE MULTI POINT RELAY SELECTING ALGORITHM Faosan Mapa, Supeno Djanali, Ary Mazharuddin S. Fakultas

Lebih terperinci

Bab 3 Parameter Simulasi

Bab 3 Parameter Simulasi Bab 3 Parameter Simulasi 3.1 Parameter Simulasi Simulasi yang dilakukan pada penelitian ini memakai varian jaringan wireless mesh yaitu client mesh. Dalam hal ini akan digunakan client mesh dengan jumlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. aplikasi-aplikasi jaringan memerlukan sejumlah node-node sensor terutama untuk

BAB I PENDAHULUAN. aplikasi-aplikasi jaringan memerlukan sejumlah node-node sensor terutama untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jaringan sensor nirkabel (JSN) sangat penting sejak kebanyakan aplikasi-aplikasi jaringan memerlukan sejumlah node-node sensor terutama untuk area yang tidak

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jaringan komputer saat ini semakin banyak digunakan oleh orang, terlebih kebutuhan akan akses jaringan nirkabel. Mobile Ad Hoc Network (MANET) adalah salah

Lebih terperinci

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI ANALISIS WAKTU KONVERGENSI PROTOKOL ROUTING OLSR PADA JARINGAN MANET DENGAN NS-3 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Komputer Program Studi Teknik Informatika Oleh:

Lebih terperinci

1 BAB I PENDAHULUAN ULUAN

1 BAB I PENDAHULUAN ULUAN ULUAN 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan manusia untuk melakukan komunikasi semakin besar dari waktu ke waktu. Saat ini, komunikasi bergerak menjadi kebutuhan komunikasi yang sudah tidak

Lebih terperinci

Rancang Bangun Wireless Local Area Network dengan Mode Ad-Hoc / Independent Basic Service Set Berbasis Standar

Rancang Bangun Wireless Local Area Network dengan Mode Ad-Hoc / Independent Basic Service Set Berbasis Standar Rancang Bangun Wireless Local Area Network dengan Mode Ad-Hoc / Independent Basic Service Set Berbasis Standar 802.11 Hery Oktafiandi 1) Winarnie 2) Dwi Anto Pungguh Widodo 3) Program Studi Teknik Informatika

Lebih terperinci

Pembandingan Kinerja Antara Protokol Dynamic Source Routing Dan Zone Routing Pada Jaringan Ad-Hoc Wireless Bluetooth

Pembandingan Kinerja Antara Protokol Dynamic Source Routing Dan Zone Routing Pada Jaringan Ad-Hoc Wireless Bluetooth Pembandingan Kinerja Antara Protokol Dynamic Source Routing Dan Zone Routing Pada Jaringan Ad-Hoc Wireless Bluetooth Dicky Rachmad P, Achmad Affandi Laboratorium Jaringan Telekomunikasi Jurusan Teknik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah Kemajuan teknologi komputer membantu semua aspek kehidupan manusia. Contoh nyata dari kemajuan teknologi komputer adalah perkembangan teknologi nirkabel (wireless)

Lebih terperinci

Modul 8 TCP/IP Suite Error dan Control Messages

Modul 8 TCP/IP Suite Error dan Control Messages Modul 8 TCP/IP Suite Error dan Control Messages Pendahuluan Tidak ada mekanisme untuk menjamin bahwa data yang dikirim melalui jaringan berhasil. Data mungkin gagal mencapai tujuan dengan berbagai macam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wibling et al. (2004) menyatakan bahwa Mobile Ad Hoc Network (MANET) adalah jaringan komputer bersifat spontan, yang berkomunikasi melalui suatu media nirkabel. Setiap

Lebih terperinci

Simulasi Jaringan MANET Dengan NS3 Untuk Membandingkan Performa Routing Protokol AODV dan DSDV

Simulasi Jaringan MANET Dengan NS3 Untuk Membandingkan Performa Routing Protokol AODV dan DSDV Simulasi Jaringan MANET Dengan NS3 Untuk Membandingkan Performa Routing Protokol AODV dan DSDV Nurhayati Jiatmiko Jurusan Teknik Informatika FTI UII Yogyakarta nurhayati_jiatmiko@yahoo.com Yudi Prayudi

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM. topologi yang akan dibuat berdasarkan skematik gambar 3.1 berikut:

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM. topologi yang akan dibuat berdasarkan skematik gambar 3.1 berikut: BAB 3 PERANCANGAN SISTEM 3.1. TOPOLOGI SISTEM JARINGAN Dalam penelitian ini dilakukan pengembangan dan implementasi teknologi MIPv4 dengan diperhatikannya faktor kualitas layanan dan kehandalan. Adapun

Lebih terperinci

Pendahuluan. 0Alamat IP berbasis kepada host dan network. 0Alamat IP berisi informasi tentang alamat network dan juga alamat host

Pendahuluan. 0Alamat IP berbasis kepada host dan network. 0Alamat IP berisi informasi tentang alamat network dan juga alamat host Pendahuluan 0Alamat IP berbasis kepada host dan network 0Host: apa saja yang dapat menerima dan mengirim paket. Misal router, workstation 0 Host terhubung oleh satu (atau beberapa) network 0Alamat IP berisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan teknologi khususnya pada teknologi jaringan saat ini sangatlah pesat terutama dari sisi jangkauan, kemudahan akses dan penggunaaannya. Penggunaan jaringan

Lebih terperinci

PENGARUH DENSITAS WIRELESS MOBILE NODE DAN JUMLAH WIRELESS MOBILE NODE SUMBER TERHADAP PATH DISCOVERY TIME PADA PROTOKOL ROUTING AODV

PENGARUH DENSITAS WIRELESS MOBILE NODE DAN JUMLAH WIRELESS MOBILE NODE SUMBER TERHADAP PATH DISCOVERY TIME PADA PROTOKOL ROUTING AODV PENGARUH DENSITAS WIRELESS MOBILE NODE DAN JUMLAH WIRELESS MOBILE NODE SUMBER TERHADAP PATH DISCOVERY TIME PADA PROTOKOL ROUTING AODV Sunario Megawan STMIK Mikroskil Jl. Thamrin No. 112, 124, 140 Medan

Lebih terperinci

ANALISIS PERFORMANSI ROUTING HYBRID WIRELESS MESH PROTOCOL (HWMP) PADA WIRELESS MESH NETWORK (WMN) BERDASARKAN STANDAR IEEE 802.

ANALISIS PERFORMANSI ROUTING HYBRID WIRELESS MESH PROTOCOL (HWMP) PADA WIRELESS MESH NETWORK (WMN) BERDASARKAN STANDAR IEEE 802. ANALISIS PERFORMANSI ROUTING HYBRID WIRELESS MESH PROTOCOL (HWMP) PADA WIRELESS MESH NETWORK (WMN) BERDASARKAN STANDAR IEEE 802.11S Fenmelin Muhardafen Manullang, Niken Dwi Wahyu Cahyani, Vera Suryani

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian merupakan suatu cara berpikir yang dimulai dari menentukan suatu permasalahan, pengumpulan data baik dari buku-buku panduan maupun studi lapangan, melakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pergeseran perkembangan teknologi dimulai dari teknologi bersifat tetap dan sekarang mulai bergeser menuju teknologi bersifat mobile. Untuk teknologi mobile tidak terlepas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS INDONESIA 13 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi telekomunikasi dan informasi saat ini sangat pesat, khususnya teknologi wireless (nirkabel). Seiring dengan meningkatnya kebutuhan informasi

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA PROTOKOL REAKTIF PADA JARINGAN MANET DALAM SIMULASI JARINGAN MENGGUNAKAN NETWORK SIMULATOR DAN TRACEGRAPH

ANALISIS KINERJA PROTOKOL REAKTIF PADA JARINGAN MANET DALAM SIMULASI JARINGAN MENGGUNAKAN NETWORK SIMULATOR DAN TRACEGRAPH ANALISIS KINERJA PROTOKOL REAKTIF PADA JARINGAN MANET DALAM SIMULASI JARINGAN MENGGUNAKAN NETWORK SIMULATOR DAN TRACEGRAPH Bayu Nugroho, Noor Akhmad Setiawan, dan Silmi Fauziati Jurusan Teknik Elektro

Lebih terperinci

Studi Kinerja Multipath AODV dengan Menggunakan Network simulator 2 (NS-2)

Studi Kinerja Multipath AODV dengan Menggunakan Network simulator 2 (NS-2) A652 Studi Kinerja Multipath AODV dengan Menggunakan Network simulator 2 (NS-2) Bima Bahteradi Putra dan Radityo Anggoro Jurusan Teknik Informatika, Fakultas Teknologi Informasi, Institut Teknologi Sepuluh

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Jaringan Komputer 2.1.1 Pengertian Jaringan Komputer Dalam suatu tulisan yang dikutip dari sebuah buku menyatakan bahwa Jaringan- Kombinasi perangkat keras, perangkat

Lebih terperinci

Network Layer JARINGAN KOMPUTER. Ramadhan Rakhmat Sani, M.Kom

Network Layer JARINGAN KOMPUTER. Ramadhan Rakhmat Sani, M.Kom Network Layer JARINGAN KOMPUTER Ramadhan Rakhmat Sani, M.Kom Objectives Fungsi Network Layer Protokol Komunikasi Data Konsep Pengalamatan Logis (IP) Konsep Pemanfaatan IP Konsep routing Algoritma routing

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN Dalam bab pertama ini penulis menguraikan tentang latar belakang, rumusan masalah, batasan masalah dari penelitian, tujuan dan manfaat dari penelitian, metodologi yang dipakai dalam melakukan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Dalam penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Rochandi Wirawan (2011), bertujuan untuk melakukan perbandingan terhadap kemampuan dari dua buah protokol

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infrastruktur komunikasi data nirkabel diperlukan agar perangkat bergerak nirkabel (wireless mobile device) dapat berkomunikasi satu dengan yang lain. Pada beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Wireless Local Area Network (WLAN) mesh network yang merupakan bagian dari Wireless Mesh Network (WMN) adalah suatu perkembang teknologi jaringan yang terdiri

Lebih terperinci

ANALISA KINERJA AD-HOC ON DEMAND DISTANCE VECTOR (AODV) PADA KOMUNIKASI VMES

ANALISA KINERJA AD-HOC ON DEMAND DISTANCE VECTOR (AODV) PADA KOMUNIKASI VMES ANALISA KINERJA AD-HOC ON DEMAND DISTANCE VECTOR (AODV) PADA KOMUNIKASI VMES Kamal Syarif 2208100642 Dosen Pembimbing: Dr. Ir. Achmad Affandi, DEA Ir. Djoko Suprajitno R, MT Jurusan Teknik Elektro Fakultas

Lebih terperinci

BAB II WIRELESS PERSONAL AREA NETWORK (WPAN)

BAB II WIRELESS PERSONAL AREA NETWORK (WPAN) BAB II WIRELESS PERSONAL AREA NETWORK (WPAN) 2.1 Umum Dewasa ini kebutuhan untuk mengakses layanan telekomunikasi melalui media nirkabel (wireless) menunjukkan peningkatan yang signifikan, sehingga teknologi

Lebih terperinci

BAB V IMPLEMENTASI DAN HASIL SIMULASI

BAB V IMPLEMENTASI DAN HASIL SIMULASI BAB V IMPLEMENTASI DAN HASIL SIMULASI 5.1 Implementasi Simulasi Kinerja jaringan Adhoc sebagian besar dipengaruhi oleh letak geografis wilayah, banyaknya faktor yang mempengaruhi membuat pengiriman data

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN. Gambar 3.1. Model Jaringan Kabel (Wired)

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN. Gambar 3.1. Model Jaringan Kabel (Wired) BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN 3.1 ANALISA PERANCANGAN MODE GATEWAY Mode Gateway pada penelitian ini terdiri dari satu buah gateway yang terhubung dengan satu buah host dan satu buah router dengan media

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Defenisi Jaringan Komputer Wendell Odom (2004, hal: 5) menyatakan bahwa jaringan adalah kombinasi perangkat keras, perangkat lunak, dan pengkabelan (cabeling), yang memungkinkan

Lebih terperinci

EVALUASI KINERJA TCP NEW RENO DALAM WIRELESS MESH NETWORK PERFORMANCE EVALUATION OF TCP NEW RENO IN WIRELESS MESH NETWORK

EVALUASI KINERJA TCP NEW RENO DALAM WIRELESS MESH NETWORK PERFORMANCE EVALUATION OF TCP NEW RENO IN WIRELESS MESH NETWORK Jurnal Teknik dan Ilmu Komputer EVALUASI KINERJA TCP NEW RENO DALAM WIRELESS MESH NETWORK PERFORMANCE EVALUATION OF TCP NEW RENO IN WIRELESS MESH NETWORK Veronica Windha Jurusan Teknik Elektro, Fakultas

Lebih terperinci

STATIC & DYNAMIC ROUTING. Rijal Fadilah, S.Si

STATIC & DYNAMIC ROUTING. Rijal Fadilah, S.Si STATIC & DYNAMIC ROUTING Rijal Fadilah, S.Si Dasar Teori Static route : suatu mekanisme routing yg tergantung dengan routing table dengan konfigurasi manual. Jaringan skala yg terdiri dari 2 atau 3 router,

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA PROTOKOL ROUTING AODV DAN OLSR PADA JARINGAN MOBILE AD HOC

ANALISIS KINERJA PROTOKOL ROUTING AODV DAN OLSR PADA JARINGAN MOBILE AD HOC ANALISIS KINERJA PROTOKOL ROUTING AODV DAN OLSR PADA JARINGAN MOBILE AD HOC Sony Candra Dirganto, Ir. Muchammad Husni, M.Kom # Jurusan Teknik Informatika, Fakultas Teknologi Informasi Institut Teknologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mobile Ad Hoc Network (MANET) adalah sekumpulan wireless mobile yang terhubung satu sama lain secara dinamis tanpa membutuhkan infrastruktur jaringan yang tetap (Corson

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1 Sistem Komunikasi Data 2.2 Infrastruktur Jaringan Telekomunikasi

BAB II DASAR TEORI 2.1 Sistem Komunikasi Data 2.2 Infrastruktur Jaringan Telekomunikasi BAB II DASAR TEORI Sebelum melakukan perancangan sistem pada penelitian, bab II menjelaskan teori-teori yang digunakan sehubungan dengan perancangan alat dalam penelitian skripsi. 2.1 Sistem Komunikasi

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS. Pada penelitian ini akan dilakukan simulasi sistem pelacakan (tracking) dengan

BAB 3 ANALISIS. Pada penelitian ini akan dilakukan simulasi sistem pelacakan (tracking) dengan BAB 3 ANALISIS 3.1 Pendahuluan Pada penelitian ini akan dilakukan simulasi sistem pelacakan (tracking) dengan menggunakan teknologi Mobile Ad Hoc Network. Simulasi akan dilakukan berdasarkan beberapa skenario

Lebih terperinci

file:///c /Documents%20and%20Settings/Administrator/My%20Documents/My%20Web%20Sites/mysite3/ebook/pc/konsep%20router.txt

file:///c /Documents%20and%20Settings/Administrator/My%20Documents/My%20Web%20Sites/mysite3/ebook/pc/konsep%20router.txt Ref: uus-bte KONSEP ROUTERKONSEP ROUTER Oleh: yerianto@yahoo.com Mengapa perlu router Sebelum kita pelajari lebih jauh mengenai bagaimana mengkonfigurasi router cisco, kita perlu memahami lebih baik lagi

Lebih terperinci

Cara kerja Ethernet Card berdasarkan broadcast network yaitu setiap node dalam suatu jaringan menerima setiap transmisi data yang dikirim oleh suatu

Cara kerja Ethernet Card berdasarkan broadcast network yaitu setiap node dalam suatu jaringan menerima setiap transmisi data yang dikirim oleh suatu 1 Cara kerja Ethernet Card berdasarkan broadcast network yaitu setiap node dalam suatu jaringan menerima setiap transmisi data yang dikirim oleh suatu node yang lain. Setiap Ethernet card mempunyai alamat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 1.1 Tinjauan Pustaka Penelitian dengan judul Analisis Perbandingan Routing Protokol OLSR (Optimized Link State Routing) dan Grp (Geographic Routing Protocol)

Lebih terperinci

Jl. Telekomunikasi, Dayeuh Kolot Bandung Indonesia. Kata kunci : Jaringan mesh, OLSR, SelfConfigure, SelfHealing, Packet loss, Hello Message

Jl. Telekomunikasi, Dayeuh Kolot Bandung Indonesia. Kata kunci : Jaringan mesh, OLSR, SelfConfigure, SelfHealing, Packet loss, Hello Message ANALISIS PERFORMANSI WIRELESS MESH NETWORK DENGAN PROTOKOL OLSR (OPTIMIZED LINK STATE ROUTING) Ridwan Syahrani A. 1, Mahmud Imrona, Drs.,M.T. 2,Izzatul Ummah, ST., MT. 3 Email : 1 ridwansyahrani@rocketmail.com,

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA POLA-POLA TRAFIK PADA BEBERAPA PROTOKOL ROUTING DALAM JARINGAN MANET

ANALISIS KINERJA POLA-POLA TRAFIK PADA BEBERAPA PROTOKOL ROUTING DALAM JARINGAN MANET ANALISIS KINERJA POLA-POLA TRAFIK PADA BEBERAPA PROTOKOL ROUTING DALAM JARINGAN MANET Didik Imawan Jurusan Teknik Informatika Fakultas Teknologi Informasi Institut Teknologi Sepuluh Nopember Januari 29

Lebih terperinci

Rancangan Mobile Ad-Hoc Networks untuk Solusi Jaringan Komunikasi Antar Armada Bergerak menggunakan Simulasi NS

Rancangan Mobile Ad-Hoc Networks untuk Solusi Jaringan Komunikasi Antar Armada Bergerak menggunakan Simulasi NS Rancangan Mobile Ad-Hoc Networks untuk Solusi Jaringan Komunikasi Antar Armada Bergerak menggunakan Simulasi NS Widya Cahyadi cahyadi@unej.ac.id Universitas Jember Abstrak Dalam makalah ini diusulkan sebuah

Lebih terperinci

A. TUJUAN PEMBELAJARAN

A. TUJUAN PEMBELAJARAN A. TUJUAN PEMBELAJARAN 1. Siswa memahami konsep gateway 2. Siswa memahami skema routing 3. Siswa memahami cara kerja router 4. Siswa mampu melakukan konfigurasi static routing B. DASAR TEORI 1. Routing

Lebih terperinci

OSPF (Open Shortest Path First) ini merupakan protocol link-state. Teknologi. link-state dikembangkan dalam ARPAnet untuk menghasilkan protokol yang

OSPF (Open Shortest Path First) ini merupakan protocol link-state. Teknologi. link-state dikembangkan dalam ARPAnet untuk menghasilkan protokol yang OSPF (Open Shortest Path First) 1. Pengertian OSPF (Open Shortest Path First) OSPF (Open Shortest Path First) ini merupakan protocol link-state. Teknologi link-state dikembangkan dalam ARPAnet untuk menghasilkan

Lebih terperinci

Dynamic Routing (OSPF) menggunakan Cisco Packet Tracer

Dynamic Routing (OSPF) menggunakan Cisco Packet Tracer Dynamic Routing (OSPF) menggunakan Cisco Packet Tracer Ferry Ardian nyotvee@gmail.com http://a Dasar Teori. Routing merupakan suatu metode penjaluran suatu data, jalur mana saja yang akan dilewati oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dikerahkan di daerah pemantauan dengan jumlah besar node sensor mikro.

BAB I PENDAHULUAN. yang dikerahkan di daerah pemantauan dengan jumlah besar node sensor mikro. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jaringan sensor nirkabel (JSN) adalah sebuah teknologi interdisipliner yang dikerahkan di daerah pemantauan dengan jumlah besar node sensor mikro. Secara umum

Lebih terperinci

Pertemuan 3 Dedy hermanto/jaringan Komputer/2010

Pertemuan 3 Dedy hermanto/jaringan Komputer/2010 Pertemuan 3 Adalah : Suatu hubungan antara unsur-unsur penyusun jaringan komputer yaitu node, link dan station Atau Yang memperlihatkan hubungan jaringan atau sambungan antar komputer. Node : Titik suatu

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR. Resource Reservation Protocol (RSVP) merupakan protokol pada layer

BAB II TEORI DASAR. Resource Reservation Protocol (RSVP) merupakan protokol pada layer BAB II TEORI DASAR 2.1 Pendahuluan Resource Reservation Protocol (RSVP) merupakan protokol pada layer transport yang digunakan untuk meminta kualitas layanan QoS tinggi transportasi data, untuk sebuah

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori umum 2.1.1 Jenis Jaringan A. Berdasarkan Area Berdasarkan luas area, jaringan dibagi lagi menjadi 4 bagian yaitu Local Area Network (LAN), Metropolitan Area Network (MAN),

Lebih terperinci

Analisis WirelessMesh Network Menggunakan Optimized Link State Protocol

Analisis WirelessMesh Network Menggunakan Optimized Link State Protocol Analisis WirelessMesh Network Menggunakan Optimized Link State Protocol 1) Yohanes Elniko Dimas B, 2) M. A. InekePakereng, 3) Indrastanti Ratna Widiasari Fakultas Teknologi Informasi Universitas Kristen

Lebih terperinci

Rancangan Mobile Ad-Hoc Networks untuk Solusi Jaringan Komunikasi Antar Armada Bergerak menggunakan Simulasi NS

Rancangan Mobile Ad-Hoc Networks untuk Solusi Jaringan Komunikasi Antar Armada Bergerak menggunakan Simulasi NS Rancangan Mobile Ad-Hoc Networks untuk Solusi Jaringan Komunikasi Antar Armada Bergerak menggunakan Simulasi NS Widya Cahyadi cahyadi@unej.ac.id Universitas Jember Abstrak Dalam makalah ini diusulkan sebuah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan di bidang Teknologi Informasi dan Komunikasi

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan di bidang Teknologi Informasi dan Komunikasi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan di bidang Teknologi Informasi dan Komunikasi sangatlah cepat demi memenuhi kebutuhan-kebutuhan manusia. Perkembangan di bidang teknologi

Lebih terperinci

A I S Y A T U L K A R I M A

A I S Y A T U L K A R I M A A I S Y A T U L K A R I M A STANDAR KOMPETENSI Pada akhir semester, mahasiswa mampu merancang, mengimplementasikan dan menganalisa sistem jaringan komputer Menguasai konsep networking (LAN &WAN) Megnuasai

Lebih terperinci

Routing LOGO. Muh. Izzuddin Mahali, M.Cs.

Routing LOGO. Muh. Izzuddin Mahali, M.Cs. Routing Muh. Izzuddin Mahali, M.Cs. Email : izzudin@uny.uny.ac.id Pendahuluan Fungsi utama dari layer network adalah pengalamatan dan routing Pengalamatan telah kita bicarakan sebelumnya. Routing merupakan

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI MODEL ROUTING AD HOC DENGAN ALGHORITMA PROTOKOL AODV (AD HOC ON DEMAND DISTANCE VEKTOR ) MENGGUNAKAN PROGRAM NETWORK SIMULATOR (NS2)

IMPLEMENTASI MODEL ROUTING AD HOC DENGAN ALGHORITMA PROTOKOL AODV (AD HOC ON DEMAND DISTANCE VEKTOR ) MENGGUNAKAN PROGRAM NETWORK SIMULATOR (NS2) IMPLEMENTASI MODEL ROUTING AD HOC DENGAN ALGHORITMA PROTOKOL AODV (AD HOC ON DEMAND DISTANCE VEKTOR ) MENGGUNAKAN PROGRAM NETWORK SIMULATOR (NS2) Abdul Kadir, ST Program Studi Teknik Komputer AMIK INTeL

Lebih terperinci

Analisis Performansi Mobile Ad- Hoc Network Pada Perangkat Android Untuk Membangun Sistem Komunikasi Pada Kondisi Bencana Alam

Analisis Performansi Mobile Ad- Hoc Network Pada Perangkat Android Untuk Membangun Sistem Komunikasi Pada Kondisi Bencana Alam Analisis Performansi Mobile Ad- Hoc Network Pada Perangkat Android Untuk Membangun Sistem Komunikasi Pada Kondisi Bencana Alam Oleh : Della Aulia Arifin 2211127 Dosen Pembimbing 1 : Dr. Ir. Achmad Affandi,

Lebih terperinci

Bab 2 LANDASAN TEORI

Bab 2 LANDASAN TEORI Bab 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori Dasar Jaringan Komputer Jaringan komputer saat ini sangat diperlukan dalam melakukan proses pengiriman data dari suatu tempat ke tempat lain. Tanpa adanya jaringan maka kemungkinan

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI KOLABORASI NODE PADA SISTEM KOMUNIKASI AD HOC MULTIHOP BERBASIS JARINGAN SENSOR NIRKABEL

IMPLEMENTASI KOLABORASI NODE PADA SISTEM KOMUNIKASI AD HOC MULTIHOP BERBASIS JARINGAN SENSOR NIRKABEL IMPLEMENTASI KOLABORASI NODE PADA SISTEM KOMUNIKASI AD HOC MULTIHOP BERBASIS JARINGAN SENSOR NIRKABEL Oleh : Angga Galuh Pradana 2204 100 005 Pembimbing : Dr. Ir. Wirawan, DEA NIP : 1963 1109 1989 0310

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang VANET (Vehicular Ad Hoc Network) adalah bagian dari MANET (Mobile Ad Hoc Network) dimana setiap node yang berada pada cakupan suatu jaringan bisa bergerak dengan bebas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. secara langsung melalui jaringan kabel[1,2]. Implementasi jaringan dengan

I. PENDAHULUAN. secara langsung melalui jaringan kabel[1,2]. Implementasi jaringan dengan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang JSN merupakan jaringan sistem pemantauan objek yang tersebar dalam cakupan area tertentu, dimana kondisi lingkungan tidak mendukung adanya transmisi data secara langsung

Lebih terperinci

JARINGAN KOMPUTER S1SI AMIKOM YOGYAKARTA

JARINGAN KOMPUTER S1SI AMIKOM YOGYAKARTA Sudah Mengumpulkan Jurnal? http://goo.gl/hhsqum JARINGAN KOMPUTER S1SI AMIKOM YOGYAKARTA Group Jarkom SI Amikom https://www.facebook.com/groups/jarkom.amikom/ Pertemuan 8 Router Protocol Routing TCP/IP

Lebih terperinci

MODUL 10 Multi Protocol Label Switching (MPLS)

MODUL 10 Multi Protocol Label Switching (MPLS) MODUL 10 Multi Protocol Label Switching (MPLS) A. TUJUAN 1. Mengenalkan pada mahasiswa tentang konsep MPLS 2. Mahasiswa memahami cara kerja jaringan MPLS 3. Mahasiswa mampu menganalisa performansi antara

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM IV MANAGEMENT INTERNETWORKING & ROUTER ROUTING ROUTING DINAMIS. Disusun oleh: Oktavia Indriani IK 3B

LAPORAN PRAKTIKUM IV MANAGEMENT INTERNETWORKING & ROUTER ROUTING ROUTING DINAMIS. Disusun oleh: Oktavia Indriani IK 3B LAPORAN PRAKTIKUM IV MANAGEMENT INTERNETWORKING & ROUTER ROUTING ROUTING DINAMIS Disusun oleh: Oktavia Indriani IK 3B 3.34.13.1.13 PROGAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA JURUSAN TEKNIK ELEKTRO POLITEKNIK NEGERI

Lebih terperinci

WIRELESS NETWORK. Pertemuan VI. Pengertian Wireless Network. Klasifikasi Wireless Network

WIRELESS NETWORK. Pertemuan VI. Pengertian Wireless Network. Klasifikasi Wireless Network WIRELESS NETWORK Pertemuan VI Ada tiga range frekuensi umum dalam transmisi wireless, yaitu : a. Frekuensi microwave dengan range 2 40 Ghz, cocok untuk transmisi point-to-point. Microwave juga digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini komunikasi menggunakan perangkat cerdas seperti smartphone, tablet, dan laptop telah menjadi sebuah kebutuhan pokok bagi semua orang. Kemajuan teknologi

Lebih terperinci

Pengantar Wireless LAN. Olivia Kembuan, S.Kom, M.Eng PTIK UNIMA

Pengantar Wireless LAN. Olivia Kembuan, S.Kom, M.Eng PTIK UNIMA Pengantar Wireless LAN Olivia Kembuan, S.Kom, M.Eng PTIK UNIMA Apa itu Jaringan Wireless? Review Tipe-tipe jaringan berdasarkan media penghantar signal Wireless non wired = frekuensi radio ~ udara Jaringan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring perkembangan internet, muncul tuntutan dari para pengguna jasa telekomunikasi agar mereka dapat memperoleh akses data dengan cepat dimana pun mereka berada.

Lebih terperinci

ANILISIS JARINGAN DENGAN ROUTING PROTOKOL BERBASIS SPF (SHORTEST PATH FIRST) DJIKSTRA ALGORITHM

ANILISIS JARINGAN DENGAN ROUTING PROTOKOL BERBASIS SPF (SHORTEST PATH FIRST) DJIKSTRA ALGORITHM ANILISIS JARINGAN DENGAN ROUTING PROTOKOL BERBASIS SPF (SHORTEST PATH FIRST) DJIKSTRA ALGORITHM Oris Krianto Sulaiman, Khairuddin Nasution Program Studi Teknik Informatika, Fakultas Teknik UISU oris.ks@ft.uisu.ac.id;

Lebih terperinci

BAB 2. LANDASAN TEORI

BAB 2. LANDASAN TEORI BAB 2. LANDASAN TEORI 2.1 IPv6 IPv6 dikembangkan oleh IETF untuk dapat memenuhi kebutuhan IP yang diperlukan, selain itu IPv6 juga dikembangkan untuk mengatasi atau menyempurnakan kekurangankekurangan

Lebih terperinci

ROUTING. Budhi Irawan, S.Si, M.T

ROUTING. Budhi Irawan, S.Si, M.T ROUTING Budhi Irawan, S.Si, M.T PENDAHULUAN Routing adalah mekanisme yang dilaksanakan pada perangkat router dijaringan (yang bekerja pada lapis 3 network) untuk mencari dan menentukan jalur yang akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan data di Badan Pusat Statistik (BPS) [1] yang bersumber dari Kantor Kepolisian Republik Indonesia, jumlah kendaraan bermotor di indonesia terus mengalami

Lebih terperinci

Distance Vector Routing Protocols

Distance Vector Routing Protocols Distance Vector Routing Protocols Artikel ini fokus pada Interior Gateway Protokol (IGPs). IGPs diklasifikasikan sebagai distance vector atau link-state routing protokol. artikel ini menjelaskan karakteristik,

Lebih terperinci

DYNAMIC ROUTING. Semua router memiliki informasi lengkap mengenai topologi, link cost. Contohnya adalah algoritma link state.

DYNAMIC ROUTING. Semua router memiliki informasi lengkap mengenai topologi, link cost. Contohnya adalah algoritma link state. DYNAMIC ROUTING Apabila jaringan memiliki lebih dari satu kemungkinan rute untuk tujuan yang sama maka perlu digunakan dynamic routing. Sebuah dynamic routing dibangun berdasarkan informasi yang dikumpulkan

Lebih terperinci

INTERNETWORKING. Dosen Pengampu : Syariful Ikhwan ST., MT. Slide by Dadiek Pranindito ST, MT,. SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI TELEMATIKA TELKOM LOGO

INTERNETWORKING. Dosen Pengampu : Syariful Ikhwan ST., MT. Slide by Dadiek Pranindito ST, MT,. SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI TELEMATIKA TELKOM LOGO INTERNETWORKING Dosen Pengampu : Syariful Ikhwan ST., MT. Slide by Dadiek Pranindito ST, MT,. SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI TELEMATIKA TELKOM LOGO PURWOKERTO Tujuan Perkuliahan Mahasiswa dapat memahami dan

Lebih terperinci

Pertemuan V. Local Area Network

Pertemuan V. Local Area Network Pertemuan V Local Area Network Sasaran Pertemuan 5 - Mahasiswa diharapkan dapat menjelaskan mengenai port sebagai suatu konektor yang menghubungkan komputer dengan piranti lainnya dan karakteristik penting

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori Dasar Jaringan Komputer 2.1.1 Defenisi Jairngan Komputer Jaringan adalah kombinasi perangkat keras, perangkat lunak, dan pengkabelan (cabeling), yang memungkinkan berbagai

Lebih terperinci

Dynamic Routing (RIP) menggunakan Cisco Packet Tracer

Dynamic Routing (RIP) menggunakan Cisco Packet Tracer Dynamic Routing (RIP) menggunakan Cisco Packet Tracer Ferry Ardian nyotvee@gmail.com http://ardian19ferry.wordpress.com Dasar Teori. Routing merupakan suatu metode penjaluran suatu data, jalur mana saja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ethernet merupakan sebuah protokol pada layer Data-link yang banyak digunakan. Ethernet pada awalnya dikembangkan pada tahun 1970, oleh para peneliti di Xerox Palo

Lebih terperinci

Peralatan yang terhubung ke segmen jaringan terdefinisi sebagai networking devices

Peralatan yang terhubung ke segmen jaringan terdefinisi sebagai networking devices 1 Networking Devices Peralatan yang terhubung ke segmen jaringan terdefinisi sebagai networking devices Device ini terbagi menjadi dua yaitu: end user device: komputer, printer, scanner dan device yang

Lebih terperinci

PERBANDINGAN KINERJA PROTOKOL AODV DENGAN OLSR PADA MANET

PERBANDINGAN KINERJA PROTOKOL AODV DENGAN OLSR PADA MANET PERBANDINGAN KINERJA PROTOKOL AODV DENGAN OLSR PADA MANET Wahyu Edy Seputra*, Sukiswo, S.T., M.T.**, Ajub Ajulian Zahra, S.T., M.T.** Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro, Jl.

Lebih terperinci