BAB II LANDASAN TEORI
|
|
- Bambang Cahyadi
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB II LANDASAN TEORI A. Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) Pemerintah Indonesia telah mencanangkan reformasi di bidang akuntansi. Salah satu reformasi yang dilakukan adalah keharusan penerapan akuntansi berbasis akrual pada setiap instansi pemerintahan, baik pemerintah pusat maupun pemerintahan daerah, yang dimulai tahun anggaran Hal ini ditegaskan dalam Undang - undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dalam Pasal 36 ayat (1) yang berbunyi sebagai berikut: Ketentuan mengenai pengakuan dan pengukuran pendapatan dan belanja berbasis akrual sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 angka 13, 14, 15, dan 16 undang-undang ini dilaksanakan selambat-lambatnya dalam 5 (lima) tahun. Selama pengakuan dan pengukuran pendapatan dan belanja berbasis akrual belum dilaksanakan, digunakan pengakuan dan pengukuran berbasis kas. Untuk melaksanakan ketentuan Pasal 32 ayat (2) Undang undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan Pasal 184 ayat (3) Undang undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, maka Pemerintah menetapkan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan. Dalam Ketentuan Umum Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 yang dimaksud dengan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) adalah prinsip prinsip akuntansi yang diterapkan dalam menyusun dan menyajikan laporan keuangan 9
2 10 pemerintah. Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010, Pemerintah menerapkan Standar Akuntansi Pemerintah (SAP) berbasis akrual. Akuntansi berbasis akrual adalah suatu basis akuntansi di mana transaksi ekonomi dan peristiwa lainnya diakui, dicatat, dan disajikan dalam laporan keuangan pada saat terjadinya transaksi tersebut, tanpa memperhatikan waktu kas atau setara kas diterima atau dibayarkan. Dalam akuntansi berbasis akrual, waktu pencatatan (recording) sesuai dengan saat terjadinya arus sumber daya, sehingga dapat menyediakan informasi yang paling komprehensif karena seluruh arus sumber daya dicatat. Walaupun basis akrual berlaku efektif untuk laporan keuangan atas pertanggungjawaban pelaksanaan anggaran mulai tahun 2010, tetapi apabila entitas pelaporan belum dapat menerapkan Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintah (PSAP) ini, entitas pelaporan dapat menerapkan Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintah (PSAP) Berbasis Kas Menuju Akrual paling lama 4 (empat) tahun setelah Tahun Anggaran Penerapan Standar Akuntansi Pemerintah (SAP) Berbasis Akrual dapat dilaksanakan secara bertahap dari penerapan Standar Akuntansi Pemerintah (SAP) Berbasis Kas Menuju Akrual menjadi penerapan Standar Akuntansi Pemerintah (SAP) Berbasis Akrual. Ketentuan lebih lanjut mengenai penerapan Standar Akuntansi Pemerintah (SAP) Berbasis Akrual secara bertahap pada pemerintah pusat diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan, sedangkan untuk pada pemerintah daerah diatur dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri (pasal 7 Peraturan Pemerintah Nomor 71 tahun 2010).
3 11 Salah satu upaya untuk mewujudkan transparansi dan akuntabilitas pengelolaaan keuangan negara/ daerah adalah penyampaian laporan pertanggungjawaban keuangan pemerintah yang memenuhi prinsip tepat waktu dan disusun dengan mengikuti standar akuntansi pemerintahan yang telah diterima secara umum. 1. Pengertian Standar Akuntansi Pemerintahan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 pasal 1 ayat (3) yang berbunyi : Standar Akuntansi Pemerintahan, yang selanjutnya disingkat SAP, adalah prinsip-prinsip akuntansi yang diterapkan dalam menyusun dan menyajikan laporan keuangan pemerintah. Dengan demikian, SAP merupakan persyaratan yang mempunyai kekuatan hukum dalam upaya meningkatkan kualitas laporan keuangan pemerintah di Indonesia. Selain itu, SAP bertujuan meningkatkan akuntabilitas dan keandalan pengelolaan keuangan pemerintah melalui penyusunan dan pengembangan standar akuntansi pemerintah, termasuk mendukung pelaksanaan penerapan standar tersebut. 2. Ruang Lingkup Standar Akuntansi Pemerintahan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) diterapkan di lingkup pemerintahan, yaitu pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan satuan organisasi di lingkungan pemerintah pusat/ daerah, jika menurut peraturan perundang-undangan satuan organisasi dimaksud wajib menyajikan laporan keuangan. Prinsip akuntansi dan pelaporan keuangan dimaksudkan sebagai ketentuan yang dipahami dan ditaati oleh pembuat standar dalam penyusunan standar akuntansi, oleh penyelenggara akuntansi dan pelaporan keuangan dalam melakukan kegiatannya, serta oleh
4 12 pengguna laporan keuangan dalam memahami laporan keuangan yang disajikan. Adapun prinsip akuntansi yang digunakan dalam akuntansi dan pelaporan keuangan pemerintah sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 adalah sebagai berikut : a. Basis akuntansi Basis akuntansi yang digunakan dalam laporan keuangan pemerintah adalah basis akrual, untuk pengakuan pendapatan LO, beban, aset, kewajiban, dan ekuitas. Dalam hal peraturan perundangan mewajibkan disajikannya laporan keuangan dengan basis kas, maka entitas wajib menyajikan laporan demikian. Basis akrual untuk LO berarti bahwa pendapatan diakui pada saat hak untuk memperoleh pendapatan telah terpenuhi walaupun kas belum diterima; sedangkan beban diakui pada saat kewajiban yang mengakibatkan penurunan nilai kekayaan bersih telah terpenuhi walaupun kas belum dikeluarkan. Basis akrual untuk Neraca berati bahwa aset, kewajiban, dan ekuitas diakui dan dicatat pada saat terjadinya transaksi, atau pada saat kejadian atau kondisi lingkungan berpengaruh pada keuangan pemerintah, tanpa memperhatikan saat kas atau setara kas diteria atau dibayar. b. Prinsip nilai historis Aset dicatat sebesar pengeluaran kas dan setara kas yang dibayar atau sebesar nilai wajar dari imbalan (consideration) untuk memperoleh aset tersebut pada saat perolehan. Kewajiban dicatat sebesar jumlah kas. c. Prinsip realisasi Bagi pemerintah, pendapatan yang tersedia yang telah diotorisasikan melalui anggaran pemerintah selama suatu tahun fiskal akan digunakan untuk membayar hutang dan belanja dalam periode tersebut. d. Prinsip substansi mengungguli bentuk formal Informasi dimaksudkan untuk menyajikan dengan wajar transaksi serta peristiwa lain yang seharusnya disajikan, maka transaksi atau peristiwa lain tersebut perlu dicatat dan disajikan sesuai dengan substansi dan realitas ekonomi, dan bukan hanya aspek formalitasnya. Apabila substansi transaksi atau peristiwa lain tidak konsisten/ berbeda dengan aspek formalitasnya, maka hal tersebut harus diungkapkan dengan jelas dalam catatan atas laporan keuangan.
5 13 e. Prinsip periodisitas Kegiatan akuntansi dan pelaporan keuangan entitas pelaporan perlu dibagi menjadi periode-periode pelaporan sehingga kinerja entitas dapat diukur dan posisi sumber daya yang dimilikinya dapat ditentukan. f. Prinsip konsistensi Perlakuan akuntansi yang sama diterapkan pada kejadian yang serupa dari periode ke periode oleh suatu entitas pelaporan (prinsip konsistensi internal). Metode akuntansi yang dipakai dapat diubah dengan syarat bahwa metode yang baru diterapkan mampu memberikan informasi yang lebih baik dibanding metode lama. g. Prinsip pengungkapan lengkap Laporan keuangan menyajikan secara lengkap informasi yang dibutuhkan oleh pengguna. h. Prinsip penyajian wajar Laporan keuangan menyajikan dengan wajar laporan realisasi anggaran, neraca, laporan arus kas, dan catatan atas laporan keuangan. Dari uraian diatas dapat disimpulkan prinsip ini harus diterapkan oleh seluruh Kementerian dan Lembaga Non Kementerian sebagai indikator imlementasi/ pelaksanaan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) pada masing masing Satuan Kerja dibawahnya baik yang berada di Pemnerintah Pusat maupun tingkat daerah. 3. Tujuan dan Peranan Standar Akuntansi Pemerintah Tujuan diterapkannya standar akuntansi pemerintahan adalah untuk mewujudkan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan pemerintah baik pusat maupun daerah.
6 14 Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP), kerangka dasar penyusunan dan penyajian laporan keuangan pemerintah digunakan sebagai acuan bagi : a. Penyusun standar dalam melaksanakan tugasnya b. Penyusun laporan keuangan dalam menanggulangi masalah akuntansi yang belum diatur dalam standar c. Pemeriksa dalam memberikan pendapat mengenai apakah laporan keuangan disusun sesuai dengan standar;dan d. Para pengguna laporan keuangan dalam menafsirkan informasi yang disajikan pada laporan keuangan yang disusun sesuai dengan standar Dari uraian diatas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa empat acuan dari kerangka dasar penyusunan dan penyajian laporan keuangan pemerintah merupakan bagian dari tujuan dan peranan standar akuntansi pemerintahan. B. Reviu Laporan Keuangan Kementerian/Lembaga Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia adalah Lembaga Pemerintah Non Kementerian yang berada dibawah dan bertanggungjawab langsung kepada Presiden dalam penyusunan Laporan Keuangan terikat pada ketentuan : 1. Sebagai Lembaga Pemerintah Non Kementerian maka sesuai dengan Pasal 55 Undang - undang Nomor 1 Tahun 2004, laporan keuangan BPN Semesteran dan Tahunan harus disertai dengan Pernyataan Tanggung Jawab (Statement of Responsibility) yang ditandatangani oleh Menteri/ Pimpinan Lembaga. Pernyataan Tanggung Jawab memuat pernyataan bahwa pengelolaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) telah diselenggarakan berdasarkan Sistem Pengendalian Intern (SPI) yang memadai dan akuntansi keuangan telah diselenggarakan sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintah (SAP). 2. Sebagai dasar pembuatan Pernyataan Tanggung Jawab tersebut, Aparat Pengawasan Intern (API) Kementerian Negara/ Lembaga atau Pejabat yang ditunjuk oleh Sekretaris Jenderal/ Pejabat yang setingkat harus melakukan reviu atas laporan keuangan BPN semesteran dan tahunan, yang hasilnya dituangkan dalam Pernyataan Telah Direviu. Hal tersebut diamanatkan dalam Pasal 33 ayat (3) Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 dan Pasal 57
7 15 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah. 3. Kegiatan reviu di lingkungan BPN RI dilaksanakan oleh Inspektorat Utama yang merupakan unit eselon I yang mempunyai tugas melaksanakan fungsi pengawasan. Definisi pengawasan internal sesuai dengan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor : PER/05/M.PAN/03/2008 tanggal 31 Maret 2008 adalah : Pengawasan intern adalah seluruh proses kegiatan audit, reviu, pemantauan, evaluasi, dan kegiatan pengawasan lainnya berupa asistensi, sosialisasi dan konsultasi terhadap penyelenggaraan tugas dan fungsi organisasi dalam rangka memberikan keyakinan yang memadai bahwa kegiatan telah dilaksanakan sesuai dengan tolok ukur yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien untuk kepentingan pimpinan dalam mewujudkan kepemerintahan yang baik. Sistem Akuntansi dan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Sistem Pengendalian Intern. Kualitas laporan keuangan tidak hanya diukur dari kesesuaian dengan Standar Akuntansi Pemerintah (SAP) saja, tetapi juga dari sistem pengendalian internnya. Untuk itu, Unit Akuntansi instansi harus mendesain, mengoperasikan, dan memelihara Sistem Pengendalian Intern (SPI) yang baik dalam rangka menghasilkan informasi keuangan yang andal. Sesuai perannya sebagai Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) pada Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia maka Inspektorat Utama BPN RI perlu melaksanaan Reviu yang dilakukan oleh tim secara paralel dengan penyusunan laporan keuangan Badan Pertanahan Nasional RI. Reviu tersebut dilaksanakan paling lambat 2 (dua) bulan setelah tanggal pelaporan. Kegiatan-
8 16 kegiatan dalam proses pelaksanaan tersebut meliputi penelusuran angka, permintaan keterangan dan prosedur analitis. Pelaksanaan reviu dilakukan dengan tujuan untuk memberikan keyakinan terbatas bahwa laporan keuangan disajikan telah sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintah (SAP). Laporan Keuangan BPN RI yang telah direviu disampaikan kepada BPK untuk dilakukan pemeriksaan dalam rangka pemberian pendapat (opini). Sesuai Peraturan Menteri Keuangan Nomor 41/PMK.09/2010 definisi Reviu adalah sebagai berikut : Penelaahan atas penyelenggaraan akuntansi dan penyajian Laporan Keuangan Kementerian/ Lembaga oleh auditor Aparat Pengawasan Intern Kementerian Negara/ Lembaga yang kompeten untuk memberikan keyakinan terbatas bahwa akuntansi telah diselenggarakan berdasarkan Sistem Akuntansi Instansi (SAI) dan Laporan Keuangan Kementerian/ Lembaga telah disajikan sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP), dalam upaya membantu Menteri/ Pimpinan Lembaga untuk menghasilkan Laporan Keuangan Kementerian/ Lembaga yang berkualitas. Dengan adanya reviu laporan keuangan diharapkan dapat membantu Satuan Kerja Kanwil BPN Provinsi/ Kantor Pertanahan menyelenggarakan akuntansi dan menyajikan laporan keuangan sesuai dengan Standar akuntansi Pemerintahan yang berlaku. Reviu dilakukan secara paralel dengan pelaksanaan anggaran dan penyusunan laporan keuangan dengan menggunakan pendekatan berjenjang mulai dari tingkat Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Anggaran (UAKPA), Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Anggaran Wilayah (UAPPA-W), Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Anggaran Eselon I (UAPPA-E1) sampai dengan Unit Akuntansi Pengguna Anggaran (UAPA) melalaui serangkaian aktivitas untuk :
9 17 1. Menelusuri angka angka laporan keuangan ke catatan akuntansi dan dokumen sumber; 2. Permintaan keterangan mengenai proses pengumpulan, pencatatan, pengklasifikasian, pengikhtisaran dan pelaporan data transaksi; 3. Analitik untuk mengetahui hubungan dengan hal-hal yang kelihatannya tidak biasa. Indikator yang digunakan dalam penilaian asersi oleh pereviu mempedomani Peraturan Menteri Keuangan Nomor : 41/PMK.09/2010 tentang Standar Reviu Atas Laporan Keuangan Kementerian Negara/ Lembaga yaitu : 1. Pengakuan Pengakuan transaksi adalah penetapan terpenuhinya kriteria pencatatan suatu transaksi dalam catatan akuntansi sehingga menjadi bagian yang melengkapi unsur akun laporan keuangan. Kriteria minimum yang harus dipenuhi oleh suatu transaksi untuk diakui adalah: (a) terdapat kemungkinan bahwa manfaat ekonomi yang berkaitan dengan transaksi tersebut akan mengalir keluar dari atau masuk ke dalam entitas pelaporan; dan (b) transaksi tersebut mempunyai nilai atau biaya yang dapat diukur atau dapat diestimasi dengan andal. 2. Pengukuran Pengukuran transaksi adalah penetapan nilai uang transaksi untuk dapat diakui dan dimasukkan ke dalam akun laporan keuangan. Pengukuran akun dalam laporan keuangan menggunakan nilai perolehan historis, dimana : (a) aset dicatat sebesar pengeluaran kas/setara kas/nilai wajar dari imbalan yang diberikan untuk memperoleh aset tersebut, dan (b) kewajiban dicatat sebesar nilai nominal. 3. Pelaporan Pelaporan transaksi adalah pengelompokan dan penyajian suatu transaksi ke dalam akun laporan keuangan berdasarkan kriteria yang diatur dalam SAP. 4. Akurasi Akurasi informasi adalah penyajian informasi dalam laporan keuangan Kementerian/ Lembaga secara benar dan tepat. 5. Kehandalan Kehandalan informasi adalah penyajian informasi dalam laporan keuangan Kementerian/ Lembaga yang didasarkan pada fakta secara jujur, dapat
10 18 diverfikasi, bebas dari pengertian menyesatkan, dan bebas dari kesalahan material. 6. Keabsahan Keabsahan informasi adalah penyajian informasi dalam laporan keuangan Kementerian/ Lembaga yang didukung dengan dokumen sumber transaksi yang sah dan memenuhi persyaratan ketentuan perundang-undangan. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa reviu laporan keuangan merupakan cara untuk menilai implementasi / pelaksanaan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) melalui indikator yang telah disebutkan diatas pada Satuan Kerja Pemerintah. C. Penyelenggaraan Akuntansi dan Penyajian Laporan Keuangan Penyelenggaraan akuntansi adalah serangkaian kegiatan pemrosesan data untuk menghasilkan laporan keuangan mulai dari pengumpulan, pencatatan, dan pengikhtisaran data sedangkan penyajian laporan keuangan Kementerian Negara/ Lembaga adalah pelaporan posisi keuangan dan operasi keuangan pada Kementerian Negara/ Lembaga. (Sri Mulyani, 2010 : 42) Seluruh kebijakan yang diterapkan pemerintah mempunyai tujuan untuk memperbaiki penyelanggaraan pemerintahan. Perbaikan penyelanggaraan akuntansi merupakan salah satu indikator kinerja Kementerian/ Lembaga yang setiap tahunnya dievaluasi Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP), dalam penelitian ini adalah Inspektorat Utama BPN RI yang kemudian menuangkan hasilnya dalam Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) Kinerja Keuangan.
11 19 1. Laporan Keuangan Pemerintah Dalam Peraturan Dirjen Perbendaharaan Nomor 65 Tahun 2010 tentang Pedoman Penyusunan Laporan Keuangan Kementerian/ Lembaga Pasal 8 menyebutkan Laporan Keuangan Kementerian/ Lembaga terdiri dari : a. Laporan Realisasi Anggaran Laporan realisasi anggaran menyajikan ikhtisar sumber, alokasi, dan pemakaian sumber daya ekonomi yang dikelola oleh pemerintah, yang menggambarkan perbandingan antara anggran dan realisasinya dalam satu periode pelaporan. Unsur yang dicakup secara langsung oleh laporan realisasi anggaran terdiri dari pendapatan, belanja, transfer dan pembiayaan. b. Neraca Neraca menggambarkan posisi keuangan suatu entitas pelaporan mengenai asset, kewajiban, dan ekuitas dana pada tanggal tertentu. c. Catatan atas Laporan Keuangan Catatan atas laporan keuangan meliputi penjelasan naratif atau rincian dari angka yang tertera dalam laporan realisasi anggaran dan neraca. Catatan atas laporan keuangan juga mencakup informasi tentang kebijakan akuntansi yang dipergunakan oleh entitas pelaporan dan informasi lain yang dianjurkan untuk diungkapkan dalam Standar Akuntansi Pemerintahan serta ungkapan-ungkapan yang diperlukan untuk menghasilkan penyajian laporan keuangan secara wajar. 2. Pengujian SPI (Sistem Pengendalian Intern) dan Kepatuhan terhadap Peraturan Perundang undangan Indikator awal hasil pemeriksaan kinerja keuangan pada Inspektorat Utama BPN RI adalah hasil penilaian Sistem Pengendalian Intern (SPI) dan diakhiri dengan uji kepatuhan terhadap perundang-undangan. Sesuai dengan Keputusan Kepala Badan Pertanahan Nasional RI Nomor 259/KEP-28/VII/2011 tentang Standar Audit di Lingkungan Badan
12 20 Pertanahan Nasional Republik Indonesia bahwa seorang auditor dalam melakukan pemeriksaan harus memahami rancangan sistem pengendalian intern dan menguji penerapannya. Pemahaman atas sistem pengendalian intern dapat dilakukan melalu permintaan keterangan, pengamatan, inspeksi catatan dan dokumen, atau mereviu laporan pihak lain. Auditor harus menggunakan pertimbangan professional untuk mendeteksi kemungkinan adanya ketidakpatuhan tehadap peraturan perundang undangan, kecurangan dan ketidakpatutan (abuse). 3. Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan Pemerintah Adapun indikator materi pemeriksaan yang digunakan dalam penilaian penyelenggaraan dan penyajian laporan keuangan Pemerintah harus memenuhi karakteristik kualitatif laporan keuangan. Pengertian karakteristik kualitatif laporan keuangan sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 adalah ukuran ukuran normatif yang perlu diwujudkan dalam informasi akuntansi sehingga dapat memenuhi tujuannya. Keempat karakteristik berikut ini merupakan prasyarat normatif yang diperlukan agar laporan keuangan pemerintah dapat memenuhi kualitas yang dikehendaki : a. Relevan Laporan keuangan dapat dikatakan relevan apabila informasi yang termuat didalamnya memiliki umpan balik (feedback value) yang memungkinkan pengguna untuk menegaskan atau mengoreksi ekspektasi mereka di masa lalu dan memiliki manfaat prediktif (predictif value) yang dapat membantu pengguna untuk memprediksi masa yang akan dating berdasarkan hasil masa lalu dan kejadian masa kini. Selain itu juga informasi yang disajikan harus tepat waktu dan lengkap.
13 21 b. Andal Informasi dalam laporan keuangan bebas dari pengertian yang menyesatkan dari kesalahan material, menyajikan setiap fakta secara jujur artinya informasi menggambarkan dengan jujur transaksi serta peristiwa lainnya yang seharusnya disajikan, dapat diverifikasi atau dengan kata lain informasi dalam laporan keuangan dapat diuji dan apabila pengujian dilakukan lebih dari satu kali oleh pihak yang berbeda, hasilnya tetap menujukkan simpulan yang tidak berbeda jauh, serta diarahkan pada kebutuhan umum dan tidak berpihak pada kebutuhan pihak tertentu (netralitas). c. Dapat dibandingkan Informasi yang termuat dalam laporan keuangan akan lebih berguna jika dapat dibandingkan dengan laporan keuangan periode sebelumnya atau laporan keuangan entitas pelaporan lain pada umumnya. d. Dapat dipahami Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan dapat dipahami oleh pengguna dan dinyatakan dalam bentuk serta istilah yang disesuaikan dengan batas pemahaman para pengguna. 4. Kendala Penyelenggaraan Akuntansi dan Penyajian Laporan Keuangan Pemerintah Tiga hal yang menimbulkan kendala dalam informasi akuntansi dan laporan keuangan pemerintah, yaitu : a. Materialitas Adalah suatu kondisi jika tidak tersajikannya atau salah saji suatu informasi akan mempengaruhi keputusan atau penilaian pengguna yang dibuat atas dasar laporan keuangan. Materialitas tergantung pada hakikat atau besarnya pos atau kesalahan yang dipertimbangkan dari keadaan khusus diman kekurangan atau salah saji terjadi. b. Pertimbangan biaya dan manfaat Manfaat yang dihasilkan informasi seharusnya melebihi biaya penyusunannya. Oleh karena itu, laporan keuangan pemerintah tidak semestinya menyajikan segala informasi yang manfaatnya lebih kecil dari biaya penyusunannya.
14 22 c. Keseimbangan antar karakteristik kualitatif Keseimbangan antar karakteristik kualitatif diperlukan untuk mencapai suatu keseimbangan yang tepat di antara berbagai tujuan normatif yang diharapkan dipenuhi oleh laporan keuangan pemerintah. D. Hubungan Implementasi Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) dengan Reviu Laporan Keuangan Seperti dijelaskan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 bahwa Standar Akuntansi Pemerintahan merupakan prinsip prinsip akuntansi yang diterapkan dalam menyusun dan menyajikan laporan keuangan pemerintah dan merupakan persyaratan yang mempunyai kekuatan hukum dalam upaya meningkatkan kualitas laporan keuangan pemerintah di Indonesia. Undang undang Nomor 17 Tahun 2003 pasal 32 tentang Keuangan Negara berbunyi : (1) Bentuk dan isi laporan pertanggungjawaban pelaksanaan APBN/ APBD disusun dan disajikan dengan Standar Akuntansi Pemerintahan (2) Standar Akuntansi Pemerintahan sebagaiman dimaksud dalam ayat (1) disusun oleh suatu komite standar yang independen dan ditetapkan dalam peraturan pemerintah setelah terlebih dahulu mendapat pertimbangan dari Badan Pemeriksa Keuangan. Governmental Accounting Standards Board (GASB) dalam Concepts Statement No.1 tentang Objectives of Financial Reporting menyatakan bahwa akuntabilitas merupakan dasar dari pelaporan keuangan di pemerintahan. Akuntabilitas merupakan tujuan tertinggi pelaporan keuangan pemerintah. Seperti telah dijelaskan diawal, bahwa wujud dari upaya peningkatan akuntabilitas adalah dengan melaksanakan reviu laporan keuangan sebelum laporan keuangan tersebut diberikan opini oleh Badan Pemeriksa Keuangan. Reviu laporan keuangan
15 23 merupakan upaya konkrit untuk mewujudkan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan pemerintah yang memenuhi prinsip tepat waktu dan disusun mengikuti Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP). Besar kecilnya implementasi/ pelaksanaan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) pada Satuan Kerja akan terlihat pada hasil reviu yang dilakukan oleh APIP (Aparat Pengawasan Intern Pemerintah). Standar Reviu Laporan Keuangan (2010 : 36) menyebutkan salah satu sasaran reviu adalah Menteri/ Pimpinan Lembaga memperoleh keyakinan bahwa Laporan Keuangan Kementerian/ Lembaga disajikan sesuai Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP). Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa implementasi/ pelaksanaan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) akan mempengaruhi keberhasilan reviu sebagai upaya Quality Assurance atas laporan keuangan yang disusun Kementerian/ Lembaga. E. Hubungan Hasil Reviu dengan Penyelenggaraan Akuntansi dan Penyajian Laporan Keuangan Seperti dijelaskan pada PMK No.41/PMK.09/2010 bahwa tujuan reviu adalah untuk membantu terlaksananya penyelenggaraan akuntansi dan penyajian laporan keuangan Kementerian/ Lembaga serta memberikan keyakinan terbatas mengenai akurasi, keandalan dan keabsahan informasi laporan keuangan Kementerian/ Lembaga serta pengakuan, pengukuran, dan pelaporan transaski sesuai dengan SAP kepada Menteri/ Pimpinan Lembaga, sehingga dapat menghasilkan Laporan Keuangan Kementerian/ Lembaga yang berkualitas.
16 24 Standar Reviu Laporan Keuangan Kementerian/ Lembaga (2010:40) menyatakan untuk mencapai tujuan tersebut maka hasil reviu yang merupakan kelemahan dalam penyelenggaraan akuntansi dan/atau kesalahan dalam penyajian laporan keuangan, harus ditindaklanjuti oleh pereviu bersama-sama dengan unit akuntansi dengan segera melakukan perbaikan dan/atau koreksi atas kelemahan dan/atau kesalahan tersebut secara berjenjang. Hasil pelaporan reviu merupakan dasar bagi Aparat Pengawasan Intern Kementerian Negara/ Lembaga untuk memberikan simpulan apakah laporan keuangan telah atau belum disajikan sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintah (SAP) akan tetapi ruang lingkup reviu jauh lebih sempit dibandingkan dengan lingkup audit yang dilakukan dengan tujuan untuk menyatakan pendapat (opini) atas laporan keuangan secara keseluruhan. Paragraf penjelas hasil reviu menguraikan perbaikan material dalam penyelenggaraan akuntansi dan/ atau koreksi penyajian laporan keuangan Kementerian/ Lembaga yang belum atau belum selesai dilakukan oleh unit akuntansi. Dari uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat hubungan yang saling mempengaruhi antara Standar Akuntansi Pemerintah (SAP) dengan penyelenggaraan akuntansi dan penyajian laporan keuangan pemerintah (Lembaga) secara tidak langsung yang dihubungkan melalui adanya reviu laporan keuangan, hal tersebut dapat terlihat pada pernyataan Standar Reviu diatas bahwa hasil reviu kemudian digunakan untuk perbaikan penyelenggaraan akuntansi yang bertujuan meningkatkan kualitas laporan.
17 25 F. Jurnal Penelitian Sebelumnya Dari pernyataan pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa keuangan pemerintah perlu dikelola secara sistematis sesuai perundang-undangan yang berlaku, disertai adanya implementasi Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP), sehingga keefektifan, keefisienan dan keekonomisan yang dilaksanakan oleh pemerintah tercapai. Penulis mengambil kesimpulan jurnal Binsar Simanjuntak (2010 : 13) bahwa dalam pelaksanaan akuntansi basis akrual diperlukan beberapa persyaratan antara lain : (1) Sistem Akuntansi dan IT Based System termasuk sistem pengendalian intern yang andal (2) Komitmen Pimpinan, dan (3) SDM yang memadai. Selain itu juga penulis mengambil kesimpulan dari jurnal Andhisa Setya Hapsari bahwa kualitas pelaporan keuangan pemerintah terbentur oleh idealita dan realita yang bertentangan. Salah satu contoh masih adanya Satuan Kerja pemerintah yang belum paham tentang Standar Akuntansi Pemerintah yang seharusnya diterapkan. Tabel. 2.1 Jurnal Penelitian Sebelumnya Judul dan Penulis Penerapan Akuntansi berbasis akrual Di sektor pemerintahan Di Indonesia oleh Dr. Binsar H. Simanjuntak Ak, MBA, CMA, Hasil Penelitian a. Sistem akuntansi berbasis akrual merupakan sistem akuntansi modern yang banyak diterapkan di negara maju. Berdasarkan UU No. 17 Tahun 2003 pengakuan dan pengukuran pendapatan dan belanja berbasis akrual dilaksanakan selambat-lambatnya 5 tahun. Terbitnya PP 71 tahun 2010 merupakan implementasi Undang- Undang tersebut, walaupun untuk penerapannya dapat dilakukan
18 26 Judul dan Penulis Hasil Penelitian secara bertahap. b. Dengan penerapan akuntansi berbasis akrual diharapkan akan memberikan manfaat yang lebih besar bagi pemerintah, masyarakat sebagai pengguna laporan keuangan, maupun bagi pengembangan profesi akuntansi dibandingkan dengan akuntansi berbasis kas. Manfaat bagi pemerintah, antara lain untuk memberikan informasi yang lebih transparan mengenai biaya pemerintah dan meningkatkan kualitas pengambilan keputusan di dalam pemerintah dengan menggunakan informasi yang diperluas, tidak sekedar informasi yang berbasis kas. Manfaat bagi masyarakat pengguna laporan keuangan, antara lain apabila laporan keuangan disajikan dengan basis akrual memungkinkan pengguna laporan untuk menilai akuntabilitas pengelolaan seluruh sumber daya oleh suatu entitas, menilai kinerja, posisi keuangan dan arus kas dari suatu entitas serta pengambilan keputusan mengenai penyediaan sumber daya kepada, atau melakukan bisnis dengan suatu entitas pemerintah. Penerapan akuntansi berbasis akrual memerlukan SDM yang andal di bidang akuntansi, oleh karena itu profesi akuntansi diharapkan dapat meningkatkan peranannya dalam penyediaan dan pengembangan SDM akuntansi di sektor pemerintahan. c. Akhirnya, agar pelaksanaan akuntansi basis akrual diperlukan beberapa persyaratan antara lain : (1) Sistem Akuntansi dan IT Based System termasuk sistem
19 27 Judul dan Penulis Tinjauan Kebermanfaatan Laporan Keuangan Auditan BPK (Refleksi Eksistensi dan Peranan BPK) oleh Andhisa Setya Hapsari, 2008 Pengaruh penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan terhadap kualitas Laporan Keuangan oleh Purwaniati Hasil Penelitian pengendalian intern yang andal (2) Komitmen Pimpinan, dan (3) SDM yang memadai. a. Dari hasil penelitian atas 362 Laporan Keuangan Pemerintah diketahui ada 3 daerah yang dikategorikan baik laporan keuangannya yaitu Kota Surabaya, Kabupaten Pontianak dan Kabupaten Sambas, selebihnya belum dapat dikatakan baik. Hal ini karena adanya benturan antara idealita dan realita. Idealnya laporan keuangan pemerintah harus memenuhi prinsip-prinsip atau standar akuntansi pemerintah yang berlaku. Akan tetapi realita di lapangan tidak begitu. Hal ini disebabkan dalam tataran konsep, sebagai konsekuensi dari tidak matangnya teori akuntansi pemerintahan, Standar Akuntansi Pemerintahan terkandung bias. b. SAP sendiri pada dasarnya juga belum matang dan pemerintah mengakui hal tersebut. Dalam tataran manusia, kualitas SDM yang rendah terkait pemahaman dan penerapan akuntansi pemerintahan menyebakan laporan keuangan akuntansi jauh dari terpenuhinya karakteristik kualitas informasi akuntansi. Selain itu dalam tataran praktik, rendahnya dan sedikitnya aparat pemerintah yang mengerti mengenai akuntansi menyebabkan tidak dipenuhinya kualitas informasi akuntansi dalam hal understandability atau keterpahaman. a. Laporan Keuangan Inspektorat Jenderal Departemen Pendidikan Nasional tahun 2006 yang disusun
20 28 Judul dan Penulis Nugraheni dan Imam Subaweh, 2008 Hasil Penelitian sebelum penerapan SAP belum dapat memecahkan permasalahan pencatatan keuangan dan belum ada cara untuk memecahkan permasalahan pencatatan keuangan, dengan demikian laporan keuangan yang disusun belum mencerminkan laporan keuangan yang baik. b. Laporan Keuangan Inspektorat Jenderal Departemen Pendidikan Nasional tahun 2007 dan 2008 yang disusun setelah penerapan SAP, dengan dukungan pengetahuan pengelola UAPPA E1 dan UAPPB, dan ketersediaan sarana dan prasarana telah memenuhi karakteristik laporan keuangan yang baik, yaitu relevan, andal, dapat dibandingkan, dan dapat dipahami. Persentase jawaban responden yang menyatakan setuju sebesar 60% - 80% bahwa laporan keuangan Inspektorat Jenderal Departemen Pendidikan Nasional memenuhi karakteristik relevan yaitu telah memuat informasi yang memungkinkan pengguna untuk menegaskan atau mengoreksi ekspektasi mereka di masa lalu, memuat informasi yang dapat membantu memprediksi masa yang akan datang, penyajian informasi dilaksanakan tepat waktu, dan penyajian informasi telah dilaksanakan secara lengkap dan jelas. c. Persentase jawaban responden sebesar 49% - 72% menyatakan bahwa laporan keuangan Inspektorat Jenderal Departemen Pendidikan Nasional memenuhi karakteristik laporan keuangan yang andal yaitu laporan keuangan
21 29 Judul dan Penulis Hasil Penelitian telah memuat informasi yang disajikan secara jujur dan wajar, laporan keuangan dapat diuji oleh beberapa pihak dengan mendapatkan hasil yang tidak berbeda jauh, dan laporan keuangan bersifat netral. d. Persentase jawaban responden sebesar 87% - 89% menyatakan bahwa Laporan Keuangan Inspektorat Jenderal Departemen memenuhi karakteristik dapat dibandingkan yaitu informasi yang disajikan dalam laporan keuangan dapat dibandingkan dengan laporan keuangan periode sebelumnya dan informasi yang disajikan dalam laporan keuangan dapat dibandingkan dengan informasi dalam laporan keuangan entitas pelaporan lainnya. e. Persentase jawaban responden sebesar 57% - 62% menyatakan bahwa laporan keuangan Inspektorat Jenderal Departemen Pendidikan Nasional memenuhi karakteristik dapat dipahami yaitu pengguna dapat memahami seluruh informasi yang disajikan, dan bentuk serta istilah yang digunakan dalam laporan keuangan Inspektorat Jenderal Departemen Pendidikan Nasional. f. Laporan Keuangan Inspektorat Jenderal Departemen Pendidikan Nasional tahun 2006 sampai tahun 2008 oleh BPK-RI diberikan opini tidak memberikan pendapat, karena kelemahan dalam sistem pengendalian internal di lingkungan Inspektorat Jenderal Departemen Pendidikan Nasional terutama dalam kegiatan pengendalian yaitu kegiatan pengendalian terhadap kegiatan
22 30 Judul dan Penulis Hasil Penelitian pokok instansi pemerintah dan kegiatan pengendalian dalam kaitannya dengan penilaian resiko. Sumber : (diakses antara bulan Juni September 2011) Terdapat persamaan dan perbedaan antara ketiga jurnal penelitian diatas dengan penelitian yang penulis lakukan. Persamaannya adalah penelitian ini membahas tentang Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) dan peningkatan kualitas laporan keuangan. Adapun perbedaan antara ketiga jurnal penelitian tersebut dengan penelitian yang penulis lakukan adalah penulis menitikberatkan pada implementasi/ pelaksanaan SAP melalui hasil reviu, dan penyelenggaraan akuntansi dan penyajian laporan keuangan sebagai upaya peningkatan kualitas laporan keuangan, sedangkan Andhisa Setya Hapsari lebih menilai melalui laporan keuangan hasil audit BPK. Penelitian yang penulis lakukan lebih mengacu pada penelitian yang ketiga yaitu sama sama memilih populasi di Inspektorat Jendral/ Inspektorat Utama sebaga Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP). Disini SAP mempunyai peran yang sangat vital dalam penyelenggaraan pemerintah, terutama terkait laporan keuangan yang merupakan wujud dari pertanggungjawaban. Penyelenggaraan akuntansi dan penyajian laporan keuangan diperlukan untuk meningkatkan dan mencapai sasaran-sasaran yang telah direncanakan.
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. Standar Reviu. Laporan Keuangan.
No.97, 2010 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. Standar Reviu. Laporan Keuangan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41/PMK.09/2010 TENTANG STANDAR REVIU ATAS LAPORAN
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI A. Reviu Laporan Keuangan Pasal 9 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara menyatakan bahwa menteri/pimpinan lembaga sebagai pengguna anggaran/pengguna barang kementerian
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pemerintah Daerah Sebagai Entitas Pelaporan Dan Entitas Akuntansi bahwa: Dalam pernyataan Standar Akuntansi Pemerintah (2005:19) menyatakan entitas pelaporan keuangan adalah
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu upaya konkrit untuk mewujudkan transparansi dan akuntabilitas
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Standar Akuntansi Pemerintahan Salah satu upaya konkrit untuk mewujudkan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan negara adalah penyampaian laporan
Lebih terperinciPENDAHULUAN KEBIJAKAN AKUNTANSI
LAMPIRAN I PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH PENDAHULUAN KEBIJAKAN AKUNTANSI A. TUJUAN Kebijakan Akuntansi merupakan pedoman penyusunan
Lebih terperinciBERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT
BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 27 TAHUN 2014 PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 27 TAHUN 2014 TENTANG STANDAR AUDIT DAN REVIU ATAS LAPORAN KEUANGAN BAGI APARAT PENGAWAS INTERN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dewasa ini adalah menguatnya tuntutan akuntabilitas atas lembaga-lembaga publik,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fenomena yang terjadi dalam perkembangan sektor publik di Indonesia dewasa ini adalah menguatnya tuntutan akuntabilitas atas lembaga-lembaga publik, baik di
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. Peraturan Pemerintah Nomor 71 tahun 2010 tentang. maka Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 2005 tentang Standar Akuntansi
8 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Standar Akuntansi Pemerintahan Peraturan Pemerintah Nomor 71 tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan pasal 9 menyatakan bahwa dengan diberlakukannya peraturan ini
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS. Menurut Coso dalam Hartadi (1999: 92) pengendalian intern
BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian Sistem Pengendalian Intern Menurut Coso dalam Hartadi (1999: 92) pengendalian intern merupakan suatu proses yang dijalankan oleh dewan
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.40, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. Laporan Keuangan. Pemerintah Daerah. Standar Reviu. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40/PMK.09/2014 TENTANG STANDAR REVIU ATAS
Lebih terperinciSALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 59/PMK.06/2005 TENTANG SISTEM AKUNTANSI DAN PELAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH PUSAT
SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 59/PMK.06/2005 TENTANG SISTEM AKUNTANSI DAN PELAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH PUSAT MENTERI KEUANGAN, Menimbang : bahwa sesuai dengan ketentuan Pasal 7 ayat (2) huruf
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pemantauan terhadap kinerja unit organisasi yang ada dalam kendalinya.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Fungsi pengawasan mempunyai peranan yang sangat penting terutama untuk melakukan pengawasan pada pengelolaan keuangan negara sehingga dapat terwujud pemerintahan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Review Menurut Mulyadi ( 2002 : 6 ) Review adalah permintaan keterangan dan prosedur analitik terhadap informasi keuangan suatu entitas. Mulyadi menjelaskan bahwa review
Lebih terperinciKERANGKA KONSEPTUAL. 11. Mata uang...
LAMPIRAN I : PERATURAN BUPATI BUNGO NOMOR : 46 TAHUN 20097 TAHUN 2007 TANGGAL : 11 NOVEMBER 20094 SEPTEMBER 2007 TENTANG : KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH KABUPATEN BUNGO. KERANGKA KONSEPTUAL A. PENDAHULUAN
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Standar Akuntansi Pemerintahan Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan menyebutkan bahwa standar akuntansi
Lebih terperinciKATA PENGANTAR REVIU LAPORAN KEUANGAN OLEH INSPEKTORAT
KATA PENGANTAR Sebagaimana diamanatkan Undang-Undang RI Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2012 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2012,
Lebih terperinciLAMPIRAN : PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 24 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH
1 LAMPIRAN : PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 24 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH I. KEBIJAKAN UMUM 1. Tujuan Tujuan kebijakan akuntansi adalah mengatur penyusunan dan penyajian
Lebih terperinciANALISIS HASIL AUDIT LAPORAN KEUANGAN KEMENTERIAN/LEMBAGA
ANALISIS HASIL AUDIT LAPORAN KEUANGAN KEMENTERIAN/LEMBAGA Diana Tambunan Manajemen Administrasi ASM BSI Jakarta JL. Jatiwaringin Raya No.18, Jakarta Timur diana.dtb@bsi.ac.id ABSTRACT: This study aimed
Lebih terperinciPERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN REVIU LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH KABUPATEN PANDEGLANG
PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN REVIU LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH KABUPATEN PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.41, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. Laporan Keuangan. Pemerintah Pusat. Standar Reviu. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 /PMK.09/2014 TENTANG STANDAR REVIU ATAS LAPORAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. daerah (Mahmudi, 2011). Laporan keuangan dalam lingkungan sektor publik
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan keuangan daerah pada dasarnya merupakan asersi atau pernyataan dari pihak manajemen pemerintah daerah yang menginformasikan kepada pihak lain, yaitu pemangku
Lebih terperinciKERANGKA KONSEPTUAL KEBIJAKAN AKUNTANSI
LAMPIRAN I PERATURAN BUPATI MALUKU TENGGARA NOMOR 2.aTAHUN 2010 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI KERANGKA KONSEPTUAL KEBIJAKAN AKUNTANSI I. PENDAHULUAN I.1 Tujuan Kebijakan Akuntansi 1. Tujuan kebijakan akuntansi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. internal, intuisi, pemahaman terhadap SAP dan pengetahuan tentang pengelolaan
10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori Bab ini akan menguraikan pengertian pengetahuan tentang proses audit internal, intuisi, pemahaman terhadap SAP dan pengetahuan tentang pengelolaan keuangan
Lebih terperinciPEDOMAN PELAKSANAAN SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH PUSAT
PERATURAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 59/PMK.06/2005 TENTANG KEUANGAN PEMERINTAH PUSAT PEDOMAN PELAKSANAAN SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH PUSAT I. PENDAHULUAN I.1. Umum Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dalam pengelolaan keuangan dengan mengeluarkan Undang-Undang Nomor 17
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan wilayah yang luas yang terdiri dari ribuan pulau dengan budaya, sosial dan kondisi perekonomian yang berbeda antar masing-masing daerah
Lebih terperinciSALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 265/PMK.05/2014 TENTANG SISTEM AKUNTANSI DAN PELAPORAN KEUANGAN BELANJA LAIN-LAIN
MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 265/PMK.05/2014 TENTANG SISTEM AKUNTANSI DAN PELAPORAN KEUANGAN BELANJA LAIN-LAIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pencatatan single-entry. Sistem double-entry baru diterapkan pada 2005 seiring
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan akuntansi di Indonesia, khususnya sektor publik berjalan sangat lambat. Sampai dengan tahun 2004 Indonesia masih menggunakan sistem pencatatan single-entry.
Lebih terperinciBAB XVII REVIU LAPORAN KEUANGAN
BAB XVII REVIU LAPORAN KEUANGAN T ujuan reviu berbeda dengan tujuan audit atas laporan keuangan. Tujuan audit adalah untuk memberikan dasar yang memadai untuk menyatakan suatu pendapat mengenai laporan
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN REVIU ATAS LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH
PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN REVIU ATAS LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, MENTERI DALAM NEGERI, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciGUBERNUR KALIMANTAN TENGAH
1 SALINAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 2 TAHUN 2014 T E N T A N G PEDOMAN PELAKSANAAN REVIU ATAS LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang sering disebut good governance. Pemerintahan yang baik ini. merupakan suatu bentuk keberhasilan dalam menjalankan tugas untuk
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap Negara pasti membutuhkan pemerintahan yang baik atau yang sering disebut good governance. Pemerintahan yang baik ini merupakan suatu bentuk keberhasilan dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. secara terus-menerus berpartisipasi dalam mewujudkan kepemerintahan yang baik (good
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Bangsa Indonesia sebagai bagian dari masyarakat dunia memiliki kewajiban untuk secara terus-menerus berpartisipasi dalam mewujudkan kepemerintahan yang
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan. daerah sebagai penyelenggara pemerintah daerah.
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemerintah Daerah Pemerintah Daerah merupakan penyelenggara seluruh urusan pemerintahan oleh pemerintah daerah dan DPRD menurut azas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dewasa ini adalah menguatnya tuntutan akuntabilitas atas lembaga-lembaga
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Fenomena yang terjadi dalam perkembangan sektor publik di Indonesia dewasa ini adalah menguatnya tuntutan akuntabilitas atas lembaga-lembaga publik, baik di
Lebih terperinciPRESIDEN REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN II STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS KAS MENUJU AKRUAL
LAMPIRAN II STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS KAS MENUJU AKRUAL DAFTAR ISI LAMPIRAN II STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS KAS MENUJU AKRUAL. LAMPIRAN II. 0 KERANGKA KONSEPTUAL AKUNTANSI PEMERINTAHAN.
Lebih terperinciSTANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN KERANGKA KONSEPTUAL AKUNTANSI PEMERINTAHAN
STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN KERANGKA KONSEPTUAL AKUNTANSI PEMERINTAHAN STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN KERANGKA KONSEPTUAL AKUNTANSI PEMERINTAHAN PENDAHULUAN Tujuan. Kerangka Konseptual ini merumuskan
Lebih terperinciKEBIJAKAN PELAPORAN KEUANGAN
LAMPIRAN II PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 219/PMK.05/2013 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH PUSAT MENTERI KEUANGAN SALINAN KEBIJAKAN PELAPORAN KEUANGAN A. KERANGKA DASAR 1. Tujuan Laporan Keuangan
Lebih terperinciGUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 62 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM AKUNTANSI BADAN LAYANAN UMUM DAERAH RUMAH SAKIT JIWA PROVINSI BALI
GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 62 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM AKUNTANSI BADAN LAYANAN UMUM DAERAH RUMAH SAKIT JIWA PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, Menimbang :
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Dalam Kajian Pustaka ini akan dijelaskan mengenai pengertian-pengertian
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Kajian Pustaka Dalam Kajian Pustaka ini akan dijelaskan mengenai pengertian-pengertian yang mendasari dalam penyusunan laporan keuangan serta tujuan dari
Lebih terperinciSistem Pengendalian Internal dan Pemeriksaan Pengelolaan Tanggungjawab Keuangan Negara. Oleh : Lutfi Harris, M.Ak., Ak. Satuan Pengawasan Internal
Sistem Pengendalian Internal dan Pemeriksaan Pengelolaan Tanggungjawab Keuangan Negara Oleh : Lutfi Harris, M.Ak., Ak. Satuan Pengawasan Internal Malang, 2 Oktober 2015 PP NOMOR 60 TAHUN 2008 Pasal 2 ayat
Lebih terperinciREVIU LAPORAN KEUANGAN DAN RKA KL SEBAGAI KEGIATAN ASSURANCE ITJEN KEMHAN DALAM RANGKA PENINGKATAN AKUNTABILITAS KEUANGAN UO KEMHAN
BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN REVIU LAPORAN KEUANGAN DAN RKA KL SEBAGAI KEGIATAN ASSURANCE ITJEN KEMHAN DALAM RANGKA PENINGKATAN AKUNTABILITAS KEUANGAN UO KEMHAN Deputi PIP Bidang Polhukam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Good Government Governance di Indonesia semakin meningkat.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuntutan pelaksanaan akuntabilitas sektor publik terhadap terwujudnya Good Government Governance di Indonesia semakin meningkat. Terselenggaranya tata kelola pemerintah
Lebih terperinciAkuntansi sektor publik memiliki peran utama untuk menyiapkan laporan. keuangan sebagai salah satu bentuk pelaksanaan akuntabilitas publik.
2.1 Akuntansi Pemerintahan Akuntansi sektor publik memiliki peran utama untuk menyiapkan laporan keuangan sebagai salah satu bentuk pelaksanaan akuntabilitas publik. Akuntansi dan lap oran keuangan mengandung
Lebih terperinciLAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN
LAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN PENYUSUNAN PERUBAHAN PERATURAN BUPATI TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PADA PEMDA KABUPATEN JENEPONTO PROVINSI SULAWESI SELATAN Kerja sama Lembagaa Penelitian dan Pengabdian Masyarakat,
Lebih terperinci2018, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166,
No.173, 2018 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENDAGRI. Reviu Atas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Berbasis Akrual. Pencabutan. PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2017
Lebih terperinci2016, No Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lem
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.391, 2016 KEMENHUB. Pelaporan Keuangan. Berbasis Akrual. Sistem dan Prosedur Akuntansi. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 21 TAHUN
Lebih terperinciSISTEM AKUNTANSI PEMERINTAHAN BANDI
SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAHAN BANDI PMK 76 /PMK.05/2008 tentang PEDOMAN AKUNTANSI DAN PELAPORAN KEUANGAN BADAN LAYANAN UMUM MENIMBANG (a) dalam rangka pelaksanaan pengembangan dan penerapan sistem akuntansi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka reformasi di bidang keuangan, pada tahun
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam rangka reformasi di bidang keuangan, pada tahun 2003 2004 pemerintah melakukan perombakan peraturan keuangan Negara, Pemerintah bersama dengan DPR mengeluarkan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. yang dapat dijadikan milik Negara (UU no 17 pasal1 ayat1). Undang undang
BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 Keuangan Negara Keuangan Negara adalah semua hak dan kewajiban Negara yang dapat dinilai dengan uang, serta segala sesuatu baik berupa uang maupun berupa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pemerintah daerah selaku penyelenggara urusan pemerintahan daerah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pemerintah daerah selaku penyelenggara urusan pemerintahan daerah berdasarkan Undang-undang no 32 tahun 2004 berkewajiban untuk menyampaikan pertanggungjawaban
Lebih terperinciArsip Nasional Republik Indonesia
Arsip Nasional Republik Indonesia LEMBAR PERSEJUAN Substansi Prosedur Tetap tentang Reviu Laporan Keuangan telah saya setujui. Disetujui di Jakarta pada tanggal Februari 2011 SEKRETARIS UTAMA, GINA MASUDAH
Lebih terperinciSALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 216/PMK.05/2013 TENTANG
1 of 9 MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 216/PMK.05/2013 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 190/PMK.05/2013 TENTANG
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada sistem pemerintahan yang ada di Indonesia, setiap pemerintah daerah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada sistem pemerintahan yang ada di Indonesia, setiap pemerintah daerah yang ada, wajib bertanggung jawab untuk melaporkan segala kegiatan yang dilselenggarakan. Bentuk
Lebih terperinciREVIEW LAPORAN KEUANGAN. Faiz Zamzami
REVIEW LAPORAN KEUANGAN Faiz Zamzami Tujuan reviu untuk memberikan keyakinan akurasi, keandalan, keabsahan informasi yang disajikan dalam laporan keuangan sebelum disampaikan oleh menteri/pimpinan lembaga
Lebih terperinciSALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 76/PMK.05/2008 TENTANG PEDOMAN AKUNTANSI DAN PELAPORAN KEUANGAN BADAN LAYANAN UMUM MENTERI KEUANGAN,
MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 76/PMK.05/2008 TENTANG PEDOMAN AKUNTANSI DAN PELAPORAN KEUANGAN BADAN LAYANAN UMUM MENTERI KEUANGAN, Menimbang : a. bahwa dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Peraturan ini merupakan kelanjutan dari Peraturan Pemerintah No. 8 Tahun 2006
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 4 Tahun 2008 tentang Pedoman Pelaksanaan Reviu atas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah diterbitkan pada tanggal 17 Januari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. akuntansi pemerintahan yang telah diterima secara umum. Kualitas informasi dalam laporan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu upaya konkrit untuk mewujudkan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan negara adalah penyampaian laporan pertanggungjawaban keuangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menerapkan akuntabilitas publik. Akuntabilitas publik dapat diartikan sebagai
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Meningkatnya tuntutan masyarakat terhadap penyelenggaraan pemerintahan yang baik, telah mendorong pemerintah pusat dan pemerintah daerah untuk menerapkan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pembangunan Daerah Pembangunan Daerah merupakan suatu usaha yang sistematik dari berbagai pelaku, baik umum, pemerintah, swasta, maupun kelompok masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Frilia Dera Waliah, 2015 ANALISIS KESIAPAN PEMERINTAH KOTA BANDUNG DALAM MENERAPKAN STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Reformasi keuangan negara pada tahap pertama telah menetapkan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintah. Peraturan Pemerintah
Lebih terperinciPROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 23 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH KABUPATEN KARAWANG
PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 23 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH KABUPATEN KARAWANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARAWANG, Menimbang : bahwa dalam
Lebih terperinciMenteri/Pimpinan Lembaga sebagai pengguna anggaran/pengguna. Kementerian Negara/Lembaga yang dipimpinnya mempunyai tugas menyusun dan
REVIU ATAS LAPORAN KEUANGAN KEMENTERIAN/LEMBAGA Oleh Margono Widyaiswara Madya pada Pusdikat KNPK Abstract Menteri/Pimpinan Lembaga sebagai pengguna anggaran/pengguna barang Kementerian Negara/Lembaga
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Politik, akan tetapi dibidang keuangan negara juga terjadi, akan tetapi reformasi
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Reformasi yang terjadi di Indonesia pada tahun 1998 tidak hanya dibidang Politik, akan tetapi dibidang keuangan negara juga terjadi, akan tetapi reformasi ini dimulai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. No. 15 tahun 2004 tentang Pemeriksaan Tanggung Jawab dan Pengelolaan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemerintah Indonesia sudah melakukan berbagai upaya untuk memperbaiki kualitas kinerja, tranparansi, dan akuntabilitas pemerintahan di Indonesia selama beberapa dekade
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berupa laporan keuangan. Fenomena yang terjadi di Indonesia adalah
A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Sebagai salah satu pertanggungjawaban dalam penyelenggaraan pemerintahan, upaya untuk mewujudkan akuntabilitas pengelolaan keuangan kepada publik yaitu dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tata kelola pemerintah yang baik dalam penyelenggaraan negara, dapat dilakukan melalui pengelolaan keuangan negara secara professional, terbuka, dan bertanggung jawab
Lebih terperinci1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di era globalisasi ini reformasi pengelolaan keuangan negara masih terus dilakukan secara berkelanjutan. Hal ini dimaksudkan agar amanat yang tertuang dalam pasal
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. setiap unsur dari Sistem Pengendalian Internal. Untuk memastikan bahwa Sistem
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep, Konstruk, Variabel Penelitian 2.1.1 Sistem Pengendalian Internal Dalam rangka pencapaian visi, misi, dan tujuan serta pertanggung jawaban kegiatan Instansi Pemerintah,
Lebih terperinciSTANDAR REVIU LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH
LAMPI RAN PERATURAN MENTER! KEUANGAN NOMOR 8 / PMK09 /.2:015 TENTANG STANDAR REVJU ATAS LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH MENTEHII
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1620, 2013 KEMENTERIAN KEUANGAN. Akuntansi. Investasi Pemerintah. Sistem. Perubahan.
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1620, 2013 KEMENTERIAN KEUANGAN. Akuntansi. Investasi Pemerintah. Sistem. Perubahan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 216/PMK.05/2013 TENTANG PERUBAHAN
Lebih terperinciKERANGKA KONSEPTUAL AKUNTANSI PEMERINTAHAN (Menurut PP No 71 Tahun 2010 ttg SAP)
KERANGKA KONSEPTUAL AKUNTANSI PEMERINTAHAN (Menurut PP No 71 Tahun 2010 ttg SAP) Latar Belakang Terbitnya SAP Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan Pengakuan, pengukuran dan Penyajian/pengungkapan
Lebih terperinciSALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 264/PMK.05/2014 TENTANG SISTEM AKUNTANSI DAN PELAPORAN KEUANGAN BELANJA SUBSIDI
MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 264/PMK.05/2014 TENTANG SISTEM AKUNTANSI DAN PELAPORAN KEUANGAN BELANJA SUBSIDI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN LITERATUR Proses Pelaporan Keuangan Urutan siklus akuntansi menurut Indra Bastian (2005) adalah sebagai berikut:
9 BAB 2 TINJAUAN LITERATUR 2.1. Proses Pelaporan Keuangan Urutan siklus akuntansi menurut Indra Bastian (2005) adalah sebagai berikut: a. pencatatan bukti-bukti pembukuan dalam buku jurnal. Transaksi yang
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2010 TENTANG STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
of PERATURAN PEMERINTAH NOMOR TAHUN 0 TENTANG STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal ayat () Undang-Undang Nomor
Lebih terperinciKEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH
LAMPIRAN I PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 11-A TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH KOTA SURAKARTA KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH KOMPONEN UTAMA KEBIJAKAN AKUNTANSI Komponen utama
Lebih terperinciBAB.I PENDAHULUAN. Perkembangan sektor publik di Indonesia dewasa ini ditandai dengan menguatnya
BAB.I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan sektor publik di Indonesia dewasa ini ditandai dengan menguatnya tuntutan akuntabilitas atas lembaga-lembaga publik, baik di pusat maupun daerah. Dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. melalui pembenahan kebijakan dan peraturan perndang-undangan, penyiapan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Reformasi pengelolaan keuangan negara terus dilakukan pemerintah melalui pembenahan kebijakan dan peraturan perndang-undangan, penyiapan infrastruktur sistem keuangan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Isu dalam sektor publik di Indonesia dewasa ini adalah menguatnya tuntutan akuntabilitas atas lembaga-lembaga publik, baik di pusat maupun daerah. Akuntabilitas dapat
Lebih terperinciREVIU LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH (LKPD) Dra Hj Sastri Yunizarti Bakry, Akt, Msi, CA, QIA
REVIU LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH (LKPD) Dra Hj Sastri Yunizarti Bakry, Akt, Msi, CA, QIA KEMENTERIAN DALAM NEGERI INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2017 KONSEPSI REVIU REVIU SPI REVIU SAP PENINGKATAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Salah satu wujud keberhasilan pemerintah adalah dengan mewujudkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu wujud keberhasilan pemerintah adalah dengan mewujudkan laporan keuangan yang berkualitas. Rumah Sakit Kusta Dr. Sitanala Tangerang sebagai SATKER UPT Kementerian
Lebih terperinci2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Keuangan tentang
No.2139, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. Belanja Subsidi. Pelaporan Keuangan. Sistem Akuntansi. Perubahan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 217/PMK.05/2016 TENTANG PERUBAHAN
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor publik merupakan organisasi yang kompleks. Kompleksitas sektor publik tersebut menyebabkan kebutuhan informasi untuk perencanaan dan pengendalian manajemen
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. dikeluarkan berbagai peraturan perundang-undangan yang mengatur. Tahun 2000 yang mengatur Pokok-pokok Pengelolaan dan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Penyajian Laporan Keuangan Daerah. Pemerintah Indonesia telah menggulirkan otonomi daerah dan desentralisasi fiskal sejak tahun 1999. Dalam rangka otonomi
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS
BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Penyajian Laporan Keuangan Daerah Berdasarkan PP Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintah menyatakan bahwa laporan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Analisis atas..., Desi Intan Anggraheni, FE UI, 2010.
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Instansi pemerintah secara umum berperan dalam pemberian pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan bidangnya masing-masing baik di tingkat pusat maupun daerah.
Lebih terperinciKERANGKA KONSEPTUAL KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH
LAMPIRAN A : PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR : 20 TAHUN 2014 TANGGAL : 30 MEI 2014 KERANGKA KONSEPTUAL KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH A. PENDAHULUAN TUJUAN 1. Kerangka
Lebih terperinciDAFTAR ISI. Kesinambungan Entitas
STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL KERANGKA KONSEPTUAL AKUNTANSI PEMERINTAHAN KOMITE STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN DESEMBER 00 DAFTAR ISI Paragraf PENDAHULUAN ---------------------------------------------------------------
Lebih terperinciBERITA NEGARA. No.677, 2013 KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA. Akuntansi. Pelaporan. Kebijakan. PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.677, 2013 KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA. Akuntansi. Pelaporan. Kebijakan. PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2012
Lebih terperinci-1- KERANGKA KONSEPTUAL AKUNTANSI PEMERINTAHAN
-1- LAMPIRAN I PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 75 TAHUN 2017 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH KABUPATEN TANGERANG KERANGKA KONSEPTUAL AKUNTANSI PEMERINTAHAN A. PENDAHULUAN Kerangka Konseptual Akuntansi
Lebih terperinciKOMITE STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN KERANGKA KONSEPTUAL STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL
KOMITE STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN KERANGKA KONSEPTUAL STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL RUANG LINGKUP KERANGKA KONSPETUAL 1. Tujuan Kerangka Konseptual 2. Lingkungan Akuntansi Pemerintahan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PENGERTIAN AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK Akuntansi sektor publik merupakan suatu proses pengidentifikasian, pengukuran, pencatatan dan pelaporan transaksi ekonomi (keuangan) dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Berdasarkan Peraturan Walikota Bandung Nomor 1404 tahun 2016 tentang kedudukan, susunan organisasi, tugas dan fungsi serta tata kerja badan pengelolaan
Lebih terperinciBUPATI JEMBRANA PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 34 TAHUN 2013 TENTANG SISTEM AKUNTANSI BADAN LAYANAN UMUM DAERAH RUMAH SAKIT UMUM NEGARA
1 BUPATI JEMBRANA PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 34 TAHUN 2013 TENTANG SISTEM AKUNTANSI BADAN LAYANAN UMUM DAERAH RUMAH SAKIT UMUM NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBRANA, Menimbang :
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Sistem Pengendalian Intern Pemerintah Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah,
Lebih terperinciMENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 263/PMK.05/2014 TENTANG
MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 263/PMK.05/2014 TENTANG SISTEM AKUNTANSI DAN PELAPORAN KEUANGAN TRANSFER KE DAERAH DAN DANA DESA DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciDAFTAR ISI I. KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH... 1 KOMPONEN UTAMA KEBIJAKAN AKUNTANSI... 1 II. KERANGKA KONSEPTUAL AKUNTANSI PEMERINTAHAN...
DAFTAR ISI I. KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH... 1 KOMPONEN UTAMA KEBIJAKAN AKUNTANSI... 1 II. KERANGKA KONSEPTUAL AKUNTANSI PEMERINTAHAN... 2 A. PENDAHULUAN... 2 B. KARAKTERISTIK KUALITATIF LAPORAN
Lebih terperinciKERANGKA KONSEPTUAL KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH
LAMPIRAN I PERATURAN BUPATI POLEWALI MANDAR NOMOR : 29 TAHUN 2014 TANGGAL : 27 OKTOBER 2014 KERANGKA KONSEPTUAL KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH PENDAHULUAN Tujuan 1. Kerangka konseptual kebijakan
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PENYUSUNAN HIPOTESIS
BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PENYUSUNAN HIPOTESIS 1.1 TINJAUAN TEORETIS 1.1.1 Teori Entitas Menurut Paton (dalam Suwardjono, 2005) dalam teorinya, bahwa organisasi dianggap sebagai suatu kesatuan atau badan
Lebih terperinci2016, No Peraturan Menteri Keuangan tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 177/PMK.05/2015 tentang Penyusunan Dan Penyampaian
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.2158, 2016 KEMENKEU. Laporan Keuangan. K/L. Penyusunan. Penyampaian. Pedoman. Perubahan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 222/PMK.05/2016 TENTANG
Lebih terperinciKERANGKA KONSEPTUAL AKUNTANSI PEMERINTAHAN
KERANGKA KONSEPTUAL AKUNTANSI PEMERINTAHAN (LAMPIRAN II.01; PP 71 TAHUN 2010) BANDI Bandi.staff.fe.uns.ac.id PENDAHULUAN Paragraph 1-paragraph 5 TUJUAN-PP 71/2010 Tujuan kerangka konseptual sebagai acuan
Lebih terperinci