BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pengertian permintaan (demand) tidak terpisah dari arti kebutuhan (need)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pengertian permintaan (demand) tidak terpisah dari arti kebutuhan (need)"

Transkripsi

1 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Permintaan Konsumen Permintaan Pengertian permintaan (demand) tidak terpisah dari arti kebutuhan (need) dan keinginan (want). Kebutuhan adalah sesuatu yang dirasa kurang dari diri manusia itu sendiri, keinginan (want) adalah sesuatu yang dirasa kurang karena lingkungan, dan permintaan (demand) adalah keinginan yang disertai dengan daya beli. Demand merupakan ungkapan permintaan dari keinginan dan kebutuhan (Irawan dkk., 1996). Permintaan adalah keinginan terhadap produk spesifik yang didukung oleh kemampuan dan kesediaan untuk membelinya. Dengan demikian permintaan adalah kebutuhan dan keinginan yang didukung oleh daya beli (Kotler dan Andersen, 1995). Kotler dan Andersen (1995) menyatakan bahwa kebutuhan manusia (human need) adalah ketidakberadaan beberapa kepuasan dasar seperti: kebutuhan makanan, pakaian, tempat terlindung, keamanan hak milik dan harga diri, kesehatan termasuk juga kesehatan gigi dan mulut. Keinginan (want) adalah hasrat pemuas kebutuhan yang spesifik yaitu cara pemenuhan kebutuhan dengan beberapa pemilihan untuk memuaskannya. Hal ini menunjukkan bahwa mungkin seseorang kebutuhannya sedikit, misalnya hanya pencegahan penyakit gigi dan mulut namun keinginannya banyak karena dipengaruhi oleh kondisi sosial seperti pendidikan, keluarga dan atau perusahaan. 9

2 10 Menurut Tjiptoherijanto dan Soesetyo (1994), hubungan antara kebutuhan dan permintaan terhadap pelayanan kesehatan adalah sesuatu yang rumit. Hal tersebut terlihat pada argumentasi bahwa: seseorang sering mempunyai keinginan untuk menjadikan status kesehatannya lebih baik dari yang dimilikinya pada saat ini, namun tidak semua orang melakukan upaya secara aktif untuk memperoleh pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan dan keinginannya. Dokter mengambil kesimpulan bahwa disatu sisi seseorang berkeinginan dan meminta pelayanan kesehatan tertentu tetapi tidak sesuai dengan kebutuhannya, dan disisi lain ada beberapa aspek kesehatan yang seharusnya lebih diperhatikan tetapi luput dari perhatian seseorang, (misalnya kebersihan gigi dan mulut). Menurut Striffer dkk. (1983), kebutuhan merupakan keputusan pertama yang menentukan tingkah laku seseorang untuk meminta pengobatan atau tidak. Jika keputusan meminta pengobatan diserta dengan kemauan dan kemampuan untuk membayar maka kondisi tersebut disebut effective demand. Dinyatakan pula bahwa effective demand identik dengan pemanfaatan (utilization), karena jika seseorang mempunyai effective demand, maka mereka akan meminta dan menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan. Menurut Alkatiri dkk. (1997), permintaan terhadap pelayanan kesehatan secara kasar dapat diukur dengan melihat pada kecenderungan angka atau tingkat pemanfaatan dari pelayanan kesehatan yang diberikan. Pemanfaatan pelayanan kesehatan pada dasarnya merupakan suatu keputusan bersama yang diambil antara pasien dengan pemberi pelayanan kesehatan. Dengan demikian

3 11 perlu disimak secara lebih teliti apakah ada permintaan ini terjadi karena adanya pengaruh dari pemberi pelayanan kesehatan (supplier induced demand) atau dari penderita sendiri. Elwood (2006), mengatakan bahwa potential demand merupakan suatu kekuatan yang besar menentukan suatu permintaan dan mempunyai hal yang sangat penting untuk mempengaruhi konsumen dalam memilih suatu produk atau jasa pelayanan kesehatan, misalnya kebutuhan terhadap kesehatan gigi dan mulut. Menurut Kageles (1961, cit. Hendrartini,1995), yang mengembangkan konsep Rossenstock, ada 4 faktor yang mempengaruhi seseorang meminta perawatan gigi, yaitu: 1) Adanya ancaman kesakitan yang menjadikan seseorang merasa bahwa dirinya mudah terkena penyakit gigi; 2) Adanya keyakinan pada orang tersebut bahwa penyakit gigi dapat dicegah; 3) Adanya pandangan bahwa penyakit gigi sebagai suatu penyakit yang dapat berakibat parah; dan 4) Adanya perasaan akan mendapatkan sesuatu yang berharga untuk kesehatan giginya Konsumen Menurut Kotler dan Armstrong (2003), konsumen atau pelanggan diartikan sebagai orang-orang yang membeli dan menggunakan produknya atau orangorang yang berinteraksi dengan perusahaan setelah menghasilkan produk. Di dalam organisasi terdapat 2 konsumen eksternal. Konsumen internal adalah yaitu konsumen internal dan konsumen pelanggan yang berperan besar dalam menentukan kualitas manusia, proses dan lingkungan yang berhubungan dengan produk atau jasa. Konsumen eksternal adalah pelanggan yang berperan

4 12 menentukan kualitas produk atau jasa yang disampaikan kepada konsumen internal. Secara tradisional konsumen eksternal tidak dilibatkan dalam pengembangan produk. Apabila cara tradisional tersebut berlangsung dalam situasi global yang penuh persaingan maka produk ataupun jasa tidak akan berkembang. Lain halnya dengan pendekatan mutu, konsumen eksternal maupun internal merupakan bagian dari pengembangan produk. Konsumen dalam organisasi pelayanan kesehatan menurut Kuncoro (1996), antara lain: 1) konsumen eksternal yaitu pasien, keluarga pasien, teman pasien, pemerintah, asuransi kesehatan, lembaga sosial masyarakat. 2) Konsumen internal yaitu dokter, perawat, bidan, perawat gigi, dokter gigi dan tenaga kesehatan lain yang terlibat dalam suatu pelayanan kesehatan. Permintaan konsumen menurut Berkowitz (1996), adalah jumlah barang atau jasa yang akan dibeli konsumen pada periode waktu dan keadaan tertentu. Dijelaskan pula bahwa fungsi permintaan konsumen adalah jumlah barang atau jasa yang diminta sesuai dengan penilaian konsumen terhadap barang ataupun jasa. Permintaan konsumen terhadap jasa pelayanan kesehatan tergantung pada kebutuhan yang berbasis pada aspek fisiologis, dan tergantung juga pada keputusan dokter perlu tidaknya mendapatkan pelayanan medis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan (demand) Menurut Sorkin (1984), salah satu model terbaik yang dikenal dari permintaan untuk pelayanan kesehatan adalah model tingkah laku yang diajukan oleh Andersen yang disebut dengan Andersen s Behavioral Model of Health

5 13 Services Use. Menurut model ini, keputusan seseorang untuk meminta pelayanan kesehatan tergantung pada tiga faktor yaitu: 1. Faktor predisposing, faktor ini menggambarkan karakteristik individu yang mempunyai kecenderungan menggunakan pelayanan kesehatan, yang terdiri dari tiga faktor yaitu: a) faktor demografi meliputi: usia, jenis kelamin, status perkawinan dan jumlah anggota keluarga; b) faktor struktur sosial meliputi: jenis pekerjaan, status sosial, pendidikan ras dan kesukuan; c) faktor kepercayaan kesehatan, merupakan keyakinan terhadap pelayanan kesehatan. 2. Faktor enabling (pendukung), yaitu suatu kondisi atau keadaan yang membuat seseorang mampu melakukan tindakan untuk memenuhi kebutuhan akan pelayanan kesehatan. Faktor ini dibagi menjadi dua yaitu 1) sumber daya keluarga meliputi penghasilan keluarga, kemampuan membeli jasa pelayanan dan keikutsertaan dalam asuransi kesehatan; b) sumber daya masyarakat meliputi jumlah sarana pelayanan kesehatan, jumlah tenaga kesehatan dan rasio penduduk dengan tenaga kesehatan. 3. Faktor need (kebutuhan), merupakan faktor yang paling langsung berpengaruh terhadap pemanfaatan pelayanan kesehatan. Thomas dan Mejia (1978, cit. Suwoto, 1995) juga menyatakan ada beberapa faktor yang berhubungan dengan permintaan di sektor kesehatan yang dapat mempengaruhi permintaan konsumen terhadap pelayanan kesehatan. Faktor-faktor tersebut antara lain: faktor karakteristik populasi (umur, pengetahuan), faktor ekonomi, faktor tingkat pendidikan, faktor accesibility, faktor status kesehatan, faktor ketersediaan sumber daya, tenaga, sarana

6 14 kesehatan, faktor tehnologi perawatan kesehatan, faktor pengalaman sebelumnya dan faktor kelompok referensi. Berdasarkan uraian tersebut diatas, faktor-faktor yang berhubungan dengan dengan permintaan konsumen terhadap pelayanan kesehatan dapat dikelompokkan menjadi faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yaitu: umur, pengetahuan, tingkat pendidikan, pengalaman sebelumnya dan status kesehatan. Faktor eksternal yaitu: accesibility, kelompok referensi. dan faktor ketersediaan fasilitas kesehatan Beberapa faktor tersebut di atas yang terkait dengan penelitian ini, dapat dijelaskan sebagai berikut : 1). Faktor umur Menurut Kotler dan Clarke (1987, cit. Soleman, 2005), pola umur mempengaruhi permintaan fasilitas perawatan kesehatan. Kebutuhan kesehatan sebagian besar berkaitan dengan umur. Struktur umur suatu populasi merupakan suatu gambaran yang lebih vital dari susunan populasi untuk dipertimbangkan dalam perencanaan kesehatan. Struktur umur di negara berkembang memiliki proporsi penduduk muda yang lebih besar dan proporsi penduduk usia tua lebih kecil dibandingkan dengan negara maju. Penduduk yang lebih tua hampir selalu memiliki tingkat permintaan yang lebih tinggi terhadap jasa pelayanan kesehatan. Jumlah orang yang berumur diatas 65 tahun dalam satu komunitas bisa merupakan indikator faktor tunggal yang baik mengenai potensi permintaan akan perawatan penyakit tertentu. Menurut Trisnantoro (2004), faktor umur sangat mempengaruhi permintaan konsumen

7 15 terhadap pelayanan kesehatan preventif dan kuratif. Fenomena ini terlihat pada pola demografi di negara-negara maju yang berubah menjadi masyarakat tua. Menurut Cohen dan Bryant (1984), kelompok umur dewasa muda mempunyai pola permintaan dibandingkan dengan kelompok pelayanan kesehatan gigi yang lebih baik umur yang lain, disebabkan oleh karena kelompok umur ini mempunyai kebutuhan akan perawatan kesehatan gigi yang lebih tinggi, berdasarkan pola kecendrungan menderita karies gigi tahap awal dan gejala awal dari kelainan jaringan gingiva. Sebaliknya pada umur tua yang banyak menderita kehilangan gigi asli ternyata kurang menyadari kebutuhan perawatan gigi pada giginya, sehingga mengakibatkan rendahnya permintaan akan perawatan gigi pada usia lanjut. Hendrartini (1995), menganalisis faktorfaktor yang mempengaruhi pemanfaatan pelayanan kesehatan gigi di RS Sardjito dan RS Bethesda, menyimpulkan bahwa faktor umur mempunyai pengaruh bermakna terhadap pemanfaatan pelayanan kesehatan gigi. 2). Faktor pendidikan Menurut Notoatmodjo (2003), permintaan konsumen dalam pemanfaatan pelayanan kesehatan berhubungan dengan pendidikan dan perilaku masyarakat. Rendahnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat terhadap kesehatan dan penyakit, dapat mengakibatkan penyakit-penyakit yang terjadi dalam masyarakat sering sulit terdeteksi. Bahkan kadang-kadang masyarakat sulit atau tidak mau diperiksa dan diobati penyakitnya. Hal ini akan menyebabkan masyarakat tidak memperoleh pelayanan kesehatan yang layak. Pendidikan

8 16 kesehatan sangat diperlukan pada tahap ini dan sekolah merupakan sarana yang baik bagi pendidikan kesehatan serta merupakan perpanjangan tangan pendidikan kesehatan bagi keluarga. Oleh karena itu lingkungan sekolah, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial yang sehat, akan sangat berpengaruh terhadap perilaku sehat anak-anak (murid). Menurut Cohen dan Bryant (1984), secara umum permintaan pelayanan kesehatan meningkat sesuai dengan kenaikan tingkat pendidikan. Ada perbedaan permintaan pelayanan kesehatan gigi antara mereka yang memiliki tingkat pendidikan rendah dengan mereka yang memiliki tingkat pendidikan lebih tinggi. Yule dan Parkin (1985, cit. Hendrartini, 1995) mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi analisis permintaan pelayanan kesehatan gigi dan menyimpulkan bahwa disamping faktor ekonomi, tingkat pendidikan seseorang merupakan variabel penting yang mempengaruhi permintaan pelayanan kesehatan gigi. Hasil penelitian Hendrartini (1995), menunjukkan bahwa terdapat korelasi yang positif dan bermakna antara tingkat pendidikan dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan gigi di RS Sardjito dan RS Bethesda, yang berarti semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, semakin tinggi pula tingkat pemanfaatan pelayanan kesehatan gigi di RS. Hasil penelitian Laela (2001), menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara tingkat pendidikan terhadap permintaan pelayanan kesehatan gigi di Klinik AKG Depkes Bandung. 3). Faktor pengetahuan

9 17 Menurut Notoatmojo ( 1993), pengetahuan merupakan hasil tahu dan terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek. Penginderaan terjadi melalui panca indera dan sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui pendengaran dan pengelihatan. Menurut Sarwono (2004), pengetahuan yang dimiliki oleh individu merupakan salah satu faktor yang menentukan untuk mencari dan meminta upaya pelayanan kesehatan. Dinyatakan pula bahwa semakin tinggi pengetahuan individu tentang akibat yang ditimbulkan oleh suatu penyakit, maka semakin tinggi upaya pencegahan yang dilakukan. Hasil penelitian Andari (2006), pengetahuan mempunyai hubungan yang signifikan terhadap pemanfaatan pelayanan kesehatan di Puskesmas Bangli Propinsi Bali. 4). Faktor fasilitas kesehatan Menurut Kotler (2005), penampilan fasilitas jasa akan mempengaruhi sikap dan perilaku konsumen untuk meminta pelayanan jasa. Oleh karena itu perlu dilakukan pengorganisasian fasilitas pelayanan kesehatan yang baik. Pendapat tersebut mendukung pendapat Kotler (1995, cit. Dharmmesta dan Handoko, 2000) yang menyatakan bahwa kelengkapan fasilitas, tata ruang yang benar dapat mempengaruhi sikap dan perilaku pembeli/pasien seperti perasaan aman, nyaman dan rasa puas. Tjiptono (2000), menyatakan fasilitas jasa akan berpengaruh terhadap persepsi konsumen. Semakin lengkap fasilitas perawatan yang diasuransikan oleh pemerintah dan swasta, maka permintaan konsumen akan pelayanan kesehatan di beberapa negara semakin meningkat (Trisnantoro, 2004). Penelitian Andari (2006), analisis faktor-faktor yang mempengaruhi

10 18 keputusan pasien dalam pemanfaatan pelayanan kesehatan di Puskesmas Bangli, menyimpulkan bahwa semakin lengkap pasilitas pelayanan kesehatan semakin tinggi pemanfaatan pelayanan kesehatan di Puskesmas Bangli. 5). Faktor accesibility ( keterjangkauan) Lane dan Lindquist (1988) serta Javalgi dkk. (1991) menyimpulkan bahwa faktor kedekatan tempat pelayanan kesehatan dengan rumah tempat tinggal menjadi faktor urutan pertama terhadap permintaan konsumen dalam pemanfaatan pelayanan kesehatan. Menurut Caroline dan Claire (1990), faktor jarak merupakan faktor penting dalam pilihan penderita menggunakan sarana pelayanan kesehatan. Andari (2006) menyimpulkan bahwa semakin dekat lokasi pelayanan kesehatan semakin tinggi pemanfaatan pelayanan kesehatan di Puskesmas Bangli. Namun hasil ini berbeda dengan penelitian Hendrartini (1995), variabel jarak mempunyai korelasi negatif terhadap pemanfaatan pelayanan kesehatan gigi dan secara statistik tidak bermakna. 6). Faktor pengalaman sebelumnya Menurut Dharmmesta dkk. (2000) keputusan konsumen dalam memilih dan meminta jasa pelayanan dipengaruhi oleh pengalaman sebelumnya. Konsumen yang terpuaskan akan membuat rekomendasi positif kepada konsumen yang lain, dan konsumen yang tidak terpuaskan akan kembali keseleksi awal serta konsumen yang kecewa akan membuat rekomendasi negatif terhadap

11 19 konsumen lain. Penelitian Andari (2006) menyimpulkan semakin baik pengalaman sebelumnya, semakin tinggi pemanfaatan pelayanan kesehatan di Puskesmas Kota Denpasar. 7). Faktor kelompok referensi Menurut Dharmmesta dan Handoko (2000), kelompok referensi (reference group) adalah kelompok sosial yang menjadi ukuran seseorang (bukan anggota kelompok tersebut) untuk membentuk keperibadian dan perilakunya. Kelompok referensi ini juga mempengaruhi perilaku seseorang dalam meminta pelayanan kesehatan. Menurut Azwar (2000), berbagai bentuk media cetak dan elektronik membawa pesan yang berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang. Informasi baru terhadap suatu hal dapat memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya sikap. Media massa berperan dalam pembentukan dan perubahan seseorang, sehingga bentuk informasi sugesti dalam media massa selalu dimanfaatkan untuk meningkatkan dan memperkenalkan suatu produk. Hasil penelitian Andari (2006) didapatkan bahwa kelompok referensi mempunyai pengaruh yang positif terhadap pemanfaatan puskesmas di Kecamatan Bangli. Hasil ini mendukung penelitian Laela (2001), kelompok referensi mempunyai hubungan yang bermakna terhadap permintaan pelayanan kesehatan gigi di AKG Bandung.

12 Pelayanan Preventif (preventive care) di Puskesmas Depkes RI (1999) menunjukkan bahwa penyakit gigi dan mulut yang paling utama di Indonesia adalah karies gigi dan penyakit periodontal. Data tersebut menunjukkan bahwa pada akhir Pelita VI penduduk Indonesia menderita karies gigi sebanyak 90,90%. Menurut Sriyono (2005), pelayanan kesehatan gigi yang dilakukan oleh puskesmas, Rumah sakit, institusi kesehatan lainnya maupun praktek pribadi, meningkat pesat selama sepuluh tahun terakhir ini. Namun ternyata peningkatan penyelenggaraan pelayanan kesehatan gigi ini tidak diikuti dengan makin meningkatnya status kesehatan gigi dan mulut penduduk Indonesia. Dengan demikian diperlukan upaya-upaya pencegahan penyakit gigi dan mulut untuk menahan laju perkembangan penyakit gigi dan mulut terutama karies gigi. Menurut Kidd dan Joyston-Bechal (1992), karies gigi merupakan suatu penyakit jaringan keras gigi yaitu , dentin dan sementum yang disebabkan proses fermentasi karbohidrat oleh aktivitas bakteri, yang ditandai dengan adanya demineralisasi jaringan keras gigi. Selanjutnya akan diikuti oleh kerusakan bahan organiknya, akibatnya terjadi invasi bakteri dan kematian pulpa serta penyebaran infeksi ke jaringan periapikal dan dapat menimbulkan rasa sakit. Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya karies gigi menurut Kidd dan Joyston-Bechal (1992), antara lain adalah beberapa jenis karbohidrat seperti

13 21 sukrosa dan glukosa yang selanjutnya mengalami proses fermentasi oleh bakteri-bakteri tertentu dalam mulut sehingga terbentuk asam, maka terjadi penurunan ph dalam mulut sampai di bawah 5. Kondisi seperti ini akan mengakibatkan demineralisasi pada gigi, akhirnya karies mulai terbentuk. Terjadinya karies merupakan perpaduan antra 4 faktor yang saling mendukung, yaitu: kuman, sisa makanan, gigi dan waktu. Menurut Kidd dan Joyston-Bechal (1992), karies gigi merupakan penyakit yang dapat dicegah, hal ini dapat dilihat dari terjadinya penurunan angka karies gigi di negara-negara maju. Dalam upaya pencegahan karies gigi ini kerjasama antara petugas kesehatan dengan pasien sangat dibutuhkan. Pencegahan terjadinya karies gigi dimulai dari pemeriksaan plak, menyikat gigi sampai pada penggunaan fluor dan penambalan pit dan fissure. Penambalan pit dan fissure merupakan tindakan yang dilakukan untuk menutupi pit dan fissure yang dalam dengan bahan pengisi /pelapis dengan tujuan untuk mencegah terjadinya karies gigi (Depkes RI, 1995). Menurut Tarigan (1987), pencegahan karies pasca erupsi gigi geligi dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu: 1) Pengaturan diet, yaitu dengan mengurangi frekwensi mengkonsumsi makanan yang mengandung gula, karena makanan tersebut merupakan salah satu pendukung terjadinya karies; 2) Plak kontrol, yaitu tindakan pencegahan terjadinya penumpukan dental plak dan deposit-deposit lainnya pada permukaan gigi dengan cara menyikat gigi yang teratur; 3) Penggunaan fluor merupakan metode yang paling efektif

14 22 untuk mencegah karies. Fluor dapat diberikan secara lokal maupun sistemik. Pemberian fluor secara sistemik dapat dilakukan melalui fluoridasi air minum, fluoridasi garam dapur, fluoridasi air susu dan tablet fluor. Pemberian fluor secara lokal dapat diberikan dengan aplikasi topikal larutan fluor, kumur-kumur dengan larutan fluor, menyikat gigi dengan pasta gigi. Menurut Sriyono (2005), prinsip tindakan pencegahan dapat dilakukan dengan mengintervensi salah satu atau semua faktor penyebab penyakit. Pelayanan pada tahap prepatogenesis adalah merupakan pelayanan pencegahan primer. Pelayanan pencegahan oleh Jong (1993, cit. Sriyono, 2005), dapat dikelompokan menjadi tiga yaitu: 1) Pelayanan kedokteran gigi pencegahan primer diselenggarakan di masyarakat meliputi: fluoridasi air minum masyarakat, fluoridasi air minum sekolah, program suplemen fluor, program kumur dengan fluor, program silen untuk anak sekolah; 2) Pelayanan kedokteran gigi pencegahan primer diselengarakan oleh profesi dental, meliputi: Apliksi topikal fluor oleh profesional, pit dan fisur silen, konseling diet, program kontrol plak, tes aktivitas karies; 3) Pelayanan kedokteran gigi pencegahan primer diselenggarakan oleh individu meliputi: pasta gigi mengandung fluor, aplikasi produk fluor secara topikal, praktek kebersihan mulut. Sebagai suatu negara yang sedang berkembang, maka kesehatan gigi masyarakat Indonesia masih jauh dari memuaskan. Menurut data yang ada pada Departemen Kesehatan, prevalensi penyakit gigi dan mulut di Indonesia sebesar 75%. Penyebab penyakit gigi dan mulut ini banyak macamnya, yang terpenting diantaranya adalah karena pengetahuan masyarakat akan kesehatan gigi yang

15 23 menyangkut kebersihan gigi dan mulut (oral hygiene) masih sangat rendah. Untuk meningkatkan derajat kesehatan gigi, maka pemerintah melaksanakan berbagai kegiatan, salah satu diantaranya ialah melaksanakan upaya kesehatan gigi yang pelaksanaannya dipercayakan kepada Puskesmas ( Depkes RI, 1999b). Upaya kesehatan gigi puskesmas sampai saat ini belum dapat berjalan dengan optimal oleh karena adanya berbagai kendala, baik sarana, tenaga, biaya operasional maupun kondisi sosial dan ekonomi masyarakat. Mengingat kendala-kendala di atas telah dikembangkan suatu model pelayanan berupa pelayanan berlapis (level of care ) sesuai dengan sumber daya yang ada, meliputi Primary Health Care (PHC) dan sistim rujukan berjenjang. Salah satu model pelayanan berlapis kesehatan gigi dan mulut dengan sistim rujukan berjenjang melalui pendekatan PHC adalah pelayanan yang bersifat pencegahan (Depkes RI, 2000). Preventive care adalah pelayanan yang bersifat pencegahan dan merupakan salah satu lapisan/jenjang (lapis kedua) dari lima model pelayanan berlapis kesehatan gigi dan mulut dengan sistim rujukan berjenjang melalui pendekatan PHC (Primary Health Care) yang dilaksanakan di puskesmas dan rumah sakit. Pelayanan ini terdiri dari pelayanan pencegahan yang ditujukan kepada komunitas, pelayanan pencegahan yang ditujukan kepada kelompok, dan pelayanan pencegahan yang ditujukan kepada individu. Pelayanan pencegahan yang ditujukan kepada komunitas meliputi: 1) fluoridasi air minum; 2) pemasaran pasta gigi yang berfluor; 3) kampanye

16 24 kesehatan gigi melalui media massa untuk memperbaiki kesadaran, pengetahuan, sikap dan prilaku masyarakat. Pelayanan pencegahan yang ditujukan kepada kelompok meliputi; 1) promosi kesehatan gigi dan mulut melalui program pendidikan kepada kelompok tertentu; 2) program pemberian tablet fluor; 3) program kumur-kumur dengan fluor dan gerakan sikat gigi massal; 4) pemberian fluor secara topikal; 5) fissure sealant dan 6) pembersihan karang gigi (scalling). Pelayanan pencegahan yang ditujukan kepada individu meliputi; 1) pemeriksaan gigi dan mulut pada pasien perorangan, termasuk temuan-temuan penyakit gigi dan mulut serta rujukan bila diperlukan; 2) memberi nasehat dan petunjuk kepada perorangan mengenai kebersihan mulut, konsumsi fluor, diet, perilaku yang membahayakan kesehatan dan pemeriksaan diri sendiri; 3) aplikasi fluor secara topikal; 4) fissure sealant; 5) pembersihan karang gigi (scalling); 6) deteksi dini penyakit gigi; dan 7) penumpatan ART (Atraumatic Restorative Treatment). Pelayanan pencegahan tersebut dapat diberikan oleh tenaga perawat gigi. Kondisi Indonesia yang sangat majemuk dengan sumber daya yang berbedabeda, menjadikan penerapan pelayanan kesehatan gigi akan berbeda di suatu daerah dengan daerah lain. Oleh karena itu pelayanan kesehatan gigi harus disesuaikan dengan sumber daya yang tersedia di daerah masing-masing mulai dari pelayanan darurat dasar sampai dengan pelayanan profesional dengan pendekatan model pelayanan berlapis/berjenjang. Jika di daerah sudah tersedia fasilitas pelayanan kesehatan gigi (BPG Puskesmas) dan sudah tersedia tenaga kesehatan gigi baik perawat gigi maupun dokter gigi maka pelayanan kesehatan

17 25 gigi pencegahan yang ditujukan kepada individu (pasien) dapat dilakukan antara lain: 1) praktek kebersihan gigi dan mulut; 2) pembersihan karang gigi (scalling); 3) fissure sealant; 4) aplikasi topikal, dan 5) ART (Depkes RI, 2000). Menurut Depkes RI (2000), selain pelayanan pencegahan (preventive care) lapisan/jenjang yang lain yaitu; basic emergency care, self care, simple care, moderate care, dan complex care. Basic emergency care merupakan pelayanan pada lapis pertama yaitu merupakan pelayanan darurat dasar yang harus dapat melayani siapa saja dan dimana saja. Upaya menghilangkan atau mengurangi rasa sakit dapat diberikan oleh kader kesehatan, atau oleh petugas kesehatan misalnya bidan di desa. Self Care merupakan pelayanan lapis ketiga yaitu pelayanan pelihara diri yang dapat dilakukan perorangan dalam masyarakat, meliputi: 1) pelaksanaan pemeliharaan kebersihan gigi dan mulut yang memadai; 2) kebiasaan dalam mengkonsumsi makanan yang tepat; 3) menghindari kebiasaan kebiasaan yang tidak baik untuk kesehatan gigi dan mulut; 4) menggunakan fluor sesuai dengan yang dianjurkan; 5) pemeriksaan diri sendiri dan mencari pengobatan yang tepat sedini mungkin; dan 6) mematuhi nasehat-nasehat dari tenaga profesional kesehatan. Pelayanan self care dapat dilakukan oleh semua lapisan masyarakat baik tenaga kesehatan maupun non tenaga kesehatan. Simple Care merupakan pelayanan lapis keempat, yaitu suatu pelayanan profesional sederhana atau pelayanan medik gigi dasar umum meliputi: 1) pembersihan karang gigi; 2) ekstraksi tanpa komplikasi; 3) tumpatan gigi; 4)

18 26 tindakan interseptik ortodontik; dan 5) pelayanan rujukan. Pelayanan simple care dapat diberikan pada tingkat puskesmas oleh dokter gigi atau perawat gigi yang telah mendapat wewenang dari atasan. Moderate Care merupakan lapis kelima yaitu suatu pelayanan professional di bidang kedokteran gigi atau pelayanan medik gigi dasar khusus seperti tingkatan spesialistik kedokteran gigi. Pelayanan ini meliputi: 1) terapi penyakit periodontal yang lanjut; 2) ekstraksi; 3) pengobatan endodontik untuk gigi yang berakar satu; 4) restorasi lebih dari satu permukaan; 5) protesa cekat; 6) protesa lepasan; 7) tindakan ortodonti; 8) fraktur gigi; 9) lesi selaput lendir mulut; dan 10) rujukan kepada spesialis bila diperlukan. Pelayanan moderate care hanya dapat dilakukan pada tingkat rumah sakit kelas D dan C oleh tenaga dokter gigi yang telah mendapat pendidikan tambahan dalam bidang kedokteran gigi (dokter gigi plus). Pelayanan lapis keenam adalah Complex Care, yaitu suatu pelayanan professional oleh tenaga spesialis baik sendiri maupun tim. Pelayanan ini meiliputi: 1) penyakit periodontal yang komplek; 2) ekstraksi dengan komplikasi; 3) tindakan endodontik gigi berakar lebih dari satu; 4) pelayanan protetik yang complicated; 5) tindakan ortodonti korektif; 6) perawatan trauma muka dan rahang; 7) pengobatan lesi selaput lendir mulut; 8) terapi disfungsi sendi temporo mandibular; dan 9) tindakan pada pasien-pasien yang mempunyai penyakit lain (Depkes RI, 2000).

BAB I PENDAHULUAN. gigi penting dilakukan (Depkes RI, 1999). Hasil laporan morbiditas 2001,

BAB I PENDAHULUAN. gigi penting dilakukan (Depkes RI, 1999). Hasil laporan morbiditas 2001, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan gigi merupakan bagian integral dari kesehatan pada umumnya. Selain itu gigi geligi merupakan salah satu organ pencernaan yang berperan penting dalam proses

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN. Sebanyak 100 responden yang memenuhi kriteria inklusi diambil sebagai

BAB V HASIL PENELITIAN. Sebanyak 100 responden yang memenuhi kriteria inklusi diambil sebagai BAB V HASIL PENELITIAN 5.1. Deskripsi Karakteristik Responden Sebanyak 100 responden yang memenuhi kriteria inklusi diambil sebagai sampel dalam penelitian ini. Berdasarkan data yang diperoleh dari 100

Lebih terperinci

PELAYANAN KESEHATAN GIGI DI PUSKESMAS (STUDI KASUS DI PUSKESMAS SUMBERSARI)

PELAYANAN KESEHATAN GIGI DI PUSKESMAS (STUDI KASUS DI PUSKESMAS SUMBERSARI) PELAYANAN KESEHATAN GIGI DI PUSKESMAS (STUDI KASUS DI PUSKESMAS SUMBERSARI) Kiswaluyo Bagian Ilmu Kesehatan Gigi Masyarakat Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember ABSTRACT Public Health Center is

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Puskesmas Puskesmas adalah unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja. 3,13 Wilayah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. kesehatan, terutama masalah kesehatan gigi dan mulut. Kebanyakan masyarakat

I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. kesehatan, terutama masalah kesehatan gigi dan mulut. Kebanyakan masyarakat I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Salah satu masalah di Indonesia yang perlu diperhatikan adalah masalah kesehatan, terutama masalah kesehatan gigi mulut. Kebanyakan masyarakat Indonesia meremehkan masalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gigi merupakan bagian dari alat pengunyahan pada system pencernaan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Gigi merupakan bagian dari alat pengunyahan pada system pencernaan dalam 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Gigi merupakan bagian dari alat pengunyahan pada system pencernaan dalam tubuh manusia, sehingga secara tidak langsung berperan dalam status kesehatan perorangan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Salah satu kegiatan Puskesmas adalah UKGS. UKGS di lingkungan tingkat pendidikan dasar mempunyai sasaran semua anak sekolah tingkat pendidikan dasar yaitu dari usia 6 sampai 14 tahun,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penanganan secara komprehensif, karena masalah gigi berdimensi luas serta mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. penanganan secara komprehensif, karena masalah gigi berdimensi luas serta mempunyai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan gigi dan mulut merupakan suatu masalah kesehatan yang memerlukan penanganan secara komprehensif, karena masalah gigi berdimensi luas serta mempunyai dampak

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karies Gigi Karies adalah kerusakan yang terbatas pada jaringan gigi mulai dari email gigi hingga menjalar ke dentin. 1 Proses karies ditandai dengan terjadinya demineralisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Analisis Situasi

BAB I PENDAHULUAN A. Analisis Situasi BAB I PENDAHULUAN A. Analisis Situasi Dewasa ini penyakit gigi dan mulut yang banyak diderita masyarakat Indonesia adalah penyakit jaringan penyangga gigi dan penyakit karies gigi (Departemen Kesehatan

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia. Keberadaan penyakit-penyakit ini seringkali diabaikan oleh masyarakat

BAB 1 : PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia. Keberadaan penyakit-penyakit ini seringkali diabaikan oleh masyarakat BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit gigi dan mulut merupakan masalah kesehatan yang cukup banyak diderita oleh masyarakat Indonesia. Keberadaan penyakit-penyakit ini seringkali diabaikan oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tindakan perawatan dalam bidang kedokteran gigi yang paling sering

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tindakan perawatan dalam bidang kedokteran gigi yang paling sering BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu tindakan perawatan dalam bidang kedokteran gigi yang paling sering dilakukan adalah ekstraksi atau pencabutan gigi. 1 Ekstraksi gigi merupakan bagian paling

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Keberhasilan pembangunan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Keberhasilan pembangunan kesehatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan merupakan bagian terpenting dalam mencapai tujuan pembangunan nasional. Tujuan pembangunan kesehatan adalah untuk meningkatkan kesadaran, kemauan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mempengaruhi kesehatan keseluruhan dari tubuh. Pembangunan di bidang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mempengaruhi kesehatan keseluruhan dari tubuh. Pembangunan di bidang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan gigi dan mulut adalah bagian dari kesehatan tubuh yang tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya, karena kesehatan gigi dan mulut akan mempengaruhi kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan pelayanan kesehatan. Undang-Undang No.36 tahun 2009

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan pelayanan kesehatan. Undang-Undang No.36 tahun 2009 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sehat merupakan hak setiap orang, dan warga negara berhak mendapatkan pelayanan kesehatan. Undang-Undang No.36 tahun 2009 tentang kesehatan menjelaskan bahwa setiap

Lebih terperinci

Pemberlakuan Undang-Undang R.I. No.22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang R.I. No.25 tahun 1999 tentang pengembangan keuangan

Pemberlakuan Undang-Undang R.I. No.22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang R.I. No.25 tahun 1999 tentang pengembangan keuangan PENGEMBANGAN MODEL YANKES GIGI BERDASARKAN LEVEL OF CARE SIMSON DAMANIK Staff Pengajar Departemen IKGP/KGM Fakultas Kedokteran Gigi USU Latar Belakang Tujuan Pembangunan Kesehatan Menuju Indonesia sehat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan umum seseorang banyak dipengaruhi oleh kesehatan gigi.

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan umum seseorang banyak dipengaruhi oleh kesehatan gigi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan umum seseorang banyak dipengaruhi oleh kesehatan gigi. Kesehatan gigi sangat penting karena berpengaruh pada fungsi pengunyahan, fungsi bicara, kualitas hidup,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan tersebut diselenggarakan berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan tersebut diselenggarakan berbagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan diselenggarakannya pembangunan kesehatan adalah meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat

Lebih terperinci

Sri Junita Nainggolan Jurusan Keperawatan Gigi Politeknik Kesehatan Kemenkes Medan. Abstrak

Sri Junita Nainggolan Jurusan Keperawatan Gigi Politeknik Kesehatan Kemenkes Medan. Abstrak TINGKAT PENGETAHUAN ANAK TENTANG PEMELIHARAAN KEBERSIHAN GIGI DAN MULUT TERHADAP OHI-S DAN TERJADINYA KARIES PADA SISWA/I KELAS IV SDN 101740 TANJUNG SELAMAT KECAMATAN SUNGGAL TAHUN 2014 Sri Junita Nainggolan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. ini. Anak sekolah dasar memiliki kerentanan yang tinggi terkena karies,

BAB 1 PENDAHULUAN. ini. Anak sekolah dasar memiliki kerentanan yang tinggi terkena karies, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit karies gigi merupakan masalah utama dalam rongga mulut saat ini. Anak sekolah dasar memiliki kerentanan yang tinggi terkena karies, disebabkan karena lapisan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Penyusun

KATA PENGANTAR. Penyusun KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kesehatan dan kesempatan sehingga terselesaikannya penerbitan buku yang berjudul Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut di Puskesmas

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMANFAATAN PELAYANAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT DI POLIKLINIK GIGI RSUD KABUPATEN BADUNG

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMANFAATAN PELAYANAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT DI POLIKLINIK GIGI RSUD KABUPATEN BADUNG FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMANFAATAN PELAYANAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT DI POLIKLINIK GIGI RSUD KABUPATEN BADUNG Ni Nyoman Dewi Supariani 1 Abstract. The utilization of oral health services

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. produktif secara sosial dan ekonomi (Notoadmodjo, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. produktif secara sosial dan ekonomi (Notoadmodjo, 2012). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan kesehatan adalah keadaan sempurna, baik fisik, mental, maupun sosial, dan tidak hanya bebas dari penyakit dan cacat. Sedangkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. gigi dan mulut yang paling umum diderita, dan menggambarkan masalah

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. gigi dan mulut yang paling umum diderita, dan menggambarkan masalah 10 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah kesehatan gigi dan mulut masih menjadi permasalahan yang butuh perhatian serius di beberapa negara maju maupun negara berkembang termasuk Indonesia. Karies gigi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. mulut adalah penyakit jaringan keries gigi (caries dentis) disamping penyakit gusi.

PENDAHULUAN. mulut adalah penyakit jaringan keries gigi (caries dentis) disamping penyakit gusi. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah. Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian dari kesehatan tubuh yang tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya sebab kesehatan gigi dan mulut akan mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Telaah Pustaka 1. Karies Gigi a. Definisi Karies gigi atau gigi berlubang merupakan suatu penyakit pada jaringan keras gigi (email, dentin, dan sementum), yang disebabkan oleh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Kata manfaat diartikan sebagai guna; faedah; untung, sedangkan pemanfaatan adalah proses; cara; perbuatan memanfaatkan. Dan pelayanan adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karies gigi dan radang gusi (gingivitis) merupakan penyakit gigi dan

BAB I PENDAHULUAN. Karies gigi dan radang gusi (gingivitis) merupakan penyakit gigi dan BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Karies gigi dan radang gusi (gingivitis) merupakan penyakit gigi dan jaringan pendukungnya yang banyak dijumpai pada anak Sekolah Dasar di Indonesia. Keadaan ini cenderung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. umum. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut dilakukan upaya kesehatan yang

BAB I PENDAHULUAN. umum. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut dilakukan upaya kesehatan yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam Sistem Kesehatan Nasional disebutkan bahwa tujuan pembangunan kesehatan adalah tercapainya kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk agar terwujud derajat

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karies Gigi Karies gigi merupakan penyakit jaringan keras gigi yang disebabkan oleh faktor etiologi yang kompleks. Karies gigi tidak hanya terjadi pada orang dewasa tetapi dapat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. utama bila dibandingkan dengan penyakit umum lainnya. Penyakit gigi yang paling banyak

BAB 1 PENDAHULUAN. utama bila dibandingkan dengan penyakit umum lainnya. Penyakit gigi yang paling banyak BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah kesehatan gigi di Indonesia pada saat ini perlu mendapat perhatian serius, karena masyarakat masih menganggap masalah kesehatan gigi belum menjadi prioritas

Lebih terperinci

BAB VIII PERENCANAAN PROGRAM PENCEGAHAN

BAB VIII PERENCANAAN PROGRAM PENCEGAHAN BAB VIII PERENCANAAN PROGRAM PENCEGAHAN Dalam buku Planning of Oral Health Services, WHO (1980), memberikan gambaran langkah-langkah yang harus dilakukan dalam membuat perencanaan kesehatan gigi secara

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Perawatan ortodonti merupakan suatu disiplin bidang kedokteran gigi yang dapat meningkatkan fungsi serta penampilan mulut dan wajah. Tujuan utama perawatan ortodonti adalah untuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Karies gigi adalah proses perusakan jaringan keras gigi yang dimulai dari

BAB 1 PENDAHULUAN. Karies gigi adalah proses perusakan jaringan keras gigi yang dimulai dari BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karies gigi adalah proses perusakan jaringan keras gigi yang dimulai dari enamel terus ke dentin. Proses tersebut terjadi karena sejumlah faktor (multiple factors)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kehamilan adalah masa yang unik dalam hidup seorang wanita, yaitu keadaan

BAB I PENDAHULUAN. Kehamilan adalah masa yang unik dalam hidup seorang wanita, yaitu keadaan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Kehamilan adalah masa yang unik dalam hidup seorang wanita, yaitu keadaan mengandung embrio atau fetus di dalam tubuh setelah penyentuhan sel telur dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mulut sejak dini. Kurangnya pengetahuan orang tua mengenai kebersihan mulut

BAB I PENDAHULUAN. mulut sejak dini. Kurangnya pengetahuan orang tua mengenai kebersihan mulut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kesadaran masyarakat Indonesia terhadap kesehatan gigi dan mulut masih kurang. Hal tersebut disebabkan oleh sedikitnya sosialisasi tentang kesehatan gigi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan mulut merupakan hal penting untuk kesehatan secara umum dan kualitas

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan mulut merupakan hal penting untuk kesehatan secara umum dan kualitas BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan mulut merupakan hal penting untuk kesehatan secara umum dan kualitas hidup. Mulut sehat berarti terbebas kanker tenggorokan, infeksi dan luka pada mulut, penyakit

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Asia. Berdasarkan data sensus penduduk tahun 2010, penduduk Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Asia. Berdasarkan data sensus penduduk tahun 2010, penduduk Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah salah satu negara dengan jumlah penduduk terbanyak di Asia. Berdasarkan data sensus penduduk tahun 2010, penduduk Indonesia berjumlah 237,6 juta jiwa.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan nilai gizi, berdasarkan data terbaru pada tahun , masalah

BAB I PENDAHULUAN. dan nilai gizi, berdasarkan data terbaru pada tahun , masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karies gigi dan gangguan gigi berlubang merupakan gangguan kesehatan gigi yang paling umum dan banyak dijumpai pada penduduk dunia, terutama pada anak. Menurut hasil

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORETIS. renik dalam suatu karbohidrat yang dapat diragikan. Tandanya

BAB II TINJAUAN TEORETIS. renik dalam suatu karbohidrat yang dapat diragikan. Tandanya BAB II TINJAUAN TEORETIS 2.1 Karies Gigi Karies merupakan suatu penyakit jaringan keras gigi, yaitu email, dentil dan sementum, yang disebabkan oleh aktivitas jasad renik dalam suatu karbohidrat yang dapat

Lebih terperinci

GARIS GARIS BESAR PROGRAM PENGAKARAN (Rencana Kegiatan Belajar Mengajar)

GARIS GARIS BESAR PROGRAM PENGAKARAN (Rencana Kegiatan Belajar Mengajar) GARIS GARIS BESAR PROGRAM PENGAKARAN (Rencana Kegiatan Belajar Mengajar) JUDUL MATA KULIAH : PEDODONSIA TERAPAN NOMOR KODE / SKS : KGM / 427 / 2 SKS A. DESKRIPSI SINGKAT : Mata kuliah ini membahas mengenai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Terapi ortodontik belakangan ini menjadi populer. 1 Kebutuhan akan perawatan

BAB I PENDAHULUAN. Terapi ortodontik belakangan ini menjadi populer. 1 Kebutuhan akan perawatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Terapi ortodontik belakangan ini menjadi populer. 1 Kebutuhan akan perawatan ortodontik akhir- akhir ini semakin meningkat karena semakin banyak pasien yang sadar akan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sering terjadi. Penyakit ini dapat menyerang seluruh lapisan masyarakat dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. sering terjadi. Penyakit ini dapat menyerang seluruh lapisan masyarakat dalam BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karies gigi merupakan masalah penyakit infeksi gigi dan mulut yang paling sering terjadi. Penyakit ini dapat menyerang seluruh lapisan masyarakat dalam berbagai kelompok

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Untuk menjalankan tugas sebagaimana dimaksud, Rumah Sakit mempunyai. dengan standart pelayanan Rumah Sakit.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Untuk menjalankan tugas sebagaimana dimaksud, Rumah Sakit mempunyai. dengan standart pelayanan Rumah Sakit. BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Rumah Sakit Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna, yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Karies gigi merupakan masalah utama dalam kesehatan gigi dan mulut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Karies gigi merupakan masalah utama dalam kesehatan gigi dan mulut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karies gigi merupakan masalah utama dalam kesehatan gigi mulut anak-anak. United States Surgeon General melaporkan bahwa karies merupakan penyakit infeksi yang paling

Lebih terperinci

BAB VI PEMBAHASAN. dasar. Upaya-upaya yang dilakukan meliputi upaya promotif yaitu dengan. memberikan penyuluhan untuk meningkatkan pengetahuan

BAB VI PEMBAHASAN. dasar. Upaya-upaya yang dilakukan meliputi upaya promotif yaitu dengan. memberikan penyuluhan untuk meningkatkan pengetahuan 60 BAB VI PEMBAHASAN Program pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut merupakan salah satu upaya untuk mengatasi masalah kesehatan gigi dan mulut siswa sekolah dasar. Upaya-upaya yang dilakukan meliputi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat, apalagi di kalangan anak-anak dan remaja. Hal ini disebabkan karena

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat, apalagi di kalangan anak-anak dan remaja. Hal ini disebabkan karena BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemakaian piranti ortodonti cekat saat ini semakin banyak digunakan di masyarakat, apalagi di kalangan anak-anak dan remaja. Hal ini disebabkan karena masyarakat mulai

Lebih terperinci

memberikan layanan kesehatan kepada masyarakat. Menurut Undang Undang No 36 tahun 2009 tentang Kesehatan, pasal 93 ayat 1 pelayanan kesehatan

memberikan layanan kesehatan kepada masyarakat. Menurut Undang Undang No 36 tahun 2009 tentang Kesehatan, pasal 93 ayat 1 pelayanan kesehatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pelayanan kesehatan adalah sebuah konsep yang digunakan dalam memberikan layanan kesehatan kepada masyarakat. Menurut Undang Undang No 36 tahun 2009 tentang Kesehatan,

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL PENELITIAN. Tabel 1 : Data ph plak dan ph saliva sebelum dan sesudah berkumur Chlorhexidine Mean ± SD

BAB 5 HASIL PENELITIAN. Tabel 1 : Data ph plak dan ph saliva sebelum dan sesudah berkumur Chlorhexidine Mean ± SD BAB 5 HASIL PENELITIAN 5.1 Hasil Penelitian Pengumpulan data klinis dilakukan mulai tanggal 10 November 2008 sampai dengan tanggal 27 November 2008 di klinik orthodonti FKG UI dan di lingkungan FK UI.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. orang dewasa terdapat gigi tetap. Pertumbuhan gigi pertama dimulai pada

BAB I PENDAHULUAN. orang dewasa terdapat gigi tetap. Pertumbuhan gigi pertama dimulai pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gigi merupakan bagian terpenting dalam rongga mulut, karena adanya fungsi gigi yang tidak tergantikan, antara lain untuk mengunyah makanan sehingga membantu pencernaan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bidang kesehatan gigi (Depkes RI, 2000). integral dari kesehatan secara keseluruhan yang memerlukan penanganan

BAB I PENDAHULUAN. bidang kesehatan gigi (Depkes RI, 2000). integral dari kesehatan secara keseluruhan yang memerlukan penanganan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gambaran masyarakat Indonesia di masa depan yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan dirumuskan dalam visi dan misi Indonesia Sehat 2010. Usaha mewujudkan pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melalui upaya peningkatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif),

BAB I PENDAHULUAN. melalui upaya peningkatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif), BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial, yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis.

Lebih terperinci

PERAN GURU DALAM KEBERHASILAN PROGRAM UKGS

PERAN GURU DALAM KEBERHASILAN PROGRAM UKGS PERAN GURU DALAM KEBERHASILAN PROGRAM UKGS Desi Sandra sari 1), Yuliana Mahdiyah Daat Arina2 2), Tantin Ermawati 3 1 Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember email: desi_sari.fkg@unej.ac.id 2 Fakultas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat mahal yang tidak dapat dibayar. Ketika seseorang mengalami suatu penyakit,

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat mahal yang tidak dapat dibayar. Ketika seseorang mengalami suatu penyakit, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat sering tidak menyadari bahwa kesehatan merupakan hal yang sangat mahal yang tidak dapat dibayar. Ketika seseorang mengalami suatu penyakit, barulah orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. indeks caries 1,0. Hasil riset kesehatan dasar tahun 2007 melaporkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. indeks caries 1,0. Hasil riset kesehatan dasar tahun 2007 melaporkan bahwa 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Karies menjadi salah satu bukti tidak terawatnya kondisi gigi dan mulut pada anak-anak. Target WHO tahun 2010 adalah untuk mencapai indeks caries 1,0. Hasil

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perawatan Ortodonti Piranti ortodonti cekat adalah salah satu alat yang digunakan di kedokteran gigi untuk perawatan gigi yang tidak beraturan. Biasanya melibatkan penggunaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyakit sistemik. Faktor penyebab dari penyakit gigi dan mulut dipengaruhi oleh

BAB I PENDAHULUAN. penyakit sistemik. Faktor penyebab dari penyakit gigi dan mulut dipengaruhi oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit gigi dan mulut merupakan penyakit yang tersebar luas di masyarakat Indonesia dan dapat menjadi sumber infeksi yang dapat mempengaruhi beberapa penyakit sistemik.

Lebih terperinci

Gambaran Status Karies Gigi Pada Mahasiswa Jurusan Kesehatan Gigi Poltekkes Jakarta 1,2008

Gambaran Status Karies Gigi Pada Mahasiswa Jurusan Kesehatan Gigi Poltekkes Jakarta 1,2008 Gambaran Status Karies Gigi Pada Mahasiswa Jurusan Kesehatan Gigi Poltekkes Jakarta 1,2008 Pendahuluan Penyakit gigi dan mulut termasuk karies gigi merupakan penyakit masyarakat yang diderita oleh 90%

Lebih terperinci

BAB I. I. Pendahuluan. A. Latar Belakang

BAB I. I. Pendahuluan. A. Latar Belakang BAB I I. Pendahuluan A. Latar Belakang Karies gigi merupakan masalah gigi dan mulut yang banyak dijumpai pada anak-anak di negara berkembang dan cenderung meningkat pada setiap dasawarsa. Hasil penelitian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan sosialnya (Monica, 2007). Perawatan ortodontik merupakan salah

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan sosialnya (Monica, 2007). Perawatan ortodontik merupakan salah 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Estetika merupakan salah satu tujuan dalam perawatan ortodontik dimana seseorang dapat memperbaiki estetika wajah yang berharga dalam kehidupan sosialnya (Monica,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Era globalisasi yang sedang dihadapi oleh bangsa Indonesia pada saat ini

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Era globalisasi yang sedang dihadapi oleh bangsa Indonesia pada saat ini I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Era globalisasi yang sedang dihadapi oleh bangsa Indonesia pada saat ini mengakibatkan semakin meningkatnya tuntutan masyarakat terhadap mutu pelayanan kesehatan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Karies gigi adalah penyakit infeksi dan merupakan suatu proses demineralisasi yang progresif pada jaringan keras permukaan gigi oleh asam organis yang berasal dari makanan yang mengandung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak kalah pentingnya yaitu pertumbuhan gigi. Menurut Soebroto

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak kalah pentingnya yaitu pertumbuhan gigi. Menurut Soebroto BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses tumbuh kembang sangat terkait dengan faktor kesehatan, dengan kata lain hanya pada anak yang sehat dapat diharapkan terjadi proses tumbuh kembang yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. insisif, premolar kedua dan molar pada daerah cervico buccal.2

BAB I PENDAHULUAN. insisif, premolar kedua dan molar pada daerah cervico buccal.2 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hipersensitivitas dentin merupakan salah satu masalah gigi yang paling sering dijumpai. Hipersensitivitas dentin ditandai sebagai nyeri akibat dentin yang terbuka jika

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1392/Menkes/SK/XII/2001 TENTANG REGISTRASI DAN IZIN KERJA PERAWAT GIGI

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1392/Menkes/SK/XII/2001 TENTANG REGISTRASI DAN IZIN KERJA PERAWAT GIGI KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1392/Menkes/SK/XII/2001 TENTANG REGISTRASI DAN IZIN KERJA PERAWAT GIGI MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dalam rangka mendukung

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. merawat maloklusi. Komponen utama alat ortodonti cekat diantaranya adalah

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. merawat maloklusi. Komponen utama alat ortodonti cekat diantaranya adalah I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Alat ortodonti cekat merupakan alat yang paling banyak digunakan untuk merawat maloklusi. Komponen utama alat ortodonti cekat diantaranya adalah braket, band dan kawat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Pengetahuan a. Definisi Pengetahuan Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia atau hasil tahu seseorang terhadap obyek melalui indera yang dimilikinya dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karies gigi adalah penyakit jaringan gigi yang ditandai dengan kerusakan

BAB I PENDAHULUAN. Karies gigi adalah penyakit jaringan gigi yang ditandai dengan kerusakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gigi merupakan bagian dari alat pengunyahan pada sistem pencernaan dalam tubuh manusia. Masalah utama kesehatan gigi dan mulut anak adalah karies gigi. 1 Karies gigi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pencegahan dan manajemen yang efektif untuk penyakit sistemik. Pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pencegahan dan manajemen yang efektif untuk penyakit sistemik. Pembangunan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah World Oral Health (WHO) pada tahun 2003 menyatakan Global Goals for Oral Health 2020 yaitu meminimalkan dampak dari penyakit mulut dan kraniofasial dengan menekankan

Lebih terperinci

LAPORAN KEGIATAN PENGABDIAN MASYARAKAT

LAPORAN KEGIATAN PENGABDIAN MASYARAKAT LAPORAN KEGIATAN PENGABDIAN MASYARAKAT PEMERIKSAAN DAN PERAWATAN KESEHATAN GIGI MULUT PADA ANAK KELAS 3 SD MUHAMMADIYAH MUNGGANG WETAN, SIDOHARJO, SAMIGALUH, KULON PROGO Oleh : Drg Dwi Suhartiningtyas,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kotoran lain yang berada di atas permukaan gigi seperti debris, karang gigi, atau

BAB I PENDAHULUAN. kotoran lain yang berada di atas permukaan gigi seperti debris, karang gigi, atau BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kebersihan gigi dan mulut merupakan salah satu hal yang penting dalam menjaga keseimbangan fungsi tubuh. Kebersihan gigi yaitu keadaan gigi geligi yang berada di dalam

Lebih terperinci

perlunya dilakukan : Usaha-Usaha Pencegahan Penyakit Gingiva dan Periodontal baik di klinik/tempat praktek maupun di masyarakat.

perlunya dilakukan : Usaha-Usaha Pencegahan Penyakit Gingiva dan Periodontal baik di klinik/tempat praktek maupun di masyarakat. Penyakit periodontal dibiarkan tanpa dirawat cenderung berlanjut sehingga merusak struktur periodontal pendukung. Sebagai konsekuensinya tenaga kesehatan gigi dituntut u dapat mengatasi masalah periodontal

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (RisKesDas) tahun 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (RisKesDas) tahun 2013 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah kesehatan gigi dan mulut saat ini masih menjadi keluhan masyarakat Indonesia. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (RisKesDas) tahun 2013 prevalensi nasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. dapat dipisahkan satu dengan lainnya sebab kesehatan gigi dan mulut akan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. dapat dipisahkan satu dengan lainnya sebab kesehatan gigi dan mulut akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian dari kesehatan tubuh yang tidak dapat dipisahkan satu dengan lainnya sebab kesehatan gigi dan mulut akan mempengaruhi kesehatan

Lebih terperinci

BAB VI PELAYANAN PENCEGAHAN

BAB VI PELAYANAN PENCEGAHAN BAB VI PELAYANAN PENCEGAHAN A. RUANG LINGKUP PELAYANAN PENCEGAHAN Ruang lingkup pelayanan kedokteran gigi pencegahan dapat dilakukan menurut tahapan pencegahan karies gigi yang dapat dilakukan oleh individu,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. disebabkan oleh penggunaan susu botol atau cairan lainnya yang termasuk karbohidrat seperti

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. disebabkan oleh penggunaan susu botol atau cairan lainnya yang termasuk karbohidrat seperti BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Early Childhood Caries (ECC) Early childhood caries merupakan suatu bentuk karies rampan pada gigi desidui yang disebabkan oleh penggunaan susu botol atau cairan lainnya yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Permasalahan kesehatan gigi dan mulut pada kehamilan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Permasalahan kesehatan gigi dan mulut pada kehamilan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Permasalahan kesehatan gigi dan mulut pada kehamilan Selama kehamilan ibu membutuhkan asupan zat makanan bergizi.. Apabila ibu hamil tidak rajin kumur dan menggosok gigi maka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membangun manusia Indonesia yang tangguh. Pembangunan dalam sektor kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. membangun manusia Indonesia yang tangguh. Pembangunan dalam sektor kesehatan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kesehatan merupakan hal yang sangat penting dalam rangka membangun manusia Indonesia yang tangguh. Pembangunan dalam sektor kesehatan merupakan faktor

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Telaah Pustaka 1. Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) a. Pengertian JKN Jaminan Kesehatan Nasional di Indonesia merupakan pengembangan dari Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN).

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Saliva merupakan cairan rongga mulut yang memiliki peran penting dalam

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Saliva merupakan cairan rongga mulut yang memiliki peran penting dalam I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saliva merupakan cairan rongga mulut yang memiliki peran penting dalam kesehatan jaringan keras dan lunak didalam rongga mulut. Saliva mempunyai banyak fungsi, diantaranya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 3,4

BAB 1 PENDAHULUAN 3,4 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Radiografi dental merupakan salah satu bagian terpenting dari diagnosis oral moderen. Dalam menentukan diagnosis yang tepat, setiap dokter harus mengetahui nilai dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada umumnya berkaitan dengan kebersihan gigi dan mulut. Faktor penyebab dari

BAB I PENDAHULUAN. pada umumnya berkaitan dengan kebersihan gigi dan mulut. Faktor penyebab dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit gigi dan mulut merupakan penyakit yang tersebar luas di masyarakat Indonesia. Penyakit gigi dan mulut yang banyak diderita masyarakat di Indonesia pada umumnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perbekalan kesehatan adalah pelayanan obat dan perbekalan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. perbekalan kesehatan adalah pelayanan obat dan perbekalan kesehatan digilib.uns.ac.id 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada Sistem Kesehatan Nasional diketahui bahwa subsistem obat dan perbekalan kesehatan adalah tatanan yang menghimpun berbagai upaya yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit gigi dan mulut merupakan penyakit tertinggi ke enam yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit gigi dan mulut merupakan penyakit tertinggi ke enam yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit gigi dan mulut merupakan penyakit tertinggi ke enam yang dikeluhkan masyarakat Indonesia menurut Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT, 2001) dan menempati peringkat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Hasil studi morbiditas Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2003

BAB 1 PENDAHULUAN. Hasil studi morbiditas Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2003 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hasil studi morbiditas Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2003 menunjukkan bahwa dari 10 (sepuluh) kelompok penyakit terbanyak yang dikeluhkan masyarakat,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Kualitas hidup terkait dengan kesehatan mulut

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Kualitas hidup terkait dengan kesehatan mulut BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Kualitas Hidup a. Kualitas hidup terkait dengan kesehatan mulut Hidup sehat merupakan bagian dari kualitas hidup (Tulangow, dkk., 2013). Kualitas hidup adalah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Dukungan keluarga 1. Pengertian Dukungan keluarga adalah sikap, tindakan dan penerimaan keluarga terhadap anggotanya. Anggota keluarga memandang bahwa orang yang bersifat mendukung

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masalah dengan kesehatan gigi dan mulutnya. Masyarakat provinsi Daerah

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masalah dengan kesehatan gigi dan mulutnya. Masyarakat provinsi Daerah I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit gigi dan mulut merupakan penyakit yang sering diderita oleh masyarakat Indonesia. Hasil Riset Kesehatan Dasar yang dilakukan pada tahun 2013 menunjukkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menunjukkan prevalensi nasional untuk masalah gigi dan mulut di Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. menunjukkan prevalensi nasional untuk masalah gigi dan mulut di Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Susunan gigi yang tidak teratur dan keadaan oklusi yang tidak sesuai dengan keadaan normaltentunya merupakan suatu bentuk masalah kesehatan gigi dan mulut. 1,2,3 Data

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Puskesmas Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disebut Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan

Lebih terperinci

BAB III IDENTIFIKASI DATA

BAB III IDENTIFIKASI DATA BAB III IDENTIFIKASI DATA A. Gigi Dan Gangguan Umum Pada Gigi Gigi adalah tulang keras dan kecil-kecil berwarna putih yang tumbuh tersusun, berakar di dalam gusi dan berfungsi untuk mengunyah dan mengigit.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang optimal meliputi kesehatan fisik, mental dan sosial. Terdapat pendekatanpendekatan

BAB 1 PENDAHULUAN. yang optimal meliputi kesehatan fisik, mental dan sosial. Terdapat pendekatanpendekatan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan bertujuan meningkatkan kesadaran dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang, untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal meliputi kesehatan

Lebih terperinci

RENCANA PERAWATAN PERIODONTAL

RENCANA PERAWATAN PERIODONTAL 13 Rencana perawatan periodontal BAB 2 RENCANA PERAWATAN PERIODONTAL Dalam penanganan kasus periodontal, apabila diagnosis penyakit sudah ditegakkan dan prognosis diramalkan maka langkah berikutnya adalah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. upaya kesehatan (Kementerian Kesehatan RI, 2008). Rumah sakit sebagai penyedia

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. upaya kesehatan (Kementerian Kesehatan RI, 2008). Rumah sakit sebagai penyedia BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan perorangan merupakan bagian dari sumber daya kesehatan untuk mendukung penyelenggaraan upaya kesehatan (Kementerian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mutu pelayanan kesehatan pada seluruh masyarakat. Menurut WHO kesehatan adalah

BAB I PENDAHULUAN. mutu pelayanan kesehatan pada seluruh masyarakat. Menurut WHO kesehatan adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan salah satu bagian terpenting dalam kehidupan manusia yakni kesehatan jasmani dan kesehatan rohani. Kesehatan dapat tercapai dengan meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan rongga mulut merupakan bagian penting dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan rongga mulut merupakan bagian penting dalam kehidupan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan rongga mulut merupakan bagian penting dalam kehidupan manusia, sehingga rongga mulut tidak dapat dipisahkan fungsinya dengan bagian tubuh lain. Rongga mulut

Lebih terperinci

KEPATUHAN MENGGOSOK GIGI DENGAN TERJADINYA KARIES GIGI DI SDN KEBUN DADAP BARAT KECAMATAN SARONGGI

KEPATUHAN MENGGOSOK GIGI DENGAN TERJADINYA KARIES GIGI DI SDN KEBUN DADAP BARAT KECAMATAN SARONGGI KEPATUHAN MENGGOSOK GIGI DENGAN TERJADINYA KARIES GIGI DI SDN KEBUN DADAP BARAT KECAMATAN SARONGGI Andri Setiya Wahyudi, Program Studi Diploma Kebidanan UNIJA Sumenep, e-mail; andry_remas@yahoo.co.id Sudarso,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Telaah Pustaka 1. Jaminan Kesehatan Nasional a. Definisi dan Dasar Hukum Jaminan Kesehatan Nasional menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 71 tahun 2013

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 19 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan cross sectional (sekali waktu), yaitu untuk mengetahui prevalensi karies

Lebih terperinci